konsep puskesmas
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP PUSKESMAS, ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS, USAHA
KESEHATAN SEKOLAH (UKS), KESEHATAN KERJA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARBARU
Tanggal 15 Oktober s/d 30 November 2012
Oleh :
DEWI IRIANTI
NIM I1B108209
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2012
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP PUSKESMAS, ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS, USAHA
KESEHATAN SEKOLAH (UKS), KESEHATAN KERJA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARBARU
Tanggal 15 Oktober s/d 30 November 2012
Oleh :
DEWI IRIANTI
NIM I1B108209
Banjarmasin, 15 Oktober 2012
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
Herawatai , S.Kep,Ners, M.Kep Hadarani , S.Kep, Ners.
KONSEP PUSKESMAS
A. PENGERTIAN PUSKESMAS
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja (DepKes RI 2004). UPT tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis
Dinas Kesehatan. Pembangunan Kesehatan maksudnya adalah penyelenggara upaya
kesehatan. Pertanggung jawaban secara keseluruhan ada diDinkes dan sebagian ada di
Puskesmas. Wilayah Kerja dapat berdasarkan kecamatan, penduduk, atau daerah
terpencil.
B. VISI DAN MISI PUSKESMAS
1. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Indikator kecamatan
sehat adalah:
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan
2. Misi Puskesmas
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya
C. FUNGSI PUSKESMAS
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
4. Pelayanan Kesehatan Perorangan
5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
D. KEDUDUKAN PUSKESMAS
1. Sistem Kesehatan Nasional sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama
yang bertanggungjawab menyelenggarakan UKP dan UKM di wilayah kerjanya.
2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai UPT Dinas Kesehatan yang
bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
Kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
3. Sistem Pemerintahan Daerah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama sebagai mitra dan sebagai
pembina upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat seperti
Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK.
E. STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS
1. Kepala Puskesmas
2. Unit Tata Usaha :
a. Data dan Informasi
b. Perencanaan dan Penilaian
c. Keuangan, Umum dan Kepegawaian
3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas :
a. UKM / UKBM
b. UKP
4. Jaringan pelayanan Puskesmas :
a. Unit Puskesmas Pembantu
b. Unit Puskesmas Keliling
c. Unit Bidan di Desa/Komunitas
F. TATA KERJA PUSKESMAS
1. Kantor Camat → koordinasi
2. Dinkes → UPT → bertanggung jawab ke Dinkes
3. Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama → sebagi mitra
4. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat → sebagai pembina
5. Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan →kerjasama
6. Lintas sektor → koordinasi
7. Masyarakat → perlu dukungan/partisipasi →BPP (Badan Penyantun Puskesmas)
G. BADAN PENYANTUN PUSKESMAS (BPS)
BPS adalah Suatu organisasi yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakat peduli
kesehatan yang berperan sebagai mitra kerja Puskesmas dalam menyelenggarakan
upaya pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Fungsi BPS adalah :
1. Melayani pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan pembangunan kesehatan oleh
Puskesmas (to serve)
2. Memperjuangkan kepentingan kesehatan dan keberhasilan pembangunan kesehatan
oleh Puskesmas (to advocate)
3. Melaksanaan tinjauan kritis dan memberikan masukan tentang kinerja Puskesmas
(to watch)
H. UPAYA KESEHATAN PUSKESMAS
I. Upaya Kesehatan Wajib (UKW)
UKW adalah upaya berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta
punya daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta wajib
diselenggarakan puskesmas di wilayah Indonesia.
