kualitatif 2

15
ABSTRAK Tuberkulosis di sebabkan oleh kuman mykobakterium kulosis (TBC) feksi seperti penduduk dunia.Dari data Puskesmas Muara Tiga pada tahun 2004 sebanyak 13 penderita, pada tahun 2005 sebanyak 53 orang, pada tahun 2006 sebanyak 56 orang dan pada tahun 2007 terhitung sejak bulan Januari sampai dengan Mei sebanyak 18 orang dengan kasus kambuh 2 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang pola perilaku pencarian pengobatan pertama penderita tuberkulosis, pengetahuan, sikap dan peran petugas dalam pola pencarian pengobatatn pertama penderita tuberkulosis.Penelitian ini mengunakan analisis kualitatif dengan sumber informan yang utama adalah penderita tuberkulosis dan sumber pendukung adalah pimpinan Puskesmas serta petugas penanggung jawab program TB wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat. Dalam memperoleh data penelitian kualitatif ini menggunakan metode triangulasi data dengan focus Grouph Diskution (FGD) kepada penderita TBC dengan anggota sebanyak 6 orang penderita serta Indepth Interview (WM) kepada Pimpinan Puskesmas dan Petugas Penanggung Jawab TBC. Sebagian peserta FGD memberikan informasi tentang pola perilaku pencarian pengobatan TBC ke orang pintar atau dukun dan setelah dilakukan penyuluhan barulah mereka Sebagian peserta FGD dan key informan tentang penyakit TBC secara umum. Sebagian peserta FGD dan key informan memberika informasi tentang pencarian pengobatan Sebagian peserta FGD dan key informan membreikan informasi tentang gejala, tanda-tanda, bahaya, dan cara penularan penyakit TBC. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk lebih banyak lagi memberikan informasi tentang TBC, persentase penyuluhan lebih ditingkatkan, bentuk dari penyuluhan lebih menarik, berikan motivasi kepada penderita untuk berobat ke pusat pelayanan untuk cepat sembuh dari penyakitnya. Daftar Pustaka : 13 (1998-2007 ) ABSTRACT Tuberculosis is a disease caused by mycobacterium tuberculosis and has infected around 1/3 of the world population. The number of tuberculosis cases found in community health center (puskesmas) of muara tiga from 2004 to 2006 was respectively 13, 53, and 56. from Analisis Pola Perilaku Pencarian Pengobatan Penderita Tuberculosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat Tahun 2007

Upload: riabeuramartha

Post on 10-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

oke

TRANSCRIPT

ABSTRAK

Tuberkulosis di sebabkan oleh kuman mykobakterium kulosis (TBC) feksi seperti penduduk dunia.Dari data Puskesmas Muara Tiga pada tahun 2004 sebanyak 13 penderita, pada tahun 2005 sebanyak 53 orang, pada tahun 2006 sebanyak 56 orang dan pada tahun 2007 terhitung sejak bulan Januari sampai dengan Mei sebanyak 18 orang dengan kasus kambuh 2 orang.

Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang pola perilaku pencarian pengobatan pertama penderita tuberkulosis, pengetahuan, sikap dan peran petugas dalam pola pencarian pengobatatn pertama penderita tuberkulosis.Penelitian ini mengunakan analisis kualitatif dengan sumber informan yang utama adalah penderita tuberkulosis dan sumber pendukung adalah pimpinan Puskesmas serta petugas penanggung jawab program TB wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat. Dalam memperoleh data penelitian kualitatif ini menggunakan metode triangulasi data dengan focus Grouph Diskution (FGD) kepada penderita TBC dengan anggota sebanyak 6 orang penderita serta Indepth Interview (WM) kepada Pimpinan Puskesmas dan Petugas Penanggung Jawab TBC.

Sebagian peserta FGD memberikan informasi tentang pola perilaku pencarian pengobatan TBC ke orang pintar atau dukun dan setelah dilakukan penyuluhan barulah mereka berobat ke puskesmas. Sebagian peserta FGD dan key informan memberikan informasi tentang penyakit TBC secara umum. Sebagian peserta FGD dan key informan memberika informasi tentang pencarian pengobatan Sebagian peserta FGD dan key informan membreikan informasi tentang gejala, tanda-tanda, bahaya, dan cara penularan penyakit TBC.

Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk lebih banyak lagi memberikan informasi tentang TBC, persentase penyuluhan lebih ditingkatkan, bentuk dari penyuluhan lebih menarik, berikan motivasi kepada penderita untuk berobat ke pusat pelayanan untuk cepat sembuh dari penyakitnya.

Daftar Pustaka : 13 (1998-2007 )

ABSTRACT

Tuberculosis is a disease caused by mycobacterium tuberculosis and has infected around 1/3 of the world population. The number of tuberculosis cases found in community health center (puskesmas) of muara tiga from 2004 to 2006 was respectively 13, 53, and 56. from january to may 2007, it was found 18 cases.

The objective of this research was to get information on behavior pattern of finding first medication for tuberculosis patient, knowledge, attitude, and healthcare worker;s role in recognizing first medication for tuberculosis. The research used qualitative analysis. Tuberculosis patient as the main source of information and the head of puskesmas and one the supervisor of tuberculosis program in working area of the puskesmas were considered as the source of supporting information. The data was collected through data triangulation method and focus group discussion (FGD) and in-depth interview (WM) with criteria respondent of FGD patients who had over time of intensive, patients of BTA positive and patient in time of treatment.

From the result of FGD and in-depth interview, information about their knowledge which is not good. Their attitude to be contagious because they take patient to puskesmas, the role of medical health is good, because the medical health give information about tuberculosis disease.

