konstruksi berita bencana alam dalam …... · konstruksi berita bencana alam surakarta commit to...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KONSTRUKSI BERITA BENCANA ALAM DALAM NEWSTICKER
(Studi Analisis Wacana Kritis
Berita Bencana Merapi Yogyakarta di tvOne)
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Pendidikan Magister Ilmu Komunikasi
Bidang Kajian Utama Manajemen Komunikasi
OLEH:
AAZZHHMMYY FFAAWWZZII MMYY
NIM: S230809016
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Banyak hal yang tak dapat dipaksakan, tetapi layak diberi kesempatan.
Dan kesempatan terus ditawarkan oleh kehidupan maupun keinginan kita,
tinggal peran diri untuk menerima atau menolaknya.
Kadang, begitu terjal kendala meraih kesempatan yang kokoh menghadang.
Tekad dan do’a adalah penolong terwujudnya damba.
(Azhmy F Mahyddin)
Halaman Persembahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan
barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak.
Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran, kecuali orang-orang yang
berakal.” (QS. Al-Baqarah: 269).
Alhamdulillah, sujud syukur ke hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
atas segala nikmat tak terhingga yang dikaruniakanNya hingga saya mampu
menyelesaikan tesis ini dengan baik. Shalawat serta salam juga terlimpahkan
kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad salallahu alaihi wassalam, yang telah
memberi tuntunan dalam menjalani hidup dan mengatasi berbagai persoalan.
Demikianlah, atas izin Allah, karya tulis ilmiah ini kupersembahkan
terutama kepada kedua Ibunda, Istri tercinta, ketiga Kakanda dan seluruh
Keluarga, yang tiada henti memberi restu, bantuan moril maupun materil,
pengorbanan serta kasih sayangnya dalam keseluruhan proses perkuliahan dan
penyusunan tesis. Hanya do’a yang tiada henti saya panjatkan, karena Allah kelak
pemberi balas sepadan atas pendampingan selama mewujudkan sebagian cita ini.
Juga penghargaan setinggi-tingginya saya berikan kepada institusi
tempat saya mengabdikan diri di Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan,
Politeknik Negeri Jakarta, yang mengantarkan saya memperoleh beasiswa untuk
menempuh pendidikan magister.
Sungguh, keberhasilan saya ini adalah buah ketulusan semua pihak.
Karenanya, karya tulis ilmiah sederhana ini saya persembahkan sebagai pengingat
dan semoga dapat bermanfaat. Aamiin ya Rabb.©
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KONSTRUKSI BERITA BENCANA ALAM DALAM NEWSTICKER
(Studi Analisis Wacana Kritis
Berita Bencana Merapi Yogyakarta di tvOne)
TESIS
OLEH:
AAZZHHMMYY FFAAWWZZII MMYY
NIM: S230809016
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal
Ketua: Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, PhD. ………............…..... ..……… NIP. 19490428 19790310 01 Sekretaris: DR. Sutopo JK, MS. ………............…..... ..……… NIP. 19570505 19830310 04 Pembimbing I: Dra. Prahastiwi Utari, M.Si., Ph.D. .........................…..... ..……… NIP. 19600813 19870220 01 Pembimbing II: Drs. Sudarto, M.Si. ………............…..... ..…….… NIP. 19550202 1985010 06
Mengetahui: Ketua Program Studi S2 Ilmu Komunikasi Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, PhD. ………............…..... ..…….… NIP. 19490428 19790310 01
Direktur Program Pasca Sarjana UNS
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS. ………............…..... ..…….… NIP. 19610717 19860110 01
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
KONSTRUKSI BERITA BENCANA ALAM DALAM NEWSTICKER
(Studi Analisis Wacana Kritis
Berita Bencana Merapi Yogyakarta di tvOne)
TESIS
OLEH:
AAZZHHMMYY FFAAWWZZII MMYY
NIM: S230809016
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal
Pembimbing I: Dra. Prahastiwi Utari, M.Si., Ph.D. .....................…..... ..……… NIP. 19600813 19870220 01 Pembimbing II: Drs. Sudarto, M.Si. ....…….....……… …...…… NIP. 19550202 19850310 06
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Program Pasca Sarjana UNS,
Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, PhD. NIP. 19490428 19790310 01
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama : Azhmy Fawzi My
NIM : S230809016
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Bidang Kajian Utama : Manajemen Komunikasi
Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul ”Konstruksi Berita
Bencana Alam dalam Newsticker (Studi Analisis Wacana Kritis Berita Bencana Gunung
Merapi Yogyakarta dalam Newsticker di tvOne)” adalah betul-betul karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pasca sarjana di Universitas Negeri Sebelas
Maret Surakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.
Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
intervensi dari pihak manapun, kecuali data dari Redaksi ”tvOne’ maupun arahan dari Tim
Pembimbing.
Sepanjang pengetahuan saya, dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik, berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta, 20 Mei 2012
Yang membuat pernyataan,
Azhmy Fawzi My NIM. S230809016
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK AZHMY FAWZI MY – S230809016 – 2012 – Konstruksi Berita Bencana Alam Dalam Newsticker (Studi Analisis Wacana Kritis Berita Bencana Merapi Yogyakarta di tvOne). Komisi Pembimbing I: Dra. Prahastiwi Utari, M.Si., Ph.D. Pembimbing II: Drs. Sudarto, M.Si. Tesis: Program Studi Ilmu Komunikasi, Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk memahami isi newsticker tvOne pada level teks dalam mewacanakan realitas bencana alam, khususnya bencana Merapi Yogyakarta. (2) Untuk memahami Redaksi tvOne melakukan konstruksi realitas media yang diwacanakan newsticker sebagai salah satu kebijakan redaksional tvOne di level produsen pada dimensi praktik wacana (discourse practice), (3) Untuk memahami respon masyarakat atas pengonstruksian realitas media di level konsumen pada dimensi praktik wacana (discourse practice) dalam wacana newsticker tvOne tersebut dapat diminati dan menjadi panduan masyarakat daerah sekitar bencana, dan (4) Untuk memahami pengonstruksian realitas media di dimensi praktik sosial budaya (sociocultural practice) dalam memengaruhi keberadaan wacana newsticker yang berhubungan dengan konteks dan di luar teks pada kondisi sosial budaya tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teori Komunikasi Pesan, Teori Berita Jurnalistik, Teori Media Komunikasi, dan Teori Konstruksi Realitas Media. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis wacana dengan pendekatan kualitatif. Metode analisis wacana yang digunakan adalah Analisis Wacana Kritis. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Data Primer terdiri dari (a) pada level teks, newsticker tentang bencana alam Gunung Merapi Yogyakarta yang dianalisis, (b) pada level produksi, dilakukan observasi terhadap pengelolaan newsticker serta menggunakan teknik wawancara mendalam untuk tim Redaksi Divisi Newsticker & Website tvOne, dan (c) pada level konsumsi, didapatkan data melalui wawancara dengan perwakilan masyarakat yang terkena dampak bencana Gunung Merapi tersebut. (2) Data sekunder terdiri dari (a) pada level sosiokultural digunakan teknik wawancara mendalam dengan dengan Pengamat Televisi, Pemerhati Televisi & Budaya Massa serta Sosiolog untuk mengkonfirmasi adanya faktor-faktor sosial budaya yang dipertimbangkan saat memproduksi tayangan newsticker, (b) studi kepustakaan berbagai literatur atau referensi buku, (c) company profile tvOne, dan (d) pedoman penulisan newsticker tvOne. Hasil dari penelitian menggunakan analisa wacana kritis ini, menunjukkan konstruksi bencana alam pada dimensi (1) teks, yang terbagi atas (a) aspek kualitas berita menjadi pas-pasan, bahkan cenderung asal ada, (b) aspek perubahan realitas termasuk aktual pada sebagian besar isi berita dari keseluruhan newsticker, (c) faktor-faktor sosial budaya hanya sedikit sekali memengaruhi pembuatan newsticker, (2) praktik wacana, yang terbagi atas (a) level produsen menginginkan newsticker aktual dipandang dari perubahan realitas agar mampu mengonstruksi realitas yang dibangun media dalam tayangan berita dan tetap memasukkan kearifan lokal sebagai bagian faktor-faktor sosial budaya, (b) level konsumen memerlukan informasi yang dapat di-update untuk mengonstruksi realitas dan dapat dijadikan panduan tindakan, (3) praktik sosial budaya beranggapan newsticker sebagai media informasi terkini sudah menjadi keharusan untuk pertanggungjawaban media, tetapi karena keterbatasan karakter pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
newsticker membuat penggambaran konstruksi realitas pada pertanyaan mengapa dan bagaimana tidak cukup menjelaskan, sehingga pemirsa sering menangkap opini wartawan/penulis bukan berisi fakta sebagaimana adanya, dan akan lebih efektif bila didapat dari hasil liputan langsung yang bukan sekadar wawancara nara sumber serta mempertimbangkan kebutuhan masyarakat akan menambah kredibilitas media. Implikasi hasil penelitian ini terhadap teori Konstruksi Realitas Sosial yang dibangun media. Kata kunci: Konstruksi Realitas, Analisis Wacana Kritis, Berita Bencana Alam, Newsticker, tvOne”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT AZHMY FAWZI MY – S23080916 – 2012 - The construction of Natural Disaster News in Newsticker (An Critical Discourse Analytical Study on the News of Yogyakarta Merapi Mount Disaster in tvOne). The Counselor Commission are: First Counselor: Dra. Prahastiwi Utari M.Si., Ph.D. Second Counselor: Drs. Sudarto, M.Si. Thesis: Communication Science Study Program, Postgraduate Program, Surakarta Sebelas Maret University. The objectives of research are (1) to find out the content of tvOne’s newsticker in text level in presenting the reality of natural disaster, particularly the Yogyakarta Merapi disaster, (2) to find out the tvOne editorial division in constructing the media reality presented in newsticker as one of editorial policies in tvOne at producer level in discourse practice dimension, (3) to find out the public’s respond to the construction of media reality at consumer level in discourse practice dimension in tvOne’s newsticker discourse if it can be enjoyed and guide the community surrounding the disaster area, and (4) to find out the construction of media reality in sociocultural practice dimension in affecting the existence of newsticker discourse relative to the context and beyond the text in such the socialcultural condition. The theories used in this research were Message Communication, Journalistic News, Communication Media, and Media Reality Construction theories. This study employed discourse analysis method with qualitative approach. The data sources used consisted of (1) primary data: (a) at text level, newsticker about Yogyakarta Merapi Mount natural disaster analyzed, (b) at production level, observation on the newsticker management as well as in-depth interview technique for the tvOne’s Newsticker & Website Division editorial team, and (c) at consumption level, interview with the community representative exposed to the effect of Merapi Mount disaster; (2) secondary data: (a) at sociocultural level, in-depth interview was done with the Television Observer, Television and Mass Media audience, as well as Sociologist to confirm the existence of social cultural factors taken into account during producing the newsticker show, (b) library study on various literature or book references, (c) tvOne’s company profile, and (d) tvOne’s newsticker writing manual. The result of research using critical discourse analysis showed that the natural disaster in the dimensions of (1) text, divided into (a) the quality of news became just enough, even tended to be just the way it is, (b) reality change aspect belonged to actual category in most content of news out of entire newsticker, (c) the sociocultural factors had just a little to do with the newsticker preparation; (2) practice discourse divided into (a) producer level wanted the newsticker actual viewed from the reality change in order to be able to construct the reality built by media in the news show and still importing local wisdom as the sociocultural factors, (b) consumer level needed information that could be updated to construct reality and could become an guidance of action; (3) sociocultural practice assumed that newsticker as the most actual information media should be the media accountability, but there was still limited character in newsticker making the representation of reality construction in the question why and how give insufficient explanation, so that the audience capture the opinion of journalist/writer not the fact as the way it was, and it would be more effective when it was obtained from the live coverage not only interview with the resource as well as taking into
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
account the community’s need will increase the media credibility. The implication of research result was to the Social Reality Construction theory built by media. Keywords: Reality Construction, Critical Discourse Analysis, Natural Disaster News, Newsticker, tvOne.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Kemampuan media penyiaran, terutama televisi, untuk menyampaikan pesan kepada
khalayak luas, menjadikannya sebagai obyek penelitian penting dalam ilmu komunikasi massa.
Media televisi merupakan salah satu media massa yang memengaruhi dan mencerminkan
kondisi sosial budaya dalam masyarakat melalui penyebaran pesan yang disampaikan.
Newsticker –yang memanfaatkan sedikit ruang di baris horisontal terbawah, dengan
teks yang tampil secara bergantian atau berjalan (running text) di sepanjang layar televisi—
hanyalah satu yang menunjukkan betapa orang-orang menghendaki berita mereka hari ini
secepat kejadiannya. Karena itu, fenomena seputar newsticker tentu menarik perhatian.
Pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa, maka kesibukan utama media
massa adalah mengkonstruksi realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari
berbagai peristiwa yang terjadi, hingga menjadi cerita atau wacana bermakna. Prinsipnya,
setiap upaya “menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan, atau benda, tak
terkecuali mengenai bencana alam, adalah usaha mengkonstruksikan realitas.
Dalam meneliti konstruksi realitas media pada pemberitaan bencana alam
tersebut pada newsticker, penyusun memilih menggunakan metode Analisis Wacana Kritis
(AWK). Sebab dalam analisisnya AWK lebih menekankan pada pemaknaan teks, sebagai
bagian dari metode interpretatif yang mengandalkan penafsiran peneliti. Selain itu, AWK
berpretensi memfokuskan pada pesan laten, agar penyusun menemukan konstruksi realitas
media yang dilakukan pemberitaan newsticker.
Pemilihan tempat penelitian di tvOne yang dilakukan penyusun tesis, lebih
disebabkan posisi tvOne yang mengklaim dirinya sebagai televisi berita dengan komposisi 70%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
berita dengan motto “News & Sport” dan tagline-nya yang berbunyi “Terdepan Mengabarkan”.
Terlebih karena di tvOne pengelolaan newsticker telah berada pada divisi tersendiri (Divisi
Newsticker & Website), membuat penyusun tertarik meneliti, apakah newsticker dapat
menggambarkan konstruksi realitas media. Inilah yang kemudian penyusun tuangkan dalam
Tesis ini.
Alhamdulillah, akhirnya Tesis saya yang berjudul “Konstruksi Berita Bencana
Alam dalam Newsticker (Studi Analisis Wacana Kritis Berita Bencana Merapi
Yogyakarta di tvOne)” ini dapat juga diselesaikan, yang tentu tak akan terwujud tanpa
bantuan semua pihak.
Untuk itu, dengan penuh hormat penyusun menyampaikan terima kasih yang
mendalam kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi N. Soedarsono, DEA, Direktur Politeknik Negeri Jakarta,
yang .memberi kesempatan penyusun menempuh pendidikan Magister,
2. Drs. Cecep Gunawan, M.I.Kom, Ketua Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan Politeknik
Negeri Jakarta, yang menyertakan penyusun dalam program beasiswa institusional guna
melanjutkan pendidikan,
3. Prof. Dr. Ir, Ahmad Yunus, MS. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri
Sebelas Maret Surakarta, yang telah menerima tesis ini sebagai salah satu karya ilmiah di
lingkungan program Magister UNS,
4. Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, PhD, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Pasca
Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta,
yang memberi arahan sekaligus menguji tesis ini,
5. Sri Hastjarjo, S.Sos, PhD, Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Pasca Sarjana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, yang telah
banyak membantu referensi dan memberi arahan
6. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, PhD, Dosen Pembimbing I Tesis, yang memberi arahan dan
warna tesis ini sejak awal sekaligus mengujinya,
7. Drs. Sudarto, M.Si, Dosen Pembimbing II Tesis, yang banyak pengertian dan memberikan
masukan untuk tesis sekaligus mengujinya,
8. DR. Sutopo JK, MS, yang berkenan menggantikan Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi untuk menguji tesis ini,
9. Dr. Widodo Muktiyo, SE, M.Com, Pembantu Rektor IV Universitas Negeri Sebelas Maret
Surakarta, yang banyak memberikan semangat dan masukan selama perkuliahan,
10. Seluruh Staf Pengajar Pasca Sarjana yang mengajar pada bidang kajian Manajemen
Komunikasi, yang dengan ketulusan memberikan ilmu dan masukan selama perkuliahan,
11. Sari, mas Parno dan seluruh staf Administrasi Program Studi Ilmu Komonikasi Pasca
Sarjana Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang banyak membantu dan
mempermudah urusan hingga akhir masa perkuliahan dan revisi tesis,
12. Seluruh rekan sejawat Staf Pengajar Teknik Grafika dan Penerbitan maupun Keluarga
Besar di Politeknik Negeri Jakarta, yang tak henti menyemangati dan memaklumi
keterlambatan penyelesaian tesis, hingga tak dapat terlibat dalam berbagai kegiatan,
13. Drs. Sri Wahyono, M.Si, Pembantu Direktur bidang I, dan Drs. Agus Setiawan, M. Kom,
Pembantu Direktur bidang III Politeknik Negeri Jakarta, yang membantu dan memberikan
arahan hingga dapat diterima di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Sebelas Maret
Surakarta,
14. Aries Margono, Manajer dan seluruh staf Divisi Newsticker & Website tvOne yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
telah banyak membantu pengumpulan data newsticker dan wawancara di tvOne,
15. Kesepuluh responden penelitian yang berkenan membantu dan memberikan opininya
tentang masalah penelitian dengan terbuka dan mendetail,
16. Dr. Mulharnetti Syas, M.Si, Widjajanti Mulyono – Santoso, Ph.D, dan Veven Sp Wardhana,
M.Hum, sebagai Tim Pakar yang berkenan membantu dan memberikan opininya atas
masalah tesis yang diangkat,
17. Aden Hidayat, MSi. yang mendampingi dan luar biasa bantuannya untuk pengumpulan data
dan referensi tesis,
18. Endi Saputra, S.Sos dan Donna Nasution, S.Sos. beserta segenap keluarga yang juga luar
biasa bantuannya dan berkenan menjadikan rumahnya sebagai home base bagi penyusun
saat mewawancarai dan mengumpulkan data dari responden penelitian,
19. A. Harry Kristyawan, MM. dan Mas To beserta keluarga yang setia menemani dan
menolong dalam hal apapun, pemilik kost “Ken Arok” dan “Graha Asrika”, serta semua
Wong Solo yang telah membantu,
20. Seluruh sahabat di Redaksi Majalah Amanah Online, para anggota grup alumni, para
pengguna di dunia maya, teman sepermainan hingga anak-anakku para mahasiswa dan
alumni, yang setia memberikan dukungan dan semangat agar perkuliahan diselesaikan,
21. Segenap pihak yang tak dapat saya sebut satu persatu, yang berkenan membantu dan
mendoakan hingga semua proses ini berjalan dengan baik
. Surakarta, 20 Mei 2012
Penyusun,
Azhmy Fawzi My NIM. S230809016
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan i Halaman Persetujuan Pembimbing ii Pernyataan iii Abstrak iv Abstract vi Kata Pengantar viii Daftar Isi xii Daftar Gambar xv Daftar Tabel xvi Daftar Bagan xvii BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi Masalah 9 C. Pembatasan Masalah 10 D. Rumusan Masalah 11 E. Tujuan Penelitian 12 F. Manfaat Penelitian 12
1. Dimensi Akademis 13 2. Dimensi Praktis 13 3. Dimensi Sosial 13
BAB II ORIENTASI TEORITIK 14
A. Deskripsi Teoritik 14 1. Konstruksi Realitas Media 21 2. Pemberitaan 26 3. Bencana Alam 28 4. Newsticker 33 5. Televisi Berita 36 6. Analisis Wacana Kritis 41 7. Teks 46 8. Konsumen (Message Reception) 51 9. Wacana dan Kepentingan Ideologi 54
B. Penelitian yang Relevan 57 C. Kerangka Berpikir 65
BAB III METODE PENELITIAN 66
A. Tempat dan Waktu Penelitian 66 1. Tempat Penelitian 66 2. Waktu Penelitian 66
B. Jenis Penelitian 66 C. Data dan Sumber Data 70
1. Data Primer 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
2. Data Sekunder 72 D. Teknik Pengumpulan Data 72 E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 74 F. Teknik Analisis Data 77
BAB IV ANALISIS TEKS NEWSTICKER 82
A. Sekilas Tentang “tvOne” 82 1. Profil “tvOne” 82
a. Produk 82 b. Pengelola “tvOne” 85
2. Produksi Newsticker “tvOne” 86 a. Konsep Newsticker 86 b. Pedoman Penulisan 88
B. Analisis Teks Newsticker 92 1. Laporan Peristiwa 95 2. Pemberitahuan Pihak Terkait 103 3. Peringatan Bahaya 111 4. Laporan Tindakan 118 5. Laporan Simpati/Bantuan 125
BAB V ANALISIS DIMENSI MESO (PRAKTIK DISKURSUS) PADA
LEVEL PRODUSEN DAN KONSUMEN 134 A. Level Produsen 134 B. Level Konsumen 145
1. Warga Terdampak 145 2. Tinjauan Pakar 154
BAB VI ANALISIS DIMENSI (PRAKTIK) SOSIO KULTURAL 164
A. Pengaruh Realitas 164 B. Pengaruh Akurasi Isi 165 C. Pengaruh Aktualitas 167 D. Pengaruh Faktor-faktor Sosial Budaya 169 E. Pengaruh Kegiatan Sosial 172 F. Pengaruh Kepercayaan Masyarakat 173
BAB VII ANALISIS TEORITIS PEMBAHASAN 177
A. Dimensi Teks Newsticker “tvOne” 183 B. Praktik Diskursus (Wacana) 187 C. Praktik Sosio Kultural 191 D. Analisis Intertekstual 192
BAB VIII KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 197
A. Kesimpulan 197 1. Konstruksi Berita Bencana Alam pada Dimensi
(Level) Teks 197 2. Konstruksi Berita Bencana Alam pada Dimensi
Praktik Diskursus (Wacana) 200 3. Konstruksi Berita Bencana Alam pada Dimensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
(Level) Praktik Sosio-Kultural 202 B. Implikasi 203 C. Saran 207
1. Bagi Redaksi “tvOne” 207 2. Bagi Masyarakat Umum 209 3. Bagi Penelitian Selanjutnya 210
DAFTAR PUSTAKA 212 LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1 Dimensi AWK model Norman Fairclough 44 Gambar 2 Hubungan Ketiga Langkah AWK Norman Fairclough 78 Gambar 3 Tayangan newsticker off air 87 Gambar 4 Dimensi Wacana dan Analisis Wacana 182
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1 Rincian penelitian sebelumnya dan sedang diteliti 62 Tabel 2 Porsentase tema newsticker yang dianalisis konstruksi realitas 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR BAGAN Halaman
Bagan 1 Kerangka Pemikiran 66 Bagan 2 Proses Konstruksi Realitas 185
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini, telah
memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi.
Terutama televisi, kini telah menjadi media dominan komunikasi massa di seluruh
dunia dan sampai sekarang pun masih terus berkembang.
Penelitian yang dilakukan George Gerbner dan rekan-rekannya dalam
Teori Pengembangan menyatakan, televisi menghadirkan cara memandang dunia.
“Televisi adalah sebuah sistem penceritaan yang tersentralisasi. Sistem ini merupakan bagian terpenting dari kehidupan sehari-hari kita. Drama, iklan, berita dan program lainnya menghadirkan sebuah dunia tentang gambaran dan pesan-pesan yang cukup berkaitan ke dalam setiap rumah. Pola berulang dari pesan-pesan dan gambaran televisi yang diproduksi secara massal membentuk kecenderungan akan lingkungan simbolis yang umum.”1
Lahirnya budaya televisi (audiovisual) memang mampu menggeser
dominasi budaya tulis. Ruedi Hoffmann (dalam Baksin, 2006)2 di bukunya
“Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi” menyebutkan, bahasa merupakan
kemajuan komunikasi antar manusia pada zaman sebelum manusia mengenal
bahasa. Demikian juga sebelum tulisan yang memungkinkan bahasa ‘dibekukan’
dalam dokumen, dilihat dan dicatat sebagai kemajuan komunikasi lisan.
Budaya menonton televisi memang sudah menjadi kebiasaan masyarakat
kita, sehingga tayangan berita televisi pun sudah menjadi bagian kehidupan.
1 Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Theories of Human Communication. Diterj: Mohammad Yusuf Hamdan. Edisi 9 (Terjemahan). Jakarta: Salemba Humanika, hal. 424. 2 Baksin, Askurifai.2006. Jurnalistik Televisi, Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, hal.52-60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Dengan sifatnya yang immediaty, media televisi mampu mendekatkan peristiwa
dengan penontonnya. Menurut JB Wahyudi, melalui media elektronik/penyiaran
(termasuk televisi –penyusun) dan media massa cetak semua bentuk karya
jurnalistik (termasuk juga newsticker –penyusun) dapat diterapkan, meski ilmu
jurnalistik hanya satu. Penyajian harus disesuaikan dengan sifat medianya, agar isi
pesan dapat diterima dan dimengerti dengan baik oleh khalayak.3
Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI pada 29 tahun silam,
masyarakat disuguhi maraknya tayangan berita dari pelbagai stasiun televisi. “Tak
ada siaran televisi tanpa berita,” barangkali menjadi tepat mengingat makin
beragamnya tayangan berita, mulai dari sekadar straight news, depth news,
feature hingga infotainment yang saling berlomba dengan aneka nama dan variasi
jam tayang.
Hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai channel stasiun televisi,
yang digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Terlebih karena televisi
digolongkan sebagai media yang menguasai ruang dan efisien dalam mencapai
jumlah audiens yang sangat banyak. Karenanya, media penyiaran memegang
peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi, khususnya komunikasi
massa.
Kemampuan media penyiaran, terutama televisi, untuk menyampaikan
pesan kepada khalayak luas, menjadikannya sebagai obyek penelitian penting
dalam ilmu komunikasi massa. Media televisi merupakan salah satu media massa
yang memengaruhi dan mencerminkan kondisi sosial budaya dalam masyarakat
melalui penyebaran pesan yang disampaikan.
3 Baksin, Askurifai.2006. Log. Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Raymond Williams menguraikan dampak kehadiran dan penggunaan
televisi menjadi beberapa kajian, salah satu di antaranya adalah hubungan sebab
akibat dalam sistem komunikasi. William melihat sebab akibat yang ditimbulkan
televisi, bukan dari kehadiran televisi dalam perubahan sosial dan kultural dengan
sifat kausalitasnya, tetapi lebih pada cakrawala perhatian pada isu-isu tertentu.4
Televisi dengan tayangan beritanya, sudah menjadi bagian dari
kehidupan. Dengan sifatnya yang immediaty, media televisi mampu mendekatkan
peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya. Banyak siaran berita televisi
yang sangat diminati, karena cepat, lugas dan lengkap dalam meliput sesuatu.
Berbagai penelitian menunjukkan, televisi menjadi media informasi utama bagi
orang Amerika.
Jika kita seperti kebanyakan konsumen yang mengamati berbagai stasiun
televisi selama 24 jam, mungkin telah terbiasa dengan kehadiran newsticker –juga
disebut sebagai crawler (perayap)— yang dipopulerkan di Amerika Serikat
setelah tanggal 11 September 2001. Sebagai salah satu bentuk “berita” televisi
yang relatif paling baru, newsticker mengungkapkan berbagai intisari informasi
yang telah dan akan ditayangkan dalam siaran berita televisi seutuhnya.5
Newsticker –yang memanfaatkan sedikit ruang di baris horisontal
terbawah, dengan teks yang tampil secara bergantian atau berjalan (running text)
di sepanjang layar televisi— hanyalah salah satu indikasi yang menunjukkan
betapa orang-orang menghendaki berita mereka hari ini secepat kejadiannya.
Menanti datangnya surat kabar besok pagi, membuat kejadian tersebut telah
berganti dan beritanya hilang bersama angin. Kini teknologi telah mengambil 4 Williams, Raymond. 2009. Televisi. Yogyakarta: Resist Book, hal. 163 5 News Information Service. Diakses 17 Februari 2010. News Ticker. http://www.news-information.org
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
alih masalah aktual dalam jurnalisme, khususnya atas penyiaran berita yang
modern.
Melalui newsticker sebagai hasil perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi, telah mendukung percepatan penyampaian karya jurnalistik kepada
khalayak. Dapat dikatakan, detik ini berita dikirimkan melalui pemancar dan detik
yang sama berita itu sampai kepada khalayak, meskipun jarak antara pemancar
televisi dan penerima relatif jauh.
Menjalankan newsticker yang berisi berita, menjadi cara pasti yang
menunjukkan stasiun televisi tersebut berada di depan dalam penyiaran berita
aktual. Mereka mempunyai kabar terkini dari suatu berita utama dan akan
melaporkan kisah seutuhnya, jika selama siaran kita menantikannya di saluran
televisi mereka.6 Posisi newsticker yang kini telah sedemikian penting pada berita
televisi, sementara belum ada satu teori pun tentang penggolongannya sebagai
bagian berita.
Karena eksistensi newsticker berita dalam posisinya sebagai karya
jurnalistik, sebenarnya belum dapat dipastikan. Sebab format content newsticker
berita yang menurut pengamatan penyusun belum baku, kadang berupa kutipan
pendapat nara sumber, resume/highlight suatu berita, opini redaksi atas suatu
berita atau hanya penggalan kalimat guna pengingat informasi. Ketidakseragaman
ini semakin menambah keunikan eksistensi newsticker berita.
Sebagai mahasiswa Pasca Sarjana Komunikasi, fenomena seputar
newsticker tentu menarik perhatian. Menurut penyusun menjadi kian penting
diteliti, bagaimana newsticker di televisi berita menggambarkan konstruksi
6 News Information Service, Log. Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
realitas media dalam pemberitaan bencana alam.
Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan fakta yang
riil. Realitas tidak serta merta dijadikan naskah berita begitu saja, namun realitas
adalah produk interaksi antara wartawan dan fakta. Dalam proses internalisasi,
realitas diamati oleh wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan. Dalam
proses eksternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memahami realitas.
Karena sifat dan faktanya, Ibnu Hamad 7 berpendapat, pekerjaan media
massa adalah menceritakan peristiwa, maka kesibukan utama media massa adalah
mengkonstruksi realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari
berbagai peristiwa yang terjadi, hingga menjadi cerita atau wacana bermakna.
Untuk mengukur aspek kualitas berita, penyusun menggunakan standar
menurut Mitchel V. Charnley 8, yakni:
1) accurate (informasi yang sudah dicek ulang ketepatannya), 2) properly attributed (nara sumber punya kapabilitas tentang yang diberitakan), 3) balanced and fair (informasi harus mengandung keseimbangan dan kejujuran), 4) objective (informasi harus obyektif dari realitas dan fakta), serta 5) brief and focused (materi disusun secara ringkas, padat dan terarah, sehingga mudah dipahami).
Konsepsi tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Mengenai
hal ini diungkapkan oleh Ericsson dalam Tuchman9 sebagai berikut:
“News is product of transaction between journalists and their sources. The primary source of reality for news is not what is displayed or what happens in the real world. The reality of news is embedded in the nature and type of social and their sources, and in the politics of knowledge that emerges on each spesific newsbeat.”
Dari pernyataan tersebut dapat diartikan, ketika seorang wartawan
membuat berita, ia sebetulnya telah menjalin transaksi dan hubungan dengan
7 Hamad, Ibnu. 2000. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Penerbit Granit, hal. 11. 8 Baksin, Askurifai. 2006. Op.Cit , hal. 51 9 Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op.Cit, hal. 420-421
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
objek yang diliputnya. Dengan demikian, berita pada dasarnya bukan lagi sebagai
realitas yang utuh tetapi merupakan produk konstruksi dari transaksi antara
wartawan dan fakta yang ia liput, antara wartawan dan sumber berita. Prinsipnya,
setiap upaya “menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan, atau
benda, tak terkecuali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan politik, adalah
usaha mengkonstruksikan realitas.10
Dalam kaitannya dengan hubungan dalam institusi media, konglomerasi
media sedikit banyak memengaruhi kondisi, cara dan hasil kerja para pekerja
media termasuk wartawan. Misalnya, suatu pesan atau produk media yang
seharusnya ditayangkan satu stasiun televisi saja, bisa ditayangkan juga di stasiun
televisi lain yang masih dalam satu korporasi.
Untuk itu, konstruksi realitas yang disampaikan oleh seorang wartawan
atau jurnalis turut dipengaruhi pula oleh kepentingan dan ideologi media tertentu
dan pada akhirnya menjadi konstruksi media secara keseluruhan.
Selanjutnya Hamad menjelaskan media massa, terutama televisi, pada
dasarnya berperan menjadi perumus realitas (definer of reality).11 Artinya,
ideologi atau kepentingan para subyek pelaku media akan menelusup melalui
tayangan yang diproduksi dan direproduksinya.
Apalagi, tayangan yang diproduksi dan direproduksi stasiun televisi
tersebut merupakan salah satu teks utama televisi. Sebagai salah satu teks,
tayangan televisi bukan hasil rangkaian realitas, melainkan representasi yang
terseleksi dan terkonstruksi serta menjadi bagian yang turut membentuk realitas.
Dalam meneliti konstruksi realitas media pada pemberitaan bencana 10 Hamad, Ibnu. 2000. Log.Cit. 11 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
alam tersebut pada newsticker, penyusun memilih menggunakan metode Analisis
Wacana Kritis (AWK). Sebab dalam analisisnya AWK lebih menekankan pada
pemaknaan teks, sebagai bagian dari metode interpretatif yang mengandalkan
penafsiran peneliti. Selain itu, AWK berpretensi memfokuskan pada pesan laten,
agar penyusun menemukan konstruksi realitas media yang dilakukan pemberitaan
newsticker.
Tataran praktik diskursif adalah hubungan antara teks dan praktik sosial.
Praktik diskursif berkaitan dengan aspek sosio-kognitif produksi dan interpretasi
teks. Di satu sisi, aspek tersebut dibentuk oleh praktik sosial dan membantu dalam
pembentukannya. Di sisi lain yang erat kaitannya dengan tataran tekstual,
pemroduksian teks meninggalkan apa yang disebut isyarat (clue) dalam suatu teks
dan penginterpretasian terjadi berdasarkan unsur-unsur tekstual.
Oleh sebab itulah menurut Norman Fairclough, analisis praktik diskursif
tidak hanya mencakup penjelasan yang tepat tentang cara partisipan
menginterpretasikan dan menghasilkan teks dalam suatu interaksi, namun juga
hubungan peristiwa diskursif dengan tatanan wacana yang merupakan masalah
interdiskursivitas.12
Dalam media, ‘pengelolaan’ suatu peristiwa ke dalam berita sering
merupakan proses campuran. Yang di dalamnya pelbagai institusi dan individu
berpartisipasi dalam tingkat berbeda dan dengan maksud berbeda.
Pencerap/reporter awal bisa berupa pelaksana fungsi (functionary) dari suatu
institusi, liputannya mungkin bisa mengalami koreksi (yang juga sesuai dengan
skema interpretatif).
12 Titscher, Stefan. et.al. 2009. Metode Analisis Teks & Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 245.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Mungkin terjadi, skema semua reporter tersebut dan (pelapor ulang)
sepanjang rantai ini diatur dengan ketat. Mungkin juga, skemanya sama sekali
tidak diatur. Baik proses penulisan maupun penulisan ulang adalah praktik yang
ditentukan secara mapan dalam struktur ideologis sebagai ungkapan dari struktur
tersebut, yang dideskripsikan secara cermat oleh Tony Trew juga Kress & Tress.13
Pemilihan tempat penelitian di tvOne yang dilakukan penyusun tesis,
lebih disebabkan posisi tvOne yang mengklaim dirinya sebagai televisi berita
dengan komposisi 70% berita dengan motto “News & Sport” dan tagline-nya yang
berbunyi “Terdepan Mengabarkan”.14 Terlebih karena di tvOne pengelolaan
newsticker telah berada pada divisi tersendiri (Divisi Newsticker & Website),
membuat penyusun tertarik meneliti, apakah newsticker dapat menggambarkan
konstruksi realitas media.
Dalam proses berita, pertanyaan yang dikembangkan adalah bagaimana
supaya media dapat meliput peristiwa dengan obyektif. Berdasarkan tinjauan teori
kritis, pertanyaan yang pertama kali diajukan adalah mengenai obyektivitas itu
sendiri. Semua kategori seperti nilai berita dan obyektif harus selalu
dipertanyakan, karena dapat memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak.
Semua orang percaya, media memang memiliki kekuatan, meskipun
secara mengejutkan adalah sulit untuk menetapkan dengan akurat jenis kekuatan
yang dimiliki media. Kekuatan utama media terletak pada fakta15, media dapat
membentuk yang ingin kita ketahui tentang dunia serta dapat menjadi sumber
utama pelbagai ide dan opini. Pertanyaan pokok paradigma kritis adalah terdapat
13 Davis, Howard dan Paul Walton. 2010. Bahasa, Citra, Media .Yogyakarta: Jalasutra, hal. 127 14 Junaedhie, Kurniawan. 2009. Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: Bisnis2030, hal. 473. 15 Burton, Graeme. 2008. Yang Tersembunyi di Balik Media, Pengantar kepada Kajian Kritis. Yogyakarta-Bandung: Jalasutra, hal. 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
perbedaan kekuatan utama di masyarakat dalam mengontrol proses komunikasi.16
Memang persoalannya, media tidak bisa bersikap netral. Misalnya,
atribut-atribut media tertentu dapat mengkondisikan pesan yang dikomunikasikan.
Seperti media pengalihan perhatian massa lainnya, televisi adalah pedang bermata
dua. Pada sisi positifnya, televisi berperan besar dalam melakukan perubahan
penting yang sangat berarti di dalam masyarakat.
Sesungguhnya, kata Jim Macnamara, peranan media dikomentari dan
diperdebatkan secara luas di seluruh masyarakat dan terdapat pandangan yang
sangat berbeda mengenai apa itu media dan bagaimana seharusnya. Apa persisnya
yang dipikirkan orang tentang media? Untuk sebagian orang, media massa
dianggap hanya berupaya menemukan kebenaran dan kenyataan untuk kemudian
memberitakannya. Tetapi tampaknya –kata sebagian lagi— media massa condong
menciptakan peritiwa, menafsirkan dan mengarahkan terbentuknya kebenaran.17
B. Identifikasi Masalah
Kehadiran newsticker berita kini sudah dimanfaatkan oleh sebagian
besar jaringan televisi di Indonesia, paling tidak ditayangkan saat siaran berita
yang utama. Padahal menurut pengakuan beberapa redaktur maupun produser
berita di stasiun televisi selain tvOne, hingga saat ini belum ada pedoman baku
untuk proses pembuatannya.
Pemberitaan tentang bencana alam pada newsticker, tentu merupakan
suatu bentuk wacana yang bermakna. Hal ini ditangkap Hamad, seluruh isi media
tiada lain sebagai realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam 16 Eriyanto. 2001. Analiis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS, hal. 23 17 Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal.32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
bentuk wacana yang bermakna.18
Bicara mengenai wacana bencana alam pada newsticker, tidak bisa
dilepaskan dari bahasa sebagai unsur utamanya. Bahasa dipergunakan sebagai alat
konseptualisasi dan alat narasi. Bahasa dalam seluruh isi media tidak hanya
meliputi bahasa verbal, tetapi bahasa non-verbal juga menjadi bagian yang
tidak terpisahkan.
Karena itu, peneliti mengidentifikasi masalah dengan beberapa faktor
yang berkaitan dengan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Kebijakan Redaksional tvOne yang mendasari penggunaan newsticker sebagai
salah satu bentuk media informasi, yang berkaitan dengan strategi komunikasi
tvOne sebagai televisi berita.
2. Efektifitas newsticker sehingga tvOne dalam melakukan konstruksi realitas
media dengan penayangan secara terus menerus.
3. Pembuktian atas pemberitaan newsticker tentang bencana alam tvOne –
khususnya bencana Gunung Merapi Yogyakarta— terhadap dampak kepada
masyarakat.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penyusun menganalisis konstruksi realitas media
atas muatan newsticker tentang bencana alam di tvOne. Sesuai metode Analisis
Wacana Kritis yang membagi analisis dalam tiga dimensi --text, discourse
practice, dan sociocultural practice— sekaligus digunakan sebagai indikator
pembatasan masalah. yakni:
18 Hamad, Ibnu. 2000. Op.Cit , hal.12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1. Dalam dimensi teks, bagaimana isi newsticker tvOne mewacanakan realitas
bencana alam, khususnya bencana gunung Merapi Yogyakarta?
2. Dalam dimensi praktik wacana, khususnya pada level produsen, bagaimana
Redaksi tvOne melakukan konstruksi realitas media yang diwacanakan
newsticker yang menjadi salah satu kebijakan redaksional tvOne?
3. Dalam dimensi praktik wacana, khususnya pada level konsumen, bagaimana
newsticker tvOne tersebut dapat diminati dan menjadi panduan masyarakat
daerah sekitar bencana?
4. Dalam level dimensi praktik sosiokultural, bagaimana pula pandangan
Pengamat Televisi maupun Pemerhati Televisi & Budaya Massa dan Sosiolog
atas konstruksi realitas media pada newsticker yang terjadi pada konteks dan
di luar teks dalam kondisi sosial budaya tersebut?
D. Rumusan Masalah
Newsticker sebagai pengkonstruksi realitas sosial, telah dijadikan tvOne
sebagai ujung tombak pemberitaan. Karena sifat newsticker yang aktual dan ter-
update, sehingga sangat tepat dikedepankan dalam strateginya untuk menjadi
televisi berita. Terlebih lagi dalam keadaan yang berstatus emergency ketika
terjadi bencana alam, yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam
mengantisipasi pesatnya perubahan realitas tersebut. Dengan demikian newsticker
mempunyai peran yang strategis, karena berpengaruh pada masyarakat (terutama
pada warga korban bencana dan pihak-pihak lain yang terkait –seperti pemerintah
dan tim-tim penanggulangan bencana, maupun keluarga dan para simpatisan atau
donator yang hendak membantu) dengan seluruh aspek yang memengaruhinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Oleh karena itulah menarik untuk diteliti, “Bagaimana newsticker di
tvOne menggambarkan konstruksi berita bencana alam, khususnya bencana
Merapi Yogyakarta? Terutama dalam level teks, produsen maupun konsumen
dan faktor-faktor sosial budaya yang memengaruhinya?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai penjelasan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini dapat
ditulis sebagai berikut:
1. Untuk memahami isi newsticker tvOne dalam mewacanakan realitas bencana
alam, khususnya bencana Merapi Yogyakarta.
2. Untuk memahami Redaksi tvOne melakukan konstruksi realitas media yang
diwacanakan newsticker yang menjadi salah satu kebijakan redaksional tvOne
di level produsen pada dimensi praktik wacana (discourse practice).
3. Untuk memahami pengonstruksian realitas media di level konsumen pada
dimensi praktik wacana (discourse practice) dalam newsticker tvOne tersebut
dapat diminati dan menjadi panduan masyarakat daerah bencana.
4. Untuk memahami pengonstruksian realitas media di level dimensi praktik
sosial budaya (sociocultural practice) dalam memengaruhi keberadaan pada
kondisi sosial budaya yang berhubungan dengan konteks di luar teks dan
konteks wacana newsticker tersebut.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat penelitian “konstruksi
berita bencana alam dalam newsticker” ini yang diharapkan adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1. Dimensi Akademis
a. Memberikan pemahaman tentang newsticker sebagai salah satu bentuk
pemberitaan yang merupakan hasil proses pembuatan wacana.
b. Memberikan pemahaman tentang proses pengelolaan newsticker sebagai
pengonstruksian realitas media dalam efektifitasnya untuk memperkuat
teori konstruksi realitas media.
2. Dimensi Praktis
a. Memberikan pemahaman tentang newsticker tentang pemberitaan bencana
alam dapat menggambarkan realitas sosial yang terjadi.
b. Memahami cara pandang Redaksi tvOne dalam menggunakan newsticker
sebagai salah satu bentuk media informasi yang dipengaruhi aspek kualitas
berita dan perubahan realitas yang terjadi.
3. Dimensi Sosial
a. Memahami cara pandang pemirsa tvOne dalam proses penerimaan pesan
(message reception) yang mampu menafsirkan realitas peristiwa dan
kebenaran sebagaimana adanya, untuk menggiring interpretasi khalayak
sesuai dengan perspektifnya.
b. Mengetahui pemberitaan bencana Merapi Yogyakarta di newsticker tvOne
juga mempertimbangkan masukan pemirsa dan respon Redaksi atas
masukan tersebut. ©
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
ORIENTASI TEORITIK
A. Deskripsi Teoritik
Dengan mengembangkan pemahaman mengenai keragaman teori-teori
komunikasi, kita akan lebih dapat membuat perbedaan dalam interpretasi ilmu
komunikasi, mendapat alat bantu untuk meningkatkan komunikasi dan memahami
ilmu komunikasi dengan lebih baik.
Theodore Clevenger Jr.19 mencatat masalah yang selalu ada dalam
mendefinisikan komunikasi untuk tujuan penelitian atau ilmiah berasal dari fakta,
kata kerja ‘berkomunikasi’ memiliki posisi yang kuat dalam kosa kata umum dan
karenanya tidak mudah didefinisikan untuk tujuan ilmiah.
Sebenarnya kata kerja ini merupakan salah satu istilah dalam bahasa
Inggris maupun bahasa Indonesia yang terlalu sering digunakan. Para akademisi
telah mencoba segala usaha untuk mendefinisikan komunikasi, tetapi menentukan
sebuah definisi tunggal telah terbukti tak mungkin dilakukan dan tak akan
berhasil.
Di lain sisi, masalah komunikasi sering digunakan dalam penelitian
berbagai disiplin ilmu. Hal ini menunjukkan betapa fleksibelnya ilmu komunikasi,
sehingga penyusun beranggapan ilmu komunikasi merupakan salah satu
penghubung antar ilmu yang dapat dipergunakan secara ilmiah dalam berbagai
penelitian.
Frank Dance20 mengambil langkah besar dalam mengklarifikasikan
19 Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit. hal.4 20 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
konsep ini dengan menggarisbawahi sejumlah elemen yang digunakan untuk
membedakan komunikasi, melalui tiga poin “perbedaan konseptual penting” yang
membentuk dimensi-dimensi dasar komunikasi.
Dimensi pertama, tingkat pengamatan atau keringkasan, semisal: “Komunikasi sebagai sebuah sistem.” Kedua, tujuan, seperti: “Situasi pengiriman dan penerimaan pesan merupakan sebuah sumber yang mengirimkan pesan kepada penerima dengan tujuan tertentu untuk memengaruhi perilaku penerima.” Ketiga, penjelasan normatif, contohnya: “Komunikasi adalah penyampaian informasi” yang tak mempermasalahkan informasi tersebut diterima dan dipahami atau tidak.”
Hal ini makin menunjukkan bahwasanya ilmu komunikasi dalam
dimensi-dimensi dasarnya dapat masuk dalam berbagai aspek penelitian dalam
banyak disiplin ilmu maupun pada penelitian komunikasi itu sendiri. Alasan
penyusun karena skema komunikator-pesan-komunikan sebagai dasar ilmu
komunikasi yang menjelaskan tentang suatu hubungan, terdapat dalam tujuan
sistem normatif pada banyak disiplin ilmu.
W. Barnett Pearce21 menggambarkan kemajuan penelitian komunikasi secara sistematis ini sebagai “penemuan revolusioner” yang sebagian disebabkan meningkatnya teknologi komunikasi (seperti radio, televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer) sejalan dengan meningkatnya industrialisasi bisnis besar dan politik global, sehingga sangat jelas komunikasi telah mengambil posisi penting dalam kehidupan kita.
Postulat di atas menggambarkan penelitian komunikasi kini semakin
penting dilakukan, guna mengantisipasi kecanggihan teknologi komunikasi yang
menyangkut pada berbagai disiplin ilmu. Bahkan disadari atau tidak, penyusun
sepakat perkembangan kemajuan teknologi telah ikut mengubah metode
penyusunan beberapa ilmu ‘tradisional.’
Robyn Penman22 menggarisbawahi lima prinsip pendekatan tindakan praktis, yang menyatakan betapa berbedanya penyusunan teori tersebut dari ilmu
21 Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit,. hal. 5-6 22Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit. hal. 35-36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pengetahuan tradisional. 1. Tindakan bersifat sukarela. Manusia sebagian besar memotivasi dirinya
sendiri dan memperkirakan perilaku berdasarkan pada faktor-faktor eksternal adalah sesuatu yang tidak mungkin.
2. Pengetahuan dihasilkan secara sosial, yang berarti teori-teori komunikasi diciptakan oleh proses komunikasi atau interaksi –proses yang mereka susun sendiri untuk dijelaskan. Tidak ada hubungan satu persatu antara gagasan dalam sebuah teori dan kenyataan obyektif. Jadi hipotesis hakikat-penghargaan merupakan hasil ciptaan ahli teori, yang merupakan salah satu dari banyak cara untuk memahami perilaku, bukan cermin dari alasan “nyata” atau “benar” alasan orang melakukan sesuatu.
3. Semua teori berhubungan dengan sejarah. Mereka mencerminkan keadaan serta waktu ketika mereka diciptakan dan ketika waktu berubah, demikian juga dengan teori-teori.
4. Didefinisikan sebagai bagian paradigma teoritis tindakan-praktis adalah teori memengaruhi kenyataan yang mereka tutupi.
5. Teori-teori selalu dibebani nilai, tidak pernah netral dari teoritis yang menguntungkan ini.
Dalam penelitian yang penyusun lakukan ini, fokus utamanya adalah
menganalisis konstruksi realitas media atas muatan tiap teks pemberitaan bencana
alam di newsticker tvOne. Untuk itu, penyusun menggambarkan terlebih dahulu
teori-teori seputar pesan dalam kajian ilmu komunikasi.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan, ide atau gagasan
dari satu pihak ke pihak lain, agar terjadi saling memengaruhi di antara keduanya.
Model penyusunan pesan mengungkapkan, manusia berpikir dengan cara berbeda
tentang komunikasi dan pesan, serta mereka menggunakan logika yang berbeda
pula saat memutuskan yang akan dikatakan ke orang lain dalam sebuah situasi.
Barbara O’Keefe23 menggarisbawahi tiga logika penyusunan pesan (message-design logic) untuk menjelaskan proses pemikiran di balik pesan yang kita ciptakan, yakni: a) logika ekspresif adalah komunikasi untuk mengungkapkan perasan dan
pemikiran sendiri, sehingga pesan bersifat terbuka dan reaktif, b) logika konvensional yang memandang komunikasi sebagai pengungkapan
diri sesuai aturan dan norma yang diterima –termasuk hak dan kewajiban— setiap orang yang terlibat,
23 Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit. hal. 188-189
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c) logika retoris yang memandang komunikasi sebagai sebuah cara perubahan aturan melalui negosiasi, membuat pesan cenderung luwes, berwawasan dan terpusat pada seseorang.
