konsep diri mantan penderita kusta di kota makassar …

145
i KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR (STUDI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI) MUHAMMAD NAJMUDDIN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

i

KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR

(STUDI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI)

MUHAMMAD NAJMUDDIN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

ii

KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR

(STUDI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI)

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Ilmu Komunikasi

Disusun dan Diajukan oleh

MUHAMMAD NAJMUDDIN

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013

Page 3: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

iii

TESIS

Konsep Diri Mantan Penderita Kusta Melalui Di Kota Makassar

(Studi Komunikasi Antarpribadi)

Disusun dan diajukan oleh

Muhammad Najmuddin

Nomor Pokok P 1400210005

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

Pada tanggal 22 April 2013

Menyetujui

Komisi Penasehat

Prof. Dr. Muh. Dali Amiruddin, dr. S.PKK(K), FINSDV

Ketua

Dr. Tuti Bahfiarti, M.Si

Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi

Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc.

Page 4: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : Muhammad Najmuddin

Nomor Mahasiswa : P1400210005

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya

bersedia meenerima sanksi atas perbuatan tersebut

Makassar, 14 Februari 2013

Yang menyatakan

Muhammad Najmuddin

Page 5: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan

Selesainya tesis ini.

Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul dari hasil pengamatan

penulis terhadap kehidupan mantan penderita kusta dengan segala bentuk stigma

dan diskriminasi yang mereka alami. Penulis bermaksud membantu meminimalisir

stigma dan diskriminasi terhadap mantan penderita kusta melalui tesis ini.

Banyak kendala yang dihadapi penulis dalam rangka penyusunan tesis ini

yang hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka tesis ini dapat terselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada

Prof. Dr. Muh. Dali Amiruddin, dr. S.PKK (K) sebagai Ketua Komisi Penasihat dan

Dr. Tuti Bahfiarti, M.Si sebagai Anggota Komisi Penasihat atas bantuan dan

bimbingan yang telah diberikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada

seluruh informan penelitian yang telah banyak membantu dalam rangka

pengumpulan data dan informasi. Dan yang terakhir ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada mereka yang namanya tidak tercantum tetapi banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Makassar 14 Februari 2013

Muhammad Najmuddin

Page 6: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

vi

ABSTRAK

MUHAMMAD NAJMUDDIN. Konsep Diri Mantan Penderita Kusta (Studi

Komunikasi Antarpribadi Di Kota Makassar). Dibimbing oleh Dali Amiruddin dan

Tuti Bahfiarti.

Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) Bagaimana konsep diri dan pola

pembentukan konsep diri mantan penderita kusta melalui komunikasi antarpribadi

di Kota Makassar. (2) Bagaimana pengungkapkan diri mantan penderita kusta di

Kota Makassar pasca perawatan medis

Penelitian ini dilaksanakan di kompleks pemukiman kusta Jongaya, Jalan

Dangko Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif

dengan pendekatan fenomenologi. Observasi dilakukan dilakukan secara

nonpartisipan dengan dua belas orang informan yang ditentukan secara puposive

sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dimensi konsep diri mantan penderita

kusta mencakup dua hal, antara lain; pertama, persepsi dalam dirinya (in self)

berkaitan dengan bagaimana mantan penderita kusta mempersepsi dirinya secara

fisik. Kedua, persepsi di luar dirinya (out self) berkaitan dengan bagaimana orang

lain menilai diri mantan penderita kusta. Bentuk pengungkapan diri yang dilakukan

oleh mantan penderita kusta membentuk sebuah siklus dari penerimaan diri,

hubungan persahabatan hingga akhirnya melakukan pengungkapan diri.

Page 7: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

vii

ABSTRACT

MUHAMMAD NAJMUDDIN. Kusta dan Masyarakat (Studi Konsep Diri Mantan

Penderita Kusta Melalui Komunikasi Antarpribadi Di Kota Makassar). Supervised

by oleh Dali Amiruddin dan Tuti Bahfiarti.

This research aimed to find out (1) Bagaimana konsep diri dan pola

pembentukan konsep diri mantan penderita kusta melalui komunikasi antarpribadi

di Kota Makassar. (2) Bagaimana pengungkapkan diri mantan penderita kusta di

Kota Makassar pasca perawatan medis

This research was carried out in di kompleks pemukiman kusta Jongaya,

Jalan Dangko Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif

dengan pendekatan fenomenologi. Observasi dilakukan dilakukan secara

nonpartisipan dengan dua belas orang informan yang ditentukan secara puposive

sampling.

The result shows bahwa Dimensi konsep diri mantan penderita kusta

mencakup dua hal, antara lain; pertama, persepsi dalam dirinya (in self) berkaitan

dengan bagaimana mantan penderita kusta mempersepsi dirinya secara fisik.

Kedua, persepsi di luar dirinya (out self) berkaitan dengan bagaimana orang lain

menilai diri mantan penderita kusta. Bentuk pengungkapan diri yang dilakukan oleh

mantan penderita kusta membentuk sebuah siklus dari penerimaan diri, hubungan

persahabatan hingga akhirnya melakukan pengungkapan diri.

Page 8: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

viii

DAFTAR ISI

halaman

Halaman Judul i

Halaman Pengajuan ii

Halaman Pengesahan iii

Lembar Pernyatan Keaslian iv

Prakata v

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Fokus Penelitian 7

C. Tujuan Penelitian 9

D. Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

A. Kajian Teori 11

Page 9: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

ix

1. Komunikasi Antar Pribadi 11

2. Pembentukan Konsep Diri Melalui Komunikasi

Antarpribadi

18

3. Persepsi 23

4. Pengungkapan Diri Melalui Komunikasi Anarpribadi 27

5. Teori Identitas Sosial 34

6. Gambaran Umum Penyakit Kusta 35

B. Kerangka Pemikiran 38

C. Tinjauan Hasil Penelitian 42

BAB III METODE PENELITIAN 44

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 44

B. Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti 47

C. Lokasi Penelitian 47

D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 48

E. Informan Penelitian

1. Teknik Menemukan Informan

2. Mendapat Akses Berkenalan dengan Mantan Penderita

Kusta

3. Membangun Hubungan dengan Mantan Penderita Kusta

50

50

51

52

F. Teknik Analisis Data 53

G. Pengecekan Validitas Temuan 54

Page 10: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

x

H. Tahap – Tahap Penelitian 56

BAB IV HASIl PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 57

A. Hasil Penelitian 57

1. Deskripsi Kota Makassar 54

2. Identitas informan 63

3. Identitas Significant Other 98

B. Pembahasan 101

1. Konsep Diri dan Pembentukan Konsep Diri Mantan

Penderita Kusta

101

2. Pengungkapan Diri Mantan Penderita Kusta 118

BAB V Kesimpulan dan Saran 135

A. Kesimpulan 131

B. Saran 132

Page 11: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

xi

DAFTAR TABEL

nomor halaman

1 Tinjauan Hasil Penelitian 42

2 Tren Deteksi Kusta Tahun 2004 – 2010 60

3 Kasus Kusta dan Proporsi Kecacatan Tingkat 2 61

4 Rekam Medis Mantan Penderita Kusta 63

5 Identitas Diri Mantan Penderita Kusta 67

6 Identitas Significant Other 98

Page 12: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

xii

DAFTAR GAMBAR

nomor halaman

1 Jendela Johari 21

2 Filter Unik Persepsi Individual 25

3 Skema Penelitian 41

4 Angka Penemuan Penderita Kusta Per Kecamatan Di Kota

Makassar Tahun 2011

62

5 Perjalanan Hidup Mantan Penderita Kusta 102

6 Pembentukan Konsep Diri Mantan Penderita Kusta 117

7 Bentuk Pengungapan Diri Mantan Penderita Kusta 126

Page 13: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

nomor

1 Daftar Pedoman Wawancara 137

2 Dokumentasi Penelitian 138

3 Surat Keterangan Penelitian 140

Page 14: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya komunikasi merupakan medium yang sangat penting bagi

pembentukan dan pengembangan pribadi seorang individu dalam melakukan

kontak sosial. Proses belajar melalui adaptasi dan interaksi dapat membentuk

konsep diri seseorang yang dipengaruhi lingkungannya. Faktor lingkungan,

khususnya orang-orang yang ada di sekitar dapat memberikan pengaruh yang

positif dan negatif dalam melakukan proses adaptasi dan interaksi.

Salah satu tipe komunikasi yang paling efektif dalam mempengaruhi

seseorang adalah komunikasi antarpribadi. Keistimewaan komunikasi antarpribadi

adalah keterlibatan pihak-pihak yang berkomunikasi diantara pihak yang mengirim

dan menerima pesan secara verbal maupun nonverbal. Oleh karena itu

komunikasi antapribadi dinilai sangat efektif dalam membentuk kepribadian,

kepercayaan, konsep diri, persepsi, perubahan sikap ataupun perilaku dan

motivasi bagi pihak-pihak yang melakukan kegiatan komunikasi.

Pembentukan konsep diri melalui komunikasi antarpribadi merupakan cara

seseorang memandang dirinya melalui interaksi dengan orang lain. Konsep diri

yang akan mempengaruhi diri seseorang dalam melakukan kontak komunikasi

atau interaksi dengan orang lain. Bahkan konsep diri cenderung memberikan

Page 15: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

2

gambaran dan penilaian pada diri sendiri berdasarkan hubungan dengan orang-

orang disekelilingnya.

Kecenderungan ini berindikasi pada kemampuan berpikir dan menilai

seseorang baik dirinya sendiri ataupun orang lain, ataupun mempersepsi orang

lain dengan berusaha memberikan penilaian. Misalnya apakah orang tersebut

orang yang bisa dipercaya, teguh pendirian, cerdas ataukah menyebalkan. Dalam

hal ini setiap individu memiliki seperangkat standar dalam diri seseorang untuk

menilai orang lain seperti apa yang dilihat atau dipikirkannya.

Cara pandang diri cenderung berkaitan dengan komunikasi antarpribadi

yang kita lakukan. Konsep diri ini sesungguhnya tidak bisa dipandang sebagai satu

hal yang tetap, melainkan sesuatu yang berkembang. Oleh karena itu konsep diri

yang terbentuk dari hasil interaksi dan pengalaman bersama terus berkembang,

berubah, dan disesuaikan.

Dengan demikian, konsep diri sebagai suatu proses. Ini merupakan

bagian dari diri seseorang dalam proses menjadi (becoming). Proses ini dimulai

dengan mengumpulkan informasi tentang diri sampai pada proses terbentuknya

konsep diri. Secara spesifik mantan penderita kusta pada tahap awal

mengumpulkan informasi tentang dirinya baik berupa prasangka, stigma maupun

dukungan orang-orang tempat mereka berinteraksi. Informasi yang terkumpul

merupakan pengalaman siklus kehidupan yang berdasarkan pengalaman.

Selanjutnya, memberi makna, maksud atau sifat tertentu pada pengalaman

tersebut sampai membentuk kesan dalam diri mantan penderita kusta.

Page 16: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

3

Berdasarkan kesan tersebut mereka mempelajari siapa dirinya, siapa orang lain,

bagaimana dunia memandang dirinya. Pemahaman dan penerimaan siapa dirinya

kemudian menjadi konsep diri pada mereka.

Setelah konsep diri tercipta faktor lain dalam komunikasi antarpribadi

adalah pengungkapan diri, yakni berkomunikasi dengan orang lain untuk

menyatakan berbagai hal yang berkenaan dengan dirinya sendiri. Membuka diri

terhadap orang lain berarti ada kesediaan antara pihak penerima dan pengirim

pesan untuk berbagi informasi tentang dirinya. Dengan pengungkapan diri,

manusia mengungkapkan siapa dirinya pada lawan komunikasinya secara

sukarela. Pengungkapan diri yang dilakukan oleh mantan penderita kusta dalam

berinteraksi dengan masyarakat dilingkungannya cenderung dipengaruhi oleh

pandangan orang lain terhadapnya. Penyakit Kusta sebenarnya bukan penyakit

keturunan, atau disebabkan oleh kutukan, guna-guna, dosa atau pengaruh

makanan. Kusta merupakan penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh

kuman Myctobacterium Leprae. Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi dan dapat

pula menyerang jaringan tubuh lainnya kecuali otak. (Dali Amiruddin, 2012; 11).

Berdasarkan pandangan ahli sosiologi meyakini bahwa penyebab

mewabahnya penyakit kusta disebabkan oleh krisis sosial dan kemiskinan.

Ketiadaan akses pada pengobatan medis modern memperparah mewabahnya

penyakit ini. Penjajahan, perang, kemiskinan, mewabahnya penyakit menular

adalah situasi nyata yang memicu terjadinya perubahan sosial suatu bangsa. Di

Eropa kita kenal “The Black Death” sebuah catatan peristiwa penderitaan manusia

Page 17: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

4

Eropa yang disebabkan krisis peradaban yang parah. Pada pertengahan abad ke

15 hingga berakhirnya perang salib, hampir seluruh bagian Eropa terdapat rumah-

rumah kusta dan dihuni penderita kusta yang teregistrasi secara resmi (Joko

Suyanto, 2002; 210).

Di Indonesia perubahan sosial yang terjadi di Eropa berdampak pada

penanganan kusta. Sejak tahun 1897 ketika kongres kusta pertama di Berlin

Jerman, ditetapkan bahwa kusta adalah penyakit menular, maka pemerintah

kolonial Belanda mengeluarkan Surat Keputusan untuk mengasingkan paksa

penderita kusta. Atas dasar itu juga pemerintah kolonial Belanda membangun

pemukiman untuk penderita kusta di seluruh Indonesia (Nawir, 2011; 115).

Kebijakan pemerintah kolonial Belanda untuk membangun pemukiman

untuk penderita kusta juga direalisasikan di kota makassar, Berdiri pada kompleks

pemukiman kusta Jongaya yang merupakan tanah wakaf dari Raja Gowa,

didalamnya terdiri beberapa petak ruangan, diantaranya beberapa bangunan mirip

penjara serta 25 unit rumah untuk penderita kusta.

Di Kompleks pemukiman kusta Jongaya tersebut puluhan mantan

penderita kusta mulai menata hidupnya. Kebanyakan dari mereka berasal dari luar

Makassar yang terusir dari kampung halamannya karena menderita kusta. Baginya

keluarga dan kampung asal adalah masa lalu yang buram, dan dikompleks

pemukiman kusta Jongaya kehidupan baru dimulai. Mereka mengasingkan diri

dengan untuk menghindari ejekan dan cercaan tetangga, teman bahkan keluarga

mereka sendiri yang tidak menerima keberadaan mereka.

Page 18: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

5

Dorongan perasaan senasib, merasa dibuang, merasa tidak diinginkan

oleh masyarakat, akhirnya memunculkan solidaritas di antara mantan penderita

kusta. Komunitas homogen mantan penderita kusta menyebabkan mereka sama-

sama bertahan menghadapi stigma sosial dan hidup saling membantu. Dalam

konteks ini, tekanan mental bagi mantan penderita kusta yang dulunya minder dan

takut dengan orang lain, seolah kembali pulih, meskipun dalam ruang terbatas,

yakni dalam kompleks pemukiman kusta dan dengan sesama penderita kusta

saja. Kenyataan positif yang memunculkan semangat hidup dalam diri mereka.

Berjuang untuk mempertahankan generasi, mempertahankan anak cucu demi

kelangsungan hidup mereka.

Keberlanjutan hidup merupakan kebutuhan sosial yang sangat diinginkan

oleh mantan penderita kusta, namun kebutuhan tersebut dirasakan sangat sulit

bagi penderita kusta, karena puluhan mantan penderita kusta harus bertahan

hidup menghadapi stigma sosial dari masyarakat yang seolah memiliki

kesepakatan bersama, jika ada penderita kusta mereka harus disisihkan,

disingkirkan dan diasingkan, bahkan mengejek dan mengolok-oloknya.

Stigma itulah dirasakan seperti teror mental dan psikis bagi mantan

penderita, membuat rasa minder dan rendah diri serta kian meningginya kadar

sensitifitas ketersinggungan mereka. Cenderung reaktif dalam merespon keadaan

di sekitar lingkungannya, padahal mungkin orang tersebut yang mencoba

membangun komunikasi dengannya atau sekedar bertegur sapa dan

Page 19: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

6

memperhatikan mereka tanpa tendensi mencemooh sekalipun, tak jarang justru

dinilai salah (negatif) oleh mereka.

Dampak sosial mantan penderita kusta ini bukan hanya berpengaruh

terhadap mereka, namun juga berdampak kepada keluarganya, bahkan mungkin

juga terhadap nama baik kampung yang ikut memberikan tekanan kepada mereka.

Seakan ketika mereka terjangkit kusta maka konsekuensinya adalah tercerabutnya

diri dan identitas mereka dan dari ruang sosial tempat mereka berinteraksi dan

melakukan kegiatan komunikasi.

Ketika penyakit kusta mulai menjangkitinya, maka mereka dengan

sendirinya “terpaksa” atau “dipaksa” untuk menjauh dari lingkungan sosialnya.

Satu-satunya pilihan yang mereka pilih adalah pergi menjauh dari lingkungan

sosial, sebab bagi mereka yang terpenting adalah bisa bertahan hidup dalam

lingkungan sosial yang menerima keberadaan mereka.

Perilaku-prilaku yang mereka lakukan seperti ini dalam studi komunikasi,

sebagai maksud untuk menyampaikan eksistensi dirinya sebagai sebuah identitas

komunitas yang berbeda dengan identitas lainnya atau sebagai bentuk penegasan

tentang nilai-nilai yang menjadi motivasi diri dalam berkehidupan sekaligus

menjadi pengikat antarmereka sebagai mantan penderita kusta dalam

komunitasnya dan sebagai pembeda bagi komunitas di luar dirinya.

Berangkat dari latar belakang ini, maka penulis menjadikan judul Konsep

Diri Mantan Penderita Kusta di Kota Makassar (Studi Komunikasi

Antarpribadi)

Page 20: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

7

B. Fokus Penelitian

Jika perilaku mantan penderita kusta dianggap sebagai fakta sosial, maka

berlaku suatu sebutan mantan penderita kusta adalah “manusia tertindas”,

“manusia terbuang”, “manusia kalah” dan sebagainya. Sebuah pandangan objektif

yang melihat mantan penderita kusta sebagai korban kehidupan, kesenjangan

ekonomi, atau ketidakadilan sosial. Pemikiran ini disebut pandangan etik yaitu

melihat mantan penderita kusta dari sudut pandang orang luar, sedangkan dalam

penelitian ini menggunakan pandangan emik yaitu bagaimana mantan penderita

kusta melihat diri dan kehidupan mereka sendiri. Dengan pendekatan

fenomenologis, mantan penderita kusta dilihat sebagai subjek. Mereka adalah

“aktor kehidupan” yang memilki hasrat, harapan, dan kehidupan sendiri.

Salah satu kajian yang dapat digunakan untuk melihat fenomena mantan

penderita kusta adalah komunikasi antarpribadi khususnya konsep diri dan

pengungkapan diri. Konsep diri adalah persepsi tentang diri sendiri yang relatif

menetap. Jalaluddin Rakhmat menyebut Konsep diri dalam dua hal yaitu citra diri

(self image) dan harga diri (self esteem). Citra diri berkaitan dengan faktor-faktor

kognitif individu, sedangkan harga diri berhubungan dengan faktor afektif individu.

Setelah konsep diri tercipta faktor lain dalam komunikasi antarpribadi

adalah pengungkapan diri. Pengungkapan diri merupakan suatu bentuk

komunikasi dimana informasi tentang diri sendiri yang biasanya disimpan atau

disembunyikan dikomunikasikan kepada orang lain.

Page 21: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

8

Konsep diri dan pengungkapan diri mantan penderita kusta menarik untuk

diteliti untuk itu dua pertanyaan utama yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana konsep diri dan pola pembentukan konsep diri mantan penderita

kusta melalui komunikasi antarpribadi di Kota Makassar?

2. Bagaimana pengungkapkan diri mantan penderita kusta di Kota Makassar

pasca perawatan medis?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengeksplorasi konsep diri pola pembentukan konsep diri mantan penderita

kusta di Kota Makassar.

2. Mendeskripsikan pengungkapan diri mantan penderita kusta di kota makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

memperkaya studi komunikasi khususnya studi komunikasi

antarpribadi dalam pembentukan konsep diri.

b. Pendekatan eksplorasi secara mendalam dapat menggambarkan pola

pembentukan konsep diri mantan penderita kusta.

Page 22: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

9

c. Memberikan pencerahan dan pandangan bagi masyarakat untuk

menerima, dan berinteraksi dengan mantan penderita kusta. Mantan

penderita kusta juga memerlukan tempat untuk bersosialisasi dengan

lingkungannya seperti masyarakat lainnya, sehingga keberadaan

mereka dapat diterima.

d. Mantan penderita kusta dapat menambah semangat dan motivasi

mereka untuk dihargai dan diterima di lingkungannya.

e. Pekerja kesehatan juga dapat memberikan perhatian dalam pelayanan

kesehatan, termasuk mensosialisasikan mantan penderita kusta

dengan masyarakat disekitarnya.

Page 23: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Komunikasi Antarpribadi

Pada dasarnya menurut De Vito (2011; 252) bahwa komunikasi

antarpribadi memiliki tiga pendekatan utama. Pertama, Batasan komunikasi

antarpribadi berdasarkan komponen-komponen utamanya yang melibatkan pihak-

pihak yang melakukan kegiatan komunikasi antarpribadi. Dalam hal ini,

penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau

sekelompok kecil orang dengan berbagai dampak penerimaan umpan balik yang

segera atau secara langsung.

Kedua, batasan komunikasi antarpribadi berdasarkan hubungan diadik

yaitu komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung diantara dua

orang yang mempunyai hubungan yang jelas. Namun, batasan ini biasanya

diperluas mencakup juga sekelompok kecil orang, seperti anggota keluarga atau

kelompok- kelompok yang terdiri atas tiga atau empat orang.

Ketiga, batasan komunikasi antarpribadi berdasarkan pengembangan

yakni komunikasi antarpribadi dilihat sebagai kontinum komunikasi dari yang

bersifat tak-pribadi sampai hubungan pribadi yang lebih personal atau intim.

Pengembangan hubungan ini biasa dimulai dari impersonal sampai interpersonal.

Page 24: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

11

Gerald Miller dalam De Vito (2011; 253) menganalisis faktor yang

membedakan komunikasi antarpribadi dengan komunikasi yang bersifat

impersonal, antara lain; Pertama, dalam interaksi antarpribadi kita bereaksi

terhadap pihak lain berdasarkan data psikologis atau bagaimana seseorang

berbeda dengan anggota- anggota kelompoknya. Dalam tahap impersonal kita

menanggapi orang lain berdasarkan data sosiologis, atau kelompok dimana orang

tersebut menjadi anggotanya.

Kedua, dalam komunikasi antarpribadi kita mendasarkan komunikasi kita

pada pengetahuan yang menjelaskan tentang masing-masing dari kita. Dan yang

terakhir aturan berupa adat atau kebiasaan sosial menjadi tidak penting,

peroranganlah yang menetapkan aturan.

Ketiga, karakteristik ini tingkatnya berbeda beda. Seseorang bereaksi

terhadap yang lain berdasarkan data psikologis sampai batas tertentu. Seseorang

mendasarkan dugaan mengenai perilaku orang lain sampai batas tertentu. Dan

seseorang bereaksi lebih atas dasar aturan yang ditetapkan bersama daripada

atas dasar norma-norma sosial sampai batas tertentu.

Selanjutnya, Komunikasi antarpribadi sangat penting bagi kebahagiaan

hidup kita. Johnson (dalam Suranto, 2011; 23) menunjukkan beberapa peranan

yang disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan

kebahagiaan hidup manusia.

Pertama, komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual

dan sosial kita. Perkembangan sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti

Page 25: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

12

pola semakin meluasnya ketergantungan kita kepada orang lain. Diawali dengan

ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi,

lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin luas dengan

bertambahnya usia kita. Bersamaan dengan itu perkembangan intelaktual dan

sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain.

Kedua, identitas atau jati diri kita terbentuk melalui komunikasi dengan

orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain secara sadar maupun tidak

sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan

yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Kita menjadi tahu bagaimana

pandangan orang lain itu tentang diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan

orang lain kita menemukan diri yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya.

Ketiga, dalam rangka memahami realitas disekeliling kita serta menguji

kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar

kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain

tentang realitas yang sama. Tentu saja pembandingan sosial (social comparison)

semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain.

Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh

kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-ebih orang yang

merupakan tokoh-tokoh signifikan dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan

orang lain diliputi masalah, maka tentu kita akan menderita, merasa sedih, cemas

dan frustasi. Bila kemudian kita menarik diri dan menghindar dari orang lain, maka

rasa sepi dan terasing yang kita alami pun tentu akan menimbulkan penderitaan,

Page 26: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

13

bukan hanya penderitaan emosional atau batin bahkan mungkin juga penderitaan

fisik.

1.1 Efektifitas Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi, seperti bentuk perilaku yang lain, dapat bersifat

sangat efektif dan dapat pula bersifat sangat tidak efektif. Menurut De Vito (2011;

285) mengungkapkan karakteristik efektifitas ini dari tiga sudut pandang antara

lain;

Pertama, berdasarkan sudut pandang humanistis. Pendekatan ini dimulai

dengan kualitas-kualitas umum yang menentukan terciptanya hubungan

antarpribadi yang superior. Dari kualitas-kualitas umum ini kemudian menurunkan

perilaku-perilaku spesifik yang menandai komunikasi antarpribadi yang efektif.

Dalam pendekatan humanistis ada lima kualitas umum yang

dipertimbangkan antara lain; Keterbukaan (openness) mengacu pada sedikitnya

tiga aspek dari komunikasi antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang

yang diajaknya berinteraksi. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada

kesediaan komunikator untuk berinteraksi secara jujur terhadap stimulus yang

datang. Aspek terakhir menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Terbuka

dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang kita

lontarkan adalah memang milik kita dan kita bertanggung jawab atasnya.

Kualitas kedua dalam pendekatan humanistis yaitu empati (emphathy).

Henry Backrack (dalam De Vito, 2011; 286) mendefinisikan empati sebagai

Page 27: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

14

kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain

pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain tersebut. Langkah pertama

dalam mencapai empati adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai,

menafsirkan, dan mengkritik.

Kedua, makin banyak mengenal seseorang, Seperti keinginannya,

pengalamannya, kemampuannya, ketakutannya dan sebagainya. Langkah terakhir

coba merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya.

Kualitas ketiga dalam pendekatan humanistis yaitu sikap mendukung

(supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung

dalam suasana yang tidak mendukung untuk bersikap mendukung dengan

bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik, dan provisional bukan

keyakinan yang tak tergoyahkan.

Kualitas keempat adalah sikap positif (positiveness). Kita

mengkomunikasikan sikap postif dalam komunikasi antarpribadi dengan

menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang lain.