It is expected that the healthcare wokers in puskesmas can give complete information on tuberculosis to community, improve the frequency of health counseling, develop technique of delivering health counseling, and suggest the tuberculosis patients to go to healthcare providers in order to accelerate the recovery process.

Reference: : 17 : (1998-2007)

1. PENDAHULUAN

Penyakit Tuberculosis (TBC) disebabkan oleh kuman Mycobakterium tuberculosis pembunuh utama dan diperkirakan juga terdapat 8.000.000 penduduk dunia terserang TBC dengan kematian 3.000.000 orang. Di dunia jumlah penderita Tuberkulosis penyakit cenderung meningkat pula sehingga World Health Organization mencanangkan kedaruratan global (Departemen Kesehatan RI, 2000)

Hasil survei kesehatan rumah tangga Departemen Kesehatan RI tahun 2002 menunjukkan bahwa Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999, WHO Global Survailance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita tuberkulosis baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau angka kejadian kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat tuberkulosis diperkirakan menimpa 140.000 penduduk setiap tahun (Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat, 2007)

Di Indonesia, TBC menjadi masalah utama kesehatan masyarakat hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa TBC sebagai penyebab kematian ketiga terbesar sesudah penyakit Kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan serta menduduki urutan kesatu pada kelompok penyakit infeksi. Dari data diperkirakan di Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC. Penyakit tuberkulosis paru menyerang sebagian kelompok usia produktif yang merupakan sumber daya manusia (Depkes RI, 2000).

Berdasarkan data angka penemuan kasus TBC di Kabupaten Lahat pada tahun 2003 ditemukan kasus sebanyak 310 orang, tahun 2004 sebanyak 310 orang, tahun 2005 sebanyak 298 orang dan di tahun 2006 ditemukan kasus sebanyak 312 orang dan kasus kambuh 5 orang. (Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat, 2006)

Dari data Puskesmas Muara Tiga pada tahun 2004 ditemukan penderita TBC sebanyak 13 orang, tahun 2005 sebanyak 53 orang, tahun 2006 sebanyak 56 orang. Angka kejadian penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat Dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei sebanyak 18 orang dan kasus kambuh sebanyak 2 orang karena disebabkan kelalaian meminum obat (Puskesmas Muara Tiga, 2006).

Berdasarkan stadi pendahuan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2007 terhadap penyakit TBC, masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui informasi tentang penyakit pada umumnya dan penyakit TBC pada khususnya, maka kemungkinan perilaku mereka cenderung akan mengkonsumsi obat warung atau apotik tanpa resep dokter, sehingga ini berpengaruh terhadap pola pengobatan bagi penderita TBC. Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang Pola Perilaku Pencarian Pengobatan Penderita Pertama Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat.

2. Tujuan Penelitian.

2.1 Tujuan UmumUntuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang analisis pola prilaku pencarian pengobatan penderita pertama TBC.

2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mendapatkan informasi mendalam pengetahuan penderita TBC tentang pencarian pengobatan pertama penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga.

2. Untuk mendapatkan informasi mendalam sikap penderita TBC tentang pengobatan pertama penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga.

3. Untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang peran petugas kesehatan dalam pencarian pengobatan pertama penderita TBC di wilayah kerja puskesmas Muara Tiga.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi yang mendalam mengenai Pola perilaku Pencarian Pengobatan Penderita Pertama Tuberkulosis .

3.2 Sumber Informasi.

3.2.1 Sumber Utama.

Sumber utama dalam penelitian ini adalah, Penderita TBC.

3.2.2 Sumber-sumber Lainnya.

Pimpinan Puskesmas.

Petugas Penanggung Jawab Program TBC.Tabel 4.1

Informasi yang diperoleh dari informan

NoInformanInformasi yang diinginkan

1

2

3Penderita TBC

Kepala Puskesmas

Petugas penanggung jawab Program TBC. Pengetahuan penderita tentang TBC.

Alasan penderita tidak segera berobat.

Tindakan penderita pada saat pertama mengetahui penyakitnya.

Peran petugas memberi penyuluhan pada penderita TBC.

Sikap dalam menghadapi penderita TBC

Tindakan yang diberikan pada penderita TBC

- Peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan

Program pemberantasanTBC

Kebijakan dalam rangka pemberantasan penyakit TBC.

Informasi tentang sarana dan prasarana.

Memberikan pelayanan pengobatan yang sesuai

prosedur dan tata laksana pengobatan TBC pada tahaf intensif.

- Pola pencarian pengobatan pertama penderita TBC

- Program pencegahan dan pemberantasan dengan penyuluhan tentang bahaya penyakit TB paru.

- Informasi tentang petugas dan pelatihan yang pernah diikuti mengenai bahaya penyakit TB paru.

- Informasi tentang petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan pada penderita TB paru.

3.3 Analisis Informasi.

Dalam proses pengumpulan dan pengolahan data pada analisis data kualitatif dibagi menjadi 4 (empat) tahap (Lacey dan Luff, 2001), yaitu :

1. Transkripsi.Hasil wawancara dan diskusi yang direkam dengan tape recorder, dan catatan akan ditransfer ke disket.

2. Pengorganisasian Data.Dalam pengorganisasian perlu dicatat tanggal pengumpulan data dan menandai data setiap informan dengan angka atau kode.3. Pengenalan.Peneliti mendengarkan tape hasil wawancara serta membaca kembali data.4. HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Informan

Informan yang hadir dalam FGD adalah penderita dengan umur 18 sampai dengan 57 tahun dan pendidikan SR, SD, dan SMP serta pekerjaan petani, penderita yang sudah melewati masa intensif, penderita dengan BTA positif.