O’Keffe memerhatikan, dalam situasi tertentu pesan-pesan terlihat cenderung sama, tetapi pada situasi lain mereka berbeda. Jika tujuan komunikasi cukup sederhana dan menghadapinya bukanlah sebuah masalah, setiap logika penyusunan akan menghasilkan bentuk pesan yang sama. Sebaliknya, jika banyak tujuan dan kompleks serta menghadapinya menjadi masalah, logika penyusunan yang berbeda akan menghasilkan bentuk pesan berbeda pula. Teori ini membahas tentang bagaimana pesan terbentuk, bukan bagaimana pesan diterima dan dipahami.24
Padahal, penelitian tentang bagaimana pesan diterima dan dampaknya
kini semakin meningkat. Karena bagi sebagian peneliti, hal ini menjadi salah satu
daya tarik penelitian. Begitu juga yang penyusun lakukan, selain ingin mengetahui
bagaimana pesan dalam newsticker terbentuk dan dikelola, dampak penerimaan
masyarakat juga sangat menarik diteliti mengingat posisi newsticker sebagai
ujung tombak pemberitaan aktual yang ter-update dan perannya sebagai pedoman
tindakan bagi masyarakat dan pihak terkait, terutama atas wacana bencana.
Peningkatan jumlah yang menyatakan dampak dari media berita di
masyarakat, karena orang merasa media memiliki pengaruh. Riset ini diabdikan
bagi pertanyaan tentang individu dan termasuk variabel yang meningkatkan,
membatasi dan menghapuskan dampak penyusunan berita.
Namun atas pertanyaan, “apakah dampak penyusunan bergantung pada
isu yang tidak bertujuan?” menjadi taruhan25. Studi-studi menunjukkan, suatu isu
mempunyai arti penting dapat saja tak menimbulkan dampak dan sebaliknya, isu
yang tidak penting dapat pula mempunyai dampak besar.
24 Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit. hal. 188-189 25 Lecheler, Sophie and Claes Vreese. June 2009. Issue Importance as a Moderator of Framming Effects. Communication Research Vol.36 No.3. Sage Publications, http://online.sagepub.com at University of Newscastle, pp. 400-425
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Dalam kondisi sekarang di era globalisasi, saat informasi melimpah ruah
tanpa batas wilayah, menyebabkan adanya seleksi ketat pada proses internalisasi
dalam diri komunikan. Sehingga dampak tak dapat diduga, meski menurut
penyusun untuk isu yang berkaitan dengan human interest mempunyai dampak
yang rata-rata dapat digolongkan besar.
Pendekatan penggabungan informasi (information integration) bagi pelaku komunikasi (komunikator), berpusat pada cara mengakumulasi dan mengatur informasi tentang semua orang, obyek, situasi, gagasan yang membentuk sikap atau kecenderungan bertindak, dengan cara positif atau negatif terhadap beberapa obyek. Informasi sebagai suatu kekuatan interaksi dan berpotensi untuk memengaruhi sistem kepercayaan dan sikap individu.26
Penggabungan informasi seperti ini, menurut penyusun juga terdapat
dalam newsticker bencana. Karena informasi tersebut ditujukan terutama untuk
warga terdampak, tim penangulangan bencana maupun pihak-pihak terkait
lainnya, pemerintah dan masyarakat umum, termasuk keluarga dan kerabat korban
bencana yang berada di lokasi berjauhan. Bahkan menurut hasil wawancara
dengan responden, banyak warga terdampak yang kemudian menjadikannya
sebagai panduan tindakan dalam mengantisipasi perubahan realitas yang terjadi.
Tedapat dua variabel yang berperan penting dalam memengaruhi
perubahan sikap: a) arahan (valence), yang mengacu pada informasi yang
mendukung atau tidak, dan b) bobot yang diberikan terhadap informasi sebagai
kegunaan kredibilitas, jika benar bobotnya tinggi atau sebaliknya.
Informasi tersebut haruslah mempunyai dampak yang besar, sehingga
dapat mengubah sikap pemirsa. Arahan untuk pemirsa yang mengacu pada
informasi itu, haruslah dapat dimengerti agar terjadi perubahan sikap. Karenanya
sangat penting pemahaman makna pada pesan yang terkandung dalam informasi
26 Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit. hal. 111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
tersebut. Dan yang tak kalah pentingnya, bobot kepercayan pemirsa atas informasi
newsticker juga harus tinggi sehingga dapat bermanfaat.
Graeme Burton27 berpendapat, makna akan dimasukkan melalui
sejumlah cara dalam beberapa tingkatan ke dalam sistem nilai dan realitas
pemirsanya. Program-program tertentu –termasuk berita— dapat mengandung
makna yang sama sekaligus berbeda.
Makna yang kita dapat dari sebuah naskah merupakan hasil dari
pembicaraan antara makna kita saat ini dan semua yang ditanamkan dalam
bahasa naskah tersebut Hans Georg Gadamer28 menyatakan, individu tidak
berdiri terpisah dari segala sesuatu dalam menganalisis dan menafsirkan, malah
secara alami sebagai bagian dari kehidupan kita keseharian. Pengamatan,
pemikiran dan pemahaman tidak selalu benar-benar obyektif, semuanya diwarnai
pengalaman kita.
Sedangkan bagi Stanley Fish29, makna terletak dalam pembaca dengan
merujuk teorinya: reader-response theory. Karena itu, pertanyaan yang tepat
bukanlah “apa yang dimaksud dari sebuah naskah?” tetapi “apa yang dilakukan
oleh sebuah naskah?” Fish jelas menekankan, pemaknaan bukanlah masalah
individu.
Melalui pendekatan konstruksionis sosial ia mengajarkan, pembaca
merupakan anggota komunitas interpretif –kelompok yang berinteraksi
membentuk realitas dan pemaknaan umum serta menggunakannya dalam
pembacaan. Jadi, pemaknaan terletak dalam komunitas interpretif pembaca.
27 Burton, Graeme. 2007. Membincangkan Televisi, sebuah Pengantar kepada Studi Televisi. Bandung: Jalasutra, hal. 365. 28 Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit. hal. 192-196 29 Ibid. hal. 196-197
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Realitas yang dibentuk dalam komunitas interpretis hanya sebatas pada
makna pembacaan, bukanlah realitas yang terjadi dalam proses komunikasi. Ibnu
Hamad30 berpendapat, komunikasi sebagai proses konstruksi realitas adalah
komunikasi yang di dalamnya berlangsung proses pengembangan wacana. Proses
itu dimulai dengan adanya realitas pertama.
Komunikator, sebagai pelaku konstruksi realitas, berupaya menyusun realitas pertama ke dalam struktur cerita yang bermakna atau populer disebut wacana. Mengingat adanya berbagai faktor yang memengaruhi proses konstruksi realitas, baik yang disadarinya maupun tidak, akan memungkinkan struktur dan makna yang berbeda dari realitas pertama. Justru karena sifat dasarnya ini, teori komunikasi sebagai wacana (communication as discourse) memiliki asumsi realitas dikonstruksikan bukan hanya menjadi realitas yang simbolik (symbolic reality) atau sekadar menjadi realitas kedua (second reality), tetapi membentuk realitas lain (the other reality) yang bisa berbeda sama sekali dengan realitas pertama. Dalam sistem komunikasi libertarian, wacana yang terbentuk akan berbeda dalam sistem komunikasi yang otoritarian. Secara lebih khusus, dinamika internal dan eksternal mengenai diri pelaku konstruksi, tentu saja sangat memengaruhi proses konstruksi.31
Ini juga menunjukkan, pembentukan wacana tidak berada dalam ruang
vakum. Pengaruh itu bisa datang dari pribadi penulis dalam bentuk kepentingan
idealis, ideologis dan sebagainya, maupun dari kepentingan eksternal dari
khalayak sasaran sebagai pasar, sponsor dan sebagainya.
Konsep-konsep dalam sebagian besar pendekatan praktis terhadap teori,
cenderung disajikan sebagai sesuatu yang universal.32 Malahan terori-teori
tersebut mengakui, orang-orang merespon dengan berbeda dalam situasi yang
berbeda pula dan kata-kata serta tindakan yang digunakan untuk
mengungkapkannya akan berubah seiring jalannya waktu.
Jadi konsep tidak bisa diukur secara operasional, tapi digunakan sebagai
30 Hamad, Ibnu. 2010. Komunikasi sebagai Wacana. Jakarta: La Tofi Enterprise, hal. 31 31 Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya, hal. 8 32 Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit. hal. 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kerangka pengatur untuk mengelompokkan penafsiran dan tindakan dinamis
manusia dalam situasi yang sebenarnya.
Untuk itu, di bawah ini adalah penjelasan konsep-konsep yang dimuat
dalam judul penelitian ini:
1. Konstruksi Realitas Media
Realitas media adalah realitas yang dikonstruksi media, dalam dua
model: Pertama, model peta analog dan kedua, model refleksi realitas.33 Model
Peta Analog mengkonstruksi realitas sosial berdasarkan model analogi,
sebagaimana realitas yang terjadi secara rasional.
Sebagai contoh, kejadian jatuhnya pesawat terbang Sukhoi Super Jet 100
di Gunung Salak yang terbang dalam rangka Joy Flight pada 9 Mei 2012.
Menurut berita di televisi, bangkai pesawat yang hancur telah ditemukan warga
dan aparat gabungan. Berita ini tersebar luas dan terkonstruksi sebagai realitas.
Sedangkan model Refleksi Realitas adalah yang merefleksikan suatu
kehidupan yang terjadi, dengan merefleksikan kehidupan tersebut di dalam
masyarakat. Contohnya adalah kisah features di media massa.
Istilah konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan Peter
Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya “The Social Construction of
Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge” dan kemudian diterbitkan
dalam edisi bahasa Indonesia di bawah judul “Taksir Sosial atas Kenyataan:
Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan” (1990).
33 Bungin, H.M.Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik terhadap Peter L Berger & Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana Prenada Media, hal. 201-203.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Dalam buku tersebut menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dengan individu intens menciptakan realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Mereka telah berhasil menunjukkan bagaimana posisi teori Weber dan Durkheim dapat digabungkan menjadi satu teori yang komprehensif tentang tindakan sosial tanpa kehilangan logika intinya. 34
Menurut penyusun, isi media hakikatnya hasil konstruksi realitas dengan
bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat
merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang
akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut.
Dalam pandangan Hall Halliday35, salah satu fungsi bahasa adalah untuk
memelihara hubungan antar sesama manusia dengan menyediakan wahana
lengkap terhadap status, sikap sosial dan individual, taksiran, penilaian dan
sebagainya, yang berarti memasukkan partisipasi ke dalam interaksi bahasa.
Secara makro berdasarkan isi pesan, fungsi-fungsi bahasa dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Fungsi ideasional, untuk membentuk, mempertahankan, dan memperjelas
hubungan di antara anggota masyarakat, b. Fungsi interpersonal, untuk menyampaikan informasi di antara anggota
masyarakat, dan c. Fungsi tekstual, untuk menyediakan kerangka, pengorganisasian diskursus
(wacana) yang relevan dengan situasi.
Fungsi tekstual dikatakan berkaitan tugas bahasa untuk membentuk
berbagai mata rantai kebahasaan dan mata rantai unsur situasi (features of
situation) yang memungkinkan digunakannya bahasa oleh para pemakainya.
Fungsi tekstual tampak pada struktur yang terkait tema, yaitu struktur tematik dan
struktur informasi.
Fungsi tekstual bahasa, kata Halliday, adalah satuan dasar bahasa dalam
penggunaan, bukan kata atau kalimat, melainkan teks. Sedangkan unsur tekstual
34 Sobur, Alex. 2009. Op Cit. hal. 91 35 Ibid, hal.17-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dalam bahasa adalah seperangkat pilihan, yang dengan cara itu memungkinkan
pembicara atau penulis (termasuk Redaksi –penyusun) menciptakan teks-teks –
untuk menggunakan bahasa dengan jalan yang relevan dengan konteksnya.
Klausa dalam fungsi-fungsi disorganisasi atau ditata sebagai amanat atau pesan, sehingga di samping struktur dalam transivitas dan modalitasnya, klausa itu juga memiliki struktur sebagai amanat yang dikenal sebagai struktur tematik. Dalam kaitan tersebut, akibatnya media massa mempunyai peluang yang sangat besar, untuk memengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya. Karena menceritakan pelbagai kejadian atau peristiwa itulah, maka tidak berlebihan bila dikatakan seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (construsted reality).36
Laporan-laporan jurnalistik di media, pada dasarnya tidak lebih dari
hasil penyusunan realitas-realitas dalam bentuk sebuah cerita. Penyusun sepakat
dengan yang dikatakan Tuchman37, berita pada dasarnya adalah realitas yang
telah dikonstruksikan.
Menurut Yoce Aliah Darma, untuk melakukan konstruksi realitas, pelaku konstruksi memakai suatu strategi tertentu. Tidak terlepas dari pengaruh eksternal dan internal, strategi konstruksi ini mencakup pilihan bahasa (mulai dari kata hingga paragraf), pilihan fakta yang dimasukkan/dikeluarkan dari wacana (yang populer disebut strategi framing) dan pilihan teknik menampilkan wacana di depan publik (disebut strategi priming).38
Selanjutnya, hasil dari proses ini adalah wacana (discourse) atau realitas
yang dikonstruksikan berupa tulisan (text), ucapan (talk), tindakan (act), atau
peninggalan (artifact). Oleh karena itu, wacana yang terbentuk telah dipengaruhi
berbagai faktor. Akhirnya penyusun dapat mengatakan, kepastian di balik wacana
itu terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang
diperjuangkan.
Galtung dan Ruge (dalam McQuail)39 menjelaskan, faktor penting yang
36 Sobur, Alex. 2009. Op. Cit. hal. 17-18 37 Ibid. hal 88-89 38 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 8 39 Hartley, John. 1982. Memahami Berita Jakarta.. Routledge. London. hal..90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
memengaruhi pemilihan kemasan informasi di media atau pemberitaan: faktor
organisasi, faktor yang berkaitan dengan aliran, dan faktor sosial budaya.
Dalam pengamatan penyusun, faktor organisasi merupakan faktor yang
paling universal dan mengandung konsekuensi kepentingan tertentu. Biasanya
suatu media lebih menyukai peristiwa besar atau penting yang terjadi dalam skala
waktu yang sesuai dengan jadwal produksi normal, serta menyukai pula peristiwa
yang paling mudah diliput dan dilaporkan, mudah dikenal, dan dipandang relevan.
Oleh karena itu, informasi ataupun pesan yang ingin disampaikan
suatu media massa atas berbagai peristiwa –termasuk yang melalui newsticker—
tak bisa disamakan dengan fotokopi dari realitas. Namun penyusun sepakat, harus
dipandang sebagai hasil konstruksi dari realitas.
Karenanya, sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi
secara berbeda oleh beberapa media massa. Wartawan atau jurnalis bisa jadi
mempunyai pandangan dan konsepsi berbeda, ketika melihat suatu peristiwa atau
kejadian yang terwujud dalam teks berita.
Sementara itu Piliang mengatakan, televisi dianggap cermin bagi realitas sosial dengan berbagai kepentingan yang mempresentasikan dan mencitrakan kenyataan sosial yang dihadapi masyarakat. Ia berada dalam mekanisme kerja intelektual yang rumit, serius dan komprehensif dalam usahanya memberi pemaknaan atas kenyataan sosial yang ditemui sehari-hari. Saat sekarang, budaya media telah mengaburkan batasan antara kenyataan di lapangan dengan fiksi. Akibatnya hegemoni budaya media terus mempersubur realitas-realitas buatan, yang dibangun, seakan mirip dengan realitas sebenarnya. 40
Penyusun melihat kepercayaan masyarakat kepada televisi cukup tinggi,
sehingga cenderung menjadi media dominan yang menggeser dominasi budaya
tulis. Pola berulang dari pesan-pesan dan gambaran televisi yang menghadirkan
nyaris seluruh aspek human interest, membuat jarak antara kenyataan dan fiksi
40 Hartley, John. 1982. Op. Cit, hal. 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
semakin kabur. Terlebih dengan adanya tayangan yang merekayasa fakta demi
tingginya rating, menjadikan masyarakat mempercayai pemaknaan kenyataan atas
realitas-realitas buatan tersebut. Ini tentunya kemudian berdampak pada
penyimpangan fungsi media massa, disadari atau tidak.
Menurut Bungin41 media massa yang berperan sebagai agent of change
(institusi pelopor perubahan) menjadi paradigma utama media massa.
Dalam menjalankan paradigmanya, media massa berperan: a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, dalam perannya sebagai media
edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju.
b. Selain itu media massa menjadi media informasi, yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi terbuka, jujur dan benar yang disampaikan media massa kepada masyarakat, masyarakat akan menjadi kaya dengan informasi dan terbuka dengan informasi.
Sebaliknya pula, masyarakat dapat menyampaikan informasi dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki masyarakat menjadikannya sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuan.
c. Terakhir, media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, juga media massa menjadi institusi budaya yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Sebagai agent of change yang dimaksud, juga mendorong agar perkembangan budaya bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat yang sakinah. Dengan demikian, media massa berperan pula untuk mencegah berkembangnya budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.
Paradigma inilah yang menurut penyusun harus dikembalikan para
pengelola media massa, khususnya televisi, agar masyarakat mendapatkan
informasi yang benar, faktual, tanpa bercampur dengan fiksi. Perubahan realitas
yang dikonstruksikan secara apa adanya, akan membuat masyarakat memaknai
informasi dengan benar. Dengan demikian fungsi mendidik maupun menghibur
masyarakat, dapat dilakukan secara etis dan bermanfaat dalam membangun
41 Hartley, John. 1982. Log. Cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
peradaban dan kebudayaan.
2. Pemberitaan
Pada dasarnya, penerbitan pers berisi tiga komponen. Pertama,
penyajian berita sebagai produk utama yang disajikan kepada pembacanya.
Kedua, pandangan atau pendapat yang dalam istilah jurnalistik disebut opini, baik
dari masyarakat (public opinion) maupun redaksi (desk opinion). Terakhir,
periklanan yang menjadi tempat perusahaan untuk mendapatkan keuntungan.
Curtis D MacDougall42 menyebut jurnalisme sebagai kegiatan dalam
menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat
penting di mana pun dan kapan pun, yang sangat diperlukan dalam suatu negara
demokratis. Tak peduli apa pun perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan
–baik sosial, ekonomi, politik maupun lainnya.
Penyusun tak dapat membayangkan, akan pernah ada saatnya ketika
tiada seorang pun yang berfungsi mencari berita tentang peristiwa yang terjadi
dan menyampaikan beritanya kepada khalayak ramai, diiringi dengan perjalanan
tentang peristiwa tersebut. Berita sebagai sebuah produk jurnalistik, tentu tidak
bisa dilepaskan dari peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di tengah masyarakat.
Melalui berita, masyarakat bisa memahami tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Namun demikian, berita adalah rangkaian realitas yang sudah
dikonstruksi oleh wartawan, sehingga menjadi sebuah cerita yang mempunyai
makna. Seperti yang telah dijelaskan di atas, pembuatan berita di media pada
dasarnya adalah penyusunan realitas - realitas hingga membentuk cerita atau
42 Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2005. Jurnalistik, Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 15-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
wacana yang bermakna.
Mengelola suatu media –terutama media penyiaran— memberi
tantangan yang tak mudah kepada pengelolanya, seperti ditegaskan Peter Pringle43
“Few management position offers challenges equal to those of managing a
commercial radio or television station” (Tidak banyak posisi manajemen yang
memberikan tantangan setara dengan mengelola suatu stasiun radio dan televisi
komersial).
Dalam organisasi penyiaran komersial dan non komersial yang besar,
biasanya membentuk bagian pemberitaan sebagai unit atau departemen yang
terpisah dari bagian program. Hal ini umumnya disebabkan manajemen
pemberitaan mempekerjakan banyak orang, mulai dari reporter, penulis, juru
kamera, editor, pustakawan, produser dan sebagainya. Alasan lain, karena sifat
berita yang harus segera disiarkan dan juga karena adanya misi tertentu atau
tanggungjawab tertentu yang diemban manajemen pemberitaan.
Kini –termasuk di Indonesia— dengan era globalisasi dunia sudah bagai
desa global, sehingga pers pun mendunia. Dengan bantuan satelit maupun
internet, berita tidak lagi mengenal batas negara. Berita ada di segala penjuru
dunia, sehingga menurut Mitchel V. Charnley44 definisi berita adalah “News is the
timely report of facts or opinion that hold interest or importance, of both, for a
considerable number of people” (Berita adalah laporan aktual tentang fakta-fakta
dan opini yang menarik atau penting, atau keduanya, bagi sejumlah besar orang).
Arus informasi yang demikian padat saat ini, menjadikan manusia kian
43 Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 125-127 44 Effendi, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
selektif memilih berdasarkan aktualitas dalam berbagai kepentingannya. Tanpa
disadari dan dipahami masyarakat umum, pertimbangan tersebut sesungguhnya
adalah komponen nilai berita. Karenanyalah menurut penyusun, newsticker
ditayangkan dan lantaran kesederhanaan tampilannya memang patut dijadikan
ujung tombak pemberitaan pada stasiun televisi.
Untuk menguji suatu informasi layak menjadi berita, Mencher
membaginya ke dalam tujuh nilai berita:
1) actuality (kesegeraan waktu atau aktual), 2) impact (kejadian yang berdampak pada banyak orang), 3) prominence (kejadian yang mengandung nilai keagungan), 4) proximity (kedekatan, baik secara fisik maupun psikis), 5) conflict (mengandung pertentangan), 6) the unusual (kejadian yang tidak biasa terjadi dan merupakan pengecualian dari pengalaman sehari-hari), dan 7) the currency (sedang menjadi pembicaraan orang banyak).45
Sementara Charnley lebih menyoroti aspek kualitas berita, menurutnya
ada beberapa standar yang dipakai untuk mengukur kualitas:
1) accurate (informasi yang sudah dicek ulang ketepatannya), 2) properly attributed (nara sumber punya kapabilitas tentang yang diberitakan), 3) balanced and fair (informasi harus mengandung keseimbangan dan kejujuran), 4) objective (informasi harus obyektif dari realitas dan fakta), 5) brief and focused (materi disusun secara ringkas, padat dan terarah, sehingga mudah dipahami), dan 6) well written (kisah beritanya ditulis dengan jelas dan menarik).46
3. Bencana Alam
Mencermati kondisi negara kita dalam beberapa tahun belakangan ini,
menyadarkan kita semua kalau negara kita akrab dengan bencana alam. Hampir
setiap hari media massa menyajikan berita tentang bencana yang terjadi di seluruh
pelosok tanah air, baik berupa banjir, tanah longsor, kekeringan, lahar dingin,
gunung meletus, maupun angin puting beliung. Tak terbilang harta dan nyawa 45 Baksin, Askurifai. 2006. Op .Cit. hal. 50-52. 46 Effendi, Onong Uchjana. 1993. Log. Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
yang menjadi korban, karena berbagai peristiwa tadi.
Bencana sering diidentikkan dengan sesuatu yang buruk. Paralel dengan istilah disaster dalam bahasa Inggris. Secara etimologis berasal dari kata ‘dis’ yang berarti sesuatu yang tidak enak (unfavorable) dan ‘astro’ yang berarti bintang (star). ‘Dis-astro‘ berarti an event precipitated by stars (peristiwa jatuhnya bintang-bintang ke bumi).47
Bencana alam adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu
peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas
manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen
keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan
struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada
kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.
Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila
ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan." Dengan demikian, aktivitas
alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa
ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni.
Konsekuensinya pemakaian istilah ‘alam’ juga ditentang karena bencana
tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia.
Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai
dari kebakaran yang mengancam individual sampai peristiwa tubrukan meteor
besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi
(hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi,
tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada di sana
memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience).
47 Sholeh, Muh. Definisi Bencana Alam. Diakses 1 Juli 2011. http://muhsholeh.blogspot.com/ 2011/01/definisi-bencana-alam.html
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Konsep ketahanan bencana merupakan evaluasi kemampuan sistem dan
infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-
tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan
bencana dengan jumlah penduduk yang besar, tidak akan berdampak serius jika
diimbangi dengan ketahanan terhadap bencana yang cukup.
Karena menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana dapat mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana alam artinya sebagai bencana yang disebabkan oleh alam.48
Pengertian bencana atau disaster menurut Wikipedia: “Disaster is the impact of a natural or man-made hazards that negatively effects society or environment (bencana adalah pengaruh alam atau ancaman yang dibuat manusia yang berdampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan).”49
Masalahnya pada kejadian-kejadian bencana alam geologis –termasuk
bencana erupsi gunung berapi— gejala awal tersebut seringkali berjalan terlalu
cepat dan berjangka waktu sangat singkat ke gejala utama, sehingga tidak ada
waktu untuk mengantisipasi datangnya gejala utama. Usaha mendeteksi
datangnya gejala awal, sangat penting dalam mengantisipasi bencana alam.
Dalam Undang - Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana.50
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan --baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia— sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
b. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
48 Sholeh, Muh. Definisi Bencana Alam. Log. Cit 49 Ibid 50Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
c. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
d. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
e. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
f. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
g. Kesiap-siagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk antisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
h. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
i. Mitigasi ialah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
j. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
k. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
l. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peranserta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
m. Ancaman bencana ialah kejadian atau peristiwa yang bisa timbulkan bencana
n. Rawan bencana ialah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu, yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
o. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.
p. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
q. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu, yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
r. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.
s. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu, atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.
t. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti, sebagai akibat dampak buruk bencana.
u. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pemerintah Indonesia telah berupaya melaksanakan perencanaan,
pelaksanaan sampai evaluasi dalam penanggulangan bencana, Penanggulangan
bencana yang terjadi di Indonesia dipayungi oleh Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007.
4. Newsticker
Newsticker (kadang dikenal sebagai "perayap") sebagai suatu ruang
kecil di layar pada jaringan televisi berita, dipersembahkan untuk
mempresentasikan berita utama atau bagian kecil dari berita. Mungkin juga
mengacu pada panjang dan tipis gaya tampilan scoreboard, yang biasanya
mengelilingi bagian depan kantor atau gedung pemerintah.
Awalnya jenis tayangan berita (sangat) sekilas ini, di Indonesia dimotori
oleh Metro-TV. Mungkin oleh beberapa stasiun televisi lainnya teknik ini
dianggap cukup efektif, terutama untuk memberitakan sekilas tetapi sangat
menyedot perhatian khalayak. Contoh ketika invasi Amerika atas Irak, beberapa
stasiun televisi pun menayangkan berita running text. Meskipun sangat sekilas,
tapi penonton tertarik karena setiap saat bisa membacanya.
Menurut Baksin51, penayangan berita dengan running text ini mungkin
diilhami oleh iklan yang muncul secara moving (bergerak). Dengan tampilan
moving, otomatis mata penonton mau tidak mau akan membacanya. Secara
psikologi mata, ketika tampilan berlangsung lama kemudian muncul tayangan
newsticker yang berbeda, maka tayangan itu akan menyedot perhatian.
Selain itu, ada pola-pola yang berlaku khusus bagi ragam tekstual
51 Baksin, Askurifai. 2006. Op.Cit. hal. 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
tertentu menurut Lalouscheck 52, misalnya seperti pada pengelolaan newsticker di
televisi. Produksi newsticker di tvOne dilakukan oleh sebuah tim –dalam sebuah
divisi tersendiri (Divisi Newsticker & Website)— yang terdiri 6 orang secara
bergantian setiap 8 jam berdasarkan shift selama 24 jam.
Menurut Aries Margono, Manajer Divisi, cara kerja pengelolaan
newsticker dilakukan Tim dengan bahan berita yang berasal dari para reporter
tvOne di lapangan, mengutip media online dari satu grup, Vivanews. com, dan
masukan masyarakat.
Dengan menggunakan sofwtware komputer, format newsticker telah disiapkan, sehingga Tim yang bertugas hanya mengetikkan naskah ke dalam format tersebut. Namun sebelum ditulis, para anggota Tim terlebih dahulu mengadakan recheck (pengontrolan ulang) atas informasi ataupun berita tersebut kepada reporternya di lapangan. Selain mengkonfirmasi kebenaran, juga untuk mengetahui kondisi terakhir informasi/berita demi menjaga aktualitas. Hal ini dilakukan demi menjaga kredibilitas tvOne sebagai saluran televisi yang “Terdepan Mengabarkan” 53
Newsticker berita yang tampil sebagai running text di televisi,
mempunyai format berita hampir mendekati format Reader sebagai bentuk berita
yang paling sederhana di televisi. Dalam format Reader, yang ditulis Arifin
Harahap dalam bukunya, sebagai berikut:
Reporter hanya menuliskan lead in (teras berita) untuk dibacakan presenter/penyiar dan sama sekali tidak memiliki gambar. Ketentuannya: (1) memiliki nilai berita penting, (2) sudah dicek kebenarannya, (3) gambar belum tersedia, (4) peristiwa terjadi menjelang atau saat program berita tengah mengudara, (5) beritanya dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan berita utama yang ditayangkan dan (6) durasi maksimal 30 detik. 54
Bedanya dengan newsticker berita, agaknya, untuk poin (3), (4) dan (6)
tidak selalu seperti itu. Pada newsticker dapat saja gambar sudah tersedia,
52 Titscher, Stefan. et.al. 2009. Op. Cit. hal. 45-47 53 Wawancara penyusun dengan Aries Margono, Manager Divisi Newsticker & Website tvOne 54 Harahap, Arifin S, 2006. Jurnalistik Televisi, Teknik Memburu dan Menulis Berita TV. Jakarta: PT. Indeks, Kelompok Gramedia, hal 48.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
peristiwa sudah terjadi sebelum mengudara dan tidak memerlukan durasi karena
teks berjalan berulang-ulang.
Hal ini disebabkan newsticker berita lebih sebagai intisari berita, yang
dapat di update bila ada perkembangan terbaru. Isinya pun tidak selalu berupa
teras berita, bisa saja cuplikan tubuh berita ataupun penutup, sepanjang menarik
rasa ingin tahu pemirsa. Repetisi pesan55 pada newsticker, sekaligus merupakan
argumen yang baik untuk mempelajari media dan efek-efek yang mungkin dari
repetisi ini.
Berita terkini pada tampilan newsticker bersifat time concern, penyajian
sangat terikat pada waktu. Makin cepat disajikan makin baik, dengan syarat nilai
beritanya harus kuat. Dengan membaca newsticker, pemirsa dapat menangkap
makna (mean) dan nilai (value) suatu berita secara jelas, sekaligus menentukan
minat untuk mengikuti berita seutuhnya yang akan dibacakan presenter/penyiar.
Karena itu, newsticker harus memuat bagian paling penting dan menarik,
yang menjawab unsur what (apa) atau who (siapa), when (kapan) dan where
(dimana), meski kadang dijumpai pula ringkasan atas jawaban how (bagaimana)
dan why (mengapa). Jika bahan berita berupa pendapat, newsticker setidaknya
memuat kelengkapan unsur who (siapa) dan says what (mengatakan apa).
Pada saat ini, di media massa periodik radio/televisi Indonesia, arus
informasi masih berjalan satu arah, dari pengelola media massa periodik
(komunikator) kepada khalayak (komunikan).56 Sedangkan arus balik bersifat
tertunda (delayed feedback). Meski begitu, perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi telah mendukung percepatan penyampaian karya jurnalistik kepada
55 Burton, Graeme. 2008. Op. Cit. hal. 5-6. 56 Baksin, Askurifai. 2006. Op..Cit. hal. 61.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
khalayak melalui kehadiran newsticker.
5. Televisi Berita
Ketika pertama kali TVRI mengudara, televisi pemerintah ini awalnya
menampilkan liputan Asian Games IV. Artinya, sejak awal TVRI memerhatikan
konsumsi berita untuk pemirsanya. Kemudian, setelah kurang lebih 32 tahun,
mulailah kebebasan mendapatkan informasi yang transparan berlaku di negara
kita, sampai akhirnya bisa memilih acara berita dari sebelas stasiun televisi.
Jurnalistik televisi relatif baru berkembang di Indonesia dan berita
televisi saat ini telah menjadi acara yang sangat penting, terutama untuk
mengangkat citra stasiun televisi yang bersangkutan. Sayangnya referensi tentang
jurnalistik televisi masih sangat terbatas, padahal jurnalistik televisi dan jurnalistik
media cetak sangat berbeda.
Menurut Eva Arifin, jurnalistik televisi dalam lingkupnya sebagai
penyiaran (broadcast) dapat dipahami sebagai berikut:
“Broadcasting merupakan suatu kehidupan dunia yang penuh kegemerlapan, di mana dalam penyajian informasi, ide, gagasan yang sifat penyampaian divisualisasikan di layar kaca dalam bentuk program yang dikemas secara apik, tematis, edukasi, penuh pesona, dengan satu tujuan agar informasi dan berita tersebut dapat sampai ke hadapan khalayaknya serta bisa diterima dan dipahami secara baik.” 57
Pemberitaan (news) dicari dari sebuah peristiwa lalu diliput dan disuplai
untuk dikemas, menjadi suatu program acara pemberitaan di dalam program
televisi broadcasting (siaran) yang sifat tayangannya sangat spesifik. Tiga bagian
besar berita, pada acara program televisi broadcasting dan pada radio penyiaran
adalah sebagai berikut:
57 Arifin, Eva. 2010. Broadcasting to be broadcaster. Yogyakarta: Graha Ilmu,. hal. 67-69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
a. Berita yang ditayangkan secara langsung (live) disiarkan dari tempat kejadian atau peristiwanya, akan mempunyai nilai informasi lebih update, segar, obyektif, selintas, akurat, edukatif dan faktual, yang banyak diminati khalayak karena mereka tidak tertinggal berita.
b. Berita yang tidak langsung atau rekaman, karena pertimbangan khusus soal lokasi, crew, nara sumber, dan lain-lain
c. Berita perpaduan antara rekaman dan langsung, dengan peliputan saat terjadi dan disiarkan setelah peristiwa melalui rekaman.58
Secara ringkas, Eva Arifin mengambil contoh sebuah rangkaian proses
pengelolaan berita di televisi sebagai berikut:
Lokasi : Studio/ruangan redaksi Kegiatan : Perencanaan berita Meliputi : Penentuan topik dan pembagian tugas Bahan : Nilai media, fakta dan data pustaka
Lokasi : Lapangan (alam/instansi/rumah) Kegiatan : Peliputan berita Meliputi : Pengamatan peristiwa, wawancara, merekam atmosfir, mencatat data
Lokasi : Studio/ruangan redaksi Kegiatan : Produksi paket berita Meliputi : Melakukan seleksi data, menulis naskah editing, mixing (penggabungan suara, pembacaan teks, nara sumber & ilustrasi musik)
Lokasi : Studio siaran/on air Kegiatan : Penyiaran berita Meliputi : Pembacaan pengantar oleh presenter, pembacaan laporan oleh reporter
Lokasi : Studio/ruangan redaksi Kegiatan : Evaluasi harian bersama Meliputi : Perbandingan rancangan topik antara hasil lapangan dan hasil evaluasi, kendala serta rencana selanjutnya.59
Bentuk pemberitaan televisi yang lazim seperti diungkap Eva Arifin
dalam bukunya adalah:
1) writting news, berupa adlips atau spot news, 2) news with insert (berita yang dilengkapi dengan sisipan suara nara sumber), 3) News feature (berita panjang yang bersifat human interest), 4) phone in news (berita langsung yang disajikan via telepon reporter ataupun nara sumber), 5) news bulletin (gabungan beberapa berita pendek yang ditayangkan dalam satu blok waktu),
58 Arifin, Eva. 2010. Log. Cit. 59 Ibid, hal. 235-236
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
6) news interview (berita bersifat interaktif dengan sedapat mungkin ada keterlibatan khalayak), 7) hard news (berita yang baru saja terjadi atau masih hangat dibicarakan), 8) soft news (berita lanjutan tentang peristiwa [infotainment] yang tidak terikat waktu tetapi lebih menekankan aspek kemanusiaan), 9) indepth news (berita mendalam yang dikemas dalam format features), 10) breaking news (berita penting yang tengah terjadi dan biasanya berkesinambungan dengan berita akan datang), 11) varia berita (berisi aneka ragam topik berita), 12) straight news (berita langsung saat peristiwa terjadi), 13) opinion news (berita yang berisi tanggapan masyarakat), 14) investigative news (berita hasil penyelidikan yang mengandung kasus kontroversial dan kadang merugikan masyarakat luas dan memerlukan tanggung jawab moral dan waktu yang panjang dengan penuh kehati-hatian, keuletan dan mengandung tantangan), 15) news culture (berita tentang khazanah atau peristiwa budaya), dan 16) kaladeiscope news (kumpulan berita ekonomi, politik, sosial, budaya, dalam setahun yang ditayangkan akhir tahun). 60
Berita televisi bukan hanya melaporkan fakta tulisan/narasi, tetapi juga
gambar (visual), baik gambar diam maupun film berita. Dasar literatur visual
adalah sudut pandang alami, cara pandang dan tanggapan pemikiran, isyarat
warna, wujud, kedalaman dan gerakan serta pendekatan literatur visual terhadap
gestalt, semiotik dan pengamatan.
Sementara Onong Uchyana Effendi membagi jenis berita televisi atas: warta berita (straight newscast), siaran pandangan mata (on the spot telecast), wawancara udara (interview on the air) dan komentar. Sedangkan JB Wahyudi membagi berita televisi menjadi Berita Terkini (dalam 2 bentuk berita langsung: berita kuat dan mendalam) dan Berita Berkala (5 bentuk: laporan eksploratif, laporan khas/feature, berita analisis, human interest dan majalah udara). 61
Seorang jurnalis harus memahami asas-asas fisik sudut pandang dan
teori-teori yang telah dikedepankan, untuk menjelaskan dampak sosial sudut
pandang dalam membentuk peristiwa dan mengkomunikasikan suasana hati.
Seorang jurnalis televisi harus juga memahami betul kriteria dan nilai
berita, sebelum mencari dan menulisnya, Tanpa memahami, berita yang disajikan
belum tentu berguna dan menarik bagi pemirsa. Terlebih program berita di televisi
60 Arifin, Eva. 2010. Op.Cit. hal. 74-77 61 Baksin, Askurifai. 2006. Op.Cit.hal. 83-99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
juga memiliki keterbatasan, semisal waktu siar dan sifatnya yang sepintas. Untuk
itu, kita harus memilihnya sesuai nilai berita dan karakteristik di televisi.
Sesuai kategori asal berita, pencarian berita televisi berdasar peristiwa momentum (moment news), peristiwa teragenda (event news) dan peristiwa fenomena (phenomenum news). Juga ada berita lanjutan (follow up news), yang dirancang dari berita yang telah disiarkan. Mencari berita televisi harus menggunakan strategi, tidak hanya menunggu peristiwa terjadi. Bahkan dapat dikatakan, 75% keberhasilan perolehan berita ditentukan perencanaan yang baik.62
Berita televisi terutama lebih mengedepankan gambar yang mampu
bercerita lebih banyak, narasi atau naskah tulisan hanya sebagai pendukung.
Seorang jurnalis televisi harus menulis berita berdasarkan gambar yang dimiliki,
jangan dibalik, karena tidak akan menghasilkan berita televisi yang baik.
Oleh karena itu, seorang reporter televisi dalam peliputan bertindak
sebagai produser lapangan. Ia harus mampu mengarahkan juru kamera untuk
mengambil gambar yang dibutuhkan, sesuai bahan berita yang telah dicatatnya.
Sebelum menulis berita, reporter televisi seharusnya memahami terlebih dahulu format penulisan berita yang dapat ditetapkan sesuai bahan yang diperoleh. Dari yang paling sederhana, formatnya antara lain: Reader, Voice Over (VO), VO-Grafik, Sound of Tape (SOT), VO-SOT, Package, Live On Cam, Live By Phone, Phone Record, Visual News, dan Vox Pop. 63
Sebagaimana penulisan berita di media cetak dan radio, berita televisi
juga memiliki judul, lead in (teras) dan tubuh berita. Bedanya judul hanya sebagai
pendukung, karena tertera setelah lead in selesai dibacakan penyiar dan muncul
beberapa detik setelah gambar berita ditayangkan. Lead in menjadi kunci (key
word), karena pemirsa dapat menangkap makna (mean) dan nilai (value) berita
secara jelas. Tubuh berita merupakan kelanjutan dari lead in, tidak boleh ada
pengulangan isi lead in. Begitu juga kutipan atau ucapan langsung nara sumber,
62 Arifin, Eva. 2010. Op. Cit. hal. 2 63 Harahap, Arifin S.. 2006. Op.Cit hal. 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dipilih yang tidak sama persis dengan narasi.
Karena pemirsa televisi harus menyaksikan gambar dan mendengarkan
narasi berita, bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan melalui penuturan
supaya mudah dipahami pemirsa. Soren H Munhof64 mengemukakan, penulisan
berita televisi harus tepat (accuracy), singkat (brevity), sederhana (simplicity) dan
dapat dipercaya (sincerity).
Morrissan memaparkan 15 prinsip penulisan naskah berita televisi, agar
sesuai kaidah bahasa Jurnalistik.Yaitu:
1) gunakan gaya ringan dan bahasa sederhana, 2) gunakan prinsip ekonomi kata, 3) gunakan ungkapan lebih pendek, 4) gunakan kata sederhana, 5) gunakan kata sesuai konteks, 6) hindari ungkapan bombastis, 7) hindari istilah teknis tidak dikenal, 8) hindari ungkapan klise dan eufimisme, 9) gunakan kalimat tutur, 10) reporter harus obyektif, 11) jangan mengulangi informasi, 12) istilah harus diuji kembali, 13) harus kalimat aktif dan terstruktur, 14) jangan terlalu banyak angka, dan 15) agar berhati-hati mencantumkan jumlah korban. 65
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang terdiri
atas 81 pasal, menurut kajian Haris Sumadiria66, setidaknya terdapat 10 pasal yang
secara tersurat mengatur tentang aspek-aspek penggunaan bahasa Jurnalistik
dalam siaran televisi. Yaitu tentang prinsip jurnalistik, akurasi, penyiaran secara
adil, tidak berpihak, privasi, pencegatan (doorstoping), eksploitasi seks, kata-kata
kasar dan makian, suku dan ras, serta tentang perjudian.
McLuhan adalah salah satu dari beberapa orang yang melihat televisi
memiliki dampak jauh lebih besar dari hal-hal yang dikomunikasikannya. Ketiga
dampak psikososial utama tersebut, yakni:
1) efek pemitologian, saat televisi menciptakan tokoh mitos yang lebih besar 64 Arifin, Eva. 2010. Op .Cit. hal. 71 65 Morissan. 2005. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Ramdina Prakarsa, hal. 90-111 66 Sumadiria, AS Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik, Pedoman Praktik Penulis dan Jurnalis. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dari yang ada dalam kehidupan, 2) efek rekayasa sejarah, terkait fakta secara harfiah dengan beberapa peristiwa yang biasa direkayasa menjadi peristiwa sangat penting, dan 3) efek pemampatan kognitif, televisi memberikan kisah, individu dan fitur-fiturnya dalam bentuk termampatkan sehingga disiarkan sebagai kesatuan pada waktu tertentu. 67
Atas kemungkinan yang dapat diperankannya, media massa merupakan
sebuah kekuatan raksasa yang sangat diperhitungkan. Dalam berbagai analisis
tentang kehidupan sosial, ekonomi dan politik, media massa sering ditempatkan
sebagai salah satu variabel determinan. Bahkan media, terlebih dalam posisinya
sebagai suatu institusi informasi, dapat pula dipandang sebagai faktor yang paling
menentukan dalam proses perubahan sosial-budaya dan politik.
Hasil penelitian Shrum juga mengatakan, televisi mempunyai dampak-dampak yang menarik para peneliti survei terhadap isu-isu seperti penyimpangan tanggapan. Banyak studi-studi menetapkan korelasi yang sudah diramalkan antara jumlah yang mengamati dengan kepercayaan yang sama dan sebangun dengan cara membawakan televisi.68
Kehadiran banyaknya televisi swasta (televisi komersial) tidak boleh
melahirkan musibah bagi bangsa, tetapi justru seharusnya lebih banyak
menimbulkan berkah. Dalam kerangka itulah, kita perlu menyimak produk
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai amanat UU No. 32 tentang
Penyiaran.69 Kehadiran KPI menurut undang-undang ini, merupakan wujud
peranserta masyarakat dalam bidang penyiaran.
6. Analisis Wacana Kritis
Analisis yang disingkat AWK ini merupakan sebuah upaya atau proses
(penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) –yang
67 Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta:Jalasutra, hal 176-179 68 Shrum, L.J; “Magnitude of Effects of Television Viewing on Social Perceptions Vary as a Function of Data Collection Method: Impications for Psychological Process, Journal from Advance in Consumer Research; Vol. 31; 2004. 69 Morissan. 2005. Log. Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau sekelompok dominan— yang
kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang
diinginkannya.70
Artinya, dalam sebuah konteks harus didasari akan adanya kepentingan.
Oleh karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi oleh
si penulis dari berbagai faktor. Selain itu harus disadari pula, di balik wacana
terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang
diperjuangkan.
AWK menyediakan teori dan metode yang digunakan untuk melakukan
kajian empiris tentang hubungan antara wacana dan perkembangan sosial kultural
dalam domain yang berbeda. Norman Fairclough71 menggunakannya untuk
menguraikan pendekatan yang terdiri atas sederet premis filsafat, metode teoritis
dan teknik-teknik khusus analisis linguistik.
Gerakan AWK ini juga memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan
pendekatan. Di antara beberapa pendekatan yang berbeda-beda dalam AWK,
dapat diidentifikasi ke dalam lima ciri umum, yakni:
a. Sifat struktur serta proses kultural dan sosial, merupakan sebagian linguistik kewacanaan
Praktik - praktik kewacanaan --tempat dihasilkan (diciptakan) serta dikonsumsi (diterima dan diinterpretasikannya) teks— dipandang sebagai bentuk penting praktik sosial, yang memberi kontribusi bagi penyusunan dunia sosial mencakup hubungan dan identitas sosial. Tujuan AWK adalah menjelaskan dimensi linguistik-kewacanaan, dari fenomena sosial kultural dan proses perubahan dalam modernitas terkini.
b. Wacana tersusun dan bersifat konstitutif Sebagai praktik sosial, wacana berada dalam hubungan dialektik dengan dimensi sosial-dimensi sosial lain. Wacana tidak hanya memberikan kontribusi pada pembentukan struktur sosial, namun
70 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 49 71 Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Philips. 2007. Analisis Wacana, Teori & Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
merefleksikan pembentukannya dan pembentukan kembali struktur sosial tersebut. Ketika Fairclough menganalisis praktik kewacanaan saat media ambil bagian dalam pembentukan baru format politik, dia juga mempertimbangkan pengaruh kekuatan kemasyarakatan yang tidak memiliki sifat kewacanaan tunggal (misal: struktur sistem politik dan struktur kelembagaan media). Jika wacana hanya dipandang bersifat konstitutif, selaras pernyataan bahwasanya entitas sosial hanya berasal dari benak orang-orang.
c. Penggunaan bahasa hendaknya dianalisis secara empiris dalam konteks sosialnya
Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe menggarap analisis tekstual linguistik yang konkret atas penggunaan bahasa dalam interaksi sosial, yang malah berbeda dengan teori wacana Laclau dan Mouffe tanpa mengkaji empiris dan sistematis penggunaan bahasa. Berbeda pula dengan psikologi kewacanaan yang mengkaji retoris, namun bukan kajian linguistik penggunaan bahasa.
d. Fungsi wacana secara ideologis Dalam analisis Laclau dan Mouffe dinyatakan, praktik kewacanaan memberikan kontribusi bagi penciptaan dan pereproduksian hubungan kekuasaan yang tak setara antara kelompok-kelompok sosial. Efek-efek tersebut dipahami sebagai efek ideologis. Sedangkan Fairclough mendefinisikan Analisis Wacana Kritis sebagai pendekatan yang berusaha melakukan penyelidikan secara sistematis terhadap: 1) Hubungan-hubungan kausalitas dan penentuan yang sering samar
antara (a) praktik kewacanaan, peristiwa dan teks, dengan (b) struktur sosial kultural yang lebih luas, hubungan dan proses.
2) Cara praktik, peristiwa dan teks muncul di luar dan secara ideologis dibentuk hubungan kekuasaan maupun perjuangan atas kekuasaan.
3) Kesamaran hubungan antara wacana dan masyarakat itu sendiri merupakan faktor yang melanggengkan kekuasaan dan hegemoni.
e. Penelitian kritis Oleh sebab itu AWK tidak bisa dianggap sebagai pendekatan yang secara netral (sebagaimana ilmu sosial obyektivis), namun sebagai pendekatan kritis yang secara politik ditujukan bagi timbulnya perubahan sosial. Ketertarikan Fairclough terhadap “kritik eksplanatoris” dan “kesadaran bahasa kritis” ditujukan untuk mencapai tujuan ini.72
Seperti Van Dijk, analisis Norman Fairclough didasarkan atas
pertanyaan besar, bagaimana menghubungkan teks yang mikro dengan konteks
masyarakat yang makro. Fairclough berusaha membangun suatu model analisis
72 Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Philips. 2007. Op. Cit hal 115-121.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
SOSCIOCULTURAL PRACTICE
wacana yang mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya.
Fairclough membagi analisis wacana menjadi tiga dimensi, yaitu text, discourse practice dan sosicultural practice. Dalam modelnya yang mengintegrasikan secara bersama-sama analisis wacana yang didasarkan pada linguistik, pemahaman sosial dan politik yang secara umum diintegrasikan pada perubahan sosial. Oleh karena itu, model yang dikemukakannya sering disebut perubahan sosial (social change).73
Berikut ini gambarannya:
Gambar1. Dimensi AWK model Norman Fairclough
(Sumber: Aliah. 2009. 90)
Sementara menurut Fairclough dan Wodak,74 Analisis Wacana Kritis
melihat pemakaian bahasa, baik tuturan maupun tulisan, yang merupakan bentuk
dari praktik sosial. Menggunakan wacana sebagai praktik sosial menyebabkan
sebuah hubungan dialeksis di antara peristiwa deskriptif tertentu dengan situasi,
institusi, dan struktur sosial yang membentuknya.
Fairclough memusatkan perhatian wacana pada bahasa, dengan
menggunakan wacana yang menunjuk pada pemakaian bahasa sebagai praktik
sosial, lebih daripada aktivitas individu atau untuk merefleksikan sesuatu bahasa
sebagai praktik sosial mengnadung implikasi, yakni:
a. Wacana adalah bentuk dari tindakan. Seseorang menggunakan bahasa sebagai suatu tindakan pada dunia, khususnya sebagai bentuk representasi ketika melihat dunia realita.
