konsentrasi manajemen zakat dan wakaf p r o...
TRANSCRIPT
EVALUASI KINERJA AMIL TERHADAP PROGRAM PEMANFAATAN
DANA PADA PERAYAAN HARI BESAR ISLAM (PHBI) DAN
PEMBANGUNAN FISIK BANGUNAN PADA WILAYAH KOTA BEKASI
DAN KOTA DEPOK
(Studi Kasus: BAZDA Kota Bekasi dan BAZDA Kota Depok)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Muhammad Ali Ma’ruf
1111046300006
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
2015
v
ABSTRAKSI
Muhammad Ali Ma’ruf. Evaluasi Kinerja Amil Terhadap Program
Pemanfaatan Dana Pada Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) Dan
Pembangunan Fisik Bangunan Pada Wilayah Kota Bekasi dan Kota Depok
(studi kasus BAZDA Kota Bekasi dan BAZDA Kota Depok). Skripsi
Program Studi Muamalat, Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Zakat, kemiskinan, Amil, dan Pemerintah seperti sebuah organ yang
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, suatu Pemerintahan tidak akan di sebut
berhasil jika jumlah kemiskinannya masih lebih dominan. Berbagai macam upaya
dan kebijakan pun diwujudkan untuk mengentaskan kemiskinan tersebut, namun
usaha yang dilakukan masih jauh dari keberhasilan, Islam sebagai Agama
Rahmatan lil‘Alamin sudah jauh lebih dahulu dalam membentuk Indonesia
cemerlang dalam menuntaskan kemiskinan yaitu Zakat yang baru mulai di
pandang dewasa kini sebagai alternatif yang patut di coba dan di implementasikan
dalam sebuah sistem pemerintahan.
Membahas perihal zakat, membahas pula peran Amil itu sendiri. Sebagai
kunci kesuksesan dalam mengelola zakat. Kerena di tangan Amil lah zakat itu bisa
diberdayakan guna mengentaskan kemiskinan. Dengan berjalannya waktu zakat
sudah mengalami perkembangan yang begitu pesatnya, perkembangan tersebut
tidak datang begitu saja tanpa adanya Amil yang berkredibilitas dalam
melaksanakan kewajiban yang di embannya.
Perlu adanya Amil-amilin zakat yang kompeten, memiliki semangat
tinggi, berwawasan luas, berilmu, amanah, dan lain sebagainya, maka dari itu
perlu sekiranya kita menilai dan mengevaluasi kinerja para Amil. Agar terus
istiqomah dalam melaksanakan kewajibannya yang di amanahkan kepadanya.
Peran Pemerintah dalam pelaksanakan zakat di buktikan dengan berdirinya
Badan-Badan Amil Zakat baik skala Nasional maupun Daerah. Guna mendorong
terealisasinya pengentasan kemiskinan itu sendiri. Melalui SK (Surat Keputusan)
yang melegalkan berdirinya baik Presiden maupun Walikota, kini kita bisa
temukan badan legitimat yang menaungi zakat. Yang biasa kita sebut BAZNAS
(Badan Amil Zakat Nasional) dan BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) yang
tersebar di selulur kabupaten di Indonesia.
Kata kunci: Implementasi, BAZNAS, BAZDA, kredibilitas
Pembimbing I : Dr. H. Sumuran Harahap, SH, M.Ag, MM, MH, M.Si
vi
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang. Alhamdulillah, puja dan puji syukur keharibaan Allah SWT atas
segala rahmat, hidayah, dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada sahabat serta pengikutnya
yang selalu istiqomah mengikuti ajarannya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Skripsi ini tidak sedikit
hambatan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan
kerja keras, serta support dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam
menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak H.Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH, selaku Ketua Program Studi
Muamalat dan Bapak H. Abdurrauf LC, MA, selaku Sekretaris Porgram Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr.H. Sumuran Harahap, SH, M.Ag, MM, MH, M.Si, selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan,
arahan, saran-saran, serta motivasi kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat
selesai dengan baik.
vii
4. Bapak Mohammad Mujibur Rohman, MA, selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah menberikan nasehat, saran, dan masukan selama penulis
menjadi mahasiswa.
5. Kepada seluruh Dosen dan Karyawan Akademik Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan pengetahuan dan bantuannya kepada penulis. Serta para
pengurus Perpustakaan yang senantiasa memberikan pelayanan kepada para
mahasiswa.
6. Kedua orang tuaku, Bapak H. Nasiban S.pd.i dan Ibu Jasmirah yang dengan
tulus selalu mendoakan, memberi dukungan baik materil maupun nonmateril,
dan telah sabar menunggu penulis menyelesaikan Skripsi ini dan menjadi
sarjana. Semoga Allah selalu memberikan berkah, rahmat, dan perlindungan
untuk Mama dan Bapak.
7. Kepada istriku yang tercinta Adillatul Mar’ah yang senantiasa mensupport,
tanpa lelahnya, perhatian yang di berikannya membuat saya semangat seratus
kali lipat dan mampu menyelesaikan Skripsi ini.
8. Kepada Bapak Ahmad Bustomi S.Ag yang telah memberikan kontribusi
dalam memelihara semangat untuk meraih masa depan selama berada di Bina
Ikhwan. tanpa kemurahan hatinya mungkin penulis sudah kebingungan
mencari hal yang paling di butuhkan.
9. Adik-adikku, Miftahurrahman, Nurrifani, dan Muhammad afif Rahman yang
membuat penulis ingin menjadi contoh yang baik dengan menyelesaikan
pendidikan S1 ini.
10. Sahabat-sahabat terbaik ZISWAF Hendry, Ramadhana, Ilman, Moyo, Doni,
viii
Rendy, Rini, Dini, Eva, Tya, Oliv, Putry, Mitra, Haslinda, Dini, Ocha, . Serta
teman-teman Asuransi 2010 dan 2011. Terima kasih untuk tetap saling
memotivasi meski akhirnya tidak bisa lulus dalam waktu yang bersamaan.
11. Teman-teman seperjuangan di Asrama Bina Ikhwan, Wahid, Sony, Agita,
Rizky, Anas, Syarif yang secara alamiah telah memberi sugesti positif untuk
menjadi pria yang tangguh menghadapi masa depan.
12. Seluruh pihak yang terkait yang telah membantu dan menyemangati penulis
selama proses penyelesaian Skripsi ini.
Besar harapan penulis agar Skripsi ini dapat menambah khazanah
keilmuan dan bermanfaat bagi banyak pihak. Penulis sadar bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan Skripsi ini, sehingga penulis berharap peneliti-
peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan dan melakukan perbaikan.
Penulis, 19 Mei 2015
Muhammad Ali Ma’ruf
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
D. Review Studi Terdahulu 9
E. Kerangka Pemikiran 12
F. Metode Penelitian 15
G. Sistematika Penulisan 17
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Zakat
1. Pengertian Zakat 19
2. Dasar Hukum Zakat 28
a. Hukum Syariat 28
b. Hukum Positif 30
3. Tujuan dan Hikmah Zakat 31
B. Amil Zakat
1. Pengertian dan Tujuan Amil Zakat 32
2. Peran Amil Zakat 36
a. Pola Tradisional (konsumtif)
b. Pola Kontemporer (produktif)
C. Badan Amil Zakat
1. Badan Amil di Indonnesia 37
x
2. Tugas dan Fungsi Badan Amil Zakat 39
3. Laporan Keuangan Badan Amil Zakat 40
D. Kinerja
1. Pengertian Kinerja 41
2. Evaluasi Kinerja 42
3. Tujuan Evaluasi 42
4. Prinsip-Prinsip Evaluasi Kinerja 43
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BAZNAS DAERAH
A. BAZNAS Daerah
B. Profil BAZNAS Daerah Kota Bekasi
1. Legal Formal 46
2. Visi dan Misi 47
3. Struktur Organisasi 47
C. BAZNAS Daerah Kota Depok
1. Legal Formal 49
2. Visi dan Misi 50
3. Struktur Organisasi 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DI BAZNAS DAERAH KOTA BEKASI
DAN BAZNAS DAERAH KOTA DEPOK
A. Substansi Fisabilillah Yang Mempengaruhi Kebijakan BAZDA
Dalam Menyalurkan Dana ZIS Kepada Masyarakat
1. Pendayagunaan Dana pada BAZNAS Daerah Kota Bekasi Pada
Asnaf Fisabilillah 55
a. Program Andalan BAZNAS Daerah Kota Bekasi 55
b. Kontinuitas 55
c. Asnaf Fisabilillah Kota Bekasi 55
2. Pendayagunaan Dana BAZNAS Daerah Kota Depok Pada
Asnaf Fisabilillah 57
a. Program Andalan 57
b. Kontinuitas 58
c. Asnaf Fisabilillah Kota Depok 58
B. Kinerja
xi
1. Kinerja Amil BAZNAS Daerah Kota Bekasi
a. Mitra BAZNAS Daerah Kota Bekasi 59
a) BAZ Kecamatan 59
b) UPZ 60
c) Bank 62
b. Analisa Grafik Penyaluran Pendayagunaan Dana ZIS 62
c. Penjabaran Kinerja 67
2. Kinerja Amil BAZNAS Daerah Kota Depok
a. Mitra BAZNAS Daerah Kota Depok 69
a) UPZ 69
b. Analisa Grafik Penyaluran Dana ZIS 70
c. Penjabaran Kinerja 72
C. Evaluasi Kinerja
1. Evaluasi Kinerja pada Amil BAZDA Kota Bekasi
a. Program Yang Perlu di Tingkatkan 74
b. Inovasi Amil Dalam Menggagas Program 76
2. Evaluasi Kinerja pada Amil BAZDA Kota Depok
a. Program Yang Perlu di Tingkatkan 77
b. Inovasi Amil Dalam Menggagas Program 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 80
B. Saran-Saran 81
DAFTAR PUSTAKA 82
LAMPIRAN
A. Akun Penyaluran Bangunan dan PHBI 84
B. Laporan keuangan BAZDA Depok 2011 86
C. Laporan Keuangan BAZDA Depok 2012 88
D. Laporan Keuangan BAZDA Depok 2013 90
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 10
Tabel 2.1 38
Tabel 3.1 45
Tabel 3.2 46
Tabel 4.1 56
Tabel 4.2 60
Tabel 4.3 61
Tabel 4.4 62
Tabel 4.5 63
Tabel 4.6 64
Tabel 4.7 64
Tabel 4.8 65
Tabel 4.9 65
Tabel 4.10 66
Tabel 4.11 66
Tabel 4.12 68
Tabel 4.13 70
Tabel 4.14 71
Tabel 4.15 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang bercorak sosial-ekonomi
dari lima rukun Islam. Dengan zakat, di samping ikrar tauhid (Syahadat) dan
salat, seseorang barulah sah masuk ke dalam barisan umat Islam dan diakui
keIslamannya, sesuai dengan firman Allah:
“Tetapi bila mereka bertaubah, mendirikan solat, dan membayar
Zakat, barulah mereka saudara kalian seagama”1
Zakat, sekalipun dibahas di dalam pokok bahasan “Ibadat”, kerena
dipandang bagian yang tidak terpisahkan dari salat, sesungguhnya merupakan
bagian sistem social-ekonomi Islam, dan oleh kerena itu dibahas di dalam
buku-buku tentang strategi hukum dan ekonomi Islam.2
Amilin yang berperan sebagai administrator dalam menghimpun,
mengelola dan menyalurkan Zakat. Yang di maksud dengan Amil zakat ialah.
mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat, mulai dari para
pengumpul sampai kepada bendahara dan para penjaganya, mulai dari
pencatat sampai pada penghitung yang mencatat keluar masuk zakat, dan
1 Qur‟an, 9:11
2 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun. (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.3.
2
membagi kepada para mustahiknya, Allah menyediakan upah bagi mereka
dari harta zakat sebagai imbalan dan tidak di ambil dari selain harta zakat.
Perhatian Qur‟an dengan nashnya terhadap kelompok ini dan
dimasukkannya ke dalam kelompok mustahik yang delapan, yang berada
setelah fakir miskin sebagai sasaran zakat pertama dan utama. Semua ini
menunjukan bahwa zakat dalam Islam bukanlah suatu tugas yang hanya
diberikan kepada seseorang. Tetapi juga merupakan tugas Negara. Negara
wajib mengatur dan mengangkat orang-orang yang bekerja dalam urusan
zakat yang terdiri dari para pengumpul, penyimpan, penulis, penghitung dan
sebagainya. Zakat mempunyai anggaran khusus yag di keluarkan dari
padanya gaji para pelaksana.3
Amil zakat mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan semua
berhubungan dengan pengaturan soal zakat. Yaitu soal sensus terhadap
orang-orang yang wajib zakat dan macam zakat yang di wajibkan padanya.
Juga besar harta yang wajib dizakat, kemudian mengetahui para mustahik
zakat. Berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya
yang dapat mencukupi dan hal-hal lain yang merupakan urusan yang perlu di
tangani secara sempurna oleh para ahli dan petugas serta para pembantunya4
Kerena tugas Amil yang tidak ringan untuk mensejahterakan fakir,
miskin, dan lainnya maka dari itu sudah menjadi keharusan pemerintah
bekerjasama dengan para Amilin mengerahkan semua potensi dan upaya
3 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk. (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.545 4 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk. (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.546
3
yang ada untuk merealisasikan sejahteranya para asnaf, Fakir, Miskin, Amil,
Gharimin, Mualaf, Ibnu Sabil, Fisabilillah5, Budak atau hamba sahaya
6. Di
Indonesia, Amil zakat tidak disyaratkan termasuk miskin. Karena Amil zakat
mendapat bagian zakat disebabkan pekerjaannya7. Dalam sebuah hadits
disebutkan,
دقة لغن أو لعامل عليها أو لغارم أو لرجل ال تحل الص ى إال لخمسة لغاز فى سبيل الل
اشتراها بماله أو لرجل
كان له جار مسكيه فتصدق على المسكيه فأهداها المسكيه للغنى
“Tidak halal zakat bagi orang kaya kecuali bagi lima orang, yaitu
orang yang berperang di jalan Allah, atau Amil zakat, atau orang yang
terlilit hutang, atau seseorang yang membelinya dengan hartanya, atau
orang yang memiliki tetangga miskin kemudian orang miskin tersebut diberi
zakat, lalu ia memberikannya kepada orang yang kaya8
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al „Utsaimin mengatakan, “Amil
zakat adalah orang-orang yang diangkat oleh penguasa untuk mengambil
zakat dari orang-orang yang berkewajiban untuk menunaikannya lalu
menjaga dan mendistribusikannya. Mereka diberi zakat sesuai dengan kadar
kerja mereka meski mereka sebenarnya adalah orang-orang kaya. Sedangkan
orang biasa yang menjadi wakil orang yang berzakat. untuk mendistribusikan
5 Orang-orang yang berjuang di jalan Allah seperti berdakwah, belajar, mencari nafkah untuk
keluarga dan lain-lain. yang berkaitan dengan ridho Illahi 6 Adalah orang-orang yang tergadaikan kebebasan mereka pada masa jahiliyah
7 http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/panduan-zakat-15-salah-paham-dengan-amil-
zakat.html di akses pada 15 september 2015 8 HR. Abu Daud no. 1635
4
zakatnya bukanlah termasuk Amil zakat. Sehingga mereka tidak berhak
mendapatkan harta zakat sedikitpun disebabkan status mereka sebagai wakil.
Akan tetapi jika mereka dengan penuh kerelaan hati mendistribusikan zakat
kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan penuh amanah dan
kesungguhan maka mereka turut mendapatkan pahala. Namun jika mereka
meminta upah karena telah mendistribusikan zakat maka orang yang berzakat
berkewajiban memberinya upah dari hartanya yang lain bukan dari zakat.”9
Berdasarkan paparan di atas jelaslah bahwa syarat agar bisa disebut
sebagai Amil zakat adalah diangkat dan diberi otoritas oleh penguasa muslim
untuk mengambil zakat dan mendistribusikannya sehingga panitia-panitia
zakat yang ada di berbagai masjid serta orang-orang yang mengangkat
dirinya sebagai Amil bukanlah Amil secara syar‟i. Hal ini sesuai dengan
istilah Amil karena yang disebut Amil adalah pekerja yang dipekerjakan oleh
pihak tertentu. Memiliki otoritas untuk mengambil dan mengumpulkan zakat
adalah sebuah keniscayaan bagi Amil, karena Amil memiliki kewajiban
untuk mengambil zakat secara paksa dari orang-orang yang menolak untuk
membayar zakat10
.
Masyarakat Muslim di Indonesia mengenal zakat sebagai salah satu
cara dalam menanggulangi kemiskinan. Zakat adalah suatu institusi
keagamaan yang merupakan salah satu dari tiang-tiang tertinggi dalam agama
9 http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/panduan-zakat-15-salah-paham-dengan-amil-
zakat.html di akses pada 15 september 2015 10
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/panduan-zakat-15-salah-paham-dengan-amil-
zakat.html di akses pada 15 september 2015
5
Islam11
yang berfungsi sebagai pemerata kekayaan seseorang. Tujuan zakat
tidak sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai
tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan. Bagi mustahiq,
zakat merupakan jembatan emas untuk lepas dari himpitan ekonomi yang
mendera.12
Zakat juga terbukti memiliki efek domino dalam kehidupan
masyarakat, terutama membebaskan kaum dhuafa dari garis kemiskinan,
meningkatkan pendapatan dan konsumsi masyarakat kecil.13
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bekasi Nomor:
451.5/Kep.519-Kessos/XII/2012 tanggal 28 Desember 2012 tentang
Pembentukan Pengurus Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Bekasi
Masa Bhakti 2011-2014. Badan Amil Zakat Daerah Kota Bekasi atau
disingkat BAZDA Kota Bekasi adalah sebuah Badan yang bertugas
mengumpulkan, mengelola dan mendistribusikan zakat. BAZDA Kota
Bekasi, sesuai misi yang di emban berusaha mewujudkan masyarakat Bekasi
sadar zakat dan manfaat zakat14
.
