kumpulan proposal ptk
TRANSCRIPT
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DINI ANAK
MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF DI KB AL-IHSAN
DESA MARADAP KECAMATAN PARINGIN SELATAN KABUPATEN
BALANGAN
Tugas Mata Kuliah
Penelitian Tindakan Kelas
( IDIK 4008 )
OLEH
NORLAILA HAYATI
NIM. 821588747
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA ( UT )
UPBJJ BANJARMASIN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Bagi bangsa Indonesia, saat ini adalah saat teknologi dan informasi yang
semakin canggih dan menuntut dukungan budaya baca tulis yaitu perwujudan
perilaku yang mencakupi kemampuan, kebiasaan, kegemaran dan kebutuhan baca
tulis.
Akan tetapi yang menjadi pertanyaan sekarang kapan kemampuan membaca
dan menulis anak itu mulai diajarkan?. Karena ada sebagian pendapat menyatakan
bahwa membaca dan menulis baru diajarkan pada saat anak sudah di SD tetapi
banyak juga ahli yang menyatakan bahwa membaca menulis harus dikenalkan
sejak dini. Banyak penelitian mutakhir yang membuktikan bahwa anak dapat
diajar membaca sebelum ia mencapai usia sekolah. Durkin (1966; 1966a ) telah
melakukan penelitian tentang pengaruh membaca dini pada anak-anak. Dia
menyimpulkan bahwa tidak ada efek negative pada anak-anak dari membaca dini.
Anak-anak yang telah diajar membaca sebelum masuk SD pada umumnya lebih
maju disekolah daripada anak-anak yang belum pernah memperoleh membaca
dini. Steinberg (1982: 214-215) mengemukakan setidaknya ada empat keuntungan
mengajar anak membaca dini dilihat dari segi proses belajar mengajar :
1. Belajar membaca dini memenuhi rasa ingin tahu anak
2. Situasi akrab dan informal dirumah dan di KB atau TK merupakan factor
yang kondusif bagi anak untuk belajar
3. Anak-anak pada usia dini pada umumnya perasa dan mudah terkesan serta
dapat diatur
4. Anak-anak yang berusia dini dapat mempelajari sesuatu dengan mudah
dan cepat
Kegiatan pembelajaran di tempat Penitipan anak dan Kelompok bermain
dilaksanakan melalui kegiatan bermain. Semua kegiatan pembelajaran tersebut
direncanakan dan diarahkan untuk mencapai perkembangan yang optimal yang
meliputi aspek-aspek perkembangan anak-anak secara menyeluruh dan
penggunaan atau media sumber belajar yang tepat, bermanfaat, menarik dan dapat
menstimulasi perkembangan anak. Pada dasarnya anak usia dini adalah anak ang
senang menemukan dan melakukan. Satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari
dunia anak adalah bermain, ia belajar dan melakukan segala hal dengan bermain.
Mengingat begitu pentingnya menumbuhkan minat membaca bagi anak sejak dini
dan karakteristik anak usia dini yang sangat senang bermain, sehungga perlu
disusun rancangan kegiatan bermain sambil belajar yang bisa merangsang
kemampuan membaca dini anak di KB. Maka hal inilah yang melatar belakangi
saya untuk melakukan penelitian tindakan kelas yaitu meningkatkan kemampuan
membaca anak dengan permainan kartu huruf.
B. Rumusan masalah
“Bagaimana Upaya Meningkatkan kemampuan membaca dini anak dengan
kartu huruf di KB Al-ihsan ?”
C. Tujuan perbaikan
Tujuan perbaikan pengembangan ini, secara umum adalah untuk
Meningkatkan kemampuan dan minat membaca anak sejak dini khususnya anak-
anak di KB Al-ihsan.
D. Manfaat perbaikan
Perbaikan ini diharapkan bermanfaat :
1. Untuk anak diharapkan meningkatkan perkembangan bahasa, kemampuan
dan minat membaca bagi anak sejak dini
2. Untuk Pendidik, sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang
stimulasi atau kegiatan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa anak
3. Untuk orang tua, sebagai sedikit ilmu pengetahuan bagaimana
menyediakan sarana dan media pembelajaran yang sesuai dengan anak.
4. Untuk sekolah diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai masukan
dan bahan perbandingan bagi kepala sekolah dalam pembelajaran yang
dilaksanakan di lembaga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian membaca
Membaca merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif.
Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang sangat kompleks dan melibatkan
berbagai keterampilan. Jadi, kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan
kegiatan yang teterpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali
huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi, maknanya serta menarik
kesimpulan mengenai maksud bacaan. Kegiatan membaca terkait dengan dengan:
1. pengenalan huruf atau aksara
2. bunyi dari huruf atau rangkaian huruf-huruf
3. makna atau maksud
4. pemahaman terhadap makna
Adapun menurut Hari (1970: 3) membaca merupakan interpretasi yang bermakna
dari symbol verbal yang tertulis/tercetak. Membaca adalah tindakan
menyesuaikan arti kata dengan symbol-simbol yang tertulis atau tercetak.
Kegiatan membaca dapat bersuara dan dapat pula tidak bersuara. Jadi, membaca
pada hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna
tulisan
2. Pentingnya kemampuan membaca
Kemampuan membaca sangat penting dimiliki anak, Mary leonhardt (1999: 27)
menyatakan ada beberapa alas an mengapa kita perlu menumbuhkan cinta
membaca pada anak. Alasan-alasan tersebut adalah :
1. Anak yang senang membaca akan membaca dengan baik, sebagian besar
waktunya digunakan untuk membaca.
2. Anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang
lebih tinggi. Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-
gagasan rumit secara lebih baik.
3. membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal,
dan membuat belajar jadi lebih mudah.
4. kegemaran membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak.
5. membaca dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih saying.
6. anak-anak yang gemar membaca akan dihadapkan pada suatu dunia yang
penuh dengan kemungkinan dan kesempatan.
7. anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola
berpikir kreatif dalam diri
2. Tujuan Membaca
Tujuan membaca itu sangat beragam, tergantung pada situasi dan berbagai
kondisi pembaca. Secara umum tujuan ini dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Mendapatkan informasi
2. Meningkatkan citra diri
3. Melepaskan diri dari kenyataan
4. Untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan
5. Mungkin juga orang membaca tanpa tujuan hanya sekedar mengisi waktu
luang
6. Tujuan membaca yang paling tinggi adalah mencari nilai-nilai keindahan
atau pengalaman estetis atau nilai-nilai kehidupan lainnya
3. Pengembangan kemampuan membaca di Taman Kanak-kanak
a. Tahap-tahap perkembangan membaca
Kemampuan membaca pada anak berkembang dalam beberapa tahap.
Menurut Cochrane Efal sebagaimana dikutip Brewer (1992:260). Perkembangan
kemampuan membaca pada anak usia (4-6 tahun) berlangsung dalam lima tahap
yaitu :
1. Tahap pantasi (magical strage)
2. Tahap pembentukan konsep diri (self concept strage)
3. Tahap membaca gemar (brigging reading strage)
4. Tahap pengenalan bacaan (sake-off reader strage)
5. tahap membaca lancer (independent reader strage)
Sehubungan dengan tahap-tahap perkembangan membaca anak diatas yang
perlu diketahui dan dipahami adalah bagaimana menstimulasi potensi-potensi
anak tersebut sesuai tahap perkembangannya. Hal ini perlu dipikirkan dan
dikerjakan agar potensi anak dapat berkembang secara optimal. Karena para ahli
syaraf menyakini bahwa jika gejala-gejalanya muncul kearah positif maka
potensi-potensi tersebut akan menjadi potensi yang tersembunyi.
Oleh karena itu, lingkungan (termasuk didalamnya orang tua dan guru)
sangat berperan penting dalam hal ini. Lingkungan harus dapat menciptakan
kegiatan-kegiatan yang dapat memekarkan potensi yang ada pada anak.
b. Kemampuan-kemampuan kesiapan anak membaca
Sebelum mengajarkan membaca pada anak, dasar-dasar kemampuan
membaca atau kemampuan kesiapan anak membaca perlu dikuasai oleh anak
terlebih dahulu. Dasar-dasar kemampuan membaca ini diperlukan agar anak
berhasil membaca dan menulis. Seperti dikemukakan oleh Miller bahwa sebelum
anak diajarkan membaca perlu diketahui terlebih dahulu kesiapan membaca anak.
Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui apakah anak sudah siap diajarkan
membaca. Disamping itu juga bertujuan agar dapat diketahui kemampuan
kesiapan membaca khusus apa yang sebaiknya diajarkan atau dikuatkan pada anak
(1977: 23). Adapun kemampuan-kemampuan kesiapan membaca yang akan
dikembangkan adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan membedakan auditorial
Yaitu, konsep volume, lompatan, petunjuk, durasi, rangkaian, tekanan, tempo,
pengulangan, dan kontras (suara) membedakan suara-suara huruf dalam
alphabet di Taman Kanak-kanak, terutama suara-suara yang dihasilkan oleh
konsonan awal dalam kata. (Anak harus mampu membedakan suara huruf d
dari suara t, suara m dari suara n). beberapa contoh kegiatan yang dapat
dilakukan guru adalah ;
a. Meminta anak memberi nama sesuatu yang dimulai dengan suara yang
sama dengan namanya.
b. Ucapkan sekumpulan kata dan meminta anak untuk memberi tahu kata
mana dalam daftar dimulai dengan suara yang berbeda dengan yang lain
c. Tugaskan anak memberi nama pada benda yang ada dikelas sesuai dengan
huruf tertentu
2. Kemampuan diskriminasi visual
Anak harus belajar memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar-
gambar pada foto, lukisan, dan pantonim
3. Kemampuan (membuat) hubungan suara-simbol
Anak harus mampu mengaitkan huruf besar dan huruf kecil dengan nama
mereka dan dengan suara yang mereka representasikan. Ia harus tahu bahwa d
disebut de. Sebagian besar anak akan membuat kemajuan awal yang bagus
pada kemampuan ini pada masa taman Kanak-kanak.
