komunikasi antara terapis dengan pasien dalam...

72
i LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan berkalu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, November 2008 Ika Puspita Sari

Upload: nguyendat

Post on 06-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan berkalu di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, November 2008

Ika Puspita Sari

Page 2: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

ii

ABSTRAK

Ika Puspita Sari

Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam Pelayanan Terapi

Konseling di Klinik Bengkel Rohani Ciputat.

Klinik Bengkel Rohani Ciputat merupakan klinik terapi syari’ah dan

penyembuhan penyakit secara Islami. Dalam pelayanannya Klinik Bengkel

Rohani Ciputat mempunyai tahapan-tahapan dalam melakukan terapinya.

Salah satunya adalah terapi konseling. Konseling ditujukan untuk

mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pasien terkena penyakit. Dan

unsur yang paling penting dalam hubungan antara terapis dengan pasien

pada saat konseling adalah komunikasi.

Komunikasi merupakan unsur yang paling penting dalam konseling,

terapis tidak hanya dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan

intelektual dan profesional, tetapi juga memiliki kemampuan dan keterampilan berkomunikasi.

Berdasarkan alasan di ataslah Penulis mencoba meneliti dan mengangkat judul “komunikasi antara terapis dengan pasien dalam

pelayanan terapi konseling di Klinik Bengkel Rohani Ciputat”, dengan rumusan masalah yang ingin diteliti ialah bagaimanakah komunikasi yang

terjadi antara terapis dengan pasien dalam pelayanan terapi konseling di Klinik Bengkel Rohani Ciputat?

Dari hasil penelitian yang Penulis lakukan, dalam pelayanan terapi konseling di Klinik Bengkel Rohani Ciputat, komunikasi yang digunakan

terapis kepada pasien ialah dengan menggunakan bentuk komunikasi

antarpribadi, menggunakan teknik komunikasi persuasif untuk mendukung

tercapainya tujuan dari konseling tersebut yakni, perubahan sikap, pendapat

dan tingkah laku pasien, serta menggunakan model komunikasi Wilbur

Schramm yakni adanya kesamaan bidang pengalaman terapis dan pasien

dalam berkomunikasi.

Penelitian ini mengambil sumber langsung dari Klinik Bengkel

Rohani Ciputat dengan wawancara beberapa terapis konseling di antaranya,

ustadz Abu Aqila, ustadz Abu Syihan dan ustadz Mahfudi. Kemudian

Penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa pasien di antaranya

ibu Lulu Zubaedah, Ny. Sunarti. Selain sumber primer, Penulis juga menggunakan sumber-sumber sekunder di antaranya, melalui buku-buku,

internet, dan brosur Klinik Bengkel Rohani.

Page 3: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

iii

KATA PENGANTAR

Tidak ada kata yang pantas untuk memulai pengantar ini selain puji

serta syukur Penulis kepada Allah SWT. Yang telah memberikan berbagai

nikmat dan kekuatan, sehingga Penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi

ini. Meskipun, banyak kendala-kendala di tengah jalan yang kadang menjadi

beban pikiran dan penghambat proses terselesaikannya skripsi ini. Tetapi

semua itu Penulis jadikan sebagai pembelajaran dan pengalaman yang

sangat berharga.

Shalawat dan salam tak lupa Penulis panjatkan kepada suri tauladan

umat manusia sedunia, yaitu Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.,

keluarganya, sahabat-sahabatnya dan semua para pengikutnya. Yang telah

memperjuangkan Islam, sehingga kita dapat meneruskan ajarannya dan

hidup dalam bimbingan warisannya, yaitu al-Qur’an dan Hadist.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya banyak sekali bantuan

yang penulis dapatkan dari berbagai pihak. Baik itu dukungan materil,

maupun non materil. Untuk itu, sudah sepantasnya Penulis mengucapkan

terima kasih tak terhingga kepada beliau semua atas bantuannya. Terutama

kepada:

1. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Mayadih dan

Ibu Masronih yang telah memberikan penuh kasih sayang dan

cinta yang tak pernah pudar kepada Penulis. Orang yang sangat

berarti dalam hidupku, yang telah menanamkan banyak ilmu dan

menjadi teman setia untuk berkeluh kesah. Sebuah persembahan

kecil ini dan prestasi yang didapat, Penulis persembahkan

kepada mereka berdua. Teruntuk ibuku tercinta, terima kasih

“mah” atas segala masukan, nasihat, saran serta do’a yang tiada

henti selama ini. Semoga Allah selalu menyayangi mereka

berdua, Amin.

Page 4: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

iv

2. Bapak Dr. Murodi, M.A. Dekan fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Arif Subhan, M.A. selaku Pudek I, Drs.

Mahmud Jalal, M.A. selaku Pudek II, dan Drs. Study Rizal LK,

M.A. selaku Pudek III.

4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A. ketua Jurusan

KPI. Ibu Umi Musyarafah, M.A., sekretaris Jurusan KPI, yang

telah banyak membantu, meluangkan waktunya dan memberikan

motivasi kepada Penulis.

5. Bapak Dr. Daud Effendi AM. Tiada kata yang pantas

terucap selain terima kasih yang mendalam atas kesediaannya

untuk meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau guna

memberi masukan, diskusi dan membimbing Penulis untuk

dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh pihak Klinik Bengkel Rohani Ciputat, yang

telah membantu Penulis guna mendapatkan data. Khususnya

untuk Ust. Abu Aqila selaku Pimpinan Klinik Bengkel Rohani,

Ust. Abu Syihan serta Ust. Mahfudi atas waktu dan

kesediaannya untuk diwawancarai. Penulis hanya bisa

mengucapkan Terima Kasih banyak. Semoga Allah selalu

merahmati dan membalas kebaikannya, Amin.

7. Terima kasih yang tak terhingga untuk seluruh

jajaran Fakutas Dakwah dan Komunikasi, para dosen yang telah

mengajarkan Penulis ilmu dan yang sangat berharga, mudah-

mudahan bermanfaat, Amin. Semoga Allah membalas jasa

Bapak dan Ibu dengan ganjaran yang baik.

8. Untuk seluruh teman-teman KPI angkatan 2004,

mulai dari A-E juga teman-teman ku di fakutas Dakwah dan

Komunikasi. Khususnya KPI B, thanks a lot for being my

friends.

9. Teruntuk sahabat-sahabat ku tercinta, Restifa, Yayu,

Eza, Mika, Kesi and Kiky. Mudah-mudahan Allah selalu

memudahkan langkah kita bersama menuju kesuksesan, Amin.

“thanks for all beautiful moments, keep in touch ... love U all”

Page 5: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

v

10. Dan tak lupa teruntuk adik ku, Yoga (Moga kita bisa

jadi kebanggaan Mamah dan Bapak ya de’), serta kepada

saudara-saudara ku di rumah, khususnya untuk cing Ia & Lilah.

Terima kasih ya atas semangat, dukungan dan doa’nya, semoga

kebaikan kalian semua dibalas oleh Allah SWT. Dengan balasan

yang setimpal, Amin.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT. jualah penulis kembalikan,

semoga semua yang telah diberikan kepada Penulis akan menjadi amal yang

terhapus selama-lamanya. Tiada yang lebih berarti selain harapan, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya. Setidaknya dapat menjadi sumbangan untuk menambah

kepustakaan yang ada. Amin ya Allah ya Robbal ‘alamin.

Wassalam.

Jakarta, November 2008

Penulis.

Page 6: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................. i

ABSTRAK ........................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 4

D. Metodologi Penelitian ...................................................... 5

E. Tinjauan Kepustakaan ...................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ...................................................... 10

BAB II. LANDASAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Komunikasi ............................................ 12

1. Definisi Komunikasi .................................................. 12

2. Unsur-unsur Komunikasi ........................................... 14

3. Teknik-teknik Komunikasi ......................................... 18

4. Model-model Komunikasi .......................................... 19

5. Bentuk-bentuk Komunikasi ........................................ 24

B. Ruang Lingkup Terapi ..................................................... 31

1. Pengertian Terapi dan Terapis ...................................... 31

2. Model-model Terapi ..................................................... 31

C. Ruang Lingkup Konseling ............................................... 32

1. Pengertian Konseling ................................................. 32

2. Tujuan Konseling ....................................................... 34

Page 7: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

vii

3. Metode dan Teknik Konseling ................................... 36

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

Konseling .................................................................. 37

BAB III. GAMBARAN UMUM KLINIK BENGKEL ROHANI

CIPUTAT

A. Sejarah Berdiri ................................................................. 38

B. Visi dan Misi ................................................................... 41

C. Sarana dan Prasarana ....................................................... 41

D. Struktur Organisasi .......................................................... 42

E. Pelayanan Medis dan Terapi ............................................ 44

BAB IV. ANALISIS HASIL TEMUAN LAPANGAN.

A. Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam

Pelayanan Terapi Konseling di Klinik Bengkel Rohani

Ciputat ............................................................................. 50

1. Bentuk Komunikasi Terapis kepada pasien ............... 51

2. Teknik Komunikasi Persuasif ..................................... 55

3. Penerapan Model Komunikasi Wibur Schramm ......... 56

4. Hubungan Terapis dengan Pasien ............................... 60

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelayanan Terapi

konseling di Klinik Bengkel Rohani Ciputat .................... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. .................................................................................... Kesi

mpulan ............................................................................. 64

B...................................................................................... Sara

n ...................................................................................... 65

Page 8: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

viii

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 9: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

ix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk

sosial. Manusia senantiasa ingin membangun relasi dan komunikasi.

Dengan demikian manusia dapat mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan

ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Oleh sebab itu manusia

bisa melihat kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang ada

dalam dirinya.

Kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai

pesan, sebagai pengaruh, atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam

psikoterapi.1

Jika komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang

dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu

yang didefinisikan sebagai proses, berarti unsur-unsur yang ada di dalamnya

bergerak aktif, dinamis dan tidak statis.

Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah

berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari

masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan banyak

dampak yang merugikan bagi orang tersebut.

Menurut Ruesch yang dikutip Drs. Jalaluddin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi, akhir-akhir ini dunia psikoterapi atau teknik

penyembuhan jiwa, mengenal metode baru: komunikasi terapeutik

(therapeutic communication). Dengan metode ini, seorang terapis

mengarahkan komunikasi begitu rupa sehingga pasien dihadapkan pada situasi dan pertukaran pesan yang dapat menimbulkan hubungan sosial yang

bermanfaat. Komunikasi terapeutik memandang gangguan jiwa bersumber pada gangguan komunikasi, pada ketidakmampuan pasien untuk

1 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),

cet. ke-21, h. 4.

1

Page 10: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

x

mengungkapkan dirinya. Pendeknya, meluruskan jiwa orang diperoleh

dengan meluruskan caranya berkomunikasi.2

Sementara itu salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar

baik fisik maupun psikis adalah kebutuhan akan kesehatan. Kesehatan

memang sudah menjadi kebutuhan manusia yang paling penting untuk

berbagai tujuan. Dengan kesehatan manusia dapat melakukan aktifitas

sehari-hari tanpa adanya hambatan-hambatan.

“Klinik sebagai wadah sosial yang hidup dalam bentuk organisasi

merupakan wadah untuk masyarakat, tempat hidup dan berkembang dengan

hubungannya yang bersifat timbal balik. Artinya bahwa antara klinik dan

masyarakat terdapat hubungan yang tidak terpisahkan, keduanya terdapat

hubungan saling memberi dan menerima.”3

Dengan maraknya pengobatan alternatif yang tidak sesuai dengan

syariat Islam dan banyak dilakukan paranormal dan dukun, serta adanya

keinginan masyarakat mendapatkan terapi dan penyembuhan penyakit

secara Islami itulah, Ustadz Abu Aqila lalu membuat klinik syari’ah yang

diberi nama Bengkel Rohani.4

Klinik Bengkel Rohani merupakan tempat yang didatangi oleh

mereka yang mengalami penyakit baik fisik maupun psikis, yakni dengan

terapi secara bertahap. Dalam pelayanan terapinya, para terapis

menggunakan pendekatan secara Islami sehingga nilai-nilai Islam dan

tujuan dakwah tetap melekat di dalamnya.

Unsur yang paling penting dalam hubungan antara terapis dengan

pasien adalah tentunya komunikasi. Komunikasi sendiri merupakan

2 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 5.

3 Erik P. Eckholm, Masalah Kesehatan (Lingkungan sebagai Sumber Penyakit), (Jakarta:

Gramedia, 1981), h. 3. 4 Wawancara Pribadi dengan Abu Aqila, Tangerang 07 Oktober 2008.

Page 11: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xi

kebutuhan dasar manusia untuk bersosialisasi dengan manusia lainnya.

Dengan komunikasi manusia menyampaikan perasaan, pikiran, pendapat,

sikap dan informasi kepada sesamanya secara timbal balik.

