konsep business judgement rule pada badan...

150
KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (Putusan No. 41 PK/Pid.Sus/2015) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Oleh : Marifa Anandita Sari 11140480000033 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Upload: lehanh

Post on 06-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA

BADAN USAHA MILIK NEGARA

(Putusan No. 41 PK/Pid.Sus/2015)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana

Oleh :

Marifa Anandita Sari

11140480000033

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 2: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan
Page 3: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan
Page 4: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan
Page 5: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

v

ABSTRAK

Marifa Anandita Sari. NIM 11140480000033. KONSEP BUSINESS JUDGEMENT

RULES PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA STUDI KASUS PUTUSAN

NO. 41 PK/PID.SUS/2015. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis,

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1439 H / 2018 M. Isi : xi + 69 halaman + 68 halaman lampiran + 4 halaman daftar

pustaka.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan penerapan konsep Business Judgement

Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan dari keputusan

yang diambil direksi BUMN dan pertimbangan hakim dalam kasus tindak pidana

korupsi akibat dari kerugian tersebut. Business Judgement Rule merupakan

pembebasan tanggung jawab bila keputusan menyebabkan kerugian, selama

keputusan diambil dengan syarat-syarat tertentu sesuai dengan dalam Pasal 97 ayat 5

UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Pembebasan tanggung jawab

pada direksi BUMN menimbulkan pro dan kontra karena adanya pernyataan

kekayaan BUMN merupakan kekayaan BUMN sehingga jika mengalami kerugian

maka direksi dianggap telah melakukan tindak pidana korupsi.

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif. Penelitian

normatif yaitu dengan melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan,

yurisprudensi, buku-buku, pendapat ahli dan hasil penelitian yang berkaitan dengan

judul skripsi ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan konsep Business

Judgemen Rule di BUMN masih sulit diterapkan karena belum adanya pembatasan

yang jelas mengenai bagian kekayaan Negara dalam kekayaan perseroan BUMN.

Konsep Business Judgement Rule pada kasus ini hanya diterapkan pada putusan

tingkat pertama, tetapi tidak pada tingkat Kasasi dan Peninjauan Kembali. Pada

tingkat kasasi dan Peninjauan Kembali Majelis Hakim tidak mempertimbangkan

risiko bisnis dalam kegiatan usaha BUMN sehingga Terdakwa dinyatakan melakukan

tindak pidana kourpsi. BUMN sebagai perusahaan yang memiliki tujuan mencari

keuntungan juga memiliki risiko kerugian dalam berbisnis seperti perusahaan lainnya.

Karenanya, kerugian yang disebabkan keputusan tidak bisa semata-mata disebut

sebagai tindak pidana korupsi.

Kata Kunci : Hukum Perusahaan, Business Judgement Rule, Badan Usaha

Milik Negara

Pembimbing : Fitriyani S.Ag., M. H.

Daftar Pustaka : 2002 s.d. 2017

Page 6: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya,

penyusunan skripsi yang berjudul “KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULES

PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA STUDI KASUS PUTUSAN NO. 41

PK/PID.SUS/2015” dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti selalu mendapatkan bimbingan, dorongan, serta

semangat dari banyak pihak. Proses pembuatan dapat berjalan lancar tak lepas dari

bantuan rekan-rekan yang telah memberikan bantuan moril maupun materil baik

langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Sehingga pada kesempatan ini dengan rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan

Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Fitriyani, S.Ag., M.H., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis agar

terselesaikannya skripsi ini.

4. Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membimbing penulis sejak awal perkuliahan sampai terselesaikannya

pembuatan skripsi peneliti.

5. Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Kepala Perpustakaan

Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dan menyediakan

Page 7: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

vii

fasilitas yang memedai untuk peneliti gunakan dalam studi kepustakaan guna

menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua, Ayahanda Achmad Karsawinata dan Ibunda Tita Rachmawati,

kakak Teteh Salsa, Kak Tyo dan keponakan Arsil peneliti atas segala doa,

dukungan, dan yang selalu ada di setiap keadaan baik suka maupun duka.

7. Seluruh sahabat Mutiara, Yuko, Ira, Anggit, Ayubey, Nurul, dan Maysa yang

telah menemani peneliti selama proses penulisan serta Farah, Mia, Dhaifina,

Dalilah, Vira, Nia, Azhari, dan Ojo terimakasih te;h hdir selama 4 tahun masa

perkuliahan. Terimakasih untuk doa dan dukungan yang kalian berikan. Semoga

selalu berada dalam lingdungan Allah SWT.

Peneliti berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari Allah

SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Jakarta, 7 September 2018

Peneliti

Marifa Anandita Sari

Page 8: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .............................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................................. iii

ABSTRAK ......................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah................................ 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

E. Metode Penelitian ................................................................................ 9

F. Rancangan Sistematika Penulisan ....................................................... 12

BAB II PERSEROAN TERBATAS DALAM HUKUM PERUSAHAAN

A. Tinjuan KonsepTentang Perseroan Terbatas ....................................... 14

1. Pengertian Perseroan Terbatas .................................................... 14

2. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum ................................ 15

3. Organ-Organ Perseroan Terbatas ............................................... 17

4. Perusahaan Perseroan BUMN .................................................... 23

B. Landasan Teori .................................................................................... 26

1. Teori dalam Badan Hukum......................................................... 26

Page 9: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

a. Teori Fiksi ........................................................................ 26

b. Teori Organ ...................................................................... 26

c. Teori Kekayaan Bertujuan ............................................... 27

d. Teori Kenyataan Yuridis .................................................. 28

2. Teori dalam Hukum Perusahaan ................................................. 28

a. Fiduciary Duty ................................................................. 28

b. Business Judgement Rule ................................................ 29

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu .................................................. 33

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 41

PK/PID.SUS/2015

A. Identitas................................................................................................ 36

1. Profil Merpati Nusantara Airlines .............................................. 36

2. Profil Hotasi D.P Nababan ........................................................ 37

B. Duduk Perkara ..................................................................................... 38

1. RKAP Merpati Nusantara Airlines Tahun 2006......................... 38

2. Perjanjian Penyewaan Pesawat antara MNA dan TALG ........... 38

C. Fakta Hukum ....................................................................................... 41

D. Putusan dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Hotasi D.P.

Nababan ............................................................................................... 44

BAB IV PENERAPAN BUSINESS JUDGEMENT RULE DI BUMN

PADA PUTUSAN No. 41 PK/Pid.Sus/2015

A. Penerapan Business Judgement Rule di BUMN ................................ 46

B. Pertimbangan Hakim dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi

Hotasi D.P. Nababan .......................................................................... 53

C. Analisis Putusan ................................................................................. 58

Page 10: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 67

B. Rekomendasi ...................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 69

Page 11: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada kegiatan usaha atau bisnis perseroaan dikenal istilah Business Judgement

Rule (BJR). Business Judgement Rule ini merupakan pilar perlindungan bagi

direksi dalam pengambilan keputusan. Direksi memiliki wewenang untuk

mengambil keputusan demi kebaikan perseroan tanpa ada unsur untuk

menguntungkan diri sendiri. Direksi merupakan organ yang paling berwenang

dalam pengambilan keputusan pada perseroan. Karena itu, direksi tidak dapat

dimintakan tanggung jawabnya hanya karena alasan salah dalam memutuskan

atau hanya karena alasan kerugian perseroan.1 Direksi mendapatkan perlindungan

dari keputusan yang dibuatnya sepanjang keputusan tersebut dibuat dengan itikad

baik perseroan. Perlindungan tersebut merupakan konsep Business Judgement

Rule di perseroan terbatas.

Pemberlakuan Business Judgement Rule di BUMN masih belum memiliki

tempat yang pasti. BUMN sebagai perusahaan yang dengan modal atau saham

dari pemerintah harus tunduk pada undang-undang keuangan Negara. Tapi di sisi

lain harus mengembangkan bisnisnya sebagai perusahaan yang memiliki tujuan

mencari keuntungan. Bila akibat dari keputusan direksi menyababkan kerugian

maka kerugian tersebut dapat dikategorikan kerugian keuangan Negara, dan

direksi dapat dianggap melakukan tindak pidana korupsi sesuai dengan Pasal 2

ayat 1 UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

yang menjelaskan setiap yang melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau

orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana

1 Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam Hukum

Indonesia, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2014, Cet. Ketiga), h.199.

Page 12: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

2

penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan

denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Keberadaan Perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia, didasarkan pada UUD 1945,

disamping keberadaan usaha swasta dan koperasi. Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) merupakan perusahaan publik yang memberikan kontribusi besar bagi

perkembangan ekonomi/pendapatan negara, penggagas kegiatan usaha dan

sebagai penunjang kebijakan pemerintah baik di bidang ekonomi dan

pembangunan. Selain itu, BUMN juga merupakan alat untuk memupuk

keuntungan. BUMN dalam hal ini terdiri dari beberapa bentuk seperti Persero,

Perjan dan Perum. Dengan demikian fungsi dan peranan BUMN ini sangat besar

dalam menjaga stabilitas ekonomi negara dan dapat mempengaruhi kebijakan

pemerintah termasuk lingkungan politik negara. Oleh sebab itu, latar belakang

dan perkembangannya tidak terlepas regulasi yang dibuat dan dijalankan oleh

pemerintah.

BUMN sebagai badan usaha dengan kekayaan seluruh atau sebagiannya

milik negara mengatur sumber daya yang dianggap krusial bagi kehidupan sehari-

hari. Pengelolaan BUMN di tangan Pemerintah memiliki tujuan untuk mencegah

adanya monopoli pasar barang dan jasa yang berpotensi dilakukan perusahaan

swasta yang kuat. Apabila terjadi monopoli pasar atas barang dan jasa yang

memenuhi hajat hidup orang banyak, maka dapat dipastikan bahwa rakyat kecil

yang akan menjadi korban sebagai akibat dari tingkat harga yang cenderung

meningkat. BUMN sama seperti badan usaha lainnya juga berupa perusahaan

nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat.

Badan-badan dan perkumpulan-perkumpulan itu dapat memiliki kekayaan sendiri,

ikut serta dalam lalu-lintas hukum dengan perantaraan pengurusnya, dapat

Page 13: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

3

digugat dan menggugat di muka Hakim.2 Direksi dalam perseroan merupakan

posisi yang dapat menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan penting.

Perbuatan para pengurus tersebut bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dan

atas nama serta tanggung jawab badan hukum.3 Pengambilan keputusan direksi

BUMN didasarkan pula pada asas Good Corporate Governance. Sehingga, setiap

pengembilan keputusan direksi harus memperhatikan prinsip-prinsipnya.

Dalam Pasal 2 huruf g UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

yaitu:

“kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak

lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang

dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada

perusahaan negara/ perusahaan daerah”

Dengan adanya ketentuan dalam pasal tersebut maka, keuangan BUMN haruslah

mengikuti prosedur sama seperti dengan keuangan pemerintah baik pusat maupun

daerah.

Pernyataan kekayaan BUMN merupakan kekayaan negara memang masih

menimbulkan pro-kontra. Prof. Dr. J. E. Sahetapy membaginya kepada dua

pendapat. Pihak yang pro terhadap perluasan definisi keuangan negara berpegang

pada ketentuan UU Tindak Pidana Korupsi berpendapat bila terjadi kerugian pada

BUMN dan persero, penegak hukum dan aparat negara menggunakan ketentuan

Pasal 2 huruf g UU Keuangan Negara dan penjelasan umum UU Tindak Pidana

Korupsi. Penyertaan Negara yang dipisahkan merupakan kekayaan Negara yang

menurut sifatnya berada dalam ranah publik. Sedangkan pada pihak yang kontra,

penyampaian definisi keuangan Negara terutama pada BUMN digunakan

2 CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 216.

3 Ridwan Khairandy, Hukum Perseroan Terbatas, (Yogyakarta: FH UII Press, 2014, Cet.

Pertama), h. 219-220.

Page 14: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

4

ketentuan Pasal 1 ayat 1 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN yang

menyatakan penyertaan Negara merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan.

Ketika kekayaan Negara telah dipisahkan, maka kekayaan tersebut sudah masuk

ke dalam ranah hukum privat, bukan dalam ranah hukum publik lagi.

Menurut Erman Rajagukguk kekayaan BUMN bukanlah merupakan

kekayaan negara. UU No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi

memang menjelaskan bahwa seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun baik

dipisahkan atau tidak dipisahkan merupakan bagian dari keuangan negara. Erman

Rajagukguk menekankan bahwa “kekayaan negara yang dipisahkan” dalam

BUMN yang dimaksud adalah secara fisik berbentuk saham yang dipegang oleh

negara. Tetapi, harta kekayaan yang dimiliki oleh BUMN tidak menjadi bagian

dari kekayaan negara.4 Kesalahan mengartikan kekayaan negara inilah yang

banyak menimbulkan munculnya tindak pidana korupsi yang dilakukan direksi

BUMN.

Modal yang disertakan ke dalam perseroan bukan lagi menjadi kekayaan

orang menyertakan modal, tetapi menjadi kekayaan perseroan itu sendiri. Di sini

terjadi pemisahan kekayaan antara kekayaan pemegang saham dan perseroan.

Dengan karakteristik yang demikian, tanggung jawab pemegang saham atas

kerugian atau utang perseroan juga terbatas. Utang atau kerugian tersebut semata-

mata dibayar secukupnya dari harta kekayaan yang tersedia dalam perseroan.

Dengan konsep yang demikian itu, maka ketika negara menyertakan modalnya

dalam bentuk saham ke dalam Persero dari kekayaan negara yang dipisahkan,

demi hukum kekayaan itu menjadi kekayaan Persero, tidak lagi menjadi kekayaan

negara. Konsekuensinya, segala kekayaan yang didapat baik melalui penyertaan

4 Kekayaan BUMN Bukan Bagian Keuangan Negara,

hukumonline.com/berita/2014/10/31/Kekayaan-BUMN-Bukan-Bagian-Kekayaan-Negara.

Page 15: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

5

negara maupun yang diperoleh dari kegiatan bisnis Persero, demi hukum menjadi

kekayaan Persero itu sendiri.5

Pengajuan pengujian mengenai Pasal 2 huruf g dan huruf i Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Pasal 6 ayat (1), Pasal 9

ayat (1) huruf b, Pasal 10 ayat (1) dan ayat (3) huruf b, dan Pasal 11 huruf a

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan

pada Mahkamah Konstitusi pun telah dilakukan. Pasal pada UU Keuangan

Negara menjelaskan mengenai pengertian kekayaan Negara. Dalam pasal tersebut

dijelaskan bahwa kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau

oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain

yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada

perusahaan negara/ perusahaan daerah. Pada UU Badan Pemeriksa Keuangan

pasal-pasal yang diajukan untuk pengujian membahas mengenai kewenangan

BPK dalam memeriksa BUMN. Jika kekayaan BUMN dinyatakan bukan

merupakan kekayaan Negara maka BPK tidak berwenang untuk memeriksa

BUMN, karenanya pasal-pasal tersebut diajukan untuk diuji secara bersamaan.

Sesuai dengan perkara Nomor 62/PUU-X1/2013 Mahkamah Konstitusi

menolak perubahan atas pasal-pasal tersebut dan menjelaskan bahwa Keuangan

Negara pada pasal-pasal tersebut tidak bertentangan dengan Konstitusi UUD

1945. Lebih lanjut Menurut Mahkamah, justru timbul ketidakpastian hukum

apabila Pasal 2 huruf g dan huruf i dihapus karena ada ketidakjelasan status

keuangan negara yang digunakan oleh Badan Hukum Milik Negara Perseroan

Negara dalam menyelenggarakan fungsi negara. Menurut Mahkamah, pemisahan

kekayaan negara dilihat dari perspektif transaksi bukanlah transaksi yang

mengalihkan suatu hak, sehingga akibat hukumnya tidak terjadi peralihan hak dari

negara kepada BUMN, BUMD, atau nama lain yang sejenisnya. Dengan

5 Ridwan Khairandy, “Korupsi di Badan Usaha Milik Negara Khususnya Perusahaan Perseroan:

Suatu Kajian atas Makna Kekayaan Negara yang Dipisahkan dan Keuangan Negara”, Jurnal Hukum

No. 1, Vol. 16 (2009), h. 81

Page 16: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

6

demikian kekayaan negara yang dipisahkan tersebut masih tetap menjadi

kekayaan negara.6

Dengan adanya penolakan pengujian ini, sangatlah merugikan perseroan

BUMN terutama direksi BUMN karena tidak adanya batas yang jelas antara

BUMN sebagai badan hukum publik dan sebagai badan hukum perdata. BUMN

haruslah tetap menjalankan usahanya yang menghasilkan keuntungan namun di

sisi lain akan timbul ketakutan saat pengambilan keputusan karena dikhawatirkan

dapat menimbulkan kerugian keuangan dan dapat di pidana melakukan tindak

pidana korupsi. Pada kenyataannya banyak para direksi yang dinyatakan

melakukan tindak pidana korupsi karena merugikan keuangan BUMN yang

dianggap kerugian negara. Hal ini sangatlah mecemaskan para direksi, sebagai

organ penting dalam perseroan BUMN. Apabila BUMN dalam keadaan krisis

maka direksi haruslah cepat tanggap dalam menghadapi krisis dengan mengambil

keputusan. Di sisi lain, direksi juga harus berhati-hati apabila keputusan tersebut

menimbulkan kerugian maka yang bersangkutan dapat dikatakan melakukan

tindak pidana korupsi. Dengan adanya posisi yang tidak pasti pada perseroan

BUMN maka akan sulit bagi BUMN untuk berkembang dalam membesarkan

usahanya atau pada saat mengalami krisis perusahaan.

Sampai saat ini banyak direksi yang ditahan dengan dakwaan tindak pidana

korupsi karena menimbulkan kerugian negara dari keputusan yang diambilnya.

Salah satunya adalah mantan Direktur Utama PT. Merpati Nusantara Airlines

dianggap merugikan keuangan negara akibat transaksi yang dilakukannya.

Akibatnya, Hotasi D.P Nababan dianggap telah melakukan tindak pidana korupsi

yang mengakibatkan kerugian negara. Hotasi pada saat itu bersama para Direksi

lainnya berencana untuk melakukan penambahan 2 buah unit pesawat Boeing 737

Family untuk mengatasi krisis yang sedang dialami PT. Merpati Nusantara

6 Gugatan Forum Hukum BUMN Kandas di MK, hukumonline.com/berita/2014/09/13/Gugatan-

Forum-Hukum-BUMN-Kandas-di-MK.

Page 17: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

7

Airlines. Hotasi dianggap telah merugikan negara dan melanggar asas Good

Corporate Governance karena tidak memasukkan rencana pembelian pesawat

tersebut ke dalam RKAP untuk mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang

Saham, dan memasukkan Security Deposit tanpa melalui Letter of Credit

sebelumnya. Apabila dikaitkan dengan Pasal 2 UU No 31 tahun 1999 jo UU No.

20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi perbuatan yang dilakukan

memang termasuk pada tindak pidana korupsi. Namun, sebagai BUMN yang

berbentuk Perseroan Terbatas, Hotasi Nababan bisa mendapatkan perlindungan

dengan menggunakan Business Judgement Rule dan dapat terbebas dari

pertanggung jawaban pribadi akibat kerugian yang timbul.

Pengkajian yang akan dilakukan adalah meninjau bagaimana pemberlakuan

doktrin Business Judgement Rule pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

sampai saat ini masih simpang siur dan mengalami tumpang tindih antara UU

Perseroan Terbatas dengan UU Keuangan Negara. Oleh karena itu, peneliti

hendak mengkaji lebih lanjut dan hasilnya dituangkan dalam skripsi dengan judul

“Konsep Business Judgement Rules Pada Badan Usaha Milik Negara Studi

Kasus Putusan No. 41 PK/Pid.Sus/2015”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa identifikasi

masalah yaitu :

a. Status keuangan BUMN dengan pemerintah sebagai pemegang saham

terbesar

b. Pemberlakuan konsep Business Judgement Rule di Indonesia sesuai

dengan UU No. 40 tahun 2007 tentang Persereoan Terbatas

c. Terdapat ketidakjelasan pemberlakuan konsep Business Judgement Rule

pada BUMN

Page 18: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

8

d. Keputusan direksi BUMN yang mengakibatkan kerugian atau tidak sesuai

prosedur dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi

e. Pertanggung jawaban direksi BUMN yang membuat keputusan sesuai

dengan konsep Business Judgement Rule

f. Asas Good Corporate Governance terkait pemberlakuan Business

Judgement Rule di BUMN

2. Pembatasan Masalah

Untuk mencapai hasil yang diharapkan dan agar lebih tearahnya

penulisan, maka peniliti membuat pembatasan mengenai permasalah yang

akan dibahas yaitu pemberlakuan Business Judgement Rule pada direksi

BUMN sesuai dengan konsep Business Judgement Rule di Indonesia dan

keterkaitannya dengan kasus tindak pidana korupsi pada putusan No. 41

PK/Pid.Sus/2015.

3. Rumusan Masalah

Untuk memahami permasalahan yang sedang diteliti dan agar lebih

tearah sesuai sasaran yang ditentukan, maka penerapan Business Judgement

Rule pada BUMN merupakan permasalahan secara utama, dari permasalahan

utama tersebut maka timbul pertanyaan yaitu:

a. Bagaimanakah penerapan Business Judgement Rule pada direksi

BUMN?

b. Bagaimanakah pertimbangan Hakim dalam No. 41 PK/Pid.Sus/2015

terkait dengan konsep Business Judgement Rule di Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui serta memahami konsep

Business Judgement Rule yang berlaku di Indonesia dan agar mengetahui

penerapan Business Judgement Rule pada direksi BUMN dan apakah putusan

Page 19: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

9

tindak pidana korupsi yang melibatkan direksi BUMN telah sesuai dengan konsep

Business Judgement Rule di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka manfaat dari penulisan dapat dikemukakan menjadi 2 kelompok:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan hukum di Indonesia, terutama mengenai konsep Business

Judgement Rule pada direksi BUMN dan sebagai pedoman awal untuk

penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat digunakan untuk referensi

dalam pemberlakuan konsep Business Judgement Rule pada direksi BUMN

sesuai dengan penerapan konsep tersebut di Indonesia.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penulisan antara lain sebagai berikut :

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini a statute approach

(pendekatan perundang-undangan) dan case approach (pendekatan kasus).

Pendekatan perundang-undangan yang dilakukan yaitu dengan menelaah

seluruh undang–undang dan regulasi yang berhubungan dengan isu hukum

yang sedang dibahas. Dalam menggunakan pendekatan kasus, yang perlu

dipahami adalah ratio decidendi yaitu alasan-alasan hukum untuk sampai

pada putusannya. Bagi penelitian untuk kegiatan akademis, peneliti perlu dan

mampu menangkap kandungan filosofi yang ada di belakang undang-undang

Page 20: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

10

itu, peneliti tersebut akan dapat menyimpulkan mengenai ada tidaknya

benturan filosofis antara undang-undang dengan isu yang dihadapi.7

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah

penelitian normatif. Penelitian hukum normatif sendiri mencakup lima hal

yaitu penelitian terhadap azas-azas hukum, penelitian terhadap sistematika

hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah

hukum dan penelitian perbandingan hukum.8

3. Data Penelitian dan Bahan Hukum

Dalam penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh

secara langsung dari masyarakat dan dari bahan-bahan pustaka.9 Sumber data

pada penelitian ini yaitu :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-

catatan resmi dalam pembuatan undang-undang, dan putusan-putusan

hakim. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bahan hukum primer

yaitu :

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

3) Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha

Milik Negara

4) Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

7 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008), h. 93.

8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2015), h. 51.

9 Soerjono Soekanto dan Sri, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2011, cet.XIII, edisi I,), h. 12.

Page 21: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

11

5) Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 20

Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

6) Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2016 Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor. 44 Tahun 2005 Tentang Tata

Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan

Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas

7) Putusan No. 36/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST

8) Putusan No. 417/K/Pid.Sus/2014

9) Putusan No. 41/PK/Pid.Sus/2015

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.10

Bahan hukum sekunder

yang akan digunakan di dalam penelitian ini yaitu : buku-buku teks yang

ditulis para ahli hukum, artikel, internet, dan sumber lainnya yang

memiliki korelasi dengan isu hukum yang akan diteliti di dalam penelitian

ini.

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengidentifikasi peraturan

perundang-undangan dan bahan hukum lainnya sesuai dengan permasalahan

yang terkait. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan

(library research) yang merupakan upaya untuk mencari dari penelusuran

literatur kepustakaan, peraturan perundang-undangan, artikel dan jurnal

hukum yang relevan dengan penelitian agar dapat dipakai untuk menjawab

suatu pertanyaan atau untuk memecah suatu masalah.11

10

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 141.

11 Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Bumi Intitama Sejahtera, 2009),

Page 22: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

12

5. Teknik Pengolahan Data

Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data dilakukan dengan

cara mensistematika terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi

berarati membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tersebut untuk

memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.12

6. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisis

kualitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan pada data

yang tidak dapat dihitung, bersifat kasus-kasus yang dipelajari secara utuh.

Bahan hukum yang diperoleh selanjutnya dilakukan pembahasan,

pemeriksaan dan pengelompokan ke dalam bagian-bagian tertentu untuk

diolah menjadi data informasi. Dalam penelitian ini, kasus yang diteliti

merupakan Putusan No. 41 PK/Pid.Sus/2015.

7. Metode Penulisan

Penyusunan penulisan penelitian ini berdasarkan ketentuan buku

“Pedoman Penulisan Skripsi FSH UIN” yang dikeluarkan oleh Fakultas

Syariah dan Hukum Tahun 2017.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Dalam “Pendahuluan” menguraikan latar belakang

penelitian, identifikasi, pembatasan, dan rumusan masalah,

tujuan penulisan, dan metode penelitian dan sistematika

penulisan.

h. 56.

12

Soerjono Soekanto dan Sri, Penelitian Hukum Normatif, h. 251.

Page 23: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

13

BAB II : Membahas mengenai Perseroan Terbatas, mulai dari

pengertian, kedudukan dan organ penting di dalamnya,

landasan teori baik di dalam badan hukum dan hukum

perusahan serta tinjauan (review) studi terdahulu.

BAB III : Membahas mengenai hasil data penelitian pemberlakuan

konsep Business Judgement Rule pada Badan Usaha Milik

Negara terkait dengan kasus tindak pidana korupsi yang

didakwakan pada direksi.

BAB IV : Analisa mengenai hasil data penelitian yaitu bagaimana

penerapan Business Judgement Rule di BUMN dan analisis

pada putusan No. 41 PK/Pid.Sus/2015 terkait dengan

pemberlakuan Business Judgement Rule di BUMN pada

kasus tindak pidana korupsi.

BAB V : Penutup akan menyertakan beberapa kesimpulan yang

merupakan jawaban terhadap permasalahan hukum yang

dibahas, dan rekomendasi terkait hasil penelitian.

Page 24: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

14

BAB II

PERSEROAN TERBATAS DALAM HUKUM PERUSAHAAN

A. Tinjauan Konsep Tentang Perseroan Terbatas

1. Pengertian Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas (Limited Liability Company : Naamloze

Venootschap) adalah bentuk yang paling populer dari semua bentuk usaha

bisnis. Perseroan merujuk pada modal Perseroan Terbatas yang terdiri atas

sero-seroan atau saham-saham. Adapun kata Terbatas merujuk pada tanggung

jawab pemegang saham yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal

saham yang dimiliki.1

Perseroan Terbatas merupakan bentuk usaha paling sempurna

dibandingkan dengan bentuk badan usaha lainnya. Yang dimaksud dengan

perseroan terbatas menurut hukum Indonesia adalah suatu badan hukum yang

didirikan berdasarkan perjanjian antara 2 (dua) orang atau lebih, untuk

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam

satu saham. Suatu perseroan terbatas biasanya dengan mudah dikenali dalam

praktek, yakni dengan membaca singkatan PT di depan namanya.2

Berdasarkan Pasal 1 UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas pengertian Perseroan Terbatas (Perseroan) adalah badan hukum yang

merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan

kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan

pelaksanaannya.

1 Ridwan Khairandy, “Karakter Hukum Perusahaan Perseroaan dan Status Kekayaan yang

Dimilikinya”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, No. 1, Vol. 20 (Januari: 2013), h. 90.

2 Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam Hukum

Indonesia, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2014, Cet. Ketiga), h. 22.

Page 25: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

15

Dari definisi menurut Undang-Undang, terdapat beberapa unsur dari

Perseroan Terbatas yaitu Perseroan Terbatas merupakan badan hukum,

Perseroan Terbatas merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan

perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang terbagi

dalam saham-saham.3

2. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum

Dalam ilmu hukum, subjek hukum terbagi dua yaitu manusia dan

badan hukum. Status badan hukum baru didapat setelah mendapatkan

pengesahan dari pejabat yang berwenang. Badan hukum sebagai subjek

hukum yaitu mencakup persatuan orang yang dapat melakukan perbuatan

hukum (rechtshandeling) dalam hubungan hukum (rechtsbetrekking),

memiliki harta, pengurus, hak dan kewajiban sendiri serta dapat digugat dan

menggugat di pengadilan. Hak-hak, kewajiban, dan kekayaan badan hukum

ini terpisah dengan milik pemegang saham, pendiri maupun pengurusnya.

Dalam kaitan ini, terdapat empat cara terbentuknya badan hukum, yaitu :4

a. Sistem Pengesahan

b. Ditentukan oleh undang-undang

c. Sistem Campuran

d. Melalui Yurisprudensi

UU Perseroan Terbatas menganut sistem campuran, di mana status

badan hukum perseroan terbatas diperoleh karena ditentukan oleh undang-

undang-undang itu sendiri yaitu Pasal 1 ayat 1 dan efektif menjadi badan

hukum setelah ada pengesahan dari Menteri sesuai dengan ketentuan pasal 7

ayat 4 UU Perseroan Terbatas. Pengesahan Menteri atas akta pendirian

3 Mulhadi, Hukum Perusahaan (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), h. 82.

4 Hasbullah F. Sjawie, Direksi Perseroan Terbatas Serta Pertanggungjawaban Pidana Korporasi,

(Jakarta: Kencana, 2017), h. 46

Page 26: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

16

perseroan menjadikan status badan hukum perseroan terbatas, dan setelahnya

ada pemisahan yang jelas antara harta kekayannya dengan harta kekayaan

pribadi pemegang saham.

Undang-undang Hukum Dagang tidak menyatakan bahwa Perseroan

merupakan badan hukum. Penjelasan mengenai status perseroan adalah badan

hukum dijelaskan di dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas

Dalam hal ini, perseroan memenuhi syarat sebagai pemegang hak dan

kewajiban yaitu memiliki harta kekayaan yang terpisah dari harta kekayaan

pendiri atau pengurusnya. Perseroan terbatas sebagai badan hukum

mempunyai ciri-ciri :5

a. Adanya kekayaan yang terpisah

Perseroaan mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dari harta

pemegang sahamnya dan didapat dari pemasukan para pemegang saham

yang berupa modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang

disetor.

b. Mempunyai tujuan tertentu

Tujuan ditentukan dalam Anggaran Dasar Perseroan sebagaimana

dijelaskan dalam Pasal 15 huruf b UU Perseroan Terbatas. Anggaran dasar

memuat maksud dan tujuan kegiatan usaha perseroan yang sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

c. Mempunyai kepentingan sendiri

Perseroan dapat menuntut serta mempertahankan kepentingannya

terhadap pihak ketiga.

d. Organisasi yang teratur

Perseroan memiliki organisasi yang teratur yaitu Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Komisaris sebagaimana diatur

5 Freddy Haris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban Pemberitahuan Oleh

Direksi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), h.30.

Page 27: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

17

dalam Pasal 1 ayat 2 UU Perseroan Terbatas. Selain itu, perseroan

memiliki Anggaran Dasar Perseroan, Keputusan Rapat Umum Pemegang

Saham, Keputusan Dewan Komisaris, Keputusan Direksi, dan Peraturan-

peraturan perusahaan lainnya yang dikeluarkan dari waktu ke waktu.

Perbedaan yang sangat sentral dalam mendefinisikan korporasi dan

membedakan dengan bentuk organisasi yang lain adalah prinsip separate

legal priority dan limited liability. Sejak memperoleh status badan hukum,

maka perlakuan terhadap pengurus atau direksi terpisah dengan korporasi

yaitu sebagai subjek hukum yang mandiri. Meskipun pengurus atau yang

menjalankan perseroan berganti, namun perseroan tetap memiliki identitas

yang mandiri. Demikian juga dengan alur kepentingan perseroaan tersebut,

terus berulang atau diulang setiap adanya perubahan dewan komisaris, direksi,

maupun pemegang saham. Kegiatan perseroan terbatas dilihat bukan

perbuatan pengurusnya, melainkan perseorannya, karena perbuatan pengurus

dianggap perbuatan perseroan yang dilakukan untuk dan atas nama perseroan.

3. Organ-Organ Perseroan Terbatas

Perseroan sebagai badan hukum memiliki hak dan kewajiban masing-

masing. Untuk menjalankan hak dan kewajiban atas nama perseroan, terdapat

organ-organ yang mengatur dan menjalankan kerja perseroan tersebut. Organ

perseroan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan

Direksi. Keberadaan organ perseroan erat kaitannya dengan siapa yang

berwenang mengambil keputusan. Terdapat tiga kategori yang menjadi pokok

permasalahan untuk diambil keputusannya. Yang pertama Enterprise

decisions yaitu hal-hal yang berkenaan dengan operasi perseroan, direksi

memiliki kewenangan pengambilan keputusan atas permasalahan ini. Kedua

Capital atau funding decisions, yaitu mengenai sumber, jumlah, dan

komposisi modal perseroan, pengambilan keputusan dalam hal ini dilakukan

Page 28: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

18

pada RUPS dan direksi dalam batas tertentu yang memerlukan persetujan

Dewan Komisaris. Terakhir, Constitusional Decisions, keputusan terkait

dengan anggaran dasar merupakan keputusan mutlak kewenangan RUPS. 6

Kedudukan ketiga organ perseroan tidak berjenjang, tetapi sejajar dan

sederajat, tidak seperti yang dijelaskan dalam UU No. 1 Tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas. Pada UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

ketiganya memiliki derajat yang sama. Wewenang dewan komisaris dan

direksi bukanlah merupakan limpahan dari RUPS, melainkan berasal dari

undang-undang dan anggaran dasar.

a. Rapat Umum Pemegang Saham

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan organ

perwujudan kepentingan pemegang saham. Pada UU Perseroan Terbatas,

RUPS sebagai organ perseroan mempunyai wewenang yang tidak

diberikan kepada direksi atau dewan komisaris, namun dalam batas yang

ditentukan dalam undang-undang ataupun anggaran dasar. Secara umum

kewenangan yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris,

menjadi kewenagan RUPS.

Pelaksanaan RUPS harus dilangsungkan di tempat kedudukan

perseroan, yakni di tempat kedudukan Kantor Pusat Perseroan. Terdapat

kemungkinan RUPS diadakan di mana saja, dengan syarat-syarat yang

dijelaskan dalam Pasal 76 ayat 4 harus terpenuhi yaitu 7:

1) RUPS dihadiri dan/atau diwakili semua pemegang saham

2) Semua pemegang saham menyetujui

6 Hasbullah F. Sjawie, Direksi Perseroan Terbatas Serta Pertanggungjawaban Pidana Korporasi,

(Jakarta: Kencana, 2017), h.77-78

7 Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016, Cet. Keenam), h.

309-311.

Page 29: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

19

3) Agenda RUPS yang disetujui harus tertentu

4) Tempat RUPS diadakan harus terletak di wilayah Negara Republik

Indonesia

b. Direksi

Pengurusan direksi dalam perseroan meliputi tugas atau fungsi

melaksanakan kekuasaan dan pengadministrasian dan pemeliharaan harta

kekayaan perseroan. Orang yang dapat diangkat menjadi direksi adalah

orang perseorangan yang cakap hukum. Selain syarat umum, secara

khusus undang-undang mengatur bahwa seseorang tidak dapat diangkat

menjadi anggota direksi jika dalam kurun waktu 5 tahun sebelum

pengangkatan pernah dinyatakan pailit, atau dihukum karena tindak

pidana yang merugikan keuangan negara atau yang berkaitan dengan

sektor keuangan.

