komunikasi dan empati

10
Komunikasi dan Empati

Upload: margaretha-meytha

Post on 29-Sep-2015

262 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

blok 1 modul 1 komunikasi empati

TRANSCRIPT

Komunikasi dan Empati

Mikhail Halim 102013162 Kelompok A-1

BAB 1 Pendahuluan

Profesi kedokteran merupakan profesi yang senantiasa dan selalu berhubungan dengan manusia lain, dan tentu saja sifat setiap manusia tidaklah semuanya sama, ada yang pemarah, egois, dan sebagainya bukan hanya itu seorang dokter juga pasti berhadapan dengan berbagai macam prilaku manusia. Oleh karena itu, seorang dokter harus belajar dan mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan benar, baik verbal, maupun non verbal. Sebagi mahasiswa kedokteran kita juga juga harus belajar bagaimana berempati serta bersimpati agar komunikasi dengan pasien berjalan lebih lancar.

Skenario yang DigunakanDalam mengunjungi panti werdaha, seorang mahasiswa mendapat kesempatan untuk mewawancarai seorang nenek berusia 80 tahun yang sudah sering lupa dan pendengarannya sudah berkurang apa yang harus dilakukan mahasiswa itu?

A. Identifikasi Istilah yang Tidak DiketahuiPanti Werdha : Suatu rumah atau panti yang menampung atau merawat Lansia ( Lanjut usia).

B. Rumusan MasalahSeorang mahasiswa diminta mewawancarai seorang nenek yang berusia 80 tahun yang sudah mulai mengalami masalah pendengaran dan sering lupa

C. VerbalSifat-sifat komunikasi Mind Map

Non VerbalNenek Pelupa dan Tuli

Berempati

Faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan lansiaFisik

Sosial

Mental Hipotesis

Untuk berkomunikasi efektif harus dibutuhkan empati

D. Sasaran Pembelajaran1. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik dalam kondisi apapun.2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan komunikasi verbal dan non verbal.3. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan sopan santun, tulus, jujur, dan sabar.4. Mahasiswa mampu memahami keterbatasan seorang lansia.5. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan empati.

BAB 2 Pembahasan

Mempelajari komunikasi sangat penting mengingat profesi kita kelak adalah menjadi seorang dokter, dimana dokter itu ialah profesi yang menuntut kita untuk berhubungan langsung dengan sesama manusia, oleh karena itu penting bagi kita untuk mempelajari tentang komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif bagi dokter adalah komunikasi yang berlandaskan empati. Komunikasi yang di landaskan dengan empati, pasti akan berlangsung dengan baik dan lancar, bahkan kepada lansia yang sudah mengalami pikun dan gangguan pendengaran seperti pada skenario.

2.1 Sifat-Sifat KomunikasiDalam prakteknya komunikasi dapat dilakukan dengan 2 cara yang pertama adalah verbal yang kedua ialah nonverbal. Komunikasi VerbalKomunikasi verbal adalah jenis komunikasi yang memberikan kesempatan bagi individu untuk mengekspresikan perasaanya secara langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung lawan bicara. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang paling sering kita gunakan. Syarat komunikasi verbal ialah :1. Menggunakan kata-kata2. Disuarakan maupun ditulis3. Harus mengutamakan : kualitas suara, kecepatan suara, dan intonasiKomunikasi verbal membutuhkan mendengar aktif, dimana artinya kita harus memperhatikan pasien dan bukan hanya mendengarkan saja melainkan tapi kita juga harus membaca gerak-geriknya, mimik dan sebagainya, dan kita juga harus mengkonfrimasikan pemahaman kita sebelum memberikan tanggapan. Dalam mendengar aktif kita juga harus bersikap asertif, artinya adalah kita menyuarakan pendapat, perasaan kita tetapi tetap menjaga dan menghargai perasaan lawan bicara. Komunikasi Non VerbalKomunikasi non verbal ialah komunikasi yang tidak menggunakan suara tetapi menggunakan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap tubuh ( body language). Menurut Arnold dan Boggs (1989) komunikasi nonverbal meliputi kompenen emosi terhadap pesan yang di terima atau di sampaikan. Oleh karena itu komunikasi non verbal mengandung arti yang signifisikan dibanding dengan komunikasi verbal, tetapi komunikasi non verbal akan membahayakan apabila tidak di jelaskan secara verbal, misalnya orang akan marah jika tampang lawan bicaranya menyebalkan, tetapi jika sang lawan bicara menjelaskan bahwa dia sedang ada masalah keluarga, mungkin saja dapat menghindari misinpretasi lebih lanjut. Komunikasi non verbal berupa : Gerakan tubuh Ekspresi wajah Pakaian Gaya rambut Gaya tulisan dan simbolKomunikasi non verbal sangat berguna dalam kasus sesuai scenario dimana sang mahasiswa tersebut menghadapi seorang nenek yang pendengaranya telah berkurang.

