koneksi untuk sekolah
TRANSCRIPT
Jan van Rees, World Bank
Koneksi untuk Sekolah
Persyaratan awal untuk TIK dalam
pendidikan
Isi
Koneksi untuk sekolah
Sumber Listrik untuk TIK di sekolah-sekolah
pedesaan
Kebutuhan akan Konektivitas
Konektivitas kecepatan rendah
Aplikasi administratif/finansial termasuk pelaporan
Pengunduhan materi dasar untuk pembelajaran
Fitur dasar komunikasi melalui chat (obrolan) dan e-
mail (surat elektronik)
Konektivitas kecepatan sedang
Pemanfaatan untuk pembelajaran oleh guru
Pemanfaaatan untuk pembelajaran oleh siswa
(termasuk lab komputer)
Pemanfaatan video/multimedia terbatas
Konektivitas kecepatan tinggi
Kapabilitas penuh untuk komunikasi melalui video
Partisipasi jarak jauh oleh siswa
Akses jarak jauh ke sekolah-sekolah lain, acara-acara
lain, dsb
Akses jarak jauh yang mudah untuk memperolah
materi multimedia
Opsi Konektivitas: Fixed Broadband
(A)DSL di atas kabel tembaga (copper lines) yang sudah ada.
Tersedia di sebagian besar kota-kota Kabupaten dan Kecamatan
di Jawa. ADSL2+ teknologi dapat menyediakan kecepatan
sampai dengan 20 Mb/s ke bawah tetapi biasanya hanya 1 Mb/s
yang disediakan untuk sekolah.
Kabel internet di atas kabel koaksial.
Layanan baru tersedia di beberapa kota-kota besar
Akses fiber optik
Opsi konektivitas masa depan dengan kapasitas sangat tinggi.
Backbone fiber optic dapat mencapai > 260 Kabupaten tetapi
dengan akses terbatas.
Pro:
ADSL dan Fiber Optic menawarkan kapasitas tertentu dalam lapisan
akses. Oleh karena itu output yang terus-menerus seperti video
dimungkinkan.
Kontra:
Ketersediaan terbatas sampai dengan < 9 juta kabel tembaga.
Instalasi kabel membutuhkan waktu.
Opsi-opsi Konektivitas: Mobile/Wireless
Mobile Internet
GPRS (40-60 kb/s) tersedia di seluruh Indonesia. EDGE (100-200
kb/s) juga tersedia secara meluas. Beberapa diantaranya CDMA.
Mobile Broadband
3G/HSPA tersedia di lebih dari 100 kota dan sekitarnya. Sampai
dengan 42 Mb/s saat waktu sibuk (peak)
Wireless: WiFi
Spektrum tanpa lisensi, sering digunakan sebagai extension
Wireless: WiMAX
Spektrum telah dilelang. Roll-out (penyebarluasan) terbatas.
Pro:
Mobile Internet tersedia secara meluas, > 95% populasi. Mobile
broadband dapat disebar ke area pedesaan dengan pita frekuensi
(frequency band) yang lebih rendah.
Kontra:
Kapasitas dibagi di setiap level cell => tidak terlalu sesuai untuk video.
Note: Satellite/VSAT solution is option of last resort
Temuan-temuan yang sering ada di lapangan
Layanan ADSL menjadi opsi dasar
Jaringan WiFi
Khususnya sesuai untuk ekstensi sederhana dalam skala kecil dari
lokasi dengan konektivitas. Jaringan dengan skala lebih besar
tidak dapat menunjukkan performanya di luar sebagian besar
aplikasi dasar.
Kurangnya kapasitas sangat membatasi aplikasi TIK dalam pendidikan
Bahkan institusi-institusi pendidikan tinggi seringkali hanya memiliki
kapasitas sangat terbatas. 512 Kb/s untuk 4000 mahasiswa, kurang
dari 0.8 kb/s per mahasiswa di universitas-universitas besar di Jawa
Praktik Internasional : Inggris (1)
Bandwidth rata-rata di sekolah meningkat secara
terus-menerus
Sumber: BESA September 2009 “ICT Provision & Use in
2009/10”
Praktik Internasional: Inggris (2)
Bandwidth di sekolah-sekolah
Sumber: BESA September 2010 “ICT Provision & Use
in 2010/11”
Bandwidth optimal untuk memenuhi
semua persyaratan terus tertinggal dari
penyediaan yang ada. Sekolah-sekolah
dasar menyarankan persyaratan
bandwidth ideal memiliki rata-rata
29Mbps, walaupun penyediaan aktual
untuk seperempat dari jumlah sekolah
dasar hanya 2 Mbps atau kurang dari
itu. Untuk sekolah-sekolah menengah
tingkat idealnya adalah 68Mbps,
dengan penyediaan saat ini hanya
seperlima dari itu – yaitu 8Mbps atau
kurang dari itu.
