kontrol plak pada pasien periodontal

31
Tugas Makalah Periodonsia KONTROL PLAK PADA PASIEN PERIODONTAL Disusun oleh: Andradiani Aristy 020810170 Lulud Astika 020810183 Departemen Periodonsia

Upload: ardyvanviesta

Post on 24-Nov-2015

195 views

Category:

Documents


50 download

DESCRIPTION

kontrol plak pasien periodontal perawatan perio

TRANSCRIPT

17

Tugas Makalah Periodonsia

KONTROL PLAK PADA PASIEN PERIODONTAL

Disusun oleh:

Andradiani Aristy 020810170Lulud Astika020810183Departemen Periodonsia

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Surabaya

2012

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plak bakteri merupakan suatu massa hasil pertumbuhan mikroba yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva bila seseorang mengabaikan kebersihan rongga mulut dan merupakan etiologi utama yang menyebabkan terjadinya penyakit periodontal dan karies gigi. Permulaan terjadinya kerusakan biasanya timbul pada saat plak bakterial terbentuk pada mahkota gigi, meluas di sekitarnya dan menerobos sulkus gingiva yang nantinya akan merusak gingiva di sekitarnya. Bakteri yang terkandung dalam plak daerah sulkus gingiva mempermudah kerusakan jaringan. Hampir semua penyakit periodontal berhubungan dengan plak bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri bersifat toksik (Newman, 2006).

Kontrol plak adalah suatu pembersihan plak gigi secara teratur untuk mencegah akumulasi plak pada permukaan gigi dan gingiva. Kontrol plak merupakan prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materi alba dan debris makanan) dari permukaan gigi dan gingiva sekitarnya. Hal ini merupakan tujuan utama dari kontrol plak. Pembersihan serta penghambatan penumpukan plak dapat menghambat pembentukan kalkulus. Selain itu, kontrol plak dapat menstimulasi gingiva sehingga terjadi peningkatan tonus gingiva, keratinisasi permukaan, vaskularisasi gingiva, serta sirkulasi gingiva. Instruksi kepada pasien untuk melakukan prosedur kontrol plak harus diberikan secara tepat karena prosedur kontrol plak dilakukan sendiri oleh pasien di rumah (Newman, 2006).

Kontrol plak merupakan dasar pokok pencegahan penyakit periodontal, tanpa kontrol plak kesehatan gigi dan mulut tidak dapat dicapai, sehingga hal ini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit periodontal. 1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara melakukan prosedur kontrol plak pada pasien periodontal dengan tepat?1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui bagaimana melakukan prosedur kontrol plak pada pasien periodontal.1.4 Manfaat Penulisan

Memperluas wawasan khusunya di bidang kedokteran gigi yang terkait dengan penyakit periodontal dan pencegahannya. BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tahapan Prosedur Instruksi Kontrol Plak

Pada terapi periodontal, kontrol plak memiliki dua tujuan penting, yaitu untuk meminimalisir inflamasi gingiva dan untuk mencegah rekurensi atau kelanjutan dari penyakit periodontal serta karies. Pembersihan plak secara mekanis yang dilakukan pasien setiap hari, termasuk dengan penggunaan larutan antimikroba secara tepat, merupakan cara yang paling efektif untuk memperbaiki kesehatan gigi dan mulut dalam jangka panjang. Prosedur ini memerlukan kekooperatifan pasien, edukasi dan instruksi yang tepat dari dokter gigi, diikuti dengan dorongan dan tindakan. Dokter gigi harus mencatat semua tindakan yang dilakukan pasien sesuai dengan instruksi yang telah diberikan. Instruksi kontrol plak dilakukan dalam tiga tahap, yaitu motivasi, penyuluhan, dan peragaan (Newman, 2006).

1. Tahap Motivasi

Tahap memotivasi pasien adalah tahap yang paling menentukan untuk tercapainya pelaksanaan kontrol plak yang adekuat. Pasien harus termotivasi untuk melakukan kontrol plak yang adekuat. Namun demikian tahap ini adalah tahap yang paling sukar karena untuk dapat termotivasi pasien harus berusaha menerima dan memahami penyuluhan yang diberikan berkaitan dengan konsep-konsep patogenesis, perawatan, dan pencegahan penyakit periodontal. Pasien diharapkan termotivasi apabila ia telah dapat memahami apa itu penyakit periodontal, apa efek penyakit tersebut, bagaimana kerentanan dirinya terhadap penyakit tersebut, dan apa yang dapat dilakukannya untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan periodonsiumnya.

