konsep keluarga sakinah bagi perkawinan...
TRANSCRIPT
KONSEP KELUARGA SAKINAH BAGI
PERKAWINAN POLIGAMI
(Studi Kasus di Desa Bojong Indah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi
Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh :
ADE IRMA IMAMAH
NIM. 1110044200018
KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ii
KONSEP KELUARGA SAKINAH BAGI PERKAWINAN
POLIGAMI
(Studi Kasus di Desa Bojong Indah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi
Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
ADE IRMA IMAMAH
NIM: 1110044200018
Di bawah Bimbingan:
ABDURRAUF, Lc., MA
NIP: 197312152005011002
KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Konsep Keluarga Sakinah bagi Perkawinan Poligami (Studi
Kasus di Desa Bojong Indah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor)” telah diajukan
dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Konsentrasi Hukum Keluarga
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 19 Maret 2015.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah
(S.Sy) pada Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah.
Jakarta, 30 Maret 2015
Mengesahkan
Dekan,
Dr. ASEP SAEPUDIN JAHAR, M.A
NIP. 19691216 199603 1 001
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
1. Ketua Prodi : KAMARUSDIANA, S.Ag., MH. (…...……………….)
NIP.197202241998031003
2. Sekretaris Prodi : SRI HIDAYATI, S.Ag., M.Ag (……………………)
NIP.197102151997032002
3. Pembimbing : ABDURRAUF, Lc., MA. (…………….………)
NIP. 197312152005011002
4. Penguji I : MOH. ALI WAFA, S.Ag., M.Ag (……………………)
NIP. 197304242002121007
5. Penguji II : AFWAN FAIZIN, MA (……………………)
NIP. 197210262003121001
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Yang Bertandatangan di bawah ini:
SNama : ADE IRMA IMAMAH
Nim : 1110044200018
Fakultas : Syariah dan Hukum
Judul Skripsi : Konsep Keluarga Sakinah bagi Perkawinan Poligami ( Studi
Kasus di Desa Bojong Indah Kecamatan Parung Kabupaten
Bogor )
Dengan ini saya menyatakan bahwa hasil penulisan Skipsi yang telah saya buat
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Jika dikemudian hari terbukti
bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya dan bukan merupakan hasil plagiat atau
penjiplakan dari karya orang lain, maka saya mempertanggungjawabkan sekaligus
bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Penulis,
Jakarta, 19 Maret 2015
(Ade Irma Imamah)
v
ABSTRAK
ADE IRMA IMAMAH. NIM: 1110044200018. Konsep Keluarga Sakinah bagi
Perkawinan Poligami di Desa Bojong Indah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.
Program Hukum Keluarga Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/ 2015 M.
x+ 87 halaman dan lampiran.
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menyebabkan
masyarakat desa Bojong Indah melakukan perkawinan poligami dan dampak apa saja
yang dirasakan masyarakat dengan melakukan perkawinan poligami. Dilihat dari segi
penyusunannya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, penelitian kualitatif yaitu
suatu analisis data dimana penulis menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil
penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa banyak masyarakat yang melakukan
perkawinan poligami yang tidak diputuskan oleh pengadilan. Dikarenakan berbagai
faktor, salah satunya pemahaman keagamaan masyarakat tentang Perkawinan Poligami,
faktor ekonomi dan ketidak tahuan tantang aturan poligami menurut undang-undang
No. 1 Tahun 1974 bahwa poligami harus diputuskan oleh pengadilan, sehingga
perkawinan poligami mendapat legalitas Negara, itu semua karena kurangnya
pengetahuan dan rendahnya pendidikan.
Di jelaskan dalam Undang-Undang Perkawinan tentang Perkawinan Poligami
Pasal 3 ayat (2) menerangkan bahwa: “Pengadilan dapat memberikan izin kepada
seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak
yang bersangkutan”. Ayat ini jelas sekali bahwa Undang-undang perkawinan telah
melibatkan Peradilan Agama sebagai instansi yang cukup penting untuk mengabsahkan
kebolehan poligami bagi seseorang. Kemudian dalam pasal 4 ayat (1) menerangkan
bahwa: “Apabila seorang suami yang akan melakukan poligami, maka ia wajib
mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya”, sudah jelas
undang-undang mengatur prosedur kebolehan berpoligami, dengan adanya alasan-
alasan tertentu, namun masih banyak masyarakat yang tidak melakukan prosedur sesuai
dengan undang-undang, dan beranggapan bahwa perkawinan poligami itu tidak penting
untuk mendapatkan legalitas hukum, karena hanya memakan waktu yang lama dan
biaya yang tidak sedikit.
Kata Kunci : Keluarga Sakinah, Perkawinan, Poligami, Faktor, Dampak.
Pembimbing : Abdurrauf, Lc., MA.,
Daftar Pustaka : Tahun 1985 s.d 2013
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, Berkat Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad SAW
beserta para keluarga dan sahabatnya, yang telah mendidik umatnya dengan tarbiyah
tentang keimanan, kesabaran, keramah-tamahan, ilmu pengetahuan serta akhlaqul
karimah, dan kita sebagai umatnya yang terus istiqomah mengikuti ajaran dan sunahnya
dalam setiap sendi kehidupan.
Alhamdulillah, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat
memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif hidayatullah
Jakarta. Dengan kesadaran hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya pengetahuan dan
pengalaman yang penulis miliki. Namun demikian, Penulis sudah berusaha keras
dengan kemampuan tersebut dan berbagai macam upaya untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik dan semaksimal mungkin. Tidak dapat dikatakan hambatan,
cobaan dan kesulitan yang ditemui dalam penulisan skripsi ini. Skripsi ini tidak
mungkin selesai tanpa bantuan orang-orang disekitar Penulis,dengan penuh cinta dan
setiap butiran doanya yang selalu memberikan masukan, nasehat, bimbingan bahkan
dorongan dan semangat sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan lancar.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada bapak/
ibu, terutama:
vii
1. Ibunda dan Ayahanda (Alm) tercinta, yang selalu memberikan doa tulusnya
kepada penulis, semoga ini semua menjadi tanda bakti ku kepadamu dan
penulis tahu, tidak ada yang dapat membalas jasa ibunda melainkan
kepuasanmu dalam mendidik penulis hingga berhasil.
2. Suami tercinta Aditya Darmadi, S.Pd.I dan Ananda ku yang cantik Siti
Yurifa El- Mu’min, yang selalu memberikan cinta dan doa serta
penyemangat penulis, di setiap hari, jam, menit dan detik penulis sehingga
penuh dengan warna.
3. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
serta seluruh para Staff Pembantu Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bp. Kamarusdiana, S.Ag., MH dan Ibu Sri Hidayati, S.Ag., MA selaku
Ketua dan Sekertaris Prodi Al-Ahwal Asy-Syakhsyiyyah, yang selalu
memberikan bimbingan, nasehat dan dorongan kepada Penulis dalam
menyelesaikan kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan penuh tanggung jawab.
5. Bapak Abdurrauf, Lc., MA yang telah bersedia membimbing penulis dengan
penuh ikhlas dan sabar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar, dan kebanggaan tersendiri bagi penulis berada di bawah
bimbingan beliau, semoga ilmu dan setiap arahan dari beliau selalu manjadi
pemacu semangat buat penulis.
6. Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
viii
segenap Dosen yang telah memberikan sebagian ilmunya, terutama ilmu
Hukum Keluarga secara umumnya dan ilmu Administrasi Keperdataan Islam
secara khusus, dan staf tata usaha FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Terima kasih banyak kepada Kepala Desa dan staff desa Bojong Indah yang
telah banyak membantu memberikan data-data maupun informasi yang
penulis butuhkan.
8. Terima kasih banyak untuk sahabat-sahabat ku Administrasi Keperdataan
Islam 2010, the first to wiwin siti handayani, Anita, Novita, Sasa, Amel, Cut
Salmi, Syawalia, Dea, Emil, Dian, Dira, dan sahabat ku Syukron naim,
Abim, Adnan dan yang lainnya yang telah memberikan semangat dalam
skripsi penulis.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai
rujukan penyusunan skripsi lainnya di masa mendatang. Penulis pun sangat menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya.
Jakarta, 19 Maret 2015
Ade Irma Imamah
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 12
D. Review Studi Terdahulu ........................................................... 13
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ................................. 15
F. Sistematika Penulisan............................................................... 18
BAB II DESKRIPSI TENTANG KELUARGA SAKINAH DAN
PERKAWINAN POLIGAMI
A. Keluarga Sakinah ..................................................................... 20
1. Pengertian Keluarga Sakinah ............................................. 20
2. Tujuan Keluarga Sakinah ................................................... 22
3. Ciri-ciri Keluarga Sakinah ................................................. 23
4. Upaya membentuk Keluarga Sakinah ................................ 29
B. Poligami ................................................................................... 30
1. Pengertian Poligami ........................................................... 30
2. Poligami menurut Hukum Islam dan Hukum Positif ......... 32
3. Prosedur Perkawinan Poligami .......................................... 39
4. Hikmah Poligami................................................................ 43
x
BAB III PROFIL DESA BOJONG INDAH
A. Sejarah Singkat Desa Bojong Indah ......................................... 44
B. Letak Geografis dan Demografis Desa Bojong Indah ............. 45
C. Kondisi Sosial dan Bidang Hukum Desa Bojong Indah .......... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Praktik Perkawinan Poligami di Desa Bojong Indah ............... 54
B. Pandangan Pelaku Perkawinan Poligami tentang Keluarga
Sakinah ..................................................................................... 57
C. Dampak Perkawinan Poligami Terhadap Kehidupan
Keluarga ................................................................................... 78
D. Faktor-Faktor Terjadinya Perkawinan Poligami ...................... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 87
B. Saran ......................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Surat Bimbingan Skripsi
2. Surat Permohonan Data Wawancara untuk Kepala
Desa dan Masyarakat Desa Bojong Indah
3. Surat Keterangan Observasi dan Interview Desa Bojong Indah
4. Pedoman Wawancara
5. Foto wawancara dengan beberapa pelaku poligami
6. Hasil Wawancara
xi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Kondisi Geografis 46
Tabel 1.2 Batas Wilayah Desa Bojong Indah 46
Tabel 1.3 Orbitrase (Jarak dari pusat Pemerintahan Desa/Kelurahan) 46
Tabel 1.4 Jumlah Penduduk secara Umum/KK 47
Tabel 1.5 Jumlah Penduduk menurut Usia 47
Tabel 1.6 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan 47
Tabel 1.7 Sarana Pendidikan Desa Bojong Indah 50
Tabel 1.8 Jumlah Penduduk menurut Keagamaan 51
Tabel 1.9 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.1
Maksud dari “ikatan lahir” ialah bahwa hubungan suami isteri tidak
hanya berupa ikatan lahiriah saja, dalam arti hubungan suami isteri hanya
sebatas ikatan formal, tetapi kedua-duanya harus membina ikatan batin.
Jalinan ikatan lahir dan batin itulah yang menjadi fondasi yang kokoh dalam
membangun dan membina keluarga yang bahagia dan kekal, kemudian dilihat
dari kalimat “berdasarkan ketuhan Yang Maha Esa” ini berarti bahwa norma-
norma (hukum) Agama harus menjiwai perkawinan dalam membentuk
keluarga.
Secara realita perkawinan adalah bertemunya dua makhluk lawan jenis
yang mempunyai kepentingan dan pandangan hidup yang sejalan.2 Sedangkan
tujuan perkawinan itu adalah supaya manusia mempunyai kehidupan yang
1
Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Perkawinan (Bandung : Fokus Media, 2005, Cet. Pertama), h. 1.
2 Titik Triwulan Tutik, Poligami Perspektif Perikatan Nikah (Jakarta : Prestasi Pustaka
Raya, 2007), h. 4.
2
bahagia dunia dan akhirat, atau dengan kata lain perkawinan bertujuan untuk
mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan
warohmah.
Seiring dengan tujuan tesebut maka dapat diartikan juga agar
pekawinan menjadi kekal dan abadi sehingga tidak putus begitu saja. Ini juga
mengandung pengertian bahwa pernikahan adalah akad suci yang
mengandung serangkaian perjanjian antara suami dan isteri.
Perjanjian mulia ini diungkapkan dengan (perjanjian yang kokoh),
seperti termaktub pada ayat:
“Bagaimana kamu akan mengambil mahar yang telah kamu berikan pada
isterimu padahal kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai
suami isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil perjanjian yang
kuat”. (QS. An Nisa/3 : 21).
Di antara mufasir menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
perjanjian yang kokoh adalah perjanjian yang telah diambil Allah dari para
suami sesuai dengan bunyi surat al-Baqarah ayat 231 :
“Apabila menalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya,
maka rujuklah mereka dengan cara yang baik, atau ceraikan dengan yang
baik pula”. (QS. Al-Baqarah/2 : 231).
Perkawinan juga merupakan unit terkecil dari suatu masyarakat sudah
menjadi suatu keharusan adanya hubungan antara unsur-unsur dalam
3
berkeluarga yang di dalamnya tercipta hubungan yang harmonis, sejuk dan
nyaman, penuh dengan rasa kasih sayang sehingga keluarga mendapatkan
ketenangan dan ketentraman yang sering disebut sakinah, mawadah,
warahmah.
Keluarga yang baik menurut pandangan Islam biasa disebut dengan
istilah keluarga sakinah. Ciri utama keluarga ini adalah adanya cinta kasih
yang permanen antara suami dan isteri. Hal ini bertolak dari prinsip
perkawinan yang Mitsaqan Ghalizha (QS. An-Nisa/4: 21), yaitu perjanjian
yang teguh untuk saling memenuhi kebutuhan satu sama lain. Ciri ini juga
dibangun atas dasar prinsip bahwa membangun keluarga adalah amanat yang
masing-masing terikat untuk menjalankannya sesuai dengan ajaran Allah
SWT. Selain itu keluarga sakinah pada dasarnya memperhatikan prinsip
terutama saling membantu dan melengkapi dalam pembagian tugas antara
suami dan isteri dalam urusan keluarga maupun urusan publik sesuai
kesepakatan bersama. Dalam Islam, setiap manusia diakui sebagai pemimpin
yang masing-masing harus mempertanggung jawabkannya kepada suami atau
sebaliknya.3
Berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits, keluarga sakinah merupakan
impian dan harapan setiap muslim yang melangsungkan perkawinan dalam
rangka melakukan pembinaan keluarga. Demikian pula dalam keluarga
terdapat peraturan-peraturan baik rinci maupun global yang mengatur individu
maupun keseluruhannya sebagai satu kesatuan. Islam memberikan ajaran agar
3 Fuaduddin, Pengasuhan Anak dalam Keluaga Islam (Jakarta : LKA&J, SP, 1999), h. 8.
4
rumah tangga menjadi surga yang dapat menciptakan ketentraman, ketenangan
dan kebahagiaan dalam upaya mengantisipasi pengaruh budaya dari luar yang
negatif.
Salah satu bentuk perkawinan yang sering diperbincangkan dalam
masyarakat adalah poligami. Persoalan poligami bukanlah fenomena yang
baru, ini dapat dilihat bagaimana pernikahan semacam ini dilakukan oleh
banyak kalangan dari waktu ke waktu meskipun seringkali menimbulkan
kontroversi dari berbagai pihak dengan alasan merugikan kaum perempuan.
Yang dibutuhkan sekarang adalah usaha mencerdaskan perempuan-
perempuan dan menyadarkan mereka tentang hak mereka. Karena selama ini
yang selalu dimunculkan dalam wacana poligami adalah perempuan harus,
bahkan wajib menerima atau mengizinkan bila suami minta izin untuk beristri
lagi, dengan alasan menjalankan syariat Islam, tunduk kepada perintah Allah.
Rumah tangga adalah lembaga masyarakat terkecil yang menjadi
dasar terbentuknya masyarakat yang lebih besar. Ketentraman dan keserasian
masyarakat sangat besar ditentukan ketentraman dan keserasian masyarakat
kecil tersebut. Banyak unsur yang menimbulkan rasa cinta kasih di antara dua
orang manusia, terutama suami dan isteri, namun yang paling menonjol adalah
sikap dan tindakan yang melahirkan rasa keadilan. Untuk dapat berlaku adil
diperlukan pertimbangan yang matang dengan melihat seluruh aspek yang
mungkin mempengaruhi rasa keadilan itu.
Sangat logis Islam menetapkan berbagai ketentuan untuk mengatur
ikatan antara laki-laki dan perempuan yaitu dalam bentuk pernikahan,
5
sehingga dengan kedua belah pihak, suami isteri dapat memperoleh
kedamaian, kecintaan, keamanan dan ikatan kekerabatan. Unsur-unsur ini
sangat diperlukan untuk mencapai tujuan perkawinan yang paling besar yaitu
Ibadah kepada Allah.
Prinsipnya perkawinan menurut hukum Islam dan Undang-undang
perkawinan tahun 1974 adalah monogami, sedangkan poligami hanya
pengecualian saja. Hukum Islam mengatur kehadiran poligami sebagai hal
yang mubah, namun demikian dalam pelaksanaan poligami tersebut harus
dibarengi dengan keadilan terhadap para isteri dan penuh dengan tanggung
jawab. Apabila tidak dibarengi dengan rasa keadilan tidak menutup
kemungkinan akan membawa dampak negatif bagi orang yang melakukan
poligami.
Dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan telah
mengatur secara khusus tentang perkawinan, perceraian dan hal-hal yang
berkaitan dengan keduanya, telah mengakomodasi kepentingan tersebut,
sebagaimana yang tertuang dalam enam azas yang prinsipil. Dalam satu
azasnya disebutkan bahwa untuk membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal, maka suami hanya dibolehkan memiliki seorang isteri dalam satu
waktu. Prinsip ini lebih dikenal dengan azas monogami.4
Hukum Islam telah mengatur kehadiran poligami sebagai hal yang
mubah, namun hanya demikian apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan ,
4 Enam azas yang dianut dalam UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
meliputi : (1) azas tujuan perkawinan, (2) azas syahnya perkawinan, (3) azas monogami, (4) azas
kematangan jiwa dan raga, (5) azas perceraian dipersulit, dan (6) azas keseimbangan hak dan
kedudukan suami isteri dalam membina rumah tangga.
6
seorang suami dapat beristeri lebih dari seorang setelah dipenuhinya berbagai
persyaratan tertentu dan diputuskan oleh pengadilan. Apabila dibandingkan
pelaksanaan poligami menurut hukum Islam dan Undang-undang perkawinan,
maka secara sepintas persyaratan-persyaratan yang ditentukan antara kedua
peraturan itu tidak sama, namun apabila dikaji lebih lanjut kedua peraturan
tersebut memiliki persamaan tujuan.
Keberadaan poligami atau menikah lebih dari seorang isteri dalam
lintasan sejarah bukan merupakan masalah baru. Poligami telah ada dalam
kehidupan manusia sejak dahulu kala di antara berbagai kelompok
masyarakat diberbagai kawasan dunia. Orang-orang Arab telah berpoligami
jauh sebelum kedatangan Islam. Demikian pula masyarakat di luar bangsa
Arab, bahkan di Arab sebelum Islam telah dipraktikkan poligami tanpa batas,
bentuk poligami ini dikenal pula oleh orang-orang Babilonia, Abbesinia, dan
Persia.5
Menurut Muhammad Abduh, sebagaimana yang dikutip oleh
Huzaimah Tahido Yanggo, mengatakan: bahwa haram berpoligami bagi orang
yang merasa khawatir akan berlaku tidak adil. Poligami dalam pandangan
Abduh, boleh jika dalam keadaan darurat, yaitu jika isteri tidak dapat
memberikan keturunan (mandul) kebolehan berpoligami dalam keadaan
darurat sama halnya dengan memakan bangkai, darah dan daging babi, umat
Islam dilarang memakan itu semua kecuali dalam keadaan darurat atau
5 Titik Triwulan Tutik, Poligami Perspektif Perikatan Nikah, (Jakarta : Prestasi Pustaka
Raya, 2007), cet. 1. h. 57.
7
terpaksa maka kita boleh memakannya. Jadi, hukum poligami sama dengan
memakan bangkai, darah dan babi yang boleh dalam keadaan darurat saja.6
Sangat jelas Islam yang lurus mensyaratkan bolehnya poligami dengan
dua orang syarat: pertama, adil, dan kedua mampu memberikan nafkah. Adil
adalah memberi sama rata di antara isteri-isteri dalam hak-hak perkawinan
yang wajib terhadap wanita, yaitu sama dalam membagi waktu bermalam,
pemberian dan nafkah lahiriah, sedangkan cinta di dalam hati, hal itu tidak
mungkin dibagi rata di antara mereka, dan tidak mudah bagi seorang laki-laki
untuk membagi kecenderungan hatinya kepada semua isterinya seukuran
kadar cinta kepada seorang isteri.7
Apabila adil tidak bisa diwujudkan, maka alangkah sulitnya untuk
menikah lebih dari satu. Inilah sebabnya sebagai kaum Intelektual
berpandangan bahwa prinsip dasar di dalam Islam adalah satu isteri, dan
bahwasannya poligami adalah rukshoh (keringanan) yang diperbolehkan
dalam tuntutan darurat.
Memang masalah poligami tetap menarik diperbincangkan karena
adanya pandangan pro dan kontra di dalamnya. Menurut Nasaruddin Umar,
kondisi sosio kultural saat turunnya ayat Al-Quran yang mengizinkan
poligami adalah setelah perang uhud dimana umat Islam kalah dan populasi
laki-laki dan perempuan tidak imbang. “Berdasarkan studi-studi yang ada,
6 Huzaimah Tahido Yanggo, Pandangan Islam tentang Gender, Dalam Membincang
Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam, h. 2.
7 Karam Hilmi Farhat, Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani, dan Yahudi. Dar-al
Afaq al-Arabiyah:Kairo Mesir. (Jakarta : Darul Haq, 2007, Cet. Pertama), h. 45-46.
8
poligami umumnya membawa kesengsaraan pada umat, negara dan bangsa,”
ujar Nasaruddin.8
Bahkan Musdah Mulia berpendapat poligami pada hakikatnya
merupakan penghinaan terhadap perempuan.9 Lain halnya, Hartono Ahmad
Jaiz berpendapat bahwa peraturan tentang poligami dan praktiknya di dunia
Islam mempunyai manfaat besar yang membersihkan masyarakat dari akhlak
yang tercela dan menghindarkan penyakit masyarakat yang banyak timbul di
Negara-Negara yang tidak mengenal poligami yakni pelacuran.10
Praktik poligami ini khusus di Indonesia telah terjadi diberbagai
kalangan, pengusaha, kiai, ulama, politisi, artis, maupun tokoh masyarakat.
Pemilik Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo, Puspo Wardoyo, dengan
bangga telah memberikan polygami Award kepada laki-laki yang melakukan
praktik poligami. Bahkan ia mengatakan: “Poligami jangan dilarang karena
poligami bagi saya adalah kebutuhan paling primer. Bisa bahaya kalau jadi
presiden, saya akan mengangkat orang yang berpoligami untuk menjadi
menteri”.11
Sekarang orang bukan hanya beramai-ramai membicarakan poligami
tetapi juga melakukan praktik poligami. Memang kita ketahui praktik
8 Hartono Ahmad Jaiz, Wanita antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar, 2007), cet. 1. H. 194
9 Musdah Mulia, Pandangan Islam tentang Poligami (Jakarta : LKAJ-SP, 1999, Cet.
Pertama), h. 50.
10 Hartono Ahmad Jaiz, Wanita antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar, 2007), cet. 1. H. 124.
11 Islah Gusmian, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, (Yogyakarta : Pustaka
Marwa, 2007, Cet. Pertama), h. 22.
9
poligami bukan kisah baru dalam catatan sejarah umat manusia di belahan
bumi ini. Tidak terkecuali di Indonesia, antara lain: Puspo Wardoyo
(Pengusaha), Aa Gym (Kiai dan pebisnis), Zainal Ma’arif (Politisi), KH. Noer
Iskandar SQ (Kiai dan Pengasuh Pesantren), Fauzan al Anshar (Aktivis
dakwah), bukanlah wajah-wajah baru yang membuat sejarah poligami di
Indonesia. Jauh sebelum mereka, para raja dahulu mempunyai isteri selir yang
tidak terhitung jumlahnya, kiai pun mempunyai isteri lebih dari satu orang.
Mengenai prosedur atau tata cara poligami yang resmi diatur dalam
Islam tidak ada ketentuan secara pasti. Namun di Indonesia Undang-undang
perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)
menganut kebolehan poligami, telah mengatur walaupun terbatas sampai
empat orang isteri. Ketentuan tercantum dalam pasal 3-4 Undang-undang
perkawinan dan pasal 55-57 KHI. Kebolehan poligami dalam KHI tertuang
pada bab IX paal 55-59, antara lain menyebutkan : syarat utama beristeri lebih
dari satu orang, suami harus mampu berlaku adil terhadap isteri-isteri dan
anak-anaknya pasal (55 ayat 2).Selain syarat utama tersebut ada lagi syarat
lain yang harus dipenuhi sebagaimana termaktub dalam pasal lima (5)
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, yaitu adanya kepastian bahwa suami
mampu menjamin keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka.
Ketika seseorang memutuskan untuk berstatus mempunyai isteri lebih
dari satu, pada saat itu sebenarnya ia telah membuat sebuah keputusan besar
dalam hidupnya. Keputusan itu sendiri semestinya didasari oleh kesadaran
bahwa akan banyak konsekuensi yang mesti dihadapi. Lagi pula, tak jarang
10
status berpoligami mendapat cemooh dari masyarakat. Meski tak sedikit yang
sudah dapat menerima dengan tangan terbuka.
Apapun alasannya, status seseorang yang berpoligami atau mempunyai
isteri lebih dari satu, memiliki resiko dan beban yang lebih berat dibanding
perkawinan monogami. Karena pada umumnya rumah tangga dijalani oleh
dua orang, yaitu suami dan satu orang isteri, ketika dalam berumah tangga
dijalani oleh suami dan dua orang isteri tentunya beban dan tanggung jawab
semakin besar pula serta bagaimana kehidupan berkeluarga itu tercipta
keluarga yang harmonis dan mendapat predikat keluarga sakinah, mawaddah
wa rahmah.
Namun, sebagaimana yang terjadi di desa Bojong Indah perkawinan
poligami sudah dianggap biasa bahkan menjadi suatu kewajaran bagi suami
yang memang mampu untuk melakukan perkawinan poligami. Dengan
perkawinan poligami tersebut keluarga mereka tetap bahagia dan hidup
tentram.
Hal ini pertama disebabkan semakin banyak suami melakukan
perkawinan poligami yang memberikan kebahagiaan, ketenangan dan
kedamaian keluarganya, sehingga mampu mewujudkan keluarga yang
sakinah. Kedua, keluarga dalam perkawinan poligami biasanya selalu tidak
ada keharmonisan antara suami dan para isteri sebaliknya perkawinan
poligami yang dilakukan oleh suami membuat keluarga lebih bahagia dan
dapat menjalin kehidupan rumah tangga dalam perkawinan poligami. Di desa
Bojong Indah perkawinan poligami sangat mereka hargai sehingga tercipta
11
kehidupan yang bahagia dan dapat dikatakan menjadi keluarga yang sakinah,
mawadah wa rahmah.
Dengan melihat latar belakang permasalahan pada masyarakat desa
Bojong Indah, Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, maka penulis tertarik
untuk meneliti dan mencari informasi tentang pembentukan keluarga sakinah
pada perkawinan poligami dengan mengangkat tema “KONSEP
KELUARGA SAKINAH BAGI PERKAWINAN POLIGAMI (Studi
Kasus di Desa Bojong Indah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor)”.
12
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini terbatas
pada konsep keluarga sakinah bagi perkawinan poligami dan informasi
para pelaku poligami serta masyarakat di desa Bojong Indah Kecamatan
Parung Kabupaten Bogor.
