kretivitas dan pedidikan seni karawita1

9

Click here to load reader

Upload: sandy-rosandy

Post on 22-Sep-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Karya IlmiahOleh : Suwarmin, M.Sn

TRANSCRIPT

  • KRETIVITAS DAN PEDIDIKAN SENI KARAWITAN

    Oleh: Suwarmin Staf Pengajar STK Wilwatikta Surabaya

    _________________________________________________________

    Pendahuluan

    Dalam dunia pendidikan seni (baca:Karawitan) masih banyak permasalahan yang

    perlu didiskusikan untuk mencari solusi kreativ sesuai dengan permasalahan yang

    dihadapi yang bersifat umum (nasional), kedaerahan maupun masing-masing individu

    pengajar. Pendidikan seni karawitan maupun seni pada umumnya mempunyai

    karakterikter tersendiri. Pelajaran seni karawitan termasik muatan lokal (mulok) dan

    materinya berorientasi pada seni karawitan daerah setempat. Buku pegangan untuk itu

    belum ada. Meskipun setiap orang mengenali musik tradisi mereka, tetapi jarang yang

    merasa bisa. Ada sekolah yang memasukkan seni karawitan sebagai intra kurikuler

    namun ada juga yang memasukkan sebagai ekstra kurikuler. Berbagai alasan seperti tidak

    adanya pengajar dan atau tidak adanya peralatan (gamelan) dan lain sebagainya.

    Suatu hal yang penting adalah pemahaman tentang apa yang dimaksud seni

    karawitan itu sendiri dan bagaimana penggunaannya sebagai materi pembelajaran

    (pendidikan). Selain itu perlu adanya sikap kreativ dan keberanian dari seorang guru.

    Hal tersebut perlu karena setiap bentuk seni karawitan ( musik tradisi) belum tentu bisa

    begitu saja dijadikan materi. Bagai mana untuk menyesuaikan materi dengan kondisi atau

    kebutuhan yang ada. Kalau sudah memahami hal tersebut tentu pendidikan seni

    karawitan dimanapun kapanpun dalam kondisi apapun tidak ada masalah. Berkaitan

    dengan berbagai permasalahan tersebut dalam makalah ini akan membahas tentang

    kreativitas dalam pendidikan seni karawitan, dengan harapan dapat memberikan

    pemahaman serta mencari solusi sesuai dengan permasalahan yang ada.

    Integritas Guru Seni Karawitan

    Predikat guru terletak dipersimpangan antara pujian dan kepahitan. Banyak jargon

    tentang guru seperti; pahlawan tanpa tanda jasa, digugu lan ditiru, panutan, orang tua

    kedua dan sebagainya. Hal tersebut menunjukkan betapa penting peran guru dalam

  • bermasyarakat dan bernegara. Harapan adanya generasi bangsa yang berkualitas sertta

    munculnya pemimpin bangsa yang unggul dari peran guru. Seolah peran unsur yang lain

    seperti peran orang tua, media masa, lingkungan sebagai bagian dari talenta anak

    diabaikan. Meskipun juga tidak bisa disangkal bahwa keberhasilan seseorang dari bidang

    apapun tingkat apapun tidak lepas dari peran guru..Dari pengangalaman serta perjalanan

    sejarah bangsa menunjukkan betapa besar peran guru. Demikian juga masa depan bangsa

    dan negara, harapan terletak dipundak guru.

    Di sisi lain kehidupan serta nasib guru di sana-sini masih banyak yang terdengar

    memprihatinkan. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan pujian yang diberikan.

    Secara realitas bila bicara masalah kesejahteraan dapat dikatakan masih jauh, bahkan

    hidup layak saja masih dipertanyakan, apakah sudah layak? Guru-guru bantu (honorer)

    dengan imbalan yang kurang layak. Dalam kurikulum ada mata pelajaran seni, tetapi

    pengangkatan guru yang mempunyai kompetensi seni juga sulit atau belum ada..

    Pemerintah akan meningkatkan kesejahteraan guru dengan sertifikasi merupakan sikap

    setengah hati. Dengan cara memberi beban tambahan yang cukup berat apa lagi untuk

    guru-guru senior yang menjelang pensiun merupakan beban yang cukup berat. Namun

    demikian ini semua tentunya tidak bisa digunakan sebagai alasan guru untuk

    meninggalkan tanggung jawab sebagai tumpuan masa depan bangsa.

