komisi pengawas persaingan usaha republik · pdf filekatalog putusan kppu n periode 2000 ......

176

Upload: dinhnhan

Post on 06-Feb-2018

267 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan
Page 2: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan
Page 3: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHAREPUBLIK INDONESIA

KATALOGPUTUSAN

KPPU

Buku Penjelasan

Periode2000 - Agustus 2008

Page 4: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

iv Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 5: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Kata Pengantar

UNDANG-UNDANG persaingan usaha pada dasarnya dibentuk sebagai salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat ini dapat dicapai dengan menciptakan

ekonomi pasar yang efisien, dimana setiap pelaku usaha memiliki kebebasan dalam menentukan jumlah, jenis dan harga barang dan atau jasa yang diproduksinya sesuai dengan permintaan pasar.

Di Indonesia, undang-undang persaingan usaha diatur dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dimana Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) diamanatkan sebagai lembaga independen yang berfungsi mengawasi pelaksanaan undang-undang tersebut.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, KPPU sebagai lembaga publik, memiliki tanggung jawab untuk menegakkan hukum persaingan usaha, serta memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah, selain itu, KPPU juga berkewajiban untuk memberikan informasi mengenai isu-isu persaingan usaha kepada stakeholders, termasuk didalamnya sosialisasi tentang putusan-putusan yang telah dikeluarkan KPPU. Hal inilah yang melatarbelakangi KPPU untuk menerbitkan Buku Katalog Putusan KPPU periode Tahun 2000 – Agustus 2008.

Sampai dengan periode tersebut, KPPU telah mengeluarkan 88 putusan perkara yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap Undang-undang No. 5 Tahun 1999 dengan variasi kasus di tiap industri yang beragam, diantaranya: industri telekomunikasi, pupuk, semen, migas, kelistrikan, transportasi, jaminan sosial, perbankan, dan jasa konstruksi dan lain-lain.

Dalam buku ini juga diuraikan secara ringkas seluruh putusan KPPU dalam periode tersebut. Buku diharapkan ini dapat memberikan informasi dan gambaran yang memadai bagi pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pelaksanaan Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Selain itu, buku ini juga dapat digunakan sebagai referensi yang berguna, baik bagi internal KPPU maupun publik untuk dapat meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai persaingan usaha yang sehat, kedepan.

Komisi Pengawas Persaingan UsahaKetua,

vKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

KATA PENGANTAR

Page 6: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

KATA PENGANTAR vDAFTAR ISI viBab I PENDAHULUAN 10Bab II RINGKASAN PUTUSAN KPPU 12

2.1 Putusan Perkara No. 01/KPPU-L/2000 Tender Pengadaan Casing dan Tubing di PT PI 12 2.2 Putusan Perkara No. 03/KPPU-L-I/2000 Retail PT. Indomarco Prismatama (Indomaret) 13

2.3 Putusan Perkara No. 07/KPPU-L-I/2001 Tender Pengadaan Bakalan Sapi Impor di Jawa Timur 142.4 Putusan Perkara No. 08/KPPU-L/2001 Tender Pengadaan Barite & Bentonite di YPF Maxus Southeast Sumatra B.V 152.5 Putusan Perkara No. 09/KPPU-L/2001 Tender Pengadaan OSP CAN PT (Persero) Telekomunikasi Indonesia 162.6 Putusan Perkara No. 10/KPPU-L/2001 Penentuan Daftar rekanan Asuransi di Bank BNI 172.7 Putusan Perkara No. 01/KPPU-I/2002 Pembagian Pekerjaan antara PT. Sieamless Pipeline dengan Citra Turbindo 182.8 Putusan Perkara No. 02/KPPU-I/2002 Day Old Chick (DOC) 192.9 Putusan Perkara No. 03/KPPU-I/2002 Tender Penjualan Saham PT. Indomobil Sukses Int’l 20

daftar isi

2001

2002

vi Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 7: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

2.10 Putusan Perkara No. 05/KPPU-L/2002 Cineplex 21 232.11 Putusan Perkara No. 01/KPPU-L/2003 Garuda 252.12 Putusan Perkara No 02/KPPU-I/2003 Kargo (Jakarta-Pontianak) 272.13 Putusan Perkara No. 03/KPPU-I/2003 Kargo (Surabaya-Makassar) 292.14 Putusan Perkara No. 04/KPPU-I/2003 Jakarta International Cargo Terminal (JITC) 30

2.15 Putusan Perkara No. 05/KPPU-I/2003 Pengusaha Angkutan Jalan Raya 332.16 Putusan Perkara No. 07/KPPU-L/2003 Tender SIMDUK di Semarang 342.17 Putusan Perkara No. 08/KPPU-L/2003 Jasa Audit di PT. Telekomunikasi Indonesia 372.18 Putusan Perkara No. 01/KPPU-L/2004 Jasa Bongkar Muat Bungkil Kelapa Sawit di Pelabuhan Belawan 392.19 Putusan Perkara No. 02/KPPU-I/2004 Pemblokiran terhadap SLI yang dilakukan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia 402.20 Putusan Perkara No. 03/KPPU-L/2004 Pengadaan Hologram Pita Cukai 412.21 Putusan Perkara No. 05/KPPU-L/2004 Tender Jasa Pengamanan yang Diselenggarakan oleh PT. Thames Pam Jaya 42

2.22 Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2004 Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam Pasar Produk Baterai 432.23 Putusan Perkara No: 07/KPPU-L/2004 Tender Penjualan Dua Unit Tanker Pertamina 452.24 Putusan Perkara No. 08/KPPU-L/2004 Dugaan Persekongkolan Pengadaan Tinta Sidik Jari Pemilu Legislatif Tahun 2004 482.25 Putusan Perkara No. 01/KPPU-L/2005 Tender Pengadaan Alat Kesehatan di RSUD Bekasi 512.26 Putusan Perkara No. 02/KPPU-L/2005 Pelanggaran Syarat-syarat Perdagangan oleh PT. Carrefour 532.27 Putusan Perkara No. 04/KPPU-L/2005 Lelang Gula Ilegal 552.28 Putusan Perkara No. 05/KPPU-I/2005 Penunjukan oleh PT. Bursa Efek Jakarta dalam Pembuatan e-reporting 56

2003

2005

2004

viiKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 8: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

2.29 Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2005 Persekongkolan dalam Tender Proyek Multiyears Departemen Pekerjaan Umum Riau 572.30 Putusan Perkara No. 07/KPPU-L/2005 Tender Pengadaan Jasa Outsourcing bank BTN Syariah 592.31 Putusan Perkara No. 08/KPPU-I/2005 Penyediaan Jasa Survey Gula Impor oleh PT. Sucofindo dan PT. Surveyor Indonesia 61

2.32 Putusan Perkara No. 10/KPPU-L/2005 Kartel Perdagangan Garam ke Sumatera Utara 622.33 Putusan Perkara No. 11/KPPU-L/2005 Distribusi Semen Gresik 642.34 Putusan Perkara No. 12/KPPU-L/2005 Kegiatan Penambangan Biji Besi di Kabupaten Tanah Laut 662.35 Putusan Perkara No. 13/KPPU-L/2005 Tender Alat Kesehatan di Rumah Sakit Cibinong 682.36 Putusan Perkara No. 14/KPPU-L/2005 Jasa Pengoperasian Harbour Mobile Crane (HMC) dan Rubber Tyred Gantry (RTG) di Surabaya 702.37 Putusan Perkara No. 16/KPPU-L/2005 Tender DISHUB Surabaya 702.38 Putusan Perkara No. 17/KPPU-L/2005 RSUD Bekasi 742.39 Putusan Perkara No. 19/KPPU-L/2005 Tender Pengadaan Gamma Ray Container Scanner di Pelabuhan Batu Ampar, Batam 752.40 Putusan Perkara No. 20/KPPU-L/2005 Tender PJU/SJU DKI Jakarta 772.41 Putusan Perkara No. 21/KPPU-L/2005 Diskriminasi Distribusi Gas oleh Pertamina 792.42 Putusan Perkara No. 22/KPPU-L/2005 Tender Pipanisasi oleh PGN 802.43 Putusan Perkara No. 02/KPPU-L/2006 Penunjukan Langsung dalam Proyek Logo Baru Pertamina 822.44 Putusan Perkara No. 03/KPPU-L/2006 Penunjukan Langsung dalam Proyek CIS-RISI PLN 832.45 Putusan Perkara No. 04/KPPU-L/2006 Sistem Distribusi Motor Yamaha - Sulawesi Selatan 842.46 Putusan Perkara No. 05/KPPU-L/2006 Distribusi Gula Pasir 852.47 Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2006 Tender Perbaikan Langsung Bangsal di RSU Pematang Siantar 87

2.48 Putusan Perkara No. 08/KPPU-L/2006 Tender Pekerjaan Non Distructing Testing Inspection Services 892.49 Putusan Perkara No. 09/KPPU-L/2006 Tender Pengadaan Meubelair di Lembaga Administrasi Negara (LAN), Makassar 90

2007

2006

viii Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 9: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

2.50 Putusan Perkara No. 14/KPPU-L/2006 Tender Pengadaan Integrated Shorebase Management and Logistic Services (No. DCU–0064A) di BP Berau 92 2.51 Putusan Perkara No. 15/KPPU-L/2006 Kegiatan Pendistribusian Elpiji di Sumatra Selatan 942.52 Putusan Perkara No: 16/KPPU-L/2006 Tender Pekerjaan SKTM (Kabel Tegangan Menengah) 20 KV Paket 4, 9, 20, dan 21 di PT. PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (PLN Disjaya) Tahun Anggaran 2005 952.53 Putusan Perkara No. 17/KPPU-L/2006 Tender Pengadaan Komponen Lampu di Suku Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Kotamadya Jakarta Selatan 972.54 Putusan Perkara No. 02/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Peralatan Gizi Tahun 2006 di RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda 992.55 Putusan Perkara No. 03/KPPU-L/2007 Tender Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Negeri di Padangsidimpuan, Sumatera Utara 1012.56 Putusan Perkara No. 04/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan LCD di Biro Administrasi Wilayah Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2006 1032.57 Putusan Perkara No. 05/KPPU-L/2007 Tender Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan Tahun 2006 1052.58 Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Alat Pembasmi/Penyemprot Nyamuk (Mesin Fogging) di Biro Administrasi Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 1082.59 Putusan Perkara No. 07/KPPU-L/2007 Kepemilikan Silang yang Dilakukan oleh Kelompok Usaha Temasek dan Praktek Monopoli Telkomsel 1112.60 Putusan Perkara No. 08/KPPU-L/2007 Persekongkolan Tender di Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bengkulu 113

2.61 Putusan Perkara No. 10/KPPU-L/2007 Tender Pekerjaan Lanjutan Pembangunan/Relokasi Rumah Sakit Umum Daerah Ratu Zalecha Martapura Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2006 1152.62 Putusan Perkara No. 11/KPPU-L/2007 Tender Pekerjaan Peningkatan Jalan Macoppe - Labessi di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan Tahun 2006 1172.63 Putusan Perkara No. 12/KPPU-L/2007 Tender Alat Kesehatan Penunjang Puskesmas Kabupaten Sukabumi 1202.64 Putusan Perkara No. 13/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Bibit Kelapa Sawit Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan 1212.65 Putusan Perkara No. 14/KPPU-L/2007 Tender Multi Years Kabupaten Siak 1222.66 Putusan Perkara No. 15/KPPU-L/2007 Lelang Pembangunan Mall di Kota Prabumulih Tahun 2006 125

2008

ixKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 10: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

2.67 Putusan Perkara No. 16/KPPU-L/2007 Lelang Pengadaan Bibit Karet, Herbisida, dan Pupuk Tablet PMLT Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan 1262.68 Putusan Perkara No. 17/KPPU-L/2007 Lelang Saham PT Dharmala Sakti Sejahtera Tbk di PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia 1282.69 Putusan Perkara No. 18/KPPU-L/2007 Tender Paket Pengadaan TV Pendidikan dan Perlengkapannya di Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Utara 1302.70 Putusan Perkara No. 19/KPPU-L/2007 Penguasaan Pasar dan Persekongkolan yang Dilakukan oleh EMI Music South East Asia, EMI Indonesia, Arnel Affandy, S.H, Dewa 19, dan Iwan Sastrawijaya 1322.71 Putusan Perkara No. 20/KPPU-L/2007 Pengadaan Alat Kesehatan RSUD Brebes Tahun Anggaran 2006 133 2.72 Putusan Perkara No. 21/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Pipa Polyvinyl Chloride (PVC) dan High Density Polyethylene (HDPE) 1352.73 Putusan Perkara No. 22/KPPU-L/2007 Monopoli Jasa Kargo di Bandara Hasanuddin Makassar - Sulawesi Selatan 1372.74 Putusan Perkara No. 23/KPPU-L/2007 Pembangunan Kembali Pasar Melawai Blok M 1382.75 Putusan Perkara No. 24/KPPU-L/2007 Tender Kegiatan Peningkatan Jalan di DPU Bina Marga Kabupaten Banyuasin 1402.76 Putusan Perkara No. 26/KPPU-L/2007 Kartel SMS 1422.77 Putusan Perkara No. 28/KPPU-L/2007 Jasa Pelayanan Taksi di Batam 1442.78 Putusan Perkara No. 29/KPPU-L/2007 Tender Paket Pembangunan Jalan Hotmix Perkotaan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Cilacap 1492.79 Putusan Perkara No. 30/KPPU-L/2007 Pelelangan Umum Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Sanggau 1502.80 Putusan Perkara No. 31/KPPU-I/2007 COSL, PT COSL INDO, dan CNOOC Ses Ltd. 1532.81 Putusan Perkara No. 01/KPPU-L/2008 Lelang Pengadaan Alat Kesehatan, Kedokteran, dan KB RSUD Dr. Soeselo Kabupaten Tegal 1542.82 Putusan Perkara No. 04/KPPU-L/2008 Tender Pembangkit Belawan 1562.83 Putusan Perkara No. 05/KPPU-L/2008 Proyek Pengadaan Barang dan Jasa Kantor Pelayanan Pajak Batam 158 2.84 Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2008 Tender Pekerjaan Pelebaran Jalan Kolektor Utama Menuju Kawasan Industri Batam Center 1602.85 Putusan Perkara No. 02/KPPU-L/2008 Pengelolaan Reklame di Lokasi Outdoor Bandara Internasional Juanda Surabaya 1622.86 Putusan Perkara No. 10/KPPU-L/2008 Penunjukan Distributor Pupuk Bersubsidi Produksi PT. Petrokimia Gresik di Wilayah Kabupaten Sragen 164

x Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 11: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

2.87 Putusan Perkara No. 20/KPPU-L/2008 Pelelangan Pengadaan Obat Kontrasepsi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2007 1652.88 Putusan Perkara No. 03/KPPU-L/2008 Hak Siar Liga Utama Inggris Musim 2007 – 2010 167

Bab III PENUTUP 170

xiKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 12: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

PADA tanggal 7 Juni tahun 2000, Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia dibentuk di tengah perjuangan negara memperbaiki kondisi perekonomiannya. Sesuai dengan mandat UU No.5 Tahun 1999, KPPU bergelut

menyelesaikan berbagai kasus praktek persaingan usaha tidak sehat baik yang dilaporkan masyarakat maupun yang ditemukan sendiri oleh KPPU sebagai perkara inisiatif.

Laporan yang masuk ke KPPU terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan sebagian besar berkaitan dengan persekongkolan dalam pengadaan barang dan jasa, baik persekongkolan menentukan pemenang tender maupun persekongkolan dalam menentukan spesifikasi produk yang mengarah hanya pada satu peserta tender. KPPU juga menangani berbagai perkara yang tidak berasal dari laporan, melainkan berasal dari monitoring yang dilakukan terhadap para pelaku usaha dan disebut sebagai perkara inisiatif. Banyak dari perkara inisiatif tersebut yang sampai pada tahap putusan, diantaranya adalah perkara distribusi Semen Gresik, perkara tender penjualan saham PT. Indomobil Sukses International, perkara JICT (Jakarta International Cargo Terminal), penyediaan Jasa Survey Gula Impor oleh PT. Sucofindo dan PT. Surveyor Indonesia dan perkara pemblokiran terhadap SLI yang dilakukan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia. Berikut adalah rincian peningkatan jumlah perkara yang ditangani oleh KPPU dari tahun 2000 – 2007:

PENDAHULUANbab I

Dalam menangani laporan yang masuk, KPPU memiliki kewenangan yang kuat untuk melalukan penyelidikan dan mengeluarkan putusan beserta sanksi administrasinya. Untuk mengatur proses penanganan tersebut, KPPU mengeluarkan Peraturan Komisi No. 01 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Persaingan Usaha di KPPU (yang untuk selanjutnya disebut “Perkom No. 1 Tahun 2006”).

Gambar 1

Pend

ahul

uan

10 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 13: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Perkom No. 1 Tahun 2006 mengatur beberapa hal dalam proses penanganan perkara, yaitu: 1. Penelitian dan Klarifikasi, dengan jangka waktu 60 + 30 hari atau 90 + 60 hari.

Penelitian dan klarifikasi dilakukan untuk menemukan kejelasan dan kelengkapan tentang dugaan pelanggaran, hasil dari kegiatan ini adalah Resume Laporan.

2. Pemberkasan, dengan jangka waktu 30 hari. Kegiatan pemberkasan dilakukan untuk memeriksa Resume Laporan atau Resume Monitoring dan menilai layak atau tidaknya dilakukan Gelar Laporan. Hasil dari kegiatan pemberkasan adalah Laporan Dugaan pelanggaran, sementara Laporan yang tidak memenuhi kriteria maka dimasukkan ke dalam Buku Daftar Penghentian Pelaporan.

3. Gelar Laporan, dengan jangka waktu 14 hari. Kegiatan dilaksanakan melalui Rapat Gelar Laporan untuk menilai layak atau tidaknya dilakukan Pemeriksaan Pendahuluan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran. Apabila Laporan Dugaan Pelanggaran dianggap tidak layak untuk dilakukan Pemeriksaan pendahuluan, maka dicatat dalam Buku Daftar Penghentian Penanganan Laporan.

4. Pemeriksaan Pendahuluan, dengan jangka waktu 30 hari. Kegiatan dilakukan untuk mendapatkan pengakuan Terlapor dan atau mendapatkan bukti awal yang cukup mengenai dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor, hasil kegiatan adalah Laporan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan yang kemudian diteliti untuk menetapkan tindak lanjut dari perkara tersebut.

5. Pemeriksaan Lanjutan, dengan jangka waktu 60 + 30 hari. Pemeriksaan dilakukan untuk menemukan ada tidaknya bukti pelanggaran dengan melakukan pemeriksaan terhadap Terlapor, Saksi dan Ahli. Pemeriksaan dicatat dalam suatu Berita Acara Pemeriksaan Lanjutan dan hasil penyelidikan dicatat dalam Berita Acara Penyelidikan. Hasil dari kegiatan pemeriksaan adalah Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan.

6. Sidang Majelis, dengan jangka waktu 30 hari. Sidang dilakukan untuk menilai, menyimpulkan, dan memutuskan perkara berdasarkan bukti yang cukup tentang telah terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran. Pada sidang pertama, Terlapor diberikan kesempatan untuk melakukan pembelaan terkait dengan dugaan pelanggaran yang dituduhkan. Majelis Komisi memutuskan telah terjadi atau tidak terjadi pelanggaran berdasarkan penilaian Hasil Pemeriksaan Lanjutan dan seluruh bukti yang terkumpul. Sidang tersebut menghasilkan Putusan Komisi yang dibacakan dalam suatu Sidang Majelis Komisi dan dinyatakan terbuka untuk umum.

7. Keberatan dan Kasasi, dengan jangka waktu masing-masing 14 + 30 hari untuk tingkat Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung. Terlapor dapat mengajukan keberatan terhadap Putusan Komisi dalam kurun waktu 14 (empat belas) hari sejak diterimanya Petikan Putusan Komisi berikut Salinan Putusan Komisi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bagaimana proses sebuah perkara berjalan hingga menjadi sebuah Putusan. Keseluruhan Putusan yang telah dikeluarkan KPPU selama 7 (tujuh) tahun masa tugasnya dapat dilihat pada Buku Katalog ini, dan untuk selanjutnya, KPPU mengharapkan dukungan dari semua pihak dalam melaksanakan tugasnya. Baik dukungan dari mereka yang memperoleh sanksi untuk secara sukarela melaksanakan keputusan KPPU, maupun dukungan dari para stakeholder untuk tetap menanamkan semangat persaingan usaha yang sehat dalam sendi kehidupannya masing-masing.

Pendahuluan

11Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 14: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

TAHUN 20002.1 Putusan Perkara No. 01/KPPU-L/2000 Tender Pengadaan Cashing dan Tubing di PT. Caltex Pacific Indonesia

Pada tanggal 20 April 2001, KPPU untuk pertama sekali memutuskan suatu kasus setelah baru terbentuk. KPPU berhasil mengeluarkan keputusan yang menyangkut terjadinya pelanggaran yang dilakukan dalam proses tender untuk pengadaan casing dan tubing di PT. Caltex Pacific Indonesia (PT. CPI). Perkara dimulai ketika tender untuk pengadaan casing dan tubing PT. CPI melakukan diskriminasi kepada peserta tender sebagai akibat adanya perubahan persyaratan tender yang diberlakukan oleh PT. CPI dan persekongkolan antara sesama peserta tender untuk menentukan pemenang tender. KPPU kemudian menganalisa aspek hukumnya berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan secara berkesinambungan sesuai jadwal waktu yang baku ditentukan oleh UU No.5/1999.

Dalam menangani perkara ini, KPPU telah membentuk Majelis Komisi yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan dan membuat keputusan dan mulai bekerja menangani perkara tender pada tanggal 26 Oktober 2000. Untuk memperoleh data, informasi dan bukti-bukti yang diperlukan, Majelis Komisi telah memanggil berbagai pihak, sebanyak 22 (dua puluh dua) orang saksi yang dianggap penting untuk dimintakan keterangan dan telah meneliti 41 (empat puluh satu) dokumen, baik yang diterima maupun yang ditemukan sendiri oleh Majelis Komisi.

Saksi yang diperiksa adalah pihak yang melaporkan, pihak yang dilaporkan, para pelaku usaha yang mengikuti tender, para pelaku usaha yang didiskualifikasi sebagai peserta tender, pejabat pemerintah, pihak Pertamina, saksi ahli dan saksi kunci lainnya. Selain melakukan pemeriksaan dengan jalan memanggil para saksi, Majelis Komisi juga telah melakukan kunjungan dalam rangka pemeriksaan di lapangan untuk melakukan konfirmasi terhadap keterangan-keterangan yang didapat selama pemanggilan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Majelis Komisi, maka Majelis Komisi menetapkan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh PT. CPI adalah melanggar Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 mengenai persekongkolan dalam menentukan pemenang tender. Pada tanggal 20 April 2001 telah mengambil putusan terhadap

bab II

RINGKASAN PUTUSAN KPPU

12 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 15: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

perkara tersebut melalui Putusan KPPU Nomor 01/KPPU-L/2000 dan dibacakan dimuka umum. Putusan yang diambil oleh KPPU adalah:

a. Menyatakan pengadaan Casing dan Tubing yang dilakukan oleh PT. Caltex Pacific Indonesia terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, karena penentuan pemenang tender dihasilkan melalui persekongkolan antar sesama peserta tender.

b. Memerintahkan kepada PT. Caltex Pacific Indonesia untuk menghentikan kegiatan pengadaan Casing dan Tubing berdasarkan tender berdasarkan tender No. Q-034210-0000-0000-52 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak PT. CPI menerima pemberitahuan putusan. Sebagai lanjutan terhadap putusan KPPU kemudian PT. CPI menyatakan menerima putusan dan akan melaksanakan putusan tersebut yang dilaksanakan melalui surat pemberitahuan dari PT. CPI kepada KPPU. Untuk memonitor putusan KPPU Nomor 01/KPPU-L/2000 tersebut, KPPU telah membentuk Tim Monitoring Putusan KPPU No.01/KPPU-L/2000. PT.Caltex Pacific Indonesia yang menerima putusan KPPU dan tidak mengajukan keberatan kemudian melakukan tender ulang untuk memenuhi putusan KPPU tersebut.

2.2 Putusan Perkara No. 03/KPPU-L/I/2000 Retail PT. Indomarco Prismatama (Indomaret)

Untuk menangani perkara PT. Indomarco Prismatama KPPU telah membentuk Majelis Komisi Perkara Nomor 03/KPPU-L/I/2000. Majelis yang menangani perkara ini telah mulai bekerja sejak 10 Nopember 2000 sampai dengan tanggal 17 Mei 2001. Pada tanggal 4 Juli 2001, KPPU memutuskan setelah memanggil sebanyak 63 (enam puluh tiga) orang saksi guna dimintai keterangannya yang berasal dari pelaku usaha minimarket, pemilik warung kecil, pejabat pemerintah, distributor utama, pelaku usaha retail menengah dan besar, pelaku usaha koperasi, dan pelaku usaha produsen.

Duduk perkara Nomor 03/KPPU-L/I/2000 adalah PT. Indomarco Prismatama dalam menjalankan usahanya berupa pendirian minimarket bernama Indomaret telah mengakibatkan tersingkirnya warung tradisional di sekitar lokasi dimana minimarket Indomaret berada. Oleh karena itu keberadaan Indomaret harus ditinjau kembali. Dalam pandangan Majelis Komisi, PT. Indomarco Prismatama dipandang telah mengabaikan Pasal 2 dan Pasal 3 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Asas dan Tujuan, yaitu bahwa PT. Indomarco Prismatama dalam menjalankan kegiatan usahanya kurang memperhatikan asas demokrasi ekonomi dan kurang memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dengan kepentingan umum.

Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, maka Majelis Komisi pada tanggal 4 Juli 2001 telah mengambil putusan terhadap perkara tersebut. Putusan yang diambil KPPU adalah: a. Menyatakan bahwa PT. Indomarco Prismatama dalam pengembangan usahanya

kurang memperhatikan prisnsip keseimbangan sesuai asas demokrasi ekonomi dalam menumbuhkan persaingan sehat antara kepentingan pelaku usaha dengan kepentingan umum.

b. Memerintahkan kepada PT. Indomarco Prisamtama untuk menghentikan ekspansinya di pasar-pasar tradisional yang berhadapan langsung dengan pengecer kecil dalam rangka mewujudkan keseimbangan-keseimbangan persaingan antar pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil.

c. Menyatakan bahwa PT. Indomarco Prismatama dalam mengembangkan usahanya untuk melibatkan masyarakat setempat diantaranya dengan memperbesar porsi kegiatan waralaba.

13Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 16: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

d. Merekomendasikan kepada pemerintah untuk segera menyempurnakan dan mengefektifkan pelaksanaan peraturan dan langkah-langkah kebijakan yang meliputi antara lain dan tidak terbatas pada kebijakan loksai dan tata ruang, perijinan, jam buka dan lingkungan sosial.

e. Merekomendasikan kepada Pemerintah segera melakukan pembinaan dan pemberdayaan usaha kecil menengah, atau pengecer kecil agar memiliki daya saing lebih tinggi dan dapat berusaha secara berdampingan dengan usaha-usaha menengah atau besar.

f. Menyatakan untuk melakukan pengkajian, monitoring dan penyelidikan lebih lanjut terhadap dugaan adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh pelaku-pelaku usaha yang terkait dengan usaha eceran dalam jalur vertikal termasuk dugaan praktek diskriminasi harga dan perjanjian tertutup.

Terhadap Putusan KPPU tersebut, pimpinan PT. Indomarco Prismatama telah menyatakan bahwa PT. Indomarco Prismatama menerima keputusan tersebut. Untuk menindaklanjuti pelaksanaan keputusan, KPPU telah membentuk sebuah Tim untuk memonitor pelaksanaannya. Putusan Indomaret ini juga mendapat kritikan dari sementara pihak karena terlihat justru melarang perusahaan yang efisien dan memberikan kenyamanan kepada konsumen untuk mengembangkan usahanya. Pada kasus seperti inilah terlihat apakah lembaga penegak UU No.5/1999 lebih terfokus pada tujuan undang-undang yang mengutamakan perlindungan pada usaha kecil dan kesetaraan kesempatan berusaha bagi pelaku usaha besar, kecil dan menengah.

TAHUN 20012.3 Putusan Perkara No. 07/KPPU-L-I/2001 Tender Pengadaan Bakalan Sapi Impor di Jawa Timur

Kasus ini berawal dari laporan sebuah organisasi pengusaha di Jawa Timur yang ikut menjadi peserta Tender Pengadaan Sapi Bakalan Impor dari Australia dalam Proyek Pembangunan dan Pembinaan Petemakan di Kabupaten/Kota se- Jawa Timur Tahun Anggaran 2000 Dinas Peternakan Jawa Timur. Terlapor adalah Koperasi Pribumi Jawa llmur (KOPI Jatim). KPPU menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan Pemeriksaan Pendahuluan mulai tanggal 22 Agustus 2001 yang diteruskan kemudian dengan Pemeriksaan Lanjutan.

Dari pemeriksaan terungkap telah terjadi persekongkolan dan atau kerja sama antara Terlapor dengan Panitia Pelelangan dan atau pihak yang berhubungan dengan Panitia Pelelangan. Persekongkolan dan atau kerja sama tersebut terjadi

dalam mengatur, menentukan, dan mengarahkan proses lelang untuk kepentingan Terlapor melalui perlakuan eksklusif (khusus) dan keringanan persyaratan pelelangan terhadap Terlapor yang berbeda dengan peserta lelang yang lain. Bentuk perlakuan khusus adalah keberangkatan Terlapor bersama dan atas biaya Dinas Petemakan Jawa Timur dan atau Panitia Pelelangan ke Australia pada tanggal 17 Oktober 2000 untuk melakukan survey bersama atas sapi yang akan dibeli Terlapor. Padahal pada saat

14 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 17: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

itu belum ditentukan pemenang lelangnya karena Lelang Ulang baru dalam tahap pengumuman pembukaan pendaftaran.

Juga terdapat keringanan persyaratan yang tidak wajar dalam Surat Perintah Kerja sebagai hasil negosiasi teknis dalam rangka Penunjukan Langsung. Hal ini dapat dibuktikan dari persyaratan administratif dan teknis dalam tahap lelang dan lelang ulang yang dengan serta merta dieliminasi secara drastis pada tahap penunjukan langsung. Persyaratan dimaksud adalah telah memiliki pengalaman impor sapi 2 (dua) tahun. Apabila pada Tahap Lelang dan Lelang Ulang, Panitia Pelelangan bersikukuh untuk mempertahankan persyaratan tersebut sebagaimana diatur dalam RKS sehingga menyebabkan semua Peserta Lelang gugur. Tetapi dalam tahap Penunjukan Langsung, persyaratan ini tidak diperlukan dan diganti dengan fakta bahwa Terlapor mampu melampirkan rekomendasi Konsulat Republik Indonesia tentang reputasi eksportir Hallen Australian Livesstock Traders Pty, Ltd. dan sama sekali tidak menjelaskan reputasi Terlapor sebagai importir.

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan, maka Majelis Komisi memutuskan:a. Menyatakan Terlapor secara sah dan meyakinkan telah melanggar ketentuan

pasal 22 UU No. 5/1999 karena melakukan persekongkolan dengan pihak lain yaitu: Kepala Dinas Petemakan Jawa Timur dan Ketua Panitia Pelelangan dalam mengatur penentuan Pemenang Tender/Lelang dalam Pengadaan Sapi Bakalan Impor dari Australia dalam proyek Pembangunan dan Pembinaan Petemakan di Kabupaten/Kota se Jawa Timur Tahun Anggaran 2000

b. Melarang Terlapor mengikuti kegiatan Pengadaan Sapi Bakalan atau kegiatan serupa di Jawa Timur dan atau wilayah Republik Indonesia selama dipimpin oleh pengurus yang pada saat pembacaan Putusan ini masih menjabat untuk kurun waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal putusan dibacakan.

c. Menyarankan Gubemur Jawa Timur sebagai atasan langsung Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, dan Ketua Panitia Pelelangan untukmengambil tindakan administratif sehubungan dengan keterlibatan keduanya dalam pelanggaran Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang secara sah dan meyakinkan dilakukan oleh Terlapor.

2.4 Putusan Perkara No. 08/KPPU-L/2001 Tender Pengadaan Barite & Bentonite di YPF Maxus Southeast Sumatra B.V.

Perkara ini berawal dari laporan satu pihak (Pelapor) yang pada pokoknya melaporkan bahwa persyaratan tender pengadaan Barite dan Bentonite yang diselenggarakan oleh YPF Maxus Southeast Sumatra B. V. (Terlapor) bersifat diskriminatif. Dalam tahap pemeriksaan pendahuluan, Tim Pemeriksa menemukan indikasi kuat adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor yaitu beberapa persyaratan tender cenderung dibuat-buat dan mengarah kepada salah satu peserta tender, persyaratan tersebut antara lain: a. Persyaratan cap API Monogram dalam kemasan Barite dan Bentoniteb. Pengalaman memasok Barite dan Bentonite kepada perusahaan minyak lepas pantai

minimal 2 (dua) tahun, yang hanya dapat dipenuhi oleh salah satu peserta tender.

Berdasarkan temuan tersebut, Tim Pemeriksa menetapkan untuk melakukan Pemeriksaan Lanjutan. Garis besar perkara ini dapat dijelaskan yaitu Terlapor menyelenggarakan tender pengadaan Barite dan Bentonite (Tender no. B/5/0226) dengan sistem 1 (satu) sampul, yang diumumkan pada tanggal9 Juli 2001. Terlapor menyusun persyaratan tender yang cenderung berdasarkan kemampuan 3 (tiga) perusahaan yang selama ini memasok Terlapor yaitu: PT. M-I Indonesia, PT. Baroid Indonesia, dan PT. Milchem Indonesia.

Setelah melalui prakualifikasi, hanya 5 (lima) peserta yang lulus dari 14 (empat belas)

15Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 18: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

peserta yang mendaftar yaitu: PT. M-I Indonesia, PT. Baroid Indonesia, PT. Carana Bungapersada, PT. Gading Megah, dan PT. Bakrie & Brother. Beberapa peserta mengajukan keberatan atas persyaratan yang diajukan oleh Terlapor yaitu persyaratan cap API Monogram dan pengalaman memasok Barite dan Bentonite kepada perusahaan minyak lepas pantai minimal 2 (dua) tahun, karena kedua persyaratan tersebut tidak relevan dan hanya dapat dipenuhi oleh peserta tender tertentu. Peserta yang ikut pembukaan tender ada 3 (tiga) yaitu: PT. M-I Indonesia, PT. Carana Bungapersada, dan PT. Gading Megah.

Terlapor membuka harga penawaran dari ketiga peserta tersebut dan ternyata PT. Carana Bungapersada adalah peserta dengan harga penawaran paling rendah. Selanjutnya Terlapor melakukan evaluasi teknis secara terpisah dari pembukaan tender padahal sistem tender yang digunakan adalah satu sampul yang hanya melihat harga sebagai penentu utama. Pada saat evaluasi teknis, PT. Carana Bungapersada dan PT. Gading Megah tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu cap API Monogram dan pengalaman. Kemudian Tedapor menunjuk PT. M-I Indonesia (yang sebenarnya adalah peserta dengan harga penawaran tertinggi) sebagai pemenang tender tersebut.

Berdasarkan temuan-temuan di atas, Majelis Komisi menyimpulkan bahwa Terlapor tidak melakukan persekongkolan dan penguasaan pasar. Tetapi Majelis Komisi melihat adanya penyimpangan pelaksanaan SK No. 077/COOOO/2000-S0 mengenai evaluasi teknis secara terpisah dari pembukaan tender dalam sistem satu sampul. Karena itu Majelis Komisi memutuskan: a. Menyatakan bahwa Terlapor, YPF Maxus Southeast Sumatra B.V. yang sekarang

bernama CNOOC Southeast Sumatra B. V. tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22, Pasal 19 huruf a. dan d. UU No.5/1999.

b. Memerintahkan kepada Terlapor, YPF Maxus Southeast Sumatra B.V. yang sekarang bemama CNOOC Southeast Sumatra B. V. untuk memperbaiki persyaratan-persyaratan tender pengadaan barang dan jasa yang diselenggarakannya untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat dan terbuka.

c. Memerintahkan kepada PERTAMINA untuk dengan sungguh-sungguh melakukan pengawasan terhadap seluruh KPS dan mitra kerjanya agar dalam melaksanakan pengadaan barang dan jasa mengikuti ketentuan SK No. 077/COOOO/2000-S0 dengan memberikan kesempatan kepada pelaku usaha secara terbuka sehingga tercipta persaingan usaha yang sehat.

2.5 Putusan Perkara No. 09/KPPU-L/2002 Tender Pengadaan OSP CAN PT (Persero)

Telekomunikasi Indonesia Kasus ini didasarkan pada laporan dari satu pelaku usaha yang melaporkan PT (Persero) Telekomunikasi Indonesia sebagai Terlapor yang telah melakukan persekongkolan untuk memenangkan Consortium Siemens di dalam Tender Paket-1 Pengadaan Outside Plan Copper Access Network (OSP-SCAN) di PT (Persero) Telekomunikasi Indonesia yang dibiayai melalui pinjaman Bank Dunia (IBRD Loan 3904).

Berdasarkan keterangan dalam proses pemeriksaan, proses pelaksaanan tender OSP-SCAN tersebut bahwa Tender OSP-SCAN merupakan Intemational Competitive Bidding/one stage tender berdasarkan World Bank’s Guidelines, dimana pemenang tender harus mendapatkan persetujuan dari Bank Dunia. Dengan adanya ketentuan yang menyatakan bahwa pemenang tidak boleh memenangkan 3 (tiga) paket sekaligus, maka setelah proses klarifikasi, Consortium RML-Energex dinominasikan oleh Terlapor sebagai pemenang Paket I dan dimintakan persetujuan oleh Terlapor kepada Bank

16 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 19: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.6 Putusan Perkara No. 10/KPPU-L/2001 Penentuan Daftar Rekanan Asuransi di Bank BNI

Kasus berawal dari laporan pada 22 Agustus 2001 kepada KPPU yang pada intinya menyatakan bahwa PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. (Terlapor) membatasi penutupan asuransi jaminan kredit debitur BNI dengan hanya menunjuk 4 (empat) perusahaan asuransi sebagai rekanan asuransinya. Perusahaan asuransi tersebut adalah: PT. Asuransi Tri Pakarta; PT. Asuransi Wahana Tata; PT. Maskapai Asuransi Indonesia; dan PT (persero) Jasa Asuransi Indonesia.

Penunjukan tersebut menghilangkan kebebasan debitur yang mengajukan kredit pinjaman kepada BNI untuk memilih perusahaan asuransi yang akan digunakannya. Selain itu, penunjukan untuk rekanan asuransi juga mengakibatkan perusahaan asuransi yang lain tidak bisa masuk dan bersaing untuk melayani nasabah BNI yang akan mengasuransikan agunannya.

Setelah melakukan pemeriksaan, Majelis Komisi pada dasamya berpendapat bahwa perjanjian yang dibuat antara Terlapor dengan 4 rekanan asuransi tersebut berpotensi melanggar prinsip-prinsip pasal 4, 15 dan 19 Undang-undang No.5 Tahun 1999. Tetapi unsur-unsur dari pasal-pasal tersebut tidak terpenuhi oleh bukti-bukti yang ada. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Majelis Komisi mengambil keputusan yang intinya adalah sebagai berikut: a. Menyatakan bahwa Terlapor, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. tidak

terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 4, Pasal15 ayat (2), dan Pasal19 huruf a dan huruf d UU No.5/1999.

b. Memerintahkan kepada Terlapor, PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk., untuk membatalkan perjanjian yang berpotensi menghambat persaingan usaha yang sehat, yaitu perjanjian tanggal 16 April 2002 No. DIR/006 No.146/DIR/PKS/2002 antara Terlapor dengan PT. Wahana Tata, perjanjian No. DIR/009 No.068/DIR/2002 antara Terlapor dengan PT. MAl dan perjanjian No.DIR/ 007 NO. PKS 013.AJI/IV/2002 antara Terlapor dengan PT. Jasindo;

c. Memerintahkan kepada PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk., untuk memberikan kesempatan yang sarna kepada perusahaan-perusahaan asuransi agar dapat bersaing secara sehat dan terbuka.

Dunia. Selama proses pemintaan persetujuan, Bank Dunia berkali-kali mempertanyakan pengalaman Consortium RML-Energex dibidang Telekomunikasi kepada Terlapor. Dalam rangka menjawab pertanyaan Bank Dunia, Terlapor berkali-kali pula menghubungi Consortium RML-Energex untuk meminta pengalaman kerja di bidang Telekomunikasi sesuai perrnintaan Bank Dunia. Disamping itu ditemukan fakta-fakta yang mengarahkan persekongkolan antara Terlapor dengan Consortium RML- Energex berupa pemberian informasi yang bersifat rahasia/confidential, antara lain berupa Fotokopi faximili Bank Dunia tanggal 30 April 2001 kepada Koordinator Project Implementation Unit (PIU) Bank Dunia, Posisi harga penawaran masing-masing peserta tender setelah proses evaluasi atau normalisasi harga penawaran setelah klarifikasi, surat nominasi Consortium RML -Energex oleh Terlapor kepada Bank Dunia sebagai pemenang Paket-I tender OSP-SCAN, korespondensi PIU dengan Bank Dunia, dan Surat nominasi Consortium Siemens sebagai pemenang Paket-I tender OSP-SCAN kepada Bank Dunia.

Karena dokumentasi tendernya tidak sesuai dengan syarat-syarat sebagaimana diatur dalam dalam RFP, khususnya record of experience in telecommunication project, maka Bank Dunia menolak untuk menyetujui Consortium RML -Energex. Pada akhimya Bank Dunia menyetujui Consortium Siemens sebagaimana dinominasikan oleh Terlapor sebagai pemenang tender Paket I OSP-SCAN tersebut.

17Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 20: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

TAHUN 20022.7 Putusan Perkara No. 01/KPPU-I/2002 Pembagian Pekerjaan antara PT. Seamless Pipeline

dengan Citra TurbindoPerkara ini berawal dari kejanggalan dalam proses pengadaan pipa casing dan tubing di Indonesia. Kejanggalan tersebut mengindikasikan adanya duopoli dalam bidang industri pengolahan pipa casing dan tubing, khususnya untuk proses pemanasan (heat treatment) dan pembentukan (upsetting) pipa, pencantuman merek-merek tertentu dalam persyaratan pelelangan/tender, dan diskriminasi perolehan surat dukungan (supporting letter). Setelah mendengar keterangan dati beberapa sumber; KPPU menilai perlu dilakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap proses pengadaan pipa casing dan tubing di lingkungan PERTAMINA/Kontraktor Production Sharing (KPS)/Joint Operation Body (JOB)/Technical Assistance Contract (TAC). Dalam perkara ini, yang menjadi Terlapor adalah PT Seamless Pipe Indonesia Jaya dan PT Citra Tubindo, Tbk.

Setelah melakukan pemeliksaan pendahuluan dan pemeliksaan lanjutan, Komisi menemukan fakta bahwa pelaksanaan tender di lingkungan PERTAMINA/ KPS/JOBjTAC dilakukan secara terbuka dan diumumkan secara luas oleh panitia tender yang mendapat wewenang dati pejabat yang berwenang. Tugas panitia lelang adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan tender yaitu dari mempersiapkan dokumen, membelikan penjelasan kepada peserta tender dan membuat persyaratan tender. Adapun persyaratan tender menputi antara lain supporting letter dati perusahaan yang melakukan proses heat treatment, upsetting pipa casing dan tubing, serta kewajiban bagi peserta tender untuk melakukan proses heat treatment dan upsetting di Indonesia. Alasan pencantuman persyaratan tersebut adalah didasarkan kepada kebijaksanaan pemerintah berdasarkan Surat Edaran Direktorat Pembinaan Pengusahaan Migas No. 005 perihal penggunaan fasilitas heat treatment dan threading di dalam negeri, Surat Edaran Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 657 /396/DJM/97, Surat Edaran Menteri Negara Koordinator bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 301/MK.WASPAN/7/1999 dan Surat Edaran Menteri Pertambangan dan Energi nomor 698/03/MPE.P/1999, SK PERTAMINA No: 077.

PT Seamless Pipe Indonesia Jaya dan PT Citra Tubindo merupakan dua perusahaan yang mampu melakukan proses heat treatment dan upsetting. Karena kebijaksanaan pemerintah, terbentuk suatu kondisi dimana para peserta tender pengadaan pipa casing dan tubing yang memerlukan supporting letter untuk proses heat treatment dan upsetting pipa casing dan tubing tidak memiliki pilihan lain kecuali dati PT Seamless Pipe Indonesia Jaya dan PT Citra Tubindo.

Berdasarkan fakta -fakta yang diperoleh dalam pemeliksaan pendahuluan dan pemeriksaan lanjutan, pada tanggal 29 Agustus 2002 Majelis Komisi KPPU memutuskan perkaran yang inti putusann adalah sebagai berikut: a. Menyatakan PT Seamless Pipe Indonesia Jaya (Terlapor 10 dan PT Citra Tubindo,

Tbk (Terlapor II) .tidak terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar pasal 19 huruf d UU No.5 tahun 1999;

b. Meminta kepada PT Seamless Pipe Indonesia Jaya (Terlapor 10 dan PT Citra Tubindo, Tbk (Terlapor II) untuk tidak menggunakan posisi dominannya dengan cara melakukan diskriminasi dan atau menghambat pemberian supporting letter untuk fasilitas jasa heat treatment dan atau upsetting bagi pelaku usaha yang membutuhkannya;

18 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 21: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

c. Meminta kepada PT Seamless Pipe Indonesia Jaya (Terlapor I) dan PT Citra Tubindo, Tbk (Terlapor II) untuk melakukan kegiatan usaha secara adil, jujur dan terbuka dalam menetapkan harga jasa heat treatment dan atau upsetting bagi pelaku usaha yang membutuhkannya.

2.8 Putusan Perkara No. 02/KPPU-I/2002 Day Old Chick (DOC)

Kasus ini berawal dari adanya laporan sebuah organisasi peternak unggas yang menduga bahwa lima pelaku usaha yang bergerak dalam bidang perunggasan yaitu PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, PT Sierad Produce, Tbk, PT Leong AyamSatu Primadona dan PT Wonokoyo Jaya Corporindo telah melanggar Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

Dalam laporan tersebut, Pelapor tidak dapat memberikan informasi yang jelas mengenai dugaan pelanggaran tersebut sehingga tidak dapat ditindaklanjuti ke dalam pemeriksaan pendahuluan. Namun mencermati perkembangan industri peternakan (perunggasan) sebagai industri yang strategis, Komisi berinisiatif untuk melakukan public hearing mengenai permasalahan di sekitar DOC. Dari hasil public hearing, Komisi memutuskan untuk melakukan Monitoring terhadap kegiatan pelaku usaha yang dilaporkan oleh organisasi petemak tersebut.

Hasil monitoring mengindikasikan adanya pelanggaran terhadap Pasal 11 UU No.5/1999, yang dilakukan oleh PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, PT Sierad Produce, Tbk, PT Leong Ayam Satu Primadona dan PT Wonokoyo Jaya Corporindo. Oleh sebab itu Komisi memutuskan untuk melakukan pemeriksaan pendahuluan dan menjadikan perkara yang berkaitan dengan DOC tersebut menjadi perkara inisiatif.

Hasil Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan menemukan fakta bahwa produksi DOC merupakan produk musiman (seasoning), tidak dapat diatur produksinya dalam waktu singkat dan pasokannya (supply) relatif konstan dalam jangka waktu 1-2 tahun. Produksi DOC tidak dapat diatur dalam waktu yang singkat karena market trend tidak dapat diprediksi. Pada umumnya prediksi permintaan DOC dengan menggunakan dasar peak season. Sedangkan mengenai dugaan kesepakatan harga yang dibuat oleh para breeder yang dilakukan oleh anggota Gabungan Perusahaan Petemak Unggas Indonesia ditemukan fakta bahwa kesepakatan diantara para anggota GPPU tersebut hanya ditujukan untuk memberikan keringanan harga kepada koperasi peternak di Bogor atas permintaan Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan.

Berdasarkan informasi, fakta dan dokumen yang diperoleh baik dari pemeriksaan pendahuluan maupun pemeriksaan lanjutan, maka pada tanggal 27 Agustus 2002 Majelis Komisi mengambil keputusan yang intinya PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk, PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk, PT Sierad Produce, Tbk, PT Leong Ayam Satu Primadona dan PT Wonokoyo Jaya Corporindo tidak secara sah dan meyakinkan telah melanggar UU No.5/1999.

19Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 22: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

2.9 Putusan Perkara No. 03/KPPU-I/2002 Tender Penjualan Saham PT. Indomobil Sukses

International Pada tanggal 20 November 2001, BPPN dan PT Holdiko Perkasa mengumumkan tender penjualan 72,63 persen saham milik Pemerintah di PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMSI). Tiga peserta memasukkan penawaran akhir pada tanggal 4 Desember 2001, yaitu PT Alpha Sekuritas Indonesia, PT Bhakti Asset Management dan PT Cipta Sarana Duta Perkasa (CSDP). Tanggal 5 Desember 2001, PT CSDP dinyatakan sebagai pemenang dalam tender divestasi tersebut, dengan penawaran total senilai Rp. 625 milyar. padahal sewaktu diambil alih Pemerintah, nilai saham dan convertible bond yang dijual tersebut adalah sekitar Rp. 2,5 trilyun.

Tetapi pelaksanaan dan hasil tender mengandung sejumlah kejanggalan, seperti harga penjualan saham yang rendah, waktu pelaksanaan tender yang sing kat, peserta tender yang terbatas dan indikasi pelanggaran prosedur tender. Kejanggalan ini diperkuat oleh data dan informasi yang mengarah pada indikasi awal yang kuat tentang adanya pelanggaran UU No.5/1999. KPPU kemudian memutuskan melakukan pemeriksaan berdasarkan inisiatif.

Pemeriksaan pendahuluan dan lanjutan atas perkara dilakukan oleh KPPU dengan memanggil dan mendengarkan keterangan dari BBPN dan beberapa pelaku usaha seperti PT Holdiko Perkasa, PT Trimegah Securities, PT Cipta Sarana Duta Perkasa, PT Bhakti Asset Management, PT Alpha Sekuritas Indonesia, PT. Multi Megah Internasional, PT. Deloitte & Touche FAS, Bank Danamon, Pranata Hajadi dan saksi-saksi lainnya.