Jadi yang dilakukan oleh seorang terapis ketika memberikan

pengobatan kepada pasiennya di samping melalui diagnosa obat, ia juga

dituntut berkomunikasi kepada pasien dengan memberikan nasehat serta

memberikan pengarahan kepada pasiennya untuk menjalani hidup sehat dan

mengamalkan ajaran agama untuk lebih dekat kepada Allah. Karena dengan

jalan inilah jiwa pasien akan tertanam perasaan aman, damai dan tentram.

Hal inilah yang dilakukan di Klinik Bengkel Rohani Ciputat dalam

pelayanan terapi konselingnya. Terapis menggunakan bahasa dan

komunikasi yang baik ketika berhadapan dengan pasien, sehingga pasien

merasa benar-benar dibantu dalam permasalahannya. Dan karena inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Klinik Bengkel Rohani

Ciputat, dengan judul “Komunikasi Antara Terapis Dengan Pasien

dalam Pelayanan Terapi Konseling di Klinik Bengkel Rohani Ciputat.”

Pembatasan & Perumusan Masalah.

Terdapat 5 tahapan terapi di Klinik Bengkel Rohani Ciputat, yaitu

Konseling, Ruqyah, Pijat Refleksi dan pemberian obat Guna memudahkan

penulis dalam pengerjaan penelitian ini, maka masalah yang akan diteliti

dibatasi pada terapi Konseling.

Untuk memperjelas masalah yang akan di bahas maka penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah komunikasi antara terapis

dengan pasien dalam pelayanan terapi konseling di Klinik Bengkel Rohani

Ciputat?”.

Tujuan & Manfaat Penelitian

Atas dasar perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

yakni: Mengetahui pola komunikasi antara terapis dengan pasien dalam

pelayanan terapi konseling di Klinik Bengkel Rohani Ciputat.

Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah:

Manfaat Teoritis

Page 12: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xii

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi serta

dapat memberikan kontribusi dalam usaha mengembangkan ilmu komunikasi terutama pada aspek pola komunikasi.

Manfaat Praktis

Dengan penelitian ini maka akan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu komunikasi fokusnya

dalam penggunaan pola komunikasi di suatu lembaga kesehatan yang menyediakan jasa pelayanan terapi.

Metodologi Penelitian

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dengan

pendekatan deskriptif analisis. “Penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dengan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”5 Sedangkan

metode deskriptif analisis yaitu suatu cara melaporkan data dengan

menerangkan, memberi gambaran dan mengkualifikasikan serta

menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya, setelah itu baru

disimpulkan.

i. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitan ini adalah Klinik Bengkel Rohani Ciputat.

Adapun objek penelitiannya adalah Komunikasi antara Terapis dengan

Pasien dalam Pelayanan Terapi Konseling.

Teknik Pengumpulan Data

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data melalui metode tanya

jawab berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan langsung

kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam hal ini yang

menjadi sumber wawancara meliputi 3 terapis konseling, 2 pasien

yang diperoleh melalui data base Klinik Bengkel Rohani dengan

5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), cet. 23, h.4.

Page 13: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xiii

intensitas kunjungan mereka, serta dengan pengurus di Klinik

Bengkel Rohani Ciputat.

Dokumentasi yaitu “Cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan transkip, buku-buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda, dsb.”6 Untuk dokumentasi penulis

mencari data tentang ruang lingkup komunikasi, pengertian terapi

dan terapis, konseling dan ruang lingkupnya, penulis banyak

mendapatkannya dari buku-buku yang menjadi sumber utama,

kemudian internet sebagai media penunjang dan catatan-catatan

yang tentunya penulis dapatkan langsung dari Klinik Bengkel

Rohani Ciputat.

Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh penulis.

Untuk itu pengumpulan data primer ini dilakukan penulis dengan

wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan variabel

penelitian yaitu, 3 orang terapis, 2 pasien dan pengurus Klinik

Bengkel Rohani Ciputat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang penulis peroleh dari buku-buku,

internet, brosur Klinik Bengkel Rohani serta dari informasi-

informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.

6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.

Rineke Cipta, 1996), h. 236.

Page 14: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xiv

ii. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.

Bogdan menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan diinformasikan kepada orang

lain. “Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.”7

Alasan peneliti memilih teknik analisis data secara kualitatif adalah

demi memudahkan dalam proses penelitian. Data-data yang akan bisa

diperoleh dari pelaksaan penelitian adalah data tulisan dan lisan, bukan

nominal atau yang menunjukkan angka-angka. Kelebihan analisis data

kualitatif adalah analisis datanya sudah bisa dimulai sejak awal dengan

menginterpretasi datanya untuk bisa memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi.

Teknik Penulisan

Teknik Penulisan dalam skripsi ini berpedoman kepada buku

”Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)”, yang

diterbitkan oleh CEQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Tinjauan Kepustakaan

Tinjauan kepustakaan ini adalah melihat dari skripsi orang-orang

(peneliti) terdahulu. Judul dan Pembahasan hal yang sama atau hampir sama

dengan judul yang akan penulis bahas. Misalkan:

1. Yunani, Pelaksanaan Terapi Islam terhadap Pasien Depresi di

Bengkel Rohani Ciputat, (Skripsi: UIN Jakarta, 2005). Pembatasan Masalah

yang diteliti yaitu “pelaksanaan terapi Islam terhadap pasien depresi di

Bengkel Rohani Ciputat”, sedangkan perumusan masalahnya adalah

7 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 88.

Page 15: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xv

“bagaimanakah pelaksanaan terapi Islam terhadap pasien depresi di Bengkel

Rohani Ciputat”. Kesimpulan dari penelitian ini ialah “pelaksanaan terapi

Islam terhadap pasien depresi di Bengkel Rohani Ciputat terdiri dari 4

tahapan yaitu: (1) Konseling, (2) Pijat refleksi, (3) Bekam dan (4)

Pemberian Obat. Dalam penelitian ini dijelaskan bagaimana tata cara ke-4

terapi tersebut dalam menangani pasien depresi”.

Dari skripsi di atas, persamaan antara penulis dengan peneliti

sebelumnya terletak dari lembaga yang diteliti, sama-sama di Bengkel

Rohani Ciputat. Namun terletak beberapa perbedaan diantaranya, fokus dan

perumusan masalah serta sampel pasien. Kalau dalam penelitian

sebelumnya hanya mengambil sampel pasien depresi, dalam penelitian ini

penulis tidak spesifik pada pasien depresi akan tetapi dengan sampel pasien-

pasien yang datang untuk berobat dan terapi, kemudian diambil 3 orang

pasien dengan intensitas kunjungannya ke Klinik Bengkel Rohani Ciputat.

2. Bani Sadr, Pola Komunikasi Dokter terhadap Pasien dalam Proses

penyembuhan di Klinik Yasmin Medika Ciputat, (Skripsi: UIN, 2007).

Pembatasan masalah yang diteliti meliputi “aspek komunikator, komunikan,

pesan, media, efek (hasil) dan umpan balik.”

Sementara yang menjadi perumusan masalahnya adalah: (1)

Bagaimana tingkat analisis dalam melakukan prediksi antara dokter dan

pasien? (2) Bagaimana pola cost and reward antara dokter dan pasien? (3)

Bagaimana proses pola perkembangan hubungan antara dokter dan pasien

dalam proses penyembuhan?.”

Page 16: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xvi

Dari tinjauan skripsi yang ke-2 ini antara penelitian yang penulis

lakukan dengan peneliti sebelumnya jelas berbeda terutama untuk fokus dan

perumusan masalah serta lembaga yang diteliti. Namun ada beberapa hal

yang Penulis dapatkan dari skripsi Bani Sadr tersebut, salah satunya yang

menjelaskan hubungan antara dokter dan pasien. Kalau dalam penelitian

sebelumnya menjelaskan hubungan antara dokter dan pasien dalam proses

penyembuhan, dalam skripsi ini Penulis menjelaskan hubungan antara

terapis dan pasien dalam proses wawancara pengobatan (konseling).

Maksud penulis mencantumkan tinjauan pustaka ini adalah agar dapat

diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan peneliti

dari skripsi-skripsi terdahulu dan dapat membandingkannya guna dalam

penelitian ini.

Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan susunan penyusunan skripsi ini maka dibuatlah

sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab tersebut

memilki beberapa sub-sub, yaitu:

Bab I. Pendahuluan

Pendahuluan terdiri dari, Latar Belakang Masalah, Pembatasan

Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Metodologi penelitian, Tinjauan Kepustakaan dan Sistematika

Penulisan.

Bab II. Landasan Teoritis

Ruang Lingkup Kajian meliputi, Ruang Lingkup Komunikasi,

Pengertian Komunikasi, Unsur-unsur Komunikasi, Teknik-teknik

Komunikasi, Model-model Komunikasi, Bentuk-bentuk Komunikasi,

Ruang Lingkup Terapi, Pengertian Terapi dan Terapis, Jenis-jenis

Page 17: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xvii

Terapi, Ruang Lingkup Konseling, Pengertian Konseling, Tujuan

Konseling, Metode dan Teknik Konseling.

Bab III. Gambaran Umum

Dalam bab ini menggambarkan, Sejarah Berdirinya Klinik Bengkel

Rohani Ciputat, Visi dan Misi Klinik Bengkel Rohani Ciputat, Sarana

dan Prasarana Klinik Bengkel Rohani Ciputat, Struktur Organisasi

Klinik Bengkel Rohani Ciputat, Pelayanan Medis dan Terapi Klinik

Bengkel Rohani Ciputat.

Bab IV. Analisis Hasil Temuan Lapangan

Bab ini berisi, Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam Terapi

Konseling, Bentuk Komunikasi antara Terapis dengan pasien,

Penerapan Model Komunikasi Wibur Schramm, Teknik Komunikasi

Persuasif, Hubungan Terapis dengan Pasien Saat Konseling, Faktor

Pendukung dan Penghambat Pelayanan Terapi konseling di Klinik

Bengkel Rohani Ciputat. Bab V. Kesimpulan dan Saran.

Pada Bab ini penulis menyimpulkan seluruh data yang diperoleh dari

penelitian dan menyampaikan saran berdasarkan atas proses dan hasil

penelitian. Dan pada bagian akhir terdapat juga daftar pustaka serta

lampiran-lampiran.

Page 18: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xviii

ACBAB 11

LANDASAN TEORITIS

Ruang Lingkup Komunikasi

Istilah komunikasi kian hari kian populer. Begitu populernya sampai

muncul berbagai macam pengertian dan istilah dalam komunikasi. Salah

satu persoalan dalam memberi pengertian atau definisi komunikasi adalah

banyaknya definisi yang telah dibuat oleh para pakar menurut bidang

ilmunya masing-masing.

Sama halnya dalam mendefinisikan komunikasi, penggunaan istilah-

istilah komunikasi di kalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya.

Penggunaan istilah-istilah tersebut di dasarkan pula atas sudut pandang

masing-masing pakar menurut pengalaman dan bidang studinya.

Definisi Komunikasi

Salah satu persoalan dalam memberi pengertian atau definisi tentang

komunikasi yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh para pakar

menurut bidang ilmunya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya disiplin ilmu

yang telah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi,

misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, dsb. Jadi, pengetian komunikasi

tidak sesederhana yang kita ketahui, sebab para pakar memberi definisi

menurut perspektif dan pemahamannya.

Untuk itu di dalam skripsi ini penulis mencoba memberikan

beberapa definisi komunikasi menurut para pakar sesuai dengan bidang

ilmunya masing-masing.

Pengertian Komunikasi secara etimologi menurut Onong Uchjana

Effendi bahwa istilah “komunikasi” berasal dari perkataan Inggris

communication yang berasal dari bahasa latin communicatio yang berarti 12

Page 19: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xix

“pemberitahuan” atau “pertukaran pikiran”. Makna hakiki dari

communicatio ini ialah communis yang berarti “sama” atau “kesamaan

arti”.8

Sedangkan secara terminologi “komunikasi” berarti proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain, dimana

komunikasi melibatkan sejumlah orang, dan seseorang menyatakan sesuatu

kepada orang lain.9

Menurut Harold D. Lasswell seorang Profesor di Universitas Yale

Amerika Serikat yang dikutip oleh Djamalul Abidin dalam buku

Komunikasi dan Bahasa Dakwah, merumuskan bahwa “komunikasi itu

merupakan jawaban terhadap who says what to whom in which channel to

whom with what effect (siapa berkata apa dalam media apa kepada siapa

dengan dampak apa).”10

Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi

(sharing process), Schramm menguraikannya demikian: “Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum

(common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita

sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonness) dengan

seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap.11

Dari uraian Schramm itu dapat disimpulkan bahwa sebuah

komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan

kebersamaan (commonness), kesepahaman antara sumber (source) dengan

penerima (audience-receiver) nya. Sebuah komunikasi akan benar-benar

8 Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar Maju, 1992), cet. Ke-

1, h. 4. 9 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),

cet. Ke-4, h. 4. 10

Djamalul Abidin Ass., Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press,

1996), h. 16-17). 11

Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006),

h. 4-5.

Page 20: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xx

efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis

sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai.

