kurikulum m ts · web viewpertama i tiga golongan manusia dalam menghadapi alquran: mukmin, kafir...
TRANSCRIPT
MENUNUT ILMU1
A. Pendahuluan
Pendidikan Nasional berada di bawah dua atap, Sekolah dan Perguruan Tinggi
umum yaitu di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional dan Madrasah dan
Perguruan Tinggi Agama di bawah Departemen Agama. Madrasah Tsanawiyah baik
yang negeri maupun yang swasta membelajarkan mata pelajaran umum dan mata
pelajaran agama Islam. Kondisi tersebut berlangsung sejak awal keunculan madrasah
hingga sekarang.
Aksistensi Madrasah dipertahankan oleh Departemen Agama meskipun di
zaman pemeritahan Abdurrahman Wahid pernah ada wacana bahwa Pendidikan
Nasional dikelola di bawah satu atap, yaitu Departemen Pendidikan Nasional, tetapi
wacara tersebut berhenti dan belum terdengar lagi. Ada kekhawatiran pada sebagian
umat Islam manakala pendididikan Islam dikelola oleh Departemen Pendidikan
Nasional, yaitu hilangnya ciri khas keislaman dari dunia pendidikan. Itulah masalah
pertama yang dihadapi umat Islam selama ini.
Di sisi lain, adanya anggapan yang secara defakto diakui oleh kebanyakan
orang bahwa lulusan Madrasah dipandang dengan sebelah mata oleh lembaga-lembaga
di luar naungan Departemen Agama, terutama ketika mereka mencari pekerjaan.
Tampaknya, anggapan tersebut bukan tanpa alasan karena pada umumnya mutu lulusan
Madrasah lebih rendah dalam hal penguasaan ilmu umum dan teknologi daripada mutu
lulusan sekolah umum. Di samping itu, realitas mutu lulusan Madrasah ditentukan oleh
beberapa faktor, dua diantaranya yang amat menonjol adalah pandangan dikotomik
umat Islam tentang ilmu dan biaya pendidikan yang kurang memadai jika
dibandingkan dengan sekolah di bawah nauangan Departemen Pendidikan Nasional.
Terkait dengan pendalaman materi Quran Hadis di Madrasah Tsanawiyah, perlu
adanya pemahaman tentang ilmu yang non-dikotomik dengan sumber-sumber yang
sama dengan metodologi yang berbeda dengan harapan para guru yang mendidik
secara langsung para peserta didik di Madrasah. Perkembangan peserta didik amat
dipengaruhi oleh para gurunya. Jika para guru/pendidik memenuhi standar minimal
1 Kelas IX smt pertama SK No 3 atau Kelas VIII smt pertama pada MTs Muhammadiyah
140
sebagaimana ditentukan oleh peraturan atau undang-undang, maka peningkatan mutu
para pendidik akan membawa perubahan positif pada para peserta didiknya.
Berikut ini, marilah perhatikan bersama bagaimana dalil dari al-Quran dan
hadis dan bagaimana pemahaman orang erhadap dalil-dalil tersebut. Dalil dari wahyu
baik al-Quran maupun hadis yang berperan menjelaskannya seringkali tidak
dikemukakan secara lengkap sehingga kesimpulannya diambil kurang bagitu valid.
Mengapa ada perbedaan yang secara efektif bisa menyebabkan perkembangan umat
Islam mengalami kelambatan, dan bahkan mengikuti perkembangan ilmu dari luar saja
sudah tidak mungkin.
B. Landasan Teologis Ilmu
Setidaknya ada satu ayat dan satu hadis yang dijadikan bahan ajar untuk siswa
Madrasah dan mungkin ditambah dengan beberapa ayat dan hadis lain yang dipandang
sebagai penguat dan penjelas terhadap ayat atau hadis pertama.