Dari pemeriksaan, KPPU mendapatkan bukti-bukti adanya persekongkolan antara panitia tender dalam hal ini adalah BPPN dan PT Holdiko Perkasa dengan peserta -peserta tender, serta persekongkolan yang dilakukan antara peserta -peserta tender. Bukti-bukti tersebut antara lain panitia tender masih menerima dokumen tender dari peserta tender walaupun telah melampaui batas waktu penyerahan dokumen tender, sekitar 20 usulan mark-up Conditional Share Purchase Loan and Transfer Agreement yang sarna yang diajukan oleh masing-masing peserta tender, penyesuaian harga antara ketiga peserta tender yang bertujuan untuk memenangkan salah satu peserta tender dan sejumlah bukti -bukti lainnya. Berdasarkan bukti -bukti yang ada, Majelis Komisi mengambil keputusan yang intinya adalah sebagai berikut: a. Menyatakan PT. Holdiko Perkasa (Terlapor I) dan PT Deloitte & Touche FAS (Tertapor

X), secara sah dan meyakinkan telah melanggar pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 karena melakukan tindakan persekongkolan yang menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dengan pelaku usaha peserta tender, yaitu PT Cipta Sarana Duta Perkasa (Terlapor III), PT Bhakti Asset\Management (Terlapor VIII) dan PT Alpha Sekuritas Indonesia (Terlapor IX), yang secara terang-terangan dan/atau diam-diam berupa tidak menolak keikutsertaan ketiga peserta tender tersebut dalam tender penjualan saham dan convertible bonds PT Indomobil Sukses International walaupun mengetahui ketiga peserta tender tersebut tidak memenuhi persyaratan dan/atau melanggar prosedur sebagaimana ditentukan dalam Procedures for The Submission of Bid.

b. Menyatakan PT Trimegah Securities (Terlapor II), PT Cipta Sarana Duta Perkasa (Terlapor III), Pranata Hajadi (Terlapor IV), Jimmy Masrin (Terlapor V), PT Bhakti Asset Management (Terlapor VIII) dan PT Alpha Sekuritas Indonesia (Terlapor IX) secara bersama-sama dengan sah dan meyakinkan melanggar pasal 22 UU No.5/1999 karena melakukan tindakan persekongkolan di antara mereka yang menimbulkan persaingan usaha tidak sehat berupa tindakan saling menyesuaikan dan atau membandingkan dokumen tender dan atau menciptakan persaingan semu dan atau memfasilitasi suatu

20 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 23: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

tindakan untuk memenangkan PT Cipta Sarana Duta Perkasa dalam tender penjualan saham dan convertible bonds PT Indomobil Sukses International.

c. Menyatakan PT Multi Megah Internasional (Terlapor VI) dan Parallax Capital Management (Terlapor VII) kedua-duanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

d. Melarang PT Trimegah Securities (Terlapor II), PT Clpta Sarana Duta Perkasa (Terlapor III), dan PT Deloitte & Touche FAS (Terlapor X) untuk mengikuti transaksi baru dalam bentuk apapun di lingkungan dan atau dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan atau dengan pihak lain yang ditunjuk oleh atau atas kuasa BPPN berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas BPPN baik dalam penyehatan perbankan, penyelesaian aset bank maupun dalam pengembalian uang negara dalam jangka waktu dua tahun terhitung sejak tanggal dibacakannya putusan ini dengan denda atas pelangaran sebesar 30% dari nilai setiap transaksi.

e. Menghukum PT Trimegah Securities (Terlapor II) untuk membayar denda sebesar Rp10.500.000.000,00 (sepuluh miliar lima ratus juta rupiah) dan disetorkan ke kas negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Dirjen Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) Jakarta I yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 dan harus dibayar lunas paling lambat dalam waktu 45 hari kerja terhitung sejak tanggal dibacakannya putusan ini dengan denda keterlambatan 0,17% dari nilai denda yang dikenakan (Rp 10.500.000.000,-) untuk setiap hari keterlambatan tidak melaksanakan putusan ini.

f. Menghukum Pranata Hajadi (Terlapor IV) dan Jimmy Masrin (Terlapor V) secara bersama-sama untuk membayar denda sebesar Rp 10.500.000.000,- (sepuluh miliar lima ratus juta rupiah) dan disetorkan ke kas negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Dirjen Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) Jakarta I yang beralamat Jalan Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta melalui Bank Pemerin.tah dengan kode penerimaan 1212 dan harus dibayar tunas paling lambat dalam waktu 45 hari kerja terhitung sejak tanggal dibacakannya putusan ini dengan denda keterlambatan 0,17 % dari nilai denda yang dikenakan (Rp 10.500.000.000,-) untuk setiap hari keterlambatan tidak melaksanakan putusan ini.

g. Menghukum PT Cipta Sarana Duta Perkasa (Terlapor III) untuk membayar denda kepada negara sebesar Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan disetorkan ke kas negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Dirjen Anggaran KantorPerbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) Jakarta I yang beralamat Jalan Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 dan harus dibayar lunas paling lambat dalam waktu 45 hari kerja terhitung sejak dibacakannya putusan ini dengan denda keterlambatan 0,17% dari nilai denda yang dikenakan (Rp5.000.000.000,-) untuk setiap hari keterlambatan tidak melaksanakan putusan ini.

h. Menghukum PT Holdiko Perkasa (Terlapor I), untuk membayar denda sebesar Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan disetorkan ke kas negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Dirjen Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) Jakarta I yang beralamat Jalan Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 dan harus dibayar lunas paling lambat dalam waktu 45 hari kerja terhitung sejak dibacakannya putusan ini dengan denda keterlambatan 0,17% dari nilai denda yang dikenakan (Rp 5.000.000.000,-) untuk setiap hari keterlambatan tidak melaksanakan putusan ini.

21Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 24: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

i. Menghukum PT Deloitte & Touche FAS (Terlapor X) untuk membayar denda sebesar Rpl0.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) dan disetorkan ke kas negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Dirjen Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) Jakarta I yang beralamat Jalan Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 dan harus dibayar lunas paling lambat dalam waktu 45 hari kerja terhitung sejak tanggal dibacakannya putusan ini dengan denda keterlambatan 0,17 % dari nilai denda yang dikenakan (Rp l0.000.000.000,00) untuk setiap hari keterlambatan tidak melaksanakan putusan ini.

j. Menghukum PT Alpha Sekuritas Indonesia (Terlapor IX) untuk membayar denda sebesar Rpl.500.000.000,- (satu miliar lima ratus juta rupiah) dan disetorkan ke kas negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Dirjen Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) Jakarta I yang beralamat Jalan Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta melalui Bank Pemerintah,dengan kode penerimaan 1212 dan harus dibayar lunas paling lambat dalam waktu 45 hari kerja terhitung sejak tanggal dibacakannya putusan ini dengan denda keterlambatan 0,17% dari nilai denda yang dikenakan (Rp l.500.000.000,-) untuk setiap hari keterlambatan tidak melaksanakan putusan ini.

k. Menghukum PT Bhakti Asset Management (Terlapor VIII) untuk membayar denda sebesar Rp l.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan disetorkan ke kas negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Dirjen Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) Jakarta I yang beralamatJalan Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 dan harus dibayar lunas paling lambat dalam waktu 45 hari kerja, terhitung sejak tanggal dibacakannya putusan ini dengan denda keterlambatan 0,17% dari nilai I denda yang dikenakan (Rp l.000.000.000,-) untuk setiap hari keterlambatan tidak melaksanakan putusan ini.

l. Menghukum PT Cipta Sarana Duta Perkasa (Terlapor III) untuk membayar ganti rugi kepada negara sebesar Rp 228.000.000.000,- (dua ratus dua puluh delapan miliar rupiah) dan disetorkan ke kas negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Dirjen Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) Jakarta I yangberalamat Jalan Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 dan harus dibayar lunas paling lambat dalam waktu 75 hari kerja terhitung sejak tanggal dibacakannya putusan ini dengan denda keterlambatan 0,17% dari nilai ganti rugi yang dikenakan (Rp 228..000.000.000,-) untuk setiap hari keterlambatan tidak melaksanakan putusan ini.

m. Menyatakan bahwa denda keterlambatan pelaksanaan putusan tetap dihitung meskipun ada upaya hukum.

Kasus Indomobil dapat dikatakan sangat menarik perhatian dunia hukum baik dari segi hukum acara maupun dari pihak KPPU sendiri. Inilah pertama sekali didalam Majelis Komisi mengajukan dissenting opinion (perbedaan pendapat) terhadap putusan yang dijatuhkan Komisi kepada Terlapor. Dari segi hukum acara karena pada waktu itulah pihak Terlapor menggunakan upaya hukum keberatan ke berbagai Pengadilan Negeri di Jakarta tempat domisili terlapor berada. Bahkan ada Terlapor yang menggugat kewenangan KPPU ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Saat itu dari keseluruhan keberatan yang diajukan, maka Pengadilan Negeri membatalkan putusan KPPU di berbagaik Pengadilan Negeri termasuk penolakan atas kewenangan KPPU sebagai lembaga penegak UU No. 5/ 1999 di PTUN Jakarta. Saat terlihat bahwa ada kelemahan substansi proses hukum acara dari UU No. 5/ 1999. Sesudahnya KPPU kemudian mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung dimana dalam putusan kasasi tersebut maka dapat dikatakan bahkan membatalkan baik putusan KPPU dan

22 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 25: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Pengadilan Negeri. Keadaan inilah yang kemudian menginspirasikan Mahkamah Agung untuk mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung No. 1/ 2003 mengenai Mengenai Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU.

2.10 Putusan Perkara No. 05/KPPU-L/2002 Cineplex 21

Kasus ini berawal dari laporan sebuah LSM di Jakarta tentang adanya dugaan pelanggaran UU Anti Monopoli. Laporan tersebut kemudian ditindaklanjuti KPPU dengan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap pelaku usaha bidang perbioskopan maupun pelaku usaha bidang importir/distributor film. Dari proses pemeriksaan dan penyelidikan tersebut, KPPU mendapatkan 3 (tiga) pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran UU No. 5/ 1999, mereka adalah: — PT. Camila Internusa Film (PT. CIF), importir/ distributor film.— PT. Satrya Perkasa Esthetika Film (PT.SPEF), importir/distributor film.— PT. Nusantara Sejahtera Raya (PT.NSR), pemilik bioskop Cineplex 21.

Data dan informasi lain yang didapatkan dari proses pemeriksaan dan penyelidikan tersebut adalah sebagai berikut : a. PT. CIF dan PT. SPEF terintegrasi secara vertikal dengan PT. NSR dalam rangkaian

jasa pendistribusian dan penayangan film impor MPA (Motion Picture Association, sebuah assosiasi produsen film-film yg dikenal sebagai Major Companies, antara lain: Columbia Picture, 21th Century Fox, Buena Vista International, Metro Goldwin Meyer, dll), namun penguasaan tersebut di bawah 50% dari keseluruhan film impor sehingga bukan merupakan integrasi vertikal sebagaimana dimaksud pasal 14 UU No. 5 Tahun 1999.

b. Perjanjian yang dibuat oleh PT. CIF atau PT. SPEF dengan beberapa anggota MPA tidak memuat persyaratan-persyaratan mengenai keharusan untuk memasok kembali film kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu, atau mengenai keharusan PT. CIF dan PT. SPEF untuk bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pihak MPA, atau mengenai harga atau potongan-potongan tertentu dengan syarat membeli barang dan atau jasa lain atau tidak akan membeli film dari produsen lain, sehingga perjanjian tersebut bukan merupakan perjanjian tertutup sebagaimana dimaksud Pasal 15 UU No. 5 Tahun 1999.

c. PT. CIF dan PT. SPEF telah menguasai distribusi film impor MPA, namun penguasaan tersebut kurang dari 50 % keseluruhan film impor pada tahun 2001 dan 2002, sehingga kegiatan yang dilakukan PT. CIF dan PT. SPEF bukan merupakan kegiatan monopoli sebagaimana dimaksud Pasal 17 UU No. 5 Tahun 1999.

d. Jumlah film yang diimpor oleh PT. CIF dan PT. SPEF tidak lebih 50% dari keseluruhan film impor, sehingga bukan merupakan kegiatan monopsoni sebagaimana dimaksud Pasal 18 UU No. 5 Tahun 1999.

e. Film-film impor yang ditayangkan di bioskop-bioskop milik PT. NSR tidak bersifat sama sama eksklusif artinya film-film tersebut bisa juga ditayangkan di bioskop non-21 pada saat bersamaan dan tidak ada paksaan bagi importir film untuk memasok filmnya ke bioskop Group 21, sehingga bukan merupakan kegiatan monopsoni sebagaimana dimaksud Pasal 18 UU No. 5 Tahun 1999.

f. PT. CIF dan PT. SPEF mendistribusikan film impor kepada bioskop Group 21 dan kepada bioskop non-21 berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis, sehingga bukan merupakan praktek diskriminasi sebagaimana dimaksud Pasal 19 huruf d UU No. 5 Tahun 1999.

23Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 26: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

g. Penguasaan film impor oleh PT. CIF dan PT. SPEF adalah kurang dari 50%, sehingga PT. CIF dan PT. SPEF tidak berada pada posisi monopoli dan karena itu tidak berada pada posisi dominan sebagaimana dimaksud Pasal 25 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999.

h. Meskipun PT. NSR berada dalam posisi dominan sebagaimana dimaksud Pasal 25 ayat (2) di sebagian besar kota, namun tidak ditemukan bukti adanya penetapan syarat-syarat perdagangan untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh jasa penayangan film yang bersaing atau membatasi pasar atau menghambat pelaku usaha bioskop lain yang berpotensi menjadi pesaingnya sehingga tidak memenuhi ketentuan Pasal 25 UU No. 5 Tahun 1999.

i. Harris Lasmana dan Suryo Suherman menduduki jabatan rangkap pada jabatan-jabatan strategis di beberapa perusahaan importir film dan atau perusahaan bioskop yang hal ini berpotensi besar untuk timbulnya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, akan tetapi sampai dengan berakhirnya pemeriksaan Majelis Komisi belum menemukan cukup bukti untuk menyatakan perangkapan jabatan tersebut mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan tidak sehat, sebagaimana dimaksud Pasal 26 UU No. 5 Tahun 1999.

j. PT. NSR terbukti memiliki saham mayoritas di beberapa perusahaan yang bergerak dibidang perbioskopan yaitu PT. Intra Mandiri dan PT. Wedu Mitra di pasar bersangkutan yang sama yaitu di Surabaya. Bioskop-bioskop yang dimiliki oleh kedua perusahaan tersebut menguasai lebih dari 50% pangsa pasar, sehingga kepemilikan saham PT. NSR tersebut memenuhi ketentuan Pasal 27 UU No. 5 Tahun 1999.

k. Tidak ditemukan bukti bahwa PT. NSR melakukan kegiatan pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) UU No. Tahun 1999.

l. Ada upaya Pemerintah Kota Makassar untuk mengatur tata edar film di kota Makassar.

m. Pengunduran diri Harris Lasmana dan Suryo Suherman dari jabatan direksi di beberapa perusahaan yang memiliki keterkaitan erat dalam bidang pendistribusian dan penayangan film patut dicatat sebagai suatu itikad baik untuk mengurangi potensi penyalahgunaan perangkapan jabatan.

Dari data dan informasi yang didapatkan, KPPU menjatuhkan putusan dengan Amar Putusan KPPU Perkara Nomor : 05/ KPPU-L/ 2003 sebagai berikut:1. Menyatakan Terlapor I yaitu PT Camila Internusa Film dan Terlapor II yaitu PT Satrya

Perkasa Esthetika Film tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 15, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27 UU No. 5 Tahun 1999.

2. Menyatakan Terlapor III yaitu PT Nusantara Sejahtera Raya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 15, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 25, Pasal 26 UU No. 5 Tahun 1999.

3. Menyatakan Terlapor I yaitu PT Camila Internusa Film, Terlapor II yaitu PT Satrya Perkasa Esthetika Film, dan Terlapor III yaitu PT Nusantara Sejahtera Raya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 14 UU No. 5 Tahun 1999.

4. Menyatakan Terlapor III yaitu PT Nusantara Sejahtera Raya terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 27 UU No. 5 Tahun 1999.

5. Memerintahkan kepada Terlapor III yaitu PT Nusantara Sejahtera Raya untuk mengurangi kepemilikan sahamnya di PT. Intra Mandiri dan atau di PT Wedu Mitra

24 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 27: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

dalam bentuk menjual atau mengalihkan saham kepemilikannya kepada pihak lain atau mengambil tindakan lain sehingga tidak melanggar pasal 27 dalam waktu 48 (empat puluh delapan) hari terhitung sejak tanggal dibacakannya Putusan ini.

6. Menghukum Terlapor III yaitu PT Nusantara Sejahtera Raya untuk membayar denda Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) apabila Terlapor III tidak melaksanakan diktum 5 (lima) di atas.

7. Menghukum Terlapor III yaitu PT Nusantara Sejahtera Raya untuk membayar denda keterlambatan sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dari nilai denda yang dikenakan untuk setiap hari keterlambatan tidak melaksanakan diktum 6 (enam) hingga hari ke 30.

8. Apabila batas waktu sebagaimana dimaksud dalam diktum 7 (tujuh) terlewati, maka Putusan ini akan diserahkan kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9. Menyarankan Walikota Makassar untuk mencabut SK Nomor 54/ 2002 atau mengambil tindakan lain, sehingga tidak terjadi pengaturan tata edar film.

TAHUN 20032.11 Putusan Perkara No. 01/KPPU-L/2003 Garuda Indonesia

Perkara ini berawal dari laporan salah satu pelaku usaha kepada KPPU tentang tindakan PT Garuda Indonesia yang dianggap bertindak menyalahgunakan posisi dominan. PT Garuda telah menekan agen untuk tidak melakukan investasi sendiri dalam sistem reservasi dan memaksa agen untuk menggunakan sistem reservasi berikut infrastrukturnya dari PT Abacus Indonesia.

Berdasarkan laporan tersebut, KPPU melakukan serangkaian pemeriksaan yaitu Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan. Dari hasil pemeriksaan terhadap PT Garuda Indonesia, Pelapor, 17 (tujuh belas) saksi dan dokumen-dokumen yang diperoleh selama pemeriksaan, Majelis Komisi mengambil kesimpulan sebagaimana terpapar di bawah ini.

25Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 28: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

PT Garuda Indonesia pada tanggal 28 Agustus 2000 melakukan kesepakatan dengan PT Abacus Indonesia bahwa distribusi tiket penerbangan PT Garuda Indonesia di wilayah Indonesia hanya dilakukan dengan dual access melalui terminal Abacus. Alasan hanya memberikan dual access kepada PT Abacus Indonesia sebagai penyedia sistem Abacus di Indonesia adalah karena biaya transaksi untuk reservasi dan booking penerbangan internasional dengan menggunakan sistem Abacus lebih murah dibandingkan menggunakan sistem yang lain.

Tujuan dual access hanya dengan sistem Abacus adalah agar PT Garuda Indonesia dapat mengontrol biro perjalanan wisata di Indonesia dalam melakukan reservasi dan pemesanan (booking) tiket penerbangan serta agar semakin banyak biro perjalanan wisata di Indonesia yang menggunakan sistem Abacus untuk melakukan reservasi dan booking penerbangan internasional terlapor yang pada akhirnya akan mengurangi biaya transaksi penerbangan internasional PT Garuda Indonesia.

Agar dual access dapat berjalan efektif, PT Garuda Indonesia membuat persyaratan bagi biro perjalanan wisata yang akan ditunjuk sebagai agen pasasi domestiknya, harus menyediakan sistem Abacus terlebih dahulu sebelum memperoleh sambungan sistem ARGA. Sistem ARGA merupakan sistem yang dipergunakan untuk melakukan reservasi dan booking tiket domestik PT Garuda Indonesia, sedangkan sistem Abacus dipergunakan untuk melakukan reservasi dan booking tiket internasional.

PT Garuda Indonesia memiliki 95% saham di PT Abacus Indonesia. PT Garuda Indonesia menempatkan dua orang Direksinya, yaitu Emirsyah Satar dan Wiradharma Bagus Oka sebagai Komisaris PT Abacus Indonesia. Hal ini menimbulkan konflik kepentingan karena kegiatan usaha PT Garuda Indonesia dan PT Abacus Indonesia saling berkaitan. Hal ini terlihat pada setiap rapat sinergi antara PT Garuda Indonesia dan PT Abacus Indonesia, setidak-tidaknya mereka mengetahui dan menyetujui setiap kesepakatan rapat yang diambil termasuk di dalamnya tentang kebijakan dual access.

Kebijakan ini menimbulkan hambatan bagi penyedia CRS lain dalam memasarkan sistemnya ke biro perjalanan wisata. Mayoritas biro perjalanan wisata memilih CRS Abacus yang disediakan oleh PT Abacus Indonesia. Hal ini karena sistem Abacus memberikan kemudahan untuk mendapatkan akses reservasi dan booking tiket domestik PT Garuda Indonesia. Sedangkan CRS selain Abacus kurang diminati oleh biro perjalanan wisata karena tidak terintegrasi dengan sistem ARGA. Ketiadaan sistem ARGA mengakibatkan biro perjalanan wisata tidak dapat melakukan booking (issued) tiket penawaran yang lebih baik dibandingkan tawaran dari penyedia sistem Abacus, namun tetap tidak diminati oleh biro perjalanan wisata. Persyaratan Abacus connection menyebabkan biro perjalanan wisata yang hanya menjadi agen pasasi domestik PT Garuda Indonesia menanggung beban biaya tambahan berupa biaya install sistem Abacus dan biaya sewa perangkat Abacus. Padahal sistem Abacus tidak digunakan untuk reservasi dan booking tiket domestik PT Garuda Indonesia. Untuk reservasi dan booking tiket domestik, PT Garuda Indonesia menggunakan Sistem ARGA.

Pada akhirnya, setelah melalui proses serangkaian putusan, Majelis Komisi KPPU menetapkan Putusan yang amar putusannya sebagai berikut: Berdasarkan kesimpulan tersebut, Komisi memutuskan berikut:1. Menyatakan bahwa PT Garuda Indonesia secara sah dan meyakinkan melanggar

Pasal 14 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

2. Menyatakan bahwa PT Garuda Indonesia secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 15 ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

3. Menyatakan bahwa PT Garuda Indonesia secara sah tidak melanggar Pasal 17 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

26 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 29: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

4. Menyatakan bahwa PT Garuda Indonesia secara sah tidak melanggar Pasal 19 huruf a, b dan d. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

5. Menyatakan bahwa PT Garuda Indonesia secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 26 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

6. Memerintahkan PT Garuda Indonesia untuk menghentikan integrasi vertikal berupa pembatalan perjanjian eksklusif dual access dengan PT Abacus Indonesia.

7. Memerintahkan PT Garuda Indonesia untuk mencabut persyaratan abacus connection dalam penunjukan keagenan pasar dalam negeri.

8. Menghukum PT Garuda Indonesia untuk membayar denda administratif sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212.

9. Memerintahkan PT Garuda Indonesia untuk melaksanakan putusan ini, dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender, terhitung sejak diterimanya petikan putusan ini.

Kasus Garuda cukup menarik perhatian karena pada saat inilah PERMA No.1/2003 baru saja dikeluarkan oleh Mahkamah Agung. Sehingga Pengadilan Negeri yang memutus perkara keberatan telah menggunakan hukum acara sesuai dengan yang diinstruksikan oleh PERMA No. 1/ 2003 tersebut. Majelis Hakim menggunakan putusan Sela dan mengembalikan berkas perkara kepada KPPU untuk melakukan pemeriksaan tambahan. Pada akhirnya putusan KPPU tersebut dikalahkan dan kemudian KPPU mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.

2.12 Putusan Perkara No. 02/KPPU-I/2003 Kargo (Jakarta-Pontianak)

Perkara ini merupakan inisiatif Komisi setelah sebelunya melakukan kegiatan monitoring yang dilakukan oleh Pelaku Usaha Angkutan Laut Khusus Barang Trayek Jakarta-Pontianak, yaitu PT. Perusahaan Pelayaran Nusantara Panurjwan (Terlapor I) , PT. Pelayaran Tempuran Emas, Tbk. (Terlapor II), PT. Tanto Intim Line (Terlapor III) dan PT. Perusahaan Pelayaran Wahana Barunakhatulistiwa (Terlapor IV), karena telah melakukan perjanjian kesepakatan bersama besaran tarif uang tambang untuk trayek Jakarta-Pontianak-Jakarta.

Pemeriksaan Pendahuluan Perkara bersangkutan telah dilakukan terhitung mulai tanggal 19 Mei 2003 sampai dengan tanggal 30 Juni 2003 sedangkan Pemeriksaan Lanjutan Perkara bersangkutan telah dilakukan terhitung mulai tanggal 3 Juli 2003 sampai dengan tanggal 26 September 2003 yang kemudian diperpanjang jangka waktunya selama 30 (tiga puluh) hari kerja.

Dalam segenap proses Pemeriksaan telah didengar keterangan dari para pihak yang terkait dengan perkara bersangkutan dan telah dinilai data-data dan sejumlah dokumen dan atau bukti, sehingga mengantarkan Majelis pada kesimpulan sebagai berikut:a. Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV telah menandatangani

kesepakatan bersama tarif uang tambang petikemas Jakarta-Pontianak-Jakarta No: 01/ SKB/ PNP-TE-WBK-TIL/ 06/ 2002 yang diketahui dan ditadatangani juga oleh Memet Rahmat Kusrin sebagai Ketua Bidang Kontainer DPP INSA dan Jimmy

27Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 30: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

AB Nikijuluw sebagai Direktur Lalulintas Angkutan Laut Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Departemen Perhubungan;

b. Kesepakatan bersama tarif uang tambang sebagaimana dimaksud merupakan upaya dari Terlapor I dan Terlapor II untuk mempertahankan tarif pada tingkat dimana Terlapor I dan Terlapor II dapat menikmati margin keuntungan seperti ketika struktur pasarnya masih duopolistik;

c. Kesepakatan bersama tarif uang tambang sebagaimana dimaksud juga merupakan upaya guna mencegah terjadinya penurunan pangsa pasar yang lebih signifikan dari Terlapor I dan Terlapor II akibat pemberlakuan tarif oleh Terlapor III yang lebih rendah daripada tarif Terlapor I dan Terlapor II. Karekteristik struktur pasar yang oligopolistik telah memungkinkan Terlapor I dan atau Terlapor II untuk mengkondisikan terjadinya persepakatan-persepakatan diantara para pelaku usaha yang saling bersaing dengan melibatkan intervensi Pemerintah dan DPP INSA;

d. Keterlibatan Terlapor IV dan Terlapor III dalam menandatangani kesepakatan tarif uang tambang sebagaimana dimaksud lebih dikarenakan adanya ketakutan akan mendapatkan perlakuan-perlakuan diskriminatif dari Pemerintah dalam hal ini adalah Direktur Lalu-Lintas Angkutan Laut Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Departemen Perhubungan dan DPP INSA;

e. Kesepakatan tarif uang tambang dimaksud tidak akan pernah efektif apabila tidak ada intervensi Pemerintah atau Departemen Perhubungan dan DPP INSA. Dalam perkara ini bentuk intervensi pemerintah yaitu Departemen Perhubungan untuk memberikan legitimasi terhadap kesepakatan bersama besaran tarif uang tambang diantara para pelaku usaha yang bersaing pada pasar bersangkutan jasa pengiriman barang dengan petikemas melalui laut dengan kapal Jakarta-Pontianak-Jakarta tidak dapat dibenarkan, karena UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran tidak mengatur mengenai kewenangan pemerintah untuk menentukan besaran tarif uang tambang;

f. Argumentasi bahwa kesepakatan bersama tarif untuk menghindari perang tarif ataupun terjadinya persaingan yang sangat tajam (cut throat competition) tidak dapat dibenarkan. Selain mengurangi persaingan dan meniadakan alternatif pilihan tarif baik yang akan ditawarkan oleh penyedia jasa sesuai dengan variasi kualitas pelayanannya maupun yang akan dipilih oleh konsumen sesuai dengan kebutuhannya, kesepakatan ini juga akan sangat merugikan industri bersangkutan karena terkondisikannya entry bariers yang signifikan menghambat bagi pelaku usaha baru untuk memasuki pasar bersangkutan;

g. Intervensi Pemerintah untuk menjamin kelangsungan hidup usaha jasa pelayaran nasional seyogyanya diatur melalui kebijakan-kebijakan yang tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku;

Berdasarkan pemeriksaan termasuk aspek ekonomi dan pengecualian, maka akhirnya Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV secara sah dan

meyakinkan terbukti melanggar Pasal 5 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999.

2. Menetapkan pembatalan perjanjian yang dituangkan dalam bentuk Kesepakatan Bersama Tarif Uang Tambang Peti Kemas Jakarta-Pontianak-Jakarta Nomor 01/ SKB/ PNP-TE-WBK-TIL/ 06/ 2002 yang ditandatangani pada tanggal 26 Juni 2002 oleh Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV sebagai PARA PIHAK dan Saksi II yaitu Ketua Bidang Kontainer DPP INSA sebagai PIHAK PENGAWAS dan Saksi I yaitu Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut sebagai PIHAK FASILITATOR/REGULATOR, karena bertentangan dengan Pasal 5 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999.

28 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 31: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.13 Putusan Perkara No. 03/KPPU-I/2003 Kargo (Surabaya-Makassar)

Perkara No. 03/KPPU-I/2003 merupakan perkara inisiatif yang timbul berdasarkan hasil temuan KPPU dalam kegiatan monitoring yang diawali dengan munculnya berita di koran mengenai adanya kesepakatan bersama penetapan tarif angkutan barang (kargo) jalur Surabaya – Makassar. Kesepakatan tersebut dilatarbelakangi karena adanya banting-bantingan harga di antara perusahaan pelayaran yang melayanai jalur Surabaya – Makassar – Surabaya serta adanya keinginan Pelindo IV untuk menaikkan THC/port charge.

Kesepakatan penetapan tariff dan kuota untuk jalur Surabaya - Makassar dibuat pada tanggal 23 Desember 2002 yang ditandatangani oleh tujuh perusahaan pelayaran yaitu PT. Meratus, PT. Tempuran Emas, PT. Djakarta Lloyd, PT. Jayakusuma Perdana Lines, PT. Samudera Indonesia, PT. Tanto Intim Line, dan PT. Lumintu Sinar Perkasa. Isi kesepakatan tersebut antara lain mengenai penetapan harga dan besaran kuota bongkar muat dari masing-masing perusahaan pelayaran. Selain itu diatur pula mengenai mekanisme penalti atau denda yang akan dikenakan jika terjadi kelebihan kuota dan apabila perusahaan pelayaran tidak menyelesaikan denda maka perusahaan pelayaran tersebut tidak akan mendapatkan pelayanan fasilitas pelabuhan dari Pelindo IV cabang Makassar.

Pelaksanaan kesepakatan tahap I mulai berlaku sejak 1 Januari 2003 sampai dengan 31 Maret 2003. Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa kesepakatan penetapan tarif dan kuota tersebut telah dilaksanakan namun pelaksanaannya dilapangan ternyata tidak efektif, karena perusahaan pelayaran banyak yang melakukan kecurangan dengan cara memberikan diskon atau potongan harga ke konsumen. Pada saat dilakukan evaluasi atas pelaksanaan kesepakatan tahap I, disepakati untuk melanjutkan kesepakatan tarif dan kuota serta tidak memberikan sanksi kepada perusahaan pelayaran yang melebihi kuota pada pelaksanaan kesepakatan tahap I. Pelaksanaan kesepakatan tarif dan kuota tahap II hanya dilaksanakan selama 1 (satu) bulan, karena pada tanggal 29 April 2003 diadakan pertemuan antara para perusahaan pelayaran, INSA, Pelindo IV dan Adpel Makassar dan disepakati untuk mencabut atau membatalkan kesepakatan tariff dan kuota.

KPPU dalam melakukan Pemeriksaan Pendahuluan telah memanggil dan memeriksa tujuh perusahaan pelayaran yang melayani jalur Surabaya–Makassar–Surabaya dan Makassar–Jakarta–Makassar untuk didengar keterangannya. Dari keterangan-keterangan yang telah disampaikan, Komisi memutuskan untuk melakukan Pemeriksaan Lanjutan. Dalam Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi telah memanggil dan memeriksa 8 (delapan) saksi dan 7 (tujuh) perusahaan pelayaran serta mengundang pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Perhubungan Laut. Komisi juga telah melakukan penyelidikan lapangan di Makassar dan Surabaya.

Setelah Majelis Komisi memeriksa dan menganalisa semua data dan informasi yang diperoleh selama proses pemeriksaan diatas maka Majelis Komisi memutuskan bahwa ketujuh perusahaan pelayaran yang telah menandatangani kesepakatan tersebut telah melanggar Pasal-pasal dalam Undang-undang No.5/1999 antara lain Pasal 5 mengenai Penetapan Harga, Pasal 11 mengenai Kartel, Pasal 19 huruf c mengenai Penguasaan Pasar.

Majelis Komisi memutuskan pada hari Selasa tanggal 30 Desember 2003 memutuskan sebagai berikut:1. Bahwa Terlapor I, II, III, IV, V, VI, dan VII terbukti secara sah dan meyakinkan

melanggar Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang No.5/1999;

2. Bahwa Terlapor I, II, III, IV, V, VI, dan VII terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 11 Undang-Undang No.5/1999;

29Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 32: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

3. Bahwa Terlapor I, II, III, IV, V, VI, dan VII tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf a Undang-Undang No.5/1999;

4. Bahwa Terlapor I, II, III, IV, V, VI, dan VII terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 ayat c Undang-Undang No.5/1999;

5. Bahwa Terlapor I, II, III, IV, V, VI, dan VII tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 25 ayat 1 huruf a dan c Undang-Undang No.5/1999;

6. Membatalkan kesepakatan tariff dan kuota sebagaimana tercantum dalam Berita Acara Pertemuan Bisnis di Hotel Elmi Surabaya tertanggal 23 Desember 2002;

7. Memerintahkan kepada Terlapor I, II, III, IV, V, VI, dan VII membuat dan menyampaikan surat pemberitahuan kepada pelanggan masing-masing Terlapor tentang pembatalan kesepakatan tersebut;

8. Memerintahkan kepada Terlapor I, II, III, IV, V, VI, dan VII secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama untuk mengumumkan pembatalan kesepakatan tersebut diatas yang dimuat pada surat kabar harian berskala nasional;

9. Menghukum Terlapor yang apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah dibacakan putusan ini tidak melaksanakan putusan tersebut diatas untuk membayar denda administratif masing-masing sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Denda tersebut disetorkan kepada Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktoran Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jalan Ir. H Juanda No.19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212.

2.14 Putusan Perkara No. 04/KPPU-I/2003 JICT (Jakarta International Cargo Terminal)

Komisi Pengawas Persaingan Usaha telah melakukan Monitoring terhadap dugaan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam jasa terminal yang dapat melayani bongkar muat petikemas internasional di pelabuhan tanjung priok, yang mendapatkan fakta bahwa terdapat satu klausul yaitu klausul 32.4 di dalam perjanjian pemberian kuasa pengoperasian dan pemeliharaan terminal petikemas di tanjung piok antara Pelindo II dengan PT JICT tanggal 27 Maret 1999, selanjutnya disebut authorization agreement, yang merupakan hambatan strategis bagi masuknya pelaku usaha lian di pasar bersangkutan, sehingga KPPU kemudian telah menyampaikan surat rekomendasi kepada Menteri negara BUMN pertanggal 19 pebruari 2003 yang pada pokoknya menyatakan mengharapkan Menteri bersangkutan menggunakan segala pengaruh dan wewenangnya agar klausul 32.4 di dalam authorization agreement dihilangkan atau disesuaikan dengan jiwa, semangat serta tujuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Atas tidak dilakukannya penyesuaian terhadap klausul 32.4 di dalam authorization agreement padahal telah ditemukan potensi kuat terjadinya praktek dan kegiatan yang bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999, maka Komisi melalui Tim Pemeriksa kemudian melakukan Pemeriksaan Pendahuluan dengan Para Terlapor: PT JICT sebagai Terlapor I, KSO TPK KOJA sebagai Terlapor II dan PT Pelindo II sebagai Terlapor III; Di dalam proses Pemeriksaan Pendahuluan Tim Pemeriksa menemukan Fakta-fakta sebagai petunjuk yang cukup terhadap dugaan terjadinya pelanggaran terhadap Pasal 4, Pasal 17, Pasal 19 huruf b, Pasal 25 ayat (1) huruf c dan Pasal 26 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, sehingga kemudian

30 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 33: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Komisi membentuk Majelis Komisi untuk melakukan Pemeriksaan Lanjutan;

Di dalam proses Pemeriksaan Lanjutan kemudian Majelis Komisi telah mendengarkan keterangan dari para pihak yaitu keterangan dari 20 (dua puluh) Saksi dibawah sumpah, 2 (dua) Keterangan Ahli dibawah Sumpah, dan 3 (tiga) Terlapor yang semua keterangannya telah dicatat di dalam BAP, yaitu: Dua Saksi sebagai penyedia jasa terminal bongkar muat petikemas di Tanjung Priok yaitu Saksi I PT. Segoro Fajar Satryo dan Saksi II PT. Multi Terminal Indonesia; Sepuluh saksi masing-masing sebagai Pengguna Jasa Terminal Bongkar muat petikemas di Tanjung Priok termasuk dua orang Ahli, dua Saksi Pemerintah yaitu Deputi Logistik dan Pariwisata Kementerian Negara BUMN dan Saksi XV yaitu Direktur Jenderal Perhubungan Laut Departemen Perhubungan; empat Saksi yang terlibat langsung di dalam proses privatisasi dimaksud yaitu mantan Direktur Utama Terlapor III, Saksi XVIII mantan Asisten Menteri Negara Pendayagunaan BUMN atau Deputi Kepala Badan Pembinaan BUMN bidang Restrukturisasi dan Privatisasi, Saksi XIX mantan Menteri Negara PBUMN, Saksi XX mantan Menteri Keuangan; Dua Saksi yang dianggap mengetahui proses privatisasi dimaksud yang identitas lengkapnya ada pada Majelis Komisi yaitu Saksi XVI dan Saksi XVII; dan Para Terlapor.

Pada akhirnya Majelis menilai dan menyimpulkan sebagai berikut:a. Esensi klausul 32.4 di dalam authorization agreement bukan merupakan cerminan

kerjasama sebagaimana dimaksud di dalam pasal 26 (2) UU No.21/92, melainkan bentuk transaksi pelimpahan kewenangan ataupun transaksi pelimpahan HAK MONOPOLI dengan memberikan jaminan untuk menguasai 75% pangsa pasar pada pasar bersangkutan dari Terlapor III sebagai BUMN yang mengusahakan pelabuhan kepada Terlapor I sebagai Badan Hukum Indonesia;

b. Bahwa terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang terjadi di pelabuhan Tanjung Priok disebabkan karena proses dan pelaksanaan privatisasi yang tidak mengedepankan fungsi pelayanan publik dalam jasa kepelabuhanan;

c. Bahwa status Terlapor III sebagai BUMN adalah pelaku usaha, maka fungsi regulasi yang melekat pada dirinya harus diserahkan kembali kepada Negara;

d. Terlapor I dan Terlapor II telah membuat perjanjian yang dimaksudkan untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan pemasaran atas jasa bongkar muat petikemas di pelabuhan Tanjung Priok yang tidak terbukti menghambat pelaku usaha pesaingnya, untuk melakukan persaingan terutama dalam rangka pemasaran, sehingga bukan merupakan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 4 UU No.5 Tahun 1999;

31Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 34: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

e. Terlapor I telah melakukan penguasaan produksi pada pasar bersangkutan yang yang mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dengan menghambat pelaku usaha lain untuk memasuki pasar bersangkutan, sehingga merupakan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

f. Terlapor I dan Terlapor II telah melakukan kegiatan secara bersama-sama yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat berupa menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya, sehingga merupakan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 19 huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

g. Terlapor I telah menyalahgunakan posisi dominannya secara tidak langsung untuk menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan, sehingga mepakan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 25 ayat 1 huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

h. Wibowo S Wirjawan menduduki jabatan rangkap pada dua perusahaan yang berada dalam pasar bersangkutan yang sama yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat, sehingga merupakan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 26 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

i. Majelis mempertimbangkan bahwa pelanggaran Pasal 17 ayat (1), Pasal 19 huruf (b), dan Pasal 25 ayat (1) huruf (c), sebagaimana dimaksud di atas dilakukan karena adanya Klausul 32.4 dalam authorization agreement;

j. Majelis mempertimbangkan bahwa dalam authorization agreement terdapat ketentuan klausul 30.1 yang menyatakan bahwa perjanjian ini tunduk pada hukum negara RI dan dan klausul 30.2 yang menyatakan bahwa apabila suatu ketentuan dari perjanjian dianggap tidak sah atau batal, ketentuan tersebut akan dianggap bukan merupakan bagian dari perjanjian tetapi ketentuan-ketentuan dari perjanjian akan tetap dianggap berlaku sebagaimana sebelumnya tanpa dipengaruhi oleh ketentuan yang batal tersebut;

k. Majelis Komisi mempertimbangkan ketentuan Pasal 52 Ayat (2) dan Pasal 43 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

Berdasarkan penilaian kesimpulan dan pertimbangan tersebut di atas, maka kemudian Majelis Komisi Memutuskan:1. Menyatakan bahwa Terlapor I secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal

17 Ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan bahwa Terlapor I dan Terlapor II secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 19 huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menyatakan bahwa Wibowo S. Wirjawan secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 26 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

4. Menyatakan bahwa Klausul 32. 4 Perjanjian Pemberian Kuasa Pengoperasian dan Pemeliharaan Terminal Petikemas di Pelabuhan Tanjung Priok tertanggal 27 Maret 1999 antara Terlapor I dan Terlapor III batal demi hukum;

5. Memerintahkan Terlapor I untuk menghentikan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Ayat (1) , Pasal 19 huruf b, Pasal 25 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

32 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 35: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.15 Putusan Perkara No. 05/KPPU-I/2003 Pengusaha Angkutan Jalan Raya

Kasus ini berasal dari hasil monitoring yang dilakukan oleh KPPU pada awal tahun 2003 yang lalu, sehingga kemudian kasus ini menjadi perkara inisiatif (bukan laporan yang diterima KPPU). Dari hasil monitoring yang dilakukan tersebut, KPPU menemukan adanya indikasi pelanggaran terhadap UU Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh para pengusaha Bus Kota Patas AC di DKI Jakarta, masing-masing adalah:1. PT. Steady Safe, Tbk, yang beralamat kantor di Gedung Istana Kana Lantai 2 Jalan

R.P. Soeroso Nomor 24 Jakarta 10330;

2. PT. Mayasari Bakti, yang beralamat kantor di Jalan Raya Bogor ilometer 24 Nomor 71 Cijantung Jakarta Timur;

3. Perusahaan Umum (Perum) Pengangkutan Penumpang Djakarta, yang beralamat kantor di Jalan Raya Halim Perdana Kusuma Nomor 1 Jakarta Timur;

4. PT. Bianglala Metropolitan, yang beralamat kantor di Jalan Raya Cilandak KKO Nomor 112;

5. PT. Pahala Kencana, yang beralamat kantor di Jalan Bukit Gading Raya Blok C Nomor 1 Kelapa Gading Jakarta Utara;

6. PT. AJA Putra, yang beralamat kantor di Jalan M.H. Thamrin Nomor 5 Cikokol Tangerang.

Terhadap hasil monitoring ini KPPU menindaklanjuti dengan membentuk Tim Pemeriksa untuk melakukan serangkaian pemeriksaan, dimulai dengan Pemeriksaan Pendahuluan pada tanggal 16 Juni 2003 dengan menetapkan status para pelaku usaha tersebut sebagai Terlapor.

Hasil Pemeriksaan Pendahuluan menunjukan adanya bukti awal pelanggaran pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 1999 mengenai Price Fixing (Penetapan Harga) yakni para Terlapor tersebut diduga telah melakukan kesepakatan bersama melalui DPD Organda DKI Jakarta (Surat DPD Organda DKI Jakarta Nomor: tentang Penyesuaian Tarif Angkutan Umum Bus Kota Patas AC di Wilayah DKI Jakarta tanggal 5 September 2001) yang menetapkan tarif bus kota Patas AC dari Rp. 2.500,- menjado Rp. 3.300,-

Sebagaimana diketahui bahwa Undang-undang telah melarang pelaku usaha untuk melakukan kesepakatan dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga

6. Memerintahkan Terlapor II menghentikan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

7. Memerintahkan Wibowo S. Wirjawan untuk mengundurkan diri dari salah satu jabatan di Terlapor I atau di PT Ocean Terminal Petikemas;

Pada perkara ini kemudian terlapor mengajukan keberatan di Pengadilan Negeri dimana pada putusan Pengadilan Negeri KPPU dikalahkan sehingga KPPU mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung.

TAHUN 2004

33Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 36: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

(dalam hal ini tarif) yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama.

Berdasarkan hasil Pemeriksaan Pendahuluan ini KPPU kemudian menindaklanjuti dengan membentuk Majelis Komisi untuk melakukan Pemeriksaan Lanjutan yang berakhir pada 9 Desember 2003. Hasil Pemeriksaan Lanjutan menyimpulkan:a. Penetapan tarif bus kota sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Dewan

Pimpinan Daerah Organda DKI Jakarta Nomor: Skep-115/DPD/IX/2001 tentang Penyesuaian Tarif Angkutan Umum Bus Kota Patas AC di Wilayah DKI Jakarta tanggal 5 September 2001 merupakan penetapan harga sebagaimana dimaksud Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999;

b. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Organda DKI Jakarta Nomor: Skep-115/DPD/IX/2001 tersebut dibuat didasarkan oleh Kesepakatan Bersama Para Pengusaha Bus Kota pada tanggal 15 Agustus 2001 terjadi perihal Penyesuaian Tarif Bus Kota Patas AC dari Rp 2.500,- menjadi Rp 3.300,-;

c. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Organda DKI Jakarta Nomor: Skep-115/DPD/IX/2001 muncul karena adanya Surat Gubernur Nomor 2640/-1.811.33 tanggal 4 September 2001 perihal Penyesuaian Tarif Angkutan yang dijadikan dasar hukum oleh para penyedia jasa angkutan untuk melakukan kesepakatan tarif;

Adapun hal-hal lain yang menjadi pertimbangan Majelis Komisi sebelum mengambil putusan dalam perkara ini adalah bahwa:a. Berdasarkan Pasal 47 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993

Tentang Angkutan Jalan ditentukan bahwa tarif dasar sebagaimana dimaksud Pasal 46 ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan keputusan menteri, sedangkan Pasal 47 ayat 2 menentukan bahwa tarif pelayanan tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2) ditetapkan oleh penyedia jasa angkutan;

b. Penyedia jasa angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan adalah perusahaan angkutan umum, yaitu perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan umum di jalan (vide Pasal 1 angka 10 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993);

c. Surat Gubernur Nomor 2640/-1.811.33 tanggal 4 September 2001 (yang antara lain menyebutkan bahwa penyedia jasa adalah DPD Organda DKI Jakarta) tidak dapat dijadikan dasar hukum untuk membuat perjanjian yang dapat dikecualikan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

Dari kesimpulan inilah kemudian Majelis Komisi kemudian memutuskan: 1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, dan Terlapor

VI telah terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menetapkan pembatalan kesepakatan penyesuaian tarif bus kota Patas AC dari Rp 2.500,- menjadi Rp 3.300,- per penumpang yang dilakukan oleh Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, dan Terlapor VI pada tanggal 15 Agustus 2001.

Pada kasus ini terlapor menyatakan keberatan dan kemudian mengajukannya ke Pengadilan Negeri, tetapi pada proses pemeriksaan keberatan tersebut terlapor kemudian mencabut keberatannya dan akhirnya pemeriksaan dihentikan. Dengan demikian terlapor dianggap menerima putusan KPPU dan wajib melaksanakan putusan tersebut.

34 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 37: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.16 Putusan Perkara No. 07/KPPU-L/2003 Tender SIMDUK di Semarang

Lelang penyedia barang/jasa kegiatan pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kependudukan (SIMDUK) pada kantor Dinas Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil Kota Semarang tahun anggaran 2003 dilakukan secara tidak transparan. Temuan ini diperoleh oleh Majelis Komisi setelah melakukan serangkaian pemeriksaan.

Kasus ini berawal dari laporan yang mengindikasikan bahwa dalam lelang SIMDUK ditemukan penyimpangan terhadap Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah dan Petunjuk Teknisnya, khususnya dalam penerapan Tata Cara Pelaksanaan Prakualifikasi Penyedia Barang/Jasa dan terjadi praktek rekayasa yang mengarah pada pelanggaran Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh Drs. Purdiyan selaku ketua panitia lelang, CV Puri Communication selaku pemenang lelang dan H. Soekiswanto S.H. selaku Kepala Dinas Pendaftaran Penduduk dan catatan Sipil Kota Semarang.

Laporan ini ditindaklanjuti oleh KPPU dengan mengadakan serangkaian pemeriksaan, yaitu pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan lanjutan. Dalam rangkaian pemeriksaan ini, KPPU memeriksa sejumlah saksi dan melakukan penyelidikan di lapangan.

Dari hasil penyelidikan ditemukan fakta-fakta:a. Dalam Prakualifikasi I, Panitia Lelang meluluskan peserta yang tidak memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan dalam dokumen tatacara prakualifikasi yaitu dalam hal sertifikasi klasifikasi usaha.

b. Dalam prakualifikasi II, Panitia Lelang meluluskan CV. Dinatek Jaya Lestari dan PT Karisma Cipta Tunggal yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam dokumen tatacara prakualifikasi yaitu dalam hal sertifikasi klasifikasi usaha.

c. Dalam Prakualifikasi I, panitia lelang menolak surat pernyataan kinerja perusahaan baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi yang dibuat sendiri oleh PT. Sawunggaling meskipun telah sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam dokumen tatacara prakualifikasi.

d. Dalam prakualifikasi II, panitia lelang menolak surat pernyataan kinerja perusahaan baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi yang dibuat sendiri oleh CV. Reka Cipta Artha, PT. Informatika Karya Indah Nuansa, PT. Informatika Solusi Otonomi Jakarta, PT. Surya Data Nusa, CV. Trubus Sakti, CV. Kurnia Rejeki, meskipun telah sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam dokumen tatacara prakualifikasi.

e. Panitia lelang tetap mengikutsertakan CV. Puri Communication, CV. Dinatek Jaya Lestari dan PT Karisma Cipta Tunggal meskipun ketiga peserta ini tidak memiliki sertifikat kualifikasi usaha yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu bidang jasa subbidang perawatan komputer, alat peralatan elektronik dan telekomunikasi.

f. Panitia Lelang menggunakan sistem pembobotan dengan passing grade dalam evaluasi teknis meskipun dalam rapat aanwijzing (penjelasan pekerjaan) disepakati evaluasi dokumen teknis dengan sistem pembobotan tidak dituangkan dalam dokumen lelang. Beberapa Saksi menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tidak dituangkan dalam dokumen lelang adalah tidak digunakan untuk melakukan evaluasi teknis.

g. Panitia Lelang merubah hasil penilaian evaluasi teknis. Pada awalnya yang menempati ranking pertama adalah CV. Dinatek Jaya Lestari, namun panitia lelang

35Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 38: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

melakukan perubahan nilai sehingga yang menempati ranking pertama adalah CV. Puri Communication.

Dari fakta fakta tersebut, Majelis Komisi berkesimpulan: 1. Panitia Lelang tidak melaksanakan ketentuan lelang secara konsisten dalam

bentuk antara lain:a. Meluluskan peserta prakualifikasi yang tidak memiliki sertifikat kualifikasi

usaha jasa subbidang perawatan komputer, alat peralatan elektronik dan telekomunikasi sebagaimana dicantumkan dalam dokumen tatacara prakualifikasi.

b. Menerima peserta lelang yang tidak memiliki sertifikat kualifikasi usaha jasa subbidang perawatan komputer, alat peralatan elektronik dan telekomunikasi sebagaimana dicantumkan dalam dokumen Rencana Kerja dan Syarat (RKS).

c. Menolak dokumen surat pernyataan kinerja perusahaan baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi yang dibuat sendiri oleh peserta prakualifikasi padahal telah sesuai dengan ketentuan yang dicantumkan dalam dokumen tatacara prakualifikasi.

2. Panitia Lelang tidak transparan dalam evaluasi teknis karena Panitia Lelang tidak memberitahukan kepada peserta lelang mengenai sistem evaluasi yang akan digunakan untuk melakukan evaluasi teknis. Meskipun dalam RKS telah disebutkan sistem evaluasi teknis yang digunakan adalah sistem pembobotan, namun dalam aanwijzing disepakati bahwa sistem evaluasi teknis dengan pembobotan sebagaimana tercantum dalam RKS tidak dituangkan dalam dokumen lelang. Dengan demikian Panitia Lelang harus memberitahukan kepada peserta lelang tentang sistem evaluasi teknis yang akan digunakan untuk melakukan evaluasi teknis.

Berdasarkan temuan fakta-fakta di atas, telah terbukti Drs. Purdiyan mengubah atau setidak-tidaknya menyetujui adanya perubahan ranking hasil evaluasi teknis yang menguntungkan CV. Puri Communication. Pada awalnya, berdasarkan hasil evaluasi teknis CV. Dinatek Jaya Lestari menempati ranking pertama dan CV. Puri Communication menempati ranking kedua, namun pada akhirnya CV. Puri Communication naik menjadi ranking pertama. Meskipun terbukti Drs. Purdiyan mengubah atau setidak-tidaknya menyetujui adanya perubahan ranking hasil evaluasi teknis yang menguntungkan CV. Puri Communication, Majelis Komisi tidak menemukan bukti yang cukup kuat dan meyakinkan bahwa tindakan Drs. Purdiyan diambil atas permintaan CV. Puri Communication atau berdasarkan kerja sama dengan CV. Puri Communication. Atas dasar hal itu dan mengingat maksud bersekongkol dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi memutuskan bahwa Drs Purdiyan, CV. Puri Communication dan H. Soekiswanto S.H. dinyatakan tidak melakukan persekongkolan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999.

