konstruksi tubuh dan kebudayaan
TRANSCRIPT
OLIMPIADE Pesta Olahraga Yang Sakral Menjadi Profan
Muhammad Syaiful Rohman
10/306973/PSA/02293
Program Pascasarjana Antropologi
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
2012
1 | P a g e
I. PENDAHULUAN
Dunia olahraga adalah sebuah arena kontestasi yang sungguh menyenangkan, sebuah
ajang adu sehat, adu bakat, adu kuat, adu strategi, adu keindahan tubuh, dan terutama adu
gengsi. Melalui olahraga, seorang atlet atau olahragawan akan menunjukkan prestasinya
setelah sekian lama berlatih dan mengolah tubuh sedemikian rupa. Para atlet ini akan
menjaga pola makan dan pola tidur untuk memperoleh tubuh yang sehat dan kuat. Mereka
mengkonsumsi makanan tinggi protein dan kalori serta mengurangi asupan karbohidrat untuk
membentuk tubuh agar lebih proporsional. Maka tak perlu heran jika atlet atau olahragawan
memiliki fisik tubuh yang sehat, kuat, dan berotot.
Olimpiade adalah salah satu ajang yang mempertemukan manusia dari berbagai latar
belakang suku dan ras. Melalui kegiatan empat tahunan ini, para atlet akan berjuang untuk
menunjukkan prestasi terbaiknya. “Men Sana in Corpore Sano” yang berarti didalam tubuh
yang sehat terdapat jiwa yang kuat adalah slogan yang sudah sering kita dengar mungkin
sejak di sekolah dasar. Slogan ini menjadi ikon olimpiade saat pertama kali diselenggarakan
di Yunani beberapa abad yang lampau. Selain ungkapan “Men Sana in Corpore Sano” ini,
masih ada lagi semboyan olimpiade yaitu: Citius, Altius, Fortius, (tercepat, tertinggi, terkuat).
Judo, Pancalomba, Dayung, Berlayar, Menembak, Tenis Meja, Taekwondo, Tenis, Triathlon,
Bola Voli, Angkat Besi, Gulat, Olahraga air, Atletik, Panahan, Bulu Tangkis, Bola Basket,
Tinju, Canoe / kayak, Olahraga Sepeda, Berkuda, Anggar, Sepakbola, Senam, Bola Tangan,
dan Hoki adalah jenis-jenis olahraga yang dipertandingan dalam olimpiade.
Indonesia, dalam ajang olimpiade di London, Inggris pada tanggal 27 Juli hingga 12
Agustus 2012 nanti akan mengirimkan 21 atlet yang terdiri atas 9 pebulu tangkis, 6 lifter
angkat besi, 2 atlet dari cabang atletik, dan masing-masing 1 atlet dari setiap cabang renang,
anggar, panahan, dan menembak. Hingga saat ini cabang bulu tangkis masih menjadi andalan
Indonesia dalam meraup pundi-pundi emas olimpiade. Di cabang bulu tangkis ini, pesaing
terkuat Indonesia adalah Cina, Korea, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya.
Namun, Tahukah anda? Mengapa olah raga basket didominasi atlet bertubuh tinggi
besar dari Amerika? Sedangkan oleh raga yang berhubungan dengan ketangkasan seperti
bulu tangkis dan tenis meja didominasi oleh atlet asal Asia? Dan mengapa antropologi perlu
mempelajari tubuh?
II. KERANGKA PEMIKIRAN
Bryan S Turner membagi ke dalam 2 penyebab. Pertama: Tubuh mempunyai kajian
yang berkaitan erat dengan manusia, khususnya sisi evolusi manusia sebagai makhluk
mamalia berdarah hangat. Evolusi merupakan salah satu strategi adaptasi sekaligus survival
2 | P a g e
terhadap berbagai bentuk perubahan alam. Kata “Manusia” disini bermakna “humanitas”,
yang mempunyai kecondongan gerak ke arah pemaknaan manusia secara sosial. Makna tubuh
manusia secara sosial dapat kita lihat pada beberapa studi kasus gender misalnya. Kedua,
Antropologi mempunyai kajian yang mampu menghubungkan antara dua entitas yang selama
ini selalu berada pada posisi mendua, yakni nature dan culture. Perkembangan evolusi
merupakan salah satu contoh yang cukup jelas betapa manusia mengalami perkembangan
dikarenakan keterkaitan antar alam dan budaya manusia yang sifatnya disjungtif (saling
timbal balik).
