kti alfiana luthfidigilib.ukh.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut-1349...1. dr. agnes sri harti,...
TRANSCRIPT
-
TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK
HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH PADA
ASUHAN KEPERAWATAN An. B DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI
RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT
dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO
WONOGIRI
Disusun Oleh :
ALFIANA LUTHFI SHOFIANI
NIM. P.12066
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
-
i
TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK
HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH PADA
ASUHAN KEPERAWATAN An. B DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI
RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT
dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO
WONOGIRI
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh :
ALFIANA LUTHFI SHOFIANI
NIM. P.12066
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
-
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya bertandatangan di bawah ini :
Nama : Alfiana Luthfi Shofiani
NIM : P.12066
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Proposal : Terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus
anak usia prasekolah pada Asuhan Keperawatan An. B dengan
Sindroma Nefrotik di Ruang Cempaka Rumah Sakit dr.
Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal penelitian yang saya tulis ini
benar - benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa proposal penelitian ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 21 Februari 2015
Yang Membuat Pernyataan
Alfiana Luthfi Shofiani
-
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Penelitian ini diajukan oleh :
Nama : Alfiana Luthfi Shofiani
NIM : P.12066
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul :“Terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus
anak usia prasekolah pada Asuhan Keperawatan An. B dengan
Sindroma Nefrotik di Ruang Cempaka Rumah Sakit dr. Soediran
Mangun Soemarso Wonogiri.’’
Telah disetujui untuk diaplikasikan di rumah sakit oleh pembimbing Karya Tulis
Ilmiah.Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Di tetapkan di: STIKes Kusuma Husada
Hari/ Tanggal: Senin, 18 Mei 2015
Pembimbing : Happy Indri Hapsari,S.Kep., Ns. M.Kep ( )
NIK. 201284113
-
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Alfiana Luthfi Shofiani
NIM : P.12066
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA
PRASEKOLAH PADA ASUHAN KEEPERAWATAN An. B
DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI RUANG CEMPAKA
RUMAH SAKIT dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO
WONOGIRI
Telah disetujui untuk diujikan dihadapanDewanPenguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkandi : STIKes Kusuma Husada Surakarta
Hari / Tanggal : Senin, 15 Juni 2015
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK201284113 ( )
Penguji 1 : AtiekMurharyati, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK200680021 ( )
Penguji 2 : Amalia Senja, S.Kep., Ns
NIK201189090 ( )
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Keperawatan
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Penelitian dengan judul “TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN KOGNITIF ANAK USIA
PRASEKOLAH .”
Dalam penyusunan Proposal ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat:
1. Dr. Agnes Sri Harti, M.Si. Selaku ketua STIkes Kusuma Husada Surakarta
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIkes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Ketua Program Studi DIII
keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Sekretaris Ketua Program Studi
DIII keperawatan yang telah membimbing dengan cermat, memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya proposal penelitian ini.
4. Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns. M.Kep. Selaku dosen pembimbing yang
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan
serta memfasilitasi demi sempurnanya proposal penelitian ini.
5. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Penguji I yang sudah
memberikan kritik saran serta masukan.
6. Amalia Senja, S.Kep.,Ns. Selaku Penguji II yang sudah memberikan kritik
saran serta masukan.
7. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
-
vi
8. Kedua orang tua saya Ismail Warjimo dan Siti Shofiatun, yang selalu menjadi
inspirasi, memberikan semangat, memberikan doa dan kasih sayang untuk
menyelesaikan pendidikan.
9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga proposal aplikasi riset ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 23 Mei 2015
Penulis
Alfiana Luthfi Shofiani
-
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR KEASLIAN TULISAN ............................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................... 6
B. RumusanMasalah ................................................................. 6
C. TujuanPenulisan ................................................................... 8
D. ManfaatPenulisan ................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TinjauanTeori ......................................................................... 6
1. Perkembangan Anak ...................................................... 6
a. Perkembangan Anak .............................................. 6
b. Kognitif Anak ........................................................ 6
c. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Perkembangan
Anak ....................................................................... 7
d. Tahap - tahap Perkembangan ................................. 8
e. Origami .................................................................. 10
B. Kerangka Teori ...................................................................... 13
C. Kerangka Konsep .................................................................. 14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subyek Aplikasi Riset ........................................................... 20
B. Tempat Penelitian .................................................................. 20
C. Alat ukur ................................................................................ 20
-
viii
D. Media yang di gunakan ......................................................... 20
E. Langkah dan Prosedur ........................................................... 20
F. Evaluasi ................................................................................. 20
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................. 22
B. Pemeriksaan Laboratorium dan Data Penunjang Lainnya .... 27
C. Terapi ..................................................................................... 27
D. Perumusan Masalah ............................................................... 28
E. Prioiritas Diagnosa Keperawatan .......................................... 29
F. Intervensi Keperawatan ........................................................ 29
G. Implementasi Keperawatan ................................................... 31
H. Evaluasi ................................................................................. 39
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................. 45
B. Diagnosa keperawatan ........................................................... 49
C. Intervensi keperawatan .......................................................... 51
D. Implementasi keperawatan .................................................... 53
E. Evaluasi keperawatan ............................................................ 54
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 58
B. Saran ...................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
-
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Asuhan Keperawatan
Lampiran 2 Format Pendelegasian
Lampiran 3 Log Book
Lampiran 4 Lembar Konsultasi
Lampiran 5 Jurnal
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut (Soemarti, 2008) Anak usia prasekolah merupakan anak dengan
umur antara 3-7 tahun dimana mereka mampu untuk mengikuti program
prasekolah, dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok antara lain:
kelompok anak dengan usia 3 bulan sampai 5 tahun, kelompok bermain dengan
usia3 tahun, program taman kanak-kanak dengan usia 4-6 tahun.
Perkembangan motorik halus anak usia prasekolah dimulai dari ketika
mereka mulai bisa menilai benda, manusia lain, dan sudah mampu untuk
memahami dunia mereka sendiri. Mereka maju dengan kecepatan luar biasa
dimulai dari pengetahuan dasar. Sebagai contoh mereka mampu untuk
memanipulasi objek, akan tetapi mereka belum bisa mendiskripsikannya
dengan tulisan maupun dengan kata-kata (Soetjiningsih, 2012).
Kemampuan motorik halus anak usia prasekolah antara lain mampu
untuk berfikir secara logis tentang suatu objek atau kejadian. Anak juga mampu
untuk mengklasifikasikan benda sesuai dengan ukuran, berat,ataupun bentuk
(Santrock, 2007).
Pada anak usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak lebih tepat untuk
dikembangkan. Motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus,
seperti menggenggam mainan atau melakukan apapun yang memerlukan
ketrampilan tangan, maka motorik halus anak prasekolah harus dikembangkan
-
2
dan diarahkan, yang bertujuan untuk memusatkan fikiran anak, mampu
mengarahkan anak untuk mencari berbagai macam penyelesaian masalah salah
satu caranya adalah dengan bermain origami(Apriliyana, 2005).
Tingkat perkembangan menurut WHO dengan klasifikasi data adanya
gangguan motorik halus anak didunia (68,5%). Dari data tersebut
perkembangan motorik halus didunia tergolong rendah. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat perkembangan motorik halus antara lain status
gizi, lama PAUD, usia, dan bagaimana cara pengasuhan balita.
Dampak yang akan timbul dalam permasalahan motorik halus terganggu,
antara lain proses belajar disekolah maupun dilingkungan akan terganggu
seperti malas, minat belajar menurun, kepribadian anak pun ikut terganggu
(Etriyanti. 2011).
Origami adalah suatu seni melipat kertas sehingga menghasilkan
berbagai macam bentuk, origami dapat mengasah kemampuan motorik halus
melalui ketrampilan jari-jemari tangan anak saat melipat kertas. Ketika kedua
tangan bergerak, gerakan otot-otot jari tangan mengirimkan sinyal ke SSP
memicu neuron melalui tangan(Apriliyana, 2005).
Manfaat origami salah satunya adalah untuk memupuk kreatifitas, maka
dampak yang akan ditimbulkan dalam permainan origami adalah antara lain
kemudahan untuk mengembangkan fikiran yang di pusatkan pada kemampuan
kuantitas bukan kualitas sehingga mampu menghasilkan banyak ide untuk
berfikir secara tepat, keluwesan berfikir, ataupun orang yang kreatif sehingga
mampu memecahkan berbagai masalah dengan cara penyelesaian yang
-
3
beragam serta mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda serta
mampu dengan mudah untuk meninggalkan cara lama dan mengganti cara baru
dalam berfikir. Salah satu aspek dari keluwesan berfikir adalah origanilitas dan
elaborasi. Pengertian dari origanilitas adalah mampu untuk memunculkan ide-
ide baru yang unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
Sedangkan elaborasi adalah mampu untuk merumuskan suatu masalah
sehingga menjadi lebih menarik (Apriliya,2004).
Studi pendahuluan yang didapatkan berdasarkan dari hasil
wawancara dengan kepala ruang, ruang Cempaka RSUD Wonogiri
didapatkan hasil bahwa selama 6 bulan terakhir ini, terdapat 3 anak yang
menderita Sindroma Nefrotik, sedangkan hubungan antara Sindrom
Nefrotik dengan gangguan motorik halus anak adalah karena proses
hospitalisasi yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk penanganan
di RS dan mempengaruhi proses belajarnya di sekolah, apabila orang tua
tidak selektif dalam cara mengajarkan anak untuk belajar, masa si anak
akan mengalami keterlambatan tumbuh kembang termasuk terhambatnya
motorik halus anak.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam merawat anak dengan
sindrome nefrotik hanya memberikan penyuluhan terhadap keluarga untuk
memberikan mainan kesukaan si anak supaya mendapatkan kesenangan
dan tidak terlalu stres selama dalam proses hospitalisasi.
Sehingga tindakan yang telah penulis lakukan untuk meningkatkan
perkembangan motorik halus untuk pengaruh hospitalisasi terhadap anak
-
4
di RSUD Wonogiri sangatlah tepat dikarenakan dari pihak rumah sakit
tidak terlalu memperhatikan untuk perkembangan motorik halus.