    Mengapa seorang pengajar disebut guru? Seorang guru bisa disebut pengajar,

    tetapi seorang pengajar belum tentu bisa disebut guru. Hal tersebut mengacu dari arti kata

    guru (Sanskerta) yaitu; ahli, konselor, sahabat, pendamping dan pemimpin spiritual. Jadi

    menaji seorang guru perlu membekali diri dengan penjelajahan, perjalanan emosional,

    intelektual dan spiritual. Secara etimologis kata guru berasal dari akar kata gu (gelap) dan

    ru (terang). Jadi seorang guru adalah orang yang bertugas membebaskan anak manusia

    dari kegelapan, ketidak tahuan dan ketidak sadaran. Dari pengertian inilah seorang guru

    secara psikologis harus merasa terpanggil, punya rasa ikhlas dan tulus bahkan rela

    berkorban demi masa depan anak dan masa depan bangsa.

    Secara edialis guru seni Karawitan adalah seorang guru yang tidak saja

    mempunyai kompetensi tentang seni karawitan dan mentransfer kepada anak didik, tetapi

    juga mampu membebaskan anak didik dari ketidak tahuan dan ketidak sadaran menjadi

    tahu dan sadar akan seni karawitan. Dari tahu dan sadar tentang karawitan sehingga anak

  • didik sadar akan potensi seni yang ada pada dirinya serta memiliki kemampuan untuk

    menumbuh mengembangkan serta mampu mengapresiasi seni. Anak didik tidak tentu

    akan menjadi seniman, tetapi mempunyai kepekaan seni (sence of aesthetic).

    Menjadi seorang guru seni karawitan perlu membekali diri dengan pengetahuan,

    ketrampilan, metode dan teknik pembelajaran serta sikap kretiv. Mencari guru seni

    karawitan dengan persyaratan tersebut seolah sulit dan langka, tetapi kalau sudah

    memahami hal tersebut semua orang bisa, tinggal keberanian yang kadang-kadang lebih

    sulit. Pada dasarnya semua orang tahu dan bisa, tinggal keberanian dan sikap krativ akan

    mampu mengembangkan materi sesuai dengan bebutuhan.

    Keseluruhan dari kesadaran diri seorang guru secara mental, penguasaan materi

    sesuai dengan kompetensi dengan baik serta anak didik sebagai subyek dalam proses

    pendidikan merupakan integritas yang perlu dimiliki seorang guru seni karawitan.

    Figur: Integritas Guru Seni karawitan

    Guru (sikap kreativ)

    Seni Karawitan

    (bahan acuan)

    Anak didik

    (potensi seni)

    Tampak dalam figur tiga unsur yang terdapat dalam proses pembelajaran seni

    karawitan yaitu pengembangan kompetensi kemampuan pengetahuan, ketrampilan serta

    sikap kreativ pendidik atau guru, bahan ajar seni karawitan sebagai bahan acuan dan

    menumbuh kembangkan poten seni anak didik. Ketiga-tiganya merupakan satu kesatuan

    (intergrated) yang tidak bisa dipisah-pisahkan.

  • Kreativitas

    Sikap kreativ atau kreativitas adalah kecerdasan, kemampuan atau kepandaian

    seseorang untuk menciptakan atau menemukan hal-hal baru atau hubungannya dengan

    hal baru. Proses pada manusia untuk sampai pada menemukan cara-cara baru dalam

    memecahkan permasalahan dalam kehidupan, kreasi-kreasi baru untuk menghasilkan

    obyek-obyek atau bentuk-bentuk baru. Ada yang mengkaitkan istilah kreativitas dengan

    inkonvensional, yaitu daya cipta manusia yang berbeda dengan manusia yang lain pada

    lazimnya.

    Kaitan sikap kreativ dengan kecerdasan (intelegensi), dalam penelitian yang

    pernah dilakukan para ahli menunjukkan korelasinya sangat kecil (korelasi kreativitas

    dengan I Q yaitu 40). Anak yang daya kreativnya tinggi sering dijuluki oleh teman

    bahkan gurunya anak yang nakal, liar, sembrono, bebal dan sebagainya. Lebih suka

    menyendiri atau kerja sendiri, tidak suka kerja kelompok. Kalau kerja bersama sering

    membuat kekacauan. Justru kalau kerja sendiri mampu memecahkan permasalahan yang

    dihadapi dengan baik, tidak mudah menyerah, mencari alternatif untuk mendapatkan

    solusi.

    Faktor-faktor penting dalam perencanaan dan kemampuan kreativ:

    1. Fluency ; sigap, lancar, dalam kemampuan untuk menghasilkan gagasan-

    gagasan baru.

