kotoran sapi

Upload: ihsan-jihadi

Post on 14-Jul-2015

116 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KOTORAN SAPI, SUMBER ENERGI MASA DEPAN? Saat pertama kali mendengar kata kotoran sapi, apakah hal pertama yang terlintas di benak anda? Kemungkinan besar adalah baunya yang jauh dari enak. Kebanyakan orang, termasuk saya, merasa kalau kotoran sapi itu jauh dari menarik. Namun ternyata semua itu salah. Ternyata, kalau ditelusuri lebih lanjut, kotoran sapi itu ternyata lebih dari sekedar kotoran yang bau. Selain menjadi kompos, kotoran sapi ternyata juga bisa digunakan untuk memasak dan juga menyalakan barang-barang elektronik. Sekilas memang terdengar aneh, tapi pada kenyataannya kotoran sapi memang bisa dimanfaatkan seperti itu. Sebelum anda berpikir terlalu rumit, anda mungkin terkejut saat mengetahui betapa mudahnya mengubah kotoran sapi menjadi sesuatu yang jauh lebih berguna. Biogas mungkin merupakan kata yang sudah lumayan sering kita dengar akhir-akhir ini. Pada dasarnya, biogas adalah gas metan yang terbuat dari kotoran ternak mau pun sampah organik. Proses pembuatan biogas ini sebenarnya sangat mudah. Yang perlu kita lakukan hanyalah melarutkan kotoran (dalam hal ini kotoran sapi) menggunakan air dengan perbandingan 1:1. Setelah tercampur rata, masukkan kotoran yang sudah encer tersebut ke tempat penampungan kotoran. Setelah beberapa hari, kotoran yang sudah diencerkan tersebut akan mengendap dan mengeluarkan gas metan. Dari tempat penampungan tersebut, gas metan tinggal dialirkan menggunakan selang ke sebuah wadah tertutup yang berfungsi sebagai tempat penampungan gas, sementara kotoran sapi yang sudah kehilangan gas metannya tinggal dialirkan keluar dan siap digunakan sebagai pupuk. Jika ingin memasak, tinggal nyalakan blower yang berfungsi untuk menyedot gas yang diperlukan ke dalam kompor. Namun tidak seperti kompor yang menggunakan LPG, kompor biogas tidak bisa langsung menyala begitu saja. Kompor biogas harus dinyalakan menggunakan api dari korek atau semacamnya.

1

Kompor LPG memang terdengar lebih praktis karena hanya perlu menggunakan pematik, namun resiko terjadinya ledakan dan juga kebakaran pada saat ada kebocoran sangat tinggi. Biogas merupakan kebalikannya. Karena harus dinyalakan menggunakan api, biogas tergolong jauh lebih aman dibandingkan LPG yang akan langsung tersulut jika terkena percikan api. Harus saya akui, kompor biogas memang tidak sepraktis LPG, tapi api yang dihasilkan oleh biogas ternyata jauh lebih bagus. Berberda dengan api dari LPG yang hanya berwarna biru pada bagian atasnya, api dari biogas berwarna biru mulai dari pangkal sampai ujungnya. Dan seperti yang kita tahu, api biru itu merupakan tanda dari pembakaran yang sempurna. Mungkin saat membaca hal tersebut anda berpikir tentang bau yang dihasilkan. Saya tidak akan bohong dan berkata tidak ada bau sama sekali. Sejujurnya, pada saat blower dinyalakan, akan tercium bau seperti belerang selama beberapa saat. Namun pada saat api dinyalakan, bau itu akan hilang sepenuhnya. Dan seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya, kotoran sapi juga bisa digunakan untuk menyalakan barang elektronik. Caranya tentu saja dengan mengubah kotoran sapi tersebut menjadi listrik. Proses pengubahan kotoran sapi menjadi sumber listrik pada dasarnya sama saja dengan saat kita mau menggunakannya untuk memasak. Hanya saja, biogas yang dihasilkan tidak dialirkan ke kompor, melainkan ke dalam genset. Genset yang digunakan sebenarnya sama dengan genset yang berbahan bakar LPG, yang berbeda hanyalah karburator yang digunakannya saja. Sayangnya, biogas yang dimanfaatkan untuk menjadi listrik belum bisa sesukses biogas yang digunakan untuk memasak. Sebab, genset yang bekerja menggunakan biogas hanya bisa menghasilkan listrik sekitar 60% dari kapasitas genset yang seharusnya. Hal tersebut dikatakan secara gamblang oleh Komar, salah satu pengguna biogas di Desa Haurngombong.

