konsep penguasaan negara atas sumber daya air...

106
KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan 008/PUU-III/2005 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : Afnanul Huda NIM : 105045201507 KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Upload: doanthu

Post on 18-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR

DALAM PERSPEKTIF ISLAM

(Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan

008/PUU-III/2005 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang

Sumber Daya Air)

SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

Afnanul Huda

NIM : 105045201507

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara
Page 3: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara
Page 4: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara
Page 5: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala

rahmat, hidayah dan inayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul yang berjasa besar kepada

kita semua dalam membuka gerbang ilmu pengetahuan.

Skripsi yang berjudul “KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS

SUMBER DAYA AIR DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Analisis Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan 008/PUU-

III/2005 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang

Sumber Daya Air)” penulis susun dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai

gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada program studi Jinayah Siyasah konsentrasi Siyasah

Syar’iyyah (Ketatanegaraan Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setulus hati, penulis sadari bahwa tidak akan sanggup menghadapi dan

mengatasi berbagai macam hambatan dan rintangan yang mengganggu lancarnya

penulisan skripsi ini, tanpa adanya bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima

kasih yang tulus kepada yang terhormat:

Page 6: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

v

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Asmawi, M.Ag dan ibu Sri Hidayati, M.Ag, Ketua dan Sekretaris

Program Studi Jinayah Siyasah yang lama dan Bapak Dr. Asmawi, M.Ag dan

Bapak Afwan Faizin, M. Ag selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi

Jinayah Siyasah yang baru.

3. Bapak Dr. Asmawi, M.Ag, sebagai Dosen pembimbing yang senantiasa

membimbing dan meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap Dosen fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan berbagai

macam disiplin ilmu pengetahuan selama proses studi yang sangat berarti bagi

perkembangan pemikiran dan wawasan yang luas bagi penulis.

5. Segenap pengelola Perpustakaan Utama serta Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah jakarta atas pelayanan referensi buku-

bukunya.

6. Orang tua penulis Bapak H. Ahmad Faiq dan Ibu Hj. Zakiyah, penulis

memohon maaf atas segala perilaku penulis yang tidak berkenan di hati,

penulis juga menyucapkan terima kasih yang teramat sangat atas cinta, kasih

dan sayangnya kepada penulis yang telah merawat dengan penuh kesabaran

dan keikhlasan.

Page 7: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

vi

7. Kepada semua paman dan bibi ku: mbak Bad, pakde Abu, mbak Wik, kak

Yasin, dan mas Zen, terima kasih atas kasih sayang dan motivasi yang kalian

berikan kepada penulis, baik moril maupun materil. Penulis tidak bisa

membalas jasa-jasa kalian, penulis hanya bisa mendoakan semoga selalu

diberkahi oleh Allah SWT dan mendapatkan kemudahan dalam segala urusan.

8. Sahabat-sahabat penulis yang tercinta: Budi, Latif, Andi, Lia, Rahma, Isti,

Dinnur, Iqie, Dawam, Salman, Fadholi, Hendri, Fery, Alwan, Niam (SS 2005)

yang senantiasa menemati penulis dalam studi, Anas, Widi, Rahman, Ulin, dll

(Komunitas SaunG) yang menjadi teman diskusi yang menyenangkan, dan

Jazuli, Syadzali, Mufti, Usup, dan mas Iput (SIMAHARAJA) terima kasih

atas semua keceriaan selama ini, terima kasih semua.

Terakhir, penulis berdoa kepada Allah SWT semoga ilmu yang telah kita

dapat di kampus ini bermanfaat bagi kita semua dan diberkahi oleh Allah SWT.

Amien..

Page 8: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ii

HALAMAN PERNYATAAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ......................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 9

D. Tinjauan Kepustakaan ....................................................................... 9

E. Metodologi Penelitian ....................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 14

BAB II KEPEMILIKAN DAN PENGUASAAN ATAS SUMBER DAYA

AIR DALAM ISLAM........................................................................... 15

A. Pengertian Kepemilikan ....................................................................15

B. Macam-Macam Kepemilikan ............................................................19

C. Penguasaan atas Sumber Daya Air ...................................................33

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH KONTITUSI NOMOR 058-059-060-

063/PUU-II/2004 DAN NOMOR 008/PUU-III/2005................................. 38

A. Hukum Acara dan Putusan Mahkamah Konstitusi ..................................38

1. Hukum Acara ....................................................................................38

2. Putusan Mahkamah Konstitusi ..........................................................45

B. Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Sumber Daya Air .....................................................................................53

1. Pemohon dan Jenis Permohonan .....................................................53

Page 9: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

viii

2. Bagian yang dimohonkan ................................................................56

3. Dalil-dalil Pemohon (isu hukum) dan Petitum ................................60

4. Pertimbangan Hukum dan Putusan ..................................................64

5. Dissenting Opinion ..........................................................................69

BAB IV ANALISIS FIQH SIYASAH TERHADAP PUTUSAN

MAHKAMAH KONSTITUSI....................................................... 72

A. Analisis Fiqh Siyasah terhadap Pertimbangan Hukum

dalam Putusan Mahkamah Konstitusi .....................................................72

1. Analisis Formil Pembentukan Undang-Undang .............................73

2. Analisis Materil Isi Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ............................................80

B. Analisis Fiqh Siyasah terhadap Amar Putusan Mahkamah ....................86

BAB V PENUTUP............................................................................................... 91

A. Kesimpulan .............................................................................................91

B. Saran-Saran .............................................................................................93

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 94

Page 10: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, dalam rangka persiapan kemerdekaan sebuah negara

berdaulat yang lepas dari penjajahan asing, pada tahun 1945, para tokoh nasional

yang terbentuk dalam wadah yang disebut Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mempersiapkan suatu naskah konstitusi yang

kemudian dikenal dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Undang-Undang Dasar 1945 di samping mengatur tata kenegaraan

juga mengatur tata kehidupan sosial, ekonomi dan kebudayaan seperti termuat

dalam Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, dan Pasal 34.

Hal ini yang membedakan konstitusi Republik Indonesia dengan tradisi

penulisan konstitusi di negara-negara Eropa Barat dan Amerika yang lazimnya

hanya memuat materi-materi konstitusi yang bersifat politik. Tradisi yang dianut

Indonesia, sejauh menyangkut corak muatan yang diatur, nampak dipengaruhi

oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara sosialis

seperti negara-negara di Eropa Timur.1

Corak Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi ekonomi terlihat

pada materi Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi:

1 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta: KonstitusiPress, 2005), hal. 124.

Page 11: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

2

1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan.

2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam perkembangannya, setelah amandemen Undang Undang Dasar

1945 keempat pada tanggal 10 Agustus 2002, Pasal ini ditambah dengan

memasukkan 2 (dua) ayat baru, yaitu:

4) perekonomian Indonesia diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional.

5) ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-

undang.

Penambahan dua ayat dalam pasal ini merupakan upaya untuk

mengakomodasi ketentuan dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dihapus, yaitu mengenai demokrasi

ekonomi. Bila dilihat kembali materi yang diatur dalam Penjelasan Pasal 33

disebutkan bahwa:

"dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakanoleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-

Page 12: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

3

anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat-lah yang diutamakan,bukan kemakmuran orang seorang".

Selanjutnya dikatakan bahwa:

"Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalahpokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negaradan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat."2

Dari pasal ini jelas sekali peranan negara dalam mengatur perekonomian

besar sekali. Sehingga, sebenarnya secara tegas Pasal 33 Undang Undang Dasar

1945 beserta penjelasannya, melarang adanya penguasaan sumber daya alam di

tangan orang-seorang. Dengan kata lain monopoli, oligopoli maupun praktek

kartel dalam bidang pengelolaan sumber daya alam adalah bertentangan dengan

prinsip pasal 33.3

Selama ini, jiwa Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 mengandung

semangat untuk membela kesejahteraan rakyat banyak. Akan tetapi, sekarang kita

menghadapi era globalisasi yang melahirkan ekonomi pasar.4 Dapatkah kita

mempertahankan pelaksanaan Pasal 33, yang meletakkan fungsi penguasaan

2 Arimbi HP dan Emmy Hafild, Makalah: Membumikan Mandat Pasal 33 UUD 45,(Jakarta: Wahana Lingkungan Hidup Indonesia dan Fiends of the Earth (FoE) Indonesia, 1999),hal. 1.

3 Arimbi HP dan Emmy Hafid, Makalah: Membumikan...., hal. 2.

4 Dasar dari teori ekonomi pasar adalah persaingan bebas yang menggerakkan mekanismepasar. Dalam hal ini penawaran dan permintaan bebas yang melatarbelakangi motif keuntunganpada pihak produsen, pedagang maupun konsumen, menentukan harga-harga yang disebut hargatawaran bebas – dan selanjutnya menentukan apa dan berapa banyak jenis dan jumlah barang yangakan diproduksi. Lihat Tom Gunadi, Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan UUD’45,(Bandung: Angkasa, 1990), hal 35.

Page 13: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

4

negara sangat besar dalam menghadapi perkembangan zaman seperti sekarang

ini? Semua tantangan ini dapat kita amati dari produk perundang-undangan yang

dibuat. Apakah undang-undang yang dibuat oleh Pemerintah bersama-sama

Dewan Perwakilan Rakyat telah sesuai dengan semangat Pasal 33 Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, agar jiwa dari pasal

tersebut dapat terjaga.

Salah satu undang-undang yang dibentuk dalam rangka melaksanakan

ketentuan pasal 33 UUD 1945 adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air. Namun undang-undang yang disahkan pada tanggal 19

Februari 2004 dan diundangkan pada tanggal 18 Maret 2004 ini menuai banyak

kontroversi, karena terdapat beberapa pasal yang diindikasikan akan memicu

privatisasi5 pengelolaan air dan komersialisasi air yang bertentangan dengan

semangat pasal 33 ayat (3) UUD 1945.

Untuk menjaga Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 khususnya, dan

konstitusi pada umumnya, amandemen Undang-Undang 1945 yang ketiga telah

mengakomodasi terbentuknya Mahkamah Konstitusi sebagai sebuah lembaga

baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, di mana salah satu fungsinya adalah

untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, kemudian fungsi

5 Privatisasi adalah sebuah proses sistematis untuk memindahkan status kepemilikanBUMN atau kekayaan publik lainnya dari tangan seluruh anggota masyarakat kepada para pemilikmodal perseorangan. Privatisasi merupakan salah satu unsur dari agenda besar liberalisasi ekonomidalam arti seluas-luasnya. Lihat I. Wibowo dan Francis Wahono, Neoliberalisme, (Yogyakarta:Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2003), hal. 206.

Page 14: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

5

ini lebih dikenal dengan istilah judicial review. Keberadaan Mahkamah Konstitusi

dengan kewenangannya melakukan pengujian undang-undang terhadap Undang-

Undang Dasar disebut dengan kewenangan Mahkamah Konstitusi sebagai

penjaga konstitusi (The Guardian of Constitution) dan penafsir konstitusi (The

Sole of Interpreter Constitution)

Oleh karena itu, beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

mengajukan uji materiil UU Sumber Daya Air (UU SDA) ke Mahkamah

Konstitusi untuk menguji konstitusionalitas UU SDA terhadap pasal 33 UUD

1945. Bahkan undang-undang ini mencetak rekor sebagai undang-undang yang

paling banyak diujimateriilkan di Mahkamah Konstitusi.6 Tercatat ada 19 pasal

yang dimintakan uji materiil kepada Mahkamah konstitusi dengan berbagai

alasan, di antaranya:

1. pasal 9, 10, 26, 45, 46, 80 karena dianggap dapat mendorong

privatisasi sumber daya air

2. pasal 26 ayat (7) yang dapat mengakibatkan adanya komersialisasi air

3. pasal 90, 91, 92 yang bersifat diskriminatif, karena membatasi pihak-

pihak yang dapat mengajukan gugatan apabila terjadi kerugian

6 Tercatat ada lima uji materiil yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi dengan nomorperkara 058/PUU-II/2004, 059/PUU-2004, 060/PUU-II/2004, 063/PUU-II/2004, dan 008/PUU-III/2005. Rekor sebagai undang-undang yang paling banyak diujimateriilkan ini akhirnyadikalahkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang lebihdari lima kali diujimateriilkan di Mahkamah Konstitusi.

Page 15: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

6

Setelah melalui persidangan yang cukup panjang, pada tanggal 13 Juli

2005 majelis hakim membacakan putusannya yang menolak permohonan

pembatalan UU SDA karena majelis hakim menganggap UU SDA tidak

bertentangan dengan pasal 33 UUD 1945. Dalam pertimbangan hukumnya,

majelis hakim menganggap bahwa tidak terjadi privatisasi dan komersialisasi

terhadap sumber daya air akibat diberlakukannya UU SDA tersebut.

Islam sebagai agama wahyu juga mengatur tentang kepemilikan dan

pengelolaan sumber daya alam. Jenis kepemilikan atas sumber daya alam terdiri

dari (i) kepemilikan individu (milk fardiyah); (ii) kepemilikan umum (milk

’ammah) dan, kepemilikan negara (milk daulah).7 Terminologi konsep

kepemilikan dalam Islam ini memang tidak berbeda dengan konsep ekonomi

konvensional. Akan tetapi, secara substansi dan implementasi konsep

kepemilikan (property right) menurut ajaran Islam berbeda cukup signifikan.

Islam mengakui kepemilikan individu/swasta akan tetapi tidak boleh memilikinya

dalam arti seluas-luasnya.

Jika kita transformasikan nilai ajaran Islam dalam konteks kekinian, peran

negara yang pemimpinnya sebagai pengemban amanah rakyat harus mampu

mengelola/mengendalikan dan memanfaatkan sumber daya alam demi

menyejahterakan rakyatnya. Dalam perspektif ini substansi pasal 33 UUD 1945

jelas sejalan dengan konsep kepemilikan dalam Islam.

7 Rofiq Yunus al-Mishry, Ushul al-Iqtishod al-Islami, (Beirut: Dar as-Syamiyah,1993),hal. 41.

Page 16: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

7

Dalam pandangan Islam, sumber daya air termasuk dalam kepemilikan

umum. Hal ini didasarkan pada hadis Rasulullah saw.:

Artinya: “Kaum Muslim bersekutu (memiliki hak yang sama) dalam tigahal: air, padang rumput dan api.” (HR Abu Dawud)8

Yusuf Qardhawi dalam bukunya Daur al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-

Iqtishadi al-Islami menyatakan bahwa Islam menetapkan adanya kepemilikan

bersama terhadap benda-benda yang bersifat dharuri (yang sangat dibutuhkan)

bagi semua manusia. Oleh karena itu, Islam mengeluarkan segala sesuatu yang

keberadaan dan kemanfaatannya tidak bergantung usaha-usaha khusus dari ruang

lingkup kepemilikan individu,sehingga kepemilikannya bersifat bersama dan

umum serta tidak boleh dilakukan oleh perseorangan yang akan mengakibatkan

kerugian bagi masyarakat.. Rasulullah SAW menyebutkan benda-benda jenis ini

sebanyak empat hal, yaitu: air, padang rumput, api, dan garam.9

Berdasarkan fenomena di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang konsep penguasaan negara terhadap sumber daya air dalam

perspektif Islam dalam sebuah skripsi yang berjudul KONSEP PENGUASAAN

NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR DALAM PERSPEKTIF ISLAM

8 Abi Daud Sulaiman As-Sijistani, Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 1998), hal.537.

9 Yusuf Qardhawi, Daur al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtishadi al-Islami, (Kairo:Maktabah Wahbah, 1995), hal. 118.

Page 17: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

8

(Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004

dan 008/PUU-III/2005 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007

tentang Sumber daya Air).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk lebih terarahnya sasaran sesuai dengan judul yang telah penulis

kemukakan di atas, penulis memberikan batasan masalah atau identifikasi

masalah agar tidak jauh menyimpang dari apa yang menjadi pokok bahasan.

Pembatasan tersebut berupa analisis yang menggunakan tinjauan fiqh siyasah

dalam menjawab permasalahan tentang konsep penguasaan negara atas sumber

daya air dalam perspektif Islam. Mengacu kepada latar belakang yang diuraikan

di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep penguasaan negara atas sumber daya air menurut putusan

Mahkamah Konstitusi tentang pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun

2004 tentang Sumber daya Air?

2. Bagaimana tinjauan fiqh siyasah terhadap putusan Mahkamah Konstitusi

tentang pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber

daya Air?

Page 18: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penulisan

skripsi ini antara lain:

1. Untuk mengetahui konsep penguasaan negara terhadap sumber daya air

dalam putusan Mahkamah Konstitusi tentang pengujian Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

2. Untuk memberikan perspektif Islam mengenai penguasaan negara terhadap

sumber daya air.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis sendiri, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

penulis dan mengembangkan cakrawala berpikir penulis, khususnya

menyangkut bidang politik ekonomi

2. Bagi dunia akademis menjadi bahan kajian atau referensi ilmiah-kritis dalam

memperkaya khazanah ilmu pengetahuan

3. Memberikan gambaran yang jelas tentang kebijakan Pemerintah Indonesia

dalam pemanfaatan sumber daya alam, khususnya sumber daya air.

D. Tinjauan Pustaka (Study Preview)

Untuk memudahkan penulis dalam menyusun penulisan skripsi ini,

penulis ingin memberikan rujukan terhadap tema-tema yang membahas dan tema-

tema yang hampir sama dengan pembahasan judul skripsi ini. Adapaun sumber-

Page 19: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

10

sumber yang penulis dapatkan ialah berasal dari buku-buku yang berkaitan,

jurnal-jurnal, artikel pada media massa,dan karya ilmiah berupa skripsi.

Buku Soegeng Sarjadi dan Imam Sugema, Ekonomi Konstitusi:Haluan

Baru Kebangkitan Ekonomi Indonesia, Soegeng Sarjadi Syndicate, Jakarta 2009,

buku ini menjelaskan konsep ekonomi kerakyatan yang sesuai dengan konstitusi

UUD 1945 yang menafikan privatisasi dan komersialisasi terhadap sumber daya

alam dan mengupayakan kedaulatan ekonomi berada di tangan rakyat.