2. Perumusan Masalah
Menurut peraturan perundangan untuk berpoligami harus ada izin
dari Pengadilan, kenyataannya banyak orang berpoligami tanpa izin
poligami. Adapun rumusan tersebut dapat penulis rinci dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
a. Bagaimana konsep dan pandangan para pelaku perkawinan poligami
di Masyarakat Desa Bojong Indah tentang keluarga sakinah ?
b. Faktor- faktor apa yang melatarbelakangi perkawinan poligami ?
c. Bagaimana dampak yang di timbulkan dari perkawinan poligami ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana konsep keluarga sakinah bagi
perkawinan poligami.
b. Untuk mengetahui apa faktor yang melandasi kelurga sakinah dalam
perkawinan poligami.
13
c. Untuk mengetahui tanggapan para pelaku dan masyarakat tentang
perkawinan poligami.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis
Yaitu untuk memenuhi salah satu syarat dalam mendapatkan gelar
Kesarjanaan Strata Satu pada Fakultas Syari’ah dan Hukum.
b. Secara Ilmiah
Bagi Fakultas Syari’ah dan Hukum, memberikan sumbangan
kepustakaan dalam rangka pengembangan pengetahuan akademis pada
umumnya.
Bagi penulis merupakan pengembangan pengetahuan yang didapat
selama belajar di Fakultas Syari’ah dan Hukum.
Bagi masyarakat dapat memberikan informasi dan pengetahuan
tentang konsep keluarga sakinah bagi perkawinan poligami di desa
Bojong Indah.
D. Review Studi Terdahulu
Poligami merupakan sebuah fenomena yang menarik perhatian publik
di semua kalangan sehingga menjadi sebuah fenomena yang kontroversial
disegala penjuru dunia terutama di Negara-negara muslim, sehingga penuh
dengan perdebatan. Memang dalam Islam, poligami merupakan fakta sejarah
dan budaya kaum terdahulu, itu semua dipaparkan dalam Al-Quran dan
Hadits, namun bagaimana publik mengeksplorasi makna tersebut, sejauh mana
14
mereka mengkajinya dan mengartikan istilah poligami agar sesuai dengan isi
teks aslinya yaitu Al-Quran, dan tidak mempunyai pengertian bahwa poligami
adalah warisan budaya yang harus di hapuskan.
Penulis melakukan review studi terdahulu terlebih dahulu, dalam
review skripsi penulis meringkas skripsi yang ada kaitannya dengan konsep
keluarga sakinah bagi perkawinan poligami, diantaranya :
Pertama, penulis melakukan review studi terdahulu oleh
Fathurrohman yang berjudul “Status Poligami lebih dari Empat (Studi Kasus
Terhadap Kustoro Rahardjo di Pemalang)/2010/Akhwal Syakhshiyah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Di dalam skripsi ini menjelaskan tentang Kustoro Rahardjo yang
mempunyai isteri lebih dari empat bertentangan dengan hukum Negara, tetapi
walaupun begitu Kustoro Rahardjo dapat berlaku adil terhadap sembilan
isterinya.
Kedua, Hasunah “Poligami dengan Cara Nikah Sirri (Studi Kasus Di
Kecamatan Pamijahan, Bogor-Jawa Barat)/2010/Akhwal Syakhshiyah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Di dalam skripsi ini membahas tentang poligami yang dilakukan
masyarakat pamijahan dengan cara Nikah sirri yang yang berulang-ulang
tanpa diketahui oleh isteri pertama.
Ketiga, Ahmad Sufiyan “Adil sebagai Syarat Permohonan Izin
Poligami (Studi atas Persepsi Hakim Pengadilan Agama Jakarta
Timur)/2011/Akhwal Syakhshiyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
15
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam skripsinya menjelaskan
bahawa adil adalah salah satu syarat izin poligami bagi suami.
Keempat, Ahmad Nafi’i Konsep Adil dalam Izin Poligami (Analisis
Yurispudensi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Perkara No. 205/pdt.G/2008
PA.Bks)/2011/Akhwal Syakhshiyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Menjelaskan konsep adil terhadap
para isteri sesuai dengan putusan Pengadilan Agama Bekasi.
Dari review studi terdahulu yang penulis lakukan jelas sekali
perbedaanya dengan skripsi yang penulis tulis. Yang menarik dalam skripsi
penulis adalah mencari tahu bagaimana keluarga sakinah bagi perkawinan
poligami di desa Bojong Indah dapat terwujud sehingga menjadi keluarga
yang harmonis di antara orang-orang yang melakukan poligami yang penuh
pro dan kontra dengan para isteri mereka.
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Metode Penulisan
a. Pendekatan Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis
penelitian empiris sosiologis dengan pendekatan secara kualitatif.
Metode ini digunakan dalam rangka memperoleh informasi dengan
memberikan gambaran secermat mungkin mengenai sifat-sifat
individu, keadaan dan respon kelompok tertentu dalam masyarakat.12
12
Konijara Ningrat, Pedoman Penelitian, (Jakarta : Rajawali Press, 1993), h. 9.
16
Dan juga lebih mudah, karena berhadapan dengan gejala yang
komplek dan menyajikan hakikat hubungan langsung antara penelitian
dan informan. Pendekatan ini juga dipergunakan untuk mengutamakan
segi kualitas data yang diperoleh. Informan yang di wawancarai yaitu
sepuluh pasangan pelaku perkawinan poligami dan enam orang anak
dari pasangan perkawinan poligami.
b. Jenis Penelitian
Pada prinsipnya, penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang
kajiannya dilaksanakan dengan menelaah dan menelusuri berbagai
literatur kualitatif bersifat deskriptif, penulisan yang dilakukan
bertujuan untuk menganalisa.
c. Data Penelitian
Jenis-jenis data dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Data Primer: yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil
wawancara terhadap pihak-pihak terkait dan masyarakat setempat.
2. Data Sekunder: yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka, buku
tentang poligami dan data-data yang berkaitan.
d. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data-data akurat saat penelitian. Penulis
menggunakan beberapa teknik, yaitu:
1. Observasi: yaitu pengamatan langsung yang dilakukan peneliti
guna mendapatkan gambaran umum tentang praktik keluarga
sakinah bagi perkawinan poligami di desa Bojong Indah.
17
2. Interview (wawancara): suatu alat pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi yang jelas dan akurat yang
berkaitan dengan hal yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan
cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak
terkait, dan juga langsung menelusuri masyarakat setempat.
3. Dokumen dengan cara menelusuri kitab-kitab dan literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
e. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat subyek yang menjadi tujuan
utama dalam penelitian, yaitu menjadi informan dan narasumber
adalah pihak yang terkait, tokoh masyarakat, serta warga yang
dituakan yang memiliki pengetahuan luas baik dari aspek sosiologis
yang terdapat di daerahnya dan menjadi panutan masyarakat.
f. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data
kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan mudah diinterpretasikan,
atau mudah difahami dan diinformasikan kepada orang lain. Data-data
yang terkumpul kemudian dianalisa. Teknik analisa data yang
digunakan adalah teknik deskriptif-kualitatif, yaitu data yang ada akan
dianalisis kemudian dipaparkan sedetail mungkin, secara deskriptif,
dan analisis isi (analysis content) yaitu mengidentifikasi kehadiran
konsep tertentu melalui rangkaian kata yang ada pada suatu teks,
18
rangkaian kata dalam suatu teks itu berupa data hasil wawancara
dengan para pihak yang terkait, dan warga setempat.
2. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan penelitian ini mengacu pada buku pedoman
penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan penelitian ini mengacu pada sistem
pembagian bab dengan beberapa sub bagian, yaitu :
BAB Kesatu Merupakan prolog pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode
penelitian, teknik penulisan dan sistematika penulisan.
BAB Kedua Merupakan deskripsi tentang keluarga sakinah bagi
perkawinan poligami yang terdiri dari pengertian keluarga
sakinah dan poligami, poligami menurut hukum islam,
poligami menurut hukum positif dan prosedur poligami
serta hukum poligami.
BAB Ketiga Merupakan gambaran umum tentang profil dan sejarah
singkat desa Bojong Indah, letak geografis dan demografis
desa Bojong Indah dan kondisi sosial keagamaan
19
masyarakat setempat serta bidang hukum desa Bojong
Indah.
BAB Keempat Merupakan penjelasan dari pertanyaan tentang konsep
keluarga sakinah bagi perkawinan poligami yang dilakukan
masyarakat desa Bojong Indah diantaranya bagaimana
konsep keluarga sakinah bagi perkawinan poligami di desa
Bojong Indah, pandangan pelaku poligami terhadap konsep
keluarga sakinah, alasan dan faktor-faktor apa saja yang
mendukung perkawinan poligami di desa Bojong Indah,
hikmah poligami serta dampak poligami terhadap keluarga.
BAB Kelima Merupakan penutup yang memuat kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dan memberikan saran
yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas unuk
memperoleh solusi atas permasalahan tersebut.
20
BAB II
DESKRIPSI TENTANG KELUARGA SAKINAH
DAN PERKAWINAN POLIGAMI
A. Keluarga Sakinah
1. Pengertian Keluarga Sakinah
Keluarga sakinah terdiri dari dua kata, yaitu kata keluarga dan
sakinah. Keluarga dalam istilah fiqh disebut Usrah atau Qirabah yang
telah menjadi bahasa Indonesia yakni kerabat.1 Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia , keluarga adalah sanak saudara.2 Sedangkan kata sakinah dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah damai, tempat yang aman dan
damai. Sakinah berasal dari kata “Sakana, Yaskunu, Sakinatan” yang
berarti rasa tentram, aman dan damai.3
Menurut Quraish Shihab
menjelaskan bahwa kata sakinah berarti diam atau tenangnya sesuatu yang
bergejolak. Jadi keluarga sakinah adalah keluarga yang mampu
menciptakan suasana kehidupan yeng tentram, dinamis dan aktif, yang
asih, asah dan asuh.4
1
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqh, (Jakarta:
Departemen Agama, 1984/1985), Jilid II, Cet. Ke-2, h. 156.
2 Muhammad Ali, Kamus Besar Bahasa Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, 1980), h. 175.
3 Poewadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h.
851.
4 Asrofi dan M. Thohir, Keluarga Sakinah Dalam Tradisi Islam Jawa, (Yogyakarta:
Arindo Nusa Media, 2006), h. 3.
21
Firman Allah QS. Ar-Rum 30:21.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa keluarga sakinah merupakan
impian dan harapan setiap muslim yang melangsungkan perkawinan dalam
rangka melakukan pembinaan keluarga. Demikian pula dalam keluarga
terdapat peraturan-peraturan baik yang rinci maupun global, yang
mengatur individu maupun keseluruhannya sebagai kesatuan. Islam
memberikan ajaran agar rumah tangga menjadi surga yang dapat
menciptakan ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan, dalam upaya
mengantisipasi pengaruh budaya luar yang negatif. Inilah ciri khas
keluarga sakinah yang Islami. Mereka (suami-isteri) berserikat dalam
rumah tangga itu untuk berkhidmat kepada aturan dan beribadah kepada
Allah swt.5
Seiring dengan pengertian tersebut, keluarga sakinah di definisikan
sebagai keluarga yang dibina atas ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang,
diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungan
5 Cahyadi Takariawan, Pernik-pernik Rumah Tangga Islami, (Surakarta: Intermedia, Cet.
III, 2001), h. 37.
22
dengan selaras, serasi serta mampu menghayati dan mengamalkan nila-
nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlakul karimah dengan baik.6
2. Tujuan Keluarga Sakinah
Keluarga sakinah yang penuh diliputi suasana kasih sayang, cinta
mencintai antar sesama anggota keluarga adalah menjadi idaman setiap
orang yang menikah. Dimana hal itu akan tercapai jika masing-masing
pihak suami maupun isteri dapat melaksanakan kewajiban dan hak secara
seimbang, serasi dan selaras. Selain menjalani kehidupan rumah tangga
dilandasi nilai-nilai agama dan dapat menerapkan akhlakul karimah.
Kehidupan keluarga sakinah memiliki tujuan mulai di sisi Allah
SWT, yakni untuk mendapatkan rahmat dan ridha Allah SWT sehingga
dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Untuk mendapatkan limpahan
rahmat dan ridho Allah swt, maka rumah tangga atau keluarga tersebut
setidaknya memenuhi lima syarat, yakni:
a. Anggota keluarga itu taat menjalankan Agamanya.
b. Yang muda menghormati yang tua, dan yang tua menyayangi yang
muda.
c. Pembiayaan keluarga itu harus berasal dari rizki yang halal.
d. Hemat dalam pembelanjaan dan penggunaan harta’
e. Cepat mohon ampun dan bertaubat bila ada kesalahan dan kehilafan
serta saling maaf memaafkan sesama manusia.
6 Asrofi dan M. Thohir, Keluarga Sakinah Dalam Tradisi Islam Jawa, h.11.
23
Rumah tangga yang Islami adalah rumah tangga yang laksana
surga bagi setiap penghuninya, tempat istirahat pelepas lelah, tempat
bersenda gurau yang diliputi rasa bahagia, aman dan tentram.
Rumah tangga yang sakinah, baik secara lahir maupun batin dapat
merasakan ketentraman, kedamaian dimana segala hajat lahir dan batin
terpenuhi secara seimbang, serasi dan selaras. Kebutuhan batin yaitu
dengan adanya suasana keagamaan dalam keluarga serta pengamalan
akhlakul karimah oleh setiap anggota keluarga, komunikasi yang baik
antara suami, isteri, dan anak-anak. Kebutuhan lahir terpenuhi juga materi
sandang, pangan, papan, dan lain-lain.7
3. Ciri-ciri Keluarga Sakinah
Keluarga dapat dikatakan keluarga yang sakinah jika mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:8
a. Pembentukan Rumah Tangga.
Ketika menyetujui pembentukan rumah tangga, suami dan
isteri bukan sekedar melampiaskan kebutuhan seksual mereka, namun
tujuan utamanya adalah saling melengkapi dan menyempurnakan,
memenuhi panggilan fitrah dan sunnah, menjalin persahabatan dan
kasih sayang, serta meraih ketenangan dan ketentraman insani. Dalam
7 Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), Cet. Ke-4, h.
16.
8 Ali Qaimi, Single Parent Peran Ganda Ibu dalam Mendidik Anak, (Bogor: Cahaya,
2003), h. 15-18.
24
memilih jodoh, standar dan tolak-ukur Islam lebih menitik beratkan
pada sisi keimanan dan ketakwaan.
b. Tujuan Pembentukan Rumah Tangga
Tujuan utamanya melaju di jalan yang telah digariskan Allah
dan senantiasa mengharapkan keridhaan-Nya.
c. Lingkungan
Dalam keluarga, upaya yang senantiasa digalakkan adalah
memelihara suasana penuh kasih sayang dan masing-masing secara
sempurna. Lingkungan rumah tangga merupakan tempat yang cocok
bagi pertumbuhan, ketenangan, pendidikan, dan kebahagiaan para
anggotanya.
d. Hubungan Antara Kedua Pasangan
Dalam rumah tangga, suami isteri berupaya saling melengkapi
dan menyempurnakan . Mereka berusaha untuk saling menyediakan
sarana bagi perkembangan dan pertumbuhan sesama anggotanya.
e. Hubungan Dengan Anak-Anak
Orang tua menganggap anak-anak mereka sebagai bagian dari
dirinya. Asas dan dasar hubungan yang dibangun dengan anak-anak
mereka adalah penghormatan, penjagaan hak-hak, pendidikan dan
bimbingan yang layak, pemurnian kasih dan sayang, serta pengawasan
terhadap akhlak dan perilaku anak-anak.
f. Duduk Bersama
25
Orang tua senantiasa siap duduk bersama dan berbincang
dengan anak-anaknya, menjawab berbagai pertanyaan mereka, serta
senantiasa berupaya untuk memahami dan menciptakan hubungan
yang mesra. Manakala berada di samping ayah dan ibunya, anak-anak
akan merasa aman dan bangga. Mereka percaya bahwa keberadaan
ayah dan ibu adalah kebahagiaan. Bahkan mereka senantiasa berharap
agar kedua orang tuanya selalu berada di sampingnya dan jauh dari
perselisihan, pertikaian, dan perbantahan.
g. Kerjasama dan Saling Membantu
Masing-masing keluarga memiliki perasaan mana yang baik
bagi dirinya adalah baik bagi yang lain. Persahabatan antara mereka
adalah persahabatan yang murni, tanpa pamrih, sangat kuat dan erat.
Aktivitas dan tindakan mereka masing-masing bertujuan untuk
kerelaan dan kebahagiaan yang lain, bukan untuk mengganggu dan
saling melimpahkan beban kasih sayang mereka tanpa pamrih.
h. Upaya Untuk Kepentingan Bersama
Saling berupaya untuk memenuhi keinginan pasangannya yang
sejalan dengan syari’at dan saling memperhatikan selera masing-
masing, saling menjaga dan memperhatikan serta selalu
bermusyawarah yang berkaitan dengan masalah yang sifatnya untuk
kepentingan bersama.
Disamping itu yang menjadi karakteristik dari keluarga sakinah
antara lain:
26
a. Adanya ketenangan jiwa yang ditandai dengan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Adanya hubungan yang harmonis antara individu dengan
masyarakat.
c. Terjamin kesehatan jasmani dan rohani serta sosial.
d. Cukup sandang, pangan, dan papan.
e. Adanya jaminan hukum terutama hak asasi manusia.
f. Tersedianya pelayanan pendidikan yang wajar.
g. Adanya jaminan hari tua.
h. Tersedianya fasilitas rekreasi yang wajar.
Berdasarkan pengertian yang dirumuskan oleh BP4, maka
dapat diuraikan bahwa ciri-ciri keluarga sakinah adalah
a. Keluarga dibina dari keluarga yang sah.
b. Keluarga mampu memahami hajat hidup baik secara materil
maupun spiritual yang layak.
c. Keluarga mampu menciptakan suasana cinta kasih dan kasih
sayang antara sesama anggota.
d. Keluarga mampu menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai
keimanan, ketaqwaan, amal shaleh, dan akhlakul karimah.
e. Keluarga mampu mendidik anak dan remaja minimal sampai
dengan sekolah menengah umum.
27
f. Kehidupan sosial ekonomi keluarga mampu mencapai tingkat yang
memadai sesuai dengan ukuran masyarakat yang maju dan
mandiri.9
Keluarga sakinah terdiri dari beberapa tingkatan yang memiliki
karakter tersendiri atau khusus, yaitu:
1) Keluarga Sakinah I
a. Tidak ada penyimpang pada peraturan syariat dan UUP No. 1
Tahun 1974.
b. Keluarga memiliki surat nikah.
c. Mempunyai perangkat sholat.
d. Terpenuhinya kebutuhan makanan pokok.
e. Keluarga memiliki buku Agama.
f. Memiliki al-Qur’an.
g. Memiliki ijazah SD.
h. Tersedia tempat tinggal sekalipun kontrak.
i. Memiliki dua pasang pakaian yang pantas.
2) Keluarga Sakinah II
a. Menurunkan angka perceraian.
b. Meningkatkan penghasilan keluarga melebihi kebutuhan
pokok.
c. Memiliki ijazah SLTP.
9 Danuri, Pertambahan Penduduk dan Kehidupan Keluarga, (Yogyakarta: LPPK IKIP,
1976), h. 19.
28
d. Banyaknya keluarga yang memiliki rumah sendiri meskipun
sederhana.
e. Banyaknya keluarga yang ikut kegiatan sosial keagamaan.
f. Dapat memenuhi empat sehat lima sempurna.
3) Keluarga Sakinah III
a. Meningkatnya keluarga dan gairah keagamaan di masjid
maupun di keluarga.
b. Keluarga aktif menjadi pengaruh kegiatan keagamaan dan
sosial kemasyarakatan.
c. Meningkatnya kesehatan masyarakat.
d. Keluarga utuh tidak cerai.
e. Memiliki ijazah SLTA.
f. Meningkatnya pengeluaran shadaqah.
g. Meningkatnya pengeluaran qurban.
4) Keluarga Sakinah IV
a. Banyaknya keluarga yang telah melaksanakan ibadah haji.
b. Makin meningkatnya tokoh Agama dan organisasi dalam
keluarga.
c. Makin meningkatnya jumlah wakif.
d. Makin meningkatnya kemampuan masyarakat dalam
memahami ajaran Agama.
e. Keluarga mampu mengembangkan ajaran Agama.
f. Banyaknya anggota keluarga yang memiliki ijazah sarjana.
29
g. Masyarakat berakhlakul karimah.
h. Keluarga yang di dalamnya tumbuh cinta kasih.10
4. Upaya Membentuk Keluarga Sakinah
Dalam suatu perjalanan rumah tangga tidak selalu berisikan
senyum dan tawa, tetapi sesekali terdapat perselisihan antara suami dan
isteri. Karena itulah, ketika hendak melangkah ke jenjang perkawinan
dianjurkan memilih jodoh yang baik (sholeh atau sholehah), hal ini tidak
lain hanya untuk bertujuan dalam membina perkawinan yang bahagia,
sakinah dan harmonis. Untuk itu, dalam upaya membina keluarga yang
sakinah perlu diperhatikan berbagai aspek secara menyeluruh, di antaranya
peranan masing-masing suami dan isteri, baik yang individual maupun
yang dimiliki bersama.11
Namun selain mengetahui peranan masing-masing suami dan isteri,
terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membentuk
keluarga sakinah, yaitu:
a. Saling pengertian.
b. Saling sabar.
c. Saling terbuka.
d. Toleransi.
e. Kasih sayang.
10
Ahmad Sutarmadi, Memberdayakan Keluarga Sakinah Menuju Indonesia 2020,
(Surabaya: BP4, 1997), h. 25-26.
11 Dedi Junaedi, Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut al-Qur’an dan as-
Sunnah, (Jakarta: Akademika Pressindo, edisi pertama, 2003), h. 220.
30
f. Komunikasi.
g. Adanya kerjasama.12
B. Poligami
1. Pengertian Poligami
Kata poligami berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “poly” atau
“polus” yang berarti banyak, dan dari kata “gamei” yang artinya kawin
atau perkawinan. Maksudnya dari pengertian tersebut adalah laki-laki
yang beristeri lebih dari satu orang wanita dalam suatu ikatan
perkawinan.13
Kata poligami berasal dari bahasa Yunani pecahan dari kata “poly”
yang artinya banyak, dan “gamein” yang berarti pasangan, kawin atau
perkawinan. Secara epistemologis poligami adalah “suatu perkawinan
yang banyak” atau dengan kata lain adalah suatu perkawinan yang lebih
dari seorang, seorang laki-laki memiliki isteri lebih dari satu pada wakru
yang bersamaan.14
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan
bahwa pengertian poligami adalah “ikatan perkawinan yang salah satu
12
Ali Qaimi, Single Parent Peran Ganda Ibu dalam Mendidik Anak, (Bogor: Cahaya,
2003), h. 187.
13 Sufyan Raji Abdullah, Poligami dan Eksitensinya, (Jakarta: CV. Cahaya Esa, 2004), h.
49.
14 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), Cet. Ke-7,
h. 799.
31
pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenis dalam waktu yang
bersamaan.15
Term poligami ini sebenarnya mempunyai makna umum, yaitu
memiliki dua orang isteri atau lebih dalam waktu yang bersamaan. Adapun
kebalikan dari perkawinan seperti ini adalah monogami yaitu perkawinan
dimana suami hanya memiliki seorang isteri.16
Dalam Islam poligami mempunyai arti memilki isteri lebih dari
satu, dengan batasan umum yang telah ditentukan. Al-Qur’an memberi
penjelasan empat untuk jumlah isteri meskipun ada yang mengatakan lebih
dari itu. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan
penafsiran tentang ayat yang menyatakan boleh berpoligami.17
Opini masyarakat Islam mengenai kebolehan berpoligami yaitu
anggapan jumlah perempuan yang semakin bertambah dibandingkan
dengan jumlah laki-laki yang ada, tersebutkan dalam rasio perbandingan
1:3. Dengan alasan tersebut para ulama berpendapat bahwa tujuan ideal
dalam Islam dalam perkawinan adalah monogami. Tentang konsep
poligami yang jelas tertulis dalam ayat al-Qur’an itu, menurut sebagian
mereka adalah hak karena tuntutan zaman ketika masa nabi, yang ketika
itu banyak anak yatim atau janda yang ditinggal bapak atau suaminya.
Sedangkan sebagian pendapat lain menyatakan bahwa kebolehan
15
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 18.
16 Bibit Suprapto, Liku-liku Poligami, (Yogyakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999), Cet. Ke-
1, H.71.
17 Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2007), cet. Ke-1, h. 119.
32
berpoligami hanyalah bersifat darurat atau kondisi terpaksa, karena agama
adalah memberikan kesejahteraan (maslahat) bagi pemeluknya.
Sebaliknya, agama mencegah adanya darurat atau kesusahan. Darurat
dikerjakan jika hanya sangat terpaksa .18
2. Poligami menurut Hukum Islam dan Hukum Positif
a. Poligami Dalam Perspektif Hukum Islam
Mengenai dasar penetapan hukum poligami sendiri terpengaruh
dengan proses sejarah poligami dan juga hal-hal yang berkaitan
dengan konsep tujuan berpoligami. Bangsa Arab dan non Arab
sebelum Islam datang sudah terbiasa berpoligami. Ketika Islam datang,
Islam membatasi jumlah isteri yang boleh dinikahi. Islam mengajarkan
dan memberikan arahan untuk berpoligami yang adil dan sejahtera.19
Allah SWT membolehkan berpoligami sampai empat orang
isteri dengan syarat berlaku adil kepada mereka. Adapun adil dalam
melayani isteri, seperti urusan nafkah, tempat tinggal, pakaian, giliran
dan segala hal yang bersifat lahiriah. Jika tidak bisa berlaku adil maka
cukup satu orang isteri saja.20
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT
dalam QS. An-Nisa ayat 3 yang berbunyi:
18
Hartono Ahmad Jaiz, Waniata Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, h. 117.
19 Hartono Ahmad Jaiz, Waniata Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, h. 119.
20 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet. Ke-1, h.
129-130.
33
“ Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya),
Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga
atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil.
Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.
yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya”.(QS. An-Nisa/4: 3)
Apabila seorang laki-laki merasa tidak mampu berlaku adil,
atau tidak memiliki harta untuk membiayai isteri-isterinya, dia harus
menahan diri dengan hanya menikah dengan satu orang saja.
Sayyid Kutub berpandangan bahwa sering kali terjadi dalam
kehidupan hal-hal yang tidak dapat dipungkiri dan dilewatkan
keberadaannya, seperti halnya melihat masa subur laki-laki yang
berlangsung hingga umur 70 tahun atau di atasnya, sementara
kesuburan seorang perempuan terhenti ketika mencapai umur 50 tahun
atau sekitarnya. Maka dari itu, terdapat jarak waktu 20 tahun masa
subur laki-laki dibandingkan masa subur perempuan.21
Imam Malik berkata dalam al-Muwatha’ bahwa Ghailan bin
Salman memeluk Islam sedang mempunyai sepuluh isteri. Maka
Rasulullah SAW bersabda:
21
Abu Usamah Muhyidin dan Abu Hamid, Legalitas Poligami menurut Sudut Pandang
Ajaran Islam, (Yogyakarta: Sketsa, 2006), cet. Ke-1, h.28.
34
“Dari Usman bin Muhammad bin Abi Suwayd: Sesungguhnya
Rasulullah SAW berkata kepada Ghailan bin Salamah ketika masuk
Islam dan ia mempunyai sepuluh orang isteri. Beliau bersabda
kepadanya: pilihlah empat orang diantara mereka dan ceraikanlah
yang lainnya”. (HR. Daruquthni).