فافسحوا المجالس في تفسحوا لكم قيل إذا آمنوا الذين أيها يا
آمنوا الذين الله يرفع فانشزوا انشزوا قيل وإذا لكم الله يفسح
أوتوا والذين خبير العلممنكم تعملون بما والله : .درجات المجادلة)11)
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(al-Mudailah: 11)
Ayat tersebut menyatakan bahwa ilmu diungkapkan dengan isim makrifat, al-‘ilm,
dengan menggunakan “al-“ ta’ri>f (definite article) untuk menunjukkan bahwa yang
dimaksudkan dengan al-‘ilm,menurut sebagian orang, adalah ilmu agama, bukan ilmu
umum. Seringkali pemahaman tersebut diperkuat dengan hadis yang menyatakan
bahwa menutut ilmu adalah fardu bagi setiap orang Islam (Hadis riwayat Ibn Majah).2
Dalam redaksi hadis tersebut digunakan isim makrifat, al-‘ilm, untuk menunjukkan
tidak sembarang ilmu, melainkan imu yang sudah diketahui sebagaimana yang
diajarakan oleh rasulullah s.a.w. kepada para sahabatnya r.a., yakni ilmu agama
2 Redaksi matannya adalah “T}alab al’ilm fari>d}ah ‘ala> kull muslim”
141
sebagaimana sebagian ulama menyisipkan kata al-di>ni> di belakang kata al’ilm.
Imam al-Ghazali di dalam kitab Ihya ‘Ulum al-Din menyebutkan ungkapan
al-‘ulu>m al-syar’iyah dan al-‘ulu>m gayr al- syar’iyah, ‘ulama>’ al-a>khirah dan al-‘ulama>’ al-Su>’>.3 Pemahaman semacam itu masih diperkuat dengan hadis lain: Man ara>da al-dunya> fa’alaih bi al-‘ilm wa man ara>da al-a>khirah fa’alaih bi al-‘ilm wa man ara>dahuma> fa’alaih bi-al-‘ilm (artinya: Siapa yang menginginkan dunia, maka wajib baginya dengan ilmu dan siapa yang menginginkan akhirat,maka wajib baginya dengan ilmu dan siapa yang menginginkan keduanya, maka wajib baginya dengan ilmu). (Hadis riwayat al-Syafi’i).
Fakta historis tersebut telah membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan pemahaman umat Islam berikutnya sehingga, misalnya, muncul ungkapan bahwa di Madrasah rasio perbandingan kurikulum ilmu agama dan ilmu umum adalah antara 70:30; 60:40; 50:50. Bahkan pernah terdengar ungkapan “Na’udzubillah min Dzalik” ketika ada lulusan Madrasah yang diterima di perguruan tinggi umum seperti UGM. Itu semua adalah realitas. Yang dipandangan benar karena sudah sesuai dengan keyakinannya yang dibentuk berdasarkan ilmu yang diwarisinya dari para gurunya baik dari Madasah maupun dari Pondok Pesantren.
Tampaknya tidak demikian haknya karena di dalam ayat lain disebutkan : “Rabbi> zidni> ‘ilma>” Ya Tuhanku! Tambahilah aku ilmu! Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda:
يلتمسفيه يلتمسفيه إلى علمامنسلكطريقا طريقا له الله سّهل
) مسلم ) رواه الجنّةArtinya: Siapa nyang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah
akan memudahkan baginya jalan ke sorga )HR. Muslim(
Baik ayat maupun hadis riwayat Muslim di atas menunjukkan semua ilmu (yang
bermanfaat) yang meliputi ilmu-ilmu yang dikatakan sebagai ilmu agama dan ilmu-
ilmu yang dianggap sebagai ilmu umum. Di dalam al-Quran terdapat banyak ayat yang
menunjukan bahwa ilmu-ilmu yang dikatakan sebagai ilmu umum seperti ilmu
3 Lihat; Al-Gazali, Ihya> ‘Ulum al-Di>n, Juz 1, Bayan al-Ilm al-lazi huwa fard kifayah, hlm. 17.
142
kedokteran, ilmu biologi,ilmu fisika, ilmu astronomi, dsb. Ternyata disebutkan secara
eksplisit dan diperintahkan secara tegas. Perhatikan firman Allah berikut: “Afala> yanz\ru ila> al-ibil kayfa khuliqat wa ila> al-sama>’ kayfa rufi’at wa ila> al-jiba>l kayfa nus}ibat wa ila> al-ard} kayfa sut}ihat” (Maka
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit,
bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi
bagaimana ia dihamparkan?(al-Gha>syiyah:17-20) dan bahkan itu sekedar contoh-
contoh nyata bahwa ilmu-ilmu umum juga diperintahkan untuk dipelajari. Jadi
sebenarnya kedudukan ilmu agama dan ilmu umum adalah sama meskipun tidak bisa
dipungkiri bahwa sebagain ilmu ada yang besifat wajib ‘ain seperti ilmu tentang tauhid,
shalat, ilmu tentang makanan yang halal dan yang haram, dan sebagaian ilmu lain yang
besifat wajib khiyar (optional/boleh pilih), bukan sekedar wajib kifayah seperti ilmu
kedokteran, ilmu biologi, ilmu pertanian.
