kurikulum m ts · web viewpertama i tiga golongan manusia dalam menghadapi alquran: mukmin, kafir...

23
MENUNUT ILMU 1 A. Pendahuluan Pendidikan Nasional berada di bawah dua atap, Sekolah dan Perguruan Tinggi umum yaitu di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional dan Madrasah dan Perguruan Tinggi Agama di bawah Departemen Agama. Madrasah Tsanawiyah baik yang negeri maupun yang swasta membelajarkan mata pelajaran umum dan mata pelajaran agama Islam. Kondisi tersebut berlangsung sejak awal keunculan madrasah hingga sekarang. Aksistensi Madrasah dipertahankan oleh Departemen Agama meskipun di zaman pemeritahan Abdurrahman Wahid pernah ada wacana bahwa Pendidikan Nasional dikelola di bawah satu atap, yaitu Departemen Pendidikan Nasional, tetapi wacara tersebut berhenti dan belum terdengar lagi. Ada kekhawatiran pada sebagian umat Islam manakala pendididikan Islam dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional, yaitu hilangnya ciri khas keislaman dari dunia pendidikan. Itulah masalah pertama yang dihadapi umat Islam selama ini. Di sisi lain, adanya anggapan yang secara defakto diakui oleh kebanyakan orang bahwa lulusan Madrasah dipandang dengan sebelah mata oleh lembaga-lembaga di luar naungan Departemen Agama, terutama ketika mereka mencari pekerjaan. Tampaknya, anggapan tersebut bukan tanpa alasan 1 Kelas IX smt pertama SK No 3 atau Kelas VIII smt pertama pada MTs Muhammadiyah 140

Upload: buinhi

Post on 01-Jul-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

MENUNUT ILMU1

A. Pendahuluan

Pendidikan Nasional berada di bawah dua atap, Sekolah dan Perguruan Tinggi

umum yaitu di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional dan Madrasah dan

Perguruan Tinggi Agama di bawah Departemen Agama. Madrasah Tsanawiyah baik

yang negeri maupun yang swasta membelajarkan mata pelajaran umum dan mata

pelajaran agama Islam. Kondisi tersebut berlangsung sejak awal keunculan madrasah

hingga sekarang.

Aksistensi Madrasah dipertahankan oleh Departemen Agama meskipun di

zaman pemeritahan Abdurrahman Wahid pernah ada wacana bahwa Pendidikan

Nasional dikelola di bawah satu atap, yaitu Departemen Pendidikan Nasional, tetapi

wacara tersebut berhenti dan belum terdengar lagi. Ada kekhawatiran pada sebagian

umat Islam manakala pendididikan Islam dikelola oleh Departemen Pendidikan

Nasional, yaitu hilangnya ciri khas keislaman dari dunia pendidikan. Itulah masalah

pertama yang dihadapi umat Islam selama ini.

Di sisi lain, adanya anggapan yang secara defakto diakui oleh kebanyakan

orang bahwa lulusan Madrasah dipandang dengan sebelah mata oleh lembaga-lembaga

di luar naungan Departemen Agama, terutama ketika mereka mencari pekerjaan.

Tampaknya, anggapan tersebut bukan tanpa alasan karena pada umumnya mutu lulusan

Madrasah lebih rendah dalam hal penguasaan ilmu umum dan teknologi daripada mutu

lulusan sekolah umum. Di samping itu, realitas mutu lulusan Madrasah ditentukan oleh

beberapa faktor, dua diantaranya yang amat menonjol adalah pandangan dikotomik

umat Islam tentang ilmu dan biaya pendidikan yang kurang memadai jika

dibandingkan dengan sekolah di bawah nauangan Departemen Pendidikan Nasional.