    2. Flexibility ; kemampuan untuk menggunakan alternatif yang beragam.

    3. Originality ; kemampuan untuk memutuskan gagasan-gagasan asli.

    4. Elaboration ; kemampuan dalam melakukakan hal secara rinci.

    5. Redefinition; kemampuan untuk merumuskan batasan dari pemikiran berbeda.

    Orang-orang yang mempunyai daya kreativ tinggi dikenal sebagai orang yang bebas

    berpikir dan bertindak, sehingga secara bebas mencetuskan kreasi-kreasi yang original.

    Dengan sikapnya yang fleksibel, luwes tidak mudah menyerah pada situasi dan kondisi

    yang ada, tetapi mencari berbagai alternatif untuk mengatasi dan membangun kondisi

    dengan nilai-nilai yang baru.

  • Dengan berpegang pada pengertian kreativitas dan karakteristik orang kreatif

    serta dikaitkan dengan integritas guru seni karawitan, maka kreativitas diperlukan pada

    semua unsur. Pertama pengembangan sikap kreativ dari guru, sehingga dengan berbagai

    cara dan alternatif mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam

    pembelajaran. Kedua, materi seni karawitan sebagai media pembelajaran bukan barang

    mati dan ditransfer begitu saja kepada anak didik, tetapi benda seni bebas untuk

    dikembangkan dalam mendapatkan nilai-nilai baru sesuai dengan kebutuhan. Ketiga,

    anak didik tidak saja hanya mendapatkan materi yang ditransfer dari guru, tetapi dituntut

    mampu memberi motivasi untuk menumbuh kembangkan potensi seni dan daya kreativ

    (talenta) mereka. Inilah yang dimaksud dengan spesifikasi karekteristik pembelajaran

    seni pada umumnya seni karawitan khususnya yang berbeda dengan mata pelajaran

    lainnya.

    Seni Karawitan Sebagai Budaya Bunyi

    Istilah seni karawitan atau karawitan sudah menjadi kosa kata bahasa Indonesia

    bahkan bahasa Inggris dan dipahami dengan berbagai pengertian baik secara etimologis,

    tekstual, kontekstual maupun keduanya. Pengertian secara etimologis pengertian yang

    mengacu pada asal kata atau istilah yaitu karawitan dari kata ka rawit an yang

    mendung makna suatu karya cipta manusia yang mengandung nilai rawit (seni).

    Karawitan juga dipahami dan dimaknai sebagai seni suara yang menggunakan sistem

    tangga nada pentatonik Slendro dan atau Pelog. Karawitan adalah seni suara tradisi yang

    menggunakan peralatan gamelan dan sebagainya. Masing-masing batasan tersebut tentu

    ada kelemahannya, karena genre seni suara (musik) tradisi di Indonesia begitu beragam

    sesuai dengan karakteristik budaya masyarakatnya (etnisitas). Pengertian yang lebih bisa

    mencakup karawitan adalah budaya bunyi.

    Karawitan merupakan budaya bunyi yaitu bunyi apa saja baik konvensional, non

    konvensional atau keduanya. Mengesamping dikotomi musik tradisi dan non tradisi,

    diatonik dan pentatonik, gamelan dan bukan gamelan, lebih mementingkan bunyi sebagai

    media ungkap atau penciptaan. Pemahaman ini dapat memotivasi kita untuk lebih berani

    berkreasi dan tidak terbelenggu dengan istilah-istilah yang pengertian yang sempit.

    Demikian juga tidak lagi merasa takut kalau salah, keliru, jelek dan sebagainya. Tentunya

  • juga tidak harus meninggalkan kaidah-kaidah yang sudah ada. Di dalam tradisi dan adat

    istiadat lama tersimpan nilai-nilai, simbol, lambang sebagai kearifan lokal.

    Banyak ungkapan-ungkapan musikal yang terdapat di lingkungan kita baik yang

    konvensional maupun non kovensional. Suara orang menjanjakan dagangan di jalan,

    orang menghitung ikan di pasar, teriakan bersama semangat orang kerja bakti, gandangan

    orang membajak di sawah, teriakan anak gembala di atas tebing yang dipantulkan dengan

    menggema dan masih banyak lagi merupakan ungkapan musikal namun tidak disadari

    sebagai musik atau karawitan..

    Berbagai bunyi yang ditimbulkan dari benda atau alat seperti bunyi ritmis

    kentongan ditengah keheningan malam, bunyi gemerincing silih berganti dari genta

    kereta kuda yang pacu kusirnya, bunyi kentong kolosal yang bergerak dari desa satu ke

    desa yang lain pada gerhana bulan, permainan bunyi air pada saat mandi di sungai,

    pedagang makan dengan memukul alat tertentu untuk menarik perehatian pembelinya,

    juga bermacam-macam bunyi-bunyian mainan anak juga merupakan ungkapan musikal

    yang juga sering tidak disadari sebagai musik atau karawitan.

