konsep dasar keperawatan gawat darurat
DESCRIPTION
keperawatanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penanganan kasus gawat darurat pada setiap rumah sakit khususnya sering menjadi
sorotan publik sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan yang sering merasa terabaikan dan
tidak jarang berakhir pada kematian. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian
integral dari pelayanan dasar yang terjangkau seluruh masyarakat. Kegagalan dalam
penanganan kasus kedaruratan obstetri umumnya disebabkan oleh kegagalan mengenal resiko
kehamilan, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu
hamil dengan risiko tinggi maupun pengetahuan tenaga medis, paramedis dan penderita
dalam mengenal kehamilan resiko tinggi, secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri,
maupun kondisi ekonomi. Penyebab utama tingginya angka kematian ibu ialah adanya 3
terlambat (3T) yaitu terlambat mencari pertolongan, terlambat mencapai tempat tujuan dan
terlambat memperoleh penanganan yang tepat setelah tiba ditempat tujuan.
Pelayanan gawat darurat bertujuan menyelamatkan kehidupan penderita, sering
dimanfaatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan bahkan
pelayanan rawat jalan. Pelayanan gawat darurat terdiri dari; falsafah dan tujuan, administrasi
dan pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,
pengembangan staf dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian mutu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian keperawatan gawat darurat ?
2. Bagaimana sistem pelayanan gawat darurat ?
3. Apa tujuan pelayanan gawat darurat ?
4. Apa triage dalam keperawatan gawat darurat ?
5. Apa sistem triase ?
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
A. PENGERTIAN
Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injury akut atau sakit yang
mengancam kehidupan. Sebagai seorang spesialis, perawat gawat darurat menghubungkan
pengetahuan dan keterampilan untuk menangani respon pasien pada resusitasi, syok, trauma,
ketidakstabilan mulisistem, keracunan dan kegawatan yang mengancam jiwa lainnya.
B. SISTEM PELAYANAN GAWAT DARURAT
Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi
kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asukan keperawatan untuk
mengatasi kecemasan pasien dan keluarga.
Sistem pelayana bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus
memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggi dalam
memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pesien.
C. TUJUAN PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT
1) Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat hingga dapat hidup dan
berfungsi kembali dalam masyarakat.
2) Merujuk pasien gawat darurat melalui system rujukan untuk memperoleh penanganan
yang lebih memadai.
3) Penanggulangan korban bencana.
Untuk dapat mencegah kematian, petugas harus tahu penyebab kematian yaitu :
a) Meninggal dalam waktu singkat (4-6 menit)
1. Kegagalan sistem otak
2. Kegagalan sistem pernafasan
3. Kegagalan sistem kardiovaskuler
b) Meninggal dalam waktu lebih lama (perlahan-lahan)
1. Kegagalan sistem hati
2. Kegagalan sistem ginjal (perkemihan)
3. Kegagalan sistem pankreas (endokrin)
D. TRIAGE DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Yaitu skenario pertolongan yang akan di berikan sesudah fase keadaan pasien. Pasien-
pasien yang terancam hidupnya harus di beri prioritas utama. Triage dalam keperawatan
gawat derurat di gunakan untuk mengklasifikasian keperahan penyakit atau cidera dan
menetapkan prioritas kebutuhan penggunaan petugas perawatan kesehatan yang efisien dan
sumber-sumbernya.
Standart waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang
dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak.
Triase di lakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih dalam
prinsip triase, pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD, dan memiliki
kualisifikasi:
1. Menunjukkan kompetensi kegawat daruratan
2. Sertifikasi ATLS, ACLS, PALS, ENPC
3. Lulus Trauma Nurse Core Currikulum (TNCC)
4. Pengetahuan tentang kebijakan intradepartemen
5. Keterampilan pengkajian yang tepat, dll
E. SISTEM TRIASE
1. Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan pasien
dalam waktu 2-3 menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera.
2. Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart di gunakan. Dan di dukung oleh ENA
(Emergenci Nurse Association) meliputi:
a. A (Airway)
b. B (Breathing)
c. C (Circulation)
d. D (Dissability of Neurity)
e. E ( Ekspose)
f. F (Full-set of Vital sign)
g. Pulse Oximetry
3. Trise two-tier
Sistem ini memetluhan orang kedua yang bertindak sebagai penolong kedua yang
bertugas mensortirpasien untuk di lakukan pengkajian lebih rinci.
4. Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup
protokol penanganan:
a. Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
b. Pemeriksaan diagnostik
c. Pemberian obat
d. Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll)
5. Triase Bedside
Pasien dalam sistem tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh perawat yang
bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.
F. KATEGORI/ KLASIFIKASI TRIAS
61% menggunakan 4 kategori pengambilan keputusan yaitu dengan menggunakan
warna hartu/status sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah (Emergen), kuning (Urgen), hijau
(non Urgen), hitam (Expectant)
1) Merah (Emergent)
Yaitu korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera. Yaitu kondisi yang
mengancam kehidupan dan memerlukan perhatian segera.
Contoh:
a. Syok oleh berbagai kausa
b. Gangguan pernapasan
c. Trauma kepala dengan pupil anisokor
d. Perdarahan eksternal masif
2) Kuning (Urgent)
Yaitu korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat di tunda
sementara. Kondisi yang merupakan masalah medisyang disignifikan dan memerlukan penata
laksanaan sesegera mungkin. Tanda-tanda fital klien ini masih stabil.
Contoh
a. Fraktur multiple
b. Fraktur femur/pelvis
c. Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma, obdomen
berat)
d. Luka bakar luas
e. Gangguan kesadaran/trauma kepala
f. Korban dengan status yang tidak jelas.
Semua korban dengan kategori ini harus di berikan infus, pengawasan ketat terhadap
kemungkinan timbulnya komplikasi dan berikan perawatan sesegera mungkin.
3) Hijau (Non urgent)
Yaitu kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian
pengobatan dapat di tunda. Penyakit atau cidera minor
Contoh
a. Fektur minor
b. Luka minor
c. Luka bakar minor
4) Hitam (Expectant)
Korban yang meninggal bunia atau yang berpotensi untuk meninggal dunia -6%
memakai sistem empat kelas yaitu
a. Kelas i: kritis (mengancam jiwa, ekstremitas, penglihatan atau tindakan segera)
b. Kelas ii: Akut (terdapat perubahan yang signifikan, tindakan segera mungkin)
c. Kelas iii: Urgent (signifikan, tikdakan pada waktu yang tepat)
d. kelas iv: Non Urgent (tidak terdapat resiko yang perlu segera di tangani)
- 10% digunakan sistem 5 tingkat yaitu Tingkat contoh
1. 1Kritis Segera Henti jantung
2. Tidak stabil 5-15 menit Fraktur mayor
3. Potensial tidak stabil 30-60 menit Nyeri abdomen
4. Stabil 1-2 jam Sinusitis
5. Rutin 4 jam Pengangkatan jahitan
G. SKEMA PENANGGULANGAN BENCANA ∕ KECELAKAAN
H. SISTEM PENGELOLAAN ∕ PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT
TERPADU (SPGDT)
SPGDT adalah suatu metode yang digunakan untuk penanganan korban yang
mengalami kegawatan dengan melibatkan semua unsur yang ada
1. Fase Pra RS
a. Komunikasi
1) Dalam komunikasi hubungan yang sangat diperlukan adalah
a) Pusat komunikasi ambulan gawat darurat (119)
b) Pusat komunikasi ke RS
c) Pusat komunikasi polisi (110)
d) Pusat komunikasi pemadam kebakaran (113)
2) Untuk komunikasi fasilitas pager, radio, telepon, Hp
3) Tugas pusat komunikasi adalah :
a) Menerima permintaan tolong
b) Mengirim ambulan terdekat
c) Mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darurat
d) Memonitor kesiapan RS terutama unit gawat darurat dan ICU
b. Pendidikan
1) Pada orang awam
Mereka adalah anggota pramuka, PMR, guru, IRT, pengemudi, hansip,
petugas hotel dan restaurant. Kemampuan yang harus dimiliki orang awam adalah :
a) Mengetahui cara minta tolong misalnya menghubungi EMS (119)
b) Mengetahui cara RJP (Resusitasi Jantung Paru)
c) Mengetahui cara menghentikan perdarahan
d) Mengetahui cara memasang balut atau bidai
e) Mengetahui cara transportasi yang baik
2) Pada orang awam khusus
Orang awam yang telah mendapatkan pengetahuan cara-cara penanggulangan
kasus gawat darurat sebelum korban dibawa ke RS ∕ ambulan datang.
