komunikasi antarpribadi dan keterampilan komunikasi
TRANSCRIPT
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN KETERAMPILAN
KOMUNIKASI
Makalah ini saya ajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Komunikasi Antarpribadi.
Disusun oleh :
Imanulloh
NPM :
1213 - 101011
Dosen :
Dr. Hj. Dewi Widowati, Dra., M.Si
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI
WANGSA JAYA BANTEN
2014
Komunikasi Antarpribadi Dan Keterampilan Komunikasi
KAP adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang
atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004).
Komunikasi Interpersonal (KIP) adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non
verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar
individu di dalam kelompok kecil (Febrina, 2008).
KIP Antara Dua Orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang lain, dua arah
interaksi verbal dan nonverbal yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan.
KIP Antara Tiga Orang/ lebih, menyangkut komunikasi dari orang ke beberapa oarng lain
(kelompok kecil). Masing-masing anggota menyadari keberadaan anggota lain, memiliki
minat yang sama dan/atau bekerja untuk suatu tujuan.
KAP merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau
perilaku seseorang.
Menurut Kumar (2000: 121-122), lima ciri efektifitas KAP sebagai berikut:
Keterbukaan (openess).
Empati (empathy).
Dukungan (supportiveness).
Rasa positif (positiveness).
Kesetaraan (equality).
Feedback yang diperoleh dalam KAP berupa feedback positif, negatif dan netral. Prinsip
mendasar dalam komunikasi manusia berupa penerusan gagasan.
David Berlo (1997:172) mengembangkan konsep empati menjadi teori komunikasi. Empat
tingkat ketergantungan komunikasi adalah:
1. Peserta komunikasi memilih pasangan sesuai dirinya.
2. Tanggapan yang diharapkan berupa umpan balik.
3. Individu mempunyai kemampuan untuk menanggapi, mengantisipasi bagaimana
merespon informasi, serta mengembangkan harapan-harapan tingkah laku partisipan
komunikasi.
4. Terjadi pergantian peran untuk mencapai kesamaan pengalaman dalam perilaku
empati.
Keterampilan komunikasi dalam konteks komunikasi antarpribadi, pada dasarnya mencakup
4 aspek, yaitu keterampilan berbicara, menyimak, membaca dan menulis.
Keterampilan Berbicara
Kita dapat merumuskan bahwa berbicara adalah menyampaikan pikiran, perasaan atau
pendapat pada lawan komunikasi secara lisan. Oleh karena menyampaikan pesan secara lisan
maka bisa juga dinamakan sebagai komunikasi oral/lisan. Tentu setiap orang memiliki tujuan
masing-masing saat berbicara pada orang lain. Tujuan saat berbicara pada orang lain untuk
mempengaruhi atau meneguhkan sikap, pendapat, dan perilaku orang lain. Dengan demikian,
kita bisa menambahkan pada rumusan tadi dengan tujuan berbicara sehingga dirumuskan
menjadi penyampaian pikiran, perasaan atau pendapat secara lisan pada lawan komunikasi
dengan tujuan tertentu.
Menurut Warfield (2002) menyebutkan ada 4 jenis temperamen dan seseorang bisa
saja memilik temperamen yang merupakan paduan setidaknya dari dua jenis temperamen
berikut ini :
1. pemarah yang biasanya juga disebut sang pengarah yang berkomunikasi langsung
pada pokok masalah dan tak banyak mempedulikan perasaan orang lain.
2. Periang yang merupakan orang yang hangat. Orang seperti ini banyak bicara dan
mempedulikan perasaan orang lain.
3. Melankolis adalah orang yang kritis, rinci dan teratur. Orang seperti ini biasanya
introvert dan sering mengikuti suasana hatinya. Orang seperti ini sering merasa benar
lantaran selalu memikirkan matang-matang apapun yang akan dinyatakan.
4. Berdarah dingin adalah orang yang paling pendiam dibandingkan ketiga jenis
temperamen lain. Meski kelihatannya tenang, sebenarnya orang seperti ini kerap
merasakan khawatir atau cemas didalam hatinya manakala berkomunikasi dengan
orang lain.