Praktik Internasional : Australia
Penggunaan teknologi broadband :
Catatan: Walaupun konektivitas melalui fiber optic
mendominasi, kecepatan aktualnya sebagian besar hanya
mencapai 20 Mb/s!
Sumber: “School broadband connectivity survey 2010”
International Practice: US
Bandwidth rata-rata terus meningkat dari 3 kb/s per
siswa di tahun 2006 sampai dengan 34 kb/s per siswa
saat ini
Target masa mendatang 100 Mb/s – 1 Gb/s
konektivitas dasar
Sumber: High Speed Broadband Access for All Kids:
“Breaking Through the Barriers”, June 2008
Rekomendasi Utama
Persyaratan Broadband kecepatan tinggi
Dalam lingkungan belajar yang kaya teknologi untuk 2-3 tahun mendatang, SETDA
merekomendasikan:
• Koneksi Internet eksternal dari penyedia jasa layanan internet paling tidak 10 Mbps per 1000
siswa/staff
• Koneksi Wide Area Network dari kabupaten ke setiap sekolah dan antara sekolah dengan
kecepatan minimal 100 Mbps per 1000 siswa/staff
Dalam lingkungan belajar yang kaya teknologi untuk 5-7 tahun mendatang, SETDA
merekomendasikan:
• Koneksi Internet eksternal dari penyedia jasa layanan internet paling tidak 100 Mbps per 1000
siswa/staff
• Koneksi Wide Area Network dari kabupaten ke setiap sekolah dan antara sekolah dengan
kecepatan minimal 1 Gbps per 1000 siswa/staff
Praktik Internasional: Laporan ITU-UNESCO
Target bandwidth/throughput (output) bagi koneksi ke
bisnis-bisnis yang lebih besar serta institusi (sekolah,
business park (cluster gedung bisnis), pusat-pusat
layanan kesehatan, universitas, pemerintahan, dll)
adalah konektivitas simetris 100 Mbit/s.
Sumber: “Broadband a platform for progress, A report
by the broadband commission for digital
development”, June 2011, publikasi ITU & UNESCO
Pendekatan konektivitas tingkat SD
167.000 sekolah-sekolah dasar
Awal 2010: 4753 sekolah terkoneksi ke Schoolnet
Kurang lebih 26-28% dapat dicapai oleh jaringan ADSL
Kurang lebih 95% berada dalam jangkauan Mobile
Internet
Paket TIK minimum untuk SD yang disarankan:
Semua SD paling tidak memiliki satu laptop/PC with
dengan koneksi Internet. Fixed broadband lebih
disarankan tetapi di sebagian besar kasus, mobile
Internet akan dibutuhkan
Aplikasi-aplikasi administratif/finansial dan pelaporan
Guru menggunakannya untuk mencari dan mengunduh
materi dasar pendidikan dan pembelajaran
Komunikasi melalui e-mail dan chat
Pendekatan konektivitas untuk tingkat
SMP/SMA/SMK
59.400 Sekolah Menengah (termasuk sekolah-sekolah
beragama)
Awal 2010: 10.721 sekolah terkoneksi ke Schoolnet
Estimasi > 50% SMA/SMK dapat dicapai oleh jaringan ADSL
Estimasi > 30% SMP dapat dicapai oleh jaringan ADSL
95% ada dalam jangkauan Mobile Internet
Pendekatan konektivitas yang disarankan:
Semua sekolah menengah dengan koneksi fixed broadband
(seperti ADSL) cukup dapat memanfaatkan TIK dalam
pendidikan bagi para siswa dan guru (terkoneksi ke lab
komputer dan/atau komputer/laptop kelas)
Sekolah-sekolah lain dapat menggunakan koneksi
mobile/wireless untuk administrasi atau pemanfaatan oleh
guru. Kalau mereka memiliki lab komputer, fokus khusus
harus ditetapkan pada caching (penyimpanan konten secara
lokal)
Pendidikan Tinggi
Universitas-universitas besar terkoneksi ke fiber tetapi
masih dengan kapasitas yang rendah
Banyak institusi-institusi pendidikan tinggi yang lebih
kecil menggunakan membeli sambungan dengan
kapasitas rendah
Secara keseluruhan, kapasitas/mahasiswa yang
tersedia masih sangat terbatas untuk memfasilitasi TIK
dalam pendidikan
Pendekatan konektivitas yang disarankan:
Semua insititusi pendidikan tinggi yang dapat
terkoneksi ke jaringan fiber optik harus terkoneksi
dengan Ethernet Gigabit atau lebih dari itu.
