kurikulum pembelajaran abad 21

15
KURIKULUM PEMBELAJARAN ABAD 21 Untuk berhasil di abad ke 21, kurikulum harus memberikan peluang bagi semua siswa untuk memperoleh keahlian dasar dan kompetensi disiplin akademisnya, seperti karakter, keterampilan, berpikir kritis dan kepemimpinan. Beberapa komponen kunci dalam kurikulum adalah: bahasa, mastery, pembelajaran berbasis enquiry, mengajarkan karakter dan kepemimpinan, disiplin pelajaran, minat dan kaya pengalaman. 1. Bahasa. Kemampuan membaca siswa sekolah di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) saat ini memiliki kecenderungan rendah. Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yang disponsori oleh The International Association for the Evaluation Achievement pada Desember 2012 mempublikasikan hasil studinya. Hasil studi menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia. Lemahnya kemampuan membaca siswa SD/MI patut diduga karena lemahnya pembelajaran Bahasa Indonesia (Anonym, 2013). Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), serta keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Namun keempat keterampilan berbahasa tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu 1

Upload: drs-daryanto

Post on 21-Oct-2015

73 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kurikulum Pembelajaran Abad 21

KURIKULUM PEMBELAJARAN ABAD 21

Untuk berhasil di abad ke 21, kurikulum harus memberikan peluang bagi semua siswa untuk

memperoleh keahlian dasar dan kompetensi disiplin akademisnya, seperti karakter,

keterampilan, berpikir kritis dan kepemimpinan. Beberapa komponen kunci dalam kurikulum

adalah: bahasa, mastery, pembelajaran berbasis enquiry, mengajarkan karakter dan

kepemimpinan, disiplin pelajaran, minat dan kaya pengalaman.

1. Bahasa. Kemampuan membaca siswa sekolah di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah (SD/MI) saat ini memiliki kecenderungan rendah. Progress in

International Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang

membaca pada anak-anak di seluruh dunia yang disponsori oleh The International

Association for the Evaluation Achievement pada Desember 2012 mempublikasikan

hasil studinya. Hasil studi menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada

urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia. Lemahnya kemampuan membaca

siswa SD/MI patut diduga karena lemahnya pembelajaran Bahasa Indonesia

(Anonym, 2013).

Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu keterampilan menyimak

(listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca

(reading skills), serta keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan

berbahasa tersebut saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Namun keempat

keterampilan berbahasa tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu komunikasi

tatap muka serta komunikasi tidak tatap muka. Komunikasi tatap muka terdiri dari

keterampilan menyimak yang bersifat langsung, apresiatif, reseptif, dan fungsional

serta keterampilan berbicara yang bersifat langsung, produktif, dan ekspresif.

Sementara itu, komunikasi tidak tatap muka meliputi keterampilan membaca yang

bersifat tidak langsung, apresiatif, reseptif, dan fungsional serta keterampilan menulis

yang bersifat tidak langsung, produktif, dan ekspresif. Dari pengelompokan yang

dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan berbicara sangat erat

kaitannya dengan kegiatan menyimak sedangkan kegiatan membaca sangat erat

kaitannya dengan kegiatan menulis (Tarigan, 1981).

Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam mempelajari berbagai bidang

ilmu. Hal ini dikarenakan bahasa berfungsi sebagai alat untuk mengkomunikasikan

berbagai bidang ilmu tersebut sehingga keterampilan berbahasa mutlak diperlukan.

1

Page 2: Kurikulum Pembelajaran Abad 21

Tuntutan kebutuhan untuk menguasai berbagai bidang ilmu ini tentunya harus

disikapi secara arif. Dalam bidang pengajaran, pengetahuan dan keterampilan

berbahasa digunakan untuk mempelajari materi pelajaran (content area material) baik

bidang ilmu sosial dan budaya seperti sejarah, ekonomi, geografi, bahasa dan sastra,

maupun bidang ilmu eksakta seperti fisika, matematika, biologi, dan kimia.

