kumpulan proposal ptk

77
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DINI ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF DI KB AL-IHSAN DESA MARADAP KECAMATAN PARINGIN SELATAN KABUPATEN BALANGAN Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas ( IDIK 4008 ) OLEH NORLAILA HAYATI NIM. 821588747

Upload: shinta-novia-ramadhana

Post on 01-Jan-2016

77 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DINI ANAK

MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF DI KB AL-IHSAN

DESA MARADAP KECAMATAN PARINGIN SELATAN KABUPATEN

BALANGAN

Tugas Mata Kuliah

Penelitian Tindakan Kelas

( IDIK 4008 )

OLEH

NORLAILA HAYATI

NIM. 821588747

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA ( UT )

UPBJJ BANJARMASIN

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Bagi bangsa Indonesia, saat ini adalah saat teknologi dan informasi yang

semakin canggih dan menuntut dukungan budaya baca tulis yaitu perwujudan

perilaku yang mencakupi kemampuan, kebiasaan, kegemaran dan kebutuhan baca

tulis.

Akan tetapi yang menjadi pertanyaan sekarang kapan kemampuan membaca

dan menulis anak itu mulai diajarkan?. Karena ada sebagian pendapat menyatakan

bahwa membaca dan menulis baru diajarkan pada saat anak sudah di SD tetapi

banyak juga ahli yang menyatakan bahwa membaca menulis harus dikenalkan

sejak dini. Banyak penelitian mutakhir yang membuktikan bahwa anak dapat

diajar membaca sebelum ia mencapai usia sekolah. Durkin (1966; 1966a ) telah

melakukan penelitian tentang pengaruh membaca dini pada anak-anak. Dia

menyimpulkan bahwa tidak ada efek negative pada anak-anak dari membaca dini.

Anak-anak yang telah diajar membaca sebelum masuk SD pada umumnya lebih

maju disekolah daripada anak-anak yang belum pernah memperoleh membaca

dini. Steinberg (1982: 214-215) mengemukakan setidaknya ada empat keuntungan

mengajar anak membaca dini dilihat dari segi proses belajar mengajar :

1. Belajar membaca dini memenuhi rasa ingin tahu anak

2. Situasi akrab dan informal dirumah dan di KB atau TK merupakan factor

yang kondusif bagi anak untuk belajar

3. Anak-anak pada usia dini pada umumnya perasa dan mudah terkesan serta

dapat diatur

4. Anak-anak yang berusia dini dapat mempelajari sesuatu dengan mudah

dan cepat

Kegiatan pembelajaran di tempat Penitipan anak dan Kelompok bermain

dilaksanakan melalui kegiatan bermain. Semua kegiatan pembelajaran tersebut

direncanakan dan diarahkan untuk mencapai perkembangan yang optimal yang

meliputi aspek-aspek perkembangan anak-anak secara menyeluruh dan

penggunaan atau media sumber belajar yang tepat, bermanfaat, menarik dan dapat

menstimulasi perkembangan anak. Pada dasarnya anak usia dini adalah anak ang

senang menemukan dan melakukan. Satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari

dunia anak adalah bermain, ia belajar dan melakukan segala hal dengan bermain.

Mengingat begitu pentingnya menumbuhkan minat membaca bagi anak sejak dini

dan karakteristik anak usia dini yang sangat senang bermain, sehungga perlu

disusun rancangan kegiatan bermain sambil belajar yang bisa merangsang

kemampuan membaca dini anak di KB. Maka hal inilah yang melatar belakangi

saya untuk melakukan penelitian tindakan kelas yaitu meningkatkan kemampuan

membaca anak dengan permainan kartu huruf.

B. Rumusan masalah

“Bagaimana Upaya Meningkatkan kemampuan membaca dini anak dengan

kartu huruf di KB Al-ihsan ?”

C. Tujuan perbaikan

Tujuan perbaikan pengembangan ini, secara umum adalah untuk

Meningkatkan kemampuan dan minat membaca anak sejak dini khususnya anak-

anak di KB Al-ihsan.

D. Manfaat perbaikan

Perbaikan ini diharapkan bermanfaat :

1. Untuk anak diharapkan meningkatkan perkembangan bahasa, kemampuan

dan minat membaca bagi anak sejak dini

2. Untuk Pendidik, sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang

stimulasi atau kegiatan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan

berbahasa anak

3. Untuk orang tua, sebagai sedikit ilmu pengetahuan bagaimana

menyediakan sarana dan media pembelajaran yang sesuai dengan anak.

4. Untuk sekolah diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai masukan

dan bahan perbandingan bagi kepala sekolah dalam pembelajaran yang

dilaksanakan di lembaga.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian membaca

Membaca merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif.

Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang sangat kompleks dan melibatkan

berbagai keterampilan. Jadi, kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan

kegiatan yang teterpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali

huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi, maknanya serta menarik

kesimpulan mengenai maksud bacaan. Kegiatan membaca terkait dengan dengan:

1. pengenalan huruf atau aksara

2. bunyi dari huruf atau rangkaian huruf-huruf

3. makna atau maksud

4. pemahaman terhadap makna

Adapun menurut Hari (1970: 3) membaca merupakan interpretasi yang bermakna

dari symbol verbal yang tertulis/tercetak. Membaca adalah tindakan

menyesuaikan arti kata dengan symbol-simbol yang tertulis atau tercetak.

Kegiatan membaca dapat bersuara dan dapat pula tidak bersuara. Jadi, membaca

pada hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna

tulisan

2. Pentingnya kemampuan membaca

Kemampuan membaca sangat penting dimiliki anak, Mary leonhardt (1999: 27)

menyatakan ada beberapa alas an mengapa kita perlu menumbuhkan cinta

membaca pada anak. Alasan-alasan tersebut adalah :

1. Anak yang senang membaca akan membaca dengan baik, sebagian besar

waktunya digunakan untuk membaca.

2. Anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang

lebih tinggi. Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-

gagasan rumit secara lebih baik.

3. membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal,

dan membuat belajar jadi lebih mudah.

4. kegemaran membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak.

5. membaca dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih saying.

6. anak-anak yang gemar membaca akan dihadapkan pada suatu dunia yang

penuh dengan kemungkinan dan kesempatan.

7. anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola

berpikir kreatif dalam diri

2. Tujuan Membaca

Tujuan membaca itu sangat beragam, tergantung pada situasi dan berbagai

kondisi pembaca. Secara umum tujuan ini dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Mendapatkan informasi

2. Meningkatkan citra diri

3. Melepaskan diri dari kenyataan

4. Untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan

5. Mungkin juga orang membaca tanpa tujuan hanya sekedar mengisi waktu

luang

6. Tujuan membaca yang paling tinggi adalah mencari nilai-nilai keindahan

atau pengalaman estetis atau nilai-nilai kehidupan lainnya

3. Pengembangan kemampuan membaca di Taman Kanak-kanak

a. Tahap-tahap perkembangan membaca

Kemampuan membaca pada anak berkembang dalam beberapa tahap.

Menurut Cochrane Efal sebagaimana dikutip Brewer (1992:260). Perkembangan

kemampuan membaca pada anak usia (4-6 tahun) berlangsung dalam lima tahap

yaitu :

1. Tahap pantasi (magical strage)

2. Tahap pembentukan konsep diri (self concept strage)

3. Tahap membaca gemar (brigging reading strage)

4. Tahap pengenalan bacaan (sake-off reader strage)

5. tahap membaca lancer (independent reader strage)

Sehubungan dengan tahap-tahap perkembangan membaca anak diatas yang

perlu diketahui dan dipahami adalah bagaimana menstimulasi potensi-potensi

anak tersebut sesuai tahap perkembangannya. Hal ini perlu dipikirkan dan

dikerjakan agar potensi anak dapat berkembang secara optimal. Karena para ahli

syaraf menyakini bahwa jika gejala-gejalanya muncul kearah positif maka

potensi-potensi tersebut akan menjadi potensi yang tersembunyi.

Oleh karena itu, lingkungan (termasuk didalamnya orang tua dan guru)

sangat berperan penting dalam hal ini. Lingkungan harus dapat menciptakan

kegiatan-kegiatan yang dapat memekarkan potensi yang ada pada anak.

b. Kemampuan-kemampuan kesiapan anak membaca

Sebelum mengajarkan membaca pada anak, dasar-dasar kemampuan

membaca atau kemampuan kesiapan anak membaca perlu dikuasai oleh anak

terlebih dahulu. Dasar-dasar kemampuan membaca ini diperlukan agar anak

berhasil membaca dan menulis. Seperti dikemukakan oleh Miller bahwa sebelum

anak diajarkan membaca perlu diketahui terlebih dahulu kesiapan membaca anak.

Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui apakah anak sudah siap diajarkan

membaca. Disamping itu juga bertujuan agar dapat diketahui kemampuan

kesiapan membaca khusus apa yang sebaiknya diajarkan atau dikuatkan pada anak

(1977: 23). Adapun kemampuan-kemampuan kesiapan membaca yang akan

dikembangkan adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan membedakan auditorial

Yaitu, konsep volume, lompatan, petunjuk, durasi, rangkaian, tekanan, tempo,

pengulangan, dan kontras (suara) membedakan suara-suara huruf dalam

alphabet di Taman Kanak-kanak, terutama suara-suara yang dihasilkan oleh

konsonan awal dalam kata. (Anak harus mampu membedakan suara huruf d

dari suara t, suara m dari suara n). beberapa contoh kegiatan yang dapat

dilakukan guru adalah ;

a. Meminta anak memberi nama sesuatu yang dimulai dengan suara yang

sama dengan namanya.

b. Ucapkan sekumpulan kata dan meminta anak untuk memberi tahu kata

mana dalam daftar dimulai dengan suara yang berbeda dengan yang lain

c. Tugaskan anak memberi nama pada benda yang ada dikelas sesuai dengan

huruf tertentu

2. Kemampuan diskriminasi visual

Anak harus belajar memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar-

gambar pada foto, lukisan, dan pantonim

3. Kemampuan (membuat) hubungan suara-simbol

Anak harus mampu mengaitkan huruf besar dan huruf kecil dengan nama

mereka dan dengan suara yang mereka representasikan. Ia harus tahu bahwa d

disebut de. Sebagian besar anak akan membuat kemajuan awal yang bagus

pada kemampuan ini pada masa taman Kanak-kanak.

4. Kemampuan perceptual motoris

Anak harus cukup dewasa untuk menggunakan otot halus tangan dan jari

mereka untuk melakukan koordinasi gerakan dengan apa yang mereka lihat.

Mereka harus melatih kemampuan ini sehingga mereka mampu mampu

menyusun puzzle yang sederhana, gambar lukis-tangan, membentuk tanah liat,

playduogh, mewarnai, menuang, akhirnya mereka harus mampu menyalin

huruf dan kata

5. Kemampuan bahasa lisan

Anak masuk ke Taman Kanak-kanak dengan kemampuan subtansial untuk

berbicara dan mendengarkan sehingga kemampuan-kemampuan ini harus

lebih dikembangkan dan diperbaiki. Anak harus lebih diperluas kosakata

bahasa lisan mereka

6. Membangun sebuah latar belakang pengalaman

7. Interpretasi gambar

8. Progresi dari kiri kekanan

9. Kemampuan merangkai

10. penggunaan bahasa mulut

11. pengenalan melihat kata

12. lateralisasi

13. koordinasi gerak

c. Tanda-tanda kesiapan membaca

Tanda-tanda kesiapan anak sudah dapat diajar membaca adalah sebagai

berikut:

1. Apakah anak sudah dapat memahami bahasa lisan?

Kemampuan ini dapat diamati pada saat kegiatan bercakap-cakap dan Tanya

jawab

2. Apakah anak sudah dapat mengajarkan kata-kata dengan jelas?

Kemampuan ini dapat juga diamati dengan bercakap-cakap dan diuji secara

informasi

3. Apakah anak dapat mengingat kata-kata?

Hal ini dapat diuji dengan menanyakan informasi yang sederhana dan diulang

pada kegiatan esok hari untuk menguji ingatan anak

4. Apakah anak sudah dapat mengujarkan bunyi huruf?

Anak dapat diberikan tugas mengujarkan bunyi huruf setelah guru

mengucapkannya dan anak mengulang kembali

5. Apakah anak sudah menunjukkan minat baca?

Hal ini dapat dilihat misalnya dari keinginan anak memegang buku,

membuka-buka buku bacaan lain dan meniru-niru membacanya, serta

mencoret-coret kertas, ini berkaitan erat dengan usaha-usaha yang telah

dibicarakan terlebih dahulu.

6. Apakah anak sudah dapat membedakan dengan baik?

Yang dimaksud dengan membedakan disini adalah membedakan suara (bunyi)

dan objek-objek. Jadi yang dimaksud disini adalah kemampuan pendengaran

dan penglihatan. Kemempuan ini dapat dapat diuji dengan berbagai alat

permainan.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca

1. Motivasi

Factor motivasi akan menjadi pendorong semangat anak untuk membaca.

Motivasi adalah suatu ketertarikan membaca, hal ini penting karena jika ada

motivasi akan menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan belajar yang lebih

baik. Anak usia dini adalah anak yang gemar bermain dan semangat jika

menemukan suatu keadaan yang menyenangkan, jadi untuk memotivasi anak agar

lebih tertarik dalam belajar membaca adalah dengan menciptakan situasi

pembelajaran dan media yang menarik dan dengan suasana bermain tetapi

mengandung unsure pembelajaran yang ingin dicapai

2. Lingkungan keluarga

Menurut Leicher (1984) perkembangan kemampuan membaca dan menulis

dipengaruhi keluarga dalam :

a. interaksi interpersonal

Interaksi interpersonal terdiri atas pengalaman-pengalaman baca tulis

bersama orang tua, saudara dan anggota keluarga lainnya.

b. Lingkungan Fisik

Mencakup bahan-bahan bacaan yang ada dirumah

c. Suasana rumah

3. Bahan bacaan

Beberapa factor yang perludiperhatikan yaitu topic atau isi bacaan dan

keterbacaan bahan Bromley (1990) menyatakan bahwa bacaan anak-anak adalah

bahan kritis dan media dalam mengajar komunikasi secara efekti. Bahan bacaan

biasanya mengembangkan semua aspek pelajaran bahasa literature:

Memberikan anak-anak kesenangan, untuk anak usia dini penyajian bahan

bacaan disertai dengan gambar-gambar yang menarik dan gambar lebih

dominant dari tulisan

e. Proses Membaca

Teori-teori yang dikemukakan oleh Morrow (1993) sebagai berikut :

1. Membaca dipelajari melalui interaksi dan kolaborasi social

2. Anak belajar membaca sebagai pengalaman hidup

3. Mereka melihat tujuan dan kebutuhan proses membaca

4. Membaca dipelajari melalui pembelajaran keterampilan langsung

f. Strategi Pengembangan Kemampuan Membaca di Tk/Kb

Strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan

membaca di Taman Kanak-kanak adalah dengan pendekatan pengalaman

berbahasa. Pendekatan ini diberikan dengan menerapkan konsep DAP

(Developmentally Aproppriate Practice). Pendekatan ini disesuaikan dengan

karakteristik pembelajar di Taman Kanak-kanak, yakni bermain dengan

menggunakan metode mengajar yang tepat untuk mengembangkan kemampuan

membaca serta melibatkan anak dalam kegiatan yang dapat memberikan berbagai

pengalaman bagi anak. Selain itu, perlu juga memperhatikan motivasi dan minat

anak sehingga kedua factor itu betul-betul memberikan pengaruh yang besar

dalam pengembangan kemampuan membaca. Strategi ini dilaksanakan dengan

memberikan beragam aktivitas yang memperhatikan perkembangan kemampuan

membaca yang dimiliki anak.

g. Tujuan Pengembangan Kemampuan Membaca

1. Pengembangan sikap positif terhadap membaca

2. Pengembangan konsep tentang buku dan pemahaman teks

h. Metode Pengembangan Membaca Untuk Anak Usia Dini Di TK/KB

1. Pendekatan Pengalaman bahasa

2. Fonik

3. Lihat dan katakana

4. Metode pendukung konteks

i. Rancangan Kegiatan Pengembangan Membaca

Program seni berbahasa yang efektif mempunyai beberapa cirri antara lain :

1. Integrasi

2. Buku-buku

3. Interaksi dan keterlibatan

4. Intruksi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di KB Al-ihsan dengan jumlah murid 18 orang,

laki-laki 8 dan perempuan 10.

Waktu pelaksanaan

Pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan selama 5 hari

Pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan selama 5 hari

B.Pendekatan dan Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi

pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan

kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan

bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang

dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.

Peneliti sengaja menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

karena metode ini lebih mudah digunakan, di mana penulis bisa menjalankan

metode ini di sekolah sendiri sehingga tidak perlu meninggalkan tugas

mengajar, di samping itu juga hasilnya nanti tentu akan lebih bermanfaat

dalam memajukan pembelajaran di sekolah sendiri.

Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain :

catatan guru, catatan anak, wawancara dan berbagai dokumen yang terkait

dengan anak.

Prosedur penelitian terdiri dari  4 tahap, yakni  perencanaan, melakukan

tindakan, observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan

berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya

C. Faktor-faktor yang diteliti

Dalam penelitian ini faktor yang diteliti adalah: Faktor Anak dan

pencatatan untuk hasil belajar yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan

membaca anak melalui permainan kartu yang meliputi hasil wawancara

Siklus I

informal, Evaluasi bahasa, Mengakses perkembangan literasi, diskusi

pekerjaan atau permainan kreatif

D. Skenario Tindakan

Skenario tindakan/ rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah

penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 (dua) siklus. Masing-masing

siklus melalui tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi

dan refleksi. Secara umum alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian

tindakan kelas digambarkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Tim Pelatih

Proyek PGSM: 1999) seperti gambar di bawah ini:

Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Siklus 1

1. Perencanaan

a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

b. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses

belajar mengajar.

c. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

d. Memilih bahan pelajaran yang sesuai

e. Menentukan scenario pembelajaran dengan metode permainan kartu.

Observasi Pelaksanaan TindakanRP 1

Laporan

Refleksi

Observasi Pelaksanaan TindakanRP 2

Siklus II

Rencana

Refleksi

Rencana

f. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.

g. Mengembangkan format evaluasi

h. Mengembangkan format observasi pembelajaran.

2. Tindakan

a. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.

b. Anak mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.

g. Anak mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

3. Pengamatan

a. Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah

disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan untuk mengumpulkan

data.

b. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format penilaian anak

4. Refleksi

a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai

mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.

b. Melakukan diskusi dengan teman sejawat untuk membahas hasil

evalusi tentang scenario pembelajaran dan hasil penilaian anak.

