asuhan keperawatan gawat darurat epilepsia

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ maha penting dalam tubuh kita, sebab dapat dikatakan segala aktifitas tubuh dikoordinir oleh organ ini. Anggapan dewasa ini ialah bahwa setelah kelahiran, tidak terjadi lagi penambahan jumlah sel otak. Tidak adanya regenerasi dari jaringan otak ini merupakan sebab utama mengapa kerusakan dari otak pada umumnya tidak dapat sembuh sempurna seperti organ-organ lain. Berbagai keadaan/penyakit dapat menimbulkan herbagai gangguan fungsi otak yang dapat menyerang baik bagian sensorik, motorik maupun pusat-pusat vital dengan akibat kematian. Bangkitan kejang merupakan satu manifestasi daripada lepas muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala terganggunya fungsi otak. Gangguan ini dapat disebabkan oleh factor fisiologi, biokimiawi, anatomis atau gabungan factor tersebut. Tiap – tiap penyakit atau kelaian yang dapat menganggu fungsi otak, dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Dengan demikian dapatlah difahami bahwa bangkitan kejang dapat disebabkan oleh banyak macam penyakit atau kelainan diantaranya adalah trauma lahir, trauma kapitis, radang otak, perdarahn otak, gangguan perdarahan otak, hipoksia, tumor otak dan sebagainya. Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik yang relative sering terjadi. Epilepsy merupkan suatu gangguan fungsionalkronik dan banyak jenisnya dan ditandai oleh aktivitas serangan yang berulang. Serangan Kejang merupakan gejala atau manieftasi utama epilepsy dapat diakibatkan kelainan fungsional. 1

Upload: alwanzaenuri4

Post on 26-Nov-2015

126 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangOtak merupakan organ maha penting dalam tubuh kita, sebab dapat dikatakan segala aktifitas tubuh dikoordinir oleh organ ini. Anggapan dewasa ini ialah bahwa setelah kelahiran, tidak terjadi lagi penambahan jumlah sel otak. Tidak adanya regenerasi dari jaringan otak ini merupakan sebab utama mengapa kerusakan dari otak pada umumnya tidak dapat sembuh sempurna seperti organ-organ lain. Berbagai keadaan/penyakit dapat menimbulkan herbagai gangguan fungsi otak yang dapat menyerang baik bagian sensorik, motorik maupun pusat-pusat vital dengan akibat kematian. Bangkitan kejang merupakan satu manifestasi daripada lepas muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala terganggunya fungsi otak. Gangguan ini dapat disebabkan oleh factor fisiologi, biokimiawi, anatomis atau gabungan factor tersebut. Tiap tiap penyakit atau kelaian yang dapat menganggu fungsi otak, dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Dengan demikian dapatlah difahami bahwa bangkitan kejang dapat disebabkan oleh banyak macam penyakit atau kelainan diantaranya adalah trauma lahir, trauma kapitis, radang otak, perdarahn otak, gangguan perdarahan otak, hipoksia, tumor otak dan sebagainya.Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik yang relative sering terjadi. Epilepsy merupkan suatu gangguan fungsionalkronik dan banyak jenisnya dan ditandai oleh aktivitas serangan yang berulang. Serangan Kejang merupakan gejala atau manieftasi utama epilepsy dapat diakibatkan kelainan fungsional. Serangan tersebut tidak terlalu lam, tidak terkontrol serta timbul secara episodic. Serangan ini mengganggu kelangsungan kegiatan yang sedang dikerjakan pasien pada saat itu. Serangan ini berkaitan dengan pengeluaran implus neuron serebral yang berlebihan dan berlangsung lokal.Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi otak yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi berupa gangguan, atau kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik, dan sistem otonom, serta bersifat episodik. Defisit memori adalah masalah kognitif yang paling sering terjadi pada pederita epilepsi. Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan terus mendapat seizure walaupun sudah lepas dari narkotik.Di Inggris, satu orang diantara 131 orang mengidap epilepsi.Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi yang baru lahir. Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita, yaitu 1-3% penduduk akan menderita epilepsi seumur hidup. Di Amerika Serikat, satu di antara 100 populasi (1%) penduduk terserang epilepsi, dan kurang lebih 2,5 juta di antaranya telah menjalani pengobatan pada lima tahun terakhir. Menurut World Health Organization (WHO) sekira 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi (2004 Epilepsy.com)B. Tujuan1. UmumUntuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan gangguan sistem persyarapan epilepsia2. Khususa. Agar mahasiswa mengetahuai anatomi fisiologi sistem syarafb. Agar mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pengertian dari epilepsiac. Agar mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi epilepsid. Agar mahasiswa mampu menjelaskan etiologi epilepsia e. Agar mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi pada epilepsiaf. Agar mahasiswa mampu menjelaskan pathway epilepsiag. Agar mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis epilepsiah. Agar mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada epilepsiai. Agar mahasiswa mampu menjelaskan efek/komplikasi epilepsiaj. Agar mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pada epilepsia k. Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan pengkajian gawat darurat pada klien dengan epilepsial. Agar mahasiswa mampu melakukan intervensi pada klien dengan epilepsiam. Agar mahasiswa mampu melakukan intervensi dan implementasi pada klien dengan epilepsia n. Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan evaluasi pada klien dengan epilepsia.C. Manfaat Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah penulis lebih memahami proses terjadinya epilepsia penyebab, klasifikasi, tanda gejala sampai Tindakan yang tepat sesuai dengan keadaan klien dan rasional sesuaidengan fakta yang ada. Selain itu diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu sbb :1. Bagi institusiDiharapkan dapat menambah konsep-konsep teori keperawatan di Stikes Yarsi Mataram demi meningkatkan mutu dan kualitas.