Upaya Kesehatan Wajib adalah :
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan (UKP)
UKP adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya
Kesehatan Pengembangan adalah :
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
J. AZAS PENYELENGGARAAN
1. Azas Pertanggungjawaban Wilayah, bertanggung jawab meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya
2. Azas Pemberdayaan Masyarakat, Puskesmas wajib memberdayakan perorangan,
keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas
3. Azas Keterpaduan
a. Azas keterpaduan lintas program → MTBS, UKS, PUSLING, POSYANDU
b. Azas Keterpaduan Lintas Sektor → UKS, GSI, UKK
4. Azas Rujukan
a. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan → kasus, spesimen, ilmu pengetahuan
b. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat → sarana dan logistik, tenaga,
operasional
K. MANAJEMEN PUSKESMAS
1. P1: Perencanaan
a. Rencana Usulan Kegiatan
b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
2. P2: Pelaksanaan dan Pengendalian
a. Pengorganisasian
b. Penyelenggaraan
c. Pemantauan
3. P3: Pengawasan dan Pertanggungjawaban
4. Pengawasan internal dan eksternal
5. Pertanggungjawaban
ASKEP KOMUNITAS
A. PENGERTIAN
Perkesmas merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat,
dan ilmu sosial (WHO, 1959). Proses Keperawatan adalah serangkaian
perbuatan/tindakan untuk menetapkan, merencanakan, dan melaksanakan pelayanan
keperawatan dalam rangka membantu klien dalam mencapai dan memelihara
kesehatannya seoptimal mungkin. Proses Keperawatan Komunitas adalah mencakup
individu, keluarga dan kelompok khusus yg memerlukan pelayanan askep.
B. TUJUAN ASKEP KOMUNITAS
Tujuan asuhan keperawatan komunitas adalah agar diperoleh hasil asuhan
keperawatan komunitas yang bermutu, efektif dan efisien, serta sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Selain itu juga dapat meningkatkan satus kesehatan masyarakat.
C. FUNGSI ASKEP KOMUNITAS
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yg sistematis serta ilmiah dalam
memecahkan masalah klien melalui askep komunitas.
2. Masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.
3. Asuhan keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yg
efektif, dan melibatkan PSM.
4. Masyarakat bebas mengemukaan pendapat sesuai permasalahannya dan
penanganan diberikan dengan pelayanan yg cepat dan tepat.
D. LANGKAH – LANGKAH PROSES KEPERAWATAN
1. Menurut PERKESMAS DEPKES RI, proses keperawatan dibagi dalam empat
tahap yaitu:
a. Indentifikasi
b. Pengumpulan Data
c. Rencana dan kegiatan
d. Penilaian
2. Menurut Freeman, proses keperawatan dibagi dalam enam tahap yaitu:
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Pengkajian
c. Penentuan Tujuan bersama keluarga dan orang terdekat klien
d. Merencanakan tindakan bersama klien
e. Melasanaan kegiatan sesuai rencana
f. Hasil evaluasi.
3. Menurut Bailon, proses keperawatan dibagi dalam empat tahap yaitu:
a. Pengkajian
b. Perencanan
c. Implementasi
d. Evaluasi
4. Secara umum, proses keperawatan dibagi dalam lima tahap yaitu:
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
Proses keperawatan secara umum dibagi menjadi:
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap yang menyangkut
permasalahan masyarakat. Ada lima kegiatan pada tahap ini yaitu:
a. Pengumpulan data
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1) Data Inti
a) Riwayat atau sejarah perkembangan Komunitas
b) Data Demografi
c) Vital Statistik
d) Status Kesehatan Komunitas
2) Data Lingkungan Fisik
a) Pemukiman, meliputi : luas, bentuk, jenis, atap, dinding, lantai, ventilasi,
cahaya.
b) Sanitasi, meliputi : MCK, Air bersih, Pembuangan Limbah, Polusi, dll
c) Fasilitas, meliputi : sarana prasarana umum
d) Batas-batas wilayah
e) Kondisi geografis
3) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
a) Pelayanan Kesehatan, meliputi : lokasi, SDM, Jumlah Kunjungan, Sistem
rujukan.
b) Fasilitas Sosial (Pasar,Toko,Swalayan) , meliputi : Lokasi, dan kecukupan
4) Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, penghasilan, pengeluaran, jumlah pekerja
di bawah umur, dewasa, lansia.
