Download - Kurikulum Pembelajaran Abad 21
KURIKULUM PEMBELAJARAN ABAD 21
Untuk berhasil di abad ke 21, kurikulum harus memberikan peluang bagi semua siswa untuk
memperoleh keahlian dasar dan kompetensi disiplin akademisnya, seperti karakter,
keterampilan, berpikir kritis dan kepemimpinan. Beberapa komponen kunci dalam kurikulum
adalah: bahasa, mastery, pembelajaran berbasis enquiry, mengajarkan karakter dan
kepemimpinan, disiplin pelajaran, minat dan kaya pengalaman.
1. Bahasa. Kemampuan membaca siswa sekolah di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI) saat ini memiliki kecenderungan rendah. Progress in
International Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang
membaca pada anak-anak di seluruh dunia yang disponsori oleh The International
Association for the Evaluation Achievement pada Desember 2012 mempublikasikan
hasil studinya. Hasil studi menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada
urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia. Lemahnya kemampuan membaca
siswa SD/MI patut diduga karena lemahnya pembelajaran Bahasa Indonesia
(Anonym, 2013).
Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu keterampilan menyimak
(listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca
(reading skills), serta keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan
berbahasa tersebut saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Namun keempat
keterampilan berbahasa tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu komunikasi
tatap muka serta komunikasi tidak tatap muka. Komunikasi tatap muka terdiri dari
keterampilan menyimak yang bersifat langsung, apresiatif, reseptif, dan fungsional
serta keterampilan berbicara yang bersifat langsung, produktif, dan ekspresif.
Sementara itu, komunikasi tidak tatap muka meliputi keterampilan membaca yang
bersifat tidak langsung, apresiatif, reseptif, dan fungsional serta keterampilan menulis
yang bersifat tidak langsung, produktif, dan ekspresif. Dari pengelompokan yang
dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan berbicara sangat erat
kaitannya dengan kegiatan menyimak sedangkan kegiatan membaca sangat erat
kaitannya dengan kegiatan menulis (Tarigan, 1981).
Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam mempelajari berbagai bidang
ilmu. Hal ini dikarenakan bahasa berfungsi sebagai alat untuk mengkomunikasikan
berbagai bidang ilmu tersebut sehingga keterampilan berbahasa mutlak diperlukan.
1
Tuntutan kebutuhan untuk menguasai berbagai bidang ilmu ini tentunya harus
disikapi secara arif. Dalam bidang pengajaran, pengetahuan dan keterampilan
berbahasa digunakan untuk mempelajari materi pelajaran (content area material) baik
bidang ilmu sosial dan budaya seperti sejarah, ekonomi, geografi, bahasa dan sastra,
maupun bidang ilmu eksakta seperti fisika, matematika, biologi, dan kimia.
Keterampilan membaca dan menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai
oleh guru dan siswa untuk mempelajari berbagai bidang ilmu tersebut. (Lestyarini,
2011).
2. Mastery (praktik untuk menyempurnakan). Praktik yang terencana dan bertujuan
mengarah kepada mastery. Praktik tersebut merupakan proses performansi kerja, yang
berlanjut dan bertarget (memiliki sasaran), yang dilakukan oleh siswa untuk
menguasai mata pelajaran, metodologi atau keterampilan. Praktik ditargetkan
langsung pada area kelemahan siswa dan menuntut siswa untuk mendedikasikan
dirinya, menggunakan waktunya, untuk praktik secara berkualitas tinggi dan
berperilaku baik.
3. Pembelajaran Berbasis inquiry. Siswa berkesempatan melengkapi proyek
belajarnya setiap tahun, yang dimulai dengan pertanyaan enquiry yang menantang dan
subyek belajar yang kompleks, dengan keterampilan-keterampilan kunci, kerja tim
dan inisiatifnya. Pengerjaan proyek akan mencapai tugas puncak berupa presentasi,
output fisik, laporan penelitian atau diskusi panel. Proyek-proyek ini memerlukan
subyek pengetahuan yang mendalam dan seringkali mencakup 2 atau 3 subyek dalam
satu tugas.
Metode ini memberikan manfaat-manfaat kepada pebelajar yaitu:
Tugas-tugas tersebut relevan dan fungsional/operasionalnya berkaitan
dengan gambaran yang lebih besar (kompleks).