2. Bagi perawat dan tenaga medisMakalah ini bisa sebagai acuan dalam melakukan peraktek pada rumah sakit supaya hasilnya sesuai dengan harapan.3. Bagi masyarakatDengan adanya makalah ini masyarakat dapat mengetahui penyakit epilepsia4. Bagi mahasiswaDengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pembanding oleh mahasisiwa kesehatan dalam pembuatan tugas.

BAB IIPEMBAHASANA. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAFa. Sistem SarafSistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama :1. Input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletakdi tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun internal (reseptor viseral).2. Antivitas integratif. Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi.3. Output motorik. Input dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh , yang disebut sebagai efektor.b. Organisasi Struktural Sistem Saraf1. Sistem saraf pusat (SSP).Terdiri dari otak dan medulla spinalis yang dilindungi tulang kranium dan kanal vertebral.2. Sistem saraf perifer.Meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen.a) Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke SSPb) Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar.Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua sub divisi :Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal dan pembentukan respons motorik volunteer pada otot rangka.Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur1) Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla spinalis2) Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla spinalis.3) Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki inervasi simpatis dan parasimpatis.c. Sel-Sel Pada Sistem Saraf1. NEURONadalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma.a) Badan sel atau perikarion,suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Bagian ini tersusun dari komponen berikut :Satu nucleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti konpleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi. Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta berperan dalam sintesis protein.Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.b) Dendritadalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh.c) Aksonadalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.2. Klasifikasi Neurona) Fungsi. Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi impulsnya.1) Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ indera atau suatu organ internal ke SSP.2) Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP ke efektor.3) Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lain.b) Struktur Neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah prosesusnya.1) Neuron unipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau lebih. Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis, masuk dlam golongan ini.2) Neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrite. Neuron ini ditemukan pada organ indera, seperti amta, telinga dan hidung.3) Neuron unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal, tetapi neuron ini sebenarnya bipolar.3. Sel Neuroglial. Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang berfungsi sebagai jaringan ikat.a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel atau kaki vascular.b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek.c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya memiliki peran fagositik.d) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga serebral dan ronggal medulla spinalis.4. kelompok Neurona) Nukleus adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di dalam SSP.b) Ganglion adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian luar SSP dalam saraf perifer.c) Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak di luar SSP.d) Saraf gabungan. Sebagian besar saraf perifer adalah saraf gabungan ; saraf ini mengandung serabut arefen dan eferen yang termielinisasi dan yang tidak termielinisasi.e) Traktus adalah kumpulan serabut saraf dalam otak atau medulla spinalis yang memiliki origo dan tujuan yang sama.f) Komisura adalah pita serabut saraf yang menghubungkan sisi-sisi yang berlawanan pada otak atau medulla spinalis.