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk

digunakan pada siklus berikutnya.

Siklus II

1. Perencanaan

a. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan

penetapan alternatif pemecahan masalah.

b. Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.

Pengembangan program tindakan II.

2. Tindakan

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi

masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan

masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:

a. Guru melakukan appersepsi

b. Anak yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan

yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

c. Anak menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Pengamatan (Observasi)

a. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan

mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama

pelaksanaan tindakan berlangsung.

b. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah

dikembangkan.

4. Refleksi

a. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data

yang terkumpul.

b. Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.

c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus II

d. Evaluasi tindakan II

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan

mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.

E. Cara Penggalian Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui kegiatan

sebagai berikut:

a. Observasi

Berupa pengamatan langsung dengan menggunakan cek list

keterlaksanaan Rencana kegiatan yang dibuat, butir-butir yang lemah,

butir-butir yang kuat, saran dan kometar pengamat tentang proses

pembelajaran yang dilaksanakan.

b. Pemberian Tes

Tes dilaksanakan pada akhir siklus. Tujuannya untuk memperoleh data

tentang pemahaman konsep anak tentang materi pelajaran. Bentuk tes

berupa tanya jawab dan pemberian tugas.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini adalah

deskriftif kualitatif yang dilakukan sepanjang penelitian berlangsung.

1. Analisis data hasil observasi.

Dilakukan dengan menghitung persentasi keterlaksanaan rencana

kegiatan dan memperhatikan butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat,

saran dan komentar pengamat.

2. Analisis data hasil tes

Acuan ketuntasan anak secara individual, 60% dan secara klasikal

70%.

3. Indikator Keberhasilan

Kreteria dari keberhasilan penelitian ini adalah apabila 85 % dari anak

meningkat kemampuan membaca dalam pembelajaran yang menggunakan

metode permainan kartu huruf

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi per siklus

1. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran

Berdasarkan Observasi kegiatan Pembelajaran Yaitu Upaya Meningkatkan

Kemampuan membaca anak melalui permainan kartu huruf, maka kegiatan

yang dilakukan oleh guru dapat dilihat sebagai berikut :

2. Hasil Pengolahan Data

1. Dari hasil evaluasi Kemampuan menyimak anak dengan indicator kegiatan

yang dilakukan sebelum perbaikan di KB Al-ihsan dengan jumlah anak 18

orang terlihat hasil sebagai berikut

1. Setelah perbaikan siklus I

Setelah dilakukan perbaikan siklus I, Yaitu Meningkatkan kemampuan

membaca anak melalui permainan kartu huruf terlihat hasil oebservasi dibawah

ini :

2. Setelah perbaikan siklus II

Setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus II dengan kegiatan pengembangan

untuk meningkatkan kemampuan membaca anak melalui permainan kartu

huruf, terlihat hasil dibawah ini.

3.Deskripsi Temuan dan Refleksi

Dilihat dari data hasil pembelajaran siswa mengenai kemampuan menyimak

yang diukur dengan kegiatan diatas dapat terlihat tingkat kenaikan dari

sebelum perbaikan, perbaikan siklus I dan siklus II yang digambarkan sebagai

berikut :

Dari 18 anak yang diobservasi pada saat kegiatan pembelajaran dari sebelum

perbaikan

Tabel 5. Perbandingan hasil observasi sebelum perbaikan, Perbaikan siklus I

dan Hasil perbaikan siklu II

B. Pembahasan dari setiap siklus

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran-saran

Daftar pustaka

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK TENTANG SAINS

DENGAN BERMAIN SAMBIL BELAJAR DI TK AL-IHSAN MARADAP

KECAMATAN PARINGIN SELATAN KABUPATEN BALANGAN

Tugas Mata Kuliah

Penelitian Tindakan Kelas

( IDIK 4008 )

OLEH

MARAWIAH

NIM. 821588636

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA ( UT )

UPBJJ BANJARMASIN

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Akhir-akhir ini program Taman Kanak-kanak telah mengalami pergeseran.

Taman Kanak-kanak yang diharapkan menjadi taman bermain, taman yang indah,

taman yang menyenangkan, taman tempat bersosialisasi, telah berubah menjadi

“sekolah dini.” Hal ini mungkin disebabkan karena ada kesalahan dalam

menerjemahkan program Taman Kanak-Kanak atau karena “Tuntutan” orang tua

dan masyarakat, sehingga seolah-olah Program TK dipaksakan untuk

mempersiapkan siswa memasuki sekolah dasar. Siswa diberi pelajaran Ca-Lis-

Tung (Membaca, menulis dan berhitung) dengan pendekatan seperti disekolah

dasar. Padahal kurikulum berbasis kompetensi TK/RA tahun 2004 menyebutkan

Taman Kanak-kanak adalah satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal

yang menyelenggarakan program pendidikan pada anak usia 4-6 tahun

(Depdiknas,2004).

Beberapa tahun terakhir ini, hasil belajar sains menunjukkan hasil yang

kurang memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa penyadaran sains pada generasi

penerus harus terus menerus dilakukan dari usia dini sampai dewasa. Karena pada

usia 4 tahun pertama separuh kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk.

Artinya jika pada usia tersebut anak tidak mendapatkan rangsangan yang

maksimal, maka potensi otak anak tidak akan berkembang secara optimal. Secara

keseluruhan sampai usia 8 tahun 80% kapasitas kecerdasan sudah terbentuk

artinya kapasitas kecerdasan anak hanya bertambah 30% setelah usia 4 tahun

hingga 8 tahun. Selanjutnya kapasitas kecerdasan anak tersebut akan mencapai

100% setelah berusia sekitar 18 tahun.

Pemerintah telah berupaya untuk melakukan pembenahan dalam rangka

peningkatan hasil belajar sains, salah satu hasil belajar yang diharapkan adalah

anak dapat mengenal konsep-konsep sains sederhana yang termuat dalam

pengembangan kognitif membawa konsekuensi kewaspadaan pendidik termasuk

orang tua dan guru serta pendidik lainnya dalam merancang pembelajaran sains

tersebut. Pembelajaran sains perlu dirancang dalam kegiatan bermain yang

merupakan kebutuhan anak-anak di Taman Kanak-kanak. Peggy Ashbrook (2003)

berpendapat jika kita ingin anak-anak kita mempunyai kinerja yang baik di

sekolah lanjurtan, maka anak usia TK dibiasakan bereksperimen sains, jika tidak

berarti kita mempersulit anak dalam belajar sains dikehidupan selanjutnya. Hal

inilah yang melatar belakangi saya untuk melakukan penelitian tindakan kelas

mengenai upaya meningkatkan minat belajar anak tentang sains dengan bermain

sambil belajar.

B. Rumusan masalah

“Bagaimana Upaya Meningkatkan minat belajar anak tentang sains dengan

belajar sambil bermain di TK Al-ihsan Maradap ?”

C. Tujuan perbaikan

Tujuan perbaikan pengembangan ini, secara umum adalah untuk

Meningkatkan minat anak beajar sains dan khususnya anak pada TK Al-ihsan

maradap kecamatan paringin selatan kabupaten balangan.

D. Manfaat perbaikan

Perbaikan ini diharapkan bermanfaat :

5. Untuk anak diharapkan meningkatkan perkembangan kognitif anak,

menumbuhkan minat belajar sains bagi anak sejak dini

6. Untuk Pendidik, sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang

stimulasi atau kegiatan yang tepat untuk meningkatkan perkembangan

kognitif anak dan minatnya dalam belajar sains

7. Untuk orang tua, sebagai sedikit ilmu pengetahuan bagaimana

menyediakan sarana dan media pembelajaran yang sesuai dengan anak.

8. Untuk sekolah diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai masukan

dan bahan perbandingan bagi kepala sekolah dalam pembelajaran yang

dilaksanakan di lembaga.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pendekatan Pembelajaran Sains di TK

Pendekatan pembelajaran sains pada anak TK hendaknya memperhatikan

prinsip-prinsip yang berorientasi pada kebutuhan anak dengan memperhatikan

hal-hal berikut :

1. Berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak

Salah satu kebutuhan perkembangan anak adalah rasa aman. Oleh karena itu

jika kebutuhan fisik anak terpenuhi dan merasa aman secara psikologis, maka

anak belajar akan belajar dengan baik. Selain itu perlu diperhatikan bahwa

siklus belajar anak TK adalah berulang dengan memperhatikan perbedaan

individu

2. Bermain sambil belajar

Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

pada anak usia TK, sehingga pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa

sehingga melalui bermain anak-anak menemukan konsep dengan suasana

menyenangkan dan tidak terasa anak telah belajar sesuatu dalam suasana

belajar yang menyenangkan.

3. Selektif, Kreatif, dan Inovatif

Materi pembelajaran sains yang disajikan dipilih sedemikian rupa sehingga

dapat disajikan melalui bermain.

Menurut Suyanto (2005:158) pengenalan sains untuk siswa TK dilakukan

untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut :

a. Eksplorasidan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan

menyelidiki objek dan fenomena alam.

b. Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan

pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil, dan sebagainya.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang, dan mau melakukan

kegiatan inkuiri atau penemuan.

d. Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur

maupun funsinya.