Saat ini: 0.1 sampai dengan 0.8 Kbps per mahasiswa
Yang diusulkan: 35 sampai dengan 250 Kbps per mahasiswa
(1 Gb/s di setiap universitas)
Rekomendasi Konektivitas
Jangka pendek:
Semaksimal mungkin memberikan
fixed broadband (ADSL) ke sekolah
Menghubungkan sekolah-sekolah lain
dengan mobile/wireless Internet
Semaksimal mungkin membawa
konektivitas fiber optik ke semua
institusi pendidikan tinggi
Jangka panjang:
Semaksimal mungkin melakukan
upgrade ke konektivitas fiber optik
Rekomendasi: Bagaimana implementasinya?
Memanfaatkan kerangka perjanjian kerjasama dengan
penyedia layanan fixed /wireless/ mobile broadband
utama:
Penyediaan layanan berkualitas
Penentuan harga
Pengaturan dukungan
Keuntungan dari keekonomisan pembelian skala
besar
Melakukan verifikasi opsi terbaik di tingkat
kabupaten:
Fixed broadband apabila tersedia
Memilih penyedia layanan mobile broadband
terbaik untuk setiap lokasi di luar infrastruktur
permanen
Mencantumkan (bagaimana) penghentian pengadaan
di dalam kerangka perjanjian
Sumber daya listrik untuk TIK di sekolah-sekolah
pedesaan
Opsi
Sumber komersial oleh PLN
Dipilih apabila tersedia
Generator Set
Investasi terbatas namun biaya operasional tinggi dan tingkat polusi yang tinggi
Sumber listrik alternative: Solar cell
Investasi awal tinggi namun biaya operasional rendah
Sumber listrik alternatif: Angin atau Air (Hydro) Seringkali memberikan sumber listrik lebih besar
daripada yang dibutuhkan
Pemeliharaan yang lebih
Dapat diterapkan di kasus-kasus spesifik
Sumber listrik untuk sekolah
Permendiknas 24/2007 menguraikan: SD: minimum daya 900 W
SMP/SMA/SMK: minimum daya 1300 W
Baik untuk on-grid maupun off-grid, adalah penting untuk memilih peralatan TIK dengan tingkat konsumsi listrik yang kecil sehingga memungkinkan penyediaan solusi sumber listrik yang efisien dan efektif sesuai biaya (cost-effective).
Perbedaan yang besar dalam konsumsi sumber listrik komputer desktop (sampai dengan faktor 10!) dapat membuat perbedaan yang signifikan.