B. DEFINISIEpilepsi adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom dan berbagai gangguan fisik.Bangkitan epilepsy adalah manifestasi gangguan otak dengan berbagai gejala klinis, disebabkan oleh lepasnya muatan listrik dari neuron-neuron otak secara berlebihan dan berkala tetapi reversible dengan berbagai etiologi (Tjahjadi, dkk, 1996). Pengkajian kondisi/kesan umumEpilepsi adalah kompleks gejala dari beberapa kelainan fungsi otak yang ditandai dengan terjadinya kejang secara berulang. Dapat berkaitan dengan kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau kehilangan tonus atau gerakan otot, dan gangguan prilaku suasana hati, sensasi dan persepsi (Brunner dan suddarth, 2000).Kejang adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang besifat sementara. Istilah epilepsy biasanya merupakan suatu kelaianan yang bersifat kronik yang timbul sebagai suatu bentuk kejang berulang (Hudak dan Gallo, 1996). C. KLASIFIKASI EPILEPSIKejang berkisar dari melotot bengong sampai gerakan konvulsif yang berkepanjangan dengan disertai kehilangan kesadaran. Kejang diklasifikasikan sebagai parsial, umum, dan taktergolongkan sesuai dengan area otak yang terkena. Aura, yang merupakan sensasi pertanda atau premonitory, terjadi sebelum kejang (mis. Melihat kilatan cahaya, mendengarkan suara-suara).a. Kejang Parsial SederhanaHanya jari atau tangan yang bergetar; atau mulut bergerenyut tekterkontrol; bicara tak dapat dimengerti; mungkin pening; dapat mengalami penglihatan, suara, bau, atau kecap yang taklazim atau tak menyenangkansemua tanpa terjadi kehilangan kesadaranab. Kejang Parsial Kompleks Masih dalam keadaan sedikit bergerak atau gerakan secara otomatis tetapi tidak bertujuan terhadap waktu dan tempat; dapat mengalami emosi rasa ketakutan, marah, kegirangan, atau peka rangsang yang berlebihan; tidak mengingat peeriode tersebut ketika sudah berlalu.c. Kejang Umum (kejang Grand Mal)Mengenai kedua hemisfer otak, kekuatan yang kuat dari seluruh tubuh diikuti dengan perubahan kedutan dari relaksasi otot dan kontraksi (kontraksi tonik klonik umum).1) Kontaksi diafragma dan dada simultan menyebabkan karateristik tangis epilektik.2) Lidah tergigit, inkontinen urine dan fecces.3) Gerakan konvulsif berlangsung 1 atau 2 menit.4) Relaks dan berbaring dalam koma yang dalam, napas bising.Kejang Umum terdiri dari : 1) MioklonikPada epilepsi mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau berulang-ulang. Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umur.2) KlonikPada epilepsi ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai terutama sekali pada anak.3) TonikPada epilepsi ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi tungkai. Epilepsi ini juga terjadi pada anak4) Tonik- klonikEpilepsi ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu tanda-tanda yang mendahului suatu epilepsi. Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang kaku berlangsung kira-kira menit diikutti kejang kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah ketika kejang meningkat, mulut menjadi berbusa karena hembusan napas. Mungkin pula pasien kencing ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah, nyeri kepala.5) AtonikPada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Epilepsi ini terutama sekali dijumpai pada anak.6) Status PostiktalSetelah kejang, pasien sering bingung dan sulit untuk bangun, mungkin tidur selama berjam-jam. Banyak yang mengeluhkan sakit kepala dan nyeri otot.Menurut Commision of Classification and Terminonology of the international league againa Epilepsy (ILAE) tahun 1981, klasifikasi epilepsi sebagai berikut:1) Sawan parsial (fokal, lokal)a) Sawan parsial sederhana; sawan parsial dengan kesadran tetap normal Dengan gejala motorik Fokal motorik tidak menjalar:sawan terbatas pada satu bagian tubuh saja Fokal motorik menjalar: sawan dimulai dari satu bagiab tubuh dan menjalar meluas ke daerah lain. Disebut juga dengan epilepsi Jackson Versif: sawan disertai gerakan memutar kepala, mata, tubuh Postural: sawan disertai gerakan lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu Disertai gangguan fonasi: sawan disertai arus bicara yang terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi bunyi tertentu Dengan gejala somatosensoris atau sensoris parsial; sawan disertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima pancaindra dan bangkitan yang disertai vertigo Somatosensoris: timbul rasa kesemutan atau rasa seperti ditusuk tusuk jarum Visual: terlihat cahaya Audiotoris: terdengar sesuatu Olfaktoris: terhidu sesuatu Gustatoris: terkecap sesuatu Disertai vertigo Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom ( sensasi epigastrium, pucat, berkeringat, membera, piloereksi, dilatasi pupil) Dengan gejal psikis( gangguan fungsi luhur) Disfasia: gangguan bicara misalnya mengulang sesuatu suku kata atau bagian kalimat Dimnesia: gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti sudah mengalami, mendengar, melihat, atau sebaliknya tidak pernah mengalami mendengar, melihat, mengetahui sesuatu. Mungkin mendadak mengingat sesuatu peristiwa dimasa lalu, merasa seperti melihatnya lagi. Kognitif: gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah Afektif: merasa sangat senang, susah, marah takut Ilusi: perubahan persepsi benda yang dilihat tampak seperti kecil atau lebih besar Halusinasi kompleks ( berstruktur ): mendengar ada yang bicara, musik, melihat sesuatu fenomena tertentu dan lain lainb) Sawan parsial kompleks(disertai gangguan kesadaran) Serangan parsial sederhana diikuti gangguan sederhana: kesadarna mula muka baik kemudian baru menurun Dengan gejala parsial sederhana A1-A4; gejala gejala seperti golongan A1-A4 diikuti dengan menurunnya kesadaran Dengan automatisme. Automarisme yaitu: gerakan gerakan, perilaku yang timbul dengan sendirinya, misalnya gerakan mengunyah-ngunyah, menelan, wajah muka berubah seringkali seperti