kontrasepsi emergensi

11
KONTRASEPSI EMERGENSI Oleh : B. Zanuar Ichsan G0005068 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Upload: brilliant-zanuar-ichsan

Post on 24-Jun-2015

582 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kontrasepsi Emergensi

KONTRASEPSI EMERGENSI

Oleh :

B. Zanuar Ichsan G0005068

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

SURAKARTA

2010

Page 2: Kontrasepsi Emergensi

KONTRASEPSI EMERGENSI

Kontrasepsi emergensi adalah metode kontrasepsi yang digunakan setelah bersenggama

dan sebelum waktu potensial implantasi. Metode ini tidak bersifat abortifacient, karena

bekerjanya sebelum terjadi implantasi. Kontrasepsi emergensi merupakan metode back-up untuk

penggunaan kadangkala, dan tidak seharusnya digunakan untuk metode KB reguler.

Ada 2 metode KB emergensi:

1. Metode hormonal, menggunakan Pil Kontrasepsi Emergensi (ECPs)

2. Insersi copper intrauterine device (IUD copper) post coital.

Metode hormonal

Preparat hormonal:

a) Hanya mengandung progestin levonorgestrel (‘levonorgestrel-only’)

Metode yang hanya mengandung levonorgestrel (regimen 2 dosis dari 750µg levonorgestrel

per oral, dengan selang 12jam).

b) Preparat kombinasi yang mengandung ethinyl estradiol and levonorgestrel

Metode Yuzpe : terdiri dari 2 dosis dari 100 µg ethinyl estradiol (EE) dan 500 µg

levonorgestrel, dengan selang 12jam per oral. Digunakan sejak tahun 1970.

Tablet Ovral : @ mengandung 50 µg ethinyl estradiol dan 250 µg levonorgestrel

merupakan dosis yang paling banyak digunakan.

Dalam suatu trial random, Metode Yuzpe dan metode ‘levonorgestrel-only’ mampu

menurunkan resiko hamil sekitar 75% dan 85% secara berturut-turut. Ini bukan berarti bahwa

25% wanita yang menggunakan metode Yuzpe akan menjadi hamil. Hal ini menunjukkan, jika

suatu ketika 100 wanita bersenggama tak berproteksi, selama siklus menstruasi minggu ke-3

atau ke-2, 8 orang dari mereka akan mungkin hamil, namun hanya 2 yang akan menjadi hamil

(penurunan 75%) setelah menggunakan metode Yuzpe.

Dosis tunggal 1.5 mg levonorgestrel sama efektifnya dengan regimen standar

levonorgestrel yang dosisnya terbagi 2. Meskipun secara umum hanya digunakan sampai dengan

72 jam post-intercourse, kedua metode hormonal EC (emergency contraception) efektif antara

72 s/d 120 jam setelah melakukan intercourse yang tak berproteksi. Jika digunakan setelah 72

Page 3: Kontrasepsi Emergensi

jam, keefektifannya menjadi sedikit lebih rendah. Akan menurun secara signifikan dengan

semakin menundanya pemakaian sejak dari waktu post-intercourse.

Levonorgestrel EC mencegah :

95% kehamilan jika digunakan dalam waktu 24 jam post-intercourse,

85% jika digunakan 25 s/d 48 jam post-intercourse, dan

58% jika digunakan 49 s/d 72 jam post-intercourse.

Metode Yuzpe mencegah:

1. 77% jika digunakan dalam waktu 24 jam post-intercourse,

2. 36% jika digunakan dalam wakatu 25-48 jam post-intercourse.

3. 31% jika menggunakan 49-72 jam post-intercourse.

Sebuah metaanalisis menyatakan bahwa keefektifan post-coital IUDs mendekati 100%,

secara signifikan lebih tinggi daripada metode hormonal EC.

Mekanisme Aksi

Secara teoritis, EC dapat mempengaruhi:

1. Maturasi folikel;

2. Proses ovulasi;

3. Mukus cervical;

4. Migrasi sperma;

5. Kecukupan korpus luteum;

6. Reseptivitas Endometrial;

7. Fertilisasi;

8. Perkembangan, transport dan adhesi zigot.

Mekanisme aksi berbeda tidak hanya dengan metode EC yang berbeda, namun juga

dalam tiap metode, tergantung dari rentang waktu antara kapan pemakaiannya dengan waktu

intercourse dan ovulasinya.

Indikasi

Kontrasepsi emergensi hormonal sebaiknya dipertimbangkan untuk wanita manapun yang

ingin menghindari kehamilan yang datang dalam rentang waktu 5 hari sejak terjadinya

intercourse tak berproteksi.

Insersi IUD copper post-coital dapat dipertimbangkan s/d 7 hari setelah intercourse tak

berproteksi.

