konsep pendidikan tinggi berbasis e-learning

6
KONSEP PENDIDIKAN TINGGI BERBASIS E-LEARNING: PELUANG DAN TANTANGAN Engkos Koswara ([email protected] ) Kementrian Riset dan Teknologi Jalan M.H. Thamrin No. 8, Jakarta 10340 ABSTRAK e-learning merupakan alternatif pembelajaran yang relatif baru untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dengan menggunakan berbagai fasilitas teknologi informasi, seperti teknologi komputer baik hardware maupun software, teknologi jaringan seperti local area network dan wide area network, dan teknologi telekomunikasi seperti radio, telefon, dan satelit. Tujuannya antara lain untuk meningkatkan daya serap dari mahasiswa atas materi yang diajarkan, meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa, meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa, dan meningkatkan kualitas materi pembelajaran. Selanjutnya dibahas mengenai konsep-konsep tentang cara penyampaian materi, teknologi, efektifitas dan komponen utama dari e-learning. Kata kunci: e-learning, distance learning 1. PENDAHULUAN Perkembangan aplikasi teknologi informasi di dunia pendidikan, memacu munculnya kegiatan e-learning baik secara synchronous maupun asynchronous. Salah satu kegiatan e-learning yang berbasis pada jaringan telekomunikasi adalah bila dosen dan mahasiswa dipisahkan oleh jarak sehingga tidak memungkinkan terjadi komunikasi tatap muka langsung. Teknologi suara, video, data, dan cetakan digunakan sebagai jembatan antara dosen dan mahasiswa untuk menyampaikan dan mendiskusikan bahan pelajarannya. Konsep program e-learning menyediakan kemudahan bagai siapa saja yang berminat belajar, yang mempunyai keterbatasan waktu, keterbatasan jarak, cacat fisik, para pekerja di perusahaan yang ingin meningkatkan pengetahuannya tanpa harus meninggalkan pekerjaannya. Banyak para dosen bertanya apakah mahasiswa jarak jauh akan belajar sama baiknya dengan mahasiswa yang mendapat instruksi melalui tatap muka. Penelitian yang membandingkan kedua jenis pengajaran ini memperlihatkan bahwa pembelajaran jarak jauh dapat se-efektif instruksi tatap muka atau trandisional, kalau menggunakan metoda dan teknologi yang sesuai dengan tugas- tugas secara instruksi, ada interaksi antar mahasiswa, dan interaksi antar dosen dan mahasiswa, termasuk para mahasiswa memberikan masukkan atau feedback kepada dosennya (Moore & Thompson, 1990; Verduin & Clark, 1991). 2. CARA PENYAMPAIAN MATERI Penyampaian materi e-learning dapat melalui synchronous atau asynchronous. Synchronous artinya bahwa dosen dan mashasiswa berinteraksi secara waktu nyata (real time), beberapa peralatan yang menggunakan cara ini harganya relatif mahal. Misalnya dengan two-way videoconferences, audioconferencing, internet chat, dan desktop video conferencing. Penyampaian materi dengan asynchronous tidak secara bersamaan, dosen menyampaikan instruksi melalui video, computer atau lainnya, dan mahasiswa merespons pada lain waktu. Misalnya, instruksi disampaikan melalui web atau dan feedback disampaikan melalui e-mail. Pengelompokkan synchronous dan asynchronous dapat dilihat pada Tabel 1. TABEL 1. PENGELOMPOKKAN SYNCHRONOUS DAN ASYNCHRONOUS Nama Synchronous Asynchronous Video Videoconferencing Videotape, Broadcast video Audio Audioconferencing Audiotape, Radio Data Internet chat, Desktop video conferencing E-mail, CD-ROM Meskipun teknologi mempunyai peranan penting didalam penyampaian materi pendidikan, dosen harus fokus pada instruksi yang akan disampaikan, bukan pada teknologi penyampaiannya. Kunci e-learning yang efektif adalah harus fokus pada kebutuhan mahasiswa, kebutuhan materi dan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh dosen sebelum menggunakan peralatan teknologi informasi. Biasanya, pendekatan yang sistematis akan menggunakan 275 Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB, 3-4 Mei 2005