Anak-anak membuat keputusan dan bertanggung jawab atas hal
tersebut
Anak-anak sering belajar tentang kerja tim
Tugas-tugas tersebut aktif berdasar pada ‘melaksanakan dan
menciptakan’ daripada ‘duduk dan mendengarkan’
Dihasilkan produk pada akhir proyek (pembelajaran) yang dapat
dibanggakan anak-anak tersebut
2
4. Mengajarkan karakter dan kepemimpinan. Mengajarkan untuk mengembangkan
perangkat kesuksesan: integritas personal, 100% usaha, kebaikan untuk sesama,
disiplin diri, fleksibilitas dan kepercayaan diri.
5. Disiplin pelajaran. Dari pada mengajarkan sekumpulan subyek dan pengetahuan
yang tidak saling berhubungan, lebih baik fokus pada;
kunci disiplin akademis,
pengembangan kemampuan siswa untuk memahami cara pikir,
metodologi: sejarah, matematika, sains sebagai fondasi kemampuan belajar siswa.
6. Minat. Mampu mengetahui minat siswa dan membantu mereka untuk
mengembangkannya agar bisa menghubungkan/mengkaitkan dengan bidang/minat di
bidang lain. Hal ini memotivasi siswa untuk menikmati dan sukses di sekolahnya.
7. Kaya pengalaman. Anak-anak sangat sedikit berkesempatan untuk melakukan
eksplorasi di tempat/komunitas belajarnya. Anak-anak tidak memahami dinamika dan
proses kehidupan yang terjadi disekitarnya. Anak-anak tidak mampu memanfaatkan
fenomena di lingkungannya sebagai alat, media dan model belajarnya. (Anonym,
2013).
Tujuan dari pengembangan dan penyesuaian kurikulum ini adalah untuk memperoleh
kurikulum modern kelas dunia yang menginspirasi dan menantang semua pebelajar dan
mempersiapkan mereka untuk masa depan.
Kurikulum yang tepat untuk masa depan harus:
mempunyai fokus yang terus meningkat di keterampilan-keterampilan, utamanya
keterampilan belajar untuk mampu belajar (learning to learn)
menggunakan pendekatan-pendekatan untuk mengembangkan kualitas personal
mengembangkan fleksibilitas dan kearifan lokal
lebih mendukung kemandirian, kreatifitas dan produktifitas
peduli dengan when dan how berupa (Assessment for Learning, Learning to Learn,
thinking, Teaching and Learning approaches).
tanggap teknologi, keotentikan dan when, where, who dan how
menggunakan secara aktif pengetahuan untuk berkreatifitas dan menyelesaikan masalah
mengkaitkan pembelajaran ke; isu besar, dimensi internasional dan aksi komunitas
memperbarui prinsip-prinsip perancangan, dengan menetapkan tujuan-tujuan dan
maksud-maksud yang jelas
3
antisipasi wytiwyg (dibaca “witty-wig”): What You Test Is What You Get. Ketika
pengajaran dilangsungkan dengan didasarkan proses penilaian yang dangkal atau
sederhana, pengajaran itu sendiri hanya menyampaikan sedikit pengalaman belajar bagi
siswa. Ketika siswa menghabiskan sebagian besar waktu mereka menghafal fakta maka
keterampilan berpikir mereka, yang merupakan keterampilan dasar untuk mengubahnya
menjadi anggota masyarakat yang kontributif, dimatikan. Jika tes itu sendiri dangkal,
maka siswa belajar dengan dangkal pula. Aspek positif wytiwyg sangat besar, tetapi
membutuhkan komitmen dan keseriusan untuk memastikan bahwa penilaian (tes) dapat
mengukur kemampuan memecahkan masalah (problem solving) pada siswa.
Lebih banyak cara untuk mengukur pencapaian dan keluasan kesuksesan
Inovasi pembelajaran suatu disiplin ilmu berdampak positif berupa peningkatan
keterampilan untuk belajar dan hidup. Proses belajar mengajar menunjukkan peningkatan
kehadiran dan perilaku positif, berupa pelibatan diri dan antusiasme.
Waktu pelaksanaan proses belajar mengajar yang memperhatikan personalisasi siswa,
fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan. Fleksibel dikarenakan tiap siswa memiliki
kebutuhan waktu pencapaian mastery subyek belajar yang berbeda.