2. Bermain Sambil Belajar Sains

Bermain sambil belajar adalah kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa

menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi,

memberi kesenangan, maupun mengembangkan imajinasi anak dan menyebabkan

terjadinya perubahan perilaku yang terjadi akibat interaksi antara individu dengan

lingkungannya. Manfaat bermain sambil belajar sains pada aspek-aspek

perkembangan anak, diantaranya adalah :

1. Aspek perkembangan motorik kasar

2. Aspek perkembangan kognisi

3. Aspek perkembangan social

4. Aspek perkembangan bahasa

5. Aspek perkembangan moral

3. Metode Pembelajaran Sains di Taman Kanak-kanak

Beberapa metode pembelajaran sains yang sesuai dengan karakteristik

anak TK diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Metode bermain

Bermain bagi usia pra sekolah merupakan kesempatan untuk

menjelajahi dunia lingkungan segala isi yang ada di lingkungan anak, akan ia

serapi yang dimaksud isi adalah semua saran, prasarana sumber belajar, orang-

orang yang berkomunikasi dengan anak, peralatan di luar maupun didalam

ruangan atau di rumahnya sendiri.

Menurut para ahli atau pendidik ( Gordon dan Browne, 1985 : 266 ) : “

Bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan bermain merupakan

pertumbuhan anak “.

Menurut ( Gordon dan Browne, 1985 : 265 ), pengertian bermain,

bermain membawa harapan dan antisipasi tentang dunia yang memberikan

kegembiraan dan kemungkinan anak yang berkhayal seperti sesuatu

atau seseorang, suatu dunia yang dipersiapkan untuk berpetualang dan

mengadakan telaah.

Sedangkan menurut Frank dan Theresa Caplon/Hilde Brand, 1986 : 55-

56 ) mengemukakan ada 16 nilai bermain bagi anak :

1. Membentuk pertumbuhan anak

2. Merupakan kegiatan yang dilakukan secara suka rela.

3. Memberi kebebasan anak untuk bertindak.

4. Memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai.

5. Mempunyai unsur berpetualang didalamnya.

6. Meletakkan dasar pengembangan bahasa.

7. Mempunyai pengaruh yang unik dalam pemberitaan hubungan antara

pribadi.

8. Memberi kesempatan untuk menguasai diri secara fisik.

9. Memperluas minat dalam pemusatan perhatian.

10. Merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu.

11. Merupakan cara dinamis untuk belajar.

12. Merupakan cara anak untuk mempelajari peran orang dewasa.

13. Menjernihkan pertimbangan anak.

14. Dapat distruktur secara akademik.

15. Merupakan kekuatan hidup.

16. Merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup manusia.

Begitu besar nilai bermain dalam kehidupan anak, maka pemanfaatan

kegiatan bermain dalam pelaksanaan program kegiatan anak TK merupakan

syarat utama yang sama sekali tidak bisa ditinggal dalam proses

PBM.

Bagi anak TK adalah bermain dan bermain sambil belajar. Hendaknya

metode ini bermacam-macam diterapkan agar anak senang berada di

sekolah.

B. Tujuan Bermain Bagi Anak

Tujuan bermain bagi anak TK adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengembangkan emosi dan sosial anak, agar anak didik mampu

mengenal lingkungan alam, sosial peranan masyarakat, serta mampu

mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri

dan rasa memilki.

2. Untuk mengembangkan fisik motorik kasar dan halus agar anak didik

mampu mengelola dan keterampilan tubuh termasuk gerakan halus,

gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik ( panca indra ).

3. Untuk mengembangkan kecerdasan, agar anak mampu berpikir logis,

kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan

sebab akibat.

C. Manfaat Bermain bagi anak

Anak memerlukan waktu yang cukup banyak untuk mengembangkan

dirinya melalui bermain. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para

ilmuwan menyatakan bahwa bermain bagi anak-anak mempunyai arti yang

sangat penting karena melalui bermain anak dapat menyalurkan segala

keinginan dan kepuasan, kreatifitas dan imajinasinya.melalui bermain anak

dapat melakukan kegiatan-kegiatan fisik, belajar bergaul dengan teman

sebaya, membina sikap hidup positif, mengembangkan peran sesuai jenis

kelamin, menambah perbendaharaan kata, dan menyalurkan perasaan tertekan.

Jelaslah bahwa selain bermanfaat untuk perkembangan fisik, kognitif, sosial

emosional dan moral, bermain juga mempunyai manfaat yang besar bagi

perkembangan anak secara keseluruhan, yaitu sebagai berikut (B.E.F.

Montolalu, dkk, 2007) :

1. Bermain Memicu Kreatifitas

Dalam lingkunganbermain yang aman dan menyenangkan, bermain

memicu anak menemukan ide-ide serta menggunakan daya khayalnya.

Saat anak menggunakan daya khayalnya dalam bermain, dengan atau

tanpa alat, mereka akan lebih kreatif.

2. Bermain Bermanfaat Mencerdaskan Otak.

Bermain merupakan suatu media yang sangat penting bagi proses berpikir

anak. Bermain membantu perkembangan kognitif anak. Bermain memberi

kontribusi pada perkembangan intelektual atau kecerdasan berpikir dengan

membukakan jalan menuju berbagai pengalaman yang tentu saja

memperkaya cara berpikir mereka

3. Bermain Bermanfaat Menanggulangi Konflik.

Pada saat usia TK tingkah laku yang sering muncul kepermukaan adalah

tingkah laku menolak, bersaing, agresif, bertengkar, meniru, kerja sama,

egois, simpatik, marah, ngambek, dan keinginan untuk diterima oleh

lingkungan sosial mereka. Apabila kita teliti maka banyak tingkah laku

yang asosial yang tampil pada periode ini daripada yang prososial. Dapat

dimengerti bahwa peroiode ini konflik tak dapat dihindari. Semua ini

diperlukan pemunculan yang mengarahkan anak-anak yang asosial dan

egois menjadi makhlu-makhluk yang sosial. TK memberi peluang bagi

anak melalui bermain dalam kelompok besar maupun kelompok kecil

untuk mengatasi konflik yang terjadi.

4. Bermain Bermanfaat Untuk Melatih Empati

Empati merupakan suatu faktor yang berperan dalam perkembangan sosial

anak, karena dengan empati anak dapat merasakan penderitaan orang lain.

Dengan mengembangkan empati, anak akan pandai menempatkan dirinya

dan perasaannya pada diri dan perasaan orang lain dan akan

mengembangkan tenggang rasa.

5. Bermain Bermanfaat Untuk Mengasah Pancaindera

Banyak jenis permainan di TK yang menunjang perkembangan

pancaindera, seperti permainan ”kota aroma” untuk latihan indera

penciuman, permainan ”suara apa” untuk latihan indera pendengaran,

gambar-gambar di buku untuk latihan indera penglihatan, nyanyian ”apa

rasanya” dan permainan merasakan berbagai rasa makanan dengan mata

tertutup untuk latihan indera pengecapan dan banyak lagi.

6. Bermain Itu Melakukan Penemuan

Ini artinya bermain dapat menghasilkan ciptaan baru. Anak mana pun, usia

berapa pun, saat bermain menciptakan sesuatu yang baru , sesuatu yang belum

pernah diciptakan sebelumnya. Anak akan bertanya jika ada sesuatu yang ia

butuhkan/pahami saat bermain.

4. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran Sains di TK

Guru adalah sebagai perancang kegiatan dan penyedia sarana dan

prasarana untuk kegiatan pembelajaran anak, guru juga harus pandai menyeleksi

alat serta kegiatan yang menjamin keamanan dan kenyamanan anak ketika

bermain dan harus memperhatikan faktor pengalaman apa yang diperoleh anak

saat anak bermain.

Peran guru dalam bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain

menurut Hughes (1995) adalah sebagai fasilitator dan ikut berpartisipasi aktif

selama anak bermain.

Menurut Bjorkland (1994), peran guru dalam kegiatan tatanan sekolah

atau kelas sangat penting. Guru harus berperan sebagai pengamat, melakukan

elaborasi, melakukan evaluasi, dan melakukan perencanaan pembelajran. Dalam

tugasnya sebagai pengamat, guru harus melakukan observasi terhadap interaksi

antar anak maupun interaksi anak dengan benda-benda sekitarnya. Para guru juga

harus mengamati waktu yang diperlukan anak dalam melakukan suatu kegiatan,

mengamati anak yang mengalami kesulitan dalam bermain dan bergaul dengan

teman.

5. Materi Sains di TK

Menurut Juwita (2000: 327), sains adalah produkdan proses. Sebagai

produk, sains merupakan batang tubuh pengetahuan yang terorganisir dengan baik

mengenai dunia fisik dan alami. Sebagai proses sains merupakan kegiatan

menelusuri, mengamati dan melakukan percobaan.

Beberapa konsep sains yang dapat dipelajari anak usia TK dengan bermain

sambil belajar adalah sebagai berikut ;

1.Mengenali benda-benda disekitar menurut ukuran

2.Balon ditiup lalu dilepaskan, udara bergerak

3.Benda-benda dimasukkan kedalam air (terapung, melayang dan tenggelam)

4.Benda-benda dijatuhkan (gravitasi)

5.Percobaan dengan magnet

6.Mengamati dengan kaca penbesar

7.Membedakan bermacam-macam rasa, bau, dan suara

8.Pencampuran warna

9.Proses pertumbuhan tanaman

6. Sumber belajar dan Alat bermain sains

Sumber belajar juga bisa disebut sebagai media yang digunakan sebagai

sumber penemuan informasi baik sumber belajar langsung atau belajar buatan.

