kondisi wilayah jurisdiksi kjri mumbaikjrimumbai.net/kondisiwilayahjurisdiksikjrimumbai.doc · web...

13
KONDISI WILAYAH JURISDIKSI KJRI MUMBAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN INDONESIA : BEBERAPA SASARAN KE DEPAN I. KEBERADAAN KONSULAT JENDERAL R.I. DI MUMBAI, INDIA Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Mumbai, India mulai dibuka pada Januari 1951 dengan cakupan akreditasi 7 negara bagian yaitu Maharashtra, Gujarat, Goa, Kerala, Tamil Nadu, Karnataka dan Andhra Pradesh. Keberadaan KJRI di Mumbai dianggap sangat penting mengingat wilayah Selatan dan Barat India merupakan sentra ekonomi India dengan pusatnya di Bombay (Mumbai). Selama kurun waktu lebih dari setengah abad berdirinya, KJRI Mumbai telah menjadi salah satu Perwakilan R.I. yang surplus. Sebagai data acuan, pendapatan yang tangible dari bea visa dan bea konsuler lainnya untuk tahun 2002 adalah US$ 363,492. Angka ini sudah melebihi realisasi pendapatan home staff/local staff ditambah biaya perjalanan dinas 2002 yang totalnya berjumlah US$ 322,017. Ini belum termasuk output yang intangible tetapi berhasil ikut meningkatkan ekspor non-migas. Disamping itu pula, beberapa perusahaan Indonesia sudah mulai memperoleh proyek di wilayah ini khususnya di bidang eksplorasi minyak dan pekerjaan maintenance terkait. Trend peningkatan arus perdagangan dan manusia ini terus memperlihatkan kenaikan dari tahun ke tahun. Kemajuan nyata yang terlihat pada tahun ini mengenai hubungan dagang dan arus manusia kedua negara tidak terlepas dari kunjungan kenegaraan dan kunjungan kerja Presiden Megawati Soekarnoputri ke India (New Delhi, Hyderabad dan Mumbai tanggal 1-4 April 2002). A. Potensi wilayah Selatan India A.1.Ekonomi Wilayah Selatan India merupakan pusat wilayah ekonomi perdagangan dan industri India. Selain secara geografis lebih subur, wilayah ini relatif lebih maju dengan sentra- sentra industrinya. Semenjak dekade terakhir, wilayah ini muncul dengan sejumlah kemajuan di bidang industri terutama information technology (IT) dan bioteknologi yang mendapat pengakuan dunia. Menurut pengamatan kami dari dekat, perusahaan seperti Tata Technologies, Wipro dan Infosys yang berpusat di India Selatan telah mampu melakukan fungsi back office dunia. Sektor IT telah memanfaatkan peluang globalisasi yang dengan Kondisi Wilayah Jurisdiksi KJRI Mumbai dan Hubungannya dengan Indonesia: Beberapa sasaran ke depan 1

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KONDISI WILAYAH JURISDIKSI KJRI MUMBAI

KONDISI WILAYAH JURISDIKSI KJRI MUMBAI

DAN HUBUNGANNYA DENGAN INDONESIA :

BEBERAPA SASARAN KE DEPAN

I.KEBERADAAN KONSULAT JENDERAL R.I. DI MUMBAI, INDIA

Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Mumbai, India mulai dibuka pada Januari 1951 dengan cakupan akreditasi 7 negara bagian yaitu Maharashtra, Gujarat, Goa, Kerala, Tamil Nadu, Karnataka dan Andhra Pradesh. Keberadaan KJRI di Mumbai dianggap sangat penting mengingat wilayah Selatan dan Barat India merupakan sentra ekonomi India dengan pusatnya di Bombay (Mumbai).

Selama kurun waktu lebih dari setengah abad berdirinya, KJRI Mumbai telah menjadi salah satu Perwakilan R.I. yang surplus. Sebagai data acuan, pendapatan yang tangible dari bea visa dan bea konsuler lainnya untuk tahun 2002 adalah US$ 363,492. Angka ini sudah melebihi realisasi pendapatan home staff/local staff ditambah biaya perjalanan dinas 2002 yang totalnya berjumlah US$ 322,017. Ini belum termasuk output yang intangible tetapi berhasil ikut meningkatkan ekspor non-migas. Disamping itu pula, beberapa perusahaan Indonesia sudah mulai memperoleh proyek di wilayah ini khususnya di bidang eksplorasi minyak dan pekerjaan maintenance terkait.