ketakutan, menata-nata sesuatu, memegang kancing baju, berjalan,dll. Dengan penurunan kesadaran sejak serangan; kesadaran menurun sejak mulai serangan Hanya dengan penurunan kesadaran Dengan automatismec) Sawan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik,tonik,klonik) Sawan parsial sederhana yang berkembang menjadi bangkitan umum Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi bangkitan umum Sawan parsial sederhana yang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu berkembang menjadi bangkitan umum2) Sawan umum (konvulsif atau nonkonvulsif)a) Sawan lena (Abvance) Hanya penurunan kesadaran Dengan komponen klonik ringan Dengan komponen atonik Dengan komponen tonik Dengan automatisme Dengan komponen autonom Lena tak khas, dapat disertai dengan: gangguan tonus yang lebih jelas, permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak mendadakb) Sawan mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot-otot, sekali atau berulang. Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umurc) Sawan klonik, pada sawan ini tidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang kelojot. Dijumpai terutama sekali pada anakd) Sawan tonik, Pada sawan ini tidak ada komponen klonik, otot otot hanya menjadi kaku, juga terdapat pada anak e) Sawan tonik-klonikf) Sawan atonik, Pada keadaan ini otot otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Sawan ini terutama sekali dijumpai pada anakD. ETIOLOGIa. Penyebab pada kejang epilepsi sebagianbesara belum diketahui (Idiopatik) Sering terjadi pada:1) Trauma lahir, Asphyxia neonatorum2) Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf3) Keracunan CO, intoksikasi obat/alcohol4) Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)5) Tumor Otak6) kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2007)b. Acquerit : kerusakan otak, keracunan obat, metabolik, bakteri.1) Trauma Lahir2) Trauma Kepala (5-50%)3) Tumor Otak4) Stroke5) Cerebral Edema (bekuan darah pada otak)6) Hypoxia7) Keracunan8) Gangguan Metabolik9) Infeksi. (Meningitis)c. Penyebab spesifik epilepsi :1) Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi, minum alcohol, atau mengalami cidera.2) Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.3) Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak.4) Tumor otak merupakan penyebab epilepsy yang tidak umum terutama pada anak-anak.5) Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak.6) Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak, yaitu encephalitis dan meningitis. Organ-organ dari CNS (otak dan medulla spinalis) dilapisi oleh tiga lapisan jaringan konektifyang disebut dengan meningen dan berisikan pia meter, arachnoid, dan durameter. Meningen ini membantu menjaga aliran darah dan cairan cerebrospinal. Struktur-struktur ini merupakn yang dapat terjadi meningitis, inflamasi meningitis, dan jika terjadi keparahan maka dapat menjadi encephalitis, dan inflamasi otak.7) Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (FKU), sclerosis tuberose dan neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.8) Kecerendungan timbulnya epilepsy yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada anak.9) Gangguan mekanisme biologis : abnormalitas dalam otak yang menyebabkan sejumlah sel-sel syaraf dan kortex serebral menjadi aktif secara serempak, memancarkan secara tiba-tiba, dan peledakan yang berlebihan dari energy elektrikal. Hal ini meliputi kerja dari kanal-kanal ion dan neurotransmitter (Gamma aminobutyric acid (GABA), Serotonin, Acetylcholine ).E. PATOFISIOLOGIMekanisme terjadinya serangan epilepsi ialah :a. Adanya focus yang bersifat hipersensitif (focus epilesi) dan timbulnya keadaan depolarisasi parsial di jaringan otakb. Meningkatnya permeabilitas membran.c. Meningkatnya senstitif terhadap asetilkolin, L-glutamate dan GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf dalam sinaps.Fokus epilepsy dapat menjalar ke tempat lain dengan lepasnya muatan listrik sehingga terjadi ekstasi, perubahan medan listrik dan penurunan ambang rangasang yang kemudian menimbulkan letupan listrik masal. Bila focus tidak menjalar kesekitarnya atau hanya menjalar sampai jarak tertentu atau tidak melibatkan seluruh otak, maka akan terjadi bangkitan epilepsy lokal (parsial).Menurut para penyelidik bahwa sebagian besar bangkitan epilepsi berasal dari sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan secara berlebihan dan hypersinkron. Kelompok sel neuron yang abnormal ini, yang disebut juga sebagai fokus epileptik mendasari semua jenis epilepsi, baik yang umum maupun yang lokal (parsial). Lepas muatan listrik ini kemudian dapat menyebar melalui jalur-jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan daerah disekitarnya atau daerah yang lebih jauh letaknya di otak.Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron diserebellum di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi. Sampai saat ini belum terungkap dengan pasti mekanisme apa yang mencetuskan sel-sel neuron untuk melepas muatan secara sinkron dan berlebihan (mekanisme terjadinya epilepsi).Mekanisme yang pasti dari aktivitas kejang pada otak tidak semuanya dapat dipahami. Beberapa pemicu menyebabkan letupan abnormal mendadak stimulasi listrik, menganggu konduksi syaraf normal otak. Pada otak yang tidak rentan terhadap kejang, terdapat keseimbangan antar sinaptik eksitatori dan inhibitori yang mempengaruhi neuron postsinaptik. Pada otak yang rentan terhadap kejang, keseimbangan ini mengalami gangguan, menyebabkan pola ketidakseimbangan konduksi listrik yang disebut perpindahan depolarisasi paroksismal. Perpindahan ini dapat terlihat baik ketika terdapat pengaruh eksitatori yang berlebihan atau pengaruh inhibitori yang tidak mencukupi (Hudak dan Gallo, 1996).Ketidakseimbangan asetilkolin dan GABA. Asetilkolin dalam jumlah yang berlebihan menimbulkan bangkitan kejang, sedangkan GABA menurunkan eksitabilitas dan menekan timbulnya kejang.