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Depok Nomor:
821.29/128/Kpts/Sosial/Huk/2011 tanggal 27 Januari 2010 tentang
Pembentukan Pengurus Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Depok
masa Bhakti 2011-201315
. Visi BAZ Depok, mengusir sifat kikir, mengikis
sifat dengki, menumbuhkan kepedulian. Misi BAZ Depok, Menyadarkan
11
ensiklopedia Islam indonesia (jakarta: djambatan 1992) h.1003 12
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h.73. 13
Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syariah Pergulatan Melawan kemiskinan dan
Penetrasi Ekonomi Global, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.57 14
http://bazdakotabekasi.or.id/profil-kami.html di akses 13 september 2014 15
SK,Walikota Depok, 821.29/128/Kpts/Sosial/Huk/2011 tanggal 27 Januari 2010
6
Masyarakat untuk berzakat, berinfaq dan bershodaqoh. Menghimpun dana
dari sumber yang halal berdasarkan syari‟at. Memenuhi kebutuhan Mustahik
demi lancarnya roda ekonomi masyarakat. Menggali potensi masyarakat
untuk ikut serta dalam membangun Kota Depok16
.
Berdasarkan ketentuan UU No 23 Tahun 2011 tentang
Penghimpunan, Pengelolaan, dan Pendistribusian Zakat tugas BAZDA dalam
menghimpun, mengelola, dan menyalurkan Zakat agar terjadi pemerataan
yang optimal di masing-masing wilayah. sudah semestinya pemerataan itu
harus tercapai, BAZDA dengan UU yang melegalkannya menghimpun zakat,
infak dan sedekah keberbagai instansi pemerintah yang bernaung di wilayah
tertentu. dapat disimpulkan dana yang terhimpun sudah bisa di perkirakan
cenderung konstan, tanpa adanya promosi yang berlebihan dalam menggugah
kesadaran masyarakat, lain halnya dengan Lembaga Amil Zakat yang harus
mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk berdakwah, mengajak melalui
media-media iklan agar para Muzakki tersadarkan dan mengeluarkan
zakatnya, maka dari itu sudah semestinya Badan Amil Zakat Daerah yang
bernaung kepada pemerintah harus maksimal dalam mengatasi kemiskinan di
wilayahnya masing-masing.
Badan Amil Zakat yang, kredibel, efektif, dan efisien apabila
memenuhi berbagai indikator-indikator, di antaranya; pertama, tujuan dan
kegiatan Badan Amil Zakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat; kedua,
program-program yang dilakukan sejalan dengan misi dan rencana strategis;
16
http://bazdepok.net63.net/index.php?option=com_content&task=view&id=24&Itemid=31
di akses pada 13 September 2014
7
ketiga, mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk memastikan bahwa
setiap program bisa mencapai sasaran dan tujuannya.17
Berdasarkan pemaparan mengenai Badan Amil Zakat yang telah
diuraikan di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih lanjut
seberapa kinerja Badan Amil Zakat dalam mengelola berbagai sumber input
untuk menghasilkan berbagai output. Oleh karena itu, judul penelitian ini
adalah “EVALUASI KINERJA AMIL TERHADAP PROGRAM
PEMANFAATAN DANA PADA PERAYAAN HARI BESAR ISLAM
(PHBI) DAN PEMBANGUNAN FISIK BANGUNAN PADA WILAYAH
KOTA BEKASI DAN KOTA DEPOK (Studi Kasus: BAZDA Kota
Bekasi dan BAZDA Kota Depok)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini:
1. Bagaimana kinerja Amil BAZDA (Badan Amil Zakat) Kota Bekasi dan
BAZDA Kota Depok pada periode 2011-2013 dalam menyalurkan dana
ZIS pada Perayaan Hari Besar Islam dan Pembangunan Fisik Bangunan
2. Faktor-faktor apa yang melandasi kebijakan Amil menyalurkan dana ZIS
yang di himpun Badan Amil Zakat Kota Bekasi dan Badan Amil Zakat
Kota Depok pada program PHBI (Perayaan Hari Besar Islam) dan
program pembangunan fisik bangunan periode 2011-2013?
Selanjutnya, untuk mempermudah pembahasan, maka penulis
17
Devani Sukma, “Daftar Perencanaan Penilaian (Assesment) bagi Organisasi Nirlaba”,
Artikel diakses pada tanggal 13 September 2014 dari http://www.keuanganlsm.com/../daftar-
perencana..
8
memberikan batasan-batasan penelitian:
1. Penelitian ini akan mengukur kinerja Amil perihal bagaimana cara Amil
mengalokasikan dana yang terhimpun terhadap program pemanfaatan
dana pada Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) dan program pembangunan
fisik bangunan periode 2011-2013
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah)
Kota Bekasi dan BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) Kota Depok
3. Penelitian ini dilakukan dari periode 2011 sampai dengan 2013.
Pertimbangannya kerena periode tersebut masih relevan untuk diteliti saat
ini.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini:
a. Mengetahui Kinerja Amil BAZDA Kota Bekasi dan BAZDA Kota Depok
terhadap program pemanfaatan dana pada Perayaan Hari Besar Islam
(PHBI) dan program pembangunan fisik bangunan periode 2011-2013
b. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
terealisasinya penyaluran dana ZIS terhadap program Perayaan Hari
Besar Islam (PHBI) dan program pembangunan fisik bangunan periode
2011-2013
2. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan bisa memberikan
kontribusi dan manfaat bagi pihak-pihak terkait sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
9
Penelitian ini sangat berguna, yang pertama dengan adanya penelitian
ini secara umum penulis menyadari apa saja kelebihan dan kekurangan objek
yang di teliti, yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja objek penelitian
agar mampu mengevaluasi serta membenahi kinerja di masa mendatang,
dengan adanya penelitian ini manfaat tidak hanya terselesaikannya penelitian,
melainkan juga terjalinnya silaturahim dengan para staff Amilin yang terlibat
di dalamnya, yang sudah mencurahkan jiwa, pikiran, dan raga untuk
mensyiarkan Islam melalui jalur sebagai Amil Zakat.
b. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan yang bersifat
membangun, dari sudut pandang subjektif, agar bisa menjadi referensi pihak
terkait dalam mengoptimalisasikan kinerja staff Amilin agar lebih turut aktif
dalam pemberantasan kemiskinan pada BAZDA Kota Bekasi dan BAZDA
Kota Depok.
c. Bagi Program Studi Muamalat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi
bagi banyak pihak nantinya, yang berminat mengkaji dan meneliti ulang
perihal objek penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya, di samping itu
hasil penelitian ini akan memperkaya wawasan kita, khususnya mengenai
perzakatan di Indonesia.
D. Review Studi Terdahulu
Dari hasil pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap
beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan permasalahan yang
dibahas dalam penulisan Skripsi ini, penulis menemukan beberapa literatur
10
yang membahas tentang pengukuran tingkat kinerja, di antaranya:
Tabel 1.1
Ringkasan Review Studi Terdahulu
No
.
Nama Peneliti,
Judul Penelitian
Keterangan dan
Isi Penelitian Perbedaan
1. Lulu Meutia
“Analisis
Pengukuran
Kinerja OPZ
Berdasarkan
Klasifikasinya:
Studi Kasus 3
LAZNAS”
Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi
Universitas
Indonesia, Depok.
Tahun 2012.
Skripsi ini membahas
pengukuran kinerja
dengan melakukan
analisis efektivitas dan
efisiensi 3 OPZ
berdasarkan klasifikasi
lembaga pembentuknya,
yaitu BAMUIS BNI,
BMH, dan DPU-DT pada
periode 2009-2010.
Metode yang digunakan
adalah kualitatif
deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
sebagian besar kinerja
keuangan dan non-
keuangan OPZ ini sudah
baik dan efisien namun
harus membenahi
pendokumentasian data
keuangan dan non-
keuangan sesuai PSAK
109.
Skripsi ini membahas
tentang evaluasi kinerja
Badan Amil Zakat Daerah
Kota Bekasi dan Kota
Depok pada periode 2011-
2013 dengan metode
kualitatif deskriptif yang
mengevaluasi kinerja Amil
di masing-masing BAZDA
untuk melihat seberapa
maksimalnya kinerja Amil
dalam menjalan tugasnya
menyalurkan dana pada
perayaan hari besar Islam
(PHBI) dan Pembangunan
fisik bangunan
2. Khafid Yusuf
“Analisa
Skripsi ini membahas
mengenai pengelolaan
Skripsi ini membahas
tentang evaluasi kinerja
11
Pengelolaan
Zakat, Infak dan
Shodaqoha, pada
Badan Amil
Nasional
(BAZNAS)”
Skripsi S1 Fakultas
Syariah UIN Syarif
hidayatullah
Jakarta.
Tahun 2013.
zakat, infak, shodaqoh,
pada Badan Amil
Nasional, yang di
dalamnya lebih
menjelaskan program yng
di lakukan oleh, Badan
Amil Zakat Nasional
dalam upaya meningkatka
kesejahteraan mustahik.
Badan Amil Zakat Daerah
Kota Bekasi dan Kota
Depok pada periode 2011-
2013 dengan metode
kualitatif deskriptif yang
mengevaluasi kinerja Amil
di masing-masing BAZDA
untuk melihat seberapa
maksimalnya kinerja Amil
dalam menjalan tugasnya
menyalurkan dana pada
perayaan hari besar Islam
(PHBI) dan Pembangunan
fisik bangunan
3. Mawan Dwiono
“Kinerja Bazda
Banten dalam
Pemberdayaan
Ekonomi
Masyarakat
Perspektif Balance
Scorecards”
Skripsi S1
FakultasSyariah
Dan Hukum, UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta,
Tahun 2013.
Skripsi ini membahas
tentang pengelolaan Zakat
BAZ Banten dan Analisis
kinerja dengan metode
balance score cards
kulitatif deskriptif
BAZDA Banten 2012
Skripsi ini membahas
tentang evaluasi kinerja
Badan Amil Zakat Daerah
Kota Bekasi dan Kota
Depok pada periode 2011-
2013 dengan metode
kualitatif deskriptif yang
mengevaluasi kinerja Amil
di masing-masing BAZDA
untuk melihat seberapa
maksimalnya kinerja Amil
dalam menjalan tugasnya
menyalurkan dana pada
perayaan hari besar Islam
(PHBI) dan Pembangunan
fisik bangunan
E. Kerangka Pemikiran
12
Zakat di tinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar
(masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, dan baik. Sesuatu itu zaka,
berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik.
Menurut Lisan al-Arab arti dasar dari kata zakat, di tinjau dari sudut
bahasa, adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji, semuanya digunakan di
dalam Qur‟an dan hadis18
.
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan
pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta
yang di keluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan
bertambah, suci dan beres (baik). Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam
surah at-Taubah: 103 dan surah ar-Ruum: 3919
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan
dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. At Taubah:103)
18
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.34. 19
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Cet.I, (Jakarta: PT Gema insani
press, 2002), h.7
13
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipat gandakan (pahalanya). (QS.Ar Ruum:39)
Fatwa Syaikh Mahmoud Syaltout tentang substansi “sabilillah” dalam
konteks masa kini sejalan dengan pendapat ulama Al-Azhar dan tokoh
pembaharu Sayid Muhammad Rasyid Ridha (wafat 1935) yang banyak
dirujuk oleh kalangan ulama di berbagai negeri muslim sampai sekarang.
Pengertian “fisabilillah” sebagai asnaf penerima zakat tidak terbatas pada
kepentingan perjuangan yang bersifat fisik semata dalam rangka pertahanan
negara dan agama, tetapi sesuai yang dipahami dari Al Quranul Karim dalam
kaitan dengan pembagian zakat kepada delapan asnaf bahwa kalimat
“Sabilillah” ditampilkan “secara umum guna kepentingan umum pula”.
Menurut hemat penulis, fatwa Syaikh Mahmoud Syaltout di atas telah cukup
untuk menjawab keraguan sebagian kalangan mengenai boleh tidaknya zakat
untuk pembangunan masjid20
.
Dari delapan kelompok orang yang berhak menerima zakat, memang
tidak disebutkan secara langsung masjid sebagai kelompok penerima zakat.
Meski demikian, ketentuan yang berlaku dalam penggunaan zakat untuk
diberikan kepada golongan fisabilillah, yaitu kelompok yang berjuang di
jalan Allah dalam menegakkan ajaran agama Islam.
20 http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/menjawab-keraguan-bolehkah-zakat-untuk-
pembangunan-masjid/ di akses pada 15 september 2014
14
Makna fisabilillah secara luas bukan hanya berjuang secara fisik
melawan musuh agama Islam. Fisabilillah juga bisa berarti melakukan
dakwah Islam melalui pembangunan gedung pengajaran Islam, penerbitan
jurnal Islami melawan fitnah golongan kafir, mendidik kader-kader muda
penerus ulama, membangun masjid di masyarakat tertinggal, dan lain-lain21
.
Selanjutnya dalam mengevaluasi kinerja, penilaian kinerja adalah
menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang
dihasilkan setiap karyawan. Menetapkan kebijakasanaan berarti apakah
karyawan akan dipromosikan, dan atau balas jasanya dinaikkan.
Menurut Andrew F. Sikula penilaian kinerja adalah evaluasi yang
sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan
ditujukan untuk pengembangan. Dan Menurut Dale Yoderk Penilaian prestasi
kerja adalah prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk
mengevaluasi pegawai dan sumbangan sera kepentingan bagi pegawai22
.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur kinerja
Amil pada Badan Amil Zakat Daerah Kota Bekasi dan Badan Amil Zakat
Kota Depok, periode 2011-2013 dalam mengalokasi dana pada Perayaan Hari
Besar Islam (PHBI) dan pembangunan fisik bangunan. Pengukuran kinerja
ini dilakukan dengan cara mengukur.
1. Pemahaman Amil mengenai fikih zakat berdasarkan nash Al qur‟an dan
Hadits
21 http://zakat.or.id/bolehkah-menggunakan-dana-zakat-untuk-membangun-
masjid/#sthash.rX9nYFj8.dpbs di akses pada 15 september 2014 22 http://resmisudirman10.blogspot.com/ Di akses pada 15 september 2014
15
2. Pemahaman Amil mengenai subtansi Fisabilillah dan faktor-faktor
pendukungnya
3. Meninjau kembali efektifitas program-program yang sudah dilaksanakan
4. Kesediaan Amil dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya,
pekerjaan, dan hasil kerjanya23
.
F. Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Kinerja Amil ditinjau dari Laporan
Keuangan dari BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) Kota Bekasi dan
BAZDA Kota Depok periode 2011-2013
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif, Pendekatan kualitatif disini dapat
diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai
kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari
orang-orang yang diteliti24
.
Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Analisis, yaitu
memaparkan data-data yang ditemukan di lapangan dan menganalisanya
untuk mendapatkan kesimpulan yang benar dan akurat25
.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini melalui wawancara
23 http://resmisudirman10.blogspot.com/ Di akses pada 15 september 2014 24
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan
(Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2008, Cet. IV), h. 166. 25
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2005, Cet.VI), h. 44.
16
dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari informasi Laporan Keuangan
yang dipublikasikan oleh BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) Kota Bekasi
dan BAZDA Kota Depok periode 2011-2013. serta literatur-literatur yang
berkenaan dengan hukum fikih, fatwa ulama, dan pengukuran kinerja Amil.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
dokumentasi, adalah proses pengumpulan data dengan mempelajari dan
menganalisis dokumen-dokumen terkait seperti Laporan Keuangan periode
2011 sampai 2013 dari BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) yang ingin di
teliti.
5. Metode Analisa Data
Data yang dihasilkan merupakan data kualitatif dan akan
dikembangkan oleh penulis dengan metode deskripsi yaitu metode
menggambarkan secara jelas tentang topik penelitian yang diteliti dan
mengambil kesimpulan dari penelitian tersebut.
6. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2012” yang merupakan standar dari penulisan karya ilmiah Fakultas
Syariah dan Hukum.
G. Sistematika Penulisan
Dalam memudahkan penyusunan, Skripsi ini dibagi menjadi lima bab
yang memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub bab
yang mempertegas ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi
17
kesatuan yang saling menjelaskan sebagai satu pemikiran.
BAB I, merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai acuan
pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi global
Skripsi yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review study terdahulu,
kerangka pemikiran teoritis, metodologi penelitian, sistematika penulisan26
.