Namun demikian, atas tindakan-tindakan dari panitia lelang yang mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat, maka Majelis Komisi merekomendasikan kepada instansi terkait untuk mengenakan sanksi administratif kepada panitia lelang berkenaan dengan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh panitia lelang.

36 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 39: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.17 Putusan Perkara No. 08/KPPU-L/2003 Jasa Audit di PT. Telekomunikasi Indonesia

KPPU melakukan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Hadi Sutanto & Rekan —sekarang bernama KAP Haryanto Sahari & Rekan— yang merupakan member firm dari Kantor Akuntan Publik Asing Pricewaterhouse Coopers (PwC) yang selanjutnya disebut Terlapor. Perkara ini muncul setelah adanya laporan yang pada pokoknya tindakan Terlapor dengan sengaja memberikan interpretasi yang menyesatkan kepada PT. Telkom, PT. Telkomsel, dan US SEC mengenai Standar Audit Amerika khususnya AU 543. Tindakan Terlapor tersebut mengakibatkan rusaknya kualitas audit yang dilakukan oleh KAP Eddy Pianto atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom tahun Buku 2002 sehingga menghalangi KAP Eddy Pianto untuk bersaing dengan Terlapor sehubungan dengan penyediaan layanan audit ke perusahaan-perusahaan besar yang tercatat di lantai bursa (BEJ).

Inti permasalahan dari perkara ini adalah Terlapor —yang mengaudit Laporan Keuangan PT. Telkomsel Tahun Buku 2002— tidak bersedia terasosiasi dengan pekerjaan audit KAP Eddy Pianto karena Terlapor menghindari risiko yang dapat merugikan jika terasosiasi dengan pekerjaan audit KAP Eddy Pianto. Ketidaksediaan Terlapor karena keraguan kelayakan hak berpraktek KAP Eddy Pianto dihadapan US SEC serta meminta kesempatan untuk membaca dan atau me-review seluruh copy Form 20-F PT. Telkom sebelum diajukan ke US SEC. Untuk itu Terlapor menolak hasil auditnya untuk diacu dalam pekerjaan audit KAP Eddy Pianto dalam Form 20-F PT. Telkom. KAP Eddy Pianto tetap mengacu kapada hasil audit Terlapor dan menyelesaikan audit Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom. Sementara itu, untuk tetap tidak terasosiasi dengan pekerjaan audit KAP Eddy Pianto, Terlapor tidak memberi ijin laporan auditnya dilampirkan dalam Form 20-F PT. Telkom.

Menurut Majelis Komisi, Terlapor tidak memiliki kewenangan untuk menilai kualifikasi KAP Eddy Pianto untuk berpraktek di hadapan US SEC. Kewenangan tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan US SEC, untuk itu seharusnya Terlapor meminta klarifikasi kepada US SEC. Dan hal ini tidak pernah dilakukan oleh Terlapor, akan tetapi telah melakukan penilaian mengenai kualifikasi KAP Eddy Pianto.

Terlapor mendasarkan Standar Audit SAS 8 yang merupakan standar audit yang berlaku di Amerika Serikat (AS) mengenai informasi lain dalam dokumen yang berisi laporan keuangan auditan – dalam kewajibannya untuk membaca terlebih dahulu Form 20-F PT. Telkom secara keseluruhan adalah tidak memiliki dasar hukum yang jelas dan berlebihan. Karena, SAS 8 hanya mengatur hubungan antara auditor dengan auditan/kliennya, dan tidak mengatur hubungan antara auditor dengan pihak lain selain auditan/ kliennya. PT. Telkom bukanlah auditan/klien dari Terlapor dan Form 20-F adalah dokumen lain yang diterbitkan oleh PT. Telkom dalam rangka filing ke US SEC. Form 20-F PT. Telkom, tidak hanya memuat keterangan-keterangan yang berkaitan dengan auditan/ klien dari Terlapor namun juga memuat keterangan-keterangan yang tidak berkaitan dengan auditan/klien dari Terlapor.

Alasan Terlapor mengenai risiko bila terasosiasi dengan pekerjaan audit KAP Eddy Pianto dalam rangka filing Form 20-F PT. Telkom yang cacat dapat mengakibatkan Terlapor dihukum atau ditolak baik secara sementara maupun permanen oleh US SEC didasarkan pada ketentuan 17 C.F.F § 102 (e) The Commission Rules of Practice adalah tidak tepat. Terlapor salah menerapkan ketentuan tersebut karena ketentuan tersebut hanya berlaku bagi profesional yang berpraktek di hadapan US SEC dalam rangka mewakili pihak lain untuk menyampaikan pemberitahuan, permohonan, laporan, pernyataan pendaftaran, dan dokumen lain. Sedangkan dalam rangka filing Form 20-F PT. Telkom, Terlapor tidak dalam kapasitas mewakili pihak manapun untuk berpraktek di hadapan US SEC. Terlapor adalah subyek hukum badan usaha

37Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 40: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sehingga tidak terikat oleh ketentuan yang berlaku di AS tersebut. Sedangkan PwC, LL.P–PwC berkedudukan di AS- tidak terasosiasi dengan audit yang dikerjakan oleh Terlapor dan oleh karenanya juga tidak terasosiasi dengan filing Form 20-F PT. Telkom. Tindakan Terlapor lebih banyak dipengaruhi oleh afiliasinya (PwC, LL.P.) yang kemudian mencampuradukkan ketentuan yang berlaku di AS tersebut.

Menurut Terlapor, berdasarkan AU 543, KAP Eddy Pianto harus meminta ijin kepada Terlapor sebelum mengacu kepada hasil audit atas Laporan Keuangan PT. Telkomsel Tahun Buku 2002. AU 543 paragraf 7 tidak mengharuskan auditor utama mendapatkan persetujuan auditor lain apabila auditor utama mengacu pada hasil audit dari auditor lain tersebut. Persetujuan tersebut diperlukan bila auditor utama menyebutkan nama auditor lain dan laporannya disajikan bersama laporan auditor utama. KAP Eddy Pianto mengacu hasil audit Terlapor tanpa menyebutkan nama Terlapor, sehingga penolakan Terlapor agar hasil auditnya diacu oleh KAP Eddy Pianto adalah tidak berdasar hukum dan tidak wajar.

Berdasarkan AU 543 paragraf 7 terdapat catatan kaki nomor 3 yang pada pokoknya menyatakan keperluan filing ke US SEC harus merujuk kepada Regulation S-X 205 yaitu bila auditor utama mengacu kepada pekerjaan auditor lain, maka laporan audit dari auditor lain tersebut harus disampaikan oleh perusahaan (registrant) ke US SEC dalam rangka filing Form 20-F. Untuk itu PT. Telkom berkewajiban melampirkan laporan audit Terlapor dalam Form 20-F yang disampaikan ke US SEC, dan KAP Eddy Pianto telah mengingatkan PT. Telkom perihal tersebut, namun PT. Telkom berpendapat tidak memerlukan ijin dari Terlapor untuk melampirkan laporan audit Terlapor dalam Form 20-F, dan Terlapor juga tidak memberi ijin laporan auditnya dilampirkan dalam Form 20-F PT. Telkom karena tidak mau terasosiasi dengan pekerjaan audit KAP Eddy Pianto. Oleh karena itu tindakan Terlapor berupa tidak memberikan ijin pelampiran sebagai upaya tidak terasosiasi adalah tidak berdasar hukum dan tidak wajar.

Tindakan Terlapor menyebabkan competitive harm dan consumer harm. Bagi KAP Eddy Pianto, yaitu menimbulkan pernilaian bahwa KAP Eddy Pianto tidak dapat menyelesaikan dan tidak mampu melakukan pekerjaan audit terhadap Laporan Keuangan PT. Telkom tersebut. Penilaian tersebut berakibat menurunkan reputasi KAP second layer pada umumnya di mata perusahaan pengguna jasa audit first layer, sehingga pilihan perusahaan pengguna jasa audit first layer tetap terkonsentrasi pada KAP first layer. Bagi PT. Telkom, sebagai pengguna jasa audit terpaksa harus mengeluarkan tambahan waktu, tenaga, dan biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan bila proses pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002 berjalan normal/tidak terganggu oleh tindakan Terlapor. Seluruh tambahan biaya yang dikeluarkan oleh PT. Telkom untuk melaksanakan audit Laporan Keuangan tersebut menjadi beban PT. Telkom dan merugikan pemegang saham PT. Telkom. Tidak dapat masuknya KAP Eddy Pianto ke dalam pasar bersangkutan menyebabkan pilihan bagi perusahaan pengguna jasa audit first layer tidak bertambah, sehingga menghilangkan potensi harga jasa audit yang lebih bersaing di pasar bersangkutan. Berdasarkan fakta dan kesimpulan, Majelis Komisi memutuskan menyatakan Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 19 huruf a dan huruf b UU No: 5/ 1999, dan menghukum Terlapor membayar denda sebesar Rp 20.000.000.000,- (dua puluh milyar rupiah). PwC kemudian mengajukan keberatan atas putusan KPPU tersebut.

38 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 41: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.18 Putusan Perkara No. 01/KPPU-L/2004 Jasa Bongkar Muat Bungkil Kelapa Sawit di Pelabuhan Belawan

Adapun inti dari kasus ini adalah kegiatan bongkar muat Pembacaan Putusan terhadap Dugaan Pelanggaran yang dilakukan oleh Pelindo I cabang Belawan dan PT. Musim Mas pada kegiatan bongkar muat bungkil di Pelabuhan Belawan. KPPU menetapkan putusan terhadap Pelindo I selanjutnya disebut Terlapor I dan juga PT. Musim Mas selanjutnya disebut sebagai Terlapor II.

Perkara ini muncul setelah adanya laporan yang pada pokoknya tindakan Terlapor I menerbitkan surat Nomor: B.XIV-400/BLW-US.13 dari GM Pelindo I Cabang Belawan, yang berisi antara lain: a. Kegiatan pemuatan bungkil kelapa sawit dan copex hanya dilaksanakan melalui

Terminal Curah Kering (selanjutnya disebut ”TCK”) pada dermaga 109 dan 111 di Pelabuhan Belawan Medan yang dialokasikan sebagai dedicated terminal curah kering yang dilengkapi dengan fasilitas conveyor ship loader dengan produktivitas 5.000 ton per hari.

b. Pelaksanaan kegiatan pemuatan curah kering khusus bungkil di TCK oleh Usaha Bongkar Muat (selanjutnya disebut UBM) PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan.

Oleh karena itu sejak dioperasikannya Terminal Curah Kering (TCK) seluruh pemuatan bungkil kelapa sawit dan copex yang sebelumnya dilakukan melalui truck lossing dan conveyor manual, kini hanya dilakukan melalui TCK, sehingga perusahaan eksportir sama sekali tidak diberikan pilihan untuk menggunakan jasa bongkar muat selain di TCK oleh UBM PT Pelindo. Berdasarkan bukti-bukti yang dihasilkan dari pemeriksaan dan penyelidikan atas perkara ini Majelis Komisi menetapkan Putusan yang di dalamnya terdapat dissenting opinion yang dibacakan sendiri oleh salah seorang Anggota Majelis Komisi. Putusan yang dijatuhkan adalah sebagai berikut:a. Terlapor I dan Terlapor II melanggar Pasal 19 huruf a.

b. Terlapor I dan Terlapor II tidak terbukti melanggar Pasal 19 huruf b.

c. Terlapor I tidak terbukti melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf c.

d. Memerintahkan Terlapor I dan II agar membuka kesempatan kepada PBM lain yang terdaftar di Pelabuhan Belawan untuk dapat turut serta dalam kegiatan bongkar muat di Terminal Curah Kering.

e. Memerintahkan kepada Terlapor I dan II agar menyesuaikan Perjanjian Sewa-Menyewa dan Pengoperasian Gudang 109 dan 111 serta Lapangan Penumpukan di Pelabuhan Belawan agar tidak melanggar ketentuan Undang-undang No. 5 Tahun 1999.

Pelindo kemudian menyatakan keberatan atas putusan KPPU tersebut dan mengajukan upaya keberatan di Pengadilan Negeri.

39Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 42: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

2.19 Putusan Perkara No. 03/KPPU-L/2004 Pengadaan Hologram Bea Cukai

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 03/KPPU-L/2004 yaitu dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terkait dengan pengadaan hologram pita cukai yang dilakukan oleh Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) dan PT Pura Nusapersada.

Penanganan perkara ini telah melalui serangkaian proses pemeriksaan oleh Majelis Komisi yang terdiri dari Ir. Mohammad Iqbal sebagai Ketua Tim Pemeriksa, Faisal Hasan Basri S.E., M.A dan Erwin Syahril S.H. masing-masing sebagai anggota Tim Pemeriksa. Dalam perkara ini, Perum Peruri ditetapkan sebagai Terlapor I dan PT. Pura Nusapersada sebagai Terlapor II.

Pemeriksaan diawali dengan pemeriksaan pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 19 Februari 2004 sampai dengan 2 April 2004. Hasilnya, berdasarkan keterangan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Perum Peruri dan PT Pura Nusapersada, ditemukan adanya indikasi pelanggaran ketentuan Pasal 17 ayat (1), Pasal 17 ayat (2) huruf b dan Pasal 25 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999. Sebagai tindak lanjutnya, maka perkara ini dillanjutkan ke proses pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan Lanjutan berlangsung pada tanggal 6 April 2004 sampai dengan 2 Juli 2004. Dalam pemeriksaan lanjutan, Majelis Komisi pun mendapatkan keterangan dari pihak lain, yaitu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal), Perum Peruri, PT Pura Nusapersada dan saksi.

Akhirnya, berdasarkan bukti-bukti yang telah dihasilkan dari pemeriksaan dan penyelidikan atas perkara ini, Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan bahwa Terlapor I dan Terlapor II terbukti secara sah dan meyakinkan

melanggar Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) huruf b Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan bahwa Terlapor I dan Terlapor II tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Memerintahkan kepada Terlapor I dan Terlapor II untuk menghentikan kegiatan yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat dalam pengadaan hologram pada pita cukai dengan cara membatalkan Perjanjian Nomor SP-302/V/1995 tentang Pengadaan Hologram untuk Cetakan Pita Cukai tahun 1995 204/DM/V/95 dengan memperhatikan kelangsungan penerimaan negara dari cukai rokok untuk penerimaan negara pada APBN 2004;

4. Memerintahkan kepada Terlapor I untuk membuka pasar pengadaan hologram pada pita cukai dengan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap pelaku usaha untuk turut serta dalam pengadaan hologram pada pita cukai melalui tender yang terbuka dan transparan, selambat-lambatnya untuk pengadaan hologram pada pita cukai tahun anggaran 2005.

Pemeriksaan dan penyusunan putusan terhadap perkara tersebut di atas dilakukan oleh KPPU dengan prinsip independensi -tidak memihak siapapun- semata-mata sebagai pengemban amanat pengawasan terhadap pelaksanaan UU No. 5/1999 agar terwujudnya kepastian berusaha yang sama bagi setiap pelaku usaha dan menjamin persaingan usaha yang sehat dan efektif.

40 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 43: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.20 Putusan Perkara No. 02/KPPU-I/2004 Pemblokiran terhadap SLI yang dilakukan oleh PT.

Telekomunikasi IndonesiaKomisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 02/KPPU-I/2004 yaitu dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terkait dengan pemblokiran terhadap SLI 001 dan 008 di beberapa warung telekomunikasi (wartel) yang dilakukan oleh Perusahaan

Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom).

Kondisi yang terjadi dalam penyediaan jasa telekomunikasi ini adalah tertutupnya layanan kode akses 001 dan 008 di beberapa wartel, dan sebagai gantinya disediakan kode akses 017. Hal ini dilakukan sebagai konsekuensi adanya perjanjian kerjasama (PKS) antara Telkom dan wartel yang mensyaratkan wartel untuk hanya menjual produk Telkom, dan Telkom berhak menutup akses layanan milik operator lain di wartel. Berdasarkan analisis situasi di atas, maka KPPU berinisiatif untuk menanganinya sebagai perkara terhadap Telkom. Penanganan perkara kemudian melalui serangkaian proses pemeriksaan oleh Majelis Komisi yang terdiri dari Tadjuddin Noer Said sebagai Ketua Tim Pemeriksa, Mohammad Iqbal dan Didik J. Rachbini masing-masing sebagai anggota Tim Pemeriksa, dengan menetapkan Telkom sebagai Terlapor.

Pemeriksaan diawali dengan pemeriksaan pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 5 Januari 2004 sampai dengan 2 Pebruari 2004. Hasilnya, Tim Pemeriksa menemukan adanya indikasi pelanggaran ketentuan Pasal 15 (Perjanjian Tertutup), Pasal 19 (Penguasaan Pasar) dan Pasal 25 (Posisi Dominan) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999. Sebagai tindak lanjutnya, maka perkara ini dillanjutkan ke proses pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan Lanjutan berlangsung pada tanggal 18 Pebruari 2004 sampai dengan 18 Mei 2004 yang diperpanjang hingga 1 Juli 2004. Dalam pemeriksaan lanjutan, Majelis Komisi membuat pertimbangan berdasarkan 2 (dua) unsur yang terdapat dalam tiga pasal yang diduga dilanggar oleh Terlapor, yaitu unsur pelaku usaha dan unsur pasar yang bersangkutan.

Akhirnya, berdasarkan bukti-bukti yang telah dihasilkan dari pemeriksaan dan penyelidikan atas perkara ini, Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan bahwa Terlapor tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar

Pasal 15 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

2. Menyatakan bahwa Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 15 ayat (3) huruf b Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

3. Menyatakan bahwa Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf a dan b Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

4. Menyatakan bahwa Terlapor tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf c dan d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

41Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 44: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

5. Menyatakan bahwa Terlapor tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 25 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

6. Menetapkan pembatalan klausula yang menyatakan bahwa pihak penyelenggara atau pengelola warung Telkom hanya boleh menjual jasa dan atau produk Terlapor dalam perjanjian kerja sama antara Terlapor dengan penyelenggara atau pengelola warung Telkom.

7. Memerintahkan Terlapor untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dengan cara (a) meniadakan persyaratan PKS atas pembukaan akses SLI dan atau jasa telepon internasional lain selain produk Terlapor di wartel (b) membuka akses SLI dan atau jasa telepon internasional lain selain produk Terlapor di warung Telkom.

Pemeriksaan dan penyusunan putusan terhadap perkara tersebut di atas dilakukan oleh KPPU dengan prinsip independensi —tidak memihak siapapun— semata-mata sebagai pengemban amanat pengawasan terhadap pelaksanaan UU No. 5/1999 agar terwujudnya kepastian berusaha yang sama bagi setiap pelaku usaha dan menjamin persaingan usaha yang sehat dan efektif.

2.21 Putusan Perkara No. 05/KPPU-L/2004 Tender Jasa Pengamanan yang diselenggarakan

PT. Thames Pam JayaKomisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 05/KPPU-L/2004 yaitu dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terkait dengan kegiatan tender Security Service di PT. Thames Pam Jaya (TPJ) yang juga melibatkan PT. Interteknis Surya Terang (IST). Majelis Komisi yang terdiri dari Soy Martua Pardede (Ketua), serta Bambang P. Adiwiyoto dan Erwin Syahril yang masing-masing bertindak sebagai Anggota Majelis Komisi, memutuskan TPJ bersalah telah melanggar pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 dan diharuskan membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

Perkara ini diawali dari laporan ke KPPU yang menyatakan bahwa terdapat dugaan terjadi persekongkolan antara TPJ dengan IST dalam tender Security Services yang diselenggarakan oleh TPJ. Atas laporan tersebut, KPPU menindaklanjutinya dengan membentuk Tim Pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan awal. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan dugaan kuat bahwa telah terjadi pelanggaran Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 dalam bentuk persekongkolan antara TPJ dan IST pada tender security services yang ditujukan untuk memenangkan IST dalam tender ini.

Hasil pemeriksaan selanjutnya kembali menguatkan bukti-bukti adanya persekongkolan antara TPJ dan IST untuk mengatur dan memenangkan IST dalam tender Security Services ini. Bukti-bukti tersebut antara lain adalah bahwa IST yang tidak mendaftar untuk mengikuti prakualifikasi ternyata dapat diterima dan diluluskan prakualifikasi dengan alasan IST adalah current provider. Padahal, dalam persyaratan yang dibuat oleh Panitia Tender yang diumumkan tanggal 13 Oktober 2003, semua peserta harus mendaftar dan tidak ada pengecualian bagi current provider. Disamping itu, Panitia Pengawas tender tersebut juga menambahkan kriteria penilaian setelah Panitia Tender melakukan penilaian seluruhnya. Penambahan

42 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 45: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

ini tidak termasuk dalam penilaian yang telah ditentukan sebelumnya. Bukti lain yang juga menguatkan adalah ditemukannya internal memo dari Panitia Pengawas bahwa tender ini tidak untuk mengganti IST sebagai rekanan penyedia jasa pengamanan (security service) di TPJ.

Berdasarkan temuan-temuan selama pemeriksaan perkara, Majelis Komisi menilai bahwa tidak ada keseriusan dari TPJ untuk menyelenggarakan tender security service tersebut. TPJ dan IST telah melakukan persekongkolan untuk memenangkan IST dalam tender ini.

Akhirnya, berdasarkan bukti-bukti yang telah dihasilkan dari pemeriksaan dan penyelidikan atas perkara ini, Majelis Komisi memutuskan:- TPJ dan IST terbukti melanggar Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999.

- Atas pelanggaran ini, Majelis Komisi menjatuhkan sanksi kepada TPJ berupa pengenaan denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dan perintah untuk segera menyelenggarakan tender untuk memilih rekanan penyedia jasa pengamanan yang baru dalam waktu 45 hari kalender.

- Sedangkan untuk IST, sanksi yang dijatuhkan berupa perintah untuk menghentikan kegiatan penyediaan jasa pengamanan di TPJ. Namun demikian, mengingat kepentingan umum, maka IST tetap diperintahkan untuk menjaga fasilitas TPJ sampai ditunjuk penyedia jasa pengamanan yang baru. Disamping itu, IST juga dikenakan sanksi berupa larangan untuk mengikuti tender di TPJ dalam waktu 2 (dua) tahun.

Pemeriksaan dan penyusunan putusan terhadap perkara tersebut di atas dilakukan oleh KPPU dengan prinsip independensi —tidak memihak siapapun— semata-mata sebagai pengemban amanat pengawasan terhadap pelaksanaan UU No. 5/ 1999 agar terwujudnya kepastian berusaha yang sama bagi setiap pelaku usaha dan menjamin persaingan usaha yang sehat dan efektif.

Putusan tersebut dibacakan dalam Sidang Majelis Komisi yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Senin tanggal 13 Desember 2004 di Gedung KPPU Jl. Ir. H. Juanda no. 36 Jakarta Pusat.

2.22 Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2004 Dugaan Pelanggaran UU No. 5/1999 yang

dilakukan oleh PT. Arta Boga CemerlangKomisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 06/KPPU-L/2004 yaitu dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5/ 1999) terkait dengan penyalahgunaan posisi dominan dalam pasar produk batu baterai yang dilakukan oleh PT. Arta Boga Cemerlang (ABC). Majelis Komisi yang terdiri dari Mohammad Iqbal (Ketua), serta Syamsul Maarif dan Bambang P Adiwiyoto yang masing-masing bertindak sebagai Anggota Majelis Komisi, memutuskan ABC bersalah telah melanggar pasal 15 ayat (3) huruf b, pasal 19 huruf a, dan pasal 25 ayat (1) huruf a jo. ayat (2) huruf a.

TAHUN 2005

43Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 46: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Perkara ini diawali dari laporan ke KPPU yang menyatakan bahwa terdapat dugaan terjadi perilaku anti persaingan dalam program promosi ABC, yang bertitel “Program Geser Kompetitor” (PGK) selama periode Maret-Juni 2004. Dengan adanya PGK, beberapa toko-toko grosir/ semi grosir di pasar tradisonil di wilayah Jawa dan Bali diikat oleh ABC dengan pemberian potongan harga sebesar 2% jika bersedia memajang produk baterai ABC dan 2% lagi jika bersedia untuk tidak menjual baterai Panasonic. Potongan harga diberikan selama periode berlangsungnya PGK.

Hasil pemeriksaan Majelis Komisi menunjukkan bahwa ABC dan produknya yaitu ABC Manganese R6 biru memiliki posisi dominan di pasar baterai manganese UM-3 atau R6 biru atau AA blue atau produk baterai yang memiliki kualitas, fungsi, dan harga yang setara, di perdagangan grosir dan semi grosir tradisional dalam wilayah Jawa dan Bali. Posisi dominannya bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan UU No. 5/ 1999 tetapi jika posisi tersebut disalahgunakan oleh pelaku usaha dan menyebabkan persaingan usaha tidak sehat, maka pelaku usaha tersebut berpotensi melanggar UU No.5/ 1999.

Selanjutnya, Majelis Komisi kembali menemukan fakta yang meyakinkan bahwa ABC dengan pangsa pasar sebesar 88, 73% pada pasar baterai manganese AA blue secara nasional, memiliki maksud (intention) untuk menyingkirkan (exclusionary) atau setidak-tidaknya mempersulit pelaku usaha lain, dalam hal ini adalah PT Panasonic Gobel Indonesia (PGI) yang memasarkan produk baterai Panasonic di pasar yang didominasi oleh ABC tersebut. Beberapa fakta yang ditemukan selanjutnya adalah ABC juga melarang toko grosir atau semi grosir untuk membeli baterai Panasonic. Akibatnya, terjadi penurunan volume penjualan baterai manganese AA blue milik PGI, timbulnya potensi mengurangi tingkat persaingan yang pada akhirnya akan mengurangi pilihan bagi konsumen untuk memilih produk baterai yang sesuai. Fakta-fakta tersebut mendasari pendapat Majelis Komisi untuk melihat bahwa PGK adalah upaya ABC dalam melakukan praktek persaingan tidak sehat terhadap pelaku usaha lain.

Hal lain yang terjadi dalam perkara ini adalah selama pemeriksaan perkara ini berlangsung terdapat upaya dari penasehat hukum ABC untuk mempengaruhi putusan yang akan diberlakukan oleh Majelis Komisi.

Berdasarkan analisis terhadap fakta-fakta di atas, akhirnya, Majelis Komisi memutuskan bahwa:- ABC terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 15 ayat (3) huruf b,

Pasal 19 huruf a, dan Pasal 25 ayat (1) huruf a jo. ayat (2) huruf a.

- Berkenaan dengan pelanggaran tersebut, Majelis Komisi membatalkan Perjanjian Geser Kompetitor yang dibuat oleh ABC dengan toko grosir dan semi grosir dan memerintahkan ABC untuk menghentikan dan tidak mengulang kembali kegiatan promosi berupa Program Geser Kompetitor atau bentuk lain yang sejenis.

Pemeriksaan dan penyusunan putusan terhadap perkara tersebut di atas dilakukan oleh KPPU dengan prinsip independensi —tidak memihak siapapun— semata-mata sebagai pengemban amanat pengawasan terhadap pelaksanaan UU No. 5/ 1999 agar terwujudnya kepastian berusaha yang sama bagi setiap pelaku usaha dan menjamin persaingan usaha yang sehat dan efektif.

44 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 47: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.23 Putusan Perkara No. 07/KPPU-L/2004 Tender Penjualan Dua Unit Tanker Pertamina

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 07/KPPU-L/2004 yaitu dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5/1999) terkait dengan proses divestasi dua kapal tanker Very Large Crude Carrier (VLCC) milik PT. Pertamina. Majelis komisi yang terdiri dari Pande R. Silalahi (ketua), serta Sutrisno Iwantono dan Tadjuddin Noer Said yang masing-masing bertindak sebagai Anggota Majelis Komisi, memutuskan PT. Pertamina bersalah telah melanggar pasal 19 huruf d dan pasal 22 serta menetapkan denda kepada Goldman Sachs, Frontline Ltd dan PT. Perusahaan Pelayaran Equinox (PT Equinox), masing-masing Rp 19.710.000.000,- , Rp 25.000.000.000,- dan Rp 16.560.000.000,-.

Perkara ini diawali dari laporan ke KPPU pada bulan Juni 2004 yang menyatakan bahwa terdapat dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 dalam penjualan dua unit tanker VLCC Pertamina. Hasil pemeriksaan Majelis Komisi menemukan fakta bahwa pada bulan November 2002, Pertamina telah membangun 2 (dua) unit tanker VLCC yang dilaksanakan oleh Hyundai Heavy Industries di Ulsan, Korea. Untuk keperluan pendanaan, Pertamina merencanakan penerbitan obligasi atas nama PT Pertamina Tongkang. Namun rencana tersebut dibatalkan pada bulan September 2003 oleh Direksi baru Pertamina yang diangkat pada tanggal 17 September 2003. Selanjutnya Direksi baru Pertamina mengkaji lebih lanjut kelayakan atas kepemilikan VLCC tersebut.

Pada bulan April 2004, Direksi Pertamina memutuskan untuk menjual secara putus atas 2 unit VLCC, membentuk Tim Divestasi internal dan menunjuk Goldman Sachs sebagai financial advisor dan arranger untuk keperluan tersebut tanpa melalui tender. Goldman Sachs kemudian mengundang 43 potential bidder dalam proses divestasi VLCC tersebut. Terdapat 7 perusahaan yang memasukkan penawaran yaitu 6 perusahaan dari potential bidder yang diundang dan 1 perusahaan yang tidak diundang. Dari 7 perusahaan tersebut 4 perusahaan (termasuk Frontline) tidak melakukan penawaran secara langsung seperti yang dipersyaratkan, tapi hanya diwakili oleh broker atau agen, yaitu PT Equinox.

Dari 7 bidder tersebut, Pertamina dan Goldman Sachs memilih 3 shortlisted bidder, yaitu: Frontline, Essar Shipping Ltd. (Essar) dan Overseas Shipholding Group (OSG) berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh Goldman Sachs. Selanjutnya, ketiga shortlisted bidder diberi kesempatan untuk melakukan due diligence di Korea dan untuk memasukkan enhancement bid paling lambat pada tanggal 7 Juni 2004 di kantor Goldman Sachs pukul 13.00 waktu Singapore. Hasil penilaian terhadap enhancement bid (penawaran kedua), harga tertinggi senilai US$ 183,5 juta ditawarkan oleh Essar, tetapi skor tertinggi diraih oleh Frontline yang hanya mengajukan penawaran harga sebesar US$ 178 juta.

Direksi Pertamina dalam rapat pada tanggal 8 Juni 2004 memiliki keraguan untuk menetapkan Frontline sebagai pemenang karena adanya selisih harga sebesar US$ 5,5 juta (sekitar Rp 50 miliar). Kemudian Pertamina meminta Goldman Sachs untuk meminta klarifikasi dari Essar perihal kepatuhan dan kesanggupan membayar. Pada hari yang sama, Essar telah mengirimkan faximile kepada Goldman Sachs dan Pertamina yang menyatakan kesanggupannya untuk memenuhi kewajibannya walaupun tidak persis seperti waktu yang dimintakan semula. Tetapi sampai dengan diputuskannya pemenang tender, Goldman Sachs tidak pernah melaporkan isi surat tersebut kepada Direksi Pertamina. Demikian pula Direktur Utama Pertamina saat itu mengaku tidak pernah menerima faximile tersebut, bahkan merasa terkejut sewaktu faximile tersebut ditunjukkan oleh Majelis Komisi di muka persidangan.

45Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 48: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Rapat penentuan penetapan pemenang tender yang seyogyanya dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2004 ditunda dan dilaksanakan pada keesokan harinya tanggal 10 Juni 2004. Dalam rapat tersebut, Goldman Sachs menyatakan telah menerima dan membuka penawaran ketiga dari Frontline yang diterimanya dari PT Equinox di Hotel Grand Hyatt Jakarta pada tanggal 9 Juni 2004 sekitar pukul 20.00 WIB atau pukul 21.00 waktu Singapura.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang memadai dengan meminta keterangan dari 23 Saksi, 3 Ahli, meneliti sekitar 291 dokumen dan surat-menyurat dengan pihak terkait di dalam dan di luar negeri. Pada proses penjualan 2 unit tanker VLCC tersebut terbukti telah terjadi persekongkolan antara Pertamina dengan Goldman Sachs untuk memenangkan Frontline, dengan bukti persekongkolan sebagai berikut: (1) memberikan kesempatan kepada Frontline melalui brokernya (PT Equinox) untuk memasukkan penawaran ketiga saat batas waktu pengajuan penawaran telah ditutup tanggal 7 Juni 2004, terbukti dari adanya korespondensi e-mail PT Equinox selaku broker dengan Frontline pada tanggal 9 Juni 2004 (2) penawaran ketiga Frontline yang berbeda tipis sebesar US$ 500 ribu dengan penawaran yang kedua dari Essar, (3) pembukaan sampul penawaran ketiga Frontline tidak dilakukan di hadapan Notaris (sebagaimana diatur dalam ketentuan tender yang dibuat sendiri oleh Goldman Sachs/request for bid). Akibatnya, terdapat kerugian antara US$ 20 juta - US$ 56 juta untuk 2 unit VLCC karena harga yang diperoleh hanya sebesar US$ 184 juta untuk 2 unit tanker VLCC, jauh di bawah harga pasar saat itu (Juli 2004) yang berkisar antara US$ 204 – US$ 240 juta untuk 2 unit VLCC.

Selain itu dalam pemeriksaan, Majelis Komisi menemukan bukti bahwa Pertamina juga melakukan diskriminasi dengan menunjuk langsung Goldman Sachs sebagai financial advisor dan arranger untuk proses penjualan tanker tersebut. Proses penunjukan ini adalah tidak lazim, mengingat dilakukan dalam waktu singkat (2 minggu) serta tanpa melalui beauty contest sebagaimana lazimnya dijalankan Pertamina dalam upayanya untuk mencari jasa konsultan di perusahaan mereka selama ini.

Dalam penyelidikan, Majelis Komisi menemukan fakta bahwa Frontline belum melakukan pembayaran secara penuh kepada Pertamina atas pembelian 2 kapal tanker VLCC Pertamina sebagaimana telah diperjanjikan sebelumnya dalam Sale and Purchase Agreement (SPA) antara Pertamina dan Frontline, yaitu sebesar US$ 184 juta. Frontline membayar kepada Pertamina sebesar US$ 170,863 juta saja. Dengan demikian terdapat selisih pembayaran sebesar US$ 13,137 juta (sekitar Rp 118, 233 Miliar).

Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh selama hasil pemeriksaan, Majelis Komisi memutuskan: 1. Menyatakan bahwa Terlapor I yaitu PT Pertamina (Persero), Terlapor II yaitu

Goldman Sachs (Singapore), Pte. dan Terlapor III yaitu Frontline, Ltd. tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 16 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan bahwa Terlapor I yaitu PT Pertamina (Persero) terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam hal penunjukan langsung Terlapor II yaitu Goldman Sachs (Singapore), Pte. sebagai financial advisor dan arranger;

3. Menyatakan bahwa Terlapor I yaitu PT Pertamina (Persero) dan Terlapor II: Goldman Sachs (Singapore), Pte. terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam hal penerimaan penawaran (bid) ketiga dari Terlapor III: Frontline, Ltd.;

4. Menyatakan bahwa Terlapor IV yaitu PT Corfina Mitrakreasi tidak terbukti secara

46 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 49: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

sah dan meyakinkan melanggar pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

5. Menyatakan bahwa Terlapor I yaitu PT Pertamina (Persero), Terlapor II yaitu Goldman Sachs (Singapore), Pte., Terlapor III yaitu Frontline, Ltd. dan Terlapor V yaitu PT Perusahaan Pelayaran Equinox terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

6. Memerintahkan Terlapor I yaitu PT Pertamina (Persero) paling lambat 1 (satu) bulan setelah putusan ini:

a. Untuk melaporkan secara tertulis kepada Rapat Umum Pemegang Saham atas kesalahan yang dilakukan oleh Komisaris Utama dan masing-masing anggota Dewan Komisaris serta Direktur Utama dan masing-masing anggota Direksi yang telah menyetujui penjualan VLCC tanpa seijin Menteri Keuangan RI;

b. Untuk meminta secara tertulis kepada Rapat Umum Pemegang Saham mengambil tindakan hukum sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku terhadap mereka yang disebut pada huruf a;

c. Untuk mengumumkan laporan dan permintaan tertulis sesuai dengan huruf a, dan b tersebut di atas, pada 5 (lima) surat kabar berskala nasional dengan ukuran minimal 1/8 (seperdelapan) halaman;

7. Memerintahkan Terlapor I yaitu PT Pertamina (Persero) paling lambat 1 (satu) bulan setelah putusan ini:

a. Untuk melaporkan secara tertulis kepada Rapat Umum Pemegang Saham atas kesalahan yang dilakukan oleh Direktur Utama dan masing-masing anggota Direksi yang telah melakukan persekongkolan dalam penjualan VLCC;

b. Untuk meminta secara tertulis kepada Rapat Umum Pemegang Saham mengambil tindakan hukum sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku terhadap mereka yang disebut pada huruf a;

c. Untuk mengumumkan laporan dan permintaan tertulis sesuai dengan huruf a, dan b tersebut di atas, pada 5 (lima) surat kabar berskala nasional dengan ukuran minimal 1/8 (seperdelapan) halaman;

8. Memerintahkan Terlapor I yaitu PT Pertamina (Persero) paling lambat 2 (dua) bulan setelah putusan ini melarang Direktur Keuangan melakukan semua kegiatan yang terkait dengan transaksi komersial termasuk transaksi keuangan untuk dan atas nama Terlapor I: PT Pertamina (Persero) baik internal maupun eksternal selama Direktur Keuangan dijabat oleh Direktur Keuangan pada saat penjualan 2 (dua) unit VLCC;

9. Menghukum Terlapor II yaitu Goldman Sachs (Singapore) Pte. membayar denda sebesar Rp 19.710.000.000,- (sembilan belas miliar tujuh ratus sepuluh juta Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No 19, Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212;

10. Menghukum Terlapor III yaitu Frontline, Ltd. membayar denda sebesar Rp 25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No 19, Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212;

47Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 50: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

11. Menghukum Terlapor V yaitu PT Perusahaan Pelayaran Equinox membayar denda sebesar Rp 16.560.000.000,- (enam belas miliar lima ratus enam puluh juta Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No 19, Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212;

12. Menghukum Terlapor I yaitu PT. Pertamina (Persero) untuk tidak melakukan hubungan usaha dalam bentuk apapun dan atau menghentikan hubungan usaha yang telah ada dengan Terlapor II yaitu Goldman Sachs (Singapore), Pte. dan atau Terlapor III yaitu Frontline, Ltd. dan atau Terlapor V yaitu PT Perusahaan Pelayaran Equinox selama Terlapor II yaitu Goldman Sachs (Singapore), Pte., Terlapor III yaitu Frontline, Ltd. dan Terlapor V yaitu PT Perusahaan Pelayaran Equinox belum membayar denda yang ditetapkan dalam putusan ini;

13. Menghukum masing-masing Terlapor untuk membayar ganti rugi:a. Terlapor II yaitu Goldman Sachs (Singapore), Pte. sebesar Rp

60.000.000.000,- (enam puluh miliar Rupiah);

b. Terlapor III yaitu Frontline, Ltd. sebesar Rp 120.000.000.000,- (seratus dua puluh miliar Rupiah); kepada Negara Republik Indonesia yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212.

Pemeriksaan dan penyusunan putusan terhadap perkara tersebut di atas dilakukan oleh KPPU dengan prinsip independensi —tidak memihak siapapun— semata-mata sebagai pengemban amanat pengawasan terhadap pelaksanaan UU No. 5/1999 agar terwujudnya kepastian berusaha yang sama bagi setiap pelaku usaha dan menjamin persaingan usaha yang sehat dan efektif.

2.24 Putusan No. 08/KPPU-L/2004 Pengadaan Tinta Sidik Jari Pemilu Legislatif Tahun 2004

Kasus ini berawal dari laporan masyarakat perihal dugaan persekongkolan tinta sidik jari Pemilu tahun 2004. Dalam menangani perkara ini KPPU membentuk Majelis Komisi yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan dan membuat keputusan. Dari fakta-fakta dan bukti-bukti, Majelis Komisi menyimpulkan bahwa dalam pengadaan tinta sidik jari Pemilu tahun 2004 terjadi pelanggaran pasal 22 UU No. 5/1999 yaitu persekongkolan untuk memenangkan pelaku usaha tertentu, yang dilakukan oleh pihak-pihak terlapor dalam bentuk:a. Persekongkolan Rusadi Kantaprawira dengan Konsorsium PT Fulcomas Jaya,

Konsorsium PT Wahgo Internasional, Konsorsium PT Lina Permai Sakti dalam bentuk menetapkan tinta yang digunakan adalah tinta impor dan harus dari India, mengetatkan persyaratan pengalaman impor dengan keharusan memiliki sertifikat API untuk meluluskan Konsorsium PT Mustika Indra Mas, Konsorsium PT Fulcomas Jaya, Konsorsium PT Wahgo Internasional dan Konsorsium PT Lina Permai Sakti, memberikan kesempatan kepada Konsorsium PT Fulcomas Jaya, Konsorsium PT Wahgo Internasional, Konsorsium PT Lina Permai Sakti untuk mengajukan penawaran sebanyak 2 (dua) kali.

48 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 51: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

b. Persekongkolan Rusadi Kantaprawira dengan Konsorsium PT Mustika Indra Mas (Lo Kim Muk, John Manurung, Hilmi Rahman, dan Welly Sahat), Konsorsium PT Multi Mega Service (Sujanto), Konsorsium PT Senorotan Perkasa (Makmur Boy dan Jackson Andree W. Kumaat), Konsorsium PT Tricipta Adimandiri (Nucke Indrawan), Konsorsium PT Yanaprima Hastapersada (Mus’ab Mochammad), PT Nugraha Karya Oshinda (Yulinda Juniarty) dan Melina Alaydroes dengan cara mengikutsertakan Lo Kim Muk, John Manurung, Hilmi Rahman, Makmur Boy, Jackson Andree W. Kumaat, Nucke Indrawan, dan Mus’ab Mochamad meskipun status dan kompetensinya tidak memenuhi persyaratan untuk mengikuti tender, meluluskan konsorsium PT Multi Mega Service dan Konsorsium PT Tricipta Adimandiri meskipun tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan, melakukan kesepakatan pengaturan harga dan membagi pekerjaan, menunjuk konsorsium PT Mustika Indra Mas sebagai pemenang meskipun tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan.

Pada tanggal 11 Juli 2005, Majelis Komisi telah mengambil putusan terhadap perkara tersebut melalui putusan KPPU No. 08/KPPU-L/2004 dan dibacakan di muka umum, putusan yang diambil adalah:1. Menyatakan Terlapor I Konsorsium PT MUSTIKA INDRA MAS, yang dalam perkara

ini kegiatannya dijalankan oleh direksi perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam konsorsium tersebut bersama-sama dengan Lo Kim Muk, John Manurung, Welly Sahat, Hilmi Rahman dan Melina Alaydroes secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan Terlapor II Konsorsium PT MULTI MEGA SERVICE secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menyatakan Terlapor III Konsorsium PT SENOROTAN PERKASA, dalam perkara ini kegiatannya dijalankan oleh Makmur Boy dan Jackson Andree W. Kumaat secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

4. Menyatakan Terlapor IV Konsorsium PT TRICIPTA ADIMANDIRI secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

5. Menyatakan Terlapor V Konsorsium PT YANAPRIMA HASTAPERSADA, dalam perkara ini kegiatannya dijalankan oleh Mus’ab Mochammad, secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

6. Menyatakan Terlapor VI Prof. Dr. Rusadi Kantaprawira, S.H. selaku KETUA PANITIA PENGADAAN TINTA SIDIK JARI PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2004 secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

7. Menyatakan Terlapor VII Konsorsium PT FULCOMAS JAYA secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

8. Menyatakan Terlapor VIII Konsorsium PT WAHGO INTERNATIONAL CORPORATION secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

49Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 52: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

9. Menyatakan Terlapor IX Konsorsium PT LINA PERMAI SAKTI, secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

10. Menyatakan Terlapor X PT NUGRAHA KARYA OSHINDA, dalam perkara ini kegiatannya dilakukan oleh Yulinda Juniarty, S.E. selaku Direktur Operasi, secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

11. Menghukum Terlapor I Konsorsium PT Mustika Indra Mas, Terlapor II Konsorsium PT Multi Mega Service, Terlapor III Konsorsium PT Senorotan Perkasa, Terlapor IV Konsorsium PT Tricipta Adimandiri, Terlapor V Konsorsium PT Yanaprima Hastapersada dan Terlapor X PT Nugraha Karya Oshinda secara bersama-sama untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak dibacakannya putusan ini;

12. Menghukum Terlapor VII Konsorsium PT Fulcomas Jaya untuk membayar ganti rugi sebesar Rp 719.744.600,- (tujuh ratus sembilan belas juta tujuh ratus empat puluh empat ribu enam ratus Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak dibacakannya putusan ini;

13. Menghukum Terlapor VIII Konsorsium PT Wahgo International Corporation untuk membayar ganti rugi sebesar Rp 719.744.600,00 (tujuh ratus sembilan belas juta tujuh ratus empat puluh empat ribu enam ratus Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak dibacakannya putusan ini;

14. Menghukum Terlapor IX Konsorsium PT Lina Permai Sakti untuk membayar ganti rugi sebesar Rp. 719.744.600,- (tujuh ratus sembilan belas juta tujuh ratus empat puluh empat ribu enam ratus Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak dibacakannya putusan ini;

15. Menghukum Lo Kim Muk, John Manurung, Welly Sahat, Hilmy Rahman, Makmur Boy, Jackson Andree W. Kumaat, Nucke Indrawan, Mus’ab Muhammad, Melina Alaydroes dan Yulinda Juniarty dalam bentuk larangan untuk mengikuti dan atau terlibat dalam kegiatan pengadaan barang dan atau jasa di KPU maupun KPUD selama 2 (dua) tahun sejak dibacakannya putusan ini;

16. Menyarankan kepada atasan dan instansi penyidik untuk melakukan tindakan dan pemeriksaan lebih lanjut terhadap Prof. Dr. Rusadi Kantaprawira, S.H. dan R.M. Purba sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

50 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 53: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.25 Putusan Perkara No. 01/KPPU-L/2005 Tender Pengadaan Alat Kesehatan di RSUD Bekasi

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No: 01/KPPU-L/2005 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terkait dengan proses pengadaan alat kesehatan (alkes) medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi (RSUD Kota Bekasi). Perkara ini muncul setelah adanya laporan yang berisikan 4 (empat) hal yaitu:1. Panitia Lelang mengumumkan melalui “KORAN 5”, sebuah media cetak yang

tidak berskala nasional.

2. Berita acara aanwijzing tidak memuat input hasil aanwijzing, dan Panitia Lelang tidak memberikan Berita Acara tersebut kepada semua peserta lelang. Spesifikasi alat kesehatan dalam lampiran Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) menjurus pada merek dan atau tipe tertentu.

3. Harga penawaran Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III berbeda tipis dengan Harga Perkiraan Sendiri (HPS).

4. Adanya dugaan pengaturan dan penetapan pemenang lelang.

Terlapor dalam kasus ini adalah CV. Lodaya (Terlapor I), PT. Mutiara Jaya Farma (Terlapor II), PT. Ina Farma (Terlapor III), PT. Fondaco Mitratama (Terlapor IV), Ketua Panitia Lelang Pengadaan Alkes Medis RSUD Kota Bekasi (Terlapor V), Pemimpin Bagian Proyek Peningkatan Upaya Kesehatan dan Sarana Prasarana Kota Bekasi DIP APBN Tahun Anggaran 2004 (Terlapor VI), dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi (Terlapor VII).

Dari hasil Penelitian dan Klarifikasi terhadap Laporan dan Pemeriksaan lainnya, Majelis Komisi menemukan beberapa fakta sebagai berikut:a. Lampiran RKS memuat spesifikasi alat kesehatan medis yang mengarah pada

merek tertentu;

b. Dalam penyusunan Lampiran RKS tersebut diduga terjadi persekongkolan yang melibatkan Terlapor IV dan Terlapor V;

c. Pengumuman lelang dilakukan pada media cetak yang tidak berskala nasional yaitu “KORAN 5”;

d. Terlapor V tidak dapat memberikan Berita Acara Aanwijzing kepada seluruh peserta karena berita acara tersebut masih berupa konsep Berita Acara Aanwijzing;

e. Ada peserta lelang yang meminta surat dukungan kepada Terlapor IV sebagai pemenuhan salah satu syarat lelang, tetapi tidak diberikan oleh Terlapor IV sehingga peserta tersebut dinyatakan gugur pada tahap evaluasi teknis;

f. Terlapor IV tidak memberi surat dukungan kepada CV Lami, hal ini diduga merupakan suatu perilaku persekongkolan untuk menghambat CV Lami dalam memenangkan lelang.

Dengan demikian Majelis Komisi berpendapat bahwa terdapat indikasi kuat adanya pelanggaran Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang persekongkolan tender. Selain itu selama pemeriksaan, Majelis Komisi telah menemukan beberapa fakta tentang persekongkolan yaitu:1. Merek alat-alat kesehatan medis khususnya ventilator telah ditentukan sejak staf

51Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 54: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

marketing Terlapor IV mempromosikan ventilator merek Hamilton Medical, type Galileo ex: Switzerland kepada Saksi IV (dr. Laily FL. SPA, Kepala Satuan Medis Fungsional Anak), salah satu pengguna alat-alat kesehatan medis di RSUD Kota Bekasi;

2. Saksi III (dr. Herri Herianto, Kepala Bidang Pelayanan Medik) dan Saksi I (drg. Anne Nurcandrani.H, Kepala bagian Perencanaan saat pelaksanaan lelang) seharusnya melakukan pengecekan terhadap barang impor yang akan dibeli, apakah harga ventilator merek Hamilton Medical dengan type Galileo ex: Switzerland yang ditawarkan oleh Terlapor IV merupakan harga Free On Board (FOB) atau Cost Insurance and Freight (CIF), dan juga membandingkan ventilator produk Terlapor IV dengan ventilator produk pelaku usaha lain;

3. Salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh peserta lelang untuk dapat menjadi pemenang dalam lelang pengadaan alat-alat kesehatan medis di RSUD Kota Bekasi, adalah Surat Pernyataan Kesanggupan menyediakan barang dan Surat Penunjukan sebagai sole distributor/ agen tunggal alat kesehatan medis ventilator merek Hamilton Medical, type Galileo ex: Switzerland dari Terlapor IV;

4. Sebelum menyusun lampiran RKS untuk alat-alat kesehatan yang dilelang, Terlapor V tidak memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat, transparan, dan perlakuan yang adil bagi semua pihak sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, hal ini terbukti bahwa dalam menyusun RKS, Terlapor V tidak meminta penawaran harga 11 (sebelas) unit alat-alat kesehatan yang dilelang khususnya ventilator, guna memberikan kesempatan kepada distributor lain untuk turut berkompetisi menawarkan produk yang sama khususnya produk Terlapor IV.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan kesimpulan di atas, Majelis Komisi memutuskan: 1. Menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pengadaan alat-alat kesehatan medis di

RSUD Kota Bekasi telah terjadi persekongkolan yang dilakukan oleh Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI dan Terlapor VII;

2. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI dan Terlapor VII terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Melarang Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III mengikuti lelang pengadaan alat-alat kesehatan medis di RSUD Kota Bekasi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak pemberitahuan putusan ini diterima;

4. Melarang Terlapor IV memasok alat-alat kesehatan medis di RSUD Kota Bekasi selama 1 (satu) Tahun terhitung sejak pemberitahuan putusan ini diterima;

5. Melarang RSUD Kota Bekasi menerima Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III sebagai peserta tender selama 1 (satu) tahun terhitung sejak pemberitahuan putusan ini diterima;

6. Melarang RSUD Kota Bekasi menerima Terlapor IV memasok alat-alat kesehatan medis di RSUD Kota Bekasi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak pemberitahuan putusan ini diterima.

