konsep pendidikan tauhid dalam keluarga (studi...

71
i KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI TERHADAP SURAT AL- IKHLAS MENURUT TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Disusun Oleh : Tri Zunaenah 114-13-001 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2018

Upload: trinhkhanh

Post on 20-Mar-2019

273 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

i

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

(STUDI TERHADAP SURAT AL- IKHLAS MENURUT TAFSIR

AL-MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Disusun Oleh :

Tri Zunaenah

114-13-001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

Page 2: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

ii

Page 3: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

iii

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

(STUDI TERHADAP SURAT AL- IKHLAS MENURUT TAFSIR

AL-MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Disusun Oleh :

Tri Zunaenah

114-13-001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

Page 4: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

iv

Dr. M. Gufron, M.Ag

DOSEN IAIN SALATIGA

Persetujuan Pembimbing

Lamp : 4 Eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Tri Zunaenah

Kepada :

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

di tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka

bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : TRI ZUNAENAH

NIM : 114 13 001

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM

KELUARGA

(STUDI TERHADAP SURAT AL-IKHLAS

MENURUT TAFSIR AL MISHBAH KARYA M.

QURAISH SHIHAB)

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera

dimunaqasahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 27 Maret 2018

Pembimbing

Dr. M. Gufron, M.Ag

NIP. 19720814200312 1 001

Page 5: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

v

Page 6: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : TRI ZUNAENAH

NIM : 114-13-001

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan hasil jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah. Skirpsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh

Perpustakaan IAIN Salatiga.

Salatiga, 22 Maret 2018

Page 7: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

vii

MOTTO

“Setiap perjuangan pasti ada ujian dan

cobaannya,maka jalani dan lakukan dengan ikhlas

serta lillahita’ala untuk mencari berkah dari-Nya”

Page 8: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya, skripsi ini

penulis persembahkan kepada:

1. Suamiku tercinta ( Muhammad Sayaful Choliq ) yang selalu menemani,

mendukung dan membimbingku

2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

baktiku kepadanya, yang telah bersusah payah membesarkanku,

memberikan dukungan ,mendo’akanku serta membiayai kebutuhanku

hingga aku lulus S1.

3. Ayah Mertuaku ( Ahmad Munir, Al-Hafidz ) dan Ibu Mertuaku ( Siti

Haniah ) yang telah mendoakan serta support dalam menyelesaikan skripsi

ini.

4. Anakku tercinta ( Ahwalul Kautsar Muhammad ) yang menjadi

semangatku untuk menyelesaikan skripsi ini

5. Taman-temanku Pendidik PAUD SBB Pelangi Nusantara 04 yang selalu

memberikan kesempatan untuk saya menuntut ilmu di IAIN Salatiga

6. Teman – teman seperjuangan PAI Ekstensi angkatan 2013.

7. Saudara seiman dan setakwa yang telah member do’a agar mendapat ilmu

yang bermanfaat

Page 9: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dengan rahmat, taufik serta hidayah

Nya skripsi dengan judul Konsep Pendidikan Tauhid Dalam Keluarga (Studi

Terhadap Surat Al-Ikhlas menurut Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab)

bisa selesai.

Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepangkuan baginda Nabi

Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan, motivasi, dan

bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, penulis

sampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Dr. M. Gufron, M.Ag selaku pembimbing yang telah membimbing,

memberi motivasi dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi

ini.

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian

akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta

bantuan kepada penulis.

Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan

terimakasih. Semoga amal yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah

SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak

kekurangan baik dalam hal isi maupun metodologis. Kritik serta saran yang

membangun penulis harapkan bagi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan

datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para

pembaca yang budiman. Amin.

Salatiga, 9 Maret 2018

Penulis

Page 10: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

x

ABSTRAK

Zunaenah, Tri. 2018. Konsep Pendidikan Tauhid ( Studi Terhadap Surat

Al-Ikhlas . Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama

Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. M. Gufron, M.Ag.

Kata Kunci: Konsep Pendidikan Tauhid, Al-Ikhlas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian QS. Al-Ikhlas menurut

pendapat M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah kaitannya dengan

penanaman pendidikan tauhid dalam keluarga.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research),

sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dokumetasi

(documentation research methode),analisis data yang digunakan dalam skripsi ini

adalah pendekatan deduktif dan induktif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1. M. Quraish Shihab merupakan

salah satu ulama tafsir di Indonesia. Beliau lahir di Lotassalo, Rappang, kabupaten

Sidenreng Rappang ( Sidrap ), Sulawesi Selatan pada hari Rabu, 16 Februari

1944, bertepatan dengan 22 Safar 1363 H. Quraish Shihab pernah menjadi santri

di al-Faqihiyah, Malang. Guru M.Quraish Shihab adalah Habib Abdul Qadir Bil

Faqih. Salah satu karya nya yaitu Tafsir al-Mishbah yang akan digunakan penulis

dalam skripsi ini. 2. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ikhlas terdapat konsep pendidikan

aqidah bahwasanya Dia adalah Maha Tunggal, tidak ada yang menyertai dalam

kesucian-Nya. Menurut Tafsir AL-Mishbah keesaan Allah dibagi menjadi empat

yaitu: keesaan zat, keesaan sifat, keesaan dalam perbuatan dan keesaan beribadah

kepada-Nya. Dan 4 keesaan Allah ada kaitannya dengan teori Tauhid Rububiyah,

Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma’ wa Sifat. Keesaan zat memiliki makna sama

dengan Tauhid Rububiyah, keesaan perbuatan dan keesaan beribadah kepada-Nya

memiliki makna sama dengan Tauhid Uluhiyah, kemudian Asma’ wa Sifat

memiliki makna sama dengan keesaan sifat Allah. 3. Orang tua adalah unsur

utama bagi tegaknya tauhid dan nilai-nilai Islami dalam keluarga. Sejak dalam

kandungan orang tua sudah harus mengenalkan dan mengajarkan ketauhidan

kepada anak. Dengan bekal tauhid inilah anak akan berkembang sesuai batasan-

batasan yang telah ditetapkan. Agar menjadi manusia muslim yang benar-benar

meyakini keesaan Allah dan dapat mengamalkan ajaran-ajaran yang ada demi

kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Metode yang dapat diterapkan dalam

keluarga muslim metode pembiasaan, metode keteladanan, metode hukuman dan

metode ganjaran.

Page 11: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

GAMBAR BERLOGO

JUDUL……………………………………………………………………. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………….... iv

PENGESAHAN KELULUSAN………………………………………….. v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………………………… vi

MOTTO……..……...……………...……………………………………… vii

PERSEMBAHAN…………...……..……………………………………... viii

KATA PENGANTAR ...….……………………………………………… ix

ABSTRAK……..………………………………………………………… x

DAFTAR ISI..…………………………………………………………… xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………….…………………………… 1

B. Rumusan Masalah…………………………………… 9

C. Tujuan Penelitian……….…………………………… 9

D. Kegunaan Penelitian………………………………… 9

E. Metode Penelitian…………………………………… 10

F. Kajian Pustaka………………………………………. 12

G. Penjelasan Istilah….………………………………… 13

H. Sistematika Penulisan…..…………………………… 15

BAB II BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB

A. Riwayat M. Quraish Shihab…………………………. 16

1. Riwayat Keluarga…..……………………………. 16

2. Riwayat Pendidikan...……………………………. 17

3. Pengabdian M. Quraish Shihab…….……………. 18

4. Karya M. Quraish Shihab…..……………………. 18

B. Sistematika Penulisan Tafsir Al-Mishbah …………… 20

1. Latar Belakang Penulisan Tafsir Al-Mishbah …… 20

2. Gambaran Umum Tafsir Al-Mishbah……………. 20

Page 12: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

xii

3. Metode Tafsir Al-Mishbah…..…………………… 21

4. Corak Tafsir Al-Mishbah…….…………………… 21

BAB III KONSEP PENDIDIKAN TAUHID

A. Pengertian Pendidikan Islam…………………………. 23

B. Dasar Pendidikan Islam……………………………..... 25

C. Tujuan Pendidikan Islam……………………….…….. 27

D. Pengertian Tauhid…………………………………….. 28

1. Tauhid Rububiyah………………………………… 29

2. Tauhid Uluhiyah………………………………….. 31

3. Tauhid Asma wa Sifat……………………………. 32

E. Asbabun Nuzul surat Al-Ikhlas………………………. 32

F. Konsep Tauhid dalam surat Al-Ikhlas………………... 35

G. Konsep Tauhid Menurut Tafsir Al-Mishbah………..... 35

BAB IV RELEVANSI PENDIDIKAN TAUHID DENGAN KEHIDUPAN

SEKARANG SESUAI SURAT AL-IKHLAS

A. Analisis Data…………....…………………………….. 45

1. Analisis metode menanamkan dan menumbuhkan

pendidikan Tauhid dalam keluarga

muslim……..……………………........................... 45

2. Konsep Tauhid sesuai tafsir Al-Mishbah…………. 51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………… 53

B. Saran ………………………………………………….. 55

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu kegiatan manusia yang terjadi disetiap proses

kehidupan, pendidikan bukan hanya terjadi di lingkungan formal atau lembaga

pendidikan saja. Pendidikan adalah “Handayani” seperti yang dikemukakan oleh

Ki Muhammad Said R. yang memiliki arti “Memberi Pengaruh”. Pendidikan

kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu

mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimilikinya. Sikap-sikap dan

bentuk perilaku yang bersifat positif dimasyarakat tempat individu yang

bersangkutan berada (Dr. M. Sukardjo,2009:9).

Dapat dikatakan bahwa pendidikan sudah ada sejak manusia diciptakan.

Terbukti dalam Q.S Al-Baqarah ayat 31-32 :

ونى بأسمآء ئكة فقال أنبـ وعلم ءادم السمآء كلها ثم ع رضهم على المل

دقين ١٣ ؤلء إن كنتم ص ه

نك ل علم لنآ إل ما علمتنآ إنك أنت العليم الحكيم ١٣ قالوا سبح

Artinya : “Dan Allah ajarkan kepada Adam nama-nama (benda)

semuanya, kemuadian Allah perlihatkan kepada para

malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama

semua (benda) ini jika kamu benar!.” 31

“Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang

kami ketahui selain apa yang Engkau ajarkan kepada kami.

Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui,

Mahabijaksana”. 32

Dimana Allah telah mengajarkan kepada Adam semua nama-nama yang

oleh para malaikat belum pernah dikenalkan. Dengan berkembangnya zaman kini

pendidikan mulai mengalami kemajuan, hal yang perlu diperhatikan adalah

lingkungan dimana pertama kali seseorang itu mendapat pendidikan. Dapat

disimpulkan bahwa pendidikan yang pertama kali diperoleh adalah dari

lingkungan tempat ia dilahirkan yaitu keluarga.

Page 14: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

2

Agama Islam mengajarkan bahwasanya seluruh alam ini, Tuhanlah yang

telah menjadikan, menguasai dan mengawasinya. Bahwasanya Dia adalah Maha

Tunggal, tidak ada yang menyertai dalam kesucian-Nya. Seseorang dikatakan

telah memeluk Islam, apabila ia telah bersyahadat dengan sepenuh keimanan atas

ke-Esaan Allah SWT bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah. Kedua

kepercayaan ini tersimpul dalam kalimat laailaahaillallah

muhammadurrasulullah (Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah

utusan Allah). Bagian pertama kalimat ini memberikan konsep tauhid, dan bagian

kedua adalah kesaksian atas kerasulan Muhammad SAW.

Kadar keimanan seseorang mempengaruhi seseorang dalam pergaulannya

sehari-hari. Kadar ketauhidan seseorang juga sangat berkaitan dengan besarnya

adab dan akhlak yang dia miliki. Akidah dan agama merupakan suatu keyakinan

yang harus ditanamkan kepada anak. Akidah adalah keimanan yang menjadi

landasan seseorang menjadi yakin dalam beragama.

Oleh karena itu tampak jelas sekali hikmahnya, mengapa iman dijadikan

sebagai prinsip umum dan kekal abadi. Juga mengapa Allah tidak pernah

membiarkan suatu generasi atau suatu umat dalam keadaan kosong tanpa

mengutus seorang rasul kepada mereka untuk mengajak mereka kepada iman ini

dan memperdalam akar-akar aqidah ini di dalam hati mereka (Sayyid Sabbiq,

2008 : 8).

Batu fondasi keimanan Islam adalah Tauhid (keesaan Allah). Pada konsep

ini bermuara semua pandangan dunia dan strateginya. Segala sesuatu yang lain

secara logika bermuara dari sini. Tauhid mengandung arti bahwa alam semesta

didesain dan diciptakan dengan sadar oleh Allah SWT yang bersifat esa dan unik.

Dan ia tidak terjadi karena kebetulan atau eksiden. Tujuan inilah yang akan

memberikan arti dan signifikan bagi eksisitensi jagat raya, dimana manusia

merupakan salah satu bagiannya. Sesudah menciptakan jagat raya ini, Allah tidak

pensiun. Ia aktif terlibat dalam segala urusannya dan ia selalu waspada dan

melihat kejadian yang paling kecil sekalipun.

Page 15: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

3

Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

يا أيها الناس اعبدوا ربكم الذي خلقكم والذين من قبلكم لعلكم تتقون

٣٣

ماء ماء ماء بناء وأنزل من الس الذي جعل لكم الرض فراشا والس

أندادا وأنتم تعلمون ٣٣ فأخرج به من الثمرات رزقا لكم فال تجعلوا لل

Artinya : “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu

dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah

yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit

sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia

menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki

untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu

bagi Allah, padahal kamu mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 21-22).

Umumnya dakwah dan seruan iman ini datang sesudah hati nurani

manusia mengalami kerusakan, dan sesudah semua nilai luhur hancur. Dan

tampak bahwa manusia sangat memerlukan datangnya mu’jizat yang dapat

mengembalikannya kepada fitrahnya yang sehat agar memiliki kelayakan untuk

memakmurkan bumi dan mampu mengemban amanah kehidupan (Sayyid Sabbiq,

2008 : 9).

Sekedar percaya akan wujud Allah belumlah cukup untuk menjadikan

sempurna keislaman seseorang, yang paling utama di dalam hubungan makhluk

dengan Allah ialah kepatuhan yang bulat hanya kepada-Nya. Inilah intisari

sesungguhnya dari ajaran Islam, yaitu mentauhidkan atau mengesakan Allah.

Tauhid akan membuat jiwa tentram dan menyelamatkan manusia dari kesesatan

dan kemusyrikan. Selain itu, Tauhid juga berpengaruh untuk membentuk sikap

dan perilaku manusia. Jika tauhid ditanamkan dengan kuat, ia akan menjadi

sebuah kekuatan batin yang tangguh, sehingga melahirkan sikap positif.

Keimanan kepada Allah dan Malaikat pencatat amal baik perbuatan

merupakan bagian yang paling penting dalam ketauhidan seseorang. Diantara hal

yang telah diterima oleh para ahli pendidikan dan akhlak adalah bahwa seorang

Page 16: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

4

anak sejak lahir sudah membawa fitrah Tauhid dan aqidah Iman kepada Allah,

serta berada di atas dasar kesucian, maka jika tersedia baginya pendidikan yang

baik dalam keluarga, interaksi sosial yang baik, dan lingkungan belajar yang baik.

Dan jika pendidikan anak jauh dari akidah Islam, dan dari bimbingan agama serta

hubungan dengan Allah Ta’ala, maka pastinya kelak sang anak akan tumbuh

dalam dunia kejahatan dan penyimpangan ( Abdullah Nasih Ulwan, 2013 : 80 ).

