kunjungan kerja komisi i ke provinsi nad

25
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI I DPR RI DALAM RESES MASA PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG 2004-2005 KE PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TANGGAL 22-24 DESEMBER 2004 I. PENDAHULUAN A. UMUM Setiap reses masa persidangan, Komisi-komisi DPR-RI melaksanakan kunjungan kerja ke daerah-daerah. Hal ini sesuai dengan pasal 38 ayat (4) huruf e Peraturan Tata Tertib DPR-RI yang menyatakan “mengadakan kunjungan kerja dengan dalam Masa Reses, atau apabila dipandang perlu, dalam masa sidang dengan persetujuan Pimpinan DPR-RI yang hasilnya dilaporkan kepada rapat paripurna untuk ditentukan tindak lanjutnya”. Berdasarkan hal tersebut, maka pada reses masa persidangan II tahun sidang 2004-2005, komisi I DPR-RI telah membentuk 3 (tiga) tim kunjungan kerja, yaitu kunjungan kerja ke Provinsi Papua, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Kepulauan Riau. Dalam laporan ini akan disampaikan mengenai laporan tim kunjungan kerja ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. B. DASAR PELAKSANAAN KUNJUNGAN KERJA Dalam melaksanakan tugasnya, tim kunjungan kerja ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bekerja berdasarkan surat keputusan Pimpinan DPR-RI Nomor: 23/PIMP/II/2004-2005 tanggal 6 Desember 2004 tentang penugasan kepada anggota-anggota Komisi I sampai dengan Komisi XI DPR-RI dan Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk melakukan kunjungan kerja Berkelompok dalam reses masa persidangan II tahun sidang 2004-2005. C. MAKSUD DAN TUJUAN Kunjungan kerja ini dimaksudkan sebagai pelaksanaan fungsi pengawasan dewan terhadap pelaksanaan undang-undang, Anggaran 1

Upload: dangthu

Post on 02-Feb-2017

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

DEWAN PERWAKILAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI I DPR RI DALAM RESES MASA PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG 2004-2005

KE PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAMTANGGAL 22-24 DESEMBER 2004

I. PENDAHULUAN

A. UMUM

Setiap reses masa persidangan, Komisi-komisi DPR-RI melaksanakan kunjungan kerja ke daerah-daerah. Hal ini sesuai dengan pasal 38 ayat (4) huruf e Peraturan Tata Tertib DPR-RI yang menyatakan “mengadakan kunjungan kerja dengan dalam Masa Reses, atau apabila dipandang perlu, dalam masa sidang dengan persetujuan Pimpinan DPR-RI yang hasilnya dilaporkan kepada rapat paripurna untuk ditentukan tindak lanjutnya”. Berdasarkan hal tersebut, maka pada reses masa persidangan II tahun sidang 2004-2005, komisi I DPR-RI telah membentuk 3 (tiga) tim kunjungan kerja, yaitu kunjungan kerja ke Provinsi Papua, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Kepulauan Riau. Dalam laporan ini akan disampaikan mengenai laporan tim kunjungan kerja ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

B. DASAR PELAKSANAAN KUNJUNGAN KERJA

Dalam melaksanakan tugasnya, tim kunjungan kerja ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bekerja berdasarkan surat keputusan Pimpinan DPR-RI Nomor: 23/PIMP/II/2004-2005 tanggal 6 Desember 2004 tentang penugasan kepada anggota-anggota Komisi I sampai dengan Komisi XI DPR-RI dan Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk melakukan kunjungan kerja Berkelompok dalam reses masa persidangan II tahun sidang 2004-2005.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Kunjungan kerja ini dimaksudkan sebagai pelaksanaan fungsi pengawasan dewan terhadap pelaksanaan undang-undang, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta menggali dan menyerap aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah dan unsur pemerintah daerah.

Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi mengenai perkembangan situasi dan kondisi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam serta permasalahan-permasalahan yang terjadi baik yang menyangkut kehidupan politik, sosial dan ekonomi. Hal ini berkaitan pula dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi di daerah Nanggroe Aceh Darussalam seperti permasalahan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang selalu menjadi perhatian pemerintah Indonesia.

Untuk itu, dalam pelaksanaan kunjungan kerja tersebut, data dan informasi ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan kajian Komisi I DPR-RI dalam pembahasan

1

Page 2: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

rapat-rapat kerja dengan pemerintah dan instansi terkait sebagai mitra kerja Komisi I DPR-RI dalam masa sidang III tahun sidang 2004-2005.

D. RUANG LINGKUP

Sasaran obyek kunjungan kerja Komisi I DPR-RI ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam antara lain :

1. Pertemuan dengan TVRI, RRI, KPID, pengurus radio, media cetak dan Persatuan Wartawan Indonesia di Nanggroe Aceh Darussalam .

2. Pertemuan dengan Wakil Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.3. Pertemuan dengan Pangdam Kodam Sultan Iskandar Muda sekaligus peninjauan

Secata Mata Ie.4. Pertemuan dengan tokoh masyarakat daerah Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam, Majelis Ulama, Orpol, Ormas/Pemuda dan unsur perguruan tinggi.5. Pertemuan dengan Komandan Lanud Sultan Iskandar Muda dan Komandan Lanal

Sabang.6. Pertemuan dengan Kapolda Nanggroe Aceh Darussalam, Kepala Kejaksaan Tinggi

dan Kakanwil Departemen Hukum dan HAM Nanggroe Aceh Darussalam.

E. KOMPOSISI TIM KUNJUNGAN KERJA

Komposisi tim kunjungan kerja Komisi I DPR-RI ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdiri dari 10 (sepuluh) orang Anggota dibantu oleh 2 (dua) orang sekretariat komisi I DPR-RI, 1 (satu) orang penghubung Departemen Pertahanan, 1 (satu) orang penghubung dari Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi dan 1 (satu) orang wartawan Suara Pembaruan.