Permainan origami adalah salah satu permainan yang digunakan untuk
merangsang berkembangnya motorik halus anak.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menerapkan tindakan terapi bermain origami untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada Asuhan Keperawatan
An.B dengan diagnosa medis Sindroma Nefrotik di Ruang Cempaka
RSUD Wonogiri
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An.B
dengan Sindroma Nefrotik
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An.B
dengan Sindroma Nefrotik
c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada An.B
dengan Sindroma Nefrotik
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada
An.B dengan Sindroma Nefrotik
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada An.B
dengan Sindroma Nefrotik
-
5
f. Penulis mampu menganalisa hasil penerapan tindakan terapi
bermain origami terhadap peningkatan motorik halus pada An.B
dengan Sindroma Nefrotik
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan sumbangan informasi untuk lebih mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama di bidang ilmu keperawatan khususnya mengenai
origami terhadap perkembangan motorik halus.
2. Bagi Penulis
a. Untuk mengetahui tingkat perkembangan anak prasekolah usia 4-5
tahun sebelum diberikan terapi origami dan setelah diberikan terapi
origami.
b. Menambah pengalaman dalam melakukan aplikasi riset.
3. Bagi Perawat
Memperdalam pengetahuan tentang perkembangan motorik halus.
4. Bagi Institusi
Sebagai bahan acuhan untuk aplikasi riset lebih lanjut mengenai
perkembangan motorik halus anak dengan menggunakan terapi origami.
-
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Sindron Nefrotik
1. Konsep Penyakit
Pengertian
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang ditandai dengan
peningkatan permeabilitas membran glomelurus terhadap protein, yang
mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masif (wong, 2004)
2. Stres hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses dikarenakkan sutu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah.
Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai
kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman
yang sangat traumatik dan penuh dengan stress (Wong, 2000).
Barbagai perasaan yang sering muncul pada anak hospitalisasi yaitu
cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000). Perasaan
tersebut dapat dimanipulasi dengan modifikasi lingkungan tempat tinggal
anak ataupun dengan permainan yang dapat mendukung proses
perkembangan anak.
Manfaat terapi bermain origami salah satunya adalah untuk
memupuk kreatifitas, maka dampak yang akan ditimbulkan dalam
-
7
permainan origami adalah antara lain kemudahan untuk mengembangkan
fikiran yang di pusatkan pada kemampuan kuantitas bukan kualitas
sehingga mampu menghasilkan banyak ide untuk berfikir secara tepat.
Keluwesan berfikir, ataupun orang yang kreatif sehingga mampu
memecahkan berbagai masalah dengan cara penyelesaian yang beragam
serta mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda serta
mampu dengan mudah untuk meninggalkan cara lama dan mengganti cara
baru dalam berfikir. Terdapat 2 pola berfikir yang mendukung dengan
kasus ini yaitu origanilitas dan elaborasi, yang dimaksud dengan
origanilitas yaitu mampu untuk memunculkan ide-ide baru yang unik,
sedangkan yang dimaksud dengan elaborasi yaitu mampu untuk
merumuskan suatu masalah sehingga menjadi lebih menarik (Apriliya,
2004).
a. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui,
dianggap sebagai penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi entigen-
antibody. Umumnya etiologi anak dibagi menjadi :
1) Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan.
2) Sindrom nefrotik sekunder
-
8
Disebabkan oleh malaria kuartana atau parasit lainnya. Penyakit
kolagen seperti lupus eritematusus diseminata, purpura
anafilaktoid.
3) Sindrom nefrotik idiopatik
Disebut sindroma primer. Berdasarkan hispatologis yang tampak
pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan
mikroskop elektron (Christian Ade: 2011).
b. Manifestasi Klinis
Sindrom Nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai
dengn gejala :
1) Proteinuria masif ( > 40mg/m2 LPB/Jam atau 50mg/kg/hari atau
rasio protein / kreatin pada urin sewaktu >2mg / mg atau dipstik
≥2+)
2) Hipoalbuminemia 200mg/ dl
5) Oliguria
6) Tekanan darah normal
7) Hipoproteinuria dengan rasioa albumin:globomin terbalik
8) Ureum/kreatinin darah normal / meninggi
9) Beta 1C globulin (C3) normal.( Ikatan Dokter Anak Indonesia :
2011)
-
9
c. Penatalaksanaan
Anak dengan manifestasi klinis SN pertama kali, sebaiknya
dirawat di rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat
pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diit, penanggulangan edema,
memulai pengobatan steroid, dan edukasi orang tua.
Sebelum pengobatan steroid dimulai, dlakukan pemeriksaan
sebagai berikut
1) Pengukuran berat badan dan tinggi badan
2) Penukuran tekanan darah
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda atau gejala penyakit
sistemik,seperti lupus eritematosus sistemik, purpura henoch-
Schonlein.
4) Mencari fokus infeksi di gigi, telinga, ataupun kecacingan
5) Melakukan uji Mantoux. Boila hasilnya positif berikan
profilaksis INH selama 6bulan bersama steroid.
6) Diitetik, pemberian dosis tinggi protein dianggap merupakan
kontraindikasikarena akan menambah beban glumerulus untuk
mengeluarkan sisa metabolisme protein (hiperfiltrasi) dan
menyebabkan sklerosis.
7) Diuretik, restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat, bila
pemberian diuretik tidak berhasil biasanya terjadi karena
hipoambuminemia atau hipovolemia berat, dapat diberikan infus
albumin 20-25 % untuk menarik cairan dari jaringan intertitial
-
10
dan diakhiri dengan pemberian furosemide intravena 1-2mg.
(Ikatan Dokter Anak Indonesia , 2012)
d. Komplikasi
Komplikasi dari sindrom nefrotik menurut Ikatan Dokter Anak
Indonesia 2012 adalah sebagai berikut :
1. Infeksi, pasien SN sangat rentan terhadap infeksi, bila terdapat
infeksi perlu segera diobati dengan pemberian antibiotik. Infeksi
yang terutama adalah selulitis dan peritonitis primer.
2. Trombosis, menunjukkan bukti defek ventilasi-pervusi pada
pemeriksaan skintigrafi yang berarti terdapat trombosis pembulih
darah vaskuler paru yang asimotik.
3. Hiperlipidemia, pada pasien SN relaps atau resisten steroid terjadi
penigkatan kadar LDL dan VLDL kolesterol,trigliserida dan
lipoprotein sedangkan kolesterol HDL menurun atau norma,
sehingga menyebabkan peningkatan morbiditas kardiovaskuler
dan progresifitas glumerulosklerosis.
4. Hipokalesemia, terjadi karena pengguanaan steroid dalam jangka
panjang yang menimbulkan osteoporosis dan osteopenia, dapat
juga mengalami kebocoran metabolit vitamin D.
5. Hipovolemia, pemberian diuretik yang berlebihan atau dalam
keadaan SN relaps dapat terjadi hipovolemia dengan gejala
hipotensi, takikardia, ekstremitas dingin.
-
11
6. Hipertensi, ditemukan pada perjalanan penyakit SN akibat
toksisitas steroid.
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antra lain:
1) Urinalis, biakan urin hanya dilakukan bila didapatkan gejala
klinis yang mengarak kepada infeksi saluran kemih.
2) Protein urin kuantitatif, dapat menggunakan urin 24 jam atau
rasio protein / kreatinin pada urin pertama pagi hari
3) Pemeriksaan darah:
a) darah tepi lengkap ( hemoglobin, leukosit, hitung jenis
leukosit, trombosit, hematokrit, LED )
b) Albumin dan kolestrol serum
c) Ureum, kreatinin serta kliners kretinin dengan cara
klasikatau dengan rumus Schwarts
d) Kadar komplemen C3: bila dicurigai lupus eritematosus
sistemik pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4,
ANA(anti nuclear antibody), dan anti ds-DNA (Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2012).
f. Terapi Medis
1) Terapi inisial pada anak dengan sindrom nefrotik idiopatik tanpa
kontraindikasi steroid sesuai dengan anjuran ISKCD adalah
diberikan prednison 60 mg / m2 LPB / hari atau 2mg / kgbb / hari
(maksimal 80mg/hari) dalam dosis terbagi, untuk mengedukasi
-
12
remisi. Dosis prednison dihitung sesuai dengan berat badan ideal
(berat badan sesuai tinggi badan). Prednison dosis penuh (full
dose) inisial diberikan selama 4 minggu.
2) Pengobatan SN relaps
Berikan prednison dosis penuh sampai remisi (maksimal 4
minggu) dilakukan dengan dosis alternating selama 4 minggu.
Pada pasien SN remisi yang mengalami proteinuria kembali ≥++
tanpa edema, sebelum pemberian prednison, dicarilebih dahulu
pemicunya, biasanya infeksi saluran nafas ata. Bila terdapat
infeksi berikan antibiotik 5-7 hari, dan bila kemudian proteinuria
menghilang tidak perlu diberikan pengobatan relaps.
3) Steroid jangka panjang
Pada anak yang telah dinyatakan relaps sering ataudependen
steroid, setelah remisi dari prednison dosis penuh, diteruskan
dengan steroid dosis 1,6mg / kgbb secara alternating. Dosis ini
kemudian diturunkan perlahan / bertahap 0,2 mg / kgbb setianp 2
minggu. Penurunan dosis tersebut diturunkan sampai dosis
terkecil yang tidak menimbulkan relaps yaitu antara 0,1 – 0,5mg
/ kgbb.
4) Levamisol
Levamiso terbukti efektif sebagai steroid sparing agen.
Levamisol diberikan dengan dosis 2,5 mg / kgbb dosis tunggal,
selang hari selama 4 – 12 bulan.
-
13
5) Sitostika
Sitostika yang serig digunakan pada anak adala siklofosamid
(CPA). Siklofosamid dapat dapat diberikan peroral dengan dosis
2-3 mg / kgbb / hari dalam dosis tunggal, maupun secara
intravena. CPA plus diberikan dengan dosis 500 – 750 mg / m2
LPB, yang dilarutkan dalam 250 ml laruutan NaCL 0,9%,
diberikan selama 2 jam.