Keterampilan membaca dan menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai

oleh guru dan siswa untuk mempelajari berbagai bidang ilmu tersebut. (Lestyarini,

2011).

2. Mastery (praktik untuk menyempurnakan). Praktik yang terencana dan bertujuan

mengarah kepada mastery. Praktik tersebut merupakan proses performansi kerja, yang

berlanjut dan bertarget (memiliki sasaran), yang dilakukan oleh siswa untuk

menguasai mata pelajaran, metodologi atau keterampilan. Praktik ditargetkan

langsung pada area kelemahan siswa dan menuntut siswa untuk mendedikasikan

dirinya, menggunakan waktunya, untuk praktik secara berkualitas tinggi dan

berperilaku baik.

3. Pembelajaran Berbasis inquiry. Siswa berkesempatan melengkapi proyek

belajarnya setiap tahun, yang dimulai dengan pertanyaan enquiry yang menantang dan

subyek belajar yang kompleks, dengan keterampilan-keterampilan kunci, kerja tim

dan inisiatifnya. Pengerjaan proyek akan mencapai tugas puncak berupa presentasi,

output fisik, laporan penelitian atau diskusi panel. Proyek-proyek ini memerlukan

subyek pengetahuan yang mendalam dan seringkali mencakup 2 atau 3 subyek dalam

satu tugas.

Metode ini memberikan manfaat-manfaat kepada pebelajar yaitu:

Tugas-tugas tersebut relevan dan fungsional/operasionalnya berkaitan

dengan gambaran yang lebih besar (kompleks).

Anak-anak membuat keputusan dan bertanggung jawab atas hal

tersebut

Anak-anak sering belajar tentang kerja tim

Tugas-tugas tersebut aktif berdasar pada ‘melaksanakan dan

menciptakan’ daripada ‘duduk dan mendengarkan’

Dihasilkan produk pada akhir proyek (pembelajaran) yang dapat

dibanggakan anak-anak tersebut

2

Page 3: Kurikulum Pembelajaran Abad 21

4. Mengajarkan karakter dan kepemimpinan. Mengajarkan untuk mengembangkan

perangkat kesuksesan: integritas personal, 100% usaha, kebaikan untuk sesama,

disiplin diri, fleksibilitas dan kepercayaan diri.

5. Disiplin pelajaran. Dari pada mengajarkan sekumpulan subyek dan pengetahuan

yang tidak saling berhubungan, lebih baik fokus pada;

kunci disiplin akademis,

pengembangan kemampuan siswa untuk memahami cara pikir,

metodologi: sejarah, matematika, sains sebagai fondasi kemampuan belajar siswa.

6. Minat. Mampu mengetahui minat siswa dan membantu mereka untuk

mengembangkannya agar bisa menghubungkan/mengkaitkan dengan bidang/minat di

bidang lain. Hal ini memotivasi siswa untuk menikmati dan sukses di sekolahnya.

7. Kaya pengalaman. Anak-anak sangat sedikit berkesempatan untuk melakukan

eksplorasi di tempat/komunitas belajarnya. Anak-anak tidak memahami dinamika dan

proses kehidupan yang terjadi disekitarnya. Anak-anak tidak mampu memanfaatkan

fenomena di lingkungannya sebagai alat, media dan model belajarnya. (Anonym,

2013).

Tujuan dari pengembangan dan penyesuaian kurikulum ini adalah untuk memperoleh

kurikulum modern kelas dunia yang menginspirasi dan menantang semua pebelajar dan

mempersiapkan mereka untuk masa depan.