5) Keamanan dan Transfortasi
6) Politik dan pemerintahan
7) Sistem komunikasi
8) Pendidikan
9) Rekreasi
b. Pengolahan data
Cara pengolahan data adalah :
1) Klasifikasikan data atau kategorisasi data
2) Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan Telly
3) Tabulasi data
4) Interprestasi data
c. Analisis data
Tujuan analisis data adalah :
1) Menetapkan kebutuhan masyarakat
2) Menentapkan kekuatan
3) Mengidentifikasi pola respon masyarakat
4) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
d. Perumusan masalah/penentuan masalah kesehatan masyarakat
Tujuan perumusan masaah adalah untuk memberikan tindakan yang sesuai
dengan kebutuhan.
e. Prioritas masalah
Kriteria dalam prioritas masalah :
1) Perhatian masyarakat terhadap masalah
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumber daya masyarakat
6) Aspek politis
Selain kriteria diatas, dapat menggunakan Hirarki Maslow yaitu :
1) Keadaan yang mengancam jiwa
2) Keadaan yang mengacam kesehatan
3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu terhadap masalah kesehatan, baik
yang aktual maupun yg potensial/resiko. Diagnosa keperawatan mengandung komponen
utama yaitu :
a. Problem/masalah
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal.
b. Etiologi / penyebab
Yaitu penyebab yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yg
meliputi:
1) Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
2) Lingkungan: fisik, biologis, psikologis, dan sosial
3) Interaksi perilaku dan lingkungan
4) Informasi yg perlu utk merumuskan diagnosa
5) Serangkain petunjuk timbulnya masalah.
c. Sign atau symtom/ tanda atau gejala
Yaitu tanda atau gejala yang dirasakan berkaitan dengan masalah dan penyebab
masalah yang dirasakannya.
Diagnosis keperawatan komunitas menurt Logan & Dawkins, 1986 meliputi :
a. Diagnosis Resiko : Masalah
b. Diantara : Komuniti / daerah yg terkena
c. Sehubungan dengan : Karakter masyarakat dan lingkungannya
d. Yang dimanifestasikan oleh : Indikator kesehatan/analisis data
Contoh Diagnosa Keperawatan komunitas:
Resiko timbulnya penyakit Diare Di RW 01 Kelurahan Mojosongo sehubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan yang memenuhi
syarat kesehatan yang dimanifestasikan dengan :
a. Letak kandang didalam rumah 1.51%
b. Sistem pembuangan air limbah sembarangan 5.71%
c. Dan seterusnya...
Keterangan
Diagnosis Resiko : Resiko timbulnya penyakit Diare
Diantara : Di RW 01 Kelurahan Mojosongo
Sehubungan dengan : Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara
lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan Yang dimanifestasikan oleh :
1. Letak kandang didalam rumah 1.51%
2. Sistem pembuangan air limbah sembarangan 5.71%
3. Dan seterusnya...
3. Perencanaan
Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai diagnosa dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan klien. Rencana keperawatan mencakup :
a. Perumusan tujuan
Kriteria perumusan tujuan yaitu :
1) Berfokus pada masyarakat
2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistik
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat
7) Dibuat berdasarkan goal/tujuan
8) Perilaku yang diharapkan berubah
9) Specifik, dapat diukur, dapat dicapai, relevan, waktu tertentu, dan
berkelanjutan.
Dalam pencapaian tujuan, menggunakan formulasi kriteria yang mencakup :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan:
T : Tujuan
S : Subyek
P : Predikat
K.1 : Kondisi
K.2 : Kriteria
Contoh : Mahasiswa PSIK USS melaksanakan Praktek Klinik Keperawatan
Komunitas di desa Andong, Boyolali membuat MCK melalui swadaya masyarakat
secara gotong royong dalam jangka waktu 1.5 Bulan.