Jika orang menyangka atau mengatakan bahwa bahwa ilmu tentang shalat itu
wajib sedangkan ilmu pertanian wajib kifayah atau bahkan hanya sunnah, maka perlu
ditegaskan bahwa shalat tidak bisa dilakukan tanpa ilmu pertanian atau ilmu umum
lainnya karena orang shalat harus dalam keadaan menutup aurat. Artinya, eksistensi
penutup aurat seperti kain juga merupakan suatu keharusan. Kaidah ushul mengatakan
bahwa sesuatu kewajiban tidak akan sempurna kecuali dengan sesuatu yang lain, maka
sesuatu itu wajib juga (ma> la> yatimm al-wa>jib illa> bih fahuwa wa>jib), atau dalam ungkapan lain, hukum sarana sama dengan hukum tujuan
(lilwasa>il hukm al-maqa>s}id).
Ilmu diperoleh melalui kegiatan ilmiah yang meliputi observasi (dengan
pancaindera) untuk memperoleh data dan reasoning (pengolahan data dengan akalnya
untuk penalaran). Objeknya berupa segala sesuatu baik Khalik maupun makhluk.
Fa’lam annahu la ilaha illa Allah (Maka ketahuilah bahwa tiada Tuhan selain Allah), (Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".(Yunus:101).
Semua ilmu bersumber dari Allah. Ilmu Allah dapat diketahui melalui wahyu
seperti al-Qur’an dan al-Hadis dan dapat pula digali dari alam ciptaan-Nya seperti ilmu
fisika, ilmu biologi, ilmu jiwa, ilmu politik, dsb. Kalau menyangkut persoalan hukum,
143
maka sebenarnya di dalam Islam telah dirumuskan dalam kaidah ushul yang berbunyi
“al-Hukm yadu>r ma’a al-‘illah wuju>da> wa ‘adama>” (hukum
beredar (ditetapkan) sesiring dengan ada-tidaknya illah) yang sebenarnya kaidah
tersebut disarikan dari ayat-ayat al-Qur’an seperti la> yukallif Alla>h nafsa> illa> wus’aha>.4......fa man ad}t}urra gayr ba>g wa la> ‘a>d fala> isma ‘alayh.5 Dengan demikian jelaslah bahwa kemungkinan hukum mempelajari suatu ilmu sangatlah tergantung pada situasi dan kondisi orang perorang dan tidak bisa disamakan karena situasi dan kondisi seseorang kadang-kadang berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, pendekatan metodologis dan proses perlu lebih diperhatikan daripada pendekatan produk karenan jika jika prosesnya melalui metode yang benar, hasilnya tentu akan benar pula. Sementara produk yang baik tidak akan lestari dan berkembang jika prosesnya tidak benar dan baik.
C. Pandangan Sekuler dan Islami tentang Ilmu
Sejarah perkembangan ilmu mengalami pasang surut sejak zaman Yunani kuno
hingga sekarang. Di dalam Islam sendiri, juga sepeti itu. Ilmu berkembang dari
pengetahuan dan pengetahuan dari filsafat dan filsafat dari mitos. Ilmu berkembang
secara dialektis. Termasuk perkembangan ilmu di Barat yang sekuler dalam arti positif
karena dialektika perkembangan ilmu di Barat berdampingan dengan keyakinan agama
Kristen yang tidak sejalan dengan penalaran akal sehat sehingga kalau umat beragama
ingin mempertahankan agama dan ilmu, maka dia harus hidup dalam dua wilayah yang
berbeda,lalu muncullah istilah sekuler, yaitu pemisahan antara ilmu dan agama
(Kristen) karena memang keduanya tidak bisa dipadukan kecuali bagian-bagian yang
bukan prinsip. Keharusan sekuler adalah batu uji bagi kemurnian agama.
Di dalam Islam, pengembangan ilmu merupakan bagain tak terpisahkan dari
ajaran agama dan oleh karena itu keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama sekali.
