kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

43
KONTRIBUSI SUMBER DAYA PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DIKAJI DARI GEOGRAFI EKONOMI MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Geografi Ekonomi Yang dibina oleh Dr. I Nyoman Ruja, S. U Oleh: Shofi Amaliyah Majid 130721607499 Iffana Chusnul Khotimah 130721616051 Widya Apriliani 130721607483 Inwainatul Kunainah 130721607415 Choirul Ageng Satria 130721616049 Asrul Khoiri 130721607486

Upload: hakhanh

Post on 15-Jan-2017

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

KONTRIBUSI SUMBER DAYA PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DIKAJI DARI GEOGRAFI EKONOMI

MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Geografi EkonomiYang dibina oleh Dr. I Nyoman Ruja, S. U

Oleh:Shofi Amaliyah Majid 130721607499Iffana Chusnul Khotimah 130721616051Widya Apriliani 130721607483Inwainatul Kunainah 130721607415Choirul Ageng Satria 130721616049Asrul Khoiri 130721607486

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFIPROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI

Oktober 2014

Page 2: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

        Indonesia secara astronomis berada di 6oLU-11oLS dan 95oBT-141oBT, hal

ini menandakan bahwa wilayah Indonesia merupakan wilayah yang subur dan

beriklim tropis. Potensi wilayah yang demikian sangat baik kaitannya dalam

pengembangan sektor pertanian. Iklim di Indonesia yang cukup dalam

memperoleh sinar matahari sepanjang tahun, mempengaruhi tumbuh suburnya

setiap tanaman dengan mudah. Potensi yang demikian membuat wilayah

Indonesia mendapat julukan sebagai “Kolam Susu” dimana setiap tangkai maupun

bibit yang ditanam di wilayah Indonesia selalu tumbuh subur dan menghasilkan

uang. Selain itu letak Indonesia yang berada di daerah pertemuan lempeng,

mengakibatkan Indonesia memiliki banyak gunung api yang berpengaruh

terhadap kesuburan tanah.

Bila ditinjau dari segi letak geografis wilayah Indonesia berada pada posisi

dua samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Dan terletak diantara

dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Hal ini menandakan bahwa

letak wilayah negara kita berada di sebuah jalur internasional yaitu sebuah jalur

yang strategis dalam menjalankan berbagai sektor yang seharusnya mampu

menjadi daya ikat bagi negara-negara luar terutama dalam bidang pemasaran

barang-barang produksi dalam negeri salah satunya produksi hasil pertanian.

Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang

melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan

mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan

sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis

tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim. Usaha pertanian diberi nama

khusus untuk subjek usaha tani tertentu (Rizky, 2012).

Pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian Indonesia.

Artinya pertanian merupakan sektor utama yang menyumbang hampir dari

setengah perekonomian. Pembangunan pertanian yang sudah cukup berhasil

dicapai oleh Indonesia pada tahun 1970-an sampai tahun 1980-an yang ditandai

Page 3: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

dengan meningkatnya pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) sektor

pertanian sebesar 3,2% per tahunnya. Kemudian pada 1984 swasembada beras

dapat tercapai dan berhasil memicu pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Akan

tetapi, swasembada beras tersebut hanya dapat dipertahankan hingga tahun 1993.

Tingkat produktivitas padi di Indonesia adalah yang tertinggi dari negara-negara

lain di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Oleh karena itu, Indonesia

memiliki keunggulan yaitu beras sebagai subtitusi impor (Ramli, 2014).

Berdasarkan paparan di atas, kelompok kami akan membahas lebih lanjut

apa saja kontribusi yang diberikan oleh sumber daya pertanian terhadap

pembangunan ekonomi Indonesia, apa yang menjadi permasalahan di dalam

sektor pertanian yang ada di Indonesia sehingga kita mengetahui apa yang

menjadi kendala utama penghambat di sektor pertanian dan menemukan solusi

pemecahannya serta cara memaksimalkan sumber daya pertanian untuk

meningkatkan pembangunan ekonomi Indonesia di masa mendatang.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan

ekonomi dikaji dari geografi ekonomi?

1.2.2 Apa saja hal yang menjadi permasalahan di dalam sektor pertanian

Indonesia yang menjadi kendala utama penghambat pengembangan sektor

pertanian?

1.2.3 Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang menjadi penghambat

pengembangan sektor pertanian?

1.2.4 Bagaimana cara memaksimalkan sumber daya pertanian untuk

meningkatkan pembangunan ekonomi Indonesia di masa mendatang?

1.3 Tujuan

1.3.1 mengetahui kotribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

di kaji dari geografi ekonomi.

1.3.2 Mengetahui permasalahan di dalam sektor pertanian Indonesia yang

menjadi kendala utama penghambat pengembangan sektor pertanian?

Page 4: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

1.3.3 Mengetahui cara mengatasi masalah yang menjadi penghambat

pengembangan sektor pertanian

1.3.4 Mengetahui cara memaksimalkan sumber daya pertanian untuk

meningkatkan pembangunan ekonomi Indonesia di masa mendatang.

Page 5: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kontribusi Sumber Daya Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi

Dikaji dari Geografi Ekonomi

Sebagai salah satu negara yang termasuk dalam wilayah tropis, Indonesia

memiliki potensi pertanian yang sangat baik, terutama untuk pertanian tropika. 5

komoditas pertanian dan perkebunan Indonesia yang mendunia adalah sebagai

berikut (Flatian, 2012 dalam Fachri, 2010).

1. Kelapa Sawit

Indonesia menempatkan diri sebagai produsen minyak sawit mentah

terbesar di dunia. Pada tahun 2011 Indonesia menguasai pasar minyak sawit

mentah dunia sebesar 47% mengungguli Malaysia di tempat ke 2 dengan 39%.

Ekspor kelapa sawit mampu menyumbang devisa Negara sebesar USD 14 miliar

pada tahun 2010 dan diperkirakan akan terus meningkat secara signifikan dari

tahun ketahunnya.

2. Rempah-rempah

Sejak dahulu kala, Indonesia terkenal akan rempah-rempahnya. Tanaman

rempah-rempah yang tumbuh subur di Indonesia menarik minat bangsa lain untuk

menguasainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa dahulu banyak bangsa asing yang

kaya raya akibat rempah-rempah dari Indonesia yang mempunyai nilai sangat

tinggi. Sampai saat ini Indonesia masih sebagai eksportir utama rempah-rempah

di dunia, diantaranya adalah pala, kayu manis, cengkeh dan lada.