Dari pasien diharapkan adanya perubahan kebiasaan dalam hal cara-cara pembersihan mulut sesuai dengan metode yang diajarkan. Untuk itu pasien harus berkemauan keras dan mampu menguasai keterampilan penggunaan alat-alat pembersih. Pasien harus menyesuaikan pandangan dan nilai-nilai yang dianutnya mengenai pembersihan mulut. Pasien harus tergugah bahwa prosedur kontrol plak yang dilakukannya bukanlah untuk menyenangkan hati dokter gigi, tetapi untuk tercapainya kesehatan periodonsium pasien sendiri. Hal ini membutuhkan komitmen dari pasien untuk mengubah kebiasaan sehari-hari dan kunjungan rutin.2. Tahap Penyuluhan dan Penilaian

Dalam memberikan penyuluhan kepada pasien, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan sebagai berikut:

a. Masalah periodontal yang dialami pasien. Pasien jarang menyadari bahwa pada dirinya telah terjadi suatu masalah periodontal. Untuk itu perlu dilakukan pewarnaan plak agar pasien menyadari bahwa pada mulutnya terdapat faktor yang dapat menyebabkan penyakit periodontal. Selain itu, dilakukan probing untuk menunjukkan adanya perdarahan gingiva dan terdapat poket yang dalam. Hal ini akan menyadarkan pasien bahwa pada mulutnya memang sedang berkembang suatu keadaan patologis sehingga pasien termotivasi untuk menjaga kebersihan dan kesehatan mulut mereka, serta kondisi periodontal pasien dicatat secara berkala. Sistem penilaian terhadap pasien periodontal dilakukan dengan mengevaluasi plaque control record dan bleeding points index. Skor plak sangat membantu sebagai indikator kepatuhan pasien dan keberhasilan prosedur kontrol plak yang dilakukan setiap hari. Skor perdarahan membantu dalam memprediksi keberhasilan mengendalikan peradangan dan mengurangi kemungkinan perkembangan penyakit.

b. Peranan penyikatan gigi bagi kesehatan jaringan periodontal. Umumnya pasien hanya mengetahui peranan penyikatan gigi bagi pencegahan terjadinya karies gigi, maka dokter gigi harus menjelaskan peranan menyikat gigi untuk mencegah timbulnya penyakit periodontal maupun peranannya dalam menunjang prosedur perawatan periodontal. Pasien harus menyadari bahwa penyikatan gigi merupakan prosedur pencegahan dan perawatan terpenting yang dilakukan oleh pasien sendiri.c. Peranan pembersihan kalkulus dan pemolesan gigi secara berkala. Pasien perlu diberi penjelasan bahwa pembersihan kalkulus (scalling) dan pemolesan gigi merupakan prosedur penting dalam pencegahan dan perawatan penyakit periodontal, namun baru ada manfaatnya apabila ditunjang oleh prosedur kontrol plak sehari-harinya oleh pasien di rumah. Pemeliharaan kesehatan jaringan periodontal dan pengembalian kesehatan jaringan periodontal yang sudah terinflamasi akan tercapai apabila scalling dan pemolesan gigi dikombinasi dengan pelaksanaan kontrol plak yang adekuat oleh pasien.

3. Tahap Peragaan

Cara-cara pembersihan mulut tidak cukup bila hanya berupa peragaan kepada pasien, melainkan harus disertai latihan oleh pasien sendiri. Setelah peragaan pada model mengenai teknik berbagai cara pembersihan diberikan, pasien harus berlatih secara langsung di bawah pengawasan dokter gigi. Setiap kesalahan yang dilakukan oleh pasien harus dikoreksi.

Pada setiap sesi, pasien diminta untuk mengemukakan pengalamannya dengan teknik-teknik pembersihan yang diajarkan. Selain itu, pada setiap sesi, pasien harus memperagakan pada mulutnya cara-cara pembersihan yang telah diajarkan. Dengan demikian dapat dievaluasi apakah pasien telah mahir dalam melakukan teknik-teknik pembersihan yang telah diajarkan sebelumnya.