Konsumsi listrik (yang rendah) sering menjadi faktor kunci keberhasilan untuk implementasi di daerah pedesaan
Konsumsi listrik peralatan TIK sekolah (1)
Komputer desktop periode 2008/2009 :
Sumber:www.dot-com-alliance.org
2011: Komputer desktop dengan konsumsi listrik yang
rendah termasuk monitor 15”: 22 W
2011: Laptop dengan konsumsi listrik rendah sampai
dengan 17”: 10-20 W
2011: Netbook dengan konsumsi listrik rendah: 3-5 W
Sumber listrik alternatif : Solar (1)
Sumber listrik dari solar cell tersedia secara luas di
Indonesia
Sumber: www.mrsolar.com
Biasanya mencapai rata-rata 3.5 – 5 jam/hari efektif
Misalnya: Solar panel 100 Wp memberikan 350-500 Wh
(Watt hour) dalam arus DC
Sumber listrik alternative: Solar (2)
Konfigurasi teknis :
Sumber:www.mrsolar.com
Contoh konfigurasi: ADSL, 4 netbook dan printer
Sebuah paket TIK dengan konsumsi listrik rendah
terdiri atas 4 netbook, printer dan router ADSL (atau
GSM/3G) menggunakan arus AC:
Solar cell tunggal 85 Wp, baterai tanpa pemeliharaan
110 Ah, charge controller dan inverter cukup untuk
memasok listrik untuk paket TIK ini. Estimasi solusi
solar cell ini adalah $ 1115
Catatan: Peralatan harus terputus di luar 10 jam penggunaan
per hari. Kalau tidak, 129 Wh dibutuhkan untuk konsumsi
listrik saat idle (tidak digunakan) atau stand by.
Konsumsi listrik Jumlah Jam Kuantitas Konsumsi Listrik Harian
Router ADSL 5 W 10 1 50 Wh
Netbook dengan
konsumsi listrik
rendah
5 W (rata-rata) 6 4 120 Wh
Printer 3W (stand-by) 10 1 30 Wh
Inefisiensi Inverter 15% 30 Wh
Total 230 Wh
Contoh-contoh konfigurasi
Konsumsi
Listrik Harian
Solar Cell
(Wp)
Kapasitas
Baterai
(Ah)
Estimasi Harga
Solusi Dolar Cell
Paket TIK konsumsi listrik rendah untuk SD daerah
terpencil (laptop atau sampai dengan 4 netbook),
koneksi mobile atau ADSL
< 230 Wh 85 110 $ 825 – 1115
DC - AC
Paket TIK konsumsi listrik rendah untuk SD daerah
terpencil (sampai dengan 8 netbook), koneksi mobile
atau ADSL
< 510 Wh 170 220 $ 1775
Optimalisasi paket TIK konsumsi listrik rendah
dengan Lab TIK dengan laptop/netbook dan
proyektor LED
< 1500 Wh 510 660 $ 4840 – 5140
DC - AC
Optimalisasi paket TIK konsumsi listrik rendah
dengan Lab TIK dengan PC desktop dan proyektor
LED
< 3500 Wh 1080 1320 $ 6960
Optimalisasi paket TIK konsumsi listrik rendah
dengan Lab TIK dengan PC desktop, server dan
proyektor LED
< 8400 Wh 2500 3080 $ 16000
Kesimpulan
Konektivitas:
95% dari seluruh sekolah di Indonesia dapat terhubung dengan infrastruktur yang ada sekarang.
Pilihlah fixed broadband apabila tersedia (50% dari SMA/SMK, 30% dari SMP dan 26-28% dari SD), sekolah-sekolah yang lain menggunakan mobile/3G.
Secara bertahap melakukan upgrade ke bandwidth yang lebih besar dan ke fixed broadband. Akhirnya adalah fiber optik.
Perjanjian kerjasama dapat mempermudah implementasi
Penyediaan Sumber Listrik bagi TIK di Sekolah-sekolah Pedesaan:
Solar cell merupakan alternatif yang memungkinkan dengan biaya yang efisien untuk sekolah pedesaan selama peralatan TIK yang dipilih adalah peralatan dengan konsumsi listrik rendah.
Penggunaan PC yang lebih “tua” biasanya menjadi sangat mahal di lokasi pedesaan yang off-grid dan tidak direkomendasikan
Netbook dan laptop biasanya sesuai untuk konsumsi listrik rendah
Contoh konfigurasi: ADSL, sampai dengan 8 netbook
dan printer
Paket TIK konsumsi listrik rendah terdiri atas 1 laptop, sampai
dengan 7 netbook, printer, ADSL (atau GSM/3G) router,
LAN/WiFi dengan arus AC. Kadang-kadang dengan
mengurangi pengguanaan laptop/netbook, Proyektor LED (50
W) dapat digunakan.
170 Wp=dua 85 Wp solar panels, 2 x 110 baterai tanpa
pemeliharaan, charge controller dan inverter dapat
menyediakan sumber listrik yang cukup bagi paket TIK ini.