3. Kakao

Indonesia merupakan penghasil kakao no 3 di dunia setelah Pantai Gading

dan Ghana. Produksinya terus tumbuh rata-rata 3,5% per tahun, pada tahun 2014

pemerintah berkomitmen untuk mengalahkan kedua Negara tersebut untuk

menduduki peringkat pertama sebagai penghasil kakao terbesar di dunia. Pada

tahun 2010 produksi kakao Indonesia mencapai 574 ribu ton atau menyumbang

16% produksi kakao dunia, sedangkan Pantai Gading di peringkat pertama dengan

1,6 juta ton, atau menyumbang sebesar 44%.

Page 6: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

4. Karet

Indonesia menempati peringkat ke 2 setelah Thailand sebagai pemasok

karet mentah dunia. Ada yang menyebut Indonesia sebagai Arabnya karet dunia.

Meskipun kalah dalam hal jumlah dan produktifitas perkebunan karet, namun

karet Indonesia disebut-sebut menang secara kualitas dibanding karet dari

Thailand. Pada tahun 2011 produksi karet di Indonesia mencapai 2,8 juta ton.

5. Kopi

Saat ini Indonesia menduduki peringkat 3 sebagai produsen kopi dunia

dibawah Brazil dan Kolombia. Basarnya produksi kopi Indonesia per tahun rata-

rata sekitar 600 ribu ton. Dari angka ini Indonesia dapat mensuplai 7% kebutuhan

kopi dunia.

Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki potensi besar dan

sumber daya alam yang melimpah untuk produk pertanian. Di sektor pertanian

Indonesia memiliki beragam jenis tenaman, hal ini didukung kondisi iklim tropis

yang berbeda, dibidang tanaman pangan di Indonesia memiliki tanaman unggul

seperti padi, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan berbagai jenis faritas yang lain.

Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan signifikan bagi

perekonomian Indonesia. Sektor pertanian menyerap 35.9% dari total angkatan

kerja di Indonesia dan menyumbang 14.7% bagi GNP Indonesia (BPS, 2012

dalam Fachri, 2010). Fakta-fakta tersebut menguatkan pertanian sebagai

megasektor yang sangat vital bagi perekonomian Indonesia.

Sektor pertanian di Indonesia merupakan tulang punggung dari

perekonomian dan pembangunan nasional, hal tersebut dapat dilihat dalam

pembentukan PDB, penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja, penyediaan

pangan, dan penyediaan bahan baku industri. Sektor pertanian juga berperan

dalam memeratakan pembangunan melalui upaya pengentasan kemiskinan dan

perbaikan pendapatan masyarakat. Selain itu, sektor pertanian juga telah menjadi

salah satu pembentuk budaya bangsa dan penyeimbang ekosistem.

Dengan daratan yang cukup luas yang tersusun rapi oleh ribuan pulau

yang ada seolah menetapkan bahwa negara kita adalah negara agraris. Memang

tak dapat dipungkiri, namun hal tersebut lah yang menjadi sumber mata

pencaharian dari sekitar 60 % rakyatnya yang kemudian menjadi salah satu sektor

Page 7: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

riil yang memiliki peran sangat nyata dalam membantu penghasilan devisa

negara.

2.1.1 Potensi pertanian Indonesia

1. Keanekaragaman Hayati dan Agroekosistem

Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam, termasuk plasma nutfah,

yang melimpah (mega biodiversity). Biodiversity darat Indonesia merupakan

terbesar nomor dua di dunia setelah Brasil, sedangkan bila termasuk biodiversity

laut maka Indonesia merupakan terbesar nomor satu di dunia. Hal ini dapat dilihat

dengan beragamnya jenis komoditas pertanian tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan dan peternakan yang sudah sejak lama diusahakan sebagai sumber

pangan dan pendapatan masyarakat. Keanekaragaman hayati yang didukung

dengan sebaran kondisi geografis berupa dataran rendah dan tinggi, limpahan

sinar matahari dan intesitas curah hujan yang hampir merata sepanjang tahun di

sebagian wilayah, serta keaneka ragaman jenis tanah memungkinkan

dibudidayakannya aneka jenis tanaman dan ternak asli daerah tropis, serta

komoditas introduksi dari daerah sub tropis secara merata sepanjang tahun di

Indonesia.

2. Lahan Pertanian

Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan

belum dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan

oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada

tahun 2006 memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar

192 juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya

dan 67 juta ha sisanya (35,4 persen) merupakan kawasan lindung. Dari total luas

kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha,

meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta

ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari areal yang

berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal

pertanian sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi

untuk perluasan areal pertanian. Jumlah luasan dan sebaran hutan, sungai, rawa

dan danau serta curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun

Page 8: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

sesungguhnya merupakan potensi alamiah untuk memenuhi kebutuhan air

pertanian apabila dikelola dengan baik. Waduk, bendungan, embung dan air tanah

serta air permukaan lainnya sangat potensial untuk mendukung pengembangan

usaha pertanian.

2.1.2 Kontribusi Sumber Daya Pertanian

Adapun kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

Indonesia yaitu sebagai berikut (Fachri, 2010).

1. Kontribusi pertanian terhadap devisa

Pertanian juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan

devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat

ketergantungan Negara tersebut terhadap impor atas komoditi pertanian.

Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah karet,

kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah.

Peran pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan

perannya dalam bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sector pertanian

terhadap pasar dan industri domestic bisa tidak besar karena sebagian besar

produk pertanian di ekspor atau sebagian besar kebutuhan pasar dan industri

domestic disuplai oleh produk-produk impor. Artinya peningkatan ekspor

pertanian bisa berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau

sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu

factor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk mengatasinya ada

dua hal yang perlu dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi dan

meningkatkan daya saing produknya. Namun bagi banyak Negara agraris,

termasuk Indonesia melaksanakan dua pekerjaan ini tidak mudah terutama karena

keterbatasan teknologi, SDM, dan modal.

Pada 2009 ekspor produk pertanian Indonesia baru mencapai 2,46 persen

dari total produksi beras yang dihasilkan petani di berbagai provinsi dengan

jumlah mencapai 69,5 juta ton gabah kering giling (GKG).

Selain untuk ekspor produksi padi juga untuk memenuhi program bantuan

beras rakyat miskin (Raskin) yang setiap bulannya dibutuhkan 260 ribu ton serta

untuk cadangan pangan nasional setiap akhir tahun lebih dari 1,5 juta ton.

Page 9: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

2. Kontribusi pertanian terhadap produktivitas

Banyak orang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk

di dunia yang tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan-lahan yang tersedia untuk

kegiatan-kegiatan pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan

mengalami krisis pangan (kekurangan stok), seperti juga diprediksi oleh teori

Malthus. Namun keterbatasan stok pangan bisa diakibatkan oleh dua hal: karena

volume produksi yang rendah ( yang disebabkan oleh faktor cuaca atau lainnya),

sementara permintaan besar karena jumlah penduduk dunia bertambah terus atau

akibat distribusi yang tidak merata ke sluruh dunia.