Instruksi pertama yang diberikan pada saat kunjungan yaitu pemberian sikat gigi baru, pembersih interdental, dan disclosing agent. Pasien perlu ditunjukkan bahwa dalam rongga mulutnya terdapat plak dengan menggunakan disclosing agent karena plak tidak terlihat. Setelah itu, peragaan cara menyikat gigi yang benar harus diperagakan oleh dokter gigi dan ditirukan oleh pasien langsung pada mulutnya sampai benar. Dokter gigi juga harus memberikan instruksi serta memperagakan penggunaan dental floss dan alat bantu pembersihan interdental lainnya sesuai dengan kebutuhan pasien. 2.2 Metode Kontrol Plak Secara Mekanik

Metode kontrol plak secara mekanik merupakan suatu metode pembersihan dental plak dan pencegahan akumulasi plak pada gigi dan permukaan gingival secara rutin dengan memanfaatkan daya gesekan dari suatu alat. Secara umum metode kontrol plak secara mekanik dapat dilakukan dengan dua alat utama, yaitu sikat gigi dan dental floss.

2.2.1 Sikat gigi

Sikat gigi pertama kali dipatenkan pada tahun 1857 di Amerika. Pada umumnya sikat gigi memiliki desain dan ukuran yang beragam, seperti dalam hal panjang, kekerasan, dan susunan bulu sikat gigi. Banyak sekali diciptakan variasi dalam peletakan bulu sikat, panjang bulu sikat, dan kekerasan bulu sikat oleh berbagai industri sikat gigi, yang diharapkan dapat memberikan keunggulan tertentu dalam pembersihan plak secara keseluruhan pada permukaan gigi. Namun dari studi klinis yang dilakukan, didapatkan bahwa suatu desain sikat gigi memiliki kemampuan pembersihan yang sama. Untuk memaksimalkan pembersihan plak, biasanya penggunaan sikat gigi dikombinasikan dengan bahan abrasif kimiawi, seperti pasta gigi. (Newman, 2006)2.2.1.1 Sikat gigi konvensional

Yang dimaksud dengan sikat gigi konvensional adalah suatu sikat gigi yang penggunaannya tidak menggunakan bantuan sumber tenaga elektrik. Sikat gigi jenis ini lebih lama dikenal dan lebih banyak digunakan daripada sikat gigi elektrik. Penggunaan sikat gigi konvensional sebaiknya dilakukan penggantian secara periodic setiap 3 bulan sekali, tujuannya untuk memelihara keefektifan pembersihan sikat. (Newman, 2006)

Gambar 2.1 Beberapa bentuk sikat gigi konvensional

1. Desain sikat gigi konvensional

Desain sikat gigi konvensional pada umumnya memiliki bentuk kepala sikat menyerupai huruf U yang tujuannya agar dapat mencapai area bukal, lingual,dan permukaan oklusal/insisal saat dilakukan pembersihan plak (Newman, 2006)Terdapat dua jenis bahan bulu sikat gigi, yaitu bahan alami dan buatan (sintetis). Yang termasuk dalam bulu sikat gigi alami adalah bulu babi dan siwak. Penggunaan bulu babi sebagai bahan bulu sikat gigi kurang menguntungkan karena bulu tersebut mudah berjumbai, pecah, dan kehilangan elastisitas lebih cepat dibandingkan dengan bulu sikat gigi sintetis. Sedangkan bulu sikat sintetis salah satunya adalah bulu sikat yang dibuat dari bahan nilon. Bahan nilon dinilai lebih menguntungkan karena selain ukurannya yang homogen, tidak mudah patah, tidah mudah kehilangan keelastisan, juga cenderung tidak menimbulkan trauma pada gingival maupun permukaan akar, tentunya dengan teknik pemakaian yang benar.