Trend peningkatan arus perdagangan dan manusia ini terus memperlihatkan kenaikan dari tahun ke tahun. Kemajuan nyata yang terlihat pada tahun ini mengenai hubungan dagang dan arus manusia kedua negara tidak terlepas dari kunjungan kenegaraan dan kunjungan kerja Presiden Megawati Soekarnoputri ke India (New Delhi, Hyderabad dan Mumbai tanggal 1-4 April 2002).

A.Potensi wilayah Selatan India

A.1.Ekonomi

Wilayah Selatan India merupakan pusat wilayah ekonomi perdagangan dan industri India. Selain secara geografis lebih subur, wilayah ini relatif lebih maju dengan sentra-sentra industrinya. Semenjak dekade terakhir, wilayah ini muncul dengan sejumlah kemajuan di bidang industri terutama information technology (IT) dan bioteknologi yang mendapat pengakuan dunia.

Menurut pengamatan kami dari dekat, perusahaan seperti Tata Technologies, Wipro dan Infosys yang berpusat di India Selatan telah mampu melakukan fungsi back office dunia. Sektor IT telah memanfaatkan peluang globalisasi yang dengan globalisasi ini industri di negara maju terpaksa melakukan kegiatan core business saja dan melempar pekerjaan (outsourcing) ke India Selatan untuk menangani kegiatan yang bersifat non-core business. Sektor IT menyerap banyak tenaga kerja baik spesialis IT maupun mereka yang hanya berbekal bahasa Inggris ditambah ketrampilan dasar komputer. Tenaga kerja sektor IT ini dihasilkan oleh sistem pendidikan yang terfokus dan banyaknya sekolah teknik.

Sukses India Selatan dibidang IT telah mencetak sejumlah besar orang muda menjadi middle class dalam artian yang sebenarnya. Bahkan Azim Premji dari Wipro dengan asset netto US $ 8.9 milyard pada tahun 2002 menjadi orang terkaya di India. Sedangkan Narayana Murthy dari Infosys pada tahun ini menjadi orang nomor empat terkaya di India dengan asset netto US $ 3.8 milyard.

Meningkatnya jumlah middle class ini merupakan peluang bagi Indonesia dalam rangka meningkatkan jumlah wisatawan India ke Indonesia. Meskipun angkanya tidak begitu besar, namun arus peningkatan wisatawan India ke Indonesia adalah salah satu yang paling stabil dari negara-negara asal wisatawan ke Indonesia. Faktor yang mendorong adalah besarnya golongan middle class (berpendidikan dan berpenghasilan cukup) dan mereka ini punya kebutuhan untuk melancong.

Tabel Jumlah Turis Yang Masuk Ke Indonesia Menurut Country of Residence 1997-2001

Disamping industri IT, semenjak satu dekade terakhir India juga mencatat kesuksesan dalam industri farmasi. Competitive advantage India untuk produk farmasi dan obat-obatan sangat tinggi mengalahkan negara lain.

Tantangan yang dihadapi India adalah kesepakatannya atas keanggotaan di WTO yang secara otomatis mengadopsi aturan Trade-Related Intellectual Property Rights (TRIPs) yang berlaku mulai 1 Januari 2005. Menghadapi skenario pasca 2005, pihak industri farmasi India menyadari hal ini dengan mulai melakukan berbagai upaya persiapan di dalam negeri. Diwakili oleh perusahaan Dr. Reddy’s Laboratories, Ranbaxy dan Lupin, berbagai kegiatan riset dilakukan dengan tujuan mengejar market yang lebih besar di luar negeri disamping berupaya untuk memantapkan posisi strategis dalam pasar produk farmasi di dunia.

Rs. 1 Crore = 10 juta. US$1 = ±Rs.47

Dilihat dari segi kemampuan, India mampu memproduksi obat-obatan dengan harga yang paling murah jauh dibawah harga yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan farmasi negara lain. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor antara lain: ketersediaan bahan-bahan dasar, teknologi pemrosesan obat yang sudah cukup matang yang ditunjang oleh R&D serta kebijakan hak cipta yang longgar di bidang farmasi.

Di Indonesia sendiri, index Revealed Competitive Advantage (RCA) produk obat-obatan India sangat tinggi sehingga sulit diharapkan industri farmasi dalam negeri untuk bersaing dengan India.

