kritik ibnu al-munayyir terhadap konsep i tizÂliyyÂt …
TRANSCRIPT
KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP
I‘TIZÂLIYYÂT DALAM TAFSIR AL-KASYSYÂF
(Kajian Analisis Kitab al-Intishaf Karya Ibnu al-Munayyir)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama
(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Oleh:
Asep Saepulloh
NIM 217410703
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
PASCASARJANA MAGISTER
INSTITUTE ILMU ALQUR'AN (IIQ) JAKARTA
1441 H/2020 M
KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP
I‘TIZÂLIYYÂT DALAM TAFSIR AL-KASYSYÂF
(Kajian Analisis Kitab al-Intishaf Karya Ibnu al-Munayyir)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama
(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Oleh:
Asep Saepulloh
NIM 217410703
Pembimbing:
Dr. KH. Abdul Muhaimin Zen, MA
Dr. H. Ahmad Syukron, MA
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
PASCASARJANA MAGISTER
INSTITUTE ILMU ALQUR'AN (IIQ) JAKARTA
1441 H/2020 M
ii
iii
iv
iv
MOTTO
Ya Allah jadikanlah Al-Qur‟an sebagai pelipur lara bagi kesedihanku, bintang
yang menghiasi kebahagiaanku dan petunjuk di dalam hidupku. Dan
jadikanlah ia setelah matiku sebagai lentera yang menerangi gelapnya
kuburku, teman sejati yang dapat menolongku dan kawan setia yang selalu
bersamaku. Jadikanlah ia di hari kebangkitan sebagai tungganganku, di
padang mahsyar sebagai awan yang menaungiku, pada mizan sebagai sesuatu
yang memberatkan amal shalehku, di atas shirat sebagai cahaya dan benteng
dari api Neraka serta jadikanlah ia sebagai syafaat bagiku untuk memasuki
Surgamu. Demi kemuliaanmu wahai sang maha pengasih dan maha
penyayang
v
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan Rahmat dan Ridha Ilâhi Rabbî
Kupersembahkan tesis ini untuk:
(Alm.) Ayahanda terimakasih atas limpahan kasih sayang semasa hidupnya
dan memberikan rasa rindu yang berarti.
Ibunda terimakasih atas limpahan doa dan kasih sayangnya yang tak
terhingga dan selalu memberikan yang terbaik
Istri dan anak-anakku tercinta terima kasih atas kasih sayang, perhatian,
pengertian dan kesabaran yang telah memberikan semangat dan inspirasi
dalam menyelesaikan tesis ini.
Aku haturkan penghargaanku atas kalian, (Alm.) M. Athoya, Siti Fathimah,
Ida Farida, Haura Kamila al-Bathul dan Ruqayyah Amani Ruhi.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah subĥâhȗ wa ta‟âlâ yang telah memberikan segala
nikmat, terutama nikmat Iman, Islam dan sehat wal „Afiyat, sehingga penulis
dapat menyelesaikan upaya penelitian tesis dengan judul Kritik Ibnu al-
Munayyir Terhadap Konsep I„tizâliyyat Dalam Tafsir al-Kasysyâf (Kajian
Analisis Kitab al-Intishâf Karya Ibnu al-Munayyir).
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi yang
mulia, yaitu sayyidina Muhammad Ibn „Abdillah shallallâhu „alaihi wa
sallam. Semoga tetap tercurah kepada para sahabatnya, keluarganya dan
umumnya kaum Muslimin.
Selesainya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik
berupa bantuan materiil ataupun non materiil. Oleh karena itu, perlu kiranuya
penulis haturkan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA selaku Rektor Institu Ilmu Al-
Qur‟an (IIQ) Jakarta.
2. Dr. Muhammad Azizan Fitriana, MA selaku Direktur Program Pasca
Sarjana Institu Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
3. Dr. KH. Abdul Muhaimin Zen, MA selaku pembimbing II dan Dr.
Ahmad Syukron, MA selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan inspirasi sehingga dapat
sampai ke tahap penyelesaian tesis ini.
4. Seluruh dosen Program Pasca Sarjana Institu Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)
Jakarta terutama dosen konsentrasi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT)
yang telah memberikan banyak ilmu dan wawasan selama masa studi.
5. Seluruh keluarga, terutama Ibu yang selalu mendo‟akan di setiap waktu
dan kesempatan. Begitu pula istri tercinta Ida Farida, S.Si yang tak henti
vii
memberi semangat dan motivasi, sehingga penulis bisa menyelesaikan
tesis tidak jauh dari waktunya, yaitu pada semester V. Andai sang istri
tak memberi motivasi dan semangat, penulis tidak tahu kapan dapat
menyelesaikan tesis ini, bukan karena malas tapi karena kesibukkan yang
tak dapat dihindari.
6. Bapak Haji Suntara bin al-Marhum bapak Haji Husein yang selalu
memberi semangat untuk terus bergelut di dunia akademik dan
melanjutkan pendidikan sampai tingkat akhir, sehingga diri ini merasa
terpacu untuk menyelesaikan segala sesuatu yang dapat menghantarkan
diri menuju tingkat akhir.
7. Seluruh teman-teman seangkatan dan seperjuangan pascasarjana IIQ
angkatan 2017, terutama akhina fillah al-Ustadz Dede Sulaiman, Lc yang
telah membantu penulis dalam menemukan judul yang tepat untuk karya
tulis ini.
8. Jama‟ah kajian Masjid Nurus Sa‟adah, Masjid Babul Huda, Masjid al-
Husna, Masjid Nurul Falah, Masjid Tropikana, Masjid Miftahuddin,
Mushola Bidayatul hidayah, Mushola al-Mubarak, Mushola Baitul
Mu‟min, Majelis Ta‟lim Babul Huda, Majelis ta‟lim Tarim al-Ghonna
dan para santriwan dan santri wati rumah Qur‟an Yaa Hannan Yaa
Mannan, saya ucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sebesar-
besarnya karena sebagian waktunya telah diliburkan, digeser dan
dipindahkan. Saya ucapkan Jazakumullah Ahsanal Jaza.
Jakarta, 4 Januari 2020
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................ii
PERNYATAAN PENULIS ...........................................................................iii
MOTTO ..........................................................................................................iv
PERSEMBAHAN ...........................................................................................v
KATA PENGANTAR ....................................................................................vi
DARTAR ISI ................................................................................................viii
DAFTAR TRANSLITERASI ........................................................................xi
ABSTRAKSI ................................................................................................xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................1
B. Permasalahan ...............................................................................7
1. Identifikasi Masalah ........................................................7
2. Pembatasan Masalah .......................................................9
3. Perumusan Masalah .........................................................9
C. Tujuan Penelitian .........................................................................9
D. Kegunaan Penelitian ..................................................................10
E. Kajian Pustaka ...........................................................................10
F. Metodologi Penelitian ...............................................................16
G. Teknik dan Sistematika Penelitian ............................................18
ix
BAB II : CORAK TAFSĪR TEOLOGIS DAN I‘TIZÂLIYYÂT
A. Corak Tafsir Teologis ...............................................................20
1. Definisi Corak ....................................................................20
2. Definisi Tafsir .....................................................................21
3. Pengertian Teologis ............................................................27
B. Wawasan Tentang I„tizâliyyât ..................................................27
1. I‟tizâliyyât dan Mu„tazilah .................................................27
2. Sejarah singkat munculnya aliran Mu„tazilah ....................35
3. Tokoh dan kitab tafsir Mu„tazilah ......................................38
BAB III : BIOGRAFI AZ-ZAMAKHSYARĪ DAN IBNU AL-
MUNAYYIR SERTA PROFIL KITAB AL-KASYSYÂF DAN AL-
INTISHÂF
A. Biografi az-Zamakhsyri dan profil kitab al-Kasysyâf ..............52
1. Biografi az-Zamakhsyarî ..............................................52
2. Profil kitab al-Kasysyâf ................................................67
B. Biografi Ibnu al-Munayyir dan profil kitab al-Intishâf ............76
1. Biografi Ibnu al-Munayyir ..........................................76
2. Profil kitab al-Intishâf ..................................................86
BAB IV : KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP
I‘TIZÂLIYYÂT DALAM TAFSIR AL-KASYSYÂF
A. Kritik terhadap I„tizâliyyât dalam konsep Iman .................97
B. Kritik terhadap I„tizâliyyât dalam konsep Kema„shuman
para Nabi ..........................................................................118
C. Kritik terhadap I„tizâliyyât dalam konsep Syafa„at ..........149
x
D. Kritik terhadap I„tizâliyyât dalam konsep Taubat ............167
E. Kritik terhadap I„tizâliyyât dalam konsep Rezeki ............184
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpualan .........................................................................197
B. Saran ....................................................................................201
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................202
xi
DAFTAR TRANSLITERASI
A. Konsonan
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
„ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h : ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
m : م dz : ذ
n : ن r : ر
w : و z : ز
h : ه s : س
’ : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
xii
B. Vokal
Vokal tunggal vokal panjang vokal rangkap
Fathah : a آ : â ي... : ai
Kasrah : i ي : î و... : au
Dhammah : u و : ȗ
C. Kata Sandang
1. Kata sandang yang diikuti al-Qamariyyah
Kata sandang yang diikuti al-Qamariyyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf l (el) diganti dengan huruf yang
sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut
Contoh:
al-Baqarah : اجمغح
ضخ al-Madînah : ا2. Kata sandang yang diikuti asy-Syamsiyyah
Kata sandang yang diikuti asy-Syamsiyah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan
bunyinya.
Contoh:
ـا ar-Rajul : اغج حض : as-Sayyidah
ؾ اع ضا asy-Syams : ال : ad-Dârimî
xiii
ABSTRAKSI
Asep Saepulloh: KRITIK IBNU AL-MUNAYYIR TERHADAP KONSEP
I„TIZÂLIYYÂT DALAM TAFSIR AL-KASYSYÂF (Kajian Analisis Kitab
al-Intishâf Karya Ibnu al-Munayyir).
Salah satu kitab tafsir populer yang ditulis di era keemasan Islam adalah
kitab al-Kasysyâf karya az-Zamakhsyari (w. 538 H). Nama lengkap kitab ini
adalah Al-Kasysyâf „an Haqâ‟iq Ghawâmidh at-Tanzîl wa „Uyῡn al-Aqâwîl
fî Wujȗh al-Ta‟wîl. Tafsir ini , dilihat dari sisi kebahasaan, keindahan
susunan sastra dan balaghahnya, merupakan kitab tafsir yang tiada tanding.
