kurikulum

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini mebutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemauan kerjasama yang efektif. Cara berfikir seperti ni dapat dikembangkan melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil berfikir rasional. Setiap siswa perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu, yang merupakan penguasaan kecakapan matetmatika untuk dapat memahami dunia dan berhasil dalam karirnya. Kecakapan matematika yang ditumbuhkan pada siswa merupakan sumbangan mata pelajaran matematika kepada pencapaian kecakapan hidup yang ingin dicapai melalui kurikulum. Kurikulum dapat didifersifikasikan dengan cara disesuaikan, diperluas, dan diperdalam untuk melayani keberagaman penyelenggaraan satuan pendidikan Kegiatan belajar diselenggarakan secara berkesinambungan mulai dari pendidikan taman kanak-kanak, pendidikan dasar, sampe pendidikan menengah. Pada pendidikan taman kanak-kanak dan pendidikan dasar diselenggarakan melalui kegiatan terprogram yang diberikan alokasi waktu secara khusus. Sedangkan pada sekolah menengah ke atas dan yang sederajat diselenggarakan melalui kegiatan ekstrakulikuler yang tidak diberikan alokasi waktu secara khusus. Oleh karena itu kurikulum untuk stiap jenjang pendidikan memuat jumlah dan jenis mata pelajaran yang ditempuh dalam satu periode belajar selama masa pendidikan

Upload: ria-angriani

Post on 07-Aug-2015

89 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

dapat memperoleh informasi dengan mudah dari berbagai sumber dan tempat di

dunia. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih

dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak

pasti dan kompetitif. Kemampuan ini mebutuhkan pemikiran kritis, sistematis,

logis, kreatif, dan kemauan kerjasama yang efektif. Cara berfikir seperti ni dapat

dikembangkan melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur

dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan kita

terampil berfikir rasional.

Setiap siswa perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu,

yang merupakan penguasaan kecakapan matetmatika untuk dapat memahami dunia

dan berhasil dalam karirnya. Kecakapan matematika yang ditumbuhkan pada siswa

merupakan sumbangan mata pelajaran matematika kepada pencapaian kecakapan

hidup yang ingin dicapai melalui kurikulum. Kurikulum dapat didifersifikasikan

dengan cara disesuaikan, diperluas, dan diperdalam untuk melayani keberagaman

penyelenggaraan satuan pendidikan

Kegiatan belajar diselenggarakan secara berkesinambungan mulai dari

pendidikan taman kanak-kanak, pendidikan dasar, sampe pendidikan menengah.

Pada pendidikan taman kanak-kanak dan pendidikan dasar diselenggarakan melalui

kegiatan terprogram yang diberikan alokasi waktu secara khusus. Sedangkan pada

sekolah menengah ke atas dan yang sederajat diselenggarakan melalui kegiatan

ekstrakulikuler yang tidak diberikan alokasi waktu secara khusus. Oleh karena itu

kurikulum untuk stiap jenjang pendidikan memuat jumlah dan jenis mata pelajaran

yang ditempuh dalam satu periode belajar selama masa pendidikan

2

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah pengertian kurikulum?

1.2.2 Bagaimana sejarah kurikulum Indonesia

1.3 Tujuan

Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat memahami tentang

kurikulum dan sejarah kurikulum di Indonesia dan mampu mengamplikasikannya

dalam penyelenggaraan pendidikan. Menentukan model pembelajaran matematika

sehingga dapat tercapainya kurikulum yang berlaku agar dapat dilaksanakan sesuai

dengan keadaan yang ada dan dibutuhkan oleh siswa yang bersangkutan. Serta

calon guru mampu menelaah setiap kurikulum yang berlaku dan membedakan

bahan pengajaran dari berbagai sumber atau penerbit buku.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran unntuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang hrus disampaikan

guru atau dipelajari oleh siswa (Robert s.Zais,1976).

Kata kurikulum yang dikemukakan oleh Zais dalam Dimyati dan Mudjiono

(2002:264) berasal dari satu kata bahasa Latin yang berarti “jalur pacu”, dan secara

tradisional, kurikulum sekolah disajikan seperti itu (ibarat jalan) bagi kebanyakan

orang. Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan

praktik pendidikan yang juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan

yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-

mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa.