Al-Qur’an menegaskan bahwa dalam fitrah diri manusia terdapat

kecenderungan menuju keimanan dan penolakan terhadap tindak kejahatan dan

kedurhakaan. Allah tidak hanya menempatkan dalam fitrah diri manusia keimanan

kepada yang maha mencipta dan menganugerahinya kemampuan untuk mengenal

Allah, namun dia juga telah menciptakan di dalamnya dorongan-dorongan

alamiah menuju kebaikan dan penolakan terhadap perbuatan buruk, dosa, dan

tindakan-tindakan yang merendahkan martabat manusia. Oleh karena itulah secara

tanpa sadar jiwa manusia condong kepada kebaikan ( Sayyid Mujtaba Musawi

Lari, 1997 : 37 ).

Dan hakikat dari fitrah ini telah ditetapkan Al-Qur’an bahwasanya fitrah

Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan

pada fitrah Allah.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala mengenai hal ini adalah :

ه إليكم ٱلكفر … ن وزينهۥ في قلوبكم وكر يم حبب إليكم ٱل كن ٱللول

شدون ئك هم ٱلر ٧وٱلفسوق وٱلعصيان أول

Artinya : “... Tetapi allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan

menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu

benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan” (QS. Al-

Hujurat : 7).

Dan manusia telah dilahirkan dengan fitrah oleh Allah SWT. Sebagaimana

firman Allah:

Page 17: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

5

ٱلتي فطر ٱلناس عل … فطرت ٱلل …يها ل تبديل لخلق ٱلل

Artinya : “…(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah” (QS.

Ar-Ruum: 30).

Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan hidup

(system social), dan keluarga menyediakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa

bayi dan anak-anak sangat bergantung kepada orang tua, baik karena keadaan

jasmaniyah maupun intelektual, sosial dan moral. Bayi dan anak belajar menerima

dan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua. Sangat wajar dan logis jika

tanggung jawab pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak bisa

dipikulkan kepada orang lain karena ia adalah darah dagingnya, kecuali berbagai

keterbatasan kedua orang tua.

Anak dapat belajar dengan memperhatikan cara orang dewasa

menggunakan keterampilannya, dan orang tua dapat mengajarkan sesuatu dengan

memberi tahu anak apa yang harus dilakukan. Sayangnya orang tua tidak

membolehkan anak-anak masuk ke dalam proses berfikir mereka. Memberi anak-

anak kesempatan mengetahui pikiran orang dewasa akan mengajarkan kepada

mereka bahwa memiliki perasaan negatif, bingung, dan tidak mendapatkan solusi

sempurna adalah hal yang normal. Tentu saja, orang tua perlu memberi teladan

kendali diri dan keterampilan berkomunikasi dengan baik, jika itu juga yang

mereka harapkan dari anak-anak ( Maurice J. Elias, 2002 : 89 ).

Orang tua adalah unsur utama bagi tegaknya tauhid dan nilai-nilai Islami

dalam keluarga. Sebagai seorang muslim, orang tua harus memiliki aqidah serta

tauhid yang berkualitas dengan cara berguru dengan para ulama sholeh yang ahli

dalam materi-materi ketauhidan, sehingga orang tua dapat membekali anak-

anaknya dengan keilmuan yang didukung dengan keteladanan tauhid, sehingga

terbentuk kepribadian seorang muslim sejati. Apabila orang tua memiliki

Page 18: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

6

keimanan yang kuat serta akhlak yang mulia, maka anak dapat melihat orang

tuanya sebagai teladan yang memberikan pengetahuan sekaligus pengalaman dan

pengarahan.

Kepribadian muslim dibentuk sejak dini, bahkan para ulama ada yang

mengatakan ketika bayi dalam kandungan seorang ibu. Orang tua mempunyai

kewajiban yang sangat besar dalam menanamkan dan menumbuhkan aqidah anak

dan akhlak yang mulia pada anak. Para ulama mengatakan semakin kurang

keimanan anak, maka semakin rendah juga kadar akhlak, watak, kepribadian,

serta kesiapan seorang anak untuk menerima konsep Islam sebagai pedoman dan

pegangan hidup. Sebaliknya, jika aqidah tauhid anak telah kokoh dan mapan,

maka terlihat jelas dalam setiap amal perbuatannya. Setiap konsep yang ada dalam

Islam akan diterima secara utuh dan lapang dada oleh seorang anak ketika mereka

tumbuh dewasa, tanpa ada rasa keberatan dan terkesan mencari-cari alasan.

Orang tua merupakan pendidik utama bagi anak-anak mereka, karena dari

merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk

pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga orang tua memiliki

kewajiban untuk membentuk generasi pengubah peradaban. Salah satunya dengan

cara mengembangkan kreativitas anak dengan nilai spiritualitas. Berdasarkan

ajaran Islam, orang tua bertanggung jawab atas pendidikan, pembentukan kualitas,

dan kepribadian anak.

Saat ini, pengaruh keluarga mulai melemah karena perubahan sosial,

ekonomi, politik dan budaya. Keluarga berkurang fungsinya dalam dunia

pendidikan. Sebagian tanggung jawabnya beralih kepada tuntutan hidup. Banyak

orang tua yang mengabaikan pendidikan anaknya dan disibukkan dengan

pekerjannya demi memenuhi kehidupan sehari-hari. Bahkan anak-anak akan

bertemu ayah dan ibunya di pagi hari dan hari libur saja. Kurangnya kebersamaan

tersebut mempengarungi kedekatan emosional anak dengan orang tua mereka.

Disinilah keluarga memiliki peranan yang besar dalam mendidik dan

mempengaruhi anak-anak.

Page 19: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

7

Dengan kebersamaan yang dilalui di dalam keluarga maka mereka akan

meniru apa yang mereka lihat, mereka dengar, dan yang dilakukan orang tua

mereka. Seringkali orang tua tidak dapat mendampingi anaknya karena waktu

yang telah dipakai untuk bekerja guna memenuhi materi keluarga.

Alasan kesibukan menjadi landasan orang tua menyerahkan pendidikan

anaknya ke lembaga pendidikan untuk mendidik agar anak bersikap sopan,

memiliki sosial yang baik di lingkungan, menjadi pribadi yang religius, memiliki

akhlak yang mulia, disiplin serta bertanggung jawab. Namun pendidikan anak

tidak hanya dilepas begitu saja kepada lembaga pendidikan, kemudian dengan

mudah menuntut dan mengkambing hitamkan lembaga pendidikan jika sang anak

berbuat sebuah penyelewengan. Akan tetapi tetap ada pantauan dan interaksi yang

mendukung untuk perkembangan pendidikan sang anak saat anak kembali di

lingkungan keluarga. Pendidikan akan berhasil tergantung sejauh mana kerja sama

antara lembaga pendidikan dengan orang tua si anak.

Untuk membentuk anak yang saleh, dibutuhkan pendidikan yang terarah

sebagaimana yang dikatakan dalam Al-Quran Surat An-Nisa’ ayat 9:

ية ضعافا خافوا عليهم فليتقوا للاه وليخش الذين لو تركوا من خلفهم ذر

٩وليقولوا قول سديدا

Artinya :“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang

sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di

belakang mereka yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara

dengan tutur kata yang benar”. ( Q.S. An-Nisa’ : 9 )

Oleh karena itu tampak jelas sekali hikmahnya, mengapa iman dijadikan

sebagai prinsip umum dan kekal abadi. Juga mengapa Allah tidak pernah

membiarkan suatu generasi atau suatu umat dalam keadaan kosong tanpa

mengutus seorang rasul kepada mereka untuk mengajak mereka kepada iman ini

dan memperdalam akar-akar aqidah ini di dalam hati mereka (Sayyid Sabbiq,

2008 : 8 ).

Page 20: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

8

Metode tahlili menafsirkan ayat demi ayat sesuai susunannya dalam

setiap surat, dan urutan masa pewahyuan masing-masing surat, sedangkan metode

maudhui adalah model penafsiran dengan menghimpun sejumlah ayat yang

tersebar dalam berbagai surat yang membahas tema yang sama. Setelah

menjelaskan pengertian menyeluruh dari ayat-ayat tersebut, mufassir kemudian

menarik kesimpulan sebagai jawaban atas tema yang dibahas. Dalam penulisan

Tafsir al-Mishbah, Quraish memadukan metode tahlili dan maudhu’i. sehingga

pembaca tinggal memilih sesuai kebutuhan mereka.

Menurut Manager Program Pusat Studi Al-Qur’an, Muchlis M. Hanafi,

selain kombinasi dua metode tadi, Tafsir al-Mishbah juga mengedepankan corak

ijtima’i (kemasyarakatan). Uraian-uraian yang muncul mengarah pada masalah-

masalah yang berlaku atau terjadi di tengah masyarakat. Lebih istimewa lagi,

menurut Muchlis, kontekstualisasi sesuai corak kekinian dan keindonesiaan

sangat mewarnai al-Mishbah (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 284).

Berpedoman Al-Qur’an dalam surat Al-Ikhlas disebutkan bahwa kita

hanya memiliki Tuhan yang satu yaitu Allah SWT surat ini mengajarkan tentang

ketauhidan kepada-Nya. Bagaimana kita harus menyakini atas keesaan-Nya dan

Ikhlas untuk beribadah kepadanya. Penulis tertarik mengetahui konsep pendidikan

tauhid dalam surat tersebut melalui kajian pustaka atas TAFSIR Al- Misbah karya

M. Quraish Shihab.

Dengan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengangkat tema

tersebut dengan mengambil judul skripsi “KONSEP PENDIDIKAN TAUHID

DALAM KELUARGA (STUDI TERHADAP SURAT AL-IKHLAS MENURUT

TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB )”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan maka yang

4menjadi masalah pokok dalam bahasan ini adalah :

1. Bagaimana biografi M. Quraish Shihab ?

Page 21: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

9

2. Bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam surat Al-Ikhlas menurut tafsir

Al-Misbah?

3. Bagaimana relevansi konsep pendidikan tauhid dalam keluarga sesuai

dengan surat Al-Ikhlas menurut tafsir Al- Misbah dengan kehidupan

sekarang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penulis dapat menentukan tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui biografi M. Quraish Shihab

2. Untuk mengetahui konsep pendidikan tauhid tauhid dalam surat Al-Ikhlas

menurut Tafsir Al-Misbah

3. Untuk mengetahui relevansi konsep pendidikan tauhid dalam keluarga

sesuai dengan surat Al-Ikhlas menurut tafsir Al-Misbah

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,

dapat berguna sebagai sumbangan pikiran bagi dunia pendidikan

khususnya pendidikan Islam

b. Dapat menambah wawasan teoritis tentang konsep pendidikan tauhid

dalam keluarga

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Dijadikan sebagai acuan seorang pendidik mengenai konsep

pendidikan tauhid dalam keluarga

b. Bagi Lembaga Pendidikan

Page 22: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

10

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas

lembaga pendidikan yang ada

c. Bagi lingkungan masyarakat

Sebagai ilmu yang bisa diaplikasikan kepada anggota keluarga masing-

masing

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini berjenis kepustakaan (library reseach) yang

difokuskan pada penelusuran dan penelaah literatur serta bahan pustaka

lainnya.

2. Sumber Data

a. Sumber Primer

Kitab Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab

b. Sumber Sekunder

Sumber data lain yang digunakan penulis dalam penelitian ini berupa

buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang menjadi pokok

bahasan penelitian ini, antara lain: Tafsir Al-Mishbah, Al-Qur’an dan

terjemahannya DEPAG, Studi Ilmu Alqur’an, dan buku-buku lain yang

berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tenik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam

penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang

menjadi sumber data primer dan sekunder yang relevan. Setelah data

terkumpul maka dilakukan penelaahan serta sistematis dalam

hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau

informasi untuk bahan penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode antara lain:

a. Pendekatan deduktif

Page 23: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

11

Pendekatan deduktif yaitu penulisan kritik dan esai dengan

menetapkan ukuran yang benar-benar dipahami dan diyakini secara

objektif dan konsisten.Ukuran yang digunakan diantaranya tentang kaidah

moral, kaidah sosial, kaidah hukum, atau kaidah ilmiah.Penulis harus

netral, tidak boleh mengikuti emosi dan kehendak sendiri.Penilaian harus

diberikan secara jujur dan objektif (Haryanta, 2012: 200).

Dengan pendekatan deduktif ini penulis menganalisis data yang berupa

berbagai interpretasi tafsir Surat Al- Ikhlas baik dari sumber data primer

maupun sekunder untuk kemudian ditemukan kekhususan konsep

pendidikan tauhid dalam keluarga yang terkandung di dalam surat Al-

Ikhlas.

b. Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif yaitu penulisan kritik dan esai dimana penulis

dapat langsung mengamati karya sastranya dan langsung membuat

kesimpulan berdasarkan penilaian dari sudut pandangnya (Haryanta, 2012:

200-201). Berangkat dari analisa konsep khusus pendidikan tauhid

dalam keluarga yang terkandung dalam surat Al-Ikhlas, kemudian konsep

tersebut dapat ditarik kesimpulan yang merupakan esensi dari konsep

pendidikan yang terkandung dalam surat Al-Ikhlas secara umum.

F. Kajian Pustaka

Penulis mengkaji telaah pustaka dengan maksud untuk mendukung penulis

yang lebih komprehensif. Maka penulis berusaha melakukan kajian awal terhadap

pustaka atau karya-karya lain yang relevan dengan penelitian ini. Adapun

penelitian yang senada dengan penelitian ini antara lain:

1. Saudari Siti Sukrillah (2015) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,

Program Studi PAI, IAIN Salatiga “Konsep Pendidikan Tauhid dalam

Keluarga Studi Analisis Quran Surat Al-Baqarah Ayat 132-133 Dalam

Tafsir Ibnu Katsir” berisi tentang konsep pendidikan tauhid dalam

keluarga menurut Ibnu Katsir dalam Qur‟an Surat al Baqarah ayat 132-

133 adalah,upaya membina manusia dalam menyerahkan diri secara

mutlak kepada Allah SWT sepanjang hayatnya dalam keluarga secara

Page 24: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

12

berkesinambungan sampai keturunannya di masa depan kelak meskipun

berbeda cara atau metode dalam pelaksanaannya.

2. Saudari Syarifatun Nurul Maghfiroh (2016) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan, Program Studi PAI, IAIN Salatiga “Nilai-nilai Pendidikan

Tauhid dalam Kitab Aqidatul Awam Karya Sayid Ahmad Al-Marzuki

berisi tentang nilai pendidikan tauhid yaitu pendidikan keimanan dimana

keimanan sendiri terdiri dari keimanan kepada Allah, kepada Malaikat,

kepada kitab-kitab, kepada Rasul, kepada hari akhir serta keimanan kepada

qadha dan qadar. Sistematika penulisan dalam kitab Aqidatul Awam

adalah tematik.

3. Saudari Alfrida Dyah Septiyani (2017) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan, Program Studi PAI, IAIN Salatiga “Pendidikan Tauhid (Telaah

Kisah Ibrahim A.S QS. Al-An’am 7:74-83)” menerangkan terdapat tiga

tujuan pendidikan tauhid pada ayat ini, pada ayat 75 yaitu berbunyi agar

Dia termasuk orang yang yakin, kemudian pada ayat 82 mereka itulah

yang akan mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang

akan mendapat petunjuk, dan terakhir pada ayat 83 yang berbunyi kami

tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Tiga tujuan

pendidikan tauhid tersebut adalah agar termasuk orang-orang yang yakin,

agar mendapat keamanan dan petunjuk, serta agar mendapatkan derajat.

Beberapa metode yang dilakukan oleh nabi Ibrahim dalam kisahnya antara

lain : menegur, mengarahkan, mencari sendiri, berdialog dan berdiskusi

serta mengancam.