73 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 89 74 Ibid. hal. 51
DISCOURSE PRACTICE Production, Distribution, Consumption
TEXT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pandangan ini tentu saja menolak pandangan bahasa sebagai bentuk individu.
b. Adanya hubungan timbal-balik antara wacana dan struktur sosial. Dalam hal ini, wacana terbagi oleh struktur sosial, kelas dan relasi sosial lain yang dihubungkan dengan relasi spesifik dari institusi tertentu, seperti buku, pendidikan, sosial dan klasifikasi.75
Pendekatan Fairclough merupakan bentuk kewacanaan yang berorientasi
pada teks dan yang berusaha menyatukan tiga tradisi:
1) Analisis teks yang terinci di bidang linguistik, (terutama fungsi tekstual bahasa secara struktur tematik menurut Hall Halliday)
2) Analisis makro-sosiologis praktik sosial (termasuk teori Fairclough yang tidak menyediakan metodologi untuk menganalisis teks khusus)
3) Tradisi interpretatif dan mikro-sosiologis dalam sosiologi (termasuk etno-metodologi dan analisis percakapan), yang pada kehidupan sehari-hari diperlakukan sebagai produk tindakan orang-orang yang mengikuti sederet prosedur dan kaidah “akal sehat.” 76
Semua elemen yang dianalisis tersebut dipakai untuk melihat tiga
masalah berikut:
a. Ideasional, yang merujuk referensi tertentu yang ingin ditampilkan dalam teks yang umumnya membawa muatan ideologi tertentu,
b. Relasional, merujuk pada analisis bagaimana konstruksi hubungan di antara wartawan (Redaksi) dengan pembicara, seperti apakah terkait disampaikan secara informal atau formal, terbuka atau tertutup, dan
c. Identitas, merujuk pada konstruksi tertentu dari identitas penulis dan pembaca serta bagaimana personal dan identitas yang hendak ditampilkan.77
Fairclough mendasarkan pertimbangan teoritis dan skema analisisnya
pada definisi sejumlah konsep yang cukup khusus. Istilah-istilah penting berikut
akan sangat membantu untuk memahami pendekatan yang diadopsinya, yakni:
Wacana (kata benda abstrak) – “penggunaan bahasa dianggap sebagai praktik sosial.”
Peristiwa diskursif – “penggunaan bahasa, dianalisis sebsagai teks, praktik diskursif, dan praktik sosial.”
Teks – “bahasa tulis dan lisan yang dihasilkan dalam suatu peristiwa
75 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 89 76 Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Philips. 2007. Op. Cit, hal 123-124 77 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 89-90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
diskursif” Interdiskursivitas – “penyusunan teks dari beragam wacana dan genre” Wacana (Kata benda yang dapat dihitung) – “cara menjelaskan
(signifiying) pengalaman dari suatu perspektif tertantu” Genre – “penggunaan bahasa yang diasosiasikan dengan suatu aktivitas
sosial tertentu” Tatanan Wacana – “totalitas praktik diskursuf suatu institusi dan
hubungan-hubungan di antara praktik-praktik tersebut.78
Melalui gagasan multi-fungsionalitas bahasa dalam teks, model
Fairclough mengoperasionalisasikan asumsi teoritis bahasa selalu secara
bersamaan tersusun atas: (a) identitas sosial, (b) relasi sosial, dan (c) sistem
pengetahuan dan keyakinan.79
Cara analisis penelitian yang menggunakan paradigma kritis, umumnya
kualitatif dan menggunakan penafsiran sebagai basis utama memaknai temuan.
Dalam studi analisis teks, paradigma kritis terutama berpandangan berita bukanlah
sesuatu yang netral dan menjadi ruang publik dari berbagai pandangan
berseberangan dalam masyarakat.
Sedangkan konsep-konsep yang juga dibahas, tetapi tidak termuat
langsung pada judul adalah sebagai berikut:
7. Teks
Teks sering dipandang sebagai tulisan yang panjang, yang menghadirkan
bayangan tentang buku, surat atau suratkabar. Kriteria yang jelas pada dasarnya
memutuskan bisa atau tidaknya sesuatu dipandang sebagai teks atau wacana.
Kriteria tersebut bersifat linguistik dan banyak berhubungan dengan semantik dan
sintaksis dalam sebuah teks.
Hall Halliday mengatakan, teks adalah pilihan semantis (semantic
78 Titscher, Stefan. et.al. 2009. Op. Cit. hal. 241-242 79 Ibid, hal 243
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
choice) data konteks sosial sebagai cara pengungkapan makna melalui bahasa
lisan atau tulisan. Dengan demikian, semua hidup yang mengambil bagian
tertentu dalam konteks situasi, dapat disebut teks. Dalam pandangan Halliday,
konteks situasi terdiri dari 3 unsur: (1) medan wacana, (2) pelibat wacana dan (3)
sarana wacana.80
Jones81 memandang medan wacana (field of discourse) sebagai konteks
situasi yang mengacu pada aktivitas sosial yang sedang terjadi serta latar
institusional tempat satuan-satuan bahan itu muncul. Lebih rincinya dijelaskan
oleh Butt, di bawah ini.
Dalam medan wacana terdapat 3 hal yang perlu diungkap, yakni (1) ranah pengalaman, (2) tujuan jangka pendek, dan (3) tujuan jangka panjang. Ranah pengalaman menjadi persoalan kontransitif, yang mempertanyakan kejadian dengan seluruh proses, partisipan dan keadaan. Tujuan jangka pendek bersifat amat konkret, yang mengacu pada tujuan yang harus segera dicapai dalam produksi teks. Sedangkan tujuan jangka panjang merupakan tujuan yang lebih astrak. 82
Sementara Jones83 memandang pelibat wacana (tenor of dscourse)
sebagai kontekssituasi yang mengacu pada hakikat hubungan timbal balik antar
partisipan, termasuk pemahaman dan statusnya dalam konteks sosial dan
linguistik. Tiga hal yang perlu diungkap pelibat wacana, adalah (1) peran agen
atau masyarakat, (2) status sosial, dan (3) jarak sosial.
Sedangkan sarana wacana dalam realitas sosial mempunyai tiga bentuk,
(1) wacana adalah bagian aktivitas sosial, (2) representasi sebagai proses praktik
konstruksi sosial yang mencatat dan membentuk praktik sosial serta proses sosial,
dan (3) wacana dalam identitas konstitusi.
80 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op.Cit. hal. 189-190 81 Ibid, hal 190-191. 82Darma, Yoce Aliah. 2009. Log. Cit. 83 Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Kriteria teks tujuh dimensi yang dikemukakan Robert de Beaugrande
dan Wolfgang Dressler dalam mendefinisikan teks –taksonomi ini banyak
diadopsi dan diterima— antara lain:
a. Kohesi, berkaitan dengan komponen dan permukaan tekstual dalam keterhubungan ‘sintaksis teks’
b. Koherensi (atau semantik tekstual), menyusun makna sebuah teks, seringkali mengacu unsur teks yang tidak memerlukan realisasi linguistik.
c. Intensionalitas, berelasi dengan sikap dan tujuan produser teks. d. Akseptabilitas, merupakan cermin intensionalitas, agar teks diakui oleh
resipien dalam sebuah situasi tertentu. Dengan demikian, akseptabilitas ini terkait tingkat kesiapan komunikan demi mengharapkan teks yang berguna atau relevan.
e. Informativitas, mengacu pada kuantitas informasi yang baru atau yang diharapkan dari sebuah teks, seiring dengan kaitannya pada kualitas informasi yang ditawarkan.
f. Situasionalitas, yang berarti konstelasi pembicaraan dan situasi tuturan memainkan peranan penting dalam produksi teks.
g. Intertekstualitas, menyatakan (1) suatu teks hampir selalu terkait dengan wacana sebelumnya atau wacana yang muncul secara bersamaan dan (2) menyiratkan kriteria formal yang menghubungkan teks tertentu dengan teks lain dalam genre-genre atau jenis teks tertentu. 84
Dalam terminologi perencanaan teks, menurut Wodak, genre-genre itu
diuraikan sebagai ‘skema’ (scheme) atau ‘kerangka’ (frame) antara lain:
1) Ragam teks naratif, bergantung pada prinsip penataan temporal. 2) Ragam teks argumentatif, menggunakan piranti pengontrasan. 3) Ragam teks deskriptif, menggunakan unsur lokal (yakni: unsur spasial
atau temporal). 4) Ragam teks intruktif, bersifat argumentatif dan enumeratif.85
Unsur-unsur yang spesifik-genre tersebut juga harus dipertimbangkan.
Norma-norma dan nilai-nilai yang diperoleh secara sosiokultural maupun
kecenderungan psikis, senantiasa mengalami perubahan dalam hubungan dengan
pemroduksian wacana secara sosial dan ditentukan oleh proses dan harus
disertakan dalam analisisnya. Aspek konteks yang dicakup, harus dikemukakan
84 Titscher, Stefan. et.al.2009. Op. Cit, hal.34-38 85 Ibid, hal. 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
secara tepat dalam analisis konkret kasus tertentu. Keputusan tersebut, mestinya
mempertimbangkan pertanyaan teoritis yang diajukan dalam analisisnya.
Dalam analisis wacana, faktor-faktor eksternal yang sangat berperan
penting dan sebuah teks (fenomena kohesi dan koherensi) dipandang sebagai
sebuah manifestasi dan hasil pengombinasian faktor-faktor tertentu.
Ditinjau dari segi pemaparan dan penyusunan, isi dan sifat wacana ada
banyak jenisnya. Hal ini dikemukakan oleh Llamzon, yakni:
1) Wacana Naratif Wacana ini merupakan tuturan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal atau kejadian dengan menonjolkan tokoh pelaku, maksudnya untuk memperluas pengetahuan pendengar atau pembaca. Kekuatan wacana itu terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu, atau cara bercerita, atau diatur melalui plot.
2) Wacana Prosedural Wacana ini merupakan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan, tidak boleh dibolak-balik unsurnya, karena urgensi unsur yang lebih dahulu menjadi landasan unsur berikutnya. Wacana ini biasanya disusun untuk menjawab pertanyaan: bagaimana sesuatu bekerja atau terjadi, atau bagaimana cara mengerjakan sesuatu. Tokohnya boleh orang dan yang dilukiskannya tidak terikat dengan urutan waktu.
3) Wacana Hortatorik Merupakan rangkaian tuturan, yang isinya bersifat ajakan atau nasihat. Kadang-kadang tuturan itu bersifat memperkuat keputusan atau agar lebih meyakinkan. Yang menjadi tokoh penting dalam wacana ini adalah orang kedua. Wacana ini tak dapat disusun berdasarkan urutan waktu, tetapi merupakan hasil atau produksi suatu waktu.
4) Wacana Ekspositorik Sebagai rangkaian tuturan yang memaparkan suatu pokok pikiran. Pokok pikirannya itu lebih dijelaskannya lagi, dengan cara menyampaikan urutan bagian-bagian atau detailnya. Tujuan pokok yang ingin dicapai pada wacana ini adalah tercapainya tingkat pemahaman akan sesuatu supaya lebih jelas, mendalam dan luas, daripada sekadar sebuah pertanyaan yang bersifat global atau umum. Kadang-kadang wacana itu dapat berbentuk ilustrasi dengan contoh, berbentuk perbandingan, uraian kronologis dan dengan penentuan ciri-ciri (identifikasi). Orientasi pokok wacana ini lebih pada materi, bukan pada tokohnya.
5) Wacana Deskriptif Wacana ini merupakan rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana ini adalah tercapainya penghayatan yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pendengar atau pembaca merasakan seolah-olah ia sendiri yang mengalami atau mengetahuinya secara langsung. Uraian pada wacana deskriptif ini ada yang hanya memaparkan sesuatu secara objektif dan ada juga yang memaparkannya secara imajinatif. Pemaparan yang pertama bersifat menginformasikan sebagaimana adanya, sedangkan yang kedua dengan menambahkan daya khayal. Oleh karena itu, yang kedua ini banyak dijumpai dalam karya sastra, seperti novel dan cerpen. 86
De Beaugrande & Dressler menyatakan, dalam kasus konkret dari
sebuah teks spesifik, ketujuh kriteria teks di atas harus berlaku semua jika kita
ingin membicarakan ‘teks’. Namun hal ini melahirkan sejumlah permasalahan,
karena –sebagaimana diamati Rankema— kriteria intensionalitas, akseptabilitas,
dan informativitas bersifat subyektif dan tergantung pada para peneliti.87
Dalam pandangan Ricour, wacana tulis lebih dari sekadar fiksasi yang material sifatnya. Dampak yang begitu luas menunjukkan, wacana bukan hanya terselamatkan dari kelenyapan dan keterlupaan dengan cara menuangkannya dalam bentuk tertulis, tetapi kemanusiaan itu sendiri terpengaruh dan tertransformasikan secara mendalam, bahkan sampai ke tahap ekstensial. Transformasi ekstensial ini menjadi mungkin, karena kebebasan yang dimiliki pembaca, ketika membaca teks tertulis. 88
Betul apa yang dikatakan Komaruddin Hidayat,89 agar pembaca tidak
terbawa oleh subyektivitas pengarangnya dalam menelaah teks, diperlukan
counter-prejudice. Artinya, pembaca perlu ‘curiga’ atau kritis terhadap diri sendiri
dan terhadap teks, agar terjadi wacana yang cerdas dan seobyektif mungkin antara
pihak pembaca dan penulis.
Pembahasan mengenai wacana, pada hakikatnya merupakan usaha
memahami bahasa dalam kaitannya dengan situasi sosial pada saat pemakai
86 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 11-12 87 Titscher, Stefan. et.al.2009. Op. Cit, hal. 47 88 Sobur, Alex. 2009. Op. Cit. hal. 50 89 Ibid, hal. 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
bahasa menggunakan bahasanya, seperti yang dikemukakan Firth,90 “to explain
how the sentences or ulterances are meaningful in their context.”
8. Konsumen (Message Reception)
Yang dimaksud konsumen dalam penelitian ini adalah masyarakat yang
menonton tayangan newsticker di tvOne, termasuk warga terdampak bencana
Merapi Yogyakarta. Sebagai pemirsa tentu mereka mempunyai tanggapan tentang
newsticker bencana Merapi Yogyakarta yang ditayangkan terus menerus sejak
Oktober 2010 hingga April 2011. Namun sebelumnya, penyusun akan
menjelaskan konsep konsumen secara umum berdasarkan teori.
Pengenalan pemirsa tentang berita televisi sebagai suatu aliran berita
membentuk interpretasinya dan kemudian membahas bersama orang lain tentang
subyek yang diberitakan. Para pemirsa bergantung pada wacana dan aliran yang
digunakan, mungkin menggabungkannya dengan wacana dan aliran lain sehingga
menghasilkan bentuk campuran.91
Menurut Gunther Kress92, semua peliputan adalah mediasi. Peristiwa
apa pun, dimediasikan dari pencerap (perceiver) ke seseorang yang diasumsikan
tidak mengetahui peristiwa tersebut. Persepsi berlangsung berdasarkan skema atau
kerangka teoritis, yang mungkin diartikulasikan dengan cara kurang lebih baik.
Penerima berita memiliki peran arbitrator, merekonstruksi peristiwa
tersebut dari awal. Peran bahasa memasok pelbagai kategori, yang dapat
diterapkan oleh pencerap kepada peristiwa dan laporan peristiwa yang
dipresentasikan.
90 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 13 91 Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Philips. 2007. Op. Cit. hal. 129 92 Davis, Howard dan Paul Walton.2010. Op. Cit. hal. 125-126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Konsumen yang dipilih penyusun tesis –melalui penentuan sampel non-
probabilitas— bukan sebagai massa individu yang terbagi, tetapi terdiri atas
sejumlah formasi atau pengelompokkan subsosial yang anggotanya berorientasi
sama. Pelbagai ‘orientasi’ yang sama tersebut, pada gilirannya akan ditentukan
berbagai faktor yang diderivasi oleh posisi obyektif pembaca individual dalam
struktur sosial yang bersangkutan.
Sedangkan pemahaman responden dalam menjawab pertanyaan yang
penyusun ajukan, bukanlah makna yang diambil dari kamus. Sebab dalam
kehidupan keseharian, makna kata dalam kalimat lebih fleksibel, karena makna
sering bergeser jika berada dalam rangkaian kalimat. Yang penting makna kata
pada jawaban-jawaban tersebut dapat dipahami dengan baik.
Wittgenstein93 dalam karyanya Philosophical Investigation menegaskan,
“Arti suatu kata bergantung pada penggunaannya dalam kalimat, sedangkan arti
suatu kalimat bergantung pada penggunaannya dalam bahasa.” Hal ini
menunjukkan, kita dapat terjebak ke dalam kerancuan bahasa, manakala
menjelaskan suatu kata dengan memisahkannya dari situasi yang melingkupinya.
Wacana kemudian dinamai sebagai teks dan konteks sekaligus sebagai
titik perhatian secara bersama-sama94, yang membutuhkan tidak hanya proses
kognisi dalam arti umum, tetapi juga gambaran spesifik dari budaya yang dibawa.
Konteks dimasukkan karena bahasa selalu berada dalam konteks, dan tidak ada
tindakan komunikasi tanpa partisipan, interteks, situasi dan sebagainya.
Pada dasarnya, konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi
empat macam:
93 Sobur, Alex. 2009. Op. Cit. hal. 23 94 Eriyanto.2001. Op. Cit. hal. 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1) konteks fisik (physical context), yang meliputi tempat terjadinya obyek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi,
2) konteks epistemis (epistemic context), atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pemirsa,
3) konteks linguistik (linguistics context), terdiri atas kalimat atau tuturan yang mendahului suatu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi, dan
4) konteks sosial (social context), relasi sosial dan latar pengaturan yang melengkapi hubungan antar produsen dengan konsumen.95
Berdasarkan pandangan tersebut bisa diketahui, alasan interpretasi
sebagai metode pengungkapan makna yang terdapat pada wacana, perilaku dan
tindakan manusia, demikian penting dalam upaya mengetahui subyektivitas dan
intersubyektivitas.
Mengikuti Alfred Schutz, seperti dikutip Hikam96, untuk dapat
memahami tindakan manusia yang baik, kita harus memahami motif dasarnya
dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara. Hanya dengan cara inilah,
hubungan simbolik antara pendengar (komunikan –penyusun) dan pembicara
(komunikator --penyusun) dapat menempati posisi sentral dalam rangka
pengungkapan makna yang tersembunyi dari suatu wacana.
Dengan demikian jelas bagi penyusun, makna yang dikode pemirsa
terjadi dalam ruang yang berbeda atau terjadi pada individu yang berbeda
berdasarkan kemampuan kognitif maupun afektif pemirsa. Ketika seseorang
menerima informasi, disaring melalui sikap, pengetahuan, dan kapasitas
intelektual penerima untuk memahaminya. Karena setiap orang berbeda, dari
informasi sama dapat ditarik interpretasi yang berbeda pula.
Bias, menurut Macnamara, terjadi karena berbagai alasan. Media kerap
dituduh bias dalam memilih informasi untuk dipublikasikan dan disiarkan dan
95 Sobur, Alex. 2009. Op. Cit. hal.57 96 Ibid. hal. 22-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dalam pegolahannya. Menurut Al-Zastrouw, meski semua media massa
mengandung bias, tetapi derajatnya berbeda. Hal ini setidaknya dipengaruhi oleh
kapasitas dan kualitas pengelola media, kuatnya kepentingan yang sedang
bermain dalam realitas sosial, serta taraf kekritisan masyarakat.97
9. Wacana dan Kepentingan Ideologi
Era informasi menuntut komunikasi direncanakan dengan cermat,
sebab banyak opsi mesti dipertimbangkan dalam membuat dan menyampaikan
pesan. Informasi sosial menjadi penting dalam proses pengambilan keputusan,
tetapi informasi tentang tingkah laku juga digunakan untuk mengkalkulasi
tindakan-tindakan dalam berinteraksi dengan orang lain dan memengaruhi
kesempatan meraih sasaran.
McGee98 mengatakan segala sesuatu yang merupakan interaksi sosial
manusia secara timbal-balik memiliki implikasi, bagaimana caranya jenis-jenis
bentuk sosial (social goods) untuk didistribusikan. Yang dimaksud bentuk-bentuk
sosial adalah segala sesuatu yang dipercayai kelompok masyarakat, untuk menjadi
sumber kekuasaan, status dan nilai.
Kekuasaan memang sangat erat kaitannya dengan politik, dan proses
politik adalah praktik komunikasi. Dari hari ke hari, orang semakin mengandalkan
pers bagi informasi politik mereka. Karena itu, faktor kebahasaan memegang
peranan penting. Hal yang paling harus diperhatikan dalam penggunaan bahasa
adalah ditetapkannya kepentingan ideologi tertentu, sebagai alat komunikasi
politik yang dapat menjangkau semua lapisan masyarakat dalam latar belakang 97 Sobur, Alex. 2009. Op. Cit. hal. 34-35 98 Cohen, Jonathan and Yarif Tsfatti. June 2009. The Influence of Presumed Media Influence on Strategic Voting. Communication Research Vol.36 No.3. Sage Publications, http://online.sagepub.com at University of Newscastle, pp. 359-378.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
beragam.
Michael Foucault99 mengemukakan, setiap pembentukan wacana pada
dasarnya merupakan pemberlakuan kekuasaan. Tanpa disadari, gagasan dan
konsep yang digulirkan mengandung kuasa. Maksudnya, gagasan tersebut
menjadi kekuatan yang dapat menaklukan kesadaran orang untuk mengikuti
gagasan dan konsep tersebut.
Analisis wacana muncul sebagai suatu pendekatan ilmu-ilmu sosial,
sekurang-kurangnya dalam sepuluh tahun terakhir. Sampai tingkat tertentu,
merupakan penerapan praktis dari yang dikenal sebagai epistemologi dalam studi
filsafat. Pertanyaan yang diajukan, bukanlah mengenai apa yang sesungguhnya
terjadi, melainkan justru mengenai bagaimana orang memandang apa yang terjadi
dan mengapa pula dia memandang kejadian tersebut dalam perspektif yang
satu dan bukannya dalam perspektif yang lainnya.
Ditegaskan semua komunikasi disampaikan dalam perjumpaan tertentu,
dalam konteks tertentu dan dalam kerangka diskursif tertentu. Kajian terhadap
fenomena komunikasi yang bersifat dinamis itu, tidak hanya tertarik pada ‘apa’
tetapi kepada ‘mengapa’ komunikasi itu bermakna.
Kajian terhadap komunikasi tidak hanya tertarik pada ‘apa’ makna teks
bahasa, tetapi lebih tertarik pada ‘bagaimana’ makna wacana dalam konteks
kultural yang lebih luas. Untuk mencapai tujuan kajian itu, pandangan terhadap
komunikasi haruslah berangkat dari enam asumsi yang dipaparkan Birch sebagai
berikut:
a. Komunikasi selalu menentukan bentuk politiknya dahulu sebelum bentuk linguistiknya. Sebelum bentuk-bentuk linguistiknya dikemukakan, maka
99 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
kendala - kendala politik, sosial, kultural, dan ideologinya yang akan menentukan pilihan bahasa. Dalam proses memilih itu, terdapat bentuk-bentuk linguistik yang akan diistimewakan dan diprioritaskan, sebaliknya ada bentuk-bentuk yang ‘dikemudiankan,’ dinomorduakan, dan bahkan ditinggal atau dibuang. Kata pembangunan, misalnya pada era pasca Orde Baru, tidak diprioritaskan dalam pemakaiannya.
b. Komunikasi akan selalu dipengaruhi motivasi, kepentingan dan situasi. Bentuk-bentuk linguistik yang dipilih digunakan untuk mengontrol dan mengarahkan orang lain, membuat makna tentang realitas, mengelompokkan sesuatu dalam realitas dan sebagainya. Tindak komunikasi selalu bersifat ‘emansipatoris’ yang disusun tidak hanya untuk menginformasikan atau secara sederhana mengatakan sesuatu, tetapi dimotivasi untuk menyempurnakan sesuatu. Jika demikian, komunikasi selalu melibatkan orang lain dalam pertemuan tertentu.
c. Komunikasi selalu berstrategi. Tindak komunikasi selalu berkait dengan ‘siasat’ untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sebelum menjadi bentuk-bentuk linguistik terdapat pergulatan strategi yang berkaitan dengan politik, ideologi, kultural dan sosial dalam menentukan pilihan bahasa yang dimunculkan. Oleh karena itu, tidak ada tindak komunikasi yang tidak berupa strategi.
d. Komunikasi selalu terjadi dalam pertemuan dan interaksi tertentu. Tindak komunikasi selalu melibatkan orang lain sebagai bagian dari partisipan komunikasi dengan memanfaatkan bentuk-bentuk linguistik. Dalam komunikasi akan terjadi pertukaran makna antar partispan dalam konteks tertentu.
e. Komunikasi selalu berkaitan dengan nilai. Bentuk-bentuk linguistik yang dipilih akan berkaitan dengan nilai-nilai yang dikembangkan sepanjang waktu. Nilai-nilai itu berkaitan dengan kekuasaan, subordinasi, gender, solidaritas dan sebagainya yang tidak bersifat given (pemberian). Birch menegaskan nilai itu selalu hasil konflik dan perebutan kekuasaan di atas ketidakberdayaan dan proses-proses penaturalisasian dan penanaman.
f. Komunikasi selalu bersifat ketergantungan. Tindak komunikasi selalu ‘bergantung’ pada cara-cara kelompok, institusi, masyarakat dan individu dalam memberikan nilai kepada makna-makna tertentu. Dengan demikian, makna selalu berkembang sepanjang waktu. Makna bukanlah sesuatu yang alamiah, tetapi dibangun dalam proses-proses sosial dan politik. Tidak ada makna yang tunggal, tetapi bersifat jamak. 100
Keenam asumsi kajian komunikasi Birch di atas, menurut penyusun
sangat cocok menjadi titik tolak dalam kajian komunikasi politik, termasuk di
dalamnya komunikasi verbal. Kata-kata kunci dalam komunikasi, seperti ‘kendala
dalam pilihan bentuk linguistis,’ motivasi, interes, situasi, strategi, pertemuan,
100 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 95-97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
nilai dan sifat ketegantungan, merupakan karakteristik pokok dalam komunikasi
politik.
Komunikasi politik yang strategis101, berarti memanfaatkan potensi di
empat area utama: pengetahuan situasional, penentuan tujuan, kompetensi
komunikasi, dan manajemen kecemasan (kontrol), sebagai basis, untuk
mengembangkan keterampilan komunikasi dalam konteks lingkungan yang
dinamis.
B. Penelitian yang Relevan
Realitas sosial yang subjektif menyediakan dasar bagi tindakan sosial
untuk memastikan pemeliharaan dan ketekunan dari kenyataan yang objektif,
termasuk realitas yang melembaga. Fokus realitas sosial pertama yang
dikonstruksi berhubungan dengan kultur dan masyarakat, sedangkan yang
berikutnya adalah pengaruh media.102
Pengamatan sosial terbaik digambarkan sebagai suatu orientasi terhadap
proses teori yang terjadi di dalam situasi sosial. Secara lebih spesifik, riset
pengamatan sosial mengoperasikan stimulus (semisal informasi) dengan
tanggapan (misalnya suatu dugaan). Juga berfokus pada proses teori, yang
menengahi hubungan antara informasi sosial dan dugaan.103
Kajian analisis wacana kritis tentang pertarungan wacana media dengan
101 O’Hair, Dan dkk.2009. Strategic Communication, In Business and the Professions. Edisi Keenam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 30. 102 Payne, Gregg A., PhD & Dozier, David, PhD: Police Behavior and Public Perceptions of Justice: A Study of Media Effects on Reality Construction; Journal of Humanities & Social Sciences, Vol. 1 Issue 2, 2007 103 Shrum, L.J; Media Consumptuion and Perceptions of Social Receptions, Effects and Underlying Processes; in “The Impilications of Survey Method for Measuring Cultivation Effects”; Journal of Human Communication Research; Vol. 33; 2007.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pendekatan kualitatif yang dibuat Sumarjo104 sebagai tesis yang menggambarkan
bagaimana cara pandang wartawan Harian Radar Gorontalo (RG) dalam
menyusun berita dua kandidat (Isra dan Ridha) pada Pemilukada Bone Bolango.
Dengan menggunakan metode analisis wacana kritis dari Teun A Van
Dijk yang menggabungkan ketiga dimensi wacana (teks, kognisi sosial dan
konteks sosial), penelitian ini akan menjawab pencitraan yang dilakukan RG dan
mewacanakan figur pasangan kandidat tersebut dalam pemberitaannya melalui
pendekatan kognisi sosial (social cognitive approach).
Dalam dimensi teks akan diteliti bagaimana struktur teks dan strategi
wacana pada teks berita RG dalam konteks di atas, melalui pembedahan enam
struktur (tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik dan retoris) yang
direkomendasi Van Dijk. Pertarungan wacana antara kandidat dalam Pemilukada
Bone Bolango sungguh terasakan di RG, karenanya peneliti melakukan analisa
terhadap kumpulan berita atas masing-masing kandidat untuk membongkar motif
di balik makna teks yang ditulis wartawan RG tersebut.
Dalam wacana berita tentang Ridha (Ruwaida Mile), terlihat wartawan
sangat berjarak dan sengaja mengalami delegitimasi. Sedangkan dalam
pemberitaan tentang Isra (Ismet Mile), wartawan seolah cenderung
mengkultuskan. Kognisi sosial wartawan tidak tampak untuk menghadirkan
suasana yang berimbang, menggambarkan ideologi dan keberpihakan wartawan
terhadap Isra dan upaya untuk ‘mengalahkan’ Ridha.
Pertarungan wacana sesungguhnya telah berpindah dari pertarungan
antar calon di masyarakat, menjadi pertarungan antar wartawan yang meliput 104 Sumarjo. 2010. Pertarungan Wacana Media (Analisis Berita Kandidat ‘Isra’ dan ‘Ridha’ pada Pemilukada Bone Bolengo) dalam Harian Radar Gorontalo). Tesis. Jurnal Inovasi, Vol.7, No.2, 2 Juni 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kegiatan Isra dan Ridha. Dukungan media yang ditunjukkan oleh pemilihan angle
beritanya terhadap Isra, sering mengabaikan etika jurnalisme yang lazim.
Ironisnya, media cenderung membiarkan masyarakat dalam ‘kebodohan’ dengan
mengajukan atau menguatkan opini. Padahal seharusnya, tugas media salah
satunya untuk mencerdaskan masyarakat.
Kognisi sosial wartawan dalam pemberitaan tersebut tampak sudah
mengalami distorsi, yang mengaburkan pandangan wartawan dalam memberi
informasi sebenarnya. Hal ini juga dapat diduga, sesuai pesanan Calon Bupati
kepada wartawan, agar diwacanakan positif. Peran media dalam perang opini
menuju Pemilukada sangat kental dalam pemberitaan RG, selama April 2010.
Wartawan dalam memandang suatu peristiwa dan memandang suatu
masalah didasarkan pada mental (kognisi) atau pikiran tertentu, yang secara jelas
dapat dilihat pada topik yang dimunculkan dalam berita. Dalam Pemilukada Bone
Bolango pertarungan wacana tidak hanya sampai pada level kandidat, namun juga
pada kognisi para wartawan. Karena peristiwa yang sama dapat dipahami secara
berbeda oleh wartawan yang berbeda, dan ini dapat diamati dalam pemberitaan.
Kajian kontruksi realitas sosial tentang seks dan representasi perempuan
dengan pendekatan kualitatif, sebuah penelitian tesis Soemandoyo105 yang
menggambarkan bagaimana media televisi mengangkat tayangan “Fenomena,
Hitam Putih dan Sisi Gelap” dengan perspektif feminis.
Metode analisis wacana yang digunakan menghubungkan antara dimensi
teks, konteks sosial, dan kognisi sosial. Analisis teks yang dilakukan dengan
105 Soemandoyo. 2007. Konstruksi Realitas Sosial Tentang Seks dan Representasi Perempuan (Studi Analisis Wacana Kritis dalam Tayangan “Fenomena Hitam Putih dan Sisi Gelap” di TransTV). Tesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
analisis pembingkaian (framing) model Pan dan Kosicki, telah disesuaikan dengan
mengacu pada dimensi pembingkaian itu sendiri, yaitu seleksi dan penonjolan.
Analisis dilakukan per-adegan (scene).
Pada tayangan Fenomena The Journey episode ”Sang Lelaki,”
konstruksi realitas atas seks difokuskan pada pengungkapan pentingnya
keperkasaan lelaki dalam hubungan seksual. Makna keperkasaan laki-laki
akhirnya berkorelasi dengan hubungan kekuasaan yang represif, yang
menempatkan perempuan selaku objek. Usaha ”Sang Lelaki” membuat dirinya
perkasa adalah bagian peneguhan ideologi patriarki laki-laki.
Tayangan Hitam Putih episode ”Pesona Hiburan ala Thai,” konstruksi
realitas terfokus pada seks sebagai bagian faktor pendukung pariwisata di
Thailand. Perempuan menjadi objek tidak terpisahkan dari proses komodifikasi
dan transaksi bisnis seks.
Tayangan Sisi Gelap episode ”Seks Pinggir Jalan” menunjukkan,
perempuan dikonstruksikan sebagai objek. Terbukti dari bingkai yang dihasilkan,
perempuan adalah pelampiasan seksual kaum lelaki, baik dalam posisi sebagai
kekasih maupun pekerja seks komersial di pinggir jalan. Perempuan tidak mampu
bargaining dalam mengambil posisi. Di sisi lain, stasiun televisi menampilkan
realitas sosial dengan mencoba berlindung di balik ketaatan etika dan peraturan
dengan melakukan rekayasa, manipulasi, dan trik-trik.
Ketiga tayangan yang diteliti hadir pada konteks sosial, menggambarkan
tayangan seks semakin marak di tayangkan televisi swasta. Reaksi sosial muncul
dari masyarakat dan lembaga penyiaran, seperti KPI. Representasi perempuan
yang tampil dalam tiga tayangan mengindikasikan, perempuan sebagai pihak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
tersubordinat, inferior atau pihak yang didominasi dan terobjektifikasi.
Tayangan-tayangan tersebut ditafsirkan sebagai bentuk wahana transmisi
ideologi patriarki dan merupakan aktualisasi ideologi dalam tayangan televisi.
Padahal, ketiganya adalah produk jurnalistik, yang sudah sewajarnya disusun
dengan pendekatan kaidah jurnalistik, tidak melanggar etika dan norma, serta
disepakati bersama sebagai produk intelektual.
Sementara itu, penelitian tesis tentang “Perempuan Sebagai Calon
Legislatif Pemilu 5 April 2004 di Media Televisi” yang dilakukan Octaviany106
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Analisis Wacana dengan
paradigma kritis dari Norman Fairclough. Analisis teks yang digunakan berdasar
model Pan dan Kosicki.
Dari frame yang ditemukan, MetroTV –stasiun televisi yang
mengukuhkan diri sebagai Election Channel— menonjolkan keterwakilan
perempuan dalam politik perlu lebih mendapatkan perhatian. Banyak caleg
perempuan berkualitas dengan visi dan misi yang jelas, harus terhadang kendala-
kendala budaya patriaki.
Ketiga penelitian di atas tentu mempunyai persamaan, yakni
menggunakan pendekatan kualitatif dan dengan paradigma kritis. Sementara
perbedaannya terletak pada motode penelitiannya, dalam penelitian Soemandoyo
menggunakan metode Analisis Wacana, sedangkan Sumarjo dan Octaviany
menggunakan metode Analisis Wacana Kritis.
Soemandoyo menggunakan Teori Perspektif Feminis yang mengacu
pada analisis framing dengan model Pan dan Kosicki dengan menggabungkan
106 Octaviany. 2004. Perempuan sebagai Calomn Legislatif Pemilu 5 April 2004 di Media Televisi (Studi Analisis Wacana Kritis dalam Tayangan “Perempuan dan Pemilu” di Metro TV). Tesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
ketiga dimensi wacana, Sumarjo menggunakan metode Teun A Van Dijk juga
dengan menggabungkan ketiga dimensi wacana, dan Octaviany menggunakan
metode Norman Fairclough dengan analisis teks model Pan dan Kosicki juga.
Dari penjelasan ketiga penelitian di atas, terlihat penelitian yang
penyusun lakukan memiliki sedikit perbedaan. Meski sama menggunakan metode
Analisis Wacana Kritis dari Norman Fairclough, yang digunakan penyusun
menggunakan model dengan penekanan empat level: level teks, level produsen
dan level konsumen (dimensi praktik diskursus), serta level praktik sosiokultural.
Tabel 1. Rincian penelitian sebelumnya dan sedang diteliti
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Subyek Penelitian
Teori Utama Hasil
Sumarjo
Pertarungan Wacana Media (Analisis Berita Kandidat ‘Isra’ dan ‘Ridha’ pada Pemilukada Bone Bolengo) dalam Harian Radar Gorontalo)
Kualitatif, Perspektif Kritis, Metode Analisis Wacana Kritis
Pemberitaan Pemilukada pada Harian Radar Gorontalo
Teori Wacana Kritis Teun A Van Dijk
Wartawan dalam memandang suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan pada mental (kognisi) atau pikiran tertentu, yang secara jelas dapat dilihat pada topik yang dimunculkan dalam berita. Pertarungan wacana sesungguhnya telah berpindah dari pertarungan antar calon di masyarakat, menjadi pertarungan antar wartawan yang meliput kegiatan Isra dan Ridha.
Soemandoyo
Konstruksi Realitas Sosial Tentang Seks dan Representasi Perempuan
Kualitatif, Perspektif Kritis, Metode Analisis Wacana
Tayangan Televisi ”Fenomena, Hitam Putih dan Sisi Gelap”
Teori Perspektif Feminis dengan analisis framming. Analisis teksnya menggunakan
Representasi perempuan yang tampil dalam tiga tayangan mengindikasikan perempuan sebagai pihak yang tersubordinat, inferior atau pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
model Pan dan Kosicki
yang didominasi dan terobjektifikasi. Tayangan-tayangan tersebut ditafsirkan sebagai bentuk wahana transmisi ideologi patriarki dan merupakan aktualisasi ideologi dalam tayangan televisi. Padahal ketiganya adalah produk jurnalistik yang sudah sewajarnya disusun dengan pendekatan kaidah jurnalistik yang baku, tidak melanggar etika dan norma serta disepakati bersama sebagai sebuah produk intelektual.
Octaviany
Perempuan Sebagai Calon Legislatif Pemilu 5 April 2004 di Media Televisi
Kualitatif, Perspektif Kritis, Metode Analisis Wacana Kritis
Program Acara “Perempuan dan Pemilu” di Stasiun Televisi METRO-TV
CDA Norman Fairclough. Analisis Teks yang digunakan berdasarkan model Pan dan Kosicki
Hasilnya dari frame yang ditemukan bahwa “METROTV”, stasiun televisi yang mengukuhkan diri sebagai Election Channel, menonjolkan keterwakilan perempuan dalam politik perlu lebih mendapatkan perhatian. Banyak caleg perempuan berkualitas dengan visi dan misi yang jelas, harus terhadang kendala yang disebabkan budaya patriaki. Penelitian ini memakai paradigma kritis. Produksi teks yang diteliti cerminkan ideologi pengelola “METROTV” yang berfungsi sebagai perpanjangan tangan kelompok pemegang kekuasaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
sehingga isi media tidak bertentangan dengan kepentingan mereka.
Azhmy Fawzi Mahyddin
Konstruksi Realitas Media dalam Pemberitaan Bencana Alam di Newsticker Televisi Berita
Kualitatif, Paradigma Kritis, Metode Analisis Wacana Kritis
Tayangan Newsticker tentang Bencana Gunung Merapi Yogyakarta di tvOne
Analisis Wacana Kritis model Norman Fairclough, dengan Analisis empat level: level teks, level produsen dan konsumen dalam dimensi Discourse Practice, dan level dalam dimensi Sociocultural Practice. Wawancara Mendalam dengan Pengamat media, Pemerhati Televisi & Budaya Massa dan Sosiolog, serta perwakilan masyarakat terdampak, juga dengan Redaksi tvOne
(1) Untuk perubahan realitas yang digambarkan newsticker, menurut masyarakat tergolong aktual karena dapat mengetahui informasi lebih cepat dan relevan dengan peristiwa, (2) Untuk pengonstruksian realitas media pada praktik wacana, didapat belum cukup menjelaskan situasi karena hanya garis besar, (3) Untuk praktik sosiokultural dalam memengaruhi keberadaan yang berhubungan dengan konteks di luar teks dan konteks wacana newsticker pemberitaan bencana, didapat pemirsa kerap menangkap pengonstruksian realitas media berdasar opini wartawan/penulis newsticker, bukan sesuai fakta, dan (4) Untuk hubungan intertekstual tiap dimensi berkaitan peranan newsticker, kadang dapat ditujukan sebagai bagian kegiatan sosial dan kadang juga menunjukkan konstruksi realitas sosial.
(Sumber: Analisis Penelitian Relevan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
C. Kerangka Berpikir
Bencana Alam Gunung Merapi YogyakartaKonstruksi media ini menja
merupakan bencana alam terbesar dan terlama di Indonesia. Erupsi pertama
terjadi pada Oktober 2010, hingga April 2011 masih terdapat dampaknya.
Peristiwa tersebut dilaporkan tvOne terus menerus melalui newsticker sebagai
intisari berita yang ter-update. Konstruksi realitas media menarik diteliti, dengan
pendekatan kualitatif metode Analisis Wacana Kritis model Norman Fairclough.
Bagan 1. Kerangka Pemikiran
(Sumber: Analisis Kerangka Berpikir) ©
Realitas Bencana Gunung Merapi
Yogyakarta
Menggunakan metode Analisis Wacana Kritis model Norman Fairclough dalam ketiga dimensinya
Metode tingkat ragam:
Analisis Teks, Discourse Practice, dan Sociocultural Practice Studi Literatur Wawancara mendalam dengan
Tim Redaksi “tv One” Wawancara mendalam dengan
Perwakilan masyarakat dan Pengamat Televisi & Sosiolog,
Pemberitaan melalui Newsticker di “tv One”
Penggolongan teks menurut fungsi tekstual bahasa (tematik) Hall Halliday
Analisis intertekstual berdasarkan kepentingan
dilakukan analisis
dikonstruksi Media Massa
Hasil penelitian konstruksi realitas pada newsticker “tv One” dalam praktik teks, produksi, konsumsi, dan sosiokultural
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tesis yang berjudul, “Konstruksi Berita Bencana Alam
dalam Newsticker” (Studi Analisis Wacana Kritis Berita Bencana Merapi
Yogyakarta di tvOne) ini dilakukan pada:
1. Tempat Penelitian :
a. Di Redaksi tvOne --tepatnya News Department— kepada Aries
Margono, Manajer Divisi Newsticker & Website dan observasi terhadap
pelaksanaan pengelolaan newsticker,
b. Di Bantul, Sleman, Kaliurang. dan Yogyakarta –yang saat itu
merupakan daerah terdampak bencana (Kawasan Rawan Bencana)
gunung Merapi Yogyakarta— kepada 10 (sepuluh) responden sebagai
perwakilan masyarakat,
c. Di tempat tugas masing-masing dari Responden Ahli, yakni Dr.
Mulharnetti Syas, Pengamat Televisi, Veven Sp. Wardhana, Pemerhati
Televisi dan Budaya Massa dan Widjajanti Mulyono – Santoso, Ph.D.,
Sosiolog.
2. Waktu Penelitian : Maret – Juli 2011
B. Jenis Penelitian
Sebagai penelitian dalam bidang Ilmu Komunikasi yang memberikan
pemahaman tentang penggambaran newsticker sebagai pengonstruksian realitas
media dalam efektifitasnya untuk mewacanakan pemberitaan bencana alam ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Karena pendekatan kualitatif menurut Sugiyono107 adalah pendekatan
penelitian yang digunakan pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawan
eksperimen) dengan peneliti sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan
data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif,
lantaran hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.
Pemilihan jenis penelitian kualitatif dalam penyusunan ini, lebih
disebabkan beberapa karakteristiknya yang terpenuhi. Antara lain: berfokus
pada kata (bukannya angka), keterlibatan penyusun sebagai instrumen utama,
penyusunan berskala kecil dengan eksplorasi mendalam pada newsticker di
tvOne, fokus yang holistik sebagaimana tergambar dalam indikator berbentuk
pertanyaan pada identifikasi masalah, fleksibel dan menangkap realitas yang
berproses, latar alami pada lokasi penyusunan yang mengambil tempat di ruang
redaksi tvOne dan daerah terdampak bencana gunung Merapi Yogyakarta, serta
mengawali penelitian dengan pemikiran induktif yang kemudian melalui proses
berurutan ke pemikiran deduktif.
Sebab sesuai ciri-ciri umum penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif, yakni:
1. Intensif, partisipasi periset dalam waktu lama pada setting lapangan, periset adalah instrumen pokok riset.
2. Perekaman yang sangat hati-hati terhadap yang terjadi dengan catatan-catatan di lapangan dan tipe-tipe lain dari bukti-bukti dokumenter.
3. Analisis data lapangan 4. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan-kutipan)
107 Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi, disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal.58.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dan komentar- komentar. 5. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap periset mengkreasi realitas
sebagai bagian dari proses risetnya. Realitas dipandang sebagai dinamis dan produk konstruksi sosial
6. Subjektif dan berada hanya dalam referensi periset. Periset sebagai sarana penggalian interpretasi data.
7. Realitas adalah holistik dan tidak dapat dipilah-pilah. 8. Periset memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi dan
individu-individunya. 9. Lebih pada kedalaman (depth) daripada keluasan (breadth). 10. Prosedur riset: empiris-rasional dan tidak berstruktur. 11. Hubungan antar teori, konsep dan data untuk membentuk teori baru. 108
Dalam lazimnya penelitian (riset) adalah sebuah kegiatan
menggambarkan sebuah objek secara ilmiah, yang terkadang menyulitkan.
Meskipun objek fisik relatif tetap, proses menggambarkan atau menafsirkannya
ternyata tidak sederhana. Belum lagi jika diminta untuk menafsirkan objek atau
realitas sosial, yang bisa berbeda hasilnya. Hal ini disebabkan perbedaaan
prspektif atau cara pandang dalam menafsirkan objek atau realitas.
Becker109 mendefinisikan perspektif sebagai “seperangkat gagasan
yang melukiskan karakter situasi yang memungkinkan pengambilan tindakan”;
“suatu spesifikasi jenis-jenis tindakan yang secara layak dan masuk akal
dilakukan orang” ; “standar nilai yang memungkinkan orang dapat dinilai.”
Perspektif adalah pedoman dalam menafsirkan peristiwa atau perilaku
orang lain. Istilah lain dari perspektif adalah pendekatan. Sedangkan Wimmer
& Dominick110 menyebut pendekatan dengan paradigma, yaitu seperangkat
teori, prosedur dan asumsi yang diyakini tentang cara penelitian melihat dunia.
Pada dasarnya, strategi penelitian yang dipilih dalam proyek kualitatif
sangat berpengaruh terhadap prosedurnya yang meski seragam, tetap
108 Kriyantono, Rachmat. 2009. Log. Cit. 109 Ibid. hal. 48-50 110 Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
menunjukan pola yang berbeda. Melihat landskap prosedur-prosedur kualitatif,
berarti melihat perspektif yang beragam.
Sehingga dalam pendekatan kualitatif, juga dikenal beberapa metode
riset.111 Antara lain, focus group discussion, wawancara mendalam, studi kasus
dan observasi. Selain itu, terdapat juga metode analisis isi kualitatif, framing,
semiotika maupun analisis wacana.
Analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun belakangan ini. Seperti yang dilakukan dalam penelitian mengenai organisasi pemberitaan selama dan sesudah tahun 1960-an, analisis wacana menekankan pada “how the ideological significance of news is part and parcel of the methods used to process news” (bagaimana signifikansi ideologis berita merupakan bagian dan sekaligus menjadi paket metode yang digunakan untuk memproses media).112
Karena itu, penyusun memilih menggunakan metode Analisis Wacana
Kritis (AWK) sebagai salah satu pandangan dari analisis wacana. Seperti
dikemukakan Muhammad AS Hikam,113 yang memberikan kontribusi pada
pengonstruksian 1) identitas sosial, 2) hubungan sosial, dan 3) sistem
pengetahuan dan makna. Dalam pandangan semacam ini, wacana melihat
bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama pembentukan
subyek dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat.
Selain itu, AWK adalah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk
memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang
dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya
mempunyai tujuan tertentu untuk memeroleh apa yang diingankan.114
Hal ini tepat seperti yang penyusun lakukan sesuai rumusan masalah:
111 Cresswell, John W. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 258 112 Sobur, Alex. 2009. Op. Cit. hal 48 113 Eriyanto. 2001.Op. Cit. hal. 4-6 114 Darma, Yoce Aliah. 2009.Op. Cit. hal. 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
“Bagaimana newsticker di tvOne menggambarkan konstruksi berita
bencana alam, khususnya bencana Merapi Yogyakarta? Terutama dalam
level teks, produsen maupun konsumen dan faktor-faktor sosial budaya yang
memengaruhinya?”
C. Data dan Sumber Data
Data untuk keperluan penelitian ini didapat melalui observasi dan
wawancara (baik yang terstruktur maupun tidak), dokumentasi, materi visual
serta usaha untuk merekam/mencatat informasi, sehingga dalam penelitian ini
yang menjadi unit analisisnya (terlampir) adalah:
1. Newsticker tentang seputar bencana gunung Merapi Yogyakarta, yang
ditayangkan tvOne mulai 26 Oktober 2010 hingga 1 April 2011.
2. Wawancara dengan Redaksi tvOne, yaitu: Aries Margono selaku Manajer
Divisi Newsticker & Website, dan Tim Pengelola Newsticker,
3. Wawancara dengan Perwakilan Masyarakat di Bantul, Sleman, Kaliurang.
dan Yogyakarta, untuk tanggapan masyarakat atas newsticker.
4. Wawancara dengan Pengamat Televisi, Dr. Mulharnetti Syas,
5. Wawancara dengan Pemerhati Televisi dan Budaya Massa, Veven Sp.
Wardhana,
6. Wawancara dengan Sosiolog, Widjajanti Mulyono – Santoso, PhD,
Penyusun mengadakan wawancara dengan perwakilan masyarakat
Yogyakarta dan sekitarnya yang terkena dampak –baik langsung maupun tidak
langsung— dari bencana gunung Merapi (sebagai sampling purposive dari
populasi seluruh masyarakat yang terkena bencana tersebut), demi memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
tanggapan atas tayangan newsticker tvOne seputar berita bencana tersebut.