Jika kita mengharapkan generasi muda untuk memiliki keingin tahuan dan peduli pada
dirinya sendiri (masa depannya), maka kita perlu untuk:
memberikan mereka alasan atau sebab untuk menemukan sesuatu di luar
mengetahui minat mereka dan membangun itu
menghubungkan pembelajaran ke isu-isu yang berdampak pada generasi muda
mengajarkan keterampilan penelitian dan analisis kepada mereka
mempromosikan konsep-konsep seperti anak-anak sebagai peneliti, anak-anak sebagai
wartawan dll
Kurikulum Integratif
Pendidik juga harus memperhatikan pendidikan lingkungan, pendidikan karakter dan literasi
lainnya (media, bahaya/darurat dan teknologi). Banyaknya harapan yang harus dicakup dan
dinilai dari kurikulum, menjadikan pendidik seringkali merasa kewalahan. Bagaimana
pendidik dapat melakukan itu semua?. Salah satu cara untuk dapat mangakomodasikan semua
harapan-harapan tersebut adalah dengan melakukan integrasi kurikulum. Kurikulum
terintegrasi mengajarkan konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan inti dengan
menghubungkan area-area berbagai disiplin ilmu pada satu tema atau isu.
4
Era awal kurikulum terintegrasi adalah pendekatan pendidikannya yang holistik, konstruktif,
dan berpusat pada anak. Era berikutnya berkembang pada kurikulum yang terstandarisasi,
spesifik subyek dan kembali ke dasar. Pergeseran tersebut berkonsekuensi perlunya prioritas
pada relevansi dan akuntabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan program
ilmu-ilmu yang terintegrasi menunjukkan kinerja akademik yang sama atau lebih baik dari
pada siswa dengan program berbasis disiplin ilmu tertentu. Manfaat tambahan lainnya adalah
siswa;
lebih terlibat (berpartisipasi aktif) di sekolah,
menurun tingkat ketidak hadirannya di sekolah dan
berkurang masalah-masalah perilaku negatif.
Bagaimana pendidik melakukan perencanaan?
Biasanya perencanaan kurikulum terintegrasi merupakan suatu proses kolaboratif. Pendidik
menggunakan desain mendekatan terbalik. Pendidik mengawali dengan mengeksplorasi
harapan-harapan yang penting untuk; diketahui (know), dikerjakan (do) dan menjadi (be), dan
fokus pada cara untuk menilai outcome siswa. Desain aktifitas-aktifitas instruksional menjadi
langkah terakhir. Fogarty, Drake and Erickson memberikan saran pendekatan yang berbeda-
beda. Fogarty mengusulkan 10 pendekatan untuk integrasi mulai dari pemantapan koneksi
pada satu disiplin ilmu, ke pemantapan hubungan koneksi lintas disiplin-disiplin ilmu. Drake
dan Erickson mengusulkan pendekatan-pendekatan berbasis konsep menciptakan unit-unit
kegiatan belajar.
Praktekkan integrative thinking (berpikir integratif). Tinjau gambaran besar dan detil dari
disiplin-disiplin ilmu dalam saat yang sama. Eksplorasi harapan-harapan lintas disiplin ilmu
untuk mengidentifikasi KDB dan mengetahui bagaimana harapan-harapan tersebut saling
melengkapi. Secara vertikal tentukan harapan-harapan dari disiplin ilmu, dua tingkat di
bawahnya dan satu tingkat diatasnya. Secara simultan identifikasi harapan-harapan spesifik
tiap disiplin ilmu pada tiap kegiatan belajar. Secara horizontal tentukan harapan-harapan
lintas disiplin ilmu yang menjadi sasaran pembelajaran. Tentukan pengalaman belajar apa
yang paling penting dari pembelajaran yang akan dilakukan.
Mirip dengan apa yang paling penting untuk;
diketahui siswa (konsep inti seperti sistem dan struktur, keberlanjutan dan
kemandirian),
5
dikerjakan siswa (keterampilan-keterampilan abad 21 seperti penelitian dan
berpikir kritis) dan
siswa menjadi (isu-isu etika dalam konteks diri dan komunitas).
Kelompokkan harapan-harapan tersebut dalam kelompok-kelompok yang bermakna yang
menggambarkan konten konseptual (Know), keterampilan-keterampilan (Do) dan
perilaku/keyakinan (Be) atau KDB.
1. Pilih isu atau tema yang tepat untuk dipelajari.
2. Brainstorm aktifitas-aktifitas yang dimungkinkan berdasar pada harapan-harapan
tersebut. Ciptakan peta konsep dalam bentuk diagram. Buat hubungan-hubungan yang
natural, tidak dipaksakan. Pengalaman dalam mempraktekkan integrasi akan menjadikan
hubungan yang natural lebih terlihat.