Adapun susunan anggota tim kunjungan Kerja sebagai berikut:1. Drs. Sidharto Danusubroto, SH (Ketua Tim/F-PDI-P)2. Drs. Slamet Effendi Yusuf, Msi (Anggota/F-PG)3. Djoko Subroto (Anggota/F-PG)4. Permadi, SH (Anggota/F-PDIP)5. Drs. Soewarno (Anggota/F-PDIP)6. Usamah Muhammad Al Hadar (Anggota/F-PP)7. Shidki Wahab (Anggota/F-PD)8. Drs. A. M. Fatwa (Anggota/F-PAN)9. Ir. Tristanti Mitayani, MT (Anggota/F-PAN)10.H. Imam Nahrawi, S. Ag (Anggota/F-KB)

II. AGENDA PERTEMUAN YANG DILAKSANAKAN

1. Rabu, 22 Desember 2004Pukul 06.20 WIB tim kunjungan kerja Komisi I DPR-RI berangkat menuju Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan Pesawat Garuda (GA 190).Pukul 10.25 WIB tim kunjungan kerja Komisi I DPR-RI tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda dan Tim beristirahat di Hotel Sultan.Pukul 14.00 WIB pertemuan dengan TVRI, RRI, KPID, pengurus radio, media cetak dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) bertempat di Media Center Dinas Infokom.Pukul 19.30 WIB pertemuan dengan Wakil Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2

Page 3: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

2. Kamis, 23 September 2004Pukul 09.00 WIB Tim mengadakan pertemuan dengan Pangdam Sultan Iskandar Muda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bertempat di Markas Pangdam sekaligus melakukan peninjauan ke Secata Matai Ie di Mata le.Pukul 14.00 WIB pertemuan dengan tokoh masyarakat, majelis ulama, ormas/pemuda dan unsur perguruan tinggi bertempat di kantor gubernur.Pukul 19.30 WIB pertemuan dengan Komandan Lanud Sultan Iskandar Muda dan Komandan Lanal Sabang bertempat di Hotel Sultan, Banda Aceh.

3. Jum’at, 24 Desember 2004Pukul 08.10 WIB pertemuan dengan Kapolda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kepala Kejaksaan Tinggi dan Kakanwil Departemen Hukum dan HAM bertempat di Mapolda NAD.Pukul 14.00 WIB tim kunjungan kerja Komisi I DPR-RI meninggalkan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menuju Jakarta melalui Medan dengan Pesawat Garuda (GA 193) dan tiba di Jakarta pukul 17.55 WIB dengan Pesawat Garuda (GA 189).

III. SITUASI DAN KONDISI UMUM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

A. Profil dan Geografi Provinsi NAD

Provinsi NAD terletak pada posisi 2-6 Lintang Utara dan 95-98 Lintang Selatan dengan batas-batas, sebelah utara dan timur dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah barat dengan Samudera Hindia. Luas Provinsi NAD seluas 57.365,57 Km2.Provinsi NAD terdiri dari 20 kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Barat Daya (pecahan dari Aceh Selatan), Gayo Lues (pecahan dari Aceh Tenggara), Aceh Tamiang dan Kota Langsa (pecahan dari Aceh Timur), Nagan Raya dan Aceh Jaya (pecahan dari Aceh Barat) serta Kota Lhokseumawe (pecahan dari Aceh Utara). Kemudian pada bulan Januari 2004 bertambah menjadi 21 kabupaten/kota yaitu Bener Meuriah (pecahan dari Kabupaten Aceh Tengah), Simeulu, Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Besar, Pidie, Bireun, Aceh Utara, Banda Aceh, Sabang, Kota Lhokseumawe, Kota Langsa, Aceh Barat Daya, Gayo Lues, Aceh Jaya, Nagan Raya dan Aceh Tamiang. Dari keduapuluh satu kabupaten/kota tersebut ada 201 Kecamatan, 642 mukim dan 5.720 desa.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi NAD tahun 2003, jumlah penduduk Provinsi NAD berjumlah 4.073.006 jiwa dan pada tahun 2004 berjumlah 4.142.100 jiwa, dengan pertumbuhan penduduk 1.81%. Dari jumlah penduduk tersebut, kabupaten/kota yang penduduknya paling padat adalah Banda Aceh yaitu 3.628 jiwa/Km2 dan setelahnya adalah Sabang dengan 205 jiwa/Km 2.

Dengan adanya upaya perdamaian melalui dialog serta adanya tindakan pengaman yang diberikan oleh aparat-aparat TNI/POLRI, maka kondisi wilayah Provinsi NAD saat ini relatif telah membaik. Hal tersebut dapat dilihat dengan telah berfungsinya kembali infrastruktur pemerintahan baik di tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan desa-desa. Kondisi keamanan ini mulai terasa sejak pelaksanaan Inpres Nomor 4 Tahun 2001 dan dilanjutkan dengan Inpres Nomor 1 Tahun 2002 yang mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.

Akar permasalahan konflik Aceh disebabkan oleh beberapa hal: Ketidakpuasan social (social discontent) disebabkan karena adanya kebijakan di

masa lalu yang menyebabkan penderitaan bagi masyarakat Aceh seperti kecemburuan dalam pembagian kekayaan alam yang tidak adil dan lapangan pekerjaan.

3

Page 4: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

Kelompok yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Dendam diantara anak-anak korban DOM, yang merasa kebijakan yang diterapkan tidak adil, kurang menjunjung tinggi azas praduga tak bersalah, penegakan hukum dan HAM yang kurang dilaksanakan, serta rasa dendam atas perlakuan aparat keamanan terhadap orang tuanya di masa lalu.

Kelompok avonturir akibat disersi dan lain-lain. Kelompok ikut-ikutan yang biasanya dipengaruhi keras atau dipaksa untuk ikut GSBA, kelompok ini biasanya berasal dari masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan.

Konflik yang berkepanjangan selama ini, telah berakibat kesengsaraan dan penderitaan yang pada umumnya menimpa masyarakat/rakyat. Diperkirakan sejak tahun 2000 sampai sekarang, konflik ini telah banyak merenggut jiwa, luka-luka dan juga hilang. Selain itu kerugian material antara lain rumah, kantor, sekolah yang dibakar, kendaraan roda dua dan empat yang dicuri dan lain sebagainya.

Permasalahan sosial yang paling menonjol di Provinsi NAD adalah kemiskinan. Meningkatnya angka kemiskinan, selain disebabkan oleh krisis ekonomi juga disebabkan oleh dampak konflik yang berkepanjangan.

Konflik yang berkepanjangan ini juga membawa pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat baik secara langsung berupa semakin rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, menurunnya tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan, maupun akibat tidak langsung berupa terjadinya korban jiwa, pengungsian dan kerugian harta benda.

IV. LAPORAN KUNJUNGAN DAN PERTEMUAN

A. PERTEMUAN DENGAN DINAS INFOKOM, KPID, TVRI, RRI DAN KALANGAN WARTAWAN PROVINSI NAD

1. DINAS INFORMASI DAN KOMUNIKASI

a. Kondisi Dinas Informasi dan Komunikasi

Dinas Infokom saat ini bukan merupakan perpanjangan tangan dari Kementerian Negara (Kemeneg) Kominfo, hubungan kerja dengan Kemeneg Kominfo adalah hubungan kemitraan dan bukan hubungan hirarki sehingga fungsi-fungsi yang dulu dilaksanakan oleh Departemen Penerangan dilaksanakan di daerah dengan menyesuaikan kebijakan daerahnya masing-masing, dengan membentuk badan-badan/bagian yang tidak seragam seperti Badan Informasi dan Komunikasi, membentuk Bagian Humas dan Informasi dan lain-lain.

