konsep dan rencana struktur

31
VIII - 1 RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028 BAB KONSEP DAN RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN BURU 8.1. Konsep Struktur Ruang Kabupaten Buru Struktur ruang di Kabupaten Buru akan dibentuk dengan mengembangkan kota- kota berdasarkan hirarki. Pengembangan struktur kota hirarki tersebut bertujuan untuk membentuk ruang sebagai satu kesatuan yang dibentuk oleh unsur-unsur fungsional yang satu sama lain mempunyai hubungan timbal balik Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten adalah gambaran susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan yang digambarkan secara hirarkis dan berhubungan satu sama lain. Rencana struktur ruang kabupaten meliputi hirarki kota, sistem jaringan transportasi, dan sistem prasarana wilayah. Hirarki kota ditentukan berdasarkan besarnya permukiman, ketersediaan fasilitas dan fungsi yang ada maupun fungsi yang ditetapkan. Penentuan hirarki kota mengacu pada rencana tata ruang nasional dan rencana tata ruang provinsi. Konsep struktur kota untuk Kabupaten Buru akan terdiri dari PKW, PKL dan PKSL. Seperti terlihat pada diagram berikut dan untuk peta konsep strukutur ruang di Kabupaten Buru dapat dilihat pada Gambar 8.1. Kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW) adalah kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten. Kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal (PKL) adalah kota yang mempunyai fungsi pelayanan dalam melayani beberapa kota yang lebih rendah. Kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sub lokal (PKSL) adalah kota yang mempunyai fungsi pelayanan beberapa desa di sekitarnya. PKN ditetapkan dengan kriteria : (1). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; (2). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan atau (3). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi. PKW ditetapkan dengan kriteria : (1). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN; (2). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala provinsi atau yang melayani beberapa kabupaten; dan atau (3). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi skala provinsi atau melayani beberapa kabupaten. PKL ditetapkan dengan kriteria : (1). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala kabupaten atau beberapa kecamatan; (2). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

Upload: daruspatty

Post on 02-Feb-2016

89 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 1

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

BAB KONSEP DAN RENCANA

STRUKTUR RUANG KABUPATEN BURU

8.1. Konsep Struktur Ruang Kabupaten BuruStruktur ruang di Kabupaten Buru akan dibentuk dengan mengembangkan kota- kota

berdasarkan hirarki. Pengembangan struktur kota hirarki tersebut bertujuan untuk membentuk ruang sebagai satu kesatuan yang dibentuk oleh unsur-unsur fungsional yang satu sama lain mempunyai hubungan timbal balik

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten adalah gambaran susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan yang digambarkan secara hirarkis dan berhubungan satu sama lain. Rencana struktur ruang kabupaten meliputi hirarki kota, sistem jaringan transportasi, dan sistem prasarana wilayah.

Hirarki kota ditentukan berdasarkan besarnya permukiman, ketersediaan fasilitas dan fungsi yang ada maupun fungsi yang ditetapkan. Penentuan hirarki kota mengacu pada rencana tata ruang nasional dan rencana tata ruang provinsi. Konsep struktur kota untuk Kabupaten Buru akan terdiri dari PKW, PKL dan PKSL. Seperti terlihat pada diagram berikut dan untuk peta konsep strukutur ruang di Kabupaten Buru dapat dilihat pada Gambar 8.1.

Kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW) adalah kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten. Kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal (PKL) adalah kota yang mempunyai fungsi pelayanan dalam melayani beberapa kota yang lebih rendah. Kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sub lokal (PKSL) adalah kota yang mempunyai fungsi pelayanan beberapa desa di sekitarnya.PKN ditetapkan dengan kriteria :(1). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor

atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;(2). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala

nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan atau(3). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala

nasional atau melayani beberapa provinsi.PKW ditetapkan dengan kriteria : (1). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor

yang mendukung PKN;(2). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala

provinsi atau yang melayani beberapa kabupaten; dan atau(3). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi skala provinsi

atau melayani beberapa kabupaten.PKL ditetapkan dengan kriteria :(1). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala

kabupaten atau beberapa kecamatan;(2). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi skala kabupaten

atau beberapa kecamatan.

Page 2: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 2

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Pengembangan jaringan transportasi di Kabupaten Buru mengacu pada tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah di Kabupaten Buru yang pesat dan mendukung struktur perkotaan yang direncanakan. Sistem transportasi yang direncanakan adalah sistem transportasi terintegrasi baik transportasi darat, laut maupun udara dengan pengembangan beberapa pintu gerbang (multigate)Pengembangan jaringan prasarana wilayah seperti listrik, air, dan prasarana pengelolaan lingkungan disesuaikan dengan perkembangan penduduk dan struktur kota.

Gambar 8. 1Konsep Struktur Ruang Kabupaten Buru

8.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Buru Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Buru meliputi sistem perkotaan di wilayahnya

terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten.

8.2.1 Wilayah Pengembangan Wilayah Pengembangan dimaksudkan sebagai kebijakan pembangunan agar tingkat pelayanan

wilayah lebih efektif dan efisien, baik pelayanan pemerintahan maupun pelaksanaan kegiatan pembangunan wilayah sejalan dengan program-program pengembangan/pembangunan yang telah direncanakan, serta untuk memperpendek rentang pelayanan pemerintah, baik dalam pelaksanaan, pengawasan maupun pengendalian pembangunan.

Pusat-pusat perwilayahan yang ditunjuk akan merupakan tempat konsentrasi fasilitas pelayanan umum sesuai kebutuhan wilayah belakangnya dan kecamatan-kecamatan yang dibawahinya.

Berdasarkan kondisi wilayah, Kabupaten Buru diarahkan untuk dibagi kedalam 4 (empat) Wilayah Pengembangan (WP), yaitu :

Berdasarkan kondisi wilayah, Kabupaten Buru diarahkan untuk dibagi kedalam 4 (empat)

Page 3: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 3

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Wilayah Pengembangan (WP).

(1). Wilayah Pengembangan I. Meliputi kecamatan Namlea dan Waplau dengan pusat pengembangan di Namlea (meliputi : desa Namlea, Karang Jaya, Lala dan Ubung) sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan rencana pengembangan sektor perdagangan dan jasa didukung oleh sektor pertanian dan perikanan, Jikumerasa sebagai Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL) dengan wilayah rencana pengembangan pariwisata meliputi desa Jiku merasa, desa waemiting dan desa sawa. Wilayah Pengembangan I meliputi 2 (dua) kawasan pengembangan yaitu :

Pertama; Kawasan Namlea dengan leading sektor perdagangan dan jasa dengan tiga (3) Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) adalah

(a). Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) Namlea dengan aktifitas perdagangan dan jasa meliputi Desa Namlea, Karang Jaya, Lala, dan Ubung;

(b). DPP Jikumerasa sebagai wilayah rencana pengembangan pariwisata meliputi desa Jikumerasa, Desa waimiting dan Desa Sawa;

(c). DPP Sanleko dengan wilayah rencana pengembangan perikanan meliputi desa Jamilu, desa Siahoni, desa Batuboy, Desa saliong dan Desa Marloso.

Kedua ; Kawasan Waplau sebagai Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL) dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian didukung oleh sub sektor peternakan dengan 3 (tiga) Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) yaitu : (a). DPP Waeperang dengan rencana pengembangan sektor pertanian meliputi Desa

Waeperang, Desa Lamahang, Dusun Miskoko, Desa Waplau, dan Dusun Waenau;(b). DPP Namsina dengan rencana pengembangan sektor pertanian meliputi Desa Waeura,

Desa Samalagi, Desa Namsina dan Desa Waelesi; (c). DPP Waelihang dengan rencana pengembangan sektor kelautan dan perikanan meliputi

Desa Waelihang, Desa Waprea, Desa Waepoti, Desa Hatawano, Dusun Skilale, Laheriat dan Tupanaliang.