4. Kemampuan perceptual motoris
Anak harus cukup dewasa untuk menggunakan otot halus tangan dan jari
mereka untuk melakukan koordinasi gerakan dengan apa yang mereka lihat.
Mereka harus melatih kemampuan ini sehingga mereka mampu mampu
menyusun puzzle yang sederhana, gambar lukis-tangan, membentuk tanah liat,
playduogh, mewarnai, menuang, akhirnya mereka harus mampu menyalin
huruf dan kata
5. Kemampuan bahasa lisan
Anak masuk ke Taman Kanak-kanak dengan kemampuan subtansial untuk
berbicara dan mendengarkan sehingga kemampuan-kemampuan ini harus
lebih dikembangkan dan diperbaiki. Anak harus lebih diperluas kosakata
bahasa lisan mereka
6. Membangun sebuah latar belakang pengalaman
7. Interpretasi gambar
8. Progresi dari kiri kekanan
9. Kemampuan merangkai
10. penggunaan bahasa mulut
11. pengenalan melihat kata
12. lateralisasi
13. koordinasi gerak
c. Tanda-tanda kesiapan membaca
Tanda-tanda kesiapan anak sudah dapat diajar membaca adalah sebagai
berikut:
1. Apakah anak sudah dapat memahami bahasa lisan?
Kemampuan ini dapat diamati pada saat kegiatan bercakap-cakap dan Tanya
jawab
2. Apakah anak sudah dapat mengajarkan kata-kata dengan jelas?
Kemampuan ini dapat juga diamati dengan bercakap-cakap dan diuji secara
informasi
3. Apakah anak dapat mengingat kata-kata?
Hal ini dapat diuji dengan menanyakan informasi yang sederhana dan diulang
pada kegiatan esok hari untuk menguji ingatan anak
4. Apakah anak sudah dapat mengujarkan bunyi huruf?
Anak dapat diberikan tugas mengujarkan bunyi huruf setelah guru
mengucapkannya dan anak mengulang kembali
5. Apakah anak sudah menunjukkan minat baca?
Hal ini dapat dilihat misalnya dari keinginan anak memegang buku,
membuka-buka buku bacaan lain dan meniru-niru membacanya, serta
mencoret-coret kertas, ini berkaitan erat dengan usaha-usaha yang telah
dibicarakan terlebih dahulu.
6. Apakah anak sudah dapat membedakan dengan baik?
Yang dimaksud dengan membedakan disini adalah membedakan suara (bunyi)
dan objek-objek. Jadi yang dimaksud disini adalah kemampuan pendengaran
dan penglihatan. Kemempuan ini dapat dapat diuji dengan berbagai alat
permainan.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
1. Motivasi
Factor motivasi akan menjadi pendorong semangat anak untuk membaca.
Motivasi adalah suatu ketertarikan membaca, hal ini penting karena jika ada
motivasi akan menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan belajar yang lebih
baik. Anak usia dini adalah anak yang gemar bermain dan semangat jika
menemukan suatu keadaan yang menyenangkan, jadi untuk memotivasi anak agar
lebih tertarik dalam belajar membaca adalah dengan menciptakan situasi
pembelajaran dan media yang menarik dan dengan suasana bermain tetapi
mengandung unsure pembelajaran yang ingin dicapai
2. Lingkungan keluarga
Menurut Leicher (1984) perkembangan kemampuan membaca dan menulis
dipengaruhi keluarga dalam :
a. interaksi interpersonal
Interaksi interpersonal terdiri atas pengalaman-pengalaman baca tulis
bersama orang tua, saudara dan anggota keluarga lainnya.
b. Lingkungan Fisik
Mencakup bahan-bahan bacaan yang ada dirumah
c. Suasana rumah
3. Bahan bacaan
Beberapa factor yang perludiperhatikan yaitu topic atau isi bacaan dan
keterbacaan bahan Bromley (1990) menyatakan bahwa bacaan anak-anak adalah
bahan kritis dan media dalam mengajar komunikasi secara efekti. Bahan bacaan
biasanya mengembangkan semua aspek pelajaran bahasa literature:
Memberikan anak-anak kesenangan, untuk anak usia dini penyajian bahan
bacaan disertai dengan gambar-gambar yang menarik dan gambar lebih
dominant dari tulisan
e. Proses Membaca
Teori-teori yang dikemukakan oleh Morrow (1993) sebagai berikut :
1. Membaca dipelajari melalui interaksi dan kolaborasi social
2. Anak belajar membaca sebagai pengalaman hidup
3. Mereka melihat tujuan dan kebutuhan proses membaca
4. Membaca dipelajari melalui pembelajaran keterampilan langsung
f. Strategi Pengembangan Kemampuan Membaca di Tk/Kb
Strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan
membaca di Taman Kanak-kanak adalah dengan pendekatan pengalaman
berbahasa. Pendekatan ini diberikan dengan menerapkan konsep DAP
(Developmentally Aproppriate Practice). Pendekatan ini disesuaikan dengan
karakteristik pembelajar di Taman Kanak-kanak, yakni bermain dengan
menggunakan metode mengajar yang tepat untuk mengembangkan kemampuan
membaca serta melibatkan anak dalam kegiatan yang dapat memberikan berbagai
pengalaman bagi anak. Selain itu, perlu juga memperhatikan motivasi dan minat
anak sehingga kedua factor itu betul-betul memberikan pengaruh yang besar
dalam pengembangan kemampuan membaca. Strategi ini dilaksanakan dengan
memberikan beragam aktivitas yang memperhatikan perkembangan kemampuan
membaca yang dimiliki anak.
g. Tujuan Pengembangan Kemampuan Membaca
1. Pengembangan sikap positif terhadap membaca
2. Pengembangan konsep tentang buku dan pemahaman teks
h. Metode Pengembangan Membaca Untuk Anak Usia Dini Di TK/KB
1. Pendekatan Pengalaman bahasa
2. Fonik
3. Lihat dan katakana
4. Metode pendukung konteks
i. Rancangan Kegiatan Pengembangan Membaca
Program seni berbahasa yang efektif mempunyai beberapa cirri antara lain :
1. Integrasi
2. Buku-buku
3. Interaksi dan keterlibatan
4. Intruksi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di KB Al-ihsan dengan jumlah murid 18 orang,
laki-laki 8 dan perempuan 10.
Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan selama 5 hari
Pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan selama 5 hari
B.Pendekatan dan Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi
pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan
kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan
bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang
dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
Peneliti sengaja menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas
karena metode ini lebih mudah digunakan, di mana penulis bisa menjalankan
metode ini di sekolah sendiri sehingga tidak perlu meninggalkan tugas
mengajar, di samping itu juga hasilnya nanti tentu akan lebih bermanfaat
dalam memajukan pembelajaran di sekolah sendiri.
Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain :
catatan guru, catatan anak, wawancara dan berbagai dokumen yang terkait
dengan anak.
Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, melakukan
tindakan, observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan
berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya
C. Faktor-faktor yang diteliti
Dalam penelitian ini faktor yang diteliti adalah: Faktor Anak dan
pencatatan untuk hasil belajar yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan
membaca anak melalui permainan kartu yang meliputi hasil wawancara
Siklus I
informal, Evaluasi bahasa, Mengakses perkembangan literasi, diskusi
pekerjaan atau permainan kreatif
D. Skenario Tindakan
Skenario tindakan/ rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah
penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 (dua) siklus. Masing-masing
siklus melalui tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi
dan refleksi. Secara umum alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian
tindakan kelas digambarkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Tim Pelatih
Proyek PGSM: 1999) seperti gambar di bawah ini:
Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Siklus 1
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
b. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses
belajar mengajar.
c. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
d. Memilih bahan pelajaran yang sesuai
e. Menentukan scenario pembelajaran dengan metode permainan kartu.
Observasi Pelaksanaan TindakanRP 1
Laporan
Refleksi
Observasi Pelaksanaan TindakanRP 2
Siklus II
Rencana
Refleksi
Rencana
f. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
g. Mengembangkan format evaluasi
h. Mengembangkan format observasi pembelajaran.
2. Tindakan
a. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
b. Anak mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
g. Anak mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
3. Pengamatan
a. Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah
disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan untuk mengumpulkan
data.
b. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format penilaian anak
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai
mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
b. Melakukan diskusi dengan teman sejawat untuk membahas hasil
evalusi tentang scenario pembelajaran dan hasil penilaian anak.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk
digunakan pada siklus berikutnya.