F. PATHWAY

Factor predisposisiPasca trauma kelahiran, asfiksia neonates, pasca cedera kepalaRiwayat bayi dari ibu yang menggunakan obat anti konvuslanRiwayat ibu yang mempunyai resiko tinggiAdanya riwayat penyakit infeksi pada masa kanak-kanakKeracunan, gangguan metabolism dan nutrisi giziRiwayat gangguan sirklasi serebralRiwayat demamtinggiRiwayat keturunan, riwayat tumor otak, abses dan keturunan epilepsi

Gangguanpada system listrik dari sel-sel saraf pusat pada suatu bagian otak

Sel-sel memberikan muatan listrik yang abnormal, berlebihan secara berulang dan tidak terkontrol

Priode pelepasan impuls yang tidak diinginkan

Aktivitas kejang umum lama akut, tanpa pernbaikan kesadaran penuh di antara serangan

Kebutuhan metabolik besarStatus epileptikus

AirwayGangguan pernafasanPola nafas tidak efektif

Briting & CirculasionGangguan pertukaran o2 dan Co2 dalam darahGangguan Perfusi jaringan

Gangguan perilaku, alam perasaan,sensasi dan persepsiKejang parsial

Penurunan kesadaran

Peka rangsangan

Tidak tahu keadaannya

Gangguan harga diri dan identitas pribadiKejang berulang

Kurangnya pengetahuan

Resiko tinggi injuri

Sumber : Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persyarafan, Arif muttaqin (2011).G. MANIFESTASI KLINIKa. Kejang Parsial SederhanaHanya jari atau tangan yang bergetar; atau mulut yang bergergerak tak terkontrol; bicara tidak dapat dimengerti; mungkin pening; dapat mengalami perubahan penglihatan, suara, bau atau pengecapan yang tak lazim atau tak menyenangkan.b. Kejang Parsial KompleksMasih dalam keadaan sedikit bergerak atau gerakan secara otomatis tetapi tidak bertujuan; dapat mengalami perubahan emosi, ketakutan, marah, kegirangan, atau peka rangsang yang berlebihan; tidak mengingat periode tersebut ketika sudah berlalu.c. Kejang Umum (kejang grand Mal)Mengenai kedua hemisfer otak, kekuatan yang kuat dari seluruh tubuh diikuti dengan perubahan kedutan dari relaksasi otot dan kontraksi (kontraksi tonik klonik umum)H. FASE SERANGAN KEJANGa. Fase ProdromalBeberapa jam/hari sebelum serangan kejang. Berupa perubahan alam rasa (mood), tingkah lakub. Fase AuraMerupakan fase awal munculnya serangan. Berupa gangguan perasaan, pendengaran, penglihatan, halusinasi, reaksi emosi afektif yang tidak menentu.c. Fase IktalMerupakan fase serangan kejang, disertai gangguan muskuloskletal. Tanda lain : hipertensi, nadi meningkat, cyanosis, tekanan vu meningkat, tonus spinkter ani meningkat, tubuh rigid-tegang-kaku, dilatasi pupil, stridor, hipersalivasi, lidah resiko tergigit, kesadaran menurun.d. Fase Post IktalMerupakan fase setelah serangan. Ditandai dengan : confuse lama, lemah, sakit kepala, nyeri otot, tidur lama, amnesia retrograd, mual, isolasi diri.e. Status EpileptikusSerangan kejang yang terjadi berulang, merupakan keadaan darurat. Berakibat kerusakan otak permanen, dapat disebabkan karena : peningkatan suhu yang tinggi, penghentian obat epileptik, kurang tidur, intoksikasi obat, trauma otak, infeksi otak.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Elektroensefalogram (EEG) Digunakan untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan. EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan gelombang. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang akan datang. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang abnormal setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi.

b. NeuroimagingYang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain:1) CT ScanDigunakan untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral. Merupakan test gambaran otak pertama yang dianjurkan untuk banyak anak dan dewasa dengan kejang awal. Teknik gambaran ini cukup sensitive untuk berbagai tujuan.Teknik penggambaran yang lebih sensitive dibandingkan dengan x-ray, mengikuti makna yang tinggi terhadap struktur tulang dan jaringan-jaringan yang lunak.clear images dari orga-organ seperti otak, otot, struktur join, vena, dan arteri.2) MRI (magnetic resonance imaging) kepala.Digunakan untuk melihat ada tidaknya neuropati fokal. MRI lebih disukai karena dapat mendeteksi lesi kecil (misalnya lesi kecil, malformasi pembuluh, atau jaringan parut) di lobus temporalis. Gambaran dari MRI dapat digunakan untuk persiapan pembedahan.Kedua pemeriksaan tersebut tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya.c. Kimia darah : hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.d. Pungsi Lumbar. Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi.e. Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnsium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin.J. EFEK/KOMPLIKASIa. Dampak pada anak-anak1) Long-Term General Effects. Secara umum untuk efek jangka lama dari kejang sangat bergantung pada penyebabnya. Anak-anak yang mengalami epoilepsi akan berdampak terhadap kondisi yang spesifik (contohnya injuri kepala dan gangguan syaraf) mempunyai mortalitas lebih tinggi dari pada populsi normal.2) Effect on Memory and Learning. Secara umum anak-anak yang mengalami kejang akan lebih berdampak pada perluasan gangguan otak dan akan terjadi keburukan. Anak dengan kejang yag tidak terkontrol merupakan faktor resiko terjadinya kemunduran intelektual.3) Social and Behavioral Consequences. Gangguan pengetahuan dan bahasa, dan emosi serta gangguan tingkahlaku, terjadi pada sejumlah anak dengan beberapa sindrom epilepsy parsial. Anak-anak tersebut biasanya berpenapilan denagn sikap yang burk dibandingkan dengan anak-anak lainnya.b. Dampak pada dewasa1) Effect on Mental Functioning in Adults. Dampak dari epilepsy dewasa adalah pada fungsi mental yang tidak benar.2) Psychological Health. Kira-kira 25-75% orang dewasa dengan epilepsy menunjukan tanda-tanda depresi. Orang dengan epilepsi mempunyai resiko tinggi untuk bunuh diri, setelah 6 bulan didiagnosa. Resiko bunuh diri terbesar diantara orang-orang yang terkena epilepsy dan mengarah pada kondisi psikiatrik seperti depresi, gangguan ansietas, skizoprenia, dan penggunaan alcohol kronik.3) Overall Health. Beberapa pasien dengan epilepsi menggambarkan dirinya dengan wajar atau buruk, orang dengan epilepsy juga melaporkan ambang nyeri yang lebih besar, depresi dan ansietas, serta gangguan tidur.faktanya kesehatan mereka dapat disamakan dengan orang dengan penyakit kronik, meiputi arthritis, masalah jantung, diabetes, dan kanker.c. Dampak pada kesehatan seksual dan reproduksi1) Effects on Sexual Function. Pasien dengan epilepsi akan mengalami gangguan sexual, meliputi impotensi pada laki-laki. Penyebab-penybab dari masalah-masalah tersebut kemungkinan emosi, indusi medikasi, atau menghasilkan perubahan pada tingkat hormone.2) Epilepsy pada childhood dapat mengakibatkan gangguan pada pengaturan hormone puberitas.3) Kejang yang persisten pada adult dapat dihubungkan dengan hormonal-hormonal lain dan perubahan neurologi yang berkontribusi terhada disfungsi seksualitas.4) Emosi negatif yang mengarah pada epilepsy dapat mengurangi perjalanan seksual.K. PENATALAKSANAANPenatalaksaan epilepsy direncanakan sesuai dengan program jangka panjang dan dibuat untuk memenuhi kebutuhan khusus masing-masing klien.Tujuan dari pengobatan adalah untuk menghentikan kejang sesegera mungkin, untuk menjamin oksigenasi serebral yang adekuat, dan untuk mempertahankan klien dalam status bebas kejang.Pengobatan Farmakologis :a) Pengobatan biasanya dimulai dengan dosis tunggal.b) Pengobatan anti konvulsan utama termasuk karbamazepin, primidon, fenitoin, fenobarbital, etosuksimidin, dan valproate.c) Lakukan pemeriksaan fisik secara periodic dan pemeriksaan laboratorium untuk klien yang mendapatkan obat yang diketahui mempunyai efek samping toksik.d) Cegah terjadinya hiperplasi gingival dengan hygiene oral yang menyeluruh, perawatan gigi teratur, dan masase gusi teratur untuk klien yang mendapatkan fenitoin (Dilantin).Pembedahana) Diindikasikan bila epilepsy diakibatkan oleh tumor intrakranial, abses, kista, atau anomaly vaskuler.b) Pengangkatan secara pembedahan pada focus epileptogenik dilakukan untuk kejang yang berasal dari area otak yang terkelilingi dengan baik yang dapat dieksisi tanpa menghasilkan kelainan neurologis yang signifikan.