Mungkin sudah merupakan evolusi alamiah seiring dnegan proses

industrialisasi dimana pangsa output agregat (PDB) dari pertanian relatif

menurun, sedangkan dari industri manufaktur dan sektor-sektor skunder lainnya,

dan sektor tersier meningkat. Perubahan struktur ekonomi seperti ini juga terjadi

di Indonesia. Penurunan kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan

PDB bukan berarti bahwa volume produksi berkurang (pertumbuhan negatif).

Tetapi laju pertumbuhan outputnya lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan

output di sektor-sektor lain.

Bukan hanya dialami oleh Indinesia tetapi secara umum ketergantungan

negara agraris terhadap impor pangan semakin besar, jika dibandingkan dengan

10 atau 20 tahun yang lalu, misalnya dalam hal beras. Setiap tahun Indonesia

harus mengimpor beras lebih dari 2 juta ton. Argumen yang sering digunakan

pemerintah untuk membenarkan kebijakan M-nya adalah bahwa M beras

merupakan suatu kewajiban pemerintah yang tak bisa dihindari, karena ini bukan

semata-mata hanya menyangkut pemberian makanan bagi penduduk, tapi juga

menyangkut stabilitas nasional (ekonomi, politik, dan sosial).

Kemampuan Indonesia meningkatkan produksi pertanian untuk

swasembada dalam penyediaan pangan sangat ditentukan oleh banyak faktor

eksternal maupun internal. Satu-satunya faktor eksternal yang tidak bisa

dipengaruhi oleh manusia adalah iklim, walaupun dengan kemajuan teknologi saat

ini pengaruh negatif dari cuaca buruk terhadap produksi pertanian bisa

diminimalisir. Dalam penelitian empiris, factor iklim biasanya dilihat dalam

bentuk banyaknya curah hujan (millimeter). Curah hujan mempengaruhi pola

Page 10: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

produksi, pola panen, dan proses pertumbuhan tanaman. Sedangkan factor-faktor

internal, dalam arti bisa dipengaruhi oleh manusia, di antaranya yang penting

adalah lusa lahan, bibit, berbagai macam pupuk (seperti urea, TSP, dan KCL),

pestisida, ketersediaan dan kualitas infrastruktur, termasuk irigasi, jumlah dan

kualitas tenaga kerja (SDM), K, dan T. kombinasi dari faktor-faktor tersebut

dalam tingkat keterkaitan yang optimal akan menentukan tingkat produktivitas

lahan (jumlah produksi per hektar) maupun manusia (jumlah produk per

L/petani). Saat ini Indonesia, terutama pada sektor pertanian (beras) belum

mencukupi kebutuhan dalam negeri. Ini berarti Indonesia harus meningkatkan

daya saing dan kapasitas produksi untuk menigkatkan produktivitas pertanian.

3. Kontribusi pertanian terhadap penyerapan tennaga kerja

Di tengah berbagai permasalahan, sektor pertanian masih memegang peran

yang sangat strategis bagi ketenagakerjaan di Indonesia. Selama periode 1996-

2002, rata-rata untuk setiap 10 orang pekerja Indonesia, 4-5 diantaranya bekerja

atau berusaha di lapangan usaha itu. Sementara itu, berdasarkan data sakernas

tahun 2006, penduduk Indonesia yang bekerja dalam bidang pertanian mencapai

42.039.250 orang dari 95.177.102 orang (44,2 %) penduduk Indonesia yang

bekerja. Memperhatikan hal tersebut, maka kebijakan ketenagakerjaan di

Indonesia sangat tidak realistis jika mengabaikan sektor pertanian. Sektor inilah

yang justru tidak mengalami pukulan yang hebat di saat sektor lain mengalami

keterpurukan oleh krisis ekonomi. Bahkan, beberapa komoditi pertanian, terutama

perikanan justru mengalami keuntungan luar biasa pada saat krisis ekonomi

terjadi.

Data di atas menunjukkan bahwa pekerja Indonesia masih sangat

terkonsentrasi pada profesi petani. Profesi-profesi lain yang tergolong memiliki

produktivitas tinggi termasuk profesional/teknisi dan mangerial/administrasi

masih sangat rendah proporsinya. Walaupun demikian, terdapat adanya

kecenderungan semakin meningkatnya persentase penduduk yang bekerja pada

sektor non pertanian dari waktu ke waktu. Selama kurun waktu 1990-1997, tenaga

kerja sektor bukan pertanian meningkat lebih dari 16,5 juta orang, sebaliknya

tenaga kerja di sektor pertanian turun lebih dari 6,7 juta orang. Sektor

perdagangan, jasa, industri dan konstruksi mengalami pertambahan tenaga kerja

Page 11: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

mencolok. Selama kurun waktu itu, tenaga kerja bukan pertanian secara

keseluruhan tumbuh sekitar 6,0 persen per tahun.

Masih tingginya daya serap sektor pertanian tidak disertai dengan upaya

yang memadai dari pemerintah dalam bentuk kebijakan yang kondusif untuk

berkembangnya sektor tersebut. Petani dan sektor pertanian masih ditempatkan

pada posisi marginal. Kebijakan pemerintah cenderung bertentangan dengan

keinginan para petani. Kebijakan impor beras, gula, dan komoditi lainnya

mencerminkan pertentangan antara keinginan petani dan pemerintah. Kondisi ini

membuat nasib petani tidak beranjak menjadi lebih baik. Pernyataan Bank Dunia

beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa kenaikan harga beras menyebabkan

peningkatan angka kemiskinan di Indonesia sebesar 3,1 juta orang.

Sektor pertanian juga semakin tergeser oleh sektor lainnya dengan

semakin tingginya alih fungsi lahan pertanian dan semakin luasnya lahan kritis.

Pembangunan permukiman yang meluas sampai ke daerah pedesaan membuat

lahan pertanian yang subur tidak lagi menghasilkan pangan untuk memenuhi

kebutuhan penduduk. Desakan kebutuhan akan lahan kemudian muncul ketika

petani sudah tidak memiliki lahan yang memadai untuk diolah. Pada akhirnya

mereka membuka lahan baru yang seharusnya menjadi lahan konservasi, sehingga

lahan kritis juga semakin luas.

Masih tingginya peran sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja yang

ada saat ini, menunjukkan bahwa pemerintah perlu menempatkan sektor ini

sebagai sektor yang penting untuk dikembangkan bersama-sama dengan sektor

lainnya. Kebijakan-kebijakan yang dibuat hendaknya memberikan iklim yang

kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya sektor pertanian. Sektor pertanian

sampai saat ini masih ditempatkan pada posisi marginal, sehingga

produktivitasnya paling rendah diantara sektor lainnya. Karena itu, sudah saatnya

perhatian penuh ditujukan untuk menjadikan sektor ini memiliki daya saing dan

berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia.