Secara ringkas komunikasi melibatkan komunikator sebagai

penyampai pesan dan komunikan sebagai penerimanya, kemudian

dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan media dan umpan balik.

Dan perbedaan unsur-unsur yang ada tergantung pada pola komunikasi yang

digunakan.

Dari beberapa pengertian di atas penulis mencoba menyimpulkan

bahwa pada intinya pola komunikasi itu merupakan gabungan dari dua kata

yakni antara pola dan komunikasi, sehingga dapat diartikan sebagai sebuah

bentuk penyampaian suatu pesan yang disampaikan oleh seorang

komunikator kepada komunikan, dan pesan yang disampaikan itu diterima

dan dipahami oleh komunikan sesuai dengan yang diharapkan komunikator.

Unsur – unsur Komunikasi

Komunikator

Komunikator sebagai unsur yang sangat menentukan proses

komunikasi harus punya persyaratan dan menguasai bentuk, model

dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktor-faktor

tersebut akan dapat menimbulkan kepercayaan dan daya tarik

komunikan kepada komunikator.

Komunikator berfungsi sebagai encoder, yakni sebagai orang

yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan

kepada orang lain, orang yang menerima pesan ini adalah

Page 21: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxi

komunikan yang berfungsi sebagai decoder, yakni menerjemahkan

lambang-lambang pesan konteks pengertiannya sendiri.12

Syarat-syarat yang diperlukan oleh komunikator, diantaranya:

1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya.

2) Kemampuan berkomunikasi 3) Mempunyai pengetahuan yang luas

4) Sikap

5) Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk

melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada

diri komunikan.13

Pesan

Adapun yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi

adalah suatu informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima.

“Pesan ini dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan verbal

dapat secara tertulis seperti: surat, buku, majalah, memo, sedangkan

pesan yang secara lisan dapat berupa percakapan tatap muka,

percakapan melalui telepon, radio dsb. Pesan non verbal dapat

berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka dan nada suara.”14

Ada beberapa bentuk pesan, diantaranya:

1) Informatif, yakni memberikan keterangan-keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.

2) Persuasif, yakni dengan bujukan untuk membangkitkan

pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita

sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap

sehingga ada perubahan, namun perubahan ini adalah

kehendak sendiri.

3) Koersif, yakni dengan menggunakan sanki-sanki. Bentuknya

terkenal dengan agitasi, yakni dengan penekanan-penekanan

yang menimbulkan tekanan batin di antara sesamanya dan

pada kalangan publik.15

12

Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), cet. Ke-1,

h. 59. 13

Ibid., h. 59. 14

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 17-18. 15

H.A.W. Widjaya, komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),

cet. Ke-3, h. 14.

Page 22: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxii

Adapun pesan yang dianggap berhasil disampaikan oleh

komunikator harus memenuhi beberapa syarat berikut ini:

a) Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik sesuai

dengan kebutuhan kita. b) Pesan dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti

kedua belah pihak. c) Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima

serta menimbulkan kepuasan.16

Media

Media yaitu sarana atau alat yang digunakan oleh komunikator

untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan. Atau

sarana yang digunakan untuk memberikan feedback dari komunikan

kepada komunikator. “Media sendiri merupakan bentuk jamak dari

kata medium, yang artinya perantara, penyampai atau penyalur.”17

Media merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan

pesan dari sumber (komunikator) kepada penerima (komunikan).

Dalam komunikasi media digunakan sesuai dengan komunikasi

yang akan digunakan seperti, komunikasi antarpribadi biasanya

menggunakan pancaindra sebagai medianya. Sementara untuk

komunikasi massa menggunakan media elektronik dan cetak,

mengingat sifatnya yang terbuka, di mana setiap orang dapat

melihat, membaca dan mendengarnya.

Penerima

“Penerima adalah orang yang menjadi sasaran kegiatan

komunikasi. Penerima pesan bisa bertindak sebagai pribadi atau

16

H.A.W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineke Cipta, 2000), cet.

Ke-2, h. 102-103. 17

Endang Lestari dan Maliki, Komunikasi Yang Efektif : Bahan Ajar Diktat Prajabatan

Golongan III, (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2003), cet. Ke-2, h. 8.

Page 23: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxiii

orang banyak.”18

Penerima biasa disebut dengan berbagai macam

istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa

Inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi

telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena

adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber.

Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi,

karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu

pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai

macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada

sumber, pesan atau saluran.19

Efek

Pengaruh merupakan dampak atau hasil sebagai pengaruh dari

pesan yang disampaikan komunikator. Komunikasi dapat dikatakan

berhasil apabila sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan

apa yang diharapkan komunikator.

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang

dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan

sesudah menerima pesan. “Pengaruh ini bisa terjadi pada

pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu,

pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan

pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat

penerimaan pesan.”20

18

YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Gramedia, 1998), h. 71. 19

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008),

h. 26. 20 Ibid., h. 27.

Page 24: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxiv

Hal yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya

agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan

efek atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak yang

ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu:

1) Dampak Kognitif, adalah yang timbul pada komunikan yang

menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat

intelektualitasnya.

2) Dampak Afektif, lebih tinggi kadarnya dari pada dampak

kognitif. Tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya

komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan

perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih,

gembira, marah dan sebagainya.

3) Dampak Behavioral, yang paling tinggi kadarnya, yakni

dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku,

tindakan atau kegiatan.21

Teknik Komunikasi

Dalam buku H.A.W Widjaja dengan judul Ilmu Komunikasi

Pengantar Studi disebutkan empat teknik dalam komunikasi, yaitu:

a. Komunikasi Informatif. Yaitu memberikan keterangan-keterangan (fakta-fakta) kemudian komunikan mengambil

kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu

pesan informasi justru lebih berhasil dari pada persuasif,

misalnya jika audiensi adalah kalangan cendikiawan.

b. Komunikasi Persuasif. Yaitu berisikan bujukan, yakni

membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa

yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi

perubahan ini adalah atas kehendak sendiri (bukan

dipaksakan). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran

sendiri.

c. Komunikasi Instruktif/Koersif. Yaitu penyampaian pesan

yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi

apabila tidak terlaksanakan. Bentuk yang terkenal dari

penyampaian model ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di

kalangan publik (khalayak). Koersif dapat berbentuk perintah-perintah, instruksi, dan sebagainya.

d. Hubungan Manusiawi. Yaitu bila ditinjau dari ilmu komunikasi hubungan manusiawi itu termasuk ke dalam

komunikasi antarpesona (Interpersonal Communication) sebab

21 Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 7.

Page 25: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxv

berlangsung pada umumnya antara dua orang secara dialogis.

Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena bersifat action oriented, mengandung kegiatan untuk

mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. 22

Model-model Komunikasi

“Yang dimaksud dengan model komunikasi adalah gambaran yang

sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu

komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Penyajian komponen

dalam model bagian ini dimaksudkan untuk mempermudah memahami

proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu

komunikasi.”23

a. Model Harold D. Lasswell (Formula Lasswell)

Sumber : Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h.40.

Model komunikasi Lasswell berupa ungkapan verbal,

“Who

Says What

In Wich Channel

To Whom

With What Effect?” 24

Lasswell mengakui bahwa tidak semua komunikasi bersifat

dua arah, dengan suatu aliran yang lancar dan umpan balik yang

terjadi antara pengirim dan penerima. Dalam masyarakat yang

kompleks, banyak informasi disaring oleh pengendali pesan, yang

22

Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 32. 23

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 5 24

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), cet. ke-10, h. 146.

Page 26: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxvi

menerima informasi dan menyampaikannya kepada pihak publik

dengan beberapa perubahan atau penyimpangan.

Model Lasswell sering diterapkan dalam komunikasi massa.

Model tersebut mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran dapat membawa pesan. Unsur sumber (who) merangsang pertanyaan

mengenai pengendalian pesan, sedangkan unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran komunikasi (in which

channel) dikaji dalam analisis media. Unsur penerima (to whom)

dikaitkan dengan analisis khalayak, sementara unsur pengaruh (with

what effect) jelas berhubungan dengan studi mengenai akibat yang

ditimbulkan pesan komunikasi massa pada khalayak pembaca,

pendengar atau pemirsa.25

b. Model Claude E. Shannon dan Warren Weaver

Sumber : Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 41

Pada gambar di atas, menunjukkan proses komunikasi dimulai

dari sumber yang menciptakan pesan, kemudian ditransmit melalui

saluran kawat atau gelombang udara. Pesan ditangkap oleh pesawat

penerima yang merekonstruksi kembali sinyal itu sampai kepada

tujuannya (destination). Tujuan di sini adalah penerima yang

menjadi sasaran pesan.

Dalam proses komunikasi yang digambarkan Shannon, salah

satu unsur yang cukup penting ialah gangguan (noise). Gangguan di

sini menunjukkan adanya rintangan yang terjadi pada saluran,

sehingga menghasilkan pesan yang berbeda seperti yang ditransmit

25 Ibid., h. 147-148.

Page 27: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxvii

oleh sumber. Misalnya suara gesekan di radio atau terlalu banyak

bunyi yang berdering di telepon sehingga pendengar menerima

pesan yang tidak sempurna.

Gangguan-gangguan seperti ini dapat menyebabkan kegagalan

komunikasi. Oleh karena itu, Shannon dan Weafer menyarankan,

bahwa untuk berhasilnya proses komunikasi yang sempurna,

sebaiknya semua gangguan diatasi lebih dulu sebelum proses

komunikasi berlangsung.

c. Model Wilbur Schramm

Sumber : Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h. 152

“Dalam model ini Schramm memperkenalkan gagasan bahwa

kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang di

komunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh

sumber dan sasaran.”26 Menurut Schramm bidang pengalaman (field

of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi.

Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang

pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar.

Sebaliknya, bila pengalaman komunikan tidak sama dengan

pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti

satu sama lain.

26

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2001), h. 13.

Page 28: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxviii

Menurut Wilbur Schramm, komunikasi senantiasa

membutuhkan setidaknya tiga unsur yakni sumber (source), pesan (message) dan sasaran (destination). Schramm berpendapat,

meskipun dalam komunikasi lewat radio/telepon encoder dapat berupa mikrofon dan decoder adalah ear phone, dalam komunikasi

manusia sumber dan encoder adalah satu orang. Sedangkan decoder dan sasaran adalah sorang lainnya, dan sinyalnya adalah bahasa

untuk menuntaskan suatu tindakan komunikasi (communication

action), suatu pesan harus disandi balik.27

Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik

pesan, berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing.

Bila kedua lingkaran memiliki wilayah bersama yang besar, maka

komunikasi mudah dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut,

semakin miriplah bidang pengalaman (field of experience) yang

dimiliki kedua belah pihak yang berkomunikasi. Bila kedua

lingkaran itu tidak bertemu, artinya bila tidak ada pengalaman

bersama maka komunikasi tidak mungkin berlangsung. Bila wilayah

yang berimpit itu kecil artinya bila pengalaman sumber dan

pengalaman sasaran sangat jauh berbeda maka sangat sulit untuk

menyampaikan makna dari seseorang kepada orang lainnya.

d. Model D. Lawrence Kincaid dan Everett M. Rogers

27 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h. 152.

Page 29: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxix

Sumber : Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 46

Model komunikasi yang terlihat pada gambar di atas mencerminkan sifat memusat yang terjadi dari pertukaran informasi

yang melingkar. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa proses komunikasi dimulai “dan kemudian ...” yang mengingatkan kepada

kita bahwa sesuatu telah terjadi sebelum kita mulai mengamati suatu kejadian.28

Pelaku A mungkin saja mempertimbangkan kejadian ini atau

sebaliknya sebelum ia melakukan komunikasi (1.1) dengan B.

Informasi yang diciptakan dan dikirim oleh A tadi, kemudian

dipersepsi oleh B. Reaksi B terhadap informasi itu dilanjutkan (1.2)

sebagai informasi baru kepada A, lalu dikirim lagi (1.3) kepada B

dengan topik yang sama. B yang menerima informasi ini, kemudian

melanjutkan (1.4) sampai keduanya mencapai kesamaan pengertian

terhadap objek yang dibicarakan itu.

Dalam proses komunikasi yang memusat, setiap pelaku

berusaha menafsirkan dan memahami informasi yang diterimanya

dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian pelaku komunikasi dapat

memberi reaksi atau menyampaikan hasil pikirannya dengan baik

kepada orang lain. Oleh karena itu, dalam model ini tidak ditemukan

28 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 48.

Page 30: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxx

arah panah yang menunjukkan unit informasi yang berdiri sendiri

dari mana dan ke arah mana, melainkan informasi itu dibagi oleh

para pelaku komunikasi sampai diperoleh kepuasan atas pengertian

bersama terhadap sesuatu persoalan.

Bentuk-bentuk Komunikasi

Seperti halnya definisi komunikasi, klasifikasi bentuk komunikasi di

kalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya. Klasifikasi itu

didasarkan atas sudut pandang masing-masing pakar menurut pengalaman

dan bidang studinya.

Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan

Praktek, menggolongkan komunikasi dalam empat bentuk, yaitu : personal,

kelompok, massa dan komunikasi medio.29

Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc. dalam buku Pengantar Ilmu

komunikasi, menyebutkan komunikasi dibagi atas empat macam tipe atau

bentuk, yakni komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi,

komunikasi publik dan komunikasi massa.30

Memerhatikan pandangan para pakar di atas, bentuk komunikasi

yang akan penulis bahas dalam skripsi ini ialah merujuk pada pendapatnya

H. Hafied Cangara, bentuk komunikasi terdiri atas empat macam yaitu:

komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi, komunikasi publik

dan komunikasi massa.

Komunikasi Dengan Diri Sendiri

(Intrapersonal Communication)

Komunikasi dengan diri sendiri (Intrapersonal

Communication) menurut Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya

29

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 7. 30 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 30.

Page 31: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxxi

Psikologi Komunikasi, komunikasi intrapersonal meliputi sensasi,

persepsi, memori, dan berpikir.31 Sensasi adalah proses menangkap

stimuli. Persepsi ialah proses memberi makna pada sensasi sehingga

manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi

mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses

menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah

mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi

kebutuhan atau memberikan respons.

“Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi

yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses

berkomunikasi dengan diri sendiri. Terjadinya proses komunikasi di

sini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu

objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya.”32

Objek yang diamati mengalami proses perkembangan dalam

pikiran manusia setelah mendapat rangsangan dari pancaindra yang

dimilikinya. Hasil kerja dari proses pikiran tadi setelah dievaluasi

pada gilirannya akan memberi pengaruh pada pengetahuan, sikap,

dan perilaku seseorang.

Dalam proses pengambilan keputusan misalnya, sering kali

seseorang dihadapkan pada pilihan “Ya” atau “Tidak”. Keadaan

semacam ini membawa seseorang pada situasi berkomunikasi

dengan dirinya sendiri, terutama dalam mempertimbangkan untung

ruginya suatu keputusan yang akan diambil. Cara seperti ini hanya

31

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 49. 32 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 30.

Page 32: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxxii

bisa dilakukan dengan metode komunikasi intrapersonal atau

komunikasi dengan diri sendiri.

Komunikasi Antarpribadi

(Interpersonal Communication)

Komunikasi antarpribadi ialah interaksi tatap muka antar dua

atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan

secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan

menanggapi secara langsung pula.33

“Menurut Onong Uchjana Effendi, komunikasi antarpribadi

(Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara

komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini

dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau

perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan.”34

Asumsi dasar komunikasi antarpribadi adalah bahwa setiap

orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi tentang efek atau

perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima

pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator

reaksi komunikan menyenangkan atau positif, maka ini merupakan

suatu pertanda bagi komunikator bahwa komunikasinya berhasil.

“Menurut Gerald R. Miller dan Mark Steinberg, ada tiga tingkatan

analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi, yaitu tingkat

kultural, tingkat sosiologis, dan tingkat psikologis.”35

33

Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 85. 34

Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 8. 35

M. Budyatna dan Nina Mutmainnah, Komunikasi Antar Pribadi, (Jakarta: Universitas

Terbuka, 2004), h. 1-4.

Page 33: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxxiii

Evert M. Rogers menyebutkan beberapa ciri komunikasi

antarpribadi yaitu:

1. Arus pesan cenderung dua arah

2. Konteks komunikasi adalah tatap muka 3. tingkat umpan balik yang tinggi

4. Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas (terutama “selective expossure”) sangat tinggi

5. Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat

lamban

6. Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap. 36

Pentingnya komunikasi antarpribadi bagi terapis pada saat

konseling ialah karena ia dapat mengetahui diri komunikan

selengkap-lengkapnya. Terapis dapat mengetahui nama pasien,

pekerjaannya, pendidikannya, penyakit yang dikeluhkan, penyebab

penyakit tersebut, dsb., yang penting agar bisa mengubah sikap,

pendapat atau perilaku pasien. Dengan demikian terapis dapat

mengarahkan pasien ke suatu tujuan sebagaimana ia inginkan.

Komunikasi Publik

(Public Communication)

Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato,

komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking dan

komunikasi khalayak (audience communication).37 Komunikasi

publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan

disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan

khalayak yang lebih besar.

Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung

secara kontinu. Dapat diidentifikasi siapa yang berbicara (sumber)

36

Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), cet.ke-

2, h. 13. 37 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 34 -35.

Page 34: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxxiv

dan siapa pendengarnya. Interaksi antara sumber dan penerima

sangat terbatas, sehingga tanggapan balik juga terbatas. Hal ini

disebabkan karena waktu yang digunakan sangat terbatas, dan

jumlah khalayak relatif besar. Sumber sering kali tidak dapat

mengidentifikasi satu per satu pendengarnya.

“Ciri lain yang dimiliki komunikasi publik bahwa pesan yang

disampaikan itu tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi

terencana dan dipersiapkan lebih awal. Tipe komunikasi publik

biasanya ditemui dalam berbagai aktivitas seperti kuliah umum,

khotbah, rapat akbar, pengarahan, ceramah dan semacamnya.”38

Komunikasi Massa

(Mass Communication)

Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada

massa atau komunikasi yang menggunakan media massa, misalnya

pers, radio, film dan televisi. “Komunikasi massa juga disebut

sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya

dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya

massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis.”39

Zulkarimein Nasution dalam bukunya yang berjudul Sosiologi

Komunikasi Massa mengatakan bahwa komunikasi massa adalah

proses penyampaian pesan atau informasi yang ditujukan kepada

khalayak massa dengan karakteristik tertentu, sedangkan media

38

Ibid., h. 35. 39 Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 35.

Page 35: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxxv

massa hanya sebagai salah satu komponen atau sarana yang

memungkinkan berlangsungnya proses yang dimaksud.40

Menurut Wilbur Schramm seperti yang dikutip oleh Wiryanto

dalam bukunya Teori Komunikasi Massa, menyatakan bahwa

komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter dan

encoder.41

Komunikasi massa sangat efisien, karena dapat menjangkau

daerah yang luas dan audiens yang praktis tidak terbatas, namun

komunikasi massa kurang efektif dalam pembentukan sifat personal.

Hal ini dikarenakan umpan balik (feedback) dalam komunikasi

massa yang sifatnya tertunda.

Komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang

disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciri-cinya yaitu:

Komunikasi massa berlangsung satu arah

komunikator pada komunikasi massa melembaga pesan pada komunikasi massa bersifat umum

media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.”42

Terapi dan Ruang Lingkupnya.

1. Pengertian Terapi dan Terapis.

Dalam Kamus Lengkap Psikologi, terapi atau dalam bahasa Inggris

disebut dengan therapy adalah satu perlakuan atau pengobatan yang

ditujukan kepada penyembuhan satu kondisi patologis. Sedangkan

40

Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka,

1993), h.5. 41

Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT Grasindo, 2000), h. 10. 42 Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 22.

Page 36: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxxvi

seseorang yang dilatih dalam pengobatan penyakit dan gangguan kejiwaan

disebut dengan terapis atau dalam bahasa Inggris disebut dengan therapist.43

M.A. Subandi mengemukakan bahwa, “terapi merupakan proses

formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu adalah profesional

penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang yang ditolong),

dengan catatan bahwa interaksi itu menuju pada perubahan/penyembuhan.

Perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, pikir, perilaku dan kebiasaan

yang ditimbulkan dengan adanya tindakan profesional penolong (terapis)

dengan latar ilmu perilaku dan teknik-teknik usaha yang

dikembangkannya.44

2. Model-model Terapi

Dr. Muhammad Solihin di dalam bukunya Terapi Sufistik,

menyebutkan ada 6 model terapi yaitu:45

a. Terapi Client Centered. Terapi jenis ini menaruh kepercayaan

dan meminta tanggung jawab yang lebih besar kepada klien dalam menanggulangi masalah-masalahnya.

b. Terapi Realitas. Yaitu terapi jangka pendek yang berfokus

pada saat sekarang, menekankan kekuatan pribadi dan pada

dasarnya merupakan jalan agar para klien dapat belajar

bertingkah laku yang lebih realistik sehingga dapat mencapai

keberhasilan.

c. Terapi Relaksasi. Terapi jenis ini diberikan kepada orang

yang mudah disugesti. Terapi model ini umumnya dilakukan

oleh seorang terapis yang ahli dalam bidang hipnotis. Dengan

terapi sugesti ini klien diarahkan untuk dapat melakukan

relaksasi.

d. Terapi Perilaku. Yaitu terapi yang bermaksud agar klien

berubah baik sikap maupun perilakunya terhadap objek atau

situasi yang menakutkan. Secara bertahap, klien dilatih dan dibimbing menghadapi berbagai objek atau situasi yang

menimbulkan panik atau phobik. Pelatihan ini dilakukan berulang-ulang sampai pada akhirnya klien dapat

melakukannya tanpa bantuan dari orang lain. Sudah tentu

43

J.P Chaplin, penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Rajawali

Press, 1981), cet. Ke-1, h. 198. 44

M.A. Subandi, Psikoterapi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet.ke-1, h. 9. 45 M. Solihin, Terapi Sufistik, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2004), cet. Ke-1, h. 85.

Page 37: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxxvii

latihan perilaku ini didahului dengan pemberian psioterapi

untuk memperkuat kepercayaan diri. e. Terapi Keagamaan. Terapi keagamaan adalah terapi yang

dilakukan dengan menggunakan pendekatan keagamaan seperti menggunakan ayat-ayat suci al-Qur’an, hadits Nabi dan

pemikiran-pemikiran keislaman yang secara implisit mengandung terapi. Adapula yang menggunakan dzikir dan

do’a-do’a tertentu yang pada intinya memohon kepada Allah agar diberi ketenangan hati. Dengan terapi jenis ini diharapkan

seseorang dapat terbebas dari rasa cemas, tegang, depresi dan

lain-lain.

f. Terapi Holistik. Terapi holistik adalah terapi yang mencakup

keseluruhan aspek manusia, dalam artian bahwa terapi

dilakukan tidak hanya melalui obat-obatan semata, atau hanya

ditujukan pada aspek-aspek kejiwaan akan tetapi mencakup

aspek-aspek lain seperti organobilogy, psikologi, psikososial,

psikoritual dan lain sebagainya, sehingga klien dapat diobati

secara menyeluruh. Pada intinya terapi holistik ini adalah

bentuk terapi yang memandang keseluruhan aspek pada klien.

Konseling dan Ruang Lingkupnya

Pengertian Konseling

Secara etimologis istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu

“consillium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan

“menerima” atau “memahami”. Kata ini berarti perundingan, pertimbangan

atau musyawarah.46

Selanjutnya konseling didefinisikan sebagai pemberian bantuan

yang bersifat permissif (memberi kelonggaran), personalisasi dan

individualisasi dalam upaya mengembangkan skill untuk mengembangkan

atau meraih kembali pemahaman dan pengarahan terhadap dirinya sendiri

yang menerangi kehidupan sosialnya.47

Counseling, berbeda dengan membimbing atau memberi nasehat,

yang banyak digunakan dalam counseling adalah wawancara untuk

46

Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineke Cipta, 1994), h. 99. 47

M. Arifin, Teori-teori Konseling Agama dan Umum, (Jakarta: PT. Golden Terayan Press,

1996), h. 96.

Page 38: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxxviii

mendapatkan sesuatu yang diharapkan dan diinginkan dari yang

diwawancarai (klien), sehingga counseling di sini dapat disebut terjadinya

komunikasi antarpribadi. (relationship).48

Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan

melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu

yang mengalami sesuatu masalah (klien), yang bermuara pada teratasinya

masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank

Parsons di tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier. Selanjutnya juga

diadopsi oleh Carl Rogers yang kemudian mengembangkan pendekatan

terapi yang berpusat pada klien (client centered).49

Ada pula yang mengatakan konseling ialah proses pemberian

informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan

ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan

pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali

kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan

keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut.50

Tujuan Konseling

Adapun beberapa statemen tujuan konseling yang sering dipakai

oleh beberapa pakar, dikemukakan oleh Shertzer dan Stone, yang disadur

singkat dalam: Perubahan tingkah laku (behavioral change), kesehatan

mental positif (positive mental health), pemecahan masalah (problem

resolution), keefektifan pribadi (personal efectiveness), dan pembuatan

48

Abu Bakar Baraja, Psikologi Konseling dan Teknik Konseling, (Jakarta: Studia Press, 2006), cet. Ke-2, h. 1. 49

http://www.wikipedia.co.id, artikel diakses pada 07 Oktober 2008. 50

Saifuddin, “pengertian konseling,” artikel diakses pada 07 Oktober 2008 dari

http://www.google.com.

