kualitas hadis-hadis viral tentang keutamaan bulan...
TRANSCRIPT
-
KUALITAS HADIS-HADIS VIRAL TENTANG KEUTAMAAN BULAN RAJAB
SKRIPSI
Diajkuan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S1
Oleh:
Ridho Ilahi Dhohir
Nim: 1112034000082
PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
-
i
ABSTRAK
RIDHO ILAHI DHOHIR
KRITIK HADIS-HADIS VIRAL TENTANG KEUTAMAAN
BULAN RAJAB
Skripsi ini meneliti tentang hadis-hadis yang berhubungan
dengan bulan rajab yang viral di sosial media, pengangkatan
tema ini berangkat dari masih banyaknya beredar hadis-hadis
yang tidak diketahui asal usulnya dan kualitasnya. Bahkan
dianggap sebagai hadis Nabi SAW, yang mana dikhawatirkan
banyak masyarakat yang akan tergiur dengan isi teks hadis-hadis
viral tersebut. Oleh karena itu dalam rangka perkembangan ilmu
pengetahuan, diperlukan adanya penelitian terkait kualitas hadis-
hadis tersebut.
Penelitian dalam skripsi ini merupakan jenis penelitian
kepustakaan (library research). Untuk itu, digunakan bahan-
bahan kepustakaan dengan sumber primer kitab al-Kutub al-
Tis’ah, dan sumber sekunder yakni kitab-kitab Rijâl al-Hadîts,
kitab-kitab takhrij hadis, Maktabah al-Syâmilah, kitab-kitab
hadis serta buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi.
Dalam mengelola data, langkah pertama yang dilakukan adalah
men-takhrîj hadis-hadis dengan 3 metode yaitu metode takhrîj
dengan mengetahui lafadz pertama dari matan hadis. Metode
takhrij dengan mengetahui kata-kata yang jarang digunakan dari
suatu bagian matan hadis dan metode takhrij dengan mengetahui
tema hadis tersebut. Kemudian langkah kedua menyusun
-
ii
keseluruhan sanad dalam bentuk skema, dan langkah ketiga
adalah melakukan kritik sanad dan matan hadis dengan lima
syarat yaitu kebersambungan sanad, ‘adil, dabt, tidak syâdz dan
tidak ada ‘illat.
Dengan mengkaji dan meneliti hadis-hadis tersebut, dapat
diketahui keberadaaan suatu hadis dalam kitab-kitab rujukan
hadis, nilai dan kualitasnya. Hadis yang dimuat dalam skripsi ini
sebanyak 9 hadis. Dari 9 hadis yang diteliti, sebanyak 1 hadis
berkualitas sahih dari segi sanad dan matannya, dan 8 hadis
berkualitas maudu’.
-
iii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah, Zat yang tiada bosan mendengar
keluh kesah hamba-Nya. yang dengan Rahmat dan kasih
sayangNya, Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan skripsi ini,
Shalawat dan salam saya haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan semua penerus ajarannya.
Semoga kelak kita diakui sebagai umatnya dan mendapatkan
syafaat.
Skripsi berjudul: Kualitas Hadis-Hadis Viral tentang
Keutamaan Bulan Rajab merupakan karya ilmiah saya sebagai
perjalanan terakhir, setelah sekian tahun menuntut ilmu di bangku
perkuliahan. Guna memenuhi persyaratan untuk gelar Sarjana
Strata Satu (S1) di Fakultas Ushuluddin, pada Jurusan Ilmu
alQur’an dan Tafsir, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari sumbangsih
berbagai pihak yang telah membantu dan yang memberi
dukungan baik moril ataupun materil. Oleh karena itu, dengan
segala hormat dan kerendahan hati kepada pihak-pihak yang telah
dengan rela membantu dan mendukung dalam penyelesaian
skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
-
iv
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Lubis, Lc, MA., selaku Rektor
UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, Ketua jurusan Program studi Ilmu
al-Qur’an dan Tafsir dan Dra. Banun Binaningrum, M. Pd,
sekretaris Progam Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Semoga Allah
mempermudah segala urusannya.
4. Bapak Dr.Muhammad Zuhdi, M. Ag, selaku dosen pembimbing
skripsi penulis yang dengan keikhlasan dan kesabarannya
membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis hingga
skripsi ini selesai.
5. Segenap civitas akademika Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu kelancaran
administrasi dan birokrasi. Segenap staf Perpustakaan Umum
(PU), Perpustakaan Fakultas Ushuluddin (PF), Pusat Studi al-
Qur’an (PSQ), yang telah membantu meminjamkan buku-buku
dan beberapa literatur dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin, terimakasih atas ilmu dan
bait-bait nasihat yang telah diberikan dengan tulus kepada saya.
7. Yang tercinta Ayah Ma’mun Abdul Azis dan Umi Kamalia
Salam, yang selalu merangkaikan doa-doa indah, menginspirasi,
membiayai, mendidik, mendukung, dan memotivasi dengan sabar
dan tak hentinya memberikan semangat, kasih sayang kepada
-
v
penulis (Allahummaghfir lahumâ wa irhamhumâ kamâ rabbayânî
saghîrâ). Dan Keluarga besar penulis yang maaf tidak dapat
disebutkan satu-persatu, semoga keberkahan selalu menyertai
keluarga besar kita. Amiin.
8. Teman-teman Tafsir-Hadist angkatan 2012 khususnya kelas C,
sahabat-sahabat KKN PRASASTI, yang terpenting adalah kalian
semua penyemangat dan teman terbaik untuk saya.
9. Untuk sahabat-sahabatku Anggi, Acep, Phetoy, Arip, Riswan,
Pajar, Kholik, Kholis terima kasih atas kesediaan dan luangan
waktunya, sukses selalu dan cepat wisuda dan bisa lanjut S2, S3,
semoga keberhasilan senantiasa menyertai kalian.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan
informasi yang bermanfaat untuk penulisan dalam penyelesaian
skripsi ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah jugalah, penulis mengharap
ridha dan rasa syukur penulis yang tak terhingga. Semoga skripsi
ini dapat memberi manfaat yang baik bagi yang membaca.
Jazâkumullâh aẖsan al jazâ’, Âmîn...!
Ciputat, 28 Januari 2019
-
vi
Ridho Ilahi Dhohir
-
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1
Identifikasi Masalah ............................................................... 9
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................. 10
D. Tinjauan Pustaka ....................................................... 10
E. Metodogi Penelitian .................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ................................................ 16
BAB II BULAN RAJAB DAN KEUTAMAANNYA ............... 17
A. Penamaan Bulan Rajab dalam Pandangan Para
Ulama ..................................................................................... 18
B. Sejarah Diutamakannya Bulan Rajab ..................... 21
C. Hukum dan Ibadah-Ibadah yang Disunnahkan di
Bulan Rajab ........................................................................... 25
BAB III KRITIK HADIS-HADIS VIRAL TENTANG
KEUTAMAAN BULAN RAJAB ............................................. 30
A. Hadis ke-1 (Keutamaan Berpuasa di Bulan Rajab) 37
1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 37
2. Takhrij Hadis .......................................................... 38
3. Penilaian Hadis ....................................................... 41
-
vii
B. Hadis ke-2 (Keutamaan Berpuasa di Bulan Haram)
41
1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 41
2. Takhrij Hadis .......................................................... 42
3. Penilaian Hadis ....................................................... 44
C. Hadis ke-3 (Umrah di bulan Rajab) ......................... 44
1. Teks dan Terjemahanya ......................................... 44
2. Takhrij Hadis .......................................................... 44
3. Skema Sanad ........................................................... 46
4. Kritik sanad dan Penilaian Hadis ......................... 48
5. Kritik Matan ........................................................... 62
D. Hadis ke-4 (Hadis Tentang Keutamaan Berpuasa di
Bulan Rajab) .......................................................................... 64
1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 64
2. Takhrij Hadis .......................................................... 64
E. Hadis ke-5 (Hadis Tentang Keutamaan Shalat di
malam bulan Rajab) ............................................................. 65
1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 65
2. Takhrij Hadis .......................................................... 66
F. Hadis ke-6 (Hadis Tentang Keutamaan Bulan Rajab
67
1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 67
-
viii
2. Takhrij Hadis .......................................................... 67
G. Hadis ke-7 (Hadis Tentang Keutamaan Bershalawat
kepada Nabi di bulan Rajab) ............................................... 68
1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 68
2. Takhrij Hadis .......................................................... 68
H. Hadis ke-8 (Keutamaan Shalat Sunnah di Bulan
Rajab) ..................................................................................... 69
1. Teks dan Terjemahannya ...................................... 69
2. Takhrij Hadis ............................................................. 69
I. Hadis ke-9 (Keutamaan Ber-istihfar di Bulan Rajab) ...... 70
1. Teks dan Terjemahannya ......................................... 70
2. Takhrij Hadis .......................................................... 71
BAB IV PENUTUP ................................................................... 72
A. Kesimpulan ................................................................. 72
B. Saran-saran .................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 30
-
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an dan hadis Nabi SAW merupakan dua sumber
Hadis sebagai mubayyin (penjelas) juga mempunyai
kedudukan dan fungsi yang sangat penting sebagai sumber dasar
Islam. Pemeliharaan hadis sama pentingnya dengan pemeliharaan
Al-Qur‟an. Mempelajari hadis membutuhkan berbagai disiplin
ilmu untuk membantu pemahaman terhadapnya. Hadis sendiri
terdiri dari dua unsur, yaitu sanad (jaringan transmisi
periwayatan hadis) dan matan (kandungan materi hadis). Dua
unsur ini tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya dalam
melakukan penelitian hadis, karena seluruh hadis yang sampai
kepada umat Islam terdiri dari dua unsur tersebut, maka peranan
kritik hadis terhadap dua unsur ini (sanad dan matan) sangat
penting dalam menentukan kualitas hadis.2
1 Abû „Abdillah Mâlik ibn Anas, al-Muwatta‟ Mâlik, Juz 2 (Beirut:
Dâral-Fikr, 1409 H./1989 M), h. 602. 2 Ahmad Fudhail, Perempuan di Lembaran Suci: Kritik atas Hadits-
hadits Sahih (Yogyakarta: Pilar Religia, 2005), h. 1.
utama hukum Islam.1 Hadis memiliki kedudukan signifikan
kedua setelah al-Qur‟an, baik sebagai sumber hukum maupun
manifestasi keagamaan dalam Islam. Salah satu fungsi hadis
adalah memberikan penjelasan (bayan) terhadap al-Qur‟an (QS.
al-Nahl/16:44). Banyak ayat-ayat Al-Qur‟an yang memerlukan
penjelasan hadis secara praktis.
-
2
Keotentikan hadis di masa Nabi sangat terjaga, karena
keputusan tentang keotentikan sebuah hadits berada di tangan
Nabi sendiri. Misalnya pada saat sahabat menyampaikan hadis
kepada sahabatnya yang lain, dan ia mendengarkannya dengan
penuh keraguan, apakah hal tersebut adalah benar berasal dari
perkataan Nabi, maka sahabat yang mendengar dengan penuh
keraguan itupun langsung menanyakannya kepada Nabi. Namun
setelah Nabi wafat, hal tersebut tidak bisa lagi ditanyakan kepada
Nabi, melainkan kepada orang yang ikut mendengar dan melihat
Nabi tersebut yakni para sahabat.3
Hadis yang disebut sebagai sumber hukum yang kedua
setelah al-Qur„an telah mengalami perjalanan yang panjang,
bukan hanya dalam kodifikasi dan penelitian validitasnya, tapi
juga berkembang pada pemaknaan yang tepat untuk sebuah
matan hadis yang dapat membumikan keuniversalan ajaran Islam.