4. Saudari Ni’matul Mufid (2014) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK), jurusan PAI, UNSIQ Wonosobo, dengan judul “Konsep

Pendidikan Tuhid dalam Kelurga (Kajian QS. Al-Baqarah ayat 133)”

menjelaskan tentang pencapaian kesempurnaan tertinggi dan tingkat

kematangan yang sempurna dengan metode teladan, metode pendidikan

dengan pembiasaan, metode pendidikan dengan nasihat yang bijak,

metode pendidikan dengan memberi perhatian dan metode pendidikan

dengan memberikan hukuman.

Page 25: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

13

Sejauh penelusuran yang dilakukan oleh penulis, belum ditemukan tulisan

yang lebih spesifik dan mendetail tentang konsep pendidikan Tauhid dalam

keluarga Studi QS. Al-Ikhlas menurut Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish

Shihab.

G. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalah fahaman dengan maksud judul yang penulis

angkat, maka akan dijelaskan batasan masing-masing istilah dari judul skripsi ini.

1. Konsep Pendidikan Tauhid

Konsep Pendidikan Tauhid terdiri dari tiga kata yaitu : Konsep,

Pendidikan dan Tauhid.

a. Konsep adalah rancangan atau surat buram, ide atau pengertian

yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, gambaran mental dari

objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan

oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2003 : 588).

b. Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspek

mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun

yang tidak melibatkan guru (pendidik) mencakup pendidikan

formal, non formal serta informal (Ahmad Tafsir, 2013 : 6).

c. Tauhid adalah persoalan yang membahas tentang peng-Esaan

Allah, baik pada zat-Nya, pada asma (nama-nama)-Nya, pada sifat,

af’aal (perbuatan)-Nya,mapun pada ibadah (penghambaan) kepada-

Nya. Tauhid juga dikatakan sebagai ilmu akidah. akidah secara

istilah mempunyai arti hal-hal yang diketahui seseorang dan yang

diyakini dengan hatinya berupa berbagai perkara agama (Tim

Keilmuan Lembaga Imam dan Khatib, Saudi Arabia,1998 : 3).

Jadi, konsep pendidikan tauhid adalah ide meningkatkan diri dalam

segala aspek mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru atau

tidak melibatkan guru dengan meyakini keesaan Allah baik zat, sifat,

nama, maupun penghambaan kepada-Nya.

Page 26: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

14

2. Surat Al-Ikhlas

Surat Al-Ikhlas adalah surat yang ke-112 dari al-Qur’an. Secara

Bahasa kata ikhlas terambil dari kata khalish yang berarti suci atau murni

setelah sebelumnya memiliki kekeruhan atau keberhasilan mengkikis dan

menghilangkan kekeruhan itu sehingga sesuatu yng tadinya keruh menjadi

murni.

أحد مد ٣قل هو ٱلل ٱلص ٤ولم يكن لهۥ كفوا أحد ١لم يلد ولم يولد ٣ٱلل

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.

Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan

tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara

dengan Dia.”(Q.S. Al-Ikhas: 1-4)

Surah ini merupakan surah yang ke-19 bagi ulama yang menyatakannya

Makiyyah. Ada juga di antara mereka yang berpendapat surah yang ke-22 yang

turun sesudah surah an-Nas dan sebelum an-Najm. Jumlah ayatnya sebanyak 4

ayat menurut cara perhitungan ulama Madinah, Kufah dan Bashrah, sedang

menurut cara perhitungan ulama Mekkah dan Syam, sebanyak 5 ayat. Mereka

menilai lam yalid merupakan satu ayat dan wa lam yulad ayat yang lain. Surat ini

tergolong surat makiyyah yang terdiri dari 4 ayat (M. Quraish Shihab, 2003: 606).

3. Tafsir al-Mishbah

Al-Mishbah berarti lampu, lentera, pelita atau benda lain yang berfungsi

serupa. Pada kata pengantar Tafsir al-Mishbah Quraish mengakui dirinya sangat

dipengaruhi dan banyak merujuk tafsir karya Ibrahim Ibn Umar al-Biqa’I,

Muhammad Thanthawi, Mutawalli asy-Sya’rawi, Sayyid Quthb, Tahir Ibnu

Asyur, dan bahkan Sayyid Muhammad HuseinThabathaba’I yang beraliran Syiah.

Tapi sebagian besar lagi adalah pemikiran hasil ijtihad M. Quraish Shihab Sendiri

(Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 286).

Page 27: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

15

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan

mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut

susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan

mudah dipahami. Adapun sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, pada pendahuluan berisi : latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode

penelitian, definisi operasional dan sistematika penelitian.

BAB II : Biografi M. Quraish Shihab

BAB III : Berisi Konsep pendidikan tauhid yang berisi pengertian, konsep

dalam Alqur’an menurut surat Al-Ikhlas, dan konsep menurut

tafsir Al- Mishbah karya M. Quraish Shihab

BAB IV : Analisis data tentang Konsep Pendidikan Al-Qur’an menurut

Tafsir Al-Mishbah dan Relevansi di kehidupan sekarang,

berdasarkan surat Al-Ikhlas

BAB V : Menguraikan tentang Kesimpulan dan Saran.

Page 28: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

16

BAB II

BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB

A. Riwayat M. Quraish Shihab

1. Riwayat Keluarga

Tafsir Al- Misbah merupakan karya yang monumental. Pengarangnya

lahir di Lotassalo, Rappang, kabupaten Sidenreng Rappang ( Sidrap ), Sulawesi

Selatan pada hari Rabu, 16 Februari 1944, bertepatan dengan 22 Safar 1363 H.

Beliau memiliki nama Muhammad Quraish Shihab. Quraish merupakan

salah satu nama suku yang terhormat di kota Mekkah, dalam bahasa Arab,

Quraish berarti “ ikan hiu kecil “, ( Mauluddin Anwar.dkk, 2015 : 3 ). Shihab

adalah marga yang sudah melekat pada leluhur Quraish dari pihak ayahnya,

Shihab merujuk pada dua ulama besar, Habib Ahmad Syahabuddin al-Akbar dan

cucunya Habib Ahmad Syahabuddin al-Ashgar, kata Syahabbudin kemudian

disingkat menjadi Syahab. Dalam bahasa Arab meski pengucapannya beda, arti

syihab atau syahab sebenarnya sama saja , yaitu “suluh sapi“ atau “bintang”. Di

negeri asalnya Yaman, Syahabbudin bukan hanya nama, tapi juga gelar bagi para

ulama besar yang terkenal dengan ilmunya. Mereka bagaikan “suluh sapi” atau

“bintang” yang bersinar karena sangat dikenal dari pemikiran dan karya tulisnya

(Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 9).

Ayah Quraish bernama Habib Abdurrahman Shihab dan ibunya Asma

yang biasa disapa dengan sebutan Puang Asma. Quraish merupakan anak

keempat dari dua belas bersaudara (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 7).

Pada tanggal 2 Februari 1975, Quraish menikahi seorang wanita yang

bernama Fatmawaty. Dari pernikahannya itu Quraish memiliki 5 orang anak yaitu

Nasywa, Najwa, Ahmad, Najelaa, dan Nahla.

Aba Abdurrahman Shihab wafat pada Maret 1986, dalam usia 71 tahun.

Dan ibunda Quraish meninggalkan dirinya pada Desember 1990. Kehilangan

kedua sosok panutannya itu membuat Quraish merasakan kepedihan yang dalam.

Page 29: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

17

2. Riwayat Pendidikan

Quraish menempuh pendidikan di SD Lompobattang selama 6 Tahun,

kemudian melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Makasar. Saat Quraish baru saja

naik kelas 2 SMP, beliau tertarik untuk nyantri di Dar al-Hadits al-Faqihiyah,

Malang. Ada empat tahapan pendidikan yang dilewati setiap santri. Pertama,

tingkat i’dady selama dua tahun. Kedua, tingkat ibtida’iyah selama tiga tahun.

Ketiga adalah jenjang tsanawiyah yang berlangsung selama tiga tahun. Dan yang

terakhir, ‘aliyah yang ditempuh selama tiga tahun (Mauluddin Anwar.dkk, 2015:

44 ).

Bukan karena keberagaman materi yang diajarkan yang mendorong

Quraish tekun belajar, melainkan sosok karismatik Habib Abdul Qadir Bilfaqih.

Quraish hanya dua tahun nyantri di al-Faqihiyah, tahun pertama beliau

sudah bisa menghafal lebih dari seribu hadits. Quraish tidak hanya rajin mencatat,

tapi juga mampu menjelaskan kandungan kitab-kitab yang dipelajarinya

(Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 48).

Di usianya yang baru 14 tahun beliau pergi ke Mesir bersama 14 anak

muda utusan provinsi Sulawesi, untuk melanjutkan studinya. Di al-Azhar Quraish

diterima di kelas dua I’dadiyah, yang setara dengan SMP atau Tsanawiyah di

Indonesia. Setelah 9 tahun di rantau orang, Quraish meraih sarjana Tafsir dan

Hadits. Dia sudah di jalur ahli tafsir. Hasil ujiannya dengan predikat “Jayyid

Jiddan” membuatnya bisa dengan mudah masuk tingkat master. Hanya dua

tahun, Quraish sudah meraih gelar Master of Art (M.A) pada jurusan yang sama.

Tesisnya tak jauh dari al-Qur’an, “Al-I’jaz at-Tasyri’I li al-Qur’an al-Karim”

(Kemukjizatan al-Qur’an al-Karim dari segi Hukum). Selanjutnya gelar Doktor

juga ditempuhnya di al-Azhar setelah beliau menikah (Mauluddin Anwar.dkk,

2015: 72).

Habib Abdul Qodir Bilfaqih Al-Alawy memiliki nasab samahatul imam

antara lain, Habib Muhammad bin Ibrahim Bilfaqih Al-alawy, Imam Isa bin

Muhammad Az-zamzany, Imam yahaya bin Muhammad jamalul lail, Imam

Abdullah bin ahmad al-alawy, imam al-allamtud dunya abdur rahman bin

abdulloh bilfaqih Al-Alawy, imam ahmad bin umar bin mudlor al-alawy, Imam

Page 30: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

18

al-gagihul muqoddam ats-tsany abdur rahman bin Muhammad as-assegaf, Imam

abdulloh ba’alawy, Imam al-faqih muqoddam Muhammad bin ali ba’alawy RA

( Mursyid Pertama Thoriqoh Alawiyah )

3. Pengabdian M. Quraish Shihab

Usai meraih gelar master bidang ilmu tafsirdi al-Azhar, Quraish pulang ke

Makassar untuk membantu mengelola IAIN Alaudin. Tahun 1973, atau belum

genap 2 tahun mengabdi, Quraish bahkan didaulat menjadi wakil rector bidang

akademik dan kemahasiswaan. Saat itu usianya baru 29 stahun, statusnya belum

pegawai negeri dan belum menikah. Di Tahun 1984 Quraish mengabdi di IAIN

Syarif Hidayatullah, persisnya di fakultas Ushuluddin, yang menaungi jurusan

Tafsir Hadits (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 188).

Kepakaran Quraish di bidang tafsir al-Qur’an tak hanya diakui di kampus

IAIN Jakarta. Quraish pun dipercaya mengemban sejumlah jabatan, seperti Ketua

Majlis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984), anggota Lajnah Pentashihah

Mushafal-Qur’an Departemen Agama (sejak 1989), dan Asisten Ketua Umum

Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), saat organisasi ini didirikan

(1990). Quraish juga aktif menularkan pemikirannya melalui tulisan, sehingga

dipercaya menjadi Dewan Redaksi sejumlah jurnal Ilmiah, seperti Studia

Islamika, Ulumul Qur’an, Mimbar Ulama, dan Refleksi ( jurnal kajian agama dan

filsafat). Pada tahun 1992 M. Quraish Shihab mendapatkan amanah untuk menjadi

rektor IAIN Jakarta. Beliau juga kembali terpilih menjadi rektor untuk periode

yang kedua yaitu tahun 1996. Namun belum tuntas masa jabatannya beliau harus

melepas amanah itu karena dipercaya oleh Presiden Soeharto mengemban posisi

Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII, 16 Maret 1998 (Mauluddin

Anwar.dkk, 2015 : 194).

4. Karya M. Quraish Shihab

Kebiasaan Quraish menulis sudah dilakoni sejak nyantri di pesantren Dar

al-Hadits al-Faqihiyah, Malang, meskipun baru sebatas menyalin materi pelajaran

dan kitab kuning, atau menuliskan kembali petuah-petuah kyainya, Habib Abdul

Page 31: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

19

Qadir Bilfaqih. Kemampuannya menulis terasah di bangku kuliah Universitas al-

Azhar, Mesir. Tak heran jika di usia 22 tahun, Quraish telah menuangkan pikiran-

pikirannya dalam tulisan berbahasa Arab sepanjang 60 halaman. Karya yang

disusunnya itu diberi judul al-Khawathir, atau Lintasan Pikiran.

Pada tahun 2005 karya yang selesai ditulis pada 16 Juli 1966 itu

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ahmad al-Attas, dan diterbitkan

dalam bentuk buku yang berjudul Logika Agama; Kedudukan Wahyu dan Batas-

Batas Akal Dalam Islam.

Quraish kembali membuka kliping usangnya, lalu menerjemahkan

sebagian dalam bahasa Indonesia. Jadilah 2 buku; yang Ringan dan Jenaka dan

Yang Sarat dan Yang Bijak, terbitn Lentera Hati tahun 2007 (Mauluddin

Anwar.dkk, 2015: 268).

Saat mengajar di IAIN Alaudin, Quraish melanjutkan kebiasannya untuk

menulis. Karya tentang Studi Al-Qur’an adalah:

1. Tafsir al-Mannar, Karya Muhammad Abduh dan M. Rasyid Ridha.

Pada 2005 diterbitkan lagi dengan judul Rasionalitas Al-Qur’an Studi

Kritis atas Tafsir Al-Manar di Lentera Hati, Jakarta.

2. Diambil dari kumpulan artikel Quraish antara 1975-1992 terbitlah

buku yang berjudul membumikan al-Qur’an (Mizan: 1992).

3. Sesudah itu diterbitkan pula Wawasan al-Qur’an; Tafsir Maudhu’I

atas Pelbagai Persoalan Umat (Mizan, 1996).

4. Tanggal 18 Juni 1999 Quraish mulai menulis karyanya yang

monumental yaitu Tafsir al-Mishbah, saat beliau ditugaskan sebagai

Duta Besar di Mesir, dan selesai pada 5 September 2003.

Karyanya tentang isu aktual di tengah masyarakat antara lain:

1. Lentera Hati (Mizan, 1994), berisi kumpulan 153 esainya pada rubrik

Pelita Hati di Harian Pelita.

2. Buku yang Tersembunyi, Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat ( Lentera Hati

: 1999)

3. Kemudian buku Ayat-ayat Fitna (Lentera Hati & PSQ : 2008).

Page 32: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

20

4. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? (2007), Jilbab

Pakaian Wanita Muslimah ( 2004)

5. Membaca Sirah Nabi Muhammad saw (2011)

6. Birrul Walidain; Wawasan Al-Qur’an Tentang berbakti kepada ibu

dan bapak (Lentera Hati: 2014)

B. Sistematika Penulisan Tafsir al-Mishbah

1. Latar Belakang penulisan tafsir al-Mishbah

Suatu saat Quraish menerima secarik kertas yang bertuliskan “Kami

menunggu karya ilmiah Pak Quraish yang lebih serius”. Dan menulis tafsir adalah

secara utuh adalah sebagian cita-cita dari M. Quraish Shihab. Puluhan tahun

Quraish memendam hasrat untuk menulis tafsir. Tapi masih terkendala dengan

banyaknya rutinitas dan tanggung jawab yang harus di selesaikannya. Banyak

kawan yang mendukung Quraish untuk menulis tafsir, tetapi pasti ada alasan

“Butuh konsentrasi penuh dan mungkin baru terwujud kalau saya diasingkan atau

di penjara”, ungkap Quraish. Dan akhirnya kesempatan untuk menulis tafsir itu

beliau dapatkan. Beliau ditunjuk oleh B.J. Habibie yang menjabat sebagai

presiden dimasa itu, untuk menjadi Duta Besar dan berkuasa di Mesir, Somalia,

dan Jibuti, tahun 1999 (Mauluddin Anwar.dkk, 281).