Page 39: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xxxix

keputusan (decision making).51

Penyajian berikut ini dimulai dengan yang

berkecenderungan afektif, lalu yang lebih kognitif, dan terakhir yang

behavioristik.

a. Kesehatan Mental Positif

Konselor yang berkecondongan afektif menyatakan bahwa

pemeliharaan atau mendapatkan mental sehat merupakan tujuan

konseling. Jika mental sehat dicapai maka individu memiliki

integrasi, penyesuaian dan identifikasi positif terhadap orang lain.

Di sini individu belajar menerima tanggung jawab, jadi mandiri, dan

mencapai integrasi tingkah laku.

b. Keefektifan Pribadi

Tujuan konseling yang erat hubungannya dengan kesehatan

mental, berorientasi afektif, dan agak condong ke orientasi kognitif

adalah “keefektifan pribadi”. “Pengertian pribadi efektif menurut

Blocher, yang diadaptasikan di sini, adalah:

1) Pribadi yang tampak menyelaraskan diri dengan cita-cita,

memanfaatkan waktu dan tenaga dan bersedia mengambil

tanggung jawab ekonomi, psikologis, dan fisik.

2) Orang yang punya pribadi demikian tampak mempunyai

kemampuan (kompetensi) mengenal, merumuskan dan

memecahkan masalah-masalah.

3) Orang demikian itu tampak relatif ajeg (konsisten) dalam

menjalani situasi khusus peranannya.

4) Orang demikian itu menampak dapat berpikir lain dan asli,

yaitu secara kreatif.

5) Orang demikian itu mampu mengontrol dorongan-

dorongan (impuls) dan melakukan respons yang tepat terhadap frustasi, permusuhan dan pertentangan.” 52

c. Pembuatan Keputusan

51

Andi Mappiare, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2006), h.46. 52 Ibid., h. 48.

Page 40: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xl

Para konselor yang condong pada orientasi kognitif, sedikit

masih ada unsur afektifnya, menyatakan tujuan konseling sebagai

pembuatan keputusan mengenai hal-hal genting bagi seseorang

konseli. Dalam hal ini, konselor tidaklah menetapkan keputusan-

keputusan yang akan dibuat konseli, ataupun memilihkan cara

alternatif bagi tindakan konseli. Konseli harus tahu mengapa dan

bagaimana ia membuat keputusan.

Dengan demikian, di sini konseling membantu individu

mengkaji apa yang perlu dipilih, belajar membuat alternatif-

alternatif pilihan, dan selanjutnya menentukan pilihan sehingga pada

masa depan ia dapat mendiri membuat keputusan.

d. Perubahan Tingkah Laku

Inilah pernyataan tujuan konseling yang paling banyak dipakai

orang akhir-akhir ini. Para pakar konseling ada yang memadukan

antara tujuan-tujuan berkenaan dengan perubahan struktur pribadi

sampai pada perubahan perilaku tampak, ada yang ketat terpaku

hanya pada perubahan perilaku tampak saja.

Seperti yang diungkapkan oleh Shertzer dan Stone53

menyatakan bahwa perubahan tingkah laku sebagai suatu tujuan

konseling mungkin terbatas khusus seperti perubahan respon khusus

terhadap frustasi ataupun perubahan-perubahan sikap terhadap orang

lain atau terhadap diri sendiri.

53 Ibid., h. 50.

Page 41: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xli

Metode dan Teknik Konseling

Metode lazim diartikan dengan cara untuk mendekati masalah

sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan

penerapan metode tersebut dalam praktek.54

Lebih lanjut Aunur Rahim Faqih mengemukakan bahwa ada dua

metode konseling dan tekniknya, yaitu:55

a. Metode Langsung

1) Individual, yaitu pembimbing melakukan komunikasi

langsung secara individual dengan pihak yang

dibimbingnya. Tekniknya dengan percakapan pribadi,

home visit (kunjungan ke rumah) serta kunjungan dan

observasi kerja.

2) Kelompok, yaitu melakukan komunikasi langsung dengan

klien dalam kelompok. Tekniknya dengan diskusi

kelompok, karyawisata, sosiodrama dan group teaching.

b. Metode Tidak Langsung

1) Individual, yaitu melakukan komunikasi secara individual

melalui media massa. Tekniknya dengan surat menyurat,

telepon, dan lain-lain.

2) Kelompok, yaitu melakukan komunikasi secara kelompok

melalui media massa. Tekniknya dengan papan

bimbingan, surat kabar/majalah, brosur, radio dan televisi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Konseling

a. Faktor Individual

54

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,

2001), h. 53. 55 Ibid., h. 54-55.

Page 42: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xlii

Orientasi cultural (keterikatan budaya) merupakan faktor

individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi.

Orientasi ini merupakan gabungan dari:

1) Faktor Fisik

Kepekaan panca indera pasien yang diberi konseling

akan sangat mempengaruhi kemampuan dalam

menangkap informasi yang disampaikan konselor.

2) Sudut Pandang

Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai hasil olah

pikirannya terhadap budaya dan pendidikan akan

mempengaruhi pemahamannya tentang materi yang

dikonselingkan.

3) Kondisi Sosial

Status sosial dan keadaan disekitar pasien akan

memberikan pengaruh dalam memahami materi.

4) Bahasa

Kesamaan bahasa yang digunakan dalam proses

konseling juga akan mempengaruhi pemahaman pasien.

b. Faktor Situasional

Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi

percakapan kesehatan antara konselor dan klien akan berbeda

dengan situasi percakapan antara polisi dengan pelanggar lalu lintas.

1) Kompetensi dalam melakukan percakapan

Page 43: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xliii

Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku

kompeten dari kedua pihak. Keadaan yang dapat

menyebabkan putusnya komunikasi adalah:

a) Kegagalan menyampaikan informasi penting.

b) Perpindahan topik bicara yang tidak lancar.

c) Salah pengertian.56

56 http://www.wikipedia.co.id, artikel diakses pada 07 Oktober 2008.

Page 44: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xliv

BAB III

GAMBARAN UMUM

KLINIK BENGKEL ROHANI CIPUTAT

A. Sejarah Berdiri.

Kata “bengkel” berarti setiap pasien yang datang ke Bengkel Rohani

perlu disehatkan. Mungkin ada “onderdil”-nya yang sudah mulai usang atau

keropos, dan lain-lain. Pada prinsipnya semua manusia rawan terkena

penyakit, dan bila seseorang sudah terkena penyakit harus segera disehatkan

kembali melalui satu institusi penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan

bernama Bengkel Rohani.57

Kata “rohani” berarti dalam proses penyembuhan atau penyehatan,

maka rohani atau jiwanya yang terlebih dahulu harus ditangani karena di

antara bagian-bagian tubuh lainnya ia paling berpengaruh.58 Mulai dari

keyakinan dan tawakal orang yang bersangkutan kepada Allah Swt. saat

menghadapi penyakit, penyadaran kebiasaan hidup sehat yang islami,

keyakinan memilih cara pengobatan yang syar’i (sesuai syariat Islam), dan

sebagainya. Setelah itu, barulah ditangani kesehatan fisik atau medisnya

untuk disembuhkan atau disehatkan.

Bengkel Rohani merupakan sebuah Islamic Health Maintenance

Organization (Organisasi Perawatan Kesehatan secara Islami) yang

melakukan pelayanan terapi kesehatan secara menyeluruh, baik jasmani

maupun rohani. “Maraknya pengobatan-pengobatan alternatif yang

notabennya banyak dilakukan paranormal, serta adanya keinginan

57

http://www.bengkelrohani.com., artikel diakses pada 12 Juni 2008. 58 Ibid.

38

Page 45: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xlv

masyarakat mendapatkan terapi secara islami merupakan jawaban atas

berdirinya Klinik Bengkel Rohani ini.”59

Klinik Syari’ah Bengkel Rohani adalah pelopor/pioneer di dalam

pengobatan ala Nabi yang sudah berpengalaman sejak bertahun-tahun. Berawal dari pengalaman spiritual pendiri klinik ini yaitu Ustadz Abu Aqila

maka begitu banyak pasien-pasien yang datang yang bisa diobati dan alhamdulillah mendapatkan kesembuhan dari Allah SWT., bukan saja

penyakit-penyakit fisik tapi juga non fisik.60

Seperti yang telah disebutkan di atas, sejarah berdirinya Bengkel

Rohani tidak bisa dipisahkan dari pendirinya yaitu Ustadz Abu Aqila.

Diawali dengan meninggalnya istri pertama beliau yang wafat pada tahun

1998 diakibatkan sihir setan dari golongan jin (sihir al-hasadi) setelah

sebelumnya diperiksakan penyakit aneh tersebut ke RSCM dan hasilnya

negatif.

“Sebelum meninggalnya sang istri tercinta, beliau sempat bertemu

dengan KH. Kasman Sudja’i (alm.), tabib yang khusus menangani secara

islami orang yang terkena gangguan jin. Setelah ditangani oleh kiai tersebut,

gangguan jin di tubuh istri beliau dapat disembuhkan. Namun karena

fisiknya sudah terlanjur lemah, akhirnya ia wafat.”61

Dari peristiwa tersebut, Abu Aqila bertekad mendalami masalah terapi

gangguan jin. Motivasinya, agar kejadian yang menimpa istrinya

tidak terulang pada orang lain. Minimal dapat memberikan

pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat tentang pelayanan

kesehatan yang islami.

Ustadz Abu Aqila lalu mengembangkan ilmu tersebut untuk

kepentingan pengobatan yang sesuai syariat Islam. Beliau juga melengkapi

pengetahuan pengobatannya dengan mempelajari ilmu bekam (al-hijamah),

59

Wawancara Pribadi dengan Abu Aqila, Tangerang 07 Oktober 2008. 60

Brosur Klinik Bengkel Rohani. 61 http://www.bengkelrohani.com., artikel diakses pada 12 Juni 2008.

Page 46: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xlvi

ilmu herbal, ilmu sistem aliran darah dan syaraf tubuh manusia. Ditambah

lagi dengan pengetahuan medis dan pengetahuan agama yang beliau

dapatkan dari Pondok Modern Gontor Darussalam.

Bengkel Rohani yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 2A, Ciputat

Tangerang ini didirikan oleh Ustadz Abu Aqila pada 6 Juli 2003

yang melayani pengobatan dan terapi kesehatan yang menyeluruh

secara islami, baik jasmani maupun rohani. Dan sampai saat ini

Bengkel Rohani sudah mempunyai 2 tempat praktik yakni di Bekasi

dan Ciputat.

Secara umum perkembangan Bengkel Rohani dan perkembangan

pasiennya telah meningkat pesat mulai dari awal pendiriannya. Tentunya

semua ini hanya dengan izin Allah Swt.. Di masa mendatang kami masih

menggagas rencana-rencana besar ke depan, seperti perluasan cabang-

cabang baru, peningkatan kualitas pelayanan, produk-produk obat baru,

buku baru, pelatihan, dan lain-lain. Hal ini sesuai keinginan dan kebutuhan

masyarakat untuk mendapatkan solusi pemeliharaan kesehatan dan

penyembuhan penyakit yang menyeluruh dan islami secara murah dan

mudah dijangkau.

B. Visi dan Misi.

1. Visi

Visi dari Bengkel Rohani ini adalah Sehat Jasmani dan Sehat

Rohani. Menurut Bengkel Rohani ini keseimbangan antara keduanya

itu sangatlah penting.

2. Misi

Page 47: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xlvii

Menjadi Sarana Pencerahan Spiritual dengan memberikan

pemahaman Islam dan alam gaib secara syamil dan terapi

penyembuhan penyakit yang syar’i sesuai dengan al-Qur’an dan

Sunnah.

3. Tujuan Berdirinya

Tujuan didirikannya Bengkel Rohani ini tentunya tidak terlepas dari

visi misinya. Tujuannya yaitu untuk memberikan suatu solusi penyembuhan

baik jasmani dan rohani secara Islami serta meluruskan pemahaman

masyarakat tentang penyembuhan yang Islami.

C. Sarana dan Prasarana.

Bengkel Rohani telah memfasilitasi kegiatan terapinya dengan

sarana dan prasarana sebagai berikut:

1. Satu ruang konsultasi dan terapi pasien

2. Satu ruang reflekxiologi pasien dan jasa psikiater

3. Dua ruang bekam (pengeluaran darah kotor),

4. satu ruang khusus untuk pria dan satu ruang lagi khusus wanita

5. Satu ruang tunggu pasien

6. Satu ruang untuk receptionist, kasir dan rak display serta produk

Bengkel Rohani

7. Puluhan set alat bekam (Kop Bekam, alat sedot udara untuk Kop

Bekam)

8. Consumable Material yang tersedia cukup memadai untuk kegiatan

bekam (silet yang selalu baru, jarum bekam, tissue, kapas, alchhol

40%, betadine)

9. Satu perangkat alat-alat untuk mencuci kop-kop bekam yang kotor

setelah terkena darah

Page 48: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xlviii

10. Satu alat sterilisasi alat-alat bekam dengan system ozonisasi (O3)

dan pemanasan (uap panas)

11. Tiga ruang wc yang ada di setiap lantai (lantai 1, 2 dan 3)

12. Empat unit perangkat komputer untuk kegiatan kasir administrasi

dan keuangan, kesekretariatan

13. Satu ruang shalat

14. Satu halaman parkir.

D. Struktur Organisasi.

Struktur kepengurusan dalam sebuah organisasi sangat diperlukan

guna mengetahui kedudukan dari masing-masing anggota atau pegawai.