BAB II, merupakan landasan teori. Bab ini berisi tentang konsep zakat
yang meliputi pengertian, dasar hukum, dan hikmah zakat, serta teori
pengelolaan zakat. Pengertian amil, peran amil, dan teori mengenai kinerja
beserta evaluasinya
BAB III, berisi tentang profil BAZNAS Daerah Kota Bekasi dan Kota
Depok terkait legal formal, visi dan misi, serta struktur Organisasi
BAB IV, menjabarkan analisis dan pembahasan yang berisi tentang
hukum syara‟ yang menjadi landasan penyaluran dana zakat pada program
Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) dan pembangunan fisik bangunan, serta
meninjau kinerja Amilin pada BAZDA Kota Bekasi dan BAZDA Kota
Depok
BAB V, bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dari hasil
penetilitan, terhadap objek penelitian yang mengevaluasi kenerja Amil dalam
melaksanakan sejumlah program yang berkenaan dengan perayaan hari besar
Islam dan pembangunan fisik bangunan. Berikutnya disebutkan daftar
pustaka dan lampiran-lampiran.
26 http://tu.laporanpenelitian.com/2013/02/sistematika-penulisan-skripsi-dan-tesis.html di
akses pada 15 september 2015
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Zakat
1. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar)
dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik1. sesuatu itu zaka,
berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik2.
Ada ungkapan zakka az-zar’u, yang berarti tanaman itu berkembang dan
menjadi baik. Sedangkan pengertian zakat menurut istilah ialah beribadah
kerena Allah3. Menurut lisan al-Arab arti dasar dari kata zakat, ditinjau dari
sudut bahasa, adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji: semuanya di gunakan
di dalam qur‟an dan hadis4.
Menurut istilah zakat adalah harta tertentu yang telah mencapai syarat
tertentu yang di wajibkan oleh Allah, untuk di keluarkan dan diberikan kepada
yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula5. yaitu bahwa
setiap harta yang di keluarkan zakatnya akan menjadi suci , bersih, baik,
berkah, dan berkembang6.
Zakat dari segi istilah fikih berarti “sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak” di samping
1Mu‟jam Wasith, juz 1 hal. 398.
2Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.34 3 Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Fikih Zakat Kontemporer. Penerjemah Ghazali Mukri,
dkk (Surakarta: Al Qowam, 2011), h.11 4 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.34 5 Kifayatul Akhyar, juz 1 hal. 1 dan 2. 6 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak Sedekah, (Jakarta: Gema Insani,
1998). hal 13.
20
berarti “mengeluarkan sejumlah tertentu itu sendiri.”7 Jumlah yang di
keluarkan dari kekayaan itu disebut zakat kerena yang di keluarkan itu
menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari
kebinasaan.8
Hadis tentang peristiwa Jibril a.s. ketika mengajukan pertanyaan
kepada Rasulullah SAW:
ذا رسه هللا رقي ب اإلسال ؟ قب ه شبدح ا ال اى اال هللا ا ح
اىصالح رؤري اىشمبح رص رضب رحج اىجيذ
“Apa itu Islam itu?” Nabi menjawab, “Islam Adalah mengikrarkan
bahwa tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan salat, membayar zakat, berpuasa pada bulan ramadhan,
dan naik haji ke baitullah.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).
Meskipun demikian, urutan ini tidak terlepas dari pentingnya kewajiban
zakat (setelah salat), baik mendapat pujian bagi orang yang melaksanakannya
maupun mendapat ancaman bagi orang yang meninggalkannya9.
Zakat juga dapat menambah keimanan ke dalam hati orang yang
berzakat. Kerena zakat termasuk amal shalih, sementara amal shalih dapat
7 Zamakhsyari berkata dalam al-fa‟iq jilid:536, cetakan pertama, “zalat seperti halnya
sedekah, berwazan fa‟alah, dan merupakan kata benda bermakna ganda, dipakai untuk
pengertian benda tertentu yaitu sejumlah benda yang dizakatkan, atau untuk pengertian
makna tertentu, yang berarti perbuatan menzakatkan itu. Orang-orang bodoh menafsirkan
semaunya firman allah, orang-orang yang mengerjakan zakat jadi mereka artikan benda
yang di zakatkan, padahal yang di maksud pekerjaan menzakatkan itu sendiri. 8 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.34-35 9 Al-Furqon Habsyi. 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai,2008). hal 5.
21
menambah keimanan seseorang.10
Menurut pendapat mayoritas Ulama, zakat mulai di syariatkan pada
tahun ke-2 hijriyah. Di tahun tersebut zakat fitri diwajibkan pada bulan
Ramadhan, sedangkan zakat maal di wajibkan pada bulan berikutnya, Syawal.
Jadi, mula-mula diwajibkannya zakat fitri, kemudian zakat maal atau
kekayaan. Ibnu Katsir menafsirkan firman Allah SWT:
( 4:)المؤ منون اىذي ىيشمح فعي
Dan orang yang menunaikan zakat. (QS Al-Mu’minun:4)
Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan zakat
dalam ayat di atas adalah zakat maal atau zakat kekayaan meskipun ayat itu
turun di mekkah. Padahal, zakat itu sendiri diwajibkan di Madinah pada tahun
2 Hijriyah. Fakta ini menunjukan bahwa kewajiban zakat pertama kali di
Makkah, sedangkan ketentuan nishab-nya mulai ditetapkan di Madinah. Allah
SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Al-An‟am ayat 141 yang turun di
Makkah.
.....ءارا حق , ي حصبد
…dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya…
(QS Al-An’am:141)
Sayid Sabiq menerangkan bahwa zakat pada permulaan Islam
diwajibkan secara mutlak. tidak dibatasi harta yang diwajibkan untuk dizakati
dan ketentuan kadar zakatnya. Akan tetapi, mulai tahun kedua setelah hijrah
10
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Fikih Zakat kontemporer. (Surakarta: Al Qawam,2011).
Hal 12
22
menurut keterangan yang masyhur di tetapkan besar dan jumlah setiap jenis
harta serta dijelaskan secara terperinci.11
Syarat harta yang wajib di zakatkan itu, antara lain sebagai berikut.
Pertama, al-milk at-tam yang berarti harta itu di kuasai secara penuh
dan dimiliki secara sah, yang didapat dari usaha, bekerja, warisan, atau
pemberian yang sah. Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah
bersabda bahwa Allah SWT tidak menerima zakat/sedekah dari harta yang
ghulul (didapatkan dengan cara yang batil).12
Kekayaan pada dasarnya adalah milik Allah: Dialah yang
menciptakannya dan mengaruniakannya kepada manusia. Oleh kerna itu
Quran memperingatkan prinsip dasar ini, adakalanya dengan menegaskan
hubungan kekayaan itu dengan pemilik sebenarnya yaitu Tuhan seperti
firmanNya: “berikanlah kepada mereka harta Allah yang telah
dikaruniakanNya kepada kalian,”13
“keluarkanlah oleh kalian sebagian rezeki
yang telah diberikannya kepada kalian,”14
“mereka sangat kikir mengeluarkan
sebagian karunia yang diberikan Allah kepada mereka.”15
.16
Tentang istilah “milik penuh” di atas, maka maksudnya adalah bahwa
kekayaan itu harus berada bawah kontrol dan di dalam kekuasaannya,17
atau
seperti yang dinyatakan oleh sebagian ahli fikih, “bahwa kekayaan itu harus
11
Al-Furqon Habsyi. 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai,2008). hal 6. 12
Didin, Hafidhuddin. Panduan Praktis Zakat Infak sedekah. (Jakarta: Gema Insani. 1998) hal.
13-14 13
Quran, 24:33 14
Quran, 2:254 15
Quran, 3:180 16
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.125 17
Al-Bahr ar-Raiq, jilid 2:218
23
berada di tangannya, tidak tersangkut didalamnya hak orang lain, dapat ia
pergunakan, dan faedahnya dapat dinikmatinya.”18
Oleh kerena itu mereka
berpendapat bahwa seorang pedagang tidak wajib zakat apabila barang yang
dibelinya belum sampai ditangannya.19
Kedua, an-namaa adalah harta harta yang berkembang jika diusahakan
atau memiliki potensi untuk berkembang misalnya harta perdagangan,
perternakan, pertanian, deposito mudharabah, usaha bersama obligasi, dan
lain sebagainya.20
Menurut ahli-ahli fikih itu. “berkembang” (nama‟) menurut
terminologi berarti “bertambah”. Mnurut pengertian terpakai (istilah) terbagi
dua. Bertambah secara konkrit adalah bertambah akibat pembiakan dan
perdagangan dan sejenisnya.21
Hukum wajib zakat pada harta-harta tersebut yang menjadi illat-nya
(sebab-alasan). Hukum berputar beserta illat-nya. di mana ada illat, disana ada
hukum22
.
Ibnu Humam berkata bahwa maksud zakat disyariatkan. Lain dengan
maksud asli zakat yaitu pemberian beban atas kekayaan, adalah penyantunan
atas orang-orang miskin sebesar yang tidak akan membuat orang yang
bersangkutan jatuh miskin pula,23
Dengan demikian dari sudut materi sungguh
18
Mathalib Uli an-Nuha Syarh ghaya al-muntaha, jilid 2:16 19
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.128 20
Didin, Hafidhuddin. Panduan Praktis Zakat Infak sedekah. (Jakarta: Gema Insani. 1998) hal.
14 21
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.138 22
Al Furqan Hasbi. 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai, 2008) hal. 108 23
Fath al-Qadir, jilid 2:482
24
benar sabda Rasul, “Tidak akan berkurang kekayaan kerena zakat,”24
oleh
karena zakat itu hanyalah sejumlah yang sangat kecil yang wajib dikeluarkan
dari suatu kekayaan yang banyak, berkembang, dan diinvestasi, yang
berdasarkan hukum alam (sunnatullah) tidak akan menguranginya.25
Sejumlah yang wajib dikeluarkan itu disebut zakat hanyalah oleh
kerena jumlah itu pada akhirnya akan mendapat berkat dan berkembang,
sesuai dengan janji Allah SWT.
.أفقز شيء ف يخيف آ
“sesuatu yang kalian berikan akan dibalas berlipat-ganda oleh Allah.”
(QS. Saba‟:39)
ىئل اىضعفب آريز سمح ... ...رزيذ ج هللا فؤ
“zakat yang kalian berikan untuk memperoleh ridha Allah, akan
dilipat-gandakan oleh Allah buat kalian.” (QS. Ar-Ruum:39)
Persyaratan itu mengandung segi lain, yang ditegaskan oleh para
Ulama, yaitu bahwa zakat hanya wajibkan dikeluarkan dari kekayaan yang
berpotensi untuk berkembang. Disaat zakat khusus ditujukan kepada kekayaan
yang berkembang, maka kepada orang yang memilikinya diperintahkan agar
memperhatikan dan mengeluarkan zakatnya. Dalam arti bahwa wajibnya itu
adalah berkembangnya.26
24
Diriwayatkan oleh Turmizi dari Abu Kabsya Anmari, yang mengatakan bahwa hadis itu
adalah hasan shahih 25
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.138-139 26
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.141
25
Ketiga, telah mencapai nisab, harta itu telah mencapai ukuran
tertentu. Misalnya, untuk hasil pertanian telah mencapai jumlah 653 kg,
emas/perak telah senilai 85 gram, perdagangan telah mencapai 85 gram emas,
peternakan sapi telah mencapai 30 ekor, dan sebagainya.27
Para Ulama bersepakat bahwa barang siapa yang mempunyai harta dari
jenis yang wajib dizakati, tetapi ia mempunyai utang, baginya diwajibkan
membayar utangnya dahulu. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
إال ع ظز غىآلصذقخ
Tidak wajib zakat kecuali orang yang berkecukupan. (HR Ahmad)
هللا افزز ض عيي صذقخ رؤخذ أغيب ئ فززد في فقزائ أ
Allah mewajibkan mereka berzakat yang dikenakan kepada orang-
orang kaya untuk diberikan kepada orang-orang miskin di antara mereka. (HR
Bukhari dan Muslim)28
Hikmah adanya ketentuan nisab itu jelas sekali. Yaitu bahwa zakat
merupakan pajak yang dikenakan atas orang kaya untuk bantuan kepada orang
miskin dan untuk ikut berpartisipasi bagi kesejahteraan Islam dan kaum
muslimin. Oleh kerena itu zakat tentulah harus dipetik dari kekayaan yang
mampu memikul kewajiban itu menjadi tidak ada artinya apabila orang miskin
jika dikenakan pajak sedangkan ia sangat perlu dibantu bukan membantu. Oleh
kerena itulah Nabi bersabda:
27
Didin hafidhuddin. Panduan praktis tentang zakat infak sedekah, (Jakarta: Gema Insani,
1998) hal.14 28
Al-Furqan Hasbi, 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai, 2008) hal.30
26
ال صذقخ إال ع ظز عى
“Zakat hanya akan dibebankan ke atas pundak orang kaya”29
Berdasarkan itu pulalah perpajakan moderen cenderung tidak
memasukkan orang-orang yang berpenghasilan kecil kedalam orang yang
terkena kewajiban pajak, kerena kasihan dan untuk menjaga kondisi mereka
tidak lebih buruk, hal itulah yang sudah lebih dahulu ditetapkan oleh syariat
Islam empat belas abad yang lalu.30
Keempat, telah melebihi kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan minimal
yang dibutuhkan seseorang dan keluarganya yang menjadi tanggungannya,
untuk kelangsungan hidupnya.31
Diantara Ulama-Ulama fikih ada yang menambah ketentuan nisab
kekayaan yang berkembang itu dengan lebihnya kekayaan itu dari kebutuhan
biasa pemiliknya, misal Ulama-Ulama Hanafi dalam kebanyakan kitab mereka.
Hal itu oleh kerena dengan lebih dari kebutuhan biasa itulah seseorang disebut
kaya dan menikmati kehidupan yang tergolong mewah.
