kuliah x-stan 2014 1

55
Kuliah X Penentuan harga jual secara wajar Penentuan harga perolehan atau pengalihan secara wajar Pengertian Hubungan istimewa

Upload: chaerul-fadillah

Post on 03-Feb-2016

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hfhf

TRANSCRIPT

Page 1: Kuliah X-stan 2014 1

Kuliah X

Penentuan harga jual secara wajarPenentuan harga perolehan atau pengalihan secara wajarPengertian Hubungan istimewa

Page 2: Kuliah X-stan 2014 1

Cara Penilaian Harta

Page 3: Kuliah X-stan 2014 1

PENILAIAN HARTA

Dalam hal jual beli Dipengaruhi hubungan

istimewa

Dalam hal jual beli Tidak dipengaruhi hubungan istimewa

PIHAK PENJUALJUMLAH YANG SEHARUSNYA

DITERIMA.

PIHAK PEMBELI JUMLAH YANG SEHARUSNYA DIKELUARKAN

PIHAK PENJUAL

PIHAK PEMBELI

HARGA YANG SESUNGGUHNYA

DITERIMA.

HARGA YANG SESUNGGUHNYA

DIBAYAR

Pasal 10 (1)

Page 4: Kuliah X-stan 2014 1

Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar

Pasal 10 (2)

PT A(Harta X)

PT B(Harta Y)

Nilai sisa buku Rp 10.000.000,00 Rp 12.000.000,00Harga pasar Rp 20.000.000,00 Rp 20.000.000,00

Laba PT A : Rp10.000.000,00 (Rp20.000.000,00 - Rp10.000.000,00)

Laba PT B : Rp8.000.000,00 (Rp20.000.000,00 - Rp12.000.000,00).

Page 5: Kuliah X-stan 2014 1

Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan

Pasal 10 (3)

dapat dilakukan pula dalam rangka likuidasi usaha atau sebab lainnya

PT A PT B PT C

Page 6: Kuliah X-stan 2014 1

PT A PT BNilai sisa buku Rp 200.000.000,00 Rp 300.000.000,00Harga pasar Rp 300.000.000,00 Rp 450.000.000,00

Pada dasarnya, adalah harga pasar dari harta.

Laba PT A : Rp100.000.000,00 (Rp300.000.000,00 - Rp200.000.000,00)

Laba PT B: Rp150.000.000,00 (Rp450.000.000,00 - Rp300.000.00,00).

PT C membukukan dg harga perolehan Rp750.000.000,00 (Rp 300.000.000,00 + Rp 450.000.000,00).

Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan nilai lain selain harga pasar, yaitu atas dasar nilai sisa buku ("pooling of interest"). PT C membukukan penerimaan harta dari PT A dan PT B tersebut sebesar Rp 500.000.000,00 (43/PMK.03/2008)

Page 7: Kuliah X-stan 2014 1

Pemekaran usaha adalah pemisahan satu Wajib Pajak Badan yang modalnya terbagi atas saham menjadi dua /atau lebih, mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian harta dan kewajiban kepada badan usaha baru tersebut .

MergerPenggabungan usaha dua atau lebih WP Badan modalnya saham dengan cara mempertahankan salah satu badan usaha yang tidak mempunyai sisa kerugian atau sisa kerugian yang lebih kecil. Peleburan usaha : penggabungan dan dua atau lebih WP Badan dengan cara mendirikan badan usaha baru.

persyaratan menggunakan NSB:a. Permohonan ke DJP : alasan dan tujuan.b. melunasi seluruh hutang pajak.c. persyaratan tujuan bisnis (business purpose test).

Page 8: Kuliah X-stan 2014 1

Dapat Menggunakan Nilai Buku

PT ABC, Tbk

PT YZ, Tbk

PT A PT B PT C

PT Z Tbk

PT Y, Tbk

Page 9: Kuliah X-stan 2014 1

WP yang menerima pengalihan harta : • mencatat nilai perolehan harta dengan nilai sisa buku• Penyusutan berdasarkan masa manfaat yang tersisa.• angsuran PPh ps 25 tidak boleh lebih kecil.• Kredit dan potput PPh, dapat dipindahbukukan• min 1 tahun setelah persetujuan menggunakan NSB, harus

telah mengajukan pernyataan pendaftaran ke BAPEPAM-LK pernyataan pendaftaran tsb telah menjadi efektif.

• Jangka waktu dapat diperpanjang karena force mayeur dg persetujuan DJP.

• tidak memenuhi ketentuan dihitung kembali berdasarkan nilai pasar.