Siklus II
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan
penetapan alternatif pemecahan masalah.
b. Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
Pengembangan program tindakan II.
2. Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi
masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan
masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
a. Guru melakukan appersepsi
b. Anak yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan
yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
c. Anak menyelesaikan tugas yang diberikan.
3. Pengamatan (Observasi)
a. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan
mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.
b. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah
dikembangkan.
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data
yang terkumpul.
b. Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus II
d. Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan
mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.
E. Cara Penggalian Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui kegiatan
sebagai berikut:
a. Observasi
Berupa pengamatan langsung dengan menggunakan cek list
keterlaksanaan Rencana kegiatan yang dibuat, butir-butir yang lemah,
butir-butir yang kuat, saran dan kometar pengamat tentang proses
pembelajaran yang dilaksanakan.
b. Pemberian Tes
Tes dilaksanakan pada akhir siklus. Tujuannya untuk memperoleh data
tentang pemahaman konsep anak tentang materi pelajaran. Bentuk tes
berupa tanya jawab dan pemberian tugas.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini adalah
deskriftif kualitatif yang dilakukan sepanjang penelitian berlangsung.
1. Analisis data hasil observasi.
Dilakukan dengan menghitung persentasi keterlaksanaan rencana
kegiatan dan memperhatikan butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat,
saran dan komentar pengamat.
2. Analisis data hasil tes
Acuan ketuntasan anak secara individual, 60% dan secara klasikal
70%.
3. Indikator Keberhasilan
Kreteria dari keberhasilan penelitian ini adalah apabila 85 % dari anak
meningkat kemampuan membaca dalam pembelajaran yang menggunakan
metode permainan kartu huruf
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi per siklus
1. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan Observasi kegiatan Pembelajaran Yaitu Upaya Meningkatkan
Kemampuan membaca anak melalui permainan kartu huruf, maka kegiatan
yang dilakukan oleh guru dapat dilihat sebagai berikut :
2. Hasil Pengolahan Data
1. Dari hasil evaluasi Kemampuan menyimak anak dengan indicator kegiatan
yang dilakukan sebelum perbaikan di KB Al-ihsan dengan jumlah anak 18
orang terlihat hasil sebagai berikut
1. Setelah perbaikan siklus I
Setelah dilakukan perbaikan siklus I, Yaitu Meningkatkan kemampuan
membaca anak melalui permainan kartu huruf terlihat hasil oebservasi dibawah
ini :
2. Setelah perbaikan siklus II
Setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus II dengan kegiatan pengembangan
untuk meningkatkan kemampuan membaca anak melalui permainan kartu
huruf, terlihat hasil dibawah ini.
3.Deskripsi Temuan dan Refleksi
Dilihat dari data hasil pembelajaran siswa mengenai kemampuan menyimak
yang diukur dengan kegiatan diatas dapat terlihat tingkat kenaikan dari
sebelum perbaikan, perbaikan siklus I dan siklus II yang digambarkan sebagai
berikut :
Dari 18 anak yang diobservasi pada saat kegiatan pembelajaran dari sebelum
perbaikan
Tabel 5. Perbandingan hasil observasi sebelum perbaikan, Perbaikan siklus I
dan Hasil perbaikan siklu II
B. Pembahasan dari setiap siklus
BAB V
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK TENTANG SAINS
DENGAN BERMAIN SAMBIL BELAJAR DI TK AL-IHSAN MARADAP
KECAMATAN PARINGIN SELATAN KABUPATEN BALANGAN
Tugas Mata Kuliah
Penelitian Tindakan Kelas
( IDIK 4008 )
OLEH
MARAWIAH
NIM. 821588636
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA ( UT )
UPBJJ BANJARMASIN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Akhir-akhir ini program Taman Kanak-kanak telah mengalami pergeseran.
Taman Kanak-kanak yang diharapkan menjadi taman bermain, taman yang indah,
taman yang menyenangkan, taman tempat bersosialisasi, telah berubah menjadi
“sekolah dini.” Hal ini mungkin disebabkan karena ada kesalahan dalam
menerjemahkan program Taman Kanak-Kanak atau karena “Tuntutan” orang tua
dan masyarakat, sehingga seolah-olah Program TK dipaksakan untuk
mempersiapkan siswa memasuki sekolah dasar. Siswa diberi pelajaran Ca-Lis-
Tung (Membaca, menulis dan berhitung) dengan pendekatan seperti disekolah
dasar. Padahal kurikulum berbasis kompetensi TK/RA tahun 2004 menyebutkan
Taman Kanak-kanak adalah satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal
yang menyelenggarakan program pendidikan pada anak usia 4-6 tahun
(Depdiknas,2004).
Beberapa tahun terakhir ini, hasil belajar sains menunjukkan hasil yang
kurang memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa penyadaran sains pada generasi
penerus harus terus menerus dilakukan dari usia dini sampai dewasa. Karena pada
usia 4 tahun pertama separuh kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk.
Artinya jika pada usia tersebut anak tidak mendapatkan rangsangan yang
maksimal, maka potensi otak anak tidak akan berkembang secara optimal. Secara
keseluruhan sampai usia 8 tahun 80% kapasitas kecerdasan sudah terbentuk
artinya kapasitas kecerdasan anak hanya bertambah 30% setelah usia 4 tahun
hingga 8 tahun. Selanjutnya kapasitas kecerdasan anak tersebut akan mencapai
100% setelah berusia sekitar 18 tahun.
Pemerintah telah berupaya untuk melakukan pembenahan dalam rangka
peningkatan hasil belajar sains, salah satu hasil belajar yang diharapkan adalah
anak dapat mengenal konsep-konsep sains sederhana yang termuat dalam
pengembangan kognitif membawa konsekuensi kewaspadaan pendidik termasuk
orang tua dan guru serta pendidik lainnya dalam merancang pembelajaran sains
tersebut. Pembelajaran sains perlu dirancang dalam kegiatan bermain yang
merupakan kebutuhan anak-anak di Taman Kanak-kanak. Peggy Ashbrook (2003)
berpendapat jika kita ingin anak-anak kita mempunyai kinerja yang baik di
sekolah lanjurtan, maka anak usia TK dibiasakan bereksperimen sains, jika tidak
berarti kita mempersulit anak dalam belajar sains dikehidupan selanjutnya. Hal
inilah yang melatar belakangi saya untuk melakukan penelitian tindakan kelas
mengenai upaya meningkatkan minat belajar anak tentang sains dengan bermain
sambil belajar.
B. Rumusan masalah
“Bagaimana Upaya Meningkatkan minat belajar anak tentang sains dengan
belajar sambil bermain di TK Al-ihsan Maradap ?”
C. Tujuan perbaikan
Tujuan perbaikan pengembangan ini, secara umum adalah untuk
Meningkatkan minat anak beajar sains dan khususnya anak pada TK Al-ihsan
maradap kecamatan paringin selatan kabupaten balangan.
D. Manfaat perbaikan
Perbaikan ini diharapkan bermanfaat :
5. Untuk anak diharapkan meningkatkan perkembangan kognitif anak,
menumbuhkan minat belajar sains bagi anak sejak dini
6. Untuk Pendidik, sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang
stimulasi atau kegiatan yang tepat untuk meningkatkan perkembangan
kognitif anak dan minatnya dalam belajar sains
7. Untuk orang tua, sebagai sedikit ilmu pengetahuan bagaimana
menyediakan sarana dan media pembelajaran yang sesuai dengan anak.
8. Untuk sekolah diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai masukan
dan bahan perbandingan bagi kepala sekolah dalam pembelajaran yang
dilaksanakan di lembaga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pendekatan Pembelajaran Sains di TK
Pendekatan pembelajaran sains pada anak TK hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip yang berorientasi pada kebutuhan anak dengan memperhatikan
hal-hal berikut :
1. Berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak
Salah satu kebutuhan perkembangan anak adalah rasa aman. Oleh karena itu
jika kebutuhan fisik anak terpenuhi dan merasa aman secara psikologis, maka
anak belajar akan belajar dengan baik. Selain itu perlu diperhatikan bahwa
siklus belajar anak TK adalah berulang dengan memperhatikan perbedaan
individu
2. Bermain sambil belajar
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
pada anak usia TK, sehingga pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa
sehingga melalui bermain anak-anak menemukan konsep dengan suasana
menyenangkan dan tidak terasa anak telah belajar sesuatu dalam suasana
belajar yang menyenangkan.
3. Selektif, Kreatif, dan Inovatif
Materi pembelajaran sains yang disajikan dipilih sedemikian rupa sehingga
dapat disajikan melalui bermain.
Menurut Suyanto (2005:158) pengenalan sains untuk siswa TK dilakukan
untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut :
a. Eksplorasidan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan
menyelidiki objek dan fenomena alam.
b. Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan
pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil, dan sebagainya.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang, dan mau melakukan
kegiatan inkuiri atau penemuan.
d. Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur
maupun funsinya.