Terkait dengan pendalaman materi Quran Hadis di Madrasah Tsanawiyah, perlu

adanya pemahaman tentang ilmu yang non-dikotomik dengan sumber-sumber yang

sama dengan metodologi yang berbeda dengan harapan para guru yang mendidik

secara langsung para peserta didik di Madrasah. Perkembangan peserta didik amat

dipengaruhi oleh para gurunya. Jika para guru/pendidik memenuhi standar minimal

1 Kelas IX smt pertama SK No 3 atau Kelas VIII smt pertama pada MTs Muhammadiyah

140

Page 2: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

sebagaimana ditentukan oleh peraturan atau undang-undang, maka peningkatan mutu

para pendidik akan membawa perubahan positif pada para peserta didiknya.

Berikut ini, marilah perhatikan bersama bagaimana dalil dari al-Quran dan

hadis dan bagaimana pemahaman orang erhadap dalil-dalil tersebut. Dalil dari wahyu

baik al-Quran maupun hadis yang berperan menjelaskannya seringkali tidak

dikemukakan secara lengkap sehingga kesimpulannya diambil kurang bagitu valid.

Mengapa ada perbedaan yang secara efektif bisa menyebabkan perkembangan umat

Islam mengalami kelambatan, dan bahkan mengikuti perkembangan ilmu dari luar saja

sudah tidak mungkin.

B. Landasan Teologis Ilmu

Setidaknya ada satu ayat dan satu hadis yang dijadikan bahan ajar untuk siswa

Madrasah dan mungkin ditambah dengan beberapa ayat dan hadis lain yang dipandang

sebagai penguat dan penjelas terhadap ayat atau hadis pertama.

فافسحوا المجالس في تفسحوا لكم قيل إذا آمنوا الذين أيها يا

آمنوا الذين الله يرفع فانشزوا انشزوا قيل وإذا لكم الله يفسح

أوتوا والذين خبير العلممنكم تعملون بما والله : .درجات المجادلة)11)

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-

lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah,

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(al-Mudailah: 11)

Ayat tersebut menyatakan bahwa ilmu diungkapkan dengan isim makrifat, al-‘ilm,

dengan menggunakan “al-“ ta’ri>f (definite article) untuk menunjukkan bahwa yang

dimaksudkan dengan al-‘ilm,menurut sebagian orang, adalah ilmu agama, bukan ilmu

umum. Seringkali pemahaman tersebut diperkuat dengan hadis yang menyatakan

bahwa menutut ilmu adalah fardu bagi setiap orang Islam (Hadis riwayat Ibn Majah).2

Dalam redaksi hadis tersebut digunakan isim makrifat, al-‘ilm, untuk menunjukkan

tidak sembarang ilmu, melainkan imu yang sudah diketahui sebagaimana yang

diajarakan oleh rasulullah s.a.w. kepada para sahabatnya r.a., yakni ilmu agama

2 Redaksi matannya adalah “T}alab al’ilm fari>d}ah ‘ala> kull muslim”

141

Page 3: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

sebagaimana sebagian ulama menyisipkan kata al-di>ni> di belakang kata al’ilm.

Imam al-Ghazali di dalam kitab Ihya ‘Ulum al-Din menyebutkan ungkapan

al-‘ulu>m al-syar’iyah dan al-‘ulu>m gayr al- syar’iyah, ‘ulama>’ al-a>khirah dan al-‘ulama>’ al-Su>’>.3 Pemahaman semacam itu masih diperkuat dengan hadis lain: Man ara>da al-dunya> fa’alaih bi al-‘ilm wa man ara>da al-a>khirah fa’alaih bi al-‘ilm wa man ara>dahuma> fa’alaih bi-al-‘ilm (artinya: Siapa yang menginginkan dunia, maka wajib baginya dengan ilmu dan siapa yang menginginkan akhirat,maka wajib baginya dengan ilmu dan siapa yang menginginkan keduanya, maka wajib baginya dengan ilmu). (Hadis riwayat al-Syafi’i).

Fakta historis tersebut telah membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan pemahaman umat Islam berikutnya sehingga, misalnya, muncul ungkapan bahwa di Madrasah rasio perbandingan kurikulum ilmu agama dan ilmu umum adalah antara 70:30; 60:40; 50:50. Bahkan pernah terdengar ungkapan “Na’udzubillah min Dzalik” ketika ada lulusan Madrasah yang diterima di perguruan tinggi umum seperti UGM. Itu semua adalah realitas. Yang dipandangan benar karena sudah sesuai dengan keyakinannya yang dibentuk berdasarkan ilmu yang diwarisinya dari para gurunya baik dari Madasah maupun dari Pondok Pesantren.

