konsep pendidikan syed nuqaib al attas

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia. Pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya berorientasi memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati (eskatologis) tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih. Dalam kenyataannya, di kalangan dunia Islam telah muncul berbagai isu mengenai krisis pendidikan dan problem lain yang amat mendesak untuk dipecahkan Inilah yang menuntut agar selalu dilakukan pembaharuan dalam hal pendidikan dan segala hal yang terkait dengan kehidupan umat Islam. Dewasa ini, pendidikan Islam di seluruh dunia sedang menghadapi tantangan yang sangat berat seiring dengan datangnya era globalisasi dan informasi. Tidak dapat dipungkiri betapa pengaruh Barat pada dunia Islam sangat mempengaruhi alur perjalanan kaum muslim terutama dalam bidang pendidikan. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, termasuk salah satu pemikir dan pembaharu pendidikan Islam dengan ide-ide segarnya. Al-Attas juga pakar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia juga dianggap sebagai tokoh penggagas Islamisasi ilmu pengetahuan yang mempengaruhi banyak tokoh lainnya. B. Rumusan Masalah 1. Riwayat hidup Syed Muhammad Nuqaib al-Attas. 2. Konsep Pendidikan Syed Muhammad Nuqaib al-Attas. 3. Kontribusi Syed Muhammad Nuqaib al-Attas Dalam Bidang Pendidikan

Upload: bun-faris

Post on 10-Jun-2015

563 views

Category:

Spiritual


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia. Pendidikan

(terutama Islam) dengan berbagai coraknya berorientasi memberikan bekal

kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu diperbaharui konsep dan

aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis

dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi

pada kebahagiaan hidup setelah mati (eskatologis) tetapi kebahagiaan hidup di

dunia juga bisa diraih.

Dalam kenyataannya, di kalangan dunia Islam telah muncul berbagai isu

mengenai krisis pendidikan dan problem lain yang amat mendesak untuk

dipecahkan Inilah yang menuntut agar selalu dilakukan pembaharuan dalam hal

pendidikan dan segala hal yang terkait dengan kehidupan umat Islam.

Dewasa ini, pendidikan Islam di seluruh dunia sedang menghadapi

tantangan yang sangat berat seiring dengan datangnya era globalisasi dan

informasi. Tidak dapat dipungkiri betapa pengaruh Barat pada dunia Islam

sangat mempengaruhi alur perjalanan kaum muslim terutama dalam bidang

pendidikan.

Syed Muhammad Naquib Al-Attas, termasuk salah satu pemikir dan

pembaharu pendidikan Islam dengan ide-ide segarnya. Al-Attas juga pakar dalam

berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia juga dianggap sebagai tokoh penggagas

Islamisasi ilmu pengetahuan yang mempengaruhi banyak tokoh lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Riwayat hidup Syed Muhammad Nuqaib al-Attas.

2. Konsep Pendidikan Syed Muhammad Nuqaib al-Attas.

3. Kontribusi Syed Muhammad Nuqaib al-Attas Dalam Bidang Pendidikan

Page 2: Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Syed Muhammad al-Attas.

Prof. DR. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Lahir di Bogor, Jawa Barat,

pada tanggal 5 september 1931.1 Ia adik kandung dari Prof. DR. Hussein al-Attas,

seorang ilmuwan dan pakar sosiologi di Univeritas Malaya, Kuala Lumpur

Malaysia. Ayahnya bernama Syed Ali bin Abdullah al-Attas, sedangkan ibunya

bernama Syarifah Raguan al-Idrus, keturunan kerabat raja-raja Sunda Sukapura,

Jawa Barat.

Riwayat pendidikan Prof. DR. Syed Muhammad Naquib al-Attas, sejak ia

masih kecil berusia 5 tahun. Ketika ia berada di Johor Baru, tinggal bersama dan

di bawah didikan saudara ayahnya Encik Ahmad, kemudian dengan Ibu Azizah.