Media dan sumber belajar dalam pembelajaran sains itu sangat beragam

namun Adapun memilih alat untuk bermain sebaiknya memperhatikan hal

berikut ini:

1. Bahan untuk bermain harus mencerminkan karakteristik tingkat usia.

2. Bahan harus sesuai dengan kurikulum kualitas rancangan dan

keterampilan kerja.

3. Bahan dan peralatannya tahan lama dan tidak membahayakan diri anak.

4. Permainan harus menarik minat atau dapat menimbulkan kesenangan bagi

anak.

5. Tahu tentang aturan permainan.

6. Dapat digunakan secara pleksibel

7. mudah dirawat dan diperbaiki

7. Alat peraga dan alat bermain sains

1. Alat Peraga

Alat peraga yaitu alat bantu atau pelengkap dalam mengajar agar

pembelajaran lebih efektif (Nasution, 2004:98).

Salah satu alternatif alat peraga yang dapat dimanfaatkan dalam

pembelajaran adalah alat peraga sederhana yang mudah dibuat oleh guru atau

siswa, dan mempunyai karakteristik mudah ditemukan dan dibuat sendiri.

2. Manfaat alat peraga sains

a. meningkatkan rasa ingin tahu dan aktivitas belajar siswa

b. memperjelas penyajian materi pelajaran

c. mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera

d. menghemat waktu belajar

e. hasil belajar lebih permanen atau mantap

f. membantu siswa yang ketinggalan pelajarannya

g. membangkitkan minat dan perhatian anak

2. Alat Bermain Sains

Alat bermain sains adalah segala benda yang bisa merangsang aktivitas

bermain dan hayalan anak serta membuat anak senang.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Al-ihsan Maradap Kabupaten Balangan

pada anak kelompok B dengan jumlah murid 20 orang.

Waktu pelaksanaan

Pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan selama 5 hari

Pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan selama 5 hari

B. Deskripsi persiklus

Siklus 1

1. Perencanaan

a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

i. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses

belajar mengajar.

j. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

k. Memilih bahan pelajaran yang sesuai

l. Menentukan scenario pembelajaran dengan metode bermain.

m. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.

n. Mengembangkan format evaluasi

o. Mengembangkan format observasi pembelajaran.

2. Tindakan

a. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.

b. Anak mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.

g. Anak mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

3. Pengamatan

c. Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah

disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan untuk mengumpulkan

data.

d. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format penilaian anak

4. Refleksi

a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai

mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.

b. Melakukan diskusi dengan teman sejawat untuk membahas hasil

evalusi tentang scenario pembelajaran dan hasil penilaian anak.

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk

digunakan pada siklus berikutnya.

Siklus II

1. Perencanaan

c. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan

penetapan alternatif pemecahan masalah.

d. Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.

Pengembangan program tindakan II.

2. Tindakan

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi

masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan

masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:

d. Guru melakukan appersepsi

e. Anak yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan

yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

f. Anak menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Pengamatan (Observasi)

c. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan

mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama

pelaksanaan tindakan berlangsung.

d. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah

dikembangkan.

4. Refleksi

e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data

yang terkumpul.

f. Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.

g. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus II

h. Evaluasi tindakan II

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan

mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.

E. Cara Penggalian Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui kegiatan

sebagai berikut:

a. Observasi

Berupa pengamatan langsung dengan menggunakan cek list

keterlaksanaan rencana pembelajaran yang dibuat, butir-butir yang lemah,

butir-butir yang kuat, saran dan komentar pengamat tentang proses

pembelajaran yang dilaksanakan.

b. Pemberian Tes

Tes dilaksanakan pada akhir siklus. Tujuannya untuk memperoleh data

tentang pemahaman konsep anak tentang materi pelajaran yaitu berpikir

kritis dan mengambil keputusan. Bentuk tes berupa percobaan sederhana

dalam mencampur warna.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini adalah

deskriftif kualitatif yang dilakukan sepanjang penelitian berlangsung.

1. Analisis data hasil observasi.

Dilakukan dengan menghitung persentasi keterlaksanaan rencana

kegiatan dan memperhatikan butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat,

saran dan komentar pengamat.

2. Analisis data hasil tes

Acuan ketuntasan anak secara individual adalah 70%.

3. Indikator Keberhasilan

Kreteria dari keberhasilan penelitian ini adalah apabila 70 % dari anak

mulai mampu berpikir kritis dan membuat keputusan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi per siklus

2. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran

Berdasarkan Observasi kegiatan Pembelajaran Yaitu Upaya Meningkatkan

Pengetahuan anak tentang sains dengan bermain sambil belajar sebagai

berikut :Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa

proses pembelajaran yang direncanakan guru selama kegiatan berlangsung

cukup efektif. Hal ini terlihat dari tahapan kegiatan yang seluruhnya terlaksana.

2. Hasil Pengolahan Data

Dari hasil evaluasi Upaya kegiatan pengembangan meningkatkan Pengetahuan

anak tentang sains dengan bermain sambil belajar yaitu kegiatan mencampur

warna di TK Al-ihsan di TK Al-ihsan dengan jumlah anak 20 orang terlihat

hasil sebagai berikut :

3. Setelah perbaikan siklus I

Setelah dilakukan perbaikan siklus I, Yaitu dengan kegiatan pengembangan

meningkatkan Pengetahuan anak tentang sains dengan bermain sambil belajar

yaitu kegiatan mencampur warna di TK Al-ihsan di TK Al-ihsan terlihat hasil

oebservasi dibawah ini :

Membuat kombinasi

Ket : 1.siswa tidak bisa membuat kombinasi warna

2.siswa dapat membuat satu kombinasi warna

3.siswa dapat membuat kombinasi dari satu indicator terpenuhi

Membuat keputusan

1.siswa tidak dapat membuat keputusan benar

2.siswa dapat membuat 2 keputusan benar

3.siswa dapat membuat keputusan lebih dari 2

4. Setelah perbaikan siklus II

Setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus II dengan kegiatan pengembangan

meningkatkan Pengetahuan anak tentang sains dengan bermain sambil belajar

yaitu kegiatan mencampur warna di TK Al-ihsan, terlihat hasil dibawah ini.

Tabel. 3 Hasil Observasi setelah perbaikan siklus II

Membuat kombinasi

Ket : 1. siswa tidak bisa membuat kombinasi warna

2.siswa dapat membuat satu kombinasi warna

3. siswa dapat membuat kombinasi dari satu indicator terpenuhi

Membuat keputusan

1. siswa tidak dapat membuat keputusan benar

2.siswa dapat membuat 2 keputusan benar

3.siswa dapat membuat keputusan lebih dari 2

4.Deskripsi Temuan dan Refleksi

Dilihat dari data hasil pembelajaran siswa mengenai dengan kegiatan

pengembangan meningkatkan Pengetahuan anak tentang sains dengan bermain

sambil belajar yaitu kegiatan mencampur warna di TK Al-ihsan diukur dengan

kegiatan diatas dapat terlihat tingkat kenaikan dari perbaikan siklus I dan

siklus II yang digambarkan sebagai berikut :

Dari 20 anak yang diobservasi pada saat kegiatan pembelajaran

B. Pembahasan dari setiap siklus

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pengamatan pembelajaran di TK Al-ihsan mengenai meningkatkan

pengetahuan anak tentang sains melalui bermain sambil belajar Dapat

disimpulkan bahwa :

B. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

PROPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK DENGAN

METODE BERCERITA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA

DI KB AL-IHSAN MARADAP KECAMATAN PARINGIN SELATAN

KABUPATEN BALANGAN

Tugas Mata Kuliah

Penelitian Tindakan Kelas

( IDIK 4008 )

OLEH

Hj MASNI

NIM. 822209107

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA ( UT )

UPBJJ BANJARMASIN

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik

berupa pemahaman atau pengungkapan, secara alami tanpa melalui kegiatan

pembelajaran formal. Dengan kata lain kegiatan ini dilakukan anak tanpa sadar,

tanpa beban, serta berlangsung secara informal dan dalam konteks berbahasa yang

bermakna. Umumnya bagi anak Indonesia, bahasa Indonesia merupakan bahasa

pertama atau kedua. Bahasa Indonesia akan jadi bahasa pertama bila anak

dibesarka oleh orang tua yang yang hanya menguasai bahasa Indonesia, dan bisa

jadi bahasa Indonesia jadi bahasa kedua karena anak dibesarkan oleh orang tua

dan sekitar lingkungannya yang berbahasa daerah. (Djago, 2001 : 1.15)

Pendidikan anak usia dini tidak bisa dilepaskan dengan pengembangan

berbahasa, karena pengembangan itu adalah salah saru pengembangan dasar yang

harus dikembangkan. Karena bahasa merupakan sarana yang sangat penting

dalam kehidupan anak. Disamping itu bahasa juga merupakan alat untuk

menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus juga berfungsi

untuk memahami pikiran dan perasaan kepada orang lain. Mengingat besarnya

peranan pengembangan bahasa bagi kehidupan anak. Oleh karena itu berbagai

cara atau metode pun dilakukan oleh pendidik di KB untuk mengembangkan

bahasa anak. Kemampuan menyimak sebagai salah satu kemampuan berbahasa

awal yang harus dikembangkan. Perkembangan keterampilan menyimak pada

anak berkaitan erat satu sama lain dengan keterampilan bahasa anak khususnya

berbicara. Anak yang keterampilan menyimaknya berkembang akan berpengaruh

terhadap keterampilan berbicaranya. Kedua keterampilan berbahasa tersebut

merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung dan merupakan

komunikasi yang bersifat tatap muka (Brooks, dalam tarigan, 1986). Bercerita

dilakukan secara lisan dengan atau tanpa alat peraga. Dengan mendengar cerita

anak dapat memperoleh pesan serta informasi yang disampaikan oleh guru.