(2). Wilayah Pengembangan (WP) II meliputi kecamatan Air Buaya dengan rencana pengembangan pada sektor perikanan dan perkebunan didukung oleh sektor peternakan dan kehutanan, meliputi 3 (tiga) kawasan pengembangan yaitu :

Pertama : Kawasan Teluk Bara sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan rencana pengembangan pada sektor perikanan didukung oleh sektor pertanian dan kehutanan dengan dua (2) Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) yaitu :

(a). DPP Teluk Bara dengan rencana pengembangan pada sektor perikanan meliputi Teluk Bara, Desa Kampung Baru, usun Waehotong Baru, Tanjung Karang, Waekase dan Waeruba;

(b). DPP Waelanga dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian meliputi Desa Waelanga, Walmatina dan Selwadu.

Kedua : Kawasan Wamlana- Airbuaya dengan rencana pengembangan pada sektor perikanan didukung oleh sektor pertanian dan peternakan dengan 2 (dua) Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) yaitu: (a). DPP Wamlana dengan rencana pengembangan pada sektor perikanan meliputi Desa

Wamlana, Waspait, Waenibe, Waekose dan Balbalu;

Page 4: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 4

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

(b). DPP Air Buaya dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian meliputi Desa Air Buaya, Waemangit, Waepure, Waeula, Keramat, Batlale dan Wasbakat;

Ketiga : Kawasan Danau Rana dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian didukung oleh sektor peternakan dan kehutanan, diarahkannya sebagai wilayah pengembangan Agrowisata Berbasis Budaya meliputi 2 (dua) Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) yaitu : (a). DPP Silewa dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian meliputi Dusun Wasi,

Ukalahing, Nipa, Skusa, Silewa, Lemanpoli, Walsekat dan Waedangan;(b). DPP Waereman dengan rencana pengembangan pada sektor pertnian dan sektor kehutanan

meliputi desa Waereman, Wagrahi, Warujawa, Wawamboli, Kaktuan, Gehonangan, Erdapa dan Mangesaingan.

(3). Wilayah Pengembangan III, Meliputi wilayah Dataran Waeapo dengan pusat pengembangan di Waenetat sebagai Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL) dengan rencana pengembangan pada sktor pertanian didukung oleh peternakan dan kehutanan terutama pada Daerah Aliran Sungai (DAS), meluipti 4 (empat) kawasan pengembangan yaitu :

Pertama : Kawasan Waenetat (Waekasar, Ohiliang, Utaramalahing dan Baman) dengan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) adalah Savana Jaya dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian, kehutanan dan peternakan meliputi Desa Bantalareja, Gogorea, Waetele dan Waekarta.

Kedua : Kawasan Waegeren dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian didukung oleh 2 (dua) DPP yaitu : (a). DPP Wabloi meliputi Desa Waegeren, Kubalahin, Mahetnangan, Waesuhan, Wabloi,

Tifu, Waegapa dan Migodo;(b). DPP Wanakarta meliputi desa waswadi, waengura, bilahin;

Ketiga; Kawasan Grandeng dengan rencana pengembangan pada sektor peternakan meliputi 2 (dua) DPP yaitu : (a). DPP Metar meliputi Desa Wagernangan, Metar, Wapsalit, Lele, Debo, Wanbasalahin dan

Mensayang;(b). DPP Lokasi meliputi Desa Modanmohe, Watempuli, Lokasi, Ukalahin dan Waengapan;

Keempat : Kawasan Parbulu dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian didukung oleh sub sektor peternakan meliputi 2 (dua) DPP yaitu : (a). DPP Debowae dengan wilayah pendukung debowae, dafa, widit dan wamsait;(b). DPP Waelata meliputi desa pendukung Waelata, warmoli dan waetoni;

Kelima : Kawasan Waelo dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian didukung oleh sub sektor peternakan meliputi 2 (dua) DPP yaitu; (a). DPP Waeleman meliputi Desa Waeleman, Guna Jaya, Sumlau, Basalale, Skotbesy,

Winangan dan Wagoret;(b). DPP Waetina meliputi Desa Waetina, Waepulun, Waeflan, Tanah Merah dan Homrey.

(4). Wilayah Pengembangan IV, meluputi wilayah Buru Selatan Timur (Kayeli/Masaretet- Ilath) dengan rencana pengembangan pada sektor pertanian meliputi sektor perikanan meliputi 2 Idua) kawasan pengembangan yaitu :

Pertama : Kawasan Ilath sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan rencana pengembangan

Page 5: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 5

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

pada sub sektor perkebunan dengan DPP Desa Ilath meliputi desa Waemorat, Waelawa, waemoli, Namsugi, Namlea Ilath, Waemorat, Seith dan Batujungku.

Kedua : Kawasan Kayeli/Masarete dengan Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL) pada Desa Kayeli/Masarete dengan rencana pengembangan pada sektor perikanan meliputi desa Kaki Air, Masarete, Kayeli, Waetose, Waelapia, Waefefa dan wayasel.

Secara keseluruhan mengenai Wilayah Pengembangan di Kabupaten Buru dapat dilihat pada Gambar 8.2

8.2.2 Sistem Perkotaan sebagai Pusat-pusat Pengembangan Wilayah dan Perdesaan Sistem pusat-pusat permukiman atau sistem perkotaan di Kabupaten Buru yang direncanakan

tidak terlepas dari struktur kota di Ibukota kabupaten maupun kota kecamatan, karena kota merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk struktur ruang.

Sistem Perkotaan diarahkan sesuai dengan hierarki jumlah penduduk, potensi dan kegiatan ekonominya. Pengembangan sistem kota-kota diarahkan sedemikian rupa agar selaras dengan arahan pengembangan wilayah, terutama berkaitan dengan kondisi fisik yang sebagian merupakan pulau-pulau dan bencana alam yang sering terjadi. Di pihak lain kawasan perkotaan itu sendiri memerlukan pengelolaan secara individual yang bertujuan meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi dalam rangka mendukung fungsi kotanya di wilayah yang lebih luas, serta mendukung pengembangan wilayah yang berkelanjutan.

Untuk kurun waktu 20 (dua puluh) tahun yang akan datang sesuai dengan dimensi waktu RTRW Kabupaten, pengembangan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Buru akan tetap mengacu pada hierarki fungsional dengan mengingat perkembangannya serta skala pelayanannya.

Kota yang merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berdasarkan RTRW Provinsi Maluku di Kabupaten Buru adalah Kota Namlea di Kecamatan Namlea.

Kota yang merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berdasarkan RTRW Provinsi Maluku di Kabupaten Buru adalah Teluk Bara di Kecamatan Air Buaya, Waenetat di Kecamatan Waeapo danIlath di Kecamatan Batabual.

Kota yang merupakan Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL) di Kabupaten Buru untuk masa mendatang yaitu :(1) Desa Jikumersa Kecamatan Namlea;(2) Desa Sawa/Waeperang Kecamatan Namlea;(3) Desa Air Buaya Kecamatan Air Buaya;(4) Desa Wamlana Kecamatan Air Buaya;(5) Desa Waereman Kecamatan Air Buaya;(6) Dea Waplau Kecamatan Waplau;(7) Desa Parbulu Kecamatan Waepo;(8) Desa Waetina Kecamatan Waeapo;(9) Desa Grandeng Kecamatan Waeapo;(10) Desa Waegeren Kecamatan Air Buaya;(11) Desa Masarete/Kayeli Kecamatan Waeapo.

