konsep geologi laut dalam al-quran dan sains;...
TRANSCRIPT
KONSEP GEOLOGI LAUT DALAM AL-QURAN DAN SAINS;
Analisa Surat, Ar Rahmân [55]: 19-20, Surat An Naml [27]: 61, dan
Surat Al Furqân [25]: 53
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh
NURI QOMARIAH MARITTA
Nim: 106034001250
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
KONSEP GEOLOGI LAUT DALAM AL-QURAN DAN SAINS;
Analisa Surat Al-Rahman [55]: 19-20, Surat Al-Naml [27]: 61,
dan Surat Al-Furqan [25]: 53
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh
Nuri Qomariah Maritta
NIM: 106034001250
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA
NIP: 19530107 198303 1 001
Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KONSEP GEOLOGI LAUT DALAM AL-QUR’AN DAN SAINS;
Analisa Surat al-Rahman (55): 19-20, al-Naml (27): 61, dan al-Furqan (25): 53 telah
diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 08 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) pada Program Studi Tafsir-Hadis.
Jakarta, 08 September 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota
Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si. Rifqi Muhammad Fathi, M.A.
NIP: 19651129 199403 1 002 NIP. 19770120 200312 1 003
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA. Dr. Lilik Ummi Kultsum, MA.
NIP: 19670213 199203 1 002 NIP: 19711003 199903 2 001
Pembimbing,
Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA
NIP: 19530107 198303 1 001
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 November 2010
Nuri Qomariah Maritta
ABSTRACT
Nuri Qomariah Maritta
The concept of Marine Geology in al-Quran and Science: Analysis of the letter Ar-Rahman/55: 19-20, An-Naml/27 Letter: 61, and Letters Al-Furqan/25: 53 Along with the development of science and technology a lot of things or events that initially considered taboo and an open secret among mankind. Now, to be revealed and proven. As the development of knowledge in the field of oceanography various phenomenal secrets that occur in the ocean.
In the methodology of research on methods of data collection, the writer uses library research (Library Research), which collects data and information from various books, articles and other library materials. The data required in this study there are two sources, namely primary and secondary, primary sources are the Qur'an and its translation in Surat ar-Rahman: 19-20, Surah al-Naml: 61, and Surah al-Furqan: 53 and Al-Quran and the Lake. While the secondary source of Tafsir Al-Misbah, Fi Dhilal al Qur’an, At-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, Al-Quran Bayan, Jami’ul Bayan Fi Ta’wili al-Qur’an, Tafsir al-Maraghi’, Tafsir al-Azhar, al-Jawahir Fi Tafsir al-Qur’an, dictionaries and other books relating to the subject. In the method of interpretation, the author uses the method maudhu'I, in the method of discussion, the author uses descriptive-comparative method is a method to collect some data and opinions to then be reviewed and compared the scientific cues that preached the Qur'an, with the findings geologist's findings mainly related to the concept of marine geology, resulting in a conclusion. The technique of writing, the author uses the book "Guidelines for Scientific Writing (Thesis, Thesis and Dissertation UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Jakarta: CeQDA, 2007. "
The author concludes that the concept of Marine Geology in al-Quran and Science: Analysis of the letter al-Rahman/55: 19-20, al-Naml/27 Letter: 61, and Letters al-Furqan/25: 53 makes this verse as one of the miracles ilamiah al-Quran, the science of physics states because of the force called "surface tension", the water of the sea adjacent to each other and not fused. As a result of differences in density, surface tension prevents the ocean from mixing with one another, as if there is a thin wall that separates (permeability). basically all the experts said that the influence of levels of physical and chemical properties are different from the taste of water and a different color.
الملخص
قمرية مرتنوري ٥٣/الرحمن تحليل: مفهوم الجيولوجيا البحرية في القرآن القاعدة والعلوم
٥٣: رسائل ٢٥/الفرقان ، و٦١: رسالة ٢٧/النمل، ٢٠-١٩: الرسالة
األحداث التي اعتبرت في جنبا إلى جنب مع تطور العلوم والتكنولوجيا الكثير من األشياء أو وتطوير . اآلن ، على أن آشفت وأثبتت جدواها. البداية من المحرمات وسرا بين البشر
.المعرفة في مجال علوم البحار أسرار الهائل المختلفة التي تحدث في المحيط، ) المكتبة(في منهجية للبحث عن طرق جمع البيانات ، ويستخدم الكاتب البحث في المكتبة
. ي يجمع البيانات والمعلومات من مختلف الكتب والمقاالت والمواد المكتبية األخرىالذالبيانات المطلوبة في هذه الدراسة هناك مصدران ، أي االبتدائي والثانوي ، والمصادر
، وسورة ٦١: ، سورة النمل ٢٠ـ١٩) :ع(وترجمته في سورة الرحمن األولية هي القرآن في حين أن مصدرا ثانويا للمصباح التفسير االحمد ، في . ن والبحيرةو آل القرآ ٥٣: الفرقان
، بيان آل القرآن ، بيان فايغائب مفتحمن القرآن الكريم ، وفي التفسير ، عماد وا آل ذالل ، والتفسير األزهر ، آل جواهر 'تنظيم القاعدة ، القرآن ، تفسير آل المراغي جميع التاويل
.لقواميس وغيرها من الكتب المتعلقة بهذا الموضوعفاي تفسير آل القرآن وافي طريقة المناقشة ، الكاتب يستخدم المنهج الوصفي المقارن هو وسيلة لجمع بعض البيانات
واآلراء ثم إلى إعادة النظر ومقارنة االشارات العلمية التي بشر القرآن الكريم ، مع النتائج أساسا لمفهوم الجيولوجيا البحرية ، مما أدى إلى التي توصل إليها علماء الجيولوجيا تتعلق
المبادئ التوجيهية لكتابة العلمية "أسلوب الكتابة ، والكاتب يستخدم آتاب . االستنتاج، CeQDA: نيويورك ). سياريف هداية جاآرتا UINاألطروحة ، أطروحة وأطروحة (
٢٠٠٧ ." تحليل الرسالة : يخلص الكاتب إلى أن مفهوم الجيولوجيا البحرية في القرآن القاعدة والعلوم
يجعل هذه اآلية ٥٣ :رسائل ٢٥/الفرقان، وخطابات ٦١: رسالة ٢٧/النمل، ٥٣/الرحمنآل القرآن الكريم ، وعلوم الفيزياء من الدول بسبب قوة تسمى علم واحدة من المعجزات
نتيجة لالختالفات . ، ومياه البحر المجاورة لبعضها البعض وتنصهر ال" السطحيالتوتر "في الكثافة والتوتر السطحي يمنع من االختالط مع المحيط واحد آخر ، آما لو آان هناك
وقال في األساس جميع الخبراء أن تأثير مستويات الخصائص ). النفاذية(جدار رقيق يفصل .ختلف عن طعم المياه ولون مختلفالفيزيائية والكيميائية ت
ABSTRAK
Nuri Qomariah Maritta
Konsep Geologi Laut dalam al-Quran dan Sains; Analisa surat Ar-Rahman/55: 19-20, Surat An-Naml/27: 61, dan Surat Al-Furqan/25: 53
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi banyak hal-hal atau peristiwa yang awalnya dianggap tabu dan menjadi rahasia di kalangan umat manusia. Kini, menjadi terkuak dan terbukti. Seperti berkembangnya ilmu pengetahuan dalam bidang oseanografi menyingkapi berbagai rahasia fenomenal yang terjadi dalam lautan.
Dalam metodologi penelitian pada metode pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu mengumpulkan data dan informasi dari berbagai buku-buku, artikel dan materi pustaka lainnya. Data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua sumber, yaitu primer dan sekunder, sumber primer yaitu al-Qur’an dan terjemahannya pada Q.S ar-Rahman: 19-20, Q.S al-Naml: 61, dan Q.S al-Furqan: 53 dan Al‐Qur’an dan Lautan. Sedangkan sumber sekunder yaitu Tafsir al-Misbah, Fi Dhilal al Qur’an, At-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, Al-Quran Bayan, Jami’ul Bayan Fi Ta’wili al-Qur’an, Tafsir al-Maraghi’, Tafsir al-Azhar, al-Jawahir Fi Tafsir al-Qur’an, kamus dan buku-buku lainnya yang berhubungan dengan pokok pembahasan. Dalam metode penafsiran, penulis menggunakan metode maudhu’I, dalam metode pembahasan, penulis menggunakan metode deskriptif-komparatif yaitu sebuah metode dengan mengumpulkan beberapa data dan pendapat untuk kemudian dikaji kembali dan membandingkan isyarat-isyarat ilmiah yang diberitakan al-Qur’an, dengan temuan-temuan ahli geologi terutama yang berhubungan dengan konsep geologi laut, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan. Adapun teknik penulisan, penulis menggunakan buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Jakarta: CeQDA, 2007.”
Penulis berkesimpulan bahwa Konsep Geologi Laut dalam al-Quran dan Sains; Analisa surat al-Rahman/55: 19-20, Surat al-Naml/27: 61, dan Surat al-Furqan/25: 53 menjadikan ayat ini sebagai salah satu mukjizat ilamiah al-Quran, dalam ilmu sains menyatakan karena gaya fisika yang dinamakan “tegangan permukaan”, air dari laut yang saling bersebelahan dan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan (permeabilitas). pada dasarnya semua para ahli menyatakan bahwa adanya pengaruh dari kadar sifat fisika dan kimia yang berbeda dengan rasa air dan warna yang berbeda.
KATA PENGANTAR
السالم عليكم ورحمة اهللا وبرآاته
الحمد هللا رب العلمين و الصالة والسالم على سيدنا محمد وعلى اله .أما بعد ‚يوم الدينحسان إب وأصحابه ومن تبع
Segala Puji dan syukur tersanjung kehadirat Allah Swt. Atas izin dan
karunian-Nya, sehingga penulis diberikan jalan kemudahan dan kemampuan
untuk menyelesaikan skripsi ini, karena setiap lintasan perjalanan kita selalu di
limpahi rahmat dan ridha-Nya. Shalawat dan salam seiring kerinduan, senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, seorang teladan yang sempurna hingga
akhir zaman.
Penulis berniat untuk menulis masalah kelautan ditinjau dari wujud laut dan
fenomena laut di dalam al-Qur’an, sesungguhnya telah muncul ketika penulis
melihat di tayangan stasiun televisi swasta bahwa adanya rasa air yang berbeda di
dalam laut sehingga menyebabkan adanya fenomena yang terjadi pada laut. Maka
timbullah rasa keingin tahuan penulis terhadap fenomena ini.
Inilah yang menjadi moment di saat penulis mengerjakan skripsi, penulis
berterimakasih juga kepada:
1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prpf. Dr.
Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Zainun Kamal, M.A (Dekan
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat), Dr. Bustamin, M.Si (Ketua Jurusan
Tafsir–Hadis), Rifqi Muhammad Fatkhi, MA (Sekjur Tafsir-Hadis).
2. Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA, selaku Pembimbing yang telah banyak
membantu, membimbing serta pengarahkan penulisan skripsi.
i
3. Segenap tim munaqasyah pada hari Rabu 08 September 2010, Prof. M.
Ikhsan Tanggok, M.Si selaku Ketua, Rifqi Muhammad Fathi, MA selaku
Sekretaris, Dr. Ahsin Sakho M. A, MA selaku penguji I dan Dr. Lilik
Ummi Kultsum, MA selaku penguji II, yang telah menguji penulis
sehingga dapat menjadi tahap akhir skripsi ini.
4. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Khususnya dosen-dosen
Tafsir-Hadis yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis, sehingga
berkat merekalah penulis mendapat setetes dari samudra ilmu yang sangat
bermanfaat.
5. Pimpinan dan segenap staff karyawan Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan FUF, UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Umum Islam
Iman Jama’ Jakarta Perpustakaan Universitas Satya Negara Indonesia,
Perpustakaan Universitas Negeri Jakarta, dan Perpustakaan Nasional
Jakarta.
6. Teristimewa Alm. Ayahanda H. Tabrani dan Ibunda Asani tersayang yang
telah membesarkan, merawat dan mendidik penulis dengan kelembutan
dan cinta kasihnya, serta memberikan motivasi dan semangat yang begitu
luar biasa agar penulis dapat meraih cita-cita setinggi langit. Mereka
sangat begitu berarti bagi penulis karena merekalah penulis mengerti apa
arti kasih sayang dan cinta yang tulus.
7. Seluruh keluarga besar penulis di Pondok Labu, afwan tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi, kasih sayang dan
membantu penulis dalam melaksanakan skripsi, khususnya ka Nung, Ka
umi, dan ka Mimi yang telah selalu menasehati dan memberi pemasukan
ii
iii
dikala bored, thank you juga untuk Aa Rifai you always in my mind.
Keponakan ku Nada dan Naje yang telah membuat aku tersenyum dikala
bad mod,. Thanks very much for it’s and information, hopefully they will
give guide and safety by Allah Swt, Amin.
8. Sahabat-sahabat penulis di manapun berada, seluruh mahasiswa Tafsir-
Hadis angkatan 2006/2007, TH A dan TH B khususnya Daeng, Kocom,
Noer, Uni Ama, Lay, Via, Mona dan semuaa juga Sahabat KKN Garut
euy, satu dari ku untuk kalian semua ingat, kebersamaan kita begitu indah
dan tak akan bisa terlupakan. Thank you all for being such amazing friends
of me and support me for this journey. You are all the best ever I had.
Dengan segala kerendahan hati yang penulis miliki, penulis ingin
menyampaikan harapan yang begitu besar semoga skripsi ini bermanfaat
buat segenap pembaca, semoga juga setiap bantuan yang diberikan kepada
penulis mendapat imbalan dari Allah Swt, karena hanya pada Allah
jugalah penulis memohon, semoga jasa baik yang kalian sumbangkan
menjadi amal shaleh dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah Swt.
Amin ya Rabb..
Jakarta, 18 Oktober 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Persembahan
Halaman Pengesahan Dosen Pembimbing
Halaman Pengesahan Panitia Ujian
Pedoman Transliterasi
Lembar Pernyataan
Abstrak
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
Daftar Gambar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah . . . . . . . . . . 9
C. Tinjauan Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
D. Ruang Lingkup Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
E. Metodologi Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
F. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
G. Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
BAB II. PANDANGAN AL-QUR’AN TENTANG LAUT
A. Laut dalam Al-Qur’an . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
1. Lafaz - lafaz yang digunakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
iv
2. Macam - macam Penggunaan Lafaz Tersebut . . . . . . . . . . 20
B. Pendapat Para Mufassir Tentang Laut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
1. Thanthawi Jauhari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
2. Fakhr ad-Din ar-Razi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
BAB III. PENGUNGKAPAN LAUT DALAM PANDANGAN SAINS
A. Pengertian Laut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
B. Asal - Usul Laut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
C. Macam - macam Laut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
1. Samudera Atlantik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
2. Samudera Pasifik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
3. Samudera Hindia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
BAB IV. KONSEP GEOLOGI LAUT DALAM AL-QUR’AN DAN SAINS;
MENGENAI SURAT AR-RAHMAN: 19-20, AN-NAML: 61 DAN SURAT AL-
FURQAN: 53
A. Fungsi dan Peran Laut dalam Al-Qur’an dan Sains . . . . . . . . . . 40
B. Gambaran Aspek Fisik Konsep Geologi Laut . . . . . . . . . . 58
1. Komposisi Kimia dan Fisika dalam air Laut . . . . . . . . . . . 58
2. Proses Pembentukan Laut dan Macam-macam Tekstur Dasar laut . . . 62
C. Pernyataan Bahwa Adanya Pemisah Laut dalam Surat Ar-Rahman: 19-
20, Surat An-Naml: 61 dan Surat Al-Furqan: 53 yang Mempunyai Sifat
Geologi Dalam Al-Qur’an dan Sains . . . . . . . . . . . . . . . . 66
1. Analisa Surat Ar-Rahman : 19-20 . . . . . . . . . . . . . . . . 66
2. Analisa Surat An-Naml : 61 . . . . . . . . . . . . . . . . 70
v
vi
3. Analisa Surat Al-Furqan : 53 . . . . . . . . . . . . . . . . 72
4. Analisa Menurut Al-Quran dan Sains Tentang Dua Laut,
Batasan Laut, serta Pertemuannya . . . . . . . . . . . . . . . . 77
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 97
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 99
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3-1 Peta samudera Atlantik
Gambar 3-2 Peta samudera Pasifik
Gambar 3-3 Peta samudera Hindia
Gambar 4-1 Ilustrasi bentuk tekstur dasar dalam laut
Gambar 4-2 Ilustrasi batas Dua laut yang dapat diartikan sebagai batas vertikal
(gambar kiri) atau sebagai batas horizontal (gambar kanan)
Gambar 4-3 Peta Laut Baltik antara batasan Swedia dan Finlandia
Gambar 4-4 Selat Giblatar yang menjadi batasan pada laut mediterania dan
Laut Atlantik.
Gambar 4-5 Peta Selat Boporus batasan antara laut hitam dan Laut Marmara
dimana menemukan batas yang melintang horizontal
Gambar 4-6 Air Laut Mediterania ketika memasuki Atlantik melalui selat
Jibraltar dengan tetap membawa sifatnya yang lebih hangat
berkadar garam lebih tinggi
Gambar 4-7 Ilustrasi adanya batasan (laut Hindia dan Laut Atlantik Selatan), di
dalam gambar ini adanya perbedaan warna pada masing-masing
laut.
Gambar 4-8 Ilustrasi gambar teksur laut yang menyatakan adanya batasan di
dalam laut.
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor: 158 Tahun 1987 dan
Nomor 0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
Alif
ba’
ta’
sa’
jim’
ha’
kha
dal
zal
ra’
zai
sin
syin
sad
dad
ta
Tidak
dilambangkan
b
t
j
h
kh
d
r
z
s
sy
s
d
Tidak dilambangkan
be
te
es (dengan titik di atas)
je
ha (dengan titik di bawah)
ka dan ha
de
zet (dengan titik di atas)
er
zet
es
es dan ye
es (dengan garis di bawah)
de (dengan garis di bawah)
te (dengan garis di bawah)
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
و
ه
ء
ي
za
‘ain
gain
fa
qaf
kaf
lam
mim
nun
waw
ha’
hamzah
ya
t
z
‘
g
f
q
k
l
m
n
w
h
`
y
zet (dengan garis di bawah)
apostrof
ge
ef
qi
ka
‘el
‘em
‘en
w
ha
Accent grave
ye
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap
متعددة
عدة
ditulis
ditulis
Muta’addidah
‘iddah
C. Ta’ marbutah di Akhir Kata
1. Bila di matikan ditulis h
حكمة
علة
ditulis
ditulis
Hikmah
‘Illah
(Ketentuan ini tidak diperlukan lagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam
bahasa Indonesia, seperti zakat, salat, dan lain-lain, kecuali bila dikehendaki lafal
aslinya).
2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
زآاة الفطر
آرامة االؤلياء
ditulis
ditulis
Zakāh al-Fitri
Karāmah al-Auliyā’
D. Vokal Pendek
______
فعل
______
ذآر
______
يذهب
Fathah
Kasrah
Dammah
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
a
fa’ala
i
zukira
u
yazhabu
E. Vokal Panjang
1
2
3
4
Fathah + alif
جاهلية
Fathah + ya’ mati
تنحى
Kasrah + ya’ mati
آريم
Dammah + wawu mati
وضفر
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
â
jâhiliyyah
â
tanhâ
î
karîm
û
furûd
F. Vokal Rangkap
1
2
Fathah + ya mati
بينكم
Fathah + wawu mati
قول
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ai
bainakum
au
qaul
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan
apostrof
نتمأأ
عدتأ
لئن شكرتم
ditulis
ditulis
ditulis
a’antum
u’iddat
la’in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam
Alif lam ta’rif (ال) dalam lafaz atau kalimat, baik yang bersambung dengan
huruf qamariyyah maupun syamsiyyah ditulis dengan huruf kecil (al), dan diikuti
dengan kata penghubung “ _ ”. Namun, jika terletak di awal kalimat, maka ia
ditulis dengan huruf besar (Al). Contoh:
1. “al” ditulis dengan huruf kecil
- al-Quran = seperti, “sebagaimana disebutkan al-Quran”
- al-Baihaqi = seperti, “menurut al-Baihaqi, bahwasannya…”
2. “Al” ditulis dengan huruf besar
- Al-Baihaqî = seperti, “Al-Baihaqî menyatakan bahwa…”
- Al-Bukharî = seperti, “Al-Bukharî, didalamnya kitabnya menandaskan…”
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut penulisannya.
ذوي الفروض
هل السنةأ
ditulis
ditulis
Zawi al-Furūd
Ahl al-Sunnah
J. Singkatan
swt = Subhanahu wa ta’ala H = Hijriyah
as = ’Alaih al-Salam W = Wafat
M = Masehi Qs. = al-Quran: Surat
saw = Salla Allah ‘alaih wa sallam hal. = Halaman
K. Lain-lain
- Transliterasi syaddah ( − ) dilakukan dengan menggandakan huruf yang sama.
- Transliterasi ta’marbûtah adalah “ h “.
- Untuk terjemahan ayat al-Qur’an, penulis mengutip Mushaf al-Quran Terjemah
Departemen Agama RI.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk
Buyah (Alm) dan Mama ku tercinta dan tersayang
yang telah mengajariku arti cinta
&
kasih sayang yang sangat tulus
Trimakasih oh Buyah & Mama …
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an sebagai Kalamullah telah diwahyukan kepada Muhammad Saw.
yang hidup 1400 tahun lalu, melalui perantara Malaikat Jibril. Sampai saat ini
masih menyampaikan rahasia-rahasia yang tersembunyi serta masih menantang
para ilmuwan maupun para penentangnya untuk membuktikan kebenarannya.
Indonesia yang secara khas memiliki kombinasi dua potensi yang khas, yaitu:
pertama, penduduk Muslim yang terbesar sekitar 190 juta yang memegang kitab
suci al-Qur’an, dan kedua, negara kepulauan terluas di muka bumi (80% lautan,
18.108 pulau) yang secara rill juga sangat strategis.
Ilmu kebumian atau Earth science kini telah lebih maju selangkah dalam
menguak sekelumit misteri tentang bumi yang masih tersembunyi. Tetapi masih
banyak yang belum diketahui mengenai lautan yang luas dan sangat dalam.