2.2 EmpatiUntuk dapat berkomunikasi secara efektif kita harus melakukan empati. Defenisi empati itu sendiri adalah upaya dan kemampuan untuk mengerti, menghayati dan menempati diri kita sendiri sesuai dengan orang itu. Singkatnya empati itu adalah ikut atau turut merabarasakan keadaan lawan bicara, dan menerima orang lain sebagai mana adanya. Dasar dari empati sendiri adalah kasih sayang, sehingga dengan berempati, komunikasi kita pasti dapat berjalan dengan baik, empati berbeda dari simpati, jika perasaan simpati hanya merasa iba dan kasian dengan apa yang dialami lawan bicara, maka empati artinya kita turut terlarut dalam perasaan lawan bicara kita dan merasakan apa yang dia rasakan, sehingga dengan berempati kita dapat lebih mengerti pasien. Jadi jika kita berempati, sudah pasti kita bersimpati, tetapi jika kita bersimpati, belum tentu kita berempati kepada lawan bicara kita. Contoh mudah dari empati sendiri ialah, dokter memperhatikan wajah pasien ketika melakukan amnamnesis, bukannya hanya sibuk mengurusi urusan yang lain. Dalam scenario, sang mahasiswa harus bersikap empati kepada sang nenek agar menciptakan suatu komunikasi efektif yang baik. Jika sang mahasiswa tidak bersikap empati kepada sang nenek, maka mungkin saja ia tidak akan sabar mengingat sang nenek mengalami pikun dan masalah pendengaran. Sehinnga komunikasi efektif tidak akan tercipta.

2.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi KomunikasiKomunikasi pasti di pengaruhi oleh beberapa faktor yang di lihat dari lawan bicara seperti contohnya seorang lansia, komunikasi dengan seorang lansia di pengaruhi beberapa faktor, antara lain : Faktor Fisik : Seorang nenek berumur 80 tahun biasanya tidak memiliki fisik seperti layaknnya orang dewasa, pasti sudah ada beberapa fungsi tubuh yang menurun fungsinya, seperti dalam scenario ini sang nenek mengalami kesulitan pendengaran, sehingga sang mahasiswa harus berempati kepada nenek tersebut dan memaklumi keadaanya. Faktor Sosial :Faktor social dari seorang manula, mungkin saja sudah tidak seperti dulu, tidak dapat aktif dalam lingkungan, memiliki relasi yang tidak lagi banyak seperti dulu dan sebaginya. Faktor Mental :Mental seseorang mempengaruhi cara ia berpikir, menanggapi sesuatu, dan kelakuanya. Seorang lansia sudah pasti mengalami penurunan mental, seperti kita lihat di dalam seperti kita lihat dalam scenario sang nenek sudah mengalami gangguan ingatan. Itu artinya sang mahasiswa harus berempati kepada nenek tersebut, dan tidak marah-marah apabila nenek tersebut kesulitan menjawab pertnyaan dan sering lupa, melainkan sang mahasiswa harus bersikap sabar dan berempati.

BAB 3 Penutup

3.1 KesimpulanKomunikasi yang efektif akan terwujud jika kita berempati kepada lawan bicara kita, itu artinya kita harus menerima lawan bicara kita apa adanya, dan menghargai nya , dengan berempati, komunikasi dapat berjalan dengan lancar tanpa adannya cek-cok. Dan kita juga harus dapat melakukan mendengar aktif, dimana kita tidak hanya mendengar pasien tapi juga memperhatikan apapun yang di lakukan lawan bicara.

3.2 Daftar Pustaka Suarli, Bahtiar, Y. ,2010 Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.Erlangga Medical Series, Jakarta.