Pemaknaan hadis merupakan problematika yang rumit.
Pemaknaan hadis dilakukan terhadap hadis yang telah jelas
validitasnya minimal hadis-hadis yang dikategorikan bersanad
hasan.4
Untuk mendapatkan kualitas suatu hadis, maka perlu akan
adanya penelitian hadis baik dari segi sanad maupun dari segi
matan, dengan tujuan untuk melihat apakah hadis tersebut berasal
dari Nabi SAW atau tidak? dan apakah hadis tersebut dapat
diterima untuk dijadikan dalil (Hujjah) agama atau tidak? Karena
3 M. Syuhudi Ismail, Hadits Nabi yang Tekstual dan Kontekstual
(Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 89. 4 „Ali Mustafa Ya‟qub, Kritik Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000),
h.2.
-
3
diterima atau tidaknya suatu hadis untuk dijadikan sebagai dalil
(hujjah) agama dilihat dari kualitas tersebut.5
Upaya pengkajian tersebut bertujuan untuk pemeliharaan dan
pelestarian kesahihan hadis Nabi SAW sehingga para ulama
menetapkan berbagai kaidah kesahihan hadis dengan segala
persyaratan dan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu hadis
yang berkualitas sahih dari segi matannya dan sebaliknya, yaitu
setelah para ulama menemukan cacat yang tersembunyi padanya.6
Menurut M. Quraish Shihab bahwa al-Ghazali sangat menolak
hadis-hadis yang dinilainya bertentangan dengan ayat al-Qur‟an
dan menurutnya apa yang dilakukan ini merupakan satu bentuk
pembelaan terhadap hadis (sunnah) Nabi SAW.7
Memahami hadis itu tidak mudah khususnya jika terdapat
hadis-hadis yang viral di masyarakat, perlu dipahami apa yang
dimaksud dengan kata viral, viral adalah aktivitas di dunia maya
yang menggambarkan sebuah penyebaran informasi melalui
media online yang tersebar dengan cepat sehingga membuatnya
menjadi populer dan menjadi perbincangan khalayak umum.8
Jika dikaitkan dengan masa ini, banyak sekali beredar berita-
berita yang tidak diketahui kebenaranya/hoax di sosial media
yang viral di masyarakat, yang sebagaimana kita ketahui berita
hoax itu dampaknya tidak hanya merambah ke dalam satu aspek
saja, akan tetapi ke berbagai aspek kehidupan, salah satunya
5 Nawir Yuslem, „Ulum al-Hadis, h. 75.
6 Muhammad al-Ghazali, Studi Kritik atas Hadis Nabi Saw (Bandung
Terjemah : Mizan, 1996), h. 27. 7 Muhammad al-Ghazali, Studi Kritik atas Hadis Nabi Saw, h. 11.
8 Diakses pada tanggal 8 desember 2018,
http://www.sumberpengertian.co/pengertian-viral
-
4
dalam bidang keagamaan, termasuk dalam hal ini yaitu
penyebaran hadis-hadis viral. Hadis ini tidak diketahui asal usul
dan kualitasnya bahkan dianggap sebagai hadis nabi, diantaranya
adalah hadis-hadis mengenai bulan Rajab. Berikut diantara hadis-
hadis tentang keutamaan bulan Rajab yang viral di sosial media
adalah :
Hadis ke-1:
ْهٌس َعِظٌُم َمْن َعاَم ِمْىهَُُ
ْهَس َزَجٍب صَ
َسَىٍت ؛ ِإنَّ صَ
فْلَُه أ
َُه ل
َّْىًما، َجَصي الل ًَ
اٍم َوَمْن َعاَم ِمْىهُُ ًََّ أ
َت
َالث
َْي َسَىٍت، َوَمْن َعاَم ِمْىُه ث
َف
ْلَُه أ
َُه ل
َّْىَمْحِن َجَصي الل ًَ
اٍم ؛ ًََّ أ
َِت آالِف َسَىٍت، َوَمْن َعاَم ِمْن َزَجٍب َسْبَعت
َالث
َُه َعْىَم ث
َُه ل
ََّجَصي الل
ْذ عََُل ِ
ّلُْبَىاُب غ
َْبَىاُب 8ْىُه أ
َُه أ
ََحْذ ل ّخِ
ُاٍم، ف ًَّ
َ أ
َت َُ َماِه
ََم، َوَمْن َعاَم ِمْىُه ث َجَهىَّ
ْىًما ًَ َس َ
َعضَْمَست
َاَء، َوَمْن َعاَم ِمْىُه خ
ََها ص ّيِ
َُل ِمْن أ
ُْدخ َُ
َ ف
ُت َُ َماِه
َِّت الث َجىَّ
ْال
ُ اَدي ُمَىاٍد ِمَن السََُّه َحَسَىاٍث، َوه
ُاج
َئ ِِّ ْذ َس
َل ِهِف ُبّدِ
ْاْسَخأ
ََك ف
َِفَس ل
ُْد غ
ََماِء ك
َعَملَُْ .ال
Artinya:
Sesungguhnya bulan Rajab itu adalah bulan yang agung, barang
siapa yang berpuasa 1 hari di bulan itu, maka Allah memberikan
balasan seperti puasa 1000 tahun. Barang siapa yang berpuasa 2
hari pada bulan itu, maka Allah memberikan balasan seperti
puasa 2000 tahun, barang siapa yang berpuasa tiga hari pada
bulan itu, maka Allah memberi balasan seperti puasa 3000 tahun,
dan barang siapa berpuasa di bulan Rajab sebanyak 7 hari, maka
akan di tutup untuknya pintu-pintu Neraka Jahannam, dan barang
siapa yang berpusa 1 bulan itu 8 hari, maka akan dibukakan
untuknya 8 pintu Surga, maka dia akan dipersilahkan masuk dari
pintu mana yang dia kehendaki, dan barang siapa yang berpuasa
pada bulan itu 15 hari, maka akan diganti keburukan-
keburukannya dengan kebaikan-kebaikan, dan berserulah penyeru
-
5
dari langit bahwa segala dosamu sudah diampuni, maka mulailah
(kerjakanlah) puasa tersebut.9
Hadis ke-2:
هٍس َحساٍمَُ
اٍم ِمن ص ًّ أَِت َسَىٍت. َمْن َعاَم ثالثت
َ ِحْسِعِمائ
ََخَب هللُا ِعبادة
َ ك
Artinya:
Barang siapa yang berpuasa tiga hari pada bulan haram, Allah
tulis baginya (pahala) ibadah selama 900 tahun.10
Hadis ke-3:
ِبىُّ اُِ ُعَُ-ْعَخَمَس الىََُّعَُ ى هللاُُل
ََُسُوَُ ِهُُُْل
َّْزَبَع ُعَمٍس ِإْحَداُهنَّ ِفى َزَجٍبُ -َمُل
َأ
Artinya :
Nabi SAW pernah melakukan umrah empat kali salah satunya di
bulan Rajab.11
Hadis ke-4:
ى َْحل
َاًضا ِمْن اللبِن َوأ َُ ّد َب
َص
َُه َزَجب أ
َاُل ل
َل ًُ ِمْن الَعَسِل، ِإنَّ فِي الَجّىِت َنْهًسا
اُه هللاَُُىًما ِمْن َزَجب َسل ًَ مْن ذِلَك الَنَهازُِ َمْن َعاَم
Artinya:
Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai, dinamakan sungai
Rajab. Airnya lebih putih dari pada susu, lebih manis dari pada
madu, barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rajab, Allah
akan memberikannya minum dari sungai itu.12
Hadis ke-5 :
9 Khalid zuhri, Keutamaan Puasa dibulan Rajab, diakses dari
Whatshap Grup, pada tanggal 16 maret 2018 pukul 22.49 10
Ibu Ida, Keutamaan Berpuasa di Bulan Rajab, diakses dari
Whatshapp Grup, pada tanggal 16 Maret 2018 pukul 10.47. 11
Diakses pada tanngal 16 Maret 2018, https://muslimah.or.id/2045-bulan-rajab.html
12 Diakses pada tanngal 16 Maret 2018,
https://salafy.or.id/blog/2012/05/23/hadits-hadits-lemah-dan-palsu-seputar-
bulan-rajab/
-
6
َمَُت
ُْل
َا أول ل َُ ْح
َلْبُه إذا ماجْذ الللىب، َوَعبَّ هللُا ُْن أ
َِمْن َزَجب لم ًمْذ ك
َسَج ََع ُالخحَر ِمْن فىق َزأِسِه َعـًبا، وخ
َُه، َوَضف َدجُه أمُّ
َْىِم َول َُ
َهىِبِه ك
ُِمْن ذ
ا ًَ اَط
َْد اْسَخْىَجُبىا الىاَز.ُِلَسبِعحَن ألًفا ِمْن أهِل الخ
َ ك
Artinya :
Barang siapa yang menghidupkan (dengan ibadah) malam
pertama di bulan Rajab, maka hatinya tidak akan mati ketika hati-
hati mati. Allah akan taburkan kebaikan dari atas kepalanya, dan
dia akan keluar dari dosa-dosanya bagaikan baru dilahirkan dari
rahim ibunya, dan dia akan diberikan hak untuk memberi syafaat
kepada tujuh puluh ribu orang-orang yang berdosa yang sudah
harus masuk neraka.13
Hadis ke-6:
ْهُس هللِا، وََُ
ِتي.ِإنَّ َزَجب ص مَُّْهَس أ
َْهِسْي، َوَزَمَضاَن ص
َْعَباَن ص
َ ص
Artinya :
Sesungguhnya Rajab itu bulannya Allah, dan Sya‟ban itu
bulanku, dan Ramadhan itu bulan ummatku..14
Hadis ke-7:
ت َلُْـَبَسَد ِمْن ُزأًُذ ل
َى ِمْن الَعَسِل، َوأ
َْحل
ََب ُالثلِج، امِلْعَساِج َنْهّسا َماُءُه أ َُ
ْط
َوأ
اِجْبِرًَل ؟ ًَ ا َْن َهر
َُذ مِل
ُْلل
ََك فِي َزَجَبُُِمْن امِلْسِك. ف ُْ
َْن َعلىَّ َعل
َاَل: مِل
َك
13
Diakses pada tanngal 16 Maret 2018,
https://salafy.or.id/blog/2012/05/23/hadits-hadits-lemah-dan-palsu-seputar-
bulan-rajab/ 14
Diakses pada tanngal 16 Maret 2018 ,
https://hamzahjohan.blogspot.com/2017/04/hadits-hadits-tentang-rajab.html
-
7
Artinya:
Saya melihat pada malam mi‟raj sebuah sungai yang airnya lebih
manis dari madu, lebih dingin dari salju, lebih harum daripada
misk. Aku pun bertanya kepada Jibril: Untuk sipakah ini? Jibril
menjawab: Buat mereka yang bershalawat kepadamu pada bulan
Rajab15
Hadis ke-8:
ًَعت
َْن َزك ِسٍْ
ٍْت ِمْن َزَجب ِعض
َل ُْ
َِسِب فِي ل
ْغَى َبْعَد امل
ََّعٍت َُمْن َعل
ّْلِ َزك
ُ فِي ك
ُْلَسأ ًَ
الِكخََُاِجَحت
ََس ف
َْم َعض
ََّظ َوَسل
َال
ْْهَل ُاِب َوإلِاخ
ََعالى َوأ
َُه هللُا ح
ََماٍث َحِفظ ُْ ْسِل
َح
اِب آلاِخَسةَُِا َوَعر َُ ِء الُده
َُه فِي َبال
َال َُ ِخِه َوِع ِْ .َب
Artinya:
Barangsiapa yang shalat setelah maghrib di malam bulan Rajab,
dua puluh rakaat, membaca setiap rakaatnya surat al-Fatihah dan
al-Ikhlas, dengan sepuluh kali salam, maka Allah akan
menjaganya dan menjaga orang rumah dan keluarganya dari
bala‟ dunia dan azab akhirat.16
Hadis ke-9:
ِلّ َساعٍت ُِه ِفي ك
ِّئّن ِلل
َفاِز ِفي صهِس َزَجٍب، ف
ِْثُروا ِمن الاْسِخغ
ْك
َِمىه ُعخلاَء ِمن أ
َمن عاَم َزَجبّها ِإال
ُلُدخ ًَ
َِه َمَداِئَن ال
ّ الّىاِز، َوِإّن ِلل
Artinya:
Perbanyaklah istighfar pada bulan Rajab, karena sesungguhnya
pada setiap waktu Allah memiliki hamba-hamba-Nya yang akan
dibebaskan dari neraka,dan sesungguhnya Allah memiliki kota-
15
Diakses pada tanngal 16 Maret 2018,
https://hamzahjohan.blogspot.com/2017/04/hadits-hadits-tentang-rajab.html 16
Diakses pada tanngal 16 Maret 2018,
https://hamzahjohan.blogspot.com/2017/04/hadits-hadits-tentang-rajab.html
-
8
kota yang tidaklah ada yang bisa memasukinya kecuali orang
yang berpuasa Rajab.17
Dari hadis-hadis yang penulis ambil dari media sosial yang
dicantumkan di atas perlu ditinjau kembali keontentikan
hadisnya karena dari tiap hadis-hadis ini tidak dicantumkan
sumbernya maupun kualitasnya maka dari itu penulis
menganggap penting dilakukan penelitian, agar hadis-hadis ini
tidak disalah gunakan oleh masyarakat khususnya umat Islam.