Namun, hasil penelitian dan eksplorasi sejak dekade 50-an para peneliti telah
menemukan pengetahuan baru mengenai lautan. Laut selain pemisah daratan
sekaligus penghubungnya dengan perahu-perahu layar yang mengarunginya. Laut
memegang peranan penting dalam terbentuknya iklim, karena laut lebih luas
(79%) dari daratan (21%), maka penguapan lebih besar dari presipitasi hujan,
sisanya jatuh didaratan yang kembali kelaut melewati sungai.1
Lautan merupakan ciri khas planet bumi yang membedakan dengan planet-
planet tata surya lainnya. Posisi yang terdekat dengan matahari menjadikan
1 Saryono, Pengetahuan Hutan, Tanah, dan Air Dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru), h. 131
2
merkurius yang gersang. Jangankan air, untuk mempertahankan atmosfer saja
merkurius sangat sulit. Planet mars, para peneliti astronom memperkirakan pernah
ada air meski sangat sedikit.2
Maha suci Allah Swt, yang menempatkan manusia di planet pertengahan
yang sangat nyaman ini. Suhu yang cukup hangat untuk keberadaan air di
seantero bumi dan es dikedua kutubnya sekaligus. Gaya gravitasinya pun cukup
hangat untuk mengikat air dipermukaan bumi, serta densitas (bobot dibagi dengan
volume) air laut yang sempurna agar media ini bisa mengalir sekaligus
mengusung beban yang mengapung di atasnya.
Setiap aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pasti
mempengaruhi lingkungannya. Maka dari itu, Allah telah menjadikan manusia
diatas bumi ini sebagai khalifah. Banyak rahasia kebesaran dan kekuasaan Ilahi
menjadi jelas dalam dunia. Manusia diciptakan Allah bukan hanya sebagai
makhluk individualisme, tetapi sekaligus ia merupakan makhluk sosial, artinya
manusia sebagai makhluk individu diciptakan dengan bentuk jasad yang
sempurna, memiliki akal, panca indra, nafsu dan. semangat, sehingga dengan
kelengkapan itu manusia dapat mengembangkan dirinya sebagai khalifah dimuka
bumi yang diciptakan Allah sebagai tempat untuk berkembang biak. Sebab itu
maka menjadi khalifah hendaklah menjadi muslih, yang berarti suka memperbaiki
dan memperindah. Adapun sebagai makhluk sosial manusia berkaitan erat dengan
alam lingkungannya secara timbal balik.3
Adanya hubungan timbal balik inilah yang membuat manusia harus selalu
berusaha terhadap adanya keseimbangan ekologi demi kelestarian makhluk hidup
2 Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, (Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004), h. 3 3 Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: PT. Panjimas, 1988), cet. Ke-1, juz ke XXI, h. 94
3
dari semua makhluk hidup penghuni bumi, hanya manusialah yang paling
dianggap mampu untuk beradaptasi dengan keadaan dan perubahan yang terjadi
dibumi ini apalagi ditunjang dengan penemuan dalam kemajuan ilmu pengetahuan
teknologi pada saat ini.
Penemuan-penemuan tersebut dapat dicapai karena kemajuan ilmu (sains)
yang mendorong manusia untuk mengembangkan dan menerapkan menjadi
teknologi.
Para pakar ilmu dari berbagai bidang berusaha mengungkap banyak rahasia
dari fenomena yang tersembunyi, rahasia tersembunyi yang diisyaratkan oleh al-
Qur’an dalam firman-Nya. Tak luput pula pakar ilmu di bidang geologi, ikut
ambil upaya dalam pembuktian ini.
Seperti yang tersirat dalam surat ar-Rahman [55] 19-20 bahwa adanya
pertemuan dua laut, sebagaimana Allah Swt berfirman:
☺
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya Kemudian bertemu, Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”
Dalam surat al-Naml [27] ayat 61 dan al-Furqan [25] ayat 53 menjelaskan
bahawa adanya pemisah lautan yang luas dan mempunyai sifat yang berbeda,
Allah berfirman:
☺
4
“Siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang
menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.
surat al-Furqan [25] ayat 53,
⌧
⌧ ⌧ ☺
“Dan dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang Ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”
Apakah maksud al-Qur’an menyatakan bahwa adanya fenomena pada lautan
yang sangat luas, sedangkan pada 1400 tahun lalu ternyata tak seorang
menyangka bahwa adanya batasan-batasan dalam dua lautan hanya pada dekade
tahun 50-an yang dimana manusia belum mengenalnya.
Semua paham bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang dan mengalami
perubahan. Namun, data selalu bertambah dari hari ke hari sesuai dengan
kemajuan manusia dalam menciptakan alat pengumpul data dan informasi. Ilmu
yang dikembangkan melalui susunan teori-teorilah yang kemudian selalu berubah
serta selalu mengalami perubahan.
Dalam ayat di atas, menjelaskan bahwa adanya suatu pemisah antara dua laut,
sifat laut yang baru ditemukan adalah apa yang dinyatakan dalam sepenggal ayat
al-Quran.4
4 Harun Yahya, Al-Qur’an Mengungkap Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Modern,
(Wacana Ilmiah Press, 2004), h. 59
5
Para pakar geologi pun memandang lautan sekalipun larut bersama-sama
memiliki sifat permeabel yang memisahkan antara dua laut. Sifat permeabel
inilah satu penemuan dalam pakar geologi khususnya bidang oseanografi.5 Hasil
dari satu daya fisika.6 Tetapi mengapa bisa demikian?
Al-Qur’an dalam menggambarkan kejadian-kejadian alam, semenjak awal
diwahyukan hingga saat ini tetap seperti adanya, lain halnya dengan ilmu
pengetahuan. Seperti yang tersirat dalam surat al-Furqan [25]: 2, Allah Swt
berfirman:
☺
☺
⌧
“Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai
anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”
Semua ciptaan Allah di alam ini tersusun sangat rapi, teratur, ukuran yang
akurat dan dengan ketepatan yang tinggi. Kesempurnaan ukuran dan kadar yang
sangat rapi tersebut menjamin keseimbangan kepada alam ciptaan-Nya. Satu
takaran tidak melebihi yang lain agar tidak mengganggu keseimbangan dialam ini.
5 Oseanografi berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos yang
berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan, yakni cabang dari ilmu bumi (geologi) yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer. (Artikel ini di akses pada tanggal 25 Maret 2010 dari www.wikipedia.com, pukul 13.00 WIB
6 Davis, Richard A., Principles of Oceanography, (Addison: Wesley Publishing), Hlm. 92-93
6
Keseimbangan yang Allah berikan yaitu membuat makhluk hidup yang berada di
atas bumi ini memperoleh kenikmatan serta kenyamanan.7
Hal-hal semacam inilah yang mengerakkan para ilmuwan untuk terus
mengkaji maksud dari isyarat-isyarat ilmiah yang diberitakan al-Qur’an.
Al-Qur’an sendiri menentang para pembacanya, umatnya untuk menggunakan
akalnya demi mengungkapkan isyarat alam sehingga dapat membuka tabir
pengetahuan yang akhirnya bermuara kepada adanya pengakuan, bahwa di balik
semua yang ada ini karna adanya kekuatan yang Maha Besar dan Mengetahui
segala-galanya. Oleh karna itu, tidak ada satupun yang ada di bumi ini yang tidak
memiliki arti, sebagaimana yang telah di firmankan Allah dalam surat Al-Imran
ayat 190-191:
☺
☯
☺
⌧
⌧ ⌧
⌧
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
“orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”
Walaupun hasil penelitian ilmiah mampu menyikapi rahasia-rahasia alam
yang tersembunyi, bukan berarti ia dijadikan pedoman sebagai sesuatu hasil akhir
7 Afzalur Rahman, Ensiklopedi Ilmu Dalam al-Qur’an (Rujukan Terlengkap Isyarat
Ilmiyah dalam al-Qur’an, (Mizan, 2007), h. 21
7
dalam suatu pengamatan. Bukankah banyak hasil penelitian yang tidak akurat,
keakuratan sutau penelitian berkembang sesuai berkembangnya zaman. Karna hal
inilah, suatu hasil penelitian tidak dapat dijadikan landasan untuk menentang
teori-teori ilmiah yang diisyaratkan al-Qur’an, akan tetapi keberadaan dari ilmu
pengetahuan itu sendiri diperlukan guna mengungkap atau membuktikan
kebenaran dari isyarat ilmiah yang diberitakan al-Qur’an. Di sisi lain dengan sifat
ilmu pengetahuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman, maka hasil dari
penelitian dapat dijadikan landasan dalam berpijak untuk lebih menyempurnakan
hasil yang diperoleh sebelumnya.8
Sains yang dulu pernah menjadi sebab timbulnya kedurhakaan terhadap Allah,
menjadi suatu keotentikan dakwah. Kesaksiannya sungguh bisa dipercaya,
obyektif dan rasional. Sains tidak pernah mengenal pura-pura. Seluruh dunia
mengakui sains sebagai alat untuk menetapkan kebenaran atau kebathilan sesuatu.
Sains ini telah menjadi saksi penting di hadapan peradilan sejarah bahwa al-
Qur’an adalah wahyu terakhir untuk manusia.9
Hasil Pemikiran seseorang, telah dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain,
perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalamannya.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah sedemikian pesatnya, sehingga dari faktor
ini saja pemahaman terhadap redaksi al-Qur’an dapat berbeda-bada.
Namun perlu digaris bawahi, apa yang dipersembahkan para ahli dari berbagai
disiplin ilmu, sangat bervariasi sekali dari segi kebenarannya. Dari pandangan
8 Zaghlul Raghib M. Al-Najjar, Mukjizat al-Qur’an dan as-Sunnah Tentang IPTEK,
(Gema Insani Press), h. 32 9 Ahmad As Showwy, Mukjizat al-Qur’an dan As-Sunnah tentang IPTEK, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1995), h. 32
8
inilah, maka dari itu ilmiah yang belum mapan tidak boleh dijadikan dasar dalam
penafsiran al-Qur’an.
Dari hal tersebut diatas penulis tertarik untuk menguraikan, memberikan
gambaran bahwa al-Qur’an disamping fungsinya sebagai kitab petunjuk
keimanan, ibadah, muamalah, ia juga sebagai petunjuk. Dari pemaparan diatas
penulis mengkaji lebih jauh tentang konsep geologi laut dan ayat-ayat dengan
tema yang menjelaskan fenomena laut dari sifat laut yang baru yaitu
permeabilitas (batasan) air.
Maka pada skripsi ini penulis hanya membatasi diri dengan pengkajian secara
tematik terhadap ayat-ayat geologi terutama yang berkaitan dengan Konsep
Geologi Laut. Dari permasalahan dan pembatasan inilah penulis memberikan
tema:
“KONSEP GEOLOGI LAUT DALAM AL-QURAN DAN SAINS; Analisa
Surat Al Rahman [55]: 19-20, Surat Al-Naml [27]: 61, dan Surat Al Furqan
[25]: 53” guna memberikan sebuah pandangan yang utuh terhadap fenomena laut
yang tersirat dalam al-Qur’an dan Sains. Sehingga dapat diambil sebagai pelajaran
bagi manusia agar senantiasa mampu memelihara bumi dan lautan yang
merupakan suatu kewajiban bagi manusia.
9
B. Identifikasi, Pembatasan Dan Perumusan Masalah
a. Identifikasi
Masalah yang mungkin dibahas mengenai beberapa hal yang berkaitan
dengan Geologi laut dari pandangan al-Qur’an dan sains diantaranya adalah:
1. Apakah pandangan laut dalam al-Qur’an dan Sains?
2. Apakah yang di maksud dengan geologi serta batasan-batasan pada
laut?
3. Bagaimanakah para mufassir menanggapi fenomena alam yang
tersirat dalam surat al-Rahman: 19-20, al-Naml: 61 dan al-Furqan:
53?
b. Pembatasan Masalah
Dalam dunia sains, ilmu geologi jika dilihat dari segi maknanya, ilmu ini
meliputi semua cabang-cabang ilmu yang berhubungan dengan bumi, termasuk
struktur bantuan kulit bumi, komposisi, sejarah bumi, tata bumi, serta kehidupan
yang terdapat pada setiap lapisan bumi.
Fenomena laut termasuk ke dalam ilmu ini, kajian pada karya tulis ini
dibatasi pada ayat-ayat al-Qur’an yang khusus membicarakan mengenai Konsep
Geologi Laut ada sekitar 10 ayat dari 49 ayat yang akan berbicara mengenai laut,
secara khusus berbicara mengenai konsep ini.
Untuk mempermudah pembahasan yang menjadi pokok dalam skripsi ini
adalah: menganalisa dari beberapa ayat yang mengungkap fenomena laut yang
10
baru muncul saat ini dan ternyata Allah sudah merancang semuanya di dalam al-
Qur’an.
c. Perumusan Masalah
Berpijak pada permasalahan di atas, sesuai dengan tema ini, maka masalah
pokok yang akan diangkat sebagian kajian utama, adalah sebagai berikut:
1. Apakah isyarat ilmu tentang konsep geologi laut yang terdapat di dalam
dalam ilmu sains?
2. Apakah fenomena laut yang menjadi ilmu geologi laut yang tersirat di
dalam surat al-Rahman [55]: 19-20, Surat al-Naml [27]: 61, dan Surat al-
Furqan [25]: 53 serta apa pandangan mufassir dan ilmu sains dalam
menyikapi fenomena yang terdapat di dalam surat tersebut?
C. Tinjauan Pustaka
Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada penelitian ilmiah yang secara
khusus memberikan gambaran mengenai konsep geologi laut dalam al-Qur’an
maupun hadis. Tetapi ada skripsi yang membahas masalah konsep geologi dasar
gunung, skripsi ini ditulis oleh Akram (1983414845) dengan judul “Konsep
Geologi Dasar Gunung Dalam Al-Qur’an Dan Sains; Telaah Keselarasan Antara
Keduanya”. Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Tahun 2002. Setebal 85 halaman, skripsi tersebut membahas
mengenai kesesuaian al-Qur’an dengan sains, yang dikaji secara sistem tematik
melalui penelitian beberapa ayat al-Qur’an yang kemudian dibandingkan dengan
hasil temuan sains modern.
11
Dari segi tinjauan buku yang membahas masalah laut hanya dua buah
buku, yang dapat dikatakan cukup panjang lebar membahas ayat-ayat yang
berkenaan dengan kelautan, diantaranya yaitu:
1. Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, Bandung: Arasy Mizan Pustaka,
2004. Buku ini berisi tentang banyaknya macam-macam fenomena laut di
dalam al-Qur’an serta sainsnya dan sini juga menyebutkan bahwa adanya
ilmu geologi di dalam lautan.
2. Harun Yahya, Miracles of The Quran, Canada: Al Attique Publishers, 2001.
Buku ini menjelaskan bahwa adanya permeabilitas (batasan) antara dua
lautan.
Jadi, buku ini sangat mempengaruhi penulisan skripsi ini, adapun yang menjadi
pembeda yaitu penulis tidak menemukan pembahasan secara khusus tentang
geologi laut. Tetapi pembahasan yang dilakukannya tidak seperti metode yang
dilakukan ini maka dari itu agar tidak terjadi duplikasi, penulis ingin
mengungkapkan, menganalisa dan mengaplikasi laut dari ilmu geologi dalam al-
Qur’an dan sains dalam surat al-Rahman: 19-20, suarat al-Naml: 61 dan surat al-
Furqan: 53.
D. Ruang Lingkup Pembahasan
Dilihat dari judul penelitian ini, maka terdapat satu istilah yang perlu
dibatasi sebagai pegangan dalam kajian ini. Empat istilah tersebut ialah al-Qur’an,
sains, geologi, dan Konsep Geologi Laut.
Al-Qur’an yang dimaksud disini adalah, kitab suci yang di wahyukan
Allah Swt, melalui perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw.
12
Istilah Sains, berasal dari bahasa latin Scientia yang artinya adalah
pengetahuan. Saat ini berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
atau biasa disebut sains.10 Sains yang akan dibahas disini adalah ilmu pengetahun
alam dalam menyikapi lautan.
Istilah Geologi, terdiri dari dua kata yaitu, “geo” yang berarti bumi, dan
“logos” yang berarti perkataan.
Jadi geologi adalah ilmu yang mempelajari sruktur bantuan dari kulit
bumi, mempelajari komposisi, struktur, dan sejarah bumi, mempelajari tata bumi,
dan kehidupan yang terdapat setiap lapisan bumi.11
Dari sisi ayat-ayat al-Qur’an dalam berbicara fenomena laut yang sangat
urgen seperti terpisahnya air laut kepada kelompok-kelompok berdekatan yang
tidak bercampur sama sekali karena adanya batas pemisah abstrak yang dapat
memisahkan antara kelompok-kelompok itu. Ayat-ayat dalam fenomena laut ini
mengandung sejumlah fakta-fakta ilmiah (haqa’iq) geologi.12
Geologi laut atau disebut juga geologi marine adalah salah satu cabang
ilmu geologi untuk mengetahui komposisinya, struktur dan proses pembentukan
dasar laut. Ilmu ini berguna untuk pembangunan struktur dibawah laut, seperti
pengungkapan fenomena-fenomena laut yang biasanya para ilmu geologi
memanfaatkan untuk pembangunan struktur dibawah laut maupun pelayaran
laut.13
10 Afzalur Rahman, Ensiklopedi Ilmu Dalam al-Qur’an (Rujukan Terlengkap Isyarat
Ilmiyah dalam al-Qur’an, (Mizan, 2007), h. 18 11 Save M. Dagun, Kamus Ilmu Pengetahun, (LPKN), h.300 12 Zaghlul Raghib M. Al-Najjar, Mukjizat al-Qur’an dan as-Sunnah Tentang IPTEK,
(Gema Insani Press), h. 120 13 Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, (Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004), h. 18
13
Konsep Geologi Laut yang dimaksud adalah gambaran, baik yang bersifat
abstrak, maupun universal terhadap ayat-ayat yang berbicara mengenai konsep
geologi dasar laut, seperti komposisi, struktur, serta proses pembentukan dasar
laut.14
Jadi kajian yang dilakukan ini berusaha memberikan gambaran mengenai
antara al-Qu’an dan Sains, yang dikaji secara universal melalui penelitian
beberapa ayat kauniyyat yang terdapat di dalam al-Qur’an, yang kemudian adanya
suatu pengungkapan juga dari hasil temuan sains modern dalam mengungkap
fenomena laut.
E. Metodologi Penelitian
1. Pengumpulan Data
Penulis menggunakan Penelitian kepustakaan (library reseach) dalam
pengumpulan sumber data, penulis menggunakan langkah-langkah penelitian
diantaranya adalah:
a. Mencari Backround information (informasi yang terkait dengan
erat latar belakang masalah) seperti al-Qur’an sebagai sumberdata
utama, informasi yang terdapat dalam tulisan antara artikel-artikel
yang terdapat dalam ensiklopedia, buku-buku dan karya tulis
lainnya.
b. Menggunakan katalog untuk mencari buku/ media informasi
lainnya yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.
14 Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, h. 23
14
c. Menggunakan search engines (mesin pencari) untuk menemukan
informasi serta mengambil gambar-gambar yang sangat berkaitan
dengan sains geologi khususnya masalah laut, serta sumber-sumber
data yang ada di dunia maya (internet).
d. Mengevaluasi semua informasi yang telah diperoleh dengan cara
menganalisanya secara kritis.
2. Metodologi Pembahasan
Metode pembahasan dalam skripsi ini menggunakan deskriptif-komparatif
yaitu sebuah metode dengan mengumpulkan beberapa data dan pendapat untuk
kemudian dikaji kembali dan membandingkan isyarat-isyarat ilmiah yang
diberitakan al-Qur’an, dengan temuan-temuan ahli geologi terutama yang
berhubungan dengan konsep geologi laut, sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan.
Untuk pengolahan data menjadi sebuah kesimpulan penulis dengan
menggunakan metode induktif, yakni berfikir yang bertolak dari sejumlah data
secara khusus yang kemudian diambil kesimpulan secara umum.
Karena obyek penelitian adalah ayat-ayat al-Qur’an yang tersebar dalam
beberapa surat dan hanya terfokus pada sebuah tema, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan ilmu tafsir, yaitu Metode Maudhi’i15 yang secara
operasional meliputi langkah-langkah, yakni:
a. Menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang sesuai dengan tema
15 Maudhu’i adalah membahas ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tema atau judul yang
telah ditetapkan, lihat: Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (pustaka Pelajar), h. 151
15
b. Menyusun secara sistematis sesuai dengan kerangka dalam
pembahasan yang telah disusun.
c. Memberikan uraian dan penjelasan denagn menggunakan ilmu bantu
yang relevan dengan masalah yang dibahas, selama ia tidak
mempengaruhi pengertian yang ditonjolkan.
d. Melahirkan kesimpulan akhir berupa adanya penjelasan dari surat al-
Qur’an yang menjelaskan geologi laut yang di isyaratkan dalam al-
Quran dengan sains.
3. Teknik penulisan
Adapun teknik penulisan, penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Jakarta CeQDA, 2007.16
F. Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan dalam penulisan skripsi ini, di antaranya :
1. Untuk menyelesaikan tugas akhir akademik sarjana tafsir hadis program
Strata 1, dengan hasil yang memuaskan.
2. Untuk membuktikan bahwa isyarat-isyarat ilmiah yang diberitakan al-
Quran bukan buatan seseorang yang hidup 1400 tahun yang lalu.
3. Untuk mengetahui secara jelas tentang fenomena laut dalam ayat al-
Qur’an yang dijelaskan para mufassir, para pakar sains dan ahli kelautan.
16 Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). (Jakarta CeQDA, 2007)
16
4. Untuk mengubah pandangan orang awam, yang hanya mengetahui bahwa
al-Qur’an hanyalah kitab ibadah saja.
G. Sistematika Penulisan
Agar memudahkan dan lebih sistematis dalam penguraiannya, Maka
penulisan skripsi ini akan dibagi ke dalam beberapa bab, yakni:
Bab satu merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas pemaparan latar
belakang masalah, identifikasi, Pembatasan dan perumusan masalah, Tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
Bab kedua Penulis meninjau dari pandangan al-Qur’an dengan
pembahasan seputar laut dalam al-Qur’an, macam-macam penggunaan lafaz
tersebut, dan pendapat para mufassir tentang laut.
