komparasi konsep puasa dalam perspektif agama baha’i dan...
TRANSCRIPT
i
KOMPARASI KONSEP PUASA DALAM PERSPEKTIF
AGAMA BAHA’I DAN HINDU
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
AKHMAD ALWY
NIM : 1112032100011
JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq dan hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yth Ibu Dr. Sri Mulyati, MA selaku Dosen pembimbing skripsi saya yang
telah memberikan bimbingan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
2. Kedua orang tua penulis yang selalu setia mendoakan yang terbaik, dan
segala perjuanganya demi masa depan penulis yang lebih baik.
3. Yth. Bapak. Dr. Media Zainul Bahri, MA, dan Ibu Dra. Halimah
Mahmudy, MA, selaku ketua dan sekretaris jurusan Studi Agama-Agama
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Yth. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Yth. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Yth. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi Agama-
Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Ahmad Ridho, DESA,
Bapak Dr. Media Zainul Bahri, MA, Ibu Dra. Hermawati, MA, Ibu Siti
Nadroh, MA, Bapak Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, MA, Bapak Prof. Dr.
Ridwan Lubis, MA, Bapak Drs. M. Nuh Hasan, MA, Bapak Dr. Amin
vii
Nurdin, MA, Bapak Dr. Hamid Nasuhi, M.Ag, Bapak Dr. Ismatu Ropi.
Ph.D, yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan
yang sangat bermanfaat kepada penulis.
7. Staf dan Karyawan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, dan Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Pusat Universitas
Indonesia Depok, Perpustakaan Kemenag RI, Perpustakaan Nasional, yang
telah memberikan banyak referensi dan manfaat kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.
8. Keluarga penulis, paman dan bibiku dan seluruh keluarga besarku tercinta
yang senantiasa memberikan penyemangat kepada penulis sehingga
penulis tergerak untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Yth guruku sekaligus mamangku yaitu Ust. Muhammad Hamzah A.md
yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga dapat
terselesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman se-angkatan jurusan Studi Agama-Agama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang setia selalu membantu, memotivasi dan
memberikan arahan kepada penulis.
11. Terimakasih kepada Teh Mila Lidyawati S.Pdi yang telah memberikan
mentoring serta motivasi agar cepat terselesaikan skripsi ini.
12. Untuk teman-teman Kostn di samping Kampus UIN Jakarta yaitu Noval
S.Ag, M. Lutfy Hidayatusholeh SH, Endang Rusdiana S.Ag, Agung
S.Kim, Jamiluddin S.Ag, Muhammad Rizeky SH, dan semuanya yang
tidak bisa saya sebutkan namun semuanya turut memberikan motivasi dan
semangat kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.
viii
13. Untuk teman-teman KKN SATU SEGI UIN Jakarta yang telah
memberikan semangat kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini.
14. Untuk teman-teman Sekretariat HIMALAYA (Himpunan Mahasiswa
Tasikmalaya) yang telah memberikan semangat dan tempat penginapan
selama saya mengerjakan skripsi.
15. Untuk teman-teman IRMAFA (Ikatan Remaja Masjid Fatullah) UIN
Jakarta yang telah banyak memberikan motivasi dan semangat serta
solidaritas kepengurusan serta anggota yang banyak memberikan manfaat
kepada penulis.
Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan
dan pahala keberkahan dari Allah SWT sebagai amal ibadah, dan apa-apa yang
kita cita-citakan bisa segera tercapai. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan demi perbaikan-perbaikan kedepan. Aamiin Ya Rabbal’alamin.
Ciputat, 27 November 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………….i
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING.................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN………………………………..iv
ABSTRAK.............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... .vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 8
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 8
E. Metode Penelitian .................................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 12
BAB II KONSEP PUASA DALAM AGAMA BAHA’I
A. Sekilas Sejarah Agama Baha’i ................................................................ 14
1. Sejarah Agama Baha’i di Indonesia .................................................. 16
2. Pendiri Agama Baha’i ........................................................................ 17
3. Ajaran Dan Ritual- Ritual Dalam Agama Baha’i............................... 23
B. Sejarah Puasa Dalam Agama Baha’i ...................................................... 33
C. Pengertian Puasa Menurut Agama Baha’i .............................................. 35
D. Tata Cara Pelaksanaan Puasa Dalam Agama Baha’i ............................. 36
E. Tujuan dan Manfaat Puasa Bagi Penganut Baha’i ............................... 37
x
BAB III KONSEP PUASA DALAM AGAMA HINDU
A. Sekilas Sejarah Agama Hindu……………………………………….... 39
1. Sejarah Agama Hindu Di Indonesia……………………………….. 42
2. Pendiri Agama Hindu……………………………………………… 42
B. Sejarah Puasa Dalam Agama Hindu………………………………….. 43
C. Pengertian Puasa Menurut Agama Hindu…………………………….. 46
D. Jenis-Jenis Puasa Dalam Agama Hindu.................................................. 49
E. Tata Cara Pelaksanaan Puasa Dalam Agama Hindu…………………... 50
F. Tujuan dan Manfaat Puasa Bagi Penganut Hindu...................................51
BAB IV ANALISA PERBANDINGAN KONSEP PUASA DALAM AGAMA
BAHA’I DAN DALAM AGAMA HINDU
A. Konsep Hari-hari HA atau Sisipan Dalam Agama Baha’i...................... 53
B. Konsep Sivaratri Dalam Agama Hindu ................................................. 63
C. Persamaan dan Perbedaan Konsep Puasa Dalam Agama Baha’i Dan
Agama Hindu ......................................................................................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 75
B. Saran ....................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam beberapa agama, tidak hanya dalam agama Islam, setiap agama
juga mempunyai ajaran-ajaran keagamaan bagi para penganutnya, yang
mempunyai makna tersendiri, dalam hal ini salah satunya mengenai puasa.
Puasa tidak hanya dilakukan oleh agama Islam, tetapi agama lainnya seperti
Baha’i, Hindu, Kristen, dan lainnya-pun mempunyai ajaran tentang puasa.
Puasa merupakan salah satu ibadah yang dilakukan di setiap agama-
agama. Puasa telah dikenal dan diajarkan umat-umat terdahulu, sebagai bentuk
ibadah universal. Tata cara dan tujuan dari puasa itu sendiri mempunyai
makna dan tujuan yang berbeda-beda dalam agama tersebut. Di sini saya
mengambil konsep puasa dalam agama Baha’i dan Hindu karena saya ingin
mengkomparasikan dua agama yang berbeda yaitu agama Baha’i, seperti yang
kita ketahui bahwasannya Baha’i merupakan agama yang cukup baru dan
berkembang sekitar abad 90-an dengan agama Hindu yang kita ketahui
bersama merupakan salah satu agama yang tertua di dunia. Maka dari itu saya
mengambil judul ini.
Puasa dalam agama Baha’i, Kristen, Hindu, dan Islam memiliki
persamaan dan perbedaan dalam beberapa segi, terutama dalam tujuan, motif,
dan manfaat dari puasa tersebut.1
1Rodiah Adawiyah Hasibuan, Konsep Puasa Dalam Agama Baha’i dan Islam (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 2.
2
Agama Bahá’í (bahasa Arab:Baha’iyyah) adalah agama monoteistik yang
menekankan pada kesatuan spiritual bagi seluruh umat manusia. Agama Baha’i
lahir di Persia (sekarang Iran) pada abad ke 19.2 Pendirinya bernama
Bahá’u’lláh. Pada awal abad kedua puluh satu, jumlah penganut Bahá’í sekitar
enam juta orang yang berdiam di lebih dari dua ratus negeri di seluruh dunia
yang menyebar di beberapa negara khususnya di Indonesia.3
Baha’i masuk ke Indonesia sekitar tahun 1878, dibawa oleh dua orang
pedagang dari Persia dan Turki, yaitu Jamal Effendi dan Mustafa Rumi. Dalam
situs resmi agama Baha’i di Indonesia, dijelaskan agama Baha’i adalah agama
yang independen dan bersifat universal, bukan sekte dari agama lain ataupun
sempalan dari agama lainnya.4
Menurut ajaran tradisi Baha’i, puasa wajib dilaksanakan pada bulan Ala
(Keluhuran), Kaum Baha’i melakukan puasa selama 19 hari sebelum
merayakan Hari Raya Naw-Ruz yang jatuh setiap ekuinoks (musim semi)
biasanya tanggal 20 atau 21 Maret. Puasa ini dipandang sebagai periode
persiapan spritual dan regenerasi untuk tahun baru di dalam kalender Baha’i,
pada bulan Ala ini biasanya terjadi antara tanggal 1 dan 20 Maret atau tanggal
2 dan 21 Maret. Puasa adalah kewajiban spiritual seorang individu, dan tidak
dapat ditegakan oleh lembaga-lembaga Baha’i. Diwajibkan bagi yang sudah
berusia 15 sampai 70 tahun dan dalam keadaan sehat, kecuali orang yang
berpergian, sakit, hamil, menyusui, haid, atau terlibat dalam pekerjaan berat.5
2Baha’u’llah, Agama Baha’i, (T.tp: Majelis Rohani Nasional Baha’i Indonesia:2015), h. 2.
3www.baha’iindonesia.org. Di akses pada tanggal 22 Maret 2017.
4www.baha’iindonesia.org. Di akses pada tanggal 22 Maret 2017.
5Baha’ullah, Doa, h. 184.
3
Baha’u’llah bersabda:
“Kami telah memerintahkan kepadamu agar bersembahyang dan
berpuasa dari awal akil balig; inilah perintah tuhan, Tuhanmu dan
Tuhan nenek moyangmu...”6
Baha’u’llah merekomendasikan bahwa umat Baha’i harus bermeditasi
setiap hari, berpikir tentang apa yang mereka lakukan pada siang hari dan pada
apa tindakan mereka yang layak. Umat Baha’i percaya, bahwa melalui meditasi
pintu pengetahuan yang lebih dalam dan inspirasi dapat dibuka, tetapi mereka
menghindari takhayul dalam meditasi.7
Menurut ajaran agama Baha’i juga ada ketentuan sembahyang wajib.
Bahá’u’lláh membuat doa pribadi sehari-hari sebagai kewajiban agama bagi
semua penganut Baha’i yang ber usia 15 ke atas. Setiap hari, salah satu dari
tiga sembahyang wajib harus dikatakan: Doa pendek dibacakan sekali setiap 24
jam antara siang dan matahari terbenam; Doa menengah diucapkan tiga kali
sehari, di pagi hari, di siang hari dan di malam hari; Doa panjang yang harus
dibacakan sekali dalam setiap 24 jam setiap saat- idealnya ketika dalam
keadaan kagum dan hormat.8
Selanjutnya, dalam agama Hindu, juga terdapat tradisi puasa. Puasa
dalam agama Hindu disebut dengan Upawasa. Selain Upawasa dalam Agama
Hindu juga ada SIWARÂTRI yang memiliki tujuan yang sama dengan puasa
yaitu pengendalian diri dan meningkatkan spiritual. Puasa berasal dari bahasa
6Baha’u’llah, Doa, h. 170.
7Baha’ullah, Doa, h. 184.
8Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 133.
4
Sansekerta yang terdiri dari kata Upa dan Wasa, di mana Upa artinya dekat
atau mendekat, dan Wasa artinya Tuhan atau Yang Maha Kuasa. Upawasa atau
puasa artinya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Puasa menurut
Hindu tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar, tidak hanya untuk
merasakan bagaimana menjadi orang miskin dan serba kekurangan, dan tidak
saja untuk menghapus dosa dengan janji surga. Puasa menurut Hindu adalah
untuk mengendalikan nafsu Indria, mengendalikan keinginan. Indria haruslah
berada di bawah kesempurnaan pikiran, dan pikiran berada di bawah kesadaran
budhi. Jika indria kita terkendali, pikiran kita terkendali maka kita akan dekat
dengan kesucian, dekat dengan Tuhan. 9
Upawasa merupakan bagian brata, dan brata bagian dari brata-yoga-tapa-
samadi, yang menjadi satu kesatuan dalam konsep Nyama Brata. Kewajiban
warga Hindu menggelar bratayoga-tapa-samadi diisyaratkan dalam kakawin
Arjuna Wiwaha sebagai berikut.
“Hana mara janma tan pamihutang brata-yoga-tapa-samadi
angetul aminta wiryya suka ning Widhi sahasaika, binalikaken
purih nika lewih tinemuiya lara, sinakitaning rajah tamah
inandehaning prihatin.”10
Artinya:
“Ada orang yang tidak pernah melaksanakan brata-yoga-tapa-samadi,
dengan lancang ia memohon kesenangan kepada Widhi (dengan memaksa)
maka ditolaklah harapannya itu sehingga akhirnya ia menemui penderitaan
dan kesedihan, disakiti oleh sifat-sifat rajah (angkara murka/ambisius) dan
tamah (malas dan loba), ditindih oleh rasa sakit hati.”11
Tegasnya, bila ada orang yang tidak pernah menggelar brata-yoga-tapa-
samadi lalu memohon sesuatu kepada Hyang Widhi maka permohonannya itu
9Sri Svani Sivananda, Hari Raya & Puasa dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita, 2002,
Cetakan Pertama), h. 144. 10
Artikel di akses pada tanggal 18 Agustus 2016 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu. 11
www.baha’iindonesia.org. Di akses pada tanggal 27 Mei 2017.
5
akan ditolak bahkan akan mendatangkan penderitaan baginya. Yang dimaksud
dengan brata adalah mengekang hawa nafsu pancaindra, yoga adalah tepekur
merenungi kebesaran Hyang Widhi; tapa adalah pengendalian diri; samadi
adalah mengosongkan pikiran dan penyerahan diri total sepenuhnya pada
kehendak Hyang Widhi.12
Jadi berpuasa yang baik senantiasa disertai dengan kegiatan lainnya
seperti di atas, tidak dapat berdiri sendiri. Upawasa batal jika melanggar/tidak
melaksanakan brata-yoga-tapasamadi. Untuk kesempurnaan berpuasa, disertai
juga dengan ber-dana punia, yaitu memberikan bantuan materi kepada kaum
miskin.13
Aturan-aturan berpuasa bermacam-macam, antara lain: Upawasa yang
dilaksanakan dalam jangka panjang lebih dari sehari, di mana pada waktu siang
tidak makan/minum apa pun. Yang dinamakan siang adalah sejak hilangnya
bintang timur daerah timur sampai timbulnya bintang-bintang di sore hari;
Upawasa jangka panjang antara 3-7 hari dengan hanya memakan nasi putih
tiga kepel setiap enam jam; Upawasa jangka pendek selama 24 jam tidak
makan/minum apa pun disertai dengan mona (tidak berbicara), dilaksanakan
ketika Siwaratri dan sipeng (Nyepi); Upawasa total jangka pendek selama 24
jam dilaksanakan oleh para wiku setahun sekali untuk menebus dosa-dosa
karena memakan sesuatu yang dilarang tanpa sengaja; puasa itu dinamakan
santapana atau kricchara; Upawasa total jangka pendek selama 24 jam
12
K.M. Suhardana, Upawasa, Tapa, Dan Brata (Surabaya: Paramita, 2006, h. 5. 13
K.M. Suhardana, Upawasa, Tapa, Dan Brata (Surabaya: Paramita, 2006, h. 5.
6
dilaksanakan oleh para wiku setiap bulan untuk meningkatkan kesuciannya,
dinamakan candrayana.14
Menurut ajaran dalam agama Hindu Puasa tidak hanya sekedar menahan
haus dan lapar, tidak hanya untuk merasakan bagaimana menjadi orang miskin
dan serba kekurangan, dan tidak saja untuk menghapus dosa dengan janji
surga, melainkan untuk mengendalikan nafsu indria, mengendalikan keinginan.
Indria haruslah berada di bawah kesempurnaan pikiran, dan pikiran berada di
bawah kesadaran budhi. Jika indria seseorang terkendali, pikiran terkendali
maka seseorang akan dekat dengan kesucian, dekat dengan Tuhan. Menurut
agama Hindu juga banyak sekali jenis-jenis puasa antara lain; puasa wajib,
puasa yang tidak wajib, puasa yang berkaitan dengan upacara tertentu, puasa
dengan hal-hal tertentu. Di dalam agama Hindu untuk kesempurnaan berpuasa
umat Hindu saling memberikan bantuan materi kepada kaum miskin, lain
halnya dengan agama Baha’i.15
Agama Baha’i juga puasa merupakan salah satu kewajiban terbesar bagi
penganut Baha’i, dan tujuan utamanya adalah untuk menghidupkan kembali
jiwa dan membawa orang lebih dekat kepada Allah. Dalam agama Baha’i juga
terdapat persamaan dengan agama Hindu yaitu ada ritual-ritual puasa wajib
yang dilakukan pada hari-hari tertentu yaitu pada hari raya Naw-Ruz yang
jatuh setiap tanggal 20 atau 21 Maret, puasa pada hari- hari tertentu contohnya
pada tanggal 2 dan 21 Maret, dan lain sebagainya, sedangkan dalam agama
Hindu ada yang dinamakan puasa (Upawasa) total yaitu 24 jam penuh.
14
Artikel di akses pada tanggal 18 Agustus 2016 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu. 15
K.M. Suhardana, Upawasa, Tapa, Dan Brata (Surabaya: Paramita, 2006, h. 6.
7
Setelah melihat sekilas beberapa gambaran kerangka dalam puasa agama
Baha’i dan Hindu, maka dari itu penulis tertarik untuk lebih jauh, sekaligus
mengkomparasikan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari
pembahasan skripsi ini.
Berangkat dari latar belakang inilah penulis bermaksud untuk membahas
permasalahan ini dengan judul: “Komparasi Konsep Puasa Dalam Persfektif
Agama Baha’i dan Hindu”.
B. Perumusan dan Batasan Masalah
Adapun pembahasan yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh
penulis yaitu Puasa dalam agama Baha’i dan agama Hindu, dengan melihat
latar belakang di atas, maka untuk menghindari pembahasan yang meluas,
penulis membatasi penelitian ini pada pemaknaan puasa dalam persfektif
agama Baha’i dan agama Hindu serta manfaat puasa bagi penganutnya serta
seluruh umat manusia.
Pokok permasalahan skripsi ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan-
pertanyaan dibawah ini:
1. Apa makna Puasa dalam agama Baha’i dan agama Hindu?
2. Apa Persamaan dan Perbedaan puasa dalam agama Baha’i dan agama
Hindu?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui makna puasa dalam agama Baha’i dan agama
Hindu.
8
b. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan puasa dalam agama
Baha’i dan agama Hindu.
2. Manfaat
Manfaat yang ingin dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Diharapkan dapat menambah pengetahuan atau wawasan mengetahui
tentang puasa dalam agama Baha’i dan agama Hindu, dan sebuah upaya
untuk menjadikan umat menjadi mengerti tentang puasa dan manfaatnya
bagi kedua umat masing-masing agama tersebut.
b. Untuk mengetahui tradisi puasa dari masing-masing agama, dalam hal ini
agama Baha’i dan agama Hindu, lalu diharapkan agar masyarakat non-
penganut kedua agama ini dapat saling menghormati persamaan dan
perbedaan setiap tujuan dan ritual puasa terebut.
D. Tinjauan Pustaka
Menurut dalam kajian terdahulu yang membahas mengenai topik yang
penulis ambil ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Diantaranya
ada sebuah penulisan hasil karya atau buku-buku yang membahas mengenai
topik yang penulis ambil diantaranya yaitu:
Buku karya Sri Svami Sivananda, yang berjudul Hari Raya & Puasa
dalam Agama Hindu, yang diterbitkan oleh Paramita, 2002. Buku ini
menjelaskan bahwasannya hari raya dalam agama hindu dan puasa dalam
agama Hindu yang mempunyai aturan-aturan dan tata cara dalam melakukan
puasa tersebut serta beberapa manfaat-manfaat dan puasa dalam agama Hindu
bagi kehidupan sehari-hari.
9
Buku karya K.M Suhardana, yang berjudul Upawasa, Tapa, dan Brata
berdasarkan Agama Hindu, yang diterbitkan oleh Paramita, 2006. Buku ini
menjelaskan tentang Upawasa, tapa dan brata adalah tiga kata yang identik,
tetapi mempunyai pengertian yang tidak persis sama. Upawasa dapat dijelaskan
dalam arti sempit yaitu tidak makan dan minum, sedangkan dalam arti luas
tidak hanya tidak makan dan minum, tetapi juga pengendalian diri baik dalam
bertindak, berkata, maupun bertindak. Sedangkan brata diartikan sebagai
pengekangan diri, pengendalian diri,atau melaksanakan pantangan atau tidak
melaksanakan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran agama hindu, dan brata
adalah suatu upacara atau hari-hari raya tertentu.
Buku karya Dharam Vir Singh, yang berjudul Hinduisme Sebuah
Pengantar, yang diterbitkan oleh PARAMITA Surabaya, 2006. Buku ini
mencoba menjelaskan tentang sejarah dan ajaran-ajaran dalam agama Hindu,
dari awal tersebarnya agama Hindu hingga pada zaman sekarang ini.
Buku karya Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, yang berjudul Agama-Agama
Minor, yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, 2013. Buku ini mencoba
menjelaskan tentang agama-agama minor yang tersebar luas di seluruh penjuru
dunia ini, diantaranya agama Sikh, agama Shinto, agama Baha’i dan lain
sebagainya. Selanjutnya yaitu Majalah atau buku agama Baha’i yang
diterbitkan oleh Majelis Rohani Nasional Baha’i Indonesia, 2008. Majalah atau
buku ini menjelaskan secara singkat sejarah dan ajaran-ajaran dalam agama
Baha’i.