Buku Yusuf Qardhawi, Daur al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtishadi al-

Islami, Maktabah Wahbah, Kairo 1995, Buku ini menjelaskan tentang nilai dan

karakteristik ekonomi islam. Dalam buku ini, Yusuf Qardhawi menjelaskan

bahwa ekonomi islam adalah ekonomi pertengahan antara paham kapitalis dan

sosialis. Beliau juga menjelaskan tentang konsep kepemilikan dalam islam yang

mengakui adanya kepemilikan bersama atas benda-benda yang sangat dibutuhkan

oleh manusia.

Buku Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang,

Setjen dan Kepaniteraan MK-RI, Jakarta 2006, Buku ini menjelaskan tentang tata

cara pengajuan uji materiil undang-undang di Mahkamah Konstitusi.

Makalah Yance Arizona, Konstitusi dalam Intaian Neoliberalisme, Jakarta

2008. makalah ini menjelaskan politik ekonomi Indonesia dari era Orde lama

sampai era reformasi dan potensi adanya privatisasi dalam setiap undang-undang

yang disahkan bersama oleh Pemerintah dan DPR.

Page 20: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

11

Skripsi Siti Makbullah, Konsep Perekonomian Nasional dalam

Pandangan Ekonomi Islam: Tinjauan terhadap Pasal 33 UUD 1945 dan

Perubahannya, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2003.

Dalam skripsi ini dijelaskan tentang konsep perekonomian nasional berdasarkan

pasal 33 UUD 1945 dalam pandangan ekonomi islam. Skripsi ini hanya

menjelaskan secara global konsep perekonomian nasional tanpa menyinggung

konsep penguasaaan negara atas sumber daya alam.

Skripsi M. Waliyul Fahmi, Demokrasi Ekonomi dalam Perspektif UUD

1945 dan Hukum Islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,

2007. Skripsi ini menjelaskan sistem demokrasi ekonomi yang dianut Bangsa

Indonesia sesuai UUD 1945 dan sistem ekonomi islam sebagai alternatif dalam

sistem ekonomi di Indonesia. Skripsi ini juga tidak membahas tentang konsep

penguasaan negara atas sumber daya alam.

E. Metode Penelitian

Untuk sampai pada rumusan yang tepat mengenai penelitian ini, maka

metodologi yang digunakan adalah:

1. Jenis Penelitian

Melihat pada pendekatan keilmuan yang digunakan dalam skripsi ini,

maka penelitian skripsi ini termasuk pada jenis penelitian hukum normatif,

karena titik tekannya adalah pada peraturan perundang-undangan serta

peraturan lainnya yang terkait dengan putusan Mahkamah Konstitusi tersebut.

Page 21: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

12

Selain itu, titik tekan penelitian ini juga terletak pada aturan-aturan dan

pandangan para ahli hukum Islam baik klasik maupun kontemporer tentang

konsep kepemilikan dan penguasaan negara terhadap sumber daya air dalam

Islam terutama yang terkait erat dengan analisis yang akan dilakukan oleh

penulis terhadap putusan Mahkamah Konstitusi tersebut.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan studi dokumenter

di mana data diperoleh dengan cara meneliti dokumen-dokumen hukum yang

ada, baik berupa peraturan yang mengatur tentang uji materiil undang-undang

terhadap UUD 1945 maupun tentang konsep penguasaan negara atas sumber

daya air , serta buku-buku referensi yang lainnya yang memiliki keterkaitan

dengan permasalahan tersebut.

3. Sumber data

a. Sumber data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung

dari sumber asli. Pasal 33 UUD 1945 beserta Perubahannya, Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Mahkamah Konstitusi,

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber

Daya Air, dan Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 058-059-

060-063/PUU-II/2004 dan Perkara Nomor 008/PUU-III/2005 mengenai

pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya

Air.

Page 22: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

13

b. Data Sekunder, buku-buku yang ditulis oleh para ahli hukum yang

membahas tentang hal-hal yang terkait dengan pembahasan.

c. Data Tersier, yang terdiri dari kamus, ensiklopedia, artikel, koran,

majalah, situs, internet, jurnal politik dan pemerintahan serta makalah

yang berkaitan.

4. Teknik Analisis Data

Karena penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum normatif,

maka analisis data yang akan dilakukan adalah analisis isi (content analysis).

Teknik analisis ini diawali dengan mengkompilasi berbagai dokumen

termasuk peraturan perundang-undangan ataupun referensi-referensi islam

yang berkaitan dengan konsep penguasaan negara atas sumber daya air.

Kemudian dari hasil tersebut, selanjutnya dikaji isi (content) baik berupa kata-

kata (word), makna (meaning), ide, tema-tema dan pesan lainnya yang

dimaksudkan dalam isi putusan tersebut.

5. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun Teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku

Pedoman Menulis Skripsi, Tesis, Disertasi, yang diterbitkan oleh Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri , Jakarta, 2007.

Page 23: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

14

F. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis membagi pembahasan ke dalam (5) lima Bab,

dimana masing-masing bab mempunyai penekanan pembahasan mengenai topik-

topik tertentu, yaitu:

Bab I merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas konsep kepemilikan dan penguasaan atas sumber daya

air dalam perspektif Islam, yang berisi tentang pengertian kepemilikan, macam-

macam kepemilikan, dan penguasaan atas sumber daya air

Bab III membahas putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 058-059-060-

063/PUU-II/2004 dan Nomor 008/PUU-III/2005. Bab ini membahas seputar

hukum acara dan putusan di Mahkamah Konstitusi dan pengujian Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air.

Bab IV membahas analisis fiqh siyasah terhadap putusan Mahkamah

Konstitusi tentang pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang

sumber daya air yang berisi tentang analisis fiqh siyasah terhadap pertimbangan

hukum dalam putusan Mahkamah Konstitusi dan analisis fiqh siyasah terhadap

amar putusan Mahkamah Konstitusi.

Bab V membahas penutup yang berisi tentang kesimpulan yang menjawab

rumusan masalah dan saran yang berguna untuk perbaikan di masa yang akan

datang.

Page 24: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

15

BAB II

KEPEMILIKAN DAN PENGUASAAN ATAS

SUMBER DAYA AIR DALAM ISLAM

A. Pengertian Kepemilikan

Secara etimologis kepemilikan (milkiyyah) berarti1:

ت“Memiliki sesuatu dan mampu untuk bertindak secara bebas terhadapnya”

Dengan demikian kepemilikan merupakan penguasaan seseorang terhadap

sesuatu sehingga seseorang mempunyai kekuasaan khusus terhadap sesuatu tersebut.

Dimensi kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang

memiliki sesuatu berarti mempunyai kekuasaan terhadap sesuatu tersebut

sehingga dia dapat mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada

orang lain, baik itu secara individual maupun kelembagaan, yang dapat

menghalang-halanginya dari memanfaatkan sesuatu yang dimilikinya itu.2

Sedangkan pengertian kepemilikan menurut terminologi fuqaha,

terdapat beberapa definisi tentang kepemilikan yang disampaikan oleh para ulama ,

antara lain:

1 Ibn Mandhur, Lisan al-Arab, jilid X, (Beirut: Dar al-Fikr,tt), hal. 492.

2Ikhwan Abidin Basri, Kepemilikan dalam Islam, yang diakses pada 20 Oktober 2010 dihttp://elwardi.com/2010/03/kepemilikan-dalam-islam/

Page 25: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

16

1. definisi yang disampaikan oleh Jamaluddin al-Ghaznawi3:

مرعبتهباحليطذاجتMilk adalah keistimewaan (ikhtishash) yang bersifat menghalangi, artinyamemberi pemiliknya hak untuk memanfaatkannya beserta mencegah oranglain untuk memanfaatkannya.

2. definisi yang disampaikan oleh Mustafa Ahmad al-Zarqa4:

عانا لاحاجتMilk adalah keistimewaan (ikhtishash) yang menghalangi (orang lain) secarasyara’ yang memberikan kewenangan kepada pemiliknya untuk bertasharrufketika tidak adanya halangan.

3. definisi yang disampaikan oleh Wahbah al-Zuhaily5:

ععانا للتماحكمبتMilk adalah keistimewaan (ikhtishash) terhadap sesuatu yang menghalangiorang lain darinya dan pemiliknya bebas melakukan tasharruf secara langsungkecuali ada halangan syar’i.

4. definisi yang disampaikan oleh Ali al-Khafifi6:

3 Jamaluddin al-Ghaznawi, al-Hawi al-Qudsi, sebagaimana dikutip oleh SaidMahammad Basyuni, al-Hurriyyah al-Iqtishadiyyah fi al-Islam wa Atsaruha fi al-Tanmiyah,(Kairo: Dar al-Wafa’, 1988), hal. 49.

4 Mushtafa Ahmad al-Zarqa, al-Madkhal al-Fiqhi al-Islami, jilid I, (Beirut: Dar al-Fikri,t.t), hal. 241.

5 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jilid IV, (Beirut: Dar al-Fikr),1985, hal. 57.

6 Ali al-Khafifi, Ahkam al-Mu’amalah as-Syar’iyyah, sebagaimana dikutip oleh GhufronA. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2002), hal. 54.

Page 26: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

17

ععانعتبباحكتMilk adalah keistimewaan (ikhtishash) yang memungkinkan pemiliknyabebas membelanjakan dan memanfaatkannya sepanjang tidak adanyahalangan syara’.

Dari beberapa definisi tersebut di atas, telah jelas bahwa yang dijadikan

kata kunci kepemilikan adalah penggunaan term ikhtishash. Dalam definisi

tersebut terdapat dua ikhtishash/keistimewaan yang diberikan oleh syara’ kepada

pemilik harta:

1. keistimewaan dalam menghalangi orang lain untuk memanfaatkannya tanpa

kehendak atau izin pemiliknya

2. keistimewaan dalam bertasharruf. Tasharruf adalah7:

قائههتبصملSesuatu yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan iradah (kehendak)nya dan syara’ menetapkan batasnya beberapa konsekwensi yangberkaitan dengan hak

Jadi pada prinsipnya atas dasar kepemilikan (milkiyyah), seseorang

mempunyai keistimewaan berupa kebebasan dalam membelanjakannya selama

7 Ali Hasaballah, Ushul al-Tasyri al-Islami, Dar al-ma’arif , Mishr, 1976, hal 78sebagaimana dikutip oleh Ahmad Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN JakartaPress), 2005, hal 49.

Page 27: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

18

tidak ada halangan tertentu yang diakui oleh syara’ (al-mani’). Adapun yang

dimaksud dengan al-mani’ adalah8:

ن“Sesuatu yang mencegah pemilik dari melakukan tasharruf(membelanjakan harta)”

Penghalang (mani’) dalam kepemilikan yang mencegah adanya tasharruf

dalam harta terdiri atas dua hal:

1. kurangnya keahlian, seperti anak kecil

2. adanya hak orang lain yang ada pada harta seseorang, seperti harta yang

digadaikan.

Namun adanya penghalang ini tidak menghilangkan status kepemilikan

seseorang atas harta tersebut, karena penghalang ini adalah faktor eksternal yang

tidak mempengaruhi status kepemilikan seseorang.

Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan

bahwa kepemilikan adalah suatu hak atas zat tertentu (dalam hal ini bisa

berbentuk benda bergerak atau benda mati) dan atau kegunaanya yang dapat

dimanfaatkan sesuai dengan kehendak pemiliknya atau yang berhak terhadap zat

tersebut. Sehingga apabila pemilik akan melakukan suatu kehendak terhadap zat

tersebut, pemilik tidak membutuhkan persetujuan dari orang lain, karena pemilik

berhak atas zat tersebut.

8 Mushtafa Ahmad al-Zarqa, al-Madkhal al-Fiqhi al-Islami, jilid I, (Beirut: Dar al-Fikri,t.t), hal. 242

Page 28: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

19

Taqyuddin an-Nabhani menegaskan bahwa kepemilikan individu adalah

hukum syara’ yang berlaku bagi zat dan atau kegunaannya (utility) tertentu yang

memungkinkan siapa saja yang mendapatkannya untuk memanfaatkan barang

tersebut, serta memperoleh kompensasi, baik karena barangnya diambil

kegunaannya oleh orang lain, seperti disewa ataupun dikonsumsi untuk

dihabiskan zatnya seperti dibeli oleh orang lain.9

Atas dasar inilah, maka kepemilikan merupakan izin syar’i untuk

memanfaatkan zat tertentu. Oleh karena itu, kepemilikan tersebut tidak akan

ditetapkan selain dengan ketetapan syar’i terhadap zat tersebut, serta sebab-sebab

kepemilikannya. Jika demikian, maka kepemilikan atas zat tertentu bukan semata

berasal dari zat itu sendiri, atau dari karakter dasarnya, akan tetapi berasal dari

adanya izin yang diberikan oleh syara’, serta berasal dari sebab yang

diperbolehkan oleh syara’ untuk memiliki zat tersebut secara sah.10

B. Macam-macam Kepemilikan

Kepemilikan dari sudut pandang obyek kepemilikan (mahal al-milk) dapat

dibedakan menjadi dua bagian:

1. kepemilikan sempurna (milkiyah tammah), yaitu: kepemilikan atas materi

harta dan manfaatnya secara bersamaan, sehingga seluruh hak yang terkait

9 Taqyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif : Perspektif Islam, terj.Moh. Maghfur Wachid, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hal. 66.

10 Taqyuddin an-Nabhani, Membangun........., hal. 67.

Page 29: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

20

dengan harta itu berada di bawah penguasaan pemilik. Kepemilikan ini

bersifat mutlak, tidak dibatasi waktu, dan tidak bisa digugurkan orang lain.

Menurut ulama fiqih, ciri khusus kepemilikan sempurna adalah:

a. sejak awal, kepemilikan terhadap materi dan manfaat bersifat sempurna

b. kepemilikannya tidak didahului oleh sesuatu yang dimiliki sebelumnya,

artinya materi dan manfaat sudah ada sejak pemilikan benda itu

c. Kepemilikannya tidak dibatasi dengan waktu

d. Apabila hak milik itu kepunyaan bersama, maka masing-masing orang

dianggap bebas menggunakan miliknya tersebut sebagaimana milik

mereka masing-masing.

2. kepemilikan tidak sempurna (milkiyah naqisah), yaitu: kepemilikan atas salah

satu unsur harta, materi atau manfaatnya saja. Hal ini seperti orang yang

menyewa yang hanya memiliki manfaatnya saja tanpa memiliki materinya.

Kepemilikan dari sudut pandang bentuknya dapat dibagi menjadi dua

bagian:

1. kepemilikan yang jelas (mutamayyizah), yaitu: kepemilikan terhadap suatu

benda yang mempunyai batas-batas yang jelas dan tertentu yang dapat

dipisahkan dari yang lainnya. Seperti kepemilikan terhadap sebuah rumah

atau sebagian rumah yang sudah jelas batas-batasnya.

2. kepemilikan yang bercampur (sya’iah), yaitu: kepemilikan atas sebagian, baik

banyak atau sedikit, yang tidak tertentu dari sebuah harta benda sebagai hasil

Page 30: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

21

dari persekutuan dalam harta tersebut. Seperti kepemilikan atas sebaian

rumah yang belum jelas pembagiannya.

Kepemilikan dari sudut pandang pihak yang berhak memanfaatkannya

dapat dibagi menjadi dua bagian11:

1. kepemilikan pribadi (milkiyah fardiyah), yaitu: kepemilikan terhadap suatu

harta yang hak pemanfaatannya hanya untuk seseorang yang tertentu sebagai

pemilik harta

2. kepemilikan umum (milkiyah ‘ammah), yaitu: kepemilikan terhadap sesuatu

yang hak pemanfaatannya ditetapkan bagi kelompok masyarakat dengan

ketentuan setiap anggota masyarakat berhak menggunakannya atas nama

bagian dari masyarakat tersebut.

Namun ada sebagian fuqaha yang menambahkan pembagian kepemilikan

dari sudut pandang pihak yang memanfaatkannya menjadi tiga bagian dengan

menambah satu bagian, yaitu12:

3. kepemilikan negara (milkiyah dauliyah), yaitu: harta yang merupakan hak

bagi seluruh kaum muslimin/rakyat dan pengelolaannya menjadi wewenang

khalifah/negara, dimana khalifah/negara berhak memberikan atau

mengkhususkannya kepada sebagian kaum muslim/rakyat sesuai dengan

11 Said Mahammad Basyuni, al-Hurriyyah al-Iqtishadiyyah fi al-Islam wa Atsaruha fial-Tanmiyah, (Kairo: Dar al-Wafa’, 1988), hal. 46.

12 Rafiq Yunus al-Mishry, Ushul al-Iqtishadi al-Islami, (Damaskus: Dar al-Qalam,1993), hal 41.

Page 31: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

22

ijtihadnya. Makna pengelolaan oleh khalifah ini adalah adanya kekuasaan

yang dimiliki khalifah untuk mengelolanya.

1. Kepemilikan Pribadi (milkiyah fardiyah)

Kepemilikan pribadi adalah hukum syara’ yang berlaku bagi zat

ataupun manfaat (utility) tertentu, yang memungkinkan siapa saja

mendapatkannya untuk memanfaatkan barang tersebut, serta memperoleh

kompensasi-baik karena barangnya diambil kegunaannya oleh orang lain

(seperti disewa), atau karena dikonsumsi untuk dihabiskan zatnya (seperti

dibeli)-dari barang tersebut.

Kepemilikan pribadi dapat diperoleh dengan berbagai cara yang

dibenarkan oleh hukum islam, di antaranya adalah13:

a. Penguasaan terhadap harta bebas (Ihraz al-mubahat14 )

Yakni cara pemilikan melalui penguasaan terhadap harta yang

belum dikuasai atau dimiliki oleh pihak lain. Yang dimaksud dengan al-

mubahat (harta bebas atau harta tak bertuan) adalah harta benda yang

tidak termasuk dalam milik yang dilindungi (dikuasai oleh orang lain) dan

13 Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2002), hal 56.