Pada tahun 1936-1941, ia belajar di Ngee Neng English Premary Schoool di Johor

Baru. Pada zaman Jepang ia kembali ke Jawa Barat selama 4 tahun. Ia belajar

agama dan bahasa Arab Di Madrasah Al-Urwatul Wutsqa di Sukabumi Jawa

Barat Pada tahun 1942-1945. Tahun 1946 ia kemabali lagi ke Johor Baru dan

tinggal bersama saudara ayahnya Engku Abdul Aziz (menteri besar Johor Kala

itu), lalu dengan Datuk Onn yang kemudian juga menjadi menteri besar Johor (ia

merupakan ketua umum UMNO pertama). Pada tahun 1946, al-Attas melanjutkan

pelajaran di Bukit Zahrah School dan seterusnya di English College Johor Baru

tahun 1946-1949. Kemudian masuk tentara (1952-1955) hingga pangkat Letnan.

Namun karena kurang berminat akhirnya keluar dan melanjutkan kuliah di

University Malaya tahun 1957-1959, lalu melanjutkan di Mc Gill University,

Montreal, Kanada, dan mendapat gelar M. A. Tidak lama kemudian melanjutkan

lagi pada program pascasarjana di University of London tahun 1963-1964 hingga

mendapat gelar Ph.D.

1 Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam (Jakarta:Quantum Teaching,

2005), 118

Page 3: Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

B. Konsep Pendidikan Syed Muhammad Nuqaib al-Attas

Terdapat beberapa hal yang mendasari pemikiran Naquib al-Attas. Pemikiran

Naquib al-Atas dalam bidang pendidikan didasarkan pada keprihatinannya

terhadap penyempitan makna istilah-istilah ilmiah Islam yang disebabkan oleh

upaya westernisasi, mitologisasi, pemasukan hal-hal yang magis (gaib) dan

sekularisasi. Sebagai jawaban untuk menanggulangi distorsi atau

mengembalikannya pada proporsi yang sebenarnya, maka al-Attas

memperkenalkan dan mengemukakan proses dewesternisasi dan Islamisasi

sebagai langkah awal pembangunan para-digma pemikiran Islam kontemporer.

Yang dimaksud dengan dewesternisasi adalah pembersihan Islam dari

westernisasi. Jika westernisasi dipahami sebagai pembaratan atau mengadaptasi,

meniru atau mengambil alih gaya hidup Barat, maka dewesternisasi dipahami

sebagai upaya penglepasan sesuatu dari proses pembaratan, atau dengan kata lain

memurnikan sesuatu dari pengaruh Barat. Dalam pandangan al-Attas

dewesternisasi adalah proses mengenal, memisahkan dan mengasingkan unsur-

unsur sekuler (substansi, roh, watak dan kepribadian kebudayaan serta peradaban

Barat) dari tubuh pengetahuan yang akan mengubah bentuk-bentuk, nilai-nilai

dan tafsiran konseptual isi pengeta- huan seperti yang disajikan sekarang. 2

Terma dewesternisasi mempunyai arti pembersihan dari westernisasi. Jika

westernisasi dipahami sebagai pembaratan atau mengadaptasi, meniru dan

mengambil alih gaya hidup orang barat maka dewesternisasi dipahami sebagai

upaya penglepasan sesuatu dari proses pembaratan atau dengan kata lain

memurnikan sesuatu dari pengaruh-pengaruh barat.

Dalam batasan al Attas dewesternisasi adalah proses mengenal,memisahkan

dan mengasingkan unsur-unsur sekuler (substansi, roh, watak dan kepribadian

kebudayaan serta peradaban barat) dari tubuh pengetahuan yang akan merubah

2 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta, Rajawali Pers,2013), 335

Page 4: Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

bentuk-bentuk, nilai-nilai dan tafsiran konseptual isi pengetahuan seperti yang

disajikan sekarang. 3

Walaupun demikian secara simplistis dapat dikatakan bahwa al Attas

terinspirasi oleh gerakan wahabi. Sebab, dalam pandangan al Attas sendiri suluk-

suluk sufi merupakan ajaran yang sangat penting dalam tarikat Islam.