6) Siklosporin ( CyA )
Pada SN idiopatik yang tidak responsif dengan pengobatan
steroid atau sititastik dianjurkan untuk pemberian siklosporin
dengan dosis 4-5 mg / kgbb / hari (100-150 mg/ m2 LPB). Dosis
tersebut dapat mempertahankan kadar siklosporin darah berkisar
antara 150 – 250 mg / ml.
7) Mikofenolat mofetil
Pada SNSS yang tidak memberikan respon dengan levamisol atau
sitotastik dapat diberikan MMF. MMF diberikan dengan
dosis800 – 1200 mg / m2 LPB atau 25-30 mg / kgbbbersamaan
dengan penurunan dosis steroid sekama 12 – 24 bulan.
g. Diagnosa Keperawatan, NIC, NOC
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regualasi
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan asupan
cairan pasien terbatasi dengan NOC danNIC :
-
14
a) Noc
(1) Keseimbangan antara asam basa dan elektrolit
(2) Keseimbangan cairan
(3) Hidrasion
b) Nic
(1) Timbang popok atau pembalut juka diperlukan
(2) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
(3) Pasang urin kateter juka diperlukan monitor hasil Hb
yang suseuai dengan retensi cairan
(4) Monitor stasus hmodinamik termasuk ( CVP, MAP,
dan PCWP
(5) Monitor vital sign
(6) Monitor indikasi retensi atau kelebihan cairan
(7) Kaji lokasi luas edema
(8) Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung
intake kalori
(9) Kolaborasi pemberian diuretik sesuai instruksi
(10) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
eliminasi
(11) Monitor berat badan
(12) Monitor serum dan elektrolit urine
(13) Monitor uris dan osmilalitas urine
(14) Monitor perubahan irama jantung.
-
15
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan
metabolisme selular
Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3 x 24 jam
diharapkan pasien dapat mengurangi keterbatasan fisik, dengan
NOC dan NIC
a) Noc
(1) Mobilosasi bertahap
(2) Berikan bantuan ADL
(3) Memberikan dukungan ( transfer performance )
(4) Join movemen : active
b) Nic
(1) Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan
lihat respon pasien
(2) Konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana amblasi
sesuai kebutuhan
(3) Bantu klien ntuk memakai tongkat untuk mencegah
adanya cidera
(4) Ajarkan pasien untuk ambulasi
(5) Kaji kemempuaan pasien untuk mobilisasi
(6) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
(7) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
-
16
3) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan pengasuhan yang tidak adequat, setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan pasien
mampu untung mengembangkan kemampuan motorik halus,
dengan NOC dan NIC :
a) Noc :
(1) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan (
growth and development, delayed
(2) Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan penerimaan
tubuh ( nutrition imbalance less than body requirement)
b) Nic
(1) Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
(2) Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk
memfasilitasi berkembangan anak yang optimal
(3) Berikan perawatan ang konsisten
(4) Tingkatkan komunikasi verbal
(5) Berikan instruksi ulang dan sederhana
(6) Manajemen perilaku anak yang sulit
(7) Dorong anak untuk melakuknan sosialisasi dengan
kelompok
(8) Ciptakan lingkungan yang aman
(9) Tentukan makanan yang disukai anak
-
17
(10) Pantau kecenderunagn kenaikan dan penurunan berat
badan
(11) Dorong asupan makanan tinggi kalsium.
-
18
B. Kerangka Teori
Sindroma Nefrotik
Hospitalisasi Stress Hospitalisasi
Ciri dari hospitalisasi:
Cemas, marah, sedih, takut, rasa bersalah, dan gangguan pertumbuhan
perkembangan dalam proseshospitalisasi yang lama
Terapi bermain origami
Peningkatkan motorik halus
C. Kerangka Konsep
Srees hospitalisasi Penurunan kemampuan
motorik halus anak
Terapi bermain
origami Peningkatan motorik
halus
-
19
BAB III
METODE APLIKASI TINDAKAN
G. Subyek Aplikasi Riset
Anak dengan sindrom nefrotik dengan usia pra sekolah.
H. Tempat Penelitian
Di lakukan di RSUD WONOGIRI bangsal Cempaka dan di ruang
tumbuh kembang anak.
I. Alat ukur
DDST / Denver.
J. Media yang di gunakan
Kertas origami.
K. Langkah dan Prosedur
Langkah dan prosedur dilakukan sesuan dengan jurnal utama yaitu
permainan diberikan hingga 4x permainan dengan waktu sesuai dengan
kondisi anak,dengan waktu pemberian diberikan ±15 menit.
L. Evaluasi
Hasil interprestasi Denver II adalah sebagai berikut:
-
20
Kemampuan motorik halus:
1. Menggambar orang 5 bagian, anak hanya bisa menggambar orang 3 bagian
saja
Persentil : 75 – 90 (Caution)
2. Mencontoh menyatukan kedua sisi garis, anak belum dapat untuk menarik
garis lurus
Persentil: 75 – 90 (Caution)
3. Memilih garis yag lebih panjang, anak sudah mampu untuk memilih garis
yng lebih panjang
Passed
4. Menggambar lingkaran hingga ujung bertemu dengan ujung,anak sudan
mampu meyatukan kedua ujungnya
Passed
Kesimpulan:
SUSPEC
-
21
BAB IV
LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menuliskan laporan kasus asuhan keperawatan yang
di lakukan pada An.B selama tiga hari mulai tanggal 09 Maret 2015 sampai 11
Maret 2015 di bangsal Cempaka Rumah Sakit Umun Dareah Wonogiri. Laporan
kasus yang anak dikemukakan pada bab ini adalah proses keperawatan yang
meliputi : pengkajian, doagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Pengkajian yang dilakukan
dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa melalui pengamatan, observasi
langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis, dan catatan perawat.
A. Pengkajian
1. Identitas dan Penanggung Jawab Pasien
Pasien masuk rumah sakit tanggal 06 Maret 2015 jam 16.20 WIB
dan pengkajian dilakukan pada tanggal 09 Maret 2015, didapatkan dentitas
pasien bernama An. B, tanggal lahir 06 Agustus 2010, umur 5 tahun 5
bulan 24 hari. Orang tua dan penanggung jawab Tn. S, usia 48 tahun,
alamat Kroto, Gesmantoro, Wonogiri. Diagnosa medis Sindroma Nefrotik.
2. Riwayat Penyakit dan Riwayat Kesehatan Sekarang
Hasil pengkajian pasien ditemukan riwayat penyakit yaitu keluhan
utama keluarga pasien mengatakan tubuh anaknya bengkak-bengkak di
seluruh tubuh. Riwayat penyakit sekarang ibu pasien mengatakan anaknya
-
22
mengalami bengkak-bengkak sejak 7 hari yang lalu sejak tanggal 29
Februari 2015, kemudian pada tanggal 06 Maret 2015 orang tua pasien
membawa pasien ke IGD RSUD Wonogiri, di IGD pasien mendapatkan
terapi oksigen 2 liter/menit, infus KaEn 1B 10 tetes per menit, injeksi
furosemid 10mg/8jam intravena, injeksi ranitidin 12,5 mg/ 12jam
intravena, injeksi metylprednisolon 8mg/ 12jam, kemudian pasien
dipindah kebangsal perawatan anak Cempaka ruang III6
3. Riwayat penyakit keluarga
Pasien megatakan anak sudah menderita penyakit ini sejak 3 tahun
yang lalu dengan kisaran umur 2 tahun, dan belum sempat menuntaskan
pendidikan PAUD. Pasien tidak memiliki alergi obat medis, herbal,
makanan, atau minuman apapun. Pasien sudah dilakukan imunisasi
lengkap dasar yaitu: polio, BCG, Campak, Hepatitis B, dan DPT.
Riwayat ksehatan keluarga, ibu pasien mengatakan dalam anggota
keluarga tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM,
Asma, Jantung dan lain-lain, adapun silsilah keluarga pasien selama 3
generasi keturunan, sebagai berikut:
-
23
An. B (5TH) An. C (3th)
Keterangan :
: Laki - Laki
: Perempuan
x : Meninggal
: Pasien
Didapatkan pemeriksaan interpretasi NCHS dengan berat badan
menurut umur (WAZ) adalah - 0,68 masuk dalam kategori berat badan
normal. Tinggi badan menurut umur ( HAZ) adalah – 0,55 masuk dalam
kategori tinggi badan normal. Berat badan menurut tinggi badan (WHZ)
adalah 91.3 masuk dalam kategori gizi baik.
Pertumbuhan dan perkembangan, dari hasil pemeriksaan melalui test
denver pada tanggal 09 Maret 2015 didapatkan hasil interprestasi Denver
II adalah sebagai berikut:
Kemampuan motorik halus: Menggambar orang 5 bagian, anak
hanya bisa menggambar orang 3 bagian saja. Persentil : 75 – 90 (Caution)
x x x
-
24
Mencontoh menyatukan kedua sisi garis, anak belum dapat untuk
menarik garis lurus. Persentil: 75 – 90 (Caution). Memilih garis yag lebih
panjang, anak sudah mampu untuk memilih garis yng lebih panjang.
Passed. Menggambar lingkaran hingga ujung bertebu dengan ujung,anak
sudah mampu meyatukan kedua ujungnya. Passed. Kesimpulan: SUSPEC
Status nutrisi pasien sebelum sakit, keluarga pasien mengatakan
dalam sehari makan 3x dengan menu nasi, sayur, dan lauk, dan selalu
menghabiskan porsi makan tanpa keluhan. Saat sakit pasien mengatakan
selalu menghabiskan porsi mkan yang diberikan oleh rumah sakit sedikit-
sedikit tapi sering dengan perhitungan: kebutuhan kalori dengan usia
5tahun, berat badan 18kg, didapatkan hasil kebutuhan kalori sebanyak
1400 kalori/hari. Perhitungan cairan sebanyak 1400 ml/hari. Balance
cairan yang dihitung selama 24 jam adalah -873.