Anggota direksi diangkat oleh RUPS. Pada saat pendirian,

pengangkatan dilakukan oleh pendiri perseroan dan dicantumkan dalam

akta pendirian. Dalam hal pengangkatan, penggantian, pemberhentian

anggaran dasar perseroan tersebut dapat mengaturnya. Namun, apabila

tidak ditetapkan maka pengangkatan, penggantian atau pemberhentian

anggota direksi mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS. Pengangkatan,

penggantiaan, dan pemberhentian anggota direksi harus diberitahukan

kepada Menteri Hukum dan HAM dalam jangka waktu 30 hari. Jika

pemberitahuan tidak dilakukan, Menteri dapat menolak permohonan atau

pemberitahuan yang disampaikan direksi baru yang belum tercatat dalam

daftar perseroan.8

Direksi merupakan salah satu Organ Perseroan yang mempunyai

kedudukan dan kewenangan untuk mewakili perseroan baik di dalam

8 Direksi, legalakses.com/artikel/Direksi

Page 30: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

20

maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama Perseroan. Dalam

menjalankan fungsinya, direksi terkait dengan kepentingan perseroan

secara keseluruhan sebagai badan hukum. Dalam pengurusan Perseroan

hal-hal yang dilakukan direksi haruslah sesuai dengan kepentingan

perseroan tanpa adanya kepentingan pribadi di dalamnya. Tindakan yang

bertentangan dengan kepentingan Perseroan, dapat dikategorikan

melanggar batas kewenangan atau kapasitas pengurusan.9

Pembagian tugas dan wewenang ditetapkan berdasarkan keputusan

RUPS. Jika RUPS tidak menentukan pembagian tugas dan wewenang

anggota direksi, maka pembagian tugas dan wewenang ditetapkan

berdasarkan keputusan direksi. Pembagian tugas merupakan tata kelola

internal organisasi perseroan yang mengikat ke dalam dan tidak mengikat

pihak ketiga. Setiap anggota direksi bertanggung jawab secara pribadi bila

bersalah atau lalai saat menjalankan tugasnya, sekaligus membuka

kemungkinan tanggung jawab renteng di antara anggota direksi.10

Secara umum, tanggung jawab direksi terbagi atas dua tahap, yaitu

sebelum Perseroan Terbatas mendapatkan statusnya sebagai badan hukum

dan setelah mendapatkan status sebagai badan hukum. Direksi sebelum

Perseroan Terbatas memperoleh status sebagai badan hukum, secara

kolektif bersama-sama dengan pendiri dan dewan komisaris bertanggung

jawab atas segala hal perbuatan hukum yang dilakukan. Tanggung jawab

setelah berstatus badan hukum adalah terbatas pada perbuatan untuk dan

atas nama Perseroan. Segala tindakan direksi yang menjadi

9 Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2016, Cet. Keenam), h.357. 10

Hasbullah F. Sjawie, Direksi Perseroan Terbatas Serta Pertanggungjawaban Pidana

Korporasi, h. 155.

Page 31: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

21

kewenangannya adalah sepenuhnya mengikat perseroan sebagai subjek

hukum mandiri.11

Tanggung jawab untuk menjalankan kegiatan perseroan adalah

tanggung jawab dari direksi. Tanggung jawab itu timbul, apabila direksi

yang memiliki wewenang atau menerima kewajiban untuk melaksanakan

pengurusan perseroan, mulai menggunakan kewenangannya tersebut.12

Direksi berkewajiban menjalankan pengurusan untuk kepentingan

perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan dari perseroan tersebut.

Dalam pengambilan keputusan direksi haruslah bersih dari intervensi

pihak lain. Pengurusan tidak hanya sesuai dengan maksud dan tujuan dari

perseroan namun harus dilandasi dengan itikad baik. Apabila anggota

direksi dalam melaksanakan fungsi dan kewenangan pengurusan itu

tujuannya tidak wajar, tindakan pengurusan yang demikian dikategorikan

sebagai pengurusan yang dilakukan dengan itikad buruk.13

Pertanggung jawaban pribadi direksi muncul jika tidak

melaksanakan atau melanggar duty of loyalty (good faith, conflict of

interest or self interest). Sedangkan pertanggung jawaban renteng

(kolektif) timbul jika direksi tidak melakukan duty of care yaitu tidak

dilaksanakannya atau melanggar standart of conduct. Anggota direksi

bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian yang dialami

perseroan apabila bersalah dan lalai dalam menjalankan tugasnya.

Menurut Pasal 97 ayat (2) UUPT, setiap anggota direksi bertanggung

11

Freddy Haris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban Pemberitahuan Oleh

Direksi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), h. 43.

12 Hasbullah F. Sjawie, Direksi Perseroan Terbatas Serta Pertanggungjawaban Pidana

Korporasi, h. 156.

13 Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016, Cet. Keenam), h.

375.

Page 32: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

22

jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang

bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya.

Dalam menjalankan pengurusan perseroan, setiap anggota direksi

harus menjalankan dengan itikad baik dan tanggung jawab yang meliputi

aspek:14

1) Wajib dipercaya (fiduciary duty)

2) Wajib melaksanakan pengurusan untuk tujuan yang wajar atau layak

(duty to act for a proper purpose)

3) Wajib mentaati peraturan perundang-undangan (statutory duty or duty

obedience)

4) Wajib loyal terhadap perusahaan

5) Wajib menghindari terjadinya benturan kepentingan pribadi dengan

kepentingan perseroan.

6) Wajib seksama dan hati-hati melakukan pengurusan

7) Wajib melaksanakan pengurusan secara tekun

8) Kecakapan dan keahlian sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

c. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan

dalam hal kebijakan pengurusan dan jalannya pengurusan pada umumnya,

baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan. Setiap anggota dewan

komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab

dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada

direksi. Tugas atau fungsi dewan komisaris adalah pengawasan yang

sasarannya ditujukan terhadap kebijaksanaan pengurusan Perseroan

maupun perusahaan Perseroan yang dilakukan direksi. Dalam KUHD,

dijelaskan bahwa keberadaan dewan komisaris sendiri tidak diwajibkan,

14

Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, h. 383.

Page 33: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

23

yang wajib hanya RUPS dan direksi. Namun, apabila kedudukan diatur

dalam anggaran dasar Perseroan, maka anggaran dasar wajib mengatur

tugas, kewenangan, dan tanggung jawabnya.

4. Perusahaan Perseroan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Berdasarkan Undang-Undang No. 19 tahun 2003 dijelaskan bahwa

pengertian dari Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN,

adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh

negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara

yang dipisahkan, dan kegiatan utamanya adalah untuk mengelola cabang-

cabang produksi yang penting bagi negara dan digunakan sepenuhnya untuk

kemakmuran rakyat. Yang dimaksudkan dengan dipisahkan adalah pemisahan

kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk

dijadikan penyertaan modal negara. Pemisahan ini sesuai dengan

kedudukannya sebagai badan hukum yang harus mempunyai kekayaan sendiri

terlepas dari kekayaan umum Negara dan dari pengaruh Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara.

Setiap penyertaan modal Negara dalam rangka pendirian BUMN atau

perseroan terbatas yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Juga setiap

dilakukan perubahan penyertaan modal Negara, baik berupa penambahan,

pengurangan, termasuk perubahan struktur kepemilikan Negara atas saham

persero atau perseroan terbatas, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Hal

ini dilakukan dengan tujuan mempermudah memonitor dan penatausahaan

kekayaan Negara yang tertanam pada BUMN dan perseroan terbatas.15

Dalam kedudukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara umum

dapat dibedakan antara BUMN yang berfungsi untuk pelayanan umum (public

15

Mulhadi, Hukum Perusahaan (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), h. 182.

Page 34: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

24

service) dan yang didirikan untuk mencari keuntungan (profit). Apabila

BUMN didirikan dalam rangka untuk pelayanan umum, badan hukum itu

masuk dalam badan hukum public dan sebaliknya, apabila BUMN didirikan

untuk mencari keuntungan, badan hukum itu masuk ke dalam badan hukum

privat.16

BUMN memiliki 5 tujuan pendirian sesuai dengan yang diatur dalam

Pasal 2 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN yaitu :

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada

umumnya dan penerimaan Negara pada khususnya.

b. Mengejar keuntungan

c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyedia barang dan jasa

yang bermutu tinggi serta memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang

banyak

d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan

oleh sektor swasta dan koperasi

e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, korporasi dan masyarakat.

Pengurusan pada BUMN dilakukan oleh direksi. Dalam melaksanakan

tugasnya anggota direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan

peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip good

corporate governance. Prinsip good corporate governance terdiri dari prinsip

transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban, dan

kewajaran. Dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor :

Kep-117/M-Mbu/2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate

Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Good Corporate

Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ

16

CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 216.

Page 35: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

25

BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahan

guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan

perundang-undangan dan nilai etika. Prinsip Good Corporate governance

pada BUMN dijelaskan dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

No. KEP-117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate

Governance pada Badan Usaha Milik Negara. Good Corporate Governance

mengandung 5 prinsip yaitu:

a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan

informasi material dan relevan mengenai perusahaan

b. Kemandirian, yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara

professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh agtau tekanan

dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung

jawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara

efektif

d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat.

e. Kewajaran, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap

peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang

sehat.

Pengawasan BUMN dilakukan oleh Komisaris dan Dewan Pengawas.

Komisaris dan Dewan Pengawas bertanggung jawab penuh atas pengawasan

BUMN. Kewenangan dari direksi, Komisaris dan Dewan Pengawas

ditentukan di dalam anggaran dasar. Anggota direksi, komisaris dan dewan

Page 36: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

26

pengawas tidak diperbolehkan mengambil keuntungan pribadi baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan BUMN.

B. Landasan Teori

1. Teori dalam Badan Hukum

a. Teori Fiksi

Teori fiksi dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny (1779-1861)

dan di negara-negara Anglo Saxon dipelopori oleh Salmond. Menurut

teori ini agar dapat diberikan satatusnya sebagai pemangku hak dan

kewajiban, maka terhadap kumpulan orang atau organisasi tertentu, harus

dianggap sebagai seolah-olah seperti manusia padahal kenyataanya hal

tersebut hanyalah anggapan dari hukum. Menurut Savigny, hanya manusia

yang mempunyai kehendak, sedangkan badan hukum adalah suatu

abstraksi, bukan suatu hal yang konkret. Badan hukum hanyalah buatan

Pemerintah atau Negara. Badan hukum itu suatu fiksi yaitu suatu yang

sebenarnya tidak ada tetapi orang menghidupkannya untuk menerangkan

suatu hal.

Manusia merupakan satu-satunya subjek hukum, tetapi orang

menciptakan dalam bayangannya badan hukum selaku subjek hukum

diperhitungkan sama dengan manusia. Orang bersikap seolah-olah ada

subjek hukum yang lain, tetapi wujud yang tidak riil, tidak dapat

melakukan perbuatan, sehingga yang melakukan adalah manusia sebagai

wakilnya.17

b. Teori Organ

Teori Organ dikemukakan oleh Otto von Gierke (1841-1921).

Menurut Otto vin Gierke badan hukum menjadi penjelmaan yang benar-

17

Mulhadi, Hukum Perusahaan, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), h. 77

Page 37: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

27

benar dalam pegaulan hukum. Suatu badan hukum membentuk

kehendaknya dengan perantara alat-alat atau organ-organ badan tersebut.

Apa yang mereka putusakan adalah kehendak dari badan hukum.

Teori organ berpandangan bahwa keberadaan suatu badan hukum

adalah karena memang benar-benar ada dalam masyarakat, bukan karena

dianggap ada oleh hukum. Badan hukum bukanlah suatu kekayaan (hak)

yang tidak bersubjek, tetapi badan hukum itu suatu organisme yang riil,

yang hidup dan bekerja seperti manusia biasa. Berfungsinya badan hukum

tidak berbeda dengan manusia. Karena itu dapat disimpulkan bahwa setiap

perkempulan orang adalah badan hukum. Kelompok manusia memiliki

suatu kesadaran kolektif (collective consciousness) sehingga memiliki

suatu kesadaran diri sebagai kelompok yang benar-benar terpisah dari

kesadaran individu (individual consciousness).18

c. Teori Kekayaan Bertujuan

Teori ini dipelopori oleh A. Brinz kemudian diikuti oleh Van der

Heijden. Menurut Brinz hanya manusia yang dapat menjadi subjek

hukum. Maka, hak-hak yang diberikan pada badan hukum bukanlah hak

dari subjek hukum. Kekayaan badan hukum tidak terdiri dari hak-hak

sebagaimana lazimnya. Teori ini mengajarkan bahwa yang terpenting

dalam suatu subjek hukum adalah kekayaan yang diurus untuk suatu

tujuan tertentu. Maka kekayaan tersebut yang menjadi subjek hukum,

bukan organisasi dan bukan orang-orang di dalamnya. Kekayaan badan

hukum dipandang terlepas dari yang memegangnya. Dalam teori ini, yang

penting bukan siapakah badan hukum itu, tetapi kekayaan itu diurus

dengan tujuan tertentu. Karena itu, menurut teori ini, tidak peduli manusia

18

Munir Fuady, Teori-teori Besar (Grand Theory) dalam Hukum, (Jakarta: Kencana, 2014, Cet.

Ketiga), h. 193

Page 38: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

28

atau bukan, tidak peduli kekayaan itu merupakan hak-hak yang normal

atau bukan, pokoknya adalah tujuan dari kekayaan tersebut.

d. Teori Kenyataan Yuridis

Teori ini dikemukakan oleh E.M. Meijers dan dianut oleh Paul

Scholten dan merupakan penghalusan dari Teori Oragn. Menurut Meijer,

badan hukum merupakan suatu realitas konkrit, riil, walaupun tidak dapat

diraba, tetapi suatu kenyataan yuridis. Teori ini menekankan bahwa

hendaknya dalam mempersamakan badan hukum dengan manusia itu

terbatas sampai pada bidang hukum saja.19

Badan hukum tersebut

wujudnya riil, namun sekedar diperlukan untuk keperluan hukum (yuridis)

saja.

2. Teori dalam Hukum Perusahaan

a. Fiduciary Duty

Istilah fiduciary duty berasal dari dua kata “fiduciary” dan “duty”.

Fiduciary diartikan sebagai memegang sesuatu dalam kepercayaan.

Sedangkan duty diartikan sebagai tugas.20

Asal mula dari konsep ini

berawal dari Inggris yaitu pada pranata hukum Common Law. Sedangkan

dalam Sistem Hukum Eropa Kontinental juga dikenal konsep yang mirip

dengan trust yaitu “man patio familie” yakni suatu transaksi untuk

kepentingan pihak ketiga. Seseorang dikatakan memiliki fiduciary duty

apabila dipercayakan untuk berbuat sesuatu untuk kepentingan orang lain

atau kepentingan pihak ketiga seakan-akan hal tersebut merupakan

19

Mulhadi, Hukum Perusahaan, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), h. 79

20 Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam Hukum

Indonesia, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2014, Cet. Ketiga), h. 31

Page 39: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

29

kepentingan pribadinya. Maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara

direktur dengan perseroan terbatas merupakan hubungan fiduciary duty.

Hal ini dikarenakan hubungan tersebut terjadi karena adanya kepercayaan

yang diberikan oleh perseroan terbatas kepada direksi. Kewajiban dalam

fiduciary duty merupakan kewajiban paling tinggi di muka hukum.

Kewajiban fiduciary oleh direksi adalah suatu hubungan direksi

dengan perseroan serta pemegang saham, dimana direksi dalam

pengurusannya sehari-hari bertanggung jawab kepada perseroan serta para

pemegang saham, hubungan fiduciary ini membawa suatu konsekuensi

hukum bahwa direksi di berikan kewenangan untuk bertindak atas nama

perseroan serta bertindak atas kepentingan para pemilik saham. Dalam

pelaksanaannya hubungan fiduciary ini adalah suatu hubungan

kepercayaan yang melekat dalam diri pribadi seorang direksi, dimana

pihak direksi melaksanakan tugas dan wewenangnya untuk kepentingan

pihak lain dalam hal ini pemegang saham. Fiduciary duty itu lahir dari

suatu hubungan fidusia. Tidak semua orang bisa mendapatkan suatu

kewajiban fidusia, kecuali orang itu memiliki kemampuan yaitu,

kemampuan untuk memegang dan melaksanakan amanah dari pihak lain

berkenaan dengan suatu hal yaitu mengurus dan menjalankannya, untuk

kepentingan pemberi amanah.

b. Business Judgement Rule

Business Judgement Rule merupakan salah satu doktrin dari hukum

korporasi yang menjelaskan bahwa direksi tidak dapat dimintai

pertanggung jawaban atas keputusannya terhadap perseroan selama

keputusannya dibuat dengan memenuhi aspek itikad baik dan bertanggung

jawab. Pemberlakuan doktrin ini karena dari seluruh aspek pada

perseroan, direksi merupakan pihak yang paling berwenang dan paling

Page 40: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

30

professional, sehingga jika perseroan mengalami kerugian akibat dari

putusan selama dalam batas-batas tertentu masih dapat ditoleransi.

Perseroan juga harus menanggung risiko bisnis dalam menjalankan

usahanya. Business Judgement Rule timbul sebagai akibat telah

dilaksanakannya fiduciary duty oleh seseorang direksi, yaitu duty of skill

and care, maka semua kesalahan yang timbul setelah dijalankannya duty

of skill and care ini memperoleh konsekuensi yaitu direksi mendapat

pembebasan tanggung jawab secara pribadi apabila terjadi kesalahan

dalam keputusannya tersebut.21

Business Judgement Rule terdiri dari empat persyaratan, yang harus

dipenuhi atau telah ada terlebih dahulu, baru kemudian substansi atau

kualitas dari putusan direksi dapat diperhatikan atau ditinjau. Persyaratan

pertama yaitu putusan harus dibuat, misalnya direksi lalai dengan tidak

melakukan suatu penelitian yang dibutuhkan, atau melakukan kelalaian

lainnya yang bersifat sederhana, maka hal tersebut menjadikan direksi

tidak berhak mendapatkan perlindungan berdasar doktrin ini. Persyaratan

kedua Direksi harus mendapatkan serta mengumpulkan semua informasi

yang diperlukan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan yang

dibutuhkan, guna menguatkan keyakinnya yang wajar dan reasonable.

Selain itu, keputusan harus dicapai dengan dilandasi dengan itikad baik,

yaitu suatu kondisi yang akan tidak terpenuhi misalnya direksi mengetahui

bahwa keputusan tersebut melanggar hukum. Terakhir, direksi tidak

mempunyai kepentingan pribadi, termasuk kepentingan keuangan, terkait

dengan keputusan yang dimabilnya.22

21

Hendra Setiawan Boen, Bianglala Business Judgement Rule, (Jakarta: Tatanusa, 2008), h. 100.

22

Hasbullah F. Sjawie, Direksi Perseroan Terbatas Serta Pertanggungjawaban Pidana

Korporasi, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 231.

Page 41: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

31

Doktrin sebagai sumber hukum tidak hanya berlaku dalam hukum

nasional saja, namun juga berlaku pada hukum internasional. Dalam

hukum internasional doktrin memiliki peran yang sangat penting. Doktrin

sangat erat kaitannya dengan keputusan-keputusan hakim. Terlepas dari

sistem hukum yang dianut suatu negara, dalam pengambilan putusan

doktrin tetap merupakan sumber hukum. Business Judgement Rule

merupakan doktrin negara Common Law namun tidak hanya berkembang

dalam negara-negara tersebut, Business Judgement Rule juga berkembang

pada negara-negara penganut sistem hukum lain. Konsep Business

Judgement Rule sudah diterapkan Amerika Serikat sejak 170 tahun yang

lalu. Negara bagian yang memberlakukan doktrin ini adalah Delaware.

Doktrin ini dikodifikasi dari Del Code Ann. Tit. 8, s 141 (a), d yaitu

keputusan bisnis dan urusan dari suatu perseroan di Delware diurus oleh

atau di bawah kewenangan direksi. Negara lain yang mengadopsi doktrin

ini ke dalam hukum perusahaan adalah Australia di dalam Corporation

Law (section 180 [2]) dan Jerman di dalam German Corporate Law Act.23

Business Judgement Rule merupakan aturan yang memberikan

kekebalan atau perlindungan bagi manajemen perseroan dari setiap

tanggung jawab yang timbul akibat keputusannya dengan pertimbangan

keputusan diambil sesuai dengan aspek tanggung jawab dan itikad baik.

Business Judgement Rule dimaksudkan untuk memberikan dorongan bagi

direksi agar dalam melaksanakan tugasnya, tidak perlu takut terhadap

ancaman tanggung jawab pribadi. Perlindungan Business Judgement Rule

tidak berlaku apabila anggota direksi mempercayai sepenuhnya pendapat

ahli yang dimintanya tanpa memperhatikan alasan yang jelas, atau dalam

pengambilan keputusan terdapat kepentingan pribadi di dalamnya dan

23

Prasetio, Dilema BUMN Benturan Penerapan Business Judgement Rule dalam Keputusan

Bisnis Direksi BUMN, (Jakarta: Rayyana Komunikasindo, 2014), h. 148

Page 42: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

32

mengedepankan kepentingan pribadinya. Kesalahan-kesalahan direksi

yang harus dimintakan pertanggungjawaban adalah:24

a. Kesalahan yang bertentangan dengan prinsip fiduciary duty. Dalam hal

ini termasuk jika ada unsur benturan kepentingan.

b. Kesalahan yang bertentangan dengan prinsip kehati-hatian

c. Kesalahan yang bertentangan dengan putusan yang bijak

d. Kesalahan yang bertentangan dengan prinsip itikad baik.

e. Kesalahan direksi karena tidak kompeten

f. Kesalahan karena melanggar hukum dan undang-undang yang berlaku

g. Kesalahan karena direksi kurang informasi

h. Kesalahan karena dalam pengambilan putusan direksi tergesa-gesa

i. Kesalahan karena keputusan diambil tanpa investigasi dan

pertimbangan yang rasional.

Dalam Case Law terdapat dua konsepsi mengenai business

judgement rule dan kewenangan pengadilan substansi dari putusan direksi.

Konsepsi terbaru memperbolehkan pengadilan untuk memeriksa dan

meneliti secara objektif terhadap kualitas putusan direksi, walaupun

dilakukan secara terbatas. Hal ini disebut Business Judgement Rule

sebagai standard of review. Konsepsi yang lebih tua menerapkan Business

Judgement Rule sebagai abstension doctrine yang berarti terhadap putusan

Direksi yang telah memenuhi kriteria Business Judgement Rule tidak

boleh dilakukan judicial review atau pemeriksaan isinya dan dihadapkan

dengan Undang-Undang.25

24

Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam Hukum

Indonesia, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2014, Cet. Ketiga), h. 188-189

25 Hendra Setiawan Boen, Bianglala Business Judgement Rule, h. 122.

Page 43: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

33

C. Tinjaun (Review) Kajian Terdahulu

Dari penelitian ini, peneliti memaparkan beberapa kajian yang lebih dahulu

membahas tentang Business Judgement Rule dan hal-hal terkait pada Perseroan

Terbatas BUMN. Pertama skripsi dari FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

berjudul Pertanggungjawaban Direksi Perseroan Terbatas Terkait Tindakan

Wanprestasi (Ultra Vires), oleh Imam Machdi tahun 2014. Pada skripsi ini

dibahas bagaimana pertanggung jawaban direksi apabila terjadi wanprestasi

apabila wanprestasi disebabkan oleh ultra vires. Pertanggung jawaban direksi ini

bisa menjadi pertanggung jawaban pidana apabila pihak yang dirugikan menuntut

perseroan tersebut. Ultra vires merupakan salah satu dari doktrin modern

corporate law yaitu suatu tindakan yang diluar kewenangan dari perseroan.

Perbedaan dengan yang akan peneliti analisa adalah peneliti lebih fokus pada

doktrin modern corporate law lain yaitu Business Judgement Rule secara khusus

di Badan Usaha Milik Negara. Secara khusus peneliti juga membahas kaitannya

dengan kerugian negara yang diakibatkan oleh direksi BUMN.

Selain itu, terdapat skripsi lain yang lebih dahulu membahas mengenai

Business Judgement Rule yaitu Penerapan Prinsip Business Judgement Rule

Terkait Pertanggung Jawaban Pidana, Studi Kasus Hotasi Nababan oleh

Christian Isal Sanggalangi, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga,

2016. Skripsi ini membahas mengenai bagaimana pertanggung jawaban direksi

apabila keputusannya mengakibatkan pada kerugian perusahaan. Selain itu,

Skripsi ini lebih fokus pada pertanggung jawaban di dalam pidana korporasi

dalam hal ini direksi yang dimintai pertanggung jawaban pidana apabila

perbuatan yang dilakukan oleh direksi merupakan perbuatan Ultra Vires maupun

perbuatan yang melanggar Fiduciary Duty. Perbedaan dengan yang akan dibahas

peneliti adalah peneliti menganalisis konsep Business Judgement Rule dari segi

hukum bisnis, yaitu pengaruh adanya konsep ini pada kegiatan usaha di Badan

Usaha Milk Negara selain itu, peneliti juga membahas bagaimana pemberlakuan

Page 44: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

34

konsep Business Judgement Rule di BUMN yang saham mayoritasnya milik

pemerintah.

Peneliti mengacu pada buku yang berkaitan yaitu Doktrin-doktrin Modern

dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam Hukum Indonesia, oleh Dr. Munir

Fuady, S.H., M.M., LL.M, Buku Penertbit PT. Citra Aditya Bakti, tahun 2014.

Buku ini membahas seluruh doktrin modern yaitu delapan doktrin modern yang

ada pada Corporate Law. Dalam buku ini dibahas secara terperinci satu persatu

mulai dari pengertian, sejarah dan juga pemberlakuannya baik di negara lain

maupun Indonesia sesuai dengan undang-undang yang berlaku termasuk di

dalamnya konsep Business Judgement Rule. Konsep Business Judgement Rule

dibahas terperinci dalam buku ini yaitu latar belakang konsep ini, contoh

penerapan dan pemberlakuan konsep ini di Indonesia. Perbedaan dengan skripsi

yang akan peneliti bahas adalah peneliti tidak akan membahas seluruh doktrin

modern pada Corporate Law melainkan hanya akan membahas Business

Judgement Rule. Pembahasan Business Judgement Rule pada skripsi ini juga akan

terfokus pada pemberlakuan konsep di BUMN dengan studi kasus tindak pidana

korupsi Hotasi D.P Nababan.

Dalam penulisan skripsi, peneliti juga mengkaji jurnal yang berjudul

Business Judgement Rule Dikaitkan Dengan Tindak Pidana Korupsi Yang

Dilakukan Oleh Direksi Badan Usaha Milik Negara Terhadap Keputusan Bisnis

Yang Diambil, oleh Frans Affandhi, Bismar Nasution, Mahmul Siregar, Mahmud

Mulyadi, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara tahun 2016. Jurnal

ini menyimpulkan bahwa penerapan Business Judgement Rule pada direksi

BUMN haruslah berdasarkan prinsip fiduciary duty. Dalam jurnal ini juga

menegaskan bahwa kekayaan BUMN tidak dapat dikategorikan kekayan negara.

Hubungan Business Judgement Rule dengan tindak pidana korupsi adalah direksi

yang diduga melakukan tindak pidana korupsi harus membuktikan bahwa

kekayaan BUMN bukanlah bagian dari kekayaan negara. Analisis dilakukan

berdasarkan teori hukum dan UU yang berlaku. Perbedaan dengan yang akan

Page 45: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

35

peneliti bahas adalah peneliti akan fokus pada kasus Hotasi Nababan. Peneliti

akan membahas Business Judgement Rule dikaitkan dengan Tindak Pidana

Korupsi di BUMN secara umum dan akan membahas keterkaitannya dengan

kasus Hotasi Nababan.

Page 46: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

36

BAB III

DESKRIPSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 41 PK/PID.SUS/2015

A. Identitas

1. Profil PT. Merpati Nusantara Airlines

PT. Merpati Nusantara Airlines yang beroperasi sebagai Merpati

Nusantara Airlines merupakan maskapai yang berbasis di Jakarta, Indonesia.

Maskapai ini beroperasi ke lebih dari 25 tujuan di Indonesia dan penerbangan

internasional seperti Timor Timur dan Malaysia. Maskapai Merpati Nusantara

Airlines didirikan dan mulai beroperasi pada 6 September 1962. Maskapai

didirikan oleh pemerintah sebagai maskapai nasional kedua dengan fokus

mengoperasikan penerbangan domestik yang dikembangkan TNI Angkatan

Udara sejak tahun 1958. Merpati mulai dioperasikan di Kalimantan,

menggunakan 4 pesawat de Havilland Otter/DHC-3s dan dua pesawat DC-3

Dakotas yang disediakan oleh TNI Angkatan Udara, Maskapai Garuda

Indonesia dan maskapai penerbangan lainnya.1

Merpati memiliki misi menjadi jembatan bagi daerah-daerah di

Indonesia untuk membangun perekonomian di daerah terpencil. Pada tahun

1974 ”Penerbangan Perintis” yang di subsidi pemerintah secara resmi

diserahkan kepada Merpati. Dengan suksesnya perluasan jaringan transportasi

udara, Merpati memberikan dampak positif kepada perkembangan nasional.

Berkat prestasi itu, pemerintah menaruh kepercayaan kepada merpati, dan

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 1971, status Merpati

dialihkan, dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Persero, yakni PT. Merpati

Nusantara Airlines.2 Pada Oktober 1978, maskapai diambil alih oleh Garuda,

1 Merpati Nusantara Airlines, en.wikipedia.org/artikel/2018/14/05/Merpati_Nusantara_Airlines.

2 Sejarah Singkat PT. Merpati Nusantara Airlines,

http://nusantaraaviationtraining.blogspot.co.id/artikel/2013/01/sejarah-singkat-ptmerpati-nusantara.

Page 47: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

37

tetapi tetap beroperasi dengan nama yang sama. Maskapai ini dimiliki

bersama oleh Pemerintah Indonesia dengan kepemilikan saham Pemerintah

Indonesia sebesar 93,2% dan Garuda Indonesia sebesar 6,8%.

Pada Februari 2014, sebanyak 50 dari 178 pilot mengundurkan diri

karena Merpati gagal membayar gaji karyawan selama 3 bulan berturut-turut.

Pada bulan yang sama, Merpati memberhentikan seluruh penerbangan karena

masalah keuangan yang bersumber dari berbagai hutang. Pemerintah

Indonesia menyatakan tidak akan menghidupkan kembali perusahaan. Pada 18

September 2014 Menteri BUMN Dahlan Iskan menyatakan bahwa pemulihan

maskapai ini akan membutuhkan 15 Triliun Rupiah untuk menutup

pembayaran gaji, berbagai kerugian yang diderita perusahaan dan hutang pada

sekitar 2.000 pihak.

Dahlan Iskan menyatakan bahwa rencana untuk

menghidupkan kembali maskapai ini sudah menemui jalan buntu karena

restrukturisasi aset dan rencana penjualan tidak menguntungkan lagi.3

2. Profil Hotasi D.P Nababan

Hotasi D.P Nababan merupakan Direktur PT. Merpati Nusantara

Airlines periode tahun 2002-2008. Hotasi menjabat sebagai Direktur PT.

Merpati Nusantara Airlines sebelum ditetapkan sebagai tersangka kasus

tindak pidana korupsi pada pengadaan pesawat. Hotasi dikenal sebagai aktivis

yang sangat idealis. Saat menjabat sebagai Direktur GE Locomotif, Hotasi

memilih membenahi Merpati pada saat itu, meskipun penghasilannya lebih

kecil. Salah satu pembenahan yang dilakukan di awal kepemimpinannya,

Hotasi menargetkan penghematan hingga Rp 150 miliar per tahunnya.

Penghematan dilakukan untuk memperbaiki kondisi keuangan Merpati.

Beberapa pos pengeluaran yang dihemat adalah bahan bakar, catering,

asuransi, dan ground handling. Selain itu, Hotasi juga merasionalisasi jumlah

3 Merpati Nusantara Airlines, id.wikipedia.org/artikel/2017/07/20/Merpati_Nusantara_Airlines

Page 48: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

38

karyawan, melalui program pensiun dini. Dengan program ini, jumlah

karyawan berkurang signifikan: dari semula 4.300 orang menjadi 2.600 orang.

Lazimnya perusahaan penerbangan, Merpati juga terus meremajakan

armadanya, terutama dengan menyewa sejumlah pesawat tipe terbaru.

Kontrak sewa pesawat dengan pihak lain itu umumnya berjalan lancar.

Kontrak yang gagal direalisasikan selama Hotasi menjabat atau pesawat tak

datang sesuai dengan perjanjian awal yaitu dengan security deposit

dikembalikan kepada Merpati. Hanya satu kontrak yang gagal dan security

deposit tidak dikembalikan, yaitu kontrak dengan TALG. Perkara inilah yang

kemudian menyeret Hotasi Nababan menjadi tersangka kasus korupsi.4

B. Duduk Perkara

1. RKAP Merpati Nusantara Airlines Tahun 2006

Pada 11 Oktober 2006, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT.

Merpati Nusantara Airlines menetapakan Rencana Kerja Anggaran

Perusahaan (RKAP) yang didalamnya menjelaskan ketentuan dan kebijakan

mengenai pengadaan pesawat. Merpati mengalokasikan anggaran sebesar Rp.

144.618.690.000 untuk menambah 5 unit pesawat B737-200 yang terdiri dari

3 unit upaya perbaikan pesawat yang grounded dan 2 dari pengadaan sewa

yang sumber dananya berasal dari kredit avtur. Pengadaan sewa pesawat tipe

B737 seri 400 dan 500 tidak disebutkan di dalam RKAP.

2. Perjanjian Penyewaan Pesawat antara MNA dan TALG

Terdakwa sebagai Direktur PT. Merpati Nusantara Airlines bersama

dengan direksi lainnya sudah berencana untuk melakukan penambahan 2 unit

pesawat Boeing 737 Family karena krisis yang sedang melanda Merpati.

4 Tanri Abeng, No Regrets - Rekam Jejak Sang Profesional, Teknokrat, dan Guru Manajemen,

(Jakarta: Elex Media Komputindo,2012), h. 133.

Page 49: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

39

Untuk menindaklanjuti rencana tersebut, pada bulan Mei 2006 Terdakwa

menugaskan General Manager Perencanaan Tony Sudjiarto dengan

melakukan pemasangan iklan di internet (speednews) dengan persyaratan-

persyaratan mengenai kondisi pesawat. Atas penawaran leasing tersebut, pada

bulan Desember 2006 Thirdstone Aircraft Leasing Group (TALG)

mengajukan proposal atas dua unit pesawat Boeing 737-400 dan Boeing 737-

500 dan hasilnya ditemukan pesawat yang diinginkan yaitu Boeing 737-500

yang berada di Guang Zhou, China dan Boeing 737-400 yang berada di

Jakarta dan masih terikat sewa dengan Batavia Airlines sampai dengan bulan

Maret 2007. Berdasarkan informasi dari Naveed Sheed, agen PT. MNA di

Amerika, pesawat Boeing 737-500 MSN 24898 tahun pembuatan 1991

sebesar US$ 10.750.000, sedangkan Boeing 737-400 MSN 23869 tahun

pembuatan 1991 sebesar US$ 11.500.000. Keduanya memiliki harga sewa

sebesar US$ 150.000 per pesawat.

Tony Sudjiarto membuat kesepakatan back to back dengan TALG

yang maksudnya adalah TALG bersedia membeli kedua pesawat tersebut dari

Lehman Brothers dengan syarat PT. MNA berjanji akan menyewa pesawat

dari TALG. Tindak lanjut dari kesepakatan tersebut pada tanggal 17

Desember 2006, Tony Sudjiarto menerima surat melalui faks yang dikirim

TALG tertanggal 15 Desember 2006 yang isinya menunjuk Hume &

Associates untuk menerima Security Deposit. Pada tanggal 18 Desember

2006, Tony Sudjiarto mewakili Merpati dengan surat kuasa dari Terdakwa

Hotasi D.P Nababan menandatangani Lease Agreement Summary Term

(LASOT) di Jakarta dan John Copper perwakilan dari TALG di Amerika.

LASOT ditandangani dua buah untuk masing-masing pesawat yaitu Boeing

737-500 dan Boeing 737-400 dan ditandatangani melalui proses scanner dan

email. Dalam kesepakatan tersebut dijelaskan bahwa Security Deposit

dibayarkan secara langsung tanpa melalui Letter of Credit atau Escrow

Account sebesar US$ 500 untuk masing-masing pesawat, dikirimkan ke

Page 50: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

40

rekening Hume & Associates dan wajib dikirimkan setelah penandatangan

Purchase Agreement pembelian pesawat oleh TALG. Pada tanggal 18

Desember 2006, draf lease agreement diserahkan kepada Fardinan Kenedy

yang menjabat sebagai Vice President Legal Merpati untuk dilakukan

pendapat hukum.

Setelah penandatanganan LASOT, nota dinas dibuat dan ditembuskan

kepada seluruh direksi untuk mempersiapkan penempatan Security Deposit.

Coporate Finance Division menyiapkan form Instruksi Direksi (Circular

Board) yang ditanda tangani semua masing-masing direksi untuk melakukan

transfer sebesar US$ 1.000.000. Pada tanggal 19 Desember, TALG

menandatangani Summary of Term For The Sale of one Boeing 737-400

Aircraft dan Summary of Term For The Sale of one Boeing 737-500 Aircraft.

Tanggal 20 Desember 2006 TALG dan Merpati menandatangani Lease

Agreement atas lanjutan dari LASOT untuk pesawat Boeing 737-500.

Pada tanggal 20 Desember 2006, Terdakwa dan Captain Harry

Pardjaman, Direktur Operasi dari pihak PT. MNA menandatangani Lease

Agreement, sedangkan dari pihak TALG dilakukan oleh Alan Mesner selaku

CEO dari TALG. Penandatangan Lease Agreement dilakukan melalui proses

scanner dan email. Sesuai dengan ketentuan LASOT, Security Deposit harus

dibayarkan maksimal satu hari setelah penandatangan jual beli pesawat oleh

TALG, maka pada tanggal 21 Desember 2006 Terdakwa menandatangani

surat yang ditujukan kepada Bank Mandiri perihal transfer ke rekening

Hume&Assocaites senilai US$ 1.000.000.

Selanjutnya, 22 Desember 2006, Divisi Legal mengeluarkan hasil

pemeriksaan atas sewa pesawat tersebut. Divisi Legal menyatakan bahwa

pembayaran deposit kepada TALG mengandung resiko sehingga perlu

pengamanan dengan alternatif adanya counter garantie, atau pembayaran

dilakukan dengan cara Letter of Credit atau menempatkan dana di Bank

Internasional (Escrow Account). Bila hal tersebut tidak dilakukan, maka

Page 51: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

41

Divisi Legal menyarankan untuk melakukan due diligence atas lessor dan

meminta pertimbangan KBRI Amerika Serikat.