4. Kontribusi Pertanian Terhadap Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional Indonesia mengalami peningkatan pada setiap periode

tertentu. Walaupun demikian pendapatan nasionala Indonesia masih rendah

dibandingkan dengan negara- negara lain bahkan dengan negara Indonesia berada

Page 12: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

di urutan bawah pada lingkup negara- negara asia tenggara. Namun begitu seiring

dengan berjalannya waktu Indonesia juga mulai berbenah dengan usaha

meningkatkan pendapatan nasional. Usaha tersebut dengan meningkatkan dan

memaksimalkan sektor- sektor penyumbang pendapatan nasional dan

mempertahankan sektor yang telah berkontribusi besar dalam pendapatan

nasional. Salah satu usahanya adalah dengan meningkatkan kontribusi pada sektor

pertanian. Sebagaimana yang diketahui sektor pertanian telah memberikan

kontribusi yang besar dalam pendapatan nasional.

Sektor pertanian menduduki tempat ketiga sebagai penyumbang PDB

sebesar Rp 106,8 triliun (13,29%) atas dasar harga berlaku sedangkan atas dasar

harga konstan 2000 juga menduduki tempat ketiga dengan Rp 68,4 triliun (BPS,

2007 dalam Fachri, 2010). Walaupun penyumbanag terbesar masih tetap

diberikan oleh sektor industri pengolahan namun peran besar pertanian tetap tidak

dapat diabaikan.

Peran pertanian tersebut sangat banyak dan dapat dikatakan sebagai

penyelamat perekonomian saat terjadi krisis dengan bertindak sebagai penyedia

pangan, penyedia lapangan pekerjaan, pengahasil devisa melalui ekspor bahan-

bahan pertanian, aerta mengurangi kemiskinan di pedesaan. Peran pertanian

tersebut memegang peranan sentral dan tidak dapat digantikan oleh sektor lain.

Pertanian juga memiliki prospek yang baik di masa depan. Contohnya saja dengan

perkembangan pesat perkebunan kelapa sawit yang dapat melakukan ekspor dan

bahkan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil CPO terbesar di dunia.

Hal tersebut menambah devisa negara sekaligus menambah pendapatan nasional.

Belum lagi dengan adanya isu penggantian BBM dengan Biodiesel yang bahan

bakunya berasal dari produk- produk pertanian.

Oleh karena itu pemerintah harus lebih memberikan perhatian pada sektor

pertanian agar lebih berkontribusi dalam menyumbang pendapatan nasional.

Karena seperti yang kita ketahui pertanian selalu mendapat perhatian yang kurang.

Hal tersebut dapat tercermin dari kehidupan petani yang belum ada peningkatan

dan justru terkesan semakin sengsara.

Upaya untuk membuat pertanian agar lebih maju lagi salah satunya adalah

dengan revitalisasi pertanian, serta perbaikan dan peningkatan sarana dan

Page 13: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

prasarana pertanian agar tujuan untuk meningkatkan kontribusi pertanian dalam

meningkatkan pendapatan nasioanal dapat tercapai. Namun hal tersebut juga

membutuhkan bantuan dari sektor lain sehingga terjalin sinergiyang baik. Dalam

hal ini juga dibutuhkan transformasi struktural.

Transformasi struktural bukan berarti meninggalkan sektor pertanian

menuju sektor industri, tetapi menjadikan pangsa sektor industri terhadap PDB

yang lebih besar dari sektor pertanian, yang disebabkan olehpertumbuhan sektor

industri yang lebih tinggi akibat faktor eksternalitas industrialisasi yang lebih

besar. Transformasi struktural yang telah dicapai diatas, akan kurang berarti

apabila masih menyisakan adanya ketimpangan antar sektor atau

ketertinggalannya suatu sektor dalam pembangunan. Karena proses pembangunan

adalah proses yang saling mengkait antara satu sector dengan sektor yang lain.

Ketertinggalan suatu sektor dalam pembangunan akan mengakibatkan

pertumbuhan pembangunan yang tidak seimbang dan tidak kokoh. Setidaknya ada

beberapa faktor yang bisa diungkapkan bahwa sektor pertanian menjadi penting

dalam proses pembangunan, yaitu:

1. Sektor pertanian menghasilkan produk-produk yang diperlukan sebagai input

sektor lain, terutama sektor industri, seperti: industri tekstil, industri makanan

dan minuman;

2. Sebagai negara agraris (kondisi historis) maka sektor pertanian menjadi

sektor yang sangat kuat dalam perekonomian dalam tahap awal prose

pembangunan. Populasi di sektor pertanian (pedesaan) membentuk suatu

proporsi yang sangat besar. Hal ini menjadi pasar yang sangat besar bagi

produk-produk dalam negeri baik untuk barang produksi maupun barang

konsumsi, terutama produk pangan. Sejalan dengan itu, ketahanan pangan

yang terjamin merupakan prasyarat kestabilan sosial dan politik;

3. Karena terjadi transformasi struktural dari sektor pertanian ke sector industri

maka sektor pertanian menjadi sektor penyedia faktor produksi (terutama

tenaga kerja) yang besar bagi sektor non-pertanian (industri).

Page 14: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

2.2 Masalah Di Dalam Sektor Pertanian Indonesia Yang Menjadi Kendala

Utama Penghambat Pengembangan Sektor Pertanian

2.2.2 Masalah Pertanian Indonesia

1. Adanya Kelemahan Dalam Sistem Alih Teknologi

Ciri utama pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan

kontinuitas pasokan yang terus menerus harus selalu meningkat dan terpelihara.

Produk-produk pertanian kita baik komoditi tanaman pangan (hortikultura),

perikanan, perkebunan dan peternakan harus menghadapi pasar dunia yang telah

dikemas dengan kualitas tinggi dan memiliki standar tertentu. Tentu saja produk

dengan mutu tinggi tersebut dihasilkan melalui suatu proses yang menggunakan

muatan teknologi standar.

2. Masih Panjangnya Mata Rantai Tata Niaga Pertanian

Sehingga menyebabkan petani tidak dapat menikmati harga yang lebih

baik, karena pedagang telah mengambil untung terlalu besar dari hasil penjualan.

3. Terbatasnya Akses Layanan Usaha Terutama Di Permodalan

Kemampuan petani untuk membiayai usaha taninya sangat terbatas

sehingga produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial.