Dengan demikian keadaan yang mewajibkan hal itu tidak terjadi
berdasarkan sabda Rasul:
ا سمب ح أاىن طيجخ ثب أفسن أد
29
Diriwayatkan oleh Bukhari sebagai hadis muallaq dan oleh Imam Ahmad sebagai hadis
mausul yang akan dijelaskan dalam syarat wajib zakat ke 4 30
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.150. 31
Didin hafidhuddin. Panduan praktis tentang zakat infak sedekah, (Jakarta: Gema Insani,
1998) hal.14
27
“Bayarlah zakat kekayaan kalian yang dengannya anda memperoleh
kesenangan.” Oleh kerena itu zakat tidak wajib.32
Tetapi ada ulama-ulama yang tidak memasukan ketentuan itu dalam
kekayaan yang berkembang. Semuanya itu adalah kebutuhan rutin dan tidak
termasuk kekayaan yang berkembang.33
Kelima, telah mencapai satu tahun (haul), untuk harta-harta tertentu,
misalnya perdagangan. Akan tetapi, untuk ditanam dikeluarkan zakatnya pada
saat memanennya (lihat surat al-An‟am:141).34
Maksudnya adalah bahwa pemilikan yang berbeda di tangan si pemilik
sudah berlalu masanya dua belas bulan Qamariyah. Tetapi hasil pertanian,
buah-buahan, madu, logam mulia, harta karun dan lain-lainnya yang sejenis,
tidak akan di persyaratkan satu tahun semuanya itu dapat dimasukan kedalam
istilah, “zakat pendapatan”.35
Ibnu Rusdy menyatakan. “Jumhur” Ulama fikih mensyaratkan emas,
perak, dan ternak wajib zakat setelah setahun. Sebuah hadis marfu’ yang
diriwayatkan oleh Ibnu Umar dari Nabi SAW. Berbunyi:
ى يحه عيي اىحهبه حز في السمبح
“Tidak ada zakat atas sesuatu kekayaan sampai berlalu satu tahun”36
32
Kasani, bada‟I as-shana‟I, jilid 2:11 dan hadis yang sama yang diriwayatkan oleh Tabrani dari
Abu darda‟ yang dhaif 33
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.150-151 34
Didin hafidhuddin. Panduan praktis tentang zakat infak sedekah, (Jakarta: Gema Insani, 1998)
hal.14 35
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.161. 36
Ibnu Hajar dalam at-Talkhis:175, diriwayatkan oleh Duruquthni dan baihaqi dari hadis yang
diriwayatkan oleh umar yang di dalamnya terdapat ismail bin „Iasy, sedangkan hadis yang
28
“Ini menjadi kesepakatan Ulama-Ulama fikih kurun terakhir sedangkan
pada masa awal Islam tidak dipertentangkan terkecuali yang diriwayatkan oleh
Ibnu Abbas dan Mu‟awiyah. Sebab pertentangan itu adalah tidak terdapatnya
satu hadis yang tegas.”37
2. Dasar Hukum Zakat
a. Hukum Syariat
Zakat merupakan konsep ajaran Islam yang berlandaskan Al-Quran dan
Sunnah Rasul bahwa harta kekayaan yang dimiliki seseorang amanah dari
Allah. Dengan demikian, zakat itu suatu kewajiban yang diperintahkan oleh
Allah SWT. Ini dapat dilihat dari dalil-dalil baik dalam Al-Quran maupun
Hadits, di antaranya:
1) Surat At-Taubah ayat 103
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”38
2) Surat Adz-Dzariyat ayat 19
bersumber dari penduduk syam itu dhaif. Beberapa perawi juga meriwayatkannya sebagai
hadis mauquf tetapi daruquthni menilainya shahih dengan cacatnya mauquf. Namun disepakati
hadis itu dhaif 37
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.163 38 QS. At-Taubah (9): 103
29
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”39
3) Surat Al-Baqarah ayat 43
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah beserta orang-
orang yang rukuk.”40
4) Hadits Nabi SAW
ال ق م ل س و ه ي ل ع ى للا ل ص للا ل و س ر ن ا, ا م ه ن ع للا ي ض ر ر م ع ن ب ا ن ع و ه د ب ا ع د م ح م ن ا , و للا ل ا له ا ل ن ا ة اد ه : ش س م لى خ ع م ل س ال ي ن ب " ج ح , و اة ك الز اء ت ي ا , و ة ل الص ام ق ا , و ه ل و س ر و
". ان ض م ر م و ص , و ت ي ب ال ه ي ل ع ق ف ت م
Dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Islam itu
dibangun dengan lima rukun (pilar utama) yaitu; persaksian bahwa tiada ada
sesembahan yang benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah
Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke baitullah, dan puasa
Ramadhan.” (HR. Bukhari Muslim)41
Kata zakat dalam bentuk ma’rifah (definisi)42
disebut tiga puluh kali
dalam Quran, di antaranya dua puluh tujuh kali disebutkan dalam satu ayat
bersama dengan solat. Dan hanya satu kali disebutkan dalam konteks yang
sama dengan salat tetapi tidak di dalam satu ayat, yaitu firmanNya: Dan orang-
39 QS. Adz-Dzariyat (51): 19 40
QS. Al-Baqarah (2): 43 41
M. Nashiruddin Al-Albani, Riyadhus Shalihin Jilid 2, (Surabaya: Duta Ilmu, 2004), h. 324. 42
Kita menyatakan “dalam bentuk ma‟rifah” oleh kerena juga terdapat dalam bentuk nakirah
(indefinite) dalam dua ayat, tetapi berarti lain, yaitu dalam Quran. 18:81, seorang putra yang
lebih baik kesuciannya dan quran, 18:13, dan kasih saying dan kesucian dari kami
30
orang yang giat menunaikan zakat, setelah ayat: Orang-orang yang khusyu‟
dalam bersalat.”43
Bila diperiksa tiga puluh kali zakat disebutkan itu, delapan terdapat di
dalam surat-surat yang turun di Mekkah dan selebihnya di dalam surat-surat
yang turun di Madinah.44
Sebagai ahli mengatakan bahwa kata zakat yang selalu dihubungkan
dengan salat terdapat pada 82 tempat di dalam Quran.45
Mengenai kata
shadaqah dan shadaqat, di dalam Quran disebutkan 12 kali, semuanya dalam
ayat-ayat yang turun di Madinah46
b. Hukum Positif
Di Indonesia, pada awalnya pengelolaan zakat diatur berdasarkan
Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan
Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 Tahun 1999 tentang
Pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999 dan Keputusan Dirjen Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/29 Tahun 2000 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Zakat.47
Namun, UU No. 38 Tahun 1999 dianggap belum
mampu menjawab permasalahan pengelolaan zakat sehingga pemerintah
merevisi UU tersebut menjadi Undang-undang Nomor 23/2011. Dalam
implementasinya, hasil revisi UU tersebut mengalami banyak kontroversi
43
Quran, 23:2,4 44
Periksa Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfaz al-qran pada kata zakat 45
Demikian juga dalam ad-Dur al-Mukhtar, al-bahr, an-Nahr, dan kitab-kitab fikih madzhab
hanafi lainnya. Ibnu Abidin dalam catatan kakai bukunya Rad al-mukhtar menulis
pembetulannya menjadi 32 tempat. Tetapi yang benar selalu dihubungkan dengan salat hanya
terdapat 28 tempat. Mungkin yang dimaksud olehnya adalah jumlah semua bentuk ma‟rifah
dan nakirah zakat tersebut. 46
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.39-40 47
Kuntarno Aflah, ed., Zakat dan Peran Negara, (Jakarta: Forum Zakat, 2006), h.80.
31
karena terdapat pasal yang multitafsir dan dianggap menghambat kinerja dan
peran lembaga-lembaga pengelola zakat yang telah ada.48
Kemudian, pada 31 Oktober 2013, Makhkamah Konstitusi (MK)
mengabulkan gugatan uji materi UU Nomor 23/2011 tentang Pengelolaan
Zakat.ada tiga pasal yang diubah, yakni Pasal 18, Pasal 38, dan Pasal 41.49
Menurut MK, beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh lembaga yang
bergerak di bidang penyaluran dan atau pendayagunaan zakat:
a. Bergerak di bidang keagamaan Islam
b. Bersifat nirlaba
c. Memiliki rencana/program kerja pendayagunaan zakat, dan
d. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana/program kerjanya.50
3. Tujuan dan Hikmah Zakat
Fatwa Syekh Syaltaut dan Ulama-Ulama sebelumnya menyatakan,
bahwa zakat tidak dapat dicukup oleh pajak. Itulah pendapat yang membuat
tenang hati yang memberi fatwa dan yang di minta. Kerena berlandaskan atas
ketentuan-ketentuan hukum syariat yang benar. sehinga zakat tidak dapat di
hapus dan diganti dengan nama pajak dan tak dapat dihilangkan begitu saja.51
Hikmah zakat, selain harta-harta itu mempunyai banyak manfaat bagi
manusia, harta tersebut juga menjadi ukuuran kekayaan seseorang yang bernilai
ekonomis atau berkembang adapun harta yang tidak disebut dalam Al-Quran
48
Anis Rosyidah, “Implementasi UU No. 23 tahun 2011 Terhadap Legalitas Pengelolaan Zakat oleh Lembaga Amil Zakat”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang, 2012), h.3
49Eri Sudewo, “LAZ Pun Siuman”, Republika, 4 November 2013, h.6.
50Heru Susetyo, “Legal Opinion Terhadap Putusan MK Tentang Pengujian UU No. 23/2011
Tentang Pengelolaan Zakat”, Konstitusi, No. 81 (November 2013): h.15-17. 51
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.1116
32
dan hadis bukan berarti tidak ada kewajiban zakat atas harta itu. Firman Allah
bersifat abadi. Dengan demikian, semua harta yang bersifat ekonomis atau
menunjukan pemiliknya sebagai orang kaya kerena memiliki harta tersebut,
wajib mengeluarkan zakat.52
Akhirnya orang Muslim berkewajiban untuk bekerja dan berjuang untuk
memperbaiki penyimpangan-penyimpangan, meluruskan peraturan yang
bengkok dan mengembalikannya pada jalan yang lurus dalam hukum Islam.53
Beberapa tujuan dan hikmah yang ingin dicapai oleh Islam dibalik
kewajiban zakat:
a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya ke luar dari kesulitan
hidup dan penderitaan.
b. Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh mustahiq lainnya.
c. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.
d. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.54
e. Membiasakan manusia untuk berhati pemurah dan tidak kikir.55
B. Amil Zakat
1. Pengertian dan Tujuan Amil Zakat
Para pemungut zakat atau Amilin adalah orang yang ditugaskan oleh
imam kepala pemerintahan atau wakilnya untuk mengumpulkan zakat. Degan
52
Al-Furqon Habsyi. 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai,2008). hal 36 53
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.1116 54
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf , (Jakarta: PT Grasindo, 2006), h.12-13. 55
Departemen Agama, Pedoman Zakat 9 Seri, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2009), h.70.
33
demikian, mereka adalah pemungut-pemungut zakat, termasuk para
penyimpan, pengembala-pengembala ternak, dan yang mengurus
administrasinya56
.
Negara wajib mengatur dan mengangkat orang-orang yang bekerja dalam
urusan zakat yang terdiri dari para pengumpul, penyimpan, penulis, penghitung
dan sebaginya. Zakat mempunyai anggaran khusus yang dikeluarkan dari
padanya gaji para pelaksananya.57
Banyak hadis yang menunjukan bahwa pemimpinlah yang menugaskan
seorang Amil.
Hadis Abu humaid As-Sa‟idi r.a
ااسزعو رسهللا صيى هللا عيي سي رجال األسذ عيى صذقبد
ثي يذعى اث اىيزجيخRasulullah SAW. Mengangkat seorang laki-laki dari Al-Asdi sebagai
Amil untuk pemungutan zakat dari Bani Sulaim, ia bernama Ibnu Lutbiyyah.
(HR Bukhari)
Hadis Abu Sa‟id Al-Khudri dan Abu Hurairah R.A.
أ رسه هللا صيى هللا عيي سي اسزعو رجال عيى خيجز فجب ء
ثزز جيت Sesungguhnya Rasulullah SAW. Mengangkat seorang laki-laki sebagai
Amil untuk pemungutan zakat wilayah Khaibar, lalu ia membawa kurma Janib.
(HR Bukhari)58
Seorang Amil zakat hendaknya memenuhi syarat-syarat berikut.
56
Al Furqan Hasbi. 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai, 2008) hal 163. 57
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.545 58
Al Furqan Hasbi. 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai, 2008) hal. 163-164
34
a. Muslim
Zakat merupakan urusan kaum muslimin. Jadi, Islam menjadi syarat
utama bagi segala urusan mereka. Meskipun demikian, Imam Ahmad dalam
salah satu pendapatnya membolehkan seorang Amil bukan muslim. Berdasar
ayat, “..Amil zakat…”59
Menurutnya, ayat tersebut mempunyai pengertian ummu, termasuk di
dalamnya kafir dan muslim. Oleh kerena itu, tidak ada halangan baginya
mengambil upah kerjanya seperti upah-upah lainnya.60
b. Mukallaf.
Pengurus zakat harus orang dewasa yang sehat akal pikirannya.
c. Orang yang jujur.
Pengurus zakat seharusnya bukan orang yang fasik dan tidak dapat
dipercaya. Misalnya, ia akan berbuat zalim kepada para pemilik harta atau
berbuat sewenang-wenang terhadap hak fakir miskin kerena mengikuti
keinginan hawa nafsunya atau untuk mencari keuntungan.
Rasulullah SAW. berpesan kepada petugas pemungut zakat Mu‟az bin
Jabal ketika bertugas ke Yaman agar berhati-hati terhadap doa orang dizalimi
(teraniaya), dengan sabdanya:
فؤ يبك مزائ ااى ارق دعح اىظي فئ ىيس ثي ثي هللا
حجبة Waspadalah pada harta-harta mereka yang bernilai dan jagalah dirimu
dari doa orang yang teraniaya. Sesungguhnya antara dia dan Allah tanpa
59
Quran At-taubah: 60 60
Al Furqan Hasbi. 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai, 2008) hal. 165
35
pembatas. (HR Bukhari)61
Para Amil zakat mempunyai berbagai tugas dan pekerjaan yang
berhubungan dengan pengaturan soal zakat, yaitu sensus terhadap orang orang
yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan padanya. Juga besar harta
yang wajib dizakat, kemudian mengetahui para mustahik zakat. Berapa jumlah
mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya yang dapat mencukupi dan
hal-hal lain yang merupakan urusan yang perlu di tangani secara sempurna oleh
para ahli dan petugas serta para pembantunya.62
Adapun syarat menjadi Amil zakat adalah beragama Islam, dewasa (akil
baligh), memahami hukum zakat dengan baik, harus jujur dan amanah, serta
memiliki kemapuan (capable) untuk mellaksanakan tugas keamilan. Secara
umum, Amil zakat ini memiliki dua tugas pokok berikut.
Pertama, melakukan pendataan secara cermat dan teliti terhadap
Muzakki, melakukan pembinaan, menagih, mengumpulkan dan menerima
zakat dan mendoakan Muzakki pada saat menyerahkan zakat,
mengadministrasikan serta memeliharanya dengan baik dan penuh tanggung
jawab.
Kedua, melakukan pendataan terhadap Mustahik zakat, menghitung
jumlah kebutuhannya, dana menetukan kiat pendistribusiannya, yakni apakah
akan diberikan secara langsung (konsumtif) atau sebagai modal usaha. setelah
menyerahkan zakat, Amil juga berkewajiban untuk membina para Mustahik
61
Al Furqan Hasbi. 125 Masalah Zakat. (Solo: Tiga Serangkai, 2008) hal. 166 62
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat . Penerjemah Salman Harun, dkk (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 1993), h.546
36
tersebut.63
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat,yang dimaksud pengelolaan zakat adalah kegiatan yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
terhadap pendistribusian serta pendayagunaan zakat. mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.64
2. Peran Amil Zakat
Berbeda dengan salat dan puasa, ternyata zakat tidak bisa dikerjakan
oleh tiap pribadi muslim. Zakat harus dikelola dengan melibatkan piihak lain.
Kerena zakat dari Muzakki, dikelola oleh Amil dan ditujukan untuk Mustahik.
Kenapa zakat tak boleh dikelola sendiri dan harus dikelola oleh Amil.65
a. Agar Tidak Subyektif
Zakat adalah hak orang lain. Jika sudah disisihkan, sebaiknya segera
diserahkan kepada lembaga Amil. Jika tidak, secara psikologis siapapun
tergoda untuk mengelola sendiri kerena zakat itu berasal dari hartanya.
b. Menjaga Harkat Mustahik
Dalam kondisi labil, manusia cenderung bertindak emosional tak
terkontrol. Zakat yang milik orang lain, akhirnya tersendat kerena harus
melalui tahapan yang tidak rasional. Bisa jadi ketidak sukaan Muzakki meledak
saat seorang miskin datang meminta-minta, atau boleh jadi si miskin diminta
untuk mengerjakan pekerjaan, sebagai imbalan untuk memperoleh zakatnya
63
Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak Sedekah, (Jakarta: Gema Insani,
1998). hal 19. 64
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. 65
Eri Sudewo. Manajemn Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 prinsip dasar, (Jakarta:
Spora Internusa Prima, 2004) hal xxxiv
37
yang sesungguhnya sudah jadi haknya
c. Obyektif Profesional
Jika zakat dikelola oleh lembaga Amil, harga diri dan harkat serta
ketidak berdayaan Mustahik dijaga.
d. Pemberdayaan
Lembaga dapat membangun pasar untuk penngusaha-pengusaha mikro.
Disamping dengan lembaga yang cukup, Amil dapat membangun pendidikan
yang amat murah dan juga cuma-cuma bagi kalnangan fakir miskin.66
Zakat yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus
segera disalurkan kepada Mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah
disusun dalam program kerja. Penyaluran zakat bisa dilakukan dengan dua
cara,:67
a. Pola Tradisional (Konsumtif)
Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat yang diterima
Mustahik digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
b. Pola Kontemporer (Produktif)
Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada kategori
Mustahik menjadi kategori Muzakki.
C. Badan Amil Zakat
1. Badan Amil di Indonesia
Yang dimaksud dengan Amil zakat adalah semua pihak yang melakuan
pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan,
66
Eri Sudewo. Manajemn Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 prinsip dasar, (Jakarta:
Spora Internusa Prima, 2004) hal xxxv-xxxvi 67
Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), h.34-35.
38
perlindungan, pencatatan, dan penyaluran harta zakat. Mereka diangkat oleh
Pemerintah yang berkuasa oleh masyarakat Islam setempat untuk memungut
dan membagikan serta tugas-tugas lain yang berhubungan dengan zakat.68
Badan Amil Zakat (BAZ) merupakan LPZ yang dibentuk oleh Pemerintah.
Nama BAZ, awalnya adalah Badan Amil Zakat dan Infak Sedekah (BAZIS).
Sejak UU No 38 Tahun 1999 disahkan, nama BAZIS di pangkas hanya menjadi
BAZ. Dalam lingkungan Pemerintah ini, BAZ dapat didirikan oleh setidaknya
tiga (3) pihak yakni Depag, Depdagri, dan Kepala Pemerintah daerah.69
Dalam
rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat Provinsi dan kabupaten/kota
dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota., BAZNAS
Provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul Gubernur setelah mendapat
pertimbangan BAZNAS.70
Tabel 2.1
Badan Amil Zakat Daerah
MITRA BADAN AMIL ZAKAT DAERAH ( BAZDA )
No Nama BAZDA Propinsi No
Urut
Reg
No Nama BAZDA Propinsi No
Urut
Reg
1 BAZDA Nanggro Aceh
Darussalam
001 17 BAZDA Kalimantan Timur 017
2 BAZDA Sumatera Utara 002 18 BAZDA Kalimantan Tengah 018
3 BAZDA Sumatera Barat 003 19 BAZDA Kalimantan Selatan 019
4 BAZDA Riau 004 20 BAZDA Nusa Tenggara Barat 020
5 BAZDA Jambi 005 21 BAZDA Nusa TenggaraTimur 021
6 BAZDA Bengkulu 006 22 BAZDA Sulawesi Utara 022
68
Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar-Rahman, Zakat: 1001 Masalah dan Solusinya, (Jakarta:
Pustaka Cerdas, 2000), h.181. 69
Eri sudewo. Manajemen zakat tinggalkan 15 tradisi terapkan 4 prinsip dasar, (Jakarta: Spora
Internusa Prima, 2004) hal 281 70
http://pusat.baznas.go.id/bazda-kabupaten/ di akses pada 18 januari 2015
39
7 BAZDA Bandar Lampung 007 23 BAZDA Sulawesi Tengah 023
8 BAZDA Bangka Belitung 008 24 BAZDA Sulawesi Tenggara 024
9 BAZDA Banten 009 25 BAZDA Sulawesi Selatan 025
10 BAZDA DKI Jakarta 010 26 BAZDA Gorontalo 026
11 BAZDA Jawa Barat 011 27 BAZDA Maluku 027
12 BAZDA Jawa Tengah 012 28 BAZDA Maluku Utara 028
13 BAZDA Yogyakarta 013 29 BAZDA Irian Jaya ( Papua) 029
14 BAZDA Jawa Timur 014 30 BAZDA Irian Jaya Barat 030
15 BAZDA Bali 015 31 BAZDA Irian Jaya Tengah 031
16 BAZDA Kalimantan Barat 016 32 BAZDA Kepulauan Riau 032
BAZNAS Kabupaten/Kota dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk atas usul Bupati/Walikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.