52 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 55: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.26 Putusan Perkara No: 02/KPPU-L/2005 Pelanggaran Syarat-Syarat Perdagangan oleh PT. Carrefour

Kasus berawal dari laporan pada 20 Oktober 2004 kepada KPPU mengenai dugaan pelanggaran Pasal 19 huruf a (menolak dan atau menghalangi pelaku usaha untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan), Pasal 19 huruf b (menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a (posisi dominan dalam menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas) UU No. 5/1999 yang dilakukan oleh Carrefour (Terlapor) dalam menetapkan syarat-syarat perdagangan (trading terms) kepada pemasok barang.

Hasil pemeriksaan, KPPU menemukan fakta bahwa:a. Carrefour melakukan hubungan usaha jual beli produk dengan pemasok yang

menggunakan sistem jual putus. Hubungan usaha tersebut dituangkan dalam perjanjian tertulis yang dinamakan National Contract yang di dalamnya memuat syarat-syarat perdagangan (trading terms) yang dapat dinegosiasikan dengan pemasok, antara lain: listing fee, fixed rebate, minus margin, term of payment, reguler discount, common assortment cost, opening cost/new store dan penalty.

b. Dalam laporannya, pemasok menganggap bahwa trading terms tersebut memberatkan, khususnya mengenai item persyaratan listing fee dan minus margin, karena setiap tahunnya Carrefour melakukan penambahan jenis item, menaikkan biaya dan persentase fee trading terms.

c. Listing fee menurut Carrefour adalah biaya pemasok untuk memasok produk baru ke gerai Carrefour dan memiliki fungsi sebagai jaminan apabila barang tidak laku.

53Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 56: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Listing fee hanya ditetapkan sekali dan tidak dapat dikembalikan (not refundable). Sebagian pemasok memahami listing fee sebagai biaya registrasi item produk yang dipasok di gerai Carrefour. Listing fee dikenakan kepada pemasok untuk per item produk per gerai Terlapor. Besarannya berbeda antara pemasok kecil dan pemasok besar. Listing fee tidak dikenakan kepada semua pemasok. Pendapatan Carrefour dari persyaratan listing fee untuk tahun 2004 sebesar 25 milyar Rupiah.

d. Minus margin adalah jaminan pemasok kepada Carrefour bahwa harga jual produk mereka adalah harga jual yang paling murah. Apabila Carrefour mendapatkan bukti tertulis bahwa pesaingnya dapat menjual produk yang sama dengan harga yang lebih rendah daripada harga pembelian Carrefour, maka Carrefour berhak meminta kompensasi dari pemasok sebesar selisih antara harga beli Carrefour dengan harga jual pesaingnya. Kompensasi diperoleh Carrefour dengan cara memberlakukan sanksi minus margin berupa pemotongan invoice pemasok, tanpa memberikan kesempatan kepada pemasok untuk membuktikan bahwa pemasok tidak melakukan diskriminasi harga jual. Pemotongan invoice dihitung dengan cara mengalikan selisih harga dengan jumlah sisa produk pemasok di gerai Carrefour. Tujuan Carrefour menerapkan minus margin adalah untuk menjaga harga jual yang lebih murah di antara pesaingnya. Pendapatan dari pengenaan sanksi minus margin dari sebanyak 99 pemasok yang menyetujui persyaratan minus margin pada tahun 2004 sebesar 1,9 milyar Rupiah.

e. Pasar bersangkutan dalam perkara ini adalah pasar ritel hypermarket yang bersaing secara langsung di wilayah Jakarta, Tangerang, Bandung, Surabaya dan Medan atas produk kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti produk makanan dan minuman dalam kemasan siap saji, kebutuhan sembilan bahan pokok serta fresh product, household product dan electronics. Pesaing Carrefour di pasar ritel hypermarket adalah Giant, Hypermart dan Clubstore. Majelis Komisi tidak memasukkan Makro dan Alfa, karena konsep keduanya yang tidak bersaing secara langsung dengan hypermarket. Makro dengan konsep grosir dan Alfa dengan konsep gudang rabat.

f. Carrefour memiliki kekuatan pasar (market power) dibandingkan dengan Hypermart, Giant dan Clubstore, karena Carrefour memiliki jumlah gerai terbanyak, lokasi gerai yang strategis dengan tingkat kenyamanan dan kelengkapan fasilitas yang tinggi, di samping itu jumlah item produk yang di gerai Carrefour termasuk yang lengkap. Dengan market power tersebut, menimbulkan ketergantungan bagi pemasok agar produknya dapat dijual di gerai Carrefour. Ketergantungan tersebut timbul karena dengan banyaknya gerai, maka Carrefour memiliki kemampuan akses lebih besar dalam menjual produk ke konsumen sehingga memungkinkan pemasok dapat menjual lebih banyak produknya di gerai Carrefour. Selain itu, gerai Carrefour dapat digunakan sebagai tempat promosi untuk menaikkan citra produk pemasok dan produk baru.

g. Carrefour memiliki bargaining power terhadap pemasok dalam menegosiasikan item trading terms dan menggunakan bargaining powernya untuk menekan pemasok agar mau menerima penambahan item trading terms, kenaikan biaya dan persentase fee trading terms. Bentuk tekanan yang dilakukan antara lain berupa: menahan pembayaran yang jatuh tempo, memutuskan secara sepihak untuk tidak menjual produk pemasok dengan tidak mengeluarkan purchase order, mengurangi jumlah pemesanan item produk pemasok.

h. Memang terdapat kegiatan menghalangi pesaing Carrefour untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan. Bukti kegiatan menghalangi pesaing tersebut adalah dengan memberlakukan persyaratan minus margin yang mengakibatkan salah satu pemasok Carrefour menghentikan pasokannya kepada pesaing Carrefour yang menjual dengan harga lebih murah dibandingkan dengan harga jual di gerai Carreour untuk produk yang sama.

54 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 57: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.27 Putusan Perkara No. 04/KPPU-L/2005 Lelang Gula Ilegal

Pada tanggal 10 Januari 2005 KPPU menerima laporan yang menyatakan bahwa telah terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan lelang barang bukti perkara tindak pidana kepabeanan dengan terdakwa Drs. H. Abdul Waris Halid berupa gula pasir kristal putih eks Thailand sebanyak 56.343.577 kg. Kegiatan lelang dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Utara melalui PT. Balai Mandiri Prasarana (BALEMAN) pada tanggal 4 Januari 2005 di Hotel Sheraton Media dengan dimenangkan oleh PT. Angels Products dengan harga Rp 2.100,-/ kg. Perkara dimulai ketika Kejaksaan Negeri Jakarta Utara dalam mengadakan kegiatan lelang barang bukti gula ilegal menetapkan persyaratan lelang untuk menentukan pemenang lelang. Pengumuman lelang tidak dipublikasikan dalam harian umum yang berskala nasional. Pada prosesnya lelang tersebut hanya diikuti oleh dua peserta.

Setelah KPPU menerima laporan tersebut kemudian melakukan analisa untuk menentukan aspek hukum yang dilanggar pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larang Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dalam menangani perkara ini KPPU membentuk Majelis Komisi yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan dan membuat putusan. Majelis ini mulai bekerja menangani kasus ini pada tanggal 3 Februari 2005. Untuk memperoleh bukti-bukti yang diperlukan, Majelis Komisi dibantu oleh para investigator dan panitera telah memanggil 13 orang saksi, 2 orang terlapor, dan meneliti dokumen-dokumen.

Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, maka Majelis Komisi menetapkan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh para terlapor adalah pelanggaran terhadap Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Pada tanggal 16 September 2005 Majelis Komisi telah mengambil putusan terhadap perkara tersebut dan dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada tanggal 19 September 2005. Putusan yang diambil adalah:1. Menyatakan PT Angels Products, PT Bina Muda Perkasa, Sukamto Effendy dan,

Susanto, SH, MH, Ketua Panitia Lelang secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

Akhirnya, berdasarkan bukti-bukti yang telah dihasilkan dari pemeriksaan dan penyelidikan atas perkara ini, KPPU menjatuhkan putusan sebagai berikutAmar Putusan KPPU Perkara Nomor: 02/KPPU-L/2005:1. Menyatakan bahwa Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal

19 huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan bahwa Terlapor tidak terbukti melanggar Pasal 19 huruf b Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menyatakan bahwa Terlapor tidak terbukti melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

4. Memerintahkan kepada Terlapor untuk menghentikan kegiatan pengenaan persyaratan minus margin kepada pemasok;

5. Menghukum Terlapor membayar denda sebesar Rp 1.500.000.000,- (satu miliar lima ratus juta Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No 19, Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212.

55Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 58: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

2. Menghukum PT Angels Products untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak dibacakannya putusan;

3. Menghukum PT Bina Muda Perkasa untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak dibacakannya putusan;

4. Menghukum Sukamto Effendy untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak dibacakannya putusan;

5. Melarang PT Angels Products dan Terlapor II PT Bina Muda Perkasa dalam bentuk larangan untuk mengikuti dan atau terlibat dalam kegiatan lelang serupa selama 2 (dua) tahun sejak dibacakannya putusan;

6. Merekomendasikan kepada atasan langsung Susanto S.H., M.H. untuk melakukan pemeriksaan, penyidikan dan menjatuhkan sanksi hukum sesuai ketentuan yang berlaku kepada Susanto S.H., M.H. atas keterlibatannya dalam persekongkolan lelang gula pasir kristal putih oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Utara;

2.28 Putusan Perkara No. 05/KPPU-I/2005 PT Bursa Efek Jakarta dalam Pembuatan e-reportingPerkara ini berasal dari laporan hasil monitoring mengenai penyediaan jasa real time information di Bursa Efek Jakarta yang pada pokoknya menyatakan telah ditemukan indikasi awal adanya pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh Terlapor I dan Terlapor II berkaitan dengan pengembangan sistem pelaporan elektronik perusahaan tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Untuk menangani perkara ini KPPU telah membentuk majelis komisi perkara Nomor: 05/KPPU-I/2005. Pemeriksaan pendahuluan terhadap kasus ini dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2005 sampai dengan 29 Maret 2005. Pada tahap pemeriksaan pendahuluan ini KPPU telah meminta keterangan 5 (lima) saksi yang terkait dengan perkara ini. Duduk perkara 05/KPPU-I/2005 ini adalah penunjukan langsung Terlapor I kepada Terlapor II untuk membuat pengembangan sistem pelaporan elektronik perusahaan tercatat di Bursa Efek Jakarta. Sistem ini dikembangkan untuk mendapatkan informasi secara cepat dan akurat dan para perusahaan tercatat dapat melakukan monitoring atas pergerakan sahamnya untuk kemudian disampaikan kepada Terlapor I. Dalam temuan pemeriksaan pendahuluan dari keterangan saksi dapat diketehui bahwa terdapat 10 vendor yang mampu mengembangkan

56 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 59: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

sistem tersebut, tetapi mengapa hanya Terlapor II yang diberikan hak untuk mengembangkan sistem tersebut. Hasilnya, Tim Pemeriksa menemukan adanya indikasi pelanggaran ketentuan Pasal 4, Pasal 19 huruf d dan Pasal 25 ayat 1 huruf c UU No.5/1999. Bahwa ada banyak pihak yang merasa dirugikan dengan penunjukan Terlapor II oleh Terlapor I dalam mengembangkan sistem e-reporting & monitoring karena para perusahaan tercatat mendapatkan Surat Edaran yang bersifat memaksa untuk melakukan e-reporting & monitoring hanya melalui Terlapor II.

Sebagai tindak lanjutnya, maka perkara ini dillanjutkan ke proses pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan Lanjutan berlangsung pada tanggal 30 Maret 2005 sampai dengan 24 Juni 2005. Dalam pemeriksaan pendahuluan dan lanjutan, Majelis Komisi membuat pertimbangan setelah mendengar keterangan dari para terlapor (PT. BEJ sebagai Terlapor I dan PT. Limas Stokhomindo, Tbk sebagai Terlapor II), lima orang saksi dan memeriksa sejumlah 125 (seratus dua puluh lima) surat dan dokumen. Pada saat proses pemeriksaan berlangsung, diketahui bahwa para terlapor bersedia mengakhiri perjanjian kerja sama yang telah dibuat sebelumnya berupa penunjukan PT. Limas Stokhomindo, Tbk untuk melaksanakan pengembangan sistem e-reporting & monitoring dan selanjutnya mengenakan biaya atas penggunaan aplikasi sistem e-reporting & monitoring tersebut. Perjanjian kerja sama tersebut menjadi sumber dugaan pelanggaran terhadap UU No.5/ 1999.

Akhirnya, berdasarkan bukti-bukti yang telah dihasilkan dari pemeriksaan dan penyelidikan atas perkara ini, Majelis Komisi memutuskan: 1. Menyatakan bahwa Terlapor I dan Terlapor II tidak terbukti melanggarPasal 4

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

2. Menyatakan bahwa Terlapor I terbukti secara sah dan meyakinkan melanggarPasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

3. Menyatakan bahwa Terlapor II tidak terbukti melanggar Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

4. Menyatakan bahwa Terlapor I dan Terlapor II tidak terbukti melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

5. Memerintahkan kepada Terlapor I untuk menghentikan seluruh kegiatanpengembangan sistem pelaporan elektronik perusahaan tercatat yang dilakukan bersama-sama dengan Terlapor II yang dibuktikan dengan menyampaikan berita acara pengakhiran perjanjian yang ditandatangani oleh Terlapor I dan Terlapor II selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak menerima pemberitahuan putusan ini.

2.29 Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2005 Persekongkolan dalam Tender Proyek Multiyears

Departemen Pekerjaan Umum RiauKasus ini berawal dari insiatif KPPU untuk melakukan monitoring terhadap pelaku usaha terkait dengan persekongkolan dalam tender pembangunan jalan/jembatan tahun jamak (multiyears) di lingkungan Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi Riau. Pihak terlapor di dalam kasus ini sebanyak 11 terlapor, antara lain; Terlapor I PT Waskita Karya (Persero), Terlapor II PT. Hutama Karya Karya (Persero),

57Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 60: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Terlapor III PT Wijaya Karya (Persero), Terlapor IV PT. Pembangunan Perumahan (Persero), Terlapor V PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Terlapor VI PT Istaka Karya (Persero) Tbk, Terlapor VII PT Harap Panjang, Terlapor VIII PT Modern Widya Technical, Terlapor X Ir. S.F. Hariyanto, Terlapor IX PT Anisa Putri Ragil dan Terlapor XI PT Duta Graha Indah. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan KPPU terungkap telah terjadi perilaku bersekongkol untuk mengatur dan atau menentukan pemenang antara panitia pengadaan barang/jasa dengan para pemenang. Persekongkolan dan atau kerja sama tersebut terjadi dalam bentuk memfasilitasi para peserta tender untuk memenangkan berbagai tender yang diadakan di wilayah propinsi Riau.

Tim menemukan fakta bahwa panitia mengundurkan waktu pengembalian dokumen penawaran sehingga Terlapor I dapat melengkapi dokumen penawarannya, meskipun berdasarkan hasil koreksi aritmatik harga penawaran Terlapor VI adalah paling rendah dan melakukan klarifikasi penawaran harga kepada Terlapor VI melalui cara yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selanjutnya ditemukan fakta bahwa telah terjadi kerja sama semu antara Terlapor II dan Terlapor XI dengan cara mengundurkan waktu pengembalian dokumen prakualifikasi agar Terlapor XI dapat menyelesaikan perjanjian Kerja Sama Operasinya dengan Terlapor II dan juga Panitia menerima sanggahan Terlapor II JO (Joint Operation) Terlapor XI meskipun sanggahan tersebut disampaikan di luar waktu sanggah yang telah ditentukan. Panitia juga menerima dokumen klarifikasi Terlapor III dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku karena telah melewati waktu klarifikasi yang telah ditentukan dan melakukan klarifikasi penawaran harga Terlapor III secara tidak benar karena klarifikasi tersebut tidak dihadiri Direktur Terlapor III. Kemudian Panitia juga meluluskan Terlapor IV dalam tahap prakualifikasi meskipun pengalaman pekerjaan yang dilampirkan dalam dokumen prakualifikasi tidak dapat digunakan untuk menilai Kemampuan Dasar Terlapor IV karena tidak menyertakan sertifikat penyelesaian pemeliharaan atau Final Hand Over (FHO) dan melakukan klarifikasi penawaran harga Terlapor IV secara tidak benar karena klarifikasi tersebut tidak dihadiri Direktur Terlapor IV.

Selanjutnya panitia melakukan klarifikasi penawaran harga Terlapor V secara tidak benar karena klarifikasi tersebut tidak dihadiri oleh Direktur Terlapor V dan menerima jawaban klarifikasi penawaran harga yang ditandatangani oleh Direktur Terlapor V meskipun klarifikasi tersebut dihadiri oleh staff Terlapor V. Panitia juga melakukan klarifikasi penawaran harga pada Terlapor VI dengan cara yang tidak benar karena klarifikasi tersebut tidak dihadiri oleh Direktur Terlapor VI. Fakta berikutnya adalah panitia sengaja meluluskan Terlapor VII pada tahap Prakualifikasi meskipun pengalaman pekerjaan yang dilampirkan dalam dokumen prakualifikasi tidak dapat digunakan untuk menilai Kemampuan Dasar Terlapor VII karena tidak menyertakan sertifikat penyelesaian pemeliharaan (FHO) dan menerima klarifikasi Prakualifikasi Terlapor VII yang hanya menunjukkan bukti pembayaran dari PT Caltex Pacific Indonesia tanpa menyertakan sertifikat penyelesaian pemeliharaan (FHO) sebagaimana yang telah ditetapkan oleh panitia.

Kemudian panitia memfasilitasi kerja sama antara Terlapor VIII JO Terlapor IX dengan cara mengumumkan bahwa yang dinyatakan lulus Prakualifikasi adalah Terlapor IX JO Terlapor VIII meskipun perjanjian kerja sama operasi yang dilampirkan dalam dokumen prakualifikasi adalah Terlapor VIII JO Terlapor IX, panitia tetap menerima dokumen JO Terlapor VIII dan Terlapor IX yang berubah-ubah sehingga bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dan panitia menerima dokumen penawaran Terlapor IX JO Terlapor VIII meskipun yang terdaftar sebagai peserta prakualifikasi adalah Terlapor VIII JO Terlapor IX. Fakta terakhir yang ada bahwa Terlapor VIII merubah dokumen JO, yang semula lead (pimpinan kerja sama)-nya adalah Terlapor IX menjadi Terlapor VIII sehingga Terlapor IX dapat lulus Prakualifikasi.

Akhirnya, berdasarkan bukti-bukti yang telah dihasilkan dari pemeriksaan dan penyelidikan atas perkara ini, maka pada hari Selasa tanggal 27 September 2005 Majelis Komisi mengeluarkan putusan sebagai berikut:

58 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 61: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

- Menyatakan Terlapor X Ir. S.F. Hariyanto secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

- Menyatakan semua pihak Terlapor (I – XI) telah secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

- Menghukum Terlapor II dan XI untuk menghentikan kegiatan pembangunan jalan Sei Akar – Bagan Jaya selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya petikan putusan ini;

- Menghukum Terlapor VIII dan IX untuk menghentikan pembangunan jalan Sei Pakning – Teluk Masjid – Sp. Pusako selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya petikan putusan ini;

- Menghukum Terlapor I untuk membayar denda sebesar Rp 2.500.000.000,-(dua milyar lima ratus juta Rupiah), Terlapor III sebesar Rp 1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta Rupiah), Terlapor IV sebesar Rp 2.000.000.000,- (dua milyar Rupiah), Terlapor V sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah), Terlapor VI sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah), dan Terlapor VII sebesar Rp 2.000.000.000,- (dua milyar Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak diterimanya petikan putusan ini;

- Melarang Terlapor II, VIII, IX, dan XI untuk mengikuti tender pada proyek pembangunan jalan/jembatan tahun jamak (multiyears) di Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi Riau.

2.30 Putusan Perkara No. 07/KPPU-L/2005 Tender Pengadaan Jasa Outsourcing Bank BTN Syariah

Kasus ini berawal dari laporan yang diterima oleh Komisi tanggal 18 Februari 2005 tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No.5/1999 berkaitan dengan Tender PJOTIB BTN Syariah yang dilakukan oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero), dan PT. Sigma Cipta Caraka. Laporan tersebut memuat keterangan bahwa : • PT. Bank Tabungan Negara (BTN) telah meloloskan PT. Sigma Cipta Caraka

(Sigma) untuk mengikuti kelanjutan proses tender meskipun surat penawaran Sigma tidak sesuai dengan persyaratan administrasi karena: - tidak dilampiri Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); - melampirkan Surat Ijin Domisili Perusahaan tahun 2001 yang tidak

mempunyai batas waktu sebagaimana lazimnya; serta - menyampaikan bank garansi dalam bentuk US Dolar bukan dalam bentuk

rupiah sebagaimana ditentukan pada saat aanwijzing (rapat penjelasan tender).

• BTN dan Sigma melakukan negosiasi berat yang akhirnya menghasilkan penurunan harga penawaran yang signifikan.

Selanjutnya, dalam pemeriksaan pendahuluan, terdapat indikasi pelanggaran Pasal 22 UU No.5/1999 sebagai berikut: 1. Penyusunan owner’s estimate (Harga Perkiraan Sendiri) setelah ditentukannya

ranking peserta PJOTIB BTN Syariah hasil penilaian teknis dan harga.

59Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 62: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

2. Penurunan harga penawaran Sigma yang sangat signifikan sebesar lebih kurang Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau 43 % (empat puluh tiga persen) dari penawaran awal yang disampaikan oleh Sigma.

Hasil pemeriksaan tersebut, kemudian direkomendasikan untuk dilanjutkan dalam tahap Pemeriksaan Lanjutan. Pemeriksaan Lanjutan dilakukan dengan mendengarkan keterangan dari Pelapor, para Terlapor (BTN dan Sigma), dan 12 (dua belas) orang Saksi, 1 (satu) orang Ahli. Setelah itu, mengingat masih terdapat pihak yang akan dimintai keterangannya, Majelis Komisi menilai perlu untuk melakukan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan. Dalam Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi telah mendengar keterangan dari 1 (satu) orang Ahli, 1 (satu) orang Saksi, dan para Terlapor (BTN dan Sigma).

Berdasarkan fakta-fakta dari hasil pemeriksaan maupun surat dan dokumen, Majelis Komisi menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Surat Penawaran Sigma telah sesuai dengan persyaratan administrasi;

2. BTN tidak mempunyai pengetahuan cukup untuk melakukan PJOTIB BTN Syariah;

3. Konsultan teknologi informasi BTN tidak berperan dalam pencapaian sasaran PJOTIB BTN Syariah secara optimal;

4. Perencanaan dan Pelaksanaan PJOTIB BTN Syariah tidak dilakukan konsisten;

5. Alasan pemilihan Metode Pemilihan Langsung pada PJOTIB BTN Syariah tidak tepat;

6. BTN menciptakan persaingan yang tidak seimbang;

7. Owner’s Estimate PJOTIB BTN Syariah dibuat secara tidak wajar;

8. BTN dan Sigma melakukan negosiasi tanpa batas waktu yang jelas;

9. BTN menyalahgunakan keunggulan Posisi Tawar (Bargaining Position) yang dimilikinya;

10. Sigma mengajukan Penawaran Harga dengan spesifikasi berbeda;

Selanjutnya, Majelis Komisi menilai apakah tindakan-tindakan sebagaimana dimaksud tersebut di atas melanggar Pasal 22 UU No.5/1999.

“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”

Berdasarkan uraian di atas, unsur utama dalam pasal 22 UU No. 5 /1999 adalah “bersekongkol dengan pihak lain”, dalam pemeriksaan Majelis Komisi tidak menemukan adanya bukti persekongkolan antara BTN dengan Sigma, dikarenakan tidak adanya konsensualitas/kerja sama antara keduanya dalam rangakain tindakan sebagaimana tersebut di atas.

Meskipun unsur bersekongkol tidak terpenuhi namun Majelis Komisi menilai hal-hal sebagai berikut: 1. BTN tidak mempunyai perencanaan (jadual, kualifikasi peserta, rentang waktu antara

pengumuman dengan pengambilan dokumen, negosiasi tanpa batas waktu yang jelas, pembagian tugas panitia pengadaan yang tidak jelas) tender yang matang;

2. BTN tidak membuat parameter dan kriteria yang jelas dan tegas dalam

60 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 63: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.31 Putusan Perkara No. 08/KPPU-I/2005 Penyediaan Jasa Survey Gula Impor oleh PT. Sucofindo dan

PT. Surveyor IndonesiaKegiatan monitoring yang dilakukan KPPU terhadap kegiatan penyediaan jasa verifikasi atau penelusuran teknis impor gula yang pelaksanaannya dilakukan oleh PT. Superintending Company of Indonesia (Persero) dan PT. Surveyor Indonesia (Persero) menjadi awal diperiksanya kasus ini. Proses pemeriksaan secara resmi mulai dilakukan pada tanggal 19 Mei 2005, setelah turunnya persetujuan dari Komisi. Untuk menangani perkara ini, KPPU membentuk Majelis Komisi yang terdiri dari Dr. Pande Radja Silalahi sebagai Ketua Majelis, Ir. Tadjuddin Noer Said dan Faisal Hasan Basri, S.E., M.A sebagai Anggota Majelis Komisi.

Pengumpulan data, informasi dan bukti-bukti yang diperlukan kemudian dilakukan dengan memeriksa berbagai dokumen pendukung, melakukan penyelidikan lapangan terhadap kegiatan para Terlapor dan memanggil berbagai pihak yang terkait. Dokumen-dokumen yang diteliti terdiri dari 60 (enam puluh) surat, 28 (dua puluh delapan) berita acara, 66 (enam puluh enam) dokumen. Sedangkan pihak-pihak yang diperiksa adalah para pihak yang dilaporkan (Terlapor I dan Terlapor II), dan 10 (sepuluh) orang Saksi. Hasil dari pemeriksaan diperoleh indikasi pelanggaran ketentuan Pasal 5 ayat (1), Pasal 17 dan Pasal 19 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Pemeriksaan tersebut memberi informasi bahwa PT.Superintending Company of Indonesia/ Sucofindo (Terlapor I) dan PT. Surveyor Indonesia/ SI (Terlapor II) ditunjuk sebagai surveyor pelaksana verifikasi atau penelusuran teknis impor gula oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan melalui SK No. 594/MPP/Kep/9/2004 tanggal 23 September 2004. Tanggal 24 September 2004, Sucofindo dan SI menandatangani kesepakatan kerja sama (Memorandum of Understanding [MoU]) sebagai pelaksana verifikasi atau penelusuran teknis impor gula dalam bentuk Kerja Sama Operasi (KSO).

melakukan penilaian;

3. BTN seharusnya mempunyai owner’s estimate yang final sebelum dilakukannya PJOTIB BTN Syariah;

4. BTN tidak melaksanakan tender secara konsisten;

Majelis Komisi menilai perlu untuk memberikan kesempatan bagi Sigma untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana tertuang Perjanjian Nomor: 25/PKS/DIR/2005/153.14.BTN. Dengan demikian, setelah perjanjian tersebut berakhir, BTN harus melakukan tender PJOTIB BTN Syariah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan pertimbangan bahwa Majelis Komisi belum menemukan bukti kuat adanya pelanggaran yang dilakukan BTN dan Sigma, maka Majelis Komisi tidak menemukan bukti adanya kerugian bagi negara akibat tender PJOTIB BTN Syariah.

Berdasarkan fakta serta kesimpulan di atas, serta dengan mengingat ketentuan Pasal 43 ayat (3) UU No.5/1999, Majelis Komisi memutuskan bahwa Terlapor I: PT. Bank Tabungan Negara (Persero) dan Terlapor II: PT. Sigma Cipta Caraka secara sah dan meyakinkan tidak melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

61Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 64: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Melalui KSO, Sucofindo dan SI menetapkan besaran surveyor fee dan menawarkannya kepada importir gula dalam proses sosialiasi yang dilakukan sebanyak 4 (empat) kali. Importir gula menerima besaran surveyor fee yang ditetapkan oleh Sucofindo dan SI karena importir gula tidak mempunyai pilihan lain dan khawatir akan mengalami kesulitan untuk mengimpor gula. Dalam pelaksanaan verifikasi atau penelusuran teknis impor gula, KSO menerbitkan Laporan Survey (LS) yang dijadikan dokumen oleh Direktorat Bea & Cukai untuk mengeluarkan barang dari wilayah kepabeanan. Sedangkan dalam pelaksanaan verifikasi atau penelusuran teknis impor gula di negara asal barang, Sucofindo dan SI selalu menunjuk Societe Generale de Surveillance Holding S.A., Geneva (SGS) selaku afiliasi Sucofindo dan SI di luar negeri.

Berbagai tindakan tersebut kemudian diteliti lebih lanjut, apakah mengandung unsur persaingan tidak sehat atau tidak, sebagaimana yang telah diindikasikan. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, pada tanggal 30 Desember 2005 melalui Putusan KPPU Nomor No. 08/KPPU-I/2005, Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan bahwa Sucofindo dan SI terbukti secara sah dan meyakinkan

melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1), Pasal 17 dan Pasal 19 huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Memerintahkan kepada Sucofindo dan SI untuk membatalkan Kesepakatan Kerja Sama antara kedua pihak mengenai Pelaksanaan Verfikasi atau Penelusuran Teknis Impor Gula dengan nomor: MOU-01/SP-DRU/IX/2004

805.1/DRU-IX/SPMM/2004 Tanggal 24 September 2004 dan menghentikan seluruh kegiatan verifikasi atau

penelusuran teknis impor gula melalui KSO selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak menerima pemberitahuan putusan ini.

3. Memerintahkan kepada Sucofindo dan SI untuk membayar denda masing-masing sebesar Rp 1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta rupiah) dan disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara Jakarta I beralamat di Jalan Ir. J. Juanda Nomor 19 melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 dan harus dibayar lunas paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterimanya pemberitahuan Putusan ini.

4. Memerintahkan kepada Sucofindo dan SI untuk tidak menunjuk SGS Jenewa maupun perwakilan atau anak perusahaan SGS Jenewa di negara lain sebagai pelaksana verifikasi atau penelusuran teknis impor gula di negara asal barang dalam kaitannya dengan proses verifikasi impor gula selama 1 (satu) tahun terhitung sejak diterimanya pemberitahuan Putusan ini.

5. Memerintahkan kepada Sucofindo dan SI untuk menerapkan praktek persaingan usaha sehat dalam penentuan afiliasi di luar negeri dalam pelaksanaan verifikasi atau penelusuran teknis gula impor.

Memerintahkan kepada Sucofindo dan SI untuk tidak memungut biaya jasa verifikasi impor gula dari importir gula sebelum pungutan tersebut mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

62 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 65: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.32 Putusan Perkara No. 10/KPPU-L/2005 Kartel Perdagangan Garam ke Sumatera Utara

Kasus ini dipicu dari informasi berupa laporan tentang adanya kesulitan melakukan pengiriman garam bahan baku ke Sumatera Utara selain juga ada kesulitan melakukan pembelian garam bahan baku di Sumatera Utara. Terlapor adalah PT Garam, PT Budiono, dan PT Garindo dengan PT Graha Reksa, PT Sumatra Palm, UD Jangkar Waja, dan UD Sumber Samudera. Laporan tersebut ditindaklanjuti oleh KPPU dengan melakukan pemeriksaan pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 5 Agustus 2005 sampai dengan 19 September 2005 terhadap pihak - pihak terkait dan dilanjutkan dengan pemerikasaan lanjutan.

Dari kedua pemeriksaan tersebut didapat fakta yaitu Adanya kesepakatan secara lisan yang dilakukan PT Garam, PT Budiono dan PT Garindo (G3) dengan PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja dan UD Sumber Samudera (G4) untuk menetapkan harga produk PT Garam lebih tinggi dibandingkan dengan harga produk PT Budiono dan PT Garindo. Adanya pemberian harga yang lebih tinggi untuk garam bahan baku yang dibeli oleh perusahaan di luar G3 dan G4.

Penguasaan pemasaran garam bahan baku oleh G3 dan G4 di Sumatera Utara mencerminkan struktur pasar yang bersifat oligopolistik.dimana terjadi koordinasi antara PT Garam, PT Budiono, dan PT Garindo dengan PT Graha Reksa, PT Sumatra Palm, UD Jangkar Waja, dan UD Sumber Samudera untuk bersama-sama melakukan pengontrolan pasokan dan pemasaran garam bahan baku di Sumatera Utara. Hal ini tercermin dari • Persaingan semu diantara G3 dalam bentuk pengontrolan jumlah pasokan dan

kebijakan penetapan harga jual garam bahan baku,

• Sistem pemasaran yang menciptakan hambatan bagi pelaku usaha selain G3.

• Konsumen harus menanggung harga yang relatif tinggi dan tidak wajar karena sistem pemasaran dimana jumlah pasokan garam belum tentu sama dengan permintaan konsumen

Akhirnya, berdasarkan bukti-bukti yang telah dihasilkan dari pemeriksaan dan penyelidikan atas perkara ini, dalam sidang majelis tanggal 13 Maret 2006, Majelis Komisi memutuskan sebagai berikut:1. Menyatakan bahwa PT Garam, PT Budiono, PT Garindo, PT Graha Reksa,

PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja, UD Sumber Samudera secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan bahwa PT Garam, PT Budiono, PT Garindo secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Menyatakan bahwa PT Garam, PT Budiono, PT Garindo secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

4. Menyatakan bahwa PT Garam, PT Budiono, PT Garindo secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 11 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

TAHUN 2006

63Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 66: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

5. Menyatakan bahwa PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja, UD Sumber Samudera secara sah dan meyakinkan tidak melanggar ketentuan Pasal 13 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

6. Menyatakan bahwa PT Garam secara sah dan meyakinkan tidak melanggar ketentuan Pasal 19 huruf a dan huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

7. Memerintahkan kepada PT Garam, PT Budiono, PT Garindo untuk memberikan ketentuan dan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha selain PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja, UD Sumber Samudera untuk memasarkan garam bahan baku di Sumatera Utara;

8. Melarang PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja, UD Sumber Samudera melakukan tindakan yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk memperoleh pasokan garam bahan baku dari PT Garam, PT Budiono, PT Garindo;

9. Menghukum PT Garam, PT Budiono, PT Garindo, PT Graha Reksa, PT Sumatera Palm, UD Jangkar Waja, UD Sumber Samudera masing-masing untuk membayar denda sebesar Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) kepada kas negara yang harus dibayarkan dalam pos Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat dengan Nomor Rekening 1212 apabila tidak melaksanakan perintah dan larangan yang disebut dalam diktum butir 7 dan butir 8 putusan ini.

2.33 Putusan KPPU Perkara No. 11/KPPU-I/2005 Distribusi Semen Gresik

Perkara ini adalah Perkara yang didasarkan pada inisiatif KPPU terkait dengan Distribusi Semen Gresik di Area 4 Jawa Timur yang meliputi wilayah Blitar, Jombang, Kediri, Kertosono, Nganjuk, Pare, Trenggalek, dan Tulungagung. Pelanggaran tersebut diduga dilakukan oleh PT. Bina Bangun Putra, PT. Varia Usaha, PT. Waru Abadi, PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), UD. Mujiarto, TB. Lima Mas, CV. Obor Baru, CV. Tiga Bhakti, CV. Sura Raya Trading, CV. Bumi Gresik yang merupakan Distributor Semen Gresik dan PT. Semen Gresik, Tbk dengan dugaan pelanggaran terhadap Pasal 8, Pasal 11, Pasal 15 ayat (1) dan (3), Pasal 19 butir d dan Pasal 25 UU No. 5 Th. 1999.

Berdasarkan hasil penyelidikan dan pemeriksaan, KPPU menemukan fakta bahwa PT. Semen Gresik,

64 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 67: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Tbk. Membagi Jawa Timur menjadi 8 area pemasaran. Dalam rangka memasarkan produknya, PT. Semen Gresik, Tbk. menunjuk distributor. PT. Semen Gresik, Tbk. dan para Distributor mengikatkan diri melalui suatu Perjanjian Jual Beli yang menempatkan para Distributor sebagai distributor mandiri/pembeli lepas. Meskipun posisi para Distributor ini sebagai pembeli lepas namun PT. Semen Gresik, Tbk. menetapkan harga jual di tingkat distributor dan mewajibkan Distributor untuk menjual sesuai harga tersebut, menentukan pihak yang bisa menerima pasokan dari distributor, melarang distributor menjual semen merek lain.

PT. Semen Gresik, Tbk. menerapkan suatu pola pemasaran yang dikenal dengan nama “Vertical Marketing System” (VMS). VMS ini merupakan pedoman bagi para Distributor untuk hanya memasok jaringan di bawahnya (Langganan Tetap/ LT & Toko). Pola ini melarang Distributor memasok LT dan toko yang bukan kelompoknya. Pola VMS tidak berjalan efektif meskipun pelanggaran terhadap VMS ini akan dikenakan sanksi. Tidak berjalannya VMS ini berakibat pada terjadinya perang harga antar distributor karena perilaku LT yang berpindah-pindah distributor dan melakukan penawaran harga serendah mungkin kepada setiap distributor.

Untuk menyikapi perang harga tersebut PT. Semen Gresik, Tbk. memfasilitasi pertemuan-pertemuan di kantornya. Atas inisiatif para Distributor, maka dibentuklah suatu perkumpulan distributor yang bernama Konsorsium Distributor Semen Gresik Area 4 Jawa Timur. Kesepakatan yang dicapai dalam pembentukan Konsorsium adalah memperketat pelaksanaan VMS, mematuhi harga jual Semen Gresik sesuai dengan harga yang sudah ditetapkan. Membagi jatah distribusi dan berkoordinasi serta saling berbagi informasi antara sesama anggota Konsorsium.Maksud dan tujuan pembentukan Konsorsium adalah untuk menghadapi perilaku para LT dan Toko dan menghilangkan perang harga. Konsorsium ini kemudian membentuk Kantor Pemasaran Bersama yang dibiayai secara bersama, yang bertugas mengumpulkan pesanan Semen Gresik dari LT dan melanjutkan pesanan tersebut pada PT. Semen Gresik yang sebenarnya merupakan inti dari kegiatan usaha dari masing-masing distributor tersebut.

Dengan terlaksananya VMS secara ketat oleh Konsorsium berakibat hilangnya persaingan diantara distributor, tidak dimungkinkannya distributor memperluas usahanya dan tidak dimungkinkannya LT mendapat pasokan selain dari distributornya. Keberadaan Konsorsium juga menghilangkan kesempatan LT untuk melakukan penawaran harga karena Distributor telah bersepakat untuk menjaga harga pada harga yang telah ditentukan oleh PT. Semen Gresik, Tbk.

Berdasarkan fakta-fakta yang ada, Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V,

Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X dan Terlapor XI terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 8 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX dan Terlapor X terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 11 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X dan Terlapor XI terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

4. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X dan Terlapor XI terbukti secara

65Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 68: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

2.34 Putusan Perkara No. 12/KPPU-L/2005 Kegiatan Penambangan Biji Besi di Kabupaten Tanah Laut

Pada pertengahan tahun 2005, KPPU menerima laporan dari masyarakat Kalimantan Selatan mengenai dugaan pelanggaran UU No.5/1999 pada Kegiatan Penambangan Biji Besi di Kabupaten Tanah Laut. Dugaan pelanggaran dimaksud adalah dugaan pelanggaran Pasal 13 tentang Oligopsoni dan Pasal 18 tentang Monopsoni, Pasal 19 (a) tentang Penguasaan Pasar dan Pasal 25 (c) tentang Penyalahgunaan Posisi Dominan yang dilakukan oleh PT Kuang Ye Indo International Mining Development (PT. KY) dan Perusahaan Daerah Aneka Usaha Manuntung Berseri (PD AUMB) baik sendiri maupun bersama-sama.

Dari hasil pemeriksaan pendahuluan, tim pemeriksa menyimpulkan bahwa tidak ada indikasi yang cukup untuk menerapkan pasal tentang dugaan pelanggaran Pasal 13 tentang oligopsoni, Pasal 18 tentang monopsoni, Pasal 19 (a) tentang penguasaan pasar, dan Pasal 25 (c) tentang penyalahgunaan posisi dominan pada UU No.5 Tahun 1999 dengan alasan:

sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 15 ayat (3) huruf b Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

5. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X dan Terlapor XI tidak terbukti melanggar pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

6. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X dan Terlapor XI tidak terbukti melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

7. Memerintahkan Terlapor XI untuk menghapus klausul yang menetapkan harga jual kembali yang lebih rendah dan menghentikan upaya untuk mengatur harga jual;

8. Memerintahkan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX dan Terlapor X membubarkan Konsorsium;

9. Memerintahkan Terlapor XI untuk menghapus klausul yang melarang Distributor untuk memasok LT yang bukan jaringannya dalam setiap perjanjiannya;

10. Memerintahkan Terlapor XI untuk menghapus klausul yang melarang para distributornya untuk menjual semen merek lain selain Semen Gresik dalam setiap perjanjiannya;

11. Menghukum Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX dan Terlapor X untuk membayar denda secara tanggung renteng sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda No.19 Jakarat Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212.

12. Menghukum Terlapor XI untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda No.19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212;

66 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 69: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

1. Tentang Hak Tunggal Dalam kenyataannya terdapat 12 penambang lain yang melakukan kegiatan

penambangan yang sama. Selain itu, sejak bulan Agustus 2005 hingga saat ini PT. KY tidak lagi melakukan kegiatan penambangan dan pembelian biji besi di daerah tersebut.

2. Tentang Oligopsoni Dugaan oligopsoni tersebut tidak dapat diterapkan karena biji besi dijual tidak

hanya pada PT. KY

3. Tentang Monopsoni PD AUMB adalah pemilik kuasa penambangan di wilayah pertambangn 12

penambang rakyat dimaksud, sehingga struktur pasar penambangan di wilayah tersebut adalah pasar monopsoni namun bukan termasuk monopsoni sebagaimana dimaksud dalam UU No.5 Tahun 1999

4. Tentang Penguasaan Pasar Diterbitkannya SPK kepada 12 perusahaan penambang menunjukkan bahwa

PD AUMB memberikan kesempatan kepada penambang-penambang lain untuk melakukan kegiatan penambangan. Selain itu, dengan hilangnya hak tunggal yang dimiliki oleh PT. KY menunjukkan bahwa PT. KY tidak lagi mempunyai kemampuan untuk menolak atau menghalangi penambang lain melakukan kegiatan penambangan.

5. Tentang Penyalahgunaan Posisi Dominan PD AUMB adalah pemilik kuasa pertambangan di wilayah pertambangan 12

penambangan, sehingga struktur pasar penambangan di wilayah tersebut adalah monopoli karena PD AUMB adalah pemegang kuasa tunggal untuk wilayah tersebut sehingga PD AUMB tidak berada dalam posisi dominan sebagaimana dimaksud dalam UU No.5 Tahun 1999.

Namun tim pemeriksa mendapatkan temuan dugaan pelanggaran UU No.5 Tahun 1999 Pasal 15 ayat (2) tentang perjanjian tertutup sehingga dilakukan pemeriksaan lanjutan. Dari hasil pemeriksaan lanjutan tersebut dapat disimpulkan bahwa PT. KY dan PD AUMB tidak terbukti melanggar ketentuan pasal 15 ayat (2) UU No.5 Tahun 1999 karena tidak semua unsur-unsur dalam pasal tersebut dapat terpenuhi. Unsur perjanjian yang tidak terpenuhi tersebut adalah unsur barang atau jasa lain karena tidak ada barang atau jasa lain yang ditransaksikan oleh PT. KY dan PD AUMB.

Sebelum memutus perkara ini Majelis juga mempertimbangkan data dan informasi yang pada pokoknya dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Bahwa tujuan pembentukan UU No.5/1999 adalah menjaga kepentingan umum

dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil.

2. Bahwa untuk tujuan tersebut perlu ada pengaturan perijinan dalam rangka kegiatan penambangan yang tetap berpegang pada prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat, dalam rangka menjamin kepastian berusaha baik bagi investor asing maupun investor lokal serta penambang rakyat.

3. Bahwa PD AUMB tidak tercatat di Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi sebagai pemegang Kuasa Pertambangan yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Laut sehingga Kuasa Pertambangan yang dimiliki oleh AUMB tidak mempunyai kekuatan hukum.

67Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 70: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

2.35 Putusan Perkara Nomor 13/KPPU-I/2005 Tender Alat Kesehatan di Rumah Sakit Daerah Cibinong

Kasus Tender Pengadaan Alat Kedokteran ini terjadi di BRSD Cibinong, Kabupaten Bogor. Terlapor adalah beberapa pihak yang terlibat dalam tender, yaitu dr. Radianti, M.A.R.S. sebagai Ketua Panitia Tender (Terlapor I), PT. Bhakti Wira Husada (Terlapor II), PT. Wibisono Elmed (Terlapor III), PT. Nauli Makmur Graha (Terlapor IV), PT. Bhineka Usada Raya (Terlapor V) dan dr. Julianti Juliah, M.A.R.S., sebagai Direktur/ Kepala BRSD Cibinong Kabupaten Bogor (Terlapor VI). KPPU menindaklanjuti kasus ini dengan melakukan Pemeriksaan Pendahuluan yang diteruskan kemudian dengan Pemeriksaan Lanjutan.

Dari pemeriksaan terungkap telah terjadi persekongkolan antara Terlapor dengan Panitia Tender atau pihak yang yang berhubungan dengan Panitia Tender. Persekongkolan atau kerja sama tersebut terjadi dalam mengatur, menentukan, dan mengarahkan proses lelang untuk kepentingan Terlapor, melalui perlakuan eksklusif (khusus) dan keringanan persyaratan pelelangan terhadap Terlapor yang berbeda dengan peserta lelang yang lain. Bentuk perlakuan khusus adalah praktek diskriminasi dalam rangka penguasaan pasar dan persekongkolan tender yang dilakukan baik sendiri maupun bersama-sama oleh Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III,

4. PT. KY tidak terdaftar sebagai perusahaan jasa pertambangan ataupun pemegang Kuasa Pertambangan di Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi, sehingga kegiatan penambangan umum yang dilakukan oleh PT. KY tidak mempunyai kekuatan hukum.

Selanjutnya Majelis Komisi berpendapat:1. Bahwa perjanjian kerja sama penambangan antara PD AUMB dan PT. KY, tidak

mempunyai kekuatan hukum untuk melakukan kegiatan penambangan biji besi di Kabupaten Tanah Laut karena baik PD AUMB dan PT. KY tidak memiliki ijin dari Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

2. Merekomendasikan kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Direktorat Jenderal Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi serta Pemerintah Kabupaten Tanah Laut untuk memeriksa dan meluruskan perijinan yang berkaitan dengan kegiatan penambangan di Kabupaten Tanah Laut, terkait dengan kegiatan usaha PD AUMB dan PT. KY serta para penambang rakyat dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat.

3. Merekomendasikan kepada KPPU untuk memberikan saran kebijakan kepada Pemerintah terkait dengan penambangan biji besi untuk kejelasan dan kepastian usaha dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip persaingan usaha.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, maka majelis komisi pada 25 April 2006 menetapkan putusan mengenai perkara nomor 12/KPPU-L/2005 sebagai berikut:1. Menyatakan bahwa PT Kuang Ye Indo International Mining Development (PT.

KY) dan Perusahaan Daerah Aneka Usaha Manuntung Berseri (PD AUMB) telah melanggar ketentuan perijinan di bidang pertambangan.

2. Menyatakan bahwa PT Kuang Ye Indo International Mining Development (PT. KY) dan Perusahaan Daerah Aneka Usaha Manuntung Berseri (PD AUMB) tidak terbukti melanggar ketentuan pasal 15 ayat (2) UU No.5 Tahun 1999.

68 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 71: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Terlapor IV, Terlapor V, dan Terlapor VI. Juga terdapat keringanan persyaratan yang menyatakan bahwa Terlapor I tidak mempersyaratkan status terdaftar di Departemen Kesehatan untuk 21 (dua puluh satu) item alat kedokteran yanag menurut ketentuan seharusnya berlaku untuk seluruh alat kedokteran yang ditenderkan. Selain itu, pada saat sebelum rapat penjelasan tender, Terlapor I tidak mengecek status terdaftar alat kedokteran yang ditenderkan demikian pula pada saat serah terima alat kedokteran untuk di install BRSD Cibinong.

Dalam pemeriksaan ini juga terungkap bahwa Terlapor V mempengaruhi Terlapor I sehingga penyusunan spesifikasi alat kedokteran dalam persyaratan tender mengacu dan mengarah pada spesifikasi alat-alat kedokteran yang termuat dalam brosur-brosur Terlapor V. Selain itu, diketahui juga bahwa Bahwa Terlapor V sebagai distributor alat kesehatan melakukan tindakan diskriminasi dalam pemberian surat dukungan sehingga hanya Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV dan CV. Darmakusumah yang mendapatkan surat dukungan. Tindakan diskriminatif dalam pemberian surat dukungan tersebut memberi kesempatan yang lebih besar pada keempat perusahaan tersebut untuk memenangkan tender dan menutup kesempatan bagi perusahaan lain untuk bersaing secara sehat dalam tender tersebut.

Terlapor I juga melakukan tindakan diskriminasi pada saat melakukan evaluasi dokumen penawaran peserta tender berupa pemberian perlakuan istimewa terhadap dokumen penawaran Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV.

Selain itu, dilakukan juga pengaturan harga penawaran oleh Singgih Wibisono (Direktur Utama PT. Bhineka Usada Raya), Ari Wibowo Wibisono (Direktur Utama PT. Wibisono Elmed yang juga merupakan anak dari Singgih Wibisono) dan Hasan Karamo (Direktur PT. Bhineka Usada Raya yang juga merupakan staff PT. Wibisono Elmed).

Persekongkolan untuk mengatur PT. Bhakti Wira Husada sebagai pemenang tender terbukti dari adanya persamaan dukungan distributor untuk seluruh alat kesehatan yang ditenderkan dan adanya persesuaian harga pada dokumen penawaran PT. Bhakti Wira Husada, PT. Wibisono Elmed, PT. Nauli Makmur Graha dan CV. Darmakusumah.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan bahwa Terlapor V terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar

Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V dan Terlapor VI terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menghukum Terlapor V untuk membayar denda sebesar Rp 3.600.000.000,- (tiga milyar enam ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak dibacakannya putusan ini;

4. Menghukum Terlapor III untuk membayar denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak dibacakannya putusan ini;

69Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 72: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Pada tanggal 24 Maret 2006 Majelis Komisi KPPU membacakan putusan menyangkut dugaan pelanggaran dalam kasus Tender Pengadaan Jasa pengoperasian Harbour Mobile Crane (HMC) dan Rubber Tyred Gantry (RTG) di Surabaya terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Kasus ini berawal dari laporan yang disampaikan kepada KPPU pada tanggal 7 September 2005, kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan proses penanganan perkara. Dalam perkara ini, terdapat dugaan bahwa PT BJTI dan PT UEPN, telah melakukan tindakan persekongkolan dalam tender kerjasama usaha pengoperasian HMC dan RTG dengan sistem tarif per box peti-kemas yang diselenggarakan oleh PT BJTI.

