konfre paru fix pershabatn
TRANSCRIPT
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI
PPOKRSUP PERSAHABATAN
disusun oleh :
Nourul Iman (0806408701)Rena Mailani (0806408866)Paike Thantia R (0806408771)Yuniar (0806409004)
PROGRAM STUDI FISIOTERAPIBIDANG STUDI KEDOKTERAN
PROGRAM VOKASI UNIVERSITAS INDONESIAApril 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah laporan kasus ini yang berjudul Penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus PPOK di RSUP Persahabatan.Makalah Laporan Kasus ini merupakan kewajiban mahasiswa Program Studi Fisioterapi Bidang Studi Kedokteran Program Vokasi Universitas Indonesia. Dalam hal ini penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada :
1. Dr. Anita Ratnawati, SpKFR, selaku Ka. Unit SMF rehabilitasi Medik RSUP Persahabatan Jakarta
2. Dr. Dina Savitri, SpKFR. dokter rehabilitasi medik RSUP Persahabatan3. Dr. Anita Paulus, SpKFR. dokter rehabilitasi medik RSUP Persahabatan4. Dr. Siti Chandra, SpKFR. dokter rehabilitasi medik RSUP Persahabatan5. Bpk. Kiriyadi, Amd.FT, pembimbing praktek klinik Fisioterapi RSUP
Persahabatan6. Bpk. Dede, SSt.FT, pembimbing praktek klinik Fisioterapi RSUP Persahabatan7. Ibu Hindun Chotami, Amd.FT pembimbing praktek klinik Fisioterapi RSUP
Persahabatan8. Seluruh staf Fisioterapi di RSUP Persahabatan9. Tn. S yang telah bersedia menjadi pasien dalam laporan kasus ini
Penulis menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu diharapkan masukan dan saran demi kesempurnaan untuk kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan bagi mahasiswa fisioterapi khususnya.
Jakarta, April 2011
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... iDAFTAR ISI.................................................................................................. iiBAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
Latar Belakang......................................................................................... 1Tujuan ............................................................................................... 1Rumusan Masalah............................................................................... 1Manfaat.................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2a. Definisi............................................................................................. 2b. Epidemiologi.................................................................................... 2c. Anatomi dan Fisiologi....................................................................... 2d. Etiologi............................................................................................. 6e. Patofisiologi..................................................................................... 7f. Manifestasi Klinis............................................................................ 8g. Masalah Fisioterapi.......................................................................... 9h. Penatalaksanaan Fisioterapi.............................................................. 9
BAB III PEMBAHASAN KASUS............................................................. 14BAB IV PENUTUP..................................................................................... 18Kesimpulan.................................................................................................. 18Saran............................................................................................................. 18LAMPIRAN................................................................................................. 19DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 20
2
BAB IPENDAHULUAN
a. Latar BelakangPPOK adalah penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di
saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversible. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi partikel atau gas beracun atau berbahaya.
Dalam kasus ini dibutuhkan tim dari pelayanan kesehatan masyarakat diantaranya adalah fisioterapi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak serta fungsi tubuh manusia sepanjang daur kehidupan dengan pelaksanaan manual, modality, pelatihan fungsi, dan komunikasi
Dari keadaan diatas maka perlu adanya suatu bahasan dan intervensi fisioterapi dalam menangani masalah yang dihadapi oleh pasien dengan PPOK. Oleh karena itu sebagai calon fisioterapi dalam kegiatan praktek klinik ini penulis merasa bertanggungjawab dan dituntut perannya untuk membantu mempertahankan atau memelihara kapasitas fisik dan fungsional aktifitas unttuk kembali ke keadaan yang normal.
b. TujuanTujuan Umum :Untuk mengetahui asuhan fisioterapi pada kondisi PPOKTujuan Khusus:Mengetahui anamnesa, problematic dan diagnosis serta intervensi fisioterapi yang tepat dalam penatalaksanaan kondisi PPOK.
c. Rumusan MasalahMengingat banyaknya masalah yang dapat timbul pada keadaan PPOK, penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam laporan kasus ini mengenai penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi PPOK dengan pendekatan latihan pernafasan, peningkatan endurance, dan terapi modalitas.
d. Manfaat PenulisanBagi Penulis :Dengan penulisan makalah ini, akan menambah pengetahuan bagi penulis dalam penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi PPOK.Bagi institusi dan umum :Dapat digunakan sebagai bahan kajian dan diskusi pada laporan kasus serta untuk menambah pengetahuan dikalangan umum tentang terapi yang bermanfaat dan tepat bagi pasien dengan kasus PPOK.
3
BAB IIPEMBAHASAN
DefinisiPenyakit paru obstruktif kronik (COPD) merupakan suatu istilah yang
sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronkitis kronik dan emfisema paru membentuk kesatuan yang disebut COPD.
Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mukus yang berlebihan dalm bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun,sekurang-kurangnya dalam 2 tahun berturut-turut.Definisi ini tidak mencakup penyakit-penyakit seperti bronkiektasis dan tuberkolosis yang juga menyebabkan batuk kronik dan pembentukan sputum.Sputum yang terbentuk pada bronkitis kronik dapat mukoid atau mukopurulen.
Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandati oleh pembesaran alveolus dan duktus alveoralis yang tidak normal,serta destruksi dinding alveolar. Emfisema dapat didiagnosis secara tepat dengan menggunaka CT scan resolusi tinggi.
EpidemiologiDi Amerika serikat, diperkirakan 24 juta orang mengalami gangguan jalan
nafas. Setengahnya termasuk dalam Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK). PPOK menjadi penyakit no.4 yang menyebabkan kematian. Pada tahun 2003 penyakit PPOK telah menyebabkan 12.000 kematian, pada tahun 1980 penyakit PPOK menyebabkan 52.193 kematian. Jadi, tingkat kematian yang disebabkan oleh PPOK dari tahun 1980 sampai 2003 telah menyebabkan kematian kira – kira 64%. Biasanya kejadian dan tingkat kematian akan meningkat sesuai dengan umur. Laki –laki akan lebih sering terkena penyakit ini, namun pada jumlah total keduanya (laki – laki dan perempuan) sama. Kejadian dan tingkat kematian juga sering mengenai orang –orang kulit putih, pekerja pabrik dan masyarakat dengan pendidikan yang rendah karena biasanya kelompok – kelompok ini memiliki tingkat merokok yang tinggi. PPOK sedang meningkat pada negara – negara berkembang karena penggunaaan rokok yang tinggi, tingkat polusi yang tinggi dan tingkat pendidikan yang rendah sehingga penyebaran penyakitnya akan lebih mudah terjadi. Hal ini menyebabkan 2,47 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2000 dan diproyeksikan akan menjadi penyakit tingkat ke-5 teratas yang dapat menyebabkan kematian di dunia.