Kualitas terakhir dalam sudut pandang humanistis yaitu kesetaran

(equality). Dalam suatu hubungan antarpribadi yang ditandai oleh kesetaraan,

ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami

perbedaan ketimbang dilihat sebagai upaya untuk menjatuhkan pihak lain.

Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua

perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.

Page 28: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

15

Sudut pandang kedua yaitu pragmatis. Pendekatan pragmatis dalam

efektifitas komunikasi antarpribadi, adakalanya dinamakan model kompetensi.

Memusatkan pada perilaku spesifik yang harus digunakan oleh komunikator untuk

mendapatkan hasil yang diinginkan. Pendekatan ini juga menawarkan lima kualitas

efektifitas antara lain;

Pertama, Kepercayaan diri (confidence). Komunikator yang efektif selalu

merasa nyaman bersama orang lain dan merasa nyaman dalam situasi komunikasi

pada umumnya, kualitas ini juga memungkinkan pembicara berkomunikasi secara

efektif dengan orang-orang gelisah, pemalu, atau khawatir dan membuat mereka

merasa lebih nyaman.

Kualitas kedua dalam sudut pandang pragmatis adalah kebersatuan

(immediacy), mengacu pada penggabungan antara pembicara dan pendengar,

terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan.

Kualitas ketiga yaitu manajemen interaksi (interaction management).

Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorangpun merasa diabaikan atau

merasa menjadi tokoh penting. Masing- masing pihak berkontribusi dalam

keseluruhan komunikasi.

Kualitas keempat yaitu daya ekspresi (expressiveness) mengacu pada

keterampilan mengkomunikasikan keterlibatan tulus dalam interkasi antarpribadi.

Kita berperan serta dalam permainan dan tidak sekedar menjadi penonton. Daya

ekspresi sama dengan keterbukaan dalam hal penekanannya pada keterlibatan,

dan ini mencakup misalnya ekspresi tanggung jawab atas pikiran dan perasaan,

Page 29: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

16

mendorong daya ekspresi atau keterbukaan orang lain, dan memberikan umpan

balik yang relevan dan patut.

Kualitas terakhir dalam pendekatan pragmatis komunikasi antarpribadi

adalah orientasi kepada orang lain (other orientation) yaitu orientasi mengacu pada

kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara selama

perjumpaan antarpribadi. Orientasi ini mencakup pengkomunikasian perhatian dan

minat terhadap apa yang dikatakan lawan bicara.

Sudut pandang terakhir dalam efektifitas komunikasi antarpribadi adalah

sudut pandang pergaulan sosial. Pendekatan ini didasarkan pada model ekonomi

imbalan dan biaya. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa suatu hubungan

merupakan kemitraan dimana imbalan dan biaya saling dipertukarkan.

Ketiga pendekatan tersebut sama sekali tidak terpisah, melainkan saling

melengkapi. Masing- masing pendekatan membantu dalam memahami efektifitas

komunikasi antarpribadi. Tujuannya adalah memberikan pandangan mengenai

komunikasi antarpribadi yang efektif sehingga kita dapat memilih pendekatan

mana yang paling membantu dalam dalam suatu situasi tertentu. (De Vito, 2011;

285)

2. Pembentukan Konsep Diri melalui Komunikasi Antarpribadi

Konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasan seseorang

mengenai dirinya. dirinya bisa berupa bakat, minat kemampuan, penampilan fisik,

dan lain sebagainya. Orang pun kemudian memilki perasaan terhadap keyakinan

Page 30: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

17

mengenai dirinya tersebut, apakah dia merasa positif atau negatif, bangga atau

tidak bangga, senang atau tidak senang dengan dirinya.

De Vito (201; 57) merumuskan konsep diri sebagai gambaran siapa diri

kita sebenarnya. Konsep diri juga dinyatakan sebagai keseluruhan gambaran

tentang diri kita. Maksud keseluruhan gambaran disini mencakup diri psikologis,

diri fisik, diri spiritual, diri sosial, dan diri intelektual. Demikian, konsep diri

merupakan persepsi kita pada bagian-bagian tadi untuk dipadukan dan

membentuk keseluruhan gambaran. Penting diingat, konsep diri ini bukan

pandangan orang lain pada kita melainkan pandangan kita sendiri atas diri kita.

Dalam konsep diri ini, kita bisa membayangkan bagaimana kita bercermin

untuk mengetahui siapa sesunguhnya diri kita. Jalaludin Rakhmat (2001; 42)

menjelaskan proses bercermin diri itu melalui tahapan-tahapan berikut ini.

Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain. Kedua, kita

membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Ketiga, kita

mengalami rasa bangga atau kecewa pada diri kita sendiri.

Konsep diri bukanlah sesuatu yang tiba-tiba ada atau muncul.

Pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh orang lain dalam proses interaksi

sosial. Menurut Cooley (dalam Sarwono dan Meinarno, 2011; 53), lewat analogi

cermin sebagai sarana bagi seseorang melihat dirinya, konsep diri seseorang

diperoleh dari hasil penilaian atau evaluasi orang lain terhadap dirinya.

Namun, bukan berarti penilaian atau evaluasi orang lain adalah satu-

satunya yang membentuk konsep diri. Vaughan dan Hogg (dalam Sarwono dan

Page 31: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

18

Meinarno, 2011; 54) menyatakan bahwa hasil tindakan kita mendorong kita untuk

melakukan introkspeksi dan persepsi diri. Introkspeksi dilakukan seseorang ketika

ia berusaha memahami dan menilai mengapa ia melaukuan tindakan tertentu.

Persepsi diri dilakukan seseorang ketika ia mengatribusikan secara internal hasil

yang diterimanya.

Konsep diri (self concept) merupakan identitas diri seseorang yang terdiri

dari keyakinan diri dan persepsi diri yang terorganisir sebagai sebuah skema

kognitif. Skema kognitif merupakan struktur kognitif yang menggambarkan

pengetahuan tentang konsep atau tipe stimulus termasuk atribut dan hubungan

antar atribut tersebut.

Menurut Higgins (dalam Sarwono dan Meinarno, 2011; 55), ada tiga

skema diri yang disebutkan sebagai berikut; (1), actual self, yaitu bagaimana diri

kita saat ini; (2) ideal self, yaitu bagimana diri yang kita inginkan; (3) ought self,

yaitu bagaimana diri kita seharusnya.

Pada diri seseorang mungkin terjadi kesenjangan antara actual self dan

ideal self atau ought self. Higgins dalam teori kesenjangan diri (self discrepancy

theory), menyatakan bahwa kesenjangan terjadi dapat memotivasi seseorang

untuk berubah agar mengurangi kesenjangan yang dirasakanya. Namun, apabila

seseorang gagal dalam mengatasi kesenjangan maka dapat menyebabkan

munculnya emosi-emosi negatif. Kegagalan dalam mengatasi kesenjangan antara

actual self dan ideal self dapat memicu munculnya dejection-related emotions

seperti kecewa, tidak puas, dan sedih. Sedangkan kesenjangan antara actual self

Page 32: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

19

dan ought self dapat memicu munculnya agitation related emotions seperti cemas,

takut, dan terancam (Higgins dalam Sarwono dan Meinarno, 2011; 56)

Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat

yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang

diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan.

Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Jendela

Johari. Jendela Johari adalah sebuah konsep yang ditemukan oleh Joseph Luft

dan Harry Ingham yang mengungkapkan tingkat kesadaran tentang diri kita.

(Jalaluddin Rakhmat, 2001; 87)

Mengenal Diri Tidak Mengenal Diri

Diketahui

Orang lain

Tidak Diketahui

Orang llain

Gambar 1; Jendela Johari (De Vito, 2011; 58)

Daerah Terbuka

Daerah

Buta

Daerah Tertutup

Daerah Gelap

Page 33: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

20

Dalam gambar jendela johari tersebut, jendela tersebut dibagi menjadi

empat daerah atau kuadran pokok, yang masing- masing berisi diri (self) yang

berbeda. Perubahan pada kuadran tertentu, akan mengakibatkan perubahan pada

kuadran yang lain. Seperti sebuah jendela yang besarnya tetap, dengan besar

setiap kotak dapat berubah- ubah. Jika salah satu kotak menjadi lebih kecil, kotak

lain akan menjadi lebih besar. Begitu juga sebaliknya, kuadran- kuadran diri ini

tidak saling terpisah dan berdiri sendiri. Mereka masing-masing bergantung

kepada yang lain.

Daerah terbuka (open self) berisikan informasi, prilaku, sikap, perasaan,

motivasi, gagasan dan sebagainya yang diketahui oleh diri sendiri dan oleh orang

lain. Daerah terbuka masing-masing orang akan berbeda-beda besarnya

bergantung dengan siapa kita berkomunikasi.

Makin Kecil kuadran pertama makin buruk komunikasi (Joseph Luft dalam

DeVito 2011; 58). Komunikasi bergantung pada sejauh mana kita membuka diri

kepada orang lain dan kepada diri kita sendiri. Jika kita tidak membiarkan orang

lain mengenal kita, komunikasi menjadi sangat sukar, bahkan tidak mungkin. Kita

dapat berkomunikasi secara bermakna hanya bila kita saling mengenal diri sendiri.

Untuk meningkatkan komunikasi, kita terlebih dahulu harus berusaha

memperbesar daerah terbuka ini.

Daerah Buta ( Blind Self) berisikan informasi tentang diri kita yang

diketahui orang lain, tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Komunikasi menuntut

keterbukaan pihak- pihak yang terlibat bila ada daerah buta komunikasi menjadi

Page 34: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

21

sulit. Tetapi daerah ini akan selalu ada pada diri kita masing- masing walaupun kita

mungkin dapat menciutkan daerah ini, menghilangkannya sama sekali tidaklah

mungkin,

Daerah Gelap (unknown self) adalah bagian dari diri kita yang tidak

diketahui baik oleh kita sendiri maupun orang lain. Ini adakah informasi yang

tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput dari perhatian. Eksplorasi

daerah gelap melalui interaksi yang terbuka, jujur dan empatik dengan rasa saling

percaya dengan orang lain merupakan cara efektif untuk mendapatkan gambaran

ini.

Daerah tertutup (Hidden Self) mengandung semua hal yang anda ketahui

tentang diri sendiri dan orang lain, tetapi anda simpan untuk anda sendiri. Ini

adalah daerah tempat anda merahasiakan segala sesuatu tentang diri sendiri dan

tentang orang lain. Pada ujung-ujung ekstrem terdapat mereka yang terlalu

terbuka (overdisclosers) dan mereka yang terlalu tertutup (underdisclosers).

Ada dua kelompok yang dianggap mempengaruhi konsep diri kita.

Pertama, orang lain yang kita anggap penting atau biasa dinamakan the significant

others. Sepanjang hidup kita, selalu saja ada orang yang kita anggap penting dan

berpengaruh pada diri kita. Pertama-tama, jelas, orang tua kita. Ketika mulai

memasuki usia sekolah, kita mengenal significant others lain, biasanya guru.

Begitu seterusnya, sepanjang hidup kita bertemu dengan orang-orang yang kita

anggap berpengaruh besar pada diri kita.

Page 35: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

22

Kedua, kelompok acuan (reference group) yang memberi arahan dan

pedoman agar kita mengikuti perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku

dalam kelompok tersebut. Ini terkait dengan salah satu sifat manusia yang selalu

hidup dalam kelompok. Tidak ada manusia yang hidup menyendiri, kecuali karena

terpaksa. Semua manusia membutuhkan orang lain. Kelompok-kelompok tersebut

kita ikuti secara sukarela. Kelompok acuan itu mempengaruhi pembentukan

konsep diri kita.

3. Persepsi

Kata kunci lain yang penting untuk didalami yang berkaitan dengan

konsep diri ini adalah persepsi. Rakhmat (2001; 101) merumuskan bahwa persepsi

adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga

membuat kita bisa mendapatkan makna dari stimuli indrawi kita. Misalnya, kita

memperoleh informasi melalui indera peraba kita bahwa air minum yang ada

digelas itu panas, meminumnya lebih dulu. Kita memiliki persepsi, meminum air

panas itu tidak nyaman pada lidah kita.

Persepsi itu dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor-faktor personal dan

situasional serta fungsional dan struktural. Disamping ada faktor lain yang juga

menentukan persepsi, yakni perhatian (attention). Perhatian, tulis (Rakhmat 2001;

64) yang mengutip Kenneth E. Anderson adalah proses mental ketika stimuli atau

Page 36: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

23

rangkain stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya

melemah. Perhatian itu akan ditentukan oleh faktor situasional dan personal.

Faktor situasional adakalanya dinamakan sebagai determinan perhatian

yang sifatnya eksternal. Stimuli tersebut kita lihat karena mempunyai sifat yang

menonjol. Menonjol karena apa? Bisa karena gerakannya, intensitas stimulinya,

kebaruannya, atau keberulang-ulangannya. Sedangkan faktor internal, yang

disebut juga faktor personal, adalah faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.

Faktor biologis adalah kondisi biologis kita saat kita mempersepsi sesuatu.

Bayangkan saja, jika Anda tengah kehausan ditengah terik matahari yang

menyengat maka pikiran kita akan didominasi oleh air minum yang dingin dan

menyegarkan. Sedangkan faktor sosiopsikologis akan terkait dengan motif, sikap,

kebiasaan, dan kemauan dalam mempersepsi sesuatu.

Sedangkan faktor fungsional yang menentukan persepsi kita bersumber

dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan berbagai hal yang termasuk faktor-

faktor personal. Di sini, yang menentukan persepsi kita bukan stimulinya

melainkan karakteristik subjek yang menerima stimuli itu. Bukan sesuatu di luar diri

kita yang menentukan, melainkan diri kita sendirilah yang menentukan persepsi itu.

Secara ringkas, bagaimana proses mempersepsi yang dipengaruhi

berbagai faktor tersebut dapat dilihat pada gambar berikut

Filter unik Persepsi

individual: NILAI

KEBUTUHAN TUJUAN

KEPENTINGAN KEYAKINAN

SIKAP EKSPEKTASI KEINGINAN Dunia

Realitas Dunia

SebagaimaAdanya

Page 37: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

24

Gambar 2; Filter Unik Persepsi Individual

(Jalaluddin Rakhmat, 2001; 64)

Gambar tersebut menjelaskan aspek lain dari persepsi, yakni adanya

saringan atau filter yang unik bagi setiap individu. Disebut unik karena yang

menyaring persepsi kita itu berbeda-beda untuk tiap individu. Filter tersebut

ditentukan, antara lain oleh sikap, pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan, ekspektasi,

bahasa dan pendidikan. Misalnya, ada dua individu yang berbeda tingkat

pendidikan, ekspetasi, dan sikap membaca berita-berita kriminalitas dikoran.

Persepsi mereka atas dunia, tentunya akan berbeda. Individu yang satu

memandang dunia menjadi semakin tidak aman. Sehingga kriminalitas terjadi di

mana-mana. Individu yang satu lagi mempersepsi apa yang tampil di koran itu

tidak mencerminkan keadaan, melainkan hanya melaporkan peristiwa yang

dipandang akan menarik perhatian pembaca.

Page 38: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

25

Karena ada filter itulah maka kita bisa menyatakan bahwa persepsi itu

merupakan proses menyeleksi, mengorganisasikan, dan menafsirkan informasi

yang kita serap melalui indera kita. Kita tidak mengambil semua informasi yang

diserap indera kita, melainkan memilih hanya mengambil informasi-informasi

tertentu saja, yakni biasanya informasi yang sejalan dengan kita atau informasi

yang memiliki makna bagi kita. Kemudian, informasi tersebut kita susun atau kita

organisasikan. Kita mengelompokkan informasi yang diperoleh. Ada informasi

yang kita perdalam dan kita gali terus informasinya. Ada informasi yang kita tunda,

sampai kita pandang lengkap baru diolah. Setelah itu, tentu informasi tersebut baru

memiliki makna bagi kita apabila ditafsirkan. Penafsiran pada dasarnya adalah

memaknai informasi tersebut dengan cara mengevaluasi, menyimpulkan, memberi

respons atau memperkirakan kelanjutannya.

Begitu jugalah halnya persepsi tentang diri kita dalam membentuk konsep

diri. Kita menerima bagitu banyak informasi dari dunia luar. Kita tidak mengambil

semua informasi itu.

Oleh sebab itu, memahami proses persepsi yang terjadi pada diri kita

menjadi penting. Karena pemahaman tersebut akan menjadi dasar bagi kita dalam

melihat kenyataan. Sekaligus juga menyadari bahwa persepsi manusia itu

berbeda-beda terhadap hal atau objek yang sama. Oleh karena pada diri manusia

ada semacam filter unik yang dipengaruhi berbagai faktor, seperti keyakinan,

pendidikan, bahasa dan nilai-nilai.

Page 39: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

26

4. Pengungkapan Diri Melalui Komunikasi Antarpribadi

Pengungkapan diri (Self Disclosure) adalah jenis komunikasi di mana kita

mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan

(De Vito, 2011; 64). Pengungkapan diri terjadi lebih lancar dalam situasi- situasi

tertentu daripada situasi yang lain. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi

pengungkapan diri antara lain (De Vito, 2011; 65)

1. Besar Kelompok. Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil

daripada kelompok besar. Kelompok kecil merupakan lingkungan yang paling

cocok untuk pengungkapan diri, dengan satu pendengar pihak yang melakukan

pengungkapan diri dapat meresapi tanggapan dengan cermat.

2. Perasaan menyukai. Kita membuka diri kepada orang yang kita sukai dan kita

tidak membuka diri kepada orang yang tidak kita sukai karena orang yang kita

sukai akan bersikap mendukung dan positif. Kita membuka diri kepada mereka

yang kita sukai, kita juga tampaknya menjadi suka kepada mereka terhadap

siapa yang membuka diri.

Sewaktu-waktu pengungkapan diri lebih mungkin terjadi dalam hubungan

sementara daripada dalam hubungan yang bersifat permanen. Michael McGill

(dalam De Vito, 2011; 65) menamai hubungan macam ini “Inflight intimacy”

(Keakraban perjalanan). Dianalogikan, dua orang membina hubungan

pengungkapan diri yang intim selama masa pejalanan yang singkat, tetapi tidak

melanjutkannya setelah itu.

Page 40: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

27

3. Efek Diadik. Kita melakukan pengungkapan diri bila orang bersama kita juga

melakukan pengungkapan diri. Pengungkapan diri menjadi lebih akrab bila itu

dilakukan sebagai tanggapan atas pengungkapan diri orang lain.

4. Kompetensi. Orang yang kompeten lebih banyak melakukan pengungkapan diri

pada orang yang tidak kompeten.

5. Kepribadian. Orang-orang yang pandai bergaul melakukan pengungkapan diri

lebih banyak daripada mereka yang kurang pandai bergaul.

6. Topik. Kita lebih cenderung membuka diri tentang topik tertentu daripada topik

yang lain. Kita juga mengungkapkan informasi yang bagus lebih cepat daripada

informasi yang kurang baik. Umumnya, makin pribadi dan makin negatif suatu

topik, makin kecil kemungkinan kita mengugkapkannya.

7. Jenis Kelamin. Faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan diri

adalah jenis kelamin. Umumnya pria lebih kurang terbuka daripada wanita.

Dalam proses hubungan antarpribadi terdapat tingkatan-tingkatan yang

berbeda dalam pengungkapan diri. Menurut Powell dalam Suranto (2011; 68)

Tingkatan pengungkapan diri dalam komunikasi antara lain;

1. Basa-basi; merupakan taraf pengungkapan diri yang paling lemah atau

dangkal, walaupun terdapat keterbukaan diantara individu, tetapi tidak terjalin

hubungan antarpribadi. Masing-masing individu berkomunikasi basa-basi

sekedar kesopanan.

Page 41: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

28

2. Membicarakan orang lain; yang diungkapkan dalam komunikasi hanyalah

tentang orang lain atau hal-hal yang diluar dirinya. Walaupun pada tingkat ini isi

komunikasi lebih mendalam tetapi pada tingkat ini individu tidak

mengungkapkan diri.

3. Menyatakan gagasan atau pendapat; Sudah mulai dijalin hubungan yang erat.

Individu mulai mengungkapkan dirinya kepada individu lain.

4. Perasaan; Setiap individu dapat memiliki gagasan atau pendapat yang sama

tetapi perasaan atau emosi yang menyertai gagasan atau pendapat setiap

individu berbeda-beda. Setiap hubungan yang menginginkan pertemuan

antarpribadi yang sunguh-sunguh haruslah didasarkan atas hubungan yang

jujur, terbuka, dan menyatakan perasaan-perasaan yang mendalam.

5. Hubungan puncak; pengungkapan diri telah dilakukan secara mendalam,

individu yang menjalin hubungan antarpribadi dapat menghayati perasaan yang

dialami individu lainnya. Segala persahabatan yang mendalam dan sejati

haruslah berdasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran yang mutlak.

Mengapa seseorang harus mengungkapkan diri? De Vito (2011; 67)

menjawab pertanyaan ini dengan mengemukakan manfaat pengungkapan diri,

antara lain;

1. Pengetahuan diri. Salah satu manfaat pengungkapan diri adalah kita

mendapatkan perspektif baru tentang diri sendiri dan pemahaman yang lebih

mendalam mengenai perilaku kita sendiri.

Page 42: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

29

2. Kemampuan mengatasi kesulitan. Argumen lain yang berkaitan erat dengan

pengungkapan diri adalah bahwa kita akan lebih mampu menanggulangi

masalah atau kesulitan kita, khususnya perasaan bersalah, melalui

pengungkapan diri.

3. Efesiensi Komunikasi. Pengungkapan diri memperbaiki komunikasi. Kita

memahami perasaan orang lain sebagian besar sejauh kita memahami orang

lain secara individual. Kita dapat lebih memahami apa yang dikatakan

seeorang jika kita mengenal baik orang tersebut.

4. Kedalaman hubungan. Mungkin alasan utama pentingnya pengugkapan diri

adalah bahwa ini perlu untuk membina hubungan yang bermakna di antara dua

orang. Tanpa pengungkapan diri, hubungan yang bermakna dan mendalam

tidak mungkin terjadi.

Banyaknya manfaat pengungkapan diri jangan sampai membuat kita buta

terhadap risiko-risikonya (Bochner dalam De Vito, 2011; 69). Adapun bahaya

pengungkapan diri antara lain;

1. Penolakan pribadi dan sosial. Bila kita melakukan Pengungkapan diri biasanya

kita melakukannya kepada orang yang kita percaya. Tentu saja, orang ini

mungkin ternyata menolak kita.

2. Kerugian Material. Adakala, pengungkapan diri mengakibatkan kerugian

material. Dalam dunia bisnis, pengungkapan diri dalam kecanduan alkohol,

Page 43: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

30

atau hal yang negatif lainnya seringkali diikuti oleh dengan pemecatan atau

mutasi.

3. Kesulitan Intrapribadi. Bila reaksi orang lain tidak seperti yang diduga, kesulitan

interpribadi dapat terjadi.

Pengungkapan diri, seperti bentuk komunikasi yang lain bersifat

reversibel. Kita tidak dapat mengungkapkan diri kepada seseorang dan kemudian

menariknya kembali. Betapa pun kerasnya usaha kita untuk menarik

pengungkapan diri, sekali sesuatu itu sudah dikatakan, ia tidak dapat ditarik

kembali. Juga kita tidak dapat menghapus kesimpulan yang ditarik oleh pendengar

berdasarkan pengungkapan diri kita.

Karena pengungkapan diri menimbulkan manfaat dan risiko. De Vito

(2011; 71) Mengungkapkan pedoman untuk pengungkapan diri antara lain;

1. Motivasi pengungkapan diri. Pengungkapan diri haruslah didorong oleh rasa

kepentingan terhadap hubungan, terhadap orang lain yang terlibat, dan

terhadap diri sendiri. Pengungkapan diri hendaknya bermanfaat dan produktif

bagi semua pihak yang terlibat.

2. Kepatutan pengungkapan diri. Pengungkapan diri haruslah sesuai dengan

lingkungan (konteks) dan hubungan antara pembicara dan pendengar.

3. Pengungkapan diri orang lain. Selama pengungkapan diri Anda, berikanlah

lawan bicara kesempatan untuk melakukan pengungkapan dirinya sendiri. Jika

lawan bicara ini tidak melakukan pengungkapan diri juga, maka pikirkanlah

Page 44: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

31

kembali pengungkapan diri Anda. Ketiadaan pengungkapan diri timbal balik ini

mungkin merupakan isyarat bahwa orang tersebut pada saat dan suasana

tersebut tidak menyambut baik pengungkapan diri Anda.

4. Beban yang mungkin ditimbulkan pengungkapan diri. Pertimbangkanlah

dengan cermat kesulitan yang mungkin Anda timbulkan akibat pengungkapan

diri.

Bila seseorang mengungkapkan dirinya kepada Anda, ini biasanya

merupakan isyarat kepercayaan dan afeksi. De Vito (2011; 72), selain

mengungkapkan pedoman pengungkapan diri, juga terdapat pedoman untuk

menanggapi pengungkapan diri orang lain;

1. Manfaatkan keterampilan mendengarkan yang efektif dan aktif. Kita harus

mendengarkan secara efektif, penuh perhatian, dengan empati, dan dengan

pikiran terbuka. Tunjukkan pengertian terhadap perasaan pembicara untuk

memberikan kesempatan kepadanya melihat secara objektif dan melalui

pandangan orang lain.

2. Mendukung pembicara. Tunjukkan dukungan terhadap pembicara selama dan

sesudah pengungkapan diri berlangsung. Jangan membuat evaluasi,

berkonsentrasi pada pengertian dan lakukan sikap empatik. Dukungan ini harus

dilakukan secara verbal maupun non verbal.

3. Menjaga kerahasiaan. Jika seseorang mengungkapkan dirinya, itu karena ia

ingin orang lain mengetahui pikiran dan perasaannya. Jika anda menceritakan

Page 45: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

32

pengungkapan diri ini kepada orang lain, banyak dampak negatif yang akan

timbul. Tindakan seperti ini dapat mengagalkan pengungkapan diri lebih lanjut.

4. Jangan manfaatkan pengungkapan diri orang lain untuk merugikannya. Banyak

pengugkapan diri memaparkan kelemahan atau kekurangan. Jika kita berbalik

dan memanfaatkan ini untuk menjatuhkan pembicara, kita telah bertindak tidak

jujur, menghianati kepercayaan yang diberikan kepada kita.