Indikasi persekongkolan ditengarai dari adanya persyaratan pengalaman dan spesifikasi teknis yang mengarah kepada salah satu peserta yaitu PT UEPN. Indikasi yang lain adalah adanya pertemuan-pertemuan atau komunikasi yang dilakukan oleh PT UEPN dan PT BJTI selama kurun waktu tender berlangsung. Indikasi terjadinya persekongkolan juga diperkuat dengan adanya perjalanan ke Antwerp, Belgia yang dibiayai oleh pemenang tender yaitu PT UEPN. Dalam menangani perkara ini KPPU membentuk Majelis Komisi yang mulai bekerja pada tanggal 5 Oktober 2005. Untuk memperoleh bukti-bukti yang di perlukan, Majelis Komisi telah melakukan pemeriksaan yang bersumber dari keterangan pelapor, keterangan enam orang saksi, keterangan dua orang terlapor, dan data-data yang didapat.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis Komisi, maka Majelis Komisi menetapkan bahwa PT Usaha Era Pratama Nusantara dan PT Berlian Jasa Terminal Indonesia tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

2.37 Putusan Perkara No. 16/KPPU-L/2005 Tender DISHUB Surabaya

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 16/KPPU-L/2005 yaitu dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5/1999) terkait dengan tender pengadaan alat proteksi lingkungan berupa alat uji kendaraan bermotor yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Majelis komisi yang terdiri dari Soy Martua Pardede, S.E. sebagai Ketua, Dr. Syamsul Maarif, S.H., LL.M. dan Faisal Hasan Basri, S.E., M.A. yang masing-masing bertindak sebagai Anggota Majelis Komisi memutuskan Terlapor I, Panitia Pengadaan Alat Proteksi Lingkungan Berupa Alat Uji Kendaraan Bermotor yang diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya, terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dan Terlapor IV, CV Lalang Bina Sehati, terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 serta Melarang Terlapor IV, CV Lalang Bina Sehati, untuk mengikuti dan atau terlibat dalam kegiatan tender pengadaan alat uji kendaraan bermotor di lingkungan Dinas Perhubungan di Jawa Timur selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

2.36 Putusan KPPU No. 14/KPPU-L/2005 Jasa Pengoperasian Harbour Mobile Crane (HCM) dan

Rubber Tyred Gantry (RTG) di Surabaya

5. Melarang Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV untuk mengikuti kegiatan tender dan atau terlibat dalam kegiatan pengadaan alat-alat kedokteran di Rumah Sakit Pemerintah di seluruh Indonesia selama 2 (dua) tahun sejak dibacakannya putusan ini.

70 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 73: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Perkara ini diawali dari laporan ke KPPU pada tanggal 3 Agustus 2005, yang menyatakan bahwa terdapat dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 dalam tender pengadaan alat proteksi lingkungan berupa alat uji kendaraan bermotor yang diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Dari hasil pemeriksaan Majelis Komisi menemukan fakta:1. Bahwa Dinas Perhubungan Kota Surabaya mengadakan tender alat uji

kendaraan bermotor tahun 2005 melalui e-procurement di Pemerintah Kota Surabaya yang dibuka pada bulan Mei 2005.

2. Bahwa CV Lalang Bina Sehati adalah pemenang tender yang sama pada tahun 2004.

3. Bahwa dalam penyusunan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) tender ini Panitia bekerja sama dengan CV Lalang Bina Sehati.

4. Bahwa Panitia mengulang tender tanpa alasan yang jelas.

5. Bahwa CV Lalang Bina Sehati tidak masuk dalam daftar perusahaan peralatan PKB (Pengujian Kendaraan Bermotor) yang memperoleh Rekomendasi Pengesahan Spesifikasi Teknis oleh Dirjen. Perhubungan Darat.

6. Bahwa Panitia tidak menghiraukan surat sanggahan yang dikirimkan oleh beberapa peserta.

Pada tanggal 20 September 2005 Sekretariat Komisi telah melakukan klarifikasi terhadap Pelapor dan kemudian laporan dinyatakan sebagai laporan yang lengkap dan jelas. Rapat Komisi tanggal13 Oktober 2005 memutuskan laporan tersebut masuk ke dalam Pemeriksaan Pendahuluan. Setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa menemukan adanya indikasi kuat pelanggaran terhadap Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam bentuk sebagai berikut:1. Panitia meloloskan CV. Lalang Bina Sehati meskipun CV. Lalang Bina Sehati tidak

melengkapi sertifikat ISO 9001 yang dilegalisir oleh notaris negara asal sesuai yang dipersyaratkan dalam RKS;

2. Panitia memfasilitasi CV Lalang Bina Sehati untuk dapat mengikuti tender dengan memperbolehkan Surat Tanda Pendaftaran Agen Tunggal di Departemen Perdagangan yang masih dalam proses pengurusan;

3. Panitia memenangkan CV Lalang Bina Sehati yang keberadaannya perlu dipertanyakan;

4. CV Lalang Bina Sehati mempunyai persediaan alat uji kendaraan bermotor yang kemungkinan besar memang sudah dipersiapkan untuk mengikuti tender pengadaan di Dinas Perhubungan Kota Surabaya Tahun 2005. Hal tersebut tidak lazim karena alat uji kendaraan bermotor tersebut disamping mahal biasanya diadakan dan dipasang berdasarkan pesanan;

5. Harga penawaran CV Lalang Bina Sehati sangat dekat dengan Owner Estimate (OE). Hal mana diduga kuat terkait dengan fakta bahwa alat uji kendaraan bermotor tahun 2004 diadakan dan dipasang oleh CV Lalang Bina Sehati;

6. Tender yang diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya adalah bersifat semu karena ada beberapa perusahaan yang terafiliasi satu dengan yang lain;

7. Panitia tidak mengusulkan peserta tender dengan penawaran harga terendah meskipun telah lolos evaluasi administrasi, teknis dan harga.

71Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 74: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Pelaku usaha dalam perkara ini adalah CV Lalang Bina Sehati. Yang dimaksud dengan bersekongkol berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 adalah kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu. Persekongkolan dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu persekongkolan horizontal, persekongkolan vertikal, dan gabungan dari persekongkolan horizontal dan vertikal. Persekongkolan horizontal dilakukan oleh CV Lalang Bina Sehati dengan peserta tender lain dalam bentuk sebagai berikut:1. Pertemuan antar peserta tender setelah penjelasan pekerjaan tender kedua

yang diprakarsai oleh CV Lalang Bina Sehati di Restoran Agiss Surabaya adalah untuk membicarakan pembagian fee yang akan diberikan oleh pemenang tender kepada peserta tender lainnya.

2. Dalam pertemuan tersebut, beberapa calon peserta tender lebih mendukung CV. Lalang Bina Sehati karena CV. Lalang Bina Sehati adalah pemenang tender serupa tahun sebelumnya (2004) di Dishub Surabaya.

3. Bahwa persekongkolan vertikal dilakukan oleh CV. Lalang Bina Sehati dengan Panitia dalam bentuk sebagai berikut:a. Panitia melaksanakan tender ulang dengan alasan yang mengada-ada dan

tidak sesuai dengan Keppres No. 80 Tahun 2003.b. Panitia menerima seluruh usulan CV Lalang Bina Sehati dan menolak usulan

peserta tender lain dengan maksud memenangkan CV Lalang Bina Sehati.c. Bahwa terdapat gabungan persekongkolan horizontal dan vertikal antar sesama

peserta tender dan Panitia dengan peserta tender dalam bentuk sebagai berikut: - Bahwa pada saat penjelasan pekerjaan tender kedua, salah satu anggota

Panitia menyarankan kepada seluruh calon peserta tender untuk tidak saling bersaing dalam tender pengadaan alat uji kendaraan bermotor ini dengan cara bersepakat untuk menentukan pemenang tender.

- Bahwa segera setelah acara penjelasan pekerjaan tersebut, CV Lalang Bina Sehati memprakarsai pertemuan antar calon peserta tender di Restoran Agiss Surabaya untuk mengatur pemenang tender dengan cara menawarkan fee yang akan diberikan oleh pemenang kepada peserta tender lainnya.

- Bahwa dalam pertemuan tersebut, para calon peserta tender lainnya menolak tawaran pembagian fee dari PT Cipta Nusantara Persada dan PT Anche Technology Indonesia yang lebih tinggi daripada tawaran CV Lalang Bina Sehati dengan alasan CV Lalang Bina Sehati adalah pemenang tender serupa tahun sebelumnya (2004) dan memiliki kedekatan dengan pejabat di lingkungan Dinas Perhubungan Kota Surabaya.

Yang dimaksud dengan pihak lain adalah para pihak yang terlibat dalam proses tender yang melakukan persekongkolan tender baik pelaku usaha sebagai peserta tender dan atau subjek hukum lainnya yang terkait dengan tender tersebut. Para pihak yang terlibat dalam proses tender yang melakukan persekongkolan dalam tender pengadaan alat uji kendaraan bermotor yang diselenggarakan oleh Dishub. Surabaya adalah peserta tender lain dan Panitia.

Yang dimaksud dengan tender berdasarkan penjelasan Pasal 22 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang, atau untuk menyediakan jasa. Yang dimaksud tender dalam perkara ini adalah tawaran mengajukan harga untuk pengadaan alat uji kendaraan bermotor yang diselenggarakan oleh Dishub. Surabaya Tahun 2005. CV Lalang Bina Sehati telah memprakarsai pertemuan dengan calon peserta tender lain di Restoran Agiss Surabaya untuk menentukan pemenang tender. Dalam pertemuan tersebut, para calon peserta tender lainnya menolak tawaran pembagian fee dari PT Cipta Nusantara Persada dan PT Anche Technology Indonesia

72 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 75: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

yang lebih tinggi daripada tawaran CV Lalang Bina Sehati dengan alasan CV Lalang Bina Sehati adalah pemenang tender serupa tahun sebelumnya (2004) dan memiliki kedekatan dengan pejabat di lingkungan Dinas Perhubungan Kota Surabaya serta Panitia melakukan tender ulang dengan alasan yang mengada-ada dengan maksud untuk memenangkan CV. Lalang Bina Sehati. Panitia menerima seluruh usulan CV. Lalang Bina Sehati dan menolak usulan peserta tender lain dengan maksud untuk memenangkan CV. Lalang Bina Sehati. Panitia telah salah menerapkan aturan dalam Lampiran I Bab II huruf b angka 1 huruf f Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang persyaratan pengalaman yang dikecualikan bagi perusahaan yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun, dengan menghitung Nilai Pengalaman Tertinggi (NPT) untuk bukan usaha kecil untuk memenuhi Kemampuan Dasar (KD) yang seharusnya adalah untuk perusahaan yang sudah berdiri sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun, sebagaimana diatur dalam Lampiran I Bab II huruf b angka 1 huruf i Keppres No. 80 Tahun 2003. Dengan kesalahan penerapan tersebut, Panitia dalam melakukan evaluasi kualifikasi telah menggugurkan PT Cipta Nusantara Persada, PT Boma Internusa dan PT Anche Tenchnology Indonesia karena tidak mempunyai pengalaman (Nilai Pengalaman Tertinggi = 0) sehingga Kemampuan Dasar (KD) menjadi 0 (nol) meskipun harga penawarannya lebih rendah daripada harga penawaran CV. Lalang Bina Sehati.

Yang dimaksud dengan persaingan usaha tidak sehat yang ditetapkan dalam Pasal 1 angka 6 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. CV Lalang Bina Sehati bersama dengan peserta tender lainnya dengan Panitia telah menghambat persaingan dalam kegiatan tender pengadaan alat uji kendaraan bermotor yang diselenggarakan oleh Dishub. Perilaku persekongkolan tersebut mengakibatkan Dishub.Surabaya tidak mendapatkan harga terbaik.

Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan pihak terkait, sebagai berikut:1. Merekomendasikan kepada Dinas Perhubungan Kota Surabaya untuk mengawasi

pelaksanaan tender pengadaan di lingkungan Dinas Perhubungan Kota Surabaya agar mengikuti ketentuan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 dan ketentuan ketentuan terkait lain sebagaimana mestinya.

2. Merekomendasikan kepada atasan langsung Terlapor I untuk memberikan sanksi administrasi kepada Terlapor I atas keterlibatannya dalam persekongkolan tender pengadaan alat uji kendaraan bermotor yang diselenggarakan oleh Dishub Surabaya Tahun 2005 sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Merekomendasikan kepada Dirjen. Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan untuk memberikan ketegasan mengenai penerapan Surat Edaran Departemen Perhubungan No. HK.505/1940/LLAJ tentang Daftar Perusahaan Perlengkapan Jalan Pemegang Rekomendasi.

4. Merekomendasikan kepada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk untuk melaksanakan ketentuan, kehati-hatian dalam memberikan surat referensi dan surat dukungan sesuai dengan ketentuan Perbankan yang berlaku.

5. Menimbang bahwa Majelis Komisi juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: bahwa selama dalam proses pemeriksaan, Panitia (Terlapor I), Pelaksana Kegiatan (Terlapor II) dan Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya (Terlapor III) menunjukkan sikap dan tindakan yang kooperatif dan dalam pemeriksaan lanjutan, CV Lalang Bina Sehati (Terlapor IV) tidak hadir memenuhi panggilan Majelis Komisi tanpa alasan yang jelas.

73Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 76: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

2.38 Putusan Perkara No. 17/KPPU-L/2005 RSUD Bekasi

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No.17/KPPU-L/2005. Putusan ini adalah dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5/ 999) berkaitan dengan adanya tindakan diskriminasi pada pengadaan alat medis kedokteran Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bekasi.

Majelis komisi yang terdiri dari Tadjuddin Noer Said (Ketua), Erwin Syahril dan Soy M. Pardede masing-masing sebagai anggota, memutuskan bahwa PT. Bhineka Usada Raya (Terlapor I), PT. Master Duta (Terlapor II) dan Direktur RSUD Bekasi (Terlapor III) tidak terbukti melanggar Pasal 19 huruf d UU No.5/1999.

Perkara ini muncul, setelah adanya laporan dari pelaku usaha yang melaporkan bahwa PT. Bhineka Usada Raya (Terlapor I) selaku distributor Bronchoscopy dan PT. Master Duta (Terlapor II) selaku distributor Functional Endoscopy Sinus Surgery (FESS). Terlapor I dan Terlapor II diduga melakukan pelanggaran terhadap Pasal 6 UU No.5/ 1999 karena telah memberikan harga yang berbeda kepada Pelapor untuk barang/ jasa yang sama. Terlapor I dan Terlapor II juga diduga melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf a UU No.5/1999 karena baik secara langsung maupun tidak langsung telah menggunakan posisi dominannya dengan menetapkan syarat-syarat perdagangan yang dapat menghalangi konsumen/pembeli. Pada kasus ini juga melaporkan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi (Terlapor III) karena telah meminta Pelapor untuk mengkondisikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bekasi.

Setelah mendengar dari Saksi-saksi, keterangan dari para Terlapor dan alat bukti surat dan atau dokumen yang diperoleh dalam Pemeriksaan ternyata tidak ditemukan adanya indikasi pelanggaran Pasal 6 dan Pasal 25 ayat (1) huruf a UU No.5/ 1999. Akan tetapi ditemukan indikasi pelanggaran Pasal 19 huruf d UU No.5/ 1999 karena

Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh selama hasil pemeriksaan, Majelis Komisi memutuskan: 1. Menyatakan Terlapor I, Panitia Pengadaan Alat Proteksi Lingkungan Berupa Alat

Uji Kendaraan Bermotor yang diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya, terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

2. Menyatakan Terlapor II, Ir. Muhaimin, M.M., Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Perhubungan Kota Surabaya sebagai Pelaksana Kegiatan Pengujian Kendaraan Bermotor Secara Berkala dan Pengadaan Blanko, tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

3. Menyatakan Terlapor III, M. Bambang Suprihadi, S.H., M.Si., Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya, tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

4. Menyatakan Terlapor IV, CV Lalang Bina Sehati, terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

5. Melarang Terlapor IV, CV Lalang Bina Sehati, untuk mengikuti dan atau terlibat dalam kegiatan tender pengadaan alat uji kendaraan bermotor di lingkungan Dinas Perhubungan di Jawa Timur selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

74 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 77: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh Terlapor I dan Terlapor II adalah tindakan sendiri-sendiri yang tidak diperjanjikan secara bersama-sama. Hal ini terlihat dari syarat-syarat perdagangan yang ditetapkan oleh Terlapor I dan Terlapor II yang tidak ditujukan untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas.

Selain itu, Majelis komisi menemukan fakta-fakta lain yang berkaitan dengan pelaksanaan lelang pengadaan alat-alat medis kedokteran di RSUD Bekasi, yaitu:1. Perencanaan pengadaan alat-alat medis kedokteran di RSUD Bekasi mengacu

kepada penawaran harga dan brosur pelaku usaha tertentu, sehingga Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan spesifikasi telah mengarah kepada merek dan pelaku usaha tertentu. Pengumuman lelang yang dimuat dalam Harian Suara Karya tidak menguraikan mengenai pekerjaan yang akan ditenderkan, perkiraan nilai pekerjaan, syarat-syarat peserta lelang umum, dan adendum atas perubahan beberapa syarat-syarat lelang tidak diterbitkan. Hal lain adalah telah terjadi tindakan post bidding (setelah surat penawaran diserahkan);

2. Sebelum menetapkan pemenang lelang kepada calon pemenang, Terlapor III telah meminta CV Lami untuk “mengkondisikan” Walikota dan Wakil Walikota Bekasi.

Selain fakta-fakta terhadap substansi pelanggaran dan fakta-fakta lain tersebut di atas, Majelis Komisi menemukan bahwa salah satu alat bukti surat yang disampaikan oleh Saksi Achmad Hussein kepada Majelis Komisi tidak sesuai dengan surat aslinya, sehingga Majelis Komisi meminta Komisi untuk menindaklanjuti temuan ini kepada Penyidik POLRI. Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dalam pemeriksaan dan penyelidikan atas perkara ini, Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan bahwa Terlapor I, PT Bhineka Usada Raya tidak terbukti melanggar

ketentuan Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan bahwa Terlapor II, PT Master Duta tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menyatakan bahwa Terlapor III, Direktur RSUD Bekasi tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

2.39 Putusan Perkara No. 19/KPPU-L/2005 Tender Pengadaan Gamma Ray Container Scanner di Pelabuhan Batu Ampar, Batam

Putusan perkara No.19/KPPU-L/2005 ini bermula ketika KPPU menerima laporan mengenai dugaan adanya pelanggaran UU No.5/1999 pada kegiatan tender pengadaan Gamma Ray Container Scanner oleh Badan Otorita Batam pada tanggal 28 September 2005. Laporan tersebut dibahas pada rapat komisi tanggal 10 November 2005, dan diputuskan bahwa laporan tersebut masuk sebagai perkara untuk diperiksa dalam pemeriksaan pendahuluan.

Majelis komisi yang menangani perkara ini adalah: Erwin Syahril (Ketua), Pande Radja Silalahi dan Mohammad Iqbal (masing-masing sebagai anggota). Dalam putusannya, KPPU menetapkan bahwa Panitia Pengadaan APBN DIPA 2005 Otorita Batam (Terlapor I) dan PT. Mitrabuana Widyasakti (Terlapor II) terbukti melanggar Pasal 22 UU No.5/1999, dan dikenakan denda sebesar Rp 1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus ribu rupiah) terhadap Terlapor II.

Pada pemeriksaan pendahuluan tanggal 17 November 2005 sampai dengan 28 Desember 2005, tim pemeriksa yang terdiri dari Erwin Syahril, S.H., Dr.Pande Radja Silalahi dan Dr. Ir.

75Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 78: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Bambang Purnomo Adiwiyoto mendengarkan keterangan dari Pelapor, Terlapor I dan Terlapor II. Dari pemeriksaan pendahuluan ini, tim pemeriksa menemukan adanya indikasi pelanggaran Pasal 22 UU No.5/1999, yaitu:1. Perencanaan pengadaan Gamma Ray Container Scanner mengarah pada produk

yang ditawarkan oleh Terlapor II;

2. Spesifikasi teknis mengarah pada produk yang ditawarkan oleh Terlapor II;

3. Kriteria penilaian spesifikasi teknis mengarah pada produk yang ditawarkan oleh Terlapor II;

4. Penilaian spesifikasi teknis dilakukan oleh pihak yang tidak berkompeten;

5. Panitia pengadaan dan UPT Pengembangan Signal & Navigasi LIPI melakukan tindakan diskriminasi kepada beberapa peserta lelang;

Berdasarkan hasil tersebut, tim pemeriksa merekomendasikan kepada Komisi untuk melanjutkan perkara ke dalam Pemeriksaan Lanjutan. Dalam Pemeriksaan Lanjutan tanggal 29 Desember 2005 sampai dengan 24 Maret 2006, Majelis Komisi mendengarkan keterangan dari Terlapor I, Terlapor II, dan Saksi-Saksi di bawah sumpah. Karena masih terdapat pihak yang perlu di dengar keterangannya, maka Majelis Komisi memutuskan untuk memperpanjang Pemeriksaan Lanjutan selama 30 hari kerja.

Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh selama Pemeriksaan Pendahuluan, Pemeriksaan Lanjutan dan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi menyimpulkan:1. Perencanaan pengadaan container scanner mengarah pada produk container

scanner teknologi Gamma Ray Merk VACIS (Vehicle and Cargo Inspection System) yang diproduksi oleh SAIC (Science Application International Corporation) yang juga merupakan produk yang ditawarkan Terlapor II;

2. Spesifikasi teknis mengarah pada produk VACIS (SAIC);

3. Kriteria teknis dan penilaian teknis mengacu pada produk VACIS (SAIC);

4. Harga Perkiraan Sendiri (HPS) untuk pekerjaan utama disusun berdasarkan harga produk VACIS (SAIC);

5. Pembobotan penilaian harga dan teknis dimaksudkan untuk memenangkan Terlapor II;

6. Terlapor II dan Panitia Pengadaan melakukan tindakan saling menyesuaikan harga penawaran dan HPS;

7. Panitia Pengadaan melakukan tindakan diskriminatif kepada peserta tender tertentu;

8. Penunjukan UPT Pengembangan Signal dan Navigasi LIPI sebagai Tim Teknis tidak sesuai dengan prosedur;

9. UPT Pengembangan Signal dan Navigasi LIPI tidak memiliki kompetensi dalam melakukan penilaian aspek teknis dan bukan dalam bidangnya;

Sebelum memutuskan perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Biro Perencanaan Otorita Batam, Direktur Pembangunan Otorita Batam sebagai

76 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 79: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

penanggung jawab pengadaan Gamma Ray Container Scanner, Penanggung Jawab Kegiatan APBN (DIPA 2005) Otorita Batam dan Panitia Pengadaan Gamma Ray Container Scanner telah melakukan tindakan-tindakan persekongkolan untuk memenangkan Terlapor II. Oleh sebab itu, Majelis Komisi merekomendasikan kepada atasan langsung dan pihak-pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan administratif dan tindakan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

2. Dalam tender pengadaan Gamma Ray Container Scanner di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, UPT Pengembangan Signal dan Navigasi LIPI telah melaksanakan pekerjaan yang bukan kompetensinya dan bukan bidangnya, serta melakukan tindakan memfasilitasi terjadinya persekongkolan dalam pengadaan container scanner di pelabuhan Batu Ampar untuk memenangkan Terlapor II. Oleh karenanya terhadap UPT Pengembangan Signal dan Navigasi LIPI yang dalam hal ini adalah para personel yang terlibat dalam pelaksanaan perencanaan dan pelaksanaan tender pengadaan Gamma Ray Container Scanner di Pelabuhan Batu Ampar, yaitu Ir. Agus Suwahyono dan Ir. Soenarko, maka Majelis merekomendasikan agar LIPI memberikan sanksi administratif kepada mereka sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan serta Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I dan Terlapor II secara sah dan meyakinkan melanggar

Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menghukum Terlapor II untuk membayar denda sebesar Rp 1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus ribu rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212;

3. Melarang Terlapor II untuk mengikuti tender pengadaan gamma ray container scanner selama 2 (dua) tahun di seluruh Indonesia;

Pemeriksaan dan penyusunan putusan terhadap perkara tersebut dilakukan oleh KPPU dengan prinsip independensi dan semata-mata sebagai pengemban amanat pengawasan terhadap pelaksanaan UU No. 5/1999 agar terwujudnya kepastian berusaha yang sama bagi setiap pelaku usaha dan menjamin persaingan usaha yang sehat dan efektif. Putusan Perkara No. 19/KPPU-L/2005 tersebut dibacakan dalam Sidang Majelis Komisi yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Senin tanggal 5 Juni 2006 di Gedung KPPU Jl. Ir. H. Juanda no. 36 Jakarta Pusat.

2.40 Putusan Perkara No. 20/KPPU-L/2005 Tender PJU/SJU DKI Jakarta

Kasus ini berawal dari adanya laporan yang ditujukan kepada KPPU tanggal 14 September 2005 tentang adanya dugaan pelanggaran UU No. 5/ 1999 pada proses tender pengadaan di Dinas PJU dan SJU DKI Jakarta. Inti dari laporan tersebut adalah:1. Ada upaya pembatasan peserta tender oleh panitia tender dengan membuat

persyaratan yaitu: peserta tender tender yang menawarkan luminer lengkap atau bola lampu dari luar negeri, produsennya harus mempunyai kantor perwakilan dan mempunyai investasi bidang perlampuan di Indonesia dan memiliki surat keterangan dukungan keuangan dari bank pemerintah/swasta untuk tiap pabrik mengikuti pengadaan barang/jasa;

77Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 80: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

2. Ada persekongkolan antara perusahaan tertentu dengan panitia tender untuk menetapkan persyaratan tender yang menguntungkan peserta tender yang membawa produk merek Panasonic, Philips, General Electric (GE), dan Osram;

Setelah laporan ini diklarifikasi dan diteliti, perkara ini dinyatakan cukup lengkap dan jelas kemudian dilanjutkan ke Pemeriksaan Pendahuluan. Dari pemeriksaan tersebut Majelis Komisi menetapkan bahwa ada indikasi pelanggaran Pasal 19 huruf a dan d, serta Pasal 22 UU No.5/1999 dilihat dari bentuk perilaku diskriminatif yang dilakukan distributor (authorized dealer) dan atau agen tunggal (perusahaan pemegang merek Panasonic, Philips, General Electric (GE), dan Osram yang tergabung dalam Asosiasi Industri Luminer Kelistrikan Indonesia (AILKI) yang juga menjadi peserta tender di Dinas PJU dan SJU DKI Jakarta.

Selain itu para pihak yang ditentukan sebagai terlapor dalam tender pengadaan di Dinas PJU dan SJU DKI Jakarta sebanyak 12 pihak yaitu: PT Spektra Tata Utama (Terlapor I), PT Dinamika Prakarsa Elektrikal (Terlapor II), PT Fajar Sumber Rejeki (Terlapor III), PT Aula Pratama Bersama (Terlapor IV), PT Guna Era Distribusi (Terlapor V), PT Guna Elektro (Terlapor VI), PT Dwipurwa Naika Lestari (Terlapor VII), PT Panca Piranthi Artha (Terlapor VIII), PT Sairo Talenta Nauli (Terlapor IX), PT Alfa Montage (Terlapor X), CV Ria Natalia (Terlapor XI) dan Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Propinsi DKI Jakarta (Terlapor XII).

Kemudian proses dilanjutkan dengan Pemeriksaan Lanjutan serta Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan. Dari kedua proses tersebut Majelis Komisi menemukan fakta-fakta pendukung seperti persaingan hanya terjadi antara 3 (tiga) merek, adanya pembatasan peserta tender oleh Authorized dealer, Authorized dealer mengatur peserta yang mengikuti tender, Authorized dealer dan Peserta yang direkomendasikannya mengatur pemenang tender dengan cara: sengaja tidak memenuhi persyaratan administrasi dan teknis, sengaja menawarkan harga di atas Owner Estimate (OE), dan Authorized Dealer menawarkan harga di atas harga yang ditawarkan oleh peserta yang direkomendasikannya, adanya persyaratan tender tentang adanya kantor perwakilan dan investasi bidang perlampuan di Indonesia, contoh barang tidak konsisten, tidak logis dan memicu terjadinya persengkongkolan, dan kegiatan ini bisa menimbulkan dampak persaingan usaha, yaitu: persaingan semu, dampak bagi pelaku usaha lain, dampak bagi kepentingan umum dan atau konsumen.

Berdasarkan fakta-fakta dan pertimbangan dari informasi-infomasi yang didapat selama proses pemeriksaan Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor IV, dan Terlapor VI tidak

terbukti melanggar Pasal 19 huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor IV, dan Terlapor VI secara sah dan meyakinkan terbukti melanggar Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menyatakan bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X, dan Terlapor XI secara sah dan meyakinkan terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

4. Memerintahkan kepada Terlapor I, Terlapor II, Terlapor IV, dan Terlapor V membayar denda masing-masing sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dan disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta I beralamat di Jalan Ir. H.Juanda Nomor 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode Penerimaan 1212

78 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 81: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

dan harus dibayar lunas selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterimanya pemberitahuan putusan ini;

5. Menghukum Terlapor III, Terlapor V, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X, dan Terlapor XI tidak mengikuti kegiatan pengadaan barang Armatur Lengkap dan Komponen Lepas di Dinas PJU dan SJU DKI Jakarta selama 1 (satu) tahun terhitung sejak diterimanya pemberitahuan putusan ini.

2.41 Putusan Perkara No. 21/KPPU-L/2005 Diskriminasi Distribusi Gas oleh Pertamina

Pada tanggal 27 Juni 2006, KPPU telah mengeluarkan putusan berkaitan dengan dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5/1999) berkaitan dengan diskriminasi distribusi gas di wilayah Cibitung dan Cilegon yang dilakukan oleh PT. Pertamina (persero). Perkara ini bermula dari adanya laporan mengenai adanya dugaan pelanggaran UU No.5/1999 berkaitan dengan diskriminasi distribusi gas di wilayah Cibitung dan Cilegon yang dilakukan oleh PT. Pertamina (persero), PT. Banten Inti Gasindo dan PT. Isma Asia Indotama. Berkiatan dengan adanya laporan tersebut, KPPU melakukan serangkain kegiatan pemeriksaan yaitu yaitu pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan lanjutan dan perpanjangan pemeriksaan lanjutan.

Dalam pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan pada tangal 21 November 2005 sampai dengan 30 Desember 2005. Dari hasil pemeriksaan pendahuluan, Tim menemukan adanya indikasi pelanggaran ketentuan Pasal 6, Pasal 19 huruf a dan d, dan Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dan merekomendasikan kepada Komisi dan disetujui pada Rapat Komisi untuk melanjutkan ke dalam pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan Lanjutan telah dilakukan pada tanggal 2 Januari 2006 sampai dengan 28 Maret 2006 yang kemudian diperpanjang selama 30 hari kerja sampai dengan tanggal 15 Mei 2006.

Dari serangkaian pemeriksaan tersebut KPPU menyimpulkan bahwa tidak adanya bukti bahwa telah terjadinya pelanggaran terhadap Pasal 6, Pasal 19 huruf a dan d serta Pasal 25 ayat (1) huruf a dengan alasan bahwa penghentian penyaluran gas oleh PT Pertamina kepada PT. Igas Utama merupakan akibat dari tidak dipenuhinya kewajiban oleh PT Igas Utama yang sebelumnya telah disepakati dalam Surat Keputusan Bersama pada tanggal 31 Agustus 2004. Penghentian penyaluran gas tersebut juga bukan merupakan bentuk tindakan yang menghalangi PT. Igas Utama untuk melakukan kegiatan usaha yang sama di pasar bersangkutan karena PT. Pertamina bukan merupakan pesaing dari PT. Igas Utama atau keduanya tidak berada pada pasar bersangkutan yang sama yaitu wilayah Cibitung dan Cilegon. Begitu juga halnya dengan kegiatan yang dilakukan oleh PT. Isma Asia Indotama secara sendiri atau bersama dengan PT Pertamina tidak ditemukan kegiatan yang menghalangi kegiatan usaha PT Igas Utama untuk melakukan kegiatan usaha yang sama di wilayah Cibitung. Berkaitan dengan penyaluran pasokan gas kepada PT Banten Inti Gasindo yang lebih banyak dibanding kepada PT Igas Utama adalah karena telah sesuai dengan pembayaran (advance payment) dan hal tersebut ini bukan merupakan bentuk diskriminasi dari PT. Pertamina kepada PT. Igas Utama.

Perbedaan harga kepada setiap trader yang diberlakukan oleh PT Pertamina bukan untuk mendiskriminasi kepada trader yang satu dengan trader lainnya. Penentuan harga gas oleh PT. Pertamina dengan mempertimbangkan perhitungan ekonomis yaitu jarak pengangkutan gas ke titik serah, indeksasi terhadap waktu, indeksasi terhadap bahan baku atau bahan bakar pengganti, indeksasi terhadap produk, indeksasi terhadap indek harga konsumen, indeksasi terhadap harga energi dan margin.

79Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 82: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, KPPU juga menemukan beberapa fakta lain bahwa Perbedaan penafsiran mengenai prosedur pemberian ijin usaha di bidang minyak dan gas bumi dan hak khusus antara BPH Migas dengan Direktorat Jenderal Migas sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004, dapat menimbulkan ketidakpastian kepada pelaku usaha untuk mengurus ijin usaha. Belum ditetapkannya besaran toll fee oleh BPH Migas untuk wilayah Cibitung dan Cilegon, juga telah mengakibatkan timbulnya dispute antara trader dengan konsumen.

Berkaitan dengan munculnya perbedaan penafsiran dalam Perjanjian Jual Beli Gas antara PT. Pertamina dengan PT. Igas Utama seharusnya dapat dicarikan solusi yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak sehingga tidak merugikan konsumen.Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I, PT. Pertamina (persero) tidak terbukti melanggar

ketentuan Pasal 6, Pasal 19 huruf a dan d, dan Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan Terlapor II, PT. Banten Inti Gasindo tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 19 huruf a dan d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menyatakan Terlapor III, PT. Isma Asia Indotama tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 19 huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

Selanjutnya, Majelis Komisi memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah sebagai berikut:1. Meminta kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk segera

menyelesaikan perbedaan penafsiran antara Direktorat Jenderal Migas dengan BPH Migas mengenai proses pemberian ijin usaha di bidang minyak dan gas bumi agar pelaku usaha memperoleh kepastian dalam berusaha;

2. Meminta kepada Gubernur Banten untuk tidak melakukan tindakan yang hanya menguntungkan satu pelaku usaha saja yaitu PT. Banten Inti Gasindo sehingga pelaku usaha lain mendapat kesempatan yang sama untuk berusaha di wilayah Propinsi Banten;

3. Meminta kepada BPH Migas untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul berkaitan dengan kegiatan pengangkutan gas bumi melalui pipa dalam perkara ini.

2.42 Putusan Perkara No : 22/KPPU-L/2005 Tender Pipanisasi oleh PGN

KPPU telah melakukan pemeriksaan dan klarifikasi laporan yang masuk ke KPPU berkaitan dengan dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5/ 1999) mengenai persekongkolan tender pengadaan pipa untuk proyek transmisi gas jalur lepas pantai Labuhan Maringgai – Muara Bekasi untuk proyek pipanisasi gas South Sumatera-West Java (SSWJ) tahap II PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk. Hal ini berkaitan dengan dugaan bahwa dalam tender yang diadakan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) tersebut terjadi kecurangan dengan menunjuk salah satu peserta tender yaitu Konsorsium SEAPI-Welspun sebagai pemenang dengan cara yang tidak sah dan adanya diskriminasi terhadap peserta tender lain. Untuk menyelidiki hal tersebut, KPPU membentuk Majelis Komisi yang bertugas melakukan pemeriksaan yang intensif dan berkesinambungan guna mencari data dan fakta yang mendukung untuk dapat memutuskan apakah dalam tender yang diadakan PGN tersebut terdapat bukti-bukti pelanggaran terhadap UU No. 5 Tahun 1999.

80 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 83: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Langkah selanjutnya, Majelis Komisi memanggil saksi-saksi, memeriksa surat-surat dan dokumen-dokumen, mendengar keterangan Pelapor, mendengar keterangan para Terlapor, keterangan para saksi, mendengar keterangan ahli, dan menyelidiki kegiatan para Terlapor. Setelah melewati serangkaian pemeriksaan dalam bentuk Pemeriksaan Pendahuluan, Majelis Komisi menemukan adanya indikasi pelanggaran terhadap Pasal 19 huruf d dan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam bentuk sebagai berikut: pembentukan Konsorsium SEAPI-Welspun, nilai penawaran Konsorsium SEAPI–Welspun, penunjukan DNV Singapore sebagai konsultan untuk melakukan inspeksi, PGN tidak melakukan inspeksi terhadap semua pabrik pipa dan pabrik plat peserta tender, dan pengguguran seluruh peserta dalam tender pertama.

Dari Pemeriksaan Pendahuluan telah didapat bukti-bukti berupa dugaan pelanggaran pasal dan para terlapor yaitu: Terlapor I adalah PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk. (PGN), Terlapor II yaitu Ketua Panitia Tender Pengadaan Pipanisasi Gas Sumatera Selatan-Jawa Barat Tahap II Paket Labuhan Maringgai-Muara Bekasi PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk. (Ketua Panitia), Terlapor III yaitu PT. South East Asia Pipe Industries (SEAPI), Terlapor IV adalah PT. Bakrie & Brothers, Tbk. (Bakrie & Brothers), Terlapor V adalah Welspun Gujarat Stahl Rohren Pte. Ltd. (Welspun), Terlapor VI adalah Daewoo International Corporation (Daewoo), Terlapor VII yaitu Det Norske Veritas Pte. Ltd (DNV Singapore), Terlapor VIII yaitu PT. Cipta Dekatama Tastek (Cipta Dekatama), sehingga dinilai memenuhi kriteria untuk dilanjutkan ke Pemeriksaan Lanjutan.

Dari hasil Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan serta Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan didapat bukti-bukti sebagai berikut:

- Alasan penunjukan DNV Singapore dapat diterima namun tidak mengikuti prosedur yang telah diatur dalam Keputusan Direksi Nomor: 065.K/92/750/2002 tanggal 1 April 2002;

- Tindakan Panitia Tender yang tidak melakukan inspeksi terhadap SEAPI dan plate supplier-nya telah mengakibatkan adanya perlakuan yang berbeda terhadap para peserta tender;

- Pembatalan tender telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

- Majelis Komisi menilai prosedur tender ulang yang dilakukan oleh Panitia Tender adalah tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

- Pembentukan Konsorsium SEAPI-Welspun adalah tindakan yang sesuai dengan ketentuan namun pembentukan konsorsium tersebut telah mengurangi persaingan (lessening the competition);

- Gugurnya Cipta Dekatama dalam tender ulang adalah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

- Persyaratan delivery schedule yang dibuat oleh PGN terlalu ketat;

- Pengiriman surat oleh manajemen Bakrie & Brothers tidak berpengaruh secara nyata terhadap penentuan pemenang tender.

Berdasarkan bukti-bukti tersebut di atas, maka Majelis Komisi menilai dugaan pelanggaran pasal 19 UU No. 5 Tahun 1999 telah terpenuhi, dengan unsur sebagai berikut:

- Unsur-unsur Pasal 19 huruf d UU No. 5 Tahun 1999 terpenuhi;

- Oleh karena unsur bersekongkol tidak terpenuhi, maka Majelis Komisi tidak perlu membuktikan unsur-unsur Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 lebih lanjut.

81Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 84: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Dari hasil pemeriksaan dan bukti-bukti yang didapat, Majelis Komisi telah membuat putusan yang dibacakan dalam Sidang Majelis Komisi yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Selasa tanggal 18 Juli 2006 di Gedung KPPU, Jl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat dengan putusannya adalah:1. Menyatakan bahwa PGN secara sah dan meyakinkan terbukti melanggar

ketentuan Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan bahwa Terlapor I (PGN), Terlapor II (Panitia Tender), Terlapor III (SEAPI), Terlapor IV (Bakrie and Brothers), Terlapor V (Welspun), Terlapor VI (Daewoo) dan Terlapor VII (DNV Singapore), Terlapor VIII (Cipta Dekatama) secara sah dan meyakinkan tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Memerintahkan Terlapor I (PGN) untuk menghentikan kerjasama dengan Terlapor VII (DNV Singapore) dalam pekerjaan konsultan dalam tender pengadaan pipa untuk proyek transmisi gas jalur lepas pantai Labuhan Maringgai – Muara Bekasi untuk proyek pipanisasi gas South Sumatera – West Java (SSWJ) tahap II PT. Perusahaan Gas Negara (Persero),Tbk.;

4. Memerintahkan Terlapor I (PGN) untuk melaksanakan secara konsisten peraturan pengadaan barang dan atau jasa sesuai dengan Keputusan Direksi PGN dan atau peraturan lain yang menyangkut pengadaan barang dan atau jasa;

5. Memerintahkan kepada Direktur Utama PT PGN dan Komisaris PT PGN agar memberikan sanksi administratif atas tindakan-tindakan oleh Jobi Triananda selaku Project Manager SSWJ IV.

2.43 Putusan Perkara No. 02/KPPU-L/2006 Penunjukan Langsung dalam Proyek Logo Baru Pertamina

Kasus ini bermula dari laporan kepada Sekretariat Komisi tertanggal 15 Desember 2005 dan tanggal 11 Januari 2006 tentang adanya dugaan adanya pelanggaran berkaitan dengan proyek penunjukan langsung terhadap perubahan logo PT PERTAMINA (Persero). Inti laporan tersebut yaitu bahwa PT PERTAMINA (Persero) telah melakukan pelanggaran ketentuan yang berlaku dalam melakukan perubahan logonya dengan menunjuk langsung LANDOR tanpa melalui proses tender sehingga mendiskriminasikan pelaku usaha lain. Kebijakan PT

PERTAMINA (Persero) dalam proyek perubahan logo diduga telah mengakibatkan kerugian bagi Negara.

Setelah menjalani proses pemeriksaan, KPPU pada tanggal 12 September 2006 telah memutuskan perkara tentang Penunjukan Langsung dalam Pengadaan Logo Baru PERTAMINA yang dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk umum pada tanggal 13 September 2006.

Setelah melalui proses pemeriksaan, KPPU memutuskan sebagai berikut:1. Menyatakan PT PERTAMINA (Persero) secara sah dan meyakinkan melanggar

Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

82 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 85: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat karena menunjuk secara langsung LANDOR untuk pembuatan logo PT PERTAMINA (Persero) tanpa alasan yang sah;

2. Menghukum PT PERTAMINA (Persero) untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui bank pemerintah dengan kode penerimaan 1212;

Kemudian terkait dengan putusan KPPU tersebut di atas, KPPU menghimbau masyarakat untuk menyadari keberadaan hukum persaingan dan menjalankannya dalam praktek berbisnis demi kesejahteraan masyarakat.

2.44 Putusan Perkara No. 03/KPPU-L/2006 Penunjukan Langsung dalam Proyek CIS-RISI PLN

Perkara ini muncul, setelah KPPU menerima laporan, berkaitan dengan penunjukan langsung PT. Netway Utama (NETWAY) untuk melaksanakan Proyek Outsourcing Roll Out Customer Information System Rencana Induk Sistem Informasi (CIS-RISI) di PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarata Raya dan Tangerang (DISJAYA). Terlapor adalah PT. Netway Utama (NETWAY). Dari hasil laporan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan Pendahuluan mulai tanggal 20 Februari 2006 sampai dengan tanggal 4 April 2006 dan Pemeriksaan Lanjutan dilakukan mulai tanggal 5 April 2006 sampai dengan tanggal 30 Juni 2006.

Dari kedua pemeriksaan ini terdapat fakta yaitu di dalam Proyek (CIS-RISI) PT. PLN (Persero) DISJAYA hanya melakukan evaluasi penunjukan langsung kepada NETWAY dan penunjukan langsung tersebut menyebabkan tertutupnya peluang bagi pelaku usaha lain untuk mengerjakan proyek outsourcing Roll Out CIS RISI di DISJAYA, sedangkan NETWAY tidak memenuhi kriteria untuk penunjukan langsung sebagaimana diatur dalam SK Direksi No. 036.K/DIR/1998.

Akhirnya, setelah melakukan serangkaian Pemeriksaan Pendahuluan selama 30 (tiga puluh) hari kerja, Pemeriksaan Lanjutan selama 60 (enam puluh) hari kerja, dan Perpanjangan Pemeriksaan lanjutan selama 30 (tiga puluh) hari kerja, maka sebelum Majelis Komisi mengambil keputusan, salah satu Anggota Majelis Komisi menyampaikan perbedaan pendapat (Dissenting Opinion)

Akhirnya, berdasarkan bukti-bukti yang telah dihasilkan dari pemeriksaan dan penyelidikan atas perkara ini, dalam sidang majelis tanggal 27 September 2006, Majelis Komisi memutuskan sebagai berikut:1. Menyatakan Terlapor I (DISJAYA) dan Terlapor III (PLN Pusat) tidak terbukti

melanggar Pasal 19 huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan Terlapor II (NETWAY) terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menyatakan Terlapor I (DISJAYA) dan Terlapor III (PLN Pusat) terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

4. Menyatakan Terlapor II (NETWAY) tidak terbukti melanggar Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

5. Menyatakan Terlapor I (DISJAYA), Terlapor II (NETWAY) dan Terlapor III (PLN Pusat) tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

83Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 86: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

6. Memerintahkan Terlapor I (DISJAYA) dan Terlapor III (PLN Pusat) tidak mengikutsertakan Terlapor II (NETWAY) dalam pengadaan barang dan jasa yang dilakukan Terlapor I (DISJAYA) dan Terlapor III (PLN Pusat) selama 1 (satu) tahun;

7. Memerintahkan Terlapor II (NETWAY) untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke kas negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta I, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212;

2.45 Putusan Perkara No. 04/KPPU-L/2006 Sistem Distribusi Motor Yamaha - Sulawesi Selatan

Pada tanggal 21 Desember 2005, KPPU menerima Laporan dari 4 (empat) pelaku usaha bahwa tanggal 31 Mei 2005, Suraco selaku main dealer sepeda motor merek Yamaha (selanjutnya disebut “motor Yamaha”) di Sulawesi Selatan, mengeluarkan surat Nomor: 114/SJAM/V/2005 yang berisi larangan kepada seluruh sub dealer motor Yamaha untuk tidak menjual, memasok, mempromosikan dan memajang (display) motor Yamaha di toko milik mixed channel. Di dalam surat tersebut dimuat pemberlakuan denda sebanyak Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) per unit motor Yamaha yang terbukti dijual, dipromosikan serta dipajang (display) di toko milik mixed channel serta akan dikenakan sanksi pemutusan hubungan kerja sama keagenan.

Pada tanggal 22 Juni 2005, Suraco menerbitkan surat Nomor: 138/SJAM/VI/2005 yang isinya mencabut surat Nomor: 114/SJAM/V/2005. Kemudian pada tanggal 6 Juli 2005, Suraco menerbitkan surat keterangan yang pada pokoknya menyatakan sub dealer diperbolehkan menjual motor Yamaha ke mixed channel. Para channel juga diperbolehkan memajang (display) dan mempromosikan motor Yamaha di tokonya. Akan tetapi meskipun Surat Nomor: 114/SJAM/V/2005 sudah dicabut, ternyata larangan penjualan motor Yamaha dari sub dealer ke mixed channel masih terjadi pada sub dealer Sinar Baru dan Sinar Alam. Tindakan pelarangan menjual dan memajang motor Yamaha yang dilakukan oleh Suraco, Sinar Baru dan Sinar Alam menghambat kelangsungan usaha mixed channel yang tergolong usaha kecil dan menengah.

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari hasil pemeriksaan, pada hari Selasa tanggal 31 Oktober 2006 KPPU memutuskan kasus tersebut yang dibacakan di persidangan terbuka pada hari Rabu tanggal 1 November 2006 memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I: PT. Suracojaya Abadi Motor, Terlapor II: UD. Sinar Baru,

dan Terlapor III: Toko Sinar Alam Pratama, tidak terbukti melanggar Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan Terlapor I: PT. Suracojaya Abadi Motor terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menyatakan Terlapor II: UD. Sinar Baru dan Terlapor III: Toko Sinar Alam Pratama, tidak terbukti melanggar Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

4. Memerintahkan Terlapor I: PT. Suracojaya Abadi Motor untuk memberikan kesempatan kepada mixed channel membeli motor Yamaha tanpa buka faktur sebagaimana yang diberlakukan kepada channel murni;

5. Menghukum Terlapor I: PT. Suracojaya Abadi Motor membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak Putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap, apabila Terlapor I: PT. Suracojaya Abadi Motor tidak melaksanakan butir 4 amar Putusan;

84 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 87: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Denda tersebut disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212.

2.46 Putusan Perkara No. 05/KPPU-L/2006 Distribusi Gula Pasir

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 05/KPPU-L/2006 yaitu dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5/1999) berkaitan dengan kegiatan distribusi gula pasir milik PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI). Majelis Komisi yang terdiri dari

Faisal Hasan Basri (Ketua), Tadjuddin Noer Said dan Mohammad Iqbal (masing – masing sebagai anggota), memutuskan bahwa PTPN XI, PT Agro Tani Nusantara, PT Agro Makmur Nusantara, PT Arta Agung Sentosa, PT Arta Guna Sentosa, PT Arta Kencana Agung, CV Haris, PT Kedung Agung, CV Kencana Makmur, PT Gemilang Citra Utama, CV Sumber Makmur dan PT Gemanusa Makmur Santoso tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf a dan huruf d UU No.5/1999.

Perkara ini muncul, setelah KPPU menerima laporan yang pada pokoknya menyatakan bahwa PTPN XI hanya memberikan fasilitas kemudahan kepada beberapa perusahaan mitra atau investor sehingga pemasaran gula di Jawa Timur hanya dilakukan oleh beberapa perusahaan saja, dan PTPN XI melakukan tindakan diskriminatif dalam penunjukan investor. Laporan tersebut kemudian disetujui oleh Komisi untuk menjadi perkara dan pemeriksaan pendahuluan dimulai pada tanggal 19 Mei 2006.

Setelah melakukan pemeriksaan pendahuluan, Tim Pemeriksa menemukan adanya indikasi kuat pelanggaran terhadap Pasal 19 huruf a dan huruf d UU No.5/1999 dengan pertimbangan antara lain sebagai berikut:a. PTPN XI menolak pelaku usaha lain untuk memperoleh jatah gula tanpa melalui lelang

atau hanya memberikan dalam jumlah kecil kepada pelaku usaha tertentu dan hanya memberikan jatah gula dalam jumlah besar hanya kepada PT Agro Tani Nusantara, PT Agro Makmur Nusantara, PT Arta Agung Sentosa, PT Arta Guna Sentosa, PT Arta Kencana Agung, CV Haris, PT Kedung Agung, CV Kencana Makmur, PT Gemilang Citra Utama, CV Sumber Makmur dan PT Gemanusa Makmur Santoso;

b. PTPN XI sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam penyediaan dana talangan tidak memiliki kriteria/persyaratan yang jelas dalam menunjuk investor sehingga berpotensi melakukan tindakan diskriminatif terhadap pelaku usaha tertentu

Berdasarkan hasil pemeriksaan, KPPU menemukan fakta-fakta sebagai berikut:1. Sistem penjualan gula pasir di PTPN XI dapat dilakukan melalui mekanisme lelang

dan melalui negosiasi langsung. Baik lelang maupun negosiasi langsung dapat diikuti oleh rekanan yang telah terdaftar di PTPN XI.

85Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 88: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

2. Penunjukan investor diserahkan sepenuhnya kepada APTRI (Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia) dengan alasan dana yang dikeluarkan oleh investor tersebut digunakan untuk menjamin harga gula pasir milik petani sehingga yang berhak menunjuk investor adalah petani melalui asosiasi. PTPN XI hanya bertindak sebagai pelaksana administrasi saja. Investor berhak mendapatkan hak eksklusif sebesar 30% dari seluruh gula pasir milik petani yang akan dilelang dengan harga yang sama dengan harga pemenang lelang.

3. Investor yang memberikan dana talangan di PTPN XI pada tahun 2006 terdiri dari 3 perusahaan yaitu PT Mitra Tani Sejahtera (Harijono Santoso), CV Kencana Makmur, dan CV Bima Citra, namun CV Kencana Makmur dan CV Bima Citra hanya memberikan kuasa kepada PT Mitra Tani Sejahtera untuk menandatangani Perjanjian Kerjasama Pengadaan Dana Talangan Bagi Petani Tebu Rakyat PTPN XI.