Dalam hal Gubernur atau Bupati/Walikota tidak mengusulkan pembentukan
BAZNAS Provinsi atau BAZNAS Kabupaten/Kota, Menteri atau pejabat yang
ditunjuk dapat membentuk BAZNAS Provinsi atau BAZNAS Kabupaten/Kota
setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.BAZNAS Provinsi dan BAZNAS
Kabupaten/Kota melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di Provinsi atau
Kabupaten/Kota masing-masing.71
Menurut Undang-Undang, BAZ dapat
didirikan di ibu Kota, di tingkat Provinsi, di tingkat daerah khusus, di tingkat
Kabupaten di tingkat Kecamatan.72
2. Tugas dan Fungsi Badan Amil Zakat
Salah satu tugas penting dari Badan Amil zakat adalah melakukan
sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara terus-menerus dan
berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media. Dengan sosialisasi yang
baik dan optimal, diharapkan masyarakat Muzakki akan semakin sadar untuk
71
http://pusat.baznas.go.id/bazda-kabupaten/ di akses pada 18 january 2015 72
Eri sudewo. Manajemen zakat tinggalkan 15 tradisi terapkan 4 prinsip dasar, (Jakarta: Spora
Internusa Prima, 2004) hal 281-282
40
membayar zakat melalui Badan Amil Zakat yang kuat, amanah, dan terpercaya.
3. Laporan Keuangan Badan Amil Zakat
Laporan keuangan Badan Amil Zakat merupakan sarana pertanggung
jawaban manajemen atas pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada
Badan Amil Zakat. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
BAZ:
a. Basis kas untuk penerimaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah selain
pemanfaatan aset kelolaan.
b. Basis aktual untuk penyaluran zakat dalam bentuk pemenfaatan aset
kelolaan dan transaksi pada dana Amil.73
Dalam akuntansi keuangan, ada lima laporan yang harus dikerjakan
divisi Pengelolaan Keuangan:
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan pada
waktu tertentu. Tujuannya untuk mengetahui kekayaan atas harta yang dimiliki,
berbagai kewajiban yang harus ditunaikan serta mengetahui saldo dananya.
Dengan neraca ini, posisi keuangan organisasi atau lembaga dapat tergambarkan
secara jelas.
2. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (LSPD)
Tujuan dari LSPD adalah menggambarkan aktivitas lembaga, terutama
dalam menjelaskan asal sumber-sumber pendanaan serta penyalurannya sesuai
dengan bidang garapan masing-masing. Dengan demikian, LSPD ini tak lain
73
Teten Kustiawan, dkk., Pedoman Akuntansi Amil Zakat: Panduan Implementasi Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis PSAK 109, (Jakarta: Forum Zakat, 2012), h.27-28.
41
menggambarkan kinerja lembaga ditinjau dari aspek finance.
3. Laporan Perubahan Dana Termanfaatkan (LPDT)
Tujuan dari LPDT adalah menggambarkan berbagai aktivitas pendanaan
non-cash. Contohnya adalah pinjaman utang dan pemberian piutang.
4. Laporan Arus Kas
Tujuan laporan arus kas adalah menggambarkan aliran kas keluar masuk.
Pertimbangan alur keluar masuk didasarkan pada tiga jenis aktivitas yakni
operasi, investasi, dan pendanaan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Berisi penjelasan atas ke-4 jenis laporan di atas, sebagai catatan khusus
yang lebih rinci sifatnya. Catatan ini tentu tidak untuk dipublikasikan kepada
masyarakat luas. Fungsinya untuk menjelaskan bagian yang dianggap perlu.
Dalam kondisi tertentu, catatan ini bisa diberikan pada Muzakki atau donatur
yang membutuhkan.74
D. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Whitmore secara sederhana mengemukakan, kinerja adalah pelaksanaan
fungsi-fungsi yang di tuntut dari seseorang75
Pengertian yang menurut
Whitmore merupakan pengertian yang menuntut kebutuhan paling minim untuk
berhasil. Oleh kerena itu, Whitmore mengemukakan pengertian kinerja yang
dianggapnya representative, maka tergambarnya tanggung jawab yang besar
74
Eri sudewo. Manajemen zakat tinggalkan 15 tradisi terapkan 4 prinsip dasar, (Jakarta: Spora
Internusa Prima, 2004) hal .214-215. 75
Jhon whitmore, coaching for performance, seni mengarahkan untuk mendongkrak kinerja,
terjemahan dwi helly purnomo dan Louis nivianto (Jakarta: gramedia pustaka utama, 1997) hal
104.
42
dari pekerjaan seseorang76
Berdasarkan pengertian diatas kinerja yang nyata jauh melampaui apa
yang di harapkan adalah kinerja yang menetapkan standar-standar tertinggi
orang itu sendiri, selalu standar-standar yang melampaui apa yang diminta atau
diharapkan orang lain. Dengan demikian menurut whitmore kinerja adalah suatu
perbuatan , suatu prestasi, atau apa yang di perlihatkan seseorang melalui
keterampilan yang nyata77
2. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja (appraisal of performance) adalah proses yang mengukur
kinerja seseorang. Dalam proses ini sudah tentu dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, misalnya standar, target/ sasaran, atau criteria yang sudah di
tetapkan lebih dahulu dan telah disepakati bersama. Evaluasi kinerja merupakan
salah satu fungsi mendasar personalia, kadang-kadang disebut juga dengan
review kerja, penilaian karyawan, atau rating personalia.
Denga kata lain evaluasi kinerja adalah proses penetuan seberapa baik
karyawan melaksanakan tugas mereka78
3. Tujuan Evaluasi
Noor Fuad mengemukakan tujuan evaluasi kinerja adalah untuk
menyediakan pengetahuan dan keahlian dalam membangun system penilaian
kinerja dan penerapan system imbal jasa, untuk memotivasi pekerja yang
76
Hamzah B, uno dan nina lamatenggo, teori kinerja dan pengukurannya cetakan-1 (Jakarta: PT
bumi aksara, 2012), hal.1-2 77
Jhon whitmore, coaching for performance, seni mengarahkan untuk mendongkrak kinerja,
terjemahan dwi helly purnomo dan Louis nivianto (Jakarta: gramedia pustaka utama, 1997) hal
108 78
Hamzah B, uno dan nina lamatenggo, teori kinerja dan pengukurannya cetakan-1 (Jakarta: PT
bumi aksara, 2012), hal.71-72
43
berhubungan dengan dukungan dalam meningkatkan kapabilitas dan
pertumbuhan79
. Westerman menyatakan, evaluasi kinerja mempunyai beberapa
tujuan yaitu meningkatkan kecakapan seseorang untuk menungkatkan
pelaksanaan nilai tambah, mengidentifikasi kesulitan-kesulitan, dan menyetujui
suatu rencana untuk mencapai peningkatan yang telah diproyeksikan.80
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
evaluasi kinerja adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat dan valid
mengenai kinerja seseorang dalam kurun waktu tertentu, pada suatu lembaga
demi peningkatan nasib atau kesejahteraan mereka81
4. Prinsip -Prinsip Evaluasi Kinerja
Pembahasan prinsip-prinsip evaluasi kinerja meliputi hal-hal, antara lain
criteria evaluasi kinerja, sifat evaluasi kinerja dan prosedur evaluasi kinerja82
prosedur evaluasi kinerja terdiri dari beberapa langkah yang dilalui, yaitu bagian
personalia mengirimkan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerja (DP3) kepada
setiap pejabat yang mempunyai bawahan dalam ligkungan pengawasannya
disertai dengan pedoman dalam memberikan nilainya83
79
Noor fuad, evaluasi Kinerja (ringkasan materi kuliah) untuk mahasiswa pasca sarjana 80
Hamzah B, uno dan nina lamatenggo, teori kinerja dan pengukurannya cetakan-1 (Jakarta: PT
bumi aksara, 2012), hal.88 81
Hamzah B, uno dan nina lamatenggo, teori kinerja dan pengukurannya cetakan-1 (Jakarta: PT
bumi aksara, 2012), hal.89 82
John westerman, pengelolaan sumberdaya manusia (Jakarta, bumi aksara, 1999) hal. 163-164 83
Hamzah B, uno dan nina lamatenggo, teori kinerja dan pengukurannya cetakan-1 (Jakarta: PT
bumi aksara, 2012), hal.95
45
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG BAZNAS DAERAH
A. BAZNAS Daerah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat, BAZ adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara Nasional.
BAZNAS dibentuk Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan zakat yang
meliputi:
1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
4. Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanan pengeloaan zakat.
Tabel 3.1
Jumlah Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ)1
No Organisasi Jumlah
1 BAZNAS 1
2 BAZDA Provinsi 33
3 BAZDA Kabupaten / Kota 434
4 BAZ Kecamatan 48.000
5 BAZ Kelurahan 24.000
Sebagaimana telah dijelaskan dalam sub-bab Pembatasan Masalah, objek
dalam penelitian ini adalah Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA. Adapun BAZDA
yang dimaksud adalah beberapa BAZDA yang telah dikukuhkan oleh Pemerintah
1Kuntarno Noor Aflah, ed., Strategi Pengelolaan Zakat Di Indonesia (Jakarta: FOZ, 2011), h.33.
46
sebagai BAZNAS Daerah yang resmi dan boleh beroperasi dalam mengelola dana
zakat, infak dan sedekah wilayahnya masing-masing:
Tabel 3.2
Nama Badan Amil zakat
No. Nama Badan Amil Zakat
1. BAZNAS Daerah Kota Bekasi
2. BAZNAS Daerah Kota Depok
Keterangan:
B. Profil BAZNAS Daerah Kota Bekasi
1. Legal Formal
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bekasi Nomor: 451.5/Kep.519-
Kessos/XII/2012 tanggal 28 Desember 2012 tentang Pembentukan Pengurus
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Bekasi Masa Bhakti 2011-2014.
Badan Amil Zakat Daerah Kota Bekasi atau disingkat BAZDA Kota Bekasi
adalah sebuah badan yang bertugas mengumpulkan, mengelola dan
mendistribusikan zakat. BAZDA Kota Bekasi, sesuai misi yang di emban
berusaha mewujudkan masyarakat Bekasi sadar zakat dan manfaat zakat.
Untuk itu BAZDA Kota Bekasi kini telah berhasil membentuk Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) yang merupakan mitra BAZDA Kota Bekasi dalam
mengumpulkan zakat dari masyarakat baik dari elemen Dinas, Instansi maupun
Masjid. BAZDA Kota Bekasi dalam melaksanakan tugasnya bekerjasama dengan
mitra-mitra strategis dari unsur Pemerintah, Bank dan Instansi-instansi swasta
47
lainnya demi mencapai harapan mewujudkan masyarakat Bekasi yang cerdas,
sehat dan ihsan.2
2. Visi3 dan Misi
4
a. Visi BAZDA Kota Bekasi, ZAKATKU KESEJAHTERAANMU
b. Misi BAZDA Kota Bekasi,
i. Mengembangkan manajemen zakat yang profesional, proporsional
dan akuntabel
ii. Meningkatkan jumlah Muzakki dan mengurangi jumlah Mustahik
iii. Meningkatkan pemberdayaan potensi ekonomi umat
iv. Mewujudkan masyarakat Bekasi cerdas, sehat dan ihsan
3. Struktur Organisasi
Susunan Pengurus
Dewan Pertimbangan
Ketua : Sekretaris Daerah Kota Bekasi
Wakil Ketua I : Ketua MUI Kota Bekasi
Wakil Ketua II : Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Bekasi
Sekretaris : Kepala Bagian Bina Kessos Setda Kota Bekasi
Anggota : 1. H. Abdul Manan
2. KH. Mir’an Syamsuri
3. KH. Zamalullail, Lc
2 Bazdakotabekasi.or.id/profil-kami.html di akses pada Rabu 21 januari 2015
3 Visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan - tujuan perusahaan dan apa yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan datang. Visi itu tidak dapat
dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail gambaran sistem yang ditujunya, dikarenakan
perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama masa yang panjang. 4 Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya
mewujudkan Visi. Misi perusahaan adalah tujuan dan alasan mengapa perusahaan itu ada. Misi juga
akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan.
48
Komisi Pengawas
Ketua : Inspektur Kota Bekasi
Wakil Ketua : Kepala Bagian Hukum Setda Kota Bekasi
Sekretaris : H. Abdul Khair, M.Pd
Anggota : 1. Dr. KH. Zamakhsyari Abd. Madjid, MA
2. Ayi Nurdin, SH.I, MH
Badan Pelaksana
Ketua : H. Fuad Noor Yusuf
Wakil Ketua I : Drs. H. Paray SAid, MM, MBA
Wakil Ketua II : KH. Aiz Muhajirin, MH
Sekretaris : Kasubag Bina Keagamaan Bagian Bina Kessos Setda Kota
Bekasi
Wakil Sekretaris : 1. Hj. Puspitasari, SE
2. H. Ahmad Dede ZM, S.Ag
Bendahara : H. Achmad Fadillah Bachrun, SE, MM
Seksi-Seksi
Bidang Pengumpulan:1.Kasubag Tata Usaha pada Kantor Kementerian
Agama Kota Bekasi
2. Kepala Dinas Pendidikan kota Bekasi
3. H. Ahmad Mirza, S.Ag
Bidang Pendistribusian : 1. Kasi Mapenda pada Kantor Kementerian Agama
Kota Bekasi
2. Drs. Badeng Saputra
3. Drs. H. Akhmad Chotib, MA
4. H. Khaerudin Ahmad
5. Ahmad Zaenal M, S.Pd
Bidang Pendayagunaan : 1. Kasi. Penamas dan P.K. Pontren
2. DR. H. Suwartono, MM, MBA
49
3. Drs. H. Zaini Arafat
Bidang Pengembangan : 1. KH. Syafi’ie Kamil
2. KH. Chudori Thohir, Lc
3. DR Zaenal Musthofa
Staff : 1. Suherman
2. Ayatullah Kh
3. M. Syambuzi
4. Rizki Topananda
C. BAZNAS Daerah Kota Depok
1. Legal Formal
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Depok Nomor:
821.29/128/Kpts/Sosial/Huk/2011 tanggal 27 Januari 2011 tentang Pembentukan
Pengurus Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Depok Masa Bhakti 2011-
2013.
BAZ Kota Depok adalah salah satu institusi yang dibentuk oleh
Pemerintah bersama masyarakat Kota Depok, yang bertujuan menggugah seluruh
masyarakat Depok khususnya kaum Muslimin untuk meningkatkan predikat
kesholehannya dengan kesolehan sosial horizontal (hablum min an-naas).
Upaya ini dilakukan dengan :
- Sosialisasi Zakat dan lembaga BAZ
- Pembentukan UPZ – UPZ di instansi Pemerintah maupun Swasta /
Perusahaan BUMN / BUMD
- Menggalang dana infaq dan shodaqoh dari pelajar dan mahasiswa.
Berdasarkan Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat, diharuskan pada
50
setiap kantor dinas di lingkungan pemerintahan untuk membentuk Unit Pengelola
Zakat (UPZ) yang dalam redaksi UU Unit Pengumpul Zakat. Perubahan kata dari
Pengumpul menjadi Pengelola untuk merubah asumsi bahwa UPZ hanya sebagai
pengumpul belaka dan tidak terasa manfaatnya oleh masyarakat atau karyawan di
kantor tersebut. Maka dengan istilah pengelola akan merubah asumsi orang
bahwa UPZ selain mengumpulkan ZIS juga menyalurkan / mendistribusikan /
mendayagunakannya di lingkungan kantor yang sasarannya adalah karyawan atau
keluarganya yang berhak mendapat bantuan.
Zakat adalah ibadah di bidang harta yang memiliki peran yang sangat
strategis, penting dan menentukan dalam membangun kesejahteraan. Bahkan para
ekonom muslim berpendapat bahwa system ekonomi Islam dibangun atas dua
elemen penting, yaitu hilangnya system riba dan teraktualisasikannya potensi
zakat.5
2. Visi dan Misi
a. Visi BAZDA Kota Depok, mengusir sifat kikir, mengikis sifat dengki,
menumbuhkan kepedulian
b. Misi BAZDA Kota Depok,
i. Menyadarkan aghniya untuk berzakat, berinfaq dan bershodaqoh
ii. Menghimpun dana dari sumber yang halal berdasarkan syari’at
iii. Memenuhi kebutuhan mustahik demi lancarnya roda ekonomi masyarakat.
iv. Menggali potensi masyarakat untuk ikut serta dalam membangun Kota
Depok.