Dalam hadits lain, Imam Daruquthni meriwayatkan:
“Dari Ar-Rabi’ bin Qais berkata: “Sesungguhnya kakeknya
Haris bin Qais telah memeluk agama Islam dan memiliki delapan
orang isteri, maka Rasulullah SAW memerintahkan kepadanya untuk
memilih empat isteri saja dari mereka”. (HR. Daruquthni).
Mempunyai isteri lebih dari satu orang sangatlah penting bagi
seorang suami untuk berlaku seadil mungkin terhadap isteri-isterinya.
Karena tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk menciptakan
keluarga yang sejahtera, suami dan isteri-isterinya serta anak-anaknya
dapat hidup rukun, damai dan berkasih sayang. Sebagaimana yang
dimaksudkan dalam al-Qur’an surat ar-Ruum ayat 21:
22
Ali bin Umar Daruquthni, Sunan al-Daaruquthni, Transliterasi, (Beirut: Daar al-Fikr, 1994), jil.2, h. 166.
23
Ali bin Umar Daruquthni, Sunan al-Daaruquthni, Transliterasi, (Beirut: Daar al-Fikr, 1994), jil.2, h. 166.
35
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS.
Ar-Ruum/30: 21).
Ayat selanjutnya yang berkaitan dengan perkawinan poligami
yaitu yang terdapat dalam surat an-Nisa ayat 129:
“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara
isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian,
karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu
cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika
kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan),
Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(QS. An-Nisa/4: 129).
Kalau dilihat pada surat an-Nisa ayat 3 dan 129 yang telah
disebutkan di atas, dengan jelas menunjukkan bahwa pada saat
perkawinan yang dianut dalam Islam pun adalah monogami. Namun,
kebolehan poligami apabila syarat-syarat yang menjamin keadilan
seorang suami kepada isteri-isterinya, baik adil dalam segi material
maupun dari segi spiritual.
36
Islam memandang poligami lebih banyak membawa
madharat/resiko dari pada manfaatnya, karena manusia itu menurut
fitrahnya mempunyai watak cemburu, iri hati dan suka mengeluh.
Watak-watak tersebut akan mudah timbul dengan kadar tinggi, jika
hidup dalam kehidupan keluarga yang poligamis. Dengan demikian,
poligami itu bisa menjadi sumber konflik dalam kehidupan keluarga,
baik konflik antara suami dengan isteri dan anak-anaknya, maupun
konflik antara isteri beserta anaknya masing-masing.24
Oleh karena itu
asas perkawinan dalam Islam adalah menganut asas monogami.
b. Poligami Dalam Perspektif Hukum Positif di Indonesia
Penetapan dasar hukum mengenai poligami selain yang tertera
dalam surat an-Nisa ayat 3 mengenai kebolehan poligami, juga
didasari oleh aspek-aspek perundang-undangan yang ada. Dalam pasal
3, 4 dan 5 Undang-undang No. 1 tahun 1974 sangat mengakomodir
semua hal yang bersangkutan mengenai poligami berikut juga
persyaratannya.
Pada dasarnya Undang-undang perkawinan di Indonesia
menganut prinsip monogami, prinsip tersebut tercantum dalam pasal 3
ayat 1 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang
berbunyi: “Pada dasarnya suatu perkawinan seorang pria hanya boleh
24
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 2006), cet. Ke-37, h. 538.
37
mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai
seorang suami.25
Walaupun dalam Undang-undang perkawinan telah menganut
prinsip monogami tetapi dalam pelaksanaannya prinsip ini tidak
berlaku mutlak, dalam Undang-undang perkawinan di Indonesia tetap
diperbolehkan poligami dengan persyaratan yang sangat ketat, dan
hanya orang-orang yang tertentu saja yang dapat melakukannya.26
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan
aturan tentang kebolehan beristeri lebih dari seorang terdapat dalam
pasal 3, 4 dan 5 yang berisikan alasan dan syarat-syarat yang harus
dipenuhi untuk beristeri lebih dari seoarang. Pasal 3 ayat (2)
menerangkan bahwa: “Pengadilan dapat memberikan izin kepada
seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki
oleh pihak-pihak yang bersangkutan”. Ayat ini jelas sekali bahwa
Undang-undang perkawinan telah melibatkan Peradilan Agama
sebagai instansi yang cukup penting untuk mengabsahkan kebolehan
poligami bagi seseorang.27
25
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2006),
cet. Ke-37, h.538.
26 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2006), h. 156.
27 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.
156.
38
Kemudian dalam pasal 4 ayat (1) menerangkan bahwa:
“Apabila seorang suami yang akan melakukan poligami, maka ia wajib
mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah tempat
tinggalnya”. Selanjutnya dalam ayat (2) disebutkan: “Alasan-alasan
pengadilan mengizinkan seorang suami berpoligami apabila: 1. Isteri
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri; 2. Isteri
mendapat cacat badan/penyakit yang tidak dapat disembuhkan; dan 3.
Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
Alasan di atas bernuansa fisik kecuali alasan yang ketiga.
Alasan yang ketiga terkesan suami tidak memperoleh kepuasan yang
maksimal, maka alternatifnya adalah poligami. Dalam pasal 5 Undang-
undang No. 1 Tahun 1974 memberikan sejumlah persyaratan bagi
seorang suami yang akan beristeri lebih dari satu.28
Diantaranya
adalah:
a. Adanya persetujuan dari isteri pertama;
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup
isteri- isteri dan anak-anaknya; dan
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri dan
anak-anaknya. Namun apabila isteri-isterinya tidak mungkin
dimintai dalam perjanjiannya, tidak dapat menjadi pihak dalam
perjanjian, tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang-
kurangnya dua tahun, dan sebab-sebab lain yang mendapat
28
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2006),
cet. Ke-1, h. 47.
39
penilaian dari hakim pengadilan, maka suami tidak dapat
memerlukan persetujuan dari isterinya.29
Perlu kita ketahui bahwa pada Pasal 4 adalah persyaratan
alternatif, artinya salah satu harus ada untuk dapat melakukan
poligami. Sedangkan Pasal 5 adalah persyaratan kumulatif, dimana
seluruh persyaratan harus dipenuhi oleh suami yang akan melakukan
poligami.
3. Prosedur Perkawinan Poligami
Mengenai prosedur dan tata cara poligami yang resmi diatur oleh
Islam memang tidak ada ketentuan secara pasti. Namun, di Indonesia telah
mengatur perkawinan poligami dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
dengan ketentuan sebagai berikut: “ Dalam hal suami akan beristeri lebih
dari seorang sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat (2) Undang-Undang
ini, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada Pengadilan di daerah
tempat tinggalnya. Aturan dalam pasal 3 ayat (2) adalah persetujuan dari
isteri dan kehendak pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam pasal 56 ayat
(2) Kompilasi Hukum Islam, memberikan prosedur dengan merujuk pada
Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, yaitu:
“Pengajuan permohonan izin di maksud pada ayat (1) dilakukan
menurut tata cara sebagaimana di atur dalam BAB VIII Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975”.
Pada pasal 40 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975
menyebutkan:
29
Pasal 5 ayat (2) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
40
“ Apabila seorang suami bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang
maka wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada
pengadilan”.
Dalam kompilasi hukum Islam telah mengatur hal tersebut sebagai
berikut:
Pasal 56 KHI
1. Suami yang hendak beristeri dari satu orang harus mendapat izin dari
Pengadilan Agama.
2. Pengajuan permohonan izin dimaksud pada ayat (1) dilakukan menurut
tata cara sebagaimana yang diatur dalam Bab VIII Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975.
3. Perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau keempat
tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.
Pengadilan agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang
akan beristeri lebih dari seorang apabila:
1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri.
2. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan.
3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
Disamping syarat-syarat tersebut di atas, maka untuk memperoleh
izin Pengadilan Agama harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Adanya persetujuan isteri.
2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup
isteri-isteri dan anak-anak mereka.
41
Persetujuan isteri atau isteri-isteri dapat diberikan secara tertulis
atau dengan lisan, sekalipun telah ada persetujuan tertulis, persetujuan ini
dipertegas dengan persetujuan lisan pada sidang Pengadilan Agama.
Sedangkan tugas Pengadilan Agama diatur dalam pasal 41 PP No.
9 Tahun 1975 sebagai berikut:
Pengadilan kemudian memeriksa mengenai:
a. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seseorang kawin
lagi.
b. Ada atau tidaknya persetujun dari isteri, baik persetujuan lisan maupun
tertulis, apabila persetujuan itu merupakan persetujuan lisan,
persetujuan itu harus diucapkan di depan sidang pengadilan.
c. Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup
isteri-isteri dan anak-anak, dengan memperlihatkan:
1. Surat keterangan mengenai penghasilan suami ynag ditandatangani
oleh bendahara tempat bekerja; atau
2. Surat keterangan pajak penghasilan; atau
3. Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan.
d. Ada atau tidaknya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap
isteri-isteri dan anak-anak mereka dengan pernyataan atau janji dari
suami yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkan untuk itu.
Selanjutnya pada pasal 42 juga dijelaskan keharusan pengadilan
memanggil para isteri untuk memberikan penjelasan atau kesaksian.
Didalam pasal ini juga dijelaskan bahwa pengadilan diberi waktu selama
42
30 hari untuk memeriksa permohonan poligami setelah diajukan oleh
suami lengkap dengan persyaratannya.
Mengenai hukum poligami Allah membolehkan berpoligami
sampai empat orang isteri dengan syarat berlaku adil kepada mereka.
Yaitu adil dalam melayani isteri, seperti urusan nafkah, tempat tinggal,
pakaian, giliran dan segala hal yang bersifat lahiriah jika tidak bisa berlaku
adil maka cukup satu orang isteri saja (monogami).
Oleh karena itu, poligami hanya diperbolehkan, bila dalam keadaan
darurat, misalnya isteri ternyata mandul, sebab menurut Islam, anak itu
merupakan salah satu dari tiga human investment yang sangat berguna
bagi manusia setelah ia meninggal dunia, yakni bahwa amalnya tidak
tertutup berkah adanya keturunan yang sholeh yang selalu berdoa
untuknya. Maka dalam keadaan isteri mandul dan suami tidak mandul
berdasarkan keterangan medis hasil laboratoris, suami diizinkan
berpoligami dengan syarat ia benar-benar mampu mencukupi nafkah untuk
semua keluarga dan harus bersikap adil dalam pemberian nafkah lahir dan
batin.
Jika suami khawatir berbuat zhalim dan tidak mampu memenuhi
semua hak mereka, maka ia haram melakukan poligami. Bila ia hanya
sanggup memenuhi hak-hak isterinya hanya tiga orang, maka ia haram
menikahi isteri untuk yang keempatnya. Bila ia hanya sanggup memenuhi
hak-hak isterinya dua orang, maka ia haram menikahi isteri yang
ketiganya, dan begitu seterusnya.
43
Mengenai adil terhadap isteri-isteri dalam masalah cinta dan kasih
sayang, Abu Bakar bin Araby mengatakan bahwa hal ini berada diluar
kesanggupan manusia, sebab cinta itu adanya dalam genggaman Allah
SWT yang mampu membolak-balikannya menurut kehendaknya. Begitu
pula dengan hubungan seksual, terkadang suami bergairah dengan isteri
yang satu, tetapi tidak bergairah dengan isteri yang lainnya. Dalam hal ini,
apabila tidak disengaja, ia tidak terkena hukum dosa karena berada di luar
kemampuannya.
4. Hikmah Poligami
Selain ada dampak dari akibat berpoligami, maka dalam Islam
mempunyai ketentuan atau keharusan poligami mempunyai hikmah-
hikmah untuk kesejahteraan umat Islam itu sendiri. Adapun hikmah dari
poligami itu sendiri :30
a. Menghindari suami dari perzinahan
b. Untuk menyalurkan hubungan seks biologis yang berlebihan.
c. Menghindari dari perceraian karena isteri mandul.
d. Untuk menghindari dari kelahiran anak-anak yang tidak sah.
e. Memberikan perlindungan dan kehormatan kepada kaum wanita.
f. Untuk menghibur perempuan yang ditinggal mati suaminya di medan
peperangan, agar tidak merasa kesepian.
30
Sufyan Raji Abdullah, Poligami dan Eksitensinya, (Jakarta: CV. Cahaya Esa, 2004), h.
82S
44
BAB III
PROFIL DESA BOJONG INDAH
A. Sejarah Singkat Desa Bojong Indah
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memliki batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan di
hormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.1
Pada awal pembentukan pemerintahan desa, yaitu sebelum tahun 1980
desa Bojong Indah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, masih satu desa
dengan desa Bojong Sempu, dan dipimipin oleh bapak Lurah bernama Resan
(alm).
Selanjutnya pada tahun 1980 desa Bojong Indah melakukan
pemekaran desa yang di bagi menjadi dua desa yaitu:
Desa Bojong Sempu Indah dan desa Bojong Sempu Induk yang
dipimpin oleh :
1. Lurah Hasan kodoy memimpin wilayah desa Bojong Sempu Indah
2. Lurah Ican Sunarya memimpin wilayah desa Bojong Sempu Induk.
Pada periode 1982 S/d 1991 di bawah kendali kepemimipinan bapak.
Lurah Hasan Kodoy memimpin desa Bojong Indah selama + 6 tahun, dan
1 Hasil Wawancara dengan Bapak Samino (Senin, 21 Juli pukul 11.00), ruang tamu
kantor balai desa.
45
mulai menata desa Bojong Indah dengan membuat sarana-sarana sosial atau
umum secara gotong royong dengan masyarakat.
Sebelum masa jabatannya habis beliau meninggal dunia dalam tragedi
kecelakaan masal dengan tokoh-tokoh masyarakat desa Bojong Indah di jalan
tol cikampek dalam rangka melaksanakan jiarah .2
Lalu pada tahun berikutnya dipimpin oleh bapak. A. Djumadi (alm)
1991 S/d 1999, pada masa kepemimpinan beliau, beliau meneruskan berbagai
program pembangunan yang telah dirintis sebelumnya dengan cara gotong-
royong/kerja bakti.
Beliau juga mengembangkan sektor pertanian karena sebagian besar
tanah di desa Bojong Indah adalah tanah basah. Selanjutnya Pada tahun 2000
sampai tahun 2010 desa Bojong Indah di pimpin oleh Bapak M. Nasip sampai
masa jabatannya habis, desa Bojong Indah di pimpin oleh Bapak Samino dari
2010 sampai sekarang.
B. Letak Geografis dan Demografis Desa Bojong Indah
Desa Bojong Indah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor adalah suatu
wilayah desa yang berbatasan dengan Bojong Sempu. Berdasarkan data
monografi desa, desa Bojong Indah memiliki luas wilayah + 147.302 Ha.
Luas wilayah desa Bojong Indah, menurut jenis tanah sebagian besar
adalah tanah darat.
2 Hasil wawancara dengan bapak Effendi bagian Kaur Pemerintahan desa Bojong Indah
di balai desa, senin, 21 Juli 2014 pukul 11.30.
46
Tabel 1.1
Kondisi Geografis
No Geografis Kondisi
1 Ketinggian tanah dari permukaan laut 200 m
2 Banyaknya curah hujan 74 Mm/thr
3 Tofografi Dataran Rendah
4 Suhu udara rata-rata 30 s/d 32
*Sumber data Monografi desa Bojong Indah Kec. Parung Kab. Bogor
Tabel 1.2
Batas Wilayah Desa Bojong Indah
No Letak Batas Desa/Kelurahan Kecamatan
1 Sebelah Utara Desa Cogreg Ciseeng
2 Sebelah Timur Desa Waru Jaya Parung
3 Sebelah Selatan Desa Bojong Sempu Parung
4 Sebelah Barat Desa Cihowe dan Ciseeng Ciseeng
*Sumber data Monografi desa Bojong Indah Kec. Parung Kab. Bogor
Tabel 1.3
Orbitrase (Jarak dari Pusat Pemerintahan Desa/Kelurahan)
No Orbitrasi KM
1 Jarak dari Desa ke Kecamatan 4 Km
2 Jarak dari Desa ke Kabupaten Bogor 40 Km
3 Jarak dari Desa ke Provinsi Jawa Barat 100 Km
4 Jarak dari Desa ke Ibu Kota 30 Km
*Sumber data Monografi desa Bojong Indah Kec. Parung Kab. Bogor
47
Tabel 1.4
Jumlah Penduduk secara Umum/KK
No Kependudukan Jumlah Ket
1 Jumlah Penduduk 12.347 Orang
2 Jumlah Kepala Keluarga 4.115 Orang
*Sumber data Monografi desa Bojong Indah Kec. Parung Kab. Bogor
Tabel 1.5
Jumlah Penduduk Menurut Usia
No Usia Jumlah Ket
1 0-4 Tahun 1.924 Orang
2 5-19 Tahun 2.952 Orang
3 20-59 Tahun 5.010 Orang
4 60 Tahun Keatas 2.438 Orang
*Sumber Data Monografi dan Jumlah Penduduk desa Bojong Indah
Tabel 1.6
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Kets
1 TK (PAUD) 236 Orang
2 SD/Sederajat 1.273 Orang
3 SMP/Sederajat 2.546 Orang
4 SMA/Sedruferajat 1.273 Orang
5 Perguruan Tinggi - -
6 Buta Huruf 27 Orang
*Sumber Data Monografi dan Jumlah Penduduk desa Bojong Indah
48
C. Kondisi Sosial Desa Bojong Indah
Masyarakat desa Bojong Indah termasuk tipe masyarakat yang masih
memegang teguh pada adat istiadat daerah dengan ciri-ciri budaya sunda yang
terlihat masih kental dengan kegotong-royongan, demokrasi, kesopanan dan
budaya-budaya luhur sunda lainnya walau sudah hampir banyak suku adat
jawa dan suku lainnya yang menetap di desa Bojong Indah tetapi nilai-nilai
suku sunda di desa Bojong Indah tidak pernah hilang dan tercampur oleh suku
budaya lain. Kondisi sosial inilah yang selalu dijadikan dasar dan modal
dalam melakukan setiap proses pembangunan yang senantiasa dijaga,
dipelihara dan dikembangkan.
1. Keadaan Ekonomi
Dalam kegiatan masyarakat desa Bojong Indah terbagi beberapa
bidang, namun masih rendah, sehingga secara umum masih tergolong
masyarakat yang masih belum sejahtera.
Selain itu pada bidang lain seperti usaha mikro masyarakat masih
memanfaatkan bantuan pinjaman dari bantuan permodalan pemerintah
ataupun bantuan pinjaman permodalan dari pihak-pihak lain serta sebagian
dari masyarakat desa Bojong Indah yang menjadi buruh.
2. Pola Penggunaan Tanah
Pemanfaatan tanah yang ada masih sebatas pertanian itupun pada
musim hujan saja, sedangkan pada musim kemarau ada sebagian petani
yang mengolah tanahnya untuk menanam sayur-sayuran dan yang lainya
itupun yang dekat dengan sumber air.
49
3. Sarana Pendidikan
Dari hasil wawancara pribadi dengan sekretaris desa Bojong Indah
dengan bapak Ismail Ikhsan mengenai pendidikan, beliau mengemukakan
bahwa pendidikan di desa ini sudah cukup baik, sudah ada sekolah-
sekolah SMP maupun SMK ataupun Madrasah Aliyah dan Tsanawiyah,
kendati demikian masih ada masyarakat yang tidak sekolah, karena salah
satu faktor utama lemahnya pendidikan adalah dikarenakan masyarakat
belum sadar dan mengerti akan pentingnya pendidikan, padahal ada salah
satu instansi sekolah yang membuka peluang dan kemudahan bagi anak-
anak yang putus sekolah untuk mendapatkan ijazah setara dengan SD,
SMP dan SMA yang biasa dikenal dengan sekolah yang dibentuk oleh
Panitia Kelompok Belajar Masyarakat (PKBM) Paket A Sampai C.
Mungkin kalau di desa ini alhamdulilah rata-rata SD, SMP dan SMA
masyarakat melanjutkan sekolahnya dan sudah hampir 70% anak-anak
yang lulus SMA melanjutkan keperguruan tinggi baik swasta maupun
Negeri, dan mungkin hanya sebagian kecil yang tidak sekolah, ujar kata
bapak Ismail Ikhsan.3 Berikut adalah jumlah sarana pendidikan yang ada
di desa Bojong Indah:
3 Hasil Wawancara dengan bapak Ismail Ikhsan Sekretaris desa Bojong Indah di balai
desa, Senin, 21 Juli 2014 pukul 11:40.
50
Tabel 1.7
Sarana Pendidikan Desa Bojong Indah
No Sarana Pendidikan Banyak
1 TK/PAUD 7 Unit
2 SD/Sederajat 4 Unit
3 SLTP/Sederajat 3 Unit
4 SLTA/Sederajat 3 Unit
5 Yayasan Pendidikan Islam 1 Unit
6 Pondok Pesantren 3 Unit
*Sumber Data Monografi dan Jumlah Penduduk Desa Bojong Indah
4. Sarana Ibadah
Mayoritas di desa Bojong Indah hampir semuanya pemeluk Agama
Islam, hanya 0.1% pemeluk Agama Kristen, sehingga hampir seluruhnya
kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat tersebut lebih mengarah
kepada unsur keagamaan, setiap tahun itu masyarakat di sana mengadakan
kegiatan Agama seperti Maulid Nabi dan Rajaban yang biasanya di bentuk
oleh Karang Taruna Pemuda desa Bojong Indah yang biasa di namakan
Tabligh Akbar, setiap acara itu selalu dihadiri oleh banyak masyarakat.
Ada juga pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak, pengajian bapak-bapak di
masjid Jami Zakiyatun Nabawi setiap ba’da magrib malam senin,tetapi
kebanyakan di desa Bojong Indah pengajian ibu-ibu, hampir setiap
minggunya ada 7 pengajian di desa Bojong Indah.
51
Tabel 1.8
Jumlah Penduduk menurut Keagamaan
No Agama Jumlah Ket
1 Islam 12.322 Orang
2 Kristen 25 Orang
*Sumber Data Monografi dan Jumlah Penduduk Desa Bojong Indah
Prasarana dan peribadatan di desa Bojong Indah ini di antaranya
jumlah masjid 8 (Delapan) dan jumlah mushola 17 (Tujuh Belas)
bangunan. Kebanyakan masyarakat di desa ini memahami Islam dengan
pemahaman klasik tetapi sekarang sudah banyak tokoh masyarakat yang
berpandangan modern di desa Bojong Indah ini, jadi tidak tertinggal antara
Agama dan adat-istiadat.4
5. Mata Pencaharian
Sebagian besar warga desa Bojong Indah adalah petani dan buruh
pabrik, dan pengusaha kecil menengah, sedangkan sisanya yaitu
wiraswasta, pedagang, supir angkot, dan lain-lain.
4 Hasil Wawancara dengan bapak Ismail Ikhsan Sekretaris esa Bojong Indah di balai desa
(Senin, 21 Juli 2014 pukul 11:45).
52
Tabel 1.9
Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah Ket
1 Petani 525 Orang
2 Pedagang 1.065 Orang
3 Pengusaha Angkutan 15 Orang
4 Karyawan Swasta 1.255 Orang
5 Wiraswasta 778 Orang
6 Buruh 2. 655 Orang
7 PNS 30 Orang
8 TNI/POLRI 10 Orang
9 Peternak 17 Orang
*Sumber Data Monografi dan Jumlah Penduduk Desa Bojong Indah
Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa masyarakat desa
Bojong Indah bervariasi dalam mata pencaharian, maka dari itu desa
Bojong Indah bisa dikatakan sebagai desa menengah ke bawah.
6. Bidang Hukum
Pada umumnya masyarakat desa Bojong Indah belum sadar akan
keberadaan hukum positif, ataupun hukum Konvensional, walaupun hanya
sebagian kecil diantaranya sudah memahami. Gambaran rendahnya
kesadaran masyarakat akan hukum dapat dilihat dari contoh gambaran di
bawah ini:
53
a. Masih banyak warga desa Bojong Indah yang melakukan perkawinan
poligami tanpa ada izin dari pengadilan, menikah di bawah umur,
penyebabnya adalah desakan kebutuhan ekonomi dan belum
tersosialisasikannya peraturan pemerintah tentang Undang-undang
perkawinan No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam.
b. Rendahnya pemahaman masyarakat desa Bojong Indah akan
pentingnya suatu legalitas formal sebuah lembaga.
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Praktik Perkawinan Poligami di Desa Bojong Indah
Poligami masih dianggap tabu oleh masyarakat luas. Sekarang ini
masyarakat masih berpandangan bahwa poligami merupakan hal yang haram
untuk dikerjakan karena telah menyakiti hati wanita, akan tetapi dalam Al-
Qur’an poligami hukumnya dibolehkan, asal bisa berlaku adil dan memenuhi
syarat-syarat untuk melakukan poligami.
Poligami yang dilakukan di desa Bojong Indah ini tanpa melalui
pencatatan di KUA dan izin dari Pengadilan Agama, dengan kata lain hanya
sah menurut ajaran Agama Islam saja, dan tidak diakui oleh Negara.
Suami yang berpoligami sebagian ada yang mendapat izin dari isteri
pertama dan ada juga yang tidak mendapat izin dari isterinya, karena pihak
isteri merasa dirinya telah melakukan hak dan kewajiban terhadap suaminya,
tetapi mengapa suaminya berpaling kepada wanita lain, inilah salah satu faktor
yang menyebabkan kemarahan pihak isteri ketika suaminya menikah lagi.
Lain halnya dengan pihak isteri memiliki kekurangan misalnya isteri
tidak dapat memberikan keturunan, memiliki cacat badan atau suatu penyakit
yang tidak dapat disembuhkan hingga ia tidak dapat melayani suaminya,
mungkin hal ini bisa meredam kemarahan pihak isteri mengingat kekurangan
yang ada pada dirinya. Tetapi kebanyakan yang terjadi adalah suami menikah
lagi tanpa memperhatikan prosedur-prosedur yang berlaku mengenai
55
poligami, ketika mereka merasa ada seorang wanita yang menarik hatinya
maka saat itu ia memutuskan untuk menikah lagi tanpa perduli dengan
perasaan isteri pertama. Hal inipun tidak sesuai dengan Undang-Undang
Perkawinan yang mengatur tentang syarat-syarat diperbolehkannya melakukan
poligami yaitu: bahwa kebolehan berpoligami tertera dalam Undang-Undang
Perkawinan No. 1 Tahun 1974, pasal 4 dan 5 yang berbunyi:
Pasal 4
1. Dalam hal suami akan beristeri lebih dari seorang sebagaimana
tersebut dalam pasal 3 ayat (2) undang-undang ini, maka ia wajib
mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah tempat
tinggalnya.
2. Pengadilan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberikan
izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang
apabila:
a. isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri
b. isteri mendapat cacat badan/penyakit yang tidak dapat
disembuhkan
c. isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
Pasal 5
1. Untuk dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 4 ayat (1) ini, harus dipenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Adanya persetujuan dari isteri/ isteri-isteri.
56
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin kebutuhan-
kebutuhan hidup para isteri dan anak-anak mereka.
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap para
isteri dan anak-anak mereka.
2. Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak
diperlukan bagi seorang suami apabila isteri/para isterinya tidak
mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam
perjanjian, atau apabila tidak ada kabar selama sekurang-kurangnya
dua tahun atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat
penilaian dari hakim pengadilan.1
Walaupun perkawinan yang pertama tidak ditemukan halangan atau
sebab yang mengharuskan pihak suami berpoligami, namun pada
kenyataannya masih banyak dipraktikkan, kalau suami berhak menikah lagi
tanpa alasan yang jelas atau mungkin sudah jenuh dengan perkawinan yang
pertama, maka ia memutuskan untuk menikah lagi dengan wanita yang
menarik pandangannya. Jelas saja ini menimbulkan reaksi isteri pertama yang
sangat marah dan kecewa terhadap tindakan suaminya yang mengkhianati
ikrar setia terhadap isteri. Namun hal ini hanya berlangsung beberapa bulan
atau beberapa tahun karena sampai sekarang perkawinan mereka tetap
bertahan tanpa menempuh perceraian.