Subyek : Mahasiswa PSIK USS
Predikat : Membuat MCK
Kondisi : Swadaya masyarakat secara gotong royong
Kriteria : Waktu 1.5 Bulan.
b. Rencana tindakan keperawatan
Langkah-langkah dalam perencanaan tindakan :
1) Identifikasi dalam perencanaan tindakan keperawatan
2) Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan
3) Melibatkan PSM
4) Pertimbangkan SDM dan Fasilitas yang ada
5) Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
6) Mengarah pada tujuan yang akan dicapai
7) Harus realistik
8) Disusun secara berurutan.
c. Kriteria hasil
Kriteria hasil untuk penilaian tujuan, yaitu:
1) Menggunakan kata kerja yang tepat
2) Dapat dimodifikasi
3) Bersifat spesifik, siapa yg melakukan, apa yg dilakuan, dimana, kapan,
bagaimana, dan frekuensinya berapa.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahap realisasi dari rencana yg telah dususun. Prinsip umum yg
digunakan dalam implementasi keperawatan komunitas adalah :
a. Inovatif Perawat
Berwawasan luas dan mampu menyesuaikan diri dengan IPTEK berdasar IMTAQ
b. Integrated
Mampu bekerjasama dengan tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat dengan berazaskan kemitraan.
c. Rasional
Harus menggunakan pengetahuan secara rasional.
d. Mampu dan madiri
Mempunyai kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten
e. Yakin dan percaya serta optimis dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan adalah :
a. Keterpaduan antara biaya, tenaga waktu, lokasi, sarana dengan pelayanan
kesehatan.
b. Keterlibatan petugas kesehatan yg lain, kader, toma formal/ informal
c. Setiap tindakan ada catatan/pendokumentasiannya.
d. Adaya penyelenggaraan sistem rujukan.
5. Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan dalam evaluasi (Nasrul Effendy,1998) adalah :
a. Membandingkan hasil tindakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
b. Menilai efektivitas proses perawatan mulai dari pengkajian s.d. pelaksanaan.
c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya
apabila masalah belum teratasi.
Ada tiga kemungkinan dlm hasil evaluasi :
a. Tujuan tercapai
b. Tujuan tercapai sebagian
c. Tujuan tidak tercapai
USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)
A. Pengertian
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah segala usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah dan lingkungan sekolah serta seluruh warga
sekolah pada setiap jalur, jenis, jenjang pendidikan mulai. UKS merupakan bagian dari
program kesehatan anak usia sekolah. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-21
tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok
yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun).
Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup bersih dan
sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah dan Madrasah Ibtidaiyah.
B. Tujuan UKS
1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan
siswa serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan
dan perkembangan yang harmonis dan optimal
2. Tujuan khusus
Memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan derajat
kesehatan siswa, yang mencakup :
a. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup
bersih dan sehat serta berpratisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah perguruan agama, di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat.
b. Sehat fisik, mental maupun sosial.
c. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan
NAPZA.
C. Sasaran UKS
Sasaran UKS adalah peserta didik sekolah /madrasah, Satuan Pendidikan Luar
Sekolah, Guru, pamong Belajar, Pengelola Pendidikan, pengelola Kesehatan dan
masyarakat.
D. Organisasi UKS
1. Tim Pembina
Pembinaan dan Pengelolaan UKS yang dilaksanakan dalam organisasi UKS adalah
Tim Pembina dan Tim Pelaksana.
a. Tim Pembina UKS tingkat Kecamatan ( Tim Pembina UKS Kecamatan)
b. Tim Pembina UKS tingkat Kabupaten ( Tim Pembina UKS Kabupaten)
c. Tim Pembina UKS tingkat Provinsi ( Tim Pembina UKS Propinsi)
d. Tim Pembina UKS tingkat Pusat ( Tim Pembina UKS Pusat)
Tugas dan Fungsi Tim Pembina UKS Kecamatan (TP UKS Kecamatan)
a. Tugas :
1) Membina dan melaksanakan UKS
2) Mensosialisasikan Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan UKS
3) Menyusun program, melaksanakan penilaian/evaluasi dan menyampaikan
laporan kepada Tim Pembina UKS Kabupaten
4) Mengkoordinasikan pelaksanaan program UKS di wilayahnya.
5) Membuat laporan pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan UKS
pada Tim Pembina UKS Kabupaten,melaksanakan ketatausahaan Tim Pembina
UKS Kecamatan
b. Fungsi :
Tim Pembina UKS Kecamatan berfungsi sebagai pembina, penanggung jawab dan
pelaksana progran UKS di daerah kerjanya berdasarkan kebijakan yang ditetapkan TP
UKS Kabupaten.