Dari kitab ini banyak didapat penjelasan-penjelasan ilmiah, khususnya yang
terkait dengan kebahasaan. Yang paling menonjol dari kitab tafsir ini adalah
balaghah, „irâb dan sastra arab.
Namun sebagaimana mufassir pada umumnya, pembahasan dan
kandungan penafsiran Al-Qur‟an senantiasa dipengaruhi oleh aliran
keagamaan dan keahlian sang mufassir, demikian pula dengan az-
Zamakhsyarî di dalam kitab al-Kasysyâf. Kitab karangannya ini dipengaruhi
oleh rasionalitas paham Mu„tazilah, sehingga penafsirannya diwarnai dengan
I„tizâliyyât (unsur-unsur pemikiran Mu„tazilah), bahkan sering menyerang
ideologi ulama-ulama Ahlus Sunnah.
Tesis ini meneliti tentang kritik Ibnu al-Munayyir di dalam kitab al-
Intishâf terhadap I„tizâliyyât yang terkandung di dalam tafsir al-Kasysyâf
pada lima konsep, yaitu: Iman, Kema‘shuman para Nabi, Syafa„at, Taubat
dan Rezeki.
Metode penelitian ini bersifat kualitatif yang bersifat deskriptif-analisis,
yaitu dengan cara memaparkan I„tizâliyyât yang terdapat di dalam tafsir al-
Kasysyâf dan menganalisanya dengan pemikiran Ibnu al-Munayyir di dalam
kitab al-Intishâf, lalu memberi kesimpulan.
Adapun kesimpulannya adalah menurut Ibnu al-Munayyir bahwa
I„tizâliyyât yang terdapat di dalam al-Kasyaf merupakan sebuah pemahaman
yang rancu dan jauh dari kebenaran.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kitab tafsir yang tidak disukai oleh kalangan Ahlus Sunnah
tapi menjadi rujukan utama bagi mereka adalah kitab al-Kasysyâf karya az-
Zamakhsyarî (w. 538 H).
Al-Kasysyâf memiliki corak Lughâwî, sehingga dilihat dari sisi
kebahasaan, keindahan susunan sastra dan balaghahnya, al-Kasyaf
merupakan kitab tafsir yang tiada tanding. Dari kitab ini banyak didapat
penjelasan-penjelasan ilmiah, khususnya yang terkait dengan kebahasaan.
Yang paling menonjol dari kitab tafsir ini adalah Balaghah, „Irâb dan Sastra
Arab.1
Kitab ini mendapat banyak pujian dari para ulama diantaranya adalah
Ibnu Khaldȗn (w. 808 H). Ia mengatakan bahwa diantara tafsir yang paling
baik dan mampu mengungkap makna Al-Qur‟ân dengan pendekatan bahasa
dan balaghah adalah tafsir al-Kasyâf karangan az-Zamakhsyari.2
Begitu pula dengan Ibnu Khalikân (w. 681 H), ia mengatakan bahwa
pengarang kitab ini, yaitu Abȗ al-Qâsim Az-Zamakhsyarî adalah guru besar
tafsir, hadits, nahwu, bahasa dan ilmu bayan. Ia adalah imam besar pada
zamannya tanpa ada yang meragukan. Banyak orang yang berdatangan
kepadanya untuk belajar berbagai macam disiplin ilmu. Ia memiliki beberapa
karangan yang sangat bagus, diantaranya adalah tafsir al-kasysyâf, ini adalah
1 A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir, (Depok: LSIQ, 2013) Cet. II,
h. 59 2 Lihat „Abdurrahmân Ibn Khaldȗn, Muqaddimah Ibn Khaldȗn, (Beirut: Dâr Ya„rub,
2004), cet. III, jilid II, h. 176. Lihat juga Muhammad Husein adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-
Mufassirȗn, (Kairo: Maktabah Wahbah, t.t) jilid I, h. 311
2
kitab tafsir yang belum pernah dikarang oleh orang sebelum dan
sesudahnya.3
Bahkan al-Baidhâwî (w. 685 H) menjadikan al-Kasysyâf sebagai rujukan
utama dalam tafsirnya yang bernama Anwâr at-Tanzîl wa Asrâr at-Ta‟wîl. Ia
mengambil dari al-Kasysyâf segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu
Bayân, Ma„âni dan I„râb, sehingga dari segi kebahasaan, tafsir al-Baidhâwî
merupakan ringkasan dari al-Kasysyâf.4
Namun sebagaimana mufassir pada umumnya, pembahasan dan
kandungan penafsiran Al-Qur‟an senantiasa dipengaruhi oleh aliran
keagamaan dan keahlian sang mufassir, demikian pula dengan az-
Zamakhsyarî di dalam kitab al-Kasysyâf. Kitab karangannya ini dipengaruhi
oleh rasionalitas paham Mu„tazilah, sehingga penafsirannya diwarnai dengan
I„tizâliyyât atau unsur-unsur pemikiran Mu„tazilah. ini lah sisi yang membuat
kalangan Ahlus Sunnah tidak menyukai tafsir tersebut.
Abu Hayyân (w. 745 H) mengatakan bahwa az-Zamakhsyarî sekalipun ia
dianugerahi ilmu Al-Qur‟an yang sangat banyak, ahli dalam mengupas
makna dan pandai menggali lafazhnya, namun di dalam tafsirnya banyak
sekali keterangan-keterangan yang harus dikritik,5 bahkan At-Tâj as-Subkî
(w. 771 H) mengatakan bahwa az-Zamakhsyari adalah seorang ahli bid‟ah
yang jahat dengan bid‟ahnya karena di dalam tafsirnya ia sangat
merendahkan kedudukan para Nabi dan tak jarang menyerang ideologi Ahlus
Sunnah wal Jama‟ah.6
3 Ahmad Ibn Muhammad Khalikân, Wafayât al-A„yân Wa Abnâ‟ Abnâ‟ az-Zamân,
(Beirut: Dâr ash-Shâdir, 1978), Jilid V h. 168 4 A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir, h. 108
5 Muhammad Ibn Yȗsuf Abu Hayyân al-Andalusî, Al-Bahr al-Muhîth (Beirut: Dâr al-
Kutub al-„Ilmiyyah, 1993), cet. III, jilid VII, h. 81. Lihat Khalîl Ibn Aybak ash-Shafadî, Al-
wâfî bi al-Wafayât, (Beirut: Dâr Ihyâ‟ At-Turâts al-„Arabî, 2000), cet. III, jilid XXV, h. 139.
Lihat juga Muhammad Husein adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-Mufassirȗn, jilid I, h. 309 6 „Abdul Wahhâb as-Subkî, Mu‟îd an-Ni„am wa Mubîd an-Niqam, (Beirut: Muassasah
al-Kutub ast-Tsaqafiyyah, 1987), cet. I, h. 66. Lihat juga Muhammad Husein adz-Dzahabî,
at-Tafsîr Wa al-Mufassirȗn , h. 311
3
Ada banyak sekali I„tizâliyyât yang terdapat di dalam kitab al-Kasysyâf
diantaranya adalah:
1. Saat az-Zamakhsyari berbicara tentang definisi Iman. Ia mengatakan
bahwa Iman adalah sebuah keyakinan di dalam hati, diucapkan oleh lisan
dan diwujudkan oleh perbuatan. Itu adalah satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, sehingga orang yang melakukan dosa besar tidak lagi
dianggap sebagai orang beriman, karena ia tidak memenuhi bagian iman
yang kedua yaitu mewujudkan iman dalam perbuatan. Lalu di akherat
nanti ia akan kekal di dalam Neraka, karena dianggap fasik, dan orang
fasik menurut az-Zamakhsyari bukanlah orang yang beriman.7
2. Saat az-Zamakhsyari berbicara tentang kema„shuman para Nabi. Ia
mengatakan bahwa sebab Nabi Adam diusir dari Surga adalah karena
dosa yang dilakukannya, yaitu saat ia memakan buah yang dilarang oleh
Allah swt. Dan ia mengatakan bahwa peristiwa yang menimpa Adam
sama dengan peristiwa yang dialami oleh Iblis.8 artinya ia menyamakan
Nabi Adam yang mulia dengan Iblis yang telah dilaknat. Begitu pula saat az-Zamakhsyari berbicara tentang Nabi Muhammad. Ia
mengatakan bahwa Nabi Muhammad telah berbuat salah, karena sudah
berani mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah swt.
yaitu saat Nabi mengharamkan dirinya untuk menggauli budaknya yang
bernama Maria.9
7 Lihat Mahmȗd Ibn „Umar az-Zamakhsyarî, al-Kasyâf„ An Haqâ‟iqi Ghawâmidh at-
Tanzîl Wa „Uyȗn al-Aqâwîl Fî Wujȗh at-Ta‟wîl, h. 38 8 Lihat Mahmud Ibn „Umar az-Zamakhsyarî, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iqi Ghawâmidh at-
Tanzîl Wa „Uyȗn al-Aqâwîl Fî Wujȗh al-Ta‟wîl, h. 73 9 Mahmȗd Ibn „Umar az-Zamakhsyarî, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iq Ghawâmidh at-Tanzîl
Wa „Uyȗn al-Aqâwîl Fî Wujȗh al-Ta‟wîl, h. 118.
4
3. Saat az-Zamakhsyari berbicara tentang Syafa‟at. Ia mengatakan bahwa
yang akan mendapatkan syafa‟at di akherat nanti hanyalah orang-orang
soleh. Adapun para pelaku dosa besar, maka tidak ada Syafa‟at dan
penolong bagi mereka.10
4. Saat az-Zamakhsyari berbicara tentang Taubat. Ia mengatakan bahwa
tidak wajib bertaubat dari dosa-dosa kecil, karena dengan menjauhi dosa
besar maka dosa-dosa kecil akan terhapus. Dan ia meyakini bahwa Allah
swt wajib menghapus dosa-dosa kecil bagi orang yang menjauhi dosa-
dosa besar.11
5. Saat Az-Zamakhsyarî berbicara tentang rezeki, ia mengatakan
bahwasanya rezeki adalah sesuatu yang halal, bukan yang haram.
Artinya Allah swt hanya memberi rezeki yang halal saja, sementara yang
haram bukanlah dari Allah swt.12
Tentu pemahaman seperti ini membuat
siapa pun bertanya-tanya, lalu siapakah yang dapat memberi rezeki
selain Allah swt?. itulah sebagian I„tizâliyyât yang terdapat di dalam
tafsir al-Kasysyâf.