1 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia studi
kritis perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana,
2004), h.39.
57
Perkawinan poligami yang dilakukan oleh masyarakat desa Bojong
Indah, menunjukkan bahwa kehidupan rumah tangga yang mereka jalani
sampai saat ini baik-baik saja dan sehingga tercipta keluarga yang harmonis
yaitu menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Alasan
mengapa keluarga mereka tetap harmonis dalam perkawinan poligami, karena
satu hal yaitu dengan menjaga komitmen serta kepercayaan terhadap masing-
masing pasangan, serta saling mengerti satu sama lain. Begitulah yang di
rasakan oleh pasangan poligami dalam menata rumah tangga mereka di desa
Bojong Indah.
B. Pandangan Pelaku Perkawinan Poligami terhadap Keluarga Sakinah
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan bapak H.
Atmaja sebagai pelaku perkawinan poligami, ia menjelaskan bahwa
perkawinan poligami yang ia lakukan atas persetujuan isteri pertama dan
perkawinan yang saya lakukan tidak melibatkan pihak KUA dan izin dari
Pengadilan. Saya menikah secara kekeluargaan dan disaksikan oleh tokoh
masyarakat, menurut saya perkawinan yang saya lakukan sah selagi isteri
pertama dan kedua ridho,dan perkawinan poligami yang saya lakukan
berdampak baik bagi keluarga di mata masyarakat, bisa dibilang keluarga
kami merasa baik-baik saja dengan keadaan seperti ini. Alhamdulillah, selama
ini keluarga saya tercukupi dan menjadi keluarga besar yang sangat saya
banggakan, tidak ada cekcok yang berkepanjangan antara isteri dan anak-anak
sampai saat ini, mudah-mudahan keluarga saya tetap bahagia dan sakinah,
58
mawaddah, warahmah, ujar bapak H. Atmaja. Pekerjaan bapak H. Atmaja
adalah sebagai pengurus majlis Ta’lim yang ada di dekat rumahnya dan
sebulan sekali ia memandu memimpin doa bagi para penyekar makam.2
Wawancara selanjutnya dengan Ibu Siti Sarah, selaku Isteri pertama
dari bapak H. Atmaja. Ia menuturkan bahwa perkawinannya dengan bapak H.
Atmaja berjalan dengan harmonis, pada suatu ketika bapak meminta izin
untuk menikah lagi dengan seorang wanita (Perawan) dan alasan bapak
untuk ibadah, lagi pula perempuan itu adalah perempuan baik dan dia butuh
nafkah dari seorang suami. Pada saat itu hati saya hancur dan bingung, dan
setelah saya meminta petunjuk kepada Allah saya rela dan ridho apabila suami
saya menikah lagi, dan kami isteri pertama dan kedua di buatkan rumah
masing-masing. Jadi, saya beranggapan kalau memang nafkah lahir dan batin
terpenuhi kenapa tidak untuk hidup bersama. Menurut saya perkawinan yang
bahagia, baik itu perkawinan poligami atau bukan yaitu apabila satu sama lain
merasa diperhatikan, saling mengerti dan kebutuhan lahir dan batin tidak
diabaikan itu sudah termasuk bahagia, begitu pula dengan perkawinan
poligami suami dengan isteri kedua membuat saya mengerti akan pentingnya
membantu terhadap sesama.3
Tidak jauh berbeda dengan ibu Aisyah, sebagai isteri kedua. Tak
sampai hati untuk menerima kenyataan bahwa suaminya yaitu bapak H.
2 Hasil Wawancara dengan bapak H. Atmaja, di teras rumah, Senin, 21 Juli 2014 pukul
15.30.
3 Hasil Wawancara dengan ibu Siti Sarah, di ruang tamu, Senin, 21 Juli 2014 pukul14.00.
59
Atmaja sudah mempunyai isteri, tetapi karena rasa cinta dan kebutuhan
ekonomi yang mendesak maka dia menerima perkawinan itu dengan resiko,
dia harus mengalah dalam pembagian waktu berkunjung suaminya dengan
isteri pertama. Walaupun demikian, saya tetap merasa di perlakukan dengan
baik sampai saat ini dengan keluarga besar isteri pertama, perkawinan
poligami kami, membuat keluarga saya semakin bertambah rasa
persaudaraannya sehingga dimata masyarakat keluarga kami keluarga yang
baik dan harmonis, itu semua kan bagaimana kita yang menjalani sehingga
masyarakat berpandangan demikian, ujar ibu Aisyah.4
Dan selanjutnya bapak Yahya Sukarya sebagai pelaku poligami, ia
menuturkan bahwa perkawinan yang ia lakukan dengan isteri kedua sah-sah
saja, asalkan bagi suami dapat berlaku adil terhadap isteri-isteri kita.
Perkawinan saya dengan isteri kedua disetujui oleh isteri pertama saya, pada
saat itu saya memang sedang jaya dan saya bisa dapat mempunyai isteri lebih
dari satu dan yang terpenting kebutuhan hidup mereka terpenuhi. Dan bagi
mereka hidup bersama-sama tidak masalah asal semua kebutuhan baik lahir
maupun batin tercukupi, apalagi masyarakat berpandangan baik dengan
perkawinan kami. Jadi, baik isteri pertama dan kedua merasa tidak ada yang
dirugikan, sampai saat ini kami hidup baik-baik saja seperti biasanya. 5
4 Hasil Wawancara dengan ibu Aisyah, di ruang tamu, Senin, 21 Juli 2014 pukul 13.00.
5 Hasil Wawancara dengan bapak Yahya Sukarya, di teras rumah, Senin, 21 Juli 2014
pukul 14.30.
60
Menurut ibu Arni selaku isteri pertama bapak Yahya, ia menjelaskan
bahwa perkawinan dengan bapak Yahya berjalan harmonis selayaknya
pasangan suami isteri umumnya, setelah mengetahui bapak untuk meminta
izin menikah lagi, ya rasanya seperti mimpi yang buruk buat saya, tetapi saya
memikirkannya lebih matang karena pada saat itu finansial suami sedang naik
jadi suami berpikir menambah isteri adalah pahala dan saya pun menerima
keputusan bapak asalkan dapur dan anak-anak terpenuhi. Alhamdulillah,
sampai saat ini keluarga kami baik-baik saja, dan dampak yang negative atau
yang merugikan untuk saya dan anak-anak saya tidak ada, Ujar ibu.6
Begitu juga dengan ibu Nunung selaku isteri kedua dari bapak Yahya,
ia menuturkan bahwa pada saat bapak menikahi saya, beliau sudah memiliki
isteri dan anak, yaa mau bagaimana lagi saya mencintai bapak dan waktu itu
isteri pertama juga setuju, yang terpenting kami isteri pertama dan kedua
saling pengertian, sampai sekarang hidup keluarga saya dan anak-anak
terpenuhi dalam segi kebutuhan sehari-hari, lagi pula isteri pertama juga sudah
menganggap saya sebagai saudara. Jadi, kami merasa saling menghargai
sehingga sampai saat ini tidak ada hal-hal yang buruk menimpa keluarga besar
saya dimata masyarakat 7
Wawancara selanjutnya adalah bapak H. Abdul Mu’min, menurutnya
berpoligami adalah ibadah, karena isteri keduanya adalah seorang janda dan
memiliki satu orang anak yang masih kecil dan membutuhkan biaya hidup.
6 Hasil Wawancara dengan ibu Arni, di ruang tamu, Senin, 21 Juli 2014 pukul 15.30.
7 Hasil Wawancara dengan ibu Nunung,di teras rumah, Senin, 21 Juli 2014 pukul 13.00.
61
Jadi, saya berpedoman pada surat an-Nisa ayat 3 yang intinya adil. Bapak juga
berujar bahwa perkawinan poligami tidak harus menunggu keputusan
pengadilan, karena menurut hukum Islam menikah yang sah adalah adanya
dua orang saksi dan wali. Apabila hubungan saya dengan isteri-isteri bahagia
dan dari segi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan lahir dan batin terpenuhi, dan
tidak ada yang tersakiti itu sudah cukup membahagiakan keluarga, sehingga
apapun bentuk kebahagiaan yang kami rasakan dan kami ridho itu sudah
termasuk keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.8
Ibu Hj. Sarmani selaku isteri pertama bapak H. Abdul Mu’min,
menuturkan bahwa ia menurut saja dengan apa keputusan bapak dan tindakan
bapak adalah pasti baik untuk keluarga karena bapak tahu betul ilmu Agama
dan pasti itu pilihan terbaik apabila bapak menikah lagi dan sampai sekarang
kami hidup rukun dan bahagia. Dampak yang saya rasakan sampai saat ini,
sangat membatu kehidupan keluarga ditambah lagi anak-anak sudah besar dan
sudah ada yang menikah pula. Jadi, beban hidup terasa ringan dan hubungan
saya dengan keluarga isteri kedua menjadi semakin erat, Alhamdulillah.9
Tidak jauh berbeda dengan ibu Wati selaku isteri kedua, ia mengatakan
bahwa saya sangat menghormati bapak dan isteri pertamanya, ketika ada izin
dari isteri pertama, yaa saya bersyukur karena saya dan anak saya sangat
membutuhkan sosok kepala keluarga, apalagi isteri pertama bersikap sangat
8 Hasil Wawancara dengan bapak H. Abdul Mu’min,di ruang tamu, Rabu,23 Juli 2014
pukul 14.00.
9 Hasil Wawancara dengan ibu Hj. Sarmani, di ruang keluarga, Rabu, 23 Juli 2014 pukul
15.00.
62
hangat dengan keluarga saya, sehingga hubungan di antara keluarga kami
menjadi lebih erat saja dalam hal apapun. Dan Alhamdulillah, keluarga kami
tetap harmonis sampai anak-anak kami menikah sampai sekarang.10
Menurut bapak Yayang Sopian tentang perkawinan poligaminya
bahwa keputusan saya berpoligami itu hak saya, dan yang terpenting adalah
kesetiaan isteri serta dukungannya dalam hal apapun. Ujar bapak Yayang
Sopian. Menurut beliau poligami dapat dilakukan oleh suami, apabila memang
mampu melakukannya dan merasa sudah adil, bapak Yayang tidak terlalu
mementingkan apakah perkawinan poligaminya dianggap baik atau tidak oleh
masyarakat, yang terpenting kewajiban saya terhadap isteri-isteri terpenuhi
dan tercukupi serta anak-anak bahagia dan hak-haknya tidak hilang.11
Sambut ibu Nurlaela selaku isteri pertama kepada penulis dan dia
menceritakan perkawinannya dengan bapak serta poligami yang dilakukan
suaminya, bahwa poligami yang dilakukan suaminya tidak diputus di
Pengadilan karena baik bapak maupun saya tidak mengerti yang namanya
Undang-undang perkawinan. Jadi, bapak menikah menurut hukum Islam saja.
Walaupun demikian, hubungan perkawinan kami baik-baik saja sampai
sekarang, tidak ada kendala atau dampak negatif yang kami rasakan. Awalnya
saya tidak setuju dengan perkawinan kedua bapak, tetapi bapak banyak
menjelaskan tujuannya menikah lagi dan sayapun menerimanya.12
10
Hasil Wawancara dengan ibu Wati, di ruang tamu, Rabu, 23 Juli 2014 pukul 16.30.
11 Hasil Wawancara dengan bapak Yayang Sopian, di ruang tamu, Kamis, 24 Juli 2014
pukul 16.30.
12 Hasil Wawancara dengan ibu Nurlaela, di ruang keluarga, Kamis, 24 Juli 2014 pukul
15.00.
63
Menurut ibu Yeti Nuryadi selaku isteri kedua, bahwa perkawinan
poligami yang ia lakukan tidak melalui izin pengadilan dan apa yang diatur
dalam Undang-undang perkawinan tentang poligami karena ia tidak tahu
tentang itu, ia menikah menurut hukum Islam saja. Yang saya tahu ketika
suami dapat berlaku adil untuk berpoligami yaa silahkan saja. Lagi pula
hubungan saya dan keluarga besar isteri pertama baik-baik saja, tidak ada hal
yang membuat kami merasa tidak bahagia begitu, juga dengan masyarakat
mereka bersikap baik dengan saya yang berstatus wanita yang di poligami, ya
saya bersyukur dengan itu semua, dan yang terpenting kehidupan keluarga
saya sekarang menjadi lebih baik dari segi ekonomi.13
Wawancara berikutnya dengan bapak H. Arif ia menuturkan bahwa
perkawinan poligami yang saya lakukan adalah salah satu bentuk kebolehan.
Lagi pula ini adalah salah satu jalan darurat untuk beribadah kepada Allah.
Saya sangat mendambakan anak laki-laki sedangkan isteri pertama saya sudah
memberikan keturunan 4 anak perempuan, jadi apabila saya ingin menambah
keturunan lagi, satu-satunya jalan adalah saya menikah lagi dan isteri pun
setuju dengan keputusan saya dan alhamdulillah, isteri kedua saya
memberikan keturunan 3 anak laki-laki, saya merasa hidup saya terasa
lengkap dan bahagia karena Allah mengijabah do’a saya, demikian dengan
13
Hasil Wawancara dengan ibu Yeti Nuryadi, di ruang keluarga, Kamis, 24 Juli 2014
pukul 12.30.
64
masyarakat, mereka berpandangan apa yang saya lakukan adalah jalan ibadah,
ya tidak jauh berbeda dengan saya.14
Tak jauh berbeda dengan ibu Robiyatul Adawiyah sebagai isteri
pertama dengan para isteri pertama lainnya, ketika mengetahui suami ingin
menikah lagi rasanya sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi. Sambung ibu
Robiyatul “ lagi pula saya tidak mempunyai anak laki-laki dari suami saya,
jadi saya harus menerima dengan ikhlas demi kebahagiaan saya dan bapak.
Hidup keluarga kami terasa semakin lengkap dengan kehadiran anak laki-laki
dari isteri kedua, saya merasa tidak memberikan hak untuk suami, jadi tidak
ada alasan untuk saya tidak menerima ini semua, dengan adanya jalan
perkawinan ini dampak positif banyak mempengaruhi keluarga kami, salah
satunya bertambah rezeki dan rasa kasih sayang suami terhadap saya dan
anak-anak.15
Sambung ibu Suenah sebagai isteri kedua dari bapak H. Arif, beliau
tidak mengetahui tentang Undang-undang perkawinan yang sudah diatur oleh
Negara dan tidak mengetahui juga apabila seorang suami yang ingin menikah
lagi harus mendapat izin dari pengadilan karena perkawinan yang bapak
lakukan dengan saya (isteri kedua) terbilang sah, kan menikah dengan hukum
Islam yang berlaku. Dan bersyukur atas perkawinan saya, dengan kehadiran
anak-anak, suami dan isteri pertama sangat perduli dan sayang dengan
14
Hasil Wawancara dengan bapak H. Arif, di ruang keluarga, Kamis, 24 Juli 2014 pukul
10.00.
15 Hasil Wawancara dengan ibu Robiatul Adawiyah, di ruang keluarga, Kamis, 24 Juli
2014 pukul 11.00.
65
kehidupan saya dan anak-anak, saya merasa beruntung memiliki keluarga
seperti mereka, tidak ada hal-hal yang membuat saya kecewa sehingga
pandangan-pandangan yang negatif pun tidak ada di masyarakat terhadap
saya.16
Selanjutnya wawancara penulis dengan bapak H. Ridwanulloh,
menurut bapak Ridwan perkawinan poligami yang beliau lakukan mengikuti
cara Islam saja. Tidak mengikuti cara-cara yang diatur dalam Undang-undang
perkawinan Tahun 1974 karena menurutnya menikah saja ko terlalu lama
prosesnya padahal kan tujuannya untuk ibadah, saya berpedoman pada surat
an-Nisa ayat 3 yang intinya dapat berlaku adil dan tidak menyakiti satu sama
lain di antara para isteri. Ketika saya sudah berlaku adil serta semua hak-hak
isteri dan anak-anak terpenuhi, saya merasa itu sudah cukup bahagia dan
pastinya saya harus menanamkan prinsip Agama agar keluarga saya lebih taat
lagi untuk beribadah supaya kehidupan kami menjadi berkah, Ujar bapak
Ridwan.17
Sedangkan bagi Ibu Hj. Fatimah selaku isteri pertama bapak Ridwan,
beliau menyetujui saja perkawinan bapak yang kedua, toh tujuannya untuk
ibadah karena perempuan yang bapak nikahi adalah seorang janda yang masih
memiliki anak yang sekolah dan masih banyak butuh biaya hidup, jadi kenapa
tidak kalau memang niat dari perkawinan itu saling tolong-menolong. Saya
beranggapan bahwa dengan jalan perkawinan poligami suami, akan membantu
16
Hasil Wawancara dengan ibu Suenah, di teras rumah, Kamis, 24 Juli 2014 pukul 14.00.
17 Hasil Wawancara dengan bapak H.Ridwanulloh, di ruang tamu, Jum’at, 25 Juli 2014
pukul 13.00.
66
hidup seseorang, saya bahagia dan rela untuk ini, sampai saat ini pun saya
baik-baik saja dan dampak negative atau yang tidak enak tidak ada di keluarga
kami, kami saling memaklumi kondisi kami satu sama lain demi terciptanya
kesejahteraan dan kebahagiaan dalam keluarga ini. 18
Ibu Hj. Suherti sebagai isteri kedua juga berpandangan sama seperti
isteri lain yang berstatus sebagai isteri kedua. Yaa harus bersabar dan
mengalah masalah waktu berkunjung bapak, tetapi saya menerimanya, karena
saya sangat menghargai isteri pertama yang sudah rela berbagi waktu dengan
saya, dan alhamdulillah selama ada suami kehidupan saya dan anak-anak
tercukupi. Dan pandangan masyarakat terhadap saya biasa-biasa saja, malah
mereka memaklumi dengan keadaan saya. Jadi, tidak ada hal-hal yang tidak
enak didengar, Ujar ibu Hj. Suherti.19
Sama seperti yang lainnya bapak Usman Nata juga melakukan
poligami dengan alasan keinginannya memiliki seorang anak karena isteri
pertamanya tidak memberikan keturunan. Dan masalah Undang-undang
perkawinan, saya pernah mendengar bahwa poligami dapat dilakukan apabila
istri tidak mempunyai keturunan. Jadi, saya mempunyai kesempatan untuk itu
tetapi perkawinan saya hanya dilakukan menurut hukum Islam saja yang
disertai saksi-saksi. Saya bersyukur, isteri pertama sangat setuju dan rela
dengan perkawinan kedua saya, karena kami saling mendambakan keturunan,
18
Hasil Wawancara dengan ibu Hj. Fatimah, di ruang tamu, Jum’at, 25 Juli 2014 pukul
14.00.
19 Hasil Wawancara dengan ibu Hj. Suherti, di teras rumah, Jum’at, 25 Juli 2014 pukul
15.30.
67
sampai saat ini hubungan saya dan isteri-isteri semakin akrab dan tidak ada
hal-hal yang membuat mereka tersakiti, karena mereka mengerti akan
kewajibannya masing-masing.20
Ibu Sopiah selaku isteri pertama, bahwa ia mencurahkan isi hatinya
kepada penulis, “perasaan saya hancur saat itu juga ketika suami saya ingin
menikah lagi, saya merenung dan sadar bahwa suami saya ingin sekali
mempunyai keturunan dan sedangkan saya tidak bisa memberikannya. Maka
dari itu saya menerima keputusan suami untuk menikah lagi, toh saya juga
sangat ingin mempunyai anak. Tetapi saya sadar akan kebahagiaan saya dan
suami sehingga isteri kedua memberikan keturunan kepada suami saya merasa
sangat senang, ya hubungan kami seperti kakak adik saja tidak ada hal-hal
aneh bagi kami begitu pun dengan masyarakat sekitar ”. Tutur ibu Sopiah.21
“Perempuan manapun tidak mau di jadikan yang kedua atau di duakan,
tetapi saya seorang janda yang membutuhkan kelangsungan hidup dengan
anak-anak. Yang terpenting suami bisa menafkahi lahir batin dengan cara
yang adil terhadap isteri-isterinya, dan suami memberikan hak-hak kepada
saya dan anak-anak itu sudah cukup bahagia bagi saya, dan alhamdulillah
kesulitan sampai saat ini tidak saya rasakan”. Tutur ibu Hertati selaku isteri
kedua.22
20
Hasil Wawancara dengan bapak Usman Nata, di ruang tamu, Jum’at, 25 Juli 2014
pukul 16.00.
21 Hasil Wawancara dengan ibu Sopiah, di ruang tamu, Jum’at, 25 Juli 2014 pukul 17.00.
22 Hasil Wawancara dengan ibu Hertati, di ruang tamu, Rabu, 23 Juli 2014 pukul 15.30.
68
Wawancara penulis kepada bapak Marjuki, bahwa ia menjelaskan dari
kebanyakan suami yang melakukan polgami di dukung oleh faktor-faktor yang
membuat suami harus mencari isteri lagi. Seperti suami-suami yang lain bapak
Marjuki malakukan poligami dengan alasan karena ingin membantu dan
memenuhi kebutuhan hidup istri. Jadi, saya tidak tahu kalau ada Undang-
undang perkawinan yang mengatur poligami. Bagi saya, membantu kehidupan
seseorang dalam hal yang sangat dibutuhkan itu sah saja, yang penting kami
merasa tercukupi lahir dan batin, masyarakat tidak menganggap sikap saya
yang buruk malah itu adalah hal yang wajar dalam membantu seseorang.23
Begitu juga dengan ibu Senah selaku isteri pertama bahwa keputusan
suaminya untuk menikah lagi sangat berat diterimanya. Tetapi mau tidak mau
saya menerima kenyataan ini. Dan kebanyakan dari mereka tidak tinggal satu
rumah, para suami sudah menyiapkan rumah masing-masing untuk isterinya.
“Lama-kelamaan saya biasa dengan kehidupan ini, dan saya tidak mendapati
kesulitan dan tidak merasakan dampak yang negatif. Saya dan keluarga
menganggap hal ini, hal yang wajar selagi kita mau membantu satu sama
lain.” Ujar ibu Senah 24
Ibu Asih selaku isteri kedua, beralasan demikian dari dalam hatinya
yang terdalam dia tidak ingin menjadi isteri kedua, tetapi karena kebutuhan
hidup yang menghimpit, demi anak-anak dan saya menerimanya dengan
ikhlas. Sampai saat ini saya merasa suami berlaku adil sehingga isteri pertama
23
Hasil Wawancara dengan bapak Marjuki, di ruang tamu, Jum’at, 26 Juli 2014 pukul
10.00.
24 Hasil Wawancara dengan ibu Senah, di ruang tamu, Jum’at, 26 Juli 2014 pukul 11.00.
69
pun tidak pernah menuntut apa-apa kepada saya, tidak ada hal yang tidak enak
didengar dan saya rasakan, baik itu dimata masyarakat maupun di lingkungan
keluarga besar saya.25
Wawancara selanjutnya dengan bapak H. Andit, menurut beliau
perkawinan yang beliau lakukan adalah kemauan isteri dengan sukarela, dari
pada saya bermain di belakang isteri lebih baik saya mempunyai hubungan
yang pasti yaitu dengan perkawinan, maka dari itu saya menikahi isteri kedua
dengan dasar saya ingin menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Dan tidak
ada omongna-omongan yang tidak enak dari masyarakat, saya beralasan
ketika isteri setuju, kenapa tidak dimanfaatkan untuk hal yang baik dari pada
saya berzina, Ujar H. Andit.26
Hj. Amah adalah isteri pertama bapak H. Andit, beliau mengatakan
bahwa saya tidak senang dengan hubungan bapak di belakang saya dengan
perempuan lain, maka saya merelakan bapak dengan menikahi isteri kedua
asal hidup kami rukun-rukun saja dan tidak ada omongan-omongan yang tidak
enak saya dengar selama ini. Dan dengan perkawinan suami saya, keluarga
menjadi semakin akrab dan hangat, suami pun menjadi lebih bertanggung
jawab terhadap keluarga.Ya, semoga niat saya menjadi suatu nilai ibadah.
Amin.27
25
Hasil Wawancara dengan ibu Asih, di ruang tamu, Jum’at, 26 Juli 2014 pukul 13.30.
26 Hasil Wawancara dengan bapak H. Andit, di ruag tamu, Selasa, 02 September 2014
pukul 10.00.
27 Hasil Wawancara dengan Ibu Amah, di ruang tamu, Selasa, 02 September 2014 pukul
13.00.
70
Demikian dengan ibu Newi yaitu isteri kedua H. Andit, ibu Newi
merasa hubungannya adalah pengganggu rumah tangga orang lain, tetapi
dengan tujuan suami saya bahwa beliau dengan isterinya setuju dengan
perkawinan kami, maka saya merasa beruntung memiliki saudara seperti isteri
pertama. Saya memanfaatkan hubungan ini menjadi lebih hangat, sehingga
kesulitan dan dampak yang negatif tidak pernah kami rasakan sampai saat
ini.28
Terakhir, wawancara dengan bapak Anwar Sanusi, alasan bapak
Anwar menikahi isteri kedua adalah isteri pertama yang sudah tidak
memperhatikan beliau secara lahir batin, sehingga bapak Anwar meminta izin
untuk berpoligami dan isteri pertamapun menyetujui perkawinan kedua saya.
Dan setelah saya menikah lagi, sikap dan sifat isteri pertama berubah total
menjadi lebih perhatian dan memenuhi semua kebutuhan saya lahir maupun
batin, dan saya merasa mempunyai kehidupan yang bahagia dan sempurna
atas hikmah ini semua. Saya merasa hubungan keluarga semakin harmonis dan
bahagia, tidak ada hal-hal yang tidak enak dirasakan yang timbul baik dari
lingkungan masyarakat maupun keluarga besar.29
Ibu Suryani, selaku isteri pertama bapak Anwar Sanusi mengatakan
bahwa alasan saya menyetujui perkawinan bapak ya, karena saya merasa
bersalah, selama ini saya kurang memperhatikan suami dari segi kebutuhan
28
Hasil Wawancara dengan Ibu Newi, di teras rumah, Selasa, 02 September 2014 pukul
14.30.
29 Hasil Wawancara dengan bapak Anwar Sanusi, di teras rumah, Rabu, 03 September
2014 pukul 11.00.
71
lahir dan batin, sebabnya itu rahasia saya, dan pada akhirnya saya menyadari
bahwa kelakuan saya itu salah. Saya menyetujui perkawinan suami yang
kedua, dan Alhamdulillah kehidupan saya pun berubah total dan semakin
baik.30
Begitupun dengan ibu Marsini, selaku isteri kedua ia mengatakan
“bahwa saya merasa bingung dengan permintaan suami untuk menikahi saya,
sedangkan suami saya sudah memiliki isteri dan suami juga bilang bahwa
isteri pertama menyetujui dengan alasan sikap dan sifatnya yang demikian.
Ya, saya menerima saja perkawinan itu asal tidak ada cekcok nantinya, dan
hubungan kami baik-baik saja sampai sekarang tidak ada yang merasa di
perlakukan tidak adil oleh suami. Kami menikah secara biasa saja menurut
hukum Islam tidak pakai ke Pengadilan segala, ribet habisnya”. Ujar ibu
Marsini.31
Peneliti mewawancarai beberapa anak dari pelaku perkawinan
poligami, yang pertama yaitu saudara ega (anak dari bapak H. Atmaja),
menurutnya alasan mengapa ia menerima perkawinan yang dilakukan oleh
orang tuanya, karena pada saat itu ia hanya menerima saja dan tidak berani
untuk memberontak ataupun membantah, “ya mengikuti saja yang terpenting
keluarga dan kebutuhan serta biaya hidup tercukupi, sangat marah memang
pada saat mendengar bapak ingin menikah lagi, sempat berfikir bapak tidak
30
Hasil Wawancara dengan ibu Suryani, di ruang tamu, Rabu, 03 September 2014 pukul
13.00. 31
Hasil Wawancara dengan ibu Marsini, di ruang tamu, Rabu, 03 September 2014 pukul
14.30.