Page 4: Kontrasepsi Emergensi

Indikasi yang tepat

1. Kegagalan menggunakan metode kontraseptif

2. Kebocoran kondom

3. Mengeluarkan diafragma atau cervical cap

4. Lupa minum 2/lebih pil KB

5. Injeksi Depo-Provera yang terlambat lebih dari 1 minggu.

6. Ejakulasi di genitalia eksterna

7. Lupa waktu suburnya

8. Pemerkosaan pada wanita yang tidak menggunakan KB yang dapat diandalkan.

Karena sulit menentukan waktu pasti infertil, kontrasepsi emergensi sebaiknya diberikan

kepada wanita yang khawatir akan resiko kehamilan, tanpa banyak memperhatikan hari2 siklus saat

paparan. Meskipun pil kontrasepsi emergensi tidak direkomendasikan untuk kontrasepsi reguler,

pada penggunaan berulang pil tersebut tidak diketahui memiliki resiko terhadap kesehatan dan

seharusnya tidak menjadi alasan bagi seorang wanita untuk menolak tatalaksana tersebut.

Kontraindikasi

Satu-satunya kontraindikasi absolut penggunaan kontrasepsi emergensi adalah jika telah

diketahui hamil. Belum diketahui pengaruh penggunaan pil kontrasepsi emergensi pada wanita yang

Page 5: Kontrasepsi Emergensi

telah hamil terhadap hasil kehamilannya, namun kehamilan dengan fetus yang telah terpapar

kontrasepsi oral (Ocs) tidak menunjukkan adanya bukti teratogenisitas. Tidak ada peningkatan resiko

tromboembolisme vena pada pemakaian pil kombinasi kontrasepsi emergensi.

Levonorgestrel adalah satu-satunya metode yang tidak memiliki resiko teoretis, dan

merupakan pilihan yang lebih baik untuk wanita dengan kontraindikasi terhadap estrogen, seperti

misalnya :

1. Thrombophilia yang diketahui,

2. Riwayat stroke atau serangan jantung

3. Migrain dengan gejala neurologis

4. Perokok lama

Jika memilih metode insersi IUD, maka kehamilan harus dieksklusikan terlebih dahulu. Hal ini

mungkin membutuhkan tes kehamilan urin yang sensitif atau assay of serum human chorionic

gonadotrophin (hCG). Dan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Riwayat penyakit inflamatori pelvis negatif

2. Resiko penyakit menular seksual rendah

3. Pada pemeriksaan, tidak ditemukan adanya bukti infeksi vagina atau cervix.

Efek Samping

Efek samping yang biasa muncul pada penggunaan kontrasepsi emergensi hormonal adalah

gejala gastrointestinal. Metode levonorgestrel memiliki insidensi yg secara signifikan lebih rendah

daripada metode Yuzpe, antara lain:

1. nausea (23% versus 50%),

2. vomit (5% versus 18%),

3. Dizziness dan fatigue

Antiemetik meclizine dapat mengurangi resiko nausea, digunakan per oral 50 mg 1 jam

sebelum dosis pertama metode yuzpe, namun penggunaannya dapat menyebabkan mengantuk.

Efek samping yang lebih jarang muncul dapat berupa: sakit kepala, bloating, kram perut, flek2 atau

perdarahan.

Sebagian besar wanita akan mengalami perdarahan menstruasi dalam waktu 3 minggu

setelah mengonsumsi pil kontrasepsi emergensi.

Page 6: Kontrasepsi Emergensi

Komplikasi yang mungkin muncul karena insersi IUD post-coital meliputi (PAPPE) :

1. Pelvic pain,

2. Abnormal bleeding,

3. Pelvic infection,

4. Perforation

5. Expulsion.

Mitos dan Miskonsepsi Mengenai Kontrasepsi Emergensi

Pil kontrasepsi emergensi menyebabkan “mini-abortion.”

Fakta :

Pil kontrasepsi emergensi tidak berpengaruh terhadap kehamilan yang telah terjadi.

Pil ini bekerjanya sebelum implantansi, jadi tidak bersifat abortifacients.

Jika pil kontrasepsi emergensi terlalu mudah diperoleh, para wanita akan

menyalahgunakannya.

Fakta :

Wanita yang diberi persediaan pil kontrasepsi emergensi sebelumnya, akan

menggunakannya dengan benar dan tidak mungkin juga untuk mereka meninggalkan KB

reguler.

Pil kontrasepsi emergensi mengandung hormon dosis tinggi dan berbahaya jika digunakan.

Fakta :

Dosis sekali singkat hormon pada pil kontrasepsi emergensi sangatlah aman dan

sebenarnya dapat digunakan oleh wanita manapun yang membutuhkannya.

Penyediaan Kontrasepsi Emergensi

Untuk menentukan apakah kontrasepsi emergensi (EC) merupakan suatu indikasi, senggama

yang tak terproteksi sebaiknya terjadi dalam jangka waktu dimana EC efektif. Resiko adanya

kehamilan sebaiknya dinilai dengan menentukan waktu dan karakter periode menstruasi

terakhirnya. Meskipun jarang, tes kehamilan dengan urin mungkin perlu untuk menyingkirkan

adanya kehamilan. Riwayat senggama tak terproteksi sebelumnya selama siklus sekarang

seharusnya tidak menghalangi penggunaan EC untuk menurunkan resiko yang berhubungan dengan

senggama tak terproteksi dalam jendela terapeutik EC.

