konsep dan penerapan ergonomi dalam industri secara umum

27
TUGAS MAKALAH KELOMPOK Mata Kuliah : ERGONOMI Dosen Pembimbing : Yulianti Peminatan : Kesehatan Lingkungan “Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum” Disusun Oleh : Nurafifah 14120100069 Wa Ode Safariah 14120100077 Ety Apriyani 14120100082 Kelas : W2 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

Upload: shizuka-poenya-nobita

Post on 12-Dec-2014

691 views

Category:

Documents


76 download

DESCRIPTION

makalah kelompok

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

Mata Kuliah : ERGONOMI

Dosen Pembimbing : Yulianti

Peminatan : Kesehatan Lingkungan

“Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri

Secara Umum”

Disusun Oleh :

Nurafifah 14120100069Wa Ode Safariah 14120100077Ety Apriyani 14120100082

Kelas : W2

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR2012

BAB I

Page 2: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan

keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia

dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai

tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan

nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan

produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta

kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor manusia.

Para operator dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja mereka

tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi yaitu terlalu membungkuk,

jangkauan tangan yang tidak normal. Alat yang terlalu kecil, dan lain-lain.

Sehingga dari posisi kerja operator tersebut dapat mengakibatkan

timbulnya berbagai permasalahan yaitu kelelahan dan rasa nyeri pada

punggung akibat dari duduk yang tidak ergonomis tersebut, timbulnya

rasa nyeri pada bahu dan kaki akibat ketidak sesuaian antara pekerja dan

lingkungan kerjanya.

Penyakit akibat kerja dapat mempengaruhi kemampuan kerja

seorang pekerja. Penyakit yang diakibatkan pekerjaan diartikan sebagai

efek negatif dari kegiatan kerja terhadap kesehatan fisik manusia antara

lain keluhan nyeri pada berbagai otot ataupun terjadinya kelelahan

otot(fatique). Kelelahan otot dapat timbul akibat kontraksi otot yang

berlebihan atau pun kontraksi otot terus-menerus dalam jangka waktu

yang cukup lama. Proporsi kasus gangguan muskuloskeletal akibat kerja

berdasarkan data ILO tahun 2003 menduduki peringkat pertama yakni

hampir 45% dari total kasus penyakit akibat kerja yang dilaporkan.

Revolusi industri yang berlangsung lebih dari dua abad yang lalu

telah membawa perubahan-perubahan dalam banyak hal. Awal

Page 3: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

perubahan yang paling menyolok adalah diketemukannya rancang

bangun (rekayasa/engineering) mesin uap sebagai sumber energi untuk

berproduksi, sehingga manusia tidak lagi tergantung pada energi-otot

ataupun energi alam. Lebih jauh lagi manusia bisa menggunakan sumber

energi secara lebih fleksibel, dipindahkan ataupun ditempatkan

dimanapun lokasi aktivitas produksi akan diselenggarakan. Ditemukannya

mesin uap merupakan awal dikenalnya sumber tenaga utama (prime

mover) yang mampu meningkatkan mobilitas dan produktivitas kerja

manusia. Hal lain yang patut dicatat adalah diterapkannya rekayasa

tentang tata cara kerja (methods engineering) guna meningkatkan

produktivitas kerja yang lebih efektif-efisien dengan menganalisa kerja

sistem manusia-mesin sebagai sebuah sistem produksi yang terintegrasi.

Dari hasil para ahli Taylor, Frank & Lillian Gilbreth, Fayol, Muntersberg,

Granjean, Barnes, Mundel, Kroemer, McCormick, Sanders dan lain-lain

telah dihasilkan paradigm-paradigma baru dalam berbagai penelitian kerja

dengan fokus pada manusia sebagai penentu tercapainya produktivitas

dan kualitas kerja (quality of work life) yang lebih baik lagi.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana konsep ergonomi secara umum di terapkan di industri?