Tampaknya tidak demikian haknya karena di dalam ayat lain disebutkan : “Rabbi> zidni> ‘ilma>” Ya Tuhanku! Tambahilah aku ilmu! Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda:

يلتمسفيه يلتمسفيه إلى علمامنسلكطريقا طريقا له الله سّهل

) مسلم ) رواه الجنّةArtinya: Siapa nyang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah

akan memudahkan baginya jalan ke sorga )HR. Muslim(

Baik ayat maupun hadis riwayat Muslim di atas menunjukkan semua ilmu (yang

bermanfaat) yang meliputi ilmu-ilmu yang dikatakan sebagai ilmu agama dan ilmu-

ilmu yang dianggap sebagai ilmu umum. Di dalam al-Quran terdapat banyak ayat yang

menunjukan bahwa ilmu-ilmu yang dikatakan sebagai ilmu umum seperti ilmu

3 Lihat; Al-Gazali, Ihya> ‘Ulum al-Di>n, Juz 1, Bayan al-Ilm al-lazi huwa fard kifayah, hlm. 17.

142

Page 4: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

kedokteran, ilmu biologi,ilmu fisika, ilmu astronomi, dsb. Ternyata disebutkan secara

eksplisit dan diperintahkan secara tegas. Perhatikan firman Allah berikut: “Afala> yanz\ru ila> al-ibil kayfa khuliqat wa ila> al-sama>’ kayfa rufi’at wa ila> al-jiba>l kayfa nus}ibat wa ila> al-ard} kayfa sut}ihat” (Maka

apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit,

bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi

bagaimana ia dihamparkan?(al-Gha>syiyah:17-20) dan bahkan itu sekedar contoh-

contoh nyata bahwa ilmu-ilmu umum juga diperintahkan untuk dipelajari. Jadi

sebenarnya kedudukan ilmu agama dan ilmu umum adalah sama meskipun tidak bisa

dipungkiri bahwa sebagain ilmu ada yang besifat wajib ‘ain seperti ilmu tentang tauhid,

shalat, ilmu tentang makanan yang halal dan yang haram, dan sebagaian ilmu lain yang

besifat wajib khiyar (optional/boleh pilih), bukan sekedar wajib kifayah seperti ilmu

kedokteran, ilmu biologi, ilmu pertanian.

Jika orang menyangka atau mengatakan bahwa bahwa ilmu tentang shalat itu

wajib sedangkan ilmu pertanian wajib kifayah atau bahkan hanya sunnah, maka perlu

ditegaskan bahwa shalat tidak bisa dilakukan tanpa ilmu pertanian atau ilmu umum

lainnya karena orang shalat harus dalam keadaan menutup aurat. Artinya, eksistensi

penutup aurat seperti kain juga merupakan suatu keharusan. Kaidah ushul mengatakan

bahwa sesuatu kewajiban tidak akan sempurna kecuali dengan sesuatu yang lain, maka

sesuatu itu wajib juga (ma> la> yatimm al-wa>jib illa> bih fahuwa wa>jib), atau dalam ungkapan lain, hukum sarana sama dengan hukum tujuan

(lilwasa>il hukm al-maqa>s}id).

Ilmu diperoleh melalui kegiatan ilmiah yang meliputi observasi (dengan

pancaindera) untuk memperoleh data dan reasoning (pengolahan data dengan akalnya

untuk penalaran). Objeknya berupa segala sesuatu baik Khalik maupun makhluk.

Fa’lam annahu la ilaha illa Allah (Maka ketahuilah bahwa tiada Tuhan selain Allah), (Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".(Yunus:101).