Begitu juga dengan Redaksi tvOne yang mengelola newsticker,
tayangan newsticker-nya dan pendapat Pengamat Televisi, Pemerhati Televisi
dan Budaya Massa maupun Sosiolog, penyusun mengadakan wawancara
mendalam dengan pertanyaan terstruktur tetapi tetap terbuka, sehingga secara
tidak langsung menjadi konfirmasi atas satu dengan lainnya (termasuk untuk
responden perwakilan masyarakat terkena dampak bencana Merapi).
Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau sampling-nya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, bukan banyaknya (kuantitas) data.115
Untuk itu, penyusun menetapkan responden sebanyak 10 orang warga
terdampak bencana gunung Merapi Yogyakarta sebagai sampling, dengan
alasan penetapan sebagai berikut:
1. Responden berdomisili di wilayah terdampak bencana, saat terjadinya
erupsi gunung Merapi dengan berbagai dampaknya.
2. Masing-masing responden tersebut sempat menonton televisi dan
menyimak pemberitaan, khususnya newsticker di tvOne, saat terjadinya
erupsi gunung Merapi dengan berbagai dampaknya.
3. Masing-masing responden tersebut memiliki berbagai profesi dan usia yang
berbeda antar tiap responden.
Penentuan responden dilakukan melalui sampling yang menggunakan
non-probabilitas,116 dengan pertimbangan dapat menjawab pengaruh
115 Kriyantono, Rachmat. 2009. Op. Cit hal. 56 116 Ibid. hal. 136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
keberadaan newsticker atas masyarakat terdampak bencana gunung Merapi
Yogyakarta. Jadi bagi masyarakat setempat yang tidak terkena dampak bencana
tidak dijadikan sample penelitian. Inilah kriteria yang penyusun gunakan dalam
memilih sampling purposive sebagai teknik penentuan sampling.
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini secara rinci terbagi atas:
1. Data Primer
a. Pada level teks, newsticker tentang bencana alam gunung Merapi
Yogyakarta didapatkan dan dianalisis.
b. Pada level produksi, dilakukan observasi terhadap pengelolaan newsticker
serta menggunakan teknik wawancara mendalam untuk tim Redaksi Divisi
Newsticker & Website tvOne.
c. Pada level konsumsi, didapatkan data melalui wawancara dengan
perwakilan masyarakat terkena dampak bencana gunung Merapi tersebut.
2. Data Sekunder
a. Pada level sosiokultural digunakan teknik wawancara mendalam dengan
dengan Pengamat Televisi, Pemerhati Televisi & Budaya Massa serta
Sosiolog untuk mengkonfirmasi adanya faktor-faktor sosial budaya yang
dipertimbangkan saat memproduksi tayangan newsticker.
b. Studi kepustakaan berbagai literatur atau referensi buku.
c. Company profile tvOne
d. Pedoman penulisan newsticker tvOne.
D. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
metode AWK dalam penelitian kualitatif 117, melibatkan empat jenis strategi
yang penyusun terapkan sebagai berikut:
1. Observasi, merupakan observasi yang di dalamnya penyusun langsung
turun langsung ke dapur redaksi tvOne. Dalam pengamatan ini, penyusun
merekam/mencatat –baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur
(dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui
penyusun)— tentang tatacara dan aktivitas Tim Pengelola Newsticker.
2. Dalam wawancara, penyusun melakukan face to face interview (wawancara
berhadap-hadapan) dengan 10 responden perwakilan masyarakat terdampak
bencana gunung Merapi di Yogyakarta dan sekitarnya maupun dengan
Pengamat Televisi, Pemerhati Televisi dan Budaya Massa dan Sosiolog.
Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-
pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat
terbuka (open ended), yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan
opini dari para partisipan.
3. Selama proses, penyusun juga mengumpulkan dokumen-dokumen berupa
arsip newsticker tvOne tentang bencana gunung Merapi Yogyakarta yang
ditayangkan sejak 26 Oktober 2010 sampai 1 April 2011 sebagai dokumen
publik.
4. Kategori terakhir dari data kualitatif adalah materi audio dan visual. Untuk
data ini penyusun sudah tanyakan, namun sayangnya redaksi tvOne tidak
menyimpan arsip berupa rekaman tayangan berupa audiovisual, hanya
berupa teks newsticker untuk ditayangkan.
117 Cresswell, John W. 2010. Op .Cit. hal. 266-270
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Hal ini penyusun lakukan dengan menggunakan 3 (tiga) prinsip
pengumpulan yang relevan, yakni:
Pertama: menggunakan multi sumber data, bukan hanya sumber data tunggal, karena multi sumber data secara esensial memberikan multi ukuran dari fenomena yang sama. Kedua, menciptakan data dasar yang berkenaan dengan cara pengorganisasian dan pendokumentasian data yang terkumpul. Ketiga, memelihara rangkaian data, yang memungkinkan pengamat dalam lingkup lebih luas mengikuti asal muasal data, sejak pertanyaan awal penyusunan hingga konklusi akhir penelitian.118
Teknik pengumpulan data yang penyusun lakukan tidak terbatas pada
data primer saja tetapi juga data sekunder, agar fleksibel dan menangkap
realitas yang berproses maupun latar alami pada lokasi penelitian yang
mengambil tempat di Redaksi tvOne maupun di Yogyakarta dan sekitarnya.
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data penyusun lakukan sesuai penilaian dalam
penyusunan kualitatif,119 yang terjadi sewaktu proses pengumpulan data dan
analisis interpretatif data. Yakni:
1. Kompetensi Subjek Riset
Artinya subjek riset (newsticker) harus kredibel, caranya dengan
menguji (membenturkan/mengkonfirmasi) jawaban-jawaban pertanyaan
terstruktur dari masing-masing partisipan (Redaksi tvOne, 10 responden
perwakilan masyarakat serta Pengamat Televisi maupun Pemerhati Televisi
dan Budaya Massa) yang berkaitan pengalamannya terhadap newsticker
tvOne (secara keseluruhan, maupun khusus tentang bencana Merapi
Yogyakarta). 118 Yin, Robert K. 2008. Studi Kasus, Desain dan Metode. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, hal. 118-131. 119 Kriyantono, Rachmat S.. 2009. Op. Cit, hal. 70-72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2. Trustworthiness
Yaitu, menguji kebenaran dan kejujuran subjek dalam mengungkap
realitas, berdasarkan yang dialami, dirasakan atau dibayangkan penyusun.
Trustworthiness mencakup dua hal:
a. Authenticity, memperluas konstruksi personal yang diungkapkan. Periset
memberi kesempatan dan memfasilitasi pengungkapan konstruksi sosial
yang lebih detail, hingga memengaruhi mudahnya pemahaman mendalam.
Untuk ini, penyusun berupaya menganalisis isi newsticker sedetail
mungkin yang menjadi dasar pembuatan pertanyaan wawancara ke redaksi
maupun para partisipan.
b. Analisis Tringulasi, menganalisis jawaban subjek dengan meneliti
kebenarannya melalui data empiris (sumber data lainnya) yang tersedia. Di
sini jawaban subjek di cross-check dengan dokumen yang ada.
Dalam analisis Tringulasi sesuai pendapat Dwidjojowinoto ini,
penyusun menggunakan tringulasi sumber dan metode. Beberapa teknik
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini merupakan multi
sumber data –tidak terbatas pada data primer tetapi juga data sekunder—
agar fleksibel dan menangkap realitas yang berproses maupun latar alami
pada lokasi penelitian.
Pada tringulasi sumber, penyusun membandingkan atau mengecek
ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang
berbeda. Misalnya, membandingkan hasil pengamatan dengan
wwawancara; membandingkan yang menjadi asumsi umum dengan yang
dikatakan pribadi partisipan. Sedangkan pada tringulasi waktu, penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
perlu mengadakan observasi tidak hanya satu kali, karena berkaitan dengan
perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia
dapat berubah setiap waktu.
3. Intersubjective Agreement
Semua pandangan, pendapat atau data dari suatu subjek
didialogkan dengan pandangan, pendapat atau data dari subjek lainnya.
Tujuannya hasilkan titik temu antar data (Intersubjective Agreement).
Dalam hal ini, penyusun melakukannya dengan mendialogkan
pandangan tentang newsticker dari redaksi tvOne ke para partisipan lain
(Pengamat Televisi, Pemerhati Televisi & Budaya Massa dan Sosiolog
maupun perwakilan masyarakat).
4. Conscientization
Adalah kegiatan berteori melalui ‘blocking interpretation,’ yang
mempunyai basis teoritis yang mendalam dan kritik harus tajam. Kegiatan
berteori ini harus bisa memaparkan dua hal, yakni:
a. Historical situatedness (ideographic): sesuaikan analisis dengan konteks
sosial dan budaya serta konteks waktu dan historis yang spesifik sesuai
kondisi tempat riset terjadi.
Penyusun berupaya menyesuaikan analisis dengan faktor sosio-kultural
melalui wawacara dengan para partisipan (Pengamat Televisi, Pemerhati
Televisi & Budaya Massa dan Sosiolog maupun perwakilan masyarakat),
juga dengan faktor waktu dan historis melalui pertanyaan ke partisipan
tentang sikap mengantisipasi bencana tanpa informasi newsticker.
b. Unity theory & praxis: memadukan teori dengan contoh praktis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Landasan penelitian tesis ini dengan membenturkan teori komunikasi
maupun teori konstruksi realitas sosial dengan keberadaan newsticker
tvOne sebagai contoh praktis untuk dipadukan menjadi kesatuan hasil
penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang penyusun lakukan tidak hanya pada satu
tahap saja, sesuai deskripsi Cresswell, Rossman dan Rallis120 yang mengatakan
“Analisis data adalah proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus
menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan analitis dan menulis catatan
sepanjang penelitian.”
Analisis data kualitatif merupakan proses sistematis yang berlangsung
terus-menerus, bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis penyusun
lakukan dengan metode induktif-deduktif, menggunakan metode Analisis
Wacana Kritis model Norman Fairclough yang membagi analisis wacana dalam
tiga dimensi.
Dalam keseluruhan AWK, Fairclough telah mengonstruk kerangka
yang penting untuk menganalisis wacana sebagai praktik sosial. Isinya sederet
konsep berbeda, tetapi saling berkaitan dalam model tiga dimensi yang
kompleks. Yaitu, dimensi text, discourse practice, dan sociocultural practice.
Penyusun melakukan analisis pada masing-masing dimensi, atas tiap newsticker
tentang bencana Gunung Merapi Yogyakarta yang dipilih.
120 Cresswell, John W. 2010. Op .Cit. hal. 274
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
PRAKTIK SOSIO KULTURAL Situasi, konstruksi, masyarakat
Gambar 2. Hubungan Ketiga Langkah AWK Norman Fairclough
analisis teks
analisis pemrosesan
analisis sosial
(Sumber: Fairclough, 1995:95)
Pada level teks dilakukan analisis teks menggunakan linguistik sesuai
pendapat Coulthard121 yang menyatakan analisis wacana memang diarahkan
kepada masalah pemakaian bahasa secara fungsional (functional use of
language). Terutama menurut fungsi tekstual bahasa menurut Hall Halliday,122
yang memiliki struktur tematik dan informasi pada isi pesan.
Menurut hemat penyusun, tema newsticker ini dapat digolongkan
dalam Laporan Peristiwa. Pemberitahuan dari Pihak Terkait, Peringatan
Bahaya, Laporan Tindakan dan Laporan Simpati/Bantuan. Baru setelah itu,
teks dianalisis pada beberapa contoh, (yang dipilih penyusun berdasarkan
nonprobabilitas, dengan anggapan dapat mewakili seluruh newsticker yang ada)
menggunakan pendekatan pengonstruksian realitas berdasarkan ideasional
(yang merujuk konstruksi pemahaman akan keberadaan makna), relasional
(yang merujuk konstruksi hubungan pesan dengan masyarakat) dan identitas
(yang merujuk konstruksi identitas media, nara sumber dan masyarakat yang
ditampilkan).
Pada level produksi, dilakukan wawancara mendalam dengan Tim
121 Sobur, Alex. 2009. Op. Cit. hal. 49-50 122 Ibid, hal. 17-18
PRAKTIK WACANA Proses produksi & konsumsi (Proses interpretasi)
TEKS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Redaksi Divisi Newsticker & Website tvOne. Sedangkan pada level konsumsi,
penyusun mengumpulkan data melalui wawancara kepada 10 orang responden
perwakilan masyarakat terdampak bencana gunung Merapi Yogyakarta tentang
seberapa besar pemahaman, keterminatan dan ketergantungan mereka terhadap
keberadaan tayangan newsticker saat terjadinya bencana alam dengan berbagai
dampaknya hingga proses pemulihannya.
Pada level sosiokultural, penyusun melakukan wawancara mendalam
dengan salah satu dari Tim Redaksi Divisi Newsticker &. Website tvOne yang
paham tentang pengelolaan newsticker, Pengamat Televisi, Pemerhati Televisi
& Budaya Massa dan Sosiolog, serta masyarakat yang melihat faktor-faktor
sosial budaya saat pemberitaan bencana gunung Merapi Yogyakarta pada
newsticker.
Pada akhirnya, setelah analisis pada semua level dengan metode
tingkat ragam yang dikemukakan di atas, baru dilakukan analisis intertekstual
berdasarkan kepentingan ideologi sesuai kajian Birch123 untuk mengungkap
makna dan citra dari newsticker tentang bencana gunung Merapi Yogyakarta
yang diharapkan Redaksi tvOne.
Dari pemahaman kajian Birch tersebut menunjukkan, komunikasi
selalu berkaitan dengan aktivitas yang memiliki kepentingan dan selalu
dimotivasi oleh keinginan tertentu dan melibatkan partisipan tertentu, konteks
tertentu dan peristiwa-peristiwa diskursif tertentu.
Ironisnya, seringkali produksi makna terkait dengan kepentingan
kelompok yang beroperasi di baliknya. Atas dasar itu, makna adalah hasil
123 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
produksi yang dikontestasikan. Subyektifitas ‘bermain’ dalam proses
konstruksinya.
Dalam gambar di atas, juga diperoleh pemahaman ketiga langkah
AWK (deskripsi, interpretasi dan eksplanasi) bersifat simultan, sesuai dengan
asumsi dasar hubungan antara struktur mikro (teks) dan struktur makro
(hubungan sosial dan masyarakat) yang bersifat dialektis.
Analisis teks merupakan kegiatan pemerian linguistis dari bahasa
teks. Analisis praktik wacana merupakan kegiatan penafsiran dari hubungan
antara proses-proses diskursif (interpretatif) dan teks. Analisis praktik sosial
kultural merupakan kegiatan eksplanasi dari hubungan antara proses-proses
diskursif dan proses-proses sosial.
AWK bukan semata-mata memandang fenomena linguistik dengan
mendasarkan interpretasi lokal, tetapi lebih merupakan suatu eksplorasi tentang
cara teks bekerja dalam performansi sosial-budaya yang melatarbelakangi
pembuatan teks.
Menurut Llamzon, ditinjau dari pemaparan dan penyusunan, isi dan sifat newsticker sebagai wacana termasuk jenis wacana ekspositorik (yang lebih berorientasi pada materi, bukan pada tokohnya. Dengan tujuan tercapainya tingkat pemahaman yang lebih mendalam dan jelas dalam bentuk uraian kronologis) maupun wacana deskriptif (rangkaian tuturan penjelasan yang bertujuan tercapainya penghayatan –meski agak imajinatif— terhadap sesuatu, sehingga seolah-olah pendengar atau pembaca sendiri yang merasakan, mengalami atau mengetahuinya secara langsung). 124
Kemudian discourse practice adalah dimensi yang berhubungan
dengan proses produksi dan konsumsi teks. Praktik-praktik kewacanaan –-
tempat dihasilkannya (diciptakan) serta dikonsumsi (diterima dan
diinterpretasikan) teks— dipandang sebagai bentuk penting praktik sosial, yang
124 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op.. Cit. hal. 81-82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
memberi kontribusi bagi penyusunan dunia sosial mencakup hubungan sosial.
Bahasan Analisis Wacana Kritis berfokus pada sifat alami
kontekstualisasi ideologi dalam arti luas, yang berpengaruh pada pemakaian
bahasa yang digunakan dalam konstruksi wacana, termasuk pengelompokan
dan penafsiran situasi sosial.
Terakhir adalah dimensi sociocultural practice yang berhubungan
dengan konteks di luar teks dan konteks yang memasukkan banyak hal seperti
konteks situasi, yang lebih luas adalah konteks dari praktik institusi media
dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya dan politik tertentu.
Untuk mengkonfirmasi adanya faktor-faktor sosial budaya yang
dipertimbangkan tatkala memproduksi tayangan newsticker dan wawancara
mendalam dengan Pengamat Televisi, Pemerhati Televisi & Budaya Massa dan
Sosiolog, penyusun akan mempertanyakan beberapa hal yang terkait dengan
faktor sosial budaya pada newsticker bencana Merapi tersebut.
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara
sistematis, untuk meningkatkan pemahaman penyusun tentang konstruksi
realitas media pada newsticker bencana gunung Merapi Yogyakarta di tvOne.
Selain itu, tinjauan perspektif Strategi Komunikasi untuk memperjelas
pemilihan newsticker dalam peranannya sebagai strastegi komuniksi sebuah
Televisi Berita di tvOne. ©
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
BAB IV
ANALISIS TEKS NEWSTICKER
A. Sekilas Tentang tvOne
1. Profil tvOne
Sebagai sebuah stasisun televisi baru, tvOne hadir mengisi ruang dan
waktu penonton. Dengan motonya “Terdepan Mengabarkan,” tvOne memakai
strategi diferensiasi dalam sebuah tawaran yang relatif berbeda berdasarkan
karakteristik produk, fitur produk, serta gaya dan desain produk. Berikut ini
adalah penjelasannya:
a. Produk
Mencakup bagaimana bentuk dan format produk yang ditawarkan (form),
fitur atau hal-hal yang mendukung diferensiasi bentuk dan format utama produk
(features), level kinerja atau performa produk dan segala elemennya berada
dengan skala pengukuran rendah-sedang-tinggi-tinggi sekali (performance), serta
style dan design yang dapat mengambarkan perasaan atas kualitas produk melalui
tampilannya.
1) Format Produk
a) Berita
Sebagian besar (70%) konten program di tvOne adalah berita (news),
sehingga alasan utama khalayak menyaksikan tvOne untuk mendapatkan
informasi aktual. Program-program berita di tvOne diproduksi oleh Divisi News
& Sports, Divisi Newsticker & Website dan Divisi Current Affair & Production.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Program hard news yang diberi tajuk “Kabar One” meliputi: Kabar Pagi
Kabar Arena, Kabar 9, Kabar Siang, Kabar 15, Kabar Petang, Kabar Malam,
dan Kabar Terkini. Sedangkan newsticker diproduksi oleh Divisi khusus, yang
tidak terdapat pada televisi lain di Indonesia.
Biasanya newsticker lebih aktual dibanding hard news yang ditayangkan
–meski tetap dilakukan check and recheck untuk validitas berita— karena dituntut
tayang setiap saat dan lebih pendek penulisan naskahnya.
Sementara Departemen Current Affair memproduksi tayangan talkshow,
documenter dan features, serta investigasi seperti Bang One Show, Apa Kabar
Indonesia, Debat, Nuansa 1000 Pulau, Telusur, Kerah Putih, Nama & Peristiwa,
dan lain-lain.
b) Olahraga
Konten olahraga di tvOne menempati urutan kedua setelah berita, sekitar
30%. Jenis program olahraga yang ditayangkan di tvOne beragam. Dari sekian
banyak acara olahraga, berita olahraga harian Kabar Arena dan pertandingan
sepakbola Liga Inggris paling menarik minat penonton.
Meski demikian, program-program olahraga di tvOne belum banyak
mendapat perhatian dari khalayak. Mungkin karena peminat acara olahraga masih
terbatas (segmented), sementara khalayak yang menyukai olahraga menilai
kemasan program olahraga di tvOne kurang menarik.
c) Hiburan
Porsi hiburan di tvOne menempati urutan terakhir, yakni tidak sampai
10%. Menurut khalayak, perbandingan komposisi antara program berita, olahraga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
dan hiburan di tvOne sudah tepat. Mayoritas penonton televisi di Indonesia
menyukai tayangan hiburan, karena itu tvOne perlu mempertegas konsep selected
entertainment yang diusungnya. Hari Sabtu dan Minggu adalah waktu yang tepat
untuk menambah slot program hiburan.
2) Fitur Produk
Sejauh ini tvOne dinilai berhasil mengemas berita ke dalam fitur
program yang beragam, terutama karena sejumlah program tvOne dikemas secara
inovatif dengan relatif berbeda sehingga mendapat kesan tersendiri di benak
khalayak. Misalnya, “Apa Kabar Indonesia”, “Bang One”, dan “Debat”.
3) Gaya dan Desain Produk
Target tvOne ditujukan untuk kalangan profesional muda Indonesia
berusia 20 – 35 tahun, yang ingin maju dan berkembang serta cinta bangsanya,
dinamis, progresif, sourceful, mover dan shaker dalam lingkungan komunitasnya,
selalu berpikir positif untuk kemajuan. Dan sebagai target keduanya, tvOne
merujuk pada remaja dan ibu rumah tangga.
Sejak pertama kali diluncurkan, tvOne menyasar segmentasi penonton
kalangan menengah ke atas. Namun untuk memperbesar segmen pasar, tvOne
juga menggaet penonton kalangan menengah ke bawah. Oleh karena itu dalam
memproduksi dan menyiarkan sebuah tayangan, tvOne berusaha mengakomodir
kepentingan kedua segmen pasarnya.
Meski berdasar konten program tvOne sudah menyasar pangsa pasar dari
kalangan menengah ke atas, namun gaya dan desain produksi acaranya belum
memenuhi selera penonton kalangan tersebut. Hal ini tercermin dalam tampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
setting panggung & lighting, penampilan presenter, dan sebagainya.
Kompetitor tvOne bukan hanya stasiun televisi berita, melainkan seluruh
stasiun televisi nasional yang ada. Dibandingkan dengan televisi yang konten
utamanya berita seperti MetroTV, posisi tvOne secara kuantitas lebih baik. Namun
tidak, jika dibanding dengan televisi yang konten utamanya hiburan.
b. Pengelola tvOne
Stasiun televisi berita tvOne mempunyai struktur organisasi (terlampir),
beberapa jabatan di antaranya sebagai berikut:
1) Chief Executive Officer (CEO) : A. Ardiansyah Bakrie
2) Deputy CEO : Jimmy Samaylanda
3) Editor in Chief (Pemimpin Redaksi) : Karni Ilyas
4) Chief Sales & Marketing Officer : Gunawan Wibisono
5) Chief Finance & Legal Officer : Firman Syarif
6) Vice Editor in Chief (Wapemred) : Nurjaman Mochtar
7) Vice Editor in Chief (Wapemred) : Sulaeman Sakib
8) News Investigation & Talk Force : Ecep S Yasa
9) General Manager News Gathering : Alfito Deanova
10) General ManagerTransmission & Broadcast
Support : Iman Santosa
11) General Manager Internal Affairs : Totok Suryanto
12) Redaksional Sekretariat Manager : Silvester Keda
13) Newsticker & Website Manager : Aries Margono
14) Public Relation Manager : Raldy Doy
Dalam struktur tersebut, posisi Newsticker & Website Division Manager
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
berada di bawah General Manager Internal Affairs --bersama-sama Secretary
Editor Manager (Manajer Sekretariat Redaksional) dan Public Relation Manager
(Manajer Kehumasan), yang tetap dikomandani Editor in Chief (Pemimpin
Redaksi). Sebuah struktur yang baru penyusun temui dalam organisasi media.
2. Produksi Newsticker tvOne
a. Konsep Newsticker
Newsticker merupakan salah satu bagian yang amat penting dari
penampilan dan pencitraan sebuah stasiun televisi. Apalagi tvOne adalah televisi
berita yang mengedepankan aktualitas, kredibilitas dan akurasi dalam setiap
pemberitaannya, termasuk tayangan newsticker.
Mengingat letak dan posisinya yang sangat strategis, maka tidak setiap
informasi bisa tampil dalam newsticker. Seorang bayi di Pacitan yang tewas
terbenam dalam sumur, misalnya, barangkali layak tayang untuk televisi
mengingat rekaman videonya amat dramatis. Tapi, bagi newsticker, yang
mengandalkan kekuatan deskriptif bahasa tulis, apakah layak? Apalagi tvOne
adalah televisi nasional yang ditonton seluruh Nusantara, tak hanya Pacitan.
Proses pengelolaan newsticker, menurut Aries Margono, Manager Divisi
Newsticker & Website, sangat sederhana. Informasi yang masuk dari semua
sumber –bisa dimintakan kepada reporter di lapangan, berbagai instansi dan unsur
masyarakat yang telepon ke Redaksi atau mengirimkan pesan singkat (sms),
media informasi lain dalam dan luar negeri (semisal Kantor Berita Antara maupun
CNN) terutama yang berasal dari grup perusahaan (VivaNews atau ANTeve)
sendiri— kemudian dilakukan check and recheck terlebih dahulu untuk menjaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
akurasi dan kredibilitasnya.
Selanjutnya diseleksi berdasarkan beberapa kriteria, antara lain:
aktualitas, kredibilitas, akurasi, ruang lingkup (magnitude) dan penting maupun
menarik bagi pemirsa. Setelah tersaring, dilakukan editing (penyuntingan) untuk
tata bahasa, dan diksi sesuai rasa bahasa dalam panjang maksimal 55 karakter.
Gambar 3. Tayangan Newsticker off air
(Sumber” Arsip Data Newsticker tvOne)
Dalam proses ini pengelola newsticker melakukan penggolongan tema –
Ekonomi, Luar Negeri & Sports, Politik & Hukum, Sosial, Sosial & Daerah, dan
Lain-lain— sesuai isi yang terkandung serta penentuan durasi tayang –1 atau 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
atau 4 atau 6 jam atau long life— sesuai magnitude maupun kepentingan pemirsa.
Selama perjalanan pemberitaan newsticker di tvOne pada tahun 2010,
hanya ada sebuah complain pemirsa dalam berita tentang sengketa partai. “Kedua
pihak yang bersengketa kami beri kesempatan hak jawab, dengan memuat nama
Ketua Partai tersebut dalam newsticker sesuai versi masing-masing. Tapi cukup
sebatas itu, karena kami juga tak mau terjebak dalam polemik sengketa mereka
yang bisa berkepanjangan,” jelas Aries saat wawancara.
Seusainya, barulah pengelola newsticker mengetikkannya di komputer
yang telah di-setting dengan menggunakan format seperti ditampilkan dalam
gambar di halaman sebelumnya.
b. Pedoman Penulisan
Tentu tidak setiap peristiwa bisa dimuat dalam newsticker.
“Mengingat tvOne adalah media televisi beskala nasional, diperlukan kriteria
layak tayang yang diharapkan bisa jadi pedoman bagi jajaran redaksi yang
menangani newsticker,” ungkap Aries yang membuat sendiri pedoman penulisan
(terlampir) untuk divisi yang dikomandaninya.
Sebuah peristiwa layak tayang, setidaknya memiliki kriteria atau
mengandung unsur-unsur: aktual, time concern, baru, memiliki magnitude besar,
prestisius, menyangkut tokoh, memiliki kedekatan, pertama kali, misi,
menyangkut kepentingan umum, dramatis, unik, relevan dan bermanfaat.
Penjelasannya sebagai berikut:
1) Aktual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Merupakan unsur terpenting dari kelayakan berita, apalagi bagi sebuah
stasiun televisi berita. Diusahakan kita selalu mengejar aktualitas. Jika
ketinggalan bisa disiasati dengan menambahkan perkembangan mutakhir atau
langkah ke depan yang akan diambil. Tapi prinsipnya, tetaplah agar newsticker
tvOne lebih lekas dibanding televisi lain.
2) Time concern
Mengingat newsticker mengabarkan secara real time, maka unsur time
concern jadi amat penting. Apalagi menyangkut berita yang sifatnya temporer,
seperti demonstrasi atau aktivitas rapat. Jangan sampai, para pendemo sudah enak
beristirahat di rumah, mereka masih melihat info demonstrasi tayang hingga
malam di newsticker kita. Demikian pula berita yang harus dicermati atau di-
update menit ke menit, jam perjam, harus memperhatikan unsur waktu tersebut.
3) Baru
Setiap berita diutamakan memiliki unsur kebaruan, tidak mengulang.
Apalagi menyiarkan peristiwa yang sudah berkali-kali terjadi, akan sangat
membosankan. Berkali-kali kita melihat, betapa membosankannya peristiwa
kesurupan yang menimpa siswa. Bedanya hanya lokasi kejadian. Atau jika
seorang peneliti hanya bicara mengenai masalah varietas padi yang sudah ada,
buat apa? Tak ada yang baru.
4) Memiliki magnitude besar
Sebuah berita layak tayang, jika memiliki magnitude besar. Kalau
kebanjiran hanya menimpa satu atau dua rumah, apalagi di daerah nun jauh di
sana, tentu tidak layak. Kecuali menenggelamkan sekian kecamatan. Magnitude
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
juga terkait dengan dampak sebuah peristiwa, jika besar, tentu amat menarik.
5) Prestisius
Pemirsa tvOne masuk golongan ABC-1, berpenghasilan di atas Rp. 2
juta. Mereka memiliki tingkat intelektual memadai. Karena itu selera beritanya
pun beda dan harus terpilih. Berita ekonomi, politik tingkat atas, hukum, white
colour crime, merupakan topik yang dapat meningkatkan prestisius.
Berita yang mirip entertainment, tentu tidak menambah prestisius
kita, bahkan menjerumuskan. “Ryan akan menikahi Dorce,” tentu tidak layak.
Amat sayang jika layar kaca televisi kita dicemari berita murahan seperti itu.
6) Menyangkut tokoh
Ketokohan seseorang, membuat berita. Tentu jika sang tokoh popular itu
membuat peristiwa baru, atau memberi pernyataan yang dampaknya sangat luas.
Kalau sekadar ‘show’ atau tebar pesona saja atau imbauan ‘klise’ tentu tidak layak
diangkat. Kita juga harus hati-hati pada ucapannya, jangan sampai newsticker kita
‘dipakai’ untuk promosi, atau ditunggangi tokoh tersebut untuk kepentingannya.
7) Memiliki kedekatan
Unsur ini biasanya sering diabaikan. Ada kecelakaan bus di Ethiopia,
kendati yang meninggal 300 orang. Atau peristiwa banjir yang menenggelamkan
hektaran sawah di Zimbabwe, apakah layak? Dari sisi magnitude atau besaran
korban, memang layak. Namun apakah memiliki kedekatan dengan pemirsa kita?
Kedekatan bisa terkait dengan kultur, emosi atau menyangkut dengan
ruang dan jarak. Menyangkut emosi, bisa diberi contoh: pembongkaran bangunan
di sekitar Masjidil Haram cukup menarik, walaupun hanya beberapa bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tetapi secara emosional, banyak orang Indonesia yang merasa dekat. Apalagi
pembongkaran itu terkait dengan perluasan tempat ibadah, misalnya. Bagi orang
yang menunaikan ibadah haji maupun baru ‘ingin’ itu bisa mencuri perhatian.
8) Unsur lainnya
Selain unsur yang sudah diulas, ada unsur-unsur lain yang tak kalah
pentingnya. Misalnya: pertama kali, unik, dramatis, relevan, menyangkut
kepentingan umum, mengandung misi dan bermanfaat.
Betapa pun bagusnya sebuah berita tetapi tidak bermanfaat, buat apa
ditampilkan? Demikian pula jika tak relevan atau berita pengulangan yang tak
perlu, juga bisa dihindari
Catatan:
Pemirsa tvOne, selain terdiri dari kelas menengah atas, sebagian besar
berdomisili (sekitar 60%) di wilayah Jabodetabek. Mengingat anatomi itu,
pemilihan topik berita hendaknya juga mempertimbangkan hal-hal tersebut.
Perlu diingatkan kembali untuk berita-berita pasar modal, hendaknya
benar-benar memperhatikan time concern. Karena di pasar modal, ada waktu
pembukaan pukul 8.00 dan penutupan pukul 16.00 WIB. Demikian pula dengan
bursa Wall Street, maupun bursa Asia seperti Hang Seng dan Nikkei, harap benar-
benar dicermati betul jadwalnya. Jangan sampai berita IHSG pagi, dipasang
molor hingga menjelang pukul 12.00 WIB.
Kemudian dalam membuat skor pertandingan bola, jangan sekali-kali
menampilkan skor sementara yang sedang tayang, karena sewaktu-waktu masih
bisa berubah. Demikian pula pada tayangan siaran tunda, seperti Liga Inggris,
jangan sampai ditampilkan skornya. Tunggulah hingga usai pertandingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Penyebutan institusi, juga harus dicermati. Janganlah seseorang yang
bicara, kebetulan dia anggota DPR, lantas diklaim sebagai suara DPR. Atau
seorang tokoh parpol, belum tentu mewakili suara resmi parpol tersebut. Baru bisa
disebut mewakili institusi, jika hal tersebut menyangkut keputusan resmi.
Untuk menulis kasus hukum yang belum memiliki kekuatan hukum
tetap, junjunglah azas praduga tak bersalah. Pakailah kata ‘diduga.’ Janganlah
memberi label atau stigma pada seseorang atau instansi, tanpa ada data akurat.
Karena itu, cek dan ricek amat diperlukan.
Hindari memungut berita dari dotcom (media online) tetangga yang
akurasinya diragukan. Boleh mengutip dotcom media lain, hanya sekadar sebagai
bahan informasi awal. Selanjutnya harus dikonfirmasikan ke reporter yang berada
di lapangan, pada Kordinator Liputan, atau telepon langsung ke sumber berita.
Hindari kata singkatan yang tidak popular, atau kata-kata yang dimulai
dengan angka pada awal kalimat. Buatlah informasi yang jelas dan terukur. Berita
banjir, harus ada data ketinggian. Angka dan data berperan penting, agar tidak
disebut ‘asbun.’ Perhatikan pula akurasi yang harus tetap dijaga, karena
menyangkut kredibilitas kita (tvOne) secara keseluruhan. Karena itu, jika
mengalami keraguan, jangan sungkan bertanya pada senior lkita atau atasan kita.”.
B. Analisis Teks Newsticker
Tayangan newsticker yang dianalisis dalam penelitian ini berupa arsip
tvOne yang berisi tentang bencana gunung Merapi Yogyakarta. ditayangkan dari
26 Oktober 2010 sampai 1 April 2011 (terlampir).
Data newsticker sesuai runtutan prosesnya, memiliki kelengkapan unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
sebagai berikut:
166178 SELURUH WARGA DI LERENG MERAPI TELAH DIEVAKUASI marta 10/26/2010 6:42:31 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours 166178 SELURUH WARGA DI LERENG MERAPI TELAH DIEVAKUASI marta 10/26/2010 6:42:31 PM APPROVED Sosial & Daerah 2 Hours 166178 SELURUH WARGA DI LERENG MERAPI TELAH DIEVAKUASI marta 10/26/2010 6:44:51 PM DELETE Sosial & Daerah 2 Hours 166178 = nomor urut newsticker Seluruh warga… = isi newsticker Marta = tim pengelola yang bertugas meng-input 10/26/2010 = tanggal saat di-input 42:31 PM = waktu saat di-input INSERT = proses yang dilakukan untuk newsticker Sosial & Daerah = penggolongan newsticker 2 Hours = durasi tayang newsticker
Sedangkan yang akan dianalisis pada tiap kriteria penggolongan adalah
tiap item newsticker, kebanyakan hanya dalam tahap proses insert atau update,
sebagaimana contoh berikut:
166229 ISTANA GELAR RAPAT DADAKAN BAHAS MERAPI & MENTAWAI reni 10/26/2010 10:01:07 PM INSERT Politik & Hukum 2 Hours 166253 ISTANA GELAR RAPAT DADAKAN BAHAS MERAPI & MENTAWAI umam 10/26/2010 11:40:50 PM INSERT Lain-lain 2 Hours
166304 EVAKUASI KORBAN MERAPI DITARGETKAN SELESAI HARI INI umam 10/27/2010 6:30:49 AM INSERT Sosial 4 Hours 166477 EVAKUASI KORBAN LETUSAN MERAPI HARI INI DIHENTIKAN reni 10/27/2010 4:15:13 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
166475 2.00 WARGA LERENG MERAPI MENGUNGSI DI KEPUHARJO attin 10/27/2010 4:13:32 PM INSERT Ekonomi 2 Hours 166475 2.000 WARGA LERENG MERAPI MENGUNGSI DI KEPUHARJO attin 10/27/2010 4:13:43 PM UPDATE Sosial & Daerah 2 Hours
167211 BPPTK: LETUSAN MERAPI SABTU TERKUAT DALAM 10 TAHUN astri 10/30/2010 10:35:09 AM INSERT Luar Negeri & Sport 2 Hours 167214 BPPTK: LETUSAN MERAPI SABTU TERKUAT DALAM 10 TAHUN astri 10/30/2010 10:37:02 AM INSERT Sosial & Daerah 4 Hours
Sebelum melakukan analisis, penyusun menggolongkan newsticker
berdasarkan struktur mikro Norman Fairclough yang penulis pilih sesuai tema
pada isi pesan, yakni:
1) Berisi Laporan Peristiwa
2) Berisi Pemberitahuan dari Pihak Terkait
3) Berisi Peringatan Bahaya
4) Berisi Laporan Tindakan
5) Berisi Laporan Simpati/Bantuan
Hasil penggolongan isi newsticker tersebut, kemudian dianalisis dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
menggunakan pendekatan pengonstruksian realitas berdasarkan:
i. Ideasional, yang merujuk konstruksi pemahaman akan keberadaan makna
ii. Relasional, yang merujuk konstruksi hubungan pesan dengan masyarakat
iii. Identitas, yang merujuk konstruksi identitas media, nara sumber dan
masyarakat yang ditampilkan.
Tabel 2. Porsentase tema newsticker yang dianalisis konstruksi realitas
Konstruksi Realitas Ideasional Relasional Identitas Total
Penggolongan Tematik F P % F P % f P % item
1 Laporan Peristiwa 81 202 40% 110 202 54 % 11 202 6% 100%
2 Pemberitahuan dari Pihak Terkait
70 96 73% 23 96 24% 3 96 3% 100%
3 Peringatan Bahaya 123 187 66% 61 187 33% 3 187 1% 100%
4 Laporan Tindakan 76 309 25% 63 309 20% 170 309 55% 100%
5 Laporan Simpati/Bantuan
22 151 15% 57 151 37% 72 151 48% 100%
(Sumber: Analisis Data) Keterangan: f = frekuensi item newsticker tersebut yang tercatat P = populasi item newsticker tersebut yang tercatat % = porsentase frekuensi dari polulasi newsticker tersebut yang tercatat Catatan: Untuk konstruksi Identitas, yang tercatat pada tabel di atas adalah newsticker yang tidak termasuk pada konstruksi Ideasional dan Relasional, dan ditambah semua newsticker yang menuliskan nama sumber dsan obyek berita.
Dalam hasil analisis Dimensi Teks ini penyusun membenturkan antara
analisis dimensi teks dengan faktor-faktor yang memengaruhi pembuatan dan
keberadaan newsticker tentang bencana gunung Merapi Yogyakarta ini –baik
secara konteks maupun di luar teks— dengan aspek kualitas berita dan perubahan
realitas maupun faktor-faktor sosial budaya.
Untuk memudahkan penggambaran hasil analisis, penyusun akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
mengambil beberapa contoh dari setiap penggolongan newsticker berdasarkan
struktur mikro (berisi tentang Laporan Peristiwa, Pemberitahuan dari Pihak
Terkait, Peringatan Bahaya, Laporan Tindakan dan Laporan Simpati/Bantuan) ang
dianalisis dengan menggunakan pendekatan pengonstruksian realitas (Ideasional,
Relasional dan Identitas) yang dimuat dalam analisis dimensi teks newsticker
(poin b.1) di atas. Berikut hasil analisisnya:
1) Laporan Peristiwa
Sebagai contoh newsticker yang menggambarkan peristiwa-peristiwa
dalam bencana gunung Merapi di Yogyakarta yang merujuk kepada:
i. Konstruksi Ideasional (pemahaman akan keberadaan makna bencana) adalah:
166177 TERJADI ERUPSI DI GUNUNG MERAPI PADA 17.45 WIB marta 10/26/2010 6:42:13 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang peristiwa erupsi Gunung Merapi lengkap
dengan waktu kejadiannya, menguatkan konstruksi pemahaman makna atas
peristiwa bencana yang terjadi. Alasannya karena terjadinya erupsi sebagai
penyebab utama bencana gunung Merapi merupakan bahaya besar bagi
masyarakat yang akan menimbulkan berbagai dampak bencana lainnya
menyangkut kepentingan orang banyak, sehingga sangat patut diberitakan sebagai
newsticker.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini sangat aktual karena ditayangkan pukul 6:42:13 PM
sementara kejadiannya berlangsung pukul 17.45, hanya selisih sekitar jam dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
saat terjadinya. Karenanya, pastilah memperhatikan time concern, sangat baru
(tidak mengulang), memiliki magnitude besar lantaran dampaknya juga sangat
besar, memiliki kedekatan, pertama kali, dramatis, menyangkut kepentingan
umum dan bermanfaat.
Perubahan Realitas
Terjadinya erupsi pertama kali di gunung Merapi tentu saja merupakan
perubahan realitas yang sedemikian tiba-tiba bagi warga Yogyakarta dan
sekitarnya, menguatkan konstruksi pemahaman makna atas peristiwa bencana
peristiwa bencana yang terjadi. Informasi ini berhasil menggambarkan perubahan
realitas yang terjadi ini, tanpa kehilangan momentum ‘trade mark’ dari sebuah
televisi berita berkat kemampuan newsticker yang mampu mengakomodir banyak
berita dalam waktu cepat.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
166251 15 WARGA TEWAS AKIBAT LETUSAN MERAPI umam 10/26/2010 11:40:06 PM INSERT Sosial & Daerah 6 Hours
Newsticker ini berisi tentang peristiwa dampak erupsi gunung Merapi
bagi sejumlah masyarakat yang tewas, menguatkan konstruksi pemahaman makna
atas peristiwa bencana yang terjadi. Tewasnya sejumlah warga akibat letusan
gunung Merapi pertama merupakan berita penting yang ingin diketahui seluruh
masyarakat, bukan hanya warga terdampak bencana, sebagai penyadar besarnya
bahaya bencana, karena besar kemungkinan akan diikuti letusan-letusan
berikutnya yang pasti sangat membahayakan.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini termasuk aktual karena ditayangkan pukul 11:40:06 PM,
sedangkan berita tentang 15 warga pertama kali ditayangkan pukul 8:28:13 PM
meski disebutkan luka bakar (belum tewas) akibat awan panas Merapi.
Karenanya, pastilah juga memperhatikan time concern, baru (tidak mengulang),
memiliki magnitude besar, memiliki kedekatan, dramatis, menyangkut
kepentingan umum dan bermanfaat.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini aktual dipandang dari perubahan realitas yang terjadi,
karena hanya selisih sekitar 3 jam dari berita tentang luka bakar yang dialami 15
warga tersebut. Meski sempat didahului berita tentang tewasnya seorang warga
akibat hujan abu dan seorang bayi akibat sesak nafas, menyusul tewasnya seorang
dari 15 warga yang terkena awan panas. Berarti kondisi ini diperhatikan terus
perkembangannya, sampai akhirnya keseluruhan dari 15 warga tersebut
dinyatakan wafat.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini,
namun dampak berita tentang tewasnya warga terdampak bencana akibat danpak
erupsi Merapi, tentu memengaruhi jiwa massa –sebagai salah satu faktor sosial—
yang makin dicekam kekhawatiran dan kepanikan akibat terjadinya letusan
Merapi.
ii. Konstruksi Relasional (pesan dengan masyarakat atas bencana tersebut) adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
166210 MBAH MARIDJAN DIDUGA TERJEBAK DI KINAHREJO marta 10/26/2010 9:15:17 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang peristiwa dugaan terjebaknya Mbah Maridjan
di Kinahrejo Merapi, menguatkan konstruksi hubungan pesan dengan masyarakat
atas bencana yang terjadi. Dalam posisinya sebagai Kuncen, Mbah Maridjan
memilih bertahan tidak mau mengungsi. Inilah yang dikhawatirkan pemerintah,
karena sebagai panutan banyak warga yang mengikutinya. Ketika tersebar kabar
dugaan Mbah Maridjan terjebak di Kinahrejo yang berbahaya, membuat warga
sibuk ingin turut mencari dan menolongnya.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini termasuk aktual karena sebelumnya tak ada berita
tentang Mbah Maridjan yang terjebak. Sedangkan berita tentang Mbah Maridjan
sudah disampaikan dalam berita utama tvOne, meski dalam format Lead in (tanpa
gambar). Sesuai pedoman penulisan, newsticker ini juga memperhatikan time
concern, baru (tidak mengulang), memiliki magnitude besar, menyangkut tokoh,
memiliki kedekatan, pertama kali, misi, dramatis, menyangkut kepentingan umum
dan bermanfaat.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini aktual dipandang dari perubahan realitas yang terjadi,
karena hanya selisih sekitar 2 jam dari berita utama yang mengabarkan kalau
Mbah Maridjan memilih bertahan di kediamannya di gunung Merapi dan tetap
tidak mau mengungsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Faktor-faktor Sosial Budaya
Seperti yang digambarkan Redaksi, berita tentang Mbah Maridjan
mengandung misi kearifan lokal yang terkait dengan faktor-faktor sosial budaya
yang memengaruhi pembuatan newsticker. Sebagai Opinion Leader, panutan
masyarakat, sikap bertahan ini akan diikuti oleh sebagian besar warga Merapi.
Inilah yang dikhawatirkan, karena akan membahayakan keselamatan para warga
tersebut. Karenanyalah berita ini ditujukan agar dapat menyadarkan para warga
akan bahaya yang mengancam, bila sampai terjebak seperti Mbah Maridjan di
Kawasan Rawan Bencana.
169384 HARGA SAPI KORBAN MERAPI DITENTUKAN RP5-10JUTA antarini 11/8/2010 2:43:36 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang peristiwa penentuan harga sapi yang menjadi
korban dalam bencana gunung Merapi lengkap dengan nominal harganya,
menguatkan konstruksi hubungan pesan dengan masyarakat atas bencana yang
terjadi. Sapi-sapi yang berada di wilayah bencana dinyatakan tak layak untuk
dikonsumsi maupun dijual, karena dikhawatirkan tercemar zat berbahaya. Untuk
meminimalisir kerugian korban Merapi, pemerintah menjanjikan sapi-sapi
tersebut akan diganti sebesar 5 -10 juta rupiah perekor.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini termasuk aktual, meski pada 30/10 telah ada berita
tentang evakuasi ternak yang dihentikan sementara. Artinya semua ternak --
termasuk sapi— yang dimiliki warga juga menjadi korban bencana, sehingga
perlu dievakuasi juga. Alkibatnya sapi-sapi yang berada di wilayah bencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
dinyatakan tak layak untuk dikonsumsi maupun dijual, sehingga demi mengurangi
kerugian warga pemerintah menggantinya dengan harga yang ditentukan. Sesuai
pedoman penulisan, newsticker ini juga memperhatikan time concern, baru (tidak
mengulang), memiliki magnitude besar, memiliki kedekatan, menyangkut
kepentingan umum dan bermanfaat.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini termasuk aktual dipandang dari perubahan realitas
yang terjadi, karena sekitar sepekan sebelumnya diberitakan penghentian evakuasi
ternak yang juga jadi korban. Perubahan realitas yang terjadi dengan adanya
respon pemerintah untuk mengganti sapi dengan harga tertentu, setelah adanya
berita evakuasi ternak tersebut. Hal ini menjelaskan niat baik (goodwill)
pemerintah, yang entah bagaimana kendalanya di lapangan. Semestinya
perubahan realitasnya terus diikuti, agar warga segera mendapatkan pengganti,
demi mengurangi kerugian yang mereka derita.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
iii. Konstruksi Identitas (yang menuliskan nama sumber dan obyek berita) adalah:
166422 MARIDJAN DIANGKAT HB IX JADI KUNCEN MERAPI antarini 10/27/2010 12:27:51 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang peristiwa Mbah Maridjan sebagai Kuncen
gunung Merapi oleh Sultan Hamengku Buwono IX, menguatkan konstruksi
identitas media, nara sumber dan masyarakat yang ditampilkan. Posisi Juru Kunci
gunung Merapi bagi warga setempat sangat strategis, lantaran menjadi panutan
bagi warga setempat. Penolakan Mbah Maridjan yang diminta ‘turun gunung’ saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
kondisi bencana makin membahayakan, akan ikut membayakan warga yang patuh
kepadanya. Karena itulah Sultan mengeluarkan penegasan diangkatnya Mbah
Maridjan ini bukan oleh dirinya, tetapi oleh ayahnya Sultan HB IX sebagai
peristiwa sakral yang diketahui masyarakat. Dengan demikian diharapkan Mbah
Maridjan mau menuruti permintaan mengungsi.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini termasuk aktual karena sehari sebelumnya telah ada
berita tentang pengungsian warga akan dilanjutkan 29/10 dan berita tentang
pencarian korban Merapi fokus di Kinahredjo & Tungo. Daerah itu merupakan
lokasi kediaman Mbah Maridjan dan fakta kalau pengungsian masih belum selesai
yang mungkin termasuk Mbah Maridjan salah satunya. Sesuai pedoman
penulisan, newsticker ini juga memperhatikan time concern, baru (tidak
mengulang), memiliki magnitude besar, menyangkut tokoh, memiliki
kedekatan, misi, menyangkut kepentingan umum dan bermanfaat
Perubahan Realitas
Info newsticker ini termasuk aktual dipandang dari perubahan realitas
yang terjadi, karena hanya beda hari dengan berita Mbah Maridjan yang terjebak
di Kinahrejo. Karena newsticker ini ditujukan agar Mbah Maridjan mau menuruti
permintaan Sultan untuk mengungsi, karena pengangkatannya dilakukan oleh
ayahnya, Sultan HB IX, bukan oleh Sultan yang bertahta kini.
Faktor-faktor Sosial Budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Sama seperti newsticker sebelumnya, berita tentang Mbah Maridjan
mengandung misi kearifan lokal yang terkait dengan faktor-faktor sosial budaya
yang memengaruhi pembuatan newsticker. Dengan turunnya berita tentang
penegasan diangkatnya oleh Sultan HB IX akan dapat ‘memaksa’ Mbah Maridjan
turun dan diharapkan akan diikuti oleh sebagian besar warga Merapi.