14 Wahbah al-Zuhaily menyebut dengan istilah al-istila’ ala al-mubah dengan pengertian“menguasai harta yang belum dimiliki seseorang dan tidak ada halangan syara’ untukmemilikinya”. Lihat Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz IV, (Beirut: Dar al-Fiqr, 1985, hal 69-70.

Page 32: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

23

tidak ada larangan hukum (mani’ syar’i) untuk memilikinya.. seperti air di

sumbernya, rumput di padang rumput, kayu dan pohon-pohon di hutan

belantara atau ikan di sungai dan di laut.

Kepemilikan jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Kepenguasaan ini merupakan sebab yang menimbulkan kepemilikan

terhadap suatu barang yang sebelumnya tidak ada yang memilikinya.

2) Proses kepemilikan ini adalah karena aksi praktis dan bukan karena

ucapan seperti dalam akad. Karena kepemilikan ini terjadi oleh sebab

aksi praktis, maka dua persyaratan di bawah ini mesti dipenuhi

terlebih dahulu agar kepemilikan tersebut sah secara syar’i yaitu:

a) belum ada orang lain yang mendahului melakukan ihraz

(penguasaan). Dalam hal ini berlaku kaidah:

“Barang siapa lebih dahulu menguasai harta bebas, maka sungguhia telah memilikinya”

b) Orang yang lebih dahulu mendapatkan barang tersebut harus

berniat untuk memilikinya, kalau tidak, maka barang itu tidak

menjadi miliknya.jadi kalimat kunci dari ihraz al-mubahat adalah

penguasaan untuk tujuan dimiliki.

b. Adanya transaksi (al-aqd)

Yang dimaksud dengan al-aqd adalah pertalian antara ijab dan

qabul sesuai dengan ketentuan syara’ yang menimbulkan pengaruh

Page 33: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

24

terhadap obyek akad. Akad merupakan sebab kepemilikan yang paling

kuat dan paling luas berlaku dalam kehidupan manusia yang mebutuhkan

distribusi harta kekayaan.

c. Penggantian (al-khalafiyah)

Al-khalafiyah adalah penggantian seseorang atau sesuatu yang baru

menempati posisi pemilikan yang lama. Penggantian dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

1) Penggantian atas seseorang oleh orang lain, seperti pewarisan

Dalam pewarisan, seorang ahli waris menggantikan posisi kepemilikan

orang yang wafat terhadap terhadap harta yang ditinggalkannya

(tirkah).

2) Penggantian benda atas benda yang lainnya, seperti tadhmin

(pertanggungan) ketika seseorang merusakkan atau menghilangkan

harta benda orang lain, atau pada ta’widh (pengganti kerugian) ketika

seseorang menyebabkan penganiayaan terhadap pihak lain. Melalui

tadhmin dan ta’widh, terjadilah peralihan kepemilikan dari pemilik

lama kepada pemilik baru.

d. Turunan dari sesuatu yang dimiliki (al-tawallud)

Sesuatu yang dihasilkan dari sesuatu yang dimiliki adalah milik

orang yang memiliki ssesuatu yang awal. Hal ini berlaku kaidah:

مل

Page 34: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

25

Setiap peranakan atau segala sesuatu yang tumbuh (muncul) dari hartamilik adalah milik pemiliknya.

Prinsip tawallud ini hanya berlaku pada harta yang bersifat

produktif (dapat menghasilkan sesuatu yang baru) seperti binatang yang

dapat beranak, menghasilkan air susu dan pohon yang dapat berbuah.

Benda mati yang tidak produktif seperti rumah, perabotan rumah, dan

uang tidak berlaku prinsip tawallud. Keuntungan yang didapat dari benda-

benda mati tersebut sesungguhnya berasal dari hasil usaha (tijarah).15

2. Kepemilikan Umum (milkiyah ‘ammah)

Kepemilikan umum adalah hak yang ditetapkan bagi setiap individu

untuk memanfaatkan benda-benda tertentu yang ditetapkan oleh syara’ atas

dasar individu tersebut merupakan bagian dari komunitas masyarakat, bukan

sebagai individu yang memiliki barang tersebut. Sedangkan benda-benda

yang termasuk dalam kategori kepemilikan umum adalah benda-benda yang

telah dinyatakan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW bahwa benda-benda

tersebut untuk suatu komunitas dimana mereka masing-masing saling

membutuhkan. Berkaitan dengan pemilikan umum ini, hukum Islam

15 Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah...., hal. 61-62.

Page 35: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

26

melarang benda tersebut dikuasai hanya oleh seseorang atau sekelompok

kecil orang.16

Islam menjelaskan bahwa setiap sumber alam yang produktif adalah

menjadi hak milik umum apabila memenuhi dua syarat, yaitu:

3. Sumber alam tersebut mempunyai manfaat yang penting bagi masyarakat

4. Sumber alam tersebut tumbuh dengan sendirinya, dan tidak membutuhkan

pekerjaan besar untuk mendapatkan hasilnya.

Apabila kedua syarat ini terpenuhi, maka sumber alam tersebut

menjadi milik umum dan negara tidak boleh menjual atau memberikan

kepada seseorang. Sedangkan apabila salah satu kedua syarat di atas tidak

ada, maka pemerintah boleh memberikan hak pengelolaan sumber daya alam

tersebut kepada perorangan atau membiarkan tetap sebagai hak milik umum

sebagaimana asalnya.17

Adapun jenis-jenis benda milik umum dapat dikategorikan menjadi 3

(tiga) bagian, yaitu:

a. Barang tambang (sumber alam) yang tak terbatas jumlahnya

Dalil yang digunakan sebagai dasar untuk jenis barang yang

depositnya tidak terbatas ini adalah hadis Nabi riwayat Abu Dawud

16 Taqiyuddin an-Nabhani, An-Nizham al-Iqtishadi al-Islam, terj: Redaksi al-AzharPress, (Bogor: Al-Azhar Press, 2009), hal. 238.

17 Said Mahammad Basyuni, al-Hurriyyah al-Iqtishadiyyah fi al-Islam wa Atsaruha fial-Tanmiyah, (Kairo: Dar al-Wafa’, 1988), hal. 220-221.

Page 36: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

27

tentang Abyad ibn Hamal yang meminta kepada Rasulullah agar dia

diizinkan mengelola tambang garam di daerah Ma'rab:

"Bahwa ia datang kepada Rasulullah SAW meminta (tambang) garam,maka beliaupun memberikannya. Setelah ia pergi, ada seorang laki-lakiyang bertanya kepada beliau: "Wahai Rasulullah, tahukah apa yangengkau berikan kepadanya? Sesungguhnya engkau telah memberikansesuatu yang bagaikan air mengalir". Lalu ia berkata: KemudianRasulullah pun menarik kembali tambang itu darinya" (HR AbuDawud).18

Larangan tersebut tidak hanya terbatas pada tambang garam saja,

melainkan meliputi seluruh barang tambang yang jumlah depositnya

banyak (laksana air mengalir) atau tidak terbatas. Ini juga mencakup

kepemilikan semua jenis tambang, baik yang tampak di permukaan bumi

seperti garam, batu mulia atau tambang yang berada dalam perut bumi

seperti tambang emas, perak, besi, tembaga, minyak, timah dan

sejenisnya.

Barang tambang semacam ini menjadi milik umum sehingga tidak

boleh dimiliki oleh perorangan atau beberapa orang. Demikian juga tidak

boleh hukumnya, memberikan keistimewaan kepada seseorang atau

18 Abi Daud Sulaiman As-Sijistani, Sunan Abi Daud, (‘Amman: Dar al-A’lam), 2003,hal. 507.

Page 37: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

28

lembaga tertentu untuk mengeksploitasinya tetapi penguasa wajib

membiarkannya sebagai milik umum bagi seluruh rakyat. Negaralah yang

wajib menggalinya, memisahkannya dari benda-benda lain, menjualnya

dan menyimpan hasilnya di bayt al-mal.

Ketentuan bahwa barang tambang adalah termasuk kepemilikan

umum jika barang tambang tersebut ditemukan di dalam tanah yang tidak

dimiliki oleh seseorang. Apabila barang tambang tersebut ditemukan di

tempat yang masuk dalam kepemilikan pribadi, para fuqaha berbeda

pendapat. Ada dua pendapat yang meengemuka di kalangan fuqaha

menanggapi persoalan barang tambang yang ditemukan di tanah yang

sudah menjadi milik seseorang, yaitu:

1) Barang tambang tersebut tetap menjadi milik umum, sekalipun

ditemukan di tanah yang sudah menjadi milik seseorang. pendapat ini

dipilih oleh sebagian besar ulama mazhab Maliki.

2) Barang tambang tersebut menjadi milik sang pemilik tanah karena ikut

kepada tanah, sebagaimana tanaman yang tumbuh di atas tanah

tersebut. Inilah pendapat yang terkuat dalam mazhab Syafii.19

b. Sarana umum dan kebutuhan pokok yang diperlukan oleh masyarakat

dalam kehidupan sehari-hari

19 Ahmad Muhammad al-‘Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, An-Nizam al-Iqtishadifi al-Islam, terj: Imam Saefudin, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal: 71.

Page 38: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

29

Semua harta yang mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia

dan jika tidak ada akan menyebabkan kesengsaraan bagi manusia tidak

boleh dikuasai oleh seseorang dan menjadi milik bersama, seperti air.

Rasulullah SAW telah menjelaskan secara rinci dan sempurna mengenai

sifat-sifat sarana umum ini. Hal ini seperti yang dimaksud dalam hadits

beliau yang berkaitan dengan sarana umum ini. Seperti hadits yang

diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Kaum Muslim bersekutu (memiliki hak yang sama) dalam tigahal: air, padang rumput dan api.” (HR Abu Dawud)20

Air, padang rumput, dan api merupakan sebagian harta yang

pertama kali diperbolehkan oleh Rasulullah untuk seluruh umat manusia.

Mereka berserikat di dalamnya dan melarang mereka untuk memiliki

bagian apa pun dari sarana umum tersebut, karena hal itu merupakan hak

seluruh rakyat. Rakyat boleh mengambil air dari sungai-sungai yang ada

untuk mengairi sawah dan ladang mereka. Rakyat juga boleh mengambil

rumput untuk hewan ternak mereka dari padang rumput yang tidak

dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini pemerintah tidak boleh

20 Abi Daud Sulaiman As-Sijistani, Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 1998),hal. 537.

Page 39: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

30

memberikannya hanya kepada satu golongan dan melarang golongan

lainnya. Pemerintah hanya diperbolehkan melakukan pengaturan agar

tidak terjadi perselisihan antar sesama anggota masyarakat dalam

memanfaatkan sarana umum tersebut.21

Sarana umum yang menjadi milik bersama dan tidak boleh

dimiliki secara pribadi tidak hanya terbatas pada ketiga benda yang

disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits di atas. Para ulama

berpendapat bahwa hadits di atas hanya menyebutkan beberapa jenis

benda sebagai contoh, bukan merinci secara pasti bahwa hanya ketiga

benda tersebut yang menjadi milik umum. Para ulama mengqiyaskan

(menyamakan) dengan benda yang disebutkan dalam hadits untuk semua

benda-benda yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan

mereka. Seperti minyak bumi dan batubara sebagai sumber energi

disamakan dengan api yang merupakan sumber energi pada masa

Rasulullah dan dibutuhkan oleh seluruh manusia.

c. Harta yang asal pembentukannya menghalangi seseorang untuk

memilikinya

Yang termasuk dalam kategori ini adalah benda-banda yang sejak

awal pembentukannya diperuntukkan bagi kepentingan umum dan dapat

21 Said Mahammad Basyuni, al-Hurriyyah al-Iqtishadiyyah fi al-Islam wa Atsaruha fial-Tanmiyah, (Kairo: Dar al-Wafa’, 1988), hal. 244.

Page 40: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

31

dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat. Contohnya adalah benda-benda

yang diwaqafkan untuk kepentingan umum, seperti masjid dan jalan raya.

Dalil dari harta jenis ini adalah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh imam

Tirmidzi:

Artinya: Mina adalah milik orang-orang yang lebih dahulu sampai. (HR.Tirmidzi dari Aisyah)22

Maksud dari perkataan munakhu man sabaq adalah bahwa Mina

merupakan milik seluruh rakyat. Barangsiapa yang lebih awal datang di

tempat Mina, lalu menempatinya, maka bagian tersebut adalah baginya,

karena Mina adalah milik umum bagi seluruh manusia.

Hal yang sama juga terjadi pada harta yang diwaqafkan pemiliknya

untuk kepentingan umum, seperti masjid, sekolah dan jalan raya.

Semuanya merupakan harta milik umum yang dilarang dimiliki oleh

individu dengan alasan apapun.

3. Kepemilikan Negara (Milkiyah Daulah)

Kepemilikan negara merupakan kekhususan yang dimiliki oleh negara

dalam mengelola harta yang merupakan milik umum (seluruh rakyat), dimana

22 Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, Sunan at-Tirmidzi, Beirut, (Dar al-Ma’rifah:2002), hal: 379.

Page 41: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

32

kepala negara selaku pemegang kekuasaan bisa memberikan harta tersebut

kepada sebagian rakyatnya sesuai dengan kebijakannya. Yang termasuk

dalam harta milik negara adalah harta yang tersimpan di baitul mal (kas

negara) yang berasal dari harta fai’, kharaj, dan jizyah (pajak).23

Ada perbedaan yang mendasar antara harta milik negara dan harta

milik umum, meskipun pengelolaannya sama-sama dilakukan oleh negara.

Harta yang termasuk milik umum pada dasarnya tidak boleh diberikan negara

kepada siapapun, meskipun negara dapat membolehkan orang-orang untuk

mengambil dan memanfaatkannya. Berbeda dengan harta milik negara

dimana negara berhak untuk memberikan harta tersebut kepada siapapun

yang dikehendaki oleh negara sesuai dengan kebijakan negara.

Sebagai contoh: air, garam, padang rumput yang merupakan milik

umum, negara tidak boleh sama sekali memberikannya kepada orang tertentu,

meskipun semua orang boleh memanfaatkannya secara bersama-sama sesuai

dengan keperluannya. Berbeda dengan harta kharaj (pajak) yang merupakan

milik negara boleh diberikan kepada para petani saja sedangkan yang lain

tidak. Juga diperbolehkan harta kharaj dipergunakan untuk membeli senjata

saja tanpa diberikan kepada seorangpun.24

23 Rafiq Yunus al-Mishry, Ushul al-Iqtishadi al-Islami, (Damaskus: Dar al-Qalam,1993), hal 45-46.

24 Rafiq Yunus al-Mishry, Ushul al-Iqtishad....., hal. 46.

Page 42: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

33

Dalam konteks Inndonesia, harta milik negara adalah semua

penerimaan negara yang masuk dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara), baik penerimaan negara dari pajak maupun penerimaan

negara non-pajak. Semua penerimaan negara tersebut akan dikeluarkan

(dibelanjakan) sesuai dengan kebijakan pemerintah.

C. Penguasaan atas Sumber Daya Air

Air, Sebagaimana telah dijelaskan di atas, merupakan salah satu benda

yang menjadi milik umum dan bisa dimanfaatkan oleh semua orang. Sedangkan

air yang dieksplorasi ada tiga macam, yaitu: air sungai, air sumur, dan air dari

mata air.25 Ketiganya akan dijelaskan secara rinci beserta siapa saja yang berhak

untuk menguasai dan memanfaatkannya.

1. Air Sungai

Air sungai sendiri dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: Pertama,

sungai besar yang dialirkan oleh Allah SWT yang tidak dibuat manusia,

seperti sungai Nil, sungai Dajlah. Air dari sungai macam ini dapat

dipergunakan untuk berbagai keperluan, mulai untuk minum, mengairi lahan

pertanian, sampai pembangkit listrik. Tidak ada yang boleh melarang

seseorang untuk mengambil air darinya, termasuk pemerintah. Pemerintah

25 Ali ibn Muhammad al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sulthaniyah wa al-Wilayat al-Diniyah,(Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2006), hal. 226.

Page 43: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

34

tidak berkuasa atas air yang ada di sungai tersebut. Pemerintah hanya berhak

untuk mengatur supaya pemanfaatan air berlangsung tertib dan lancar.

Kedua, sungai kecil yang dialirkan oleh Allah SWT. Sungai jenis ini

ada dua macam:

a. Sungai yang bisa naik meninggi meskipun tanpa bendungan yang

menahannya dan mencukupi kebutuhan penduduk tanpa kekurangan.

Masing-masing penduduk boleh mengambil air untuk mengairi lahan

pertaniannya saat ia membutuhkan. Peran pemerintah adalah mengatur

pemanfaatan air supaya tidak terjadi perselisihan antar warga.

b. Sungai yang airnya sedikit dan baru bisa mengairi lahan pertanian apabila

diberi bendungan. Maka penduduk bagian hulu dapat menahan air itu

hingga dapat mengairi sawah mereka, kemudian dilanjutkan wilayah

berikutnya yang dilewati sungai. Peran pemerintah adalah mengatur

supaya penduduk yang di hulu tidak menghabiskan air dan membatasi

pemakaian air supaya bisa merata. Adapun ukuran air yang ditahan oleh

penduduk hulu adalah sebatas mata kaki sebagaimana yang diriwayatkan

dari Rasulullah SAW.26

Ketiga, sungai yang digali oleh manusia ketika mereka menghidupkan

lahan mati untuk mengairi lahan mereka. Maka sungai itu menjadi milik

bersama mereka, seperti saluran yang mereka buat di antara lahan mereka.

26 Ali ibn Muhammad al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sulthaniyah........, hal. 227.

Page 44: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

35

2. Air Sumur

Bagi para penggali sumur ada tiga kemungkinan: Pertama, orang yang

menggali sumur untuk air minum bagi orang yang lewat, maka air yang

dihasilkan oleh sumur itu menjadi milik bersama, dan penggalinya memiliki

hak yang setara dengan orang lain. Jadi penggali sumur seolah-olah

mewaqafkan sumur hasil galiannya kepada setiap orang yang

membutuhkannya.