Sedangkantarikat itu sendidi merupakan institusi lanjutan dari praktek-praktek

tasawuf. Kerananya, paling tidak dapat dikatakan bahwa meskipun antara gerakan

wahabi dan pemikiran deweternisasi al Attas mempunyai karakteristik yang sama,

yakni pemurnian ajaran islam dan mendapat dukungan pemerintah, akan tetapi

mempunya berbagai perbedaan.

Pertama, tentang objek sasaran. Bila wahabi memberantas noda-noda yang

mengotori ajaran tauhid, maka dewesterinisasi yang dikembangkan al Attas

mempunyai sasaran perbersihan noda-noda yang mengotori pengetahuan (‘ilm).

Kedua, sikap terhadap praktek sufi. Bila wahabi mersikap keras terhadap praktek

sufi yang telah melembaga menjadi berbagai tarikat, maka dewesterinasi justru

berangkat dari pemahaman secara mendalam terhadap praktek-praktek sufi

tersebut, khususnya tentang tingkatan-tingkatan dalan suluk-suluknya. Ketiga,

titik berangkat. Bila wahabi berangkat dari tindakan-tindakan yang bersifat

praktis, maka dewestrnisasi berangkat dari issu-issu pemikiran yang bersifat

teoritis. Upaya dewesternisasi tidak akan mempunyai signifikansi bagi ummat

islam bila tidak didukung, dengan islamisasi. Islamisasi dalam pandangan al Attas

adalah proses pembebasan manusia dari tradisi magis,mitologis,animis,tradisi

nasionalis dan kultural serta sekularisme. Ia terbebaskan dari kedua pandangan

dunia yang magis dan sekuler.

Metafisika dan epistimologi, al Attas membagi tiga tingkatan yang ketiganya

merupakan sebuah peringkat yang bersifat hirarkis yaitu; mubtadi’, yakni seorang

sufi yang berada pada tingkatan awal. kedua, mutawassith, si solik sudah

3 Ramayulis, samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para

Tokohnya, (Jakarta; Kalam Mulia,2009), 304

Page 5: Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

mendalami dan mengamalka wirid dan zikir yang mengenai kuantitas, kualitas,

tempo dan frekuensinya ditentukan sang mursyid. Pada tingkatan ini si solik harus

melaksanakan wirid dan zikir secara kontinyu. Ketiga, muntahiy, pada tingkatan

tertinggi ini si solik memasuki dunia filsafat dan mitafisika. Dan mewajibkan si

solik memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam tentang tiga jenis pengetahuan

yaitu, ilmu kebijaksanaan ketuhanan (al hikmah ilahiyah), ilmu-ilmu naqliyah

atau syari’at dan yang terakhir ilmu-ilmu rasional.4

Dengan ketiga jenis pengetahuan ini, maka tasawuf yang dikemukakan al-

Attas di atas, lebih dikenal dengan sebutan tasawuf falsafi. Sedangkan tasawuf

yang membatasi dirinya pada tingkatan pertama dan kedua dikenal dengan istilah

tasawuf akhlaqi.5

Upaya Naquib al-Attas dalam menghidupkan kembali tasawuf falsafi dalam

kaitannya dengan gagasan dewesternisasi sebagaimana tersebut di atas adalah

merupakan sebuah keniscayaan. Karena dengan ketiga jenis (al-ulum al-hikmah

al-ilahiyah, al-ulum al-syari'ah dan al-ulum al-'aqliyah) ini, dapat menghapuskan

pandangan Barat tentang ilmu pengetahuan. Selain itu, krisis kebudayaan Barat

dengan paham sekularismenya berawal dari landasan filsufis yang tidak mau

mengenal atau menerima paradigma pemikiran alternatif. Hal ini dapat dilihat

pada landasan epistemologi Barat yang hanya mengacu pada pendekatan rasional

empiris filsufis. Justru paradigma pemikiran Islam yang bukan hanya rasional,

empiris dan filsufis, tapi juga meliputi yang intuitif, metaempiris, dan filsufis

merupakan paradigma alternatif yang cukup menjanjikan.