Penggunaan akal menjadi syarat mutak untuk meaih iman dan sikap tidak mau
menggunakan akalnya untuk berpikir amat tercela. (Baca QS Yunus: 100; al-Anfal: 22
dan 40):
4 Al-Baqarah: 286.5 Al-An’am:145
144
ال الذين الرجسعلى ويجعل الله بإذن إال تؤمن أن لنفس كان وما
:يعقلون (100يونس)
Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah
menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
(Yunus:100). Penyebab telinganya pekak/tuli dan mulutnya tidakbisa bicara adalah
karena orang tersebut tidak mau atau enggan menggunakan akal yang Allah berikan.
Perhatikan firman Allah berikut:
يعقلون ال الذين البكم الصم الله عند الدواب شر :إن (22األنفال )
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah
orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak menggunakan akalnya (al-Anfal:22).
Tidak hanya itu, bahkan akibat lain dari keengganan menggunakan akalnya untuk
berpikir adalah munculnya kekafiran atau tidak beriman seperti dijelaskan dalam ayat
berikut:
يؤمنون ال فهم كفروا الذين الله عند الدواب شر :إن (55األنفال )
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang
yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.(al-Anfal:55)
Akal berpikir tentang sesuatu yang merupakan hasil darai penginderaannya
terhadap alam shahadah. Penginderaan dan berpikir akan membimbing kepada iman
kepada yang Gaib, Allah sebagai satu-satunya Khalik dan Pengatur bagi alam semesta
(Baca kisah Ibrahim mencari Tuhan). Oleh karena itu, peraturan Alah yang ada di alam
semesta sering disebut oleh ilmuwan ateis sebagai hukum alam dan oleh ilmuwan
religius disebut sunnatullah, aturan atau undang-undang Alah. Dengan demikian
jelaskan bahwa menurut Islam, ilmu dengan sendirinya islami dan oleh karena itu tidak
prlu dikelompok-kelompokan ke dalam ilmu-ilmu sekuler dan ilmu-ilmu islam(i)
karena penolakan terhadap ilmu yang dianggap sekuler sama halnya dengan menolak
aturan atau undang-undang Allah.
D. Nilai Internal Ilmu
Setiap ilmu memiliki keterbatasan karena ilmu ditetapkan sebagai ilmu selalu
berdasarkan variabel-variabel tertentu atau data-data tertentu. Pernyataan tersebut
dapat dipahami ketika orang mengetahui bahwa setiap ilmu mempunyai wilayah kajian
atau objek kajiannya sendiri yang tidak menjadi objek kajian ilmu lainnya.
Keterbatasan ilmu tentang sesuatu apapun –Khalik ataupun makhluk- pasti
145
mengandung pengertian bahwa kebenaran ilmu selalu bersifat nisbi atau relatif dan
sementara, artinya tidak pernah final atau bukan satu-satunya kebenaran.
Kesadaran bahwa ilmu selalu nisbi menuntut orang untuk selalu
mengembangkan ilmu tersebut atau mencari ilmu lain sehingga perintah menuntut ilmu
sepanjang hayat akan terwujud. Apalagi ketika kita membaca ayat al-Quran yang
menunjukkan bahwa ilmu Allah tidak akan habis meskipun ditulis dengan tinta
sebanyak air di laut. Keyakinan bahwa kebenaran itu tunggal meniscayakan sikap
menutup kemungkinan adanya kebenaran dan ilmu lain yang mungkin lebih tinggi.
Allah berfirman: wa fauqa kull zi ‘ilm ‘alim (dan di atas tiap-tiap orang yang berilmu
ada yang lebih berilmu). Di dalam al-Quran diabadikan kisah Musa disuruh berguru
kepada Khidir.
Ilmu membuahkan keyakinan atau keimanan. Keimanan membuahkan amal.
Jika ilmu berubah karena bertambah, maka keimanan juga berubah dan bertambah.
Perubahan dalam keimanan meniscayakan perubahan amal. Perpaduan ilmu, iman dan
amal itulah takwa. Siapa yang paling banyak ilmu, iman dan amalnya itulah yang
paling bertaqwa kepada Allah.