Gambar 5.2

Karakteristik Informan Peserta FGD berdasarkan umur, Jenis kelamin serta pendidikan.

NoNama InisialUmurJenis kelaminpendidikanPekerjaanAlamat

1

2

3

4

5

6Diti

Abu

Lena

Waya

Suku

Maway Dt

Ab

Ln

Wy

Sk

Mw18 Th

47 Th

45 Th

50 Th

55 Th

57 ThP

L

P

P

P

PSMP

SD

SR

SD

SD

SMPTani

Tani

Tani

Tani

Tani

TaniDs.Jadian

Ds.Jadian

Ds.Jadian

Ds.Jadian

Ds.Jadian

Ds.Jadian

Keterangan:

L

: Laki-laki

P

: Perempuan

SR

: Sekolah Rakyat

DS.Jadian: Desa Jadian

Sementara untuk karakteristik wawancara mendalam seperti pada gambar:Gambar 5.3

Karakteristik Infroman Peserta Wawancara Mendalam Berdasarkan Inisial, Umur, Pendidikan, Jenis Kelamin, Jabatan.

NoNamaInisialUmurPendidikanJenis KelaminJabatan

1

2Dr.Desima

IsmetDs

Im 25 Tahun

27 TahunS1 Kedokteran

AkperPerempuan

Laki-lakiKepala Puskesmas

Laki-Laki

4.2 Faktor Predisposisi

4.2.1 Pengetahuan

Berdasarkan hasil FGD sebagian dari peserta FGD menjawab pertanyaan serta wawancara mendalam dengan Kepala Puskesmas dan wawancara mendalam dengan petugas penanggung jawab program penyakit TBC. Adapun pengetahuan para peserta FGD menjawab tanda dan gejala, cara penularan, bahayanya seperti yang terungkap sebagai berikut:

Iyak selama 2 (dua) minggu , akibat kurang tiduk....... (Dt)

(batuk selama 2 minggu, akibat kurang tidur)

..mungkin kuman,gejala aku dulu sesak (Sk 1)

(mungkin kuman, gejala aku dulu sesak)

...Makan asal-asalan pule dik kene...(Sk 2)

(Makan asal-asalan juga tidak boleh...

...dik kene makan pedas makan banyak minyak, makan yang buat gatal-gatal seperti terong, petai... (Sk 3)

(Tidak boleh makan cabe dan banyak mengandung minyak, Makanan yang bisa menimbulkan gatal-gatal seperti terong, pete)...Kalau aku penyebab e pule... karne banyak ie behambinan behat mak kate jme dusun kene selau atau gejala TBC (Ln1)( saya penyababnya dikarenakan kebanyakan memikul barang kata orang desa tekena selau/gejala TBC )

... kalu mamang banyak ige merokok dan kereh ige begawe di sawah, nafsu makan tuhun, sesak juge kadangtu... (Ab1).

(Paman kebanyakan merokok dan kecapekan bekerja di sawah, nafsu makan turun, terkadang sesak)

...Iyak selame 2 (due) minggu bu eva..(Mw1)

(Batuk selama 2 (dua) minngu)

....Sare benae ame iyak... (Mw2)

(Susah sekali pada saat batuk)

...Kadang de lendir abang kadang iyak biase...(Mw3)

(Terkadang saya batuk lendir ada merahnya tapi bisa juga batuk biasa)

...Makan asal-asalan dan kate jeme dik pantang....(Mw 4)

(kata orang karena makan asal-asalan)

...kalu akuni juge sehumah nga mamang ye bename Jalangi....(Wy1)

(Kalau saya tinggal satu rumah dengan paman bernama Jalangi)

...Karne die bidapan TBC makenye eku juge kene....(Wy2)

(Karena dia terkena penyakit TBC dan saya juga tertular.)

....Tuape base TBC kate jeme nular jadi mungkin pada saat kami ngomong nak ngobrol damping ige jadi kuman tadi masuk pule ke badanku... (Wy3)

(TBC itu menular kata orang, jadi mungkin pada saat kami berbicara terlalu dekat pada saat itulah kuman masuk juga ke dalam tubuh ku)

...Penyakit ini nular karene pemakaian gelas nga piring begenian...(Dt1)

(Penyakit ini menular karena pemakaian gelas dan piring bergantian)

...Nular...(Ln1)

(menular)

..Tadi la diketeka nga waya, kami kene karne damping ige ngomong nga jeme ye kene terutame kene ngajeme damping duduk....(Ln2)

(Sudah dikatakan oleh Wy, kami tertular karena terlalu dekat berbicara dengan penderita terutama tertular dengan orang yang duduk terlalu dekat)

....Nular, minum dik boleh sesimbang gelas same...(Mw1)

(Menular, minumm tidak boleh bergantian gelas yang sama)

.....Nular lewat iyak....(Sk1)

(menular lewat batuk)

....Nular setiap jeme taklut gale nga aku ...(Ab1)

(menular, setiap orang takut semua dengan aku)

....Nah la dikateka penyakit ku ni nular makenye jeme geme damping nga aku...(Ab2)

(Sudah dikatakan bahwa penyakitku ini menular maka dari itu setiap orang takut berdampingan dengan saya)

Hal ini di dukung wawancara mendalam dengan key informan seperti berikut ini:

