konsep redesain stasiun tawang semarang

7
KONSEP 1. TOD (Manajemen Lalu Lintas) Transit oriented development atau disingkat menjadi TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT, Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda. Dengan demikian perjalanan/trip akan didominasi dengan menggunakan angkutan umum yang terhubungkan langsung dengan tujuan perjalanan. Tempat perhentian angkutan umum mempunyai kepadatan yang relatif tinggi dan biasanya dilengkapi dengan fasilitas parkir, khususnya parkir sepeda. Sebagai respon dari permasalahan: Banyaknya angkutan umum dan taksi yang mengetem sembarangan di luar St. Tawang 2. Penanganan ROB Penumpang kereta api dapat menuju ke destinasi masing-masing menggunakan berbagai jenis alat transportasi dalam kota. Tanpa harus transit ke luar

Upload: lolita-maharani

Post on 08-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

arsitektur stasiun

TRANSCRIPT

Page 1: konsep redesain stasiun tawang semarang

KONSEP1. TOD (Manajemen Lalu Lintas)

Transit oriented development atau disingkat menjadi TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT, Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda. Dengan demikian perjalanan/trip akan didominasi dengan menggunakan angkutan umum yang terhubungkan langsung dengan tujuan perjalanan. Tempat perhentian angkutan umum mempunyai kepadatan yang relatif tinggi dan biasanya dilengkapi dengan fasilitas parkir, khususnya parkir sepeda.

Sebagai respon dari permasalahan: Banyaknya angkutan umum dan taksi yang mengetem sembarangan di luar St. Tawang

2. Penanganan ROBa. Jalur kereta dinaikan

Stasiun Kereta Api (Luar Kota)

Bus Taksi Ojek Angkutan Umum Kota Pedestrian dll

Penumpang kereta api dapat menuju ke destinasi masing-masing menggunakan berbagai jenis alat transportasi dalam kota. Tanpa harus transit ke luar kawasan St.Tawang

Page 2: konsep redesain stasiun tawang semarang

b. Penambahan pompa

c. Konstruksi sumur resapan air

d. Upaya struktural pembenahan drainase (normalisasi saluran dan pembenahan polder tawang)

Polder Tawang yang dibangun dengan menggunakan dana 7 miliyar ini belum dapat berfungsi secara optimal. Apabila terjadi hujan yang deras, pompa-pompa yang ada di sana seringkali tidak bisa mengatasi genangan yang timbul. Hal ini memang tidak bisa terlepas dari faktor

Page 3: konsep redesain stasiun tawang semarang

pompa yang jumlahnya tidak sebanding dengan kebutuhan ideal yang direncanakan, juga dikarenakan oleh adanya air yang masuk ke Polder Tawang tersebut juga berasal dari daerah lain, seperti dari Jalan Pengapon dan Ronggowarsito. Padahal, pada awalnya kolam polder dibuat hanya untuk menampung buangan air dari Kota Lama dan sekitarnya.

Secara lebih jelas, pembangunan Polder Tawang membawa konsekuensi terhadap pengeluaran dana pemerintah yang sangat besar, dan membutuhkan waktu yang lama di dalam pembebasan lahan, pembangunan fisik maupun untuk pengadaan dan perawatan mesin-mesin dan peralatan. Adapun komponen sistem polder ini terdiri dari tanggul, pintu air, saluran, kolektor, pompa air dan kolam retensi.

Usaha yang dilakukan oleh pemerintah dengan membangun polder dan pompa-pompa air sudah selayaknya dihargai, walaupun kita melihat bahwa solusi tersebut masih bersifat parsial, lokal, dan berjangka pendek. Jadi, pada intinya, apabila sumber masalahnya tidak segera diantisipasi, dalam jangka panjang, polder dan pompa tidak akan mampu mengatasi gelombang rob yang semakin besar.

Meskipun demikian, setidaknya keberadaan Polder Tawang mampu mengurangi tinggi dan luas genangan rob. Polder tersebut dapat menampung 39000 m2 air. Usaha-usaha seperti itu, dapat mengurangi ketinggian, jangka waktu, dan luas genangan air.

Pengelolaan sistem polder ini memerlukan penanganan yang cukup sulit, terutama di dalam menjaga kebersihan dan pemanfaatan kolam retensi sebaik-baiknya. Selain dari limbah yang berasal dari rumah tangga, air dari polder tersebut juga dapat pula berasal dari limbah pabrik, sehingga dikhawatirkan limbah tersebut akan menimbulkan pencemaran air dan menimbulkan bau busuk di sekitar kolam retensi.

Sistem polder dapat dioptimalkan dengan adanya pemasangan tanggul pengaman untuk kawasan rendah dan mengembangkan drainase di perkotaan, guna mengurangi kawasan banjir akibat genangan air. Polder Tawang tentu tidak dapat mengatasi banjir dan rob sendirian. Bahkan, pompa-pompa air di Polder Tawang tidaklah mencukupi, sehingga sangat perlu diadakan normalisasi saluran dan penambahan kapasitas pompa pada sejumlah lokasi yang rawan banjir dan rob.

e. Upaya Non structural pembenahan drainase (Penambahan pohon, Penambahan tong sampah, Poster edukatif dengan tema menjaga lingkungan, Paving/Grass block sebagai penutup tanah)

Selain upaya struktural, upaya non-struktural juga sangat penting di dalam mengembangkan pendidikan bagi masyarakat luas. Misalnya, adanya pembangunan kesadaran masyarakat untuk lebih memiliki kepedulian lingkungan terhadap fungsi drainase.