Skripsi yang ditulis oleh mahasiswa program studi Perbandingan Agama
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Rodiah
10
Adawiyah Hasibuan, yang berjudul: “Konsep Puasa Dalam Agama Baha’i dan
Islam“, dalam skripsi tersebut membahas tentang bagaimana konsep puasa
dalam kedua agama tersebut dan komparasi konsep dan makna serta manfaat
bagi kehidupan khusunya bagi kedua penganut agama tersebut.
Skripsi yang ditulis oleh mahasiswa program studi Perbandingan Agama
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Nurjaman,
yang berjudul: “Peran Puasa dalam Agama Hindu dan Agama Islam”, dalam
skripsi tersebut membahas tentang bagaimana peran dan manfaat puasa dari
agama Hindu dan agama Islam, dan manfaatnya dalam kehidupan umat
beragama dai kedua agama tersebut.
E. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research),
yaitu menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama yang dimaksudkan
untuk menggali teori-teori dan konsep-konsep yang telah ditentukan oleh para
ahli terdahulu, mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang yang akan
diteliti, memperoleh orientasi yang luas mengenai topik yang dipilih,
memanfaatkan data sekunder serta menghindarkan duplikasi penelitian.16
Dan
Interview (wawancara) sebagai data tambahan untuk menghasilkan data-data
sebagai penyempurna penelitian ini. Pendekatan penelitian ini menggunakan
metode pendekatan teologis yaitu metode pendekatan yang memahami agama
secara harfiah atau pemahaman yang menggunakan kerangka ilmu ketuhanan
yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan
yang dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
16
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3ES,
1982), h. 70
11
1. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian kepustakaan ini dikumpulkan dengan cara studi
dokumentasi yaitu dengan cara melihat atau menganalisis dokumen atau
media tertulis untuk mendapatkan gambaran terkait tema yang diangkat
secara jelas dan rinci.17
Mengenai pengumpulan data penulis menggunakan metode atau
teknik study pustaka (library research). Dimana melalui dua sumber data
yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer yaitu
pembahasan yang ada kaitannya langsung dengan judul untuk
mengembangkannya dan sumber data sekunder yaitu materi pembahasan
yang diperoleh dan dikutip dari berbagai sumber, sebagai pendukung dalam
penulisan skripsi. Dan Interview atau wawancara sebagai data penyempurna
penelitian ini.
2. Pengolahan Data
Metode yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah
kualitatif, karena untuk menemukan penjelasan, uraian, dan keterangan yang
diharapkan. Penulis mengolah data yang ada, untuk selanjutnya di tafsirkan
dalam konsep yang bisa mendukung sasaran dan objek pembahasan.
3. Analisis Data
Langkah-langkah yang penulis tempuh untuk sampai kepada analisis
data, sebagai berikut: Pertama, penulis menghimpun butir-butir data yang
relevan dengan masalah-masalah yang tercangkup dalam kajian skripsi ini,
baik dari sumber primer maupun sumber sekunder. Kedua,
17
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h.
143.
12
mengklasifikasikan data ke dalam sejumlah pembahasan. Ketiga,
mendeskripsikan dan menganalisis data secara kritis dalam pembahasan
masing-masing agar masalah yang dibicarakan jelas. Dengan demikian
digunakan pula metode komparasi, yaitu membandingkan kedua pandangan
atau konsep dalam hal ini menyikapi tentang konsep puasa dalam kedua
agama tersebut. Dari perbandingan tersebut diharapkan dapat ditemukan
perbedaan dan persamaaan yang pada akhirnya akan diketahui implikasinya
dalam memahami konsep puasa dalam Baha’i dan Hindu itu sendiri dan
manfaat bagi kedua penganutnya khususnya dan umumnya bagi umat
manusia.
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku
pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center for Quality Develovment and Assurance) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini lebih mengarah, maka skripsi ini disistematisir
menjadi lima bab, yang setiap bab terdiri dari sub bab yang isinya saling
berkaitan antara satu dengan lainnya sehingga merupakan satu-kesatuan yang
utuh.
Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut:
Bab I. Bab ini merupakan pendahuluan yang akan mengantarkan pada
bab-bab berikutnya. Bab ini berisi latar belakang masalah, pokok
permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan skripsi, metode penelitian, dan
sistematika penulisan untuk memperoleh data secara lengkap dan teratur.
13
Metode penelitian ini diterapkan terhadap obyek penelitian yang kemudian
akan diimplementasikan dalam bab-bab berikutnya.
Bab II. Bab ini berisi tentang Konsep Puasa Dalam Agama Baha’i, yang
membahas tentang Sejarah puasa dalam agama Baha’i, Pengertian, Tata cara
Pelaksanaan Puasa dalam agama Baha’i, Tujuan dan Manfaat Puasa.
Bab III. Bab ini membahas tentang Konsep Puasa Dalam Agama Hindu,
yang membahas mengenai Sejarah puasa dalam agama Hindu, Pengertian,
Tata cara Pelaksanaan Puasa dalam agama Hindu, Tujuan dan Manfaat Puasa.
Bab IV. Bab ini merupakan pembahasan atas data-data yang telah
dituangkan dalam bab sebelumnya. Berisi analisis terhadap Perbandingan
Makna Puasa dalam agama Baha’i dan Agama Hindu yang meliputi:
Persamaan dan Perbedaan Makna Puasa, Tata cara Puasa dalam Agama Baha’i
dan Hindu serta Tradisi Puasa dalam Agama Baha’i dan Agama hindu.
Bab V. Bab ini merupakan akhir dari proses penulisan atas hasil
penelitian yang berpijak pada bab-bab sebelumnya. Berisi kesimpulan, saran-
saran, dan penutup. Dengan memberikan kesimpulan yang benar-benar
lengkap dan dorongan agar benar-benar memahami tentang Makna Puasa
dalam agama Baha’i dan dalam agama Hindu.
14
BAB II
KONSEP PUASA DALAM AGAMA BAHA’I
A. Sekilas Sejarah Agama Baha’i
Agama Baha’i mulai diproklamirkan pada tahun 1863, Baha’u’llah
mulai mengumumkan misinya tentang kesatuan umat manusia serta
mewujudkan keselarasan di antara agama-agama.1 Selama 40 tahun,
Baha’u’llah banyak menulis wahyu yang diterimanya dan menjelaskan secara
luas tentang keesaan Tuhan, kesatuan agama, serta kesatuan umat manusia,
dalam kurang lebih 100 Kitab, Loh, Buku. Baha’u’llah mengumumkan bahwa
umat manusia kini berada pada ambang pintu zaman baru, zaman
kedewasaan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, sekarang
terbuka kemungkinan bagi setiap orang untuk melihat seluruh bumi dengan
semua bangsanya yang beranekaragam, dalam satu persfektif.2
Baha’u’llah mengajarkan bahwa semua agama berasal dari satu Tuhan
Yang Maha Esa. Semua utusan Tuhan mengajarkan keesaan Tuhan dan
mewujudkan cinta Tuhan dalam kalbu-kalbu para hamba-Nya. Baha’ullah
bersabda bahwa kini telah saatnya telah tiba bagi setiap bangsa di dunia
menjadi anggota dari satu keluarga besar umat manusia dan mendirikan suatu
masyarakat sedunia. Persia adalah negara Muslim Syi’ah. Menurut tradisi
Syi’ah terdapat wacana dua belas orang imam yang yang menunjukan pintu
1Baha’u’llah, Agama Baha’i, (T.tp: Majelis Rohani Nasional Baha’i Indonesia:2015), h. 2.
2Baha’u’llah, Agama Baha’i, (T.tp: Majelis Rohani Nasional Baha’i Indonesia:2015), h. 3.
15
gerbang kebenaran agama. Imam yang ke dua belas hilang pada abad ke 19
dan kaum Syi’ah meyakini bahwa suatu saat nanti, Imam yang hilang akan
muncul kembali sebagai Al-Mahdi, yang dijanjikan akan membawa
perdamaian dan keselarasan umat manusia di muka bumi ini.3
Agama Baha’i lahir pada tahun 1844 di persia. Nama Baha’i ini diambil
dari nama pembawanya yaitu Mirza Husein bin Ali yang bergelar
“Baha’u’llah” yang berarti “Kemuliaan Allah” yang lahir di Teheran tahun
1817. Agama ini pada mulanya berpusat di Teheran dari tahun 1844 hingga
tahun 1921. Kemudian pada masa Shoghi Effendi memegang tampuk
pimpinan Baha’i, pusatnya dipindahkan ke Haifa Israel dan menjadi pusat
agama Baha’i. Pada tahun 1950, The Baha’i International Community
menjadi anggota government dari PBB dengan status sebagai konsultan di
Dewan Ekonomi dan Sosial.4
Pengikut Baha’i berarti orang-orang yang percaya akan Babullah
sebagai pesuruh Agung yang diutus oleh Allah untuk menyiarkan suatu agama
yang tunggal dan Abadi yaitu Baha’i. Agama ini bukan merupakan salah satu
firqah atau madzhab dari Islam, Kristen, Yahudi dan yang lainnya, tetapi
agama ini dipandang sebagai penerus agama Islam, Kristen, Yahudi,
3Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor Cet. 1 (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2013), h. 115. 4Nuhrison, M.Nuh, Aliran-Aliran Keagamaan Aktual Di Indonesia (Jakarta: Badan Litbang
dan Diklat Kementrian Agama, 2010), h. 26.
16
walaupun pada awal sejarah pertumbuhannya Baha’i merupakan aliran atau
firqah dalam Islam.5
Agama Baha’i ini telah menyebar dan memiliki perwakilan di 135
negara dan 1128 wilayah penting di seluruh dunia. Baha’i merupakan agama
yang berkembang terus dan menarik kalangan pemuda maupun dewasa.
Dewasa ini ada lima buah rumah ibadah Baha’i berupa temple seperti
Frankfut di german, Sidney di Australia, Kampala di Afrika, Wilmett(AS),
NewDelhi di India, Samoa di Lautan Pasific, Santiago di Amerika Selatan,
dan Panama di Amerika Tengah. Rumah ibadah yang lainnya sedang
dibangun di India dan Samoa.6
1. Sejarah Agama Baha’i di Indonesia
Di Indonesia, agama Baha’i mulai menanamkan pengaruhnya pada
tahun 1954 bahkan menurut sebagian informasi masuk sebelum tahun 1954.
Yaitu sekitar 1878. Pada mulanya agama Baha’i ini merupakan kepercayaan
perorangan, kemudian membentuk komunitas-komunitas di berbagai wilayah
di Indonesia. Wilayah yang sudah terdapat komunitas Baha’i-nya adalah
Klaten, Bojonegoro, Ponorogo, Sulawesi Selatan, Tulungagung, Rembang,
Sigli, Meulaboh, Jakarta, Banyuwangi, Madiun, Bali, dan Sumatera Barat.7
5Agama Baha’i pada awalnya di pandang sebagai penerus dari agama Islam, Kristen dan
Yahudi tetapi sebenernya agama Baha’i merupakan agama yang berdiri sendiri atau Independen seperti
yang tertera dalam website resmi baha’iindonesia.org. 6www.baha’iindonesia.org. Di akses pada tanggal 22 Maret 2017.
7Nuhrison, M.Nuh, Aliran-Aliran Keagamaan Aktual Di Indonesia (Jakarta: Badan Litbang
dan Diklat Kementrian Agama, 2010), h. 27.
17
Agama Baha’i masuk ke Indonesia sekitar tahun 1878, dibawa oleh dua
orang pedagang dari Persia dan Turki, yaitu Jamal Effendi dan Mustafa Rumi.
Dalam situs resmi agama Baha’i di Indonesia, dijelaskan agama Baha’i adalah
agama yang independen dan bersifat universal, bukan sekte dari agama lain
ataupun sempalan dari agama lainnya.8
Agama Baha’i menyatakan sebagai agama sedunia yang bertujuan
mempersatukan semua ras dan bangsa dalam satu ajaran universal
berdasarkan prinsip-prinsip keesaan tuhan, kesatuan agama, dan persatuan
seluruh umat manusia.9
2. Pendiri Agama Baha’i
a. Bab
Sayyid Ali Muhammad As-Syairozi lebih dikenal dengan gelarnya Bab
itu, di lahirkan pada tanggal 20 Oktober 1819 di kota Shiraz Iran. Ia
dilahirkan dari keluarga bangsawan terkemuka dan merupakan keturunan
Nabi Muhammad. Ayahnya meninggal ketika dia masih kecil, dan selanjutnya
diasuh dan dibesarkan oleh pamannya. Ketika sekolah ia memiliki
kemampuan yang luar biasa, dan setelah dewasa bekerja sama dengan
pamannya sebagai pedagang di Bushihr, sebuah kota di Barat Daya Shiraj dan
menikah serta mempunyai anak bernama Ahmad yang meninggal ketika
masih bayi.
8www.baha’iindonesia.org. Di akses pada tanggal 22 Maret 2017.
9Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 116.
18
Pada tahun 1840 Bab tinggal selama setahun di kota suci Syi’ah di Irak
dan menjalin kontak langsung dengan sayyid Khazim Rasyti, pemimpin
madzhab Syaikhiyah. Setelah wafat Sayyid Khazim, pada awal tahun 1844
seorang murid Sayyid Khazim bernama Mulla Husyn pergi ke sebuah masjid
dan bermeditasi selama empat puluh hari. Sebagaimana yang telah
diamanatkan oleh Sayyid Khazim, Mulla Husyn diperintahkan untuk mencari
“Qaim”. Pada akhirnya ia bertemu dengan Bab, dimana Bab menyatakan
bahwa dirinya adalah “Qaim” yang di janjikan.
Sang Bab mengajarkan bahwa banyak tanda dan peristiwa yang ada
dalam kitab-kitab suci yang harus dimengerti dalam arti kias, bukan arti
harfiyah. Dia melarang perbudakan, juga melarang perkawinan sementara,
yang pada waktu itu merupakan praktek Syi’ah Iran. Selama enam tahun dia
menyampaikan tanpa henti bahwa waktunya telah dekat bagi munculnya
perwujudan Tuhan yang baru dan memperiapkan jalan bagi kedatangan-Nya.
Dia mengajarkan untuk memurnikan hati dari kehampaan duniawi, sehingga
dapat mengenali Dia Yang Dijanjikan ketika Dia datang.10
Pada tahun 1844, Bab memproklamirkan dirinya sebagai utusan Tuhan
dan menganggap dirinya sebagai nabi terbesar, di mana kedatangannya
hendak menyempurnakan tugas kenabian dari agama-agama besar
10
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 117.
19
sebelumnya. Akibat dari pengakuan dan ajarannya itu Bab di hukum gantung
oleh Khalifah di wilayah Persia pada tahun 1850.11
Sang Bab dihukum mati dan dieksekusi di kota Tabriz. Jenazahnya
diambil oleh para pengikutnya secara diam-diam, dan akhirnya dibawa dari
Iran ke Bukit Karmel di tanah suci yang pada waktu itu berada di bawah
keajaan Ottoman, Turki (sekarang Israel) dan dikuburkan di suatu tempat
yang di tentukan oleh Baha’u’llah. Makam Sang Bab kini menjadi tempat
berziarah yang penting bagi umat Baha’i.12
b. Baha’u’llah
Baha’u’llah lahir pada tahun 1817 di Teheran, ibu kota Persia, nama
aslinya Mirza Husayn Ali. Sejak kecil dia menunjukan tanda-tanda
keagungannya, dia tidak bersekolah tetapi memiliki anugerah luar biasa
dengan pengetahuan bawaan. Dia berasal dari keluarga bangsawan, dan
memilih mengabdikan hidupnya untuk menolong orang-orang yang tertindas,
orang sakit, orang miskin, dan memperjuangkan keadilan.13
Pada tahun 1848-1852, lebih dari dua puluh ribu pengikut Bab telah
dibunuh, termasuk hampir semua pengikut yang awal (Huruf Hidup).
Baha’u’llah sendiri termasuk salah seorang pengikut dan pendukung utama
Bab. Pada tahun 1863, ketika Baha’ullah ditahan di penjara bawah tanah
Siyah-Chal (lubang hitam) di kota Teheran, dia menerima permulaan dari
11
Nuhrison, M.Nuh, Aliran-Aliran Keagamaan Aktual Di Indonesia (Jakarta: Badan Litbang
dan Diklat Kementrian Agama, 2010), h. 27. 12
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 118. 13
Hushmand fathe’zam, Taman Baru, (T.tp: Majelis Rohani Nasional baha’i Indonesia:2009),
h. 35
20
midi Ilahinya sebagai “Dia yang akan Tuhan Wujudkan” sebagaimana telah
diramalkan oleh Bab.
Setelah keluar dari penjara, dia hidup dipengasingan dan meninggalkan
negerinya merantau ke Bagdad. Di Bagdad ini Baha’u’llah mulai mengajarkan
ajaran Baha’i dan mendapatkan cukup banyak pengikut. Diapun mengulangi
proklamasi kenabiannya melalui surat-surat yang dikirim kepada raja-raja dan
pemerintah di Timur dan Barat.14
Dalam menyebarkan ajarannya Baha’u’llah mengalami banyak
tantangan, pembuangan dan pemenjaraan. Dia diasingkan sebanyak empat
kali dari satu negeri ke negeri lainnya, sampai akhirnya di asingkan ke kota
Akka (Ottoman). Meskipun mengalami beberapa penderitaan, Baha’u’llah
terus mewahyukan firman Tuhan selama lebih empat puluh tahun dengan
membawa cinta dan energi rohani ke dunia ini, sehingga kesatuan dan
kesejahteraan manusia pasti terwujud.
Ajaran-ajarannya dinyatakan selaras dengan zaman kini dan kondisi
umat manusia saat ini. Baha’u’llah mengatakan:
“Inilah hari saat karunia-karunia Ilahi yang paling unggul telah
dicurahkan kepada manusia, hari saat anugerah-Nya yang paling
agung telah dihembuskan ke dalam segala ciptaan. Diwajibkan
kepada semua bangsa di dunia untuk menyelesaikan perselisihan-
perselisihan mereka, dan dengan persatuan dan perdamaian yang
sempurna hidup di bawah naungan pohon pemeliharaan dan kasih
sayang Tuhan”
Jadi dijelaskan bahwasannya pada saat ini telah datang karunia dari
Tuhan yang tercurahkan kepada manusia, kepada semua umat di perintahkan
14
Nuhrison M. Nuh, Aliran-Aliran Keagamaan Aktual Di Indonesia, h. 27.
21
untuk menyelesaikan segala permasalahan dan perselisihan diantara
sesamanya, dengan mempersatukan seluruh umat manusia sebagai tujuan
dasar agama Baha’i.
Baha’u’llah wafat pada tahun 1892, Makamnya terletak di dekat kota
Akka dan menjadi tempat tersuci bagi umat Baha’i. Dalam surat wasiatnya,
Baha’u’llah menunjuk putra sulungnya, Abdul Baha’ sebagai suri tauladan
agama Baha’i. Penafsir yang sah atas tulisan sucinya, serta pemimpin agama
Baha’i setelah Baha’u’llah wafat.15
c. Abdul Baha’
Abdul Baha’ lahir pada malam yang sama ketika Sang Bab
mengumumkan misi-Nya pada tahun 1844 dan wafat pada bulan November
1921, dalam usia 77 tahun dan kini dikuburkan di salah satu ruang dari
Makam Sang Bab di Haifa. Abdul Baha’ ia adalah putra Baha’u’llah yang
diangkat sebagai penterjemah ajaran-ajarannya dan menjadi petunjuk bagi
para murid-muridnya.16
Abdul Baha’ mengembangkan ajarannya dengan melakukan perjalanan
ke Eropa, Mesir, Amerika Serikat dan Kanada. Dia berbicara di gereja-gereja,
universitas dan kelompok-kelompok ilmuwan di berbagai Negara.17
Baha’u’llah sendiri yang langsung mendidik Abdul Baha’ agar memiliki
sifat seorang Baha’i sejati. Dia telah mengalami pembuangan dan
15
Hushmand fathe’zam, Taman Baru, (T.tp: Majelis Rohani Nasional baha’i Indonesia:2009),
h. 35 16
Hushmand fathe’zam, Taman Baru, (T.tp: Majelis Rohani Nasional baha’i Indonesia:2009),
h. 43. 17
Nuhrison M. Nuh, Aliran-Aliran Keagamaan Aktual Di Indonesia, h. 28.
22
pemenjaraan yang panjang bersama ayahnya. Setelah dia dibebaskan sebagai
akibat dari “Revolusi Pemuda Turki” (pada tahun 1908), dia mengadakan
suatu perjalanan selama tahun 1910-1913 ke Mesir, Inggris, Skotlandia,
Perancis, Amerika Serikat, Jerman, Austria, dan Hungaria, dimana dia
mengumumkan misi ajaran Baha’i mengenai perdamaian, keadilan sosial
kepada sesama umat agama, berbagai organisasi pendukung perdamaian , para
pengajar di universitas-universitas, para wartawan, pejabat pemerintah dan
khalayak umum lainnya.
Dalam wasiatnya Abdul Baha’ menunjuk cucu tertuanya yaitu Shogi
Effendi Rabbani, sebagai wali Agama sekaligus sebagai penafsir ajaran agama
ini.
d. Shoghi Effendi
Shoghi Effendi ia merupakan cucu dari Abdul Baha’ yang kemudian
menjadi penjaga kepercayaan Baha’i setelah Baha’u’llah meninggal.