2. Gambaran Umum Tafsir al-Mishbah

Quraish mulai menulis al-Mishbah pada Jum’at, 18 Juni 1999. Awalnya

tak muluk-muluk, hanya ingin menulis maksimal 3 volume. Tapi kenikmatan

rohani yang direngguknya dari mengkaji kalam Ilahi, tak terasa akhir masa

jabatannya sebagai Duta Besar tahun 2002, Quraish berhasil menuntaskan 14 jilid

Tafsir al-Mishbah.

Sepulangnya ke Jakarta, Quraish melanjutkan penulisan jilid ke-15. Dan

tepat Jum’at, 5 September 2003, penulisan jilid terakhir tafsir al-Mishbah itu

tuntas. Seluruh jumlah Tafsir al-Mishbah berjumlah 10 ribu lebih, atau rata-rata

600-700 halaman perjilid. Setiap jilid terdiri dari 2 juz al-Qur’an. Jika seluruh hari

Page 33: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

21

dalam kurun waktu 4 tahun 2 bulan 18 hari itu digunakan untuk menggarap Tafsir

al-Mishbah, maka perhari Quraish menulis 6,5 halaman. Al-Mishbah berarti

lampu, lentera, pelita atau benda lain yang berfungsi serupa (Mauluddin

Anwar.dkk, 2015 : 283).

3. Metode Tafsir al-Mishbah

Sebelum menggarap al-Mishbah, Quraish pernah menulis tafsir. Salah

satunya berjudul Tafsir al-Qur’an al-Karim Atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan

Urutan Turunnya Wahyu, terbitan Pustaka Hidayah tahun 1997. Buku setebal 888

halaman itu menghidangkan 24 surat. Penulisannya menggunakan metode tahlili,

yang biasa digunakan para mufassir (ahli tafsir) klasik. Metode tahlili

menafsirkan ayat demi ayat sesuai susunannya dalam setiap surat, dan urutan

masa pewahyuan masing-masing surat.

Tapi karya tafsir dengan metode tahlili sangat menyita waktu dan

dianggap tidak praktis bagi pembaca. Quraish pun beralih menggunakan metode

Maudhu’I (tematik), yang dikembangkan para penulis kontemporer, seperti Abbas

Mahmud al-‘Aqqad, Muhammad Rasyid Ridha, dan Abu al-A’la al-Maududi.

Metode maudhu’I adalah model penafsiran dengan menghimpun sejumlah

ayat yang tersebar dalam berbagai surat yang membahas tema yang sama. Setelah

menjelaskan pengertian menyeluruh dari ayat-ayat tersebut, mufassir kemudian

menarik kesimpulan sebagai jawaban atas tema yang dibahas (Mauluddin

Anwar.dkk, 2015 : 284).

Dalam penulisan tafsir al-Mishbah, Quraish memadukan metode tahlili

dan maudhu’i. meski banyak kelemahannya, metode tahlili tetap digunakan,

karena Quraish harus menjelaskan ayat demi ayat. Kelemahan itu ditutupi dengan

penerapan maudhu’i, sehingga pandangan dan pesan kitab suci bisa dihidangkan

secara mendalam dan menyeluruh, sesuai tema-tema yang dibahas.

4. Corak Tafsir al-Mishbah

Alquran juga telah memberikan banyak motivasi agar manusia merenungi

kandungan-kandungan Al-Qur’an melalui dorongan untuk memberdayakan akal

Page 34: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

22

pikirannya. Tradisi tilawah, qira’ah dan tadabbur Al-Qur’an merupakan upaya

memahami dan mengamalkan Al-Qur’an. Beberapa tujuan Quraish menulis Tafsir

al-Mishbah adalah: pertama, memberikan langkah yang mudah bagi umat Islam

dalam memahami isi dan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dengan jalan

menjelaskan secara rinci tentang pesan-pesan yang dibawa oleh Al-Qur’an, serta

menjelaskan tema-tema yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan

Manusia. Karena menurut M. Quraish Shihab walaupun banyak orang berminat

memahami pesan-pesan yang terdapat dalam Alquran, namun ada kendala baik

dari segi keterbatasan waktu, keilmuan, dan kelangkaan refrerensi sebagai bahan

acuan.

Kedua, ada kekeliruan umat Islam dalam memaknai fungsi Al-Qur’an.

Misalnya, tradisi membaca Q.S. Yasin berkali-kali, tetapi tidak memahami apa

yang mereka baca berkali-kali terebut. Indikasi tersebut juga terlihat dengan

banyaknya buku-buku tentang fadhilah-fadhilah surat-surat dalam al-Qur’an. Dari

kenyatan tersebut perlu untuk memberikan bacaan baru yang menjelaskan tema-

tema atau pesan-pesan Al-Qur’an pada ayat-ayat yang mereka baca.

Ketiga, kekeliruan itu tidak hanya merambah pada level masyarakat awam

terhadap ilmu agama tetapi juga pada masyarakat terpelajar yang berkecimpung

dalam dunia studi Al-Qur’an. Apalagi jika mereka membandingkan dengan karya

ilmiah, banyak diantara mereka yang tidak mengetahui bahwa sistematika

penulisan Alquran mempunyai aspek pendidikan yang sangat menyentuh.

Keempat, adanya dorongan dari umat Islam Indonesia yang mengugah hati

dan membulatkan tekad M. Quraish Shihab untuk menulis karya tafsir. Berbagai

permasalahan yang telah saya sebutkan tadi adalah latar belakang Quraish dalam

menulis tafsir al-Mishbah dengan cara menghidangkannya dalam bentuk tema-

tema pokok dalam Al-Qur’an dan hal itu menunjukkan betapa serasinya ayat-ayat

dan setiap surat dengan temanya, tentunya hal ini akan sangat membantu dalam

meluruskan pemahaman tentang tema-tema dalam Al-Qur’an.

Page 35: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

23

BAB III

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID

A. Pengertian Pendidikan Islam

Menurut Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan yang dimaksud dengan

konsep yaitu gambaran mental dari objek, proses atau segala sesuatu yang berada

di luar bahasa dan yang digunakan akal budi untuk memahami sesuatu (Haryanta,

2012: 135).

Pendidikan aktivitas untuk mengembangkan seluruh potensi serta aspek

kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup sepanjang kehidupan manusia.

Dengan demikian pendidikan dimaksudkan bukan sekedar pendidikan yang

berlangsung di dalam kelas, ruangan dan waktu yang terbatas yang sering orang

sebut dengan pendidikan formal. Akan tetapi ia mencakup seluruh kegiatan yang

mengandung unsur pengembangan setiap potensi dasar yang dimiliki manusia

kapan saja dan di mana saja ia lakukan. Karena itu pendidikan dikatakan sebagai

sarana utama untuk mengembangkan kepribadian manusia.

Pendidikan berkenaan dengan fungsi luas dari pemeliharaan dan perbaikan

kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa masyarakat yang masih baru

bagi penyesuaian kewajiban dan tanggung jawab didalam masyarakat. Aktivitas

pendidikan berkaitan erat dengan proses pemanusiaan manusia (humanizing of

human being) ata upaya membantu subjek (individual atau satuan social) secara

normatif berkembang lebih baik (Ismail Thoib, 2008 : 1-2).

Konsep dasar pendidikan Islam mencakup pengertian istilah tarbiyah,

ta’lim dan ta’dib. Analisis ini dimaksudkan untuk mendapatkan konsep yang lebih

tepat tentang pendidikan Islam.

1. Tarbiyah

Kata tarbiyah merupakan masdar dari rabba-yarabbiy-tarbiyatan dengan

wazan fa’ala, yufa’ilu, taf’ilan. Dengan ini ditemukan dalam Al-Qur’an :

Page 36: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

24

ب ٱرحمهما كما ربياني صغيرا حمة وقل ر ل من ٱلر وٱخفض لهما جناح ٱلذ

٣٤

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua

dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai

Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana

mereka berdua telah mendidikku waktu kecil” (Q.S. Al-

Isra’: 24).

Tarbiyah adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna

dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmani, sempurna budi pekerti

(akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya,

manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan.

2. Ta’lim

Ta’lim adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa

individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Kata ta’lim merupakan

masdar dari kata ‘allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau

penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan.

3. Ta’dib

Ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur

ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu

didalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kearah

pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan

wujud dan keberadaannya ( Bukhari Umar, 2010 : 21-26 ).

Pendidikan aktivitas untuk mengembangkan seluruh potensi serta aspek

kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup sepanjang kehidupan manusia.

Dengan demikian pendidikan dimaksudkan bukan sekedar pendidikan yang

berlangsung di dalam kelas, ruangan dan waktu yang terbatas yang sering orang

sebut dengan pendidikan formal. Akan tetapi ia mencakup seluruh kegiatan yang

mengandung unsur pengembangan setiap potensi dasar yang dimiliki manusia

Page 37: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

25

kapan saja dan di mana saja ia lakukan. Karena itu pendidikan dikatakan sebagai

sarana utama untuk mengembangkan kepribadian manusia.

Pendidikan berkenaan dengan fungsi luas dari pemeliharaan dan perbaikan

kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa masyarakat yang masih baru

bagi penyesuaian kewajiban dan tanggung jawab didalam masyarakat. Aktivitas

pendidikan berkaitan erat dengan proses pemanusiaan manusia (humanizing of

human being) atau upaya membantu subjek (individual atau satuan social) secara

normatif berkembang lebih baik ( Ismail Thoib, 2008 : 1-2 ).

Kualifikasi Islam untuk pendidikan memberikan kejelasan bentuk

konseptualnya, dimana pembentukan kepribadian yang dimaksud sebagai hasil

pendidikan adalah kepribadian muslim, dan kemajuan masyarakat dan budaya

yang ditinjau adalah yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan sunnah rasul. Oleh

karena itu Islam memandang bahwa mendidik adalah memberi corak hitam

putihnya perjalanan hidup seseorang ke depan, maka Islam telah menetapkan

bahwa aktifitas pendidikan adalah aktifitas yang wajib hukumnya bagi setiap

muslim laki-laki dan perempuan dari semenjak manusia dalam ayunan sampai ke

liang lahat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah suatu

usaha orang dewasa yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang

sesuai dengan ajaran Islam ( Juwariyah, 2010 : 46 ).

B. Dasar Pendidikan Islam

Dalam perkembangannya, teori dan konsep pendidikan berikut

penjelasannya telah membawa pada kajian trsendiri dengan objek materiil

manusia dan proses perubahan yang menunjukkan adanya proses perubahan

menuju peningkatan dan perbaikan yang berdasar pada ilmu Illahi. Dengan

demikian, objek pendidikan islam sama dengan pendidikan pada umumnya, hanya

saja Ilmu Pendidikan Islam didasarkan pada konsep dan teori yang dikembangkan

dari nilai-nilai Islam yaitu:

1. Al-Qur’an

Page 38: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

26

Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari kata “qara’a, yaqra’u, qira’atan,

atau qur’anan” yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-

dhammu) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian lain secara teratur.

Dikatakan Al-Qur’an karena ia berisikan inti sari semua kitabullah dan intisari

dari ilmu pengetahuan.

Al-Qur’an ialah kitab suci yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam hidup dan

kehidupannya. Al-Qur’an itulah yang menjadi sumber seluruh ajaran Islam,

sebagai wahyu Allah SWT yang terakhir menjadi rahmat, hidayah dan syifa bagi

seluruh manusia. Sebab itu Al-Qur’an menegaskan bahwa ajaran-ajarannya selalu

sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan manusia dalam kancah kehidupannya.

Ia cocok dengan fitrah manusia (the nature of human being). Sesudah prinsip

tauhid (keesaan Allah) maka prinsip ajaran Al-Qur’an ialah “amar ma’ruf dan

nahi munkar”, yaitu perintah menegakkan kebaikan dan keadilan, menghalalkan

yang baik dan mengharamkan segala yang berbahaya ( Nasirudin Razak, 1996 :

86-91 ).

Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang terjaga kemurniannya sejak

diturunkannya sampai sekarang dan sampai hari kiamat. Kemurnian itu tetap

terjaga dan terpelihara oleh penciptanya sendiri, yaitu Allah SWT ( Yatimin

Abdullah, 2006 : 9 ).

2. As-sunnah

As-Sunnah menurut pengertian bahasa (etimologi) berarti tradisi yang

biasa dilakukan, atau jalan yang dilalui (al-thariqah al-maslukah) baik yang terpuji

maupun tercela. Menurut ulama fikih bahwa yang dimaksud as-Sunnah adalah

segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad SAW. Selain Al-Qur’an baik

berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir-nya, yang ada sangkut pautnya

dengan hukum ( Muhammad Ajjaj al-Khatibi, 1975 : 27 ).

Sunah sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Landasan sunah

diajadikan sumber syariat Islam kedua setelah Al-Qur’an. Firman Allah SWT:

Page 39: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

27

لكم ا أعم سول ول تبطلو وأطيعوا ٱلر ا أطيعوا ٱلل أيها ٱلذين ءامنو ١١ي

Artinya : Hai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan

taatilah kepada rasul dan janganlah kamu merusak

(pahala) amal-amalmu (QS. Muhammad: 33).

Ayat di atas menjelaskan penting dan wajibnya setiap orang yang beriman

mengikuti sunah Rasul SAW dan menjadikannya sumber hokum syariat Islam

dalam hidupnya.

3. Ijtihad

Kata ijtihad secara literal berarti upaya sungguh-sungguh. Sedangkan yang

dimaksud dengan ijtihad dalam syari’at adalah menggerakkan kemampuan oleh

mujtahid dalam mencari pengetahuan tentang hokum syara’. Ijtihad merupakan

upaya maksimal dalam mengeluarkan hukum-hukum dari Al-Qur’an dan Hadits (

Muhaimin, 2000 : 57-94 ).

C. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam adalah membimbing dan membentuk manusia

menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah, dan berakhlak

terpuji. Bahkan keseluruhan gerak dalam kehidupan setiap muslim, mulai dari

perbuatan, perkataan, dan tindakan apa pun yang dilakukannya dengan nilai

mencari ridha Allah, memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala

larangan-Nya adalah ibadah. Maka untuk melaksanakan semua tugas kehidupan

itu, baik bersifat pribadi maupun sosial, perlu dipelajari dan dituntun dengan iman

dan akhlak terpuji.dengan demikian, identitas muslim akan tampak dalam semua

aspek kehidupannya.

Pendidikan bertujuan untuk menimbulkan pertumbuhan yang seimbang

dari kepribadian total manusia melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri,

perasaan dan kepekaan tubuh manusia, oleh karena itu pendidikan seharusnya

memenuhi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya: spiritual, intelektual,

Page 40: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

28

imaginative, fisik, ilmiah, linguistic, baik secara individual mauun secara kolektif

dan memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan.

Tujuan terakhir pendidikan Islam adalah mewujudkan penyerahan mutlak kepada

Allah, baik pada tingkat individu, masyarakat, maupun kemanusiaan pada

umumnya.