2. Bagaimana penerapan ergonomi dalam industri?

3. Apa yang mempengaruhi ergonomi dalam penerapannya di industri?

4. Apakah ada efek yang timbul dalam penerapan ergonomi di industri?

Page 4: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

BAB IIPEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup

Globalisasi telah membawa semua persoalan menjadi semakin

kompleks, persaingan semakin keras, dan memerlukan perubahan-

perubahan baik dalam struktur organisasi, manajemen maupun sumber

daya pendukung operasional di lini produksi. Industri yang dahulunya

dioperasikan dengan konsep pemanfaatan sumber daya (material, energi,

modal, dan manusia) yang serba terbatas untuk itu sistem produksi harus

benar-benar dioperasikan secara efektif dan efisien dalam era global ini

haruslah kemudian dikembangkan dengan penguasaan infomasi

(knowledge based industry) dan jaringan kerja (networking) yang lebih

baik.

Begitu juga sistem produksi yang dahulunya dikembangkan melalui

konsep produksi masal (mass-production) dengan bertumpu pada

pembuatan produk-produk standard, cenderung kemudian harus ditata

kembali secara fleksibel dan responsif ke upaya pemenuhan kepuasan

customer yang sangat beragam (mass-customization) dengan pasar yang

lebih luas (mass-marketing). Begitu juga organisasi industri yang awalnya

dirancang mengikuti pola struktur hirarki-birokrasi yang menempatkan

manusia sebagai pekerja (karyawan) pabrik, selanjutnya beranjak dan

bergeser maju dalam pola struktur jaringan kerja (network). Disini aktivitas

kerja manusia dan begitu pula struktur organisasi kerjanya akan beraliansi

dalam sebuah mata rantai kerja sama dengan semangat kebersamaan

(collaboration & partnership).

Untuk mengantisipasi problematika industri yang semakin luas dan

kompleks, maka Industri telah menunjukkan banyak perubahan maupun

penyesuaian dengan arah perkembangan yang ada salah satunya yaitu

pendekatan ergonomi. Pendekatan ergonomi dalam perancangan

Page 5: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

teknologi di industri telah menempatkan rancangan produk dan sistem

kerja yang awalnya serba rasional-mekanistik menjadi tampak lebih

manusiawi. Disini faktor yang terkait dengan fisik (faal/fisiologi) maupun

perilaku (psikologi) manusia baik secara individu pada saat berinteraksi

dengan mesin dalam sebuah rancangan sistim manusia-mesin dan

lingkungan kerja fisik akan dijadikan pertimbangan utama. Persoalan

perancangan tata cara kerja di lini aktivitas produksi nampaknya juga

akan terus terarah pada segala upaya untuk mengimplementasikan

konsep “human-centered engineered systems” dalam perancangan

teknologi produk maupun proses dengan mengkaitkan faktor manusia

didalamnya.

Ergonomi atau Ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya

berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang

berarti aturan atau hukum. Ergonomi mempunyai berbagai batasan arti, di

Indonesia disepakati bahwa ergonomi adalah ilmu serta penerapannya

yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap

orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan

efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-

optimalnya (Nurmianto, 1996).

Desain suatu pekerjaan manusia harus menjadikan manusia

sebagai pusat dalam perancangannya, berarti bahwa segala sesuatu

yang dirancang seperti metode kerja, peralatan, lingkungan fisik dan

organisasi kerjanya harus dapat mengakomodasi kemampuan dan

keterbatasan manusia agar manusia dapat melakukan pekerjaannya

dengan efektif dan efisien. Sedangkan ergonomi industri mempelajari

tentang penerapan prinsip-prinsip ergonomi dalam perancangan kerja di

industri agar dapat diperoleh lingkungan kerja yang lebih aman, sehat dan

produktif. Kebutuhan untuk menerapkan ergonomi industri makin

meningkat terutama untuk menurunkan biaya produksi dengan

Page 6: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

menciptakan efisiensi kerja, mengurangi ongkos asuransi kesehatan kerja

dan dapat meningkatkan moral serta motivasi kerja serta menciptakan

keamanan kerja /work safety.

Sering dijumpai pada sebuah industri terjadi kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja tersebut disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau

dari pihak menajemen perusahaan. Kecelakaan yang disebabkan oleh

pihak pekerja sendiri, karena pekerja tidak hati-hati atau mereka tidak

mengindahkan peraturan kerja yang telah dibuat oleh pihak manajemen.