Pola eliminasi BAB sebelum sakit, pasien mengatakan BAB
biasanya 1x setiap hari, konsistensi lunak, warna kuning, tidak ada
keluhan, bau khas. Pola elminasi BAK sebelum sakit pasien mengatakan
BAK sebanyak 4-6x/ hari warna kuning jernih bau amoniak. Saat sakit
pasien BAK 10-14x/hari warna kuning bau amoniak.
Pemariksaan fisik yang dilakukan oleh penulis pada pasien,
didapatkan data yaitu: keadaan umum pasien composmentis. Pemeriksaan
tanda-tanda vital 37,4ºC, denyut nadi 104x/menit irama teratur dan kuat,
pernafasan pernafasan 24x/menit, irama teratur.
-
25
Pemeriksaan head to toe bentuk kepala mesochepal, palpasi fontanel
dan sutura rapat, pada kontrol kepala tidak terdapat nyeri, tidak terdapat
benjolan, tidak terdapat luka, kondisi kepala bersih dan rambut rata.
Pemeriksaan mata: kedua mata simetris, konjungtifa tidak anemis, tidak
ikterik, tidak terdapat tanda-tanda peradangan. Pemeriksaan telinga:
simetris kanan/kiri, tidak terdapat lesi, dan pendengaran tidak terganggu.
Pemeriksaaan hidung: nares simetris, tidak terdapat sekret, tidak
menggunakan pernafasan cupping hidung, tidak mengnakan otot bantu
pernafasan. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering, mulur bersih, gigi
bersih, dan warna bibir pucat. Pemeriksaan leher: bentuk simetris, tidak
terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan tidak terdapat distensi vena leher.
Pemeriksaan fisik dengan tekhnik inspeksi (melihat), palpasi
(meraba), perkusi (mengetuk), auskultasi (mendengarkan) pada dada
yaitu: paru-paru simetris kanan-kiri, tidak ada otot bantu nafas, vocal
fremitus kanan-kiri sama, suara paru sonor, bunyi nafas vesikuler
(inspirasi lebih panjang dari pada ekspirasi), tidak ada suara nafas
tambahan. Pemeriksaan jantung ictuscordis tidak tampak, terdengar sonor
diseluruh lapang paru, tidak terdapat lesi, tidak terdengar ronchi/wheezing.
Pemeriksaan abdomen dinding perut supel tidak terdapat meteorismus,
tidak ada lesi, bising usus 8x/ menit suara lemah, terdengar dullness, teraba
tegang.
Pemeriksaan genetalia hasilnya bersih, tidak terpasang kateter,
pemeriksaan anus bersih, tidak terdapat hemoroid. Pemeriksaan
-
26
ekstremitas kekuatan otot penuh saat sebelum sakit , dan mengalami
penurunan kekutan otot selama sakit karena kelemahan, terdapat udem di
ekstremitas bawah. Pemeriksaan integumen kulit kering, kulit kaki,
tangan, dan perut pecah-pecah, tidak terdapat luka, capilary refil >2 detik,
turgor kulit tidak kembali dalam 1 detik.
B. Pemeriksaan Laboratorium dan Data Penunjang Lainnya
Pemeriksaan penunjang pada tanggal 08 Maret 2015 didapatkan hasil:
pemeriksaan albumin 1,7gram/dl (nilai normal 3,5 - 5,0 garm/dl). Pemeriksaan
penunjang pada tanggal 11 Maret 2015 didapatkan hasil pemeriksaan
mikroskopis yaitu: warna kuning muda, kejernihan 11,0 , Ph 7,0 sedangkam
pemeriksaan kimia didapatkan hasil leukosit 2+, protein 1+, glukosa -, keton -
, urobilinogen normal, bilirubin -, blood 1+, dan hasil albumin 2,4gram/dl (nilai
normal 3,5-5,0 gram/dl).
C. Terapi
Pasien pada tanggal 9-10 Maret 2015 mendapatkan terapi infus Dextrosa
5%, 6 tpm intravena makro, pada tanggal 11 Maret 2015 mendapatkan infus
Dextrosa 5%, 16 tpm intravena makro, tanggal 9-11 Maret 2015 mendapatkan
terapi injeksi Furosemide 2 x 10mg golongan Diuretik, kandungan furosemide
40mg, fungsi dan farmakodinamik adalah untuk udem yang disebabkan oleh
payah jantung, sirosis hati, penyakit ginjal termasuk sindrom nefrotik. Injeksi
ampiciline 3 x 350mg golongan antimikroba, antibakteri, penicilin, kandungan
-
27
ampicilin 250 mg, fungsi dan farmakodinamik untuk infeksi saluran
pernafasan, penernaan dan perkemihan, tanggal 10 Maret 2015 diberikan
tranfusi Albumin (human) 5%, 20% dosis 2x 50 ml, golongan produk darah
dan pengganti plasma, kandungan Human Albumin 5%, fungsi dan
farmakodinamik, untuk hipoalbuminemia dengan atau tanpa edema,
syokhipovelemik, hipoproteinemia.
D. Perumusan Masalah
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dari hasil pengkajian
pada tanggal 9 Maret 2015 jam 10.30 WIB, penulis menegakkan dioagnisa
keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan difusi ginjal.
Diagnosa tersebut ditunjang dengan data subjektif keluarga pasien mengatakan
anaknya bengkak-bengkak diseluruh tubuh. Data objektif yang diperoleh
pasien tampak udem, lingkar perut: 70cm, lingkar lengan 26cm, turgor kulit
tidak kembali dalam 1 detik, capilari refil tidak kembali dalam 2 detik, dengan
suhu 37ºC, nadi 104x /menit.
Jam 10.40 WIB didapatkan data subjektif keluarga pasien mengatakan
anaknya yang diumur 5 tahun , anaknya belum bisa membedakan warna, dan
hanya bisa menghitung dari 1-5 dengan tuntunan. Dataobjektif yang ditemukan
pasien tampak terbaring ditempat tidur dam belum bisa diajak berkomunikasi.
Penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan keterlambatan pertumbuhan
dan perkrmbangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat.
-
28
Jam 11.10 didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan sejak dari
IGD pasien sudah lemas, dengan udem disekujur tubuh kecuali dipergrlangan
tangan. Data objektif didapatkan pasientampak terbaring lemah ditempat tidur.
Penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
E. Prioiritas Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data diatas penulis dapat memprioritaskan diagnosa
keperawatan, adapun prioritas utama adalah kelebihan volume cairan
berhubungan dengan difusi ginjal. Prioritas diagnosa keperawatan kedua
adalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
pengasuhan yang tidak adequat. Prioritas diagnosa ketiga adalah hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot.
F. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan kriteria prioritas pada diagnosa keperawatan utama adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga pasien mampu
memahami tentang pembatasan cairan dan diit, keluarga menyatakan secara
verbal pemahaman tentang obat yang di programkan, vital sign dalam batas
normal, tidak menunjukkan tanda-tanda dipsnea, hematokrit dalam batas
normal. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat
perencanaan pantau elektrolit, management cairan masuk, managenen
elektrolit, managemen eliminasi urin, kolaborasi ahli gizi untuk diit dengan
-
29
kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium, tinggikan extremitas
untuk meningkatkan aliran balik vena, pertahankan dan alokasikan
pembahasan cairan pasien.
Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan kedua
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 3x24 jam diharapkan
anak akan mencapai tahapan penting perkembangan fisik dan psikososial
maupun kognitif tanpa keterlambatan dari rentang yang diharapkan.
Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan
memfasilitasi atau menganjurkan orang tua atau pengaasuh untuk
memfasilitasi perkembangan motorik kasar, bahasa, kognitif. Mendeteksi
risiko atau masalah kesehatan dengan memanfaatkan riwayat kesehatan.
Membantu orang tua memhami dan meningkatkan tumbuh kembang anak.
Menganalisis faktor risiko potensial. Menentukan risiko kesehatan.
Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan ketiga
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
keluarga pasien dapat meningkatkan aktifitas fisik yang bisa dilakukan,
mampu berbicara saat beraktifitas fisik. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil
tersbut penulis membuat perencanaan terapi aktifitas, monitoring vital sign
sebelum dan sesudan melakukan tindakan dan lihat respon pasien selama
melakukan aktifitas, konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuan kebutuhan, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, mengatur
pengguanaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan, memanipulasi
lingkungan sekitar pasien untuk memperoleh manfaat terapeutik, berikan alat
-
30
bantu jika klien memerlukan, ajarkan pasien ataupun keluarga pasien
bagaimana merubah posisi, membantu pasien dan keluarga untuk menjaga
rumah sakit sebagai tempat tinggal yang bersih, memberikan latihan fisik yang
sesuai dengan kemampuan anak.
G. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi
diagnosa keperawatan pertama pada hari senin 09 Maret 2015 jam 10.00 adalah
mengkaji respon dan vital sign pasien, respon subjektif keluarga pasien
mengatakan pasien udem sejak 7 hari yang lalu dan mau untuk diperiksa
keadaanya; respon objektif didapatkan kondisi umum lemah, suhu, 37ºC, nadi
104x/ menit. Jam 10.10 WIB memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien
untuk memantau asupan nutrisi ataupun cairan pada pasien, respon subjektif
didapatkan ibu pasien mangatakan sudah sedikit-sedikit memantau asupan
makanan ataupun cairan sesuai petunjuk dari dokter; data objektif didapatkan
ibu pasien dapat mengulas apa yang telah di pelajari. Jam 10.25 WIB mengkaji
perkembangan motorik halus pasien didapatkan data subjektif ibu pasien
mengatakan anaknya belum sekolah sampai saat ini dikarenakan sakitnya; data
objektif didapatkan pasien tampak tidak bisa membedakan warna dasar dan
hanya bisa menghitung angka dari 1-5 dengan tuntunan. Jam 10.40 WIB
memberikan penyuluhan tentang pentingnya tumbuh kembang untuk masa
depan anaknya, memberikan penyuluhan tentang origami akan mempengaruhi
tingkat motorik halus anaknya, didapatkan respon subjektif keluarga pasien
-
31
mengatakan anak terganggu perkembangannya dikarenakan telat sekolah; data
objektif didapatkan keluarga pasien tampak kooperatif. Jam 11.00 WIB
mengatur penggunaan energi untuk mencegah kelelahan, data subjektif
didapatkan keluarga pasien mengatakan akan memantau aktifitas pasien; data
objektif didapatkan keluarga tampak kooperatif dalam menerima penyuluhan.