Berdasarkan WHO tahun 2007, sekarang ini terdapat 210juta penderita PPOK dan 3 juta orang yang meninggal karena PPOK. WHO meramalkan bahwa PPOK akan menjadi penyakit penyebab kematian peringkat no.3 teratas pada tahun 2030. DI indonesia tidak ada data yang akurat tentang kekerapan PPOK. Pada survei kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia.
Anatomi dan Fisiologi Pernafasan ManusiaFungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan
oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel. Pernapasa tidak hanya dikenal sebagai proses menarik dan mengeluarkan nafas, namun mempunyai makna yang lebih luas lagi. Respirasi internal atau selular mengacu pada proses metabolisme intrasel yang berlangsung didalam mitokondria, yang menggunakan o2 dan menghasilkan CO2 selama penyerapan energi dari molekul nutrien. Respirasi eksternal mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubug. Dalam pernapasan eksternal terdapat empat langkah :
4
1. Udara secara begantian bergerak masuk keluar paru sehingga dapat terjadi pertukaran antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung udara (alveolus) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh kerja mekanis pernapasan.
2. O2 dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah didalam kapiler pulmonalis melalu proses difusi.
3. O2 dan CO2 diangkut oleh darah antara paru dan jaringan.4. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi antara jaringan dan darah melalui proses
difusi melintasi kapiler sistemik (jaringan).
Sistem pernapasan juga melakukan fungsi non respirasi lain sebagai berikut :
1. Menyediakan jalan untuk mengeluarkan air dan panas.2. Meningkatkan aliran balik vena.3. Berperan dalam memelihara keseimbangan asam-basa normal dengan
mengubah jumlah CO2 penghasil asam yang dikeluarkan.4. Memungkinkan kita berbicara, menyanyi dan vokalisasi lain.5. Mempertahankan tubuh dari invasi bahan asing.6. Mengeluarkan , memodifikasi, mengaktifkan, atau menginaktifkan
berbagai bahan yang melewati siirkulasi paru.7. Hidung sebagai bagian dari sistem pernapasan berfungsi sebagai organ
penghidu.
Sistem pernapasan mencakup saluran pernapasan yang berjalan ke paru-paru itu sendiri, dan struktur-struktur toraks yang terlibat menmbulkan gerakan udara masuk-keluar paru melalui saluran pernapasan. Saluran pernapasan adalah saluran yang mengangkut udara antara atmosferdan alveolus, tempat terakhir yang merupakan satu-satunya tempat pertukaran gas-gas antara udara dan darah dapat berlangsung. Saluran pernapasan berawal disaluran hidung (nasal). Saluran hidung berjalan ke faring (tenggorokan yang berfungsi sebagai saluran bersama bagi sistem pernapasan maupun sistem pencernaan. Terdapat dua saluran yang berjalan dari faring ke trakea tempat lewatnya udara ke paru, dan esofagus, saluran tempat lewatnya makanan ke lambung. Udara dalam keadaan normal masuk ke faring melalui hidung, tetapi udara juga dapat masuk melalui mulut apabila hidung tersumbat. Karena faring berfungsi sebagai saluran bersama untuk makanan dan udara, terdapat mekanisme-mekanisme refleks untuk menutup trakea selama proses menelan sehingga makanan masuk ke esofagus dan tidak ke saluran napas. Esofagus tetap tertutup, kecuali sewaktu menelan, untuk mencegah udara masuk ke lambung sewaktu kita bernapas.
Laring atau kotak suara yang terletak dipintu masuk trake amemiliki penonjolan di bagian anterior yang membenutk jakun (Adam’s apple).. Pita suara, dua pita jaringan elastik yang terentang di bukaan laring, dapat diregangkan dan diposisikan dalam berbagai bentuk oleh oto-oto laring. Pada saat udara mengalir cepat melewati pintu suara yang tegang, pita suara tersebut bergetar untuk menghaslkan berbagai macam bunyi. Lidah, bibir, dan langit-langit lunak memodifikasi bunyi menjadi pola-pola yang dapat dikenal. Pada saat menelan, pita suara mengambil posisi rapat satu sama lain untuk menutup pintu masuk udara ke trakea.
5
Setelah laring, trake aterbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang masing-masing masuk ke paru kanan dan kiri. Ddalam setiap paru, bronkus terus bercabang-cabang menjadi saluran napas yang semakin sempit, pendek dan banyak seperti percabangan pohon. Cabang terkecil dikenal sebagai bronkiolus. Diujung-ujung bronkiolus terkumpul alveolus, kantung udara terkecil tempat terjadinya pertukaran gas-gas anatara udara dan darah. Agar udara dapat keluar masuk bagian paru tempat terjadinya pertuakaran gas tersebut, keseluruhan saluran pernapasan dari pintu masuk melalui bronkiolus terminal ke alveolus harus tetap terbuka. Trakea dan bronkus besar merupakan saluran tidak berotot dan cukup kaku yang dikelilingi oleh serangkaian cincin tulang rawan yang mencegah kompresi saluran tersebut. Bronkiolus yang lebih kecil tidak memiliki tulang rawan yang dapat menahannya tetap terbuka. Dinding bronkiolus mengandung otot polos yang dipersarafi oleh sistem saaraf otonom dan peka terhadap hormon dan zat kimia lokal tertentu. Faktor-faktor ini dengan mengubah-ubah derajat kontraksi otot polos bronkiolus, mampu mengatur jumlah udara yang mengalir antara atmosfer dan setiap kelompok alveolus.
Paru memiliki struktur ideal untuk melaksanankan fungsinya melakukan pertukaran gas. Menurut hukum difusi fick, semakin pendek jarak yang ditempuh melewati tempat difusi terjadi, semakin tinggi kecepatan difusi. Alveolus adalah kantung udara berdinding tipis, dapat mengembang, dan berbentuk seperti anggur yang terdapat diujung percaangan saluran pernapasan. Didinding alveolus terdapat pori-pori Kohn berukuran kecil yang memungkinkan aliran udara antara alveolus-alveolus yang berdekatan, suatu proses yang dikenal sebagai ventilasi kolateral. Saluran-saluran ini penting untuk mengalirkan udara segar ke suatu alveolus yang salurannya tersumbat akibat penyakit.