Bab ketiga mengemukakan laut dalam pandangan sains. Di dalam bab ini
akan menjelaskan pengertian laut dalam pandangan sains, Asal usul laut, dan
macam-macam laut terbesar di dunia.
Bab keempat Penulis akan mengemukakan konsep geologi laut dalam al-
qur’an dan sains mengenai surat al-Rahman: 19-20, al-Naml: 61 dan surat al-
Furqan: 53. Di dalam bab ini akan dijelaskan manfaat dan peran laut dalam al-
Qur’an dan sains yang meliputi antara klasifikasi terhadap ayat-ayat laut dari segi
manfaatnya dan ragam pemanfaatan potensi sumber daya laut, konsep geologi laut
seperti gambaran aspek fisik: komposisi kimia dan fisika, dan texture dasar laut,
dan pernyataan bahwa adanya pemisah laut yang mempunyai sifat geologi dalam
al-Qur’an dan sains.
17
Bab kelima Merupakan akhir dari pembahasan dalam penulisan skripsi ini
berisi kesimpulan dari pembahasan dan penelitian yang telah diuraikan dalam
skripsi ini.
BAB II
PANDANGAN AL-QUR’AN TENTANG LAUT
A. Laut Dalam Al-Qur’an
1. Lafaz-lafaz yang digunakan
Mengelola sumber-sumber alam akan sangat tergantung kepada
pengetahuan dan pengertian tentang lautan itu sendiri. Sayangnya lautan
merupakan suatu bahan penelitian yang kurang diperhatikan bila di bandingkan
dengan penelitian yang telah dilakukan di daratan hal ini mengakibatkan kita
kurang mengetahui tentang ilmu kelautan.
Dr. Thariq al-Swaidan juga menemukan bahwa jumlah ayat yang
mengandung kata laut saja dalam al-Quran berjumlah 32 ayat, sedangkan jumlah
ayat yang mengandung kata darat berjumlah 13 ayat, yang mana jumlah keduanya
adalah 45. Jadi jumlah ayat yang membicarakan laut berarti sebanyak:
32/45*100%= 71,11% sedangkan ayat dengan kata darat sebanyak:
13/45*100%=28,88%. Ilmu pengetahuan sains kebumian dengan hasil
pengukuran menggunakan satelit telah dengan akurat mencatat bahwa permukaan
18
bumi ini sebanyak 71,11% nya tertutup oleh air laut, dan sisanya sebanyak
28,88% berupa daratan.17
Di dalam al-Qur’an lafaz-lafaz yang berartikan laut, disebutkan dalam dua
bentuk, yaitu: Bahr/ al-Bahr dan al-Yamm, seperti yang dijelaskan sebagai
berikut:
A. بحر / البحر (bahr/ al-Bahr)
Kata bahr dalam buku Ensiklopedi al-Quran Dunia Islam Modern berarti
laut, lautan dan samudra. Disebut laut karena pada umumnya laut itu dalam dan
luas.18
Secara tinjauan kebahasaan terma (bahr) merupakan kata bahasa Arab
yang yang dalam bahasa Arab yang berarti laut.19 Oleh karena itu, kata bahr ini
yang akan didasarkan oleh penulis sebagai objek kajian dalam pembahasan disini,
dengan alasan bahwa terma (bahr) dan semua bentuk kata jadiannya menunjuk
pada makna laut.
Dengan ukuran dilihat dari sains modern, ayat-ayat tersebut yang
dikandung bernilai misteri. Dari segi jumlah ayatnya tentang saja, apabila
dibanding antara kata bahra, bahri, bahru, atau lautan, dengan jumlah ayat yang
menyebut kata barri, barru, atau daratan, merupakan perbandingan yang kurang
lebih bersesuaian dengan perbandingan luas lautan dan daratan yang
sesungguhnya. Laut disebut dalam 32 ayat sedangkan darat disebut dalam 13
17 Tariq al-Swaidan, Astonishing Fact About Quran, Artikel ini di akses pada tanggal 09
Juni 2010 dari www.lautanquran.com 18 Chamim Prawira, dkk, Ensiklopedi Al-Quran Dunia Islam Modern (Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Prima Yasa, 2002) cet. 1, h. 246 19 Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir kamus Arab – Indonesia (Yogyakarta:
UPBIK Pondok Pesantern Al-Munawwir, 1984), h. 64
19
ayat.20 Penyebutan dalam pengertian laut namun dengan penulisan yang berbeda
seperti bahraini dan bahran atau dua laut, ada 5 ayat.21 Sedangkan dalam bentuk
plural seperti abhur dan bihar terdapat dalam satu dan 2 ayat yang lain.22 Jadi,
kalau semua yang bermakna laut dengan berbagai cara menuliskan termasuk
penafsirannya, maka itu semua terdapat dalam 42 ayat.
Dalam Lisanul Arab, al-Bahr adalah kumpulan air yang banyak, entah air
itu asin atau tawar, dinamakan seperti itu karena keluasannya, akan tetapi
mayoritas air yang dimaksud itu air yang asin, dan setiap sungai yang besar
dinamakan al-Bahru. Azhari mengatakan setiap sungai yang airnya tidak putus-
putus, seperti Sungai Nil atau yang mnyerupai dari sekian banyak sungai yang
tawar dan besar dinamakan bahrun. Sedangkan laut yang luas/ besar seperti
samudera yang melebihi sungai-sungai itu maka airnya tidak lain akan terasa
asin.23
Al-Bahru aslinya adalah setiap tempat yang luas, di mana di dalamnya
terdapat air yang banyak dan sangat luas, dan setiap sesuatu yang sangat luas
disebut juga sebagai bahr.24
Wahbah az-Zuhaili menyatakan kata al-Bahru beliau mengartikan sebagai
bagian dari yang berair berasal dari bumi.25 Sedangkan menurut at-Thabari
20 Kata “laut” terdapat dalam 13 ayat al-Quran dalam bentuk penulisan barri (12 ayat),
yaitu al-Maidah (5): 96; QS al-An’am (6): 59, 63, dan 97; QS Yunus (10): 22; QS al-Isra (17): 67, 68, dan 70; QS al-Naml (27): 63; QS al-Ankabut (29): 65; QS al-Rum (30): 41; QS Luqman (31): 32, dan Barru ada 1 ayat, yaitu QS at-Thur (52): 28. Ali Audah, Konkordansi Qur’an, (Litera Antar Nusa, 1991) h. 37
21 Sedangkan dari kata dua laut atau bahraini dan bahran terdapat dalam 5 (lima) ayat, yaitu QS al-Kahfi (18): 60; QS al-Furqan (25): 53; QS al-Naml (27): 61; QS Fathir (35): 12; QS al-Rahman (55): 19. Lihat selengkapnya Ali Audah, Konkordansi Qur’an, h. 35
22 Kata laut dalam bentuk plural abhur menurut penjelasan Dr. Abdurrahman Haqqi ada 1 (satu) buah yaitu terdapat dalam QS Luqmân (31): 27 dan bihâr terdapat dalam QS al-Takwir (81): 6 dan QS al- Infîthâr (82): 3. Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, (Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004), h. 66
23 Ahmad Munawir, Lisanul Arab, (Beirut: Darul Fikri, 1990), Juz, IV, h. 46 24 Al-Asfahani, Mufrodat al-Alfadz al-Qurraniyyah, (Beirut: Darul Fikri, 1987), h. 34
20
mengatakan, setiap pedesaan yang di aliri oleh air disebut sebagai lautan. Menurut
beliau laut terbagi menjadi dua bagian, yaitu laut yang asin dan laut yang tawar.26
B. يم / اليم (al-yamm/ yamm)
Menurut ahli bahasa kata al-Yamm/ yamm berasal dari y-m-m berasal dari
bahasa Suryani yang diarabkan untuk menyebut wilayah air asin (laut) dan sungai
besar yang artinya tawar.27
Terdapat banyak pendapat tentang makna al-Yamm dalam pemakaian di
dalam surat al-Qur’an. Sebagian menyatakan sinonim dari al-Bahr, yang lain
menganggap gelombang laut. Bentuknya tunggal dan tidak pernah di dualkan
(tasniyah) maupun di jamakkan.
kata al-Yamm terdapat pada tujuh tempat masing-masing Surah al-Araf
[7]: 136, Tāhā/20: 39, 78, 97, al-Qasas/28: 7, 40, dan al-Żāriyāt/51: 40. Pada ayat
terakhir ini al-Yamm disebutkan sebagai berikut:
“Maka Kami siksa Dia dan tentaranya lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut, sedang Dia melakukan pekerjaan yang tercela.”
2. Macam-macam Penggunaan Lafaz tersebut
25 Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, (Beirut: Darul Fikri, 1991), juz 21, h. 97 26 At-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wili al-Qur’an, (Beirut: Darul Fikri, 1988), juz 11, h.
49 27 Manzur, Ibnu Muhammad. Lisān al-Arab. (Beirut: Dār Sādir), juz 1, h. 61
21
Lafaz yang berarti laut, terulang sebanyak 38 kali di dalam al-Quran,
secara garis
Besar dapat dikategorikan menjadi enam kategori:
1. Ayat yang menyebutkan laut sebagai tanda kemahakuasaan Allah
Laut yang sebagai tanda kemahakuasaan Allah yang menjadikan
manusia berakal sehat akan menyakinkan dirinya bahwa ekistensi laut dan aneka
kehidupan yang ada di dalamnya pasti diciptakan oleh Yang Mahakuasa.
Di dalam al-Qur’an dengan tegas disebutkan bahwa pencipta langit dan
bumi termasuk laut di dalamnya adalah Allah Swt. Yaitu dalam surat:
Surat Ibrahim: 32
☺
☺ ☯ ☺
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.” Surat Luqman: 31
☺
22
⌧
“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Sesungguhnya kapal itu berlayar
di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur. Surat al-Baqarah: 24
☺
☺ ⌧
☺
⌧
☺ ☺
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
2. Ayat yang menunjukan laut sebagai saksi sejarah, dan tempat terjadi
kemukjizatan.
23
Ada dua ayat yang menggambarkan, bahwa adanya pembuatan kapal
besar atau bahtera yang diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Nuh as, seperti:
Surat Hud: 37
☺
“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami,
dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu; Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.”
Surat al-Mu’minun: 27
☺
“Lalu Kami wahyukan kepadanya: "Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, Maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, Maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim, karena Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.”
24
Ada empat ayat yang menceritakan kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidir,
yaitu dalam surat al-Kahfi: 60, 61, 63, dan 79. Ada pula yang menceritakan kisah
Nabi Musa as dan fir’aun yaitu surat al-Baqarah: 50, surat al-A’raf: 136, 138, dan
163, surat Yunus: 90 dan 92, surat Thâ Hâ: 77, 78, dan 97, surat al-Syu’ara: 63,
surat al-Qashash: 40, surat al-Dukhan: 24, dan surat al-Dzariat: 40.
3. Ayat yang menyatakan tamsil mengenai betapa banyaknya ilmu
Allah.
Karena luasnya yang seolah-olah tidak bertepi, laut ataupun air laut sering
dijadikan tamsil tentang suatu yang sangat luas. Ada satu ayat yang menjelaskan
tamsil mengenai banyaknya ilmu dari Allah untuk menunjukkan sesuatu yang
sangat luas, seperti:
Surat al-Kahfi: 109
⌧ ☺
⌧ ☺ ⌧
☺
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-
kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".
Surat Luqman: 27
25
☺ ⌧ ☺
☺ ⌧
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
4. Ayat al-Qur’an yang menggambarkan konsep geologi laut
Ayat-ayat al-Qur’an yang termasuk ke dalam kategori ini, (sebagaimana
yang telah diklasifikasikan oleh Agus S. Djamil) digolongkan seperti:
1. Gambaran adanya pertemuan dua laut yang sangat berperan penting bagi
manusia, seperti: surat al-Rahman 19-20
☺
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing”. 2. Gambaran adanya pemisah laut, seperti surat al-Naml: 61
☺
“Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-
26
gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan yang lain? bahkan sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui”.
3. Gambaran adanya sifat dan rasa laut yang berbeda, seperti surat, al-Furqan: 53
⌧
⌧ ⌧ ☺
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.
Sesungguhnya sang pencipta yang sangat bijaksana membiarkan dua lautan
yang tawar dan yang segar serta air lautan yang asin lagi pahit, kemudian
mengalir keduanya bertemu tanpa terjadi pencampuran dan pembauran diantara
keduanya. Bahkan, keduanya ada pemisah, Pembahasan bagian ini akan dirinci
pada Bab IV.
A. Pendapat Para Mufassir tentang Laut
Dari kedua bentuk penggunaan lafazh tersebut, diantaranya menjelaskan
fungsi dan peran laut, yaitu lafaz bahr/ al-Bahr dan yamm/ al-yamm. Para
mufassir sepakat, bahwa laut tidak hanya dijadikan sebagai objek pemandangan
27
tetapi juga bermanfaat untuk menyempurnakan kehidupan manusia, tumbuhan
dan hewan.
Berikut ini akan dipaparkan tiga pendapat Mufassir yang mempunyai
corak penafsiran yang berbeda satu sama lain.
Pertama, adalah Mufassir yang bercorak Bil ’ilmi, yang diwakilkan oleh
Syekh Thanthawi jauhary. Kedua, Mufassir yang bercorak Falsafi, hal ini diwakili
oleh Fakhruddin ar-Razi.
1. Thanthawi Jauhary
Dalam tafsirnya al-jawahir fi Tafsir al-Qur’an, pada surat al-Naml: 61
dijelaskan:
☺
“Siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.”
Maksud ayat ini adalah: Allah telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam
yang tidak memuai, bergerak dan berguncang bersama penghuninya. Jika bumi
seperti itu, niscaya ia tidak layak untuk menjadi tempat berusaha dan
penghidupan. Menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya. Bumi ini sungai-
sungai yang tawar dan mengalirkannya selaras dengan kepentingan hamba-
28
hambanya. Menjadikan gunung-gunung untuknya yaitu gunung untuk memasak
dan mengokohkan bumi agar tidak meleleh. Dijadikan suatu pemisah antara dua
laut, yakni pemisah antara air yawar dan air asin sehingga tidak bercampur dan
saling merusak, karena air laut itu asin, sedangkan air sungai yang mengalir itu
tawar yang sangat bermanfaat untuk tumbuhan. Air laut yang asin meliputi
seluruh penjuru bumi yang menjadi sumber hujan. Allah menjadikan airnya asin
agar aromanya tidak merusak udara. Apakah Allah ada tuhan lain yang disembah,
bahkan kebanyakan mereka tidak mengetahui.28
2. Fakhr ad-Din ar-Razi
Dalam tafsirnya At-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, pada surat al-Nahl: 14
dijelaskan:
☺
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”
Maksud ayat ini ialah bahwa Allah sendiri yang menyediakan kebutuhan
yang bermacam-macam bagi manusia dari berbagai jenis ikan, juga kapal-kapal
yang berlayar dari satu negeri ke negeri lain dengan membawa barang-barang
28 Thanthawi Jauhary, al-Jawahir Fi Tafsir al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr), jil. 12, h.
334, uraian lengkapnya akan dijelaskan di bab IV
29
perdagangan dan para penumpang yang bepergian. Menurutnya adalah Allah
mengingakan kepada hamba-Nya akan nikmat ditundukkannya laut untuk
berlayarnya kapal-kapal dan semua berjalan dengan rahmat-Nya dan kasih
sayang-Nya. Dengan mengilhamkan pembuatan alat-alat transportasi laut, adalah
untuk kemakmuran manusia karena rahmat-Nya.
Dikatakan ☺ adalah ikan yang dimudahkan
dalam penangkapannya, dan mutiara-mutiara serta semua yang terkandung di
dalam laut untuk bisa digali. Lautan yang sangat luas menjadi sumber titik penting
bagi kehidupan manusia29
BAB III
PENGUNGKAPAN LAUT DALAM PANDANGAN SAINS
A. Pengertian Laut dalam Pandangan Sains
29 Muhammad Fakhr al-Din Dhiya al-Din al-Razi, At-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-
Ghaib, (Beirut: Dar al-Fikr, 1990), jil. 15, h. 274
30
Istilah yang terkait dengan laut, yaitu terma “kelautan”. Istilah kelautan
menurut tim penyusun Kamus Pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia
secara umum dipahami sebagai sesuatu hal yang terkait dengan laut, dengan
demikian, kelautan merupakan istilah yang dipergunakan untuk mengetahui apa
yang ada di lautan, baik alam hayati30 maupun alam non-hayati seperti ikan,
tumbuh-tumbuhan, karang, hutan bakau, mutiara, minyak bumi, gas, timah, logam
dan lain-lain.
Science itu sendiri bermakna ilmu pengetahuan, segala sesuatu yang dapat
membuat kita tergerak untuk mengetahui, membutuhkan sains.
Dari sisi Bahasa Indonesia pengertian laut adalah kumpulan air asin dalam
jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua
atau pulau. Jadi laut adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang
sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Biasanya air
mengalir yang ada di darat akan bermuara ke laut.
Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas dan kurang terjaga
sehingga mudah mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan negara
tetangga. Untuk landas kontinen negara kita berhak atas segala kekayaan alam
yang terdapat di laut sampai dengan kedalaman 200 meter. Batas laut teritorial
sejauh 12 mil dari garis dasar lurus dan perbatasan laut zona ekonomi ekslusif
(ZEE)31 sejauh 200 mil dari garis dasar laut.32
30 Hayati adalah yang mengenai hidup atau berhubungan dengan hidup. Tim Penyusun
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005) edisi. Ke-3, cet. Ke-2, h. 393
31 ZEE atau EEZ merupakan singkatan dari Zona Ekonomi Ekslusif atau Ekonomic Exlusive Zone yang merupakan zona antara garis pantai (baseline atau archipelagic baselines) hingga batasnya pencapainnya 200 nautical miles. (Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, (Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004), h. xix
32 Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, h. 21
31
Laut juga bisa dikatakan sebagai kumpulan air asin yang luas yang
berhubungan dengan samudra. Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air
murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-
bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut
ditentukan oleh 96,5% air murni.33
B. Asal Usul Laut
Terjadinya sesuatu secara ilmiah (genesis) tentu melalui suatu proses dan
proses itu bersifat historis atau sejarah. Untuk dapat mengungkap sejarah tersebut
secara kronologis dan Ilmiah tentunya harus ditunjang dengan adanya suatu
hipotesis dan bukti-bukti yang relevan dan akurat.
Dari hipotesis itulah timbul beberapa teori yang menceritakan tentang proses
terjadinya laut. Hipotesis tersebut mengatakan bahwa semua daratan di dunia pada
awalnya menjadi satu kontinen yang dinamakan Pangea yang dikelilingi laut
Tethys. Salah satu teori yang umum dikenal dan diikuti oleh para pakar kelautan
adalah teori Wegener atau disebut juga sebagai teori gerakan kontinen. Teori ini
mengatakan bahwa Pangaea34 mengalami gerakan kontinen (gerak orogenetik)
dan terpecah menjadi beberapa benua. Negara Afrika dinyatakan bahwa pada
zaman dulu telah menyatu dengan Eurasia yang telah terbukti di temukannya
jajaran pegunungan bawah laut di kawasan laut tengah. Gerakan kontinen diduga
dimulai pada ± 200 juta tahun yang lalu dengan adanya gerakan split dari blok
33 Prager Elllen. The Ocean. (Austria: Grown hill, 2000), h. 32 34 Pangaea adalah benua purba yang terdiri dari Eurasia, Afrika, Amerika Selatan, India,
Australia, dan Antartika yang kesemuanya menjadi satu kesatuan daratan yang terbentuk pada ± 225 juta tahun yang lalu, M.S. Wibisono, Pengantar Ilmu Kelautan, (Jakarta: Grasindo Wicasaraka Indonesia, 2005) , h. 28-27
32
Amerika Selatan lepas dari Antartika dan juga lepas dari benua Afrika bagian
barat menuju ke arah barat sehingga terbentuk laut Atlantik bagian selatan.
Sementara itu blok India bergerak ke arah utara melepaskan diri dari Antartika
sehingga menabrak bagian selatan dari daratan Eurasia. Tabrakan itu begitu kuat
sehingga menimbulkan lipatan yang kemudian menjadi pegunungan Himalaya
yang tertinggi di dunia. Kemudian bersamaan dengan kejadian itu benua Australia
melepaskan diri dari Antartika dan bergerak menuju kearah utara, Amerika bagian
utara melepaskan diri dari Eurasia dengan gerakan split bergerak kearah barat laut
sehingga terbentuk laut Atlantik bagian utara. Setiap gerakan split akan
mengakibatkan terjadinya celah (palung) laut yang sangat dalam dan panjang
dikenal sebagai sistem trench.35
Gerakan split dari kontinen seperti juga dialami oleh bagian lain, yaitu setelah
benua Afrika ditinggalkan oleh benua Amerika bagian selatan, terbentuk laut
Merah di bagian utara di benua Afrika akibat terjadinya keretakan serta
terbentuknya teluk Aden yang sampai sekarang diduga gerakan tersebut masih
berlangsung. Gerakan selanjutnya, Amerika bagian utara setelah melepaskan diri
dari Eurasia kemudain menyatu dengan Amerika bagian selatan pada saat ini
dinamakan di wilayah Panama. Sedangkan di Afrika terjadi perubahan bentuk laut
yang awalnya merupakan bagian laut Tethys menjadi beberapa laut marjinal dan
tertutup, contohnya adalah laut Kaspia, laut Hitam, Laut Tengah, dan laut Mati.
Selama 200 juta tahun tersebut secara teoritis disebutkan bahwa Pasific basins
mengalami penyusutan dan akhirnya laut Tethys menghilang.