2. Bermain Sambil Belajar Sains
Bermain sambil belajar adalah kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi,
memberi kesenangan, maupun mengembangkan imajinasi anak dan menyebabkan
terjadinya perubahan perilaku yang terjadi akibat interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Manfaat bermain sambil belajar sains pada aspek-aspek
perkembangan anak, diantaranya adalah :
1. Aspek perkembangan motorik kasar
2. Aspek perkembangan kognisi
3. Aspek perkembangan social
4. Aspek perkembangan bahasa
5. Aspek perkembangan moral
3. Metode Pembelajaran Sains di Taman Kanak-kanak
Beberapa metode pembelajaran sains yang sesuai dengan karakteristik
anak TK diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Metode bermain
Bermain bagi usia pra sekolah merupakan kesempatan untuk
menjelajahi dunia lingkungan segala isi yang ada di lingkungan anak, akan ia
serapi yang dimaksud isi adalah semua saran, prasarana sumber belajar, orang-
orang yang berkomunikasi dengan anak, peralatan di luar maupun didalam
ruangan atau di rumahnya sendiri.
Menurut para ahli atau pendidik ( Gordon dan Browne, 1985 : 266 ) : “
Bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan bermain merupakan
pertumbuhan anak “.
Menurut ( Gordon dan Browne, 1985 : 265 ), pengertian bermain,
bermain membawa harapan dan antisipasi tentang dunia yang memberikan
kegembiraan dan kemungkinan anak yang berkhayal seperti sesuatu
atau seseorang, suatu dunia yang dipersiapkan untuk berpetualang dan
mengadakan telaah.
Sedangkan menurut Frank dan Theresa Caplon/Hilde Brand, 1986 : 55-
56 ) mengemukakan ada 16 nilai bermain bagi anak :
1. Membentuk pertumbuhan anak
2. Merupakan kegiatan yang dilakukan secara suka rela.
3. Memberi kebebasan anak untuk bertindak.
4. Memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai.
5. Mempunyai unsur berpetualang didalamnya.
6. Meletakkan dasar pengembangan bahasa.
7. Mempunyai pengaruh yang unik dalam pemberitaan hubungan antara
pribadi.
8. Memberi kesempatan untuk menguasai diri secara fisik.
9. Memperluas minat dalam pemusatan perhatian.
10. Merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu.
11. Merupakan cara dinamis untuk belajar.
12. Merupakan cara anak untuk mempelajari peran orang dewasa.
13. Menjernihkan pertimbangan anak.
14. Dapat distruktur secara akademik.
15. Merupakan kekuatan hidup.
16. Merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup manusia.
Begitu besar nilai bermain dalam kehidupan anak, maka pemanfaatan
kegiatan bermain dalam pelaksanaan program kegiatan anak TK merupakan
syarat utama yang sama sekali tidak bisa ditinggal dalam proses
PBM.
Bagi anak TK adalah bermain dan bermain sambil belajar. Hendaknya
metode ini bermacam-macam diterapkan agar anak senang berada di
sekolah.
B. Tujuan Bermain Bagi Anak
Tujuan bermain bagi anak TK adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengembangkan emosi dan sosial anak, agar anak didik mampu
mengenal lingkungan alam, sosial peranan masyarakat, serta mampu
mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri
dan rasa memilki.
2. Untuk mengembangkan fisik motorik kasar dan halus agar anak didik
mampu mengelola dan keterampilan tubuh termasuk gerakan halus,
gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik ( panca indra ).
3. Untuk mengembangkan kecerdasan, agar anak mampu berpikir logis,
kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan
sebab akibat.
C. Manfaat Bermain bagi anak
Anak memerlukan waktu yang cukup banyak untuk mengembangkan
dirinya melalui bermain. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para
ilmuwan menyatakan bahwa bermain bagi anak-anak mempunyai arti yang
sangat penting karena melalui bermain anak dapat menyalurkan segala
keinginan dan kepuasan, kreatifitas dan imajinasinya.melalui bermain anak
dapat melakukan kegiatan-kegiatan fisik, belajar bergaul dengan teman
sebaya, membina sikap hidup positif, mengembangkan peran sesuai jenis
kelamin, menambah perbendaharaan kata, dan menyalurkan perasaan tertekan.
Jelaslah bahwa selain bermanfaat untuk perkembangan fisik, kognitif, sosial
emosional dan moral, bermain juga mempunyai manfaat yang besar bagi
perkembangan anak secara keseluruhan, yaitu sebagai berikut (B.E.F.
Montolalu, dkk, 2007) :
1. Bermain Memicu Kreatifitas
Dalam lingkunganbermain yang aman dan menyenangkan, bermain
memicu anak menemukan ide-ide serta menggunakan daya khayalnya.
Saat anak menggunakan daya khayalnya dalam bermain, dengan atau
tanpa alat, mereka akan lebih kreatif.
2. Bermain Bermanfaat Mencerdaskan Otak.
Bermain merupakan suatu media yang sangat penting bagi proses berpikir
anak. Bermain membantu perkembangan kognitif anak. Bermain memberi
kontribusi pada perkembangan intelektual atau kecerdasan berpikir dengan
membukakan jalan menuju berbagai pengalaman yang tentu saja
memperkaya cara berpikir mereka
3. Bermain Bermanfaat Menanggulangi Konflik.
Pada saat usia TK tingkah laku yang sering muncul kepermukaan adalah
tingkah laku menolak, bersaing, agresif, bertengkar, meniru, kerja sama,
egois, simpatik, marah, ngambek, dan keinginan untuk diterima oleh
lingkungan sosial mereka. Apabila kita teliti maka banyak tingkah laku
yang asosial yang tampil pada periode ini daripada yang prososial. Dapat
dimengerti bahwa peroiode ini konflik tak dapat dihindari. Semua ini
diperlukan pemunculan yang mengarahkan anak-anak yang asosial dan
egois menjadi makhlu-makhluk yang sosial. TK memberi peluang bagi
anak melalui bermain dalam kelompok besar maupun kelompok kecil
untuk mengatasi konflik yang terjadi.
4. Bermain Bermanfaat Untuk Melatih Empati
Empati merupakan suatu faktor yang berperan dalam perkembangan sosial
anak, karena dengan empati anak dapat merasakan penderitaan orang lain.
Dengan mengembangkan empati, anak akan pandai menempatkan dirinya
dan perasaannya pada diri dan perasaan orang lain dan akan
mengembangkan tenggang rasa.
5. Bermain Bermanfaat Untuk Mengasah Pancaindera
Banyak jenis permainan di TK yang menunjang perkembangan
pancaindera, seperti permainan ”kota aroma” untuk latihan indera
penciuman, permainan ”suara apa” untuk latihan indera pendengaran,
gambar-gambar di buku untuk latihan indera penglihatan, nyanyian ”apa
rasanya” dan permainan merasakan berbagai rasa makanan dengan mata
tertutup untuk latihan indera pengecapan dan banyak lagi.
6. Bermain Itu Melakukan Penemuan
Ini artinya bermain dapat menghasilkan ciptaan baru. Anak mana pun, usia
berapa pun, saat bermain menciptakan sesuatu yang baru , sesuatu yang belum
pernah diciptakan sebelumnya. Anak akan bertanya jika ada sesuatu yang ia
butuhkan/pahami saat bermain.
4. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran Sains di TK
Guru adalah sebagai perancang kegiatan dan penyedia sarana dan
prasarana untuk kegiatan pembelajaran anak, guru juga harus pandai menyeleksi
alat serta kegiatan yang menjamin keamanan dan kenyamanan anak ketika
bermain dan harus memperhatikan faktor pengalaman apa yang diperoleh anak
saat anak bermain.
Peran guru dalam bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain
menurut Hughes (1995) adalah sebagai fasilitator dan ikut berpartisipasi aktif
selama anak bermain.
Menurut Bjorkland (1994), peran guru dalam kegiatan tatanan sekolah
atau kelas sangat penting. Guru harus berperan sebagai pengamat, melakukan
elaborasi, melakukan evaluasi, dan melakukan perencanaan pembelajran. Dalam
tugasnya sebagai pengamat, guru harus melakukan observasi terhadap interaksi
antar anak maupun interaksi anak dengan benda-benda sekitarnya. Para guru juga
harus mengamati waktu yang diperlukan anak dalam melakukan suatu kegiatan,
mengamati anak yang mengalami kesulitan dalam bermain dan bergaul dengan
teman.
5. Materi Sains di TK
Menurut Juwita (2000: 327), sains adalah produkdan proses. Sebagai
produk, sains merupakan batang tubuh pengetahuan yang terorganisir dengan baik
mengenai dunia fisik dan alami. Sebagai proses sains merupakan kegiatan
menelusuri, mengamati dan melakukan percobaan.
Beberapa konsep sains yang dapat dipelajari anak usia TK dengan bermain
sambil belajar adalah sebagai berikut ;
1.Mengenali benda-benda disekitar menurut ukuran
2.Balon ditiup lalu dilepaskan, udara bergerak
3.Benda-benda dimasukkan kedalam air (terapung, melayang dan tenggelam)
4.Benda-benda dijatuhkan (gravitasi)
5.Percobaan dengan magnet
6.Mengamati dengan kaca penbesar
7.Membedakan bermacam-macam rasa, bau, dan suara
8.Pencampuran warna
9.Proses pertumbuhan tanaman
6. Sumber belajar dan Alat bermain sains
Sumber belajar juga bisa disebut sebagai media yang digunakan sebagai
sumber penemuan informasi baik sumber belajar langsung atau belajar buatan.