2. Tim Pelaksana
Tim Pelaksana berkedudukan di sekolah yang merupakan pelaksana dan
penanggungjawab kegiatan UKS di sekolah.
E. Ruang Lingkup UKS
Ruang lingkup Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tercermin dalam 3 (tiga) program
pokok UKS (TRIAS UKS ) yaitu:
1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan Kesehatan merupakan upaya memberikan bimbingan kepada peserta
didik untuk meningkatkan pengetahuan,kemampuan dan ketrampilan peserta didik
dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.
2. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan di sekolah ditekankan pada upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif yang dilakukan secara terpadu terhadap peserta didik dan komunitas
sekolah pada umumnya dibawah kordinasi guru Pembina UKS dan pengawasan
puskesmas.
3. Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat
Pembinaan lingkungan sekolah sehat yang merupakan salah satu unsur penting
dalam membina ketahanan sekolah harus dilakukan, karena lingkungan kehidupan yang
sehat sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan seluruh komunitas sekolah.
F. Program UKS
Nemir (1990, dalam Effendi 1998) mengelompokkan usaha kesehatan sekolah
menjadi tiga kegiatan pokok, yaitu :
1. Pendidikan Kesehatan di Sekolah (Health Education in School)
Pendidikan kesehatan di sekolah dasar dapat dilakukan berupa kegiatan
intrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler dan penyuluhan kesehatan dari petugas
kesehatan Puskesmas. Maksud dari kegiatan intrakurikuler yaitu pendidikan kesehatan
merupakan bagian dari kurikulum sekolah, dapat berupa mata pelajaran yang berdiri
sendiri seperti mata pelajaran ilmu kesehatan atau disisipkan dalam ilmu–ilmu lain
seperti olah raga dan kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan sebagainya.
Kegiatan ekstrakurikuler disini adalah pendidikan kesehatan dimasukkan dalam
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka menanamkan perilaku sehat peserta
didik. Penyuluhan kesehatan dari petugas puskesmas yang berkaitan dengan higiene
personal yang meliputi pemeliharaan gigi dan mulut, kebersihan kulit dan kuku, mata,
telinga, lomba poster sehat dan perlombaan kebersihan kelas.
2. Pemeliharaan Kesehatan Sekolah (School Health Service)
Pemeliharaan kesehatan sekolah untuk tingkat sekolah dasar, dimaksudkan untuk
memelihara, meningkatkan dan menemukan secara dini gangguan kesehatan yang
mungkin terjadi terhadap peserta didik maupun gurunya. Pemeliharaan kesehatan di
sekolah dilakukan oleh petugas puskesmas yang merupakan tim yang dibentuk dibawah
seorang koordinator usaha kesehatan sekolah yang terdiri dari dokter, perawat, juru
imunisasi dan sebagainya.
Untuk koordinasi pada tingkat kecamatan dibentuk tim pembina usaha kesehatan
sekolah dengan kegiatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan
perkembangan kecerdasan, pemberian imunisasi, penemuan kasus-kasus dini yang
mungkin terjadi, pengobatan sederhana, pertolongan pertama serta rujukan bila
menemukan kasus yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah.
3. Lingkungan Sekolah yang Sehat
Lingkungan sekolah yang dimaksud dalam program usaha kesehatan sekolah untuk
tingkat sekolah dasar meliputi lingkungan fisik, psikis dan sosial. Kegiatan yang
termasuk dalam lingkungan fisik berupa pengawasan terhadap sumber air bersih,
sampah, air limbah, tempat pembuangan tinja, dan kebersihan lingkungan sekolah.
Kantin sekolah, bangunan yang sehat, binatang serangga dan pengerat yang ada
dilingkungan sekolah, pencemaran lingkungan tanah, air dan udara di sekitar sekolah
juga merupakan bagian dari lingkungan fisik sekolah.