35 Ivanova, O. Lange. General Geology (Moscow: Foreign languages Publishing house).
h. 189
33
Lautan Hidia terbentuk sebagai akibat gerakan blok India dan Blok Australia
tersebut di atas serta terbentuknya lengkungan (arcus) kepulauan Indonesia
berikut paparan Sunda yang masih menempel pada daratan Asia dan paparan
Sahul yang menyatu dengan daratan Australia. Akhirnya diperkirakan pada zaman
es dari kutub mencair maka bagian dari paparan Sunda dan paparan Sahul yang
semula tidak tergenang air menjadi laut dan terjadi kepulauan Nusantara
sepanjang garis khatulistiwa sampai saat ini. Sehingga sebenarnya laut disekitar
Indonesia merupakan pencampuran antara lautan hindia dan lautan pasifik.36
Setelah beberapa benua menjadi menetap sepertti sekarang ini, maka
selanjutnya terjadilah proses pelapukan dan pelarutan batuan sedimen di darat
oleh air hujan yang membawa berbagai jenis garam mineral melalui sungai
akhirnya menuju ke laut. Dari lautpun akan terjadi proses penguapan karena
kenaikan suhu pada siang hari dan uap terakumulasi membentuk awan yang
akhinya jatuh kebumi sebagai hujan. Begitu seterusnya sehingga proses tersebut
membentuk suatu siklus yang kita namai sebagai siklus air. Siklus ini berlangsung
terus menerus untuk mencapai keseimbangan alam.
Teori gerakan kontinen dari Wegener tersebut, ada teori lain yang kurang
populer yang mengatakan bahwa terjadinya laut berasal dari air dalam cekungan-
cekungan dasar samudra (oceanic basins) yang lama kelamaan mengalami
penambahan volume air, baik yang berasal dari daratan maupun lelehan es dari
kutub utara dan kutub selatan sehingga iar laut meluap sampai ke wilayah pinggir
kontinen. Wilayah pinggir kontinen yang terendam tersebut dikatakan sebagai
wilayah paparan (continental shelf). Tampaknya teori kedua ini tidak mengaitkan
36 Artikel ini di akses pada tanggal 07 Juli 2010 dari www.seachallengers.com , pukul
13.00 WIB
34
pada proses-proses yang terjadi dengan sektor geologi (geological history) yang
seharusnya terkait. Oleh sebab itu, walaupun masuk akal namun teori ini dianggap
kurang populer.37
Jadi dapat dikatakan bahwa posisi letak geografis benua yang telah ada seperti
sekarang ini menyebabkan terbentuknya 5 (lima) lautan/ samudra (oceans) di
bumi seperti tertera di bawah ini, berikut ini luas masing-masing, yakni:
1. Samudra Hindia (± 28.400.000 mil²)
2. Samudra Pasifik/Lautan Teduh (± 64.000.000 mil²)
3. Samudra Atlantik (± 41.744.000 mil²)
4. Samudra Arktika (± 5.427.000 mil²)
5. Samudra Antartika (± 12.451.000 mil²).
Sementara di kalangan sarjana barat (Orientalis) yang bernama R. Kippling
beranggapan bahwa di muka bumi Terdapat 7 (tujuh) samudra, seperti yang
pernah mereka pelajari dari ajaran lama. Untuk mendapatkan jumlah 7 samudra,
mereka membagi lagi samudra Pasifik dan Atlantik masing-masing menjadi 2
(dua) bagian terpisah oleh garis khatulistiwa. Anggapan dan kebiasaan itu
sebenarnya berasal dari ajaran seorang ahli ilmu bumi, bangsa Turki bernama Piri
Reis yang pada abad XVI pernah menulis karyanya dengan menyebut adanya 7
samudra, yaitu:
1. Laut Nusantara (Laut Cina Selatan)
2. Teluk Benggala
3. Laut Arab
4. Teluk Persia
37 William Lee Strokes, All Introduction to Geology Physcal and Historical (USA:
Printed House, 2000), h. 23
35
5. Laut Merah
6. Laut Tengah
7. Laut Atlantik
Ketujuh samudra versi teori Piri Reis merupakan kawasan (Mandala)
Samudra Islam pada waktu itu, yakni sebelum jatuhnya konstantinopel, pada
tahun 1453. Mandala Samudra Islam dikatakan demikian mengingat pada era
tersebut telah banyak para pedagang Islam dari Persia, Yaman, dan Gujarat
berlayar mengarungi laut di sekitar mandala tersebut. Mereka belum mengenal
Samudra Pasifik, samudra Arktika, dan samudra Antartika pada saat itu. Ajaran
Piri Reis kemudian dikembangkan oleh sarjana Islam berasal dari Turki yang
bernama Omar Khayam pada zaman Kejayaan Islam dalam bukunya yang di
terjemahkan oleh Fitz Gerald pada tahun 1859. Dari buku terjemahan Fitz Gerald
inilah maka seorang orientalis dari Eropa bernama R. Kippling mengenal istilah 7
(tujuh) samudra (The Seven Seas) yang kemudian ajaran tersebut setelah
dimodifikasi disebarluaskan ke semua penjuru dunia.38
Pada hasil penemuan geologis di tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan
± 4 miliar tahun lalu, menunjukkan adanya fosil seukuran beras dari bakteri
primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di dasar laut. Hal ini
mungkin menjawab pertanyaan tentang saat-saat awal kehidupan dan di bagian
lautan yang mana terjadi awal kehidupan tersebut. Sedangkan kelautan itu sendiri
adalah ilmu yang mempelajari berbagai biota atau makhluk hidup di laut yang
perlu dimanfaatkan melalui usaha perikanan.
38 M.S. Wibisono, Pengantar Ilmu Kelautan, h. 28-27
36
C. Macam-macam laut terbesar
1. Samudra Atlantik
Samudra Atlantik adalah samudra terbesar kedua di dunia, meliputi sekitar 1/5
permukaan
bumi. Kata Atlantik berasal dari mitologi Yunani yang berarti Laut Atlas. (lihat
gambar 3-1)
Gambar 3-1 : Peta samudra Atlantik, Samudra ini berbentuk huruf S,
memanjang dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan, terbagi dua oleh
garis khatulistiwa menjadi Atlantik Utara dan Atlantik Selatan.
Sumber : www.wikipedia.com
Dibatasi oleh Amerika Utara dan Amerika Selatan di bagian barat samudra
dan Eropa dan Afrika di bagian timur samudra. Samudra Atlantik berhubungan
dengan Samudra Pasifik, di bagian utara bumi melalui Samudra Arktik dan di
bagian selatan bumi melalui Lintasan Drake. Hubungan buatan manusia antara
Samudra Atlantik dengan Samudra Pasifik dibuat melalui Terusan Panama.
Lokasinya pada kumpulan air antara Afrika, Eropa, Samudra Selatan, dan
benua Amerika. Dengan wilayah total: 76,762 juta km² mencakup dari Laut
37
Baltik, Laut Hitam, Laut Karibia, Selat Davis, Selat Denmark, bagian dari
Lintasan Drake, Teluk Meksiko, Laut Mediterania, Laut Utara, Laut Norwegia,
hampir seluruh dari Laut Scotia, dan kumpulan air tributer lainnya dengan Garis
pantai sekitar ±111.866 km. Laut ini memiliki cuaca badai tropis berkembang di
sekitar pesisir pantai Afrika dekat Tanjung Verde dan bergerak ke arah barat
menuju Laut Karibia, badai bisa terjadi dari Mei hingga Desember, namun paling
sering terjadi dari Agustus hingga November. Angin ribut merupakan hal yang
biasa di Atlantik Utara pada masa musim dingin di utara, menyebabkan
perlintasan samudra menjadi lebih sulit dan berbahaya. Samudera ini mempunyai
pelabuhan untuk berlayar dari berbagai Negara yaitu Abidjan (Pantai Gading),
Akra (Ghana), Amsterdam (Belanda), Antwerp (Belgia), Bahia Blanca
(Argentina), Baltimore (Amerika Serikat), Banjul (Gambia), dan lainnya.39
2. Samudra Pasifik
Samudra Pasifik atau Lautan Teduh dalam bahasa Spanyol disebut dengan
Pacifico yang
artinya tenang, samudera ini menjadi kumpulan air terbesar di dunia. Samudra
Pasifik berisi sekitar 25.000 kepulauan (lebih dari jumlah kepulauan yang berada
di lautan dunia lainnya jika digabung), yang mayoritas terletak di selatan
khatulistiwa (lihat gambar 3-2). Di batasan ireguler Samudra Pasifik terdapat
banyak lautan, yang terbesar adalah Laut Sulawesi, Laut Koral, Laut China
39 Spate, O.H., Paradise Found and Lost, ( Gluslaw: Britanian 1988), h. 53
38
Timur, Laut Jepang, Laut China Selatan, Laut Sulu, Laut Tasman dan Laut
Kuning.40
Gambar 3-2 : Samudera Pasifik, mencakup kira-kira sepertiga permukaan
Bumi, dengan luas sebesar 179,7 juta km² (69,4 juta mi²). Panjangnya sekitar
15.500 km (9.600 ml) dari Laut Bering di Arktik hingga batasan es di Laut Ross
di Antartika di selatan.
Sumber : www.wikipedia.com
Penjelajah Portugis Fernando de Magelhaens adalah orang yang menamakan
Samudera Pasifik. Untuk sebagian besar perjalanannya dari Selat Magelhaens
menuju Filipina. Tetapi, Samudra Pasifik tidaklah selalu tenang. Di mana
Samudra Atlantik melebar, Samudra Pasifik mengecil. Hal ini menyebabkan
banyak terjadinya gempa bumi maka dari itu samudera inipun menjadi pusat
gempa di Jepang . Banyak angin puyuh dan badai yang merusak pulau-pulau di
bagian Pasifik dan tanah di sekitar Pasifik dipenuhi gunung berapi dan sering
diguncang gempa bumi. Tsunami, yang disebabkan oleh gempa bumi di dasar
40 Lower, J. Arthur, Ocean of Destiny: A Concise History of the North Pacific, (France: -
1500-1978 1978). h. 42
39
laut, telah menghancurkan banyak pulau.41 Samudra ini mempunyai gunung-
gunung. Samudera ini merupakan daerah divergensi lempeng samudera bergerak
saling menjauh yang mengahsilkan dari ilmu geologi laut.42
3. Samudera Hindia
Samudra Hindia, atau Samudra India adalah kumpulan air terbesar ketiga di
dunia, meliputi sekitar 20% permukaan air Bumi. Di utara dibatasi oleh
selatan Asia yaitu di bagian barat oleh Jazirah Arabia dan Afrika, di timur oleh
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, dan
Australia, di selatan oleh Antartika43.
Gambar 3-3 : Samudra Hindia, samudra ini yang meliputi sekitar 20%
permukaan air Bumi. Samudera Hindia atau Samudera India adalah satu-
satunya samudera yang menggunakan nama negara yaitu India.
41 D.L Oliver, The Pacific Islands, 3d ed. (1989), h. 73 42 J.E Terrell, Prehistory in the Pacific Islands. (England:-, 1986), h. 12 43 Antartika adalah Samudra Antarktika atau Lautan Selatan adalah massa air laut yang
mengelilingi benua Antartika. Ia merupakan samudra terbesar keempat dan telah disepakati untuk disebut sebagai samudra oleh Organisasi Hidrografik Internasional (IHO) pada 2000. Sebelum itu, pandangan umum adalah Samudra Atlantik, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik langsung berbatasan dengan bibir pantai Antartika. Artikel ini di akses pada tanggal 07 september 2010 dari www.wikipedia.com , pukul 13.00 WIB
40
Sumber : Dowdy, W. L., and Trood, R., The Indian Ocean, 1985
Samudera ini termasuk Laut Andaman, Laut Arab, Teluk Bengal, Great
Australian Bight, Teluk Aden, Teluk Oman, Saluran Mozambique, Teluk
Persia, Laut Merah, Selat Malaka, dan sebagainya. Pelabuhannya meliputi
Calcutta (India), Chennai (Madras; India), Colombo (Sri Lanka), Durban
(Afrika Selatan), Jakarta (Indonesia), Karachi (Pakistan), Fremantle
(Australia), Mumbai (Bombay; India), Teluk Richards (Afrika Selatan).44
BAB IV
44 Auguste Toussaint, The History of the Indian Ocean, trans. Artikel with June
Guicharnaud (1966).
41
KONSEP GEOLOGI LAUT DALAM AL-QUR’AN DAN SAINS;
MENGENAI SURAT AR-RAHMAN: 19-20, AN-NAML: 61 DAN SURAT
AL-FURQAN: 53
Science sendiri bermakna ilmu pengetahuan, segala sesuatu yang dapat
membuat tergerak untuk mengetahui dan membutuhkan sains.
Konsep Geologi laut pada kajian berikut ini terbagi ke dalam tiga
kelompok yaitu, Manfaat dan peran laut, Konsep geologi dari gambaran aspek
fisiknya dan pernyataan adanya pemisah laut dalam surat ar-Rahman: 19-20, an-
Naml: 61 dan al-Furqan: 53 yang mempunyai sifat geologi dalam al-Qur’an dan
sains.
A. Manfaat dan Peran Laut dalam Al-Qur’an dan Sains
Sebagai khalifah di bumi, kewajiban kita adalah memanfaatkan karunia
Allah dengan sebaik-baiknya, termasuk memelihara kelestariannya. Itulah ungkap
syukur yang biasa dengan ikhlas kita amalkan. menurut Quraish Shihab pada
dasarnya segala apa yang terbentang di bumi ini termasuk lautan, dapat digunakan
atau dimanfaatkan oleh manusia kecuali jika dalil melarangnya.45 Begitu pula
beliau menyatakan bahwa alam raya, baik wilayah udara, daratan, maupun lautan
diciptakan Allah Swt agar bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Secara potensial semua terlaksana melalui hukum-hukum alam yang di
tetapkan Allah Swt dianugrahkan kepada manusia. Berikut ini disampaikan dalam
45 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran (Jakarta:
Lentera Hati, 2002). Vol. VI, h. 54-55
42
pengelompokan pemanfaatan laut dari klasifikasi terhadap ayat-ayat al-Qur’an
dan ragam pemanfaatannya potensi sumber daya laut dalam al-Qur’an.
1. Klasifikasi Terhadap Ayat-Ayat Laut Dari Segi Manfaatnya
Kata laut (bahr) di dalam al-Quran mempunyai bentuk derivasi (isytiqaq)
yang beragam. Ada 41 kali kata laut dalam 40 ayat al-Quran dari 29 surat. Berikut
ini disampaikan pengelompokkan ayat-ayat tentang laut menurut term ayat
tersebut, antara lain:
No. Nama
Surat
Ayat Firman Allah Swt Keterangan
1.
2.
3.
QS.Al-
Maidah
QS. Al-
Nahl
QS.
Fathir
96
14
12
☺
⌧
⌧ ⌧
Kelompok ayat-
ayat al-Quran
yang menjelaskan
laut sebagai
sumber makanan.
43
☺
4.
6.
7.
8.
QS. Al-
Naml
QS.
Fathir
QS. Al-
Baqarah
14
12
164
22
☺
⌧ ⌧
☺
⌧
⌧ ⌧
☺
☺
☺ ⌧
☺
⌧
Kalompok ayat-
ayat al-Quran
yang menjelaskan
laut sebagai
sumber
insfrastruktur
transportasi
44
9.
10.
11.
12.
QS.
Yunus
QS.
Ibrahim
QS. Al-
Isra’
QS. Al-
Kahfi
32
66
79
12
⌧
⌧
☺
⌧
☺
☺
☯ ☺
⌧ ☺
☺
45
13.
14.
15.
16.
17.
QS. Al-
Jasiyah
QS. Al-
Thur
QS. Al-
Hajj
QS.
Lukman
QS.
Asy-
Syurâ
QS. Al-
Rahman
6
65
31
32
24
☺
⌧
⌧
☺
☺
☺
⌧
⌧
⌧
46
17.
18.
QS. Al-
Nahl
QS.
Fathir
14
12
☺
⌧
⌧ ⌧
☺
Kelompok ayat-
ayat al-Quran
yang menjelaskan
laut sebagai
sumber perhiasan
19. 20. 21.
QS. Al-Rahman QS. Al-Naml QS. Al-Furqan
19
61
53
☺
⌧
⌧ ⌧
☺
Menunjukan
adanya batas
antara 2 (dua) laut
yang berdekatan
dan berbatasan di
mana manusia
dapat memperoleh
anugrah apabila
mau
memanfaatkannya.
47
Banyaknya ayat-ayat bahr di dalam al-Quran dalam berbagai surat yang
telah disebutkan diatas sudah dapat dipahami aleh bangsa Arab, karena bangsa
Arab jahiliyah jauh sebelum Islam datang, mereka telah mengenal laut. Hal ini
dibuktikan dengan adanya pelayaran-pelayaran yang dilakukan masyarakat Arab
dalam perjalanan musim dingin ke Yaman.46 Dari banyaknya ayat-ayat tentang
transportasi di atas, ini membuktikan bahwa kehidupan manusia lebih sering
berlayar atau mengarungi lautan dengan kapal dari pada mencari ikan dan
perhiasan di dalam lautan, sebagaimana sejarah yang telah diikemukakan oleh
Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya.
2. Ragam Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Laut di dalam al-
Qur’an
Setelah menyinggung gambaran ayat-ayat tentang laut yang mempunyai
beragam manfaat, maka dalam bagian ini pembahasan diarahkan kepada
penggalian informasi dari ayat-ayat al-Quran tersebut yang mengemukakan ragam
potensi sumber daya laut.
a. Laut Sumber Makanan Halal, Lezat, dan Bergizi
Keperluan akan bahan pangan yang diperoleh manusia di darat makin
terasa berkurang dari hari ke hari. Hal ini disebabkan makin bertambahnya jumlah
penduduk dunia yang begitu cepat, sehingga tidak saja lahan penghasil pangan
seperti, Hutan, sawah, kolam, dan pantai berkurang karena diubah menjadi tempat
46 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran Vol. VI,
h. 54
48
pemukiman dan keperluan lain, tetapi juga produksi pangan yang dihasilkan tidak
mencukupi kebutuhan manusia. Al-Quran sendiri secara berulang-ulang telah
menyinggung masalah manfaat lautan, diantaranya dengan klaus
☺ disana terdapat terma
☺ yang artinya daging,47 sedangkan al-Marâghî mengartikan dengan
ikan.48 Kemudian pada terma artinya lembut atau lawan kata
kering yaitu basah. Dari kedua kata tersebut ☺
diartikan dengan daging yang lembut.49
Dari Klausa ☺
dapat dipahami bahwa dengan ditundukan lautan
oleh Allah Swt, manusia dapat memakan ikan dengan cara memburunya. Manusia
dapat memburu ikan yang berada di dalam laut. Bukan hanya saja ikan yang
diperoleh tetapi beragam binatang laut yang ada di dalam lautan boleh dimakan,
kecuali binatang yang hidup di dua alam yaitu seperti hewan kepiting dan kura-
kura.
Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah Saw., yaitu:
من آل , حدثني يحي عن ملك عن صفوان بن سليم عن سعيد ابن سلمةأ نه سمع . و من بني عبد الداروه, بني اآلزرق عن المغيرة بن أبي بردة
إنا ! يا رسول اهللا: م فقال.أبا هريرة يقول جاء رجل إلى رسول اهللا ص,فان توضأنا به عطشنا, نرآب البحر ونحمل معنا القليل من الماء
)هو الطهور ما ؤه الجل ميتته( :م . أفنتوضأ به؟ فقال رسول اهللا ص
Artinya: Diceritakan kepada kami oleh Yahya dari Malik dari Shafwan bin Sulaim dari Sa’id bin Salamah dari Ali Bani al-Azraq dari al-Mughirah bin Abi
47 Muhammad Idrîs ‘Abdurraûf al-Marbawî, Qâmûs Idrîs al-Marbawî ‘Arabi Malâyû
(Surabaya: Dar al-Fikr, t.th.), h. 213 48 Ahmad Mushthafa al-Marâghî, Tafsir al-Maraghi, cet. Ke-2, Juz 14, h. 61 49 Muhayiyuddin ad-Darwisy, I’râb al-Quran al-Karîm (Beirut: Dâr Ibn Kasîr, 1992),
Cet. ke 3, h. 276
49
bardah dari Banî Abd ad-Dâr. Bahwasanya dia telah mendengar Abi Hurairah r.a, berkata: Seorang laki-laki telah datang kepada Rasullah Saw, berkata: “Hai Rasulullah! Sesungguhnya kami berlayar dan kami membawa air sedikit, jika kami berwudhu dengan air itu pasti kami kehausan, apakah boleh kami berwudhu dengan air laut? Maka Rasulullah Saw, menjawab: “Laut itu suci airnya dan halal bangkainya”. (HR. Imam Malik).50
Semua makanan yang ada di dalam lautan dihalalkan oleh Allah Swt.
Untuk dimakan atau diamanfaatkan oleh orang yang sedang bermukim maupun
yang sedang dalam perjalanan. Yang bermukim atau yang sedang mengarungi
lautan dapat mengkonsumsi binatang buruannya, ikan atau tumbuhan-tumbuhan
laut yang sangat segar.
Indonesia sudah mengakui bahwa semua makanan yang ada di lautan sangat
bergizi tinggi terutama ikan yang dikenal sebagai sumber makanan bagi
manusia. Ikan mempunyai peranan dan kedudukan yang penting bagi sumber gizi.
Ikan adalah hewan bertulang belakang yang berdarah dingin, hidup di dalam air,
bergerak dengan menggunakan sirip dan bernafas dengan insang. Kelompok ikan
sangat beragam, ikan-ikan yang mempunyai nilai gizi dan ekonomi yang tinggi
terdiri dari filum51 Chordata.52 Filum ini sangat popular, karena terdiri dari ikan
yang sudah dikenal sebagai sumber makanan. Sungguh besar kekuasaan Allah,
ribuan jenis ikan sudah menjadi makanan semua orang dan ratusan jenis lainnya
sudah di perdagangkan secara internasional, antara: ikan cucut, hiu, tuna,
cakalang, lamuru, koi, bandeng, kerapu, beronang, kuda laut, kakap, dan masih
banyak lainnya. Di dalam tubuh ikan banyak terdapat protein, mineral, dan asam
50 Imam Malik bin Anas (Abu ‘Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abu ‘Amin bin
‘Amr bin al-Harith al-Asbahi), Al-Muwatho’. Vol. 1 (Beirut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 31 51 Filum dari bahasa Yunani; phylum adalah cabang. Biasanya kata ini dipakai dalam ilmu
bahasa perbandingan atau dalam ilmu biologi dalam menguraikan atau mengklasifikasikan hubungan keluarga atau jenis. (Artikel ini di akses pada tanggal 02 Agustus 2010 dari www.wikipedia.com, pukul 13.00 WIB)
52 M. Grant Gross, Oceanography. (London: colombus Toronto, 1985), h. 129
50
lemak seperti omega-3 (mengandung EPA dan DHA) telah di uji klinis oleh pakar
kesehatan yang sangat bermanfaat untuk mencerdaskan otak manusia sedangkan
EPA dan DHA yang bermanfaat mencegah beberapa penyakit, di antaranya
kanker, alergi, menurunkan tekanan darah serta memperlambat proses penuaan
dini dan kepikunan.53 Kandungan kalsium pada ikan dapat menunjang penguatan
dan pertumbuhan tulang pada manusia.