Adapun aspek-aspek yang berpengaruh pada perilaku berbicara, diantaranya :
a) Episode. Satu episode merupakan kebiasaan berkomunikasi yang memiliki batasan-
batasan dan aturan-aturan, yang merupakan satu permainan bahasa yang berulang-
ulang dilakukan.
b) Relasi. Relasi diantara orang-orang yang terlibat percakapan menunjukan bagaimana
mestinya pembicara ditafsirkan.
c) Diri. Dalam berbicara diri itu akan tampil dan orang bisa saja menulis ulang naskah
kehidupan pribadinya.
d) Kultur. Dalam dan melalui kultur kita memiliki jaring-jaring makna dan nilai
bersama, yang tak bisa ditafsirkan dengan baik oleh orang yang berasal dari kultur
yang berbeda.
Keterampilan Menyimak
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang menyimak ini, ada baiknya kita
merumuskan dulu apa yang dimaksud dengan menyimak (llistening). Kita harus
membedakan menyimak atau mendengarkan dengan mendengar. Mendengar hanya
menangkap suara yang masuk ke dalam gendang telinga. Kita mendengar berbagai bunyi-
bunyian ketika kita masuk ke mal atau pasar malam. Tapi, kita tidak mendengarkan bunyi-
bunyian tersebut karena mendengarkan atau menyimak lebih dari sekedar menangkap suara
dengan gendang telinga tetapi juga memperhatikan dengan penuh konsentrasi, menganalisis,
mencerna dan merangkai makna bunyi-bunyian yang membentuk makna tersebut. Dengan
demikian, menyimak berarti bukan hanya proses fisik yang melibatkan gendang telinga
melainkan melibatkan segenap diri kita yang membuat kita konsentrasi,menganalisis,
mencerna, merangkai makna dan menyimpulkan apa yang dikatakan orang lain.
Menurut Steil et. All. (1993) menjelaskan proses menyimak melalui 5 kegiatan yang
saling berhubungan, diantaranya :
1. Mendengar secara indrawi, yakni secara fisik menanggap suara yang dinyatakan
orang lain.
2. Menafsirkan, yakni menyandi-balik (decoding) dan menyerap apa yang kita dengar.
3. Mengevaluasi, yakni terbentuknya pendapat dan pandangan kita atas pesan yang kita
dengar.
4. Mengingat, yakni menyimpan pesan tersebut sebagai rujukan yang nantinya akan kita
pergunakan dalam percakapan.
5. Menanggapi, yakni memahami dengan memberi tanggapan pada pembicara dalam
berbagai bentuknya.
Ada beberapa kemungkinan adanya gangguan terhadap proses kemampuan menyimak,
diantaranya:
a. Mendengar, gangguan dalam kemampuan mendengar secara indrawi adalah tuli atau
ada perusakan pada organ telinga. Ada juga gangguan seperti kebisingan sekitar,
keadaan lapar, melamun dan topik atau cara bicara pembicara yang tidak menarik.
b. Menafsirkan, gangguan seseorang dalam penafsiran biasanya orang yang
berkomunikasi dalam latar kultur yang berbeda.
c. Mengevaluasi, gangguan saat menafsirkan secara keliru apa yang dimaksudkan oleh
pembicara maka kemungkinan besar kitapun akan ikut keliru dalam melakukan
evaluasi yang diperlukan untuk membentuk mendapatkan pandangan kita.
d. Mengingat, gangguan saat kita mengingat sesuatu dengan berkonsentrasi yang secara
tidak maksimal.
e. Menanggapi, gangguan ini merupakan akibat dari gangguan-gangguan sebelumnya.
Kegagalan atau kekeliruan kita menanggapi bisa jadi karena kita tidak mendengar
dengan baik apa yang dinyatakan orang lain, bisa juga karena kita salah
memperhatikan.
Adapun jenis-jenis dalam menyimak, diantaranya :
Menyimak isi, yang bertujuan memahami dan memperoleh informasi dari pembicara.
Menyimak kritis, yang bertujuan untuk mengevaluasi pesan atau informasi yang
disampaikan.
Menyimak empatik yang bertujuan untuk memahami perasaan, kebutuhan dan
keinginan dengan niat untuk membantu pembicara.