Terdapat dua buah paru, masing-masing dibagi menjadi beberapa lobus dan masing-masing dipasok oleh satu bronkus. Jaringan paru itu sendiri terdiri dari serangkaian saluran napas yang bercabang-cabang yaitu alveolus, pembuluh darah paru, dan sejumlah besar jaringan ikat elastik. Satu-satunya otot didalam paru adalah otot polos didinding anterior dan bronkiolus, keduanya dapat dikontrol. Tidak terdapat otot dinding alveolus yang dapat menyebabkan alveolus mengembang atau menciut selama proses bernapas. Perubahan volume paru ditimbulkan oleh perubahan-perubahan dimensi toraks
Paru menempati sebagian besar volume rongga torak (dada), struktur lain yang terdapat didalam hanyalah jantung dan pemmbuluh-pembuluh terakait, esofagus, timus dan beberapa saraf. Dinding dada luar(toraks) dibentuk oleh dua belas pasang iga yang melengkung dan menyatu disternum (tulang dada) di sebelah anterior dan vertebra torakalis (tulang punggung) di posterior. Sangkar iga membentuk tulang pelindung bagi paru dan jantung. Diafragma, yang membentuk dasar rongga toraks, adalah lembaran besar otot rangka toraks dari rongga abdomen. Diafragma hanya ditembus oleh esofagus dan pembuluh darah yang melintas diantara rongga toraks dan abdomen. Rongga toraks ditutup didaerah leher oleh otot-otot dan jaringan ikat. Satu-satung komunikasi antara torals dan atmosfer adalah melalui saluran pernapasan ke dalam alveolus. Seperti patu, dinding dada mengandung sejumlah besar jaringan ikat elastik.
Terdapat kantung tertutup berdinding ganda yang disebut kantung pleura yang memisahkan tiap-tiap paru dari dinding toraks dan struktur disekitarnya. Permukaan pleura mengeluarkan cairan intrapleura encer yang membasahi permukaan pleura sewaktu kedua permukaan saling bergeser satu sama lain saat gerakan bernapas.
Organ-organ pernapasan manusia :a. Hidung
Hidung berbentuk piramid disertai dengan suatu akar dan dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin, dan jaringan fibroareolar.
b. Faring
6
Faring adalah tabung muskular berukuran berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring dan laringofaring.1. Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang membentuk
kearah rongga nasal melalui dua naris internal (koana).2. Orofaring dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak muskular,
suatu perpanjangan palatum keras tulang3. Laringofaring mengelilingi mulut esofagus dan laring, yang
merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya.
c. LaringLaring menghubungkan faring dengan trakea. Laring adalah tabung pendek berbentuk seperti kotaktriangular dan ditopang oleh sembilan kartilago, tiga berpasangan dan tiga tidak berpasangan.1. Kartilago tidak berpasangan : Kartilago tiroid, kartilago kirokoid, dan
epiglotis.2. Kartilago berpasangan : Kartilagi aritenoid, kartilago kornikulata.
Dan kartilago kurneiform.3. Dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring.
Pasangan bagian atas adalah lipatan ventrikular (pita suara semu) yang tidak berfungsi saat produksi suara
d. TrakeaTrakea adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan diameter 2,5 cm serta terletak diatas permukaan anterior esofagus. Tuba ini merentang dari laring pada area vertebra serviks kelima tempatnya membelah menjadi dua bronkus utama.
e. Percabangan Bronkus1. Bronkus primer kanan berukuran lebih pendek,lebih tebal, dan lebih
lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta membelokkan trakea bawah ke kanan. Objek asing yang masuk ke dalam trakea kemungkinan ditempatkan dalam bronkus kanan.
2. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tertier dengan diameter kecil. Saat tuba semakin menyempit, batang atau lempeng kartilago mengganti cincin kartilago.
3. Bronki disebut ekstrapulmonar sampai memasuki paru-paru, setelah itu disebut intrapulmonar.
4. Struktur mendasar dari kedua paru-paru adalah percabangan brongkial yang selanjutnya: bronki, bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli. Tidak ada kartilago dalam bronkiolus: silia tetap ada tempat sampai bronkiolus respiratorik terkecil.
f. Paru – ParuParu-paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara, terletak dalam rongga toraks.1. Paru kanan memiliki tiga lobus, paru kiri memiliki 2 lobus.2. Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas iga
pertama, permukaan diafragmatik (bagian dasar) terletak diatas diafragma, permukaan mediastinal yang terpisah dari paru lain oleh mediastinum, dan permukaan kostal terletak diatas kerangka iga.
3. Permukaan mediastinal memiliki hilus (akar), tempat masuk dan keluarnya pembuluh darah bronki, pulmonar, dan bronkial dari paru.a. Pleura adalah membran penutupyang membungkus setiap paru.
Pleura parietal melapisi rongga toraks (kerangka iga, diafragma , mediastinum)
Pleura viseral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura parietal dibagian bawah paru.
Rongga pleura adalah ruang potensial antara pleura parietal dan viseral yang mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini disekresi oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanan cairan agak negatif dibandingkan tekanan atmosfer.
7
Resesus pleura adalah area rongga pleura yang tidak berisi jaringan paru. Area ini muncul saat pleura parietal bersilangan dari satu permukaan ke permukaan lain. Saat bernapas, paru-paru bergerak keluar masuk area ini.
Tinjauan FisiologiProses fisiologi pernapasan yaitu proses O2 dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan,dan CO2 dikeluarkan ke udara ekspirasi,dapat dibagi menjadi tiga stadium;
- Stadium pertama adalah ventilasi,yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru.
- Stadium kedua,transportasi,yang harus ditinjau dari beberapa aspek: (1) difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksterna)
dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan(2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya
dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus(3) reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah.
- Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir respirasi, yaitu saat zat-zat dioksidasi untuk mendapatkan energi,dan CO2 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru.