Page 6: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 6

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Gambar 8.2 Wilayah Pengembangan Kabupaten Buru

Page 7: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 7

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Kota yang merupakan Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL) di Kabupaten Buru untuk masa mendatang diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL), adalah kota-kota kecamatan yaitu :(1) Masarete/Kayeli Kecamatan Waeapo;(2) Waplau Kecamatan Waplau;(3) Sawa/Waeperang Kecamatan Namlea;

Kota yang merupakan Desa Pusat Pertumbuhan(DPP) di Kabupaten Buru untuk masa mendatang diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL), adalah Desa Air Buaya Kecamatan Air Buaya.

Kota yang merupakan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di Kabupaten Buru adalah Desa Namsina di Kecamatan Waplau, Desa Waelihang di Kecamatan Waplau, Desa Air Buaya di Kecamatan Air Buaya, Desa Silewa di Kecamtan Air Buaya, Desa Waereman di Kecamata Air Buaya, Desa Savana Jaya di Kecamatan Waeapo, Desa Wabloi di Kecamatn Waeapo, Desa Wanakarta di Kecamatan Waeapo, Desa Metar di Kecamatan Waeapo, Desa Lokasi di Kecamatan Waeapo, Desa Debowae di Kecamatan Waeapo, Desa Waeleman di Kecamatan Waeapo dan Desa Waetina di Kecamatan Waenetat.

8.2.3 Rencana Hirarki Pusat-pusat PengembanganBerdasarkan kebijakan yang tertuang dalam RTRW Kabupaten dan berdasarkan hasil analisis

dan kecenderungan perkembangan pusat-pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Buru, sistem hierarki pusat-pusat pertumbuhan atau hirarki perkotaan di Kabupaten Buru akan dikategorikan dalam 4 (empat) kelompok berdasarkan fungsi dan pelayanannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi kabupaten.(1). Kota yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dalam hal ini merupakan kota

yang termasuk kedalam hirarki pusat pelayanan di RTRW Nasional dan Provinsi (sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN), berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

(2). Kota yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), dalam hal ini merupakan kota yang termasuk kedalam hirarki pusat pelayanan di RTRW Provinsi, hal ini dikarenakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan, pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan, simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

(3). Kota atau wilayah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sub lokal (PKSL), yaitu pusat pemukiman/desa yang telah mengalami kemajuan sehingga jumlah penduduknya mencapai lebih dari 400 Kepala Keluarga.

(4). Wilayah perkotaan yang berfungsi sebagai desa pusat pertumbuhan (DPP), yaitu desa yang telah mengalami kemajuan dan berada satu (1) level (tingkat) di bawah PKSL.

8.2.4 Rencana Hirarki Pusat PelayananFungsi Kecamatan dalam lingkup wilayah Kabupaten Buru akan diarahkan sesuai kemampuan

kecamatan tersebut dalam mendukung fungsi yang diembannya, baik sebagai pusat kegiatan dalam wilayah kecamatan itu sendiri maupun secara regional atau wilayah kecamatan di sekitarnya.

Kelengkapan sarana dan prasarana yang terdapat pada kecamatan tersebut mencerminkan kemampuan kecamatan dalam menyandang fungsi Kecamatannya. Secara umum, kecamatan-kecamatan di Kabupaten Buru mempunyai fungsi sebagai berikut :(1) Pusat Administrasi Kabupaten;

Page 8: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 8

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

(2) Pusat Administrasi Kecamatan;(3) Pusat Perdagangan Jasa dan Pemasaran;(4) Pusat Perhubungan dan Komunikasi;(5) Pusat Produksi Pengolahan;(6) Pusat Pelayanan Sosial (kesehatan, pendidikan, dan lain-lain);(7) Pusat Kegiatan Pariwisata.

Kelengkapan prasarana dan sarana yang terdapat pada masing-masing kecamatan akan menjadikan kecamatan tersebut sebagai pusat dari wilayah belakangnya.

Di pihak lain terdapat pengelompokkan kecamatan yang membentuk fungsi kecamatan berdasarkan lingkup pelayanan administrasi pemerintahan (ibukota kabupaten atau ibukota Kecamatan). Pertimbangan penetapan fungsi kecamatan adalah sebagai berikut : (1) Fungsi kecamatan yang didasarkan pada kedudukan dan lokasinya berada pada kawasan

strategis, maupun pusat wilayah belakangnya, sehingga kecamatan tersebut berfungsi sebagai pusat kegiatan produksi (kegiatan industri, agroindustri, pertambangan dan lain-lain), dan pusat perhubungan guna mendukung usaha pemasaran;

(2) Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi bagi desa di belakangnya yang memiliki karakteristik terpencil dan terbelakang. Fungsi kecamatan tersebut sebagai pusat pengumpul dan distribusi.

Untuk memantapkan sistem perkotaan di Kabupaten Buru sesuai dengan masing-masing hierarki pusat pelayanan dan skala pelayanan yang direncanakan, dalam kurun waktu 20 tahun yang akan datang maka perlu arahan fungsi untuk masing-masing kota yang berada di Kabupaten Buru hingga tahun perencanaan (tahun 2028) dapat dilihat pada Tabel 8.1 dan mengenai gambaran lokasi dapat dilihat pada Gambar 8.4.

Tabel 8.1Rencana Hirarki Pusat Pelayanan di Kabupaten Buru

NoHirarki

PerkotaanPusat

PermukimanSkala Pelayanan

Fungsi KewenanganA B C D E F G H

1 PKW Namlea (Namlea) Regional Provinsi X X X X X X X X2 PKL Teluk Bara (Air Buaya) Regional Kabupaten X X X X X3 PKL Waenetat (Waeapo) Sub Regional Kabupaten X X X X X X4 PKL Ilath (Batabual) Sub Regional Kabupaten X X X X X X5 PKSL Jikumerasa (Namlea) Lokal Kecamatan X X X X X X6 PKSL Sawa/Waeperang (Namlea) Lokal Kecamatan X X X X7 PKSL Waplau (Waplau) Lokal Kecamatan X X X X X8 PKSL Parbulu (Waeapo) Lokal Kecamatan X X X9 PKSL Grandeng (Waeapo) Lokal Kecamatan X X X

10 PKSL Waegeren (Waeapo) Lokal Kecamatan X X X11 PKSL Masarete/Kayeli (Waeapo) Lokal Kecamatan X X X X12 DPP Sanleko (Waplau) Lokal Lokal X X13 DPP Waeperang (Waplau) Lokal Lokal X X X X14 DPP Namsina (Waplau) Lokal Lokal X X15 DPP Waelihang (Waplau) Lokal Lokal X X16 DPP Wamlana (Air Buaya) Lokal Lokal X X17 DPP Air Buaya (Air Buaya) Lokal Lokal X X18 DPP Silewa (Air Buaya) Lokal Lokal X X19 DPP Waereman (Air Buaya) Lokal Lokal X X X20 DPP Savana Jaya (Waeapo) Lokal Lokal X X21 DPP Wabloi (Waeapo) Lokal Lokal X X22 DPP Wanakarta (Waeapo) Lokal Lokal X X23 DPP Metar (Waeapo) Lokal Lokal X X24 DPP Lokasi (Waeapo) Lokal Lokal X X

Page 9: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 9

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

NoHirarki

PerkotaanPusat

PermukimanSkala Pelayanan

Fungsi KewenanganA B C D E F G H

25 DPP Debowae (Waeapo) Lokal Lokal X X26 DPP Waelaman (Waeapo) Lokal Lokal X X27 DPP Waetina (Waenetat) Lokal Lokal X X

Sumber : Hasil Analisa, 2008Keterangan:A. : Pusat administrasi kabupatenB. : Pusat administrasi kecamatanC. : Pusat perdagangan, jasa dan pemasaranD. : Pusat perhubungan dan komunikasiE. : Pusat produksi pengolahanF. : Pusat pelayanan sosial (kesehatan, pendidikan, dll)G. : Pusat pendidikan tinggi H. : Pusat kegiatan pariwisata

1. Rencana Kebijakan pengembangan PKWRencana pengembangan PKW mengacu pada RTRW Maluku adalahsebagai berikut :(1). Penyediaan prasarana perkotaan dengan pendekatan pembangunan prasarana kota terpadu;(2). Peningkatan aksesibilitas ke wilayah yang dilayaninya melalui pengembangan jaringan

jalan darat dan laut;(3). Peningkatan aksesibilitas ke wilayah regional maupun nasional yang dilayani melalui

pengembangan jaringan transportasi laut dan udara;(4). Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota

yang berbasis mitigasi rencana.2. Rencana Kebijakan Pengembangan PKL :

(1). Penyediaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota terpadu;

(2). Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayani melalui pengembangan jaringan darat;

(3). Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi rencana.