4. PTPN XI pernah menolak Kop-IKPNI (Koperasi Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia) dan PT Anugerah Sejahtera Pratama yang mengajukan diri sebagai calon investor di PTPN XI dengan alasan bahwa penunjukan investor adalah kewenangan APTRI.

5. Alasan penolakan APTRI terhadap permohonan yang diajukan oleh KOP-IKPNI karena perusahaan tersebut masih belum memiliki pengalaman di bidang pergulaan. Sedangkan alasan penolakan terhadap permohonan PT Anugerah Sejahtera Pratama karena pihak penyandangdananya mempunyai reputasi yang tidak baik.

Selain fakta-fakta tersebut di atas, Majelis Komisi juga menemukan fakta-fakta lain sebagai berikut:1. Terjadi kepemilikan silang (cross ownership) antara perusahaan-perusahaan yang

menjadi rekanan di PTPN XI karena pada dasarnya, PT Agro Tani Nusantara, PT Agro Makmur Nusantara, PT Arta Agung Sentosa, PT Arta Kencana Agung, PT Arta Guna Sentosa, CV Haris, dan PT Kedung Agung sebenarnya dimiliki dan atau dioperasikan oleh satu kelompok pelaku usaha yaitu Soeharijanto, Harijono Santoso dan Hartono Santoso.

2. APTRI selalu mewakili kepentingan petani di wilayah PTPN XI dalam melakukan hubungan dengan investor atau PTPN XI. Kelompok petani yang ada di wilayah kerja PTPN XI terdapat disetiap pabrik gula. Terdapat kelompok petani lain, yaitu KPTR Petergip yang juga mewakili sebagian petani di wilayah PTPN XI, namun calon investor yang disampaikan oleh KPTR Petergip tidak pernah ditanggapi oleh PTPN XI.

Sebelum memutuskan, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

A. Mengenai Tata Niaga Gula1. Program dana talangan tidak berjalan efektif sesuai latar belakang dan

tujuannya karena sepenuhnya mengandalkan dana swasta yang menjadi investor, padahal pihak swasta tidak mungkin dibebani misi sosial yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah.

2. Keterlibatan pelaku usaha swasta menjadi investor dalam program dana talangan pada prakteknya sangat berpotensi mengakibatkan penguasaan pembelian dan penentuan harga gula.

3. Berkaitan dengan kelemahan tersebut, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah agar program dana talangan tersebut sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah.

B. Mengenai sistem atau prosedur lelang di PTPN XI

86 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 89: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

1. PTPN XI tidak melakukan evaluasi secara berkala berkaitan dengan aktifitas dan domisili terakhir rekanannya sebagaimana ditemukan dalam proses pemeriksaan bahwa beberapa rekanan PTPN XI telah tidak aktif di bidang perdagangan gula dan telah berpindah domisili.

2. PTPN XI tidak pernah membuat batasan dalam persyaratan peserta lelang gula sehingga satu pelaku usaha dapat menggunakan beberapa perusahaan yang dimilikinya untuk mengikuti lelang yang sama. Hal tersebut sangat berpotensi mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persekongkolan dalam lelang gula.

3. Berkaitan dengan kelemahan tersebut, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk melakukan monitoring terhadap pelaksanaan lelang gula yang tidak hanya terbatas di PTPN XI.

Berdasarkan fakta-fakta yang ada, Majelis Komisi memutuskan pada tanggal 27 Desember 2006 bahwa PTPN XI, PT Agro Tani Nusantara, PT Agro Makmur Nusantara, PT Arta Agung Sentosa, PT Arta Guna Sentosa, PT Arta Kencana Agung, CV Haris, PT Kedung Agung, CV Kencana Makmur, PT Gemilang Citra Utama, CV Sumber Makmur dan PT Gemanusa Makmur Santoso tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf a dan huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

2.47 Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2006 Tender Perbaikan Langsung Bangsal di RSU Pematang Siantar

Perkara ini muncul dari laporan mengenai adanya penyelewengan yang dilakukan terlapor dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah untuk kegiatan perbaikan bangsal di Unit Kerja Rumah Sakit Umum (RSU) kota Pematang Siantar pada Tahun Anggaran 2005. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan yang diawali dengan Pemeriksaan Pendahuluan, termasuk mendengar keterangan dari terlapor. Dari pemeriksaan terungkap bahwa persekongkolan tersebut melibatkan Walikota, Wakil Walikota, dan Plt. Kepala RSU Kota Pematang Siantar dan panitia tender, serta Hasudungan Nainggolan, S.E. selaku peserta tender.

Hasudungan Nainggolan masuk dalam tender perbaikan bangsal RSU Kota Pematang Siantar melalui CV Kreasi Multy Poranc, dan sekaligus meminjam PT Pembangunan Delima Murni dan CV Sumber Mulya. Hasudungan Nainggolan yang mempersiapkan seluruh dokumen penawaran milik PT Pembangunan Delima Murni dan CV Sumber Mulya. Direktur PT Pembangunan Delima Murni dan CV Sumber Mulya tidak pernah menandatangani dokumen penawaran.

Pada tanggal 28 November 2005, Panitia mengusulkan CV Risma Karya sebagai calon pemenang kepada Plt Kepala RSU Kota Pematang Siantar. Pada tanggal 29 November 2005, Plt Kepala RSU Kota Pematang Siantar bersama dengan Panitia menghadap Wakil Walikota untuk menyampaikan usulan calon pemenang karena status Plt Kepala RSU Kota Pematang Siantar adalah sebagai Pelaksana Tugas Sementara (Plt) sehingga tidak berwenang mengambil keputusan sendiri dan hal tersebut sudah menjadi kebiasaan di Pemerintahan Kota Pematang Siantar. Pada pertemuan tersebut, Wakil Walikota menelepon seseorang yang menurut Plt Kepala RSU Kota Pematang Siantar dan Panitia Tender adalah Walikota, untuk melaporkan bahwa calon pemenang adalah CV Risma Karya. Setelah komunikasi tersebut, Wakil Walikota memerintahkan kepada Plt Kepala RSU Kota Pematang Siantar dan Panitia Tender untuk memenangkan Hasudungan Nainggolan selaku Wakil Direktur II CV Kreasi Multy Poranc. Panitia semula mengusulkan CV Risma Karya dengan harga penawaran

87Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 90: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Rp 1.502.757.000,- (satu milyar lima ratus dua juta tujuh ratus lima puluh tujuh ribu rupiah) yang kemudian berubah mengusulkan CV Kreasi Multy Poranc dengan harga penawaran Rp 1.884.197.000,- (satu milyar delapan ratus delapan puluh empat juta seratus sembilan puluh tujuh ribu rupiah) pada tanggal 30 November 2005.

Panitia tidak melakukan evaluasi ulang dalam mengubah usulan calon pemenang seperti yang diperintahkan oleh Wakil Walikota. Pada tanggal 30 November 2005, Santo Denny Simanjuntak (Panitia) menerima telepon dari seseorang yang mengaku sebagai Hasudungan Nainggolan yang mengatakan agar perusahaannya (CV Kreasi Multy Poranc) dimenangkan. Pada tanggal 30 November 2005, Walikota menelepon Santo Denny Simanjuntak (Panitia) dengan menggunakan telepon seluler milik Plt Kepala RSU Kota Pematangsiantar agar Panitia memenangkan Hasudungan Nainggolan. Hasudungan Nainggolan telah lama mengenal dan sering berkomunikasi dengan Wakil Walikota. Sebelumnya Hasudungan Nainggolan pernah mencalonkan diri sebagai pasangan Walikota dan Wakil Walikota bersama dengan Wakil Walikota saat ini.

Berdasarkan fakta-fakta yang ada, Majelis Komisi mengambil keputusan sebagai berikut: a. Menyatakan Bahwa Terlapor I, Iswan Lubis, S.H. selaku Pelaksana Tugas

Sementara Kepala Rumah Sakit Umum Kota Pematang Siantar, bersama-sama dengan Terlapor II, Santo Deny Simanjuntak, S.H. selaku Ketua Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kegiatan Perbaikan Bangsal di Unit Kerja RSU Kota Pematang Siantar Tahun Anggaran 2005; Terlapor VI, Ir. Robert Edison Siahaan selaku Walikota Pematang Siantar, dan Terlapor VII, Drs. Imal Raya Harahap selaku Wakil Walikota Pematang Siantar terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999;

b. Menyatakan bahwa terlapor III, CV Kreasi Multy Poranc, terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999;

c. Menyatakan bahwa Terlapor IV, PT. Pembangunan Delima Murni, terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan pasal 22 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999;

d. Menyatakan bahwa terlapor V, CV Sumber Mulya; terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999;

e. Menyatakan bahwa Terlapor VIII, Hasudungan Nainggolan, S.E., terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan pasal 22 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999;

f. Menghukum Terlapor III, CV Kreasi Multy Poranc, Terlapor IV, PT Pembangunan Delima Murni, Terlapor V, CV Sumber Mulya tidak diperkenankan mengikuti tender yang diselenggarakan oleh Pemerintah Propinsi dan atau Pemerintah Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara selama 1 (satu) tahun anggaran sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap;

g. Menghukum Terlapor VIII, Hasudungan Nainggolan, S.E tidak diperkenankan mengikuti tender yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Pematang Siantar selama 1 (satu) tahun anggaran sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap dan membayar ganti rugi kepada negara sebesar Rp 127.146.666,67,- (seratus dua puluh tujuh juta seratus empat puluh enam ribu enam ratus enam puluh enam rupiah enam puluh tujuh sen) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212.

88 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 91: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.48 Putusan Perkara No. 08/KPPU-L/2006 Tender Pekerjaan Non Distructing Testing Inspection

ServicesPerkara ini adalah perkara laporan yang diterima oleh KPPU pada awal Mei 2006 mengenai dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5/1999) terkait dengan Tender No. 200/SINS-WD/03-D untuk pekerjaan Non Distructing Testing (NDT) Inspection Services di Total E & P Indonesie, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Dugaan persekongkolan tender ini muncul setelah tender NDT tersebut di atas dilakukan tender ulang karena tidak ada peserta yang memenuhi persyaratan. Sebelum dimulainya tender ulang tersebut, dilakukan pertemuan-pertemuan antara PT. Surveyor Indonesia dan PT. Inspektindo Pratama yang dimaksudkan untuk membicarakan kerja sama antara PT. Surveyor Indonesia dan PT. Inspektindo Pratama dalam rangka memenangkan dan menangani kegiatan proyek pekerjaan NDT Inspection Services Tender No. 200/SINS-WD/03-D di Total E & P Indonesia.

Beberapa data dan fakta yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dan penyelidikan yang dilakukan oleh KPPU: 1. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan yang dituangkan dalam

perjanjian kerja sama tanggal 13 Januari 2004 yang ditandatangani oleh masing-masing direktur utama PT. Surveyor Indonesia dan PT. Inspektindo Pratama, yang pada pokoknya berisi pembagian pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing antara lain:a. Lingkup kerjasama ini dimulai dari kegiatan pra tender sampai dengan

pelaksanaan kegiatan proyek, yaitu Persiapan, Penyusunan, Penyampaian Data Administrasi dan Teknis, Data Penawaran Harga, dan Data Pelaksanaan untuk Pekerjaan;

b. PT. Surveyor Indonesia akan berperan sebagai bidder yang akan diupayakan untuk memenangkan tender dan PT. Inspektindo Pratama akan mendukung sepenuhnya;

c. PT. Surveyor Indonesia akan mengatur dan membentuk Tim Sukses untuk evaluasi teknis dengan dukungan penuh dari PT. Inspektindo Pratama;

d. PT. Inspektindo Pratama akan berperan untuk me-manage dan mengatur

Dalam kasus ini Majelis Komisi meminta kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengambil tindakan terhadap Walikota, Wakil Walikota Pematang Siantar dan Hasudungan Nainggolan terhadap kerugian negara sebesar Rp 381.440.000,- (tiga ratus delapan puluh satu juta empat ratus empat puluh ribu rupiah dalam pelaksanaan tender perbaikan bangsal RSU Kota Pematang Siantar. Meminta kepada Pemerintah agar dalam pelaksanaan Keppres No. 80 Tahun 2003, Panitia Lelang/ Tender melaksanakan Pakta Integritas dengan benar dan pihak yang melaksanakan Pakta Integritas terlindungi secara hukum. Meminta kepada Pemerintah Daerah untuk memerintahkan kepada setiap Panitia Pengadaan Barang/ Jasa agar dalam pelaksanaan tender memperhatikan UU No. 5 Tahun 1999 dan Keppres No. 80 Tahun 2003 dan menutup peluang bagi pelaku usaha yang dalam proses lelang memakai/meminjam perusahaan lain (pinjam bendera). Meminta kepada atasan langsung Plt Kepala RSU Kota Pematang Siantar dan Panitia agar tidak menjatuhkan sanksi administratif kepada Plt Kepala RSU Kota Pematang Siantar dan Panitia Tender.

TAHUN 2007

89Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 92: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

komposisi harga penawaran sehingga diperoleh harga jual dan komposisi yang paling menguntungkan di kedua belah pihak;

2. Perjanjian tersebut ternyat a diingkari oleh PT. Inspektindo Pratama karena PT. Inspektindo Pratama pada tanggal 15 Januari 2004 memasukkan dokumen penawaran dalam tender NDT tersebut. Hal tersebut mengingkari kesepakatan yang kedua bahwa yang menjadi bidder adalah PT. Surveyor Indonesia. Hal tersebut dipertegas oleh Johannes Widodo Rantow, Direktur PT. Inspektindo Pratama yang pada tanggal 14 Februari 2004 menyampaikan surat pembatalan kepada Direktur Utama PT. Surveyor Indonesia, Didie B. Tedjosumirat, yang berisi pernyataan bahwa perjanjian kerja sama tertanggal 13 Januari 2003 adalah tidak sah, karena pada tanggal penandatanganan perjanjian kerja sama tersebut, H.S. Syafrul sudah tidak lagi menjabat sebagai Direktur Utama PT. Inspektindo Pratama dan memberitahukan bahwa PT. Inspektindo Pratama memutuskan untuk berpartisipasi dalam tender secara mandiri. Pertimbangan dibatalkannya surat perjanjian oleh Direktur PT. Inspektindo Pratama yang baru tersebut, karena sulit dilaksanakan hingga akhirnya merugikan PT. Inspektindo Pratama dan tidak patut adanya kerja sama antara dua bidder. PT. Inspektindo Pratama kemudian memasukkan dokumen penawaran tender tersebut pada tanggal 15 Februari 2004.;

3. Pada tanggal 16 Februari 2004, Direktur Utama PT. Surveyor Indonesia, Didie B. Tedjosumirat, menyampaikan surat balasan kepada Direktur PT. Inspektindo Pratama, dan PT. Surveyor Indonesia menyatakan bahwa untuk selanjutnya perjanjian kerja sama tersebut batal demi hukum, sehingga segala hak dan kewajiban yang timbul dalam perjanjian tersebut dinyatakan tidak ada;

4. Bahwa benar, antara PT. Surveyor Indonesia dengan PT. Inspektindo Pratama telah melakukan persekongkolan tender berupa kesepakatan kerja sama untuk mengatur dan menentukan PT. Surveyor Indonesia sebagai pemenang lelang NDT Inspection Services yang dilaksanakan oleh Panitia lelang di Total E & P Indonesie namun dengan dimasukkannya dokumen penawaran tender oleh PT. Inspektindo Pratama dan dibatalkannya Perjanjian Kerja Sama tanggal 13 Januari 2004 oleh kedua pihak, maka perilaku mengatur dan atau menentukan pemenang tender tidak terbukti dilaksanakan oleh PT. Surveyor Indonesia dan PT. Inspektindo Pratama, sehingga tidak memenuhi salah satu unsur Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang berbunyi: “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”, dan oleh karena itu tidak dapat dikatakan telah terjadi pelanggaran terhadap UU No. 5/1999.

Berdasarkan fakta-fakta diatas maka KPPU memutuskan bahwa Terlapor I: PT Surveyor Indonesia dan Terlapor II: PT InspektindoPratama tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

2.49 Putusan Perkara No. 09/KPPU-L/2006 Tender Pengadaan Meubelair di Lembaga Administrasi

Negara (LAN), Makassar

Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) No. 09/KPPU-L/2006 merupakan perkara yang berawal dari laporan oleh pelaku usaha ke KPPU. Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa Panitia Tender melakukan beberapa kesalahan dan kelalaian dalam melaksanakan proses tender antara lain:

90 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 93: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

1. Tidak membuat kriteria/ spesifikasi Barang Pabrikasi dan Barang Non Pabrikasi secara terperinci;

2. Tidak mengumumkan nilai total Harga Perkiraan Sendiri (HPS) sebagaimana ketentuan Keppres Nomor 80 Tahun 2003;

3. Tidak melakukan tahapan evaluasi penawaran peserta tender sebagaimana tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS);

4. Tidak melakukan evaluasi kualifikasi Kemampuan Dasar (KD) peserta tender.

Meskipun telah terjadi kesalahan-kesalahan dan kelalaian dalam melaksanakan proses tender, Majelis Komisi menilai bahwa kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh Panitia Tender tersebut di atas bukan merupakan tindakan kesengajaan untuk mengatur pemenangan salah satu peserta tender. Majelis Komisi menilai dugaan persekongkolan yang dilakukan oleh Panitia Tender dengan CV. Diamond Abadi dan CV Banyumas dalam bentuk Post Bidding antara Panitia Tender dengan CV. Diamond Abadi serta dugaan adanya persekongkolan horisontal di antara peserta tender tidak didukung oleh fakta dan bukti yang kuat.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Majelis Komisi juga menemukan fakta-fakta yang dinilai perlu untuk dikemukakan dalam putusannya, yaitu:1. Terdapat pernyataan saksi dibawah sumpah mengenai adanya persekongkolan

horizontal berbentuk tawaran uang mundur sebesar Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dari Terlapor III kepada peserta tender lainnya yang tidak didasarkan pada fakta yang benar;

2. Ditemukan fakta bahwa para peserta tender kerap meminjam nama perusahaan lain guna memenuhi persyaratan kompetensi yang ditentukan dalam suatu tender sebagai suatu hal yang dianggap lazim. Kelaziman tersebut merupakan kondisi yang tidak benar dan tidak sehat dalam dunia usaha;

3. Khusus dalam tender pengadaan barang, persyaratan Kualifikasi mengenai Kemampuan Dasar berpotensi menjadi hambatan (entry barrier) bagi perusahaan kecil atau perusahaan baru untuk memperoleh kesempatan mengikuti berbagai kegiatan tender yang menimbulkan kondisi persaingan usaha yang tidak sehat;

4. Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara mengenai proses tender yang sama, serta Surat Pemberitahuan Hasil Penyelidikan dan Penyidikan Kepolisan Daerah Sulawesi Selatan terhadap proses tender yang sama, tidak dipertimbangkan oleh Majelis Komisi karena tidak relevan dengan subtansi perkara No. 09/KPPU-L/2006 yang dinilai dari sisi persaingan usaha.

Berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang ditemukan selama proses pemeriksaan, maka Majelis Komisi yang terdiri dari Tadjuddin Noer Said (Ketua), Ahmad Ramadhan Siregar dan Anna Maria Tri Anggraini (masing-masing sebagai anggota) memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I: Panitia Tender Pengadaan Meubelair Kantor Pusat Kajian

dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur II (PKP2A) Lembaga Administrasi Negara (LAN) Makassar tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan Terlapor II: CV. Diamond Abadi tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menyatakan Terlapor III: CV. Banyumas tidak terbukti melanggar Pasal 22

91Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 94: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

Putusan tersebut dibacakan dalam Sidang Majelis Komisi yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2007 di Gedung KPPU Jl. Ir. H. Juanda no. 36 Jakarta Pusat. Meskipun Terlapor tidak terbukti melanggar UU No.5 tahun 1999, namun sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:1. Meminta kepada atasan Panitia Tender untuk memberikan sanksi kepada Panitia

Tender atas kesalahan dan kelalaian dalam melaksanakan tender meubelair di LAN Makassar;

2. Mengambil tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap laporan, sumpah, atau pernyataan yang diduga palsu;

3. Meminta kepada Pemerintah agar membuat peraturan dalam pengadaan barang dan jasa baik di lingkungan pemerintah maupun swasta yang mewajibkan Panitia lelang/tender memuat ketentuan tentang larangan pinjam meminjam nama perusahaan dan memeriksa keabsahan identitas peserta tender;

4. Meminta kepada Pemerintah untuk mengkaji ulang ketentuan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 mengenai persyaratan Kemampuan Dasar dan kualifikasi lain khususnya untuk pengadaan barang yang berpotensi untuk menghambat para pelaku usaha dalam mengikuti kegiatan tender tanpa mengabaikan penilaian kompetensi pelaku usaha dalam melaksanakan pekerjaan.

2.50 Putusan Perkara No. 14/KPPU-L/2006 Tender Pengadaan Integrated Shorebase Management and

Logistic Services (No. DCU-0064A) di BP BerauPerkara ini diawali dari laporan ke KPPU pada tanggal 29 Juni 2006 yang menyatakan bahwa terdapat dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 dalam tender pengadaan integrated shorebase management and logistic services (No. DCU-0064A) di BP Berau. Hasil pemeriksaan Majelis Komisi menemukan fakta bahwa pada tanggal 2 dan 3 November 2004, BP Berau Ltd mengumumkan tender pengadaan integrated shorebase management and logistic services yang mencakup manajemen pangkalan darat di proyek LNG Tangguh, camp dan katering, bengkel mesin, manajemen logistik dan pengurusan kargo, transportasi darat, peralatan angkat, manajemen limbah, penanggulangan dan pembersihan tumpahan minyak, inspeksi pipa bor, dan angkutan laut.

BP Berau Ltd melaksanakan 2 kali tender untuk pengadaan integrated shorebase management and logistic services. Tender pertama diadakan pada tanggal 2-3 November 2005 dan dinyatakan batal karena 5 perusahaan yang memasukkan dokumen penawaran dinyatakan gugur karena penawaran yang mereka masukkan dianggap tidak memenuhi syarat. Tender kedua, dilaksanakan pada tanggal 13-27 September 2005 dan diikuti oleh 4 perusahaan yang sebelumnya sudah lulus tahapan prakualifikasi, yaitu: PT. Cipta Krida Bahari, PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries (CPPI), PT. Eka Nuri (Leader Eka Nuri Consortium), dan PT. Supraco yang dinyatakan gugur setelah proses evaluasi. Ketiga peserta tersebut mengajukan penawaran harga, yaitu : (1) Eka Nuri Consortium sebesar US$ 73,696,172.88 dengan nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) 86.05, (2) PT Cipta Pembina Pengangkutan Industries sebesar US$ 78,908,093.00 dengan nilai TKDN 51.29, dan (3) PT Cipta Krida Bahari sebesar US$ 83,911,513.98 dengan nilai TKDN 62.14.

92 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 95: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Pada tanggal 8 Desember 2005, PT Cipta Pembina Pengangkutan Industries menyampaikan keberatannya kepada BP Berau mengenai penawaran Eka Nuri Consortium terkait dengan masalah perhitungan TKDN dan masalah perizinan pelabuhan PT Bangun Adyabahan Perkasa yang diajukan dalam penawaran Eka Nuri Consortium.

Selanjutnya pada tanggal 15 Desember 2005, BP Berau Ltd mengajukan usulan kepada BPMIGAS untuk menetapkan Eka Nuri Consortium sebagai pemenang tender, meskipun perhitungan TKDN belum selesai dilakukan dengan alasan koreksi atas TKDN yang diajukan oleh Eka Nuri Consortium tidak akan mempengaruhi urutan peringkat. BP Berau kemudian mengajukan permohonan verifikasi ke Dirjen Migas. Ditjen Migas menerbitkan hasil verifikasi TKDN dan menyatakan bahwa Eka Nuri Consortium salah menghitung nilai TKDN yang sebelumnya 86.05 menjadi 56.03. Atas kesalahan perhitungan TKDN tersebut, Eka Nuri Consortium dikenai sanksi yaitu harus memenuhi nilai kandungan lokal sebesar nilai yang diajukan ditambah 10% menjadi 96,05%.

Tanggal 26 April 2006, BP MIGAS menyetujui usulan BP Berau Ltd. untuk menetapkan Eka Nuri Consortium sebagai pemenang, dengan catatan, semua perizinan yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku sudah harus diperoleh oleh kontraktor sebelum pekerjaan dilakukan. Pada tanggal 27 Januari 2006, kontrak LoA ditandatangani oleh PT. Eka Nuri dan BP Berau Ltd. mengeluarkan pemberitahuan bahwa Eka Nuri Consortium telah ditetapkan sebagai pemenang yang dilanjutkan dengan penandatanganan kontrak kerja oleh BP Berau Ltd. dan Eka Nuri Consortium.

Majelis Komisi menilai dugaan pelanggaran pada perkara ini adalah adanya persekongkolan tender yang berdasarkan atas tiga permasalahan, yaitu (1) Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) Eka Nuri Consortium, (2) Izin pelabuhan PT. Bangun Adyabahan Perkasa yang digunakan oleh Eka Nuri Consortium, dan (3) LoA BP Berau.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang memadai dengan meminta keterangan dari Saksi, Instansi Pemerintah, Ahli dan meneliti dokumen dan surat-menyurat dengan pihak terkait, pada proses tender tersebut tidak terbukti telah terjadi persekongkolan antara Eka Nuri Consortium dengan BP Berau Ltd untuk memenangkan Eka Nuri Consortium.

Majelis Komisi dalam putusannya yang dibacakan pada hari Kamis tanggal 28 Juni 2007 di Gedung KPPU Jl. Ir. H. Juanda no. 36 Jakarta Pusat, memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan pihak terkait sebagai berikut: 1. Merekomendasikan kepada Menteri Perhubungan untuk memperbaiki

mekanisme dan proses pemberian izin pengoperasian pelabuhan agar memberi kepastian hukum dan kepastian berusaha bagi pelaku usaha di bidang usaha kepelabuhanan;

2. Merekomendasikan kepada Kepala BPMIGAS untuk memberikan sanksi kepada

Kepala Divisi Hukum, Alan Frederik, sesuai dengan peraturan yang berlaku;

3. Merekomendasikan kepada BPMIGAS untuk melakukan koordinasi kepada semua instansi terkait untuk meningkatkan pemakaian barang dan jasa dalam negeri, (4) Merekomendasikan kepada BPMIGAS untuk memberikan sanksi kepada BP Berau Ltd. karena tidak sepenuhnya melaksanakan ketentuan-ketentuan PTK 007 pada tender ini;

4. Merekomendasikan kepada BPMIGAS untuk menyempurnakan PTK 007 khususnya terkait mengenai TKDN dan pekerjaan mendahului kontrak.

93Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 96: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa: a. Perjanjian antara PT Pertamina (Persero) dengan agen Elpiji bukan merupakan

bentuk perjanjian yang bertujuan untuk membatasi agen dalam mendistribusikan dan memasarkan Elpiji;

b. Perjanjian antara PT Pertamina (Persero) dengan APPEL - PT Bina Mulia Jaya Abadi dimaksudkan untuk menjaga ketersediaan Elpiji di masing-masing agen dengan harga yang lebih murah;

c. Keberadaan APPEL di Pulau Bangka menyebabkan harga jual Elpiji di tingkat konsumen menjadi lebih murah;

d. Pencabutan Surat General Manager UPMS II PT Pertamina (Persero) No. 057/E22000/2006-S3 tanggal 3 Maret 2006 merupakan langkah PT Pertamina (Persero) dalam memberikan kebebasan kepada agen Elpiji untuk memilih tempat pembelian/pengisian Elpiji.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Majelis Komisi juga menemukan hal-hal lain yang dinilai perlu untuk dikemukakan dalam putusannya, yaitu:1. Bahwa Elpiji merupakan komoditas bebas (yang harganya tidak ditetapkan oleh

Pemerintah), namun Pemerintah masih turut campur dalam penentuan harga;

2. Bahwa akibat kurang tanggapnya Wira Penjualan UPMS II Palembang dalam merespon permasalahan pendistribusian Elpiji di Pulau Bangka mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap perjanjian yang dilakukan oleh APPEL dan agen, sehingga menyebabkan keterlambatan PT Pertamina (Persero) mengambil tindakan sebagaimana mestinya.

Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai berikut: 1. Meminta kepada Pemerintah agar mengambil kebijakan yang tegas dalam hal

pendistribusan dan penetapan harga Elpiji;

2. Meminta kepada PT Pertamina (Persero) agar memberi sanksi administratif kepada Wira Penjualan UPMS II Palembang atas kelalaiannya dalam menjalankan tugas pengawasan pendistribusian Elpiji di wilayah Pulau Bangka, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.51 Putusan Perkara No. 15/KPPU-L/2006 Kegiatan Pendistribusian Elpiji di Sumatera Selatan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 15/KPPU-L/2006 yaitu dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5/1999) terkait dengan Pendistribusian Elpiji di Sumatera Selatan.

94 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 97: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.52 Putusan Perkara No. 16/KPPU-L/2006 Tender pekerjaan SKTM (Kabel Tegangan Menengah) 20KV

Paket 4, 9, 20 dan 21 di PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (PLN Disjaya) Tahun Anggaran 2005Berdasarkan laporan yang diterima oleh KPPU maka dilakukan serangkaian proses pemeriksaan. Majelis Komisi KPPU menemukan fakta bahwa tender pekerjaan SKTM merupakan tender gabungan antara jasa konstruksi (galian dan instalasi kabel) yang nilai pekerjaannya hanya sekitar 20% dari total nilai proyek dan pengadaan kabel yang nilainya mencapai 80% dari total nilai proyek.

Dasar peraturan yang digunakan PLN Disjaya untuk mengatur proses tender ini adalah Surat Keputusan Direksi PLN No. 100.K/010/DIR/2004 dan Keputusan Direksi PLN No. 200.K/010/ DIR/ 2004 yang implementasinya diserahkan pada masing-masing General Manager di setiap wilayah kerjanya. PLN Disjaya sebagai penyelenggara tender telah keliru dalam menerapkan SK Direksi PLN ketika membuat persyaratan mengikuti tender. Salah satu persyaratan tersebut adalah kewajiban bagi kontraktor untuk mendapatkan dukungan pabrik kabel atau membentuk konsorsium dengan menempatkan kontraktor sebagai leader dalam konsorsium padahal bagian pekerjaannya sangat kecil bila dibandingkan dengan pengadaan material utamanya. Ketentuan mengenai konsorsium atau dukungan sesungguhnya tidak diatur dalam kedua SK direksi PLN tersebut.

Selanjutnya ketentuan tersebut digunakan oleh para pabrikan kabel, DPD Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (DPD AKLI) dan para kontraktor untuk melakukan pengaturan-pengaturan yang merupakan suatu tindakan persekongkolan dalam bentuk:1. Pengaturan mendapatkan surat dukungan atau konsorsium sehingga tercipta

suatu kondisi 3 penawar terendah dari paket 4, 20 dan 21 selalu dalam bentuk konsorsium dan bentuk dukungan berada peringkat keempat dan seterusnya;

2. Pengaturan terhadap harga penawaran sehingga tidak ada peserta tender yang menawar melampaui HPS padahal panitia tender tidak pernah mengumumkan besaran HPS (harga perkiraan sendiri) untuk tiap paket pada saat aanwijzing (rapat penjelasan tender);

3. Pengaturan terhadap jumlah pasokan kabel untuk tiap paket yang ditenderkan, sehingga masing-masing pabrikan memasok untuk jumlah yang relatif sama.

Persekongkolan tersebut tidak sepenuhnya berhasil dengan ditunjuknya PT. Prima Beton sebagai pemenang di Paket 9 sehingga ada beberapa pabrikan batal memasok kabel untuk paket 9. Selanjutnya dengan pertimbangan bisnis setelah mendapat persetujuan PLN Disjaya, PT. Prima Beton mengimpor kabel untuk melaksanakan tender tersebut.

Bentuk pengaturan lainnya adalah melalui tindakan penyesuaian di antara sembilan pabrik kabel untuk menyamakan harga kabel sebagai berikut: yaitu harga kabel

Berdasarkan alat bukti yang telah diuraikan di atas, maka Majelis Komisi memutuskan PT Pertamina (Persero) sebagai Terlapor tidak terbukti melanggar Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999. Putusan tersebut dibacakan pada hari Rabu tanggal 23 Mei 2007 di Gedung KPPU Jl. Ir. H. Juanda no. 36 Jakarta Pusat.

95Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 98: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

tegangan menengah ukuran 3x240mm2 dan ukuran 3x300mm2 yang pada awalnya bervariasi berubah menjadi Rp 270.000,-/m untuk ukuran 3x240mm2 dan Rp 311.450,-/m untuk kabel ukuran 3x300mm2. Pengaturan terjadi karena Panitia Tender mengundurkan jadwal pemasukan dokumen penawaran dan berpindahnya pabrikan dari satu konsorsium ke konsorsium yang lain.

Pelanggaran terhadap UU No.5/1999 tersebut dilakukan oleh:(1) PT. PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (PLN Disjaya) yang merupakan

penyelenggara tender,

(2) DPD Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia Jakarta dan Tangerang yang merupakan lembaga perkumpulan kontraktor dibidang elektrikal,

(3) Para pelaku usaha sebagai berikut: PT. Alpha Radiant, PT. Yudhita Nugraha Karya, PT. Tangguk Jaya, PT. Prima

Beton, PT. Guna Swastika, PT. Kedungjaya Rekadayatama, PT. Dipa Menka Engineering, PT. Nusakontrindo Widyatama, PT. Canas Unggul, PT. Megaputra Ganda Dinamika, PT. Riffi Brothers & Sons, PT. Wahanayasa Trans Energi, PT. Indo Fuji Energi, PT. Hilmanindo Signitama, PT. Andika Energindo, PT. Inpar Saka, PT. Metrindo Maju Persada, PT. Mekadaya Terestria, PT. Dhana Julaga Ekada yang merupakan kontraktor dibidang mekanikal dan elektrikal, PT. Sumi Indo Kabel Tbk., PT. Jembo Cable Company Tbk., PT. BICC Berca Cables, PT. Kabelindo Murni, PT. Voksel Elektrik Tbk., PT. GT Kabel Indonesia Tbk., PT. Prysmian Cables Indonesia, PT. Terang Kita dan PT. Supreme Cable manufacturing Corporation yang merupakan pabrikan kabel.

Setelah menganalisis fakta-fakta dan mengambil kesimpulan, pada hari Kamis tanggal 28 Juni 2007 di Gedung KPPU Jl. Ir. H. Juanda no. 36 Jakarta Pusat, Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan PT GT Kabel Indonesia Tbk, PT Supreme Cable Manufacturing

Corporation, PT Prysmian Cable Indonesia, PT BICC Berca Cable, PT Voksel Electric Tbk, PT Terang Kita, PT Jembo Cable Company Tbk, PT Sumi Indo Kabel dan PT Kabelindo Murni Tbk terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan PT Supreme Cable Manufacturing Corporation terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf d UU No. 5 Tahun 1999;

3. Menyatakan PT Alpha Radiant Engineering, PT Yudhita Nugraha Karya, PT Tangguk Jaya, PT Guna Swastika Dinamika, PT Kedungjaya Rekadayatama, PT Dipa Menka Engineering, PT Nusakontrindo Widyatama, PT Canas Unggul, PT Megaputra Ganda Dinamika, PT Riffi Brothres & Sons, PT Wahanayasa Trans Energi, PT Indofuji Energi, PT Hilmanindo Signintama, PT Andika Energindo, PT Inpar Saka, PT Metrindo Maju Persada, PT Mekadaya Terestria, PT Dhana Julaga Ekada, PT Sumi Indo Kabel Tbk, PT Jembo Company Cable Tbk, PT BICC Berca Cables, PT Kabelindo Murni Tbk, PT Voksel Elektrik Tbk, PT GT Kabel Indonesia Tbk, PT Prysmian Cables Indonesia, PT Terang Kita, PT Supreme Cable Manufacturing Corporation, PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dan DPD AKLI Jakarta dan Tangerang terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999;

4. Menyatakan PT Prima Beton International tidak terbukti melanggar Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999;

5. Menghukum PT GT Kabel Indonesia Tbk, PT Prysmian Cable Indonesia, PT BICC Berca Cable, PT Voksel Electric Tbk, PT Terang Kita, PT Jembo Cable Company

96 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 99: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.53 Putusan Perkara No. 17/KPPU-L/2006 Tender Pengadaan Komponen Lampu di Suku Dinas

Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Kotamadya Jakarta Selatan

Perkara No. 17/KPPU-L/2006 merupakan perkara yang dilaporkan oleh pelaku usaha ke KPPU. Dalam perkara tersebut, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku persekongkolan horizontal para pelaku usaha sebagai berikut:1. PT Harbarinja Agung (Terlapor I)2. PT Sekala Jalmakarya (Terlapor II)3. PT Dinamika Prakarsa Elektrikal

(Terlapor III)4. PT Dian Pratama Persada

(Terlapor IV)

Tbk, PT Sumi Indo Kabel dan PT Kabelindo Murni Tbk membayar denda masing-masing sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);

6. Menghukum PT Supreme Cable Manufacturing Corporation membayar denda sebesar Rp 1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta rupiah);

7. Menghukum PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang membayar denda sebesar Rp 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah);

8. Menghukum melarang PT Alpha Radiant Engineering, PT Yudhita Nugraha Karya, PT Tangguk Jaya, PT Guna Swastika Dinamika, PT Kedungjaya Rekadayatama, PT Dipa Menka Engineering, PT Nusakontrindo Widyatama, PT Canas Unggul, PT Megaputra Ganda Dinamika, PT Riffi Brothres & Sons, PT Wahanayasa Trans Energi, PT Indofuji Energi, PT Hilmanindo Signintama, PT Andika Energindo, PT Inpar Saka, PT Metrindo Maju Persada, PT Mekadaya Terestria, PT Dhana Julaga Ekada mengikuti seluruh kegiatan tender yang diadakan oleh PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang selama 1 (satu) tahun terhitung sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap.

Sedangkan untuk Panitia Pengadaan Barang/Jasa Suku Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas (selanjutnya disebut “PJU & SJU”) Kotamadya Jakarta Selatan (Terlapor V), Majelis Komisi perlu menilai Rencana Kerja dan Syarat (RKS) yang disusun oleh Panitia berdasarkan spesifikasi teknis dari Dinas PJU & SJU Propinsi DKI Jakarta. Dalam RKS tersebut Dinas PJU & SJU Propinsi DKI Jakarta mensyaratkan:1. Barang yang ditawarkan harus dari satu merek pabrikan;

2. Barang yang ditawarkan dari luar negeri harus mempunyai kantor perwakilan serta mempunyai investasi bidang perlampuan di Indonesia (dibuktikan dengan surat yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti BKPM/DEPPERIN/DEPDAG);

3. Merek dagang dari barang yang ditawarkan harus sesuai dengan merek dagang negara pembuatnya.

97Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 100: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Dengan adanya persyaratan di atas, maka tender ini hanya dapat diikuti oleh 4 merek lampu yang mempunyai investasi bidang perlampuan di Indonesia, yaitu Philips, GE, Osram, dan Panasonic. Pada kenyataannya, tender tersebut hanya diikuti oleh 2 merek lampu yaitu Philips dan GE. Pemenang untuk komponen lampu HPS 70 Watt adalah PT Sekala Jalmakarya yang membawa merek GE dengan harga Rp 1.977.362.750, sedangkan pemenang untuk komponen lampu HPS 150 Watt adalah PT Harbarinja Agung yang membawa merek Philips dengan harga Rp 533.275.600.

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa: e. PT Philips Indonesia (Philips) dan PT GE Lighting Indonesia (GE) tidak termasuk

dalam kategori kantor perwakilan sebagaimana yang dipersyaratkan dalam RKS tentang persyaratan kantor perwakilan serta mempunyai investasi di bidang perlampuan di Indonesia.

f. Persyaratan kantor perwakilan serta investasi bidang perlampuan di Indonesia tidak relevan dan menjadi hambatan bagi perusahaan yang menawarkan produk yang tidak mempunyai kantor perwakilan serta investasi bidang perlampuan di Indonesia.

g. Persyaratan kantor perwakilan serta investasi bidang perlampuan di Indonesia bertentangan dengan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat. Meskipun persyaratan tersebut disepakati secara sadar oleh para calon Peserta tender dengan Panitia Tender tetapi kesepakatan tersebut tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian dan bukanlah “kausa yang halal”. Oleh karena perjanjian tersebut tidak memenuhi persyaratan objektif maka perjanjian tersebut harus batal demi hukum.

h. Kesalahan pengetikan yang terdapat pada dokumen penawaran PT Sekala Jalmakarya, PT Harbarinja Agung dan PT Dian Pratama Persada bukan bersifat kebetulan mengingat PT Sekala Jalmakarya, PT Harbarinja Agung dan PT Dian Pratama Persada merupakan suatu entitas yang terpisah dan mandiri satu sama lain. Kesamaan kesalahan tersebut menunjukkan dokumen penawaran milik PT Sekala Jalmakarya, PT Harbarinja Agung dan PT Dian Pratama Persada disiapkan oleh orang yang sama atau setidak-tidaknya disusun secara bersama-sama.

i. Pengaturan pemenang tender dilakukan dengan cara menyesuaikan tingkat keuntungan kotor antara PT Sekala Jalmakarya, PT Harbarinja Agung dan PT Dian Pratama Persada.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Bahwa PT Philips Indonesia dan PT GE Lighting Indonesia menggunakan izin impor

komponen lampu HPS 70 Watt dan 150 Watt yang merupakan produk akhir siap pakai dan bukan merupakan bahan baku atau bagian dari penunjang industri kedua pabrikan tersebut. Seharusnya izin impor tersebut hanya digunakan untuk mengimpor komponen sebagai penunjang industri.

2. Bahwa persyaratan surat dukungan perusahaan dengan melampirkan surat investasi bidang perlampuan di Indonesia menghambat calon peserta tender lainnya untuk mengikuti dan memenangkan tender.

Dalam perkara ini Majelis Komisi bersifat independen dan tidak terikat dengan penanganan perkara apapun atau terikat dengan siapapun.Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai berikut:1. Memberikan rekomendasi kepada Menteri Perdagangan untuk mengevaluasi

kembali pemberian izin impor barang jadi yang diberikan kepada pabrikan lampu

98 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 101: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

yang tergabung dalam Asosiasi Industri Lampu dan Kelistrikan Indonesia (AILKI).

2. Memberikan rekomendasi kepada Gubernur DKI Jakarta untuk memerintahkan kepada Kepala Dinas PJU & SJU Propinsi DKI Jakarta agar tidak mencantumkan klausula tentang persyaratan adanya kantor perwakilan serta investasi bidang perlampuan di Indonesia dalam tender-tender yang akan datang.

3. Memberikan rekomendasi kepada Gubernur DKI Jakarta untuk memerintahkan kepada Bawasda agar melakukan pemeriksaan terhadap pemenuhan kebutuhan lampu di lingkungan Dinas dan Suku Dinas PJU & SJU di Propinsi DKI Jakarta.

Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh selama pemeriksaan, pada 4 Juli 2007 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor IV terbukti melanggar ketentuan

Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan Terlapor III dan Terlapor V tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menyatakan klausula tentang persyaratan adanya kantor perwakilan serta investasi bidang perlampuan di Indonesia dalam RKS “batal demi hukum”;

4. Menghukum Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor IV untuk tidak mengikuti tender pengadaan di lingkungan Dinas dan Suku Dinas PJU & SJU di Propinsi DKI Jakarta selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap;

5. Menghukum Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor IV untuk membayar denda masing-masing sebesar Rp 1.000.000.000 apabila melanggar butir 4 amar putusan ini yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

2.54 Putusan Perkara No. 02/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Peralatan Gizi Tahun 2006 di RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 02/KPPU-L/2007 yaitu dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5/1999) dalam tender Pengadaan Peralatan Gizi Tahun 2006 di RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda.

Perkara ini diawali dari laporan ke KPPU yang menyatakan bahwa terdapat dugaan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 dalam tender Pengadaan Peralatan Gizi Tahun 2006 di RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda. Berdasarkan laporan tersebut dan atas rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa dan bukti-bukti, Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan bahwa dalam persekongkolan vertikal yang terjadi dalam proses tender tersebut, RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda (Terlapor I) telah memfasilitasi CV. Risa (Terlapor II) untuk memenangkan tender pengadaan peralatan gizi, berupa antara lain:

99Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 102: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

1. Panitia Tender membuat kualifikasi sub bidang mekanikal elektrikal meskipun untuk peralatan gizi seharusnya hal tersebut termasuk dalam kualifikasi sub bidang usaha kesehatan non medik sehingga PT Binaco Group, CV Fadlan Prima, CV Citra Selaras`Abadi dan PT Cahaya Bulu Mampu yang tidak memenuhi kualifikasi bidang usaha kesehatan non medik dapat mengikuti tender sebagai pendamping CV Risa;

2. Panitia Tender meluluskan PT Binaco Group, CV Fadlan Prima, CV Citra Selaras`Abadi dan PT Cahaya Bulu Mampu dalam evaluasi administrasi dan teknis meskipun tidak memiliki pengalaman pekerjaan pengadaan peralatan gizi untuk mendampingi CV Risa sehingga memenuhi persyaratan tender;

3. Panitia Tender meluluskan PT Binaco Group, CV Fadlan Prima, CV Citra Selaras Abadi dan PT Cahaya Bulu Mampu meskipun memiliki kesamaan nomor surat dukungan;

Sedangkan Dalam Persekongkolan Horizontal yang terjadi dalam tender tersebut, CV Risa mengatur tender untuk memenangkan tender tersebut dengan cara:1. Meminjam PT Binaco Group sebagai pendamping dalam tender;

2. Meminta Surat Dukungan kepada PT Makna Karya Bhakti untuk PT Binaco Group;

3. Menggandakan surat dukungan milik PT Binaco Group yang diperoleh dari PT Makna Karya Bhakti untuk peserta tender yang lainnya yaitu CV Fadlan Prima, CV Citra Selaras Abadi dan PT Cahaya Bulu Mampu sehingga terdapat kesamaan nomor surat dukungan untuk PT Binaco Group, CV Fadlan Prima, CV Citra Selaras Abadi dan PT Cahaya Bulu;

4. Terlapor VII, PT Makna Karya Bhakti sebagai distributor peralatan gizi atas permintaan CV Risa telah lalai menerbitkan surat dukungan untuk PT Binaco Group sebagai pendamping CV Risa.

Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai berikut:1. Bahwa Terlapor I, RSUD A. Wahab Sjahranie dan Terlapor IV CV Fadlan Prima telah

bertindak kooperatif selama proses pemeriksaan dalam persidangan;

2. Bahwa Terlapor II CV Risa, Terlapor III PT Binaco Group, PT Citra Selaras Abadi dan PT Cahaya Bulu Mampu bertindak tidak kooperatif sehingga menghambat pelaksanaan pemeriksaan.

Berdasarkan temuan-temuan hasil pemeriksan dan Sidang Majelis, Majelis Komisi merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:1. Bahwa dalam tender pengadaan peralatan gizi tahun 2006, telah terjadi

persekongkolan yang mengakibatkan kerugian negara. Oleh karenanya Majelis Komisi merekomendasikan agar Kejaksaan Negeri Samarinda memeriksa seluruh pihak yang terkait dalam pengadaan peralatan gizi tersebut;

2. Bahwa terdapat surat dukungan tidak resmi yang dilampirkan oleh CV Fadlan Prima, CV Citra Selaras Abadi dan PT Cahaya Bulu Mampu dalam dokumen administrasi dan teknis. Oleh karenanya Majelis Komisi merekomendasikan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia Wilayah Samarinda untuk memeriksa pihak-pihak yang terlibat terbitnya surat dukungan tersebut.

Rekomendasi tersebut disampaikan guna mendorong pelaksanaan tender pengadaan barang yang profesional dan demi tumbuhnya pelaku-pelaku usaha baru di seluruh wilayah Indonesia sehingga menjamin iklim persaingan yang lebih sehat. Berdasarkan

100 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 103: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

fakta-fakta yang diperoleh selama pemeriksaan, maka Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI,

dan Terlapor VII terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menghukum Terlapor II dan Terlapor III membayar denda secara tanggung renteng sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

3. Menghukum Terlapor IV, Terlapor V, dan Terlapor VI untuk tidak mengikuti tender pengadaan barang dan jasa di seluruh rumah sakit milik Pemerintah Daerah di Kalimantan Timur selama 2 tahun dan apabila tidak melaksanakan putusan ini maka secara tanggung renteng membayar denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

4. Menghukum Terlapor VII untuk tidak memasok kebutuhan peralatan gizi melalui pihak ketiga yang pengadaannya melalui proses tender di seluruh rumah sakit milik Pemerintah Daerah di Kalimantan Timur Samarinda selama 1 tahun;

5. Memerintahkan Terlapor I untuk segera melakukan pembenahan manajemen rumah sakit khususnya dalam pengadaan barang dan jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Putusan tersebut dibacakan dalam Sidang Majelis Komisi yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Kamis tanggal 20 Juli 2007 di Gedung KPPU Jl. Ir. H. Juanda no. 36 Jakarta Pusat.

2.55 Putusan Perkara No. 03/KPPU-L/2007 Tender Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Negeri di Padangsidimpuan, Sumatera Utara

KPPU telah selesai melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 03/KPPU-L/2007 yaitu dugaan pelanggaran UU No. 5/1999 terkait dengan dugaan persekongkolan dalam tender Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Negeri di Padangsidimpuan, Sumatera Utara yang dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2006.

Perkara No. 03/KPPU-L/2007 merupakan perkara yang dilaporkan oleh pelaku usaha ke KPPU. Berdasarkan laporan atas rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai telah terjadi persekongkolan yang dilakukan oleh Terlapor I (Ketua Panitia Tender) dengan Terlapor II (CV Mentari Jasa Mulia), yaitu bahwa Panitia Tender telah melakukan tindakan untuk memfasilitasi Terlapor II memenangkan tender. Tindakan memfasilitasi tersebut adalah menggugurkan PT Adhikarya Teknik Perkasa yang merupakan penawar terendah dengan alasan yang tidak tepat, yaitu:

101Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 104: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

a. Ketentuan Masa Jaminan Penawaran yang tidak jelas dalam dokumen tender; PT Adikarya Teknik Perkasa digugurkan karena tidak memenuhi masa jaminan

penawaran, padahal ketentuan masa jaminan penawaran dalam dokumen tender dan dalam kesepakatan aanwijizing juga berbeda, sehingga menimbulkan ketidakjelasan mengenai masa jaminan penawaran yang dipersyaratkan bagi peserta tender;

b. Ketentuan tentang Koefisien Harga Satuan yang tidak tepat; Majelis Komisi juga menilai dan menemukan persekongkolan yang dilakukan oleh

para peserta tender yaitu antara Terlapor II, Terlapor III (PT Menara Kharisma Internusa) dan PT Winda Pratama Karya (dalam perkara ini berkapasitas sebagai Saksi). Bentuk persekongkolan tersebut adalah melakukan tindakan saling menyesuaikan harga penawaran atau pengaturan dokumen penawaran diantara para Peserta Tender anggota ASPEKSU (Asossiasi Perusahaan Konstruksi Sumatera Utara). Terlapor II, Terlapor III dan PT Winda Pratama Karya merupakan anggota ASPEKSU.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Majelis Komisi juga menemukan hal-hal lain yang dinilai perlu untuk dikemukakan dalam putusannya, yaitu1. Bahwa Terlapor I (Ketua Panitia Tender) tidak memiliki Pengetahuan untuk

menyelenggarakan tender dan tidak dapat menjelaskan kronologis tender;

2. Bahwa Terlapor I dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh anggota yang seharusnya juga bertanggungjawab terhadap proses tender;

3. Bahwa kapasitas Terlapor IV (PT Tribina Adyasa Consultant) adalah sebagai konsultan Panitia Tender dalam hal mempersiapkan dokumen tender untuk dipergunakan Panitia Tender dalam menyelenggarakan tender, selanjutnya Terlapor IV tidak terlibat dalam proses evaluasi penawaran tender;

4. Bahwa terdapat selisih harga penawaran sebesar Rp394.617.000,00 antara penawaran harga Terlapor II sebagai pemenang tender, dengan penawaran harga PT Adhikarya Teknik Perkasa sebagai penawar terendah dalam tender, ini berpotensi menimbukan kerugian negara;

Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No. 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai berikut:1. Memberikan saran kepada Ketua Pengadilan Negeri Padangsidimpuan untuk

memberikan sanksi kepada Soaloon Siregar karena lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai Ketua Panitia Tender Pengadaan Barang/Jasa Program Peningkatan Kinerja Peradilan dan Lembaga Penegakan Hukum lainnya Pengadilan Negeri Padangsidimpuan;

2. Memberikan saran kepada Ketua Pengadilan Negeri Padangsidimpuan untuk lebih memperhatikan kompetensi panitia pengadaan barang/ata jasa dalam melaksanakan kegiatan pengadaan di lingkukan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan;

3. Memberikan saran kepada Menteri Pekerjaan Umum untuk mengembangkan pedoman koefisian harga satuan yang mendukung efisiensi pelaksanaan proyek;

Rekomendasi tersebut disampaikan guna mendorong pelaksanaan tender pengadaan barang yang profesional dan demi tumbuhnya pelaku-pelaku usaha baru di seluruh wilayah Indonesia sehingga menjamin iklim persaingan yang lebih sehat.