Penyedia layanan kesehatan sebaiknya juga membahas mengenai hal-hal kesehatan seksual

yang lebih luas, seperti resiko infeksi seksual menular dan perlunya KB yang berlanjut. Tes untuk

mengetahui adanya infeksi chlamydia infection saat presentasi EC telah terbukti mendeteksi

sebagian besar kasus. Sebaiknya juga mempertimbangkan kelompok resiko tinggi (ex. Wanita di

Page 7: Kontrasepsi Emergensi

bawah usia 30 tahun) oleh karena follow up yang tidak menjamin. Para wanita sebaiknya

diinformasikan tentang efek samping potensial AC dan dinasehati bahwa kontrasepsi emergensi

hormonal tidak akan mencegah kehamilan yang mungkin timbul karena senggama yang tak

berproteksi pada hari-hari atau minggu-minggu terapi tersebut. Metode barrier seperti kondom

dapat digunakan selama sisa siklus menstruasinya saat ini. Metode kontrasepsi reguler dapat dimulai

pada awal siklus selanjutnya jika wanita tersebut menginginkannya.

Seorang wanita yang ingin mulai menggunakan kontrasepsi oral bisa diberi resep untuk

periodenya selanjutnya atai hari selanjutnyasetelah penggunaan pil kontrasepsi emergensi. Ia

sebaiknya menggunakan kondom sampai ia mengonsumsi pil kontrasepsi oral selama 7 hari

berturut-turut.

Para wanita sebaiknya disarankan untuk tes kehamilan terlebih dahulu jika mereka tidak

mengalami perdarahan menstrual normal 21 hari setelah terapi (28 hari jika ia mulai menggunakan

kontrasepsi oral setelah mengonsumsi pil kontrasepsi emergensi).

Troubleshooting

Wanita yang mengalami mual atau muntah setelah mengonsumsi EC hormonal, sebaiknya

minum antiemetik sepertimisalnya meclizine. Penggunaan metode levonorgestrel-only sebagai

regimen dosis tunggal, akan meniadakan kebutuhan akan dosis kedua jika terjadi mual, dan mungkin

ini lebih disukai karena alasan ini. Jika seorang wanita lupa meminum dosis kedua dari ‘regimen 2

dosis’, maka direkomendasikan untuk mengonsumsi regimen levonogestrel dosis tunggal. Jika dosis

kedua lupa, maka dapat diminum 24 jam setelah yang pertama tanpa adanya perubahan

farmakokinetik yang signifikan dibandingkan dengan jadwal dosis 12 jam.

Interaksi Obat

Meskipun secara teoritis konsentrasi serum hormon EC dipengaruhi oleh obat2 seperti

rifampicin dan antikonvulsan tertentu, keefektifannya dalam interaksi ini masih belum pasti. Sebuah

laporan kasus dari seorang wanita yang mengonsumsi warfarin dan memakai metode

‘levonorgestrel-only’ menunjukkan adanya peningkatan signifikan efek antikoagulan di kemudian

hari.

Resume

Wanita yg telah melakukan intercourse tak berproteksi dan tidak mengharapkan kehamilan

dapat disarankan untuk menggunakan kontrasepsi emergensi hormonal sampai selama 5

hari pasca senggama (Level II) atau

Insersi IUD copper sampai 7 hari pasca senggama untuk menurunkan resiko kehamilan

(Level II)

Page 8: Kontrasepsi Emergensi

Regimen kontrasepsi emergensi ‘levonorgestrel only’ lebih efektif dan efek sampingnya lebih

sedikit dari regimen kombinasi ethinyl estradiol–levonorgestrel (Level I)

Satu dosis ganda kontrasepsi emergensi levonorgestrel (1.5 mg) sama efektifnya dengan

regimen levonogestrel 2-dosis (@dosis 0.75 mg), tanpa adanya perbedaan efek samping

(Level I)

Pemberian Kontrasepsi emergensi hormonal meningkatkan penggunaan KB emergensi tanpa

menurunkan pemakaian KB regular (Level II)

Pemeriksaan pelvis bukan prasyarat untuk pemberian kontrasepsi emergensi (Level III)

Rekomendasi

Karena keefektifan kontrasepsi hormonal bisa lebih tinggi jika digunakan segera,

maka sebaiknya sesegera mungkin pemakaiannya setelah intercourse. (Grade A)

Kontrasepsi emergensi sebaiknya tersedia tanpa resep di :

1. Apotek

2. Klinik KB

3. Ruang emergensi

4. UKS (Grade B)

Pemakai kontrasepsi emergensi sebaiknya memeriksakan kehamilan bila dalam waktu

21 hari setelah pemakaian tidak mengalami menstruasi. (Grade A)

Wanita dan laki-laki usia reproduktif diberi penyuluhan mengenai kontrasepsi

emergensi. (Grade B)

Wanita sebaiknya ditawari resep sebelum membutuhkan. (Grade B)

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1471-0528.2008.01985.x/pdf