3. Rencana kebijakan pengembangan PKSL(1). Peningkatan akses pada desa sekitar melalui jaringan transportasi darat;(2). Penyediaan prasarana pemukiman.

4. Rencana kebijakan pengembangan DPP(1). Peningkatan akses pada desa sekitar melalui jaringan transportasi darat;(2). Penyediaan prasarana pemukiman.

8.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten BuruSesuai dengan kebijakan RTRW provinsi Maluku maka pengembangan sistem prasarana

transportasi di Kabupaten Buru ditujukan untuk menciptakan sistem transportasi yang terintegrasi baik darat, laut maupun udara, sehingga dapat mendukung pengembangan wilayah. Untuk lebih meningkatkan akses dari dan ke Pulau Buru maka akan dikembangkan beberapa pintu gerbang (multigate) berupa pelabuhan laut.

Page 10: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 10

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Gambar 8.3 Peta Rencana Struktur Ruang

Page 11: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 11

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Gambar 8.4 Peta Rencana Sistem Perkotaan

Page 12: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 12

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

8.3.1 Rencana Sistem Prasarana TransportasiJaringan Trans Maluku merupakan jaringan yang melayani pulau-pulau utama di setiap gugus

pulau di Maluku. Secara umum jaringan Trans Maluku didukung oleh moda darat dan laut. Rencana pengembangan Prasarana Transportasi yang menunjang Trans Maluku di Kabupaten

Buru meliputi :(1). Dermaga penyeberangan di Teluk Bara (baru selesai 2009), Namlea (sudah ada);(2). Pelabuhan laut di Namlea (sudah ada), yang dikembangkan dalam rangka mendukung jalur

Trans Maluku khususnya untuk angkutan barang;(3). Pengembangan prasarana jalan Namlea – Teluk Bara yang terdiri dari : ruas jalan Air Buaya –

Teluk Bara (30 km), Samalagi – Air Buaya (54,58 km), Namlea – Samalagi (46,37 km). Selain ruas jalan utama, juga perlu dikembangkan ruas jalan penunjang yang meliputi : Leksula –Teluk Bara, Danau Rana – Wamlana, Tifu – Danau Rana yang merupakan feeder bagi Trans Maluku;

(4). Pengembangan Terminal AKDP di Namlea dan Teluk Bara.

Sedangkan rencana pengembangan Pelayanan Transportasinya meliputi :1. Penyediaan kapal ferry dari Teluk Bara – Sanana, Namlea – Ambon (pengganti KM Kerapu)2. Penyediaan Bis Antar Kota Dalam Provinsi yang melintasi rute Namlea – Teluk Bara

Penyediaan kapal-kapal cadangan untuk mengatasi musim gelombang pada ruas penyeberangan Namlea – Ambon dan Teluk Bara – Sanana.Rencana sistem prasarana transportasi terdiri atas transportasi darat, laut, dan udara. Ketiga sistem prasarana tersebut akan mendukung kegiatan yang saling berinteraksi dan mempunyai lokasi berbeda. Untuk lebih jelas mengenai rencana transportasi di Kabupaten Buru dapat dilihat pada Gambar 8.5.

1. Transportasi DaratPengembangan transportasi darat diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas antar

kecamatan, antar pusat-pusat permukiman dan antara sentra produksi dengan jalur distribusi sehingga diharapkan seluruh wilayah kabupaten Buru dapat diakses dengan transportasi darat roda empat.(1). Pembangunan jalur Utara – Barat : Namlea – Samlagi – Air Buaya – Teluk Bara – Waehotong;(2). Pembangunan jalur Utara – Selatan

(a). Jalur Tengah : Namlea – Marloso – Mako – Modan Mohe(b). Jalur Pesisir :

(i). Grandeng – Parbulu/Wamsait;(ii). Wamsait – Kayeli;(iii). Kayeli – Ilath.

(3). Jalur ke Danau Rana :(a). Lamahang – Danau Rana;(b). Wamlana/Waetabe – Danau Rana;(c). Tifu – Wamana Baru – Danau Rana;(d). Metar – Wanbasalahen – Wamana Baru.

Pengembangan jaringan jalan ini harus didukung dengan pengembangan sistem angkutan umum sehingga seluruh wilayah Kabupaten Buru dapat dijangkau dengan mudah dan murah. Untuk rencana jaringan jalan dapat dilihat pada Gambar 8.5.

Terminal angkutan penumpang di Buru perlu dikembangkan, khususnya menyangkut menyatunya jalan-jalan di Buru dengan Trans Maluku sehingga diperlukan Terminal AKDP selain Terminal Angkutan Kota. Khusus terminal barang perlu dikembangkan disekitar Pelabuhan Namlea.

Page 13: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 13

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Tabel 8.2 Kebutuhan Prasarana Terminal

Jenis Terminal Tipe Lokasi Keterangan1. AKDP B Teluk Bara, Namlea2. Angkutan Kota C Namlea, Waenetat, Waplau, Air Buaya3. Barang B Namlea

Transportasi darat di Kabupaten Buru untuk angkutan penumpang umum dilayani oleh :(1). Bus AKDP;(2). Bus AKDK;(3). Angkutan Kota;(4). Ojek, becak,

Sedangkan untuk angkutan barang, telah beroperasi truk pick-up serta kendaraan barang lainnya yang dapat disewa. Untuk peta rencana transpotasi darat dapat dilihat pada Gambar 8.6.

2. Jaringan Transportasi PenyeberanganJaringan transportasi penyeberangan saat ini telah dilayani untuk lintasan dari Namlea –

Galala (KMP Kerapu II, KMP Danau Rana), Namlea – Ambalau – Wamsisi – Namrole (KMP Danau Rana), Namlea – Ambalau – Wamsisi (KMP Danau Rana), dimana jadwal pelayanannya dapat dilihat pada Tabel 8.3.