Saat ini Dinas Infokom Provinsi NAD telah dapat menyediakan media center. Wadah ini tidak hanya menjadi representasi dari program organisasi terpadu dari pemda tetapi juga sebagai sarana untuk memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah. Bagi para wartawan media center untuk sementara telah menyiapkan fasilitas-fasilitas untuk melakukan komunikasi baik ke dalam maupun ke luar Aceh.

Disamping itu Dinas Infokom juga melakukan tugas media luar dengan menyampaikan informasi kepada masyarakat melalui pemasangan balihoo, billboard, spanduk, pamflet dan lain sebagainya. Bentuk lain penyampaian informasi adalah dengan mengadakan pertunjukan pertunjukan kesenian rakyat

4

Page 5: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

yang dilaksanakan di kecamatan-kecamatan. Pertunjukan kesenian ini berupa tari-tarian, musik dan lawak yang pada saat bersamaan disampaikan pesan-pesan pemerintah.

Kegiatan lain yang juga dilaksanakan Dinas Infokom adalah Program ”Tour Jurnalis” dengan bekerjasama dengan Kodam dan PDSD antara lain mengadakan ceramah tentang wawasan kebangsaan, syariat islam yang pada bulan desember 2004 ini telah diselesaikan di kabupaten-kabupaten.

Untuk memperluas jangkauan siaran TVRI dan RRI, Dinas Infokom telah bekerjasama dengan PT Telkom, sehingga seluruh siaran berita TVRI dan RRI dapat dipancarluaskan ke seluruh daerah selama 2 jam setiap hari.

b. Masalah yang Dihadapi

Masih terbatasnya anggaran yang diterima Dinas Infokom menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan, apalagi sampai saat ini Dinas Infokom masih mensubsidi dana operasional TVRI NAD dalam rangka perbaikan kualitas penyiaran. Dengan terbatasnya anggaran itu pula, Pemda Provinsi NAD belum sanggup untuk membuat televisi daerah seperti yang di harapkan pemerintah pusat.

Dengan dibubarkannya Departemen Penerangan, otomatis fungsi-fungsi departemen tersebut masih di dilaksanakan didaerah-daerah dengan menyesuaikan peraturan yang berlaku termasuk soal penamaan lembaga yang menangani fugsi tersebut sehingga tidak ada pedoman yang baku dalam pelaksanaan fungsi dan penamaan. Disamping itu, dengan tidak adanya lagi Departemen Penerangan dirasakan kurangnya pengayoman dinas-dinas di penerangan dan informasi khususnya ketika dihadapkan pada persoalan kekurangan anggaran.

c. Saran dari Komisi I

Untuk lebih membantu dan mengayomi dinas-dinas yang bergerak dalam bidang komunikasi dan informasi Kementerian Negara Kominfo dapat dibentuk kembali sesuai dengan kedudukan seperti dahulu yaitu menjadi Departemen Kominfo, namun harus dipikirkan batas kewenangannya, agar tidak mengganjal pers, yang sudah tentu sangat bertentangan dengan era demokrasi saat ini.

2. TVRI dan RRI

a. Kondisi TVRI dan RRI saat ini

Kebijakan-kebijakan yang dilakukan TVRI pada masa darurat sipil dititikberatkan pada penyiaran program-program sosialisasi di bidang keamanan dan berbagai kegiatan operasi dalam bentuk paket-paket siaran berupa dialog-dialog dan liputan-liputan harian.

Demikian pula dengan RRI yang saat ini melaksanakan tugas penyiaran sesuai dengan program yang telah ditetapkan dari pusat yaitu menitikberatkan pada bidang pendidikan, informasi, informasi dan kebudayaan masyarakat.

5

Page 6: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

b. Masalah yang dihadapi

Masalah yang dihadapi TVRI dan RRI saat ini adalah masalah pendanaan yang sangat terbatas, sehingga baik siaran-siaran yang ditayangkan atau disiarkan belum optimal, serta menyebabkan keterampilan SDMnya masih tertinggal bila dibandingkan dengan TV-TV swasta. Belum optimalnya siaran tersebut dapat dilihat dari minimnya iklan-iklan yang merupakan salah satu dari sumber pendanaan.

c. Saran Komisi I

Melihat situasi dan kondisi Provinsi NAD yang sangat luas serta kompleksnya masalah-masalah yang terjadi di daerah ini, maka Komisi I DPR RI akan meminta agar Kementerian Kominfo memberikan perhatian yang lebih besar terhadap keberadaan TVRI dan RRI di Provinsi NAD.TVRI dan RRI kiranya perlu memberikan perhatian kepada SDMnya yang berada di daerah untuk dapat diberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDMnya yang jauh tertinggal dari TV-TV dan Radio Swasta.

3. Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)

a. Kondisi KPID Provinsi NAD

Anggota-anggota KPID Provinsi NAD telah terbentuk berdasarkan hasil “fit and proper test” pada bulan Juli 2004 dan sejauh ini anggota-anggota KPID sudah mewakili komponen-komponen yang mewakili masyarakat informasi di Provinsi NAD. Namun sampai saat ini anggota-anggota KPID belum dilantik dan belum jelas anggaran yang disediakan untuk operasional. Kegiatan sehari-hari sementara masih menumpang pada salah satu ruangan di Kantor Dinas Infokom.

Dengan segala keterbatasannya KPID Provinsi NAD sudah melaksanakan kegiatannya yang salah satunya dengan memberikan masukan-masukan kepada KPID pusat khususnya yang berkaitan dengan masalah penyiaran di daerah.

b. Masalah yang dihadapi

Seperti yang diketahui Provinsi NAD sedang giat-giatnya menyiarkan syariat islam, sehubungan dengan hal tersebut KPID Provinsi NAD ingin agar beberapa rekomendasi yang dikeluarkan khususnya di bidang penyiaran syariat islam mendapat perhatian atau setidak tidaknya menjadi masukan, namun hal ini tidak dapat terlaksana karena terhambat oleh proses legitimasi keanggotaan KPID yang belum sah (dilantik), sehingga KPID tidak pernah diikutsertakan dalam penentuan suatu kebijakan dibidang penyiaran di tingkat pusat.

c. Saran Komisi I

Komisi I DPR RI akan segera bertemu dengan Wakil Gubernur Provinsi NAD, dan meminta masalah pelantikan untuk segera dilaksanakan demi kelancaran kegiatan KPID.

Untuk masalah pendanaan bagi operasional dan kususnya honorarium anggota KPID, kiranya dapat belajar dari KPI pusat yang baru mendapat honor 10 bulan setelah diangkat, karena pendanaan ini harus diatur dalam APBD yang tentunya

6

Page 7: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

memakan waktu. Sehingga dihimbau agar anggota KPID ini untuk dapat langsung bekerja sambil menunggu turunnya honorarium yang akan diterimakan secara rapel.