Selain ikan, masih banyak jenis-jenis binatang laut dari berbagai filum yang
terdapat dimakan dan sangat bermanfaat untuk kebutuhan manusia, seperti
anemon laut, ubur-ubur, cacing polychaeta, keong laut, siput laut, kiton, kerang,
cumi-cumi, gurita, udang, lobster, rajungan, bintang laut, teripang, lili laut (hewan
laut yang menyerupai tumbuhan), mentimun laut, bulu babi dan bintang ular.
Selain binatang laut, yang dapat dimakan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan
manusia adalah tumbuhan laut. Salah satu tumbuhan laut yang sangat di
manfaatkan oleh manusia adalah rumput laut (seaweed). Rumput laut adalah algae
laut yang hidup di dasar laut (bentik).54 Rumput laut hidup di daerah yang jauh
dari sumber air tawar dan mendapatkan cukup cahaya untuk tumbuh. Algae laut di
kenal dengan bermacam-macam nama, seperti ganggang (rumput laut) biasa di
buat untuk bahan agar-agar. Ada juga rumput laut dipanen sebagai bahan pangan
dan pemanfaatan yang kedua adalah sumber obat-obatan, berbagai bahan kimia
yang terkandung dalam tubuh biota laut dapat di ekstrasiksikan untuk dijadikan
bahan baku dalam berbagai jenis obat dan kosmetik.
53 Kasijan Romimohtarto, Biota Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut (Jakarta:
Djambatan, 2001), h. 428 54 Bentik adalah gambaran bagian lingkungan perairan yang dihuni oleh organism yang
hidup di bagia dasar atau di dalam sedimen pada laut. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi. Ke-3, cet. Ke-2, h. 135
51
b. Laut Sumber Aneka Perhiasan dan Tambang
Lautan tidak saja menyediakan bagi manusia sumber makanan dan obat-
obatan. Akan tetapi laut juga menawarkan keindahan bentuk dan mutunya yang
sangat beragam. Banyak sekali jenis biota laut, terutama hewan laut yang
mempunyai bentuk dan warna yang indah dan menarik perhatian manusia.
Manusia menjadikan laut atau hasil kegiatan biologinya sebagai koleksi untuk
hobi, banyak para wanita yang menarik perhatiannya yang memanfaatkan mutiara
sebagai perhiasan untuk dipakai, atau sebagai hiasan di ruangan tempat tinggal
dan lain-lain.55
Di dalam Al-Qur’an sering kali menyinggung masalah perhiasan yang dapat
dipakai oleh manusia. Seperti pada klausa
terdapat terma
yang jamaknya حلي yang artinya perhiasan yang dibuat dari
bahan tambang atau terbuat dari batu mulia. Sedangkan pakar tafsir menafsirkan
dalam ayat itu ditafsirkan dengan pakaian ,(mutiara dan marjan) الؤلؤ والمرجان
wanita, karena wanita itulah yang sering kali menghias diri.56 Sedangkan menurut
penafsiran al-Maraghi dalam kitab tafsirnya, Tafsir al-Maraghi, beliau
menafsirkan bahwa mutiara yang di dapat dalam kerang yang hidup di lautan dan
marjan yang tumbuh didasar laut.57
55 Kasijan Romimohtarto, Biota Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut , h. 431 56 Muhyiyuddin ad-Darwisy, I’rab al-Qur’an, h. 276 57 Ahmad Mushthafa al-Marâghî, Tafsir al-Maraghi, cet. Ke-2, Juz 14, h. 61
52
Allah berfirman dalam surat al-Nahl ayat 14, yaitu:
☺
“Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”
Di dalam ayat ini telah dikemukakan pada klasifikasi ayat-ayat laut di atas,
menyatakan bahwa dengan ditundukannya lautan oleh Allah Swt., maka manusia
dapat menggali potensi sumber daya kelautan. Adapun potensi sumber daya
kelautan yang terkait disini dapat berupa bahan tambang, minyak dan gas bumi,
mineral serta harta karun yang belum ditemukan yang terpendam di dasar laut.
Tidak hanya sebagai hiasan ternyata sumber daya kelautan dapat bahan
pertambangan salah satunya adalah filum Coelenterata (hewan karang) biasa
membentuk bangunan keras dari kapur di bawah laut yang ukurannya sangat besar
dan seringkali sebagian muncul di permukaan laut dan membentuk benting-
benting karang bahkan pulau-pulau karang dan mampu menenggelamkan kapal.
Jika di tabrak. Bangunan karang dinamakan terumbu karang.58 Tumbuhan ini
dimanfaatkan secara tradisional untuk keperluan ortopedi (sebagai pengganti
58 Supriharyono, Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang (Jakarta: Djambatan, 2000), h.
1
53
tulang yang retak), ada juga dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, bahan
untuk budi daya, rekreasi, menghalang terjadinya erosi pesisir, dan sebagai bahan
pembuatan bangunan.59
c. Laut sebagai Insfrastuktur (Prasarana) Transportasi
Al-Qur’an seringkali membahas tentang laut yang sangat bermanfaat
kemudian
Digunakan sebagai alat transportasi. Seperti pada klausa
sama diartikan dengan سفن jamak dari kata سفينة artinya adalah
kapal yang berlayar di lautan yang maju mundur, yang berjalan dari satu titik ke
titik yang lain, dari suatu daerah ke daerah yang lain.60
Menurut Quraish Shihab bahwa pada dasarnya segala apa yang terbentang
di bumi, termasuk lautan, dapat digunakan atau di manfaatkan oleh manusia
kecuali jika dalil lain yang melarangnya. begitupunQuraish Shihab menyatakan
bahwa alam raya, baik wilayah udara, daratan, maupun lautan yang diciptakan dan
di tundukkan oleh Allah Swt adalah untuk manusia.61 Penundukan tersebut,
secara potensial terlaksana melalui hukum-hukum alam yang telah di tetapkan
oleh Allah Swt, dan kemampuan yang dianugrahkan kepada manusia.62 Oleh
karena itu ditundukannya lautan untuk manusia bukan untuk dieksploitasi,
menguras sumber daya alam dan mencemari lingkungan. Sebab kalau itu di
lakukan, maka akan timbul kerusakan pada laut. Dimana hal ini dapat
59 Supriharyono, Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir
Tropis (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 66-68 60 Ahmad Mushthafa al-Marâghî, Tafsir al-Maraghi, cet. Ke-2, Juz 14, h. 61 61 M. Quraish Shihab, Tafsir Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), vol. 1, h. 136 62 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung: Mizan, 1996), h. 441
54
membahayakan kelestarian lingkungan yang pada akhirnya dapat mendatangkan
bencana alam. Apabila benncana alam terjadi, maka ia akan mengakibatkan
terjadinya banyak korban jiwa.
Pada zaman dahulu (sebelum Islam datang dan masa awal Islam sampai
abad pertengahan) fungsi laut adalah sebagai salah satu jalur transportasi yang
sangat populer bagi manusia setelah jalur darat, laut memberikan kontribusi yang
sangat luas bagi kemakmuran hidup manusia.63 Ini bisa dimaklumi dikarenakan
secara geografis pun komposisi laut jauh lebih besar dari pada daratan. Sehingga
manusia senantiasa berusaha dengan segala upaya agar mampu memanfaatkan
dengan sebaik-baiknya.
Manfaat laut untuk kepentingan transportasi ini sudah dijelaskan dalam
firman-Nya, surat al-Baqarah ayat 164:
☺
☺ ⌧
☺
⌧
☺ ☺
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
63 Ahmad Khalid Allam, Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 285
55
langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
Dengan segala bentuk aktivitas para nelayan dan mungkin juga dari
angkatan perang yang memanfaatkan jalur ini tentu harus dalam koridor
senantiasa untuk melakukan inovasi-inovasi agar lebih maju baik dari segi
peralatan dan sarana pendukung agar mampu menundukkan segenap bencana
yang ada di laut apakah itu badai, kehilangan arah dan tidak adanya angin yang
membuat kapal-kapal konvensional berhenti tidak mampu bergerak, Allah juga
berfirman:
قكم من رحمته ومن ءاياته أن يرسل الرياح مبشرات وليذي
ولتجري الفلك بأمره
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya.”
Itulah mengapa kita senantiasa dimaklumkan oleh Allah untuk senantisa
memikirkan kondisi alam yang demikian menakjubkan ini, di mana semua
harapan inovasi ini hanya akan bisa dilakukan bagi mereka yang mau
memikirkannya.
Sebagai jalur transportasi laut yang mengantarkan manusia kemana yang dia
mau, dari satu negeri ke negeri lain, dari satu pulau ke pulau lain; dengan berbagai
kepentingannya apakah sebagai transportasi perang, perdagangan, atau ekspedisi
biasa. Hal ini tidak akan bisa ada tanpa rahmat-Nya yang menundukkan kapal-
kapal yang berlayar itu dan juga laut dengan segalam gejala alam yang
melingkupinya.
56
Sebagai tempat tinggal dan kediaman, bumi dilengkapi dengan berbagai
fasilitas dan sarana penunjang di kehidupan manusia. Bumi dan segala isinya,
termasuk wilayah bumi yang berupa lautan, diciptakan Allah Swt dengan
kodratnya untuk manusia. Karena itu manusia dapat menghasilkan dan
memanfaatkan potensi alam untuk kepentingan di dalam kehidupan. Sebagaimana
lautan yang sangat luas dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia
dan masyarakat antara lain: sebagai sumber makanan, bahan baku obat-obatan,
perhiasan, pertambangan, infrastruktur transportasi, energi, pariwisata, bahan
penelitian dan pendidikan, konservasi alam, pertahanan dan keamanan dan
pelabuhan.
Laut juga sangat berfungsi sebagai Infrastruktur Transportasi di perkirakan
pada zaman Sriwijaya dan Majapahit pada waktu itu merupakan sarana
perhubungan yang sangat penting sebagai kekuasaan bahari yang luas pada
zamannya. Juga Negara penjajah dari Barat (Spanyol, Portugis, Inggris dan
Belanda) pada saat itu telah mengetahui hal itu dan memanfaatkannya bagi
kemajuan perdagangan dan kebesaran Negara mereka.64
Di zaman modern ini, laut sebagai sarana di bidang perhubungan merupakan
unsur bertambah esensi bagi kepentingan komunikasi guna menempatkan kabel-
kabel di bawah laut (submarine cables), untuk pemasangan pipa, dan juga udara
di atasnya merupakan ruang transportasi udara.65 Setelah itu pula, laut juga
merupakan pelayaran bagi kapal-kapal laut yang telah berkembang dan bertambah
jenisnya hingga zaman modern ini, sehingga jumlah dan kecepatan kapal-kapal
64 Dimyati Hartono, Hukum Laut Internasional Pengamanan Pemagaran Yuridis
Kawanan Nusantara Negara Republik Indonesia (Jakarta: Bhrata karya Aksara, 1977), h. 171 65 Atho Ullah (102034024803), Sumber Daya Kelautan dalam al-Qur’an; Penafsiran
Surah an-Nahl: 14 dalam Tafsir Fakhr Ar-Razi al-Musytahar Bi At-Tafsir aAl-Kabir wa Mafatih Al-Ghaib (Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Jakarta 2002), h. 45
57
dapat mempengaruhi terhadap volume dan frekuensi lalu lintas pelayaran.66 Maka
dari itu hal ini memerlukan adanya pengaturan, baik secara individual maupun
bersama-sama, agar kepentingan negara-negara pantai ataupun kepentingan
masyarakat bersama pemakai laut sebagai sarana perhubungan, khususnya
pelayaran internasional dapat terselenggara dengan baik dan tertib.
Oleh karena itu laut manfaat laut yang digunakan sebagai infrastuktur
transportasi sangat menunjang terselenggaranya suatu proses usaha maupun
pembangunan. Karena laut merupakan jalan atau lalu lintas yang dapat
menghubungkan satu tempat ke tempat yang lain. Maka, manfaat seperti ini
menjadikan laut dapat di lalui oleh kapal-kapal. Laut sebagai sarana distribusi
logistik, produksi, perdagangan internasional, perdagangan antar pulau,
perdagangan regional, usaha penagkapan ikan, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
yang dapat menimbulkan akibat langsung terhadap integritas nasional baik politis
maupun ekonomis.67
Pemanfaatan laut sebagai energi, melihat dari perbedaan suhu air laut,
gelombang, pasang surut dan angin di atas laut mempunyai potensi sebagai
sumber energi kemungkinan untuk menghasilkan energi listrik dengan
memanfaatkan perbedaan suhu air laut di lapisan permukaan dan di lapisan dalam
yang dikenal dengan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) yang telah
dikaji oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Selanjutnya laut juga sangat di manfaatkan sebagai sarana pariwisata dan
rekreasi karena pemandangan laut yang sangat indah, di pantai maupun di bawah
66 Dimyati Hartono, Hukum Laut Internasional Pengamanan Pemagaran Yuridis
Kawanan Nusantara Negara Republik Indonesia, h. 175 67 Dimyati Hartono, Hukum Laut Internasional Pengamanan Pemagaran Yuridis
Kawanan Nusantara Negara Republik Indonesia, h. 185
58
laut, banyak menarik perhatian untuk kegunaan rekreasi dan pariwisata, biasanya
dimanfaatkan sebagai olah raga air seperti menyelam, berlayar, berselancar
semakin berkembang di wilayah pesisir dan lautan dalam, dan pemotretan bawah
air sebagai pengamatan.
Dilihat dari potensi laut yang begitu besar, maka pemanfaatan laut juga
sebagai penelitian dan pendidikan, biasanya para ahli kelautan dunia
memanfaatkan laut sebagai objek penelitian seperti halnya mengkaji gejala-gejala
oseanografis yang mempunyai dampak dunia.
Pemanfaatan laut juga digunakan sebagai konservasi alam untuk melindungi
dan melestarikan lingkungan alam laut yang mempunyai sifat yang khusus telah
ditetapkan beberapa lokasi perairan untuk pengawetan alam atau konservasi,
contohnya adalah Taman Laut Nasional Pulau Seribu.
Kemudian lautpun juga di manfaatkan sebagai Pertahanan keamanan,
karena telah terbukti bahwa penguasaan laut sangat menentukan dalam pertahanan
dan keamanan negara. Perang laut dapat terjadi di permukaan atau di bawah
laut.68
Laut sangat digunakan untuk pelabuhan pantai yang meliputi lalu lintas laut,
penelitian, eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam. Pendaratan perahu
nelayan atau tempat pelelangan ikan, pengeboran minyak, dan gas bumi di lepas
pantai.
68 Anugrah Nontji, Laut Nusantara (Jakarta: PT. Djambatan, 2002), cet ke-3, h. 6
59
B. Gambaran Aspek Fisik Konsep Geologi Laut
Lautan mengandung sumber-sumber mineral yang jumlahnya melimpah. Air
laut sendiri banyak mengandung zat-zat yang terlarut di dalamnya yang
merupakan sumber dari beberapa zat kimia penting, ini adalah salah satu sumber
alam yang perlu diteliti dan di cermati.
Konsep Geologi laut disini terkait khusus pada sains bidang geologi terutama
terhadap laut. Informasi-informasi ilmiah yang di teliti dalam bidang
pengetahuan, di dalam konsep ini terkait dari gambaran aspek fisik, seperti
Komposisi kimia air laut, dan proses pembentukan laut.
1. Komposisi Kimia dan Fisika dalam Air Laut
Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat sangat bermanfaat, yang mampu
melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar daripada zat cair lainnya.
Pada air laut yang sebagian besar terdiri dari air (± 96,5%) dan sisanya rata-
rata 3,5% merupakan komponen organik terlarut. Dari komponen anorganik
tersebut. Tahun 1819 telah ditemukan unsur-unsur seperti Ca²+, K+, Mg², Na+,
SO4², Cl. Kemudian tahun 1869 ditemukan elemen lainnya dalam air laut, yakni
Boron (Bo), Iodine (I), Strontium (Sr), Perak/Argentum (Ag), Lithium (Li),
Arsenicum (As), dan Fluorine (F). Unsur yang ditemukan tahun 1819 ternyata
merupakan unsur utama yang terkandung dalam air laut yang konsentrasinya >100
ppm dimana ± 95-99 % nya (dari 3,5 %) dalam bentuk garam NaCl. Inilah yang
menyebabkan air laut terasa asin. Selebihnya yang 1% tersusun dari garam-garam
lainnya. Unsur lain dengan konsentrasi kecil (1-100 ppm), misalnya Br, C, Sr, Bo,
Si, dan F. Unsur dengan konsentrasi sangat kecil (trace element) yakni >1 ppm,
60
misalnya N, Li, Rb, P, I, Fe, Zn, dan Mo. Selanjutnya jenis-jenis unsur yang
terkandung dalam air laut bisa dalam daftar berikut ini69:
NO Nama Elemen Simbol Bentuk Kimia
1. Perak/Argentum Ag AgCl²
2. Aluminium Al -
3. Argon Ar Ar
4. Arsenicum As AsO4H²-
5. Emas/Aurum Au AuCl4-
6. Barium Ba Ba²+
7. Berilium Be -
8. Brom Br Br
9. Carbon C CO³H, organik C
10. Calsium Ca Ca²+
11. Cadmium Cd Cd²+
12. Cesium Ce -
13. Chlor Cl Cl-
14. Cobalt Co Co²+
15. Chromium Cr -
16. Tembaga/Cuprum Cu Cu²+
17. Fluor F F
18. Besi/Ferrum Fe Fe (OH)3
69 M.S. Wibisono, Pengantar Ilmu Kelautan, (Jakarta: Grasindo Wicasaraka Indonesia,
2005) , h. 44-45
61
19. Hidrogen H H²O
20. Helium He He
21. Air raksa (Hydrargirum) Hg HgCl4²-
22. Yodium/Iodin I I; IO³
23. Kalium/ Potasium K K+
24. Kripton Kr Kr
25. Lanthanum La -
26. Lithium Li Li+
27. Magnesium Mg Mg²+
28. Manganum Mn Mn²+
29. Molibdenum Mo MoO4²
30. Nitrogen N N organic; NO³-; NH4+
31. Natrium/Sodium Na Na+
32. Neon Ne Ne
33. Nikel Ni Ni²+
34. Oksigen O OH2; O²; SO4 ²-
35. Fospor P PO4H²-
36. Timah hitam (Plumbum) Pb Pb²+
37. Radium Ra -
38. Rubidium Rb Rb+
39. Belerang/sulfur S -
40. Stibium SB -
41. Selenium Se -
62
42. Silisium Si Si(OH)
43. Timah Putih (Stannum) Sn -
44. Srontium Sr Sr²+
45. Thorium Th -
46. Titanium Ti -
47. Uranium U UO2(CO3)³4-
48. Vanadium V VO5H3²+
49. Xenon Xe Xe
50. Seng/Zincum Zn Zn²+
51. Zirkum Zr -
Terbukti, air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-
bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman
mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas70, kompresibilitas, titik beku,
dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak
menentukannya. Beberapa sifat (viskositas71, daya serap cahaya) tidak
terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh
jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan
70 Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut.
Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho), Dengan rumus P= p (T, S, p); Temperatur (T), Salinitas (S), dan Tekanan (p) kebergantungan ini di kenal dengan persamaan keadaan air laut. Rumus ini dibuat pada tahun 1902 para ahli oseanografi yang bernama Knudmen dan Erman. (artikel ini di akses pada taggal 19 Agustus 2010 dari oseanografi.blogspot.com, pukul 13.00 WIB)
71 Viskositas adalah sebuah ukuran penolakan sebuah fluid terhadap perubahan bentuk di bawah tekanan shear. Biasanya diterima sebagai "kekentalan", atau penolakan terhadap penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dan dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluid. Air memiliki viskositas rendah, sedangkan minyak sayur memiliki viskositas yang tinggi. (artikel ini di akses pada taggal 19 Agustus 2010 dari oseanografi.blogspot.com, pukul 13.00 WIB)
63
tekanan osmosis72. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah
klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%),
potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari bikarbonat73, bromida74,
asam borak, strontium75 dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut
adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang
hidrotermal76 (hydrothermal vents) di dalam air laut.77 Air laut juga mengandung
sejumlah besar gas-gas udara terlarut. Semua gas yang ada di atmosfer dapat
dijumpai di dalam air laut, gas oksigen penting bagi hewan air.78
2. Proses Pembentukan laut dan Macam-Macam Texture dasar Laut
Kerak bumi merupakan lempeng tektonik sehingga pergerakan relatifnya
menyebabkan terbentuknya ciri-ciri khusus dan texture dasar laut. Berikut ini
merupakan pembagian textur dasar laut, diantaranya yaitu:
72 Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel. (artikel ini di akses pada taggal 19 Agustus 2010 dari oseanografi.blogspot.com, pukul 12.00 WIB)
73 Bikarbonat atau karbonat atau asam karbonat dengan rumus kimia NaHCO3, adalah bahan kimia berbentuk kristal putih yang larut dalam air. (artikel ini di akses pada tanggal 11 Agustus 2010 dari file:///C:/DocumentsandSettings/User/MyDocuments/kegunaan-natrium-bikarbonat.html, pukul 12.00 WIB.