Sikat gigi dengan bulu sikat berbahan nilon merupakan produk bulu sikat yang paling banyak dijumpai di pasaran yang umumnya dalam satu sikat gigi terdapat 3-4 baris susunan bulu sikat nilon. Keuntungan penggunaan bahan nilon salah satunya adalah dapat diproduksinya bulu sikat dengan diameter dengan tingkat kekerasan tertentu untuk keperluan dan target pasaran tertentu. Secara umum, bulu sikat dibagi menjadi 3 berdasarkan tingkat kekerasannya, yaitu bulu sikat hard ( 0.014 inchi = 0.4 mm), medium ( 0.012 inchi = 0.3 mm), dan soft ( 0.007 inchi = 0.2 mm) (Newman, 2006)2. Metode menyikat gigi

Secara umum, metode menyikat gigi dibedakan berdasarkan pola gerakan yang diperagakan saat membersihkan plak, yaitu (1) roll (metode roll, teknik modifikasi Stillman), (2) vibratory (teknik Stillman, Charter, Bass), (3) circular (teknik Fones), (4) vertical (teknik Leonard), (5) horizontal (teknik Scrub). Berikut ini akan diuraikan mengenai beberapa teknik menyikat gigi: (Newman, 2006)a) Metode Roll

Letakkan kepala sikat sejajar dengan bidang oklusal

Bulu sikat mencakup 3 gigi paling distal dengan posisi menempel pada gigi dan gingival dengan kemiringan 45o ke arah apikal.

Lakukan gerakan memutar pada bidang oklusal gigi, sebanyak 8 kali putaran di tiap region.

Untuk gigi anterior pada sisi lingual maupun fasial, sikat gigi digerakkan sejajar dengan sumbu panjang gigi.

Untuk area oklusal, sikat gigi digerakkan maju mundur

Metode tersebut di atas dapat diaplikasikan pada rahang atas maupun rahang bawah.

b) Teknik Modifikasi Stillman

Atur peletakan ujung bulu-bulu sikat sebagian pada servikal gigi, dan sebagian lainnya pada gingival.

Bulu sikat diarahkan miring ke apikal terhadap sumbu panjang gigi.

Beri tekanan lateral pada margin gingival, dengan 20 kali stroke pendek maju dan mundur, sekaligus mencakup arah koronal di sepanjang attached gingival dan permukaan gigi.

Untuk membersihkan gigi insisif pada sisi lingual, handle sikat dipegang secara vertikal.

Untuk membersihkan area oklusal dari gigi-gigi molar dan premolar, sikat diposisikan tegak lurus bidang oklusal, dimasukkan ke dalam grooves, interproksimal, dan embrasur gigi tersebut.

Teknik ini diperuntukkan bagi penderita dengan resesi gingival dan area akar gigi yang terbuka.

c) Teknik Bass

Tempelkan bulu sikat pada margin gingival dengan kemiringan 45o terhadap sumbu panjang gigi

Kemudian masukkan ujung-ujung bulu sikat tersebut ke dalam sulkus dan area interproksimal gigi

Area yang dijangkau bulu sikat pada tiap posisi sekitar 3 gigi dan dimulai dari gigi yang terletak paling distal

Lakukan vibrasi halus dan pendek disertai gerakan maju mundur

Pada tiap posisi penyikatan diberikan stroke sebanyak 20 kali

Pembersihan terpusat pada area 1/3 servikal mahkota klinis, sulkus gingival, dan area interproksimal gigi

Untuk gigi anterior, gerakan penyikatan dilakukan pada area servikal dengan gerakan yang sama dengan area posterior

Untuk area oklusal gigi, berikan tekanan yang kuat dan dalam pada pit dan fissure, dengan stroke pendek dan gerakan maju mundur.

Teknik Bass merupakan teknik yang paling banyak direkomendasikan karena teknik ini menekankan pada peletakan sulkuler dari bulu sikat

Gambar 2.2 Aplikasi teknik Bass dilihat dari aspek labial.

d) Teknik Charter

Letakkan bulu sikat gigi menghadap rahang dengan kemiringan 45o terhadap sumbu panjang gigi

Sedangkan sisi samping dari bulu sikat terletak pada gingival.

Lakukan vibrasi maju dan mundur, tujuannya untuk memijat gingival.

Untuk area oklusal, bulu sikat diletakkan pada pit dan fissure, kemudian berikan stroke pendek maju dan mundur

Teknik ini merupakan teknik untuk membersihkan plak lunak dan pemijatan gingival.