Etiologi1. Kebiasaan merokok merupakan satu – satunya penyebab kausal yang
terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya.2. Dalam pencatatan riwayat perokok perlu diperhatikan:
a. Riwayat merokok- Perokok aktif- Perokok pasif- Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata – rata batang rokok yang dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam satu tahun;- Ringan : 1 – 200- Sedang : 201 – 600- Berat : > 600
3. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja4. Hiperaktifitas bronkus5. Iwayat infeksi saluran napas bawah berulang6. Defisiensi antitripsin alfa – 1
PatofisiologiPenyakit paru obstruktif kronik ditandai dengan keterbatasan aliran udara
(terutama aliran ekspirasi) yang tidak sepenuhnya reversibel. Keterbatasan aliran udara terjadi progresif dan berkaitan dengan respon peradangan yang abnormal terhadap partikel atau gas-gas berbahaya, terutama asap rokok. Peradangan kronis terjadi pada saluran nafas, parenkim dan pembuluh darah paru. Sel inflamasi yang teraktivasi (makrofag, limfosit T, dan neutrofil) melepaskan berbagai mediator (leukotrien, interleukin-8, dan faktor tumor nekrosis) yang menghancurkan struktur paru dan menyebabkan peradangan neutrofil yang berkelanjutan. Di trakhea, bronkus, dan bronkiolus yang lebih besar, peradangan kronis menyebabkan pembesaran kelenjar yang menskresi mukus dan peningkatan jumlah sel piala (goblet), yang menyebabkan hiperskresi mukus. Di bronkus kecil dan bronkiolus, peradangan kronis menyebabkan siklus jejas dan perbaikannya terjadi secara berulang di dinding saluran nafas. Proses perbaikan yang berlangsung kontinu ini secara structural mengubah dinding saluran nafas dengan meningkatkan jumlah kolagen dan menciptakan jaringan parut, yang mempersempit lumen dan menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap. Pasien dengan PPOK mengalami gejala batuk, produksi sputum, dan dispnea; karakteristik penting sebagai indikator PPOK dicantumkan pada. Batuk kronik biasanya merupakan gejala pertama dari PPOK dan awalnya tejadi secara intermiten namun selanjutnya akan berlangsung setiap hari (seringkali berlangsung sepanjang hari). Sputum yang kental biasanya diproduksi oleh batuk. Saat fungsi paru mengalami penurunan, sesak dan dispnea semakin
8
memburuk, dan hal ini yang menyebabkan sebagian besar orang mencari pengobatan. Tanda objektif dari PPOK diidentifikasikan dengan spirometri. Khususnya adanya volume ekspirasi yang dipaksa dalam 1 detik (FEV1) setelah terapi bronkodilator kurang dari 80% dari nilai yang diprediksi, digabungkan dengan FEV1 (kapasitas vital yang dipaksa) kurang dari 70% menggambarkan adanya keterbatasan aliran udara, yang tidak sepenuhnya dapat kembali dan mengkonfirmasi diagnosis PPOK.
Patofisiologi Bronkitis KronikAsap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan
inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya mungkin terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan emfisema dan bronkiektasis.
Patofisiologi EmfisemaEmfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai perobekan
alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih,dapat bersifat menyeluruh atau terlokalisasi,mengenai sebagian atau seluruh paru.Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pada pemasukannya.Dalam keadaan demikian terjadi penimbunan udara yang bertambah di sebelah distal dari alveolus. Pada Emfisema obstruksi kongenital bagian paru yang paling sering terkena adalah belahan paru kiri atas. Hal ini diperkirakan oleh mekanisme katup penghentian. Pada paru-paru sebelah kiri terdapat tulang rawan yang terdapat di dalam bronkus-bronkus yang cacat sehingga mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang berlebihan. Selain itu dapat juga disebabkan stenosis bronkial serta penekanan dari luar akibat pembuluh darah yang menyimpang. Mekanisme katup penghentian: Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih,penimbunan udara di alveolus menjadi sukar dari pemasukannya, bertambah di sebelah distal dari paru. Pada emfisema paru,penyempitan saluran nafas terutama disebabkan elastisitas paru yang berkurang. Pada paru-paru normal terjadi keseimbangan antara tekanan yang menarik jaringan paru ke luar yaitu disebabkan tekanan intrapleural dan otot-otot dinding dada dengan tekanan yang menarik jaringan paru ke dalam yaitu elastisitas paru.
Bila terpapar iritasi yang mengandung radikal hidroksida (OH-),sebagian besar partikel bebas ini akan sampai di alveolus waktu menghisap rokok.Partikel ini merupakan oksidan yang dapat merusak paru.Parenkim paru yang rusak oleh oksidan terjadi karena rusaknya dinding alveolus dan timbulnya modifikasi fungsi dari anti elastase pada saluran napas,sehingga timbul kerusakan jaringan interstitial alveolus. Partikel asap rokok dan polusi udara mengendap pada lapisan mukus yang melapisi mukosa bronkus,sehingga menghambat aktivitas silia. Pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang,sehingga iritasi pada sel epitel mukosa meningkat. Hal ini akan lebih merangsang kelenjar mukosa. Keadaan ini ditambah dengan gangguan aktivitas silia.Bila oksidasi dan iritasi di saluran nafas terus berlangsung,maka terjadi erosi epital serta pembentukan jaringan parut.Selain itu terjadi pula metaplasi squamosa dan pembentukan lapisan squamosa.Hal ini menimbulkan stenosis dan obstruksi saluran napas yang bersifat irreversibel sehingga terjadi pelebaran alveolus yang permanen disertai kerusakan dinding alveoli.