E. Adakah Ilmu Umum?
Dari berbagai penjelasan di atas dapatlah diketahui bahwa orang boleh
menyebut istilah ilmu agama dan ilmu umum jika istilah istilah itu diperlukan tetapi
sebenarnya ilmu-ilmu mempunyai kedudukan yang hampir sama, yakni terpuji. Jika
konotasi dari ilmu agama wajar berbeda dengan ilmu umum, maka tidaklah mengapa
digunakan istilah ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum sekedar untuk
pengelompokan. Jika digunakan istilah ilmu tauhid, ilmu faraid, ilmu tafsir,ilmu hadis,
ilmu fikih, ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu farmasi, dsb. Jauh lebih baik. Perbedaan hanya
dalam sebutan, bukan kedudukan ilmu-ilmu tersebut dalam kaitannya dengan pahala.
Kalau mempelajari al-Quran itu berpahala, maka mempelajari matamatika atau fisika
juga berpahala.
F. Harapan ke Depan
Para guru sebagai pelaku pendidikan yang amat berpengaruh diharapkan
mempuanyai pandangan bahwa ilmu agama dan ilmu umum sama-sama islami dan
sama-sama diperlukan. Menyekolahkan anak di sekolah-sekolah umum sama dengan
menyekolahkannya ke Madrasah-Madrasah. Jika anak cenederung ke sekolah, biarlah
dan dukunglah dia untuk belajar di sekolah. Jika anak cenderung ke madrasah, diarlah
dan dukunglah dia untuk belajar di madrasah. Madrasah dan sekolah adalah persoalah
146
pilihan. Apa yang disukai orang tidak disukai orang lain. Sekolah dan madrasah bukan
soal baik-buruk, melainkan cocok dan tidak cocok bagi seseorang.
Jika dikaitkan dengan takwa, orang yang paling baik adalah orang yang paling
bertakwa. Dunia adalah sarana untuk meraih ketakwaan yang paling tinggi. Pandangan
mana yang lebih tepat, belajar di sekolah atau belajar di Madrasah, adalah soal prioritas
kebuthan yang disesuai dengan kondisi lingkungan setempat sehingga pengembangan
KTSP sangat cocok dengan tuntutan pendidikan di saat sekarang ini. Jika untuk
mencapai ketakwaan yang lebih tinggi diperlukan pembelajaran di sekolah,maka
belajar di sekolah bisa lebih pantas untuk diprioritaskan.
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR
KELAS VII SEMESTER I
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Menerapkan kaidah ilmu tajwid
dalam bacaan
1.1 Menjelaskan makhrijul huruf, alif
lam syamsiyah dan qomariyah, nun
sukun dan tanwin.
1.2 Membedakan makharijul huruf, alif
lam syamsiyah dan qomariyah, nun
sukun dan tanwin.
1.3 Mendemonstrasikan alif lam
syamsiyah dan qomariyah, nun
sukun dan tanwin dalam bacaan
Al-Qur’an
KELAS VII SEMESTER 2
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami ayat Al-Qur’an dan
Hadits tentang akhlak terhadap Ibu
Bapak dan sesama manusia serta
perintah bertaqwa.
1.1 Menjelaskan cara berakhlak kepada
Ibu Bapak dan sesama manusia.
1.2 Menunjukkan perilaku berakhlak
kepada Ibu Bapak dan sesama
manusia.
147
2. Memahami ayat Al-Qur’an dan al-
Hadits tentang perintah bertaqwa
dan berakhlak sesama manusia.
3. Menerapkan ilmu tajwid dalam
bacaan Al-Qur’an.
2.1 Menjelaskan perintah bertaqwa dan
berakhlak sesama manusia.
2.2 Menunjukkan perilaku bertaqwa
dan berakhlak kepada sesama
manusia.
3.1 Menjelaskan pengertian qalqalah
dan waqaf.
3.2 Membedakan qalqalah dan waqaf.
3.3 Mendemonstrasikan qalqalah dan
waqaf dalam bacaan Al-Qur’an
KELAS VIII SEMESTER 1
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami sejarah turunnya Al-
Qur’an
2. Memahami arti Hadits dan macam-
macamnya.
3. Memahami ayat Al-Qur’an tentang
persatuan dan persaudaraan.
1.1 Menjelaskan Pengertian Al-
Qur’an..
1.2 Menjelaskan masa/priode di
turunkannya Al-Qur’an.