190846 PENGEMBANGAN WISATA MERAPI TUNGGU PUTUSAN BPPTK attin 2/22/2011 8:51:15 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang peristiwa adanya rencana pengembangan
wisata di kawasan gunung Merapi agar menunggu keputusan BPPTK,
menguatkan konstruksi identitas media, nara sumber dan masyarakat yang
ditampilkan. Kawasan gunung Merapi boleh dikatakan nyaris rusak total,
terutama tempat-tempat yang dapat menjadi sumber pekerjaan maupun
penghasilan. Karena itulah, beberapa warga berinisiatif mengantarkan para
pengunjung lokasi bencana Merapi dengan memungut bayaran, yang kemudian
berkembang seolah telah menjadi tujuan wisata. Namun pengembangan lebih
lanjut, masih menunggu keputusan BPPTK mengingat besarnya bahaya yang
masih mengancam.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini termasuk aktual karena berawal dari BPPTK yang
merancang peta rawan bencana pada sebulan sebelumnya dan niat UGM untuk
membuat Kawasan Rawan Bencana sebagai padang sabana. Selain itu, dalam
berita utama juga dikabarkan adanya beberapa warga yang telah memulai
menjadikan kawasan bencana Merapi sebagai daerah wisata, dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
mengantarkan pengunjung menengok lokasi wisata. Atas dasar inilah, newsticker
ini dapat dikatakan termasuk aktual Sesuai pedoman penulisan, newsticker ini
juga memperhatikan time concern, baru (tidak mengulang), memiliki magnitude
besar, memiliki kedekatan, pertama kali, misi, unik, menyangkut kepentingan
umum dan bermanfaat.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini termasuk aktual dipandang dari perubahan realitas
yang terjadi, karena dalam waktu sekitar 4 bulan saja kawasan bencana telah
berubah menjadi daerah wisata. Meski munculnya karena rasa ingin tahu
masyarakat atas kerusakan akibat bencana yang terjadi, namun bak gayung
bersambut dengan tanggapan masyarakat yang membutuhkan penghasilan.
Perubahan realitas yang terjadi ini sangat kontradiktif dan unik, dan menjadi
bahan berita yang menarik.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Dipandang dari sisi budaya, barangkali bisa digolongkan sebagai gegar
budaya (culture schock) karena perubahan kondisi yang terjadi akibat bencana
Merapi sangat memengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat setempat. Ketika
terjadi pemanfaatan sebagai daerah wisata, dengan timbulnya gegar budaya maka
beramai-ramai warga terdampak bencana pun memanfaatkannya dan menjadi
pemandu wisata.
2) Pemberitahuan dari Pihak Terkait
Sebagai contoh newsticker yang menggambarkan pemberitahuan dari
pihak terkait untuk bencana Gunung Merapi di Yogyakarta yang merujuk kepada:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
i. Konstruksi Ideasional (pemahaman akan keberadaan makna bencana) adalah:
166182 BMKG: LETUSAN MERAPI TERJADI SEBANYAK 3 KALI marta 10/26/2010 6:58:07 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berasal dari BMKG tentang pemberitahuan erupsi gunung
Merapi yang lengkap dengan angka jumlah letusannya, menguatkan konstruksi
pemahaman makna atas peristiwa bencana yang terjadi. Letusan gunung Merapi
yang pertama terjadi memancing perdebatan melihat dampak dan akibat yang
ditimbulkan, semisal hujan abu dan awan panas yang langsung terjadi pada hari
itu juga. Karenanya BMKG memandang perlu memastikan masyarakat, benar
terjadi letusan sebanyak 3 kali yang memang sangat membahayakan.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini sangat aktual karena ditayangkan pukul 6:58:07 PM
sementara kejadiannya berlangsung pukul 17.45, hanya selisih sekitar 1 jam dari
saat terjadinya. Belum banyak orang yang menyadari, bahkan masih
menimbulkan perdebatan, tentang jumlah letusan yang terjadi pertama gunung
Merapi erupsi. Karenanya, pastilah memperhatikan time concern, sangat baru
(tidak mengulang), memiliki magnitude besar lantaran dampaknya juga sangat
besar, memiliki kedekatan, pertama kali, dramatis, menyangkut kepentingan
umum dan bermanfaat.
Perubahan Realitas
Untuk kali ini, hampir seluruh newsticker yang ditayangkan tvOne
menginformasikan bencana Merapi. Perubahan realitas akibat erupsi Merapi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
terjadi begitu hebat, nyaris semua terekam dalam newsticker yang menurut
pengakuan Redaksi memang didedikasikan khusus untuk masyarakat Yogya dan
sekitarnya.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
171192 KEMENHUT: AWAN PANAS RUSAK 735 HA HUTAN MERAPI reni 11/16/2010 11:03:29 PM INSERT Sosial & Daerah 6 Hours
Newsticker ini berasal dari Kementerian Kehutanan tentang pemberitahuan
dampak awan panas bencana gunung Merapi yang berakibat kerusakan hutan dan
lengkap dengan angka luasnya, menguatkan konstruksi pemahaman makna atas
peristiwa bencana yang terjadi. Awan panas yang terjadi dapat mengakibatkan
luka bakar bila terkena manusia, atau bahkan kebakaran saat menyentuh tanaman
yang sudah kering terkena lahar. Dalam waktu 2 pekan sangat luas hutan Merapi
yang menghangus di sekeliling wilayah bencana akibat awan panas, sehingga
Kementerian Kehutanan mendata areal rusak yang ternyata mencapai 735 hektar.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini termasuk aktual karena beda 3 hari dengan informasi
yang mengabarkan 6700 HA hutan tertutup abu vulkanik Merapi. Karenanya,
pastilah newsticker ini memperhatikan time concern, sangat baru (tidak
mengulang), memiliki magnitude besar lantaran dampaknya juga sangat besar,
memiliki kedekatan, menyangkut kepentingan umum dan bermanfaat.
Perubahan Realitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Perubahan realitas akibat erupsi Merapi yang terjadi begitu hebat,
termasuk tentang rusaknya hutan yang sangat luas. Bila saja ini berada pada lokasi
berbeda dan dijumlahkan, maka keseluruhan hutan yang rusak menjadi 7435
hektar. Sebuah angka yang patut dicemaskan, mengingat waktu yang teramat lama
untuk dapat memperbaikinya melalui program reboisasi.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
ii. Konstruksi Relasional (pesan dengan masyarakat atas bencana tersebut)
adalah:
167076 SULTAN MASIH MENCARI KANDIDAT JURU KUNCI MERAPI aries 10/29/2010 7:05:29 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berasal dari Sultan HB X tentang pemberitahuan pencarian
kandidat juru kunci gunung Merapi, menguatkan konstruksi hubungan pesan
dengan masyarakat atas bencana yang terjadi. Wafatnya Mbah Maridjan yang
telah menunjukkan kesetiaannya pada Gunung Merapi yang dijaganya,
menyebabkan posisi Kuncen kosong ditinggalkannya. Seorang Juru Kunci
menjadi panutan warga di sekitar gunung Merapi, karenanya tidak sembarang
orang dapat diangkat untuk menjabatnya. Pencarian kandidat pengganti juga tidak
mudah, karena hanya Sultan juga yang berhak mencari dan mengangkatnya.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini aktual karena dua hari sebelumnya telah ada berita
tentang penegasan pengangkatan Mbah Maridjan yang dilakukan oleh ayahnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Sultan HB IX. Informasi ini menegaskan pula kalau kandidat pengganti belum
ditemukan, sehingga jelas hubungannya kalau pengangkatan Juru Kunci Merapi
hanya dilakukan Sultan. Sesuai pedoman penulisan, newsticker ini juga
memperhatikan time concern, baru (tidak mengulang), memiliki magnitude besar,
menyangkut tokoh, memiliki kedekatan, pertama kali, misi, menyangkut
kepentingan umum dan bermanfaat.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini aktual dipandang dari perubahan realitas yang terjadi,
karena hanya beda hari dengan berita tewasnya Mbah Maridjan. Newsticker ini
ditujukan untuk memberitahu masyarakat bahwasanya Kuncen Merapi belum ada,
karenanya agar menuruti himbauan pemerintah menyangkut keselamatan warga,
bukan lagi Mbah Maridjan atau lainnya.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Sama seperti newsticker tentang Mbah Maridjan yang mengandung misi
kearifan lokal, terkait dengan faktor-faktor sosial budaya yang memengaruhi
pembuatan newsticker. Dengan turunnya berita tentang masih dilakukannya
pencarian kandidat pengganti Kuncen, maka satu-satunya Leader adalah Sultan
HB X, baik sebagai Gubernur (pemerintah) maupun sebagai Raja Yogyakarta.
183307 BNPB: KERUGIAN AKIBAT ERUPSI MERAPI CAPAI RP4,23 T astri 1/17/2011 10:07:14 AM INSERT Sosial & Daerah 4 Hours
Newsticker ini berasal dari BPNB tentang pemberitahuan besarnya angka
kerugian akibat erupsi Gunung Merapi lengkap dengan angka jumlahnya,
menguatkan konstruksi hubungan pesan dengan masyarakat atas bencana yang
terjadi. Luasnya wilayah bencana Merapi menyebabkan kerusakan semua aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
kehidupan di berbagai daerah, yang memelukan waktu lama untuk perbaikan dan
pemulihan. Selain pemukiman maupun prasarana, sarana dan fasilitas masyarakat,
juga sumber-sumber penghasilan masyarakat yang kian meningkatkan hitungan
jumlah kerugian. Untuk itu, BPNB memperkirakan mencapai Rp. 4, 23 trilyun.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini aktual, karena meski telah ada beberapa informasi yang
memperkirakan besarnya dana yang dibutuhkan dalam masing-masing poin –
misalnya rehabilitasi IKM, pergantian ternak pendidikan, program padat karya,
rehabilitasi sungai dan hutan dan sebagainya— tetapi yang menyebut kerugian
secara keseluruhan baru pertama kali ditayangkan. Karenanya sesuai pedoman
penulisan, newsticker ini juga memperhatikan time concern, baru (tidak
mengulang), memiliki magnitude besar, memiliki kedekatan, pertama kali, misi,
menyangkut kepentingan umum dan bermanfaat.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini masih aktual dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi, karena realitas saat ini adalah proses rehabilitasi dan pemulihan wilayah
bencana. Semua membutuhkan dana besar yang diambil dari APBN, dana
operasional berbagai instansi pemerintah terkait, APBD masing-masing wilayah
terdampak dan sumbangan masyarakat, instansi swasta maupun negara tetangga.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
i. Konstruksi Identitas (yang menuliskan nama sumber dan obyek berita) adalah:
166262 WARTAWAN VIVANEWS TEWAS AKIBAT AWAN PANAS umam 10/26/2010 11:44:54 PM INSERT Sosial & Daerah 6 Hours
Newsticker ini berasal dari perusahaan media informasi VivaNews tentang
pemberitahuan tewasnya wartawan mereka akibat awan panas –sebagai salah satu
rentetan bencana gunung Merapi, menguatkan konstruksi identitas media, nara
sumber dan masyarakat yang ditampilkan. Setelah sebagian wartawan yang
meliput langsung di kawasan bencana hilang kontak, akibat situasi medan maupun
cuaca yang mungkin menjadi penyebab. Begitu pula wartawan VivaNews yang
ditemukan tewas akibat awan panas, setelah mengikuti Tim penjemput Mbah
Maridjan yang akhirnya ternyata ikut tewas.
Hasil analisisnya sebagai berikut: Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini aktual, meski sebelumnya telah ada informasi yang
mengabarkan sejumlah wartawan yang hilang kontak di kawasan Merapi. Tetapi
karena ini adalah hari pertama terjadinya erupsi, berita atas hilangnya wartawan
tentu tidak sepenuhnya diperhatikan. Padahal sesuai pedoman penulisan,
newsticker ini juga memperhatikan time concern, memiliki magnitude besar,
memiliki kedekatan, misi, menyangkut kepentingan umum dan bermanfaat.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini masih aktual dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi, sekarang merupakan saat tengah paniknya masyarakat akibat letusan yang
baru berlangsung 5 jam sebelumnya. Karenanya berita hilangnya wartawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
menjadi kurang diperhatikan, walaupun disebabkan menjemput Mbah Maridjan
agar mau turun mengungsi.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
169623 KAPOLDA JATENG: ENAM POLSEK SEKITAR MERAPI DIPINDAH reni 11/9/2010 5:51:29 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berasal dari Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah
tentang pemindahan markas Kepolisian Sektor yang berada di sekitar wilayah
bencana gunung Merapi lengkap dengan angka jumlahnya, menguatkan
konstruksi identitas media, nara sumber dan masyarakat yang ditampilkan.
Bahaya bencana mengancam semua unsur masyarakat, tidak terkecuali markas
Polsek di sekitar Merapi yang berada di lokasi berbahaya. Selain menjadi tidak
efektif dan manfaat karena sebagian besar penduduk sudah mengungsi, juga
lantaran mengancam keselamatan para polisi itu sendiri. Berdasarkan
pertimbangan itulah Kapolda Jawa Tengah memindahkan 6 Polsek di sekitar
Merapi dan mengumumkannya, untuk diketahui masyarakat dan pihak terkait.
Hasil analisisnya sebagai berikut: Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini sangat aktual, karena sampai sejauh ini belum pernah ada
berita tentang rusaknya markas Kepolisian Sektor di sekitar wilayah Merapi.
Tentu saja berita ini mengejutkan, karena di sisi lain para Polisi tengah sibuk
membantu korban bencana. Padahal sesuai pedoman penulisan, newsticker ini
juga memperhatikan time concern, memiliki magnitude besar, memiliki
kedekatan, pertama kali, misi, dan menyangkut kepentingan umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Perubahan Realitas
Info newsticker ini sangat aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Kontradiktif karena saat para Polisi tengah sibuk membantu masyarakat
akibat bencana erupsi Merapi, di sisi lain bahaya juga mengancam keselamatan
diri dan markasnya. Karenanya berita pemindahan Mapolsek merupakan sebuah
perubahan realitas yang baik untuk ditayangkan sebagai newsticker.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
3) Peringatan Bahaya
Sebagai contoh newsticker yang menggambarkan peringatan bahaya atas
bencana gunung Merapi di Yogyakarta yang merujuk kepada:
i. Konstruksi Ideasional (pemahaman akan keberadaan makna bencana) adalah:
166179 HUJAN ABU MERAPI MENYEBAR HINGGA RADIUS 8KM marta 10/26/2010 6:43:03 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang peringatan atas kondisi hujan abu –sebagai
salah satu rentetan bencana Gunung Merapi— yang berbahaya dan telah
menyebar lengkap dengan angka jarak tempuhnya, menguatkan konstruksi
pemahaman makna atas peristiwa bencana yang terjadi. Abu Merapi yang turun
bagai hujan menyebar mengancam keselamatan, kesehatan dan aktifitas
masyarakat, terutama yang berada di sekitar wilayah bencana. Dengan penyebaran
yang mencapai radius 8 km, tak terbayangkan betapa luasnya wilayah yang
terancam bahaya.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini sangat aktual karena sampai sejauh ini belum diketahui
jauhnya radius penyebaran hujan abu mencapai 8 km, padahal berita erupsi
pertama gunung Merapi baru ditayangkan semenit lalu. Karena itu, sesuai
pedoman penulisan, newsticker ini juga memperhatikan time concern, memiliki
magnitude besar, memiliki kedekatan, pertama kali, misi, dramatis, dan
menyangkut kepentingan umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini sangat aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Erupsi pertama gunung Merapi terjadi pukul 17.45 dan beritanya baru
ditayangkan semenit lalu. Melihat alasan ini jelaslah banyaknya perubahan
realitas yang terjadi seputar terjadinya bencana langsung ditayangkan, susul
menyusul saat responden tvOne telah tiba di lokasi kejadian.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
169139 ABU VULKANIK GUNUNG MERAPI MENGANDUNG SILIKA endang pur 11/7/2010 11:35:48 AM INSERT Sosial & Daerah 4 Hours
Newsticker ini berisi tentang peringatan atas kandungan abu vulkanik
–sebagai salah satu rentetan bencana Gunung Merapi— yang berbahaya karena
bermuatan partikel membahayakan, menguatkan konstruksi pemahaman makna
atas peristiwa bencana yang terjadi. Abu yang turun bagai hujan dan menyebar
sudah membahayakan, karena mengganggu aktifitas masyarakat. Apalagi bila abu
vulkanik mengandung partikel silika tentu menjadi sangat membahayakan
masyarakat, karena bila terhirup saat bernafas akan membawa infeksi serius bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
kesehatan.
Hasil analisisnya sebagai berikut: Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini sangat aktual karena sampai sejauh ini belum diketahui
kandungan abu vulkanik ternyata adalah silika, padahal telah cukup banyak
korban akibat abu Merapi yang turun bagai hujan dan sangat cepat menyebar
membahayakan tersebut. Karena itu, sesuai pedoman penulisan, newsticker ini
juga memperhatikan time concern, memiliki magnitude besar, memiliki
kedekatan, pertama kali, dan menyangkut kepentingan umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini sangat aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Karena cukup banyak perubahan realitas yang diakibatkan hujan abu
Merapi yang membawa korban, meskipun belum diketahui kandungan silica yang
terdapat di dalamnya. Tentu saja kondisi ini akan melahirkan perubahan realitas
yang baru lagi, akibat makin berbahayanya abu vulkanik Merapi.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
1) Konstruksi Relasional (pesan dengan masyarakat atas bencana tersebut)
adalah:
166194 HUJAN ABU, PENGUNGSI MERAPI WAJIB PAKAI MASKER marta 10/26/2010 8:05:02 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang peringatan atas hujan abu –sebagai salah satu
rentetan bencana gunung Merapi— yang berbahaya sehingga mewajibkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
pengungsi memakai masker, menguatkan konstruksi hubungan pesan dengan
masyarakat atas bencana yang terjadi. Hujan abu akibat erupsi Merapi yang nyaris
terus menerus merupakan ancaman serius, salah satunya adalah penyakit ISPA
yang berbahaya dan sering menyerang masyarakat. Karena itu, untuk
mengantisipasinya para pengungsi diwajibkan memakai masker.
Hasil analisisnya sebagai berikut: Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini sangat aktual karena pada hari yang sama masyarakat
telah diperingatkan tentang bahayanya hujan abu. Karena partikel abu yang sangat
kecil dapat saja terhirup dan masuk ke dalam saluran pernafasan, bila warga tidak
menggunakan masker sebagai pelindung. Karena itu, sesuai pedoman penulisan,
newsticker ini juga memperhatikan time concern, memiliki magnitude besar,
memiliki kedekatan, pertama kali, misi, dan menyangkut kepentingan umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini sangat aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Karena selain bahaya erupsi, ternyata bencana Merapi juga mempunyai
dampak hujan abu yang tak kalah berbahayanya. Perubahan realitas yang sangat
mengkhawatirkan ini akan menjadi penyebab baru bagi timbulnya berbagai
penyakit akibat ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan bagian Atas), apabila
masyarakat setempat tidak menggunakan masker sebagaimana telah dihimbau.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
180469 HUJAN GUYUR MERAPI WARGA WASPADA LAHAR DINGIN marta 1/3/2011 6:53:56 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang peringatan kepada masyarakat agar
mewaspadai adanya lahar dingin akibat turunnya hujan –sebagai salah satu
rentetan bencana gunung Merapi— yang berbahaya, menguatkan konstruksi
hubungan pesan dengan masyarakat atas bencana yang terjadi. Lahar yang turun
bersama berbagai muatan material kawah, pohon-pohon tumbang dari hutan dan
segala yang terhanyut setelah letusan, mengalir ke lereng melalui sungai atau
apapun yang membentuk aliran. Turunnya hujan di gunung Merapi mendinginkan
dan mempercepat aliran lahar tersebut, yang dapat menyebabkan aneka bahaya
sekunder. Bila warga tidak waspada, lahar dingin tersebut dapat menyebabkan
banjir yang tidak terbendung lantaran kekuatan besar arusnya. Akibatnya yang
paling nyata adalah badan jalan yang tergerus dan runtuhnya jembatan.
Hasil analisisnya sebagai berikut: Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini kurang aktual karena lahar dingin telah mulai mengalir
sejak Desember 2010. Namun barangkali akibat hujan yang terus mengguyur
kawasan Merapi, yang dapat memperderas aliran lahan dingin membuat kembali
warga diminta agar waspada. Karena itu, sesuai pedoman penulisan, newsticker
ini juga memperhatikan time concern, memiliki magnitude besar, memiliki
kedekatan dan menyangkut kepentingan umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini kurang aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Karena perubahan realitas yang terjadi akibat lahar dingin sudah terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
sejak 3 bulan sebelumnya, yang mengakibatkan sungai meluap dan material
vulkanik hanyut hingga jauh ke kota Yogyakarta dan sekitarnya. Namun akibat
turunnya hujan yang terus mengguyur Merapi, warga diminta kembali waspada
karena dapat memperderas aliran lahar dingin dan menimbulkan bahaya yang
lebih besar ketimbang yang sudah pernah terjadi.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
iii. Konstruksi Identitas (yang menuliskan nama sumber dan obyek berita) adalah:
169086 SEKITAR 186 TRAFO PLN TERTUTUP LAHAR MERAPI antarini 11/7/2010 7:33:51 AM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang peringatan atas tertutupnya trafo Perusahaan
Listrik Negara akibat lahar –sebagai salah satu rentetan bencana gunung Merapi—
yang berbahaya, menguatkan konstruksi identitas media, nara sumber dan
masyarakat yang ditampilkan. Dampak bencana melanda ke semua yang ada di
wilayah sekitar gunung Merapi, termasuk pada gardu-gardu dan pembangkit PLN
Akibatnya sekitar 186 trafo PLN tertutup lahar, yang pada akhirnya memutuskan
aliran listrik nyaris di semua daerah terdampak bencana. Padahal penerangan
merupakan kebutuhan vital, baik untuk pemantauan maupun pengungsian dengan
segala kegiatannya
Hasil analisisnya sebagai berikut: Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini sangat aktual karena baru pertama kalinya trafo PLN ikut
tertutup lahar sejak bencana erupsi Merapi terjadi. Informasi ini sangat penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
ditayangkan, karena PLN berperan vital dalam penerangan yang sangat
dibutuhkan masyarakat dalam kondisi bencana seperti ini. Karena itu, sesuai
pedoman penulisan, newsticker ini juga memperhatikan time concern, memiliki
magnitude besar, memiliki kedekatan, pertama kali, misi dan menyangkut
kepentingan umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini sangat aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Karena perubahan realitas yang terjadi akibat triadanya penerangan
dikarenakan trafo PLN yang rusak, tentu melahirkan kondisi mencekam yang
menjadi realitas baru bagi masyarakat setempat. Perubahan realitas ini memang
penting dimuat dalam newsticker, agar semua pihak terkait dapat
mengantisipasinya.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
175386 LAHAR DINGIN MERAPI HANYUTKAN PIPA PAM MAGELANG marta 12/8/2010 4:26:09 AM INSERT Sosial & Daerah 6 Hours
Newsticker ini berisi tentang peringatan atas hanyutnya pipa Perusahaan
Air Minum di Magelang akibat lahar dingin –sebagai salah satu rentetan bencana
gunung Merapi— yang berbahaya, menguatkan konstruksi identitas media, nara
sumber dan masyarakat yang ditampilkan. Terbukti betapa berbahayanya lahar
dingin, karena dalam perjalanannya arus yang deras dapat menghanyutkan semua
yang menghadang. Termasuk pipa PAM di Magelang, padahal pipa tertanam di
dalam tanah. Karena itulah berita ini diturunkan, guna menunjukkan kekuatan
arus lahar dingin yang begitu luar biasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Hasil analisisnya sebagai berikut: Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini sangat aktual karena baru pertama kalinya pipa PAM
dapat ikut hanyut terbawa lahar dingin. Informasi ini sangat penting ditayangkan,
karena PAM juga berperan vital yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam
skondisi bencana seperti ini. Karena itu, sesuai pedoman penulisan, newsticker ini
juga memperhatikan time concern, memiliki magnitude besar, memiliki
kedekatan, pertama kali, misi dan menyangkut kepentingan umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini sangat aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Karena perubahan realitas yang terjadi akibat triadanya air layak minum
zkibat hanyutnya pipa PAM yang ditanam di bawah tanah, tentu melahirkan
kondisi sangat memprihatinkan yang menjadi realitas baru bagi masyarakat
setempat. Perubahan realitas ini memang penting dimuat dalam newsticker, agar
semua pihak terkait dapat mengantisipasinya.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
4) Laporan Tindakan
Sebagai contoh newsticker yang menggambarkan tindakan atas bencana
gunung Merapi di Yogyakarta yang merujuk kepada:
i. Konstruksi Ideasional (pemahaman akan keberadaan makna bencana) adalah:
166178 SELURUH WARGA DI LERENG MERAPI TELAH DIEVAKUASI marta 10/26/2010 6:42:31 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Newsticker ini berisi tentang tindakan atas bencana gunung Merapi yang
mengungsikan seluruh warga di lereng Merapi, menguatkan konstruksi
pemahaman makna atas peristiwa bencana yang terjadi. Meski termasuk Kawasan
Rawan Bencana (KRB) III, evakuasi warga di lereng gunung Merapi juga perlu
disegerakan. Karena jangkauan yang luas dari hujan abu dan kecepatan luncur
awan panas yang sedemikian cepat, tak menutup kemungkinan wilayah lereng
berubah status sehingga saanjadi lebih berbahaya. Karenanya dengan adanya
pengumuman kalau seluruh warga di lereng telah berhasil dievakuasi, tentu akan
menimbulkan sedikit kelegaan.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini sangat aktual karena informasi tentang selesainya
evakuasi telah dapat ditayangkan hanya beberapa detik setelah berita erupsi
gunung Merapi pertama ditayangkan. Karena itu, sesuai pedoman penulisan,
newsticker ini juga memperhatikan time concern, memiliki magnitude besar,
memiliki kedekatan, pertama kali, misi, dramatis dan menyangkut kepentingan
umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini sangat aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Karena perubahan realitas yang terjadi akibat erupsi gunung Merapi yang
pertama kali ini, sangat mencekam warga setempat atas bahayanya. Karena itu
tindakan segera mengungsikan seluruh warga di lereng Merapi adalah tindakan
tepat, yang berarti juga menegaskan besarnya bahaya yang akan terjadi menyusul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
erupsi sekaligus memberikan realitas baru bagi warga setempat yang kini tinggal
di pengungsian.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
184119 BENCANA SEKUNDER MERAPI, SLEMAN BENTUK BPBD dani 1/20/2011 11:01:28 PM INSERT Sosial & Daerah 6 Hours
Newsticker ini berisi tentang tindakan atas bencana gunung Merapi dari
Pemda Sleman yang membentuk BPBD menghadapi bencana sekunder,
menguatkan konstruksi pemahaman makna atas peristiwa bencana yang terjadi.
Munculnya bencana sekunder akibat dampak erupsi Merapi yang makin banyak
dan serius, membuat Pemda Sleman membentuk BPBD untuk mengatasinya.
Kendati cukup jauh dan tidak masuk dalam KRB, tetapi ternyata jangkauan
dampak sebagai bencana sekunder tiba pula di wilayah Sleman. Belum lagi untuk
mengkordinasikan tempat-tempat pengungsian yang tersebar, yang semuanya ini
menjadi penting sebagai alasan dibentuknya BPBD Sleman.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini sangat aktual karena informasi tentang Pemda Sleman
yang membentuk BPBD akibat dampak erupsi Merapi yang makin banyak dan
serius. Informasi pembentukan BPBD Sleman ini merupakan yang pertama,
bahkan satu-satunya, yang ditayangkan. Karena itu, sesuai pedoman penulisan,
newsticker ini juga memperhatikan time concern, memiliki magnitude besar,
memiliki kedekatan, pertama kali, misi, dan menyangkut kepentingan umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Perubahan Realitas
Info newsticker ini sangat aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Bagi warga Sleman di bukanya banyak tempat pengungsian bagi warga
Merapi di wilayah Sleman, tentu saja berpengaruh atas perubahan realitas.
Terlebih karena warga Sleman juga mengalami berbegai dampak erupsi Merapi
yang terjadi, meski cukup jauh dari Kawasan Rawan Bencana.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
i. Konstruksi Relasional (pesan dengan masyarakat atas bencana tersebut) adalah:
166220 WARGA LERENG GUNUNG MERAPI DIEVAKUASI PAKSA marta 10/26/2010 9:32:21 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang tindakan atas bencana gunung Merapi yang
mengungsikan warga dengan paksa di lereng Merapi, menguatkan konstruksi
hubungan pesan dengan masyarakat atas bencana yang terjadi. Lereng gunung
Merapi yang termasuk Kawasan Rawan Bencana sangat berbahaya, terlebih
belum dapat diduga seberapa besar dampak letusan yang barusan terjadi. Bila
masih ada warga yang tidak mau dievakuasi, akan dilakukan secara paksa demi
keselamatan mereka sendiri. Inilah yang mungkin tidak disadari penduduk, karena
itulah berita ini diturunkan.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini kurang aktual karena setelah berbagai informasi tentang
dampak bahaya Merapi yang menyebabkan jatuhnya korban dan telah selesainya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
evakuasi, ditayangkan lagi newsticker ini. Padahal ternyata masih ada warga yang
masih bertahan dan berarti belum seluruhnya dievakuasi, sehingga terkesan ada
yang salah. Karena itu, sesuai pedoman penulisan, newsticker ini memiliki
magnitude besar, kedekatan, dan menyangkut kepentingan umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini kurang aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Karena perubahan realitas yang terjadi setelah newsticker yang
mengabarkan seluruh warga telah dievakuasi, menimbulkan tanda tanya saat info
ini ditayangkan. Melihat dampak perhatian masyarakat pada newsticker, berita
seperti ini tentu akan membingungkan.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
171278 PEMERINTAH BENTUK TIM PEMULIHAN EKONOMI MERAPI antarini 11/17/2010 1:15:41 PM INSERT Sosial & Daerah 4 Hours
Newsticker ini berisi tentang tindakan Pemerintah yang membentuk Tim
Pemulihan Ekonomi untuk masyarakat akibat bencana gunung Merapi,
menguatkan konstruksi hubungan pesan dengan masyarakat atas bencana yang
terjadi. Setelah bencana dengan segala dampaknya menerjang, seluruh aspek
kehidupan masyarakat setempat menjadi porak poranda. Termasuk bidang
perekonomian nyaris menjadi lumpuh total, akibat hilangnya sumber nafkah dan
penghasilan masyarakat. Akibatnya transaksi dan kegiatan ekonomi seolah
terhenti, sehingga Pemerintah memprioritaskan membentuk tim untuk
memulihkannya.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Aspek Kualitas Berita
Isi newsticker ini aktual karena informasi tentang tim pemulihan ekonomi
yang dibentuk pemerintah ini ditayangkan, setelah berbagai info tentang porak
porandanya segenap aspek kehidupan masyarakat dan besarnya kerugian yang
diderita masyarakat. Karena itu, sesuai pedoman penulisan, newsticker ini juga
memperhatikan time concern, memiliki magnitude besar, memiliki kedekatan,
pertama kali, misi, dan menyangkut kepentingan umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini kurang aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Bagi warga terdampak bencana Merapi lumpuhnya perekonomian tidak
menjadi prioritas saat ini, yang penting mereka dapat hidup selamat dari bahaya
bencana dengan berbagai dampaknya. Bila tim ini tidak atau sangat lambat
berkerja maka hasilnya mereka tidak mendapatkan kehidupan perekonomian yang
lebih baik, sehingga tidak akan mengubah realitas kehidupan mayarakat saat ini.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
ii. Konstruksi Identitas (yang menuliskan nama sumber dan obyek berita) adalah:
166196 RSUD MUNTILAN TANGANI KORBAN HUJAN ABU MERAPI marta 10/26/2010 8:12:49 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang tindakan Rumah Sakit Umum Daerah
Muntilan yang menangani korban hujan abu –sebagai salah satu rentetan bencana
gunung Merapi, menguatkan konstruksi identitas media, nara sumber dan
masyarakat yang ditampilkan. Berbagai pihak terkait berkordinasi dan turut serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
aktif menanggulangi dampak bagi warga korban bencana gunung Merapi, dengan
kapasitas dan tugas masing-masing. Korban luka-luka melampaui jumlah daya
tampung rumah sakit walau seluruh RS telah dikerahkan, termasuk RSUD
Muntilan yang menangani korban hujan abu.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Newsticker ini kurang aktual karena informasi tentang banyaknya korban
yang jatuh akibat hujan abu yang menyebar jauh telah ditayangkan, membuat
kerepotan sejumlah Rumah Sakit di berbagai daerah yang menanganinya.
Termasuk RSUD Muntilan yang banyak menangani pasien ISPA akibat hujuan
abu, meski cukup jauh dari Kawasan Rawan Bencana. Karena itu, sesuai pedoman
penulisan, newsticker ini juga memiliki magnitude besar, dan menyangkut
kepentingan umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini kurang aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Karena telah cukup sering ditayangkan info tentang bahaya hujan abu
vulkanik Merapi dengan himbauan agar warga memakai masker, namun masih
banyak yang tidak mengindahkan. Akibatnya banyak korban yang jatuh
mengakibatkan kerepotan sejumlah Rumah Sakit di berbagai daerah, termasuk
RSUD Muntilan. Artinya tidak ada perubahan realitas yang terjadi, yang diangkat
melalui newsticker ini.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
e. Laporan Simpati/Bantuan
Sebagai contoh newsticker yang menggambarkan sikap simpati dan
bantuan untuk bencana gunung Merapi di Yogyakarta yang merujuk kepada:
ii. Konstruksi Ideasional (pemahaman akan keberadaan makna bencana) adalah:
169397 PEMERINTAH RANCANG BANGUN AULA PENGUNGSI MERAPI attin 11/8/2010 3:45:54 PM INSERT Sosial 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang sikap simpati maupun bantuan dari
pemerintah untuk masyarakat korban bencana gunung Merapi yang merancang
bangun aula pengungsi, menguatkan konstruksi pemahaman makna atas peristiwa
bencana yang terjadi. Seringnya bencana terjadi di Indonesia, selalu membawa
dampak pada kebutuhan tempat pengungsian yang representatif Pengungsi
biasanya ditempatkan di gedung-gedung instansi pemerintah maupun swasta,
sekolah dan lainnya, yang dikhawatirkan akan dapat mengganggu aktivitas.
Karenanya pemerintah memandang perlu, segera dibangun khusus aula pengungsi
untuk menampungnya
. Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Newsticker ini sangat aktual karena informasi tentang niat pemerintah
membuat rancang bangun aula pengungsi merupakan wacana pertama kali yang
terjadi saat bencana Merapi. Karena itu, sesuai pedoman penulisan, newsticker ini
juga juga memperhatikan time concern, memiliki magnitude besar, memiliki
kedekatan, pertama kali, misi, dan menyangkut kepentingan umum.
Perubahan Realitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Info newsticker ini sangat aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Melihat banyaknya korban yang jatuh akibat erupsi dan berbagai dampak
bencana Merapi, pemerintah memandang perlu membangun aula pengungsian
yang memang dikhususkan untu penampungan warga saat evakuasi bencana. Bila
terwujud, tentu merupakan realitas baru bagi pengungsi Merapi. Perubahan
realitas kelak inilah yang diangkat dalam newsticker ini.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
174885 PEMERINTAH SIAPKAN RP15M BAGI PADAT KARYA MERAPI astir 12/5/2010 8:04:46 AM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang sikap simpati maupun bantuan dari
pemerintah untuk masyarakat korban bencana gunung Merapi yang menyiapkan
dana kegiatan padat karya bagi masyarakat, menguatkan konstruksi pemahaman
makna atas peristiwa bencana yang terjadi. Untuk kebutuhan hidup keseharian
para pengungsi membutuhkan pekerjaan yang dapat memberikan penghasilan,
sementara pekerjaan lama mereka telah hilang akibat bencana. Karena itu
pemerintah mengadakan program padat karya dengan penyiapan dana 15 milyar
rupiah, untuk membantu pengungsi memperoleh nafkah.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Newsticker ini sangat aktual karena informasi tentang hilangnya sumber
nafkah bagi warga terdampak bencana, sudah ditayangkan melalui berbagai berita
yang menggambarkan porak porandanya segenap aspek kehidupan masyarakat
tersebut. Info ini memberikan solusi bagi warga dalam memenuhi kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
hidup keseharian, melalui program padat karya yang disiapkan pemerintah.
Karena itu, sesuai pedoman penulisan, newsticker ini juga memperhatikan time
concern, memiliki magnitude besar, memiliki kedekatan, pertama kali, misi, dan
menyangkut kepentingan umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini sangat aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Karena penyiapan dana Rp. 15 M untuk program padat karya yang
disiapkan pemerintah, memberikan perubahan realitas yang sangat berarti bagi
masyarakat. Kehilangan pekerjaan akibat musnahnya sumber nafkah telah
tergantikan dengan adanya program padat karya.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
iii. Konstruksi Relasional (pesan dengan masyarakat atas bencana tersebut) adalah:
166613 SANTRI JEMBER GELAR DOA KORBAN TSUNAMI & MERAPI umam 10/28/2010 3:41:06 AM INSERT Sosial & Daerah 4 Hours
Newsticker ini berisi tentang sikap simpati dari para santri di Jember yang
menggelar doa untuk para korban bencana tsunami di Mentawai dan erupsi
gunung Merapi di Yogyakarta, menguatkan konstruksi hubungan pesan dengan
masyarakat atas bencana yang terjadi. Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk
berperanserta membantu korban bencana, salah satunya dengan menggelar doa.
Doa yang dilakukan santri di Jember sebagai tanda simpati merupakan bantuan
yang tidak terhingga nilainya bagi warga korban bencana, sehingga sangat
disyukuri dan diharapkan menjadi contoh bagi masyarakat lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Newsticker ini aktual karena informasi tentang sikap simpati dari para
santri Jember yang ditujukan bagi korban bencana merupakan laporan
simpati/bantuan pertama berupa doa bersama. Karena itu, sesuai pedoman
penulisan, newsticker ini juga memperhatikan time concern, memiliki magnitude
besar, memiliki kedekatan, pertama kali, misi, dan menyangkut kepentingan
umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini kurang aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Karena bantuan doa yang dilakukan santri Jember tersebut, tidak langsung
mengubah realitas di daerah bencana. Namun semangat yang ditularkan dan
keyakinan akan dikabulkannya doa, sangat menambah semangat warga terdampak
bencana –baik di Merapi maupun Wasior— untuk bertahan hidup dan melakukan
aktifitas.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
169822 JATENG AJUKAN TAMBAHAN BANTUAN MERAPI KE BNPB antarini 11/10/2010 11:56:41 AM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang sikap simpati maupun bantuan dari Pemda
Jawa Tengah yang mengajukan tambahan dana bantuan bagi para korban bencana
gunung Merapi ke BNPB, menguatkan konstruksi hubungan pesan dengan
masyarakat atas bencana yang terjadi. Untuk merehabilitasi korban bencana yang
mencakup beberapa kota di sekitar gunung Merapi, memerlukan dana yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
sedikit. Sebagai pemnerintah di daerah yang wilayah kerjanya terkena bencana,
Pemda Jateng harus all-out menanggulanginya. Untuk itulah, Pemda Jateng
terpaksa mengajukan dana tambahan bantuan ke BNPB.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Newsticker ini kurang aktual karena informasi kebutuhan dana yang besar
bagi penanggulangan dan pemulihan bencana sudah diperkirakan melalui berita
yang menggambarkan porak poranda segenap aspek kehidupan masyarakat.
Sementara bantuan yang mengalir cukup besar, namun Pemda Jateng ternyata
masih membutuhkan tambahan bantuan dari BNPB. Karena itu, sesuai pedoman
penulisan, newsticker ini juga memperhatikan time concern, memiliki magnitude
besar, memiliki kedekatan, dan menyangkut kepentingan umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini kurang aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Karena bantuan dari berbagai pihak terus mengalir ke korban maupun
Pemda Jateng sebagai kordinator penanggulangan, sehingga info yang dimuat
dalam newsticker ini tidak mengubah realitas. Malah kemudian sedikit
menimbulkan tanya, apakah Pemda Jateng masih perlu meminta tambahan
bantuan ke BNPB.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
iv. Konstruksi Identitas (yang menuliskan nama sumber dan obyek berita) adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
166488 MENAKERTRANS SERAHKAN BANTUAN PENGUNGSI MERAPI attin 10/27/2010 4:34:01 PM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang sikap simpati maupun bantuan dari Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang menyerahkan bantuan untuk para pengungsi
korban bencana Gunung Merapi di Yogyakarta, menguatkan konstruksi identitas
media, nara sumber dan masyarakat yang ditampilkan. Setelah ditetapkan sebagai
bencana nasional, seluruh unsur pemerintahan baik di Pusat maupun daerah telah
diperintahkan ikut membantu dengan segenap kemampuannya. Karena itulah
Menakertrans menyerahkan bantuan kepada pengungsi di Merapi dan menyiapkan
program transmigrasi swakarsa untuk warga terdampak bencana yang
menginginkannya.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Newsticker ini cukup aktual karena informasi kebutuhan dana yang besar
bagi pengungsi akibat porak porandanya segenap aspek kehidupan mereka sudah
sering ditayangkan newsticker. Sementara bantuan yang diberikan Mentakertrans
dan penyiapan program transmigrasi merupakan bantuan bentuk baru yang dapat
menjadi solusi bagi warga terdampak bencana. Karena itu, sesuai pedoman
penulisan, newsticker ini juga memperhatikan time concern, memiliki magnitude
besar, memiliki kedekatan, misi dan menyangkut kepentingan umum.
Perubahan Realitas
Info newsticker ini cukup aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Karena bantuan dari Menakertrans, terutama dalam bentuk penyiapan
program transmigrasi swakarsa, akan membuat perubahan realitas yang cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
signifikan bagi kehidupan para pengungsi mauopun warga lain yang terdampak
bencana.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
170037 PLN BEBASKAN REKENING MINIMUM KORBAN MERAPI antarini 11/11/2010 8:19:59 AM INSERT Sosial & Daerah 2 Hours
Newsticker ini berisi tentang sikap simpati maupun bantuan dari
Perusahaan Listrik Negara yang membebaskan rekening dalam jumlah minimum
untuk para korban bencana gunung Merapi di Yogyakarta, menguatkan konstruksi
identitas media, nara sumber dan masyarakat yang ditampilkan. PLN sebagai
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga berperan serta langsung menangani
korban bencana Merapi dalam banyak hal, antara lain membebaskan rekening
minimum bagi warga terdampak bencana. Sebuah tindakan simpatik, karena
masyarakat sudah tak punya uang lagi untuk membayar sesuatu yang tidak
dipakainya selama bencana akibat dirusak dampak yang terjadi.
Hasil analisisnya sebagai berikut:
Aspek Kualitas Berita
Newsticker ini cukup aktual karena informasi tentang bantuan dari PLN
yang membebaskan rekening dalam jumlah minimum untuk warga barun pertama
ditayangkan. Padahal dalam beberapa newsticker diberitakan, sebagian besar trafo
PLN malah mengalami kerusakan akibat hujan abu maupun awan panas sebagai
dampak bencana Merapi. Karena itu, sesuai pedoman penulisan, newsticker ini
juga memperhatikan time concern, memiliki magnitude besar, memiliki
kedekatan, pertama kali, misi dan menyangkut kepentingan umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Perubahan Realitas
Info newsticker ini cukup aktual, dipandang dari perubahan realitas yang
terjadi. Karena meski sebagian besar warga terdampak bencana Merapi tinggal di
pengungsian, namun tetap saja ada biaya minimum rekening dari abodemen
maupun pemakaian sebelumnya masih harus dibayar dan membebani masyarakat.
Bantuan PLN yang dilakukan di tengah kerugian yang dialami PLN sendiri,
mampu mengubah realitas kesulitan hidup masyarakat.
Faktor-faktor Sosial Budaya
Belum ada gambaran faktor-faktor sosial budaya dalam informasi ini.
---oo0oo—
Pada akhirnya analisis level teks newsticker di atas dapat disimpulkan
bahwasanya konstruksi teks (baik ideasional, relasional maupun identitas) pada
isi newsticker tvOne (di keseluruhan tema: laporan peristiwa, pemberitahuan
pihak terkait, peringatan bahaya, laporan tindakan dan laporan simpati /
bantuan) tentang bencana Merapi Yogyakarta dalam pengelolaanya ternyata
sangat dipengaruhi oleh aspek kualitas berita.
Meski cenderung pas-pasan –bahkan cenderung asal ada— faktor
aktualitas yang ingin dihadirkan terkendala faktor akurasi dan faktual. Sedangkan
untuk unsur memiliki kedekatan dan menyangkut kepentingan umum nyaris
secara otomatis terpenuhi, karena sifat pemberitaan bencana. Tetapi tidak
demikian halnya dengan unsur pertama kali, prestisius, menyangkut tokoh, unik,
relevan, mengandung misi dan bermanfaat, hasil penelitian menunjukkan kadang
masih ada yang belum dipenuhi dalam setiap tayangan newsticker bencana Merapi
Yogyakarta ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Sementara dari sisi perubahan realitas, sebagian besar isi berita dari
keseluruhan newsticker tvOne termasuk aktual. Meski demikian, keunggulan
newsticker –khususnya di tvOne—sempat ternodai oleh keterlambatan pergantian
tayang dan membuat panik masyarakat dalam mengantisipasi dampak perubahan
realitas yang terjadi. Hal ini menurut penyusun, diakibatkan kurangnya kesigapan
peliput maupun Redaksi dalam check & recheck dan konfirmasi ke nara sumber
untuk keakuratan berita.
Yang mengherankan, hanya sedikit sekali pembuatan newsticker yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya. Pada sebagian besar newsticker
tidak didapati gambaran faktor-faktor sosial budaya, namun berita-berita tentang
tewasnya warga akibat erupsi Merapi tentu memengaruhi jiwa massa sebagai
salah satu faktor sosial.
Meskipun demikian newsticker tetap dapat efektif dan aktual kendati
terdapat pengaruh budaya Jawa semisal ‘alon-alon asal kelakon’, yang apabila
konteksnya adalah waspada, tidak ‘grusa-grusu,’ dan ‘kesusu/kemrusung’ terkait
bencana, sehingga keselamatan manusia lebih diutamakan. Terlebih juga, hal ini
dikarenakan sifat newsticker yang sangat aktual dan kebutuhan informasi yang
segera. ©
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
BAB V
ANALISIS DIMENSI MESO (PRAKTIK DISKURSUS)
PADA LEVEL PRODUSEN DAN KONSUMEN
Ini merupakan dimensi yang berhubungan dengan proses produksi (level
produsen) dan proses konsumsi teks (level konsumen). Praktik-praktik
kewacanaan –tempat dihasilkannya (diciptakan) serta dikonsumsi (diterima dan
diinterpretasikannya) teks— dipandang sebagai bentuk penting praktik sosial,
yang memberi kontribusi bagi penyusunan dunia sosial mencakup hubungan
sosial.
A. Level Produsen
Pada level ini penyusun mengamati proses pengelolaan newsticker—
yang terdiri atas input (masukan), proses produksi dan output (luaran)— dengan
cara observasi sekaligus melakukan wawancara (terstruktur maupun tidak) kepada
Manajer Divisi Newsticker & Website dan Tim Pengelola di ruang Redaksi tvOne.
Digunakannya newsticker sebagai salah satu bentuk media informasi di
tvOne, memberikan penyusun beberapa poin sebagai berikut:
1) Kebijakan Redaksional
Kebijakan Redaksional terkait newsticker dibuat Redaksi berdasarkan
misi dari tvOne sendiri sebagai televisi berita. Keinginan Redaksi tvOne agar
masyarakat mengetahui keberadaan newsticker terbukti, karena ternyata semua
responden yang dihubungi penyusun, menyatakan tahu tentang newsticker meski
sedikit berbeda kalimatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Dengan demikian newsticker dapat menjadi ujung tombak tayangan
berita yang diunggulkan aktualitasnya, sekaligus sebagai salah satu pembentuk
citra (penciri) bagi tvOne sebagai televisi berita. Hal ini seperti dijelaskan oleh
Aries Margono, Manajer Divisi Newsticker & Website tvOne, sebagai berikut:
“Kebijakan Redaksional tvOne yang menggunakan newsticker sebagai salah satu bentuk informasi, karena tvOne sebagai televisi berita selalu lebih mengutamakan berita. Hingga saat ini newsticker menjadi tayangan berita yang diunggulkan aktualitasnya, sekaligus sebagai salah satu pembentuk citra tvOne sebagai televisi berita Kita menginginkan tvOne sebagai ‘trade mark’ dari sebuah televisi berita, sehingga ketika orang mengingat berita di benaknya akan muncul tvOne.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Kehadiran newsticker di televisi lain, menjadi ranah pengalaman kami
untuk memproduksi tayangan. Meski Aries mengakui, tvOne bukanlah televisi
pertama yang memuat newsticker sebagai andalan berita terkini. Tetapi tidak
lantas kemudian membuat isi dan penampilannya sama persis, tetapi tetap
berbeda. Hal ini ditegaskannya,
“Walau bukan menjadi televisi yang pertama menayangkan newsticker, kehadirannya di tvOne merupakan satu kesatuan untuk menegakkan citra sebagai televisi berita. Tampilannya pun berbeda, tidak berjalan (running text). Tetapi stay on line, sehingga pemirsa langsung tahu isi berita tanpa harus menunggu.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Beberapa hal penting yang ditekankan dalan kebijakan Redaksional
terkait newsticker ini, antara lain:
a) Format:
Format newsticker yang sederhana membuatnya lebih mudah diperbarui
dan tampil terus menerus sesuai perubahan realitas yang terjadi, sehingga mampu
memenuhi kriteria sebagai Televisi Berita. Karena biasanya berita newsticker
ditindaklanjuti dalam berita utama yang lengkap dengan gambar dan isi yang
lebih rinci, sehingga secara keseluruhan merupakan strategi pemberitaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
komprehensif.