Dengan menyimak anak dapat menterjemahkan pesan moral dan hakikat sebuah

cerita. Namun pada anak usia kemampuan menyimak masih sangat terbatas.

Kemampuan menyimak sebagai salah satu kemampuan bahasa reseptif dan

pengalaman, dimana anak sebagai penyimak secara aktif memproses dan

memahami apa yang didengar. Oleh karena itu berbagai cara atau metode pun

dilakukan oleh pendidik untuk mengembangkan bahasa anak. Dan salah satu

metode yang digunakan adalah metode bercerita dengan alat peraga, karena

dengan bercerita dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun psikis anak

KB sesuai dengan tahap perkembangan anak Mengingat pentingnya hal diatas

maka saya melakukan penelitian dan menulis laporan mengenai “Upaya

Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Dengan Metode Bercerita

Menggunakan Alat Peraga di KB Al-ihsan”

B. Rumusan masalah

“Bagaimana Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Dengan

Metode Bercerita Menggunakan Alat Peraga di KB Al-ihsan ?”

C. Tujuan perbaikan

Tujuan perbaikan pengembangan ini, secara umum adalah untuk

Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Dengan Metode Bercerita

Menggunakan Alat Peraga di KB Al-ihsan dan khususnya anak kelompok B.

D. Manfaat perbaikan

Perbaikan ini diharapkan bermanfaat :

9. Untuk anak diharapkan perkembangan bahasa yaitu dalam keterampilan

menyimak dapat berkembang secara optimal.

10. Untuk Pendidik, sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang

stimulasi atau kegiatan yang tepat untuk meningkatkan keterampilan

menyimak bagi anak didiknya

11. Untuk orang tua, sebagai sedikit ilmu pengetahuan bagaimana

menyediakan sarana dan media pembelajaran yang sesuai dengan anak.

12. Untuk sekolah diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai masukan

dan bahan perbandingan bagi kepala sekolah dalam pembelajaran yang

dilaksanakan di lembaga.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Perkembangan menyimak anak usia dini

Kemampuan menyimak melibatkan proses menginterprestasikan dan

menerjemahkan suara yang didengar sehingga memiliki arti tertentu. Kemampuan

ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian da konsentrasi dalam

rangka memahami informasi yang disampaikan. Sebagian besar anak dapat

menyimak informasi dengan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kemampuannya dalam membaca.

Kemampuan menyimak sebagai salah satu keterampilan berbahasa reseptif

melibatkan beberapa factor sebagai berikut:

1. Acuity, yaitu yaitu kesadaran adanya suara yang diterima oleh telinga

2. Auditory discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan

perbedaan suara atau bunyi

3. Auding, yaitu suatu proses dimana terdapat asosiasi antara arti dengan

pesan yang diungkapkan. Proses ini melibatkan pemahaman terhadap isi

dan maksud kata-kata yang diungkapkan.

Auding melibatkan melibatkan aspek perkembangan semantic, berarti anak

memiliki pengetahuan tentang berbagai arti kata, sedangkan sintaksis berkaitan

dengan pemahaman anak terhadap aturan dan fungsi kata.

Bromley (1991) mengemukakan bahwa proses menyimak aktif terjadi ketika

anak sebagai penyimak menggunakan auditory discrimination dan acuity dalam

mengidentifikasi suara-suara dan berbagai kata, kemudian menerjemahkannya

menjadi kata yang bermakna melalui auding atau pemahaman. Penyimak yang

efektif dapat memusatkan perhatiannya pada apa yang dikatakan oleh lawan

bicaranya, memperhatikan ekspresi wajah dan bahasa tubuh pembicara, dan

memonitor tentang kesesuaian apa yang mereka dengar dengan apa yang mereka

pikirkan.

Bromley (1991) menjelaskan beberapa jenis factor yang berpengaruh terhadap

kemampuan menyimak anak yaitu

1. factor penyimak, berkaitan erat dengan tujuan, tingkat pemahaman,

pengalaman, dan strategi anak dalam memonitor pemahaman terhadap

informasi yang disampaikan.

2. factor situasi, berkaitan erat dengan lingkungan sekitar anak dan stimulus

visual yang dilakukan

3. factor pembicara juga berperan penting terhadap kegiatan menyimak pada

anak. Guru perlu mengkomunikasikan pesan dengan berbagai cara

(redundancy) sehingga anak dapat menyimak secara fektif.

Menyimak memiliki beberapa fungsi pada anak, yaitu:

1. memberikan kesempatan pada anak untuk mengapresiasi dan menikmati

lingkungan sekitar mereka

2. membantu anak memahami keinginan dan kebutuhan mereka sehubungan

kebutuhannya untuk bersosialisasi

3. mengubah dan mengontrol perilaku maupun sikap pembicara, dimana cara

menyampaikan pesan akan berdampak pada isi dan bentuk pesan yang

diterima

4. membantu perkembangan kognitif anak, melalui belajar menerima

informasi dan mendapatkan pengetahuan baru

5. memberikan pengalaman pada anak untuk berinteraksi secara langsung

dengan orang lain.

6. membantu anak mengekspresikan dirinya sebagai individu yang berpikir

dan memperhatikan orang lain.

2. Aspek Bercerita

Bercerita adalah media komunikasi universal yang sangat berpengaruh

kepada jiwa manusia. Bahkan teks kitab suci pun banyak berisi kisah-kisah atau

cerita, sebagian diulang-ulang dengan gaya yang berbeda. Allah memang

mendidik jiwa manusia menuju keimanan dan kebersihan rohani, dengan

mengajak manusia berpikir dan merenung, mengahayati dan meresapi pesan-

pesan moral yang terdapat dalam kitab. Cerita yang berkesan memang menarik

perhatian manusia, karena cerita pada umumnya lebih berkesan daripada nasehat

murni, sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori

manusia. Itulah sebabnya cerita-cerita yang didengar pada waktu kecil bisa kita

ingat berpuluh-puluh tahun kemudian. Melalui cerita manusia diajar untuk

mengambil hikmah tanpa merasa digurui.

3. Fakto-faktor Pokok Cerita

Menyiapkan Naskah Cerita

Teknik penyajian

Secara garis besar unsure-unsur penyajian cerita yang dikombinasikan secara

proporsional adalah sebagai berikut:

> Narasi

> Dialog

> Ekpresi

> Visualisasi gerak

> ilustrasi suara

> Media/alat peraga

4. Metode bercerita menggunakan alat peraga

Metode adalah suatu cara atau strategi yang digunakan untuk mencapai

suatu tujuan. Metode ini dipilih karena berhubungan dengan perkembangan

bahasa anak usia dini yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara,

mendengar, membaca dan menulis. Guru memberikan kesempatan anak

memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan berbicara. Dan

salah satu metode yang dipilih adalah metode bercerita dengan alat peraga.

Kegiatan bercerita dengan alat peraga sama dengan bercerita dengan

menggunakan media atau alat pendukung isi cerita artinya guru menyajikan

sebuah cerita pada anak TK/KB dengan menggunakan berbagai media yang

menarik, aman, bagi anak, baik asli atau tiruan.

Tujuan bercerita dengan alat peraga adalah agar membantu imajinasi anak

untuk memahami isi cerita. Fungsi bercerita dengan alat peraga bagi anak adalah

supaya anak lebih tertarik dengan cerita dan bagi guru adalah terasa lebih ringan

dalam menyampaikan cerita karena terbantu oleh peran alat atau media yang

digunakan. Adapun bentuk bercerita dengan alat peraga adalah bercerita dengan

alat peraga langsung dan bercerita dengan alat peraga tidak langsung atau tiruan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek penelitian

1. Tempat dan waktu pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di KB Al-ihsan dengan jumlah murid 18 orang,

laki-laki 10 dan perempuan 8 orang.

Waktu pelaksanaan

Pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan selama 5 hari

Pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan selama 5 hari

2. Karakteristik anak

Kegiatan perbaikan anak ini diharapkan bisa sesuai dengan karakteristik anak

TK/KB yang sebagai berikut :

a. Anak TK/KB pada umumnya berusia 4-6 tahun

b. Anak memiliki kemampuan, kemauan, motivasi dan gaya belajar atau

gaya bermain yang berbeda

c. Anak memiliki latar belakang lingkungan keluarga yang berbeda

d. Anak memiliki tingkat kesenangan yang berbeda terhadap suatu kegiatan

e. Anak cenderung memiliki rasa ingin diperhatikan dan keingintahuan yang

tinggi

f. Pada usia anak TK/KB anak lebih suka bermain

g. Setiap anak memiliki beberapa kecerdasan yang berbeda-beda

h. Anak usia TK/KB selalu ingin tahu dan ingin mencoba

B. Rencana Penelitian

Pelaksanaan perbaikan ini direncanakan dalam 2 siklus dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Siklus 1

A. Rencana

1). Membuat rancangan 1 siklus

2). Membuat RKH dengan tema Alam Semesta

3). Menyiapkan alat atau media

4). Membuat scenario pembelajaran

B. Langkah-langkah perbaikan

Pelaksanaan perbaikan dilaksanakan dengan rencana kegiatan dan scenario

perbaikan.