74 Bromida biasanya para ahli oseanografi menyebutnya dengan kobal yaitu suatu unsure kimiadalam tabel memiliki lambing Co, Warna: sedikit berkilauan, metalik, keabu-abuan Penggolongan: Metalik Ketersediaan: unsur kimia kobal tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup kertas perak, potongan, bedak, tangkai, dan kawat. contoh besar Dan kecil unsur kimia. Unsur kimia kobalt juga merupakan suatu unsure dengan sifat rapuh agak kerasdan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Unsur kimia kobalt adalah batu bintang. Deposit bijih. Cobalt-60 ( 60Co) adalah suatu isotop yang diproduksi menggunakan suatu sumber sinar (radiasi energi tinggi). unsur kimia/kobalt mewarnai gelas/kaca serta memiliki suatu keindahan warna kebiruan. (artikel ini diakses pada tanggal 10 Agustus 2010 dari file:///C:/DocumentsandSettings/User/MyDocuments/Kobalbromida.html, pukul 10.00 WIB
75 Srontium adalah unsur kimia dengan lambang Sr dan nomor atom 38. Sebuah logam bumi alkalin , strontium adalah putih atau kekuningan elemen logam perak lembut yang sangat reaktif secara kimia. Logam menyala kuning saat terkena udara. (artikel ini di akses pada taggal 19 Agustus 2010 dari oseanografi.blogspot.com, pukul 12.00 WIB)
76 hidrotermal dapat didefinisikan sebagai sirkulasi fluida panas(50° sampai >500°C), secara lateral dan vertical pada temperature dan tekanan yang bervarisasi, di bawah permukaan bumi (Pirajno, skematik Hidrotermal, 1992).
77 M. Grant Gross, Oceanography. (London: colombus Toronto, 1985), h. 129 78 Sahala Hutabarat, Pengantar Oseanografi (Jakarta: Universitas Indonesia, 1989), h. 57
64
1. Paparan (shelf) yang dangkal.
2. Depresi dalam berbagai bentuk (basin, palung).
3. Berbagai bentuk elevasi berupa punggung (rise, ridge).
4. Gunung bawah laut (sea mount).
5. Terumbu karang.79
Menurut Ilahude, seorang pakar oseanografi bentuk textur laut dilihat dari
segi skala atau besarnya bentuk-bentuk dasar laut, dasar laut dibedakan ke dalam
3 (tiga) golongan besar yaitu:
1. Relief Besar (macro relief)
a. Secara vertikal ukurannya bisa sampai ribuan meter.
b. Secara horizontal ukurannya bisa mencapai ratusan atau ribuan kilometer.
2. Relief Pertengahan (intermediate relief)
a. Secara vertikal berukuran ratusan meter.
b. Secara horizontal berukuran puluhan kilometer.
c. Bisa merupakan bagian integral dari satu relief besar.
3. Relief Kecil (micro relief)
a. Hanya berukuran beberapa cm sampai beberapa meter.
b. Umumnya hanya bisa diungkapkan dengan teknik fotografi bawah air.80
79 Anugrah Nontji, Laut Nusantara (Jakarta: PT. Djambatan, 2002), cet ke-3, h. 21 80 Ilahude, A.G. Pengantar Ke Oseanografi Fisika. Pusat dan Pengembangan (Jakarta:
Putra Media, 1999). h. 24
65
(Perhatikan gambar 4-1)
Gambar 4-1 : Ilustrasi bentuk Texture Dasar Laut
Sumber : Stewart, Relief Oceanografi , 2006
Menurut Penulis, inilah sekarang telah tebukti yang diteliti para
oseanografi dalam pembentukan laut dan biasanya mereka selalu menulis bahwa
texture inilah yang benar. Ternyata banyak sekali texture dari dasar laut yang
berbeda-beda diantaranya adalah:
a) Trench atau trog yaitu trench berarti dasar laut yang mendalam ± 7.700 m,
memanjang, dan sempit dengan lerengnya yang curam, sedangkan trog
dasar laut yang dalam, memanjang tetapi lebih lebar dan lerengnya tidak
curam.
b) Ridge dan Rise yaitu Bentuk proses peninggian yang terdapat di atas
lautan (sea floor) yang hampir serupa dengan adanya gunu-gunung di
daratan, perbedaannya hanya letak kemiringan lerengnya saja. Ridge
lerengnya lebih terjal di banding Rise.
66
c) Abyssal Plain yaitu daerah yang relatif tebagi rata dari permukaan bumi
yang terdapat dibagian sisi yang mengarah ke daratan.
d) Plaeteau yaitu dataran tinggi dasar laut yang bagian puncaknya relatif
datar para peneliti biasa menyebutnya dengan mesas.81
e) Island arc yaitu rangkaian pulau-pulau seperti di kepualuan Hawai dan
pualu Marchal yang berada di lautan pasifik.
f) Mid-Oceanic Volcanic Island yaitu pulau-pulau vulkanik yang terdapat di
tengah-tengah lautan. Terdiri dari pulau-pulau kecil, khususnya terdapat di
Lautan pasifik
g) Atol-atol yaitu daerah yang terdiri dari kumpulan pulau-pulau yang
sebagian besar tenggelam di bawah permukaan laut dan berbentuk cincin.
h) Sea Mounts yakni gunung yang terdapat di laut mempunyai lereng yang
terjal ± 1 Kilometer atau lebih, seperti gunung Krakatau.82
Situasi geologi biasanya ini berimplikasi pada aspek topografi, iklim,
kesuburan tanah, sebaran makhluk hidup, (khususnya tumbuhan dan hewan), serta
migrasi manusia di wilayah laut.
82 Sahala Hutabarat, Pengantar Oseanografi (Jakarta: Universitas Indonesia, 1989), h. 21-24
67
C. Pernyataan Bahwa Adanya Pemisah Laut Dalam Surat Ar-Rahman:
19-20, Surat An-Naml: 61, Surat Al-Furqan: 53 yang Mempunyai
Sifat Geologi dalam Al-Qur’an dan Sains
Sesungguhnya sang pencipta yang sangat maha Bijaksana membiarkan
dua lautan yang tawar dan yang segar serta air lautan yang asin lagi pahit,
kemudian mengalir keduanya bertemu tanpa terjadi pencampuran dan pembauran
diantara keduanya. Bahkan, keduanya ada pemisah dalam surat ar-Rahman: 19-
20, surat an-Naml: 61 dan surat al-Furqan: 53. Analisanya sebagai berikut:
1. Analisa Surat Ar-Rahman ayat 19-20
Teks Ayat dan Terjemah
☺
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”
1. Munasabah Ayat
Setelah pada ayat yang lalu Allah Swt menyebutkan tentang karunia-Nya
yang memelihara dan mengendalikan kedua tempat terbit dan terbenamnya
matahari (dan bulan). Maka pada ayat ini Allah Swt menyebutkan salah satu
karunia-Nya dan kekuasaan-Nya terhadap lautan di dunia ini.83
83 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya (Jakarta: Departemen Agama RI,
2008), juz. 27, h. 600
68
2. Kajian dari Segi Tafsir
Banyaknya perbedaan yang yang mendalam disini dari para Mufassir
diantaranya yang berpendapat bahwa (La
Yabgiyan) maksudnya adalah masing-masing tidak menghendaki. Dengan
demikian maksud ayat dari 19-20, ialah bahwa adanya dua laut yang keduanya
terpisah dibatasi oleh tanah yang genting, tetapi tanah yang genting itu tidak
dikehendaki (tidak diperlukan) maka pada akhirnya, tanah genting itu di buang
maka bertemulah kedua lautan itu, bertemulah kedua lautan seperti telah
dicontohkan yaitu Terusan Suez dan terusan Panama.84
Allah Swt berfiman: “Dia mengalirkan dengan bebas dua lautan secara
berdampingan, yang yang satu tawar lezat dan yang lain sangat asin lagi pahit
lalu keduanya bertemu pada permukaannya, antara keduanya yakni kedua lautan
itu ada pembatas yang diciptakan Allah sehingga keduanya tidak saling
melampaui yakni bercampur atau melampaui batas yang ditetapkan Allah dan
tidak juga membinasakan manusia. Maka nikmat Tuhan kamu berdua manakah
yang kamu berdua ingkari?”
Kata (Maraja) pada mulanya berarti melepas.85 Kata ini antara
lain digunakan untuk menggambarkan binatang yang dilepas untuk mencari
sendiri makanannya. Melepas laut dalam arti membiarkannya mengalir secara
bebas. Dari sini dipahami juga dalam arti pulang pergi atau bolak balik. Kata ini
dapat juga dipahami dalam arti bercampur secara tidak teratur sehingga
menimbulkan keterombang-ambingan dan kegelisahan.
84 Departemen Agama RI, Al-Quran Bayan (Al-Quran dan Terjemahannya Disertai
Tanda-Tanda Tajwid dengan Tafsir Singkat), (Jakarta: Al-Quran Terkemuka, 2009), h. 532 85 Asad M. Alkalali, Kamus Indonesia Arab (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h. 321
69
Kata (al-bahrain) disepakati oleh para
ulama dalam arti laut dan sungai sesuai dengan firman-Nya dalam surat al-Furqan
ayat 53 yang menyifati kedua laut itu dengan yang ini tawar lagi segar dan yang
lain lagi asin lagi pahit.86
Para ulama berbeda pendapat tentang dua laut yang dimaksud di sini.
Menurut Thahir ibn ‘Asyur yang dimaksud dengan البحرين (al-bahrain) adalah
(perhatikan gambar 4-1)
Di sinilah, sungai Eufrat di Irak dan teluk Persia di pantai Basrah serta
daerah di sekitar Kerajaan Bahrain dewasa ini. menurutnya adalah dua laut yang
dikenal oleh masyarakat Arab ketika itu, yakni laut merah dilokasi seperti Jeddah
dan Yunbu’ di Saudi Arabia dan Laut Oman yakni sekitar Hadramaut, Aden, juga
beberapa kota lainnya di Yaman.
Thabathaba’i memahami kedua laut dimaksud adalah lautan yang
memenuhi sekitar 3/4 (tiga perempat) bumi ini serta sungai yang ditampungi oleh
tanah dan yang memancarkan mata air dan sungai yang besar yang kemudian
mengalir ke lautan.
Pemisah atau (Barzakh) yang dimaksud menurutnya adalah
penampungan air yang terdapat di bumi ini dan saluran-saluran bumi yang
menghalangi air laut bercampur dengan air sungai sehingga tidak
mengakibatkannya menjadi asin.
Bahkan hingga kini air laut memasok untuk sungai-sungai air tawar
melalui hujan yang terjadi melalui penguapan air laut ke udara.
86 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran (Jakarta:
Lentera Hati, 2002). Vol. VI, h. 508
70
Ulama juga berbeda pendapat tentang maksud kata
(barzakh) pada ayat ini, walaupun mereka sepakat menyatakan bahwa dari segi
bahasa kata (barzakh) berarti pemisah.
Sementara ulama seperti Sayyid Quthub menyatakan bahwa penghalang
yang dijadikan Allah Swt itu adalah posisi aliran yang biasanya lebih tinggi dari
permukaan laut. Karena air sungai yang tawar itulah yang mengalir ke laut bukan
sebaliknya, kecuali amat sangat jarang dan dengan pengaturan yang sangat teliti
ini, air laut walaupun banyak tidak mengasinkan air sungai yang merupakan
sumber air minum manusia binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sedang air sungai
kadarnya sedikit, maka walaupun ia mengalir ke laut yang banyak airnya itu
namun tidak dapat mengubah rasa asin air laut.87
Sementara para pakar yang tekun dalam bidang kemukjizatan al-Quran
menjadikan ayat ini sebagai salah satu mukjizat ilmiah al-Quran. Mereka tidak
memahami pemisah itu dalam pengertian penciptaan posisi sungai lebih tinggi
dari lautan. Tetapi lebih luas dari itu, pendapat mereka dikemukakan setelah
kemajuan-kemajuan yang dicapai manusia dalam bidang ilmu kelautan.
2. Analisa Surat An-Naml ayat 61
1. Teks Ayat dan Terjemah
87 Sayyid Quthb, Fi Dhilal al Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2000), juz 1, h. 182
71
☺
“Siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.”
2. Munasabah Ayat
Pada ayat yang lalu, Allah Swt melontarkan beberapa pertanyaan yang
menggugah perhatian mereka (orang-orang yang menyembah berhala) terhadap
keberadaan-Nya, dengan memperhatikan hal penting yang ada di sekitar mereka.
Pertanyaan itu berkisar pada siapakah yang menciptakan langit, bumi dan segala
isinya yang terdapat didalamnya. Maka pada ayat ini Allah Swt mengemukakan
pertanyaan kedua dalam rangka mengungkapkan kesesatan penyembah berhala
dengan membicarakan secarab khusus apa yang ada di bumi yang mereka jadikan
tempat tinggal.88
3. Kajian dari Segi Tafsir
Ayat di atas melanjutkan perbandingan sebelumnya dengan menyatakan:
“Apakah berhala-berhala yang kamu sembah, lebih baik atau apakah siapa yakni apakah Dia yaitu Allah yang menjadikan bumi mantap yakni memiliki kemantapan sehingga tidak goncang dan apa yang berada di permukaannya pun tidak bergoncang dan yang menjadikan di celah-celahnya antara gunung-gunung yang tertancap di bumi itu sungai-sungai, dan yang menjadikan untuknya yakni untuk bumi itu gunung-gunung yang kokoh sehingga bumi tidak goncang dan menjadikan pula antara dua laut yakni antara sungai dan laut pemisah sehingga air laut dan sungai tidak
88 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, juz. 20, h. 228
72
bercampur? Apakan sembahan-sembahan kamu lebih baik dari Allah? Pasti tidak. Apakah disamping Allah ada Tuhan yang lain? Sungguh tidak ada bahkan yang sebenarnya kebanyakan dari mereka yang menyembah selain Allah atau mempersekutukan-Nya kendati mereka memanfaatkan ciptaan-Nya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui”.
Kata (Qararan) terambil dari kata قر (qarra) yang
beranti mantap, tenang, tidak guncang. Atau secara etimologisnya yaitu qararan
semakna dengan kata maskan yang berarti tempat tinggal. Dalam konteks ayat di
atas Allah menegaskan bahwa diri-Nya yang telah menjadikan Bumi sebagai
qararan (tempat tinggal) yang nyaman bagi manusia termasuk bagi orang-orang
yang mengingkari keberadaan-Nya. Di sini Allah mengajak manusia bersyukur,
sekaligus berpikir tentang keajaiban ciptaan-Nya. Betapa tidak menakjubkan
setiap saat bumi bergerak bagaikan berenang di angkasa, namun demikian
penghuninya yang berada di permukaannya tidak merasakan gerak itu bahkan
tidak terjatuh dan tergelincir.
Ulama-ulamapun berbeda pendapat tentang hakikat pemisah antara dua
laut yang dimaksud ayat ini. Ada yang berpendapat bahwa Allah memisahkannya
dengan menjadikan sungai pada umumnya berada pada posisi yang tinggi dari
laut, sehingga walau air laut lebih banyak ia tidak dapat mencapai air sungai,
sebaliknya walau air sungai tinggi namun karena air laut lebih banyak, maka
keasinannya tidak terpengaruh oleh air sungai yang mengalir ke laut itu.89
3. Analisa Surat Al-Furqan ayat 53
1. Teks Ayat dan Terjemah
89 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran. Vol. 10,
h. 252
73
⌧
⌧ ⌧ ☺
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”
2. Munasabah
Setelah pada ayat-ayat yang lalu menjelaskan tentang penganekaragaman
ayat-ayat Al-Quran dan penyebarannya ke wilayah yang berbeda-beda, dan
sebelumnya mennguraikan tentang fungsi matahari untuk manusia, hikmah
dijadikannya siang dan malam, penggiringan angin dan penyebaran awan, serta
percampuran air dengan tanah untuk menumbuhkan tumbuhan, kini ayat di atas
menguraikan tentang pemisahan sekian ragam air yang merupakan bentuk yang
paling mudah bercampur.90
3. Kajian dari Segi Tafsir
Ayat di atas menyatakan: Dan di samping Allah Swt menggiring angin
serta membawa berita gembira tentang turunnya hujan, Dia juga yang
mengalirkan kedua laut yakni laut dan sungai yang ini yakni air sungai tawar lagi
lezat rasanya dan air laut sangat asin lagi pahit.
Walaupun keduanya mengalir berdampingan lagi saling bertemu, namun
keduanya tidak saling mengalahkan dan itu dapat terjadi karena Dia yang Maha
90 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, juz. 19, h. 28
74
Kuasa itu telah menjadikan antara keduanya pemisah dan
(hijran mahjuran).
Kata (maraja) pada mulanya berarti melepas. Kata ini antara
lain digunakan untuk menggambarkan binatang yang dilepas untuk mencari
sendiri makanannya. Melepas laut dalam arti membiarkannya mengalir secara
bebas. Dari sini ia dipahami juga dalam arti pulang pergi dan bolak balik. Kata ini
dapat juga dipahami dalam arti bercampur secara tidak teratur sehingga
menimbulkan keterombang-ambingan dan kegelisahan. Kata maraja pada surat al-
Furqan ini sama halnya dalam surat al-Rahman ayat 19-20.
Dalam penggunaan kata ⌧ (hadza) yang merupakan isyarat
dekat kepada kedua laut itu mengesankan bahwa kendati terjadi kedekatan laut
dan sungai satu sama lain, namun satu yang tidak bercampur dengan yang lain,
Al-Biqa’i yang mendapatkan kesan ini, seandainya anda menggali di pantai laut
yang asin walau pada jarak uang sangat dekat dengannya, anda akan menemukan
air yang sangat tawar yang berada di laut.91
Kata (furat) terambil dari kata تفر (farata) yang berarti
menundukkan atau mengalahkan. Bila kata tersebut menyifati air, maka ia
diartikan air yang sangat tawar, sehingga kehausan peminumnya ditundukkan dan
dikalahkan oleh segar dan tawarnya air.
Kata (adzb) jika menyifati air, maka ia adalah yang sangat segar
dan terasa nyaman diminum. Ayat di atas tidak menggabung kata adzb dan furat
dengan menggunakan kata penghubung dan. Demikian juga ketika melukiskan air
laut yang bersifat ⌧ (milhun ujaj).
91 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran. Vol. VI,
h. 498-499
75
Kata ⌧ (milh) berarti asin, sedang (ujaj) ada yang
memahaminya dalam arti panas atau pahit atau sangat asin. Makna-makna itu
yang mana pun yang pilih melukiskan betapa air tidak nyaman diminum berbeda
dengan air yang disebut sebelumnya.92
Istilah (hijran mahjuran)
mengandung isyarat bahwa ada suatu yang terdapat di kedua laut itu yang menjadi
penghalang sehingga keduanya tidak saling bertemu. Istilah ini diartikan oleh para
penulis Tafsir al-Muntakhab dalam arti “Pembatas yang tersembunyi yang tidak
dapat kita lihat”. Ayat ini menurut para pengarang tafsir itu menguraikan salah
satu nikmat Allah kepada hamba-hamba-Nya yaitu keadaan air asin yang
merembes atau mengalir dari lautan ke batu-batuan di dekat pantai, namun ia
tidak bercampur dengan air tawar yang merembes atau mengalir ke laut dari
daratan.93
Sementara Sayyid Quthub menyatakan bahwa Penghalang yang dijadikan
Allah Swt itu adalah posisi aliran yang biasanya lebih tinggi dari permukaan laut.
Karena air sungai yang tawar itulah yang mengalir ke laut bukan sebaliknya,
kecuali amat sangat jarang dan dengan pengaturan yang sangat teliti ini, air laut
walaupun banyak tidak mengasinkan air sungai yang merupakan sunmber air
minum manusia binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sedang air sungai kadarnya
sedikit, maka walaupun ia mengalir ke laut yang banyak airnya namun tidak dapat
mengubah rasa asin air laut.94
92 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, juz. 19, h. 28 93 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran. Vol. VI,
h. 499 94 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur’an (Beirut: Darusy, 1412 H), juz XVIII, h. 307
76
Beliaupun juga menjelaskan bahwa Allah Swt telah menetapkan hukum-
hukum yang mengatur alam ini, sehingga air laut tidak mengalahkan air sungai,
tidak juga daratan walaupun dalam keadaan pasang naik dan turun yang terjadi
akibat pengaruh daya tarik bulan terhadap air di permukaan bumi dan pada saat
air membumbung tinggi.
Sementara pakar yang berkecimpung dalam bidang kemukjizatan al-
Quran, menjadikan ayat ini sebagai salah satu mukjizat ilamiah al-Quran. Mereka
tidak memahami penghalang itu dalam pengertian penciptaan posisi sungai lebih
tinggi dari lautan. Tetapi lebih dari itu, pendapat mereka dikemukakan setelah
kemajuan-kemajuan yang di capai manusia dalam bidang ilmu kelautan. Pendapat
itu bermula dari penemuan yang tercapai melalui perjalanan ilmiah sebuah kapal
berkebangsaan Inggris, pada tahun 1873M/1283H para ilmuwan peneliti Inggris,
dalam ekspedisi laut bernama Challenger, menemukan adanya perbedaan di
antara sampel-sampel air laut yang diambil dari berbagai lautan. Dari situ manusia
mengatahui bahwa air laut berbeda-beda kondisinya satu dengan yang lainnya
dalam kadar garam, temperature, berat jenis dan bahkan biota lautnya. Pentingnya
ilmu pengetahuan tentang laut dengan penggunaan alat-alat canggih di angkasa
guna penelitian dan pemotretan jarak jauh ke dasar laut. Sebelum mengemukakan
lebih banyak tentang penemuan ilmiah itu, perlu diingat bahwa ketika al-Quran
turun, pengertian tentang laut masih amat terbatas, namun demikian seperti
terbaca pada ayat yang ditafsirkan ini, al-Quran telah menginformasikan bahwa
Allah Swt melakukan apa yang istilahkan-Nya dengan (maraja al-bahrain) dan
bahwa antara laut dan sungai ada (barzakh) dan (hijran majuran).
77
Dari bunyi ayat di atas diketahui pula bahwa ada air yang adzbun furat.
‘adzb berarti tawar dan furat berarti sangat segar. Seperti yang penulis kemukakan
di atas ayat ini tidak menyatakan adzbun wa furat (tawar dan segar) tetapi
menggabungkan keduanya tanpa penghubung “dan” sehingga dari situ dapat
dipahami bahwa air dimaksud benar-benar sangat tawar lagi segar. Ini berarti
bahwa air yang tidak terlalu asin atau tidak terlalu tawar, tidak termasuk dalam
pembicaraan ayat ini.
Setiap orang dapat melihat ada air sungai yang terjun ke laut dan bila
diamati terbukti bahwa air sungai itu sedikit demi sedikit berubah warna dan
rasanya sejauh percampurannya dengan air laut. Dari kenyataan di atas dapat
dipahami bahwa ada jenis air sungai dan air laut.