Sebagaimana dalam surat wasiat Abdul Baha; Shoghi Effendi ditunjuk
sebagai Wali Agama Baha’i dan penafsir yang sah ajaran-ajaran Baha’i, maka
selama hidupnya, hampir tiga puluh enam tahun, Shoghi Effendi
menterjemahkan banyak tulisan suci. Dia melaksanakan berbagai rencana
global untuk pengembangan masyarakat Baha’i, mengembangkan pusat
Baha’i sedunia, melakukan surat-menyurat dengan banyak masyarakat dan
individu Baha’i di seluruh dunia, mendirikan dan membangun struktur
23
administrasi Baha’i yang mempersiapkan jalan untuk didirikannya balai
keadilan sedunia.18
Shoghi Effendi juga membangun dan memperluas kuil Baha’i dan taman
di Israel. Shoghi Effendi meninggal pada tahun 1957. Setelah kematian
Shoghi Effendi, kepemimpinan agama Baha’i bukan berdasarkan keturunan
Baha’u’llah lagi, tetapi yang dipilih dari berbagai perkumpulan Baha’i di
seluruh dunia. Lembaga tertinggi dalam agama Baha’i adalah Balai Keadilan
Sedunia. Di setiap negara, orang-orang Baha’i memilih Majelis Rohani
Nasional, dan di setiap daerah memilih Majelis Rohani Setempat. Tidak ada
ulama atau pendeta dalam agama Baha’i, dan Majelis Rohani setempatlah
yang mengatur urusan-urusan masyarakat.
Majelis Rohani Setempat terdiri dari sembilan anggota yang dipilih oleh
semua orang Baha’i dewasa di suatu masyarakat secara rahasia, dalam
suasana penuh doa.
3. Ajaran dan Ritual Dalam Agama Baha’i
a. Kitab Suci
Yang disebut Kitab Suci dalam agama Baha’i adalah kumpulan tulisan
dan amanat Sang Bab dan ajaran-ajaran dan tulisan-tulisan Baha’u’llah. Buku
yang tersuci adalah yang di sebut Kitab i-Aqdas. Tulisan-tulisan suci dalam
bentuk asli disahkan oleh Baha’ullah sendiri, sehingga tidak ada keraguan atas
keasliannya.
18
Hushmand fathe’zam, Taman Baru, (T.tp: Majelis Rohani Nasional baha’i Indonesia:2009),
h. 53
24
b. Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Perwujudan Tuhan
Baha’u’llah mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan Yang Maha
Agung, yakni Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengirim para Utusan Tuhan
untuk membimbing manusia. Tuhan adalah pencipta dari segala sesuatu. Dia
telah menciptakan langit dan bumi, dengan gunung dan lembah, gurun dan
laut, dengan sungai, padang rumput dan pohon-pohonnya. Tuhan telah
menciptakan hewan serta menciptakan manusia.
Umat Baha’i percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta alam semesta
dan Dia bersifat Tidak Terbatas, Tak Terhingga, dan Maha Kuasa. Tuhan
tidak dapat difahami, dan manusia tidak bisa sepenuhnya memahami realitas
keilahian-Nya. Oleh karena itu, Tuhan telah memilih untuk membuat Diri-
Nya dikenal oleh manusia melalui para utusan Tuhan, diantaranya Ibrahim,
Musa, Krishna, Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, dan Baha’u’llah. Para
Utusan Tuhan yang suci itu bagaikan cermin yang memantulkan sifat-sifat
dan kesempurnaan Tuhan.
c. Kesatuan Umat Manusia, Dunia dan Keragaman
Tujuan agama Baha’i adalah mempersatukan umat manusia. Ajaran
Baha’i mengajarkan bahwa manusia adalah buah dari pohon dan daun-daun
dari satu dahan. Meski berbeda satu sama lainnya, namun tumbuh pada akar
yang sama, menjadi bagian dari satu pohon keluarga. Semua harus berusaha
menyelaraskan pikiran dan tindakan dengan keyakinan tentang kesatuan
manusia. Umat manusia dapat diumpamakan sebagai kebun yang luas, yang di
dalamnya tumbuh berdampingan bunga-bunga yang beraneka warna, bentuk,
25
dan wanginya. Keindahan dan daya tarik dari kebun itu terletak pada
keanekaragaman tersebut.
Baha’ullah menegaskan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan
Tuhan, harus diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan
menghormati.
d. Sifat Roh dan Kehidupan Sesudah Mati
Umat baha’i percaya tentang adanya roh yang kekal yang ada pada
setiap manusia walaupun tidak sepenuhnya mampu memahami sifat roh itu.
Baha’u’llah bersabda:
“Engkau telah menanyakan kepada-Ku mengenai hakikat roh.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya roh adalah sebuah tanda Tuhan,
sebuah permata surgawi yang kenyataannya telah gagal dipahami
oleh orang-orang yang paling terpelajar, dan tidak ada akal, betapa
pun tajamnya, yang dapat berharap untuk membuka rahasianya.”19
Agama Baha’i mengajarkan bahwa roh berasal dari alam rohani Tuhan.
Roh bukanlah bagian dari dunia materi. Hubungan roh dengan badan seperti
hubungan cahaya dengan cermin yang memantulkannya. Cahaya yang tampil
di cermin, tidak berada dalam cermin. Cahaya berasal dari sumber luar.
Begitu pula roh itu tidak berada dalam badan.20
Jadi dalam agama Baha’i roh
itu bukanlah dari dunia materi melainkan dari alam rohani Tuhan.
Penjelasan pengetahuan tentang roh dan kehidupan sesudah mati
dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:
19
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor Cet. 1 (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2013), h. 128 20
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor Cet. 1 (Jakarta: UIN Jakarta
Press,2013), h. 128.
26
1) Roh adalah suatu entitas rohani yang diciptakan oleh Tuhan.
2) Manusia terdiri dari gabungan roh dan Badan.
3) Kematian hanyalah perubahan kondisi, setelah itu roh berkembang terus
selama-lamanya.
4) Roh merupakan suatu tanda Tuhan.
5) Roh yang setia kepada Tuhan akan memantulkan cahaya-Nya dan akan
mendekati-Nya.
6) Roh tidak dapat maju sendiri, ia membutuhkan bantuan perwujudan
Tuhan.
7) Roh yang setia akan mencapai kedudukan yang mulia dan kebahagiaan
abadi, tetapi roh yang tidak setia akan menyadari kerugiannya dan akan
diliputi penyesalan abadi.
8) Di alam baka, roh dapat mengenali roh-roh yang dicintai dan dapat
bergaul dengan para sahabat Tuhan.
e. Agama
Menurut Baha’u’llah, agama merupakan saraba terbesar untuk
menciptakan tata tertib di dunia dan kebahagiaan yang sentosa bagi semua
yang berdiam di dalamnya. Jika lampu agama meredup, maka keributan dan
kekacauan akan terjadi, cahaya-cahaya kejujuran, keadilan, ketenangan, dan
kedamaian, akan berhenti besinar. Agama Tuhan adalah untuk kasih dan
persatuan; janganlah membuatnya penyebab kebencian dan perselisihan.
27
Dalam pandangan Baha’i, agama memiliki dua aspek yaitu aspek hakiki
dan aspek sementara.21
Asspek hakiki adalah ajaran-ajaran kerohanian yang
tidak berubah, sedangkan aspek sementara adalah peraturan-peraturan yang
diberikan sesuai dengan keperluan zamannya.
Ajaran Baha’i mengumpamakan para perwujudan Tuhan dengan
seorang dokter, yang tugasnya adalah “menyembuhkan umat manusia yang
terpecah belah dari penyakitnya.” Obat yang diberikan pada suatu zaman tidak
akan sama dengan obat yang diberikan pada zaman berikutnya. Oleh karena
itu, agama asal Mula di dunia tampaknya berbeda-beda. Tapi sebenarnya
menurut ajaran Baha’i semua agama itu tunggal dan berasal dari sumber yang
sama. Inilah agama Allah yang tak berubah-ubah, abadi pada masa lampau,
kekal pada masa yang akan datang.
f. Hukum
Setiap agama dan perwujudan Tuhan membawa hukum dan peraturan
kepada umat manusia untuk membimbing ke jalan yang benar. Beberapa dari
hukum dan perintah itu abadi, sedangkan yang lainnya berubah seiring dengan
kemajuan dan perubahan umat manusia.
Kebanyakan hukum Baha’i terdapat dalam kitab i-Aqdas, diterapkan
secara bertahap sesuai dengan keadaan masyarakat. Beberapa hukum Baha’i
yang sudah berlaku secara umum diantaranya:
1) Sembahyang wajib Baha’i
21
Aspek Hakiki: ajaran-ajaran kerohanian yang tidak berubah, sedangkan Aspek sementara:
peraturan-peraturan yang diberikan sesuai dengan keperluan zamannya dan sewaktu-waktu bisa
menyesuaikan pada zaman.
28
2) Membaca tulisan suci setiap hari
3) Dilarang bergunjing dan memfitnah
4) Menjalankan puasa Baha’i setiap tahun.
5) Dilarang mengkonsumsi minuman beralkohol, obat bius, kecuali untuk
perawatan medis.
6) Homoseksual tidak diperbolehkan
7) Dilarang berjudi
8) Perayaan Hari-hari Sembilan Belas, pada hari pertama setiap bulan dari
kalender Baha’i.
9) Setelah kematian dilarang membawa tubuh lebih dari satu jam perjalanan
dari batas kota tempat kematian.
10) Tubuh harus dibungkus dengan kain kafan dari sutera atau kapas dan
diletakan di dalam peti mati yang terbuat dari batu yang dipoles, kristal
atau kayu keras. Sebuah doa khusus harus dibaca sebelum penguburan.
11) Bekerja adalah ibadah
12) Taat kepada pemerintah
13) Hukum perdata mengambil prioritas di atas hukum agama Baha’i
14) Wajib memberikan pendidikan anak-anak
15) Pengulangan nama Tuhan 95 kali dalam sehari.
16) Berburu binatang diperbolehkan dengan syarat menyebut nama Allah
sebelum berburu. Jika tewas dalam jaring atau jebakan tidak
diperbolehkan.
29
g. Kesejajaran Perempuan dan Laki-laki
Agama Baha’i mengajarkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan,
kesetaraan penuh dan kesadaran yang kuat tentang kemitraan antara
perempuan dan laki-laki sangatlah penting untuk kemajuan manusia dan
masyarakat.22
“Kaum wanita mempunyai hak yang sama dengan kaum pria di
dunia; dalam agama dan dalam masyarakat kaum wanita merupakan
unsur yang sangat penting. Selama kaum wanita terhalang dari
pencapaian potensi tertingginya, selama itu pula kaum pria pun tidak
akan bisa mencapai kebesaran yang seharusnya dapat menjadi
miliknya”.
“Umat manusia bagaikan seekor burung dengan kedua sayapnya;
laki-laki dan perempuan. Burung itu tidak dapat terbang ke langit
kecuali kedua sayapnya kuat dan digerakan oleh kekuatan yang sama
berkembang ke tingkat yang sama”.23
h. Ajaran Etika
Umat Baha’i percaya bahwa manusia harus berupaya memperoleh sifat-
sifat mulia serta bertingkah laku sesuai dengan standar moral yang tinggi.
Salah satu dasar kehidupan Baha’i adalah mengembangkan dan memperoleh
sifat-sifat mulia seperti kebaikan hati, kedermawanan, toleransi, belas kasihan,
sifat dapat dipercaya, niat yang murni, dan semangat pengabdian. Umat
Baha’i dilarang bergunjing, berbohong, mencuri, dan berjudi, minuman
beralkohol, dan narkoba.
22
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h.130. 23
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h.132.
30
i. Ritual atau Praktek Keagamaan
1) Sembahyang Wajib, Puasa dan Doa
Umat Baha’i diwajibkan untuk bersembahyang, dilaksanakan secara
individu, serta untuk berpuasa selama periode tertentu. Sembahyang, puasa
dan doa yang paling tinggi adalah yang dilakukan semata-mata demi cinta
kepada Tuhan, bukan karena takut pada-Nya, atau takut pada neraka atau
karena mengharapkan surga. Kewajiban sembahyang dan puasa adalah
sebagai rahmat dan karunia yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk
memberi makan rohani agar menjadi kuat.
Ada tiga sembahyang wajib diantaranya yaitu:24
a) Yang terpendek dilakukan sekali sehari antara tengah hari hingga matahari
terbenam.
b) Sembahyang menengah dilaksanakan tiga kali sehari pada waktu pagi,
tengah hari, dan petang.
c) Sembahyang panjang dilakukan sekali sehari kapan saja, dalam dua puluh
empat jam.
Umat Baha’i dapat memilih salah satu saja dari ketiga sembahyang itu,
tapi ia wajib melakukannya. Sembahyang ini dilakukan secara sendiri-sendiri;
tidak ada sembahyang wajib secara berjamaah, kecuali sembahyang jenazah.
Sebelum sembahyang, harus membasuh wajah dan tangan terlebih dahulu,
dan sewaktu bersembahyang harus menghadap ke Kiblat Baha’i (ke arah
makam Baha’ullah). Dari ketiga sembahyang wajib itu, sembahyang
24
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 133.
31
panjanglah yang paling banyak mengandung gerakan, yang mencerminkan
simbol dari sikap batin.
Selanjutnya yaitu mengenai puasa, Puasa adalah salah satu kewajiban
terbesar seorang Baha’i, dan tujuan utamanya adalah untuk menghidupkan
kembali jiwa dan membawa orang lebih dekat kepada Allah. Berpuasa adalah
berpantang dari makanan dan minuman. Berpuasa berarti melakukan praktek
menahan diri untuk menjauhkan diri dari semua selera tubuh dan sebagainya,
untuk dapat berkonsentrasi pada diri sendiri sebagai mahluk spritual dan
untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Selain sembahyang wajib dan puasa, terdapat pula banyak doa dan
Tulisan Suci lainnya yang dianjurkan untuk dibaca dan dipelajari. Kewajiban-
kewajiban kerohanian itu membantu orang-orang Baha’i untuk memenuhi
tujuan dan hidup mereka, yaitu mengenal dan menyembah Tuhan dan
berkembang secara rohani. Di dunia jasmani, manusia harus makan setiap hari
yang merupakan kebutuhan tubuh manusia. Jika tidak makan maka akan jatuh
sakit dan mati. Begitupun dengan roh, roh juga membutuhkan makanan. Dan
doa adalah makanan bagi perkembangan rohani. Doa adalah cara untuk
membuat permintaan kepada Tuhan, seperti percakapan dengan Tuhan.
2) Perkawinan
Perkawinan Baha’i adalah bersatunya seorang laki-laki dengan seorang
perempuan. Tujuannya terutama bersifat rohani dan adalah demi keselarasan,
persahabatan, dan persatuan pasangan itu.
32
Ajaran Baha’i menyebutkan perkawinan sebagai benteng kesejahteraan
dan keselamatan dan menempatkan lembaga keluarga sebagai pondasi
struktur masyarakat manusia. Beberapa hal yang berkaitan dengan
perkawinan, diantaranya:
a) Memiliki lebih dari satu istri atau suami dilarang.
b) Berusia 15 tahun pada saat pertunangan (disesuaikan dengan Hukum sipil
negara).
c) Persetujuan dari kedua belah pihak dan orang tua.
d) Pernikahan dengan non-Baha’i diperbolehkan
e) Masa pertunangan tidak boleh melebihi sembilan puluh lima hari
(disesuaikan).
f) Membayar mas kawin
g) Perceraian diperbolehkan, tetapi hanya setelah pasangan tinggal satu tahun
terpisah, sambil mencoba menyelesaikan perselisihannya.
h) Upacara Baha’i sangat sederhana; satu-satunya kewajiban adalah
pembacaan ayat dari kitab i-Aqdas oleh mempelai pria dan mempelai
wanita, di depan dua orang saksi.25
j. Kepemimpinan
Dalam agama Baha’i, salah satu ciri-cirinya adalah jabatan atau profesi
kependetaan atau yang semacam itu sengaja ditiadakan. Baha’u’llah bersabda
bahwa meskipun pada zaman dahulu jabatan ini dibutuhkan, namun tidak
diperlukan lagi zaman kita. Baha’u’llah mengajak masing-masing dari kita
25
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h.134.
33
agar mencari kebenaran bagi diri kita sendiri. Dengan begitu kita dapat
melihat dengan mata kita sendiri dan bukan melalui mata orang lain,
mendengar dari telinga kita sendiri dan mengerti dengan kekuatan pikiran atau
pengertian kita sendiri.26
B. Sejarah Puasa dalam Agama baha’i
Pengertian Puasa secara Umum, puasa secara etimologi (bahasa) yaitu
menahan. Dalam bahasa Arab, orang yang diam disebut dengan Shaim “orang
yang berpuasa”. Karena ia menahan diri dari pembicaraan dan segala hawa
nafsu. Adapun secara terminologi (istilah) yaitu menahan sesuatu pada waktu
tertentu dari perkara-perkara yang membatalkan puasa tersebut dan disertai
dengan niat.
Agama Baha’i dan agama-agama lainnya mendapatkan perintah berpuasa
berasal dari Tuhan. Baha’u’llah menetapkan puasa dalam Baha’i selama satu
bulan (19 hari) yang terdapat dalam kalender agama Baha’i.
Dalam penanggalan Baha’i ada empat dan kadang-kadang ada lima hari
antara bulan ke-18 dan ke-19 dalam setiap tahun yang disebut “hari-hari HA
atau hari-hari Sisipan” selama masa ini umat Baha’i menjamu para sahabat
dan sanak famili serta memberikan makan dan minum pada orang-orang
miskin diantara mereka. Dengan dimulainya bulan Baha’i yang ke-19 yakni
bulan keluhuran (ALA) masa umat Baha’i berpuasa dimulai.27
26
Hushmand fathe’zam, Taman Baru, (T.tp: Majelis Rohani Nasional baha’i Indonesia:2009),
h. 103. 27
Hushmand Fathe’zam, Taman Baru, h. 166.
34
Selama sembilan belas hari berpuasa, orang-orang Baha’i tidak boleh
makan dan minum apapun sejak terbitnya matahari hingga terbenamnya
matahari, umat baha’i bangun pada waktu fajar untuk berdoa kepada Tuhan
serta bersyukur kepada-Nya atas semua rahmat dan karunianya yang telah
diberikan kepadanya. Umat baha’i berbuka puasa saat matahari terbenam,
setelah kita melakukan berpuasa selama sembilan belas hari ini kita akan lebih
dekat dengan Tuhan dibandingkan dengan waktu-waktu lain. Dalil tentang
perintah berpuasa dalam ajaran agama Baha’i;
Baha’u’llah bersabda dalam kitab i- Aqdas:
“Kami telah memerintahkan kepadamu agar bersembahyang dan
berpuasa dari awal akil balig (15 tahun); Inilah perintah Allah, Rabimu
dan Rabi nenek moyangmu. Tahanlah dirimu dari makan dan minum,
mulai dari terbitnya matahari sampai terbenamnya matahari, dan
berhati-hatilah jangan sampai hawa nafsu menghalangi engkau dari
rahmat yang ditetapkan dalam Al- Kitab.28
Ketika kita berpuasa secara tidak langsung kita menunjukkan rasa cinta
kita kepada Tuhan sang Pencipta dan menggambarkan kesetiaan kita dalam
perintah-perintahnya.29
28
Baha’u’llah, Doa, h. 170 29
Hushmand Fathe’zam, Taman Baru, h. 166.
35
C. Pengertian Puasa Dalam Agama Baha’i
Abdul Baha bersabda:
“Puasa adalah suatu lambang yang berpantang pada nafsu-nafsu,
puasa jasmani adalah pengingatan; yakni sebagaimana seseorang
berpantang terhadap keinginan jasmaninya, demikian pula ia harus
mengekang dorongan dan hawa nafsunya, akan tetapi sekedar
berpantang makan saja tidak berfaedah bagi jiwa, pantangan itu
hanyalah lambang suatu pengingatan saja kalau tidak puasa itu tidak
ada artinya. Puasa untuk tujuan ini bukan berarti tidak makan sama
sekali, aturan emas tentang makan ialah jangan mengambil terlalu
banyak atau terlalu sedikit, sikap sedang amat diperlukan. Di India
terdapat beberapa sekte yang menjalankan berpantang secara
berlebihan dan secara bertahap mereka mengurangi makan sehingga
mereka tidak makan sama sekali. Kecerdasan mereka-pun menurun.
Seseorang tidak layak mengabdi kepada Tuhan melaui akal dan
tubuhnya jika menjadi lemah karena kurang makan. Ia tidak dapat
memahaminya makna puasa secara jelas.”30
Sebelum matahari terbit, kita bersiap-siap untuk berdoa dan
bermeditasi. Baha’ullah memberikan doa-doa yang indah khusus untuk
masa puasa. Ini adalah doa dari Baha’ullah yang dapat dibaca selama
masa puasa:31
30
Hushmand Fathe’zam, Taman Baru, h. 167. 31
Hushmand Fathe’zam, Taman Baru, h. 168.
36
“Terpujilah Engkau, ya Rabi Tuhanku! Aku memohon kepada-
Mu, demi wahyu ini, yang melaluinya kegelapan diubah menjadi
cahaya, dan Agama yang diturunkan terus menerus telah didirikan,
dan Loh yang tercatat telah dibentangkan, agar menurunkan
kepadaku mereka yang dekat kepadaku, apa yang akan memungkinkan
kami membubung ke langit kemuliaan-Mu yang luhur dan apa yang
akan membersihkan kami dari noda keragu-raguan yang menghalangi
mereka yang curiga, dari memasuki kemah kesatuan-Mu.