Kedua, orang yang menggali sumur untuk pemenuhan kebutuhan

airnya. Seperti kalangan badui yang nomaden (berpindah-pindah) saat mereka

menempati lahan dan menggali sumur di tanah itu untuk keperluan minum

mereka dan hewan-hewannya. Maka mereka menjadi pihak yang paling

berhak atas air sumur itu selama mereka berada di tempat itu. Jika mereka

meninggalkan tempat itu, maka sumur itu menjadi sumber air yang menjadi

milik umum.

Ketiga, orang yang menggali untuk kepentingan dirinya dengan niat

untuk memilikinya. Apabila penggaliannya belum sampai menemukan air,

maka kepemilikannya atas sumur itu belum diakui. Sedangkan jika dia

menggalinya dan menemukan airnya, maka sumur itu menjadi miliknya

setelah selesai menuntaskan penggaliannya.27 Hukum di atas adalah ketika

27 Ali ibn Muhammad al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sulthaniyah....., hal. 229.

Page 45: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

36

seseorang menggalinya di lahan kosong yang tidak dimiliki oleh seseorang

(bumi mati).

3. Air dari mata air

Mata air terbagi atas 3 (tiga) macam: Pertama, mata air yang

dipancarkan oleh Allah SWT dan bukan karena digali oleh manusia. Status

hukum mata air ini adalah sebagaimana hukum dari sungai-sungai yang

dialirkan oleh Allah SWT. Bagi orang yang mengelola bumi mati dengan

menggunakan air dari mata air tersebut, maka dia dapat mengambilnya sesuai

dengan kebutuhannya. Jika para petani memperebutkan mata air itu karena

keterbatasan airnya, maka yang didahulukan adalah lahan-lahan yang

dihidupkan (dikelola) dengan air dari mata air tersebut.

Kedua, mata air yang digali oleh manusia. Mata air tersebut menjadi

milik orang yang menggalinya dan dia juga berhak memiliki lahan di sekitar

mata air tersebut. Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa masalah luasnya tanah

di sekitanya adalah mengikuti kebiasaan yang berlaku. Sedang imam Abu

Hanifah berpendapat tanah di sekitar mata air adalah seluas lima ratus hasta.

Orang yang menggali mata air itu boleh mengalirkan airnya ke mana saja

yang dia mau, dan tanah yang dialiri air itu menjadi miliknya juga.

Ketiga, mata air yang digali oleh seseorang di lingkungan tanah

miliknya, maka orang itu menjadi pihak yang paling berhak atas airnya. Jika

kapasitas mata air itu hanya mencukupi pengairan ladangnya, orang lain tidak

berhak atas airnya, kecuali untuk orang yang amat membutuhkan untuk

Page 46: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

37

diminum. Jika air itu lebih dari kebutuhannya, lalu dia ingin mengolah lahan

lain dengan kelebihan air tersebut, maka dia menjadi pihak yang berhak atas

kelebihan air tersebut. Jika dia tidak ingin mengolah tanah mati dengan

kelebihan air itu, maka dia harus memberikan kelebihan air itu untuk para

pemilik ternak, bukan para pemilik ladang. Jika dia minta bayaran atas air

yang digunakan oleh para pemilik ladang, maka hal itu boleh dilakukan.28

28 Ali ibn Muhammad al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sulthaniyah......., hal. 232.

Page 47: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

38

BAB III

PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

NOMOR 058-059-060-063/PUU-II/2004 DAN NOMOR 008/PUU-III/2005

A. Hukum Acara dan Putusan Mahkamah Konstitusi

1. Hukum Acara

Untuk melaksanakan kewenangannya, Mahkamah Konstitusi hanya

bisa melakukan atau memutus perkara yang dimohonkan kepadanya apabila

pemohon tersebut mempunyai kedudukan hukum (legal standing). Tidak

semua orang dapat mengajukan perkara permohonan ke Mahkamah Konstitusi

dan menjadi pemohon. Adanya kepentingan hukum saja, sebagaimana dikenal

dalam hukum acara perdata maupun hukum acara tata usaha negara belum

tentu dapat dijadikan dasar permohonan.1

Pemohon adalah subjek hukum yang memenuhi persyaratan menurut

undang-undang untuk mengajukan permohonan perkara konstitusi kepada

Mahkamah Konstitusi. Pemenuhan syarat-syarat tersebut menentukan

kedudukan hukum atau legal standing suatu subjek hukum untuk menjadi

pemohon yang sah dalam perkara pengujian undang-undang. Dalam perkara

pengujian undang-undang, persyaratan legal standing atau kedudukan hukum

1 Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Cet I,(Jakarta: MKRI, 2006), hal. 94.

Page 48: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

39

dimaksud mencakup syarat formil sebagaimana ditentukan dalam undang-

undang, maupun syarat materiil berupa kerugian hak atau kewenangan

konstitusional dengan berlakunya undang-undang yang sedang dipersoalkan.2

Dalam hukum acara Mahkamah Konstitusi, yang boleh mengajukan

permohonan untuk berperkara di Mahkamah Konstitusi ditentukan dalam

Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

Konstitusi, yang menyebutkan:

(1) Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan

konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu:

a. perorangan warga negara Indonesia;

b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai

dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;

c. badan hukum publik atau privat; atau

d. lembaga negara.

Ketentuan di atas dipertegas dalam penjelasannya, bahwa yang

dimaksud dengan “hak konstitusional” adalah hak-hak yang diatur dalam

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga

agar seseorang atau suatu pihak dapat diterima sebagai Pemohon yang

2 Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, (Jakarta: KonsitusiPress, 2006), hal. 67-68.

Page 49: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

40

memiliki kedudukan hukum (legal standing) dalam permohonan pengujian

undang-undang terhadap Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, maka terlebih dahulu harus menjelaskan dan membuktikan:

a. Kualifikasinya dalam permohonan a quo sebagaimana disebut dalam

Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi;

b. Hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dalam kualifikasi dimaksud

yang dianggap telah dirugikan oleh berlakunya undang-undang yang diuji;

c. Kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon sebagai

akibat berlakunya undang-undang yang dimohonkan pengujian.

Tentang Iegal standing, Mahkamah Konstitusi pernah menjelaskannya

dalam putusan Perkara Nomor 006/PUU-III/2005 dan Nomor 010/PUU-

III/2005, bahwa kerugian yang timbul karena berlakunya suatu undang-

undang menurut Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003

tentang Mahkamah Konstitusi, harus memenuhi 5 (lima) syarat sebagai

berikut:

a. adanya hak konstitusional Pemohon yang diberikan Undang Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa hak konstitusional Pemohon tersebut dianggap oleh Pemohon telah

dirugikan oleh suatu undang-undang yang diuji;

Page 50: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

41

c. bahwa kerugian konstitusional Pemohon yang dimaksud bersifat spesifik

(khusus) dan aktual atau setidaknya bersifat potensial yang menurut

penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi;

d. adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara kerugian dan

berlakunya undang-undang yang dimohonkan untuk diuji;

e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka

kerugian konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi.3

Perselisihan yang dibawa ke Mahkamah Konstitusi sesungguhnya

memiliki karakter tersendiri dan berbeda dengan perselisihan yang dihadapi

sehari-hari oleh peradilan biasa. Keputusan yang diminta oleh pemohon dan

diberikan oleh Mahkamah Konstitusi akan membawa akibat hukum yang

tidak hanya mengenai orang seorang, tetapi juga orang lain, lembaga negara

dan aparatur pemerintah atau masyarakat pada umumnya, terutama sekali

dalam hal pengujian undang-undang terhadap Undang Undang Dasar.

Nuansa public interest yang melekat pada perkara-perkara semacam

itu akan menjadi pembeda yang jelas dengan perkara pidana, perdata, dan tata

usaha negara yang pada umumnya menyangkut kepentingan pribadi dan

individu berhadapan dengan individu lain ataupun dengan pemerintah. Ciri

3 Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Cet I,Jakarta MKRI, 2006), hal. 96-97.

Page 51: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

42

inilah yang membedakan penerapan hukum acara di Mahkamah Konstitusi

dengan hukum acara di pengadilan-pengadilan lainnya.

Oleh karena terjadinya praktek hukum acara yang merujuk pada

undang-undang, hukum acara lain yang timbul karena kebutuhan yang

kadang-kadang dihadapkan kepada Mahkamah Konstitusi, maka ketentuan

yang memberlakukan aturan Hukum Acara Pidana, Perdata, dan Tata Usaha

Negara secara mutatis mutandis dapat diberlakukan dengan menyesuaikan

aturan dimaksud dalam praktek hukum acaranya. Hanya saja jika terjadi

pertentangan dalam praktek hukum acara pidana dan tata usaha negara dengan

aturan hukum acara perdata maka secara mutatis mutandis juga aturan hukum

acara perdata tidak akan diberlakukan. Meskipun aturan ini tidak dimuat

dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi,

akan tetapi telah diadopsi dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi (PMK), baik

sebelum maupun sesudah praktek yang merujuk undang-undang hukum acara

lain itu digunakan dalam praktek.

Dari uraian di atas, maka sumber hukum acara Mahkamah Konstitusi

dapat dikenali sebagai berikut:

a. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi;

b. Peraturan Mahkamah Konstitusi (PMK);

c. Putusan Mahkamah Konstitusi yang telah ada;

d. Undang-undang Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Peradilan Tata

Usaha Negara, dan Hukum Acara Pidana Indonesia;

Page 52: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

43

e. Pendapat sarjana (doktrin);

f. Hukum Acara dan/atau yurisprudensi Mahkamah Konstitusi Negara lain.4

Secara ringkas dan sistematis, prosedur berperkara di Mahkamah

Konstitusi dapat penulis simpulkan sebagai berikut:5

1. Pengajuan permohonan

a. Ditulis dalam bahasa Indonesia;

b. Ditandatangani oleh pemohon/kuasanya;

c. Diajukan dalam 12 rangkap;

d. Jenis perkara;

e. Sistematika:

1) Identitas dan legal standing

2) Posita

3) Petitum

f. Disertai bukti pendukung

2. Pendaftaran

3. Penjadwalan Sidang

a. Dalam 14 hari kerja setelah registrasi ditetapkan Hari Sidang I (kecuali

perkara Perselisihan Hasil Pemilu).

4 Maruarar Siahaan, Hukum Acara…., hal. 82-84.

5Lihat Bab V Hukum Acara Pasal 28-85 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konsti tusi.

Page 53: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

44

b. Para pihak diberitahu/dipanggil.

c. Diumumkan kepada masyarakat.

4. Pemeriksaan Pendahuluan

a. Sebelum pemeriksaan pokok perkara, memeriksa:

1) Kelengkapan syarat-syarat permohonan.

2) Kejelasan materi permohonan.

b. Memberi nasehat:

1) Kelengkapan syarat-syarat permohonan.

2) Perbaikan materi permohonan.

c. 14 hari harus sudah dilengkapi dan diperbaiki.

5. Pemeriksaan Persidangan

a. Terbuka untuk umum.

b. Memeriksa: permohonan dan alat bukti.

c. Para pihak hadir menghadapi sidang guna memberikan keterangan.

d. Lembaga Negara dapat dimintai keterangan, Lembaga Negara

dimaksud dalam jangka waktu tujuh hari wajib memberi keterangan

yang diminta.

e. Saksi dan/atau ahli memberi keterangan.

f. Pihak-pihak dapat diwakili kuasa, didampingi kuasa dan orang lain.

6. Putusan

Page 54: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

45

Adapun susunan isi putusan atau sistematika putusan Mahkamah

Konstitusi diatur dalam Pasal 48 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003

tentang Mahkamah Konstitusi, yaitu:

a. Mahkamah Konstitusi memberikan putusan demi keadilan berdasarkan

ketuhanan yang maha esa.

b. Setiap putusan Mahkamah Konstitusi harus memuat:

1)Kepala putusan berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa”;

2) Identitas pihak;

3)Ringkasan permohonan;

4)Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam persidangan;

5)Pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan;

6)Amar putusan;

7)Hari, tanggal putusan, nama hakim konstitusi, dan panitera.

2. Putusan Mahkamah Konstitusi

Putusan dalam peradilan merupakan perbuatan hakim sebagai pejabat

negara berwenang yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan

dibuat secara tertulis untuk mengakhiri sengketa yang dihadapkan

Page 55: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

46

kepadanya.6 Gustav Radbruch mengemukakan bahwa: “Seharusnya dalam

suatu putusan mengandung idée des recht atau cita hukum, yang meliputi

unsur keadilan (gerechtigkeit), kepastian hukum (rechtsicherheid) dan

kemanfaatan (zweekmasigkeit).7

Ketiga unsur tersebut sedapat mungkin harus diakomodir dalam suatu

putusan secara proporsional. Bagi hakim dalam menyelesaikan suatu perkara

yang penting bukanlah hukumnya karena hakim dianggap tahu hukumnya,

melainkan mengetahui secara objektif fakta atau peristiwanya sebagai duduk

perkara yang sebenarnya yang nantinya dijadikan dasar putusannya, bukan

secara a priori langsung menemukan hukumnya tanpa perlu mengetahui

terlebih dahulu duduk perkara yang sebenarnya. Untuk dapat memberikan

putusan pengadilan yang benar-benar menciptakan kepastian hukum dan

mencerminkan keadilan, hakim yang melaksanakan peradilan harus benar-

benar mengetahui duduk perkara yang sebenarnya dan peraturan hukum yang

akan diterapkan.8

6 Mr. P.A. Stein, Compendium Van Het Burgerlijke Procesrechts, 4e druk, Kluwer,1977, hal. 158. dalam Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi RepublikIndonesia, Cet I, (Jakarta: Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia), 2006, hal. 235.

7 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Edisi IV, (Yogyakarta: Liberty, 1995), hal.145.

8Bambang Sutiyoso, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia-UpayaMembangun Kesadaran dan Pemahaman Kepada Publik Akan Hak-Hak Konstitusionalnya YangDapat Diperjuangkan dan Dipertahankan Melalui Mahkamah Konstitusi, (Bandung: PT CitraAditya Bakti, 2006), hal. 117.

Page 56: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

47

Dengan demikian, putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh

hakim, sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di

dalam persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu

perkara atau sengketa antara para pihak.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 56 Undang-undang Nomor 24

Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, pada dasarnya isi putusan hakim

konstitusi dapat berupa 3 (tiga) macam, yaitu permohonan tidak dapat

diterima, permohonan ditolak, serta permohonan dikabulkan. Ketiga macam

hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Permohonan tidak dapat diterima (niet onvankelijk verklaard)

Syarat suatu putusan hakim konstitusi yang menyatakan

permohonan tidak dapat diterima (niet onvankelijk verklaard) apabila

permohonannya melawan hukum atau tidak berdasarkan hukum. Dalam

hal ini Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa pemohon dan atau

permohonannya tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 51 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

Konstitusi. Dalam Pasal 51 diatur bahwa:

1) Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan

konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu:

a) Perorangan warga negara Indonesia;

Page 57: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

48

b) Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan

sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;

c) Badan hukum publik atau privat; atau

d) Lembaga negara.

2) Pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannya

tentang hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

3) Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon

wajib menguraikan dengan jelas bahwa:

a) Pembentukan undang-undang tidak memenuhi ketentuan

berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945; dan/atau

b) Materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang

dianggap bertentangan dengan Undang Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Permohonan ditolak (ontzigd)

Putusan hakim konstitusi menyatakan permohonan ditolak apabila

permohonannya tidak beralasan. Dalam hal ini undang-undang dimaksud

tidak bertentangan dengan Undang Undang Dasar 1945, baik mengenai

pembentukan maupun materinya sebagian atau keseluruhan, maka amar

putusannya menyatakan permohonan ditolak.

Page 58: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

49

c. Permohonan dikabulkan.

Putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan permohonan

dikabulkan, apabila permohonannya beralasan. Dalam hal ini Mahkamah

Konstitusi berpendapat bahwa permohonan beralasan. Atau dalam hal

pembentukan undang-undang dimaksud tidak memenuhi ketentuan

pembentukan undang-undang berdasarkan Undang Undang Dasar 1945,

amar putusan menyatakan permohonan dikabulkan. Dalam hal

permohonan dikabulkan, Mahkamah Konstitusi menyatakan dengan tegas

materi muatan ayat, pasal, dan atau bagian dari undang-undang yang

bertentangan dengan Undang Undang Dasar 1945.

Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan permohonaan

wajib dimuat dalam berita negara dalam jangka waktu paling lambat tiga

puluh hari kerja sejak putusan diucapkan. Terhadap materi muatan ayat,

pasal, dan atau bagian dari undang-undang yang telah diuji, tidak dapat

dimohonkan pengujian kembali dikemudian hari (nebis in idem).

Jenis putusan Mahkamah Konstitusi yang disimpulkan dari

amarnya dapat dibedakan antara putusan yang bersifat declaratoir,

constitutief dan condemnatoir. Suatu putusan dikatakan condemnatoir

kalau putusan tersebut berisi penghukuman terhadap tergugat atau

termohon untuk melakukan satu prestasi (tot het verrichten van een

prestatie). Akibat dari putusan condemnatoir ialah diberikannya hak

kepada penggugat/pemohon untuk meminta tindakan eksekutorial

Page 59: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

50

terhadap penggugat/termohon. Sifat putusan condemnatoir ini dapat

dilihat dalam putusan perkara sengketa kewenangan lembaga negara.

Sedangkan putusan declaratoir adalah putusan dimana hakim

menyatakan apa yang menjadi hukum. Putusan hakim yang menyatakan

permohonan atau gugatan ditolak merupakan satu putusan yang bersifat

declaratoir. Putusan yang bersifat declaratoir dalam pengujian undang-

undang oleh Mahkamah Konstitusi nampak jelas dalam amar putusannya.

Pasal 56 ayat (3) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa:

“Dalam hal permohonan dikabulkan sebagaimana dimaksud ayat(2), Mahkamah Konstitusi menyatakan dengan tegas materi muatan, ayat,pasal, dan/atau bagian dari undang-undang yang bertentangan denganUndang Undang dasar Republik Indonesia Tahun 1945.”