Hasil-hasil Konferensi Islam tersebut telah memberikan arah, wawasan,

orientasi, dan tujuan pendidikan Islam yang sepenuhnya bertitik tolak dari tujuan

ajaran Islam itu sendiri, yaitu membentuk manusia yang berkepribadian muslim

yang bertakwa dalam rangka melaksanakan tugas kekhalifahan dan peradatan

kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

D. Pengertian Tauhid

Secara bahasa, tauhid adalah masdar dari fi’il wahhada,yuwahhidu artinya

adalah menjadikan sesuatu itu satu. Adapun secara istilah tauhid adalah

menunggalkan Allah dalam ibadah. Artinya hendaklah seseorang beribadah hanya

kepada Allah, tidak mempersekutukan-Nya dengan seorang nabi yang diutus,

malaikat, pemimpin, raja atau siapa saja diantara manusia (Syaikh Muhammad

Bin Shalih al-Utsaimin, 2000: 47).

Ilmu ini dinamakan tauhid karena pembahasannya yang paling menonjol,

menyangkut pokok ke-Esaan Allah yang merupakan asas pokok agama Islam,

sebagaimana yang berlaku terhadap agama yang benar yang telah dibawakan oleh

para Rasul yang diutus Allah. Konsepsi tentang tauhid yaitu ajaran sepanjang

sejarah manusia, ajaran dari tiap-tiap Nabi dan Rasul. Sejak dari Nabi Adam a.s.,

Idris a.s., Nuh a.s., Ibrahim a.s., Musa a.s., Daud a.s., Isa a.s., sampai pada zaman

Nabi Muhammad Saw. Firman Allah SWT:

أنا فٱعبدون ه إل سول إل نوحي إليه أنهۥ ل إل ٣٢وما أرسلنا من قبلك من ر

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum engkau

(Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa

Page 41: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

29

sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Aku, karena itu

sembahlah Aku “(QS. Al-Anbiya: 25).

Doktrin Tauhid bagi kehidupan manusia, menjadi sumber kehidupan jiwa

dan pendidikan kemanusiaan yang tinggi. Tauhid akan mendidik jwa manusia

untuk mnegikhlaskan seluruh hidup dan kehidupannya kepada Allah semata.

Pengetahuan tentang Tuhan hanya mungkin diperoleh secara pasti apabila melalui

wahyu (revelation). Pengetahuan itu mustahil didapat dengan pemikiran akal

semata. Apa sebabnya? Sebab pikiran manusia lemah (dhaif) untuk mengajuk

masalah Ketuhanan kalau ia hanya berjalan sendiri. Pikiran manusia sifatnya nisbi

sedang Tuhan sifatnya mutlak (absolut) (Nasruddin Razak, 1989 : 39).

Tauhid membebaskan manusia dari penjajahan, perbudakan, dan

perhambaan, baik oleh sesame manusia, maupun oleh hawa nafsu dan harta

benda. Karena tauhid manusia hanya akan menghambakan diri kepada Allah

semata.

Dari uraian di atas telah dijelaskan bahwa tauhid merupakan ilmu tentang

mengesakan Allah dengan rububiyah, ikhlas beribadah hanya kepada-Nya. Serta

menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Dengan

demikian tauhid ada tiga macam:

1. Tauhid Rububiyah

Tauhid rububiyah secara garis besar adalah meyakini dengan mantap

bahwa Allah adalah rabb segala sesuatu dan tiada Allah selain Dia. Rabb menurut

bahasaa bermakna pemilik yang mengatur (Muhammad Nu’aim Yasin, 2002 : 5).

Secara syari’at adalah meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya

pencipta, pemilik dan pengendali alam raya dengan takdir-Nya. Ia menghidupkan

dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya.

Sebagaimana firman Allah SWT:

Page 42: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

30

جا وما تحمل ن تراب ثم من نطفة ثم جعلكم أزو خلقكم م وٱلل

ر ول ينقص من من أنثى ول تضع إل بعلمهۦ وما ي عم ر من م عم

يسير لك على ٱلل ب إن ذ ٣٣عمرهۦ إل في كت

ذا ملح ذا عذب فرات سائغ شرابهۥ وه وما يستوي ٱلبحران ه

ا وتس ومن كله تأكلون لحما طريهتخرجون حلية تلبسونها أجاج

٣٣تشكرون وترى ٱلفلك فيه مواخر لتبتغوا من فضلهۦ ولعلكم

ر ٱلشمس يولج ٱليل في ٱلنهار ويولج ٱلنهار في ٱليل وسخ

س ربكم له ٱلملك وٱلذين وٱلقمر كله يجري لجل م لكم ٱلل ى ذ مه

٣١تدعون من دونهۦ ما يملكون من قطمير

Artinya : “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani,

kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan

perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung

dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya.

Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur

panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah

ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang

demikian itu bagi Allah adalah mudah. Dan tiada sama (antara)

dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin

lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan

daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang

dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat

kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari

Page 43: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

31

karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur. Dia memasukkan malam

ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan

menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan

menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah

Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang

yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa

walaupun setipis kulit ari (QS. Al-Fatir ayat 11-13).

Ada pula yang harus diingatkan, bahwa pengakuan terhadap

kerububiyahan Allah ini tidak akan menyebabkan seseorang tersebut berubah

status dari kafir kepada iman, dari syirik kepada tauhid. Yang demikian itu karena

mengimani Allah secara rububiyah ini baru sebatas pengakuan bahwa Allah di-

Esakan atau ditauhidkan dalam segala perbuatan-Nya. Dan, pengakuan yang

seperti ini juga diyakini oleh orang-orang kafir musyrik Makkah pada waktu itu.

Pengakuan yang seperti ini juga telah dilakukan oleh semua makhluk yang

bernama manusia ketika mereka masih berada di alam ruh. Pada saat itu semuanya

sudah mengakui bahwa Dia-lah Dzat sebagai Pencipta, Pengatur dan Penata alam

semesta ini (Darwis Abu Ubaidah, 2008: 48-49).

2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan memurnikan perbuatan

para hamba semata-mata dengan niat taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah.

Sesungguhnya tauhid uluhiyah adalah bagian yang sangat penting dari

akidah seorang mukmin. Sebab tauhid ini adalah buah dari tauhid rububiyah dan

tauhid asma wa sifat. Tanpa tauhid uluhiyah, maka tauhid rububiyah dan tauhid

asma wa sifat kehilangan makna dan faidahnya. Tauhid uluhiyah juga merupakan

terpautnya hati kepada Allah, yaitu berupa rasa takut dan penuh harap, seperti

menyerahkan diri kepada Allah semata dan menyadarkan segala kehidupan

kepada-Nya, dan tidak ada seorang pun dari hamba-Nya yang patuh. Ketaatan

hanyalah milik Allah semata (Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi, 2002 : 83).

Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik

berupa perkataan maupun perbuatan. Apa maksud yang dicintai Allah? Yaitu

Page 44: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

32

segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu

yang dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya.

3. Tauhid Asma wa Sifat

Tauhid asma wa sifat adalah meyakini secara mantap bahwa Allah

menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan dan

bahwa Allah berbeda dengan seluruh makhluk-Nya (Muhammad Nu’aim Yasin,

2002 : 16).

Akidah ahlussunnah yang diajarkan oleh Rasulullah kepada generasi

sahabat dan diajarkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi

selanjutnya dalam masalah nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah mengakui dan

menetapkan semua nama dan sifat Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan

As-Sunnah tanpa sedikitpun melakukan ta’thil (meniadakan nama atau sifat

Allah), tamtsil (menyerupakan nama dan sifat Allah dengan nama atau sifat

makhluk) dan takyif (mempersoalkan hakikat nama dan sifat Allah dengan

menanyakan bagaimana).

Sesungguhnya Allah telah menyifati diri-Nya dalam kitab-Nya dan juga

melalui Rasulullah dengan sifat-sifat yang tinggi dan memerintahkan agar orang-

orang mukmin yang beriman kepada-Nya menyifati-Nya dengan sifat-sifat itu

serta bertawassul dan mendekatkan diri kepada-Nya ( Syaikh Abu Bakar al-

Jazairi, 2002 : 90).

E. Asbabun Nuzul surat Al-Ikhlas

Banyak dimensi mengenai sebab turunnya surat Al-Ikhlas antara lain:

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab bahwa orang-orang

musyrik telah mengatakan kepada Nabi Saw: “Hai Muhammad, terangkanlah

nasab Tuhanmu kepada kami!” Lalu Allah Ta’ala menurunkan wahyunya

(Muhammad Nasib as-Rifa’I, 2000 : 1074 ).

Sebagaimana firman Allah SWT:

Page 45: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

33

أحد مد ٣قل هو ٱلل ٱلص ٤ولم يكن لهۥ كفوا أحد ١يلد ولم يولد لم ٣ٱلل

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah

tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak

pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan

Dia.”

Diriwayatkan oleh Adh Dhahak, bahwa para musyrikin menyeru Amir ibn

Thufail pergi kepada Nabi untuk mengatakan: “Engkau telah memberikan beban

beban yang berat kepada para tetua kita. Engkau telah mencaci maki Tuhan kami.

Engkau telah menyalahi agama orang tua kami. Jika engkau rusak akal, kami akan

berusaha mencari orang yang akan mengobati engkau. Jika engkau menginginkan

isteri cantik, kami akan berikannya kepada engkau”.

Rasulullah menjawab: “Saya tidak fakir, saya tidak gila, saya tidak

menginginkan perempuan cantik, saya adalah Rasul Allah, saya menyeru kamu

untuk menyembah Allah sendiri”. Kemudian orang Quraisy menjawab:

“Bagaimana Tuhan yang disembah Muhammad itu? Apakah dari emas, ataukah

dari perak?” Berkenaan dengan itu Allah menurunkan surat At-Tauhid ini. Dalam

surat ini Allah menerangkan, bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Esa dan

Allahlah yang dituju oleh sekalian makhluk, tidak beranak dan tidak pula

diperanakkan ( A. Yasin Asymuni,2005 : 6).

Untuk dapat memahami surat Al-Ikhlas, maka perlu diketahui tentang

munasabatul surah yaitu hubungan antara surat dengan surah-surah yang lain yang

masih membahas satu bahasan yang sama.surah Al-Ikhlas ini mempunyai

keterkaitan Antara surat sebelumnya dan sesudahnya. Surah sebelumnya yaitu

surah Al-Lahab yang berbunyi :

Page 46: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

34

سيصلى ٣ما أغنى عنه مالهۥ وما كسب ٣تبت يدا أبي لهب وتب

الة ٱلحطب ١نارا ذات لهب سد ٤وٱمرأتهۥ حم ن م في جيدها حبل م

٢

Ayat diatas menjelaskan bahwa Abu Lahab dibenamkan ke dalam neraka

karena dia menganut agama syirik dan tidak mau mengesakan Allah. Dalam surat

ini Allah menjelaskan ahwa Dia yang disembah oelh Muhammad dan umatnya

adalah Allah Yang Maha Esa, yang dituju oleh segenap makhluk, tidak beranak,

tidak beristri dan tidak ada seorangpun yang sebanding dengan Dia (Muhammad

Hasbi ash-Shiddieqy,2000 : 4731). Kemudian surat Al-Ikhlas yang berbunyi :

أحد مد ٣قل هو ٱلل ٱلص ٤ولم يكن لهۥ كفوا أحد ١لم يلد ولم يولد ٣ٱلل

Surah Al-Ikhlas ini menjelaskan kembali penolakan terhadap pendapat

orang-orang musyrik, pendapat orang-orang Nasrani, pendapat orang-orang

Yahudi dan membatalkan mazhab orang-orang yang berpendapat bahwa

cahayadan gelap itu adalah yang menguasai alam ini, sebagaimana membatalkan

mazhab orang-orang yang menyembah bintang. Surah ini mengandung

pengitsbatan (penetapan) keesaan Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya dan Allahlah

yang dimaksudkan untuk menyelesaikan segala keperluan, tidak beranak dan tidak

diperanakkan serta tidak ada yang sebanding-Nya (Muhammad Hasbi ash-

Shiddieqy,2002 : 1638). Sedangkan surah sesudahnya yaitu surah Al-Falaq yang

berbunyi :

١من شر غاسق إذا وقب و ٣من شر ما خلق ٣قل أعوذ برب ٱلفلق

ت في ٱلعقد ث ٢ومن شر حاسد إذا حسد ٤ومن شر ٱلنف

Page 47: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

35

Tema utama surah ini adalah pengajaran untuk menyadarkan diri dan

memohon perlindungan hanya kepada Allah dalam menghadapi aneka kejahatan

(M. Quraish Shihab, 2002 : 712).

F. Konsep Tauhid dalam surat al-Ikhlas

Surat ini menolak pendapat orang-orang musyrik, pendapat orang-orang

Nasrani, pendapat orang-orang Yahudi dan membatalkan mazhab orang-orang

yang berpendapat, bahwa cahaya gelap itu adalah yang menguasai alam ini,

sebagaimana membatalkan mazhab orang-orang yang menyembah bintang. Surat

Al-Ikhlas ini mengandung pengitsbatan (penetapan) keesaan Allah, tidak ada

sekutu bagi-Nya dan Allahlah yang dimaksudkan untuk menyelesaikan segala

keperluan, tidak beranak dan tidak diperanakkan serta tidak ada yang

sebandingnya (Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, 2002 : 1638).

Surat ini mengandung pilar terpenting mengenai dakwah nabi. Yakni

penjelasan tentang prinsip tauhid dan mensucikan Allah. Juga tentang batasan

secara umum bagi amal perbuatan, dengan penjelasan amal-amal saleh dan

lawannya. Juga penjelasan tentang keadaan jiwa manusia setelah mati, yaitu akan

dibangkitkan dan akan dibalas sesuai amal masing-masing, baik pahala maupun

siksa. Dalam hadits sahih disebutkan bahwa “sesungguhnya surah ini menyamai

sepertiga Al-Qur’an”. Sebab orang yang mengerti makna surah ini dengan

penghayatan yang mendalam tentang kebenaran yang dikandung, maka ia akan

memahami bahwa apa yang diurai di dalam agama Islam itu adalah masalah

tauhid dan mensucikan Allah. Semuanya itu telah disebutkan secara global di

dalam surah ini (Ahmad Mustafa Al-Maragi, 1993 : 464).

G. Konsep Tauhid Menurut Tafsir Al-Mishbah

Surat Al-Ikhlas adalah surat yang ke-112 dari Al-Qur’an. Surah ini

merupakan surah yang ke-19 bagi ulama yang menyatakannya Makiyyah. Ada

juga di antara mereka yang berpendapat surah yang ke-22 yang turun sesudah

Page 48: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

36

surah an-Nas dan sebelum an-Najm. Jumlah ayatnya sebanyak 4 ayat menurut

cara perhitungan ulama Madinah, Kufah dan Bashrah, sedang menurut cara

perhitungan ulama Mekkah dan Syam, sebanyak 5 ayat. Mereka menilai lam yalid

merupakan satu ayat dan wa lam yulad ayat yang lain. Surat ini tergolong surat

makiyyah yang terdiri dari 4 ayat.

Kata Ikhlas terambil dari kata khalish yang berarti suci atau murni setelah

sebelumnya memiliki kekeruhan. Ikhlas adalah keberhasilan mengikis dan

menghilangkan kekeruhan itu sehingga sesuatu yang tadinya keruh menjadi

murni. Dengan nama itu tercermin bahwa kandungan ayat-ayat ini bila dipahami

dan dihayati oleh seseorang maka itu akan menyingkirkan segala kepercayaan,

dugaan dan prasangka kekurangan atau sekutu bagi Allah SWT yang boleh jadi

selama ini hinggap dibenak dan hatinya, sehingga pada akhirnya keyakinan

keesaan Allah benar-benar suci murni tidak lagi dihinggapi oleh kemusyrikan baik

yang jelas (mempersekutukan Allah) maupun yang tersembunyi (riya’ dan

pamrih).