5. Teori Identitas Sosial

Setiap orang membangun sebuah identitas sosial. Identitas sosial

merupakan sebuah defenisi diri yang membantu seseorang

mengkonseptualisasikan dan mengevaluasi dirinya sendiri. Dalam identitas sosial

tercakup personal identitiy atau atribut pribadi (nama,konsep diri) dan social

identity, yaitu atribut yang dibaginya bersama orang lain (kelompok) seperti gender

dan ras (Baron dan Byrne dalam Sarwono dan Meinarno, 2005; 55)

Pengetahuan kita tentang diri bervariasi pada kontinum identitas personal

dan sosial. Pada identitas personal, seseorang akan mendefenisisikan dirinya

berdasarkan atribut atau trail yang membedakan diri dengan orang lain dan

hubungan antarpribadi yang dimilki. Sedangkan pada identitas sosial, seseorang

akan mendefinisikan dirinya berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok

sosial atau atribut yang dimilki bersama oleh anggota kelompok

Page 46: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

33

Menurut Brewer dan Gardiner dalam Sarwono dan Meinarno (1996; 55),

tiga bentuk diri yang menjadi dasar bagi seseorang dalam mendefenisikan dirinya

adalah sebagai berikut: Individual self , yaitu diri yang didefenisikan berdasarkan

trait pribadi yang membedakan dengan orang lain; relational self, yaitu diri

didefenisikan berdasarkan hubungan antarpribadi yang dimiliki dengan orang lain;

collective self, yaitu diri didefenisikan berdasarkan keanggotaan dalam suatu

kelompok sosial.

Setiap orang memilki ketiga bentuk diri di atas, tetapi ketika diminta untuk

mendefenisikan diri muncul kecenderungan tertentu yang khas antara orang

dengan latar belakang budaya individualis yang menekankan independensi dan

budaya kolektifitas yang menekankan interdependensi.

6. Gambaran Umum Penyakit Kusta

Kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh

kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan

jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini sering kali menimbulkan masalah yang sangat

kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas

sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional.

Penyakit kusta bukan penyakit keturunan atau kutukan Tuhan (Dali Amiruddin,

2012; 14).

Page 47: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

34

Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti

kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus

Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard

Armauwer Hansen pada tahun 1874.

6.1 Penyebaran Penyakit Kusta

Penyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang kemudian

menyebar keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk ini disebabkan karena

perang, penjajahan, perdagangan antar benua dan pulau-pulau. Berdasarkan

pemeriksaan kerangka-kerangka manusia di Skandinavia diketahui bahwa

penderita kusta ini dirawat di Leprosaria dengan isolasi ketat. Penyakit ini masuk

ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V yang diduga dibawa oleh orang-

orang India yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agamanya dan

berdagang.

6.2 Penyebab Penyakit Kusta

Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai

microbakterium, dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk

spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan

tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu

dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat

juga golongan organism patogen (misalnya Microbacterium tubercolose,

Page 48: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

35

mycrobakterium kustae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan

menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion.

6.4 Tanda-tanda Penyakit Kusta

Dali Amiruddin (2012; 14) mengungkapkan ada tiga tanda kardinal atau

tanda utama yang kalau salah satunya ada sudah cukup untuk menetapkan

diagnosis dari penyakit kusta, tanda tersebut antara lain;

1. Lesi kulit yang mati rasa. Lesi kulit bisa bercak keputih- putihan (hipopigmetasi)

atau bercak kemerahan (eritematosa), mendatar (makula) atau meninggi (plak).

Disertai dengan hilangnya rasa raba, rasa sakit, atau suhu yang jelas, serta

kelainan pertumbuhan rambut.

2. Penebalan saraf tepi. Penebalan saraf tepi dapat disertai rasa nyeri dan dapat

juga disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf yang terkena.

3. Terdapat M. Leprae. Dengan pemeriksaan bakterioskopik M. Leprae dapat

dilakukan.

Selain tiga tanda utama tadi terdapat juga gejala-gejala umum pada reaksi

kusta antara lain:

1. Demam tinggi

2. Nafsu makan menurun

3. Mual dan Muntah, serta nyeri kepala

4. Kadang- kadang disertai radang paru-paru dan nyeri saraf

Page 49: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

36

6.5 Bentuk-bentuk Penyakit Kusta

Penyakit kusta terdapat dalam bermacam-macam bentuk, yakni bentuk

leproma mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh.

Bentuk ini menular karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman. Bentuk

tuber koloid mempunyai kelainan pada jaringan syaraf, yang mengakibatkan cacat

pada. tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikit

kuman. Diantara bentuk leproma dan tuber koloid ada bentuk peralihan yang

bersifat tidak stabil dan mudah berubah-ubah.

E. Kerangka Pemikiran

Konsep Diri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan

dalam komunikasi antarpribadi. Konsep Diri memainkan peran yang sangat besar

dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang setelah keberhasilan

komunikasi, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu operating system

yang menjalankan suatu komputer.

Konsep diri dapat mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep

diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba

hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, merasa

dirinya bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk

sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya.

Page 50: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

37

Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani

mencoba hal-hal baru, berani sukses, percaya diri, antusias, merasa diri berharga,

berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positif, dan dapat menjadi

seorang pemimpin yang handal.

Selain Konsep diri, dalam komunikasi antarpribadi juga dikenal

pengungkapan diri. Pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan

dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi tersebut bersifat deskriptif

atau evaluatif. Deskniptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri

sendiri yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan,

alamat dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat

atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang disukai atau hal-hal yang tidak

disukai atau dibenci.

Pengungkapan diri ini dapat berupa berbagai topik seperti informasi

perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi dan ide yang sesuai dan terdapat di

dalam diri orang yang bersangkutan. Kedalaman dan pengungkapan diri

seseorang tergantung pada situasi dan orang yang diajak untuk berinteraksi. Jika

orang yang berinteraksi dengan menyenangkan dan membuat merasa aman serta

dapat membangkitkan semangat maka kemungkinan bagi idividu untuk lebih

membuka diri amatlah besar. Sebaliknya pada beberapa orang tertentu yang dapat

saja menutup diri karena merasa kurang percaya diri.

Dalam konteks mantan penderita kusta, konsep diri memengaruhi perilaku

terutama dalam menganggapi dunia dan pengalaman.Konsep diri mantan

Page 51: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

38

penderita kusta bukanlah sesuatu yang tiba-tiba ada atau muncul. Pembentukan

konsep diri dipengaruhi oleh orang lain dalam proses interaksi sosial.

Konsep diri mantan penderita kusta diperoleh dari hasil penilaian dan

evaluasi orang lain terhadap diri mantan penderita kusta. Apa yang dipikirkan

orang lain tentang kusta menjadi sumber informasi tentang siapa diri mantan

penderita kusta. Informasi tersebut tentunya berdasarkan persepsi orang lain.

Dalam psikologi, persepsi merupakan proses perolehan, penafsiran,

pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Melalui persepsi

sosial, kita berusaha mencari tahu dan mengerti orang lain.

Persepsi terhadap mantan penderita kusta menjadi salah satu wajah

komunikasi antarpribadi yang tampak ambigu. Satu sisi menginginkan keterbukaan

dan empati, yang berangkat dari persepsi yang menganggap bahwa kusta adalah

penyakit yang sama sekali tidak berbahaya, sementara di sisi yang berbeda juga

menonojolkan prasangka dan diskriminasi yang didasari dari persepsi masyarakat

tentang kusta yang merupakan penyakit kutukan, berbahaya, dan harus dijauhi.

Di sinilah titik penting pengungkapan diri mantan penderita kusta.

Pengungkapan diri adalah proses komunikasi dimana mantan penderita kusta

mengungkapkan informasi tentang diri yang biasanya disembunyikan.

Page 52: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

39

SKEMA PENELITIAN

Gambar 3; Skema Penelitian

F. Tinjauan Hasil Penelitian

Penelitian bertema fenomenologi dan komunikasi antarpribadi telah

banyak dilakukan dengan spesifikasi dan perspektif yang berbeda-beda pada

masing-masing penelitian. Penelitian tersebut diantaranya;

MANTAN

PENDERITA KUSTA

KONSEP DIRI

PENGUNGKAPAN DIRI

FENOMENA KOMUNIKASI MANTAN PENDERITA KUSTA

PERSEPSI DALAM DIRI

(IN SELF)

PERSEPSI DI LUAR DIRI (OUT SELF)

Page 53: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

40

Tabel 1; Tinjauan Hasil Penelitian

Peneliti dan Judul

Penelitian

Perspektif dan Temuan Persamaan / Perbedaan

Implikasi Penelitian

Engkus Kuswarno

(2004).

Dunia Simbolik

Pengemis Kota Bandung.

Studi Tentang Konstruksi

Realitas dan Manajemen

Komunikasi Para

Pengemis Di Kota

Bandung.

Pengemis

mengkonstruksi realitas

sosial kehidupan mereka

berdasarkan sudut

pandang mereka sendiri,

sehingga membentuk

suatu model konstruksi

sosial yang tersendiri.

Pengemis

Dengan fokus penelitian

pada manajemen

komunikasi dan konstruksi

sosial pengemis dengan

menggunakan pendekatan

fenomenologi.

Rotua Nuraini

Tampubolon (2008).

Fenomena Komunikasi

Homoseksual; Studi

Fenomenologis

Komunikasi Verbal dan

Nonverbal di Kalangan

Gay Terselubung di Kota

Medan.

Melalui penelitian

fenomenologis,komunitas

homoseksual di kota

medan mengenal

komunikasi verbal dan

non verbal yang

digunakan untuk

mengenali sesama

komunitas. Seseorang

menjadi homoseksual

dilatarbelakangi beragam

antara lain; keluarga,

lingkungan, hormanal,

maupun traumatik pada

saat gay tersebut berada

pada masa remaja.

Penelitian ini memiliki

persamaan dalam hal

metode penelitian yang

menggunakan pendekatan

fenomenologi, fokus

penelitian dan objek

penelitian serta fokus

penelitian yang

membedakan

Surakhmat (2006).

Konsep Diri dalam

Atraksi Komunikasi

Antarpribadi Lima

pengader HMI Cabang

Makassar (Studi Kasus

Komunikasi Antarpribadi)

Para pengader HMI

memiliki konsep diri

positif, ini bisa dilihat dari

tanggung jawab dan

peran yang dijalani

pengader tersebut, serta

bersikap optimis

memandang masa depa

mereka.

Dengan fokus penelitian

pada konsep diri dengan

menggunakan pendekatan

kualitatif

Page 54: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

41

Penelitian-penelitian tersebut dengan berbagai fokus dan perspektif yang

berbeda telah memberi gambaran tentang pendekatan fenomenologi dan

komunikasi antarpribadi yang akan membantu penulis terutama dalam memahami

pendekatan tersebut. Namun dalam konteks penelitian ini, penulis memandang

bahwa konsep diri dengan subjek penelitian mantan penderita kusta menarik untuk

dikaji.

Page 55: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam ini penelitian mengeksplorasi secara mendalam gejala dan

fenomena konsep diri mantan penderita kusta melalui pengembangan hubungan

antarpribadi dengan lingkungan masyarakat Kota Makassar. Melihat gejala dan

fenomena tersebut maka, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi.

Fenomenologi merupakan bentuk idealisme yang tertarik pada struktur-

struktur dan cara bekerjanya kesadaran manusia yang secara implisit meyakini

bahwa dunia yang kita alami diciptakan atas dasar kesadaran (Basrowi dan

Sukidin, 2002; 40). Dunia eksternal tidak ditolak keberadaannya, tetapi dunia luar

hanya dapat dimengerti melalui kesadaran kita. Kita hanya tertarik dengan dunia

sejauh dia memiliki makna, maka kita harus memahami dengan membuatnya

bermakna.

Memahami pendekatan fenomenologi, Alfred Schutz, seorang murid

Husserl. mengungkapkan bahwa tugas fenomenologi adalah menghubungkan

antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari dan dari kegiatan di

mana pengalaman dan pengetahuan berakar (Basrowi dan Sukidin, 2002; 39)

Page 56: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

43

Schutz mengawali pemikirannya dengan mengatakan bahwa objek

penelitian ilmu sosial pada dasarnya berhubungan dengan interpretasi terhadap

realitas (Engkus Kuswarno, 2009; 38). Jadi sebagai peneliti sosial kita pun harus

membuat intepretasi terhadap realitas yang diamati. Orang-orang saling terikat

satu sama lain ketika membuat interpretasi ini. Tugas peneliti sosial-lah untuk

menjelaskan secara ilmiah proses tersebut. Secara alamiah setting sosial individu

yang diamati tanpa merekasa apa yang mereka ceritakan dan ungkapkan.

Hal ini berarti peneliti mengasumsikan dirinya sebagai orang yang tidak

tertarik atau bukan bagian dari dunia yang diamati. Peneliti hanya terlibat secara

kognitif dengan orang yang diamati.

Bagi Schutz (Basrowi dan Sukidin, 2002; 40), tindakan manusia adalah

bagian dari posisinya dalam masyarakat. Sehingga tindakan seseorang itu bisa

jadi hanya merupakan kamuflase atau peniruan dari tindakan orang lain yang ada

di sekelilingnya. Peneliti sosial dapat menggunakan teknik ini untuk mendekati

dunia kognitif objek penelitiannya. Memilih salah satu posisi yang dirasakan

nyaman oleh objek penelitiaannya, sehingga ia merasa nyaman di dekat peneliti, ia

menjadi dirinya sendiri.

Dari pemikiran tersebut, dapat dibuat sebuah “model tindakan manusia”

yang dipostulasikan sebagai berikut;

1. Konsistensi logis, digunakan sebagai jalan untuk pembuatan validitas objektif

dari konstruk yang dibuat peneliti. Validitas ini perlu untuk keabsahan data, dan

pemisahan konstruk penelitian dari konstruk sehari-hari.

Page 57: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

44

2. Interpretasi subjektif, digunakan peneliti untuk merujuk semua bentuk tindakan

manusia, dan makna dari tindakan tersebut.

3. Kecukupan, maksudnya konstruk yang telah dibuat oleh peneliti sebaiknya

dapat dimengerti oleh orang lain. Pemenuhan postulat ini menjamin konstruk

ilmiah yang telah dibuat konsisten dengan konstruk yang telah diterima, atau

yang telah ada sebelumnya. (Basrowi dan Sukidin, 2002; 40)

Schutz membuat model tindakan manusia ini melalui proses yang

dinamakan tipikasi, sebuah cara mengkonstruksikan makna di luar arus utama

pengalaman. Hubungan-hubungan makna diorganisir secara bersama, juga

melalui proses tipikasi atau disebut stock of knowledge. Kumpulan pengetahuan

memilki kegunanaan praktis dari dunia itu sendiri, bukan sekedar pengetahuan

tentang dunia (Basrowi dan Sukidin, 2002; 40).

Tipikasi ini berlangsung sepanjang hidup manusia. Adapun jenis tipikasi

bergantung pada orang yang membuatnya, sehingga kita mengenal tipe aktor, tipe

tindakan, tipe kepribadian sosial, dan sebagainya. Bagi Schutz, jenis tipikasi dibuat

berdasarkan kesamaan tujuan, namun dalam struktur yang relevan dengan tujuan

penelitian. Singkatnya tipikasi ini menyediakan seperangkat identitas, klasifikasi,

dan model perbandingan dari tindakan dan interkasi sosial. Dengan menggunakan

kriteria yang telah didefenisikan untuk penempatan fenomena ke dalam tipe-tipe

khusus.

B. Pengelolaan Peran sebagai Peneliti

Page 58: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

45

Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan metode interpretasi

yang sama dengan orang yang diamati. Pada praktiknya peneliti mengasumsikan

diri sebagai orang yang bukan bagian atau hanya terlibat secara kognitif dari orang

yang diamati.

Observasi dilakukan secara nonpartisipan, artinya peneliti tidak beraktifitas

layaknya mantan penderita kusta melainkan hanya mengamati aktifitas mantan

penderita kusta. Peran utama peneliti dalam penelitian fenomenologi adalah

membiarkan segala sesuatu menjadi nyata sebagaimana aslinya, kita berusaha

untuk tidak memasukkan kategori-kategori kita sendiri terhadapnya. Oleh karena

itu seorang peneliti fenomenologi tidak membuat atau menguji hipotesis tetapi

berdasarkan pengalaman langsung dari mantan penderita kusta dengan konsep

diri yang dimilikinya.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kompleks Pemukiman Kusta, Jl. Dangko

Makassar. Lokasi ini dipilih karena merupakan tempat pemukiman mantan

penderita kusta terbesar di Kota Makassar sehingga memudahkan peneliti untuk

dekat, mengamati dan bersosialisasi dengan mereka.

Di kompleks pemukiman kusta tersebut puluhan mantan penderita kusta

bermukim. Pada umumnya masyarakat di kompleks pemukiman kusta

mengandalkan juru parkir, mengemis dan memulung sebagai mata pencaharian

Page 59: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

46

pokok. Pemilihan pekerjaan tersebut oleh mantan penderita kusta mereka anggap

pekerjaan tersebut dirasa cocok dengan kondisi fisik yang mereka alami.

D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dibagi dalam dua segmen yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang didasarkan pada kenyataan obyektif

terhadap fokus penelitian. Dalam hal ini, konsep diri mantan penderta kusta di kota

makassar. Sementara data sekunder adalah data yang telah diolah, yang dapat

diperoleh di kantor-kantor pemerintahan, lembaga sosial keagamaan dan

sebagainya.

Data diperoleh dan dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data:

a. Observasi

Dalam penelitian ini observasi dilakukan secara nonpartisipan, artinya

peneliti hanya mengamati proses adaptasi, interaksi, dan cara mereka

bersosialisasi, tidak berlaku layaknya mantan penderita kusta melainkan hanya

menemani melakukan keseharian mereka dengan masyarakat sekitar.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak berstruktur dan

mengutamakan wawancara mendalam (Indepth interview). Wawancara mendalam

dilakukan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan

Page 60: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

47

informan. Dalam proses wawancrara peneliti dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama.

Materi wawancara berkisar antara masalah atau tujuan penelitian yakni

tentang konsep diri dan bagaimana mantan penderita kusta melakukan

pengungkapan diri. Materi wawancara meliputi: pembukaan, isi dan penutup.

Pembukaan wawancara meliputi kata-kata tegur sapa, seperti pekerjaan,

daerah asal sebelum menderita kusta, jumlah anak, usia, dsb. Pembukaan

wawancara dilakukan dengan maksud selain agar mantan penderita kusta merasa

dekat dan akrab dengan peneliti serta sebagai informasi tambahan mengenai

identitas informan.

Isi wawancara yaitu pokok pembahasan yang menjadi masalah atau

tujuan penelitian. Meliputi pertanyaan mengenai perjalanan hidup menderita kusta

dan pasca rehabilitasi, bagaimana mantan penderita kusta memaknai kehidupan

sebagai mantan penderita kusta serta bagaimana harapan dan tujuan hidup

setelah menderita kusta.

Selanjutnya, penutup wawancara meliputi bagian akhir dari suatu

wawancara. Bagian ini peneliti menggunakan kalimat-kalimat penutup

pembicaraan, antara lain: saya kira cukup sampai disini wawancara kita, terima

kasih atas bantuan bapak, bapak sudah banyak membantu saya, dsb. Pada

bagian ini juga peneliti berjanji untuk ketemu lagi pada lain waktu.

c. Telaah Dokumen

Page 61: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

48

Cooper (dalam Engkus Kuswarno 2009; 62) menyebutkan empat jenis

telaah dokumen yang biasa digunakan dalam penelitian fenomenologi, antara lain:

1. Tinjauan Integratif (integrative review), mencakup tinjauan terhadap

pengetahuan yang sudah pasti, yakni literatur-literatur yang berhubungan

dengan topik penelitian yang akan dilakukan

2. Tinjauan teori (theoretical review) mencakup tinjauan tehadap catatan-catatan

mengenai eksistensi permasalahan yang sedang dibahas.

3. Tinjauan metodologi (methodological review) mencakup tinjauan terhadap

metodologi penelitian yang pernah dilakukan

4. Tinjauan tematik (thematical review), yakni tinjauan terhadap tema-tema inti

yang muncul dalam penelitian fenomenologi sebelumnya.

E. Informan Penelitian

1. Teknik Menemukan Informan

Dalam studi fenomenologi, kriteria informan yang baik adalah “all

individuals studied represent people who have experienced the phenomenon”

(Littlejohn dalam Kuswarno, 2009; 132). Jadi lebih tepat memilih informan mantan

penderita kusta yang karena pengalamannya dia mampu mengartikulasikan

pengalaman dan pandangannya dengan menggunakan teknik puposive sampling.

Adapun ciri-ciri informan, berdasarkan kriteria antara lain:

Page 62: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

49

1. Mantan penderita kusta yang pernah melakukan pengobatan medis dan

memberikan kesediaan untuk dijadikan informan penelitian.

2. Berusia di atas 30 tahun. Berdasarkan data hasil pengamatan rata-rata usia

mantan penderita kusta berkisar antara 30 – 80 tahun. Pertimbangan bahwa

faktor usia cenderung menentukan tingkat pengetahuan, pengalaman, tingkat

interaksi dengan lingkungan sekitar semakin banyak

3. Informan bersedia dan mampu menceritakan kembali persitiwa yang telah

dialaminya.

Setelah melihat konsep diri, peneliti juga melihat bagaimana mantan

penderita kusta mengungkapkan diri, berinteraksi dengan masyarakat luar. Dalam

hal ini penelitian ini juga melibatkan masyarakat diluar mantan penderita kusta

sebagai informan antara lain keluarga, tetangga dan orang-orang yang mengenal

mantan penderita kusta.

Peneliti mengkategorikan keluarga, tetangga dan orang yang bertempat

tinggal di lingkungan masyarakat sebagai significant other. Orang- orang yang

baru ditemui setelah keluar dari mengalami perawatan medis

2. Mendapat Akses Berkenanalan dengan Mantan Penderita Kusta

Sebelum observasi yang berkaitan dengan penelitian ini, jauh sebelumnya

yaitu sekitar tahun 2005, penulis telah melakukan pengamatan-pengamatan dan

terlibat dalam kehidupan mantan penderita kusta. Tugas pemetaan problem dan

advokasi sosial yang penulis jalani sebagai relawan di YCMJ (Yayasan Cintra

Page 63: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

50

Mantan Kusta- Jongaya), memungkinkan untuk memahami dengan baik beberapa

hal yang berkaitan dengan konteks penelitian, bahkan ketertarikan penulis untuk

meneliti dan menulis tentang penelitian berawal dari aktivitas penulis ini.

YCMJ sendiri adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh Said bertujuan

untuk meminimalisir segala bentuk stigma dan diskriminasi terhadap mantan

penderita kusta. Melalui YCMJ inilah penulis dapat berkenalan dengan informan

Said, Andi, Kadir, dan Ari jauh sebelum penelitian ini karena informan tersebut

adalah pengurus YCMJ.

Sementara untuk informan lainnya penulis meminta bantuan beberapa

orang untuk diperkenalkan dengan informan diantaranya mahasiswa, anak jalanan

penghuni kompleks, dan beberapa penjual jajanan di dalam kompleks. Penulis

meminta bantuan mereka karena adanya kekhawatiran mantan penderita kusta

mencurigai akan mengganggu kehidupannya dan untuk menciptakan perasaan

nyaman bagi mantan penderita kusta.

Pada dasarnya dalam penelitian ini mantan penderita kusta mengetahui

bahwa mereka sedang diteliti dalam rangka penulisan tesis, namun karena

hubungan penulis dengan mantan penderita kusta cukup dekat sehingga mereka

tidak mempermasalahkan hal tersebut, bahkan mereka sangat senang membantu

penulis.

3. Membangun Hubungan dengan Mantan Penderita Kusta

Page 64: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

51

Membangun hubungan dengan mantan penderita kusta sebenarnya tidak

sulit karena penulis sudah dikenal oleh beberapa penghuni kompleks dan

kebiasaan umum penghuni kompleks sudah penulis ketahui. Salah satu kebiasaan

penghuni kompleks khususnya kaum ibu yakni setiap sore sampai menjelang

magrib mereka berkumpul di sebuah warung kecil untuk cerita-cerita, kesempatan

itu penulis gunakan untuk ikut berpatisipasi mendengar sambil minum kopi di

warung tersebut.

Selain kebiasaan berkumpul dan bercerita, untuk bapak-bapak biasanya

shalat magrib dan isya berjamaah di mesjid kompleks. Setelah shalat magrib

beberapa mantan penderita kusta masih tinggal di masjid untuk cerita-cerita

berbagi pengalaman atau sekedar duduk-duduk sambil menunggu waktu shalat

isya. Kesempatan itu penulis gunakan untuk melakukan wawancara dengan

beberapa informan.

Dengan beberapa contoh membina hubungan baik tersebut, penulis

mendapatkan banyak informasi yang sangat dibutuhkan untuk analisis lebih lanjut.

Suasana yang lebih tenang, rileks dan informal ternyata dapat memperoleh

informasi yang lebih terbuka, jujur dan menyenangkan.

F. Teknik Analisis Data

Creswell (dalam Kuswarno, 2009; 69) mengemukakan alur analisis data

dalam fenomenologi antara lain;

Page 65: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

52

1. Peneliti memulai dengan mendeskripsikan secara menyeluruh pengalamannya.

2. Peneliti kemudian menemukan pernyataan (dalam wawancara) tentang

bagaimana orang-orang memahami topik, rinci pernyataan-pernyataan tersebut

dan perlakukan setiap pernyataan memilki nilai setara serta kembangkan

rincian tersebut dengan tidak melakukan pengulangan atau tumpang tindih.

3. Pernyataan- pernyataan tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam unit- unit

bermakna, peneliti merinci unit- unit tersebut dan menuliskan sebuah

penjelasan teks tentang pengalamanya termasuk contoh-contohnya secara

seksama

4. Peneliti kemudian merefleksikan pemikirannya dan menggunakan variasi

imajinatif atau deskripsi struktural, mencari keseluruhan makna yang

memungkinkan dan melalui perspektif yang divergen, memperimbangkan

kerangka rujukan atas gejala dan mengkonstruksikan bagaimana gejala

tersebut dialami

5. Peneliti kemudian mengkonstruksikan seluruh penjelasannya tentang makna

dan esensi pengalamannya

6. Proses tersebut merupakan langkah awal peneliti mengungkapkan

pengalamannya, dan kemudian diikuti pengalaman seluruh partisipan. Setelah

semua itu dilakukan, kemudian tulislah deskripsi penggabungannya.

G. Pengecekan Validitas Temuan

Page 66: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

53

Untuk teknik validasi data, Creswell (dalam Kuswarno, 2009; 74)

menyarankan;

1. Melakukan konfirmasi kepada peneliti lain, terutama mereka yang meneliti pola-

pola yang mirip.

2. Verifikasi data oleh pembaca naskah hasil penelitian terutama dalam hal

penjelasan logis tidaknya dengan peristiwa yang pernah dialami pembaca naskah

3. Analisis rasional dari pengenalan spontan, yaitu dengan menjawab pertanyaan

berikut;

- Apakah pola penjelasan cocok dan logis?

- Apakah bisa digunakan untuk pola penjelasan lain?