Media dan sumber belajar dalam pembelajaran sains itu sangat beragam
namun Adapun memilih alat untuk bermain sebaiknya memperhatikan hal
berikut ini:
1. Bahan untuk bermain harus mencerminkan karakteristik tingkat usia.
2. Bahan harus sesuai dengan kurikulum kualitas rancangan dan
keterampilan kerja.
3. Bahan dan peralatannya tahan lama dan tidak membahayakan diri anak.
4. Permainan harus menarik minat atau dapat menimbulkan kesenangan bagi
anak.
5. Tahu tentang aturan permainan.
6. Dapat digunakan secara pleksibel
7. mudah dirawat dan diperbaiki
7. Alat peraga dan alat bermain sains
1. Alat Peraga
Alat peraga yaitu alat bantu atau pelengkap dalam mengajar agar
pembelajaran lebih efektif (Nasution, 2004:98).
Salah satu alternatif alat peraga yang dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran adalah alat peraga sederhana yang mudah dibuat oleh guru atau
siswa, dan mempunyai karakteristik mudah ditemukan dan dibuat sendiri.
2. Manfaat alat peraga sains
a. meningkatkan rasa ingin tahu dan aktivitas belajar siswa
b. memperjelas penyajian materi pelajaran
c. mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera
d. menghemat waktu belajar
e. hasil belajar lebih permanen atau mantap
f. membantu siswa yang ketinggalan pelajarannya
g. membangkitkan minat dan perhatian anak
2. Alat Bermain Sains
Alat bermain sains adalah segala benda yang bisa merangsang aktivitas
bermain dan hayalan anak serta membuat anak senang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Al-ihsan Maradap Kabupaten Balangan
pada anak kelompok B dengan jumlah murid 20 orang.
Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan selama 5 hari
Pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan selama 5 hari
B. Deskripsi persiklus
Siklus 1
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
i. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses
belajar mengajar.
j. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
k. Memilih bahan pelajaran yang sesuai
l. Menentukan scenario pembelajaran dengan metode bermain.
m. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
n. Mengembangkan format evaluasi
o. Mengembangkan format observasi pembelajaran.
2. Tindakan
a. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
b. Anak mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
g. Anak mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
3. Pengamatan
c. Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah
disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan untuk mengumpulkan
data.
d. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format penilaian anak
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai
mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
b. Melakukan diskusi dengan teman sejawat untuk membahas hasil
evalusi tentang scenario pembelajaran dan hasil penilaian anak.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk
digunakan pada siklus berikutnya.
Siklus II
1. Perencanaan
c. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan
penetapan alternatif pemecahan masalah.
d. Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
Pengembangan program tindakan II.
2. Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi
masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan
masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
d. Guru melakukan appersepsi
e. Anak yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan
yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
f. Anak menyelesaikan tugas yang diberikan.
3. Pengamatan (Observasi)
c. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan
mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.
d. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah
dikembangkan.
4. Refleksi
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data
yang terkumpul.
f. Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.
g. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus II
h. Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan
mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.
E. Cara Penggalian Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui kegiatan
sebagai berikut:
a. Observasi
Berupa pengamatan langsung dengan menggunakan cek list
keterlaksanaan rencana pembelajaran yang dibuat, butir-butir yang lemah,
butir-butir yang kuat, saran dan komentar pengamat tentang proses
pembelajaran yang dilaksanakan.
b. Pemberian Tes
Tes dilaksanakan pada akhir siklus. Tujuannya untuk memperoleh data
tentang pemahaman konsep anak tentang materi pelajaran yaitu berpikir
kritis dan mengambil keputusan. Bentuk tes berupa percobaan sederhana
dalam mencampur warna.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini adalah
deskriftif kualitatif yang dilakukan sepanjang penelitian berlangsung.
1. Analisis data hasil observasi.
Dilakukan dengan menghitung persentasi keterlaksanaan rencana
kegiatan dan memperhatikan butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat,
saran dan komentar pengamat.
2. Analisis data hasil tes
Acuan ketuntasan anak secara individual adalah 70%.
3. Indikator Keberhasilan
Kreteria dari keberhasilan penelitian ini adalah apabila 70 % dari anak
mulai mampu berpikir kritis dan membuat keputusan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi per siklus
2. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan Observasi kegiatan Pembelajaran Yaitu Upaya Meningkatkan
Pengetahuan anak tentang sains dengan bermain sambil belajar sebagai
berikut :Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran yang direncanakan guru selama kegiatan berlangsung
cukup efektif. Hal ini terlihat dari tahapan kegiatan yang seluruhnya terlaksana.
2. Hasil Pengolahan Data
Dari hasil evaluasi Upaya kegiatan pengembangan meningkatkan Pengetahuan
anak tentang sains dengan bermain sambil belajar yaitu kegiatan mencampur
warna di TK Al-ihsan di TK Al-ihsan dengan jumlah anak 20 orang terlihat
hasil sebagai berikut :
3. Setelah perbaikan siklus I
Setelah dilakukan perbaikan siklus I, Yaitu dengan kegiatan pengembangan
meningkatkan Pengetahuan anak tentang sains dengan bermain sambil belajar
yaitu kegiatan mencampur warna di TK Al-ihsan di TK Al-ihsan terlihat hasil
oebservasi dibawah ini :
Membuat kombinasi
Ket : 1.siswa tidak bisa membuat kombinasi warna
2.siswa dapat membuat satu kombinasi warna
3.siswa dapat membuat kombinasi dari satu indicator terpenuhi
Membuat keputusan
1.siswa tidak dapat membuat keputusan benar
2.siswa dapat membuat 2 keputusan benar
3.siswa dapat membuat keputusan lebih dari 2
4. Setelah perbaikan siklus II
Setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus II dengan kegiatan pengembangan
meningkatkan Pengetahuan anak tentang sains dengan bermain sambil belajar
yaitu kegiatan mencampur warna di TK Al-ihsan, terlihat hasil dibawah ini.
Tabel. 3 Hasil Observasi setelah perbaikan siklus II
Membuat kombinasi
Ket : 1. siswa tidak bisa membuat kombinasi warna
2.siswa dapat membuat satu kombinasi warna
3. siswa dapat membuat kombinasi dari satu indicator terpenuhi
Membuat keputusan
1. siswa tidak dapat membuat keputusan benar
2.siswa dapat membuat 2 keputusan benar
3.siswa dapat membuat keputusan lebih dari 2
4.Deskripsi Temuan dan Refleksi
Dilihat dari data hasil pembelajaran siswa mengenai dengan kegiatan
pengembangan meningkatkan Pengetahuan anak tentang sains dengan bermain
sambil belajar yaitu kegiatan mencampur warna di TK Al-ihsan diukur dengan
kegiatan diatas dapat terlihat tingkat kenaikan dari perbaikan siklus I dan
siklus II yang digambarkan sebagai berikut :
Dari 20 anak yang diobservasi pada saat kegiatan pembelajaran
B. Pembahasan dari setiap siklus
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pengamatan pembelajaran di TK Al-ihsan mengenai meningkatkan
pengetahuan anak tentang sains melalui bermain sambil belajar Dapat
disimpulkan bahwa :
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
PROPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK DENGAN
METODE BERCERITA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA
DI KB AL-IHSAN MARADAP KECAMATAN PARINGIN SELATAN
KABUPATEN BALANGAN
Tugas Mata Kuliah
Penelitian Tindakan Kelas
( IDIK 4008 )
OLEH
Hj MASNI
NIM. 822209107
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA ( UT )
UPBJJ BANJARMASIN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik
berupa pemahaman atau pengungkapan, secara alami tanpa melalui kegiatan
pembelajaran formal. Dengan kata lain kegiatan ini dilakukan anak tanpa sadar,
tanpa beban, serta berlangsung secara informal dan dalam konteks berbahasa yang
bermakna. Umumnya bagi anak Indonesia, bahasa Indonesia merupakan bahasa
pertama atau kedua. Bahasa Indonesia akan jadi bahasa pertama bila anak
dibesarka oleh orang tua yang yang hanya menguasai bahasa Indonesia, dan bisa
jadi bahasa Indonesia jadi bahasa kedua karena anak dibesarkan oleh orang tua
dan sekitar lingkungannya yang berbahasa daerah. (Djago, 2001 : 1.15)
Pendidikan anak usia dini tidak bisa dilepaskan dengan pengembangan
berbahasa, karena pengembangan itu adalah salah saru pengembangan dasar yang
harus dikembangkan. Karena bahasa merupakan sarana yang sangat penting
dalam kehidupan anak. Disamping itu bahasa juga merupakan alat untuk
menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus juga berfungsi
untuk memahami pikiran dan perasaan kepada orang lain. Mengingat besarnya
peranan pengembangan bahasa bagi kehidupan anak. Oleh karena itu berbagai
cara atau metode pun dilakukan oleh pendidik di KB untuk mengembangkan
bahasa anak. Kemampuan menyimak sebagai salah satu kemampuan berbahasa
awal yang harus dikembangkan. Perkembangan keterampilan menyimak pada
anak berkaitan erat satu sama lain dengan keterampilan bahasa anak khususnya
berbicara. Anak yang keterampilan menyimaknya berkembang akan berpengaruh
terhadap keterampilan berbicaranya. Kedua keterampilan berbahasa tersebut
merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung dan merupakan
komunikasi yang bersifat tatap muka (Brooks, dalam tarigan, 1986). Bercerita
dilakukan secara lisan dengan atau tanpa alat peraga. Dengan mendengar cerita
anak dapat memperoleh pesan serta informasi yang disampaikan oleh guru.