Ya Tuhanku, aku telah berpegang teguh pada tali kasih sayang-
Mu dan berpegang erat pada rahmat dan pemberian-Mu. Sudilah
menetapkan bagiku dan kekasih-kekasihku kebaikan dunia ini dan
akhirat. Lalu berikanlah kepada mereka Hadiah yang tersembunyi
yang Engkau telah tetapkan bagi orang-orang yang terpilih di antara
makhluk-makhluk-Mu.32
Masa puasa berlangsung sampai dengan hari terakhir pada tahun Baha’i.
Tahun Baru, yang jatuh pada tanggal 21 Maret, menandakan akhir masa
puasa. Orang-orang Baha’i merayakan hari ini sebagai Hari Raya Naw-Ruz.
D. Tata Cara Pelaksanaan Puasa Baha’i
Menurut ajaran tradisi Baha’i, puasa wajib dilaksanakan pada tanggal 2-
20 Maret, Kaum Baha’i melakukan puasa selama sembilan belas hari
sebelum merayakan Hari Raya Naw-Ruz yang jatuh setiap tanggal 21 Maret.33
Puasa ini dipandang sebagai periode persiapan spritual dan regenerasi untuk
tahun baru di depan dalam kalender Barat, periode ini terjadi antara tanggal
dua dan dua puluh satu Maret.34
Dalam agama Baha’i jikalau umat Baha’i tidak berpuasa itu merupakan
perbuatan Dosa, dan itu urusan seprang Individu dengan Tuhan. Dan di dalam
32
Hushmand Fathe’zam, Taman Baru, h. 168. 33
Hari raya Naw-Ruz: Hari Tahun Baru dalam agama Baha’i. Hari raya Naw-Ruz ini jatuh
setiap tanggal 21 Maret dalam hari raya ini umat Baha’i di wajibkan untuk berpuasa yaitu mulai
tanggal 02-21 Maret. 34
Baha’u’llah, Doa, h. 185.
37
agama Baha’i juga tidak ada pergantian atau mengqada di bulan lainnya
jikalau tidak berpuasa.
Puasa adalah kewajiban spiritual seorang individu, diwajibkan bagi yang
sudah berusia lima belas sampai tujuh puluh tahun dan dalam keadaan sehat,
kecuali orang yang berpergian, sakit, hamil, menyusui, haid, atau terlibat
dalam pekerjaan berat.
E. Tujuan dan Manfaat Puasa Bagi Penganut Baha’i
Puasa dalam agama Baha’i mempunyai tujuan dan manfaat yang baik
untuk para penganutnya diantara manfaat dan tujuan dilakukan-nya puasa
dalam agama Baha’i yaitu:
1. Untuk menghidupkan kembali jiwa dan membawa orang lebih dekat
kepada Tuhan.
2. Untuk menjauhkan diri dari selera tubuh.
3. Untuk dapat berkonsentrasi pada diri sendiri sebagai mahluk spritual.
4. Untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa.35
5. Untuk menahan sifat Egois.
6. Untuk menahan hawa nafsu indria.
7. Untuk lebih disiflin dalam waktu.
8. Puasa merupakan sumber kesetiaan dan ketaatan seorang hamba kepada
sang Penciptanya.
9. Puasa akan menguatkan roh.
35
Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h.133.
38
10. Meningkatkan berbicara dengan baik dan mengurangi berbicara yang
tidak baik.
11. Puasa membawa rasa kesegaran bagi tubuh kita.
12. Puasa dapat memberikan ketenangan jiwa.
13. Puasa merupakan sarana penyembuhan tertinggi.
14. Puasa dapat memperbaiki kehidupan rohani kita dan memperoleh
kekuatan rohani kita yang terpendam.
15. Puasa dapat membawa kita lebih tenang dalam melakukan hal atau
sesuatu.36
36
www.baha’iindonesia.org. Di akses pada tanggal 22 Maret 2017.
39
BAB III
KONSEP PUASA DALAM AGAMA HINDU
A. Sekilas Sejarah Agama Hindu
Agama Hindu merupakan agama yang paling tua di dunia, para rsi
jaman dahulu menyanyikan lagu yang suci di hutan dan juga di tepian sungai
India, jauh ribuan tahun sebelum Moses, Budha, ataupun Kristus. Lebih dari
ribuan tahun lagu ini tetap dinyanyikan oleh para rsi, yang yang
menggabungkan kebijaksanaan yang melahirkan sebuah agama yaitu agama
Hindu yang dikenal dengan nama Hinduisme saat ini.1
Nama asli dari agama Hindu adalah Sanatana Dharma (Kebenaran
universal atau abadi). Istilah agama Hindu, Hindu Dharma, dan Sanatana
Dharma meiliki arti yang sama. Jadi walaupun berbeda sebutannya namun
mempunyai arti dan makna yang sama. Asal usul dari agama Hindu
menimbulkan kontroversial, para cendikiawan setuju bahwasannya agama
Hindu ada sejak awal 500 S.M.2
Agama Hindu dikatakan sebagai pohon besar dengan cabangnya yang
sangat banyak yang melambangkan berbagai pemikiran keagamaan. Pohon ini
berakar dalam tanah Weda dan Upanisad yang subur. Weda melambangkan
1Bansi Pandit, Pemikiran Hindu Pokok-Pokok Pikiran Agama Hindu dan Filsafatnya,
Penerjemah: Iga Dewi Paramita (Surabaya: Paramita, 2006), h. 3. 2Singh, Dharam Vir, Hinduime Sebuah Pengantar, (Surabaya: Paramita, 2006), h. 3.
40
tradisi keagamaan, sedangkan Upanisad melambangkan filsafat dimana tradisi
itu didasarkan.
Agama Hindu dasarnya adalah persahabatan bagi mereka yang
mempercayai kesucian seseorang, kesadaran tentang Tuhan melalui praktek
spiritual dan disiplin moral (yang tidak tertengahi oleh otoritas, dogma, atau
kepercayaan), pemeliharaan dan penyebaran dharma (kebenaran), kebebasan
pemikiran yang total, keselarasan dalam agama (sarva dharma samabhava),
tanpa kekerasan (ahimsa) dalam kata-kata, perbuatan, dan pemikiran,
menghormati semua bentuk kehidupan, dan hukum karma: Apa yang engkau
tanam itulah yang akan engkau tuai. 3
Orang Persia memanggil orang India yang tinggal ditepian sungai Indus
dikenal dengan sebutan Sindhu dalam bahasa Sansekerta sebagai Sindhus.
Dalam bahasa Persia, kata Sindhu menjadi Hindu dan orang yang tinggal di
India dikenal dengan nama Hindu.
Bangsa Arya mulai menulis kitab-kitab suci yaitu Veda. Kitab suci ini
dituliskan dalam empat bagian yaitu Reg Veda, Sama Veda, Yajur Veda, dan
Atharwa Veda.4 Peradaban dan kehidupan bangsa Hindu jelas terdapat juga
dalam kitab Brahmana atau dalam kitab Upanisad. Kitab-kitab inilah yang
menjadi dasar pemikiran dan dasar kehidupan orang-orang Hindu.
3Bansi Pandit, Pemikiran Hindu Pokok-Pokok Pikiran Agama Hindu dan Filsafatnya,
Penerjemah: Iga Dewi Paramita (Surabaya: Paramita, 2006), h. 9. 4Veda: kitab Veda ini merupakan sastra tertua dalam sejarah peradaban manusia, yang
disusun kembali oleh Byasa (Vyasa-Hidup di sekitar abad 18 SM atau abad 15 SM).
41
Asal-usul agama Hindu ditindaklanjuti dengan adanya perubahan corak
kehidupan di India.5 Corak kehidupan masyarakat Hindu tersebut dibedakan
atas empat Kasta, diantaranya yaitu:
1. Kasta Brahmana: Kasta ini merupakan bagian dari para pemuka agama
(keagamaan).
2. Kasta Ksatria: Kasta ini merupakan bagian dari para pemerintahan.
3. Kasta Waisya: Kasta ini merupakan bagian dari para petani dan pedagang.
4. Kasta Sudra: Kasta ini merupakan bagian dari Kaum pekerja kasar.
Kepercayaan bangsa Hindu bersifat Politeisme (memuja banyak dewa),
di dalam pemujaan terhadap dewa itu sering dibuatkan patung-patung yang
disesuaikan dengan peranan dewa tersebut di dalam kehidupan manusia.6
Patung-patung itu merupakan simbol dari dewa-dewa yang disembahnya
seperti misalnya Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta, Dewa wisnu sebagai
Dewa pelindung, Dewa Siwa sebagai Dewa Pelebur atau pembinasa. Ketiga
dewa itu diberi nama Tri Murti. Tri Murti sendiri berarti yang Maha Kuasa.
Sedangkan dewa-dewa lainnya yang dipuja seperti Dewi Saraswati sebagai
Dewi Kesenian dan Ilmu Pengetahuan, Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan,
dan lain sebagainya.
5Singh, Dharam Vir, Hinduime Sebuah Pengantar, (Surabaya: Paramita, 2006), h. 4.
6Artikel di akses pada tanggal 19 desember 2016 dari http://id. wikipedia. Asal usul agama
Hindu.
42
1. Sejarah Agama Hindu di Indonesia
Agama Hindu masuk ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini
dapat diketahui dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada
abad ke-4 M dengan diketemukannya tujuh buah Yupa peninggalan kerajaan
Kutai di Kalimantan Timur.7 Dari tujuh buah Yupa itu didapatkan keterangan
mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu yang menyatakan bahwa:
“Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya oleh
Mulawarman”. Keterangan yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman
melakukan yadnya pada suatu tempat suci untuk memuja dewa Siwa. Tempat
itu disebut dengan Vaprakeswara.8
Masuknya agama Hindu di Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang
besar, misalnya berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi
kuno ke dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan dengan kitab suci
Veda dan juga munculnya kehidupan yang mengatur suatu wilayah.
2. Pendiri Agama Hindu
Terkait dengan pendiri agama Hindu, agama Hindu tidak seperti agama
lainnya di dunia, agama Hindu tidak mengklaim satu nabi saja, tidak memuja
satu dewa saja, tidak menganut satu konsep filosofis saja, tidak mengikuti
atau mengadakan satu ritus keagamaan saja, faktanya ciri-ciri agama Hindu
7Singh, Dharam Vir, Hinduime Sebuah Pengantar, (Surabaya: Paramita, 2006), h. 2-4.
8Vaprakeswara: tempat suci raja Mulawarman untuk melakukan yadnya untuk memuja dewa
Siwa.
43
itu tidak seperti agama atau kepercayaan lain pada umumnya. Tak lain dan
Tak bukan, agama Hindu itu merupakan suatu jalan hidup.
Jadi intinya agama Hindu itu hasil buah pemikiran manusia sebelumnya
yang didasarkan kehidupan di dunia yang mengajarkan kebaikan dan
mendekatkan kepada Tuhan.
B. Sejarah Puasa Dalam Agama Hindu
Dalam agama Hindu puasa dinamakan upawasa. Berpuasa diartikan
sebagai tidak makan dan tidak minum pada waktu-waktu tertentu.
Upawasa dapat dibedakan dalam pengertian yang sempit dan luas.
Dalam pengertian yang sempit upawasa dapat diartikan sebagai dengan
sengaja tidak makan dan tidak minum, termasuk pengendalian panca indra.
Sedangkan dalam pengertian yang luas upawasa dapat diartikan sebagai
melaksanakan pantangan, pengekangan atau pengendalian keinginan atau
pengendalian diri untuk tidak berpikir, berkata dan berbuat yang bertentangan
dengan ajaran agama Hindu.9
Dasar hukum mengenai puasa dalam agama Hindu terdapat dalam
Atharwa Veda XII. 1. 1, yang berbunyi:
Satyam brhad rtam ugram
Diksa tapo brahma yajnah
Prthuvim dharayanti sano
Bhutasya bhany asya patnyumlokam
9K.M. Suhardana, Upawasa, Tapa, Dan Brata Berdasarkan Agama Hindu (Surabaya: Paramita,
2006), h. 4.
44
Artinya:
Kebenaran hukum yang agung yang kokoh suci
Tapa, Brata, doa dan orban suci (ritual)
Inilah yang menegakkan bumi
Semoga bumi itu, ibu kami sepanjang masa
Menyediakan yang luas bagi kami.10
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa ada enam unsur yang dapat
menegakkan bumi, yaitu: Satya (kebenaran), Rta (Hukum), Tapa-Brata, Diksa
(pensucian), Brahma dan Yajna (korban), Dimana Tapa-Brata (termasuk
didalamnya puasa) termasuk salah satu unsur yang dapat menegakkan bumi.
Disamping itu juga Tapa-Brata sebagai salah satu unsur untuk menjungjung
Dharma.
Selanjutnya terdapat dalam kitab Smriti juga terdapat ayat-ayat yang
menjelaskan tentang puasa yaitu di dalam Bhagawad gita XVIII. 3 yang
berbunyi:
Tyajyam Dosa-vad ity ekeKarma prahur manisinah
Yajna dana tapah KarmaNa tyajyam iti capare
Artinya:
Beberapa orang yang bijaksana menyatakan bahwa segala
Jenis kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil
atau pahala hendaknya ditinggalkan sebagai kegiatan yang
salah, namun rsi-rsi lain yakin bahwa perbuatan korban
suci, kedermawanan dan pertapaan hendaknya pernah
ditinggalkan.
10
Nurjaman, Peran Puasa dalam Agama Hindu dan agama Islam (Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 17-18.
45
Selanjutnya dalam Bhagawad gita XVIII.5:
Yajna dana tapah karma na tyajyam karyam eva tat
Yajna danam tapas caiva pavanani manisinam
Artinya:
Perbuatan korban suci, kedermawanan dan pertapaan tidak
boleh ditinggalkan; kegiatan itu harus dilakukan. Roh-roh
mulia sekalipun disucikan oleh korban suci, kedermawanan
dan pertapaan.11
Dari kedua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Dana, Upacara dan
Tapa-Brata, adalah harus dilaksanakan jangan sampai ditinggalkan oleh
seluruh umat Hindu. Karena dengan Dana, Upacara, Tapa-Brata akan dapat
mensucikan diri dan juga dpat mensucikan alam semesta. Jadi demikian
luasnya kegunaan Dana, Upacara, Tapa-Brata ini sehingga harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh dan tanpa mengharapkan pahala. Tetapi dalam
pelaksanaan puasa ini tidak dengan cara yang berlebihan, sehingga semua
kegiatan itu diatur dengan disiplin agar kehidupan spiritual dapat ditempuh
dengan baik.
Dasar mengenai puasa dalam agama Hindu tidak hanya terdapat dalam
kitab Veda (baik Sruti dan Smriti) saja melainkan terdapat juga dalam sastra-
sastra Hindu. Seperti yang terdapat dalam kitab Sarasmucayya. Kitab
Sarasmucayya adalah salah satu kitab suci kelompok Nibanda yang membahas
tentang ajaran Susila Dharma untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu
Dharma, Artha, Karma, dan Moksa.
11
Nurjaman, Peran Puasa dalam Agama Hindu dan agama Islam (Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 17-18.
46
Pada dasarnya puasa berarti mendekatkan diri kepada Tuhan melalui
pengendalian indria atau indra. Puasa dalam kaitan hukum Hindu adalah
sebagai Penebusan Dosa.12
C. Pengertian Puasa Menurut Agama Hindu
Puasa dalam agama Hindu disebut dengan Upawasa.13
selain Upawasa
dalam agama Hindu juga ada SIVARÂTRI yang memiliki tujuan yang sama
dengan puasa yaitu pengendalian diri dan meningkatkan spiritualitas. Puasa
diartikan sebagai tidak makan dan tidak minum dalam waktu-waktu tertentu.
Puasa berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata Upa dan
Wasa, di mana Upa artinya dekat atau mendekat, dan Wasa artinya Tuhan
atau Yang Maha Kuasa. Upawasa atau puasa artinya mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Puasa menurut Hindu tidak hanya sekedar menahan
haus dan lapar, tidak hanya untuk merasakan bagaimana menjadi orang
miskin dan serba kekurangan, dan tidak saja untuk menghapus dosa dengan
janji surga. Puasa menurut Hindu adalah untuk mengendalikan nafsu Indria,
mengendalikan keinginan.Indria haruslah berada dibawah kesempurnaan
pikiran, dan pikiran berada dibawah kesadaran budhi. Jika indria kita
terkendali, pikiran kita terkendali maka kita akan dekat dengan kesucian,
dekat dengan Tuhan.14
12
Artikel di akses pada tanggal 27 Januari 2017 dari http://id. hukumhindu.blog.com Artikel
puasa menurut hukum hindu. 13
K.M. Suhardana, Upawasa, Tapa, Dan Brata Berdasarkan Agama Hindu (Surabaya:
Paramita, 2006), h. 4. 14
Sri Svani Sivananda, Hari Raya & Puasa dalam Agama Hindu(Surabaya: Paramita, 2002,
Cetakan Pertama), h. 144.
47
Upawasa, tapa dan brata merupakan tiga kata yang identik, tetapi
mempunyai pengertian yang tidak persis sama. Dari ketiganya mempunyai
pengertian yang berbeda-beda.
Pertama tentang Upawasa, dalam agama Hindu Upawasa artinya Puasa.
Orang awam menilai bahwa upawasa atau puasa dapat diartikan sebagai tidak
makan dan tidak minum. Namun ada juga yang mengartikannya bukan saja
tidak makan dan tidak minum, tetapi juga tidak melaksanakan kegiatan yang
bertentangan dengan ajaran agama, termasuk tidak berkata, berfikir, dan
berbuat yang tidak baik. Itu pengertian di Indonesia. Tetapi jika di India,
Upawasa itu diartikan sebagai tidak mengkonsumsi makanan atau hanya
minum air putih saja dan menghindari semua makanan padat dan cair. Dalam
upawasa yang berduarasi cukup pangjang, maka jus dan buah-buahan tertentu
diperbolehkan untuk dikonsumsi.15
Sementara dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menyatakan bahwa
puasa adalah tidak makan dan tidak minum dengan sengaja, terutama bertalian
dengan keagamaan. Dalam pengertian ini upawasa selalu dikaitkan dengan
keyakinan beragama atau berdasarkan kepercayaan seseorang.
Upawasa dalam masyarakat yang beragama Hindu biasanya
dilaksanakan mengikuti upacara atau Hari-Hari Raya tertentu. Selanjutnya
dapat dijelaskan bahwa menurut Manawa Dharmasastra buku XI ayat 204,
15
K.M. Suhardana, Upawasa, Tapa, Dan Brata Berdasarkan Agama Hindu (Surabaya:
Paramita, 2006), h. 1.
48
upawasa adalah tapa. Bahkan di tegaskan bahwa upawasa dikenal dengan
istilah lain yaitu tapa.16
Kedua, mengenai tentang tapa. Tapa artinya pengekangan diri,
pengendalian indria atau pengendalian diri dari nafsu, tapa juga dapat
diartikan menghindari keduniawian, dengan cara mengendalikan diri. Orang
awam mengartikan bertapa sebagai mengasingkan diri, diam di tempat sepi,
menyendiri, misalnya di dalam gua, ditepi pantai, ataupun di lereng gunung
dan juga di tengah hutan, tidak makan dan tidak minum atau berpuasa atau
hanya makan nasi putih dengan garam disertai dengan seteguk air putih yang
disebut dengan “mebrata”. Dari kata mebrata ini dapat disimpulkan bahwa
tapa itu mempunyai arti yang identik dengan brata. Lalu timbul istilah “tapa
brata” yang pada hakekatnya berarti mengendalikan diri.17
Ketiga, mengenai brata. Brata menurut Kamus Kecil Sansekerta-
Indonesia berasal kata “vrata” dan mempunyai makna sebagai kehendak,
sumpah atau kewajiban. Sementara itu dalam Kamus Jawa Kuno- Indonesia
menyatakan bahwa brata mempunyai arti yaitu perbuatan suci seperti
berpuasa atau bertapa. Jadi dapat disimpulkan bahwa Upawasa dan Tapa
adalah perbuatan brata. Kemudian dalam Kamus Istilah Agama Hindu
menjelaskan bahwa brata berarti perilaku suci atau janji diri. Brata diartikan
pula sebagai pengekangan diri, pengendalian diri, pengendalian keinginan,
16
K.M. Suhardana, Upawasa, Tapa, Dan Brata Berdasarkan Agama Hindu (Surabaya:
Paramita, 2006), h. 2. 17
K.M. Suhardana, Upawasa, Tapa, Dan Brata Berdasarkan Agama Hindu (Surabaya:
Paramita, 2006), h. 4.
49
atau melaksanakan pantangan atau berpantang. Dari sisi ini maka brata
mempunyai pengertian yang begitu luas daripada upawasa maupun tapa.
Upawasa dan tapa adalah bagian dari brata.
D. Jenis-jenis Upawasa (puasa) dalam Agama Hindu
Agama Hindu mempunyai beberapa jenis dalam berpuasa diantaranya, yaitu:
1). Puasa (Upawasa) yang wajib
Puasa yang wajib adalah Siwaratri jatuh setiap panglong ping 14
Tilem kapitu atau Prawaning Tilem Kapitu, yaitu sehari sebelum tilem. Puasa
total tidak makan dan minum apapun dimulai sejak matahari terbit sampai
dengan matahari terbenam.18
Nyepi jatuh pada penanggal ping pisan sasih kedasa (lihat kalender
ketika libur nasional). Puasa total tidak makan dan minum apapun dimulai
ketika fajar hari itu sampai fajar keesokan harinya (ngembak gni).