72
mempunyai perasaan, tetapi itu semua tidak demikian, hubungan kami dengan
bapak serta ibu-ibu kami sangat baik.”32
Selanjutnya wawancara dengan saudara Abdillah (anak dari bapak
Yahya Sukarya), ia menuturkan sama dengan saudara ega, sebagai seorang
anak tidak dapat melakukan apapun untuk menghentikan niat bapak, ya pada
saat itu kami hanya bisa menerima saja atas keputusan orang tua kami, dan
berfikir positif agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.33
Berbeda dengan Baehaki (anak dari bapak Yayang Sopian),
menurutnya, “ pada saat itu ia sangat marah dan kami (anak-anak) sangat tidak
setuju dengan perkawinan bapak, sempat terjadi kesenjangan di antara
keluarga, kami sangat kasihan melihat ibu di permainkan saat itu beranggapan
demikian, tetapi semua itu kami kembalikan lagi kepada ibu kami apakah
menerima atau tidak, ya dengan segala resiko dan kebahagiaan di masa depan
ibu menerima, pada akhirnya kami pun menerima walaupun dengan berat hati.
Memang dari segi ekonomi kami terpenuhi, tetapi kami belum bisa menerima
orang lain dalam kehidupan keluarga. Tetapi, sekarang sih sudah merasa biasa
saja dengan keadaan ini, rasa berat hati itu mulai hilang dari pikiran saya dan
saudara-saudara yang lain. 34
32
Hasil Wawancara dengan saudara Ega, di teras rumah, Jum’at, 20 Maret 2015 pukul
10.00.
33 Hasil Wawancara dengan saudara Abdillah, di teras rumah, Jum’at, 20 Maret 2015
pukul 13.30.
34 Hasil Wawancara dengan saudara Baehaki, di ruang tamu, Jum’at, 20 Maret 2015
pukul 14.00.
73
Wawancara dengan Suhaebah anak dari bapak H. Ridwanulloh,
menurutnya “mana ada sih anak yang mau punya ibu dua apalagi kasih sayang
orang tua terbagi untuk anak yang lain, itu hal dan pemikiran yang wajar
terjadi pada setiap anak tetapi keadaan yang memaksa saya untuk menerima
ini semua, karena saya sebagai anak tidak dapat berbuat apa-apa selain
menurut dan berbakti kepada oarag tua, saya berfikir positif saja bahwa apa
yang di lakukan bapak itu yang terbaik, toh bapak adalah sosok kepala
keluarga yang baik ko.”35
Menurut Pandir Kurniawan nak dari bapak Marjuki, ia sangat tidak
setuju dengan perkawinan poligami, apa jadinya kehidupan masa depan ketika
orang tua seperti itu, karena masyarakat berpandangan berbeda dengan hal ini,
tetapi hati saya memberontak kepada ibu juga kenapa mau menerima juga
bapak menikah lagi, ya karena alasan bapak ingin membantu kehidupan istri
kedua. Walaupun dari segi ekonomi dan biaya kami sebagai seorang anak
tercukupi, tetapi hak untuk berbicara tentang penolakan itu tidak bisa. Sampai
sekarang masih terbayang perasaan tak menerima, tetapi ibu kami banyak
menasehati untuk selalu belajar menerima. Alhamdulillah, sekarang sudah bisa
menerima keadaan ini dan ternyata hubungan kami menjadi erat satu sama
lain.36
35
Hasil Wawancara dengan saudara Suhaebah, di ruang tamu, Jum’at, 20 Maret 2015
pukul 14.30.
36
Hasil Wawancara dengan saudara Pandir kurniawan, di teras rumah, Jum’at, 20 Maret
2015 pukul 15.00.
74
Wawancara terakhir, dengan saudara Jubaedah anak dari H. Andit, ia
menuturkan “ pada saat itu saya tidak setuju dengan keputusan bapak, ya
karena ia mempunyai hubungan dengan perempuan lain dan ibu juga
menyetujui, setelah orang tua menjelaskan maksud dan tujuan bapak menikah
lagi akhirnya saya mengerti bahwa tujuannya sebenarnya baik dari pada
mempunyai hubungan terlarang, lebih baik ya dengan menikah. Tetapi saya
bersyukur, walaupun bapak mempunyai isteri lagi kebutuhan hidup kami
tercukupi dan tidak terabaikan olehnya, mungkin beliau juga tahu betul
tanggung jawabnya sebagai seorang ayah.37
Menurut bapak Samino selaku Kepala Desa Bojong Indah, faktor
pendukung masyarakat melakukan poligami adalah bagaimana seorang suami
memahami untuk apa tujuannnya ia melakukan itu. Memang kabanyakan dari
masyarakat Bojong Indah yang berpoligami kurang mengetahui akan adanya
Undang-undang perkawinan yang mengatur poligami dan memang belum
pernah adanya sosialisasi dari instansi yang bersangkutan. Tetapi yang saya
perhatikan, keluarga yang berpoligami ini kehidupan rumah tangga mereka
baik-baik saja, sepertinya tidak ada hal-hal yang membuat mereka harus
bertengkar atau hal yang negatif lainya, dilihatnya adem-adem saja begitu,
ujar bapak Samino selaku kepala desa Bojong Indah.38
37
Hasil Wawancara dengan saudara Jubaedah, di ruang tamu, Sabtu, 21 Maret 2015
pukul 10.30.
38 Hasil Wawancara dengan bapak Samino Kepala Desa Bojong Indah, di ruang tamu
kantor desa, Senin, 21 Juli 2014 pukul 10.30.
75
Menurut bapak Endang Supriatna dikenal dengan sebutan bapak Amil
(orang yang sering mengurus pendaftaran perkawinan ke Kantor Urusan
Agama), perkawinan sekarang dengan dahulu sudah berbeda. Orang-orang
yang menikah dahulu kebanyakan dari mereka belum mengetahui sama sekali
tentang pentingnya pencatatan perkawinan dan pentingnya suatu prosedur
yang mengatur tentang perkawinan poligami tersebut, karena rendahnya
pendidikan mereka serta pengetahuan dan kepedulian mereka, jadi tidak
penting perkawinannya itu tercatat dan diakui atau tidak, yang penting
menikah. Dan sebagian masyarakat desa Bojong Indah ada yang sudah
mengetahui akan pentingnya fungsi dari Undang-undnag perkawinan tentang
poligami bahwa perkawinannya akan diakui oleh Negara.39
Menurut bapak H. Nasrullah selaku tokoh masyarakat desa Bojong
Indah, “mengapa masyarakat di desa Bojong Indah masih banyak melakukan
perkawinan poligami tanpa melihat isi Undang-undang perkawinan yang
sudah mengaturnya, karena kurangnya sosialisasi para tokoh Agama, kantor
KUA dan begitupun aparatur desa yang seharusnya memberikan pencerahan
agar poligami tidak disalah gunakan dengan dalih berlaku adil. Dengan adanya
Islam, syarat dan batasan diterapkan dalam poligami. Pembatasan mempunyai
isteri maksimal empat, seperti kisah Ghilan Ibnu Shalma menjadi muslim
ketika ia mempunyai sepuluh orang isteri, maka Nabi bersabda kepadanya
“pilihlah empat diantara mereka dan tinggalkan (ceraikan) yang lainnya.”
39
Hasil Wawancara dengan bapak Endang Supriatna selaku Amil di desa Bojong Indah di
ruang tamu, Minggu, 27 Juli 2014 pukul 10.00.
76
Hal yang sama terjadi bagi orang yang memeluk Islam, ketika ia mempunyai
isteri lebih dari empat orang. 40
Begitu juga dengan bapak Sarbini Umar selaku ketua RT, menurutnya
masyarakat yang melakukan poligami kebanyakan hanya meminta surat
pengantar dari desa bahwa ia ingin menikah lagi dan jarang dari mereka
meminta izin dari Pengadilan, karena kebanyakan dari masyarakat Bojong
Indah tidak mengetahui tentang Undang-undang perkawinan yang mengatur
poligami.41
Berbeda profesi, berbeda pula pendapat dari para tokoh masyarakat
yang ada di desa Bojong Indah ini. Begitu lah perbedaan pendapat yang
dikatakan oleh bapak Ismail Ikhsan selaku sekretaris desa Bojong Indah,
menurut ia mengapa masih banyak orang yang melakukan perkawinan
poligami di desa Bojong Indah ini, karena masyarakat sama sekali tidak tahu
akan pentingnya Undang-undang tersebut yang melegalkan perkawinan
mereka, mereka menganggap perkawinan yang mereka lakukan itu sudah sah,
apalagi jika Agama sudah mengatakan sah. Dan mereka juga beranggapan
tidak penting mengikuti prosedur poligami yang sudah diatur. Mengapa
mereka beranggapan demikian, karena kurangnya pengetahuan pendidikan,
mayoritas di desa ini bapak-bapak dan ibu-ibu tingkatan sekolahnya hanya
40
Hasil Wawancara dengan bapak H. Nasrulloh selaku Tokoh Masyarakat di desa Bojong
Indah, di ruang tamu, Minggu, 27 Juli 2014 pukul 13.00.
41 Hasil Wawancara dengan bapak Sarbini Umar selaku Ketua RT di desa Bojong Indah,
di ruang tamu, Minggu, 27 Juli 2014 pukul 14.30.
77
sampai tingkat SD (sekolah dasar), dan bisa dihitung yang sekolah sampai
strata satu.42
Dari hasil wawancara dengan para pelaku poligami, bahwa konsep
keluarga sakinah bagi mereka adalah terpenuhinya ekonomi isteri-isteri dan
anak-anak, serta rasa aman dan damai dalam kehidupan rumah tangga yang di
jalani, rasa saling percaya dan menjaga komitmen antara pasangan baik itu
isteri pertama ataupun isteri kedua.
Hal demikian juga di rasakan oleh anak-anak dari pelaku poligami,
kesenjangan sosial di dalam keluarga sempat dialami mereka, tetapi status
sebagai anak tidak dapat membantah ataupun menghakimi orang tua. Oleh
karena itu menurut mereka, keluarga sakinah yaitu apabila orang tua
memperhatikan anak-anaknya dari segi kasih sayang, terpenuhinya kebutuhan
ekonomi serta hak-haknya sebagai anak.
Konsep sakinah akan terjadi apabila kedua pasangan poligami,
mengerti akan maksud dan tujuan dari perkawinan poligami itu, mereka
beranggapan bahwa poligami adalah hak setiap orang, yang terpenting kriteria
poligami harus di penuhi yaitu apabila sudah mampu dari segi ekonomi dan
sudah siap untuk berlaku adil.43
Poligami memang masih menjadi trend topik yang sangat menarik
untuk dibahas sampai saat ini, begitu banyak faktor dan alasan yang membuat
42
Hasil Wawancara dengan bapak Ismail khsan selaku Sekertaris di desa Bojong Indah,
di kantor balai desa, Senin, 21 Juli 2014 pukul 09.30.
43 Hasil Wawancara dengan para pelaku poligami di desa Bojong Indah, Senin, 21 Juli
2014 .
78
suami melakukan poligami serta masing-masing isteri, baik isteri pertama dan
isteri kedua menerima perkawinan poligami ini.
Keharmonisan rumah tangga sebenarnya sangat tergantung dengan niat
tulus saat melangsungkan perkawinan itu sendiri disertai dengan komitmen
yang kuat untuk mempertahankan nilai-nilai religi yang menjadi dasar semua
tindakannya. Dalam keluarga yang berpoligami, niat suami untuk
melaksanakan poligami akan sangat berpengaruh dalam menciptakan
ketentraman rumah tangga tersebut. Niat yang tulus dan kemauan yang tidak
kenal lelah sangat menentukan, karena pada dasarnya poligami bagi seorang
suami adalah medan jihad yang panjang dan bagi isteri kadang dapat diartikan
bencana ataupun pada kenyataannya poligami dapat menjadi nikmat tersendiri
dalam kasus-kasus tertentu.
C. Dampak Perkawinan Poligami Terhadap Kehidupan Keluarga
Beberapa dampak positif yang terjadi pada isteri maupun anak bagi
pelaku poligami di desa Bojong Indah, antara lain:
1. Terhindar dari perbuatan maksiat dan perzinahan.
Hasil wawancara dengan pelaku poligami, bahwa poligami adalah
jalan untuk menghindari perbuatan maksiat dan zina, karena menurut
mereka, ini satu-satunya jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah,
dan menambah pahala dengan membantu kehidupan keluarga isteri
kedua.
2. Memperbanyak keturunan.
79
Poligami merupakan cara untuk memperbanyak keturunan, terbukti
pelaku poligami di desa Bojong Indah mempunyai banyak anak,
diantara isteri pertama dan isteri kedua memiliki anak masing-masing
enam dan bahkan sudah ada yang menikah serta memiliki anak,
sehingga keluarga poligami ini menjadi keluarga besar dengan
keturunannya.
3. Melindungi dan mengangkat martabat para janda.
Poligami dianggap sebagai perlindungan terhadap janda dan
mengangkat derajat para janda, karena dengan berpoligami, para janda
merasa kehidupannya sudah ada yang mengayomi dan ada yang
bertanggungjawab atas keluarga tersebut.
4. Isteri terpacu untuk melakukan hal yang terbaik bagi suaminya, karena
adanya persaingan antara isteri.
Pelaku poligami merasa ini adalah jalan untuk mencari pahala dan
surga bagi isteri, para isteri berlomba memberikan perhatian dan
melayani suami dengan penuh rasa kasih sayang, menurut para isteri
ini dilakukan karena semata-mata karena Ridha Allah SWT.
5. Melatih kesabaran dan menekan egoisme.
Poligami juga merupakan ajang latihan bagi para pelaku poligami
untuk melatih kesabaran dan menekan egoisme, karena dengan itu
semua, emosi semakin terkendali sehingga kehidupan keluarga
poligami ini menjadi tenang, ketika ada permasalahan dapat di
selesaikan dengan cara bermusyawarah.
80
6. Status yang jelas bagi wanita yang dinikahi.
Perempuan yang di poligami, menganggap bahwa dengan ia
melakukan perkawinan ini status dirinya menjadi jelas, yaitu
memiliki seorang suami yang bertanggungjawab atas keluarga dan
dapat bersosialisasi dengan masyarakat tanpa adanya kesenjangan di
antara masyarakat sekitar.44
Kendati demikian, perkawinan poligami juga mempunyai dampak
negatif yang di rasakan oleh pelaku poligami, di antaranya:
1. Timbulnya perasaan inferior atau menyalahi diri sendiri; isteri
merasa bahwa tindakan suami berpoligami adalah akibat dari
ketidakmampuan dirinya dalam memenuhi kebutuhan biologis.
2. Ketergantungan ekonomi kepada suami; ada beberapa suami
memang dapat berlaku adil pada isteri-isterinya, tetapi pada
pratiknya suami lebih mementingkan isteri muda dan
menelantarkan isteri dan anak-anaknya terdahulu, akibatnya isteri
tidak memiliki pekerjaan dan akan sangat sulit untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
3. Terhalanginya hak anak, yaitu seperti pembuatan akte kelahiran
untuk syarat pendidikan dan pembagian harta waris.
4. Sering terjadinya pernikahan di bawah tangan, yaitu pernikahan
yang tidak dicatatkan pada kantor catatan sipil atau Kantor Urusan
Agama (KUA). Karena perkawinan yang tidak dicatatkan dianggap
44
Dampak positif yang dirasakan oleh pelaku poligami di desa Bojong Indah, Kec.Parung,
Kab.Bogor.
81
tidak sah oleh Negara, walaupun perkawinan tersebut sah menurut
Agama. Namun, apabila terjadi perceraian, maka yang di rugikan
adalah pihak perempuan, karena tidak ada bukti autentik yang
menjadi syarat perkawinan tersebut.
5. Terjangkitnya penyakit menular seksual (PMS), karena sering
berganti-ganti pasangan, maka menjadi rentan terhadap penyakit
yang menular seperti HIV/AIDS.45
D. Faktor-Faktor Terjadinya Perkawinan Poligami
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari para pelaku, poligami
adalah suatu aturan yang manusiawi yang diperintahkan oleh Allah
berdasarkan surat an-Nisa ayat 3. Oleh sebab itu mereka sangat menentang
keras dengan pendapat yang mengharamkan atau melarang adanya poligami.
Perkawinan poligami di desa Bojong Indah adalah suatu yang tidak
aneh lagi, karena hampir sebagian besar masyarakat yang melakukan
poligami, adalah tokoh masyarakat yang amat panatik dengan Agama di
daerah tersebut. Selain untuk menghindari perbuatan zina dan fitnah, poligami
juga merupakan jalan untuk memberikan perubahan hidup. Karena bagi
mereka banyak anak banyak rezeki, banyak isteri banyak rezeki pula. Selain
itu, poligami adalah ibadah bagi orang yang mengerti. Ekonomi adalah yang
menjadi faktor terjadinya perkawinan poligami tersebut, dimana perempuan
yang di poligami adalah mereka yang sangat rendah tingkat ekonominya.
45
Dampak negatif yang dirasakan oleh pelaku poligami, di desa Bojong Indah,
Kec.Parung, Kab.Bogor.
82
Poligami bagi mereka adalah suatu perkara yang gampang-gampang
susah, karena tidak semua orang dapat berpoligami dan di poligami. Syarat
berpoligami dan yang di poligami paling utama, adalah mereka harus mengerti
betul ilmu Agama dan yang paling utama adalah persetujuan isteri/ isteri-
isteri, serta saling menjunjung rasa pengertian. Ini terbukti bahwa mereka
yang melakukan poligami kebanyakan orang yang mengerti Agama,
setidaknya dapat dikatakan mengenyam pendidikan pesantren, guru dan
pernah menunaikan ibadah haji.
Penulis akan mengkategorisasikan pelaku poligami yang telah di
wawancarai, dari status sosial dan sebab-sebab terjadinya poligami, di desa
Bojong Indah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:
1. Faktor Pemahaman Keagamaan
Masyarakat desa Bojong Indah yang melakukan perkawinan
poligami 70 % adalah kalangan tokoh masyarakat yang dianggap berperan
penting dalam Agama, dan menjadi panutan masyarakat desa Bojong
Indah.
Alasan pelaku poligami dalam kategori ini, menyatakan bahwa legalitas
Agama merupakan salah satu penyebab terjadinya poligami sampai
kapanpun, karena merupakan sunah Nabi dan memiliki landasan teologis
yang jelas yakni ayat 3 surat an-Nisa.
2. Faktor Sosial Ekonomi
Sekitar 15 % pelaku poligami dalam keadaan ekonomi yang
kurang, biasanya dirasakan oleh pihak perempuan sehingga kekurangan
83
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari adalah penyebab atau alasan
terjadinya poligami, demi berlangsungnya kehidupan rumah tangga di desa
Bojong Indah.
3. Faktor Pendidikan
Begitu juga dengan pendidikan, dalam ketegori ini dari 5% pelaku
poligami adalah masyarakat yang berpendidikan minim dan pemahaman
yang berbeda tentang pengetahuan poligami adalah menjadi salah satu
penyebabnya.
4. Faktor Sosial Budaya
Kebiasaan berpoligami bagi masyarakat di desa Bojong Indah
adalah sesuatu yang dianggap lumrah dan sesuatu yang tidak lagi dianggap
tabu. Hubungan masyarakat dengan pelaku poligami sangat diterima
dengan baik, sehingga tidak terjadi adanya kesenjangan sosial di antara
mereka. Kendati demikian, posisinya hanya menempati 5% saja dalam
faktor sosial budaya ini.
5. Faktor Biologis
Selanjutnya 5% dari pelaku poligami ss menyatakan bahwa salah
satu cara untuk memperoleh kepuasan seksual, adalah merupakan langkah
untuk menghindari perzinahan dan mencari ridho Allah.
Dapat dilihat dari pengkategorisasian berdasarkan status sosial,
bahwa faktor pendukung poligami di desa Bojong Indah adalah mencakup
semua aspek di atas, tetapi yang paling dominan pada perkawinan ini
84
adalah faktor Agama dan ekonomi, yang membuat para isteri rela untuk
berbagi.
Tampak pada diagram di atas, alasan yang paling dominan bagi
pelaku perkawinan poligami, di desa Bojong Indah adalah faktor
pemahaman keagamaan yang menduduki 70%, dan faktor ekonomi 15%.
Sedangkan faktor pendidikan menempati angka 5%, faktor sosial budaya
5% dan terakhir faktor biologis 5%.
Berdasarkan alasan pelaku perkawinan poligami di atas, bahwa
faktor tersebut sangat berbeda dengan syarat-syarat tertentu dibolehkannya
poligami, yang diatur dalam pasal 4 undang-undang No. 1 Tahun 1974,
ketentuan tersebut sebagai berikut:
a. Pasal 4 ayat 1 dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang
sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat 2 Undang-undang Perkawinan,
maka ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan tempat
tinggalnya.
Faktor PamahamanKeagamaan
Faktor SosialEkonomi
Faktor Pendidikan
Faktor Sosial Budaya
Faktor Biologis
70 %
15%
5% 5% 5%
85
Ayat 2 pengadilan yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini hanya
memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari
seorang apabila:
1) Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri,
2) Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan.
b. Kompilasi Hukum Islam (Intruksi Presiden Republik Indonsia Tahun
1991) memuat ketentuan poligami dalam IX dari pasal 55 sampai
dengan pasal 59, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam pasal 55 ayat
1, 2, 3 sebagai berikut:
1) Beristeri lebih dari seorang pada waktu yang bersamaan terbatas
hanya sampai empat orang isteri saja.
2) Syarat utama beristeri lebih dari seorang suami harus mampu berlaku
adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.
3) Apabila syarat utama yang disebut pada ayat 2 tidak mungkin
dipenuhi, suami dilarang beristeri lebih dari seorang.
c. Pasal 57 Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang
suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila:
1) Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri,
2) Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan,
3) Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
86
d. Pasal 59 dalam hal isteri tidak mau memberikan persetujuan dan
permohonan izin untuk beristeri lebih dari satu orang berdasarkan atas
salah satu alasan yang diatur dalam Pasal 55 ayat (2) dan pasal 57,
“Pengadilan Agama dapat menetapkan tentang pemberian izin setelah
memeriksa dan mendengar isteri yang bersangkutan di persidangan
Pengadilan Agama dan terhadap penetapan ini isteri atau suami dapat
mengajukan banding atau kasasi.
Mencermati pasal-pasal di atas, tampak Negara berperan dalam
mengatur urusan perkawinan yang menunjukkan, bahwa eksistensi
Pengadilan Agama sangat berperan dalam menentukan putusan, secara
yuridis bagi pelaku perkawinan poligami.
Berbeda dengan masyarakat yang melakukan poligami di desa
Bojong Indah, bahwa peraturan perundang-undangan tersebut dirasa
sangat menyulitkan, dan membuang-buang waktu serta biaya. Pelaku
poligami tidak terlalu mementingkan legalitas perkawinan poligaminya.
Apabila hal demikian dilakukan, maka perkawinan mereka mendapat
legalitas dari Negara dan berimplikasi dalam mempermudah pembuatan
akte anak, pembuatan kartu keluarga (KK), dan pembagian harta waris.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pandangan masyarakat menyikapi konsep keluarga sakinah dalam
perkawinan poligami, sangat beragam sehingga menimbulkan pro dan
kontra bahkan ada yang tidak mengetahui tentang poligami sama sekali,
dan konsep keluarga sakinah bagi pelaku poligami di desa Bojong Indah
adalah terpenuhinya ekonomi para isteri dan anak-anak, menjaga keutuhan
rumah tangga dengan saling pengertian dan saling menghargai satu sama
lain, serta tercukupi kebutuhan lahir dan batin.
2. Dampak positif dan dampak Negatif yang umum terjadi pada isteri
maupun anak bagi pelaku poligami diantaranya:
Terhindar dari perbuatan maksiat dan perzinahan, memperbanyak
keturunan, melindungi dan mengangkat martabat para janda, melatih
kesabaran dan menekan egoisme, serta status yang jelas bagi perempuan
yang di nikahi.
Sedangkan dampak negative yang dirasakan oleh pelaku poligami di
antaranya:
Timbulnya perasaan inferior atau menyalahi diri sendiri, ketergantungan
secara ekonomi pada suami, sering terjadinya pernikahan di bawah tangan
atau pernikahan yang tidak dicatatkan pada kantor catatan sipil atau
84
Kantor Urusan Agama (KUA), dan terjadinya penyakit menular seperti
virus HIV/AIDS.
5. Faktor yang melatarbelakangi masyarakat desa Bojong Indah melakukan
perkawinan poligami, adalah 70% faktor pemahaman keagamaan
masyarakat bahwa dibolehkannya poligami, 15% faktor sosial ekonomi,
5% faktor pendidikan, 5% faktor sosial budaya, dan 5% faktor biologis.
B. Saran-saran
Dari hasil penelitian, penulis memberikan kritik dan saran di antaranya
kepada:
1. Pelaku poligami dan Masyarakat desa Bojong Indah untuk lebih
mengenal hukum dan mengikuti perundang-undangan, yaitu hukum
tentang perkawinan, sesuai dengan yurisprudensi hukum perkawinan
poligami di Indonesia UU No. 1 Tahun 1974, sehingga tidak terjadi
praktik poligami yang kurang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia.
2. Kepada pihak desa, akademisi dan instansi Negara melalui Kantor
Urusan Agama dan Pengadilan Agama untuk melakukan sosialisasi
tentang peraturan-peraturan perkawinan poligami baik dari segi
prosedur, materi ataupun proses administerasi kepada masyarakat desa
Bojong Indah, sehingga bagi pihak-pihak tertentu tidak lagi mengambil
jalan pintas dalam melakukan perkawinan poligami.
85
3. Kepada masyarakat untuk berpikir ulang dalam melakukan perkawinan
poligami, apabila hendak melakukan poligami, harus sesuai dengan
peraturan perundang-undangan No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
poligami, dan mempertimbangkan dampak positif dan negati yang akan
menjadi konsekuensi dari perkawinan tersebut.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Sufyan Raji. Poligami dan Eksistensinya. Jakarta: CV. Cahaya Esa,
2004.
Abdurrahman, Tim Redaksi Fokus Media (KHI), Himpunan Peraturan
Perundang-undangan tentang Perkawinan. Bandung, 2005.
Ali, Muhammad. Kamus Besar Bahasa Modern. Jakarta: Pustaka Amani, 1980.
Ali, Zaenudin. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Sinar Grafika,
2006.
Al-Qur’an dan Terjemah
Asrofi dan Thohir, M. Keluarga Sakinah dalam Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta:
Arindo Nusa Media, 2006.
Basri, Hasan. Membina Keluarga Sakinah. Jakarta: Pustaka Antara, 1996.
Danuri. Pertambahan Penduduk dan Kehidupan Keluarga. Yogyakarta: LPPK
IKIP, 1976.
Daruquthni, Ali bin Umar. Sunan Daruquthni. Beirut : Dar al-Fikr, 1994.
Data Monografi dan Jumlah Penduduk. Desa Bojong Indah Kecamatan Parung
Kabupaten Bogor, 2013.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Ilmu Fiqh. Jakarta:
Departemen Agama, 1884/1985.
Farhat, Karam Hilmi. Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani, dan Yahudi.
Dar-al afaq al-Arabiyah Kairo Mesir. Jakarta: Darul Haq, 2007.
86
Fuaduddin. Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam. Jakarta: LKAJ-SP, 1999.
Ghazali, Abd Rahman. Fiqih Munakahat. Jakarta: Prenada Mulia, 2003.
Gusmian, Islah. Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami. Yogyakarta: Pustaka
Marwa, 2007.
Jaiz, Hartono Ahmad. Wanita antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007.