Kurikulum yang tepat untuk masa depan harus:

mempunyai fokus yang terus meningkat di keterampilan-keterampilan, utamanya

keterampilan belajar untuk mampu belajar (learning to learn)

menggunakan pendekatan-pendekatan untuk mengembangkan kualitas personal

mengembangkan fleksibilitas dan kearifan lokal

lebih mendukung kemandirian, kreatifitas dan produktifitas

peduli dengan when dan how berupa (Assessment for Learning, Learning to Learn,

thinking, Teaching and Learning approaches).

tanggap teknologi, keotentikan dan when, where, who dan how

menggunakan secara aktif pengetahuan untuk berkreatifitas dan menyelesaikan masalah

mengkaitkan pembelajaran ke; isu besar, dimensi internasional dan aksi komunitas

memperbarui prinsip-prinsip perancangan, dengan menetapkan tujuan-tujuan dan

maksud-maksud yang jelas

3

Page 4: Kurikulum Pembelajaran Abad 21

antisipasi wytiwyg (dibaca “witty-wig”): What You Test Is What You Get. Ketika

pengajaran dilangsungkan dengan didasarkan proses penilaian yang dangkal atau

sederhana, pengajaran itu sendiri hanya menyampaikan sedikit pengalaman belajar bagi

siswa. Ketika siswa menghabiskan sebagian besar waktu mereka menghafal fakta maka

keterampilan berpikir mereka, yang merupakan keterampilan dasar untuk mengubahnya

menjadi anggota masyarakat yang kontributif, dimatikan. Jika tes itu sendiri dangkal,

maka siswa belajar dengan dangkal pula. Aspek positif wytiwyg sangat besar, tetapi

membutuhkan komitmen dan keseriusan untuk memastikan bahwa penilaian (tes) dapat

mengukur kemampuan memecahkan masalah (problem solving) pada siswa.

Lebih banyak cara untuk mengukur pencapaian dan keluasan kesuksesan

Inovasi pembelajaran suatu disiplin ilmu berdampak positif berupa peningkatan

keterampilan untuk belajar dan hidup. Proses belajar mengajar menunjukkan peningkatan

kehadiran dan perilaku positif, berupa pelibatan diri dan antusiasme.

Waktu pelaksanaan proses belajar mengajar yang memperhatikan personalisasi siswa,

fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan. Fleksibel dikarenakan tiap siswa memiliki

kebutuhan waktu pencapaian mastery subyek belajar yang berbeda.

Jika kita mengharapkan generasi muda untuk memiliki keingin tahuan dan peduli pada

dirinya sendiri (masa depannya), maka kita perlu untuk:

memberikan mereka alasan atau sebab untuk menemukan sesuatu di luar

mengetahui minat mereka dan membangun itu

menghubungkan pembelajaran ke isu-isu yang berdampak pada generasi muda

mengajarkan keterampilan penelitian dan analisis kepada mereka

mempromosikan konsep-konsep seperti anak-anak sebagai peneliti, anak-anak sebagai

wartawan dll

Kurikulum Integratif

Pendidik juga harus memperhatikan pendidikan lingkungan, pendidikan karakter dan literasi

lainnya (media, bahaya/darurat dan teknologi). Banyaknya harapan yang harus dicakup dan

dinilai dari kurikulum, menjadikan pendidik seringkali merasa kewalahan. Bagaimana

pendidik dapat melakukan itu semua?. Salah satu cara untuk dapat mangakomodasikan semua

harapan-harapan tersebut adalah dengan melakukan integrasi kurikulum. Kurikulum

terintegrasi mengajarkan konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan inti dengan

menghubungkan area-area berbagai disiplin ilmu pada satu tema atau isu.

4

Page 5: Kurikulum Pembelajaran Abad 21

Era awal kurikulum terintegrasi adalah pendekatan pendidikannya yang holistik, konstruktif,

dan berpusat pada anak. Era berikutnya berkembang pada kurikulum yang terstandarisasi,

spesifik subyek dan kembali ke dasar. Pergeseran tersebut berkonsekuensi perlunya prioritas

pada relevansi dan akuntabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan program

ilmu-ilmu yang terintegrasi menunjukkan kinerja akademik yang sama atau lebih baik dari

pada siswa dengan program berbasis disiplin ilmu tertentu. Manfaat tambahan lainnya adalah

siswa;

lebih terlibat (berpartisipasi aktif) di sekolah,

menurun tingkat ketidak hadirannya di sekolah dan

berkurang masalah-masalah perilaku negatif.

Bagaimana pendidik melakukan perencanaan?