Mengenai masalah sosialisasi syariat islam dimohon kiranya KPID tidak hanya memberikan sebatas masukan bagi KPI pusat saja, tetapi kiranya juga dapat mendorong masyarakat untuk mulai melakukan syariat islam dari hal-hal yang kecil misalnya tentang kebersihan kota yang menjadikan cerminan Islam (seperti tidak membuang sampah sembarangan, tempat buang air kecil yang bersih dan lain-lain). Hal-hal tersebut memang bukan merupakan hal yang prinsip, namun akan memberi “image” tentang umat islam yang sebenarnya.

4. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi NAD

a. Kondisi PWI Provinsi NAD

Jumlah wartawan anggota PWI Provinsi NAD ada sekitar 250 orang yang tersebar di tiga titik yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe dan Langsa. Selain PWI ada beberapa organisasi profesi kewartawaan di Provinsi NAD seperti AJI, PWI Reformasi, KAWRI dan lain sebagainya yang keberadaannya sama sekali tidak bersinggungan dengan PWI bahkan menjadi mitra dalam kegiatan pembinaan kewartawanan.

PWI Provinsi NAD telah membentuk beberapa cabang perwakilan daerah. Tujuan pembentukan PWI daerah ini pada prinsipnya bukan dilihat dari banyaknya jumlah anggota PWI daerah, tetapi lebih disebabkan untuk menegakkan Bendera Merah Putih di seluruh daerah Aceh. Saat ini sudah ada 6 PWI cabang perwakilan daerah Kabupaten/Kota daerah konflik yaitu Pidie, Aceh Barat, Aceh Timur, Aceh Utara, Lhokseumawe dan Aceh Tenggara.

Dalam menjalanakan tugasnya (peliputan) ada beberapa kasus ancaman fisik/teror dan bahkan ada yang ditembak. Jika terjadi kejadian seperti ini PWI tidak dapat berbuat apa-apa kecuali meminta perlindungan kepada aparat keamanan. Apabila ada ancaman yang dilakukan oleh oknum aparat TNI atau POLRI, PWI akan langsung berkoordinasi dengan Panglima atau Kapolda, dan sampai saat ini kasus-kasus seperti tersebut di atas dapat diselesaikan secara baik.

Kemitraan antara PWI dengan instansi pemerintah, POLRI dan TNI saat ini sangat baik, sehingga semua program pemerintah, program PWI dan program lainnya dapat disiarkan secara baik oleh para wartawan. Kemitraan yang baik ini juga dapat terlihat pada kerjasama ini terlihat pada saat upaya pembebasan sandera wartawan-wartawan Indonesia maupun asing yang sedang meliput di Aceh. Baik pada masa Darurat Militer maupun Darurat Sipil tidak ada pembatasan peliputan yang signifikan, yang ada pengawalan peliputan oleh TNI dan POLRI.

b. Masalah yang dihadapi

Undang-undang Nomor : 40 Tahun 1999 tentang Pers dinilai masih banyak kelemahan yang merugikan para wartawan, untuk itu PWI meminta kiranya undang-undang tersebut dapat disempurnakan demi mengakomodasi kepentingan jurnalisme.

7

Page 8: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

c. Saran Komisi I

Terhadap keinginan PWI untuk menyempurnakan undang-undang Nomor : 40 Tahun 1999, kiranya perlu dicermati kembali permintaan ini. Karena undang-undang tersebut sudah dapat dikatakan sebagai undang-undang pers yang paling demokratis, sehingga penyempurnaan undang-undang tersebut dikhawatirkan justru akan mengekang wartawan kembali.

Untuk menghindari konflik dengan pihak-pihak yang diberitakan perlu diperhatikan tatakrama dan tatacara dalam menyampaikan berita.

5. Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

a. Kondisi PRSSNI Provinsi NAD

Sejauh ini pelaksanaan pembagian frekuensi-frekuensi dalam kanal-kanal tidak ada kendala yang berarti, baik navigasi udara maupun laut tidak pernah terganggu oleh siaran radio.

b. Masalah yang dihadapi

Masih maraknya radio-radio gelap/liar (termasuk radio TNI dan POLRI) menyebabkan semrawutnya pengaturan frekwensi radio AM maupun FM di Aceh.

c. Saran Komisi I

Kiranya PRSSNI Provinsi NAD agar lebih berperan untuk menertibkan radio-radio liar secara adil dan bijaksana, sehingga semua kepentingan dapat terakomodasi dengan baik tanpa merugikan pihak manapun.

B. PERTEMUAN DENGAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI NAD

1. PEMERINTAHAN DAERAH WAKIL GUBERNUR PROVINSI NAD

a. Kondisi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam saat ini

Pada masa Darurat Sipil semester terakhir ini telah banyak hal-hal yang telah dicapai oleh pemerintah daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam seperti pelaksanaan operasi pemulihan keamanan dan operasi kemanusiaan tersebut telah dilaksanakan semaksimal mungkin dan juga saat ini operasi yang masih dipacu pelaksanaan adalah operasi pemulihan ekonomi.

Di dalam pelaksanaan operasi keamanan dan kemanusiaan dapat disampaikan bahwa kondisi daerah-daerah hitam saat ini sudah tidak ada, yang ada adalah daerah tidak berfungsi. Daerah ini sudah jauh berkurang, semula daerah (kampung) yang kurang berfungsi sejumlah 1093 kampung sekarang jumlah tersebut tinggal 33 kampung dari seluruh kecamatan yang berjumlah 241 kecamatan.

Begitu pula dengan masalah daerah konsentrasi pengungsi, saat ini masalah pengungsi sudah berbeda dengan sebelumnya, dimana dahulu pengungsi pergi ke daerah lain karena rasa takut terhadap Gerakan Aceh Merdeka

8

Page 9: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

(GAM). Pengungsi yang ada saat ini adalah pengungsi yang sengaja dievakuasi ke daerah pengungsian oleh TNI sebelum daerah mereka akan diserbu TNI dalam rangka pengejaran GAM.

Dana pelaksanaan pengungsian tersebut ditanggung oleh Departemen Sosial 30%, Pemerintah Daerah 40% dan 30% dari kabupaten yang bersangkutan.

b. Masalah yang dihadapi

1) Sehubungan dengan masih dilaksanakan kegiatan operasi-operasi, terutama pelaksanaan operasi pemulihan ekonomi, saat ini Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam masih sangat memerlukan anggaran bagi pelaksnaan kegiatan tersebut sehingga APBD Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam diharapkan dapat direvisi/disesuaikan.

2) Dalam rangka pelaksanaan syariah islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, masih diperlukan perangkat hukum yang dapat mengatur pelaksanaan Syariah Islam tersebut.

c. Saran Komisi I

Sebaiknya dalam pelaksanaan syariah islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hendaknya disosialisasikan terlebih dahulu sehingga pelaksanaan tersebut dapat berjalan secara maksimal, arif dan bijaksana dan tidak menimbulkan kontroversi atau menjadi perdebatan umum.