Tabel 8.3Jadwal Layanan Penyeberangan

No. Jalur Nama Kapal Jadwal1. Namlea – Galala (Ambon) KMP Kerapu II

KMP Danau RanaSetiap hari mulai Pk. 06.00 – 18.00

2. Namlea – Ambalau – Wamsisi – Namrole KMP Danau Rana Setiap hari mulai Pk. 06.00 – 18.00

3. Namlea – Ambalau – Wamsisi KMP Danau Rana Seminggu 3 kali

Sumber : Buku Data Perhubungan 2007

Simpul yang perlu dikembangkan untuk penyeberangan adalah Teluk Bara yang melayani penyeberangan dari Teluk Bara – Sanana (Kepulauan Sula, Maluku Utara) dan Teluk Bara – Biloro (Buru Selatan). Mengingat pentingnya sarana penyeberangan ini serta tantangan gelombang yang cukup besar, maka kondisi kapal yang disediakan harus benar-benar baik, sehingga diperlukan secara regular peremajaan kapal-kapal penyeberangan yang sudah tidak layak lagi (KMP Kerapu II). Untuk peta rencana transpotasi penyeberangan dapat dilihat pada Gambar 8.7

3. Transportasi LautKabupaten Buru memiliki beberapa pelabuhan yang melayani baik angkutan barang maupun

penumpang. Pelabuhan utama yang melayani pelayaran eksternal adalah Pelabuhan Namlea, sedangkan yang melayani pelayaran internal adalah pelabuhan-pelabuhan kecil seperti di Waplau, Kayeli dan Ilath. Sarana angkutan laut eksternal dilayani oleh kapal-kapal besar dan kecil, diantaranya KM Lambelu, sedangkan untuk jalur internal atau jalur antara Buru dan Buru Selatan seperti Namlea –Kayeli, Namlea – Waplau, Namlea - Ilath, Ilath – Wamsisi, Telok Bara Biloro, dilayani oleh Speed-boat dan Long-boat.

Transportasi laut saat ini menjadi moda utama penduduk Buru untuk mencapai daerah lain di provinsi Maluku. Untuk meningkatkan aksesibilitas ke luar baik angkutan penumpang maupun angkutan barang maka direncanakan pengembangan pelabuhan sebagai berikut :

Page 14: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 14

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

(1). Peningkatan Pelabuhan Namlea sebagai pelabuhan eksporSebagai pelabuhan utama di Pulau Buru, pelabuhan Namlea perlu ditingkatkan fasilitasnya agar dapat menjadi pelabuhan ekspor sehingga pemasaran hasil produksi pertanian maupun perikanan dapat ditingkatkan.

(2). Pengembangan pelabuhan di Teluk BaraPelabuhan Teluk Bara memiliki keuntungan karena berada di perlintasan kapal laut (Sealine 3), sehingga dapat menjadi titik transit. Dengan pengembangan pelabuhan ini diharapkan dapat mendorong perkembangan wilayah di zona 2. Pelabuhan Teluk Bara ini juga akan meningkatkan hubungan antara Kabupaten Buru dengan Sanana (Maluku Utara), Makasar dan Kabupeten Buru Selatan. Pelabuhan Teluk Bara juga dapat melayani Kecamatan Kepala Madan Kabupaten Buru Selatan.

(3). Pengembangan pelabuhan laut di IlathPelabuhan Ilath dikembangkan sebagai pintu gerbang di sebelah Timur yang akan menghubungkan Kabupaten Buru dengan Kabupaten Buru Selatan. Pengembangan pelabuhan ini juga diharapkan mendorong perkembangan wilayah di Kecamatan Bata Bual dengan meningkatnya sistem distribusi bagi hasil-hasil pertanian dan perikanan.

(4). Pengembangan pelabuhan kecil (small port) di WaplauPelabuhan Waplau akan dikembangkan untuk peningkatan kegiatan perikanan dan pemasaran hasil pertanian. Pelabuhan ini menghubungkan Kabupaten Buru dengan Kota Sanana (Provinsi Maluku Utara) dan Kota Makassar.

(5). Pengembangan pelabuhan angkutan ASDP Masarete/Kayeli – Namlea.

Pengembangan pelabuhan tersebut harus didukung dengan penyediaan sarana angkutan baik berupa kapal penyeberangan maupun kapal cepat. Penambahan kapal penyeberangan yang besar diperlukan agar aksesibilitas tetap terjaga dalam berbagai kondisi cuaca sehingga aksesibilitas semakin meningkat. Untuk peta rencana transpotasi laut dapat dilihat pada Gambar 8.8.

4. Transportasi UdaraJaringan transportasi udara dilayani oleh pesawat Casa 212 yang menggunakan bandara milik

TNI-AU. Saat ini sedang dibangun bandara baru di Namniwel yang khusus melayani penerbangan Sipil. Bandara baru yang akan dibangun terletak di Desa Sawa dan Desa Waiperang, Kecamatan Namlea. Status bandara adalah penerbangan sipil yang dikelola oleh Ditjen Perhubungan Udara. Pembangunan runway tahap 1 adalah sepanjang 1.500 meter dengan lebar 30 meter sedangkan tahap 2 sepanjang 1.850 meter. Bandara ini direncanakan untuk dapat didarati pesawat tipe M-50 dan dilengkapi dengan terminal penumpang, terminal VIP, Tower dan Hanggar. Bandara terdekat dari Bandara di Namlea adalah bandara yang akan dibangun kembali di Namrole. Untuk peta rencana transpotasi udara dapat dilihat pada Gambar 8.9.

Sistem transportasi udara untuk Kabupaten Buru perlu ditingkatkan seiring dengan perkembangan wilayah yang ada. Peningkatan dapat dilakukan dengan pengembangan bandar udara maupun peningkatan jumlah dan frekuensi pesawat yang mendarat di Kabupaten Buru. Rencana pengembangan bandar udara meliputi :(1). Peningkatan lapangan terbang Namlea berupa perpanjangan lintasan runway;(2). Pembangunan lapangan terbang baru di Naniwel (Namlea).

Page 15: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 15

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Gambar 8.5 Peta Rencana Jaringan Jalan Kabupaten Buru

Page 16: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 16

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Gambar 8.6 Peta Rencana Transportasi Darat dan Penyeberangan Kabupaten Buru

Page 17: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 17

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Gambar 8.7 Peta Rencana Transportasi Laut Kabupaten Buru

Page 18: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 18

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Gambar 8.8 Peta Rencana Transportasi Udara Kabupaten Buru

Page 19: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 19

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Gambar 8.9 Peta Rencana Transportasi Kabupaten Buru

Page 20: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 20

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

8.3.2 Rencana Sistem Prasarana PengairanSistem prasarana pengairan di Kabupaten Buru dikembangkan melalui pemanfaatan danau,

mata air pergunungan maupun sungai untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi kehidupan masyarakat pada umumnya. Sementara itu, kebutuhan pertanian akan air dapat dipenuhi melalui pembangunan jaringan irigasi teknis dan embung. Pembangunan jaringan irigasi teknis dan embung. Jaringan irigasi teknis yang dapat dikembangkan adalah Waebini (396 hektar), Waemeten (2.020 hektar), Waegeren (750 hektar), dan Waelata (931 hektar).

Dalam rangka mendukung fungsi Pulau Buru sebagai lumbung padi bagi provinsi Maluku dan untuk meningkatkan hasil pertanian bagi Kabupaten Buru sebagai kawasan andalan nasional perlu dibangun sistem pengairan irigasi teknis yang lebih luas menjangkau daerah-daerah yang potensial bagi pengembangan sektor pertanian seperti di Kecamatan Waeapo, dan dataran Batujungku diKecmatan Bata Bual. Pengembangan sistem irigasi sangat diperlukan dalam rangka pencetakan sawah baru sebagai upaya peningkatan produksi padi. Pengembangan irigasi ini didukung dengan ketersediaan sungai sebagai sumber air.

8.3.3 Rencana Sistem Prasarana TelematikaPenyediaan prasarana telekomunikasi dan prasarana informatika pada beberapa kecamatan di

Kabupaten Buru sangat terbatas, padahal sebagai kabupaten yang relatif jauh dari pusat pemerintahan provinsi dan kabupaten, hubungan jaringan transportasi yang terbatas dapat didukung melalui telematika. Oleh karena itu untuk menunjang kegiatan utamanya yaitu perekonomian dan pemerintahan, penyediaan fasilitas telekomunikasi perlu ditingkatkan.