....karena di daerah kita merupakan daerah yang ber suhu udara rendah biasanya di tempat kita di bawah 21 C ni bu eva, dan karena suhu udara yang rendah mempengaruhi kekebalan imun tubuh. Kalau bisanya dengan imun tubuh yang rendah kita akan mudah terserang penyakit TBC dan juga karena masih ada penderita yang masih masih masa intensif ....(Ds1)

....Masa intensif adalah dimana kuman di dalam tubuh penderita masih sangat aktif dan potensi penyebaran kuman sangat besar bu.... (Ds2)

....Menurut saya kalau penyakit di lingkungan kita TBC bukan disebabkan oleh virus atau debu dan segala sesuatu tetapi disebabka karne penularan dari penderita yang ada atau keturunan....(Is1)

...ya penderita yang positif terkena TBC bergaul dengan orang yang sehat tetapi kekebalan tubuhnya lemah dan secara otomatis orang yang sehat tersebut akan terkena..... (Is2)

Gejala yang sering kami temui di Puskesmas kita ini mereka mengalami demam, nafsu makan menurun kadang ada dari penderita yang batuk berdahak dan ada juga sebagian disertai darah, ada kasusnya yang terkena TBC sudah bertahun-tahun.....(Ds1)

...Ya mereka yang tidak pernah berobat sama sekali dan kata keluarga tidak ada biaya... (Ds2)

Biasanya pasien yang datang dengan batuk, badannya lemah, kurang tidur, kondisinya juga lesu dan pada waktu pasien batuk mengeluarkan cairan yang mengandung darah.... (Is)

Cara penularan penyakit ini karena udara di daerah kita udaranaya lembab secara langsung kuman yang dikeluarkan dari batuk, bersin keluar dan bertahan diudara kuman tersebut dapat bertahan bisa sampai 2 (dua) jam sehingga mereka yang kekebalan tubuhnya lemah mudah terserang..... (Ds)

...Memang penyakit TBC ini mudah berkembang biak di udara yang suhunye rendah tapi penularan di daerah kita dari penularan karena pergaulan maksudnya penderita yang ada bergaul dengan penderita lama juga penderia di sekitarnya(is1)

... Cara pencegahan iya memang dengan memisahkan peralatan makan dan minum dengan yang lain, berobat teratur, memeriksakan diri secara teratur, serta menutup mulut pada saat berbicara....(Ds1)

4.2.2 Sikap

Adapun informasi tentang sikap menghadapi penderita agar tidak tertular dapat kita lihat pada hasil FGD kepada penderita dan hasil wawancara mendalam dengan key informan sebagai berikut:

...Ka kuajak berobat ke puskesmas.dik kene makan nga minum sikok gelas atau piring... (Dt1)

(kami ajak berobat ke puskesmas... alat makan,minum tidak boleh secara bergantian)

diam....(Mw1)

(Diam)

...Akuni dik tau ngomongkanye tentang penyakitku ni bu eva karne akuni dik pernah belajae tapi yang pasti ku ajak berobat ke puskesmas karene kate bidankan gratis...(Mw2)

(saya ini tidak tahu apa yang harus ku katakan tentang penyakitku ini karena aku tidak pernah belajar tetapi yang pasti akan ku ajak berobat ke puskesmas karena kata bidan gratis)

mak manelah ngomongkanye mungkin benae kate diti tadi...(Ln1)

( Bagaimana bisa mengatakanya, tetapi mungkin benar Dt berkata)

... aku batak ke puskesmas ...(Ab1)

( akan ku bawa ke puskesmas)

...Aku langsung ke dokter va...(Sk1).

( aku langsung ke dokter)

...Kan berobat TBC gratis manfaatkan puskesamas ...(W`y)

(Berobat ke puskesmas jadi manfaatkanlah puskesmas)

Hasil wawancara mendalam dengan key informan tentang sikap menghadapi penderita TBC pada saat penderita datang pertama kali untuk berobat?...Dokter melakukan pemeriksaan fisik jika pasien sudah positif menderita TBC diberikan obat, selain itu ya kita lakukan penjelasan tentang penyakit TBC ini, kita kasih dorongan supaya si penderita semangat untuk berobat, jangan dikecewakan jikan dia datang akan mengambil obat kembali dan jangan kita kucilkan...(Ds1)

...Kita beritahukan bahwa sakit TBC ini akan sembuh jikalau meminum obat secara teratur dan tidak boleh memakan asal-asalan....(Ds2)

...ya seperti makan cabe, sayur banyak minyaknya, kalau dia batuk jangan memakan makanan yang merangsang untuk batuk seperti terong, pete... (Ds3)

...Yang pertama kami sambut pasien untuk berobat kita berikan suport pasien bahwa penyakit yang ada tubuhnya bukan penyakit yang mematikan tetapi penyakit yang menular dan mudah diatasi dengan harapan si pasien mau mengikuti aturan yang di berikan yaitu mengkonsumsi obat dengan teratur..(Is1)

...Iya aturan meminum obat TBC karena kami memberikannya juga melihat tahapan-tahapan pengobatan yang dimulai dari tahap intensif, tahap lanjutan sampai ke tahap akhir sampai bulan ke 6 masa pengobatan.... (Is2)

...Yang pasti kami menerima dengan baik, langkahnye kami periksa dan jika pasien itu benar-benar positive menderita TBC diberikan obat yang ada teapi dengan catatan pasien harus minum obat secra teratur... (Is3)

4.2.3 Peran Petugas Kesehatan

Dalam hal ini perserta FD memberikan informasi betapa besarnya proses pencegahan dan kesembuhan penyakit tuberkulosis, bagaimana pelayanan yang diberika oleh petugas puskesmas:

... alap...(Mw1)

(Bagus)

...Karne pada waktu ngabik obat di enjuk taunye kapan balik agi ke puskesmas ngambik obat berikut walaupun ade ye cerewet... (Mw2) (Karena pada waktu pengambilan obat di beritahukan tanggal kembali ke puskesmas)

...au njela sate ngambik obat di tanyeka makmane pehasean sate makan obat, masih ade behape obat dan juge sate ngambek obat berikute masih di enjuk tau care makan e...( Ab1)

( memang benar pada saat pengambilan obat di tanya apa yang dirasakan setelah makan obat...masih ada berapa obat dan juga pada waktu pengambilan obat berikutnya masih diberi tahukan cara memakannya).