Kompensasi kerugian WP yg di lebur tdk dpt digabungkan

Page 10: Kuliah X-stan 2014 1

10

PENILAIAN HARTA

Dalam hal hibah, bantuan, sumbangan, warisan

MEMENUHI SYARATPASAL 4(3)a

NILAI PEROLEHANBAGI

PENERIMA HARTA

TIDAK MEMENUHISYARAT PASAL 4(3)a

NILAI PEROLEHANBAGI PIHAK

PENERIMA HARTA

NILAI SISA BUKU HARGA PASAR

Pasal 10 (4)

Page 11: Kuliah X-stan 2014 1

Pasal 10 (5)

Penyerahan harta sebagai penyertaan modal

Wajib Pajak X menyerahkan 20 unit mesin bubut yang nilai bukunya adalah Rp 25.000.000,00 kepada PT Y sebagai pengganti penyertaan sahamnya dengan nilai nominal Rp 20.000.000,00. Harga pasar mesin-mesin bubut adalah Rp40.000.000,00.

WP X HSB Mesin 25.000.000 HPsr 40.000.000Keuntungan 15.000.000

PT Y : Harga perolehan mesin Rp. 40.000.000

Page 12: Kuliah X-stan 2014 1
Page 13: Kuliah X-stan 2014 1

Pasal 18 (4)

Hubungan Istimewa

PT A

PT A2PT A1

80 %25%

PT A21

40%

Related parties

management

hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajatsamping satu derajatkeluarga semenda Semenda ke samping satu derajat

Page 14: Kuliah X-stan 2014 1

Kuliah XI

• Harta yang dapat disusutkan dan diamortisasi• Metode penyusutan dan amortisasi menurut

UU PPh• Kelompok harta menurut UU PPh• Penghitungan penyusutan dan amortisasi

Page 15: Kuliah X-stan 2014 1

metode garis lurus atau straight-line method

pembelian, pendirian,

penambahan, perbaikan, atau

perubahan harta berwujud

1 Thn

tanah yang berstatus SHM, HGB, HGU dan hak pakai (nilai tdk berkurang yg pertamakali )

metode saldo menurun atau declining balance method (sekaligus pada akhir masa manfaat)

Dilakukan secara taat asas.

Bangunan disusutkan dengan straight-line method

small tools yang sejenis dapat disusutkan dlm 1 golongan

Page 16: Kuliah X-stan 2014 1

Straight line methods:Gedung HP : Rp 100.000.000,00 masa manfaatnya 20 tahun, penyusutannya / th : Rp. 5.000.000,00 (Rp 100.000.000,00 ¸ 20).

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa BukuHarga Perolehan 150,000,000.00

2000 50% 75,000,000.00 75,000,000.00

2001 50% 37,500,000.00 37,500,000.00

2002 50% 18,750,000.00 18,750,000.002003 Sekaligus 18,750,000.00 0.00

Mesin perolehan Januari 2000 , HP Rp 150.000.000,00. Masa manfaat 4 tahun, Tarif penyusutan 50%

declining balance method

Page 17: Kuliah X-stan 2014 1

SAAT MULAI PENYUSUTAN

Pasal 11 ayat (3) & (4)

bulan dilakukannya pengeluaran, harta yang masih dalam proses pengerjaan, pada bulan selesainya pengerjaan

Dengan persetujuan DJP, WP melakukan penyusutan mulai bulan harta tersebut digunakan 3 M atau pada bulan harta tsb SMB

Pengeluaran pembangunan gedung adalah sebesar Rp100.000.000,00. Pembangunan dimulai Oktober 2000 dan selesai untuk digunakan Maret 2001. Penyusutan atas harga perolehan bangunan gedung tersebut dimulai pada bulan Maret tahun pajak 2001.

Contoh :

Page 18: Kuliah X-stan 2014 1

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku

Harga Perolehan 100,000,000.00

2000 1/2 x 50% 25,000,000.00 75,000,000.00

2001 50% 37,500,000.00 37,500,000.00

2002 50% 18,750,000.00 18,750,000.00

2003 50% 9,375,000.00 9,375,000.000

2004 Sekaligus 9,375,000.00 0.00

Contoh 2.

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2000.Harga Perolehan : Rp 100.000.000,00. Masa manfaat 4 (empat) tahun. tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50%

Contoh 3. PT X di bidang perkebunan membeli traktor pada tahun 1999. Perkebunan tersebut mulai menghasilkan (panen) pada tahun 2000. Dengan persetujuan DJP, penyusutan traktor tersebut dapat dilakukan mulai tahun 2000

Page 19: Kuliah X-stan 2014 1

Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva maka dasar penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut

Pasal 11 ayat (5)

486/KMK.03/2002

Kelompok Harta Berwujud

Masa Manfaat

Tarif penyusutan

Straight line Declining balance

I.Bukan Bangunan • Kelompok 1 • Kelompok 2 • Kelompok 3• Kelompok 4

4 Tahun8 Tahun

16 Tahun20 Tahun

25 %

12,5 %6.25 %

5 %

50 %25 %

12.5 %10 %

Bangunan• Permanen • Tidak Permanen

20 Tahun10 Tahun

5 %

10 %

Page 20: Kuliah X-stan 2014 1

MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN Pasal 11 ayat (6) dan (7)

KELOMPOK HARTA BERWUJUD

MASA MANFAAT

METODE PENYUSUTAN

GARIS LURUS.