C. PERTEMUAN DENGAN PANGLIMA KOMANDO DAERAH MILITER (KODAM) SULTAN ISKANDAR MUDA

1. MARKAS KOMANDO DAERAH MILITER (KODAM)

a. Kondisi Kodam Sultan Iskandar Muda

Kodam Sultan Iskandar Muda diresmikan kembali operasinya kurang lebih tiga tahun silam, mempunyai dua tugas utama yaitu :

1) Membenahi organisasi, personil, materiil pangkalan dan piranti lunak untuk kelangsungan organisasi.

2) Menghadapi konflik berkepanjangan dan masih mengoperasionalkan satuan-satuan BKO untuk menumpas pemberontak GA yang jumlahnya cukup besar.

KODAM Sultan Iskandar Muda didukung oleh 2 Korem, 2 Kodim (ditambah 2 Kodim baru), 3 Batalyon Infanteri, 1 Den Zipur dan 1 Den Intel. Dengan kekuatan personil rata-rata 47,91%.

Materiil KODAM saat ini merupakan aset lama limpahan dari aset KODAM terdahulu, begitu pula dengan gedung perkantoran, perumahan, sebagian masih menggunakan asset lama yang direnovasi dan sebagian bangunan baru. Sedangkan piranti lunak yang ada di KODAM sebagian besar hasil pengadaan baru. Hal ini terjadi karena usia KODAM ini baru kurang lebih 3 tahun.

9

Page 10: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada masa Darmil dan Darsip adalah bertujuan untuk melumpuhkan GAM dengan:

1) melaksanakan gelar operasi di seluruh wilayah Provinsi NAD dengan melaksanakan operasi tempur, operasi intelijen, operasi territorial, operasi informasi dalam membangun opini publik dan operasi penegakan hukum dan HAM.

2) pengejaran tokoh pemberontak GAM dengan mengintegrasikan antara komando wilayah dan satuan intelijen, mengerahkan satuan tugas pemukul, mengoptimalkan pergerakan pasukan cadangan dan selalu berimprovisasi dalam bertempur.

3) penyekatan di laut dan penutupan di perbatasan dengan mengoptimalkan patroli dan mengaktifkan sweeping di perbatasan wilayah.

4) mempersempit ruang gerak GAM.

Selain kegiatan tempur, KODAM juga melaksanakan kegiatan bakti sosial seperti khitanan massal, pengobatan masal, donor darah, pemberian santunan anak yatim, operasi katarak dan bibir sumbing.

b. Masalah yang dihadapi

1) Masih terbatas dan tidak teraturnya pasokan senjata dari pusat. Ini bertujuan untuk mengimbangi GAM yang masih memiliki kurang lebih 986 pucuk senjata.

2) Masih kurangnya tenaga intel dalam melaksanakan operasi intelijen. Tenaga intel yang dibutuhkan adalah dengan spesifikasi khusus yaitu Satuan Intel taktis yang bertugas mencari lawan di darat. Tenaga intel tersebut tidak dapat direkrut dari Intel Strategis (seperti BIN, POLRI, Intel AU atau AL)

3) Terbatasnya logistik prajurit yang diterimakan dalam bentuk uang lauk pauk. Uang lauk pauk ini semakin dirasakan kurang, karena para prajurit menggunakan uang tersebut untuk membeli “Voucher HP” sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan keluarga.

4) Rotasi prajurit masih belum memenuhi keinginan panglima TNI yaitu 9 bulan. Rotasi dilakukan 12 bulan sekali. keadaan ini sudah jauh lebih baik, karena rotasi sebelumnya bisa mencapai 17 bulan.

c. Saran Komisi I

Komisi I DPR RI akan menyampaikan masalah-masalah yang terkait dengan persenjataan dan personil tempur khususnya satuan intelijen serta masalah kesejahteraan dan rotasi prajurit kepada KASAD untuk segera ditindaklanjuti.

D. PERTEMUAN DENGAN TOKOH-TOKOH MASYARAKAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

a. Pendapat dari tokoh-tokoh masyarakat Aceh

1) Seluruh tokoh-tokoh masyarakat mengharapkan kepada pemerintah Indonesia agar setelah selesainya masa-masa darurat baik masa darurat militer maupun masa darurat sipil untuk tetap membangun Aceh sesuai

10

Page 11: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

dengan yang dicita-citakan yaitu terciptanya suatu masyarakat yang adil dan makmur dan juga tetap menjaga keamanan yang stabil secara permanen.

2) Konflik Aceh banyak tercipta oleh keoptimalan aparatur pemerintah daerah terutama bila masyarakat berurusan dengan pemerintah yang kadang membuat masyarakat “takut” sehingga masyarakat lebih melihat aparatur pemerintah sebagai penguasa ketimbang sebagai pelayan dari masyarakat.

3) Operasi keamanan di Aceh sudah memadai walaupun masih semu, namun tetap harus diwaspadai dikarenakan GAM saat ini masih memiliki 700 pucuk senjata.

4) Saat ini operasi yang diprioritaskan ialah operasi pemulihan ekonomi dimana operasi tersebut harus didukung oleh kondisi keamanan, penegakan hukum dan penegakan HAM. pemulihan ekonomi ini dimaksudkan adalah pemulihan ekonomi masyarakat dimana salah satu tujuannya adalah mengurangi pengangguran.

b. Masalah yang dihadapi

1) Masih sulitnya bagi aparatur pemerintah, TNI dan Polri dalam menghilangkan kesan yang “menakutkan” pada masayarakat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap aparatur pemerintah masih sangat rendah. Hal ini sangat merugikan bagi jalannya proses pemulihan di Aceh.

2) Walaupun saat ini masalah keamanan sudah semakin kondusif namun dibeberapa wilayah seperti didaerah Aceh Utara masih perlu diperhatikan keamanannya. Hal ini dapat dilihat seperti usaha-usaha pertambakan, perkebunan masih ditutup sehingga masalah keamanan dapat tetap diperhatikan agar bagi para pengusaha tidak ragu dalam melakukan aktivitas usahanya. Tentunya berdampak pada terbukanya lapangan kerja di Aceh.

3) Untuk merealisasikan pembukaan lapangan kerja baru, masyarakat masih menunggu program kongkrit dari pemerintah bagi pelaksanaan operasi pemulihan ekonomi yang dijanjikan.

c. Saran Komisi I

Komisi I DPR RI melihat hal-hal yan diperlukan saat ini adalah membangun kepercayaan dari masyarakat dan keteladanan dari aparatur pemerintah. Untuk itu perlu dilaksanakan pengawasan yang efektif melalui DPRD, Pers dan masyarakat sendiri dengan demikian diharapkan dapat membangun pemerintah yang bersih dan terbuka serta memberikan keteladanan kepada masyarakat.