Semua ilmu bersumber dari Allah. Ilmu Allah dapat diketahui melalui wahyu

seperti al-Qur’an dan al-Hadis dan dapat pula digali dari alam ciptaan-Nya seperti ilmu

fisika, ilmu biologi, ilmu jiwa, ilmu politik, dsb. Kalau menyangkut persoalan hukum,

143

Page 5: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

maka sebenarnya di dalam Islam telah dirumuskan dalam kaidah ushul yang berbunyi

“al-Hukm yadu>r ma’a al-‘illah wuju>da> wa ‘adama>” (hukum

beredar (ditetapkan) sesiring dengan ada-tidaknya illah) yang sebenarnya kaidah

tersebut disarikan dari ayat-ayat al-Qur’an seperti la> yukallif Alla>h nafsa> illa> wus’aha>.4......fa man ad}t}urra gayr ba>g wa la> ‘a>d fala> isma ‘alayh.5 Dengan demikian jelaslah bahwa kemungkinan hukum mempelajari suatu ilmu sangatlah tergantung pada situasi dan kondisi orang perorang dan tidak bisa disamakan karena situasi dan kondisi seseorang kadang-kadang berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, pendekatan metodologis dan proses perlu lebih diperhatikan daripada pendekatan produk karenan jika jika prosesnya melalui metode yang benar, hasilnya tentu akan benar pula. Sementara produk yang baik tidak akan lestari dan berkembang jika prosesnya tidak benar dan baik.

C. Pandangan Sekuler dan Islami tentang Ilmu

Sejarah perkembangan ilmu mengalami pasang surut sejak zaman Yunani kuno

hingga sekarang. Di dalam Islam sendiri, juga sepeti itu. Ilmu berkembang dari

pengetahuan dan pengetahuan dari filsafat dan filsafat dari mitos. Ilmu berkembang

secara dialektis. Termasuk perkembangan ilmu di Barat yang sekuler dalam arti positif

karena dialektika perkembangan ilmu di Barat berdampingan dengan keyakinan agama

Kristen yang tidak sejalan dengan penalaran akal sehat sehingga kalau umat beragama

ingin mempertahankan agama dan ilmu, maka dia harus hidup dalam dua wilayah yang

berbeda,lalu muncullah istilah sekuler, yaitu pemisahan antara ilmu dan agama

(Kristen) karena memang keduanya tidak bisa dipadukan kecuali bagian-bagian yang

bukan prinsip. Keharusan sekuler adalah batu uji bagi kemurnian agama.

Di dalam Islam, pengembangan ilmu merupakan bagain tak terpisahkan dari

ajaran agama dan oleh karena itu keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama sekali.

Penggunaan akal menjadi syarat mutak untuk meaih iman dan sikap tidak mau

menggunakan akalnya untuk berpikir amat tercela. (Baca QS Yunus: 100; al-Anfal: 22

dan 40):

4 Al-Baqarah: 286.5 Al-An’am:145

144

Page 6: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

ال الذين الرجسعلى ويجعل الله بإذن إال تؤمن أن لنفس كان وما

:يعقلون (100يونس)

Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah

menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.

(Yunus:100). Penyebab telinganya pekak/tuli dan mulutnya tidakbisa bicara adalah

karena orang tersebut tidak mau atau enggan menggunakan akal yang Allah berikan.

Perhatikan firman Allah berikut:

يعقلون ال الذين البكم الصم الله عند الدواب شر :إن (22األنفال )

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah

orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak menggunakan akalnya (al-Anfal:22).