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIANa. Keadaan UmumPada kasus epilepsia terjadi pelepasan aliran listrik yang berlebihan disel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, sehingga pada pengkajian gawat darurat kondisi umum klien tergolong sakit berat.sakit beratb. Penggolongan sesuai TriageEpilepsi merupakan manifestasi lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom, sehingga dapat menyebabkan kematian apabila terlambat mendapatkan pertolongan. Oleh karena itu epilepsi termasuk ke dalam P1 (urgent).c. Pengkajian kesadaranSetelah melakukan pengkajian kesan umum, kaji status mental pasien dengan berbicara padanya. Kenalkan diri, dan tanya nama pasien. Perhatikan respon pasien. Bila terjadi penurunan kesadaran, lakukan pengkajian selanjutnya.Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :1) Alert (sadar lingkungan)Pada kasus ini klien tidak berespon terhadap lingkungan sekelilingnya karena kondsi klien tidak sadar.2) Respon velbal (menjawab pertanyaan)Pada kasus ini klien tidak berespon terhadap pertanyaan perawat atau tim medis lainnya saat melakukan pengkajian.3) Tidak berespon (U)Pada kasus ini klien tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri ketika dicubit dan ditepuk wajahnya, karena klien tidak sadar.d. Primery surveya. Airway( jalan nafas ) : Adanya sumbatan jalan nafas sehingga menyebabkan klien sulit bernafas.Tindakan yang dilakukan :1) Semua pakaian ketat dibuka2) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung3) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen4) Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.5) Observasi TTV setiap 5 menitEvaluasi :1) Inefektifan jalan nafas tidak terjadi2) Jalan nafas bersih dari sumbatan3) RR dalam batas normal4) Suara nafas vesikulerb. Breathing(pola nafas) Pada fase iktal, pernapasan klien menurun/cepat, peningkatan sekresi mukus, dan kulit tampak pucat bahkan sianosis. Pada fase post iktal, klien mengalami apneu, Na meningkat, kebutuhan O2 dan energi meningkat untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.Tindakan yang dilakukan :1) Mengatasi kejang secepat mungkinDiberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti.Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.2) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigenEvaluasi :1) RR dalam batas normal2) Tidak terjadi asfiksia3) Tidak terjadi hipoxiac. CirculationPada fase iktal terjadi peningkatan nadi dan penurunan tekanan darah, sehingga terjadi gangguan pertukatan O2 dan CO2 dalam darah yang menyebabkan akral dingin, sianosis, dan klien biasanya dalam keadaan tidak sadar.Tindakan yang dilakukan :1) Semua pakaian ketat dibuka2) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung3) Usahakan agarjalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen4) Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen5) Observasi TTV setiap 5 menitEvaluasi :1) Tidak terjadi gangguan peredaran darah2) Tidak terjadi hipoxia3) Tidak terjadi kejang4) RR dalam batas normale. Secondary survey1) Riwayat pasiena) S (sign and symptom) : Terjadi kejang yang berulang, klien tidak sadar dengan lingkungan.b) A (allergies) : kaji apakah pasien ada riwayat alergi.c) M (Medication) : kaji riwayat pengobatanya pasien.d) P (Pentinant past medical histori) : kaji riwayat penyakit dahulu pasien.e) L (Last oral intake solid liquid) : kaji kejadian sebelumnya. f) E (Event leading to injuri ilmes)2) TTVa) Tekanan darah : tekanan darah pada pasien gigitan binatang cenderung mengalami penurunan dibawah 100/80 mmHgb) Irama dengan kekuatan nadi meningkat c) Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernapasan : klien dengan epilepsi mengalami pernapasan yang tidak teratur, akral dingin, terjadi sianosis, apneu.d) Suhu tubuh klien menurun < 36 C, N : 110-120 kali/menit.Tindakan: rujuk ke fasilitas kesehatan sesuai triageEvaluasi: evaluasi keadaan umum pasien, pantau keadaan pasien setiap 15 menit atau sesuai indikasi.3) Pemeriksaan fisika) Kepala dan leherSakit kepala, leher terasa kaku b) ThoraksPada klien dengan sesak, biasanya menggunakan otot bantu napasc) EkstermitasKeletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas, perubahan tonus otot, gerakan involunter/kontraksi otot, akral dingin, sianosis.d) EliminasiPeningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter. Pada post iktal terjadi inkontinensia (urine/fekal) akibat otot relaksasie) Sistem pencernaanSensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan lunak