Beberapa antropolog yang menaruh perhatian terhadap studi tubuh diantaranya adalah :
1) Franz Boaz
Di awal abad 20, Boaz memunculkan ide mengenai relativisme budaya.
Manusia adalah makhluk alam (human nature) yang mempunyai relativisme
kebudayaan pada masing-masing area. Boaz menentang adanya budaya yang
lebih luhur atau lebih rendah. Relativisme kebudayaan ini, oleh boaz
dikembangkan dalam penelitan relativisme perbedaan ras.
Kajian tubuh berdasarkan ras, dikembangkan oleh Boaz hanya terkonsentrasi
pada ukuran bentuk tengkorak manusia (Anthropometri). Boaz meneliti tulang
tengkorak pada bagian sisi kepala kiri anak-anak migran yang dilahirkan di
USA. Pada anak migran keturunan Eropa timur dan selatan, mempunyai indeks
ukuran batok kepala (cephalix) lebih besar dan memanjang serta lebih
membundar di banding batok kepala milik sang ayah. Ukuran yang
dikembangkan oleh Boaz ini tidak dilanjutkan hingga ke prasangka rasial yang
negatif.
2) Marcell Mauss:
Teknik tubuh ala Marcell Mauss adalah cara dimana pada tiap-tipa masyarakat
tahu dalam menggunakan tubuh mereka sebagai instrumen yang bisa dipelejari.
Seperti bernafas, berenang, berlari hingga berlari.
Mauss membagi klasifikasi teknik tubuh ke dalam dua bagian yakni:
a) Didasarkan pada latar belakang gender (maskulin-feminin).
b) Didasarkan pada kronologi usia manusia. Seperti teknik melahirkan,
teknik memasuki masa dewasa dan seterusnya. Pandangan mauss ini
kemudian diikuti oleh Mead diakhir tahun 40 an.
3) Bronislaw Kaspar Malinowski
3 | P a g e
Teori kebudayaan Malinowski berdasarkan komparasi dengan tubuh secara
biologis. Kebudayaan merupakan instrumen esensial untuk pemenuhan
ketubuhan.
misal: Sistem keagamaan berguna untuk kenyamanan dan perlindungan; sistem
ekonomi berguna untuk metabolisme dan pemenuhan nutrisi;
perkawinan berguna untuk berfungsinya alat reproduksi; kontrol sosial
berguna untuk kenyamanan tubuh; sistem pendidikan berguna untuk
relaksasi, dst.
Dalam bukunya Sex and Repression in Savage Society (1927) dan The Sexual
Life of Savages (1929), Malinowski menyimpulkan bahwa seks lebih sosiologis
dan kulutral dibanding hanya sekedar relasi pertemuan dua tubuh. Seks
merupakan kebahagiaan tertinggi dari pengalaman “kedagingan” individu.
4) Margareth Mead
Margerth Mead merupakan antropolog yang menggabungkan antara kajian
psikososial dalam sebuah siklus perjalanan manusia. Ia melaporkan sebuah
penelitian tentang proses perkembangan bayi Bali.
Gerak tubuh bayi di Bali dibandingkan dengan gerak tubuh bayi di New Haven,
USA. Pada bayi di Bali jarak kronologi gerak, lebih lebar. Dalam artian mereka
merayap dan langsung ke proses jongkok. Gerak merangkak terlewati sehingga
unsur menangis dalam proses tersebut terlewatkan pula. Hal ini disebut oleh
mead sebagai Hyperextension. Implikasi yang terjadi menurut Mead adalah bayi
di Bali mempunyai tingkat kemandirian dan gerak yang lebih luwes ketika
menginjak masa remaja dan dewasa.
Secara general, dalam pertumbuhan tubuh, bayi akan melewati proses merayap
(frogging); merangkak (creeping); jongkok (squatting); berdiri (standing);
berjalan (walking).
5) Arnold Van Gennep
Tubuh sebagai simbol transisi sosial individu dalam masyarakat. Tubuh sosial
terpahat di dalam tubuh fisik. Dalam hal ini tubuh tidak berada di sana dan tidak
berada di sini (neither here nor there).