Tidak hanya itu, bahkan akibat lain dari keengganan menggunakan akalnya untuk

berpikir adalah munculnya kekafiran atau tidak beriman seperti dijelaskan dalam ayat

berikut:

يؤمنون ال فهم كفروا الذين الله عند الدواب شر :إن (55األنفال )

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang

yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.(al-Anfal:55)

Akal berpikir tentang sesuatu yang merupakan hasil darai penginderaannya

terhadap alam shahadah. Penginderaan dan berpikir akan membimbing kepada iman

kepada yang Gaib, Allah sebagai satu-satunya Khalik dan Pengatur bagi alam semesta

(Baca kisah Ibrahim mencari Tuhan). Oleh karena itu, peraturan Alah yang ada di alam

semesta sering disebut oleh ilmuwan ateis sebagai hukum alam dan oleh ilmuwan

religius disebut sunnatullah, aturan atau undang-undang Alah. Dengan demikian

jelaskan bahwa menurut Islam, ilmu dengan sendirinya islami dan oleh karena itu tidak

prlu dikelompok-kelompokan ke dalam ilmu-ilmu sekuler dan ilmu-ilmu islam(i)

karena penolakan terhadap ilmu yang dianggap sekuler sama halnya dengan menolak

aturan atau undang-undang Allah.

D. Nilai Internal Ilmu

Setiap ilmu memiliki keterbatasan karena ilmu ditetapkan sebagai ilmu selalu

berdasarkan variabel-variabel tertentu atau data-data tertentu. Pernyataan tersebut

dapat dipahami ketika orang mengetahui bahwa setiap ilmu mempunyai wilayah kajian

atau objek kajiannya sendiri yang tidak menjadi objek kajian ilmu lainnya.

Keterbatasan ilmu tentang sesuatu apapun –Khalik ataupun makhluk- pasti

145

Page 7: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

mengandung pengertian bahwa kebenaran ilmu selalu bersifat nisbi atau relatif dan

sementara, artinya tidak pernah final atau bukan satu-satunya kebenaran.

Kesadaran bahwa ilmu selalu nisbi menuntut orang untuk selalu

mengembangkan ilmu tersebut atau mencari ilmu lain sehingga perintah menuntut ilmu

sepanjang hayat akan terwujud. Apalagi ketika kita membaca ayat al-Quran yang

menunjukkan bahwa ilmu Allah tidak akan habis meskipun ditulis dengan tinta

sebanyak air di laut. Keyakinan bahwa kebenaran itu tunggal meniscayakan sikap

menutup kemungkinan adanya kebenaran dan ilmu lain yang mungkin lebih tinggi.

Allah berfirman: wa fauqa kull zi ‘ilm ‘alim (dan di atas tiap-tiap orang yang berilmu

ada yang lebih berilmu). Di dalam al-Quran diabadikan kisah Musa disuruh berguru

kepada Khidir.

Ilmu membuahkan keyakinan atau keimanan. Keimanan membuahkan amal.

Jika ilmu berubah karena bertambah, maka keimanan juga berubah dan bertambah.

Perubahan dalam keimanan meniscayakan perubahan amal. Perpaduan ilmu, iman dan

amal itulah takwa. Siapa yang paling banyak ilmu, iman dan amalnya itulah yang

paling bertaqwa kepada Allah.

E. Adakah Ilmu Umum?

Dari berbagai penjelasan di atas dapatlah diketahui bahwa orang boleh

menyebut istilah ilmu agama dan ilmu umum jika istilah istilah itu diperlukan tetapi

sebenarnya ilmu-ilmu mempunyai kedudukan yang hampir sama, yakni terpuji. Jika

konotasi dari ilmu agama wajar berbeda dengan ilmu umum, maka tidaklah mengapa

digunakan istilah ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum sekedar untuk

pengelompokan. Jika digunakan istilah ilmu tauhid, ilmu faraid, ilmu tafsir,ilmu hadis,

ilmu fikih, ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu farmasi, dsb. Jauh lebih baik. Perbedaan hanya

dalam sebutan, bukan kedudukan ilmu-ilmu tersebut dalam kaitannya dengan pahala.

Kalau mempelajari al-Quran itu berpahala, maka mempelajari matamatika atau fisika

juga berpahala.