Tentu banyak dari masyarakat juga ingin mengetahui
kemulian-kemuliaan di bulan Rajab tersebut, dengan melihat
kondisi masa kini yang terjadi sekarang, penulis khawatir banyak
masyarakat yang tergiur akan isi hadis tersebut sedangkan belum
diketahui ke-shahihan hadits tersebut , seperti halnya hadis-hadis
tentang keutaman berpuasa di bulan Rajab, yang teks haditsnya
berisi pahala yang besar untuk orang yang melalukan puasa di
bulan tersebut.
Dari latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk meneliti
hadis-hadis viral tentang keutamaan bulan Rajab dari segi sanad
dan matan, oleh karena itu, judul yang diangkat untuk penelitian
ini adalah “KRITIK HADIS-HADIS VIRAL TENTANG
KEUTAMAAN BULAN RAJAB”.
17
Diakses pada tanngal 16 Maret 2018,
https://salafy.or.id/blog/2012/05/23/hadits-hadits-lemah-dan-palsu-seputar-
bulan-rajab/
-
9
Identifikasi Masalah
Berdasarkan pembatasan latar belakang permasalahan, dapat
diidentifikasi beberapa masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan hadis-hadis viral yang ada di
medsos?
2. Apa yang dimaksud dengan bulan Rajab?
3. Bagaimana pengaruh yang timbul dari hadis-hadis viral
tentang bulan Rajab yang beredar?
4. Bagaimana kualitas sanad hadis-hadis viral tentang
keutamaan di bulan rajab
5. Bagaimana kualitas matan hadis-hadis viral tentang
keutamaan di bulan rajab
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan
dalam skripsi ini adalah bagaimana kualitas hadis-hadis tentang
keutamaan-keutamaan di bulan Rajab yang penulis ambil dari
media sosial berupa WhatsApp dan blog di internet. Berdasarkan
hal tersebut, jumlah hadis yang penulis temui yakni sebanyak 9
hadis.
Adapun kitab rujukan hadis yang diutamakan adalah Kutub
al-Tis‟ah. Untuk lebih terarahnya pembahasan, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut:
2. Perumusan Masalah
-
10
Sehubungan dengan pembatasan masalah di atas, dalam
penelitian terhadap hadis-hadis viral tentang keutamaan bulan
Rajab, maka penulis merumuskan permasalahan pada :
Bagaimana kualitas sanad dan matan hadis-hadis viral
tentang keutamaan bulan Rajab ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk
menguji kualitas sanad dan matan hadis-hadis viral tentang
keutamaan bulan Rajab.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini turut mengembangkan
khazanah keilmuan dalam bidang hadis, terutama dalam
kajian kritik kualitas sanad hadis-hadis viral tentang
keutamaan bulan rajab.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu
memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan terhadap
hadits-hadits yang beredar di media sosial khususnya pada
bulan Rajab.
D. Tinjauan Pustaka
Sampai sejauh ini, menurut pengamatan penulis setelah
melakukan pelacakan di repository UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan berbagai perpustakaan yang ada di sekitar lingkungan
Universitas, penulis belum menemukan karya-karya yang
-
11
secara khusus membahas tentang masalah “hadis-hadis viral
tentang keutamaan bulan Rajab”, hanya saja ada beberapa kajian
pustaka sebelumnya yang menyinggung masalah ini, di
antaranya:
Skripsi oleh Musyafa‟ yang berjudul “Hadis-Hadis Tentang
Puasa Bulan Rajab Dalam Kutub al-Tis‟ah (studi Kritik Sanad
dan Matan)”, tahun 2004. Skripsi ini membahas tentang Puasa
bulan Rajab, tata cara pelaksanaan dan beberapa perbedaan
pendapat para ulama tentang hukum Puasa bulan Rajab,
selanjutnya “Analisis Hadis Tentang Puasa Rajab”, oleh M.
Arifin Tahun 2017. Skripsi ini memaparkan kritik sanad terhadap
hadis-hadis puasa Rajab berdasarkan kelompoknya masing-
masing. Selanjutnya “Takhrij Hadis-Hadis Tentang Keutamaan
Bulan Ramadhan : Studi Kritik Sanad dan Analisa Matan”, oleh
Imam Fathurrahman tahun 2012. Skripsi ini membahas tentang
hadis-hadis seputar keutamaan bulan Ramadhan, selanjutnya
“Studi Kualitas Sanad Dan Matan Hadis Tentang Penentuan
Awal dan Akhir Ramadhan”, oleh Muhammad Nasir Tahun
2005. Skripsi ini membahas tentang kritik sanad hadis-hadis
tentang penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan selanjutnya,
skripsi Oleh Achmad Alviennoer yang berjudul ; “Pemahaman
Asyhur al-Hurum Dalam Hijriah Menurut Perspektif Hadis (Studi
kualitas Sanad dan Matan Hadis), tahun 2010. Skripsi ini
membahas hadis tentang empat bulan haram yang berkualitas
sahih, selanjutnya, “Studi Kritik Kualitas Hadis Keutamaan
Malam Nisfu Sya‟ban Dalam Kitab Fadhail al-Awqaat karya
Imam Baihaqi”, oleh Dwi Aprinita Lestari Tahun 2010. Skripsi
-
12
ini membahas tentang studi kritik kualitas hadis keutamaan
malam nisfu Sya‟ban Dalam Kitab Fadhail al-Awqaat karya
Imam Baihaqi, selanjutnya “Keringanan Puasa Bagi Penerbangan
Di Bulan Ramadhan”, oleh Afrizal Nurdin Tahun 2010. Skripsi
ini membahas tentang keringanan puasa bagi penerbang menurut
analisis Fatwa MUI, selanjutnya “Keutamaan puasa sunnah
dalam prespektif hadis”, oleh Luluk Khozinatin Tahun 2017.
Skripsi ini membahas tentang puasa sunnah dalam perspektif
hadis dengan menggunakan kajian tematik, selanjutnya “Asyhur
al-Hurum Menurut Perspektif Al-Qur‟án (Studi Komparatif
Antara Mutawalli Alsya` Râwi Dan Sayyid Quthb Dan
Relevansinya Saat Ini”, oleh Sayyida Tahun 2018. Skripsi ini
membahas tentang Asyhur al-Hurum dalam perspektif Al-Qur‟an
selanjutnya, “Perkawinan Tabu di Bulan Muharram Menurut
Masyarakat Keraton Kasunan Surakarta Dalam Pandangan Ulama
Setempat”, oleh Muhammad Rosyidi Tahun 2016.skripsi ini
membahas tentang perkawinan tabu di bulan Muharram dengan
studi kasus masyarakat keraton kasunan kota Surakarta.
Dari tinjauan di atas, dapat dikatakan bahwa pembahasan
skripsi ini berbeda dengan karya-karya di atas. Perbedaan dengan
skripsi ini adalah penulis mencoba meneliti hadis-hadis viral yang
beredar di masyarakat, khususnya dari media sosial yang penulis
temukan, di antaranya berkenaan dengan umroh, sholat, dan
puasa. Dan juga karena dari tiap-tiap hadis ini tidak dicantumkan
asal usulnya dan kualitasnya. Maka, menurut penulis pembahasan
ini penting dan perlu dibahas.
E. Metodogi Penelitian
-
13
1. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Dalam melakukan pengkajian dan penelitian hadis-hadis
yang viral tentang keutaman bulan Rajab penulis sepenuhnya
menggunakan jenis penelitian kepustakaan (liberary research),
yaitu dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan, merumuskan
masalah dengan sumber primer yaitu dengan kitab al-Kutub at-
Tis‟ah.
b. Metode Pembahasan
Pembahasan ini bersifat deskriptif analitis yaitu melalui
pengumpulan data dan beberapa pendapat ulama dan pakar untuk
kemudian diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah
kesimpulan.
c. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data berdasarkan pada dua sumber,
yaitu pertama, sumber primer, yang dalam penelitian ini adalah
hadis-hadis viral tentang keutamaan bulan Rajab. Hadis-hadis
yang tercantum tidak ada keterangan terkait rangkaian periwayat
dan keterangan sahih atau tidaknya hadis tersebut. Dalam hal ini
perlu ada penelitian terkait rangkaian dan kualitas sanad dan
matan dari setiap hadis yang di cantumkan, agar diketahui hadis-
hadis tersebut sahih ataukah tidak. Adapun jumlah haditsnya
berjumlah 9 hadits.
Kedua yaitu sumber skunder yakni kitab-kitab Rijal al-
Hadits, kitab-kitab Takhrij, Makatbah al-Syamilah, kitab-kitab
hadis serta buku buku yang berkaitan dengan judul skripsi.