Berdasarkan alat bukti yang telah diuraikan di atas, maka Majelis Komisi memutuskan:

102 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 105: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.56 Putusan Perkara No. 04/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan LCD di Biro Administrasi Wilayah

Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2006

Dugaan pelanggaran pasal 22 dalam perkara ini dilakukan oleh PT Sima Agustus (Terlapor I), PT Tiga Permata Hati (Terlapor II), PT Buana Rimba Raya (Terlapor III), Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Unit Biro Administrasi Wilayah Propinsi DKI Jakarta (Terlapor IV), Kepala Biro Administrasi Wilayah SETDA Propinsi DKI Jakarta (Terlapor V). Berawal dari laporan oleh pelaku usaha ke KPPU, maka Perkara No. 04/KPPU-L/2007 mulai ditangani sesuai prosedur yang berlaku. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan bahwa proses tender pengadaan LCD sebanyak 267 unit tersebut dimenangkan oleh PT Tiga Permata Hati (Terlapor II) dengan nilai penawaran sebesar Rp 5.185.860.900,- (lima milyar seratus delapan puluh lima juta delapan ratus enam puluh ribu sembilan ratus rupiah). PT Tiga Permata Hati (Terlapor II) dan PT Buana Rimba Raya (Terlapor III) juga menjadi peserta tender dengan menawarkan LCD merek Mega Power tipe ML 164 SE yang distributor tunggalnya adalah PT Sima Agustus (Terlapor I). Mencermati kondisi tersebut, maka Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para Terlapor dalam persekongkolan yang melibatkan pihak lain tersebut.Selanjutnya, berdasarkan temuan dalam rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa maka Majelis Komisi menilai bahwa: a. PT Tiga Permata Hati (Terlapor II) dan PT Buana Rimba Raya (Terlapor III) adalah

perusahaan yang dipinjam oleh Muhammad Bahri, Moh. Iqbal, dan Jeffry Bunyamin yang secara bersama-sama menawarkan LCD merek Mega Power tipe ML 164 SE yang distributor tunggalnya adalah PT Sima Agustus (Terlapor I) dalam mengikuti tender pengadaan LCD di Biro Administrasi Wilayah Propinsi DKI Jakarta.

b. Dokumen penawaran PT Tiga Permata Hati (Terlapor II) dan PT Buana Rimba Raya (Terlapor III) disiapkan dan dibuat oleh Muhammad Bahri dan Moh. Iqbal dengan melibatkan Jeffry Bunyamin, sehingga harga penawaran dapat diatur dan pada

1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor IV, tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Menghukum Terlapor II dan Terlapor III membayar denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) secara tanggung renteng yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 9, Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423419;

4. Menghukum Bob Nasution, S.E., sebagai Direktur Terlapor II maupun perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Terlapor II, tidak boleh mengikuti tender di seluruh instansi Pemerintah di Propinsi Sumatera Utara selama 2 tahun sejak Putusan memiliki kekuatan hukum tetap;

Putusan Perkara tersebut dibacakan dalam Sidang Majelis Komisi yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Jumat tanggal 31 Agustus 2007 di Gedung KPPU Jl. Ir. H. Juanda no. 36 Jakarta Pusat.

103Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 106: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

akhirnya mengatur PT Tiga Permata Hati (Terlapor II) menjadi pemenang.

c. Walaupun dalam pembelaan dari PT Tiga Permata Hati (Terlapor II) dan PT Buana Rimba Raya (Terlapor III) menyatakan tidak terlibat secara langsung maupun tidak langsung serta tidak mengetahui perusahaannya dipinjam dalam proses tender tersebut, namun alasan tersebut tidak dapat dijadikan dasar hukum oleh para terlapor untuk lepas dari tanggung jawab keterlibatan perusahaan dalam persekongkolan dalam tender.

d. Persekongkolan antara PT Sima Agustus (Terlapor I), PT Tiga Permata Hati (Terlapor II), PT Buana Rimba Raya (Terlapor III), Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Unit Biro Administrasi Wilayah Propinsi DKI Jakarta (Terlapor IV), dan Kepala Biro Administrasi Wilayah SETDA Propinsi DKI Jakarta (Terlapor V) yang melibatkan Muhammad Bahri, Moh. Iqbal, dan Jeffry Bunyamin dibuktikan melalui penentuan spesifikasi teknis yang sama persis dengan spesifikasi teknis merek Mega Power tipe ML 164 SE yang distributor tunggalnya adalah PT Sima Agustus (Terlapor I), perolehan surat dukungan sebelum aanwijzing, kesamaan dokumen, alasan menggugurkan peserta tertentu dengan alasan yang tidak sah, penetapan pemenang sebelum masa sanggah selesai, dan pembayaran uang muka sebelum adanya Surat Perintah Mulai Kerja.

Mempertimbangkan bukti keterlibatan Jeffrey Bunyamin, Moh. Iqbal, dan Muhammad Bahri dalam persekongkolan tender pengadaan LCD di Biro Administrasi Wilayah Tahun Anggaran 2006, maka Majelis Komisi merasa perlu menjatuhkan sanksi kepada ketiga orang tersebut.Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No. 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk:1. Memberikan sanksi administratif kepada Panitia Pengadaan Barang dan Jasa

Unit Biro Administrasi Wilayah Propinsi DKI Jakarta (Terlapor IV) dan Kepala Biro Administrasi Wilayah SETDA Propinsi DKI Jakarta (Terlapor V) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Melakukan evaluasi dalam perekrutan pihak-pihak yang akan terlibat dalam tender pengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta dengan tujuan menghindari praktek persekongkolan dalam tender.

3. Menertibkan peserta tender untuk menghindari praktek peminjaman perusahaan dan percaloan dalam proses tender di lingkungan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.

Berdasarkan alat bukti yang telah diuraikan di atas, maka Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V terbukti

melanggar ketentuan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999.

2. Menghukum Terlapor I untuk tidak memasok barang/jasa di lingkungan Pemerintah Daerah di Provinsi DKI Jakarta selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

3. Menghukum Terlapor II, dan Terlapor III untuk tidak mengikuti tender pengadaan barang atau jasa di lingkungan Pemerintah Daerah di Provinsi DKI Jakarta selama 2 (dua) tahun sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

4. Menghukum Muhammad Bahri, Moh. Iqbal, dan Jeffrey Bunyamin untuk tidak mengikuti tender pengadaan barang atau jasa di lingkungan Pemerintahan Daerah di Provinsi DKI Jakarta selama 2 tahun terhitung sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

104 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 107: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.57 Putusan Perkara No. 05/KPPU-L/2007 Tender Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhan

Belawan Tahun 2006Perkara No. 05/KPPU-L/2007 merupakan perkara yang dilaporkan oleh pelaku usaha ke KPPU. Dalam perkara ini, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku PT (Persero) Pengerukan Indonesia dan PT Inai Kiara Indonesia terutama dalam hal persekongkolan horizontal, dan untuk perilaku PT (Persero) Pelindo I Majelis Komisi perlu menilai persyaratan dalam RKS (Rencana Kerja dan Syarat) dan proses evaluasi penentuan pemenang yang mengarah pada PT (Persero) Pengerukan Indonesia (persekongkolan vertikal).

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa: 1. Adanya perubahan persyaratan tentang kepemilikan kapal keruk milik sendiri jenis

Hopper sebagaimana disepakati dalam aanwizjing, dimaksudkan agar Panitia Tender dapat melaksanakan proses tender pengerukan alur pelayaran pelabuhan Belawan dengan jumlah peserta tender yang memenuhi persyaratan tender (minimal 5 peserta) sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi PT (Persero) Pelindo I Nomor PP.21/1/10/P.I-99 tanggal 1 September 1999 tentang Ketentuan/Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa di lingkungan PT (Persero) Pelindo I;

2. Tindakan PT (Persero) Pelindo I yang menerima bentuk Joint Operation (JO) PT (Persero) Pengerukan Indonesia yang tidak sesuai dengan bentuk JO yang dipersyaratkan oleh Panitia Tender dalam RKS, merupakan tindakan memfasilitasi PT (Persero) Pengerukan Indonesia untuk dapat mengikuti tender pekerjaan pengerukan alur pelayaran Pelabuhan Belawan;

3. PT (Persero) Pelindo I lalai dalam menjalankan tugasnya karena tidak mencantumkan perubahan persyaratan kepemilikan kapal keruk jenis Hopper dalam addendum RKS dan berita acara aanwijzing;

4. PT (Persero) Pelindo I melakukan kesalahan dalam evaluasi untuk penentuan pemenang tender yang hanya berdasarkan pada harga penawaran terendah tanpa menggabungkan nilai yang diperoleh peserta tender pada evaluasi teknis

5. Menghukum Terlapor I membayar ganti rugi kepada Negara sebesar Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda Nomor 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

6. Menghukum Terlapor II dan Terlapor III membayar ganti rugi kepada Negara masing-masing sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda Nomor 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

Putusan Perkara tersebut dibacakan dalam Sidang Majelis Komisi yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Jumat tanggal 9 Nopember 2007 di Gedung KPPU Jl. Ir. H. Juanda no. 36 Jakarta Pusat.

105Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 108: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

dan evaluasi harga, merupakan tindakan yang menguntungkan PT (Persero) Pengerukan Indonesia dalam memenangkan tender;

5. PT (Persero) Pelindo I melakukan kesalahan dalam penerapan persyaratan bid capacity dalam bentuk: a. PT (Persero) Pelindo I menerima bid capacity dari PT (Persero) Pengerukan

Indonesia dalam bentuk transfer dana bukan berupa surat dukungan bank;b. PT (Persero) Pelindo I tidak konsisten dalam melakukan evaluasi bid capacity

yang seharusnya dilakukan pada evaluasi administrasi tetapi dilakukan pada evaluasi teknis;

c. PT (Persero) Pelindo I dalam melakukan evaluasi bid capacity tidak berdasarkan nilai penawaran masing-masing peserta tender tetapi berdasarkan nilai acuan sendiri;

6. Pencantuman persyaratan peserta tender memiliki kapal keruk jenis Hopper dalam pengumuman dan ketentuan di RKS sesuai dengan hasil kesepakatan antara PT (Persero) Pelindo I sampai dengan PT (Persero) Pelindo IV dengan PT (Persero) Pengerukan Indonesia pada tanggal 20 Desember 2005, menunjukkan adanya niat PT (Persero) Pelindo I untuk mengarahkan pemenang tender pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan Belawan Tahun 2006 kepada PT (Persero) Pengerukan Indonesia sebagai bentuk upaya penyelamatan PT (Persero) Pengerukan Indonesia;

7. PT (Persero) Pelindo I telah melakukan tindakan mengarahkan PT (Persero) Pengerukan Indonesia sebagai pemenang tender dengan cara memberikan nilai tertinggi kepada PT (Persero) Pengerukan Indonesia dalam hal pemahaman pelaksanaan pekerjaan dan bid capacity;

8. Adanya excess margin sebesar Rp2.214.060.158,00 (dua miliar dua ratus empat belas juta enam puluh ribu seratus lima puluh delapan rupiah) yang diterima oleh PT (Persero) Pengerukan Indonesia namun dinikmati oleh PT Mitha Tirta Wijaya;

9. Berdasarkan excess margin tersebut menunjukkan nilai OE yang ditetapkan oleh Panitia Tender terlalu tinggi dan berpotensi mengakibatkan kerugian/inefisiensi pada PT (Persero) Pelindo I;

10. Harga penawaran PT Inai Kiara Indonesia sebesar Rp 20.200,-/m3 (dua puluh ribu dua ratus rupiah per meter kubik) adalah harga berdasarkan kemampuan PT Inai Kiara Indonesia saat itu dan tidak bertujuan untuk melakukan persesuaian harga atau persaingan semu dengan PT (Persero) Pengerukan Indonesia.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. PT (Persero) Pelindo I baru pertama kali melaksanakan proses tender pada

pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan Belawan;

2. Dalam proses pelaksanaan tender pengerukan alur pelayaran pelabuhan Belawan terdapat berbagai kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh PT (Persero) Pelindo I;

3. Berdasarkan pengakuan PT (Persero) Pengerukan Indonesia, dalam melaksanakan pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan dengan metode penunjukan langsung (tahun 2001 sampai dengan tahun 2005) mengalami kerugian yang diakibatkan oleh harga pekerjaan pengerukan yang tidak didasarkan pada perhitungan harga pasar, namun didasarkan pada skema DIP dan kesepakatan antara PT (Persero) Pelindo I sampai dengan PT (Persero) Pelindo IV dengan PT (Persero) Pengerukan Indonesia;

4. Kesepakatan harga yang dilakukan PT (Persero) Pelindo I sampai dengan

106 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 109: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

PT (Persero) Pelindo IV dengan PT (Persero) Pengerukan Indonesia dalam hal kerja sama pengerukan alur pelayaran pelabuhan yang menimbulkan kerugian keuangan PT (Persero) Pengerukan Indonesia secara tidak langsung mengakibatkan kerugian negara baik dari segi pemanfaatan aset kapal yang dimiliki oleh PT (Persero) Pengerukan Indonesia maupun dari tidak terpeliharanya alur pelayaran pelabuhan di Indonesia;

5. Pada tender pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan Belawan Tahun 2006 dengan harga pekerjaan pengerukan sebesar Rp14.165,00/m3 (empat belas ribu seratus enam puluh lima ribu rupiah per meter kubik), PT (Persero) Pengerukan Indonesia memperoleh excess margin sebesar Rp2.214.060.158,00 (dua miliar dua ratus empat belas juta enam puluh ribu seratus lima puluh delapan rupiah), namun dinikmati oleh PT Mitha Tirta Wijaya yang tidak terlibat langsung dalam proses pelaksanaan pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan Belawan;

6. Dengan adanya JO antara PT (Persero) Pengerukan Indonesia dengan PT Mitha Tirta Wijaya, maka upaya penyelamatan PT (Persero) Pengerukan Indonesia sebagaimana hasil kesepakatan Kementerian BUMN dengan PT (Persero) Pelindo I sampai dengan PT (Persero) Pelindo IV dengan PT (Persero) Pengerukan Indonesia pada tanggal 20 Desember 2005 tidak dapat direalisasikan;

7. Berdasarkan analisa Majelis Komisi, PT (Persero) Pelindo I menetapkan nilai OE yang berpotensi mengakibatkan kerugian/inefisiensi pada Terlapor I.

Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai berikut:1. Meminta PT (Persero) Pelindo I untuk membuat dan melaksanakan aturan tender

sesuai ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat;

2. Meminta kepada Menteri Negara BUMN untuk memperbaiki pengelolaan manajemen PT (Persero) Pengerukan Indonesia dengan memperhatikan prinsip Good Corporate Governance;

3. Meminta kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk melakukan pemeriksaan atas excess margin yang diterima oleh PT (Persero) Pengerukan Indonesia namun dinikmati oleh PT Mitha Tirta Wijaya dalam tender pengerukan alur pelayaran pelabuhan Belawan Tahun 2006.

Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di muka, pada tanggal 19 September 2007 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I dan Terlapor II terbukti secara sah dan meyakinkan

melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor III tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Menghukum Terlapor I dan Terlapor II membayar denda sebesar Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) secara tanggung renteng yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) Jakarta I yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta Pusat melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491.

107Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 110: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

menilai perilaku para pelaku usaha (Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, dan Terlapor VI) dalam persekongkolan horizontal yang difasilitasi oleh pihak lain tersebut.

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa: a. Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV dan Terlapor V adalah perusahaan

yang dipinjam oleh M. Bahri, Ahmad Hidayat, Jeffry Bunyamin dan Sugiarto Santoso dan secara bersama-sama menawarkan mesin fogging merek Blancfog milik Terlapor VI dalam mengikuti tender pengadaan alat pembasmi/penyemprot nyamuk (mesin Fogging) di Biro Administrasi Wilayah Propinsi DKI Jakarta dengan imbalan berupa sejumlah uang (fee bendera).

b. Dokumen penawaran Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV dan Terlapor V dibuat oleh M. Bahri, Ahmad Hidayat, Jeffry Bunyamin dan Sugiarto Santoso sehingga harga penawaran dapat diatur untuk diajukan oleh masing-masing Terlapor dan pada akhirnya mengatur salah satu diantara 5 (lima) perusahaan Terlapor tersebut menjadi pemenang.

c. Walaupun dalam pembelaan dari Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV serta Terlapor V yang pada intinya menyatakan bahwa para terlapor tidak terlibat secara langsung maupun tidak langsung serta tidak mengetahui perusahaannya dipinjam dalam proses tender, namun alasan tersebut tidak dapat dijadikan dasar hukum oleh para terlapor untuk lepas dari tanggung jawab keterlibatan perusahaan dalam persekongkolan dalam tender.

d. Peminjaman perusahaan para terlapor oleh M. Bahri, Ahmad Hidayat, Jeffry Bunyamin dan Sugiarto Santoso adalah suatu perbuatan yang tidak dapat dibenarkan karena

2.58 Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Alat Pembasmi/Penyemprot Nyamuk

(Mesin Fogging) di Biro Administrasi Wilayah Propinsi DKI Jakarta Tahun 2006

Perkara No. 06/KPPU-L/2007 merupakan perkara yang dilaporkan ke KPPU. Berdasarkan laporan tersebut telah dilakukan serangkaian pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa. Dalam penanganan perkara, diketahui bahwa tender pengadaan alat pembasmi/penyemprot nyamuk (mesin fogging) sebanyak 2000 unit tersebut dimenangkan oleh Terlapor I dengan nilai penawaran sebesar Rp 29.700.000.000,00 (Dua Puluh Sembilan Milyar Tujuh Ratus Juta Rupiah).

Diketahui juga bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V menjadi peserta tender dengan menawarkan mesin fogging yang sama (BlancFog), milik Terlapor VI, dengan difasilitasi oleh M. Bahri, Ahmad Hidayat, Jeffry Bunyamin, dan Sugiarto Santoso. Untuk itu Majelis Komisi perlu untuk

108 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 111: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

dapat mengurangi persaingan serta dapat menimbulkan kerugian bagi para pelaku usaha lain yang mengikuti proses tender sesuai dengan prosedur.

e. Persekongkolan antara Terlapor VI dengan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV dan Terlapor V yang difasilitasi oleh M. Bahri, Ahmad Hidayat, Jeffry Bunyamin dan Sugiarto Santoso melalui kesamaan merek yang ditawarkan (merek Blancfog) dan bahkan Terlapor VI telah memesan mesin fogging jauh sebelum penentuan pemenang tender.

f. Berdasarkan keterangan dari Terlapor VI sebagai agen tunggal merek Blancfog yang menyatakan alat penyemprot/mesin fogging bukanlah merupakan alat yang memiliki teknologi yang kompleks dan rumit, sehingga Majelis Komisi berpendapat Terlapor VII terlalu memaksakan penggunaan metode Merit Point System dalam proses tender;

g. Majelis Komisi menemukan fakta Terlapor VIII mencantumkan mesin fogging merek Blancfog lengkap dengan spesifikasinya dalam permintaan patokan harga satuan kepada Biro Perlengkapan Propinsi DKI Jakarta berdasarkan Surat Edaran Sekretaris Daerah Propinsi DKI Jakarta No. 6/SE/2004 tanggal 3 Maret 2004 perihal Permohonan Usulan Patokan Harga Satuan.

h. Surat Edaran Sekretaris Daerah Propinsi DKI Jakarta No. 6/SE/2004 tanggal 3 Maret 2004 perihal Permohonan Usulan Patokan Harga Satuan tersebut berpotensi mengurangi persaingan secara substansial.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Karena mesin fogging merek BlancFog tersebut sudah didistribusikan ke seluruh

kelurahan di wilayah Propinsi DKI Jakarta, maka Majelis Komisi tidak membatalkan tender pengadaan alat pembasmi/penyemprot nyamuk (mesin fogging) tersebut.

2. Bahwa Surat Edaran Sekretaris Daerah Propinsi DKI Jakarta No. 6/SE/2004 tanggal 3 Maret 2004 perihal Permohonan Usulan Patokan Harga Satuan tidak sesuai dengan Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 108 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Propinsi DKI Jakarta, dan berpotensi menghambat persaingan karena pengguna barang/jasa harus sudah mencantumkan merek barang termasuk spesifikasinya secara lengkap ketika akan meminta patokan harga satuan kepada Biro Perlengkapan Propinsi DKI Jakarta.

Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No. 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai berikut:1. Merekomendasikan kepada Sekretaris Daerah Propinsi DKI Jakarta untuk

mencabut Surat Edaran No. No. 6/SE/2004 tanggal 3 Maret 2004 perihal Permohonan Usulan Patokan Harga Satuan.

2. Memberikan rekomendasi kepada Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia untuk meneliti laporan pajak dari Terlapor I dan Terlapor VI yang berkaitan dengan tender pengadaan mesin fogging di Biro Administrasi Wilayah Propinsi DKI Jakarta tahun 2006.

Berdasarkan alat bukti yang telah diuraikan di atas, maka Majelis Komisi membacakan putusan pada 20 september 2007 sebagai berikut:1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, dan Terlapor

VI terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan Terlapor VII, dan Terlapor VIII tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

109Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 112: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

3. Menghukum Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V untuk tidak mengikuti tender pengadaan di lingkungan Pemerintah Daerah di Propinsi DKI Jakarta selama 2 tahun sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap;

4. Menghukum Terlapor VI untuk tidak memasok barang/jasa di lingkungan Pemerintah Daerah di Propinsi DKI Jakarta selama 2 tahun sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap;

5. Menghukum M. Bahri, Ahmad Hidayat, Jeffry Bunyamin dan Sugiarto Santoso untuk tidak terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam tender pengadaan di lingkungan Pemerintah Daerah di Propinsi DKI Jakarta selama 2 tahun sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap;

6. Menghukum Terlapor I membayar ganti rugi sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

7. Menghukum Terlapor II membayar ganti rugi sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

8. Menghukum Terlapor IV membayar ganti rugi sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

9. Menghukum Terlapor V membayar ganti rugi sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

10. Menghukum Terlapor VI membayar ganti rugi sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

110 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 113: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Pada akhir tahun 2002 divestasi Indosat yang dimenangkan oleh STT, anak perusahaan yang sahamnya 100% dikuasai oleh Temasek, menyebabkan industri telekomunikasi seluler di Indonesia mengalami struktur kepemilikan silang. Hal ini disebabkan karena sebelum divestasi tersebut, saham Telkomsel yang merupakan operator seluler terbesar di Indonesia telah dimiliki oleh Temasek melalui anak perusahaannya yaitu Singtel dan SingTel Mobile, sehingga secara tidak langsung Kelompok Usaha Temasek telah menguasai pasar seluler Indonesia dengan menguasai Telkomsel dan Indosat secara tidak langsung. Skema kepemilikan silang tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

2.59 Putusan Perkara No. 07/KPPU-L/2007 Kepemilikan Silang yang Dilakukan oleh Kelompok Usaha Temasek dan Praktek Monopoli Telkomsel

Pangsa pasar Telkomsel dan Indosat secara bersama-sama terus mengalami peningkatan sejak terjadinya struktur kepemilikan silang sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

2001 76.34% 6,688 2,073.03 23.66% 2002 83.58% 10,845 2,130.41 16.42%

2003 88.09% 16,264 2,198.06 11.91% 2004 89.74% 22,107 2,528.48 10.26% 2005 90.97% 29,778 2,956.38 9.03% 2006 89.64% 38,373 4,437.17 10.36%

89.61%

Periode Cross-Ownership:2003-2006

Rata-rata2003-2006

TahunPangsa Pasar

Telkomsel dan Indosat Secara Bersama-Sama

Gabungan PendapatanUsaha

(dalam milyar)

Pendapatan Usaha XL

(dalam milyar)

Pangsa Pasar XL

Adanya kemampuan pengendalian yang dilakukan oleh Kelompok Usaha Temasek terhadap Telkomsel dan Indosat menyebabkan melambatnya perkembangan Indosat sehingga tidak efektif dalam bersaing dengan Telkomsel yang berakibat tidak kompetitifnya pasar industri seluler di Indonesia.

111Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 114: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Perlambatan perkembangan Indosat ditandai dengan pertumbuhan BTS yang secara relatif menurun dibanding dengan Telkomsel dan XL yang merupakan dua operator besar lainnya di Indonesia.

Struktur kepemilikan silang Kelompok Usaha Temasek menyebabkan adanya price-leadership dalam industri telekomunikasi di Indonesia. Telkomsel sebagai pemimpin pasar kemudian telah menetapkan harga jasa telekomunikasi seluler secara eksesif. Konsekuensi dari eksesif profit adalah operator menikmati eksesif profit dan konsumen mengalami kerugian (consumer loss). Perhitungan yang dilakukan Majelis Komisi menunjukkan kerugian yang dialami oleh konsumen layanan telekomunikasi seluler di Indonesia sejak tahun 2003 sampai dengan 2006 berkisar dari Rp 14,76498 Triliun sampai dengan Rp 30,80872 Triliun. Namun sesuai dengan ketentuan UU No. 5 Tahun 1999, Majelis Komisi dalam perkara ini tidak berada pada posisi yang berwenang menjatuhkan sanksi ganti rugi untuk konsumen. Selanjutnya selama berlangsungnya sidang, Majelis Komisi tidak menemukan adanya bukti-bukti bahwa Telkomsel telah membatasi perkembangan teknologi dalam industri seluler di Indonesia sehingga tidak melanggar Pasal 25(1) b UU No. 5 Tahun 1999.

Berdasarkan fakta dan bukti yang diperoleh selama Sidang Majelis, pada 19 November 2007 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan bahwa Temasek Holdings, Pte. Ltd. bersama-sama dengan Singapore

Technologies Telemedia Pte. Ltd., STT Communications Ltd., Asia Mobile Holding Company Pte. Ltd, Asia Mobile Holdings Pte. Ltd., Indonesia Communication Limited, Indonesia Communication Pte. Ltd., Singapore Telecommunications Ltd., dan Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 27 huruf a UU No 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan bahwa PT. Telekomunikasi Selular terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 ayat (1) UU No 5 Tahun 1999;

3. Menyatakan bahwa PT. Telekomunikasi Selular tidak terbukti melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf b UU No 5 Tahun 1999;

4. Memerintahkan kepada Temasek Holdings, Pte. Ltd., bersama-sama Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd., STT Communications Ltd., Asia Mobile Holding Company Pte. Ltd, Asia Mobile Holdings Pte. Ltd., Indonesia Communication Limited, Indonesia Communication Pte. Ltd., Singapore Telecommunications Ltd., dan Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd untuk menghentikan tindakan kepemilikan saham di PT. Telekomunikasi Selular dan PT.Indosat, Tbk. dengan cara melepas seluruh kepemilikan sahamnya di salah satu perusahaan yaitu PT. Telekomunikasi Selular atau PT.Indosat, Tbk. dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

5. Memerintahkan kepada Temasek Holdings, Pte. Ltd., bersama-sama Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd., STT Communications Ltd., Asia Mobile Holding Company Pte. Ltd, Asia Mobile Holdings Pte. Ltd., Indonesia Communication Limited, Indonesia Communication Pte. Ltd., Singapore Telecommunications Ltd., dan Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd untuk memutuskan perusahaan yang akan dilepas kepemilikan sahamnya serta melepaskan hak suara dan hak untuk mengangkat direksi dan komisaris pada salah satu perusahaan yang akan dilepas yaitu PT. Telekomunikasi Selular atau PT.Indosat, Tbk. sampai dengan dilepasnya saham secara keseluruhan sebagaimana diperintahkan pada diktum no. 4 di atas;

6. Pelepasan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada diktum no.4 di atas dilakukan dengan syarat sebagai berikut:a. untuk masing-masing pembeli dibatasi maksimal 5% dari total saham yang dilepas;b. pembeli tidak boleh terasosiasi dengan Temasek Holdings, Pte. Ltd. maupun

pembeli lain dalam bentuk apa pun;

112 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 115: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

7. Menghukum Temasek Holdings, Pte. Ltd., Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd., STT Communications Ltd., Asia Mobile Holding Company Pte. Ltd, Asia Mobile Holdings Pte. Ltd., Indonesia Communication Limited, Indonesia Communication Pte. Ltd., Singapore Telecommunications Ltd., dan Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd masing-masing membayar denda sebesar Rp.25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha)

8. Memerintahkan PT. Telekomunikasi Selular untuk menghentikan praktek pengenaan tarif tinggi dan menurunkan tarif layanan selular sekurang-kurangnya sebesar 15% (lima belas persen) dari tarif yang berlaku pada tanggal dibacakannya putusan ini;

9. Menghukum PT. Telekomunikasi Selular membayar denda sebesar Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

2.60 Putusan Perkara No. 08/KPPU-L/2007 Persekongkolan Tender di Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bengkulu

Setelah melakukan pemeriksaan selama kurang lebih empat bulan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (KPPU-RI) yang dalam hal ini Majelis Komisi Perkara Nomor 08/KPPU-L/2007 telah mengambil putusan melalui Rapat Musyawarah Majelis Komisi pada hari Selasa, 28 Agustus 2007, dan membacakan putusannya tersebut dalam sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Rabu, 29 Agustus 2007 di Kantor KPPU RI Pusat di Jakarta.

Para Terlapor, yaitu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bengkulu selaku Terlapor I, PT Multiyasa Anekadharma selaku Terlapor II, CV Lisma selaku Terlapor III, CV Arma Putra selaku Terlapor IV, PT Taruna Bhakti Perkasa selaku Terlapor V terbukti melakukan persekongkolan baik horizontal maupun vertikal dalam 5 Paket Tender Pengadaan dan Pemasangan Lampu Penerangan Jalan Umum dan Lampu Hias di Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2006.

Adapun kelima paket tender tersebut adalah Pengadaan dan Pemasangan PJU pada median jalan: dari Simpang Pd. Harapan s/d Simpang Km 8 dengan nilai Rp945.387.000,00 (Paket I); dari Simpang Km 8 s/d Simpang Polda dengan nilai Rp600.454.000,00 (Paket II); dari Simpang Polda s/d Simpang Pagar Dewa dengan nilai Rp454.159.000,- (Paket III); Pengadaan dan Pemasangan Lampu Hias di: Rayon Teluk Segara dengan nilai Rp 667.500.000,00 (Paket IV); dan di Rayon Nusa Indah dengan nilai Rp467.500.000,00 (Paket V). Paket I dan III dimenangkan oleh PT Multiyasa Anekadharma, Paket II dimenangkan oleh CV Lisma, dan Paket IV dan V dimenangkan oleh CV Arma Putra.

Persekongkolan horizontal yang terjadi di antara sesama pelaku usaha yang merupakan peserta tender terbukti antara lain dengan adanya fakta pinjam meminjam perusahaan dan softcopy dokumen penawaran yang dilakukan oleh Para

113Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 116: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Terlapor. PT. Multiyasa Anekadharma yang mengikuti kelima paket tender ternyata meminjamkan perusahaannya kepada Sdr. Arief Sukarnawijaya (Paket I, II dan III) dan Sdr. Zikrisa Oktova (Paket IV dan V). Pimpinan Cabang PT Multiyasa Anekadharma Cabang Bengkulu, Sdr. Gasman Hadi, meminjamkan perusahaan tersebut dengan cara memasukkan nama Sdr. Arief Sukarnawijaya dan Sdr. Zikrisa Oktova sebagai Wakil Pimpinan Cabang PT Multiyasa Anekadharma Cabang Bengkulu dan Kuasa Direktur dalam Akta yang disahkan oleh Notaris Mufti Nokhman, S.H. di Bengkulu. Pengangkatan Wakil Pimpinan Cabang dan Kuasa Direktur tersebut tidak bersifat permanen karena hanya khusus ditujukan untuk mengikuti tender tersebut di atas. Masing-masing Wakil Pimpinan Cabang dan Kuasa Direktur tersebut memberikan fee sebesar 2,5% dari nilai tender kepada PT Multiyasa Anekadharma jika berhasil memenangkan tender.

Selain meminjam PT Multiyasa Anekadharma, Sdr. Arief Sukarnawijaya juga mengikuti tender untuk kelima paket dengan cara meminjam PT Taruna Bhakti Perkasa dan menjadi Kuasa Direkturnya. Keikutsertaan PT Taruna Bhakti Perkasa sebagai peserta tender adalah hanya untuk memenuhi syarat dapat dilaksanakannya tender yaitu minimal diikuti oleh 3 (tiga) peserta yang memasukkan penawaran. Sejak awal PT Taruna Bhakti Perkasa sudah dapat dipastikan gugur karena memiliki kualifikasi M (Menengah), sedangkan kualifikasi perusahaan yang dipersyaratkan baik dalam pengumuman tender maupun bestek adalah kualifikasi K (Kecil).

Dalam mengikuti tender untuk Paket IV dan V, CV Arma Putra juga meminjamkan perusahaan kepada Sdr. Armen Junaedi dengan cara mengangkatnya sebagai Kuasa Direktur CV Arma Putra yang dimuat dalam Akta yang disahkan oleh Notaris Mufti Nokhman, S.H. di Bengkulu. Dalam mengikuti tender, Armen Junaedi yang berprofesi sebagai pembuat dokumen penawaran tender ini, dibiayai oleh Sdr. Teddy Wirajaya yang merupakan Direktur PT Cipta Jaya. Disamping pinjam meminjam perusahaan, para Terlapor yang merupakan peserta tender juga melakukan pinjam meminjam disket atau softcopy penawaran yang terbukti dengan ditemukannya persamaan-persamaan dokumen diantara para Terlapor termasuk persamaan kesalahan pengetikan pada dokumen penawaran para Terlapor. Sebagai contoh, terdapat beberapa persamaan dokumen penawaran antara CV Lisma dengan PT Multiyasa Anekadharma, dan antara CV Arma Putra dengan PT Multiyasa Anekadharma dimana Sdr. Armen Junaedi yang mewakili CV Arma Putra memberikan soft copy dokumen penawaran tender kepada Zikrisa Oktova yang mewakili PT Multiyasa Anekadharma.

Peranan Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bengkulu dalam persekongkolan yang bersifat vertikal adalah dengan cara memfasilitasi para peserta tender untuk melakukan persekongkolan horizontal. Hal tersebut dilakukan dengan cara tidak mencantumkan baik dalam Bestek maupun Berita Acara Aanwijzing mengenai nama pemilik pekerjaan pada dokumen Jaminan Penawaran dan pihak yang seharusnya memasukkan dokumen penawaran secara langsung. Kedua hal yang tidak tercantum baik dalam Bestek maupun Berita Acara Aanwijzing tersebut dijadikan alat oleh Panitia untuk menggugurkan peserta tender.

Dalam tender tersebut, Panitia tidak melakukan penelitian secara mendalam terhadap dokumen penawaran sehingga tidak memperhatikan bahwa Sdr. Arief Sukarnawijaya mengikuti tender di Paket I, II, dan III dengan dua perusahaan yaitu PT Taruna Bhakti Perkasa dan PT Multiyasa Anekadharma. Panitia juga tidak mencurigai adanya kemiripan dan kesamaan kesalahan pengetikan beberapa dokumen penawaran peserta tender yang merupakan indikasi adanya persekongkolan di antara para peserta tender.

Dalam mengambil putusan terhadap perkara ini, Majelis Komisi telah mempertimbangkan hasil pemeriksaan termasuk keterangan dari seluruh Terlapor dan Saksi-saksi, pembelaan dari para Terlapor dan dokumen-dokumen terkait. Majelis

114 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 117: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

TAHUN 20082.61 Putusan Perkara No. 10/KPPU-L/2007 Tender Pekerjaan Lanjutan Pembangunan/Relokasi Rumah

Sakit Umum Daerah Ratu Zalecha, Martapura Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2006

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melalui Majelis Komisi memutuskan Panitia Tender Pekerjaan Lanjutan Pembangunan/Relokasi Rumah Sakit Ratu Zalecha Martapura Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2006 (Terlapor I), PT (Persero) Adhi Karya (Terlapor II), PT (Persero) Pembangunan Perumahan (Terlapor III), PT Yurda Adhi Senggara (Terlapor IV), PT Dewanto Cipta Pratama (Terlapor V) tidak terbukti melanggar UU 5/1999.

Perkara No. 10/KPPU-L/2007 merupakan perkara yang dilaporkan oleh pelaku usaha ke KPPU. Dalam perkara tersebut, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para Terlapor II, III, IV dan V dalam hal persekongkolan horizontal dan menilai apakah telah terjadi persekongkolan vertikal antara Terlapor II, III, IV dan V dan Panitia Tender (Terlapor I).

Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan yang telah disampaikan Tim Pemeriksan dan Tanggapan/Pembelaan yang telah disampaikan oleh para Terlapor, Majelis Komisi menilai bahwa: 1. Panitia Tender telah melakukan kelalaian karena tidak menuangkan perubahan

sistem kontrak dari sistem kontrak unit harga satuan menjadi sistem kontrak lump sum dalam berita acara aanwijzing. Kelalaian tersebut berakibat terjadinya ketidakpastian aturan dan persyaratan tender sehingga berdampak lanjut pada bervariasinya dokumen penawaran yang disampaikan pemenang tender.

2. Panitia Tender juga telah melakukan tindakan tidak konsisten dengan melakukan koreksi aritmatik pada proses tender. Menurut Keppres No. 80 Tahun 2003 dengan sistem kontrak lump sum tidak perlu dilakukan koreksi aritmatik sebab harga yang mengikat dalam kontrak sistem tersebut adalah total penawaran harga.

3. Dalam tender tersebut telah terjadi perubahan pada Bill of Quantity akibat adanya review design. Hal tersebut mengakibatkan adanya perbedaan harga penawaran dimana peserta tender yang tetap berpatokan pada Bill of Quantity sebelum perubahan harga penawarannya lebih tinggi dari peserta tender yang menawarkan dengan Bill of Quantity baru.

4. Kelompok-kelompok yang dokumen penawarannya mirip adalah: a. PT. Menara Agung Pusaka, PT Nuansa Cipta Pratama Mandiri, PT Sapta Surya

Tosan Talina dan PT Gudang Pembangunan merupakan peserta tender dengan format penawaran sebagaimana dokumen RKS awal.

b. PT Adhi Karya (Persero), PT Pembangunan Perumahan (Persero), PT Yurdha Adhi Senggara dan PT Dewanto Cipta Pratama merupakan peserta tender

Komisi kemudian memutuskan bahwa para Terlapor bersalah dan menghukum PT. Multiyasa Anekadharma, CV. Lisma, CV. Arma Putra dan PT. Taruna Bhakti Perkasa untuk tidak mengikuti tender di seluruh instansi Pemerintah Kota Bengkulu selama 2 (dua) tahun sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap, dan jika amar tersebut dilanggar, maka Majelis Komisi menghukum masing-masing Terlapor peserta tender untuk membayar denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

115Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 118: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

dengan format penawaran sebagaimana dokumen RKS kedua yaitu RKS yang dibagikan pada saat berita acara aanwijzing.

c. PT Jaya Wibawaguna, PT Waskita Karya dan PT Nindya Karya merupakan peserta tender dengan format penawaran yang mengikuti dokumen RKS kedua, namun dengan perbaikan kesalahan pengetikan.

5. Adanya kemiripan format dokumen pada beberapa peserta tender dalam tender tersebut menunjukkan adanya akses pada softcopy format dokumen penawaran. Namun karena softcopy yang digunakan merupakan softcopy RKS lama mengakibatkan harga penawaran beberapa peserta tender lebih tinggi daripada peserta lainnya.

6. Adanya pernyataan saksi yang menyatakan permintaan Bupati Banjar saat ini untuk memenangkan PT Adhi Karya dalam tender tersebut tidak dapat diabaikan dalam putusan ini, dan perlu dinilai keterkaitannya dengan fakta hukum yang relevan lainnya.

7. Majelis Komisi tidak menemukan cukup bukti dan relevansi bahwa kemiripan dokumen antar peserta tender mengarahkan peserta tender tertentu untuk menjadi pemenang. Hal ini karena adanya versi kemiripan dokumen penawaran terdapat 3 (tiga) kelompok dokumen penawaran sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa indikasi kerja sama tidak dilakukan oleh semua peserta tender.

8. Namun Majelis Komisi menilai bahwa tindakan Panitia Tender terkait dengan perubahan sistem nilai kontrak telah mengakibatkan ketidakpastian aturan/persyaratan tender yang secara tidak langsung merugikan peserta tender lain. Tindakan panitia tersebut juga dinilai telah menguntungkan PT Adhi Karya untuk memenangkan tender.

9. Akan tetapi Majelis Komisi menilai tidak ada bukti kuat adanya interaksi yang bersifat kerja sama antara Panitia Tender dengan PT Adhi Karya, dengan tujuan untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender. Hal yang terjadi adalah upaya aktif dari Panitia Tender yang menginginkan PT Adhi Karya menjadi pemenang tender dengan cara menfasilitasi untuk menjadi pemenang tender.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran Keppres No. 80 Tahun 2003 yang dilakukan

Panitia Tender. Pelanggaran-pelanggaran tersebut mengakibatkan beberapa peserta tender tertentu dirugikan dan PT Adhi Karya (Persero) diuntungkan karena terfasilitasi menjadi pemenang tender.

2. Panitia telah menggugurkan penawaran terendah dari PT Dewanto Cipta Pratama dan memenangkan PT Adhi Karya (Persero). PT. Dewanto digugurkan dengan alasan penawaran tidak ditujukan kepada Panitia Tender namun kepada Pejabat Pembuat Komitmen. Dengan gugurnya PT. Dewanto Cipta Pratama yang nilai penawarannya lebih rendah daripada PT Adhi Karya (Persero), maka negara harus membayar lebih mahal sebesar Rp.9.286.308.000,00 (sembilan milyar dua ratus delapan puluh enam juta tiga ratus delapan ribu rupiah).

Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai berikut:1. Meminta kepada atasan langsung atau pejabat yang berwenang untuk

menjatuhkan sanksi administratif kepada Panitia Tender

2. Meminta kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengambil tindakan terhadap Panitia Tender dan pihak-pihak terkait antara lain Bupati Banjar saat ini yang telah mengakibatkan potensi kerugian negara sebesar Rp9.286.308.000,00 (sembilan milyar dua ratus delapan puluh enam juta tiga ratus delapan ribu rupiah).

116 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 119: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.62 Putusan Perkara No. 11/KPPU-L/2007 Tender Pekerjaan Peningkatan Jalan Macoppe - Labessi di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan Tahun 2006

Perkara No. 11/KPPU-L/2007 adalah tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh PT Nei Dua Karya Persada (Terlapor I), PT Hospindo Internusa (Terlapor II), PT Genytov Fajar (Terlapor III), PT Citra Pribumi Teknik Perkasa (Terlapor IV), CV Hasnur (Terlapor V), Panitia Lelang Pengadaan Barang dan Jasa Tahun 2006 Kegiatan Pemerliharaan Periodik ruas Macoppe Labessi (Panitia Lelang/Terlapor VI). Hasilnya PT Nei Dua Karya Persada, CV Hasnur, dan Panitia terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 UU No.5/1999. Selanjutnya PT Nei Dua Karya Persada dikenakan untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Perkara tersebut diawali dengan adanya laporan yang disampaikan ke KPPU. Laporan tersebut pada prinsipnya mengenai tender pekerjaan peningkatan jalan Macoppe - Labessi di Kabupaten Soppeng - Sulawesi Selatan tahun 2006 yang diselenggarakan oleh Dinas Prasarana Jalan dan Jembatan Kabupaten Soppeng. Tender yang dimenangkan oleh Terlapor I dengan nilai penawaran sebesar Rp 5.002.344.000,00 (lima milyar dua juta tiga ratus empat puluh empat ribu rupiah), pada awalnya diulang karena pada tender pertama tidak ada peserta yang memenuhi persyaratan administrasi sehingga harus dilakukan tender kedua.

Bahwa Terlapor VI mengulang tender dalam rangka memfasilitasi Terlapor I untuk mendapatkan keuntungan yang berlebih (excess margin) sebesar Rp 331.003.000,00 (tiga ratus tiga puluh satu juta tiga ribu rupiah), yang merupakan selisih dari penawaran Terlapor I pada tender pertama dengan tender kedua. Pada tender kedua, semua peserta tender menurunkan harga penawarannya kecuali Terlapor I.

Berdasarkan hasil penelitian tim, terdapat 2 kelompok peserta yang memiliki kemiripan dokumen yaitu PT Nei Dua Karya Persada-PT Citra Pribumi Teknik Perkasa-CV Hasnur (Terlapor I, Terlapor IV, dan Terlapor V), dan PT Hospindo Internusa-PT Genytov Fajar (Terlapor II dan Terlapor III). Kemiripan dokumen tersebut mengindikasikan adanya persekongkolan horizontal antar sesama peserta tender, namun persekongkolan yang dilakukan oleh Terlapor II dan Terlapor III adalah persekongkolan yang gagal karena tidak didukung oleh Panitia (Terlapor VI).

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa:a. Dalam mengikuti tender pekerjaan pemeliharaan periodik ruas Maccope Labessi,

dokumen tender termasuk harga penawaran Terlapor I disiapkan oleh Sjafril Jalil. Dokumen tender Terlapor V disiapkan oleh Rusli.

b. Pada daftar hadir pemasukan/pembukaan penawaran tender pertama tertera Sjafril Jalil mewakili Terlapor I, sedangkan pada pembukaan penawaran tender kedua Sjafril Jalil menandatangani daftar hadir mewakili Terlapor IV.

Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang telah diuraikan di atas, pada 29 Januari 2008 Majelis Komisi memutuskan:Menyatakan bahwa Terlapor I: Panitia Tender, Terlapor II: PT. Adhi Karya (Persero), Terlapor III: PT. Pembangunan Perumahan (Persero), Terlapor IV: PT. Yurda Adhi Senggara, dan Terlapor V: PT. Dewanto Cipta Pratama, tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999.

117Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 120: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

c. Selanjutnya, untuk memenangkan Terlapor I dalam tender pekerjaan peningkatan jalan Macoppe - Labessi di Kabupaten Soppeng - Sulawesi Selatan tahun 2006, Sjafril Jalil bekerja sama dengan Rusli menyiapkan dan mengatur dokumen penawaran milik Terlapor I, Terlapor IV, dan Terlapor V.

d. Pada tender kedua, harga penawaran Terlapor I naik sebesar Rp 331.003.000,00 (tiga ratus tiga puluh satu juta tiga ribu rupiah), sedangkan harga penawaran milik Terlapor lain justru mengalami penurunan.

e. Terdapat keterangan pada Pemeriksaan Pendahuluan, yaitu Direktur Terlapor I menyatakan bahwa kenaikan tersebut terjadi karena kenaikan harga aspal. Tetapi pada Pemeriksaan Lanjutan, Direktur Terlapor I menyatakan tidak mengetahui komponen harga yang diubah, sehingga mengakibatkan kenaikan harga penawaran.

f. Berdasarkan keterangan saksi yang menyatakan bahwa pada saat tender dilaksanakan di bulan Agustus 2006, harga aspal tidak mengalami kenaikan, sehingga Tim menilai alasan kenaikan harga yang disampaikan Terlapor I tidak beralasan. Harga aspal pada bulan Agustus 2006 masih berada di harga Rp 5.100.000,00 (lima juta seratus ribu rupiah) per ton.

g. Dokumen internal Terlapor IV dipergunakan untuk mengikuti tender ini tanpa sepengetahuan Direktur Terlapor IV. Hal ini sesuai dengan surat Terlapor IV kepada KPPU No. 102/CPT-Perkasa/VI/2007 tanggal 20 Juni 2007 yang pada pokoknya menyatakan Terlapor IV tidak pernah mengikuti tender pekerjaan peningkatan jalan Macoppe - Labessi di Kabupaten Soppeng - Sulawesi Selatan tahun 2006.

h. Dalam proses evaluasi, Terlapor VI tidak pernah membandingkan dokumen para peserta tender. Oleh karena itu Terlapor VI tidak mengetahui ada kesamaan dokumen antara Terlapor I, Terlapor IV, dan Terlapor V

i. Terlapor VI tidak pernah melakukan klarifikasi terhadap keaslian dokumen masing-masing peserta tender, yang memungkinkan lolosnya Terlapor IV yang faktanya tidak pernah mengikuti tender.

j. Terlapor VI sengaja tidak memeriksa personil yang mewakili perusahaan dalam mengikuti lelang. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya Syafril Jalil sebagai wakil Terlapor I pada saat Pemasukan/Pembukaan Penawaran Harga tender pertama, dan kemudian Syafril Jalil menjadi wakil Terlapor IV pada saat Pemasukan/Pembukaan Penawaran Harga tender kedua.

k. Terlapor VI sengaja meluluskan Terlapor I walaupun terdapat kesamaan Metode Pelaksanaan antara Terlapor I dan Terlapor IV. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Terlapor VI pada saat pemeriksaan lanjutan, dimana Terlapor VI tidak memperbolehkan adanya kesamaan dokumen antara para peserta tender, apabila Terlapor VI menemukan ada kesamaan dokumen maka hal tersebut berindikasi peserta tender tersebut berada dalam satu group atau kelompok dan adanya pengaturan pemenang tender serta Terlapor VI akan membatalkan proses tender.

l. Terlapor VI menyampaikan tanggapan atas Laporan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan yang pada intinya menyatakan bahwa Terlapor VI menolak adanya dugaan persekongkolan vertikal karena telah melakukan evaluasi pada tender pertama sesuai dengan ketentuan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003. Terlapor VI melakukan tender kedua karena semua peserta yang memasukkan penawaran tidak ada yang memenuhi syarat administrasi.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Bahwa Terlapor IV tidak mengetahui bahwa salinan dokumen perusahaannya

118 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 121: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

digunakan oleh Terlapor I dalam mengikuti tender ini;

2. Bahwa Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor V tidak kooperatif dalam memenuhi panggilan pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa KPPU;

3. Bahwa terdapat kerugian negara sebesar Rp331.003.000,00 (tiga ratus tiga puluh satu juta tiga ribu rupiah) yang merupakan selisih harga penawaran Terlapor I pada tender pertama dan tender kedua.

Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai berikut:1. Merekomendasikan kepada atasan langsung Terlapor VI untuk memberikan sanksi

administratif atas keterlibatan Terlapor VI dalam persekongkolan ini.

2. Merekomendasikan kepada Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan untuk memeriksa dugaan pemalsuan dokumen perusahaan milik Terlapor IV yang digunakan untuk mengikuti tender ini.

3. Merekomendasikan kepada Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK) Departemen Pekerjaan Umum untuk memasukkan Terlapor I dan Terlapor V dalam Daftar Hitam BUJK Departemen Pekerjaan Umum selama 2 tahun di Sulawesi Selatan sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

4. Merekomendasikan kepada BUJK Departemen Pekerjaan Umum untuk memasukkan Terlapor II dan Terlapor III dalam Daftar Hitam BUJK Departemen Pekerjaan Umum selama 1 tahun di Sulawesi Selatan sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

5. Merekomendasikan kepada BUJK Departemen Pekerjaan Umum untuk mempublikasikan daftar perusahaan yang masuk ke dalam Daftar Hitam BUJK Departemen Pekerjaan Umum ke seluruh instansi terkait di Sulawesi Selatan.