Purnama dan tilem, puasa tidak makan atau minum apapun dimulai sejak fajar
hari itu hingga fajar keesokan harinya. Puasa untuk menebus dosa dinamakan
dalam Veda Smrti untuk Kaliyuga: Parasara Dharmasastra, sebagai “Tapta
krcchra vratam”.19
2). Puasa yang tidak wajib
Puasa yang tidak wajib adalah puasa yang dilaksanakan di luar
ketentuan seperti yang di atas, misalnya pada hari-hari suci: Odalan, Anggara
18
K.M. Suhardana, Upawasa, Tapa, Dan Brata Berdasarkan Agama Hindu (Surabaya:
Paramita, 2006), h. 4. 19
Tapta krcchra vratam: puasa selama tiga hari dengan tingkatan puasa: minum air hangat
saja, susu hangat saja, mentega murni saja tanpa makan dan minum sama sekali.
50
kasih, dan Buda kliwon. Puasa ini diserahkan pada kebijakan masing-masing,
apakah mau siang hari saja ataupun satu hari penuh. Ingat bahwa pergantian
hari menurut Hindu adalah sejak fajar sampai fajar besoknya; bukan jam 00
atau jam 12 tengah malam.
Puasa yang berkaitan dengan upacara tertentu, misalnya setelah mawinten
atau mediksa, puasa selama tiga hari hanya dengan makan nasi kepel dan air
kelungah nyuhgading.20
3) puasa berkaitan dengan hal-hal tertentu
Puasa berkaitan dengan hal-hal tertentu: sedang bersamadhi, meditasi, sedang
memohon petunjuk kepada Hyang Widhi, setiap saat (tidak berhubungan
dengan hari rerainan) dan jenis puasa tentukan sendiri apakah total (tidak
makan dan minum sama sekali) selama satu hari satu malam atau seberapa
mampunya. Memulai puasa dengan upacara sederhana yaitu menghaturkan
canangsari kalau bisa dengan banten pejati memohon pesaksi serta kekuatan
dari Hyang Widhi. Mengakhiri puasa dengan sembahyang juga banten yang
sama. Makanan sehat yang digunakan sebelum dan sesudah puasa terdiri dari
unsur-unsur: beras (nasi) dengan sayur tanpa bumbu keras, buah-buahan,
susu, madu, dan mentega.21
20
Sri Svani Sivananda, Hari Raya & Puasa dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita, 2002,
Cetakan Pertama), h. 143. 21
Sri Svani Sivananda, Hari Raya & Puasa dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita, 2002,
Cetakan Pertama), h. 144..
51
E. Tata Cara Aturan Pelaksanaan Puasa Dalam Agama Hindu
Aturan-aturan atau tatacara berpuasa bermacam-macam, antara lain:
Upawasa yang dilaksanakan dalam jangka panjang lebih dari sehari, di mana
pada waktu siang tidak makan/minum apa pun. Yang dinamakan siang adalah
sejak hilangnya bintang timur daerah timur sampai timbulnya bintang-bintang
di sore hari; Upawasa jangka panjang antara 3-7 hari dengan hanya memakan
nasi putih tiga kepel setiap enam jam; Upawasa jangka pendek selama 24 jam
tidak makan/minum apa pun disertai dengan mona (tidak berbicara),
dilaksanakan ketika Siwaratri dan sipeng (Nyepi); Upawasa total jangka
pendek selama 24 jam dilaksanakan oleh para wiku setahun sekali untuk
menebus dosa-dosa karena memakan sesuatu yang dilarang tanpa sengaja;
puasa itu dinamakan santapana atau kricchara; Upawasa total jangka pendek
selama 24 jam dilaksanakan oleh para wiku setiap bulan untuk meningkatkan
kesuciannya, dinamakan candrayana.22
F. Tujuan Dan Manfaat Puasa Bagi Penganut Hindu
Tujuan dan manfaat puasa bagi penganut Hindu, dalam buku Hari Raya
dan Puasa dalam agama Hindu dijelaskan bahwasannya untuk mengendalikan
hawa nafsu, untuk menstabilkan emosi, untuk mengendalikan indra-indra, dan
lain sebagainya.23
Puasa juga merupakan suatu sarana untuk penebusan dosa,
dapat menghapuskan timbunan dosa. Puasa dapat membersihkan sistem
pernafasan, peredaran darah, pencernaan dan sistem urin. Selain itu puasa juga
22
Artikel di akses pada tanggal 18 Agustus 2016 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu. 23
Sri Svani Sivananda, Hari Raya & Puasa dalam Agama Hindu (Surabaya: Paramita, 2002,
Cetakan Pertama), h. 145.
52
dapat menghancurkan segala macam kotoran tubuh dan segala jenis racun
yang ada di dalam tubuh. Seperti emas yang dimurnikan dengan
melelehkannya berulang-ulang, begitu pula pikiran kotor dapat dijernihkan
dengan melakukan puasa.
Upawasa merupakan salah satu dari sepuluh prinsip utama yoga. Tetapi
hindarilah puasa yang berlebihan. Hal ini akan menyebabkan kelemahan.
Bersikaplah secara rasional, jika tidak sanggup berpuasa selama dua puluh
empat jam, maka lakukanlah hanya sepuluh atau dua belas jam saja, secara
perlahan tingkatkan menjadi lima belas jam, kemudian baru dua puluh empat
jam. Berpuasa membuat orang menjadi kuat baik secara mental maupun
spiritual.24
Upawasa juga dapat membantu mengendalikan tidur. Ketika
berbuka puasa jangan menyantap makanan berat dan sulit dicerna. Makanlah
makanan yang bermanfaat agar tubuh kita menjadi tambah sehat.
24
K.M. Suhardana, Upawasa, Tapa, Dan Brata Berdasarkan Agama Hindu (Surabaya:
Paramita, 2006), h. 12.
53
BAB IV
ANALISA PERBANDINGAN KONSEP PUASA DALAM
AGAMA BAHA’I DAN HINDU
A. Konsep Hari-Hari HA atau Sisipan dalam agama Baha’i
Agama Baha’i dan agama-agama lainnya mendapatkan perintah
berpuasa berasal dari Tuhan. Baha’ullah menetapkan puasa dalam Baha’i
selama satu bulan (19 hari) yang terdapat dalam kalender agama Baha’i.1
Dalam penanggalan Baha’i terdapat empat sampai lima hari antara bulan
ke-18 dan ke-19 dalam setiap tahun yang disebut “Hari-hari HA atau Hari-hari
Sisipan” selama masa ini umat Baha’i menjamu para sahabat dan sanak famili
serta memberikan makan dan minum pada orang-orang miskin diantara
mereka. Dengan dimulainya bulan Baha’i yang ke-19 yakni bulan keluhuran
(ALA) masa umat Baha’i berpuasa dimulai.2
Selama sembilan belas hari berpuasa, orang-orang baha’i tidak boleh
makan dan minum apapun sejak terbitnya matahari hingga terbenamnya
matahari, umat baha’i bangun pada waktu fajar untuk berdoa kepada Tuhan
serta bersyukur kepada-Nya atas semua rahmat dan karunianya yang telah
diberikan kepadanya. Umat baha’i berbuka puasa saat matahari terbenam,
setelah kita melakukan berpuasa selama sembilan belas hari ini kita akan lebih
dekat dengan Tuhan dibandingkan dengan waktu-waktu lain.
1Baha’ullah, Doa, h. 170
2Hushmand Fathe’zam, Taman Baru, h. 166.
54
Dalam agama Baha’i juga sebelum matahari terbit, kita bersiap-siap
untuk berdoa dan bermeditasi. Baha’ullah memberikan doa-doa yang indah
khusus untuk masa puasa. Ini adalah doa dari Baha’ullah yang dapat dibaca
selama masa puasa:
“Terpujilah Engkau, ya Rabi Tuhanku! Aku memohon kepada-Mu, demi
wahyu ini, yang melaluinya kegelapan diubah menjadi cahaya, dan Agama
yang diturunkan terus menerus telah didirikan, dan Loh yang tercatat telah
dibentangkan, agar menurunkan kepadaku mereka yang dekat kepadaku, apa
yang akan memungkinkan kami membubung ke langit kemuliaan-Mu yang
luhur dan apa yang akan membersihkan kami dari noda keragu-raguan yang
menghalangi mereka yang curiga, dari memasuki kemah kesatuan-Mu.3
Ya Tuhanku, aku telah berpegang teguh pada tali kasih sayang-Mu dan
berpegang erat pada rahmat dan pemberian-Mu. Sudilah menetapkan bagiku
dan kekasih-kekasihku kebaikan dunia ini dan akhirat. Lalu berikanlah kepada
mereka Hadiah yang tersembunyi yang Engkau telah tetapkan bagi orang-
orang yang terpilih di antara makhluk-makhluk-Mu.
Sementara itu, dalam agama Baha’i sendiri tidak ada kewajiban
membayar hutang jika dia tidak berpuasa atau tidak melaksanakannya. Dalam
agama Baha’i puasa tidak diwajibkan berpuasa bagi orang yang di bawah
umur 15 tahun dan di atas umur 70 tahun.4
3Hushmand Fathe’zam, Taman Baru, h. 168.
4Baha’ullah, Doa, dalam kitab i-Aqdas.
55
Menurut dr. Nasrin Astani agama Baha’i:
Pengertian puasa dalam agama Baha’i sebetulnya puasa itu hanyalah
suatu lambang atau symbol untuk menahan diri dari semua nafsu- nafsu
jasmani maupun rohani.5 Puasa itu merupakan perintah tuhan yang
diperintahkan kepada utusan tuhan yaitu orang-orang yang terpilih sebagai
utusannya. Seperti yang tercantum dalam kitab i- Aqdas.
Dalam agama Baha’i pada hakekatnya puasa itu masa untuk berdoa dan
bermeditasi atau berdoa untuk memulihkan rohani kita dan selama berpuasa
setiap umat Baha’i itu akan berusaha untuk memperbaiki kehidupan rohaninya
dan memperbaharui serta memperkuat kekuatan-kekuatan rohani yang
terpendam dalam dirinya.6 Jadi pada dasarnya puasa itu konsep dasarnya sifat
rohani, walaupun tidak makan dan tidak minum itu hanya merupakan sebuah
symbol saja, intinya yaitu untuk mempertebal rohani kita dan mendekatkan
diri kepada Tuhan.
Menurut Ibu Nasrin Astani dalam kitab i- Aqdas dalil yang
memerintahkan tentang berpuasa dalam agama Baha’i ada, ini dalilnya:
“Amalkan perintah-perintah-Ku demi kasih dan keindahan-Ku, dan itu
sebagai lampu karunia dan kunci rahmat, dan perintah puasa ini juga ada
dalam kitab i- Aqdas yaitu Kami telah memerintahkan kepada-mu agar
berpuasa dan bersembahyang dari awal aqil- balig, ini adalah perintah Rabbi-
mu Rabbi Nenek moyang-mu. Tahanlah dirimu dari makan dan minum mulai
5Wawancara Pribadi dengan ibu Nasrin atsani, Jakarta, 15 Maret 2017.
6Wawancara Pribadi dengan ibu Nasrin atsani, Jakarta, 15 Maret 2017.
56
dari matahari terbit hingga terbenamnya matahari dan berhati-hatilah jangan
sampai hawa nafsu menghalangi engkau dari rahmat yang ditetapkan dalam
kitab, jadi kitab i- Aqdas itu merupakan kitab suci agama Baha’i dan kitab
Hukum-hukum Baha’i.7
Menurut Ibu Nasrin Astani cara berpuasa dalam agama Baha’i sama saja
seperti agama yang lainnya, yaitu tidak makan dan tidak minum dari terbitnya
matahari hingga terbenamnya matahari, perbedaannya hanyalah dari segi tata
cara dan waktunya mungkin, dalam agama Baha’i yaitu pada bulan ALA atau
bulan Keluhuran (2 Maret -21 Maret).8
Menurut Ibu Nasrin Astani tujuan puasa dalam agama Baha’i yaitu
untuk memperkuat kekuatan rohani kita dan untuk menambah kedekatan kita
sebagai hambanya kepada Tuhan sebagai sang Maha Pecipta-nya.9
Menurut Ibu Nasrin Astani dalam kitab i- Aqdas dijelaskan bahwa
larangan-larangan atau pengecualian dalam melaksanakan puasa dalam ajaran
Baha’i yaitu Musafir dengan syarat perjalanan itu lebih dari 9 jam, orang yang
sedang sakit, orang yang sudah lanjut usia lebih dari 70 tahun, wanita yang
sedang hamil dan menyusui, wanita yang sedang haid, dan orang-orang
bekerja berat.
Menurut Ibu Nasrin Astani yang memerintahkan puasa dalam agama
Baha’i bisa kita lihat dalam kitab i-Aqdas yaitu Tuhan dan utusan-Nya yaitu
Baha’u’llah.
7Wawancara Pribadi dengan ibu Nasrin atsani, Jakarta, 15 Maret 2017.
8Wawancara Pribadi dengan ibu Nasrin atsani, Jakarta, 15 Maret 2017.
9Wawancara Pribadi dengan ibu Nasrin atsani, Jakarta, 15 Maret 2017.
57
Menurut Ibu Nasrin Astani hikmah berpuasa dalam agama Baha’i sama
halnya dengan agama-agama yang lainnya yaitu intinya untuk membersihkan
diri kita dari segala hawa nafsu yang kurang baik agar menjadi lebih baik,
untuk meningkatkan ketaatan kepada Tuhan, dan saya kira banyak sekali
hikmahnya dalam berpuasa.10
Menurut Ibu Nasrin Astani pengaruh puasa dalam kehidupan sehari hari,
banyak sekali pastinya, salah satu pengaruh dan manfaatnya yaitu untuk dapat
berkonsentrasi pada diri sendiri sebagai mahluk spritual, untuk menahan sifat
egois, untuk lebih disiflin dalam waktu, untuk menahan hawa nafsu indria,
dan masih banyak sekali pengaruhnya saya kira manfaat berpuasa dalam
kehidupan kita ini.11
Menurut Bapak Benedict Chee agama Baha’i:12
Pengertian puasa dalam agama Baha’i sebetulnya puasa itu hanyalah
suatu lambang atau symbol untuk menahan diri dari semua nafsu- nafsu
jasmani maupun rohani. Puasa itu merupakan perintah tuhan yang
diperintahkan kepada utusan tuhan yaitu orang-orang yang terpilih sebagai
utusannya. Seperti yang tercantum dalam kitab i- Aqdas.
Dalam agama Baha’i pada hakekatnya puasa itu masa untuk berdoa dan
bermeditasi atau berdoa untuk memulihkan rohani kita dan selama berpuasa
setiap umat Baha’i itu akan berusaha untuk memperbaiki kehidupan rohaninya
dan memperbaharui serta memperkuat kekuatan-kekuatan rohani yang
10
Wawancara Pribadi dengan ibu Nasrin atsani, Jakarta, 15 Maret 2017. 11
Wawancara Pribadi dengan ibu Nasrin atsani, Jakarta, 15 Maret 2017. 12
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benedict Chee, Jakarta, 24 Maret 2017.
58
terpendam dalam dirinya. Jadi pada dasarnya puasa itu konsep dasarnya sifat
rohani, walaupun tidak makan dan tidak minum itu hanya merupakan sebuah
symbol saja, intinya yaitu untuk mempertebal rohani kita dan mendekatkan
diri kepada Tuhan.
Menurut Bapak Benedict Chee cara berpuasa dalam agama Baha’i Ya,
Betul sekali pada intinya sama seperti agama Islam, Hindu, Kristen dan yang
lainnya yaitu menahan diri dari segala nafsu baik nafsu rohani maupun rohani
kita, serta menahan makan dan minum dari terbitnya matahari hingga
terbenamnya matahari.13
Menurut Bapak Benedict Chee dimulainya berpuasa dalam agama
Baha’i sudah jelas bahwasannya yang telah di terangkan dalam kitab i- Aqdas
yaitu pada bulan ALA atau bulan Keluhuran (2 Maret -21 Maret) pada
kalender Bad’i.14
Menurut Bapak Benedict Chee tujuan puasa dalam agama Baha’i yaitu
untuk mendekatkan diri kita kepada Tuhan dan mengisi kekosongan rohani
kita agar lebih dapat mengenal diri kita sebagai mahluk yang diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa.15
Menurut Bapak Benedict Chee dalam kitab i- Aqdas dalil yang
memerintahkan tentang berpuasa dalam agama Baha’i ada, ini dalilnya:
“Amalkan perintah-perintah-Ku demi kasih dan keindahan-Ku, dan itu
sebagai lampu karunia dan kunci rahmat, dan perintah puasa ini juga ada
13
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benedict Chee, Jakarta, 24 Maret 2017. 14
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benedict Chee, Jakarta, 24 Maret 2017. 15
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benedict Chee, Jakarta, 24 Maret 2017.
59
dalam kitab i- Aqdas yaitu Kami telah memerintahkan kepada-mu agar
berpuasa dan bersembahyang dari awal aqil- balig, ini adalah perintah Rabbi-
mu Rabbi Nenek moyang-mu.16
Menurut Bapak Benedict Chee hikmah puasa saya kira banyak sekali
hikmahnya jikalau kita melakukan puasa dengan penuh sungguh-sungguh
diantaranya yaitu membuat hati kita lebih tenang, hati kita tentram, hati kita
bersih dan memberikan manfaat kesehatan juga bagi diri kita.
Menurut Bapak Benedict Chee larangan-larangan atau pengecualian
dalam melaksanakan puasa dalam ajaran Baha’i yaitu Musafir dengan syarat
perjalanan itu lebih dari 9 jam, orang yang sedang sakit, orang yang sudah
lanjut usia lebih dari 70 tahun, wanita yang sedang hamil dan menyusui,
wanita yang sedang haid, dan orang-orang bekerja berat.17
Menurut Bapak Benedict Chee yang memerintahkan puasa yaitu Tuhan
Yang Maha Esa dan disampaikan kepada utusan-Nya yaitu Baha’ullah.
Menurut Bapak Benedict Chee Ya jelas ada yaitu pada bulan ALA atau
bulan Keluhuran (2 Maret -21 Maret).18
Menurut Bapak Benedict Chee hikmah berpuasa dalam agama Baha’i
sama halnya dengan agama-agama yang lainnya yaitu intinya untuk
membersihkan diri kita dari segala hawa nafsu yang kurang baik agar menjadi
lebih baik, untuk meningkatkan ketaatan kepada Tuhan, dan saya kira banyak
16
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benedict Chee, Jakarta, 24 Maret 2017. 17
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benedict Chee, Jakarta, 24 Maret 2017. 18
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benedict Chee, Jakarta, 24 Maret 2017.
60
sekali hikmahnya dalam berpuasa ketika kita melakukannya dengan penuh
kesungguhan kepada Tuhan.
Menurut Bapak Benedict Chee pengaruh puasa dalam kehidupan sehari
hari, iya pastinya ada, salah satu pengaruh dan manfaatnya yaitu untuk dapat
berkonsentrasi pada diri sendiri sebagai mahluk spritual, untuk menahan sifat
egois, untuk lebih disiflin dalam waktu, dan banyak sekali pengaruhnya
jikalau kita bias mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari kita.19
Menurut Ibu Debora Beyesti Deutscher agama Baha’i:20
Pengertian puasa dalam agama Baha’i sebetulnya puasa itu hanyalah
suatu lambang atau symbol untuk menahan diri dari semua nafsu- nafsu
jasmani maupun rohani. Puasa itu merupakan perintah tuhan yang
diperintahkan kepada utusan tuhan yaitu orang-orang yang terpilih sebagai
utusannya. Seperti yang tercantum dalam kitab i- Aqdas.
Dalam agama Baha’i pada hakekatnya puasa itu masa untuk berdoa dan
bermeditasi atau berdoa untuk memulihkan rohani kita dan selama berpuasa
setiap umat Baha’i itu akan berusaha untuk memperbaiki kehidupan rohaninya
dan memperbaharui serta memperkuat kekuatan-kekuatan rohani yang
terpendam dalam dirinya. Jadi pada dasarnya puasa itu konsep dasarnya sifat
rohani, walaupun tidak makan dan tidak minum itu hanya merupakan sebuah
symbol saja, intinya yaitu untuk mempertebal rohani kita dan mendekatkan
diri kepada Tuhan.
19
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benedict Chee, Jakarta, 24 Maret 2017. 20
Wawancara Pribadi dengan Debora Beyesti Deutscher, Jakarta, 7 April 2017.
61
Menurut Ibu Debora Beyesti Deutscher cara berpuasa dalam agama
Baha’i Ya, Betul sekali pada intinya sama seperti agama Islam, Hindu,
Kristen dan yang lainnya yaitu menahan diri dari segala nafsu baik nafsu
rohani maupun rohani kita, serta menahan makan dan minum dari terbitnya
matahari hingga terbenamnya matahari.21
Menurut Ibu Debora Beyesti Deutscher dimulainya berpuasa dalam
agama Baha’i sudah jelas bahwasannya yang telah di terangkan dalam kitab I
Aqdas yaitu pada bulan ALA atau bulan Keluhuran (2 Maret -21 Maret) pada
kalender Bad’i, dan dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari.22
Menurut Ibu Debora Beyesti Deutscher tujuan puasa dalam agama
Baha’i yaitu untuk mendekatkan diri kita kepada Tuhan dan mengisi
kekosongan rohani kita agar lebih dapat mengenal diri kita sebagai mahluk
yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Ibu Debora Beyesti Deutscher dalil yang memerintahkan
tentang berpuasa dalam agama Baha’i ada, ini dalilnya: “Amalkan perintah-
perintah-Ku demi kasih dan keindahan-Ku, dan itu sebagai lampu karunia dan
kunci rahmat, dan perintah puasa ini juga ada dalam kitab i- Aqdas yaitu
Kami telah memerintahkan kepada-mu agar berpuasa dan bersembahyang dari
awal aqil- balig, ini adalah perintah Rabbi-mu Rabbi Nenek moyang-mu.23
Menurut Ibu Debora Beyesti Deutscher hikmah puasa saya kira banyak
sekali hikmahnya jikalau kita melakukan puasa dengan penuh sungguh-
21
Wawancara Pribadi dengan Debora Beyesti Deutscher, Jakarta, 7 April 2017. 22
Wawancara Pribadi dengan Debora Beyesti Deutscher, Jakarta, 7 April 2017. 23
Wawancara Pribadi dengan Debora Beyesti Deutscher, Jakarta, 7 April 2017.