Kemudian I„tizâliyyât yang terdapat di dalam al-Kasysyâf banyak
menerima tanggapan dan kritikan dari para Mufassir setelahnya, seperti ar-
Râzî (w. 606 H)13
. Ia adalah salah satu Mufassir yang paling sering
membantah ideologi Mu‟tazilah. Di dalam tafsirnya yang dikenal dengan at-
Tafsîr al-Kabîr ia banyak mencantumkan pendapat para tokoh Mu„tazilah,
seperti Abȗ Muslim al-Ishfihânî, al-Qâdhî „Abdul Jabbâr, dan termasuk az-
Zamakhsyarî, kemudian ia membantah satu persatu hujjah mereka.
10
Mahmȗd Ibn „Umar az-Zamakhsyarî, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iq Ghawâmidh at-Tanzîl
Wa „Uyȗn al-Aqâwîl Fî Wujȗh at-Ta‟wîl, h. 75 11
Mahmud az-Zamakhsyarî, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iq Ghawâmidh at-Tanzîl Wa „Uyȗn
al-Aqâwîl Fî Wujȗh al-Ta‟wîl, h. 37 12
Mahmud az-Zamakhsyarî, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iq Ghawâmidh at-Tanzîl Wa „Uyȗn
al-Aqâwîl Fî Wujȗh al-Ta‟wîl, h. 39 13
Muhammad Ibn „Ali Ibn Ahmad Ad-Dâwȗdî, Thabaqât al-Mufassirîn, (Beirut: Dâr
kutub al-„Ilmiah, t.t), jilid II, h. 217
5
Al-Baidhâwî (w. 685 H) adalah salah satu mufassir yang tidak sepaham
dengan az-Zamakhsyarî. Walaupun di dalam tafsirnya ia banyak merujuk
kepada az-Zamakhsyarî, namun tidak sedikitpun ia mengambil ideologi
Mu„tazilahnya, bahkan terkadang ia menyinggung pendapat az-Zamakhsyarî
dan membantahnya.14
Bagi para Muhaddits, al-Kasysyâf merupakan objek yang cukup menarik
untuk dijadikan kajian takhrij hadits. Az-Zaila„î (w. 762 H) merupakan
sarjana hadits yang paling mendetail saat mentakhrij hadits-hadits yang
disebutkan oleh az-Zamakhsyari di dalam al-Kasysyâf, ia menyebutkan
sumber-sumbernya dan tak jarang ia mengkritik hadits-hadits yang
disebutkan oleh al-Zamakhsyarî, bahkan terkadang ia mengkritik unsur-unsur
„Itizâl yang terdapat di dalamnya, dengan mencantumkan hadits-hadits yang
kontra dengan ideologi Mu„tazilah. Sebagai contoh adalah takhrij hadits
tentang melihat Alloh swt di Surga. Az-Zamakhsyarî menukil pendapat para
ulama tentang tafsir “azziyâdah” pada QS. Yȗnus [10] : 26. Ia
mengemukakan lima pendapat tentang tafsir “azziyâdah”, pertama : „Ali bin
Abi Thalib mengatakan bahwa maknanya adalah sebuah kamar yang terbuat
dari intan berlian, kedua : Ibnu „Abbas mengatakan bahwa maknanya sepuluh
kali lipat pahala, ketiga : al-Hasan mengatakan bahwa maknanya adalah
sepuluh sampai tujuh puluh kali lipat, keempat : Mujâhid mengatakan bahwa
maknanya adalah ampunan dan ridha Allah, kelima : Yazîd Ibn Syajarah
mengatakan bahwa maknanya adalah awan di alam surga yang menurunkan
hujan. Semua pendapat yang ia cantumkan tidak satupun yang mengatakan
bahwa makna “azziyâdah” adalah melihat Allah di Surga, bahkan ia
mengatakan bahwa pendapat tersebut adalah pendapat yang lemah dan
haditsnya adalah palsu.15
Kemudian al-Zaila„î membantah pendapat tersebut
14
A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir, h. 107 15
Lihat Mahmȗd Ibn „Umar az-Zamakhsyarî, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iq Ghawâmidh at-
Tanzîl Wa „Uyȗn al-Aqâwîl Fî Wujȗh al-Ta‟wîl, h. 462
6
dengan mentakhrij hadits yang diklaim az-Zamakhsyarî sebagai hadits palsu
dan mencantumkan hadits-hadits lain yang mengatakan bahwa makna
“azziyâdah” adalah melihat Allah swt di dalam Surga.16
Namun meskipun
demikian, al-Zaila„î sangat jarang sekali membantah unsur-unsur i„tizal yang
ada di dalamnya, karena ia lebih fokus untuk mentakhrij hadits-haditsnya
daripada mengungkap unsur-unsur „Itizâl yang ada di dalamnya.
Setelah az-Zaila„î, Ibnu Hajar al-„Asqalânî (w. 852 H) kembali
mentakhrij hadits-hadits al-Kasysyâf, karena ia mengklaim bahwa az-Zaila„î
tidak sepenuhnya mentakhrij hadits dan atsar yang berada di dalam al-
Kasysyâf, terutama hadits-hadits Mauqȗf. Ibnu Hajar mengatakan bahwa
takhrij nya tersebut merupakan ringkasan dari takhrij az-Zaila„î, namun ia
mentakhrij riwayat-riwayat yang terlewatkan dan mencantumkannya di
dalam takhrijnya.17
Bertolak dari problem di atas, penulis merasa penting melakukan kajian
tentang I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf : KRITIK IBNU AL-
MUNAYYIR TERHADAP KONSEP I„TIZÂLIYYÂT DALAM TAFSIR
AL-KASYSYÂF (Kajian Analisis Kitab al-Intishâf Karya Ibnu al-Munayyir)
untuk mengetahui pandangan Ibnu al-Munayyir terhadap ideologi az-
Zamakhsyari. Penulis memilih Ibnu al-Munayyir karena tiga sebab:
Pertama: Ibnu al-Munayyir merupakan ulama Ahlus Sunnah yang
memiliki otoritas keilmuan yang sangat mumpuni, karena ia merupakan
seorang Mufassir, Teolog, Faqih, Ahli sastra Arab dan cabang-cabang
ilmu lainnya, bahkan ia diberi gelar dengan sebutan Nâshiruddîn atau
sang penolong agama. Para ulama besar di zamannya seperti Ibnu al-
16
Lihat „Abdullah Ibn Yȗsuf al-Zaila„î, Takhrîj al-Ahâdîts wa al-Atsar al-Wâqi„ah fîi
Tafsîr al-Kasysyâf li al-Zamakhsyarî, (Saudi: Wizârah asy-Syu‟ȗn al-Islâmiyyah wa al-
Awqâf wa al-da„wah wa al-Irsyâd, 2003), Cet. I, jilid II, h. 124-127 17
Lihat Abȗ al-Fadhl Ahmad Ibn „Ali Ibn Hajar al-„Asqalânî, al-Kâfî asy-Syâfî Takhrîj
Ahâdîts al-Kasysyâf, (t.tp: t.t), h . 2
7
Hâjib, telah mengizinkannya utuk memberi fatwa, bahkan beberapa kali
ia sempat menjabat sebagai Qadhi di Iskandariyah, Mesir. „Izzuddin bin
„Abdus Salam mengatakan: “Mesir harus bangga dengan adanya dua
orang, yaitu Ibnu ad-Daqîq al-„îd dan Ibnu al-Munayyir”.18
Kedua: Mengingat bahwa Ibnu al-Munayyir adalah seorang ulama yang
serius dan cukup mendetail dalam menanggapi tulisan-tulisan az-
Zamakhsyari di dalam tafsirnya yang berjudul Al-Kasysyâf „an Haqâ‟iq
Ghawâmidh at-Tanzîl wa „Uyȗn al-Aqâwîl fî Wujȗh al-Ta‟wîl, terutama
tentang masalah teologi.
Ketiga: Ibnu al-Munayyir adalah seorang ulama yang moderat. Itu
terbukti dari perkataan-perkataannya yang berada di dalam Al-Intishâf
Metode yang penulis gunakan dalam mengkaji permasalahan ini adalah
deskriptif-analisis, yaitu dengan memaparkan data-data yang berkenaan
dengan kitab tafsir al-Kasysyâf kemudian menganalisa dan mengkritisinya
dengan perspektif Ibnu al-Munayyir.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi
Fenomena tafsir al-Kasysyâf yang banyak dibumbui oleh ideologi
Mu„tazilah, menyerap perhatian kalangan ulama dari disiplin ilmu
berbeda. Sejumlah Mufassir berusaha untuk membantah penafsiran az-
Zamakhsyarî, diantaranya adalah Muhammad Ar-Râzî di dalam tafsirnya
Mafâtih al-Ghaib atau yang dikenal dengan at-Tafsîr al-Kabîr. Begitu
pula sebagian Muhaddits tertarik untuk mengkaji kitab tersebut,
diantaranya adalah Azzaila„î di dalam kitabnya Takhrîj al-Ahadîts wa al-
Atsar al-Wâqi„ah fî at-Tafsîr al-Kasysyâf.
18
Ad-Dâwȗdî, Thabaqât al-Mufassirîn, h. 89. Lihat juga Muhammad Ibn Ahmad Adz-
Dzahabî, Siyar A„lâm an-Nubalâ‟, h. 1004
8
penelitian yang berjudul “Kritik Ibnu al-Munayyir Terhadap Konsep
I„tizâliyyât Dalam Tafsir al-Kasysyâf (Kajian Analisis Kitab al-Intishaf
Karya Ibnu al-Munayyir) bermula dari keinginan penulis untuk
memperoleh jawaban secara konseptual mengenai pemahaman yang
lebih kompleks dari para ulama Ahlus Sunnah terhadap fenomena
I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf. Dalam tesis ini penulis berusaha
mengkaji dan merumuskan pandangan Ibnu al-Munayyir terkait
I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf.