Upload: materi-kuliah-online

Post on 13-Jan-2015

2.421 views

Category:

Education


5 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-Learning

KONSEP PENDIDIKAN TINGGI BERBASIS E-LEARNING: PELUANG DAN TANTANGAN

Engkos Koswara ([email protected])

Kementrian Riset dan Teknologi Jalan M.H. Thamrin No. 8, Jakarta 10340

ABSTRAK

e-learning merupakan alternatif pembelajaran yang relatif baru untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dengan menggunakan berbagai fasilitas teknologi informasi, seperti teknologi komputer baik hardware maupun software, teknologi jaringan seperti local area network dan wide area network, dan teknologi telekomunikasi seperti radio, telefon, dan satelit. Tujuannya antara lain untuk meningkatkan daya serap dari mahasiswa atas materi yang diajarkan, meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa, meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa, dan meningkatkan kualitas materi pembelajaran. Selanjutnya dibahas mengenai konsep-konsep tentang cara penyampaian materi, teknologi, efektifitas dan komponen utama dari e-learning.

Kata kunci: e-learning, distance learning

1. PENDAHULUAN Perkembangan aplikasi teknologi informasi di dunia pendidikan, memacu munculnya kegiatan e-learning baik secara synchronous maupun asynchronous. Salah satu kegiatan e-learning yang berbasis pada jaringan telekomunikasi adalah bila dosen dan mahasiswa dipisahkan oleh jarak sehingga tidak memungkinkan terjadi komunikasi tatap muka langsung. Teknologi suara, video, data, dan cetakan digunakan sebagai jembatan antara dosen dan mahasiswa untuk menyampaikan dan mendiskusikan bahan pelajarannya. Konsep program e-learning menyediakan kemudahan bagai siapa saja yang berminat belajar, yang mempunyai keterbatasan waktu, keterbatasan jarak, cacat fisik, para pekerja di perusahaan yang ingin meningkatkan pengetahuannya tanpa harus meninggalkan pekerjaannya. Banyak para dosen bertanya apakah mahasiswa jarak jauh akan belajar sama baiknya dengan mahasiswa yang mendapat instruksi melalui tatap muka. Penelitian yang membandingkan kedua jenis pengajaran ini memperlihatkan bahwa pembelajaran jarak jauh dapat se-efektif instruksi tatap muka atau trandisional, kalau menggunakan metoda dan teknologi yang sesuai dengan tugas-tugas secara instruksi, ada interaksi antar mahasiswa, dan interaksi antar dosen dan mahasiswa, termasuk para mahasiswa memberikan masukkan atau feedback kepada dosennya (Moore & Thompson, 1990; Verduin & Clark, 1991).

2. CARA PENYAMPAIAN MATERI

Penyampaian materi e-learning dapat melalui synchronous atau asynchronous. Synchronous artinya bahwa dosen dan mashasiswa berinteraksi secara waktu nyata (real time), beberapa peralatan yang menggunakan cara ini harganya relatif mahal. Misalnya dengan two-way videoconferences, audioconferencing, internet chat, dan desktop video conferencing. Penyampaian materi dengan asynchronous tidak secara bersamaan, dosen menyampaikan instruksi melalui video, computer atau lainnya, dan mahasiswa merespons pada lain waktu. Misalnya, instruksi disampaikan melalui web atau dan feedback disampaikan melalui e-mail. Pengelompokkan synchronous dan asynchronous dapat dilihat pada Tabel 1.

TABEL 1. PENGELOMPOKKAN SYNCHRONOUS DAN ASYNCHRONOUS

Nama Synchronous Asynchronous Video Videoconferencing Videotape, Broadcast

video Audio Audioconferencing Audiotape, Radio Data Internet chat,

Desktop video conferencing

E-mail, CD-ROM

Meskipun teknologi mempunyai peranan penting didalam penyampaian materi pendidikan, dosen harus fokus pada instruksi yang akan disampaikan, bukan pada teknologi penyampaiannya. Kunci e-learning yang efektif adalah harus fokus pada kebutuhan mahasiswa, kebutuhan materi dan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh dosen sebelum menggunakan peralatan teknologi informasi. Biasanya, pendekatan yang sistematis akan menggunakan

275Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi IndonesiaITB, 3-4 Mei 2005

Page 2: Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-Learning

gabungan beberapa media, masing-masing mempunyai tujuan spesifik, misalnya:

a. Printing, dapat menyediakan banyak materi

tentang instruksi dasar didalam bentuk teks, begitu juga bahan bacaan, silabi, dan jadwal harian,

b. Audio dan video conferencing yang interaktif, dapat menyediakan interaksi tatap muka waktu nyata dan voice to voice; merupakan cara yang baik dan efektif untuk berkomunikasi dengan pembicara tamu atau expert,

c. Computer conferencing dan electronic mail dapat digunakan untuk mengirim pesan, feedback tugas-tugas, dan target komunikasi lainnya pada para mahasiswa di satu atau bayak kelas. Dapat juga digunakan untuk meningkatkan interaksi diantara para mahasiswa,

d. Tape atau video recording dapat digunakan untuk merekam kegiatan di kelas yang sedang berlangsung,

e. Fax dapat digunakan untuk distribusi tugas, pengumuman dan untuk menerima feedback dari para mahasiswa.

Dengan menggunakan pendekatan yang terintegrasi, salah satu kegiatan dosen adalah menyeleksi dengan cermat, berbagai teknologi yang akan digunakan; sehingga dapat memenuhi kebutuhan para mahasiswa dalam memahami materi secara efektif dan ekonomis.

3. PROGRAM E-LEARNING

Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi informasi, juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi, cara mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan (Natakusumah, 2002).

Secara konsep, dosen e-learning harus mempunyai kemampuan pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi e-learning yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran, pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara elektronik. Studio pengajar perlu dikelola lebih baik dari pada ruangan kelas biasa. Dosen harus dapat menggunakan peralatan, antara lain menggunakan audio, video materials, dan jaringan komputer selama pembelajaran

berlangsung. Kemampuan baru yang diperlukan dosen untuk e-learning, antara lain perlu:

a. Mengerti tentang e-learning, b. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa, c. Mendesain dan mengembangkan materi

kuliah yang interaktif sesuai dengan perkembangan teknologi baru,

d. Mengadaptasi strategi mengajar untuk menyampaikan materi secara elektronik,

e. Mengorganisir materi dalam format yang mudah untuk dipelajari,

f. Melakukan training dan praktek secara elektronik,

g. Terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan keputusan,

h. Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude dan persepsi para mahasiswanya.

Menurut Moore (1996) e-learning melalui video secara interaktif dapat menjadi kelas yang efisien dan interaktif, menghasilkan keuntungan yang signifikan sebagai ruangan pembelajaran. Dikemukakan hasil perbandingan keefektifan dari program instruksi tradisional terhadap program televisi melalui satelit pada tingkat master degree menunjukan sebagai berikut: sebanyak 57 mahasiswa, berpartisipasi dengan instruktur yang sama. Kemudian di bagi dalam 3 kelompok. Kelompok pertama sebanyak 24 mahasiswa belajar melalui satelit; kelompok kedua sebanyak 13 mahasiswa berhadapan langsung dengan instruktur bersamaan dengan kelompok satelit, dan kelompok ketiga sebanyak 20 mahasiswa berhadapan langsung dengan instruktur pada waktu dan tempat berbeda. Hasilnya berupa keberhasilan yang diukur dengan ujian, tugas membuat makalah dan pekerjaan rumah; menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengambil kuliah melalui satelit (kelompok pertama) lebih baik dari mahasiswa yang mengambil kuliah berhadapan langsung dengan instruktur (kelompok kedua dan ketiga)

Penelitian lain, terhadap pengaruh media telekomunikasi dalam pembelajaran. Melibatkan 28 mahasiswa, kemudian dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama sebanyak 17 mahasiswa yang belajar di kampus dan kelompok kedua sebanyak 11 mahasiswa yang belajar dari jarak jauh. Para mahasiswa mengambil 14 minggu belajar pada bidang library science. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari kedua kelompok tersebut. Artinya bahwa baik pembelajaran tradisional maupun e-learning mendapatkan hasil yang sama.

276Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi IndonesiaITB, 3-4 Mei 2005

Page 3: Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-Learning

Hasil penelitian yang membandingkan pemberian pelajaran di kelas dengan kelompok yang menggunakan video teletraining instruction di Federal Aviation Administration Quality Assurance Course. Penelitian melibatkan 49 mahasiswa, dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama dengan 31 mahasiswa di kelas, dan kelompok kedua dengan 18 mahasiswa menggunakan video. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Banyak lagi penelitian yang dilakukan untuk membandingkan penelitian tradisional dan e-learning; menghasilkan tidak adanya perbedaan yang berarti. Sehingga banyak perguruan tinggi di luar negeri yang melakukan kegiatan e-learning, hal ini dapat dilihat dari internet, dengan melakukan searching, antara lain melalui: e-learning, distance learning, dan distance education. 4. E-LEARNING YANG EFEKTIF

Program e-learning yang efektif dimulai dengan perencanaan dan terfokus pada kebutuhan bahan pelajaran dan kebutuhan mahasiswa. Teknologi yang tepat hanya dapat diseleksi ketika elemen-elemen ini dimengerti secara detil. Tidak ada misteri pada cara pengembangan program e-learning. Tidak terjadi secara spontan; melalui usaha kerja keras dan dedikasi pada banyak individu dan organisasi. Kenyataannya, kesuksesan program e-learning berhubungan dengan usaha yang konsisten dan terintegrasi dari mahasiswa, fakultas, falisitator, staf penunjang, dan administrator.

4.1. Mahasiswa Sehubungan degan konteks pendidikan, peran utama dari mahasiswa adalah untuk belajar dengan sukses, merupakan tugas yang penting, sehingga perlu didukung oleh keadaan lingkungan yang baik, membutuhkan motivasi, perencanaan dan kemampuan untuk menganalisa dengan menggunakan instruksi atau modul yang terbaik. Ketika instruksi disampaikan pada suatu jarak tertentu, menghasilkan tantangan tambahan karena mahasiswa sering terpisah dari kebersamaan latar belakang dan interes lainnya, mempunyai hanya sedikit kesempatan untuk berinteraksi dengan dosen diluar kelas, dan harus bergantung pada hubungan teknis untuk menjembatani gap pemisah mahasiswa di dalam kelas. 4.2. Fakultas Kesuksesan semua usaha e-learning bergantung juga pada tanggung jawab fakultas. Fakultas bertanggung jawab pada pemahaman materi dan

pengembangan pemahaman tersebut sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa. Tantangan khusus yang dihadapi fakultas pada e-learning adalah perlu: a. Mengembangakan suatu aturan untuk

kebutuhan para mahasiswa, b. Mengadaptasi cara mengajar yang baik,

menjadi kebutuhan dan harapan para mahasiswa,

c. Mengembangkan teknologi informasi, fokus pada peran mengajar.

d. Berfungsi efektif sebagai fasilitator yang berkemampuan juga sebagai penyedia materi pembelajaran.

4.3. Fasilitator Fakultas merasa lebih efisiens bila berhubungan dengan fasilitator setempat yang bertindak sebagai jembatan antara mahasiswa dan fakultas. Supaya lebih efektif, seorang fasilitator harus mengerti kebutuhan para mahasiswa yang dilayani dan harapan yang diinginkan fakultas. Lebih penting lagi, fasilitator harus mengikuti arahan yang sudah ditentukan oleh fakultas. Mereka perlu menyiapkan peralatan, mengumpulkan tugas para mahasiswa, melakukan tes, dan bertindak sebagai instruktur setempat. 4.4. Staf Penunjang Merupakan “the silent heroes” dari kegiatan e-learning, meyakinkan bahwa semua kebutuhan detil untuk kesuksesan program sudah tersedia. Kebayakan kesuksesan program e-learning berhubungan juga dengan penunjangan fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa, perbanyakan dan penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan copyright, penjadwalan, pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis, dll. Staf penunjang merupakan kebutuhan utama untuk menciptakan keadaan, sehingga e-learning tetap pada jalur yang benar. 4.5. Administrator Meskipun administrator biasanya ikut dalam perencanaan suatu program e-learning, mereka sering kehilangan kontak dengan manajer teknis ketika program sedang beroperasi. Administrator e-learning yang efektif bukan hanya sekedar memberikan ide, tetapi perlu juga bekrjasama dan membuat konsensus dengan para pembangun, pengambil keputusan, dan pengawas. Mereka harus bekerja sama dengan personel teknis dan staf penunjang, meyakinkan bahwa sumberdaya teknologi perlu

277Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi IndonesiaITB, 3-4 Mei 2005

Page 4: Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-Learning

dikembangkan secara efektif untuk keperluan misi akademis kedepan. Lebih penting lagi bahwa didalam mengelola suatu akademik perlu merealisasikan bahwa kebutuhan dan kesuksesan para mahasiswa e-learning merupakan tanggung jawab utama. 5. STRATEGI PENGGUNAAN E-LEARNING

Strategi penggunaan e-learning untuk menunjang pelaksanaan proses belajar, diharapkan dapat meningkatkan daya serap dari mahasiswa atas materi yang diajarkan; meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa; meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa; meningkatkan kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kemampuan menampilkan informasi dengan perangkat teknologi informasi, dengan perangkat biasa sulit untuk dilakukan; memperluas daya jangkau proses belajar-mengajar dengan menggunakan jaringan komputer, tidak terbatas pada ruang dan waktu. Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas, dalam pengembangan suatu aplikasi e-learning perlu diperhatikan bahwa materi yang ditampilkan harus menunjang penyampaian informasi yang benar, tidak hanya mengutamakan sisi keindahan saja; memperhatikan dengan seksama teknik belajar-mengajar yang digunakan; memperhatikan teknik evaluasi kemajuan mahasiswa dan penyimpanan data kemajuan mahasiswa. Menghindari penggunaan terlalu banyak media dalam satu tampilan akan menggangu perhatian mahasiswa terhadap apa yang sebenarnya hendak disampaikan. Intinya adalah tetaplah sederhana dan gunakan jenis media dan format data digital yang sesuai dengan informasi yang hendak disampaikan. Suatu aplikasi e-learning dalam pendidikan dan pelatihan pada umumnya memiliki kemampuan dan fungsi-fungsi: manajemen basis data mahasiswa (biodata, evaluasi dan kemajuan); manajemen basis data modul-modul pendidikan dan pelatihan; manajemen akses mahasiswa terhadap modul-modul pelatihan; manajemen akses instruktur dan administrator terhadap mahasiswa dan modul-modul pelatihan; komunikasi antara mahasiswa dengan instruktur/nara sumber; evaluasi kemajuan mahasiswa (ujian/testing). Materi dari pendidikan dan pelatihan dapat diambil dari sumber-sumber yang valid dan dengan teknologi e-learning, materi bahkan dapat diproduksi berdasarkan sumber dari tenaga-tenaga ahli (experts). Misalnya, tampilan video digital yang menampilkan seorang ahli mekanik menunjukkan bagaimana caranya memperbaiki

suatu bagian dari mesin mobil. Dengan animasi 3 dimensi dapat ditunjukkan bagaimana cara kerja dari mesin otomotif dua langkah. Beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :

5.1. Learning by doing Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari; contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon penerbang dapat dilatih untuk melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya. 5.2. Incidental learning Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang mahasiswa dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata. 5.3. Learning by reflection Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan tentang subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan suatu ide/gagasan dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses masukan ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari mahasiswa. 5.4. Case-based learning Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi mengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada nara sumber ahli dan kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari. Mahasiswa dapat mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara sumber ahli tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi tersebut. 5.5. Learning by exploring Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk memahami suatu materi dengan cara melakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus

278Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi IndonesiaITB, 3-4 Mei 2005

Page 5: Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-Learning

menyediakan informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa. Mempelajari sesuatu dengan cara menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-directed learning). Mahasiswa diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut. Secara garis besar beberapa keuntungan dan kerugian menggunakan berbagai media untuk kebutuhan e-learning dapat dilihat pada Tabel 2.