Manifestasi KlinikBronkitis kronik dan emfisema paru adalah suatu penyakit menahun,terjadi sedikit demi sedikit bertahun-tahun.Biasanya mulai pada seorang pasien perokok berumur 15-25 tahun.Pada umur 25-35 tahun kemampuan kerja beratnya mulai menurun dan mulai timbul perubahan pada saluran napas kecil dan fungsi paru
9
mulai pula berubah antara lain berupa kenaikan closing volume.Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif dan VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) atau FEV1 (forced expiratory volume 1 second) menurun.Sesak napas,hipoksemia dan perubahan spirometri sudah terjadi pada umur 45-55 tahun.Pasien sering berulang-ulang mendapat infeksi saluran napas bagian atas sehingga sering atau sama sekali tidak dapat bekerja.Pada umur 55-65 tahun sudah ada kor-pulmonal,yang dapat menyebabkan kegagalan napas dan meninggal dunia.Perbandingan tipe – tipe klinis PPOKGambaran Emfisema (Pink Puffer) Bronkitis (Blue Bloater)Awitan Usia 30-40 tahun Usia 20-an dan 30-an, batuk
akibat merokokUsia saat diagnosis 60 tahun 50 tahunEtiologi Faktor-faktor yang tak diketahui
Predisposisi genetikMerokokPolusi udara
Faktor-faktor yang tak diketahuiMerokokPolusi udaraCuaca
Sputum Sedikit Banyak sekaliDispnea Relatif dini Relatif lambatRasio V/Q Ketidakseimbangan V/Q minimal Ketidakseimbangan V/Q nyataBentuk tubuh Kurus dan rampipng Gizi cukupDiameter AP dada Sering berbentuk tong Tidak bertambahPola pernapasan Hiperventilasi dan dispnea yang
jelas, dapat timbul sewaktu istirahat
Hilangnya dorongan pernapasanSsering terjadi hipoventilasi, berakibat hipoksia dan hiperkapnia
Volume paru FEV, rendahTLC dan RV meningkat
FEV, rendahTLC normal; RV meningkat sedang
PaCO2 Normal atau rendah (35 sampai 40 mm Hg)
Meningkat (50 sampai 60 mm Hg)
PaO2 65 sampai 75 mm Hg 45-60 mm HgSaO2 Normal Desaturasi tinggi karena
ketidakseimbangan V/QHematrokit 35% sampai 45% 50% sampai 55%Polistemia Hemaglobin dan hematrokit
normal sampai tahap akhirSering terjadi peningkatan hemabglobin dan hematrokit
Sianosis Jarang SeringCor pulmonela Jarang, kecuali tahap akhir Sering, disertai banyak serangan
Masalah FisioterapiPada kasus PPOK biasanya terdapat masalah sebagai berikut :
- Sesak napas- Gangguan expansi thorax- Gangguan postur- Menurunnya endurance
Penatalaksaan FisioterapiLangkah-langkah pemeriksaan yang akan dilakukan sebagai berikut:
1). Anamnesis umum (S)Dalam anamnesis umum ini berisi identitas pasien, dari anamnesis ini bukan hanya dapat diketahui siapa pasien, namun juga dapat diketahui bagaimana pasien tersebut dan permasalahan pasien. i. Anamnesis umum terdiri identitas pasien,yaitu:
Nama jelas Tempat dan tanggal lahir Alamat Pendidikan terakhir Pekerjaan Hobi Diagnosa medik
ii. Anamnesis khusus, terdiri dari :
10
a) Keluhan utama merupakan keluhan atau gejala yang dirasakan oleh pasien. Pada kasus paru pasien biasanya mengeluh sesak dan batuk dengan atau tanpa dahak, dan nyeri dada.
b) Riwayat penyakit sekarangRiwayat perjalanan penyakit menggambarkan riwayat penyakit secara lengkap dan jelas. Dalam kasus paru yang yang biasa ditanyakan adalah pada saat apa timbul sesak, atau pada saat apa timbul batuk, bentuk batuk : spastis (susah berhenti), kering (alergi), basah (berdahak), warna dahak, batuk dalam posisi seperti apa, dan ada atau tidaknya nyeri dada.
c) Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit baik fisik maupun psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Dapat diketahui apakah pasien dulu pernah mempunyai penyakit yang serius, trauma, pembedahan, hipertensi, dibetes melitus, kolesterol, penyakit jantung, asma, TB.
d) Riwayat keluarga merupakan penyakit-penyakit dengan kecenderungan herediter atau penyakit menular, misalnya apakah di dalam keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit stroke juga, diabetes melitus, hipertensi, kolesterol dan penyakit jantung, asma, TB.
2) Pemeriksaan klinik (O)a. Pemeriksaan Umum
- Cara datang : cara datang dilihat dari bagaimana keadaan pasien mendatangi fisioterapis dan pola jalan dari pasien
- Kesadaran : dinilai tingkat kesadaran pasien- Kooperatif / tidak kooperatif- Tensi : untuk mengukur tekanan darah pasien, apakah ada hipertensi
atau tidak- Nadi: untuk menilai apakah pasien takikardi atau bradikardi yang
merupakan kontraindikasi dilakukan laihan- RR: untuk menilai penapasan pasien- Status gizi dinilai dari IMT (BB/(TB)2 dalam meter)- Suhu : menilai apakah pasien demam atau tidak- Saturasi Oksigen (SpO2)
b. Pemeriksaan Khususi. Inspeksi
Pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati, yaitu:- Menilai postur (depan: perbandingan tinggi bahu, celah axilla, papila
mammae. Samping : hiperlordosis atau hiperkiposis. Belakang : skoliosis).
- Bagian kepala dan leher dinilai warna muka dan bibir, gerakan cuping hidung, hipertrofi otot bantu pernapasan.
- Lihat bentuk toraks (barrel, pectus excavatum atau pectus carinatum), - Simetris bentuk dada,- Lihat ada atau tidaknya bekas operasi dan pemasangan WSD. Mengamati pergerakan thorak dalam keadaan statis.
- Tingkat pernapasan,- Irama pernapasan (teratur/tidak), - Ada atau tidaknya kerja otot bantu pernapasan- Ada atau pencekungan (pada sternal notch, supra dan infraclavicula,
dan pada intercostalis)- Pola napas (cepat atau lambat)- Gerak napas (abdominal, thoracal, atau abdominalthoracal breathing)- Pergerakan thoraks simetris atau tidak
Mengamati pergerakan thoraks dalam keadaan dinamis- Mengamati dalam berbagai posisi
ii. Palpasi1. Pemeriksaan pergerakan thoraks : simetris atau tidak
Upper chest expansionProsedur : posisi pasien : berbaring. Posisi terapis sebelah kanan. Letakkan kedua ujung ibu jari-jari tangan terapis ditengah sternum bagian atas (sternal notch) pasien. Rentangkan jari – jari tangan diatas clavikula kiri dan kanan pasien. Pasien
11
diminta inspirasi penuh lalu ekspirasi penuh 2-3x. Perhatikan perbedaan pengembangan dada kiri dan kanan.
Middle chest expansionProsedur : posisi pasien berbaring / duduk. Posisi terapis di sebelah kanan. Letakkan kedua ujung ibu jari terapis di proc. Xypoideus pasien. Rentangkan jari – jari tangan terapis ke samping dada kiri dan kanan pasien. Pasien diminta inspirasi dan ekspirasi penuh 2-3x. Perhatikan pergeseran kedua bu jari terapis akibat tarikan pengembangan dada pasien.
Lower Chest expansionProsedur : duduk. Posisi terapis di belakang pasien. Letakkan kedua ujung ibu jari terapis di proc. Spinosus vertebra thoracal bagian bawah pasien. Rentangkan jari – jari tangan terapis ke samping dada kiri dan kanan pasien. Pasien diminta inspirasi dan ekspirasi penuh 2-3x. Rapatkan kedua ibu jari tangan saat ekspirasi penuh.Perhatikan pergeseran kedua bu jari terapis akibat tarikan pengembangan dada pasien.
2. Spasme otot–otot pernapasan dan otot-otot bantu pernafasan, yaitu m. Sternocleidomastoideus, m. Scalaneus, m, upper trapezius, m. Pectoralis.