3. Finalisasikan KDB sebagai payung unit.
4. Buatlah tugas-tugas sebagai sarana melakukan penilaian terhadap aktifitas-aktifitas
belajar. Kaitkan tugas dengan KDB dan harapan kurikulum. Tugas untuk penilaian yang
relevan tetapi menantang adalah yang;
melibatkan lebih dari satu disiplin ilmu dan
memberikan kesempatan pada siswa untuk mendemonstrasikan capaian mereka
terhadap harapan-harapannya dan capaian pada KDB.
5. Ciptakan dua atau tiga pertanyaan-pertanyaan besar. Organisasikan instruksi hariannya.
6. Ciptakan aktifitas-aktifitas instruksional harian yang mengarah pada pertanyaan-
pertanyaan besar untuk memastikan bahwa siswa memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk mampu mendemonstrasikan KDB.
Padukan penilaian formatif (misal: observasi, checklist atau rubrik) dalam tiap aktifitas.
Pastikan kurikulum sesuai dengan memastikan bahwa semua aktifitas bermuara pada
pelaksanaan tugas untuk pencapaian KDB. Semua aktifitas instruksional dan
penilaiannya memiliki tujuan: “Demonstrasi pembelajaran yang dibutuhkan untuk setiap
unit”.
Dampak Integrasi Kurikulum
Dampak penerapan integrasi kurikulum di satuan pendidikan adalah:
a. Rasa kepemilikan siswa: Rasa kepemilikan siswa akan proses belajarnya adalah
aspek paling positif dari integrasi. Rasa kepemilikan yang besar mengurangi
permasalahan perilaku negatif, siswa senang dan terangsang untuk bekerja lebih dari
harapan yang direncanakan pendidik. Koneksi kajian dengan dunia nyata memotivasi
6
siswa dan meningkatkan ketertarikan mereka, sehingga instruksi belajar (kegiatan)
yang diberikan akan dilaksanakan siswa dengan antusias. Integrasi kurikulum
mendukung penerapan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
atau HOT).
b. Kolaborasi: Pendidik antusias melaksanakan perencanaan secara kolaboratif karena
akan memicu munculnya ide-ide dan memotivasi merancang praktik-praktik belajar
yang baru. Kolaborasi membuka peluang bertumbuhnya profesionalisme pendidik.
Namun harus diketahui bahwa kelompok kolaborasi yang sangat besar beresiko
menjadi inkoheren dan disfungsional. Partner mengajar harus siap dan bersedia
menjadi relawan karena integrasi membutuhkan mindset sebagaimana membutuhkan
rangkaian keterampilan yang kontributif. Siswa dapat berkolaborasi dengan guru
untuk merencanakan unit belajar atau membuat rubric penilaian. Pemahaman terhadap
kriteria penilaian, memampukan siswa untuk menilai capaian belajar dirinya sendiri
dan pasangan belajarnya.
c. Literasi: Literasi adalah kemampuan untuk membaca, mereviu, menulis, mendesain,
menyampaikan dan mendengar dalam suatu cara yang memungkinkan kita untuk
berkomunikasi secara efektif dan bermakna untuk kalangan luas. Mengapa literasi
penting? Literasi vital untuk memastikan anak-anak mempunyai kesempatan terbaik
untuk sukses di sekolah dan di kehidupan kesehariannya. Literasi menjadikan kita
diakui di tulisan, visual dan teks lisan seperti dalam buku, surat kabar, majalah, DVD,
program televisi dan radio, petunjuk-petunjuk, peta, percakapan dan instruksi.
Mengkaitkan kurikulum dengan dunia nyata menyuburkan penggunaan bahan-bahan
nyata, menguatkan penggunaan teknologi komunikasi dan meningkatkan relevansi
aktifitas membaca dan menulis. Hal-hal inilah yang menarik untuk anak didik.
d. Numerasi: Kemampuan dalam hal numerasi adalah yakin dan efektif menggunakan
matematik untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Mengapa numerasi penting? Numerasi
mengembangkan kemampuan kita untuk berpikir logis dan berstrategi secara rasional
di kehidupan. Kita memerlukan numerasi untuk menyelesaikan masalah dan
memaknai waktu, angka, pola dan bentuk dalam aktifitas memasak, membaca peta
atau nota/tagihan, membaca instruksi dan bahkan saat berolahraga/bertanding.