5 http://bazdepok.net63.net/index.php?option=com_content&task=view&id=23&Itemid=30 di akes
pada 4 juni 2014
51
3. Struktur Organisasi
DEWAN PERTIMBANGAN
Ketua : Wakil Walikota Depok
Wakil Ketua : Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Depok
Sekretaris : Kabag Sosial Kota Depok
Wakil Sekretaris : Kasubag TU Kantor Kementrian Agama Kota Depok
Anggota : 1. Drs. KH. A. Dimyati Badruzzaman, MA
2. Drs. H. Farid Hadjiri, MM
3. Kasi Pekapontren, Penamas dan Pemberdayaan
Masjid (P3M) Kantor Kementrian Agama Kota Depok
BADAN PELAKSANA
Ketua : H. Aceng Toha Abdul Qodir, Lc
Wakil Ketua I : Addin Abdurrahim, Lc
Wakil Ketua II : Kasubag Agama pada Bag. Sosial Setda Kota Depok
Sekretaris : Raden Salamun Adiningrat, S.Sos.I, S.Pd
Wakil Sekretaris I : Penyelenggara Zakat & Wakaf Kantor Kementrian
Agama Kota Depok
Wakil Sekretaris II : Yuniyanti, SEI
Bendahara : Drs. Sadar Harapan
Bendahara I : Mimin Mintarsih, S.Ag
Seksi Pengumpulan : 1. H. Gunawan, Mds, S.Ag
2. Sunarto, SHI
Seksi Pendistribusian : 1. Muhammad Arqom Abbas, SS
2. Enjat Sudrajat, S.Ag
Seksi Pendayagunaan : 1. Ahmad Fihri, MA
2. Wahyono, S.IP
Seksi Pengembangan : 1. Muhammad Yusuf, SEI
2. Drs. Bambang Sunaryo
KOMISI PENGAWAS
Ketua : Drs. KH. A. Machfudz Anwar, MA
Wakil Ketua : Drs. KH. Wazir Nuri
Sekretaris : Kasi Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Kantor
Kementrian Agama Kota Depok
Wakil Sekretaris : Zainur Ahmad, S.Ag
Anggota : 1. Drs. Abdul Ghofar
2. H. Fauzan
3. H. Asnawi, S.Ag
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DI BAZNAS DAERAH KOTA BEKASI DAN BAZNAS
DAERAH KOTA DEPOK
A. Substansi Fi sabilillah Yang Mempengaruhi Kebijakan BAZDA Dalam
Menyalurkan Dana ZIS Kepada Masyarakat.
Fi sabilillah adalah salah satu dari 8 asnaf yang tercantum pada nash Al
Qur’an,
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin,
Amil zakat, yang di lunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba
sahaya, utnuk (membebaskan) orang yang berhutang, (fi sabilillah) untuk jalan
Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan….”( QS. At Taubah : 60)
Melihat posisi ke tujuh dalam deretan pihak-pihak yang berhak
mendapatkan manfaat dari dana zakat, namun dewasa kini lafadz fi sabilillah
mengalami banyak sekali penafsiran dan hal itu di pengaruhi dari kondisi dan
kebutuhan yang berlaku pada saat ini.
Menurut Imam Syafi’i, Imam an-Nasa’i, Abu Tsur, Abu Hanifah, dan
Imam malik, memprioritaskan pemberian kepada fakir miskin hingga tercukupi
kebutuhannya jauh lebih baik dari pada membagikannya dalam jumlah yang
sangat sedikit kepada seluruh asnaf.1
Jika jumlah zakat itu besar maka Mustahik lainnya (jika ada) berhak
1 Didin, Hafiduddhin. Panduan Praktis tentang zakat infak sedekah. (Jakarta: Gema Insani, 1998)
hal.135
54
menerimanya, termasuk asnaf fi sabilillah. Menurut sebagian Ulama seperti
dikemukakan dalam tafsir Al-Maraghi, Al-Quaimy, dan kitab Al-Fatawa,
penggunaan zakat tidak hanya untuk kepentingan peperangan saja, tapi
cakupannya lebih luas seperti untuk mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan,
mendirikan masjid atau mushala, yang manfaatnya kembali pada umat secara
menyeluruh.2
Salah satu perkembangan dinamika kehidupan Muslim di Indonesia
adalah penggunaan dana zakat untuk pembangunan masjid dan fasilitas syiar
agama Islam. Apakah hal ini tidak bertentangan dengan syariat agama Islam.
Apakah dasar hukum penggunaan dana zakat untuk pembangunan masjid. Dari
delapan kelompok orang yang berhak menerima zakat, memang tidak disebutkan
secara langsung masjid sebagai kelompok penerima zakat. Meski demikian,
ketentuan yang berlaku dalam penggunaan zakat adalah untuk diberikan kepada
golongan fi sabilillah, yaitu kelompok yang berjuang di jalan Allah dalam
menegakkan ajaran agama Islam. Makna fi sabilillah secara luas bukan hanya
berjuang secara fisik melawan musuh agama Islam. Fi sabilillah juga bisa berarti
melakukan dakwah Islam melalui pembangunan gedung pengajaran Islam,
penerbitan jurnal Islami melawan fitnah golongan kafir, mendidik kader-kader
muda penerus ulama, membangun masjid di masyarakat tertinggal, dan lain-lain.
Apalagi dalam kehidupan masyarakat modern perkotaan, kita akan sedikit
kesulitan menentukan kategori orang fakir miskin karena tingkat ekonomi
2 Didin, Hafiduddhin. Panduan Praktis tentang zakat infak sedekah. (Jakarta: Gema Insani, 1998)
hal.135
55
masyarakat sudah hampir merata. Perbedaan si kaya dan si miskin hampir tidak
terlihat. Oleh karena itu, penggunaan dana zakat bisa dialihkan kepada perjuangan
menyiarkan agama Islam melalui pembangunan masjid3
1. Pendayagunaan Dana BAZNAS Daerah Kota Bekasi Pada Asnaf Fi sabilillah
Yang menjadi objek pendayagunaan BAZNAS Daerah Kota Bekasi
mencakup delapan asnaf (fakir, miskin, Amil, hamba sahaya, gharimin, muallaf,
ibnu sabil, fi sabilillah) pada umumnya, namun lebih menekankan pada fakir dan
miskin pada khususnya dikerenakan jumlah fakir miskin yang terhitung masih
sangat banyak yang berada di wilayah Kota Bekasi4
a. Program andalan BAZNAS Daerah Kota Bekasi
Program-program yang ada pada BAZNAS Daerah Kota Bekasi,
mencakup banyak aspek, seperti pemberdayaan, pendidikan, kesehatan, dan lain-
lainnya yang masing-masing program dikelompokan menjadi Bekasi berdaya,
Bekasi, ihsan Bekasi peduli, Bekasi cerdas, Bekasi sehat5
b. Kontinuitas
Keberlangsungan program pendayagunaan sampai saat ini masih
berlangsung, dan menjadi program rutin yang tidak terpaut pada moment atau
even tertentu. Kerena di anggap sebagai kebutuhan pokok asnaf fakir miskin yang
ada di kota Bekasi
c. Asnaf Fi Sabilillah Kota Bekasi
3 http://zakat.or.id/bolehkah-menggunakan-dana-zakat-untuk-membangun-
masjid/#sthash.rX9nYFj8.dpbs di akses pada 15 september 2014 4 Wawancara dengan Bapak Suherman Staff Amil BAZDA Kota Bekasi jum’at 30 januari 2015
5 http://www.bazdakotabekasi.or.id/home di akses pada Rabu 28 Januari 2015
56
BAZNAS Daerah Kota Bekasi memberikan perhatian lebih kepada asnaf
fi sabilillah, setelah mendahulukan asnaf fakir dan miskin, hal ini ditinjau dari
rencana pendistribusian dana zakat BAZDA Kota Bekasi tahun 2013 dengan
rincian asnaf fi sabilillah sebagai berikut:
Tabel 4.1
RPDZ BAZDA KOTA BEKASI 2013
No Keterangan Jumlah
1 Sarana ibadah/benah musollah : 2 x 12 kecamatan x 6.000.000 Rp 144.000.000
2 Honor Guru Ngaji di masjid : 1 x 56 kelurahan x 100.000 x 12 Rp 67.200.000
3 RA : 20 x 12 x 500.000 = Rp 120.000.000
4 DTA : 7 DTA x 12 x 500.000 = Rp 42.000.000
5 Proposal Rp 100.000.000
6 Operasional Ambulan Rp 150.000.000
7 Laporan keuangan melalui media cetak Rp 35.000.000
Rp 658.200.000
Dalam menentukan kebijakan pendistribusian pada asnaf fi sabilillah,
BAZDA Kota Bekasi membagi asnaf fi sabilillah menjadi 7 macam, hal ini di
kerenakan pemaknaan substansi fi sabilillah seperti yang sudah di jelaskan
sebelumnya. Yang di anggap relevan dan sesuai dengan kebutuhan pada saat ini.
Tanpa harus menyalahi aturan-aturan yang ada, dikerenakan sudah terlebih
dahulu ditimbang, dimusyawarahkan, dan disetujui oleh Dewan Pengawas
Syariah, Dewan Pertimbangan, Kabag Kessos dan terakhir di setuji oleh Ketua
57
BAZDA Kota Bekasi6
2. Pendayagunaan Dana BAZNAS Daerah Kota Depok Pada Asnaf Fi Sabilillah
Yang menjadi dasar BAZDA Kota Depok menyalurkan dana ZIS kepada
masyarakat, dasarnya adalah dasar rukun Islam mengenai adanya kewajiban
dalam mengelola zakat, yang mana zakat sebagai sumber dana guna mengatasi
ekonomi masyarakat (Mustahik), serta dilandasi pada UU No 23 Tahun 2011
yang berarti pengelolaan zakat menjadi kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
seluruh masyarakat, dan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Kota,
maupun Pemerintah Daerah.
Tujuan inti dari pengelolaan zakat adalah orang-orang khususnya fakir
miskin mendapatkan haknya dari dana zakat, agar semata-mata membentuk
masyarakat menjadi hamba Allah yang taat.
وما خلقت جن و االنس اال ليعبدون
“Maka tidaklah ku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepadaku” (QS. Az Zariyat: 56)7
Yang mana zakat bertujuan sebagai alat yang membantu orang beribadah
kepada Allah dibuat dan dilaksanakan program pendayagunaan baik program
konsumtif (bidang pendidikan, sosial kemanusiaan dan kemaslahatan umat).8
a. Program Andalan
6 Wawancara dengan Bapak Suherman staff BAZDA kota Bekasi jum’at 30 Januari 2015
7 QS. Az Zariyat: 56
8 Wawancara, H. Aceng Toha Abdul Qadir, Lc Ketua BAZDA Kota Depok, Rabu 4 februari 2015
58
GAPERMIS (Gerakan Peduli Rakyat Miskin), GAPERKIT (Gerakan
Peduli Orang Sakit), GAPENA (Gerakan Peduli Bencana), dan GAPESI
(Gerakan Tunjangan Pelajar Berprestasi) maupun program produktif (bidang
pemberdayaan ekonomi) seperti : PDWU (Program Dana Wira Usaha, Qordhul
Hasan, Training Keterampilan) dan PDLIR (Program Dana Bergulir)
b. Kontinuitas
Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan BAZ Kecamatan, UPZ
dan LAZ yang ada di Kota Depok dalam meningkatkan program pendayagunaan
ZIS dan potensi yang lainnya. Mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan
pendayagunaan secara rutin dan berkala.
c. Asnaf Fisabilillah Kota Depok
BAZNAS Daerah Kota Depok memberikan perhatian kepada asnaf fi
sabilillah, setelah mendahulukan asnaf fakir dan miskin, fi sabilillah secara dalil
sudah jelas, yaitu diantaranya membiayai perang dijalan Allah, namun kini
muncul banyak pendapat oleh Ulama Mutaakhirin yang memiliki dasar yang kuat
pula mengenai orang yang keluar menuntut ilmu maka di fi sabilillah sampai ia
kembali kerumahnya. Maka dari itu fi sabilillah kini mencakup semua kegiatan
yang bersifat syiar agama, namun untuk di BAZDA Depok sendiri berdasarkan
keputusan bersama belum menyalurkan dana ZIS ke sektor fisik, dikerenakan
keadaan keuangan yang belum memungkinkan dan memprioritaskan pemanfaatan
dana bagi fakir dan miskin pada khusunya. Namun saya pribadi menolak keras
dana zakat yang disalurkan pada sektor fisik apabila hak fakir dan miskin
59
terlewatkan kerena alokasi yang besar yang akan mengurangi hak dari Fakir dan
Miskin. namun untuk BAZDA Depok menempatkan asnaf fisabilillah dalam
bentuk bantuan tenaga pendidikan yang menurut BAZDA Depok sangat relevan
dan lebih utama jika di lihat dari keadaan BAZDA saat ini, seperti pada bulan
Ramadhan tahun lalu BAZDA memberikan santunan kepada Guru Ngaji sebesar
150.000 perorangnya.9
B. Kinerja
1. Kinerja Amil BAZNAS Daerah Kota Bekasi
Amil dalam zakat adalah semua pihak yang bertindak mengerjakan yang
berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, penjagaan, pencatatan, dan
penyaluran atau distribusi harta zakat. Mereka diangkat oleh Pemerintah dan
memperoleh izin darinya atau dipilih oleh instansi Pemerintah yang berwenang
atau oleh masyarakat Islam untuk memungut dan membagikan serta tugas lain
yang berhubungan dengan zakat, seperti penyadaran atau penyuluhan masyarakat
tentang hukum zakat, menerangkan sifat-sifat pemilik harta yang terkena
kewajiban membayar zakat dan mereka yang menjadi Mustahik.10
a. Mitra BAZNAS Daerah Kota
a) BAZ Kecamatan
Dalam meningkatkan upaya pemerataan tersalurkannya dana ZIS,
BAZDA berkoordinasi langsung dengan BAZ-BAZ Kecamatan yang ada di
9 Wawancara, H. Aceng Toha Abdul Qadir, Lc Ketua BAZDA Kota Depok, Rabu 4 februari 2015
10 http://id.wikipedia.org/wiki/Amil
60
wilayah Kota Bekasi, hal ini di kerenakan BAZ Kecamatanlah yang dianggap
lebih dekat dengan masyarakat dan bisa lebih memantau keadaan mana Mustahik
yang lebih berhak mendapatkan manfaat dana ZIS agar penyalurannya tepat
sasaran.
Di wilayah Kota Bekasi terdapat beberapa BAZ Kecamatan dengan daftar
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Badan Amil Zakat Kecamatan11
No Nama Alamat Telepon/Fax Ketua BAZ
Kecamatan
1 BAZ Jati Sampurna Kec. Jati Sampurna 0813 11188420 Asep S.R
2 BAZ Jati Asih Kec. Jati Asih 0813 82093934 Sopandi, S.Pd.i
3 BAZ Rawa Lumbu Kec. Rawa Lumbu 0813 10920299 Ust. A. Salim
4 BAZ Pondok Melati Kec. Pondok Melati 0857 82856170 Taufik. H
5 BAZ Pondok Gede Kec. Pondok Gede 0813 11419351 Drs. H. Mansyur
6 BAZ Medan Satria Kota Harapan Indah 0811 142044 Ismail
7 BAZ Bantar Gebang Kec. Bantar Gebang 021 8250932 H. Nasir
8 BAZ Mustika Jaya Kec. Mustika Jaya 0815 84224954 Abdul Kadir
9 BAZ Bekasi Selatan Kec.Bekasi Selatan 0813 19979147 H. A. Sukardi
10 BAZ Bekasi Utara Kec. Bekasi Utara 0812 8550664 Kamil Sofyan
11 BAZ Bekasi Barat Kec. Bekasi Barat 08129076029 H. Junaedi
12 BAZ Bekasi Timur Kec. Bekasi Timur 0813 84734604 Ust. Abd. Karim
b) UPZ
UPZ atau Unit Pengumpul Zakat adalah unit yang ditunjuk langsung oleh
BAZDA melalui SK (Surat Keputusan) yang bertugas menjadi agen dalam
menerima dan mencatat zakat langsung dari masyarakat.
Di wilayah Kota Bekasi terdapat beberapa UPZ dengan daftar sebagai
berikut:
11
http://www.bazdakotabekasi.or.id/bazkecamatan.html
61
Tabel 4.3
Unit Pengumpul Zakat12
No Nama Dinas/Institusi Telepon/Fax Bendahara
UPZ
1 No. Sk. 53/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/IV/2009
-
Perpustakaan Daerah - Dra. Dwi
Palupi
2 No. SK. 52/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/IV/2009
Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah
- Hj.
Puspitasari
3 No. SK.51/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/IV/2009
Din. Pertamanan,
Pemekaman dan
Penerangan Jalan
Umum
(021) 88349645 Jalaludin, S.