3. Suhu tubuh4. Berkeringat/tidak : apabila berkeringat dan suhu tubuh rendah
berarti pasien kekurangan O2.iii. Tes khusus
1. Ekspansi thoraks (Mobility thorax) Upper Chest Expansion
Prosedur : posisi pasien duduk / berdiri. Posisi terapis sebelah kanan. Pasang meteran melingkar dada atas pasien di bawah axial. Pegang kedua ujung meteran dengan tangan kiri di dada atas bagian tengah pasien. Pasien diminta inspirasi lalu ekspirasi penuh 2-3x. Pada saat ekspirasi penuh rapatkan meteran tersebut dengan tangan kanan memegang salah satu ujungnya. Hitung selisih antara ekspirasi penuh dan inspirasi penuh.
Middle Chest ExpansionProsedur : posisi pasien duduk / berdiri. Posisi terapis sebelah kanan. Pasang meteran melingkar dada pasien bagian tengah. Pegang kedua ujung meteran dengan tangan kiri di dapan proc. Xypoideus pasien. Pasien diminta inspirasi lalu ekspirasi penuh 2-3x. Pada saat ekspirasi penuh rapatkan meteran tersebut dengan tangan kanan memegang salah satu ujungnya. Hitung selisih antara ekspirasi penuh dan inspirasi penuh.
Lower Chest ExpansionProsedur : posisi pasien duduk / berdiri. Posisi terapis sebelah kanan. Pasang meteran melingkar dada pasien bagian bawah. Pegang kedua ujung meteran dengan tangan kiri di antara proc. Xypoideus dengan umbilicus pasien. Pasien diminta inspirasi lalu ekspirasi penuh 2-3x. Pada saat ekspirasi penuh rapatkan meteran tersebut dengan tangan kanan memegang salah satu ujungnya. Hitung selisih antara ekspirasi penuh dan inspirasi penuh.
2. Fremitus merupakan getaran pada dinding dada pasien yang dihasilkan oleh pita suara melalui sistem broncho pulmonal. Prosedur : posisi pasien duduk. Posisi terapis dibelakang pasien. Letakkan kedua telapak tangan terapis secara simetris pada dinding dada bagian belakang pasien. Geser kedua tangan dari atas ke bawah. Instruksikan pasien untuk mengucapkan kata “99” beberapa kali. Interpretasi : normal jika vibrasi terasa sama dan simetris pada dada kiri dan kanan dan vibrasi menurun dari atas kebawah. Bertambah maka adanya sekresi pada saluran nafas. Berkurang maka adanya kantong udara pada bagian pernafasan
3. Uji Jalan 6 menitPersiapan alat : Tensimeter, Stetoskop, StopWatch, Pulse Oximeter, Tempat yang sudah ditandai jaraknya.
12
Persiapan pasien : Dilaksanakan paling sedikit 2 jam sesudah makan, cukup istirahat pada malam hari, denyut nadi istirahat <100x/menit, tidak melakukan olahraga berat kurang dari 12 jam sebelum test.Pelaksanaan : diukur tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan saturasi oksigen, pasien mulai berjalan dan bersamaan dengan itu stopwatch dinyalakan, Pasien berjalan semampunya dan bila tidak kuat boleh istarahat, setelah selesai 6 menit dihitung jaraknya dan diukur tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan saturasi oksigen, lalu hitung VO2 maks dengan rumus :
Setelah dihitung Metsnya, baru dapat ditentukan beban untuk latihan sepeda statisnya. (Tabel pada lampiran)
3) PROBLEMATIK FISIOTERAPIPada kasus PPOK biasanya terdapat masalah sebagai berikut :
- Sesak napas,- Batuk,- Spasme otot bantu pernapasan,- Nyeri dada,- Retensi sputum,- Kurang maksimalnya mobility thoraks,- Gangguan postur,- Menurunnya endurance.
4) INTERVENSI FISIOTERAPI- Massage
Massage adalah suatu manipulasi yang dikelola secara sistematis dan ilmiah pada jaringan lunak dengan tujuan untuk mempengaruhi sistem saraf dan otot, dan sirkulasi darah dan lymphe baik lokal maupun general. Dampak fisiologis dari massage:
Secara reflek : perasaan nyaman, rileks, mengantuk, pengurangan stress mental, pelebaran pembuluh darah setempat.
Secara mekanik : membantu memperlancar aliran darah dan lymphe menuju jantung, menurunkan udem, memelihara fleksibilitas otot, melepaskan perlengketan antar jaringan, menurunkan nyeri.
- Modalitas Infra Red
Infra red (IRR) adalah pemanasan superficial (kedalaman penestrasi : hanya permukaan kulit) yang memiliki panjang gelombang 4000A – 7000AIndikasi : Peradangan akut, arthritis, persiapan exercise dan massageKontra Indikasi : Gangguan sensibilitas kulit, gangguan isufisiensi pada darah kecenderungan terjadi perdarahan.Efek dari IRR :
Efek fisiologis :- Meningkatkan proses metabolisme- Vasodilatasi pembuluh darah- Pigmentasi- Sedative- Meningkatkan temperature tubuh- Meningkatkan kerja kelenjar keringat
Efek therapeutic :- Menghilangkan rasa sakit- Relaksasi otot- Meningkatkan suplai darah- Menghilangkan sisa – sisa metabolisme
Static Cycle- Chest Physical Therapy
- PLBTeknik : mulut dibuka sedikit seperti mencucu,kemudian instruksikan pasien untuk hembuskan napas panjang.
13
Tujuan : mengeluarkan CO2.Indikasi : untuk PPOK dan asma.
- Diafragma BreathingTeknik : Pasien tidur terlentang dengan menekuk kedua lutut.Lalu instruksikan pasien untuk hembuskan napas terlebih dahulu,lalu tarik napas melalui hidung sambil kembungkan perut,setelah itu hembuskan melalui mulut sambil kempiskan perut.Tujuan : mengembangkan pernapasan abdominal,mengkontraksikan otot-otot pernapasan utama yaitu otot diafragma.
- Breathing Exercise adalah gabungan dari deep inspiration breathing + PLB.Tujuan:Meningkatkan ventilasi paru,pengembangan thoraks,menguatkan otot-otot bantu pernapasan.