4. Peneliti dapat menggolongkan data yang sama atau cocok.

H. Tahap– Tahap penelitian

Engkus Kuswarno (2009; 58) mengemukakan tahapan- tahapan dalam

penelitian fenomenologi antara lain;

1. Tahap perencanaan penelitian, meliputi;

a. Membuat daftar pertanyaan

b. Menjelaskan latar belakang informan

c. Memilih Informan

d. Telaah Dokumen

2. Tahap Pengumpulan data.

Page 67: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

54

Dalam proses pengumpulan data pada penelitian fenomenologi, Crasweell

(dalam Kuswarno, 2009; 66) meliputi;

a. Wawancara mendalam

b. Refleksi diri

c. Gambaran realitas di luar konteks penelitian.

3. Tahap analisis data

4. Tahap membuat simpulan, dampak, dan manfaat penelitian

Page 68: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kota Makassar

1.1 Keadaan Geografis

Kota Makassar terletak antara 119º24'17'38” Bujur Timur dan 5º8'6'19”

Lintang Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros,

sebelah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah

barat adalah Selat Makassar. (Makassar Dalam Angka 2010; 1)

Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi yang meliputi 14

kecamatan antara lain; Kecamatan Mariso, Kecamatan Mamajang, Kecamatan

Tamalate, Kecamatan Rappocini, Kecamatan Makassar, Kecamatan

Ujungpandang, Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala, Kecamatan Ujung Tanah,

Kecamatan Tallo, Kecamatan Panakukang, Kecamatan Manggala, Kecamatan

Biringkanya, KecamatanTamalanrea. (Makassar Dalam Angka 2010; 3)

1.2 Penduduk

Penduduk Kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa

yang terdiri dari 610.270 laki-laki dan 662.079 perempuan. Sementara itu jumlah

penduduk Kota Makassar tahun 2008 tercatat sebanyak 1.253.656 jiwa. (Makassar

Dalam Angka 2010; 22)

Page 69: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

56

Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan,

menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan

Tamalate, yaitu sebanyak 154.464 atau sekitar 12,14 persen dari total penduduk,

disusul Kecamatan Rappocini sebanyak 145.090 jiwa (11,40 persen). Kecamatan

Panakkukang sebanyak 136.555 jiwa (10,73 persen), dan yang terendah adalah

kecamatan Ujung Pandang sebanyak 29.064 jiwa (2,28 persen). (Makassar

Dalam Angka 2010; 22)

1.3 Kesehatan

Keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan bisa dilihat dari 2 aspek

kesehatan yaitu sarana kesehatan dan sumber daya manusia. Pada tahun 2009 di

Kota Makassar terdapat 16 Rumah Sakit, yang terdiri dari 7 Rumah Sakit

Pemerintah/ABRI, 8 Rumah Sakit Swasta serta 1 Rumah Sakit khusus lainnya.

Di Sulawesi Selatan terdapat 5 rumah sakit kusta antara lain; rumah sakit

Tajjudn Chalid, rumah sakit kusta Makassar, rumah sakit kusta Kalang-Kalang

Palopo, rumah sakit kusta Batuleleng Rantepao, rumah sakit Lauleng Pare-Pare.

(Profil Kesehatan Sulawesi Selatan 2009; 79)

Jumlah Puskesmas pada tahun 2009, dari 121 unit puskesmas dapat di

kategorikan menjadi 37 puskesmas, 47 puskesmas pembantu dan puskesmas

keliling 37 buah. Di samping sarana kesehatan, ada sumber daya manusia di

bidang kesehatan seperti dokter praktek sebanyak 3.551 orang dan bidan praktek

sebanyak 117 orang. (Profil Kesehatan Makassar 2011; 56)

Page 70: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

57

1.4 Pemukiman Kusta Jongaya Kota Makassar

Kompleks pemukiman kusta Jongaya berada di Kecamatan Tamalate

kelurahan Jongaya kota Makasar. Pertama kali dibangun Pemerintah Hindia

Belanda pada tahun 1936. Pembangunan kompleks penampungan dan rehabilitasi

penderita kusta di Sulawesi Selatan adalah proyek lanjutan dari kebijakan kolonial

di Jawa, Bali dan Sumatera. Proyek Leprosarium atau institusi untuk mengisolasi

pasien penderita kusta, pertama dibangun pemerintah Kolonial pada tahun 1665,

tepatnya di Kepulauan Seribu. (Nawir M, 2011; 123)

Pemerintah Hindia Belanda menerapkan sistem penanganan darurat kusta

Di Eropa untuk wilayah jajahannya, yakni peraturan yang mengharuskan

pengasingan orang- orang yang berpenyakit kusta. (Direktorat PP & PL DEPKES

RI, 2007; 201)

Sebagai realisasi dari kebijakan kolonial tersebut, di Sulawesi dan dibangun

beberapa Kompleks pemukiman bagi penderita kusta, antara lain; di Lerang

Kabupaten Bone, di Kalang-kalang Kabupaten Luwu, di Teppoe Majene, di

Lauleng Pare-pare, Bola Gemme’e di Ammesangeng Kabuapeten Wajo, di

Jongaya Makassar, Batuleleng Tana Toraja, serta di Laringgi Soppeng. (Direktorat

PP & PL DEPKES RI, 2001; 203)

Kompleks Pemukiman kusta Jongaya berada di Kelurahan Balangbaru,

Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Tanah di kompleks tersebut merupakan

wakaf dari Karaeng Bonto Biraeng seorang keturunan Raja Gowa kepada

Page 71: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

58

pemerintah Hindia Belanda. Saat ini dihuni sekitar 500 keluarga. Total

penduduknya lebih kurang 2.000 jiwa. Dari jumlah itu, 200 di antaranya adalah

mantan penderita kusta. Sisanya merupakan anak cucu mereka (Nawir M, 2011;

123)

1.5 Pewabahan Penyakit Kusta

Bermula dari data WHO sampai saat ini Indonesia masih menduduki

peringkat ketiga di dunia sebagai penyumbang penderita baru kusta terbanyak

setelah India dan Brasil..

Tabel berikut ini menunjukkan jumlah kasus terdeteksi selama 2004 - 2010

di 17 negara.

Tabel 2. Tren Deteksi Kusta di 17 Negara tahun 2004 – 2010

( Sumber; WHO Tahun 2010)

Negara

Kasus Kusta Tahun 2004 – 2010

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

India 260 063 169 709 139 252 137 685 134 184 133 717 126 800

Brasil 49 384 38 410 44 436 39 125 38 914 37 610 34 894

Indonesia 16 549 19 695 17 682 17 723 17 441 17 260 17 012

Kongo 11 781 10 369 8 257 8 820 6 114 5 062 5 049

Ethiopia 4 787 4 698 4 092 4 187 4 170 4 417 4 430

Nigeria 5 276 5 025 3 544 4 665 4 899 4 219 3 913

Bangladesh 8 252 7 882 6 280 5 357 5 249 5 239 3 848

Nepal 6 958 6 150 4 235 4 436 4 706 4 394 3 118

Myanmar 3 748 3 571 3 721 3 637 3 365 3 147 2 936

Sudan 722 720 884 1 706 1 901 2 100 2 394

Page 72: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

59

Tanzania 5 190 4 237 3 450 3 105 3 276 2 654 2 349

Philipina 2 254 3 130 2 517 2 514 2 373 1 795 2 041

Sri Lanka 1 995 1 924 1 993 2 024 1 979 1 875 2 027

Madagascar 3 710 2 709 1 536 1 644 1 763 1 572 1 520

China 1 499 1 658 1 506 1 526 1 614 1 597 1 324

Mozambik 4 266 5 371 3 637 2 510 1 313 1 191 1 207

Angola 2 109 1 877 1 078 1 269 1184 937 1 076

Penyakit kusta di Indonesia telah mencapai eliminasi sejak bulan Juni tahun

2002. Eliminasi yaitu menurunkan angka kesakitan lebih kecil dari 1 per 10.000

penduduk. Namun demikian penyakit ini masih menjadi permasalahan kesehatan

yang berarti, terbukti dengan adanya kecenderungan peningkatan kasus sebanyak

19.371 kasus. Selain itu, ditemukan 10,23% sudah mengalami kecatatan tingkat 2

yaitu kecatatan yang dapat dilihat mata, dan sebanyak 11,97% diantaranya anak-

anak. Berikut adalah tabel jumlah penderita kusta menurut provinsi pada tahun

2011.

Tabel 3. Kasus Kusta dan Proporsi Kecacatan Tingkat 2 (Sumber; Ditjen PP& PL Kemenkes RI 2011)

No Provinsi

Jumlah

Penderita

Baru

Cacat Tingkat 2 0 – 14 Tahun

Jumlah % Jumlah %

1 Jawa Timur 5 282 697 13,19 574 10,86

2 Jawa Tengah 2 233 296 13,26 225 10,08

3 Jawa Barat 2 057 267 12,98 159 7,73

4 Sulawesi Selatan 1 338 162 12,11 83 6,20

Page 73: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

60

5 Papua 1 290 12 0,93 311 24,11

6 Maluku 671 32 4,77 86 12,82

7 Papua Barat 660 3 0,45 198 30,00

8 Maluku Utara 597 23 3,85 94 15,75

9 Aceh 592 74 12,50 60 10,41

10 DKI Jakarta 543 15 2,76 26 4,79

11 Banten 500 75 15,00 72 14,40

12 Sulawesi Utara 394 21 5,33 46 11,68

13 Nusa Tenggara Barat 370 21 5,68 92 24,86

14 Sulawesi Tengah 320 8 2,50 46 14,38

15 Sulawesi Tenggara 318 13 4,09 23 7,23

16 Sumatera Selatan 296 101 34,12 29 9,80

17 Nusa Tenggara Timur 282 9 3,19 27 9,57

18 Gorontalo 187 23 12,30 16 8,56

19 Kalimantan Selatan 185 27 14,59 11 5,95

20 Sumatera Utara 170 17 10,00 60 10,14

21 Sulawesi Barat 159 6 3,77 34 21,36

22 Lampung 143 25 17,48 4 2,80

23 DI Yogyakarta 140 22 15,71 32 22,86

24 Bali 114 4 3,51 5 4,39

25 Riau 112 6 5,36 18 16,07

26 Jambi 98 3 3,06 6 6,12

27 Sumatera Barat 75 4 5,33 2 2,67

28 Kalimantan Timur 66 4 6,06 2 3,03

29 Kalimantan Tengah 61 6 9,84 2 3,03

30 Kalimantan Barat 52 1 1,92 8 15,36

31 Kep. Bangka Belitung 33 1 3,03 1 3,03

32 Bengkulu 17 4 23,53 1 5,88

33 Kep. Riau 14 - 0,00 2 14,29

Indonesia 19 371 1 982 10, 23 2 318 11,97

Page 74: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

61

Kota Makassar, berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan Bidang Bina

Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP & PL) Dinas Kesehatan

Kota Makassar untuk tahun 2011 ditemukan sebanyak 144 jumlah penderita baru.

Gambar; 4 Angka Penemuan Penderita Kusta Per Kecamatan

Di Kota Makassar Tahun 2011

(Sumber: Bidang Bina PP & PL Dinas Kesehatan Kota Makassar)

Berdasarkan data seksi rehabilitasi sosial Dinas Sosial Kota Makassar, saat

ini jumlah mantan penderita kusta di Kota Makassar sebanyak 1485 jiwa.

Sebanyak 933 jiwa bermukim di kompleks pemukiman kusta jongaya.

2. Identitas Informan Creswell (dalam Kuswarno 2009; 132) memaparkan bahwa dalam studi

fenomenologi, penjelasan harus diawali dengan gambaran umum termasuk

didalamnya gambaran tentang informan yang terlibat. Oleh karenanya, perlu

9

16

11

15

10

3

9

11

18

11

6 6

10

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Page 75: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

62

dikemukakan secara ringkas bagaimana profil dua belas mantan penderita kusta

yang menjadi informan penelitian.

2.1 Rekam Medis Mantan Penderita Kusta

Konsep diri terbentuk sesuai bertambahnya usia, setiap masa dalam

perjalanan sejarah mantan penderita kusta turut mempengaruhi konsep dirinya,

berikut rekam medis mantan penderita kusta dan usianya;

Tabel 4. Rekam Medis Mantan Penderita Kusta (Sumber; Wawancara tanggal 8 - 24 Oktober 2012)

No Nama

Informan

Usia

(Tahun)

Usia saat

Menderita

Kusta

(Tahun)

Usia saat

Pengobatan

Medis

(Tahun)

Kompleks

Pemukiman

(Tahun)

1 Said 62 6 8-9 15

2 Andi 48 16 22- 23 22

3 Kadir 40 6 17-18 21

4 Ari 45 10 12 20

5 Dg. Baco 62 10 11 19

6 Umar 64 7 10-11 21

7 Nur 70 11 13-14 23

8 Salim 47 12 12-13 16

9 Samsu 67 9 14-15 23

10 Fatma 35 8 8 20

11 Ratna 49 12 13-14 24

12 Intang 46 9 10-11 22

Berdasarkan tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa usia mantan

penderita kusta berkisar 35 sampai 70 tahun. Rata-rata mantan penderita kusta

Page 76: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

63

menderita penyakit kusta saat masih kecil serta usia remaja. Andi, misalnya yang

mengaku menderita penyakit kusta saat usianya 16 tahun. Mantan penderita kusta

juga mengaku pengobatan medis yang dilakukan kurang lebih dua hingga tiga

tahun setelah menderita kusta. Pengobatan medis dilakukan setelah pengobatan

tradisional dukun sudah ditempuh. Setelah melakukan pengobatan medis dan

dinyatakan sembuh, semua mantan penderita kusta informan kemudian menghuni

kompleks pemukiman kusta.

2.2 Penerimaan Diri Mantan Penyakit Kusta

Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain

terhadap dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri

seseorang. Penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan

pada status sosial ekonominya. Hal tersebut dialami oleh mantan penderita kusta;

Andi, Said, dan Ari misalnya yang status sosialnya lebih tinggi, tingkat perlakuan

masyarakat terhadapnya juga tidak terlalu buruk dibandingkan dengan Dg. Baco,

Kadir, dan Samsu

Penuturan Andi;

“Waktu masih di lerang ka, saat masih kecil, kalau ada anak-anak yang

ejekka, dimarahi sama orang tuanya, mungkin tidak enak sama bapak ku.”

(Wawancara tanggal 10 oktober 2012)

Hal Serupa dialami Said;

“Pernah satu kali teman sekolahku bilangi ka kandala’, langsung di panggil

sama guru, sempat saya dengar guru bilang, jangan begitu sama anaknya

pa’ kiyai” (Wawancara Tanggal 14 Oktober 2012)

Page 77: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

64

Penuturan Ari;

“Waktungku caddi, naku garring jai tau tena ngngaiya. Nampa tena

nakkanakana. Nacalla na bajjika. Nampa sanggi kucini teai na ta’gala

barang barang lebba ku ta’gala. Punna sigappa ka ia natonggko

ka’murungna”

(Waktu kecil, saat masih sakit sebenarnya banyak orang yang tidak senang

dengan saya, cuma mereka tidak pernah mengungkapkan, mengejek atau

memukul saya, tapi sering sekali saya lihat orang-orang tidak mau sentuh

barang yang sudah saya pegang, kalau lagi berpapasan di jalan mereka

menutup hidungnya” (Wawancara tanggal 12 oktober 2012)

Hal yang berbeda dialami Dg. Baco yang mengaku mendapat perlakuan

yang jauh lebih buruk, sumurnya di isi kotoran, di usir dari kampung halamannya

bahkan rumahnya hampir dibakar.

Penerimaan dan perlakuan masyarakat terhadap mantan penderita kusta

cenderung didasarkan pada status sosial ekonominya. Said dan Ardi yang secara

ekonomi berasal dari keturunan berada serta Andi yang keturunan ulama besar di

Bone mendapat perlakuan yang berbeda dari Dg. Baco, Kadir dan Samsu yang

hanya keturunan masyarakat biasa.

2.3 Kelompok Rujukan (Reference Group)

Kelompok rujukan merupakan kelompok yang secara emosional mengikat

individu dan berpengaruh terhadap konsep dirinya. Dari 12 mantan penderita

kusta informan mengaku tidak memiliki kelompok rujukan saat masih menderita

Page 78: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

65

kusta. Kelompok rujukan tersebut muncul ketika mereka di kompleks pemukiman

kusta Jongaya.

Beberapa kelompok rujukan tersebut antara lain; Yayasan Citra Mantan

Penderita Kusta (YCMJ), Kelompok Sadar Diri - Jongaya, Yayasan Transformasi

Lepra Indonesia (YTLI), serta Perhimpunan Mandiri Kusta (Permata).

Berikan dua atau tiga hasil wawancara yang telah anda lakukan mengenai

pernyataan di atas.

Berdasarkan tabel identitas diri informan di atas, berikut profil singkat dua

belas mantan penderita kusta penelitian antara lain;

2.4 Gambaran Identitas Diri Mantan Penderita Kusta

Dua belas informan penelitian tersebut antara lain:

Tabel 5. Identitas Diri Mantan Penderita Kusta

(Sumber; Hasil Pengumpulan data, 2012)

No. Nama

Informan Jenis

Kelamin Usia

(Tahun) Daerah

Asal

Pendidikan

terakhir Pekerjaan

1 Said Laki-laki 62 Bone

Kelas 2 Pend.

Guru Agama

Tingkat Pertama (

Sederajat SLTP)

Pedagang kecil

Page 79: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

66

2 Andi Laki-laki 48 Bone Kelas 2 SMEA Tukang parkir

3 Kadir Laki-laki 40 Wajo Kelas 2 SD Tukang parkir

4 Ari Laki-laki 45 Bone Kelas 5 SD Tukang parkir

5 Dg. Baco Laki-laki 62 Makassar Tidak bersekolah Pemulung

6 Umar Laki-laki 64 Majene Tidak bersekolah Pengemis

7 Nur Perempuan 70 Gowa Tidak bersekolah -

8 Salim Laki-laki 47 Luwu Tamat Sekolah

pendidikan Guru Tukang parkir

9 Samsu Laki-Laki 67 Wajo Sekolah Rakyat Pengemis

10 Fatma Perempuan 35 Polewali Kelas 4 SD Tukang cuci mobil

11 Ratna Perempuan 49 Makassar Tamat SD Pengemis

12 Intang Perempuan 46 Pare-Pare Kelas 6 SD Pengemis

Informan terdiri dari delapan orang laki-laki dan empat orang perempuan.

Pekerjaan mantan penderita kusta informan antara lain pengemis, tukang parkir,

pemulung, pedagang kecil serta tukang cuci mobil.

Sebelum di kompleks pemukiman kusta, informan berasal dari daerah

antara lain Bone, Pare-Pare, Wajo, Luwu, Gowa, Polewali, Majene, Serta dua

orang informan asli Makassar.

2.4.1 Informan Pertama

Said (bukan nama sebenarnya). Saat ini berumur 62 tahun. Pertama kali

tinggal di tempat pengasingan kusta di Lerang Kabupaten Bone.

“Ketika diberitahu oleh orang tua saya bahwa saya terkena kusta saya

sangat sedih” (Wawancara tanggal 10 Oktober 2012) Begitu Said memulai

cerita pengalamannya

Page 80: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

67

Dia kini menjadi sesepuh kompleks pemukiman kusta Jongaya Makassar

menuturkan bahwa penyakit kusta mulai menjangkitinya saat duduk di bangku

kelas lima Sekolah Rakyat (SR). Ketika itu orang tua Said Kecil yang memberi tahu

kalau dirinya terjangkit kusta yang ditandai dengan bercak-bercak seperti panu

disekujur badannya.

Orang tua Said berpandangan, kusta tidak bisa disembuhkan.

“Wah tidak ada itu nak, kalau berobat di dukun sesuai pengalaman saya,

tidak ada sejarahnya penyakit kusta disembuhkan oleh dukun, dan kalau

berobat dirumah sakit juga begitu, karena kusta itu penyakit yang tidak ada

obatnya”( Wawancara tanggal 10 Oktober 2012) Kenang Said menirukan

kata-kata orang tuanya.

Vonis itu tertanam dalam benak kepala Said. Orang tua Said pasrah dengan

keadaan anaknya. Orang tua Said seperti cerita kebanyakan orang kala itu

menyatakan bahwa tidak ada satupun penderita kusta bisa disembuhkan.

Usahanya membawa Said ke puskesmas dan dukun tidak membuahkan hasil.

Seakan ikut mengukuhkan pandangan atau keyakinan mereka bahwa sungguh

kusta tidak bisa disembuhkan, seakan takdir yang tidak bisa dilawan.

Sejak itu Said harus menanggung konsekuensi dari pemahaman sosial

bahwa dia yang berpenyakit kusta mustahil bisa sembuh seperti sedia kala. Selain

itu di mata masyarakat, di mana Said tinggal, kusta dianggap penyakit menular

dan sudah pasti menjadi Aib keluarga. Sehingga keberadaan orang seperti Said

harus diembunyikan, dijauhi atau bila perlu diasingkan dari masyarakat.

”kamu harus tinggal di kebun, nanti akan dibawakan makanan dan segala

kebutuhan hidupmu, supaya tidak berkeliaran di kampung, karena kalau

Page 81: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

68

berkeliaran, orang kampung akan tahu, dan akan marah, kita juga yang

malu, Itu saja yang kau kerja, bermalam, tanam jagung atau tanam apa saja,

seumur hidup kau begitu”. (Wawancara tanggal 10 Oktober 2012) begitu

Said menirukan pesan orang tuanya.

Begitulah keputusan keluarganya bahwa dia akan dibuatkan pondok-

pondok di kebun belakang rumahnya.

“Itu saja yang kau kerja, bermalam, tanam jagung atau tanam apa saja,

seumur hidup kau begitu”. (Wawancara tanggal 10 Oktober 2012)

Sejak saat itulah Said mulai frustasi dan muncul kembali keinginan untuk

pergi meninggalkan kampung dan keluarganya, disamping menguat pula keinginan

kelurga Said bahwa dia harus diasingkan dari masyarakat dengan cara tinggal

kebun belakang rumahnya. Namun, Said melawan keputusan keluarga tersebut

dengan alasan bahwa ketika dia diasingkan dan tinggal di kebun, maka dia tidak

dapat beribadah dengan sempurna, dalam artian tidak bisa berinteraksi dengan

sesama dan tidak bisa pergi shalat Jum`at. Sebaliknya Said bertanya kepada

keluarganya.

”Apakah saya menjadi anak dan keponakan siapa yang punya mau? Saya

ataukah siapa? karena saya ditimpa musibah, terjangkit penyakit lantas

saya seakan-seakan tidak diterima ditengah-tengah keluarga ini, saya

harus diasingkan, disembunyikan, berarti saya tidak diterima? Lalu saya

jadi anak, siapa yang punya mau? Sayakah atau kita? Seandainya saya

tahu, bahwa ayah saya, keluarga saya mau membuang saya, saya tidak

mau. Tapi mereka menjawab bahwa itu sudah diatur oleh Tuhan. Jadi

saya balik tanya sama mereka, saya punya penyakit Kusta ini siapa yang

punya mau? Yang pasti saya tidak pernah punya mau untuk berpenyakit

kusta seperti ini. Itu maunya Tuhan...., kalau begitu saya tidak mau begini,

saya harus berusaha, saya tidak mau disini, biarkan saya pergi buang diri.

Saya sekarang mau berangkat ke sana (Pemukiman kusta, di Lerang

Page 82: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

69

Bone), asal saya bisa hidup, bisa bergaul, dan bisa beribadah”.

(Wawancara tanggal 10 Oktober 2012)

Mendapatkan kenyataan dan pemahaman yang terbangun dalam keluarga

dan masyarakat seperti itu, Said lalu menanyakan jalan keluar kepada orang

tuanya.

“lantas kalau begini kita harus bagaimana, karena berobat juga tidak bisa

disembuhkan”. Jawaban yang terlontar dari orang tua Said ketika itu. “kamu

harus tinggal di kebun, nanti dibikinkan pondok dan membawakanmu

makanan dan segala kebutuhanmu yang penting kamu tidak berkeliaran,

orang kampung akan marah kalau liat kamu berkeliaran” . begitu Said

menirukan pesan orang tuanya. (Wawancara tanggal 10 Oktober 2012)

Akhirnya, Said pun dibuatkan pondok kecil di kebun belakang ruahnya

sebagai tempat tinggal.

“Di Sini bagus kalau kau bisa bekerja kau bisa tanam jagung atau tanam

apa saja, seumur hidupmu kau disini saja, begitu ungkap orang tua Said

saat haru pertama ia dipindahkan di pondok itu. . (Wawancara tanggal 10

Oktober 2012)

Hari demi hari di lalui Said di pondok tersebut. Pelan-pelan rasa bosan

datang menghampiri. Setelah beberapa saat dia menimbang-nimbang, suatu hari

dengan berani ia mengambil kesimpulan untuk lari dan pergi menjauh dari pondok

pengasingan tersebut, pergi meninggalkan keluarganya.

Dengan kondisi hati yaang tidak menentu dan beban psikologis yang berat

itu. Said melangkah dari rumahnya. Semakin dia melangkah semakin berat

rasanya beban tersebut.

Page 83: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

70

“Kalau mau saya ingat waktu pergika dari rumah, sedih sekali saya rasa,

semakin melangkah ka, semakin berat perasaanku” (Wawancara tanggal 10

oktober 2010)

Sepengatuhan Said, sebagaimana yang disebutkan beberaapa warga

kampung, satu-satunya tempat yang diepruntukkan oleh pemerintah untuk menjadi

tempat penampungan para penderita kusta adalah di Lerang Bone.

Karena pemerintah tidak membolehkan ada penderita kusta yang tinggal di

kampung waga yang ssehat, ditaktkan menular ke semua orang dikampung.

Jadi penderita harus disembunyikan. Karana kalau tidak mereka akan

dibunuh oleh warga” (Wawancara tanggal 10 oktober 2012)

Selama tiga hari tiga malam dalam perjalanan akhirnya sampailah Said di

kompleks pemukiman kusta di Lerang Bone. Setahun tinggal di Lerang, berangsur-

angsur penyakitnya membaik. Mulai tahun 1967 hingga tahun 1968 Said

mendapatkan pengobatan intensif dari petugas kesehatan sampai akhirnya dia

dinyatakan sembuh.

Merasa sudah kian baik, Arif pulang kampung.

“Setiba saya dikampung, penerimaan keluarga tidak berubah, mereka

mengira saya masih sakit, tangan saya sudah bengkokmi. Biasa juga

meludah kalau nalihatka lewat, jadi saya putuskanmi untuk pergi dari

keluarga” (Wawancara tanggal 10 oktober 2012).