2.2.1.2 Sikat gigi elektrik

Sikat gigi elektrik mulai dikenal sejak tahun 1939. Prinsip penggunaan sikat gigi elektrik adalah memanfaatkan energy akustik dengan frekuensi rendah secara dinamik, sehingga mempermudah pembersihan plak melalui ujung-ujung bulu sikat yang digerakkan. Getaran yang dihasilkan oleh sikat gigi elektrik dapat mempengaruhi perlekatan bakteri pada permukaan oral dan mempengaruhi viabilitas bakteri. Tekanan hidrodinamik yang dihasilkan oleh sikat gigi elektrik dapat membersihkan plak pada jarak yang berdekatan dengan ujung bulu sikat, sehingga meningkatkan pembersihan plak terutama pada area interproksimal gigi (Newman, 2006)Penggunaan sikat gigi elektrik biasanya diperuntukkan bagi: (1) anak-anak dan remaja, (2) anak-anak dengan keterbatasan fisik maupun mental, (3) pasien rawat inap, termasuk orang-orang tua yang membutuhkan bantuan orang lain untuk membersihkan gigi, (4) pasien pengguna peranti ortodontik cekat (Newman, 2006)

Gambar 2.3 Aplikasi sikat gigi elektrik

1. Desain sikat gigi

Desain sikat gigi elektrik yang paling banyak dijumpai memiliki kepala sikat berbentuk bulat dengan gagang sikat yang ramping yang tersambung dengan motor penggerak. Bulu sikat yang digunakan berbahan nilon, dengan variasi kekerasan bulu sikat (diameter bulu sikat) yang sama pada sikat gigi konvensional. Penggunaan sikat gigi elektrik dapat bertahan hingga 5-6 bulan (Newman, 2006).

2. Metode menyikat gigi

Dengan bervariasinya gerakan yang dihasilkan oleh sikat gigi elektrik, tidak dibutuhkan tehnik spesifik dalam penggunaannya. Pengguna sikat gigi elektrik hanya perlu untuk mengkonsentrasikan penempatan kepala sikat disepanjang perbatasan permukaan gigi dengan margin gingival dan menggerakkan secara otomatis menyeluruh pada permukaan gigi (Newman, 2006).

2.2.1.3 Sikat gigi interdental

Sikat gigi interdental merupakan suatu sikat gigi yang diperuntukkan spesifik untuk membersihkan plak pada area interproksimal gigi berdesakan ataupun gigi-gigi dengan ruang interdental yang besar.

Gambar 2.4 Beberapa macam sikat gigi interdental

1. Desain sikat gigi

Sikat gigi interdental berbentuk cone atau sikat silindris yang bulu sikatnya menjulang pada satu handle saja.

2. Metode menyikat gigi

Penggunaan sikat gigi interdental tidak memiliki teknik tertentu. Bulu sikat interdental dimasukkan melalui celah interproksimal gigi dan digerakkan maju mundur dengan stroke pendek linguo-fasial. (Newman, 2006)

2.2.2 Dental floss

Dental floss merupakan suatu alat yang direkomendasikan untuk membersihkan plak pada permukaan proksimal gigi. Dental floss yang beredar di pasaran terbuat dari multifilament nilon, baik yang dililit atau tanpa lilit, terikat atau tak terikat, berlapis lilin atau tidak, dan nilon tebal atau yang tipis. Namun dari studi klinis didapatkan bahwan variasi dari tipe nilon dari dental floss memiliki kemampuan pembersihan plak yang sama. Pemilihan dental floss tergantung pada kekuatan kontak dengan gigi, kekerasan permukaan proksimal gigi, dan keterampilan penggunaan oleh penderita. (Newman, 2006)

Gambar 2.5 Teknik pemegangan dental floss

Teknik penggunaan dental floss meliputi: (1) Ambil salah satu dental floss kemudian rentangkan dengan ibu jari dan jari telunjuk, (2) Masukkan dental floss dengan menelusuri permukaan gigi pada bagian proksimal sampai dengan area marginal secara perlahan-lahan, (3) Ulangi kembali gerakan tersebut, kemudian pindahkan menuju distal dari gigi depannya. (4) apabila dental floss rusak atau kotor, ganti dengan dental floss yang baru. (Newman, 2006)

2.3 Metode Kontrol Plak (Kimiawi)

Sampai saat ini, kontrol plak masih mengandalkan pada pembersihan secara mekanis. Meskipun telah dikembangkan bahan-bahan kimia yang bersifat anti plak. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol plak secara kimiawi hanyalah sebagai penunjang dan bukan sebagai pengganti kontrol plak secara mekanis.Metode kontrol plak secara kimiawi adalah dengan memakai bahan kumur atau pasta gigi pada umumnya mengandung senyawa aktif anti bakteri untuk mencegah terjadinya plak misalnya pada pasien periodontal dengan letak gigi yang berjejal.