Apabila ditelaah dengan cermat, pemikiran pendidikan yang ditawarkan oleh

Al-Attas, tampak jelas bahwa dia berusaha menampilkan wajah pendidikan Islam

sebagai suatu sistem pendidikan terpadu. Hal tersebut dapat dilihat dari tujuan

pendidikan yang dirumuskannya, yaitu tujuan pendidikan dalam Islam harus

mewujudkan manusia yang baik, yaitu manusia universal (al-Insan al-Kamil). Al-

4 Ibid, 307-308 5 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, 337.

Page 6: Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

Attas menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah mewujudkan manusia yang

baik, walaupun masih terlalu umum.6

Dari deskripsi di atas, dapat dilacak bahwa secara makro orientasi pendidikan

Al-Attas adalah mengarah pada pendidikan yang bercorak moral religius yang

tetap menjaga prinsip keseimbangan dan keterpaduan sistem. Hal tersebut terlihat

dalam konsepsinya tentang Ta'dib (adab) yang menurut Prof. Naquib al-Attas,

adalah “pengenalan serta pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan

seseorang, dalam rencana susunan berperingkat martabat dan derajat, yang

merupakan suatu hakikat yang berlaku dalam tabiat semesta.” Pengenalan adalah

ilmu; pengakuan adalah amal. Maka, pengenalan tanpa pengakuan seperti ilmu

tanpa amal; dan pengakuan tanpa pengenalan seperti amal tanpa ilmu. ”Keduanya

sia-sia karana yang satu mensifatkan keingkaran dan keangkuhan, dan yang satu

lagi mensifatkan ketidaksadaran dan kejahilan. Maka konsep ta’dib telah

mencakup konsep ilmu dan amal. Karena sesungguhnya tarbiyah, ta’lim, dan

ta’dib merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Artinya, apabila pendidikan

dinisbatkan pada ta’dib maka harus melalui pengajaran (ta’lim) sehingga

dengannya diperoleh ilmu. Agar ilmu dapat dipahami, dihayati, dan selanjutnya

diamalkan oleh peserta didik perlu bimbingan (tarbiyah.) 7

Istilah ta’dib adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk

menggambarkan pengertian pendidikan, sementara istilah tarbiyah terlalu luas

karena pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan untuk hewan.8

Menurut al-Attas pula dalam struktur konseptualnya ta’dib juga mencakup

unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik

(tarbiyah). Karenanya tidak perlu lagi mengacu pada konsep pendidikan dalam

islam sebagai tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib sekaligus. Karena itu ta’dib merupakan

istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan dalam islam.

6 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 46 7 Ahmadi, Ideologi Pendidikan Islam; Peradigma Humanisme Teosentris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 26 8 Mardianto, Pesantren Kilat: Konsep, Panduan, dan Pengembangan (Jakarta: Ciputat Press, 2005),14

Page 7: Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

Di samping itu istilah ta’dib mempunyai arti untuk mengatur pikiran dan jiwa,

melakukan pembenahan untuk memperbaiki kesalahan dalam bertindak, serta

memlihara dari tingkah laku yang tidak baik. 9

Sebagai suatu tolok ukur memahami lebih jauh tentang pendidikan islam,

maka al-attas membatasi pendidikan itu terbentuk kepada manusia. Yang menjadi

dasar pemikiran filsafat pendidikan islam yaitu: untuk mencapai kebahagiaan

dunia akhirat, berhubungan dengan fitrah kejadian manusia, yaitu sebagai

pengabdi Allah yang setia dan kedudukan manusia sebagai khalifah Allah di

muka bumi.10

Hal itu merupakan indikator bahwa pada dasarnya paradigma pendidikan yang

ditawarkan Al-Attas lebih mengacu kepada aspek moral-transendental (afektif)

meskipun juga tidak mengabaikan aspek kognitif (sensual–logis) dan

psikomotorik (sensual-empiris). Hal ini relevan dengan aspirasi pendidikan Islam,