-
14
d. Pengolahan dan Analisa Data
Dalam pengolahan data, langkah pertama yang ditempuh
adalah men-takhrîj hadis-hadis viral yang dikutip untuk
menunjukan sumber dari hadis yang bersangkutan. Adapun
metode takhrîj hadits yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Metode takhrij dengan mengetahui lafadz pertama dari
matan hadis, menggunakan kitab Mausu‟ah al-Atraf al-
Hadits al-Nabawi al-Syarif karya Muhammad Sa‟id ibn
Basyuni;
2) Metode takhrij dengan mengetahui kata-kata yang jarang
digunakan dari suatu bagian matan hadis. Menggunakan
kitab Mu‟jam al-Mufaras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi
karya A.j.Wensinck.18
3) Metode takhrij dengan mengetahui tema hadis tersebut,
menggunakan kitab Jâmi‟ al-Hadîts Jami‟ as-Sogîr wa
Zawâiduh wa al-Jami‟ al-Kabîr karya Jalâluddîn „Abd ar-
Rahmân as-Suyûtî.
Setelah melalui proses dari ketiga metode takhrij di atas,
langkah kedua yaitu menyusun keseluruhan sanad dalam sebuah
skema sanad (dengan tujuan memudahkan pembacaan jaringan
sanad hadits yang sedang diteliti).19
Langkah ketiga, yaitu melakukan kritik sanad hadis, yakni
segala syarat atau kriteria yang harus di penuhi oleh suatu sanad
18
Mahmud al-Thahhan, Usl al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid
(Riyadh: Maktabah al-Ma‟arif, 1991), h. 35. 19
Hasan Asy‟ari Ulama‟I, Melacak hadis Nabi Saw.: Cara Cepat
Mencari Hadis dari Manual hingga Digital (Semarang: Rasail, 2006), h. 25.
-
15
hadis yang berkualitas sahih.20
Adapun dalam melakukan kritik
ke-sahihan hadis, menurut al-Nawawi, bahwa yang disebut
sebagai hadis sahih adalah hadis yang bersambung sanadnya oleh
rawi-rawi yang „adil dan dabit serta terhindar dari syadz dan
„illat.21
Dalam kritik sanad hadis, berikut beberapa hal yang akan
ditelusuri terkait periwayatan hadis:
1) Mencatat semua nama lengkap prawi dalam sanad yang
diteliti, mencatat biografi masing-masing periwayatnya
(tahun lahir/wafat,guru dan murid), dan sighat (kata-
kata) dalam peroses tahammul wa al-ada‟ al-hadis
(menerima dan menyampaikan hadis). Hal ini dilakukan
dalam rangka mengetahui persambungan sanad hadis.
2) Pendapat para ulama hadis berupa penerapan kaidah al-
jarh wa al-ta‟dil. Hal ini dilakukan dalam rangka
mengetahui ke-adilan dan ke-dabitan para periwayat
hadis.22
3) Terkait syarat terhindar dari syadz dan „illat telah
terpenuhi juga.23
Langkah keempat, melakukan kegiatan penelitian matan
hadis dari hasil penelitian sanad tersebut dan membandingkan
hadis tersebut dengan al-Qur‟an dan hadis.
20
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan sanad hadis: Telaah Kritis
dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang,
2004), h. 123. 21
Hasan Asy‟ari Ulama‟I, Melacak hadis Nabi Saw., h. 26-30, dan
lihat Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad, h. 128. 22
Hasan Asy‟ari Ulama‟I, Melacak Hadis Nabi Saw., h. 26-30. 23
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, h. 177-178.
-
16
Langkah kelima, memberikan kesimpulan dari kegiatan
penelitian tersebut dan memberikan pesan penting dari hadis
tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengklasifikasi menjadi
empat bab dan setiap bab dibagi menjadi beberapa sub-sub yang
setiap sub saling berkaitan. Sistematika penulisan tersebut berikut
ini :
Bab pertama merupakan pendahuluan, yang meliputi latar
belakang masalah mengapa perlu dibahas, kemudian dirumuskan
dan dibatasi supaya pembahasannya tidak melebar. Begitu juga
dalam bab ini memaparkan kegunaan dan menujukan kajian
pustaka untuk mengetahui masalah utama dan temuan yang telah
dihasilkan pada penelitian sebelumnya juga menjadi referensi.
Setelah itu merumuskan metode penelitian yang akan digunakan
untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas.
Bab kedua membahas tinjauan teoritis tentang bulan Rajab
yang meliputi: Bulan Rajab, keutamaan bulan Rajab, hadis-hadis
tentang keutamaan bulan Rajab dari riwayat Al-Bukhari dan
Muslim, dan takhrij hadis keutamaan bulan Rajab.
Bab ketiga membahas tentang hadis yang viral di media sosial
meliputi: hadis-hadis yang viral di media sosial, kualitas
sanadnya yang meliputi metodologi dan kualitas sanad hadis
tersebut, kualitas matannya yang meliputi pengertian dan
metodologi serta kualitas matan hadis tersebut, dan terakhir
analisa.
-
17
Bab keempat berisi penutup yang meliputi kesimpulan atau
hasil dari analisis yang telah penulis teliti dan saran-saran untuk
penelitian selanjutnya.
BAB II BULAN RAJAB DAN KEUTAMAANNYA
-
18
A. Penamaan Bulan Rajab dalam Pandangan Para Ulama
Bulan Rajab termasuk dalam kalender bulan Hijriah. Bulan
Rajab merupakan salah satu bulan di antara dua belas bulan yang
dimuliakan dengan dimulai dari Muharram dan diakhiri dengan
Dzulhijjah, seperti dalam firman Allah SWT Dalam QS. al-
Taubah/9: 36, yaitu:
ةَ إِى هُىرِ ِعد ِ ِعٌَد ٱلشُّ ِب ٱۡثٌَا ٱّلل ِ َعَشَر َشۡهٗرا فِي ِكتََٰ يَۡىَم َخلََق ٱّلل
ثِ َىَٰ َوَٰ لَِك ٱۡۡلَۡرضَ وَ ٱلس هَآ أَۡربََعتٌ ُحُرم ۚٞ َذَٰ ٌۡ ييُ ِه فَََل تَۡظلُِوىْا ٱۡلقَيُِّنۚٞ ٱلدِّ
تِلُىْا وَ َكآف تٗ ٱۡلُوۡشِرِكييَ فِيِهي أًَفَُسُكۡنۚٞ َوقََٰٞۚتِلُىًَُكۡن َكآف ٗت أَى اْ ٱۡعلَُوىٓ َكَوا يُقََٰ
َ ٦٣ ٱۡلُوت قِييَ َهَع ٱّلل Artinya:
Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan
bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama
yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam
bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu
semuanya sebgaimana merekapun memerangi kamu semuanya,
dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa. 24
Bulan Rajab juga merupakan bulan ketujuh dalam
penanggalan qomariyah. Kata “Rajab” diambil dari bahasa Arab
dengan lafadz َُجلُ َرَجب yang artinya memuliakan dan , َرَجاباَ الر
mengagungkan. Pada zaman ini, orang Jahiliyyah sangat
mengagungkan bulan Rajab, mereka tidak membolehkan perang
pada bulan tersebut.25
Nama-nama dalam bulan Hijriah disesuaikan dengan
keadaan yang terjadi pada saat bulan tersebut. Penamaan bulan
24
al-Qur‟an dan Terjemahannya. (1999). Jakarta: Departemen Agama RI. 25
Abdul Manan bin Haji Muhammad, Keagungan Rajab dan Sya‟ban
(Jakarta: Republika, 2006), h. 1.
-
19
Muharam terjadi karena pada bulan itu diharamkan melakukan
peperangan dan perkelahian, bulan Muharam merupakan bulan
yang mengawali periode satu tahun.26
Kemudian penamaan bulan
Safar dikarenakan adanya nama pasar pedagangan yang selalu
mereka kunjungi selama bulan Safar di Yaman, nama pasar
tersebut yaitu Safariyan. Tetapi, ada juga yang mengatakan
bahwa penamaan bulan Safar karena pada bulan itu daun-daun
menguning sehingga dinamakan bulan Safar yang artinya kuning.
Sedangkan untuk penamaan bulan Rajab karena pada bulan
tersebut mereka menahan diri untuk tidak melakukan
permusuhan.27
Menurut al-Syaikh Sayyid Bahruddin bin Abdurrazzaq
Azmat Khan al-Hafizh, Rajab terdiri dari tiga huruf akronim yaitu
: Ra' dari kalimat rahmatullah (rahmat Allah), Jim dari
kalimat jinayatul-'abd (kesalahan hamba Allah), dan Ba' dari
kalimah birrullah (kebajikan Allah). Bulan Rajab disebut
juga dengan nama al-Summun artinya tuli. Tuli di sini bermakna
tidak dapat mendengar bunyi senjata karena peperangan
diharamkan sepanjang bulan Rajab.28
Menurut Ibn Rajab al-Hambali yaitu seorang ulama Sunni,
dinamakan bulan Rajab karena dia diagungkan atau dihormati.
Jika dikatakan rajaba fulanun maulaahu (si fulan menghormati
tuannya). Kaum jahiliyah sejak dahulu telah mengagungkan dan
26
Muhammad Nuh Siregar, Reinterpretasi Hadis Tentang Keutamaan
Bulan Rajab Sya‟ban dan Ramadhan (Sumatra Utara: Penerbitan UIN SU,
2019), h. 15. 27
Muh Hadi Bashori, Penanggalan Islam (Jakarta: Quanta, 2014), h. 213. 28
Sayyid Bahruddin bin Abdurrazzaq Azmatkhan al-Hafizh, Keutamaan
Bulan Rajab (Jakarta: Republika, 2007), h. 2.
-
20
menghormati bulan ini. Sebagian ulama berpendapat menurut Ibn
Rajab al-Hambali bahwa bulan Rajab memiliki sekitar 14 nama
dan sebagian lagi menyebut hingga 17 nama. Di antaranya adalah
Rajab (mulia, terhormat, agung), Rajab Mudhar (sangat, lebih
kemuliaan dan keharamannya), Munshil Asnah (melepas anak
penah), al-Ashamm (tuli), al-Ashabb (mengena, mendapatkan),
Munfis (yang indah dan bagus), Muthahhir (mensucikan,
membersihkan), Ma'la (tempat tinggi), Muqim (berdiam diri),
Haram (lemah tua), Muqasyqisy (terpelihara), Mubri' (bebas,
lepas), Fard (menyendiri), sebagaimana sebagian yang lain
menyebutnya sebagai Syahrullah (bulan Allah).29
Sejak dahulu, bangsa Jahiliyah telah mengagungkan bulan
Rajab ini, khususnya kabilah Mudharr. Karenanya disebutkan
dalam hadits ُُهَضرَ َرَجب (rajab Mudharr). Ibn al-Atsir dalam Al-
Nihayah, berkata: "Di - idhafah - kannya Rajab kepada Mudharr,
karena mereka sangat-sangat mengagungkannya (bulan Rajab)
yang berbeda dengan lainnya. Seolah-olah mereka semata yang
mengistimewakannya."30
Sejak dahulu pula, masyarakat Jahiliyah telah
mengharamkan perang pada bulan itu sehingga mereka
menamakan perang yang terjadi pada bulan-bulan tersebut
dengan Harbul Fujjar (perangnya orang-orang jahat), mereka
bersama-sama melakukan doa pada hari kesepuluh dari bulan itu
29
Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan
di Bulan Islam (Jakarta : Pustaka Azzam, 2016), h. 577. 30
Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan
di Bulan Islam, h. 576.