....samelah pelayanan e cuma ye agak kurang dimak nak nganbik obat hari libu...(Wy1)

(Ya sama cuma yang agak kurang kalau ingin mengambil obat pada hari libur)

...ye dokter tempat ngambik obat kadang keluar nak ngambik nak petugas kadang juge same keluar...(Wy2)

(Karena doker tempat mengambil obat kadang keluar serta petugas juga keluar)

..Au la lemak mak ini alap gale pelayanan...(Dt1)

(Untuk sekarang semua pelayanan sudah baik)

...la lemak mak ini alap gale pelayanan e.. dianjurka ke puskesmas ame ade ape-ape dan juge di anjurka minum obat teratur...(Ln1)

(Sekarang pelayanan sudah baik...disarankan ke puskesmas kalau terjadi apa-apa dan dianjurkan minum obat secara teratur)

....Dianjurka ke puskesmas, minum obat teratur jangan makan asal-asalan... (Sk1)

(dianjurkan ke puskesmas, minum obat teratur dan tidak makan sembarangan)

Hal ini juga di dukung oleh hasil wawancara mendalam dengan key informan:

memang kita dalam memberikan pengobatan kita memberikan informasi-informasi tentang pengbatan...(Ds 1)

...Kita jelaskan hendaknya sebelum obat ini habis datang lagi ke puskesmas untuk lanjutan... (Ds 2)

Dalam melaksanakan pengobatan kita terus melakukan penambahan informasi pada pasien pada saat dia berobat tetapi kadang ada pasien yang tidak mengerti apa yang sudah kita lakukan(Is 1)

...Iya penyuluhan yang kita berikan tidak di mengerti oleh penderita karena faktor pendidikan dan usia, Kalau menurut saya faktor pendidikan mempengaruhi daya pengertian seseorang...(Is 2)

...iya yang pertama kita akrab dan kekeluargaan di kantor ini, berkolaborasi, juga sebagian dari staf masih banyak yang honor... (Ds1)

... Sudah cukup baik karena di kantor kita sangat kompak dari seluruh staf yang ada serta dapat meciptakan rasa kekeluargaan...(Is1)

.... Kerjasama itu sangat penting guna untuk kelancaran dalam pencarian pengobatan penderita TBC pertama kali merek berobat dengan cara melakukan penyuluhan dan guna mendukung program pemberantasan TBC...(Ds1)

... Memang hubungan atar staf musti tebina guna kelancaran penyembuhan penyakit ini...(Ds2)

sarana dan prasarana di puskesmas ini, Kita mempunyai satu mobil ambulance, LAB tidak begitu lengkap tetapi ada alat-alat yang digunakan secara sederhana lengkap..(Ds1)

...Microskop yang utama, lampu pembakar, tabung kaca kcil, kaca lensa. ruang belum begiu memadai..(Ds2)

.... ya ada poli umum, poli kebidanan, poli anak-anak, adanya rumah dinas (Ds3)

... sarana dan parasarana di puskesmas Muara Tiga sudah bagus walaupun masih ada kekurangannya seperti alat-alat LAB walaupun tidak begitu lengkap tetapi ada, ruangan juga walaupun tidak begitu lengkap tetapi ada dan cukup luas...(Is1)

....Iya untuk ukuran ruangan sudah cukup menurut standar saya ya... (Is2)

4.2.4 Pencarian Peobatan pertama TBCPeserta FGD memberikan informasi tentang sejauh mana mereka mencari pengobatan pada saat pertama kali mereka terkena TBC:

...Ke dukun tuape jeme dusun...(Dt1)

(kedukun karena kami orang desa)

...yang pertame pengetahuan kami kurang karne kami dulu dik pacak sekolah...(Dt2)

(Yang pertama pengetahuan kami kurang karena kami dulu tidak bersekolah)

...Au perekonomian kami dik pernah berubah untuk makan saje kami sulit apelagi untuk berobat karne kami petani padi yang panen dalam 6 bulan sekali jadi ame kami nak berobat ke dokter dik bedie duit e.... (Dt3)

(Hal ini disebabkan faktor ekonomi untuk makan saja susah apalagi untuk berobat karena kami hanya petani padi yang panen dalam 6 bulan sekali jadi kalau untuk berobat kedokter kami tidak ada uang)

...Kami dangitu kedukun pule karne memang yang pertame kami mehase dik cukup duit untuk berobat ke dokter....(Wy1)

(Kami pada awalnya kedukun karena memang yang pertama kami merasa tidak cukup biaya untuk berobat ke dokter)

...Kami ke dukun ketagung, ke dukun mane kina ye nurut kami pas...(Wy2)

(kami ke dukun Kota Agung, kami juga ke dukun mana saja yang menurut kami bagus)

...Di enjuk ayik putih yang la udem di jampi...(Wy3)