Ada beberapa masalah yang perlu diungkapkan dalam identifikasi
masalah, antara lain sebagai berikut:
a. I„tizâliyyât dan Kontroversi Kitab Tafsir al-Kasysyâf
b. Pengaruh konsep I„tizâliyyât dalam Tafsir al-Kasysyâf tentang
pemikiran teologis
c. Ideologi Ibnu al-Munayyir dan model epistemologis yang
digunakan untuk mengatasi faham Mu„tazilah
d. Pandangan Ibnu al-Munayyir terhadap konsep I„tizâliyyât
tentang pemikiran teologis
e. Metode analisis Ibnu al-Munaŷir dalam kitab al-Intishâf
terhadap I„tizâliyyât dalam al-Kasysyâf
f. Eksistensi Pemikiran Mu‟tazilah di zaman Kontemporer
g. Pengaruh kitab al-Intishâf di zaman Kontemporer
9
2. Pembatasan
Penelitian ini tidak mengkaji semua permasalahan di atas,
mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan penelitian. Oleh karena
itu penulis akan membatasi penelitian ini hanya pada dua tema, yaitu;
a. Pengaruh konsep I„tizâliyyât dalam Tafsir al-Kasysyaf tentang
pemikiran teologis
b. Pandangan Ibnu al-Munayyir terhadap pengaruh konsep tersebut
3. Perumusan
Dari pembatasan tersebut dapat dirumuskan permasalahan penelitian
ini yaitu:
a. Bagaimana pengaruh konsep I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf
tentang pemikiran teologis?
b. Bagaimana pandangan Ibnu al-Munayyir terhadap pengaruh konsep
tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Kegiatan penelitian di bidang tafsir Al-Qur‟an ini bertumpu pada
beberapa tujuan, antara lain:
1. Mengungkap dan mendeskripsikan pengaruh konsep I„tizâliyyât
dalam tafsir al-Kasysyâf terhadap pemikiran teologis
2. Mengetahui tanggapan Ibnu al-Munayyir terhadap pengaruh konsep
tersebut
10
D. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sumber diskusi para mahasiswa khususnya di bidang tafsir dan
akidah
2. Khazanah dunia pustaka, khususnya pada kajian ilmu Al-Qur‟an dan
tafsir
3. Penelitian ini menjadi prasarat bagi penulis untuk menyelesaikan
studi pasca sarjana.
E. Kajian Kepustakaan
Penelitian yang berkaitan dengan tafsir al-Kasysyâf sudah banyak
dilakukan. Diantaranya:
1. Riza Wahyuni dalam tesis yang berjudul “Al-Ushȗl al-Khamsah
perspektif Zamakhsyari (studi kritis penafsiran ayat-ayat terkait al-
Ushȗl al-Khamsah dalam tafsir al-Kasysyâf). Tesis ini berusaha
mengungkap penafsiran az-Zamakhsyari pada ayat-ayat Al-Qur‟an
yang berkaitan dengan al-Ushȗl al-Khamsah. Usaha ini dilakukan
dengan mengkaji sumber utama dari karya az-Zamakhsyarî yaitu
kitab tafsir al-Kasysyâf „an Haqâ‟iq Ghawâmidh at-Tanzîl wa „Uyȗn
al-Aqâwîl fî wujȗh at-Ta‟wîl. Kesimpulannya sebagai berikut:
a. Dalam menafsirkan ayat-ayat terkait al-Ushȗl al-Khamsah
Zamakhsyari menggunakan dalil-dalil Naqli, baik yang
bersumber dari Al-Qur‟an, hadits Nabi, perkataan para sahabat,
pendapat para Ulama dan riwayat-riwayat lain. Selain itu, ia
juga menggunakan ijtihadnya dalam menafsirkan ayat-ayat
terkait al-Ushȗl al-Khamsah, baik perihal konten ayat atau pun
analisis bahasa.
11
b. Dalam penafsiran terhadap ayat-ayat terkait al-Ushȗl al-
Khamsah, Zamakhsyari memperlihatkan unsur I„tizâlî di
dalamnya. Misalnya dalam penafsiran terhadap ayat-ayat
Ru„yatullah, keadilan, syafa‟at. Zamakhsyari tidak sepenuhnya
menuangkan ide-ide Mu‟tazilah di dalam penafsirannya
terhadap ayat-ayat terkait al-Ushȗl al-Khamsah, sebab ada
beberapa bagian dimana al-Kasysyâf dan Mu‟tazilah berbeda
pendapat mengenai beberapa hal tertentu, misalnya dalam
masalah tatacara melakukan Amar Ma„ruf Nahi Munkar. Dalam
persoalan ini, Zamakhsyari nampak bersikap lembut
sebagaiman sikap Ahlus Sunnah, sementara Mu‟tazilah sendiri
meskipun ingin berusaha besikap sama, namun sejarah
Mu‟tazilah pernah mencatat tragedi buruk dalam praktik Amar
Ma„ruf Nahi Munkar dengan terjadinya peristiwa al-Mihnah
pada masa kekhalifahan al-Ma‟mun.19
2. Deki Ridho Adi Anggara dalam jurnal yang berjudul “Ru‟yatu Allah
Perspektif Mu‟tazilah dan Ahl al-Sunnah wa al-Jama‟ah (Studi
Komparatif Tafsir al-Kasysyâf karya az-Zamakhsyari dan Mafâtîh
al-Ghayb Karya al-Râzî)”. Jurnal ini berusaha memaparkan
pandangan az-Zamakhsyari di dalam al-Kasysyâf dan pandangan ar-
Râzî di dalam Mafâtîh al-Ghaib tentang Ru‟yatullah.
Kesimpulannya adalah metode penafsiran yang dilakukan oleh az-
Zamakhsyari ketika menafsirkna Ru‟yatullah menggunakan metode
ta‟wil, menitik beratkan pada segi bahasa, balaghah dan gramatikal
19
Riza Wahyuni dalam tesis yang berjudul “Al-Ushȗl al-Khamsah perspektif
Zamakhsyari (studi kritis penafsiran ayat-ayat terkait al-Ushȗl al-Khamsah dalam tafsir al-
Kasyaf). sebuah tesis sekolah pasca sarjana INSTITUT ILMU AL-QUR‟AN (IIQ) Jakarta
2019
12
bahasa Arab. Hal ini sebagaimana ketika az-Zamakhsyari
memberikan dua sifat terhadap tafsirnya. Sifat pertama: tafsir yang
beraliran madzhab Mu‟tazilah, bahkan ia mengatakan: “apabila
kamu ingin meminta izin dengan pengarang al-Kasysyâf ini, maka
sebutlah namanya Abȗ al-Qâim al-Mu„tazilî”. Sifat kedua: yang
dimiliki tafsir al-Kasysyâf adalah keutamaan nilai bahasa Arab, baik
dari segi I„jâz al-Qur‟an, balâghah dan fashâhah, sebagai bukti
bahwa Al-Qur‟an diturunkan dari Allah swt.
Adapun ar-Râzî, melemahkan pendapat Mu‟tazilah dengan
mengajukan dalil „Aqliyah maupun Naqliyah. Banyak memaparkan
berbagai pendapat, seperti ulama tafsir, Mu‟tazilah, bahasa, Ahlus
Sunnah, Cenderung pada corak falsafî dan I„tiqâdî dalam
penafsirannya, sehingga dalam penafsiran antara az-Zamakhsyari
dan ar-Râzî mengenai Ru‟yatullah, jika dilihat dari aspek
penafsirannya, az-Zamakhsyari berpendapat bahwa ia meniadakan
Ru‟yatullah kapan pun, dimana pun dan oleh siapapun. Sementara
ar-Râzî dalam menafsirkan ayat-ayat Ru‟yatullah meyakini bahwa
kelak di Surga / Akherat orang mu‟min dapat melihat Tuhannya.
Adapun melihat Allah swt di dunia bisa saja terjadi, akan tetapi
karena kelemahan potensi penglihatan manusia maka Allah swt
belum dapat dilihat.20
3. Ma‟mun Mu‟min dalam jurnal yang berjudul “Model Pemikiran
Tafsir al-Kasyaf Karya Imam Az-Zmakhsyarî”. Jurnal ini berusaha
menyuguhkan model pemikiran tafsir Imam az-Zamakhsyari dalam
tafsir al-Kasysyâf. Kesimpulannya adalah menurut Imam Az-
20
Deki Ridho Adi Anggara dalam jurnal yang berjudul “Ru‟yatu Allah Perspektif
Mu‟tazilah dan Ahl al-Sunnah wa al-Jama‟ah (Studi Komparatif Tafsir al-Kasysyâf karya
az-Zamakhsyari dan Mafâtîh al-Ghayb Karya al-Râzî)”. Sebuah jurnal Universitas
Darussalam Gontor 2019
13
Zamakhsyari bahwa dari Q.S al-Baqarah [2] : 1-2, semuanya terdiri
dari empat jumlah, yaitu (1) Alif Lâm Mîm jumlah ke satu. (2)
Dzâlika al-Kitâb jumlah kedua. (3) Lâ Raiba fîh jumlah ketiga. (4)
Hudan Lil Muttaqîn jumlah keempat. Dan bagi jumlah yang
keempat merupakan ta‟kîd (penguat) bagi jumlah yang ketiga.
Dari kajian tersebut, menurut hemat penulis ada dua masalah yang
sangat menarik dan dapat digulirkan oleh Imam az-Zmakhsyari:
a. Yang dimaksud al-Kitab disini adalah Al-Qur‟an al-Karim yang
kita kenal yang disusun serta ditulis oleh huruf-huruf hijaiyyah
dan dicetak dengan percetakan yang demikian modern seta
disebar ke seluruh penjuru dunia Islam. Adapaun
penunjukkannya dengan isim Isyarah Li al-Ba„îd (untuk sesuatu
yang jauh), untuk menunjukkan bahwa Al-Qur‟an itu sangat
agung, sehingga dihukumi jauh.