Tetapi setiap putusan yang bersifat declaratoir khususnya yang

menyatakan bagian undang-undang, ayat dan/atau pasal bertentangan

dengan Undang Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan

hukum mengikat juga sekaligus merupakan putusan yang bersifat

constitutief.

Putusan constitutief adalah putusan yang menyatakan satu keadaan

hukum atau menciptakan satu keadaan hukum baru. Menyatakan suatu

undang-undang tidak memiliki kekuatan hukum mengikat karena

bertentangan dengan Undang Undang Dasar 1945 adalah meniadakan

Page 60: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

51

keadaan hukum yang timbul karena undang-undang yang dinyatakan tidak

mempunyai kekuatan hukum mengikat.9

Putusan Mahkamah Konstitusi, sebagaimana telah diuraikan di

atas, kebanyakan jenisnya, terutama dalam pengujian undang-undang

adalah bersifat declaratoir constitutief. Artinya putusan Mahkamah

Konstitusi itu menciptakan atau meniadakan satu keadaan hukum baru

atau membentuk hukum baru sebagai negative-legislator. Sifat declaratoir

tidak membutuhkan satu aparat yang melakukan pelaksanaan putusan

Mahkamah Konstitusi.

Putusan Mahkamah Konstitusi sejak diucapkan di hadapan sidang

terbuka untuk umum, dapat mempunyai 3 (tiga) kekuatan, yaitu:

a. Kekuatan Mengikat

Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili perkara konstitusi

dalam tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final. Itu

berarti bahwa putusan Mahkamah Konstitusi langsung memperoleh

kekuatan hukum tetap sejak diucapkan dan tidak ada upaya hukum

yang dapat ditempuh.

Kekuatan mengikat putusan Mahkamah Konstitusi, berbeda

dengan putusan pengadilan biasa, tidak hanya meliputi pihak-pihak

9 Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Cet I,Jakarta: MKRI, 2006), hal. 240-242.

Page 61: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

52

yang berperkara (interpartes) yaitu pemohon, pemerintah, DPR/DPD

ataupun pihak terkait yang diizinkan memasuki proses perkara, tetapi

putusan tersebut juga mengikat semua orang, lembaga negara dan

badan hukum yang ada di wilayah Republik Indonesia

Ia belaku sebagai hukum sebagaimana hukum diciptakan

pembuat undang-undang. Hakim Mahkamah Konstitusi dikatakan

sebagai negative legislatoir yang putusannya bersifat erga omnes,

yang ditujukan pada semua orang.

b. Kekuatan pembuktian

Pasal 60 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi menentukan bahwa materi muatan, ayat, pasal

dan/atau bagian dari undang-undang yang telah diuji, tidak dapat

dimohonkan untuk diuji kembali. Dengan demikian adanya putusan

Mahkamah Konstitusi yang telah menguji satu undang-undang,

merupakan alat bukti yang dapat digunakan bahwa telah diperoleh satu

kekuatan pasti (gezag van gewijsde).

Kekuatan pasti satu putusan secara negatif diartikan bahwa

hakim tidak boleh lagi memutus perkara permohonan yang

sebelumnya pernah diputuskan. Dalam perkara konstitusi putusannya

bersifat erga omnes, maka permohonan pengujian yang menyangkut

materi yang sama sudah pernah diputus tidak dapat lagi diajukan untuk

diuji oleh siapa pun. Putusan Mahkamah Konstitusi yang telah

Page 62: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

53

berkekuatan tetap demikian dapat digunakan sebagai alat bukti dengan

kekuatan pasti secara positif bahwa apa yang diputuskan oleh hakim

itu telah benar.

c. Kekuatan eksekutorial

Hakim Mahkamah Konstitusi adalah negative-legislator dan

putusannya berlaku sebagai undang-undang tetapi tidak memerlukan

perubahan yang harus dilakukan dengan amandemen atas undang-

undang yang bagian tertentu dinyatakan bertentangan dengan Undang

Undang Dasar 1945. Untuk itu, putusan Mahkamah Konstitusi perlu

dimuat dalam berita negara agar setiap orang mengetahuinya.

Dalam hal kewenangan Mahkamah Konstitusi melakukan

pengujian terhadap konstitusionalitas dari suatu undang-undang, maka

karakteristik putusannya yaitu bahwa selama undang-undang tersebut

sedang diuji oleh Mahkamah Konstitusi masih tetap berlaku, sebelum

ada putusan yang menyatakan bahwa undang-undang tersebut

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.

B. Pengujian Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

1. Pemohon dan Jenis Permohonan

Permohonan pengujian Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Sumber Daya Air merupakan permohonan pengujian undang-undang yang

paling banyak pemohonnya sepanjang terbentuknya Mahkamah Konstitusi

Page 63: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

54

(sebelum dikalahkan oleh pengujian Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah). Pengujian ini terdiri dari 5 berkas

permohonan, yaitu permohonan dengan Nomor Registrasi Perkara 058/PUU-

II/2004, 059/PUU-II/2004, 060/PUU-II/2004, 063/PUU-II/2004, dan

008/PUU-III/2005. Lebih rincinya, permohonan tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut:

a. Permohonan 058/PUU-II/2004.No Kategori Nomor Registrasi Perkara 058/PUU-II/20041 Pemohon Tim Advokasi Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air yang

meliputi beberapa LSM dan perorangan sebanyak 53orang

2 Kategori Pemohon Perorangan warga negara Indonesia (termasukkelompok orang)

3 Tanggal RegistrasiPermohonan

18 Juni 2004, kemudian setelah diperbaiki, diserahkankembali ke Mahkamah Konstitusi pada tanggal 27 Juli2004

4 Jenis Perngujian Pengujian formil dan materil5 Objek Permohonan 1. Konsideran mengingat dalam UU No.7 Tahun 2004

yang tidak mencantumkan Pasal 33 ayat (1) sampaiayat (5) secara utuh

2. Pasal 6 ayat (3), Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal8 ayat (2) huruf c, Pasal 9 ayat (1), Pasal 29 ayat (3)dan ayat (4), Pasal 29 ayat (5), Pasal 38 ayat (2),Pasal 40 ayat (1), ayat (4) dan ayat (7), Pasal 45 ayat(3) dan ayat (4), Pasal 46 ayat (2), Pasal 91, Pasal 92ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU No.7 Tahun 2004

b. Permohonan 059/PUU-II/2004No Kategori Nomor Registrasi Perkara 059/PUU-II/20041 Pemohon 16 orang dari organisasi non-pemerintah yang

menamakan diri Rakyat Menggugat, antara lain terdiridari WALHI, FSPI dan lain-lain

2 Kategori Pemohon Badan Hukum3 Tanggal Registrasi

Permohonan2 Juli 2004, kemudian setelah diperbaiki, diserahkankembali ke Mahkamah Konstitusi pada tanggal 27 Juli

Page 64: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

55

20044 Jenis Pengujian Pengujian formil dan materil5 Objek Permohonan UU No 7 Tahun 2004 secara keseluruhan

c. Permohonan 060/PUU-II/2004No Kategori Nomor Registrasi Perkara 060/PUU-II/20041 Pemohon 868 perorangan WNI2 Kategori Pemohon Perorangan warga negara Indonesia (termasuk

kelompok orang)3 Tanggal Registrasi

Permohonan29 Juli 2004, kemudian setelah diperbaiki, diserahkankembali ke Mahkamah Konstitusi pada tanggal 8September 2004

4 Jenis Pengujian Pengujian formil dan materil5 Objek Permohonan UU No 7 Tahun 2004 secara keseluruhan

d. Permohonan 063/PUU-II/2004No Kategori Nomor Registrasi Perkara 063/PUU-II/20041 Pemohon Suta Widya, perorangan WNI2 Kategori Pemohon Perorangan warga negara Indonesia3 Tanggal Registrasi

Permohonan26 Juli 2004, kemudian setelah diperbaiki, diserahkankembali ke Mahkamah Konstitusi pada tanggal 22September 2004

4 Jenis Pengujian Pengujian formil dan materil5 Objek Permohonan Pasal 9, Pasal 26 ayat (7), Pasal 45 dan Pasal 46 UU No

7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

e. Permohonan 008/PUU-III/2005

Permohonan ini merupakan permohonan yang bersifat ad

informandum10. Hal ini berdasarkan saran dari Mahkamah Konstitusi karena

permohonan 008/PUU-III/2005 diajukan pada saat empat permohonan

sebelumnya telah berjalan dan tinggal menunggu putusan saja. ad

informandum yang dimaksud adalah jika suatu permohonan mempunyai

10 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Putusan Perkara Nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan Perkara Nomor 008/PUU-III/2005, hal. 167

Page 65: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

56

kepentingan terhadap pasal-pasal sama dengan yang telah dimohonkan

sebelumnnya, maka permohonan diajukan untuk memperkuat dalil,

argumentasi menyangkut pasal-pasal yang telah dimohonkan oleh pemohon

sebelumnya.

No Kategori Nomor Registrasi Perkara 008/PUU-III/20051 Pemohon 2063 orang WNI yang memberi kuasa kepada Bambang

Widjojanto, S.H., LLM., dkk, dari “Tim AdvokasiKeadilan Sumber Daya Alam”

2 Kategori Pemohon Perorangan warga negara Indonesia (termasukkelompok orang)

3 Tanggal RegistrasiPermohonan

1 Maret 2005, kemudian setelah diperbaiki, diserahknkembali ke Mahkamah Konstitusi pada tanggal 31Maret 2005

4 Jenis Pengujian Pengujian formil dan materil5 Objek Permohonan Pasal 6 ayat (2), ayat (3), pasal 7, pasal 8 ayat (1), ayat

(2), pasal 9 ayat (1), pasal 11 ayat (3), pasal 29 ayat (3),pasal 38, pasal 39, pasal 40 ayat (4), pasal 49 UU No. 7tahun 2004

2. Bagian yang dimohonkan

Secara umum, para pemohon dalam Pengujian Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air memohon pengujian formil

sekaligus permohonan pengujian materil. Hal ini karena pemohon

mendalilkan bahwa filosofi pembentukan Undang-undang Nomor 7 Tahun

2004 tidak berpihak kepada kepentingan masyarakat. Sebagian materi muatan,

ayat, pasal, dan/atau bagian dari undang-undang yang dimohonkan adalah

sebagai berikut:

Pasal atau Bagian PenjelasanKonsideran mengingat dalam UU No.7Tahun 2004

Tidak mencantumkan Pasal 33 ayat (1)sampai ayat (5) secara utuh

Page 66: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

57

Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) Penjelasannya(1) Hak guna air sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4)berupa hak guna pakai air danhak guna usaha air.

(2) Hak guna air sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak dapatdisewakan atau dipindahtangankan,sebagian atau seluruhnya.

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Yang dimaksud tidak dapat disewakanatau dipindahtangankan artinya hakguna air yang diberikan kepadapemohon tidak dapat disewakan dandipindahkan kepada pihak lain denganalasan apapun.Apabila hak guna air tersebut tidakdimanfaatkan oleh pemegang hak gunaair, Pemerintah atau pemerintah daerahdapat mencabut hak guna air yangbersangkutan.

Pasal 8 ayat (2) huruf c Penjelasannya(2) Hak guna pakai air sebagaimana

dimaksud pada ayat (1)memerlukan izin apabila:c. digunakan untuk pertanian

rakyat di luar sistem irigasiyang sudah ada

Pasal 9 ayat (1) PenjelasannyaHak guna usaha air dapat diberikankepada perseorangan atau badan usahadengan izin dari Pemerintah ataupemerintah daerah sesuai dengankewenangannya.

Ayat (1)Yang dimaksud dengan perseoranganadalah subjek non-badan usaha yangmemerlukan air untuk keperluanusahanya misalnya usaha pertambakandan usaha industri rumah tangga.

Pasal 26 ayat (7) Penjelasannya

Pendayagunaan sumber daya airdilakukan dengan mengutamakanfungsi sosial untuk mewujudkankeadilan dengan memperhatikan prinsippemanfaat air membayar biaya jasapengelolaan sumber daya air dandengan melibatkan peran masyarakat.

Ayat (7)Yang dimaksud dengan prinsippemanfaat membayar biaya jasapengelolaan adalah penerima manfaatikut menanggung biaya pengelolaansumber daya air baik secara langsungmaupun tidak langsung. Ketentuan initidak diberlakukan kepada pengguna airuntuk pemenuhan kebutuhan pokoksehari-hari dan pertanian rakyatsebagaimana dimaksud dalam Pasal 80.

Pasal 29 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) Penjelasannya

Page 67: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

58

(3) Penyediaan air untuk memenuhikebutuhan pokok sehari-hari danirigasi bagi pertanian rakyat dalamsistem irigasi yang sudah adamerupakan prioritas utamapenyediaan sumber daya air di atassemua kebutuhan.

(4) Urutan prioritas penyediaan sumberdaya air selain sebagaimanadimaksud pada ayat (3) ditetapkanpada setiap wilayah sungai olehPemerintah atau pemerintah daerahsesuai dengan kewenangannya.

(5) Apabila penetapan urutan prioritaspenyediaan sumber daya airsebagaimana dimaksud pada ayat(4) menimbulkan kerugian bagipemakai sumber daya air,Pemerintah atau pemerintah daerahwajib mengatur kompensasikepada pemakainya.

Ayat (3)Apabila terjadi konflik kepentinganantara pemenuhan kebutuhan pokoksehari-hari dan pemenuhan kebutuhanair irigasi untuk pertanian rakyatmisalnya pada situasi kekeringan yangekstrim, prioritas ditempatkan padapemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Kompensasi dapat berbentuk gantikerugian misalnya berupa keringananbiaya jasa pengelolaan sumber daya airyang dilakukan atas dasar kesepakatanantar pemakai.

Pasal 40 ayat (1), ayat (4) dan ayat (7) Penjelasannya

(1) Pemenuhan kebutuhan air bakuuntuk air minum rumah tanggasebagaimana dimaksud dalamPasal 34 ayat (1) dilakukan denganpengembangan sistem penyediaanair minum.

(4) Koperasi, badan usaha swasta, danmasyarakat dapat berperan sertadalam penyelenggaraanpengembangan sistem penyediaanair minum.

(7) Untuk mencapai tujuan pengaturanpengembangan sistem penyediaanair minum dan sanitasisebagaimana dimaksud pada ayat(5) dan ayat (6), Pemerintah dapatmembentuk badan yang berada dibawah dan bertanggung jawabkepada menteri yang membidangisumber daya air.

Ayat (1)Yang dimaksud dengan air minumrumah tangga adalah air dengan standardapat langsung diminum tanpa harusdimasak terlebih dahulu dan dinyatakansehat menurut hasil pengujianmikrobiologi (uji ecoli). Yangdimaksud dengan pengembangansistem penyediaan air minum adalahmemperluas dan meningkatkan sistemfisik (teknik) dan sistem non fisik(kelembagaan, manajemen, keuangan,peran masyarakat, dan hukum) dalamkesatuan yang utuh untuk menyediakanair minum yang memenuhi kualitasstandar tertentu bagi masyarakatmenuju kepada keadaan yang lebihbaik. Pengembangan instalasi danjaringan serta sistem penyediaan airminum untuk rumah tangga termasuk

Page 68: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

59

pola hidran dan pola distribusi denganmobil tangki air.

Ayat (4)Dalam hal di suatu wilayah tidakterdapat penyelenggaraan air minumyang dilakukan oleh badan usaha miliknegara dan/atau badan usaha milikdaerah, penyelenggaraan air minum diwilayah tersebut dilakukan olehkoperasi, badan usaha swasta danmasyarakat.

Ayat (7)Cukup jelas

Pasal 45 ayat (3) dan ayat (4) Penjelasannya

(3) Pengusahaan sumber daya air selainsebagaimana dimaksud pada ayat(2) dapat dilakukan olehperseorangan, badan usaha, ataukerja sama antar badan usahaberdasarkan izin pengusahaan dariPemerintah atau pemerintah daerahsesuai dengan kewenangannya.

(4) Pengusahaan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dapatberbentuk:a. penggunaan air pada suatu

lokasi tertentu sesuaipersyaratan yang ditentukandalam perizinan;

b. pemanfaatan wadah air padasuatu lokasi tertentu sesuaipersyaratan yang ditentukandalam perizinan; dan/atau

c. pemanfaatan daya air pada suatulokasi tertentu sesuaipersyaratan yang ditentukandalam perizinan.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan badan usahapada ayat ini dapat berupa badan usahamilik negara/badan usaha milik daerah(yang bukan badan usaha pengelolasumber daya air wilayah sungai), badanusaha swasta, dan koperasi.Kerja sama dapat dilakukan, baik dalampembiayaan investasi pembangunanprasarana sumber daya air maupundalam penyediaan jasa pelayanandan/atau pengoperasian prasaranasumber daya air. Kerja sama dapatdilaksanakan dengan berbagai caramisalnya dengan pola bangun gunaserah (build, operate, and transfer),perusahaan patungan, kontrakpelayanan, kontrak manajemen, kontrakkonsesi, kontrak sewa dan sebagainya.Pelaksanaan berbagai bentuk kerjasama yang dimaksud harus tetap dalambatas-batas yang memungkinkanpemerintah menjalankankewenangannya dalam pengaturan,pengawasan dan pengendalianpengelolaan sumber daya air secarakeseluruhan.Izin pengusahaan antara lain memuat

Page 69: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

60

substansi alokasi air dan/atau ruas(bagian) sumber air yang dapatdiusahakan.

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Pemanfaatan wadah air pada lokasitertentu antara lain adalah pemanfaatanatau penggunaan sumber air untukkeperluan wisata air, olahraga arungjeram, atau lalu lintas air.

Huruf cPemanfaatan daya air antara lainsebagai penggerak turbin pembangkitlistrik atau sebagai penggerak kincir

Pasal 46 ayat (2) Penjelasannya

Alokasi air untuk pengusahaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus didasarkan pada rencanaalokasi air yang ditetapkan dalamrencana pengelolaan sumber daya airwilayah sungai bersangkutan.