Kemampuan yang harus dimiliki orang awam khusus adalah paling sedikit seperti
kemampuan orang awam dan ditambah dengan :
a) Mengetahui tanda-tanda persalinan
b) Mengetahui penyakit pernafasan
c) Mengetahui penyakit jantung
d) Mengetahui penyakit persarafan
e) Mengetahui penyakit anak
3) Pada perawat
Harus mampu menanggulangi penderita gawat darurat dengan gangguan :
a. Sistem pernafasan
1) Mengatasi obstruksi jalan nafas
2) Membuka jalan nafas
3) Memberi nafas buatan
4) Melakukan RJP (CAB)
b. Sistem sirkulasi
1) Mengenal aritmia dan infark jantung
2) Pertolongan pertama pada henti jantung
3) Melakukan EKG
4) Mengenal syok dan memberi pertolongan pertama
c. Sistem vaskuler
1) Menghentikan perdarahan
2) Memasang infus atau transfuse
3) Merawat infus
d. Sistem saraf
1) Mengenal koma dan memberikan pertolongan pertama
2) Memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala
e. Sistem pencernaan
1) Pertolongan pertama pada trauma abdomen dan pengenalan tanda
perdarahan intraabdomen
2) Persiapan operasi segera (cito)
3) Kumbah lambung pada pasien keracunan
f. Sistem perkemihan
1) Pertolongan pertama pada payah ginjal akut
2) Pemasangan kateter
g. Sistem integument atau toksikologi
1) Pertolongan pertama pada luka bakar
2) Pertolongan pertama pada gigitan binatang
h. Sistem endokrin
1) Pertolongan pertama pasien hipo atau hiperglikemia
2) Pertolongan pertama pasien krisis tiroid
i. Sistem musculoskeletal
1) Mengenal patah tulang dan dislokasi
2) Memasang bidai
3) Mentransportasikan pasien ke RS
j. Sistem penginderaan
1) Pertolongan pertama pada pasien trauma mata atau telinga
2) Melakukan irigasi mata dan telinga
k. Pada anak
1) Pertolongan pertama anak dengan kejang
2) Pertolongan pertama anak dengan astma
3) Pertolongan pertama anak dengan diare atau konstipasi
c. Transportasi
1) Syarat transportasi penderita
a) Penderita gawat darurat siap ditransportasikan bila
b) Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi
c) Perdarahan harus dihentikan
d) Luka harus ditutup
e) Patah tulang apakah memerlukan fiksasi
2) Selama transportasi harus dimonitor
a) Kesadaran
b) Pernafasan
c) Tekanan darah dan denyut nadi
d) Daerah perlukaan
3) Syarat kendaraan
a) Penderita dapat terlentang
b) Cukup luas untuk lebih dari 2 pasien dan petugas dapat bergerak
c) Cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri dan infus lancer
d) Dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan RS
e) Identitas yang jelas sehingga mudah dibedaan dari ambulan lain
4) Syarat alat yang harus ada
a) Resusitasi
b) Oksigen
c) Alat hisap
d) Obat-obatan
e) Infus
f) Balut dan bidai
g) Tandu
h) EKG transmitter
i) Inkubator
j) Alat-alat persalinan
5) Syarat personal
a) Dua orang perawat yang dapat mengemudi
b) Telah mendapat pendidikan tambahan gawat darurat
c) Sebaiknya diasramakan agar mudah dihubungi
d. Cara transportasi