Misal: - Upacara penyunatan - Klitoridektomi
- Upacara perataan gigi - Tato Mentawai
4 | P a g e
Pasca masa krisis bagian tubuh berubah, tidak hanya secara fisik semata, namun
juga secara sosial. Sehingga timbul hak dan kewajiban baru individu dalam
masyarakat.
6) Mary Douglas
Tubuh merupakan ranah dimana arus balik interaksi terjadi. Tubuh
menyediakan dirinya sebagai medium dalam sebuah struktur sosial dimana ia
mampu menjadi sebuah image.
Tubuh mempunyai struktur fungsi yang kompleks. Dari tiap-tiap bagian tubuh
mempunyai fungsi simbol dan relasi yang berbeda. Mis: Simbol tubuh yang
digambarkan sebagai sampah adalah urine, potongan, kuku dan tinja.
7) Michel Foucault:
Modernitas membuat tubuh masyarakat pada esensinya bersifat disipliner. Hal
ini bisa terlihat pada bengkel kerja, sekolah, barak militer, penjara.
Tubuh yang didisiplinkan, melalui empat hal:
a) Seni penyebaran (art of distribution): Menempatkan tubuh individu pada
masing-masing fungsi.
Misal: Tentara Barak Pasien Rumah Sakit
Anak Muda Sekolah Narapidana Penjara
b) Kontrol Aktivitas (The control of Activity)
Dalam setiap ruang lingkup kerja, tubuh diharuskan tepat waktu; Tubuh
dibentuk seusai ritme yang teratur.
c) Strategi untuk menambah waktu (The organization of Geneses):
Tubuh dibedakan melalui penyusunan program secara bertingkat.
Misal: Kelas I, kelas 2, kelas 3.
d) Tubuh sebagai kekuatan yang Tersusun (The Composition of Forces)
Konfigurasi pasukan; Perbedaan dalam kelas berdasarkan kecerdasan,
ketangkasan hingga kekuatan.
8) Bryan S Turner
Tubuh sebagai persoalan reproduksi.
Tubuh internal sebagia media pengekang hasrat
Misal: Asketisme; selibat.
Di awal abad 20, tubuh mengalami perubahan yang ditandai dengan 3
fenomena:
5 | P a g e
Munculnya post fordisme. Pasca industri memasuki ruang jasa dan
perdagangan. Tubuh dimanjakan sehingga mampu merubah konsep tubuh
cantik; tubuh fit hingga tubuh sporty.
Munculnya Feminisme. Kesetaraan antara tubuh laki-laki dan perempuan.
Meningkatnya jumlah populasi dunia, sehingga jumlah manusia dan gerak
seksualitas tubuh menjadi terkendalikan.
misal: One Child Policy di China; Keluarga Berencana di Indonesia.
9) Arthur Frank
Tubuh yang Disiplin: Tubuh yang diawasi dan diatur.
Tubuh yang bercermin: Tubuh yang melakukan konsumsi
Misal: Pembelanjaan kosmetika; sabun kecantikan dll.
Tubuh yang mendominasi: Tubuh yang mempunyai komando; kharisma dan
kekuasaan.
Tubuh yang Berkomunikasi: Medium tampak dalam bentuk penyadaran.
Misal: Ritual
III. PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DALAM OLAHRAGA
Selama ini jika kita mendengar istilah kata “science” maka pikiran kita akan
merujuk pada teknologi canggih tingkat tinggi, sehingga ada semacam keengganan kalau
tidak mau dikatakan malas untuk memahami apa ari kata “science” sesungguhnya. Science
bukanlah sesuatu yang jauh di awang-awang dan sulit untuk dilakukan, namun science ada
disekeliling kita, ada dalam kehidupan sehari-hari, dari hal yang sangat sederhana sampai
kepada hal-hal yang lebih kompleks dan rumit. Hanya saja memang pemahaman kita tentang
science perlu ditingkatkan. Pemahaman sederhana tentang science sangat perlu dan harus
diketahui oleh para pelaku olahraga sebagai landasan yang benar dan tepat dalam melakukan
aktivitas olahraga. Jadi, jika mau berprestasi sampai tingkat internasional, maka penerapan
ilmu pengetahuan dalam olahraga harus diterapkan dalam pembinaan dan pelatihan untuk
atlet.