f. Analisa dataDataEtiologiMasalah

DS : keluarga klien mengeluh kelien sulit bernafasDO: Klien nampak sesak Klen biasanya menggunakan otot bantu napas R : 30-35 kali/menit.Peningkatan sekresi mukosa

Sumbatan jalan nafas

Pola nafas tidak efektifPola napas tidak efektif

DS : keluarga klien mengeluh klien dingin di ujung tangan dan kakiDO: Akral dingin Sianosis, apneu N : 110-120 kali/menit. TD : < 100/80 mmHgPola nafas tidak efektif

Gangguan pertukaran O2 dan CO2 dalam darah

Gangguan perfusi jaringanGangguan perfusi jaringan

DS : keluarga klien mengeluh klien kejang DO: klien tidak sadar klien kejang N : 110-120 kali/menit. TD : < 100/80 mmHgGangguan ion kalium dalam pembentukan impuls

Penurunan Kesadaran

Resiko tinggi injuriResiko tinggi injuri

DS : Keluarga klien mengatakan klien tidak sadarDO : Klien tidak sadar Klien tidak mampu mengontrol dirinya

Penurunan Kesadaran

Persepsi tidak terkontrol

Gangguan harga diri/identitas pribadiGangguan harga diri/identitas pribadi

DS : Keluarga klien mengatakan klien tidak mengetahui keadaannya.DO: Klien tidak tidak tahu keadaannya Klien tidak bias menjawab pertanyaan.

Penurunan Kesadaran

Tidak tahu keadaannya

Kurang pengetahuan

Kurang pengetahuan

2. DIAGNOSA KEPERAWATANDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan epilepsi adalah:a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, peningkatan sekresi mucusb. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektif pertukaran O2 dan C02 dalam darah.c. Resiko tinggi injuri b.d perubahann kesadaran , kerusakan kognitif,selama kejang atau kerusakan perlindungan diri.d. Gangguan harga diri/identitas pribadi berhubungan dengan stigma berkenaan dengan kondisi, persepsi tidak terkontrol ditandai dengan pengungkapan tentang perubahan gaya hidup, takut penolakan; perasaan negative tentang tubuhe. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses perjalanan penyakit berhubungan dengan kurangnya informas3. INTERVENSIa. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, peningkatan sekresi mucusTujuan: Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan pola nafas klien efektifKriteria Hasil : Mempertahankan pola pernapasan efektif dengan jalan napas paten.IntervensiRasional

Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu atau alat lainnya jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal Letakkan klien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang Tanggalkan pakaian pada daerah leher, dada, dan abdomen Masukkan spatel lidah/ jalan napas buatan atau gulungan benda lunak sesuai indikasi

Lakukan penghisapan sesuai indikasi Berikan tambahan oksigen/ ventilasi manual sesuai kebutuhan pada fase posiktal

Siapkan/bantu melakukan intubasi jika ada indikasi Menurunkan resiko aspirasi atau masuknya benda asing ke faring

Meningkatkan aliran (drainase) secret, mencegah lidah jatuh sehingga menyumbat jalan napas

Untuk memfasilitasi usaha bernapas

Mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat melakukan penghisapan lender. Jalan napas buatan mungkin diindikasikan setelah meredanya aktivitas kejang jika pasien tersebut tidak sadar dan tidak dapat mempertahankan posisi lidah yang aman Menurunkan resiko aspirasi atau asfiksia Dapat menurunkan hipoksia serebral sebagai akobat dari sirkulasi yang menurun atau oksigen sekunder terhadap spasme vaskuler selama serangan kejang Munculnya apneu yang berkepanjangan pada fase posiktal membutuhkan

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektif pertukaran O2 dan C02 dalam darah.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan perfusi jaringan lebih efektifKriteria Hasil : akral tidak dingin, tidak terjadi sianosis pada jaringan perifer.IntervensiRasional

Atur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway (jaw thrust). Jangan memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi), mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring. Atur suhu ruangan

Tinggikan ekstremitas bawah

Gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang. Pantau adanya ketidakadekuatan perfusi : Peningkatan rasa nyeri Kapilari refill . 2 detik Kulit : dingin dan pucat Penurunanan output urine Pantau GCS

Awasi pemeriksaan AGD

Untuk mempertahankan ABC dan mencegah terjadi obstruksi jalan napas

Untuk menurunkan keparahan dari poikilothermy.

Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.

Stabilisasi tulang servikal

Sediakan oksigen dengan nasal canul untuk mengatasi hipoksia.