Berikut adalah struktur kepengurusan Bengkel Rohani Ciputat:

1. Penanggung jawab (Pimpinan) yaitu ustadz Abu Aqila. Selain

sebagai penganggung jawab, ustadz Abu Aqila juga berkedudukan

sebagai terapis, mengingat beliaulah yang mendirikan Klinik

Bengkel Rohani dan tentunya sudah ahli dalam bidangnya yakni

terapi itu sendiri.

2. Kepala Cabang yaitu Ustadz Mahfudi. Beliau juga bertugas sebagai

terapis di Klinik Bengkel Rohani Ciputat.

3. Staf. Di mana pada bagian ini mempunyai garis horizontal

(mempunyai kedudukan yang sama) antara satu dan yang lainnya,

yaitu:

Page 49: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

xlix

a. Terapis, yang mempunyai tugas melakukan konseling,

melakukan terapi pijatan di sekitar leher dan kaki pasien serta

menentukan titik-titik bekam.

b. Pembekam dan pemelihara alat medis, yang bertugas

membekam pasien pada titik-titik yang telah ditentukan oleh

penterapi. Ia juga bertugas mensterilkan peralatan bekam dan

pemeliharaan alatmedis lainnya.

c. Kasir, yang bertugas menerima pembayaran dari pasien-

pasien yang datang untuk melakukan terapi

d. Receptionist dan operator telepon, yang bertugas menerima

teleon yang masuk dan mendata pasien yang datang.

e. Office boy, yang bertugas membersihkan dan merawat sarana

Bengkel Rohani.

Umumnya karyawan Bengkel Rohani sebagian besar berasal dari

para alumni pelatihan SSQ ( Spiritual Science Quantum) yang telah

dilaksanakan di Bengkel Rohani Ciputat dari beberapa angkatan (saat ini

SSQ telah mencapai angkatan ke duabelas). Materi yang didapat dalam

pelatihan SSQ adalah ilmu-ilmu keislaman (aqidah, ibadah dan akhlak) dan

dakwah, psikologi pasien, dasar-dasar sistem aliran darah dan saraf tubuh

manusia, dan juga dasar-dasar patologi. Mereka juga telah diikutsertakan

sebagai peserta magang (sistem asistensi) selama kurang lebih dua bulan di

Bengkel Rohani Ciputat.62

62 Ibid.

Page 50: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

l

E. Pelayanan Medis dan Terapi.

Bengkel Rohani yang merupakan Organisasi Perawatan Kesehatan

secara Islami (Islamic Health Maintenance Organization) saat ini mampu

memberikan pelayanan dan produk-produk sebagai berikut:

a. Ruqyah Syari’ah/Terapi Gangguan Jin

Pengobatan dengan membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dan do’a dari

Nabi Saw, untuk mengobati gangguan kejiwaan/jin dan membantu

mempercepat kesembuhan penyakit fisik.

b. Al Hijamah/Bekam

Yaitu pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor/zat-

zatyang tidak berguna bagi tubuh, berguna untuk melenturkan

syaraf-syaraf yang tegang, melancarkan peredaran darah dan

menetralisir zat-zat yang tidak dibutuhkan dalam darah seperti

kolestrol, asam urat, diabetes dan penyakit kronis lainnya.

“Pengobatan yang terbaik dan paling utama adalah berbekam.”

(HR. Bukhari)

c. Refleksi & Akupressure

Tubuh kita ada suatu system yang disebut dengan system meridian

yaitu system yang mengatur lalu lintas energi vital di dalam tubuh,

saluran energi vital yang melintasi seluruh bagian tubuh tersebut

seperti jaringan laba-laba, membujur melintang dan menghubungkan

semua tubuh, titik-titik inilah yang ditekan agar darah yang

membeku diuraikan energi vital menjadi normal sehingga peredaran

darah menjadi lancar, badan menjadi segar kembali.

d. Sauna

Pola hidup yang tidak teratur dan pola makan yang tidak sehat dan

seimbang akan menimbulkan penimbunan kolesterol dan lemak di

Page 51: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

li

dalam tubuh. Sauna adalah inovasi baru yang disediakan di Klinik

Bengkel Rohani untuk lebih mendapatkan kenyamanan di dalam

pengobatan.

e. Herbal Medicine

Berdasarkan pengalaman pengobatan berabad-abad yang lalu yang

digali dari al-Qur’an dan Hadits, kemudian digabungkan dengan kekayaan

tumbuh-tumbuhan obat di dalam negeri dan secara modern dan higienes

serta teruji di laboratorium maka terciptalah herbal yang Insya Allah

berkhasiat dan mujarab.

f. Iridiologi

Adalah diagnosis penyakit melalui iris mata untuk mengetahui

penyakit apa yang di derita tanpa harus ke laboratorium.

g. Minilab

Kami juga melayani cek darah berupa: kolesterol, asam urat, gula darah dan trigliserida.

h. Konsultasi Keluarga

Bagi pasien yang sedang ada masalah keluarga, Klinik Bengkel Rohani juga melayani konsultasi keluarga untuk memberikan solusi

berbagai permasalahan yang dihadapi sesuai syari’at. i. Dokter/Psikiater

Bagi pasien yang memerlukan bantuan dokter/psikiater (pelayanan

kesehatan) obat konvensional, kami menyediakan pelayanan

konsultasi jasa dokter/psikiater. 63

Sementara untuk pelayanan terapi baik fisik maupun psikis, ada 5

tahapan terapi yang mesti dilalui diantaranya:

1) Konseling

Konseling merupakan tahapan terapi pertama seorang terapis

terhadap pasein, ini bertujuan untuk mendapatkan informasi

dari pasien mengenai penyakit yang dikeluhkan atau

63 Brosur Klinik Bengkel Rohani Ciputat.

Page 52: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lii

dirasakannya. Hal ini dilakukan dengan cara yang ramah

kepada pasien, agar si pasien mau menceritakan kepada terapis

mengenai faktor-faktor pribadinya, seperti nama, latar

belakang, kebiasaan hidup dan pola hidup sehat si pasien. Pada

tahap ini jelas keterbukaan dan komunikasi dari pasien sangat

dibutuhkan terapis

Konseling merupakan tahapan terapi yang paling penting

dilalui pasien. Seperti dikatakan oleh Ustadz Abu Aqila:

Konseling ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor apa

saja yang menyebabkan pasien terkena penyakit, jadi bukan

penyakitnya yang ditanyakan terlebih dahulu tetapi apa

penyebab penyakit tersebut. Sehingga pada saat konseling

itulah pasien dapat dideteksi penyakitnya. Setelah mengetahui

penyebabnya, kemudian pasien diberikan materi-materi seputar

aqidah dan motivasi. Barulah setelah proses konseling selesai pasien segera masuk ruang bekam dan melakukan terapi

berikutnya.64

2) Ruqyah

Pengobatan dengan membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dan

do’a dari Nabi Saw, untuk mengobati gangguan kejiwaan/jin

dan membantu mempercepat kesembuhan penyakit fisik.

Mengenai ruqyah ini, biasanya orang tidak yakin kalau

belum pernah coba. Misalnya ada orang mudah emosional,

senang berkhayal, bermaksiat, sering mual, dan secara medis

tidak diketahui penyakitnya. Orang tidak menyadari

bahwasannya di dalam tubuh orang tersebut ada jin, dan tidak

akan pernah tau dan sadar bahwa ada jin yang dianggap dirinya

sendiri sendiri sebelum diruqyah. Dan setelah diruqyah

biasanya mereka baru yakin.65

Dalam pengobatan ruqyah ini tidak selalu pasien yang datang kemudian diruqyah, ini biasanya dilakukan pada pasien-pasien yang lemah fisik dan terganggu rohaninya karena gangguan Jin.

3) Pijat Refleksi

64

Wawancara Pribadi dengan Abu Aqila. Tangerang, 07 Oktober 2008. 65 Ibid.

Page 53: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

liii

Tahapan Ketiga adalah pijat refleksi. Pertama kali daerah yang

dilakukan pijitan adalah di leher, karena di leher terdapat tiga

pembuluh darah yang sangat sensitif, yakni pembuluh darah

yang berhubungan dengan nafsufari, otak kecil dan otak besar,

yang kesemuanya mampu menghidupkan saraf nafsufari

(semangat, gairah, keinginan, dorongan hati dan kehendak),

potensi saraf telinga, hidung, mulut, mata, perasaan, daya

khayal dan pola pikir.

Pada saat inilah diketahuinya penyakit yang diderita si pasien. Bahkan penyakit apapun dapat dideteksi

dengan pembuluh darahnya. Sehingga jika terjadi penegangan pada pembuluh darahnya maka dapat

dilenturkan dengan pijat refleksi ini.

4) Bekam

teknik pengeluaran darah kotor yang menyumbat aliran darah

bersih dan simpul tenaga dalam tubuh sehingga menimbulkan

ketidaknyamanan dan penyakit serius lainnya. Dengan

pembekaman syaraf-syaraf yang tegang bisa dilenturkan,

peredaran darah yang tersumbat bisa dilancarkan dan zat-zat

yang dibutuhkan dalam darah bisa dinetralisasi tanpa

menurunkan daya tahan tubuh.

Pembekaman disesuaikan dengan penyakit yang dialami

atau dirasakan oleh pasien dan dilakukan kurang lebih 20

menit. Sebelum dan sesudah dibekam, kulit pasien dibersihkan

dengan antiseptik. Biasanya tanda merah setelah pembekaman

(bekas luka bekam) akan hilang dalam seminggu dan tidak

akan menimbulkan efek samping yang membahayakan tubuh.

Page 54: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

liv

5) Pemberian Obat

Setelah melalui keempat proses terapi di atas, pemberian obat

merupakan tahapan terapi yang terakhir. Terapis menentukan

obat-obatan yang perlu dikonsumsi oleh pasien, biasanya

madu, obat-obatan herbal yang dikemas dalam bentuk kapsul.66

Kelima layanan tersebut harus dilalui bagi mereka yang mengalami

permasalahan/penyakit fisik. Dan untuk penyakit psikis biasanya pasien

hanya datang dan melakukan terapi konseling saja, akan tetapi banyak

juga pasien-pasien yang mengeluh dan mengalami penyakit psikis

melakukan kelima tahapan terapi tersebut.

66 Wawancara pribadi dengan Abu Aqila, Tangerang, 07 Oktober 2008.

Page 55: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lv

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, Penulis memberikan

kesimpulan: Bentuk komunikasi yang digunakan terapis terhadap pasien di Klinik

Bengkel Rohani Ciputat dalam pelayanan terapi konseling adalah

komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), yakni komunikasi

diadik dan komunikasi kelompok kecil. Teknik komunikasi yang digunakan

ialah teknik persuasif, yang bertujuan pada perubahan sikap, pendapat dan

perilaku pasien setelah melakukan konseling.

Dalam penerapannya komunikasi antara terapis dengan pasien dalam

penelitian ini menggunakan model komunikasi Wilbur Schramm yang

menekankan kesamaan bidang pengalaman terapis dan pasienlah yang

sebenarnya dikomunikasikan melalui bahasa.

Faktor pendukung dalam pelayanan terapi konseling di Klinik

Bengkel Rohani Ciputat meliputi Sarana dan prasarana yang ada dan

memadai, sumber daya manusia yang ahli dan berpengalaman, respon dan

antusias yang baik dari masyarakat, adanya dorongan yang kuat dalam diri

pasien untuk berubah, serta partisipasi atau peran keluarga dan orang-orang

terdekat pasien sehingga pasien merasa mendapatkan dukungan. Sementara itu faktor penghambat dalam pelayanan terapi konseling ini ialah

faktor yang berasal dari dalam diri pasien itu sendiri seperti, hilangnya rasa percaya diri pasien akibat permasalahan yang

dihadapinya, ketidakpercayaan pasien terhadap terapis.

2. Saran

Dari kesimpulan di atas, Penulis mencoba memberikan saran sebagai

berikut:

1. Dalam pelayanan terapi konseling, komunikasi yang digunakan

terapis sudah baik, tetapi akan jauh lebih baik lagi jika terapis bisa

memaksimalkan komunikasi yang sudah digunakan tersebut 64

Page 56: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lvi

beserta dengan teknik-teknik dan bentuk-bentuk komunikasi yang

sesuai dengan ilmu komunikasi.

2. Segenap struktur yang terkait dalam pelayanan terapi yang ada di

Klinik Bengkel Rohani Ciputat khususnya dalam pelayanan terapi

konseling hendaknya meningkatkan dan mengembangkan

pemahaman dan pengalamannya, baik dari segi terapi dan

pengobatan maupun dari segi psikologi dan komunikasi.