C. Fakta Hukum

Dalam persidangan diperoleh fakta-fakta hukum yang menjadi dasar dari

pertimbangan dan putusan Majelis Hakim. PT. MNA adalah BUMN yang

sahamnya dimiliki oleh Negara dan PT. Garuda Indonesia dengan komposisi

kepemilikan saham berdasarkan PP Nomor 45 Tahun 2006 yaitu Negara sebesar

95,79% dan PT. Garuda Indonesia sebesar 4,21%. Kondisi keuangan Merpati

pada tahun 2006 terhitung sangat kritis. Berdasarkan laporan audit Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) menunjukkan Merpati mengalami kerugian sebesar

Rp. 283.431.880.000. Rencana pengadaan pesawat Merpati sudah dikerjakan

sejak bulan Mei 2006. Merpati memiliki kinerja keuangan yang buruk disebabkan

biaya operasional lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh.

Ratio armada dengan jumlah pegawai Merpati yaitu 1:110 yang berarti satu

pesawat dilayani oleh 110 pegawai. Padahal ratio ideal yaitu 1:50.

RKAP tahun 2006 yang disahkan pada bulan Oktober 2006 dianggarkan

untuk pengadaan sewa pesawat B737 seri 200 yang sumber dananya dari kredit

avtur dan tidak disebutkan secara eksplisit pengadaan sewa pesawat B737 seri

400 dan 500. Meskipun tidak diatur, dalam RKAP 2006 dijelaskan fleksibilitas

mengenai jumlah dan jenis pesawat yang akan disewa PT. MNA. PT. MNA terus

berusaha untuk mendapatkan pesawat terbang. Namun, rendahnya kepercayaan

lessor kepada PT. MNA menyebabkan usaha untuk menyewa pesawat sering

menemui kegagalan.

PT. MNA menugaskan Tony Sudjiarto untuk memasang iklan di website

untuk proses pencarian penyewaan pesawat. Pada bulan Mei 2006, Tony

Sudjiarto melakukan inspeksi pesawat B737 seri 400 di China yang akan segera

berakhir masa sewanya dan pada bulan Oktober 2006, Tony Sudjiarto melakukan

inspeksi pesawat B737 seri 500 yang masih disewa Batavia Air dan akan berakhir

Page 52: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

42

masa sewanya. Kedua pesawat merupakan milik Lehman Brother dengan agen

penjualan East Dover Ltd. Pada saat itu Lehman Brother ingin menjual pesawat,

bukan untuk disewakan. Awal bulan Desember 2006, agen penjualan TALG

memberikan tawaran kepada PT. MNA untuk menyewakan pesawat-pesawat

yang pernah di inspeksi oleh Tony Sudjiarto. TALG akan membeli kedua pesawat

tersebut apabila PT. MNA setuju untuk menyewa pesawat tersebut.

Akhirnya PT. MNA menyetujui proposal yang diajukan TALG dan

proposal tersebut dituangkan dalam dua LASOT (Lease Agreement Summary of

Term) masing-masing untuk pesawat B737 500 dan B737 400. Dalam LASOT

dijelaskan bahwa PT. MNA wajib menempatkan Security Deposit di Kantor

Hukum Hume & Associates sebesar US$ 1,000,000 untuk dua pesawat sebagai

jaminan penyewaan pesawat. PT. MNA harus membayar Security Deposit satu

hari setelah TALG menandatangani Purchase Agreement pesawat tersebut. TALG

wajib mengembalikan Security Deposit apabila gagal menyerahkan pesawat.

Sebelum uang sejumlah US$ 1,000,000 ditransfer ke rekening Hume &

Associates, Terdakwa meminta tolong kepada Pengacara Indonesia yang sedang

mengambil gelar S3 yaitu Laurence Siburian untuk pengecekan terhadap kantor

TALG dan Hume Associate. Laurence Siburian bersama dengan pihak dari TALG

Alan Messner dan John Cooper dan dari pihak Kantor Hukum Humes Marisol

bersama dengan Terdakwa melakukan teleconference yang membicarakan

mengenai penempatan Security Deposit. Terdakwa menawarkan penempatan

Security Deposit tidak dibayarkan secara tunai tetapi dalam bentuk lain, misalnya

bank garansi, karena khawatir disalahgunakan. Namun, TALG menolak dan

hanya menginginkan Security Deposit dibayarkan secara tunai.

Dalam perjanjian antara TALG dan Merpati, pesawat pertama seharusnya

datang pada tanggal 5 Januari 2007 dan yang kedua datang pada 20 Maret 2007,

namun TALG gagal dalam menyediakan pesawat pertama yang harusnya

dikirimkan tanggal 5 Januari 2007. Sesuai dengan kontrak, Merpati menuntut

pengembalian Security Deposit sebesar US$ 1.000.000. TALG tetap bersikukuh

Page 53: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

43

untuk mencari pesawat untuk pengiriman tanggal 20 Maret 2007. Selain itu,

TALG meminta kenaikan biaya sewa yang semula sebesar US$ 150,000 menjadi

US$ 170,000 setiap bulannya. Merpati menolak hal tersebut dan tetap meminta

pengembalian Security Deposit tanpa menunggu tanggal pengiriman kedua. Sejak

bulan Februari Merpati menetapkan untuk memutuskan perjanjian dan meminta

TALG untuk mengembalikan Security Deposit tersebut. Dalam perjanjian sewa

pesawat antara TALG dan Merpati Pasal 4.6 dijelaskan bahwa Security Deposit

akan dikembalikan Lessor (TALG) kepada Lesse (Merpati) tidak lebih dari 7 hari

dan ditegaskan dalam Addendum perpanjangan LOI/MOU/LASOT tanggal 20

Desember 2006 yang ditanda tangani oleh John Cooper dari pihak TALG.

PT. MNA mengajukan gugatan perdata (wanprestasi) TALG di

Pengadilan District of Columbia, Washington DC, Amerika Serikat (Kasus

Perdata Nomor: 1.207-cv-007.17) dengan putusan bahwa TALG diwajibkan

mengembalikan Security Deposit tersebut. Ketika Merpati akan melakukan

eksekusi putusan tersebut, TALG mengajukan kepailitan di Pengadilan Kepailitan

Ilionis Chicago dan karenanya PT. MNA melakukan intervensi atas permohonan

kepailitan tersebut. Putusan permohonan TALG ditolak oleh pengadilan yang

berarti TALG tetap memiliki kewajiban untuk mengembalikan Security Deposit

tersebut. PT. MNA dibantu dengan Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha

Negara yang diwakili Yosep Suardi Sabda untuk menarik kembali uang Security

Deposit. Alan Messner sudah mengembalikan uang senilai US$ 4,793.63 ke PT.

MNA.

Sebelumnya atas kasus ini, Komisi Pemberantasan Korupsi pernah

melakukan penelahaan atas penyewaan pesawat PT. MNA dengan TALG dengan

kesimpulan “tidak memenuhi kriteria tindak pidana korupsi”. Selain itu,

Direktorat III/Pidana Korupsi dan WCC, Bareskrim Polri pernah melakukan

penyelidikan atas penyewaan pesawat PT. MNA dengan TALG. Kesimpulan atas

pemeriksaan tersebut adalah “belum ditemukan fakta perbuatan tindak pidana

korupsi yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara”.

Page 54: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

44

D. Putusan dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Hotasi D.P Nababan

Dalam skripsi ini peneliti mengangkat putusan tingkat pertama yaitu

Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

dengan Putusan No. 36/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, putusan Mahkamah

Agung pada tingkat Kasasi dengan Putusan No. 417 K/Pid.Sus/2014, dan tingkat

Peninjauan Kembali yang dijadikan sebagai judul yaitu Putusan No. 41

PK/Pid.Sus/2015. Dalam kasus tindak pidana korupsi Hotasi D.P Nababan ini

tidak adanya putusan pada tingkat banding karena putusan pada tingkat pertama

Hotasi dinyatakan bebas.

Pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi tingkat pertama Majelis Hakim

terdiri dari Pangeran Napitulu SH., MH., sebagai Hakim Ketua Majelis dan

Hendra Yospin SH., dan Alexander Marwata, AK., SH., CFE masing masing

Hakim Ad Hoc Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Panitera Pengganti yaitu Fatoni SH. Dalam Putusan No.

36/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST menyatakan bahwa Terdakwa tidak terbukti sah

dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana Korupsi secara bersama-

sama sebagaimana Dakwaan Primair dan Subsidair. Putusan dibacakan pada Hari

Selasa, 19 Februari 2013 oleh Hakim Ketua Majelis didampingi Hakim-Hakim

Anggota dan dihadiri Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat dan

dihadiri Terdakwa yang didampingi oleh Tim Penasihat Hukum.

Selanjutnya dalam Putusan No. 417/K/Pid.Sus/2014 penuntut umum

mengajukan kasasi atas Terdakwa. Majelis Hakim terdiri dari Dr. Artidjo

Alkotsar SH., MH., Ketua Muda Pidana sebagai Ketua Majelis, Prof. Dr.

Mohammad Askin SH., MH., dan M.S. Lumme SH., masing-masing sebagai

Hakim-Hakim Ad Hoc Tipikor pada Mahkamah Agung sebagai Anggota.

Panitera Pengganti yaitu Sondang Mariana Pandjaitan SH., MH. Isi putusan pada

tingkat kasasi yaitu membatalkan Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

pada Pengadilan Negeri Jakarta No. 36/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST dan

Page 55: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

45

Mahkamah Agung mengadili sendiri yang memutuskan bahwa Terdakwa

dinyatakan terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan Tindak Pidana

Korupsi secara bersama dan menghukum Terdakwa dengan pidana penjara

selama 4 tahun dan denda sebesar Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dengan

ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti dengan hukuman kurungan selama

6 bulan. Putusan ditetapkan dalam rapat pemuswaratan Mahkamah Agung

dibacakan pada sidang terbuka untuk umum Hari Rabu, 7 Mei 2014 dengan tidak

dihadiri oleh Pemohon Kasasi/Jaksa/Penuntut Umum dan Terdakwa.

Pada tingkat akhir yaitu Peninjuan Kembali pada Putusan No.

41/PK/Pid.Sus/2015, Terdakwa mengajukan Peninjauan Kembali. Majelis Hakim

terdiri dari Dr. H.M. Syarifuddin SH., MH., Hakim Agung sebagai Ketua Majelis,

Dr. H. Andi Samsan Nganro, SH., MH., Hakim Agung dan H. Syamsul Rakan

Chaniago SH., MH., Putusan dari Peninjauan Kembali yaitu Majelis Hakim

menolak permohonan peninjauan kembali dan menetapkan putusan yang diajukan

peninjauan kembali tetap berlaku. Putusan ditetapkan pada rapat pemusyawaratan

Mahkamah Agung dan dibacakan pada sidang terbuka untuk umum hari Jumat

tanggal 4 September 2015 dengan tidak dihadiri oleh Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana dan Jaksa/Penuntut Umum.

Page 56: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

46

BAB IV

PENERAPAN BUSINESS JUDGEMENT RULE DI BUMN

PADA PUTUSAN No. 41 PK/Pid.Sus/2015

A. Penerapan Business Judgement Rule di BUMN

Ketentuan dalam undang-undang sudah menjelaskan mengenai

pemberlakuan Business Judgement Rule di Perseroan Terbatas. Dalam Pasal 97

UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas telah dijelaskan dalam hal

pertanggung jawaban direksi dan pembebasan pertanggung jawaban direksi yaitu

Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan:

a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya

b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk

kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan

c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung

atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian

d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian

tersebut.

Meskipun tidak secara jelas diterangkan dengan isitilah Business Judgement Rule,

namun substansi dari undang-undang tersebut menjelaskan pemberlakuan

Business Judgement Rule dalam batas-batas tertentu.

Apabila direksi digugat oleh perseorangan atau pemegang saham dengan

tuntutan yang menyatakan bahwa direksi telah mengambil keputusan yang

dianggap telah merugikan perseroan, maka doktrin Business Judgement Rule ini

dapat digunakan untuk membebaskan tanggung jawab pribadi direksi, selama

keputusan tersebut dibuat sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan berlakunya

pembebasan tanggung jawab yaitu dengan itikad baik, tidak berbenturan dengan

Page 57: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

47

kepentingan pribadi dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan pada saat keputusan

dibuat. Pada gugatan tersebut, Business Judgement Rule dapat diterapkan dan hal

ini sejalan dengan Business Judgement Rule menurut sistem Eropa Kontinental.

Karena apabila seorang direksi telah menjalankan tugasnya dengan itikad baik

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan keputusan yang diambil tidak

mengandung perbuatan melawan hukum baik secara formil maupun materiil,

maka direksi tidak dapat digugat secara pribadi meskipun perseroaan mengalami

kerugian akibat dari keputusan tersebut. Pelanggaran dari itikad baik yang

menyebabkan kerugian ini dapat digugat melalui Pasal 1365 jo Pasal 1366

KUHPer mengenai Perbuatan Melawan Hukum.

Pengurusan operasional pada BUMN sama seperti perseroan biasa, yaitu

dijalankan oleh direksi. Direksi dalam menjalankan perusahaan harus

menjalankan dua fungsi yang ada. Pertama, fungsi manajemen yaitu direksi

melakukan tugas memimpin perusahaan. Kedua, fungsi representasi yaitu direksi

mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan. Terdapat beberapa teori

megenai hubungan antara direksi dengan perseroan. Beberapa pendapat

menyatakan bahwa hubungan antara direktur dengan perseroan terbatas terjadi

karena adanya kepercayaan yang diberikan oleh perseroan atau yang dikenal

fiduciary relationship. Selain hubungan kepercayaan, hubungan direksi dengan

perseroan terbatas hanya bersifat kontraktual, karena direksi saat ditunjuk

bersedia untuk melaksanakan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, baik

yang diatur dalam internal perusahaan maupun yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan.

Fiduciary duties di dalam Perseroan Terbatas pada hakikatnya berkaitan

dengan kedudukan, wewenang, dan tanggung jawab direksi. Pelanggaran terhadap

kewajiban fidusia berakibat pada timbulnya tanggung jawab pribadi direksi.

Sementara itu, untuk pembelaan direksi dalam suatu perseroan dapat digunakan

Page 58: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

48

prinsip Business Judgment Rule. Prinsip pembelaan direksi ini (Business

Judgment Rule) dapat diukur berdasarkan fiduciary duties.

Sebagai perusahaan yang memiliki tujuan mendapatkan keuntungan maka

BUMN memiliki risiko bisnis dalam upaya memajukan perusahaan. Rigen dan

Miller membedakan risiko yang bersifat ekonomi atas dua golongan. Pertama,

risiko spekulatif (speculative risk). Risiko ini berkemungkinan menimbulkan

kerugian di satu sisi, tetapi juga memungkinkan keuntungan di sisi lain. Kedua,

risiko murni (pure risk). Risiko murni tidak mecampurkan kedua unsur

kemungkinan untung dan rugi, tetapi hanya akan mengakibatkan kerugian saja.1

Risiko bisnis yang timbul pada perseroan BUMN salah satunya dapat

menimbulkan kerugian pada perusahaan, tetapi dapat menguntungkan pula. Maka

risiko pada BUMN dapat dilihat sebagai risiko yang spekulatif.

Untuk menghindari adanya risiko yang tidak menguntungkan, maka

diperlukannya akuntansi manajemen di setiap keputusan yang diambil. Akuntansi

manajemen merupakan identifikasi, pengukuran, pengumpulan, analisis,

pencatatan, interpretasi, dan pelaporan kejadian-kejadian sautu badan usaha yang

dimaksudkan agar manajemen dapat menjalankan fungsi perencanaan,

pengendalian, dan pengambilan keputusan. Meskipun akhirnya menimbulkan

kerugian, hal tersebut merupakan akibat yang bukan tujuan awal dari keputusan,

karena setiap keputusan bisnis akan bersifat spekulatif dan sudah melewati tahap-

tahap pemeriksaan yang mendalam untuk menghindari hal tersebut. Dalam

perseroan BUMN, terdapat Unit Manajemen Risiko. Unit Manajemen Risiko ini

diatur dalam Peraturan Menteri BUMN Kep-117/M.BU/2002 jo PER-01

/MBU/2011 Tentang Penerapan Good Corporate Governance pada Badan Usaha

1 Prasetio, Dilema BUMN Benturan Penerapan Business Judgement Rule dalam Keputusan Bisnis

Direksi BUMN, (Jakarta: Rayyana Komunikasindo, 2014), h. 265.

Page 59: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

49

Milik Negara. Unit ini diwajibkan ada di seluruh BUMN guna mengurangi risiko

dari setiap kegiatan bisnis di BUMN.

Korporasi sebagai badan hukum memiliki ciri yang melekat dan tidak dapat

terpisahkan yaitu terbatasnya tanggung jawab pendiri dan pemegang saham.

Sumber pendanaan untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN berasal

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), namun setelah persero

resmi memperoleh status badan hukum dan menjalankan usahanya maka

pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan sistem APBN. Negara hanya

memiliki hak terhadap BUMN sebatas jumlah saham yang dimiliki, sebagaimana

layaknya pemegang saham pada perseroan terbatas lainnya maka segala kekayaan

yang didapat baik melalui penyertaan negara maupun yang diperoleh melalui

kegiatan bisnis persero, akan menjadi kekayaan persero.2

Pasal 11 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) menjelaskan bahwa terhadap BUMN berbentuk persero berlaku segala

ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi Perseroan Terbatas sebagaimana

diatur dalam UU No. 1 Tahun 1995 jo UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas.3 Maka, segala aturan mengenai perseroan terbatas yang dijelaskan

dalam UU Perseroan Terbatas berlaku baik dalam perseroan swasta maupun pada

perseroan BUMN. Dengan adanya dua ketentuan tersebut maka membuktikan

bahwa seharusnya prinsip Business Judgement Rule dapat diterapkan dalam

BUMN. Direksi BUMN Persero dapat menggunakan Pasal 97 ayat (5) UUPT

Business Judgment Rule yang diukur dengan fiduciary duty sebagai

2 Hendra Setiawan Boen, Bianglala Business Judgement Rule, (Jakarta: Tatanusa, 2008), h. 213.

3 Prasetio, Dilema BUMN Benturan Penerapan Business Judgement Rule dalam Keputusan Bisnis

Direksi BUMN, (Jakarta: Rayyana Komunikasindo, 2014), h. 123.

Page 60: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

50

pembelaannya apabila dirinya dituntut oleh Pemegang Saham (Negara) terhadap

kebijakan maupun keputusan bisnis yang diambilnya.4

Salah satu faktor tidak berjalannya penerapan Business Judgement Rule di

BUMN karena adanya ketentuan yang menjelaskan bahwa kekayaan BUMN

merupakan bagian dari kekayaan Negara yang dipisahkan. Dalam UU No. 17

Tahun 2003 dijelaskan bahwa kekayaan negara termasuk kekayaan yang

dipisahkan pada perusahaan negara atau perusahaan daerah. Pemerintah yang

memiliki modal di dalam BUMN dianggap merupakan kekayan negara yang

terpisah. Sehingga, apabila BUMN mengalami kerugian maka kerugian tersebut

dianggap kerugian negara pula. Apabila kerugian tersebut disebabkan oleh

keputusan yang diambil oleh direksi BUMN maka kerugian tersebut dianggap

kerugian negara yang berujung direksi dianggap telah melakukan tindak pidana

korupsi sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi bahwa setiap orang atau korporasi yang melakukan sesuatu untuk

memperkaya diri sendiri atau dapat merugikan keuangan negara merupakan

perbuatan tindak pidana korupsi.

Setiap kerugian yang dialami BUMN dapat dikategorikan sebagai tindak

pidana korupsi yang menjadi cerminan belum adanya penerapan Business

Judgement Rule di BUMN. Padahal, kerugian dalam satu transaksi tidak dapat

dikatakan sebagai kerugian perseroan terbatas, karena adanya transaksi lain yang

menguntungkan dan belum terhitungnya laba dalam neraca masa lampau atau dan

perhitungan laba/rugi yang dari tahun buku yang bersangkutan. Jika Negara masih

merasa dirugikan karena transaksi tersebut, maka Negara sebagai pemegang

saham tetap dapat menggugat dalam ranah perdata atas kerugian tersebut,

sebagaimana disebutkan oleh Pasal 61 ayat (1) dan Pasal 97 ayat (6) Undang-

4 Bismar Nasution, dkk, “Business Judgement Rule Dikaitkan Dengan Tindak Pidana Korupsi

yang Dilakukan Oleh Direksi Badan Usaha Milik Negara Terhadap Keputusan Bisnis yang Diambil”,

USU Law Journal, Vol. 4, No. 1, (Januari : 2016), h. 38.

Page 61: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

51

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu Setiap

pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke pengadilan

negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil dan

tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, direksi, dan/atau dewan

komisaris. Gugatan tersebut bukanlah ranah pidana tetapi menjadi gugatan

perdata. Pelakunya baru dijatuhi pidana bila ia terbukti melakukan pelanggaran

atau penyalahgunaan wewenang tersebut karena menerima suap atau melakukan

tindak pidana lainnya.5

UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN menjelaskan bahwa tujuan utama

dari BUMN yaitu mendapatkan keuntungan. Dalam teori ekonomi, secara teoritis

laba atau keuntungan adalah kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh

perusahaan. Makin besar risiko, laba yang diperoleh semakin besar.6 Maka

sebagai perusahaan yang salah satu tujuannya mencari keuntungan, Negara

sebagai pemegang saham terbesar BUMN harusnya dapat melihat risiko kerugian

dari segala transaksi bisnis yang dilakukan di BUMN. Termasuk risiko adanya

wanprestasi yang dilakukan oleh pihak lain dalam suatu perjanjian.

BUMN atau badan hukum lainnya yang didirikan untuk kepentingan bisnis

tunduk akan logika perdata. Logika perdata yang dimaksud yaitu kontrak bisnis

berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak. Sejalan dengan logika perdata,

logika bisnis mengandung prinsip kehati-hatian, kemitraan, kerjasama, dan

kepercayaan. Sehingga apabila adanya sengketa bisnis, maka penyelesaiannya

pun diusahakan dengan mediasi atau dengan arbitrase sebagai alternatif

5 Erman Rajagukguk, “Perlindungan Hukum Terhadap Risiko Pengambilan Keputusan Yang

Diambil Oleh Direktur dan Komisaris,” dalam Governance dan Risiko Kriminalisasi : Kasus di

Industri Telekomunikasi. 30 April 2014. Jakarta: Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia (LKDI).

2014, h. 20.

6 Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &

Makroekonomi), (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), h. 133.

Page 62: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

52

penyelesaian sengketa yang memberi win-win solution. Pidana dalam hukum

bisnis hanya upaya terakhir (ultimatum remedium).7 Transaksi bisnis yang ada

pada ranah perdata dapat berpindah ke ranah pidana karena adanya undang-

undang yang menyatakan keuangan BUMN merupakan bagian dari kekayaan

negara. Hal tersebut yang membuat Business Judgement Rule tidak dapat

diterapkan dalam kasus tindak pidana korupsi yang menimpa direksi BUMN.

BUMN sebagai perusahaan yang mencari keuntungan dalam melakukan transaksi

bisnis harus siap mengalami kerugian. Karena memang sudah lazim bisnis dalam

bidang apapun termasuk BUMN dapat mengalami kerugian demi kemajuan

perusahaan di masa mendatang.

Selain adanya ketentuan yang berbenturan satu sama lain terdapat unsur

terpenting mengenai penerapan Business Judgement Rule di BUMN yaitu asumsi

hakim terhadap kasus tindak pidana korupsi yang menimpa direksi BUMN. Agar

Business Judgement Rule dapat diterapkan di BUMN, hakim diperlukan untuk

memberikan asumsi positif terlebih dahulu kepada direktur BUMN yang

dinyatakan sebagai terdakwa. Hal ini diperlukan karena, hakim tidak ada pada

saat keputusan bisnis dibuat sehingga hakim tidak boleh menempatkan dirinya

seakan menjadi direktur saat itu. Selain itu hakim tidak memiliki kemampuan,

pengetahuan, dan pengalaman yang sama untuk menghasilkan keputusan bisnis

yang lebih baik/pantas/bernilai dibandingkan keputusan bisnis direktur yang

bersangkutan.8

7 Prasetio, Dilema BUMN Benturan Penerapan Business Judgement Rule dalam Keputusan Bisnis

Direksi BUMN, (Jakarta: Rayyana Komunikasindo, 2014), h. 198.

8 Prasetio, Dilema BUMN Benturan Penerapan Business Judgement Rule dalam Keputusan Bisnis

Direksi BUMN, h. 210

Page 63: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

53

B. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Hotasi

D.P. Nababan

1. Pertimbangan Hakim Pada Putusan No. 36/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST

Dakwaan Primair yang diajukan Penuntut Umum yaitu melakukan

Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2

ayat 1 jo Pasal 18 ayat 1 UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun

2001, unsur-unsurnya yaitu setiap orang, secara melawan hukum, melakukan

perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, dapat

merugikan negara atau keuangan negara. Dalam Dakwaan Primair Majelis

Hakim menyatakan “Unsur Melawan Hukum” tidaklah terpenuhi.

Dalam perkara tindak pidana korupsi Majelis Hakim berpendapat

bahwa pengertian perbuatan melawan hukum dalam tindak pidana korupsi

perkara a quo terdapat dalam arti yang formil maupun arti yang materiil.

Perbuatan melawan hukum secara materiil yaitu meskipun perbuatan tersebut

tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan

tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau

norma-norma kehidupan sosial, maka perbuatan tersebut dapat dipidana.

Majelis Hakim berpendapat bahwa meskipun RKAP befungsi sebagai acuan

bagi direksi untuk menjalankan kegiatan perusahaan selama setahun berjalan,

namun dalam pelaksanannya direksi harus memperhatikan situasi dan kondisi

yang berkembang dan dihadapi pada saat putusan bisnis harus dibuat.

Meskipun pengadaan pesawat B737 seri 400 dan 500 tidak dianggarkan

secara eksplisit namun bila dianggap dapat menguntukan perusahaan maka hal

tersebut tidak lah melanggar hukum. Selain itu, menurut Majelis Hakim tidak

atau belum kembalinya Security Deposit harus dilihat sebagai risiko dalam

bisnis. Manajemen PT. MNA sudah berupaya tetapi apabila mitra bisnis tidak

memiliki itikad baik maka hal tersebut di luar kendali PT. MNA.

Page 64: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

54

Selanjutnya, Majelis Hakim menimbang dalam Pasal 85 UU No. 1

Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas dijelaskan bahwa direksi harus

bertindak secara hati-hati (duty of care) dan tidak boleh mengambil

keuntungan untuk dirinya sendiri (duty of loyalty). Menurut DR. Bismar

Nasution tolak ukur dalam prinsip kehati-hatian yaitu memiliki informasi dan

memiliki kepercayaan atas kebenarannya, tidak memiliki kepentingan dalam

pengambilan keputusan dan memiliki dasar rasional dan demi kepentingan

perusahaan dalam pengambilan keputusan. Majelis Hakim berpendapat bahwa

penyewaan tersebut telah dilakukan dengan hati-hati, beritikad baik, dan demi

kepentingan perusahaan berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi PT.

MNA. Sehingga Majelis Hakim berpendapat unsur melawan hukum dikaitkan

dengan perbuatan terdakwa yang dinilai tidak hati-hati dan melanggar prinsip

Good Corporate Governance tidak terbukti menurut hukum.

Dakwaan Subsidair yang diajukan oleh Penuntut Umum yaitu Pasal 3

UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun

2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi unsur-unsurnya yaitu

setiap orang, dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau ornag lain atau

suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan, yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara. Majelis Hakim berpendapat unsur “dengan tujuan

menguntungkan diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi” tidak terbukti

menurut hukum. Majelis Hakim beranggapan klausul refundable atas Security

Deposit dalam LASOT menunjukkan tidak adanya niat atau tujuan dari PT.

MNA untuk memberi keuntungan kepada TALG sejumlah Security Deposit

yang dibayarkan yaitu US$1,000,000.00.

Adapun dalam hal ini terdapat dissenting opinion yang dikemukakan

Hakim Anggota 1 Hendra Yospin. Menurut Hakim Anggota 1 Terdakwa

Hotasi Nababan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana korupsi sesuai dengan Dakwaan Subsidair. Hakim Anggota 1

Page 65: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

55

menjelaskan bahwa pengadaan sewa 2 unit pesawat tersebut tidak tercantum

di dalam RKAP 2006 dan Terdakwa melakukan pembayaran Security Deposit

padahal Security Deposit akan dipergunakan untuk kepentingan lain. Selain

itu, persyaratan pembayaran Security Deposit oleh pihak TALG belum

dipenuhi.

2. Pertimbangan Hakim Pada Putusan No. 417/K/Pid.Sus/2014

Dasar pertimbangan Hakim pada tingkat Kasasi ini adalah alasan-

alasan kasasi yang diajukan oleh Penuntut Umum. Mahkamah Agung

membenarkan alasan-alasan yang diajukan Penuntut Umum sehingga

menetapkan judex facti telah salah menerapkan hukum. Penuntut Umum

mengungkapkan bahwa putusan pada pengadilan tingkat pertama bukan

merupakan Pembebasan Murni sehingga dapat diajukan kasasi. Hal ini

dijelaskan dalam Keputusan Kehakiman RI Nomor M.14-PW 07.03 Tahun

1983 Tentang Tambahan Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana.

Mahkamah Agung mempertimbangkan sesuai dengan Dakwaan

Primair dari Penuntut Umum dengan unsur-unsur setiap orang, secara

melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang

lain atau suatu korporasi, dapat merugikam keuangan Negara atau

perekonomian Negara, secara bersama-sama melakukan tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat 1 KUHP. Pada unsur setiap

orang dalam persidangan Terdakwa telah membenarkan identitasnya sehingga

unsur tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Dalam unsur melawan hukum, Penuntut umum menjelaskan bahwa

pengertian dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan judex facti

bertentangan dengan Yurisprudensi yaitu perbuatan melawan hukum tidak

harus ditafsirkan bertentangan dengan aturan-aturan yang terdapat sanksi

Page 66: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

56

pidana tetapi juga bertentangan dengan yang bersifat intern dan diukur

berdasarkan atas asas-asas hukum tidak tertulis.

Pasal 19 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN menjelaskan bahwa

Direksi wajib menyampaikan RKAP kepada RUPS untuk memperoleh

pengesahan. Dengan ketentuan tersebut maka Penuntut Umum beranggapan

bahwa setiap perbuatan yang melanggar RKAP merupakan perbuatan

melawan hukum. Dalam hal ini, Menurut Mahkamah Agung Terdakwa

memenuhi unsur melawan hukum karena tidak melaporkan atau tidak

mengajukan persetujuan kembali kepada RUPS atas RKAP yang telah

dimulai sejak Bulan Mei 2006. Terdakwa melanggar Pasal 22 ayat 1 dan 2

UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN jo Pasal 35 ayat 1, 2, dan 3 Peraturan

Pemerintah No. 45 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan

Pembubaran BUMN yang mewajibkan menyampaikan Rencana Kerja dan

Anggaran kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan.

Selanjutnya, Penuntut Umum juga menjelaskan bahwa pembayaran

Security Deposit merupakan suatu perbuatan melawan hukum dipandang dari

asas-asas hukum tidak tertulis sebagai perbuatan yang tercela dan tidak boleh

dilakukan. Majelis Hakim berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa

merupakan perbuatan melawan hukum karena bertentangan dengan Pasal 5

ayat 3 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN, Surat Keputusan Menteri

Keuangan No.Kep.116/kmk.01/1991 yang menjelaskan bahwa Security

Deposit harus tetap dalam keadaan diam dan tidak dapat dialihkan atau

dicairkan atau dipergunakan untuk kepentingan lain.

Pada unsur melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang

lain atau suatu korporasi dan unsur merugikan keuangan atau perekonomian

negara Mahkamah Agung berpendapat bahwa unsur tersebut terpenuhi.

Terdakwa melawan hukum yaitu memperkaya orang lain atau korporasi yaitu

TALG atau Hume & Associaties dan telah mengakibatkan kerugian keuangan

negara sebesar US$ 1,000,000.00. Unsur terakhir dalam dakwaan Penuntut

Page 67: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

57

Umum yaitu unsur melakukan atau menyuruh lakukan, yang turut serta

melakukan perbuatan. Dalam unsur ini Mahkamah Agung berpendapat bahwa

terbukti terpenuhinya unsur tersebut. Berdasarkan fakta hukum terdapat kerja

sama antara Terdakwa dengan Tony Sudjiarto selaku General Manager

PT.MNA dalam pengadaan sewa pesawat Boeing 737-400 dan Boeing 737-

500.

3. Pertimbangan Hakim Pada Putusan No. 41 PK/Pid.Sus/2015

Peninjauan kembali dimohonkan oleh Hotasi D.P Nababan dengan

mengajukan dua Novum. Dijelaskan dalam Pasal 263 ayat 2 huruf a KUHAP

bahwa terdapat keadaan baru (novum) yang menimbulkan dengan kuat bahwa

jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung,

hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari tuntutan hukum.

Novum pertama yang diajukan yaitu Putusan United States District

Court At District Of Columbia dalam kasus pidana John C. Cooper. Bahwa

keadaan baru yang menjadi dasar permintaan peninjauan kembali adalah

adanya putusan tersebut yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, di

mana amar putusannya melakukan perbuataan pidana penipuan atau

penggelapan dana Security Deposit yang diserahkan PT. MNA kepada TALG.

Jon C. Cooper dihukum penjara 18 bulan dan harus membayar ganti rugi

kepada MNA sebesar US$ 1,000,000.00 dengan kewajiban tanggung renteng

dengan Alan Messner. Novum kedua yaitu Putusan United States District Of

Columbia dalam kasus pidana Alan Messner. Keadaan baru yang dijadikan

dasar adalah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, amar

putusannya menyatakan bersalah telah melakukan perbuatan pidana

penggelapan atau penipuan uang Security Deposit. Alan Messner dihukum

penjara satu tahun satu bulan dan harus membayar ganti rugi secara renteng

dengan Jon C. Cooper sebesar US$ 62,231.60

Page 68: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

58

Atas novum yang diajukan Mahkamah Agung berpendapat bahwa

keduanya tidak dapat dikualifikasi sebagai bukti-bukti baru yang bersifat

menentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat2 huruf a KUHAP

karena substansinya telah ada pada pemeriksaan perkara Judex Facti. Selain

itu, dalam pertimbangan hakim dijelaskan bahwa novum yang diajukan

dengan perkara tindak pidana korupsi adalah dua perkara yang masing-masing

berdiri sendiri. Sehingga, kedua putusan Pengadilan Negeri Amerika Serikat

District Columbia tidak dapat menghilangkan unsur-unsur tindak pidana

korupsi yang telah dipertimbangkan oleh Judex Juris pada tingkat kasasi.

C. Analisis Putusan

Peneliti menganalisis berdasarkan pada putusan tingkat pertama Pengadilan

Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yaitu Putusan No.

36.Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, putusan tingkat kasasi Putusan No. 417

K/Pid.Sus/2014, dan pada Peninjauan Kembali yang peneliti jadikan judul yaitu

Putusan No. 41 PK/Pid.Sus/2015. Peneliti menganalisa putusan dari tingkat

pertama karena terdat perbedaan amar putusan. Pada tingkat kasasi yang semula

pada tingkat pertama Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan

melakukan tindak pidana korupsi baik pada dakwaan primair dan dakwaan

subsidair menjadi pembatalan putusan pada tingkat kasasi dan Mahkamah Agung

mengadili sendiri yang menyatakan Terdakwa Hotasi D.P. Nababan terbukti

secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi pada dakwaan

primair. Selanjutnya dalam putusan peninjauan juga menguatkan amar putusan

Mahkamah Agung di tingkat kasasi.

Pada putusan tingkat pertama, Majelis Hakim mepertimbangkan risiko

bisnis dan hal-hal yang dapat membebaskan Terdakwa dari tanggung jawab

secara pribadi. Peneliti sependapat mengenai pertimbangan dan amar putusan

Majelis Hakim pada tingkat pertama. Majelis Hakim mempertimbangkan

bagaimana lazimnya transaksi penyewaan pesawat dan tidak adanya ketentuan

Page 69: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

59

dalam anggaran dasar dalam melakukan sewa menyewa pesawat. Sehingga apa

yang dilakukan Terdakwa terhadap keputusan-keputusan yang diambil Terdakwa

seperti Security Deposit yang dibayarkan secara cash dan penyewaan pesawat

yang tidak disebutkan secara eksplisit dalam RKAP tidak terbukti merupakan

perbuatan melawan hukum. Majelis Hakim juga mempertimbangkan risiko bisnis

yang dihasilkan dari transaksi tersebut. Dalam melakukan transaksi, baik jual beli

ataupun transaksi sewa menyewa maka akan selalu ada risiko seperti terjadinya

wanprestasi. Risiko tersebut tidak dapat dihindari bila ada salah satu pihak yang

memiliki itikad tidak baik sejak awal. Maka Majelis Hakim pada tingkat pertama

mempertimbangkan bahwa wanprestasi yang terjadi bukan karena kelalaian dari

Terdakwa, tetapi karena adanya itikad tidak baik dari pihak penyewa yaitu TALG.

Dilihat dari pertimbangan dan amar putusannya, Majelis Hakim sudah

mempertimbangkan aspek-aspek yang ada di dalam Business Judgement Rule.

Sehingga pada putusannya Terdakwa terbukti tidak melakukan tindak pidana

korupsi baik dalam dakwaan primair maupun dakwaan subsidair. Kerugian yang

dialami PT. MNA murni karena adanya wanprestasi yang dilakukan pihak lain

saat melakukan perjanjian.