Mengingat keterbatasan petani dalam permodalan tersebut dan rendahnya

aksesibilitas terhadap sumber permodalan formal, maka dilakukan

pengembangkan dan mempertahankan beberapa penyerapan input produksi biaya

rendah (low cost production) yang sudah berjalan ditingkat petani. Selain itu,

penanganan pasca panen dan pemberian kredit lunak serta bantuan langsung

kepada para petani sebagai pembiayaan usaha tani cakupannya diperluas.

4. Penurunan Kualitas Dan Kuantitas Sumber Daya Lahan Pertanian

Berbagai hasil riset mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan

pertanian intensif di Indonesia, terutama di Pulau Jawa telah menurun

produktivitasnya, dan mengalami degradasi lahan terutama akibat rendahnya

kandungan C organik dalam tanah yaitu kecil dari 2 persen. Padahal, untuk

memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan kandungan C organik lebih dari 2,5

persen atau kandungan bahan organik tanah > 4,3 persen.

5. Terbatasnya Aspek Ketersediaan Infrastruktur Penunjang Pertanian

Page 15: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

yang juga penting namun minim ialah pembangunan dan pengembangan

waduk. Pasalnya, dari total areal sawah di Indonesia sebesar 7.230.183 ha, sumber

airnya 11 persen (797.971 ha) berasal dari waduk, sementara 89 persen (6.432.212

ha) berasal dari non-waduk. Karena itu, revitalisasi waduk sesungguhnya harus

menjadi prioritas karena tidak hanya untuk mengatasi kekeringan, tetapi juga

untuk menambah layanan irigasi nasional. Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB) menyatakan, 42 waduk saat ini dalam kondisi waspada akibat

berkurangnya pasokan air selama kemarau. Sepuluh waduk telah kering,

sementara 19 waduk masih berstatus normal. Selain itu masih rendahnya

kesadaran dari para pemangku kepentingan di daerah-daerah untuk

mempertahankan lahan pertanian produksi, menjadi salah satu penyebab

infrastruktur pertanian menjadi buruk.

Di sisi lain, saat ini penyebab sulitnya perkembangan sektor pertanian

adalah karena masalah lahan pertanian, seperti :

1. Luas Pemilikan Lahan Petani Kini Semakin Sempit

setengah dari petani memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar sehingga

sebagian besar bekerja sebagai buruh tani. Sebagai solusinya dengan membangun

agroindustri di perdesaan dalam upaya merasionalisasi jumlah petani dengan

lahan yang ekonomis.

2. Alih Fungsi Lahan Produktif Ke Industri Maupun Perumahan.

Saat ini lahan pertanian yang tersedia sekitar 7,7 juta hektar, padahal untuk

memenuhi kebutuhan lahan dan dalam rangka mendukung ketahanan pangan

petani membutuhkan lahan seluas 11-15 hektar. Sebagai solusinya pemerintah

agar bisa membatasi terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Di samping itu, perlu

juga penggalakan sistem pertanian yang berbasis pada konservasi lahan serta

pemanfaatan lahan tidur untuk lahan pertanian.

3. Produktifitas Lahan Menurun

Penurunan produktivitas lahan ini akibat intansifikasi berlebihan dalam

penggunaan pupuk kimia secara terus menerus, sebagai solusinya perlu

dikembangkan sistem pertanian yang ramah lingkungan (organik).

Selain itu ada beberapa hal yang menyebabkan pertanian kita menjadi

tidak maju adalah:

Page 16: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

a. Kurangnya penyuluhan atau distribusi ilmu terhadap petani

b. Rendahnya kualitas dan kuantitas SDM petani

c. Persaingan dengan sumber energi dan konversi lahan ke non pertanian

2.3 Cara Mengatasi Permasalahan Yang Menjadi Penghambat

Pengembangan Sektor Pertanian

a. Bimbingan lanjutan

Bimbingan lanjutan bagi lulusan bidang pertanian yang terintegrasi

melalui penumbuhan wirausahawan dalam bidang pertanian (inkubator bisnis)

berupa pelatihan dan pemagangan (retoling) yang berorientasi life skill,

entrepreneurial skill dan kemandirian berusaha, program pendidikan dan pelatihan

bagi generasi muda melalui kegiatan magang ke negara-negara dimana sektor

pertaniannya telah berkembang maju, peningkatan mutu penyelenggaraan

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi pertanian, pengembangan program

studi bidang pertanian yang mampu menarik generasi muda, serta program-

program lain yang bertujuan untuk menggali potensi, minat, dan bakat generasi

muda di bidang pertanian serta melahirkan generasi muda yang mempunyai sikap

ilmiah, professional, kreatif, dan kepedulian sosial yang tinggi demi kemajuan

pertanian Indonesia, seperti olimpiade pertanian, gerakan cinta pertanian pada

anak, agriyouth camp, dan lain-lain.

b. Optimalisasi program pertanian organik secara menyeluruh di Indonesia serta

menuntut pemanfaatan lahan tidur untuk pertanian yang produktif dan ramah

lingkungan.

c. Regulasi konversi lahan dengan ditetapkannya kawasan lahan abadi yang

eksistensinya dilindungi oleh undang-undang.

d. Perimbangan muatan informasi yang berkaitan dengan dunia pertanian serta

penyusunan konsep jam tayang khusus untuk publikasi dunia pertanian di

seluruh media massa yang ada.

e. Memposisikan pejabat dan petugas di setiap instansi maupun institusi

pertanian dan perkebunan sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.

f. Penguatan sistem kelembagaan tani dan pendidikan kepada petani, berupa

program insentif usaha tani, program perbankan pertanian, pengembangan

pasar dan jaringan pemasaran yang berpihak kepada petani, serta

Page 17: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

pengembangan industrialisasi yang berbasis pertanian/pedesaan, dan

mempermudah akses-akses terhadap sumber-sumber informasi IPTEK.

g. Indonesia harus mampu keluar dari WTO dan segala bentuk perdagangan

bebas dunia pada tahun 2014.

h. Perbaikan infrastruktur pertanian dan peningkatan teknologi tepat guna yang

berwawasan pada konteks kearifan lokal serta pemanfaatan secara maksimal

hasil-hasil penelitian ilmuwan lokal.

i. Mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.

j. Peningkatan mutu dan kesejahteraan penyuluh pertanian.

k. Membuat dan memberlakukan Undang-Undang perlindungan atas Hak Asasi

Petani.

l. Mewujudkan segera reforma agraria.

Dengan melihat permasalahan-permasalahan di bidang pertanian ada

program guna antisipasi dini agar bangsa ini terhindar dari rawan pangan.

Program ini bisa disebut sebagai program peningkatan ketahanan pangan.