Jam 11.10 membantu orang tua untuk mempelajari pentingnya perkembangan
pada anak dan fungsi meningkatkan perkembangan motorik halus pada usia
prasekolah, didapatkan data subjektif keluarga mengatakan sebelumnya tidak
tahu tentang pentingnya motorik halus; data objektif didapatkan keluarga
tampak kooperatif. Jam 11.30 membantu pasien dan keluarga untuk menjaga
rumah sakit sebagai tempat tinggal yang bersih, data subjektif didapatkan
keluarga pasien bersedia untuk membersihkan area kamar; data objektif
didapatkan ibu pasien tampak merapikan sekitar tempat tidur dan membuka
jendela. Jam 12.00 WIB memberikan injeksi furosemid 10mg/12 jam
didapatkan data subjektif pasien mau untuk diberikan obat; data objektif obat
masuk intravena dan pasien tenang. Jam 13.10 menghitung kebutuhan kalori
dan cairan, data subjektif yang didapatkan ibu pasien mengatakan anak
bengkak-bengkak disekujur tubuh; data objrktif didapatkatkan lingkar perut:
70cm, lingkar lengan: 23cm, dengan hasil perhitungan cairan didapatkan:
1. Kebutuhan cairan/ hari ( umur 5tahun, bb: 18kg )
1000+50ml untuk kenaikan 1kg ≥ 10kg
1000ml/ kg+ ( 8kg x 50 ml/kg )
1000 + ( 8x50 )
-
32
1000 + 400
1400
2. Kebutuhan Kalori
1000cal untuk 50 kalori untuk setiap kenaikan 1kg >10 kg
1000 + ( 8x50 )
1000+ 400
1400 kalori
3. Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar
Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ; cairan keluar= 275+2600+270
Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi
diagnosa keperawatan kedua, pada hari selasa 10 Maret 2015 jam 08.00
WIB, melakukan terapi bermain origami, data subjektif yang didapatkan
pasien mau untuk bermain melipat-lipat kertas, dan data objektif yang
didapatkan pasien tampak menikmati permainan melipat kertas berwarna-
warni namun masih belum bisa meniru yang dicontohkan, dan hanya
mampu melakukan dengan bimbingan.
Jam 09.00 WIB memberikan terapi Ampicilin 350mg intravena
untuk penanganan diagnosa keperawatan pertama, didapatkan data
subjektif adalah pasien mengatakan mau untuk diberikan obat; data
objektif yang didapatkan adalah terapi ampicilin masuk melalui selang
infus 350mg.
-
33
Jam 10.10 WIB mengajari untuk membedakan warna-warna dasar
dan menghitung 1-10 untuk penanganan diagnosa kedua, didapatkan data
subjektif pasien mengatakan mau untuk belajar warna dan berhitung, data
objektif yang didapatkan pasien hanya mampu membedadan 3 warna dasar
yaitu merah, putih, hitam dengan sedikit bimbingandan menghitung angka
1-5.
Jam 11.30 WIB membatasi aktifitas sesuai kemampuan anak untuk
penanganan diagnosa ketiga, didapatkan data subjektif pasien sudah
merasa lelah setelah bermain dan mau beristirahat jika merasa lelah, data
objektif yang didapatkan pasien tampak terbaring ditempat tidur.
Jam 12.00 WIB memberikan injeksi furosemide 10mg untuk
penanganan diagnosa pertama, didapatkan data subjektif pasiem mau
untuk diberikan obat, data objektif yang didapatkan injeksi masuk 10mg
melalui selang intravena.
Jam 13.00 WIB memberikan terapi bermain origami kepada anak
untuk penanganan diagnosa kedua, didapatkan data subjektif pasien mau
untuk menulangi bermain origami, data objektif yang didapatkan pasien
tampak sudah lebih memahami dimana lipatan harus diarahkan dan dapat
melakukan dengan satu tangan.
Jam 13.50 WIB mebedakan warna dan mengajari menghitung untuk
penanganan diagnosa keperawatan kedua, data subjektif yang didapatkan
pasien mengatakan sudah dapat menghitung tetapi masih bingung dengan
warna-warna, data objektif yang didapatkan anak sudah dapat menghitung
-
34
anagka 1-5 dengan lancar dan 1-10 dengan sedikit tuntunan, pasien hanya
mampu menghafal 3 warna dasar yaitu merah, hitam, putih
Jam 14.20 WIB menghitung balace cairan untuk penanganan
diagnosa pertama, didapatkan data subjektif keluarga mengatakan selalu
memantau asupan minuman yang diminum pasien, data objektif yang di
dapatkan lingkar perut 64cm, lingkar lengan 23cm, dan hasil perhitungan
cairan didapatkan:
Kebutuhan cairan /hari
Umur 5 tahun, bb 17 kg
1000 + 50 setiap kenaikan 1 kg ≥ 10 kg
1000 + ( 7x50 )
1000 + 350
1350
Kebutuhan Kalori
1000 cal + 50 cal setiapkenaikan 1 kg > 10 kg
1000 + (7x50)
1000 + 350
1350
Balace cairan = cairan masuk – cairan keluar
Cairan masuk Cairan keluar
Makan = 750cc/ hari BAB = 275 cc/ hari
Minum = 480cc/ hari BAK =2600cc/ hari
-
35
Injeksi =1070cc/ hari IWL = ( 30-5 ) x 17
= 255
Air metabolisme = 8cc x 18 =144 Cairan Keluar = 3.130cc/ hari
Cairan masuk = 2.569
Balance cairan = cairan masuk – cairan keluar
= 2.569 – 3.130
= - 561
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi
diagnosa keperawatan pertama paada hari Rabu 11 Maret 2015 jam 08.00
WIB melakukan pengkajian keadaan umum pasien didapatkan hasil data
subjektif pasien mengatakan mau untuk diperiksa dan di timbang berat
badannya, data objektif yang didapatkan nadi 104x / menit, bb 15 kg,
albumin 2,4.
Jam 08.40 WIB melakukan permainan origami dan menggali
kemampuan motorik halus didapatkan data subjektif pasien mengatakan
mau untuk mengulang permainan melitap-lipat kertas dan mau membuat
tempat pensil dari kertas, data objektif yang didapatkan anak tampak lebih
kooperatif dan sudah mampu menghafal 3 warna dengan lancar serta
mampu menghitung 1-10 dengan lancar.
Jam 09.10 WIB memberikan terapi ampicilin 350mg melalui
intravena didapatkan data subjektif pasien mengatakan mau untuk
diberikan obat, data objektif didapatkan pasien tampak tenang, dan udem
diperut berkurang.
-
36
Jam 10.00 memberikan terapi albumin (human) 100 ml melalui
intravena didapatkan hasil data subjektif pasien mau untuk diberikan obat,
data objektif didapatkan albumin masuk melalui intravena dan 1 jam
setelah diberikan albumin pasien tidak merasakan sesak nafas.
Jam 12.00 WIB memberikan injeksi furosemide 5mg / 12 jam
melalui intravena didapatkan hasil data subjektif pasien mau untuk
biberikan obat, data objektif yang didapatkan hasil terapi furosemide
masuk 5mg melalui intravena, tidak terdapat udem.
Jam 13. 45 WIB memberikan terapi bermain origami kepada anak
diruang tumbuh kembang untuk penanganan diagnosa keperawatan kedua
didapatkan hasil data subjektif mau untuk bermain lagi diruangan yang
banyak mainannya, data objektif anak terlihat sangat berantusias untuk
bermain sambil belajar, pasien tampak lebih lincah untuk melipat kertas
walau hanya dengan satu tangan dan sudah bisa membedakan 5 warna
dasar sesuai kertas-kertas yang dimainkan, serta dapat menghitung benda
1-10, mampu menumpuk balik hingga 6 balok sesuai warna.
Jam 15.50 menghitung balance cairan untuk penanganan diagnosa
pertama didapatkan hasil data subjektif keluarga pasien mengatakan selalu
memantau asupan cairan yang masuk pada anaknya. Data objektif yang di
dapatkan tidak ada udem, dengan lingkar perut 60cm, lingkar lengan 20
cm, dan hasil perhitungan cairan didapatkan:
1. Kebutuhan cairan / hari
Umur 5th, bb 15kg
-
37
1000 kal + 50 kal untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg
1000 + ( 5x50 )
1000 + 250
1250 kaori
2. Kebutuhan Cairan
1000 + 50 ml untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg
1000 + ( 5kg x 50 ml/ kg )
1000 + 250
1250 ml/ hari
3. Balance cairan = cairan masuk + cairan keluar
Cairan masuk Cairan keluar
Makan = 750 BAB = 275
Minum = 480 BAK = 2000
Injeksi = 1.065 IWL = ( 30-5 ) x 15
= 15 x 15
Infus = 125 =30 cc
= 15 x 15
Air metabolisme = 8cc x 15 = 120
Cairan masuk = 2.540 Cairan Keluar = 2.305
Balance Cairan = Cairan Masuk – Cairan Keluar
= 2.540 – 2.305
= 235 cc / hari
-
38
H. Evaluasi
Setelah dilakuan perencanaan dan tindakan keperawatan, evaluasi hasil
dari masalah keperawatan pertama pada hari Senin 9 Maret 2015 jam 13.50
WIB adalah data subjektif : keluarga pasien mengatakan perutnya besar dan
kakinya juga besar. Objektif : tampak udem diseluruh tubuh terkecuali di
lengan tangan dengan nadi: 104x/ menit, suhu : 37,4ºC
1. Kebutuhan cairan/ hari ( umur 5tahun, bb: 18kg )
1000+50ml untuk kenaikan 1kg ≥ 10kg
1000ml/ kg+ ( 8kg x 50 ml/kg )
1000 + ( 8x50 )
1000 + 400
1400
2. Kebutuhan Kalori
1000cal untuk 50 kalori untuk setiap kenaikan 1kg >10 kg
1000 + ( 8x50 )
1000+ 400
1400 kalori
3. Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar
Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ;
cairan keluar= 275+2600+270
Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari
-
39
Analisa : masalah belum teratasi. Plaining : batasi asupan cairan masuk,
managemen elektrolit, managemen eliminasi urin, tinggikan extremitas untuk
meningkatkan aliran balik vena.