b. Yang dimaksud Hudan Li al-Muttaqîn bahwa Allah swt
memberikan hidayah langsung kepada tiap-tiap kalbu Umatnya
yang bertakwa kepada Allah swt. bagi Imam Az-Zamakhsyari
hidayah berfungsi bagi mereka yang belum mendapat
petunjuk.21
4. Saifullah Rusmin, M, Galib, M, Ahmad Abu Bakar dan Musafir
Pabbabari dalam jurnal yang berjudul “Penafsiran-penafsiran az-
Zamakhsyarî Tentang Teologi Dalam Tafsir al-Kasysyâf”. Jurnal ini
berusaha mengungkap penafsiran az-Zamakhsyari pada ayat-ayat
Al-Qur‟an yang membahas tentang teologi. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kepustakaan (library research). Data diolah dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu mengolah data
21
Ma‟mun Mu‟min dalam jurnal yang berjudul “Model Pemikiran Tafsir al-Kasyaf
Karya Imam Az-Zmakhsyarî”. Sebuah Jurnal STAIN kudus, Jawa Tengah 2017
14
berdasarkan nilai yang terkandung dalam setiap data. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pandangan-pandangan az-
Zamakhsyari lewat tafsir al-Kasysyâf sangat dipengaruhi oleh
konteks yang melatarbelakangi lahirnya tafsir ini. Ketika ia
berbicara mengenai masalah teologi dalam tafsirnya, maka akan
terlihat dengan jelas ia membela prinsip aliran Mu‟tazilah, kecuali
pada masalah sihir, siksa kubur dan sebuah ayat tentang prinsip
posisi pelaku dosa besar di akherat. Adanya perbedaan pada
beberapa prinsip Mu‟tazilah, dapat mengindikasi satu diantara dua
hal, pertama: sesungguhnya az-Zamakhsyari tidak lah menguasai
detil prinsip Mu‟tazilah. kedua: az-Zamakhsyari adalah orang yang
sangat idealis sehingga kemampuannya dalam menilai sebuah lafazh
yang mengarahkan kepada sebuah makna tidak dibatasi oleh pola
ideologi madzhab.22
5. Dara Humaira dan Khairun Nisa dalam jurnal yang berjudul “Unsur
I„tizâlî dalam Tafsir al-Kasysyâf (Kajian Kritis Metodologi Al-
Zamakhsyari)”. Jurnal ini menjelaskan pemikiran az-Zamakhsyari
dalam kitab al-Kasysyâf dan memberikan gambaran dimana letak
unsur I„tizâlî yang digunakan az-Zamakhsyari serta bagaimana
bentuk penafsirannya yang menggunakan corak ini. Kesimpulannya
adalah bahwa corak teologis – dalam hal ini corak I„tizâlî –
merupakan salah satu dari sekian corak yang mewarnai kitab tafsir
al-Kasysyâf yang dikarang atas perminataan kaum minoritas
Mu‟tazilah ketika az-Zamakhsyari berada di Mekkah. Berangkat
dari keinginan agar keeksistensian mereka diakui inilah akhirnya
22
Saifullah Rusmin, M, Galib, M, Ahmad Abu Bakar dan Musafir Pabbabari dalam
jurnal yang berjudul “Penafsiran-penafsiran az-Zamakhsyarî Tentang Teologi Dalam Tafsir
al-Kasysyâf”. Sebuah jurnal diskursus islam Penyuluh Agama Madya Kementrian Agama
Kota Makassar 2017
15
muncul kitab tafsir yang bercorak I„tizâlî. Letak unsur I„tizâlî in
dapat ditemukan dalam beberapa ayat yang berkaitan dengan
persoalan al-Ushȗl al-Khamsah. Secara garis besar, bentuk
penafsiran yang mengandung unsur ini dapat dilihat dari:
a. pertama: penakwilan yang dilakukan oleh az-Zamakhsyari
terhadapa ayat-ayat yang makna zhahirnya bertentangan dengan
paham yang ia yakini. Ketika berhadapan dengan ayat semacam
ini, az-Zamakhsyari akan membawa makna ayat ke makna lain
yang tidak bersebrangan dengan prinsip al-Ushȗl al-Khamsah.
Bisa dilihat dalam penafsirannya terhadap surat al-Qiyâmah
ayat 22-23 yang notabene ulama memaknai kata Nazhirah
dengan melihat Allah swt pada hari kiamat, namun az-
Zamakhsyari memaparkan di dalam kitabnya bahwa melihat
Allah swt adalah sesuatu yang mustahil sesuai dengan konsep
at-Tauhid dalam mazdhabnya, sehingga ayat ini harus
dita‟wilkan. Alhasil, az-Zamakhsyari memberi makna terhadap
Nazhirah dengan “Ar-Rajâ‟ wa at-Tawaqqu„”.
b. Kedua: peletakan hukum terhadap ayat Muhkam dan
Mutasyâbbih. Ia akan menganggap ayat-ayat yang sesuai
dengan mazdhabnya sebagai ayat Muhkam. Sebaliknya, ayat-
ayat yang bersebrangan dengan prinsip di atas dianggap sebagai
ayat Mutasyabbih dan pemaknaannya tergantung ayat yang
dianggap Muhkam. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa segi
linguistik yang disajikan dalam kitab ini sangat indah dan dapat
mewakili kemu‟jizatan Al-Qur‟an dari segi sastra.23
23
Dara Humaira dan Khairun Nisa dalam jurnal yang berjudul “Unsur I„tizâlî dalam
Tafsir al-Kasysyâf (Kajian Kritis Metodologi Al-Zamakhsyari)”. Jurnal UIN Sunan KaliJaga
2016
16
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan dengan subjek
kitab tafsir dan tauhid. Artinya, bahan yang menjadi objek penelitian
merupakan bahan kepustakaan berupa buku-buku, tesis, disertasi dan
jurnal penelitian yang berkaitan dengan tema penelitian penulis.
2. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian ini bersifat deskriptif-analisis, yaitu dengan cara
memaparkan I‟tizâliyyât dalam tafsir al-Kasyaf dan menganalisanya
dengan pandangan Ibnu al-Munayyir dalam kitab al-Intishâf.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber penelitian ini terdiri atas data primer dan sekunder, yaitu:
a. Sumber primer, yaitu kitab tafsir al-Kasysyâf karya az-Zamakhsyarî
dan al-Intishâf karya Ibnu al-Munayyir
b. Sumber sekunder, yaitu berupa literatur kitab tauhid dan kitab tafsir
lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini, diantaranya adalah
Tuĥfah al-Murîd karya Ibrahim Ibn Muhammad Ibn Ahmad al-
Baijȗrî, Hadiyyah al-Murîd Syarh Jauharah at-Tauhîd karya
Burhanuddin Ibrâhîm Ibn Ibrâhîm Ibn Hasan al-Laqqânî, Syarh
Ushȗl al-Khamsah dan Tanzîh Al-Qur‟ân „an al-Mathâin karya
„Abdul Jabbâr Ibn Ahmad al-Hamdânî, At-Tafsîr al-Kabîr dan
„Ishmah al-Anbiyâ‟ karya Muhammad Ibn „Umar Ibn al-Hasan
Fakhruddîn ar-Râzî dan lain-lain.
17
4. Metode Pengumpulan Data
Penelusuran terhadap kritik Ibnu al-Munaŷir terhadap konsep
I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyaf, menggunakan beberapa langkah,
yaitu:
a. Membaca dan mencari unsur I„tizâliyyât dalam kitab Tafsir al-
Kasysyâf
b. Mereduksi data yang relevan untuk dianalisis
c. Mengumpulkan beberapa I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf
5. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis secara kualitatif,
model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis isi.
Maka yang penulis lakukan dalam menganalisa data adalah sebagai
berikut:
a. Membaca dan mencari unsur I„tizâliyyât dalam kitab Tafsir al-
Kasysyâf
b. Mereduksi data yang relevan untuk dianalisis
c. Memaparkan unsur-unsur I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf
d. Melakukan analisis terhadap data yang telah dipaparkan
e. Mengkritisinya dengan pandangan Ibnu al-Munayyir dalam kitab
al-Intishâf
18
6. Langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:
a. Menentukan beberapa I„tizâliyyât yang terdapat di dalam al-
Kasyaf. Dalam hal ini penulis memilih lima tema:
1) I„tizâliyyât Dalam Konsep Iman
2) I„tizâliyyât Dalam Konsep Kema„shuman Para Nabi
3) I„tizâliyyât Dalam Konsep Syafa„at
4) I„tizâliyyât Dalam Konsep Taubat
5) I„tizâliyyât Dalam Konsep Rezeki
b. Memaparkan pemikiran az-Zamakhsyarî tentang empat unsur
tersebut
c. Mengungkap kritik Ibnu al-Munayyir terhadap I„tizâliyyât yang
terdapat di dalam kitab al-Kasysyâf
d. Menarik kesimpulan
G. Teknik dan Sistematika Penulisan
1. Teknik Penulisan
Teknik penulisan tesis ini merujuk kepada buku pedoman
penulisan skripsi, tesis dan disertasi, yang diterbitkan oleh Institute
Ilmu Al-qur‟an (IIQ) jakarta tahun 2017
2. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah,
identifikasi, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, kajian kepustakaan, metode
penelitian dan teknik penulisan dan yang terakhir
adalah sistematika penulisan
19
BAB II Membahas corak tafsir teologi dan I„tizâliyyât. Dalam
bab ini akan dibahas definisi corak, definisi tafsir dan
pengertian teologi, lalu dilanjutkan dengan penjelasan
tentang I„tizâliyyât dan Mu‟tazilah
BAB III Membahas biografi az-Zamakhsyarî, profil kitab al-
Kasysyâf, biografi Ibnu al-Munayyir dan profil kitab
al-Intishâf.
BAB IV Membahas tentang beberapa kritik I„tizâliyyât di dalam
tafsir al-Kasysyâf. Dalam bab ini akan ditampilkan
lima tema, yaitu; I„tizâliyyât dalam konsep Iman,
kema„shuman para Nabi, Syafa„at, Taubat dan
Rezeki, Lalu dilanjutkan dengan kritik Ibnu al-
Munayyir terhadap kelima teori tersebut dalam kitab
al-Intishâf dan menganalisanya.
BAB V Bab penutup yang menampilkan kesimpulan dari
hasil penelitian dan saran-saran
198
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian terhadap kritik Ibnu al-Munayyit
terhadap konsep I„tizâliyyât dalam tafsir al-Kasysyâf, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan. Adapun Kesimpulannya adalah menurut Ibnu al-
Munayyir bahwa I„tizâliyyât yang terdapat di dalam al-Kasysyâf
merupakan sebuah pemahaman yang rancu dan jauh dari kebenaran.
Berikut penjelasannya:
1. Kritik Terhadap I„tizâliyyât Dalam Konsep Iman
a. Definisi Iman
Az-Zamakhsyarî mengatakan bahwa Iman adalah sebuah
pembenaran di dalam hati, diucapkan oleh lisan dan diwujudkan
oleh perbuatan.
Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa pengertian yang demikian
adalah salah, karena pengertian seperti itu membuat seseorang
mengatakan bahwa orang yang tidak beramal shaleh, maka ia tidak
dianggap sebagai orang yang beriman, karena menurut definisi
tersebut iman adalah sebuah kesatuan dari keyakinan, ucapan dan
perbuatan. Maka, definisi Iman yang benar menurut Ibnu al-
Munayyir adalah sebuah pembenaran yang letaknya di dalam hati
dan tidak ada kaitannya dengan ucapan dan perbuatan.
199
b. Pengertian Fasik
Az-Zamakhsyarî mengatakan bahwa orang yang tidak beramal
shaleh maka dia Fasik. Menurutnya fasik adalah bukan Mu‟min dan
bukan pula Kafir, akan tetapi posisi di tengah-tengah Mu‟min dan
Kafir.
Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa pengertian tersebut
membuat az-Zamakhsyari mengatakan bahwa orang fasik akan
kekal di dalam Neraka bersama orang-orang kafir, namun azabnya
lebih ringan daripada azab orang-orang Kafir. Dan menurut Ibnu al-
Munayyir itu adalah salah. Maka, Ibnu al-Munayyir pun
mengatakan bahwa orang yang fasik karena dosa-dosanya masih
dianggap sebagai Mu‟min, karena banyak dalil-dalil Al-Qur`an dan
Hadits yang menunjukkan tentang hal tersebut.
2. Kritik Terhadap I„tizâliyyât Dalam Konsep Kema„shuman Para Nabi
a. Kema„shuman Nabi Adam
1) az-Zamakhsyarî mengatakan bahwa Nabi Adam telah
melakukan dosa kecil.
Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa itu salah. Yang
benar adalah bahwa para Nabi terjaga dari segala perbuatan
dosa, baik dosa kecil atau pun dosa besar.
2) Az-Zamakhsyarî mengatakan bahwa apa yang terjadi
kepada Nabi Adam sama dengan apa yang terjadi kepada
Iblis, yaitu keduanya berbuat dosa dan diusir dari Surga.
Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa az-Zamakhsyarî
telah membuat sebuah pernyataan yang keji dan tidak
pantas terhadap Nabi Adam as. Bagi Ibnu al-Munayyir
sebab dikeluarkannya Adam adalah karena ia memang
200
diciptakan sebagai khalifah di muka bumi, berbeda dengan
Iblis, ia dikeluarkan karena berbuat dosa dan dikeluarkan
dalam keadaan hina dan terlaknat.
b. Kema„shuman Nabi Muhammad
Az-Zamakhsyarî mencela dan merendahkan Rasulullah SAW
dengan mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah berbuat salah
karena mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah
swt. sehingga ditegur oleh Allah swt dengan turunnya QS. At-
Tahrîm [66] : 1.
Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa az-Zamakhsyari salah
menafsirkan ayat tersebut, karena yang dimaksud tahrîm di dalam
ayat tersebut adalah al-Imtinâ„, yaitu mencegah diri untuk
melakukan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah, bukan
mengharamkannya secara hukum.
3. Kritik Terhadap I„tizâliyyât Dalam Konsep Syafa„at
Az-Zamakhsyarî mengatakan bahwa di akherat nanti tidak ada
syafa„at bagi para pelaku dosa besar.
Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa az-Zamakhsyari keliru dalam
menafsirkan ayat. Yang benar adalah di akherat nanti ada syafa„at bagi
para pelaku dosa besar.
4. Kritik Terhadap I„tizâliyyât Dalam Konsep Taubat
c. Tidak wajib bertaubat dari dosa-dosa kecil
Az-Zamakhsyarî mengatakan bahwa pelaku dosa kecil tidak
harus bertaubat, karena dosa-dosa kecil pasti terhapus dengan
menjauhi dosa-dosa besar.
201
Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa pendapat yang benar dan
sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadits-hadits Rasulullah SAW adalah
wajibnya bertaubat dari segala dosa, baik dosa besar atau pun dosa
kecil.
d. Keyakinan az-Zamakhsyarî bahwa Allah wajib menghapus
dosa-dosa kecil bagi orang yang meniggalkan dosa besar.
Az-Zamakhsyarî berkeyakinan bahwa Allah swt terkena
sebuah kewajiban, yaitu wajib bagi Allah SWT untuk menghapus
dosa-dosa kecil bagi orang-orang yang meninggalkan dosa besar.
Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa pendapat yang benar
adalah bahwa tidak ada kewajiban apapun bagi Allah swt kepada
hambanya, baik itu berupa pemberian pahala terhadap orang yang
taat atau pun pemberian siksa terhadap orang yang bermaksiat,
akan tetapi Allah swt memberikan pahala kepada hambanya
semata-mata karena karunia dan kebaikannya, dan Allah swt
memberikan siksa semata-mata karena keadilannya.
5. Kritik Terhadap I„tizâliyyât Dalam Konsep Rezeki
Az-Zamakhsyarî mengatakan bahwasanya yang dinamakan rezeki
hanyalah sesuatu yang halal, sementara yang haram tidak dinamakan
rezeki.
Ibnu al-Munayyir mengatakan bahwa itu adalah keyakinan yang
menyimpang, karena keyakinan tersebut memiliki sebuah konsekuensi
yang sangat besar dan fatal, yaitu dapat membawa kepada kesyirikan.
Maka yang benar adalah baik yang halal atau haram, itu semua
202
merupakan rezeki dari Allah swt. karena ia lah satu-satu nya sang
pemberi rezeki.
B. Saran-Saran
Setelah menyimpulkan hasil penelitian ini, maka perlu kiranya
untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih luas dan mendalam
tentang perbedaan akidah Mu‟tazilah dan akidah Ahlus Sunnah
Wal Jama‟ah, hendaknya penelitian terhadap permasalahan ini
ditingkatkan, baik itu pada kitab-kitab tafsir klasik maupun
kontemporer, untuk menambah khazanah pengetahuan
2. Untuk mengetahui lebih banyak I‟tizâliyyât yang terdapat di dalam
kitab tafsir al-Kasyaf karya az-Zamakhsyari, hendaknya penelitian
terhadap kitab al-Intishâf karya Ibnu al-Munayyir untuk dilanjutkan
3. Hendaknya Program Pasca Sarjana memberikan mata kuliah tafsir
yang berkaitan dengan Akidah dan Tauhid kepada mahasiswa
konsentrasi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, karena ini sangat berguna
sekali dalam menggali keyakinan yang dianut oleh sang mufassir di
dalam tafsirnya
Demikian beberapa saran yang dapat penulis sampaikan. Tentunya
hasil penelitian ini masih banyak kekurangan dan perlu kiranya untuk
ditindaklanjuti. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya, dan semoga
dengan penelitian ini akan menambah kecintaan kita terhadap Al-
Qur‟an dan kita semua dapat mengamalkannya dalam kehidupan nyata
sehingga misi Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup tercapai dengan
sempurna. Wallahu a‟lam.
203
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟ân
Âbâdî, Abȗ „Abdurrahmân Muhammad Asyrâf Ibn Amîr al-„Azhîm, „Aȗn al-
Ma„bȗd Syarh Matn Abî Dâwȗd, Oman: Bait al-Afkâr ad-Daulîyyah, t.t
„Abdul Wâhid, Tafsir Isyari Dalam Pandangan Imam Ghazali, Jurnal
Ushuluddin vol. XVI No. 2, Juli 2010 M
Abȗ Ghuddah, „Abdul Fattâh, al-„Ulamâ‟ al-„Uzzâb al-Ladzîna Âtsarȗ al-
„Ilm „Alâ az-Zuwâj, Beirut: Dâr al-Basysyâr al-Islâmiyyah, cet. VIII,
2008 M
al-Ahdal, Muhammad Ibn Ahmad, al-Kawâkib ad-Durriyyah, Beirut:
Muassasah al-Kutub ats-Tsaqafiyyah, t.t
al-„Ainî, Badruddîn Abȗ Muhammad Mahmȗd Ibn Ahmad,‟Umdah al-Qârî,
Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, cet. I, 2001 M
al-„Ak, Khâlid „Abdurrahmân, Ushȗl at-Tafsîr wa Qowâ„iduh, Beirut: Dar
an-Nafa‟is, cet. II, 1986 M
al-Alȗsî, Mahmud Ibn „Abdullâh, Rȗh al-Ma„ânî, Beirut: Dâr Ihyâ at-Turâts
al-„Arabî, t.t
Alî, Atâbikî, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Multi Karya
Grafika, t.t
Amin, Ahmad, Fajr al-Islâm, Kairo: Hindawî, 2012 M
al-Anbârî, „Abdurrahmân Ibn Abî Sa„îd, Al-Inshâf , Kairo: Maktabah Al-
Khanîjî, cet. I, t.t
al-Andalusî, Muhammad Ibn Yȗsuf Abȗ Hayyân, Al-Bahr al-Muhîth, Beirut:
Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, cet. III, 1993 M
al-Ashfahânî, Abî Syujâ„ Ahmad Ibn al-Husain, Matn at-Taqrîb ma„a Syarh
Fath al-Qarîb, Beirut: Dâr Ibn Ĥazm, cet. I, 2005 M
204
al-„Asqalânî, Ahmad Ibn Hajar, Fath al-Bârî, Mesir: Maktabah Mishr, cet. I,
2001 M
__________, Ahmad Ibn Hajar, al-Kâfî asy-Syâfî Takhrîj Ahâdîts al-
Kasysyâf, t.tp, t.t
__________, Ahmad Ibn Hajar, an-Nukat „Ala Ibnish Shalâh, Madinah: al-
Majlis al-„Ilmî, Cet. I, 1984 M
al-Asy„arî, Abȗ al-Hasan, al-Ibânah „An Ushȗl ad-Diyânah, Riyâdh: Madâr
al-Muslim, cet. I, 2011 M
________, Abȗ al-Hasan, Maqâlât al-Islâmiyyîn Beirut: al-Maktabah al-
„Ashriyyah, 1990
al-Atâbikî, Yȗsuf Ibn Tagzibardî, An-Nujȗm az-Zâhirah fî Mulȗk Misr wa al-
Qâhirah, Dâr al-Kutub, t.t
al-Baghdâdî, „Abdul Qâdir, al-Farq baina al-Firâq, Kairo: Maktabah Ibnu
Sina, t.t
al-Baghdâdî, Isma‟il Bâsyâ, Īdhâh al-Maknȗn, Beirut: Dâr Ihyâ` Turâts al-
„Arabî, t.t
al-Baidhâwî, Abu al-Khair „Abdullâh Ibn Muhammad Ibn „Umar, Anwâr at-
Tanzîl wa Asrâr at-ta‟wîl, Beirut: Dâr Ihyâ` at-Turâts, t.t
al-Baijȗrî, Ibrâhîm Ibn Muhammad Ibn Ahmad, Tuhfah al-Murîd, Beirut:
DKI, Cet. III, 2007 M
al-Bukhârî, Abȗ „Abdillâh Muhammad Ibn Ismâ„îl, Shahîh al-Bukhârî,
Beirut: Dâr Ibn Katsîr, cet., I, 2002 M
Ad-Dâwȗdî, Muhammad Ibn „Alî Ibn Ahmad, Thabaqât al-Mufassirîn,
Beirut: Dâr kutub al-„Ilmiah, t.t
Dahlân, Ahmad Zainî, Asnâ al-Mathâlib fî Najâh Abî Thâlib, Oman: Dâr al-
Imâm an-Nawawî, cet. II, 2007 M
ad-Damanhuri, Ahmad, Īdhâh al-Mubham, Beirut: Maktabah al-Ma„ârif, cet.