Untuk kota Mumbai yang terletak di negara bagian Maharashtra, dapat disebutkan disini bahwa kota ini dianggap sebagai Wallstreet-nya dunia usaha India dan juga merupakan Hollywood-nya para penggemar film India yang disebut Bollywood. Pelabuhan Mumbai merupakan pelabuhan dagang terbesar India. Sepanjang jalan dari Terminal Victoriasampai ke pantai Juhu terdapat banyak peninggalan sejarah. Penduduk dari berbagai daerah datang ke Mumbai untuk bermacam-macam tujuan. Industri terbesar dan pemukiman kumuh terbesar terdapat di Mumbai.

Jumlah penduduk Mumbai merupakan 1,2% dari jumlah penduduk India dan 12% dari penduduk Maharashtra. Pendapatan per kapita Mumbai dua kali lipat dari pendapatan per kapita Maharashtra dan tiga kali lebih sedikit dari seluruh India. Dari sebanyak 3,43 juta pekerja Mumbai sebanyak 68% bekerja di bidang industri penyedia pelayanan. Kesempatan kerja di sektor manufaktur mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir.

Di Mumbai terdapat National Stock Index dan Bombay Stock Exchange (pasar bursa tertua di Asia yang berdiri semenjak tahun 1857) yang mendominasi perputaran dan jumlah keseluruhan pemodalan pasar modal India. Saham dari kedua bursa ini meliputi 92% dari perputaran arus bursa nasional. Karena itu pada kenyataannya kedua bursa ini mendominasi perputaran modal perusahaan secara nasional.

A.2.Sosial budaya

Selain maju dalam ekonomi perdagangan dibanding wilayah lain di India, wilayah ini pula selama beberapa tahun terakhir memperlihatkan kemajuan di bidang sosial yakni SDM dan teknologi. Kesadaran akan korelasi antara mutu pendidikan dengan peningkatan daya saing negara semakin menjadi fokus pemerintah dan masyarakat India.

Tercatat sejumlah kemajuan di bidang teknologi tinggi melalui penemuan-penemuan baru dihasilkan seperti di bidang IT dan komputerisasi, bioteknologi, farmasi dan kesehatan, kimia, fisika dan teknologi nano, nuklir, otomotif, pertanian, senjata dan ruang angkasa. Seperti disebutkan di atas bahwa kemajuan-kemajuan ini diperoleh dari output yang dihasilkan dari sistim pendidikan yang terfokus dan banyaknya sekolah teknik. Sebagai data banding, di India setiap tahunnya menelorkan ± 350.000 insinyur dimana hampir dari setengahnya dihasilkan oleh sekolah-sekolah teknik di Bangalore (negara bagian Karnataka).

Kemajuan-kemajuan ini mesti dijadikan pelajaran bagi Indonesia. Adanya lembaga-lembaga pendidikan yang khusus diperlukan di era knowledge economy khususnya bidang IT dan bio-teknologi di India dapat dijadikan partner bagi institusi-institusi pendidikan tinggi di Indonesia bagi pengembangan teknologi di dalam negeri.

B.Hubungan perdagangan dan investasi Indonesia-India

Hubungan dagang kedua negara khususnya Indonesia dengan wilayah Selatan India dapat dikatakan telah berlangsung sangat lama meskipun nilai perdagangan secara pasti sulit diperoleh. Namun demikian, dari angka keseluruhan nilai perdagangan Indonesia-India yang dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan R.I, di tahun 2002 Indonesia berhasil meningkatkan ekspor ke India dengan nilai US$248.020.7 atau peningkatan sebesar 23.53% (dari US$ 1.053,939,5 menjadi US$ 1,301.960,2). Disamping itu, ada 21 penanaman modal asing yang baru.

Sejak Januari sampai April tahun ini, investasi India tercatat berjumlah 7 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 1,7 juta atau berada pada ranking 9 dalam jumlah proyek dan ranking 19 dalam nilai proyek dari 31 negara (minus gabungan CIS) yang menanamkan investasinya di Indonesia. Sementara itu nilai impor Indonesia naik sebesar 7,45% (dari US$486.258,6 menjadi US$ 522.490,8). Meskipun tahun lalu terjadi kenaikan impor kita dari India yang cukup tinggi, namun masih tetap surplus untuk keuntungan Indonesia pada perdagangan dan investasi. Tentu tidak semua angka diatas berasal dari wilayah akreditasi, tetapi Mumbai adalah kota utama perdagangan dan industri.