TABEL 2. BEBERAPA KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MEDIA E-LEARNING

Nama Media Keuntungan Kerugian

Print Relatif murah, mudah dibawa, mudah tersedia

Tidak ada interaksi, membutuhkan kemampuan membaca, ada waktu delay

Voicemail

Relatif murah, mudah digunakan; meningkatkan interaksi

Panjangnya terbatas, tidak bergambar

Audiotape Rlatif murah, mudah diakses, mudah diperbanyak

Tidak ada gambar, tidak ada interaksi

Audioconference

Biaya relatif murah, mudah di set up

Tidak ada gambar, tidak ada interaksi, membutuhkan perangkat keras

E-mail Fleksibel, interaktif, convenient

Membutuhkan perangkat keras, banyak variasi perangkat lunak

Online Chat Interaksi secara waktu nyata, umpan balik sangat cepat

Membutuhkan perangkat lunak, perlu terjadwal, membuthkan perangkat keras

Web-based Education

Dpat multimedia, akses global, interaktif

Membutuhkan komputer, membuthkan akses ke web, mungkin lambat

Videotape

Relatif murah, mudah diakses, mudah diperbanyak, mempunyai elemen suara dan gambar

Tiak ada interaksi, membutuhkan perangkat keras

Satellite Videoconfer

ence

Realisme tinggi, dapat interaktif

Perangkat keras relatif mahal, perlu penjadwalan

Microwave Videoconfer

ence

Realisme tinggi, dapat interaktif,relatif murah

Daerah cakupan terbatas, perlu penjadwalan

Cable/Broadcast

Television

Mudah digunakan, mudah diakses, termasuk suara dan gambar

Biaya produksi tinggi, membuthkan perangkat keras, tidak ada interaksi, perlu penjadwalan

6. PENUTUP

Keberhasilan e-learning ditunjang oleh adanya interaksi maksimal antara dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, dan adanya pola pembelajaran aktif dalam interaksi tersebut. Bila pembelajaran bebasis pada web, maka diperlukan adanya pusat kegiatan mahasiswa, interaksi antar kelompok, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi, ujian, perpustakan digital, dan materi online. Dari sisi Teknologi informasi; dunia Internet memungkinkan perombakan total konsep-konsep pembelajaran yang selama ini berlaku. Teknologi informasi dan telekomunikasi yang murah dan mudah akan menghilangkan batasan ruang dan waktu yang selama ini membatasi dunia pendidikan. Beberapa konsekuensi logis yang terjadi antara lain adalah: (1) Mahasiswa dapat dengan mudah mengambil matakuliah dimanapun tanpa terbatas lagi pada batasan institusi & negara; (2) Mahasiswa dapat dengan mudah berguru dan berdiskusi dengan para tenaga ahli atau pakar di bidang yang diminatinya; (3) Materi kuliah bahkan dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa tergantung pada perguruan tinggi dimana mahasiswa belajar. Berbagai peluang tersebut diatas masih menghadapi tantangan baik dari biaya, kesiapan infrastuktur teknologi informasi, masyarakat, dan peraturan yang mendukung terhadap kelangsungan e-learning. 7. REFERENSI [1] Moore, M.G. & Kearsley, G. (1996).

Distance education: A sistems view. New York: Wadsworth Publishing Company.

[2] Moore, M.G.; et al. (1990). The effects of distance learning: A summary of the literature. Research Monograph No. 2. University Park, PA: The Pennsylvania State University, American Center for the Study of Distance Education. (ED 330 321)

[3] Natakusumah, E.K. (2002); Multimedia sebagai sarana pembelajaran; Lokakayra Multimedia sebagai sarana pembelajaran metode learning based; DUE-Like TPB ITB, 13 Nopember 2002, 16 halaman.

[4] Natakusumah, E.K. (2002); Teknologi informasi pada pendidikan jarak jauh, Orasi Ilmiah pada Wisuda STMIK Bandung, 12 Januari 2002, Grand Aquila Hotel, Nusantara Ball Room, Bandung, 21 halaman.

[5] Verduin, J.R. & Clark, T.A. (1991). Distance education: The foundations of

279Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi IndonesiaITB, 3-4 Mei 2005

Page 6: Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-Learning

effective practice. San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers.

[6] Willis, B. (1993). Distance education: A practical guide. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.

280Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi IndonesiaITB, 3-4 Mei 2005