Karena penerimaan keluarga terhadap Said yang dinilai buruk, akhirnya

Said memutuskan untuk kembali ke penampungan kusta, Said mengaku bahwa

malu terhadap keluarganya. Oleh karena itu Said berangkapan bahwa Kompleks

pemukiman kusta di Lerang tidak cocok baginya, karena menganggap jarak yang

tidak terlalu jauh dari kampung halamannya.

Page 84: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

71

“Malu ku kurasa mendapat perlakuan seperti itu dari keluarga, mau kembali

ke Lerang, tidak enakma. Jadi kuputuskan untuk untuk keliling mencari

kompleks kusta (Wawancara tanggal 10 oktober 2012).

Sejak saat itu Said berkeliling mencari Kompleks pemukiman kusta untuk

dia tempati, dari Kampung halamannya di Bone dia ke Wajo, kemudian ke Pare-

pare dan terakhir di Jongaya Makassar dinilai sebagai kompleks pemukiman kusta

yang tepat baginya. Karena dari segi akses maupun fasilitas, kompleks

pemukiman kusta Jongaya terbilang bagus dibandingkan kompleks pemukiman

kusta lainnya;

“Saya sudah keliling di berbagai kompleks kusta di daerah lain, tempatnya

susah, Kalau di Lerang Bone tempatnya sangat jauh dan terpencil, di Landi

Pokki (Polewali Mandar) tempatnya sering banjir, harus melewati sawah dan

menyeberang sungai, dan kalau di Liposos Totinco (Sengkang, Kabupaten

Wajo) Tempatnya berada diatas gunung baru susah air. Hanya di sinilah

(Jongaya, Makassar) yang paling bagus dan lancar airnya” (Wawancara

tanggal 10 Oktober 2012).

Di kompleks pemukiman kusta Jongaya, Said berpofesi sebagai pedagang kecil.

Melalui berdagang, Said dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari penghuni

kompleks.

“Sejak pindah dari Lerang, kerjaanku jual-jualan, kebutuhan sehari-hari

masyarakat penghuni kompleks Jongaya, tidak adaji yang takut atau atau

jijik karena sama-samaji penghuni kompleks” (Wawancara tanggal 10

Oktober 2012)

Sudah puluhan tahun Said menempati kompleks pemukiman kusta

Jongaya, oleh penghuni kompleks Said digelari dengan sebutan Tuan Guru oleh

Page 85: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

72

mantan mantan penderita kusta lainnya karena dia tempat bagi para penderita

kusta meminta nasihat. Bahkan dia menjadi simpul perjuangan mantan penderita

kusta ketika menolak relokasi dan alihfungsi lahan kompleks pemukiman kusta

menjadi rumah sakit umum tahun 2004.

Selanjutnya Said mendirikan sebuah yayasan mantan penderita kusta yang

bernama YCMJ (Yayasan Citra Mantan Penderita Kusta- Jongaya) yang berfungsi

menaungi mantan penderita kusta yang ada di sekitar Jongaya.

2.4.2 Informan Kedua

Andi (bukan nama sebenarnya) berumur48 tahun salah satu keturunan

ulama terkemuka di Kabupaten Bone. Menderita penyakit kusta saat usia remaja.

Saat Andi dia masih terdaftar sebagai siswa Sekolah Menengah Ekonomi dan

Akuntansi (SMEA). Tidak pernah diduga sebelumnya, kisah penderitaan Andi akan

berawal saat dirinya dirawat inap di rumah sakit akibat penyakit tipes.

“waktu saya kelas dua SMEA, saya diserang tipes, selama satu bulan saya

dirawat di rumah sakit. Begitu akan keluar dari rumah sakit, dokter

mengatakan pada saya meneemukan tanda – tanda kusta” (Wawancara

tanggal 14 oktober 2012).

Setelah Andi keluar dari rumah sakit , gejala kusta itu kian jelas di beberapa

bagian tubuhnya;

Page 86: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

73

“Saat itu kalau saya mengenakan sandal langsung talempar. Sehingga saya

pun terpaksa mengikat sandal ku agar tidak talempar” (Wawancara tanggal

14 oktober 2012).

Andi mulai merasa rendah diri. Cibiran dari teman- temannya, tetanggga

bahkan keluarga. Siapa saja yang dia temui mulai tidak bersahabat;

“Saya lalu mulai berpikir tentang kelanjutan sekolahku, perlakuan orang-

orang sudah sangat buruk, teman, tetangga bahkan keluarga juga sama ji,

saya berpikir untuk berhenti sekolah. Tapi kalau mau dipikir lagi sudah dua

tahun ma di SMEA, tinggal satu tahun lagi baru lulus, masa berhenti.

(Wawancara tanggal 14 oktober 2012).

Orang tua Andi tidak tinggal diam melihat penderitaan anaknya, beragam

pengobatan pun mulai dilakukan;

“Orang tua sebenarnya perhatian ji sama penderitaan ku, mereka berusaha

untuk mengobati saya, mulai di bawah di rumah sakit sampai dukun supaya

saya bisa sembuh”. (Wawancara tanggal 14 oktober 2012).

Karena perlakuan keluarga dan tetangga yang buruk akhirnya Andi akhirnya

Di buatkan pondok di belakang rumahnya;

“Saya mauji dibikinkan pondok di belakang rumah, tidak enak sekali

jangankan tetangga keluarga pun tidak naperhatikan ma. Berjabat tangan

saja tidak mau, mereka juga mengelap atau membersihkan barang-barang

yang sudah saya pegang. (Wawancara tanggal 14 oktober 2012)

Satu-satunya orang yang menaruh perhatian pada Andi adalah Ibunya

“Dulu ibu saya kalau malam sering saya liat menangis, disangkanya saya

sudah tidur di pondok belakang rumah, lalu masuk mengendap-ngendap

melihat lukaku, membelai kakiku. Saya liat dia menangis, saat itu saya pura-

pura saja tetap tidur”. (Wawancara tanggal 14 oktober 2012)

Page 87: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

74

Bagi Andi tinggal di pondok, diungsikan jauh dari perhatian keluarga tidak

menyelesaikan masalah, malah membuat penderitaan batinnya. Ketika itu Andi

menjuluki dirinya Kelelawar. Sebab untuk keluar rumah saat siang hari sangat

berat;

“Saya hanya berani keluar rumah pada malam hari, sebab kalau malam tidak

ada orang yang memperhatikan saya di kegelapan, jadi betul-betul hidupku

seperti kelelawar. Sedangkan kalau siang hari saya dijuluki lelaki jendela.

Sebab saat itu saya hanya berani mengintip orang-orang melaui jendela

rumah saya” (Wawancara tanggal 14 Oktober 2012)

Dan yang paling membuat Andi kebingungan dan stres pada saat di

rumahnya ada acara, keluarga berdatangan.

“Betul-betul saya stres, jadi karena banyak keluarga yang datang ke rumah,

terpaksa saya hanya bersembunyi di kamar dan malu untuk keluar.”

(Wawancara tanggal 14 Oktober 2012)

Salah satu bentuk stigma dan diskriminasi yang diterima Andi yaitu pada

tahun 1982. Saat itu Andi mendaftarkan dirinya di Kantor Gubernur Sulawesi

Selatan sebagai pegawai. Ia kemudian dinyatakan lulus sebagai Pegawai Negeri

Sipil.

“Ketika itu saya diterima menjadi pegawai di kantor gubernur. Sekitar tahun

1983 dan 1985 saya kemudian ikut prajabatan. Saat itu istilahnya saya telah

menerima SK sembilan puluh persen” (Wawancara tanggal 14 Oktober

2012)

Tidak lama berselang, ketika ada pemeriksaan kesehatan sebagai syarat

mendapatkan SK seratus persen, dia terdeteksi mengidap penyakit kusta. Andi

kemudian dipecat.

Page 88: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

75

“Pokoknya streslah, betul-betul penderitaan diatas penderitaan. Seandainya

saya tidak kuat iman, mungkin saya sudah bunuh diri. Akhirnya saya lebih

banyak mengaji, shalat dan berdoa saja, diberikan yang terbaik buat saya di

tengah kondisi yang begini” (Wawancara tanggal 14 Oktober 2012)

Surat hasil pemeriksaan dokter dijadikan dalil untuk memvonis Andi tidak

layak bekerja sebagai pegawai. Padahal selama tiga tahun, tidak ada komplain

dari atasan. Bahkan dia sering diberikan tugas lebih banyak karena keuletan dan

hasil kerjanya yang memuaskan. Tidak ada alasan lain yang menyangkut

kinerjanya.

“Padahal kalau dipikir-pikir saya kan bisa diberi pekerjaan lain, misalnya

antar-antar surat atau apalah pokoknya kerja dan tidak mesti dipecat, tapi

yah haznya karena itu (Kusta) saya dipecat” (Wawancara tanggal 14

Oktober 2012)

Selama tiga tahun Andi menjalani status pegawai negeri di kantor Gubernur,

selama itu cobaan dan rintangan telah dia lalui;

“ada beberapa orang teman kantor yang selalu menghindar kalau melihat

saya, beberapa kali pula saya liat dia membersihkan barang yang sudah

saya pegang. Bahkan kalau musim hujan saya harus berjuang dengan

kondisi kesehatan saya, utamanya kalau banjir, basah semua sepatu dan

celana, tetapi tidak berani saya buka di kantor, malu kalau saya lepas

sepatu, nanti kelihatan lukaku orang akan jijik melihatnya” (Wawancara

tanggal 14 Oktober 2012)

Setelah dipecat, Andi bingung sampai suatu hari dia membaca berita di koran yang

memuat tentang tempat khusus bagi penderita kusta;

“Saya baca di koran bahwa ada rumah sakit di Daya yang bisa operasi

tangan dan ada kompleks penderita kusta Jongaya, sejak itu semangat

saya sedikit pulih” (Wawancara tanggal 14 oktober 2012).

Page 89: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

76

Tanpa menunggu lama, Andi berangkat ke Jongaya dan bermaksud tinggal

disana. Tetapi setelah di sana dia cukup kaget dengan kondisi yang ada. Semua

yang tinggal di sana adalah para penderita kusta.

“Bagaimana caranya saya tinggal ddi sini, tempat ini tempatnya orang-orang

dibuang, mana mi kebersihannya, pokoknya saya ragu-ragu, akhirnya saya

di datangi tuang guru yang sudah lama tinggal disitu, kebetulan tuang guru

kenal dengan orang tua ku, lama kelamaan saya mulai tertarik tinggal

disana” (Wawancara tanggal 14 oktober 2012).

Semula Andi tidak bisa tenang tinggal di Jongaya karena kondisi kompleks,

WC yang seadanya, kondisi ruah yang tidak terurus. Andi bahkan mengaku tidak

bisa makan karena jijik dengan lingkungan kompleks.

“Itu Pulalah yang membuat saya tidak betah di Jongaya, tapi lama-lama

saya jadi terbiasa dengan sendirinya. Ya itulah dulu, tapi sekarang siapa

pun yang kasi makanan pasti saya makan, padahal dulu, saya betul-betul

tidak bisa makan sembarang. Sebenarnya lucu karena saya juga kena kusta

ji, kenapa mesti harus jijik. (Wawancara tanggal 14 oktober 2012).

Setelah tinggal beberapa tahun, akhirnya Andi menikah dengan seorang

perempuan yang bukan penderita kusta.

“Cuma satu yang saya pikirkan ketika itu, kalau nanti saya menikah, saya

harus menikah dengan orang biasa, mau saya tunjukkan sama orang di

kampung kalau orang kusta juga bisa menikah delngan orang normal”

(Wawancara tanggal 14 oktober 2012).

Setelah menikah, Andi bekerja untuk menutupi kebutuhan keluarganya.

Seperti penderita kusta lainnya, menjadi tukang parkir, pemulung, atau peminta-

minta adalah pilihan yang harus dilakoni. Kondisi kesehatan yang tidak

Page 90: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

77

memungkinkan Andi bekerja di bidang lain. Saat ini Andi memilih bekerja sebagai

tukang parkir di salah satu pusat perbelanjaan di Makassar. Sebuah profesi yang

menurut dia sarat beban dan tanggung jawab. Selain menjaga kendaraan, dia juga

harus bertanggung jawab apabila kehilangan kendaraan atau tabrakan di area

parkir.

“Waktu di pecat ka nak, pusingma apa yang mau saya kerja, mauki jualan

tidak ada yang mau beli kalau natau ki kusta, baru tidak ada

keterampilannta. Jadi pergima jadi tukang parkir. (Wawancara tanggal 14

Oktober 2012)

Lanjut Andi;

“Pada awal jadi tukang parkir saya juga malu, mungkin belum terbiasa.

Lebih- lebih keluarga ku disegani di kampung. Tapi mau apa lagi, saya

sudah kawin dan mengidap penyakit seperti ini, saya harus tetap berjuang

demi hidup dan anak istri saya (Wawancara tanggal 14 oktober 2012)

Selain menjadi tukang parkir, Andi pernah menjabat sebagai Ketua

Perhimpunan Mandiri Kusta (PERMATA) di kota Makassar. Sebuah organisasi

yang memperjuangkan pemenuhan hak-hak orang yang pernah mengalami

penyakit kusta serta orang yang cacat karena penyakit kusta untuk memperoleh

kesamaan hak, kewajiban dan kesempatan dalam segala aspek kehidupan serta

dapat berperan aktif dalam pembangunan nasional. Salah satu program

PERMATA adalah bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Makassar

membentuk kelompok sadar diri Salah satu prestasi penting yang dicapai mantan

penderita kusta Jongaya dibentuknya kelompok sadar diri tahun 2006. Kelompok

ini didirikan dengan tujuan untuk saling dukung satu sama lain dalam hal menjaga

Page 91: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

78

kesehatan dan kesejahteraan sesama mantan penderita kusta. Salah satu praktek

paling efektif yang diterapkan oleh anggota kelompok sadar diri adalah perawatan

dan pencegahan luka.

Kusta bisa membuat kulit kering, kalau kulit kaki kering, bisa pecah-pecah.

Bisa jadi sarang kotoran dan infeksi salah satu cara mencegah luka di kaki

dengan merendam kaki di air. Caranya gampang, rendam kaki di air selama

setengah jam sampai kulit kering melunak, baru digosok dengan batu

apung, baru di oleskan dengan minyak kelapa supaya lentur dan lembab “

(Wawancara tanggal 14 Oktober 2012)

Kami mendirikan kelompok sadar diri, awalnya hanya empat orang di tahun

2006, lalu orang- orang lain di kompleks ini sudah melihat bahwa cara ini

ampuh, sehingga mereka mulai ikut bergabung. Malah suatu hari ada enam

puluh orang datang setiap minggu. Sekarang sudah berkurangmi, kira-kira

tinggal 30 orang. Ada yang sudah lakukan di rumahnya. Kami kumpul setiap

hari senin. Kami duduk bersama dan merendam kaki bersama. Yang sudah

lama begabung, na jelaskan caranya sama orang baru. Awalnya kami

hanya pakai ember, tapi karena banyakmi yang datang jadi kami bikin

semacam bak yang ada saluran airnya. Kita juga bikin arisan khusus, setiap

orang kumpul Rp 5.000,00, yang naik arisannya yang beli sabun dan

minyak kelapa untuk semua anggota kelompok, harganya tidak mahalji.

(Wawancara tanggal 14 Oktober 2012)

Selain itu, kelompok sadar diri mendirikan koperasi simpan pinjam. Dengan

sistem ini, anggota kelompok menyimpan sedikit demi sedikit uang secara rutin,

setelah waktu tertentu, mereka dapat memnjam uang untuk mendirikan atau

mengembangkan usaha usaha kecil mereka. Koperasi ini awalnya didirak dengan

bantuan dana dari Netherlands Leprosy Relief (NLR), sebuah organisasi yang

bergerak dalam bidang penanggulangan kusta. Dari koperasi tersebut ada anggota

yang sudah membeli komputer dan printer untuk diserentalkan kepada masyarakat

Page 92: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

79

sekitar, ada juga yang membeli kulkas yang digunakan untuk menjual minuman

dingin serta banyak lagi usaha lainnya.

Dua tahun lalu (Tahun 2010), kelompok ini dapat sumbangan dari NLR

melalui organisasi PERMATA untuk mendirikan koperasi, koperasinya

terbuka bagi siapa saja yang mau pinjam uang, tapi ada syaratnya,

pinjaman hanya diberikan kepada anggota yang sudah punya usaha kecil

supaya membantu memperbaiki atau memperbesar usahanya. Ada ibu

yang sudah jual minuman, ada juga yang sudah bikin warung kecil, ada

suami istri jual sayur, bahkan ada yang sudah punya rental komputer.

Setelah ada koperasi semakin banyak orang yang datang dan gabung

dengan kelompok sadar diri. (Wawancara tanggal 14 Oktober 2012)

Walaupun begitu, apa yang bisa kami lakukan masih terbatas. Keadaan

selalu sulit bagi orang yang pernah sakit (kusta) karena pandangan oranng

terhadap kusta bukan sebagai penyakit tetapi sebagai hukuman, kutukan

atau sesuatu yang menjijikkan, akan selalu sulit bagi kita untuk bisa hidup

dalam masyarakat. (Wawancara tanggal 14 Oktober 2012)

2.4.3 Informan Ketiga

Kadir (bukan nama sebenarnya) lahir di Sengkang Kabupaten Wajo tahun

1972. Menderita kusta sejak umur 6 tahun.

“Saya menderita kusta sejak umur 6 tahun. Sudah ada bercak putih mati rasa

di bagian lutut sama paha saya sebelah kanan. Tapi karena merasa tidak

terganggu, saya biasa-biasa saja. (Wawancara tanggal 13 Oktober 2012).

Bercak putih di badan Kadir tersebut awalnya tidak mengganggu, hanya di

kira semacam penyakit kulit biasa. Kadir pun dalam melakukan aktivitasnya tidak

merasa terganggu sedikit pun.

“Karena saya anak paling tua dari 3 orang bersaudara, jadi saya yang

menjadi tulang punggung keluarg. Bapak meninggal pada saat saya masih

Page 93: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

80

berumur 5 tahun dan adik saya yang nomor 3 (bungsu) masih dalam

kandungan tapi ayah saya telah meninggalkan kami untuk selamanya. Ibu

saya sangat kebingungan pada saat itu, Bersyukur kehidupan di kampung

tidak seperti di Kota, Keluarga saya banyak mendapatkan bantuan dari

tetangga.” (Wawancara tanggal 13 Oktober 2012).

Waktu terus berjalan dan bercak putih yang mati rasa semaikn meluas di

sebagian tubuh Kadir.

“Lama- kelamaan bercak putih di badan semakin banyak, maumi penuh

kakiku. Teman-teman penggembala kerbau nakiraka saya ini orang kebal,

karena kalau ada yang luka saya biasa-biasa ji ku rasa. Biasa juga teman-

temanku cubit sampai berdarah tidak adaji ku rasa” (Wawancara tanggal 13

oktober 2012).

Karena semua keluarga mulai gelisah dengan kondisi kesehatannya,

akhirnya Kadir di bawah ke Makassar untuk berobat.

“Pada tahun 1983 sekitar bulan 10, saya bersama dengan ibu saya dan

saudara Ibu berangkat ke Ujung Pandang dengan tujuan untuk mengobati

kelainan kulit saya. 5 bulan lebih saya berobat dan tinggal di Rumah saudara

Ibu saya yang bertempat tinggal di Ujung Pandang. Saya berobat dari klinik

ke klinik baik itu praktek Ahli Kulit maupun Rumah Sakit besar seperti

Palamonia, Bhayankara, Labuang Baji semua pernah saya tempati untuk

berobat, dengan didampingi oleh Om beliau seorang militer, Yang bikin heran

tidak satupun petugas kesehatan yang mau membantu menunjukan tempat

yang tepat untuk mengobati penyakit yang saya derita. (Wawancara tanggal

13 oktober 2012).

Hingga akhirnya secara tidak sengaja, melalui acara televisi, Kadir mengetahui

tempat yang tepat dimana dia harus berobat.

“Dan suatu hari ada promosi di.televisi tentang Rumah Sakit Kusta Daya,

diperagakan ciri-ciri penyakit kusta dari bercak putih sampai pada cacat,

akhirnya saya di bawa sama om saya ke rumah sakit itu. Saya dimotivasi

Page 94: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

81

sama om sama tante agar rajin minum obat supaya cepat sembuh.”

(Wawancara tanggal 13 oktober 2012).

Selama proses pengobatan medis, yang memakan waktu selama 3 tahun

mengaku pernah direhabilitasi selama 3 tahun dan menjalani operasi rahabilitasi

cacat sebanyak 11 kali.

Tahun 1993, Kadir kembali ke kampung halamannya di Wajo, dan tinggal di

Kompleks penampungan kusta Totinco Sengkang. Kadir sering berkunjung ke

perkampungan kusta antara lain ke Lerang Bone, Lauleng Pare-Pare untuk

mencari pekerjaan yang cocok, barulah setelah tinggal di Kompleks pemukiman

kusta Jongaya Makassar Kadir menjadi tukang parkir, sebuah profesi yang dirasa

cocok dengan keterbatasan fisiknya.

“Dulu waktu masih tinggal di Totinco, kehidupan tidak terlalu susah karena

ada lahan yang bisa ditanami jangung dan sayur, walaupun tidak bisa

dijual karena pasti jijik ki orang yang beli, tapi setidaknya adaji yang bisa

dimakan. Tapi pas kita di usir dari sana karena mau di bangun rumah sakit

kebetulan juga ada kenalan ajak ke sini (Kompleks pemukiman kusta

Jongaya) jadi ke sinima, dulu kerja ku di sini bikin batu bata, pergi ke Jl.

Daeng Tata ambil tanah liat baru di bikin. Karena susah memang jadi

orang kusta, tidak sembarang pekerjaan yang bisa dikerja, soalnya banyak

orang yang jijik sama kita” (Wawancara tanggal 13 Oktober 2012)

Selain sebagai tukang parkir, Kadir juga menjabat sebagai ketua PERMATA

Makassar yang salah satu programnya yaitu melakukan sosialisasi tentang

penyakit kusta agar masyarakat tahu dan sadar akan penyakit kusta sehingga

stigma dan diskriminasi terhadap penderita kusta dapat dikurangi. Bersama

Page 95: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

82

dengan Andi, Kadir menggalakkan kelompok sadar diri bagi sesama mantan

penderita kusta. Walaupun berbagai kendala tak jarang mereka hadapi.

Kita sulit meyakinkan orang lain akan pentingnya menjaga kesehatan dan

kebersihan, awalnya yang bergabung hanya sekedar coba-coba, tapi

setelah dilihat ada hasilnya, mereka itulah yang memanggil orang untuk

gabung di kelompok sadar diri. (Wawancara tanggal 13 Oktober 2012)

2.4.4 Informan Keempat

Ari (bukan nama sebenarnya) Mantan penderita kusta asal Bone, Sulawesi

Selatan. Menjabat sebagai Kepala Rukun Warga kompleks kusta Jongaya.

Bersama Said dan Andi, Ari ikut berperan saat menolak relokasi dan alih fungsi

lahan kompleks pemukiman kusta menjadi rumah sakit umum tahun 2004.

Walaupun berasal dari Bone Ari dalam kesehariannya selalu menggunakan

bahasa Makassar, “supaya orang makassar gampang terima ki” katanya.

Ari menceritakan awal mulanya dia terkena penyakit kusta sekitar tahun 60-

an. Ketika Ari menyadari dirinya mengidap penyakit kusta, hal pertama yang

dilakukan adalah meminta kepada istrinya untuk ke pasar membeli beberapa

bahan makanan layaknya orang menyiapkan acara syukuran di rumahnya. Ari lalu

mengajak anggota keluarga berkumpul. Kedua orang tua dan mertuanya serta istri

dan anak-anaknya bertanya-tanya dalam hati.

“enjo banggiya iyya ngasseng bijayya appareki acara gau-gaukan

sikamma acara syukuran, iyya ngasseng bijangku a’kuta’nang2ki

na’linggui. Injo wattu’a kupowanggi teyya maki kuta’nang2ngi, passipa’mi

rong, le’bapi nganre naccaritaya massukku apparei anne acarayya

(Wawancara Tanggal 12 Oktober 2012)

Page 96: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

83

(Malam itu kami membuat acara serupa acara syukuran, semua keluarga

bertanya-tanya dan kebingungan. Saat itu saya katakan tidak usah

bertanya-tanya, Nikmati saja dulu sebentar seusai makan akan saya cerita

maksud membuat acara ini). Kenang Ari.

Seuasai makan, satu keluarga itu terdiam dan tidak ada yang bicara. Ari

kemudian angkat bicara.

“ terus terang, ku kana nakke anjo tau niaka inne banggiya na isseng

ngaseng mi punna ri bokoang anne tena sannang nyawaku. Nia

kambussulu ammumba ri kalengku. inne mi di kana di taba ka’ penyakit

kusta, jari antekamma mi inne, ero inja ko ngaseng antarima ka anjari bijang

nu. (Wawancara Tanggal 12 Oktober 2012)

(Terus terang, saya kira semua yang ada disini pada malam ini sudah

mengetahui kegelisahan saya akhir-akhir ini, beberapa benjolan pun sudah

mulai muncul di badan saya, ini artinya saya sudah kena kusta, jadi

bagaimana ini, apakah kalian masih menerima saya dalam keluarga ini,

yang pasti penyakit yang saya ini, kian hari semakin parah, jadi sebelum

saya diusir dari rumah ini, dan sebelum penyakit saya ini belum begitu

parah, saya meminta pertimbangan kalian semua, apa yang harus saya

perbuat. Satu hal, apapun resiko dari penyakit ini akan saya terima,

termasuk pergi meninggalkan rumah dan keluarga. Maka anggaplah malam

ini adalah malam perpisahan kita)

Semua keluarga yang hadir malam itu terdiam kaku, tak satupun bersuara,

kecuali Mertua, sambil meneteskan air mata mendekati Ari dan mengusap-usap

kepalanya sambil berucap;

“ikau entu bijanta ngaseng ji, bura’ne battu ri anakku, bapak battu ri

cucungku, tapi nuissengji toh nak tekamma tanggapanna tau-tauwwa injo,

apa enjo penyakit kusta, dari pada napissannakki ko tetanggayya,

bajjikanggang entu lampako ri penampungan kustayya nak” (Wawancara

Tanggal 12 Oktober 2012)

Page 97: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

84

(Engkau adalah keluarga kami, suami dari anakku, juga bapak dari cucuku,

tapi sudah kau tau nak bagaimana tanggapan orang-orang tentang penyakit

kusta, dari pada kamu di siksa tetangga, lebih baik kamu pergi ke

penampungan kusta nak)” Begitu Ari menirukan ucapan mertuanya.

Dari hasil pertemuan pada malam itu diputuskan bahwa Ari diasingkan ke

kompleks kutsa di Lerang Bone. Sebenarnya keluarga Ari bukan tanpa usaha

melihat anaknya menderita penyakit kusta. Berbagai usaha pun dilakukan

termasuk pengobatan dukun.