Biasanya perencanaan kurikulum terintegrasi merupakan suatu proses kolaboratif. Pendidik

menggunakan desain mendekatan terbalik. Pendidik mengawali dengan mengeksplorasi

harapan-harapan yang penting untuk; diketahui (know), dikerjakan (do) dan menjadi (be), dan

fokus pada cara untuk menilai outcome siswa. Desain aktifitas-aktifitas instruksional menjadi

langkah terakhir. Fogarty, Drake and Erickson memberikan saran pendekatan yang berbeda-

beda. Fogarty mengusulkan 10 pendekatan untuk integrasi mulai dari pemantapan koneksi

pada satu disiplin ilmu, ke pemantapan hubungan koneksi lintas disiplin-disiplin ilmu. Drake

dan Erickson mengusulkan pendekatan-pendekatan berbasis konsep menciptakan unit-unit

kegiatan belajar.

Praktekkan integrative thinking (berpikir integratif). Tinjau gambaran besar dan detil dari

disiplin-disiplin ilmu dalam saat yang sama. Eksplorasi harapan-harapan lintas disiplin ilmu

untuk mengidentifikasi KDB dan mengetahui bagaimana harapan-harapan tersebut saling

melengkapi. Secara vertikal tentukan harapan-harapan dari disiplin ilmu, dua tingkat di

bawahnya dan satu tingkat diatasnya. Secara simultan identifikasi harapan-harapan spesifik

tiap disiplin ilmu pada tiap kegiatan belajar. Secara horizontal tentukan harapan-harapan

lintas disiplin ilmu yang menjadi sasaran pembelajaran. Tentukan pengalaman belajar apa

yang paling penting dari pembelajaran yang akan dilakukan.

Mirip dengan apa yang paling penting untuk;

diketahui siswa (konsep inti seperti sistem dan struktur, keberlanjutan dan

kemandirian),

5

Page 6: Kurikulum Pembelajaran Abad 21

dikerjakan siswa (keterampilan-keterampilan abad 21 seperti penelitian dan

berpikir kritis) dan

siswa menjadi (isu-isu etika dalam konteks diri dan komunitas).

Kelompokkan harapan-harapan tersebut dalam kelompok-kelompok yang bermakna yang

menggambarkan konten konseptual (Know), keterampilan-keterampilan (Do) dan

perilaku/keyakinan (Be) atau KDB.

1. Pilih isu atau tema yang tepat untuk dipelajari.

2. Brainstorm aktifitas-aktifitas yang dimungkinkan berdasar pada harapan-harapan

tersebut. Ciptakan peta konsep dalam bentuk diagram. Buat hubungan-hubungan yang

natural, tidak dipaksakan. Pengalaman dalam mempraktekkan integrasi akan menjadikan

hubungan yang natural lebih terlihat.

3. Finalisasikan KDB sebagai payung unit.

4. Buatlah tugas-tugas sebagai sarana melakukan penilaian terhadap aktifitas-aktifitas

belajar. Kaitkan tugas dengan KDB dan harapan kurikulum. Tugas untuk penilaian yang

relevan tetapi menantang adalah yang;

melibatkan lebih dari satu disiplin ilmu dan

memberikan kesempatan pada siswa untuk mendemonstrasikan capaian mereka

terhadap harapan-harapannya dan capaian pada KDB.

5. Ciptakan dua atau tiga pertanyaan-pertanyaan besar. Organisasikan instruksi hariannya.

6. Ciptakan aktifitas-aktifitas instruksional harian yang mengarah pada pertanyaan-

pertanyaan besar untuk memastikan bahwa siswa memperoleh pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk mampu mendemonstrasikan KDB.

Padukan penilaian formatif (misal: observasi, checklist atau rubrik) dalam tiap aktifitas.

Pastikan kurikulum sesuai dengan memastikan bahwa semua aktifitas bermuara pada

pelaksanaan tugas untuk pencapaian KDB. Semua aktifitas instruksional dan

penilaiannya memiliki tujuan: “Demonstrasi pembelajaran yang dibutuhkan untuk setiap

unit”.