Evaluasi dari masalah keperawatan kedua hari senin 09 Maret 2015 jam
14.10 WIB adalah subjektif: pasien mengatakan tidak hafal warna dasar dan
belum bisa menghitung. Objektif: Pasien tampas asik bermain mobil-mobilan.
Analisa: Masalah belum teratasi. Plaining : intervensi dilanjutkan: fasilitasi
atau mengajarkan orang tua untuk memfasilitasiperkembangan anak, deteksi
risiko atau masalah kesehatan kesehatan dengan memanfaatkan riwayat
kesehatan, bantu orang tua memahami dan meningkatkan tumbuh kembang
anak.
Evaluasi dari hasil masalah keperawatan ketiga tanggal09 Maret 2015
jam 14.20 WIB adalah subjektif : pasien mengatakan lemes dan badannya sakit
semua. Objektif : tampak udem diseluruh tubuh terkecuali di lengan tangan.
Analisa: masalah belum teratasi. Plaining: intervensi dilanjutakn: terapi
aktifitassesuai kemampuan, atur penggunaan energi untuk mencegah
kelelahan, manipulasi lingkungan sekitar untuk manfaat terapeutik, berikan
latihan fisik sesuai kemampuan.
Evaluasi hasil dari masalah keperawatan pertama tanggal 10 Maret 2015
adalah subjektif: ibu pasien mengatakan tubuh anaknya sudah tidak bengkak,
hanya diperut yang masih bengkak. Objekfif: udem berkurang, bb17kg, nadi
80x/ menit, suhu 36ºC, balance cairan
1. Kebutuhan cairan /hari
-
40
Umur 5 tahun, bb 17 kg
1000 + 50 setiap kenaikan 1 kg ≥ 10 kg
1000 + ( 7x50 )
1000 + 350
1350
2. Kebutuhan Kalori
1000 cal + 50 cal setiapkenaikan 1 kg > 10 kg
1000 + (7x50)
1000 + 350
1350
3. Balace cairan = cairan masuk – cairan keluar
Cairan masuk Cairan keluar
Makan = 750cc/ hari BAB = 275 cc/ hari
Minum = 480cc/ hari BAK=2600cc/ hari
Injeksi =1070cc/ hari IWL= ( 30-5 ) x 17 = 255
AM = 8cc x 18 =144 Cairan Keluar = 3.130cc/ hari
Cairan masuk = 2.569
Balance cairan = cairan masuk – cairan keluar
= 2.569 – 3.130
= - 561
Analisa: masalah belum teratasi. Plainin: intervensi dilanjutkan:
managemen kebutuhan cairan dan elektrolit, managemen eliminasi, tingkatkan
extremitas untuk meningkatkan aliran darah vena.
-
41
Evaluasi hasil dari masalah keperawatan kedua tanggal 10 Maret 2015,
adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknyasuka bermain origami dengan
kertas warna-warni. Objektif: pasien mampu menghafl 3 warna dan
menghitung 1-10 dengan bimbingan. Analisa : masalah elum teratasi. Plaining
: intervensi dilanjutakn: bantu orang tua memahami dan meningkatkan tumbuh
kembang anak, melanjutkan terapi bermain origami, membawa pasien keruang
tumbuh kembang.
Evaluasi hasil dari masalah keperawatan ketiga tanggal 10 Maret 2015,
adalah data subjektif : ibu pasien mengatakan sejak bb turun anaknya sudah
tidak lemes lagi dan sudah mulai tertawa lepas. Objektif : anak sudah mampu
menjawab pertanyaan dengan ceria dan selalu ingin bermain. Analisa: Masalah
teratasi. Plaining : pertahankan interfensi: atur penggunaan energi sesuai
kemampuan, manipulasi ruangan untuk memperoleh manfaat terapeutik,
memberikan latihan fisik yang sesuai kemampuan.
Evaluasi dari hasil masalah keperawatan pertama tanggal 11 Maret 2015
jam 14.30 adalah subjektif: ibu pasien mengatakan berat badan anak turun
hinga menjadi 15kg, udem sudah tidak ada. Objektif : bb 15kg, nadi 84x/ menit,
suhu 37ºC, kulit berkeriputdan kehitaman, balance cairan
1. Kebutuhan cairan / hari
Umur 5th, bb 15kg
1000 kal + 50 kal untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg
1000 + ( 5x50 )
1000 + 250
-
42
1250 ri
2. Kebutuhan Cairan
1000 + 50 ml untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg
1000 + ( 5kg x 50 ml/ kg )
1000 + 250
1250 hari
3. Balance cairan = cairan masuk + cairan keluar
Cairan masuk Cairan keluar
Makan = 750 BAB = 275
Minum = 480 BAK = 2000
Injeksi= 1.065 IWL= ( 30-5 ) x 15
Infus= 125 = 15 x 15
Air metabolisme= 8cc x 15 = 120 =30 cc
Cairan masuk = 2.540 Cairan Keluar = 2.305
Balance Cairan = Cairan Masuk – Cairan Keluar
= 2.540 – 2.305
= 235 cc / hari
Analisa: masalah belum teratasi. Plaining : pantau elektrolit, managemen
cairan dan elektrolit, managemen eliminasi urin.
Evaluasi hasil dari masalah keperawatan kedua tanggal 11 Maret 2015
jam 14.30 WIB adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya sudah lebih
bisa menghafal warna dasar dan menghitung 1-10 dengan bimbingan. Objektif
: anak sudah bisa menghafalkan 5 warna dasar dan menghitung 1-10 dengan
-
43
bimbingan. Masalah belum teratasi. Plaining: lanjutkan intervensi : fasilitasi
orang tua untuk meningkatkan tumbuh kembang anak, lanjutkan terapi bermain
origami.
Evaluasi hasil dari masalah keperawatan ketiga tanggal 11 Maret 2015
jam 14.50 WIB adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
lemes, sudah bisa berjalan kekamar mandi sendiri, objektif: anak tampak ceria.
Analisa: masalah teratasi. Plaining: pertahankan intervensi: batasi aktifitas
sesuai kemampuan, manipulasi keadaan sekitar tempat tidur supaya kebutuhan
terpenuhi dengan mudah.
-
44
BAB V
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis akan membahas tentang “ Pemberian terapi bermain
origami untuk meningkatkan motorik halus anak usia prasekolah pada asuhan
keperawatan An. B dengan sindroma nefrotik di ruang Cempaka Rumah Sakit
RSUD Wonogiri.
A. Pengkajian
Hasil pengkajian yang dilakukan secara alloanamnesa dan
autoanamnesa, keluhan utama yang dirasakan, keluarga pasien mengatakan
An. B bengkak-bengkk diseluruh tubuh dan pertama kali datang di IGD RSUD
Wonogiri panas anak 39ºC. Dilakukan pengkajian tanggal 9 Maret 2015
diapatkan suhu 37,4ºC, nadi 104x / menit, buang air kecil tidak lancar, BB 24
kg. Pasien oleh dokter terdiagnosis nefrotik syndrome. Sindrome nefrotik akan
mempengaruhi struktur ginjal yang mengarah ke glumerosklerosis yang akan
mengakibatkan adanya perubahan sel, sehingga beban nefron akan lebih
banyak, hal inilah yang akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada
nefron, dan nefron akan terbuang lebih banyak maka akan menyebabkan gagal
ginjal (Rachmadi, 2010).
Menurut Nurarif (2013), nefrotik sindrome adalah penyakit dan gejala
edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolestrolimia. Kadang kadang
terdapat hematuria, hipertesi dan penurunan fungsi ginjal.
-
45
Pada tanggal 25 Pebruari keluarga pasien mengatakan anaknya panas
yang mulai ada pembengkakan di perut dan di kelopak mata, sebelumnya
anaknya sudah menjalani pengobatan di RSUD Wonogiri, dikarenakan
transportasi sulit maka orang tua tidak rutin untuk memeriksakan anaknya ke
rumah sakt. Manifestasi klinis pada kasus sindroma nefrotik ditandai dengan
udem yang akan menjadi udem anasarka, disertai dengan oliguria, proteinuria
sedang sampai berat, hipoproteinemia dengan rasio albumin: globulinterbalik,
hiperkolestrolimia(Nurarif, 2013: 475).
Sindrome nefrotik disebabkan oleh karena rusaknya fungsi atau struktur
membran filtrasi glumelurus, membran filtrasi glumelurus yang terdiri dari
endotel fanestra sebelah dalam, membran basialis dan sel epitel bagian luar
mempunyai tonjolan, dan tonjolan tersebut terdapat di celah diagfragma, yang
berperan penting dalam pemeliharaan fungsi filtrasi glumelurus (Rahmadi,
2010).
Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan, pasien terganggu pada
motorik halus dengan hasil suspec dikarenakan anak mempunyai dua
keterlambatan, belum bisa menggambar 5 bagian tubuh dengan benar, anak
belum bisa mencontoh apa yang di ajarkan oleh penulis seperti belum bisa
melipat kertas dengan menyatukan dedua sisinya. Denver II adalah revisi
utama dari standarisasi ulang dari metode screening test dan revisied yang
merupakan tes diagnostik atau test IQ. memubutuhkan waktu 15-20 menit
untuk aplikasinya (Rofik, 2008 ).
-
46
Pengkajian pada status cairan didapatkan :
Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar
Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ; cairan keluar= 275+2600+270
Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari. Sindrom Nefrotik
merupakan keadaan klinis dengan adanya proteinuria masif (3,5 g/hari)
ditandai dengan edema ataupun dengan hipoalbuminemia yang diikuti beberap
glomerulonefrotis primer atau gangguan sistemik ginjal (Kumar, 2003)
Pengkajian pada pertumbuhan dan perkembangan didapatkan hasil
suspec dikareakan anak mempunyai dua keterlambatan. Pengaruh hospitalisali
terhadap anak akan mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses
tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut
beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan
penuh dengan stress (Wong, 2000). Hal itulah yang akan menyebabkan
kemunduran motorik halus jika tidak didukung oleh pengasuhan orang tua
yang tidak adequat.