- Chest mobilityBertujuan untuk meningkatkan mobilitas thoraks middle dan lower.Mobilitas untuk middle dan lower dilakukan forward bending (badan membungkuk), side bending (badan kesamping) mengembangkan salah satu samping dada/segmental, chest twist (badan memutar), pelvic side to side (menggeser pantat kesamping), dan knee rolling (memutar lutut)
14
BAB III
LAPORAN KASUSDEPARTEMEN REHABILITASI MEDIK
RSUP PERSAHABATANJAKARTA
FORMULIR FISIOTERAPINama Fisioterapi : Bpk Dede Hidayat Peminatan :FT.KomprehensifNama Dokter : Ruangan : Poli ParuNomor Register : 01.22.01.05 Tgl Pemeriksaan: 4 April 2011
I. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN : (S)Nama Jelas : Tn. STempat & tgl lahir : kebumen,20 Mei 1942 (69 tahun)Alamat : Cipinang kebembemPendidikan terakhir : SMPPekerjaan : pensiunan PolriHobi : koleksi kerawitan kesenian jawaDiagnosis Medik : PPOK
II. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S)KU : sesak napasRPS : 3 tahun yang lalu pada malam hari tiba-tiba pasien sesak nafas, lalu
pasien di bawa ke UGD RS Persahabatan lalu pasien dirawat di RS Persahabatan selama 2 hari, karena kondisi pasien sudah membaik pasien pulang dan rawat jalan ke bagian poli Asma RS persahabatan dan pasien di rujuk ke Fisioterapi. Batuk (-) sesak (+) bila pasien jalan 5 meter dan saat pasien sedang mandi . dan bila sedang terjadi sesak pasien langsung memberi ventolin lalu sesakpun hilang.
RPD : HIpertensi (-), Diabetes Melitus (-), Jantung (-), TBC (-), Asma (-)RPK : HIpertensi (-), Diabetes Melitus (-), TBC (), Asma (+) dari ayah
Rpsiko : Pasien berusia 69 tahun, memiliki 2 orang anak. Tinggal bersama istri III. PEMERIKSAAN (O)
a . Pemeriksaan Umum- Cara Datang : Mandiri - Nadi : 112 x/menit- Kesadaran : Compos mentis - RR : 24 x/menit- Kooperatif / Tidak Kooperatif - Status gizi : 62/(1,65)² =
22,7 cukup- Tensi : 130/80 mmHg - Suhu : Afebris- Lingkar Kepala : - - SpO2 : 96%
b. Pemeriksaan Khusus Inspeksi
- Postur : depan : bahu kanan = kiri, celah ketiak kanan = kiriSamping : protaksi scapula (+) dan kifosis (+)Belakang : skoliosis (-)
- warna muka dan bibir : normal- gerakan cuping hidung : normal
Mengamati thorak : - Bentuk thoraks : cekung- Simetris bentuk dada Upper : simetris
Middle : simetris Lower : simetris
- Tingkat pernapasan :normal- Irama pernapasan :teratur- Ada kerja otot bantu pernapasan- Pencekungan (+) pada sterna nortch- Pola napas : cepat- Gerak napas saat duduk :abdominal - Gerak napas saat berdiri :abdominal
15
- Gerak napas saat tidur :abdominal thoracal- Pergerakan thoraks simetris- Tidak tampak atrofi otot bantu pernapasan
Palpasi - Nyeri dada : (-)- Spasme otot bantu pernapasan : (-) - Gerak napas : Abdominal- Gerak dada : Normal - Suhu tubuh : Afebris- Gerakan pengembangan simetris dada Upper : simetris
Middle : simetris Lower : simetris
Move ROM UE dan LE : Full ROM
MMT UE dan LE : 5 Tes Khusus
- Mobility thorakUpper : 7169 = 1cmMiddle : 7371 = 2cmLower : 7170 = 1cm
- Fremitus (normal) - Uji Jalan 6 menit (tes uji jalan terakhir tanggal 17 Januari 2011):
Jarak tempuh 307 mVO2 maks= 0.03 x 378 + 3,98
= 15,32 Mets = 15,32 / 3,5
= 4,8 = 5 metsIV. PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak Terdapat dalam status
V. 1. URUTAN MASALAH FISIOTERAPI BERDASARKAN PRIORITAS- Sesak napas,- Gangguan pengembangan thorak middle dan lower- Gangguan postur ( protaksi shoulder dan kifosis)- Penurunan Endurance.
DIAGNOSA FISIOTERAPIGangguan respirasi karena sesak napas, gangguan pengembangan thorak middle dan lower, gangguan postur (shoulder protaksi dan kifosis), dan penurunan endurance terkait PPOK.
VI. PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI (P)1. Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik
11 April 2011- Static cycle 10-15 menit- Chest expansion exercise- Breathing control exercise
2. Tujuan :a. Tujuan jangka pendek- Sesak napas berkurang- Meningkatkan expansi thorak- Meningkatkan endurance- Koreksi postur
b. Tujuan jangka panjangMengoptimalkan aktivitas fungsional tanpa keluhan dan memperbaiki postur.
3. Metoda pemberian fisioterapi
No. JENIS METODA DOSIS KETERANGAN1. Modalitas IRR I : jarak 40cm
F : 3X semingguD : 15 menit
Rileksasi otot
Vasodilatasi
16
pembuluh darah
2. Exercise Static CycleI : 20 w
F : 3X semingguD : 20 menit
Maintenance
Meningkatkan Endurance
3.Chest
Physical Therapy
Pursed Lips Breathing
Control Breathing
I : 6X repetisiF : 3X seminggu
D : 5 menit
Rileksasi
Memperbaiki ventilasi
Mengurangi sesak napas
Memperbaiki gerak napas
4.Mobility thorak
- Forward bending
- Side bending- Pelvic side to
side- Knee rolling
I : 6X repetisiF : 3X seminggu
D : 10 menit
Memaksimalkan mobility thorak
4.Uraian Tindakan Fisioterapi- IRR
Posisi pasien : terlentangAplikasi : lampu irr dipasang sekitar 30-45cm tegak lurus dengan area yang diterapi
- Static Cycle (untuk meningkatkan endurance kardiopulmonal)Pasien melakukan exercise dengan static cycle dengan beban sesuai yang telah dihitung dengan VO2 maks dan mets pasien
- Pursed Lips BreathingPosisi Pasien : dudukTeknik : mulut dibuka sedikit seperti mencucu,kemudian instruksikan pasien untuk hembuskan napas panjang lalu rileks (inspirasi rileks).