Menyimak aktif, yang bertujuan untuk mengapresiasi pandangan orang lain, meski
pandangannya itu bisa saja tidak kita setujui.
Keterampillan Membaca
Membaca merupakan kegiatan komunikasi manusia yang cukup penting. Setelah
peradaban manusia mengenai huruf untuk menyampaikan pikiran, perasaan atau pendapat
maka membaca merupakan kemampuan dasar yang mesti dimiliki manusia. Adanya program
pemberantasan buta huruf di berbagai negara di dunia ditunjukkan pentingnya kemampuan
membaca untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. oleh karena berbagai kegiatan
manusia kini tidak bisa dilepaskan dari membaca ini. Termasuk, ketika kita ingin
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan maka membaca merupakan salah satu
sarananya.
Membaca bukan hanya dilakukan pada taraf komunikasi massa, seperti membaca
koran dan majalah atau running text di layar televisi tetapi juga dalam taraf komunikasi
antarpribadi seperti membaca surat dan SMS. Kita hidup pada zaman di mana banyak
komunikasi antarpribadi dilakukan melalui membaca. Orang yang buta aksara tentu tidak
akan mampu saling berkirim SMS atau chatting. Hal tersebut menunjukkan betapa membaca
pun merupakan bagian penting dari komunikasi antarpribadi sekarang ini.
Menurut Harris (1990:23) menjelaskan langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan membaca, yaitu dengan langkah SQ3R, diantaranya :
1. Survei (Survey), langkah untuk memperoleh ide-ide pokok dalam bacaan itu lalu
menemukan bagian-bagian dari ide tersebut yang kita ingin kaji secara lebih
terperinci.
2. Tanya (Quesetion), langkah ini kita bisa bertanya dengan mengacu pada maksud dan
tujuan tulisan.
3. Baca (Read), langkah ini kita berusaha menangkap pesan yang disampaikan secara
tertulis.
4. Ingat (Recall), langkah ini adalah pesan inti yang kita ingat dan beri perhatian khusus.
Apabila perlu bisa dibuat catatan khusus, apa inti pesannya atau pikiran utama yang
hendak disampaikan melalui komunikasi tertulis itu.
5. Ulas (Review), langkah ini kita mengulas kembali apa yang baru kita baca.
Keterampilan Menulis
Sebagai pasangan keterampilan membaca tentulah keterampilan menulis. Kita
membaca karena ada yang menulis dan begitu juga sebaliknya kita menulis karena ada yang
akan membaca. siapa yang membaca akan menentukan bagaimana kita menulis. Apabila kita
melakukan komunikasi interpribadi maka kita menulisnya terkadang dengan menggunakan
sandi-sandi tertentu sehingga makna tulisan itu hanya diri kita sendirilah yang memahaminya.
Apabila komunikasinya antarpribadi dan bersifat “rahasia” sering kali digunakan kata-kata
tertentu yang maknanya hanya bisa dipahami oleh orang yang terlibat dalam komunikasi
antarpribadi itu.
Menyampaikan pikiran atau perasaan secara tertulis dalam komunikasi antarpribadi
seperti diuraikan saat kita membahas keterampilan membaca tadi, sudah merupakan tuntutan.
Mobilitas sosial yang tinggi dan tersedianya teknologi komunikasi memungkinkan
komunikasi antarpribadi dilakukan dengan menggunakan pesan tertulis. Kini manusia dengan
mudah bergerak dari satu tempat ke tempat lain di dunia ini dan adanya handphone membuat
orang mudah berkomunikasi, termasuk komunikasi antarpribadi, dengan saling berkirim SMS
misalnya.
Salah satu hal yang perlu kita pertimbangkan dengan baik saat menulis adalah siapa
yang akan membacanya. Ini bisa kita ibaratkan dengan kita berbicara. Pada saat kita
berbicara pada anak kecil, kita hendak mencadel-cadelkan diri. Cara berbicara seperti itu
tentu saja tidak kita lakukan saat kita berbicara dengan orang tua atay seorang remaja.
Artinya, komunikasi yang kita lakukan akan bergantung pada siapa lawan komunikasi kita.
Prinsip ini juga digunakan dalam komunikasi tertulis.