Berita terbaru dapat segera ditayangkan segera hanya mengandalkan
kata-kata tanpa gambar, sehingga aktualitas berita menjadi pertimbangan utama
dengan gambar hanya sebagai pendukung. Sebagaimana diungkap Aries lagi,
“Kami mendasari setiap program acara di tvOne dengan meletakkan pertimbangan sebagai televisi berita, karena kita menginginkan tvOne sebagai ‘trade mark’ dari sebuah televisi berita, sehingga ketika orang mengingat berita di benaknya akan muncul tvOne. Newsticker merupakan solusi untuk berita terbaru yang selalu update melalui barisan kata-kata, tanpa memerlukan gambar karena diposisikan sekadar pendukung berita.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Visi tvOne menjadi Televisi Berita, membawa dampak yang luas dalam
mempertimbangkan setiap program acara yang ada di tvOne. Nilai berita yang
harus mengandung unsur menarik dan penting bagi masyarakat, menjadi nafas
dalam pertimbangan pengelolaan dan penayangan program.
Newsticker merupakan ujung tombak penonjolan program acara yang
mencerminkan aktualitas, karena tampilannya yang berupa teks berita singkat dan
tidak memerlukan gambar. Oleh sebab itu, saat terjadinya bencana erupsi gunung
Merapi, Yogyakarta, pemberitaan newsticker yang update nyaris tanpa henti
sesuai misi. Untuk misi tvOne, Aries pun menjelaskan,
“Dengan misi tvOne sebagai televisi berita, adanya tayangan newsticker dapat memenuhi aspek aktualitas sebagai basis utama televisi berita. Realitas bencana gunung Merapi layak menjadi salah satu wacana, yang menggambarkan konstruksi realitas media pada newsticker. Karena tema wacana newsticker yang menjadi fokus tayangan ditetapkan pada rapat Dewan Redaksi, berdasarkan kepentingan publik yang mempertinggi nilai berita sehingga realitas tersebut layak jual dalam melengkapi berita utama.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Untuk menampilkan newsticker yang layak jual, unsur-unsurnya terdiri
atas nomor urut tayangan, isi teks, petugas peng-input, tanggal dan waktu input,
keterangan proses input, penggolongan isi, dan waktu durasi tayang newsticker.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Upaya mengokohkan diri sebagai televisi berita utama bagi seluruh
masyarakat, ternyata tidak mudah. Gaya pemasaran dan strategi pemberitaan yang
diusung harus sejalan dengan visi dan misinya. Kemauan untuk mengubah
mindset dan habitually masyarakat agar menjadikan berita-berita di tvOne sebagai
sumber berita utama mereka, merupakan upaya yang menyeluruh dan
berkesinambungan dalam semua program acara yang disajikan. Terutama dalam
program berita, termasuk newsticker, agar sejalan dengan tagline tvOne yang
berbunyi, “Terdepan Mengabarkan.”
b) Tujuan Jangka Pendek
Sebagaimana dijelaskan di atas, newsticker tentang bencana Merapi
memang ditujukan agar menjadi rujukan masyarakat untuk informasi terkini.
Begitu pula tujuan jangka pendek newsticker pada umumnya, namun tentang
bencana Merapi memang sangat didedikasikan khususnya untuk masyarakat
Yogya dan sekitarnya yang terdampak bencana. Termasuk semua instansi terkait
yang menangani penanggulangan bencana tersebut, seperti yang ditegaskan Aries,
“Tujuan jangka pendek dari penayangan newsticker tentang bencana Merapi adalah menghadirkan informasi yang cepat, karena Pemerintah dengan segenap instansinya tidak bisa menyebarkan langsung secara massal. Jadi newsticker tersebut memang didedikasikan untuk masyarakat Yogya dan sekitarnya yang terdampak bencana, termasuk instansi terkait yang menangani penanggulangan bencana tersebut.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Saking luasnya daerah terdampak bencana, newsticker bencana Merapi
juga ditujukan untuk mempermudah konsolidasi penanganan penanggulangan
bencana dan proses rehabilitasinya. Begitu pula dalam menampung tanggapan
masyarakat, terutama warga setempat, yang mengetahui tiap detik perubahan
kondisi yang terjadi. Hal ini diungkapkan juga oleh Aries,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
“Tanggapan masyarakat yang kami dapat umumnya berupa masukan informasi, jarang sekali bersifat complain. Pernah ada complain dari masyarakat, saat itu kami terlambat memperbaiki perubahan zona daerah bahaya. Itupun kami langsung perbaiki, setelah melakukan check & recheck ke Reporter di lapangan sebelumnya.´ (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
c) Tujuan Jangka Panjang
Sedangkan tujuan jangka panjang dari keberadaan newsticker,
seharusnya memang merupakan Visi tvOne sebagai sebuah televisi berita. Yakni,
agar menjadi habitually bagi masyarakat, untuk menjadikan berita di tvOne
sebagai sumber berita utama masyarakat. Karenanya, mindset masyarakat harus
diubah, demi mengukuhkan citra sesuai strategi komunikasi yang diinginkan
pengelola tvOne. Sebagaimana diungkap Aries,
“Kalau tujuan jangka panjangnya adalah agar newsticker sebagai sarana informasi tercepat dapat menjadi habitually bagi masyarakat, mengubah mindset masyarakat dan mengukuhkan citra tvOne sebagai televisi berita dengan motto “Terdepan Mengabarkan.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Semua yang dijelaskan Aries Margono sebagai Manager Divisi
Newsticker & Website tentang newsticker sebagai Kebijakan Redaksional sesuai
dengan visi dan misinya, agar menjadikan berita-berita di tvOne sebagai sumber
berita utama mereka. Inilah citra yang ingin ditegakkan Redaksi, sebagai strategi
pemberitaan dan brand marketing perusahaan melalui newsticker.
2) Proses Pengelolaan
Dalam melahirkan sebuah tayangan –sebagaimana halnya newsticker—
tentu tidak luput dari input (masukan), proses produksi dan output (luaran).
Seperti dijelaskan Aries,
“Proses pengelolaan newsticker sangat sederhana, tidak serumit pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
pada berita utama. Dari informasi yang masuk dilakukan check and recheck, kecuali yang berasal dari satu grup. Kemudian dilakukan seleksi berdasar beberapa kriteria, disunting dan di-input ke dalam komputer.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Informasi yang masuk (input) dari semua sumber –bisa dimintakan
kepada reporter di lapangan, berbagai instansi dan unsur masyarakat yang telepon
ke Redaksi atau mengirimkan pesan singkat (sms), media informasi lain dalam
dan luar negeri (semisal Kantor Berita Antara maupun CNN) terutama yang
berasal dari grup perusahaan (VivaNews atau ANTeve) sendiri. Seusainya, baru
pengelola newsticker mengetikkan di komputer yang telah di-setting dengan
menggunakan format seperti ditampilkan dalam contoh analisis.
Dalam prosesnya dilakukan check and recheck terlebih dahulu, untuk
menjaga akurasi dan kredibilitasnya, sebagaimana ditegaskan Aries,
“Dalam prosesnya dilakukan check and recheck terlebih dahulu, untuk menjaga akurasi dan kredibilitasnya. Selanjutnya diseleksi berdasarkan beberapa kriteria, antara lain: aktualitas, kredibilitas, akurasi, ruang lingkup (magnitude) dan penting maupun menarik bagi pemirsa. Setelah tersaring, dilakukan editing (penyuntingan) untuk tata bahasa, diksi dan penonjolan sesuai rasa bahasa dalam panjang maksimal 55 karakter.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Dalam proses input, pengelola newsticker melakukan penggolongan
tema –Ekonomi, Luar Negeri & Sports, Politik & Hukum, Sosial, Sosial &
Daerah, dan Lain-lain— sesuai isi yang terkandung, Kebanyakan malah termasuk
Sosial & Daerah, karena berisi tentang bencana dan dampaknya bagi masyarakat
sebagai masalah sosial yang berada di daerah Yogyakarta. Itu pun masih terdapat
kesalahan input tema, pada beberapa berita yang sama dalam beda waktu
penayangan.
Dalam Pedoman Penulisan yang diterbitkan secara internal (terlampir),
Aries mengungkapkan berbagai hal yang menjadi pertimbangan. Sebuah peristiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
layak tayang, demikian menurut Pedoman Penulisan, setidaknya memiliki kriteria
atau mengandung unsur-unsur: aktual, time concern, baru, memiliki magnitude
besar, prestisius, menyangkut tokoh, memiliki kedekatan, pertama kali, misi,
menyangkut kepentingan umum, dramatis, unik, relevan dan bermanfaat.
Pedoman Penulisan juga memuat berbagai catatan yang harus
diperhatikan. Antara lain, pemirsa tvOne, selain terdiri dari kelas menengah atas,
sebagian besar berdomisili (sekitar 60%) di wilayah Jabodetabek. Mengingat
anatomi itu, pemilihan topik berita hendaknya juga mempertimbangkan hal-hal
tersebut. Perlu diingatkan kembali untuk berita-berita pasar modal, hendaknya
benar-benar memperhatikan time concern. Kemudian dalam membuat skor
pertandingan bola, tunggulah hingga usai pertandingan.
Penyebutan institusi, juga harus dicermati. Baru bisa disebut mewakili
institusi, jika hal tersebut menyangkut keputusan resmi. Untuk menulis kasus
hukum yang belum memiliki kekuatan hukum tetap, junjunglah azas praduga tak
bersalah. Pakailah kata ‘diduga.’ Janganlah memberi label atau stigma pada
seseorang atau instansi, tanpa ada data akurat. Karena itu, cek dan ricek amat
diperlukan.
Hindari memungut berita dari dotcom (media online) tetangga yang
akurasinya diragukan. Boleh mengutip dotcom media lain, hanya sekadar sebagai
bahan informasi awal. Selanjutnya harus dikonfirmasikan ke reporter kita yang
berada di lapangan, pada Kordinator Liputan, atau telepon langsung ke sumber
berita. Juga hindari kata singkatan yang tidak popular, atau kata-kata yang dimulai
dengan angka pada awal kalimat.
Buatlah informasi yang jelas dan terukur. Angka dan data berperan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
penting, agar tidak disebut ‘asbun.’ Perhatikan pula akurasi yang harus tetap
dijaga, karena menyangkut kredibilitas kita (tvOne) secara keseluruhan. Karena
itu, jika mengalami keraguan, jangan sungkan-sungkan bertanya pada senior kita
atau atasan kita yang ada di tvOne.
Soal penentuan durasi tayang –1 jam atau 2 jam atau 4 jam atau 6 jam
atau long life— sesuai magnitude maupun kepentingannya bagi pemirsa. Hal ini
dianggap efektif, karena durasi yang semuanya lebih dari 1 jam, isi berganti
dengan cepat dan ditayangkan berulang. Seperti yang dijelaskan Aries berikut ini:
“Kriteria penggolongan tema newsticker tergantung atas isi yang terkandung semata, yakni Ekonomi, Luar Negeri & Sport, Politik & Hukum, Sosial, Sosial & Daerah dan Lain-lain. Itupun untuk kandungan isi tentang Budaya, misalnya, masuk ke dalam Lain-lain, karena kami berusaha menyederhanakan, agar tidak terlalu merepotkan personil tim Redaksi saat meng-input data.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Tim pengelola newsticker yang cuma 2 orang setiap shift-nya selama 8
jam, diakui cukup kerepotan bertugas saat bencana yang perubahan realitas sangat
cepat terjadi. Menjadi manusiawi agaknya bila terjadi kesalahan input, meski
dapat membawa kepanikan masyarakat pemirsa.
Seringnya terjadi kesalahan ketik maupun pola kalimat newsticker yang
kemudian di-update pada tayangan berikutnya, menurut pengakuan Redaksi
hanya karena kesalahan manusiawi belaka. Karena tak ada editor khusus untuk
itu, semua tugas –mulai pengumpulan bahan, akurasi data, penyusunan isi sampai
meng-input— hanya dilakukan 2orang yang bertugas dalam 1 shift selama 8 jam.
Pola kalimat tetap mengacu kaidah Bahasa Indonesia Jurnalistik, dengan
penekanan pada rasa bahasa dan penonjolan intisari isi yang menjadi tema, seperti
yang ditekankan Aries.
“Pola kalimat pada newsticker selalu mengikuti kaidah Bahasa Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Jurnalistik, dengan penekanan pada rasa bahasa dan penonjolan intisari isi yang menjadi tema. Pernah ada beberapa newsticker yang isinya sama tetapi berbeda pola kalimatnya, hal ini hanya disebabkan kesalahan manusiawi dalam meng-input.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Kehadiran newsticker di televisi lain menjadi ranah pengalaman kami
untuk memproduksi tayangan, karenanya kami lebih mempersiapkan diri dengan
membuat sedikit pedoman penulisan sebagai acuan mereka yang bertugas. Selain
agar terdapat kekhasan, juga demi memudahkan petugas walau sebelumnya
mereka sempat diberi pelatihan tata cara pengelolaan newsticker.
Penentuan durasi tayang –1 jam atau 2 jam atau 4 jam atau 6 jam atau
long life— sesuai magnitude maupun kepentingannya bagi pemirsa. Hal ini
dianggap efektif, karena durasi yang semuanya lebih dari 1 jam, isi berganti
dengan cepat dan ditayangkan berulang. Sebagaimana dijelaskan Aries,
“Sedangkan waktu durasi penayangan newsticker yang berbeda-beda –ada yang 1, 2, 4, 6, jam atau longlife— lebih disebabkan faktor magnitude dan kepentingan masyarakat. Sangat efektif, sebab durasinya lebih dari 1 jam, cepat berganti dan ditayangkan berulang. Soal waktu tayang yang ditulis pada naskah off air tetapi berbeda saat penayangannya, selain karena perubahan realitas –terutama tentang bencana—yang sangat cepat, juga karena kesalahan ketik saat proses input.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Setiap periode tampil ditayangkan 20 item newsticker dalam waktu 1
jam secara berulang dan kemudian secara otomatis berganti dengan sejumlah
newsticker yang sudah disiapkan sebelumnya. Upaya mengokohkan diri sebagai
televisi berita utama bagi seluruh masyarakat, ternyata tidak mudah. Gaya
pemasaran dan strategi pemberitaan yang diusung harus sejalan dengan visi dan
misinya, seperti ditegaskan Aries,
“Semua yang dijelaskan tentang newsticker tadi agaknya sesuai dengan visi dan misi tvOne, yang ingin mengubah mindset dan habitually masyarakat agar menjadikan berita-berita di tvOne sebagai sumber berita utama mereka. Inilah citra yang ingin ditegakkan Redaksi tvOne, sebagai strategi pemberitaan dan brand marketing perusahaan melalui newsticker.” (AriesMargono, wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
19 Mei 2011)
3) Penggambaran Konstruksi Realitas
Dalam proses input, Redaksi Tim Pengelola berusaha menuntaskan
penggambaran realitas ke dalam satu item newsticker. Jika ternyata berita tesebut
sangat penting dan tak cukup untuk dituliskan dengan 55 karakter, terpaksa
dimuat pada beberapa newsticker yang berkelanjutan. Biasanya untuk satu tema
realitas, maksimal diungkap dalam 4 item newsticker. Untuk hal ini, Aries
menjelaskan,
“Demi penggambaran realitas yang lengkap, beberapa newsticker dibuat seolah berkelanjutan. Apalagi karena keterbatasan karakternya, sehingga sebuah tema kadang dimuat dalam beberapa item newsticker. Saya kira, hal ini juga dilakukan televisi lainnya.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Jadi newsticker tentang bencana, seperti bencana Merapi ini, memang
didedikasikan untuk masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, melalui informasi
yang mereka butuhkan pada tayangan newsticker yang dapat ditontonnya di lokasi
pengungsian. Sehingga dalam memproduksi dan menyiarkan tayangan, tvOne
berusaha mengakomodir kepentingan semua segmen pasarnya.
Karena peristiwa bencana gunung Merapi menyangkut penderitaan
banyak orang dalam waktu lama, maka layak menjadi wacana yang
menggambarkan konstruksi realitas media pada newsticker. Terlebih karena
perubahan realitas yang begitu cepat, menyebabkan perlu adanya informasi yang
dapat di-update untuk mengonstruksi realitas tersebut. Kebijakan Redaksional
tersebut, menurut Aries didasarkan pada ketetapan rapat Dewan Redaksi,
sebagaimana dikutipnya di bawah ini,
“Realitas bencana gunung Merapi layak menjadi salah satu wacana, yang menggambarkan konstruksi realitas media pada newsticker. Karena tema
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
wacana newsticker yang menjadi fokus tayangan ditetapkan pada rapat Dewan Redaksi, berdasarkan kepentingan publik yang mempertinggi nilai berita sehingga realitas tersebut layak jual dalam melengkapi berita utama.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
4) Dampak terhadap Masyarakat
Tanggapan dari masyarakat biasanya didapatkan melalui jejaring sosial,
seperti facebook atau twitter, telepon atau pesan pendek (sms) ke Redaksi.
Umumnya Redaksi tvOne menerima masukan informasi –menurut Aries— jarang
sekali yang sifatnya complain. Untuk newsticker tentang bencana Merapi hanya
sekali, saat terlambat memperbaiki perubahan daerah zona bahaya. Hal ini
diungkapkan Aries sebagaimana berikut,
“Tanggapan masyarakat yang kami dapat umumnya berupa masukan informasi, jarang sekali bersifat complain. Pernah ada complain dari masyarakat, saat itu kami terlambat memperbaiki perubahan zona daerah bahaya. Itu pun kami langsung perbaiki, setelah melakukan recheck ke Reporter di lapangan sebelumnya.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Sebagian besar masyarakat cenderung merasa bosan dengan
pengulangan yang terdapat pada newsticker, akibatnya mereka mengira yang
ditayangkan tidak aktual dan tidak sesuai dengan realitas yang terjadi. Padahal
aktual dan perubahan realitas ternyata tetap menjadi pertimbangan Redaksi,
dinyatakan Aries di bawah ini,
“Perubahan newsticker yang menyesuaikan realitas terjadi tetap dilakukan, karena syarat utama berita berdasarkan fakta. Namun bukan berarti tidak disiarkan secara berulang, lantaran sifatnya sebagai berita sepintas. Terlebih bila stok informasi terbatas, sehingga menjadi lebih sering diulang.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Soal peranan masyarakat dalam pembuatan newsticker, terutama dalam
memberi masukan bahan berita. Sedangkan jarak sosial cukup memengaruhi,
terutama pada wacana bencana seperti saat ini, tentu mereka yang terdampak dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
terdekat dengan daerah bencana sangat lebih aktif. Untuk mereka yang lebih jauh,
telepon, email sampai jejaring media sosial (facebook dan twitter) ikut menjadi
sarana penyampaian masukan. Mengenai bukti dampak bagi masyarakat ini, Aries
menyatakan,
“Pemberitaan tentang bencana gunung Merapi di newsticker, telah membuktikan adanya dampak pada khalayak. Karena pemerintah dengan seluruh jajaran yang menangani bencana tersebut, tidak dapat menyebarkan semua informasi yang berkaitan atas bencana tersebut kepada segenap warga yang terkena dampak bencana maupun pihak-pihak terkait.” (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
B. Level Konsumen
Penyusun melakukan wawancara secara face to face (wawancara
berhadap-hadapan) dengan 10 responden perwakilan warga terdampak bencana
gunung Merapi di Yogyakarta dan sekitarnya maupun dengan para pakar (yang
terdiri atas Pengamat Televisi, Pemerhati Televisi dan Budaya Massa dan
Sosiolog, yang meski tidak mengalami langsung namun sesuai keahliannya dapat
memberikan tinjauan), berkaitan pengalaman dan pandangannya terhadap
newsticker tvOne (secara keseluruhan, maupun khusus tentang bencana Merapi
Yogyakarta).
Dengan demikian pembahasan pada level konsumen ini dibagi 2 sub
bahasan, untuk pengalaman dan pandangan warga terdampak serta tinjauan para
pakar.
1. Warga Terdampak
Penyusun menetapkan responden sebanyak 10 orang warga terdampak
bencana gunung Merapi Yogyakarta sebagai sampling, dengan alasan penetapan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
a. Responden berdomisili di wilayah terdampak bencana, saat terjadinya erupsi
gunung Merapi dengan berbagai dampaknya.
b. Masing-masing responden tersebut sempat menonton televisi dan menyimak
pemberitaan, khususnya newsticker di tvOne, saat terjadinya erupsi gunung
Merapi dengan berbagai dampaknya.
c. Masing-masing responden tersebut memiliki berbagai profesi dan usia yang
berbeda antar tiap responden.
Penentuan responden dilakukan melalui sampling yang menggunakan
non-probabilitas, dengan pertimbangan dapat menjawab pengaruh keberadaan
newsticker atas masyarakat terdampak bencana gunung Merapi Yogyakarta. Jadi
bagi masyarakat setempat yang tidak terkena dampak bencana tidak dijadikan
sample penelitian. Inilah kriteria yang penyusun gunakan dalam memilih
sampling purposive sebagai teknik penentuan sampling.
Pada bahasan Warga Terdampak pada level Konsumen ini penyusun
melakukan wawancara terstruktur secara mendalam terhadap perwakilan
masyarakat terdampak bencana Merapi Yogyakarta, yang domisilinya tersebar di
Bantul, Sleman, Kaliurang. dan Yogyakarta. Yakni:
1. Wiryawan Sarjono (49), Kepala Pusat Perencanaan dan Konsultasi Teknik Fakultas Teknik, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, Perumahan Candi Gerbang Permai Blok A No. 4 Sleman (Wawancara, 3 Oktober 2011).
2. Ahmad Sholeh (33), Satuan Pengamanan, Nyaco Pandowo Barjo, Sleman
(Wawancara, 1 Oktober 2011).
3. Septina Panca Hutami (32), Pengajar Les Privat, Perum Gajah Mada Asri Blok D No. 11 Donokerto, Turi, Sleman (Wawancara, 2 Oktober 2011).
4. Tjandra S Buwana (40), Konsultan Desain Grafis, Bulaksumur Blok D-16
Yogyakarta (Wawancara, 3 Oktober 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
5. Irawan Marjayanto (39), Karyawan Swasta, Perum Gama Blok 10D, Sleman (Wawancara, 2 Oktober 2011).
6. Almira Olga Bella (23), Junior Programmer, Sotowajan 138, Bantul (Wawancara, 1 Oktober 2011).
7. Indiria Maharsi (39), Penulis Buku dan Pelukis, Jl. Kapulogo No. 258
Nologaten, Sleman (Wawancara, 4 Oktober 2011).
8. Kuat Sujarwo (40), Security, Jl. Imogiri Km 82 Botokenceng Wirokenten, Bangun Tapon, Bantul (Wawancara, 1 Oktober 2011)
9. Asrul Zain Azy’ari (28), Praktisi Komputer, Jl. Gedong Kuning Blok JG II
No. 24, Yogyakarta (Wawancara, 1 Oktober 2011).
10. Hening Budi Prabawati (35), Praktisi Humas, Jl Pandega Asih I Blok III No. C1, Kaliurang (Wawancara, 4 Oktober 2011).
Dari hasil wawancara dengan para responden penelitian, memberikan
penyusun beberapa poin sebagai berikut:
1) Pengetahuan tentang Newsticker
Semua responden menyatakan tahu tentang newsticker, namun sedikit
berbeda kalimatnya. Sebagian besar (90%) menyatakannya sebagai informasi
yang ditayangkan secara singkat padat dan sangat membantu masyarakat
mendapatkan berita terbaru dengan segera. Beberapa responden melengkapinya
sebagai berikut:
“Newsticker adalah salah satu terobosan untuk mendapatkan informasi secara cepat dan aktual, tanpa harus keluar rumah,” tutur Asrul Zain Asy’ari. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Newsticker merupakan (1) short news, (2) short messages, dan (3) include all appresion society grade and make some impacts to society and contain responsible, reliable news,” ungkap Irawan Murjayanto. (Hasil wawancara, 2 Oktober 2011).
Semua pendapat Responden tersebut mungkin ikut mendasari newsticker
digunakan oleh Kebijakan Redaksional sebagai ‘trade mark’ dari sebuah televisi
berita, sehingga ketika orang mengingat berita di benaknya akan muncul tvOne.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Karena biasanya berita newsticker ditindaklanjuti dalam berita utama yang
lengkap dengan gambar dan isi yang lebih rinci, sehingga secara keseluruhan
merupakan strategi pemberitaan yang komprehensif.
“Tahu, bagus. Karena update status tentang kondisi sosial, dalam kaitannya dengan segala aspek kehidupan di sekitar kita dapat langsung diketahui, tanpa harus menunggu program berita yang hanya tayang pada jam-jam tertentu, maupun “Breaking News” yang sepertinya kurang/kadang terlambat. Apalagi newsticker mampu mengakomodir banyak berita dalam waktu yang cepat dan menurut saya lebih efektif dan efisien,” jelas Indiria Maharsi. (Hasil wawancara, 4 Oktober 2011).
Semua responden memberikan pendapatnya yang nyaris serupa, agar
masyarakat mengetahui sebanyak-banyaknya informasi yang selalu di-update
setiap waktu sebagai cara memposisikan diri sebuah televisi berita. Persetujuan
Kebijakan Redaksional tvOne ini juga disambut oleh beberapa responden lainnya,
di bawah ini.
“Saya sangat setuju dan bagus, karena membantu saya untuk mendapat berita yang belum saya ketahui. Baik yang sudah ditayangkan sebagai pengingat, dan yang belum ditayangkan sebagai informasi,” ujar Ahmad Shaleh. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011).
Karenanya semua responden juga menyatakan persetujuan atas
kebijakan Redaksional tersebut, sebab dengan adanya newsticker masyarakat
mengetahui informasi lebih cepat sesuai visi tvOne sebagai televisi berita dengan
tagline-nya “Terdepan Mengabarkan.” Juga relevan dengan kondisi saat itu, yang
hampir tiap detik terjadi peristiwa yang perlu diketahui masyarakat luas.
“Ya, informatif, membuat masyarakat tahu berita dengan lebih cepat,” tutur Septina Panca Hutami. (Hasil wawancara, 2 Oktober 2011). “Sangat tepat, mengingat slogan tvOne “Terdepan Mengabarkan” itu artinya tvOne selalu ingin menginformasikan berita apapun,” sambung Hening Budi Prabawati. (Hasil wawancara, 4 Oktober 2011).
Visi tvOne menjadi Televisi Berita, membawa dampak yang luas dalam
mempertimbangkan setiap program acara yang ada di tvOne. Nilai berita yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
harus mengandung unsur menarik dan penting bagi masyarakat, menjadi nafas
dalam pertimbangan pengelolaan dan penayangan program. Dengan misi tvOne
sebagai televisi berita, adanya tayangan newsticker dapat memenuhi aspek
aktualitas sebagai basis utama televisi berita.
“Kebijakan yang tepat, sesuai dengan visi tvOne sebagai televisi berita,” kata Wiryawan Sarjono. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011). “Menurut saya, apa yang hendak dicapai oleh pihak Redaksi adalah dapat menampilkan berita sekilas yang update setiap waktu,” jelas Tjandra S. Buwana. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011).
Semua responden memberikan pendapat nyaris serupa atas yang hendak
dicapai Redaksi melalui penayangan newsticker, agar masyarakat mengetahui
sebanyak-banyaknya informasi yang selalu di-update setiap waktu sebagai cara
memposisikan diri sebuah televisi berita.
2) Pandangan tentang Tampilan Newsticker
Dalam melahirkan sebuah tayangan tentu tidak lepas dari input, proses
produksi, dan output. Hasil output di komputer yang telah di-setting, dengan
menggunakan format seperti yang kita lihat. Sedangkan soal tampilan ketika
ditayangkan di tvOne, beberapa responden menanggapinya seperti di bawah ini.
“Keinginan saya agar beritanya dapat berkesinambungan dalam memberitakan perubahan dan agar lebih jelas dengan pergantian tampilan yang lebih lambat,” ujar Kuat Sujarwo. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Kalau bisa newsticker tersebut menggunakan tulisan (font) yang lebih besar, agar lebih jelas terbaca,” dukung Ahmad Sholeh. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Newsticker tvOne jumlah item beritanya kurang banyak.” saran Tjandra S Buwana . (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011).
Mengenai penayangan newsticker yang berulang, hampir semua responden
menyadari sebagai hal yang wajar, mengingat pola waktu yang sudah ditentukan
dan penting maupun banyaknya berita dalam newsticker serta masyarakat yang
tidak hadir saat berita pertama kali ditayangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
“Ya, saya mengerti. Supaya bisa memberi informasi yang lebih cepat dari televisi lainnya,” kata Septiana Panca Hutami. (Hasil wawancara, 2 Oktober 2011). “Tidak masalah, mengingat jumlah penonton yang sangat banyak,” sambung Indiria Maharsi. (Hasil wawancara, 4 Oktober 2011). “Sangat membantu, karena tidak setiap orang dari masyarakat berada di depan televisi ketika newsticker tersebut ditayangkan,” dukung Ahmad Sholeh. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011).
Sebanyak 4 (empat) responden menyarankan agar penayangan newsticker
jangan terlalu sering diulang, karena akan membosankan –malah dapat
menjengkelkan— pemirsa. Hal ini disampaikan seorang responden, mewakili
ketiga rekannya yang lain.
“Terkadang merasa bosan dengan penayangan newsticker yang berulang atas suatu berita, jika kita sudah membacanya. Namun bagi yang belum sempat membaca akan sangat bermanfaat, sehingga tidak tertinggal berita terbaru,” kilah Almira Olga Bella. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Jangan terlalu sering diulang, lebih baik meng-update. Sehingga meski tayangannya diulang, tetapi memuat hal baru,” saran Irawan Murjayanto. (Hasil wawancara, 2 Oktober 2011).
Melihat newsticker di televisi lain, tidak ada bedanya dengan yang
tampil di tvOne. Karena nara sumber dan pokok isi nyaris sama, kadang hanya
penyusunan kalimatnya saja yang berbeda. Begitu pendapat empat responden saat
dimintakan perbandingannya, sebagaimana diwakili seorang responden berikut.
“Dibanding newsticker di televisi lain, tidak banyak beda. Bahkan kadang redaksionalnya sama persis,” jawab Wiryawan Sarjono. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011). “Saya kira hampir tidak ada bedanya,” sambut Hening Budi Prabawati. (Hasil wawancara, 4 Oktober 2011). “Ya, semua televisi yang punya tayangan newsticker sama saja,” tambah Kuat Sujarwo. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011).
Sedangkan enam responden menganggap ada perbedaan, misalnya lebih
update, format tampilan di televisi lain berbentuk running text sementara di tvOne
berupa still (teks singkat yang diam) dengan cut to cut (pemotongan) pada tiap
item newsticker.
“Tentu ada perbedaannya, karena kita sebagai masyarakat jadi tahu keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
dengan semakin banyak informasi yang kita serap dari berbagai newsticker di setiap televisi. Perbedaannya di televisi lain newsticker-nya berformat running text. Sedangkan di tvOne berbentuk still (teks yang diam), dan cut to cut,” lanjut Tjandra S Buwana . (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011).
3) Penggambaran Realitas
Tentang realitas sosial yang dikonstruksikan oleh newsticker diyakini
oleh separuh dari keseluruhan (5 orang dari 10 orang) responden telah dilakukan
dengan baik di tvOne. Sebagaimana dikatakan responden di bawah ini.
“Isinya memang bagus, dan menggambarkan kondisi seperti adanya,” ujar Kuat Sujarwo. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Ya, selama saya mengikuti dan mengamati newsticker tvOne selalu menggambarkan realitas yang ada,” dukung Hening Budi Prabawati. (Hasil wawancara, 4 Oktober 2011). “Karena isi newsticker bersifat segera, maka makna realitas sosial yang apa adanya, mungkin menjadi bersifat relatif,” duga Indiria Maharsi. (Hasil wawancara, 4 Oktober 2011).
Bahkan sebagian responden lagi menyatakan untuk berita tertentu,
newsticker belum menggambarkan realitas sosial yang sebenarnya dan kurang
akurat. Padahal seharusnya Redaksi bertanggungjawab penuh atas kebenaran
informasi maupun penggambaran realitas, dengan berita yang juga masih kurang
variatif.
“Sudah memadai penggambaran realitasnya, tetapi isinya masih kurang variatif,” kilah Tjandra S Buwana . (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011). ”Malah untuk berita-berita tertentu, belum menggambarkan realitas yang sebenarnya,” tandas Wiryawan Sarjono. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011). ”Bahkan, kadang-kadang kurang akurat beritanya,” tambah Septina Panca Hutami. (Hasil wawancara, 2 Oktober 2011).
Seharusnya Redaksi bertanggungjawab penuh atas kebenaran informasi
maupun penggambaran realitas, sebab kalau tidak berita tersebut menjadi tidak
valid. Menurut separuh dari keseluruhan (50%) responden, dikarenakan hanya
menggambarkan garis besarnya sehingga belum cukup menjelaskan situasi.
“Memang sudah seharusnya seperti itu, media penyiaran yang menayangkan newsticker bertanggungjawab penuh atas kebenaran dari isi informasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
diberikan. Dengan pesan yang cukup singkat, newsticker harus memberikan informasi yang pasti, karena tidak ada penjelasan lainnya,” jelas Asrul Zain Asy’ari. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Kalau tidak sesuai realitas sosial yang sebenarnya, berita tersebut berarti tidak valid,” jelas Ahmad Shaleh. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011).
Meskipun 70% responden mengakui perubahan realitas sosial seharusnya
sangat memengaruhi, tetapi sebagian yang lain menyatakan sebagai pemirsa
belum merasakan adanya pengaruh pada newsticker tvOne.
“Betul, informasi terbaru yang menggambarkan kondisi terkini sudah menjadi kebutuhan publik,” terang Irawan Murjayanto (Hasil wawancara, 2 Oktober 2011). mewakili responden lainnya yang membenarkan. “Newsticker cukup menjelaskan situasi secara garis besarnya, tidak perlu bertele-tele dengan kata-kata yang panjang,” sambut Almira Olga Bella. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Seharusnya memang memengaruhi, tetapi saat ini saya sebagai pemirsa televisi tidak merasakan adanya perubahan itu,” bantah Tjandra S Buwana . (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011).
4) Dampak terhadap Masyarakat
Atas tayangan newsticker tentang bencana gunung Merapi Yogyakarta
yang berdampak bagi pembaca, sebanyak 7 (tujuh) responden menyatakan
persetujuannya. Karena mereka terus menunggu update berita tentang Merapi
untuk mengetahui perkembangan kondisi yang terjadi dan diakui sangat tertolong
dengan adanya informasi newsticker. Bukan hanya bagi masyarakat Yogyakarta
yang terkena langsung dampak letusan Merapi, juga bagi masyarakat di sekitarnya
yang juga panik dan was-was.
“Malah, mungkin, seorang Ibu langsung menyuruh anaknya yang kost di Yogyakarta untuk pulang, setelah membaca newsticker yang ditayangkan tvOne Meski sebenarnya kos si Anak masih dalam radius aman,” begitu pengandaian Asrul Zain Asy’ari. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Masyarakat jadi mengetahui tindakan yang harus diambil, setelah menyimak newsticker,” lanjut Ahmad Sholeh. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011).
Tetapi hal ini bertolak belakang dengan 3 (tiga) responden yang
mengaku kecewa, karena masyarakat di sekitarnya sempat dibuat panik akibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
terlambat digantinya newsticker tentang pemberitahuan zona bahaya. Berita yang
berlebihan semacam itu, membuat masyarakat menjadi was-was terus menerus.
Memang, dampaknya dapat positif atau juga negatif. Beberapa pendapat senada
juga disampaikan responden lain.
“Meski kadang menyesatkan, ungkap seorang responden, secara umum membantu masyarakat,” tegas Wiryawan Sarjono. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011). “Mengecewakan, karena beberapa isi informasi newsticker yang malah membuat panik,” lanjut Almira Olga Bella. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Masyarakat menjadi waspada dan mempunyai antisipasi, apabila keadaan gunung Merapi membahayakan,” dukung Tjandra S Buwana . (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011).
Untuk berita bencana kepercayaan responden terhadap berita televisi
cukup tinggi (60%). Kendati menurut 3 (tiga) responden di antaranya akan dapat
bertambah tinggi, bila informasi selalu update, tidak berlebihan dan yang belum
akurat tidak ditayangkan.
“Untuk berita-berita bencana, seperti gunung meletus dan lainnya, kepercayaan saya kurang lebih 90%. Selebihnya, karena kadang saya masih menemukan di tvOne informasi yang belum cukup akurat untuk ditayangkan,” tutur Asrul Zain Asy’ari. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Tingkat kepercayaan kami terhadap berita di televisi cukup tinggi, newsticker sering dijadikan acuan untuk bereaksi terhadap bencana Merapi,” dukung Wiryawan Sarjono. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011).
Sebagian responden lain (30%) juga mengakui dapat digunakan sebagai
panduan, karena belum ada media komunikasi selain newsticker dan radio panggil
yang mampu memberi info update setiap saat. Tetapi seorang responden
mengatakan, referensi panduan harus dari berbagai sumber.
“Karena tidak ada media lain yang dapat di update setiap saat, kecuali masyarakat yang mempunyai radio panggil,” tutur Tjandra S Buwana . (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011). “Tetapi referensi, sebaiknya dari berbagai sumber. Mereka yang langsung mengambilnya sebagai panduan tindakan, mungkin karena kurang referensi,” sanggah Indiria Maharsi. (Hasil wawancara, 4 Oktober 2011).
Enam orang responden menyatakan terdapat perbedaan, jika sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
masyarakat merespon bencana tanpa adanya newsticker berita seperti itu. Tanpa
adanya newsticker, mereka tidak mengetahui perkembangan berita mutakhir.
Sedangkan yang tidak merasakan perbedaan cuma 30%, karena masih ada radio
amatir, internet dan juga terdapat berita lain.
“TIdak begitu signifikan perbedaannya, ini hanya masalah penggunaan medianya saja,” kilah Asrul Zain Asy’ari. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Tetapi merespon bencana tanpa adanya newsticker, membuat kami sangat bergantung pada acara berita yang lain. Seperti breaking news yang sering terlambat tayang, sehingga responnya pun menjadi agak lambat,” sanggah Wiryawan Sarjono. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011).
Terutama untuk jarak sosial juga memengaruhi keterlibatan masyarakat
dalam newsticker, sebanyak 80% responden mengakui ada pengaruhnya.
Sedangkan status sosial tidak terlalu memengaruhi. Sisanya menyatakan tidak
berpengaruh, karena tergantung pemahaman informasi disampaikan newsticker.
“Tentu saja, itu pasti sekali. Terutama untuk jarak sosial sangat memengaruhi reaksi seseorang untuk bertindak. Sedangkan, menurut saya, status sosial tidak begitu memengaruhi,” terang Asrul Zain Asy’ari. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Karena informasi yang disampaikan newsticker, akan diterima masyarakat dengan berbagai macam status sosial budaya,” sahut Hening Budi Prabawati melengkapi. (Hasil wawancara, 4 Oktober 2011).
1. Tinjauan Pakar
Tinjauan dari para pakar ini penulis dapat dari hasil wawancara dengan
Pengamat Televisi: Dr. MulharNetti Syas (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011),
dan Veven Sp Wardhana, M.Hum (Hasil wawancara, 16 Oktober 2011), serta
Sosiolog: Widjajanti Mulyono – Santoso, Ph.D (Hasil wawancara, 3 Desember
2011). Berikut hasilnya:
1) Kebijakan Redaksional
Terkait misi tvOne sebagai televisi berita yang menjadikan newsticker
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
sebagai basis utama televisi berita karena memenuhi aspek aktualitas, ternyata
melahirkan pendapat beragam dari tinjauan para pakar. Seperti yang penyusun
kutipkan di bawah ini:
“Tak ada yang istimewa. Karena penggunaan newsticker ini juga dilakukan televisi manapun, bahkan sejak dahulu TVRI juga pernah memuat running text,” kilah Veven Sp Wardhana, M.Hum (Hasil wawancara, 16 Oktober 2011). “Karena itu, kebijakan Redaksional tvOne untuk menggunakan newsticker sekadar sebagai salah satu media informasi sangat baik, lantaran informasi memang perlu segera diketahui masyarakat,” tambah Dr. MulharNetti Syas (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011). “Bahkan kebijakan ini bukan sebuah pilihan. Tetapi sebuah keharusan, sebagai bagian dari pertanggungjawaban media terhadap masyarakat,” tegas Widjajanti Mulyono – Santoso, PhD (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
Begitu pula yang menjadi tujuan penayangan newsticker, terutama
tentang bencana Merapi Yogyakarta ini, dikomentari berbeda oleh para pakar.
Kemauan untuk mengubah mindset dan habitually masyarakat agar menjadikan
berita-berita di tvOne sebagai sumber berita utama mereka, merupakan upaya
yang menyeluruh dan berkesinambungan dalam semua program acara yang
disajikan.
Netti mengingatkan, “Karena berisi informasi singkat dan tidak lengkap, newsticker tidak dapat dijadikan sebagai strategi komunikasi media tersebut. Sedangkan tujuan jangka panjangnya, hanyalah sebagai strategi jualan yang menarik perhatian pemirsa, terlebih karena adanya kompetitor televisi berita lain. Newsticker juga belum dapat dijadikan sebagai strategi komunikasi yang komprehensif, karena isi berita yang tidak mendalam, bukan sekadar memenuhi aktualitas yang dicanangkan sebagai basis utama televisi berita.” (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011).
“Newsticker ini memberikan gambaran perubahan realitas yang terjadi di lapangan. Ini adalah konsekuensi logis dari televisi berita yang memang harus memberitakan, terlepas apakah berhubungan atau tidak dengan citra baik dari televisi tersebut,” jelas Widja. (Hasil wawancara, 3 Desember 2011). “Newsticker ibarat breaking news minus gambar atau visual. Karena media televisi merupakan media audio visual, newsticker menjadi semacam kilasan berita saja: ringkas, permukaan (sehingga belum tentu padat) dan orang bisa terpancing untuk mengetahui lebih lanjut. Proses lebih lanjut ini dapat menunggu siaran televisi yang bersangkutan atau melalui media lain, semisal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
media online,” sambung Veven (Hasil wawancara, 16 Oktober 2011).
Dalam kacamata para pakar ini, tujuan jangka pendek dari newsticker
tentang bencana gunung Merapi Yogyakarta belum terpenuhi, karena tvOne
agaknya hanya mengandalkan kecepatan informasi, bukan kejelasan isi berita
yang mendalam. Sehingga tidak dapat dijadikan pedoman tindakan bagi
masyarakat Yogya dan sekitarnya yang terdampak bencana, termasuk instansi
terkait yang menangani penanggulangan bencana tersebut.
“Khusus untuk bencana Merapi, perkembangannya sangat masif. Juga karena dekat dengan Yogya, sehingga tingkat kepeduliannya menjadi semakin nyata. Inilah pentingnya newsticker yang memberikan informasi terakhir, seperti soal kebutuhan yang bisa diberikan masyarakat. Namun mestinya newsticker juga memberikan gambaran lengkap di sekitar Merapi, karena selama ini bantuan terfokus pada Yogya, padahal Boyolali juga butuh tetapi kurang diperhatikan,” tandas Widja. (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
2) Proses Pengelolaan
Proses pengelolaan newsticker yang sangat sederhana, tidak serumit
pengelolaan pada berita utama. Bila proses pengelolaannya sudah melewati
standar proses kerja jurnalistik, para pakar sepakat akan terpenuhinya syarat
Karya Jurnalistik.
“Sebaiknya Redaksi memiliki kriteria (SOP = Standard Operational Procedur) dari apa yang menjadi bagian dari newsticker. Hal ini bisa diperoleh dari pengalaman --seperti kebencanaan, atau pidato presiden, dan sebagainya— kecuali hal tertentu yang menurut kriteria SOP tidak dapat dikategorikan sebagai newsticker --seperti masalah partai. Kalau kemudian ada keputusan untuk memasukkan berita ini sebagai newsticker, ini adalah keputusan politis yang menunjukkan keberpihakan tvOne. Pada televisi non-berita --selain “MetroTV” dan tvOne-- tayangan newsticker tidaklah selalu ada, tetapi selalu ada Breaking News untuk berita yang bernilai tinggi,” begitu analisis Widja. (Hasil wawancara, 3 Desember 2011). “Pemilihan tema isi dan penggolongan berita dalam newsticker tvOne menurut saya tidak jelas kriterianya, jangan digabung-gabung –seperti Politik & Hukum atau Luar Negeri & Sport— karena akan menjadi rancu. Sebaiknya penggolongan tersebut berdasarkan masalah yang dikandung,” tambah Netti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
lagi. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011).
“Terus terang, penggolongannya membingungkan. Bagaimana mungkin tema atau isi ‘istana gelar rapat..’ masuk golongan lain-lain, hukum, ataupun politik. Saya rasa penggolongan di bawahnya juga tak memberikan pemahaman apapun,” dukung Veven. (Hasil wawancara, 16 Oktober 2011).
Sedangkan untuk masalah durasi tayang newsticker yang menurut
redaksi tergantung kepentingan pemirsa, menurut para pakar tidak jelas.
Kepentingan yang mana dan kata siapa?
“Idealnya hemat saya cukup satu jam durasinya, sehingga terlihat benar-benar update dan memungkinkan lebih banyak variasi maupun detail isi newsticker yang ditayangkan,” tutur Netti. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011). “Justru karena durasi tayang newsticker terbatas –juga dengan pengulangan— orang menjadi terus menerus mengingat masalah yang diangkat,” sambut Widja mendukung. (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
Meski newsticker merupakan informasi sepintas, pengecekan ulang
merupakan faktor utama demi keakuratan berita. Pentingnya pengecekan pada
berbagai nara sumber, agar keakuratan lebih pasti dan informasi yang terkandung
juga lebih lengkap. Saat melakukan check dan recheck, sebaiknya wartawan tak
hanya memiliki satu nara sumber.
Terlebih dengan syarat sumber yang harus berkompeten dan kredibel,
sehingga beberapa nara sumber kemudian dapat saling melengkapi demi
terwujudnya akurasi isi berita. Begitu pula halnya dengan semua tahapan proses
pembuatan berita sebagai karya jurnalistik yang harus dilewati, supaya newsticker
valid sebagai berita.
“Perubahan pola kalimat yang terjadi pada newsticker, menggambarkan penulisan tidak mengikuti kaidah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Di sisi lain, kesalahan ketik sebenarnya juga merupakan masalah teknis yang menyebabkan informasi menjadi tidak akurat. Hal ini lebih banyak disebabkan keinginan Redaksi yang hanya mengutamakan kecepatan hadirnya informasi terkini,” terang Netti. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011). “Jangan salah ketiklah. Salah sedikit bisa berdampak buruk. Membaca buku saja, kalau ada salah ketik, yang membaca merasa sebal, lho,” sahut Widja menimpali. (Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
wawancara, 3 Desember 2011). Veven pun menegaskan, “Ranah jurnalistik sebagaimana adanya saja yang diterapkan.” (Hasil wawancara, 16 Oktober 2011). “Kalau memerhatikan penggunaan kata dalam penyusunan newsticker, yang kadang belum tentu tidak mengandung opini wartawan maupun penulisnya, menjadi salah satu kekurangan aspek kualitas berita untuk menggambarkan perubahan realitas yang terjadi,” terang Netti. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011).
3) Pengonstruksian Realitas Sosial
Bencana adalah sebuah wacana yang layak dikonstruksi media, karena
besarnya peristiwa dan dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat. Terlebih
bencana gunung Merapi Yogyakarta sebagai salah satu peristiwa bencana terbesar
di Indonesia dan berlangsung dalam waktu yang lama.
“Realitas bencana gunung Merapi layak menjadi salah satu wacana yang menggambarkan konstruksi realitas media pada newsticker tvOne. Tetapi, sekali lagi, hemat saya hanya sebatas untuk menimbulkan minat ingin tahu dan membuat orang penasaran atas berita selengkapnya. Karena newsticker tak cukup untuk menjelaskan jawaban mengapa dan bagaimana, yang dapat menggambarkan konstruksi realitas secara apa adanya,” sanggah Netti. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011).
“Newsticker tak ada kaitannya dengan identititas institusi – dalam hal ini tvOne. Itu bukan monopoli stasiun televisi bersangkutan. Apakah itu sebagai representasi praktik kosntruksi sosial, dalam kasus Merapi, saya kira jawabnya: iya. Orang pengen tahu nasib Maridjan, orang pengen tahu identitas Maridjan – dalam hal peran dan posisinya, termasuk siapa yang menunjuk Maridjan sebagai ‘penguasa’ Merapi,” dukung Veven . (Hasil wawancara, 16 Oktober 2011).
Pendapat Widja pun senada, “Saya kira, kalau kasusnya adalah bencana Merapi Yogya, bisa dilihat dari berapa orang yang menghubungi untuk menegaskan berita dan mencari kontak personal melalui jaringan tvOne. Khusus untuk Yogya, kita bisa lihat bahwa orang Yogya sendiri bisa mandiri menghadapi bencana Merapi. Masyarakat bisa mengurus diri sendiri.” (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
Menurut mereka, pemberitaan newsticker tentang bencana Gunung
Merapi tidak menggambarkan pertimbangan dan respon masukan pemirsa, karena
sifatnya yang cuma visual. Akibatnya respon pemirsa pun berkurang, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
yang ditayangkan sepenuhnya tergantung bahan yang diterima redaksi
Padahal, dampaknya tidak hanya karena tvOne. Tetapi juga karena jarak
sosial dengan Yogya sangat bagus, dalam arti masyarakat melihat dan merasa
perlu membantu masyarakat di Merapi. Sedangkan untuk status sosial, bukan
masalah bagi media, karena media dapat mendekati masyarakat dari berbagai
kelompok. Kalau masih berpikir kelas sosial, itu bukan media, tetapi televisi
kabel.
Dan Widja pun menguraikan, “Konstruksi sosial adalah proses yang berjalan terus menerus dan tidak berhenti --seperti iklan yang menggunakan perempuan-- sehingga dia tidak berhubungan langsung dengan konstruksi sosial. Sedangkan untuk konstruksi identitas dari institusi, ya tentunya. Untuk bersaing dengan media lainnya, bahkan bersaing dengan media sosial.” (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
“Sebagaimana syarat layak berita, perubahan realitas merupakan salah satu penentu selain aspek kualitas berita yang menjadi pertimbangan karena mengharuskan newsticker untuk selalu di-update. Namun karena keterbatasan karakter pada newsticker, membuat penggambaran realitas di jawaban pertanyaan mengapa dan bagaimana kurang menjelaskan,” tambah Netti. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011).
Apalagi terhadap perubahan realitas yang belum pasti sebaiknya tidak
dimuat, karena akan melahirkan berita menurut dugaan redaksi. Sedangkan yang
sering terjadi konstruksi realitas mendasarkan pada opini wartawan/penulis
naskah newsticker, padahal seharusnya sangat terhubung pada kondisi faktual
sebagaimana adanya.