Ayat (2)Alokasi air yang diberikan untukkeperluan pengusahaan tersebut tetapmemperhatikan alokasi air untukpemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat pada wilayahsungai yang bersangkutan.

3. Dalil-dalil Pemohon (isu hukum) dan Petitum

a. Dalil-dalil pemohon (isu hukum)

Dalam pengajuan uji materil (judicial review) suatu undang-undang

kepada Mahkamah Konstitusi, pemohon selalu menyebutkan dalil-dalil

sebagai dasar hukum atas pengujian tersebut. Dalil-dalil atau isu hukum

yang dikemukakan oleh pemohon dalam kelima berkas permohonan

pengujian Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

dapat disederhanakan dalam satu kumpulan dalil permohonan.

Page 70: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

61

Hal ini supaya tidak terjadi pengulangan, karena terdapat materi

muatan, ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang yang sama yang

dimohonkan oleh satu pemohon dan dimohonkan juga oleh pemohon

lainnya. Disamping itu, alasan-alasan permohonan yang dikemukakan

pemohon tidak akan dijelaskankan keseluruhannya dalam ringkasan ini,

melainkan hanya terfokus kepada beberapa isu hukum yang penting dan

berhubungan dengan konsep penguasaan negara terhadap sumber daya air.

Hal tersebut meliputi:

1) Dalam sidang paripurna persetujuan RUU Sumber Daya Air terdapat

beberapa anggota DPR RI yang berpendirian tidak setuju terhadap

pengesahan Undang-Undang tersebut. Namun pimpinan rapat tetap

memaksakan persetujuan terhadap RUU tersebut. Akibatnya, beberapa

anggota DPR tersebut melakukan walk out. Tindakan pimpinan rapat

paripurna yang tetap memaksakan pengambilan suara dengan mufakat

dan tidak dengan suara terbanyak, padahal ada perbedaan pendirian di

antara anggota rapat paripurna merupakan pelanggaran terhadap Pasal

192 dan Pasal 193 Peraturan Tata Tertib DPR RI.

2) Pertimbangan hukum sebagai dasar pembentukan Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan

semangat dan jiwa UUD 1945, karena tidak mencantumkan Pasal 33

Undang Undang Dasar 1945 secara utuh dan lengkap(ayat 1 sampai 5).

3) Hak atas air adalah hak asasi manusia.

Page 71: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

62

4) Komersialisasi dan swastanisasi pengelolaan sumber daya air, yaitu

penguasaan dan monopoli sumber-sumber air oleh swasta,

terkonsentrasinya penggunaan air bagi kepentingan komersil, dan

Pasal 40, Pasal 41 dan Pasal 45 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air yang mengandung muatan Privatisasi atas

Penyediaan Air Minum, Pengelolaan Sumber Daya Air dan lrigasi

Pertanian.

5) Kewajiban dan tanggung jawab negara dalam hal penyediaan fasilitas

pelayanan umum kepada rakyat, termasuk dalam hal ini adalah

penyediaan air yang bersih dan sehat sebagai turunan dari Pasal 33

ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) serta Pasal 34 ayat (3) Undang Undang

Dasar 1945.

b. Petitum

Petitum atau tuntutan yang sampaikan oleh seluruh pemohon

kepada Mahkamah Konstitusi hampir sama, jadi penulis mengambil

petitum yang dimohonkan oleh pemohon Nomor Perkara 058/PUU-II/2004

karena petitumnya dipandang dapat mewakili petitum dari pemohon

lainnya, yaitu sebagai berikut:

1) Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan pengujian undang-

undang para Pemohon;

2) Menyatakan pembentukan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan Undang Undang Dasar

Page 72: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

63

1945 dan menyatakan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Sumber Daya Air tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat;

3) Menyatakan ketentuan dalam Pasal 6 ayat (3), Pasal 7 ayat (1) dan ayat

(2), Pasal 8 ayat (2) huruf c, Pasal 9 ayat (1), Pasal 29 ayat (3) dan ayat

(4), Pasal 29 ayat (5), Pasal 38 ayat (2), Pasal 40 ayat (1), ayat (4) dan

ayat (7), Pasal 45 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 46 ayat (2), Pasal 91, Pasal

92 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan Undang Undang Dasar

1945;

4) Menyatakan ketentuan dalam Pasal 6 ayat (3), Pasal 7 ayat (1) dan ayat

(2), Pasal 8 ayat (2) huruf c, Pasal 9 ayat (1), Pasal 29 ayat (3) dan ayat

(4), Pasal 29 ayat (5), Pasal 38 ayat (2), Pasal 40 ayat (1), ayat (4) dan

ayat (7), Pasal 45 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 46 ayat (2), Pasal 91, Pasal

92 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air tidak mempunyai kekuatan hukum yang

mengikat;

5) Memerintahkan amar Putusan Majelis Hakim dari Mahkamah Konstitusi

Republik Indonesia yang mengabulkan permohonan pengujian Undang-

undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air terhadap

Undang Undang Dasar 1945 untuk dimuat dalam Berita Negara dalam

jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak putusan

diucapkan.

Page 73: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

64

4. Pertimbangan Hukum dan Putusan

a. Pertimbangan Hukum

Dalam memutuskan perkara pengujian undang-undang, majelis

hakim Mahkamah Konstitusi selalu mendasarkan putusannya pada

pertimbangan hukum yang menjadi dasar dari putusan majelis hakim. Ada

banyak pertimbangan hukum yang mendasari putusan pengujian Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Namun penulis

hanya akan menyebutkan pertimbangan hukum yang berhubungan dengan

konsep penguasaan negara atas sumber daya air yang menjadi fokus

penelitian ini. Pertimbangan hukum tersebut adalah:

Isu Hukum Pertimbangan Hukum

Prosedur pengesahan UUNo. 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air yangbertentangan dengan:

a. Pasal 20 ayat (1)UUD 1945

b. Pasal 33 ayat (2)huruf a dan ayat (5)UU No.4 Tahun 1999tentang Susunan danKedudukan MPR,DPR dan DPRD

c. Keputusan DPR RINo.03A/DPRRI/2001-2002 tentangPeraturan Tata Tertib

Bahwa berdasarkan Risalah Rapat Paripurna DPR RIyang diselenggarakan pada tanggal 19 Pebruari 2004,dihadiri 282 orang dari 494 orang anggota DPR RI dariseluruh fraksi.Dengan demikian Rapat Paripurna tersebut telahmemenuhi kuorum sebagaimana ditentukan dalam Pasal189 ayat (1) Peraturan Tata Tertib DPR.Bahwa berdasarkan fakta dalam persidangan,keterangan saksi, keterangan tertulis DPR dan RisalahRapat DPR, prosedur pengesahan UU No. 7 Tahun 2004sudah sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.Bahwa masih adanya satu fraksi yang minta ditunda dansatu fraksi yang belum jelas sikapnya, maka diadakanlobby antar fraksi. Proses ini sering dan biasa dilakukanapabila dalam pengambilan keputusan secara

Page 74: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

65

DPR RI musyawarah dan mufakat mengalami kebuntuan.Tidak seluruh Pasal 33UUD 1945 menjadikonsideran “mengingat”UU SDA, maka UU SDAbertentangan dengan UUD1945.

Meskipun hanya sebagian dari Pasal 33 UUD 1945 yangdicantumkan dalam konsiderans “mengingat” UU SDA,yaitu ayat (3) dan ayat (4) dan tidak keseluruhan dariPasal 33 UUD 1945, hal tersebut tidak menyebabkansecara formil UU SDA bertentangan dengan UUD 1945.

Hak atas air adalah hakasasi manusia

1. Fungsi air memang sangat perlu bagi kehidupanmanusia dan dapat dikatakan sebagai kebutuhanyang demikian pentingnya sebagaimana kebutuhanmahluk hidup terhadap oksigen (udara).

2. Bahwa sumber daya air tidak hanya semata-matadimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pokoksehari-hari secara langsung, akan tetapi dalam fungsisekundernya sumber daya air banyak diperlukandalam kegiatan industri, baik industri kecil,menengah maupun besar dimana kegiatan tersebutdilakukan oleh pihak non Pemerintah.

3. Menimbang bahwa pengakuan akses terhadap airsebagai hak asasi manusia mengindikasikan dua hal;di satu pihak adalah pengakuan terhadap kenyataanbahwa air merupakan kebutuhan yang demikianpenting bagi hidup manusia, di pihak lain perlunyaperlindungan kepada setiap orang atas akses untukmendapatkan air. Sebagaimana hak-hak asasimanusia lainnya posisi negara dalam hubungannyadengan kewajibannya yang ditimbulkan oleh hakasasi manusia, negara harus menghormati (torespect), melindungi (to protect), dan memenuhinya(to fulfill);

4. Menimbang bahwa para founding fathers secaravisioner telah meletakkan dasar bagi pengaturan airdengan tepat dalam ketentuan UUD 1945 yaitu Pasal33 ayat (3) yang berbunyi: “Bumi, air dan kekayaanalam yang terkandung di dalamnya dikuasai olehnegara dan dipergunakan untuk sebesar besarnyakemakmuran rakyat.” Dengan demikian secarakonstitusional landasan pengaturan air adalah Pasal33 ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 28H UUD 1945yang memberikan dasar bagi diakuinya hak atas airsebagai bagian dari hak hidup sejahtera lahir danbatin yang artinya mejadi substansi dari hak asasi

Page 75: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

66

manusia.Privatisasi dankomersialisasipengelolaan sumber dayaair

1. Mahkamah berpendapat bahwa ketentuan Pasal 11ayat (3) yang menyatakan bahwa; ”Penyusunan polapengelolaan sumber daya air dilakukan denganmelibatkan peran masyarakat dan dunia usahaseluas-luasnya“ cukup mencerminkan keterbukaandalam penyusunan pola pengelolaan sumber dayaair. Adanya kalimat “seluas-luasnya“ tidaklahditafsirkan hanya memberikan peran yang besarkepada dunia usaha saja tetapi juga kepadamasyarakat. Pelibatan masyarakat dan dunia usahadimaksudkan untuk memberi masukan atas rencanapenyusunan pengelolaan sumber daya air, dantanggapan atas pola yang akan digunakan dalampengelolaan sumber daya air. Peran negara sebagaiyang menguasai air, demikian perintah Pasal 33 ayat(3) UUD 1945 yang dilaksanakan oleh Pemerintahatau Pemerintah Daerah tetap ada dan tidak dialihkankepada dunia usaha atau swasta. Hal tersebuttercermin dalam ketentuan yang termuat dalam Pasal14, Pasal 15, dan Pasal 16 UU SDA;

2. Menimbang bahwa para Pemohon mendalilkan UUSDA menyebabkan komersialisasi terhadap airkarena menganut prinsip “penerima manfaat jasapengelolaan sumber daya air wajib menanggungbiaya pengelolaan” sesuai dengan jasa yangdipergunakan. Mahkamah berpendapat bahwaprinsip ini justru menempatkan air tidak sebagaiobjek untuk dikenai harga secara ekonomi,karenanya tidak ada harga air sebagai komponendalam menghitung jumlah yang harus dibayar olehpenerima manfaat. Oleh karenanya prinsip ini tidakbersifat komersial;

3. PDAM harus diposisikan sebagai unit operasionalnegara dalam merealisasikan kewajiban negarasebagaimana ditetapkan dalam Pasal 5 UU SDA, danbukan sebagai perusahaan yang berorientasi padakeuntungan secara ekonomis.

Kewajiban dan tanggungjawab negara terhadap hak(asasi manusia) atas air

1. Menimbang bahwa air tidak hanya diperlukan untukmemenuhi kebutuhan hidup manusia secara langsungsaja. Sumber daya yang terdapat pada air jugadiperlukan untuk memenuhi kebutuhan lainnya,

Page 76: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

67

seperti pengairan untuk pertanian, pembangkittenaga listrik, dan untuk keperluan industri. Olehkarenanya, pengaturan sumber daya air tidak cukuphanya menyangkut pengaturan air sebagai kebutuhandasar manusia yaitu sebagai hak asasi, tetapi jugaperlu diatur pemanfaatan sumber daya air untukkeperluan sekunder yang tidak kalah pentingnya bagimanusia agar dapat hidup secara layak. KehadiranUndang-undang yang mengatur kedua hal tersebutsangatlah relevan.

2. Mahkamah berpendapat bahwa Pasal 5 UU SDAyang berbunyi: “Negara menjamin hak setiap oranguntuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokokminimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yangsehat, bersih dan produktif”, adalah rumusan hukumyang cukup memadai untuk menjabarkan hak asasiatas air sebagai hak yang dijamin oleh UUD.Meskipun jaminan negara dalam Pasal 5 UU SDAtersebut tidak dirumuskan kembali dalam bentuktanggung jawab Pemerintah dan Pemerintahprovinsi, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 14,Pasal 15 UU SDA, namun tanggung jawabPemerintah dan Pemerintah provinsi, sebagaimanadirinci dalam kedua pasal tersebut harus didasari ataspenghormatan, perlindungan dan pemenuhan hakasasi atas air. Hal demikian harus tercerminkandalam peraturan pelaksanaan UU SDA.

b. Putusan

Dalam pengujian Undang-Undang nomor 7 tahun 2004 tentang

Sumber daya Air ini, majelis hakim akhirnya menolak seluruh permohonan

para pemohon. Majelis hakim berpendapat bahwa Undang-Undang SDA

tidak bertentangan dengan UUD 1945, baik dalam pembentukannya

maupun ketentuan-ketentuan yang ada dalam Undang-Undang tersebut.

Page 77: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

68

Artinya secara formil maupun materil, Undang-Undang nomor 7 tahun

2004 tentang Sumber Daya Air tidak bertentangan dengan UUD 1945.

Dalam putusannya, majelis hakim Mahkamah Konstitusi juga

menafsirkan frase “dikuasai oleh negara” dalam pasal 33 ayat (3) UUD

1945 yang berbunyi:” Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat”. Majelis hakim berpendapat bahwa penguasaan

negara atas air meliputi kegiatan:

1) merumuskan kebijakan (beleid), yaitu merumuskan kebijakan yang

berhubungan dengan pengelolaan sunber daya air.

2) melakukan tindakan pengurusan (bestuursdaad). Fungsi pengurusan

(bestuursdaad) oleh negara dilakukan oleh pemerintah dengan

kewenangannya untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas perizinan

(vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (concessie).

3) melakukan pengaturan (regelendaad). Fungsi pengaturan oleh negara

(regelendaad) dilakukan melalui kewenangan legislasi oleh DPR

bersama dengan Pemerintah, dan regulasi oleh Pemerintah (eksekutif).

4) melakukan pengelolaan (beheersdaad). Fungsi pengelolaan

(beheersdaad) dilakukan melalui mekanisme pemilikan saham (share-

holding) dan/atau melalui keterlibatan langsung dalam manajemen

Badan Usaha Milik Negara atau Badan Hukum Milik Negara sebagai

instrumen kelembagaan melalui mana negara c.q. Pemerintah

Page 78: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

69

mendayagunakan penguasaannya atas sumber-sumber kekayaan itu

untuk digunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

5) Melakukan pengawasan (toezichthoudendaad). Fungsi pengawasan

(toezichthoudendaad) dilakukan oleh pemerintah sebagai wakil negara

terhadap kegiatan pemanfaatan sumber daya air.11

Majelis juga berpendapat bahwa Perkataan “dikuasai oleh

negara” haruslah diartikan mencakup makna penguasaan oleh negara dalam

arti luas yang bersumber dan berasal dari konsepsi kedaulatan rakyat

Indonesia atas segala sumber kekayaan “bumi dan air dan kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya”, termasuk pula di dalamnya pengertian

kepemilikan publik oleh kolektivitas rakyat atas sumber-sumber kekayaan

dimaksud. Rakyat secara kolektif itu dikonstruksikan oleh UUD 1945

memberikan mandat kepada negara untuk melaksanakan kelima hal di atas

dengan tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

5. Dissenting Opinion

Dalam putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 058-059-060-063/PUU-

II/2004 dan 008/PUU-III/2005 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2004 tentang Sumber daya Air, majelis hakim tidak mengambil

11 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Putusan Perkara Nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan Perkara Nomor 008/PUU-III/2005, hal. 498-499

Page 79: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

70

keputusan dengan suara bulat. Ada dua orang hakim yang berbeda pendapat

dengan mayoritas hakim yang dalam istilah Mahkamah Konstitusi disebut

dissenting opinion. Dissenting opinion adalah pendapat yang berbeda secara

substantif sehingga menghasilkan amar yang berbeda. Misalnya mayoritas

hakim menolak permohonan, tetapi hakim minoritas mengabulkan

permohonan yang bersangkutan, atau sebaliknya. Jadi perbedaan itu berasal

dari argumentasi dan pertimbangan hukum yang mendasari putusan hakim

sehingga putusannya pun jadi berbeda. Kalau perbedaan hanya pada

argumentasi dan pertimbangan hukum saja, namun kesimpulan akhir dan

putusannya sama, maka tidak disebut sebagai dissenting opinion, melainkan

disebut concurrent opinion atau consenting opinion.12

Kedua hakim tersebut adalah A. Mukthie Fadjar dan Maruarar

Siahaan. Mereka berpendapat bahwa ada beberapa bagian dari UU SDA yang

bertentangan dengan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 karena membuka secara

lebar peluang privatisasi yang dilarang dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945.

Bahkan menurut Maruarar Siahaan, UU SDA harus dibatalkan secara

12 Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, (Jakarta: KonstitusiPress, 2006), hal. 287-288.