Pendapat tentang mengintegrasikan matematika bervariasi. Beberapa pendidik
menemukan bahwa mereka dapat mengintegrasikan matematik kehidupan nyata
dengan area subyek lainnya: “Fokus adapa pada pemecahan masalah. Koneksi dengan
kehidupan nyata sangatlah banyak”. Pendidikan lain menemukan bahwa mereka dapat
7
mengintegrasikan beberapa aspek matematik, seperti manajemen data. Kebanyakan
nyama mengintegrasikan numerasi bilamana sesuat, tetapi beberapa merasa bahwa
numerasi tidak lebih mudah, dibandingkan literasi, untuk diintegrasikan.
e. Siswa dengan kondisi khusus: Guru berpikir bahwa kurikulum terintegrasi sangat
cocok untuk pencapaian tertinggi anak-anak didik. Beberapa guru lainnya mencatat
bahwa kurikulum terintegrasi memberikan suatu pembedaan dan menawarkan anak
didik dengan kondisi khusus lebih banyak kesempatan untuk berhasil. Kurikulum
terintegrasi secara special bermanfaat untuk anak-anak dengan kondisi khusus, karena
mereka diberikan peluang untuk dapat melakukan apapun yang dilakukan oleh anak-
anak lainnya.
f. Cakupan kurikulum: Beberapa guru mengekspresikan kepeduliannya terkait
kecukupan cakupan harapan spesifik dari subyek. Kepedulian ini berkurang manakala
pada realisasinya guru berhadapan dengan banyaknya harapan spesifik secara
simultan dari unit, dan – dengan memfokuskan pad aide-ide besar dan keterampilan -
keterampilan abad ke 21 – para guru dapat merumuskan harapan-harapan
pembelajaran secara lebih mendalam.
g. Penilaian: Kunci kesuksesan merancang penilaian tugas yang menarik, menantang
dan menyenangkan adalah sejalan dengan KDB lintasi dua atau lebih subyek. Dimulai
dengan merencanakan aktifitas dengan bermacam tujuan pencapaian/makna yang
mendorong siswa, dengan beragam jalan, untuk mendemonstrasikan belajarnya
(misal; festival, bazar atau forum). Wadah bagi siswa menunjukkan capaiannya
dengan audiensi.
Kombinasikan penilaian formatif yang menantang dan menarik untuk membagun aktifitas
yang bermakna. Seni dan teknologi adalah subyek-subyek yang memungkinkan untuk
integrasi yang natural, khususnya untuk tugas penilaian yang beragam.
Berikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan apa dan bagaimana mereka ingin
belajar, dan bagaimana mereka ingin dinilai. Hal ini secara khusus efektif untuk siswa
pendidikan tingkat menengah dan tinggi, dimana mereka mampu untuk mengintepretasikan
harapan-harapan kurikulm. Mereka dapat secara efektif merencanakan aktifitas instruksional
yang sesuai denganharapan-harapan kurikkulum dan kebutuhannya.
Inti konsep crossdisciplinary dan keterampilan-keterampilan tingkat tinggi diajarkan dengan
cara menghubungan beberapa subyek dalam kesatuan tema atau isu. Siswa dari program
terintegrasi menunjukkan kinerja akademik yang sama atau lebih baik dari siswa dari
program berbasis disiplin. Manfaatnya adalah lebih besarnya rasa memiliki dari siswa,
8
meningkatkan kolaborasi dan bertumbuhnya profesionalisme guru dan lebih besarnya
peluang untuk memberikan pembelajaran yang berbeda, yang semuanya secara spesial sangat
membantu untuk siswa dengan kondisi khusus. Menciptakan kurikulum terintegrasi tidaklah
tanpa tantangan, seringkali memerlukan perubahan mendasar pada praktek dan keyakinan.
Referensi:
Fletcher, E. D. (2002). A Case Study In Design For Sustainability. International Journal of Sustainability in Higher Education, Vol. 3 No. 1 , 38-47.
Flogaitis, E. (1998, October 19-30). The Contribution of Environmental Education in Sustainability. Retrieved Maret 21, 2013, from Environnement Canada: www.ec.gc.ca/education/documents/colloquium/flogaitis.htm
Heick, T. (2012, August 31). 9 Characteristics Of 21st Century Learning. http://www.teachthought.com/learning/9-characteristics-of-21st-century-learning/.
Nurfuadah, R. N. (2013, Februari 27). Pendidikan Indonesia di Nomor Sepatu. Retrieved Maret 15, 2013, from okezone.com: http://kampus.okezone.com/read/2013/02/27/373/768365/pendidikan-indonesia-di-nomor-sepatu
Nama Pengirim : Drs. DaryantoNomor Identitas, NIP, NIY : 19550609 198403 1 003Institusi Kerja : PPPPTK BOE/VEDC MalangEmail : [email protected]
9