Namun, dalam putusan kasus tindak pidana korupsi Hotasi D.P Nababan,

Majelis Hakim baik pada tingkat Kasasi maupun Peninjauan Kembali tidak

mempertimbangkan doktrin Business Judgement Rule atau adanya pembebasan

tanggung jawab yang dijelaskan di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Padahal jika Majelis Hakim mempertimbangkan aspek lain selain yang dijelaskan

dalam UU Tindak Pidana Korupsi pada kasus tersebut, Terdakwa dapat terbebas

dan perseroan hanya dapat di gugat secara perdata oleh Negara sebagai pemegang

saham karena telah dirugikan.

Pada salah satu pertimbangan hakim dalam putusan kasasi, Mahkamah

Agung menjelaskan bahwa Terdakwa telah sengaja melakukan tindakan

penyewaan pesawat Boeing 737-400 dan Boeing 737-500 walaupun tidak

tercantum dalam RKAP tahun 2006. Menurut peneliti, hal tersebut tidak

Page 70: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

60

melanggar ketentuan di dalam RKAP. Di dalam RKAP PT. MNA tahun 2006

butir 4.4.1.4 disebutkan karena ketersedian pesawat dan harga sewa di dunia yang

berubah secara cepat sesuai dengan kondisi Supply-Demand, maka perusahaan

tetap memiliki fleksibilitas untuk memilih tipe dan jumlah pesawat yang

diinginkan demi memaksimalkan perolehan Cash Flow positif dari perubahan

armada. Dari penjelasan dalam RKAP tersebut sudah sangat jelas bahwa terdapat

fleksibilitas dalam penyewaan tipe pesawat tergantung ketersedian pada saat itu.

Sehingga melihat dari ketentuan tersebut pun menurut peneliti Terdakwa tidak

melakukan perbuatan melawan hukum karena ketentuannya memang sudah ada di

dalam RKAP. Selama melakukan transaksi pengadaan sewa menyewa pesawat

TALG, Terdakwa sudah melakukannya dengan transparan, dilaporkan dan

disetujui oleh seluruh direksi.

Selanjutnya, pada penggunaan Security Deposit sebagai uang muka untuk

pembelian pesawat dari Lehman Brothers merupakan hal yang tidak diketahui dan

tidak direncanakan baik oleh Terdakwa ataupun Tony Sudjiarto, General

Manager yang menerima kuasa dari Terdakwa. Karena TALG menginginkan

Security Deposit dibayarkan secara cash maka agar menjaga keamanan dari uang

tersebut, Security Deposit disimpan di pihak ketiga yaitu kantor pengacara Hume

& Associates. Terdakwa juga sudah memeriksa izin dan keberadaan kantor

tersebut dengan meminta bantuan kepada pengacara Indonesia yang berada di

Amerika. Kantor tersebut memiliki izin, wujudnya ada dan bukan kantor fiktif.

Atas pemeriksaan tersebut, Terdakwa pun berani mengambil keputusan untuk

menaruh Security Deposit pada kantor pengacara tersebut sebagai pihak ketiga.

Terdakwa tidak mengetahui bahwa TALG dapat mengakses secara pribadi ke

rekening kantor tersebut. Terdakwa sebagai perwakilan dari PT. MNA menjadi

korban penipuan di dalam transaksi ini. Maka menurut peneliti Terdakwa tidak

melanggar Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor: Kep.116/kmk.01/1991

yang menjelaskan bahwa Security Deposit harus dalam keadaan diam dan tidak

digunakan untuk kepentingan lain. Keputusan Terdakwa untuk menaruh Security

Page 71: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

61

Deposit di kantor pengacara tersebut bukanlah akibat dari kesalahan ataupun

kelalaian Terdakwa. Security Deposit yang digunakan untuk hal lain adalah itikad

tidak baik dari TALG yang menyebabkan wanprestasi perjanjian antara PT. MNA

dan TALG.

Peneliti berpendapat pembayaran Security Deposit yang dibayarkan secara

cash dan tidak melalui mekanisme Letter of Credit atau Escrow Account adalah

bukan perbuatan melawan hukum. Secara formil, tidak ada pasal atau aturan yang

menyatakan bahwa pembayaran Security Deposit haruslah melalui mekanisme

Letter of Credit atau Escrow Account. Maka perbuatan yang dilakukan Terdakwa

tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan apapun. Selain itu,

Terdakwa dalam keadaan mendesak untuk menghentikan kerugian yang sedang

dialami PT. MNA. Sehingga ketika ada lessor yang menawarkan penyewaan

pesawat dengan syarat-syarat tertentu, Terdakwa mewakili PT. MNA harus

menerima syarat yang diajukan selama syarat tersebut tidak bertentangan dengan

perundang-undangan. Apabila keadaan keuangan PT. MNA sedang stabil, maka

Terdakwa dapat bernegosiasi atau mencari penyewa lainnya dengan mudah.

Selain itu, Terdakwa juga sudah mengupayakan untuk pembayaran Security

Deposit melalui Letter of Credit atau Escrow Account, dibuktikan dengan

pernyataan saksi Laurence Siburian yang menjelaskan pada saat teleconference

Terdakwa sudah berusaha untuk bernegosiasi dengan TALG agar pembayaran

Security Deposit tidak melalui cash karena khawatir uang akan disalahgunakan,

namun TALG menolak usulan tersebut.

Pada salah satu pertimbangan Hakim, Terdakwa melanggar Pasal 22 ayat 1

dan 2 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN jo Pasal 35 ayat 1, 2, dan 3

Peraturan Pemerintah No. 45 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan

Pembubaran BUMN yang mewajibkan menyampaikan Rencana Kerja dan

Anggaran kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan. Dalam pasal tersebut

dijelaskan bahwa Direksi wajib menyiapkan dan menyampaikan rencana jangka

Page 72: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

62

panjang dan rencana kerja anggaran perusahaan. dijelaskan dalam Pasal 102 UU

Perseroan Terbatas Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:

a. mengalihkan kekayaan Perseroan; atau

b. menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan;

yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih

Perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain

maupun tidak. Transaksi yang dilakukan oleh Terdakwa bukanlah salah satu dari

transaksi yang wajib dilaporkan kepada RUPS dan Transaksi yang dilakukan

Terdakwa sudah tercantum di dalam RKAP meskipun adanya perubahan

mengenai jenis pesawat yang akan disewa, namun Terdakwa selalu melaporkan

hal tersebut, mendapatkan persetujuan dan sesuai dengan ketentuan yang ada di

RKAP pada tahun 2006. Sehingga, perbuatan yang dilakukan Terdakwa tidak

melanggar pasal-pasal tersebut.

Selanjutnya dalam pertimbangan hakim Terdakwa dianggap memenuhi

unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Menurut

peneliti tindakan atau keputusan yang diambil oleh Terdakwa tidak memenuhi

unsur ini. Di dalam LASOT dijelaskan bahwa Security Deposit bersifat

refundable atau dapat dikembalikan apabila TALG tidak dapat memenuhi

kewajibannya dalam jangka waktu 7 hari. Dilihat dari klausa dapat

dikembalikannya uang Security Deposit dalam perjanjian antara PT. MNA dan

TALG tersebut peneliti berpendapat bahwa tidak adanya niat untuk memperkaya

suatu korporasi. Prof. Dr. Sofyan Djalil, SH., LL.M, menjelaskan bukti yang

nyata tidak adanya konflik kepentingan antara Terdakwa dengan TALG yaitu

Terdakwa tidak ragu menggugat para pihak yang dinilai merugikan perusahaan.

Tujuan awal pembayaran uang adalah untuk Security Deposit, sehingga PT. MNA

yang diwakili Terdakwa tidak memiliki niatan untuk memperkaya korporasi lain.

PT. MNA telah menggugat TALG baik pada gugatan perdata yang dimenangkan

oleh PT.MNA ataupun pada gugatan pidana yang amar putusannya kedua

petinggi TALG terbukti telah melakukan penipuan pada PT. MNA. Peneliti

Page 73: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

63

sependapat dengan keterangan ahli Prof. Dr. Erman Rajagukguk, SH., LL.M yang

memberikan penjelasan bahwa Security Deposit yang belum dikembalikan TALG

bukan merupakan kerugian negara karena TALG dihukum membayar ganti rugi

karena wanprestasi. PT. MNA masih terus memperjuangkan dikembalikannya

uang tersebut dengan menuntut TALG, maka seharusnya belum dikategorikan

merugikan keuangan negara.

Pada putusan Peninjauan Kembali, Majelis Hakim menjelaskan bahwa

kedua novum tidak dapat diterima karena antara kedua novum dengan kasus

Terdakwa merupakan kasus yang berdiri sendiri dan tidak memiliki hubungan

diantara keduanya. Awal dari adanya putusan yang dijadikan novum oleh

Terdakwa adalah karena adanya perjanjian antara PT. MNA dan TALG.

Sehingga, menurut peneliti putusan yang berkaitan dengan pihak yang melakukan

perjanjian pengadaan sewa menyewa merupakan dua putusan yang berhubungan.

Putusan pidana yang dikenakan pada pihak TALG merupakan suatu pembuktinn

bahwa apa yang dilakukan oleh Terdakwa bukanlah tindak pidana korupsi,

melainkan perbuatan penipuan yang dilakukan TALG sehingga menyebabkan

tidak dikembalikannya Security Deposit.

Di dalam Pasal 97 UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

sudah dijelaskan secara rinci mengenai pembebasan tanggung jawab terhadap

direksi. Menurut peneliti, tindakan atau keputusan yang Terdakwa lakukan sudah

memenuhi syarat yang terdapat di dalam pasal tersebut, sehingga seharusnya

Terdakwa dapat terbebas dari tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dan

dapat terbebas dari dakwaan perbuatan tindak pidana korupsi. Pada pasal tersebut

dijelaskan syarat terbebasnya tanggung jawab yang pertama yaitu kerugian bukan

karena kesalahan atau kelalaiannya. Dalam hal ini, Terdakwa sudah memenuhi

unsur tersebut karena kerugian yang dialami PT.MNA murni karena adanya itikad

tidak baik dari TALG. Sebelum melakukan perjanjian pengadaan sewa menyewa

pesawat, Terdakwa sudah memastikan bahwa perusahaannya terdaftar dibuktikan

dengan Terdakwa meminta tolong kepada pengacara Indonesia yang berada di

Page 74: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

64

Amerika Serikat untuk memastikan kebaradaan perusahaan dan izin perusahaan

tersebut. Selain itu, Terdakwa juga sudah memastikan bahwa pesawat yang akan

disewakan juga ada dibuktikan dengan ditugaskan Tony Sudjiarto selaku General

Manager untuk memastikan keberadaan pesawat dan memeriksa keadaan pesawat

yang akan disewakan.

Syarat kedua yang dijelaskan dalam pasal tersebut adalah telah melakukan

pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai

dengan maksud dan tujuan Perseroan. Menurut peneliti Terdakwa telah

memenuhi syarat ini karena keputusan dibuat demi menghentikan kerugian yang

sedang dialami PT.MNA. Berdasarkan fakta hukum selama persidangan pada saat

itu, PT.MNA sedang dalam kerugian operasional yang mencapai Rp.

283.431.880.000,00 (dua ratus delapan puluh tiga milyar empat ratus tiga puluh

satu juta delapan ratus delapan puluh ribu rupiah). Buruknya keuangan PT. MNA

disebabkan dengan tingginya biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan.

Dengan sumber daya manusia yang ada pada PT. MNA, seharusnya dapat

mengoperasikan 68 pesawat namun nyatatanya pesawat yang beroperasi pada saat

itu hanya 25 pesawat. Maka menurut pandangan Terdakwa kebutuhan pesawat

merupakan hal yang mendesak. Terlebih lagi tingkat kepercayaan penyewa

terhadap PT. MNA rendah karena sebelumnya pernah bermasalah dalam

pembayaran. Sehingga ketika ada yang mau menyewakan pesawat kepada

PT.MNA maka Terdakwa tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Meskipun

dalam keadaan mendesak, Terdakwa tetap mengambil keputusan tersebut dengan

hati-hati dan itikad baik. Maka menurut peneliti keputusan yang diambil sudah

sesuai dengan kebutuhan perusahaan pada saat itu.

Syarat ketiga agar direksi terbebas dari tanggung jawab pribadi adalah tidak

mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas

tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian. Peneliti melihat bahwa

Terdakwa sudah memenuhi syarat ini karena seperti sudah diuraikan sebelumnya

Terdakwa mewakili perusahaan tidak ragu untuk menggugat TALG ketika TALG

Page 75: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

65

tidak mengembalikan Security Deposit baik secara perdata maupun pidana. Amar

putusan dari gugatan pidana maupun perdata keduanya dimenangkan oleh

Terdakwa. Sebagai korban dari ingkar janji dan penipuan pihak TALG, Terdakwa

tidak mungkin memiliki kepentingan lain di dalamnya. Gugatan tersebut juga

membuktikan bahwa direksi tidak memiliki kepentingan lain dengan TALG,

murni hanya transaksi bisnis pengadawaan sewa menyewa pesawat dengan

PT.MNA.

Syarat terakhir yaitu telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul

atau berlanjutnya kerugian tersebut. Saat TALG tidak mengembalikan Security

Deposit, Terdakwa langsung mengupayakan pengembalian uang tersebut

secepatnya dibuktikan dengan diajukannya somasi dan gugatan perdata terhadap

TALG. Putusan pada gugatan perdata yaitu TALG diwajibkan mengembalikan

uang Security Deposit tersebut termasuk bunganya. Ketika eksekusi putusan

dilakukan TALG mengajukan kepailitan dan tindakan yang diambil PT.MNA

yaitu melakukan intervensi atas permohonan tersebut sehingga permohonan

tersebut ditolak. Tindakan lain untuk upaya pengembalian Security Deposit yaitu

PT. MNA meminta tolong dan melibatkan Kejaksaan Agung RI, Jaksa Agung

Perdata dan Tata Usaha Negara selaku Pengacara Negara, yang diwakili oleh

Bapak Yoseph Suardi Sabda, SH., LL.M. Tindakan-tindakan yang dilakukan

PT.MNA merupakan tindakan untuk mencegah berlanjutnya kerugian tersebut

dan juga mengupayakan agar uang yang seharusnya milik PT. MNA dapat

kembali.

Page 76: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

66

Terdakwa

Hotasi D.P. Nababan

(Direktur PT. Merpati Nusantara Airlines 2002-2008)

Putusan Pengadilan Negeri

No. 36/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST

Pertimbangan Hakim :

-Unsur perbuatan melawan hukum tidak terpenuhi

-Majelis Hakim berpendapat bahwa kerugian yang dialami

hanya karna adanya risiko bisnis

Putusan :

- Menyatakan bahwa Terdakwa tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana Korupsi secara bersama-sama sebagaimana

Dakwaan Primair dan Subisidair

Putusan Kasasi

No. 417/K/Pid.Sus/2014

Pertimbangan Hakim :

- Terdakwa telah melanggar Pasal 22 ayat 1 dan 2 UU No. 19 Tahun 2003 jo Pasal 35 ayat 1, 2,

dan 3 Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2005 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN

- Terdakwa melanggar Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep.116/kmk.01/1991 yaitu Security Deposit harus dalam keadaan

diam dan tidak dapat dialihkan

-Telah merugikan keuangan Negara sebesar US$ 1,000,000.00

Putusan :

-Membatalkan Putusan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan

Negeri Jakarta No. 36/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST

-Mahkamah Agung mengadili sendiri yang memutuskan bahwa

Terdakwa dinyatakan tebukti secara sah dan menyakinkan

melakukan Tindak Pidana Korupsi secara bersama-sama

-Menghukum Terdakwa dengan pidana penjaraa selama 4 tahun

dan denda sebesar Rp. 200.000.000

Putusan Peninjauan Kembali No. 41/PK/Pid.Sus/2015

Pertimbangan Hakim :

-Mahkamah Agung berpendapat bahwa kedua novum yang diajukan tidak dapat

dikualifikasi sebagai bukti baru yang bersifat menentukan dan novum yang

diajukan dengan perkara tipikor merupakan perkara yang masing-masing

berdiri sendiri

Putusan :

- Menolak permohonan peninjauan kembali

- Menetapkan putusan yang diajukan peninjauan kembali

tetap berlaku

Duduk Perkara

Terdakwa melakukan pengadaan sewa menyewa pesawat yang jenisnya tidak

diatur dalam RKAP tahun 2006

Pesawat gagal dikirimkan dan Merpati meminta

pengembalian Security Deposit

Security Deposit tidak juga dikembalikan dan

menyebabkan kerugian Negara sebesar US$

1,000,000

Page 77: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Business Judgement Rule masih sulit diterapkan karena adanya

ketentuan UU No. 17 Tahun 2003 yang menjelaskan bahwa kekayaan

negara termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara atau

perusahaan daerah. Business Judgement Rule di BUMN belum memiliki

tempat yang pasti karena masih adanya berbenturan antara undang-undang

perseroan terbatas, keuangan Negara, dan tindak pidana korupsi.

2. Majelis Hakim tidak mempertimbangkan asas-asas Business

Judgement Rule dan ketentuan dalam UU No. 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas. Pada Putusan No. 41 PK/Pid.Sus/2015 Majelis Hakim

menguatkan putusan pada tingkat kasasi dan menyatakan bahwa novum

yang diajukan tidak berhubungan dengan kasus tindak pidana korupsi yang

menimpa Terdakwa. Dalam hal ini peneliti berpendapat bahwa novum yang

diajukan oleh Terdakwa memiliki keterkaitan dengan kasus Terdakwa dan

dapat membebaskan Terdakwa.

B. Rekomendasi

1. Perlu adanya ketentuan dan pemisahan yang jelas mengenai kekayaan

BUMN sebagai kekayaan perusahaan dan kekayaan BUMN sebagai

kekayaan Negara. Karena tidak adanya pemisahan yang jelas diantara

keduanya setiap kerugian negara yang disebabkan keputusan Direksi dapat

dikategorikan tindak pidana korupsi yang menyebabkan sulit

berkembangnya bisnis pada BUMN. Selain itu, perlu adanya kriteria yang

Page 78: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

68

jelas pejabat atau Direksi yang melakukan tindakan kerugian Negara

dalam bentuk apa yang dapat dikenakan pasal tindak pidana korupsi.

2. Direksi BUMN harus lebih teliti dan lebih berhati-hati dalam

mengambil keputusan. Selama belum adanya ketentuan yang jelas antara

kekayaan BUMN dan kekayaan Negara maka setiap Direksi memiliki

kemungkinan besar terkena kasus tindak pidana korupsi. Untuk

menghindari risiko tersebut maka setiap pengambilan keputusan yang

diambil oleh Direksi BUMN harus jauh lebih teliti dibandingkan dengan

perseroan swasta.

Page 79: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

69

DAFTAR PUSTAKA

Abeng, Tanri. No Regrets - Rekam Jejak Sang Profesional, Teknokrat, dan Guru

Manajemen. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2012.

Boen, Hendra Setiawan. Bianglala Business Judgement Rule. Jakarta: Tatanusa,

2008.

Fuady, Munir. Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya

dalam Hukum Indonesia. Cet. Ketiga, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2014.

Fuady, Munir. Perseroan Terbatas : Paradigma Baru. Bandung : PT Citra Aditya

Bakti, 2003.

Munir Fuady, Teori-teori Besar (Grand Theory) dalam Hukum. Cet. Ketiga, Jakarta:

Kencana, 2014

Harahap, Yahya. Hukum Perseroan Terbatas. Cet. Keenam, Jakarta: Sinar Grafika,

2016.

Haris, Freddy dan Teddy Anggoro. Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban

Pemberitahuan Oleh Direksi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010.

Hartanti, Evi. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta : Sinar Grafika, 2005.

Kansil, CST. Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Balai Pustaka, 2002.

Khairandy, Ridwan. Hukum Perseroan Terbatas, Cet. Pertama, Yogyakarta : FH UII

Press, 2014.

Khairandy, Ridwan “Karakter Hukum Perusahaan Perseroaan dan Status Kekayaan

yang Dimilikinya”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, No. 1, Vol. 20

(2013): h. 81-97.

Khairandy, Ridwan. “Korupsi di Badan Usaha Milik Negara Khususnya Perusahaan

Perseroan: Suatu Kajian atas Makna Kekayaan Negara yang Dipisahkan dan

Keuangan Negara”, Jurnal Hukum, No. 1, Vol. 16 (2009): h. 73-87.

Page 80: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

70

Lubis, Andi Fahmi, dkk. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Konteks. Jakarta:

ROV Creative Media, 2009.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Prenada Media, 2008.

Marzuki, Peter Mahmud. Pengantar Ilmu Hukum Edisi Revisi. Jakarta : Kencana

Prenada Media, 2014

Mulhadi. Hukum Perusahaan. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010.

Nasution, Bismar, dkk. “Business Judgement Rule Dikaitkan Dengan Tindak Pidana

Korupsi yang Dilakukan Oleh Direksi Badan Usaha Milik Negara Terhadap

Keputusan Bisnis yang Diambil”, USU Law Journal, Vol. 4, No. 1, (Januari :

2016). h. 33-44.

Prasetio, Dilema BUMN Benturan Penerapan Business Judgement Rule dalam

Keputusan Bisnis Direksi BUMN. Jakarta: Rayyana Komunikasindo, 2014.

Prinst, Darwan. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Bandung : PT. Citra Aditya

Bakti, 2002.

Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi

& Makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, 2008.

Rajagukguk, Erman. “Perlindungan Hukum Terhadap Risiko Pengambilan Keputusan

yang Diambil Oleh Direktur dan Komisaris,” dalam Governance dan Risiko

Kriminalisasi : Kasus di Industri Telekomunikasi. 30 April 2014. Jakarta:

Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia (LKDI). 2014. h.1-29

Sinamo, Nomensen. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Bumi Intitama Sejahtera,

2009.

Sjawie, Hasbullah F.Direksi Perseroan Terbatas Serta Pertanggungjawaban Pidana

Korporasi. Jakarta: Kencana, 2017.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press. 2015

Page 81: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

71

Soekanto, Soerjono dan Sri. Penelitian Hukum Normatif, Cet. XIII, Edisi I, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2011.

Dokumen Elektronik dan Internet

Admin. Kekayaan BUMN Bukan Bagian Keuangan Negara.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50913e5b4d3a1/kekayaan-bumn-

bukanbagian-keuangan-negara Diakses pada 2 April 2018.

Admin. Gugatan Forum Hukum BUMN Kandas di MK.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt541afd370785e/gugatan-forum-

hukum-bumn-kandas-di-mk Diaksess pada 17 Maret 2018.

Admin. Direksi. https://www.legalakses.com/direksi/ Diakses pada 8 Mei 2018.

Admin. Merpati Nusantara Airlines.

https://id.wikipedia.org/wiki/Merpati_Nusantara_Airlines

Admin. Merpati Nusantara Airlines.

https://en.wikipedia.org/wiki/Merpati_Nusantara_Airlines

Admin. Sejarah Singkat PT. Merpati Nusantara Airlines.

http://nusantaraaviationtraining.blogspot.com/2013/01/sejarah-singkat-

ptmerpati-nusantara.html

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara

Page 82: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

72

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Menteri BUMN Kep-117/M.BU/2002 jo PER-01 /MBU/2011 Tentang

Penerapan Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara

Page 83: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S AN

No.41 PK/Pid.Sus/2015

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara pidana pada pemeriksaan peninjauan kembali telah memutuskan

sebagai berikut dalam perkara Terpidana :

N a m a : HOTASI D.P. NABABAN;

Tempat Lahir : Manila;

Umur/Tanggal Lahir : 47 tahun / 07 Mei 1965;

Jenis Kelamin : Laki-laki;

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat Tinggal : Jalan E.E.Nomor 45 RT/RW.008/001,

Kelurahan Menteng Dalam, Kecama-

tan Tebet, Jakarta Selatan;

Agama : Kristen Protestan;

Pekerjaan : Mantan Direktur Utama PT. Merpati

Nusantara Airline;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat dakwaan Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta

Pusat sebagai berikut :

PRIMAIR :

Bahwa ia Terdakwa HOTASI D.P NABABAN, selaku Direktur Utama PT.

Merpati Nusantara (Persero) diangkat berdasarkan Risalah Rapat Umum Pemegang

Saham Luar Biasa (RUPSLB) tanggal 29 April 2002 dan Keputusan Rapat PT Merpati

Nusantara Airlines tanggal 14 November 2002 Akta Notaris Nomor : 19 di hadapan Ny

Erly Soehanjojo, bersama-sama dengan TONY SUDJIARTO selaku General Manager

Procurement of Aircraft (GM Pengadaan Pesawat) sekira tanggal 21 Desember 2006

atau setidaknya pada suatu waktu pada tahun 2006 bertempat di Kantor Utama PT.

Merpati Nusantara (Persero) Jalan Angkasa Blok B.15 kav 2-3, Jakarta Indonesia atau

tempat lain yang mana menjadi kewenangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang untuk memeriksa dan mengadilinya,

sebagai orang yang melakukan atau turut melakukan yang secara melawan hukum

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan

Hal. 1 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 84: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

keuangan atau perekonomian Negara, perbuatan Terdakwa lakukan dengan cara-cara

sebagai berikut :

- Bahwa sesuai Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor : 19 Tahun 2003 tentang

BUMN disebutkan “dalam melaksanakan tugasnya Anggota Direksi harus

memenuhi Anggaran Dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib

melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian,

akuntabilitas, pertanggungjawaban serta kewajaran;

- Bahwa berdasarkan Pasal 22 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No.19 Tahun 2003

tentang BUMN disebutkan :

(1) Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan

yang merupakan penjabaran tahunan dari Rencana Jangka Panjang;

(2) Direksi wajib menyampaikan rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan

kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan;

- Bahwa Terdakwa HOTASI D.P NABABAN selaku Direktur Utama PT.MNA

berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.KEP/07/VI/2004 tentang Organisasi

Perusahaan Lampiran B, selaku Presiden Direktur :

a. Bertindak sebagai Pimpinan Perusahaan serta mengkoordinasikan dan membina

pelaksanaan tugas-tugas di Direktorat Niaga, Direktorat Operasi, Direktorat

Teknik, Direktorat Keuangan dan Umum serta seluruh kegiatan perusahaan agar

mencapai visi dan misi perusahaan secara efektif dan efisien;

b. Menjalin hubungan tingkat tinggi dengan lembaga pemerintahan dan dunia usaha

lainnya dalam rangka mempererat kerjasama dan pengembangan usaha serta guna

meningkatkan citra perusahaan;

- Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : Kep.116/

kmk.01/1991, Security Deposit adalah jumlah uang yang diterima Lessor dari Lesse

pada permulaan masa lease sebagai jaminan untuk kelancaran pembayaran Lesse;

- Bahwa berdasarkan Pasal 3 huruf e Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

Nomor : Kep-101/MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan Badan Usaha Milik Negara berbunyi :

RKAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, sekurang-kurangnya memuat:

a. Rencana Kerja Perusahaan;

b. Anggaran Perusahaan;

c. Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan;

d. Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan ;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 85: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

e. Hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS);

- Pasal 8 Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-101/

MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan

Usaha Milik Negara berbunyi : Hal-hal lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

huruf e antara lain mengenai :

a. Penghapusan Piutang;

b. Penghapusan Persediaan;

c. Penghapusan Aktiva Tetap;

d. Penghapusan Aktiva tetap Lainnya;

e. Penarikan Kredit;

f. Penggunaan Asset;

g. Pemberian Pinjaman;

h. Kerjasama Jangka Menengah/ Panjang dengan Pihak Ketiga;

i. Perubahan Modal;

j. Penunjukan Direksi dan Komisaris Anak Perusahaan;

k. Penghasilan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas;

l. Pembagian tugas Direksi;

- Bahwa berdasarkan Lampiran Bagian Lain-Lain Angka 8 Keputusan Menteri Badan

Usaha Milik Negara Nomor : Kep-101/MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana

Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha Milik Negara berbunyi :

Kerjasama jangka menengah/panjang dengan pihak ketiga :

a. Kerjasama jangka menengah/panjang dengan pihak ketiga meliputi KSO,KSM,

BOT, BOO, Sewa dan lain-lain;

b. Persyaratan dan tata cara kerjasama ditetapkan Menteri BUMN;

- Bahwa untuk mengatasi krisis yang terjadi di PT. Merpati Nusantara Airlines

selanjutnya disebut PT. MNA, Terdakwa HOTASI D.P NABABAN selaku Direktur

Utama bersama dengan para Direksi lainnya pada bulan Mei tahun 2006 telah

berencana untuk melakukan penambahan 2 (dua) unit Pesawat Boeing 737 Family.

Kemudian rencana tersebut ditindaklanjuti oleh TONY SUDJIARTO, yang pada saat

itu masih menjabat sebagai General Manager Perencanaan dengan melakukan

pemasangan iklan di internet (Speednews) dengan peryaratan sebagai berikut :

Pesawat diproduksi tahun 1990 sampai 1995 dilengkapi dengan :

a) HT, TCAS II Version 7 Equipped;

b) RVSM Certified Mode “S” Transponder System ;

Hal. 3 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 86: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

c) EGPWS;

d) Cocpit Door Bullet Proff and Galley “Atlas”;

e) FDR 22 Parameter;

f) ELT;

g) AD/SB Must Be Comply;

h) Engine : CFM56-3B2 atau C1 ;

i) Konfigurasi tempat duduk : 8 klas bisnes dan 132 kelas ekonomi;

- Bahwa pada 11 Oktober 2006, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. Merpati

Nusantara Airlines menetapkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun

2006,dalam RKAP tersebut memuat hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan

pengadaan pesawat dan menjabarkan armada yang sedang dioperasikan, maupun

rencana pengadaan pesawat sebagai berikut :

Armada yang sedang dioperasikan :

1. Armada Existing (sisa armada tahun 2005);

2. Armada KSO :

- Kerjasama Operasi 1 Pesawat F100 dengan PT. Bikasoga;

- Kerjasama Operasi 1 Pesawat F28 dengan Pemda Bima;

- Kerjasama Operasi 1 B 737-200 dengan Eterna;

- Kerjasama Operasi 1 B 737-300 dengan Pemda Merauke;

Rencana Pengadaan armada :

1. Armada hasil Kredit Avtur : Merevitalisasi armada dua Pesawat B 737-200

dengan cara sewa (rencana sewa dari Aergo);

2. Armada hasil Revitalisasi dana PMN 75 milyar : untuk menggantikan armada

pesawat Propeller berkapasitas 50-70 kursi dengan Pesawat MA 60, kerjasama

dengan Pemerintah RRC ;

- Bahwa walaupun RKAP PT. MNA disahkan pada Oktober 2006, sedangkan proses

penyewaan 2 (dua) unit pesawat jenis Boeing 737-400 dan Boeing 737-500 telah

dimulai pada bulan Mei 2006, Terdakwa HOTASI DP NABABAN selaku Direktur

Utama PT. MNA tidak melaporkan atau mengajukan perubahan atau persetujuan

kembali kepada RUPS atas RKAP yang telah disetujui sebelumnya agar rencana

penyewaan 2 (dua) unit Pesawat Boeing 737-400 dan Boeing 737-500 yang telah

dimulai sejak bulan Mei 2006 tersebut masuk ke dalam RKAP’ padahal sesuai Pasal

22 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

Milik Negara jo Pasal 35 ayat (1), (2), dan (3) PP Nomor : 45 Tahun 2005 tentang

Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara,

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 87: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Terdakwa HOTASI D.P NABABAN selaku Direktur Utama wajib menyampaikan

Rancangan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan kepada RUPS untuk

memperoleh pengesahan;

- Bahwa walaupun Terdakwa HOTASI D.P NABABAN selaku Direktur Utama

PT.MNA tidak memasukkan rencana penyewaan Pesawat Boeing 737-400 dan

Boeing 737-500 tersebut ke RKAP untuk mendapatkan persetujuan dalam Rapat

Umum Pemegang Saham dan Terdakwa HOTASI D.P NABABAN mengetahui

tindakannya bertentangan dengan Pasal 3 jo Pasal 8 jo Lampiran bagian Lain-Lain

Angka 8 Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.Kep-101/MBU/2002

tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan BUMN jo Pasal 15

ayat (1), (2), (3) dan (4) Pasal 18 (1) dan (2) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik

Negara Nomor : Kep-117/ M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Praktek Good

Corporate

Governance pada Badan Usaha Milik Negara, Terdakwa HOTASI DP NABABAN

bersama dengan TONI SUDJIARTO tetap melanjutkan kerjasama dengan pihak

ketiga yaitu melakukan penyewaan 2 ( dua ) unit Pesawat Jenis Boeing 737-400 dan

Boeing 737-500 tersebut ;

- Bahwa selanjutnya atas penawaran leasing yang disampaikan oleh PT.MNA, pada

tanggal 6 Desember 2006, Thirdstne Aircraft Leasing Group (TALG) Washington

DC mengajukan proposal atas 2 (unit) Pesawat Boeing 737-400 dan Boeing 737-500

dan hasilnya ditemukanlah 2 (dua) kandidat pesawat yang diinginkan yaitu Boeing

737-500 yang berada di Guang Zhou China dan Boing 737-400 berada di Jakarta

yang masih terikat sewa dengan Batavia Airlines sampai dengan Maret 2007.