Berkurangnya kemampuan sungai dan kanal selama ini, disebabkan oleh pembuangan sampah seperti plastik, kardus, dan sampah padat lain. Berbagai sampah ini tentu akan

Page 4: konsep redesain stasiun tawang semarang

menghalangi aliran air, baik dari air hujan maupun air laut karena pasang yang mengalami kenaikan.

Selain itu, rob justru menjadi semakin parah karena respons masyarakat dan pemilik bangunan yang terkena rob tersebut bersifat individual. Rumah, toko, kantor, industri berlomba-lomba meninggikan daerahnya. Hal ini menjadikan daerah yang tidak ditinggikan akan kebanjiran.

Upaya lainnya adalah dengan memperbanyak penanaman pohon. Pemerintah juga diharapkan menggunakan grass-block dan pemasanganpaving-block yang menyebabkan air dapat meresap ke dalam tanah, dan tidak mengalami runoff. Adanya daerah resapan yang tidak terlalu luas, tetapi jumlahnya banyak dan tersebar di seluruh penjuru kota, akan memberikan konstribusi yang efektif dalam meresapkan air. Setidaknya, usaha-usaha tersebut dapat meminimalkan kerugian akibat banjir.

f. Hutan bakau sebagai barier

3. Upaya konservasi dan pelestarian citra heritage St. Tawang….

4. Upaya preservasi terhadap kawasan pemukiman di sekeliling St. Tawang…

Page 5: konsep redesain stasiun tawang semarang

Elemen Perancangan Kota

Shirvani (1985) dalam bukunya yang berjudul The Urban Design Process mengemukakan elemen perancangan kota yang terdiri

dari :

1. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan (land use) merupakan cerminan hubungan dan keterkaitan antara sirkulasi dan kepadatan aktivitas dalam

sebuah kawasan. Setiap kawasan memiliki karakteristik penggunaan lahan yang berbeda, sesuai dengan daya tampungnya,

kemudahan pencapaian, parkir, sistem transportasi dan kebutuhan penggunaan lahan individual. Perencanaan guna lahan selalu

mengacu kepada kebijaksanaan pemerintah dan menjadi pedoman dalam pengembangan fungsi kawasan tertentu.

2. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)

Bentuk dan massa bangunan menunjukkan ciri kawasan yang mencakup ketinggian, rasio luas lantai (FAR), coverage, street-line

setback, skala, bahan, tekstur, warna yang kesemuanya harus memperhatikan kesesuaian dengan lingkungan sekitar.

3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)

Sirkulasi dan parkir merupakan sistem pergerakan dan elemen utama yang  memberi bentuk lingkungan kota. Karena sistem

pergerakan ini dapat membentuk arah dan mengendalikan pola aktivitas kota melalui sistem jaringan jalan, jalur pejalan kaki dan

sistem perhentian/transit yang menghubungkan dan memusatkan pergerakan.

4. Ruang Terbuka (Open Space)

Perencanaan ruang terbuka merupakan elemen penting yang harus dilakukan secara integral dengan perencanaan bangunan dan

saling menunjang. Open space ini dapat berupa taman dan lapangan, jalur hijau kota dan semua elemen penyusunnya.

5. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)

Jalur pejalan kaki, terutama di kawasan pusat kota sangat penting selain untuk mendukung kelangsungan aktivitas kawasan, juga

menunjang keindahan. Jalur pejalan kaki harus mendukung interaksi antar elemen perancangan kota yang lain, berhubungan erat

dengan lingkungan terbangun dan pola aktivitas yang ada serta sesuai dengan perubahan fisik kota.

6. Aktivitas Penunjang (Activity Support)

Penunjang kegiatan terdiri dari semua kegiatan yang memperkuat penggunaan ruang publik. Penunjang kegiatan tidak hanya

berupa jalur pedestrian atau plaza tetapi fungsi-fungsi yang dapat menumbuhkan aktivitas lain, sehingga kawasan tersebut hidup

setiap waktu dan menunjang terciptanya interaksi pengguna kawasan.

7. Tanda-tanda (Signase)

Penandaan berguna untuk menunjukkan arah dan fungsi bangunan serta kawasan tertentu. Penandaan tidak hanya dilakukan

melalui pemberian papan nama dan arah panah, tetapi juga dapat dilakukan melalui pembedaan bentuk atau ciri visual lain.

8. Konservasi (Preservation)

Upaya pelestarian harus melindungi kelestarian lingkungan yang telah ada dan ruang-ruang kawasan yang sudah terbentuk seperti

bangunan bersejarah. Preservasi juga dilakukan terhadap aktivitas yang sudah berlangsung dengan memperhatikan aspek sejarah

kawasan selama aktivitas tersebut masih dianggap sesuai.

9. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)

Jalur pejalan kaki, terutama di kawasan pusat kota sangat penting selain untuk mendukung kelangsungan aktivitas kawasan, juga

menunjang keindahan. Jalur pejalan kaki harus mendukung interaksi antar elemen perancangan kota yang lain, berhubungan erat

dengan lingkungan terbangun dan pola aktivitas yang ada serta sesuai dengan perubahan fisik kota.

Halaman ini diprint tapi jangan disatuin sama halaman lain yang buat ditunjukin ke mbak arnis buat asis. Jaga-jaga aja, kalo ntar ditanyain masalah ini ke.