Sos
4 No. SK. 50/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/IV/2009
Kantor Pemberdayaan
Masyarakat
02188963372
/FAX:
02188963373
Sugiyah Idha
5 No. SK. 49/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/IV/2009
Badan Pelayanan,
Perijinan Terpadu
(BPPT)
(021) 88855450 -
88961767 Ext.
Hj. Ance
Noor Afriati
6 No. SK. 048/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/IV/2009
Disperindag Kota
Bekasi
(021) 8842829 -
8842009
Dian
Wahyuni
7 No. SK. 047/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/IV/2009
Dinas Kebersihan Dra. Erfien
Diah Hartati
8 No. SK. : 046/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/IV/2009
Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bekasi
021 884 1005 ext
30
Rahmatullah
9 No. SK. 45/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/IV/2009
-
BNK Kota Bekasi - -
10 No.SK. 44 /S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/III/2009
Dinas Pendidikan Endang
Cahyaningsi
h
11 No. SK. 43/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/III/2009
Dinas Bina Marga dan
Tata Air
Telp/Fax. (021)
8842645
Ny. Sari
Susanti
12
http://www.bazdakotabekasi.or.id/upz.html
62
12 No. SK. 32/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/II/2009
Badan Kepegawaian
Daerah
- Bpk. Aat
Ruhdiyat
13 NO.SK. 31/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/II/2009
Dinas Perekonomian
Rakyat
Telp/Fax. (021)
88359275
Ir. Heny
Rushendarti
14 No. SK: 29/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/II/2009
Kemenag Kota Bekasi 021-88954572 Ibnul
Mubarok
15 No. SK. 30/S.Kep-
BAZDA-
Kt.BKS/II/2009
Perhubungan Telp. 021-
88345368 Fax.
021-
Sri Wuryani
c) Bank
Tabel 4.4
Bank Mitra BAZDA Kota Bekasi13
BAZDA Kota Bekasi bermitra dengan beberapa Bank dengan maksud dan
tujuan adalah selain sebagai wadah untuk menyimpan dan menampung dana ZIS
dari UPZ-UPZ dan BAZ Kecamatan, namun juga di peruntukan pula kepada
13
http://www.bazdakotabekasi.or.id/bank.html
Nama Bank : BRI Cab. Bekasi
Alamat : No. Rek. 139.01.000.770.303
Telepon : -
Kontak
Person
: -
Nama Bank : Bank Syariah Mandiri
Alamat : No. Rek. 0050039197
Telepon : 021-8853990
Kontak
Person
: Bpk. Askar Markaya
Nama Bank : Bank BNI 46 Cab. Bekasi
Alamat : No. Rek. 0016247703
Telepon : -
Kontak Person : -
Nama Bank : Bank JABAR Cab.Bekasi
Alamat : No. Rek. 10.00.01.005486.4
Telepon :
Kontak
Person
:
Nama Bank : Bank Mandiri Cab. Bekasi
Alamat : No. Rek. 125.00000.65151
Telepon : -
Kontak
Person
: -
63
Muzakki dalam rangka mempermudah Muzakki membayar Zakat tanpa harus
datang langsung Ke UPZ atau BAZDA Kota Bekasi sendiri.
b. Analisa Grafik Penyaluran/Pendayagunaan Dana ZIS
Grafik yang di paparkan adalah hasil olah data sekunder penyaluran yang
di peroleh dari web BAZDA Kota Bekasi pada periode 2011-2013.
Tabel 4.5
Penerimaan dan penyaluran BAZDA Kota Bekasi 2011-2013
Laporan penerimaan serta penyaluran BAZNAS Daerah Kota Bekasi
pada tahun 2011-2013. Memilik perbandingan 12% pada tahun 2011, 11% pada
tahun 2012, dan 72% pada tahun 2013. Di ikuti akun-akun pendayagunaan yang
menjadi fokus penelitian adalah pendayagunaan pada Pembangunan fisik
bangunan dan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) tercatat di masing-masing tahun
alokasi pada dua hal tersebut diantaranya:
6,049,930,504
7,128,843,239
3,129,472,214
4,977,493,795
6,389,377,375
897,875,986
-
1,000,000,000
2,000,000,000
3,000,000,000
4,000,000,000
5,000,000,000
6,000,000,000
7,000,000,000
8,000,000,000
tahun 2011 tahun 2012 tahun 2013
penerimaan penyaluran
64
Dana yang tersalurkan pada bantuan pembangunan di tahun 2011 total
Rp 43.500.00014
Dana yang tersalurkan pada bantuan pembangunan di tahun 2012 total
Rp 20.450.00015
14
Lihat lampiran hal.85 15
Lihat lampiran hal.85
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
januari 2012 februari 2012 maret 2012
Tabel 4.7 Bangunan 2012
bangunan
0
5000000
10000000
15000000Tabel 4.6
Bangunan 2011
bangunan
65
Dana yang tersalurkan pada bantuan pembangunan di tahun 2013 total 72.030.00016
Perayaan Hari Besar Islam
Dana yang tersalurkan pada Perayaan Hari Besar Islam tahun 2011
total Rp 238.350.00017
16
Lihat lampiran hal.85 17
Lihat lampiran hal.86
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
januari 2013 juli 2013 oktober 2013
Tabel 4.8 Bangunan 2013
bangunan 2013
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
60000000 Tabel 4.9 PHBI 2011
PHBI
66
Dana yang tersalurkan pada Perayaan Hari Besar Islam tahun 2012
total Rp196.250.00018
Dana yang tersalurkan pada Perayaan Hari Besar Islam tahun 2013
total Rp11.150.00019
c. Penjabaran Kinerja
Secara umum grafik keuangan BAZDA Kota Bekasi bisa sedikit
menggambarkan eksistensi Amil dalam menyalurkan dana zakat dengan
18
Lihat lampiran hal.86 19
Lihat lampiran hal.86
0
20000000
40000000
60000000
80000000
100000000
120000000
januari february maret april
Tabel 4.10 PHBI 2012
PHBI
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
february maret april mei juni
Tabel 4.11 PHBI 2013
PHBI
67
persentase penyaluran 82% dari penerimaan di tahun 2011, 89% dari penerimaan
di tahun 2012, dan 28% dari penerimaan di tahun 2013. Perhatian Masyarakat
terhadap Keberadaan BAZDA Kota Bekasi, sangat bermanfaat dikerenakan
BAZDA biasa mengadakan program-program bantuan kepada masyarakat miskin
di wilayah Kota Bekasi. Dalam bentuk bantuan langsung atau acara di Islamic
Center.20
Terlaksanannya program bantuan selain para staff yang mengadakannya
secara langsung namun, BAZDA pula menerima rekomendasi dari BAZ
Kecamatan dalam bentuk proposal program yang diajukan BAZ Kecamatan,
kerena memang koordinasi yang di lakukan dengan BAZ Kecamatan yang di
anggap lebih dekat dengan para Mustahik.21
Staff Amilin di BAZDA sangat sibuk hampir setiap hari staff yang ada
hanya 1 orang kerena mereka pergi dengan keperluan BAZDA yang memiliki
agenda yang sangat bannyak di luar, seperti koordinasi dengan dinas yang ada di
wilayah Kota Bekasi, perusahaan-perusahaan, maka dari itu keberadaan relawan
di sini sangat membantu sekali tugas mereka kerena keterbatasan Amil yang ada
di BAZDA Kota Bekasi.22
Kinerja Amil BAZDA Kota Bekasi dalam proses penyaluran dana ZIS
melalui program-program yang di gagasnya sangat bertumpu selain pada para
staff sebagai motor jalannya sebuah program melainkan membutuhkan pula peran
20
Wawancara dengan Bapak Yatno penjual bakso di lingkungan Islamic Center sabtu 31 Januari
2015 21
Wawancara dengan Bapak suherman staff BAZDA kota Bekasi. 30 Januari 2015 22
Wawancara dengan Azka siswa SMK magang 30 Januari 2015
68
para relawan yang ikut membantu mensukseskan terlaksananya program-program
pendayaganunaan tersebut.
Berikut daftar staff yang berada di BAZDA Kota Bekasi beserta
Jobdesknya:
Tabel 4.12
Jobdesk Staff BAZDA Kota Bekasi
No Nama Keterangan
1 Suherman Penanggung jawab inventaris BAZDA
Penanggung ajawab program kesehatan (operasi
katarak/pengobatan gratis)
Penanggung jawab operasional Mobil ambulan
Penanggung jawab beasiswa (MI, MTS, MA, dan PT)
Penanggung jawab proposal (Disposisi, folow up, dan arsip)
2 Syambuzi Penanggung jawab ibnu sabil
Penanggung jawab bantuan RA dan DTA
Penanggung jawab pengiriman surat
Penanggung jawab pendistribusian bantuan yatim dan guru
ngaji
3 Rizki Penanggung jawab website (pelaporan dan sosialisasi
program)
Penanggung jawab program pemberdayaan : zakat produktif
Penanggung jawab back-up data/arsip di komputer
69
Penanggung jawab program benah musollah
Administrasi surat menyurat proposal
4 Widia Arsip data masuk dan surat keluar
Project laporan keuangan (penerimaan dan pengeluaran)
Project bantuan dana kesehatan
Penerimaan setoran
Kinerja amil dalam membangun link ke BAZ Kecamatan, UPZ,
Perusahaan dan Isntansi/Dinas yang ada di wilayah Kota Bekasi pun menjadi
ujung tombak berlansungnya Badan Amil Zakat. Perihal ini mendeskripsikan
kinerja Amil dalam menjalin hubungan kerjasama dan berkoordinasi terus
menerus yang sangat baik.
Dengan jobdesk yang jelas dan pembagian tugas yang jelas, maka dapat
dilihat kinerja Amil BAZDA Kota Bekasi dalam hal pemanfaatan dana pada
Program Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) dan pembangunan fisik bangunan
pun di nilai baik, kerena apresisasi masyarakat yang senang akan keberadaan
BAZDA dan mengakui Kinerja BAZDA dengan banyak didirikannya sarana
peribadatan yang di sokong oleh BAZDA dan menjadi saksi bisu peran BAZDA
di masyarakat.23
2. Kinerja Amil BAZNAS daerah Kota Depok
a. Mitra BAZNAS Daerah Depok
23
Wawancara dengan Bapak Suherman staff BAZDA Kota Bekasi
70
BAZDA Kota Depok bermitra dengan banyak pihak sebagai Unit
Pengelola Zakat
a) Unit Pengelola Zakat24
b. Analisa grafik penyaluran dana ZIS
Grafik yang di paparkan adalah hasil olah data sekunder penerimaan dan
penyaluran BAZDA Kota Depok pada periode 2011-2013.25
Tabel 4.13
Penerimaan BAZDA Kota Depok periode 2011-2013
24
Akun Penerimaan Laporan keuangan BAZDA Kota Depok Tahun 2011 25
Lihat lampiran laporan keuangan BAZDA Kota Depok 2011-2013 hal.87-92
Kantor Kesbang Linmas
Satuan Polisi Pamong Praja
BAPPEDA
Badan Pertanahan Nasional
Badan Pusat Statistik
Kejaksaan Negeri
Kantor Kementrian Agama
Perum Pegadaian Korwil Depok
SMA Negeri 1
SMA Negeri 3
SMA Negeri 4
SMA Negeri 5
SMA Negeri 6
SMA Sejahtera 1 Depok
SMK 1 Perintis
SMP Negeri 1
SMP Negeri 3
SMP Negeri 7
Sekretariat DPRD
Sekretariat Dewan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Dinas Tenaga Kerja dan Sosial
Badan PPKB
DPPK
Dinas Perhubungan
Dinas Pendidikan
Disdukcapil
Dinas Bina Marga dan SDA
Dinas KUKM dan Pasar Distarkim Dinas Pertanian dan Perikanan Dinas Perindag Diskominfo Disporaparsenbud Kantor Arsip dan Perpustakaan Kantor Pemadam Kebakaran
71
Laporan penerimaan serta penyaluran BAZNAS Daerah Kota Depok pada
tahun 2011-2013. Dengan rincian pada tahun 2011 penerimaan sebesar Rp
489.213.351 dan penyaluran Rp 330.003.152, di tahun 2012 penerimaan sebesar
Rp 603.046.850 dan penyaluran Rp 307.435.601, di tahun 2013 penerimaan
sebesar Rp 630.049.952 dan penyaluran Rp 284.950.632, pada grafik bisa
disimpulkan ada kenaikan pada penerimaan setiap tahunnya, namun sebaliknya
pada penyaluran ada penurunan penyaluran pada setiap tahunnya.
Pada laporan keuangan BAZDA Kota Depok hal yang menjadi perhatian
adalah perihal penyaluran pada asnaf fisabilillah dalam laporan penerimaan dan
penyaluran zakat, dan pada proposal/kegiatan dalam laporan penerimaan dan
penyaluran infak. Pembagian 2 model laporan ini bertujuan agar tidak
tercampurnya uang zakat yang mana hanya boleh dialokasikan berdasarkan
ketentuan syariat saja.
Tabel 4.14
Penyaluran BAZDA Kota Depok 2011-2013
0
100000000
200000000
300000000
400000000
500000000
600000000
700000000
2011 2012 2013
penerimaan
pengeluaran
72
Tercatat pada tahun 2011 penyaluran pada fi sabilillah dari sumber zakat
sebesar Rp 25.701.000 dan pada proposal kegiatan dari sumber infak sebesar Rp
49.647.700, pada tahun 2012 penyaluran fi sabilillah Rp 24.720.000 dan pada
proposal kegiatan Rp 41.770.000, dan di tahun 2013 penyaluran fi sabilillah Rp
21.500.000 pada proposal kegiatan Rp 32.351.50026
c. Penjabaran Kinerja
Dikerenakan belum adanya PERDA yang jelas dan tegas yang bersifat
mengikat kepada semua pihak yang ada di bawah pemerintahan Kota Depok,
menjadi faktor utama belum efektifnya kinerja dari Amilin BAZDA Kota Depok,
terlebih pasca restruktur kepengurusan BAZDA di kerenakan UU yang mengatur
perihal zakat mengharuskan kepengurusan BAZDA dipisah Kepengurusan
Pemerintah sehingga masih ada kekosongan dalam Amil yang mana
mempengaruhi kinerja pada khusunya.
Sebelumnya Amilin yang bertugas di BAZDA di ambil dari PNS Depag
Kota depok, namun kini para PNS sudah ditarik kembali dan kini hanya tersisa 3
26
Lihat lampiran laporan keuangan BAZDA Kota Depok hal.87-92
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
60000000
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
fisabilillah
proposal/kegiatan
73
orang yang bertugas ganda kerena belum ada Amil pengganti yang mampu
memegang kendali dalam pengelolaan BAZDA Kota Depok.
Tabel 4.15
Staf BAZDA Kota Depok
No Nama Keterangan
1 Ratna Sari destika Div. Pengumpulan
2 Siti Khadijah Div. Pendayagunaan
3 Hamidah Supriana Div. keuangan
Mengenali kinerja Amilin BAZDA Kota Depok sejak ditetapkannya SK
WaliKota pada tahun 2011 sudah menunjukan kinerja yang baik, dengan adanya
program-program yang berjalan mulai dari pendidikan, kesehatan, pendayagunaan
ekonomi, dan program-program dalam bentuk lain, dengan berdirinya BAZDA
setidaknya sudah bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Mengenai kinerja Amil seputar pemanfaatan dana pada perayaan hari
besar Islam dan pembangunan fisik bangunan, BAZDA Kota Depok memiliki
ketentuan selama perayaaan hari besar itu ada POIN yang menyakut Hak dari
fakir miskin yang di bolehkan agama maka bantuan akan di berikan itu pun tidak
sembarang BAZDA menyalurkannya, seperti Perayaan Hari Besar Islam namun
di situ ada kegiatan untuk fakir miskin atau contoh sunatan masal maka
penyaluran bisa di lakukan, itu jika menyalurkannya dengan dana zakat, lain
halnya dengan dana infak yang penggunaanya tidak terbatas, jika demikian
74
BAZDA bisa memberikan sedikit bantuan terhadap Perayaan Hari Besar Islam.27
Perihal proposal bantuan pembangunan, khusunya Masjid dan Mushala,
pun berlaku sama, BAZDA sangat tidak menyarankan kepada Amilin BAZDA
Kota Depok menyalurkan dana kepada Bantuan Fisik (bangunan). Kerena bagi
kami fakir miskinlah yang lebih di utamakan.
C. Evaluasi Kinerja
1. Evaluasi Kinerja pada Amil Bazda Kota Bekasi
a. Program Yang Perlu di Tingkatkan
Program-program yang perlu ditingkatkan oleh BAZDA Kota Bekasi
terkait pula dengan kinerja Amil itu sendiri, semakin bermanfaat program yang
dilaksanakan, hal itu mencerminkan pula kinerja dari Amilin sendiri, berikut
beberapa program yang dirasa perlu ditingkatkan guna memberikan manfaat yang
lebih maksimal kepada masyarakat khusunya fakir miskin dari asnaf yang berhak
mendapatkan manfaat dari dana zakat.
Program yang ada sesuai dengan asnaf terutama fakir miskin, 71% di
alokasikan dana yang terkumpul di BAZDA, programnya mencakup kesehatan
dengan rincian dana kesehatan:16 orang X 56 Kelurahan X Rp 500.000, biaya
bantuan persalinan Rp 750.000/Kelurahan, kemudian antar jemput kesehatan
untuk keluar mapun masuk Rumah Sakit dengan akomodasi ambulan BAZDA
A. Asnaf Fakir
27
Wawancara, H. Aceng Toha Abdul Qadir, Lc Ketua BAZDA Kota Depok, Rabu 4 februari 2015
75
Berupa bantuan cuma-cuma kepada masyarakat yang memang sudah tidak
memiliki kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri. Dan ini perlu di tingkatkan
kerena sejauh ini programlah yang menjadi barometer penyaluran dana ZIS pada
BAZDA Kota Bekasi, permasalahannya adalah belum tentu masyrakat fakir yang
memang lebih membutuhkan mengetahui program yang di laksanakan BAZDA
Bekasi. Sejauh ini Koordinasi yang dilakukan BAZDA Kota adalah berkoordinasi
Dengan BAZ Kecamatan, maka untuk meningkatkan pelayanan kepada asnaf
fakir, BAZDA perlu menambah tim Guna terjun langsung ketempat Mustahik
setelah mendapatkan rekomendasi Mustahik dari BAZ Kecamatan.