Ilmu pengetahuan adalah landasan penguasaan dari sebuah penalaran manusia.
Pemahaman-pemahaman baru diperoleh dari suatu proses pemikiran, penalaran, dan
penelitian sehingga menghasilkan suatu data analisa yang utuh, komplit, serta empiric yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah akademis. Penguasaan teknologi harus dimiliki
jika ingin memperlihatkan eksistensi diri di era persaingan global saat ini. Bahkan
6 | P a g e
penguasaan teknologi menjadi indikator kesuksesan di semua bidang, baik di bidang industri,
pertanian, kesehatan, dan bahkan di bidang olahraga.
Hal spesifik yang menjadi dasar pemikiran dari sport science adalah diskusi
mendalam kebutuhan atlet secara individual. Proses ini merupakan ranah atlet dan
pelatih dan performa atlit. Untuk kebanyakan atlet, informasi didapat dari adanya
pengukuran yang dilakukan secara berkala mengikuti program latihan yang telah dibuat. Jika
memungkinkan dilihat perlu, seorang ilmuwan akan melakukan pengukuran dengan acuan
dari literatur terbaru, dimana alat ukur tersebut telah digunakan oleh organisasi olahraga yang
bersangkutan. Seorang ilmuwan olahraga harus dapat memastikan adanya pengukuran yang
memenuhi unsur:
a) Informasi yang valid
b) Gerakan yang spesifik pada olahraga tertentu.
c) Kesimpulan/hasil yang dapat dipertanggung jawabkan atau reliabel
d) Sensitif dalam mendeteksi perubahan kecil pada area yang sedang diukur/dites
Data yang diperoleh dapat dibandingkan dengan respon atlit dengan
menggunakan alat ukur yang sama, sehingga optimal dalam penilaian teori dan data terbaru
yang dapat dibukukan pada atlet tersebut. Informasi ini dapat dipergunakan untuk:
a) Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan atlet yang berhubungan dengan
kecabangannya.
b) Mengukur keefektifan program latihan
c) Menyediakan sasaran jangka pendek
d) Mengevaluasi status kesehatan atlet
e) Mengidentifikasi kesiapan atlit baik dalam latihan maupun dalam pertandingan.
Secara umum sport science ada 5 cabang yaitu:
1. Fisiologi
Fisiologi merupakan area yang mendapat perhatian besar dalam sport science
dimana area ini melihat bagaimana tubuh atlet beradaptasi, bereaksi dan berespon
dalam latihan dan kegiatan olahraga yang efektif dan aman.
Memahami Ilmu Fisiologi dapat membantu Atlet:
Mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan melalui tes kebugaran.
Membuat evaluasi apakah periode latihan telah berhasil atau tidak.
Membuat struktur dan mengembangkan teknik latihan untuk adaptasi yang
optimal.
7 | P a g e
2. Psikologi
Psikologi merupakan area dari sport science yang berhubungan dengan pikiran,
perasaan, emosi atlet yang biasanya disebut dengan mental. Area ini berhubungan dengan
motivasi, kepercayaan diri, emosi yang dapat mempengaruhi performa dan perilaku atlet baik
dilatihan maupun dipertandingan. Perkembangan bidang ini dalam olahraga prestasi
berkembang dengan sangat pesat karena diyakini dapat meningkatkan performa atlet. Bahkan
dalam berbagai tulisan psikologi olahraga dikatakan “80 % kemenangan atlet ditentukan oleh
faktor mental”. Artinya faktor mental memegang peranan yang sangat penting dalam
menentukan prestasi seorang atlet.
Ilmu Psikologi dapat membantu atlet dalam:
Mampu tampil dengan baik/lebih baik dan konsisten
Meningkatkan kualitas pengalaman dalam pertandingan.
Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas mental yang baik dalam latihan
maaupun pertandingan
3. Biomekanik
Biomekanik merupakan studi yang mempelajari tentang mekanisme system
biologis yang dalam hal ini adalah gerakan. Biomekanik merupakan area yang berhubungan
dengan analisa dari gerakan manusia. Area ini menjelaskan tentang bagaimana dan mengapa
tubuh manusia bergerak dengan cara sedemikian rupa. Bagi olahragawan hal ini sangat
diperlukan agar memahami dengan baik mana gerakan yang baik dan berguna serta efisien.