4. Analisa Menurut Al-Quran dan Sains tentang Dua Laut, Batasan
Laut, serta Pertemuannya
Ada suatu fenomena yang menarik ketika al-Quran berbicara tentang Laut
(khususnya surat-surat yang sedang penulis analisa), ayat-ayat dalam surat-surat
yang penulis analisa ini. Semua esensi dari ayat-ayat tersebut mempunyai
persamaan yaitu membahas mengenai “batasan laut”, “dua laut” dan
“pertemuannya”.
Pada bab inilah penulis akan menjelaskan tentang ungkapan “dua laut”,
“pertemuannya”, dan “batas antara kedua laut” menurut tafsiran al-Quran dan
ilmu pengetahuan yang khusus membahas tentang laut (ilmu kelautan).
Kata (maraja) dalam kamus-kamus bahasa arab mempunyai dua
arti, yaitu pertama berarti bercampur dan kedua berarti kepergian dan kepulangan,
78
keterombang-ambingan, dan kegelisahan.95 Demikian Ibn Faris dalam bukunya,
Mu’jam Maqayis al-Lughah, dan Al-Raghib Al-isfahani dalam Mufradat fi Gharib
Al-Quran. Sedangkan kata hijr dalam kamus-kamus bahasa diartikan sebagai
larangan, halangan atau penyempitan. Sementara kata mahjura berarti sesuatu
yang terhalang. Jika demikian (hijran
mahjura) adalah suatu halangan yang menjadikan apa yang terdapat di sana
(makhluk hidup) terhalang untuk dapat keluar dan hidup di dalan lokasi yang
sempit (terhalang) itu dibanding dengan luasnya samudra.96
Dapat dipahami dari penjelasan ini bahwa dalam kata مرج (maraja) ada
unsur yang dinamis pada tempat bertemunya dua laut atau al-Bahraini. Mungkin
saja kedatangan satu laut dan kepergian laut lainnya, dalam posisi yang
bersebelahan (dibatasi secara vertikal) atau bertumpang tindih (dibatasi secara
horizontal), melibatkan suatu pergerakan, sesuatu yang dinamis. Namun, “tempat
pertemuan itu berupa suatu kawasan “perbatasan” yang menghalangi kedua laut
tadi dari menjadi “satu’ laut yang tanpa karakteristik fisika dan kimia yang khas.
Karakter masing-masing laut tetap terpertahankan.97
Akibat adanya (hijran mahjura)
ini, menjadikan laut yang satu mempunyai karakter yang berbeda yaitu dalam
suhu, kadar keasinan (salinitas), berat jenis, dan tekanan, dengan laut yang
berdampingan tadi di atas/di bawah atau di sampingnya. Oleh karena itu, makhluk
hidup berupa ikan, ganggang, terumbu karang, sebagainya yang ada di dua
95 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran. Vol. VI,
h. 498-499 96 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1999), h. 177 97 Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, (Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004), h.
118
79
kawasan laut itu juga mempunyai karakter yang berbeda pula, ikan yang hidup di
lauta sebelah dalam yang bersuhu rendah dan bertekanan tinggi terbatasi habitat
hidupnya di situ dan tidak akan melampaui batas ke kawasan laut dangkal yang
bersuhu hangat dan bertekanan rendah.
Kebanyakan para penafsir menyatakan dinding pembatas (barzakh) dua
laut ( ) yang menghalangi dan tidak dilampaui oleh
masing-masing (hijran mahjura) ini
memisahkan dua laut atau kumpulan air yang posisinya berdampingan, misalnya
penafsiran terusanSuez sebagai yang membatasi Laut Merah dengan Lautan
Mediterania (Laut Tengah), seperti dalam catatan kaki/penafsiran dalam surat al-
Rahman: 20, Allah Swt berfirman:
☺
“Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”
Pada kitab al-Quran dan Terjemahannya oleh Departemen Agama
Republik Indonesia (1999). Misalnya dipahami sebagai dinding batas antara air
sungai Amazon yang masuk ke laut Atlantik pada bagian muaranya, seperti di
jelaskan oleh Dr. Quraish Shihab.98 Sebagaimana beliau menafsirkan dalam ayat
ini bahwa:
“Ini berarti adanya pemisah yang diciptakan Allah Swt pada lokasi-lokasi tempat bertemunya laut dan sungai.” Disini meskipun tidak dijelaskan secara eksplisit, ada ayat lain yang sama
pemahamannya dengan berbatasan secara berdampingan yang banyak diterima ini
98 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1999), h. 175
80
dipengaruhi sedikit banyak oleh pemahaman yaitu dari Surah al-Kahfi: 60,
sebagaimana Allah Swt berfirman:
⌧ ⌧
☺
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".
Di sinilah Pertemuan “dua laut” dalam konteks perjalanan Nabi Musa as
yang berada di kawasan Gunung Sinai dan Mesir diperkirakan sebagai tempat
pertemuan Teluk Aqabah denagn laut merah, atau pertemuan antara Teluk
Aqabah di timur atau Teluk Suez di barat semenanjung Sinai, atau antara Teluk
Suez dengan “danau laut” di selatan terusan Suez, atau juga pertemuan antara
Sungai Nil dengan Laut Mediterania, Wallahu a’lam.
Untuk melihat ke arah lautan, seandainya ada pertemuan air laut dari dua
lokasi yang berbeda, yang satu dari laut lain sedangkan satunya lagi dari laut yang
lain lagi. Kedua air laut tersebut bertemu di suatu tempat. Seandainya masing-
masing dari dua air laut tersebut memiliki salinitas (kadar garam) yang berbeda
atau temperature yang berbeda, apakah keduanya akan bercampur ketika bertemu
di satu tempat sehingga keadaan awal dari masing-masing (salinitas maupun
temperature) berubah menjadi satu keadaan salinitas dan temperature yang baru?
Akan tetapi kesemuanya dalam pengertian batas dua laut berupa batas
vertikal, memisahkan dua tubuh air yang berdampingan. (perhatikan pemahaman
4-2)
81
Gambar pemahaman 4-2 : Ilustrasi batas Dua laut yang dapat diartikan
sebagai batas vertikal (gambar kiri) atau sebagai batas horizontal (gambar kanan).
Pengertian batas dua laut sebenarnya bisa membujur secara horizontal membatasi
laut yang berdampingan antara laut bagian atas dan laut bagian bawah. Batas ini
bias berarti membatasi laut bagian atas yang mempunya suhu hangat dan laut
bagian bawah yang mempunyai suhu rendah, Atau laut bagian atas yang
mempunyain salinitas rendah dengan laut bagian bawah yang mempunyai
salinitas tinggi. Lapisan laut bagian atas yang arusnya bergerak kearah barat
dengan lapisan bagian bawah yang arusnya mengalir ke timur atau kondisi apa
saja yang membatasi antara laut bagian atas dan laut bagian bawah yang
mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda satu sama lainnya.
Bertemunya “dua laut” atau oleh
Dr. Quraish Shihab menafsirkan sebagai bertemuanya “laut” dan “sungai” seperti
di ungkapkan di atas dan dalam menjelaskan adzbun furat, yang tawar lagi segar,
sebagaiman Allah berfirman dalam surat al-Furqan ayat 53:
⌧
⌧ ⌧ ☺
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan);
yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”
82
Jadi menurut beliau dalam ayat ini, bukan kedua-duanya berupa laut, tetapi
yang satu laut dan yang satu lagi sungai. Dari bunyi di atas, surat al-Furqan ayat
53, sudah di ketahui bahwa adanya sungai yang (adzbun
furat), (Adzb) berarti tawar dan (furat) berarti amat segar.
Jika diperhatikan bahwa ayat diatas tidak menyatakan adzbun wa furat (tawar dan
segar) tetapi menghubungkan keduanya tanpa kata penghubung dan sehingga
airnya benar-benar sangat tawar lagi segar. Ini berarti bahwa air yang tidak terlalu
asin, atau tidak terlalu tawar, tidak termasuk dalam pembicaraan ayat ini.99
Sungai yang berair tawar ataupun tawar lagi segar, penulis rasa kondisi
yang lumrah. Jika dicermati dari air laut ternyata adanya air tawar maka inilah
suatu fenomena terjadi yang sangat luar biasa.
Ternyata, salintas atau kadar keasinan air laut memang berkisar antara 33-
37 ppt, namun pada tempat tertentu terjadi kadar yang ekstrim, misalnya ekstrim
tinggi di laut Merah yang hingga mencapai salinitas melebihi 40 ppt, belum lagi
salinitas yang sangat tinggi di Laut Mati di Yordania. Laut yang tawar dengan
salinitas antara 20-30 ppt terdapat di Lautan Artik di kutub utara, salinitas
serendah ini mendekati salinitas dari air tawar, terutama sepanjang pesisiran
sebelah utara pada laut Baltik antara Swedia dan Finlandia (perhatikan gambar 4-
3),
99 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1999), h. 177-178
83
Gambar 4-3 : Peta Laut Baltik antara batasan Swedia dan Finlandia, di sini laut
yang tawar dengan salinitas antara 20-30 ppt terdapat di Lautan Artik di kutub
utara, salinitas serendah ini mendekati salinitas dari air tawar, terutama sepanjang
pesisiran sebelah utara pada laut Baltik antara Swedia dan Finlandia.
Salinitas yang rendah ini di mungkinkan karena evaporasi atau penguapan
di dekat kutub utara sangatlah rendah karena suhu yang rendah, curah hujan yang
tinggi, dan influks aliran air tawar dari lempengan es yang mencair.
Air segar mungkin maksudnya tidak terlampaui dingin dan tidak terlalu
hangat, mungkin seperti air mineral sejuk yang di ambil dari kulkas. Dalam ayat
ini tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang manfaat dari adzbun furat ataupun
inilhun ujaj (asin lagi pahit) maupun keberadaan barzakh atau batasan.
Seperti halnya dalam surat al-Naml: 61, meski secara spesifik tidak
menunjuk adanya karunia, ayat-ayat tersebut memberikan ekslamasi akan
keberadaannya di muka bumi ini dan ayat ini merupakan pernyataan sekaligus
menunjukan keagungan Allah melalui ciptaan-Nya di alam semesta ini.
Perthatikan ayat dalam surat al-Naml yang dengan tegas menuliskan kata
.yang maknanya ‘dua laut’ yang dipisahkan oleh suatu hajiran ,(Bahraini) بحرين
84
Bukankah ini bisa bermakna bahwa dua laut yang terpisah ini bisa berdampingan
satu di samping lainya, ataupun bertindihan satu di atas lainnya.
Pada surat al-Furqan: 53 dan al-Naml: 61 sekali lagi disebutkan kata
:Kata ini ‘berdampingan’ penafsiran dalam surat al-Furqan ,(Bahraini) بحرين
53 yakni, bukankah dapat pula bermakna ‘bertumpang tindih, kalau kita
memahaminya dalam pengertian ‘ruang’ (spatial) dan bukannya pengertian
‘bidang’ (planar). Di dalam ayat ini semakin dijelaskan bahwa kedua laut tersebut
terpisahkan dengan adanya dinding (barzakh) dan batas (hijran). Artinya, kedua
laut tersebut tetap mempunyai dan mempertahankan karakter atau sifat-sifat fisika
(suhu, tekanan, dll) dan kimianya (senyawa, salinitas, dll) sendiri-sendiri,
sehingga antara kedua macam lautan tersebut akan mempunyai jenis ikan dan
tumbuhan yang berlainan.100
Pemahaman bahwa batas itu secara horizontal, dengan memisahkan laut
bagian atas dan laut bagian bawah.
Jarang sekali dijumpai pada hal-hal penemuan manusia mengenai fenomena
seperti pemahaman dalam diagram diatas juga banyak dan menarik, terutama bila
dikaitkan dengan adanya karunia yang di janjikan Allah karena adanya dinding
pembatas antara dua laut tersebut, hal ini juga termaktub dalam surat Ar-Rahman:
22,
☺
“Dari keduanya keluar mutiara dan marjan”.
100 Artikel ini diakses pada tanggal 11 Agustus 2010 di www.alhabib.info/review.alhtml, pukul 11.03 WIB
85
Dinding yang membatasi tersebut memisahkan dua lautan yang mempunyai
sifat fisika dan kimia yang berbeda. Muhammad Ibrahim al-Sumaih adalah
seorang guru besar pada fakultas Sains jurusan Ilmu Kelautan Universitas Qatar
pada penelitiannya di teluk Persia dan Teluk Oman (1984-1988), seperti di kutip
oleh Dr. Quraish Shihab dalam buku yang sama, menemukan batas yang
melintang horizontal ini yaitu pada kawasan di antara dua teluk tersebut terdapat
pemisahan antara air laut bagian atas yang berasal dari Oman dan air laut bagian
bawah yang berasal dari teluk Persia. Hal ini seperti yang banyak dikemukakan
oleh para pakar kelautan tentang adanya batas-batas antara laut bagian atas dan
bagian bawah, misalnya di Selat Gibraltar antara laut Mediterania dengan laut
Atlantik (perhatikan gambar 4-4) atau di Selat Boporus antara Laut Hitam dan
Laut Marmara atau disebut juga Laut Aegean (perhatikan gambar 4-5).
Penelitian modern di masa sekarang telah menemukan adanya gejala yaitu
bahwa ada batas di antara dua air laut yang bertemu di satu tempat, sehingga
masing-masing air laut tersebut tetap memiliki (mempertahankan) temperature,
salinitas (kadar garam) maupun densitas (kekentalan) yang berbeda. Dengan
makna yang setara yaitu keadaan air laut yang satu dengan lainnya tidak saling
mempengaruhi, walaupun keduanya bertemu di satu tempat, karena adanya batas
di antara pertemuan dari dua air laut tersebut.101
Penegasan Al Quran dan pembuktian ilmiah ini dapat ditemukan yaitu pada
peristiwa air laut dari Mediteranian yang masuk ke wilayah perairan laut Atlantik
sampai ke kedalaman sekitar 1000 m dari permukaan laut. Ternyata derajat
101 “Modern Science has discovered that in the places where two different seas meet,
there is a barrier between them. This barrier divides the two seas so that each sea has its own temperature, salinity and density” (Davis, Principles of Oceanography, Page: 92) dan Harun Yahya, Al-Qur’an Mengungkap Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Modern, (Wacana Ilmiah Press, 2004), h. 59
86
kehangatan (suhu) sekitar 11,5° maupun kadar garam sekitar di atas 36,5% dari air
laut Mediteranian yang telah berada di kedalaman air laut Atlantik, tetap tidak
terpengaruh oleh suhu maupun salinitas (kadar garam) dari air laut Atlantik yang
mengelilinginya. Dimana air laut Atlantik di kedalaman sekitar 1000 m yang
mengelilingi air laut (yang tadinya berasal dari) Mediteranian juga memiliki suhu
dan salinitas (kadar garam) sendiri berbeda, yaitu bersuhu sekitar 10° dan dengan
salinitas sebesar di bawah 36,0%, berbeda dengan air laut Mediteranian yang
dikelilinginya. Padahal kedua air
laut tersebut (air laut Mediterranean dan air laut Atlantik) bertemu di satu
tempat di kedalaman sektiar 1000 m, tetapi keadaan masing-masing kedua air laut
tersebut tidak saling mempengaruhi. Ini terjadi karena ada batas yang
memisahkan di antara pertemuan dua air laut tersebut.102
102 “Modern Science has discovered that in estuaries, where fresh (sweet) and salt water
meet, the situation is somewhat different from what is found in places where two seas meet. It has been discovered that what distinguishes fresh water from salt water in estuaries is a “pycnocline zone with a marked density discontinuity separating the two layers.” (Gross, Oceanography, page: 242)
87
Kadar garam yang tinggi selalu berada di kolam air laut sebelah dalam
tempat-tempat yang suhunya dingin dan berlintang tinggi seperti kutub.
Sebaliknya di kawasan khatulistiwa, salinitas tinggi berada di permukaan dan
salinitas akan semakin rendah seiring dengan semakin dalam kolam air. Kondisi
ini menunjukan kita bahwa air laut tidaklah seragam dari atas kebawah, sama
halnya tidak sama antara air laut yang hangat dan air laut yang dingin. Setidaknya
secara umum ada dua laut yang dibatasi oleh ‘dinding' yang berupa sifat
fisika dan kimia yang berbeda.103
Gambar 4-4 : Selat Giblatar yang menjadi batasan pada laut mediterania dan
Laut Atlantik. derajat kehangatan (suhu) sekitar 11,5° maupun kadar garam
sekitar di atas 36,5% dari air laut Mediteranian yang telah berada di kedalaman air
laut Atlantik, tetap tidak terpengaruh oleh suhu maupun salinitas (kadar garam)
dari air laut Atlantik yang mengelilinginya. Dimana air laut Atlantik di kedalaman
sekitar 1000 m yang mengelilingi air laut (yang tadinya berasal dari) Mediteranian
juga memiliki suhu dan salinitas (kadar garam) sendiri berbeda, yaitu bersuhu
103 Ahmad As Showwy, Mukjizat al-Qur’an dan As-Sunnah tentang IPTEK, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1995), h. 32
88
sekitar 10° dan dengan salinitas sebesar di bawah 36,0%, berbeda dengan air laut
Mediteranian yang dikelilinginya.104
Gambar 4.5 : Peta Selat Boporus batasan antara laut hitam dan Laut Marmara
dimana menemukan batas yang melintang horizontal ini yaitu pada kawasan di
antara dua teluk tersebut terdapat pemisahan antara air laut bagian atas yang
berasal dari laut hitam dan laut marmara. Di selat inilah banyak dikemukakan oleh
para pakar kelautan tentang adanya batas-batas antara laut bagian atas dan bagian
bawah.105
Dahulu orang mengira bahwa air laut permukaannya mengalir ke arah barat
maka demikian pula dengan aliran arus dibawahnya. Tetapi data penelitian yang
diperoleh dan apa yang telah dialami oleh para penyelam ternyata menunjukan hal
yang berbeda. Aliran arus yang mengalir di permukaan laut membawa air laut
hangat dari kawasan tropis di bawah garis katulistiwa menjauh menuju dua kutub
diantaranya kutub utara dan kutub selatan.
104 Artikel ini diakses pada tanggal 11 Agustus 2010 di www.wikipedia.com, pukul 11.03 WIB
105 Artikel ini diakses pada tanggal 20 oktober 2010 di petadunia.wordpress, pukul 11.03 WIB
89
Penggeraknya adalah faktor iklim (suhu, tekanan udara, dan angin) lokasi
laut terhadap benua, dan efek Coriolis.106 Pergerakan arus permukaan laut ini
hanya melibatkan sekitar 10% dari keseluruhannya volume air laut.107 Namun
pergerakan volume aliran arus air yang lebih besar di bagian kolam air yang
dalam lebih ditentukan oleh perbedaan densitas air laut, suhu, dan perbedaan
salinitasnya. Gerakan aliran arus bawah ini dikenali dengan suatu pola sirkulasi
thermohaline.108 Air dingin, atau air asin, bergerak naik turun, berputar-putar dan
mungkin berbeda sama sekali dengan aliran yang ada di permukaan, mengikutilah
yang pasti kedalaman laut.
Batas Pertemuan Dua Laut (Kumpulan Air)
Tempat Pertemuan
Dua Laut
Laut Sungai
Laut di sebelahnya Terusan, Kanal, Batas
paparan (Shelf Margin)
Delta, Muara
Laut yang sama di bagian
yang lebih dalam
Lapisan-Lapisan yang
mempunyai sifat kimia
dan fisika yang berbeda
Ngarai Bawah Laut
(Submarine Canyon)
106 Efek Coriolis adalah defleksi yang jelas dari benda yang bergerak bila mereka dilihat
dari kerangka acuan yang berputar dimana bumi adalah stasioner, di dalam ilmu kelautan efek Coriolis ini sangat berpengaruh dalam dinamika skala laut maupun dalam atmosfer. Efek Coriolis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan dari Perancis yang bernama Gaspard Gustave Coriolis dengan rumus yang terkenalnya adalah . (Artikel ini di akses pada tanggal 01 Agustus 2010 dari www.wikipedia.com, pukul 13.00 WIB)
107 Davis, Richard A., Principles of Oceanography, (Addison: Wesley Publishing), Hlm. 92-93
108 Sirkulasi Thermohaline adalah berasal dari kata sifat thermo yang mengacu kepada temperature dan haline mengacu pada yang bersifat garam, jadi disini yang menjadi titik fokus adalah kembali lagi kepada densitas air laut. (Artikel ini di akses pada tanggal 03 Agustus 2010 dari www.wikipedia.com, pukul 13.00 WIB)
90
Tepat di bawah garis khatulistiwa di lutan pasifik, Atlantik, dan juga Lautan
Hindia, terdapat arus laut yang bergerak melawan arah arus permukaannya. Arus
Pasific Equatorial Undercuren, yang juga dikenal dengan sebutan Crowmwell
Current,109 bergerak ke arah timur tidak digambarkan dalam peta-peta arus
dipermukaan laut. Arus ini berada ditengah-tengah arus pacific South Equatorial
Current, yang mengalir ke barat. Bagian atas dari arus Cromwell ini berada pada
kedalaman laut antara 46-91 m. Air laut yang bergerak di dalam sebuah kolom
imajiner yang tidak tercampur dengan air laut sekitarnya. Ketebalan arus ini hanya
150 m dan lebar rentangnya hanya 402 km.110 Tidak seperti umumnya arus laut
yang sering berpindah lokasi, arus Cromwell ini selalu berada tepat di bawah garis
khatulistiwa. Perhatikan bahwa antara dua aliran arus laut yang ke barat dan ke
timur ini, terdapat suatu batas yang tidak saling terlampaui. Antara kolom arus
kolom arus Cromwell yang bergerak ke timur ini dengan lapisan air laut di atas
(yang bergerak ke barat) dan di bawahnya terdapat suatu dinding pemisah yang
tidak di lampaui oleh masing-masing air laut.111
Adanya batas dua lautan ini ternyata tidak hanya di situ saja, pada perairan di
Selat Giblatar ternyata terdapat aliran arus laut yang berlawanan arahnya. Arus
permukaan mengalir masuk ke laut Mediterania sedangkan aliran arus dalamnya
keluar menuju laut Atlantik. Adanya perbedaan arah aliran ini ternyata
dipengaruhi oleh perbedaan salinitas atau kadar keasinan air laut. Air laut di selat
Giblatar yang memiliki salinitas tinggi, berat jenisnya lebih besar daripada air laut
109 Crowmwell Curent disebut juga Pasifik Khatulistiwa terpendam atau hanya Equatorial
terpendam) adalah timur-mengalir arus bawah permukaan yang memperpanjang panjang khatulistiwa di Samudra Pasifik, ditemukan pada tahun 1952 oleh Townsend Cromwell , seorang peneliti dengan Laboratorium Honolulu dalam meneliti sungai Mississippi. (Artikel ini di akses pada tanggal 17 Agustus dari www.wikipedia.com, pukul 10.00 WIB).