Nama dari surat Al-Ikhlas ini banyak sekali. Pakar tafsir Fakhruddin ar-

Razi menyebut sekitar dua puluh nama, Antara lain surah at-Tafrid (pengesaan

Allah), surah at-Tajrid (penafian segala sekutu bagi-Nya), surah an-Najat

(keselamatan yakni di dunia dan akhirat), surah al-Wilayah (kedekatan kepada

Allah), surah al-Ma’rifah (pengetahuan tentang Allah), surah al-Jamal (keindahan

karena Allah Maha Indah), surah Qasyqasy (penyembuhan dan kemusyrikan),

surah al-Mudzdzakkirah (pemberi peringatan), surah as-Shamad, surah al-Aman

dan masih banyak lainnya. Tetapi namanya yang paling populer adalah surah al-

Ikhlas. Tema utamanya adalah pengenalan tentang Tuhan Yang Maha Esa dan

yang menjadi andalan dan harapan semua makhluk. Menurut al-Biqa’i tujuan

utamanya adalah penjelasan tentang Dzat Yang Maha Suci (Allah SWT) serta

kewajaran-Nya menyandang puncak semua sifat sempurna, serta menghindari

dari-Nya semua sifat kekurangan (M. Quraish Shihab, 2002, vol.15 : 712 ).

Demikian surah Al-Ikhlas menetapkan keesaan Allah secara murni dan

menafikan segala macam kemusyrikan terhadap-Nya. Wajar jika Rasul SAW

Page 49: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

37

menilai surah ini sebagai: “Sepertiga Al-Qur’an” dalam arti makna yang

dikandungnya memuat seperti Al-Qur’an karena keseluruhan Al-Qur’an

mengandung akidah, syariat dan akhlak, sedang surah ini adalah puncak akidah.

Surah ini untuk menetapkan dan memantapkan akidah tauhid Islam,

sebagaimana surah al-Kaafiruun meniadakan bentuk keserupaan dan pertemuan

maupun antara akidah tauhid dan akidah syirik. Masing-masing surah ini

memecahkan persoalan hakikat tauhid dari satu segi. Rasulullah Saw biasa

membuka hari barunya dengan melakukan shalat fajar (qabliah subuh) dengan

membaca kedua surah ini (al-Ikhlas dan al-Kafirun). Pembukaan hari ini dengan

bacaan tersebut memiliki makna dan tujuan tertentu ( Sayyid Quthb, 2001 : 378 ).

Tema utama yang dibahas dalam surat ini adalah pengenalan tentang

Tuhan Yang Maha Esa dan yang menjadi harapan semua makhluk. Menurut al-

Biqa’I, tujuan utamanya adalah penjelasan tentang zat Yang Mahasuci (Allah

SWT) serta kewajaran-Nya menyandang puncak semua sifat sempurna serta

menghindarkan dari-Nya semua sifat kekurangan.

“Katakanlah! Dia Allah Yang Maha Esa.” Tujuan utama kehadiran Al-

Qur’an adalah memperkenalkan Allah dan mengajak manusia untuk mengesakan-

Nya serta patuh kepada-Nya. Surah ini memperkenalkan Allah SWT dengan

memerintahkan Nabi Muhammad SAW. Untuk menyampaikan sekaligus

menjawab pertanyaan sementara orang tentang Tuhan yang beliau sembah. Ayat

diatas menyatakan: Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada yang bertanya

kepadamu bahkan kepada siapapun Dia Yang Wajib wujud-Nya dan yang berhak

disembah adalah Allah Yang Maha Esa.

Kata (قل) qul/katakanlah membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW.

Menyampaikan segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat al-Qur’an yang

disampaikan oleh Malaikat Jibril as. Hal ini menunjukkan bahwa Rasul saw.

Tidak mengurangi sedikit pun dari wahyuyang beliau terima, walaupun dari segi

lahiriah kata itu tidak berfungsi (M. Quraish Shihab, 2002, vol.15 : 714 ).

Page 50: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

38

Kata (هو) Huwa biasa diterjemahkan Dia. Kata Huwa disini dinamai

dhamir asy-sya’n atau al-qishshah atau al-hal. Menurut Mutawalli asy-Sya’rawi,

Allah adalah gaib, tapi kegaiban-Nya itu mencapai tingkat syahadat nyata melalui

ciptaan-Nya. Kata Huwa di sini menunjuk Allah yang gaib itu. Dia gaib karena

Dia cahaya. Dengan cahaya anda melihat sesuatu, tetapi dia sendiri tidak dilihat

sampai ada cahaya yang melebihi-Nya agar dia dapat terlihat, tetapi karena tidak

ada yang melebihi Allah maka wajar jika kita tidak melihat-Nya. Memang,

seandainya Dia terlihat, hakikat-Nya diketahui dan dengan demikian Dia

terjangkau, dan jika Dia terjangkau maka Dia tidak wajar lagi dipertuhankan (M.

Quraish Shihab, 2002, vol.15 : 715 ).

Kata (للا) Allah adalah nama bagi suatu Wujud Mutlak, Yang berhak

disembah, Pencipta, Pemelihara, dan Pengatur seluruh jagat raya. Dia-lah Tuhan

Yang Maha Esa yang disembah dan diikuti segala perintah-Nya.\ (M. Quraish

Shihab, 2002, vol.15: 716 ).

Kata Allah merupakan nama Tuhan yang paling popular. Tidak satu pun

dapat dinamai Allah baik secara hakikat maupun majaz, sedang sifat-sifat-Nya

yang lain secara umum dapat dikatakan bisa disandang oleh makhluk-makhluk-

Nya. Bukankah kita dapat menamakan si Ali yang pengasih sebagai Rahim atau

Ahmad yang berpengetahuan sebagai Alim?, secara tegas, Tuhan Yang Maha Esa

itu sendiri yang menamai dirinya Allah (M. Quraish Shihab,2002, vol.1 : 21 ).

“Apakah Engkau mengetahui sesuatu yang berhak memperoleh keagungan

dan kesempurnaan sebagaimana Pemilik nama itu (Allah)?”(QS. Maryam : 65).

Pertanyaan yang mengandung sanggahan ini kesemuanya benar, karena hanya

Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujudnya itu yang berhak menyandang nama

tersebut, selain-Nya tidak ada, bahkan tidak boleh. Hanya Dia juga yang berhak

memperoleh keagungan dan kesempurnaan mutlak, sebagaimana tidak ada nama

yang lebih agungdari nama-Nya itu. Sekian banyak ulama yang berpendapat

bahwa Allah tidak terambil dari satu akar kata tertentu, tetapi ia adalah nama yang

menunjuk kepada zat yang wajib wujud-Nya, yang menguasai seluruh hidup dan

kehidupan serta hanya kepada-Nya seharusnya seluruh makhluk mengabdi dan

bermohon. Tetapi banyak ulama berpendapat, bahwa kata Allah asalnya adalah

Page 51: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

39

Ilah, yang dibubuhi huruf alif dan lam, dan dengan demikian, Allah (اله)

merupakan nama khusus, karena itu tidak dikenal bentuk jama’nya, sedang Ilah

adalah nama yang bersifat umum yang dapat berbentuk jama’. Dalam bahasa

Inggris, baik yang bersifat umum maupun khusus, keduanya diterjemahkan

dengan god, demikian juga dalam bahasa Indonesia keduanya dapat

diterjemahkan dengan tuhan. Alif dan Lam yang dibubuhkan pada kata Ilah

berfungsi menunjukkan bahwa kata yang dibubuhi itu merupakan sesuatu yang

telah dikenal dalam benak (M. Quraish Shihab,2000,vol.1 : 17 ).

Sementara ulama berpendapat bahwa kata Ilah yang darinya berbentuk

kata Allah, berakar dari kata (اللهة) al-Ilahah, (اللوهة) al-Uluhah, dan (اللوهية) al-

Uluhiyah yang kesemuanya menurut mereka bermakna ibadah/penyembahan,

sehingga Allah secara harfiah bermakna Yang Disembah. Ada juga yang

berpendapat kata tersebut berakar dari kata (أله) alaha dalam arti mengherankan

atau menakjubkan, karena segala perbuatan/ciptaan-Nya menakjubkan atau karena

bila dibahas hakekatnya akan mengherankan akibat ketidaktahuan makhluk

tentang hakekat zat Yang Maha Agung itu. Apapun yang terlintas dalam benak

menyangkut zat Allah, maka Allah tidak demikian. Itu sebabnya ditemukan

riwayat yang menyatakan: “Berfikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jang

berfikir tentang Zat-Nya”. Ada juga yang berpendapat kata Allah terambil dari

akar kata Aliha Ya’ Lahu (اله يأله) yang berarti tenang, karena hati menjadi tenang

karena-Nya, atau dalam arti menuju dan bermohon, karena harapan seluruh

makhluk tertuju kepada-Nya dan kepada-Nya jua makhluk bermohon (M. Quraish

Shihab, 2000, vol.1 : 18 ).

Memang setiap yang dipertuhankan pasti disembah dan kepadanya tertuju

harapan dan permohonan lagi menakjubkan ciptaannya, tetapi apakah itu berarti

kata Ilah - dan juga Allah – secara harfiah mengandung makna demikian?. Kata

Ilah yang beraneka ragam maknanya seperti dikemukakan di atas, dapat

dipertanyakan apakah bahasa atau al-Qur’an menggunakannya untuk makna yang

disembah? (M. Quraish Shihab, 2000, vol.1 : 19).

Para ulama yang mengartikan Ilah dengan yang disembah menegaskan

bahwa Ilah adalah segala sesuatu yang disembah, baik penyembahan itu tidak

Page 52: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

40

dibenarkan oleh aqidah Islam, seperti matahari, bintang, bulan, manusia atau

berhala, maupun yang dibenarkan dan diperintahkan oleh Islam, yakni zat yang

wajib wujud-Nya yakni Allah SWT. Karena itu jika seorang muslim maka

hendaknya mengucapkan kata (ل اله الللا) La Ilaha Illallah. Jika diperhatikan

semua kata Ilah dalam al-Qur’an, niscaya akan ditemukanbahwa kata itu lebih

dekat untuk dipahami sebagai penguasa, pengatur alam raya atau dalam

genggaman tangan-Nya segala sesuatu, walaupun tentunya yang meyakini

demikian, ada yang salah pilih Ilah-nya. Seperti yang sudah dikemukakan

sebelumnya Ilah bersifat umum, sedang kata Allah bersifat khusus, bagi penguasa

yang sesungguhnya. Kata Allah mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki oleh

kata selainnya; ia adalah kata yang sempurna huruf-hurufnya, sempurna

maknanya, serta memiliki kekhususan berkaitan dengan rahasianya, sehingga

sementara ulama menyatakan bahwa kata itulah yang dinamai Ismu-Ilah al-

A’zham (Nama Allah yang paling mulia) yang bila diucapkan dalam doa, Allah

akan mengabulkannya. Dari segi lafaz terlihat keistimewaannyaketika dihapus

huruf-hurufnya. Kata (للا) Allah dengan menghapus huruf awalnya, akan berbunyi

Lillah dalam arti Milik/bagi Allah; kemudian hapus huruf awal dari kata (لل)

Lillah itu akan terbaca (له) Lahu, dalam arti bagi-Nya; selanjutnya hapus lagi

huruf awal dari lahu akan terdengar dalam ucapan Hu yang berarti Dia (menunjuk

Allah), dan bila ini pun dipersingkat akan dapat terdengar suara Ah yang sepintas

atau pada lahirnya mengandung makna keluhan, tetapi pada hakekatnya adalah

seruan permohonan kepada Allah. Karena itu pula sementara ulama berkata

bahwa kata “Allah” terucapkan oleh manusia sengaja atau tidak sengaja, suka atau

tidak. Itulah salah satu bukti adanya Fitrah dalam diri manusia (M. Quraish

Shihab, 2000, vol.1 :18).

Al-Qur’an juga menegaskan bahwa sikap orang-orang musyrik adalah;

“Apabila kamu bertanya kepada mereka siapa yang menciptakan langit dan bumi,

pastilah mereka berkata Allah” (QS. Az-Zumar:38). Dari segi makna dapat

dikemukakan bahwa kata Allah mencakupsegala sifat-sifat-Nya, bahkan Dialah

yang menyandang sifat-sifat tersebut, karena itu jika kita berkata Ya Allah, maka

semua nama/sifat-Nya telah dicakup oleh kata tersebut. Di sisi lain, jika kita

Page 53: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

41

berkata ar-Rahim (Yang Maha Pengasih) maka sesungguhnya yang dimaksud

adalah Allah, demikian juga jika berkata al-Muntaqim (yang membalas

kesalahan), namun kandungan ar-Rahim (Yang Maha Pengasih) tidak mencakup

pembalasan-Nya, atau sifat yang lain. Itulah salah satu sebab mengapa dalam

syahadad seseorang harus menggunakan kata Allah ketika mengucapkan Asyhadu

an La Ilaha Illallah, dan tidak dibenarkan mengganti kata Allah tersebut dengan

kata-kata lain. Jika menyebut nama Allah , pasti akan tenang hati kita, demikian

penegasan penyandang Asmaul Husna, Allah SWT berfirman; “Dengan

mengingat Allah , akan menjadi tentram hati”(QS. Ar-Ra’d:28). Ketenangan dan

ketentraman itu lahir bila kita percaya Allah adalah penguasa dan pengatur alam

raya dan yang dalam genggaman tangan-Nya segala sesuatu. Ketenangan itu akan

dirasakan bila kita menghayati sifat-sifat-Nya, kudrat dan kekuasaan-Nya dalam

mengatur dan memelihara segala sesuatu. Demikian itu Allah (M. Quraish Shihab,

2000, vol.1 :20).

Jika seseorang telah mengenal Allah dengan pengenalan yang

sesungguhnya, otomatis akal dan pikirannya, jiwa dan hatinya akan terpanggil

untuk mendekat kepada-Nya. Salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah

dengan cara melaksanakan ibadah shalat. Memang, shalat yang baik dan benar

akan mengantar seseorang mengingat kebesaran Allah dan mengantarnya untuk

melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (M. Quraish

Shihab, 2002, vol.7 : 568 ).

Kata (احد) ahad/esa bisaberfungsi sebagai nama dan bisa juga sebagai sifat

bagi sesuatu. Apabila ia berkedudukan sebagai sifat, ia hanya digunakan untuk

Allah SWT, semata. Keesaan Allah mencakup keesaan zat, keesaan sifat, keesaan

perbuatan, serta keesaan dalam beribadah kepadanya.

Keesaan zat mengandung pengertian bahwa seseorang harus percaya

bahwa Allah SWT,tidak terdiri dari unsur-unsur atau bagian-bagian. Karena bila

zat Yang Mahakuasa itu terdiri dari dua unsur atau lebih, maka ini berarti Dia

membutuhkan unsur atau bagian itu, atau dengan kata lain unsur (bagian) itu

merupakan syarat bagi wujud-Nya dan ini bertentangan dengan sifat Ketuhanan

yang tidak membutuhkan suatu apapun.

Page 54: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

42

Keesaan sifat, antara lain berarti bahwa Allah memiliki sifat yang tidak

sama dalam substansi dan kapasitas-Nya dengan sifat makhluk, walaupun dari

segi bahasa kata yang digunakan menunjuk sifat tersebut sama. Sebagai contoh,

kata Rahim merupakan sifat bagi Allah, tetapi juga digunakan untuk menunjuk

rahmat/kasih sayang makhluk. Namun, substansi dan kapasitas rahmat dan kasih

sayang Allah berbeda dengan rahmat makhluk-Nya. Allah Maha Esa di dalam

sifatnya, sehingga tidak ada yang menyamai substansi dan kapasitas sifat tersebut.