Sedangkan faktor penyebab yang ditimbulkan dari pihak manajemen,

biasanya tidak adanya alat-alat keselamatan kerja atau bahkan cara kerja

yang dibuat oleh pihak manajemen masih belum mempertimbangkan segi

ergonominya. Misalnya pekerjaan mengangkat benda kerja di atas 50 Kg

tanpa menggunakan alat bantu. Kondisi ini bisa menimbulkan cidera pada

pekerja.

Identifikasi bahaya risiko pekerjaan dapat dilakukan dengan

berbagai cara, antara lain dengan melakukan Hazard Identification and

Risk Assessment Control (HIRAC). Analisis risiko kerja dilakukan dengan

mengidentifikasi semua faktor risiko yang ada dalam proses kerja,

melakukan penilaian risiko kerja dan melakukan pengendalian faktor

risiko. Menurut Neuman (2006) identifikasi faktor risiko ergonomi dapat

dilakukan dengan cara evaluasi lingkungan kerja, evaluasi sistem kerja,

evaluasi gangguan kesehatan dengan menggunakan kuisioner Nordic

Body Map, dan lain-lain. Evaluasi lingkungan kerja bertujuan untuk

menilai apakah suatu lingkungan kerja berpotensial untuk menimbulkan

gangguan kesehatan ditinjau dari aspek ergonomi. Kuisioner Nordic Body

Map bertujuan untuk menilai apakah ada terdapat dampak dari faktor

ergonomi kerja terhadap timbulnya keluhan gangguan muskuloskeletal

pada pekerja.

Page 7: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

Penerapan ergonomi dalam industry yaitu :

1. Posisi Kerja

Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk

dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama

bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal

dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

2. Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi

waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus

dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

3. Tata letak tempat kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.

Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak

digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,

bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat

menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian

akibat gerakan yang berlebihan.

a. Menjinjing beban

Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai

berikut:

1) Laki-laki dewasa 40 kg

2) Wanita dewasa 15-20 kg

3) Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg

4) Wanita (16-18 th) 12-15 kg

b. Organisasi kerja

Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :

1) Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun

Page 8: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

2) Frekuensi pergerakan diminimalisasi

3) Jarak mengangkat beban dikurangi

4) Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin

dan mengangkat tidak terlalu tinggi.

5) Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

c. Metode mengangkat beban

Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetic dari

pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :

Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung

Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum

berat badan.

Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :

1) Posisi kaki yang benar

2) Punggung kuat dan kekar

3) Posisi lengan dekat dengan tubuh

4) Mengangkat dengan benar

5) Menggunakan berat badan

d. Supervisi medis

Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.

1) Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan

beban kerjanya

2) Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai

dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan

3) Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan,

khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.

Page 9: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

Oleh karena itu penerapan prinsip ergonomi di tempat kerja

diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri

pekerja dan kinerja pekerja

2. Memprediksi potensi pengaruh pekerjaan pada tubuh pekerja

3. Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan

pekerja saat bekerja

4. Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan

kesesuaian antara kemampuan pekerja dan persyaratan kerja.

5. Membangun pengetahuan dasar guna mendorong pekerja

untuk meningkatkan produktivitas.

6. Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat

kerja

7. Meningkatkan faktor keselamatan kerja

8. Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan dan

kesejahteraan untuk individu dan institusi. (www.wsib.on.ca)

Dengan melakukan penilaian ergonomi di tempat kerja dapat

diperoleh 3 keuntungan yaitu:

i. Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja

ii. Mengurangi potensi gangguan kesehatan pada pekerja

iii. Meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja Peran

ergonomi sangat besar dalam menciptakan lingkungan kerja

yang aman dan sehat.

Pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan

kecenderungan untuk mengalami beberapa keluhan antara lain :

1. Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur

tubuhnya membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada

pembawa barang, pengantar barang & penerjun payung.

2. Osteo articulardeiatins: scoliosis pada pemain violin & operator

Page 10: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

pekerja bangku, bungkuk (kifosis) pada buuh pelabuhan dan

pembawa/pemikul keranjang, datarnya telapak kaki pada para

penunggu, pembuat roti dan pemangkas rambut.

3. Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi

para penari, tendon para ekstensor panjang bagi para drummer,

tenosynovitis pada pemoles kaca, pemain piano dan tukang

kayu.

4. Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi

kendaraan, tukang kunci, tukang pande besi, reparasi arloji,

enjilidan buku, pemotong kaca, dan pengendara sepeda.

Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD

(Cummulative Trauma Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak

teratur. Gejala ini muncul karena terkumpulnya kerusakan kecil akibat

trauma berulang yang membentuk kerusakan cukup besar untuk

menimbulkan rasa sakit.

Trauma pada jaringan timbul karena:

Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.

Overstretching: Proses peregangan yang berlebihan.

Overcompression: Proses penekanan yang berlebihan.

Contoh-contoh dari CTD:

Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri).

Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pada bahu

meradang).

Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon).

Carpal Tunnel Syndrome

Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku).

White finger (pembuluh darah di jari rusak).

Berdasarkan Antropometri, Biomekanika, Fisiologi Kerja,

Page 11: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

Pencegahan dan Pengendalian Bahaya. Dengan diterapkannya

ergonomi, sistem kerja dapat menjadi lebih produktif dan efisien. Dilihat

dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat dikelompok-

kan dalam beberapa bidang penelitian, yaitu:

o Antropometri

o Biomekanika

o Fisiologi

o Pencegahan dan Pengendalian Bahaya

1. Antropometri

Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut

pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari

tubuh yang relevan dengan perancangan alat-alat/benda-benda yang

digunakan manusia. Antropometri dibagi atas dua bagian utama, yaitu:

a) Antropometri Statis (struktural). Pengukuran manusia pada posisi

diam, dan linier permukaan tubuh.

b) Antropometri Dinamis (fungsional). Yang dimaksud dengan

antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik

manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-

gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan

kegiatannya.

Yang sering disebut sebagai antropometri rekayasa adalah

aplikasi dari kedua bagian utama di atas untuk merancang workspace dan

peralatan.Permasalahan variasi dimensi antropometri seringkali menjadi

faktor dalam menghasilkan rancangan sistem kerja yang “fit” untuk

pengguna. Dimensi tubuh manusia itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang harus menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan

sampel data yang akan diambil. Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Umur. Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir

Page 12: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada

kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.

2. Jenis kelamin. Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang

lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul.

3. Rumpun dan Suku Bangsa

4. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.

5. Kondisi waktu pengukuran.

Metode Perancangan dengan Antropometri (Antropometric

Method) terdapat dua pilihan dalam merancang sistem kerja berdasarkan

data antropometri, yaitu:

1. Sesuai dengan tubuh pekerja yang bersangkutan (perancangan

individual) yang terbaik secara ergonomi.

2. Sesuai dengan populasi pemakai/pekerja Perancangan untuk

populasi sendiri memiliki tiga pilihan yaitu:

a) Design for extreme individuals.

b) Design for adjustable range.

c) Design for average

2. Biomekanika

Biomekanika adalah ilmu yang menggunakan hukum-hukum

fisika dan konsep-konsep mekanika untuk mendeskripsikan gerakan dan

gaya pada berbagai macam bagian tubuh ketika melakukan aktivitas.

Faktor ini sangat berhubungan dengan pekerjaan yang bersifat material

handling, seperti pengangkatan dan pemindahan secara manual, atau

pekerjaan lain yang dominan menggunakan otot tubuh. Meskipun

kemajuan teknologi telah banyak membantu aktivitas manusia, namun

tetap saja ada beberapa pekerjaan manual yang tidak dapat dihilangkan

dengan pertimbangan biaya maupun kemudahan.

Pekerjaan ini membutuhkan usaha fisik sedang hingga besar

dalam durasi waktu kerja tertentu, misalnya penanganan atau

Page 13: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

pemindahan material secara manual. Usaha fisik ini banyak

mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun low back pain, yang menjadi isu

besar di negara-negara industri belakangan ini.

3. Fisiologi

Pengukuran Konsumsi Energi

Secara garis besar, kegiatan-kegiatan kerja manusia dapat

digolongkan menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Pemisahan

ini tidak dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapat hubungan

yang erat antara satu dengan lainnya. Apabila dilihat dari energi yang

dikeluarkan, kerja mental murni relatif lebih sedikit mengeluarkan energi

dibandingkan kerja fisik. Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan pada

fungsi alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui perubahan :

a) Konsumsi oksigen.

b) Denyut jantung.

c) Pengeluaran Energi.

d) Peredaran udara dalam paru-paru.

e) Temperatur tubuh.

f) Konsentrasi asam laktat dalam darah.

g) Komposisi kimia dalam darah & air seni.

h) Tingkat penguapan, dan faktor lainnya.

Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang

berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu

bekerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan

pengukuran :

a) Kecepatan denyut jantung

b) Konsumsi oksigen

Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang

penting dan pokok, baik dalam penelitian lapangan maupun dalam

penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan konsumsi energi, biasa

Page 14: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut

jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut

jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada

saat istirahat. (Widyasmara, 2007).

Pengukuran Beban Psikologis

Aspek psikologi dalam suatu pekerjaan dapat berubah

setiap saat. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

psikologi tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri

pekerja (internal) atau dari luar diri pekerja/lingkungan (eksternal). Baik

factor internal maupun eksternal sulit untuk dilihat secara kasat mata,

sehingga dalam pengamatan hanya dilihat dari hasil pekerjaan atau faktor

yang dapat diukur secara objektif, atau pun dari tingkah laku dan

penuturan pekerja sendiri yang dapat diidentifikasikan. Pengukuran

beban psikologi dapat dilakukan dengan :

Pengukuran beban psikologi secara objektif

a. Pengukuran denyut jantung.

Secara umum, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan

meningkatnya level pembebanan kerja.

b. Pengukuran waktu kedipan mata.

Secara umum, pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi

dengan kedipan mata yang lebih sedikit, dan durasi kedipan lebih

pendek.

c. Pengukuran dengan metoda lain.

Pengukuran dilakukan dengan alat flicker, berupa alat yang memiliki

sumber cahaya yang berkedip makin lama makin cepat hingga pada

suatu saat sulit untuk diikuti oleh mata biasa.

4. Pencegahan dan Pengendalian Bahaya

Menghilangkan, mengurangi, atau mengontrol adanya faktor

resiko.

Page 15: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

1. Pengendalian secara Teknik

Teknik kontrol adalah mekanisme yang lebih disukai untuk

mengendalikan bahaya ergonomis. Ini mungkin memerlukan merancang

ulang stasiun kerja, metode kerja, dan alat untuk mengurangi tuntutan

pekerjaan, seperti tenaga, pengulangan, dan posisi yang aneh. Seperti

pada gambar dibawah ini salah satu cara dalam bekerja secara

ergonomis dengan cara pengadaan suatu alat (yaitu berupa tempat

duduk/kursi seperti yang ditunjukkan gambar dibawah ini).

Gambar: Bekerja secara Ergonomis (kiri) dan Tidak Ergonomis

(kanan)

2. Pengendalian secara Administrasi

- Penggantian personil untuk berbagai macam pekerjaan dengan

persyaratan fisik yang berbeda.

- Membuat jadwal kerja / jadwal istirahat istirahat.

- Pelatihan personil untuk menggunakan metode kerja yang sesuai /

cocok.

3. Desain Kantor Kerja. Kantor kerja harus mudah

disesuaikan untuk mengakomodasi pekerja dalam melakukan tugas.

4. Pelatihan

Page 16: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

- Pelatihan harus memungkinkan setiap orang untuk

mengenali faktor risiko dan memahami prosedur yang

digunakan untuk meminimalkan resiko.

- Pelatihan penyegaran harus disediakan setiap tahun dan

pelatihan ulang harus dilakukan ketika personil ditugaskan

ke pekerjaan baru dengan risiko yang berbeda, atau risiko

baru ditemukan.

B. Solusi Pemecahan MasalahAda dua prinsip utama yang harus diterapkan pada saat industri

ingin mengimplementasikan rancangan sistem kerja dengan pendekatan

ergonomis, yaitu:

a. harus disadari benar bahwa faktor manusia akan menjadi kunci

penentu sukses didalam operasionalisasi sistem manusia-mesin

(produk); tidak peduli apakah sistem tersebut bersifat manual, semi-

automatics (mechanics) ataupun full-automatics, dan

b. harus diketahui terlebih dahulu sistem operasional seperti apa yang

kelak dapat dioperasikan dengan lebih baik oleh manusia; namun

disisi lain dengan melihat kekurangan, kelemahan maupun

keterbatasan manusia maka barulah perlu dipertimbangkan untuk

mengalokasikan operasionalisasi fungsi tersebut dengan

menggunakan mesin/alat yang dirancang secara spesifik.