Dampak Integrasi Kurikulum

Dampak penerapan integrasi kurikulum di satuan pendidikan adalah:

a. Rasa kepemilikan siswa: Rasa kepemilikan siswa akan proses belajarnya adalah

aspek paling positif dari integrasi. Rasa kepemilikan yang besar mengurangi

permasalahan perilaku negatif, siswa senang dan terangsang untuk bekerja lebih dari

harapan yang direncanakan pendidik. Koneksi kajian dengan dunia nyata memotivasi

6

Page 7: Kurikulum Pembelajaran Abad 21

siswa dan meningkatkan ketertarikan mereka, sehingga instruksi belajar (kegiatan)

yang diberikan akan dilaksanakan siswa dengan antusias. Integrasi kurikulum

mendukung penerapan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking

atau HOT).

b. Kolaborasi: Pendidik antusias melaksanakan perencanaan secara kolaboratif karena

akan memicu munculnya ide-ide dan memotivasi merancang praktik-praktik belajar

yang baru. Kolaborasi membuka peluang bertumbuhnya profesionalisme pendidik.

Namun harus diketahui bahwa kelompok kolaborasi yang sangat besar beresiko

menjadi inkoheren dan disfungsional. Partner mengajar harus siap dan bersedia

menjadi relawan karena integrasi membutuhkan mindset sebagaimana membutuhkan

rangkaian keterampilan yang kontributif. Siswa dapat berkolaborasi dengan guru

untuk merencanakan unit belajar atau membuat rubric penilaian. Pemahaman terhadap

kriteria penilaian, memampukan siswa untuk menilai capaian belajar dirinya sendiri

dan pasangan belajarnya.

c. Literasi: Literasi adalah kemampuan untuk membaca, mereviu, menulis, mendesain,

menyampaikan dan mendengar dalam suatu cara yang memungkinkan kita untuk

berkomunikasi secara efektif dan bermakna untuk kalangan luas. Mengapa literasi

penting? Literasi vital untuk memastikan anak-anak mempunyai kesempatan terbaik

untuk sukses di sekolah dan di kehidupan kesehariannya. Literasi menjadikan kita

diakui di tulisan, visual dan teks lisan seperti dalam buku, surat kabar, majalah, DVD,

program televisi dan radio, petunjuk-petunjuk, peta, percakapan dan instruksi.

Mengkaitkan kurikulum dengan dunia nyata menyuburkan penggunaan bahan-bahan

nyata, menguatkan penggunaan teknologi komunikasi dan meningkatkan relevansi

aktifitas membaca dan menulis. Hal-hal inilah yang menarik untuk anak didik.

d. Numerasi: Kemampuan dalam hal numerasi adalah yakin dan efektif menggunakan

matematik untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Mengapa numerasi penting? Numerasi

mengembangkan kemampuan kita untuk berpikir logis dan berstrategi secara rasional

di kehidupan. Kita memerlukan numerasi untuk menyelesaikan masalah dan

memaknai waktu, angka, pola dan bentuk dalam aktifitas memasak, membaca peta

atau nota/tagihan, membaca instruksi dan bahkan saat berolahraga/bertanding.

Pendapat tentang mengintegrasikan matematika bervariasi. Beberapa pendidik

menemukan bahwa mereka dapat mengintegrasikan matematik kehidupan nyata

dengan area subyek lainnya: “Fokus adapa pada pemecahan masalah. Koneksi dengan

kehidupan nyata sangatlah banyak”. Pendidikan lain menemukan bahwa mereka dapat

7

Page 8: Kurikulum Pembelajaran Abad 21

mengintegrasikan beberapa aspek matematik, seperti manajemen data. Kebanyakan

nyama mengintegrasikan numerasi bilamana sesuat, tetapi beberapa merasa bahwa

numerasi tidak lebih mudah, dibandingkan literasi, untuk diintegrasikan.