Kemudian pada bulan Mei 2006 TONY SUDJIARTO telah melakukan pengecekan

fisik dan harganya berdasarkan informasi dari Naveed Sheed, Agen PT. MNA di

Amerika, Pesawat Boeing 737-500 MSN 24898 tahun pembuatan 1991 adalah

sebesar US$ 10.750.000 sedangkan 737-400 MSN 23869 tahun pembuatan 1991

adalah sebesar US$ 11.500.000, sedangkan harga sewanya US$ 150.000 per

pesawat;

- Bahwa walaupun tidak tercantum dalam RKAP PT. MNA Tahun 2006, namun

TONY SUDJIARTO tetap membuat kesepakatan dengan TALG melalui

kesepakatan back to back yang maksudnya adalah TALG bersedia membeli kedua

pesawat tersebut dari Lehman Brothers dengan syarat PT MNA berjanji akan

menyewa pesawat dari TALG, dan sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tersebut,

Hal. 5 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 88: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

maka pada tanggal 17 Desember 2006, TONY SUDJIARTO menerima tembusan

surat melalui faks yang dikirim oleh ALAN MESNER (TALG) kepada Hume &

Associates tertanggal 15 Desember 2006, yang isinya pada pokoknya adalah

menunjuk Hume & AssociatesPC untuk menerima Security Deposite dari Merpati

sekitar tanggal 17, 18 Desember 2006 dan selanjutnya diberikan kuasa untuk

mendistribusikan dana tersebut secara langsung kepada Bristol sebagai uang jaminan

pembelian pesawat;

- Bahwa pada tanggal 18 Desember 2006 TONY SUDJIARTO, selaku General

Manager Procurement of Aircraft berdasarkan Surat Kuasa dari Terdakwa HOTASI

D.P NABABAN Nomor : MNA/001/3/5/ADM-460/DZ menanda-tangani Lease

Agreement Summary of Term (LASOT) di Jakarta dengan JON COOPER selaku CO

dari TALG di Amerika. LASOT yang ditandatangani sebanyak 2 (dua) buah LASOT

yang dibuat secara tersendiri untuk masing-masing pesawat yaitu Boeing 737-500

dan Boeing 737-400 dan ditandatangani melalui proses scanner dan email (tidak

bertatap muka). Dalam LASOT tersebut terdapat beberapa kesepakatan antara lain

sebagai berikut :

- Kesepakatan untuk menempatkan Security Deposite sebesar US$ 500.000 untuk

masing-masing pesawat yaitu Boing 737-500 dan 737-400;

- Kesepakatan untuk menempatkan dana Security Deposite sebesar US$ 1000.000

secara langsung (tidak melalui LC an Escrow Account) ke Rekening Pengacara

yaitu Hume Associates;

- Penempatan Security Deposite harus dilakukan 1 (satu) hari setelah Purchasing

Agreement antara East Dover dengan TALG ditandatangani;

- Setelah menandatangani LASOT, TONY SUDJIARTO selaku General Manager

Procurement of Aircraft, membuat Nota Dinas Nomor : OV/ND/ 148/XII/2006

kepada Terdakwa HOTASI D.P NABABAN selaku Direktur Utama, yang

ditembuskan kepada seluruh Direksi untuk mempersiapkan penempatan Security

Deposite dan Terdakwa HOTASI DP NABABAN selaku Direktur Utama kemudian

meneruskan surat tersebut kepada Direktur Keuangan dengan memberikan catatan

disposisi “saya setujui, agar dilaksanakan segera!“, atas disposisi Terdakwa HOTASI

DP NABABAN tersebut kemudian Corporate Finance Division menyiapkan form

Instruksi DireksI (Circular Board) untuk melakukan transfer sebesar US$ 1.000.000

(satu juta dollar Amerika Serikat) yang ditandatangani oleh masing-masing Direksi

dan HOTASI DP NABABAN yang telah mengetahui bahwa uang security deposit

tersebut akan digunakan untuk jaminan pembelian pesawat oleh TALG tidak

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 89: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

memberitahukan kepada Anggota Direksi lainnya, akan tetapi Terdakwa HOTASI

DP NABABAN justru memberikan persetujuan pembayaran Security Deposit

tersebut ke Kantor Pengacara Hume & Associates PC;

- Bahwa setelah penandatanganan LASOT pada tanggal 18 Desember 2006 tersebut,

TONI SUDJIARTO, menyerahkan Draft Lease Agreement kepada FARDINAN

KENEDY,SH yang menjabat sebagai Vice President Legal PT. MNA untuk

dilakukan pendapat hukum atas sewa pesawat Boeing 737-500 yang akan dilakukan

oleh PT. Merpati Nusantara Airlines dengan TALG. Kemudian berdasarkan hasil

pemeriksaan legal, Divisi Legal pada tanggal 22 Desember 2006 menyatakan :

a. Pembayaran deposit kepada TALG mengandung resiko sehingga perlu

pengaman dengan alternatif :

- Adanya Counter Garantie atau;

- Pembayaran dilakukan dengan cara LC atau;

- Menempatkan dana di Bank International (Escrow Account);

b. Bila hal tersebut tidak dilakukan, maka satu-satunya jalan adalah melakukan

Due Delligence atas Lessor dan meminta pertimbangan KBRI di Amerika

Serikat;

- Bahwa pada tanggal 19 Desember 2006, pihak TALG yang diwakili oleh

ALAN MESNER menandatangani Summary of Term For The Sale of one (1)

Boeing 737-400 Aircraft dan Summary of Term for Sale of one (1) 737-5Y0 Aircraft

dengan pihak EAST DOVER Limited dan sesuai dengan Summary of Term tersebut

pihak TALG harus membayar deposit sebesar US $.500.000 (lima ratus ribu dollar

Amerika Serikat) untuk masing-masing pesawat dan batas pembayarannya sesuai

dengan Term of Offer adalah tanggal 18 Desember 2006 pukul 23.00 GMT untuk

pesawat Boeing 737-400 dan tanggal 20 Desember 2006 pukul 23.00 GMT untuk

pesawat Boeing 737-500, apabila tidak dipenuhi maka kesepakatan dibatalkan;

- Bahwa pada tanggal 20 Desember 2006, sebagai tindak lanjut dari LASOT

Terdakwa HOTASI D.P NABABAN dan Captain HARRY PARDJAMAN, Direktur

Operasi dari pihak PT MNA menandatangani Lease Agreement untuk pesawat

Boeing 737-500, sedangkan dari pihak TALG dilakukan oleh ALAN MESNER

selaku CCO dari TALG, dalam penandatanganan Lease Agreement dilakukan

melalui proses scanner dan email (tidak bertatap muka), sedangkan pesawat Boing

737-400 belum dibuatkan Lease Agreement;

- Bahwa, walaupun Terdakwa HOTASI DP NABABAN mengetahui bahwa pesawat

Boeing 737-500 Aircraft Manufacturer’s Serial Number 24898 FAA Registration

Hal. 7 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 90: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Number N898ED yang akan disewa oleh PT.MNA masih dimiliki oleh East Dover

Ltd karena belum ada Purchase Agreement antara TALG dengan East Dover dan

mengetahui adanya manipulasi terkait kepemilikan pesawat Boeing 737-500 yang

dilakukan oleh TALG sebagaimana mana tercantum dalam angka 2.1 Lease

Agreement yang menyatakan bahwa Lessor is the Owner of the Aircraft (Lessor

(dhi.TALG) adalah pemilik pesawat Boeing 737-500 tersebut, akan tetapi pada

tanggal 20 Desember 2006 Terdakwa HOTASI D.P NABABAN selaku President

Director PT. Merpati Nusantara Airlines tetap menandatangani Lease Agreement

Dated as of December 20, 2006 Between Thirdstone Aircraft Leasing Group Inc

(Lessor) and PT. Merpati Nusantara Airlines, one Used B.737-500 Aircraft

Manufacturer’s Serial Number 24898 FAA Registration Number N898ED dengan

ALAN MESNER dari pihak TALG;

- Bahwa walaupun belum ada penandatanganan Purchase Agreement antara TALG

dengan East Dover Ltd selaku Pemilik Pesawat Boeing 737-500 dan Lease

Agreement dengan pihak TALG hanya atas 1 (satu) unit Pesawat Boeing 737-500

serta adanya Legal Opinion dari Divisi Legal mengenai resiko kerjasama dengan

pihak TALG, di samping itu juga mengetahui bahwa Security Deposit yang

dibayarkan tersebut akan digunakan sebagai pembayaran uang muka pembelian

pesawat Boeing 737 500 oleh TALG kepada East Dover Ltd, sebagaimana surat

ALAN MESNER tanggal 15 Desember 2006, namun Terdakwa HOTASI D.P

NABABAN pada tanggal 21 Desember 2006 justru menandatangani Surat Nomor :

MNA/DZ/2006/I/3/KU-531 yang ditujukan kepada Bank Mandiri perihal Transfer ke

Rekening Hume & Associaties PC senilai US$.1.000.000 (satu juta dollar Amerika

Serikat), padahal seharusnya sesuai dengan Lease Agreement pada point Security

Deposit disebutkan : lessee shall pay to lessor a Security Deposit in cash in amount

of US $.500.000 will be paid within one day after lessor signing the Aircraft

Purchase Agreement of the Aircraft With East Dover Limited of Current Owner,

pembayaran Security Deposit tersebut dilakukan satu hari setelah penandatanganan

Purchase Agreement antara TALG dengan East Dover dan seharusnya jumlah

Security Deposit yang dibayarkan hanya sebesar US$.500.000 (lima ratus ribu dollar

Amerika Serikat) bukan US $.1.000.000 ( satu juta dollar Amerika Serikat);

- Bahwa pembayaran Security Deposit sebesar US$ 1.000.000 sebenarnya merupakan

jumlah dana yang dibutuhkan TALG untuk melakukan pembayaran kepada East

Dover sebagaimana tercantum dalam Summary of Term For The Sale of one (1)

Boeing 737-400 Aircraft dan Summary of Term for Sale of one (1) 737-5Y0 Aircraft

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 91: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kesemuanya tanggal 19 Desember 2006 dimana masing-masing pesawat sesuai

Diktum Deposit pada Summary of Term adalah sebesar US $ 500.000 (lima ratus

ribu dollar Amerika Serikat) yang sedangkan tanggal 21 Desember 2006 (waktu

transfer di Indonesia) adalah sama dengan tanggal 20 Desember 2006 (waktu

Amerika) yaitu jatuh tempo kewajiban TALG kepada East Dover;

- Bahwa perbuatan Terdakwa HOTASI D.P NABABAN, tidak memasukkan rencana

sewa pesawat Boeing 737-400 dan Boeing 737-500 dalam Rencana RKAP untuk

mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemagang Saham, dan membayarkan

Security Deposit sebesar US $ 1.000.000 (satu juta dollar Amerika Serikat) tidak

melalui mekanisme letter of credit atau escrow account akan tetapi secara cash ke

Rekening Hume & Associaties PC padahal belum ada penandatanganan Purchase

Agreement antara TALG dengan East Dover Ltd selaku pemilik Pesawat Boeing

737-500 dan Lease Agreement dengan pihak TALG hanya atas 1 (satu) unit Pesawat

Boeing 737-500 serta adanya Legal Opinion dari Divisi Legal mengenai resiko

kerjasama dengan pihak TALG, di samping itu juga mengetahui bahwa Security

Deposit yang dibayarkan tersebut akan digunakan sebagai pembayaran uang muka

pembelian pesawat Boeing 737-500 oleh TALG kepada East Dover Ltd merupakan

perbuatan yang melawan hukum karena bertentangan dengan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance sebagaimana diatur dalam :

1. Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor : 19 Tahun 2003 tentang BUMN

disebutkan “dalam melaksanakan tugasnya Anggota Direksi harus memenuhi

Anggaran Dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib

melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi,

kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban serta kewajaran;

2. Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : Kep.116/kmk.01/1991, Security

Deposit adalah jumlah uang yang diterima lessor dari lesse pada permulaan

masa lease sebagai jaminan untuk kelancaran pembayaran lesse;

3. Pasal 3 huruf e jo Pasal 8 huruf H jo Lampiran Bagian Lain-Lain Angka 8

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-101/MBU/ 2002

tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha

Milik Negara;

- Bahwa akibat perbuatan Terdakwa HOTASI NABABAN selaku Direktur Utama

PT.MNA membayarkan Security Deposit secara cash sebesar US $.1.000.000 ke

Rekening Kantor Hume & Associates PC bukan menggunakan instrument perbankan

yang lebih aman sehingga uang Security Deposit tersebut dapat dicairkan oleh

Hal. 9 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 92: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

TALG dan digunakan selain sebagai jaminan pembayaran telah memperkaya orang

lain atau suatu korporasi yaitu TALG atau Hume & Associates PC dan

mengakibatkan kerugian Keuangan Negara Cq. PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.

MNA) persero sebesar US.$ 1.000.000 (satu juta dollar Amerika Serikat);

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana Pasal 2

ayat (1) jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor : 20

Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

SUBSIDIAIR :

Bahwa ia Terdakwa HOTASI NABABAN, selaku Direktur Utama PT. Merpati

Nusantara (Persero) diangkat berdasarkan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar

Biasa (RUPSLB) tanggal 29 April 2002 dan Keputusan Rapat PT. Merpati Nusantara

Airlines tanggal 14 November 2002 Akta Notaris Nomor : 19 di hadapan Ny Erly

Soehanjojo, bersama-sama dengan TONY SUDJIARTO selaku General Manager

Procurement of Aircraft (GM Pengadaan Pesawat) sekira tanggal 21 Desember 2006

atau setidaknya pada suatu waktu pada tahun 2006 bertempat di Kantor Utama PT.

Merpati Nusantara (Persero) Jalan Angkasa Blok B.15 kav 2-3, Jakarta Indonesia atau

tempat lain yang menjadi kewenangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memeriksa dan mengadili perkaranya, sebagai orang

yang melakukan atau turut melakukan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau

orang lain atau suatu korporasi menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana

yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan

Negara atau Perekonomian Negara, perbuatan mana dilakukan oleh ia Terdakwa dengan

cara-cara sebagai berikut :

- Bahwa, Terdakwa HOTASI D.P NABABAN selaku Direktur Utama PT MNA sesuai

Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor : 19 tahun 2003 tentang BUMN dalam

menjalankan harus mematuhi Anggaran Dasar BUMN dan peraturan perundang-

undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi,

transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran dan

sesuai Surat Keputusan Direksi No.KEP/07/VI/2004 tentang Organisasi Perusahaan

Lampiran B, selaku Presiden Direktor memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain

mengkoordinasikan dan membina pelaksanaan tugas-tugas di Direktorat Niaga,

Direktorat Operasi, Direktorat Teknik, Direktorat Keuangan dan Umum serta seluruh

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 93: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kegiatan Perusahaan agar dapat tercapai Visi dan Misi Perusahaan secara efektif dan

effisien;

- Bahwa Terdakwa HOTASI D.P NABABAN dalam melaksanakan tugasnya selaku

Direktur Utama PT. MNA harus menerapkan prinsip Good Corporate

Governance sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri

BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate

Governance pada Badan Usaha Milik Negara yang berbunyi sebagai berikut “BUMN

Wajib menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten dan atau

menjadikan Good Corporate Governance sebagai landasan operasionalnya”;

- Bahwa Terdakwa HOTASI D.P NABABAN selaku Direktur Utama PT. MNAsesuai

dengan Pasal 15 ayat (1) Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-117/M-

MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan

Usaha Milik Negara dalam melaksanakan tugasnya harus mematuhi Anggaran Dasar

Perseroan dan Peraturan Perundang-undangan;

- Bahwa berdasarkan Pasal 22 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor : 19 Tahun

2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Terdakwa HOTASI D.P NABABAN

selaku Direktur Utama PT.MNA menyiapkan rancangan kerja dan anggaran

perusahaan yang merupakan penjabaran tahunan dan rencana jangka panjang serta

menyampaikan rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan kepada Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk memperoleh pengesahan;

- Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor: Kep.116/

kmk.01/1991, Security Deposit adalah jumlah uang yang diterima lessor dari lesse

pada permulaan masa lease sebagai jaminan untuk kelancaran pembayaran lesse;

- Bahwa berdasarkan Pasal 3 huruf e Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

Nomor : Kep-101/MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan Badan Usaha Milik Negara berbunyi :

RKAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, sekurang-kurangnya memuat :

a) Rencana Kerja Perusahaan;

b) Anggaran Perusahaan;

c) Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan;

d) Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan;

e) Hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS);

Hal. 11 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 94: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Pasal 8 Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-101/MBU/2002

tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan Badan Usaha Milik Negara berbunyi :

Hal-hal lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e antara lain mengenai :

a) Penghapusan Piutang ;

b) Penghapusan Persediaan;

c) Penghapusan Aktiva Tetap;

d) Penghapusan Aktiva tetap lainnya;

e) Penarikan Kredit;

f) Penggunaan Asset;

g) Pemberian Pinjaman;

h) Kerjasama Jangka Menengah/Panjang dengan Pihak Ketiga;

i) Perubahan Modal;

j) Penunjukan Direksi dan Komisaris anak Perusahaan;

k) Penghasilan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas;

l) Pembagian tugas Direksi;

- Bahwa berdasarkan Lampiran Bagian Lain-Lain Angka 8 Keputusan Menteri Badan

Usaha Milik Negara Nomor : Kep-101/MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana

Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha Milik Negara berbunyi : Kerjasama

jangka menengah/panjang dengan pihak ketiga :

a) Kerjasama jangka menengah/panjang dengan Pihak Ketiga meliputi KSO,KSM,

BOT, BOO, Sewa dan lain-lain;

b) Persyaratan dan tata cara kerjasama ditetapkan Menteri BUMN;

- Bahwa untuk mengatasi krisis yang terjadi di PT. Merpati Nusantara Airlines

selanjutnya disebut PT. MNA, Terdakwa HOTASI D.P NABABAN selaku Direktur

Utama bersama dengan para Direksi lainnya pada bulan Mei tahun 2006 telah

berencana untuk melakukan penambahan 2 (dua) unit pesawat Boing 737 Family.

Kemudian rencana tersebut ditindaklanjuti oleh TONY SUDJIARTO, yang pada

saat itu masih menjabat sebagai General Manager Perencanaan dengan melakukan

pemasangan iklan di internet (Speednews) dengan persyaratan sebagai berikut :

- Pesawat di produksi tahun 1990 sampai 1995 dilengkapi dengan :

a) HT, TCAS II Version 7 Equipped;

b) RVSM Certified Mode “S” Transponder System;

c) EGPWS;

d) Cocpit Door Bullet Proff and Galley “Atlas”;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 95: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

e) FDR 22 Parameter;

f) ELT;

g) AD/SB Must be Comply;

h) Engine : CFM56-3B2 atau C1 ;

i) Konfigurasi tempat duduk : 8 klas bisnes dan 132 kelas ekonomi;

- Bahwa pada 11 Oktober 2006, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. Merpati

Nusantara Airlines menetapkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun

2006, dalam RKAP tersebut memuat hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan

pengadaan pesawat dan menjabarkan armada yang sedang dioperasikan, maupun

rencana pengadaan pesawat sebagai berikut :

Armada yang sedang dioperasikan :

1. Armada Existing (sisa armada tahun 2005);

2. Armada KSO :

- Kerjasama Operasi 1 Pesawat F100 dengan PT. Bikasoga;

- Kerjasama Operasi 1 Pesawat F28 dengan Pemda Bima;

- Kerjasama Operasi 1 B 737-200 dengan Eterna;

- Kerjasama Operasi 1 B 737-300 dengan Pemda Merauke;

Rencana Pengadaan Armada :

3. Armada hasil Kredit Avtur: merevitalisasi armada dua pesawat B 737-200

dengan cara sewa (rencana sewa dari Aergo);

4. Armada hasil Revitalisasi dana PMN 75 milyar : untuk menggantikan armada

pesawat Propeller berkapasitas 50-70 kursi dengan Pesawat MA 60, kerjasama

dengan Pemerintah RRC;

- Bahwa walaupun RKAP PT. MNA disahkan pada Oktober 2006, sedangkan proses

penyewaan 2 (dua) unit pesawat jenis Boeing 737-400 dan Boeing 737-500 telah

dimulai pada bulan Mei 2006, Terdakwa HOTASI DP NABABAN selaku Direktur

Utama PT.MNA tidak melakukan kewenangannya untuk melaporkan atau

mengajukan perubahan atau persetujuan kembali kepada RUPS atas RKAP yang

telah disetujui sebelumnya agar rencana penyewaan 2 ( dua) unit Pesawat Boeing

737-400 dan Boeing 737-500 yang telah dimulai sejak bulan Mei 2006 tersebut

masuk ke dalam RKAP’ padahal sesuai Pasal 22 ayat (1) dan (2) Undang-Undang

Nomor : 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara jo Pasal 35 ayat (1), (2),

dan (3) PP Nomor : 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan

Pembubaran Badan Usaha Milik Negara, Terdakwa HOTASI D.P NABABAN

Hal. 13 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 96: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

selaku Direktur Utama wajib menyampaikan Rancangan Rencana Kerja dan

Anggaran Perusahaan kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan;

- Bahwa walaupun Terdakwa HOTASI D.P NABABAN selaku Direktur Utama

PT.MNA tidak memasukkan rencana penyewaan Pesawat Boeing 737-400 dan

Boeing 737-500 tersebut ke RKAP untuk mendapatkan persetujuan dalam Rapat

Umum Pemegang Saham dan Terdakwa HOTASI D.P NABABAN mengetahui

tindakannya bertentangan dengan Pasal 3 jo Pasal 8 jo Lampiran bagian Lain-Lain

Angka 8 Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.Kep-101/MBU/2002

tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan BUMN jo Pasal 15

ayat (1), (2), (3) dan (4) Pasal 18 (1) dan (2) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik

Negara Nomor : Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Praktek Good

Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, Terdakwa HOTASI DP

NABABAN telah menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya karena jabatan

selaku Direktur Utama PT.MNA bersama dengan TONI SUDJIARTO dengan tetap

melanjutkan kerjasama dengan pihak ketiga yaitu melakukan penyewaan 2 ( dua )

unit pesawat jenis Boeing 737-400 dan Boeing 737-500 tersebut;

- Bahwa selanjutnya atas penawaran leasing yang disampaikan oleh PT.MNA, pada

tanggal 6 Desember 2006, Thirdstone Aircraft Leasing Group (TALG) Washington

DC mengajukan proposal atas 2 (unit) pesawat Boeing 737-400 dan Boeing 737-500

dan hasilnya ditemukanlah 2 (dua) kandidat pesawat yang diinginkan yaitu Boeing

737-500 yang berada di Guang Zhou China dan Boing 737-400 berada di Jakarta

yang masih terikat sewa dengan Batavia Airlines sampai dengan Maret 2007.

Kemudian pada bulan Mei 2006 TONI SUDJIARTO melakukan pengecekan fisik

dan berdasarkan informasi dari Naveed Sheed, agen PT. MNA di Amerika, pesawat

Boeing 737-500 MSN 24898 tahun pembuatan 1991 adalah sebesar US$ 10.750.000

sedangkan 737-400 MSN 23869 tahun pembuatan 1991 adalah sebesar US$

11.500.000, sedangkan harga sewanya US$ 150.000 per pesawat;

- Bahwa walaupun tidak tercantum dalam RKAP PT. MNA tahun 2006, TONY

SUDJIARTO tetap membuat kesepakatan dengan TALG melalui kesepakatan back

to back yang maksudnya adalah TALG bersedia membeli kedua pesawat tersebut

dari Lehman Brothers dengan syarat PT. MNA berjanji akan menyewa pesawat dari

TALG, dan sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tersebut, maka pada tanggal 17

Desember 2006, TONY SUDJIARTO menerima tembusan Surat melalui faks yang

dikirim oleh ALAN

MESNER (TALG) kepada Hume & Associates tertanggal 15 Desember 2006, yang

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 97: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

isinya surat adalah menunjuk Hume & Associates P.C untuk menerima Security

Deposite dari Merpati sekitar tanggal 17, 18 Desember 2006 dan selanjutnya

diberikan kuasa untuk mendistribusikan dana tersebut secara langsung kepada Bristol

sebagai uang jaminan pembelian pesawat;

- Bahwa pada tanggal 18 Desember 2006 TONY SUDJIARTO, selaku General

Manager Procurement of Aircraft berdasarkan Surat Kuasa dari Terdakwa HOTASI

D.P NABABAN Nomor : MNA/001/3/5/ADM-460/DZ - Lease Agreement

Summary of Term (LASOT) di Jakarta dengan JON COOPER selaku CO dari TALG

di Amerika. LASOT yang ditandatangani sebanyak 2 (dua) buah LASOT yang

dibuat secara tersendiri untuk masing-masing pesawat yaitu Boeing 737-500 dan

737-400 dan ditandatangani melalui proses scanner dan email (tidak bertatap muka).

Dalam LASOT tersebut terdapat beberapa kesepakatan antara lain sebagai berikut :

- Kesepakatan untuk menempatkan Security Deposite sebesar US$ 500.000 untuk

masing-masing pesawat yaitu Boing 737-500 dan 737-400;

- Kesepakatan untuk menempatkan dana Security Deposite sebesar US$ 1000.000

secara langsung (tidak melalui LC an Escrow Account) ke Rekening Pengacara

yaitu Hume Associates;

- Penempatan Security Deposite harus dilakukan 1 (satu) hari setelah Purchasing

Agreement antara East Dover dengan TALG ditandatangani;

- Setelah menandatangani LASOT, TONY SUDJIARTO selaku General Manager

Procurement of Aircraft, membuat Nota Dinas Nomor : OV/ND/148/XII/2006

kepada Terdakwa HOTASI D.P NABABAN selaku Direktur Utama, yang

ditembuskan kepada seluruh Direksi untuk mempersiapkan penempatan Security

Deposite dan Terdakwa HOTASI DP NABABAN selaku Direktur Utama kemudian

meneruskan surat tersebut kepada Direktur Keuangan dengan memberikan catatan

disposisi “saya setujui, agar dilaksanakan segera !“, atas disposisi Terdakwa

HOTASI DP NABABAN tersebut kemudian Corporate Finance Division

menyiapkan form Instruksi Direksi (Circular Board) untuk melakukan transfer

sebesar US$ 1.000.000 yang ditandatangani oleh masing-masing Direksi dan

HOTASI DP NABABAN yang telah mengetahui bahwa uang Security Deposit

tersebut akan digunakan untuk jaminan pembelian pesawat oleh TALG dan

Terdakwa telah menyalahgunakan kewenangan selaku Direktur Utama PT.MNA

untuk tidak memberitahukan kepada Anggota Direksi lainnya, akan tetapi Terdakwa

HOTASI DP NABABAN justru memberikan persetujuan pembayaran Security

Deposit tersebut ke Kantor Pengacara Hume & Associates;

Hal. 15 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 98: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Bahwa setelah penandatanganan LASOT pada tanggal 18 Desember 2006 tersebut,

TONI SUDJIARTO, menyerahkan Draft Lease Agreement kepada FERDINAN

KENEDY,SH untuk dilakukan pendapat hukum atas sewa pesawat Boeing 737-500

yang akan dilakukan oleh PT. Merpati Nusantara Airlines dengan TALG. Bahwa

berdasarkan hasil pemeriksaan legal, Divisi Legal pada tanggal 22 Desember 2006

menyatakan :

a) Pembayaran Deposit kepada TALG mengandung resiko sehingga perlu

pengaman dengan alternatif :

- Adanya Counter Garantie atau;

- Pembayaran dilakukan dengan cara LC atau ;

- Menempatkan dana di Bank International (Escrow Account);

b) Bila hal tersebut tidak dilakukan, maka satu-satunya jalan adalah melakukan

Due Delligence atas Lessor dan meminta pertimbangan KBRI di Amerika

Serikat;

- Bahwa pada tanggal 19 Desember 2006, pihak TALG yang diwakili oleh ALAN

MESNER menandatangani Summary of Term For The Sale of one (1) Boeing

737-400 Aircraft dan Summary of Term for Sale of one (1) 737-5Y0 Aircraft dengan

pihak EAST DOVER Limited dan sesuai dengan Summary of Term tersebut pihak

TALG harus membayar deposit sebesar US $.500.000 (lima ratus ribu dollar

Amerika Serikat) untuk masing-masing pesawat dan batas pembayarannya sesuai

dengan Term of offer adalah tanggal 18 Desember 2006 pukul 23.00 GMT untuk

pesawat Boeing 737-400 dan tanggal 20 Desember 2006 pukul 23.00 GMT untuk

pesawat Boeing 737-500, apabila tidak dipenuhi maka kesepakatan dibatalkan;

- Bahwa pada tanggal 20 Desember 2006, sebagai tindak lanjut dari LASOT

Terdakwa HOTASI NABABAN dan Captain HARRY PARDJAMAN, Direktur

Operasi dari pihak PT MNA menandatangani Lease Agreement untuk pesawat

Boeing 737-500, sedangkan dari pihak TALG dilakukan oleh ALAN MESNER

selaku CCO dari TALG, dalam penandatanganan Lease Agreement dilakukan

melalui proses scanner dan email (tidak bertatap muka), sedangkan pesawat Boing

737-400 belum dibuatkan Lease Agreement;

- Bahwa walaupun bahwa pesawat Boeing 737-500 Aircraft Manufacturer’s Serial

Number 24898 FAA Registration Number N898ED yang akan disewa

oleh PT. MNA masih dimiliki oleh East Dover Ltd karena belum ada Purchase

Agreement antara TALG dengan East Dover dan mengetahui adanya manipulasi

terkait kepemilikan pesawat Boeing 737-500 yang dilakukan oleh TALG

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 99: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sebagaimana mana tercantum dalam angka 2.1 Lease Agreement yang menyatakan

bahwa Lessor is the owner of the Aircraft (Lessor (dhi. TALG) adalah pemilik

pesawat Boeing 737-500 tersebut, Terdakwa HOTASI D.P NABABAN seharusnya

tidak menandatangani Lease Agreement tersebut, akan tetapi pada tanggal 20

Desember 2006 Terdakwa HOTASI NABABAN selaku President Director PT.

Merpati Nusantara Airlines dengan menyalahgunakan kewenangannya tetap

menandatangani Lease Agreement Dated as of December 20, 2006 Between

Thirdstone Aircraft Leasing Group Inc (Lessor) and PT. Merpati Nusantara Airlines,

one Used B.737-500 Aircraft Manufacturer’s Serial Number 24898 FAA

Registration Number N898ED dengan ALAN MESNER dari pihak TALG;

- Bahwa walaupun belum ada penandatanganan Purchase Agreement antara TALG

dengan East Dover Ltd selaku pemilik Pesawat Boeing 737-500 dan Lease

Agreement dengan pihak TALG hanya atas 1 (satu) unit Pesawat Boeing 737-500

serta adanya Legal Opinion dari Divisi Legal mengenai resiko kerjasama dengan

pihak TALG, disamping itu juga mengetahui bahwa Security Deposit yang

dibayarkan tersebut akan digunakan sebagai pembayaran uang muka pembelian

pesawat Boeing 737-500 oleh TALG kepada East Dover Ltd, sebagaimana Surat

ALAN MESNER tanggal 15 Desember 2006, namun pada tanggal 21 Desember

2006, Terdakwa HOTASI D.P NABABAN selaku Direktur Utama PT.MNA justru

menandata- ngani Surat Nomor : MNA/DZ/2006/I/3/KU-531 yang ditujukan kepada

Bank Mandiri perihal Transfer ke Rekening Hume & Associaties PC senilai US

$.1.000.000 (satu juta dollar Amerika Serikat), padahal seharusnya sesuai dengan

Lease Agreement pada point Security Deposit disebutkan : Lessee shall pay to lessor

a Security Deposit in cash in amount of US $.500.000 will be paid within one day

after lessor signing the Aircraft Purchase Agreement of the Aircraft with East Dover

Limited of current owner, pembayaran Security Deposit tersebut dilakukan satu hari

setelah penandatanganan Purchase Agreement antara TALG dengan East Dover dan

seharusnya jumlah Security deposit yang dibayarkan hanya sebesar US$.500.000

(lima ratus ribu dollar Amerika Serikat) bukan US $.1.000.000 (satu juta dollar

Amerika Serikat);

- Bahwa pembayaran Security Deposit sebesar US$ 1.000.000 sebenarnya merupakan

jumlah dana yang dibutuhkan TALG untuk melakukan pembayaran kepada East

Dover sebagaimana tercantum dalam Summary of Term For The Sale of one (1)

Boeing 737-400 Aircraft dan Summary of Term for Sale of one (1) 737-5Y0 Aircraft

kesemuanya tanggal 19 Desember 2006 dimana masing-masing pesawat sesuai

Hal. 17 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 100: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Diktum Deposit pada Summary of Term adalah sebesar US $ 500.000 (lima ratus

ribu dollar Amerika Serikat) yang sedangkan tanggal 21 Desember 2006 (waktu

transfer di Indonesia) adalah sama dengan tanggal 20 Desember 2006 (waktu

Amerika) yaitu jatuh tempo kewajiban TALG kepada East Dover;

- Bahwa perbuatan Terdakwa HOTASI D.P NABABAN, tidak memasukkan rencana

sewa pesawat Boeing 737-400 dan Boeing 737-500 dalam Rencana RKAP untuk

mendapatkan persetujuan dari rapat umum pemegang saham (RUPS), membayarkan

security deposit sebesar US $ 1.000.000 (satu juta dollar Amerika Serikat) tanpa

melalui mekanisme letter of credit atau escow account akan tetapi dilakukan secara

cash ke Rekening Hume & Associaties PC padahal belum ada penandatanganan

Purchase Agreement antara TALG dengan East Dover Ltd selaku pemilik Pesawat

Boeing 737-500 dan Lease Agreement dengan pihak TALG hanya atas 1 (satu) unit

Pesawat Boeing 737-500 serta Legal Opinion dari Divisi Legal mengenai resiko

kerjasama dengan pihak TALG, disamping itu juga mengetahui bahwa Security

Deposit yang dibayarkan tersebut akan digunakan sebagai pembayaran uang muka

pembelian pesawat Boeing 737-500 oleh TALG kepada East Dover Ltd merupakan

perbuatan yang menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya karena jabatan

atau kedudukan selaku Direktur Utama PT.MNA yaitu Terdakwa HOTASI D.P

NABABAN dalam pelaksanaan tugasnya selaku Direktur Utama PT. MNA sesuai

Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor : 19 Tahun 2003 tentang BUMN

disebutkan “dalam melaksanakan tugasnya anggota direksi harus memenuhi

Anggaran Dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta prinsip-prinsip

Good Corporate Governance, telah tidak bertindak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yaitu :

- Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : Kep.116/kmk.01/1991, Security

Deposit adalah jumlah uang yang Diterima Lessor dari Lesse pada permulaan

masa lease sebagai jaminan untuk kelancaran pembayaran lesse;

- Pasal 3 huruf e jo Pasal 8 huruf h jo Lampiran Bagian Lain-Lain Angka 8

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-101/MBU/ 2002

tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha Milik

Negara;

- Bahwa akibat perbuatan Terdakwa HOTASI NABABAN selaku Direktur Utama

PT.MNA membayarkan Security Deposit secara cash sebesar US $.1.000.000 ke

Rekening Kantor Hume & Associates PC bukan menggunakan instrument perbankan

yang lebih aman sehingga uang security Deposit tersebut dapat dicairkan oleh TALG

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 101: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dan digunakan selain sebagai jaminan pembayaran telah menguntungkan orang lain

atau suatu korporasi yaitu TALG atau Hume & Associates PC dan mengakibatkan

kerugian keuangan Negara sebesar US.$ 1.000.000 (satu juta dollar Amerika

Serikat);

Perbuatan Terdakwa Sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 3 jo Pasal

18 Undang-Undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2001

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

Membaca tuntutan Penuntut Umum tanggal 07 Januari 2013 yang isinya adalah

sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa HOTASI D.P NABABAN tidak terbukti melakukan tindak

pidana Korupsi sebagaimana dalam dakwaan Primair;

2. Membebaskan Terdakwa HOTASI D.P NABABAN dari dakwaan Primair;

3. Menyatakan Terdakwa HOTASI D.P NABABAN terbukti bersalah melakukan

tindak pidana Korupsi sebagaimana dakwaan Subsidair melanggar Pasal 3 jo Pasal

18 Undang-Undang Nomor : 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-

Undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor :

31 Tahun 1999 Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

4. Menghukum Terdakwa HOTASI D.P NABABAN dengan pidana penjara selama 4

(empat) tahun, dikurangi selama Terdakwa berada dalam Tahanan Kota, dengan

perintah agar Terdakwa ditahan di Rutan;

5. Pidana denda kepada Terdakwa sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

Subsidair 6 (enam) bulan kurungan;

6. Menyatakan barang bukti dipergunakan dalam perkara Nomor 1 s/d 80 digunakan

untuk perkara lain;

7. Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp10.000,00

(sepuluh ribu rupiah);

Membaca putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat No.36/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST. tanggal 19 Februari 2013 yang

amar lengkapnya sebagai berikut :

1 Menyatakan Terdakwa HOTASI D.P NABABAN tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Korupsi secara bersama-sama

sebagaimana dakwaan Primair dan Subsidair;

Hal. 19 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 102: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2. Membebaskan Terdakwa HOTASI D.P NABABAN oleh karena itu dari segala

dakwaan;

3. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta

martabatnya ;

4. Memerintahkan barang-barang bukti berupa :

1 1 (satu) lembar asli Surat tentang Pemeriksaan Phisik Pesawat, Guang

Zhou, China (27 May 2006);

2 1 (satu) lembar asli Letter Of Apppointment tanggal 20 Desember 2006;

3 1 (satu) lembar asli Instruksi Pembayaran Deposit Pesawat ke Talg

(Thirdstone Aircraft Leasing Group) tanggal 20 Desember 2006;

4 Asli Lease Agreement Dated as of December 20, 2006 Between

Thirdstone Aircraft Leasing Group, Inc., Lessor and PT. (Persero) Merpati

Nusantara Airlines, Lessor, One Used B737-500 Aircraft Manufacturer’s

Serial Number 24898 FAA REGISTRATION Number N898ED;

5 Asli Pendapat Hukum (Legal Opinion) Sewa Pesawat B 737-5YO

dengan Thirdstone tanggal 22 Desember 2006;

6 Fotokopi yang dilegalisir Keputusan Direksi No.KEP/16/VIII/2006

tentang Organisasi Aircraft Procurement Divison tanggal 10 Agustus 2006;

7 Fotokopi yang dilegalisir Keputusan Direksi No.KEP/07/VI/2004

tentang Organisasi Perusahaan tanggal 24 Juni 2004;

8 Fotokopi yang dilegalisir Akta : Pernyataan Keputusan Para Pemegang

Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Merpati Nusantara Airlines.

Nomor : 138 tanggal : 26 Maret 2008 dari Notaris Titiek Irawati S. SH.;

9 Fotokopi yang dilegalisir Akta : Pernyataan Keputusan Para Pemegang

Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Merpati Nusantara Airlines.

Nomor : 67 tanggal : 27 Agustus 2007 dari Notaris Titiek Irawati S. SH.;

10 Fotokopi yang dilegalisir Salinan Akta : Pernyataan Keputusan Rapat

PT. Merpati Nusantara Airlines tanggal : 14 November 2002 Nomor : 19

dari Notaris Ny. Erly Soehandjojo, SH.;

11 Fotokopi yang dilegalisir Keputusan Direksi No. Kep/01/I/2004 tentang

Perubahan Terhadap Sistem dan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Direksi

PT. Merpati Nusantara Airlines tanggal 2 Januari 2004 ;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 103: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

12 Fotokopi yang dilegalisir Pedoman Kebijakan Perusahaan PT.

(Persero) Merpati Nusantara Airlines disusun oleh Corporate Secretary

Divison tanggal 04 Agustus 2004;

13 Fotokopi yang dilegalisir Keputusan Direksi No. KEP/22/IX/2001 tentang

Sistem dan Prosedur Pengadaan Barang / Jasa tanggal 12 September 2001;

14 Fotokopi Surat Nomor : 038/B1-2/06 tanggal 01 November 2006 dari

Komisaris Utama Gunawan Koswara kepada Menteri Negara Badan Usaha

Milik Negara;

15 Fotokopi Surat Nomor : MNA/DZ/001/3/6/ADM-439 tanggal 20 Oktober

2006 dari Hotasi Nababan kepada Bapak Sugiharto Menteri Negara BUMN

Kementerian Negara BUMN;

16 Fotokopi Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tentang

Pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan PT. (Persero) Merpati

Nusantara Airlines Nomor : RIS-32/D3-MBU/2006;

17 Fotokopi Surat Nomor : S-527/MBU/2006 tanggal 14 November 2006 dari

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara kepada Direksi PT. Merpati

Nusantara Airlines (Persero);

18 Fotokopi Nota Dinas Nomor : OV/ND/148/XII/2006 tanggal 18 Januari

2006 dari GM. Aircraft Procurement kepada GM. Corporate Finance

perihal : Pembayaran Refundable Security Deposite Sewa 1 B737-500 dan 1

Pesawat B737-400 TALG beserta lampirannya;

19 Fotokopi Bukti Pengeluaran Kas/Bank No. D627133;

20 Fotokopi Aplikasi Tranfers Bank Mandiri tanggal 21 Desember 2006

Pengirim PT. Merpati Nusantara Airlines penerima Hume and

Associates,PC.;

21 Fotokopi Nota Dinas Nomor : OV/ND/137/2007 tanggal 11 Januari 2007

dari PH. GM. Aircraft Procurement R. Bagus Panuntun kepada GM.