SALDO MENURN

BUKAN BANGUNAN KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4

4 TAHUN8 TAHUN16 TAHUN20 TAHUN

25%12,5%6,25%

5%

50%25%

12,5%10%

BANGUNANPERMANENTIDAK PERMANEN

20 TAHUN10 TAHUN

5%10%

--

20

PENENTUAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN DITETAPKAN DG KMK No. 520/KMK.04/2000, 138/KMK.03/ 2002

Page 21: Kuliah X-stan 2014 1

pengalihan atau penarikan harta nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugianharga jual atau penggantian asuransinya sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut.

Apabila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui dengan pasti di masa kemudian, maka dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak jumlah sebesar kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dibukukan sebagai beban masa kemudian tersebut.

Apabila terjadi pengalihan harta berasal dari sumbangan dan warisan , nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.

kelompok harta berwujud sesuai dengan masa manfaat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Page 22: Kuliah X-stan 2014 1

Pasal 11 A Amortisasi

Amortisasi harta tak berwujud dan pengeluaran lainnyatermasuk : • biaya perpanjangan HGB, HGU, hak pakai, dan muhibah

(goodwill)• masa manfaat lebih dari 1 tahun • dipergunakan untuk 3 M• Dengan taat azas : stright line methods, declinning alance

methods

Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk bidang usaha tertentu Dg PerMenKeu

Page 23: Kuliah X-stan 2014 1

MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI Pasal 11A ayat (2)

KELOMPOK HARTA TAK BERWUJUD

MASA MANFAAT

TARIF AMORTISASI BERDASARKAN

METODE

GARIS LURUS.

SALDO MENURN

KELOMPOK 1

KELOMPOK 2

KELOMPOK 3

KELOMPOK 4

4 TAHUN

8 TAHUN

16 TAHUN

20 TAHUN

25%

12,5%

6,25%

5%

50%

25%

12,5%

10%

23

Page 24: Kuliah X-stan 2014 1

Amortisasi atas perolehan hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi.

Pasal 11 A (4)

Metode satuan produksi dilakukan dengan menerapkan persentase amortisasi yang besarnya setiap tahun sama dengan persentase perbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan dengan taksiran jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi di lokasi tersebut yang dapat diproduksi. Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untuk memperoleh hak atau pengeluaran lain, maka atas sisa pengeluaran tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yang bersangkutan.

Page 25: Kuliah X-stan 2014 1

Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain Migas, HPH , dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi paling tinggi 20% setahun.

Page 26: Kuliah X-stan 2014 1

HPH harga perolehan Rp500.000.000,00 Potensi 10.000.000 ton kayu, Jika dalam satu tahun pajak ternyata jumlah produksi mencapai 3.000.000 ton = 30% ,m dari potensi yang tersedia, besarnya amortisasi yang diperkenankan pada tahun tersebut adalah 20% atau Rp100.000.000,00.

Contoh :

Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi.

Page 27: Kuliah X-stan 2014 1

Penarikan Harta:• Harga sisa buku = beban; penggantian = pendapatan

Hak Atas Tanah:• Untuk pertama kali tidak dapat disusutkan• Kecuali berkurangnya manfaat tanah• Biaya perpajangan diamortisasi

PP 94 : Bidang usaha ttt.. Perkebunan, peternakan, dll straight lin methods

PER-55/PJ/2009 : Permohonan Penetapan masa manfaat yang sesunguhnya tidak termasuk dalam kelompofk cfm PER 96/PMK.03/2009 kelompok 3; jika tidak dg permohonan tersendiri.

Page 28: Kuliah X-stan 2014 1

Latihan

PT Mugni Griya adalah PKP, pada tanggal 20 Juli 2010 membeli sebuah telepon celuler dengan harga Rp. 4.400.000 (termasuk PPN). Telephon tersebut dipakai untuk pegawai pemasaran. Metode Penyusutan PT. Mugni Griya menggunakan metode saldo menurun. Biaya penyusutan tahun 2010 adalah …….:

Page 29: Kuliah X-stan 2014 1

Nama Aktiva Jumlah Kelompok

Tanggal perolehan

Harga perolehan

Peralatan 10 I 10 Oktober 2008 120.000.000Kendaraan 3 II 21 April 2007 240.000.000

Mesin 2 III 4 Juli 2008 600.000.000

PT Maju Bersama menggunakan metode GARIS LURUS untuk menghitung biaya penyusutan.