F. Harapan ke Depan

Para guru sebagai pelaku pendidikan yang amat berpengaruh diharapkan

mempuanyai pandangan bahwa ilmu agama dan ilmu umum sama-sama islami dan

sama-sama diperlukan. Menyekolahkan anak di sekolah-sekolah umum sama dengan

menyekolahkannya ke Madrasah-Madrasah. Jika anak cenederung ke sekolah, biarlah

dan dukunglah dia untuk belajar di sekolah. Jika anak cenderung ke madrasah, diarlah

dan dukunglah dia untuk belajar di madrasah. Madrasah dan sekolah adalah persoalah

146

Page 8: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

pilihan. Apa yang disukai orang tidak disukai orang lain. Sekolah dan madrasah bukan

soal baik-buruk, melainkan cocok dan tidak cocok bagi seseorang.

Jika dikaitkan dengan takwa, orang yang paling baik adalah orang yang paling

bertakwa. Dunia adalah sarana untuk meraih ketakwaan yang paling tinggi. Pandangan

mana yang lebih tepat, belajar di sekolah atau belajar di Madrasah, adalah soal prioritas

kebuthan yang disesuai dengan kondisi lingkungan setempat sehingga pengembangan

KTSP sangat cocok dengan tuntutan pendidikan di saat sekarang ini. Jika untuk

mencapai ketakwaan yang lebih tinggi diperlukan pembelajaran di sekolah,maka

belajar di sekolah bisa lebih pantas untuk diprioritaskan.

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

KELAS VII SEMESTER I

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Menerapkan kaidah ilmu tajwid

dalam bacaan

1.1 Menjelaskan makhrijul huruf, alif

lam syamsiyah dan qomariyah, nun

sukun dan tanwin.

1.2 Membedakan makharijul huruf, alif

lam syamsiyah dan qomariyah, nun

sukun dan tanwin.

1.3 Mendemonstrasikan alif lam

syamsiyah dan qomariyah, nun

sukun dan tanwin dalam bacaan

Al-Qur’an

KELAS VII SEMESTER 2

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Memahami ayat Al-Qur’an dan

Hadits tentang akhlak terhadap Ibu

Bapak dan sesama manusia serta

perintah bertaqwa.

1.1 Menjelaskan cara berakhlak kepada

Ibu Bapak dan sesama manusia.

1.2 Menunjukkan perilaku berakhlak

kepada Ibu Bapak dan sesama

manusia.

147

Page 9: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

2. Memahami ayat Al-Qur’an dan al-

Hadits tentang perintah bertaqwa

dan berakhlak sesama manusia.

3. Menerapkan ilmu tajwid dalam

bacaan Al-Qur’an.

2.1 Menjelaskan perintah bertaqwa dan

berakhlak sesama manusia.

2.2 Menunjukkan perilaku bertaqwa

dan berakhlak kepada sesama

manusia.

3.1 Menjelaskan pengertian qalqalah

dan waqaf.

3.2 Membedakan qalqalah dan waqaf.

3.3 Mendemonstrasikan qalqalah dan

waqaf dalam bacaan Al-Qur’an

KELAS VIII SEMESTER 1

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Memahami sejarah turunnya Al-

Qur’an

2. Memahami arti Hadits dan macam-

macamnya.

3. Memahami ayat Al-Qur’an tentang

persatuan dan persaudaraan.

1.1 Menjelaskan Pengertian Al-

Qur’an..

1.2 Menjelaskan masa/priode di

turunkannya Al-Qur’an.

1.3 Menjelaskan cara turunkannya Al-

Qur’an

1.4 Menjelaskan nama-nama Al-

Qur’an

2.1 Menjelaskan pengertian Hadits

2.2 Menjelaskan macam-macam Hadits

2.3 Membedakan Hadits dan macam-

macamnya.

3.1 Menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an

dan Hadits tentang persatuan dan

persaudaraan.

148

Page 10: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

4. Memahami Hadits tentang

meyakini kebenaran Islam dan

istiqomah

5. Menerapkan ilmu tajwid dalam

bacaan Al-Qur”an.

3.2 Menunjukkan sikap persatuan dan

persaudaraan

4.1 Menjelaskan Hadits tentang

kebenaran Islam dan Istiqomah.

4.2 Menunjukkan sikap meyakini

kebenaran Islam dan Istiqomah.