2.3.1 Pasta Gigi

Pasta gigi digunakan untuk membantu dalam membersihkan dan memoles permukaan gigi, serta memberikan kesehatan untuk gigi dan gingiva. Pasta gigi pada umumnya mengandung bahan anti plak dan anti desensitisasi, Selain itu, pasta gigi juga mengandung bahan pembersih, bahan abrasif (kalsium karbonat, kalsium fosfat, sodium bikarbonat, sodium klorida, sodium oksida, silikat), detergen (sodium, sodium laurel sulfat, sodium sarkosilat), bahan lain : humektan (gliserin, sorbitol), air, bahan pengental (kaboksimetillulosa, alginat, amilosa), bahan perasa dan pewarna (Newman, 2006).

Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kombinasi triklosan dengan sitrat seng lebih efektif dalam menghambat pembentukan plak dan gingivitis dibandingkan dengan kombinasi lainnya. Triklosan mempunyai efek penghambat yang sedang terutama terhadap bakteri anaerob negative, sedangkan sitrat seng tidak begitu efektif. Namun kombinasi antara triklosan dengan sitrat seng memberikan efek anti bakteri yang lebih kuat, diduga karena triklosan akan memperkuat efek dari sitrat seng dengan jalan mengurangi absorbsi (Newman, 2006).

Pasta gigi yang digunakan untuk desensitisasi berupa pasta gigi dengan kerja menyumbat tubulus dentin dengan kandungan stronsium klorida (sensodyne), natrium monofluorofosfat (colgate), dan formaldehid (thermodent), pasta gigi dengan kerja mengurangi eksitabilitas saraf yang mengandung kalium nitrat (dengue), dan pasta gigi dengan aksi ganda yang mengandung kalium nitrat dan natrium monofluorofosfat (sensodyne-f) (Newman, 2002).

Pasta gigi dapat meningkatkan keefektifan penyikatan tetapi dapat menyebabkan kemungkinan abrasi minimum pada permukaan gigi karena pasta gigi juga mengandung bahan abrasif seperti silicon oxides, aluminium oxides, dan granular polyvinyl chlorides. Pasta gigi harus cukup abrasive sebagai pembersih dan pemoles, aman, serta tahan terhadap permukaan gigi dan tambalan halus. Pasta gigi yang mengandung fluoride dan anti mikroba memberikan manfaat dalam mengontrol karies dan gingivitis (Newman, 2006).2.3.2 Irigasi Oral

Alat irigasi oral berfungsi untuk membersihkan debris dan bakteri yang melekat. Alat irigasi oral yang digunakan oleh pasien periodontal di rumah dapat berupa semprotan tekanan tinggi atau stabil. Alat irigasi oral ini lebih efektif untuk pembersihan daerah interdental daripada sikat gigi dan obat kumur. Penggunaan alat irigasi oral akan lebih efektif bila digunakan kombinasi dengan alat atau bahan yang lain, misalnya bahan antiseptik seperti chlorhexidine (Newman, 2006).Alat irigasi oral untuk supragingiva yang paling sering digunakan yaitu convensional plastic tips dengan lipatan 900 pada tip, dilekatkan pada pompa yang mengeluarkan titik-titik air yang berdenyut dengan kecepatan yang diatur dengan dial. Pasien diinstruksikan untuk mengarahkan semprotan air melewati proksimal papilla, ditahan selama 10-15 detik, kemudian mengikuti sepanjang margin gingiva sampai pada daerah proksimal berikutnya secara berulang. Irigator sebaiknya digunakan dari permukaan bukal dan lingual. Pasien dengan radang pada gingiva biasanya dimulai dengan tekanan yang rendah dahulu kemudian tekanan ditingkatkan sampai medium senyaman pasien utnuk meningkatkan kesehatan jaringan periodontal. Beberapa pasien senang menggunakan peralatan ini pada setting tekanan yang paling tinggi dan tidak ada laporan yang merugikan tentang hal ini, sehingga aman digunakan. Irigasi supragingiva dengan menggunakan cairan antiseptik, chlorhexidine, dalam waktu 6 bulan menunjukkan hasil signifikan yaitu menurunnya inflamasi gingival (Newman, 2006).