Data Aktiva yang dipergunakan dalam kegiatan usaha PT Maju Bersama adalah sebagai berikut:

Pada tanggal 4 April 2011 sebanyak 2 unit peralatan kelompok I dijual dengan harga pasar sebesar 4.000.000/unit sesuai dengan harga pasar. Laba rugi pelepasan aktiva peralatan dimaksud adalah:

Besarnya Biaya Penyusutan tahun 2010 PT. Maju Bersama adalah

Pada tanggal 1 Oktober 2011, 1 unit kendaraan ditukar dengan 1 unit kendaraan yang baru dengan harga pasar wajar Rp 85.000.000, PT Maju Bersama menambah uang Rp. 25.000.000,- Laba rugi pelepasan aktiva peralatan dimaksud adalah

Page 30: Kuliah X-stan 2014 1

PT Pantai Losari adalah Perusahaan yang melakukan ekplorasi laut. Dan pada awal tahun 2008 telah membayar hak pengusahaan laut sebesar Rp. 400.000.000,00 Potensi untuk mendapatkan hasil laut dari hak tersebut sebanyak 100.000 ton hasil laut. Pada tahun 2008 hasil yang didapatkan sebanyak 30.000 ton hasil laut. Amortisasi atas hak penguasaan laut yang diperkenankan adalah :

Sebuah truk tanki yang dibeli tahun 2008 seharga Rp. 250.000.000, terbakar pada tahun 2010. Truk tersebut telah disusutkan sebesar Rp. 210.000.000. Pada bulan September 2010, perusahaan mendapatkan pembayaran klaim asuransi sebesar Rp. 75.000.000,- Perlakukan perpajakan atas kejadian ini adalah:

PT. Perdana pada tanggal 14 Juli 2013 menghentikan pemakaian 1 unit mesin kelompok 2 seharga Rp.125 juta karena alasan efisiensi. Jika harga perolehan aktiva kelompok 2 adalah senilai Rp. 500 juta.Saudara diminta untuk menghitung penyusutan fiskal dari aktiva kelompok 2 untuk tahun 2013. (metode penyusutan fiscal Garis Lurus)

Page 31: Kuliah X-stan 2014 1

PT. Papiera berkedudukan di Jakarta ,usahanya dibidang industri kertas . Periode pembukuan 1 Januari – 31 Desember dan dari pembukuannya diperoleh data mengenai harta untuk keperluan penyusutan tahun 2009 sebagai berikut :- Sebuah Gedung pabrik selesai dibangun bulan Juni 2006 dengan nilai/harga perolehan

Rp.1.100.00.000,00 Perusahaan menyusutkan selama 25 tahun- Sebuah Bangunan kantor selesai dibangun bulan Januari 2008 dengan nilai / harga

perolehan Rp.1.000.000.000,00 ,oleh perusahaan disusutkan selama 25 tahun.- Tiga unit Mesin pabrik diperoleh bulan Oktober 2002 dengan jumlah harga perolehan

Rp.200.000.000,00 Perusahaan menyusutkan selama 8 tahun,dengan nilai residu sebesar 10 % dari harga perolehan.

- Tiga unit Mesin Kantor berupa komputer, printer dan sejenisnya diperoleh bulan Januari 2007 dengan jumlah harga perolehan Rp.30.000.000,00 nilai residu 10% dari harga perolehan ,oleh perusahaan disusutkan selama 3 tahun.

- Dua buah Truk, diperoleh bulan Pebruari 2002 dengan jumlah harga perolehan Rp.180.000.000,00 Perusahaan menyusutkan selama 6 tahun.

- Tiga unit Mebel / Perabot kantor diperoleh bulan Januari 2007 dengan jumlah harga perolehan Rp.90.000.000,00 Perusahaan menyusutkan selama 5 tahun dengan nilai residu 10% dari harga perolehan.

- Dua buah Kendaraan Mini bus diperoleh bulan 2007 dengan jumlah harga perolehan Rp.300.000.000,00 nilai residu 20% dari harga perolehan ,oleh perusahaan disusutkan selama 5 tahun.

-

Page 32: Kuliah X-stan 2014 1

- Dua buah Kendaraan Sedan untuk dua orang anggota direksi, diperoleh bulan Januari 2008 dengan jumlah harga perolehan Rp.400.000.000,00 nilai residu 20% dari harga perolehan, perusahaan menyusutkan selama 5 tahun. Kendaraan sedan tersebut merupakan kendaraan yang dibawa pulang.

- Tiga buah Sepeda motor, diperoleh bulan Januari 2006 dengan jumlah harga perolehan Rp.45.000.000,00 nilai residu 20% dari harga perolehan ,oleh perusahaan disusutkan selama 4 tahun.

Penjelasan:• Metode penyusutan yang digunakan perusahaan adalah garis lurus • Mesin kantor, Sepeda motor berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan tentang kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan termasuk harta kelompok I, Mesin pabrik,Truk, Minibus , Sedan , Mebel / perabot kantor termasuk harta kelompok II.

• Jumlah penyusutan untuk gedung pabrik, mesin pabrik dialokasikan ke harga pokok Penjualan, sedangkan selebihnya ke biaya umum perusahaan.