2

Tidak maksimalnya listrik yang dihasilkan oleh biogas mungkin disebabkan oleh tekanan biogas yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan tekanan yang dihasilkan oleh LPG dan juga oleh bensin. Contohnya, genset kapasitas 1500 watt akan menghasilakan listrik sebanyak 1300 watt jika menggunakan bensin, sedangkan genset dengan kapasitas yang sama hanya akan menghasilkan listrik sebanyak 800 watt jika menggunakan biogas. Kotoran sapi yang digunakan juga sebenarnya mempengaruhi kualitas biogas yang dihasilkan. Sapi yang pakannya hanya berupa rumput dan jerami akan menghasilkan biogas dengan kadar metan yang rendah. Sedangkan sapi yang pakannya dicampur dengan ampas tahu akan menghasilkan biogas yang kadar metannya lebih tinggi. Dan biogas dengan kadar metan yang lebih tinggi menyebabkan putaran yang lebih stabil, dimana pada akhirnya akan menghasilkan listrik yang lebih stabil pula. Di masa yang akan datang,mungkin listrik dari biogas menjadi sesuatu yang biasa. Namun hal tersebut menyisakan kita dengan satu masalah lagi. Yaitu masalah bahan pembuatan biogas. Jika nanti biogas sudah digunakan dalam sekala besar, sanggupkah sapi-sapi di Indonesia untuk menyediakan bahan baku biogas? Menurut data yang saya dapatkan di lapangan pada tanggal 12 Oktober 2011, kita memerlukan 1 m3 kotoran (setara dengan 10 kg kotoran sapi) untuk mendapatkan gas sebanyak 1 m3 yang kira-kira bisa bertahan selama satu jam. Sedang kan untuk menyalakan genset, kita memerlukan kira-kira 10 m3 kotoran (setara dengan 100 kg kotoran sapi) untuk menyalakan genset kapasitas 1500 watt (yang hanya akan menghasilkan listrik 800 watt) selama kurang lebih 5 jam. Katakanlah sebuah rumah sederhana memerlukan listrik kira-kira 700 watt. Jika di suatu daerah ada 1000 rumah, maka kita memerlukan 700.000 watt perhari. Dan jika listrik tersebut dinyalakan selama terus menerus, maka kita akan memerlukan setidaknya 437500 kg kotoran perhari. Seekor sapi perah bisa menghasilkan kotoran sebanyak kurang lebih 50 kg perharinya, berarti kita

3

memerlukan setidaknya kotoran 8750 ekor sapi untuk menyalakan listrik di daerah tersebut. Bayangkan berapa banyak sapi yang kita butuhkan untuk menyalakan listrik di Indonesia. Tanpa perlu berpikir, kita semua sudah mengetahui hasilnya. Sangat banyak. Memang kita bisa mengganti kotoran sapi dengan limbah organik atau mungkin dengan kotoran hewan lain seperti gajah. Namun sayangnya, kotoran gajah dan juga sampah organik cenderung lebih berserat. Jika bahan baku yang digunakan lebih berserat, maka pembuatan biogas akan memakan waktu yang jauh lebih lama. Dan jika memerlukan waktu yang lebih lama, kita mungkin akan kembali mengalami pemadaman bergilir saat listrik kita sudah sepenuhnya berasal dari biogas. Biogas mungkin bisa menjadi jalan keluar masalah energi yang kita cari-cari selama ini. Memang saat ini iogas belum bisa dikatakan sebagai jalan keluar, namun tidak mustahil biogas menjadi jalan keluar kita di masa yang akan datang. Harus diakui kalau biogas memang masih memiliki kelemahan di sana-sini, tapi saya yakin kita bisa memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut perlahan-lahan. Mungkin yang pertama adalah dengan cara meneliti pakan terbaik, setelah itu dengan mencari cara agar genset bisa bekerja secara maksimal dengan menggunakan biogas. Bagi sebagian orang, apa yang saya tuliskan di sini mungkin tidak lebih dari mimpi belaka. Namun bukankah segala penemuan diawali dengan sebuah mimpi? Jadi kalau dipikir-pikir lagi, mungkin apa yang dianggap tidak lebih dari mimpi untuk sebagian orang, merupakan harapan bagi orang lain. Mungkin sekarang biogas belum bisa menjadi sumber energi kita, tapi itu tidak menutup kemungkinan untuk menjadi sumber energi kita di masa yang akan datang. Sangat mungkin LPG nanti diganti dengan biogas. Sangat mungkin kalau nanti pembangkit listrik menggunakan biogas. Dan sangat mungkin kalau dunia yang ada di masa depan lebih baik dari dunia yang kita kenal saat ini.

4