- Forward bendingPosisi Pasien : dudukPosis terapis : sebelah kanan pasienAplikasi : Instruksikan pasien untuk membungkukkan badan, tangan kebawah sambil hembuskan nafas, kemudian tegak kembali tangan sambil di angkat sambil tarik nafas. Ulang sebanyak 6x repetisi
- Side bendingPosisi Pasien : dudukAplikasi: Intriksikan pasien untuk memegang dada kiri bagian bawah dengan tangan kananya. Badan dicondongkan ke kiri sambil hembuskan napas lalu kembali tegak sambil hembuskan napas. Tangan kiri pasien memegang dada kanannya bagian bawah, kemudian badan dicondongkan ke kanan sambil hembuskan napas. Ulangi 6x repetisi.
- Pelvice side to side
Posisi Pasien : crook lyingPosisi terapis : sebelah kanan pasienAplikasi : Intruksikan keapda pasien menggeser pantatnya ke kiri sambil hembuskan nafas, kemudian tarik nafas pada posisi tersebut. Lalu menggeser pantatnya kekanan sambil hembuskan nafas. Ulangi gerakan sebanyak 6x
- Knee rolling
Posisi Pasien : crook lyingPosisi terapis : sebelah kanan pasienAplikasi: Intruksikan kepada pasien menggerakkan lututnya kekiri sambil hembuskan nafas, kemudian tarik nafas pada posisi tersebut,lalu gerakkan lututnya kekanan sambil hembuskan nafas. Ulangi sebanyak 6x repetisi.
- Koreksi posturPosisi pasien : duduk
17
Posisi terapis : di depan pasienAplikasi : instruksikan kepada pasien untuk duduk tegak, menarik bahu nya ke belakang (stretching pectoralis)
Program Untuk di rumah- Perbanyak aktifitas meniup (meniup balon,sambil berjalan tiup-tiup)- Jalan dengan jarak ditambah setiap harinya
- Latihan pengembangan dada seperti yang di ajarkan
- Koreksi postur (berdiri didepan kaca)
VII. EVALUASIEvaluasi Hasil Terapi
4/04/2011 S : Sesak masih adaO : TD : 130/80 mmHg
Nadi : 88X/menitRR : 20X/menitSpO2 : 95%
A : Gangguan respirasi karena sesak napas, gangguan pengembangan thorak middle dan lower, gangguan postur (shoulder protaksi dan kifosis), dan penurunan endurance terkait PPOK.P : IRR, Static cycle, Pursed Lips Breathing, Chest Mobility, Control breathing
6/04/2011 S : Sesak berkurangO : Sebelum Latihan Setelah Latihan
TD : 130/80 mmHg TD : 130/80 mmHgNadi : 88X/menit Nadi : 90X/menitRR : 20 X/menit RR : 22X/menitSpO2 : 95% SpO2 : 96%
A : Gangguan respirasi karena sesak napas, gangguan pengembangan thorak middle dan lower, gangguan postur (shoulder protaksi dan kifosis), dan penurunan endurance terkait PPOK.P : IRR, Static cycle, Pursed Lips Breathing, Chest Mobility, Control breathing
8/04/2011 S : sesak berkurangO : Sebelum Latihan Setelah Latihan
TD : 130/80 mmHg TD : 130/90 mmHg Nadi :90 X/menit Nadi : 92X/menitRR : 20 X/menit RR : 21X/menitSpO2 : 95% SpO2 : 95%Spasme : (-)Ekspansi Thorak : Upper :7072 = 2cm
Middle :7573 = 3cmLower :7274 = 2cm
Fremitus - A : Gangguan respirasi karena sesak napas, gangguan pengembangan thorak middle dan lower, gangguan postur (shoulder protaksi dan kifosis), dan penurunan endurance terkait PPOK.P : IRR, Static cycle, Pursed Lips Breathing, Chest Mobility, Control breathing
2. Jadwal evaluasi ke dokterSetelah 6x terapi
18
BAB IV
PENUTUP
1. KesimpulanFisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk
mengembalikan fungsi suatu organ tubuh. Dalam fisioterapi,terapi yang dipakai antara lain listrik,sinar,air,panas,dingin,massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan.
Fisioterapi paru adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi,baik yang bersifat akut maupun kronis.Fisioterapi paru ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu.Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernapasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret,memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.Fisioterapi paru ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun,penyakit pernapasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik.Fisioterapi paru meliputi rangkaian : postural drainage,perkusi,dan vibrasi.
Kontraindikasi fisioterapi paru ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jajntung,status asmatikus dan perdarahan masif,sedangkan kontraindikasi relatif seperti infeksi paru berat,patah tulang iga atau luka baru bekas operasi,tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.
2. Saran- Penatalaksanaan pada kasus PPOK dapat dilakukan dengan berbagai
cara,diantaranya pencegahan,yaitu mencegah kebiasaan merokok,infeksi,dan polusi udara.Hal tersebut dapat dihindari dengan kemauan dari individu dengan diagnosis PPOK.Yang menjadi sorotan ialah masalah rokok,berhenti merokok merupakan satu-satunya intervensi yang paling efektif dalam mengurangi resiko berkembangnya PPOK dan memperlambat progresifitas penyakit.Dan yang tak kalah pentingnya adalah peran dari Rehabilitasi,pasien cenderung menemui kesulitan bekerja,merasa sendiri dan terisolasi,untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.Dan disini diharapkan peran dari tim medis (Fisioterapi,dokter,dan tenaga medis terkait) untuk sesering mungkin melakukan sosialisasi tentang penyakit PPOK,sehingga masyarakat mendapatkan pemahaman tentang PPOK itu sendiri,mulai dari pengertiannya,penyebanya,pengobatannya,dan lain sebagainya.
19
LAMPIRAN
Perkiraan beban kerja awalProgram latihan stationary cycling (Legs Only)
Beban kerja (Watts)Nilai METsMaksimum
BB50kg
BB60kg
BB70kg
BB80kg
BB90kg
BB100kg
345678 atau lebih
122029384755
142535465667
162941536578
193347617589
2137536884100
2341587693111
Stationary cycling programMinggu Waktu setiap latihan Frekuensi/minggu
123456
5 menit10 menit15 menit20 menit25 menit30 menit
3 kali3 kali3 kali3 kali3 kali3 kali
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 2001
2. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6 volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
3. Sloane Ethel. Anatomi. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 2004
4. Noer HMS,Waspadji S,Rachman AM,dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 3. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,1996
5. Mansjoer A,Triyanti K,Savitri R,Wardhani WI,Setiowulan W,dkk.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3 jilid 1.Jakarta:Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2001
6. Waspadji S,Lesmana L,Alwi I,Setiati S,Sundaru H,Djojoningrat D,Suhardjono H,Sudoyo AW,Bahar A,Mudjadid HE,dkk.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 3 jilid 2.Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2001
7. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Balai Penerbit FKUI. Jakarta : 2001
1