II.SASARAN KE DEPAN

Dari pengamatan atas kondisi wilayah KJRI Mumbai, beberapa sasaran ke depan dapat dipetakan sebagai berikut:

1.Kerjasama bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia

Kemajuan dan peningkatan bidang pendidikan di India tidak terlepas dari sistim pendidikan nasionalnya yang bertujuan menghasilkan mutu output pendidikan yang handal. Pemerintah India memiliki visi bahwa pada tahun 2050 India harus naik kelas dari bangsa miskin menjadi bangsa maju. Surutnya industri dasar besi baja (konglomerat Tata) dan industri tekstil (Birla dan lain-lain) tidak perlu ditangisi. Abad ke-21 yang menjadi pemenang adalah siapa yang unggul dalam knowledge economy. Andalan masa depan bukan otot dan modal melainkan kemampuan otak untuk menguasai information technology (IT) dan bioteknologi.

Meskipun jumlah institusi pendidikan suatu negara tidak serta merta membuktikan tingginya kemajuan teknologi negara tersebut, namun dengan banyaknya penemuan baru bidang sains di India kiranya menjadi indikator keberhasilan sistim pendidikan nasional India. Keberhasilan ini membawa dampak pada peningkatan ekonomi India berupa nilai ekspor IT dan jasa-jasa terkait-nya yang tinggi dimana menurut laporan Nasscom (National Association of Software and Service Companies) angkanya sebesar US$10 Milyar antara 2002-2003. Dalam jangka panjang, kemajuan-kemajuan di bidang IT dan biotek yang cocok untuk jaman knowledge economy sekarang akan semakin memantapkan posisi India dalam mencapai visinya menjadi bangsa yang maju di masa depan.

Kemajuan India di bidang pendidikan ini dapat diambil manfaatnya oleh Indonesia melalui kerjasama antara lembaga pendidikan. Pihak atau lembaga-lembaga pendidikan mana yang akan menjadi partner dapat diambil acuannya melalui output lembaga mana yang respon dengan trend ekonomi global pada era knowledge-economy saat ini.

Beberapa institusi pendidikan tinggi serta lembaga riset di India relatif telah memiliki kematangan dibanding dengan institusi/lembaga serupa di Indonesia. Adanya kebijakan ‘terbuka’ pada pendidikan bidang teknologi dan manufaktur serta sains lainnya di India adalah sangat kondusif bagi terlaksananya kerjasama pendidikan antara Indonesia dengan India. Disamping itu, dari segi biaya pendidikan relatif lebih murah di India untuk bidang yang sama dibanding di negara-negara Barat.

KJRI Mumbai telah menyampaikan daftar lembaga pendidikan tinggi dan riset di India yang masuk wilayah jurisdiksi KJRI tersebut beserta prestasi mereka dalam inovasi/penemuan baru dalam bidang iptek ke pihak Universitas Padjajaran. Satu hal lainnya yang menguntungkan Indonesia bila kerjasama ini terjalin adalah manfaat akreditasi dimana lulusan sekolah-sekolah teknik India yang termasuk dalam Washington Accord and the Engineering Mobility Forum memiliki pengakuan bagi mobilitas lulusan di negara-negara anggotanya.

2.Investasi/kerjasama industri farmasi dan obat-obatan

Bagi Indonesia, hubungan kerjasama perdagangan dan investasi di bidang farmasi perlu ditingkatkan. Indonesia perlu mendorong investasi India di bidang farmasi di Indonesia. Meskipun kecenderungan impor terlihat menurun, namun investasi langsung India di Indonesia akan sangat menunjang bagi pencapaian tingkat efisiensi harga farmasi dan obat-obatan di Indonesia.

Kebijakan industri farmasi dan obat-obatan India memang terkesan nasionalistik bagi berkembangnya industri ini dalam negeri. Meskipun beberapa tahun terakhir mulai terlihat ekspansi (investasi langsung) oleh pemain-pemain besar namun hal tersebut bukan terjadi di Indonesia. Pengalaman pada kunjungan delegasi Sumatera Utara yang lalu membuktikan bahwa perusahaan farmasi India enggan menjual bahan dasar produk obat-obatan mengingat alasan resiko penciplakan oleh pihak Indonesia. Sementara yang ditawarkan adalah produk jadi untuk dijual di Indonesia.

Upaya yang dapat dilakukan adalah mendorong keikutsertaan industri farmasi dan obat-obatan India untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai pameran industri farmasi dalam negeri seperti Indopharm yang berlangsung bulan Maret di Jakarta dan Pharmaceutical Exhibition yang berlangsung bulan Mei di Bali.