Penyediaan fasilitas telekomunikasi utamanya pada wilayah potensial yang mendukung kegiatan perekonomian, seperti di Kecamatan-kecamatan Waeapo, Air Buaya, Waplau dan Bata Bual (sebagai pusat pemasaran hasil pertanian dan perkebunan), sedang pada desa-desa yang relatif jauh dari jangkauan dapat diupayakan fasilitas telephone pasti. Sedangkan untuk prasarana informatika akan disediakan di Ibukota Kabupaten Namlea. Untuk peta rencana sistem prasarana telematika/ telekomunikasi dapat dilihat pada Gambar 8.10.

8.3.4 Rencana Sistem Prasarana EnergiSistem energi di Kabupaten Buru akan dikelompokkan atas rumah tangga, perkantoran,

perdagangan dan industri. Keterbatasan dalam kemampuan penyediaan energi diantisipasi dengan membangun pembangkit listrik tenaga air yang direncanakan akan dibangun di Desa Waenetat dan Desa Metar. Dengan dibangunnya PLTA tersebut diharapkan kebutuhan listrik untuk Kabupaten Buru tahun 2028 dapat terpenuhi. Untuk kebutuhan listrik di Kabupate Buru hingga 2028 dapat dilihat pada Tabel 8.4. Untuk peta rencana jaringan listrik dapat dilihat pada Gambar 8.11.

Tabel 8.4Kebutuhan Listrik Kabupaten Buru Tahun 2018 dan 2028

Jenis aktivitasStandar kebutuhan

listrik (kva/ha)Kebutuhan listrik

2018 (kva)Kebutuhan listrik

2028 (kva)1. Permukiman 62,0 4.550 9.4502. Pariwisata 66,03. Jasa Perdagangana. Sentra primer 1.200,0 2.750 6.445b. Sentra sekunder 1.200,0 1.600 2.850c. Sentra lokal 250,0 750 900

4. Industri 250,05. Fasilitas Umuma. Primer 250,0 1.505 3.000

Page 21: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 21

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Jenis aktivitasStandar kebutuhan

listrik (kva/ha)Kebutuhan listrik

2018 (kva)Kebutuhan listrik

2028 (kva)b. Sekunder 75,0 180 755c. Tersier 75,0 654 1.025d. Lokal 75,0 2,650 3.6006. Pertanian 1,5

Total 14.639 27,775 Sumber : Hasil Analisis

8.3.5 Rencana Sistem Air BersihKebutuhan air bersih di Kabupaten Buru dapat dikategorikan dalam 2 (dua) jenis pemakaian,

yaitu domestik (rumah tangga) dan non domestik seperti industri, perkantoran pemerintah, hotel dan restoran, dan perdagangan.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah perdesaan melalui sumber air bersih, baik dari sumur maupun dari sungai, sedang bagi wilayah perkotaan yang mulai padat penduduknya, khususnya Kecamatan Namlea dan Kecamatan Waeapo, dapat dipenuhi dengan sistem pengelolaan air minum oleh perusahaan, yang dikelola oleh pemerintah daerah. Untuk peta rencana sistem air bersih dapat dilihat pada Gambar 8.12.Sistem air bersih yang diusulkan adalah :(1). Sambungan langsung dari pusat penyediaan air bersih (PAM) setempat. Sistem penyediaan air

bersih ini dapat diterapkan di wilayah perkotaan, dengan sumber air dari sungai-sungai dan atau mata air yang ada.

(2). Kran Umum, disediakan pada kawasan-kawasan permukiman padat. (3). Sambungan langsung dari PAM di perdesaan, dengan sumber air baku dari mata air di

pegunungan.

Tabel 8.5Kebutuhan air bersih di Kabupaten Buru Tahun 2018 (m³/hari) dan 2028 (m³/hari)

KEGIATANSTANDAR KEBUTUHAN AIR KEBUTUHAN

AIR 2018KEBUTUHAN

AIR 2028Satuan1. Permukiman 5.102 8.618 M³/hari2. Sambungan langsung (perumahan) 150 Lt/org/hari 3.755 5.647 M³ /hari3. Kran umum 30 Lt/org/hari 61 87 M³/hari4. Pariwisata 4 M³/ha/hari 54 77 M³/hari5. Jasa Perdagangan 171 205 M³/hari

a. Sentra primer 33.22 100 90 90 M³/harib. Sentra sekunder 18 97 77 77 M³/haric. Lokal 7.39 58 38 38 M³/hari

6. Industri 40 M³/Ha/hari 70 95 M³/hari7. Ruang Terbuka Hijau 5.32 M³/Ha/hari 8 10 M³/hari8. Fasilitas Umum 537 722 M³/hari

a. Primer 9.34 182 152 152 M³/hariI Rumah sakit 9.34 125 105 105 M³/hariii Gedung serbaguna 9.34 25 17 17 M³/hariIii Gedung kesenian 9.34 5 4 4 M³/hariIv Kantor polisi 9.34 9 7 7 M³/hariV Kantor pemerintahan 9.34 10 8 8 M³/hariVi Lapangan olahraga 9.34 9 7 7 M³/hariVii Parkir umum 9.34 7 4 4 M³/harib. Sekunder 3.26 53 33 33 M³/hariI Puskesmas 3.26 8 6 6 M³/hariIi Masjid, Gereja, Pura, Vihara 3.26 8 6 6 M³/hariIii Taman, tp bermain, lap OR 3.26 8 6 6 M³/hariIv Gedung bioskop 3.26 5 2 2 M³/hari

Page 22: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 22

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

KEGIATANSTANDAR KEBUTUHAN AIR KEBUTUHAN

AIR 2018KEBUTUHAN

AIR 2028SatuanV Gedung serbaguna 3.26 7 5 5 M³/hariVi Pos Polisi 3.26 6 3 3 M³/hariVii Parkir & MCK 3.26 5 3 3 M³/hariVii Pemadam kebakaran 3.26 3 1 1 M³/hariViii Ktr pos pembantu 3.26 3 1 1 M³/hariC Tersier 13.71 203 193 193 M³/hariI SLTP dan SLTA 13.71 125 105 105 M³/hariIi Puskesmas Pembantu 13.71 60 40 40 M³/hariIii BKIA & RS bersalin 13.71 40 30 30 M³/hariIv Apotik 13.71 28 18 18 M³/harid. Lokal 7.37 334 314 314 M³/hariI TK dan SD 7.37 190 170 170 M³/hariIi Balai Pengobatan 7.37 45 30 30 M³/hari

Iii Mushalla/ langgar 7.37 6 3 3 M³/hariIv Taman & tempat bermain 7.37 115 95 95 M³/hariV Parkir dan MCK 7.37 8 6 6 M³/hariVi Balai Pertemuan 7.37 15 10 10 M³/hari

TOTAL (dlm M³/hari) 11.213 17.363 M³/hari

(dlm Lt/detik) 130 201 Lt/detik Sumber : Hasil Analisis

8.3.6 Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan LingkunganRencana Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan disusun sebagai salah-satu upaya untuk

meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan sanitasi lingkungan bagi kegiatan permukiman, produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya melalui pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan yang terdiri dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS), Tempat Pembuangan Akhir (TPA), serta sistem pengelolaan limbah cair dan limbah udara.

8.3.7 Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Sampah1. Sumber dan Timbulan Sampah

Asumsi rata-rata volume timbulan sampah di Indonesia adalah 2 – 3 l/org/hr, apabila tidak ada penelitian volume timbulan sampah di daerah perencanaan, maka yang umum dipakai dalam perencanaan adalah 2,5 l/org/hr.Sumber sampah (daerah pelayanan) pada umumnya berasal dari :(1). Permukiman;(2). Pasar dan Pertokoan;(3). Perkantoran dan Sekolah;(4). Jalan Raya/Tempat Umum, dll.