62
sungguh diantaranya yaitu membuat hati kita lebih tenang, hati kita tentram,
hati kita bersih dan memberikan manfaat kesehatan juga bagi diri kita.
Menurut Ibu Debora Beyesti Deutscher larangan-larangan atau
pengecualian dalam melaksanakan puasa dalam ajaran Baha’i yaitu Musafir
dengan syarat perjalanan itu lebih dari 9 jam, orang yang sedang sakit, orang
yang sudah lanjut usia lebih dari 70 tahun, wanita yang sedang hamil dan
menyusui, wanita yang sedang haid, dan orang-orang bekerja berat.24
Menurut Ibu Debora Beyesti Deutscher yang memerintahkan puasa
yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan disampaikan kepada utusan-Nya yaitu
Baha’u’llah.25
Menurut Ibu Debora Beyesti Deutscher Ya jelas ada yaitu pada bulan
ALA atau bulan Keluhuran (2 Maret -21 Maret).
Menurut Ibu Debora Beyesti Deutscher hikmah berpuasa dalam agama
Baha’i sama halnya dengan agama-agama yang lainnya yaitu intinya untuk
membersihkan diri kita dari segala hawa nafsu yang kurang baik agar menjadi
lebih baik, untuk meningkatkan ketaatan kepada Tuhan, dan saya kira banyak
sekali hikmahnya dalam berpuasa ketika kita melakukannya dengan penuh
kesungguhan kepada Tuhan.26
Menurut Ibu Debora Beyesti Deutscher pengaruh puasa dalam
kehidupan sehari hari, iya pastinya ada, salah satu pengaruh dan manfaatnya
yaitu untuk dapat berkonsentrasi pada diri sendiri sebagai mahluk spritual,
24
Wawancara Pribadi dengan Debora Beyesti Deutscher, Jakarta, 7 April 2017. 25
Wawancara Pribadi dengan Debora Beyesti Deutscher, Jakarta, 7 April 2017. 26
Wawancara Pribadi dengan Debora Beyesti Deutscher, Jakarta, 7 April 2017.
63
untuk menahan sifat egois, untuk lebih disiflin dalam waktu, dan banyak
sekali pengaruhnya jikalau kita bias mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari kita. Jadi dapat kita simpulkan bahwasannya berpuasa dalam
perspektif Agama Baha’i yaitu berpuasa diperintahkan oleh Tuhan-Mu dan
Tuhan nenek moyang-Mu, serta berpuasa merupakan menahan diri dari segala
hawa nafsu baik jasmani dan rohani, dari terbitnya matahari hingga
terbenamnya matahari.
B. Konsep Sivaratri dalam agama Hindu
Puasa dalam agama Hindu disebut dengan Upawasa. Puasa dalam
agama Hindu dapat diartikan sebagai tidak makan dan tidak minum dalam
waktu-waktu tertentu, selain Upawasa dalam agama Hindu juga ada Sivaratri
yang memiliki tujuan yang sama dengan puasa yaitu pengendalian diri dan
meningkatkan spiritualitas.
Puasa berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata Upa dan
Wasa, di mana Upa artinya dekat atau mendekat, dan Wasa artinya Tuhan
atau Yang Maha Kuasa.27
Sivaratri yang memiliki tujuan yang sama dengan puasa yaitu
pengendalian diri dan meningkatkan spiritualitas, Sivaratri merupakan
perayaan malam “Siva” yang jatuh pada hari ke-13 atau ke-14 dari tengah
bulan gelap Phalguna (Februari-Maret). Perayaan ini berlangsung terutama
27
K.M. Suhardana, Upawasa, Tapa, Dan Brata Berdasarkan Agama Hindu, (Surabaya:
Paramita, 2006), h. 4.
64
pada malam hari. Ini adalah perayaan yang diadakan untuk menghormati
dewa Siva. Siva menikahi Parvati pada hari ini.
Umat Hindu melakukan puasa yang ketat pada hari ini. Bahkan beberapa
orang bhakta tidak meminum air sedikitpun. Mereka tidak tidur semalaman.
Lingam dari Siva dipuja sepanjang malam dengan menyiramkan susu, dadih
susu, madu, air mawar setiap tiga jam sekali sambil mengucapkan mantra om
namah sivaya secara terus menerus. Mempersembahkan daun bilva pada
lingam. Daun bilva sangatlah suci, seperti yang dikatakan orang bahwa dewi
Laksmi bersemayam di dalamnya.28
Dalam agama Hindu puasa merupakan mendekatkan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Puasa menurut Hindu juga tidak hanya sekedar menahan
haus dan lapar, tidak hanya untuk merasakan bagaimana menjadi orang
miskin dan serba kekurangan, dan tidak saja untuk menghapus dosa dengan
janji surga. Puasa menurut Hindu adalah untuk mengendalikan nafsu Indria,
mengendalikan keinginan.Indria haruslah berada dibawah kesempurnaan
pikiran, dan pikiran berada dibawah kesadaran budhi. Jika indria kita
terkendali, pikiran kita terkendali maka kita akan dekat dengan kesucian,
dekat dengan Tuhan.
28
Sri Svani Sivananda, Hari Raya & Puasa dalam Agama Hindu(Surabaya: Paramita, 2002,
Cetakan Pertama), h. 133.
65
Menurut Bapak Komang Artana agama Hindu:
puasa dalam agama Hindu yaitu tidak hanya sekedar menahan haus dan
lapar saja, tetapi bagaimana kita harus bisa menahan hawa nafsu dalam diri
kita agar kita bisa menjadi manusia yang baik dan bijaksana, jikalau kita
sudah bisa menjadi baik dan bijaksana maka kita akan menjadi manusia yang
selalu bersyukur dengan apa ygn kita punya sebagai titipan dari Tuhan Sang
Hyang Widi.29
Menurut Bapak Komang Artana cara berpuasa dalam agama Hindu yaitu
sama seperti agama-agama yang lainnya, hanya saja yang berbeda tata
caranya pasti itu berbeda karena masing-masing agama mempunyai dasar
hukum dalam kitab sucinya masing-masing tapi secara umum sepertinya sama
saja menurut saya.30
Menurut Bapak Komang Artana sejarah puasa dalam agama Hindu
terdapat di dalam kitab Veda, silahkan bisa di lihat dalam kitab veda tersebut
mengenai sejarah tentang puasa dalam Hindu.31
Menurut Bapak Komang Artana tujuan puasa dalam agama Hindu yaitu
puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar tetapi untuk meningkatkan
spiritualitas kita kepada Tuhan agar kita menjadi manusia yang baik dan
29
Wawancara Pribadi dengan Bapak Komang Artana, Ciputat Rempoa, 18 Maret 2017. 30
Wawancara Pribadi dengan Bapak Komang Artana, Ciputat Rempoa, 18 Maret 2017. 31
Wawancara Pribadi dengan Bapak Komang Artana, Ciputat Rempoa, 18 Maret 2017.
66
bijaksana, dan untuk meningkatkan kualitas rohani dalam diri kita masing-
masing.32
Menurut Bapak Komang Artana perintah puasa dalam agama Hindu,
perintahnya saya kira sejak jaman dahulu dan terdapat dalam kitab suci agama
hindu yaitu kitab Veda, serta dari utusan-utusan mulia dari Tuhan seperti para
nabi dan rosul atau para Rsi yang mengajarkan atau memerintahkan untuk
berpuasa dalam ajaran agama Hindu.33
Menurut Bapak Komang Artana bulan-bulan atau Hari-hari tertentu
dalam melaksanakan puasa dalam agama Hindu, menurutnya Ya ada salah
satunya yang sudah kita kenal seperti puasa Nyepi. Nah, dalam puasa Nyepi
ini umat Hindu melakukan puasa selama 24 jam sehari penuh, dan ditutup
dengan Ngembak Geni. Di samping itu juga ada pantangan-pantangan dalam
melakukan puasa Nyepi tersebut yaitu yang biasa dikenal dengan Catur Brata
(empat pengendalian diri), yaitu: Amati Geni artinya tidak menyalakan api,
baik siang maupun pada malam hari. Amati karya yaitu tidak melakukan
aktifitas kerja fisik apapun namanya. Amati lelanguan yaitu tidak menikmati
keindahan atau sesuatu yang mengasyikan, maksudnya adalah menjauhkan
diri dari kenikmatan yang bersifat keduniawiaan seperti hiburan, musik, film,
dan lain sebagainya. Yang terakhir yaitu Amati lelungayan artinya tidak
bepergian kemanapun atau keluar rumah, mengandung pesan moral untuk
32
Wawancara Pribadi dengan Bapak Komang Artana, Ciputat Rempoa, 18 Maret 2017. 33
Wawancara Pribadi dengan Bapak Komang Artana, Ciputat Rempoa, 18 Maret 2017.
67
umat Hindu agar tidak menyibukan diri dari hal keduniawian, minimal satu
hari saja untuk tidak bepergian keluar rumah.34
Menurut Bapak Komang Artana hikmah berpuasa dalam agama Hindu
banyak sekali hikmahnya salah satunya yaitu dapat menenangkan hati kita,
dapat memberikan rasa sejuk dalam kehidupan kita, serta dapat memberikan
kesegaran jasmani maupun rohani kita.35
Menurut Bapak Komang Artana pengaruh puasa dalam kehidupan sehari
hari Ya ada, salah satu pengaruh dan manfaatnya yaitu untuk meningkatkan
spiritualitas kita, puasa juga merupakan suatu sarana untuk penebusan dosa,
dapat menghapuskan timbunan dosa, serta dapat membersihkan sistem
pernafasan, peredaran darah, pencernaan dan sistem urin. Selain itu puasa juga
dapat menghancurkan segala macam kotoran tubuh dan segala jenis racun
yang ada di dalam tubuh kita.36
Menurut Bapak Prayudhi agama Hindu:
puasa dalam agama Hindu yaitu tidak hanya sekedar menahan haus dan
lapar saja, tetapi bagaimana kita harus bisa menahan hawa nafsu dalam diri
kita agar kita bisa menjadi manusia yang baik dan bijaksana, jikalau kita
sudah bisa menjadi baik dan bijaksana maka kita akan menjadi manusia yang
34
Wawancara Pribadi dengan Bapak Komang Artana, Ciputat Rempoa, 18 Maret 2017. 35
Wawancara Pribadi dengan Bapak Komang Artana, Ciputat Rempoa, 18 Maret 2017. 36
Wawancara Pribadi dengan Bapak Komang Artana, Ciputat Rempoa, 18 Maret 2017.
68
selalu bersyukur dengan apa ygn kita punya sebagai titipan dari Tuhan Sang
Hyang Widi.37
Menurut Bapak Prayudhi cara berpuasa dalam agama Hindu yaitu sama
seperti agama-agama yang lainnya, hanya saja yang berbeda tata caranya pasti
itu berbeda karena masing-masing agama mempunyai dasar hukum dalam
kitab sucinya masing-masing tapi secara umum sepertinya sama saja menurut
saya.38
Menurut Bapak Prayudhi sejarah puasa dalam agama Hindu terdapat di
dalam kitab Veda, silahkan anda bisa membacanya dalam kitab veda tersebut
mengenai sejarah tentang puasa dalam Hindu.39
Menurut Bapak Prayudhi tujuan puasa dalam agama Hindu yaitu seperti
yang tadi saya jelaskan bahwasannya puasa tidak hanya sekedar menahan
haus dan lapar tetapi untuk meningkatkan spiritualitas kita kepada Tuhan agar
kita menjadi manusia yang baik dan bijaksana, dan untuk meningkatkan
kualitas rohani dalam diri kita masing-masing.
Menurut Bapak Prayudhi perintah puasa dalam agama Hindu,
perintahnya saya kira sejak jaman dahulu dan terdapat dalam kitab suci agama
hindu yaitu kitab veda, serta dari utusan-utusan mulia dari Tuhan seperti para
37
Wawancara Pribadi dengan Bapak Prayudhi, Cikarang Barat, 28 Maret 2017. 38
Wawancara Pribadi dengan Bapak Prayudhi, Cikarang Barat, 28 Maret 2017. 39
Wawancara Pribadi dengan Bapak Prayudhi, Cikarang Barat, 28 Maret 2017.
69
nabi dan rosul atau para Rsi yang mengajarkan atau memerintahkan untuk
berpuasa dalam ajaran agama Hindu.40
Menurut Bapak Prayudhi bulan-bulan tertentu dalam melaksanakan
puasa dalam agama Hindu, menurutnya iya ada contohnya seperti puasa
Nyepi. Nah, dalam puasa Nyepi ini umat Hindu melakukan puasa selama 24
jam sehari penuh, dan ditutup dengan Ngembak Geni. Di samping itu juga ada
pantangan-pantangan dalam melakukan puasa Nyepi tersebut yaitu yang
biasa dikenal dengan Catur Brata (empat pengendalian diri), yaitu: Amati
Geni artinya tidak menyalakan api, baik siang maupun pada malam hari.
Amati karya yaitu tidak melakukan aktifitas kerja fisik apapun namanya.
Amati lelanguan yaitu tidak menikmati keindahan atau sesuatu yang
mengasyikan, maksudnya adalah menjauhkan diri dari kenikmatan yang
bersifat keduniawiaan seperti hiburan, musik, film, dan lain sebagainya. Yang
terakhir yaitu Amati lelungayan artinya tidak bepergian kemanapun atau
keluar rumah, mengandung pesan moral untuk umat Hindu agar tidak
menyibukan diri dari hal keduniawian, minimal satu hari saja untuk tidak
bepergian keluar rumah.41
Menurut Bapak Prayudhi hikmah berpuasa dalam agama Hindu banyak
sekali hikmahnya salah satunya yaitu dapat menenangkan hati kita, dapat
40
Wawancara Pribadi dengan Bapak Prayudhi, Cikarang Barat, 28 Maret 2017. 41
Wawancara Pribadi dengan Bapak Prayudhi, Cikarang Barat, 28 Maret 2017.
70
memberikan rasa sejuk dalam kehidupan kita, serta dapat memberikan
kesegaran jasmani maupun rohani kita.42
Menurut Bapak Prayudhi pengaruh puasa dalam kehidupan sehari
hari,pastinya ada, salah satu pengaruh dan manfaatnya yaitu untuk
meningkatkan spiritualitas kita, puasa juga merupakan suatu sarana untuk
penebusan dosa, dapat menghapuskan timbunan dosa, serta dapat
membersihkan sistem pernafasan, peredaran darah, pencernaan dan sistem
urin.43
Menurut Ibu Dewi Maharani agama Hindu:44
puasa dalam agama Hindu yaitu menahan diri segala hawa nafsu serta
menahan diri dari lapar dan haus, dengan tujuan untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan.
Menurut Ibu Dewi Maharani cara berpuasa dalam agama Hindu yaitu
sama seperti agama-agama yang lainnya, hanya saja yang berbeda tata
caranya pasti itu berbeda karena masing-masing agama mempunyai dasar
hukum dalam kitab sucinya masing-masing tapi secara umum sepertinya sama
saja menurut saya.
Menurut Ibu Dewi Maharani sejarah puasa dalam agama Hindu terdapat
di dalam kitab Veda, silahkan anda bisa membacanya dalam kitab Veda
tersebut mengenai sejarah tentang puasa dalam Hindu.
42
Wawancara Pribadi dengan Bapak Prayudhi, Cikarang Barat, 28 Maret 2017. 43
Wawancara Pribadi dengan Bapak Prayudhi, Cikarang Barat, 28 Maret 2017. 44
Wawancara Pribadi dengan Ibu Dewi Maharani, Cikarang Barat, 28 Maret 2017.
71
Menurut Ibu Dewi Maharani tujuan puasa dalam agama Hindu yaitu
seperti yang tadi saya jelaskan bahwasannya puasa tidak hanya sekedar
menahan haus dan lapar tetapi untuk meningkatkan spiritualitas kita kepada
Tuhan agar kita menjadi manusia yang baik dan bijaksana, dan agar diampuni
dosa-dosanya yang telah diperbuat.45
Menurut Ibu Dewi Maharani perintah puasa dalam agama Hindu,
perintahnya saya kira Tentu saja ada da nada di dalam kitab Veda.46
Menurut Ibu Dewi Maharani bulan-bulan tertentu dalam melaksanakan
puasa dalam agama Hindu, menurutnya iya ada contohnya seperti puasa
Nyepi. Nah, dalam puasa Nyepi ini umat Hindu melakukan puasa selama 24
jam sehari penuh, dan ditutup dengan Ngembak Geni.47
Menurut Ibu Dewi Maharani tentu saja ada pantangan-pantangan dalam
melakukan puasa Nyepi tersebut yaitu yang biasa dikenal dengan Catur Brata
(empat pengendalian diri), yaitu: Amati Geni artinya tidak menyalakan api,
baik siang maupun pada malam hari. Amati karya yaitu tidak melakukan
aktifitas kerja fisik apapun namanya. Amati lelanguan yaitu tidak menikmati
keindahan atau sesuatu yang mengasyikan, maksudnya adalah menjauhkan
diri dari kenikmatan yang bersifat keduniawiaan seperti hiburan, musik, film,
dan lain sebagainya. Yang terakhir yaitu Amati lelungayan artinya tidak
bepergian kemanapun atau keluar rumah, mengandung pesan moral untuk
45
Wawancara Pribadi dengan Ibu Dewi Maharani, Cikarang Barat, 28 Maret 2017. 46
Wawancara Pribadi dengan Ibu Dewi Maharani, Cikarang Barat, 28 Maret 2017. 47
Wawancara Pribadi dengan Ibu Dewi Maharani, Cikarang Barat, 28 Maret 2017.
72
umat Hindu agar tidak menyibukan diri dari hal keduniawian, minimal satu
hari saja untuk tidak bepergian keluar rumah.48
Menurut Ibu Dewi Maharani yang memerintahkan puasa yaitu Tuhan
yang tertera dalam kitab Veda.
Menurut Ibu Dewi Maharani hikmah berpuasa dalam agama Hindu
banyak sekali hikmahnya salah satunya yaitu dapat menenangkan hati kita,
membuat diri kita lebih religious, dapat memberikan rasa sejuk dalam
kehidupan kita, serta dapat memberikan kesegaran jasmani maupun rohani
kita.49
Menurut Ibu Dewi Maharani pengaruh puasa dalam kehidupan sehari
hari,pastinya ada, setelah melaksanakan puasa segala ibadah yang dilakukan
ketika berpuasa dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, salah satu
pengaruh dan manfaatnya yaitu untuk meningkatkan spiritualitas kita, puasa
juga merupakan suatu sarana untuk penebusan dosa dan lain sebagainya.50
C. Persamaan dan Perbedaan Puasa dalam agama Baha’i dan Hindu
Dalam agama Baha’i mempunyai beberapa perbedaan puasa dengan
agama Hindu yaitu agama Baha’i berpuasa pada tanggal 2 maret sampai 22
maret, dan mereka hanya melaksanakan puasa 19 hari saja, dan mereka pula
memulai puasa dari matahari terbit sampai matahari terbenam, sedangkan
dalam Hindu puasa Nyepi adalah puasa 24 jam penuh, dan sudah di jelaskan
juga bahwasannya puasa terbagi menjadi beberapa point yaitu ada puasa yang
48
Wawancara Pribadi dengan Ibu Dewi Maharani, Cikarang Barat, 28 Maret 2017. 49
Wawancara Pribadi dengan Ibu Dewi Maharani, Cikarang Barat, 28 Maret 2017. 50
Wawancara Pribadi dengan Ibu Dewi Maharani, Cikarang Barat, 28 Maret 2017.
73
bersifat wajib atau dianjurkan, puasa yang sifatnya tidak wajib, puasa yang
berkaitan dengan upacara tertentu, dan puasa berkaitan dengan hal-hal
tertentu. Dan dari segi pelaksanaanya pun agama Hindu banyak sekali
puasanya seperti puasa Nyepi, puasa siwaratri, puasa purnama dan tilem, serta
puasa untuk menebus dosa itu merupakan puasa yang bersifat wajib, untuk
puasa yang bersifat tidak wajib yaitu Puasa yang tidak wajib adalah puasa
yang dilaksanakan di luar ketentuan seperti yang di atas, misalnya pada hari-
hari suci: odalan, anggara kasih, dan buda kliwon. Puasa ini diserahkan pada
kebijakan masing-masing, apakah mau siang hari saja ataupun satu hari
penuh. Perlu kita ketahui bahwa pergantian hari menurut Hindu adalah sejak
fajar sampai fajar besoknya; bukan jam 00 atau jam 12 tengah malam. Puasa
yang berkaitan dengan upacara tertentu, misalnya setelah mawinten atau
mediksa,51
puasa selama tiga hari hanya dengan makan nasi kepel dan air
kelungah nyuhgading. Puasa berkaitan dengan hal-hal tertentu: sedang
bersamadhi, meditasi, sedang memohon petunjuk kepada Hyang Widhi, setiap
saat (tidak berhubungan dengan hari rerainan) dan jenis puasa tentukan sendiri
apakah total (tidak makan dan minum sama sekali) selama satu hari satu
malam atau seberapa mampunya. Memulai puasa dengan upacara sederhana
yaitu menghaturkan canangsari kalau bisa dengan banten pejati memohon
pesaksi serta kekuatan dari Hyang Widhi. Mengakhiri puasa dengan
51
Mawinten: pembersihan diri secara lahir bathin, secara lahir, diri dibersihkan dengan air
yang telah disatukan dengan berbagai aneka bunga/kembang, sedangkan secara bathin memohon
kepada Hyang Widhi Tuhan YME agar dapat diberikan penyucian diri, tuntunan dan bimbingan dalam
mempelajari ilmu pengetahuan yang bersifat suci seperti kesusilaan, kitab Veda, susastra Veda, lalu
selanjutnya dapat diamalkan dan di jalankan dalam kehidupan diri sendiri maupun kepada orang lain
yang memerlukannya.