    Kalau berbicara tentang karawitan yang konvensional di dalam tradisi masyarakat

    kita sangatlah kaya. Dalam berbagai kehidupan masyarakat kita hampir tidak lepas dari

    seni karawitan. Berbagai bentuk karawitan baik yang berdiri sendiri maupun sebagai

    iringan bentu kesenian tertentu. Seperti sama-sama kita tahu adanya perangkat angklung,

    perangkat kendang kempul, perangkat kuntulan, perangkat gamelan gandrung, perangkat

    gamelan seblang, perangkat gamelan untuk wayang, perangkat gamelan tayub, saronen,

    terbang gending, glipang, dhuk-dhuk dan masih banyak lagi, masing-masing dengan

    jumlah serta jenis instrumentnya. Bentuk-bentuk vokal seperti lagu anak-anak atau lagu

    dolanan, lagu mocoan atau macapat, lagu-lagu untuk seblang, kejungan masing-masing

    mempunyai bentuk dan karakternya sendiri-sendiri. Dalam konteks tradisi semua sudah

    mapan dan dianggap sudah pakem, tetap, tidak berubah, sehingga kalau tidak sesuai

    dengan apa yang ada seperti lazimnya dianggap salah.

    Dalam keperluan tertentu misalnya sajian penataan gending atau untuk iringan

    tari, bentuk-bentuk tradisi yang dianggap baku itupun dapat dikembangkan, bahkan perlu

    dikembangkan. Untuk mendapatkan sesuatu yang baru dapat dielaborasi bentuk yang satu

    dengan yang lain dan sebagainya sehingga menjadi tradisi berkembang. Kehidupan

  • karawitan tradisi biasanya melekat pada adat istiadat masyarakat seperti ritual inisiasi,

    yang berkaitan dengan pertanian, nelayan dan sebagainya. Berbeda dengan konteks seni

    pertunjukan, di dalam seni pertunjukan bentuk-bentuk tradisi dapat dikembangkan sesuai

    dengan kebutuhan dalam berkesenian.

    Dari uraian di atas ada tiga kategori seni karawitan yaitu seni karawitan tradisi,

    tradisi berkembang dan non tradisi. Seni karawitan tradisi yang melekat pada adat istiadat

    dan bersifat atau dianggap baku. Seni karawitan tradisi berkembang yaitu bentuk tradisi

    yang sudah mengalami pengembangan (innovasi) untuk keperluan tertentu (seni

    pertunjukan). Seni karawitan non tradisi (kontemporer), seni karawitan yang tidak

    bertolak atau mengabaikan kaidah-kaidah tradisi.

    Seni Karawitan Sebagai Materi Pembelajaran

    Seni karawitan sebagai materi pembelajaran termasuk seni karawitan dalam

    rangka dalam arti menyesuaikan kebutuhan dan kondisi yang ada. Apakah tradisi, tradisi

    berkembang apakah non tradisi. Yang bisa menentukan adalah pengajarnya yang

    mengetahui kondisi lingkungan sekolahnya. Mana yang bisa dilakukan, mungkin salah

    satu, mungkin bisa semua dari kategori tersebut. Seorang guru harus pandai-pandai

    menyikapi potensi lingkungan yang ada dan bersikap kreativ dan tidak merasa dibatasi

    oleh lingkungan.

    Satu hal yang penting sebagai pertimbangan adalah kesesuaian antara materi seni

    karawitan, kondisi lingkungan sekolah dengan usia anak didik. Dengan memahami tiga

    hal tersebut guru dapat menetukan yang terbaik. Suatu misal sekolah tidak memiliki

    gamelan, anak didik dapat diberi vokal lagu anak (tembang dolanan), tembang macat,

    lagu daerah dan sebagainga. Kalau ingin menggunakan alat, menggunakan alat apa saja

    yang ada disekolah. Bisa saja anak disuruh membawa alat apa yang ada dirumah tidak

    harus gamelan sebagai sumber bunyi.

    Seni karawitan tradisi sebagai materi pembelajaran tidak harus mengikuti secara

    ketat kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat, juga berlaku untuk materi yang ada

    pada buku-buku (kalau ada). Materi-materi yang ada lebih tepat diperlakukan sebagai

    acuan. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan kesesuaian dengan kondisi yang ada.

    Seni karawitan tradisi dapat digunakan sebagai materi pembelajaran dengan pendekatan

  • kreatif untuk keseuaian dengan kondisi yang ada terutama tingkat kemampuan anak

    didik dan kultural.