1.3 Menjelaskan cara turunkannya Al-
Qur’an
1.4 Menjelaskan nama-nama Al-
Qur’an
2.1 Menjelaskan pengertian Hadits
2.2 Menjelaskan macam-macam Hadits
2.3 Membedakan Hadits dan macam-
macamnya.
3.1 Menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an
dan Hadits tentang persatuan dan
persaudaraan.
148
4. Memahami Hadits tentang
meyakini kebenaran Islam dan
istiqomah
5. Menerapkan ilmu tajwid dalam
bacaan Al-Qur”an.
3.2 Menunjukkan sikap persatuan dan
persaudaraan
4.1 Menjelaskan Hadits tentang
kebenaran Islam dan Istiqomah.
4.2 Menunjukkan sikap meyakini
kebenaran Islam dan Istiqomah.
5.1 Menjelaskan hukum bacaan mim
sukun, ra dan lam.
5.2 Membedakan hukum bacaan mim
sukun, ra dan lam.
5.3 Mendemonstrasikan hukum bacaan
mim sukun, ra dan lam.
KELAS VIII, SEMESTER II
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami ayat Al-Qur’an tentang
syetan sebagai musuh manusia
2. Memahami ayat Al-Qur’an tentang
berlaku dermawan.
3. Menerapkan ilmu tajwid dalam bacaan
Al-Qur’an
1.1 Menjelaskan ayat Al-Qur’an
tentang syetan sebagai musuh
manusia
1.2 Menunjukan sikap menghindari
prilaku syetan
2.1 Menjelaskana ayat Al-Qur’an
tentang berlaku dermawan.
2.2 Menunjukan sikap berlaku
dermawan
3.1 Menjelaskan hukum mad
3.2 Membedakan contoh-contoh
bacaan mad
3.3 Mempraktekan bacaan mad
149
4. Mengamalkan hadits tentang cinta
kepada Allah dan Rasul.
dalam Al-Qur’an
4.1 Menjelaskan tentang cinta
kepada Allah dan Rasul
4.2 Menunjukan sikap cinta kepada
Allah dan Rasul
KELAS IX SEMESTER I
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami ayat Al-Qur’an tentang
semangat keilmuan.
2. Mengamalkan ayat dan hadits tentang
makanan yang halal dan baik.
3. Memahami hadits tentang perintah
menuntut ilmu dan keutamaan orang
yang berilmu
1.1 Menjelaskan ayat Al-Qur’an
tentang semangat keilmuan
1.2 Menunjukan sikap semangat
keilmuan
2.1 Menjelaskan ayat dan hadits
tentang makanan yang halal dan
baik.
2.2 Membiasakan makan makanan
yang halal dan baik
3.1 Menjelaskan hadits tentang
perintah menuntut ilmu.
3.2 Menguasai hadits tentang
perintah menuntut ilmu secara
lisan dan tertulis.
3.3 Menunjukan prilaku gemar
belajar.
KELAS IX SEMESTER II
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami ayat Al-Qur’an tentang 1.1 Menjelaskan ayat Al-Qur’an
150
sabar dan tabah dalam menghadapi
cobaan.
2. Memahami ayat Al-Qur’an tentang
sikap konsekuen dan jujur.
3. Mengamalkan hadits tentang taat
kepada Allah, Rasul dan Pemerintah
tentang sabar dan tabah dalam
menghadapi cobaan.
1.2 Menunjukan sikap sabar dan
tabah menghadapi cobaan
2.1 Menjelaskan ayat Al-Qur’an
tentang sikap konsekuen dan
jujur.
2.2 Menunjukan sikap konsekuen
dan jujur.
3.1 Menjelaskan hadits tentang taat
kepada Allah, Rasul dan
Pemerintah.
3.2 Menunjukan sikap taat kepada
Allah, Rasul dan Pemerintah
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS
MADRASAH TSANAWIYAH
1. Menerapkan kaidah ilmu tajwid dalam bacaan Al-Qur’an.
2. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang akhlak terhadap Ibu Bapak, sesama manusia,
dan perintah bertaqwa, persatuan dan persaudaraan, syetan sebagai musuh manusia,
berlaku dermawan, semangat keilmuan, makanan yang halal dan baik, sabar dan tabah
dalam menghadapi cobaan, sikap konsekuen dan jujur.