yakni aspirasi yang bernafaskan moral dan agama. Karena dalam taksonomi

pendidikan Islami, dikenal adanya aspek transendental, yaitu iman (kemampuan

seseorang memaknai hidup dan kehidupannya dalam perspektif Allah subhanahu

wa ta’ala) disamping domain kognitif, dan psikomotorik yang dikembangkan

B.S.Bloom dkk. 11 Iman amat diperlukan dalam pendidikan Islam, karena ajaran

Islam tidak hanya menyangkut hal-hal rasional, tetapi juga menyangkut hal-hal

yang supra rasional, dimana akal manusia tidak akan mampu menangkapnya,

kecuali didasari dengan iman, yang bersumber dari wahyu, yaitu al-Qur'an dan al-

Hadist. Iman merupakan titik sentral yang hendak menentukan sikap dan nilai

hidup peserta didik, dan dengannya pula menentukan nilai yang dimiliki dan amal

yang dilakukan.

Dengan penggunakan istilah ta’dib ini, maka pengertiannya lebih pada proses

pendidikan berupa transformasi ilmu pengetahuan dan nilai kepada peserta didik

9 Syamsul Mu’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu , 2007), 69 10Jalaluddin, Teologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 118 11Muhaimain, Konsepsi Pendidikan Islam, Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum (Solo:

Ramadhani, 1991), 72

Page 8: Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

secara berangsur-angsur yang diharapkan bisa diaktualisasikan melalui

perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. 12

Dari hasil kajian al-Attas ditemukan bahwa istilah ta’dib lebih tepat untuk

digunakan dalam konteks pendidikan Islam dan beliau kurang setuju terhadap

pengunaan istilah tarbiyah dan ta’lim.13

C. Kontribusi Syed Muhammad Nuqaib al-Attas Dalam Bidang Pendidikan

Syed Muhammad Naquib Al-Attas, termasuk salah satu pemikir dan

pembaharu pendidikan Islam dengan ide-ide segarnya. Al-Attas tidak hanya

sebagai intelektual yang concern kepada pendidikan dan persoalan umum umat

Islam, tetapi juga pakar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia juga

dianggap sebagai tokoh penggagas Islamisasi ilmu pengetahuan yang

mempengaruhi banyak tokoh lainnya. Ia secara sistematis merumuskan strategi

Islamisasi ilmu dalam bentuk kurikulum pendidikan untuk umat Islam.

Dalam tahapan pengabdian terhadap Islam al_Attas memulai dengan jabatan

di jurusan Kajian Melayu pada Universitas Malaya. Pada tahun 1966-1970. di sini

dia menekankan arti pentingnay Kajian Melayu. Sebab mengkaji sejarah Melayu

dengan sendirinya mendsalami proses Islamisasi di Indonesia dan Malaysia.

Berdirinya Universitas Kebangsaan Malaysia tidak bias dilepaskan dari

perannya. Karena al-attas sangat intens dalam memasyarakatkan budaya melayu,

maka bahasa pengantar yang digunakan dalam Universitas tersebut adalah bahasa

Melayu.

Dalam bidang pemikiran, al-Attas memperkenalkan dan mengemukakakan

proses dewesternisasi dan islamisasi sebagai langkah awal membangun

paradigma pemikiran Islam kontemporer.14

12 Imam Bawani, Cendikiawan Muslim Dalam Prespektif Pendidikan Islam (Surabaya: Bina Ilmu,

1991),73 13 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifakan Pendidikan Agama di Sekolah

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 ), 37 14 Ramayulis, Ensiklopedi Tokoh., 118

Page 9: Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

Meski demikian, ide-ide Al-Attas tentang Islamisasi ilmu pengetahuan dalam

pendidikan Islam. Banyak memperoleh tantangan dari para pemikir yang terlahir

dari dunia Barat

Ide al-Attas tentang islamisasi ilmu pengetahuan dikenal dengan

dewesternisasi yaitu proses mengenal, memisahkan dan mengasingkan unsur-

unsur sekuler (substansi, roh, watak, dan kepribadian kebudayaan serta peradaban

barat). Pada dasarnya upaya tersebut merupakan pemurnian ajaran Islam dari

segala pengaruh Barat.