Gambar 2.6 Irigasi supragingivaUntuk mengirigasikan bahan anti plak berupa cairan ke daerah subgingiva digunakan alat irigasi mulai alat yang sederhana berupa alat suntik biasa yang jarumnya dibengkokkan dan ujungnya ditumpulkan, sampai alat untuk irigasi khusus yang diproduksi pabrik. Umumnya pasien periodontal menggunakan soft rubber tip untuk prosedur kontrol plak di rumah karena alat ini dapat dimasukkan ke dalam poket periodontal, sehingga tekanan dan aliran air tidak terlalu keras. Soft rubber tip sebaiknya dimasukkan ke dalam poket periodontal dan area furkasi sedalam 3 mm jika memungkinkan, dan setiap poket harus dibersihkan selama beberapa detik.

Irigasi subgingiva tidak saja dilakukan oleh dokter gigi di klinik tetapi juga bisa dilakukan pasien sehari-hari di rumah. Dasar pemikiran bagi irigasi subgingiva adalah bahwa cara berkumur-kumur, sikat gigi, dan penggunaan dental floss tidak efektif mencapai subgingiva. Pada kasus-kasus periodontitis justru mikroorganisme subgingiva yang harus disingkirkan dalam rangka mengontrol inflamasi yang terjadi masih terus dilakukan penelitian. Pasien dengan premedikasi antibiotik untuk prosedur ini sebaiknya tidak menggunakan alat irigasi subgingiva.

Gambar 2.7 Soft rubber tip untuk irigasi subgingiva2.3.3 Obat Kumur

Obat kumur yang telah mendapat rekomendasi dari American Dental Association yaitu campuran fenol minyak eukaliptol dan golongan chlorhexidine dari golongan bisguanida (Newman, 2006).

Chlorhexidine merupakan derivat bisquanid dan yang umumnya digunakan dalam bentuk glukonatnya. Chlorhexidine memiliki anti bakteri dengan spektrum luas, efektif terhadap gram positif dan gram negatif, walaupun efektifitasnya lebih rendah. Chlorhexidine sangat efektif mengurangi radang gingiva dan akumulasi plak. Efek anti plak chlorhexidine tidak hanya bakteriostatik tetapi juga mempunyai daya lekat yang lama pada permukaan gigi sehingga memungkinkan efek bakterisid. Dengan demikian akumulasi plak dapat dicegah , sehingga mengurangi terjadinya gingivitis (Fauza, 2012).

Berbagai percobaan klinis menggunakan obat kumur mengandung chlorhexidine telah banyak dilakukan dan ternyata berpengaruh terhadap gingivitis dan periodontitis. Pembentukan plak dapat dicegah dengan berkumur larutan chlorhexidine 0,2% dan tidak tampak tanda-tanda radang gingiva setelah beberapa minggu walaupun tanpa membersihkan mulut secara mekanis. Chlorhexidine mengikat kelompok asam anonik dari glikoprotein saliva sehingga pembentukan pelikel akuid terhambat. Hal ini menghambat kolonisasi bakteri plak. Chlorhexidine mengikat plasma polisakarida yang menyelubungi bakteri atau langsung berikatan dengan dinding sel bakteri. Ikatan dengan polisakarida akan menghambat adsorbs bakteri ke permukaan gigi. Sebaliknya ikatan chlorhexidine langsung dengan sel bakteri menyebabkan perubahan struktur permukaan yang pada akhirnya menyebabkan pecahnya membran sitoplasma bakteri, serta mengendapkan faktor-faktor aglutinasi asam dalam saliva dan menggantikan kalsium yang berperan merekatkan bakteri membentuk massa plak (Fauza, 2012).

Meskipun chlorhexidine dinilai efektif sebagai bahan anti plak, tetapi bahan ini mempunyai kelemahan berupa pembentukan stain pada permukaan gigi maupun mukosa. Oleh sebab itu, penggunaannya hanya diindikasikan untuk jangka pendek (sampai 2 minggu) (Newman, 2006).

Obat kumur yang mengandung campuran fenol-minyak essensial mengandung bahan aktif berupa timol dan eukaliptol. Mekanisme kerja timol adalah menghancurkan dan mengendapkan dinding sel bakteri. Minyak eukaliptol bekerja dengan jalan menghambat perlekatan bakteri ke permukaan gigi (Newman, 2006).