(diberi air putih yang sudah diberi jampi-jampi)... ye agak segar juge tapi dik lame kambuh agi...(wy4)

( agak enakan akan tetapi tak begiutu lama kmabuh lagi)

...pernah juge makan obat lain.. Beli obat inza(Wy5)

(pernah juga minum obat lain, beli obat Inza)

... Lemak juge cuma kambuh agi dan pule aku makan e di tentu kadang 3 kali sahi...(Wy6)

(agak enakan juga tapi kambuh kembali dan juga saya memakan obat tersebut tidak teratur kadang 3 kali sehari)

...kami ke puskemas langsung ke dokter....karne Alhamdullilah kami ade duit nik berobat...(Ln1) (kami ke puskesmas langsung kedokter karena Alhamdulillah untuk berobat kami ada uang)

...la ngahi dukun ye di kota agung tu sape nian namenye, oi au wak nurlai dienjuk minum-minuman hadu senampur...(Ab1)

(pergi ke dukun yang di Kota Agung yang bernama wak Nurlai diberinya minum-minuman sehingga sembuh sebentar)

...Pernah juge beli obat di warung ....konimex kumakan 2 kali sahi kadang dik tentu...(Ab2)

(pernah juga beli obat diwarung Konimex yang saya makan 2 kali sehari kadang tidak teratur)

...lemak jue sate udem makan obat tu cuma kambuh agi bu...(Ab3)

(agak enakan tapi setelah itu kambuh lagi)

...karne kami mehase pendapatan kami dik cukup nik behobat dulunye cuma sate tau pengobatan ini gratis makenye kami langsung ke puskesmas...(Ab4)

(karena kami merasa untuk berobat kami tidak ada biaya tapi setelah tau pengobatan gratis kami langsung ke puskesmas)

...amen aku sebelum berobat ke puskesmas makan obat warung...(Sk1)

(kalau saya sebelum berobat kepuskesmas minum obat warung)

...Makan sanaflu tapi dik hadu..(Sk2)

(minum Sanaflu tetapi tidak sembuh)

...Due kali selama 3 ahi..(Sk3)

(dua kali selam 3 hari)

...Aku dik nian makan obat ape-ape tapi ade ayik jampian di minum dik sembuh... (Mw1)

(saya tidak makan obat apa-apa cuma air yang diberi jampi-jampi tetapi tidak juga sembuh)

Hal ini juga di dukung dengan hasil wawancara dengan key informan sebagai berikut:

Apa secara sepintas mungkin iya perekonomian mereka rendah, tapi dokter tidak bisa mengatakan bahwa pendapatan mereka rendah karena kadang untuk biaya berobat mereka tidak ada memang secara sekilas TBC adalah penyakit yang di sebabkan oleh penularan dan daya tahan tubuh mereka rendah terutama diwilayah kerja Puskesmas penderitanya merupakan dari perekonomian miskin...(Ds1)

...ya penderita yang masih masa pengobatan dan penyembuhan bergaul dengan orang yang sehat...(Ds2)

...Dengan komunikasi yang jaraknya dekat dengan penderita yang masih masa intensif... (Ds3)

Penderita yang ada diwilayah kerja kami memang rata-rata dari kalangan orang miskin karena rata-rata penderita yang berobat banyak yang mengeluh untuk biaaya berobat... (Is1)

ada sebagian dari penderita berobat ke orang pintar karena kata penderita dan keluarganya sendiri tidak ada biaya untuk membeli obat (Ds)

...Selama ini kebanyakan mereka berobat kedukun yang ada didesanya...(Is1)

...penderita mengatakan di berikan air jampi, yang bisa terjadi karena pengetahuan mereka kurang tapi setelah ada penyuluhan barulah mereka mau berobat ke Puskesmas...(Is2)

...penyuluhan mengenai penyakit TBC bahayanya, gejalanya, penularannya, cara pencegahanya....dilakukan berapa lama penyuluhan ini dilakukan setiap trismester satu kali...(Is3)

5. PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini merupakan subjektif peneliti dalam menginterprestasikan informasi yang ada dalam penelitian tentang pola prilaku pencarian pengobatan penderita tubercolusis, diperoleh dari penderita TBC dengan teknik Focus Group Discusi (FGD) dan Wawancara Mendalam (WM) dengan Kepala Puskesmas dan Petugas Penanggung Jawab Program TBC.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan maksud untuk mendapatkan informasi yang mendalam mengenai pengetahuan, sikap dan peran petugas kesehatan serta pola pencarian pengobatan pertama penderita TBC, dan dapat menemukan permasalahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga, khususnya tentang pencarian pengobatan pertama penderita TBC. Namun juga hasil penelitian ini sangat tergantung pada pemahaman dan penafsiran peneliti.

Pengumpulan informasi dilakukan sendiri oleh peneliti : instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara dan pedoman FGD, waktu, situasi dan kondisi dalam lingkungan tempat melakukanya wawancara mendalam dan FGD berpengaruh terhadap informasi yang dipakai, selain informasi sendiri merupakan faktor yang paling berpengaruh karena informasi yang diberikan mengandalkan daya ingat dan perasaan informan sehingga dapat saja terjadi faktor lupa recall bias.Upaya yang

dilakukan untuk meminimalkan bias adalah menetapkan atau membatasi informan pada FGD yang sudah menjalani masa intensif.