Dengan menyimak anak dapat menterjemahkan pesan moral dan hakikat sebuah
cerita. Namun pada anak usia kemampuan menyimak masih sangat terbatas.
Kemampuan menyimak sebagai salah satu kemampuan bahasa reseptif dan
pengalaman, dimana anak sebagai penyimak secara aktif memproses dan
memahami apa yang didengar. Oleh karena itu berbagai cara atau metode pun
dilakukan oleh pendidik untuk mengembangkan bahasa anak. Dan salah satu
metode yang digunakan adalah metode bercerita dengan alat peraga, karena
dengan bercerita dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun psikis anak
KB sesuai dengan tahap perkembangan anak Mengingat pentingnya hal diatas
maka saya melakukan penelitian dan menulis laporan mengenai “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Dengan Metode Bercerita
Menggunakan Alat Peraga di KB Al-ihsan”
B. Rumusan masalah
“Bagaimana Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Dengan
Metode Bercerita Menggunakan Alat Peraga di KB Al-ihsan ?”
C. Tujuan perbaikan
Tujuan perbaikan pengembangan ini, secara umum adalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Dengan Metode Bercerita
Menggunakan Alat Peraga di KB Al-ihsan dan khususnya anak kelompok B.
D. Manfaat perbaikan
Perbaikan ini diharapkan bermanfaat :
9. Untuk anak diharapkan perkembangan bahasa yaitu dalam keterampilan
menyimak dapat berkembang secara optimal.
10. Untuk Pendidik, sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang
stimulasi atau kegiatan yang tepat untuk meningkatkan keterampilan
menyimak bagi anak didiknya
11. Untuk orang tua, sebagai sedikit ilmu pengetahuan bagaimana
menyediakan sarana dan media pembelajaran yang sesuai dengan anak.
12. Untuk sekolah diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai masukan
dan bahan perbandingan bagi kepala sekolah dalam pembelajaran yang
dilaksanakan di lembaga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Perkembangan menyimak anak usia dini
Kemampuan menyimak melibatkan proses menginterprestasikan dan
menerjemahkan suara yang didengar sehingga memiliki arti tertentu. Kemampuan
ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian da konsentrasi dalam
rangka memahami informasi yang disampaikan. Sebagian besar anak dapat
menyimak informasi dengan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kemampuannya dalam membaca.
Kemampuan menyimak sebagai salah satu keterampilan berbahasa reseptif
melibatkan beberapa factor sebagai berikut:
1. Acuity, yaitu yaitu kesadaran adanya suara yang diterima oleh telinga
2. Auditory discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan
perbedaan suara atau bunyi
3. Auding, yaitu suatu proses dimana terdapat asosiasi antara arti dengan
pesan yang diungkapkan. Proses ini melibatkan pemahaman terhadap isi
dan maksud kata-kata yang diungkapkan.
Auding melibatkan melibatkan aspek perkembangan semantic, berarti anak
memiliki pengetahuan tentang berbagai arti kata, sedangkan sintaksis berkaitan
dengan pemahaman anak terhadap aturan dan fungsi kata.
Bromley (1991) mengemukakan bahwa proses menyimak aktif terjadi ketika
anak sebagai penyimak menggunakan auditory discrimination dan acuity dalam
mengidentifikasi suara-suara dan berbagai kata, kemudian menerjemahkannya
menjadi kata yang bermakna melalui auding atau pemahaman. Penyimak yang
efektif dapat memusatkan perhatiannya pada apa yang dikatakan oleh lawan
bicaranya, memperhatikan ekspresi wajah dan bahasa tubuh pembicara, dan
memonitor tentang kesesuaian apa yang mereka dengar dengan apa yang mereka
pikirkan.
Bromley (1991) menjelaskan beberapa jenis factor yang berpengaruh terhadap
kemampuan menyimak anak yaitu
1. factor penyimak, berkaitan erat dengan tujuan, tingkat pemahaman,
pengalaman, dan strategi anak dalam memonitor pemahaman terhadap
informasi yang disampaikan.
2. factor situasi, berkaitan erat dengan lingkungan sekitar anak dan stimulus
visual yang dilakukan
3. factor pembicara juga berperan penting terhadap kegiatan menyimak pada
anak. Guru perlu mengkomunikasikan pesan dengan berbagai cara
(redundancy) sehingga anak dapat menyimak secara fektif.
Menyimak memiliki beberapa fungsi pada anak, yaitu:
1. memberikan kesempatan pada anak untuk mengapresiasi dan menikmati
lingkungan sekitar mereka
2. membantu anak memahami keinginan dan kebutuhan mereka sehubungan
kebutuhannya untuk bersosialisasi
3. mengubah dan mengontrol perilaku maupun sikap pembicara, dimana cara
menyampaikan pesan akan berdampak pada isi dan bentuk pesan yang
diterima
4. membantu perkembangan kognitif anak, melalui belajar menerima
informasi dan mendapatkan pengetahuan baru
5. memberikan pengalaman pada anak untuk berinteraksi secara langsung
dengan orang lain.
6. membantu anak mengekspresikan dirinya sebagai individu yang berpikir
dan memperhatikan orang lain.
2. Aspek Bercerita
Bercerita adalah media komunikasi universal yang sangat berpengaruh
kepada jiwa manusia. Bahkan teks kitab suci pun banyak berisi kisah-kisah atau
cerita, sebagian diulang-ulang dengan gaya yang berbeda. Allah memang
mendidik jiwa manusia menuju keimanan dan kebersihan rohani, dengan
mengajak manusia berpikir dan merenung, mengahayati dan meresapi pesan-
pesan moral yang terdapat dalam kitab. Cerita yang berkesan memang menarik
perhatian manusia, karena cerita pada umumnya lebih berkesan daripada nasehat
murni, sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori
manusia. Itulah sebabnya cerita-cerita yang didengar pada waktu kecil bisa kita
ingat berpuluh-puluh tahun kemudian. Melalui cerita manusia diajar untuk
mengambil hikmah tanpa merasa digurui.
3. Fakto-faktor Pokok Cerita
Menyiapkan Naskah Cerita
Teknik penyajian
Secara garis besar unsure-unsur penyajian cerita yang dikombinasikan secara
proporsional adalah sebagai berikut:
> Narasi
> Dialog
> Ekpresi
> Visualisasi gerak
> ilustrasi suara
> Media/alat peraga
4. Metode bercerita menggunakan alat peraga
Metode adalah suatu cara atau strategi yang digunakan untuk mencapai
suatu tujuan. Metode ini dipilih karena berhubungan dengan perkembangan
bahasa anak usia dini yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara,
mendengar, membaca dan menulis. Guru memberikan kesempatan anak
memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan berbicara. Dan
salah satu metode yang dipilih adalah metode bercerita dengan alat peraga.
Kegiatan bercerita dengan alat peraga sama dengan bercerita dengan
menggunakan media atau alat pendukung isi cerita artinya guru menyajikan
sebuah cerita pada anak TK/KB dengan menggunakan berbagai media yang
menarik, aman, bagi anak, baik asli atau tiruan.
Tujuan bercerita dengan alat peraga adalah agar membantu imajinasi anak
untuk memahami isi cerita. Fungsi bercerita dengan alat peraga bagi anak adalah
supaya anak lebih tertarik dengan cerita dan bagi guru adalah terasa lebih ringan
dalam menyampaikan cerita karena terbantu oleh peran alat atau media yang
digunakan. Adapun bentuk bercerita dengan alat peraga adalah bercerita dengan
alat peraga langsung dan bercerita dengan alat peraga tidak langsung atau tiruan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek penelitian
1. Tempat dan waktu pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di KB Al-ihsan dengan jumlah murid 18 orang,
laki-laki 10 dan perempuan 8 orang.
Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan selama 5 hari
Pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan selama 5 hari
2. Karakteristik anak
Kegiatan perbaikan anak ini diharapkan bisa sesuai dengan karakteristik anak
TK/KB yang sebagai berikut :
a. Anak TK/KB pada umumnya berusia 4-6 tahun
b. Anak memiliki kemampuan, kemauan, motivasi dan gaya belajar atau
gaya bermain yang berbeda
c. Anak memiliki latar belakang lingkungan keluarga yang berbeda
d. Anak memiliki tingkat kesenangan yang berbeda terhadap suatu kegiatan
e. Anak cenderung memiliki rasa ingin diperhatikan dan keingintahuan yang
tinggi
f. Pada usia anak TK/KB anak lebih suka bermain
g. Setiap anak memiliki beberapa kecerdasan yang berbeda-beda
h. Anak usia TK/KB selalu ingin tahu dan ingin mencoba
B. Rencana Penelitian
Pelaksanaan perbaikan ini direncanakan dalam 2 siklus dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Siklus 1
A. Rencana
1). Membuat rancangan 1 siklus
2). Membuat RKH dengan tema Alam Semesta
3). Menyiapkan alat atau media
4). Membuat scenario pembelajaran
B. Langkah-langkah perbaikan
Pelaksanaan perbaikan dilaksanakan dengan rencana kegiatan dan scenario
perbaikan.