-
21
untuk mendoakan keburukan bagi orang zalim, dan doa mereka
dikabulkan.31
"Sesungguhnya Allah membuat hal itu bagi mereka untuk
mengekang sebagian mereka dari yang lain. Dan sungguh Allah
menjadikan hari kiamat sebagai hari yang dijanjikan bagi mereka,
sedangkan hari kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit," kata
Umar bin Khathab.
Mereka dahulu juga biasa menyembelih binatang sembelihan
yang dinamakan al-Athirah, yaitu kambing yang disembelih
sebagai persembahan bagi berhala-berhala mereka, sedangkan
darahnya dituangkan di atas kepala berhala itu. Lalu Islam
membatalkan perbuatan itu berdasarkan riwayat Shahihain,
“Tidak ada Fara' (anak pertama dari unta atau kambing yang
disembelih sebagai persembahan bagi berhala) dan 'Athirah
(hewan yang disembelih pada sepuluh hari pertama dari bulan
Rajab sebagai persembahan bagi berhala, juga dikenal dengan
Rajabiyah)”.32
Sebagian ulama salaf berkata, “Bulan Rajab adalah bulan
menanam, Sya'ban bulan menyirami tanaman, sedangkan bulan
Ramadhan adalah bulan memetik/memanen.”33
B. Sejarah Diutamakannya Bulan Rajab
Terhitung ada delapan peristiwa sejarah Islam yang penting
dalam bulan Rajab di antaranya adalah :
31
Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan
di Bulan Islam, h. 577. 32
Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di
Bulan Islam, h. 578. 33
Ibnu Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di
Bulan Islam, h. 598.
-
22
1. Isra Mi‟raj. Sebuah perjalanan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW dari Masjid al-Haram di Makkah menuju
Masjid al-Aqsha di Palestina, kemudian naik ke langit
ketujuh dan menghadap Allah SWT sebagaimana firman
Allah SWT dalam QS. al-Isra‟/6: 1. 34
ى ََخَساِم ِإل
ۡۡسِجِد ٱل
َ َۡن ٱمل ّمِ
اال ُۡ
َۡسَسيَٰ ِبَعۡبِدِهۦ ل
َِرٓي أ
ََّن ٱل
َُٰسۡبَح
ُهۥ ُهَى ِإهَِّٓۚٓدَىا ًََٰ ُهۥ ِمۡن َءا ِرًَ
ُُهۥ ِلج
ََىا َحۡىل
َۡسك ِري َبَٰ
ََّغا ٱل
ۡكَ ۡۡسِجِد ٱۡل
َ ۡٱمل
َبِغحُر ِۡمُُع ٱل ١ٱلسَّ
Artinya:
Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
(Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke
Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda
(kekuasaan) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.
Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 27 Rajab pada masa
kenabian Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, setiap tanggal
27 rajab, umat islam selalu memperingati Isra‟ Mi‟raj. Selain
sebagai bentuk syukur, juga untuk mengenang sejarah besar umat
islam.
2. Pada tahun 9 Hijriah pada bulan Rajab terjadi peristiwa
kemenangan militer Rasulullah dalam pertempuran Tabuk,
dan menandai selesainya otoritas Islam atas seluruh
semenanjung Arab. Meskipun menempuh perjalanan yang
34
Diakses pada tanngal 8 des 2018,
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/16/04/09/o5bytv394-
4-peristiwa-bersejarah-di-bulan-rajab.
-
23
berat dari Madinah menuju Syam, 30.000 pasukan Muslim
tetap memulainya. Tentara Romawi yang telah berada di
Tabuk siap untuk menyerang umat Islam. Tetapi ketika
mereka mendengar jumlah dan kekuatan tentara Muslim
yang dipimpin oleh Rasulullah mereka terkejut dan bergegas
kembali ke Syam untuk menyelamatkan benteng-benteng
mereka. Hal ini menyebabkan penakhlukan Tabuk menjadi
sangat mudah dan dilakukan tanpa perlawanan. Rasulullah
menetap di tempat ini selama sebulan. Beliau mengirimkan
surat kepada para pemimpin dan gubernur bawah kendali
Romawi untuk membuat perdamaian. Pemimpin daerah
Romawi menyetujuinya dan membayar Jizyah.35
3. Perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsha)
ke Ka‟bah di Makkah, peristiwa ini terjadi pada pertengahan
bulan Rajab, setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.
Adapun hikmah dari perpindahan arah kiblat adalah untuk
menguji keimanan umat islam dalam beribadah kepada Allah
SWT.
4. Peristiwa lainnya yaitu terjadinya perang pembebasan
Yarussalem dari cengkraman tentara Salib Eropa yang telah
memerintah selama hampir satu abad. Peristiwa ini terjadi
pada bulan Rajab tahun 1187 M yang di pimpin oleh
Salahuddin al Ayyubi. Penakhlukan ini bukan hanya karena
pentingnya asasi Yarusalem dalam Islam, tetapi juga karena
35
Diakses pada tanngal 8 des 2018,
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/16/04/09/o5bytv394-
4-peristiwa-bersejarah-di-bulan-rajab.
-
24
peran tentara salib dalam upaya untuk menaklukkan negeri-
negeri Muslim.36
5. Kekalahan bangsa Romawi di perang Tabuk. Perang yang
terjadi pada 9 Hijriyah/630 M, merupakan perang yang
menandai kemenangan dan dominasi islam atas seluruh
semenanjung arab waktu itu. Walaupun menempuh
perjalanan yang jauh dari Madinah ke Syam.
6. Pertempuran kecil antara utusan Rasulullah SAW “Abdullah
bin Jahsy” dengan kelompok dagang kaum Quraisy. Pada
bulan rajab juga terjadi peperangan kecil antara utusan
Rosulullah SAW yang dipimpin oleh Abdullah bin Jahsy,
melawan kelompok dagang kaum Quraisy, yang kemudian
menjadi sebuah perang yang disebut dengan perang badar.
7. Berabad-abad kemudian, tepatnya pada 1924 M, bulan rajab
kembali menuliskan sejarah bagi umat Islam. Namun kali ini,
tidak seperti peristiwa sebelumnya. Sejarah yang terjadi pada
28 Rajab ini merupakan runtuhnya Khalifah Ottoman di
Turki yang dihapus oleh Mustafa Kemal Pasha. Khalifah
Ottoman merupakan khalifah terakhir umat Islam. Sejak saat
itu, Mustafa Kemal mengubah Turki menjadi negara
sekuler.37
36
Diakses pada tanngal 8 des 2018,
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/16/04/09/o5bytv394-
4-peristiwa-bersejarah-di-bulan-rajab.
37
Republika, “4 Peristiwa Bersejarah di Bulan Rajab” artikel diakses
pada 8 oktober 2018 dari https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/16/04/09/o5bytv394-4-peristiwa-bersejarah-di-bulan-rajab.
-
25
Melihat peristiwa-persitiwa bersejarah yang terjadi, bulan
Rajab merupakan bulan perjuangan bagi umat islam , oleh karena
itu bulan Rajab merupakan bulan yang sangat istimewa dan sudah
sepatutnya diutamakan.
C. Hukum dan Ibadah-Ibadah yang Disunnahkan di Bulan
Rajab
Bulan Rajab adalah kunci bulan-bulan yang penuh kebaikan
dan keberkahan, dalam bulan Rajab tidak ada amalan khusus
yang diwajibkan, namun disunnahkan untuk melakukan banyak
amalan. Berikut di antara amalan-amalan sunnah pada bulan
Rajab yang berhubungan dengan menyembelih hewan, shalat,
zakat, puasa dan umrah.
1. Tentang menyembelih hewan kurban pada bulan Rajab
mirip dengan tradisi menjadikannya sebagai ritual rutin dan
hari raya untuk memakan makanan manis dan makanan
lainnya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa dia melarang
menjadikan bulan Rajab sebagai hari raya. Abdurrazzaq
meriwayatkan dari Ibnu Juraij dari Atha‟ bahwa dia
berkata, “Nabi SAW melarang puasa sebulan penuh pada
bulan Rajab agar ia tidak dijadikan hari raya.” (Hadis
sangat lemah)38
38
Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di
Bulan Islam (Jakarta : Pustaka Azzam, 2016), h. 584.
-
26
Maksudnya adalah bahwa kaum muslimin tidak boleh
menetapkan hari raya kecuali yang ditetaplan oleh Islam
sebagai hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha
serta hari-hari Tasyriq yang merupakan hari raya dalam
setahun, atau hari jum‟at yang merupakan hari raya dalam
sepekan. Sedangkan selain itu, menjadikan hari atau bulan
tertentu sebagai hari raya termasuk Bid‟ah yang tidak ada
dasarnya dalam syariat islam.39
2. Tentang menunaikan shalat tertentu pada bulan Rajab,
tidak ada satupun hadis sahih yang menjelaskan bahwa ada
shalat khusus pada bulan Rajab. Hadis-hadis tentang
keutamaan shalat Ragha‟ib pada malam jum‟at pertama di
bulan Rajab adala dusta dan batil. Shalat ini merupakan
Bid‟ah menurut Jumhur ulama. Di antara ulama generasi
akhir yang berpendapat demikian adalah seperti Al Hafizh
Abi Ismail al-Anshari, Abu Bakar bin al-Sam‟ani, Abu al-
Fadhl bin Nashir, Abu al-Faraj bin al-Jauzi dan lainnya.
Para ulama generasi awal tidak membahasnya karena shalat
ini dibuat setelah generasi mereka, karena shalat pertama
kali dikenal setelah tahun 400 Hijriyyah. Maka wajar saja
bila mereka tidak mengenalnya dan tidak membahasnya.40
3. Tentang puasa, tidak ada satupun hadis sahih tentang
keutamanaan puasa bulan Rajab, dan tidak ada satupun
riwayat dari para sahabat yang menjelaskan tentang
39
Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di
Bulan Islam, h. 586. 40
Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di
Bulan Islam, h. 586.
-
27
keutamaan puasa di bulan ini. Yang ada hanyalah riwayat
dari Abu Qilabah bahwa dia berkata, “Di surga ada istana
khusus untuk orang-orang yang menunaikan puasa di bulan
Rajab.”
Al-Baihaqi berkata, “Abu Qilabah termasuk salah seorang
senior. Dia tidak akan mengatakan demikian kecuali
berdasarkan informasi yang dia dapatkan dari para sahabat.
Riwayat ini bukan dalil. Kesimpulan hukumnya adalah
mursal dan bukan hujjah.41
4. Tentang zakat, warga negeri ini biasa mengeluarkan zakat
pada bulan Rajab, meskipun hal tersebut tidak ada dasarnya
dalam sunnah dan tidak dikenal dari salah seorang ulama
Salaf. Hanya saja ada riwayat dari Utsman bahwa dia
pernah berkhutbah di atas mimbar dan berkata,
“Sesungguhnya bulan ini (Rajab) adalah bulan
mengeluarkan zakat. Barang siapa memiliki hutang maka
dia hendaknya membayar hutangnnya dan mengeluarkan
zakat untuk harta sisanya.” (HR. Malik dalam Al-
Muwaththa‟)42, ada pula yang berkata “Zakat dikeluarkan
pada bulan Muharram, karena ia merupakan awal tahun”.