Program ini bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan

ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga sebagai bagian dari ketahanan

nasional. Kegiatan pokok yang di lakukan dalam program ini meliputi :

a) Pengamanan ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri, antara lain

melalui pengamanan lahan sawah di daerah irigasi, peningkatan mutu

intersifikasi serta optimalisasi dan perluasan area pertanian.

b) Peningkatan distribusi pangan, melalui peningkatan kapasitas kelembagaan

pangan dan peningkatan infrastruktur perdesaan yang mendukung sistem

distribusi pangan untuk menjamin keterjangkauan masyarakat atas pangan.

c) Peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil melalui optimalisasi

pemanfaatan alat dan mesin pertanian untuk pasca panen dan pengolahan

hasil serta pengembangan dan pemanfaatan teknologi petanian untuk

menurunkan kehilangan hasil panen.

d) Diservikasi pangan, melalui peningkatan ketersediaan pangan hewani, buah

dan sayuran perekayasaan sosial terhadap pola konsumsi masyarakat

menuju pola pangan dengan mutu yang semakin meningkat dan peningkatan

minat dan kemudahan konsumsi pangan altematif/pangan lokal.

Page 18: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

2.3.2 Dampak Pertanian Terhadap Pertumbuhan Perekonomian Di

Indonesia

1) Dampak positif

a. Sumber kekayaan alam yang berlimpah khususnya yang terkait dengan sektor

pertanian seperti; lahan, pengairan, iklim dan aneka ragam tanaman pertanian

apabila dimanfaatkan secara baik dan maksimal maka merupakan potensi

yang sangat besar didalam pembangunan sektor pertanian.

b. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar maka akan banyak

menyerap tenaga kerja di bidang pertanian sehingga dapat mengurangi

pengangguran.

2) Dampak Negatif

a. Eksplorasi Sumber kekayaan alam yang berlebihan tanpa memperhatikan

kearifan lokal dan lingkungan hal tersebut akan menyebabkan berkurang dan

rusaknya sumber kekayaan alam yang dimiliki sehingga akan menghambat

pembangunan sektor pertanian.

b. Apabila pertumbuhan penduduk yang terus meningkat tidak di kontrol dan

diawasi hal tersebut juga akan menyebabkan masalah yang serius bagi

pemenuhan kebutuhan pangan.

2.4 Cara Memaksimalkan Sumber Daya Pertanian Untuk Meningkatkan

Pembangunan Ekonomi Indonesia Di Masa Mendatang

Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam

pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan

devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing,

pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri

serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal ini

ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satu-

satunya sektor yang menjadi penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun

1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan

yang positif.

Pertanian sangat berperan dalam pembangunan dan perekonomian suatu

daerah, dengan pertanian harapannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan

Page 19: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

bagi penduduk, sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk berusaha, serta

sebagai sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik lagi. Peranan

pertanian/agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi

petani dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya dihadapkan

untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun juga dihadapkan pula pada

tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik di Indonesia yang

mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan

pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk

mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia.

Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut untuk

menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga

mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat.

Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua apabila

menginginkan pertanian kita dapat menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa.

2.4.1 Strategi Peningkatan Potensi Pertanian Indonesia ke Depan

1. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya, dan memfokuskan pada

kegiatan penelitian unggulan secara optimal.

2. Menajamkan skala prioritas serta memperkuat keterkaitan dan keselarasan

program antar kementerian dan institusi lain, khususnya kementerian

pertanian dan kementerian perdagangan dengan kebutuhan pengguna.

3. Membuat kebijakan pertanian yang berpihak kepada rakyat, lewat

4. Meningkatkan relevansi, kualitas, nilai tambah ilmiah dan nilai tambah

ekonomi sektor pertanian.

5. Meningkatkan kerja sama penelitian dan komersialisasinya dengan

lembaga penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi, lembaga

swadaya masyarakat (LSM), dan swasta.

6. Meningkatkan akselerasi diseminasi serta mekanisme umpan balik inovasi

pertanian. Lewat teknologi dan sarana penanganan pasca panen yang

mampu menjaga keawetan produk.

Page 20: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

2.4.2 Analisis SWOT Sumber Daya Pertanian

1. Strengths (kekuatan)

World Bank (2003) juga mencatat besarnya potensi sumber daya pertanian

Indonesia terutama untuk areal lahan kering. Tercatat sekitar 24 juta hektar lahan

kering potensial yang merupakan sumber daya yang sangat penting bagi program

diversifikasi pangan dan diverfikasi produksi pertanian misalnya dengan tanaman

kehutanan, peternakan dan perkebunan. Selama ini sumber daya tersebut belum

dikelola dengan serius. Terkait dengan potensi sumber daya pertanian, Subejo

(2009) menilai bahwa dalam konteks pembangunan pertanian, secara umum

Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Kelapa sawit, karet, dan coklat

Indonesia mulai bergerak menguasai pasar dunia. Namun, dalam konteks

produksi pangan memang ada suatu keunikan. Subejo (2009a) mengidentifikasi

bahwa Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga dunia setelah China dan

India. Kontribusi Indonesia terhadap produksi beras dunia sebesar 8,5 persen atau

51 juta ton (Rice Almanac, 2002 dalam Landoala, 2013). China dan India sebagai

produsen utama beras berkontribusi 54 persen. Bagi negara Vietnam dan Thailand

yang secara tradisional dikenal luas sebagai negara eksportir beras di dunia

ternyata hanya berkontribusi 5,4 dan 3,9 persen secara berurutan. Rerata produksi

beras Indonesia 4,30 ton/hektar (Rice Almanak, 2002 dalam Landoala, 2013) dan

meningkat menjadi 4,62 ton/ha pada tahun 2006 (Munif, 2009 dalam Landoala,

2013). Produktivitas tersebut sudah melampaui pencapaian India, Thailand, dan

Vietnam. Meskipun masih di bawah produktivitas Jepang dan China (rerata di atas

6 ton/hektar).

2. Weakness (kelemahan)

Meskipun Indonesia termasuk produsen utama beras dunia, namun

Indonesia hampir setiap tahun selalu menghadapi persoalan berulang dengan

pemenuhan kebutuhan pangan. Subejo (2009a) mencatat ada beberapa persoalan

serius yang perlu dicermati dan dicarikan solusinya (Rizki, 2012). Salah satu

sebab utama adalah jumlah penduduk yang sangat besar. Data statistik

menunjukkan pada kisaran 230-237 juta jiwa. Makanan pokok semua penduduk

adalah beras sehingga sudah jelas kebutuhan beras menjadi luar biasa besar.