Corporate Finance perihal Revisi Schedule Ferry Flight B737-500 TALG;

22 Fotokopi Nota Dinas Nomor DH/ND/462/V/2008 dari GM Coorporate

Secretary kepada GM. Accounting, GM Coorporate Finance perihal :

Permohonan pembayaran atas jasa hukum penanganan kasus TALG;

23 Fotokopi Surat No.24.04/LTPSA-KEU/IV/2008 tanggal 4 April 2008

kepada Direksi PT. (Persero) Merpati Nusantara Airlines (MNA) dari Law

Firm Lawrence T.P. Siburian & Associates beserta 1 (satu) bundel lampiran

Hal. 21 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 104: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Legal Service By BKK in Washinton DC and Chicago

(September 2007);

24 Fotokopi Rekap Biaya Lawyer Kasus TALG beserta lampiran (mulai

tanggal 22 Desember 2006 s/d 7 Juni 2008);

25 Fotokopi 1 (satu) bundel Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)

tahun 2006 PT. (Persero) Merpati Nusantara Airlines berserta

lampirannya;

26 Fotokopi Pedoman Kebijakan Perusahaan dikeluarkan oleh Corporate

Secretary PT. (Persero) Merpati Nusantara Airlines;

27 Fotokopi Pedoman Kebijakan Perusahaan dikeluarkan oleh Corporate

Secretary PT. (Persero) Merpati Nusantara Airlines;

28 Fotokopi Akta Penerimaan Laporan Akta Perubahan Anggaran Dasar PT.

Merpati Nusantara Airlines Nomor : C-12470 HT.01.04.TH 2006;

29 Fotokopi-fotokopi Akta Penerimaan Laporan Akta Perubahan Anggaran

Dasar PT. Merpati Nusantara Airlines Nomor : C-19241 HT.01.04.TH 2005;

30 Fotokopi Penerimaan Laporan Akta Perubahan Anggaran Dasar PT.

Merpati Nusantara Airlines Nomor : C-09526 HT.01.04 TH.2001;

31 Fotokopi Akta Perubahan Anggaran Dasar PT. Merpati Nusantara Airlines

(PT. MNA) Nomor : 20;

32 Fotokopi Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor :

C2-4596.HT.01.04.TH.99;

33 Fotokopi Akta Perubahan PT. Merpati Nusantara Airlines (PT. MNA)

Nomor 1 foto copy Nota Dinas Nomor : ME/ND 354/NF/2006 perihal

Estimate Valuation & Lease 737-400 S/N 23869;

34 Fotokopi-fotokopi Tugas Pokok GM. Aircraft Procurement Division (Refer

KEP/16/VIII/2006 tanggal 10 Agustus 2006) sehubungan dengan Lease

Agreement (sewa Pesawat) antara Perusahaan dengan Thirdstone Aircraft

Leasing Group. LLC (TALG);

35 Fotokopi-fotokopi Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham

Perusahaan Persero (Persero) PT. Merpati Nusantara Airlines Nomor : 102

tanggal 15 Agustus 2008 yang dibuat di hadapan Notaris Titiek Irawati, S,

SH.;

36 Fotokopi Surat dari Hotasi Nababan kepada Pimpinan PT. Bank Mandiri

Nomor : MNA/DZ/006/1/KU-531 tanggal Desember 2006 ;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 105: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

37 Fotokopi Akta Perseroan Terbatas PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.

MNA) Nomor : 15;

38 Fotokopi Alur Percakapan Email antara Lawrence Siburian dengan Kenedy

bulan Juli 2010 beserta lampiran;

39 Fotokopi Surat Nomor ; 22.5/KU/LTPSA/III/2007 tanggal 5 Maret 2007 dari

Rita Idayana Bagian Keuangan Law Firm Lawrence T.P. Siburian &

Associates kepada Direksi PT. (Persero) Merpati Nusantara Airlines;

40 Fotokopi Memo dari Lawrence T.P. Siburian, Law Firm Lawrence T.P.

Siburian & Associates di Washinton DC, tanggal 15 Februari 2007 kepada

Hotasi Nababan, Capt. Harry I. Pardjaman, Tony Sudjiarto, Kennedy,

perihal : Laporan Kegiatan Pelaksanaan Letter of Appointment dari PT.

(Persero) Merpati Nusantara Airlines dalam rangka pemberian Nasihat

Hukum dan Pembuatan Perjanjian Sewa Pesawat Udara (Leasing

Agreement) Boing 737-500 dan 737-400 MNA dengan Thirdstone Aircraft

Leasing Group (TALG) USA di Washington DC, USA;

41 Fotokopi Certificate Schedule dari Asuransi Tugu, Agreement Number

A009/UA/I/07 tanggal 16 Januari 2007;

42 Fotokopi Surat tanggal 15 Desember 2006 dari Alam Messner CEO

and President Thirdstone Aircraft Leasing Group Inc kepada Mr. Robert

Hume, Esq.;

43 Fotokopi Surat tanggal 19 Desember 2006 dari Alam Messner CEO and

President Thirdstone Aircraft Leasing Group Inc kepada Tony Sudjiarto;

44 Fotokopi Lease Of Aircraft Summary Of Terms , Desember 18, 2006 dan

Agreement Between PT. MNA and TALG (addendum as an extension of.

The LOI, Pesawat B 737 500;

45 Fotokopi 1 (satu) bundel Posted Penawaran PT. Merpati Nusantara Airlines

tertanggal 17 November 2006;

46 Fotokopi Instruksi Pembayaran Deposit Pesawat ke TALG tanggal 20

Desember 2006;

47 Fotokopi Certificate of Incorporation of Thirdstone Aircraft Leasing

Group Inc;

48 Fotokopi Surat tanggal 13 Juli 2007 No.MNA/DZ/003/4/7/OPS-142

dari Direktur Keuangan dan Administrasi PT. Merpati Nusantara Airlines

kepada Menteri Negara BUMN;

Hal. 23 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 106: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

49 Fotokopi Surat tanggal 19 Desember 2006 dari Alan Messner CEO and

President Thirdstone Aiecraft Leasing Group Inc kepada Tony

Sudjiarto;

50 Fotokopi Confidential Summary of Terms For The Sale of One (1) Boing

737-5y0 Aircraft Desember 19, 2006;

51 Fotokopi Surat Keputusan No. KEP/22/IX/2001 tanggal 12 September 2001

tentang Sistem dan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Direksi PT. Merpati

Nusantara Airlines;

52 Fotokopi Surat kepada Suyitno Affandi Asdep Urusan Sarana Angkutan dan

Pariwisata Kementerian BUMN tanggal 2 Maret 2007 No. MNA/

DZ/001/5/5/ADM-058 tentang Penyampaian Laporan Perjalanan Dinas;

53 Fotokopi Surat kepada Direktur Utama PT. Merpati Nusantara Airlines

tanggal 14 Maret 2007 No.015 B/B1-2/C.5 perihal : Tanggapan atas Kontrak

Lease Pesawat 737-500 dan 737-400;

54 Fotokopi Surat kepada Direktur Utama PT. Merpati Nusantara Airlines

tanggal 27 Maret 2007 No.019 B/B1-2/C.5 perihal : Progres Report

Permasalahan Kontrak Lease B 735 dan 734;

55 Fotokopi Surat kepada Gunawan Koswara Komisaris Utama PT.

Merpati Nusantara Airlines tanggal 28 Maret 2007 No.MNA/DZ/001/ 5/5/

ADM-095 perihal : Progres Report Permasalahan Kontrak Lease B

735 dan 734;

56 Fotokopi Surat Menteri Negara BUMN Cq. Deputi Bidang Usaha Logistik

dan Pariwisata tanggal 12 April 2007 No. 020/B1-1/C.5 perihal : Laporan

Permasalahan Kontrak Lease B-735 dan B-734;

57 Fotokopi Executive Summary Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan

2006 tanggal 10 Oktober 2006;

58 Fotokopi Daftar Hadir RAPAT Umum Pemegang Saham Rencana Kerja dan

Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2006 PT. Merpati Nusantara Airlines

tanggal 11 Oktober 2006;

59 Fotokopi Surat kepada Harry Susetyo Nugroho dari Presiden Direktor Hotasi

Nababan Nomor MNA/DZ/001/1/8/ADM-397 tanggal 29

September 2006;

60 Fotokopi Catatan Bahan Revisi Pertanggungjawaban Kinerja

Perusahaan Tahun 2004 & RKAP 2006 tanggal 3 Oktober 2006;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 107: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

61 Fotokopi Tanggapan Komisaris atas Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan (RKAP) PT. Persero Merpati Nusantara Airlines No. 035/BI-1/

C6;

62 Fotokopi Alur Percakapan Email antara Hotasi Nababan dengan Lawrence

Siburian bulan Desember 2006;

63 Fotokopi Surat dari Hotasi Nababan kepada Pimpinan PT. Bank Mandiri

Nomor : MNA/DZ/006/1/KU-531 tanggal Desember 2006;

64 Fotokopi Email antara Alan Messner dengan Tony Sudjiarto tanggal

22 Februari 2007;

65 Fotokopi Email antara Lawrence Siburian dengan Kenedy tanggal 20 April

2007;

66 Fotokopi Email antara Lawrence Siburian dengan Kenedy tanggal 20

Februari 2007 ;

67 Fotokopi Email antara Alan Messner Nababan dengan Tonny Sudjiarto

tertanggal 28 April 2007;

68 Fotokopi Email antara Lawrence Siburian dengan Hotasi Nababan tanggal

26 May 2007;

69 Fotokopi email antara Alan Mesner dengan Hotasi Nababan tanggal 06

Februari 2007;

70 Fotokopi Special Power of Attorney No. MNA/DZ/001/3/5/ADM-050

tanggal 1 Februari 2007;

71 Fotokopi General Power of Attorney tanggal 31 Januari 2007 ;

72 Fotokopi Email antara Hotasi Nababan dengan Tony Sudjiarto tanggal 28

April 2007;

73 Fotokopi Email antara Lawrence Siburian dengan Hotasi Nababan tanggal

27 May 2007;

74 Fotokopi Salinan Keputusan para Pemegang Saham Perusahaan Per-

seroan (Persero) PT. Merpati Nusantara Airlines di luar Rapat Umum

Pemegang Saham tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota

Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Merpati Nusantara Airlines Nomor

: KEP-156/MBU/2007-GARUDA/PS/MZ/ SKEP 5003 07 tanggal 18 Juli

2007;

75 Fotokopi Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa

(RUPSLB) tanggal 29 April 2002;

Hal. 25 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 108: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

76 Fotokopi Petikan Surat Keputusan Direksi No.SKEP/314/VIII/2006

tentang Pengangkatan dan Alih Tugas / Alih Wilayah Pejabat tanggal 15

Agustus 2006;

77 Fotokopi Confidential Summary of Term For The Sale of one (1) Boeing

737-400 Aircraft Summary of Term Boeing 737-400 tanggal 19

Desember 2006;

78 Fotokopi Lease of Aircraft Summary of Term Boeing 737-400 tanggal 18

Desember 2006;

79 Fotokopi Surat dari Robert (Ted) Hume kepada Mr. Alan Messner tanggal

15 Desember 2006;

80 Fotokopi Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tentang

Pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan PT. Merpati

Nusantara Airlines tahun 2006 No. RIS-32/D.3-MBU/2006 tanggal 11

Oktober 2006;

Digunakan untuk perkara lain;

5. Membebankan biaya perkara kepada Negara;

Membaca putusan Mahkamah Agung RI No.417/Pid.Sus/2014 tanggal 07 Mei

2014 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : JAKSA/ PENUNTUT

UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA PUSAT tersebut;

Membatalkan putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan

Negeri Jakarta Nomor : 36/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST. tanggal 19 Februari 2013;

MENGADILI SENDIRI :

1. Menyatakan Terdakwa HOTASI D.P. NABABAN terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”KORUPSI SECARA

BERSAMA”;

2. Menghukum Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4

(empat) tahun dan denda sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dengan

ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan

selama 6 (enam) bulan;

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Memerintahkan agar Terdakwa ditahan;

5. Menetapkan barang bukti berupa :

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 109: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1 1 (satu) lembar asli Surat tentang Pemeriksaan Fisik Pesawat, Guang Zhou,

China (27 May 2006) ;

2 1 (satu) lembar asli Letter of Apppointment tanggal 20 Desember

2006;

3 1 (satu) lembar asli Instruksi Pembayaran Deposit Pesawat ke Talg

(Thirdstone Aircraft Leasing Group) tanggal 20 Desember 2006;

4 Asli Lease Agreement Dated as of December 20, 2006 Between

Thirdstone Aircraft Leasing Group, Inc., Lessor and PT. (Persero) Merpati

Nusantara Airlines, Lessor, One Used B737-500 Aircraft Manufacturer’s

Serial Number 24898 FAA REGISTRATION Number

N898ED;

5 Asli Pendapat Hukum (Legal Opinion) Sewa Pesawat B 737-5YO

dengan Thirdstone tanggal 22 Desember 2006;

6 Fotokopi yang dilegalisir Keputusan Direksi No.KEP/16/VIII/2006

tentang Organisasi Aircraft Procurement Divison tanggal 10 Agustus 2006 ;

7 Fotokopi yang dilegalisir Keputusan Direksi No.KEP/07/VI/2004

tentang Organisasi Perusahaan tanggal 24 Juni 2004;

8 Fotokopi yang dilegalisir Akta : Pernyataan Keputusan Para Pemegang

Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Merpati Nusantara Airlines.

Nomor : 138 tanggal : 26 Maret 2008 dari Notaris Titiek Irawati S. SH.;

9 Fotokopi yang dilegalisir Akta : Pernyataan Keputusan Para Pemegang

Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Merpati Nusantara Airlines.

Nomor : 67 tanggal : 27 Agustus 2007 dari Notaris Titiek Irawati S. SH.;

10 Fotokopi yang dilegalisir Salinan Akta : Pernyataan Keputusan Rapat

PT. Merpati Nusantara Airlines tanggal : 14 November 2002 Nomor : 19

dari Notaris Ny. Erly Soehandjojo, SH. ;

11 Fotokopi yang dilegalisir Keputusan Direksi No. Kep/01/I/2004 tentang

Perubahan Terhadap Sistem dan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Direksi

PT. Merpati Nusantara Airlines tanggal 2 Januari 2004;

12 Fotokopi yang dilegalisir Pedoman Kebijakan Perusahaan PT.

(Persero) Merpati Nusantara Airlines disusun oleh Corporate Secretary

Divison tanggal 04 Agustus 2004;

Hal. 27 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 110: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

13 Fotokopi yang dilegalisir Keputusan Direksi No. KEP/22/IX/2001

tentang Sistem dan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa tanggal 12 September

2001;

14 Fotokopi Surat Nomor : 038/B1-2/06 tanggal 01 November 2006 dari

Komisaris Utama Gunawan Koswara kepada Menteri Negara Badan Usaha

Milik Negara;

15 Fotokopi Surat Nomor : MNA/DZ/001/3/6/ADM-439 tanggal 20

Oktober 2006 dari Hotasi Nababan kepada Bapak Sugiharto Menteri Negara

BUMN Kementerian Negara BUMN;

16 Fotokopi Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tentang

Pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan PT. (Persero)

Merpati Nusantara Airlines Nomor : RIS-32/D3-MBU/2006;

17 Fotokopi Surat Nomor : S-527/MBU/2006 tanggal 14 November 2006

dari Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara kepada Direksi PT. Merpati

Nusantara Airlines (Persero);

18 Fotokopi Nota Dinas Nomor : OV/ND/148/XII/2006 tanggal 18 Januari

2006 dari GM. Aircraft Procurement kepada GM. Corporate Finance

perihal : Pembayaran Refundable Security Deposite Sewa 1 B737-500 dan 1

Pesawat B737-400 TALG beserta lampirannya;

19 Fotokopi Bukti Pengeluaran Kas/Bank No. D627133;

20 Fotokopi Aplikasi Tranfers Bank Mandiri tanggal 21 Desember 2006

Pengirim PT. Merpati Nusantara Airlines penerima Hume and

Associates,PC.;

21 Fotokopi Nota Dinas Nomor : OV/ND/137/2007 tanggal 11 Januari 2007

dari PH. GM. Aircraft Procurement R. Bagus Panuntun kepada GM.

Corporate Finance perihal Revisi Schedule Ferry Flight B737-500 TALG;

22 Fotokopi Nota Dinas Nomor DH/ND/462/V/2008 dari GM Coorporate

Secretary kepada GM. Accounting, GM Coorporate Finance perihal :

Permohonan pembayaran atas jasa hukum penanganan kasus TALG;

23 Fotokopi Surat No.24.04/LTPSA-KEU/IV/2008 tanggal 4 April 2008

kepada Direksi PT. (Persero) Merpati Nusantara Airlines (MNA) dari Law

Firm Lawrence T.P. Siburian & Associates beserta 1 (satu) bundel lampiran

Legal Service By BKK in Washington DC and Chicago

(September 2007);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 111: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

24 Fotokopi Rekap Biaya Lawyer Kasus TALG beserta lampiran (mulai

tanggal 22 Desember 2006 s/d 7 Juni 2008);

25 Fotokopi 1 (satu) bundel Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)

tahun 2006 PT. (Persero) Merpati Nusantara Airlines berserta

lampirannya;

26 Fotokopi Pedoman Kebijakan Perusahaan dikeluarkan oleh Corporate

Secretary PT. (Persero) Merpati Nusantara Airlines;

27 Fotokopi Pedoman Kebijakan Perusahaan dikeluarkan oleh Corporate

Secretary PT. (Persero) Merpati Nusantara Airlines;

28 Fotokopi Akta Penerimaan Laporan Akta Perubahan Anggaran Dasar

PT. Merpati Nusantara Airlines Nomor : C-12470 HT.01.04.TH 2006 ;

29 Fotokopi-fotokopi Akta Penerimaan Laporan Akta Perubahan

Anggaran Dasar PT. Merpati Nusantara Airlines Nomor : C-19241

HT.01.04.TH 2005;

30 Fotokopi Penerimaan Laporan Akta Perubahan Anggaran Dasar PT.

Merpati Nusantara Airlines Nomor : C-09526 HT.01.04 TH.2001;

31 Fotokopi Akta Perubahan Anggaran Dasar PT. Merpati Nusantara Airlines

(PT. MNA) Nomor : 20;

32 Fotokopi Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor :

C2-4596.HT.01.04.TH.99;

33 Fotokopi Akta Perubahan PT. Merpati Nusantara Airlines (PT. MNA)

Nomor 1 foto copy Nota Dinas Nomor : ME/ND 354/NF/2006 perihal

Estimate Valuation & Lease 737-400 S/N 23869;

34 Fotokopi-fotokopi Tugas Pokok GM. Aircraft Procurement Division

(Refer KEP/16/VIII/2006 tanggal 10 Agustus 2006) sehubungan dengan

Lease Agreement (sewa Pesawat) antara Perusahaan dengan Thirdstone

Aircraft Leasing Group. LLC (TALG);

35 Fotokopi-fotokopi Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham

Perusahaan Persero (Persero) PT. Merpati Nusantara Airlines Nomor : 102

tanggal 15 Agustus 2008 yang dibuat di hadapan Notaris Titiek Irawati, S,

SH.;

36 Fotokopi Surat dari Hotasi Nababan kepada Pimpinan PT. Bank Mandiri

Nomor : MNA/DZ/006/1/KU-531 tanggal Desember 2006;

37 Fotokopi Akta Perseroan Terbatas PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.

MNA) Nomor : 15;

Hal. 29 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 112: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

38 Fotokopi Alur Percakapan Email antara Lawrence Siburian dengan

Kenedy bulan Juli 2010 beserta lampiran;

39 Fotokopi Surat Nomor ; 22.5/KU/LTPSA/III/2007 tanggal 5 Maret 2007

dari Rita Idayana Bagian Keuangan Law Firm Lawrence T.P. Siburian &

Associates kepada Direksi PT. (Persero) Merpati Nusantara Airlines;

40 Fotokopi Memo dari Lawrence T.P. Siburian, Law Firm Lawrence T.P.

Siburian & Associates di Washington DC, tanggal 15 Februari 2007 kepada

Hotasi Nababan, Capt. Harry I. Pardjaman, Tony Sudjiarto, Kennedy,

perihal : Laporan Kegiatan Pelaksanaan Letter of Appointment dari PT.

(Persero) Merpati Nusantara Airlines dalam rangka pemberian Nasihat

Hukum dan Pembuatan Perjanjian Sewa Pesawat Udara (Leasing

Agreement) Boing 737-500 dan 737-400 MNA dengan Thirdstone Aircraft

Leasing Group (TALG) USA di Washington

DC, USA;

41 Fotokopi Certificate Schedule dari Asuransi Tugu, Agreement Number

A009/UA/I/07 tanggal 16 Januari 2007;

42 Fotokopi Surat tanggal 15 Desember 2006 dari Alam Messner CEO

and President Thirdstone Aircraft Leasing Group Inc kepada Mr. Robert

Hume, Esq.;

43 Fotokopi Surat tanggal 19 Desember 2006 dari Alam Messner CEO and

President Thirdstone Aircraft Leasing Group Inc kepada Tony Sudjiarto;

44 Fotokopi Lease of Aircraft Summary of Terms , Desember 18, 2006

dan Agreement Between PT. MNA and TALG (addendum as an extension

of. The LOI, Pesawat B 737 500;

45 Fotokopi 1 (satu) bundel Posted Penawaran PT. Merpati Nusantara

Airlines tertanggal 17 November 2006;

46 Fotokopi Instruksi Pembayaran Deposit Pesawat ke TALG tanggal 20

Desember 2006 ;

47 Fotokopi Certificate of Incorporation of Thirdstone Aircraft Leasing

Group Inc;

48 Fotokopi Surat tanggal 13 Juli 2007 No.MNA/DZ/003/4/7/OPS-142

dari Direktur Keuangan dan Administrasi PT. Merpati Nusantara Airlines

kepada Menteri Negara BUMN;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 113: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

49 Fotokopi Surat tanggal 19 Desember 2006 dari Alan Messner CEO and

President Thirdastone Aiecraft Leasing Group Inc kepada Tony

Sudjiarto;

50 Fotokopi Confidential Summary of Terms For The Sale of One (1)

Boing 737-5y0 Aircraft Desember 19, 2006;

51 Fotokopi Surat Keputusan No. KEP/22/IX/2001 tanggal 12 September

2001 tentang Sistem dan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Direksi PT.

Merpati Nusantara Airlines;

52 Fotokopi Surat kepada Suyitno Affandi Asdep Urusan Sarana Angkutan

dan Pariwisata Kementerian BUMN tanggal 2 Maret 2007 No. MNA/

DZ/001/5/5/ADM-058 tentang Penyampaian Laporan Perjalanan Dinas;

53 Fotokopi Surat kepada Direktur Utama PT. Merpati Nusantara Airlines

tanggal 14 Maret 2007 No.015 B/B1-2/C.5 perihal : Tanggapan atas Kontrak

Lease Pesawat 737-500 dan 737-400;

54 Fotokopi Surat kepada Direktur Utama PT. Merpati Nusantara Airlines

tanggal 27 Maret 2007 No.019 B/B1-2/C.5 perihal : Progres Report

Permasalahan Kontrak Lease B 735 dan 734;

55 Fotokopi Surat kepada Gunawan Koswara Komisaris Utama PT. Mer-

pati Nusantara Airlines tanggal 28 Maret 2007 No.MNA/DZ/001/5/5/

ADM-095 perihal : Progres Report Permasalahan Kontrak Lease B 735 dan

734;

56 Fotokopi Surat Menteri Negara BUMN Cq. Deputi Bidang Usaha

Logistik dan Pariwisata tanggal 12 April 2007 No. 020/B1-1/C.5 perihal :

Laporan Permasalahan Kontrak Lease B-735 dan B-734;

57 Fotokopi Executive Summary Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan

2006 tanggal 10 Oktober 2006;

58 Fotokopi Daftar Hadir RAPAT Umum Pemegang Saham Rencana Kerja

dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2006 PT. Merpati Nusantara

Airlines tanggal 11 Oktober 2006;

59 Fotokopi Surat kepada Harry Susetyo Nugroho dari Presiden Direktor

Hotasi Nababan Nomor MNA/DZ/001/1/8/ADM-397 tanggal 29

September 2006;

60 Fotokopi Catatan Bahan Revisi Pertanggungjawaban Kinerja

Perusahaan Tahun 2004 & RKAP 2006 tanggal 3 Oktober 2006;

Hal. 31 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 114: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

61 Fotokopi Tanggapan Komisaris atas Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan (RKAP) PT. Persero Merpati Nusantara Airlines No. 035/BI-1/

C6;

62 Fotokopi Alur Percakapan Email antara Hotasi Nababan dengan

Lawrence Siburian bulan Desember 2006;

63 Fotokopi Surat dari Hotasi Nababan kepada Pimpinan PT. Bank Mandiri

Nomor : MNA/DZ/006/1/KU-531 tanggal Desember 2006;

64 Fotokopi Email antara Alan Messner dengan Tony Sudjiarto tanggal

22 Februari 2007;

65 Fotokopi Email antara Lawrence Siburian dengan Kenedy tanggal 20

April 2007;

66 Fotokopi Email antara Lawrence Siburian dengan Kenedy tanggal 20

Februari 2007;

67 Fotokopi Email antara Alan Messner Nababan dengan Tonny Sudjiarto

tertanggal 28 April 2007;

68 Fotokopi Email antara Lawrence Siburian dengan Hotasi Nababan

tanggal 26 May 2007;

69 Fotokopi email antara Alan Mesner dengan Hotasi Nababan tanggal 06

Februari 2007;

70 Fotokopi Special Power of Attorney No. MNA/DZ/001/3/5/ADM-050

tanggal 1 Februari 2007;

71 Fotokopi General Power of Attorney tanggal 31 Januari 2007;

72 Fotokopi Email antara Hotasi Nababan dengan Tony Sudjiarto tanggal

28 April 2007;

73 Fotokopi Email antara Lawrence Siburian dengan Hotasi Nababan

tanggal 27 May 2007;

74 Fotokopi Salinan Keputusan para Pemegang Saham Perusahaan

Perseroan (Persero) PT. Merpati Nusantara Airlines di luar Rapat Umum

Pemegang Saham tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-

Anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Merpati Nusantara

Airlines Nomor : KEP-156/MBU/2007-GARUDA/PS/MZ/ SKEP 5003 07

tanggal 18 Juli 2007;

75 Fotokopi Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa

(RUPSLB) tanggal 29 April 2002;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 115: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

76 Fotokopi Petikan Surat Keputusan Direksi No.SKEP/314/VIII/2006

tentang Pengangkatan dan Alih Tugas / Alih Wilayah Pejabat tanggal 15

Agustus 2006;

77 Fotokopi Confidential Summary of Term For The Sale of one (1) Boeing

737-400 Aircraft Summary of Term Boeing 737-400 tanggal 19

Desember 2006;

78 Fotokopi Lease of Aircraft Summary of Term Boeing 737-400 tanggal

18 Desember 2006;

79 Fotokopi Surat dari Robert (Ted) Hume kepada Mr. Alan Messner

tanggal 15 Desember 2006;

80 Fotokopi Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tentang

Pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan PT. Merpati

Nusantara Airlines tahun 2006 No. RIS-32/D.3-MBU/2006 tanggal 11

Oktober 2006;

Digunakan untuk perkara lain;

Membebankan Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara dalam semua

tingkat peradilan dan biaya dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar Rp2.500,00 (dua

ribu lima ratus rupiah);

Membaca Akta permohonan peninjauan kembali tertanggal 2 Desember 2014

yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 2

Desember 2014 dari Pemohon Peninjauan Kembali sebagai Terpidana, yang memohon

agar putusan Mahkamah Agung tersebut dapat ditinjau kembali;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa putusan Mahkamah Agung tersebut telah diberi-tahukan

kepada Pemohon Peninjauan Kembali pada tanggal 03 November 2015 dengan

demikian putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap ;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan

Kembali pada pokoknya adalah sebagai berikut :

1 Bahwa terdapat keadaan baru (Novum) yaitu menimbulkan dugaan kuat bahwa jika

keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan

berupa putusan bebas atau putusan lepas dari tuntutan hukum (vide Pasal 263 ayat

(2) huruf a KUHAP);

Alat bukti yang diajukan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana sebagai suatu

“Keadaan Baru” atau Novum adalah adanya:

Hal. 33 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 116: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1 Putusan United States District Court At District Of

Columbia (Putusan Pengadilan Negeri Amerika Serikat

Untuk Distrik Columbia) dalam kasus pidana (Kriminal)

terhadap JON COOPER Nomor Kasus: 12-CR-211-1

(ABJ), Nomor USM: 32221-016. Keputusan Sidang 4

Maret 2014 yang telah berkekuatan hukum tetap (Bukti

PK 1- Terlampir);

2 Putusan United States District Court At District Of

Columbia (Putusan Pengadilan Negeri Amerika Serikat

Untuk Distrik Columbia) dalam kasus pidana (Kriminal)

terhadap ALAN MESSNER Nomor Kasus: 13-

CR-0223-1 (ABJ), Nomor USM: 32900-016. Keputusan

Sidang 21 Februari 2014 yang telah berkekuatan hukum

tetap (Bukti PK 2- Terlampir);

Ad 1) Novum Pertama : Putusan United States District Court At District Of

Columbia (Putusan Pengadilan Negeri Amerika Serikat Untuk Distrik

Columbia) dalam kasus pidana atas JON C. COOPER;

Bahwa keadaan baru (Novum Pertama) yang menjadi dasar permintaan

peninjauan kembali ini adalah adanya Putusan United States District Court

At District Court Of Columbia pada tanggal 4 Maret 2014 dalam kasus

pidana Jon C Cooper yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, di mana

amar putusannya menyatakan bahwa Jon C Cooper bersalah (guilty) telah

melakukan perbuatan pidana, dengan dasar pertimbangan :

• Jon C Cooper mengaku bersalah telah melakukan perbuatan pidana penipuan/

penggelapan dana Security Deposit yang diserahkan PT. Nusantara Airlines

(“MNA”) kepada Thirdstone Aircraft Leasing Group (“TALG”);

• Jon C Cooper dihukum penjara selama 18 (delapan belas) bulan di Fasilitas

Federal di Englewood, CO, pelaksanaan penahanannya dimulai tanggal 1 Juni

2014;

• Jon C Cooper setelah dibebaskan dari penjara harus tetap dalam pengawasan

untuk jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan;

• Jon C Cooper dihukum harus membayar ganti kerugian kepada korban yaitu

MNA sebesar US 1.000.000 (satu juta dollar AS) dengan kewajiban tanggung

renteng bersama dengan Alan Messner;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 117: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Ad 2) Novum Kedua: Putusan United States District Court At District Of Columbia

(Pengadilan Negeri Amerika Serikat Untuk Distrik Columbia) dalam kasus

pidana atas ALAN MESSNER.

Bahwa keadaan baru (Novum Kedua) yang dijadikan sebagai dasar

permintaan peninjauan kembali ini adalah adanya Putusan United States

District Court At District Columbia tanggal 21 Februari 2014 dalam kasus

pidana Alan Messner yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, di mana

amar putusannya menyatakan bahwa Alan Messner bersalah (guilty) telah

melakukan perbuatan pidana, dengan dasar pertimbangan:

• Alan Messener mengaku bersalah telah melakukan perbuatan pidana penipuan/

penggelapan dana/uang Security Deposit yang diserahkan MNA kepada TALG;

• Alan Messner dihukum penjara selama 1 (satu) tahun dan 1 (satu) hari di

fasilitas Federal di Oxford, WI, pelaksanaan penahanannya dimulai tanggal 1

Juni 2014;

• Alan Messner setelah dibebaskan dari penjara tetap dalam pengawasan untuk

jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan;

• Alan Messner dihukum harus membayar ganti kerugian secara tanggung renteng

dengan John C Cooper sebesar US$ 62,231.60;

Dalil-dalil dari adanya Novum Pertama dan Novum Kedua terkait dengan Putusan

Kasasi Mahkamah Agung No.417 K/Pid.Sus/2014 tertanggal 7 Mei 2014 tersebut

adalah:

1 Bahwa ketika perkara Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana sedang

diperiksa/diadili di tingkat Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat, pada saat itu persidangan pidana Jon C Cooper dan Alan

Messner di Pengadilan Negeri Amerika Serikat Distrik Columbia sedang

berlangsung dan belum ada putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap

dalam perkara tersebut. Putusan pidana Pengadilan Negeri Amerika Serikat

tersebut baru dijatuhkan dan diketahui setelah keluarnya Putusan Mahkamah

Agung No.417 K/ Pid.Sus/2014 tertanggal 7 Mei 2014. Dengan demikian,

Novum Pertama dan Novum Kedua telah memenuhi ketentuan yang diatur

dalam Pasal 263 ayat (2) huruf a KUHAP;

2 Bahwa Kedua Putusan United States District Court At District Of

Columbia dalam kasus pidana Jon C Cooper dan Alan Messner yang menjadi

Novum Pertama dan Novum Kedua tersebut sepatutnya dilihat sebagai:

Hal. 35 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 118: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Probacio Plena adalah bukti penuh, bukti sempurna yang tidak ter-

bantahkan. Dengan demikian, Putusan Pengadilan Negeri Amerika Serikat

District Columbia tersebut adalah bukti sempurna yang tidak terbantahkan

(Probacio Plena);

• Res judicata pro veritate habetur, dalam arti putusan tersebut

merupakan bukti apa yang ditetapkan dalam putusan itu

mempunyai kekuatan mengikat (teori hukum pembuktian)

yang sesuai prinsip hukum yang berlaku universal, suatu

putusan pengadilan harus dianggap benar (res judicata pro

veritate habetur);

• Demi menjunjung tinggi prinsip keadilan, sudah sepatutnya

putusan pidana Pengadilan Amerika Serikat terhadap Jon C

Cooper dan Alan Messner terkait dana Security Deposit

MNA (Novum Pertama dan Novum kedua) juga

dipergunakan menjadi dasar serta pegangan dalam melihat

dan memahami permasalahan ini seutuhnya, dan secara

menyeluruh karena keduanya saling terkait serta sangat

berhubungan erat, sehingga dapat dicapai suatu keadilan;

3 Bahwa dengan adanya Novum Pertama dan Novum Kedua tersebut, di

mana Jon C Cooper dan Alan Messner mengaku bersalah dan dihukum pidana

penjara, membuktikan bahwa dalam peristiwa hukum sewa pesawat antara

MNA dan TALG terungkap fakta adanya rangkaian tipu muslihat dan penipuan

yang dilakukan secara terencana dan sistematis oleh Jon C Cooper (pemilik

TALG) bersama-sama Alan Messner (CEO TALG) dengan cara menggunakan

TALG sebagai “kendaraan”, dan berakibat dana Security Deposit sebesar US$

1.000.000 (satu juta dollar AS) milik MNA, yang tanpa sepengetahuan dan

persetujuan MNA/ Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana telah dicairkan

secara melawan hukum (illegal) kemudian digunakan untuk kepentingan pribadi

pemilik TALG dan CEO TALG tersebut;

4 Bahwa dengan adanya Novum Pertama dan Novum Kedua,

memperlihatkan bahwa Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) telah

menjatuhkan putusan yang mengandung kekhilafan atau kekeliruan nyata, oleh

karena Pimpinan TALG yaitu Jon C Cooper dan Alan Messner (CEO TALG)

telah dinyatakan bersalah oleh US District Court at District Court of Columbia

(Pengadilan Negeri Amerika Serikat untuk Distrik Columbia) dalam kasus

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 119: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pidana di mana telah terbukti melakukan perbuatan pidana penipuan/

penggelapan dana Security Deposit milik MNA sebesar US$ 1.000.000,00 (satu

juta dollar AS) dan keduanya dihukum harus mengembalikan kepada MNA;

5 Bahwa dengan adanya Novum Pertama dan Novum Kedua, nyata-nyata

membuktikan bahwa kedua LASOT (Lease Agreement Summary of Terms)

antara PT MNA dengan TALG untuk kedua pesawat adalah sah dan mengikat,

yang merupakan alasan bagi transfer Security Deposit sebesar US$ 1.000.000,00

(satu juta dollar AS). Penempatan Security Deposit bukan berdasarkan Lease

Agreement. Dengan demikian tidak ada perbuatan melawan hukum yang

dilakukan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana. Hal ini sesuai keterangan

Ahli Hukum Perjanjian Internasional, Prof IB Supancana, di persidangan yang

menerangkan bahwa LASOT, atau yang dikenal sebagai LOI (Letter Of Intent)

adalah sah dan mengikat para pihak, dan sesuai dengan kelaziman yang berlaku

di dunia sewa pesawat terbang. Hal yang sama dijelaskan dalam keterangan

saksi dari Garuda Indonesia Airline yaitu bahwa LASOT/LOI sudah mengikat

sebagai syarat dari Lessor untuk mengizinkan calon penyewa memeriksa

pesawat (yang akan disewa) tersebut;

Tidak terbuktinya unsur melawan hukum;

6 Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana menolak putusan

Mahkamah Agung Nomor 417K/Pid.Sus/2014 yang tidak ber-kesesuaian dengan

fakta yang nyata-nyata terjadi, di mana Judex Juris a quo menyatakan:

Bahwa perbuatan Terdakwa merupakan perbuatan melawan hukum yakni

membayarkan Security Deposit sebesar US$ 1.000.000 (satu juta dollar

Amerika Serikat) tidak melalui mekanisme Letter of Credit atau Escrow

Account tetapi secara cash ke rekening Hume & Assoiciates PC padahal dalam

persidangan terungkap fakta bahwa sesuai dengan LASOT Pembayaran

Security Deposit dilakukan 1 (satu) hari setelah adanya Purchase Agrement

antara TALG dengan East Dover, akan tetapi pada saat pembayaran Security

Deposit belum ada penandatanganan Purchase Agrement antara TALG dengan

East Dover selaku pemilik pesawat Boeing 737-500 dan Lease Agrement

dengan pihak TALG hanya ada 1 (satu) unit pesawat Boeing 7347-500 serta

ada Legal Opinion dari Divisi Legal mengenai resiko kerjasama dengan pihak

TALG. Lebih dari itu Security Deposit yang dibayarkan akan digunakan

sebagai pembayaran uang muka pembelian pesawat Boeing 737-500 oleh

TALG kepada East Dover Ltd padahal berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Hal. 37 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 120: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Keuangan Nomor: Kep.116/ kmk.01/1991, Security Deposit adalah jumlah

uang yang diterima Lessor dan Leassy pada permulaan masa lease sebagai

jaminan untuk kelancaran pembayaran Lesse. Bahwa Security Deposit

merupakan jaminan yang dibayarkan dan akan digunakan apabila pihak

penyewa gagal bayar dalam masa penyewaan tersebut sehingga karena sifatnya

jaminan maka Security Deposit harus tetap dalam keadaan diam dan tidak

dapat dialihkan atau dicairkan atau dipergunakan untuk kepentingan orang

lain, oleh karena itu secara yuridis perbuatan Terdakwa merupakan perbuatan

melawan hukum karena bertentangan dengan Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang

No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, Surat Keputusan Menteri Keuangan

Nomor : Kep.116/kmk. 01/1991, Pasal 3 huruf e jo Pasal 8 huruf h jo

Lampiran Bagian Lain-Lain angka 8 Keputusan Menteri BUMN Nomor :

Kep-101/MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (vide: Putusan Kasasi halaman 58-59);

Penolakan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana adalah karena sesuai

fakta, sebagaimana yang dibuktikan oleh Novum Pertama, diketahui bahwa:

• Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana terbukti telah

melakukan upaya yang maksimal dalam mengamankan Security

Deposit;

• Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana sudah mengusulkan

membayar Security Deposit menggunakan mekanisme Letter Of

Credit (L/C) atau, sudah membayar Security Deposit melalui

mekanisme Escrow Account;

7 Bahwa Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) jelas-jelas telah

memperlihatkan adanya kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dalam

memahami fakta-fakta pemenuhan unsur “perbuatan melawan hukum” dengan

menyatakan: “perbuatan Terdakwa merupakan perbuatan melawan hukum yakni

membayarkan Security Deposit sebesar US$ 1.000.000 (satu juta dollar Amerika

Serikat) tidak melalui mekanisme Letter of Credit (LC) atau Escrow Account

tetapi secara cash ke rekening Hume & Assoiciates PC…dst…dst”;

8 Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) tersebut,

selain tidak berkesesuaian dengan fakta-fakta persidangan a quo, pun tidak

berkesesuaian dengan fakta-fakta sebagaimana yang terungkap dalam Novum

Pertama. Hal ini dapat dilihat dari pertimbangan hukum putusan United States

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Page 121: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

District Court at District Court of Columbia (Pengadilan Negeri Distrik

Columbia) dalam kasus pidana Jon C Cooper yang menyatakan:

Mengenai uang jaminan, diskusi antara Thirdstone (TALG) dan Merpati

mencerminkan maksud bahwa deposit tidak diberikan kepada Terdakwa (Jon

C Cooper) secara langsung, tetapi dipegang oleh pihak ketiga dan

digunakannya hanya dalam arti yang dapat diterima atas uang jaminan tersebut

: untuk membayar sewa pesawat setelah kesepakatan itu terwujud. Diskusi

tersebut meliputi:

• Pada tanggal 11 Desember, Terdakwa (Jon C Cooper) mengusulkan

agar uang jaminan harus dibayar ke Rekening Pribadinya. Bukti A pada 1.