Tabel 8.6Perkiraan Timbunan Sampah di Kabupaten Buru Tahun 2008, 2018 dan 2028

No Uraian KOEF 2008 2018 2028 SATUAN1 Jumlah Penduduk 94.591 120.685 154.244 Jiwa2 Rumah Tangga 1.7 160.804,7 205.164,5 262.214,8 L/hari3 Perdagangan 0.5 47.295,5 60.342,5 77.122,0 L/hari4 Institusi 0.3 28.377,3 36.205,5 46.273,2 L/hari5 Tingkat Pelayanan Rencana 20 40 60 %6 Rencana Volume Terlayani 47.117 118,182 222.1422 M3/hari7 Kebutuhan Kapasitas Pelayanan 20 20 20 M3/hari

Total 236,477,5 301.712,5 385,610.0 L/hari Sumber : Hasil Analisis

Page 23: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 23

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

2. Karakteristik SampahKarakteristik sampah untuk Kota-kota di Indonesia umumnya terdiri dari :(1). Sampah Organik : ± 70%;(2). Sampah an-Organik :± 28%;(3). B3 : ± 2%.

3. Tingkat PelayananProsentase tingkat pelayanan kawasan permukiman adalah 80%, dan kawasan untuk kawasan

perkantoran, komersial, industri dan tempat umum adalah 100%.

4. Pola Penanganan SampahPola penanganan sampah terdiri dari :(1). Pola Individual Langsung

Proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah dan langsung diangkut ke TPA dengan menggunakan truk tanpa melalui proses pemindahan.Pola ini diterapkan pada rumah, pertokoan, restoran, penginapan dan pertokoan yang berada di pinggir jalan yang dilalui truk sampah.

(2). Pola Komunal LangsungProses penanganan sampah dimana masyarakat membawa sendiri sampahnya ke wadah komunal (kontainer) kemudian diangkut ke TPA.

(3). Pola Individual Tidak LangsungProses penanganan sampah dari rumah ke rumah dengan menggunakan alat pengumpul gerobak sampah yang dikumpulkan kemudian dibawa ke kontainer (TPS) sebelum sampah tersebut diangkut ke TPA.

5. Pengolahan Sampah (Pembuangan Akhir)Pengolahan sampah dapat terdiri dari :(1). Komposting

Adalah salah satu bentuk pengolahan sampah untuk menghasilkan bahan pupuk. Bahan baku utama yang digunakan adalah komponen unsur organik dalam sampah, komposisi organik dalam sampah dapat mencapai 80% (BPPT 1981).Dengan proses kompos maka mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA. Keuntungan proses kompos adalah :(a). Membuka kesempatan kerja, karena tidak memerlukan keterampilan yang tinggi;(b). Dapat membantu memperbaiki struktur tanah sehingga tidak mudah erosi;(c). Mengurangi beban pencemaran yang dihasilkan oleh pembusukan unsur organik;(d). Memperbaiki struktur tanah yang tidak subur.

Kelemahan sistem ini adalah : harga satuan bisa lebih mahal dari pupuk kimia, karena waktu proses yang lebih lama dan membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.

(2). Daur UlangProses ini pada dasarnya cukup sederhana yaitu memilih bahan-bahan dalam sampah yang dapat diproses kembali, seperti : kertas, plastik, kaca logam dan karet. mengurangi volume timbulan sampah yang dibuang ke TPA.Keuntungan proses ini adalah :(a). Mengurangi volume timbulan sampah yang dibuang ke TPA;

Page 24: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 24

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

(b). Memberikan lapangan kerja yang bersifat lebih formal dan kontinyu;(c). Memperoleh nilai tambah dari hasil penjualan bahan yang di daur ulang.

Kelemahan sistem ini adalah perlu waktu khusus untuk pemilihan sehingga menam-bah jam opersaional, dan diperlukan penampungan bahan yang sudah dipilih.

(3). Pembakaran (Incinerator)Proses pengolahan dengan cara pembakaran juga disebut sebagai pemusnahan sampah, karena wujud yang tersisa berupa debu yang volumenya sangat kecil (<10%).Keuntungan sistem ini adalah :(a). Panas dari pembakaran yang terus menerus dapat digunakan sebagai pembangkit listrik;(b). Hasil pembakaran berupa debu dapat digunakan untuk bahan bangunan;(c). Higienis karena tidak menimbulkan bau busuk dan bakteri yang dapat menjadi sumber

penyakit.

Kelemahan sistem ini adalah membutuhkan biaya investasi dan operasional yang cukup tinggi.(4). Controlled Land-fill

Metode Operasi adalah sebagai berikut :(a). Sampah ditimbun, diratakan dan dipadatkan, kemudian beberapa waktu tertentu ditutup

dengan lapisan tanah untuk mengurangi pengaruh yang merugukan lingkungan;(b). Bila lokasi pembuangan akhir telah mencapai akhir usia pakai, maka seluruh timbunan

sampah harus ditutup dengan lapisan tanah;(c). Kebutuhan tanah penutup diperkirakan mencapai 10 % dari volume sampah yang

ditimbun (dalam keadaan padat);(d). Penanganan leachete secara sederhana.

(5). Sanitary Land-fillPengembangan dari Controlled Land-fill, dimana tidak ada sampah tersisa karena setiap hari tanah ditutup lapisan tanah, penanganan leachete sudah memnuhi syarat, volume tanah penutup diperkirakan 25 % dari volume sampah yang ditimbun dalam keadaan padat.Dasar perencanaan : Untuk mencegah pengotoran lindi pada lapisan bawah diberi tanah lempung sehingga rembesan air dapat dihindarkan.

(6). Improved Sanitary Land-fillPengembangan dari sanitary land-fill, dimana setiap saat tanah ditutup secara sempurna. Lindi dan gas ditangani secara sempurna.

(7). Persyaratan Umum Lokasi TPA(a). Sudah tercakup dalam tata ruang kota dan daerah;(b). Jenis tanah kedap air;(c). Wilayah yang tidak produktif;(d). Tidak membahayakan/mencemarkan sumber air;(e). Jarak dari pusat daerah pelayanan � 10 km;(f). Wilayah bebas banjir;(g). Tidak boleh berlokasi di danau, sungai dan laut;(h). Untuk lokasi TPA > 25 km dari kota perlu dipertimbangkan adanya transfer terpusat.

(8). Pemilihan Lokasi TPAPemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:(a). Pemilihan lokasi berdasarkan 3 tahapan, yaitu :

Page 25: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 25

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

(i). Tahap RegionalYang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi dalam beberapa zona.

(ii). Tahap PenyisihYang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik diantara beberapa lokasi dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap regional.

(iii). Tahap PenetapanYang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi berwenang.

(b). Jika dalam hal suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, pemilihan lokasi TPA ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA.

(9). Kriteria Pemilihan TPAKriteria pemilihan TPA sampah dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :(a). Kriteria Regional

Kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau zona tidak layak sebagai berikut :(i). Kondisi Geologi

1). Tidak berlokasi di zona holocene fault;2). Tidak berlokasi di zona bahaya geologi.