Page 21: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

Dalam Rizki (2012) mengutip Subejo (2009a) mencatat bahwa penduduk

Indonesia merupakan pengkonsumsi beras terbesar di dunia dengan konsumsi 154

kg per orang per tahun. Bandingkan dengan rerata konsumsi di China yang hanya

90 kg, India 74 kg, Thailand 100 kg, dan Philppine 100 kg. Hal ini juga

menunjukkan bahwa program diversifikasi pangan masih jauh dari berhasil.

Sepanjang kita masih mengkonsumsi beras dengan jumlah sebanyak itu maka

problem pangan masih akan sulit diatasi.

Persoalan yang lain adalah transformasi struktural yang kurang berjalan.

Di mana pun di dunia ada pola bahwa peran pertanian dalam perkonomian

nasional akan semakin menurun dan ada pergerakan angkatan kerja dari pertanian

ke sektor industri dan jasa. Di Indonesia lahan pertanian semakin dipenuhi oleh

angkatan kerja baru karena tidak ada alternatif lain di luar sektor pertanian untuk

mencari pekerjaan. Tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan

efisiensi produksinya. Dalam tahap, tertentu tesis Clifford Geertz (1963) tentang

agricultural involution nampaknya telah berlaku.

3. Opportunities (peluang)

Potensi pasar produk pertanian utamanya pangan juga sangat menjanjikan.

World Bank (2003) mencatat bahwa selama 1996-2000, meskipun terjadi krisis

ekonomi namun konsumsi pangan per kapita di Indonesia mengalami

pertumbuhan yang pesat yaitu 8 persen. Potensi pasar ini merupakan peluang

bagi peningkatan produksi pangan nasional. Selama ini Indonesia masih

melakukan impor beberapa komoditas pangan.

Akibat krisis energi yang sekarang melanda dunia, berbagai pihak mulai

mencari alternatif lain untuk pemenuhan energi dunia salahsatunya lewat Biofuel

ataupun Biodisel. Pemilihan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif berbasis pada

ketersediaan bahan baku. Minyak rapeseed adalah bahan baku untuk biodiesel di

Jerman dan kedelai di Amerika. Sedangkan bahan baku yang digunakan di

Indonesia adalah crude palm oil (CPO). Selain itu, masih ada potensi besar yang

ditunjukan oleh minyak jarak pagar (Jathropa Curcas) dan lebih dari 40 alternatif

bahan baku lainnya di Indonesia.

Rancangan fasilias produksi biodiesel (INBT 2008)

Page 22: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

Indonesia adalah penghasil minyak sawit terbesar kedua setelah Malaysia

dengan produksi CPO sebesar 8 juta ton pada tahun 2002 dan akan menjadi

penghasil CPO terbesar di dunia pada tahun 2012. Dengan mempertimbangkan

aspek kelimpahan bahan baku, teknologi pembuatan, dan independensi Indonesia

terhadap energi diesel, maka selayaknya potensi pengembangan biodiesel

merupakan potensi pengembangan biodiesel sebagai suatu alternatif yang dapat

dengan cepat diimplementasikan.

Walaupun pemerintah Indonesia menunjukkan ketertarikan yang besar

terhadap pengembangan biodiesel, pemerintah tetap bergerak pelan dan juga

berhati-hati dalam mengimplementasikan hukum pendukung bagi produksi

biodiesel. Pemerintah memberikan subsidi bagi biodiesel, bio-premium, dan bio-

pertamax dengan level yang sama dengan bahan bakar fosil, padahal biaya

produksi biodiesel melebihi biaya produksi bahan bakar fosil. Hal ini

menyebabkan Pertamina harus menutup sendiri sisa biaya yang dibutuhkan.

Sampai saat ini, payung hukum yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk

industri biofuel, dalam bentuk Keputusan Presiden ataupun Peraturan Perundang-

undangan lainny, adalah sebagai berikuti:

1. Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijaksanaan Energi Nasional

2. Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang Pengadaaan dan Penggunaan

Biofuel sebagai Energi Alternatif

3. Dektrit Presiden No. 10/2006 tentang Pembentukan team nasional untuk

Pengembangan Biofuel

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi

Nasional menyebutkan pengembangan biodiesel sebagai energi terbarukan akan

dilaksakan selama 25 tahun, dimulai dengan persiapan pada tahun 2004 dan

eksekusi sejak tahun 2005. Periode 25 tahun tersebut dibagi dalam tiga fasa

pengembangan biodiesel.

Pada fasa pertama, yaitu tahun 2005-2010, pemanfaatan biodiesel

minimum sebesar 2% atau sama dengan 720.000 kilo liter untuk memenuhi

kebutuhan bahan bakar minyak nasional dengan produk-produk yang berasal dari

minyak castor dan kelapa sawit.

Page 23: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

Fasa kedua (2011-2015) merupakan kelanjutan dari fasa pertama akan

tetapi telah digunakan tumbuhan lain sebagai bahan mentah. Pabrik-pabrik yang

dibangun mulai berskala komersial dengan kapasitas sebesar 30.000 – 100.000 ton

per tahun. Produksi tersebut mampu memenuhi 3% dari konsumsi diesel atau

ekivalen dengan 1,5 juta kilo liter. Pada fasa ketiga (2016 – 2025), teknologi yang

ada diharapkan telah mencapai level ‘high performance’ dimana produk yang

dihasilkan memiliki angka setana yang tinggi dan casting point yang rendah. Hasil

yang dicapai diharapkan dapat memenuhi 5% dari konsumsi nasional atau

ekivalen dengan 4,7 juta kilo liter. Selain itu juga terdapat Inpres Nomor 1 Tahun

2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai

bahan bakar lain. Hal-hal ini menunjukkan keseriusan Pemerintah dalam

penyediaan dan pengembangan bahan bakar nabati. (Rahayu, 2006 dalam Rizki

2012)

Hingga Mei 2007, Indonesia telah memiliki empat industri besar yang

memproduksi biodiesel dengan total kapasitas 620.000 ton per hari. Industri-

industri tersebut adalah PT Eterindo Wahanatama (120.000 ton/tahun – umpan

beragam), PT Sumi Asih (100.000 ton/tahun – dengan RBD Stearin sebagai bahan

mentah), PT Indo BBN (50.000 ton/tahun – umpan beragam), Wilmar Bioenergy

(350.000 ton/tahun dengan CPO sebagai bahan mentah), PT Bakrie Rekin

Bioenergy (150.000 ton/tahun) dan PT Musim Mas (100.000 ton/tahun). Selain itu

juga terdapat industri-industri biodiesel kecil dan menengah dengan total kapasitas

sekitar 30.000 ton per tahun, seperti PT Ganesha Energy, PT Energi Alternatif

Indonesia, dan beberapa BUMN.