3.Pemanfaatan trade inquiries

Stagnasi nilai perdagangan antara satu negara dengan negara lain disebabkan oleh banyak faktor dimana salah satunya adalah kurangnya ekspansi dengan partner dagang baru. Meskipun trend peningkatan arus perdagangan antara India dengan Indonesia tetap naik namun hal ini terhitung masih kecil dibandingkan dengan potensi yang ada. Kemungkinan yang ada karena faktor di atas yang dipengaruhi oleh stereotype orang India di mata kalangan umum Indonesia bahwa orang India umumnya kurang dapat dipercaya. Hal ini juga terbukti dari beberapa keluhan penipuan yang disampaikan ke KJRI oleh beberapa perusahaan di Indonesia.

Dari permintaan produk-produk impor oleh India, pattern yang ada tetap mengikuti beberapa variabel utama seperti kebijakan pajak impor baru oleh pemerintah dan kelangkaan produk akibat pasokan yang terbatas serta selisih biaya angkut. Terkait dengan hal ini, pihak Indonesia perlu memanfaatkan semaksimal mungkin trade inquiries baik yang disampaikan ke KJRI kemudian diteruskan ke Jakarta maupun yang diperoleh secara online. Faktor yang sangat penting diperhatikan adalah kecepatan diseminasi trade inquiries ke pihak Indonesia mengingat saingan negara lain atas produsen barang yang dicari cukup banyak.

Upaya yang dapat dilakukan oleh KJRI adalah pelaporan rutin dalam jarak interval waktu sesingkat mungkin secara terpisah langsung ke pihak-pihak (perusahaan dan asosiasi) terkait di Indonesia. Untuk menunjang hal ini, KJRI perlu memperoleh data akurat mengenai keberadaan perusahaan-perusahaan tersebut. Untuk itu, komunikasi antara KJRI dengan perusahaan-perusahaan yang ada dalam database harus terus dilakukan dengan tujuan pengecekan alamat. Hal lain yang perlu dilakukan adalah pengadaan buku Indonesian trade directories yang terbaru atau pencarian secara online oleh KJRI maupun pengiriman informasi tambahan oleh Deperindag.

Dalam hal faktor penghambat yang terkait dengan stereotype, upaya yang dapat dilakukan oleh KJRI adalah penggalakan bagi peningkatan hubungan ekonomi perdagangan tetap terus diupayakan secara maksimal namun juga harus secara selektif dan hati-hati dalam menilai kondisi calon counterpart perusahaan Indonesia yang ada di India. Langkah di lapangan dapat berupa pengecekan secara langsung atau per telepon terhadap keberadaan dan kondisi counterpart tersebut. Preferensi lebih dilihat kepada perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi atau dianggap layak bagi kerjasama.

4.Peningkatan jumlah wisatawan ke Indonesia

Upaya promosi wisata melalui berbagai kegiatan langsung berupa kegiatan pameran dan pementasan seni budaya perlu tetap ditingkatkan agar dapat terus menjaring wisatawan dari India ke Indonesia. Tidak adanya dukungan bahan-bahan promosi pariwisata yang berasal dari Propinsi-propinsi lain di Indonesia selain Bali dan Jakarta mengakibatkan kendala besar bagi KJRI meningkatkan wisatawan India ke Indonesia. Akibatnya, pasar calon wisatawan ke kedua Propinsi tersebut dari India semakin jenuh padahal pasar wisata di Indonesia selain pulau Bali dan wilayah Jakarta masih cukup menarik dan berpotensi cukup besar untuk menjaring wisatawan dari India. Perlu mendapat perhatian bahwa selama tahun 2002 tidak ada satupun bahan-bahan promosi wisata dari Propinsi-propinsi di Indonesia selain Bali dan Jakarta yang diterima oleh KJRI. Padahal, KJRI telah berupaya memintakan hal ini melalui Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

Untuk itu, salah satu poin penting dalam promosi wisata adalah support materi promosi Indonesia yang berasal dari Propinsi-propinsi lain untuk saling mendukung upaya-upaya promosi Indonesia secara keseluruhan yang telah dirintis termasuk melalui promosi yang dilakukan oleh KJRI. Hal ini untuk menghindari kejenuhan pasar wisatawan India ke Bali dan Jakarta. Sebagai catatan, liburan di India sama seperti di Indonesia dimana terdapat dua musim yakni pertama minggu ketiga April – akhir Mei, sementara kedua antara akhir Desember – minggu pertama Januari. Sangat kecil kemungkinan wisatawan India yang sudah mengunjungi wilayah Bali dan Jakarta pada salah satu musim liburan untuk mengunjung kembali dua daerah tersebut pada musim lainnya.