(Disini, Bukti….” mengacu pada bukti dari nota hukuman asli pemerintah).

Merpati menolaknya; Terdakwa (Jon C Cooper) kemudian mengusulkan

agar Hume digunakan sebagai Agen Escrow pihak ketiga. Merpati

kemudian balik mengusulkan agar para pihak menggunakan Letter of Credit

(“L/C”) tapi Thirdstone menolaknya;

• Pada tanggal 17 Desember, Terdakwa (Jon C Cooper)

menyebabkan untuk dikirim ke Merpati Surat Hume yang

ia palsukan dan sebuah Surat dari Thirdstone menyatakan

bahwa “dana akan digunakan semata-mata untuk

mengamankan dua pesawat boeing” untuk Merpati. bukti

a pada 8-9;

• Ringkasan Syarat Perjanjian/LOI tertanggal 18 Desember

antara Merpati dan Thirdstone, menyatakan bahwa “uang

jaminan” dibayarkan kepada Hume, “agen firma hukum

untuk” Thirdstone, dan akan dikembalikan dalam waktu

lima hari jika transaksi tidak dapat dibuat. bukti a pada

13;

• Pada tanggal 19 Desember, Messner (menyalin

Terdakwa) meyakinkan Merpati bahwa uang jaminan

akan “dipegang… sebagai simpanan dengan itikad baik

sampai selesainya kesepakatan atau jika kita tidak bisa

menyepakati syarat dan ketentuan ia akan dikembalikan

Hal. 39 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Page 122: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pada saat permintaan Anda”. Bukti pada 33; lihat juga id.

Pada 44.

• Pada tanggal 20 Desember, Merpati membuat Terdakwa

(Jon C Cooper) secara pribadi menadatangani perjanjian

satu halaman menentukan bahwa uang jaminan “yang

dipegang sesuai dengan dua perjanjian LOI” dengan

ketentuan bahwa dana tersebut dipegang oleh Hume.

Bukti V pada 1;

9 Bahwa dengan adanya Novum Pertama terbukti Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana telah melakukan cukup upaya untuk mengamankan dana

Security Deposit di mana semula Jon C Cooper mengusulkan agar dana Security

Deposit ditransfer langsung ke rekening Jon C Cooper, akan tetapi ditolak oleh

Pemohon Peninjauan Kembali/ Terpidana. Malahan sebaliknya, Pemohon

Peninjauan Kembali/ Terpidana meminta agar Security Deposit menggunakan

mekanisme Letter of Credit/L/C;

10 Bahwa memperhatikan fakta-fakta yang terungkap dalam Novum Pertama

tersebut di atas memperlihatkan bahwa Putusan Majelis Kasasi a quo

mengandung kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dalam pemenuhan fakta-

fakta terkait unsur melawan hukum, karena ternyata pihak MNA in casu

Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana sudah meminta pada TALG (Jon C

Cooper) agar pembayaran Security Deposit menggunakan mekanisme Letter of

Credit (L/C) namun ditolak oleh TALG (Jon C Cooper);

11 Bahwa sedangkan mengenai putusan Judex Juris a quo yang menyalahkan

Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana karena tidak menggunakan

“mekanisme Escrow Account”, sesuai faktanya, dana tunai Security Deposit

sebesar US$ 1.000.000 (satu juta dollar AS) sudah ditransfer Pemohon

Peninjauan Kembali/Terpidana ke Escrow Account (rekening penampungan)

yaitu di rekening Hume & Associates PC yang mana kantor hukum Hume &

Associates PC berfungsi pula sebagai Escrow Agent;

12 Bahwa dengan Novum Pertama tersebut diketahui bahwa Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana sudah meminta memakai mekanisme Letter of Credit (L/C)

dan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana sudah meletakan Security Deposit

di Escrow Account (Rekening Penampungan) yaitu di Rekening Hume &

Associates yang adalah Escrow Agent, dengan demikian perbuatan Pemohon

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Page 123: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Peninjauan Kembali/Terpidana tersebut sesungguhnya tidak memenuhi unsur

melawan hukum;

13 Bahwa dengan adanya Novum Pertama tersebut terlihat kekhilafan atau

kekeliruan yang nyata dari Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) dalam

memahami dan menilai fakta-fakta (feitelijk) yang nyata-nyata terjadi. Sehingga,

putusan Judex Juris a quo telah terbantahkan dengan adanya Novum Pertama

tersebut;

14 Bahwa dengan adanya Novum Pertama dan Novum Kedua terbukti tidak adanya

unsur “dengan sengaja” (mens-rea) dari Pemohon Peninjauan Kembali/

Terpidana melakukan perbuatan yang dinyatakan memenuhi unsur “melawan

hukum” dan “menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi”

yang dalam perkara a quo menguntungkan TALG atau Hume & Associates. Hal

ini dikarenakan niat jahat (criminal) yang “dengan sengaja” itu justru datangnya

dari Jon C Cooper (pemilik TALG) dan Alan Messner (CEO TALG), yang

secara sistematis dan terencana telah mengelabui/menipu Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana dan jajaran MNA;

15 Bahwa dengan Novum Pertama dan Novum Kedua, maka secara jelas diketahui

bahwa Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana sebagai Korban Kejahatan telah

mengajukan laporan pada Federal Bureau of Investigation (FBI) di AS atas

perbuatan Jon C Cooper dan Alan Mesnner yang menipu MNA dan

menggelapkan Security Deposit milik MNA. Fakta ini membuktikan bahwa

Pemohon Peninjauan Kembali/ Terpidana tidak memiliki benturan kepentingan

dengan TALG dalam transaksi sewa pesawat;

16 Bahwa laporan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana ini kemudian

ditindaklanjuti dan akhirnya Pengadilan Negeri AS Distrik Columbia

menjatuhkan putusan Jon C Cooper dan Alan Mesnner telah bersalah melakukan

tindak pidana penipuan/penggelapan dana Security Deposit milik MNA sebesar

US$ 1.000.000 (satu juta dollar AS), dan Keduanya dihukum secara tanggung

renteng harus mengembalikan uang tersebut kepada MNA;

17 Bahwa dengan demikian Jon C Cooper dan Alan Mesnner adalah para pelaku

(criminals) yang telah menipu dan menggelapkan dana Security Deposit milik

MNA, sementara Pemohon Peninjauan Kembali/ Terpidana adalah korban

kejahatan dari Jon C Cooper dan Alan Mesnner di AS;

18 Bahwa apabila peristiwa hukum (feitelijk) a quo di kesampingkan dan Pemohon

Peninjauan Kembali/Terpidana (korban kejahatan) tetap dinyatakan terbukti

Hal. 41 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Page 124: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

bersalah dijatuhi pidana, maka Putusan pemidanaan terhadap Pemohon

Peninjauan Kembali/Terpidana akan menciderai hukum dan rasa keadilan

karena Pemohon Peninjauan Kembali/ Terpidana yang adalah korban kejahatan

dinyatakan terbukti bersalah dan dihukum oleh Pengadilan di Indonesia,

sementara itu, Jon C Cooper dan Alan Messner yang adalah pelaku kejahatan

telah dihukum oleh Pengadilan Amerika dalam perkara yang sama;

19 Bahwa dengan adanya Novum Pertama dan Novum Kedua, maka Pemohon

Peninjauan Kembali/Terpidana tidak terbukti melakukan perbuatan melawan

hukum. Dengan demikian sudah tepat dan benar Putusan Pengadilan Tipikor

pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 36/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST.

tanggal 19 Februari 2013, sehingga demi hukum dan keadilan, sepatutnya

dikuatkan oleh Majelis Hakim Agung tingkat Peninjauan Kembali;

20 Bahwa dengan tidak terbuktinya Pemohon Peninjauan Kembali/ Terpidana

melakukan perbuatan yang bersifat melawan hukum, maka terhadap Pemohon

Peninjauan Kembali/Terpidana tidak dapat dipertanggung jawabkan secara

pidana sesuai dengan azas no liability without unlawfulness, oleh karenanya

Pemohon Peninjauan Kembali/ Terpidana tidak dapat dipidana. Dan

berdasarkan azas fundamental yaitu tiada pidana tanpa adanya kesalahan (azas

culpabilitas), apalagi Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana yang dalam

permasalahan sewa-menyewa pesawat ini tidak terbukti memperoleh

keuntungan apapun. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman serta

Yurispudensi Mahkamah Agung RI Nomor 42 K/Kr/1966 tanggal 8 Januari

1966 atas nama Terdakwa Machroes Effendi;

Tidak terbuktinya unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi.

21 Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana sangat menolak terhadap

putusan Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) yang menyatakan:

Unsur melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi;

Bahwa akibat perbuatan Terdakwa yang melawan hukum telah memperkaya

orang lain atau korporasi yaitu Thirdstone Aircraft Leasing Group (TALG) atau

Hume & Associates PC dan telah mengakibatkan kerugian keuangan Negara

sebesar US$ 1.000.000 (satu juta dollar Amerika Serfikat). Vide Putusan

Kasasi halaman 59;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42

Page 125: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Penolakan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana disebabkan karena Judex

Juris a quo tidak memberikan cukup pertimbangan hukum yang menguraikan

fakta terpenuhinya unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi;

22 Bahwa dengan adanya Novum Pertama dan Novum Kedua terbukti tidak

terpenuhinya unsur “memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi” yang dalam perkara a quo adalah TALG (Jon C Cooper dan Alan

Messner) atau Hume & Associates akibat dari perbuatan Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana dalam transaksinya dengan TALG. Oleh karena, sebagai

fakta akhirnya, TALG (Jon C Cooper pemilik TALG dan Alan Messner CEO

TALG) tidak menjadi bertambah kaya, malahan justru sebaliknya, karena Jon C

Cooper dan Alan Messner, selain telah dihukum pidana penjara, juga secara

tanggung renteng harus mengembalikan uang/dana sebesar US$ 1.000.000 (satu

juta dollar AS) milik MNA. Dengan demikian perbuatan Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana tidak memenuhi unsur memperkaya orang lain atau suatu

korporasi;

23 Bahwa seandainya pun Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) hanya

mengikuti dan membenarkan keberatan Kasasi Jaksa/Penuntut Umum terkait

uraian perbuatan yang memenuhi unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain

atau suatu korporasi tersebut, maka hal itu telah terbantahkan pula dengan

adanya Novum Pertama dan Novum Kedua. Oleh karena kesimpulan Penuntut

Umum yang diterima Majelis Hakim Kasasi menyatakan: “pengertian

menguntungkan diri sendiri tidak harus TALG bertambah kekayaannya bisa

juga terbukti bila TALG memperoleh fasilitas atau keuntungan lainnya dari

perbuatan Terdakwa, seperti antara lain perusahaan TALG bertambah

kredibilitasnya” (vide putusan Kasasi hlm. 36). Padahal, keuntungan

bertambahnya kredibilitas TALG tidak termasuk perbuatan yang didakwakan, di

samping itu dengan adanya Novum Pertama dan Novum Kedua yang

menghukum pidana penjara Jon C Cooper (pemilik TALG) dan Alan Messner

(CEO TALG) membuktikan bahwa tidak ada fasilitas yang diperoleh TALG,

apalagi kredibilitas, karena tidak mungkin kredibilitas TALG bertambah dengan

dipenjarakannya (hukuman pidana) Pemilik TALG dan CEO TALG. Dalam

dunia bisnis sewa pesawat, bahkan dalam dunia binis pada umumnya,

kredibiltas TALG telah runtuh, terpuruk, jatuh, dan tidak akan dipercaya lagi

akibat dipidananya pemilik TALG, Jon C Cooper dan CEO TALG, Alan

Hal. 43 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Page 126: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Messner, karena telah menipu Lessee/MNA dan menggelapkan dana Security

Deposit milik Lessee/MNA;

24 Bahwa, di samping itu, dalam uraian pertimbangan hukum atau uraian fakta-

fakta yang ada di Novum Pertama dan Novum Kedua, nyata-nyata bersesuaian

dengan rangkaian fakta pada persidangan Perdata di Pengadilan Amerika Serikat

yaitu Putusan Pengadilan Distrik Amerika Serikat untuk Distrik Columbia atas

Kasus Perdata No. 1: 07-cv-00717 antara PT. (Persero) MERPATI Nusantara

Airlines (Penggugat) vs TALG, Inc., Dkk. (para Tergugat) yang diputuskan

hakim Richard J. Leon pada 8 Juli 2007, di mana pada faktanya adanya aliran

uang Security Deposit MNA yang semula diletakkan pada rekening Escrow

Agent yaitu kantor hukum Hume & Associates PC kemudian tanpa

sepengetahuan dan tanpa persetujuan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana

telah dipindahkan ke rekening pribadi Jon C Cooper;

25 Bahwa, dengan demikian, Judex Juris a quo yang menyatakan Pemohon

Peninjauan Kembali/Terpidana terbukti memperkaya TALG atau Hume &

Associates, sebagai ternyata, memperlihatkan adanya kekhilafan Hakim atau

kekeliruan nyata. Hal ini dikarenakan, sesuai fakta, Jon C Cooper mengaku telah

mencairkan/menggunakan dana Security Deposit milik MNA dengan cara illegal

atau secara melawan hukum sehingga dihukum pidana penjara dan dihukum

secara tanggung renteng (bersama Alan Messner) harus mengembalikan dana

Security Deposit US $ 1.000.000 (satu juta dollar Amerika Serikat) milik MNA;

26 Bahwa dengan demikian, perbuatan Pemohon Peninjauan Kembali/Ter-

pidana tidak terbukti memenuhi unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain

atau suatu korporasi, sehingga putusan Judex Juris a quo sebagai ternyata tidak

bersesuaian dengan fakta-fakta hukum yang terjadi, oleh karenanya demi

hukum, sepatutnya putusan Judex Juris a quo dibatalkan;

Tidak terbuktinya unsur kerugian Negara.

27 Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana menyatakan menolak terhadap

putusan Judex Juris a quo yang menyatakan:

Unsur Dapat Merugikan Keuangan atau Perekonomian Negara.

Bahwa perbuatan Terdakwa yang melawan hukum telah mengakibatkan

kerugian keuangan Negara sebesar US$ 1.000.000 (satu juta dollar Amerika

Serikat) (vide putusan Kasasi halaman 59);

Penolakan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana adalah karena Judex Juris

a quo tidak memberikan cukup pertimbangan hukum yang menguraikan fakta

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44

Page 127: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

terpenuhinya unsur kerugian Negara US$ 1.000.000,00 (satu juta dollar

Amerika Serikat);

28 Bahwa dengan adanya Novum Pertama dan Novum Kedua telah membuktikan

tidak adanya “unsur kerugian Negara” akibat perbuatan Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana dalam transaksinya dengan TALG, oleh karena putusan

Hakim di Novum Pertama dan Novum Kedua amarnya memerintahkan Jon C

Cooper dan Alan Messner secara tanggung renteng membayar ganti rugi US$

1.000.000 (satu juta dollar AS) kepada MNA (lihat : terjemahan Putusan

Pengadilan Negeri Amerika Serikat Distrik Columbia terhadap Jon C Cooper

hal 19 dan 23 (Bukti PK 1), dan putusan berbahasa Inggris hal 5 dan 6 (Bukti

PK 2);

29 Bahwa dengan adanya Novum Pertama dan Novum Kedua yang amarnya

memerintahkan Jon C Cooper dan Alan Mesnner mengembalikan dana Security

Deposit US$ 1.000.000 (satu juta dollar AS) kepada MNA, merupakan bukti

nyata tidak adanya “unsur kerugian Negara”, karena uang/dana Security Deposit

tersebut terbukti masih ada dan Negara berhak mendapatkan kembali dana/uang

sebesar US$ 1.000.000 (satu juta dollar Amerika Serikat) tersebut;

30 Bahwa dengan adanya Novum Pertama dan Novum Kedua yang menghukum Jon

C Cooper dan Alan Messner mengembalikan dana Security Deposit US$

1.000.000 (satu juta US dollar) kepada MNA, pada akhirnya telah

ditindaklanjuti oleh Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Pemegang

Saham PT. MNA) dengan surat Nomor. S-500/MBU/08/2014, tanggal 29

Agustus 2014, perihal: Security Deposit PT Merpati Nusantara Airline Di

Amerika Serikat (Lampiran PK-1) yang isinya meminta agar PT. MNA

menindaklanjuti upaya pengembalian dana Security Deposit tersebut. Dengan

demikian, sebagai fakta, dana Security Deposit PT. MNA sebesar US 1.000.000

(satu juta dollar Amerika Serikat) nyata-nyata ada dan masih dapat diambil oleh

Negara. Sehingga, dengan demikian terbukti perbuatan Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana tidak memenuhi unsur kerugian Negara;

2. Bahwa terdapat suatu kekhilafan Hakim atau kekeliruan yang nyata karena terdapat

adanya putusan Pengadilan yang bertentangan satu dengan yang lain vide Pasal 263

ayat (2) huruf B KUHAP;

Bahwa Pasal 263 ayat (2) huruf b KUHAP menyatakan: apabila dalam pelbagai

putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau

Hal. 45 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45

Page 128: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti itu,

ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain;

Bahwa Pasal 263 ayat (2) huruf b KUHAP mencakup unsur-unsur:

a Terdapat dua atau lebih putusan pengadilan;

b Di dalam masing-masing putusan tersebut terdapat pernyataan mengenai

sesuatu telah terbukti;

c Akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang

dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan

yang lain;

Bahwa unsur Pasal 263 ayat (2) huruf b KUHAP yang mengenai dua atau lebih

(pelbagai) putusan Pengadilan itu harus memenuhi syarat:

1 Antara pelbagai putusan itu harus terdapat

hubungan yang erat;

2 Dua atau lebih putusan tersebut harus sudah

mempunyai kekuatan hukum tetap;

Bahwa pengertian dua atau lebih putusan Pengadilan tersebut tidak harus semuanya

putusan perkara pidana, tetapi boleh juga yang satu putusan perkara pidana,

sementara yang lain putusan perkara perdata atau perkara Tata Usaha Negara

(TUN), sepanjang putusan tersebut ada hubungan erat dengan putusan pidana yang

dimintakan pemeriksaan peninjauan kembali;

Bahwa hubungan erat tersebut harus berupa “suatu pernyataan mengenai sesuatu

hal” yang telah terbukti dan mempunyai kekuatan hukum tetap; akan tetapi hal atau

keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti itu,

ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain;

Bahwa syarat mengajukan permintaan peninjauan kembali dalam Pasal 263 ayat (2)

huruf b KUHAP berlatar belakang pada kepastian hukum (rechtszekerheid) yang

menjadi tujuan utama dalam penegakan hukum. Keadilan akan terangkum dengan

adanya suatu kepastian hukum. Dengan demikian, demi kepastian hukum, tidak

diperbolehkan adanya dua atau lebih putusan hakim yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap yang isinya saling bertentangan satu dengan lainnya;

Bahwa berdasarkan uraian di atas, sebagai ternyata diketahui bahwa Putusan

Mahkamah Agung No.417 K/Pid.Sus/2014 atas nama Terdakwa Hotasi D.P

Nababan bertentangan dengan:

1 Putusan United States District Court At District Court Of

Columbia (Putusan Pengadilan Negeri Amerika Serikat Untuk

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46

Page 129: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Distrik Columbia) Dalam Kasus Pidana Terhadap ALAN

MESSNER Nomor Kasus: 13 – CR-0223-1 (ABJ) Nomor USM:

32900-016. Keputusan sidang 21 Februari 2014 (Bukti PK-1

Terlampir), dan Putusan United States District Court At District

Court Of Columbia (Putusan Pengadilan Negeri Amerika Serikat

Untuk District Columbia) dalam kasus pidana (Kriminal)

Terhadap JON COOPER Nomor Kasus: 12-CR-211-1 (ABJ),

Nomor USM: 32221-016; Keputusan sidang 4 Maret 2014 (Bukti

PK 2 - Terlampir);

2 Putusan United States District Court At District Court Of

Columbia (Putusan Pengadilan Negeri Amerika Serikat Untuk

Distrik Columbia) Dalam Kasus Perdata No.1: 07-cv-00717

antara PT. (Persero) MERPATI Nusantara Airlines (Penggugat)

vs TALG, Inc., Dkk. (Para Tergugat);

3 Putusan Pengadilan Kepailitan Illinois Utara, Chicago,

Amerika Serikat Yang Menyidangkan Perkara Permohonan Pailit

Yang Diajukan ALAN MESSNER Tanggal 5 Mei 2009.

Dalil-dalil dari adanya pelbagai putusan pengadilan yang bertentangan satu dengan

lainnya adalah:

1 Bahwa ketiga putusan Pengadilan Amerika Serikat yang telah

berkekuatan hukum tetap tersebut nyata-nyata berhubungan erat dengan

permintaan peninjauan kembali terhadap putusan Judex Juris a quo yang

amar putusannya telah menghukum Pemohon Peninjauan Kembali/

Terpidana (Terdakwa Hotasi D.P Nababan) karena dinyatakan terbukti

melakukan tindak pidana Korupsi;

2 Bahwa hubungan erat dimaksud terlihat dari adanya Putusan Kasasi

yakni Putusan Mahkamah Agung No.417 K/Pid.Sus/2014 atas nama

Terdakwa Hotasi D.P Nababan yang menyatakan: “Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

perbuatan melawan hukum yang memperkaya TALG atau Hume &

Associate (milik Jon C Cooper) dan telah mengakibatkan kerugian

keuangan Negara sebesar US$ 1.000.000. (satu juta dollar Amerika

Serikat)”; Akan tetapi sesuai Novum Pertama diketahui bahwa Pengadilan

Amerika Serikat Distrik Columbia kasus pidana Nomor Kasus : 12-

CR-211-1 (ABJ), Nomor USM: 32221-016, Keputusan sidang 4 Maret 2014

Hal. 47 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47

Page 130: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

justru menghukum pidana penjara Jon C Cooper (Pemilik TALG) yang

mengaku bersalah melakukan perbuatan pidana penipuan/penggelapan

dana/uang Security Deposit milik MNA dan sesuai Novum Kedua diketahui

bahwa United States District Court At District Court Of Columbia dalam

kasus pidana Nomor Kasus 13 - CR - 0223-1 (ABJ) Nomor USM:

32900-016 menghukum pidana penjara Alan Mesner (CEO-TALG) yang

mengaku bersalah melakukan perbuatan pidana penggelapan dana/uang

Security Deposit milik MNA;

3 Bahwa dengan demikian, Putusan Mahkamah Agung No.417 K/Pid.

Sus/2014 atas nama Terdakwa Hotasi D.P Nababan terbukti saling

bertentangan dengan Putusan Pengadilan Negeri Amerika Serikat Distrik

Columbia dalam kasus pidana Jon C Cooper dan Alan Messner yang telah

berkekuatan hukum tetap;

4 Bahwa putusan pengadilan yang saling bertentangan juga terjadi antara

Putusan Mahkamah Agung No. 417 K/Pid.Sus/2014 atas nama Terdakwa

Hotasi D.P Nababan dengan Putusan United States District Court Of

District Court Of Columbia (Pengadilan Negeri Amerika Serikat untuk

Distrik Columbia) dalam Kasus Perdata No.1: 07-cv-00717 antara PT

(Persero) MERPATI Nusantara Airlines (Penggugat) vs TALG, Inc., Dkk.

(Para Tergugat), diputus oleh hakim Richard J. Leon dengan Amar Putusan

yang berbunyi:

“Diperintahkan dan diputuskan bahwa putusan diberikan yang memenangkan

Penggugat (Merpati Nusantara Airlines) atas para Tergugat Thirdstone Aircraft

Leasing Group, Inc. (TALG) dan Alan Messner, secara bersama-sama dan

sendiri-sendiri, yang menetapkan pembayaran uang sebesar $ 1,000,000.00

ditambah bunga setelah putusan dikeluarkan pada suku bunga yang ditetapkan

oleh undang-undang sampai putusan dipenuhi”;

5 Bahwa salah satu pertimbangan putusan Hakim Richard J. Leon

menyatakan: “Pesawat terbang tidak dikirim dan uang jaminan tidak

dikembalikan. Pada atau sekitar 27 Desember 2006, atas permintaan dari

tergugat Messner, uang Security Deposit US$1,000,000 telah ditransfer oleh

Hume & Associates kepada Alan Messner. Namun, Alan Messner belum

mengembalikan dana kepada MERPATI sesuai ketentuan dalam perjanjian

sewa”;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48

Page 131: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

6 Bahwa dengan demikian Merpati Nusantara Airlines Cq. Penggugat Cq.

Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana dinyatakan menang dalam

gugatan perkara perdata melawan TALG (Alan Messner) di Pengadilan

Amerika Serikat Distrik Columbia;

7 Bahwa Pengadilan Distrik Columbia di Washington DC, AS, dalam

perkara cidera janji atau wanprestasi TALG dan Alan Messner, pada 20

April 2007 telah memutus dengan Amar Putusan yang berbunyi

menghukum TALG dan Alan Messner harus mengembalikan uang Security

Deposit US$ 1.000.000. beserta bunga milik Merpati (MNA);

8 Bahwa Pengadilan Kepailitan Illinois Utara, Divisi Timur, di Chicago,

AS, yang memeriksa perkara pailit yang diajukan Alan Messner, pada 30

April 2010 telah menjatuhkan putusan yang menyatakan Alan Messner

jatuh pailit;

9 Bahwa dalam perkara kepailitan ini, Wali Amanat Amerika Serikat

Gregg Szilagyi selaku Penggugat, mengajukan Gugatan Penolakan

Terhadap Pembebasan Para Debitur, yang diajukan terhadap Alan Messner.

Gugatan ini dikabulkan oleh Pengadilan Kepailitan Illinois pada tanggal 5

Mei 2009, yang pada intinya Pengadilan menolak Messner dibebaskan dari

klaim hutang yang diprmasalahkan pihak-pihak tertentu, salah satunya

klaim sebesar US$1,000,000.00 yang diajukan MNA berdasarkan Putusan

Pengadilan Distrik Columbia, Washington DC terdahulu;

10 Bahwa selanjutnya dalam Laporan Akhir Wali Amanat, Pengadilan

Kepailitan Illinois Utara, AS, tanggal 30 April 2010 sekali lagi dengan tegas

mengabulkan klaim/tuntutan MNA sebesar US$ 1,000,000 (satu juta dollar

Amerika Serikat). Sehingga, meskipun Alan Messner dinyatakan pailit,

namun Alan Messner tetap harus melunasi hutangnya dengan cara

mengembalikan US$ 1,000,000 kepada MNA. Pembayaran pertama yang

diusulkan Wali Amanat Amerika Serikat saat itu adalah sebesar US$

6.836,73 (enam ribu dollar delapan ratus tiga puluh enam dollar tujuh puluh

tiga sen) Pembayaran inilah yang kemudian dibayarkan Alan Messner pada

MNA melalui kuasa hukum MNA di Amerika Serikat, Daniel J. Nickel.

Setelah dipotong biaya jasa hukum (Lawyer Fee) MNA memperoleh

pengembalian uang Security Deposit sebesar US$ 4,793.63 pada tanggal 28

Juli 2010;

Hal. 49 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49

Page 132: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

11 Bahwa meskipun jumlahnya tidak terlalu siginfikan, tetapi pengembalian

Alan Messner merupakan bukti nyata bahwa pihak MNA dan Pemohon

Peninjauan Kembali/Terpidana tidak melakukan kesalahan dalam perkara

sewa pesawat dengan TALG. Tetapi justru fakta yang nyata-nyata terjadi

adalah MNA/Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana telah menjadi

korban penipuan/kejahatan Jon Cooper dan Alan Messner;

12 Bahwa dengan demikian telah terjadi pertentangan putusan antara Putusan

Mahkamah Agung No.417 K/ Pid.Sus/2014 atas nama Terdakwa Hotasi D.P

Nababan yang dinyatakan telah bersalah melakukan tindak pidana Korupsi,

dengan Putusan Pengadilan Distrik Amerika Serikat untuk Distrik Columbia

atas Kasus Perdata No. 1: 07-cv-00717 antara PT (Persero) MERPATI

Nusantara Airlines (Peng-gugat) vs TALG, Inc., Dkk. (Para Tergugat)

terkait sewa menyewa pesawat dengan TALG yang justru memenangkan

gugatan PT MNA. Kedua putusan Pengadilan tersebut nyata-nyata

kontradiktif atau saling bertentangan satu dengan lainnya;

3. Bahwa terdapat adanya suatu kekhilafan Hakim atau kekeliruan yang nyata vide

Pasal 263 ayat (2) huruf c KUHAP;

1 Bahwa pengertian kekhilafan yang nyata dalam praktik hukum

dimaksudkan dalam Pasal 263 ayat (2) huruf c KUHAP adalah sebagai salah

satu cacat dalam pertimbangan hukum atau perbuatan. Atau, dengan kata lain,

tidak sempurnanya suatu pertimbangan putusan (incomplete judgment). Atau

juga diartikan bahwa putusan yang diambil menyimpang dari ketentuan yang

semestinya (any deviation). Bahkan, pertimbangan yang ringkas yang tidak

cermat dan menyeluruh, dikualifikasikan sebagai putusan yang mengandung

kekhilafan. Dengan demikian, yang dimaksud kekhilafan adalah pelanggaran

atas implementasi hukum yang semestinya harus dipertimbangkan dalam

memberikan suatu putusan;

2 Bahwa Judex Juris a quo telah memperlihatkan adanya suatu kekhilafan

Hakim atau kekeliruan yang nyata karena menerima permohonan pemeriksaan

kasasi Jaksa/Penuntut Umum, padahal sesuai ketentuan Pasal 244 KUHAP telah

ditentukan: ”terhadap putusan suatu perkara pidana yang diberikan pada tingkat

terakhir oleh Pengadilan lain selain dari pada Mahkamah Agung, Terdakwa atau

Penuntut Umum dapat mengajukan permintaan kasasi, kecuali terhadap putusan

bebas”;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50

Page 133: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3 Bahwa putusan perkara pidana Nomor 36/PID.B/TPK/2012/PN.JKT.