Kegiatan yang dilakukan berhubungan dengan lingkungan psikis sekolah antara
lain memberikan perhatian terhadap perkembangan peserta didik, memberikan perhatian
khusus terhadap anak didik yang bermasalah, serta membina hubungan kejiwaan antara
guru dengan peserta didik. Sedangkan kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan
sosial meliputi membina hubungan yang harmonis antara guru dengan guru, guru
dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, serta membina hubungan yang
harmonis antara guru, murid, karyawan sekolah serta masyarakat sekolah.
G. Landasan Hukum UKS
Landasan hokum Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai berikut:
1. UU NO. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU NO. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Daerah
3. UU NO. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
4. SKB 4 Menteri NO1/U/SKB/2003, NO.1067/MENKES/SKB/VII/2003, NO
MA/230 A/2003, NO.26 tahun 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS
5. SKB 4 Menteri NO.2/P/SKB/2003, NO 1068/MENKES/SKB/VII/2003, NO 4415-
404 Tahun 2003 tentang Tim Pembina UKS Pusat
KESEHATAN KERJA
A. Pengertian
Kesehatan kerja adalah ilmu kedokteran yang diterapkan di bagian ketenagakerjaan,
yang bertujuan untuk mencegah penyakit akibat kerja dan meningkatkan kesehatan
tenaga kerja.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja. Beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (UU KesehatanTahun 1992 Pasal 23)
B. Ruang lingkup Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode
kerja. Proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan
sosialnya
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh factor-faktor yang membahayakan
kesehatan
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya
C. Kapasitas Kerja, Beban Kerja, dan Lingkungan Kerja
Kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik, seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
Kondisi atau tingkat kesehatan kerja sebagai (modal) awal seseorang untuk
melkaukan pekerjaan harus mendapatkan perhatian. Kondisi awal seseorang untuk
bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dan lain-lain. Beban
kerja meliputi beban kerja fisik maupun mantal. Akibat beban kerja yang terlalu berat
atau kemampuan fisik yang terlaluu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja
menderita gangguan atau penyakuit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat-zat kimia, dll) dapat
merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat
kerja. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh factor yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak
hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oelh
factor-faktor pelayanan kesehatan kerja., perilaku kerja serta factor lainnya.
D. Lingkungan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan
Penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh
pemajanan di lingkungan kerja. Terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilmiah
tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk
mencegahnya. Untuk mengantisipasi permasalahan, maka langkah awal yang penting
adalah pengenalan/identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi kemudian
dilakukan pengendalian. Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di
lingkungan kerja dilakukan dengan tiga langkah, yaitu:
1. Pengenalan lingkungan kerja
Pengenalan lingkungan kerja dilakukan dengan cara melihat dan mengenal (walk
through inspection) lingkungan kerja
2. Evaluasi lingkungan kerja
Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya yang
mungkin timbil, sehingga bias untuk menentukan prioritas dalam mengatasi
permasalahan.
3. Pengendalian lingkungan kerja
Dilakukan untuk menghilangkan pemajanan terhadap zat/bahan yang berbahaya di
lingkungan kerja. Dapat dilakukan dengan dua tahap, yaitu:
1. Pengendalian lingkungan
a. Desain dan tata letak yang adekuat
b. Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya
2. Pengendalian perorangan
Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk melindungi
pekerja dari bahaya kesehatan. Pembatasan waktu selama pekerja terpajan terhadap zat
tertentu yang berbahaya dapat menurunkan resiko terkena bahaya kesehatan di
lingkunga kerja.