E. PERTEMUAN DENGAN KOMANDAN PANGKALAN ANGKATAN LAUT SABANG DAN PANGKALAN UDARA SULTAN ISKANDAR MUDA

1. PANGKALAN ANGKATAN LAUT SABANG

a. Kondisi saat ini

LANAL Sabang adalah pangkalan TNI AL, sebagai unsur komando fungsional Lantama I yang membawahi perairan mulai dari Langsa sampai Sabang, kemudian sampai Kepulauan Banyak, mempunyai tugas pokok melaksanakan dukungan logistik dan administrasi terhadap unsur-unsur KRI Armada Barat dan lainnya serta pembinaan maritim menjadi kekuatan ankamneg di laut.

11

Page 12: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

Luas perairan yang harus diamankan oleh LANAL Sabang sangat luas meliputi Selat Malaka antara Ujung Tamiang-Aceh Timur sampai dengan Pulau Rondo dan Samudra Hindia.

Wilayah yang sangat luas ini memiliki sumber daya alam yang sangat besar baik hayati maupun non hayati yang perlu dijaga keamanannya baik terhadap bahaya eksploitasi secara illegal maupun bahaya terhadap masuknya penyelundupan, apalagi peranan Selat Malaka merupakan alur laut internasional yang sangat padat, sehingga kondisi ini sangat rawan terhadap berbagai kegiatan pelanggaran hukum laut.

Pelanggaran hukum yang sering terjadi di perairan Provinsi NAD adalah :1) Penyelundupan kayu, yang biasanya diselundupkan ke Thailand dan

Malaysia2) Perompakan bersenjata dengan menggunakan kapal pancung3) Penyelundupan narkoba seperti penyelundupan ganja

b. Masalah yang dihadapi

Untuk saat ini pelaksanaan pengamanan laut masih belum ditunjang oleh peralatan yang memadai, seperti :

1) Belum adanya adanya radio panggil yang dapat mengumumkan informasi sampai radius yang jauh

2) Kurang lengkapnya alat-alat navigasi di Selat Malaka3) Belum sempurnanya pelabuhan untuk pelayaran-pelayaran bagi KRI berikut

kurangnya “ spare part” kapal (walau sudah diajukan) dan lain sebagainya.

Ini semua mengakibatkan masih kurang mampunya LANAL Sabang mengawasi kawasan laut tersebut. Terutama dengan melakukan tindakan-tindakan kepada para pelanggar di wilayah kedaulatan RI.

c. Saran Komisi I

Komisi I DPR RI menyampaikan masalah-masalah yang terkait seperti kurangnya peralatan navigasi dan penyediaan “spare part” serta penyempurnaan pelabuhan bagi KRI kepada KASAL untuk segera ditindaklanjuti.

2. PANGKALAN ANGKATAN UDARA SULTAN ISKANDAR MUDA

a. Kondisi saat ini Memasuki akan berakhirnya darurat sipil di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam tahun 2005 yang akan datang, kondisi NAD secara umum di dan khususnya di LANUD Sultan Iskandar Muda kondusif, dikarenakan kekuatan GSA baik personil maupun materil sudah berkurang intensitasnya, walaupun diperkirakan kelompok tersebut masih sekali-kali melakukan intimidasi, teror, penculikan dengan serangan “hit and run” untuk menghindari aparat keamanan.

Tugas LANUD Sultan Iskandar Muda adalah mengamankan wilayah sekitarnya khususnya dalam mengeliminir di luar administrasi karena sekecil apapun ancaman yang terjadi di LANUD dapat berdampak internasional.

12

Page 13: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

b. Kondisi saat ini

Memasuki akan berakhirnya darurat sipil di NAD tahun 2005 yang akan datang, kondisi NAD secara umum di NAD dan khususnya di LANUD Sultan Iskandar Muda kondusip, karena kekuatan GSBA baik personil maupun materiel sudah berkurang intensitasnya, walaupun diperkirakan kelompok tersebut masih sekali-sekali melakukan intimidasi, terror, penculikan dengan serangan “hit and run” untuk menghindari aparat keamanan.

Tugas LANUD Sultan Iskandar Muda adalah mengamankan dan sekitarnya khususnya mengeliminir di luar administrasi karena sekecil apapun ancaman yang terjadi di LANUD dapat berdampak Internasional.

c. Masalah yang dihadapi

1) Minimnya dana bidang Intelejen dan sarana penunjang operasi khususnya persenjataan.

2) Belum adanya perlengkapan bidang operasi seperti “Towing Car”, kendaraan VCP, Fork Lift, kendaraan patroli, X – Ray, terbatasnya truk-truk dan lain sebagainya.

3) Belum lengkapnya personil-personil pejabat di Lanud Sultan Iskandar Muda, karena masih banyak Jabatan-jabatan yang belum terisi.

Belum lengkapnya secara dan prasarana pendukung di bidang logistik dan bidang khusus seperti :1) Belum adanya rak-rak barang di gudang-gudang, lemari dan rak besi untuk

menyimpan senjata, SPBT, tangki timbun Avtor, kendaraan refoller.2) Masih minimnya peralatan dan obat-obatan untuk klinik, sarana rawat inap

serta tenaga medis khususnya perawatan gigi dan mulut.

Dengan segala keterbatasannya, LANUD Sultan Iskandar Muda tetap melakukan tugas seoptimal mungkin.

d. Saran Komisi I DPR-RI

Pangkalan-pangkalan di Aceh merupakan garis depan Republik Indonesia masih demikian rawan dan terbatas kemampuan pertahanannya.

Komisi I akan mengusulkan kepada Pemerintah melalui MABES TNI dan Departemen Pertahanan serta Departemen Dalam Negeri untuk segera memenuhi segala kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan LANAL Sabang maupun LANUD Sultan Iskandar Muda, baik kebutuhan sarana dan prasarana kebutuhan personil-personil yang memang benar-benar sangat diperlukan karena sesuai dengan undang-undang nomor : 34 tahun 2004 tentang TNI menyatakan bahwa daerah perbatasan, daerah konflik dan pulau-pulau terpencil menjadi prioritas pertahanan.

Berdasarkan paparan yang disampaikan oleh Komandan LANAL Sabang dan KOmandan LANUD Sultan Iskandar Muda, Komisi I DPR RI menyampaikan penghargaan atas upaya optimal yang telah dilakukan dalam rangka pengamanan wilayah laut dan udara di Provinsi NAD walaupun dengan segala keterbatasannya.

13

Page 14: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

Komisi I DPR RI tetap meminta kesiagaan dari jajaran LANAL Sabang dan LANUD Sultan Iskandar Muda tetap dalam menjaga wilayah laut dan udara dalam situasi apapun.