PST. dibacakan oleh Majelis Hakim Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat tanggal 19 Februari 2013. Selanjut-nya, pada 4 Maret 2013, Jaksa/

Penuntut Umum menyatakan kasasi dengan Akta Permohonan Kasasi No.11/

Akta-Pid.Sus/TPK/2013/PN. Jkt.Pst. dan menyerahkan Memori Kasasi pada 15

Maret 2013. Sementara itu, Mahkamah Konstitusi baru pada tanggal 28 Maret

2013 menjatuhkan Putusan Nomor 114/PUU-X/2012 yang menyatakan frasa

“kecuali terhadap putusan bebas” pada Pasal 244 KUHAP dinyatakan tidak

berkekuatan hukum mengikat;

4 Bahwa Putusan Mahkamah Kosnstitusi Nomor 114/PUU-X/2013

tertanggal 28 Maret 2013 itu telah dipergunakan sebagai dasar hukum oleh

Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) untuk menerima permohonan

pemeriksaan kasasi Jaksa/Penuntut Umum tertanggal 4 Maret 2013, padahal

permohonan kasasi Jaksa/Penuntut Umum diajukan sebelum Mahkamah

Konstitusi mengeluarkan putusan Nomor. 114/PUU-X/2013 tersebut;

5 Bahwa di samping itu, yang dimaksud dengan kekhilafan atau kekeliruan

yang nyata dari Majelis Hakim Kasasi memutus adalah antara pertimbangan dan

amar putusan menyimpang atau tidak memenuhi perintah Pasal 197 ayat (1)

huruf d dan h KUHAP :

• Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP mensyaratkan: Surat

Putusan pemidanaan memuat: pertimbangan yang disusun

secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat-alat

pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang

menjadi dasar penentuan kesalahan Terdakwa;

• Pasal 197 ayat (1) huruf h KUHAP menegaskan: Suatu

putusan pemidanaan memuat: pernyataan kesalahan

Terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam

rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan

pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;

6 Bahwa putusan Judex Juris a quo telah memperlihatkan adanya suatu

kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata karena menyatakan bahwa putusan

Judex Facti a quo adalah bukan bebas murni dikarenakan adanya dissenting

opinion. Padahal, menurut hukum, yang dimaksud putusan “bebas tidak murni”

adalah “apabila Penuntut Umum dapat/ berhasil membuktikan bahwa suatu

Putusan Pengadilan Negeri adalah bebas tidak murni yang amar putusannya

Hal. 51 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51

Page 134: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

merupakan pelepasan dari tuntutan hukum (ontslaag van alle rechtvervolging/

verkapte vrijspraak) (Vide Yurisprudensi Mahakamah Agung RI Nomor

Register 1213 K/ PID/1994 tanggal 25 Januari 1996), dan bukannya karena ada

dissenting opinion Hakim;

7 Bahwa alasan Majelis Hakim Kasasi menerima permohonan Kasasi

Jaksa/Penuntut Umum sebab putusan a quo adalah ontslaag van alle

rechtvervolging/verkapte vrijspraak bukan pembebasan murni. Kesimpulan ini

diambil berdasarkan 2 (dua) alasan:

Pertama: Putusan Pengadilan Tipikor Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak

dicapai mufakat bulat, ada pendapat dissenting opinion. Pendapat

ini adalah keliru, yang harus dipertim-bangkan itu adalah

putusannya, bukan proses menjatuhkan putusan;

Kedua: Putusan Mahkamah Konstitusi No.114/PUU-X/2013 tertanggal

28 Maret 2013. Kesimpulan ini juga keliru. Akta Permohonan

Kasasi/Jaksa/Penuntut Umum tercatat tanggal 4 Maret 2013,

sebelum Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut terbit;

8 Bahwa selain itu, putusan Judex Juris a quo memperlihatkan adanya

kekhilafan Hakim atau kekeliruan nyata karena dalam pertimbangannya hanya

menerima dakwaan dan alat-alat bukti Jaksa/Penuntut Umum saja. Tidak

memuat fakta hukum, alat bukti, serta keterangan Ahli dari Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana/Penasihat Hukumnya di persidangan Pengadilan Tipikor

pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dengan tidak dipertimbangkannya

seluruh fakta dan alat bukti yang terungkap dipersidangan, maka Judex Juris a

quo telah melanggar prinsip-prinsip keadilan bagi Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana (vide Putusan MA RI Nomor Register: 38 PK/PID/2003

tanggal 6 Juni 2005);

9 Bahwa putusan Judex Juris a quo telah memperlihatkan adanya suatu

kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata karena memeriksa/ mengadili

fakta-fakta hukum yang tidak merupakan jurisdiksinya. Hal ini dapat diketahui

dari pertimbangan Judex Juris di halaman 56 Nomor 2 yaitu: ”Bahwa sesuai

fakta-fakta hukum dan alat-alat bukti yang sah Terdakwa Hotasi D.P Nababan

selaku Direktur Utama PT Merpati Nusantara (Persero) telah melakukan

perbuatan melawan hukum secara bersama-sama dengan Tony Sudjiarto sebagai

General Manager Aircraft Procurement Division PT. Merpati Nusantara

Airlines…dst…dst…dst”. Juga pertimbangan Judex Juris halaman 57 yang

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52

Page 135: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menyatakan: ”…dst…dst… dan Mahkamah Agung mengadili sendiri sebagai

berikut: Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum dan alat-alat bukti yang sah…

dst…dst…dst”;

Padahal, jurisdiksi Majelis Hakim Kasasi dalam pemeriksaan kasasi adalah

hanya memeriksa/menguji permasalahan penerapan hukum saja. Judex Juris

tidak memeriksa/menguji fakta hukum dan bukti sebagaimana Judex Facti. Hal

ini sejalan dengan Yurispudensi Mahkamah Agung RI yang terdapat dalam (i)

Putusan Mahkamah Agung RI No.107 K/Kr/1977, (ii) Putusan Mahkamah

Agung RI No.242 K/Kr/1979, (iii) Putusan Mahkamah Agung RI No.553 K/

Kr/1982, yang menyatakan bahwa Kasasi dengan keberatan mengenai

penilaian atas pembuktian tidak dapat diterima karena merupakan kewenangan

Judex Facti;

10 Bahwa Judex Juris a quo dalam putusan kasasi a quo menyatakan Pemohon

Peninjauan Kembali/Terpidana “Terdakwa terbukti telah melakukan perbuatan

melawa hukum secara bersama-sama.. dst” (Putusan Kasasi halaman 56). Di

mana menurut Majelis Kasasi a quo kesimpulan ini diambil dari fakta-fakta

hukum dan alat-alat bukti yang sah;

Kesimpulan ini adalah keliru dan bertentangan dengan hukum acara, sebab

sepanjang yang dapat dibaca dari pertimbangan-pertimbangan sebelumnya

tidak pernah dipertimbangkan alat-alat bukti dalam perkara ini, sehingga tidak

jelas fakta-faklta hukum dan alat-alat bukti yang sah yang mana yang

dimaksud Majelis Kasasi tersebut;

Mungkin yang dimaksud oleh Majelis Kasasi dengan kata-kata/kalimat

berdasarkan pertimbangan di atas adalah fakta-fakta hukum yang dikemukakan

oleh Jaksa/Penuntut Umum dalam Memori Kasasinya. Nampaknya Majelis

Kasasi Mahkamah Agung mengambil alih Memori Kasasi ini menjadi

pertimbangan sendiri dalam memutus perkara ini. Hal seperti ini tidak

dibenarkan hukum acara, sebab hakim tidak dapat mengambil alih memori dan

kontra memori para pihak dalam putusan-nya, kecuali, Pengadilan Tingkat

Banding mengambil alih pertim-bangan-pertimbangan dan kesimpulan

Pengadilan Negeri yang dianggap tidak benar/tepat. Bila dugaan kami ini

benar, maka putusan kasasi tersebut adalah bertentangan dengan hukum acara;

11 Bahwa tanpa pertimbangan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana,

dinyatakan lebih dahulu melakukan perbuatan melawan hukum, baru kemudian

dipertimbangkan unsur-unsur dakwaan Jaksa/Penuntut Umum (Putusan Kasasi

Hal. 53 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53

Page 136: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

a quo halaman 56 Nomor 2 dan halaman 57 Nomor 3) keadaan ini adalah

terbalik, sebab menurut hukum acara, dipertimbangkan dulu bukti-bukti dan

disimpulkan fakta-fakta hukum, barulah Terdakwa dinyatakan bersalah atau

tidak;

12 Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana sangat menolak Putusan

Mahkamah Agung No.417 K/Pid.Sus/2014 tertanggal 7 Mei 2014 atas nama

Terdakwa Hotasi D.P Nababan yang menyatakan:

Unsur melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi;

Bahwa akibat perbuatan Terdakwa yang melawan hukum telah memperkaya

orang lain atau korporasi yaitu Thirdstone Aircraft Leasing Group (TALG)

atau Hume & Associates PC dan telah mengakibatkan kerugian keuangan

Negara sebesar US$ 1.000.000 (satu juta dollar Amerika Serfikat) vide Putusan

Kasasi halaman 59;

Penolakan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana adalah karena putusan

Judex Juris a quo tidak disertai dengan pertimbangan yang menguraikan fakta

hukum terpenuhinya unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi;

13 Bahwa sesuai aturan serta ajaran hukum, putusan Pengadilan itu harus memuat

seluruh pertimbangan hukum dan amar yang ditarik berdasarkan pertimbangan

hukumnya. Antara pertimbangan hukum dengan amar putusan terdapat

hubungan erat, dan amar putusan tidak boleh menyimpang dari pertimbangan

hukumnya. Atau dengan kata lain, isi amar harus mempunyai dasar dalam

pertimbangan hukum putusan;

14 Bahwa melihat dan mencermati putusan Judex Juris a quo yang menyatakan

perbuatan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana telah memenuhi unsur

“Memperkaya Orang Lain atau Suatu Korporasi” ternyata tanpa didukung alasan

serta pertimbangan hukum yang jelas dan pasti dengan menguraikan fakta-

faktanya. Sehingga, dengan demikian, apabila pertimbangan hukumnya tidak

mendukung amar yang ditarik dalam putusan, terlebih lagi amar putusan itu

tanpa pertimbangan hukum, maka sebagai hukum, putusan Pengadilan tersebut

telah memperlihatkan adanya suatu kehilafan hakim atau kekeliruan yang nyata;

15 Bahwa dengan tidak adanya pertimbangan hukum dalam menjatuhkan putusan

terpenuhinya unsur melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54

Page 137: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

lain atau suatu korporasi tersebut (Vide Putusan Kasasi halaman 59), maka

Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) telah melakukan suatu kekhilafan

atau kekeliruan yang nyata, karena putusan tersebut dibuat dengan pertimbangan

yang tidak sempurna (onvoldoende gemotiverd), dan terdapat kekeliruan yang

nyata dalam Amar putusannya yang sangat merugikan Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana; di tambah lagi, tidak dipenuhinya ketentuan hukum dalam

Pasal 197 ayat (1) huruf d dan huruf h KUHAP sehingga menyebabkan

putusan Judex Juris a quo sebagai ternyata menjadi batal demi hukum (Van

Recht Wegenietig);

16 Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana juga sangat menolak Putusan

Judex Juris a quo yang menyatakan:

Unsur dapat merugikan keuangan atau perekonomian Negara.

Bahwa perbuatan Terdakwa yang melawan hukum telah mengakibatkan

kerugian keuangan Negara sebesar US$ 1.000.000 (sa

tu juta dollar Amerika Serikat), (vide putusan Kasasi halaman 59);

Penolakan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana adalah karena Putusan

Judex Juris a quo tidak disertai dengan pertimbangan hukum yang

menguraikan fakta fakta yang memenuhi unsur mengakibatkan kerugian

keuangan Negara sebesar US$ 1.000.000,00 (satu juta dollar Amerika

Serikat);

17 Bahwa amar putusan Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) tersebut

ternyata tidak didukung pertimbangan hukum yang jelas dan pasti. Padahal,

setiap putusan Hakim itu harus didasari dengan pertimbangan hukum. Dengan

tidak adanya pertimbangan hukum yang menguraikan terpenuhinya unsur “dapat

merugikan keuangan dan perekonomian Negara (Putusan Kasasi halaman 59),

maka Judex Juris a quo nyata-nyata telah memperlihatkan adanya kekhilafan

hakim atau kekeliruan. Ditambah lagi telah menyimpang dan tidak dipenuhinya

perintah dalam Pasal 197 ayat (1) huruf d dan huruf h KUHAP, sehingga

sepatutnya mengakibatkan putusan Judex Juris a quo menjadi batal demi

hukum;

18 Bahwa Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) juga telah memper-lihatkan

adanya suatu kekhilafan atau kekeliruan yang nyata, di mana Judex Juris

perkara a quo menjatuhkan putusan di luar kewenangan atau melampaui

kewenangannya. Hal ini terlihat jelas dalam pertim-bangan hukum pada Putusan

Kasasi halaman 57 yang menyatakan bahwa perbuatan Pemohon Peninjauan

Hal. 55 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55

Page 138: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Kembali/Terpidana sesuai Dakwaan Primair Jaksa/Penuntut Umum, yaitu Pasal

2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang No.20 Tahun

2001 tentang Tipikor, dan di halaman 60 yang menyatakan: ”Menimbang,

bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah

Agung berpendapat Terdakwa tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh Penuntut

Umum dalam Dakwaan Primair, oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut

haruslah dijatuhi hukuman setimpal dengan perbuatannya”. Padahal dalam Surat

Tuntutan Nomor No. Reg. Perkara: PDS-33/JKT-PST/2012 tanggal 7 Januari

2013, Jaksa/Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya menyatakan perbuatan

Terdakwa Hotasi D.P Nababan tidak terbukti memenuhi unsur Pasal 2 Undang-

Udang No. 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang

Tipikor. Atau, dengan kata lain, Jaksa/Penuntut Umum dalam Tuntutannya:

“Menyatakan Terdakwa Hotasi Nababan tidak terbukti melakukan tindak pidana

Korupsi sebagaimana dalam dakwaan Primair”, di mana dakwaan Primair Jaksa/

Penuntut Umum adalah Pasal 2 Unadng-Undang No.31 Tahun 1999 juncto

Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Tipikor;

19 Bahwa, dengan demikian Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) selain

memutus sesuatu yang tidak terbukti di persidangan, juga telah memutus sesuatu

hal yang tidak diminta atau dituntut Jaksa/Penuntut Umum, di mana Jaksa/

Penuntut Umum menyatakan perbuatan Pemohon Peninjauan Kembali/

Terpidana tidak terbukti memenuhi unsur Pasal 2 Undang-Undang No.31 Tahun

1999 juncto Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Tipikor melainkan

memenuhi unsur Pasal 3 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 juncto Undang-

Undang No.20 Tahun 2001 tentang Tipikor. Sedangkan Majelis Hakim Kasasi

justru menghukum Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana karena melanggar

Pasal 2 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang No.20

Tahun 2001 tentang Tipikor yang tidak dituntut oleh Jaksa/Penuntut Umum;

20 Bahwa Kesimpulan Majelis Kasasi dalam putusan a quo yang diambil tidak

sesuai dengan putusan yang dijatuhkan. Nampaknya Majelis Kasasi menerima

seutuhnya alasan-alasan yang dikemukakan Jaksa Penuntut Umum dalam

memori kasasi, selain yang diputus berlainan, seharusnya Majelis Kasasi

sependapat dengan Jaksa Penuntut Umum, yang terbukti dakwaan Subsidair,

tetapi Majelis Kasasi berpendapat yang terbukti dakwaan Primair, pertimbangan

ini tidak sesuai (pemikiran) dengan Jaksa/Penuntut Umum;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56

Page 139: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

21 Bahwa Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) memperlihatkan adanya suatu

kekhilafan atau kekeliruan yang nyata karena melakukan kesesatan fakta

(feitelijke dwaling) maupun kesesatan hukum (dwaling omtrent het recht) karena

di dalam pertimbangan hukum Judex Juris a quo hanya memuat surat dakwaan

Jaksa/Penuntut Umum dengan mengesampingkan atau tidak memuat fakta-fakta

yang telah diungkap Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana dan Pembelaan

Penasihat Hukum Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana. Selain itu pula tidak

mengungkap seluruh fakta persidangan, sehingga Judex Juris a quo melanggar

ketentuan Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP beserta Penjelasannya. Padahal,

pertimbangan suatu putusan harus memuat secara ringkas mengenai fakta dan

keadaan. Yang dimaksud dengan “fakta dan keadaan di sini” ialah segala apa

yang ada dan apa yang dikemukakan di sidang oleh pihak dalam proses, antara

lain penuntut umum, saksi, ahli, Terdakwa, Penasihat Hukum dan saksi korban

(vide Penjelasan Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP);

22 Bahwa Majelis Hakim Kasasi memperlihatkan adanya suatu kekhilafan

atau kekeliruan yang nyata karena melakukan kesesatan fakta (feitelijke

dwaling) maupun kesesatan dalam hal hukumnya (dwaling omtrent het recht),

oleh karena dalam pertimbangannya Putusan Kasasi Halaman 58 menyatakan

menerima pendapat Jaksa/Penuntut Umum dalam Memori Kasasinya yang

menyatakan bahwa: “…..Lebih dari itu, Security Deposit yang dibayarkan akan

digunakan sebagai pembayaran uang muka pembelian pesawat Boeing 737-500

oleh TALG kepada Eastdover padahal berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Keuangan Nomor Kep.116/kmk.01/1991, Security Deposit adalah jumlah yang

diterima Lesse dari Leassy pada permulaan masa lease sebagai jaminan untuk

kelancaran pembayaran Lessse… dst..dst…”. Pertimbangan Judex Juris a quo

nyata-nyata keliru serta menyesatkan sebab KMK Nomor 116/kmk.01/1991 itu

tidak pernah diterbitkan atau tidak pernah ada. Padahal, KMK No.116/

kmk.01/1991 tersebut dipergunakan Jaksa/Penuntut Umum sebagai salah satu

peraturan “acuan” untuk menyatakan perbuatan Pemohon Peninjauan Kembali/

Terpidana, Hotasi D.P Nababan telah “melanggar hukum” yaitu melanggar

KMK yang nyata-nyata tidak pernah diterbitkan oleh Menteri Keuangan;

23 Bahwa apabila KMK No.116/KMK.01/1991 yang tidak pernah diterbit-kan atau

tidak pernah ada itu dianggap kesalahan tulis (kesalahan ketik) dari yang

dimaksud sesungguhnya adalah KMK No.1169/KMK. 01/1991 tentang kegiatan

Sewa Guna Usaha (Leasing), maka Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo)

Hal. 57 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57

Page 140: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pun telah secara jelas memper-lihatkan adanya suatu kekhilafan atau kekeliruan

yang nyata karena telah menjatuhkan Putusan yang mengakibatkan suatu

peraturan yang sudah jelas dan tuntas menjadi berubah, atau peraturan yang

sudah limitatif menjadi bertambah. Hal ini dikarenakan KMK No.1169/KMK.

01/1991 adalah Keputusan Menteri Keuangan terbit pada tahun 1991 yang

mengatur tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing), dan tidak mengatur

secara khusus tentang tata cara peletakan Security Deposit. Sedangkan dalam

KMK No.1169/KMK.01/ 1991 tersebut yang dimaksud “Lessor” adalah

Lembaga Pembiayaan; Sementara dalam perkara a quo TALG bukanlah

Lembaga Pembiayaan. Dengan demikian, tidak terbukti ada relevansinya

definisi Security Deposit dimaksud dalam perkara a quo dengan definisi

Security Deposit sebagaimana dimaksud-kan dalam KMK tersebut;

24 Bahwa selain itu, Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) telah

memperlihatkan adanya kekhilafan atau kekeliruan yang nyata karena

menafsirkan suatu peraturan yang nyata-nyata melanggar kehendak dan maksud

pembentuk peraturan tersebut yakni tentang Surat Keputusan Menteri Keuangan

Nomor Kep.1169/KMK.01/1991 di mana pada saat KMK No.1169/

KMK.01/1991 diterbitkan atau diberlakukan, yang menjadi Pemegang Saham

pada Perseroan Terbatas Badan-Badan Usaha Milik Negara adalah Menteri

Keuangan RI, sehingga peraturan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) tersebut

dapat diberlakukan. Akan tetapi, setelah tahun 2003, atau setelah terbit Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Pemegang Saham pada

Perseroan Terbatas milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah Menteri

Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN), bukan lagi Menteri

Keuangan, sehingga Keputusan Menteri Keuangan No.1169/KMK.01/1991

tidak dapat diterapkan atau diber-lakukan terhadap Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana sebagai Direktur Utama PT MNA (BUMN), yang berada di

bawah dan bertanggung jawab pada Meneg BUMN. Dengan kata lain, tidak ada

relevansinya antara KMK No.1169/KMK.01/1991 tersebut dengan peristiwa

hukum peletakan Security Deposit oleh Pemohon Peninjauan Kembali/

Terpidana dalam perkara a quo;

25 Bahwa lagi pula, apabila Majelis Hakim Kasasi memperhatikan dengan seksama

mengenai obyek yang dikenai norma hukum (adressaat) dari Keputusan Menteri

Keuangan No.1169/KMK.01/1991, maka jelas dan nyata bahwa keberadaan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58

Page 141: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ketentuan tersebut ditujukan untuk perpajakan kegiatan sewa guna usaha.

Konsiderans dan Pasal 24 ketentuan tegas menyatakan :

“bahwa dalam rangka untuk lebih memberikan kepastian hukum terutama

mengenai perlakuan perpajakan kegiatan sewa-guna-usaha, dipandang perlu

mengatur kembali ketentuan tentang kegiatan sewa guna usaha dalam suatu

Keputusan Menteri Keuangan”;

“Pelanggaran terhadap ketentuan Keputusan ini, dapat dikenakan sanksi

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan dan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/ 1988 jo Nomor 1256/

KMK.00/1989”;

26 Padahal Majelis Hakim Kasasi perkara a quo tidak memeriksa/ mengadili

perkara pidana perpajakan ataupun yang terkait dengan perundang-undangan

perpajakan sehingga menegaskan bahwa Keputusan Menteri Keuangan

No.1169/KMK.01/1991 tidak ada relevansi serta urgensinya dengan dugaan

perbuataan pidana Korupsi oleh Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana;

27 Bahwa Majelis Kasasi berpendapat Pemohon Peninjauan Kembali/ Terpidana

terbukti melawan hukum. Kesimpulan-kesimpulan ini diambil seutuhnya dari

alasan-alasan Memori Kasasi Jaksa/Penuntut Umum. Sangat disesalkan Majelis

Kasasi, tidak mempertimbangkan/menyam-pingkan sama sekali alat-alat bukti

(saksi-saksi dan surat-surat) dalam perkara ini sehingga sangat merugikan

Pemohon Peninjauan Kembali/ Terpidana. Dalam perkara ini tidak didengar

keterangan 15 (lima belas) orang saksi ditambah 2 (dua) orang saksi ahli yang

diajukan Jaksa/ Penuntut Umum, 2 (dua) orang saksi a decharge dan 5 (lima)

orang ahli;

Dari keterangan saksi-saksi tersebut tidak ada yang memberatkan Pemohon

Peninjauan Kembali/Terpidana diantaranya mereka mene-rangkan hal-hal

sebagai berikut:

• Bahwa rencana pengadaan dua unit pesawat B 727 Seri 500 dan

400 itu adalah putusan seluruh Direksi;

• Bahwa pembayaran Security Deposit dilakukan setelah penanda-

tanganan LASOT antara PT. MNA dengan TALG, yang berisi

ketentuan refundable (dapat dikembalikan) dengan tandatangan

seluruh Direksi dalam Circular Direksi;

Hal. 59 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59

Page 142: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• PT. MNA sudah biasa melakukan pembayaran Security Deposit

secara kas, karena reputasi keuangannya yang rendah/buruk;

Dalam perkara in telah didengar juga keterangan saksi Prof. DR. Sofyan

Djallil, SH, L.LM (ketika itu Menteri BUMN) dan saksi DR. Ir. Muhammad

Said Didu (ketika itu sekretaris BUMN). Saksi-saksi tersebut menyatakan

sebagai berikut:

• Fungsi RKAP adalah guideline perusahaan dalam satu tahun ke

depan, karena RKAP hanyalah guideline (petunjuk) dan tidak

perlu terperinci dan kaku, karena harus memperhatikan kondisi

pasar. Direksi dapat melaksanakan program yang berbeda dengan

yang ada di RKAP sepanjang bertujuan memberi hasil yang lebih

baik dari yang ada di RKAP;

• Permasalahan yang terjadi di PT. MNA adalah murni resiko

bisnis. Yang penting, putusan itu dibuat memenuhi prinsip Good

Corporate Governance (GCG) dengan memperhatikan:

transparansi, itikad baik, akuntabilitas, responsibilitas dan tidak

ada konflik internal;

• Apa yang diputus Direksi PT. MNA dalam rencana menyewa 2

(dua) pesawat sudah benar karena tipe kedua pesawat lebih baik,

dan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG;

• Karena apa yang diputus/dibuat oleh Direksi PT. MNA tersebut

sudah benar, maka saksi-saksi yang pada waktu itu selaku atasan

Direksi PT MNA tidak menegor dan menghukum direksi PT.

MNA;

Apabila keterangan saksi-saksi tersebut dihubungkan dengan Novum (Per-

tama dan Kedua) yang diuraikan dalam alasan-alasan hukum pertama (alasan

Peninjauan Kembali), maka dapatlah disimpulkan bahwa Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana tidak terbukti melaku-kan perbuatan melawan hukum, dan

oleh karena itu Putusan Kasasi No.417 K/Pid.Sus/2014 tidak dapat

dipertahankan lagi dan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana harus

dibebaskan dari semua dakwaan (vrijspraak);

28 Bahwa Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) telah memperlihatkan adanya

suatu kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dalam menentukan unsur melawan

hukum, di mana dalam pertimbangannya Putusan Kasasi halaman 58 hanya

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60

Page 143: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menerima pendapat Jaksa/Penuntu Umum, dengan menyatakan: “Terdakwa

selaku Direktur Utama PT. Merpati tidak melaporkan atau tidak mengajukan

perubahan atau tidak mengajukan persetujuan kembali kepada RUPS atas RKAP

”secara yuridis” merupakan perbuatan melanggar hukum karena melanggar

Pasal 22 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang

BUMN”. Kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata ini karena tidak

berkesesuaian dengan fakta persidangan yang diperoleh dari Keterangan Ahli

Prof. DR Sofyan Djalil (mantan Menneg BUMN) dan DR. Ir. Muhammad Said

Didu (mantan Sekretaris Menteri Negara BUMN), Ahli Pidana Prof. Edward

Omar Sharief Hiariej, dan saksi fakta Gunawan Koswara, yang menjelaskan:

• Karena penyewaan pesawat adalah kegiatan teknis

operasional Direktur Utama PT. MNA maka tidak

memerlukan persetujuan RUPS untuk sewa pesawat;

• Pemegang Saham PT. MNA juga diberitahukan oleh

Terdakwa/ Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana

mengenai kondisi keuangan yang dalam keadaan kritis dan

fakta ”belum kembalinya Security Deposit”;

• Saksi fakta Gunawan Koswara menyatakan bahwa Komisaris

PT. MNA juga mengetahui adanya kegiatan penyewaan

pesawat oleh Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana

tersebut;

• Ahli Pidana Prof Edward Omar Sharief Hiariej menyatakan

bahwa:

• Yang dapat dikenakan/dijatuhi dengan sanksi pidana

adalah hanya pelanggaran-pelanggaran terhadap Undang-

Undang Pidana serta Peraturan Daerah;

• Pelanggaran Pasal 22 ayat (1) dan (2) Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN tidak dapat

dikenakan/dijatuhi dengan sanksi pidana karena di dalam

Undang-Undang BUMN tersebut tidak tercantum

ketentuan pidana;

• Pelanggaran Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun

2000 eentang Pengadaan Barang dan Jasa (yang selama

ini digunakan sebagai dasar oleh KPK untuk menyatakan

Hal. 61 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61

Page 144: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

bahwa seseorang telah melakukan tindak pidana Korupsi

karena memenuhi “persyaratan formil” yaitu telah

melanggar suatu aturan perun-dangan-perundangan

(formil) pun tidak dapat dipergunakan sebagai dasar

untuk menjatuhkan hukuman pidana penjara kepada

seseorang yang melanggarnya;

• Yang dapat dipidana dengan Undang-Undang Tipikor

adalah seseorang yang memenuhi rumusan unsur pidana

dalam undang-undang yang secara tegas menyatakan

bahwa pelanggaran terhadap Undang-Undang tersebut

merupakan Tindak Pidana Korupsi (perbuatan melawan

hukum secara formil);

29 Bahwa, dengan demikian berdasarkan fakta-fakta dan alat bukti yang terungkap

di persidangan, baik di Pengadilan Indonesia maupun Pengadilan Negeri

Amerika Serikat Distrik Columbia tersebut, maka dapatlah disimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

• Keputusan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana selaku Direktur

Utama PT. MNA menyewa 2 pesawat Boeing 737 type Family

tersebut dilakukan dengan itikad baik dan transparan di mana

keputusan ini disetujui Direksi PT. MNA melalui Circular Board

dan tidak adanya conflict of interest dalam keputusan ini;

• Dalam hal terjadinya kegagalan rencana sewa pesawat tersebut,

Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana selaku Direktur Utama PT.

MNA mengajukan gugatan perdata dan memberi kuasa khusus pada

Kejaksaan Agung RI selaku Pengacara Negara untuk menggugat di

Pengadilan District of Columbia AS yang dimenangkan oleh PT.

MNA dan Lessor/TALG dihukum harus mengembalikan Security

Deposit kepada PT. MNA;

• PT MNA melalui kuasa hukumnya di Amerika Serikat (Baker Mc

Kenzie) melakukan upaya hukum dengan mempidanakan Jon C

Cooper dan Alan Messner di mana pada akhirnya mereka dijatuhkan

hukuman pidana oleh pengadilan District of Columbia Amerika

Serikat (Novum Pertama dan Novum Kedua);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62

Page 145: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

30 Bahwa selanjutnya, Majelis Hakim Kasasi (Judex Juris a quo) juga telah

memperlihatkan adanya kekhilafan atau kekeliruan yang nyata karena dalam

amar putusan perkara a quo, Judex Juris langsung menyatakan dalam amar

putusan angka 1 bahwa: “Menyatakan Terdakwa HOTASI D.P.NABABAN

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

"KORUPSI YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA”, tanpa menyebutkan

pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan dan pasal-

pasal yang menjadi dasar hukum dari putusan serta kualfikasi pemidanaan yang

dijatuhkan. Dengan demikian, timbul ketidakjelasan, apakah Terdakwa terbukti

melakukan tindak pidana Korupsi secara bersama-sama sesuai dengan dakwaan

Primair atau dakwaan Subsidair. Padahal ketentuan Pasal 197 ayat (1) huruf f

dan h KUHAP telah menentukan bahwa surat putusan pemidanaan harus

memuat pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan

dan pasal-pasal yang menjadi dasar hukum dari putusan serta kualifikasi

pemidanaan yang dijatuhkan. Berdasarkan Pasal 197 ayat (2) KUHAP telah

dinyatakan bahwa:

“Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k,

dan pasal ini mengakibatkan putusan batal demi hukum”;

Dengan demikian, Judex Juris telah melakukan suatu kekhilafan/ kekeliruan

nyata tidak menerapkan Pasal 197 ayat (1) huruf f dan h jo Pasal 197 ayat (2)

KUHAP. Oleh karenanya Majelis Hakim Agung di tingkat peninjauan kembali

sepatutnya menyatakan pula bahwa putusan a quo batal demi hukum;

31 Bahwa dengan demikian, dapat diketahui bahwa perbuatan Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana tersebut diatas tidak memenuhi unsur perbuatan melawan

hukum sebagaimana dalam putusan Judex Juris a quo;

Bahwa berdasarkan adanya bukti-bukti yang menunjukkan suatu keadaan baru

(Novum Pertama dan Novum Kedua), serta terdapatnya kekhilafan atau kekeliruan

yang nyata dalam Putusan Majelis Hakim Kasasi Mahkamah Agung RI Nomor 417

K/Pid.Sus/2014 tertanggal 7 Mei 2014, maka bersama ini Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana mohon agar Yang Mulia Majelis Hakim Agung Peninjauan

Kembali dalam memeriksa serta mengadili perkara ini berkenan memutus dengan

amar putusan mengabulkan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana

untuk seluruhnya;

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat :

Hal. 63 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63

Page 146: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, dengan pertimbangan

sebagai berikut :

1. Bahwa adanya Novum yaitu bukti PK-1 dan PK-2 putusan yang diajukan oleh

Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana berupa Putusan United States District

Court At District Court Of Columbia (Putusan Pengadilan Negeri Amerika Serikat

untuk District Columbia) dalam perkara pidana (criminal) terhadap Jon Cooper

No.12-CR-211-1 (ABJ), Nomor USM : 32221-016, tanggal 04 Maret 2014, yang

telah berkekuatan hukum tetap, dan putusan United States District Court At District

Court Of Columbia (Putusan Pengadilan Negeri Amerika Serikat untuk District

Columbia) dalam perkara (criminal) terhadap Alan Messner No.13-CR-0223-1

(ABJ), Nomor USM : 32900-016, tanggal 21 Februari 2014 yang telah berkekuatan

hukum tetap, tidak dapat dikualifikasi sebagai bukti-bukti baru (Novum) yang

bersifat menentukan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 263 ayat (2) huruf a

KUHAP karena bukti PK-1 dan bukti PK-2, berikut lampirannya, substansinya

telah ada pada pemeriksaan perkara pada Judex Facti;

2. Bahwa Novum PK-1 dan PK-2 yaitu putusan Pengadilan Negeri Amerika Serikat

untuk District Columbia menyatakan Jon Cooper dan Alan Messner bersalah

melakukan tindak pidana Penggelapan/Penipuan dana Security Deposit yang

disahkan PT. MNA, tidak menghapuskan tindak pidana yang telah dilakukan

Terpidana sebab dalam putusan Judex Juris telah dipertimbangkan dengan tepat

dan benar seluruh unsur dalam Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 Undang-Undang No.31

Tahun 1999 jo Undang-Undang No.20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHAP telah terpenuhi dari perbuatan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana;

3. Bahwa terhadap perkara kriminal yang dilakukan oleh Jon Cooper dan Alan Messner

yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri Amerika Serikat District Columbia dan

menyatakan mereka terbukti bersalah dan kedua putusan tersebut telah berkekuatan

hukum tetap, dan dihubungkan dengan perkara tindak pidana Korupsi yang

dihadapi oleh Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana sebagaimana telah diputus

di tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung RI dalam perkara No.417 K/Pid.Sus/2014

tanggal 07 Mei 2014 kini dimohonkan Peninjauan Kembali oleh Pemohon

Peninjauan Kembali/Terpidana, adalah dua perkara yang masing-masing berdiri

sendiri, sehingga kedua putusan Pengadilan Negeri Amerika Serikat District

Columbia a quo tidak dapat menghilangkan unsur-unsur tindak pidana Korupsi

yang telah dipertimbangkan dengan benar oleh Judex Juris (Mahkamah Agung RI)

pada tingkat kasasi;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64

Page 147: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4. Bahwa dalil Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana sebenarnya hanya

membandingkan dan mengaitkan antara putusan Mahkamah Agung RI No.417 K/

Pid.Sus/2014 tanggal 07 Mei 2014 dengan kedua putusan Pengadilan Negeri

Amerika Serikat District Columbia dalam perkara kriminal Jon Cooper dan Alan

Messner. Padahal timbulnya 2 (dua) perkara kriminal yang diputus oleh Pengadilan

Negeri Amerika Serikat District Columbia tersebut merupakan konsekuensi yang

membawa dampak dari perbuatan Pemohon Peninjauan Kembali//Terpidana selaku

Direktur Utama PT. MNA membayarkan Scurity Deposit sebesar US$1.000.000

(satu juta dollar Amerika Serikat) tidak melalui mekanisme Letter of Credit atau

Escrow Account tetapi secara cash ke Rekening Hume & Associaties PC, sehingga

uang Scurity Deposit tersebut dapat dicairkan oleh TALG;

5. Bahwa konsekuensi dan akibat dari perbuatan Pemohon Peninjauan Kembali/

Terpidana tersebut tidak dapat dinilai semata-mata hanya sebagai resiko bisnis

tetapi perbuatan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana sudah termasuk

perbuatan melawan hukum dalam arti pidana (wederrechtelijkheid). Hal tersebut

telah dipertimbangkan Judex Juris dengan seksama dalam putusannya (vide halaman

57 s/d 59). Dengan demikian, dalil adanya pertentangan antara berbagai peraturan tidak

dapat dibuktikan dan dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat (2) huruf

b KUHAP;

6. Bahwa putusan Judex Juris tidak ternyata adanya kekhilafan Hakim atau kekeliruan

yang nyata. Dalil-dalil hukum yang diajukan Pemohon Peninjauan Kembali/

Terpidana hanyalah mengenai perbedaan antara Pemohon Peninjauan Kembali/

Terpidana dan Majelis Kasasi dalam menilai dan memandang perkara Pemohon

Peninjauan Kembali/Terpidana, lagi pula alasan tersebut hanya mengulang fakta

yang telah dipertimbangkan dengan tepat dan benar dalam putusan Judex Juris;

7. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana Direktur Utama PT. MNA

(Persero), dalam melaksanakan tugasnya selaku Direksi/Pimpinan Perseroan, selain

berpedoman pada Anggaran Dasar Perseroan, juga tunduk pada Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN jo. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun

2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN;

8. Bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mengembangkan PT. MNA

Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana menyewa 2 (dua) pesawat Boeing Seri

400 dan 500 melalui TALG, sesuai LASOT PT. MNA menyetor Security Deposit

USD $1.000.000 dengan cara Escrow Account ke Rekening pihak ketiga Hume &

Associate PC;

Hal. 65 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65

Page 148: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

9. Bahwa dalam prosesnya ternyata Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana

melaksanakan penyewaan pesawat tersebut tidak sesuai dengan ketentuan dan

prosedur yang berlaku yaitu setiap tindakan Direksi Perseroan yang membebankan

anggaran perseroan harus disetujui oleh pemegang saham melalui pengesahan RAK

Pj dalam perkara ini Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana tidak menempuh

proses langsung dengan mengguna- kan dana yang bersumber dari dana

operasional;

10. Bahwa dalam pelaksanaannya ternyata PT. MNA gagal dan mengalami kerugian

besar dan terakhir diketahui PT. MNA ditipu oleh pihak TALG dan Hume &

Associate PC;

11. Bahwa dalam proses persidangan, substansi perkara yang diproses di USA tersebut

telah diungkapkan dalam persidangan dan inti permasalahannya justru lebih

membuat terang dan jelasnya duduk persoalan yaitu karena Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana tidak teliti dan tidak mengindahkan ketentuan Undang-Undang,

maka PT. MNA mengalami kerugian besar yaitu hilangnya uang/asset PT. MNA

sebesar USD $1.000.000;

12. Bahwa tidak ada pertentangan antara putusan Judex Juris dangan putusan-putusan

dimaksud sebab yang diadili oleh Pengadilan Amerika Serikat tersebut bukan

perbuatan yang dilakukan Pemohon Peninjauan Kembali/ Terpidana, sedangkan

perbuatan yang dilakukan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana telah diadili

sebagaimana tersebut dalam putusan Judex Juris telah dipertimbangkan dengan

tepat dan benar bahwa Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana bersalah

melakukan tindak pidana Korupsi secara bersama-sama;

13. Bahwa dengan demikian, alasan pertimbangan hukum dan putusan Judex Juris

sudah tepat dan benar mengenai terbuktinya Pemohon Peninjauan Kembali/

Terpidana secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Primair, oleh sebab itu putusan a quo

dinyatakan tetap berlaku;

Menimbang, bahwa dengan demikian alasan-alasan permohonan peninjauan

kembali tersebut tidak termasuk dalam salah satu alasan Peninjauan Kembali

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 263 ayat (2) KUHAP;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 266 ayat (2) a KUHAP

permohonan peninjauan kembali harus ditolak dan putusan yang dimohonkan

peninjauan kembali tersebut dinyatakan tetap berlaku;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66

Page 149: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan peninjauan kembali ditolak, maka

biaya perkara pada pemeriksaan peninjauan kembali dibebankan kepada Pemohon

Peninjauan Kembali/Terpidana;

Memperhatikan Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, Undang-Undang No.48 Tahun 2009, Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985

sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan

peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;

M E N G A D I L I

Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali/

Terpidana : HOTASI D.P. NABABAN tersebut;

Menetapkan bahwa putusan yang dimohonkan peninjauan kembali tersebut tetap

berlaku;

Membebankan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana untuk mem-bayar

biaya perkara pada pemeriksaan peninjauan kembali ini sebesar Rp2.500,00 (dua ribu

lima rataus rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada

hari : Jum’at, tanggal 04 September 2015 oleh Dr. H.M. Syarifuddin, S.H.,M.H.

Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis,

Dr. H. Andi Samsan Nganro, S.H.,M.H. Hakim Agung dan H. Syamsul Rakan

Chaniago, S.H.,M.H. Hakim Ad.Hoc Tipikor pada Mahkamah Agung masing-masing

sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari dan

tanggal itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan

dibantu oleh Mariana Sondang Pandjaitan, S.H.,M.H. Panitera Pengganti dengan

tidak dihadiri oleh Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana dan Jaksa/Penuntut Umum;

Hakim-Hakim Anggota : K e t u a,

ttd/Dr. H. Andi Samsan Nganro, S.H.,M.H. ttd/Dr. H.M. Syarifuddin, S.H.,M.H. ttd/

H. Syamsul Rakan Chaniago, S.H.,M.H.

Panitera Pengganti,

ttd/Mariana Sondang Pandjaitan, S.H.,M.H.

Hal. 67 dari 68 hal. Put. No.41 PK/Pid.Sus/2015

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67

Page 150: KONSEP BUSINESS JUDGEMENT RULE PADA BADAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42931/1/MARIFA... · Rule di Badan Usaha Milik Negara, kerugian Negara yang disebabkan

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Untuk Salinan

Mahkamah Agung Republik Indonesia

a.n Panitera

Panitera Muda Pidana Khusus

Roki Panjaitan,S.H.

NIP. 195904301985121001

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68