(ii). Kondisi Hidrogeologi(iii). Tidak boleh mempunyai tinggi air tanah kurang dari 3 m;(iv). Tidak boleh kelulusan tanah > 10 – 5 cm/dt;(v). Jarak terhadap sumber air minum harus > 100 di hilir aliran;(vi). Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria tsb, maka harus dimasukkan

teknologi;(vii). Kemiringan zona harus < 20 %;(viii). Jarak dari Bandara harus > 3.000 m untuk penerbangan turbo jet, dan > 1.500 m

untuk jenis lain;(ix). Tidak boleh pada daerah hutan lindung/cagar alam dan daearah banjir dengan

periode ulang 25 tahun.(b). Kriteria Penyisih

Kriteria untuk memilih lokasi terbaik terdiri dari kriteria regional ditambah:(i). Iklim;(ii). Utilitas; tersedia lebih lengkap makin baik;(iii). Lingkungan Biologis;(iv). Kondisi Tanah;(v). Demografi; kepadatan penduduk lebih rendah, lebih baik;(vi). Batas Administrasi; dalam batas administrasi dinilai lebih baik;(vii). Kebisingan; semakin banyak zona penyangga dinilai makin baik;(viii). Bau; semakin banyak zona penyangga dinilai makin baik;(ix). Estetika; semakin tidak terlihat dari luar dinilai makin baik;(x). Ekonomi; semakin kecil biaya pengelolaan sampah (m3/ton) dinilai semakin baik.

(c). Kriteria PentahapanKriteria yang digunakan oleh instansi yang berwenang untuk menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai kebijakan instansi berwenang dan ketentuan yang berlaku.

Page 26: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 26

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2028 lokasi TPA direncanakan terdapat disetiap kecamatan (Namlea, Waplau, Air Buaya, Waeapo dan Bata Bual), lokasi berada tidak jauh dari pusat pemukiman (ibukota kecamatan). Untuk peta rencana TPA dapat dilihat pada Gambar 8.13.

8.3.8 Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah 1. Sistem Pengelolaan Limbah

Sistem pengolahan air limbah dibagi berdasarkan sumber air limbah tersebut berasal yaitu : air limbah domestik dan air limbah industri.(1). Air Limbah Domestik

Air limbah domestik umumnya berasal dari buangan kamar mandi dan WC, dengan metode pembuangan terpusat maupun setempat.Pembuangan air limbah setempat umumnya dilakukan secara individual oleh masyarakat yang dapat berupa tangki septik dengan atau tanpa resapan maupun cubluk.Pembuangan air limbah terpusat umunya dikelola oleh pemerintah daerah setempat dengan sistem perpipaan yang dialirkan ke unit instalasi pengolahan lumpur tinja.Metode pengolahan air limbah domestik dapat berupa :(a). Kolam Stabilisasi

Berupa bak terbuka yang cukup luas dengan dinding kolam dapat dari tanah maupun pasangan batu, prinsip kerjanya adalah meenguraikan zat organik secara alamiah tanpa bantuan bahan kimia maupun tambahan oksigen.

(b). Kolam AerasiBerupa bak terbuka dengan mendapat bantuan oksigen untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut. Pada sistem ini pada beberapa bagian terjadi endapan pada dasar kolam.

(c). Parit OksidasiPengolahan air limbah dengan bantuan aerator tidak secara kontinyu, dilengkapi bak pengendap lumpur yang dapat dikembalikan bersama air limbah yang masuk ataupun diendapkan dalam sludge drying bad.

(d). Proses Lumpur Aktif (Activated Sludge)Pengolahan air limbah yang dilengkapi saringan, penangkap pasir dan bak pengendap. Sistem ini lebih rumit dan umumnya digunakan oleh negara maju, pengolahan dibantu dengan lumpur aktif dan aerator.

(e). Trickling FilterPengolahan air limbah domestik dengan bio filter, dengan pengolahan secara biologis dengan bantuan filtermedia berupa benda kasar tahan air (biasanya batu pecah) yang mempunyai rongga-rongga yang besar.

Untuk Kabupaten Buru diusulkan pengolahan air limbah domestik dengan kolam aerasi karena mudah pelaksanaan dan hasil pengolahan yang lebih pasti.

(2). Pengolahan Air Limbah IndustriPengolahan air limbah industri lebih tergantung jenis industri yang air limbahnya akan diolah, namun secara garis besar dapat dibagi atas pengolahan secara biologis dam kimiawi. Mengingat industri yang ada di Kabupaten Buru berupa produk nabati maka diusulkan menggunakan pengolahan biologis.

2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pengelolaan LimbahBaik air limbah domestik maupun air limbah industri, sarana yang diperlukan umumnya

berupa sistem perpipaan (walaupun dapat dengan mobil tangki), instalasi pengolahan air limbah,

Page 27: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 27

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

pengolahan lumpur dan mobil tangki sebagai cadangan dalam keadaan darurat.

3. Kriteria Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)(1). Untuk melayani 10.000 orang, pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT),

termasuk fasilitas penunjangnya harus dilakukan pada lahan seluas lebih besar atau sama dengan 2 Ha. Sementara itu untuk kebutuhan yang sama pembangunan instalasi pengolahan air limbah. (IPAL) limbah domestik termasuk fasilitas penunjangnya harus dibangun di atas lahan seluas > 3 Ha.

(2). Sistem pengolahan air limbah terpusat perlu dibangun untuk kawasan dengan beban pencemaran air berat. Instalasinya dianjurkan satu lokasi dengan TPA dengan jarak lebih dari 5 km dari daerah permukiman.

(3). Pembangunan dan pengoperasian instalasi sedapat mungkin menghindari dampak berupa bau, timbunan sedimen/lumpur, kebisingan, sampah terapung, busa dan pencemaran air tanah.

(4). Instalasi harus dirancang untuk dapat menurunkan BOD sampai di bawah 50 mg/l.(5). Kompleks instalasi dirancang agar mempunyai nilai estetika lebih baik dari sekitarnya.(6). Lumpur yang diproduksi sebagai hasil samping proses pengolahan dan mengandung bahan

kimia tidak boleh dibuang langsung ke sungai atau badan air.Lokasi Instalasi Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (PAL) berada disetiap kecamatan (Namlea, Waplau, Air Buaya, Waeapo dan Bata Bual) lokasi berada tidak jauh dari pusat pemukiman (ibukota kecamatan).

8.3.9 Rencana Sistem Sarana WilayahBerdasarkan hasil analisis, sesuai dengan proyeksi perkembangan penduduk maka sarana

wilayah perlu dikembangkan baik untuk sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, maupun perdagangan. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 8.7.

Tabel 8.7Rencana Pembangunan Sarana di Kabupaten Buru Per Kecamatan Tahun 2028

Sarana Kecamatan

Namlea Waeapo Air Buaya Waplau Batabual

1

Pendididana. Sekolah Dasar 35 35 22 15 13b. Sekolah Menengah Pertama 15 16 10 6 6c. Sekolah Menengah Atas 12 12 8 5 5

2

Sarana Kesehatan a. Rumah Sakit 1 0 0 0 0b. Sarana Puskesmas 4 4 3 3 3c. Puskesmas Pembantu 14 16 24 12 14d. Poliklinik 18 21 21 16 12

3

Peribadatana. Masjid 13 20 10 11 6b. Gereja Protestan 1 0 0 0 0c. Gereja Katolik 1 0 0 0 0

4

Sarana Perdagangan a. Pasar 2 2 1 1 1b. Toko 18 19 9 5 4c. Warung 188 192 106 59 48

Sumber : Hasil Analisis

Page 28: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 28

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Gambar 8.10Peta RencanaPrasarana Telematika/Telekomunikasi

Page 29: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 29

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Gambar 8.11Peta Rencana Prasarana Energi Listrik

Page 30: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 30

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Gambar 8.12Peta Rencana Tempat Pembuangan Akir (TPA) Sampah

Page 31: Konsep Dan Rencana Struktur

VIII - 31

RTRW Kabupaten Buru 2008 - 2028

Gambar 8.13Peta Rencana Sistem Air Bersih