Pelaksanaan perbaikan dibimbing oleh supervisor yang bertugas menilai

kemampuan mahasiswa dalam merancang dan melaksanakan kegiatan

pengembangan, membantu mahasiswa dalam merancang, melaksanakan

dan membuat laporan perbaikan kegiatan pengembangan. Pelaksanaan

perbaikan dinilai oleh 2 guru penilai yaitu penilai 1 dan penilai 2 yang

bertugas menilai kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan

kegiatan pengembangan dengan menggunakan APKG-PKP 1 dan APKG-

PKP 2 ( data terlampir ).

C. Pelaksanaan observasi

Data penelitian diperoleh dari data hasil belajar siswa. Cara pengumpulan

data adalah dengan anak digali, tes lisan langsung dan hasil dari kegiatan anak.

Criteria yang diterapkan adalah apakah anak mampu menjawab pertanyaan

seputar cerita yang didengar oleh anak.

D. Refleksi

a. Kekutan dan kelemahan tindakan perbaikan, kegiatan pengembangan dan

pengembangan, kekuatan kegiatan belum sesuai dengan rencana dan indicator

yang diharapkan, begitu juga dengan respon anak sehingga perlu penyusunan

rencana yang lebih matang lagi.

b. Penggunaan media atau alat sumber belajar, serta pengelolaan kelas yang

belum tepat.

2. Siklus 2

Pelaksanaan siklus 2 sama seperti siklus 1, yaitu

A. Rencana

1). Membuat rancangan 1 siklus

2). Membuat RKH dengan tema Alam Semesta

3). Menyiapkan alat atau media

4). Membuat scenario pembelajaran

B. Langkah-langkah perbaikan

Pelaksanaan perbaikan dilaksanakan dengan rencana kegiatan dan scenario

perbaikan.

Penggunaan alat atau media sumber belajar yang lebih menarik bagi anak

Pelaksanaan perbaikan dibimbing oleh supervisor yang bertugas menilai

kemampuan mahasiswa dalam merancang dan melaksanakan kegiatan

pengembangan, membantu mahasiswa dalam merancang, melaksanakan

dan membuat laporan perbaikan kegiatan pengembangan. Pelaksanaan

perbaikan dinilai oleh 2 guru penilai yaitu penilai 1 dan penilai 2 yang

bertugas menilai kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan

kegiatan pengembangan dengan menggunakan APKG-PKP 1 dan APKG-

PKP 2 ( data terlampir ).

C. Pelaksanaan observasi

Data penelitian diperoleh dari data hasil belajar siswa. Cara pengumpulan

data adalah dengan anak digali, tes lisan langsung dan hasil dari kegiatan anak.

Criteria yang diterapkan adalah apakah anak mampu menjawab pertanyaan

seputar cerita yang didengar oleh anak dan apakah anak mampu mengerjakan

tugas yang diberikan setelah mendengar cerita dari guru.

3. Refleksi

a. Kekuatan dan kelemahan tindakan perbaikan, kegiatan pengembangan,

kekuatan kegiatan yang dirancang dalam suatu kegiatan sesuai dengan

indicator yang ditentukan, sehingga anak dengan baik dapat merespon

kegiatan yang digunakan. Kelemahan hampir tidak ada karena semua

kegiatan telah dirancang dengan matang

b. Kekuatan dan kelemahan diri dalam merancang dan melakukan kegiatan

suatu tindakan. Karena setiap kegiatan dirancang dan disusun dengan

pemikiran matang dan tersedianya alat peraga yang digunakan, sehingga

menjadikan kekuatan dalam kegiatan dan tindakan ini. Sedangkan dengan

komunikasi dan pendekatan terhadap anak masih perlu pembenahan dan

perhatian yang lebih baik.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi per siklus

1. Hasil observasi pembelajaran

Berdasarkan Observasi kegiatan Pembelajaran Yaitu Upaya Meningkatkan

Kemampuan Menyimak Anak Dengan Metode Bercerita Menggunakan Alat

Peraga, maka kegiatan yang dilakukan oleh guru dapat dilihat sebagai berikut :

.

2. Hasil Pengolahan Data

1. Dari hasil evaluasi Kemampuan menyimak anak dengan indicator kegiatan

yang dilakukan sebelum perbaikan di KB Al-ihsan dengan jumlah anak 18

orang terlihat hasil sebagai berikut

3. telah perbaikan siklus I

Setelah dilakukan perbaikan siklus I, Yaitu Meningkatkan kemampuan

menyimak anak dengan metode bercerita menggunakan alat peraga terlihat

hasil oebservasi dibawah ini :

4. Setelah perbaikan siklus II

Setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus II dengan kegiatan pengembangan

untuk meningkatkan kemampuan Menyimak anak dengan metode bercerita

menggunakan alat peraga yang lebih menarik, terlihat hasil dibawah ini.

3.Deskripsi Temuan dan Refleksi

Dilihat dari data hasil pembelajaran siswa mengenai kemampuan menyimak

yang diukur dengan kegiatan diatas dapat terlihat tingkat kenaikan dari

sebelum perbaikan, perbaikan siklus I dan siklus II yang digambarkan sebagai

berikut :

Dari 18 anak yang diobservasi pada saat kegiatan pembelajaran dari sebelum

perbaikan

B. Pembahasan dari setiap siklus

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pengamatan pembelajaran di KB Al-ihsan mengenai Upaya

Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Dengan Metode Bercerita

Menggunakan Alat Peraga. Dapat disimpulkan bahwa :.

B. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK

USIA DINI MELALUI KEGIATAN SENAM DI TK TUNAS MUDA

BABAYAU

KECAMATAN PARINGIN KABUPATEN BALANGAN

Tugas Mata Kuliah

Penelitian Tindakan Kelas

( IDIK 4008 )

OLEH

MUDRIKAH

NIM. 821588708

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA ( UT )

UPBJJ BANJARMASIN

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan anaksering disebut sebagai masa

keemasan (Golden age), dimana diusia 0-6 tahun saat anak untuk merangsang

pertumbuhan serta kemampuannya secara optimal. Karena perkembangan

kehidupan manusia hanya terjadi sekali.

Keadaan fisik motorik anak pun menjadi sesuatu yang penting, karena

pada usia TK perkembangan anak akan terlihat. Perkembangan motorik

berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot, semakin banyak anak

bergerak maka akan semakin banyak manfaat yang diperoleh. Ketika ia semakin

terampil menguasai gerakan motoriknya maka ia akan lebih percaya diri dan

mandiri.

Proses tumbuh kembang kemampuan motorik anak berhubungan erat dengan

tumbuh kembang gerak anak. Menurut Departemen kesehatan RI (1993)

menjelaskan bahwa anak yang sehat adalah anak yang tingkat perkembanganya

sesuai dengan tingkat umurnya. Anak yang Tumbuh dengan baik dapat dilihat dari

naiknya berat dan tinggi badan secara teratur dan proporsional, tampak gesit atau

aktif serta gembira, mata bersih dan bersinar, bibir dan lidah tampak segar,

pernapasan tidak berbau, kulit dan rambut bersih tidak kering. Oleh sebab itu,

bagi kita seorang guru sekaligus fasilitator dilembaga Pendidikan Anak Usia Dini

selayaknya membekali diri dengan wawasan yang luas agar dapat menyediakan

berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan motorik anak dan lebih khususnya

motorik kasar anak di TK. Salah satu kegiatan pengembangan motorik kasar di

TK adalah kegiatan senam. Namun terkadang terdapat kendala-kendala dalam

upaya meningkatkan perkembangan motorik kasar anak, mungkin karena

penerapan metode, atau strategi pembelajaran yang kurang efektif, hingga hal

inilah yang mendorong saya untuk melakukan penelitian tindakan kelas sebagai

upaya untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar anak melalui kegiatan

senam di TK Tunas Muda Babayau.

B. Rumusan masalah

“Bagaimana Upaya Meningkatkan Perkembangan motorik kasar anak

melalui kegiatan senam di TK Tunas Muda Babayau ?”

C. Tujuan perbaikan

Tujuan perbaikan pengembangan ini, secara umum adalah untuk

Meningkatkan Perkembangan Motorik Kasar Anak, khususnya di TK Tunas

muda.

D. Manfaat perbaikan

Perbaikan ini diharapkan bermanfaat :

13. Untuk anak diharapkan meningkatkan perkembangan Motorik kasar anak

sejak dini

14. Untuk Pendidik, sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang

stimulasi atau kegiatan yang tepat untuk meningkatkan perkembangan

motorik anak

15. Untuk orang tua, sebagai sedikit ilmu pengetahuan bagaimana

menyediakan sarana dan media pembelajaran yang sesuai dengan anak.

16. Untuk sekolah diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai masukan

dan bahan perbandingan bagi kepala sekolah dalam pembelajaran yang

dilaksanakan di lembaga.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Gerakan Motorik Kasar Anak Usia Dini

Dari buku A sampai Z tentang Perkembangan Anak (2002) dan buku

balita dan perkembangannya (2001), perkembangan motorik aanak terbagi

menjadi dua bagian, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Gerakan motorik

kasar terbentuk saat anak mulai memiliki koordinasi dan keseimbangan hamper

sepeti orang dewasa. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang

membutuhkan sebagian besar koordinasi bagian tubuh anak. Oleh karena itu,

biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar.