Keesaan dalam perbuatan mengandung arti bahwa segala sesuatu yang

berada di alam raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan wujudnya,

kesemuanya adalah hasil dari perbuatan Allah semata. “Apa yang dikehendaki-

Nya terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi, tidak ada daya

( untuk memeroleh manfaat), tidak pula kekuatan (untuk menolak mudharat)

kecuali bersumber dari Allah.” Tetapi, ini bukan berarti bahwa Allah berlaku

sewenang-wenang atau “bekerja” tanpa sistem. Keesaan perbuatan-Nya dikaitkan

dengan hukum-hukum atau takdir dan sunatullah yang ditetapkan-Nya (M.

Quraish Shihab, 2002, vol.15 : 718 ).

Keesaan beribadah secara tulus kepada-Nya yang merupakan keesaan

keempat ini merupakan perwujudan dari ketiga makna keesaan terdahulu. Ibadah

beraneka ragam dan bertingkat-tingkat. Salah satu ragamnya yang paling jelas

adalah amalan tertentu yang ditetapkan cara dan kadarnya langsung oleh Allah

atau Rasul-Nya, dan yang secara terpopuler dikenal dengan istilah ibadah

mahdhah (murni). Ibadah dalam pengertiannya yang umum mencakup segala

macam aktivitas yang dilakukan demi karena Allah. Mengesakan Allah dalam

beribadah menuntut manusia untuk melaksanakan segala sesuatu demi karena

Allah, baik sesuatu itu dalam bentuk ibadah mahdhah maupun selainnya (M.

Quraish Shihab, 2002, vol.15 : 719 ).

“Allah tumpuan harapan.” Setelah ayat pertama menjelaskan tentang dzat,

sifat dan perbuatan Allah Yang Maha Esa, ayat ini menjelaskan kebutuhan

makhluk kepada-Nya, yakni hanya Allah Yang Maha Esa itu adalah tumpuan

harapan yang dituju oleh semua makhluk guna memenuhi segala kebutuhan,

permintaan mereka, serta bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

Page 55: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

43

Kata (مد shamada yang (صمد) ash-shamad terambil dari kata kerja (الصه

berarti menuju. Ash-shamad adalah kata jadian yang berarti yang dituju. Ayat ini

menegaskan bahwa hanya Allah yang menjadi tumpuan harapan satu-satunya.

Kebutuhan segala sesuatu dalam wujud ini tidak tertuju kecuali kepada-Nya dan

yang membutuhkan sesuatu tidak boleh mengajukan permohonannya kepada

selain-Nya. Segala sebab berakhir pada-Nya dan segala yang terjadi di alam raya

ini merupakan hasil ciptaan-Nya. Dalam ayat kedua ini, kata Allah diulang sekali

lagi, setelah sebelumnya pada ayat pertama telah disebut. Ini memberi isyarat

bahwa siapa yang tidak memiliki sifat ash-shamadiyah atau dengan kata lain tidak

menjadi tumpuan harapan secara penuh, ia tidak wajar dipertuhankan (M. Quraish

Shihab, 2002, vol.15 : 721 ).

“Tidak beranak dan tidak diperanakkan.” Ayat ini membantah

kepercayaan sementara orang tentang Tuhan dengan menyatakan bahwa Allah

Yang Maha Esa itu tidak wajar dan tidak pula pernah beranak dan disamping itu

Dia tidak diperanakkan yakni tidak dilahirkan dari bapak atau ibu. Tidak ada

seorang pun yang setara dengan-Nya dan tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-

Nya.

Kata (يلد) yalid/beranak dan (يولد) yulad/diperanakkan terambil dari kata

walada yang digunakan al-Qur’an untuk menggambarkan hubungan (ولد)

keturunan sehingga kata (والد) walid, misalnya, berarti ayah dan yang dimaksud

adalah ayah kandung. Beranak atau diperanakkan menjadikan adanya sesuatu

yang keluar darinya dan ini mengantar kepada terbaginya zat Tuhan. Allah tiada

sesuatu pun yang seperti-Nya (laisa ka-mitsli syai’), baik dalam bentuk maupun

dalam kenyataan, sehingga pasti Dia tidak mungkin melahirkan atau dilahirkan.

Anak dibutuhkan oleh makhluk berakal untuk melanjutkan eksistensinya, sedang

Tuhan kekal selama-lamanya dan tidak memerlukan bantuan.

Kata (لم) lam digunakan untuk menafikan sesuatu yang telah lalu, kata

tersebut digunakan karena selama ini telah beredar kepercayaan bahwa Tuhan

beranak dan diperanakkan. Ayat ini menafikan segala macam kepercayaan yang

menyangkut adanya anak atau ayah bagi Allah SWT, baik yang dianut oleh kaum

musyrikin, orang-orang Yahudi, Nasrani, Majusi, atau sementara filosof, baik

Page 56: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

44

anak tersebut berbentuk manusia atau tidak (M. Quraish Shihab, 2002, vol.15 :

723 ).

“Tidak ada satupun yang setara dengan-Nya.” Ayat ini menafikan sekali

lagi segala sesuatu yang menyamai-Nya baik sebagai anak atau bapak atau

selainnya, dengan menyatakan: Tidak ada satupun baik dalam imajinasi apalagi

dalam kenyataan yang setara dengan-Nya dan tidak juga ada sesuatu pun yang

menyerupai-Nya.

Kata (كفوا) kufuwan terambil dari kata (كفؤ) kufu’, yakni sama. Banyak

ulama tafsir memahami ayat ini sebagai “menafikan adanya sesuatu yang serupa

dengan Allah”. Sementara kaum percaya bahwa ada penguasa selain Allah,

misalnya dengan menyatakan bahwa Allah hanya menciptakan kebaikan, sedang

setan menciptakan kejahatan. Ayat ini menafikan hal tersebut sehingga, dengan

demikian, kedua ayat terakhir ini menafikan segala macam kemusyrikan terhadap

Allah SWT.

Dengan demikian surah al-Ikhlas menetapkan keesaan Allah secara murni

dan menafikan segala macam kemusyrikan terhadap-Nya. Wajar jika Rasul SAW

menilai surah ini sebagai : “Sepertiga al-Qur’an” ( H.R. Malik, Bukhari, dan

Muslim ), dalam arti makna yang dikandungnya memuat seperti al-Qur’an

mengandung akidah, syariat, dan akhlak, sedang surah ini adalah puncak akidah

(M. Quraish Shihab, 2002, , vol.15 : 724 ).

Page 57: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

45

BAB IV

RELEVANSI PENDIDIKAN TAUHID DENGAN KEHIDUPAN

SEKARANG SESUAI SURAT AL-IKHLAS

A. Analisis Data

1. Analisis metode menanamkan dan menumbuhkan pendidikan Tauhid

dalam keluarga muslim

Keluarga adalah tempat pengasuhan alami yang melindungi anak yang

baru tumbuh dan merawatnya, serta mnegembnagkan fisik, akal dan

spiritualisnya. Dalam naungan keluarga, perasaan cinta, empati dan solidaritas

berpadu dan menyatu. Anak-anak pun akan bertabiat dengan tabiat yang biasa

dilekati sepanjang hidupnya. Lalu dengan petunjuk dan arahan keluarga, anak itu

akan dapat menyongsong hidup, memahami makna hidup dan tujuan-tujuannya,

serta mengetahui bagaimana berinteraksi dengan makhluk hidup. Allah berfirman

dalam QS. At-Tahrim ayat 6 :

ا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها ٱلناس وٱلحجارة أيها ٱلذين ءامنوا قو ي

ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون ئكة غالظ شداد ل يعصون ٱلل عليها مل

٦

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah

manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,

keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan”

Ayat tersebut mengandung arti bahwa orang tua merupakan pemimpin

bagi anak-anaknya, kelak di akhirat akan mempertanggung jawabkan tugasnya di

hadapan Allah Swt. Dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Kedua

orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan hidup

masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas

kelakuannya. Keluarga adalah “umat kecil” yang memiliki pimpinan dan anggota,

Page 58: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

46

mempunyai pembagian tugas dan kerja, seserta hak dan kewajiban bagi masing-

masing anggotanya. Al-Qur’an menamakan suatu komunitas sebagai umat, dan

menamakan seorang ibu sebagai orang yang melahirkan dengan kata umm. Kedua

kata tersebut terambil dari akar yang sama. Ibu yang melahirkan dan yang di

pundaknya terutama dibebankan pembinaan anak dan kehidupan rumah tangga

merupakan tiang umat. Keluarga adalah sekolah tempat putra-putri belajar. Dari

sana mereka belajar sifat-sifat mulia, seperti ketauhidan, kesetiaan, rahmat, dan

kasih sayang. Ketika anak masih dalam kandungan, ibu diperintahkan untuk

memperhatikan kesehatannya. Karena, kesehatan ibu mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan janin, bahkan ada kewajiban agama yang digugurkan

(ditangguhkan) pelaksanaannya seperti puasa. Adapun jalinan perekat keluarga

adalah hak dan kewajiban yang disyari’atkan Allah terhadap ayah, ibu, suami dan

istri, serta anak-anak. Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang

pergaulannya diantara anggotanya bersifat khas. Disini pendidikan berlangsung

dengan sendirinya sesuai tatanan pergaulan yang berlaku didalamnya, artinya

tanpa harus diumumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti

oleh seluruh anggota keluarga. Hal ini sebagai bentuk perwujudan hak dan

kewajiban setiap anggota keluarga ( M. Quraish Shihab, 1994 : 255 ).

Orang tua mempunyai kewajiban yang sangat besar dalam menanamkan

dan menumbuhkan akidah anak. Akhlak yang mulia pada anak. Para ulama

mengatakan semakin kurang keimanan anak, maka semakin rendah juga kadar

akhlak, watak, kepribadian, serta kesiapan seorang anak untuk menerima konsep

Islam sebagai pedoman dan pegangan hidup. Sebaliknya, jika aqidah tauhid anak

telah kokoh dan mapan, maka terlihat jelas dalam setiap amal perbuatannya.

Setiap konsep yang ada dalam Islam akan diterima secara utuh dan lapang dada

oleh seorang anak ketika mereka tumbuh dewasa, tanpa ada rasa keberatan dan

terkesan mencari-cari alasan.

Dalam rangka membentuk rumah tangga sakinah tersebut, Islam

menetapkan beberapa patokan dalam pemilihan jodoh. Menurut panitia

muzakarah ulama ada tiga kriteria untuk memilih jodoh yang baik:

Page 59: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

47

a. Aspek keberagamaan dari pasangan hidup berumah tangga.

b. Aspek kehormatan diri dalam arti terpeliharanya kesucian seksual dari

kedua pasangan yang ingin membentuk hidup rumah tangga.

c. Islam mencegah terjadinya perkawinan antara keluarga yang terlalu

dekat. Perkawinan seperti ini bias menimbulkan akibat tidak baik bagi

psikis maupun mental anak ( Panitia Mudzakarah Ulama, 1987/1988 :

25-27 ).

Pendidikan anak bukanlah dimulai dari semenjak kandungan, sejatinya ia

dimulai semenjak kita mencari pasangan hidup (suami/istri). Penanaman nilai-

nilai tauhid kepada sang anak dan kunci keberhasilan pendidikan anak adalah

tepatnya metode yang diberikan saat mengenalkan anak kepada Allah Swt. Selain

itu, teladan dari orang tua juga berperan penting mengantarkan anak menjadi anak

sholeh.

Masa usia dini merupakan masa keemasan (golden age) bagi

perkembangan seorang manusia. Masa usia dini merupakan fase dasar untuk

tumbuhnya kemandirian belajar untuk berpartisipasi, kreatif, imajinatif dan

mampu berinteraksi. Oleh karena itu, pendidikan dalam keluarga adalah madrasah

pertama dan utama bagi perkembangan seorang anak, sebab keluarga merupakan

wahan yang pertama untuk seorang anak dalam memperoleh keyakinan beragama

yang dapat dijadikan patokan bagi anak dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih dan

mengaplikasikan sebuah metode pengajaran. Faktor-faktor itu adalah tujuan yang

hendak dicapai, kemampuan guru, anak didik, situasi dan kondisi pengajaran

dimana berlangsung, fasilitas dan waktu yang tersedia, dan kebaikan dan

kekurangan sebuah metode ( Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, 1995 : 7-10 ).

Penjelasan metode-metode yang dapat dipakai dalam pendidikan dan

pengajaran agama Islam, dapat dilihat sebagai berikut:

1. Pendidikan dengan Pembiasaan

Page 60: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

48

Pendidikan dengan pembiasaan ini misalnya agar anak dapat

melaksanakan shalat secara benar dan rutin, maka mereka perlu dibiasakan shalat

sejak kecil, dari waktu ke waktu. Dengan pendidikan sejak dini itu maka anak

akan terbiasa melakukan kebiasaannya dan tidak merasa berat untuk

melakukannya pada saat remaja nanti. Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan

sangat penting, banyak orang berbuat atau bertingkah laku karena kebiasaan

semata-mata. Tanpa pembiasaan, hidup seseorang akan berjalan lambat sekali dan

memerlukan pemikiran yang sangat panjang. Pembiasaan ini akan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk terbiasa mengamalkan ajaran agamanya,

baik secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, apabila peserta didik sudah terbiasa shalat jama’ah, ia tidak akan

berfikir panjang ketika mendengar adzan berkumandang.

2. Pendidikan dengan Keteladanan

Memberikan contoh teladan yang baik kepada peserta didik agar ditiru dan

dilaksanakan merupakan hal penting yang perlu dilakukan karena keteladanan

yang baik akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau

mengikutinya. Oleh karena itu, masalah teladan menjadi faktor terpenting dalam

membentuk baik buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak

mulia dan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka

anak pun akan menjadi anak yang brakhlakul karimah.

3. Pendidikan dengan Ganjaran

Memberikan ganjaran kepada orang yang berbuat kebaikan akan

memberikan pengaruh besar, terutama bagi anak-anak dan remaja. Sebab pujian

akan memberikan motivasi bagi mereka untuk memperbaiki dan meningkatkan

perilaku supaya lebih baik dari sebelumnya. Ganjaran terhadap orang yang

melakukan perbuatan positif seharusnya memperhatikan kadarnya sehingga

ganjaran tersebut akan bernilai dan efektif. Tanpa mempertimbangkan faktor itu,

maka ganjaran tidak akan berpengaruh bahkan akan memberikan dampak negatif.

4. Pendidikan dengan Hukuman

Page 61: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

49

Metode hukuman sebagai jalan terakhir setelah semua metode ditempuh.

Meskipun demikian, hukuman tetap penting. Ketika peserta didik melakukan

kesalahan dan tidak ada penghalang maupun pengendalinya, maka tidak ada yang

mengingatkan perbaikan karakter dan kesalahannya akan terulang kembali.

Pemberian hukuman merupakan metode pendidikan yang paling sensitif dan

kompleks untuk mengubah perilaku seseorang. Jika hukuman dilakukan secara

keliru dan dalam situasi dan kondisi yang tidak tepat maka akan berdampak

merusak dan berlawanan dengan tujuan dari hukuman. Agama Islam memberi

anjuran dalam memberikan hukuman terhadap anak, hendaknya memperhatikan

hal-hal berikut:

a. Jangan menghukum ketika marah.

b. Jangan sampai menyakiti perasaan anak.

c. Jangan menghina atau mencaci di depan orang.

d. Jangan menyakiti secara fisik.

e. Bertujuan mengubah perilaku yang kurang baik.

Sementara Muhammad Zein menjelaskan bahwa metode yang mudah

dilakukan para orang tua dalam mendidik anak-anaknya ada tiga: ( Muhammad

Zein, 1991 : 68 )

1. Menghafal

Dalam keluarga hal ini lebih dominan bahwa seorang anak dengan dasar-

dasar keimanan, ke-Islam-an, sejak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu.

Metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengan cara

memberikan hafalan. Sebab proses pemahaman diawali dengan hafalan terlebih

dahulu. Ketika menghafal dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalam diri

anak sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diyakini (

Muhammad Zein, 1991: 68).