Pertanyaan :Hitung besarnya penyusutan fiskal tahun 2012

Page 33: Kuliah X-stan 2014 1
Page 34: Kuliah X-stan 2014 1

Kuliah XII

PENGHASILAN DARI LUAR NEGERI DAN KOMPENSASI KERUGIAN

• Penghitungan PPh pasal 24 • Tatacara melakukan penghitungan kompensasi kerugian

Page 35: Kuliah X-stan 2014 1

PAJAK PENGHASILAN Psl 24

KREDIT PAJAK LUAR NEGERI( K P L N )

Page 36: Kuliah X-stan 2014 1

DASAR HUKUM :

• UU no. 7 th1983, STDTD UU no. 36 th 2008• Keputusan Menteri Keuangan No. 164/kmk.03/2002, tgl

19 april 2002, Tentang Kredit pajak luar negeri (kpln).

Penghasilan yang dikenakan pajak adalah penghasilan seluruh dunia (world wide income)

RUMUS KPLN :

PENGHASILAN LUAR NEGERI---------------------------------------------- X Pajak TerutangPENGHASILAN KENA PAJAK

Page 37: Kuliah X-stan 2014 1

penggabungan penghasilan :

• dari usaha : dalam tahun pajak diperolehnya.• penghasilan lainnya : dalam tahun diterimanya• deviden tahun pajak pada saat perolehan deviden

sesuai dg keputusan Menkeu 256/PMK.03/2008

Kerugian yang diderita di LN tidak boleh digabungkan Dlm Ph KP terdapat Ph LN, berhak Kredit LNPengkreditan dilakukan dalam tahun pajak digabungkan

jumlah kredit pajak LN : maks jumlah pajak yg dibayar atau Terutang diluar

negeri tidak boleh melebihi : Ph LN /PhKP X PPh Maks = pajak yang terutang jika Ph KP < Ph LN

Page 38: Kuliah X-stan 2014 1

Jika Ph LN berasal dari beberapa negara , penghitungan kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara.

Dalam hal PPh LN > kredit pajak, maka kelebihan tersebut:• tidak dapat dikompensasikan• Dibiayakan• Pengurang Penghasilan• Tdk dpt dimintakan restitusi.

WP wajib menyampaikan permohonan , dilampiri :• Lapkeu dari penghasilan LN.• Copy surat pemberitahuan LN• Copy Dokumen pembayaran pajak LN.

Penyampaian permohonan kredit pajak LN dilakukan bersamaan dg penyampaian SPT tahunan PPh (force mayeur dpt diperpjg)

Page 39: Kuliah X-stan 2014 1

Dalam hal terjadi perubahan besarnya Ph LN , harus melakukan pembetulan SPT , disertai dokumen pendukung.

Apabila menyebabkan pph kurang bayar, tidak dikenakan bunga.

Apabila menyebabkan LB , maka dapat dikembalikan kepada wp.

Ordinary Credit MethodTujuan pengkreditan adalah pengakuan kredit LN tetapi tidak boleh melebihi penghitungan PPh Indonesia

Page 40: Kuliah X-stan 2014 1

PT. A di Jakarta dalam tahun pajak 2001 menerima dan memperoleh penghasilan neto dari sumber luar negeri sebagai berikut:1. Hasil usaha di Singapura dlm th pajak 2001 sebesar Rp 800.000.000,00;2. Dividen atas saham pada "X Ltd." di Australia sebesar Rp 200.000.000,00

yaitu berasal dari keuntungan tahun 1998 yang ditetapkan dalam rapat pemegang saham tahun 2000 dan baru dibayar dalam tahun 2001;

3. Dividen atas penyertaan saham sebanyak 70% pada "Y Corporation" di Hongkong , sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek berasal dari keuntungan 1999 yang berdasarkan Kep Menkeu ditetapkan diperoleh tahun 2001; Rp 75.000.000,00

4. Bunga kwartal IV tahun 2001 sebesar Rp 100.000.000,00 dari "Z Sdn Bhd" di Kuala Lumpur yang baru akan diterima bulan Juli 2002.

Contoh Perhitungan :

Penghasilan LN yang digabungkan dengan penghasilan DN 2001 adalah penghasilan pada huruf a, b, dan c, sedangkan penghasilan pada huruf d digabungkan dengan penghasilan dalam negeri dalam tahun pajak 2002.

Page 41: Kuliah X-stan 2014 1

PT B di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2001 sbb:1. di negara X, memperoleh penghasilan (laba) Rp. 1.000.000.000,00, dengan

tarif pajak sebesar 40% (Rp. 400.000.000,00);2. di negara Y, memperoleh penghasilan (laba) Rp. 3.000.000.000,00, dengan

tarif pajak sebesar 25% (Rp. 750.000.000,00);3. di negara Z, menderita kerugian Rp. 2.500.000.000,004. Penghasilan usaha di dalam negeri Rp. 4.000.000.000,00

Penghitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut

Perhitungan kredit pajak luar negeri adalah sbb :Penghasilan luar negeri :Penghasilan (laba) di negara X = Rp 1.000.000.000.Penghasilan (laba) di negara Y = Rp 3.000.000.000. Rugi di negara Z = Rp -----------------Jumlah penghasilan luar negeri Rp 4.000.000.000.Penghasilan dalam negeri Rp 4.000.000.000. Jumlah PPh terutang tarif psl 17 ( 28%) = Rp 2.240.000.000.