Pada pendrita sindroma nefrotik akan mengalami berbagai masalah salah
satunya adalah masalah kekurangan albumin dalam darah normalnya yauitu
3,5-5g/dl, yang dimana kandungan albumin terdiri dari plasma protein tubuh
yang separuh dari total protein tubuh dan menjadi plasma protein. Akibat
rendahnya albumin menjadi penyebab tekanan osmotik turun sehingga
pengangkutan asam lemah, obat, hormon, dan enzin terganggu. Berdampak
pada perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan organ tubuh sehingga
-
47
terjadi pembengkakan(Astuti dalam Bangun, 2008). Hal itulah yang akan
mengakibatkan kelemahan fisik bagi penderita.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien diperoleh hasil pemeriksaan
albumin 1,7gram/dl (nilai normal 3,5 - 5,0 garm/dl). Pemeriksaan penunjang
pada tanggal 11 Maret 2015 didapatkan hasil pemeriksaan mikroskopis yaitu:
warna kuning muda, kejernihan 11,0 , Ph 7,0 sedangkam pemeriksaan kimia
didapatkan hasil leukosit 2, protein 1, glukosa (tidak ada penngkatan maupun
penurunan), keton (tidak ada peningkatan maupun penurunan ), urobilinogen
normal, bilirubin (tidak ada peningkatan maupun penurunan), blood 1, dan
hasil albumin 2,4gram/dl (nilai normal 3,5-5,0 gram/dl)
Pasien pada tanggal 9-11 Maret 2014 mendapatkan infus Dextrosa 0.5%
dengan dosis 6 tetes per menit intravena makro dan pada tanggal 9-10 Maret
2014, dosis 16 tetes per menit pada tanggal 11 Maret 2015. Furosemide 2 x
10mg, ampicilin 3 x 350mg, serta mendapatkan transfusi human albumin
dengan dosis 2 x 50 ml, terapi diit asupan cairan minum 250cc/ 24 jam.
Dextrose sebagai larutan elektrilit nutrisi terdiri dari larutan dekstrosa
monohidrat yang digunakan segabai rehirdasi, penambahan kalori secara
parenteral (ISO, 2011/2012: 359). Furosemide merupakan golongan
antimikroba, antibakteri, pinislin yang terdiri dari furosemide 40mg, diberikan
pada pasien dengan udem yang disebabkan oleh payah jantung, sirosis hati,
penyakit ginjal: termasuk sindrome nefrotik (ISO, 2011/2012: 246). Ampicilin
merupakan golongan antimikroba, antibakteri, penicilin yang terdiri dari
ampisilin 250mg, diberikan pada pasien yang mempunyai infeksi saluran
-
48
pernafasan, pencernaan, dan perkemihan ( ISO, 201102012: 38). Albumin
Human 5% merupakan golongan produk darah dan pengganti plasma yang
terdiri dari human albumin 5%, diberikan pada pasien hipoalbuminemia
dengan atau tanpa udem, syokhipovolemik, dan hipoproteinuria,. Pemberian
terapi diitetik pemberian diit tinggi protein tidak diperlukan bahkan sekarang
di anggap kontraindikasikarena akan menambah beban glumelurus untuk
mengeluarkan sisa metabolisme protein dan menyebabkan terjadinya
sklerosisglumelurus. Jadi cukup berikan diit protein normal sesuai dengan
kebutuhan yaitu 2g/kgBB/hari. Diit rendah protein akan menyebabkan
malnutrisi energi protein dan hambatan pertumbuhan anak. Diit rendah garam
hanya dilakukan ketika nakan mengalami edema. Retraksi cairan juga
dianjurkan selama ada edem berat (rachmadi, 2004: 4).
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang pertama kali ditemukan adalah kelebihan volume cairan
berhubungan dengan difusi ginjal, karena pada saat di lakukan pemeriksaan
pengkajian didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan badan anaknya
bengkak- bengkak diseluruh tubuh kecuali daerah lengan tangan. Data objektif
ditemukan pasien tampak udem dengan turgor kulit tidak kembali dalam lebih
dari satu detik, capilary refil tidak kembali dalam dua detik , dengan BB 18kg,
lingkar lengan: 23cm, lingkar perut: 64cm, suhu: 37oc, nadi : 104x/ menit.
Peningkatan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu
beresiko mengalami peningkatan , penurunan, atau perpindahan cepat dari satu
-
49
keadaan cairan intravaskuler. Yang menyebabkan kelebihan cairan intra seluler
dan intersisial (Carpenito, 2000).
Kelebihan volume cairan adalah adanya difusi ginjal
(Nanda:2012/2014), difusi ginjal adalah proses zat terlarut dan air secara pasif
melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair lainnya ( Price:
2005).
Hal tersebut sesuai dengan batasan karateristik kalebihan volume cairan
secara mayor adalah adanya edema, kulit tegang sedangkan dari data minor
akan didapatkan adanya tanda-tanda asupan akan melebihi dari keluaran
adanya sesak nafas dan akan mengalami kelebihan berat badan secara
signifikan ( Wilkinson,2012).
Dalam kasus ini kelebihan volume cairan di prioritaskan menjadi
diagnosa keperawatan yang paling utama karena dalam kasus ini kelebihan
volume cairanlah yang harus mendapatkan penanganan yang pertama serta
penganganan harus tepat dan tepat (Potter dan Perry,2006) selain dari alasan
itu cairan juga menduduki kebutuhan dasar dari Maslow, pemenuhan cairan
tubuh tersebut di prioritaskan karena berada pada kebutuhan dasar manusia
secara fisiologis harus terpenuhi sebelum pemenuhan yang lainnya ( Setiadi,
2012: 38)
Diagnosa kedua yang ditemukan adalah keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat, karena
pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data subjektif keluarga pasien
mengatakan di umur yang sudah 5 tahun lebih 5 bulan anaknya belum bisa
-
50
membedakan warna dasar dan belum bisa menghitung 1-10 dengan lancar, data
objektif belum dapat terkaji dikarenakan kondisi anak masih lemah.
Keterlambatan pertumbuan dan perkembangan adalah kemampun
struktur dan fungsi tubuh yang lebihkompleks. Perkembangan menyangkut
proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing asing dapat memenuhi fugsinya.(
Soetjuningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).
Hal tersebut sesuai dengan batasan kerateristik ketelambatan
pertumbuhan dan perkembangan yaitu anak mapu melakukan kebiasaan
sesuan dengan umur, kemampuan motorik halus anak sesuai dengan usia
tumbuh kembang, kemampuan kognitif anak sesuai dengan tumbuh kembang
(Wilkinson, 2012)
Etiologi dari problem (masalah keperawatan) keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan adalah karena adanya pengasuhan yang tidak
adequat (Nanda : 2012/ 2014). Pola pengasuhan yang tidak adekuat adalah
dimana proses mengasuh yang diakibatkan karena orang tua yang terlalu sibuk,
maupun dikarenakan orang tua yang tidak mngetahui mendidik anak secara
tepat,maka akan menjadikan anakyang kurang perhartian, rendah diri,
kemampuan bersosialisasi yang rendah (Tanuwijaya, 2010).
Diagnosa ketiga yang ditemukan adalah hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan penurunan kendali otot, dengan didukung adanya
pengkajian subjektif keluarga mengatakan sejak dari rumah pasien sudah
-
51
lemas dengan udem diseluruh tubuh, dan data objektif yang didapatkan adalah
pasien tampak terbaring lemah di tempat tidur.
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik
mandiri dan terarah pada tubuh atau satu ekstremitas atau lebih dengan
tingkatan:
0 : mandiri total
1 : memerlukan penggunaan peralatan dan perlengkapan
2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk membantu mengawasi atau
mengajari
3 : memerlukan bantuan dari orang lain dan peralatan
4 : ketergantungan total ( Nurafin, 2013)
Etiologi dari problem ( masalah keperawatan ) hambatan mobilitas fisik
adalah penurunan kekuatan otot (Nanda: 2012/ 2014). Penurunan kekuatan
otot adalah kelemahan gerakan dalam keadaan normal yang dilakukan oleh
sendi-sendi atau otot-otot yang bersangkutan ( potter, perry 2006).
Hal tersebut sesuai dengan batasan karateristik hambatan mobilitas fisik,
yaitu keterbatasan kemampuan untuk gerak kasar, kesulitan berpindah, postur
yang tidak stabil, hambatan berpindah, pergerakan lambat, tidak
terkoordinasnya gerakan (NANDA, 2011).
C. Intervensi keperawatan
-
52
Penulis menyusun intervensi atau perencanaan sesuai dengan kriteria
NIC (Nursing Intervention Clasufication), berdasarkan diagnosa pertama
penulis menyusun perencanaan antara lain: pantau elektrolit,monitor vital sign,
management cairan masuk, managenen elektrolit, managemen eliminasi urin,
kaji luas atau likasi edema, kolaborasi ahli gizi untuk diit dengan kandungan
protein yang adekuat dan pembatasan natrium, tinggikan extremitas untuk
meningkatkan aliran balik vena, pertahankan dan alokasikan pembatasan
cairan pasien, monitor berat badan.
Berdasarkan diagnosa kedua, penulis menyusun perencanaan antara lain:
anak akan mencapai tahapan penting perkembangan fisik dan psikososial
maupun kognitif tanpa keterlambatan dari rentang yang diharapkan.
Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan
memfasilitasi atau menganjurkan orang tua atau pengaasuh untuk
memfasilitasi perkembangan motorik kasar, bahasa, kognitif, tingkatkan
komunikasi verbal yang konsisten. Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan
dengan memanfaatkan riwayat kesehatan. Membantu orang tua memahami dan
meningkatkan tumbuh kembang anak. Menganalisis faktor risiko potensial.
Menentukan risiko kesehatan.