Estimasi harga untuk solusi solar cell ini: $ 1775
Catatan: Peralatan harus diputus/dimatikan di luar 10 jam
penggunaan harian.
Konsumsi listrik Jumlah Jam Kuantitas Konsumsi Listrik Harian
Router ADSL 5 W 10 1 50 Wh
Laptop 15 W 6 1 90 Wh
Netbook dengan
konsumsi listrik
rendah
5 W (rata-rata) 6 7 210 Wh
Printer 3W (stand-by) 10 1 30 Wh
Jaringan 6 W 10 1 60 Wh
Inefisiensi
Inverter
15% 66 Wh
Total 506 Wh
Contoh konfigurasi: Lab Komputer atau ekuivalen (1)
Paket dengan konsumsi listrik rendah terdiri atas 2 laptops,
sampai dengan 10 netbooks, printer, ADSL (atau GSM/3G)
router, LAN/WiFi, penggunaan proyektor LED 3 jam/hari,
beberapa lampu LED.
510 Wp= enam 85 Wp solar panel, 6 x 110 baterai tanpa
pemeliharaan, charge controller dan inverter dapat
menyediakan sumber listrik yang cukup bagi paket TIK ini.
Estimasi harga untuk solusi solar cell ini: $ 4840 (DC) atau $
5140 (AC, dengan inverter)
Konsumsi listrik Jumlah Jam Kuantitas Konsumsi Listrik Harian
ADSL 5 W 24 1 120 Wh
Laptop 15 W 10 2 300 Wh
Netbook 5 W 10 10 500 Wh
Printer 10 W (active)
3 W (stand-bye)
1
9
37 Wh
Jaringan 6 W 24 144 Wh
Proyektor LED 50 W 3 1 150 Wh
Lampu 12 W 2 5 120 Wh
Total 1371 Wh
Contoh konfigurasi: Lab Komputer atau ekuivalen (2)
Paket dengan konsumsi listrik rendah terdiri atas 10 PC
teroptimalisasi, server/educational appliance, printer,
ADSL (atau GSM/3G) router, LAN/WiFi, penggunaan
proyektor LED 3 jam/hari, beberapa lampu LED.
1080Wp= enam 180 Wp solar cell, 12 x 110 Ah baterai
tanpa pemeliharaan, charge controller dan inverter
dapat menyediakan sumber listrik yang cukup bagi
paket TIK ini. Estimasi harga untuk solusi solar cell ini:
$ 6940 (DC)
Catatan: perubahan dari sistem 12 ke 24 V
Konsumsi listrik Jumlah Jam Kuantitas Konsumsi Listrik Harian
ADSL 5 W 24 1 120 Wh
Laptop 22 W 10 10 2200 Wh
Netbook 80 W (active) 10 1 800 Wh
Printer 10 W (active)
3 W (stand-bye)
1
9
37 Wh
Jaringan 6 W 24 144 Wh
Proyektor LED 50 W 3 1 150 Wh
Lampu 10 W 2 2 40 Wh
Total 3491 Wh
Contoh konfigurasi: Lab Komputer atau ekuivalen(3)
Paket serupa tetapi dengan 10 PC biasa dengan konsumsi
listrik rendah
2500Wp= kurang lebih 14 x 180 Wp solar cell, dengan 30
batteries, dll. Estimasi harga untuk solusi ini: $ 16.000.
Amatilah bagaimana daya yang besar dan dampak biaya dari
memilih sebuah PC dengan konsumsi listrik yang tinggi
(walaupun masih kurang dari separuh dari apa yang sering
ditemukan di sekolah-sekolah di pedesaan)
Konsumsi listrik Jumlah Jam Kuantitas Konsumsi Listrik Harian
ADSL 5 W 24 1 120 Wh
PC Desk Top
dengan konsumsi
listrik rendah
55 W 10 10 5500 Wh
Server 80 W (aktif),
5 W (sleep)
10
14
1 870 Wh
Printer 10 W (aktif)
3 W (stand-by)
1
23
79 Wh
Jaringan 6 W 24 144 Wh
Proyektor LED 50 W 3 1 150 Wh
Peralatan lain
(TV, etc.)
350 Wh
Lampu 10 W 2 2 40 Wh
Inefisiensi inverter 15% 1088 Wh
Total 8341 Wh