B. Asnaf Miskin
Berupa beasiswa siswa siswi Mts/Mi dengan rincian,
MI : 2.500x12x15.000 total 450.000.000
MTS : 1.200x12x20.000 total 288.000.000
MA : 1.200x12x25.000 total 360.000.000
1. Mahasiswa 2 orang/kecamatan sebesar 1juta
2. Yatim : 20 orang x 56 kelurahan x 150.000 total 168.000.000
C. Ibnu sabil : 600 personal x 150.000 total 90.000.000
D. Fi sabilillah
Diantaranya guru ngaji nonformal yang BAZDA apresiasi dengan honor
guru ngaji di Masjid : 1x 56 Kelurahan x Rp 100.000 x 12, kemudian benah
musollah se kota Bekasi 2 x 12 kecamatan x 6.000.000.
RA : 20 x 12 x 500.000 total 120.000.000
76
DTA : 7 x 12 x 500.000 total 42.000.000
E. Muallaf
Yang dianggarkan pada tahun 2013 adalah 20.000.000
F. Riqob
Pada asnaf riqob dialokasikan dananya dalam bentuk bantuan pada
bencana alam di kerenakan riqob/ hamba sahaya sudah tidak ada maka dengan
alasan itu BAZDA mengalokasikannya dalam bentuk bantuan, bantuan yang
sudah BAZDA berikan ketika bencana alam yang menimpa Jogja sebesar
5.000.000 di tahun 2012, dan bencana banjir di Bekasi sejumlah 3.000.000 pada
tahun 2013.28
Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya evaluasi yang tepat di lakukan
BAZDA Kota Bekasi adalah membentuk tim lapangan yang bertugas meninjau
langsung para Mustahik agar pemanfaatan/penyaluran dana ZIS tepat sasaran.
b. Inovasi amil dalam menggas program
Beberapa program rekomendasi yang ditawarkan kepada BAZDA Kota
Bekasi.
Maraknya para peminta-minta di Kota Bekasi khusunya di Bulan
Ramadhan memberikan kesan bahwa Kota Bekasi memiliki banyak fakir miskin,
yang mana belum tentu yang menjadi peminta-minta adalah masyarakat Bekasi,
maka dari itu perlu adanya penyuluhan kepada para peminta-minta untuk
28
Wawancara dengan Bapak Suherman. Staff amilin BAZDA Kota Bekasi
77
mengubah pandangan peminta-minta agar tidak lagi menjadi peminta-minta di
wilayah Bekasi.
Sulitnya mencari nafkah menjadi kendala tersendiri bagi masyarakat
miskin di wilayah Bekasi, akses untuk berdagang pun tidak mudah di dapat
terlebih bila ada penertiban pedagang kaki lima. Maka untuk menanggulangi hal
itu BAZDA di harapkan mampu berkontribusi dengan mengandakan lokasi-lokasi
usaha terpadu.yang mampu memberikan kesempatan miskin untuk berdagang.
Dan diharapkan masyarakat miskin mampu terbebas dari kemiskinan.
2. Evaluasi Kinerja pada Amil Bazda kota Depok
a. Program yang perlu di tingkatkan
program di antaranya, program pendidikan, program kesehatan, dan
program pemberdayaan, yang mana dengan program pendidikan BAZDA
membantu dalam bentuk bantuan pembayaran SPP bulanan, Tunggakan SPP, dan
menebus ijazah yang tertahan akibat administrasi yang belum diselesaikan pihak
mustahik kepada sekolah.
Kontibusi yang telah di berikan seperti yang sudah BAZDA utarakan
sebelumnya kontribusi berupa pendidikan kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi,
selanjutnya ada renovasi rumah layak huni yang mana itu berkoordinasi langsung
dengan pemerintah kota depok. Selanjutnya bantuan bencana yang itu juga
berkoordinasi langsung dengan pemerintah kota.
78
Namun untuk meninngkatkan kinerja perlu adanya upaya yang mendesak
ketegasan Pemerintah kota untuk mengeluarkan PERDA tentang zakat sehingga,
mampu mengoptimalisasi pemberdayaan zakat di wilayah Kota Depok.
b. Inovasi amil dalam menggas program
Untuk saat ini BAZDA kota depok sudah mampu berkontribusi sesuai
dengan kemampuannya, inovasi yang di butuhkan guna memperbaiki kinerja
Amilin BAZDA Kota Depok untuk saat ini.
Program untuk mendesak dikeluarkannya PERDA kerena dinilai lebih
penting agar mampu mengoptimalkan pengelolaan Zakat di kota Depok.
Selanjutnya adalah dikerenakan jumlah penghimpunan BAZDA Kota
depok yang masih sangat kecil, maka perlu adanya tim khusus yang bertugas
melobi ke Dinas, atau perusahaan-perusahan yang ada di Kota depok agar
menyalurkan zaktanya melalui BAZDA. Semakin banyak dana zakat yang di
himpun maka semakin banyak pulan program yang bisa di laksananakan, semakin
banyak program yang dilaksanakan maka semakin banyak pula masyarakat
msikin yang mendapatkan manfaat dari dana zakat, semakin banyak masyarakat
miskin yang mendapatkan manfaat dari dana zakat maka diharapkan masyarakat
mampu hidup dengan sejahtera. Harapan masyarakat mampu hidup dengan
sejahtera maka suatu pengelolaan ZIS yang dilakukan dinilai berhasil.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang evaluasi kinerja Amil pada Badan
Amil Zakat Daerah Kota dalam memanfaatkan dana ZIS melalui Program
Perayaan Hari Besar Islam dan pembangunan fisik bangunan. maka kesimpulan
dari penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:
1. Dalam periode 2011-2013 pemanfaatan dana pada Program Perayaan Hari
Besar Islam dan pembangunan fisik bangunan, yang dilakukan BAZDA
Kota Bekasi dan BAZDA Kota Depok memiliki frekuensi yang berbeda dari
segi Jumlah dana yang disalurkan dan pengalokasian dana yang
digunakannya.
2. Substansi fisabilillah yang sangat mempengaruhi kebijakan masing-masing
BAZDA Kota hal itu terlihat jelas, BAZDA Kota Bekasi dalam
kebijakannya memukul rata substansi fisabilillah itu sendiri dengan
keterangan yang sudah di jelaskan sebelumnya, dan BAZDA Kota Depok
dalam kebijakannya memasukan fisabilillah hanya untuk program tertentu
seperti beasiswa.
3. Secara grafik penerimaan dan penyaluran BAZDA Kota Bekasi sudah
cukup baik, namun kinerja pada tahun 2013 mengalami penurunan. Dan
untuk BAZDA Kota Depok secara grafik penerimaan dan penyalurannya
81
relatif stabil.
4. Kinerja Amil dalam membangun jaringan khususnya di wilayah masing-
masing. Memiliki perbedaan dari jumlah UPZ yang ada dan hal itu juga
mempengaruhi pendapatan masing-masing BAZDA, semakin banyak UPZ
yang bisa berkoordinasi dengan BAZDA maka semakin banyak pula dana
yang terhimpun, ketika semakin banyak dana yang terhimpun maka semakin
banyak pula Asnaf yang merasakan manfaat pendayagunaan dari dana zakat
tersebut.
5. Evaluasi kinerja pada masing-masing Amilin BAZDA yang di tinjau dari
proses dan hasil dari penyaluran, masing-masing memiliki perbedaan pula,
di antaranya kinerja Amil BAZDA Kota Bekasi saat ini periode 2011-2013
ditinjau dari laporan keuangan dan arus kasnya memiliki kinerja lebih dari
Amil BAZDA Kota Depok, kami menganggap kerena BAZDA Kota Depok
yang masih dalam tahap penyesuan kerena baru disahkan pada tahun 2011.
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kami menyampaikan saran kepada.
Badan Amil Zakat Daerah dan Para Praktisi Zakat:
1. Badan Amil Zakat memperhatikan kembali tingkat kinerja setiap Amil
sehingga benar-benar bekerja maksimal dan sesuai dengan amanat yang
dibebankannya
2. Meninjau kembali pemaknaan yang ada pada asnaf fisabilillah dan ditinjau
dari berbagai sudut pandang yang diharapkan mampu memaksimalkan
segala aspek sosial guna kesejahteraan masyarakat.
82
3. Hendaknya tiap kegiatan atau program yang diadakan oleh masing-masing
Amil BAZDA dicatat dan disampaikan ke publik sebagai bentuk
pertanggung jawaban, tidak hanya pada atasan, namun juga kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan integritas BAZDA di mata publik
atau masyarakat
4. Hendaknya ada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang jelas dari setiap
masing masing bidang yang berfungsi sebagai pengontrol kinerja para
Amilin.
5. Hendaknya untuk masing-masinng BAZDA selalu mengevaluasi kinerja
guna meningkatkan kembali kualitas sarana dan prasaran, sehingga mampu
mencapai apa yang menjadi tujuan, yaitu mensejahterakan masyarakat.
83
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama, 2004.
Qardhawi, Yusuf. Hukum Zakat. Jakarta: P.T. Pustaka Litera AntarNusa,
1993.
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. Fikih Zakat Kontemporer. Surakarta: Al
Qowam, 2011.
Hasbi, Al-Furqon. 125 Masalah Zakat. Solo:Tiga Serangkai, 2008.
Sudewo, Eri. Manajemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip
Dasar. Jakarta: Spora Internusa prima, 2004.
Santosa, Awan. Perekonomian Indonesia Masalah, Potensi, dan Alternatif
Solusi.Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema
Insani, 2002.
Hafidhuddin, Didin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak Sedekah. Jakarta:
Gema Insani, 1998.
Kuntarno Noor Aflah, ed., Strategi Pengelolaan Zakat Di Indonesia Jakarta:
FOZ, 2011.
Suyanto, Bagong dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2008.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2005.
Ensiklopedia Islam Indonesia Jakarta: Djambatan, 1992.
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, Malang: UIN Malang Press,
2007.
Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syariah Pergulatan Melawan
kemiskinan dan Penetrasi Ekonomi Global. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009.
84
SK,Walikota Depok, 821.29/128/Kpts/Sosial/Huk/2011 tanggal 27 Januari
2010
Internet.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=12 Di akses
pada 9 September 2014.
http://bazdepok.net63.net/index.php?option=com_content&task=view&id=23
&Itemid=30 di akes pada 4 juni 2014
http://www.Bazdakotabekasi.or.id/profil-kami.html di akses pada Rabu 21
januari 2015
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/panduan-zakat-15-salah-paham-
dengan-amil-zakat.html di akses pada 15 september 2015
http://bazdakotabekasi.or.id/profil-kami.html di akses 13 september 2014
http://bazdepok.net63.net/index.php?option=com_content&task=view&id=24
&Itemid=31 di akses pada 13 September 2014
http://www.merdeka.com/uang/pendapatan-rata-rata-penduduk-indonesia-
2013-rp-365-juta.html Di akses pada 9 September 2014
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=4838&coid=2&caid=30&gi
d=1 di akses pada 9 September 2014
http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/menjawab-keraguan-bolehkah-zakat-
untuk-pembangunan-masjid/ di akses pada 15 september 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Amil
http://zakat.or.id/bolehkah-menggunakan-dana-zakat-untuk-membangun-
masjid/#sthash.rX9nYFj8.dpbs di akses pada 15 september 2014
http://resmisudirman10.blogspot.com/ Di akses pada 15 september 2014
http://tu.laporanpenelitian.com/2013/02/sistematika-penulisan-skripsi-dan-
tesis.html di akses pada 15 september 2015
Sukma, Deviani. “Daftar Perencanaan Penilaian (Assesment) bagi Organisasi
Nirlaba”, Artikel diakses pada tanggal 13 September 2014 dari
http://www.keuanganlsm.com/../daftar-perencana..
85
Keterangan: bangunan tahun 2011
Proposal Pembangunan Gedung PC.NU.Kota Bekasi 28/2/2011 5.000.000
Bantuan Pembangunan Sarana Ibadah 28/2/ 2011 4.000.000
Proposal Pembangunan Gedung NU. Kota Bekasi 31/3/ 2011 10.000.000
Bantuan Pembangunan Sarana Ibadah 31/3/2011 3.500.000
Proposal Pembangunan Sekolah 29/4/2011 200.000
Bantuan Pembangunan Mushollah baitul janah bekut 29/4/ 2011 300.000
Bantuan Pembangunan Sarana Ibadah 31/5/ 2011 1.000.000
Bantuan Sarana Ibadah 30/6/ 2011 5.000.000
Bantuan Sarana Ibadah 29/7/ 2011 500.000
Bantuan Sarana Ibadah 29/8/2011 500.000
Bantuan Sarana Ibadah dan Pendidikan 31/10/2011 6.000.000
Bantuan Pembangunan Sarana Ibadah dan Pendidikan 30/11/2011 7.500.000
total Rp 43.500.000
keterangan: bangunan tahun 2012
Dibayarkan Bantuan Proposal Sarana Ibadah 30 /1/2012 8.450.000
Dibayarkan Bantuan Proposal Sarana Ibadah 29 /2/2012 11.000.000
Dibayarkan Bantuan Proposal Sarana Ibadah 31 /3/2012 1.000.000
Keterangan: bangunan tahun 2013
Dibayarkan Biaya Program Benah 6 Musholla 30 /1/ 2013 41.030.000
Dibayarkan Proposal Pembangunan ponpes Al-Hidayah 27 /7/2013 1.000.000
Dibayarkan Program Benah Mushola Al-Amin 25 /10/2013 6.000.000
Dibayarkan Program Benah Mushola Al-Magfiroh 25 /10/2013 6.000.000
Dibayarkan Program Benah Mushola Baiturrahim 25 /10/2013 6.000.000
Dibayarkan Program Benah Mushola Al-Hikmah 25 /10/2013 6.000.000
Dibayarkan Program Benah Mushola Aa-salam 25 /10/2013 6.000.000
Keterangan: PHBI tahun 2011
Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 28 /2/ 2011 26.000.000
Bantuan Peringatan Hari Besar Islam Tahap ke 31 /3/ 2011 26.000.000
Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 31 /3/ 2011 30.000.000
Peringatan Hari Besar Islam Tahap ke 2 29 /4/ 2011 20.000.000
Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 29 /4/ 2011 23.500.000
Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 31 /5/ 2011 2.250.000
Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 30 /6/ 2011 12.800.000
Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 29 /7/ 2011 38.550.000
Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 29 /8/ 2011 6.250.000
86
Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 30 /9/2011 7.250.000
Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 31 /10/ 2011 6.500.000
Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 30 /11/ 2011 6.750.000
Bantuan Peringatan Hari Besar Islam 30 /12/2011 32.500.000
Keterangan: PHBI 2012
Dibayarkan Bantuan Proposal PHBI 30 /1/2012 37.500.000
Dibayarkan Bantuan Proposal PHBI 29 /2/2012 108.250.000
Dibayarkan Bantuan Proposal PHBI 31 /3/ 2012 42.000.000
Dibayarkan Bantuan Proposal Sarana Ibadah dan PHBI 30 /4/2012 8.500.000
Keterangan: PHBI 2013
Dibayarkan Bantuan PHBI Kegiatan Sekolah ASWAJA 26 /2/2013 500.000
Dibayarkan Bantuan Dana PHBI IREMA 19 /2/2013 500.000
Dibayarkan Bantuan Dana PHBI SDN. Pekayon Jaya VI 19 /2/ 2013 1.000.000
Dibayarkan Bantuan Dana PHBI MT.NURUL MUTAQIN 19 /2/ 2013 650.000
Dibayarkan Bantuan Dana PHBI FKPP Kota Bekasi 19 /2/ 2013 500.000
Dibayarkan Bantuan Dana PHBI Mushollah Al-Ifaqoh 19 /2/2013 1.000.000
Dibayarkan Bantuan PHBI LDNU Kota Bekasi 25 /3/ 2013 600.000
Dibayarkan Bantuan PHBI DKM Al-Muzakaroh 25 /3/ 2013 500.000
Dibayarkan Bantuan PHBI Yayasan Pon-Pes Al-Hidayah 23 /3/ 2013 1.500.000
Dibayarkan Proposal PHBI MDT Daar Hauthoh 30 /4/ 2013 350.000
Dibayarkan Proposal PHBI MT.Nahdhoh As-syubban 30 /4/ 2013 350.000
Dibayarkan Proposal PHBI IRMADA 30 /5/ 2013 350.000
Dibayarkan Proposal PHBI Masjid Mardhotillah 30 /5/ 2013 300.000
Dibayarkan Proposal PHBI Masjid Baitturahman 26 /6/ 2013 1.000.000
Dibayarkan Proposal PHBI MT Al-Hikmah 21 /6/ 2013 1.000.000
Dibayarkan Proposal PHBI MT Baitul Muslimin 20 /6/ 2013 1.000.000