“iyya ngasseng bijayya appalaki rinakke tekamma mae appaballe ri

dukungga, nakana enne garringku nasaba doti-doti, nasaba ta’lebbaki baji

ating’ku, sinampe battui sannaka bambangku, sinampe-sinampe battuiseng

bambang dinggingga” (Wawancara Tanggal 12 Oktober 2012)

(Semua keluargaku meminta untuk berobat kedukun, katanya penyakitku ini

akibat guna-guna, soalnya, perasaanku tidak pernah tenang, sebentar

panas tinggi, sebentar mendadak menggigil kedinginan)

2.4.5 Informan Kelima

Dg Baco (bukan nama sebenarnya) , berumur 62 Tahun. Mengaku

menderita penyakit kusta saat masih remaja.

“saya kena penyakit saat saya brumur 15 tahun, sebenarnya pernah

berhenti tiga tahun tapi kembali lagi. Saya tahu kalau saya kena kusta dari

plek-plek di badan, kalau orang Makassar bilang ballang” (Wawancara

tanggal 11 Oktober 2012)

Mengetahui dirinya menderita penyakit kusta, dia mencari jalan

pengobatan seperti yang diteempuh penderita lainnya, yakni pengobatan alternatif

dukun.

Page 98: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

85

“Kalau orang lain tahu obatku nak, pasti jijik ki, obatku itu jina (Musang)

dicampur ballo (Arak), ada juga patanganna dukun di larangka kerja keras

supaya tidak kambuh-kambuhmi penyakitku, na bagaimana caraku hidup

kalau tidak kerja, pekerjaanku menggembala kerbau” (Wawancara tanggal

11 Oktober 2012)

Dg. Baco mengaku, di awal penderitaannya, tidak pernah ditangani dokter

atau pun tenaga medis.

“laripa dari rumah, baru berobatma di dokter. Waktu lari dari rumah

pikiranku mau memangma ke rumah sakit Jongaya, di situmi pertamaka

berobat” (Wawancara tanggal 11 Oktober 2012)

Tidak ada pilihan lain bagi Dg. Baco selain pergi dari rumah

Daripada saya tinggal di kampung menahan malu dan dimusuhi warga”.

(Wawancara tanggal 11 Oktober 2012)

Terlebih saat itu sekitar tahun 1957 banyak gerilyawan yang sering masuk

ke kampung mengganggu warga. Seringkali pula ternak Dg. Baco diambil, bahkan

rumah Dg. Baco dibakarnya. Hal itu pulalah yang menguatkan keinginan Dg.Baco

untuk menjual ternaknya sebagai biaya perjalanan dan sisanya untuk biaya

pengobatan.

Dg. Baco masih mengingat saat-saat menyedihkan di tahun 1959. Ketika di

tiba di Rumah Sakit Kusta Jongaya dengan nomor urut pasien 1213. Itu berarti dia

telah menjadi pasien Rumah Sakit Jonya yang keseribu sekian dari jumlah

penderita yang masuk sebelum dirinya. Selama dalam perawatan di Jongaya, Dg.

Baco mengikuti kegiatan penderita lainnya membuat batu bata yang diambil dari

Jalan Daeng Tata dekat Jongaya.

Page 99: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

86

“Sekitar tiga tahun saya bekerja bikin batu bata disana, tapi karena saya

pernah dipenjara waktu pemilu, saya di kasi pindahmi di Kapili. Tapi karena

di sana semua orang jijik saya pindahmi lagi di parang tambung, tidak

kuattma terima perlakuan warga yang selalu nalempariki” (Wawancara

tanggal 11 Oktober 2012)

Sering ditangkap karena melanggar aturan pemerintah untuk tidak

mengemis di tempat umum, Dg Baco akhirnya memilih jalan hidup dengan bekerja

sebagai pemulung untuk menghidupi kebutuhan istri dan dua orang anaknya.

Dulu kerjaku mengemis, tapi karena ada aturannya dari Walikota Patompo

saat itu yang nalarang penderita kusta untuk menampakkan diri di tempat

umum, jadi pergima memulung, apalagi pernahka ditangkap dikarebosi

karena pengemis, jadi takutma, itumi pemulungka sampai sekarang”

(Wawancara tanggal 11 Oktober 2012)

2.4.6 Informan Keenam

Umar (bukan nama sebenarnya), Mantan penderita kusta yang sehari-

harinya bekerja sebagai pengemis. Keinginan untuk pergi meninggalkan rumah

muncul ketika penyakit kusta yang dideritanya tak kunjung sembuh. Umar

bersikukuh meyakinkan orang tua bahwa dirinyalah nanti yang bertanggung jawab

atas kemamuan dan niatnya untuk pergi meninggalkan rumahnya. Bahkan,

andaikan orangtuanya tidak memberi izin. Umar akan mengancam akan bunuh diri

dan orang tua itulah yang akan menanggung dosanya. Dan akhirnya dengan

terpaksa orang tua Umar kemudian memberikan izin anaknya untuk mengasingkan

diri di kampung Teppo Barat Kabupaten Majene, bersama 60 kepala keluarga

mantan penderita kusta.

Page 100: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

87

Ketika penyakit kusta menyerang dirinya, segala bentuk pengobatan

pernah dilakukan. Pengobatan dukun hingga pengobatan medeis pernah dialami;

“Pertama kali saya tau kalo saya kusta dari keluarga, dia bilang mungkin

saya sakit kandala’, saya tidak percaya kalau saya ini sakit. Saya sudah ke

dukun dan puskesmas di kampung tapi tidak ada hasilnya.segala macammi

obat saya pakai. Jadi pasrahma, saya kira tidak sembuh-sembuhma ini.

Tapi lama-lama tambah parahmi kurasa penyakitku, tidak tahanma kurasa,

kebetulan ada keluarga ajak berobat di Makassar, jadi ke sinima. Ternyata

setelah ke rumah sakit di Makassar ternyata bisaji disembuhkan”

(Wawancara tanggal 17 Oktober 2012)

Umar beranggapan bahwa penyakit kusta adalah cobaan dari Tuhan serta

nasib yang harus diterimanya, karena ia sudah berusaha melakukan pengobatan

dukun dan Puskesmas sehingga ia merasa bahwa usahanya sudah cukup, jadi

bila penyakitnya tidak sembuh dia beranggapan bahwa itu semua adalah nasib

yang harus diterimanya. Akan tetapi persepsinya terhadap penyakit berubah

setelah melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit.

“Saya dibilang menderita penyakit kusta sama dokter, trus dikasi obat-obatan

dan suntikan juga dikasih penjelasan tentang sakitku ini. (Wawancara tanggal

17 Oktober 2012)

Umar Melanjutkan;

“Menurut saya, kalau orang kena satu penyakit karena nasib masing-masing

manusia itu berbeda-beda. Nasib saya dengan orang lain kan berbeda-beda.

Saya kena penyakit ini juga karena nasib trus ada orang yang kena penyait

umpamanya TBC atau tumor ka itu kan karena nasib. Karena nasib juga saya

bisa sembuh walaupun cacatma” (Wawancara tanggal 17 Oktober 2012)

Akibat penyakit kusta kakinya bengkok dan mengering dan di tahun 2002

terpaksa di amputasi. Awalnya Umar menggunakan kaki palsu, tapi karena merasa

Page 101: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

88

sakit dan cepat lelah akhirnya kaki palsu tersebut dilepas. Untuk memudahkannya

berjalan, Umar menggunakan semacam gerobak kecil. Sebuah papan berukuran

50 Cm dilengkapi dengan 4 buah roda dan sepasang tongkat kecil untuk

mengayuhnya. umar mengaku tidak pernah mengemis karena tidak meminta

minta, orang yang kasihan dan memberinya uang.

Tinggal di kota besar seperti di Makassar memudahkan mantan penderita

kusta mencari uang dengan cara mengemis, terutama mereka yang sudah

diamputasi atau mengalami cacat tubuh, mengaku bahwa mereka bisa mendapat

uang sampai puluhan hingga ratusan ribu rupiah perhari. Namun demikian

mengemis merupakan suatu pekerjaan dengan resiko dan tuntutan fisik yang

tinggi. Resiko yang paling besar kecelakaan fisik yang mungkin dialami oleh

mereka yang harus menggunakan gerobak.

Tidak pernahka pulang kerumah bawa’ uang kurang Rp. 50.000. paling rata-

rata Rp. 100.000. saya keluar setiap hari jam tujuh pulangka shalat lohor.

Pak Salim (Informan 8) yang antarka ke kota pake motornya, saya kasi naik

motormi juga gerobakku, saya kasi uang Rp. 10.000. (Wawancara tanggal

17 Oktober 2012)

Lanjut Umar;

“Kakiku diamputasi tahun 2002, karena bengkok dan sudah kering, jadi

nagganggu kalo jalan. Nabilang dokter, lebih baik kalau kakiku dipotong,

baru pake ki kaki palsu. Sebenarnya bisa ja jalan pakai kaki palsu tapi sakit

baru cepatki capek, jadi sy lepasmi kaki palsuku, baru nabikingkanka

gerobak. Itumi saya pakai keliling di kota. Orang-orang kasihan liatka jadi

nakasihma uang, tidak pernahka mengemis”. (Wawancara tanggal 17

Oktober 2012)

Page 102: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

89

2.4.7 Informan Ketujuh

Perempuan kelahiran limbung Kabupaten Gowa pada tahun 1942, mengaku

pertama kali menginjakkan kaki di kompleks Jongaya pada tahun 1972 setelah

ditinggal suaminya lantaran penyakit kusta. Awalnya Nur (bukan nama

sebenarnya) mendapat penghasilan dari menjahit. Dia selalu berdoa dan berharap

semoga ada tetangga yang datang dan membawa pakaian untuk diperbaiki. Meski

tangannya tak lagi sempurna, dia terlihat terampil menggunakan mesin jahit.

Namun, mesin jahit itu sudah rusak dan Nur sering sakit-sakitan akibat faktor usia,

karena itu dia sudah tidak lagi bekerja. untuk kebutuhan sehari-hari Nur hanya

mengandalkan bantuan dari dinas sosial berupa 15 kg per orang dan uang lauk

pauk sebesar Rp 150 ribu setiap bulannya.

Beragam stigma dan diskriminasi pernah dialami oleh nur sewaktu masih

tinggal di Gowa. Warga yang berpapasan dengannya menutup muka dan berlari

menghindar darinya. Bahkan ada warga yang menghindari bekas jalan yang

dilaluinya.

“Dulu, kalau kami lewat di perkampungan, mereka tutup muka, hanya

matanya yang kelihatan, bahkan kalau bersentuhan, mereka buru-buru

mencuci tangannya dengan air panas, begitu juga dengan sumur umum

yang kami pakai, setelah ditau oleh warga (bukan penderita), mereka tidak

mau lagi menggunakan sumur itu lagi” (Wawancara tanggal 18 Oktober

2012).

2.4.8 Informan Kedelapan

Page 103: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

90

Mantan guru Tsanawiyah Negeri Di Filial Lasusua Kolaka Sulawesi

Tenggara yang terpaksa diberhentkan akibat penyakit kusta. Salim (bukan nama

sebenarnya) mengaku terkena penyakit kusta saat berumur 16 tahun saat dia

duduk di bangku kelas satu Sekolah Pendidikan Guru (SPG).

Waktu kecilka sukaka bongkar-bongkar barang elektonik, kipas, radio banyak

macamnya. Sebenarnya mauka jadi seperti profesor di televisi ada film Ohara

yang selalu bongkar- mobil. Tapi karena kusta begitumi, terpaksa dilupakan.

Tapi sekarang di PERMATA diangkatka sebagai pengurus yang urusi

informasi. Bikin blok atau fesbuknya permata saya yang kelola. (Wawancara

tanggal 19 oktober 2012)

Sejak kecil Salim gemar dalam bidang elektronik, banyak barang elektronik

keluarga dan tetangganya rusak diperbaiki olehnya, Salim (bukan nama

sebenarnya) bahkan bercita-cita untuk menjadi profesor teknik elektro. Namun

karena penyakit kusta yang dideritanya cita-cita tersebut harus dilupakan, keluarga

dan tetangga yang awalnya dekat dengannya perlahan menjauh. Itulah sebabnya

Salim diangkat sebagai pengurus organisasi permata yang membidangi teknologi

informasi karena kegemarannya mengerjakan alat-alat elektronik.

2.4.9 Informan Kesembilan

Samsu (bukan nama sebenarnya), berumur 67 Tahun. Sehari-hari

mengemis di depan Toko Agung jalan Ratulangi Makassar. Akibat penyakit kusta

kelopak matanya tidak bisa berkedip. Untuk melindungi matanya dari debu dan

kotoran Samsu menggunakan kaca mata. Sama dengan mantan penderita kusta

Page 104: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

91

lainnya yang mengaku pernah melakukan pengobatan dukun. Samsu

menceritakan

“Itu dukunku nak, na bilang anak kusta itu adalah anak yang lahir dari

hubungan waktu haid orang tuanya, jadi obatnya dimandikan dengan darah

haid ibunya” (Wawancara tanggal 20 Oktober 2012)

Menurut dukun yang menangani Samsu bahwa kusta ini erat kaitannya

dengan dosa dan kutukan Tuhan karena penderita kusta adalah anak yang lahir

dari hubungan saat haid orang tuanya. Untuk itu satu-satunya pengobatan yang

diilakukan adalah dengan memandikan darah menstruasi ibu penderita kusta

tersebut, sehingga bila si penderita telah meninggal dapatlah dikatakan bahwa si

penderita tak tertolong lagi.

Saat ini Samsu berprofesi sebagai pengemis, menurut pengakuannya

Samsu mengaku mendapat penghasilan rata-rata Rp. 30.000 per hari.

“Saya duduk didepan toko Agung tiap hari, tidak banyak penghasilku, Cuma

Rp.30.000 perhari, mungkin kalau kelilingka banyak ji kaya’nya, tapi itu saya

pikir resikonya kalau keliling, mataku juga sudah kabur-kaburmi, jadi duduk

meka saja didepannya Toko Agung. (Wawancara tanggal 20 Oktober 2012)

Namun saat ini Samsu tidak dapat lagi melakukan profesinya sebagai pengemis

akibat adanya Perda No 2 Tahun 2008 tentang Anak Jalanan, Gelandangan dan

Pengemis.

“Sekarang dilarangmi orang minta-minta dijalanan, tapi ditempatku biasa

duduk tidak dilarang ji karena itu milik pribadi, miliknya toko Agung, bukan

punyanya pemerintah. sudah empat tahunma disitu, saya duduk dari siang

sampai magrib, kata yang punya toko tidak apa-apa, asal hanya satu orang

Page 105: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

92

saja. Satpamnya juga baik tidak pernahka naganggu, tapi biasa nausir

peminta-minta yang lain” (Wawancara tanggal 20 Oktober 2012)

Beragam stigma dan diskriminasi pun pernah dialami Samsu, misalnya di

tahun 1970 saat dia mengemis di lapangan karebosi.

“Saya pernah ditangkap karena mengemis di lapangan karebosi, waktu

Walikota Daeng Patompo ada aturan yang melarang penderita kusta

berkeliaran di jalanan. Maunya pemerintah kita tinggal di penampungan, na

bagaimana caranya kita hidup, kita tanam sayur untuk di jual tidak ada yang

mau beli karena jijik sama kita” (Wawancara Tanggal 20 Oktober 2012)

2.4.10 Informan Kesepuluh

Sehari-hari berprofesi sebagai tukang cuci mobil di Jl. Abdul Kadir

Makassar. Menurutnya, pekerjaan tersebut dilakukan karena sebagai mantan

penderita kusta pilihan profesi sangat terbatas. Dari pekerjaan tersebut, Fatma

(bukan nama sebenarnya) mengaku mendapat penghasilan Rp.100.000 setiap

harinya, dari penghasilan tersebut dia dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan

biaya sekolah dua orang anaknya.

Sebenarnya kalau ada orang yang datang cuci mobil, pakai kaos tangan ka.

Tidak mauka na tau kalau kena kusta ka, tidak enak, jangan sampai marah

ki, ka jijik ki’ (Wawancara tanggal 24 oktober 2012)

Selama menjalankan profesinya, Fatma selalu menggunakan sarung tangan

untuk menutupi jari tangannya yang bengkok, menurut Fatma itu dilakukan agar

pelanggan tidak mengetahui kalau dirinya adalah mantan penderita kusta.

2.4.11 Informan Kesebelas

Page 106: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

93

Menderita penyakit kusta saat masih berumur 10 tahun, saat duduk di kelas

4 SD. Pada saat itu petugas kesehatan datang berkunjung ke sekolahnya untuk

memeriksa kesehatan siswa, dari situlah Ratna (bukan nama sebenarnya) sudah

mulai terdeteksi mengidap penyakit kusta. Karena malu dengan teman - teman

sekolahnya akhirnya Ratna memutuskan berhenti sekolah.

Saat ditemui di kelompok sadar diri jongaya Ratna menceritakan tentang

kelompok sadar diri Salah satu masalah penderita kusta adalah bagaimana

menjaga tangan dan kaki agar tetap sehat. Banyak dari mereka yang tidak dapat

merasakan kaki dan tangannya. Saat sedang bekerja, kaki tertusuk paku atau

luka, mereka tidak merasakan apa-apa, atau saat di dapur karena tidak hati-hati

tangan mereka cedera, dan tetap tidak merasakan apa-apa. Kalau terluka, bisa

menimbulkan infeksi, dan apabila terlambat ditangani, luka tersebut membusuk

dan diamputasi. Penuturan Ratna;

Mengobati luka dan menjaga kebersihan itu sangat penting. Mencegah

supaya tidak luka juga penting, tapi tidak gampang. Jenis pekerjaan juga

berpengaruh, bagaimana caranya na pilihan pekerjaan ta terbatas, paling

pekerja kasar. Kan susah pastikan kalau kita tidak luka saat kerja.

Jangankan kerja, didapur saja mauki bikin kopi na biasa tidak disengaja

nakenaki air panas. Untung ada ini tempat rendam-rendam kaki (Kelompok

sadar diri), jadi bisaki jaga kebersihanta. (Wawancara tanggal 23 Oktober

2012)

Saat ini Ratna bekerja sebagai pengemis di Jl. Sultan Hasanuddin bersama

beberapa mantan penderita kusta lainnya. Profesi sebagai pengemis bukan tanpa

resiko. Resiko kecelakaan, ditambrak dan lain sebagainya selalu menghantui.

Page 107: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

94

Belum lagi pengemis sering diusir polisi karena adanya peraturan yang melarang

untuk mengemis di jalanan

“Tempat ku minta-minta di depanna taman di jalan Sultan Hasanuddin, kita

di sana lebih ki sepuluh orang, kalau ada petugas tanggapki, biasa nabawa

jakikembali ke Dangko (Kompleks Pemukiman Kusta Jongaya), besoknya

kembali kilagi minta-minta, ka mau diapa tidak bisa ki makan kalau tidak

minta-minta ki”.(Wawancara tanggal 23 Oktober 2012)

2.4.12 Informan Keduabelas

Menderita kusta saat masih berumur sembilan tahun, awalnya ada bercak-

bercak putih di punggungnya. Namun dikira hanya keracunan atau alergi makanan

karena kebetulan pada saat itu Intang (bukan nama sebenarnya) sudah

mengkonsumsi ikan massafi. Lama kelamaan bercak itu bertambah besar dan

akhirnya Intang dibawah ke dukun untuk berobat. Tapi karena tidak ada

perubahan, akhirnya dibiarkan saja.

Persepsi yang salah tentang penyakit kusta mengakibatkan penanganan

yang salah. Persepsi yang salah dialami oleh Intang yang awalnya menganggap

sakit yang dideritanya hanya keracunan atau alaregi makanan, Intang menuturkan;

Bercak putih di punggungku ku kira alergi atau keracunan karena paginya

sudahka makan Ikan Massafi (Sejenis belut). Jadi saya biarkanmi, tapi lama

kelamaan tidak sembuh-sembuh, makanya pigima di dukun tanyakan.

(Wawancara tanggal 15 Oktober 2012)

Saat ini Intang berprofesi sebagai pengemis di Jl. Sultan Hasanuddin

bersama Ratna dan beberapa mantan penderita kusta lainnya. Namun karena

Page 108: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

95

adanya Perda pelarangan pengemis, maka Intang dan beberapa mantan penderita

kusta yang berprofesi sebagai pengemis berhenti mengemis.

“ada peraturan pemerintah, tidak boleh minta-minta di pinggir jalan atau di

lampu merah, tidak boleh juga minta-minta di tempat umum, kita Cuma bisa

minta-minta di depan mesjid atau gereja, jadi kalau minta-minta ki di

Hasanuddin napatki petugas pasti ditangkapki, tapi na data jaki saja, baru

na antar pulang” (Wawancara tanggal 15 Oktober 2012

3. Identitas Significant Other

Selain mantan penderita kusta yang menjadi informan penelitian untuk

melihat konsep dirinya, peneliti juga melihat bagaimana mantan penderita kusta

mengungkapkan diri dan berinteraksi dengan masyarakat luar.

Dalam hal ini penelitian ini juga melibatkan masyarakat di luar mantan

penderita kusta sebagai informan yang dikategorikan sebagai significant other.

significant other merupakan orang yang secara nyata penting bagi mantan

penderita kusta dalam proses interaksi. Informan yang dikategorikan significant

other tersebut antara lain;

Tabel 6. Identitas Significant Other Sumber (Wawancara tanggal 7-30 Oktober 2012)

No Nama

Informan

Jenis

Kelamin

Usia

(Tahun)

Pekerjaan Keterangan

1 Adam Laki-Laki 25 Mahasiswa Anak sulung dari

salah seorang

mantan

penderita

2 Iwan Laki-Laki 24 Mahasiswa Penghuni

Page 109: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

96

kompleks

pemukiman

kusta jongaya

3 Doddy Laki-Laki 36 Aktifis LSM Pengurus

Yayasan

Tranformasi

Lepra Indonesia

(YTLI)

4 Husnul Perempuan 33 Aktifis LSM Pengurus

Yayasan Citra

Mantan

Penderita Kusta

(YCMJ)

5 Maradona Laki-Laki 30 Tukang Parkir Ketua Serikat

Juru Parkir

Makassar

6 Meri Perempuan 27 Ibu Rumah

Tangga

Menantu dari

Mantan

Penderita

7 Jufri Laki-Laki 30 Kelompok

Pemuda

Penghuni

Kompleks

Pemukiman

Kusta

8 Suster Serli Perempuan 39 Pengelola

Kelompok sadar

diri Jongaya

Pengelola

kelompok sadar

diri sejak tahun

2006

9 Ust. Rasyid Laki-Laki 43 Tokoh Agama Sering dipanggil

untuk ceramah

agama di

Kompleks Kusta

Jongaya

10 Rinto Laki-Laki 27 Kelompok

Pemuda

Penghuni

Kompleks

Pemukiman

Kusta

11 Ust. Abustan Laki-Laki 40 Imam Mesjid

Babuljannah

Jongaya

Penghuni

Kompleks

Pemukiman

Kusta

Page 110: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

97

12 Desi Perempuan 28 Ibu Rumah

Tangga

Menantu dari

salah seorang

mantan

penderita Kusta

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa Significant other terdiri dari

beberapa orang dengan profesi dan penyebab kedekatan dengan mantan

penderita kusta yang berbeda. Peneyebab kedekatan tersebut dapat digolongkan

antara lain; kedekatan berdasarkan faktor keluarga dan pernikahan, berdasarkan

profesi, berdasarkan tempat tinggal, serta kepedulian terhadap mantan penderita

kusta.

Berdasarkan faktor keluarga dan pernikahan menyebabkan orang di luar

mantan penderita kusta menjadi dekat. Significant other antara lain Desi dan Meri

yang mengaku dekat dengan mantan penderita kusta dengan alasan mereka

menikah dengan anak seorang mantan penderita kusta sehingga mereka dapat

berinteraksi dengan mantan penderita kusta. Selain alasan pernikahan, faktor

keluarga juga menjadi alasan kedekatan significant other dengan mantan

penderita kusta. Adam misalnya, seorang anak penderita kusta informan,

menyebabkan dia dapat berinteraksi dengan mantan penderita kusta.

Faktor berdasarkan tempat tinggal yaitu, terdapat beberapa significant other

menjadi dekat dengan mantan penderita kusta dengan alasan mereka bertempat

tinggal di dalam kompleks pemukiman kusta. Significant other tersebut antara lain;

Iwan, Jufri, Rinto dan Ust. Abustan.

Page 111: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

98

Faktor lain penyebab dekatnya significant other dengan mantan penderita

kusta karena alasan profesi. Significant other tersebut antara lain Maradona yang

mengaku dekat dengan mantan penderita kusta karena profesi dia sebagai tukang

parkir yang membuat dia dapat berinterkasi dengan mantan penderita kusta, selain

Maradona, Ust. Rasyid juga mengaku dekat dengan mantan penderita kusta

karena sebagai tokoh agama dia mengaku sering membawakan ceramah di dalam

kompleks pemukiman kusta.

Faktor lain yang menyebabkan kedekatan antara Significant other dengan

mantan penderita kusta adalah adanya kepedulian dengan mantan penderita

kusta. Husnul dan Doddy mengaku penyebab dekatnya mereka dengan mantan

penderita kusta karena kepeduliannya terhadap mantan penderita kusta yang

selalu mendapat perlakuan diskriminatif akibat stigma terhadap penyakit kusta.

Husnul dan Doddy melalui LSM nya sering membantu mantan penderita kusta

mensosialisasikan penyakit kusta di masyarakat untuk meminimalisir stigma yang

ada di masyarakat.

B. PEMBAHASAN

1. Konsep Diri dan Pembentukan Konsep Diri Mantan Penderita Kusta

1.1 Konsep Diri Mantan Penderita Kusta

Konsep diri memilki peranan penting dalam menentukan perilaku individu

sebagai cermin bagi individu dalam memandang dirinya. Individu akan bereaksi

Page 112: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

99

terhadap lingkungannya sesuai dengan konsep dirinya. Pembentukan konsep diri

memudahkan interaksi sosial sehingga individu yang bersangkutan dapat

mengantisipasi reaksi orang lain. Pola kepribadian yang dasarnya telah diletakkan

pada masa bayi, mulai terbentuk dalam awal masa kanak- kanak.