    Yang dimaksud pembelajaran seni karawitan dengan pendekatan kultural di sini

    yaitu pembelajaran seni karawitan yang berorientasi potensi seni karawitan pada budaya

    lingkungan sekolah atau gaya budaya etnis setempat. Pendekatan ini bertujuan agar anak

    didik mendapatkan pengalaman estetik serta nilai-nilai yang terdapat di budaya

    lingkungan sendiri sebagai kearifan lokal (local genius). Keuntungan lain yang didapat

    adalah anak menjadi generasi penerus dan pelestari budaya. Materi yang berasal dari luar

    lingkungan budaya setempat berfungsi sebagai apresiasi memperkaya pengalaman seni

    (estetik).

    Bila di lingkungan sekolah tidak ada perangkat gamelan atau alat musik apapun,

    dapat diberikan materi vokal atau tetembangan di mana tiap-tiap daerah kaya akan jenis

    tetembangan, atau guru mencipta tembang sendiri yang lebih sesuai dengan kebutuhan

    anak. Instrumen karawitan tidak harus yang konvensional, seperti kenthongan, kaleng

    bekas, potongan kayu atau bambu, kertas atau karton, bahkan alat-alat dapur yang sudah

    tidak terpakai semua bisa digunakan sebagai alat karawitan atau sumber bunyi. Alat-alat

    tersebut murah, mudah dicari dilingkungan sekolah atau anak-anak bisa membawa dari

    rumah. Dengan peralatan tersebut justru ada kebebasan untuk membuat lagu atau

    komposisi sesukanya tidak terikat kaidah-kaidah tradisi yang ada.

    Bagi seorang guru seni karawitan yang mempunyai sikap kreativ, dapat memilah

    dan memilih kapan menggunakan materi tradisi, mengembangkan tradisi, dan atau karya

    kreatif (baru). Bagai mana menyikapi kondisi yang ada secara kreatif, tidak menyerah

    dengan kondisi yang ada. Keberadaan yang ada dijadikan motivasi dan inspirasi dalam

    menumbuh kembangkan potensi seni anak didik.

    Penutup

    Sikap kreatif sangat diperlukan di dalam berbagai bidang kehidupan termasuk

    dalam dunia pendidikan atau pembelajaran seni karawitan. Sikap kreativ akan memberi

    motivasi kebebasan berpikir dan bertindak, sikap luwes. Hal tersebut sangat diperlukan

    untuk menemukan gagasan-gagasan baru mencari solusi dalam menyelesaikan

    permasalah-permasalahan dalam pembelajaran seni karawitan. Permalahan yang masih

  • banyak kita hadapi adalah kurangnya guru yang mempunyai kompetensi seni karawitan,

    belum adanya buku pegangan, dan masih terbatasnya peralatan yang dimiliki sekolah.

    Guru seni karawitan perlu memiliki integritas yang tinggi yaitu meningkatkan

    daya dan sikap kreatif dalam menghadapi potensi lingkungan sekolah, mengembangkan

    kompetensi di bidang seni karawitan utamanya seni karawitan daerah sebagai bentuk

    kearifan lokal, serta mampu menumbuh kembangkan potensi dan kepekaan seni anak

    didik.

    Seni karawitan tradisi yang sangat terbuka untuk dikembangkan, diinterpretasi

    dalam kebutuhan pembelajaran. Kalau di sekolah tidak memiliki gamelan bukan berarti

    pembelajaran seni karawitan tidak berjalan.Guru yang kreativ tidak dibatasi kondisi

    lingkungan sekolah.

    Anak didik dengan mendapatkan pembelajaran seni karawitan akan tumbuh

    ketrampilan, kepekaan serta kreativitas seninya. Hal tersebut akan memberi konstribusi

    terhadap perkembangan anak secara utuh baik ketrampilan (skill), intelegensi (IQ) dan

    emosional (EQ) dengan seimbang. Anak akan mempu mengembangkan diri,

    mempertajam kepekaan terhadap lingkungan, sigap menghadapi tantang masa kini dan

    masa yang akan datang.

    Pada akhirnya lingkung sekolah tidak saja menjadi tempat pendidikan, tetapi juga

    akan menjadi pusat-pusat budaya, pelestari budaya. Dengan anak kenal, akrab dan

    bangga dengan budaya sendiri, berarti negara dan bangsa memiliki ketahanan budaya

    sebagai identitas bangsa.

    Buduran, September 2009

    KRETIVITAS DAN PEDIDIKAN SENI KARAWITAN