Pelaksanaan perbaikan dibimbing oleh supervisor yang bertugas menilai
kemampuan mahasiswa dalam merancang dan melaksanakan kegiatan
pengembangan, membantu mahasiswa dalam merancang, melaksanakan
dan membuat laporan perbaikan kegiatan pengembangan. Pelaksanaan
perbaikan dinilai oleh 2 guru penilai yaitu penilai 1 dan penilai 2 yang
bertugas menilai kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan
kegiatan pengembangan dengan menggunakan APKG-PKP 1 dan APKG-
PKP 2 ( data terlampir ).
C. Pelaksanaan observasi
Data penelitian diperoleh dari data hasil belajar siswa. Cara pengumpulan
data adalah dengan anak digali, tes lisan langsung dan hasil dari kegiatan anak.
Criteria yang diterapkan adalah apakah anak mampu menjawab pertanyaan
seputar cerita yang didengar oleh anak.
D. Refleksi
a. Kekutan dan kelemahan tindakan perbaikan, kegiatan pengembangan dan
pengembangan, kekuatan kegiatan belum sesuai dengan rencana dan indicator
yang diharapkan, begitu juga dengan respon anak sehingga perlu penyusunan
rencana yang lebih matang lagi.
b. Penggunaan media atau alat sumber belajar, serta pengelolaan kelas yang
belum tepat.
2. Siklus 2
Pelaksanaan siklus 2 sama seperti siklus 1, yaitu
A. Rencana
1). Membuat rancangan 1 siklus
2). Membuat RKH dengan tema Alam Semesta
3). Menyiapkan alat atau media
4). Membuat scenario pembelajaran
B. Langkah-langkah perbaikan
Pelaksanaan perbaikan dilaksanakan dengan rencana kegiatan dan scenario
perbaikan.
Penggunaan alat atau media sumber belajar yang lebih menarik bagi anak
Pelaksanaan perbaikan dibimbing oleh supervisor yang bertugas menilai
kemampuan mahasiswa dalam merancang dan melaksanakan kegiatan
pengembangan, membantu mahasiswa dalam merancang, melaksanakan
dan membuat laporan perbaikan kegiatan pengembangan. Pelaksanaan
perbaikan dinilai oleh 2 guru penilai yaitu penilai 1 dan penilai 2 yang
bertugas menilai kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan
kegiatan pengembangan dengan menggunakan APKG-PKP 1 dan APKG-
PKP 2 ( data terlampir ).
C. Pelaksanaan observasi
Data penelitian diperoleh dari data hasil belajar siswa. Cara pengumpulan
data adalah dengan anak digali, tes lisan langsung dan hasil dari kegiatan anak.
Criteria yang diterapkan adalah apakah anak mampu menjawab pertanyaan
seputar cerita yang didengar oleh anak dan apakah anak mampu mengerjakan
tugas yang diberikan setelah mendengar cerita dari guru.
3. Refleksi
a. Kekuatan dan kelemahan tindakan perbaikan, kegiatan pengembangan,
kekuatan kegiatan yang dirancang dalam suatu kegiatan sesuai dengan
indicator yang ditentukan, sehingga anak dengan baik dapat merespon
kegiatan yang digunakan. Kelemahan hampir tidak ada karena semua
kegiatan telah dirancang dengan matang
b. Kekuatan dan kelemahan diri dalam merancang dan melakukan kegiatan
suatu tindakan. Karena setiap kegiatan dirancang dan disusun dengan
pemikiran matang dan tersedianya alat peraga yang digunakan, sehingga
menjadikan kekuatan dalam kegiatan dan tindakan ini. Sedangkan dengan
komunikasi dan pendekatan terhadap anak masih perlu pembenahan dan
perhatian yang lebih baik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi per siklus
1. Hasil observasi pembelajaran
Berdasarkan Observasi kegiatan Pembelajaran Yaitu Upaya Meningkatkan
Kemampuan Menyimak Anak Dengan Metode Bercerita Menggunakan Alat
Peraga, maka kegiatan yang dilakukan oleh guru dapat dilihat sebagai berikut :
.
2. Hasil Pengolahan Data
1. Dari hasil evaluasi Kemampuan menyimak anak dengan indicator kegiatan
yang dilakukan sebelum perbaikan di KB Al-ihsan dengan jumlah anak 18
orang terlihat hasil sebagai berikut
3. telah perbaikan siklus I
Setelah dilakukan perbaikan siklus I, Yaitu Meningkatkan kemampuan
menyimak anak dengan metode bercerita menggunakan alat peraga terlihat
hasil oebservasi dibawah ini :
4. Setelah perbaikan siklus II
Setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus II dengan kegiatan pengembangan
untuk meningkatkan kemampuan Menyimak anak dengan metode bercerita
menggunakan alat peraga yang lebih menarik, terlihat hasil dibawah ini.
3.Deskripsi Temuan dan Refleksi
Dilihat dari data hasil pembelajaran siswa mengenai kemampuan menyimak
yang diukur dengan kegiatan diatas dapat terlihat tingkat kenaikan dari
sebelum perbaikan, perbaikan siklus I dan siklus II yang digambarkan sebagai
berikut :
Dari 18 anak yang diobservasi pada saat kegiatan pembelajaran dari sebelum
perbaikan
B. Pembahasan dari setiap siklus
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pengamatan pembelajaran di KB Al-ihsan mengenai Upaya
Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Dengan Metode Bercerita
Menggunakan Alat Peraga. Dapat disimpulkan bahwa :.
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK
USIA DINI MELALUI KEGIATAN SENAM DI TK TUNAS MUDA
BABAYAU
KECAMATAN PARINGIN KABUPATEN BALANGAN
Tugas Mata Kuliah
Penelitian Tindakan Kelas
( IDIK 4008 )
OLEH
MUDRIKAH
NIM. 821588708
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA ( UT )
UPBJJ BANJARMASIN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan anaksering disebut sebagai masa
keemasan (Golden age), dimana diusia 0-6 tahun saat anak untuk merangsang
pertumbuhan serta kemampuannya secara optimal. Karena perkembangan
kehidupan manusia hanya terjadi sekali.
Keadaan fisik motorik anak pun menjadi sesuatu yang penting, karena
pada usia TK perkembangan anak akan terlihat. Perkembangan motorik
berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot, semakin banyak anak
bergerak maka akan semakin banyak manfaat yang diperoleh. Ketika ia semakin
terampil menguasai gerakan motoriknya maka ia akan lebih percaya diri dan
mandiri.
Proses tumbuh kembang kemampuan motorik anak berhubungan erat dengan
tumbuh kembang gerak anak. Menurut Departemen kesehatan RI (1993)
menjelaskan bahwa anak yang sehat adalah anak yang tingkat perkembanganya
sesuai dengan tingkat umurnya. Anak yang Tumbuh dengan baik dapat dilihat dari
naiknya berat dan tinggi badan secara teratur dan proporsional, tampak gesit atau
aktif serta gembira, mata bersih dan bersinar, bibir dan lidah tampak segar,
pernapasan tidak berbau, kulit dan rambut bersih tidak kering. Oleh sebab itu,
bagi kita seorang guru sekaligus fasilitator dilembaga Pendidikan Anak Usia Dini
selayaknya membekali diri dengan wawasan yang luas agar dapat menyediakan
berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan motorik anak dan lebih khususnya
motorik kasar anak di TK. Salah satu kegiatan pengembangan motorik kasar di
TK adalah kegiatan senam. Namun terkadang terdapat kendala-kendala dalam
upaya meningkatkan perkembangan motorik kasar anak, mungkin karena
penerapan metode, atau strategi pembelajaran yang kurang efektif, hingga hal
inilah yang mendorong saya untuk melakukan penelitian tindakan kelas sebagai
upaya untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar anak melalui kegiatan
senam di TK Tunas Muda Babayau.
B. Rumusan masalah
“Bagaimana Upaya Meningkatkan Perkembangan motorik kasar anak
melalui kegiatan senam di TK Tunas Muda Babayau ?”
C. Tujuan perbaikan
Tujuan perbaikan pengembangan ini, secara umum adalah untuk
Meningkatkan Perkembangan Motorik Kasar Anak, khususnya di TK Tunas
muda.
D. Manfaat perbaikan
Perbaikan ini diharapkan bermanfaat :
13. Untuk anak diharapkan meningkatkan perkembangan Motorik kasar anak
sejak dini
14. Untuk Pendidik, sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang
stimulasi atau kegiatan yang tepat untuk meningkatkan perkembangan
motorik anak
15. Untuk orang tua, sebagai sedikit ilmu pengetahuan bagaimana
menyediakan sarana dan media pembelajaran yang sesuai dengan anak.
16. Untuk sekolah diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai masukan
dan bahan perbandingan bagi kepala sekolah dalam pembelajaran yang
dilaksanakan di lembaga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Gerakan Motorik Kasar Anak Usia Dini
Dari buku A sampai Z tentang Perkembangan Anak (2002) dan buku
balita dan perkembangannya (2001), perkembangan motorik aanak terbagi
menjadi dua bagian, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Gerakan motorik
kasar terbentuk saat anak mulai memiliki koordinasi dan keseimbangan hamper
sepeti orang dewasa. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang
membutuhkan sebagian besar koordinasi bagian tubuh anak. Oleh karena itu,
biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar.