74
sembahyang juga banten yang sama. Makanan sehat yang digunakan sebelum
dan sesudah puasa terdiri dari unsur-unsur: beras (nasi) dengan sayur tanpa
bumbu keras, buah-buahan, susu, madu, dan mentega.
Dalam agama Baha’i pada hakikatnya puasa adalah untuk bermeditasi
dan berdoa dan masa pemulihan rohani, dan puasa itu hendaknya
dilaksanakan dengan penuh khidmat dan pengharapan untuk mengharapkan
rahmat dari Tuhan. Dalam penanggalan Baha’i ada empat dan kadang-kadang
ada lima hari antara bulan ke-18 dan ke-19 dalam setiap tahun yang disebut
“hari-hari HA atau hari-hari Sisipan” selama masa ini umat Baha’i menjamu
para sahabat dan sanak famili serta memberikan makan dan minum pada
orang-orang miskin diantara mereka. Dengan dimulainya bulan Baha’i yang
ke-19 yakni bulan keluhuran (ALA) masa umat Baha’i berpuasa dimulai.
Sedangkan dalam agama Hindu pada hakekatnya adalah untuk
meningkatkan spiritualitas kita, puasa juga merupakan suatu sarana untuk
penebusan dosa, dapat menghapuskan timbunan dosa, serta dapat
membersihkan sistem pernafasan, peredaran darah, pencernaan dan sistem
urin. Selain itu puasa juga dapat menghancurkan segala macam kotoran tubuh
dan segala jenis racun yang ada di dalam tubuh kita.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dalam Bab II, III,
dan IV mengenai “Komparasi Konsep Puasa Dalam Agama Baha’i dan
Hindu” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Makna puasa dalam agama Baha’i yaitu berpantang dari makanan dan
minuman. Berpuasa juga berarti melakukan praktek menahan diri untuk
menjauhkan diri dari semua selera tubuh dan sebagainya untuk dapat
berkonsentrasi pada diri sendiri sebagaimana spiritual dan untuk mendekatkan
diri kepada Allah. Sedangkan dalam agama Hindu berpuasa diartikan sebagai
tidak makan dan tidak minum pada waktu-waktu tertentu. Upawasa dapat
dibedakan dalam pengertian yang sempit dan luas. Dalam pengertian yang
sempit upawasa dapat diartikan sebagai dengan sengaja tidak makan dan tidak
minum, termasuk pengendalian panca indra. Sedangkan dalam pengertian
yang luas upawasa dapat diartikan sebagai melaksanakan pantangan,
pengekangan atau pengendalian keinginan atau pengendalian diri untuk tidak
berpikir, berkata dan berbuat yang bertentangan dengan ajaran agama Hindu.
2. Konsep puasa dalam agama Baha’i dan Hindu memiliki beberapa persamaan
dan perbedaan. Adapun persamaan dalam puasa agama Baha’i dan Hindu
yaitu melaksanakan puasa tidak makan dan tidak minum dari terbitnya
matahari hingga terbenamnya matahari. Sedangkan perbedaan didalam agama
76
Hindu dan Baha’i, pada agama Hindu puasa juga merupakan suatu sarana
untuk penebusan dosa serta dapat menghapuskan timbunan dosa. Sedangkan
dalam agama Baha’i tidak ada konsep penebusan dosa atau menghapus
timbunan dosa dalam berpuasa. Dalam agama Baha’i perintah berpuasa
selama satu bulan (19 hari) yaitu dari 2- 21 Maret yang terdapat dalam
kalender agama Baha’i. Sedangkan dalam agama Hindu berpuasa itu dimulai
sehari sebelum tilem. Puasa total tidak makan dan minum apapun dimulai
sejak matahari terbit sampai dengan matahari terbenam.
B. Saran-Saran
Berdasarkan simpulan diatas, penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama masing-masing.
Karena dengan menjalankan puasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan
agamanya, kita sendiri akan merasakan betapa banyaknya nilai-nilai
ibadah dan manfaat untuk diri kita.
2. Perlu adanya pemahaman keagamaan yang lebih dari kedua agama
tersebut khususnya mengenai puasa dalam agama Baha’i dan Hindu,
dikarenakan banyak sekali yang mengetahui perintah berpuasa dari
masing-masing agama tersebut tetapi umat dari kedua agama tersebut
banyak yang tidak melaksanakannya dan tidak memahaminya. Maka dari
itu kita sebagai mahasiswa study agama-agama harus bisa memberikan
pemahaman kepada kedua agama tersebut agar bisa melaksanakan puasa
dengan baik dan benar, bukan hanya sekedar menahan nafsu dari makan
77
dan minum, tetapi bagaimana kita bisa meningkatkan spiritualitas kita
untuk bisa mendekatkan diri kita kepada Tuhan sang maha Pencipta.
78
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghajali, Menangkap kedalam Rohaniah Peribadatan Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1995.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Yogyakarta:
Rineka Cipta, 1996.
Azwar, Saifuddin. Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Baha, Abdul. Kalimat Tersembunyi dan Beberapa Sabda Suci. T.tp: Majelis
Rohani Nasional Baha’i Indonesia. 2008.
Baha, Abdul. Sang Suri Tauladan. T.tp: Majelis Rohani Nasional Baha’i
Indonesia. 2008.
Baha, Abdul. Khotbah-Khotbah Abdul Baha’ di Paris. T.tp: Majelis Rohani
Nasional Baha’i Indonesia. 2008.
Baha’u’llah. Majalah Agama Baha’i. T.tp: Majelis Rohani Nasional Baha’i
Indonesia, 2008.
Baha’u’llah, Himpunan Petikan Dari Tulisan Suci Baha’ullah. T.tp: Majelis
Rohani Nasional Baha’i Indonesia,2004.
Bungin, Burhan. Metode penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
Fathea’zam Husmand. Taman Baru. T.tp: Majelis Rohani Nasional Baha’i
Indonesia,2009.
George ded Wendi, A Basic Baha’i Dictionary. T.tp: Majelis Rohani Nasional
Baha’i Indonesia,2009.
Hadiwijono, Harun. Agama Hindu dan Budha. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,
1989.
Hamka, Tuntunan puasa, Tarawih dan Idul Fitri. Jakarta: Pustaka Panji Mas,
1993.
79
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba
Humanika, 2012.
Junaedi, Dedi. Pedoman Puasa Tuntunan Dan Permasalahannya. Jakarta:
Akademika Persindo, 2004.
Madjid, Nurcholish. Dialog Bersama Cak Nur Merenungi makna dan Hikmah
Ibadah puasa, Nuzulul quran, Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri,
Jakarta: Paramadina, 2000.
Michal, Keene. Agama-agama Dunia. Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Mudjahid, Abdul Manaf. Sejarah Agama-Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1996.
Nadroh, Siti dan Azmi, Syaiful. Agama-agama Minor. Jakarta: UIN Jakarta Press,
2013.
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.
Singh, Dharam Vir, Hinduime Sebuah Pengantar, Surabaya: PARAMITA, 2006.
Sudarsana, I. B. Putu, Ajaran Agama Hindu Sila Kramaning Pemangku. Yayasan
Dhrama Acarya. 2006.
Singarimbun, Masridan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survey. Jakarta:
LP3ES, 1982.
Sisnono, Muhammad. Puasa Pada Umat Dulu Dan Sekarang. Jakarta: Republika,
2010.
Sivananda, Sri Svami. Hari Raya & Puasa dalam Agama Hindu. Surabaya:
Paramita, 2002.
Sumber Internet:
www.balitbangdiklat.Menag.org. Di akses pada 28 Maret 2017.
www.baha’i.org. Di akses pada tanggal 20 Maret 2017.
www.baha’iindonesia.org. Di akses pada tanggal 22 Maret 2017.
80
www.reference.baha’i.org. Di akses pada tanggal 20 Maret 2017.
www.wikepedia.asal usul agama hindu.com. Di akses pada tanggal 18 Agustus
2016.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu. Di akses pada tanggal 25 Agustus 2016.
Lampiran 1
Wawancara dengan Ibu Nasrin Astani
Agama: Baha’i
Pertanyaan: Apakah pengertian puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: Pengertian puasa dalam agama Baha’i sebetulnya puasa itu hanyalah suatu lambang
atau symbol untuk menahan diri dari semua nafsu- nafsu jasmani maupun rohani. Puasa itu
merupakan perintah tuhan yang diperintahkan kepada utusan tuhan yaitu orang-orang yang
terpilih sebagai utusannya. Seperti yang tercantum dalam kitab i- Aqdas.
Pertanyaan: Bagaimanakah cara berpuasa dalam agama Baha’i? Apakah sama seperti agama
lainnya seperti Islam, Kristen, Hindu dan lainnya?
Jawaban: Ya, sebenernya pada hakekatnya puasa itu memang sama seperti agama yang lainnya
yaitu tidak makan dan tidak minum, tetapi mungkin yang membedakannya yaitu dari cara
pelaksanaan dan waktunya saja.
Pertanyaan: Bagaimana sejarah puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: Agama Baha’i dan agama-agama lainnya mendapatkan perintah berpuasa berasal
dari Tuhan. Baha’ullah menetapkan puasa dalam Baha’i selama satu bulan (19 hari) yang
terdapat dalam kalender agama Baha’i. Dalam penanggalan Baha’i ada empat dan kadang-
kadang ada lima hari antara bulan ke-18 dan ke-19 dalam setiap tahun yang disebut “hari-hari
HA atau hari-hari Sisipan” selama masa ini umat Baha’i menjamu para sahabat dan sanak
famili serta memberikan makan dan minum pada orang-orang miskin diantara mereka. Dengan
dimulainya bulan Baha’i yang ke-19 yakni bulan keluhuran (ALA) masa umat Baha’i berpuasa
dimulai.
Pertanyaan: Bagaimana konsep ajaran puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: Puasa adalah suatu lambang yang berpantang pada nafsu-nafsu, puasa jasmani
adalah pengingatan; yakni sebagaimana seseorang berpantang terhadap keinginan jasmaninya,
demikian pula ia harus mengekang dorongan dan hawa nafsunya, akan tetapi sekedar
berpantang makan saja tidak berfaedah bagi jiwa, pantangan itu hanyalah lambang suatu
pengingatan saja kalau tidak puasa itu tidak ada artinya. Puasa untuk tujuan ini bukan berarti
tidak makan sama sekali, aturan emas tentang makan ialah jangan mengambil terlalu banyak
atau terlalu sedikit, sikap sedang amat diperlukan. Di india terdapat beberapa sekte yang
menjalankan berpantang secara berlebihan dan secara bertahap mereka mengurangi makan
sehingga mereka tidak makan sama sekali. Kecerdasan mereka-pun menurun. Seseorang tidak
layak mengabdi kepada Tuhan melaui akal dan tubuhnya jika menjadi lemah karena kurang
makan. Ia tidak dapat memahaminya makna puasa secara jelas.
Pertanyaan: Apakah tujuan puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: Banyak sekali tujuan berpuasa itu, salah satunya yaitu untuk memperkuat kekuatan
rohani kita dan untuk menambah kedekatan kita sebagai hambanya kepada Tuhan sebagai sang
Maha Pecipta-nya.
Pertanyaan: Adakah perintah puasa dalam ajaran agama Baha’i?
Jawaban: Ada, Amalkan perintah-perintah-Ku demi kasih dan keindahan-Ku, dan itu sebagai
lampu karunia dan kunci rahmat, dan perintah puasa ini juga ada dalam kitab Al- Aqdas yaitu
Kami telah memerintahkan kepada-mu agar berpuasa dan bersembahyang dari awal aqil- balig,
ini adalah perintah Rabbi-mu Rabbi Nenek moyang-mu. Tahanlah dirimu dari makan dan
minum mulai dari matahari terbit hingga terbenamnya matahari dan berhati-hatilah jangan
sampai hawa nafsu menghalangi engkau dari rahmat yang ditetapkan dalam kitab, jadi kitab al-
Aqdas itu merupakan kitab suci agama Baha’i dan kitab Hukum-hukum Baha’i.
Pertanyaan: Apakah hikmah puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: hikmah berpuasa dalam agama Baha’i sama halnya dengan agama-agama yang
lainnya yaitu meningkatkan spiritualitas kita, dan pada intinya untuk membersihkan diri kita
dari segala hawa nafsu yang kurang baik agar menjadi lebih baik, untuk meningkatkan ketaatan
kepada Tuhan, dan saya kira banyak sekali hikmahnya dalam berpuasa.
Pertanyaan: Apakah ada larangan-larangan dalam melaksanakan puasa menurut ajaran Baha’i?
Jawaban: larangan-larangan atau pengecualian dalam melaksanakan puasa dalam ajaran
Baha’i yaitu Musafir dengan syarat perjalanan itu lebih dari 9 jam, orang yang sedang sakit,
orang yang sudah lanjut usia lebih dari 70 tahun, wanita yang sedang hamil dan menyusui,
wanita yang sedang haid, dan orang-orang bekerja berat.
Pertanyaan: Siapakah yang perintahkan puasa dalam agama baha’i?
Jawaban: yang memerintahkan puasa dalam agama Baha’i bisa kita lihat dalam kitab i-Aqdas
yaitu Tuhan dan utusan-Nya yaitu Baha’u’llah.
Pertanyaan: Apakah ada bulan-bulan atau Hari-hari tertentu dalam melaksanakan puasa Baha’i?
Jawaban: Iya ada, di dalam agama Baha’i berpuasa yaitu pada bulan ALA atau bulan
Keluhuran (2 Maret -21 Maret). Intinya dalam agama Baha’i berpuasa itu 19 hari dan dalam
kalender Baha’i satu bulan yaitu 19 Hari.
Pertanyaan: Apakah ada pengaruh puasa dalam kehidupan sehari-hari anda?
Jawaban: Pengaruh puasa dalam kehidupan sehari hari, banyak sekali pastinya, salah satu
pengaruh dan manfaatnya yaitu untuk dapat berkonsentrasi pada diri sendiri sebagai mahluk
spritual, untuk menahan sifat egois, untuk lebih disiflin dalam waktu, untuk menahan hawa nafsu
indria, dan masih banyak sekali pengaruhnya saya kira manfaat berpuasa dalam kehidupan kita
ini.
Lampiran II
Wawancara dengan Bapak Benedict Chee
Agama: Baha’i
Pertanyaan: Apakah pengertian puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: Pengertian puasa dalam agama Baha’i sebetulnya puasa itu hanyalah suatu lambang
atau symbol untuk menahan diri dari semua nafsu- nafsu jasmani maupun rohani. Puasa itu
merupakan perintah tuhan yang diperintahkan kepada utusan tuhan yaitu orang-orang yang
terpilih sebagai utusannya. Seperti yang tercantum dalam kitab i- Aqdas.
Pertanyaan: Bagaimanakah cara berpuasa dalam agama Baha’i? Apakah sama seperti agama
lainnya seperti Islam, Kristen, Hindu dan lainnya?
Jawaban: Menurut saya puasa dalam agama Baha’i dengan agama-agama yang lainnya saya
kira hampir sama yaitu menahan makan dan minum dari terbit matahari hingga terbenamnya
matahari, tetapi yang membedakannya sebenernya yaitu tata cara pelaksanaan atau amalan-
amalannya dalam menjalankan puasa tersebut.
Pertanyaan: Bagaimana sejarah puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: Agama Baha’i dan agama-agama lainnya mendapatkan perintah berpuasa berasal
dari Tuhan. Baha’ullah menetapkan puasa dalam Baha’i selama satu bulan (19 hari) yang
terdapat dalam kalender agama Baha’i. Dalam penanggalan Baha’i ada empat dan kadang-
kadang ada lima hari antara bulan ke-18 dan ke-19 dalam setiap tahun yang disebut “hari-hari
HA atau hari-hari Sisipan” selama masa ini umat Baha’i menjamu para sahabat dan sanak
famili serta memberikan makan dan minum pada orang-orang miskin diantara mereka. Dengan
dimulainya bulan Baha’i yang ke-19 yakni bulan keluhuran (ALA) masa umat Baha’i berpuasa
dimulai.
Pertanyaan: Bagaimana konsep ajaran puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: Puasa adalah suatu lambang yang berpantang pada nafsu-nafsu, puasa jasmani
adalah pengingatan; yakni sebagaimana seseorang berpantang terhadap keinginan jasmaninya,
demikian pula ia harus mengekang dorongan dan hawa nafsunya, akan tetapi sekedar
berpantang makan saja tidak berfaedah bagi jiwa, pantangan itu hanyalah lambang suatu
pengingatan saja kalau tidak puasa itu tidak ada artinya. Puasa untuk tujuan ini bukan berarti
tidak makan sama sekali, aturan emas tentang makan ialah jangan mengambil terlalu banyak
atau terlalu sedikit, sikap sedang amat diperlukan. Di india terdapat beberapa sekte yang
menjalankan berpantang secara berlebihan dan secara bertahap mereka mengurangi makan
sehingga mereka tidak makan sama sekali. Kecerdasan mereka-pun menurun. Seseorang tidak
layak mengabdi kepada Tuhan melaui akal dan tubuhnya jika menjadi lemah karena kurang
makan. Ia tidak dapat memahaminya makna puasa secara jelas.
Pertanyaan: Apakah tujuan puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: Saya kira banyak sekalian tujuan berpuasa salah satunya yaitu untuk memperkuat
kekuatan rohani kita dan untuk menambah kedekatan kita sebagai hambanya kepada Tuhan
sebagai sang Maha Pecipta-nya.
Pertanyaan: Adakah perintah puasa dalam ajaran agama Baha’i?
Jawaban: Ada, Amalkan perintah-perintah-Ku demi kasih dan keindahan-Ku, dan itu sebagai
lampu karunia dan kunci rahmat, dan perintah puasa ini juga ada dalam kitab Al- Aqdas yaitu
Kami telah memerintahkan kepada-mu agar berpuasa dan bersembahyang dari awal aqil- balig,
ini adalah perintah Rabbi-mu Rabbi Nenek moyang-mu. Tahanlah dirimu dari makan dan
minum mulai dari matahari terbit hingga terbenamnya matahari dan berhati-hatilah jangan
sampai hawa nafsu menghalangi engkau dari rahmat yang ditetapkan dalam kitab, jadi kitab al-
Aqdas itu merupakan kitab suci agama Baha’i dan kitab Hukum-hukum Baha’i.
Pertanyaan: Apakah hikmah puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: berbicara mengenai hikmah berpuasa dalam agama Baha’i sama halnya dengan
agama-agama yang lainnya yaitu meningkatkan spiritualitas kita, dan pada intinya untuk
membersihkan diri kita dari segala hawa nafsu yang kurang baik agar menjadi lebih baik, untuk
meningkatkan ketaatan kepada Tuhan, dan banyak sekali hikmah yang terkandung di dalam kita
melaksanakan berpuasa.
Pertanyaan: Apakah ada larangan-larangan dalam melaksanakan puasa menurut ajaran Baha’i?
Jawaban: Ada, larangan-larangan atau pengecualian dalam melaksanakan puasa dalam ajaran
Baha’i yaitu Musafir dengan syarat perjalanan itu lebih dari 9 jam, orang yang sedang sakit,
orang yang sudah lanjut usia lebih dari 70 tahun, wanita yang sedang hamil dan menyusui,
wanita yang sedang haid, dan orang-orang bekerja berat.
Pertanyaan: Siapakah yang perintahkan puasa dalam agama baha’i?
Jawaban: yang memerintahkan puasa dalam agama Baha’i bisa kita lihat dalam kitab i-Aqdas
yaitu Tuhan dan utusan-Nya yaitu Baha’u’llah.
Pertanyaan: Apakah ada bulan-bulan atau Hari-hari tertentu dalam melaksanakan puasa Baha’i?
Jawaban: Iya ada, di dalam agama Baha’i berpuasa yaitu pada bulan ALA atau bulan
Keluhuran (2 Maret -21 Maret). Intinya dalam agama Baha’i berpuasa itu 19 hari dan dalam
kalender Baha’i satu bulan yaitu 19 Hari.
Pertanyaan: Apakah ada pengaruh puasa dalam kehidupan sehari-hari anda?
Jawaban: Pengaruh puasa dalam kehidupan sehari hari, banyak sekali pastinya, salah satu
pengaruh dan manfaatnya yaitu untuk dapat berkonsentrasi pada diri sendiri sebagai mahluk
spritual, untuk menahan sifat egois, untuk lebih disiflin dalam waktu, untuk menahan hawa nafsu
indria, dan masih banyak sekali pengaruhnya saya kira manfaat berpuasa dalam kehidupan kita
ini. Saya kira banyak sekali manfaat atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari kita.