Junaedi, Dedi. Perkawinan Membina Keluarga Sakinah menurut al-Qur’an dan
as Sunnah. Jakarta: akademika Pressindo, 2003.
Muhyidin, Abu Usamah dan Hamid, Abu. Legalitas Poligami menurut Sudut
Pandang Ajaran Islam. Yogyakarta: Sketsa, 2006.
Mulia, Musdah. Pandangan Islam tentang Poligami. Jakarta: LKAJ-SP, 1999.
Ningrat, Konijara. Pedoman Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 1993.
Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia
(Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974
sampai KHI). Jakarta : Kencana, 2004 cet. I
Nuruddin, Amiur dan Tarigan, Azhari Akmal. Hukum Perdata Islam di Indonesia.
Jakarta: Kencana, 2006.
Poewadarminto. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976.
Qaimi, Ali. Single Parent Peran Ganda Ibu dalam Mendidik Anak. Bogor:
Cahaya, 2003.
Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Jakarta:
Pradnya Paramita, 2006.
87
Suprapto, Bibit. Liku-liku Poligami. Yogyakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999.
Sutarmadi, Ahmad. Memberdayakan Keluarga Sakinah Menuju Indonesia 2020.
Surabaya: BP4, 1997.
Takariawan, Cahyadi. Pernik-Pernik Rumah Tangga Islami. Surakarta:
Intermedia, 2001.
Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman penulisan skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012, cet.II
Tutik, Titik Triwulan. Poligami Perspektif Perikatan Nikah. Jakarta: Prestasi
Pustaka Raya, 2007.
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Bandung, 2009.
Yanggo, Huzaimah Tahido. Pandangan Islam tentang Gender, dalam
Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam. Bandung,
2002.
PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara Kepala Desa Bojong Indah
1. Kapan Desa Bojong Indah berdiri?
2. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan poligami?
3. Menurut bapak bagaimana perkawinan poligami itu, sah atau tidak?
4. Bagaimana kedudukan Perkawinan poligami tersebut dari sudut pandang
hukum Islam dan hukum positif?
5. Mengapa masih banyak orang yang melakukan perkawinan poligami,
faktor-faktor apa yang melatarbelakangi mereka sehingga melakukan
perkawinan poligami?
6. Apakah masyarakat tahu undang-undang Perkawinan No 1 Tahun 1974
tentang kebolehan berpoligami ?
7. Pernahkah dari pihak desa mensosialisasikan tentang pentingnya
perkawinan yang sesuai dengan Undang-undang No 1 Tahun 1974?
8. Apakah keluarga poligami ini melakukan perkawinanya mendapatkan izin
dari Pengadilan Agama?
9. Bagaimana pandangan bapak tentang keluarga yang melakukan
perkawinan poligami?.
Wawancara Sekertaris Desa Bojong Indah
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan poligami, perkawinan
itu sah atau tidak?
2. Bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum
Islam dan hukum positif?
3. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan masyarakat melakukan
perkawinan poligami tetapi hidup mereka tetap bahagia dan rukun?
4. Apakah bapak tahu tentang Undang-undang No 1 Tahun 1974 yang
mengatur tentang poligami?
5. Apakah masyarakat tahu tentang peraturan tersebut?
Wawancara Masyarakat dan Tokoh Masyarakat
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan poligami?
2. Menurut bapak bagaimana perkawinan poligami itu, sah atau tidak?
3. Bagaimana kedudukan Perkawinan poligami tersebut dari sudut pandang
hukum Islam dan hukum positif?
4. Mengapa masih banyak orang yang melakukan perkawinan poligami,
faktor-faktor apa yang melatarbelakangi mereka sehingga melakukan
perkawinan poligami?
5. Apakah masyarakat tahu undang-undang Perkawinan No 1 Tahun 1974
tentang kebolehan berpoligami?
6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap perkawinan poligami ini?
Wawancara Pelaku Perkawinan Poligami (Suami)
1. Apakah bapak setuju dengan poligami?
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami? Mengapa?
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
4. Apa alasan bapak berpoligami?
5. Apakah tujuan bapak berpoligami itu untuk menghindari zina, dakwah
islamiyah, tujuan politik, dan mendapatkan keberkahan dari Allah?
6. Apakah bapak setuju bahwa poligami bisa memberikan keberkahan dalam
rizki karena memotivasi untuk bekerja lebih keras? Mengapa?
7. Apakah isteri bapak Setuju untuk di poligami? Mengapa?
8. Apakah menurut bapak bahwa wanita yang dapat di poligami adalah
wanita yang mengerti ilmu agama?
9. Apakah bapak Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa?
10. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak adil
terhadap kaum perempuan? Mengapa?
11. Bagaimana cara bapak membentuk rumah tangga ini menjadi keluarga
sakinah dalam poligami?
12. Apakah bapak Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu harus
mengerti betul ilmu agama? Mengapa?
13. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa?
14. Bagaimana tanggapan bapak bahwa poligami itu di haramkan menurut
pendapat sebagian orang?
15. Apakah bapak setuju apabila pemerintah mengharamkan poligami?
Mengapa?
Wawancara Pelaku Perkawinan Poligami (Isteri)
1. Apakah ibu setuju dengan poligami?
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami? Mengapa?
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
4. Alasan ibu mau di poligami?
5. Menurut ibu apa alasan isteri kedua/ketiga/keempat suami ibu mau
menikah dengan seorang suami ibu/yang sudah mempunyai isteri?
6. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu?
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu?
7. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi keluarga
ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa?
8. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa?
9. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak adil
terhadap kaum perempuan? Mengapa?
10. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu harus
mengerti betul ilmu agama? Mengapa?
11. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya ketimbang
positifnya? Mengapa?
12. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami anda
berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri?
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap
isteri-isteri dan anak-anaknya?
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-
keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya?
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak
mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri, isteri
mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Wawancara Anak dari Pelaku Perkawinan Poligami
1. Apakah anda setuju dengan perkawinan poligami yang dilakukan orang
tua anda?
2. Bentuk perkawinan yang paling baik mongami atau poligami? Mengapa?
3. Alasan anda menerima orang tua berpoligami?
4. Dampak poligami terhadap keluarga anda.
a. Apakah keuntungan yang anda rasakan?
b. Kesulitan dan tantangan apa yang di hadapi sebagai seorang anak?
5. Apakah anda setuju bahwa poligami itu berpengaruh negatif bagi keluarga
anda (anak-anak) dalam kehidupan bermasyarakat?
6. Apakah kebutuhan ekonomi serta hak-hak anda sebagai seorang anak
terpenuhi?
7. Bagaimana anda (anak-anak) menyikapi hal ini?
8. Bagaimana hubungan anda dengan ayah, ibu, dan saudara-saudara dari
perkawinan poligami ini?
Foto Peneliti Saat Wawancara Bersama Bapak Yahya Sukarya dan Isteri Pertama, di
Rumah Isteri Pertama. Selasa 22 Juli 2014, Pukul 13.00.
Foto Peneliti Saat Wawancara Bersama Bapak Yahya Sukarya dan Isteri Kedua, di
Rumah Isteri Kedua. Senin 21 Juli 2014, Pukul 14.00.
Foto Peneliti Saat Wawancara Bersama Anak dari Isteri Kedua Bapak Yahya, di
Rumah. Senin 21 Juli 2014, Pukul 14.15.
Foto Peneliti Saat Wawancara Bersama Bapak Yayang Sofyan dan Isteri Kedua, di
Teras Rumah. Senin 21 Juli 2014, Pukul 15.00.
Foto Peneliti Saat Wawancara Bersama Bapak H. Atmaja, di Ruang Tamu.
Senin 21 Juli 2014, Pukul 15.30.
Foto Peneliti Saat Wawancara Bersama Isteri Pertama Bapak H. Atmaja, di Ruang
Tamu. Senin 21 Juli 2014, Pukul 14.00.
Foto Peneliti Saat Wawancara Bersama Isteri Kedua Bapak H. Atmaja dan Anak,
di Teras Rumah. Senin 21 Juli 2014, Pukul 13.00.
HASIL WAWANCARA
Nama : Samino
Jabatan : Kepala Desa Bojong Indah
Tempat : Kantor Desa Bojong Indah
Waktu : 21 Juli 2014
Pukul : 11.00 WIB
……………………………………………………………………………………
1. Kapan Desa Bojong Indah berdiri? Desa Bojong Indah berdiri pada tahun
1980 yang di pimpin oleh bapak Lurah Resan (alm).
2. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan poligami? Poligami itu
adalah perkawinan yang dilakukan oleh satu orang suami kepada dua orang
perempuan sekaligus.
3. Menurut bapak bagaimana perkawinan poligami itu, sah atau tidak? Sah,
apabila mendapat persetujuan dari isteri pertama.
4. Bagaimana kedudukan Perkawinan poligami tersebut dari sudut pandang
hukum Islam dan hukum positif? Menurut hukum Islam perkawinan
poligami itu sah asal dapat berlaku adil terhadap isteri-isteri, sedangkan
menurut hukum positif tidak sah apabila tidak mendapat izin dari isteri.
5. Mengapa masih banyak orang yang melakukan perkawinan poligami,
faktor-faktor apa yang melatarbelakangi mereka sehingga melakukan
perkawinan poligami? Kebanyakan dari mereka (suami) merasa bahwa isteri
sudah tidak lagi memperhatikan suami, dan tidak pengertian tanpa memenuhi
alasan-alasan yang membolehkan untuk berpoligami.
6. Apakah masyarakat tahu undang-undang Perkawinan No 1 Tahun 1974
tentang kebolehan berpoligami ? Kebanyakan dari masyarakat di sini tidak
mengetahui Undang-undang tersebut hanya segelintir saja yang mengetahui
undang-undang itu.
7. Pernahkah dari pihak desa mensosialisasikan tentang pentingnya
perkawinan yang sesuai dengan Undang-undang No 1 Tahun 1974? Belum
pernah, tetapi dari pihak desa bekerja sama dengan pihak KUA untuk tujuan
tahun 2015 akan mengadakan MTQ tingkat desa, dan kami meminta kepada
pihak KUA, kami bertujuan untuk mengadakan itsbat nikah, bagi pasangan
yang menikah di bawah tangan dengan mengadakan nikah massal guna untuk
mempermudah mendapatkan akte nikah dan akte kelahiran anak.
8. Apakah keluarga poligami ini melakukan perkawinanya mendapatkan
izin dari Pengadilan Agama? Kebanyakan dari mereka tidak mendaftarkan
untuk mendapat izin dari pengadilan bisa dibilang poligami sirri.
9. Bagaimana pandangan bapak tentang keluarga yang melakukan
perkawinan poligami? Perkawinan poligami itu sebanarnya membuat diri
suami itu susah sendiri, mengurus dua isteri dan membagi waktu tetapi itu
semua kembali kepada kesiapan si suami itu sendiri untuk berlaku adil dan
yang paling penting perhatian isteri tidak kurang terhadap suami.
Informan
(….……………………)
HASIL WAWANCARA
Nama : Ismail Ikhsan
Jabatan : Sekertaris Desa Bojong Indah
Tempat : Kantor Desa Bojong Indah
Waktu : 21 Juli 2014
Pukul : 10.05 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan poligami, perkawinan
itu sah atau tidak? Menurut saya poligami itu sah, asalkan ada wali dan saksi,
kan sudah diatur dalam Al-qur’an surat an-Nisa ‘‘nikahilah olehmu wanita
satu, dua, tiga atau empat kalau tidak berlaku adil maka nikahilah satu saja’’.
2. Bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum
Islam dan hukum positif? Menurut hukum Islam poligami itu dibolehkan asal
dapat berlaku adil sedangkan menurut hukum positif hanya PNS saja yang
diatur tidak boleh poligami dan harus memenuhi persyaratan dari Pengadilan.
3. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan masyarakat melakukan
perkawinan poligami tetapi hidup mereka tetap bahagia dan rukun?
Biasanya dari pengertian dan kerelaan masing-masing isteri yang saling
menerima, tidak saling bertengkar. Intinya keluarga poligami itu saling
menerima keadaan.
4. Apakah bapak tahu tentang Undang-undang No 1 Tahun 1974 yang
mengatur tentang poligami? Iya tahu, bahwa Undang-undang perkawinan
juga mengatur tentang diperbolehkan poligami.
5. Apakah masyarakat tahu tentang peraturan tersebut?Masyarakat di desa
ini sangat bervariasi, ya ada yang tahu dan ada yang juga tidak tahu.
Informan
(….………………….)
HASIL WAWANCARA
Nama : Dedi Supriyadi
Jabatan : Kaur Desa Bojong Indah
Tempat : Kantor Desa Bojong Indah
Waktu : 21 Juli 2014
Pukul : 11.30 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan poligami,
perkawinan itu sah atau tidak? Menurut saya perkawinan poligami itu
sah-sah saja selama masih dijalur Islam serta si suami dapat berlaku adil.
2. Bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dari sudut pandang
hukum Islam dan hukum positif? Yang saya tahu poligami itu biasanya
kental sekali dengan hukum Islam dan kebanyakan dari mereka yang
menikah yang mengerti dan paham betul dengan hukum Islam, misalnya
yang sudah mempunyai gelar haji, kalau untuk hkum positifnya saya jga
kurang tahu.
4. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan masyarakat melakukan
perkawinan poligami tetapi hidup mereka tetap bahagia dan rukun?
Biasanya faktor perkawinan poligami ini di picu oleh Isteri sendiri, yaa
dari keadaan isteri yang memang sudah tidak menghormati suami, tidak
mempunyai keturunan serta memang sudah keinginan si suami itu sendiri
ingin menikah lagi.
5. Apakah bapak tahu tentang Undang-undang No 1 Tahun 1974 yang
mengatur tentang poligami? Kalau pribadi saya tentang undang-undang
perkawinan sedikit mengetahui yang mengatur tentang poligami
diantaranya apabila isteri tidak mempunyai keturunan maka suami boleh
berpoligami.
6. Apakah masyarakat tahu tentang peraturan tesrebut? Sepertinya
kebanyakan dari masyarakat di desa ini tidak mengetahui adanya undang-
undang perkawinan tapi sebagian mungkin mengetahuinya.
7. Apakah bapak tahu dampak dari perkawinan poligami ? Biasanya
dampak poligami itu akan dirasakan oleh pihak isteri kedua, yaa harus
mengalah masalah jatah waktu dan pastinya kalau memang tidak betul-
betul niat dengan ikhlas dalam perkawinan itu tergantung pasangan
tersebut mengatasinya.
HASIL WAWANCARA
Nama : Endang Supriyatna
Jabatan : Pegawai Pembantu Pencatat Nikah Desa Bojong Indah
Tempat : Di Rumah
Waktu : 28 Juli 2014
Pukul : 10.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan poligami? Poligami
adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh suami yang sudah memiliki
dengan mempunyai keinginan memiliki isteri kedua.
2. Menurut bapak bagaimana perkawinan poligami itu, sah atau tidak?
Pribadi saya, perkawinan poligami itu sah menurut Islam kalau memang si
suami itu merasa dapat berlaku adil dan sesuai dengan surat an-nisa ayat 3
dan mengikuti prosedur undang-undang perkawinan tentang poligami
tersebut.
3. Bagaimana kedudukan Perkawinan poligami tersebut dari sudut
pandang hukum Islam dan hukum positif ? Pandangan Islam sendiri
mengenai poligami suami dapat melakukan poligami dengan di iringi rasa
adil sedangkan menurut hukum positif/Negara ketika suami ingin menikah
lagi (poligami) harus ada izin dari pengadilan, apabila tidak demikian maka
perkawinannya itu dianggap tidak ada menurut Negara.
4. Mengapa masih banyak orang yang melakukan perkawinan poligami,
faktor-faktor apa yang melatarbelakangi mereka sehingga melakukan
perkawinan poligami? Mengapa mmasih banyak yang melakukan
poligami, diantaranya kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang
undang-undang perkawinan yang sudah diatur saat ini dan faktor agama
serta ekonomi yang menyebabkan poligami mudah dilakukan tetapi enggan
mengurus secara formal terhadap ketentuan Negara.
5. Apakah masyarakat tahu undang-undang Perkawinan No 1 Tahun
1974 tentang kebolehan berpoligami? Seperti yang saya katakan tadi
pemahaman masyarakat di desa ini sangat kurang tentang tentang Undang-
undang perkawinan tahun 1974 bahkan banyak sekali yang tidak
mengetahuinya sama sekali.
6. Apa pendapat bapak terhadap pelaku poligami yang tidak mengikuti
aturan Undang-undang perkawinan tahun 1974 tentang Perkawinan
poligami ?
Saya sangat menyayangkan kepada mereka yang tidak melegalkan
perkawinan poligaminya, memang dalam Islam tidak masalah tetapi kita
kan Warga Negara yang mempunyai hukum jadi setidaknya masyarakat
mentaati hukum itu, mungkin harus ada sosialisasi tentang Undang-undang
perkawinan dari pihak KUA dan Desa untuk bekerja sama menciptakan
masyarakat yang bahagia dan harmonis.
Informan
(….………………….)
HASIL WAWANCARA
Nama : Sarbini Umar
Jabatan : Ketua RT 10 Desa Bojong Indah
Tempat : Di Rumah
Waktu : 28 Juli 2014
Pukul : 10.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan poligami? Menurut
saya poligami itu harus dilakukan oleh para laki-laki yang memang sudah
berani bertanggung jawab serta adil dan mampu secara finansial.
2. Menurut bapak bagaimana perkawinan poligami itu, sah atau tidak ?
Karena poligami itu kan dianjurkan oleh Nabi asalkan kita dapat berlaku
adil.
3. Bagaimana kedudukan Perkawinan poligami tersebut dari sudut
pandang hukum Islam dan hukum positif? Yang saya tahu,asal cukup
syarat dan rukunnya poligami dibolehkan, kalau menurut hukum Negara
sih yang saya tahu harus ada izin dulu dari isteri dan pengadilan.
4. Mengapa masih banyak orang yang melakukan perkawinan poligami,
faktor-faktor apa yang melatarbelakangi mereka sehingga melakukan
perkawinan poligami? Biasanya faktor ekonomi serta banyak juga yang
menginginkan keturunan.
5. Apakah masyarakat tahu undang-undang Perkawinan No 1 Tahun
1974 tentang kebolehan berpoligami? Sebagian kecil masyarakat Desa
Bojong Indah yang tahu.
6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap perkawinan poligami
ini? Pandangan masyarakat biasanya menilai bahwa perbuatan itu adalah
perbuatan yang menyakiti wanita,menurut kaum wanita. Kalau laki-laki
banyak penilaiannya dari sudut yang membuat terjadinya poligami itu.
HASIL WAWANCARA
Nama : H. M. Nasrulloh
Jabatan : Tokoh Masyarakat/Agama Desa Bojong Indah
Tempat : Di Rumah
Waktu : 28 Juli 2014
Pukul : 10.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan poligami? Poligami
adalah perbuatan yang biasanya disandarkan oleh suami, jadi ketika suami
ingin berpoligami harus mempunyai tanggung jawab dan besar serta harus
berlaku adil.
2. Menurut bapak bagaimana perkawinan poligami itu, sah atau tidak?
Sah sekali, apalagi perkawinan poligami itu dilakukan dengan niat ibadah
dan tidak menyalahi aturan Agama yang tidak sah itu adalah tujuan
perkawinan untuk menyakiti seseorang.
3. Bagaimana kedudukan Perkawinan poligami tersebut dari sudut
pandang hukum Islam dan hukum positif? Islam memberikan jalan
keluar bagi suami misalnya suami tidak mendapatkan keturunan dari isteri
pertama maka dengan niat suami ingin mendapatkan anak dan dia ingin
menikah lagi itu adalah haknya, dan menurut hukum Negara memang
bahwa ketika suami ingin menikah lagi harus ada izin dari pengadilan.
4. Mengapa masih banyak orang yang melakukan perkawinan poligami,
faktor-faktor apa yang melatarbelakangi mereka sehingga melakukan
perkawinan poligami? Yang pertama poligami mudah dilakukan,
biasanya dari hubungan suami dengan orang ketiga sehingga banyak faktor
suami itu harus menikahinya dan sedangkan isteri pertama harus merasa
bersalah dengan keputusan suaminya untuk berpoligami, padahal poligami
dapat di cegah apabila hubungan suami isteri selalu harmonis dan
komitmen yang kuat.
5. Apakah masyarakat tahu undang-undang Perkawinan No 1 Tahun
1974 tentang kebolehan berpoligami? Mungkin sebagian masyarakat
mengetahui itu, tetapi dalam Undang-undang perkawinan 1974 itu
memberatkan bagi para pelaku poligami yaitu dengan adanya izin dari
pengadilan yang mungkin prosesnya begitu lama sehingga mereka merasa
ribet untuk mengurusnya.
6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap perkawinan poligami
ini? Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang poligami
itu, karena pasti ada sudut pandang yang mendukung dan ada sudut
pandang yang tidak mendukung perkawinan itu.
Informan
(….…………………..)
HASIL WAWANCARA
Nama : H. Atmaja
Jabatan : Kepala Rumah Tangga
Tempat : Teras Rumah
Waktu : 21 Juli 2014
Pukul : 15.30 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah bapak setuju dengan poligami? Setuju
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Monogami, karena sebenarnya yang dianjurkan oleh Allah itu
perkawinan yang sakinah, mawaddah, warahmah.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Iya.
4. Apa alasan bapak berpoligami? Alasan saya berpoligami untuk
beribadah kepada Allah, memang saat itu isteri kedua saya adalah
keturunan orang yang sangat kurang ekonominya sehingga dia sangat
membutuhkan biaya hidup, dan saya membantunya dengan menikahinya.
5. Apakah tujuan bapak berpoligami itu untuk menghindari zina,
dakwah islamiyah, tujuan politik, dan mendapatkan keberkahan dari
Allah? Dan pastinya saya ingin menghindari zina karena pada saat itu
saya mempunyai hubungan dengan isteri kedua. Jadi, saya putuskan untuk
menikahinya dan tentunya untuk mendapatkan keridhaan Allah.
6. Apakah bapak setuju bahwa poligami bisa memberikan keberkahan
dalam rizki karena memotivasi untuk bekerja lebih keras? Mengapa?
Setuju, karena dengan berpoligami kita merasa bahwa beban dan tanggung
jawab kita sangat besar tehadap isteri-isteri dan anak-anak.
7. Apakah isteri bapak Setuju untuk di poligami? Mengapa? Sangat
setuju, yang penting menurutnya saya bisa adil dalam hal nafkah lahir dan
batin.
8. Apakah menurut bapak bahwa wanita yang dapat di poligami adalah
wanita yang mengerti ilmu agama? Sebagian sangat mengerti agama.
9. Apakah bapak Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga
yang tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, buktinya
saya dan para isteri langgeng-langgeng saja karena isteri-isteri saya
mengerti tujuan dari perkawinan kami ini.
10. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Tidak setuju, karena
apabila seorang laki-laki memperlakukan isteri dengan cara yang hormat
wanita tidak akan merasa didiskriminasi.
11. Bagaimana cara bapak membentuk rumah tangga ini menjadi
keluarga sakinah dalam poligami? Saya memberikan pengertian dan
pemahaman kepada isteri-isteri saya dengan tujuan perkawinan kami, yaa
mereka paham dan mengerti sehingga mereka saling menjaga keutuhan
keluarga besar ini.
12. Apakah bapak Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Tentu, karena dengan
pengetahuan ilmu agama seseorang tidak akan menyalahgunakan
perkawinannya itu dan akan menata hidup lebih bahagia.
13. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Sebenarnya sih ia, mungkin timbul
dari pandangan masyarakat yang menilai sesuka mereka.
14. Bagaimana tanggapan bapak bahwa poligami itu di haramkan
menurut pendapat sebagian orang? Itu sih terserah mereka, tergantung
yang menjalaninya saja.
15. Apakah bapak setuju apabila pemerintah mengharamkan poligami?
Mengapa?
Tidak, saya lebih setuju apabila pemerintah melakukan sosialisasi tentang
perkawinan sehingga masyarakat tidak menyalahi aturan.
Informan
(…………………)
HASIL WAWANCARA
Nama : Siti Sarah
Jabatan : Isteri Pertama
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 21 Juli 2014
Pukul : 14.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Dari hati yang terdalam sih tidak.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa?
Yang paling baik itu adalah monogami, karena dari perkawinan monogami
kita dapat melahirkan keturunan anak-anak yang soleh yang nantinya akan
membahagiakan kita para orang tua.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Jalan darurat bagi suami menurut saya, dan tidak selalu dengan poligami.
4. Menurut ibu apa alasan isteri kedua/ketiga/keempat mau menikah
dengan seorang suami ibu/yang sudah mempunyai isteri? Yang saya
tahu sih, dari faktor ekonomi kebanyakan tetapi tidak demikian masih
banyak faktor yang lain.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Buat saya hidup rukun dengan
isteri kedua sudah cukup dan menambah keluarga besar.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu?
Alhamdulillah selama ini tidak ada.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak,
selama ini baik-baik saja.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, selagi keluarga
itu menjunjung nilai agama dan sopan santun yang tinggi menurut saya itu
baik.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Ya memang perempuan
adalah manusia yang berperasaan, jadi menurut sebagian itu tidak adil
untuknya.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Pastinya, karena agama
dan pengetahuan yang membimbing keluarga kita.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Yang saya rasakan lebih banyak
positifnya, saya jadi lebih banyak yang membantu dari anak-anak isteri
kedua.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Iya harus.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Iya harus adil.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya?
Selama ini suami selalu membagi rata nafkah lahir itu.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak
mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri, isteri
mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan? Saya
rasa tidak harus.
Informan
(………………………)
HASIL WAWANCARA
Nama : Aisyah
Jabatan : Isteri Kedua
Tempat : Di Rumah
Waktu : 21 Juli 2014
Pukul : 13.00 WIB
……………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Tidak setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa?
Pastinya monogami, yaa itu juga setiap pasangan untuk menikah satu kali
saja.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Iya, apabila seseorang memang membutuhkan perkawinan itu.
4. Alasan ibu mau di poligami? Alasan saya mau di poligami saat itu,
karena saya sangat membutuhkan seseorang yang dapat membantu
kehidupan finansial saya dan akhirnya saya bertemu bapak H. Atmaja.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Keuntungannya, saya dan anak-
anak mempunyai kepala keluarga yang memberikan nafkah.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu?
Biasanya saya sangat sulit dan sangat jarang bisa merasakan kehadiran
bapak saat hari-hari besar, yaa intinya saya harus mengalah dengan
isteri pertama.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak,
tergantung si pasangan poligami itu sendiri menyikapinya.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak juga, itu semua
dikembalikan kepada kita orang tua untuk menjaga nama baik keluarga.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Setuju, mungkin diantara
kami para perempuan pasti ada yang tersakiti tetapi kita mengambil
hikmahnya saja.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Ya memang harus, toh
kita kan orang Islam pastilah sedikit banyak mengerti.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Selama ini yang saya rasakan sih
Alhamdulillah lebih banyak positifnya.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Harus ada.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Iya, tapi suami saya selalu
memberikannya rutin tidak ada jaminan apapun hanya tanggung jawab
beliau menafkahi saya dan anak-anak.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya? Sudah
cukup memenuhi kebutuhan kami.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak
mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri, isteri
mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan? Saya
rasa tidak demikian.
Informan
HASIL WAWANCARA
Nama : Yahya sukarya
Jabatan : Kepala Rumah Tangga
Tempat : Teras Rumah
Waktu : 21 Juli 2014
Pukul : 14.30 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah bapak setuju dengan poligami? Tidak setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Monogami, kan tujuan perkawinan sebenarnya itu.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Bisa jadi demikian.
4. Apa alasan bapak berpoligami? Jadi pintar usaha dan memang waktu itu
ada peluang untuk mempunyai isteri kedua yaa, bisa dibilang sedang jaya.