2.4 Evaluasi kontrol plak

Salah satu kegiatan penting dalam keberhasilan kontrol plak seseorang adalah dilakukannya evaluasi kontrol plak oleh dokter gigi maupun periodontis. Evaluasi kontrol plak tersebut bertujuan untuk melihat keberhasilan klinisi dalam memberikan motivasi, edukasi, dan instruksi yang tepat dan diterapkan secara rutin oleh penderita, bukan untuk menghilangkan plak saja tetapi lebih kepada tindakan pencegahan terhadap suatu kelainan periodontal. (Newman, 2006)

2.4.1 Penggunaan disclosing agent

Penggunaan disclosing agent dapat digunakan sebagai evaluasi klinis terhadap kebersihan gigi penderita. Disclosing agent merupakan suatu larutan yang diaplikasikan pada permukaan gigi dan dapat memberikan pewarnaan terhadap deposit bakteri pada permukaan gigi yang diulasi larutan tersebut. (Newman, 2006)

2.4.2 Scoring system

Scorring system merupakan suatu sistem penilaian secara periodic yang dilakukan oleh dokter gigi atau periodontis untuk memberikan gambaran terhadap peningkatan keberhasilan suatu perawatan periodontal ataupun untuk melihat besar faktor resiko dari suatu kambuhan kelainan periodontal. Indeks yang digunakan dokter gigi atau periodontis dalam memberikan scorring pada kesehatan periodontal penderita meliputi plaque control record dan bleeding point index.

1. Plaque Control Record

Dikenal juga sebagai Indeks OLeary, merupakan suatu tindakan evaluasi kontrol plak dengan menggunakan larutan disclosing atau tablet, dan memeriksa tiap permukaan gigi (kecuali permukaan oklusal) untuk melihat keberadaan plak yang tercat di dentogingival junction. Plak yang tercat, dicatat pada sebuah kotak yang yang dibagi menjadi 4 bagian yang mewakili sisi permukaan gigi.

Untuk penghitungannya, terlebih dahulu dihitung jumlah total keseluruhan gigi yang terdapat plak, kemudian nomor indeksnya dikalkulasikan untuk mencari presentasi dari permukaan plak dengan jumlah seluruh permukaan, kemudian dikalikan 100. (Newman, 2006)

2. Bleeding Point Index

Bleeding point indeks merupakan suatu evaluasi perdarahan gingival disekitar masing-masing gigi penderita. Teknik pemeriksaan Bleeding point index, meliputi: (1) Retraksi pipi penderita, kemudian tempatkan periodontal probe 1 mm ke dalam sulkus atau poket pada aspek distal dari gigi yang paling posterior di setiap kuadran, (2) Gerakkan probe perlahan di sepanjang sulkus hingga ke area mesial interproksimal dari aspek fasial, (3) Lakukan tahap yang sama pada gigi-gigi lain di tiap kuadran, (4) Tunggu 30 detik, kemudian catat perdarahan yang terjadi pada sisi distal, fasial, dan mesial, (5) Lakukan probing dari aspek lingual dan palatal (Newman, 2006).

Prosentase dari jumlah permukaan perdarahan dikalkulasi dengan membagi jumlah permukaan yang mengalami perdarahan dengan jumlah total permukaan gigi (4 sisi tiap gigi), kemudian dikalikan 100 untuk mengkonversikan hasil tersebut ke dalam bentuk persen (Newman 2006)

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kontrol plak pada pasien periodontal dapat mencegah akumulasi plak pada permukaan gigi dan gingiva. Kontrol plak merupakan prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materi alba dan debris makanan) dari permukaan gigi dan gingiva sekitarnya. .3.2 Saran

Diharapkan penulis selanjutnya dapat menjelaskan lebih detail mengenai kontrol plak pada pasien periodontal agar wawasan bagi pembaca menjadi semakin luas.

DAFTAR PUSTAKA

Fauza, R. 2012. Obat Kumur. Available at http://www.scrib.com/doc/74884189/obat-kumur. Accessed on 3 February 2012.Newman, MG., Takei, HH., Caranza, FA. 2002. Carranzas Clinical Periodontology. 9th edition. Philadelpia: W.B. Saunders Company.Newman, MG., Takei, HH., Caranza, FA., Klokkevold, PR. 2006. Carranzas Clinical Periodontology. 10th edition. Philadelpia: W.B. Saunders Company.

1

3