Page 42: Kuliah X-stan 2014 1

Batas maksimum KPLN untuk masing-masing negara adalah :

A. Dari Negara X = 1.000.000.000. X 2.240.000.000 = Rp 280.000.000 8.000.000.000. Pajak yang terutang di negara X adalah Rp 400.000.000. Maksimum KPLN adalah Rp 280.000.000.

B. Untuk negara Y = 3.000.000.000. x 2.240.000.000. = Rp 840.000.000 8.000.000.000.

Pajak yang terutang di negara Y Rp 750.000.000. Maka maksimum KPLN yang dapat d ikreditkan= Rp 750.000.000.

Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adl: ( Rp 280.000.000. + Rp 750.000.000. ) = Rp 1.030.000.000.Dalam menghitung Penghasilan kena pajak , kerugian yang diderita di LN.Di negara z sebesar rp 2.500.000.000. Tidak dapat diperhitungkan.

Page 43: Kuliah X-stan 2014 1

Batas maksimum kredit pajak luar negeri

Penghasilan dalam negeri Penghasilan luar negeri (dengan tarif pajak 20%)

Rp. 1.000.000.000,00Rp. 1.000.000.000,00

PT A di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2001 sebagai berikut:

Penghasilan luar negeri Penghasilan dalam negeri Jumlah penghasilan neto 

Rp.1.000.000.000,00Rp.1.000.000.000,00 Rp.2.000.000.000,00

Jika Ph Netto = Ph KP , PPh = Rp.582.500.000,00Batas maksimum KPLN = Rp 291.250.000,00jumlah pajak luar negeri Rp. 200.000.000,00 KPLN = Rp. 200.000.000,00.

Rp. 1.000.000.000,00Rp. 2.000.000.000,00

X Rp.582.500.000 = Rp. 291.250.000

Page 44: Kuliah X-stan 2014 1

PT B di Jakarta penghasilan neto tahun 2001 :Ph dari usaha diluar negeri Rp.1.000.000.000,00Rugi usaha di dalam negeri (Rp. 200.000.000,00)PPh LN luar negeri misalnya 40% = Rp.400.000.000,00

maksimum kredit pajak luar negeri serta pajak terutangPh usaha luar negeri Rp.1.000.000.000,00Rugi usaha DN (Rp. 200.000.000,00)Penghasilan neto Rp. 800.000.000,00

(Phneto = Ph KP, tarif Pasal 17, PPh = Rp.222.500.000,00)

Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah :Rp. 1.000.000.000,00 X Rp. 222.500.000,00 = Rp. 278.125.000,00Rp. 800.000.000,00

Oleh karena pajak yang dibayar diluar negeri dan batas maksimum kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan masih lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, maka kredit pajak luar negeri yang diperkenankan untuk dikreditkan dalam penghitungan Pajak Penghasilan adalah sebesar PPh yaitu Rp.222.500.000,00

Page 45: Kuliah X-stan 2014 1

KALAU TERJADI KERUGIAN DI DALAM NEGERI

PT. B. DI JAKARTA MEMPEROLEH PENGHASILAN NETO DLM TAHUN 2009 Sbb :- PENGHASILAN USAHA DI LUAR NEGERI Rp 1.000.000.000.

- RUGI USAHA DI DALAM NEGERI Rp 200.000.00. PAJAK ATAS PENGHASILAN DI LN MISALNYA 40% = (Rp 400.000.000.)

PERHITUNGAN MAKSIMUM KREDIT PAJAK LUAR NEGERI SERTA PAJAKTERUTANG ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

PENGHASILAN USAHA DI LUAR NEGERI Rp 1.000.000.000. RUGI USAHA DI DALAM NEGERI ( Rp 200.000.000. )

PENGHASILAN NETO = Rp 800.000.000. PPh TERUTANG MENURUT TARIF Pasal 17 ( 28% ) = Rp 224.000.000.

MAKA MAKSIMUM KREDIT PAJAK LUAR NEGERI ADALAH : 1.000.000.000.

800.000.000. x 224.000.000. = Rp 280.000.000.

Page 46: Kuliah X-stan 2014 1

OLEH KARENA PAJAK YANG DIBAYAR DI LUAR NEGERI DAN BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK LUAR NEGERI YANG DAPAT DIKREDITKAN MASIH LEBIH BESAR DARI JUMLAH PAJAK

YANG TERUTANG , MAKA KREDIT PAJAK LUAR NEGERI YANG DIPERKENANKAN UNTUK DIKREDITKAN DALAM PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN ADALAH SEBESAR PAJAK

PENGHASILAN YANG TERUTANG YAITU SEBESAR Rp 224.000.000.