Page 80: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

71

keseluruhan karena bagian yang bertentangan dengan pasal 33 ayat (3) UUD

1945 merupakan ruh dari keseluruhan UU SDA.13

13 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Putusan Perkara Nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan Perkara Nomor 008/PUU-III/2005, hal. 519-522

Page 81: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

72

BAB IV

ANALISIS FIQH SIYASAH TERHADAP PUTUSAN

MAHKAMAH KONSTITUSI

A. Analisis Fiqh Siyasah terhadap Pertimbangan Hukum dalam Putusan

Mahkamah Konstitusi

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang norma-norma hukum

ekomomi Islam, terutama masalah kepemilikan dan penguasaan negara atas

sumber daya air, sekarang penulis mencoba menganalisis pendapat Mahkamah

Konstitusi tentang pertimbangan hukum atas putusan majelis hakim baik dari sisi

formil maupun materil dari perspektif fiqh siyasah. Dalam pokok permohonan,

para pemohon mengajukan dua permohonan sekaligus, yaitu permohonan

pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

secara formil maupun materil. Dalam hal ini, Mahkamah Konstitusi harus

memutuskan apakah proses pembentukan dan pengesahan UU 7/2004 tentang

Sumber Daya Air telah memenuhi syarat-syarat formil pembentukan undang-

undang sesuai dengan yang ditentukan dalam UUD 1945 (uji formil) dan apakah

materi yang diatur dalam UU 7/2004 tentang Sumber Daya Air bertentangan

dengan pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945 (uji materil).

Page 82: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

73

1. Analisis formil pembentukan undang-undang

Dalam kajian fiqh siyasah, kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-

sulthah al-tasyri’iyah, yaitu kekuasaan pemerintah Islam dalam membuat dan

menetapkan hukum. Menurut Islam, tidak seorang pun yang berhak

menetapkan suatu hukum yang akan diberlakukan bagi umat Islam. Namun

dalam kehidupan bernegara, diperlukan aturan-aturan yang mengatur

kehidupan bernegara menjadi lebih baik sehingga diperlukan lembaga yang

bertugas untuk membuat dan menetapkan hukum yang mengatur kehidupan

bernegara. Di sinilah peran al-sulthah al-tasyri’iyah dalam menetapkan

hukum yang tidak diatur oleh Allah dan Rasul-Nya.

Istilah al-sulthah al-tasyri’iyah digunakan untuk menunjukkan salah

satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah Islam dalam mengatur masalah

kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-sulthah al-tanfidziyah) dan

kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadhaiyah). Dalam konteks ini, kekuasaan

legislatif (al-sulthah al-tasyri’iyah) berarti kekuasaan atau kewenangan

pemerintah Islam untuk menetapkan hukum yang akan diberlakukan dan

dilaksanakan oleh masyarakat berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan

oleh Allah SWT dalam syariat Islam. Dengan demikian, unsur-unsur legislasi

dalam Islam meliputi:

a. Pemerintah (lembaga legislatif) sebagai pemegang kekuasaan untuk

menetapkan hukum yang akan diberlakukan dalam masyarakat Islam;

b. Masyarakat Islam yang akan melaksanakannya;

Page 83: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

74

c. Isi peraturan atau hukum itu sendiri yang harus sesuai dengan nilai-nilai

dasar syariat Islam.1

Sebenarnya pembagian kekuasaan, dengan beberapa kekhususan dan

perbedaaan, telah terdapat dalam pemerintahan Islam jauh sebelum pemikir-

pemikir Barat merumuskan teori mereka tentang trias politica. Ketiga

kekuasaan tersebut telah berjalan sejak zaman Nabi Muhammad di Madinah.

Sebagai kepala negara, Nabi membagi tugas-tugas tersebut kepada para

shahabat yang mampu dan menguasai bidang-bidangnya. Meskipun secara

umum, semuanya bermuara kepada Nabi juga.2

Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan terpenting dalam pemerintahan

Islam, karena ketentuan dan ketetapan yang dikeluarkan lembaga legislatif ini

akan dilaksanakan secaraa efektif oleh lembaga eksekutif dan dipertahankan

oleh lembaga yudikatif atau peradilan. Orang-orang yang duduk di lembaga

legislatif ini terdiri dari para mujtahid dan ahli fatwa (mufti) serta para pakar

dalam berbagai bidang.3 Undang-undang dan peraturan yang akan dikeluarkan

oleh lembaga eksekutif ini harus mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam.

Oleh karena itu, terdapat dua fungsi lembaga legislatif. Pertama, dalam hal-

1 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Cet. ke-2,(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hal. 162

2 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah:......, hal. 163

3 Abdul Wahhab Khalaf, Al-Siyasahh al-Syari’ah, (Kaiiro: Dar al-Anshar, 1977), hal. 42sebagaimana dikutip oleh Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah....., hal. 162

Page 84: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

75

hal yang ketentuannya sudah terdapat di dalam nash al-Qur’an dan Sunnah,

undang-undang yang dikeluarkan adalah undang-undang ilahiyah yang

disyari’atkan-Nya dalam al-Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad

SAW. Namun hal ini sangat sedikit, karena pada prinsipnya kedua sumber

ajaran Islam tersebut banyak berbicara masalah-masalah yang global dan

sedikit sekali menjelaskan suatu permasalahan secara rinci. Sementara

perkembangan masyarakat begitu cepat dan kompleks sehingga membutuhkan

jawaban yang tepat untuk mengantisipasinya.

Oleh karena itu, kekuasaan legislatif menjalankan fungsi keduanya,

yaitu melakukan penalaran kreatif (ijtihad) terhadap permasalahan-

permasalahan yang secara tegas tidak dijelaskan oleh nash. Di sinilah

perlunya al-sulthah al-tasyri’iyah tersebut diisi oleh para mujtahid dan ahli

fatwa sebagaimana dijelaskan di atas. Mereka melakukan ijtihad untuk

menetapkan hukumnya dengan jalan qiyas (analogi). Mereka mencari illat

(sebab hukum) yang ada dalam permasalahan yang timbul dan

menyesuaikannya dengan ketentuan yang terdapat di dalam nash. Di samping

harus merujuk kepada nash, ijtihad anggota legislatif harus mengacu kepada

prinsip jalb al-mashalih dan daf’ al-mafasid (mengambil maslahat dan

menolak kemudaratan). Ijtihad mereka juga perlu mempertimbangkan situasi

dan kondisi sosial masyarakat, agar hasil peraturan yang akan diundangkan itu

sesuai dengan aspirasi masyarakat dan tidak memberatkan mereka.

Page 85: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

76

Pada era modern, sejalan dengan masuknya penjajah Barat ke dunia

Islam sejak abad ke-19, ide-ide politik dan kenegaraan Barat pun memulai

mengembangkan pengaruhnya terhadap umat Islam. Di antaranya adalah ide

tentang legislasi hukum yang secara praktis terlihat dalam keberadaan dewan

legislatif atau parlemen. Masuknya ide ini mendapat respons dari kalangan

pemikir Islam. Di antara mereka mencoba menanggapinya dan melontarkan

gagasan pula tentang legislasi hukum dalam negara Islam. Di antara mereka

adalah Muhammad Iqbal.

Gagasan Iqbal tentang legislasi berpangkal pada konsep pemikirannya

tentang negara. Menurut Iqbal, negara Islam bersifat teokratis. Namun,

teokrasi di sini harus dibedakan dengan teokrasi di Barat. Teokrasi Islam

adalah pemerintahan yang berdasarkan tauhid dan menerapkan nilai-nilai

(prinsip-prinsip) persamaan, kesetiakawanan, dan kebebasan yang terkandung

di dalam tauhid. Negara adalah suatu alat untuk mentransfer prinsip-prinsip

tersebut ke dalam ruang dan waktu. Dalm pengertian ini, lanjut Iqbal, negara

yang tidak didasarkan pada dominasi dan keistimewaan suatu kelompok

manusia atas manusia yang lainnya dan bertujuan hendak melaksanakan

prinsip-prinsip spritual tauhid adalah negara teokratis. Negara inilah yang

sesuai dengan kehendak Tuhan, sebagaimana maksud Ttuhan yang

menciptakan manusia untuk menjadi wakil-Nya (khalifah) di bumi.4

4 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah....., hal. 170-171

Page 86: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

77

Untuk mentransfer prinsip tauhid ke dalam ruang dan waktu, maka

sekarang diperlukan ijtihad yang kreatif dan berani terhadap garis-garis besar

syariat Islam yang ada di dalam al-Qur’an dan Sunnah agar dapat diterapkan

dalam masyarakat Islam sesuai dengan tuntutan zaman yang berkembang.

Dalam semangat ini, Iqbal mengutip pola pikir Umar ibn Khattab:

“Hukum Islam akan mampu berevolusi terhadap perkembanganmasyarakat di negeri-negeri muslim, kalau umat Islam beranimendekatinya dengan semangat Umar, otak kritis yang pertama dalamIslam”

Bardasarkan ini, Iqbal memandang bahwa satu-satunya upaya untuk

membuang kekakuan hukum Islam yang dihasilkan pada periode kemunduran

Islam adalah menggalakkan kembali ijtihad dan merumuskannya sesuai

dengan kebutuhan zaman sekarang.

Sekarang ini perlu mengalihkan kekuasan ijtihad pribadi menjadi

ijtihad kolektif yang tergabung dalam lembaga legislatif. Bagi Iqbal, pada

zaman modern ini, peralihan kekuasaan ijtihad individu yang mewakili

mazhab tertentu kepada lembaga legislatif adalah satu-satunya bentuk ijma’

yang paling tepat. Hanya dengan cara inilah umat islam dapat menggerakkan

semangat di dalam sistem hukum Islam yang selama ini hilang dari dalam

tubuh umat Islam. Keuntungan lain dari adanya ijtihad kolektif dari lembaga

legislatif adalah dapat menjadi penyeimbang kekuasaan eksekutif yang

cenderung lebih besar.

Page 87: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

78

Orang-orang yang berhak menduduki lembaga legislatif ini tidak

hanya para ulama yang dianggap memiliki otoritas dalam penafsiran ajaran

Islam, namun juga harus diisi oleh orang yang awam tentang hukum Islam,

tetapi mempunyai pandangan yang luas terhadap berbagai persoalan

kemasyarakatan. Berdasarkan alasan tersebut, perlu orang-orang yang ahli

dalam berbagai bidang, misalnya bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan

kesehatan.

Sayangnya, dalam idenya tentang lembaga legislatif ini, Iqbal tidak

menjelaskan secara eksplisit bagaimana mekanisme pemilihan anggota-

anggotanya. Iqbal menyatakan bahwa pemilihan merupakan satu-satunya cara

untuk mengekspresikan kehendak umat. Namun Iqbal tidak mengelaborasi

secara tuntas bagaimana bentuk dan caranya pemilihan anggota legislatif serta

kontrol masyarakat terhadap lembaga ini.

Dapatlah dimengerti dari penjelasan di atas, bahwa proses

pembentukan undang-undang dalam Islam mempunyai kesamaan dengan

dunia di luar Islam yaitu melalui badan khusus yang menangani pembentukan

undang-undang yang disebut parlemen (dalam Islam sering disebut ahl al-

halli wa al-aqdi). Namun ada perbedaan yang mendasar di Islam yaitu yang

menjadi nilai dasar atau prinsip yang dianut dalam pembuatan undang-undang

adalah al-Qur’an dan Sunnah. Di samping itu, yang diatur dalam undang-

undang adalah aturan yang belum ada dalam al-Qur’an dan Sunnah serta hasil

ijtihad para anggota legislatif harus mengacu kepada prinsip jalb al-mashalih

Page 88: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

79

dan daf’ al-mafasid (mengambil kebaikan dan menolak keburukan). Khusus

di Indonesia, yang menjadi dasar pembentukan undang-undang adalah

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai norma hukum tertinggi Indonesia

dan norma-norma hukum lainnya yang dianut oleh Negara Indonesia.

Merujuk pada pendapat pemohon yang mendalihkan pengesahan UU

No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan pasal 20 ayat (1)

UUD 1945, pasal 33 ayat (2) huruf a dan ayat (5) UU No. 4/1999 tentang

Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD, dan keputusan DPR RI No.

03A/DPR RI/2001-2002 tentang Peraturan Tata Tertib DPR RI sehingga UU

No. 7/2004 adalah cacat hukum. Mahkamah berpendapat bahwa proses

pembentukan UU No. 7/2004 telah sesuai dengan prosedur pembentukan

undang-undang dan tidak menemukan unsur-unsur yang bertentangan dengan

UUD 1945. Hal ini dibuktikan dari proses yang telah dilaksanakan oleh DPR

dan Pemerintah dalam menyusun UU SDA dari proses rancangan,

pembahasan, dan pengesahan rancangan undang-undang menjadi undang-

undang dilalui sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.

Adapun rapat paripurna DPR RI pada tanggal 19 Februari 2004 yang

mengesahkan RUU SDA menjadi Undang-Undang telah sesuai dengan

keputusan DPR RI No. 03A/DPR RI/2001-2002 tentang Peraturan Tata

Tertib DPR RI pasal 192 yang berbunyi:

“Keputusan berdasarkan mufakat adalah sah, apabila diambil dalamrapat yang dihadiri oleh anggota dan unsur fraksi, sebagaimana

Page 89: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

80

dimaksud dalam pasal 189 ayat (1) dan disetujui oleh semua yanghadir”

Hal ini tercermin dalam risalah rapat paripurna pada tanggal 19 Februari 2004

yang dihadiri 282 orang dari 494 anggota DPR dari semua fraksi. Adapun

adanya keberatan dari beberapa anggota DPR tidak menggugurkan

kesepakatan yang telah dicapai dalam lobby antar fraksi sebelumnya.

Sehingga UU SDA disahkan dengan kesepakatan yang bulat dari semua

anggota DPR.

Jadi dapatlah disimpulkan bahwa pendapat majelis hakim konstitusi

tentang formil pembentukan dan pengesahan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tidak bertentangan dengan proses

pembentukan undang-undang dalam pandangan fiqh siyasah, karena dibentuk

oleh lembaga yang sah dan berwenang yaitu DPR dan tidak bertentangan

dengan norma dasar yang ada dalam UUD 1945 serta menjamin keadilan

hukum dan menjaga martabat manusia.

2. Analisis Materil Isi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber

Daya Air

Sebelum menyampaikan putusannya, majelis hakim mnyampaikan

pertimbangan hukum yang menjadi dasar dalam memutuskan apakah

menerima atau menolak permohonan para pemohon dalam pengujian UU

SDA. Pertimbangan tersebut adalah:

Page 90: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

81

a. Hak atas air adalah hak asasi manusia

Islam memandang bahwa air merupakan komponen terpenting bagi

mahluk hidup, terutama manusia. Air menjadi sebab bagi kehidupan di

muka bumi ini. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur’an surat al-

Anbiya’:30:

., ل

Artinya:.... dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS: 30)

Wahbah Zuhaili menafsirkan ayat di atas bahwa setiap mahluk

hidup diciptakan dari unsur air. Air merupakan unsur terpenting dari

mahluk hidup di dunia ini. Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa setiap

mahluk hidup tidak bisa hidup tanpa adanya air. Air menjadi sebab

kehidupan bagi semua mahluk hidup. Oleh karena itu Islam sependapat

bahwa hak atas air termasuk hak yang paling dasar bagi manusia untuk

kelangsungan hidupnya di dunia ini.5

Selain ayat di atas, Nabi Muhammad juga mengakui bahwa air

adalah kebutuhan pokok bagi manusia dan mengelompokkannya dalam

barang-barang yang menjadi milik umum dan tidak dimiliki oleh

5 Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir, juz IX, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2003), hal. 48-51

Page 91: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

82

perseorangan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya air bagi kehidupan

manusia. Oleh karena itu Islam sepakat bahwa hak terhadap air merupakan

bagian dari hak asasi manusia.

b. Privatisasi dan komersialisasi pengelolaan sumber daya air

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa air

termasuk barang yang menjadi milik umum, maka tidak seorang pun yang

dapat memilikinya kecuali dalam keadaan tertentu, seperti air sumur yang

berada di tanah milik seseorang. Seseorang hanya diperbolehkan untuk

memanfaatkannya tanpa harus memiliki.

Dalam pasal Pasal 11 ayat (3) yang menyatakan bahwa:

”Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air dilakukan dengan

melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha seluas-luasnya“, para

pemohon menyatakan bahwa pasal ini akan membuka pintu privatisasi

(proses pemilikan pribadi) terhadap sumber-sumber air yang dapat

merugikan orang lain dikarenakan adanya kata “seluas-luasnya”. Kata

inilah yang menurut pemohon akan membuka lebar-lebar pintu privatisasi

terhadap air. Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa Peran negara

sebagai yang menguasai air (sebagaimana yang termaktub dalam pasal 33

ayat (3) UUD 1945) yang dilaksanakan oleh Pemerintah atau Pemerintah

Daerah tetap ada dan tidak dialihkan kepada dunia usaha atau swasta.

Pemerintah dapat berperan sebagai regulator (yang mengatur dan

Page 92: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

83

menyusun peraturan) yang mengatur eksplorasi sumber daya air supaya

berlangsung dengan baik dan tidak merugikan kepentingan umum.

Para pemohon juga mendalihkan UU SDA akan mengakibatkan

terjadinya komersialisasi terhadap air, karena UU SDA menganut prinsip

“penerima manfaat jasa pengelolaan sumber daya air wajib menanggung

biaya pengelolaan” sesuai dengan jasa yang dipergunakan (pasal 26 ayat

(7) UU SDA). Dalam hal ini, majelis hakim berpendapat bahwa prinsip ini

justru menempatkan air tidak sebagai objek untuk dikenai harga secara

ekonomi, karenanya tidak ada harga air sebagai komponen dalam

menghitung jumlah yang harus dibayar oleh penerima manfaat.

Dalam kajian fiqh siyasah, terutama siyasah maliyah, barang yang

termasuk kepemilikan umum tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh

pemerintah. Pemerintah hanya punya kewenangan untuk mengatur

pemanfaatannya oleh masyarakat supaya berjalan dengan tertib dan baik.