Pengembangan gerakan motorik kasar juga memerlukan koordinasi kelompok

otot-otot anak tertentu yang dapat membuat mereka dapat meloncat, memanjat,

berlari, menaiki sepeda roda tiga, serta berdiri satu kaki. Bahkan ada juga anak

yang dapat melakukan hal-hal yang lebih sulit seperti jungkir balik dan

menggunakan sepatu roda. Oleh sebab itu, biasanya anak belajar gerakan mortorik

kasar diluar kelas/ruangan. Untuk merangsang motorik kasar anak menurut Hadis

(2003) dapat dilakukan dengan melatih anak untuk meloncat, memanjat, memeras,

bersiul, membuat ekspresi muka senang, sedih, gembira, berlari, berjinjit, berdiri

diatas satu kaki, berjalan dititian, dan sebagainya.

Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh

tubuh anak. Gerakan ini mengandalkan kematangan dalam koordinasi. Berbagai

gerakan motorik kasar yang dapat dicapai anak tentu sangat berguna pada

kehidupannya kelak. Misalnya anak dibiasakan untuk terampil berlari dan

memanjat jika ia sudah besar ia akan senag berolah raga.

Untuk melatih gerakan motorik kasar anak dapat dilakukan, misalnya

dengan melatih anak berdiri diatas satu kaki, jika anak kurang terampil berdiri

diatas satu kakinya, berarti penguasaan kekampuan lain, seperti berlari akan

terpengaruh karena anak tersebut belum dapat menguasai keseimtubangan

tubuhnya.

Dalam perkembangannya, motorik kasar berkembang lebih dulu daripada

motorik halus. Hal ini sudah dapat terlihat saat anak sudah dapat menggunakan

otot-otot kakinya untuk berjalan sebelum ia dapat mengontrol tangan dan jari-

jarinya untuk menggunting dan meronce.

2.Lingkup Pengembangan Motorik kasar

1. Macam-macam gerak

1) Gerak refleks

Adalah gerakan atau tindakan manusia yang timbul sebagai reaksi

terhadap suatu stimulus tanpa keterlibatan kesadaran.

2) Gerak dasar fundamental

Merupakan pola gerakan yang menjadi ketangkasan gerak yang lebih

kompleks. Gerakan-gerakan ini terjadi atas dasar gerakan refleks yang

berhubungan dengan badannya, merupakan bawaan sejak lahir dan terjadi tanpa

melalui latihan

3) Kemampuan perceptual

Kemampuan perceptual membantu seseorang menafsirkan stimulasi secara

tepat sehingga ia mampu menyesuaikankan diri dengan lingkungannya dan dapat

menghasilkan perilaku yang efektif dan efisien.

4) Kemampuan fisik

Kemampuan fisik adalah karakteristik fungsional dari semua organ

kesehatan. Apabila kemampuan tersebut dikembangkan pada seseorang maka ia

akan menggunakan secara benar dan efisien dalam melakukan suatu gerakan.

a. Gerak lokomotor

Gerak lokomotor adalah aktivitas gerakan dengan cara memindahkan tubuh

dari satu tempat ketempat lain. Beberapa gerakan yang termasuk pada gerakan

lokomotor adalah :

1). Melangkah

2). Berjalan

3). Berlari

4). Melompat

5). Meloncat

6). Merangkak

7). Merayap

8). Berjingkat

9). Berguling

b. Gerak nonlokomotor

1). Gerakan-gerakan memutar tubuh atau bagian-bagian tubuh (kepala, lengan,

pinggang, kedua lutut, pergelangan kaki, dan pergelangan tangan).

2). Menekuk atau membungkukkan tubuh

3). Latihan keseimbangan,

c. Gerak manipulatif

Gerak manipulatif adalah aktivitas yang dilakukan tubuh dengan bantuan alat.

Keterampilan motorik kasar anak juga akan berkembang sesuai dengan

usianya.

3. Pengertian Senam

Definisi senam yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu

cabang olah raga merupakan terjemahan langsung dari bahasa inggris

Gymnastics atau Belanda Gymnastiek. Gymnastics sendiri dalam bahasa

aslinya merupakanserapan dari bahasa Yunani gymnos yang berarti telanjang.

Menurut Hidayat (1995) kata Gymnastiek tersebut dipakai untuk

menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak

sehingga perlu pakaian yang lentur saat melakukannya. Senam adalah latihan

tubuh yang dipilih dan dikonstuk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan

terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran

jasmani, mengembangkan keterampilan dan menanamkan nilai-nilai spiritual.

4. Senam untuk Anak usia Dini

Senam untuk anak usia dini adalah senam kegiatan olah raga yang

dipenuhi oleh gerakan-gerakan sederhana yang mampu merangsang

perkembangan fisik motorik anak, senam untuk anak usia dini biasanya diciptakan

sesuai dengan tingkat usia perkembangan anak.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Tunas Muda dengan jumlah murid 18

orang, laki-laki 8 dan perempuan 10.

Waktu pelaksanaan

Pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan selama 5 hari

Pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan selama 5 hari

B.Pendekatan dan Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi

pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan

kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan

bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang

dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.

Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

check list perkembangan kemampuan anak

Prosedur penelitian terdiri dari  4 tahap, yakni  perencanaan, melakukan

tindakan, observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan

berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya

C. Faktor-faktor yang diteliti

Dalam penelitian ini faktor yang diteliti adalah: Faktor Anak dan

pencatatan saat observasi dan pada saat kegiatan berlangsung

D. Skenario Tindakan

Skenario tindakan/ rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah

penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 (dua) siklus. Masing-masing

siklus melalui tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi

dan refleksi.

Siklus 1

1. Perencanaan

a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

b.Merencanakan kegiatan

c. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

d. Memilih waktu dan strategi kegiatan

e. Menentukan scenario pembelajaran untuk kegiatan senam.

f. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.

g. Mengembangkan format evaluasi

h. Mengembangkan format observasi pembelajaran.

2. Tindakan

a. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.

b. Anak mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.

c. Anak melakukan dan guru mengevaluasi pada saat kegiatan

berlangsung.

3. Pengamatan

a.Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah

disiapkan yaitu dengan chek list, catatan untuk mengumpulkan data.

b.Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format penilaian anak

4. Refleksi

a.Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai

mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.

b.Melakukan diskusi dengan teman sejawat untuk membahas hasil evalusi

tentang scenario pembelajaran dan hasil penilaian anak.

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk

digunakan pada siklus berikutnya.

Siklus II

1. Perencanaan

a.Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan

penetapan alternatif pemecahan masalah.

b.Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.

Pengembangan program tindakan II.

2. Tindakan

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi

masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan

masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:

a.Guru melakukan appersepsi

b.Anak yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan

yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

c.Anak menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Pengamatan (Observasi)

a.Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan

mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan

tindakan berlangsung.

b.Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

4. Refleksi

a.Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data

yang terkumpul.

b.Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.

c.Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus II

d.Evaluasi tindakan II

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan

mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.

E. Cara Penggalian Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui kegiatan

sebagai berikut:

a.Observasi

Berupa pengamatan langsung dengan menggunakan cek list

keterlaksanaan Rencana kegiatan yang dibuat, butir-butir yang lemah,

butir-butir yang kuat, saran dan kometar pengamat tentang proses

pembelajaran yang dilaksanakan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini adalah

deskriftif kualitatif yang dilakukan sepanjang penelitian berlangsung.

1.Analisis data hasil observasi.

Dilakukan dengan menghitung persentasi keterlaksanaan rencana

kegiatan dan memperhatikan butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat,

saran dan komentar pengamat.

2.Acuan ketuntasan anak secara klasikal adalah 70%

Kreteria dari keberhasilan penelitian ini adalah apabila 70 % dari anak

meningkat kemampuan perkembangan motorik kasarnya melalui kegiatan senam

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi per siklus

5. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran

Berdasarkan Observasi kegiatan pengembangan motorik kasar anak melalui

kegiatan senam,

2. Hasil Pengolahan Data

Dari hasil evaluasi perkembangan motorik kasar anak melalui kegiatan senam

di TK Tunas Muda Babayau dengan jumlah anak 18 orang terlihat hasil sebagai

berikut

1.Setelah perbaikan siklus I

Setelah dilakukan perbaikan siklus I, Yaitu Meningkatkan perkembangan

motorik kasar anak melalui kegiatan senam terlihat hasil oebservasi dibawah ini

:

2. Setelah perbaikan siklus II

Setelah dilakukan perbaikan siklus II,Yaitu Meningkatkan perkembangan

motorik kasar anak melalui kegiatan senam terlihat hasil oebservasi dibawah ini

:

Tabel 2. Hasil observasi setelah perbaikan siklus II

3.Deskripsi Temuan dan Refleksi

Dilihat dari data hasil pembelajaran siswa mengenai upaya meningkatkan

perkembangan motorik kasar anak melalui kegiatan senam setelah perbaikan

siklus I dan II adalah :

Dari 18 anak yang diobservasi pada saat kegiatan pembelajaran :

Tabel 3 Perbandingan hasil observasi, Perbaikan siklus I dan Hasil perbaikan

siklus II

B. Pembahasan dari setiap siklus

.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pengamatan pembelajaran di TK Tunas Muda mengenai

perkembangan motorik kasar anak melalui kegiatan senam. Dapat disimpulkan

bahwa :

B. Saran-saran

C. DAFTAR PUSTAKA