Widja pun menyetujui, “Ada hal-hal yang jika Redaksi tidak hati-hati akan berdampak buruk, misalnya peristiwa kerusuhan. Sebaiknya kalau hanya diberitakan sebagai headlines saja –atau lazim dimaksudkan dalam bentuk newsticker— kerusuhan yang ditayangkan tidak dengan hati-hati, dapat memicu keresahan –di tempat lain atau di tempat kerusuhan tersebut tidak akan menjadi kondusif— karena konflik yang berkelanjutan.” (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
Konstruksi realitas media yang digambarkan newsticker akan dapat lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
efektif, bukan disebabkan oleh penayangan terus menerus, melainkan dari
banyaknya bahan berita yang tersedia hasil liputan reporter langsung di tempat
kejadian. Laporan pandangan mata hasil observasi reporter (live report) pada
berbagai titik seputar wilayah kejadian akan saling melengkapi penggambaran
konstruksi realitas, bukan sekadar hasil wawancara nara sumber. Hal ini akan
menambah kredibilitas media dalam melakukan konstruksi realitas, lanjut mereka
senada.
4. Dampak terhadap Pembaca
Meskipun newsticker tidak sepenuhnya dapat menggambarkan
konstruksi realitas yang terjadi, tetapi setidaknya tetap dapat bermanfaat bagi
masyarakat. Biar bagaimana pun, dengan adanya newsticker, masyarakat menjadi
lebih siap untuk menghadapi kenyataan dalam berbagai aspeknya. Begitu juga
untuk dampak negatif yang terjadi jikalau konstruksi realitas yang digambarkan
tidak sesuai –misalnya terlambat, apalagi salah— dari realitas yang terjadi, dapat
membuat masyarakat panik mengantisipasi keadaan.
“Pemberitaan tentang bencana gunung Merapi membuktikan adanya dampak kepada khalayak, karena biar bagaimana pun masyarakat menjadi lebih siap untuk menghadapi kenyataan dalam berbagai aspeknya. Begitu juga untuk dampak negatif akibat pemberitaan newsticker yang pergantiannya terlalu lambat, apalagi jika isinya salah,” tegas Netti. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011). Pernyataan ini disambut Widja, “Karena orang terfokus pada Yogya, hal ini merupakan kelemahan dari newsticker tentang bencana Merapi. Sebaiknya menjadi pembelajaran, sehingga harus lebih komprehensif,” (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
Tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap televisi,
membuktikan kebutuhan masyarakat pada berita televisi juga masih besar. Karena
terbatasnya waktu, kebutuhan berita yang aktual diperoleh melalui newsticker
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
yang cukup memuaskan keingintahuan mereka. Terlebih di daerah bencana saat
Bencana gunung Merapi di Yogyakarta, masyarakat membutuhkan informasi
segera dan mutakhir untuk memandu mereka bertindak.
“Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap televisi memang masih tinggi. Bahkan mereka menjadikan isi newsticker sebagai panduan tindakan, walau menurut saya tidak tepat. Seharusnya lebih cenderung menyimak berita utama ataupun Breaking News, karena isi beritanya lebih lengkap. Terutama untuk penjelasan mengapa dan bagaimana sesuatu kejadian berlangsung,” jelas Netti. (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
Terlebih di daerah bencana saat bencana gunung Merapi di Yogyakarta,
masyarakat membutuhkan informasi segera dan mutakhir untuk memandu mereka
bertindak. Inilah sebabnya masyarakat menggunakan newsticker sebagai panduan
tindakan, meski sebaiknya menggunakan berita utama lantaran lebih lengkap dan
pasti setelah melalui berbagai konfirmasi ke berbagai nara sumber.
“Saya tak yakin, newsticker begitu berpengaruh pada respon masyarakat. Respon lebih pada the real news,” kilah Veven. (Hasil wawancara, 16 Oktober 2011). “Kalau orang lebih mencari informasi di media sosial, maka newsticker harus waspada karena berarti beritanya tidak akurat. Sehingga pertanyaan apakah newstiker tvOne aktual, cepat dan tepat untuk khalayak umum sebagai pemirsa televisi, harus melihat kompetisi dari media lainnya,” tambah Widja memperjelas. (Hasil wawancara, 3 Desember 2011). “Bila tanpa adanya newsticker, tentu pemirsa akan mengandalkan berita utama sebagai panduan tindakan. Paling tidak menggunakan ‘Breaking News’” karena dibacakan penyiar sehingga pemirsa tidak memerlukan konsentrasi khusus untuk membaca berita,” sambung Netti. (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
Inilah sebabnya masyarakat menggunakan newsticker sebagai panduan
tindakan, meski sebaiknya menggunakan berita utama lantaran lebih lengkap dan
pasti setelah melalui berbagai konfirmasi ke berbagai nara sumber.
“Berdasarkan perbandingan di atas, newsticker sebaiknya dibuat dalam format ‘Breaking News’ yang lebih lengkap isi beritanya dan tidak harus dibaca pemirsa, sehingga sesuai pada televisi sebagai media audiovisual. Durasi yang digunakan tidak berbeda untuk waktu sekali tayang keseluruhan newsticker, yang kemudian diulang sesuai kebutuhan atau karena perubahan isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
newsticker,” ujar Netti. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011). Hal ini langsung ditanggapi Widja, “Banyak keuntungannya, juga jika dilihat dari sudut pandang Sosiolog. Pertama, media punya peran sosial. Di sini lah peran media harus kita kembangkan, media sekarang kapitalis sekali, politis pula. Sehingga masyarakat sebal dengan media, apalagi sekarang memicu konflik. Yang kedua, televisi perlu mengembangkan mekanisme di mana pemirsa bisa melakukan upaya interaktif atau membantu masyarakat untuk mencarikan informasi yang mereka butuhkan. Media punya peran mediator yang penting untuk kebutuhan masyarakat, terlepas dari apakah masyarakat guyub atau tidak, memang sudah tugas media. Yang ketiga, ada kebutuhan masyarakat --tidak berhubungan dengan kosntruksi sosial, meski untuk citra bagus juga lah dampaknya-- yang perlu dipertimbangkan untuk kepentingan masyarakat. Hal ini yang perlu disadari oleh media, bukan kapitalis media lho.” (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
---oo0oo---
Pada akhirnya analisis dimensi Meso (Praktik Diskursus) di atas dapat
disimpulkan bahwasanya pada level produsen newsticker tentang bencana Merapi
Yogyakarta ini dapat aktual dipandang dari aspek kualitas berita dan perubahan
realitas, karena ditayangkan hanya beberapa saat setelah terjadinya berbagai
dampak bencana. Hal ini mestinya kian menguatkan konstruksi realitas yang
dibangun media (baca: tvOne) dalam tayangan berita (khususnya newsticker),
sebagai salah satu fungsi sosial media.
Tetapi di sisi lain, justru karena berita harus aktual, proses dan makna
realitas sosial sebagaimana adanya menurut penyusun menjadi relatif. Sebab hasil
analisis penelitian menunjukkan, penggambaran isi berupa garis besarnya
menjadikan newsticker belum cukup menjelaskan situasi.
Untuk itulah dalam memproduksi dan menyiarkan tayangan, tvOne juga
berusaha mengakomodir kepentingan semua segmen pasarnya. Termasuk soal
peran masyarakat dalam pembuatan newsticker, terutama untuk memberi
masukan bahan berita.
Redaksi tvOne tetap berusaha memanfaatkan kearifan lokal, dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
mempertimbangkan pemroduksian newsticker sebagai bagian dari faktor-faktor
sosial budaya. Hal ini terbukti ampuh digunakan dalam pemberitaan sebagai
upaya memengaruhi masyarakat setempat saat mengonstruksi realitas.
Sementara pada level konsumen, penyusun sempat terkejut karena
ternyata keberadaan newsticker telah demikian memasyarakat. Terlebih dengan
pemahaman mereka yang ilmiah. Meski sebagian besar responden mengakui
perubahan realitas sosial seharusnya sangat memengaruhi pertimbangan
pembuatan newsticker, tetapi sebagian yang lain menyatakan sebagai pemirsa
belum merasakan adanya pengaruh tersebut terhadap newsticker tvOne.
Keterlambatan penggantian newsticker pada perubahan zona bahaya
yang sempat membuat panik masyarakat dan menimbulkan gelombang
pengungsian swadaya, adalah contoh kesalahan yang dilakukan redaksi tvOne
akibat semata mengutamakan kecepatan informasi, bukan kejelasan isi berita yang
mendalam. Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan kesalahan masyarakat yang
begitu cepat mengambil keputusan, tanpa menunggu kejelasan pada berita utama
yang lebih lengkap. ©
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
BAB VI
ANALISIS DIMENSI SOSIOKULTURAL
Ini merupakan analisis pendapat nara sumber penelitian hasil
wawancara, yang berhubungan dengan konteks di luar teks dan konteks untuk
mengkonfirmasi dimensi faktor-faktor sosiokultural yang dipertimbangkan tatkala
memproduksi tayangan newsticker tentang bencana Merapi Yogyakarta di tvOne.
A. Pengaruh Realitas
Bencana adalah sebuah wacana yang layak dikonstruksi media, karena
besarnya peristiwa dan dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat. Terlebih
bencana gunung Merapi Yogyakarta sebagai salah satu bencana terbesar di
Indonesia dan berlangsung dalam waktu yang lama. Namun karena newsticker
hanya berisi informasi singkat, belum menjawab mengapa dan bagaimana proses
terjadinya peristiwa dan dampak yang menimpa masyarakat, sehingga hanya
mampu menimbulkan minat ingin tahu dalam berita utama yang lengkap.
Mengenai hal ini, Manager Divisi Newsticker & Website tvOne
menyatakan, kalau realitas bencana gunung Merapi layak menjadi wacana yang
menggambarkan konstruksi realitas media pada newsticker, sebagaimana berikut:
“Karena tema wacana newsticker yang menjadi fokus tayangan ditetapkan pada rapat Dewan Redaksi, berdasarkan kepentingan publik yang akan mempertinggi nilai berita, sehingga realitas tersebut layak jual dalam melengkapi berita utama,” sahut Aries Margono beralasan. (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011)
Hal ini disetujui konsumen newsticker tvOne melalui beberapa
responden warga terdampak Merapi, yang diwakilkan dalam kutipan di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
“Menurut saya, newsticker juga ditujukan sebagai bagian dari kegiatan sosial dan menunjukkan konstruksi realitas. Perubahan realitas yang terjadi memengaruhi pembuatannya, meski untuk berita-berita tertentu belum menggambarkan realitas yang sebenarnya,” ujar Wiryawan Sarjono. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011).
Kendati redaksi menyatakan aktual dan perubahan realitas tetap menjadi
pertimbangan penulisan, namun karena keterbatasan karakter pada newsticker
membuat penggambaran realitas pada jawaban pertanyaan mengapa dan
bagaimana tidak cukup menjelaskan. Hal ini dijelaskan para pakar sebagai
berikut:
“Intisari penggambaran realitas adalah jawaban pertanyaan mengapa dan bagaimana. Sedangkan yang sering terjadi merupakan konstruksi realitas mendasarkan pada opini wartawan/penulis naskah newsticker, padahal seharusnya sangat terhubung pada faktual sebagaimana adanya,” terang Dr. Mulharnetti Syas. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011)
“Terkait strategi sebagai televisi berita ataukah demi pemberitaan bencana semata, saya rasa dua pilihan tujuan ini kurang ada relevansinya. Televisi manapun bisa dan biasa melakukannya. Seperti tadi saya sebut di awal: TVRI pernah melakukan – dan TVRI bukanlah televisi berita. Demi bencana belaka? Saya rasa, kalau kita tengok running text itu, tak sebatas bencana yang ditampilkan. Juga kecelakaan lalulintas, atau aktivitas parlemen, dan lain-lain,” sanggah Veven Sp. Wardhana, M.Hum. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011).
“Khusus untuk bencana Merapi, perkembangannya sangat masif. Juga karena dekat dengan Yogya, sehingga tingkat kepeduliannya menjadi semakin nyata. Inilah pentingnya newsticker yang memberikan informasi terakhir, seperti soal kebutuhan yang bisa diberikan masyarakat. Namun mestinya newsticker juga memberikan gambaran lengkap di sekitar Merapi, karena selama ini bantuan terfokus pada Yogya, padahal Boyolali juga butuh tetapi kurang diperhatikan,” tandas Widjajanti Mulyono – Santoso, PhD. (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
B. Pengaruh Akurasi Isi
Keterlambatan penggantian newsticker pada perubahan zona bahaya
yang sempat membuat panik masyarakat dan menimbulkan gelombang
pengungsian swadaya, adalah contoh kesalahan yang dilakukan redaksi tvOne
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
akibat semata mengutamakan kecepatan informasi, bukan kejelasan isi berita yang
mendalam. Di sisi lain juga menunjukkan kesalahan masyarakat yang begitu cepat
mengambil keputusan, tanpa menunggu adanya berita lengkap yang jelas.
Hal ini diakui Redaksi tvOne, meski dikatakan masih jarang masukan
dari pembaca yang bersifat complain. Sebagaimana dikutipkan berikut ini.
“Tanggapan masyarakat yang kami dapat umumnya berupa masukan informasi, jarang sekali bersifat complain. Pernah ada complain dari masyarakat, saat itu kami terlambat memperbaiki perubahan zona daerah bahaya. Itupun kami langsung perbaiki, setelah melakukan recheck ke Reporter di lapangan sebelumnya,” kilah Aries. (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011).
Sebanyak 3 (tiga) responden yang mengaku kecewa, karena masyarakat
di sekitarnya sempat dibuat panik akibat terlambat digantinya newsticker tentang
pemberitahuan zona bahaya. Berita yang berlebihan semacam itu, membuat
masyarakat menjadi was-was terus menerus. Memang, dampaknya bisa positif,
bisa juga negatif. Beberapa pendapat senada juga disampaikan responden lain.
“Mengecewakan, karena beberapa isi informasi newsticker yang malah membuat panik,” ujar Almira Olga Bella. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Meski kadang menyesatkan, secara umum membantu masyarakat,” tegas Wiryawan Sarjono. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011). “Masyarakat menjadi waspada dan mempunyai antisipasi, apabila keadaan gunung Merapi membahayakan,” dukung Tjandra S. Buwana. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011).
Meski proses pengelolaan newsticker sangat sederhana, tidak serumit
pengelolaan pada berita utama, tetapi keakuratan menjadi faktor penentu. Bila
proses pengelolaannya sudah melewati standar proses kerja jurnalistik, tidak akan
timbul masalah dalam terpenuhinya syarat Karya Jurnalistik. Tetapi saat
melakukan check dan recheck, sebaiknya wartawan tak hanya memiliki satu nara
sumber. Terlebih dengan syarat sumber yang harus berkompeten dan kredibel,
sehingga beberapa nara sumber kemudian dapat saling melengkapi demi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
terwujudnya akurasi isi berita.
Menanggapi hal ini para pakar nyaris bertentangan dalam merespon
adanya fakta negatif yang terjadi akibat kelalaian penayangan tersebut.
Munculnya kepanikan masyarakat saat keterlambatan tayang tentang perubahan
zona bahaya, telah membuktikan pengaruh newsticker pada respon masyarakat.
“Pemberitaan tentang bencana gunung Merapi membuktikan adanya dampak kepada khalayak, karena biar bagaimana pun masyarakat menjadi lebih siap menghadapi kenyataan dalam berbagai aspeknya. Begitu juga untuk dampak negatif akibat pemberitaan newsticker yang pergantiannya terlalu lambat, apalagi jika isinya salah,” jelas Netti. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011).
“Karena orang terfokus pada Yogya, hal ini merupakan kelemahan dari newsticker tentang bencana Merapi. Sebaiknya menjadi pembelajaran, sehingga harus lebih komprehensif,” terang Widja dengan nada bijak. (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
Sedangkan Veven tetap meyakini hanya berita utama atau the real news
yang dapat diandalkan sebagai panduan tindakan, tetapi fakta yang terjadi ini
tidak terbantahkan. Seperti terungkap di bawah ini.
“Saya tak yakin, newsticker begitu berpengaruh pada respon masyarakat. Respon lebih pada the real news. (Untuk lebih memperdalam, harus dilakukan kajian. Saya tak melakukan kajian, sehingga tak layak menjawab secara dalam),” tambah Veven lagi. (Hasil wawancara, 16 Oktober 2011).
C. Pengaruh Aktualitas
Terkait misi tvOne sebagai televisi berita yang menjadikan newsticker
sebagai basis utama televisi berita karena memenuhi aspek aktualitas, ternyata
belum mampu memenuhi prasyarat untuk dijadikan sebagai strategi komunikasi
yang komprehensif. Untuk menjadi sebuah strategi komunikasi haruslah
memenuhi kelengkapan unsur-unsurnya, termasuk peranannya terhadap
ipoleksosbud (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya) masyarakat.
Untuk itu, Redaksi tvOne menetapkan tujuan jangka panjang sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
strategi komunikasi yang diterapkannya sebagai sebuah institusi televisi berita,
dijelaskan Aries Margono sebagai berikut.
“Kalau tujuan jangka panjangnya adalah agar newsticker sebagai sarana informasi tercepat dapat menjadi habitually bagi masyarakat, mengubah mindset masyarakat dan mengukuhkan citra tvOne sebagai televisi berita dengan motto “Terdepan Mengabarkan,” ujar Manager Divisi Website dan Newsticker tvOne ini dengan optimis. (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011).
Visi tvOne menjadi Televisi Berita, membawa dampak yang luas dalam
mempertimbangkan setiap program acara yang ada di tvOne. Nilai berita yang
harus mengandung unsur menarik dan penting bagi masyarakat, menjadi nafas
dalam pertimbangan pengelolaan dan penayangan program. Dengan misi tvOne
sebagai televisi berita, adanya tayangan newsticker dapat memenuhi aspek
aktualitas sebagai basis utama televisi berita.
“Kebijakan yang tepat, sesuai dengan visi tvOne sebagai televisi berita,” kata Wiryawan Sarjono. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011) “Menurut saya, apa yang hendak dicapai oleh pihak Redaksi adalah dapat menampilkan berita sekilas yang update setiap waktu,” jelas Tjandra S. Buwana. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011)
Keunggulan televisi adalah karena sifatnya yang audio visual. Sementara
tayangan newsticker lebih bersifat visual –karena hanya berupa tampilan
sepenggal kalimat, tanpa ada yang dibacakan oleh penyiar/presenter— sehingga
tak ubahnya seperti berita di media cetak. Terlebih lantaran sifatnya yang sepintas
cenderung memposisikan fungsinya sebagai trigger, penarik minat rasa ingin tahu
pembaca, kepada berita utama yang menggambarkan peristiwa lebih utuh.
Akibatnya, menurut para pakar, respon pemirsa pun berkurang.
“Sejauh yang saya tahu, newsticker selama ini lebih sebagai informasi selintas, yang bisa memancing kuriositas pemirsa, bisa juga tidak. Jika pun terpancing (dan di sini kemungkinan kontinuitas terjalankan) belum tentu mencari jawabnya di stasiun televisi yang sama. Tak sebatas di tvOne, juga di televisi - televisi lain,” kilah Veven. (Hasil wawancara, 16 Oktober 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
“Kalau orang mencari informasi lebih pada media sosial, maka newsticker harus waspada karena berarti beritanya tidak akurat. Sehingga pertanyaan apakah newstiker tvOne aktual, cepat dan tepat untuk khalayak umum sebagai pemirsa televisi, harus melihat kompetisi dari media lainnya,” pesan Widja. (Hasil wawancara, 3 Desember 2011). “Karena itulah usul saya, bagaimana jika newsticker dibuat dalam format seperti ‘Breaking News’, dalam durasi yang sama untuk sekali tayang keseluruhan newsticker. Mungkin akan lebih menarik dan tepat sasaran, sesuai media audiovisual yang digunakannya,” saran Netti. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011).
D. Pengaruh Faktor-faktor Sosial Budaya
Sebagai pertimbangan saat memproduksi newsticker juga digunakan
kearifan lokal, karena merupakan bagian dari faktor sosial budaya yang sangat
memengaruhi kehidupan masyarakat setempat. Untuk itu, demi menyelamatkan
warga terdampak bencana gunung Merapi secara maksimal, tvOne melakukan
wawancara langsung dengan Sultan maupun Mbah Maridjan agar warga dengan
sukarela menuruti ucapannya.
Ini adalah kearifan lokal sebagai salah satu faktor sosial budaya, yang
terbukti ampuh digunakan pada pemberitaan newsticker dalam upaya konstruksi
realitas media. Aries sangat meyakini hal ini, sebagaimana dijelaskannya berikut,
“Faktor-faktor sosial budaya yang dipertimbangkan saat memproduksi tayangan newsticker, terutama adalah kearifan lokal. Dalam peristiwa bencana gunung Merapi, figur Sultan Hamengku Buwono X dan Mbah Maridjan (alm.) sebagai Kuncen Merapi adalah tokoh panutan yang dituakan dan dipatuhi masyarakat setempat. Karenanya melalui kutipan dari wawancara mereka, masyarakat didorong untuk menjauhi wilayah bencana menuju daerah aman,” terang Aries. (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011).
Sebanyak 70% responden menyatakan newsticker dapat berhubungan
dengan faktor-faktor sosial budaya, sebab merupakan konstruksi realitas sosial
dalam berbagai faktor, termasuk faktor sosial budaya.
“Pada semua aspek, newsticker pasti berhubungan dengan faktor-faktor sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
budaya,” tegas Irawan Murjayanto. (Hasil wawancara, 2 Oktober 2011). “Kalau newsticker sebagai konstruksi sosial saya setuju, karena peran televisi sekarang memang sudah harus begitu,” jelas Indiria Maharsi. (Hasil wawancara, 4 Oktober 2011).
Para responden menyatakan faktor sosial budaya dapat memengaruhi
pertimbangan dampak berita newsticker, karena pada dasarnya kriteria layak
berita dapat digolongkan pada 4 bidang poleksosbud (politik, ekonomi, sosial dan
budaya) ini berdampak signifikan.
“Faktor sosial budaya sudah bisa dipastikan memengaruhi pembuatan berita, terutama dalam pertimbangan dampaknya,” tandas Wiryawan Sarjono. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011). “Tentu, karena faktor-faktor sosial budaya merupakan realitas sosial. Semua media tentunya hasil konstruksi dari medianya,” dukung Tjandra S. Buwana. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011).
Selebihnya mempertanyakan, jika sosial budaya dipakai sebagai acuan
media untuk menulis redaksional newsticker, mungkin akan repot sekali. Karena
kultur sosial dan cara ungkap tiap daerah akan berbeda, sehingga bahasa isi
redaksional untuk orang Yogya berbeda dengan Medan, misalnya.
“Karena tvOne skalanya nasional, jelas tidak bisa mengakomodir semua kultur yang ada di setiap wilayah Indonesia,” jelas Indiria Maharsi. (Hasil wawancara, 4 Oktober 2011). “Menurut saya tidak, karena informasi yang disampaikan dalam newsticker akan diterima oleh masyarakat dengan berbagai macam kultur dan status sosial budaya,” terang Hening Budi Prabawati. (Hasil wawancara, 4 Oktober 2011).
Namun semua responden sepakat newsticker tetap bisa efektif dan aktual
meski ada pengaruh faktor-faktor sosial budaya –semisal budaya Jawa seperti
itu— tetapi dengan sedikit catatan: kalau konteksnya adalah waspada, tidak
‘grusa-grusu,’ dan ‘kesusu/kemrusung’ karena terkait bencana, keselamatan
manusia lebih diutamakan. Terlebih juga karena sifat newsticker yang sangat
aktual dan kebutuhan informasi yang segera.
“Walaupun masyarakat Jawa cenderung ‘guyub’ dan ‘alon-alon waton kelakon’, tetapi dalam kasus letusan Gunung Merapi keselamatan jiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
manusia lebih diutamakan,” sanggah Tjandra S. Buwana. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011). “Bagi masyarakat Jawa, newsticker tetap efektif dan aktual, karena menyangkut kebutuhan informasi yang cepat. Falsafah Jaya yang dicontohkan lebih banyak dipraktikkan dalam aspek lain,” dukung Wiryawan Sarjono. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011).
Dalam newsticker bencana Merapi pengaruh budaya dalam kearifan lokal
memang ditengarai agak kental, mengingat lokasi bencana berada di daerah
Yogyakarta yang kuat pengaruh budayanya. Soal faktor-faktor sosial budaya
memengaruhi pembuatan berita, khususnya pada pertimbangan dampak berita,
para pakar mengemukakan jawaban yang berbeda, seperti dikutip di bawah ini.
“Newsticker tidak terkait langsung dengan faktor-faktor sosial budaya. Kalau misalnya yang dicontohkan adalah soal Sultan diwawancara tentang zona bahaya bencana Merapi, menurut saya lebih dikarenakan kedudukannya sebagai Gubernur. Begitu juga dengan Mbah Maridjan, karena kapasitasnya sebagai Opinion Leader (Pemuka Masyarakat). Jadi sekali lagi, menurut saya, hal itu bukanlah kearifan lokal berdasarkan pertimbangan sosial budaya,” tandas Netti. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011).
“Pertanyaan retorikanya: apakah selama ini para penyunting (teks maupun visual) mempertimbangkan faktor sosial budaya itu dalam kerja mereka? Seperti apa pertimbangannya? Apakah itu sebagai represetasi praktik kosntruksi sosial, dalam kasus Merapi, saya kira jawabnya: iya. Orang pengen tahu nasib Maridjan, orang pengen tahu identitas Maridjan – dalam hal peran dan posisinya, termasuk siapa yang menunjuk Maridjan sebagai ‘penguasa’ Merapi,” kilah Veven. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011).
Mengenai contoh Sultan diwawancara tentang zona bahaya bencana
Merapi, lebih dikarenakan kedudukannya sebagai Gubernur. Begitu juga dengan
Mbah Maridjan, karena kapasitasnya sebagai Opinion Leader (Pemuka
Masyarakat). Bukan semata berdasarkan pertimbangan sosial budaya, demikian
ditegaskan para pakar senada.
Pendapat ini kemudian dilanjutkan Veven, “Bahwa kemudian menyangkut ranah budaya, itu lebih ke kontennya. Lebih ke peristiwanya, ada atmosfer budaya atau tidak. Tak semua hal harus ditarik ke ranah budaya, kan? Tetapi lazimnya, pembuatan berita dipengaruhi faktor-faktor sosial budaya, baik pada pertimbangan yang berhubungan dengan konteks atau di luar teks maupun dampak berita.” (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
“Jika pertanyaannya apakah newsticker mengubah budaya orang Jawa, wah, ini sih terlalu jauh hubungannya. Hal ini tidak tampak nyata. Tetapi dengan newsticker ini kepedulian terhadap Yogya meningkat, barangkali benar. Selain karena orang Jawa banyak dan banyak pula bukan orang Jawa yang sekolah dan besar di Yogya, sehingga memiliki keterkaitan dengan Yogya,” jelas Widja. (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
E. Pengaruh Kegiatan Sosial
Tindak lanjut dari konstruksi realitas media yang dilakukan newsticker,
tvOne juga berupaya mewujudkan konstruksi sosial untuk masyarakat. Sebagai
representasinya, ditujukan kepada warga terdampak bencana gunung Merapi di
Yogyakarta dan sekitarnya dengan membuka dompet kemanusiaan melalui
pengumpulan dana pemirsa. Hal ini sejalan dengan Kebijakan Yayasan “Satu
untuk Negeriku” dari Grup tvOne, yang diakomodir Aries dalam pernyataannya,
“Sebagai bagian dari aktivitas sosial, tvOne juga membuka dompet kemanusiaan untuk masyarakat yang terdampak bencana gunung Merapi. Sebagian dana yang terkumpul dari pemirsa tersebut, digunakan untuk membangun huntara (hunian sementara) bagi para pengungsi. Ini diharapkan juga menjadi representasi praktik konstruksi sosial dengan membantu pemerintah merelokasi dan merehabilitasi warga di lokasi bencana,” jelas Aries panjang lebar. (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011).
Karena segala kegiatan pemberitaan –termasuk newsticker— merupakan
kegiatan sosial dalam segenap aspek masyarakat dan pemberitaan media
merupakan hasil konstruksi realitas yang dilakukan redaksinya. Terkadang
newsticker juga ditujukan sebagai identitas konstitusi, akibat peningkatan peran
media massa yang banyak melahirkan tindakan konstitusi.
Karena dapat ditujukan sebagai bagian dari kegiatan sosial dan
menunjukkan konstruksi realitas sosial, hampir semua responden menyatakan
jarak dan status sosial ikut memengaruhi keterlibatan masyarakat untuk
newsticker.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
“Benar, status sosial dan jarak sangat memengaruhi keterlibatan masyarakat dalam penayangan newsticker. Bahkan juga ditujukan sebagai bagian dari kegiatan sosial dan menunjukkan konstruksi realitas,” jawab Wiryawan Sarjono. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011). “Tentu saja, itu pasti sekali. Terutama untuk jarak, sangat memengaruhi reaksi seseorang untuk bertindak. Sedangkan status sosial, tidak begitu memengaruhi,” dukung Asrul Zain Asy’ari. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011).
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, para pakar yakin sepenuhnya hanya
Redaksi yang melakukan pengelolaan newsticker. Masyarakat tidak berperan,
tidak terlibat dan tidak menentukan dalam pembuatan naskah berita pada
newsticker. Karena itu, status dan jarak sosial sama sekali tidak memengaruhi
keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan, kecuali sekadar menonton dan
menyimak tayangannya.
“Newsticker adalah cara lain yang dilakukan dalam menghadirkan informasi terkini. Tetapi tidak sebagai bagian aktivitas sosial dan tidak merupakan representasi praktik konstruksi sosial, karena pemilihan tema yang diangkat pada newsticker tidak terlalu penting menurut sisi pertimbangan pembaca,” tegas Netti. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011). “Dampak kepada khalayak dan ‘mempertimbangkan dan merespon masukan’ merupakan wilayah yang tak cukup ditanggapi dengan pendapat atau opini. Itu harus dibuktikan. Harus dilakukan riset – dan karena saya tak melakukan riset itu, maka saya –maaf– tak bisa menjawabnya,” kilah Veven . (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011). “Saya kira, kalau kasusnya adalah bencana Merapi Yogya, bisa dilihat dari berapa orang yang menghubungi untuk menegaskan berita dan mencari kontak personal melalui jaringan tvOne. Khusus untuk Yogya, kita bisa lihat orang Yogya sendiri bisa mandiri menghadapi bencana Merapi. Masyarakat bisa mengurus diri sendiri,” tambah Widja. (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
F. Pengaruh Kepercayaan Masyarakat
Tetapi tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap televisi,
membuktikan kebutuhan masyarakat pada berita televisi juga masih besar. Karena
terbatasnya waktu, kebutuhan berita yang aktual diperoleh melalui newsticker
yang cukup memuaskan keingintahuan mereka. Terlebih di daerah bencana saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
Bencana Gunung Merapi di Yogyakarta, masyarakat membutuhkan informasi
segera dan mutakhir untuk memandu mereka bertindak. Inilah sebabnya
masyarakat menggunakan newsticker –walau tidak selengkap berita utama—
sebagai panduan tindakan.
“Hal ini sesuai dengan visi dan misi tvOne, yang ingin mengubah mindset dan habitually masyarakat agar menjadikan berita-berita di tvOne sebagai sumber berita utama mereka. Inilah citra yang ingin ditegakkan Redaksi tvOne, sebagai strategi pemberitaan dan brand marketing perusahaan melalui newsticker,” ungkap Aries dengan bangga. (Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011).
Untuk berita bencana kepercayaan responden terhadap berita televisi
cukup tinggi (60%). Kendati menurut 3 (tiga) responden di antaranya akan dapat
bertambah tinggi, bila informasi selalu update, tidak berlebihan dan yang belum
akurat tidak ditayangkan.
“Untuk berita-berita bencana, seperti gunung meletus dan lainnya, kepercayaan saya kurang lebih 90%. Selebihnya, karena kadang saya masih menemukan di tvOne informasi yang belum cukup akurat untuk ditayangkan,” tutur Asrul Zain Asy’ari. (Hasil wawancara, 1 Oktober 2011). “Tingkat kepercayaan kami terhadap berita di televisi cukup tinggi, newsticker sering dijadikan acuan untuk bereaksi terhadap bencana Merapi,” dukung Wiryawan Sarjono. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011).
Sebagian responden lain (30%) juga mengakui dapat digunakan sebagai
panduan, karena belum ada media komunikasi selain newsticker dan radio panggil
yang mampu memberi info update setiap saat. Tetapi seorang responden
mengatakan, referensi panduan harus dari berbagai sumber.
“Karena tidak ada media lain yang dapat di update setiap saat, kecuali masyarakat yang mempunyai radio panggil,” tutur Tjandra S. Buwana. (Hasil wawancara, 3 Oktober 2011). “Tetapi referensi, sebaiknya dari berbagai sumber. Mereka yang langsung mengambilnya sebagai panduan tindakan, mungkin karena kurang referensi,” sanggah Indiria Maharsi. (Hasil wawancara, 4 Oktober 2011).
Sebaiknya menurut para pakar memang menggunakan berita utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
sebagai panduan, lantaran lebih lengkap dan pasti setelah melalui berbagai
konfirmasi ke berbagai nara sumber. Yang menjadi masalah, siapa yang
menentukan sejauhmana situasi genting masyarakat yang menjadi pertimbangan
penayangan newswtickeri? Kalau tidak hati-hati akan berdampak buruk, meski
dampaknya tidak hanya karena tvOne. Di sisi lain juga menunjukkan kesalahan
masyarakat yang begitu cepat mengambil keputusan, tanpa menunggu adanya
berita lengkap yang jelas.
“Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap televisi masih tinggi. Bahkan mereka menjadikan isi newsticker sebagai panduan tindakan, walau menurut saya tidak tepat. Seharusnya lebih cenderung menyimak berita utama ataupun ‘Breaking News,’ karena isi beritanya lebih lengkap. Terutama untuk penjelasan mengapa dan bagaimana sesuatu kejadian berlangsung,” terang Netti menyayangkan sikap masyarakat. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011). Televisi manapun bisa dan biasa melakukannya. Seperti tadi saya sebut di awal: TVRI pernah melakukan – dan TVRI bukanlah televisi berita. Demi bencana belaka? Saya rasa, kalau kita tengok running text itu, tak sebatas bencana yang ditampilkan. Juga kecelakaan lalulintas, atau aktivitas parlemen, dan lain-lain,” gugat Veven menolak berita yang dijadikan panduan hanya berasal dari tvOne. (Hasil wawancara, 8 Oktober 2011). “Pertama, media punya peran sosial. Di sini lah peran media harus kita kembangkan, media sekarang kapitalis sekali, politis pula. Sehingga masyarakat sebal dengan media, apalagi sekarang memicu konflik. Yang kedua, televisi perlu mengembangkan mekanisme dimana pemirsa bisa melakukan uapya interaktif atau membantu masyarakat untuk mencarikan informasi yang mereka butuhkan. Media punya peran mediator yang penting untuk kebutuhan masyarakat, terlepas dari apakah masyarakat ‘guyub’ atau tidak. memang sudah tugas media. Yang ketiga, ada kebutuhan masyarakat --tidak berhubungan dengan kosntruksi sosial, meski untuk citra bagus juga lah dampaknya-- yang perlu dipertimbangkan untuk kepentingan masyarakat. Hal ini yang perlu disadari oleh media, bukan kapitalis media lho,” saran Widja lagi. (Hasil wawancara, 3 Desember 2011).
---oo0oo---
Pada akhirnya analisis dimensi (Praktik) Sosio Kultural di atas dapat
disimpulkan bahwasanya berdasarkan pandangan para pakar yang diwawancarai,
Kebijakan Redaksional tvOne untuk menggunakan newsticker sebagai media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
informasi terkini bukanlah sebuah pilihan. Tetapi menjadi keharusan sebagai
bagian dari pertanggungjawaban media terhadap masyarakat, lantaran informasi
memang perlu segera diketahui masyarakat.
Pernyataan Redaksi tentang aktual dan perubahan realitas yang tetap
menjadi pertimbangan penulisan terbantahkan, karena keterbatasan karakter pada
newsticker membuat penggambaran realitas pada jawaban pertanyaan mengapa
dan bagaimana tidak cukup menjelaskan. Sehingga sering pemirsa menangkap
pengonstruksian realitas media berdasarkan opini wartawan/penulis isi newsticker,
bukan sesuai fakta sebagaimana adanya.
Konstruksi realitas media yang digambarkan newsticker akan dapat lebih
efektif, bukan disebabkan penayangan terus menerus, melainkan dari banyaknya
bahan berita yang tersedia hasil liputan reporter langsung di tempat kejadian.
Bukan sekadar hasil wawancara nara sumber, yang dapat menambah kredibilitas
media dalam melakukan konstruksi realitas.
Secara sosiologis, media punya peran sosial sebagai mediator yang harus
dikembangkan. Televisi perlu mengembangkan mekanisme, agar pemirsa dapat
interaktif mencarikan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Kebutuhan
masyarakat juga perlu dipertimbangkan media, terutama untuk kepentingan media
sendiri sebagai pengonstruksi realitas. Hal ini perlu disadari oleh media. ©
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
BAB VII
ANALISIS TEORITIS PEMBAHASAN
Meskipun berita televisi umumnya dianggap sebagai metode paling
objektif (tanpa perantara penyampaian informasi, seperti pemrograman lain),
tetapi ia memiliki agenda, gaya bahasa, persyaratan dan tujuan sendiri. Karenanya
perusahaan media yang memproduksi berita televisi, ikut berperan dalam
membangun sebuah masyarakat yang memiliki etos. Hal ini tak bisa dihindari,
lantaran nilai-nilai moral yang tertanam, akan diproyeksikan pada representasi
realitas.
Menjadi relevan dengan melihat konteks umum pada berita televisi yang
disajikan, harus memenuhi tujuan khususnya untuk dapat berkelanjutan. Graeme
Burton125 berpendapat, makna akan dimasukkan melalui sejumlah cara dalam
beberapa tingkatan ke dalam sistem nilai dan realitas pemirsanya. Program-
program tertentu –termasuk berita— dapat mengandung makna yang sama
sekaligus berbeda.
Padahal kita semua memiliki pandangan tersendiri tentang realitas.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah darimana kita mendapatkan dasar
pandangan tersebut? Banyak, selain dari yang kita alami sendiri, berita media juga
turut mempunyai andil dalam memengaruhi pemahaman kita atas realitas.
Dengan kata lain, berita tidak hanya mencerminkan masyarakat yang
berada di dalamnya, bahkan harus memengaruhi penafsiran realitas. Meskipun
dapat dikatakan keragaman pandangan dalam masyarakat melakukan negosiasi
125 Burton, Graeme. 2007. Log. Cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
jalan keluar, dipengaruhi akal sehat yang menegaskan sejumlah besar konsensus
mengharuskan presentasi yang dalam beberapa cara sesuai dengan etos sosial.
Penyajian berita kepada pembaca, pendengar, atau penonton merupakan hasil dari urutan kebijakan yang dicapai di dalam organisasi berita mengenai ihwal yang harus disajikan, banyaknya ruang dan atau waktu yang disediakan bagi masing-masing, dengan menempatkannya sesuai jenis medianya (halaman pada surat kabar, periode waktu untuk radio dan televisi), reporter yang namanya akan dicantumkan pada cerita dan hal-hal penting lainnya.126
Dengan cara ini kita melihat, sebelum benar-benar menganalisis program
berita, terdapat jelas kecenderungan realitas yang dibangun dalam kerangka
kontekstual berita televisi. John Hartley membagi metode konstruksi realitas
berita televisi dalam dua kelompok.127 Pertama adalah paradigmatik, berkaitan
dengan seleksi dan inklusi. Kedua adalah detik sintagmatik, mengenai cara
pemilihan penyajian.
Sebagai penyampai informasi, media siaran memang unggul. Namun
kurang menggembirakan para jurnalis televisi, karena sebagai penafsir informasi
media ini kurang berhasil. Walter Cronkite128 dari CBS menyebutnya sebagai
krisis komunikasi. Ia mengeluh, karena dalam media siaran tidak pernah tersedia
cukup waktu menampilkan beberapa pendapat dari berbagai sisi atas suatu hal.
Meski begitu, di sisi lain, pada kenyataannya media siaran sebenarnya punya waktu, namun hampir tidak pernah menggunakannya untuk melakukan peliputan secara mendalam. Para jurnalis radio dan televisi sering menganggap, berita bisa disampaikan hanya dalam waktu 58 detik. Media siaran mampu menyampaikan informasi dengan cepat, namun tidak dapat menguraikan segala sesuatunya secara lengkap dan mendalam.129
Kendati terminologi jurnalisme menunjukkan secara universal menonjol
126 Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan dan Media.Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 236-237 127 Hartley, John. 1982. Memahami Berita Jakarta.. Routledge. London. hal. 282 128 Rivers L. William, et.al. 2003. Media Massa & Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 227 129 Ibid. hal. 227-229
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
dan mendefinisikan diri mereka sebagai berita (cerita adalah 'menemukan' atau
'terkena'), penelitian telah menunjukkan berita paradigmatik maupun seperangkat
aturan yang sangat pasti mendefinisikan inklusi. Seperti Hartley mengatakan,
“Peristiwa dapat menjadi berita, bila cocok dengan yang sudah dikenal dan diakui. Untuk memenangkan inklusi di setiap berita tertentu, harus memenuhi sejumlah kriteria. Akhirnya, peristiwa dapat layak diberitakan, meski harus berdesak-desakan untuk dimasukkan dalam jumlah terbatas slot yang tersedia.130 Tak diragukan, produksi media merespon terhadap perkembangan sosial
dan budaya yang selanjutnya memengaruhi perkembangan tersebut. Maka,
“Memberikan definisi dasar dari berita sebagai informasi faktual yang pemirsa
butuhkan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat kita, hanyalah setengah
cerita,” tulis John Fiske dalam bukunya Budaya Televisi (1987).131
Dasar untuk memahami media adalah kesadaran tentang cara kita
berinteraksi dengan teks-teks media, termasuk newsticker. Kemudian
berkonsentrasi pada cara media berkontribusi untuk membangun realitas. Tetapi
kita juga harus menyadari, setiap kita membawa sesuatu yang unik untuk media.
Konsep umum berita televisi, khususnya dalam ruang berita, adalah
menawarkan 'jendela pada dunia'. Ide ini didefinisikan Fiske sebagai 'Kekeliruan
Transparansi' yang jelas tidak benar, karena berita tidak dapat mencakup setiap
peristiwa yang terjadi di dunia sehingga harus memilih peristiwa yang dianggap
dapat layak diberitakan.
Jika media menyediakan banyak bahan untuk membangun gambaran kita
tentang realitas, masing-masing kita menemukan atau bernegosiasi berdasarkan
faktor individu (kebutuhan pribadi, kecemasan, kesenangan maupun kesulitan
130 Hartley, John. 1982. Op. Cit. hal. 75 131 Fiske, John. 1987. Budaya Televisi. Routledge. London. hal. 281
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
yang dialami, sikap rasial dan seksual, keluarga dan latar belakang budaya, sudut
pandang moral, dan sebagainya).
Karena masing-masing pembaca mempunyai pengalaman berbeda seperti
itu, kita juga harus bersikap terbuka terhadap kenyataan bahwa orang yang
berbeda akan menafsirkan berita media yang sama dengan cara berbeda. Seperti
yang telah penyusun alami, saat mengajukan pertanyaan yang sama secara
terstruktur kepada para partisipan penelitian dan mendapatkan jawaban dan alasan
yang nyaris selalu tidak sama.
Adanya jenis media tertentu, seperti televisi, memengaruhi bagaimana kita
berpikir tentang dan merespons dunia. Sementara media bekerja dengan berbagai
cara untuk segmen-segmen masyarakat yang berbeda, audiens tidak selamanya
terpengaruh, tetapi berinteraksi dalam cara yang khusus dengan media.132
Menurut Pinkey Triputra, kehebatan retorika isi media sebenarnya tidak terlepas dari bagaimana orang-orang media memproduksi isi media. Secara teoritis, pendekatan analisis wacana kontemporer terhadap representasi media, lebih canggih dibandingkan pendekatan isi. Termasuk Analisis Wacana Kritis (CDA = Critical Discourse Analysis) sebagai alternatif, untuk lebih memahami makna bahasa, struktur pesan dalam komunikasi, dan upaya media untuk mendefinisikan realitas sosial dalam kemasan teks-teks berita, juga newsticker. 133
Norman Fairclough mendasarkan pertimbangan teoritis dan skema analisis
CDA, pada definisi sejumlah konsep yang cukup khusus. Dia mendasarkan
gagasan ini pada teori linguistik multifungsional yang diwujudkan dalam
‘linguistik fungsional sistemik’ seperti dikemukakan Hallliday, “Setiap teks
memiliki fungsi ‘ideasional’ melalui representasi atas pengalaman dan
representasi atas dunia.134
132 Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit. hal. 410 133 Sobur, Alex. 2009. Op Cit. hal.3 134 Titscher, Stefan. et.al. 2009. Op. Cit. hal.241-244
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
Dengan demikian, analisis wacana berarti analisis hubungan antara
penggunaan bahasa yang konkret dan struktur sosial dan hudaya yang lebih luas.
Dalam terminologi Fairclough, hal ini menjadi hubungan antara peristiwa
komunikatif khusus, seperti dokumenter TV (termasuk tayangan newsticker—
penyusun) dan total struktur suatu tatanan wacana maupun modifikasi terhadap
tatanan wacana dan konsituen (gatra), genre dan wacananya.
Analisis Wacana Kritis (AWK)135 adalah sebuah upaya atau proses
(penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) –yang
mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan— yang cenderung
mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan.
Untuk itu, penyusun mendasarkan penelitian ini sesuai pendapat
Fairclough yang menandakan tiga dimensi pada setiap peristiwa diskursif secara
bersama-sama adalah teks, praktik diskursif (praktik diskursus) –yang juga
mencakup pemroduksian dan interpretasi teks— dan praktek sosial (praktik
sosiokultural). Analisis ini dilaksanakan sesuai prinsip tiga dimensi tersebut.
Dalam operasionalisasi pertimbangan teoritis, penyusun menyepakati
pertimbangan Fairclough yang mengembangkan sebuah kerangka analitis dan
mengaitkannya dengan konsep interdiskursivitas (yakni, kombinasi genre dan
wacana yang terdapat dalam suatu teks) dan hegemoni (keunggulan dan dominasi
domain politik, ideologis dan budaya suatu masyarakat).
Bagi Fairclough136, interdiskursivitas dalam analisis teks memiliki fungsi
mediasi antara teks dan konteks, yang berhubungan dengan penjelasan tentang
cara reportoar genre dan wacana itu dieksploitasi dalam tatanan wacana untuk
135 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal.49 136 Titscher, Stefan. et.al. 2009. Op. Cit. hal.246
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
PRAKTIK SOSIO KULTURAL Situasional, institusional, kemasyarakatan
memproduksi dan menginterpretasikan teks. Seperti diungkapkan dalam gambar
berikut ini:
Gambar 4. Dimensi Wacana dan Analisis Wacana
deskripsi (analisis teks)
interpretasi (proses analisis)
penjelasan (analisis sosial)
(Sumber: Titscher, Stefan. et.al. 2009 : 249)
Habermas mengemukakan pendapatnya, AWK bertujuan membantu menganalisis dan memahami masalah sosial dalam hubungannya antara ideologi dengan kekuasaan. Tujuan AWK adalah untuk mengembangkan asumsi-asumsi bersifat ideologis, yang terkandung di balik kata-kata dalam teks atau ucapan dalam berbagai bentuk kekuasaan. AWK bermaksud untuk menjelajahi secara sistematis tentang keterkaitan antara praktik-praktik diskursif, teks, peristiwa dan struktur sosio-kultural yang lebih luas. AWK mencoba mempersatukan dan menentukan hubungan antara (1) teks aktual, (2) latihan diskursif (proses ini melibatkan tindakan mencipta, menulis, ujaran dan menyimak), dan (3) konteks sosial yang berhubungan dengan teks dan latihan diskursif. 137
Dalam praktiknya, menurut penyusun analisis wacana kritis memang
lebih banyak digunakan dalam penelitian untuk ilmu pengetahuan yang spesifik.
Karena dengan interpretasi mendalam yang dihasilkan, wacana-wacana kritis
yang diteliti dapat digeneralisasikan pada konteks lain.
Teun Van Dijk138 mengemukakan cara untuk melakukan AWK tidak mempunyai kesatuan kerangka teoritis atau metodologi tertentu, tetapi tergantung pada pemusatan pikiran dan keterampilan-keterampilan yang berguna untuk menganalisis teks didasari latar belakang ilmu pengetahuan dan daya nalar. AWK juga dilakukan pada bahasa-bahasa tubuh, ucapan, lambang, gambar, visual dan bentuk-bentuk semiosis lainnya.
137 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal.53-54 138 Ibid.
PRAKTIK WACANA Proses produksi (Proses interpretasi)
TEKS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
Stanley Fish, seperti dijelaskan pada Bab II, telah memiliki pengaruh
penting dalam penelitian media interpretif. Karena komunitas interpretif memiliki
pemaknaannya sendiri untuk media, Thomas Lindlof menyoroti tiga genre
konunitas tersebut yang mendasari tipe umum hasil-hasil yang diciptakan oleh
interaksi dalam komunitas interpretif. Yakni: (1) isi, (2) interpretasi dan (3)
tindakan sosial.
(1) Genre isi terdiri atas tipe-tipe program dan media lain yang dikonsumsi komunitas. Salah satu kelompok berbagi ketertarikan dalam sebuah program televisi, seperti newsticker. Tidaklah cukup bila komunitas memiliki ketertarikan bersama dalam salah satu jenis isi media, tetapi kelompok tersebut juga harus memiliki pemaknaan yang sama untuk isi tersebut.
(2) Genre interpretasi berkembang di sekitar pemaknaan bersama. Anggota sebuah komunitas menafsirkan isi program dan media lain dengan cara yang sama. Pengaruhnya pada perilaku mereka, terutama apa yang mereka katakan tentang media dan bahasa yang digunakan untuk menjelaskannya adalah sama.
(3) Genre tindakan sosial adalah tatanan perilaku bersama terhadap media yang bersangkutan, termasuk bukan hanya bagaimana isi media dikonsumsi (kapan dan dimana isi media tersebut dibaca atau dilihat) tetapi juga cara-cara isi media tersebut memengaruhi perilaku anggota komunitas itu. Misal, bagaimana hubungan antar anggota dipengaruhi oleh media, apakah jenis isi tertentu membantu hubungan itu dan apakah orang-orang saling berbicara tentang apa yang mereka lihat atau baca itu? 139
A. Dimensi Teks Newsticker tvOne
Genre isi dari Lindlof 140 inilah yang mendasari penyusun menganalisis
hasil penelitian pada level dimensi teks newsticker tvOne. Suatu teks penuh
makna bukan hanya karena mempunyai struktur tertentu –suatu kerangka yang
menentukan dan mendukung bentuk— tetapi juga karena teks itu berhubungan
dengan teks lain. Sebuah teks lahir dari teks-teks lain dan harus dipandang sesuai
tempatnya dalam kawasan tekstual.