Kurikulum menurut Soetopo dan Soemanto (1986) memiliki lima definisi

yaitu:

a. Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang

program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke

tahun.

b. Kurikulum dilukiskan sebagai bahan tertulis yang dimaksudkan untuk

digunakan oleh para guru dalam melaksanakan pelajaran untuk murid-

muridnya.

c. Kurikulum adalah suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri

yang penting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk yang sedemikian

rupa sehingga dapat dilaksanakanoleh guru di sekolah.

d. Kurikulum diartikan sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman

belajar, alat-alat pelajaran dan cara-cara penilaian yang direncanakan dah

digunakan dalam pendidikan.

4

e. Kurikulum dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan

dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.

Adapun definisi kurikulum versi Indonesia sebagai mana yang tertuang

dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 pada BAB I Pasal 1, pengertian kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

Fungsi Kurikulum

Hendyat Soetopo dan Soeamanto (1986) membagi fungsi kurikulum

menjadi 7 bagian yaitu:

a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Maksudnya

bahwa kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan-

tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah yang dianggap cukup tepat

dan penting untuk dicapai.

b. Fungsi kurikulum bagi anak. Maksudnya kurikulum sebagai organisasi belajar

tersusun yang disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi

pendidikan mereka.

c. Fungsi kurikulum bagi guru. Ada tiga macam, yaitu : a). Sebagai pedoman

kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalam belajar bagi anak didik.

b). Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan

anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan. c).

Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran.

d. Fungsi kurikulum bagi sekolah dan pembina sekolah. Dalam arti: a) sebagai

pedoman dalam mengadakan fungsu supervisi yaitu memperbaiki situasi

belajar, b) sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam

menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih

baik, c) sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam

memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar, d)

5

sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut, dan e)

sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi belajar mengajar.

e. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid. Maksudnya orang tua dapat turut

serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya.

f. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan di atasnya. Ada dua jenis

berkaitan dengan fungsi ini yaitu pemeliharaan keseimbangan proses

pendidikan dan penyiapan tenaga guru.

g. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah. Sekurang-

kurangnya ada dua hal yang bisa dilakukan dalam fungsi ini yaitu pemakai

lulusan ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program

pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orang tua /

masyarakat.

2.2 Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional

telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,

1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari

terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam

masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat

rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan

perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang

berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada

penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam

merealisasikannya.

a. Rencana Pelajaran 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah

leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular

ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih

bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.

Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.

6

Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.

Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari

Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan

jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947

mengurangi pendidikan pikiran. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu

masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai

development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter

manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain

di muka bumi ini Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan

bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,

perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

b. Rencana pelajaran terurai 1952

Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia

mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana

Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem

pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum

1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang

dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajarannya jelas

sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad,

Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995.

c. Kurikulum 1964

Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali

menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana

Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari

kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat

mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga

pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu

pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan

7

jasmani. pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata

pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,

kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.

Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional

praktis.

d. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu

dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana

menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.

Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada

pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan

ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan

sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi

pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan

mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang

sehat dan kuat. Jumlah pelajarannya 9. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis,

tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada

materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

e. Kurikulum1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien

dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang

manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,

Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan

pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan

pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi

pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum

1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai

8

dari setiap kegiatan pembelajaran. Kurikulum 1975 sebagai pengganti

kurikulum 1968 menggunakan pendekatan-pendekatan di antaranya sebagai

berikut.

Berorientasi pada tujuan:

1. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki

arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang

lebih integratif.

2. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

3. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa

mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan

dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.

4. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus

respon(rangsang-jawab) dan latihan (drill).

Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak

mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam

GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan

kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun

1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.

f. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski

mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum

ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa

ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,

mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif

(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Konsep CBSA yang elok secara

teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami

banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak

sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh

9

di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan

yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA

bermunculan

Ciri-Ciri umum dari Kurikulum CBSA adalah:

1. Berorientasi pada tujuan instruksional

2. Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan Cara

Belajar Siswa Aktif (CBSA)

3. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)

4. Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat

kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta didik.

5. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-

konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru

kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian

alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami

konsep yang dipelajarinya

g. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-

kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum

1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,”. Sayang, perpaduan

tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar

siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan

lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa

daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan

kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk

dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum

super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen

Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.