1) Tujuan memindahkan penderita dengan cepat tetapi selamat
2) Kendaraan penderita gawat darurat harus berjalan hati-hati dan menaati
peraturan lalu lintas
2. Fase RS
a. Puskesmas
Ada puskesmas yang buka 24 jam dengan kemampuan :
1) Resusitasi
2) Menanggulangi fase gawat darurat baik medis maupun pembedahan minor
3) Dilengkapi dengan laboratorium untukk menunjang diagnostik seperti
pemeriksaan Hb, leukosit, gula darah
4) Personal yang dibutuhkan 1 dokter umum dan 2-3 perawat dalam 1 shift
b. IGD atau UGD
Berhasil atau gagalnya suatu IGD atau UGD tergantung pada :
1) Keadaan penderita waktu tiba di IGD
a) Mutu penanggulangan pra RS
b) IGD harus aktif meningkatkan mutu penanggulangan pra RS
2) Keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga
a) Masyarakat mudah mencapainya
b) Kegiatan mudah dikontrol
c) Jarak jalan kaki didalam ruangan tidak jauh
d) Tidak ada infeksi silang
e) Dapat menanggulangi keadaan bencana
I. PRINSIP-PRINSIP PENANGGULANGAN KORBAN GAWAT DARURAT
Prinsip utama adalah memberikan pertolongan pertama pada korban. Pertolongan
pertama adalah pertolongan yang diberikan saat kejadian atau bencana terjadi ditempat
kejadian.
Tujuan pertolongan pertama :
1. Menyelamatkan kehidupan
2. Mencegah kesakitan makin parah
3. Meningkatkan pemulihan
Tindakan prioritas penolong :
1. Ambil alih situasi
2. Minta bantuan pada orang sekitar
3. Kaji bahaya lingkungan
4. Yakinkan area aman bagi penolong dan korban
5. Kaji korban secara cepat untuk masalah yang mengancam kehidupan
6. Berikan pertolongan pertama untuk kondisi yang mengancam kehidupan
7. Kirim seseorang untu memanggil polisi dan ambulan
Sikap penolong :
1. Jangan panic
2. Bersikap tenang
3. Cekatan dalam melakukan tindakan
4. Jangan terburu-buru memindahkan korban dari tempat kejadian sebelum dipastikan
sarana angkutan yang memadai
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap Pelayanan Gawat Darurat harus mampu melayani dan menanggapi secara
100% dalam tindakan yang cepat agar kelangsungan hidup pasien dapat terjamin yang di
dukung oleh tenaga Ahli Medis yang sesuai dengan standar Pelayanan Gawat Darurat dan
tersedianya sarana dan prasarana ( fasilitas ) yang memadai.
B. Saran
Untuk setiap Rumah Sakit khususnya di bagian Pelayanan Gawat Darurat agar lebih
di tingkatkan lagi dari segi Ahli Medis dan Fasilitasnya di atas standar supaya berbagai
kondisi pasien dapat ditanggapi dengan cepat 100% oleh Rumah Sakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ns. Paula Kristanty, Skep, MA ,dkk. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. 2009. CV. Trans
Info Media : Jakarta
Arjono Djunet Pusponegoro.(1990). enanggulangan Penderita Gawat Darurat. Perhimpunan
Indonesia Critical Care Medicine, Jakarta.
Muriel Skeet.(1988).Emergency Procedures And First Aid For Nurses,.Blackwell Scientific
Publication.