3. Dalam proses pengembangan, Bengkel Rohani sebagai lembaga

kesehatan Islami bisa menggunakan media komunikasi baik cetak

maupun elektronik sebagai langkah untuk memperluas jaringan

yang sudah ada, serta bisa menjadi contoh bagi mereka yang ingin

mendirikan sebuah lembaga dakwah yang bergerak dalam bidang

kesehatan khususnya terapi Islami.

Pada akhirnya semua jalan yang ditempuh merupakan upaya

perubahan dan pengembangan. Namun sebaik dan sebagus apapun sebuah

rencana tanpa didukung dengan manajemen dan sumber daya manusia yang

baik, semua akan terasa sia-sia.

Page 57: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lvii

BAB IV

ANALISIS HASIL

TEMUAN LAPANGAN

Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam Pelayanan Terapi Konseling

di Klinik Bengkel Rohani Ciputat.

Komunikasi antara terapis dengan pasien dalam pelayanan terapi

konseling di Klinik Bengkel Rohani Ciputat bila dilihat dari unsur-unsur

komunikasi seperti komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek bisa

dijabarkan seperti berikut.

Komunikator dan komunikan dalam hal ini ialah terapis dan pasien.

Keduanya mempunyai posisi yang sama dalam proses komunikasi.

Karenanya tidak dapat dikatakan terapis sebagai komunikator dan pasien

sebagai komunikan, akan tetapi keduanya merupakan komunikator dan

komunikan, yang saling bertukar pengalaman dan bergantung satu sama

lain. Sehingga keduanya bertugas menyampaikan informasi dan menerima

informasi tersebut.

Sementara untuk pesan yang disampaikan yaitu, “seputar aqidah,

motivasi hidup dan juga tentunya memberikan alternatif-alternatif

pemecahan masalah yang dialami pasien. Pendekatan-pendekatan dan

motivasi yang dilakukan bersumber dan berpedoman pada kitab suci al-

Qur’an dan hadits Nabi.”67

Seperti yang diungkapkan Zakiah Daradjat

dalam bukunya Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, mengenai tiga

67 Wawancara pribadi dengan Abu Syihan, Tangerang, 10 Oktober 2008.

50

Page 58: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lviii

fungsi agama dalam kehidupan manusia yakni, memberikan bimbingan

hidup, menolong dalam menghadapi kesukaran dan menentramkan batin.68

Dikarenakan konseling merupakan bentuk komunikasi antarpribadi,

maka dalam prosesnya ia menggunakan pancaindera sebagai alat (media)

untuk berkomunikasi. Seperti, telinga (pendengaran), mata (penglihatan)

dan mulut (berbicara).

Dan untuk efek (pengaruh) yang diharapkan dari terapi konseling ini

ialah perubahan pada diri pasien sesuai dengan tujuan diadakannya

konseling. Sebagaimana yang dimaksud oleh M.A. Subandi yakni, terapi

merupakan proses formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu

adalah profesional penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang

yang ditolong), dengan catatan bahwa interaksi itu menuju pada

perubahan/penyembuhan. Artinya terapis berusaha membantu pasien agar

dapat berubah, berkembang dan sembuh. Selanjutnya perubahan tersebut

dapat berupa perubahan pola pikir, perilaku serta kebiasaan pasien yang

ditimbulkan dengan adanya tindakan profesional penolong (terapis) dengan

latar belakang ilmu perilaku dan teknik-teknik usaha yang

dikembangkannya.

1. Bentuk Komunikasi Terapis kepada Pasien

Bentuk komunikasi yang terjadi antara terapis kepada pasien dalam

pelayanan terapi konseling di Klinik Bengkel Rohani Ciputat adalah

komunikasi antarpribadi (interpersonal communication).

Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua

macam, yakni komunikasi diadik (Dyadic Communication) dan komunikasi

68

Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Masagung,

1994), cet ke-13, h. 56.

Page 59: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lix

kelompok kecil ( Small Group Communication). Komunikasi diadik ialah

proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap

muka. Dan komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang

berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, di mana anggota-

anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya. 69

Komunikasi dalam terapi konseling di Klinik Bengkel Rohani Ciputat

menggunakan kedua komunikasi tersebut, yakni komunikasi diadik dan

komunikasi kelompok kecil. Komunikasi diadik digunakan pada saat terapis

berkomunikasi langsung dengan pasien, sementara komunikasi kelompok kecil

digunakan terapis kepada pasien dan sanak keluarga yang menemani pasien.

Komunikasi diadik biasanya banyak dilakukan terapis dengan pasien-

pasien yang datang hanya untuk konsultasi saja seperti masalah keluarga,

bisnis dll. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan dilakukan juga dengan

pasien-pasien yang mengeluh penyakit fisik seperti magh, migran, darah tinggi

dsb. Karena untuk pasien yang masih mengeluh penyakit fisik, secara psikis

mereka sehat sehingga mereka dianggap masih bisa berkomunikasi dengan

terapis walau tetap ditemani dengan salah satu kerabatnya.

Selain berkomunikasi dengan pasien, terapis juga melakukan komunikasi

dengan keluarga pasien. Komunikasi antara pihak-pihak tersebut (terapis,

pasien dan keluarga pasien) merupakan komunikasi kelompok kecil, karena

hanya melibatkan tiga orang saja dan ketiganya saling berinteraksi (melakukan

komunikasi).

Khususnya bagi pasien yang mengalami penyakit/tekanan psikis seperti

depresi. Untuk pasien-pasien seperti ini wajib ditemani dengan salah satu

anggota keluarganya. Seperti yang dikatakan terapis Abu Aqila:

Pada saat konseling pasien memang tidak datang sendiri, tapi sebaiknya

ditemani dengan salah satu anggota keluarganya. Seperti kalau anak yang sakit

ibunya yang menemani karena sang ibu tentunya jauh lebih tau dan bisa diajak

69 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 32.

Page 60: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lx

berbicara dari pada anaknya. Sementara itu bagi pasien depresi yang tidak

sadar, peran keluarga sangat penting mengingat kondisi pasien yang tidak bisa

mendeskripsikan dirinya sendiri.70

Komunikasi kelompok kecil oleh banyak kalangan dinilai sebagai tipe

komunikasi antarpribadi karena:

a. Anggota-anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang

berlangsung secara tatap muka.

b. Pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong di mana semua

peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain

tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi.

c. Sumber dan penerima sulit diidentifikasi. Dalam situasi seperti ini,

semua anggota bisa berperan sebagai sumber dan juga sebagai

penerima.71

Jika dikaitkan ketiga point di atas dengan komunikasi yang

dilakukan terapis terhadap pasien dalam konseling, sepertinya memang

bisa dikatakan komunikasi kelompok kecil merupakan komunikasi

antarpribadi. Hal ini bisa dilihat dari proses komunikasi yang terjadi

antara terapis, pasien dengan salah satu anggota keluarga pasien. Dan

bisa dilihat seperti berikut ini:

1) Anggota-anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi

yang berlangsung secara tatap muka. Dalam hal ini anggota-

anggota komunikasi tersebut ialah terapis, pasien dan salah satu

anggota keluarga pasien, dan mereka berkomunikasi langsung

secara tatap muka.

2) Pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong di mana

semua peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama,

dengan kata lain tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi

situasi. Hal ini terlihat dengan komunikasi yang terjadi yakni

70

Wawancara Pribadi dengan Abu Aqila. Tangerang, 07 Oktober 2008. 71 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 33.

Page 61: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lxi

komunikasi seimbang/sharing, tidak bersifat monolog

melainkan interaksional.

3) Sumber dan penerima sulit diidentifikasi. Dalam situasi seperti

ini, semua anggota bisa berperan sebagai sumber dan juga

sebagai penerima. Seperti yang sudah penulis bahas sebelumnya,

bahwa dalam konseling komunikator dan komunikan

mempunyai peran yang sama, yakni ketiganya memiliki posisi

yang sama dalam menyampaikan informasi dan mendapatkan

informasi tersebut.

Dari pemaparan di atas, jelas bahwa dalam terapi konseling terapis

menggunakan komunikasi antarpribadi (interpersonal communication),

yakni dengan komunikasi diadik (dyadic comunication) dan komunikasi

kelompok kecil (small group communication) yang melibatkan terapis,

pasien dengan salah satu anggota keluarga pasien.

2. Teknik Komunikasi Persuasif

Istilah persuasi (persuasion) bersumber pada perkataan Latin persuasio,

kata kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk, mengajak atau

merayu. Para ahli komunikasi sering kali menekankan bahwa persuasi adalah

kegiatan psikologis. Penegasan ini dimaksudkan untuk mengadakan perbedaan

dengan koersi (coersion).72

Bila dilihat tujuan persuasi dan koersi adalah sama, yakni keduanya sama-

sama bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, tetapi jika

persuasi dilakukan dengan halus, luwes, yang mengandung nilai-nilai

manusiawi, tidak demikian halnya dengan koersi. Koersi dilakukan dengan

perintah, instruksi, suap, pemerasan dsb., yang sifatnya memaksa atau

72

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),

cet. Ke-4, h. 21.

Page 62: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lxii

ancaman. Sehingga akibat dari koersi adalah perubahan sikap, pendapat atau

perilaku dengan perasaan terpaksa. Sedangkan akibat dari persuasi adalah

kesadaran, keikhlasan dari diri sendiri (bukan karena paksaan).

Komunikasi persuasif merupakan teknik komunikasi yang digunakan

terapis kepada pasien pada saat konseling. Alasan penggunaan komunikasi

persuasif ialah, karena pesan-pesan yang disampaikan dirasa mampu

mempengaruhi sikap, pendapat, dan tingkah laku klien (pasien). Dari

perbincangannya bersama terapis, pasien bisa terbawa/terpengaruh dengan apa

yang dibicarakan dalam komunikasi antarpribadi tersebut.

Seperti pernyataan Ustadz Abu Abu Aqila berikut ini:

Pasien yang memiliki satu prinsip tidak kemudian dipatahkan, namun

dihargai. Contohnya, seseorang yang emosional, dia merasa wibawa dengan

emosi yang dimilikinya. Kemudian tidak langsung dipatahkan prinsip tersebut,

namun hanya secara bertahap/perlahan diarahkan biasanya empat/lima kali bertemu dia menyadari sendiri, bahwasannya emosional itu tidak ada gunanya

hanya merugikan dirinya sendiri.73

Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku memang menjadi tujuan

dalam konseling. Namun hal ini tidak mudah dilakukan terapis, ia harus

mampu mengomunikasikan pesan secara jelas serta mengetahui tujuan

kebutuhan pasien, agar tugasnya membuat pasien pasien yakin bahwa

terapis benar-benar bisa membantunya. Setelah pasien yakin, barulah

tujuan dari komunikasi persuasif tercapai, yakni perubahan pada pola

pikir bahkan sampai perubahan sikap pasien dengan sendirinya (tanpa

adanya paksaan dari terapis).

3. Penerapan model Komunikasi Wilbur Schramm

Wilbur Schramm seorang ahli komunikasi kenamaan dalam

karyanya, ”Communication Research in the United States”, menyatakan

bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh

komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni

73 Wawancara Pribadi dengan Abu Aqila. Tangerang, 07 Oktober 2008

Page 63: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lxiii

panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and

meanings) yang pernah diperoleh komunikan.74

Menurut Schramm, bidang pengalaman (field of experience) merupakan

faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator

sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung

lancar. Sebaliknya, bila pengalaman komunikan tidak sama dengan

pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama

lain.

Sumber : Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,

h. 152

Keterangan:

Source : sumber

Encoder : Penyandian

Decoder : Penerima sandi

Destination : Tujuan

Field of experience : Bidang Pengalaman

Dalam modelnya Wibur Schramm memperkenalkan gagasan bahwa

kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang sebenarnya

dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber

dan sasaran. 75

Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan,

berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Bila kedua

lingkaran memiliki wilayah bersama yang besar, maka komunikasi

mudah dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut, semakin miriplah

bidang pengalaman (field of experience) yang dimiliki kedua belah

74

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2001), h. 13. 75

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), cet. ke-10, h. 151-153.

Page 64: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lxiv

pihak yang berkomunikasi. Bila kedua lingkaran itu tidak bertemu,

artinya bila tidak ada pengalaman bersama maka komunikasi tidak

mungkin berlangsung. Bila wilayah yang berimpit itu kecil artinya bila

pengalaman sumber dan pengalaman sasaran sangat jauh berbeda maka

sangat sulit untuk menyampaikan makna dari seseorang kepada orang

lainnya.

Kaitannya model komunikasi Wilbur Schramm di atas, dengan pola

komunikasi antara terapis kepada pasien dalam pelayanan terapi konseling di

Klinik Bengkel Rohani Ciputat adalah, dalam proses komunikasi komunikator

dan komunikan mempunyai peranan yang sama sebagai pelaku utama

komunikasi, dalam hal ini terapis dan pasien. Karena itu keduanya bisa saling

mempengaruhi satu sama lain.