Begitu juga halnya dengan mantan penderita kusta memiliki konsep diri

yang terbangun sejak bayi, saat menderita kusta, sembuh dari penyakit kusta

hingga menetap di kompleks pemukiman kusta. Apabila digambar perjalanan

hidup mantan penderita kusta seperti berikut;

Gambar 5. Perjalanan Hidup Mantan Penderita Kusta

Awal perjalanan hidup mantan penderita kusta dimulai dari kehidupan

normal, layaknya anak kecil lainnya, bermain dengan teman sebaya, membantu

orang tua, sekolah dan lain sebagainya. Penuturan Umar;

“Sebelum kena kusta, kehidupanku biasa-biasa saja, bermain gasing pigi

kebun mencangkul, pokoknya tidak ada masalah” (Wawancara tanggal 17

oktober 2012)

Hal serupa dialami Said;

Hidup Normal

Awal Prahara

Hari Penuh Kesedihan

Awal Kebangkitan

Page 113: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

100

“Sewaktu belum sakit, saya seperti anak normal lainnya, main, pigi mengaji,

sekolah, (Wawancara tanggal 10 Oktober 2012)

Awal prahara muncul ketika mantan penderita kusta mulai merasakan

perubahan ditubuhnya, munculnya bercak putih yang awalnya hanya sedikit, mulai

menyebar ke seluruh tubuhnya. Kehidupan yang awalnya normal pelan-pelan

berubah. Hari-hari yang yang dulunya diisi dengan bermain, sekolah dan lainnya

pun berubah, teman bahkan keluarga menghindar dan mulai takut. Seperti

penuturan Kadir;

“Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau kehidupanku

berubah drastis, dulu tidak ada masalah, saya mengembala sapi dan

kerbau, bermain sama teman-teman, tapi semua berubah saat ada bercak-

bercak di tangan dan kaki saya. Awalnya saya di kira kebal, karena teman-

teman mencubit bahkan sampai luka saya tidak merasakan apa-apa.

Sampai ada orang bilang saya kena penyakit kusta.” (Wawancara tanggal

13 oktober 2012)

Penuturan Intang:

“Awal musibah saya rasakan ketika saya sudah dianggap menderita kusta,

semua orang menjauh.

Dari bercak putih seperti panu di tubuh anak kecil tersebut yang jumlahnya

memang sedikit, tetapi lama kelamaan semakin banyak dan melebar, tampak

hampir di sekujur tubuhnya. Disertai suhu badan yang panas tinggi membuatnya

sesekali harus buka baju, tidak tahan dengan panas tubuhnya. Tetapi terkadang

juga ia mendadak merasa kedinginan hingga menggigil. Seperi penuturan Ari:

“Sitojenna pammulangku garring, tau toaku na erangga mange riballa

garring, nasaba’ kurangna impormasi, nampa kampongku poeng bella bantu

ri balla’ garring jari lampa ka ri sanroa. Nakana sanroa ni patabaiko anne

Page 114: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

101

nasaba papisa’ringku tena na sannang, tasinampe bambang siampe’na

dinging”

(Sebenarnya waktu pertama sakit, orang tua membawa saya ke

puskesmas, namun karena terbatasnya informasi, serta kampung saya

terpencil makanya saya pindah berobat kedukun. Oleh dukun saya sakit

akibat guna-guna karena soalnya, perasaanku tidak pernah tenang,

sebentar panas tinggi, sebentar mendadak menggigil kedinginan)

(Wawancara tanggal 12 Oktober 2012)

Meskipun apa yang dialaminya itu sangat menyiksa, namun mereka tidak

tahu gerangan perubahan apa yang tengah dialami. Orang tua, keluarga dan

masyarakat yang diharapkan lebih banyak tahu perihal yang mereka alami itu

ternyata tidak, jadilah gejala awal penyakit kusta penyakit kusta kian menjadi tanpa

ada tindakan penyembuhan yang berarti. Penyakit yang sangat berbahaya

sekaligus Siri’ bagi penderita dan keluarga.

Tidak banyak yang mereka lakukan. Mereka pasrah dengan keadaan itu,

menerimanya sebagai penyakit ringan dan biasa saja. Hingga akhirnya muncul

kesadaran bahwa yang menyerang mereka itu adalah penyakit kusta. Sedangkan

upaya penyembuhan dari pihak keluarga, seadanya, sekedar merawat sementara.

Kesadaran akan penyakit kusta yang diderita awalnya berasal dari orang

tuanya, itupun berdasarkan pengalaman yang sangat terbatas. Pemahaman yang

kurang lebih sama seperti pemahaman masyarakat lainnya yang memandang

penyakit kusta adalah penyakit keturunan, bahkan penyakit kutukan yang

menjijikkan dan tidak bisa disembuhkan. Pemahaman akan penyakit kusta

tersebut diikuti pula oleh klaim mistis, ataumerupakan penyakit guna-guna.hal ini

Page 115: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

102

dipengaruhi oleh realitas sosio-kultural masyarakat yang sangat kental dengan

kepercayaan magis dan tak jarang menempatkan dukun sebagai sentrum “orang

pintar”.

Hal lain yang menyebabkan kusta dipandang sebagai penyakit kutukan dari

Tuhan adalah karena adanya pemahaman dan keyakinan bahwa dogma agama

yang menerangkan tentang penyakit kusta dan yang menyiratkan bahwa penderita

kusta harus dijauhi. Sehingga bagi masyarakat, penyakit ini dianggap sebagai

penyakit kutukan Tuhan. Bahakan dalam pemahaman keagamaan, ada seorang

Nabi yang sebagai utusan Tuhan harus menghadapi umat yang menderita kusta

(Sanusi Baco, 2011; 10), dari situlah timbul pemahaman bahwa penyakit ini adalah

“penyakit kuno” yang merupakan warisan yang diturunkan dari umat terdahulu.

Pemahaman masyarakat yang cenderung mistis ini dipengaruhi oleh

kesenjangan informasi dan telaah kritis terhadap dogma dan mitos berkaitan

dengan perlakuan terhadap penderita atau penyakit kusta. Di mana tingkat

pendidikan formal yang rendah ikut memberikan pengaruh pada kecenderungan

masyarakat untuk lebih percaya pada hal-hal mistis daripada sesuatu yang

rasional seperti pemahaman medis.

Seperti pengakuan Kadir yang sejak kecil diejek dan diolok-olok teman

sebayanya dirasakan seperti teror mental baginya, membuat rasa minder dan

rendah diri serta kian meningginya kadar sensitifitas ketersinggungan mereka.

Cenderung reaktif dalam merespon keadaan di sekitar lingkungannya, kendati

orang yang mencoba membangun komunikasi dengannya atau sekedar bertegur

Page 116: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

103

sapa dan memperhatikan mereka tanpa tendensi mencemooh sekalipun, tak

jarang justru dinilai salah (negatif) oleh para penderita. Dan tampaknya itu hanya

sekedar bagian dari cara para penderita kusta untuk melindungi dan membela diri

mereka yang justru sering tidak di bela orang lain, bahkan oleh keluarga mereka

sendiri. Salim mengungkapkan;

Waktu masih kecilka, ku rasa sensitif sekalika, biar orang lewat didepanku

tidak sengaja meludah, tersinggung ma lagi, berapa kalika sempat berkelahi

gara-gara hal sepele ji. Soalnya kalau tidak dipukul pasti na ejek ki lagi, itu

juga cara untuk membela dirita supaya tidak terus-terusan diejek.

(Wawancara tanggal 19 oktober 2012)

Tidak jarang, para keluarga penderita kusta juga menempatkan penderita

kusta dalam posisi yang tidak menguntungkan karena merasa malu menerima

kenyataan. Rasa malu dari pihak keluarga menjadi beralasan, mengingat

kencangnya cemoohan dan olok-olokan dari tetangga dan lingkungan masyarakat.

Perasaan gengsi keluarga pun menjadi wajib dipertaruhkan, demi nama baik

keluarga besarnya. Meskipun ada sebagian keluarga yang masih menginginkan

keberadaan mereka, namun tekanan sosial dan tekanan mental terhadap si

penderita yang membuat jalinan tali keluarga pun harus dipertaruhkan. Seperti

penuturan Rafi;

Saat itu saya dibuatkan pondok kecil dibelakang rumah. Itu satu-satunya

jalan agar saya tidak dimusuhi warga, agar keluarga tidak malu. Tapi bagi

saya dibuatkan pondok belakang rumah tidak menyelesaikan masalah,

malah saya merasa tidak ada yang pedulikan saya lagi. (Wawancara

tanggal 14 oktober 2012).

Page 117: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

104

Tidak sedikit keluarga penderita kusta yang sudah tidak percaya lagi

dengan model pengobatan apa pun terhadap penyakit kusta, termasuk ke dukun

dan medis, mereka pasrah. Seperti penuturan Kadir;

Saya sudah keliling klinik dan rumah sakit di Ujung Pandang, tapi tidak ada

yang informasikan kalau saya ini terkena penyakit kusta, saya Cuma

disuruh berobat tapi tidak ada hasilnya, saya sempat pesimis dengan

hidupku. Saya serahkan saja sama Tuhan (Wawancara tanggal 13 oktober

2012).

Lain halnya dengan yang dialami Said yang mengaku sabar dan lebih tegar akibat

kusta, penuturan Said;

Banyak teman yang mengaku stres hingga akhirnya bunuh diri akibat

penyakit ini, saya justru berfikir bahwa tidak ada masalah yang tidak ada

jalannya, saya jalani saja mencoba mencari hikmahnya, ternyata penyakit

ini mengajari saya untuk sabar dan lebih tegar (Wawancara tanggal 10

oktober 2012).

Di kompleks pemukiman kusta, ada pengalaman baru yang turut

mempengaruhi perkembangan konsep diri mantan penderita kusta. Mantan

penderita kusta meletakkan arti penting kompleks pemukiman kusta sebagai

rumah masa depan anak cucu mereka. Kompleks kusta adalah “hidup-mati” bagi

keluarga penderita kusta. Mereka merasa memilki dan aman tinggal di kompleks

pemukiman kusta. Informan seperti Ari, Said, Nur, serta Samsu yang telah

menetap di kompleks Jongaya sejak tahun 60-an dan 70-an. Mereka adalah

mantan penderita kusta yang sudah puluhan tahun meninggalkan keluarga dan

kampung asalnya. Bagi mereka, rumah keluarga dan kampung asal adalah masa

lalu yang buram.

Page 118: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

105

Di kompleks pemukiman kusta pula lah, mereka mengenal organisasi yang

mengikat mereka secara emosional, Said misalnya mendirikan Yayasan Citra

Mantan Penderita Kusta Jongaya (YCMJ), Andi pernah menjadi ketua

Perhimpunan Mandiri Kusta (Permata). Organisasi yang secara emosional

mengikat individu dan berpengaruh terhadap konsep dirinya.

Secara umum konsep diri mantan penderita kusta sebagai berikut;

1.1.1 Mengutamakan Materi

Sekecil apa pun nilai materi tersebut dianggap sebagai milik yang sangat

berharga. Materi lebih penting ketimbang yang lainnya. Mereka siap mengerjakan

apa saja yang demi mendapatkan uang. Itulah sebabnya, mereka tidak segan-

segan jadi pengemis, pemulung, tukang parkir dan sebagainya. Begitu kuatnya

keinginan mendapatkan materi sehingga sering kali mengalahkan nilai-nilai yang

lain seperti pendidikan, politik, budaya dan sebagainya. Seperti penuturan Dg.

Baco

“Takdir menjadi tau kandala’ begini. Miskin. Hidup susah, saya punya 3

anak yang mau saya biayai, mau sekolah tidak punya biaya. Jadi biasanya

anak-anakku pigi mengemis. Maumi diapa ituji yang di bisa” (Wawancara

tanggal 11 oktober 2012)

Penuturan Said;

“Biasa banyak pa’politik masuk di sini untuk sosialisasi,biasanya minta izin

sama saya. Tapi saya tanyami bilang jangan maki cerita program, atau apa,

langsung maki saja kasi uang atau beras orang disini, ka ituji yang

dibutuhkan.” (Wawancara tanggal 10 otober 2012)

Page 119: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

106

Penuturan Nur;

“Pernah waktu Walikota Patompo, mau perbaiki jalanan di Makassar,

supaya tidak lewat-lewat orang di jalanan yang baru diaspal, dipanggilmi

orang di sini (Penghuni kompleks kusta Jongaya) duduk-duduk di pinggir

jalan. Jadi takut orang lewat. Tapi na kasi jaki uang makan sama ongkos

pete-pete itu hari”. (Wawancara tanggal 18 Oktober 2012)

1.1.2 Kurang Peduli Terhadap Kesehatan

Walaupun secara medis mantan penderita kusta dianggap sembuh, tetapi

masyarakat menganggapnya sebagai penderita kusta. Bahkan mantan penderita

kusta sendiri seringkali memandang cacat fisik permanen yang mereka alami

sebagai tanda bahwa yang mereka memang mengidap penyakit penyakit kusta.

Adanya stigma masyarakat yang menganggap cacat fisik sebagai tanda

penyakit kusta serta Self Stigma dari penderita kusta sendiri membuat mantan

penderita kusta cenderung tidak peduli dengan kondisi kesehatannya. Bahkan

keberadaan kelompok sadar diri sebagai wadah sosialisasi kesehatan mantan

penderita kusta dinilai tidak terlalu efektif karena tidak semua mantan penderita

kusta masuk dalam kelompok tersebut. Perilaku yang lebih sulit lagi adalah jika

mereka “menjual” kecacatan fisik tersebut untuk mendapatkan nafkah. Berikut

penuturan beberapa Informan;

Penuturan Umar:

Maumi di apa, ka begini memang maki, mauki menjual tidak ada yang mau

beli, modal juga tidak ada. Mau jadi tukang parkir cacat maki. Jadi terpaksa

begini maki. Sebanarnya ada tempat rendam kaki di Dangko, katanya untuk

Page 120: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

107

kebersihan, tapi malas ma bela, terlanjur sudah cacat ma. Mungkin yang

masih bagus kakinya bisaji. (Wawancara tanggal 17 Oktober 2012)

Penuturan Samsu;

“Kalau ada yang bilang saya mengemis, terus terang saya tidak mengemis,

orangji yang kasihan lihatka makanya na kasika uang. Kalau mau dibilang

saya tidak peduli kesehatan atau keselamatan sebenarnya bukan tidak

peduli tapi pasrahma. Karena sakit kusta begini ma sampai sekarang””.

(Wawancara tanggal 20 Oktober 2012)

Penuturan Said

“Banyak teman yang mengusahakan kelompok sadar diri, tapi bagi saya

stigma membuat kelompok itu tidak bisa jalan maksimal, belum lagi orang-

orang yang sudah pasrah sama hidupnya” (Wawancara tanggal 10 Oktober

2012)

1.1.3 Takut Memulai Sesuatu

Pengalaman hidup sebagai mantan penderita kusta yang selalu diwarnai

kegagalan dalam berbagai bidang kehidupan seperti pergaulan, sekolah, bekerja,

dan sebagainya membuat mereka senantiasa dihantui oleh sikap pesimis. Itulah

sebabnya, sekalipun ada yang menawarkan usaha atau upaya untuk

memberdayakan potensi mereka, respon pertama mereka adalah tidak berani

mencoba karena takut gagal. Penuturan Kadir:

“Sebenarnya banyak organisasi di luar yang peduli dengan mantan

penderita kusta, misalnya ada organisasi dari Belanda yang mau memberi

bantuan untuk dibikin koperasi, tapi orang disini tidak banyak yang mau ikut,

bantuan dari YTLI yang melatih orang untuk membuat tas dari sampah

plastic, begitu juga, kurang sekali yang mau ikut. Katanya samaji juga asal

natau orang kalau dari dangkoyang bikin tidak ada itu yang mau beli.

(Wawancara tanggal 13 Oktober 2012)

Page 121: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

108

1.1.4. Sikap Ketergantungan

Dalam kesehariannya, tidak sedikit mantan penderita kusta terdorong untuk

mengharapkan belas kasihan orang lain ketimbang berusaha sendiri. Hal ini

diperburuk lagi oleh pandangan sebagian besar masyarakat yang mengidentikkan

mantan penderita kusta sebagai kelompok manusia yang berpenyakit kronis,

cacat, penuh luka dan miskin. Masyarakat memandang mereka sangat

membutuhkan pertolongan dan layak diberi bantuan . lambat laun memunculkan

mentalitas ereka sebagai peminta-minta, sekaligus menciptakan ketergantungan.

Penuturan Kadir;

Banyak teman-teman disini sudah tergantungmi sama bantuan, seolah-olah

tidak adami yang bisa dikerja selain mengharap bantuan, padahal

PERMATA sama YTLI sering buat pelatihan keterampilan tami memang

sudah malasmi berusaha. (Wawancara tanggal 13 Oktober 2012)

Penuturan Said;

Sebenarnya mereka bersikap seperti itu karena dari dulu selalu diberi

bantuan, jadi naanggap enakmi, tidak ada dikerja dapatki bantuan. Kalau

tidak ada bantuan pigimi meminta-minta. ”. (Wawancara tanggal 10 Oktober

2012)

1.1.5. Mampu Memperbaiki Dirinya

Pada dasarnya konsep diri mantan penderita kusta cenderung mengalami

perkembangan. Mantan penderita kusta berusaha memperbaiki diri agar

Page 122: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

109

masyarakat dapat menerima mereka tanpa ada stigma dan diskriminasi lagi.

Penuturan Fatma;

Kalau mau jujur, sebenarnya orang di sini sudah sedikit berubah, tidak

seperti dulu, sensitif sekali. Biar tukang becak tidak sengaja meludah di

depan kompleks langsung di pukul sama warga di sini. Sekarang tidak

sepertimi dulu (Wawancara tanggal 24 oktober 2012)

1.2 . Pembentukan Konsep Diri Konsep Diri Mantan Penderita Kusta

Pembentukan konsep diri mantan penderita kusta didasarkan pada persepsi

yang ada pada diri (in self), persepsi dari luar (out self) mereka.

1.2.1 Pesepsi Dalam Diri (In Self)

Berkaitan dengan bagaimana mantan penderita kusta mempersepsi dalam

dirinya (in self) secara fisik. Seorang mantan penderita kusta yang sudah

menerima stereotipe penderita penyakit kutukan, penyakit keturunan, guna-

guna, dan sebagainya belum tentu memiliki penilaian terhadap dirinya sendiri

seperti penilaian orang lain tersebut. Secara fisik mantan penderita kusta

menyebut dirinya dengan sebutan yang beragam, Diantaranya selain menyebut

mantan penderita kusta atau eks kusta (Said, Andi, Kadir, Ari, dan Samsu)

Penyandang Cacat (Umar, Fatma, Ratna, dan Intang), serta Tau Kandala’ (Nur,

Samsu, dan Dg. Baco).

Apabila dibuat skala penilaian diri mantan penderita kusta dilihat dari

sebutan bagi mereka sendiri, maka sebutan tersebut memiliki nuansa konsep diri

Page 123: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

110

dalam rentang yang netral (0) dan Negatif (-). Sebutan tersebut dapat

dikemukakan sebagai berikut;

Mantan Penderita Kusta atau Eks Kusta (0)

Mantan penderita kusta atau eks kusta memilki makna yang netral. Sebutan

mantan penderita kusta atau eks kusta menunjukkan orang yang pernah menderita

penyakit kusta. Berkonotasi netral karena menurut Said misalnya penyakit ini tidak

ada bedanya dengan penyakit lain,

“jadi kami menyebut diri kami sebagai mantan penderita kusta, atau orang yang pernah menderita penyakit kusta” (Wawancara tanggal 10 oktober 2012)

Kadir juga menyebut dirinya mantan penderita kusta;

Sebenarnya istilah eks kusta dipopulerkan pemerintah sama dinas sosial, supaya membedakan orang yang masih sakit sama yang sudah sembuh” (Wawancara tanggal 13 oktober 2012)

Orang Cacat atau Penyandang Cacat (0)

Penyandang cacat dalam kamus besar bahasa indonesia artinya sama

dengan penderita cacat, bagi sebagian informan menyebut dirinya dengan

penyandang cacat atau orang cacat untuk menggambarkan dirinya terkena cacat

akibat penyakit kusta Umar misalnya yang menyebut dirinya penyandang cacat

karena kakinya terpaksa diamputasi akibat penyakit kusta.

Walaupun selalu ada perdebatan tentang penyebutan terhadap orang-orang yang

menyandang kecacatan, sebagian kelompok menganggap bahwa penyandang

cacat berkonotasi negatif dan diganti dengan istilah diffabel yang merupakan

Page 124: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

111

akronim dari different ability yang bermakna tapi informan menyebut dirinya

dengan penyandang cacat untuk menggambarkan dampak penyakit kusta

terhadap dirinya.

Walaupun sudah sembuh maki nak, maumi di apa terlanjur cacat maki, kata Umar (Wawancara tanggal 17 oktober 2012)

Tau Kandala’ (-)

Sebutan yang disampaikan Nur, Samsu dan Dg. Baco ini memiliki konotasi

negatif dalam status sosial masyarakat Bugis- Makassar. Walaupun jika dilihat dari

makna Tau Kandala’, Tau yang artinya orang dan Kandala’ artinya buntung. Akan

tetapi, karena citra diri seseorang yang disebut Tau Kandala’ dalam strusktur

masyarakat Bugis- Makassar sudah mengalammi streotipe untuk sebuah identitas

penderita kusta yang tidak punya penghasilan selain mengemis, penderita

penyakit menular dan berbahaya. Maka oleh karenanya Tau Kandala’ adalah

seorang yang memilki citra diri negatif. Nur misalnya menyebut dirinya dengan

Tau Kandala’ :

Biasa banyak orang disini marah kalau dibilangi kandala’ tapi kalau saya tidak apa-apaji, masa mauki marah ka kandala’ memangki. (Wawancara tanggal 18 oktober 2012)

1.2.2 Persepsi Di Luar Diri (Out Self)

Persepsi dalam diri (out self) berkaitan dengan bagaimana orang lain

menilai diri mantan penderita kusta atau lingkungan sosial mereka. Penilaian orang

Page 125: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

112

lain tentang diri mantan penderita kusta cenderung dipengaruhi persepsi tentang

penyakit kusta .

Berdasarkan wawancara dengan informan, ditemukan beberapa persepsi

masyarakat yang berbeda tentang penyakit kusta. Dari 12 informan, 3 diantaranya

mengaku bahwa persepsi masyarakat tentang penyakit kusta adalah sebuah

kutukan. Ketiga informan tersebut antara lain; Dg. Baco, Salim, dan Ratna.

Dg. Baco menuturkan;

Orang makassar bilang penyakit kusta itu karena kutukan

(Wawancara Tanggal 10 Oktober 2012)

Selain kusta sebagai sebuah kutukan, sebanyak 2 informan yakni Nur, dan

Fatma yang mengatakan bahwa persepsi masyarakat tentang penyakit kusta

adalah penyakit keturunan, 2 informan mengaku bahwa persepsi masyrakat

tentang kusta akibat guna- guna antara lain Andi, dan Ari. Walaupun pada

awalanya orang tua Ari menyadari bahwa anaknya menderita penyakit kusta dan

sempat melakukan pengobatan medis, namun karena keterbatasan informasi

akhirnya persepsi tentang penyakit kusta pun berubah dari hanya sekedar penyakit

kulit biasa berubah menjadi guna- guna, Ari menuturkan;

“Sitojenna pammulangku garring, tau toaku na erangga mange riballa

garring, nasaba’ kurangna impormasi, nampa kampongku poeng bella bantu

ri balla’ garring jari lampa ka ri sanroa. Nakana sanroa ni patabaiko anne

nasaba papisa’ringku tena na sannang, tasinampe bambang siampe’na

dinging”

(Sebenarnya waktu pertama sakit, orang tua membawa saya ke

puskesmas, namun karena terbatasnya informasi, serta kampung saya

Page 126: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

113

terpencil makanya saya pindah berobat kedukun. Oleh dukun saya sakit

akibat guna-guna karena soalnya, perasaanku tidak pernah tenang,

sebentar panas tinggi, sebentar mendadak menggigil kedinginan)

(Wawancara tanggal 12 Oktober 2012)

Sementara 2 informan, Kadir dan Umar mengaku bahwa persepsi

masyarakat tentang penyakit kusta adalah penyakit menular yang berbahaya.

Serta masing- masing 1 orang informan yang menganggap bahwa persepsi

masyarakat tentang penyakit kusta antara lain; penyakit yang tidak bisa

disembuhkan, anak dari hasil hubungan orang tua saat haid, dan alergi, serta

cobaan tuhan Said mengungkapkan;

Wah tidak ada itu nak, kalau berobat di dukun sesuai pengalaman saya, tidak ada sejarahnya penyakit kusta bisa disembuhkan oleh dukun, dan kalau berobat di rumah sakit pun begitu, karena kusta itu penyakit yang tidak ada obatnya” kenang AS menirukan kata-kata orang tuanya. (Wawancara tanggal 10 Oktober 2012)

Lain halnya penuturan Samsu;

Dukun yang obatika bilang anak kusta itu adalah anak yang lahir dari hubungan waktu haid orang tuanya, jadi obatnya dimandikan dengan darah haid ibunya” (Wawancara tanggal 20 Oktober 2012)

Sementara penuturan Intang;

Pergika acara makan ikan di rumahnya temanku, kebetulan ikan massafi yang dimakan (Sejenis belut) baru di keluargaku saya tidak ada yang makan ikan begitu, biar asap-asapnya ji nakena kalau bakar ikan orang na gatal-gatalmi na rasa. Itu mi nakira keluargaku alergika. (Wawancara tanggal 15 oktober 2012

Umar beranggapan bahwa penyakit kusta adalah cobaan dari Tuhan serta

nasib yang harus diterimanya, karena ia sudah berusaha melakukan pengobatan

dukun dan Puskesmas sehingga ia merasa bahwa usahanya sudah cukup, jadi

Page 127: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

114

bila penyakitnya tidak sembuh dia beranggapan bahwa itu semua adalah nasib

yang harus diterimanya.

“Menurut saya, kalau orang kena satu penyakit karena nasib masing-masing manusia itu berbeda-beda. Nasib saya dengan orang lain kan berbeda-beda. Saya kena penyakit ini juga karena nasib trus ada orang yang kena penyait umpamanya TBC atau tumor ka itu kan karena nasib. Karena nasib juga saya bisa sembuh walaupun cacatma” (Wawancara tanggal 17 Oktober 2012)

Secara skematik pembentukan konsep diri mantan penderita kusta dapat

digambarkan seperti berikut;

Gambar 6. Pembentukan Konsep Diri Mantan Penderita Kusta

2. Pengungkapan Diri Mantan Penderita Kusta

Sebagian masyarakat merasa bahwa orang lain tidak perlu mengetahui latar

belakang siapa dirinya, atau dengan kata lain individu tersebut tidak perlu

melakukan pengungkapan diri agar orang lain mengetahui siapa dirinya, namun

ada sebagian masyarakat merasa perlu untuk melakukan pengungkapan diri agar

Persepsi Dalam Diri (In Self)

Tau Kandala’

Mantan Penderita Kusta

Penyandang Cacat

Persepsi Di Luar Diri (Out Self)

Kutukan

Keturunan

Guna-Guna

Penyakit yang tidak bisa Sembuh

Penyakit menular

Orang tua berhubungan sangat haid

KONSEP DIRI MANTAN

PENDERITA KUSTA

Page 128: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

115

dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain atau dengan masyarakat.