Berdasarkan diagnosa ketiga penulis menyusun perencanaan
keperawatan antara lain: keluarga pasien dapat meningkatkan aktifitas fisik
yang bisa dilakukan, mampu berbicara saat beraktifitas fisik. Berdasarkan
tujuan dan kriteria hasil tersbut penulis membuat perencanaan terapi aktifitas,
monitoring vital sign sebelum dan sesudan melakukan tindakan dan lihat
-
53
respon pasien selama melakukan aktifitas, konsultasi dengan terapi fisik
tentang rencana ambulasi sesuan kebutuhan, kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi, mengatur pengguanaan energi untuk mengatasi atau mencegah
kelelahan, memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk memperoleh manfaat
terapeutik, berikan alat bantu jika klien memerlukan, ajarkan pasien ataupun
keluarga pasien bagaimana merubah posisi, membantu pasien dan keluarga
untuk menjaga rumah sakitsebagai tempat tinggal yang bersih, memberikan
latihan fisikyang sesuai dengan kemampuan anak.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yangtelah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Implementasi dilakukan dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Berikut ini pembahasan implementasi dari masing-masing
diagnosa:
Diagnosa keperawatan yang pertama adalah kelebihan volume cairan
berhubungan dengan difusi ginjal , implementasi yang dilakukan pada tanggal
9, 10, 11 Maret 2015, adalah mengukur vital sign, vital sign diukur untuk
menentukan status kesehatan klien biasanya (data dasar) untuk mengkaji
respon klien dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien
(Tamsuri, 200: 37).
Pemberian cairan intravena segera dilakukan untuk memperbaiki dan
mempertahankan cairan yang adekuat (Widagdo, 2012: 125).
-
54
Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang pentingnya
memantau asupan cairan pada anak dengan gangguan ginjal.
Melakukan pemantauan asupan cairan pada anak. Observasi intake dan
output harus diimplementasikan karena pasien mengalami kelebihan volume
cairan. Pengukuran akurat terhadap masukan dan pengeluaran cairan tubuh
merupakan hal vital pada kasus kelebihan volume cairan. Hal ini meliputi
masukan oral dan parenteral dan kehilangan cairan melalui urin atau melalui
keringat, fases, muntah (Wong, 2004: 382).
Memberikan injeksi furosemid, furosemide merupakan golongan
diuretik yang berfungsi untuk udem yang disebabkan oleh payah jantung,
sirosis hati, penyakit ginjal termasuk sindroma nefrotik (ISO, 2011/ 2012:
246).
Memberikan injeksi Ampicilin, ampiciline merupakan golongan
Antimikroba, yang berfungsi untuk infeksi saluran pernafasan, saluran
pencernaan, saluran perkemihan ( ISO 2011/2012: 38).
Memberikan transfusi human albumin yang merupakan golongan produk
pengganti darah dan pengganti plasma yang berfungsi untuk hipoanbuminemia
dengan atau tanpa edema, syok hipovolemik, hipoproteinemia ( ISO
2011/2012: 238).
Pembahasan dari diagnosa keperawatan kedua keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak
adequat, adalah memberikan terapi bermain origami, walaupun anak sedang
-
55
mengalami sakit, tepapi kebutuhan akan bermain tetap ada (Suryati dkk, 201:
74).
Origami adalah suatu seni melipat kertas sehingga menghasilkan
berbagai macah bentuk, origami dapat mengasah kemampuan motorik halus
melalui ketrampilan jari-jemari tangan anak saat melipat kertas. Ketika kedua
tangan bergerak, gerakan otot-otot jari tangan mengirimkan sinyal ke SSP
memicu neuron melalui tangan (Apriliyana 2005). Sensorik motorik adalah
suatu sensor alamiah yang ada di dalam tubuh manusia, ditinjau dari
perkembangan dan pertumbuhan saraf-saraf dan otot-otot pada anak, sensor
motorik meliputi pergerakan tubuh manusia, pengelihatan, daya tangkap, indra
perasa, sentuhan, dll. Sensor motorik merupakan proses pertumbuhan manusia
dalam mencapai proses pengaplikasian dikhususkan dalam proses daya
tangkap, tingkat cekatan dalam bertindak, sinkronisasi pandangan dan
pemikiran, kesinambungan antara saraf-saraf,otot, daya kerja otak kanan.
Sensorik motorik dalam gerak motorik halus, adalah pergerakan motorik pada
anak yang dilakukan berdasarkan sinkronisasi saraf antara otak, pergerakan
anatomi tubuh dan daya imajinasi si anak. Pergerakan ini mengutamakan
proses perkembangn imajinasi dan sistem kerja otak kanan pada anak. Pada
umumnya kagiatan yang dilakukan untuk meningkatkan gerakan motorik halus
ini adalah kegiatan menggambar, menulis, bermusik, dll.
Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang pentingnya dalam
memantau dan meningkatkan perkembangan anak (Shalev, 2005)
-
56
Pembahasan dari diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan kendali otot, implementasi yang dilakukan adalah mengatur
penggunaan energi untuk mencegah kelelahan.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi yang dilakukan penulis pada diagnosa keperawatan pertama
hari pertama adalah masalah keperawatan kelebihan volime cairan belum
teratasi karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan
hasil perhitingan balance cairan -873cc, dengan masih terdapat udem di kedua
kaki, perut, sudah berkurang dibagian mata, BB 18kg, sedangkan kriteria hasil
tidak didapatkan tanda-tanda udem, hematokrit dalam batas normal.
Evaluasi yang dilakukan pada masalah keperawatan kedua yaitu
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
pengasuhan yang tidak adekuat, yang dilakukan penulis belum teratasi karena
belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, pasien
mengatakan tidak bisa menghafalkan warna dan mencontoh apa yang
dicontohkan.
Evaluasi yang dilakukan pada masalah keperawatan ketiga yaitu
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, yang
dilakukan penulis belum teratasi karena belum sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan yaitu pasien belum mampu melakukan aktifitas
secara mandiri, pasen belum mampu berbicara dengan lantang ketika
beraktifitas.
-
57
Evaluasi pada hari kedua, tanggal 10 Maret 2014 pukul 14.10 WIB
masalah keperawatan dengan kelebihan volume cairan belum teratasi, belum
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil masih terdapat udem di perut, masih
dibatasinya cairan masuk, dan pemantauan intake-output. Hasil yang
didapatkan dalam balance cairan yaitu: -561cc.
Evaluasi pada masalah keperawatan dengan keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangn berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adekuat belum
teratasi dikarenakam keterbatasan waktu, dan kemampuan anak yang terbatas.
Evaluasi pada masalah keperawatan dengan hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot belum teratasi, karena belum
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, pasien belum mampu memenuhu adl
secara mandiri, akan tetapi sudan mampu berjalan kekamar mandi tanpa alat
bantu.
Evaluasi pada hari ketiga, tanggal 11 Maret 2014 pukul 14.10 WIB pada
masalah keperawatan kelebihan volume cairan belum teratasi , tujuan dan
kriteria hasil belum sesuai yang diharapkan, dengan hasil balance ciran yaitu
235cc.
Evaluasi pada masalah keprawatan keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adekuat belum
teratasi, karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, anak belum
maksimal untuk mengingat materi yang diberikan, dan mencontoh apa yang
sudan diberikan.
-
58
Evaluasi pada masalah keperawatan hambatan mobilitas fiik
berhubungan dengan kelmahan otot sudah teratasi, ditunjukkan dengan sudah
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, anak sudah mampu berjalankekamar
mandi sendiri, sudah bisa untuk makan dan minum dengan mandiri, dansudah
bermain diluar ruangan.
-
59
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang didapatkan antara lain data subjektif
diagnosa pertama keluarga pasien mengatakan keluarga pasien
mengatakan anaknya bengkak-bengkak diseluruh tubuh. Diagnosa kedua
kelurga pasien mengatakan anaknya yang diumur 5 tahun , anaknya belum
bisa membedakan warna, dan hanya bisa menghitung dari 1-5 dengan
tuntunan. Diagnosa ketiga ibu pasien mengatakan sejak dari IGD pasien
sudah lemas, dengan udem disekujur tubuh kecuali dipergrlangan tangan.
Data objektif yang diperoleh diagnosa pertama pasien tampak udem,
turgor kulit tidak kembali kurang dari 2 detik, capilari refil tidak kembali
dalam 2 detik, dengan suhu 37ºC, nadi 104x /menit. Diagnosa kedua Data
objektif yang ditemukan pasien tampak terbaring ditempat tidur dam
belum bisa diajak berkomunikasi. Diagnosa ketiga data objektif yang
didapatkan didapatkan pasien tampak terbaring lemah ditempat tidur.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data diatas penulis dapat memprioritaskan
diagnosa keperawatan, adapun prioritas utama adalah kelebihan volume
cairan berhubungan dengan difusi ginjal. Prioritas diagnosa keperawatan
kedua adalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
-
60
berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat. Prioritas diagnosa
ketiga adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kendali otot.
3. Perencanaan keperawatan
Tujuan dan kriteria prioritas pada diagnosa keperawatan utama
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga
pasien mampu memahami tentang pembatasan cairan dan diit, keluarga
menyatakan secara verbal pemahaman tentang obat yang di programkan,
vital sign dalam batas normal, tidak menunjukkan tanda-tanda dipsnea,
hematokrit dalam batas normal. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil
tersebut penulis membuat perencanaan pantau elektrolit, management
cairan masuk, managenen elektrolit, managemen eliminasi urin,
kolaborasi ahli gizi untuk diit dengan kandungan protein yang adekuat dan
pembatasan natrium, tinggikan extremitas untuk meningkatkan aliran
balik vena, pertahankan dan alokasikan pembahasan cairan pasien.
Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan kedua
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 3x24 jam
diharapkan anak akan mencapai tahapan penting perkembangan fisik dan
psikososial maupun kognitif tanpa keterlambatan dari rentang yang
diharapkan. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis
membuat perencanaan memfasilitasi atau menganjurkan orang tua atau
pengaasuh untuk memfasilitasi perkembangan motorik kasar, bahasa,
kognitif. Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan dengan memanfaatkan
-
61
riwayat kesehatan. Membantu orang