Seperti penjelasan Ustadz Abu Aqila berikut, Ketika konseling terapis

menggunakan komunikasi seimbang dengan pasiennya. Artinya terapis tidak

melakukan komunikasi yang sifatnya menggurui/monolog, akan tetapi lebih

suka berbagi. Dan komunikasi yang dilakukan sesuai dengan intelektualitas

pasien.76

Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran

yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan itu disebut kerangka

pengalaman (field of experience), yang menunjukkan adanya persamaan antara

A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa atau simbol.77 Untuk itu

komunikasi hanya bisa terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama

antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.

Bahasa menjadi elemen penting berlangsungnya komunikasi terapis

kepada pasien, mengingat fungsinya dalam menciptakan komunikasi yang

efektif. Sehingga dengan menggunakan bahasa yang sama, keduanya bisa

76

Wawancara Pribadi dengan Abu Aqila. Tangerang, 07 Oktober 2008. 77 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 21.

Page 65: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lxv

saling memahami satu sama lain melalui bahasa yang mereka gunakan.

Semakin terapis dan pasien menguasai penggunaan bahasa tersebut, semakin

besar kemungkinan komunikasi akan berhasil. Apa yang disampaikan terapis

diterima dan dipahami pasien sesuai dengan yang diinginkannya.

Untuk berkomunikasi dengan pasien tersebut, seorang terapis ketika

menyampaikan pesan tentunya menggunakan bahasa yang dapat dimengerti

pasien maupun keluarga yang menemaninya. Karena jika terapis menggunakan

bahasa yang berbeda dengan bahasa yang digunakan pasien, dikhawatirkan

pasien akan sulit mengerti dan memahami maksud terapis. Dan bisa dipastikan

komunikasi tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkan kedua belah pihak.

Sehingga dalam terapi konseling, kesamaan bahasa yang digunakan akan

sangat mempengaruhi pemahaman pasien.

Selain itu latar belakang pendidikan pasien juga menjadi perhatian terapis,

artinya dalam konseling terapis melihat kemampuan dari si pasien. Hal ini

untuk memudahkan keduanya berkomunikasi. Terapis bisa berkomunikasi

dengan pasien sesuai intelektualitasnya, sebaliknya pasien akan dengan mudah

menangkap (menerima) maksud terapis.

Dan dari penelitian yang penulis lakukan di Klinik Bengkel Rohani

Ciputat, terdapat lima orang terapis yang bertugas sebagai terapis

konseling. Di antaranya: Ustadz Abu Aqila, Ustadz Abu Syihan, Ustadz

Mahfudi, Ustadz Dwi dan Ustadz Katsiron.

4. Hubungan Terapis dengan Pasien

Pada dasarnya hubungan yang terjadi antara terapis dengan pasien

adalah merupakan hubungan antarpribadi, dan unsur yang paling

penting dalam hubungan keduanya ialah komunikasi. Komunikasi yang

Page 66: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lxvi

digunakan terapis dan pasien adalah komunikasi antarpribadi, yakni

dengan wawancara pengobatan pada saat konseling.

Hasil penelitian yang penulis lakukan di klinik Bengkel Rohani

Ciputat menunjukkan bahwa esensi dari hubungan antara terapis dengan

pasien terletak dalam konseling.78 Pasien bukanlah makhluk yang pasif,

melainkan makhluk aktif yang memiliki kontribusi yang sama dengan

terapis dalam hal menyampaikan informasi, maka dari itu komunikasi

terjadi akibat timbal balik dari keduanya. Yakni terapis bisa sebagai

komunikator bisa juga sebagai komunikan, dan sebaliknya pasien bisa

sebagai komunikan, namun bisa juga bertindak sebagai komunikator.

Konseling merupakan tahap awal terapi yang memerlukan

komunikasi aktif dari terapis dan pasien. Hal ini dikarenakan faktor-

faktor penyebab penyakit yang dirasakan pasien diketahui pada saat

pasien berkomunikasi dengan terapis.

Pasien yang datang ke Klinik Bengkel Rohani Ciputat untuk

melakukan terapi tidak hanya bagi mereka yang terkena penyakit, tetapi

ada juga yang datang hanya sekedar untuk melakukan konsultasi saja.

Seperti konsultasi masalah rumah tangga, bisnis dan lain sebagainya.

Seperti pernyataan salah salah satu pasien, Ibu Lulu Zubaedah 37 tahun:

Saya tau Bengkel Rohani awalnya dari teman pengajian yang

mempunyai permasalahan dalam rumah tangganya. Ketika saya curhat

dengan dia tentang kondisi rumah tangga saya, kemudian teman saya

memberitahukan bahwa di Bengkel Rohani ada layanan terapi konseling dan dia sudah coba datang dan melakukan konsultasi tersebut, dan

menurutnya setelah konsultasi dengan terapis Abu Aqila ia merasa jauh lebih baik dan tenang. Setelah itu saya pun mencoba datang dan daftar

hanya untuk melakukan konseling, dan alhasil benar apa yang dibilang teman saya setelah melakukan konsultasi di Bengkel Rohani saya

merasa jauh lebih tenang dan sabar dalam menghadapi masalah. Hingga

78 Wawancara Pribadi dengan Abu Aqila. Tangerang, 07 Oktober 2008.

Page 67: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lxvii

kini saya menjadi pelanggan tetap Bengkel Rohani dan sering membawa

kalau ada anggota keluarga yang sakit untuk berobat dan diterapi.79

Lebih lanjut Ibu Lulu mengatakan, pada saat konseling awalnya Ustadz

Abu Aqila menanyakan nama, apakah saya bekerja atau hanya sebagai ibu

rumah tangga, sudah memiliki anak atau belum, kalau sudah berapa dan

sebagainya yang sifatnya pribadi. Kemudian menanyakan permasalahan yang

dihadapi, alasan yang melatarbelakangi percekcokan dengan suami, dsb.

Setelah saya ceritakan kemudian Beliau mulai memberi pengarahan, nasehat-

nasehat agama serta masukan dan solusi-solusi mengatasi masalah.

Pernyataan Ibu Lulu di atas menguatkan bahwasannya hubungan antara

terapis dengan pasien terlihat jelas pada saat konseling. Terapis menggunakan

pendekatan psikologis kepada pasien dengan cara mendengarkan keluhan-

keluhan dan masalah pasien, kemudian memberi jawaban dan pemecahan atas

permasalahan tersebut, setelah itu barulah pasien diberikan materi-materi

seputar aqidah dan motivasi.

Konseling dilakukan terapis kepada pasien dengan cara yang ramah,

bijaksana dan sifatnya personal. Karena itu, dikatakan hubungan terapis

dengan pasien merupakan hubungan antarpribadi. Selanjutnya, dalam

konseling terapis juga membangun hubungan yang lebih erat dengan pasien

maupun dengan keluarga pasien, hal ini dilakukan untuk menghindari agar

pasien merasa tidak canggung ketika harus datang untuk terapi selanjutnya.

Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelayanan Terapi Konseling di

Klinik Bengkel Rohani Ciputat.

Dalam suatu lembaga di setiap melaksanakan program-program

kerjanya pasti akan menemukan hambatan, artinya semua kegiatan yang

dilakukan tidak selamanya berjalan sesuai dengan perencanaan atau yang

diharapkan. Dan hal ini pun terjadi di Klinik Bengkel Rohani Ciputat dalam

79 Wawancara Pribadi dengan Lulu Zubaedah, Tangerang, 07 Oktober 2008.

Page 68: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lxviii

pelayanan terapi konselingnya. Karenanya ia tidak terlepas dari dua faktor

yakni, faktor pendukung dan penghambat.

Adapun faktor pendukung antara lain:

1. Sarana dan prasarana yang ada dan cukup memadai untuk

membantu pelaksanaan terapi konseling di Klinik Bengkel

Rohani Ciputat.

2. Sumber Daya Manusia (SDM) yakni para terapis yang sudah

ahli dan berpengalaman.

3. Respon dan antusias yang baik dari masyarakat terhadap layanan

terapi konseling di Bengkel Rohani.

4. Adanya dorongan yang kuat dalam diri pasien untuk berubah,

memperbaiki diri terhadap permasalahan/kehidupan yang telah

lalu.

5. Adanya partisipasi atau peran keluarga dan orang-orang terdekat

pasien sehingga pasien merasa mendapatkan dukungan.80

Selain kelima faktor pendukung di atas, ada juga faktor yang

menjadi penghambat dalam pelayanan terapi konseling yakni, faktor yang

berasal dari dalam diri pasien itu sendiri.81

Seperti hilangnya rasa percaya

diri pasien akibat permasalahan yang dihadapinya, ketidakpercayaan pasien

terhadap terapis, dsb.

Pada intinya setiap perubahan pasti akan menemui berbagai

hambatan-hambatan dalam prosesnya, baik yang berasal dari dalam diri

setiap individu (internal) maupun dari luar diri individu (eksternal). Di

sinilah dibutuhkan kepekaan dalam melihat sebuah gejala-gejala tersebut.

80

Wawancara Pribadi dengan Mahfudi, Tangerang 14 November 2008. 81 Ibid.

Page 69: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lxix

Selain itu diperlukan sebuah perencanaan-perencanaan yang matang guna

mengantisipasi segala kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi.

Page 70: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lxx

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. Teori-teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta : PT. Golden Terayan Press, 1996.

Bakar, H. Hasanuddin Abu. Meningkatkan Mutu Da’wah. Jakarta : Media

Dakwah , 1999. cet. ke-1.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Pebelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineke Cipta, 1996.

Baraja, Abu Bakar. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta :

Studia Press, 2006. cet. Ke-2.

Budyatna, M. dan Mutmainnah, Nina. Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta :

Universitas Terbuka, 2004.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada, 2008.

Chaplin, J.P, Penerjemah Kartini Kartono. Kamus Lengkap Psikologi.

Jakarta : Rajawali Press, 1981. cet. Ke-1.

Daradjat, Zakiah. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta : CV.

Masagung, 1994. cet ke-13.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1996.

Eckholm, Erik P. Masalah Kesehatan (Lingkungan sebagai Sumber

Penyakit). Jakarta : Gramedia, 1981.

Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2000. cet. Ke-4.

Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung :

PT Remaja Rosdakarya, 2001.

Kepemimpinan dan Komunikasi. Yogyakarta :

Al-Amin Press, 1996. cet. Ke-1.

Spektrum Komunikasi. Bandung : Bandar Maju,

1992. cet. Ke-1.

Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta :

UII Press, 2001.

Gunadi, YS. Himpunan Istilah Komunikasi. Jakarta : Gramedia, 1998.

Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Yogyakarta

: Kanisius, 2003.

Page 71: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lxxi

Lestari, Endang dan Maliki. Komunikasi Yang Efektif : Bahan Ajar Diktat

Prajabatan Golongan III. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2003. cet. Ke-2.

Liliweri, Alo. Komunikasi Antarpribadi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,

1997. cet.ke-2

Mappiare, Andi. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada, 2006.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2007. cet. 23.

Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara, 1995.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007. cet. ke-10.

Nasution, Zulkarimein. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta : Universitas

Terbuka, 1993.

Partanto, Puis A. dan Al Barry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Arkola, 1994.

Prayitno. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineke Cipta,

1994.

Rakhmat, Jalaluddin. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya, 1999. cet. ke-7.

Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2004. cet. ke-21.

Sendjaja, Sasa Djuarsa. Pengantar Komunikasi. Jakarta : Universitas

Terbuka, 1993. cet. Ke-1.

Solihin, M. Terapi Sufistik. Bandung : CV. Pustaka Setia, 2004. cet. Ke-1.

Subandi, M.A. Psikoterapi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001. cet. ke-1.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2007.

Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta : Media

Pressindo, 2006. Widjaya, H.A.W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta : Rineke Cipta,

2000. cet. Ke-2

komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi

Aksara, 1997. cet. Ke-3.

Page 72: Komunikasi antara Terapis dengan Pasien dalam …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7493/1/IKA... · maupun non materil. ... 3. Teknik-teknik Komunikasi ... penyembuhan

lxxii

Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : PT Grasindo, 2000.

INTERNET http://www.bengkelrohani.com. artikel diakses pada 12 Juni 2008.

http://www.wikipedia.co.id. artikel diakses pada 07 Oktober 2008.

Saifuddin. “pengertian konseling.” artikel diakses pada 07 Oktober

2008 dari http://www.google.com.

WAWANCARA Wawancara Pribadi dengan Abu Aqila. Tangerang, 07 Oktober 2008.

Abu Syihan. Tangerang, 10 Oktober 2008.

Tangerang, 31 Oktober 2008.

Lulu Zubaedah. Tangerang, 07 Oktober 2008

Mahfudi. Tangerang, 14 November 2008.

Ny. Sunarti. Tangerang, 10 Oktober 2008.

SUMBER DATA TAMBAHAN

Brosur Klinik Bengkel Rohani.