E. Landasan Hukum Kesehatan Kerja
1. UU No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan Pokok Tenaga Kerja
2. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. UU NO. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
4. UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. Beberapa keputusan bersama antara Departemen Kesehatan dengan Departemen
lain yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
6. PP No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena
hubungan kerja
8. Permenkes RI No. 986/1992 dan Keputusan Dirjen P2M-PI No. HK.00.06.44 dan
No.00.06.6.598 mengenai beberapa Aspek Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit
9. SK Menkes No. 43 Tahun 1988 tentang cara pembuatan obat yang baik (CPOB)
10. Konvensi No. 155/1981. ILO menetapkan kewajiban setiap Negara untuk
merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi kebijaksanaan nasionalnya di
bidang kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungannya
F. Strategi Kesehatan Kerja
1. Mengembangkan kebijakan dan pemantapan manajemen program kesehatan kerja
2. Meningkatkan SDM Kesehatan Kerja
3. Surveilans epidemiolog PAK dan PAHK
4. Intensifikasi Penatalaksanaan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja (PAHK)
5. Mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Kerja (SIM-KK)
6. Pengembangan model lingkungan kerja sehat berbasis wilayah
7. Meningkatkan kemitraan dan promosi kesehatan kerja
G. Kebijakan Kesehatan Kerja
1. Menggali sumber daya untuk optimalisasi tugas dan fungsi institusi pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan pemerintah maupun swasta di bidang pelayanan
kesehatan dan keselamatan kerja
2. Meningkatkan profesionalisme para pelaku dalam pembinaan dan pelayanan
kesehatan kerja di pusat, provinsi, Kab/kota
3. Mengembangka jaringan kerjasama pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kerja bagi angkatan kerja
4. Mengembangkan tenaga ahli kesehatan kerja dan dokter kesehatan kerja sebagai
pemberi pelayanan kesehatan utama dengan pelayanan kesehatan paripurna
5. Mengembangkan kerjasama lintas sector dan kemitraan dengan lembaga swadaya
masyarakat, serta organisasi profesi
6. Mendorong agar setiap angkatan kerja menjadi menjadi peserta dana sehat/asuransi
kesehatan sebagai perwujudan keikutsertaannya dalam upaya pemeliharaan
kesehatan diri, keluarga, dan lingkungannya
7. Mengembangkan iklim yang mendorong dunia usaha yang partisipatif dalam
pelembagaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja
8. Mengembangkan peran serta masyarakat pekerja dengan meningkatkan
pembentukan UKBM maupun mengaktifkan kegiatan pos UKK yang sudah ada
9. Mengembangkan system informasi Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
sebagai upaya pemantapan surveilans epidemiologi penyakit dan kecelakaan akibat
kerja
H. Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
1. Pengertian
Merupakan komponen kegiatan pelayanan pemeliharaan/perlindungan kesehatan
pekerja dari suatu pelayanan kesehatan pekerja dari suatu pelayanan kesehatan kerja.
2. Tujuan
Tujuan promosi kesehatan di tempat kerja adalah untuk mempengaruhi sikap
masing-masing pekerja mengenai kesehatannya secara individu, sehingga dapat
menentukan keputusan atas pilihan secara personal menuju gaya hidup yang sehat dan
lebih positif.
Tujuan khusus promosi kesehatan di tempat kerja adalah sebagai berikut:
a. Mempengaruhi pekerja untuk menerima dan memelihara gaya hidup yangs ehat dan
positif
b. Mempengaruhi pekerja untuk menerima dan memelihara kebiasaan makan
makanan dengan kandungan gizi yang optimal
c. Memepengaruhi pekerja untuk berhenti merokok
d. Mmepengaruhi pekerja untuk mengurangi/menurunkan/menghilangkan
penyalahgunaan obat-obatan dan alkoho
e. Mmepengaruhi pekerja untuk terbiasa mengatasi stress yang dialami dalam
kehidupannya
f. Mmepengaruhi pekerja manajemen kemampuan P3K dan CPR
g. Mmepengaruhi pekerja mengenai penyakit umum dan penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaannya serta bagaimana mencegah serta meminimalisasi akibatnya
h. Mengadakan penilaian menyeluruh secara medis
3. Manfaat
a. Bagi pihak manajemen tempat kerja
1) Meningkatkan dukungan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja di
tempat kerja
2) Citra positif (tempat kerja yang maju dan peduli kesehatan)
3) Meningkatnya moral staff
4) Menurunnya angka kemungkinan karena sakit
5) Meningkatnya produktivitas
6) Menurunnya biaya kesehatan
b. Bagi pekerja
1) Meningkatnya percaya diri
2) Menurunnya stress
3) Meningkatnya semangat kerja
4) Meningkatnya kemampuan mengenai dan mencegah penyakit
5) Meningkatnya kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat sekitar