5.1 Menjelaskan hukum bacaan mim

sukun, ra dan lam.

5.2 Membedakan hukum bacaan mim

sukun, ra dan lam.

5.3 Mendemonstrasikan hukum bacaan

mim sukun, ra dan lam.

KELAS VIII, SEMESTER II

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Memahami ayat Al-Qur’an tentang

syetan sebagai musuh manusia

2. Memahami ayat Al-Qur’an tentang

berlaku dermawan.

3. Menerapkan ilmu tajwid dalam bacaan

Al-Qur’an

1.1 Menjelaskan ayat Al-Qur’an

tentang syetan sebagai musuh

manusia

1.2 Menunjukan sikap menghindari

prilaku syetan

2.1 Menjelaskana ayat Al-Qur’an

tentang berlaku dermawan.

2.2 Menunjukan sikap berlaku

dermawan

3.1 Menjelaskan hukum mad

3.2 Membedakan contoh-contoh

bacaan mad

3.3 Mempraktekan bacaan mad

149

Page 11: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

4. Mengamalkan hadits tentang cinta

kepada Allah dan Rasul.

dalam Al-Qur’an

4.1 Menjelaskan tentang cinta

kepada Allah dan Rasul

4.2 Menunjukan sikap cinta kepada

Allah dan Rasul

KELAS IX SEMESTER I

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Memahami ayat Al-Qur’an tentang

semangat keilmuan.

2. Mengamalkan ayat dan hadits tentang

makanan yang halal dan baik.

3. Memahami hadits tentang perintah

menuntut ilmu dan keutamaan orang

yang berilmu

1.1 Menjelaskan ayat Al-Qur’an

tentang semangat keilmuan

1.2 Menunjukan sikap semangat

keilmuan

2.1 Menjelaskan ayat dan hadits

tentang makanan yang halal dan

baik.

2.2 Membiasakan makan makanan

yang halal dan baik

3.1 Menjelaskan hadits tentang

perintah menuntut ilmu.

3.2 Menguasai hadits tentang

perintah menuntut ilmu secara

lisan dan tertulis.

3.3 Menunjukan prilaku gemar

belajar.

KELAS IX SEMESTER II

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Memahami ayat Al-Qur’an tentang 1.1 Menjelaskan ayat Al-Qur’an

150

Page 12: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

sabar dan tabah dalam menghadapi

cobaan.

2. Memahami ayat Al-Qur’an tentang

sikap konsekuen dan jujur.

3. Mengamalkan hadits tentang taat

kepada Allah, Rasul dan Pemerintah

tentang sabar dan tabah dalam

menghadapi cobaan.

1.2 Menunjukan sikap sabar dan

tabah menghadapi cobaan

2.1 Menjelaskan ayat Al-Qur’an

tentang sikap konsekuen dan

jujur.

2.2 Menunjukan sikap konsekuen

dan jujur.

3.1 Menjelaskan hadits tentang taat

kepada Allah, Rasul dan

Pemerintah.

3.2 Menunjukan sikap taat kepada

Allah, Rasul dan Pemerintah

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS

MADRASAH TSANAWIYAH

1. Menerapkan kaidah ilmu tajwid dalam bacaan Al-Qur’an.

2. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang akhlak terhadap Ibu Bapak, sesama manusia,

dan perintah bertaqwa, persatuan dan persaudaraan, syetan sebagai musuh manusia,

berlaku dermawan, semangat keilmuan, makanan yang halal dan baik, sabar dan tabah

dalam menghadapi cobaan, sikap konsekuen dan jujur.

3. Memahami Hadits-hadits tentang akhlak terhadap Ibu Bapak, sesama manusia, dan

perintah bertaqwa, meyakini kebenaran Islam dan Istiqomah, cinta kepada Allah dan

Rasul, makanan yang halal dan baik, perintah menuntut ilmu, taat kepada Allah,

Rasul dan Pemerintah.