5. Apakah tujuan bapak berpoligami itu untuk menghindari zina,
dakwah islamiyah, tujuan politik, dan mendapatkan keberkahan dari
Allah? Tujuan saya yaa, itu semua.
6. Apakah bapak setuju bahwa poligami bisa memberikan keberkahan
dalam rizki karena memotivasi untuk bekerja lebih keras? Mengapa?
Alhamdulillah dengan berpoligami banyak rezeki, karena banyak anak.
7. Apakah isteri bapak Setuju untuk di poligami? Mengapa? Awalnya
tidak setuju, tetapi lama kelamaan setuju karena terbiasa dengan isteri
kedua.
8. Apakah menurut bapak bahwa wanita yang dapat di poligami adalah
wanita yang mengerti ilmu agama? Harus baik dan mengerti agama.
9. Apakah bapak Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga
yang tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, yaa
karena itu pandangan yang tidak suka poligami.
10. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Iya setuju, seharusnya
wanita lebih dijaga perasaannya kecuali kalau istri itu nusyuz lain lagi
ceritanya.
11. Bagaimana cara bapak membentuk rumah tangga ini menjadi
keluarga sakinah dalam poligami? Saling memberikan pengertian
12. Apakah bapak Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Harus mengerti, Karena
isteri kan menjadi pendidik anak-anak.
13. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Banyak negativ, contohnya banyak
berbohong.
14. Bagaimana tanggapan bapak bahwa poligami itu di haramkan
menurut pendapat sebagian orang? Ya, saya berpendirian saja lah.
15. Apakah bapak setuju apabila pemerintah mengharamkan poligami?
Mengapa?
Setuju, agar para suami tidak seenaknya mempermainkan wanita.
Informan
(……………………….)
HASIL WAWANCARA
Nama : Arni
Jabatan : Isteri Pertama
Tempat : Teras Rumah
Waktu : 21 Juli 2014
Pukul : 15.30 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Tidak setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Monogami, ya tujuan pernikahan saya itu.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Mungkin.
4. Menurut ibu apa alasan isteri kedua/ketiga/keempat suami ibu mau
menikah dengan seorang suami ibu/yang sudah mempunyai isteri?
Yaa, mungkin sudah takdir saya, karena saat itu isteri kedua mencintai
bapak juga ditambah bapak sedang jaya keungannya.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Saya jadi lebih mudah menjalani
hidup, karena isteri kedua tidak neko-neko.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu? Tidak
ada yaa.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak,
kami menjaga keutuhan keluarga kami sehingga masyarakat beranggapan
baik.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak juga.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Setuju sekali, apalagi
suami tidak memberikan alasan yang masuk akal untuk menikah lagi.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Ia harus, ya karena
sangat penting apalagi buat perempuan.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Setuju, terkadang suami jadi terbuka
dengan kita.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Sudah ada.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Saya rasa suami saya
cukup adil.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya?
Seharusnya perlu ada jaminan, tetapi langsung sajalah dengan praktek.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak
mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri, isteri
mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Memang harus ada alasan seperti ini untuk berpoligami, tetapi suami
saya tidak demikian.
Informan
(……………………….)
HASIL WAWANCARA
Nama : Nunung
Jabatan : Isteri Kedua
Tempat : Teras Rumah
Waktu : 21 Juli 2014
Pukul :13.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Tidak setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa?
Saya lebih menyetujui monogami, karena siapa yang tidak mau
pernikahannya normal.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Kalau untuk keadaan tertentu mungkin iya.
4. Alasan ibu mau di poligami? Saat itu saya sangat membutuhkan biaya
dan dating bapak untuk menawarkan pernikahan dengan saya, saya tahu
saat itu bapak memiliki isteri tetapi isterinya mengiyakan entah dengan
dasar apa.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Kami jadi banyak bersilaturahmi,
dan saya rasa isteri pertama sudah menganggap saya seperti adiknya.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu? Harus
mengalah masalah waktu berkunjung.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Setuju,
terkadang masyarakat menganggap saya merebut suami orang tetapi saya
pasrah sajalah.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Setuju, karena tidak semua
yang berpoligami itu tidak baik.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Sebenarnya memang tidak,
tetapi tergantung si pelaku poligami itu mengetahui tujuannya.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Iya, saya rasa semua
orang tahu apa tujuan perkawinan itu menurut agama.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Ya, berbandinglah.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Sudah dilakukan suami
saya.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Sudah dibuktikan dengan
cara dia.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya?
Seharusnya ada bukti otentik, tetapi suami tidak begitu.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak
mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri, isteri
mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Setuju dengan alasan ini, tetapi yang dilakukan suami saya tidak
memenuhi alasan ini.
Informa
HASIL WAWANCARA
Nama : H. Abdul Mu’min
Jabatan : Kepala Rumah Tangga
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 23 Juli 2014
Pukul : 14.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah bapak setuju dengan poligami? Setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa?
Sebenarnya monogami, tetapi ketika kita ingin beribadah dan membantu
seseorang poligami juga terbaik.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Ya, poligami menjadi salah satu jalan darurat bagi keadaan tertentu.
4. Apa alasan bapak berpoligami? Ingin membantu isteri kedua, karena dia
adalah seorang janda beranak satu yang sangat membutuhkan kepala
keluarga untuk anaknya.
5. Apakah tujuan bapak berpoligami itu untuk menghindari zina,
dakwah islamiyah, tujuan politik, dan mendapatkan keberkahan dari
Allah? Pastinya untuk mendapatkan keberkahan dari Allah dan
memperoleh keturunan yang soleh untuk tabungan di Akhirat kelak.
6. Apakah bapak setuju bahwa poligami memberikan keberkahan
dalam rizki karena memotivasi untuk bekerja lebih keras? Mengapa?
Setuju, dengan selalu berbagi Allah akan menambahkan rejeki kepada kita
bisa jadi melalui anak dan dengan apapun yang penting kita yakin saja
7. Apakah isteri bapak Setuju untuk di poligami? Mengapa?
Alhamdulillah, isteri saya sangat menghargai apapun keputusan saya
karena dia adalah isteri yang soleha.
8. Apakah menurut bapak bahwa wanita yang dapat di poligami adalah
wanita yang mengerti ilmu agama? Kedua isteri saya sangat mengerti
ilmu Agama.
9. Apakah bapak Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga
yang tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, karena
saya yang merasakan semua itu.
10. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Seseorang itu memaknai
bahwa perempuan adalah seseorang yang harus dihargai dan di hormati
layaknya ibu.
11. Bagaimana cara bapak membentuk rumah tangga ini menjadi
keluarga sakinah dalam poligami? Saya selalu menanamkan sikap
saling membantu dan saling perhatian dan terciptalah keluarga yang
harmonis sampai saat ini.
12. Apakah bapak Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Harus, bagaimana
mungkin ketika suami ingin berpoligami tidak mngerti agama, jangan-
jangan niatnya itu bukan karena Allah.
13. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak, lebih banyak positifnya.
14. Bagaimana tanggapan bapak bahwa poligami itu di haramkan
menurut pendapat sebagian orang? Itu kan suatu pandangan, yaa jadi
sah-sah sajalah ketika orang beranggapan yang berbeda.
15. Apakah bapak setuju apabila pemerintah mengharamkan poligami?
Mengapa?
Silahkan, toh itu pemimpin Negara ko apapun keputusannya yaa harus
diikuti.
Informan
(…………………………)
HASIL WAWANCARA
Nama : Hj. Sarmani
Jabatan : Isteri pertama
Tempat : Ruang Keluarga
Waktu : 23 Juli 2014
Pukul : 15.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa?
Sebenarnya sih monogami, tetapi apabila poligami itu nilainya suatu
ibadah kenapa tidak dilakukan.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Bisa demikian.
4. Menurut ibu apa alasan isteri kedua/ketiga/keempat suami ibu mau
menikah dengan seorang suami ibu/yang sudah mempunyai isteri?
Saat itu isteri kedua seorang janda dan suami saya menikahi dia sekaligus
membantu memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Sampai saat ini keluarga kami
baik- baik saja dan keuntungan bagi saya menambah keluarga besar
dari isteri kedua adalah suatu anugerah dan salah satu untuk
menambah rezeki juga.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu? Tidak
ada, menurut saya bapak sangat adil dalam hal waktu dan nafkah
sehingga ketika ada gesekan dapat terselesaikan secara kekeluargaan.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak,
sebaliknya poligami mengajari anak-anak kami untuk saling menghargai
satu sama lain.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, itu semua
dikembalikan kepada pihak yang bersangkutan dalam membina rumah
tangga tersebut.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Sebagian wanita
berpendapat seperti itu tetapi kita lihat terlebih dahulu alasan suami kita
ingin menikah lagi.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Harus, karena poligami
adalah suatu tanggung jawab yang sangat besar.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak setuju, saya ko yang merasakan.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Iya sudah.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Suami saya hanya
menjamin bahwa ia akan berusaha berlaku adil dengan lisan.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya?
Seharusnya sih ada, tetapi bapak pasti mengerti itu.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak
mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri, isteri
mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Memang seharusnya seperti itu, tetapi kalau memang alasan yang
demikian itu tidak harus bisa di ganti dengan alasan ibadah asal benar-
benar saja niatnya.
HASIL WAWANCARA
Nama : Wati
Jabatan : Isteri Kedua
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 23 Juli 2014
Pukul : 16.30 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Tidak setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Ya, monogami karena siapa yang tidak ingin mempunyai
rumah tangga yang bahagia yang di huni oleh seorang suami dan satu
isteri.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Bisa jadi.
4. Alasan ibu mau di poligami? Karena saya sangat membutuhkan sosok
kepala rumah tangga pengganti alm. Suami saya terdahulu untuk anak-
anak, dan suami saya yang kedua ingin serius karena niat ibadah ya,
akhirnya saya menerimanya dan tentunya atas isteri pertama.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Anak-anak dan kehidupan
finansial saya terpenuhi.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu? Ya,
harus mengalah ketika di hari-hari besar dengan isteri pertama.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak
setuju, selagi kita dapat menjaga kehormatan keluarga kita hal itu tidak
akan terjadi.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, karena
tergantung dari pasangan itu sendiri.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Menurut saya sih memang
tidak adil bagi perempuan, tetapi kalau memang sudah darurat ya apa
boleh buat.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Harus, karena poligami
itu kan memang dari agama yang menganjurkan.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak, kan dikembalikan kepada
pasangannya.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Harus.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Harus ada, dan suami pasti
berlaku adil.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya?
Jaminan suami kepada saya dan isteri pertama sudah dilakukan dengan
cara memenuhi kebutuhan kami.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak
mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri,
mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan? Yang
saya tahu, memang poligami itu harus ada alasannya seperti isteri
mandul atau tidak punya anak.
HASIL WAWANCARA
Nama : Yayang Sopian
Jabatan : Kepala Rumah Tangga
Tempat : Ruang tamu
Waktu : 19 agustus 2014
Pukul : 19:30 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah bapak setuju dengan poligami? Setuju
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Kalau memang kita dapat berlaku adil menurut saya poligami.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Bisa begitu, dengan alasan tertentu.
4. Apa alasan bapak berpoligami? Tidak mendapatkan keturunan.
5. Apakah tujuan bapak berpoligami itu untuk menghindari zina,
dakwah islamiyah, tujuan politik, dan mendapatkan keberkahan dari
Allah? Menghindari zina, mencari berkah Allah dari keturunan anak-anak
yang shaleh
6. Apakah bapak setuju bahwa poligami bisa memberikan keberkahan
dalam rizki karena memotivasi untuk bekerja lebih keras? Mengapa?
Setuju..tapi masalah rizki mah tidak harus punya istri banyak untuk giat
bekerja,ada seorang istri yang saya nikahi itu karena pada waktu itu saya
berdagang di luar kota dengan waktu yang lama akhirnya saya menikah
lagi dan itupun atas persetujuan istri pertama saya.
7. Apakah isteri bapak Setuju untuk di poligami? Mengapa? Setuju,
karena dia mengerti keinginan saya untuk mempunyai anak ya, dia
menurut saja.
8. Apakah menurut bapak bahwa wanita yang dapat di poligami adalah
wanita yang mengerti ilmu agama? Ya, Alhamdulillah isteri saya
mengerti.
9. Apakah bapak Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga
yang tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tergantung orangnya
yang berpoligami,kalau saya alhamdulillah rukun-rukun saja
10. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Tidak setuju, karena
poligami adalah suatu ibadah kan sebelumnya ada komitmen antara isteri-
isteri.
11. Bagaimana cara bapak membentuk rumah tangga ini menjadi
keluarga sakinah dalam poligami? Cara saya mempertahankan
hubungan keluarga tetap rukun dan terjaga, saya selalu berkumpul bersama
ketika ada permasalahan selalu kami bicarakan bersama.
12. Apakah bapak Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Ya harus, karena ini kan
bersangkutan dengan tanggung jawab kita di hadapan Allah.
13. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak setuju, kalau memang sudah
saling ridho yaa lebih banyak positifnya.
14. Bagaimana tanggapan bapak bahwa poligami itu di haramkan
menurut pendapat sebagian orang? Biarkan saja, toh ini kan tujuannya
baik.
15. Apakah bapak setuju apabila pemerintah mengharamkan poligami?
Mengapa? Setuju, agar setiap laki-laki tidak seenaknya menikah lagi
tanpa alasan yang jelas.
Informan
(………………………..)
HASIL WAWANCARA
Nama : Nurlela
Jabatan : Isteri Pertama
Tempat : Ruang Keluarga
Waktu : 24 Juli 2014
Pukul : 15. 00 WIB
………………………………………………………………………………….
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau
poligami?Mengapa? Ya, sebetulnya sih tiadk ada yang lebih baik
tergantung pasangan itu membawa ke arah mana, baik itu momogami dan
poligami.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Ya
4. Menurut ibu apa alasan isteri kedua/ketiga/keempat suami ibu mau
menikah dengan seorang suami ibu/yang sudah mempunyai isteri?
Alasannya, karena suami saya ingin mempunyai keturunan.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu? Sejauh ini sih baik-
baik saja.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Keluarga saya menjadi semakin
banyak rejeki dikarenakan hubungan tali silaturahmi karena melihat dan
merasakan kebahagian suami.
b.Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu? Ya,
sebagai perempuan ada rasa cemburu sedikit.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak
setuju, tergantung orangnya saja yang menjalani.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, karena yang
saya rasakan tidak begitu.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Sebenarnya sih iya, tetapi
kalau memang ada alasan yang tepat dan baik untuk semuanya kenapa
tidak.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Sangat setuju, ya karena
ilmu Agama itu penting untuk bisa berlaku adil.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak setuju, kembali kepada
pasangan tersebut.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Ada
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Tidak dengan bukti yang
tertulis.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya?
Seharusnya sih ada, tetapi selama ini yang saya rasakan Alhamdulillah.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak
mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri, isteri
mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan? Ya
harus.
Informan
HASIL WAWANCARA
Nama : Yeti Nuryadi
Jabatan : Isteri Kedua
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 24 Juli 2014
Pukul : 12.30 WIB
…………………………………………………………………………………..
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau
poligami?Mengapa? Ya, seharusnya sih monogami tetapi apa boleh buat
memang sudah takdir.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Ya, bisa dikatakan seperti itu.
4. Alasan ibu mau di poligami? Ya, karena suami saya menginginkan
keturunan.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu? Baik-baik saja.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Ya, saya merasa hubungan
keluarga kami jadi semakin dekat dengan adanya poligami ini.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu?
Kesulitan bagi saya masalah waktu saja, ketika ingin bersama suami ya
harus sabar.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak,
tergantung pasangan yang menjalaninya saja.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, karena itu
semua tergantung pasangan yang menjalani dan bisa menjaga kehormatan
keluarga.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Memang demikian, saya
merasa ketika isteri harus di duakan bagaimana rasa sakit hatinya, tetapi
kalu memang sudah takdir apa yang mau dikata.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Setuju, ilmu pengetahuan
itu penting kan tanggung jawabnya nanti di hadapan Allah.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak, tergantung yang berpoligami.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Ada.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Selama ini suami saya
sudah berlaku adil.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya? Suami
saya menjamin kebutuhan anak-anak saya.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya,
tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri,
isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan? Iya
seharusnya.
Informan
(………………………..)
HASIL WAWANCARA
Nama : H. Arif
Jabatan : Kepala Keluarga
Tempat : Ruang Keluarga
Waktu : 24 Juli 2014
Pukul : 10.00 WIB
…………………………………………………………………………………..
1. Apakah bapak setuju dengan poligami? Setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Poligami, kalu memang kita mau beribadah.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Ya, memang jalan darurat yang dianjurkan oleh Allah.
4. Apa alasan bapak berpoligami? Saya ingin sekali mempunyai anak laki-
laki, sedangkan isteri pertama saya mempunyai anak perempuan semua,
maka dari itu saya ingin melengkapi kesempurnaan rumah tangga saya.
5. Apakah tujuan bapak berpoligami itu untuk menghindari zina,
dakwah islamiyah, tujuan politik, dan mendapatkan keberkahan dari
Allah? Yang pasti menghindari zina dan mengharapkan pahala dan ridho
dari Allah SWT.
6. Apakah bapak setuju bahwa poligami bisa memberikan keberkahan
dalam rizki karena memotivasi untuk bekerja lebih keras? Mengapa?
Setuju, karena semakin kita banyak berbagi maka semakin berkah rejeki
kita.
7. Apakah isteri bapak Setuju untuk di poligami? Mengapa? Sangat
setuju, dan Alhamdulillah isteri kedua saya dapat melahirkan anak laki-
laki semua, jadi hidup saya sempurna.
8. Apakah menurut bapak bahwa wanita yang dapat di poligami adalah
wanita yang mengerti ilmu agama? Iya, harus karena isteri akan menjadi
pendidik bagi anak-anaknya kelak.
9. Apakah bapak Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga
yang tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, keluarga
saya merasa bahagia dengan kehadiran anak-anak.
10. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Tidak, saya kembalikan
kepada perempuan apakah mereka setuju atau tidak di poligami, bagi yang
setuju ya sah-sah saja.
11. Bagaimana cara bapak membentuk rumah tangga ini menjadi
keluarga sakinah dalam poligami? Sebelumnya saya meminta izin isteri
pertama untuk menikah lagi karena saya sangat mendambakan anak laki-
laki dan Alhamdulillah isteri saya setuju dan Allah mengijabah do’a saya
sehingga isteri kedua melahirkan 3 anak laki-laki.
12. Apakah bapak Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Haruslah, kan ini adalah
pilihan kita untuk mencari ridho Allah.
13. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak setuju, saya merasakan hidup
saya bahagia dengan banyak anak dan isteri.
14. Bagaimana tanggapan bapak bahwa poligami itu di haramkan
menurut pendapat sebagian orang? Saya tidak setuju apabila poligami
disalah gunakan oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab.
15. Apakah bapak setuju apabila pemerintah mengharamkan poligami?
Mengapa? Setuju, apabila pemerintah mengatur untuk memberikan
perlindungan kepada perempuan.
Informan
(……………..…………)
HASIL WAWANCARA
Nama : Robiatul Adawiyah
Jabatan : Isteri Pertama
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 24 Juli 2014
Pukul : 11.00 WIB
…………………………………………………………………………………..
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Menurut saya monogami, ya memang perkawinan ini yang
dianjurkan dalam syariat Islam.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Iya, apabila memang sudah darurat maka dibolehkan.
4. Menurut ibu apa alasan isteri kedua/ketiga/keempat suami ibu mau
menikah dengan seorang suami ibu/yang sudah mempunyai isteri?
Alasan isteri kedua mau di poligami, ya bisa dibilang masuk akal karena
suami saya menginginkan sekali anak laki-laki dan saya hanya memberi
anak perempuan semua dari 5 bersaudara. Jadi, isteri pertama
menerimanya.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu? Selama ini baik-baik
saja yah.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Saya merasa bahagia karena
suami mendapatkan apa yang dia inginkan dengan memiliki anak laki-
laki.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu? Hmm,
tidak ada yah komunikasi kami lancar-lancar saja.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak
setuju, sebagian orang termasuk saya merasa poligami itu banyak
berpengaruh positif di lingkungan.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, tergantung
kami pelaku poligami yang menjalaninya.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Tidak juga yah, selagi ada
kepastian dan komitmen jadi tidak ada yang merasa tersakiti.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Ya, harus agar tahu
poligami itu sebenarnya adalah perbuatan baik kalau memang kita sadar.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak setuju, rumah tangga saya
buktinya kami harmonis dan rukun-rukun saja.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Wajib.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap
isteri-isteri dan anak-anaknya? Suami sudah menjamin untuk berlaku
adil.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya? Sudah
dilakukan oleh suami.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak
mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri, isteri
mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Memang seharusnya seperti itu alasan yang menjadi point utama.
Informan
HASIL WAWANCARA
Nama : Suenah
Jabatan : Isteri Kedua
Tempat : Teras Rumah
Waktu : 24 Juli 2014
Pukul : 14.00 WIB
…………………………………………………………………………………..
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Poligami, kalau itu membuat semua bahagia.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Iya, poligami bisa dibilang salah satu jalan darurat.
4. Alasan ibu mau di poligami? Alasan saya, ya karena suami ingin
mempunyai keturunan laki-laki dan ia meminta saya untuk menjadi
isterinya ya, saya menerima.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu? Bahagia ko keluarga
saya, terutama anak-anak.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Keuntungan untuk keluarga saya
sendiri, menjadi lengkap ditambah berkumpulnya keluarga dari isteri
pertama.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu? Tidak
ada yah, selama yang saya rasakan.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak,
sebaliknya masyarakat menghormati kedudukan saya sebagai perempuan
yang dipoligami.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, kan saya yang
merasakan tidak ada apa-apa.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Tidak, karena apabila
sebelumnya sudah berkomitmen yaa hubungan kami sebagai isteri baik-
baik saja.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Setuju, ya kan kita akan
menjadi ibu yang mendidik anak-anak.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak, tergantung pasangan poligami
itu sendiri yang menjalani.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami? seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Harus ada.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Suami saya sudah
menjamin untuk hal itu.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya? Sudah
pasti, suami saya memenuhi kebutuhan kami dan anak-anak.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya,
tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri,
isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Sebenarnya, memang alasan poligami itu penting.
Informan
(…………………………..)
HASIL WAWANCARA
Nama : H. Ridwanullah
Jabatan : Kepala Rumah Tangga
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 25 Juli 2014
Pukul : 13.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah bapak setuju dengan poligami? Setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Pilihan yang paling baik atau tidaknya adalah bagaimana cara
kita membina perkawinan itu sendiri.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Tidak juga.
4. Apa alasan bapak berpoligami? Alasan saya berpoligami, ketika saya
sanggup dan merasa adil untuk menikah lagi, kenapa tidak kalau niatnya
untuk beribadah kepada Allah.
5. Apakah tujuan bapak berpoligami itu untuk menghindari zina,
dakwah islamiyah, tujuan politik, dan mendapatkan keberkahan dari
Allah? Saya hanya mengharapkan keridhoan dari Allah saja.
6. Apakah bapak setuju bahwa poligami bisa memberikan keberkahan
dalam rizki karena memotivasi untuk bekerja lebih keras? Mengapa?
Rejeki pasti datang ketika kita bekerja keras, ikhtiar dan berdo’a tidak
harus berpoligami juga.
7. Apakah isteri bapak Setuju untuk di poligami? Mengapa? Setuju,
karena niat saya yang saya jelaskan kepada isteri.
8. Apakah menurut bapak bahwa wanita yang dapat di poligami adalah
wanita yang mengerti ilmu agama? Pastinya, yang tahu akan balasan
dari Allah dan mentaati suami.
9. Apakah bapak Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga
yang tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, orang
yang berpoligami itu kan baik karena menanggung dua keluarga sekaligus.
10. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Tidak, malah dapat
membantu seorang perempuan yang sedang membutuhkan bantuan.
11. Bagaimana cara bapak membentuk rumah tangga ini menjadi
keluarga sakinah dalam poligami? Yah, saya tuntun saja ke jalan agama
yang mengajarkan kita pada kerukunan berumah tangga dan Alhamdulillah
mereka mengerti.
12. Apakah bapak Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Harus, semua perbuatan
pasti akan dimintai tanggung jawabnya di akhirat kelak.
13. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak, dikembalikan kepada kita yang
berpoligami.
14. Bagaimana tanggapan bapak bahwa poligami itu di haramkan
menurut pendapat sebagian orang? Itu sih terserah mereka, kan tidak
semua yang beranggapan demikian.
15. Apakah bapak setuju apabila pemerintah mengharamkan poligami?
Mengapa? Ya, silahkan saja demi kebahagiaan dan perlindungan bagi
perempuan.
Informan
(…………………………..)
HASIL WAWANCARA
Nama : Hj. Fatimah
Jabatan : Isteri Pertama
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 25 Juli 2014
Pukul : 14.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? setuju
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Monogami
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Tidak juga, karena poligami bukan salah satu jalan alternative ketika ada
permasalahan rumah tangga.
4. Menurut ibu apa alasan isteri kedua/ketiga/keempat suami ibu mau
menikah dengan seorang suami ibu/yang sudah mempunyai isteri?
Alasannya ya, karena dia seorang janda dan dia membutuhkan sosok
suami yang dapat memberikan biaya serta kebutuhan sekolah anak-anak.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu? Ya, saya menerima
saja dan hubungan keluarga kami tetap terjalin.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Memaklumi,
persaudaraan terjalin, suka duka kita tetap kumpul.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu?
hmm, Alhamdulillah tidak ada ya.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Saya tidak
setuju, ya memang awalnya masyarakat menganggap acuh tak acuh tetapi
sekarang sudah biasa saja.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, justru dengan
berpoligami keluarga saya jadi semakin dekat.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Tidak setuju, kalau niat
suami itu tulus untuk hal yang baik kenapa tidak untuk dilakukan asal
jangan mempermainkan wanita saja.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Harus, bukan hanya
ditujukan kepada seseorang yang ingin berpoligami saja.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Ya, balance lah.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Sudah ada izin.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Sudah ada tetapi tidak
dengan bentuk tertulis.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya?
Alhamdulillah, sudah dijamin oleh suami dalam bentuk memenuhi
kebutuhan kami.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya,
tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri,
isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Memang seharusnya poligami itu dilakukan dilandasi dengan adanya
alasan yang sesuai tetapi kan setiap orang berbeda masalahnya.
Informan
HASIL WAWANCARA
Nama : Hj. Suherti
Jabatan : Isteri Kedua
Tempat : Teras Rumah
Waktu : 25 Juli 2014
Pukul : 15.30 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Sebenarnya monogami, karena itu kan impian setiap orang
yang mempunyai pernikahan yang langgeng tanpa gangguan orang lain.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Ya, bisa dibilang begitu.
4. Alasan ibu mau di poligami? Awalnya saya menolak dipoligami tetapi
niat suami saya benar-benar tulus ingin membahagiakan saya dan anak-
anak dan isteri pertama menyetujuinya.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu? Dampaknya sangat
positif, saya bisa share dengan isteri pertama untuk masalah keluarga
kami.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Anak-anak dan saya jadi bisa
menghargai orang lain terutama bagi kami keluarga berpoligami.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu? Ya,
walaupun kami saling menerima tetapi waktu berkunjung tetap harus
mengalah dengan isteri pertama.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Masing-
masing saja, ya menurut saya, selama yang saya rasakan ketika tidak
mengganggu orang lain masyarakat pun biasa-biasa saja.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, masa orang
niat baik untuk melestarikan keturunan dan beribadah kepada Allah
dianggap tidak baik itu kan hanya sebagian orang saja yang beranggapan
demikian.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Jujur, sebagai perempuan
saya merasakan hal demikian apalagi itu ditujukan bagi isteri pertama,
tetapi dibalik kejadian yang kita alami pasti ada hikmahnya.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Siapapun dia dan wajib
bagi orang Islam mengerti Agama.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Itu semua dikembalikan kepada
pelaku poligami tersebut.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Harus.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Seharusnya seperti itu,
tetapi yang kita harapkan adalah bukti dengan perbuatan.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya?