Bagaimanapun kondisinya, zakat hanya wajib dikeluarkan
bila telah genap satu tahun dan barang yang hendak dizakati
telah mencapai nishab. Setiap orang memiliki batas waktu
sendiri untuk satu tahunnya sesuai kepemilikannya terhadap
41
Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di
Bulan Islam , h. 587. 42
Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di
Bulan Islam, h. 593.
-
28
nishab. Jika sudah genap satu tahun makan wajib
mengeluarkan zakat pada bulan apapun.
Apabila sesorang mengeluarkan zakat lebih awal sebelum
genap satu tahun maka hukumnya sah menurut Jumhur
ulama, baik jika dia menyegerakan karena ingin
memanfaatkan waktu yang utama atau ingin mengeluarkan
zakat kepada orang yang benar-benar membutuhkan.43
5. Tentang menunaikan ibadah Umrah pada bulan Rajab. Para
sahabat menganggap Sunnah menunaikan Umrah pada
bulan Rajab adalah Umar bin Khaththab dan lainnya.
Aisyah melakukannya dan Ibnu Umar juga melakukannya.
Orang-orang Jahiliyah suka mendoakan keburukan bagi
orang zalim pada bulan Rajab dan doa mereka dikabulkan.
Banyak kisah tentang hal ini yang diriwatkan oleh Ibnu Abi
Ad-Duniya dalam kitab Mujabi Ad-Da‟wah dan kitab-kitab
lainnya. Ketika kisah-kisah tersebut diceritakan kepada
Umar bin Khaththab dia pun berkata, “Sesungguhnya Allah
melakukan hal tersebut untuk memisahkan sebagian mereka
dari sebagian lainnya, dan sesungguhnya Dia menjadikan
Hari Kimat itu lebih dahsyat dan lebih menakutkan”
lihatlah pemahaman Umar yang sangat mendalam dalam
masalah ini. Bersikap bijaklah dalam menyikapi sesuatu
dan berpegang teguhlah kepada Sunnah.44
43
Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di
Bulan Islam, h. 594. 44
Ibnu Rajab Al-Hanbali,Lathaiful Ma‟arif Keistimewaan dan Amalan di
Bulan Islam, h. 596.
-
29
-
BAB III KRITIK HADIS-HADIS VIRAL TENTANG
KEUTAMAAN BULAN RAJAB
Dalam menentukan kualitas suatu hadis, maka terlebih
dahulu haruslah melakukan penelitian lebih lanjut baik dari segi
sanadnya ataupun dari matannya. Dalam penelitian ini, hadis
yang akan ditelusuri dan diteliti ke-sahih-an sanad dan matannya
adalah sebanyak 3 hadis.
Adapun metode yang digunakan dalam menelusuri
keberadaan hadis yaitu menggunakan metode takhrîj hadis.
Takhrîj berasal dari kata kharaja (خرج) yang berarti
menegeluarkan.45
Adapun menurut istilah, takhrîj ini adalah
menunjukan asal beberapa hadis pada kitab-kitab yang ada (kitab
induk hadis) dengan menerangkan hukum atau kualitasnya.
Tujuan pokok dari kegiatan penelitian takhrîj ini adalah untuk
mengetahui eksistensi suatu hadis apakah benar suatu hadis
tersebut berada di dalam buku-buku hadis atau tidak.46
Metode
takhrîj hadis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Metode takhrîj dengan mengetahui lafadz pertama dari matan
hadis, menggunakan kitab Mausû‟ah Atrâf al-Hadits al-
Nabawî al-Syarîf karya Muhammad Sa‟id ibn Basyuni. Kitab
ini memuat indeks lafadz pertama matan hadis yang terdapat
45
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab–Indonesia (Surabaya
Agung :Pustaka Progresif,1997), Hal:330. 46
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta:Amzah,2013), Hal:129
-
31
31
dalam 150 kitab47
. Berikut ini salah satu contoh cara
membaca rumus yang terdapat di dalam kitab ini, yaitu:
838: 1عر (dibaca: hadis dengan lafadz tersebut terdapat
dalam Kitab al-Mughni„an haml al-Asraf, juz atau jilid ke-
1, halaman 238).48
2. Metode takhrîj dengan mengetahui kata-kata yang jarang
digunakan dari suatu bagian matan hadis, dengan
menggunakan kitab Mu‟jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadits
al-Nabâwî karya A.J. Wensinck.49
Kitab ini memuat indeks
kata yang terdapat dalam sembilan sumber hadis atau Kutub
al-Tis‟ah. Berikut ini salah satu contoh cara membaca rumus
yang terdapat di dalam kitab ini, yaitu:
dibaca: hadis dengan lafadz tersebut terdapat) خ صام 26
dalam Kitab Sahîh Bukhârî, Kitab Puasa, nomor urut bab
26). Hal ini berlaku untuk kitab selain Kitab Sahîh Muslim,
karena untuk kitab ini, nomor urut bab dibaca sebagai nomor
urut hadis.
3. Metode takhrij dengan menggunakan metode awal matan
atau alfabetis, menggunakan kitab Jâmi‟ al-Hadîts Jami‟ as-
Sogîr wa Zawâiduh wa al-Jami‟ al-Kabîr karya Jalâluddîn
„Abd ar-Rahmân as-Suyûtî.
47
Abu Hajar Muhammad al-Sa‟id bin Basyuni Zaghlul, Mausû‟ah
Atrâf al-Hadits al-Nabawwî al-Syarîf, Juz 1, (Beirut: Dâr al-Kutub al-
„Ilmiyyah, t.t.), h. 16-21 48
Keterangan nama-nama kitab yang dimaksud di dalam rumus
terdapat dalam bagian Muqoddimah Kitab Mausû‟ah Atrâf al-Hadits al-
Nabawwî al-Syarîf pada juz ke-1 halaman 16-21. 49
Mahmud al-Thahhan, Usl al-Takhrîj wa Dirâsah al-Asânid,
(Riyadh: Maktabah alMa‟arif, 1991), h. 35.
-
32
32
Setelah semua hadis terkumpul, langkah selanjutnya menyusun
skema sanad hadis dan dilanjutkan dengan kritik sanad hadis.
Dalam melakukan kritik sanad hadis haruslah memenuhi kriteria-
kriteria yang telah ditetapkan oleh para ulama hadis. Kriteria
tersebut adalah: Pertama, harus ada kebersambungan sanad,
kedua, seluruh priwayat dalam rangkaian sanad haruslah orang
yang „adil, ketiga, seluruh rawi haruslah orang yang dâbit,
keempat, sanad hadis terhindar dari syudzûd, dan yang kelima,
sanad hadis harus terhindar dari „illat.50
Kelima kriteria ini
menurut M.Syhudi Ismail merupakan unsur-unsur kaedah mayor
ke-sahih-an sanad hadis.51
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Kebersambungan sanad
Kebersambungan sanad yang dimaksud dalam hal ini adalah
setiap perawi hadis yang bersangkutan benar-benar menerimanya
dari rawi yang berada di atasnya, dan begitu seharusnya sampai
kepada pembicara yang pertama.52
Dengan kata lain, seluruh
rangkaian priwayat dalam sanad mulai dari priwayat yang
disandari oleh mukharrîj sampai pada priwayat tingkat sahabat
yang menerima hadis yang bersangkutan dari nabi bersambung
dalam mata rantai priwayatan.53
Kaitannya dengan ketentuan
tentang penetapan kebersambungan sanad, terjadi perbedaan
50
Muhammad „Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits: Ulumuhu wa
Musthalahuhu (Beirut: Dar al-Fikr,1975), h. 305. 51
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta:
PT.Bulan Bintang, 1995), h. 126. 52
M. Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung:
Pustaka Setia 2009), h. 143. 53
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, h. 127.
-
33
33
pendapat diantara para ulama, misalnya saja, menurut imam
Bukhari, terjadinya persambungan sanad haruslah ditandai
dengan adanya pertemuan langsung, dan persamaan masa hidup
antara guru dan murid. Sementara dalam pandangan imam
Muslim, kebersambungan sanad cukup ditandai dengan
kehidupan dalam kurun waktu yang sama antara guru dan murid,
serta tempat tinggal diantara keduanya tidak terlalu jauh menurut
ukuran saat itu meskipun keduanya belum pernah bertemu.54
2. Perawi haruslah orang yang adil
Kata adil yang merupakan derivasi dari akar kata bahasa arab
„a-da-la secara definitif berarti tidak berat sebelah, tidak
memihak, berpihak pada yang benar.55
Namun dalam
perbincangan ilmu hadis yang dikatakan dengan keadilan,
seorang rawi adalah satu potensi yang dapat menjaga seseorang
untuk dapat kontinyu dalam bertakwa dan mampu menjaga
kewibawaan dan muru‟ahnya.56
Bahkan lebih tegas lagi definisi
yang dikemukakan oleh al-Razi, menurutnya al-„adalah adalah
kekuatan jiwa yang selalu mendorong untuk selalu bertakwa,
menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan melakukan dosa
kecil bahkan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang
dapat menodai muru‟ahnya,57
yang secara umum ditandai dengan
adanya popularitas keutamaan priwayat di kalangan ulama hadis
54
Usman Sya‟roni, Otentisitas Hadis Menurut Ahli Hadis dan Kaum
Sufi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002) h. 60. 55
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1997), h. 7. 56
Zeid B.Smeer, Ulumul Hadis (Malang: UIN Press, 2008), h. 32. 57
M. Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung:
Pustaka Setia 2009), h. 142.
-
34
34
seperti Malik bin Anas dan Sufyan Tsauri, penilaian dari para
kritikus hadis yang berisi tentang pengungkapan kelebihan dan
kekurangannya serta penerapan kaedah al-jarh wa ta‟dil.58
3. Ke-dabit-an perawi
Unsur ke-sahih-an sanad hadis berikutnya adalah ad-dhabit
yang secara etimologi berarti menjaga sesuatu. Sementara secara
terminologi berarti tingkat kemampuan dan kesempurnaan
intelektualitas seseorang dalam proses penerimaan hadis, mampu
memahami secara mendalam makna yang dikandungnya, mampu
menjaga dan menghafalnya secara maksimal hingga pada waktu
penyebaran dan periwayatan hadis yang didengarnya tersebut
kepada orang lain.59
Dari definisi tersebut di atas, maka tinjauan
tentang aspek inteletualitas perawi mencakup unsur pendengaran,
pemahaman, penjagaan serta penyampaian secara sempurna.60
Kemudian dalam perkembangannya, istilah dhabit terbagi
menjadi dua macam, yaitu dhabit al-shadr dan dhabit al-kitab.
Dhabit yang pertama, jika seorang perawi dalam meriwayatkan
hadis bertumpu pada kekuatan hafalan sedangkan dhabit yang
kedua adalah perawi yang dalam meriwayatkan hadis bertumpu
pada tulisan yang pernah ia tulis dalam lembaran.61
4. Terhindar dari syudzud
Terhindar dari kejanggalan atau syudzud yang dimaksudkan
dalam hal ini adalah tidak adanya pertentangan secara substansial
58
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta:
PT.Bulan Bintang, 1995), h. 134. 59
Umi Sumbulah, Kritik Hadsi (Malang: UIN Press, 2008), h. 65. 60
Umi sumbulah, Kritik Hadis, h. 66. 61
Zeid B.Smeer, Ulumul Hadis (Malang: UIN Press, 2008), h. 33.