APABILA PENGHASILAN LUAR NEGERI BERSUMBER DARI BEBERAPA NEGARA, MAKA JUMLAH MAKSIMUM KREDIT PAJAK LUAR NEGERI DIHITUNG UNTUK MASING-MASING NEGARA

DENGAN MENERAPKAN CARA PENGHITUNGAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (3). CONTOH :

5 . PT.C DI JAKARTA DALAM TAHUN 2009 MEMPEROLEH PENGHASILAN NETO Sbb : a. PENGHASILAN DARI DALAM NEGERI Rp 2.000.000.000.

b. PENGHASILAN DARI NEGARA X Rp 1.000.000.000. ( DENGAN TARIP PAJAK 40% ).

c. PENGHASILAN DARI NEGARA Y Rp 2.000.000.000. ( DENGAN TARIP PAJAK 30% )

JUMLAH PENGHASILAN NETO = Rp 5.000.000.000. APABILA PENGHASILAN NETO SAMA DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK, MAKA PAJAK

PENGHASILAN TERUTANG MENURUT TARIP Psl 17 ADALAH SEBESAR Rp 1.400.000.000 .BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK LUAR NEGERI UNTUK SETIAP NEGARA ADALAH :

Page 47: Kuliah X-stan 2014 1

a. UNTUK NEGARA X = 1.000.000.000. 5.000.000.000.

PAJAK YANG TERUTANG DILUAR NEGERI SEBESAR Rp 400.000.000.- LEBIH BESAR DARI BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK YANG DAPAT

DIKREDITKAN, MAKA JUMLAH YANG DIPERKENANKAN HANYA SEBESAR Rp 280.000.000.-

b. UNTUK NEGARA Y = 2.000.000.000.

5.000.000.000. PAJAK YANG TERUTANG DI LUAR NEGERI SEBESAR Rp 600.000.000.

LEBIH BESAR DARI BATAS KREDIT PAJAK YANG DAPAT DIKREDITKAN,MAKA JUMLAH KREDIT PAJAK YANG DIPERKENANKAN HANYA

SEBESAR Rp 560.000.000.

X 1.400.000.000. = Rp 280.000.000.

X 1.400.000.000. = Rp 560.000.000.

Page 48: Kuliah X-stan 2014 1

PEMBETULAN SPT TAHUNAN KARENA PERUBAHAN PENGHASILAN DARI LUARNEGERI, DILAKUKAN SEBAGAI BERIKUT :

CONTOH : 1. PENGHASILAN LN ( MENURUT SPT ) Rp 1.000.000.000.

2. PENGHASILAN DALAM NEGERI Rp 2.000.000.000. 3. PENGHASILAN LN ( SETELAH DIKOREKSI DI LN) Rp 2.000.000.000.

4. PAJAK PENGHASILAN YG TERUTANG DI LN MISALNYA 40%. 5. PPh Psl 25 YANG DIBAYAR Rp 500.000.000.

6. PPh TERUTANG SEBELUM DAN SESUDAH KOREKSI FISKAL DI LN Sbb : SPT SPT PEMBETULAN

1. PENGHASILAN LN Rp 1.000.000.000. 1. PENGHASILAN LN Rp 2.000.000.000. 2. PENGHASILAN DN Rp 2.000.000.000. 2. PENGHASILAN DN Rp 2.000.000.000.

3. P K P Rp 3.000.000.000. 3. P K P Rp 4.000.000.000. 4. PPh TERUTANG Rp 840.000.000. 4. PPh TERUTANG Rp 1.120.000.000. 5. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI : 5. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI : 1.000.000.000. 2.000.000.000. 3.000.000.000. 4.000.000.000. 6. PPh YG HARUS BAYAR Rp 560.000.000. 6. PPh YG HARUS BAYAR Rp 560.000.000.

7. PPh Psl 25 Rp 500.000.000. 7. PPh Psl 25 Rp 500.000.000. 8. PPh Psl 29 Rp 60.000.000. 8. KURANG BAYAR Rp 60.000.000.

9. .PPh 29 Rp 60.000.000. 10. HARUS BAYAR LAGI Rp N I H I L

X 840.000.000. = Rp 280.000.000.X 840.000.000. = Rp 280.000.000. X 1.120.000.000.= 560.000.000.X 1.120.000.000.= 560.000.000.

Page 49: Kuliah X-stan 2014 1

DAPAT PULA TERJADI BAHWA KOREKSI FISKAL DI LN BERUPA KOREKSI YANG

MENYEBABKAN PENGHASILAN DAN PAJAK ATAS PENGHASILAN YANG TERU TANG DI LN LEBIH KECIL DARI YANG DILAPORKAN DALAM SPT TAHUNAN,

SEHINGGA PAJAK DI LN MENJADI LEBIH BAYAR. KOREKSI FISKAL DI LN TERSEBUT AKAN MENGAKIBATKAN PPh TERUTANG DI INDONESIA JUGA MENJADI LEBIH KECIL, SEHINGGA PPh MENJADI LEBIH BAYAR. KELEBIHAN BAYAR PAJAK TERSEBUT DAPAT DIKEMBALIKAN KEPADA

WP SETELAH DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG PAJAK LAIN. CONTOH :

- PENGHASILAN LN ( MENURUT SPT ) Rp 1.000.000.000. - PENGHASILAN DALAM NEGERI Rp 2.000.000.000.