110 Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, h. 118 111 Gross, Oseanografi, h. 242
91
di dekat permukaan yang salinitasnya rendah, Oleh sebab itu berada di bawah
(perhatiakan gambar 4-6).
Gambar 4-6: Air Laut Mediterania ketika memasuki Atlantik melalui selat
Jibraltar dengan tetap membawa sifatnya yang lebih hangat berkadar garam lebih
tinggi dan lebih pekat karena adanya yang membatasi antara kedua lautan
tersebut, suhu dan derajat celcius.
Sumber : Kuenen, Marine Geology, h. 43
Ilmu pengetahuan modern telah mengungkapkan bahwa pada tempat-tempat
di mana dua lautan yang berlainan bertemu ada batas di antara keduanya. Batas ini
membagi kedua lautan sehingga setiap laut memiliki suhu, kadar garam dan
kepekatan tersendiri. Sebagai contoh, laut Mediterania memiliki air yang hangat,
berkadar garam tinggi dan lebih pekat dibandingkan dengan lautan Atlantik.
Ketika laut Mediterania memasuki Atlantik melalui selat Jibraltar, airnya bergerak
beberapa ratus kilometer ke wilayah Atlantik pada kedalaman 1000 meter dengan
tetap mempertahankan sifatnya yang hangat, berkadar garam tinggi dan lebih
pekat.112 Pada kedalaman ini, air laut Mediterania berada dalam keadaan stabil.
Meskipun ada ombak besar, arus dan pasang surut yang kuat, seolah-olah ada
batas yang menghalangi pencampuran air dari ke dua lautan ini. Jadi, Arus yang
112 Artikel ini diakses pada tanggal 11 Agustus 2010 dari seremonia.wordpress.com,
pukul 10.00 WIB
92
masuk ke laut tengah atau laut Mediterania mempunyai salinitas yang rendah atau
dengan kata lain tidak seasin air laut yang mengalir di bawahnya. Dengan adanya
dua aliran yang berbeda arah mengalirnya padahal terjadi pada lokasi yang sama,
selat Gibraltar, tentu di situ terdapat batas antara dua aliran air laut pada
kedalaman tertentu. Inilah satu contoh bagaimana bisa terjadinya dua laut dengan
batas yang tidak saling melampaui.113
Di Ujung Afrika Selatanpun, dalam kawasan laut di paparan agulhas orang-
orang dapat menyaksikan bagaimana dua macam laut yang berbeda warna dan
suhu. Yang berasal dari dua lautan yaitu laut Hindia dan Laut Atlantik Selatan
(lihat gambar 4-7)
Gambar 4-7 : Ilustrasi adanya batasan (laut Hindia dan Laut Atlantik
Selatan), di dalam gambar ini adanya perbedaan warna pada masing-
masing laut.
113 Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, h. 121
93
Sumber : http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Amazonas
Di sini sangat terlihat jelas bertemu namun tidak tercampur dan
meninggalkan pemandangan berupa batas dua macam air laut yang sangat
berbeda. Air laut atlantik berwarna biru muda daripada air laut di hindia berwarna
biru tua.
Air laut Atlantik Selatan yang terbawa arus dari arah paparan benua Antartika
ini tentu lebih dingin suhunya serta lebih tawar dari pada air laut hindia yang
mengalir dari arah khatulistiwa dan melewati pesisiran timur Afrika yang tentu
tidak segar karena melewati muara sungai dan pesisiran.
Dari permukaan hingga ke dalam dasar laut, suhu air mengikuti penurunan
yang cukup teratur hingga pada kedalaman tertentu mengalami penurunan drastis
sehingga ketika kita mendekati dasar laut suhunya sangat dingin mendekati titik
beku. Perubahan suhu ini sangat dipengaruhi oleh energi matahari yang jatuh ke
permukaan bumi. Pada distribusi kadar keasinan air laut, ternyata mengikuti suatu
pola yang sedikit lebih kompleks, karena hal ini bergantung kepada arus laut dan
lokasi dimana terdapat pasokan air dari sungai juga. Kadar yang lebih tawar
ternyata terdapat di dasar laut dalam dan juga di deket pesisiran. Fenomena
tentang lapisan suhu dan kadar keasinan air laut ini menunjukan adanya batas-
batas yang teratur dan tidak saling melampaui baik dari segi suhu maupun kadar
keasinan. Kedua parameter ini tentu saja akan mempengaruhi habitat bagi
hidupnya makhluk hidup yang ada di samudra.114
Pada tahun 2001 seseorang peneliti bernama Steven R. Ramp dan Ching-
Sang Chiu seorang ahli geologi, mengamati kondisi di lautan sebelah timur
114 Harun Yahya, Al-Qur’an Mengungkap Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Modern, (Wacana Ilmiah Press, 2004), h. 59
94
Jepang, mencatat suatu keadaan yang mereka anggap sangat dramatik, yaitu pada
tempat bertemunya dua macam arus laut: East Korean Warm Current (EKWC)
yang hangat dan mengalir ke utara dengan North Korean Cold Current (NKCC)
yang dingin dan mengalir ke selatan. NKCC mempunyai temperatur kurang dari
4ºC, sedangkan FKWC bersuhu lebih besar dari 16ºC. Pada perbatasan dua
macam laut ini mengakibatkan terjadinya salah satu pertemuan yang paling kuat.
NKCC pada lokasi itu menghujam masuk ke bawah EKWC di selatan titik
pertemuan. Akibatnya pada bagian ini terjadi thermocline atau perbedaan
temperatur yang mencolok pada kedalaman yang sangat dangkal, yaitu suhu
permukaan air laut yang lebih besar dari 20ºC dan suhu yang kurang dari 4ºC pada
kedalaman hanya 40 m. Padahal thermocline umumnya terjadi di laut dalam pada
kedalaman sekitar 20ºC dan sangat dangkal seperti ini, sangat ideal di buat
pembangkit listrik tenaga konversi panas laut atau OTEC yang juga menghasilkan
air tawar dari sistem desalinitasi OTEC ini.115
Batas dua laut yang bertemu namun tidak saling bercampur ini begitu nyata
di dekat permukaan laut. Adanya batas yang tidak terlampaui ini oleh Allah Swt
yang telah di firmankan pula dalam ketiga ayat-Nya yang tersebut diatas dan
karena adanya batas ini telah terbukti pula membawa keuntungan pada banyak
umat manusia. (lihat gambar 4-8)
115 Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, (Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004), h.
118
95
Gambar 4-8 : Ilustrasi gambar ini menyatakan adanya batasan di dalam
laut116
Laut yang mempunyai perbedaan salinitas atau kadar keasinan akan tidak
bercampur baur dengan adanya ‘dinding’ dan ‘batas’ antara keduanya,
sebagaimana hasil pengamatan yang di uraikan tadi dan apa yang tertulis di dalam
al-Quran. Pada beberapa tempat lain, kadar keasinan air bahkan mencapai
minimal hingga air terasa segar untuk diminum, hal ini terbentuk karena beberapa
hal, antara lain misalnya saat adanya sungai di bawah tanah, yang biasanya
mengalir pada kawasan pegunungan kapur dan karst, yang bermuara atau
membentuk semacam sumur attesis di dalam dasar laut sebagaimana di beberapa
tempat di pesisir selatan Pulau Jawa. Di kawasan negara Skandinavia juga
116 This diagram illustrates the three main types of estuarine mixing. Tides, wind, wave motions, and river runoff all contribute to create various water conditions within estuaries. Salt wedge estuaries, such as the Mississippi Delta, exist where the river current exceeds the tidal current. Equal river and tidal currents, such as, those in the Chesapeake Bay, create a partially mixed estuary. Where the tidal range exceeds the freshwater inflow, as in the Bay of Fundy, mixing is more complete and a vertically homogenous estuary is created. (artikel dan gambar ini di akses pada tanggal 11 Agustus 2010 di Persatuan Pelajar Malaysia Yaman PERMAYA, akses dari www.google.com
96
ditemukan laut yang nyaris tawar airnya, yaitu disebabkan es yang mencair dari
suangai beku (glacier) atau juga dari gunung-gunung es (iceberg).117
Mr. Jacques Yves Costeau, ia seorang ahli Oceanografi dan ahli selam
terkemuka dari Perancis. Ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar
yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut
yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang
membatasi keduanya.118
Terlepas dari itu semua, bahwa ini menandakan betapa besarnya kekuasaan
Allah Swt. Terasa yang dilihat lautan sedemikian luasnya, tetapi airnya terasa asin
lagi pahit, Allah Swt menciptakan juga sungai dengan air yang tawar lagi segar.
Agar keduanya air tersebut tidak bercampur sehingga kesemuanya menjadi asin,
diciptakannya sungai dalam posisi yang lebih tinggi dari lautan, akan tetapi ia
tidak dapat mengubah keasinannya. Sebaliknya air laut tidak dapat juga
mengasinkan sungai, karena pada dasarnya semua air selalu mencari tempat yang
rendah, sedangkan sungai berada di tempat yang tinggi darinya, itulah
barzah (Pemisah) atau para ahli saintifik menyebutnya dengan
permeabilitas air dan pada dasarnya semua para ahli menyatakan bahwa adanya
pengaruh dari kadar sifat fisika dan kimia yang berbeda. Seperti halnya karya ini
menjelaskan adanya pemisah pada laut karena adanya batasan yang memisahkan.
BAB V
117 Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, (Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004), h.
118-119 118 Artikel ini diakses pada tanggal 11 Agustus 2010 dari seremonia.wordpress.com,
pukul 10.00 WIB
97
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Quran sejak 1400 tahun yang lalu telah memberitakan tentang manfaat
laut secara jelas dengan menggambarkan keberadaan laut yang bermanfaat untuk
kehidupan manusia.
Ini adalah hal yang sangat luar biasa yang terjadi di alam semesta, walaupun
masih adanya perbedaan pendapat tentang fenomena ini baik dari kalangan para
ilmuwan dan para mufassir tentang makna dari pada ungkapan fenomena diatas.
Semua itu memang benar adanya, dan ada buktinya memang fenomena tersebut
benar benar terjadi. Sementara pakar yang berkecimpung dalam bidang
kemukjizatan saintifik al-Quran, menjadikan ayat ini sebagai salah satu mukjizat
ilamiah al-Quran, dalam ilmu sains menyatakan karena gaya fisika yang
dinamakan “tegangan permukaan”, air dari laut yang saling bersebelahan dan
tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan
mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang
memisahkan.
Semua ini adalah bukti keajaiban Al Quran dalam menegaskan adanya batas
di antara pertemuan dua air laut yang membuat masing-masing keadaan dari
kedua air laut yang bertemu di satu tempat tersebut tetap dipertahankan. Perlu
diketahui bahwa untuk melakukan penyelidikan ke bawah laut tidaklah semudah
seperti berenang di kolam.
Isyarat-isyarat yang diberitakan Al-Quran selaras dan tidak saling tumpang
tindih dengan temuan temuan ilmiah, walaupun perlu kita garis bawahi bahwa
98
temuan ilmiah tidaklah pantas untuk menjadi suatu hal yang dibakukan
kevaliditasannya, sebagaimana sifat ilmu pengetahaun yang senantiasa
berkembang sesuai dengan perkembangn zaman, maka temuan temuan ilimah
tersebut akan berkurang kadar kevaliditasannya, jika ada temuan lain yang lebih
valid.
Informasi semacam di atas baru diketahui manusia pada abad terakhir
manusia dapat memotret pembatas tersebut dengan teknologi foto inframerah
menggunakan satelit di mana terlihat bahwa lautan yang tampaknya satu kesatuan
ternyata memiliki banyak perbedaan di antara bagian air di berbagai lautan.
Tampak peralatan canggih untuk mengukur suhu, kadar garam, kepekatan,
kelarutan oksigen dan seterusnya. Mata manusia tak bisa melihat perbedaan antara
ke dua lautan yang bertemu. Mereka tampak sama saja.
Ada perbedaan yang mendasar antara karya tulis ini dengan penelitian yang
sama, dengan yang dibuat oleh Agus S. Djamil, dalam sebuah karyanya, Al-Quran
dan Lautan, Arasy Mizan Pustaka, 2004. Sepanjang pengetahuan penulis , dalam
karya Agus S. Djamil ini menitikkan semua fenomena laut yang sangat
bermanfaat dari segi apapun juga secara global, walaupun buku ini menyebutkan
adanya geologi laut tetapi hanya secara singkat. disisi lain beliau juga tidak
memulai pembahasannya dengan penjelasan kata (mufrodat) terhadap lafaz
tertentu, untuk membentuk suatu pengertian umum pada laut, sebagaimana halnya
karya tulis ini.
Mengenai sub pokok pembahasan, Agus S. Djamil, hanya membahas secara
spesifik manfaat dari fenomena yang terjadi pada laut. Lain halnya dengan karya
tulis ini, selain menjabarkan laut dan batasan yang terjadi dalam pandangan al-
99
Quran dan sains, karya ini memberikan acuan bahwa batasan laut termasuk dalam
kategori bidang Oseanografi dan fenomena geologi, sebagaimana telah
diungkapkan dari Zaghlul Raghib M. Al-Najjar, Mukjizat al-Qur’an dan as-
Sunnah Tentang IPTEK119
Yang berakhir kepada suatu kesimpulan adanya suatu kesamaan antara al-
Quran dan temuan sains Geologi. Singkatnya karya ini berusaha
menyempurnakan atau lebih tepat menambahkan, apa yang sebelumnya tidak
terdapat pada karya Agus S. Djamil.
B. Saran
Akhirnya penulispun menyadari dengan wawasan keilmuan penulis yang
masih sedikit, referensi dan rujukan-rujukan lain yang belum terbaca, menjadikan
penulisan ini jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis telah berupaya
menyelesaikan skripsi ini semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sebagai bahan perbaikan penulisan ini. Serta perlu
eksplorasi tentang laut dalam pembahasan yang labih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
119 Dari sisi ayat-ayat al-Qur’an dalam berbicara fenomena laut yang sangat urgen
seperti terpisahnya air laut kepada kelompok-kelompok berdekatan yang tidak bercampur sama sekali karena adanya batas pemisah abstrak yang dapat memisahkan antara kelompok-kelompok itu. Ayat-ayat dalam fenomena laut ini mengandung sejumlah fakta-fakta ilmiah (haqa’iq) geologi. Zaghlul Raghib M. Al-Najjar, Mukjizat al-Qur’an dan as-Sunnah Tentang IPTEK, (Gema Insani Press), h. 120
100
A.G, Illahude. Pengantar Ke Oseanografi Fisika. Pusat dan
Pengembangan. Jakarta: Putra Media, 1999
Abd al-Baqi, Muhammad Fu’âd. Mu’jam al-Mufahras li al-Fazh al-Quran
al-karim. Beirut: Dâr Ihya al-Turats al-Arabî, tt
Ad Darwisy, Muhayiyuddin. I’râb al-Quran al-Karîm. Beirut: Dâr Ibn
Kasîr, 1992
Ahmad ibn Zakariyya, Abu al-Husain. Mu’jam al-Maqayis fi al-Lughah.
Beirut: Dar al-Fikr, 1998
Akram, Konsep Geologi Dasar Gunung Dalam Al-Qur’an Dan Sains;
Telaah Keselarasan Antara Keduanya”, Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
Jurusan Tafsir Hadis, UIN Jakarta 2002
Al Asbahi, Abu ‘Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abu ‘Amin bin
‘Amr bin al-Harith al-Asbahi. Al-Muwatho’ Beirut: Dâr al-Fikr, 1994
Al Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir al-Maraghi. Beirut: Dar Ihya at-
Firas al-Arabi, 1985
Al Misri, Jamaluddin Muhammad ibn Mukarram. Lisan al-Arab. Beirut:
Dar Shodir, 1990
Al Najjar, Zaghlul M. Raghib, Mukjizat al-Qur’an dan as-Sunnah Tentang
IPTEK, Bandung: Gema Insani, 2000
Al Swaidan, Tariq, Astonishing Fact About Quran, www.lautanquran.com,
pukul 15.00 WIB
Allam, Ahmad Khalid. Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan
Kehidupan. Jakarta: Gema Insani, 2005
101
Al-Marbawî, Muhammad Idrîs ‘Abdul Raûf . Qâmûs Idrîs al-Marbawî
‘Arabi Malâyû . Surabaya: Dar al-Fikr, tt
As Showwy, Ahmad. Mukjizat al-Qur’an dan As-Sunnah tentang IPTEK.
Jakarta: Gema Insani Press, 1995
Asad M. Alkalali, Kamus Indonesia Arab, Jakarta: Bulan Bintang, 1987
At-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wili al-Qur’an, Beirut: Darul Fikri,
1988
Audah, Ali. Konkordansi Qur’an. Litera Antar Nusa, 1991
Baidan, Nashruddin. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an. Bandung: Pustaka
Pelajar. 2000
commons.wikimedia.org.wikiamazonas, pukul 20.00 WIB
Dagun, M. Save, Kamus Ilmu Pengetahun, Jakarta: LPKN, 2000
Dahuri, Rokhim. “Strategi Pengembangan Sumber daya Kelautan dan
Perikanan Berbasis Ekonomi Kerakyatan”. Media Republika 2004.
Departemen Agama RI, Al-Quran Bayan (Al-Quran dan Terjemahannya
Disertai Tanda-Tanda Tajwid dengan Tafsir Singkat), Jakarta: Al-Quran
Terkemuka, 2009
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen
Agama RI, 2008
Djamil S. Agus, Al-Qur’an dan Lautan, Bandung: Arasy Mizan Pustaka,
2004
Ellen, prager. The Ocean. Austria: Grown hill, 2000
Fakhr al-Din Dhiya al-Din al-Razi, Muhammad. At-Tafsir al-Kabir wa
Mafatih al-Ghaib. Beirut: Dar al-Fikr, 1990
102
Gross, M. Grant, Oceanography. London: colombus Toronto, 1985
Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). (Jakarta CeQDA, 2007)
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: PT. Panjimas, 1988
Hartono, Dimyati. Hukum Laut Internasional Pengamanan Pemagaran
Yuridis Kawanan Nusantara Negara Republik Indonesia. Jakarta: Bhrata karya
Aksara, 1977
Hutabarat, Sahala. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas
Indonesia, 1989
Jauhary, Thantawi. al-Jawahir Fi Tafsir al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr, __
kobalbromida.html, pukul 20.00 WIB
Lower, J. Arthur, Ocean of Destiny: A Concise History of the North
Pacific, France. 1978
Manzur, Ibnu Muhammad. Lisān al-Arab. Beirut: Dār Sādir. 1992
Munawwir, Ahmad Warson. al-Munawwir kamus Arab – Indonesia.
Yogyakarta: UPBIK Pondok Pesantern Al-Munawwir, 1984
natrium-bikarbonat.html, pukul 20.00 WIB
Nontji, Anugrah. Laut Nusantara. Jakarta: PT. Djambatan, 2002.
O. Lange, Ivanova. General Geology. Moscow: Foreign languages
Publishing house, tt
Oliver, D.L., The Pacific Islands, 3d ed. 1989
oseanografi.blogspot.com, pukul 13.00 WIB
petadunia.wordpress, pukul 11.03 WIB
103
Prawira, Chamim. Ensiklopedi Al-Quran Dunia Islam Modern.
Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002
Quthb, Sayyid. Fi Dhilal al Qur’an, Terjemahan, Bahruddin Fannani.
Jakarta: Gema Insani, 2000
Rahman, Afzalur. Ensiklopedi Ilmu Dalam al-Qur’an (Rujukan
Terlengkap Isyarat Ilmiyah dalam al-Qur’an. Jakarta: Mizan. 2007
Richard A. Davis, Principles of Oceanography, Addison: Wesley
Publishing, 1992
Romimohtarto, Kasijan. Biota Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut. Jakarta: Djambatan, 2001
Saryono, Pengetahuan Hutan, Tanah, dan Air Dalam Perspektif al-
Qur’an, Jakarata: Pustaka al-Husna Baru, 1999
seremonia.wordpress.com, pukul 10.00 WIB
Shihab, M. Muhammad, Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan, 1999
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Quran Jakarta: Lentera Hati, 2002
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1996
Spate, O.H., Paradise Found and Lost, Gluslaw: Britanian 1988
Strokes, William Lee. All Introduction to Geology Physcal and Historical,
USA: Printed House, 2000
Supriharyono, Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di
Wilayah Pesisir Tropis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000
Supriharyono, Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang, Jakarta:
Djambatan, 2000
104
Terrell, J.E. Prehistory in the Pacific Islands. England: __,1986
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005
Toussaint, Auguste, The History of the Indian Ocean, trans. Artikel with
June Guicharnaud, 1966
Ullah, Atho. Sumber Daya Kelautan dalam al-Qur’an; Penafsiran Surah
an-Nahl: 14 dalam Tafsir Fakhr Ar-Razi al-Musytahar Bi At-Tafsir aAl-Kabir wa
Mafatih Al-Ghaib. Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Jurusan Tafsir Hadis,
UIN Jakarta 2002
Wibisono, M.S, Pengantar Ilmu Kelautan, Jakarta: Grasindo Wicasaraka
Indonesia, 2005
www.alhabib.info/review.alhtml, pukul 11.03 WIB
www.seachallengers.com, pukul 15.00 WIB
www.wikipedia.com, pukul 13.00 WIB
Yahya, Harun. Al-Qur’an Mengungkap Teknologi dan Ilmu Pengetahuan
Modern, (versi Indonesia). Wacana Ilmiah Press. 2004
Yahya, Harun. Miracles of The Quran. Canada: Al Attique Publishers.
2001
Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Munir. Beirut: Darul Fikri. 1991