Memang sudah kewajiban suami untuk memenuhi kebutuhan isteri-
isteri dan anak-anaknya.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya,
tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri,
isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Menurut saya, poligami itu lebih adil bagi perempuan apabila
dilakukan oleh suami ketika ada alasan yang membolehkan poligami.
HASIL WAWANCARA
Nama : Usman Nata
Jabatan : Kepala Rumah Tangga
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 25 Juli 2014
Pukul : 16.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah bapak setuju dengan poligami? Setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Poligami, karena dengan poligami saya jadi mempunyai
keturunan.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Ya, poligami adalah sebagai jalan darurat bagi yang membutuhkan.
4. Apa alasan bapak berpoligami? Alasannya saya berpoligami sangat
dibolehkan oleh Undang-undang karena isteri pertama saya tidak
memberikan saya keturunan, dan saya mempunyai hak untuk mewujudkan
impian saya dan isteri sayapun tidak keberatan dengan itu.
5. Apakah tujuan bapak berpoligami itu untuk menghindari zina,
dakwah islamiyah, tujuan politik, dan mendapatkan keberkahan dari
Allah? Saya hanya mengharapkan keberkahan serta keridhoan dari Allah
SWT.
6. Apakah bapak setuju bahwa poligami bisa memberikan keberkahan
dalam rizki karena memotivasi untuk bekerja lebih keras? Mengapa?
Pasti, dengan banyak anak pasti Allah menambahkan rejeki kepada saya
dan anak-anak.
7. Apakah isteri bapak Setuju untuk di poligami? Mengapa? Sangat
setuju, karena dia menyadari akan kekurangannya dan dia turut berbahagia
ketika isteri saya melahirkan keturunan dan saya tetap sayang dengan
isteri-isteri saya.
8. Apakah menurut bapak bahwa wanita yang dapat di poligami adalah
wanita yang mengerti ilmu agama? Pasti, karena dengan dia ridho saja
berarti dia sudah mengerti akan anjuran dan hikmah dari poligami
tersebut.
9. Apakah bapak Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga
yang tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, keluarga
poligami adalah keluarga yang selalu menyambung tali silaturahmi.
10. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Mungkin sebagian orang
berpandangan demikian, tetapi bagi isteri-isteri saya tidak seperti itu.
11. Bagaimana cara bapak membentuk rumah tangga ini menjadi
keluarga sakinah dalam poligami? Dengan menyadari kekurangan dan
kelebihan masing-masing, keluarga saya menjadi lebih mawas diri dan
saling menghormati satu sama lain.
12. Apakah bapak Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Tentunya, bukan hanya
yang berpoligami tetapi semua umat Islam.
13. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Itu saya kembalikan kepada yang
menjalaninya saja.
14. Bagaimana tanggapan bapak bahwa poligami itu di haramkan
menurut pendapat sebagian orang? Saya sih lebih berpendapat kepada
yang membolehkan saja tidak perduli dengan yang mengharamkan.
15. Apakah bapak setuju apabila pemerintah mengharamkan poligami?
Mengapa? Silahkan saja, saya kan warga Negara hanya mengikuti dan
mematuhi saja.
Informan
(……………………….)
HASIL WAWANCARA
Nama : Sopiah
Jabatan : Isteri Pertama
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 25 Juli 2014
Pukul : 17.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Tidak setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Monogami, karena itu adalah tujuan awal pernikahan saya
dengan suami.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Sebagian berpendapat poligami adalah jalan darurat.
4. Menurut ibu apa alasan isteri kedua/ketiga/keempat suami ibu mau
menikah dengan seorang suami ibu/yang sudah mempunyai isteri?
Alasan isteri kedua menerima ya, sangat wajar karena suami saya ingin
sekali mempunyai keturunan dan saya menyadari hal itu, karena saya tidak
dapat memberikan keturunan untuk suami.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu? Saya senang ketika
suami saya mempunyai keturunan dari isteri kedua, walaupun ada sedikit
rasa cemburu karena saya tidak sempurna.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Keuntungan buat saya, ketika
suami saya mempunyai anak dia semakin bertambah sayang dan
perhatiannya terhadapa saya.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu?
Alhamdulillah, tidak ada selama saya menjalaninya.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak,
karena suami saya dapat menjaga kehormatan saya sebagai seorang isteri.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, buktinya
keluarga saya baik-baik saja.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Kalau kita menyadari
kekurangan kita, dan demi kebahagiaan suami dan utuhnya rumah tangga,
ya kita menerima keputusan itu agar tidak ada yang tersakiti.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Setuju, kan kita orang
Islam masa ga ngerti Agama.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak, tergantung kita saja lah.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Iya harus.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Seharusnya memang ada
bukti jaminan.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya? Saya
menyerahkan itu semua kepada suami saja.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya,
tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri,
isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Setuju, sebenarnya itu dapat melindungi kita sebagai perempuan.
HASIL WAWANCARA
Nama : Hertati
Jabatan : Isteri Kedua
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 23 Juli 2014
Pukul : 15.30 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Tidak setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk
keadaan tertentu? Alasan ibu mau di poligami? Ya, sejujurnya
monogami itu yang terbaik bagi pasangan yang ingin hubungan
keluarganya harmonis tetapi itu semua tidak menjamin demikian.
3. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu? Ya Alhamdulillah
yang saya rasakan baik-baik saja.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Keuntungannya, ya kami jadi
semakin menjalin hubungan kekeluargaan dengan perantara adanya anak.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu? Bagi saya,
kesulitannya ya harus mengalah dan lebih mengerti masalah pembagian
waktu berkunjung suami saja.
4. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak
setuju, Karena kami menjaga hubungan poligami kami dengan masyarakat
dengan baik tidak ada yang dirugikan.
5. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga
yang tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setujulah, itu
terserah orang lain yang menilai saja.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Perempuan mana yang
ingin di duakan, pastinya ingin menjadi yang terbaik dan pertama.
7. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Setuju, ya haruslah
mengerti baik itu perempuan maupun laki-laki.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Yang saya rasakan sampai saat ini
lebih banyak positifnya.
9. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Harus ada.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Wajib suami menjadi
kesejahteraan dan adil terhadap isteri-isterinya.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya?
Seharusnya ada bukti seperti bukti tertulis, tetapi suami saya tidak
begitu langsung praktek saja.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya,
tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri,
isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Setuju, karena tidak semua wanita mau di poligami.
Informan
(………………………..)
HASIL WAWANCARA
Nama : Marjuki
Jabatan : Kepala Rumah Tangga
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 26 Juli 2014
Pukul : 10.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah bapak setuju dengan poligami? Setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Saya lebih setuju poligami, dengan membantu orang lain
dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya itu bisa dibilang ibadah.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Tidak juga.
4. Apa alasan bapak berpoligami? Alasan saya berpoligami karena saya
ingin membantu kehidupan isteri kedua yang sangat minim finansialnya,
dari pada saya mempunyai hubungan yang tidak sah maka saya memilih
untuk berumah tangga dengannya, awalnya isteri tidak menerima tetapi
lama-kelamaan biasa saja.
5. Apakah tujuan bapak berpoligami itu untuk menghindari zina,
dakwah islamiyah, tujuan politik, dan mendapatkan keberkahan dari
Allah? Salah satunya menghindari zina, karena saya ingin mendapat
pahala disamping itu juga Allah pasti memberkahi perkawinan saya.
6. Apakah bapak setuju bahwa poligami bisa memberikan keberkahan
dalam rizki karena memotivasi untuk bekerja lebih keras? Mengapa?
Kalau dibilang seperti itu ya memang ada benarnya juga sih, tetapi kan
rejeki mah Allah yang sudah mengaturnya.
7. Apakah isteri bapak Setuju untuk di poligami? Mengapa? Awalnya
sih tidak tetapi lama-kelamaan dia terbiasa dan menerima perkawinan saya
dengan isteri kedua.
8. Apakah menurut bapak bahwa wanita yang dapat di poligami adalah
wanita yang mengerti ilmu agama? Ya harus, kan sekarang suami yang
menentukan ridhonya atau tidak, sudah sepatutnya wanita harus mengerti
Agama.
9. Apakah bapak Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga
yang tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak juga, ya
namanya juga hidup dalam dua keluarga pasti ada saja kesalah pahaman
tetapi tidak sampai berlarut-larut karena dapat di selesaikan secara
kekeluargaan.
10. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Tidak setuju, kan dalam
perkawinan poligami juga seorang isteri dilindungi hak-haknya oleh
suami.
11. Bagaimana cara bapak membentuk rumah tangga ini menjadi
keluarga sakinah dalam poligami? Karena isteri pertama sudah biasa
dengan perkawinan poligami saya, ya sekarang mudah memberikan
nasihat dan selalu menjaga keharmonisan satu sama lain.
12. Apakah bapak Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Iya, itu ditujukan
terutama untuk para suami.
13. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak setuju, keluarga saya rukun-
rukun saja saatnya berkumpul mereka berkumpul dan ketika ada masalah,
saya dan para isteri selalu bermusyawarah menyelesaikannya.
14. Bagaimana tanggapan bapak bahwa poligami itu di haramkan
menurut pendapat sebagian orang? Tidak apa-apa, itu kan menurut
pendapat manusia bukan menurut Allah ya, saya santai-santai saja selama
masih berlaku adil dan dalam ketentuan syariat Islam.
15. Apakah bapak setuju apabila pemerintah mengharamkan poligami?
Mengapa? Saya setuju sekali, apabila pemerintah mengatur itu kalau
memang ada maslahatnya buat semua.
HASIL WAWANCARA
Nama : Senah
Jabatan : Isteri Pertama
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 26 Juli 2014
Pukul : 11.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Setuju tidak setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Monogami, karena menurut saya monogami itu impian setiap
orang, yah tanpa ada yang mengganggu dari pihak manapun.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Alasan ibu mau di poligami? Tidak.
4. Menurut ibu apa alasan isteri kedua/ketiga/keempat suami ibu mau
menikah dengan seorang suami ibu/yang sudah mempunyai isteri?
Ya, mungkin dia sangat membutuhkan perhatian dan ingin ada yang
memenuhi kebutuhan sehari-harinya, yaa jadi dia mau di poligami.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu? Awalnya sih keluarga
saya seperti berantakan, tetapi sekarang saya sudah menerima dan baik-
baik saja sampai saat ini.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Yaa, Alhamdulillah sekarang ada
yang membantu mengurus suami jadi ketika saya tidak dapat memenuhi
tanggung jawab saja seketika waktu ada isteri kedua yang menggantikan,
yaa kita saling mengerti saja.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu? Sampai saat
ini tidak ada, baik-baik saja semuanya.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak,
tetapi saya berharap semoga perkawinan poligami ini tidak turun ke anak-
anak kami cukup kami saja yang merasakan.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Pandangan orang dan
masyarakat sih begitu, tetapi saya dan suami tetap harmonis.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Iya, karena perkawinan itu
kan hak semua orang dan begitu juga sama kebahagiaan eeh.. tau-taunya
ada orang lain dalam pernikahan kita, gimana engga merasa tidak adil.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Harus itu, kalau dia
mengerti Agama kan enak jadinya lebih mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk kan.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Itu semua tergantung yang
menjalaninya saja lah.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Seharusnya ada, dan
ketika tidak disetujui suami tidak boleh bertindak seenaknya.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Suami saya, menjamin ko
buktinya kami merasa cukup selama ini.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya? Yang
pasti jaminan berupa bentuk tertulis sih tidak ada, tetapi keperluan
kami dipenuhi.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya,
tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri,
isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Saya setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa poligami harus
ada alasan yang tepat, jadi kan suami tidak seenaknya melakukan
poligami.
Informan
HASIL WAWANCARA
Nama : Asih
Jabatan : Isteri Kedua
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 26 Juli 2014
Pukul : 13.30 WIB
…………………………………………………………………………………….
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Setuju tidak setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Monogami, saya kan ingin rumah tangga saya dengan suami
utuh dengan perkawinan sekali saja.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Alasan ibu mau di poligami? Yang pasti bukan jalan darurat, saya hanya
ingin orang yang lebih mengerti saya dalam hal apapun,eeeh ternyata
kriteria itu disuami orang,mungkin takdir saya.
4. Apa alasan ibu mau di poligami ? Awalnya sih saya tidak mau, tetapi
karena saya merasa cocok dengan suami kedua saya dan saya tau dia
sudah memiliki isteri, ya saya setuju dengan meminta izin isteri
pertamanya.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu? Selama yang saya
rasakan baik-baik saja.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Alhamdulillah saling menerima
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu?
Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada kesulitan, cuma kalau di hari-
hari besar saja harus menunggu giliran, tidak bisa shalat ied bareng
sama suami itu saja.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Awalnya
sih ia, saya di sangka merebut suami orang padahal kan tidak, isteri
pertama juga setuju dengan perkawinan saya ya walaupun awalnya tidak
setuju.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidaklah, kan tergantung
siapa yang melakukan poligami itu.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Ya, memang bisa dibilang
gitu ya.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Setuju, kan kita jadi tau
mana yang harus dilakukan dan tidak.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Awalnya ada keraguan, rasa takut, dan
omongan masyarakat yang memandang sebelah mata tentang istri
kedua,akan tetapi lambat laun semua berjalan indah dan tentram.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Kalau adanya izin isteri
itu harus, yah menurut saya kan supaya rumah tangga bisa tenang
walaupun itu poligami.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Menjamin sih, saya merasa
cukup.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya? Suami
saya sangat mementingkan kebutuhan-kebutuhan saya dan anak-anak.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak
mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri, isteri
mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan? Kalau
isteri tidak lagi memperhatikan suami apalagi tidak memberikan
keturunan saya rasa itu boleh untuk suami berpoligami.
HASIL WAWANCARA
Nama : H. Andit
Jabatan : Kepala Rumah Tangga
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 02 September 2014
Pukul : 10.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah bapak setuju dengan poligami? Setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Mongami, karena semua orang pastinya mengiginkan
kehidupan yang bahagia dalam satu keluarga.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Tidak juga, tetapi jalan kesempatan untuk meraih ridho Allah.
4. Apa alasan bapak berpoligami? Alasan saya, ya ingin beribadah kepada
Allah dengan melakukan perkawinan poligami ini.
5. Apakah tujuan bapak berpoligami itu untuk menghindari zina,
dakwah islamiyah, tujuan politik, dan mendapatkan keberkahan dari
Allah? Iya, salah satunya untuk menghindari zina.
6. Apakah bapak setuju bahwa poligami bisa memberikan keberkahan
dalam rizki karena memotivasi untuk bekerja lebih keras? Mengapa?
Setuju, kan saya jadi giat bekerja karena merasa punya tanggung jawab
yang lebih.
7. Apakah isteri bapak Setuju untuk di poligami? Mengapa? Setuju,
menurut dia dari pada selingkuh dan berbuat perbuatan dosa lebih baik ya
menikah. Jadi jelas statusnya.
8. Apakah menurut bapak bahwa wanita yang dapat di poligami adalah
wanita yang mengerti ilmu agama? Pasti, perempuan baik itu
perempuan yang mengerti sekali ilmu Agama.
9. Apakah bapak Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga
yang tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, saya dan
keluarga harmonis-harmonis saja.
10. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Itu sih tergantung
perempuannya, dan apa alasan suami itu menikah lagi.
11. Bagaimana cara bapak membentuk rumah tangga ini menjadi
keluarga sakinah dalam poligami? Sederhana saja, saya selalu terbuka
dengan isteri-isteri saya dalam hal apapun.
12. Apakah bapak Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Dalam artian mengerti
yang di perintahkan oleh Allah dan dilarang-Nya.
13. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak, kan kita semua sudah dewasa
dan mengerti cara menjaga hubungan baik dengan masyarakat.
14. Bagaimana tanggapan bapak bahwa poligami itu di haramkan
menurut pendapat sebagian orang? Terserah orang mau beranggapa
apa, yang penting saya tidak menyalahi aturan dan keluar dari ajaran
Agama.
15. Apakah bapak setuju apabila pemerintah mengharamkan poligami?
Mengapa? Silahkan, yang penting ada alasan yang membawa manfaat
buat kaum laki-laki dan perempuan.
Informan
(………………………………)
HASIL WAWANCARA
Nama : Hj. Amah
Jabatan : Isteri Pertama
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 02 September 2014
Pukul : 13. 00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Setuju
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Ya, monogami alasan saya sederhana mana ada perempuan
yang mau di madu.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Tidak, poligami itu hanya alasan suami saja.
4. Menurut ibu apa alasan isteri kedua/ketiga/keempat suami ibu mau
menikah dengan seorang suami ibu/yang sudah mempunyai isteri?
Alasannya apa ya, ya karena dia suka begitupun dengan suami.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu? Sampai sekarang baik-
baik saja dan tidak ada dampak yang terlalu menonjol.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Keuntungannya, ya kami jadi
seperti keluarga besar saja.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu?
Kesulitannya mungkin dari kesalah pahaman saja ketika kami tidak
saling bermusyawarah saat ada perkara.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Setuju
tidak setuju, terkadang ia masyarakat berpandangan beda jadi banyak
omongan yang ga enak.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, tergantung
saya dan isteri kedua yang menjalaninya.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Sejujurnya iya, kalau
suami mau menikah lagi seharusnya dengan alasan yang masuk akal
supaya diterima oleh kita isteri pertama.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Harus, supaya tak
menyesal nantinya.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak setuju, malah banyak
berkahnya.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Itu harus ya.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Sebelum menikah suami
punya bukti bahwa dia menjamin kami, tapi engga gitu suami saya.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya?
Jaminannya langsung praktek saja, ga ada jaminan ke Pengadilan-
Pengadilan segala kaya gitu.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak
mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri, isteri
mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Setuju sekali dengan ini, agar dimengerti dan diterima oleh para isteri
pertamanya.
HASIL WAWANCARA
Nama : Newi
Jabatan : Isteri Kedua
Tempat : Teras Rumah
Waktu : 02 September 2014
Pukul :14. 30 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Tidak setuju
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Menurut saya perkawinan yang baik itu adalah monogami,
kan itu semua piihan masing-masing pasangan.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan
tertentu? Tidak juga.
4. Alasan ibu mau di poligami? Alasan saya waktu itu mau di poligami,
karena saya punya hubungan dengan bapak H. Andit. Ya, dari pada
hubungan kita ga resmi jadi saya menerima untuk menikah dengan
suami saya dan sayapun berstatus janda ko.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Saya merasa beruntung dengan
perkawinan saya, ternyata isteri pertama baik dan menerima saya apa
adanya.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu? Tidak
ada kesulitan, yang paling utama adalah saya harus bisa menjaga
perasaan isteri pertama agar terjadi kesalah pahaman.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak,
saya rasa keluarga poligami itu keluarga yang baik ya, karena bisa
menjaga keluarga besar dengan dua keluarga.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga
yang tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak, tergantung
pasangan itu sendiri yang menjalaninya.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Bisa jadi, mungin tidak
adil untuk isteri pertama mungkin ya.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu Agama? Mengapa? Iya setuju, pasti
sedikit banyak pasti tahu ilmu Agama itu.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Sebenarnya poligami itu,
dikembalikan kepada kita yang melakukan perkawinan poligami. Jadi,
bisa di lihat mana yang lebih besar positif atau negatifnya.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang
melakukan poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi
sebelum suami anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Harus.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Menurut saya sih
harus,supaya tidak terjadi sedsuatu yang diinginkan nantinya.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya? Iya
harus, apalagi kalau dibuktikan dengan bukti tertulis jadi bisa aman
dan terjamin.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya,
tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri,
isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Sebenarnya poligami itu untuk dilakukan bagi suami yang memang
isterinya tidak mempunyai keturunan misalnya. Jadi, poligami tidak
di salah gunakan oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab.
Informan
(………………………………)
HASIL WAWANCARA
Nama : Anwar Sanusi
Jabatan : Kepala Rumah Tangga
Tempat : Teras Rumah
Waktu : 03 September 2014
Pukul : 11.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah bapak setuju dengan poligami? Setuju
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Kalau memang kita berlaku adil dan mampu, kenapa tidak
poligami di katakana lebih baik.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan
tertentu? Iya, bagi suami yang memang membutuhkan perkawinan
yang harmonis.
4. Apa alasan bapak berpoligami? Alasan saya simple saja, ketika
isteri sudah tidak menghormati suami, maka poligami dibolehkan.
5. Apakah tujuan bapak berpoligami itu untuk menghindari zina,
dakwah islamiyah, tujuan politik, dan mendapatkan keberkahan
dari Allah? Saya ingin mencari kebahagiaan dalam berumah tangga
dan tentunya yang di ridhoi Allah SWT.
6. Apakah bapak setuju bahwa poligami bisa memberikan
keberkahan dalam rizki karena memotivasi untuk bekerja lebih
keras? Mengapa? Yakin, tetapi itu tidak harus berpoligami kalau
memang berusaha keras Allah akan menambahkan rezeki kepada kita.
7. Apakah isteri bapak Setuju untuk di poligami? Mengapa? Sangat
setuju.
8. Apakah menurut bapak bahwa wanita yang dapat di poligami
adalah wanita yang mengerti ilmu agama? Iya, karena pastinya
mereka paham tujuan dari poligami itu.
9. Apakah bapak Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah
keluarga yang tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak
setuju, bagaimana kita mengaturnya saja.
10. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang
tidak adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Tidak setuju,
kalau kita dapat memenuhi kebutuhan lahir batin secara seimbang itu
pasti adil dan tidak dilebih-lebihkan satu sama lainnya.
11. Bagaimana cara bapak membentuk rumah tangga ini menjadi
keluarga sakinah dalam poligami? Saya selalu memberikan nasehat
kepada isteri pertama dan kedua agar selalu menerima diri masing-
masing begitupun dengan saya.
12. Apakah bapak Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami
itu harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Setuju, kalau niat
seseorang yang berpoligami karena ingin mencari ridho Allah ya
harus mengerti ilmu Agama.
13. Apakah bapak Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak setuju, lebih banyak
positifnya.
14. Bagaimana tanggapan bapak bahwa poligami itu di haramkan
menurut pendapat sebagian orang? Biarkan saja, saya ga ikut-
ikutan tetap pada apa yang saya lakukan saja.
15. Apakah bapak setuju apabila pemerintah mengharamkan
poligami? Mengapa? Setuju saja, asal ada dasar yang memang
mengharamkan poligami.
Informan
(………………………………)
HASIL WAWANCARA
Nama : Suryani
Jabatan : Isteri Pertama
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 03 September 2014
Pukul : 13.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Monogami, saya kan juga perempuan yang ingin
perkawinannya normal seperti orang lain tanpa harus ada yang
mengganggu.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan
tertentu? Bisa di bilang begitu.
4. Menurut ibu apa alasan isteri kedua/ketiga/keempat suami ibu
mau menikah dengan seorang suami ibu/yang sudah mempunyai
isteri? Ya, karena suami saya juga ingin menikah lagi dan ingin
mempunyai keluarga yang bahagia. Menurutnya saya tidak lagi
memperhatikan suami, tapi saya akui memang ia.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Keuntungan buat saya suami
menjadi semakin saying setelah dia melakukan poligami.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu?
Kesulitannya sampai sekarang yaitu perasaan emosional saya yang
belum bisa berubah gampang marah.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Setuju,
terkadang orang yang berpoligami itu di pandang keluarga yang
sebelumnya berantakan dan tidak harmonis.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga
yang tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju,
Karena setiap pasangan pastinya mempunyai iman yah, ketika ada hal
yang buruk pasti di pertimbangkan.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang
tidak adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Setuju, menurut
saya suami terlaluseenaknya mengambil keputusan untuk menikah
lagi, ya walaupun isteri pertama menyetujui seharusnya suami lebih
meyakinkan isteri agar tidak terluka.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Tidak setuju,
seharusnya kalau memang mengerti Agama kenapa poligami yang di
tempuh untuk dalih kebahagiaan.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak seimbang sih, kadang ada
baiknya kadang tidak. Tergantung mood perasaan Saja.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum
seseorang melakukan poligami. Apakah syarat-syarat itu telah
dipenuhi sebelum suami anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Harus.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Harus, biar anak-anak
dan isteri tidak terlantar.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya? Kan
yang bisa menuntut itu ketika ada jaminan berupa surat yang tertulis
bahwa suami menjamin kehidupan isteri dan anak-anak ya, tetapi ini
kan tidak pake gitu-gituan segala.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak
mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri, isteri
mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan?
Setuju, jadi ketika suami ingin menikah harus terlebih dahulu melihat
kekurangan isteri yang benar-benar menuntut suami harus berpoligami.
Informan
(………………………………)
HASIL WAWANCARA
Nama : Marsini
Jabatan : Isteri Kedua
Tempat : Ruang Tamu
Waktu : 03 September 2014
Pukul : 15.00 WIB
………………………………………………………………………………………
1. Apakah ibu setuju dengan poligami? Tidak setuju.
2. Bentuk perkawinan yang paling baik monogami atau poligami?
Mengapa? Kalau memang kita bisa mempertahankan perkawinan dengan
baik, ya saya rasa monogami.
3. Apakah poligami itu seperti “jalan darurat” untuk keadaan tertentu?
Tidak juga.
4. Alasan ibu mau di poligami? Alasan saya, karena melihat suami saya
sangat serius untuk menikahi saya dan suami juga bilang kekurangan sifat
dan sikap isteri pertama yang tidak menghormatinya lagi.
5. Dampak poligami terhadap rumah tangga ibu.
a. Apakah keuntungan keluarga ibu? Keuntungan saya sekarang sudah
mempunyai kepala rumah tangga yang dapat bertanggung jawab untuk
keluarga.
b. Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi keluarga ibu? Tidak
ada sampai saat ini, biasa-biasa saja.
6. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu berpengaruh negative bagi
keluarga ibu dalam kehidupan bermasyarakat? Mengapa? Tidak
setuju, saya merasa kehidupan kami baik di mata masyarakat.
7. Apakah ibu Setuju bahwa keluarga poligami itu adalah keluarga yang
tidak baik dan tidak harmonis? Mengapa? Tidak setuju, saya sangat
merasakan keharmonisan itu dalam keluarga saya.
8. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu adalah tindakan yang tidak
adil terhadap kaum perempuan? Mengapa? Memang sebenarnya sih
iya, tetapi bagaimana perempuan itu sendiri memaknai adil atau tidak.
9. Apakah ibu Setuju bahwa orang yang berkeinginan poligami itu
harus mengerti betul ilmu agama? Mengapa? Harus, itu penting demi
keberlangsungan hidup rumah tangga.
10. Apakah ibu Setuju bahwa poligami itu lebih banyak negatifnya
ketimbang positifnya? Mengapa? Tidak setuju, karena positif atau
negative tergantung pasangan poligami itu sendiri.
11. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
terdapat aturan yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan
poligami. Apakah syarat-syarat itu telah dipenuhi sebelum suami
anda berpoligami?seperti:
a. Haruskah ada persetujuan dari isteri-isteri? Harus.
b. Haruskah adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya? Harus, agar terjamin
kehidupan anak-anak dan isteri.
c. Haruskah adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anaknya? Suami
sudah menjamin kami sekeluarga tanpa pake bukti-bukti tertulis segala.
d. Haruskah seorang isteri mempunyai kekurangan? Misalnya, tidak
mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isteri, isteri
mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan; atau isteri tidak dapat melahirkan keturunan? Saya
sangat setuju, alangkah baiknya suami mempertimbangkan untuk
berpoligami dengan melihat alasan-alasan poligami.
Informan
(………………………………)