e. Siswa dengan kondisi khusus: Guru berpikir bahwa kurikulum terintegrasi sangat

cocok untuk pencapaian tertinggi anak-anak didik. Beberapa guru lainnya mencatat

bahwa kurikulum terintegrasi memberikan suatu pembedaan dan menawarkan anak

didik dengan kondisi khusus lebih banyak kesempatan untuk berhasil. Kurikulum

terintegrasi secara special bermanfaat untuk anak-anak dengan kondisi khusus, karena

mereka diberikan peluang untuk dapat melakukan apapun yang dilakukan oleh anak-

anak lainnya.

f. Cakupan kurikulum: Beberapa guru mengekspresikan kepeduliannya terkait

kecukupan cakupan harapan spesifik dari subyek. Kepedulian ini berkurang manakala

pada realisasinya guru berhadapan dengan banyaknya harapan spesifik secara

simultan dari unit, dan – dengan memfokuskan pad aide-ide besar dan keterampilan -

keterampilan abad ke 21 – para guru dapat merumuskan harapan-harapan

pembelajaran secara lebih mendalam.

g. Penilaian: Kunci kesuksesan merancang penilaian tugas yang menarik, menantang

dan menyenangkan adalah sejalan dengan KDB lintasi dua atau lebih subyek. Dimulai

dengan merencanakan aktifitas dengan bermacam tujuan pencapaian/makna yang

mendorong siswa, dengan beragam jalan, untuk mendemonstrasikan belajarnya

(misal; festival, bazar atau forum). Wadah bagi siswa menunjukkan capaiannya

dengan audiensi.

Kombinasikan penilaian formatif yang menantang dan menarik untuk membagun aktifitas

yang bermakna. Seni dan teknologi adalah subyek-subyek yang memungkinkan untuk

integrasi yang natural, khususnya untuk tugas penilaian yang beragam.

Berikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan apa dan bagaimana mereka ingin

belajar, dan bagaimana mereka ingin dinilai. Hal ini secara khusus efektif untuk siswa

pendidikan tingkat menengah dan tinggi, dimana mereka mampu untuk mengintepretasikan

harapan-harapan kurikulm. Mereka dapat secara efektif merencanakan aktifitas instruksional

yang sesuai denganharapan-harapan kurikkulum dan kebutuhannya.

Inti konsep crossdisciplinary dan keterampilan-keterampilan tingkat tinggi diajarkan dengan

cara menghubungan beberapa subyek dalam kesatuan tema atau isu. Siswa dari program

terintegrasi menunjukkan kinerja akademik yang sama atau lebih baik dari siswa dari

program berbasis disiplin. Manfaatnya adalah lebih besarnya rasa memiliki dari siswa,

8

Page 9: Kurikulum Pembelajaran Abad 21

meningkatkan kolaborasi dan bertumbuhnya profesionalisme guru dan lebih besarnya

peluang untuk memberikan pembelajaran yang berbeda, yang semuanya secara spesial sangat

membantu untuk siswa dengan kondisi khusus. Menciptakan kurikulum terintegrasi tidaklah

tanpa tantangan, seringkali memerlukan perubahan mendasar pada praktek dan keyakinan.

Referensi:

Fletcher, E. D. (2002). A Case Study In Design For Sustainability. International Journal of Sustainability in Higher Education, Vol. 3 No. 1 , 38-47.

Flogaitis, E. (1998, October 19-30). The Contribution of Environmental Education in Sustainability. Retrieved Maret 21, 2013, from Environnement Canada: www.ec.gc.ca/education/documents/colloquium/flogaitis.htm

Heick, T. (2012, August 31). 9 Characteristics Of 21st Century Learning. http://www.teachthought.com/learning/9-characteristics-of-21st-century-learning/.

Nurfuadah, R. N. (2013, Februari 27). Pendidikan Indonesia di Nomor Sepatu. Retrieved Maret 15, 2013, from okezone.com: http://kampus.okezone.com/read/2013/02/27/373/768365/pendidikan-indonesia-di-nomor-sepatu

Nama Pengirim : Drs. DaryantoNomor Identitas, NIP, NIY : 19550609 198403 1 003Institusi Kerja : PPPPTK BOE/VEDC MalangEmail : [email protected]

9