Lampiran III
Wawancara dengan Ibu Debora Beyesti
Agama: Baha’i
Pertanyaan: Apakah pengertian puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: Pengertian puasa dalam agama Baha’i puasa merupakan suatu lambang atau symbol
untuk menahan diri dari segala nafsu- nafsu jasmani maupun rohani. Puasa itu merupakan
perintah tuhan yang diperintahkan kepada utusan tuhan. Seperti yang tercantum dalam kitab i-
Aqdas.
Pertanyaan: Bagaimanakah cara berpuasa dalam agama Baha’i? Apakah sama seperti agama
lainnya seperti Islam, Kristen, Hindu dan lainnya?
Jawaban: Menurut saya puasa dalam agama Baha’i dengan agama-agama yang lainnya pada
dasarnya sama seperti agama-agama yang lainnya yaitu menahan makan dan minum dari terbit
matahari hingga terbenamnya matahari, tetapi yang membedakannyaa sebenernya yaitu tata
cara pelaksanaan atau amalan-amalannya dalam menjalankan puasa tersebut.
Pertanyaan: Bagaimana sejarah puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: Agama Baha’i dan agama-agama lainnya mendapatkan perintah berpuasa berasal
dari Tuhan. Baha’ullah menetapkan puasa dalam Baha’i selama satu bulan (19 hari) yang
terdapat dalam kalender agama Baha’i. Dalam penanggalan Baha’i ada empat dan kadang-
kadang ada lima hari antara bulan ke-18 dan ke-19 dalam setiap tahun yang disebut “hari-hari
HA atau hari-hari Sisipan” selama masa ini umat Baha’i menjamu para sahabat dan sanak
famili serta memberikan makan dan minum pada orang-orang miskin diantara mereka. Dengan
dimulainya bulan Baha’i yang ke-19 yakni bulan keluhuran (ALA) masa umat Baha’i berpuasa
dimulai.
Pertanyaan: Bagaimana konsep ajaran puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: Puasa adalah suatu lambang yang berpantang pada nafsu-nafsu, puasa jasmani
adalah pengingatan; yakni sebagaimana seseorang berpantang terhadap keinginan jasmaninya,
demikian pula ia harus mengekang dorongan dan hawa nafsunya, akan tetapi sekedar
berpantang makan saja tidak berfaedah bagi jiwa, pantangan itu hanyalah lambang suatu
pengingatan saja kalau tidak puasa itu tidak ada artinya. Puasa untuk tujuan ini bukan berarti
tidak makan sama sekali, aturan emas tentang makan ialah jangan mengambil terlalu banyak
atau terlalu sedikit, sikap sedang amat diperlukan. Di india terdapat beberapa sekte yang
menjalankan berpantang secara berlebihan dan secara bertahap mereka mengurangi makan
sehingga mereka tidak makan sama sekali. Kecerdasan mereka-pun menurun. Seseorang tidak
layak mengabdi kepada Tuhan melaui akal dan tubuhnya jika menjadi lemah karena kurang
makan. Ia tidak dapat memahaminya makna puasa secara jelas.
Pertanyaan: Apakah tujuan puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: Tujuan berpuasa dalan agama Baha’I salah satunya yaitu untuk memperkuat
kekuatan rohani kita dan untuk menambah kedekatan kita sebagai hambanya kepada Tuhan
sebagai sang Maha Pecipta-nya, dan saya kira masih banyak tujuan dalam melaksanakan
berpuasa dalam agama Baha’i.
Pertanyaan: Adakah perintah puasa dalam ajaran agama Baha’i?
Jawaban: Ada, Amalkan perintah-perintah-Ku demi kasih dan keindahan-Ku, dan itu sebagai
lampu karunia dan kunci rahmat, dan perintah puasa ini juga ada dalam kitab Al- Aqdas yaitu
Kami telah memerintahkan kepada-mu agar berpuasa dan bersembahyang dari awal aqil- balig,
ini adalah perintah Rabbi-mu Rabbi Nenek moyang-mu. Tahanlah dirimu dari makan dan
minum mulai dari matahari terbit hingga terbenamnya matahari dan berhati-hatilah jangan
sampai hawa nafsu menghalangi engkau dari rahmat yang ditetapkan dalam kitab, jadi kitab al-
Aqdas itu merupakan kitab suci agama Baha’i dan kitab Hukum-hukum Baha’i.
Pertanyaan: Apakah hikmah puasa dalam agama Baha’i?
Jawaban: Hikmah berpuasa dalam agama Baha’i sama halnya dengan agama-agama yang
lainnya yaitu meningkatkan spiritualitas kita, dan pada intinya untuk membersihkan diri kita
dari segala hawa nafsu yang kurang baik agar menjadi lebih baik, untuk meningkatkan ketaatan
kepada Tuhan, dan banyak sekali hikmah yang terkandung di dalam kita melaksanakan
berpuasa.
Pertanyaan: Apakah ada larangan-larangan dalam melaksanakan puasa menurut ajaran Baha’i?
Jawaban: Ada, larangan-larangan atau pengecualian dalam melaksanakan puasa dalam ajaran
Baha’i yaitu Musafir dengan syarat perjalanan itu lebih dari 9 jam, orang yang sedang sakit,
orang yang sudah lanjut usia lebih dari 70 tahun, wanita yang sedang hamil dan menyusui,
wanita yang sedang haid, dan orang-orang bekerja berat.
Pertanyaan: Siapakah yang perintahkan puasa dalam agama baha’i?
Jawaban: Yang memerintahkan puasa dalam agama Baha’i bisa kita lihat dalam kitab i-Aqdas
yaitu Tuhan dan utusan-Nya yaitu Baha’u’llah.
Pertanyaan: Apakah ada bulan-bulan atau Hari-hari tertentu dalam melaksanakan puasa Baha’i?
Jawaban: Iya ada, di dalam agama Baha’i berpuasa yaitu pada bulan ALA atau bulan
Keluhuran (2 Maret -21 Maret). Intinya dalam agama Baha’i berpuasa itu 19 hari dan dalam
kalender Baha’i satu bulan yaitu 19 Hari.
Pertanyaan: Apakah ada pengaruh puasa dalam kehidupan sehari-hari anda?
Jawaban: Pengaruh puasa dalam kehidupan sehari hari, banyak sekali pastinya, salah satu
pengaruh dan manfaatnya yaitu untuk dapat berkonsentrasi pada diri sendiri sebagai mahluk
spritual, untuk menahan sifat egois, untuk lebih disiflin dalam waktu, untuk menahan hawa nafsu
indria, dan masih banyak sekali pengaruhnya saya kira manfaat berpuasa dalam kehidupan kita
ini. Saya kira banyak sekali manfaat atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari kita.
Lampiran I
Wawancara dengan Bapak Komang Artana
Agama: Hindu
Pertanyaan: Apakah pengertian puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Puasa dalam agama Hindu yaitu tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar saja,
tetapi bagaimana kita harus bisa menahan hawa nafsu dalam diri kita agar kita bisa menjadi
manusia yang baik dan bijaksana, jikalau kita sudah bisa menjadi baik dan bijaksana maka kita
akan menjadi manusia yang selalu bersyukur dengan apa yang kita punya sebagai titipan dari
Tuhan Sang Hyang Widi.
Pertanyaan: Bagaimanakah cara berpuasa dalam agama Hindu? Apakah sama seperti agama
yang lainnya?
Jawaban: Ya, sama seperti agama-agama yang lainnya, hanya saja yang berbeda tata caranya
pasti itu berbeda karena masing-masing agama mempunyai dasar hukum dalam kitab sucinya
masing-masing tapi secara umum sepertinya sama saja menurut saya.
Pertanyaan: Bagaimana sejarah puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Mengenai sejarah puasa dalam agama Hindu terdapat di dalam kitab Veda, silahkan
anda bisa membacanya dalam kitab veda tersebut di sana terdapat sejarah dan macam-macam
puasa dalam agama Hindu.
Pertanyaan: Bagaimana konsep ajaran puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Puasa dalam agama Hindu disebut dengan Upawasa. Puasa dalam agama Hindu
dapat diartikan sebagai tidak makan dan tidak minum dalam waktu-waktu tertentu. Puasa
berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata Upa dan Wasa, di mana Upa artinya dekat
atau mendekat, dan Wasa artinya Tuhan atau Yang Maha Kuasa. Upawasa atau puasa artinya
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pertanyaan: Apakah tujuan puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Tujuan puasa dalam agama Hindu seperti yang tadi saya jelaskan bahwasannya
puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar tetapi untuk meningkatkan spiritualitas kita
kepada Tuhan agar kita menjadi manusia yang baik dan bijaksana, dan untuk meningkatkan
kualitas rohani dalam diri kita masing-masing.
Pertanyaan: Adakah perintah puasa dalam ajaran agama Hindu?
Jawaban: Iya ada, perintah puasa dalam agama Hindu terdapat dalam kitab Veda.
Pertanyaan: Apakah hikmah puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Hikmah berpuasa dalam agama Hindu banyak sekali hikmahnya salah satunya yaitu
dapat menenangkan hati kita, dapat memberikan rasa sejuk dalam kehidupan kita, serta dapat
memberikan kesegaran jasmani maupun rohani kita.
Pertanyaan: Apakah ada larangan-larangan dalam melaksanakan puasa menurut ajaran Hindu?
Jawaban: Ada larangan-larangan dalam melaksanakan puasa, salah satunya dalam puasa
Nyepi, yaitu Catur Brata (empat pengendalian diri), yaitu: Amati Geni artinya tidak menyalakan
api, baik siang maupun pada malam hari. Amati karya yaitu tidak melakukan aktifitas kerja fisik
apapun namanya. Amati lelanguan yaitu tidak menikmati keindahan atau sesuatu yang
mengasyikan, maksudnya adalah menjauhkan diri dari kenikmatan yang bersifat keduniawiaan
seperti hiburan, musik, film, dan lain sebagainya. Yang terakhir yaitu Amati lelungayan artinya
tidak bepergian kemanapun atau keluar rumah, mengandung pesan moral untuk umat Hindu
agar tidak menyibukan diri dari hal keduniawian, minimal satu hari saja untuk tidak bepergian
keluar rumah.
Pertanyaan: Siapakah yang perintahkan puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Perintah puasa dalam agama Hindu, perintahnya terdapat dalam kitab suci agama
hindu yaitu kitab Veda, serta dari utusan-utusan mulia dari Tuhan seperti para nabi dan rosul
atau para Rsi yang mengajarkan atau memerintahkan untuk berpuasa dalam ajaran agama
Hindu.
Pertanyaan: Apakah ada bulan-bulan atau Hari-hari tertentu dalam melaksanakan puasa agama
Hindu?
Jawaban: Bulan-bulan atau Hari-hari tertentu dalam melaksanakan puasa dalam agama
Hindu, menurutnya Ya ada salah satunya yang sudah kita kenal seperti puasa Nyepi. Nah, dalam
puasa Nyepi ini umat Hindu melakukan puasa selama 24 jam sehari penuh, dan ditutup dengan
Ngembak Geni.
Pertanyaan: apakah ada pengaruh puasa dalam kehidupan pribadi anda? Terutama dalam
kehidupan sehari-hari anda?
Jawaban: Pengaruh puasa dalam kehidupan sehari hari Ya ada, salah satu pengaruh dan
manfaatnya yaitu untuk meningkatkan spiritualitas kita, puasa juga merupakan suatu sarana
untuk penebusan dosa, dapat menghapuskan timbunan dosa, serta dapat membersihkan sistem
pernafasan, peredaran darah, pencernaan dan sistem urin. Selain itu puasa juga dapat
menghancurkan segala macam kotoran tubuh dan segala jenis racun yang ada di dalam tubuh
kita.
Lampiran II
Wawancara dengan Bapak Prayudhi
Agama: Hindu
Pertanyaan: Apakah pengertian puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Puasa dalam agama Hindu yaitu tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar saja,
tetapi bagaimana kita harus bisa menahan hawa nafsu dalam diri kita agar kita bisa menjadi
manusia yang baik dan bijaksana, dalam agama Hindu itu puasa bukan hanya sekedar acara
rutinitas setiap tahun semata, melainkan bagaimana diri kita melatih diri kita untuk bisa
menahan segala hal-hal yang bersifat keduniawian dan meningkatkan spiritualitas kita.
Pertanyaan: Bagaimanakah cara berpuasa dalam agama Hindu? Apakah sama seperti agama
yang lainnya?
Jawaban: Ya, sama seperti agama-agama yang lainnya, hanya saja yang berbeda tata caranya
pasti itu berbeda karena masing-masing agama mempunyai dasar hukum dalam kitab sucinya
masing-masing tapi secara umum sepertinya sama saja menurut saya.
Pertanyaan: Bagaimana sejarah puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Mengenai sejarah puasa dalam agama Hindu terdapat di dalam kitab Veda, silahkan
anda bisa membacanya dalam kitab veda tersebut di sana terdapat sejarah dan macam-macam
puasa dalam agama Hindu.
Pertanyaan: Bagaimana konsep ajaran puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Puasa dalam agama Hindu disebut dengan Upawasa. Puasa dalam agama Hindu
dapat diartikan sebagai tidak makan dan tidak minum dalam waktu-waktu tertentu. Puasa
berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata Upa dan Wasa, di mana Upa artinya dekat
atau mendekat, dan Wasa artinya Tuhan atau Yang Maha Kuasa. Upawasa atau puasa artinya
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pertanyaan: Apakah tujuan puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Tujuan puasa dalam agama Hindu yaitu puasa tidak hanya sekedar menahan haus
dan lapar tetapi untuk meningkatkan spiritualitas kita kepada Tuhan agar kita menjadi manusia
yang baik dan bijaksana, dan untuk meningkatkan kualitas rohani dalam diri kita masing-
masing.
Pertanyaan: Adakah perintah puasa dalam ajaran agama Hindu?
Jawaban: Iya ada, perintah puasa dalam agama Hindu terdapat dalam kitab Veda.
Pertanyaan: Apakah hikmah puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Hikmah berpuasa dalam agama Hindu banyak sekali hikmahnya salah satunya yaitu
dapat menenangkan hati kita, dapat memberikan rasa sejuk dalam kehidupan kita, serta dapat
memberikan kesegaran jasmani maupun rohani kita.
Pertanyaan: Apakah ada larangan-larangan dalam melaksanakan puasa menurut ajaran Hindu?
Jawaban: Ada larangan-larangan dalam melaksanakan puasa, salah satunya dalam puasa
Nyepi, yaitu Catur Brata (empat pengendalian diri), yaitu: Amati Geni artinya tidak menyalakan
api, baik siang maupun pada malam hari. Amati karya yaitu tidak melakukan aktifitas kerja fisik
apapun namanya. Amati lelanguan yaitu tidak menikmati keindahan atau sesuatu yang
mengasyikan, maksudnya adalah menjauhkan diri dari kenikmatan yang bersifat keduniawiaan
seperti hiburan, musik, film, dan lain sebagainya. Yang terakhir yaitu Amati lelungayan artinya
tidak bepergian kemanapun atau keluar rumah, mengandung pesan moral untuk umat Hindu
agar tidak menyibukan diri dari hal keduniawian, minimal satu hari saja untuk tidak bepergian
keluar rumah.
Pertanyaan: Siapakah yang perintahkan puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Perintah puasa dalam agama Hindu, perintahnya terdapat dalam kitab suci agama
hindu yaitu kitab Veda, serta dari utusan-utusan mulia dari Tuhan seperti para nabi dan rosul
atau para Rsi yang mengajarkan atau memerintahkan untuk berpuasa dalam ajaran agama
Hindu.
Pertanyaan: Apakah ada bulan-bulan atau Hari-hari tertentu dalam melaksanakan puasa agama
Hindu?
Jawaban: Bulan-bulan atau Hari-hari tertentu dalam melaksanakan puasa dalam agama
Hindu, menurutnya Ya ada salah satunya yang sudah kita kenal seperti puasa Nyepi. Nah, dalam
puasa Nyepi ini umat Hindu melakukan puasa selama 24 jam sehari penuh, dan ditutup dengan
Ngembak Geni.
Pertanyaan: apakah ada pengaruh puasa dalam kehidupan pribadi anda? Terutama dalam
kehidupan sehari-hari anda?
Jawaban: Pengaruh puasa dalam kehidupan sehari hari Ya ada, salah satu pengaruh dan
manfaatnya yaitu untuk meningkatkan spiritualitas kita, puasa juga merupakan suatu sarana
untuk penebusan dosa, dapat menghapuskan timbunan dosa, serta dapat membersihkan sistem
pernafasan, peredaran darah, pencernaan dan sistem urin. Selain itu puasa juga dapat
menghancurkan segala macam kotoran tubuh dan segala jenis racun yang ada di dalam tubuh
kita.
Lampiran III
Wawancara dengan Ibu Dewi Maharani
Agama: Hindu
Pertanyaan: Apakah pengertian puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Puasa dalam agama Hindu yaitu tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar saja,
tetapi bagaimana kita harus bisa menahan hawa nafsu dalam diri kita agar kita bisa menjadi
manusia yang baik dan bijaksana. Intinya puasa itu kan untuk mendekatkan diri kita kepada
Tuhan.
Pertanyaan: Bagaimanakah cara berpuasa dalam agama Hindu? Apakah sama seperti agama
yang lainnya?
Jawaban: Ya, sama seperti agama-agama yang lainnya, hanya saja yang berbeda tata caranya
pasti itu berbeda karena masing-masing agama mempunyai dasar hukum dalam kitab sucinya
masing-masing tapi secara umum sepertinya sama saja menurut saya.
Pertanyaan: Bagaimana sejarah puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Mengenai sejarah puasa dalam agama Hindu terdapat di dalam kitab Veda, silahkan
anda bisa membacanya dalam kitab veda tersebut di sana terdapat sejarah dan macam-macam
puasa dalam agama Hindu.
Pertanyaan: Bagaimana konsep ajaran puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Puasa dalam agama Hindu disebut dengan Upawasa. Puasa dalam agama Hindu
dapat diartikan sebagai tidak makan dan tidak minum dalam waktu-waktu tertentu. Puasa
berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata Upa dan Wasa, di mana Upa artinya dekat
atau mendekat, dan Wasa artinya Tuhan atau Yang Maha Kuasa. Upawasa atau puasa artinya
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pertanyaan: Apakah tujuan puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Tujuan puasa dalam agama Hindu yaitu puasa tidak hanya sekedar menahan haus
dan lapar tetapi untuk meningkatkan spiritualitas kita kepada Tuhan agar kita menjadi manusia
yang baik dan bijaksana, dan untuk meningkatkan kualitas rohani dalam diri kita masing-
masing.
Pertanyaan: Adakah perintah puasa dalam ajaran agama Hindu?
Jawaban: Iya ada, perintah puasa dalam agama Hindu terdapat dalam kitab Veda.
Pertanyaan: Apakah hikmah puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Hikmah berpuasa dalam agama Hindu banyak sekali hikmahnya salah satunya yaitu
dapat menenangkan hati kita, dapat memberikan rasa sejuk dalam kehidupan kita, serta dapat
memberikan kesegaran jasmani maupun rohani kita.
Pertanyaan: Apakah ada larangan-larangan dalam melaksanakan puasa menurut ajaran Hindu?
Jawaban: Ada larangan-larangan dalam melaksanakan puasa, salah satunya dalam puasa
Nyepi, yaitu Catur Brata (empat pengendalian diri), yaitu: Amati Geni artinya tidak menyalakan
api, baik siang maupun pada malam hari. Amati karya yaitu tidak melakukan aktifitas kerja fisik
apapun namanya. Amati lelanguan yaitu tidak menikmati keindahan atau sesuatu yang
mengasyikan, maksudnya adalah menjauhkan diri dari kenikmatan yang bersifat keduniawiaan
seperti hiburan, musik, film, dan lain sebagainya. Yang terakhir yaitu Amati lelungayan artinya
tidak bepergian kemanapun atau keluar rumah, mengandung pesan moral untuk umat Hindu
agar tidak menyibukan diri dari hal keduniawian, minimal satu hari saja untuk tidak bepergian
keluar rumah.
Pertanyaan: Siapakah yang perintahkan puasa dalam agama Hindu?
Jawaban: Perintah puasa dalam agama Hindu, perintahnya terdapat dalam kitab suci agama
hindu yaitu kitab Veda, serta dari utusan-utusan mulia dari Tuhan seperti para nabi dan rosul
atau para Rsi yang mengajarkan atau memerintahkan untuk berpuasa dalam ajaran agama
Hindu.
Pertanyaan: Apakah ada bulan-bulan atau Hari-hari tertentu dalam melaksanakan puasa agama
Hindu?
Jawaban: Bulan-bulan atau Hari-hari tertentu dalam melaksanakan puasa dalam agama
Hindu, menurutnya Ya ada salah satunya yang sudah kita kenal seperti puasa Nyepi. Nah, dalam
puasa Nyepi ini umat Hindu melakukan puasa selama 24 jam sehari penuh, dan ditutup dengan
Ngembak Geni.
Pertanyaan: apakah ada pengaruh puasa dalam kehidupan pribadi anda? Terutama dalam
kehidupan sehari-hari anda?
Jawaban: Pengaruh puasa dalam kehidupan sehari hari Ya ada, salah satu pengaruh dan
manfaatnya yaitu untuk meningkatkan spiritualitas kita, puasa juga merupakan suatu sarana
untuk penebusan dosa, dapat menghapuskan timbunan dosa, serta dapat membersihkan sistem
pernafasan, peredaran darah, pencernaan dan sistem urin. Selain itu puasa juga dapat
menghancurkan segala macam kotoran tubuh dan segala jenis racun yang ada di dalam tubuh
kita.