II, 2006 M
205
adz-Dzahabî, dr. Muhammad Husein, at-Tafsîr wa al-Mufassirȗn, Kairo:
Maktabah Wahbah, t.t
adz-Dzahabî, Muhammad Ibn Ahmad, Siyar A„lâm an-Nubalâ‟, Lebanon:
Bait al-Afkâr al-Dauliyyah, 2004 M
al-Ghâmidî, Shâlih, al-Masâ‟il al-I„tizâliyyah, Saudi: Dâr al-Andalus, cet. I,
1998 M
al-Ghazâlî, Muhammad Ibn Muhammad, Ihyâ‟ „Ulȗm ad-Dîn, Saudi: Dâr al-
Minhâj, cet. I, 2011 M
Ghulâyînî, Musthafâ, Jâmi„ ad-Durȗs al-„Arabiyyah, Beirut: Al-Maktabah al-
„Ashriyyah, cet. XXX, 1994 M
al-Habsyî, Abȗ Bakr al-„Aththâs Ibn „Abdullah, Tadzkîr an-Nâs, Bogor:
Ma‟had Huraidhah, tt
al-Hâkim, Muhammad Ibn „Abdullâh, Ma„rifah „Ulȗm al-Hadîts, Beirut: Dâr
Ibn Hazm, Cet. I, 2003 M
al-Haitamî, Shihâbuddîn Ahmad Ibn Muhammad Ibn „Alî Ibn Hajar, al-Fath
al-Mubîn, Jeddah: Dâr al-Minhâj, cet. I, 2008 M
al-Haitsamî, Nȗruddin „Alî Ibn Abî Bakr, Majma‟ az-Zawâ‟id wa Manba„ al-
Fawâ‟id, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Arabî, t.t
al-Hamawî, Yâqȗt Ibn „Abdullâh, Mu„jam al-Udabâ‟, Beirut: Dâr al-Gharbî
al-Islâmî, cet. I, 1993 M
al-Hamdânî, „Abdul Jabbâr Ibn Ahmad, Syarh Ushȗl al-Khamsah, Kairo:
Maktabah Wahbah, cet. III, 1996 M
_________, „Abdul Jabbâr Ibn Ahmad, Tanzîh Al-Qur‟ân „an al-Mathâin,
Mesir: al-Mathba„ah al-Jamaliyyah, 1329 H
al-Hanbalî, „Izzuddîn „Abdurrazzâq, Rumȗz al-Kunȗz fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-
„Azîz, Makkah: Maktabah al-Asadî, cet. I, 2008 M
Haqqî, Ismâ„îl, Rȗh al-Bayân, Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabî, t.t
206
al-Hȗfî, Ahmad Muhammad, az-Zamakhsyari, Beirut: Dâr al-Fikr, cet. I,
1966 M
Ibn Abî Syaibah, Abȗ Bakr „Abdullâh Ibn Muhammad Ibn Ibrâhîm, al-
Mushannaf, Riyâdh: Maktabah ar-Rusyd, cet. I, 2004 M
Ibn al-Atsîr, Al-Mubârak Ibn Muhammad al-Jazarî, An-Nihâyah fî Gharîb al-
Hadîts wa al-Atsar, Dammâm: Dâr Ibn al-Jauzî, cet. I, 1421 H
Ibn „Abdullah, Hâjî Khalîfah Mustafâ, Kasyf azh-Zhunȗn, Beirut: Dâr Ihyâ‟
at-Turâts al-„Arabî, t.t
Ibnu „Aqîl, „Abdullâh, Syarh Alfiyyah Ibn Mâlik, Kairo: Dâr at-Thalâ‟i„, cet.
II, 2009 M
Ibn „Arabî, Muhammad Ibn „Alî, Al-futȗhât al-Makkiyyah, Beirut: Dar al-
Kutub al-„Ilmiyyah, cet. I, 1999 M
Ibn Hajî Din Muhammad, Shadrul Warâ Ibn Hâjî „Abdul Hamîd, Jam‟ al-
Farâid bi Inârah Syarh al-„Aqâ‟id, Karaci: Maktabah al-Madînah, cet.
II, 2012 M
Ibnu Katsîr, Abȗ al-Fidâ‟ Ismâ„îl Ibn „Umar , Tafsîr Al-Qur‟ân al-„Azhîm,
Beirut: Maktabah at-Turâts al-„Arabî, 2010 M
_________, Abȗ al-Fidâ‟ Ismâ„îl Ibn „Alî, al-Mukhtashar fî Târîkh al-
Basyar, Mesir: al-Husainiyyah, cet. I, t.t
_________, Abȗ al-Fidâ‟ Ismâ„îl, al-Bidâyah wa an-Nihâyah, Beirut:
Maktabah al-Ma„ârif, 1990 M
Ibnu Khaldȗn, „Abdurrahmân, Muqaddimah Ibn Khaldȗn, Beirut: Dâr
Ya„rub, cet. III, 2004 M
Ibnu Khalikân, Ahmad Ibn Muhammad, Wafayât al-A„yân Wa Abnâ‟ Abnâ‟
az-Zamân, Beirut: Dâr ash-Shâdir, 1978 M
Ibnu Mâlik, Muhammad Ibn „Abdullâh, Matn al-Alfiyyah Ma„a Syarh Ibn
„Aqîl, Kairo: Dâr at-Thalâ‟i„, cet. II, 2009 M
207
Ibnu Manzhȗr, Muhammad Ibn Mukrim, Lisân al-„Arab, Beirut: Dâr ash-
Shâdir, cet. I, t.t
Ibnu al-Munayyir, Ahmad Ibn Muhammad, al-Intishâf min al-Kasysyâf,
Beirut: Dâr al-Ma„rifah, Cet. III, 2009 M
Ibnu al-Murtadhâ, Ahmad Ibn Yahyâ, Thabaqât al-Mu„tazilah, Beirut:
Muassasah Diwald-Wiltzer, 1961 M
_____________, Ahmad Ibn Yahyâ, al-Maniyyah wa al-Amal, Haidar Abad:
Dâ‟irah al-Ma„ârif, 1316 H
Ibnu at-Tilmisânî, „Abdullâh Ibn Muhammad. Syarh Ma„âlim al-Ushȗl.
Urdun: Dâr al-Fath diedit oleh Nizar Ibn „Alî Hamadî, cet. I, 2010
Imzi, A. Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir, Depok: LSIQ, Cet.