Dalam islamisasi ilmu pengetahuan ini al-Attas berbeda dengan al-Faruqi, bila

al-Attas mengarah pada subjek islamisasi ilmu pengetahuan yaitu manusianya,

maka al-Faruqi mengarah pada objek islamisasi ilmu pengetahuan yaitu disiplin

ilmu itu sendiri. 15

Terlepas dari itu, al-Attas telah dikenal sebagai filosof pendidikan Islam yang

sampai saat ini kesohor di kalangan umat Islam dunia dan juga sebagai figur

pembaharu (person of reform) pendidikan Islam. Respon positif ataupun negatif

dari para intelektual yang ditujukan kepada al-Attas menjadikan kajian terhadap

pemikiran al-Attas semakin menarik.

15 Ibid, 129

Page 10: Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Prof. DR. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Lahir di Bogor, Jawa Barat, pada

tanggal 5 september 1931. Ia belajar agama dan bahasa Arab Di Madrasah Al-

Urwatul Wutsqa di Sukabumi Jawa Barat Pada tahun 1942-1945. Pada tahun 1946,

al-Attas melanjutkan pelajaran di Bukit Zahrah School dan seterusnya di English

College Johor Baru tahun 1946-1949. tahun 1957-1959 ia kuliah di University

Malaya, lalu melanjutkan di Mc Gill University, Montreal, Kanada, dan mendapat

gelar M.A. Kemudian melanjutkan lagi pada program pascasarjana di University of

London tahun 1963-1964 hingga mendapat gelar Ph.D.

Menurut al-Attas pula dalam struktur konseptualnya ta’dib juga mencakup unsur-

unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah).

Karenanya tidak perlu lagi mengacu pada konsep pendidikan dalam islam sebagai

tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib sekaligus. Karena itu ta’dib merupakan istilah yang

paling tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan dalam islam.

Syed Muhammad Naquib Al-Attas, termasuk salah satu pemikir dan pembaharu

pendidikan Islam dengan ide-ide segarnya. Al-Attas tidak hanya sebagai intelektual

yang concern kepada pendidikan dan persoalan umum umat Islam, tetapi juga pakar

dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia juga dianggap sebagai tokoh penggagas

Islamisasi ilmu pengetahuan yang mempengaruhi banyak tokoh lainnya. Ia secara

sistematis merumuskan strategi Islamisasi ilmu dalam bentuk kurikulum pendidikan

untuk umat Islam.

Page 11: Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, 2013, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: Rajawali Pers. Ahmadi, 2005, Ideologi Pendidikan Islam; Peradigma Humanisme Teosentris,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bawani, Imam, 1991, Cendikiawan Muslim Dalam Prespektif Pendidikan Islam,

Surabaya: Bina Ilmu. Jalaluddin, 2001, Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mardianto, 2005, Pesantren Kilat: Konsep, Panduan, dan Pengembangan, Jakarta: Ciputat Press.

Muhaimin, 1991, Konsepsi Pendidikan Islam, Sebuah Telaah Komponen Dasar

Kurikulum, Solo: Ramadhani. _________2001, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifakan Pendidikan

Agama di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mu’arif, Syamsul, 2007, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu .

Ramayulis dan Samsul Nizar, 2005, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Quantum Teaching.

Ramayulis, samsul Nizar, 2009, Filsafat Pendidikan Islam; Telaah Sistem Pendidikan

dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta; Kalam Mulia. Tafsir, Ahmad, 2004, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Page 12: Konsep pendidikan syed nuqaib al attas

SPRITUALITAS DALAM PENDIDIKAN ISLAM DALAM PANDANGAN SYED MUHAMMAD

NUQUIB AL ATTAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Filsafat dan Pemikiran PI” Pengampu Bapak Dr. Siswanto M.Pd.I

OLEH : MOHAMMAD IMAM SYAMRONI LATIF

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM MAGISTER (S2)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PAMEKASAN