5.2 Karakteristik Informan

5.2.1 Peserta Fokus Group Diskusi (FGD)

Peserta FGD adalah penderita TBC yang sudah melewati masa intensif dan penderita yang masih pada tahap pengobatan. Hal ini dikarenakan pada saat dilakukan FGD penderita masih mengingat pertama kali mereka mencari pengobatan. Dari informasi yang didapatkan peserta FGD mengenai tuberkulosis dan pola pencarian pengobatan pertama penderita tubekulosis, peneliti hanya ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan dan informasi yang disampaikan peserta.

5.2.2 Peserta Wawancara Mendalam (WM) / key Informan.

Key informan adalah orang yang berkompeten dan bertanggung jawab serta mengetahui peraturan dan prosedur tetap yang berlaku dilingkungan kerjanya secara detail. Informasi yang diinginkan dalam wawancara mendalam yaitu mengenai penyebab TBC di wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga, tanda, gejala yang pernah diketahui pada penderita, bagaimana langkah-langkah yang diambil dalam menurunkan angka penderita TBC serta perilaku pengobatan penderita TBC.

Dalam hal ini Key informan adalah orang-orang yang memegang jabatan atau kedudukan dan sangat mendukung dengan penelitian ini, seperti Kepala Puskesmas dan Petugas Penanggung Jawab Program TBC di Puskesmas. Hal ini sesuai dengan penelitian Sosian (2006) dikutip dalam Nurhuda (2004) mengatakan bahwa pimpinan, guru atau orang tua dianggap paling besar pengaruhnya dan efektif dalam memberikan informasi.

5.3 Faktor Predisposisi

5.3.1 Pengetahuan penderita TBC Tentang Pola encarian Pengobatan Penyakit TBC

Informasi yang diperoleh dari peserta FGD dan peserta WM yang berhubungan dengan penyebab, gejala-gejala, pengobatan, penularan, dan pencegahan dari penyakit TBC. Peserta FGD baik jenis kelamin laki-laki maupun jenis kelamin perempuan dari kelompok penderita TBC yang menjalani pengobatan intensif sudah cukup baik memberikan informasi mengenai pengetahuan tentang penyakit TBC, dalam memberikan informasi yang diharapkan peserta FGD.

Peserta FGD menyatakan bahwa gejala TBC disebabkan oleh kuman dan disertai gejala-gejala batuk selama 2 minggu, sesak, nafsu makan menurun, tetapi ada sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa gejala awal karena terlalu berat beban yang di pikul, kemudian untuk cara pengobatannya peserta FGD mengatakan kebanyakan dai mereka pertama kali ke dukun tetapi ada sebagian dari mereka mengatakan berobat ke puskesmas, kemudian untuk cara penularan penyakit TBC peseta FGD menyataka bahwa melalui batuk lewat orang lain dan menyebar melalui udara. Pada hasil WM dengan kepala puskesmas dan petugas penanggung jawab program menyatakan bahwa TBC disebabkan akibat imun tubuh yang rendah karena di wilayah kerja puskesmas Muara Tiga merupakan daerah yang bersuhu udara rendah dan juga disebabkan oleh keturunan selain itu faktor utama penyebabnya adalah karena ketularan dari pergaulan dengan penderita lain. Untuk cara pencegahan peserta FGD menyatakan agar alat makan dan minum tidak bergantian dengan orang lain, jangan terlalu dekat berbicara dengan orang lain, sedangkan peserta WM menyarankan agar teratur minum obat, berbicara dengan orang lain jangan terlalu dekat, menutup mulut dengan sapu tangan pada saat berbicara, jangan menggunakan alat makan dan minum secara bergatian dengan orang lain, menjaga kebersihan serta rutin untuk berobat ke puskesmas.

Hal ini didukung oleh Notoadmojo (2007) mengenai tingkatan pengetahuan, Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui oleh seseorang dalam berbagai tingkatan pemahaman mengenai suatu objek dari proses penginderaan dan dapat direproduksikan ke dalam bentuk perilaku dalam objek tertentu. Pengetahuan juga hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

5.3.2 Sikap Tentang Pola Pencarian Pengobatan Penyakit TBC.

Informasi yang diperoleh dari peserta FGD dan WM mengenai sikap terhadap penyakit TBC, serta sikap petugas terhadap penderita TBC, sebagian peserta FGD meyakini bahwa penyakit ini berbahaya dan sangat menular dan dalam keluarga mereka agar tidak tertular mereka menyatakan tidak boleh memakai alat makan dan minum secara bergantian dengan orang lain , berbicara tidak boleh terlalu dekat dengan orang lain, jika ada dalam keluarga mereka yang tertular maka mereka akan membawanya ke puskesmas serta akan mensuport mereka dangan cara mengajak berobat. Peserta WM menyatakan bahwa jika ada penderita yang baru pertama kali terkena TBC mereka akan memberikan dorongan untuk cepat sembuh dengan memberikan aturan minum obat secara teratur.

Hal-hal yang manjadi ancaman penyakit TBC seperti tanggapan per individu terhadap tanda dan gejala penyakit TBC dan kepercayaan terhadap pengobatan ke dukun yang barkaitan dengan sosial ekonomi mereka, penghasilan mereka, pendidikan, gizi mereka. Sikap yang merupakan peranan yang sangat penting sebab apabila sikap terbentuk pada diri manusia maka sikap akan membentuk bagaimana perilaku mereka dalam kehidupannya.

Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, sikap masih merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu pengahayatan terhadap objek.