Juga berguna dalam mempelajari interaksi antara peralatan yang digunakan dalam olahraga
tertentu serta lingkungan yang digelutinya. Implementasi sport biomechanic di negara-negara
yang prestasi olahraganya baik sudah diterapkan dengan baik dan merupakan bagian dari
sistem pelatihan.
Biomekanik dapat membantu atlet dalam:
Mengidentifikasi teknik terbaik untuk meningkatkan performa atlit
Menjelaskan cara-cara yang aman dalam melakukan gerakan yang efektif untuk
menghindari resiko cedera pada atlit.
Menyediakan/memberikan analisa mendalam pada peralatan olahraga yang dipakai
oleh para atlit
4. Nutrisi
Sangatlah penting untuk mengkunsumsi makanan yang cukup dan seimbang
setiap hari untuk menjaga agar tubuh tetap sehat. Asupan nutrisi yang seimbang dan tepat
8 | P a g e
merupakan kunci kesuksesan performa atlet. Kombinasi kalori yang tepat antara asupan
karbohidrat, protein, dan lemak akan menghasilkan energi yang menunjang performa
maksimal seorang atlet Nutrisi yang tidak tepat akan menyebabkan cedera dan mengambat
proses pemulihan pada atlet setelah melakukan aktivitas latihan atau pertandingan. Asupan
glycogen (seperti karbohidrat, roti, pasta, dan lain-lain) yang kurang pada saat latihan dapat
menyebabkan kekurangan glycogen kronis, jika hal ini terjadi selama beberapa periode dapat
menimbulkan cedera pada jaringan tubuh. Hasil penelitian menunjukkan, tubuh sangat
tergantung pada lemak dan protein, dimana lemak dan protein merupakan cadangan energi
alternatif yang dapat meningkatkan protein dalam otot.
5. Kedokteran Olahraga
Kedokteran olahraga menjadi bagian yang penting dalam aktivitas olahraga
terutama olahraga yang dituntut prestasi. Dalam kedokteran olahraga meliputi beberapa
bidang penting diantaranya:
Pemeliharaan kesehatan atlet
Penanganan cedera
Pemulihan cedera
Doping
Terapi
Massase
Nutris
Lantas dimana peranan ilmu antropologi? Apakah memang tidak punya peran
signifikan dalam kehidupan sehari-hari? Pertanyaan-pertanyaan ini muncul menyeruak begitu
saja dalam pikiran saya, dan mungkin juga teman-teman yang lain yang sedang belajar ilmu
antropologi.
Penguasaan akan konsep kultur (culture) memang sesuatu yang sangat mendasar
keperluannya bagi antropologi dan harus dikuasai, termasuk antropologi terapan. Saya punya
kecenderungan pribadi, bahwa untuk antropologi terapan, khususnya lagi untuk bidang
antropologi pembangunan (development anthropology), saya lebih tertarik kepada aliran
cultural studies yang lebih berkembang di Inggris, atau lebih khusus lagi cultural
developmentalism. Semua yang disebut oleh Prof. Koentjaraningrat dengan istilah
“kebudayaan”, “sistem nilai-budaya”, dan “sikap mental” adalah termasuk kedalam konsep
kultur, menurut aliran cultural developmentalism.
Kultur dalam kajian-kajian cultural development adalah “sistem ideasional”, atau
“sistem gagasan”, atau the state of mind yang mendorong pola perilaku yang khas pada suatu
9 | P a g e
kelompok sosial tertentu. Kultur, pada satu saat berada pada posisi independent variable bila
dikaitkan dengan kemajuan perekonomian suatu masyarakat. Namun di saat lain, untuk
mencapai kemajuan perekonomian tersebut kultur-pun bisa direkayasa melalui public policy,
dan kultur berubah menjadi dependent variable. Tempat yang pas bagi kultur adalah seperti
yang diungkapkan oleh Daniel Patrict Moynihan, bahwa “The central conservative truth is
that it is culture, not politics, that determines the success of a society. The central liberal
truth is that politics can change a culture and save it from itself” (dikutip dalam Huntington
2000:xiv).