4. Memahami sejarah turunnya Al-Qur’an.

5. Memahami arti Hadits dan macam-macamnya

151

Page 13: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

KURIKULUM M Ts )MUHAMMADIYAH(

MATA PELAJARAN AL-QURAN HADIS

KELAS SEMESTER BAB TOPIK

VII

PERTAMA

I Tiga golongan manusia dalam menghadapi

Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-

Baqarah : 1-20)

II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan

terhadap sesama manusia (al-Nisa’: 36)

III Bersuci/Thaharah (al-Maidah:6/al-Nisa:48)

IV Fungsi Masjid dan Kebersihan (al-

Tawbah:108 dan 18)

V Perintah Shalat (al-‘Ankabut: 45)

VI Waktu Shalat Wajib dan Anjuran Shalat

Tahajjud (al-Isra’: 78-79)

VII Meringkas Shalat dan Beribadah secara

ikhlas (al-Nisa’: 101; al-Bayyinah: 5)

VIII Tamak dan Kikir (QS al-‘Adiyaht:1-11)

IX Hadis tentang Iman, Iman dan Ihsan (Hadis

Jibril riwayat Muslim dari ‘Umar)

KEDUA

X Sifat-sifat Bani Israil dan Tingkah laku

mereka dalam kehidupan sehari-hari (al-

Baqarah: 40-74)

XI Perintah Mendirikan Shalat

berjama’ah,Membayar Zakat, serta berbakti

kepada Allah dan kedua orang tua (al-

Baqarah: 43 dan al-Isra:23-24)

XII Iman,Ibadah dan Akhlak (al-Baqarah: 177)

XIII Hadis tentang Shalat berjama’ah dan nshalat

tepat waktu (hadis riwayat al-Bukhari,

152

Page 14: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

Bukhari-Muslim)

XIV Hadis tentang berbakti kepada orang tuan

dan berbuat baik kepada tetangga (2 Hadis

riwayatBukhari-Muslim)

KELAS SEMESTER BAB TOPIK

VIII

PERTAMA

I Alquran sebagai petunjuk (al-Baqarah: 185)

II Perintah Puasa Ramadan (al-Baqarah: 183-

184)

III Lailatul Qadar (surah al-Qadar: 1-5)

IV Keutamaan Orang yang Berilmu (Fathir: 27

dan al-Mujadalah: 11)

V Perintah Zakat (Al-Tawbah : 103-105)

VI Hadis tentang Puasa Ramadan (Hadis

Muttafaq ‘alaih)

VII Hadis tentang Thalab al-Ilm ( hadis riwayat

Muslim, Baihaqi dan al-Syafi’i),

I Anjuran Berinfak (al-Baqarah: 261-262)

II Persatuan dan Kesatuan (Ali ‘Imran: 103)

153

Page 15: KURIKULUM M Ts · Web viewPERTAMA I Tiga golongan manusia dalam menghadapi Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-Baqarah : 1-20) II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan terhadap sesama

KEDUA

III Haji dan Umrah (al-Baqarah: 196-197)

IV Hadis tentang Haji dan Umrah (hadis

riwayat Muttafaq ‘alaih)

V Hadis tentang Hak Sesama Muslim dan

Kesatuan Umat (hadis riwayat: Bukhari,

Bukhari-Muslim)

KELAS SEMESTER BAB TOPIK

IX

PERTAMA

I Berkata Benar (al-Ahzab: 70-71)

II Jual Beli (al-Baqarah: 272 dan 275)

III Amar Makruf Nahi Munkar (Ali ‘Imran:

104)

IVAkhlak terhadap Sesama (al-Hujurat: 10-11)

V Hadis tentang Kejujuran (Hadis riwayat

Muttafaq alaih)

KEDUA

VI Keteladanan Nabi (al-Ahzab: 21)

VII Larangan Meminum Minuman Keras (Al-

Maidah : 90-91)

VIII Larangan Menikah dengan orang musyrik

(al-Baqarah: 221)

IX Hadis tentang Bid’ah (Hadis riwayat al-

Bukhari, hadis riwayat Muslim)

X Hadis tentang Larangan Minum Minuman

Keras (hadis riwayat Muslim)

154