- PENGHASILAN LN ( SETELAH DIKOREKSI DI LN ) Rp 500.000.000. - PAJAK ATAS PENGHASILAN YG TERUTANG DI LN 40%.

- PPh Psl 25 YANG DIBAYAR Rp 500.000.000.

Page 50: Kuliah X-stan 2014 1

SPT (Rp) SPT PEMBETULAN(Rp)

1. PENGHASILAN LUAR NEGERI.

2. PENGHASILAN DALAM NEGERI.

3.PENGHASILAN KENA PAJAK

4.PPh TERUTANG5. KREDIT PAJAK LUAR

NEGERI 1.000.000.000.X Rp

840.000.000. 3.000.000.000. 6.HARUS DIBAYAR DI

INDONSIA7.PPh PASAL 258.PPh PASAL 29

1.000.000.000.2.000.000.000.3.000.000.000.

840.000.000.

= 280.000.000.

560.000.000.500.000.000.

60.000.000.

1. PENGHASILAN LUAR NEGERI

2. PENGHAISILAN DALAM NEGERI

3. PENGHASILAN KENA PAJAK

4. PPh TERUTANG5. KREDIT PAJAK LUAR

NEGERI 500.000.000 X Rp

700.000.000. 2.500.000.000.6. HARUS DIBAYAR DI

INDONSIA7. PPh PASAL 258. KURANG BAYAR9. PPh PSL 29 TELAH

BAYAR10. LEBIH BAYAR

500.000.000. 2.000.000.000.2.500.000.000.

700.000.000.

= 140.000.000.

560.000.000.500.000.000.

60.000.000.60.000.000.

N I H I L

BACK

Page 51: Kuliah X-stan 2014 1

KOMPENSASI KERUGIAN.

Apabila penghasilan netto BRUTO SETELAH PENGURANGAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) DIDAPAT KERUGIAN

MAKA KERUGIAN TSB DIKOMPENSASIKAN DGN PENGHASILAN MULAI TAHUNPAJAK BERIKUTNYA BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5(LIMA) TAHUN.

Pasal 6 ayat (2)

Page 52: Kuliah X-stan 2014 1

KOMPENSASI KERUGIAN

KOMPENSASI KERUGIAN 5 (LIMA) TAHUN

CONTOH

PT.A TAHUN 2009 MENDERITA KERUGIAN FISKAL SEBESAR Rp 1.200.000.000.- DALAM 5 TAHUN BERIKUTNYA RUGI-

LABA FISKAL PT A. MENGGAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT:

2010 : LABA FISKAL Rp 200.000.000.-2011 : RUGI FISKAL Rp 300.000.000.-2012 : LABA FISKAL N I H I L

2013 : LABA FISKAL Rp 100.000.000.-2014 : LABA FISKAL RP 800.000.000.-

Page 53: Kuliah X-stan 2014 1

KOMPENSASI KERUGIAN DILAKUKAN

RUGI FISKAL TAHUN 2009 (Rp 1.200.000.000.)LABA FISKAL TAHUN 2010 Rp 200.000.000.(+)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 1.000.000.000.) RUGI FISKAL TAHUN 2011 (Rp 300.000.000.)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 1.000.000.000.)LABA FISKAL TAHUN 2012 Rp N I H I L (+)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 1.000.000.000.)LABA FISKAL TAHUN 2013 Rp 100.000.000.(+)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 900.000.000)LABA FISKAL TAHUN 2014 Rp 800.000.000.(+)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 100.000.000.)

Page 54: Kuliah X-stan 2014 1

- SISA RUGI FISKAL TAHUN 2009 Rp 100.000.000. YANG MASIH TERSISA PADA AKHIR TH 2014, TIDAK BOLEH DIKOMPENSASIKAN DGN LABA FISKAL TAHUN 2015. SEDANGKAN :

- RUGI FISKAL TAHUN 2011 Rp 300.000.000.- HANYA DIKOMPENSASIKAN DENGAN LABA FISKAL TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016, KARENA JANGKA WAKTU LIMA TAHUN DIMULAI SEJAK TAHUN 2012 DAN BERAKHIR TH 2016.

PASAL 6 Ayat (2)

BACK

Page 55: Kuliah X-stan 2014 1

NPWP : Nama WP :

Rugi/Laba neto

fiskal

Kompensasi Kerugian Fiskal

(Dalam jutaan Rp)

Tahun Jumlah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

2009 (1.200) 200 - 50 100 800 50

2010 200 - - - - - - - -

2011 (300) - - - - - 200 100

2012 50 - - - - - - - -

2013 100 - - - - - - - -

2014 800 - - - - - - - -

2015 200 - - - - - - - -

2016 400 - - - - - - - -

2017 500 - - - - - - - -

Jumlah 200 - 50 100 800 200 100 -

Form spt 2009