Oleh karena itu privatisasi terhadap sumber daya air tidak dapat

dibenarkan, karena hanya menguntungkan satu pihak dan merugikan

masyarakat secara keseluruhan dikarenakan tertutupnya akses mereka

dalam mendapatkan air yang telah dikuasai oleh satu pihak dengan izin

dari pemerintah. Hal ini berdasarkan Hadis Nabi Muhammad yang

diriwayatkan oleh Abu Dawud tentang sahabat Abyad yang diberi

tambang garam oleh Rasulullah SAW, namun ketika Rasulullah SAW

tahu bahwa tambang garam tersebut mengeluarkan garam secara terus

Page 93: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

84

menerus seperti air yang mengalir dan merupakan kebutuhan pokok

manusia, maka Rasulullah mencabut kembali pemberiannya. Hal ini

menunjukkan bahwa barang yang menjadi kebutuhan pokok manusia dan

terus mengalir (berproduksi) tidak dapat diberikan kepada perseorangan,

karena akan menutup akses orang lain untuk memanfaatkannya.

Berkaitan dengan komersialisasi air, seperti yang didalihkan oleh

para pemohon, An-Nabhani berpendapat bahwa pada dasarnya air tidak

boleh dikomersialkan, kecuali pada saat-saat tertentu, seperti air yang

keluar dari sumur pribadi. Namun untuk jasa pengelolaan air, Islam

berpendapat bahwa negara harus menyediakan sarana dan pra sarana agar

air yanga ada di sumbernya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat melalui

pembangunan pipa-pipa saluran air ke rumah-rumah warga. Biaya untuk

membangun sarana tersebut diiambil dari uang negara dan menjadi milik

umum sebagaimana air.6

c. Kewajiban dan tanggung jawab negara terhadap hak (asasi manusia) atas

air

Sebagai konsekuensi pengakuan bahwa hak atas air merupakan

bagian dari hak asasi manusia, maka ada kewajiban dan tanggung jawab

negara untuk menjamin hak tersebut dapat terlaksana dengan baik. Dalam

6 Taqyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif : PerspektifIslam, terj. Moh. Maghfur Wachid, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hal. 165

Page 94: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

85

UU SDA, majelis hakim berpendapat bahwa ketentuan pasal 5 yang

berbunyi: “Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi

kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang

sehat, bersih dan produktif”, adalah rumusan hukum yang cukup memadai

untuk menjabarkan hak asasi atas air sebagai hak yang dijamin oleh UUD

1945. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan adanya tanggung jawab

pemerinntah dalam pemenuhan hak atas air tersebut dalam pasal 14, 15,

dan 16 UU SDA yang berisi adanya tanggung jawab pemerintah untuk

menetapkan kebijakan nasional sumber daya air dan mengatur,

menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan,

dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai.

Dalam pandangan fiqh siyasah, pemerintah sebagai pemegang

kekuasaan harus dapat menyejahterakan rakyatnya dengan memenuhi

semua kebutuhannya, termasuk kebutuhan terhadap air. Hal ini sesuai

dengan kaidah fiqih yang berbunyi:

7

Artinya: Kebijakan yang diambil oleh pemerintah atas rakyatnyaharus dibebankan (diarahkan) kepada kepentingan umum.

Dengan demikian, negara harus mampu membuat kebijakan yang

dapat menjamin kepentingan seluruh rakyat. UU SDA yang dibuat untuk

7 Abdur Rahman ibn Abu Bakr as-Suyuthi, Al-Asybah wa al-Nadhair fi al-Furu’,(Beirut: Dar al-Fikr, 1995), hal. 84.

Page 95: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

86

mengatur pemanfaatan sumber daya air oleh masyarakat dan mencegah

terjadinya perselisihan antar warga cukup mampu mengatasi persoalan-

persoalan yang timbul dari kegiatan eksplorasi sumber daya air di

Indonesia.

B. Analisis Fiqh Siyasah terhadap Amar Putusan Mahkamah Konstitusi

Dalam putusannya, Mahkamah Konstitusi menolak semua permohonan

yang diajukan oleh para pemohon dalam pengujian konstitusionalitas UU SDA

terhadap UUD 1945. Majelis hakim konstitusi berpendapat bahwa secara formil

maupun materiil, UU SDA tidak bertentangan dengan UUD 1945. Dalam amar

putusan, majelis hakim juga menafsirkan frase “ dikuasai oleh negara” dalam

pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Majelis hakim berpendapat bahwa frase “dikuasai negara” harus diartikan

sebagai salah satu konsekuensi logis penguasaan oleh negara yang mencakup

juga pengertian kepemilikan publik oleh kolektivitas rakyat atas sumber-sumber

kekayaan alam. Penguasaan ini mengandung pengertian yang lebih tinggi atau

lebih luas daripada pemilikan dalam konsepsi hukum perdata, karena

kepemilikan tersebut lahir dari konstruksi kedaulatan rakyat yang dinyatakan

dalam hukum tertinggi, yaitu Undang Undang Dasar 1945.

Page 96: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

87

Majelis hakim juga berpendapat bahwa penguasaan negara atas air

meliputi kegiatan:

1. Merumuskan kebijakan (beleid), yaitu merumuskan kebijakan yang

berhubungan dengan pengelolaan sunber daya air.

2. Melakukan tindakan pengurusan (bestuursdaad). Fungsi pengurusan

(bestuursdaad) oleh negara dilakukan oleh pemerintah dengan

kewenangannya untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas perizinan

(vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (concessie).

3. Melakukan pengaturan (regelendaad). Fungsi pengaturan oleh negara

(regelendaad) dilakukan melalui kewenangan legislasi oleh DPR bersama

dengan Pemerintah, dan regulasi oleh Pemerintah (eksekutif).

4. Melakukan pengelolaan (beheersdaad). Fungsi pengelolaan (beheersdaad)

dilakukan melalui mekanisme pemilikan saham (share-holding) dan/atau

melalui keterlibatan langsung dalam manajemen Badan Usaha Milik Negara

atau Badan Hukum Milik Negara sebagai instrumen kelembagaan melalui

mana negara c.q. Pemerintah mendayagunakan penguasaannya atas sumber-

sumber kekayaan itu untuk digunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

5. Melakukan pengawasan (toezichthoudendaad). Fungsi pengawasan

(toezichthoudendaad) dilakukan oleh pemerintah sebagai wakil negara

terhadap kegiatan pemanfaatan sumber daya air.

Page 97: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

88

Faruq Nabhan dalam bukunya, al-Ittijah al-Jima’i menyatakan bahwa air

dikategorikan sebagai benda milik umum, artinya semua orang dapat

memanfaatkannya tanpa ada yang dapat menghalanginya, karena air merupakan

unsur terpenting bagi kehidupan.8 Tidak dibenarkan seseorang menguasai sumber

air karena dapat menutup akses orang lain terhadap air sehingga akan merugikan

kepentingan umum. Pemerintah sebagai wakil negara tidak dibenarkan untuk

memberikan sumber air kepada pihak tertentu, karena air termasuk milik umum

dan bukan milik negara. Dalam pemanfaatan sumber daya air, negara berperan

sebagai pihak yang mebuat aturan yang mengatur pemanfaatan sumber daya air

agar berlangsung dengan tertib dan tidak ada yang merasa dirugikan. Negara juga

berperan sebagai pihak yang menyelesaikan perselisihan antar anggota

masyarakat dalam memnfaatkan air. Akan tetapi negara bukanlah pemilik dari

sumber daya air tersebut.

Dengan demikian putusan majelis hakim yang menafsirkan penguasaan

negara dengan kewenangan pemerintah, yang mewakili negara, melakukan lima

kegiatan meliputi: merumuskan kebijakan, melakukan tindakan pengurusan,

melakukan pengaturan, melakukan pengelolaan, dan melakukan pengawasan

adalah sesuai dengan hukum Islam. Merumuskan kebijakan dan pengaturan

merupakan upaya pemerintah untuk mengatur pemanfaatan air berlangsung

dengan adil dan baik. Pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

8 Said Muhammad Basyuni, Al-Hurriyyah al-Iqtishadiyyah fi al-Islam wa Atsaruha fial-Tanmiyah, (Kairo: Dar al-Wafa’, 1988), hal. 244

Page 98: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

89

juga diperbolehkan untuk melakukan pengelolaan terhadap sumber daya air agar

dapat bermanfaat untuk seluruh rakyat. Sedangkan tindakan pengawasan

dilakukan dengan tujuan memberi sangsi kepada pihak-pihak yang melakukan

pelanggaran terhadap aturan yang ditetapkan pemerintah dalam pemanfaatan air.

Adapun tindakan pengurusan dengan memberi izin pengelolaan kepada

swasta atau perorangan, fiqh siyasah memandang bahwa pemerintah

diperkenankan untuk memberi izin pengelolaan sumber daya air kepada swasta

atau perorangan dengan syarat tidak menutup akses orang lain dalam

mendapatkan air dari sumbernya.. Hal ini dapat dituangkan dalam peraturan yang

mengatur tentang syarat mendapatkan izin pengelolaan sumber daya air. Yang

tidak dapat dilakukan oleh pemerintah adalah memberi penguasaan yang mutlak

atas sumber daya air kepada perorangan atau swasta, karena dikhawatirkan akan

merugikan kepentinngan umum yang lebih besar. Adanya pasal yang

menjelaskan keterlibatan swasta dalam pengelolaan air dalam UU SDA (pasal 11

ayat (3) yang dikhawatirkan akan membuka privatisasi air yang dapat merugikan

kepentingan umum harus diminimalisir dengan memberikan syarat yang ketat

terhadap setiap kegiatan eksplorasi terhadap sumber daya air. Jadi, kewenangan

pemerintah dalam memberi izin pengelolaan air kepada swasta harus dibatasi

selama tidak merugikan kepentingan umum.

Adapun kedudukan negara dalam mengelola sumber daya air adalah

sebagai wakil dari rakyat yang merupakan pemilik air. Negara harus bertindak

untuk kebaikan rakyatnya. Ini tentu sama dengan konsep kedaulatan rakyat yang

Page 99: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

90

dianut oleh UUD 1945 dimana rakyatlah yang memiliki kedaulatan, termasuk

kedaulatan di bidang ekonomi. Hal ini tercermin dalam rumusan pasal 33 ayat (2)

dan (3) UUD 1945.

Page 100: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

91

BABV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap Pasal 33 ayat (3) Undang Undang

Dasar 1945 dalam Putusan Pengujian Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air adalah:

a. Terhadap Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945

1) Pengertian “dikuasai oleh negara” dalam Pasal 33 ayat (3) Undang

Undang Dasar 1945 mengandung pengertian yang lebih tinggi atau

lebih luas daripada pemilikan dalam konsepsi hukum perdata, karena

kepemilikan tersebut lahir dari konstruksi kedaulatan rakyat yang

dinyatakan dalam hukum tertinggi, yaitu Undang Undang Dasar 1945.

2) Dalam konsep penguasaan negara, rakyat secara kolektif

dikonstruksikan oleh Undang Undang Dasar 1945 memberikan

mandat kepada negara untuk:

a) Merumuskan kebijakan (beleid), yaitu merumuskan kebijakan

yang berhubungan dengan pengelolaan sunber daya air.

b) Melakukan tindakan pengurusan (bestuursdaad).

Page 101: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

92

c) Melakukan pengaturan (regelendaad).

d) Melakukan pengelolaan (beheersdaad).

e) Melakukan pengawasan (toezichthoudendaad).

b. Terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya

Air

1) Hak atas air merupakan hak asasi manusia, sehingga hak tersebut tidak

hanya tunduk pada Pasal 33 ayat (3) Undang Undang dasar 1945 saja,

tetapi juga pada Pasal 28H Undang Undang Dasar 1945

2) Air bukanlah barang ekonomi, sesuai dengan prinsip “pemanfaat air

membayar jasa pengelolaan sumber daya air”

3) Peran swasta dalam pengelolaan sumber daya air hanya dapat

dilakukan dibawah izin dari pemerintah.

4) Adanya kewajiban tanggung jawab negara terhadap hak atas air.

2. Pandangan fiqh siyasah terhadap putusan Mahkamah Konstitusi tentang UU

Sumber Daya Air adalah:

a. Air termasuk barang yang menjadi milik umum (bersama). Tidak ada

seorangpun yang dapat memonopoli pemanfaatan sumber daya air.

Page 102: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

93

b. Negara berkewajiban menjamin ketersediaan pasokan air bagi seluruh

rakyat dengan membuat peraturan yang mengatur pemanfaatan air

dengan baik dan menjamin tidak adanya perselisihan antar anggota

masyarakat dalam memanfaatkan air.

c. Negara berperan sebagai wakil rakyat yang merupakan pemilik atas air

untuk melaksanakan fungsi-fungsi pembuatan kebijakan, pengaturan,

pengelolaan, dan pengawasan terhadap sumber daya air agar bermanfaat

dan dapat dipergunakan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

d. Islam menilai pemerintah boleh memberikan izin pengelolaan air kepada

swasta dengan persyaratan tidak menutup akses untuk mendapatkan air

bagi masyarakat luas. karena itu pintu privatisasi air harus dibatasi , sebab

pihak swasta ketika mengelola sumber daya air dapat dipastikan untuk

mencari keuntungan (profit oriented) sehingga mengabaikan kepentingan

umum.

B. Saran

1. Dalam membuat Undang-Undang, pemerintah dan DPR diharapkan benar-

benar memperhatikan kepentingan rakyat dan mengacu kepada konstitusi kita,

terutama masalah ekonomi harus sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang

menganut paham kedaulatan ekonomi.

Page 103: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

94

2. Pemerintah diharapkan tidak dengan mudah memberikan izin pengelolaan

sumber daya air kepada swasta, apalagi pihak asing, karena merugikan

kepentingan rakyat dan mengancam kedaulatan rakyat di bidang ekonomi.

3. Pemerintah segera melakukan revisi terhadap UU SDA, terutama pasal-pasal

yang membuka pintu privatisasi sumber daya air serta undang-undang yang

terkait dengan pengelolaan sumber daya alam lainnya.

Page 104: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

94

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku:

Al-Qur’an dan Terjemahannya.

A. Mas’adi, Ghufron, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta, RajaGrafindoPersada,2002.

Assal, Ahmad Muhammad al- dan Fathi Ahmad Abdul Karim, An-Nizam al-Iqtishadifi al-Islam, terj: Imam Saefudin, Bandung, Pustaka Setia, 1999.

Asshiddiqie, Jilmly, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta,Konstitusi Press, 2005.

________________, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Jakarta, KonsitusiPress, 2006.

Basyuni, Said Mahammad, al-Hurriyyah al-Iqtishadiyyah fi al-Islam wa Atsaruha fial-Tanmiyah, Kairo, Dar al-Wafa’, 1988.

Gunadi, Tom, Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan UUD’45, Bandung,Angkasa, 1990.

Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Cet. ke-2,Jakarta, Gaya Media Pratama, 2007.

Islahi, A.A, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah, terj: Anshari Thayib, Surabaya, PTBina Ilmu Offset, 1997.

Khalaf, Abdul Wahhab , Al-Siyasahh al-Syari’ah, Kairo, Dar al-Anshar, 1977.

Lathif, Ahmad Azharuddin, Fiqh Muamalat, Jakarta, UIN Jakarta Press, 2005.

Mandhur, Ibn, Lisan al-Arab, jilid X, Beirut, Dar al-Fikr,tt.

Mawardi, Ali ibn Muhammad al-, Al-Ahkam al-Sulthaniyah wa al-Wilayat al-Diniyah, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2006.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum, Edisi IV, Yogyakarta, Liberty, 1995.

Page 105: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

95

Mishry, Rofiq Yunus al-, Ushul al-Iqtishad al-Islami, Beirut, Dar as-Syamiyah,1993.

Nabhani, Taqiyuddin al-, An-Nizham al-Iqtishadi al-Islam, terj: Redaksi al-AzharPress, Bogor, Al-Azhar Press, 2009.

Qardhawi, Yusuf, Daur al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtishadi al-Islami, Kairo,Maktabah Wahbah, 1995.

Sarjadi, Soegeng dan Imam Sugema (ed.), Ekonomi Konstitusi: Haluan BaruKebangkitan Ekonomi Indonesia, Jakarta, Soegeng Sarjadi Syndicate, 2009.

Sholahuddin, Muhammad, Asas-Asas Ekonomi Islam, Jakarta, PT RajaGrafindoPersada, 2007.

Siahaan, Maruarar, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Cet I,(Jakarta, MKRI, 2006.

Sijistani, Abi Daud Sulaiman al-, Sunan Abi Daud, Amman, Dar al-A’lam, 2003.

Sutiyoso, Bambang, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia-UpayaMembangun Kesadaran dan Pemahaman Kepada Publik Akan Hak-HakKonstitusionalnya Yang Dapat Diperjuangkan dan Dipertahankan MelaluiMahkamah Konstitusi, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2006.

Suyuthi, Abdur Rahman ibn Abu Bakr al-, Al-Asybah wa al-Nadhair fi al-Furu’, Beirut, Daral-Fikr, 1995.

Tirmidzi, Muhammad bin Isa al-, Sunan at-Tirmidzi, Beirut, Dar al-Ma’rifah, 2002.

Wibowo dan Francis Wahono, Neoliberalisme, Yogyakarta, Cindelaras PustakaRakyat Cerdas, 2003.

Zarqa, Mushtafa Ahmad al-, al-Madkhal al-Fiqhi al-Islami, jilid I, Beirut, Dar al-Fikri, t.t.

Zuhaili, Wahbah al-, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jilid IV, Beirut, Dar al-Fikr),1985.

________________, Tafsir al-Munir, juz IX, Damaskus, Dar al-Fikr, 2003.

2. Peraturan Perundang-Undangan:

Page 106: KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5629/1/AFNANUL... · oleh corak penulisan konstitusi yang lazim ditemui pada negara-negara

96

Indonesia, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 beserta Amandemennya.

Indonesia, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98.

Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32.

Indonesia, Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6 Tahun 2005 tentang PedomanBeracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang.

3. Makalah:

Arimbi dan Emmy Hafild, Membumikan Mandat Pasal 33 UUD 45, Jakarta: WahanaLingkungan Hidup Indonesia dan Fiends of the Earth (FoE) Indonesia, 1999.

4. Data Internet:

Ikhwan Abidin Basri, Kepemilikan dalam Islam, yang diakses pada 20 Oktober 2010di http://elwardi.com/2010/03/kepemilikan-dalam-islam/