F. PERTEMUAN DENGAN KAPOLDA PROVINSI NAD KAKANWIL DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM DAN KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

1. MAPOLDA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

a. Kondisi saat ini :

Luas Provinsi NAD seperti dari Pulau Jawa dengan sumber daya alam yang cukup menjanjikan. Provinsi NAD mempunyai 12 POLRES dan telah mempersiapkan 9 Polres baru. Jumlah POLRES tidak lepas dari administrasi pemerintahan. Propvinsi NAD juga telah memiliki 187 POLSEK dimana 41 POLSEK diantaranya dalam tahap persiapan. Jumlah personil yang ada di Provinsi NAD tertanggal 24 Desember 2004 berjumlah 14.881 orang terdiri dari 7.900 satuan organik ditambah BKO 6.900 orang.

Dalam rangka pengamanan daerah Aceh dalam masa Darurat Sipil, POLDA NAD telah melaksanakan tugas yang cukup baik, terlihat sebelumnya desa yang tidak berfungsi sebanyak 34 desa, namun sekarang tinggal 3 desa saja yang tidak berfungsi. Kekuatan GAM semula 1.854 orang telah berkurang menjadi 1.041 orang, ini semua juga tidak terlepas kemitraan dengan TNI yang bahu membahu menumpas GAM.

b. Masalah yang dihadapi

1) Sehubungan dengan banyaknya anggota GAM yang ditangkap, maka saat ini daya tampung rumah tahanan di NAD sudah tidak memadai, sehingga diharapkan para napi tersebut dapat segera keluar dari NAD.

2) Perlu jalan keluar bagi napi-napi GAM yang telah selesai menjalankan hukuman, karena setelah menjadi orang bebas dan harus diupayakan agar mereka tidak menjadi anggota GAM kembali.

3) Perlu adanya manajemen waktu dalam menerapkan syariat Islam di NAD dengan ritme kerja aparatur pemerintah sehingga dalam pelaksanaannya dapat lebih fleksible .

c. Saran Komisi I DPR-RI

1) Kesejahteraan para prajurit POLRI Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam saat ini perlu untuk ditingkatkan serta penghargaan terhadap keluarga dari prajurit POLRI yang tewas dalam pelaksanaan tugas di Nanggroe Aceh Darussalam.

2) Untuk masalah anggota GAM yang tertangkap, hendaknya dikoordinasikan dengan Departemen Kehakiman untuk segera dilakukan penjadwalan tahanan dengan memindahkan tahanan ke luar Aceh dikarenakan keterbatasan tempat, untuk itu perlu segera dibangun atau ditambah Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) baru di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

3) Perlunya mengadakan pembinaan mental bagi anggota GAM yang tertangkap dengan melakukan pendekatan secara manusiawi dan bermartabat, sehingga diharapkan mereka dapat kembali menjadi warga negara indonesia yang baik dan taat .

14

Page 15: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

4) Perlu adanya sosialisasi syariat Islam secara baik, tepat dan benar kepada masyarakat maupun aparatur pemerintah terutama dalam hal penyesuaian waktu pelaksanaan ibadah dengan pelaksanaan tugas kerja sehingga keduanya dapat berjalan seiring.

5) Dalam melaksanakan tugas dilapangan baik anggota TNI maupun Polri di Provinsi NAD mengharapkan perbekalan ransum makanan yang diberikan dalam bentuk kemasan keleng, bukan dalam kemasan plastik karena ransum dalam kemasan kaleng lebih mudah dan praktis dalam proses pengolahannya.

6) Dengan diberikannya Polri kekuatan dan kedudukan yang terhormat dalam ketatanegaraan maka harus diimbangi dengan performa Polri yang baik pula dilapangan agar tidak mengecewakan pembuat UU tersebut dan masyarakat.

2. KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK AZASI MANUSIA (KANWIL HUKUM DAN HAM) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

a. Kondisi saat ini

Kantor wilayah hukum dan HAM Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan kepanjangan tangan dari Departemen hukum dan HAM yang mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintah di bidang hukum dan HAM. Dalam pelaksanaan tugas tersebut kantor wilayah hukum dan HAM masih menitikberatkan pada penegakan serta pembangunan sarana dan prasarana hukum.

Kantor wilayah hukum dan HAM Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hanya didukung oleh 664 orang pegawai dan telah melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain dalam memberikan pelayanan hukum berupa penyuluhan hukum dan penyelenggaraan konsultasi hukum/bantuan hukum bagi masyarakat yang kurang mampu, melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik serta mengatur pelayanan tahanan dan perawatan serta penyelenggaraan Rumah Penyimpanan Benda Barang Sitaan Negara.

b. Masalah yang dihadapi Selama masa Darurat Militer ke Darurat Sipil pelaksanaan kegiatan kantor wilayah kehakiman dan HAM telah banyak kemajuan yang dicapai, namun masih banyak kendala-kendala antara lain :

1) Dalam kegiatan pembinaan tahanan belum didukung oleh dana dan sarana prasarana yang memadai serta tenaga instruktur yang sangat terbatas

2) Dalam rangka mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada maka perlu diadakan pelatihan dan pendidikan teknis pemasyarakatan serta ke-samapta-an.

3) Saat ini kondisi Aceh semakin kondusif, namun perlu diketahui bahwa

senjata api yang ada di kanwil Departemen Hukum dan HAM sudah ditarik oleh pihak kepolisian sehingga petugas LAPAS di Departemen Hukum dan HAM tidak memiliki senjata api lagi, padahal senjata tersebut masih diperlukan dalam rangka melindungi keamanan aparat-aparat hukum tersebut.

4) Hal lain yang juga menjadi perhatian ialah dengan banyaknya kasus-kasus hukum yang terjadi di Aceh, maka sampai saat ini Pengadilan Tinggi Aceh

15

Page 16: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

masih kekurangan tenaga Hakim, dikarenakan hakim-hakim yang selama ini dikirim ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hanya bertahan selama 3 bulan karena alasan satu dan lain hal. Untuk mengatasi kekosongan hakim di Pengadilan Tinggi Aceh sejak diberlakukannya Darurat Sipil diharapkan hakim-hakim tersebut direkrut dari putra daerah Aceh.

5) Sehubungan dengan banyaknya kasus hukum yang terjadi tersebut, baik masalah GAM maupun masalah hukum umum, maka masih diperlukan penambahan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) baik untuk umum serta LAPAS khusus bagi wanita dan anak-anak. Demikian pula sarana perlengkapan teknis pemasyarakatan saat ini belum memadai seperti kurangnya ruang dan perlengkapan latihan kerja, peralatan pendidikan, olah raga juga perlengkapan pakaian, perlengkapan tidur, perlengkapan kesehatan dan makanan tahanan.

c. Saran Komisi I DPR RI

Komisi I DPR RI menyarankan dalam hal ini setelah melihat keadaan dan kondisi dari kantor wilayah kehakiman dan HAM Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan segala kekurangannya, melalui pemerintah Indonesia c.q. Menteri Kehakiman dan HAM untuk segera memenuhi kebutuhan yang diperlukan saat ini, mengingat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai daerah istimewa dan wilayah konflik.