II, 2013 M
al-Isfirâyînî, Abȗ al-Muzaffar Syâhfȗr Ibn Thâhir Ibn Muhammad, at-
Tabshîr, Beirut: „Âlam al-Kutub, cet. I, 1983 M
al-„Imâd, Abȗ as-Su„ȗd Muhammad Ibn Muhammad, Irsyâd al-„Aql as-Salîm
Ilâ mazâyâ Al-Qur‟ân al-Karîm, Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabî, t.t
al-„Imrânî, Yahyâ Ibn Abî al-Khair, al-Intishâr fî ar-Radd „Alâ al-Mu„tazilah
al-Qadariyyah al-Asyrâr, Saudi: Adhwâ`u as-Salaf, 1419 H
Ibnu Mâjah, Abȗ „Abdillâh Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Matn Sunan
Ibn Mâjah, kairo: Dâr Ihyâ‟ al-Kutub al-„Arabiyyah, t.t
Kahhâlah, Umar Ridhâ, Mu„jam al-Muallifîn Tarâjim Mushannif al-Kutub al-
„Arabiyyah, Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabî, t.t
Kristeva, Nur Sayyid Santoso, Sejarah Teologi Islam dan Akar Pemikiran
Ahlussunnah Wal Jama„ah, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, cet. I, 2014 M
al-Kutubi, Muhammad Ibn Syâkir, Fawât al-Wafayât, Beirut : Dâr ash-
Shâdir, t.t
al-Labdî, Muhammad Samîr Najîb, Mu„jam al-Mushthalahât an-Nahwiyyah
wa ash-Sharfiyyah, Beirut: Muassasah ar-Risâlah, cet. I, 1985 M
208
al-Laqqânî, Burhânuddîn Ibrâhîm Ibn Ibrâhîm Ibn Hasan, Hidâyah al-Murîd
Syarh Jauharah at-Tauhîd, Kairo: Dâr al-Bashâ‟ir, Cet. II, 2009 M
_________, Burhanuddin Ibrâhîm Ibn Ibrâhîm Ibn Hasan, „Umdah al-Murîd
Syarh Jauharah at-Tauhîd, Oman: an-Nur, cet. I, 2016 M
Louis Ma‟luf, Al-Munjid, Beirut: al-Mathba‟ah al-Kâtsȗlîkiyyah, cet. XIX, t.t
al-Makkî, Muhammad Ibn Ahmad al-Hasanî al-Fâsî, al-„Iqd ast-Tsamîn
Beirut: Muassasah ar-Risâlah, cet. II, 1986 M
al-Mâlikî, Ibrâhîm Ibn „Alî Ibn Muhammad Ibn Farhȗn, Ad-Dîbâj al-
Mudzhab, Kairo: Dâr at-Turâts, t.t
Mahmȗd, Sa„ad, Hurȗf al-Ma„ânî Baina Daqâ‟iq an-Nahw wa Lathâ‟if al-
Fiqh, t.tp: t.t
al-Mu„tiq, Awwâd Ibn „Abdullâh, Al-Mu„tazilah wa Ushȗlihim al-Khamsah
wa Mauqif Ahl as-Sunnah minhum, , cet. II, 1995 M
al-Mubârakfȗrî, Abȗ al-„Ulâ Muhammad „Abdurrahmân Ibn „Abdurrahîm,
Tuhfah al-Ahwadzî, Beirut: Dâr al-Fikr, t.t
Munawwir, Ahmad Warson, al-Munawwir,
al-Murtadhâ, Abȗ al-Qâsim „Alî Ibn Husein, Amâlî Asy-Syarîf al-Murtadhâ,
Mesir: Dâr Ihyâ‟ al-Kutub al-„Arabiyyah, cet. I, 1954 M
Mustaqim, „Abdul, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur‟an: Studi Aliran-Aliran
Tafsir Dari Periode Klasik, Pertengahan, Hingga Modern-Kontemporer,
Yogyakarta: Idea Press, Cet. II, 2016 M
an-Naisâbȗrî, Abȗ al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî, Matn Shahîh
Muslim, Riyâdh: Dâr ath-Thaibah, cet. I, 2006 M
an-Nasfî, Maimȗn Ibn Muhammad, Bahr al-Kalâm, Damaskus: Dâr al-
Farfȗr, cet. II, 2000
Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 2018 M
an-Nasysyâr, „Alî Sâmî, Nasy‟ah al-Fikr al-Falsafî fî al-Islâm, Kairo: Dâr al-
Ma„ârif, cet. IX, t.t
209
an-Nawawî, Yahyâ Ibn Syaraf, al-Minhâj Syarh Shahih Muslim Ibn al-
Hajjâj, Beirut: al-Maktabah al-„Ashriyyah, 2011 M
al-Qaththân, Mannâ„ Khalîl, Mabâhits fi „Ulȗm Al-Qur‟ân, Kairo: Maktabah
Wahbah, cet. VII, t.t
al-Qifthî, „Alî Ibn Yȗsuf, Inbâ‟ ar-Ruwât „alâ Anbâh an-Nuhât, Beirut:
Muassasah al-Kutub ats-Tsaqafiyyah, cet. I, 1986 M
al-Qudhât, Nȗh „Alî Salmân, al-Mukhtashar al-Mufîd Syarh Jauharah at-
Tauhîd, Oman: Dâr ar-Râzî, cet. I, 1999 M
al-Qurthubî, Muhammad Ibn Ahmad Ibn Abȗ Bakr, al-Jâmi„ li Ahkâm Al-
Qur‟ân, Beirut: Muassasah ar-Risâlah, cet. I, 2006 M
ar-Râzî, Muhammad Ibn Abî Bakr Ibn „Abdul Qâdir, Mukhtâr ash-Shihâh,
Beirut: Maktabah Libnân, t.t
ar-Râzî, Muhammad Ibn „Umar Ibn al-Hasan Fakhruddîn, At-Tafsîr al-Kabîr,
Beirut: Dar al-Fikr, cet. I, 1981 M
______, Muhammad Fakhr, „Ishmah al-Anbiyâ‟, Kairo: Maktabah ats-
Tsaqâfah ad-Dîniyyah, cet. I, 1986 M
ar-Ramlî, Ahmad Ibn Ahmad Ibn Hamzah, Fath ar-Rahmân Syarh Zubad Ibn
Ruslân, Jeddah: Dâr al-Minhâj, cet. I, 2009 M
as-Sakhâwî, Syamsuddîn Muhammad Ibn „Abdurrahmân, ad-Dhau al-Lâmi„,
Beirut: Dâr al-Jail, t.t
as-Saqqâf, Hasan Ibn „Alî, at-Ta„lîq „Alâ Asnâ al-Mathâlib fî Najâh Abî
Thâlib, Oman: Dâr Imam an-Nawawî, cet. II, 2007 M
as-Sahrastânî, Muhammad Ibn „Abdil Karîm, al-Milal wa an-Nihal, Beirut:
Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, cet. II, 1992 M
ash-Shâbȗnî, Muhammad „Alî, Rawâ‟i„ al-Bayân Beirut: Maktabah al-
Ghazâlî, cet. III, 1980
asy-Sya„rânî, „Abdul Wahhâb Ibn Ahmad Ibn „Alî, Ath-Thabaqât al-Kubrâ,
t.tp : t.t
210
ash-Shafadî, Khalîl Ibn Aybak, Al-wâfî bi al-Wafayât, Beirut: Dâr Ihyâ‟ At-
Turâts al-„Arabî, cet. III, 2000 M
Shâlih, dr. Subhi, Mabâhits fî „Ulȗm Al-Qur‟ân, Beirut: Dâr al-„Ilm lil
malâyin, cet. X, 1977 M
ash-Shabbân, Muhammad Ibn „Alî, Hasyiyah ash-shabb n, Beirut: al-
Maktabah at-Taufîqiyyah, t.t
as-Sijistânî, Abȗ Dâwȗd Sulaimân Ibn al-Asy„ats, Matn Sunan Abî Dâwȗd,
Beirut: Dâr ar-Risâlah al-„Âlamiyyah, cet. I, 2009 M
as-Subki, „Abdul Wahhab, Mu„îd an-Ni„am wa Mubîd an-Niqam, Beirut:
Muassasah al-Kutub ast-Tsaqafiyyah, cet. I, 1987 M
_______, „Abdul Wahhâb Ibn „Alî, Thabaqât asy-Syâfî„iyyah al-Kubrâ,
Kairo: Dâr Ihyâ‟ al-Kutub al-„Arabiyyah, t.t
as-Suyȗthî, „Abdurahmân Ibn Abî Bakr, al-Itqân Fî „Ulȗm Al-Qur‟ân,
Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Arabî, 2011 M
________, Abdurrahmân Ibn Abî Bakr, Tafsîr al-Jalâlain Ma‟a Hâsyiah al-
Futȗhat al-Ilâhiŷah, Beirut: DKI, cet. III, 2011 M
________, Abdurrahmân Ibn Abî Bakr, Târîkh al-Khulafâ‟, Beirut: Dar al-
Ma‟rifah al-Islâmiyah, t.t
________, „Abdurrahmân Ibn Abȗ Bakr, Mu‟jam Thabaqât al-Huffâzh wa
al-Mufassirîn Kairo: Âlam al-Kutub, cet. I, 1984 M
________, „Abdurrahmân Ibn Abî Bakr, Bughyah al-Wu‟ât, Kairo: „Īsâ al-
Bâbî al-Halabî, cet. I, t.t
________, „Abdurahmân Ibn Abî Bakr, Lubâb an-Nuqȗl fî asbâb an-Nuzȗl,
Beirut: Muassasah ar-Risâlah, cet. I, 2002 M
asy-Syaukânî, Muhammad Ibn „Alî, Fath al-Qadîr, Dâr al-Wafâ`, t.t
asy-Syirbînî, Muhammad al-Khatîb, as-Sirâj al-Munîr, Beirut: DKI, cet. I,
2001 M
211
at-Taftazânî, Mas„ȗd Ibn „Umar Sa„duddîn, Syarh al-„Aqîdah an-Nasafiyyah,
Pakistan: Maktabah Al-Madinah, Cet. II, 2012 M
ath-Thabarî, Muhammad Ibn Jarir, Jâmi„ al-Bayân „an Ta‟wîl Ây Al-Qur‟ân,
Beirut: Muassasah ar-Risalah, cet. I, 1994 M
ath-Thabrânî, Abȗ al-Qâsim Sulaimân Ibn Ahmad, al-Mu„jam al-Kabîr,
Kairo: Maktabah Ibnu Taimiyyah, 2008 M
at-Tirmidzî, Abȗ „Īsâ Muhammad Ibn „Īsâ Ibn Saurah, Matn Sunan at-
Tirmidzî, Beirut: Dâr al-Gharb al-Islâmî, cet. I, 1996 M
al-„Ukbarî, „Abdullah Ibn al-Husain, Masâ‟il al-Khilâf fî an-Nahw, Beirut:
Dar asy-Syaraf al-„Arabi, cet. I, 1992 M
al-Yahsubi, „Iyâdh Ibn Mȗsâ, Asy-Syifâ‟ bi Ta„rîf al-Mushtafâ, Beirut: Dâr
al-Fikr, 2010
al-Zaila„î, „Abdullâh Ibn Yȗsuf, Takhrîj al-Ahâdîts wa al-Atsar al-Wâqi„ah
fîi Tafsîr al-Kasysyâf li al-Zamakhsyarî, Saudi: Wizarah asy-Syu-un al-
Islamiyah wa al-Awqaf wa al-da‟wah wa al-Irsyad, Cet. I, 2003 M
az-Zamakhsyarî, Mahmȗd Ibn „Umar, al-Kasysyâf „An Haqâ‟iq Ghawâmidh
at-Tanzîl Wa „Uyȗn al-Aqâwîl Fî Wujȗh at-Ta‟wîl, Beirut: Dar al-
Ma„rifah, Cet. III, 2009 M
az-Zarkasyî, Badruddin Muhammad ibn „Abdullâh, Al-Burhân fi Ulȗm Al-
Qur‟ân, Kairo: Dar at-Turats, t.t
az-Zarqânî, Muhammad „Abdul „Azhim, Manahil al-„Irfan fi Ulȗm Al-
Qur‟ân, Kairo: „Isa al-Bâb al-Halabî, cet. III, t.t
az-Ziriklâ, Khairuddîn, al-A„lâm, Beirut: Dâr al-„Ilm li al-Malâyîn, cet. XV,
2002 M
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : Asep Saepulloh
Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 02-02-1990
Jurusan Fakultas : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
No. HandPhone : 087804180173
e-mail : [email protected]
Motto : Ya Allah, Jadikanlah Al-Qur‟an sebagai Penyejuk
Hatiku
Alamat : Jl. Industri Cikarang Kp Tegal Gede Rt: 11/04 Ds
Pasir Sari Kec. Cikarang Selatan Bekasi
Orang Tua : Ayah - H M Athoya (Rahimahullah)
Ibu – Siti Fatimah
Riwayat Pendidikan:
1. SDN Pasir Sari, Cikarang, Bekasi. TA. 1997 – 2003
2. SMPIT al-Ma‟shum Mardhiyah, Cugenang, Cianjur. TA. 2003 – 2005
3. MA at-Taqwa Pusat Putera, Bekasi. TA. 2005 – 2008
4. STAI Indo, Klender, Jakarta. TA. 2012 – 2016
5. Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Konsentrasi Ulumul
Qur‟an dan Tafsir. TA. 2017 - 2020