WHO dalam Notoadmodjo (2007) sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, serta sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

5.3.3 Peran Petugas Kesehatan Dalam Pola Pencarian Pengobatan Penderita TBC.

Informasi yang di berikan dari sebagian besar FGD tentang sejauh mana peran petugas kesehatan dalam rangka pecarian pengobatan pertama penderita TBC serta program penyembuhan penyakit tuberkulosis sudah baik, peserta FGD mengatakan bahwa pelayanan yang telah diberikan oleh petugas kesehatan pada saat berobat sudah cukup baik, ramah, mudah mengambil obat, serta petugas menjelaskan kapan kita akan mengambil obat kembali serta hal-hal mengenai TBC.

Informasi ini hampir sama seperti yang disampaikan oleh key informan yang mengatakan bahwa dalam membina hubungan atar staf dalam bekerja sangat dibutuhkan guna memperlancar proses penyuluhan dalan pencarian pengobatan penderita TBC yang masih berobat ke dukun. Penyuluhan khususnya bagi penderita TBC serta guna menurunkan angka kejadian penderita TBC.

Hal ini juga didukung oleh teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku paran petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

5.3.4 Pencarian Pengobatan Pertama Penderita TBC.

Informasi yang diberikan oleh peserta FGD mengenai pola pencarian pengobatan pertama penyakit TBC, masih banyak dari mereka yang melakukan pengobatan pertama kali ke orang pintar atau dukun serta membeli obat di warung dengan harga murah, mereka juga menyatakan karena karena faktor ekonomi dan pengetahuan dari mereka yang kurang. Peserta WM juga menyatakan bahwa masih ada sebagian dari mereka yang melakukan pengobatan ke orang pintar atau dukun hal ini juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi serta sebagian memungkinkan dari pengetahuan. Karena masih ada dari mereka yang mencari pengobatan ke orang pintar/dukun maka petugas melakukan penyuluhan yang dilakukannya setiap triwulan dan hasilnya ada dari mereka yang menyatakan bahwa jika ada yang tertular maka mereka akan langsung membawa ke puskesmas.

Hal ini didukung oleh Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagian dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Kemudian mereka terus mendapatkan informasi tentang TBC sehingga mereka mngubah pola perlaku pengobatan ke puskesmas. Disamipng itu juga Ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

6. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan pada bab-bab terdahulu, penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :

6.1.1 Pengetahuan penderita TBC terhadap pencarian pengobatan TBC sudah baik walaupun peserta sendiri pada awal pengobatan masih berobat ke dukun tetapi setelah dilakukan penyuluhan mereka menyatakan bahwa jika ada orang lain tertular maka mereka akan membawanya berobat ke puskesmas, mereka juga memberikan informasi mengenai tanda dan gejala, pengobatan, penularan serta pencegahan.

6.1.2 Sikap penderita TBC terhadap pencarian pengobatan pertama sudah cukup baik setelah diadakan penyuluhan oleh petugas kesehatan tetapi pada awal mereka masih berobat keorang pintar atau dukun serta mengkonsumsi obat warung.

6.1.3 Peran petugas kesehatan terhadap pencarian pengobatan pertama penderita TBC sudah baik dan penderita sudah mulai mengubah pola pengobatan dari dukun ke pelayanan kesehatan6.2 Saran-Saran

Berdasarkan pembahasan dan simpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran, sebagai berikut:

6.2.1 Diharapkan kepada petugas kesehatan lebih banyak lagi memberikan informasi kepada penderita TBC pada saat mereka mengambil obat ke puskesmas sehingga penderita TBC tidak kekurangan informasi mengenai penyakitnya baik bahayanya maupun cara penanggulangannya.

6.2.2 Di harapkan kepada petugas kesehatan agar pengadakan penyuluhan lebih sering dilakukan, mengenai penyakit TBC pada khususnya dan penyakit lain pada umumnya.

7.2.1 Bentuk dari penyuluhan hendaknya lebih menarik atau dengan menyertakan poster atau gambar-gambar tentang apa yang akan kita jelaskan kepada peserta yaitu penderita TBC sehingga mereka lebih mudah menerima apalagi jika penderita dengan usia 50 tahun keatas dan pengetahuan mereka rendah.

6.2.3 Berikan motivasi kepada penderita untuk sembuh dengan teratur minum obat yang diberikan oleh petugas kesehatan dan berikan juga informasi mengenai manfaat berobat ke pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, TY 2002

Tuberkulosis, Diagnosa dan Masalahnya, Ikatan Dokter Indonesia (IIDI), Jakarta

Depkes, RI 2000

Promosi Penanggulangan Tuberkulosis, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan penyehatan Lingkungan Cetakan 5, Jakarta.

, RI 2001

Komunikasi Interpersonal Antar Petugas Kesehatan Denga Penderita

Tuberkulosis, Direktorat Jenderal PPM dan PL.

, RI 2002

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Bakti Husada Cetakan 7, Jakarta

, RI 2003

Pedoman Penaggulangan Tuberkulosis, Bakti Husada Cetakan 8, Jakarta.

Mansjoer, A 1998

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1 FKUI Jakarta.

, A 2003

Ilmu Kesehatan Masyarakat , Jilid II PT Rieka Cipta, Jakarta.

,A 2007

Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jilid I Rineka Cipta, Jakarta.

,Notoadmojo,S 2000

Pendidikan Promosi Perilaku Kesehatan, Universitas Indonesia.

Patilima, H 2005

Metode Penelitian Kualitatif, Alfabet, Jakarta.

Husada, Bina 2007

Panduan Penyusunan Skripsi, Edisi IV STIK Bina Husada, Palembang.

Analisis Pola Perilaku Pencarian Pengobatan Penderita Tuberculosis

Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Mulak Ulu

Kabupaten Lahat Tahun 2007