Dalam hal ini, Komisi I DPR RI akan meminta Komisi II DPR RI selaku mitra kerja (counter part) di bidang hukum, perundang-undangan, HAM dan keamanan untuk dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

2. KANTOR KEJAKSAAN TINGGI

a. Kondisi Saat ini

Kejaksaan Tinggi NAD terdiri dari 18 Kejaksaan Negeri dengan jumlah pegawainya lebih dari 200 orang serta jumlah Jaksa hanya 62 orang yang sekaligus ditunjuk selaku Jaksa Organik.Khusus dalam mengangani masalah makar yang dilakukan oleh separatis GAM, Kejaksaaan Agung menempatkan 30 orang Jaksa Detasiring setiap 6 bulan dari berbagai provinsi di Indonesia dan disebarkan ke 18 Kabupaten yang ada di NAD. Sedang Jaksa Organik selain menganni masalah-masalah makar juga menangani masalah korupsi dan pelanggaran pemilu.

b. Masalah yang dihadapi

Dalam masa darurat militer dan sipil ini kejaksaan telah menyelesaikan ribuan perkara walaupun dalam kondisi yang sangat rawan, ini semua dapat terwujud karena adanya kooordinasi yang baika antara penyidik umum dan penyidik Polri, hanya pelimpahan perkara kadang terlambat karena masalh “hati nurani”. Ini disebabkan dalam pelaksanaannya kejaksaaan harus sedikit melanggar formal yaitu untuk menyidangkan perkara GAM terpaksa menggunakan hakim tunggal yang semestinya menggunakan majels hakim. Namum apabila harus menggunakan majelis hakim yang didatangkan dari luar daerah maka akan banyak memakan waktu sehingga pelimpahan perkara-perkara GAM yang berasal dari Polri akan terhambat.

16

Page 17: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

c. Saran dari Komisi I DPR RI

Walaupun kejaksaan harus mengadili/menuntut orang-orang yang merupakan bagian gerakan-gerakan yang masih bergerak di masyarakat, kiranya dalam dalam melaksanakan putusan-putusan hukum dapat bebas dari perasaan tertekan dan terancam agar putusan-putusan yang dibuat tidak kompromistis dan telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Kebebasan hukum ini penting agar tidak mengahambat penambahan petugas penegak hukum khususnya dari luar Aceh.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Saat ini yang sangat diperlukan bagi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah membangun kepercayaan masayrakat dan keteladanan dari Aparatur pemerintah. Untuk itu perlu dilaksanakan pengawasan yang efektif melalui DPRD, Pers dan masyarakat sendiri dengan demikian diharapkan melalui pemerintah yang terbuka dan bersih serta memberikan keteladanan dari aparatnya.

Saat ini situasi keamanan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berlangsung semakin membaik dan kondusif. Hal ini dikarenakan potensi kekuatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) telah dapat dieliminir sehingga pergerakan GAM dapat ditekan dan ruang gerak mereka semakin sempit.

Pada masa Darurat Sipil semester terakhir ini telah banyak hal-hal yang telah dicapai oleh pemerintah daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam seperti pelaksanaan operasi pemulihan keamanan dan operasi kemanusiaan tersebut telah dilaksanakan semaksimal mungkin dan juga saat ini operasi yang masih dipacu pelaksanaan (diprioritaskan) adalah operasi pemulihan ekonomi.

Dalam pelaksanaan Darurat Sipil kondisi keamanan NAD saat ini semakin membaik dan kondusif dan keterpaduan operasi sudah terlaksana dan berjalan dengan baik karena bila dibandingkan pada saat keadaan Darurat Militer dimana banyaknya jatuh korban yang tewas dan mengalami cedera dari anggota TNI.

Di dalam pelaksanaan operasi keamanan dan kemanusiaan dapat disampaikan bahwa kondisi daerah-daerah hitam saat ini sudah tidak ada, yang ada adalah daerah tidak berfungsi. Daerah ini sudah jauh berkurang, semula daerah (kampung) yang kurang berfungsi sejumlah 1093 kampung sekarang jumlah tersebut tinggal 33 kampung dari seluruh kecamatan yang berjumlah 241 kecamatan.

Begitu pula dengan masalah daerah konsentrasi pengungsi, saat ini masalah pengungsi sudah berbeda dengan sebelumnya, dimana dahulu pengungsi pergi kedaerah lain dikarenakan rasa takut yang dialami terhadap Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Namun pengungsi yang ada saat ini adalah pengungsi yang sengaja dievakuasi ke daerah pengungsian oleh TNI sebelum daerah mereka akan diserbu TNI dalam rangka pengejaran GAM.

Dalam rangka pelaksanaan syariat islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, masih diperlukan perangkat hukum yang dapat mengatur pelaksanaan syariat islam tersebut. Pelaksanaan syariah islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hendaknya disosialisasikan terlebih dahulu sehingga pelaksanaan tersebut dapat berjalan secara maksimal, arif dan bijaksana dan tidak menimbulkan kontroversi atau menjadi perdebatan umum.

17

Page 18: Kunjungan Kerja Komisi I ke Provinsi NAD

Komisi I DPR RI akan mengusulkan kepada pemerintah melalui MABES TNI dan Departemen Pertahanan serta Departemen Dalam Negeri untuk segera memenuhi segala kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan KODAM Sultan Iskandar Muda, LANAL Sabang, LANUD Sultan Iskandar Muda maupun MAPOLDA baik kebutuhan sarana dan prasarana kebutuhan personil-personil yang memang benar-benar sangat diperlukan karena sesuai dengan amanat dari Undang-Undang Nomor : 34 tahun 2004 tentang TNI menyatakan bahwa daerah perbatasan, daerah konflik dan pulau-pulau terpencil menjadi prioritas pertahanan.

Dalam melaksanakan tugas dilapangan baik anggota TNI maupun Polri di Provinsi NAD mengharapkan perbekalan ransum makanan yang diberikan dalam bentuk kemasan keleng, bukan dalam kemasan plastik karena ransum dalam kemasan kaleng lebih mudah dan praktis dalam proses pengolahannya.

VI. PENUTUP

Demikianlah laporan hasil kunjungan kerja Komisi I DPR RI ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada Masa Reses Persidangan II Tahun Sidang 2004 – 2005 sebagai hasil pertemuan dan dialog dengan Pemerintah Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, untuk ditindaklanjuti oleh instansi terkait.

Jakarta, 30 Desember 2004

TIM KUNJUNGAN KERJA KOMISI I DPR RIKE PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

K E T U A, SEKRETARIS,

ttd ttd

DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH. IR. TRISTANTI MITAYANI, MT

18