Produser biodiesel di Indonesia

Peluang untuk mengembangkan potensi pengembangan biodiesel di

Indonesia cukup besar, mengingat saat ini penggunaan minyak solar mencapai

sekitar 40 % penggunaan BBM untuk transportasi. Sedang penggunaan solar pada

industri dan PLTD adalah sebesar 74% dari total penggunaan BBM pada kedua

sektor tersebut. Bukan hanya karena peluangnya untuk menggantikan solar,

peluang besar biodiesel juga disebabkan kondisi alam Indonesia. Indonesia

memiliki beranekaragam tanaman yang dapat dijadikan sumber bahan bakar

Page 24: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

biodiesel seperti kelapa sawit dan jarak pagar. Pada saat ini, biodiesel (B-5) sudah

dipasarkan di 201 pom bensin di Jakarta dan 12 pom bensin di Surabaya.

4. Threats (ancaman)

Hadirnya CAFTA (China-Asean Free Trade Agreement), sebagai suatu

bentuk perjanjian perdagangan bebas antara China dengan negara-negara ASEAN,

termasuk Indonesia didalamnya, haruslah benar-benar dicermati dengan teliti.

Pasalnya dengan diberlakukannya model perjanjian semacam ini, tentu saja

menimbulkan dampak positif dan negatif.

Jika memang Indonesia siap untuk bersaing dengan negara-negara lain,

khususnya China, persiapan yang dilakukan sejak tahun 2004 kemarin haruslah

serius. Dalam peningkatan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produk-produk

pertanian misalnya, haruslah mendapat perhatian yang khusus. Untuk dapat

menghasilkan produk yang baik, semua persyaratan haruslah dipenuhi, seperti

saprotan (sarana produksi pertanian), misalnya benih, pupuk, irigasi dan lain

sebagainya. Pemberdayaan masyarakat petani (SDM Petani) haruslah dibina

dengan sebaik-baiknya, apalagi jika ingin bersiang dengan pihak luar. Modal bagi

petani haruslah ditingkatkan. Kelembagaan petani haruslah dikuatkan agar dapat

bekerjasama dengan solid sehingga mampu bersaing dengan mantap. Namun

kenyataan di lapangan tidaklah demikian. Saprotan yang diidam-idamkan petani

tidak  kunjung datang. Pemberdayaan petani jarang dilakukan. Modal bagi petani

juga masih sangat kurang. Kelembagaan petani semakin melemah, bahkan tidak

jarang terjadi perang, baik antar petani maupun antara petani dengan aparat.

Sebenarnya tidak ada masalah dengan perdangangan bebas. Bahkan tentu

saja perdagangan merupakan aktivitas yang secara alami terjadi dalam kehidupan,

karena jika ada yang membutuhkan barang, tentu saja ada yang memproduksinya.

Namun akan menjadi masalah jika perdagangan bebas terjadi pada dua kekuatan

yang tidak seimbang, atau dikatakan juga perdagangan yang tidak adil. Memang

dengan adanya perdagangan bebas ini ada beberapa peluang yang bisa diambil.

Misalnya dengan diberlakukannya tarif bea masuk 0%, harapannya pedagang dan

pebisnis dari dalam negeri mampu meningkatkan penjualan (ekspor) ke luar

negeri. Selain itu, ada beberapa produk yang tentu saja masih dapat dijadikan

produk unggulan ekspor, karena tidak semua tumbuhan pertanian tumbuh dan

Page 25: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

berkembang di China. Namun malangnya, banyak pengusaha yang malah

mengembangkan produk yang kurang berkembang dalam pasar. Disamping itu,

kehadiran CAFTA ini seharusnya bisa membangkitkan kreatifitas masyarakat,

khususnya masyarakat petani, jika dikaitkan dengan dunia pertanian.

2.4.3 Tujuan Pembangunan Pertanian Dimasa Kini Dan Masa Mendatang

Secara umum tujuan pembangunan pertanian adalah:

a. Meningkatkan produksi untuk memantapkan ketersediaan pangan guna

memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dari segi jumlah, kualitas dan harga

terjangkau.

b. Meningkatkan pendapatan petani dengan mengembangkan sistem usaha tani

yang berwawasan agribisnis agar mampu menghasilkan produk yang

berkualitas, berproduktivitas tinggi dan efisien.

Secara khusus tujuan pembangunan pertanian adalah :

a. Meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produktivitas,

efisiensi usaha dan perbaikan sistem pemasaran dengan pengenlan

tekhnologi, penguatan kelembagaan, peningkatan manajemen usaha dan

penyediaan informasi pasar;

b. Meningkatkan produksi pangan sumber karbohidrart untuk memantapkan

ketahanan pangan secara berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan pokok

masyarakat yang terus meningkat;

c. Meningkatkan produksi pangan sumber protein guna mendorong

peningkatan gizi masyarakat seperti kacang-kacangan dan peternakan;

d. Mendorong terciptanya kesempatan kerja di pedesaan dengan pendapatan

yang layak melalui pengembangan sistem agribisnis dengann menciptakan

keterkaitan antara penyediaan sarana produksi, proses produksi, pengolahan

dan pemasaran;

e. Mengembangkan usaha pertanian pada lahan-lahan yang pemanfaatannya

belum optimal, seperti pekarangan dan lahan terlantar serta meningkatkan

intensitas tanam pada lahan yang beririgasi cukup;

Page 26: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

f. Menyediakan bahan baku industri dan meningkatkan ekspor komoditi

pertanian dengan mengembangkan komoditi unggulan terutama pada

kawasan-kawasan sentra produksi pertanian yang prospektif untuk

dikembangkan.

Page 27: kontribusi sumber daya pertanian dalam pembangunan ekonomi

DAFTAR RUJUKAN

Landoala, Tazrief. 2013 Potensi Pertanian Terhadap Pertumbuhan, (Online), (http://jembatan4.blogspot.com/2013/07/potensi-pertanian-terhadap-pertumbuhan.html), Diakses tanggal 20 September 2014.

Fachri, Saeful. 2010. Sektor Pertanian dan Peranannya dalam Perekonomian di Indonesia, (Online) (http://saeful-fachri.blogspot.com/2010/12/sektor-pertanian-dan-perannya-dalam.html), Diakses tanggal 20 September 2014

Rizky, Deta Setya. 2012. Peran Pertanian Terhadap Perekonnomian Indonesia, (Online), (http://detasetyarizky.blogspot.com/2012/11/peran-pertanian-terhadap-perekonomian.html), Diakses tanggal 20 September 2014

Ramli, Mohammad. 2014. Peranan pertanian terhadap perekonomian Indonesia , (Online) (http://fakultaspertanianunars.blogspot.com/2014/01/peran-pertanian-terhadap-perekonomian.html), Diakses tanggal 20 September 2014