2. Membiasakan

Metode yang digunakan selain berfungsi sebagai sarana untuk

menyampaikan materi pendidikan tauhid juga membantu pertumbuhan dan

Page 62: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

50

perkembangan anak. Pendidikan tauhid dalam keluarga menuntut kemampuan

pengetahuan dan wawasan orang tua yang luas. Selain itu metode yang

digunakan harus bertahap, sehingga sesuai Antara metode, materi dan

kemampuan anak. Pembiasaan-pembiasaan itu bisa dilakukan dengan:

a. Latihan kalimat tauhid

b. Latihan beribadah

c. Latihan berdoa di setiap aktivitas.

3. Pengawasan

Dalam menanamkan tauhid yang pertama harus di lakukan oleh orang tua

terhadap anaknya yaitu menanamkan keyakinan bahwa Allah itu Maha Esa dan

memiliki sifat-sifat yang mulia. Langkah-langkah dalam menanamkan tauhid

terhadap anak yaitu:

a. Menanamkan tauhid ini bisa dimulai sejak anak dalam kandungan,

yaitu dengan membiasakan anak (bayi) mendengarkan alunan ayat-

ayat suci Al-Qur’an, ceramah-ceramah agama, kalimat-kalimat

tayyibah serta ucapan-ucapan yang sopan santun dan lemah lembut

b. Setelah anak bisa bicara, ajarkan ia untuk dapat mengucapkan kata-

kata Allah, Alhamdulillah, Bismillah dan sebagainya.

c. Tegur dan beri peringatan dengan segera apabila anak

mengucapkan kata-kata yang tidak baik.

d. Jelaskan bahwa diri kita, tumbuhan, hewan dan semuanya yang ada

di alam ini adalah ciptaan serta kepunyaan Allah Yang Maha

Kuasa.

e. Sampaikanlah kisah-kisah para Nabi, Rasul dan orang-orang yang

shalih. Baik secara lisan atau bisa juga berupa buku-buku kisah

yang bergambar. Jelaskan hikmah yang dapat diambil dari setiap

kisah tersebut.

f. Hindarkan anak dari cerita-cerita dan tontonan takhayul, khufarat

dan bid’ah

g. Bawalah anak ke tempat-tempat yang bisa memperkuat aqidah dan

tauhid.

Page 63: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

51

2. Konsep Tauhid sesuai tafsir al-Mishbah

Dalam tafsir al-Mishbah disebutkan adanya 4 macam keesaan Allah yaitu :

a. Keesaan zat

b. Keesaan sifat

c. Keesaan dalam perbuatan

d. Keesaan beribadah kepada-Nya

Keesaan zat Allah adalah seseorang harus percaya kepada Allah SWT, tidak

terdiri dari unsur-unsur atau bagian-bagian. Teori ini hampir sama dengan Tauhid

Rububiyah yang memiliki arti meyakini dengan mantap bahwa Allah SWT adalah

rabb segala sesuatu dan tiada Allah selain Dia. Keduanya memiliki makna yang

sama bahwa setiap makhluk ciptaan-Nya harus percaya adanya Allah dalam

penciptaan alam semesta ini dan Tuhan seluruh makhluk. Pendidikan tauhid

kepada anak harus dilakukan sejak dini agar anak mengenal Tuhan yang

menciptakannya.

Keesaan sifat Allah bahwa Allah memiliki sifat yang tidak sama dalam

substansi dan kapasitas-Nya dengan sifat Makhluk, walaupun dari segi bahasa

kata yang digunakan menunjuk sifat tersebut sama. Sedangkan keesaan dalam

perbuatan mengandung arti segala sesuatu yang terjadi di alam raya ini merupakan

kehenda Allah SWT. Keesaan sifat Allah dan keesaan dalam perbuatan-Nya yang

dijelaskan dalam tafsir al-Mishbah memiliki kesamaan dengan Tauhid Asma wa

Sifat yaitu meyakini secara mantap bahwa Allah menyandang seluruh sifat

kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan bahwa Allah berbeda dengan

seluruh makhluk-Nya. Pendidikan tauhid ini bisa diterapkan kepada anak-anak

dengan mengenalkan asmaul husna kepada mereka, agar mereka tahu apa saja

sifat-sifat yang dimiliki Allah.

Keesaan beribadah secara tulus kepada-Nya yang merupakan keesaan keempat

merupakan perwujudan dari keesaan zat, keesaan sifat dan keesaan perbuatan

Allah. Sama halnya dengan Tauhid Uluhiyah yang bermakna mengesakan Allah

dengan memurnikan perbuatan para hamba semata-mata dengan niat mendekatkan

diri kepada Allah, dengan cara beribadah. Setelah anak mengenal siapa yang

menciptakan dan apa saja sifat dari sang pencipta, maka pendidikan yang

Page 64: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

52

selanjutnya dikenal kan kepada anak adalah beribadah. Ibadah yang kita lakukan

sehari-hari. Ini bisa dimulai dengan melakukan ibadah yang paling utama terlebih

dahulu, misalnya : shalat.

Perwujudan tauhid ini perlu adanya pembiasaan dan bimbingan sejak dini dari

semua pihak seperti orangtua, guru dan orang disekitar.

Page 65: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

53

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. M. Quraish Shihab merupakan salah satu ulama tafsir di Indonesia. Beliau

lahir di Lotassalo, Rappang, kabupaten Sidenreng Rappang ( Sidrap ),

Sulawesi Selatan pada hari Rabu, 16 Februari 1944, bertepatan dengan 22

Safar 1363 H. Ayah Quraish bernama Habib Abdurrahman Shihab dan

ibunya Puang Asma. Quraish Shihab pernah menjadi santri di al-

Faqihiyah, Malang. Guru M.Quraish Shihab adalah Habib Abdul Qadir Bil

Faqih. Quraish Shihab juga seorang penulis yang banyak menghasilkan

karya seperti :

Karya tentang Studi Al-Qur’an adalah:

a. Tafsir al-Mannar, Karya Muhammad Abduh dan M. Rasyid Ridha.

Pada 2005 diterbitkan lagi dengan judul Rasionalitas Al-Qur’an Studi

Kritis atas Tafsir Al-Manar di Lentera Hati, Jakarta.

b. Diambil dari kumpulan artikel Quraish antara 1975-1992 terbitlah

buku yang berjudul membumikan al-Qur’an (Mizan: 1992).

c. Sesudah itu diterbitkan pula Wawasan al-Qur’an; Tafsir Maudhu’I

atas Pelbagai Persoalan Umat (Mizan, 1996).

d. Tanggal 18 Juni 1999 Quraish mulai menulis karyanya yang

monumental yaitu Tafsir al-Mishbah, saat beliau ditugaskan sebagai

Duta Besar di Mesir, dan selesai pada 5 September 2003.

2. Konsep tauhid menurut tafsir al-Mishbah sebagai berikut :

Dalam tafsir al-Mishbah dikatakan keesaan Allah mencakup 4 hal yaitu,

keesaan zat, keesaan sifat, kesaan dalam perbuatan dan keesaan beribadah

kepada-Nya. Hal ini penulis kaitkan dengan teori Tauhid Rububiyah,

Page 66: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

54

Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma’ wa Sifat. Tauhid Rububiyah memiliki

arti yang sama dengan keesaan zat, yaitu mempercayai zat-Nya Allah.

Tauhid uluhiyah memeiliki makna yang sama dengan keesaan dalam

perbuatan dan keesaan beribadah kepadanya, yaitu meyakini adanya zat

Allah dan melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

Kemudian Asma’ wa Sifat memiliki makna yang sama dengan keesaan

sifat yang biasa kita sebut asmaul husna.

3. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ikhlas terdapat konsep pendidikan aqidah yang

harus diberikan anak sejak dini karena agama Islam mengajarkan

bahwasanya seluruh alam ini, Tuhanlah yang telah menjadikan, menguasai

dan mengawasinya. Pendidikan yang ditekankan dalam keluarga:

a. Menanamkan ketauhidan dalam diri anak sebagaimana yang telah

diajarkan agama.

b. Mengenalkan ketetapan-ketetapan agama sehingga dengan

perkembangan zaman anak dapat mengetahui mana yang

diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan.

c. Membimbing anak secara bertahap untuk mengetahui makna

keyakinan yang sebenarnya sehingga anak mampu menerapkan dalam

lingkungan keluarga dan tidak mudah terbawa arus penyimpangan

pergaulan.

Orang tua adalah unsur utama bagi tegaknya tauhid dan nilai-nilai Islami

dalam keluarga. Sejak dalam kandungan orang tua sudah harus mengenalkan dan

mengajarkan ketauhidan kepada anak. Dengan bekal tauhid inilah anak akan

berkembang sesuai batasan-batasan yang telah ditetapkan. Agar menjadi manusia

muslim yang benar-benar meyakini keEsaan Allah dan dapat mengamalkan

ajaran-ajaran yang ada demi kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Metode

yang dapat diterapkan dalam keluarga muslim:

a. Metode Pembiasaan

b. Metode Keteladanan

c. Metode Hukuman

d. Metode Ganjaran

Page 67: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

55

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, dapat diajukan beberapa saran berkaitan

dalam penulisan ini sebagai berikut:

1. Bagi Peserta Didik, sebaiknya lebih menekankan pada aspek kesadaran

diri betapa penting penanaman keyakinan dan lebih mendalami ajaran

agama demi kebaikan diri sendiri. Melatih diri untuk bisa mengamalkan

ilmu-ilmu yang telah didapat baik dari lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah maupun lingkungan masyarakat.

2. Bagi Orang Tua, hendaklah mendalami wawasan agama untuk bekal

pendidikan pertama anak, menerapkan metode-metode yang sesuai dengan

perkembangan dan kemampuan anak. Dengan landasan agama yang kuat

dan pendidikan yang baik maka anak akan berkembang sesuai dengan

yang diajarkan.

3. Bagi Guru, dalam mendidik siswa alangkah baiknya dengan kesabaran,

keadilan dan penuh kasih sayang, sehingga dengan suasana belajar seperti

itu siswa akan lebih mengedepankan keingintahuan mereka dan akan

mengamalkan apa yang telah diajarkan.

4. Bagi Masyarakat dan Pemerintah, hendaknya memberikan dukungan

penuh untuk anak mereka melalui kegiatan-kegiatan yang berasas nilai-

nilai spiritual untuk menumbuh kembangkan pengetahuan serta

menekankan anak untuk hidup sesuai dengan norma agama.

5. Bagi Diri Sendiri, hendaknya belajar untuk lebih mendalami ilmu yang

belum diketahui maupun sudah diketahui serta mengamalkan ilmu itu

dalam bermasyarakat dan berusaha menciptakan lingkungan keluarga yang

islami.

Page 68: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mawardi. 2011. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Abdullah, Yatimin. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah.

Al-Maragi, Ahmad Mustafa. 19923. Tafsir Al-Maragi. Semarang: PT. Karya Toha

Putra.

Anwar, Mauluddin, Latief Siregar, dan Hadi Mustofa. 2015. Cahaya, Cinta, dan

Canda M. Quraish Shihab. Tangerang. Lentera Hati.

Asymuni, A. Yasin. 2005. Khasiat, Keistimewaan, Keajaiban, Tafsir dan Ta’wil

Surat Al-Ikhlas. Kediri: Ponpes. Hidayatut Thullab.

B. Milles, Matthew & A. Micahael Huberman, 1992. Analisis Data Kualitatif,

Jakarta: UI-Press. Maunah,Binti.2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:

Teras.

Elias, Maurice J, et.al. 2002. Cara-Cara Efektif Mengasuh Anak Saleh. Vol 3,

Kaifa

Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan. Surakarta:

Aksara Sinergi Media.

Jazairi, Syaikh Abu Bakar Al-. 2002. Akidah Mukmin. Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar.

Juwariyah. 2010. Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an. Yogyakarta:

Teras.

Khatibi, Muhammad Ajjaj Al-. 1975. Usul al-Hadits. Beirut: Dar al-Fikri.

Lari, Sayyid Mujtaba Musawi. 1997. Meraih Kesempurnaan Spriritual. Bandung :

Pustaka Hidayah.

Muhaimin. 2000. Pembaharuan Islam Refleksi Pemikiran Rasyid Rida dan

Tokoh-Tokoh Muhammadiyah. Yogyakarta: Pustaka Dinamika.

Page 69: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

Panitia Mudzakarah Ulama, 1987/1988. Memelihara Kelangsungan Hidup Anak

menurut Islam: Kerjasama Depag, MUI dan UNICEF. Jakarta

Pusat Bahasa.Departemen Pendidikan Nasional.2003. Kamus Besar Bahasa

Indonesia.edisi 3.cet-2. Jakarta: Balai Pustaka.

Quthb ,Sayyid. 2001. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an .Jakarta: Gema Insani

Sabbiq,Sayyid. 2008. Aqidah Islamiyah. Jakarta : Robbani Press.

Shiddieqy, Hasbi Ash-. 2002. Al-Bayan Tafsir Penjelasan Al-Qur’anul Karim.

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

__________________. 2000. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur. Semarang: PT.

Pustaka Rizki Putra.

Shihab,M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an . Jakarta: Lentera Hati .

__________________. 1994. Membumikan Al-Qur’an: fungsi dan peran wahyu

dalam kehidupan masyarakat. Bandung: Mizan.

Sukardjo,M. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya/M.Sukardjo.

Ukim Komarudin. Jakarta: Rajawali Pers.

Razak, Nasruddin. 1989. Dienul Islam. Bandung: Al-Ma’arif.

Rifa’I, Muhammad Nasib Ar-. 2000. Ringkasan Tafsir Ibnu Kasir. Jakarta: Gema

Insani.

Tafsir, Ahmad.2013. Metodologi Pengajaran Agama Islam.Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Tim Keilmuan Lembaga Imam dan Khatib di kota suci Makkah, Saudi Arabia.

1998. Dasar-Dasar Aqidah Islam. Jakarta:WAMY.

Thoib, Ismail.2008.Wacana Baru Pendidikan Meretas Filsafat Pendidikan Islam.

Yogyakarta: Genta Press

Page 70: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

Ubaidah, Darwis Abu. 2008. Panduan Akidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah. Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar.

Ulwan, Abdullah Nashih. 2013. Tarbiyatul Aulad Fil Islam. Jakarata;

Khatulistiwa.

Umar, Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Utsaimin, Syaikh Muhammad Bin Shalih Al. 2000. Syarah Tsalatsatul Ushul

Mengenal Allah, Rasul dan Dinul Islam. Solo: al-Qowam.

Yasin, Muhammad Nu’aim. 2002. Iman Rukun, Hakikat dan yang

Membatalkannya. Bandung: PT Syaamil Cipta Media.

Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar. 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan

Bahasa Arab. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Zein , Muhammad.1991. Methodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta:

Sumbangsih Offset Papringan.

Page 71: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4107/1/SKRIPSI.pdf · 2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud

Biodata Penulis

Nama : Tri Zunaenah

Tempat , Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 8 April 1994

Alamat : Dsn. Gilang Rt. 01 Rw. 01, Ds. Tegaron, Kec.

Banyubiru,

Kab. Semarang

Nama Orang tua

Ayah : Muslimin

Ibu : Ngatmi

Alamat : Pringapus Rt.03 Rw.02, Kec. Pringapus, Kab.

Semarang

Riwayat Pendidikan:

1. RA Darul Ma’arif Pringapus, Kab. Semarang, lulus pada tahun 2000.

2. SD Negeri Pringapus 03, Kab. Semarang, lulus pada tahun 2006.

3. SMP Negeri 1 Bergas, Kab. Semarang, lulus pada tahun 2009.

4. SMA Takhassus Al-Qur’an, Kab. Wonosobo, lulus pada tahun 2012.

Salatiga, Maret 2018

Penulis

Tri Zunaenah