Penerapan ergonomi di indonesia masih tertinggal jauh,

dibandingkan di luar negeri. Ada beberapa prinsip dasar dalam

melakukan program ergonomi yaitu :

i. Sebagai upaya proaktif untuk pencegahan terjadinya kecelakaan dan

gangguan kesehatan.

ii. Pelaksanaannya didasarkan pada hasil ilmu pengetahuan dan hasil

penelitian yang terbaik

iii. Bekerjasama dengan pekerja dan departemen terkait

Page 17: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

iv. Fleksibel dan hindari satu ukuran untuk semua

v. Program yang dilaksanakan harus terjangkau dan sesuai kekuatan

sumberdaya yang dimiliki

vi. Program yang dilaksanakan harus jelas, singkat dan sederhana.

(OSHA, 2004)

Adapun 3 langkah awal untuk membangun program ergonomi di

tempat kerja:

a. Membangun komitmen dari manajemen (ini sangat diperlukan dalam

setiap penerapan program, karena sistem yang baik harus ditunjang

oleh dukungan dari top management).

b. Mengadakan pelatihan ergonomi untuk mendorong adanya partisipasi

dari seluruh karyawan.(memeberikan pengetahuan kepada pekerja

akan pentingnya penerapan ergonomi demi meningkatkan produktivitas

di tempat kerja).

c. Membentuk working group yang bertanggung jawab untuk

penerapan program ini ( team P2K3/ Health and Safety

Executive).

Page 18: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan1. Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat

bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif

dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu

kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak.

Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai

lembaga yang bertanggung jawab jawab terhadap kesehatan

masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan

pedoman K3 di tempat kerja serta menjalin kerjasama lintas

program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.

2. Resiko ergonomi yang menyebabkan kecelakaan kerja kebanyakan

disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau dari pihak

manajemen, karena pekerja tidak hati hati atau mereka tidak

mengindahkan peraturan kerja yang telah di buat oleh pihak

manajemen. Sedangkan faktor penyebab yang di timbulkan dari

pihak manajemen, biasanya tidak adanya alat alat keselamatan

kerja atau bahkan cara kerja yang dibuat oleh pihak manajemen

masih belum mempertimbangkan segi ergonominya.

B. SaranDengan memahami pentingnya aspek ergonomi ini, setiap

industri harus melakukan evaluasi secara integratif untuk menilai

sejauh mana kecocokan rancangan sistem kerja yang ada (termasuk

pekerjaan itu sendiri) dengan para pekerjanya. Unsur-unsur sistem

kerja yang dinilai meliputi mesin dan alat, material, metode kerja,

lingkungan fisik (pencahayaan, termal, kebisingan), tata letak

komponen dan ruang kerja (workplace and workspace). Evaluasi

Page 19: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

ergonomi ini penting terlepas dari apa pun bentuk industri tersebut,

mulai dari industri manufaktur, industri jasa, ataupun industri proses.

Page 20: Konsep dan Penerapan Ergonomi dalam Industri Secara Umum

DAFTAR PUSTAKA

Endra.Febri,2011,Penerapan Ergonomi Dalam Kesehatan,(online) www.depkes.go.id/downloads/ Ergonomi . PDF

Suhadri.Bambang,2008, Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri,(online) http://ebookbrowse.com/perancangan-sistem-kerja-dan-ergonomi-industri-pdf

Syafei. Yani,2007, Aplikasi Konsep Ergonomi dalam Pengembangan Design Produk akan Memberikan Nilai Jual Produk yang Tinggi & Keunggulan Bersaing,(online) http://yanisyafei.atwiki.com/file/open/1/APLIKASIKONSEPERGONOMI.pdf

W.Sritomo,2006, Aplikasi Ergonomi dalam Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Kerja di Industri,(online) http://www.its.ac.id/personal/files/pub/AplikasiErgonomidalamPengembanganProduktivitas.pdf

Zuhair,2006, Pentingnya Bidang Ergonomika pada Lingkup LITBANG Menuju Era Industrialisasi,(online) http://research.mercubuana.ac.id/proceeding/PENTINGNYA-BIDANG-ERGONOMIKA.pdf