Pengembangan gerakan motorik kasar juga memerlukan koordinasi kelompok
otot-otot anak tertentu yang dapat membuat mereka dapat meloncat, memanjat,
berlari, menaiki sepeda roda tiga, serta berdiri satu kaki. Bahkan ada juga anak
yang dapat melakukan hal-hal yang lebih sulit seperti jungkir balik dan
menggunakan sepatu roda. Oleh sebab itu, biasanya anak belajar gerakan mortorik
kasar diluar kelas/ruangan. Untuk merangsang motorik kasar anak menurut Hadis
(2003) dapat dilakukan dengan melatih anak untuk meloncat, memanjat, memeras,
bersiul, membuat ekspresi muka senang, sedih, gembira, berlari, berjinjit, berdiri
diatas satu kaki, berjalan dititian, dan sebagainya.
Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh
tubuh anak. Gerakan ini mengandalkan kematangan dalam koordinasi. Berbagai
gerakan motorik kasar yang dapat dicapai anak tentu sangat berguna pada
kehidupannya kelak. Misalnya anak dibiasakan untuk terampil berlari dan
memanjat jika ia sudah besar ia akan senag berolah raga.
Untuk melatih gerakan motorik kasar anak dapat dilakukan, misalnya
dengan melatih anak berdiri diatas satu kaki, jika anak kurang terampil berdiri
diatas satu kakinya, berarti penguasaan kekampuan lain, seperti berlari akan
terpengaruh karena anak tersebut belum dapat menguasai keseimtubangan
tubuhnya.
Dalam perkembangannya, motorik kasar berkembang lebih dulu daripada
motorik halus. Hal ini sudah dapat terlihat saat anak sudah dapat menggunakan
otot-otot kakinya untuk berjalan sebelum ia dapat mengontrol tangan dan jari-
jarinya untuk menggunting dan meronce.
2.Lingkup Pengembangan Motorik kasar
1. Macam-macam gerak
1) Gerak refleks
Adalah gerakan atau tindakan manusia yang timbul sebagai reaksi
terhadap suatu stimulus tanpa keterlibatan kesadaran.
2) Gerak dasar fundamental
Merupakan pola gerakan yang menjadi ketangkasan gerak yang lebih
kompleks. Gerakan-gerakan ini terjadi atas dasar gerakan refleks yang
berhubungan dengan badannya, merupakan bawaan sejak lahir dan terjadi tanpa
melalui latihan
3) Kemampuan perceptual
Kemampuan perceptual membantu seseorang menafsirkan stimulasi secara
tepat sehingga ia mampu menyesuaikankan diri dengan lingkungannya dan dapat
menghasilkan perilaku yang efektif dan efisien.
4) Kemampuan fisik
Kemampuan fisik adalah karakteristik fungsional dari semua organ
kesehatan. Apabila kemampuan tersebut dikembangkan pada seseorang maka ia
akan menggunakan secara benar dan efisien dalam melakukan suatu gerakan.
a. Gerak lokomotor
Gerak lokomotor adalah aktivitas gerakan dengan cara memindahkan tubuh
dari satu tempat ketempat lain. Beberapa gerakan yang termasuk pada gerakan
lokomotor adalah :
1). Melangkah
2). Berjalan
3). Berlari
4). Melompat
5). Meloncat
6). Merangkak
7). Merayap
8). Berjingkat
9). Berguling
b. Gerak nonlokomotor
1). Gerakan-gerakan memutar tubuh atau bagian-bagian tubuh (kepala, lengan,
pinggang, kedua lutut, pergelangan kaki, dan pergelangan tangan).
2). Menekuk atau membungkukkan tubuh
3). Latihan keseimbangan,
c. Gerak manipulatif
Gerak manipulatif adalah aktivitas yang dilakukan tubuh dengan bantuan alat.
Keterampilan motorik kasar anak juga akan berkembang sesuai dengan
usianya.
3. Pengertian Senam
Definisi senam yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu
cabang olah raga merupakan terjemahan langsung dari bahasa inggris
Gymnastics atau Belanda Gymnastiek. Gymnastics sendiri dalam bahasa
aslinya merupakanserapan dari bahasa Yunani gymnos yang berarti telanjang.
Menurut Hidayat (1995) kata Gymnastiek tersebut dipakai untuk
menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak
sehingga perlu pakaian yang lentur saat melakukannya. Senam adalah latihan
tubuh yang dipilih dan dikonstuk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan
terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran
jasmani, mengembangkan keterampilan dan menanamkan nilai-nilai spiritual.
4. Senam untuk Anak usia Dini
Senam untuk anak usia dini adalah senam kegiatan olah raga yang
dipenuhi oleh gerakan-gerakan sederhana yang mampu merangsang
perkembangan fisik motorik anak, senam untuk anak usia dini biasanya diciptakan
sesuai dengan tingkat usia perkembangan anak.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Tunas Muda dengan jumlah murid 18
orang, laki-laki 8 dan perempuan 10.
Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan selama 5 hari
Pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan selama 5 hari
B.Pendekatan dan Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi
pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan
kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan
bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang
dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
check list perkembangan kemampuan anak
Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, melakukan
tindakan, observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan
berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya
C. Faktor-faktor yang diteliti
Dalam penelitian ini faktor yang diteliti adalah: Faktor Anak dan
pencatatan saat observasi dan pada saat kegiatan berlangsung
D. Skenario Tindakan
Skenario tindakan/ rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah
penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 (dua) siklus. Masing-masing
siklus melalui tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi
dan refleksi.
Siklus 1
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
b.Merencanakan kegiatan
c. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
d. Memilih waktu dan strategi kegiatan
e. Menentukan scenario pembelajaran untuk kegiatan senam.
f. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
g. Mengembangkan format evaluasi
h. Mengembangkan format observasi pembelajaran.
2. Tindakan
a. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
b. Anak mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
c. Anak melakukan dan guru mengevaluasi pada saat kegiatan
berlangsung.
3. Pengamatan
a.Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah
disiapkan yaitu dengan chek list, catatan untuk mengumpulkan data.
b.Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format penilaian anak
4. Refleksi
a.Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai
mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
b.Melakukan diskusi dengan teman sejawat untuk membahas hasil evalusi
tentang scenario pembelajaran dan hasil penilaian anak.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk
digunakan pada siklus berikutnya.
Siklus II
1. Perencanaan
a.Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan
penetapan alternatif pemecahan masalah.
b.Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
Pengembangan program tindakan II.
2. Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi
masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan
masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
a.Guru melakukan appersepsi
b.Anak yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan
yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
c.Anak menyelesaikan tugas yang diberikan.
3. Pengamatan (Observasi)
a.Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan
mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan
tindakan berlangsung.
b.Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.
4. Refleksi
a.Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data
yang terkumpul.
b.Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.
c.Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus II
d.Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan
mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.
E. Cara Penggalian Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui kegiatan
sebagai berikut:
a.Observasi
Berupa pengamatan langsung dengan menggunakan cek list
keterlaksanaan Rencana kegiatan yang dibuat, butir-butir yang lemah,
butir-butir yang kuat, saran dan kometar pengamat tentang proses
pembelajaran yang dilaksanakan.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini adalah
deskriftif kualitatif yang dilakukan sepanjang penelitian berlangsung.
1.Analisis data hasil observasi.
Dilakukan dengan menghitung persentasi keterlaksanaan rencana
kegiatan dan memperhatikan butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat,
saran dan komentar pengamat.
2.Acuan ketuntasan anak secara klasikal adalah 70%
Kreteria dari keberhasilan penelitian ini adalah apabila 70 % dari anak
meningkat kemampuan perkembangan motorik kasarnya melalui kegiatan senam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi per siklus
5. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan Observasi kegiatan pengembangan motorik kasar anak melalui
kegiatan senam,
2. Hasil Pengolahan Data
Dari hasil evaluasi perkembangan motorik kasar anak melalui kegiatan senam
di TK Tunas Muda Babayau dengan jumlah anak 18 orang terlihat hasil sebagai
berikut
1.Setelah perbaikan siklus I
Setelah dilakukan perbaikan siklus I, Yaitu Meningkatkan perkembangan
motorik kasar anak melalui kegiatan senam terlihat hasil oebservasi dibawah ini
:
2. Setelah perbaikan siklus II
Setelah dilakukan perbaikan siklus II,Yaitu Meningkatkan perkembangan
motorik kasar anak melalui kegiatan senam terlihat hasil oebservasi dibawah ini
:
Tabel 2. Hasil observasi setelah perbaikan siklus II
3.Deskripsi Temuan dan Refleksi
Dilihat dari data hasil pembelajaran siswa mengenai upaya meningkatkan
perkembangan motorik kasar anak melalui kegiatan senam setelah perbaikan
siklus I dan II adalah :
Dari 18 anak yang diobservasi pada saat kegiatan pembelajaran :
Tabel 3 Perbandingan hasil observasi, Perbaikan siklus I dan Hasil perbaikan
siklus II
B. Pembahasan dari setiap siklus
.