-
35
35
bukan redaksional antara hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang
terpercaya (tsiqoh) dengan riwayat hadis dari perawi yang lebih
tsiqoh, serta pertentangan tersebut tidak dapat dikompromikan
sehingga dengan sendirinya hadis yang diriwayatkan oleh perawi
pertama dianggap syadz.62
5. Terhindar dari „illat
„Illat yang secara definitif berarti sakit, sibuk dan sebab,
dalam terminologi hadis seperti diungkapkan oleh Ibnu Shalah
adalah sebab tersembunyi yang dapat merusak kualitas hadis
karena keberadaanya menyebabkan hadis yang pada lahirnya
berkualitas sahih menjadi tidak sahih.63
„Illat yang terjadi pada
sanad hadis adakalanya sanadnya tampak bersambung (mustashil)
dan sampai pada nabi (marfu), namun ternyata hanya sampai
pada sahabat (mauquf), sanad yang tampak muttashil dan marfu‟
namun hanya riwayat sahabat dari sahabat yang lain, dan
adakalanya terjadi percampuran dengan hadis yang lain, serta
kemungkinan terakhir adanya kesalahan penyebutan perawi yang
memiliki kesamaan nama padahal kualitas pribadi dan kapasitas
intelektualnya tidak sama.64
Berikut beberapa hal yang akan ditelusuri terkait periwayat
hadis:
1. Mencatat semua nama lengkap periwayat dalam sanad yang
di diteliti, mencatat biografi masing-masing periwayat (tahun
lahir/wafat, guru dan murid), dan sighat (kata-kata) dalam
62
Zeid B.Smeer, Ulumul Hadis (Malang: UIN Press, 2008), h. 32. 63
Umi sumbulah, Kritik Hadis (Malang: UIN Press, 2008), h. 73. 64
Umi sumbulah, Kritik Hadis, h. 74.
-
36
36
proses tahammul wa al-ada‟ al-hadis (menerima dan
menyampaikan hadis). Hal ini dilakukan dalam rangka
mengetahui persambungan sanad hadis.
2. Pendapat para ulama hadis berupa penerapan kaidah al-jarh
wa al-ta‟dil. Hal ini dilakukan dalam rangka mengetahui ke-
„adil-an dan ke-dabit-an para periwayat hadis.65
3. Terkait syarat terhindar dari syadz dan „illat, sekiranya unsur
sanad bersambung, rawi dabt telah dilaksanakan dengan
semestinya, niscaya unsur terhindar dari syadz dan illat telah
terpenuhi juga.66
Dan yang terakhir melakukan penelitian matan. Menurut
ilmu hadis, matan adalah penghujung sanad, yakni sabda Nabi
Muhammad SAW yang disebutkan setelah sanad. Matan hadis
adalah isi hadis yang berupa ucapan, perbuatan, dan ketetapan
Nabi Muhammad SAW.67
Dalam menentukan ke-sahih-an matan hadis menurut
muhaditsîn terdapat beberapa kriteria. Menurut Salah al-Dîn al-
Adabî bahwasanya kriteria kesahihan matan ada empat yaitu:
1. Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur‟an.
2. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat.
3. Tidak bertentangan dengan akal sehat, indra, sejarah, dan
65
A. Hasan Asy‟ari Ulama‟i, Melacak Hadis Nabi Saw. Cara Cepat
Mencari Hadis dari Manual hingga Digital (Semarang: RaSAIL, 2006), h. 26-
30. 66
M. Syuhdi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, h. 177-178. 67
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Azmah,2013), h. 113.
-
37
37
4. Susunan pernyataannya menunjukan ciri-ciri sabda nabi.68
Adapun para ulama hadis mengajukan langkah-langkah
metodelogis untuk kegiatan penelitian matan hadis yakni:
1. Meneliti matan dengan melihat dari kualitas sanadnya.
2. Meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna dengan
hadis tersebut.
3. Meneliti kandungan matan.69
Kritik matan ini bertujuan untuk menghindari sikap
berlebihan dalam meriwayatkan suatu hadis karena adanya
ukuran-ukuran tertentu dalam metodologi kritik matan ini, dan
juga dalam menghadapi musuh-musuh Islam yang ingin
memalsukan hadis dengan menggunakan sanad sahih, tetapi
matannya tidak sahih.
Kriteria-kriteria itulah yang akan menjadi acuan bagi penulis
dalam melakukan penelitian matan. Sebagaimana yang akan
diuraikan masing-masing langkah penelitian tersebut.
A. Hadis ke-1 (Keutamaan Berpuasa di Bulan Rajab)
1. Teks dan Terjemahannya
َسَىٍت ؛ َ
فْلَُه أ
َُه ل
َّْىًما، َجَصي الل ًَ ْهٌس َعِظٌُم َمْن َعاَم ِمْىُه
َْهَس َزَجٍب ص
َِإنَّ ص
اٍم َوَمْن َعاَم ِمْىهُُ ًََّ أ
َت
َالث
َْي َسَىٍت، َوَمْن َعاَم ِمْىُه ث
َف
ْلَُه أ
َُه ل
َّْىَمْحِن َجَصي الل ًَ
اٍم ؛ ًََّ أ
َِت آالِف َسَىٍت، َوَمْن َعاَم ِمْن َزَجٍب َسْبَعت
َالث
َُه َعْىَم ث
َُه ل
ََّجَصي الل
اٍمُ ًََّ أ
َت َُ َماِه
ََم، َوَمْن َعاَم ِمْىُه ث ْبَىاُب َجَهىَّ
َْذ َعْىُه أ
َل ِ
ّلُْبَىاُب غ
َُه أ
ََحْذ ل ّخِ
ُ، ف
68
Bustamin dan M Isa, Metode kritik Hadis (Jakrta: Raja Grafindo,
2004), h. 64 69
M.Syuhdi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta:
Bulan Bintang, 1992), cet 1, h. 113.
-
38
38
ْىًما ًَ َس َ
َعضَْمَست
َاَء، َوَمْن َعاَم ِمْىُه خ
ََها ص ّيِ
َُل ِمْن أ
ُْدخ َُ
َ ف
ُت َُ َماِه
َِّت الث َجىَّ
ْال
ِهِف ْاْسَخأ
ََك ف
َِفَس ل
ُْد غ
ََماِء ك اَدي ُمَىاٍد ِمَن السَّ
َُه َحَسَىاٍث، َوه
ُاج
َئ ِِّ ْذ َس
َل ُبّدِ
َعَملَُْ .ال
Artinya:
Sesungguhnya bulan Rajab itu adalah bulan yang agung, barang
siapa yang berpuasa 1 hari di bulan itu, maka Allah memberikan
balasan seperti puasa 1000 tahun. Barang siapa yang berpuasa 2
hari pada bulan itu, maka Allah memberikan balasan seperti
puasa 2000 tahun, barang siapa yang berpuasa tiga hari pada
bulan itu, maka Allah memberi balasan seperti puasa 3000 tahun,
dan barang siapa berpuasa di bulan Rajab sebanyak 7 hari, maka
akan di tutup untuknya pintu-pintu Neraka Jahannam, dan barang
siapa yang berpusa 1 bulan itu 8 hari, maka akan dibukakan
untuknya 8 pintu Surga, maka dia akan dipersilahkan masuk dari
pintu mana yang dia kehendaki, dan barang siapa yang berpuasa
pada bulan itu 15 hari, maka akan diganti keburukan-
keburukannya dengan kebaikan-kebaikan, dan berserulah penyeru
dari langit bahwa segala dosamu sudah di ampuni, maka mulailah
(kerjakanlah) puasa tersebut.70
2. Takhrij Hadis
a. Penelusuran dengan menggunakan metode awal matan
Setelah ditelusuri melalui awal kata ُْهَسَ
yang terdapat ِإنَّ ص
pada matan hadis di atas dengan menggunakan kitab Mausû‟ah
Atrâf al-Hadits al-Nabawî al-Syarîf, berdasarkan data kitab
tersebut, informasi yang didapat adalah sebagai berikut:
ْىًما ًَ ْهٌس َعِظٌُم، َمْن َعاَم ِمْىُه َ
ْهَس َزَجٍب صَ
ِف ِإنَّ صْلَُه َعْىُم أ
ََخَب هللُا ل
َك
71َسَىٍتُ
70
Khalid zuhri, Keutamaan Puasa dibulan Rajab, diakses dari
Whatshap Grup, pada tanggal 16 maret 2018 pukul 22.49. 71
Abu Hajar Muhammad al-Sa‟id bin Basyuni Zaghlul, Mausû‟ah
Atrâf al-Hadîts, juz 3, h. 340.