3. Memahami Hadits-hadits tentang akhlak terhadap Ibu Bapak, sesama manusia, dan
perintah bertaqwa, meyakini kebenaran Islam dan Istiqomah, cinta kepada Allah dan
Rasul, makanan yang halal dan baik, perintah menuntut ilmu, taat kepada Allah,
Rasul dan Pemerintah.
4. Memahami sejarah turunnya Al-Qur’an.
5. Memahami arti Hadits dan macam-macamnya
151
KURIKULUM M Ts )MUHAMMADIYAH(
MATA PELAJARAN AL-QURAN HADIS
KELAS SEMESTER BAB TOPIK
VII
PERTAMA
I Tiga golongan manusia dalam menghadapi
Alquran: Mukmin, Kafir dan Munafik (al-
Baqarah : 1-20)
II Kewajiban terhadap Allah SWT. Dan
terhadap sesama manusia (al-Nisa’: 36)
III Bersuci/Thaharah (al-Maidah:6/al-Nisa:48)
IV Fungsi Masjid dan Kebersihan (al-
Tawbah:108 dan 18)
V Perintah Shalat (al-‘Ankabut: 45)
VI Waktu Shalat Wajib dan Anjuran Shalat
Tahajjud (al-Isra’: 78-79)
VII Meringkas Shalat dan Beribadah secara
ikhlas (al-Nisa’: 101; al-Bayyinah: 5)
VIII Tamak dan Kikir (QS al-‘Adiyaht:1-11)
IX Hadis tentang Iman, Iman dan Ihsan (Hadis
Jibril riwayat Muslim dari ‘Umar)
KEDUA
X Sifat-sifat Bani Israil dan Tingkah laku
mereka dalam kehidupan sehari-hari (al-
Baqarah: 40-74)
XI Perintah Mendirikan Shalat
berjama’ah,Membayar Zakat, serta berbakti
kepada Allah dan kedua orang tua (al-
Baqarah: 43 dan al-Isra:23-24)
XII Iman,Ibadah dan Akhlak (al-Baqarah: 177)
XIII Hadis tentang Shalat berjama’ah dan nshalat
tepat waktu (hadis riwayat al-Bukhari,
152
Bukhari-Muslim)
XIV Hadis tentang berbakti kepada orang tuan
dan berbuat baik kepada tetangga (2 Hadis
riwayatBukhari-Muslim)
KELAS SEMESTER BAB TOPIK
VIII
PERTAMA
I Alquran sebagai petunjuk (al-Baqarah: 185)
II Perintah Puasa Ramadan (al-Baqarah: 183-
184)
III Lailatul Qadar (surah al-Qadar: 1-5)
IV Keutamaan Orang yang Berilmu (Fathir: 27
dan al-Mujadalah: 11)
V Perintah Zakat (Al-Tawbah : 103-105)
VI Hadis tentang Puasa Ramadan (Hadis
Muttafaq ‘alaih)
VII Hadis tentang Thalab al-Ilm ( hadis riwayat
Muslim, Baihaqi dan al-Syafi’i),
I Anjuran Berinfak (al-Baqarah: 261-262)
II Persatuan dan Kesatuan (Ali ‘Imran: 103)
153
KEDUA
III Haji dan Umrah (al-Baqarah: 196-197)
IV Hadis tentang Haji dan Umrah (hadis
riwayat Muttafaq ‘alaih)
V Hadis tentang Hak Sesama Muslim dan
Kesatuan Umat (hadis riwayat: Bukhari,
Bukhari-Muslim)
KELAS SEMESTER BAB TOPIK
IX
PERTAMA
I Berkata Benar (al-Ahzab: 70-71)
II Jual Beli (al-Baqarah: 272 dan 275)
III Amar Makruf Nahi Munkar (Ali ‘Imran:
104)
IVAkhlak terhadap Sesama (al-Hujurat: 10-11)
V Hadis tentang Kejujuran (Hadis riwayat
Muttafaq alaih)
KEDUA
VI Keteladanan Nabi (al-Ahzab: 21)
VII Larangan Meminum Minuman Keras (Al-
Maidah : 90-91)
VIII Larangan Menikah dengan orang musyrik
(al-Baqarah: 221)
IX Hadis tentang Bid’ah (Hadis riwayat al-
Bukhari, hadis riwayat Muslim)
X Hadis tentang Larangan Minum Minuman
Keras (hadis riwayat Muslim)
154