kua sebagai tolok ukur integritas kementrian agama

Upload: muhammad-choiru-nastain

Post on 12-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

news

TRANSCRIPT

Nama : Yuyun MaslakhahNPM : 2120911027Semester : IIIDosen : Hayat M.siMata Kuliah : Administrasi Perkantoran ModernJurusan : FIA NegaraTTD:

KUA Sebagai Tolok Ukur Integritas Kementerian AgamaKasus gratifikasi jasa kepenghuluan ternyata sangat mempengaruhi rapor integritas Kementerian Agama.Dalam survey integritas oleh KPK pada November 2011, Kementerian agama diposisikan di nomor buncit.Salah satu indikatornya adalah maraknya kasus gratifikasi jasa kepenghuluan yang melibatkan P2N di KUA.Mestinya itu mencoreng Kementerian Agama yang bermoto ikhlas beramal.Kementerian agama mestinya menjadi benteng kebobrokan moral bangsa justru malah sebaliknya.Kasus yang dialami Romli, Kepala KUA Kota Kediri yang dijerat kasus gratifikasi berupa penerimaan honor jasa kepenghuluan. Modusnya Romli memungut biaya melebihi tarif resmi pernikahan. Padahal yang ditetapkan pemerintah hanya 30 ribu untuk setiap pernikahan. Sejawat lewat forum komunikasi kepala KUA di Jawa Timur menilai, perlakuan terhadap Romli tersebut, merupakan bentuk kriminalisasi profesi kepenghuluan. Para penghulu pun memutuskan untuk mogok. Para petugas negara yang biasanya siap siaga melayani pencatatan nikah di luar kantor dan jam kerja tersebut tidak lagi bersedia memenuhi undangan keluarga mempelai. Dampaknya, pencatatan nikah harus dilaksanakan pada jam kerja di KUA mulai Januari 2014.Selain patut disayangkan ancaman itu bisa disebut keangkuhan profesi layaknya kasus mogok dokter dan mogok guru. Sebab sebagai pemegang monopoli pencatatan pernikahan semestinya mereka mengimbangi dengan pelayanan yang berstandar baik. Layanan pencatatan nikah di luar jam kantor dan jam kerja sejauh ini telah membudaya di masyarakat. Biayanya pun berlipat tatkala mengundang P2N. Namun, berapa pun tarifnya pasti dibayar keluarga mempelai. Buktinya, di Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang, biaya pernikahan mencapai 550 ribu rupiah dengan menandatangani surat perjanjian kuasa bermaterai bahwa semua proses akad nikah dipasrahkan kepada petugas pencatat nikah. Mulai dari ijab qabul, khutbah nikah dan doa. Uang jasa kepenghuluan tersebut dibagikan kemana-mana. Sebagian masuk kas KUA, sebagian lagi dinikmati petugas yang terlibat dalam proses pernikahan antara lain, Pak Modin, pihak desa, kecamatan dan setoran kepada pejabat terkait di lingkungan Kementerian agama. Menurut kami, dugaan praktik pungli biaya nikah di beberapa daerah di Indonesia besarannya berbeda-beda. Apakah pungli yang terjadi di lingkungan Kementerian agama yang mengurusi soal-soal keagamaan itu dibiarkan terus?. Hal ini sangat layak jika hal tersebut dijadikan sebagai bahan evaluasi diri. Ojo dumeh dadi pejabat yang berkuasa dan punya kekuasaan monopoli, kemudian kita minta diberi pelayanan yang lebih. Ojo dumeh rakyat sedang butuh jasa kita, lalu seenaknya memasang tarif dan menetapkan tarif di luar kewajaran. Seharusnya dan selayaknya kasus-kasus di atas menjadi bahan instrospeksi diri dan pelajaran bersama bagi para pegawai Kementerian agama. Bahkan kami yakin, kasus-kasus pungli kalau dibiarkan terus, akan terus naik mengikuti kenaikan nilai dolar. Sebab salah satu penyakit manusia adalah rakus alias merasa selalu kurang. Sabda Rasulullah SAW : Seandainya seseorang sudah punya harta seisi perut bumi, dia ingin punya dua perut bumi. Jika sudah punya dua, dia ingin punya tiga. Manusia tidak akan pernah merasa cukup dan puas dalam soal harta, sebelum perutnya dipenuhi dengan tanah (sudah mati). Perlu reformasi agar sistem pernikahan dan pelaporan nikah kepada negara lebih sederhana dan tidak ditunggangi kepentingan haram. Sudah saatnya Kementerian agama mewujudkan budaya berintegritas, sistem yang terukur untuk mengatur biaya pencatatan nikah di luar kantor dan jam kerja. Selain sudah menjadi kebiasaan, fasilitas di KUA sangat terbatas dan memprihatinkan. Kepastian regulasi tersebut mutlak dibutuhkan sebagai ikhtiyar untuk membangun budaya berintegritas setiap pegawai Kementerian agama termasuk para penghulu. Kementerian agama harus menjaga marwah profesi pegawai dan institusi Kementerian agama semakin berintegritas hingga layak disebut Kementerian suci. Pendapatan pegawainya pun halalan toyyiban.fiddunyaa hasanah wafilaakhiroti hasanah waqinaa adzabannar.Amiin