Adapula perkembangan baru di bidang industri film India yang dapat dimanfaatkan oleh industri pariwisata Indonesia. Penetrasi film-film asing di India semakin terasa khususnya di kota-kota besar yang berdampak pada profit margin yang semakin kecil bagi produser film. Tekanan ini semakin bertambah dengan terus naiknya nilai kontrak yang diminta para artis. Sebagai jalan keluar utuk mengurangi biaya produksi, pihak produser film mulai mencari alternatif lokasi film shooting yang lebih murah ketimbang Eropa dan Amerika yang selama ini menjadi lokasi favorit. Sampai saat ini tercatat telah dua kali aplikasi yang dikirimkan ke Jakarta. Jumlah ini masih sangat kecil mengingat jumlah rata-rata produksi film India per tahun mencapai ±800 buah dengan nilai pemasukan bagi industri film diperkirakan sebesar US$1,33 miliar. Apabila dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia, maka dari sisi ekonominya bukan saja berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan India ke Indonesia (kru film) tetapi juga bagi industri pendukung sinematografi di Indonesia seperti animasi, post production facilities, dan lain-lain.

Untuk itu, pihak Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) diharapkan dapat lebih banyak berpartisipasi pada undangan pameran-pameran terkait di India. Undangan mana telah disampaikan beberapa kali ke pihak Budpar namun belum mendapat tanggapan serius. Bagi pihak Indonesia sendiri, keikutsertaan dalam event-event seperti ini akan menjadi ajang promosi Indonesia sebagai tempat yang ideal dan menarik bagi produser/industri film India. Berkaitan dengan itu, para usahawan/profesional Indonesia yang bergerak di bidang industri animasi, audio, video, film dan entertainment serta information technology dapat menjadi partner mereka. Tentunya tidak luput pula kerjasama dengan instansi kepariwisataan pemerintah baik pusat maupun daerah. Apabila di-pool dalam satu delegasi/stall, maka besar kemungkinan Indonesia dapat ikut serta dengan masing-masing pihak memberikan partisipasinya.

5.Lain-lain

Hal lain yang mungkin perlu kiranya dipertimbangkan oleh pemerintah dalam hal ini Garuda Indonesian Airways (GIA) adalah pembicaraan kembali dengan pihak pemerintah India mengenai pembukaan kembali rute Garuda ke India khususnya ke India Selatan. Data yang diperoleh dari Departemen pariwisata India menyebutkan bahwa di tahun 2002 diperkirakan lebih kurang 4,5 juta warga India melakukan perjalanan ke luar negeri atau meningkat dari tahun sebelumnya yang diperkirakan hanya mencapai sekitar 3,8 juta orang. Fakta ini menunjukkan bahwa jumlah masyarakat kelas menengah ke atas semakin banyak di India sehingga selain peluang untuk meningkatkan jumlah wisatawan India ke Indonesia semakin besar juga terdapat kesempatan bagi pihak GIA untuk memperoleh andil dalam keuntungan mengangkut penumpang. Penerbangan ke/dari Eropa, USA, Dubai, Kuala Lumpur, Bangkok, Beijing, Hong Kong, Tokyo dan Singapura dapat dikatakan hampir selalu penuh dengan warga India. Selain karena memang jumlah middle class yang meningkat, warga India juga cukup dikenal gemar untuk bepergian ke luar negeri termasuk liburan sekolah. Sebagai data tambahan, kota Mumbai mengambil porsi 25% penumpang udara domestik dan 38% penumpang udara internasional India. Sebanyak 26% arus kargo udara domestik dan 40% arus kargo udara internasional melalui kota ini.

Upaya lain yang dapat dilakukan oleh KJRI sebagai penunjang sasaran pemerintah adalah studi pasar baik market behaviour di India, data harga di tingkat konsumen, barang-barang kebutuhan yang dibutuhkan (tidak diproduksi oleh India) dan negara-negara pesaing Indonesia di pasar India serta produk-produk mereka. Koordinasi dengan Perwakilan Indonesia di negara-negara dimana asal saingan produk-produk Indonesia di India dapat ditingkatkan untuk mengetahui perbandingan harga di pasar country of export/origin (ex works/ex quay) dan harga konsumen akhir di India.

PAGE

11

Kondisi Wilayah Jurisdiksi KJRI Mumbai dan Hubungannya dengan Indonesia:

Beberapa sasaran ke depan

_1117527364.doc

_1117534713.doc

_1117527309.doc