139 Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit.hal. 420-421 140 Sobur, Alex. 2009. Op. Cit. hal.54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
Bagi Fairclough, analisis teks sendiri tidaklah memadai bagi analisis wacana, juga tidak bisa menjelaskan hubungan antara struktur dan proses kultural maupun kemasyarakatan. Pemahaman tentang wacana sebagai sesuatu yang bersifat konstitutif dan tersusun merupakan suatu unsur utama teori Fairclough. Dia menganggap hubungan antara praktik kewacanaan dan struktur sosial sebagai sesuatu yang kompleks dan beragam sepanjang waktu, serta menyimpang dari pendekatan analisis wacana kritis yang menganggap adanya derajat stabilitas yang tinggi.141
Analisis praktik kewacanaan dipusatkan pada bagaimana pengarang teks
bergantung pada wacana dan aliran-aliran yang ada untuk menciptakan suatu teks
dan bagaimana penerima teks menerapkan aliran dan wacana yang ada dalam
mengonsumsi dan menginterpretasikan teks. Misalnya, berita TV (termasuk
newsticker), yang membentuk interpretasi pemirsa dan kemudian membahas
bersama orang lain atas subyek yang diberitakannya.
Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu, bagaimana media dan
pada akhirnya berita, harus dipahami dalam keseluruhan proses produksi dan
struktur sosial. Hubungan antara teks dan praktik sosial diperantarai oleh praktik
kewacanaan. Oleh karena itu, hanya melalui praktik kewacanaan sajalah –tempat
orang menggunakan bahasa untuk menghasilkan dan mengonsumsi teks—
sehingga teks bisa membentuk dan dibentuk oleh praktik sosial.
Wacana memberikan kontribusi pada pengonstruksian (1) identitas sosial, (2) hubungan sosial, dan (3) sistem pengetahuan dan makna. Oleh karena itu, wacana mempunyai tiga fungsi: (1) fungsi identitas, (2) fungsi ‘hubungan’ atau relasional, dan (3) fungsi ‘ideasional.’ Di sini, Fairclough mendasarkan uraiannya pada pendekatan multifungsi pada bahasa seperti yang dikemukakan Halliday. Dalam analisis manapun, ada dua dimensi wacana yang sangat penting, yakni: (1) peristiwa komunikatif –misalnya penggunaan bahasa seperti artikel surat kabar, film, video, wawancara atau pidato politik (termasuk newsticker –penyusun), dan (2) tatanan wacana –konfigurasi semua jenis wacana yang digunakan dalam lembaga atau bidang sosial.142
Tujuan umum model tiga dimensi adalah memberikan kerangka analitis
141 Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Philips. 2007. Op. Cit. hal.124-125 142 Ibid. hal. 126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
bagi analisis wacana. Model ini didasarkan pada dan menggunakan prinsip bahwa
teks tidak pernah bisa dipahami atau dianalisis secara terpisah, tetapi hanya bisa
dalam kaitan dengan jejaring teks lain dan hubungannya dengan konteks sosial.
Padahal menurut Ibnu Hamad, mengingat adanya berbagai faktor yang memengaruhi proses konstruksi realitas, baik yang disadari komunikator maupun tidak, memungkinkan struktur dan makna yang dibentuk komunikator berbeda dari realitas sesungguhnya. Sehingga dengan sifat dasar seperti ini, teori komunikasi sebagai wacana (communication as discourse) memiliki asumsi, realitas yang dikonstruksikan bukan hanya sebagai realitas simbolik (symbolic reality), atau sekadar menjadi realitas kedua (second reality), tetapi membentuk realitas lain yang bisa berbeda dengan realitas pertama. 143
Bagan 2. Proses Konstruksi Realitas (Model Utama)
(Sumber: Hamad, Ibnu. 2010 : 35)
143 Hamad, Ibnu. 2010.. Op. Cit. hal 31-32
Realitas Pertama: Keadaan, Benda, Pikiran, Orang, Peristiwa (1)
Dinamika Internal dan Eksternal Pelaku Konstruksi (4)
Sistem Komunikasi
Yang berlaku (3)
Strategi Mengonstruksi Realitas (6)
Faktor Innocently Faktor Internality
Faktor Externality (5)
Proses Konstruksi Realitas oleh Pelaku (2)
Strategi Signin Strategi Framing
Strategi Priming (7)
Discourse atau Realitas yang dikonstruksikan
(Text, Talk, Act dan Artifact) (8)
Makna, Citra, dan Kepentingan di balik wacana (9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
Dalam realitas yang dikonstruksikan ini menghasilkan realitas lain (the
other reality). Realitas pertama mengalami penyesuaian (adjustment) pada
struktur sekaligus makna, sejalan dengan karakter dan motif yang
mengkonstruksikannya. Jangan salah, makna yang muncul dari realitas lain tidak
selamanya jelek atau bagus, melainkan sangat bergantung pada penyesuaian
struktur yang dilakukan komunikator sebagai pelaku konstruksi realitas.
Pada penjelasannya, Hamad menguraikan proses konstruksi realitas yang dimulai dari (1) yang dilakukan oleh Komunikator/Pelaku Konstruksi (2), yang dipengaruhi berbagai faktor (3) dan dinamika Komunikator (4), yang dapat melemahkan kendali Pelaku (5), antara lain Innocently (kekurangmampuan dan kesalahpahaman), Internality (adanya minat dan kepentingan) dan Externality (sponsor dan pasar), pada strategi konstruksi yang juga memengaruhi struktur dan makna wacana (6), melalui penggunaan tiga alat pengonstruksi realitas (7), untuk menghasilkan bentuk-bentuk wacana (8), yang di baliknya terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang diendors konstruktor (9).144
Dengan mengikuti proses konstruksi realitas melalui model itu, kiranya
mudah bagi kita untuk menyimpulkan bahwa wacana (discourse) adalah pesan
(message) yang memuat realitas, yang telah dikonstruksikan dengan sistem tanda
(system of sign) sebagai alat utamanya.
Berdasar pengertian ini kita melihat dua hal, (1) pesan bukanlah susunan
tanda yang kosong, melainkan berisi pilihan fakta, dan (2) penggunaan sistem
tanda (bahasa) dalam pesan tidaklah bersifat arbiter (sembarang), melainkan
berlandaskan pilihan sadar atas alasan yang jelas.
Hasil analisis pada Bab IV (Analisis Teks Newsticker) menunjukkan,
secara umum tvOne memiliki konstruksi tersendiri atas tema yang diberitakannya.
Secara khusus masing-masing newsticker mengkonstruksikan ke arah positif,
terutama bila menyangkut kepentingan masyarakat.
144 Hamad, Ibnu. 2010. Op. Cit. hal 37-38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
Hal ini bisa dilihat pada Bab V (Analisis Dimensi Meso) tentang
penilaian responden/partisipan penelitian dan pada Bab VI (Analisis Dimensi
Sosio Kultural) atas aktualitas maupun perubahan realitas yang dimuat pada
kebanyakan item newsticker tentang bencana Merapi Yogyakarta.
Berdasarkan hasil analisis penelitian tersebut, penyusun menyimpulkan
bahwa isi teks newsticker bencana Merapi Yogyakarta di tvOne tak lain adalah
wacana (discourse) sebagai hasil konstruksi pekerja media yang bersangkutan atas
peristiwa dan dampak bencana Merapi yang diberitakannya. Newsticker tersebut
ternyata lebih sebagai konstruksi realitas, bukan sekadar representasi realitas, atas
obyek yang diberitakannya.
B. Praktik Diskursus (Wacana)
Sedangkan genre interpretasi dari Lindlof, ikut mendasari penyusun
menganalisis hasil penelitian pada dimensi Meso (praktik produksi dan konsumsi)
newsticker tvOne tentang bencana Merapi Yogyakarta. Salah satu dasar
teoritisnya yang paling jelas adalah teori perencanaan teks, yang digunakan untuk
mengidentifikasi maksud redaksi tvOne dan faktor-faktor ekstralinguistik yang
terdapat dalam pemroduksian teks.
Wodak, dkk mengasumsikan dimensi sosial-psikologis, kognitif dan linguistik dalam pemroduksian teks haruslah dipertimbangkan. Dimensi sosial-psikologis terdiri atas berbagai strategi untuk menerima realitas yang dipelajari sebagai bagian dari proses sosialisasi, yang meliputi budaya, keanggotaan gender dan kelas serta situasi tuturan, bersama juga dengan kepribadian atau psiko-patogenesis sebagai faktor penentu individu. Dari prakondisi sosial-psikologis ini, akan didapatkan ‘kerangka-kerangka’ dan ‘skema-skema’ untuk membuat struktur maupun persepsi mengenai realitas.145
Kerangka dipahami sebagai pola global yang merangkum pengetahuan
145 Titscher, Stefan. et.al. 2009. Op. Cit. hal.253-254
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
umum kita tentang beberapa situasi, sehingga dengan demikian kerangka
merupakan citra atas sebuah situasi tertentu yang tersimpan dalam ingatan kita.
Sedangkan skema adalah pola nyata atas perealisasian konkret sebuah situasi atau
teks. Sewaktu menganalisis rantai intertekstual, kita bisa melihat bagaimana
struktur dan isinya ditransformasikan.
Menurut Beaugrande & Dressler untuk pemroduksian teks, ‘rencana’
sangatlah penting. Rencana merupakan pola-pola yang menggiring ke arah tujuan
yang diinginkan. Begitu pula yang cukup penting adalah ‘naskah’ yang
menstabilkan rencana yang –setelah sering digunakan—mampu menentukan
peran dan tindakan yang diharapkan para komunikator. 146
Selanjutnya Fairclough dan Wodak meringkas tentang prinsip-prinsip ajaran Analisis Wacana Kritis sebagai berikut: (1) membahas masalah-masalah sosial, (2) mengungkap bahwa relasi-relasi kekuasaan adalah diskursif, (3) mengungkap budaya dan masyarakat, (4) bersifat ideologi, (5) bersifat historis, (6) mengemukakan hubungan antara teks dan masyarakat, serta (7) bersifat interpretatif dan eksplanatori.147
Dalam konteks sehari-hari AWK digunakan untuk membangun
kekuasaan baru, ilmu pengetahuan baru, regulasi dan normaslisasi serta hegemoni
(pengaruh suatu bangsa terhadap bangsa lain). Berkaitan dengan studi dan analisis
teks serta ucapan untuk menunjukkan sumber diskursif, yaitu kekuatan,
kekuasaan, ketidaksetaraan, ketidakadilan dan prasangka.
Dalam kaitan ini Habermas dengan lebih rinci mengatakan, teks adalah peristiwa tempat sesuatu diceritakan. Latihan diskursif dalam proses pemroduksian teks merujuk pada aturan, norma, perasaan, sosialisasi yang spesifik dalam hubungannya dengan penerima pesan dan penerjemah pesan. Hal ini berguna untuk menentukan bagaimana individu berfikir, bertindak dan berbicara dalam berbagai posisi kehidupan sosial. Konteks sosial adalah tempat wacana terjadi. AWK selalu melibatkan kekuasaan dan ideologi,
146 Titscher, Stefan. et.al. 2009. Log. Cit. 147 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal.51-52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
seperti konteks masa lalu yang dihubungkan dengan konteks masa sekarang.148
AWK dapat diinterpretasi berlainan, bahkan betolak belakang, yang
tergantung pada latar belakang, pengetahuan dan posisi kekuasaan seseorang.
AWK juga berwawasan dan berfungsi membentuk pengetahuan dalam konteks
yang spesifik, yang menghasilkan interpretasi dengan memandang efek kekuasaan
dari wacana kritis tanpa menggeneralisasikan pada konteks lain.
Van Dijk mengemukakan, cara untuk melakukan analisis wacana kritis
tidak mempunyai kesatuan kerangka teoritis atau metodologi tertentu, tetapi
tergantung pada pemusatan pemikiran dan keterampilan-keterampilan yang
berguna untuk menganalisis teks didasari latar belakang ilmu pengetahuan dan
daya nalar.149
Oleh karena itu, peneliti yang berbeda bisa jadi menghasilkan temuan
dan penafsiran yang berbeda pula. Newman W Lawrence mengatakan, dalam
penelitian kritis tidak dapat dihindari unsur subyektifitas, ketika menafsirkan
suatu teks, pengalaman, latar belakang budaya peneliti, pendidikan, afiliasi
politik, bahkan keberpihakan yang memengaruhi hasil interpretasi.150
Studi analisis wacana bukan sekadar mengenai pernyatan, tetapi juga
struktur dan tata aturan dari wacana. Realitas dipahami di sini sebagai seperangkat
konstruk yang dibentuk melalui wacana. Realitas itu sendiri tidak bisa
didefinisikan, jika kita tidak mempunyai akses dengan pembentukan struktur
diskursif tersebut.
Kita mempersepsi dan bagaimana kita menafsirkan obyek dan peristiwa
148 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 53 149 Ibid. hal. 54 150 Eriyanto.2001. Op. Cit. hal. 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
dalam sistem makna, tergantung pada struktur diskursif. Menurut Foucault 151,
struktur diskursif ini akan membuat obyek atau peristiwa terlihat nyata oleh kita.
Struktur wacana realitas, tidaklah dilihat sebagai sistem yang abstrak dan tertutup.
Analisis praktik kewacanaan (diskursus) dipusatkan pada bagaimana
teks diproduksi dan dikonsumsi. Ada beberapa cara mendekatinya. Jika materi
empiris berupa artikel surat kabar, peneliti bisa menyelidiki kondisi pemroduksian
surat kabar (newsticker), jenis proses apakah yang dilalui suatu teks sebelum
diterbitkan, dan perubahan-perubahan apa yang dialami selama proses itu?
Menurut Fairclough mungkin dia bisa melacak jalinan antartekstual teks, tempat teks yang sama bisa dipandang dalam sederet versi. Sewaktu menganalisis rantai intertekstual, kita bisa melihat bagaimana struktur dan isinya ditransformasikan dan bisa mulai merumuskan hipotesis mengenai kondisi pemroduksian yang menghasilkan versi-versi yang berbeda. Pada titik ujung pengonsumsian dilakukan penelitian terhadap khalayak, untuk mengetahui bagaimana pembaca menginterpretasikan teks-teks yang dihasilkan.152
Berdasarkan cara yang dikemukakan Fairclough itulah, penyususn
melakukan analisis terhadap newsticker tentang bencana Merapi Yogyakarta.
Karena pada prinsipnya, newsticker tidak berbeda dengan artikel surat kabar.
Proses penyusunan teks lebih mirip dengan isi media cetak, meski dalam
penayangannya di media televisi tetap memperhatikan keterbatasan dan kelebihan
media audiovisual sebagai bagian media elektronika.
Untuk itu, penyusun melakukan observasi mendalam pada ruang redaksi
Divisi Newsticker & Website tvOne sebagai tempat pengelolaan newsticker,
sekaligus melakukan wawancara tak terstruktur pada petugas yang tengah bekerja
dan kepada Aries Margono, selaku Manajer Divisi. Selain itu untuk melengkapi
diskursus, penyusun juga mewawancarai 10 responden warga terdampak Merapi. 151 Eriyanto.2001. Op. Cit. hal.73 152 Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Philips. 2007.Op. Cit. hal.149
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
C. Praktik Sosio-Kultural
Terakhir, penyusun menganalisis hasil penelitian pada level praktik
Sosio Kultural untuk menjawab genre tindakan sosial dari Lindlof. Pertama,
Fairclough menganjurkan untuk melakukan eksplorasi hubungan antara praktik
kewacanaan dan tatanan wacana. Kedua, tujuan yang ingin dicapai adalah
memetakan hubungan kultural, sosial dan non-wacana serta struktur yang
menyusun konteks lebih luas dari praktik kewacanaan.
Halliday mengemukakan, dalam arti yang sangat umum, sebuah teks merupakan peristiwa sosiologis, sebuah pertemuan semiotis melalui makna-makna berupa sistem sosial yang sedang dipertukarkan. Anggota-anggota individu adalah pemakna,. Melalui tindakan-tindakan pemahaman antara individu bersama pemakna individu lainnya realitas sosial diciptakan, dijaga dalam urutan yang baik dan secara terus menerus disusun dan dimodifikasi. Fitur esensial sebuah teks adalah adanya interaksi.153
Dengan memandang wacana sebagai praktik sosial, ada hubungan
dialektis antara praktik diskursif tersebut dengan identitas dan relasi sosial.
Analisis sosiocultural practice didasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial yang
ada di luar media, memengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media.
Sosiocultural practice ini memang tidak berhubungan langsung dengan produksi
teks, tetapi menentukan bagaimana teks diproduksi dan dipahami.
Menurut Fairclogh, sosiocultural practice menentukan teks dimediasi
melalui discourse practice yang meliputi 2 hal: (1) bagaimana teks tersebut
diproduksi, dan (2) bagaimana cara pandang khalayak mengkonsumsi dan
menerima teks tersebut. Untuk itu Fairclogh membuat tiga level analisis pada
sosiocultural practice, yakni level situasional, institusional dan sosial.154
Konteks sosial, bagaimana teks diproduksi di antaranya memperhatikan aspek situasional ketika teks tersebut diproduksi. Teks dihasilkan dalam suatu
153 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal.190 154 Eriyanto.2001. Op. Cit. hal 321-325
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
kondisi atau suasana yang khas dan unik, sehingga suatu teks bisa jadi berbeda dengan teks yang lain. Kalau wacana dipahami sebagai suatu tindakan, maka tindakan itu sesungguhnya adalah upaya untuk merespons situasi atau konteks sosial tertentu.
Level institusional melihat bagaimana pengaruh institusi organisasi dalam praktik produksi wacana. Institusi ini bisa berasal dalam diri sendiri, bisa juga berupa kekuatan-kekuatan eksternal di luar media yang menentukan proses produksi berita. Faktor institusi yang penting adalah yang berhubungan dengan ekonomi media.
Karena berpretensi agar menarik khalayak sebanyak-banyaknya, wartawan yang memproduksi berita harus menciptakan ‘berita yang baik’ untuk dibaca dan disukai oleh banyak orang. Tema yang diangkat dipilih, disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan khalayak. Untuk menarik perhatian khalayak dan pada akhirnya pengiklan, pemberitaan juga melakukan dramatisasi isu sehingga menarik minat untuk membaca dan melihat berita.
Selain itu, persaingan antar media dapat juga menjadi faktor yang menentukan bagaimana berita diproduksi. Bentuk intervensi institusi ekonomi lain adalah modal atau kepemilikan terhadap media. Media menjadi tidak sensitif dengan berita-berita yang berkaitan atau mempunyai hubungan dengan pemilik modal. Kepemilikan ini juga harus dihubungkan secara luas dengan jaring-jaring kapitalisme yang merambah dan memasuki bidang apa saja.
Faktor institusi lain yang berpengaruh pula adalah politik. Pertama, institusi politik yang memengaruhi kehidupan dan kebijakan yang dilakukan oleh media. Kedua, institusi politik dalam arti bagaimana media digunakan oleh kekuatan-kekuatan politik yang ada dalam masyarakat. Bentuk ekstrim dari media ini adalah media partisan, yang sengaja dibentuk untuk mendukung gagasan atau kekuatan politik tertentu dengan menggunakan media sebagai alatnya.
Level terakhir adalah faktor sosial, yang sangat berpengaruh terhadap wacana yang muncul dalam pemberitaan. Bahkan Fairclough menegaskan, wacana yang muncul dalam media ditentukan oleh perubahan masyarakat. Dalam level sosial, budaya masyarakat turut menentukan perkembangan dari wacana media. Aspek sosial lebih melihat pada aspek makro seperti sistem politik, sistem ekonomi, atau sistem budaya masyarakat secara keseluruhan.
D. Analisis Intertekstual
Ada konsensus umum dari ide-ide yang diselenggarakan para analis dan
peneliti, seperti Galtung dan Ruge (1973) 155, atas kategori peristiwa yang harus
dipenuhi untuk menjadi berita yang layak. Misalnya, durasi waktu antara
'melanggar' cerita dan cakupan, jelas merupakan faktor kunci yang membantu
155 Hartley, John. 1982. Op. Cit. hal.91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
untuk menghasilkan citra berita televisi yang up-to menit.
Inilah juga yang menjadi penyebab tayangan newsticker hingga saat ini
menjadi tayangan berita yang diunggulkan aktualitasnya, sekaligus sebagai salah
satu pembentuk citra tvOne sebagai televisi berita. Format newsticker yang
sederhana membuatnya lebih mudah diperbarui dan tampil terus menerus sesuai
perubahan realitas yang terjadi, sehingga mampu memenuhi kriteria sebagai
Televisi Berita.
Seperti dicatat Marshall McLuhan156, media adalah pesan. Masing-
masing memiliki tata bahasa media sendiri serta bias dan kodifikasi realitas
dengan caranya sendiri khususnya. Dengan demikian, media yang berbeda
melaporkan peristiwa yang sama, akan menciptakan kesan yang berbeda dan
pesan yang berbeda.
Kosakata yang digunakan oleh wartawan dan cara yang digunakan juga
berperan dalam membangun realitas untuk disajikan dalam program berita.
Faktor-faktor linguistik tidak hanya relevan pada program berita televisi, namun
umumnya di semua jenis media populer. Hal ini terlihat dalam banyak presentasi
yang menggambarkan konstruksi realitas.
Konstruksi Sosial Realitas adalah premis yang sangat dasar untuk
mengetahui cara dan alasan individu memandang dunia dengan cara tertentu dan
mengetahui pula peran media dalam membentuk pandangan. Sementara realitas
menggabungkan gagasan yang memiliki eksistensi independen objektif atau pada
kenyataannya, sedangkan konstruksi sosial realitas pada dasarnya menerima
‘pengalaman’ subyektif dari realitas yang baik melalui liputan media atau
156 Hartley, John. 1982. Log. Cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
penyataan media.
Konsep Konstruksi Sosial Realitas merupakan dampak sasaran yang
mungkin paling dramatis dan mendasar dari media massa. Untuk menunjukkan
media benar-benar mewakili pengetahuan masyarakat, dari suatu peristiwa atau
dalam beberapa kasus.
Juga untuk mengandaikan individu yang tidak dapat membedakan antara
kejadian-kejadian nyata dan dimediasi, tentu menunjukkan pandangan kuat peran
media. Tak pelak, media bahkan membuat seluruh budaya (dikenal sebagai
budaya pop), yang berisi selera mayoritas publik.157
Media mainstream menyampaikan, secara eksplisit maupun implisit, pesan
ideologis sekitar isu-isu, seperti sifat dari kehidupan yang baik dan mungkin tidak
secara langsung bertanggungjawab untuk menciptakan nilai-nilai dan sikap,
melegitimasi dan memperkuat mereka. Selain itu, terbukti media memiliki
pengaruh besar dalam politik dan membentuk perubahan sosial.
Berita sebagai bentuk realisme, umumnya dianggap telah dikerjakan dan
dipilih secara hati-hati atas orang-orang maupun kejadian untuk mendapatkan
realitas yang lebih kompleks dan lebih lengkap. Berita televisi, bagaimana pun
tidak terdiri hanya dari pemilihan acara untuk muncul sebagai item, tetapi pada
sintagmatik (pemilihan cara penyajian) harus merupakan hasil vokalisasi oleh
seorang wartawan untuk disajikan pada program berita. Ini adalah titik terjadinya
mayoritas konstruksi realitas.
Dalam mengkonstruksikan realitas, kegiatan komunikasi yang dilakukan
antar individu melalui media dipengaruhi oleh faktor-faktor innocently, internality
157 Shapiro & Lang, A. 1991. Membuat Realitas Televisi: Sadar dalam Proses Konstruksi Realitas Sosial. Penelitian Komunikasi. Vol. 18/Thn V, hal.685-705.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
dan externality, para pihak mendayagunakan bahasa (strategi signing), mengatur
fakta (strategi framing) dan menyesuaikan waktu yang tepat untuk menyampaikan
pesan (strategi priming).158
Praktik komunikasi memproduksi realitas melalui media newsticker ini
semakin kentara, karena wacana (discourse) yang dihasilkan –baik dalam bentuk
text (berupa tulisan, gambar), atau talk (berupa tindakan), maupun artifact (berupa
bangunan, tata letak) yang akan dimediasikan.
Kemudian Fairclough secara umum berusaha menghubungkan antara
analisis teks pada level mikro dengan konteks sosial yang lebih besar,
sociocultural practice. Pada tahap analisis, ketiga tahapan itu dilakukan secara
bersama. Analisis teks bertujuan mengungkap makna. Discourse practice juga
memediasi teks dengan konteks sosial budaya (sociocultural practice). Artinya
hubungan antara sosio-kultural dengan teks bersifat tidak langsung.159
Teks yang dimediasi oleh proses wacana berhubungan dengan tahap
interpretasi, selanjutnya teks yang dimediasi oleh konteks sosiokultural
berhubungan dengan tahapan eksplanasi. Menurut Fairclough, interpretasi
dihasilkan melalui kombinasi, apa yang ada dalam teks dengan apa yang ada
dalam penafsir. Dua hal yang menjadi lahan interpretasi adalah interpretasi teks
dan interpretasi konteks.
Eksplanasi digunakan untuk memberi penjelasan mengenai hubungan fitur-fitur tekstual yang heterogen beserta kekomplekan proses wacana dengan proses perubahan sosiokultural, baik perubahan masyarakat, institusional dan kultural. Tujiuan tahapan eksplanasi adalah untuk memotret sebagai bagian dari proses sosial dan sebagai praktik sosial yang menunjukkan bagaimana wacana ditentukan oleh struktur sosial. 160
158 Hamad, Ibnu. 2010. Op. Cit. hal.41 159 Eriyanto.2001. Op. Cit. hal.326 160 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal.79-80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
Analisis wacana ini, terutama memusatkan perhatian pada bagaimana
wacana dan perubahan sosial. Fairclough banyak dipengaruhi Foucault dan
pemikiran intertekstualitas Julia Kristeva dan Bakhtin.161 Wacana di sini
dipandang sebagai praktik sosial, dengan demikian berarti ada hubungan antara
praktek diskursif tersebut dengan identitas dan relasi sosial. ©
161 Eriyanto.2001. Op. Cit. hal. 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
BAB VIII
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sesuai rumusan masalah dan tujuan penelitian tesis ini, serta uraian hasil
dan pembahasannya, maka kesimpulan penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut:
1. Konstruksi Berita Bencana Alam pada Dimensi (Level) Teks
Konstruksi teks (baik ideasional, relasional maupun identitas) pada isi
newsticker tvOne (di keseluruhan tema: laporan peristiwa, pemberitahuan pihak
terkait, peringatan bahaya, laporan tindakan dan laporan simpati / bantuan)
tentang bencana Merapi Yogyakarta dalam pengelolaanya ternyata sangat
dipengaruhi oleh:
a. Aspek Kualitas Berita
Karena sifat newsticker sebagai berita terkini dan tujuan Redaksi yang
ingin menghadirkan berita mutakhir (ter-update), agaknya aspek kualitas berita
menjadi pas-pasan, bahkan cenderung asal ada.
Terutama mengenai keakuratan dan kemurnian fakta, karena beberapa
hal. Antara lain: terbatasnya peliput/wartawan yang bertugas di lapangan dan nara
sumber, kesempatan check & recheck yang dibatasi waktu tayang dan kondisi
medan yang berat, dan bercampurnya pendapat peliput/wartawan –juga penulis—
dengan fakta yang terjadi.
Umumnya pengelolaan newsticker bencana Merapi ini, hanya mengejar
terpenuhinya unsur-unsur Pedoman Penulisan yang dibuat oleh Manajer Divisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
Misalnya aktual, time concern dan baru, sebagai bagian aspek kualitas berita,
dapat diakui masyarakat –dalam posisinya sebagai pembaca (konsumen)
newsticker-- terdapat hampir pada keseluruhan newsticker yang dianalisis.
Sedangkan untuk unsur memiliki kedekatan dan menyangkut kepentingan
umum nyaris secara otomatis terpenuhi, karena sifat pemberitaan bencana. Tetapi
tidak demikian halnya dengan unsur pertama kali, prestisius, menyangkut tokoh,
unik, relevan, mengandung misi dan bermanfaat, hasil penelitian menunjukkan
kadang masih ada yang belum dipenuhi dalam setiap tayangan newsticker bencana
Merapi Yogyakarta ini.
Sebagaimana diungkap John Fiske, meskipun berita televisi umumnya
dianggap sebagai metode paling objektif (tanpa perantara penyampaian informasi,
seperti pemrograman lain), tetapi ia memiliki agenda, gaya bahasa, persyaratan
dan tujuan sendiri. “Memberikan definisi dasar dari berita sebagai informasi
faktual yang pemirsa butuhkan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat kita,
hanyalah setengah cerita,” tulis Fiske, yang dikutip penyusun dalam bab VII.
b. Perubahan Realitas
Sebagian besar isi berita dari keseluruhan newsticker tvOne termasuk
aktual dari sisi perubahan realitas, terlebih pada berita bencana Merapi yang
nyaris setiap saat terjadi perubahan realitas yang mendadak. Karenanya hampir
sebagian besar masyarakat Yogyakarta mengandalkan berita dari newsticker untuk
mengetahui kondisi terkini.
Baik mengenai peristiwa alam yang terjadi, atau peringatan, dan
tindakan untuk korban bencana, warga yang terdampak dan masyarakat luas,
maupun penanganan dan bantuan dari pihak-pihak terkait, semuanya dimuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
dalam isi teks newsticker yang memang ditujukan sebagai berita terkini dan
aktual untuk penggambaran perubahan realitas.
Meski demikian, keunggulan newsticker –khususnya di tvOne—sempat
ternodai oleh keterlambatan pergantian tayang dan membuat panik masyarakat
dalam mengantisipasi dampak perubahan realitas yang terjadi. Dalam hal ini,
penyusun melihat penyebab akibat kurangnya kesigapan peliput maupun Redaksi
dalam check & recheck dan konfirmasi ke nara sumber untuk keakuratan berita.
Inilah sisi negatif penempatan aktualitas sebagai ujung tombak kehandalan
newsticker.
c. Faktor-faktor Sosial Budaya
Dari analisis faktor-faktor sosial budaya, ternyata hanya sedikit sekali
pembuatan newsticker yang dipengaruhi. Antara lain pada informasi yang memuat
pernyataan Sultan Hamengku Buwono X selaku Raja sekaligus Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Mbah Maridjan sebagai Juru Kunci Gunung Merapi,
yang keduanya merupakan tokoh panutan masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
Kearifan lokal, sebagai salah satu faktor sosial budaya, yang ingin dicapai melalui
tayangan newsticker ini, ditujukan agar dapat menyadarkan para warga akan
bahaya yang mengancam.
Pada sebagian besar newsticker tidak didapati gambaran faktor-faktor
sosial budaya, namun berita-berita tentang tewasnya warga akibat erupsi Merapi
tentu memengaruhi jiwa massa sebagai salah satu faktor sosial. Sehingga
masyarakat makin dicekam kekhawatiran dan kepanikan, terhadap terjadinya
letusan Merapi dengan berbagai dampaknya.
Meskipun demikian newsticker tetap dapat efektif dan aktual kendati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
terdapat pengaruh budaya Jawa semisal ‘alon-alon asal kelakon’, yang
apabila konteksnya adalah waspada, tidak ‘grusa-grusu’, dan ‘kesusu/kemrusung’
terkait bencana, sehingga keselamatan manusia lebih diutamakan. Terlebih juga,
hal ini dikarenakan sifat newsticker yang sangat aktual dan kebutuhan informasi
yang segera.
2. Konstruksi Berita Bencana Alam pada Dimensi Praktik Diskursus
(Wacana)
a. Level Produsen
Sebagaimana yang diinginkan Redaksi tvOne dalam kebijakannya,
newsticker tentang bencana Merapi Yogyakarta ini dapat aktual dipandang dari
aspek kualitas berita dan perubahan realitas, karena ditayangkan hanya beberapa
saat setelah terjadinya berbagai dampak bencana.
Selain sebagai upaya pencapaian kriteria tvOne sebagai Televisi Berita,
newsticker juga digunakan untuk mengakomodir perlunya informasi yang mampu
mengonstruksi cepatnya perubahan realitas menyangkut penderitaan banyak orang
dalam waktu lama. Hal ini mestinya kian menguatkan konstruksi realitas yang
dibangun media (baca: tvOne) dalam tayangan berita (khususnya newsticker),
sebagai salah satu fungsi sosial media.
Tetapi di sisi lain, justru karena berita harus aktual, proses dan makna
realitas sosial sebagaimana adanya menurut penyusun menjadi relatif. Sebab hasil
analisis penelitian menunjukkan, penggambaran isi berupa garis besarnya
menjadikan newsticker belum cukup menjelaskan situasi.
Untuk itulah dalam memproduksi dan menyiarkan tayangan, tvOne
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
juga berusaha mengakomodir kepentingan semua segmen pasarnya. Termasuk
soal peran masyarakat dalam pembuatan newsticker, terutama untuk memberi
masukan bahan berita.
Redaksi tvOne tetap berusaha memanfaatkan kearifan lokal, dalam
mempertimbangkan pemroduksian newsticker sebagai bagian dari faktor-faktor
sosial budaya. Hal ini terbukti ampuh digunakan dalam pemberitaan sebagai
upaya memengaruhi masyarakat setempat saat mengonstruksi realitas.
b. Level Konsumen
Ketika semua responden penelitian memberikan pendapatnya yang
nyaris serupa, agar masyarakat mengetahui sebanyak-banyaknya informasi yang
selalu di-update setiap waktu, penyusun sempat terkejut karena ternyata
keberadaan newsticker telah demikian memasyarakat. Terlebih dengan
pemahaman mereka yang ilmiah.
Bencana Merapi yang melahirkan perubahan realitas yang begitu cepat,
menyebabkan masyarakat memerlukan informasi yang dapat di-update untuk
mengonstruksi realitas tersebut. Meski sebagian besar responden mengakui
perubahan realitas sosial seharusnya sangat memengaruhi pertimbangan
pembuatan newsticker, tetapi sebagian yang lain menyatakan sebagai pemirsa
belum merasakan adanya pengaruh tersebut terhadap newsticker tvOne.
Keterlambatan penggantian newsticker pada perubahan zona bahaya
yang sempat membuat panik masyarakat dan menimbulkan gelombang
pengungsian swadaya, adalah contoh kesalahan yang dilakukan redaksi tvOne
akibat semata mengutamakan kecepatan informasi, bukan kejelasan isi berita yang
mendalam. Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan kesalahan masyarakat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
begitu cepat mengambil keputusan, tanpa menunggu kejelasan pada berita utama
yang lebih lengkap.
3. Konstruksi Berita Bencana Alam pada Dimensi (Level) Praktik Sosio-Kultural
Kebijakan Redaksional tvOne untuk menggunakan newsticker sebagai
media informasi terkini, dari sudut pandang praktik sosio-kultural --berdasarkan
pandangan para ahli yang diwawancarai— bukanlah sebuah pilihan. Tetapi
menjadi keharusan sebagai bagian dari pertanggungjawaban media terhadap
masyarakat, lantaran informasi memang perlu segera diketahui masyarakat.
Namun newsticker tidak dapat dijadikan sebagai strategi komunikasi
media, hanyalah ‘jualan’ untuk menarik perhatian pemirsa karena adanya
kompetitor televisi berita lain. Akibat kandungan isi berita tidak mendalam,
sekadar memenuhi aktualitas yang menjadi basis utama televisi berita.
Pernyataan Redaksi tentang aktual dan perubahan realitas yang tetap
menjadi pertimbangan penulisan, terbantahkan karena keterbatasan karakter pada
newsticker membuat penggambaran realitas pada jawaban pertanyaan mengapa
dan bagaimana tidak cukup menjelaskan. Sehingga sering pemirsa menangkap
pengonstruksian realitas media berdasarkan opini wartawan/penulis isi newsticker,
bukan sesuai fakta sebagaimana adanya.
Tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap televisi,
membuktikan kebutuhan masyarakat pada berita televisi juga masih besar.
Karena terbatasnya waktu, kebutuhan berita yang aktual diperoleh melalui
newsticker cukup memuaskan keingintahuan mereka. Terlebih saat bencana
Merapi Yogyakarta, masyarakat terdampak bencana membutuhkan informasi
mutakhir segera untuk memandu mereka bertindak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
203
Menurut para pakar, perkembangannya sangat masif. Juga karena dekat
dengan Yogya, sehingga kepedulian masyarakat semakin nyata. Namun mestinya
newsticker juga memberikan gambaran lengkap sekitar Merapi, karena selama ini
bantuan terfokus Yogya. Padahal Boyolali juga butuh, tetapi kurang diperhatikan.
Konstruksi realitas media yang digambarkan newsticker akan dapat lebih
efektif, bukan disebabkan penayangan terus menerus, melainkan dari banyaknya
bahan berita yang tersedia hasil liputan reporter langsung di tempat kejadian.
Laporan pandangan mata hasil observasi reporter (live report) di berbagai titik
seputar wilayah kejadian akan melengkapi penggambaran konstruksi realitas.
Bukan sekadar hasil wawancara nara sumber, yang dapat menambah kredibilitas
media dalam melakukan konstruksi realitas.
Secara sosiologis, media punya peran sosial sebagai mediator yang harus
dikembangkan. Televisi perlu mengembangkan mekanisme, agar pemirsa dapat
interaktif mencarikan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Kebutuhan
masyarakat juga perlu dipertimbangkan media, terutama untuk kepentingan media
sendiri sebagai pengonstruksi realitas. Hal ini perlu disadari oleh media.
B. Implikasi
Sesuai judul “Konstruksi Realitas Media Dalam Pemberitaan Bencana
Alam di Newsticker Televisi Berita (Studi Analisis Wacana Kritis Bencana
Gunung Merapi Yogyakarta pada Newsticker di tvOne)” Tesis ini mempunyai
implikasi terhadap teori Konstruksi Realitas Sosial yang dibangun Media.
Secara teoritis, konstruksi sosial adalah cara bagaimana realitas baru
dapat dikonstruksi oleh media melalui isi tayangan newsticker dan dapat diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
pemirsa televisi sebagai wujud realitas media yang lebih komprehensif dari
realitas sosial yang dialami. Dalam pandangan Konstruksi Sosial menurut Berger
dan Luckmann (1966, 1990) mengatakan terciptanya konstruksi sosial melalui
tiga momen dialektis, yakni eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.162
Eksternalisasi sebagai bagian dari penyesuaian pemahaman pemirsa
dengan kondisi realitas sosial yang sebenarnya, sedangkan obyektivasi sebagai
interaksi sosial dalam dunia intersubyekstif yang memengaruhi pemahaman
masing-masing pemirsa terhadap isi newsticker, serta internalisasi sebagai upaya
individu mengidentifikasikan pemahamannya atas isi newsticker sesuai maksud
Tim Penanggulangan Bencana maupun lembaga–lembaga sosial di sekitarnya.
Bertolak dari paradigma komunikasi (Hidayat, 1999: 34)163, kajian ini
memperkuat constructivism paradigm di mana realitas sosial bisa dilihat sebagai
hasil konstruksi sosial, di mana kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif.
Dalam penjelasan ontologis, realitas sosial yang dikonstruksi berlaku sesuai
konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.
Dari keseluruhan reaksi warga terdampak bencana Merapi atas isi
tayangan newsticker, kasus terjadinya kepanikan dalam gelombang pengungsian
swadaya akibat keterlambatan tayangnya newsticker tentang perubahan zona
aman merupakan contoh paling nyata dari paradigma konstruktivis. Realitas
kepanikan pengungsian merupakan hasil konstruksi isi newsticker yang salah,
sehingga kebenaran realitas sosial tersebut sungguh bersikap relatif meski dinilai
relevan oleh warga terdampak bencana tersebut sebagai pelaku sosial.
Sedangkan dalam konteks epistemologi, pemahaman tentang suatu
162 Bungin, H.M. Burhan. Op.Cit. hal. vi 163 Ibid. hal.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
realitas merupakan produk interaksi antara peneliti dengan obyek yang diteliti.
Dalam konteks aksiologi, peneliti sebagai passionate participation, fasilitator
yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial. Sedangkan tujuan
penelitian ialah rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan
pelaku sosial yang diteliti.
Dimensi teks newsticker tentang wacana pemberitaan bencana alam –
khususnya bencana gunung Merapi Yogyakarta— sebagai obyek yang diteliti
memberikan pemahaman kepada peneliti tentang hasil konstruksikan realitas yang
terjadi, sesuai asumsi dasar hubungan antara struktur mikro (teks) dan struktur
makro (hubungan sosial dan masyarakat) yang bersifat dialektis dalam tujuan
penelitian ini.
Dalam konteks aksiologi peneliti –yang menjembatani keragaman
pemahaman subyektivitas warga terdampak bencana selaku pelaku sosial—
mendapatkan makna realitas sosial menjadi relatif. Karena menurut separuh
responden hanya menggambarkan garis besar realitas, sehingga belum cukup
menjelaskan situasi. Bahkan sebagian responden menyatakan, sama sekali belum
menggambarkan realitas sosial yang sebenarnya.
Konstruksi Realitas Sosial adalah premis yang sangat dasar untuk
mengetahui cara dan alasan individu memandang dunia dengan cara tertentu dan
mengetahui pula peran media dalam membentuk pandangan. Dari hasil
wawancara penyusun dengan responden warga terdampak bencana gunung
Merapi, terbukti mereka masih sangat besar tingkat kepercayaannya terhadap
newsticker, lantaran dianggap berita televisi tersebut aktual dan cukup berhasil
membangun gambaran realitas sebagaimana yang terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
206
Seperti yang telah diuraikan dalam Bab Pembahasan (Bab IV, V, VI dan
VII) dan poin Kesimpulan di atas –meski terdapat beberapa kekurangan peran
newsticker dalam membangun konstruksi sosial di media, menurut beberapa
responden maupun pengamat— namun secara umum tetap dianggap aktual karena
menggambarkan perubahan realitas beberapa saat setelah terjadinya bencana.
Kekurangan yang terdapat pun lebih disebabkan karena terbatasnya jumlah
karakter newsticker, sehingga belum menggambarkan realitas sosial yang
sebenarnya dengan utuh melalui jawaban mengapa dan bagaimana.
Konsep Konstruksi Realitas Sosial merupakan dampak sasaran yang
mungkin paling dramatis dan mendasar dari media massa. Hal ini dapat kita lihat
pada contoh kasus akibat terjadinya keterlambatan tayangnya pergantian zona
bahaya, menampilkan dampak yang dramatis dari pengaruh media massa.
Kepanikan dan kerepotan masyarakat yang melakukan pengungsian swadaya
secara mandiri saat itu sungguh tak terbayangkan Redaksi, mengingat
keterlambatan newsticker tersebut hanya beberapa saat dan telah dikoreksi.164
Konsep Konstruksi Realitas Sosial juga bermanfaat untuk mengandaikan
individu, yang tidak dapat membedakan antara kejadian-kejadian nyata dan
dimediasi, tentu menunjukkan pandangan kuat peran media. Seperti yang terlihat
saat Redaksi mewawancarai Sultan dan Mbah Maridjan untuk mendorong warga
mau mengungsi, newsticker yang ditampilkan adalah hasil mediasi dalam kearifan
lokal demi menyelamatkan warga terdampak bencana tersebut.
Dengan demikian, implikasi penelitian ini terhadap teori Konstruksi
Realitas Sosial oleh Media adalah membuktikan betapa isi tayangan newsticker
164 Shapiro & Lang A. Log. Cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
yang sederhana sebagai hasil Karya Jurnalistik terbukti telah mampu ikut berperan
dalam Konstruksi Realitas Media, sesuai judul dan tujuan penelitian yang
diharapkan peneliti (penyusun tesis).
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penyusun menyarankan beberapa
hal di bawah ini demi terwujudnya penggambaran konstruksi realitas media yang
lebih baik melalui newsticker di tvOne.
1. Bagi Redaksi tvOne
a. Untuk aspek kualitas berita, yang paling penting adalah akurat. Check
dan recheck atas tiap masalah yang akan ditayangkan newsticker pada
beberapa nara sumber masih sangat diperlukan sebenar-benarnya dalam
proses pengelolaannya. Tidak cukup bila hanya mendasarkan pada
keterangan penyampai informasi ataupun konfirmasi wartawan di
lapangan, tetapi harus ditunjang pendapat beberapa nara sumber yang
relevan atas masalah tersebut.
b. Untuk penggambaran perubahan realitas, yang paling penting adalah
memastikan terlebih dahulu kebenaran perubahan realitas yang terjadi
sebelum newsticker ditayangkan. Sebab bila ternyata perubahan realitas
tersebut relatif, semu dan kontemporer, dampaknya akan membingungkan
masyarakat. Juga masuknya opini wartawan/penulis pada penggunaan kata
di dalam penulisan newsticker, malah cenderung bombastis dan bersayap,
sehingga akan mengaburkan pemahaman makna dari fakta yang
ditampilkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
c. Untuk faktor-faktor sosial budaya agar diperhatikan –terutama masukan
masyarakat (bukan hanya mereka yang berwenang)— atas suatu masalah
yang akan ditayangkan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
pembohongan publik yang sering ditemukan pada pernyataan atau fakta
pendapat, juga karena masyarakatlah yang menjadi obyek sekaligus tujuan
tayangan berita. Selain itu, latar belakang sosial budaya dari realitas yang
akan dikonstruksikan melalui newsticker perlu diperhatikan, supaya
maksud pemaknaan berita tidak menjadi ambigu ataupun terjadi salah
pengertian.
d. Meski terdapat keterbatasan karakter pada penulisan newsticker,
tetapi diupayakan adanya penggambaran realitas yang utuh melalui
penjelasan mengapa dan bagaimana dengan penggunaan bahasa Indonesia
Jurnalistik yang mengutamakan singkat, padat sederhana, lancar, lugas dan
menarik. Hal ini dapat disiasati dengan pemuatan newsticker yang
berkelanjutan.
e. Penggolongan tema berita agar lebih dipersemnpit, tidak seperti sekarang
yang cenderung menjadi rancu karena terlalu luas dan tumpang tindih.
Misalnya, pada golongan Sosial dan Sosial Daerah. Semestinya tidak
menggabungkan dua pokok masalah dalam kriteria penggolongan, karena
variasinya menjadi banyak dan membuat rancu.
f. Pemutakhiran newsticker atas suatu masalah yang terus berlangsung tetap
diperlukan, terutama yang menyangkut kepentingan masyarakat umum,
karena akan memberikan kejelasan dan kepastian berita sesuai perubahan
realitas yang terjadi. Karena perubahan realitas yang begitu cepat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
209
menyebabkan perlu informasi yang dapat di-update untuk
mengonstruksi realitas tersebut.
g. Sebaiknya newsticker mengutamakan hasil laporan pandangan mata
observasi reporter (live report) pada berbagai titik seputar wilayah
kejadian, yang akan saling melengkapi penggambaran konstruksi realitas,
bukan sekadar hasil wawancara nara sumber. Konstruksi realitas media
yang digambarkan newsticker akan dapat lebih efektif, terutama dari
banyaknya bahan berita yang tersedia hasil liputan reporter langsung di
tempat kejadian.
h. Kesalahan-kesalajhan yang terjadi selama ini dalam pengelolaan
newsticker, terutama dalam proses input seperti penulisan data, perlu
diminimalisir untuk menjaga akurasi dan kredibilitasnya. Hal ini menjadi
penting bagi keberadaan newsticker, supaya sesuai dengan visi dan misi
tvOne yang ingin mengubah mindset dan habitually masyarakat demi
terpilihnya tvOne sebagai sumber berita utama mereka.
2. Bagi Masyarakat Umum
a. Meski cenderung pas-pasan –bahkan cenderung asal ada— faktor
aktualitas yang ingin dihadirkan dalam newsticker tvOne tentang bencana
Merapi Yogyakarta terkendala faktor akurasi dan faktual. Karena itu, agar
masyarakat tidak serta merta menpercayai dan langsung mengambil
keputusan maupun menjadikannya sebagai panduan tindakan. Lebih baik
menunggu berita utama, atau mengkonfirmasikannya kepada Tim
Penanggulangan Bencana maupun pihak berwenang, sebelum masyarakat
melakukan tindakan antisipasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
210
b. Karena hanya sedikit sekali . –bahkan sebagian besar tidak— pada
pembuatan newsticker yang dipengaruhi oleh kebijakan lokal –yang
termasuk sebagai bagian dari faktor-faktor sosial budaya-- ada baiknya
bila masyarakat dapat berperan lebih aktif dalam memberikan maupun
mengkonfirmasi informasi penting yang diketahuinya. Terutama untuk
informasi tentang bencana, agar lebih sesuai dengan perubahan realitas
yang terjadi dan tepat menggambarkan situasi untuk masyarakat setempat
yang terkena dampak bencana.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Sejak awal melakukan penelitian ini, penyusun mendasari keberminatan
terhadap keberadaan newsticker, dikarenakan belum adanya teori yang mendasari
newsticker sebagai sebuah bentuk karya Jurnalistik sebagaimana berita, features,
tajuk rencana dan sebagainya.
Setelah menyusun tesis ini --yang menggambarkan konstruksi realitas
berita bencana oleh newsticker tvOne— penyusun kian meyakini bahwasanya
informasi di dalam newsticker sedemikian bermanfaat bagi masyarakat dan telah
dipahami sebagai salah satu bentuk berita yang dinantikan kehadirannya, bahkan
dijadikan sebagai panduan tindakan untuk mengantisipasi situasi yang terjadi.
Dalam benak penyusun, alangkah lebih dipercayai informasi yang
ditayangkan apabila newsticker telah diakui sebagai salah satu bentuk berita
dalam Karya Jurnalistik. Tidak seperti sekarang, yang terkesan lebih berupa
informasi kutipan tanpa ketentuan baku sebagaimana teori tentang berita.
Sebab dengan dasar teori yang jelas, pengelolaan newsticker bukan lagi
asal ada,. Tetapi harus mengacu pada kaidah penyusunan berita, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
211
mengutamakan faktual, memperhatikan akurasi isi, kelengkapan unsur berita,
keseimbangan berita, kredibilitas nara sumber, check and recheck, dan memenuhi
nilai-nilai berita.
Untuk itu –dalam kesempatan mendatang— perlu adanya penelitian
lanjutan hingga dapat menyusun teori tentang newsticker sebagai salah satu
bentuik berita dalam Karya Jurnalistik, yang dapat diakui dan dimasukkan dalam
teori Jurnalistik maupun teori Komunikasi. ©