Seperti juga dengan mantan penderita kusta yang ingin mengungkapkan dirinya di

masyarakat, mantan penderita kusta cenderung memiliki rasa rendah diri yang

besar dikarenakan persepsi masyarakat terhadap penyakit kusta

Masyarakat sendiri sulit untuk menerima mantan penderita kusta,

dikarenakan adanya sikap kewaspadaan masyarakat yang berlebihan terhadap

mantan penderita kusta. Adanya stigma yang menganggap penyakit kusta

penyakit kutukan serta penyakit menular membuat mantan penderita kesulitan

untuk berinteraksi dengan masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Meri;

Waktuku mau menikah, datang om nya Sultan untuk melamar, awalnya

sudah disetuji mi sama orang tua, tapi belakangan natau keluarga bilang

bapaknya penderita kusta maumi dibatalkan lamaran, pusingma. Jadi

pergima sama Tuan Guru tanyakan, na kasija selebaran nya PERMATA,

pulang di rumah saya kasih orang tua suruh baca ki, 3 hari baru ada

keputusannya orang tua. Nabilang suruhmi Sultan cetak undangan. Jadi jaki

menikah. (Wawancara tanggal 6 November 2012)

Hal serupa juga dialami Desi, yang juga menantu mantan penderita kusta, dalam

proses wawancara Meri dan Desi sedang duduk berdua di depan warung di

kompleks pemukiman kusta Jongaya, Penuturan Desi;

Sama ja itu Meri, pas natau keluarga bilang begitu, marah sekali orang tua,

nabilang kenapa bisa kenal sama orang kaya begitu. Lama saya jelaskan

baru bisa naterima, datang pi juga AR lamarkan Bahar baru naterima,

sekarang tidak ada ji masalah orang tua dan keluarga sama orang di sini.

(Wawancara tanggal 6 november 2012)

Dengan pengungkapan diri, masyarakat akan lebih mengetahui bagaimana

sebenarnya penyakit kusta, serta sisi yang lebih baik dari seorang mantan

Page 129: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

116

penderita kusta, bahwa mantan penderita kusta adalah seorang yang pernah

menderita penyakit kusta yang mempunyai hak yang sama untuk hidup di

lingkungan masyarakat. Seperti penuturan Doddy berikut;

Masyarakat masih kurang mendapat informasi tentang kusta sehingga

muncul stigma dan muncul diskriminasi terhadap mantan penderita kusta.

Yang benar, Kusta bukan penyakit kutukan dan juga turunan. Kusta bisa

sembuh dengan obat MDT (Wawancara tanggal 9 november 2012)

Hal senada di ungkapkan Husnul;

Kita memiliki peringatan Hari Kusta Sedunia setiap tahun, sebagai

momentum peningkatan pemahaman masyarakat. Harusnya yang dipahami

bahwa mantan penderita kusta punya sejarah yang panjang bagaimana

mereka diperlakukan masyarakat, kalau kita tahu kita tidak akan melakukan

diskriminasi terhadap mereka (Wawancara tanggal 2 november 2012)

Dari uraian di atas penulis melihat bahwa mantan penderita kusta ingin

berinteraksi dengan masyarakat dengan cara melakukan pengungkapkan diri agar

dapat memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya. Berinteraksi kembali dengan

masyarakat, sama juga dengan berhubungan dengan orang lain. Dengan

pengungkapan diri masyarakat bisa mengetahui siapa dirinya, dan dengan

pengungkapan diri juga, mantan penderita kusta dapat berinteraksi kembali

dengan masyarakat tanpa adanya rasa malu.

2.1. Komponen Pengungkapan Diri

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti menyimpulkan

pengungkapan diri pada mantan narapidana dapat dilihat dari komponen-

komponen pengungkapan diri, diantaranya:

Page 130: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

117

2.1.1 Jumlah informasi yang diungkapkan.

Berdasarkan jumlah informasi yang diungkap, mantan penderita kusta

cenderung memiliki keterbukaan diri yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari sikap

mereka yang menginformasikan tentang penyakit kusta sekaligus pengalaman

masa lalu sewaktu masih menderita kusta. Seperti yang penuturan Maradona

berikut;

Mereka (Mantan penderita kusta) kalau di tanya bagaimana penyakit kusta

atau di suruh cerita pengalamannya, nacerita semua itu, tidak ada yang

natutup- tutupi, saya masih pertama ka ketemu AR (Informan Penelitian)

selesai maparkir, cerita tentang pengalamannya waktu masih sakit, na tidak

dirasa magrib mi lagi. (Wawancara tanggal 7 november 2012)

Hal senada di ungkapkan Jufri dan Rinto,

Orang disini tidak pilih-pilih ji, siapa yang datang ajak cerita naladeni ji

semua, tapi tidak banyak ji juga orang datang ajak cerita, biasanya nataupi

kalau penyakit kusta tidak berbahaya baru datang.(Wawancara tanggal 10

november 2012)

Penuturan Doddy;

Apabila mereka (Mantan penderita kusta) ditanya tentang bagaimana kusta,

atau bagaimana pengalamannya sewaktu menderita kusta, pasti akan

dengan senang hati menjawab. Tidak hanya penderita kusta di Jongaya,

berdasarkan pengalaman saya, setiap ada kegiatan YTLI yang

mempertemukan mantan penderita kusta se- Indonesia, biasanya mereka

cenderung terbuka untuk menginformasikan sesuatu (Wawancara tanggal 9

november 2012)

Ketika hal ini dikonfirmasikan kepada mantan penderita kusta, Andi

mengungkapkan;

Page 131: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

118

Kita sebagai orang yang pernah sakit kusta, kalau tertutupki sama

masyarakat, akan tambah besar pandangan negatifnya sama kita, jadi

memang harus lebih aktifki untuk menceritakan informasi yang mereka

butuhkan supaya bisa ki naterima masyarakat. (Wawancara tanggal 11

november 2012)

Penuturan Kadir;

Sekarang teman-teman ketika ditanya tentang penyakit kusta, semua akan

aktif bercerita, mungkin bisami dilihat hasilnya. Dulu tidak ada sopir pete-

pete yang mau singgah ambil penumpang di sini, tapi sekarang

Alhamdulillah adami yang mau jemput teman-teman yang mau keluar

mengemis di Hasanuddin, biasanya pagi-pagi itu jam 7 adami datang

jemput, Cuma kalau siang-siang mereka biasa tidak mau karena bukan dari

sopirnya, penumpang yang lain biasa tidak mau. Tapi tetap harus disukuri

karena tidak sama seperti dulu. (Wawancara tanggal 11 november 2012)

2.1.2. Kedalaman Pengungkapan Diri

Komponen yang kedua ialah kedalaman pengungkapan diri. Dari

kedalaman pengungkapan diri, dapat diketahui bahwa mantan penderita kusta

melakukan pengungkapkan diri secara mendalam kepada keluarga ataupun

individu yang sangat dekat dengan mantan penderita. Penuturan Adam;

Saya bisa lihat perbedaaannya, bapak ku kalau cerita pengalamannya

sama orang lain biasa- biasaji, tapi kalau cerita sama keluarga biasa sedih

sekali dilihat, karena ada pengalamannya Cuma keluargaji yang tau, tidak

enak na tau orang lain (Wawancara tanggal 30 oktober 2012)

Penuturan Husnul;

Biasanya pengalaman yang berhubungan dengan keluarga, perlakuan

buruk keluarga terhadap mantan penderita, biasa tidak diceritakan mereka

(Mantan penderita kusta) kecuali kalau kita sudah dekat dengan mantan

Page 132: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

119

penderita, seolah kita sudah menjadi bagian dari keluarga, maka cerita itu

tersebut akan diungkapkannya. (Wawancara tanggal 2 november 2012)

Tidak semua informasi diungkapkan oleh mantan penderita, ada informasi

yang hanya keluarga atau individu yang sudah sangat dekat dengan mantan

penderita kusta. Informasi yang tentang perlakuan buruk keluarga terhadap

mantan penderita tidak diungkapkan kepada orang lain.

2.1.3. Waktu Pengungkapan Diri

Komponen yang ketiga adalah waktu pengungkapan diri. Berdasarkan

waktu pengungkapan diri dapat diketahui, mantan penderita kusta mampu melihat

kondisi dan waktu yang tepat tentang kapan dirinya harus bercerita atau

melakukan pengungkapan diri. Hal ini seperti yang diungkapkan Suster Serli;

Semua penderita yang datang dikelompok sadar diri, biasanya untuk

berkomunikasi, awalnya mereka tidak banyak bicara, kebanyakan diam,

itupun bicara kalau saya tanya, tapi bagi sesama mantan penderita mereka

sangat terbuka begitu juga sama orang yang sudah diakrabi, tapi lama

kelamaan saya mengelola kelompok sadar diri, mereka akhirnya tidak

canggung lagi sama saya. (Wawancara tanggal17 november 2012)

Hal serupa diungkapkan Husnul;

Awalnya saya masuk di sini Tahun 2000, saat itu tidak ada mantan

penderita yang saya akrab betul, saya langsung menghadap tuan guru

untuk menjelaskan maksud kedatangan saya, saat itu saya masih

mahasiswa mau membuat acara buka puasa bersama di Kompleks, tapi

Page 133: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

120

lama kelamaan seiring perkembangan waktu, saya bisa akrab dengan,

mereka sampai sekarang. (Wawancara tanggal 2 november 2012)

Komponen waktu pengungkapan diri seperi yang diungkapkan informan

tersebut diatas sama seperti yang diungkapkan Menurut Powell dalam Suranto

(2011; 68). Bahwa ada beberapa tingkatan dalam pengungkapan diri, dari

pengungkapan yang bersifat basa- basi hingga hubungan puncak.

Begitu halnya dengan mantan penderita kusta, hubungan dapat dicapai

dengan diawali basa- basi terlebih dahulu.

2.1.4. Sifat Pengungkapan Diri

Komponen keempat dalam pengungkapan diri adalah sifat. Pada komponen

sifat dari pengungkapan diri, mantan penderita kusta mengungkapkan bagian

negatif dan juga positif yang ada pada dirinya. Pernyataan Adam berikut ini;

Kalau mau ditau sifat baik atau buruknya, orang di sini tidak ada yang bilang

secara langsung, Cuma kita ji sendiri yang simpulkan bagus atau jelek

sifatnya. Contohnya pace ku, tidak pernah nacerita kalau dia itu begini atau

begitu, ituji kalau na nasehati ki, misalnya nasuruhka baik-baik kuliahku,

atau nalarangka begadang sampai tengah malam sama anak-anak

kompleks sini. Ituji selebihnya itu tidak ada. (Wawancara tanggal 30 oktober

2012).

Hal senada diungkapkan Iwan;

Biasanya Cuma sama orang-orang yang sudah akrab sekalipi paki sama

orang disini baru nabilang itu bagaimana sikapnya. Misalnya sama tuang

guru, dia sering nasehati orang yang sudah akrab sama dia, pernah juga

nabilang kalau dia itu orangnya tegas dan keras kalau ada salah-salahta

sedikit, marah-marah itu, tapi kalau sama orang baru na akrabi tidak pernah

Page 134: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

121

nacerita baik atau buruknya, orangji yang simpulkan. (Wawancara tanggal

30 oktober 2012).

Hal yang dilakukan mantan penderita kusta tersebut tidak lebih dari kesan

yang ingin ditampilkan kepada orang lain, adanya sikap yang cenderung tertutup,

tidak mudah akrab sama orang baru mempengaruhi sikap mantan penderita untuk

tidak terlaluterbuka dengan orang yang baru dikenal, hal sebaliknya apabila

hubungan tersebut telah mencapai taraf hubungan puncak, sifat pengungkapan diri

positif atau negatif akan diketahui.

2.1.5. Lawan Bicara

Komponen kelima adalah lawan bicara bicara. Pengungkapan diri biasanya

dilakukan dengan orang lain yang dirasakan dekat atau dapat dipercaya, hal ini

dapat dilakukan dengan orang tua, suami, istri, atau teman. Biasanya

pengungkapan diri akan dilakukan oleh orang-orang yang dirasa akan mendukung

dirinya. Mantan penderita kusta cenderung tertutup terhadap orang yang memilki

persepsi buruk terhadap penyakit kusta, dan jauh lebih terbuka kepada orang yang

menganggap penyakit kusta sama seperti penyakit lainnya.

2.2 Bentuk Pengungkapan Diri Mantan Penderita Kusta

Mengapa mantan penderita kusta perlu memberitahu orang lain tentang

dirinya sendiri? Untuk menjawab hal tersebut, maka harus dilihat sebagai suatu

siklus yang melibatkan tiga hal yaitu pengungkapan diri, hubungan persahabatan

Page 135: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

122

dan penerimaan terhadap diri sendiri.

Gambar 8. Bentuk Pengungkapan Diri Mantan Penderita Kusta

Pada dasarnya mantan penderita kusta akan melakukan pengungkapan

diri apabila dia dapat menerima diri sendiri. Penerimaan diri adalah sikap mantan

penderita kusta yang menghilangkan pandangan negatif pada dirinya seperti

merasa tidak mampu, lemah, serta harga diri rendah.

Fase selanjutnya adalah melakukan pengungkapan diri. mengungkapkan

perasaan dan berbagi pengalaman maka akan dapat semakin mempererat

hubungan persahabatan.

Dengan adanya berbagai masukan dari orang lain, rasa aman yang tinggi,

dan penerimaan terhadap diri, maka mantan penderita kusta akan dapat melihat

Pengungkapan Diri

Hubungan Persahabatan

Penerimaan Diri

Page 136: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

123

diri sendiri secara lebih mendalam dan mampu menyelesaikan berbagai persoalan

hidup.

Penuturan Ust. Abustan;

Sebenarnya dulu waktu awal-awalnya saya masuk di sini, lain-lain kurasa.

Tapi setelah lama-lama, banyak mi juga orang yang saya akrab tidak

adami masalah sama mereka. Kalau waktu pertama kali sebenarnya saya

ji yang membuka diri lebih dulu. Saya cerita latar belakangku. Pengalaman

hidupku. (Wawancara tanggal 30 oktober 2012).

Penuturan Suster Serli;

Mantan penderita kusta itu punya karakter yang beda-beda, biasanya yang

ikut kelompok perawatan diri itu orangnya terbuka semua. Tapi ada juga

orang yang terlalu tertutup. Selalu pasrah sama hidupnya, orang seperti itu

susah untuk didekati. Selalu merasa dirinya tidak layakni bergaul sama

masyarakat. (Wawancara tanggal17 november 2012)

Penuturan Iwan;

Awalnya saya akrab dengan mantan penderita kusta dari anaknya.

Lama-lama saya datang dirumahnya, mereka sudah mulai dekat sama

saya. Biasa juga kalau ada nasuruhkanka cepatka kerjai, biasa juga kalau

lebaran atau lagi sembahyang kebetulan salamanka biasa cium tanganka.

Tapi tidak semua juga orang kaya begitu. Ada juga yang kaya malu-malu

sama kita. Selalu merasa pasrah, kaya tidak adami harapannya.

(Wawancara tanggal 30 oktober 2012).

Ketika hal tersebut dikonfirmasi kepada mantan penderita kusta, beragam

komentar dari mereka, antara lain; Kadir;

Sebenarnya kalau ditanya bagaimana kita lihat diri ta mungkin beda-beda

itu orang jawabki. Tapi saya secara pribadi masih belajar untuk terima

keadaan. Siapa yang mau disalahkan. (Wawancara tanggal 30 oktober

2012).

Page 137: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

124

Andi;

Kalau mau saya kasi gambaran, orang disini itu haruski juga hati-hati.

Karena ada juga itu orang di sini yang tidak mau sekali bergaul. Malu bede

ka kandalami. Jangan memangmi ditanya ka diam-diamji itu orangnya.

Pasrahmi sama hidupnya. (Wawancara tanggal 30 oktober 2012).

2.3 Manfaat Pengungkapan Diri

Menurut pengakuan mantan penderita kusta, banyak manfaat yang

diperoleh dengan melakukan pengungkapan diri, antara lain

2.3.1. Meningkatkan kesadaran diri

Dalam proses pemberian informasi kepada orang lain, mantan penderita

kusta akan lebih jelas dalam menilai kebutuhan, perasaan, dan hal psikologis

dalam dirinya. Selain itu, orang lain akan membantu mantan penderita kusta dalam

memahami diri sendiri, melalui berbagai masukan yang diberikan, terutama jika hal

itu dilakukan dengan penuh empati dan jujur.

Penuturan Said;

Susah juga kalau tidak ada cerita-cerita sama tetangga atau orang lain.

Tidak ditaumi itu apa maunya orang sama kita, bagaimana perasaannya. (

Wawancara Tanggal 14 Oktober 2012)

Penuturan Andi;

Sejak saya bergabung di PERMATA, banyak masukan saya terima.

Bagaimana kita perbaiki kualitas hidup. (Wawancara tanggal 10 oktober

2012)

Page 138: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

125

2.3.2 Membangun Hubungan yang Lebih dekat dan Mendalam

Keterbukaan merupakan suatu hubungan timbal balik, penurut pengakuan

mantan penderita kusta, semakin mereka terbuka pada orang lain maka orang lain

akan berbuat hal yang sama. Dari keterbukaan tersebut maka akan timbul

kepercayaan dari kedua pihak sehingga akhirnya akan terjalin hubungan

persahabatan yang sejati.

Penuturan Kadir;

Sebenarnya dari kita ji juga, kalau baik ki sama orang, baik juga mereka

sama kita. Cuma pikirinnya biasa teman-teman disini di kira semua orang

sama pandangannya terhadap kusta, padahal tidak ji juga. (Wawancara

tanggal 13 Oktober 2012).

Penuturan Fatma;

Pernah suatu kali ada orang heranka liat. Awalnya tidak percayaka kalau

tidak natau kalau pernahka sakit kusta. Karena kalau lagi cuci mobilka,

saya pake kaos tangan. Ternyata natauji kalau pernahka sakit kusta.

Ternyata semakin banyak yang ditemani cerita, semakin bagus ki. Bagus

juga sama dirita. (Wawancara tanggal 24 oktober 2012)

2.3.3. Mengembangkan Keterampilan Berkomunikasi

Memungkinkan mantan penderita kusta untuk menginformasikan suatu hal

kepada orang lain secara jelas dan lengkap tentang bagaimana ia memandang

suatu situasi, bagaimana perasaannya tentang hal tersebut, apa yang terjadi, dan

apa yang diharapkan.

Penuturan Kadir;

Page 139: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

126

Saya ini orang kampung, tidak ada sekolahku. Bisa saya bayangkan kalau

tidak gabung di PERMATA , tidak bisaka kenal banyak orang. Semakin

terlatihma juga untuk bicara di depan orang banyak. (Wawancara tanggal 13

Oktober 2012).

2.3.4. Mengurangi rasa malu dan meningkatkan penerimaan diri

Jika orang lain dapat menerima mantan penderita kusta maka

kemungkinan besar kita pun dapat menerima diri kita sendiri. Ungkapan tersebut

menjadi semacam motivasi tersendiri bagi mantan penderita kusta untuk tidak

malu melakukan pengungkapan diri.

Penuturan Ratna;

Sakit kusta itu masa lalu, jadi kita tidak usah terlalu pikir ki. Na masih

banyak ji juga orang yang mau terima ki. Masa kita tidak bisa terima

keadaanta. Kalau saya tidak malu-malu ja. (Wawancara tanggal 23 Oktober

2012)

Page 140: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

127

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

G. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dapat dikemukakan beberapa

hal sebagai berikut;

1. Konsep diri mantan penderita kusta antara lain; Mengutamakan materi, kurang

peduli terhadap kesehatan, takut memulai sesuatu, memiliki sikap

ketergantungan terhadap orang lain, serta memiliki kemampuan untuk

memperbaiki dirinya. Dimensi konsep diri mantan penderita kusta mencakup

dua hal, antara lain; pertama, persepsi dalam dirinya (in self) berkaitan dengan

bagaimana mantan penderita kusta mempersepsi dirinya secara fisik. Kedua,

persepsi di luar dirinya (out self) berkaitan dengan bagaimana orang lain

menilai diri mantan penderita kusta.

2. Pola pembentukan konsep diri mantan penderita kusta mencakup dua hal

antara lain; secara in self merupakan persepsi yang dirasakan atau dialami

oleh mantan penderita kusta yang bersumber dari dalam diri. Serta secara out

self merupakan persepsi diri yang dirasakan mantan penderita kusta yang

berasal dari luar diri.

3. Pengungkapan diri mantan penderita kusta terdiri dari beberapa komponen

antara lain; Pertama, berdasarkan jumlah informasi yang diungkapkan. Kedua,

Page 141: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

128

kedalaman pengungkapan diri. Ketiga, waktu pengungkapan diri. Keempat,

sifat pengungkapan diri. Dan yang terakhir lawan bicara dalam pengungkapan

diri. Bentuk pengungkapan diri yang dilakukan oleh mantan penderita kusta

membentuk sebuah siklus dari penerimaan diri, hubungan persahabatan

hingga akhirnya melakukan pengungkapan diri.

H. Saran

Untuk melengkapi hasil penelitian ini, perlu diajukan beberapa saran atau

rekomendasi;

1. Jika mantan penderita kusta dianggap salah satu bagian PMKS (penyandang

masalah kesejahteraan sosial), maka pembinaan menjadi bagian penting agar

keluar dari persoalan tersebut. Dibutuhkan kerjasama semua pihak agar

stigma dan diskriminasi terhadap mantan penderita kusta dapat dihapuskan.

2. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, mantan penderita kusta berhak

mendapat pelayanan kesehatan, pendidikan, pelatihan, pekerjaan, dan

sebagainya. Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk memudahkan mantan

penderita kusta untuk memperoleh hak dan kesempatan yang sama seperti

masyarakat lainnya.

3. Bentuk bantuan berupa konseling sangat penting bagi mantan penderita kusta

yang terlanjur memiliki pandangan negatif pada diri sendiri.

Page 142: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

129

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, M. Dali. 2012. Penyakit Kusta; Sebuah Pendekatan Klinis. Brilian

Internasional, Jakarta.

Baco, Sanusi, dkk. 2011. Membaca Kusta dari Beragam Perspektif. Kusta dalam

tinjauan Agama dan Media. Zadahaniva Publishing, Surakarta

Basrowi dan Sudikin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Insan

Cendikia, Surabaya.

Birowo, Antonius. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi.

Gitanyali, Yogyakarta.

Budayatna, Muhammad dan Ganiem Leila Mona. 2011. Teori Komunikasi

Antarpribadi. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Burhan, M Bungin. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Kencana Prenada Media

Group, Jakarta.

________________. 2006. Sosiologi Komunikasi. Kencana Prenada Media Group,

Jakarta.

________________. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis

Ke arah Ragam Variasi Kontemporer. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Direktorat PP&PL DEPKES RI, 2007 Sejarah Pemberantasan Penyakit Di

Indonesia, Jakarta

Effendy, Onong Uchajana. 2004. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi Citra Aditya,

Bandung.

______________________. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Elvinarno dan Bambang. 2007. Filsafat Komunikasi. Simbiosa Rekatama Media,

Bandung.

Page 143: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

130

Herawati, Andi. 2007. Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Anak Wanita Terhadap

Ayah Tiri. Skripsi.; Universitas Islam Makassar, Makassar

Kuswarno, Engkus. 2009. Metode Penelitian Komunikasi Fenomenologi; Konsepsi,

Pedoman, dan Contoh Penelitiannya. Widya Padjajaran, Bandung.

Liliweri Alo. 2005. Prasangka dan Konflik. LKIS, Yogyakarta.

___________. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Citra Aditya, Bandung.

Littlejohn, Stephen W dan Foss Karen A. 2009. Teori Komunikasi. Salemba

Humanika, Jakarta.

Nawir M dan Ilyas, Husnul Fahimah. 2011. Pengaluan Getir dari Sudut Yang

Pengap. Zadahaniva Publishing, Surakarta.

Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Oetomo, Dede. 2001. Memberi Suara Pada yang Bisu, Galang Press, Yogyakarta.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. LKiS, Yogyakarta

Rahimsyah MB, dan Irsyadul Anam. 1999. Cerita Rakyat Sulawesi Selatan, Mitra

Cendekia Surabaya

Rahmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2006. Psikologi Prasangka Orang Indonesia. Raja

Grafindo Persada, Jakarta

_____________________. 1999. Psikologi Sosial; Psikologi Kelompok dan

Terapan. Balai Pustaka, Jakarta

_____________________, dan Meinarno. 2011. Psikoogi Sosial. Salmeba

Humanika, Jakarta.

Surakhmat. 2006. Konsep Diri Dalam Atraksi Komunikasi Antarpribadi Lima

Pengader HMI Cabang Makassar (studi Kasus Komunikasi Antarpribadi).

Skripsi; Universitas Islam Makassar, Makassar.

Page 144: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

131

Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Graha Ilmu, Yogyakarta

Suyono, Seno Joko. 2002. Tubuh Yang Rasis; Telaah Kritis Michael Foucault Atas

Dasar-Dasar Pembentukan Diri Kelas Menengah Eropa. Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Tampubolon, Rotua Nuraini. 2008. Fenomena Komunikasi Homoseksual; Studi

Fenomenologis Komunikasi Verbal dan Nonverbal Kalsngan Gay

Terselubung di Kota Medan. Skripsi; UniversitasSumatera Utara, Medan.

Watson, Jean M. 1998. Tindakan Penting Untuk Mengurangi Resiko Kecacatan

pada Penderita Kusta. Dinas Kesehatan, Jakarta.

West, Richerd dan Turner, Lynn. 2008. Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi.

Salemba Humanik, Jakarta

World Health Organization. 2011. Global Leprosy Situasion; Weekly

Epidemological Record 81.

Page 145: KONSEP DIRI MANTAN PENDERITA KUSTA DI KOTA MAKASSAR …

132

CURICULUM VITAE

A. DATA PRIBADI

1. Nama : Muhammad Najmuddin

2. Tempat Tanggal Lahir : Sengkang, 14 Agustus 1986

3. Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Km 9 No. 29

Makassar

4. Agama : Islam

5. Nama Orang Tua

Ayah : Muh. Jufri Ali

Ibu : Hadrawati Darwis

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tamat SD tahun 1998 di SD As’ Adiyah 1 Pusat Sengkang

2. Tamat SLTP tahun 2001 di SLTP Negeri 1 Sengkang

3. Tamat SMA tahun 2004 di SMA Negeri 1 Sengkang

4. Sarjana (S1) tahun 2009 di Universitas Islam Makassar

C. PEKERJAAN

Yayasan Citra Mantan Penderita Kusta – Jongaya

LAKPESDAM NU Sulawesi Selatan

D. KARYA ILMIAH YANG TELAH DIPUBLIKASIKAN

Konsep Diri Mantan Penderita Kusta Melalui Komunikasi Antarpribadi