Menunjukkan adanya ketidakadekuatan perfusi jaringan. Penurunan perfusi terutama di otak dapat mengakibatkan penurunan tingkat kesadaran Penurunan perfusi jaringan dapat menimbulkan infark terhadap organ jaringan

c. Resiko tinggi injuri b.d perubahann kesadaran , kerusakan kognitif,selama kejang atau kerusakan perlindungan diri.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan kejang berkurang dan kesadaran meningkatKriteria Hasil : Mengurangi resiko injuri pada pasienIntervensiRasional

Kaji karakteristik kejang

Jauhkan pasien dari benda benda tajam / membahayakan bagi pasien Masukkan spatel lidah/jalan napas buatan atau gulungan benda lunak sesuai indikasi

Kolaborasi dalam pemberian obat anti kejang Untuk mngetahui seberapa besar tingkatan kejang yang dialami pasien sehingga pemberian intervensi berjalan lebih baik Benda tajam dapat melukai dan mencederai fisik pasien

Dengan meletakkan spatel lidah diantara rahang atas dan rahang bawah, maka resiko pasien menggigit lidahnya tidak terjadi dan jalan nafas pasien menjadi lebih lancer Obat anti kejang dapat mengurangi derajat kejang yang dialami pasien, sehingga resiko untuk cidera pun berkurang

d. Gangguan harga diri/identitas pribadi berhubungan dengan stigma berkenaan dengan kondisi, persepsi tidak terkontrol ditandai dengan pengungkapan tentang perubahan gaya hidup, takut penolakan; perasaan negative tentang tubuh.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan klien menerima keadaannya.Kriteria Hasil : Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping dengan persepsi negative pada diri sendiriIntervensiRasinal

Diskusikan perasaan pasien mengenai diagnostic, persepsi diri terrhadap penanganan yang dilakukannya.

Anjurkan untuk mengungkapkan/ mengekspresikan perasaannya

Identifikasi/antisipasi kemungkinan reaksi orang pada keadaan penyakitnya. Anjurkan klien untuk tidak merahasiakan masalahnya Gali bersama pasien mengenai keberhasilan yang telah diperoleh atau yang akan dicapai selanjutnya dan kekuatan yang dimilikinya

Tentukan sikap/kecakapan orang terdekat. Bantu menyadari perasaan tersebut adalah normal, sedangkan merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri tidak ada gunanya

Tekankan pentingnya orang terdekat untuk tetap dalam keadaan tenang selama kejan Reaksi yang ada bervariasi diantara individu dan pengetahuan/ pengalaman awal dengan keadaan penyakitnya akan mempengaruhi penerimaan Adanya keluhan merasa takut, marah dan sangat memperhatikan tentang implikasinya di masaa yang akan datang dapat mempengaruhi pasien untuk menerima keadaanya Memberikan kesempatan untuk berespon pada proses pemecahan masalah dan memberikan tindakan control terhadap situasi yang dihadapi Memfokuskan pada aspek yang positif dapat membantu untuk menghilangkan perasaan dari kegagalan atau kesadaran terhadap diri sendiri dan membentuk pasien mulai menerima penangan terhadap penyakitnya Pandangan negative dari orang terdekat dapat berpengaruh terhadap perasaan kemampuan/ harga diri klien dan mengurangi dukungan yang diterima dari orang terdekat tersebut yang mempunyai resiko membatasi penanganan yang optimal Ansietas dari pemberi asuhan adalah menjalar dan bila sampai pada pasien dapat meningkatkan persepsi negative terhadap keadaan lingkungan/diri sendiri

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses perjalanan penyakit berhubungan dengan kurangnya informasTujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan keluarga mengerti keadaan klien.Kriteria Hasil : Pengetahuan keluarga meningkat, keluarga mengerti dengan proses penyakit epilepsy, keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.IntervensiRasional

Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.

Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien.

Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit kejang demam melalui penyuluhan. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien. pendidikan merupakan salah satu faktor penentu tingkat pengetahuan seseorang untuk mengetahui seberapa jauh informasi yang telah mereka ketahui,sehingga pengetahuan yang nantinya akan diberikan dapat sesuai dengan kebutuhan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan

untuk mengetahui seberapa jauh informasi yang sudah dipahami

agar keluarga dapat memberikan penanngan yang tepat jika suatu-waktu klien mengalami kejang berikutnnya.

4. IMPLEMENTASI5. Sesuai Intervensi BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULANEpilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Bangkitan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekolompok besar sel-sel otak, bersifat singkron dan berirama. Bangkitnya epilepsi terjadi apabila proses eksitasi didalam otak lebih dominan dari pada proses inhibisi.Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan terus mendapat seizure walaupun sudah lepas dari narkotik. Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam process kelahiran, luka kepala, strok, tumor otak, alkohol. Kadang epilepsi mungkin juga karena genetik, tapi epilepsi bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi.

B. SARANPada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :1. Bagi institusiDengan adanya makalah ini dapat menambah konsep-konsep teori keperawatan di Stikes Yarsi Mataram demi meningkatkan mutu dan kualitas.2. Bagi perawat dan tenaga medisMakalah ini bisa sebagai acuan dalam melakukan peraktek pada rumah sakit supaya hasilnya sesuai dengan harapan.3. Bagi masyarakatDengan adanya makalah ini masyarakat dapat mengetahui penyakit epilepsia4. Bagi mahasiswaDengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pembanding oleh mahasisiwa kesehatan dalam pembuatan tugas.

14