-
39
39
Kitab al-Mawdu‟at, karya Ibn al-Jawzi 2 : 207 مىضىعاث
Kitab al-Fawaîd al-Majmu‟ah, karya al-Syawkani 101 فىائد
Kitab al-La‟ali al-Masnu‟ah, karya al-Suyuti 65:2 لئ
Kitab Tabyin al-„Ajab, karya Ibn Hajar 52 عجب
ُ Kitab Mizan al-I‟tidal, karangan al-Zahabi 5540املحزُن
Dari hasil takhrîj hadis di atas, berikut ini adalah teks hadis
yang berhasil ditemukan di dalam kitab-kitab rujukan (tidak
semua informasi dari rumus takhrîj terdapat hadis yang dimaksud
di dalam kitab rujukan)
Redaksi dalam kitab al-Mawdû‟ât yang mukharrijnya Ibn al-
Jawzî :
ِه َّاِسِم َعْبُد الل
َل
ُْبى ال
ََىا أ
َث ِبي، َحدَّ
َا أ
َهََبأ
ْهَاُز، أ َبزَّ
ْاِهٍس ال
َِبي ط
َُد ْبُن أ ا ُمَحمَّ
َهََبأ
ْهَأ
اُقُ َىزَُّْد ْبُن ِإْسَماِعَُل ال َىا ُمَحمَّ
َث ْحَمَد، َحدَّ
َْحَمَد ْبُن أ
ََماُن ْبُن أ
ِْني ُعث
َث ، َحدَّ
ُخَسْحُن ْبُن َعِلّيِ َْىا ال
َث ، َحدَّ يُّ ِ
ُّخل
ُخ
َْىا ِإْسَخاُق ْبُن ِإْبَساِهَُم ال
َث ِه، َحدَّ
َّْبِن َعْبِد الل
ِبُِه، َعْن َ، َعْن أ
ََرة
ََىا َهاُزوُن ْبُن َعْىت
َث ِبي، َحدَّ
ََىا أ
َث ، َحدَّ َداِئيُّ ِصٍَد الغُّ ًَ ْبِن
ْهَس َزَجٍب َعِليَُِّ
ِه : ِإنَّ صَّاَل َزُسىُل الل
َاَل: ك
َُه َعْىُه، ك
ََّي الل اِلٍب، َزض ِ
َِبي ط
َْبِن أ
ِف َسَىٍت، َوَمْن َعاَم ْلَُه َعْىَم أ
َُه ل
ََّخَب الل
َْىًما ك ًَ ْهٌس َعِظٌُم، َمْن َعاَم ِمْىُه
َص
ْي َسَىٍت، َوَمْن َف
ْلَاَم أ َُ ُه ِع
َُه ل
ََّخَب الل
َْىَمْحِن ك ُه ًَ
َُه ل
ََّخَب الل
َاٍم ك ًَّ
َ أ
َت
َالث
ََعاَم ث
ْذ َعْىُه َِلل
ْغ
ُاٍم أ ًَّ
َ أ
َ آالِف َسَىٍت، َوَمْن َعاَم ِمْن َزَجٍب َسْبَعت
َت
َالث
َاَم ث َُ ِع
ُت َُ َماِه
َِّت الث َجىَّ
ْْبَىاُب ال
َُه أ
َِخَحْذ ل
ُاٍم ف ًَّ
َ أ
َت َُ َماِه
ََم، َوَمْن َعاَم ِمْىُه ث ْبَىاُب َجَهىَّ
َأ
ُلُُْدخ ُه ًَ
ُاج
َئ ِِّ ْذ َس
َل ْىًما ُبّدِ
ًَ ََسة
ْْمَس َعض
َاَء، َوَمْن َعاَم ِمْىُه خ
ََها ص ّيِ
َِمْن أ
-
40
40
َعَمَل، َوَمن ِْهِف ال
ْاْسَخأ
ََك ف
َُه ل
ََّس الل
َف
َْد غ
ََماِء: ك اَدي ُمَىاٍد ِمَن السَّ
ََحَسَىاٍث َوه
هََُُّشاَد َشاَدُه الل
72
Redaksi dalam kitab al-Fawâid al-Majmû‟ah yang
mukharrijnya as-Syawkânî:
ِف َسَىٍت. ْلَُه َعْىُم أ
َِخَب ل
ُْىًما ك ًَ ْهٌس َعِظٌُم، َمْن َعاَم ِمْىُه
َْهَس َزَجٍب ص
َِإنَّ ص
، ِصحُّ ًَ اَل ِفي الآلِلِئ: ال َىًعا، ك
ُ، َمْسف اِهحَن، َعْن َعِلّيٍ
َإلخ "، َزَواُه اْبُن ص
َىا َْسِوي ل ًَ
ََرة
ََىاِكحَرَُوَهاُزوُن ْبُن َعْىت
َ ْ 73امل
Redaksi dalam kitab al-La‟ali al-Masnû‟ah yang
mukharrijnya al-Suyûtî:
َىا َهاُزون ْبن َث ِبي، َحدَّ
ََىا أ
َث ِصٍد الغدائي، َحدَّ ًَ ُخَسْحن ْبن َعِلّي ْبن
َْىا ال
َث َحدَّ
ْهٌس عََُ
ْهَس َزَجٍب صَ
ىًعا: " ِإنَّ صُ، َمْسف ِبُِه، َعْن َعِلّيٍ
َِظٌُم، َمْن َعاَم عىترة وعن أ
اَم َُ ُه ِعََخَب ل
َْىَمْحِن ك ًَ ِف َسَىٍت. َوَمْن َعاَم
ْلَُه َعْىَم أ
َُه ل
ََّخَب الل
َْىًما ك ًَ ِمْىُه
ِت آالِف َسَىٍت. َالث
َاَم ث َُ ُه ِع
ََخَب ل
َاٍم ك ًَّ
َ أ
َت
َالث
َْي َسَىٍت. َوَمْن َعاَم ِمْىُه ث
َف
ْلَأ
ًَُّ أَََم. َوَمْن َعاَم ِمْن َوَمْن َعاَم ِمْن َزَجٍب َسْبَعت ْبَىاُب َجَهىَّ
َْذ َعْىُه أ
َل ِ
ّلُاٍم غ
اَء. َ
َها ص ّيَُِل ِمْن أ
ُْدخ ًَ
ُت َُ َماِه
َِّت الث َجىَّ
ْْبَىاُب ال
َُه أ
َِخَحْذ ل
ُاٍم ف ًَّ
َ أ
َت َُ َماِه
ََزَجٍب ث
اَدي َُه َحَسَىاٍث، َوه
ُاج
َئ ِِّ ْذ َس
َل ْىًما ُبّدِ
ًَ َس َ
َعضَْمَست
َُمَىاٍد ِمَن َوَمْن َعاَم ِمْىُه خ
هََُُّعَمَل، َوَمْن َشاَد َشاَدُه الل
ِْهِف ال
ْاْسَخأ
ََك، ف
َُه ل
ََّس الل
َف
َْد غ
ََماِء: ك 74 السَّ
b. Penelusuran dengan menggunakan metode lafadz.
Setelah ditelusuri melalui kata-kata yang jarang digunakan
dari suatu bagian matan hadis di atas menggunakan kitab Mu‟jam
72
Abu al-Faraj ‘Abdurrahmân ibn al-Jauzî, Al-Mawdû‟ât, juz 2
(Beirut : dar al-fikr, t.t.), h. 207. 73
Muhammad „Alî Ibn Abdullah al-Syawkânî, al-Fawâid al-
Majmû‟ah (Beirut : dar al-fikr, t.t.), h. 101. 74
Jalâluddîn „Abdurrahman as-Suyûtî, al-La‟ali al-Masnû‟ah. Juz 2 (Beirut: dar al-fikr, t.t.), h. 65.
-
41
41
al-Mufahras li Alfâz al-Hadits al-Nabâwî, tidak ditemukan terkait
hadis tersebut.
c. Penelusuran dengan menggunakan metode awal matan
atau alfabetis.
Setelah ditelusuri melalui metode awal matan menggunakan
kitab Jâm‟i al-Hadîts Jam‟i as-Sogîr wa Zawâid wa al-Jami‟ al-
Kabîr, informasi yang didapat adalah sebagai berikut :
ِه ُْ ِفُ
َضاَعفٌُم ج ُْ ْهٌس َعِظ
ََم : إنَّ َزَجًبا ص
َِّه َو َسل ُْ
َي هللا َعل
َِّبيُّ َعل اَل الىَّ
َك
ٍد ُْ اِفِعي َعْن َسِع اِم َسَىٍت )السَّ َُ ِغَاَن ك
َْىًما ِمْىُه ك ًَ الَخَسَىاُث, َمْن َعاَم
َي هللَا َعْىُه( َزض ِ75
3. Penilaian Hadis
Dalam sanad Hadis ini terdapat Muhammad bin Abî Tâhir
al-Bazzâr, dia dituduh pendusta. Sedangkan beberapa perawi
lainnya dalam sanad ini tidak dikenali, bahkan beberapa ulama
hadis mengatakan bahwa barang kali mereka belum lagi
dilahirkan. Hadis ini telah dihukumkan palsu oleh Ibn al-Jawzi,
Ibn Qayyim, Ibn Hajar, al-Suyuti dan lain-lain.
B. Hadis ke-2 (Keutamaan Berpuasa di Bulan Haram)
1. Teks dan Terjemahannya
هٍس َحساٍمُ َ
اٍم ِمن ص ًّ أَُ َمْن َعاَم ثالثت
َُعَُْمُالُجُ وَُ ُسُُِْمُِالخ
َُخَب ُذُبُْالَسُ وَُ ت
َك
ِحْسِعَُِت َسَىٍت. هللُا ِعبادة
َِمائ
Artinya:
75
Jalâluddîn „Abdurrahman as-Suyûtî, Jâm‟I as-Saghîr wa zawâid wa
al-Jâm‟I al-Kabîr juz 1(Beirut : dar al-fikr, t.t.), h. 89.
-
42
42
Barangsiapa yang berpuasa tiga hari di bulan haram pada
kamis dan jumat dan sabtu, Allah tulis baginya (pahala)
ibadah selama 900 tahun.76
2. Takhrij Hadis
a. Penelusuran dengan menggunakan metode lafadz
Setelah ditelusuri melalui kata-kata yang jarang digunakan
dari suatu bagian matan hadis di atas menggunakan kitab Mu‟jam
al-Mufahras li Alfâz al-Hadits al-Nabâwî, tidak ditemukan terkait
hadis tersebut.
b. Penelusuran dengan menggunakan metode awal matan atau
alfabetis.
Setelah ditelusuri melalui metode awal matan menggunakan
kitab Jâm‟i al-Hadîts Jam‟i as-Sogîr wa Zawâid wa al-Jami‟ al-
Kabîr, tidak ditemukan terkait hadis tersebut.
c. Penelusuran dengan menggunakan metode awal matan
Setelah ditelusuri melalui awal kata ََُمْن َعام yang terdapat pada matan hadis di atas dengan menggunakan kitab Mausû‟ah
Atrâf al-Hadits al-Nabawî al-Syarîf. Berdasarkan data kitab
tersebut, informasi yang didapat adalah sebagai berikut:
َو ُُس َو الُجْمَعت ِْ ِم
َْهِس َحَساٍم الخ
َاٍم ِمْن ص ًً ا
َت
َث
َال
ََمْن َعاَم ث
77الَسْبُذُ
Kitab Majma‟ al-Zawa‟id, karya al-Haytsami 3 : 191 مجمع
76
Ibu Ida, Keutamaan Berpuasa di Bulan Rajab, diakses dari
Whatshapp Grup, pada tanggal 16 Maret 2018 pukul 10.47
77
Abu Hajar Muhammad al-Sa‟id bin Basyuni Zaghlul, Mausû‟ah
Atrâf al-Hadîts, Juz 8, h. 339.
-
43
43
Kitab al-Ilal al-Mutanahyah, karya Ibn al-Jawzi 532 : 2مخىاهُت
Dari hasil takhrîj hadis di atas, berikut ini adalah teks hadis
yang berhasil ditemukan di dalam kitab-kitab rujukan (tidak
semua informasi dari rumus takhrîj terdapat hadis yang dimaksud
di dalam kitab rujukan) :
Redaksi dalam Kitab Majma‟ al-Zawâid wa Manba‟ al-
Fawâid:
ُ ْنُعَُوََُُ ٍسُأو
َُ اَلُك
َُعَُ هللاُِ ُلُىُُْسُزَُ َلُ: كا
َُعَُ ى هللاُُل
َُ ِهُُُْل
ََُسُوََُ
َُّ امَُعَُ ْنَُمُ َمُل
َُث
َُالَُث
َ ت
َُُّ ْنُمُِ ٍمُأًا
َُ اٍمُسََُحُ سُِهُْص
َُعَُْمُالُجُوَُ َسُُِْمُِالخ
َُوَُ ت ُ َذُبُْالسَّ
ُُ َبُخُِك
َُادَُبَُعُِ هُُل
ُ َنُحُْخُِِّسُ ة
ُىََُسًُُ اهَُُوُزَُ .ت
َُّ ى فِىُاوُِرَُبُْالط
ََدِوى َعْن ِطَُسُوُْالا
َى امل ْعُلْىَب ْبِن ُمْىس َ ٌَ َعْن
ََُمت
َ78َُمْسل
Redaksi dalam Kitab Al-‘Ilal al-Mutanâhiyah:
هََُّهَُّأ
َاَل: أ
َ، ك َغاِزيُّ
ْهَ ٍْد ْلا ْحِر ْبُن ُمَحمَّ
َخ
ِْه ْبُن ا َسْعُد ال
ٍَّد َعْبُد الل ُبى ُ