Aliran cultural developmentalism cukup mengartikan kultur secara umum seperti
itu. Mereka tidak terlalu pusing apakah kultur itu ada di dalam otak manusia (seperti
pendapat aliran antropologi kognitif) atau di arena publik di luar diri manusia (seperti
pendapat Geertz); atau apakah kultur itu berstruktur serba-dua (menurut Levi-Strauss) atau
serba-empat (menurut strukturalisme Belanda), atau cukup bersistem saja (menurut aliran
materialisme kultural).
IV. PENUTUP
Antropologi terapan adalah satu bidang dalam ilmu antropologi di mana
pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), dan sudut-pandang (perspective) ilmu
antropologi digunakan untuk menolong mencari solusi bagi masalah-masalah praktis
kemanusiaan dan memfasilitasi kebutuhan pembangunan. Ada juga orang yang
mendefinisikan antropologi terapan sebagai “the field of inquiry which is concerned with the
relationships between anthropological knowledge and the uses of that knowledge in the world
beyond anthropology” (Chambers 1989:x). Secara strategis, dalam kajian-kajian antropologi
terapan, antropolog harus memperlihatkan bagaimana konsep teoritis diterapkan secara
empiris ke dalam kenyataan sehari-hari, yang pada gilirannya analisis empiris ini akan
berguna untuk keperluan praktis dan sekaligus memberikan umpan-balik bagi pengembangan
teori dan konsep antropologi. Jadi dalam antropologi terapan, teori dan praktis adalah saling
memperkuat secara dialektis.
Yang diperlukan dalam suatu tindakan salah satunya adalah aksi afirmatif atau di
Eropa dikenal sebagai diskriminasi positif yang menunjuk kepada kebijakan yang bertujuan
untuk menyebarluaskan akses ke pendidikan atau pekerjaan bagi kelompok non-dominan
secara sosial-politik berdasarkan sejarah (terutama minoritas atau perempuan). Motivasi
untuk aksi afirmatif adalah mengurangi efek diskriminasi dan untuk mendorong institusi
publik seperti universitas, rumah sakit, dan polisi untuk lebih dapat mewakili populasi
(http://plato.stanford.edu/entries/affirmative-action)
10 | P a g e
Dalam kaitannya dengan olimpiade, dalam cabang berenang harusnya yang
dikirim adalah orang Bajo. Sejak lahir, orang Bajo ini sudah dikenalkan dengan kultur
maritim, mereka terkenal jago berenang bahkan ada yang mengatakan bahwa paru-paru orang
Bajo sebagian besar mirip insang pada ikan. Dengan kemampuan sejak lahir ini, tidak
menutup kemungkinan bahwa mereka akan mampu menyumbang medali emas bagi
kontingen Indonesia di olimpiade. Sedangkan cabang menembak dan panahan, orang dayak
atau orang papua memiliki pengalaman yang tak meragukan lagi. Ketepatan bidikan mereka
dalam memburu binatang buruan tak bisa diremehkan. Orang Dayak dan orang Papua sudah
terbiasa di kehidupan sehari-harinya dengan panah ataupun sumpit. Jika mereka diberi
kesempatan mengikuti olimpiade, tidak menutup kemungkinan juga mereka bakal
menyumbang emas.
Perlu diingat juga bahwa setiap ilmu terapan adalah dilandasi oleh satu nilai
tertentu. Sementara itu science menuntut objektifitas, tidak subjektif, dan tidak berpihak dan
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Antropologi terapan secara historis lahir bersama
dengan pandangan etnosentrisme Ero-Amerika. Antropologi terapan Indonesia, jika
berkembang, juga punya kemungkinan kecenderungan akan diwarnai oleh Indonesia sentris,
atau mungkin Jawa sentris.
BAHAN BACAAN
Benedict, Ruth.
1962 Pola-pola Kebudajaan. (terjemahan ke dalam bahasa Indonesia) Jakarta:
Penerbit Pustaka Rakjat
Koentjaraningrat
1974 Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia
Lubis, Mochtar.
1977 Manusia Indonesia (Sebuah pertanggungan jawab). Jakarta: Inti Idayu Press
Tim Penyusun Sport Science KONI Pusat,
2012 Pemahaman Dasar Sport Science dan Penerapan Iptek Olahraga
Kompas edisi Jumat 13 Juli 2012 dalam kolom olahraga
Kompas edisi Minggu 15 Juli 2012 dalam kolom olahraga