Ciri-Ciri Umum Kurikulum 1994:

1. Perubahan dari semester ke Caturwulan (Cawu)

10

2. Dari pola pengajaran berorientasi TEORI belajar mengajar menjadi

beroreintasi pada MUATAN (Isi)

3. Bersifat populis yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk

semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti

sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri

disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar

4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan

strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik,

dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal

yang mengarah kepada jawaban konvergen,divergen (terbuka,

dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.

h. Kurikulum2004

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menekankan pd ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual

maupun klasika

2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang

bervariasi.

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang

memenuhi unsur edukatif.

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan

atau pencapaian suatu kompetensi.

Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran

diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya,

kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian.

Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target

kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau

soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi

siswa. Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa,

11

dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak

memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang

diinginkan pembuat kurikulum.

i. KTSP 2006

Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses

pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah

banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol

adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai

dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini

disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar

kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap

satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi

pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian

merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan

supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)

Pengertian KTSP

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan

dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ).

Konsep Dasar KTSP

Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan

bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum

operasional yang disusun dandilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan

memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang

dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

12

KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai

berikut.

1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar

nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan

prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan

peserta didik.

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:

1. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan

karakteristikdaerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta

didik.

2. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan

pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar

kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan

departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.

3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan

tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi

dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan

sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru

pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan

pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-

mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan

sekolah meiliki keleluasaan dalam megelola sumber daya, sumber dana, sumber

belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih

tanggap terhadap kebutuhan setempat.

KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan

pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan

13

pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan

otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan sikap tanggap pemerintah

terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas,

efisisen, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud

reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan

pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan,

dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan

pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru

dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait,

dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya

kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and

responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan

visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi,

menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan berbagai potensi seklah dan

lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya kepada masyarakat dan

pemerintah.

Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala sekolah,

serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang

ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi

pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan

daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik,

dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah

berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang berlaku. Selanjutnya

komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai

implikasinya terhadap program-program kegiatan opersional untuk mencapai

tujuan sekolah.

Tujuan KTSP

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk memandirikan dan

memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)

14

kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan

pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif sekolah

dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber

daya yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

mengembangankan kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.

3. Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan

dicapai.

Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola

pendekatan baru dalampengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah

yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh Karena itu, KTSP perlu diterapkan oleh

setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagai berikut.

1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi

dirinya sehingga dia dapat menoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang

tersedia untuk memajukan lembaganya.

2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input

pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses

pendidikan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk

memenuhi kebutuhan seklah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa

yang terbaik bagi sekolahnya.

4. Keterlibatan semua warga seklah dan masyarakat dalam pengembangan

kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih

efesien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.

5. Sekolah daapt bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing

kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dam masyarakat pada umumnya,

sehingga dia akan berupaya semaksimalkam mungkin unutk melaksanakna

dan mencapai sasaran KTSP.

15

6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain

untukmeningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan

dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah

setempat.

7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan

yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP.

Ciri-ciri KTSP

1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan

program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan

peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.

2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran.

3. Guru harus mandiri dan kreatif.

4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.

j. Kurikulum 2013

Menurut Mulyasa (2009), Kurikulum yang kita pakai sekarang ini masih

banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak lain

adalah (1) kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP

dengan kata lain masih rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam KTSP

seorang guru dituntut untuk lebihh kreatif dalam menjalankan pendidikan. (2)

kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah. (3) konten kurikulum

dalam KTSP masih sangat padat.

Akibat dari kekurangan-kekurangan tersebut menimbulkan banyak

permasalahan di dalam pelaksanaan KTSP. Permasalahan-permasalahan tersebut

diantaranya yaitu :

1. Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya

mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya

melampaui tingkat perkembangan usia anak.

16

2. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan

fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

3. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap,

keterampilan, dan pengetahuan.

4. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan

kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif,

keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi

di dalam kurikulum.

5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi

pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran

yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan

berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

7. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi

(sikap, keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya

remediasi secara berkala.

8. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak

menimbulkan multitafsir.

Permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan dari pelaksanaan KTSP

tersebut membuat pemerintah, khusunya yang menangani bagian pendidikan di

Indonesia yakni kementerian Pendidikan Nasional merencanakan perubahan

dalam kurikulum untuk menuntaskan permasalahan-permasalahan ini, agar tujuan

pendidikan nasional dapat tercapai. Pemerintah merencanakan kurikulum baru

yaitu kurikulum 2013 yang akan di laksanakan di bulan juli 2013 ini.

Pemerintah menjelaskan bahwa kurikulum 2013 akan membawa

perubahan besar dalam dunia pendidikan, karena mereka menganggap bahwa di

dalam kurikulum 2013 banyak memberikan jawaban dalam penyelesaian

permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam pelaksanaan KTSP.

Menurut Nasution (2008), Perubahan kurikulum dapat kecil dan sangat

terbatas, dapat pula luas dan mendasar. Perubahan itu dapat berupa :

17

1. Substitusi : mengganti buku pelajaran

2. Alterasi : menambah atau mengurangi jam pelajaran bidang studi tertentu

3. Variasi : Perubahan metode

4. Restrukturisasi : Penambahan team guru untuk mendapatkan tenaga dan

fasilitas baru

5. Orientasi Baru : Perubahan orientasi pengajaran.

Merujuk pada pendapat diatas, kita dapat melihat bahwa perubahan KTSP

menjadi kurikulum 2013 juga mencakup ke-5 hal diatas.

Secara Substitusi(Pergantian buku pelajaran), dalam merencanakan kurikulum

2013, pemerintah juga merencanakan pembuatan buku pelajaran sebagai

penunjang pelaksanaan kurikulum 2013 tersebut. Pemerintah akan mencetak

buku-buku pelajaran dan mendistribusikannya kepada sekolah-sekolah agar

penerapan kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik.

Secara Alterasi (Menambah atau mengurangi jam pelajaran) pemerintah juga

menambah jam pelajaran di tiap jenjang sekolah dalam kurikulum 2013 dan

mengurangi beberapa mata pelajaran. Walaupun terjadi pengurangan mata

pelajaran, akan tetapi mata pelajaran tersebut tetap di ajarkan dan digabungkan

dalam mata pelajaran lainnya. Sistem seperti inilah yang disebut sebagai tematik-

integratif. Perubahan ini lah yang akan mnimbulkan variasi(Metode mengajar

guru) yang lebih bervariatif agar mata pelajaran yang didalamnya terdiri dari

gabungan mata pelajaran yang dihapuskan tersebut mampu di sampaikan juga

kepada peserta didik.

Alasan-alasan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum KTSP

menjadi kurikulum 2013 adalah sebagaia berikut:

Tantangan Masa Depan Kompetensi Masa Depan

Globalisasi : WTO, ASEAN Community,

APEC, CAFTA

Masalah lingkungan hidup

Kemajuan teknologi informasi

Kemampuan berkomunikasi

Kemampuan berpikir jernih dan kritis

Kemampuan mempertimbangkan segi

moral suatu permasalahan

18

Konvergensi ilmu dan teknologi

Ekonomi berbasis pengetahuan

Kebangkitan industri kreatif dan budaya

Pergeseran kekuatan ekonomi dunia

Pengaruh dan imbas teknosains

Mutu investasi dan transformasi pada

sektor pendidikan

Hasil TIMSS dan PISA

Kemamapuan menjadi warga Negara

yang efektif

Kemampuan mencoba untuk mengerti

dan toleran terhadap pandangan yag

berbeda

Kemampuannhidup dalam masyarakat

yang mengglobal

memiliki minat luas mengenai hidup

Memiliki kesiapan untuk bekerja

Memeiliki kecerdasaan sesuai dengan

bakat/minatnya

Fenomena Negatif yang Mengemuka Persepsi Masyarakat

Perkelahian pelajar

Narkoba

Korupsi

Plagiarisme

Kecurangan dalam ujian

Gejolak Masyarakat

Terlalu menitikberatkan pada aspek

kognitif

Beban siswa teralu berat

Kurang bermuatan karakter

Jadi Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan

tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di

dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi

perkembangan masa depan.

Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu

lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan

(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah

menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam

penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam,

sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki

kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih

kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam

19

menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan

yang lebih baik.

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 2013

Menurut Hamalik (2007) Prinsip pengembangan kurikulum terdiri dari: (1)

Prinsip Berorientasi pada tujuan, (2) Prinsip relevansi, (3) Prinsip efisiensi dan

efektifitas, (4) Prinsip fleksibilitas, (5) Prisnsip berkesinambungan/Kontinuitas, (6)

Prinsip keseimbangan, (7) Prinsip keterpaduan, dan (8) Prinsip mutu.

Pada pengembangan kurikulum 2013 juga memiliki beberapa prinsip yaitu

sebagai berikut :

a) Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar

mata pelajaran.

b) Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang

pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah

mengenai Wajib Belajar 12 Tahun. Maka pengembangan kurikulum didasarkan

pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan

menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.

c) Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi

berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan

psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.

d) Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan

pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar

dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai

dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.

e) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.

f) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan

prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

20

g) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,

teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu

pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.

h) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh

memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum

didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan

lingkungan hidup.

i) Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

j) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan

kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

k) Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki

pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk

mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok

peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses perbaikan

terhadap kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau

sekelompok peserta didik.

Struktur Kurikulum 2013

Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan

kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:

1. Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan

pada setiap satuan atau jenjang pendidikan

2. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan

mereka.

Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama

dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK)

sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7 –

15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan

SMP.

21

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Matematika merupakan satu kata yang sering menjadi momok para siswa

hal itu terjadi karena para siswa selama ini menganggap matematika sebagai

pelajaran hitung-menghitung yang seriing membuat pusing kepala sebenarnya

tidak perlu takut dengan matematika.

Perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi pada pendidikan di indonesia

terdapat 10 kurikulum yang tentunya memiliki tujuan yang sama namun

pelaksanaannya berbeda yang disesuaikan dengan kondisi pendidikan di indonesia

sekarang ini.

Telaah kurikulum dapat membantu guru tentunya dalam mencapai

kurikulum yang berlaku dan menentukan standarr kompetensi, kompetensi dasar

dan indikator keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan analisis yang penulis lakukan terhadap Rencana Kurikum 2013,

penulis banyak menemukan perubahan yang terjadi. Perubahan memang perlu

dilakukan untuk memperbaiki kurikulum sebelumnya yang masih memiliki banyak

kekurangan. Yang pada akhirnya diharapkan tujuan pendidikan secara umum dapat

dicapai melalui kurikulum yang baru.

3.2 Saran

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mempunyai kurikulum pendidikan

yang bagus dan stabil (tidak berubah-ubah) serta memberi motivasi pelajarnya agar

bisa meningkatkan standar mutu pendidikannya di kemudian hari. Kurikulum

pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan,

sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu

yang jelas dan mantap. Perubahan setiap kurikulum membuat bingung semua

pihak. Hendaknya pemerintah dapat menetapkan kurikulum mana yang cocok

digunakan di Indonesia sehingga tidak membingungkan semua pihak dan dapat

meningkatkan standar mutu pendidikan di Indonesia.

22

DAFTAR PUSTAKA

Syaodih, Nana.1997.Pengembangan KurikulumTeori dan Praktek. Bandung: PT.

REMAJA ROSDAKARYA.

Dakir.2004.Perencanaan dan Perkembangan Kurikulum. Yogyakarta: RIENEKA

CIPTA.

Nasution.2005.Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: BUMI AKSARA.

Djumantan, Wahyudin. 2008. Buku Matematika KTSP Kelas IX. Jakarta: PT. SETIA

IVES.

Nazar, Muhammad. 2007. Buku Matematika KTSP SMP Kelas IX. Sukoharjo: PT. INTI

PRIMA AKSARA.

Muklis, Ngapiningsih. 2006. Buku Matematika KTSP SMP Kelas IX. Klaten: INTAN

PARIWARA.

http://zamzamisaleh.blogspot.com/2010/03/sejarah-perkembangan-Kurikulum.html

http://abinissa.wordpress.com/2007/11/20/sejarah-kurikulum-indonesia/

http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/uji-publik-kurikulum-2013-1

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/04/mm99hq-mendikbud-berikan-

sosialisasi-kurikulum-2013