6. Merekomendasikan kepada Kejaksaan Negeri Kabupaten Soppeng untuk melakukan penyidikan atas dugaan korupsi yang dilakukan oleh Terlapor I dan Terlapor VI.

Berdasarkan alat bukti yang telah diuraikan di atas, pada 6 Februari 2008 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor V, dan Terlapor VI terbukti melanggar ketentuan

Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

3. Menghukum Terlapor I dan Terlapor V untuk tidak mengikuti tender pengadaan barang dan jasa pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan selama 2 tahun sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

4. Menghukum Terlapor I untuk membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

119Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 122: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

2.63 Putusan Perkara No. 12/KPPU-L/2007 Tender Alat Kesehatan Penunjang Puskesmas Kabupaten Sukabumi

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melalui Majelis Komisi telah selesai melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap Perkara No. 12/KPPU-L/2007 tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut UU No. 5/1999), yang dilakukan oleh PT. Karsa Niaga Raya (Terlapor I), PT. Ramos Jaya Abadi (Terlapor II) dan Panitia Pengadaan Alat Kesehatan Penunjang Puskesmas Kegiatan DAK NON DR untuk Kesehatan Kabupaten Sukabumi Tahun Anggaran 2006 di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi (Terlapor III). Setelah Tim Pemeriksa melakukan serangkaian pemeriksaan maka Majelis Komisi menilai bahwa: 1. Adanya kesamaan distributor dan adanya kemiripan-kemiripan dokumen serta

adanya kesamaan harga penawaran sebagian besar item produk antara Terlapor I dan Terlapor II adalah bukan hal biasa, melainkan suatu tindakan penyesuaian dokumen administrasi dan pengaturan harga penawaran;

2. Tindakan Terlapor III menggugurkan PT. Bhakti Wira Husada dengan alasan tidak melampirkan surat keterangan dari pengadilan negeri setempat yang terbaru adalah tidak tepat dan tidak memiliki dasar yang cukup;

3. Pada pokoknya Majelis Komisi berpendapat meskipun penilaian tersebut tidak mengubah penilaian akhir namun kesalahan tersebut seharusnya tidak perlu terjadi, mengingat dokumen jaminan pelayanan purna jual tidak mencantumkan materi apapun yang layak untuk dinilai lebih selain lamanya masa jaminan purna jual, sehingga tindakan Terlapor III tersebut tidak dapat dibenarkan;

Selanjutnya, sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-UU No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan Pihak Terkait, sebagai berikut:1. Memberikan saran kepada Bupati Kabupaten Sukabumi untuk memberikan sanksi

kepada Terlapor III karena lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai Panitia Pengadaan Alat Kesehatan Penunjang Puskesmas Kegiatan DAK NON DR untuk Kesehatan Kabupaten Sukabumi Tahun Anggaran 2006 di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi;

2. Memberikan saran kepada Bupati Kabupaten Sukabumi untuk lebih memperhatikan kompetensi panitia pengadaan barang dan/atau jasa dalam melaksanakan kegiatan pengadaan di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Sukabumi;

3. Memberikan saran kepada Bupati Kabupaten Sukabumi untuk melarang keikutsertaan perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Terlapor I dan Terlapor II dalam kegiatan pengadaan di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Sukabumi selama kurun waktu 2 tahun sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum yang tetap.

Akhirnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di atas, maka Majelis Komisi membacakan putusan pada tanggal 6 Februari 2008 sebagai berikut: 1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III terbukti secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menghukum Terlapor I dan Terlapor II tidak boleh mengikuti tender di seluruh instansi Pemerintah di Propinsi Jawa Barat selama 2 tahun sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

3. Menghukum Terlapor I dan Terlapor II membayar denda masing-masing sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara

120 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 123: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Perkara No. 13/KPPU-L/2007 berkaitan dengan dugaan pelanggaran Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh CV Borneo Interprises Native (Terlapor I), CV Amarta Jaya Teknik (Terlapor II), CV Putra Pratama (Terlapor III), dan Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006, (Terlapor IV).

Setelah Tim Pemeriksa melakukan serangkaian pemeriksaan maka Majelis Komisi menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Terlapor I CV Borneo Interprises Native, Terlapor II CV Amarta Jaya Teknik, dan

Terlapor III CV Putra Pratama telah melakukan kerjasama untuk mengatur dan/atau menentukan Terlapor I CV Borneo Interprises Native sebagai pemenang tender pengadaan bibit kelapa sawit dalam polibeg di Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006, sehingga melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Bahwa Terlapor IV Panitia Tender tidak terbukti mengatur dan/atau menentukan Terlapor I CV Borneo Interprises Native sebagai pemenang tender pengadaan bibit kelapa sawit dalam polibeg di Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006, sehingga tidak melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

2. Untuk keperluan usaha pembibitan atau penangkaran kelapa sawit, Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan selalu menerbitkan Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa Sawit (SP2B-KS) dengan kuota tertentu. Pihak-pihak yang menerima SP2B-KS tersebut yang biasa disebut penangkar adalah Terlapor I CV Borneo Interprises Native, PT Topaz Borneo Utama dan beberapa koperasi. Hanya para penangkar tersebut yang dapat menyalurkan dan membuat usaha pembibitan kelapa sawit di Propinsi Kalimantan Selatan, dan hanya PT Topaz

sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha), apabila Terlapor I dan Terlapor II melanggar butir 2 amar putusan ini

2.64 Putusan Perkara No. 13/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Bibit Kelapa Sawit Dinas Perkebunan

Propinsi Kalimantan Selatan

121Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 124: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Borneo Utama dan Terlapor I CV Borneo Interprises Native yang diperbolehkan mengikuti tender pengadaan bibit kelapa sawit di Propinsi Kalimantan Selatan. Pada tahun 2006, tidak ada satupun penangkar yang mempunyai kuota untuk bibit sawit lebih dari 200.000 (dua ratus ribu) batang, termasuk PT Topaz Borneo Utama dan Terlapor I CV Borneo Interprises Native.

Selanjutnya, sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-UU No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan, sebagai berikut:1. Melakukan evaluasi ulang pelaksana tender, sehingga semua pelaksana tender

memenuhi kualifikasi yang ditentukan;

2. Melakukan evaluasi pemberian SP2B-KS agar penerima adalah benar-benar pelaku usaha yang kompeten, serta memberikan kesempatan yang sama kepada para penangkar tersebut untuk dapat mengikuti tender pengadaan bibit kelapa sawit;

3. Meninjau kembali pemberian SP2B-KS kepada Koperasi Karya Bersama untuk mencegah munculnya conflict of interest dalam pengadaan bibit kelapa sawit di Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan;

4. Melakukan upaya sungguh-sungguh agar dalam pelaksanaan tender di lingkungan Prop Kalsel tidak terjadi tindakan ”pinjam bendera” dan/atau peserta pendamping, agar terjadi persaingan usaha yang sehat;

Akhirnya, dalam mengambil putusan terhadap perkara ini, Majelis Komisi telah mempertimbangkan hasil pemeriksaan termasuk keterangan dari seluruh Terlapor dan saksi-saksi, pembelaan dari para Terlapor dan dokumen-dokumen terkait. Pada tanggal 18 Februari 2008 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I CV Borneo Interprises Native, Terlapor II CV Amarta Jaya

Teknik, dan Terlapor III CV Putra Pratama terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan Terlapor IV Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006 tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

3. Menghukum Terlapor I CV Borneo Interprises Native untuk membayar denda sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda Nomor 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

4. Menghukum Terlapor II CV Amarta Jaya Teknik dan Terlapor III CV Putra Pratama untuk membayar denda masing-masing sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN Jakarta I) yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda Nomor 19, Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

122 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 125: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2.65 Putusan Perkara No. 14/KPPU-L/2007 Tender Multi Years Kabupaten Siak

Pada perkara ini, Terlapor yang diperiksa adalah Ir. H. Aulia Azis, BE, M.M sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Permukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten Siak (Terlapor I); Ir. Irving Kahar Arifin, M.E., sebagai Ketua Panitia Pengadaan Barang/Jasa Sub Dinas Prasarana Jalan Dinas Pekerjaan Umum Permukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten Siak Tahun Anggaran 2006 (Multi Years) (Ketua Panitia/Terlapor II); PT Perwita Karya (Terlapor III); PT Bhina Citra Nusa Konstruksi (Terlapor IV); PT Wahana Jaya Prima (Terlapor V); PT Deltamarga Adyatama (Terlapor V); PT Trifa Abadi (Terlapor VII); PT Tamako Raya Perdana (Terlapor VIII); PT Budi Graha Perkasa (Terlapor IX); PT Pelita Nusa Perkasa (Terlapor X); PT Pembangunan Perumahan (Persero) (Terlapor XI); Bupati Kabupaten Siak, Propinsi Riau (Terlapor XII); Asrul Adham (Terlapor XIII); dan Riky Hariansyah (Terlapor XIV).

Hasilnya, Ketua Panitia, PT Budi Graha Perkasa dan PT Pelita Nusa Perkasa terbukti melanggar pasal 22 UU No. 5/1999 dan kedua pelaku usaha tersebut dikenakan kewajiban membayar denda sebesar Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah). Perkara No. 14/KPPU-L/2007 merupakan perkara yang dilaporkan oleh pelaku usaha ke KPPU. Dalam perkara ini, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para pelaku usaha terutama dalam hal persekongkolan horizontal, sedangkan untuk Terlapor I dan Terlapor II Majelis Komisi perlu menilai apakah pelaksanaan tender telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak mengarah pada peserta tender tertentu.

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa: 1. Tujuan pemecahan paket pekerjaan Multi Years Tahun 2006 yang dilakukan

oleh Terlapor I dan Terlapor XII memberikan peluang yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan yang berminat untuk mengikuti tender dan terdapat 35 perusahaan yang memasukkan Dokumen Prakualifikasi untuk seluruh paket pekerjaan sehingga pemecahan paket pekerjaan Multi Years Tahun 2006 tidak ditujukan untuk memfasilitasi perusahaan tertentu untuk mengikuti tender;

2. Terlapor II tidak memberikan kesempatan kepada peserta tender yang digugurkan Terlapor II untuk melengkapi persyaratan tambahan atau dokumen pendukung, padahal tahap prakualifikasi belum merupakan ajang kompetisi sebagaimanan diatur dalam Bab V huruf A angka 3 Keppres No. 80 Tahun 2003, dengan demikian Terlapor II telah lalai dalam menjalankan tugasnya sehingga menghilangkan asas kompetisi dan mengurangi jumlah peserta tender yang dapat bersaing dalam Tender Multi Years Kabupaten Siak;

3. Terlapor II mensyaratkan setiap peserta tender untuk melampirkan sertifikat ISO 9001, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi perusahaan usaha non kecil, tetapi Terlapor II ternyata menggunakan sertifikat OHSAS, tidak cukup hanya K3, dalam melakukan evaluasi prakualifikasi, dengan demikian Terlapor II telah lalai dalam menjalankan tugasnya sehingga mengurangi jumlah peserta tender yang dapat bersaing dalam tender paket pekerjaan multi years;

4. Terlapor II tidak mempertimbangkan kesalahan penulisan jabatan Direktur Utama Terlapor X yang ditulis sebagai Direktur Utama Terlapor IX pada dokumen kualifikasi Terlapor X formulir 1 huruf (g), (h), dan (i) dan tetap diloloskan ke tahap selanjutnya, dengan demikian Terlapor II telah lalai dalam mengevaluasi Dokumen Prakualifikasi Terlapor IX dan Terlapor X sehingga lolos dalam evaluasi Prakualifikasi Tender Multi Years Kabupaten Siak;

123Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 126: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

5. Terlapor II meloloskan beberapa peserta tender (Terlapor III, VII, VIII) meskipun tidak memenuhi syarat dalam kelengkapan alat, dengan demikian Terlapor II telah lalai dalam menjalankan tugasnya dengan meloloskan Terlapor III, Terlapor VII dan Terlapor VIII dalam dalam evaluasi Kualifikasi Tender Multi Years Kabupaten Siak;

6. Terlapor II mengugurkan beberapa peserta tender sebelum melakukan klarifikasi kelengkapan alat, dengan demikian Terlapor II lalai dalam menjalankan tugasnya sehingga mengurangi jumlah peserta tender yang dapat bersaing dalam Tender Multi Years Kabupaten Siak;

7. Terlapor I dan Terlapor XII telah menjalankan tugas dan wewenangnya dalam pelaksanaan Tender Multi Years Kabupaten Siak;

8. Adanya kesamaan sertifikat OHSAS dan ISO Enviromental Management System tersebut di atas adalah hal yang wajar dalam mempersiapkan kelengkapan dokumen guna mengikuti tender serta tidak ditemukan bukti yang cukup adanya komunikasi dan kerjasama antara Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, dan Terlapor X dalam rangka mengatur dan memenangkan Tender Multi Years Kabupaten Siak;

9. Adanya hubungan keluarga, kesamaan sertifikat OHSAS dan ISO Enviromental Management System antara Terlapor III dan Terlapor VI tidak menunjukkan adanya komunikasi dan kerjasama antara Terlapor III dengan Terlapor VI dalam rangka mengatur dan memenangkan Tender Multi Years Kabupaten Siak;

10. Adanya hubungan kerjasama antara Terlapor IX dan Terlapor X berdasarkan kesalahan penulisan jabatan Direktur Utama Terlapor X yang ditulis sebagai Direktur Utama Terlapor IX menunjukan persaingan semu di antara Terlapor IX dengan Terlapor X dalam mengikuti proses Tender Multi Years Kabupaten Siak;

11. Penawaran yang besarannya di antara 93,76% - 95,55% tidak merupakan bukti yang cukup kuat terjadinya pengaturan harga antara Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X dan Terlapor XI dalam menentukan pemenang Tender Multi Years Kabupaten Siak;

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Terlapor IX dan Terlapor X tidak kooperatif selama pemeriksaan di KPPU;

2. Dalam proses pelaksanaan Tender Multi Years Kabupaten Siak terdapat berbagai kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh Terlapor II;

Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No. 5/1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai berikut:1. Meminta atasan Terlapor II untuk mengambil sanksi administratif atas kesalahan-

kesalahan Terlapor II sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

2. Meminta Terlapor XII untuk menginstruksikan kepada instansi dibawahnya untuk membuat dan melaksanakan aturan tender sesuai ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat.

3. Meminta Terlapor XII untuk mengawasi pelaksanaan proses tender di seluruh instansi pemerintah Kabupaten Siak.

Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan

124 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 127: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang telah diuraikan di atas, pada tanggal 12 Februari 2008 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor II, Terlapor IX dan Terlapor X terbukti secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor I, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor XI, Terlapor XII, Terlapor XIII dan Terlapor XIV tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Menghukum Terlapor IX dan Terlapor X membayar denda secara tanggung renteng sebesar Rp2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

4. Melarang Terlapor IX dan Terlapor X untuk mengikuti tender yang dilaksanakan Pemerintah selama 2 tahun di Kabupaten Siak, Propinsi Riau terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum.

2.66 Putusan Perkara No. 15/KPPU-L/2007 Lelang Pembangunan Mall di Kota Prabumulih Tahun 2006

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melalui Majelis Komisi melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap Perkara No. 15/KPPU-L/2007 tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh PT. Prabu Makmur (Terlapor I), PT. Sungai Musi Perdana (Terlapor II), PT. Putra Prabu (Terlapor III), PT. Makassar Putra Perkasa (Terlapor IV), PT. Alexindo Sekawan (Terlapor V), PT. Lematang Sentana (Terlapor VI), Ketua Panitia Lelang Barang/Jasa Pembangunan Mall Kota Prabumulih (Terlapor VII).

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan perkara tersebut yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, maka Majelis Komisi menilai bahwa:1. Tindakan Terlapor I memasukkan ketiga perusahaannya dan dua perusahaan

lainnya dengan maksud untuk dapat memenuhi persyaratan sah jumlah peserta yang mendaftar (minimal 5 perusahaan) adalah bentuk persekongkolan tender yaitu menciptakan persaingan semu antar peserta;

2. Tindakan Terlapor I yang bekerja sama dengan Terlapor V untuk mendapatkan dokumen penawaran Terlapor VI sehingga dapat mendaftarkan dan memasukkan dokumen penawaran Terlapor VI tanpa sepengetahuan direkturnya adalah bentuk persekongkolan tender yaitu melakukan manipulasi persyaratan teknis dan administratif;

3. Tindakan Ferry Sulisthio (Direktur dan pemilik PT. Prabu Makmur) yang menghubungi Plt. Walikota untuk meminta ijin melakukan pemaparan baik di kantor Pemerintah Kota Prabumulih dan DPRD Kota Prabumulih dan melakukan pemaparan baik di kantor Pemerintah Kota Prabumulih dan DPRD Kota Prabumulih merupakan upaya melakukan pendekatan dan kesepakatan-kesepakatan dengan penyelenggara sebelum pelaksanaan tender adalah bentuk persekongkolan tender;

Menimbang bahwa sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-undang No. 5 Tahun 1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan Pihak Terkait, sebagai berikut:

125Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 128: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

1. Meminta atasan Terlapor VII untuk memberikan sanksi administratif atas kesalahan-kesalahan Terlapor VII sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

2. Meminta atasan Terlapor VII untuk merekrut panitia lelang berbasis kompetensi dan memahami peraturan lelang yang berlaku dan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance).

Akhirnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, pada 15 Februari 2008 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, dan Terlapor VII

terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor VI tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Membatalkan hasil lelang pembangunan Mall di Kota Prabumulih tahun 2006;

4. Menghukum Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V untuk tidak mengikuti tender di seluruh instansi Pemerintah Kota Prabumulih selama 2 tahun sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

5. Menghukum Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V untuk membayar denda masing-masing sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) apabila melanggar butir 4 amar Putusan ini, yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

2.67 Putusan Perkara No. 16/KPPU-L/2007 Lelang Pengadaan Bibit Karet, Herbisida, dan Pupuk Tablet PMLT Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melalui Majelis Komisi melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap Perkara No. 16/KPPU-L/2007 tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang dilakukan oleh:1. Ketua Panitia Tender Pengadaan Pupuk, Herbisida dan Bibit Karet di Dinas Perkebunan

Kabupaten Banjar (Terlapor I)2. CV Irma (Terlapor II)3. CV Yunita (Terlapor III)4. CV Bina Karya (Terlapor IV)5. CV Lili (Terlapor V)6. CV Alya (Terlapor VI)7. CV Pinang Sandiki (Terlapor VII)8. CV Sonakarya Perdana (Terlapor VIII)9. CV Tanjung Makmur (Terlapor IX)10. CV Mahkota Niaga (Terlapor X)11. CV Linda (Terlapor XI)12. CV Dimasona Jaya (Terlapor XII)

126 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 129: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Perkara No. 16/KPPU-L/2007 merupakan perkara yang dilaporkan oleh pelaku usaha ke KPPU. Dalam perkara ini, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para pelaku usaha (Terlapor II - XII) terutama dalam hal persekongkolan horizontal, sedangkan untuk Terlapor I Majelis Komisi perlu menilai apakah persyaratan dalam RKS (Rencana Kerja dan Syarat) dan proses evaluasi penentuan pemenang mengarah pada Terlapor II, III dan IV selaku pemenang tender.

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa: 1. Tidak terbukti persekongkolan vertikal antara Terlapor I dengan Terlapor II, Terlapor

III, dan Terlapor IV;

2. Pada Paket Pengadaan PMLT telah terjadi pengaturan harga dan pengaturan pemenang diantara Terlapor II, V, VI, VII, dan VIII untuk memenangkan Terlapor II;

3. Pada Paket Pengadaan Herbisida telah terjadi pengaturan harga dan pengaturan pemenang diantara Terlapor III, VI, XI, dan XII untuk memenangkan Terlapor III;

4. Pada Paket Pengadaan Bibit Karet telah terjadi pengaturan harga dan pengaturan pemenang yang dilakukan oleh Terlapor IV dengan dibantu Terlapor IX dan Ir Taufikuryadin untuk memenangkan Terlapor IV;

5. Persekongkolan horizontal yang dilakukan para Terlapor dalam Tender Pengadaan PMLT, Herbisida dan Bibit Karet mengakibatkan hilangnya persaingan sehat diantara peserta tender. Dengan hilangnya persaingan sehat tersebut mengakibatkan Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar tidak mendapatkan harga yang kompetitif.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Bahwa peranan perantara yaitu Mahdiyat, Dedi dan Ir. Taufikuryadin dalam tender

pengadaan PMLT, Herbisida dan Bibit Karet memperpanjang rantai transaksi yang menambah biaya sehingga mengakibatkan harga penawaran para peserta tender bukan harga kompetitif;

2. Bahwa perantara juga telah berperan dalam peminjaman perusahaan, saling menukar dokumen penawaran, pengaturan harga penawaran dan pengaturan pemenang.

Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai berikut:1. Meminta kepada Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar untuk menertibkan peran

perantara dalam setiap pelaksanaan tender pengadaan barang dan jasa di lingkungan Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar;

2. Meminta kepada Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam pengadaan barang dan jasa.

Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang telah diuraikan di atas, Majelis Komisi membacakan putusan pada 23 Januari 2008 sebagai berikut:1. Menyatakan Terlapor I dan Terlapor X tidak terbukti secara sah dan meyakinkan

melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, XI dan XII terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

127Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 130: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

2.68 Putusan Perkara No. 17/KPPU-L/2007 Lelang Saham PT Dharmala Sakti Sejahtera Tbk di PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia

Pada 11 April 2008, Komisi Pengawas Persaingan Usaha menetapkan putusan terhadap perkara No. 17/KPPU-L/2007 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5/1999). Dugaan pelanggaran tersebut terjadi dalam Pelelangan Saham PT Dharmala Sakti Sejahtera Tbk di PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia.

Terlapor dalam perkara ini adalah sebagai berikut:1. The Manufacturers Life Insurance Company sebagai Terlapor I;2. PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia sebagai Terlapor II;3. Ari Ahmad Effendi sebagai Terlapor III;4. International Finance Corporation sebagai Terlapor IV;5. PT Balai Lelang Batavia sebagai Terlapor V;6. PT Graha Karya Reksatama sebagai Terlapor VI; dan7. Kusmartono sebagai Terlapor VII.

Perkara yang berawal dari adanya laporan telah melalui proses Pemeriksaan Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 23 Agustus 2007-3 Oktober 2007, dilanjutkan dengan Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan 16 Januari 2008, serta Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan yang berakhir pada tanggal 28 Februari 2008.

Pada penanganan kasus diketahui bahwa lelang 40% atau setara 1800 lembar saham PT Dharmala Sakti Sejahtera (selanjutnya disebut PT DSS) di PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (selanjutnya disebut PT AJMI) dimenangkan oleh Terlapor I dengan nilai sebesar Rp 170 Milyar (seratus tujuh puluh lima milyar rupiah).

Selanjutnya dugaan pelanggaran dalam perkara ini adalah:1. Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV diduga bersepakat untuk

menentukan Terlapor I sebagai pemenang lelang;

2. Bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV bersekongkol dengan Terlapor V dan Terlapor VII untuk memuluskan MLIC sebagai pemenang lelang;

3. Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV dan Terlapor VI diduga bersekongkol dalam menentukan nilai saham yang dinilai tidak wajar.

3. Menghukum Terlapor II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, XI dan XII tidak mengikuti tender pengadaan barang dan jasa di lingkungan Dinas Perkebunan Kabupaten Banjar selama 2 tahun semenjak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

4. Jika keputusan ini telah memiliki kekuatan hukum tetap dan para pihak tidak melaksanakan putusan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 amar putusan ini, maka Terlapor II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, XI dan XII dikenakan denda masing-masing sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

128 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 131: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa: 1. Bahwa pelelangan saham PT DSS yang ada di Terlapor II adalah pelelangan umum

sehingga termasuk dalam ruang lingkup yang dapat diperiksa berdasarkan UU No. 5/1999. Dengan demikian KPPU memiliki yurisdiksi untuk memeriksa perkara a quo;

2. Bahwa Terlapor IV dapat diperiksa oleh yurisdiksi yang berkompeten di wilayah dimana Terlapor IV memiliki kantor berdasarkan Article 6 Section 3 dalam Articles of Agreement of International Finance Corporation, The United Nations Convention of The Privileges and Immunities of the Specialized Agencies. Majelis Komisi berpendapat, IFC adalah suatu lembaga nirlaba namun pada saat IFC melakukan penyertaan saham atau penyertaan modal di Indonesia, maka IFC telah melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5/1999. Dengan demikian KPPU memiliki yurisdiksi terhadap Terlapor IV dalam perkara a quo;

3. Bahwa Terlapor I adalah badan usaha yang tidak didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan tidak berkedudukan di Indonesia. Bahwa dalam perkara a quo, Terlapor I tercatat sebagai salah satu pemegang saham di Terlapor II sehingga mempunyai hak suara dalam menentukan kebijakan perusahaan dan susunan Direksi serta secara langsung ikut menikmati keuntungan atau menanggung kerugian atas kegiatan usaha yang dilakukan PT Terlapor II. Bahwa sebelum pelelangan berlangsung, Terlapor I memiliki 51% saham PT Terlapor I. Bahwa setelah menjadi pemenang lelang, kepemilikan saham Terlapor I menjadi 91%, Saat ini, Terlapor I memiliki 95% saham di Terlapor II. Dengan demikian Terlapor I melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia melalui kepemilikan saham di Terlapor III sehingga Majelis Komisi berkesimpulan bahwa KPPU memiliki yurisdiksi terhadap Terlapor I dalam perkara a quo (perkara tersebut);

4. Bahwa Tindakan Terlapor III menunjuk Terlapor V sebagai penyelenggara jasa pra lelang, tindakan Terlapor VII sebagai Pejabat Lelang dalam melaksanakan lelang, dan tindakan PT Terlapor V dalam melaksanakan jasa pra lelang adalah bukan dalam rangka meluluskan Terlapor I sebagai pemenang lelang;

5. Bahwa Tindakan Terlapor VI dalam menentukan nilai saham adalah bukan dalam rangka mengatur Terlapor I sebagai pemenang lelang;

6. Bahwa Tindakan tersebut bukan merupakan bentuk persekongkolan yang dilakukan untuk memenangkan Terlapor I dalam lelang saham PT DSS di Terlapor II, sehingga unsur bersekongkol untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender, tidak terpenuhi;

7. Bahwa tindakan pelelangan saham PT DSS di Terlapor II telah sesuai dengan aturan dalam UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan UU Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan;

8. Bahwa pelelangan 40% atau setara dengan 1.800 lembar saham PT DSS di Terlapor II dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per lembar, yang dilelang pada tanggal 26 Oktober 2000 tidak melanggar ketentuan Pasal 22 UU No. 5/1999.

9. Bahwa Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan pihak terkait, dalam hal ini kepada Menteri Hukum dan HAM, Menteri Keuangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), agar mengatur keikutsertaan badan-badan internasional yang menjadi pemegang saham di perusahaan-perusahaan Indonesia.

129Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 132: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 18/KPPU-L/2007 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999. Dugaan pelanggaran tersebut terjadi dalam Tender Paket Pengadaan TV Pendidikan dan Perlengkapannya di Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2006.

Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan dari pelaku usaha tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan Tender Paket Pengadaan TV Pendidikan dan Perlengkapannya di Dinas Pendidikan propinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2006. Pelanggaran terhadap UU No.5/1999 tersebut dilakukan oleh:1. Panitia Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2006 Dinas Pendidikan Propinsi

Sumatera Utara (Terlapor I)2. PT. Auna Rahmat (Terlapor II)3. PT. Hari Maju (Terlapor III)

Pemeriksaan Pendahuluan dilakukan pada tanggal 23 Agustus - 3 Oktober 2007, dilanjutkan dengan Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan 16 Januari 2008, serta Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan yang berakhir pada tanggal 26 Februari 2008.

Berdasarkan hasil rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan bahwa: 1. Mengenai Kesamaan Dokumen Penawaran Terlapor II dengan Terlapor III;

a. Kesamaan format dan susunan Dokumen Penawaran, kesamaan proses pengurusan dokumen administrasi dalam Dokumen Penawaran menunjukkan adanya kerja sama antara Terlapor II dengan Terlapor III dalam mempersiapkan Dokumen Penawaran;

b. Adanya kesalahan melampirkan data/informasi dalam Dokumen Penawaran menunjukkan komunikasi dan hubungan kuat antara Terlapor II dengan Terlapor III dalam mengikuti proses tender.

2. Mengenai kesamaan tanda tangan pada Daftar Hadir Rekanan;a. Bahwa Terlapor II dan Terlapor III adalah 2 entitas perusahaan yang berbeda,

yang seharusnya berkompetisi dalam tender ini;b. Bahwa dengan adanya kesamaan tanda tangan orang yang memasukkan

Dokumen Penawaran menunjukkan adanya koordinasi dan hubungan kerjasama antara Terlapor II dengan Terlapor III dalam mempersiapkan Dokumen Penawaran dan mengikuti proses tender.

3. Mengenai kesalahan Terlapor I dalam melaksanakan proses tender; a. Bahwa menurut ketentuan Pasal 18 (3) Keppres 80 Tahun 2003, seharusnya

dengan sistem 2 Sampul, harga penawaran yang termasuk dalam Sampul 2 tidak perlu dibuka oleh Terlapor I apabila peserta tidak lulus evaluasi Sampul 1;

b. Bahwa seharusnya Terlapor I melakukan survei pasar mengenai harga TV dan Perlengkapannya di Propinsi Sumatera Utara dengan tujuan untuk mendapatkan harga yang wajar dalam penyusunan HPS;

c. Bahwa seharusnya Terlapor I mengumumkan nilai HPS agar peserta tender dapat mengajukan harga penawaran yang wajar;

d. Bahwa seharusnya Terlapor I tidak perlu melakukan tahapan evaluasi teknis terhadap peserta yang tidak lulus evaluasi administrasi, dan tidak perlu melakukan evaluasi harga terhadap peserta yang tidak lulus evaluasi teknis;

e. Bahwa kesalahan proses evaluasi yang dilakukan oleh Terlapor I

2.69 Putusan Perkara No. 18/KPPU-L/2007 Tender Paket Pengadaan TV Pendidikan dan Perlengkapannya di Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Utara

130 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 133: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

menguntungkan Terlapor II dan Terlapor III yang seharusnya sudah gugur di tahap administrasi dan teknis;

f. Bahwa tindakan Terlapor I tersebut di atas merupakan tindakan memfasilitasi Terlapor II dan III untuk menjadi Pemenang dan Cadangan Pemenang pada Tender Paket Pengadaan TV Pendidikan dan Perlengkapannya di Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2006.

Sebelum memutuskan, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (LHPL) dari Tim Pemeriksa dan alat bukti yang diperoleh dalam proses pemeriksaan, maka Majelis Komisi menemukan hal-hal yang pada pokoknya sebagai berikut:1. Mengenai Pelanggaran Terlapor I;

Mengenai ketidakhadiran Terlapor II dan Terlapor III selama proses pemeriksaan; • Bahwa selama proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Terlapor

II dan Terlapor III tidak pernah menghadiri pemeriksaan tanpa alasan yang jelas; • Bahwa Majelis Komisi menilai ketidakhadiran Terlapor II dan Terlapor III selama

proses pemeriksaan telah menghambat proses pemeriksaan;

2. Mengenai pendapat atau pembelaan para Terlapor atas LHPL; • Bahwa pada saat Sidang Majelis, para Terlapor telah diberikan kesempatan

untuk menyampaikan pendapat atau pembelaannya secara tertulis paling lambat pada tanggal 24 Maret 2008;

• Bahwa Terlapor I menyampaikan pendapat atau pembelaannya secara tertulis pada tanggal 31 Maret 2008;

• Bahwa Majelis Komisi tidak mempertimbangkan pendapat atau pembelaan Terlapor I karena telah melewati jangka waktu yang telah ditentukan;

• Bahwa Terlapor II dan Terlapor III tidak memberikan pendapat atau pembelaan atas LHPL yang disampaikan oleh Tim Pemeriksa;

• Bahwa Majelis Komisi menilai dengan tidak adanya tanggapan/pembelaan dari para Terlapor menunjukan para Terlapor tidak menggunakan haknya untuk menyampaikan pendapat atau pembelaan atas tuduhan persekongkolan sebagaimana diuraikan dalam LHPL;

Bahwa sesuai dengan tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No. 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor I terhadap Keppres Nomor 80 Tahun 2003, hal-hal sebagai berikut: 1. Meminta kepada atasan langsung atau pejabat yang berwenang untuk

menjatuhkan sanksi administratif kepada Terlapor I;

2. Meminta Gubernur Propinsi Sumatera Utara untuk menginstruksikan kepada Kepala Dinas Pendidikan berikut instansi dibawahnya untuk membuat dan melaksanakan aturan tender sesuai ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat;

3. Meminta Gubernur Propinsi Sumatera Utara untuk mengawasi pelaksanaan proses tender di seluruh instansi pemerintah Propinsi Sumatera Utara;

Berdasarkan alat bukti, fakta, serta hasil penilaian, dan mengingat Pasal 43 Ayat (3) dan pasal 47 UU. No. 5 Tahun 1999, pada 9 April 2008 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III terbukti secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menghukum Terlapor II membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda

131Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 134: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Perkara yang berawal dari adanya laporan ini telah melalui proses Pemeriksaan Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10 September 2007-30 Oktober 2007, dilanjutkan dengan Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan 4 Februari 2008, serta Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan yang berakhir pada tanggal 19 Maret 2008. Putusan atas perkara ini dibacakan pada tanggal 25 April 2008.

Dugaan pelanggaran tersebut dilakukan oleh EMI Music South East Asia (Terlapor I), PT EMI Indonesia (Terlapor II), Arnel Affandy, S.H (Terlapor III), Dewa 19 (Terlapor IV), dan Iwan Sastrawijaya (Terlapor V).

Perkara ini adalah perkara persaingan usaha yang terkait dengan pembayaran ganti rugi serta persekongkolan dalam hal rahasia perusahaan. Berdasarkan hukum maka jika pelaku usaha yang bersangkutan mengajukan ganti rugi, maka identitas Pelapor dalam perkara ini tidak dirahasiakan oleh Majelis Komisi. Identitas pelapor, yaitu PT Aquarius Musikindo diperlukan sebagai keterangan yang cukup jelas kepada siapa para Terlapor akan membayar ganti rugi.

Terkait dengan perkara ini maka PT. Aquarius Musikindo melaporkan terjadinya dugaan pelanggaran Pasal 23 UU No. 5/1999 yang dilakukan oleh adalah EMI Music South East Asia, PT EMI Indonesia, Arnel Affandi, SH, dan Dewa 19.

Selanjutnya, sejalan dengan proses pemeriksaan maka dari hasil pemeriksaan lanjutan direkomendasikan untuk menjadikan Iwan Sastrawijaya sebagai Terlapor V. Alasannya adalah karena Tim Pemeriksa menemukan bukti awal yang cukup mengenai keterlibatan Iwan Sastrawijaya dalam perkara ini. Inti dari perkara ini adalah terjadinya perpindahan Dewa 19 dari PT Aquarius Musikindo ke EMI Music South East Asia yang melibatkan PT EMI Indonesia, Arnel Affandi, SH (yang menjabat sebagai General Manager ASIRI pada saat itu), dan Iwan Sastrawijaya yang mengakibatkan kerugian PT Aquarius Musikindo sebesar Rp 4,2 milyar lebih, walaupun KPPU memiliki perhitungan tersendiri kerugian PT Aquarius Musikindo.

Pada pemeriksaan lanjutan, Tim Pemeriksa telah memeriksa sejumlah saksi dan ahli yang juga berprofesi sebagai pengamat musik untuk mendapatkan keterangan

2.70 Putusan Perkara No. 19/KPPU-L/2007 Penguasaan Pasar dan Persekongkolan yang Dilakukan

oleh EMI Music South East Asia, EMI Indonesia, Arnel Affandy, S.H, Dewa 19, dan Iwan Sastrawijaya

Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

3. Menghukum Terlapor III membayar denda sebesar Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

4. Melarang Terlapor II dan Terlapor III untuk mengikuti tender yang dilaksanakan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara selama 2 (dua) tahun terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

132 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 135: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

yang tepat. Selanjutnya, Tim Pemeriksa menemukan bukti yang cukup terjadinya pelanggaran Pasal 23 UU No.5/1999 yang dilakukan oleh para Terlapor. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (LHPL) dan tanggapan/pembelaan dari para Terlapor tersebut, Majelis Komisi melakukan musyawarah dan memutuskan perkara ini dalam amar sebagai berikut:1. Menyatakan EMI Music South East Asia (Terlapor I), PT EMI Indonesia (Terlapor

II), Arnel Affandi, S.H. (Terlapor III), Dewa 19 (Terlapor IV) dan Iwan Sastra Wijaya (Terlapor V) secara sah dan meyakinkan terbukti melanggar ketentuan Pasal 23 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999;

2. Memerintahkan Arnel Affandi, S.H. (Terlapor III), Dewa 19 (Terlapor IV) dan Iwan Sastra Wijaya (Terlapor V) untuk tidak lagi melakukan persekongkolan dalam bentuk pembocoran informasi rahasia perusahaan yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat;

3. Menetapkan EMI Music South East Asia (Terlapor I) dan PT EMI Indonesia (Terlapor II) untuk membayar ganti rugi kepada PT Aquarius Musikindo sebesar Rp3.814.749.520,00 (tiga milyar delapan ratus empat belas juta tujuh ratus empat puluh sembilan ribu lima ratus dua puluh rupiah);

4. Menghukum EMI Music South East Asia (Terlapor I) dan PT EMI Indonesia (Terlapor II) untuk membayar denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 20/KPPU-L/2007 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5/1999). Dugaan pelanggaran tersebut terjadi dalam Tender Pengadaan Alat Kesehatan RSUD Brebes Tahun Anggaran 2006.

Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan Tender Pengadaan Alat Kesehatan RSUD Brebes Tahun Anggaran 2006. Pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 tersebut dilakukan oleh: 1. dr. Sudjai Sosrodjojo, Pejabat Pembuat Komitmen Lelang Pengadaan Alat

Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Brebes (Terlapor I)2. Bambang Murahiyanto, Edy Kusmartono, Ziza Tritura Ananda, Moh. Slamet Fajari

merupakan Sekretaris dan Anggota Panitia Lelang Pengadaan Alat Kesehatan Kabupaten Brebes Sumber Dana Belanja Daerah Kabupaten Brebes Tahun Anggaran 2006 (Terlapor II)

3. PT. Candi Prambanan (Terlapor III)4. CV. Usaha Lima Saudara (Terlapor IV)5. PT. Samudra Citra Persada (Terlapor V)6. PT. Pamiko Cipta Husada (Terlapor VI)7. PT. Graha Ismaya (Terlapor VII)

Berdasarkan hasil rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa dan pembelaan dari para Terlapor, Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan terdapat

2.71 Putusan Perkara No. 20/KPPU-L/2007 Pengadaan Alat Kesehatan RSUD Brebes Tahun Anggaran 2006

133Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 136: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

gabungan persekongkolan horizontal dan vertikal antara sesama peserta tender dengan pihak lain, dalam bentuk sebagai berikut:1. Persekongkolan Vertikal yang dilakukan Terlapor I dr. Sudjai Sosrodjojo dan

Terlapor II yaitu Bambang Murahiyanto, Drs. Edy Kusmartono, Ziza Tritura Ananda, S.H., Kn dan Moh. Slamet Fajari, Amd., untuk mengatur dan atau menentukan Terlapor III sebagai pemenang tender.

2. Persekongkolan Horizontal yang dilakukan oleh Terlapor III dengan Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, dan Terlapor VII, berupa kerjasama penyusunan dokumen penawaran untuk memenangkan Terlapor III:

Bahwa sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan Pihak Terkait, sebagai berikut:1. Memberikan saran kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Brebes untuk

memberikan sanksi kepada Bambang Murahiyanto dan Moh. Slamet Fajari, Amd. San karena menyalahgunakan jabatannya sebagai Panitia Pengadaan Alat Kesehatan Kabupaten Brebes Sumber Dana Belanja Daerah Kabupaten Brebes Tahun Anggaran 2006 yang mengatur agar Terlapor III ditetapkan sebagai pemenang tender.

2. Memberikan saran kepada Bupati Brebes untuk memberikan sanksi kepada Drs. Edy Kusmartono dan Ziza Tritura Ananda, S.H., Kn karena menyalahgunakan jabatannya dalam menjalankan tugasnya sebagai Panitia Pengadaan Alat Kesehatan Kabupaten Brebes Sumber Dana Belanja Daerah Kabupaten Brebes Tahun Anggaran 2006 yang mengatur agar Terlapor III ditetapkan sebagai pemenang tender.

3. Memberikan saran kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Brebes untuk lebih memperhatikan kompetensi panitia pengadaan barang dan/atau jasa dalam melaksanakan kegiatan pengadaan di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Brebes.

Sebelum memutuskan, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Bahwa selama proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa Lanjutan,

Terlapor II tidak pernah menghadiri pemeriksaan Lanjutan.

2. Bahwa Majelis Komisi menilai ketidakhadiran Terlapor II selama proses Pemeriksaan Lanjutan telah menghambat proses pemeriksaan.

Berdasarkan alat bukti, fakta, serta hasil penilaian, dan mengingat Pasal 43 Ayat (3) dan pasal 47 UU No. 5/1999, maka Majelis Komisi membacakan putusan pada tanggal 5 Mei 2008:1. Menyatakan Terlapor II secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, dan Terlapor VII secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Menghukum Terlapor III membayar ganti rugi sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

4. Menghukum Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI membayar ganti rugi masing-masing

134 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 137: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 21/KPPU-L/2007 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5/1999). Dugaan pelanggaran tersebut terjadi dalam Tender Pengadaan Pipa PVC oleh Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan, dan Energi Provinsi Kepulauan Riau.

Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan Tender Pengadaan Pipa PVC oleh Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan, dan Energi Provinsi Kepulauan Riau. Pelanggaran terhadap UU No.5/1999 tersebut dilakukan oleh:1. PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi sebagai Terlapor I.2. PT Harapan Widyatama Pertiwi sebagai Terlapor II.3. Panitia Pengadaan Barang/Jasa SNVT Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air

Minum Propinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2007 sebagai Terlapor III.

Dalam perkara ini, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku peserta tender terutama dalam hal persekongkolan horizontal, sedangkan untuk Panitia Tender Majelis Komisi perlu menilai apakah pelaksanaan tender telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak mengarah pada peserta tender tertentu (indikasi persekongkolan vertikal).

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa: 1. Tindakan Panitia Tender yang meluluskan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi meskipun

tidak melampirkan Jadwal Pelaksanaan Pabrikan adalah bentuk tindakan memfasilitasi PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi sebagai pemenang tender;

2. Tindakan Panitia Tender yang menerima tambahan dokumen dari PT Alfatama Sari Albaqi adalah tindakan post bidding yang bertujuan untuk memfasilitasi PT Alfatama Sari Albaqi menjadi pemenang tender;

3. Kesalahan Panitia Tender dalam melaksanakan proses klarifikasi/kualifikasi dan verifikasi telah menguntungkan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi yang penawarannya lebih tinggi dari PT Harapan Widyatama Pertiwi, PT Tirta Masindo Nusantara dan PT Karya Bintan, karena dengan gugurnya ketiga perusahaan tersebut mengakibatkan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi menjadi satu-satunya peserta tender yang lulus dan akhirnya dinyatakan sebagai calon pemenang;

2.72 Putusan Perkara No. 21/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Pipa Polyvinyl Chloride (PVC) dan

High Density Polyethylene (HDPE)

sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

5. Menghukum Terlapor VII membayar ganti rugi sebesar Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

135Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 138: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

4. Panitia Tender telah melakukan kesalahan karena menerapkan evaluasi dengan persyaratan yang tidak dicantumkan dalam RKS dan Dokumen Addenda yang mengakibatkan gugurnya peserta tender;

5. Dengan evaluasi sistem gugur, peserta tender yang tidak memenuhi persyaratan administrasi dan teknik harus digugurkan sehingga tidak perlu dievaluasi pada tahap selanjutnya sehingga menilai Panitia Tender telah salah dalam melakukan evaluasi sistem gugur pada proses tender;

6. Perbedaan tanggal Surat Undangan Klarifikasi yang diterima oleh Tim Pemeriksa dari Saksi dengan dari Panitia Tender menunjukkan kesalahan fatal Panitia Tender dalam menjalankan administrasi pelaksanaan tender;

7. Panitia Tender telah melakukan kesalahan karena tidak menjalankan kewajibannya untuk menyusun HPS sesuai dengan harga pasar;

8. Kesamaan beberapa dokumen dalam Dokumen Penawaran PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi dengan PT Harapan Widyatama Pertiwi bukan dalam rangka mengatur dan atau menentukan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi sebagai pemenang tender dan tidak ditemukan bukti yang cukup adanya kerjasama antara PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi dengan PT Harapan Widyatama Pertiwi dalam rangka mengatur dan atau menentukan pemenang tender.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Panitia Tender telah melakukan kesalahan dalam proses tender yang

mengakibatkan gugurnya beberapa peserta tender yang nilai penawarannya lebih rendah dari PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi.

2. Panitia Tender melakukan kesalahan karena tidak melakukan survey harga pasar untuk mendapatkan harga yang wajar dalam menyusun HPS mengakibatkan tingginya nilai HPS yang dijadikan acuan oleh para peserta tender dalam menyusun harga penawaran.

3. Kesalahan yang dilakukan oleh Panitia Tender berpotensi merugikan negara kurang lebih sebesar Rp505.000.000,00 (lima ratus lima juta rupiah) yang merupakan selisih antara penawaran PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi sebesar Rp1.956.664.600,00 (satu milyar sembilan ratus lima puluh enam juta enam ratus enam puluh empat ribu enam ratus rupiah) dengan penawaran PT Bunga Ayu Pertiwi yang merupakan penawar terendah sebesar Rp1.451.476.000,00 (satu milyar empat ratus lima puluh satu juta empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah.

Atas kesalahan yang dilakukan oleh Panitia Tender sebagaimana diuraikan pada angka 1 sampai 3 di atas, Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi (sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999) meminta kepada atasan langsung dan/atau pejabat yang berwenang agar menjatuhkan sanksi administratif kepada Panitia Tender sesuai dengan peraturan dan atau ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang telah diuraikan di atas, Majelis Komisi memutuskan pada 7 Mei 2008:1. Menyatakan PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi (Terlapor I) dan Panitia Tender

(Terlapor III) terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

136 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 139: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan monopoli jasa kargo di Bandara Hasanuddin Makassar-Sulawesi Selatan. Pelanggaran terhadap UU No.5/1999 tersebut dilakukan oleh PT Angkasa Pura I (Persero) (selanjutnya disebut PT AP I).

Pemeriksaan Pendahuluan telah dilakukan pada tanggal 25 September 2007 - 5 November 2007, dilanjutkan Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan 20 Februari 2008. Dalam proses pemeriksaan, ditemukan fakta bahwa PT AP I memiliki kewenangan untuk memonopoli pengelolaan jasa pelayanan kargo di setiap bandara di bawah naungan PT AP I. Selanjutnya, PT AP I membentuk Strategic Unit Business (SBU) yaitu Speed and Secure (SSC) Warehousing untuk mengelola jasa pelayanan kargo di Bandara Hasanuddin, Makassar Sulawesi Selatan. SBU didirikan PT AP I dengan tujuan menambah sumber pendapatan PT AP I.

Fakta lain yang ditemukan dalam proses pemeriksaan adalah seluruh pengguna jasa SSC Warehousing tidak puas akan pelayanan dan keamanan yang diberikan oleh SSC Warehousing. Para EMPU (Ekspedisi Muatan Pesawat Udara) dan PT POS Indonesia juga diwajibkan membayar jasa pelayanan SSC Warehousing, namun baik EMPU dan PT POS Indonesia tidak mendapatkan nilai tambah (value added) dari pelayanan SSC Warehousing.

Ditemukan pula fakta bahwa SSC Warehousing pada tahun 2005 hingga tahun 2007 membukukan tingkat keuntungan yang tinggi dan pada tahun 2007 memiliki Return on Investment (ROI) dan Return On Equity (ROE) yang sangat besar, namun pendapatan yang begitu besar tidak sebanding dengan mutu pelayanan dan jaminan keamanan yang diberikan oleh pihak SSC Warehousing.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang disampaikan Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai sebagai berikut: 1. Bahwa dengan peraturan perundangan yang ada, PT AP I berhak untuk memonopoli

jasa pelayanan kargo di Bandara Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan.

2. Bahwa PT AP I melalui SSC Warehousing berkaitan dengan pelayanan kargo di Bandara Hasanuddin Makassar tidak memberikan pelayanan dan keamanan yang sesuai dengan tarif yang dikenakan kepada pengguna jasa dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Bahwa PT AP I melalui SSC Warehousing menikmati tingkat keuntungan yang tinggi namun tidak diimbangi dengan pelayanan yang baik sehingga SSC

2.73 Putusan Perkara No. 22/KPPU-L/2007 Monopoli Jasa Kargo di Bandara Hasanuddin Makassar,

Sulawesi Selatan

2. Menyatakan PT Harapan Widyatama Pertiwi (Terlapor II) tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Menghukum PT Alfatama Anugrah Sari Albaqi (Terlapor I) membayar denda sebesar Rp 505.000.000,00 (lima ratus lima juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

137Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 140: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Warehousing tidak memberikan nilai tambah kepada pengguna jasanya.

4. Bahwa beroperasinya SSC Warehousing hanyalah salah satu strategi PT AP I untuk menambah keuntungan perseroan, namun mengabaikan pelayanan dan tanggung jawab keamanan dan keselamatan penerbangan sebagaimana diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan tugas yang dimiliki, KPPU melalui Majelis Komisi memberikan saran dan pertimbangan sebagai berikut, yaitu: 1. Administrator Bandara Hasanuddin lebih meningkatkan pengawasan di Bandara

Hasanuddin umumnya dan khususnya di wilayah terminal kargo sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Bahwa perlu adanya koordinasi antara Departemen Perhubungan dan Kementrian BUMN mengenai pelayanan kebandarudaraan dan kewajiban PT AP I dalam mencari keuntungan.

Pada tanggal 22 Mei 2008, berdasarkan fakta-fakta dan penilaian diatas, Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan PT AP I secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 Ayat 1

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

2. Menyatakan PT AP I secara sah dan meyakinkan tidak melanggar Pasal 19 huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

3. Menyatakan PT AP I secara sah dan meyakinkan tidak melanggar Pasal 25 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

4. Memerintahkan PT AP I untuk meningkatkan pelayanan dan keamanan dalam jasa pelayanan kargo di Bandara Hasanuddin Makassar selambat-lambatnya 1 (satu) bulan semenjak keputusan ini memiliki kekuatan hukum tetap.

5. Memerintahkan PT AP I untuk menghitung ulang kembali tarif jasa pelayanan kargo sesuai dengan harga tingkat keuntungan yang wajar.

6. Memerintahkan PT AP I membayar denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang disetor Kas Negara sebagai setoran pendapatan dengan pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

2.74 Putusan Perkara No. 23/KPPU-L/2007 Pembangunan Kembali Pasar Melawai Blok M

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 23/KPPU-L/2007 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5/1999). Dugaan pelanggaran tersebut terjadi dalam Pembangunan Kembali Pasar Melawai Blok M. Majelis komisi yang menangani perkara ini terdiri dari Dr. Anna Maria Tri Anggraini, S.H. M.H (Ketua), Dr. Ir. Benny Pasaribu, M.Ec., dan Ir. M. Nawir Messi, M.Sc., masing-masing sebagai anggota. Hasilnya adalah Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V tidak terbukti melanggar Pasal 22 UU No. 5 /1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

138 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 141: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan persekongkolan dalam pembangunan kembali pasar Melawai Blok M. Pelanggaran terhadap UU No.5/1999 tersebut dilakukan oleh:1. Perusahaan Daerah Pasar Jaya (PD. Pasar Jaya) sebagai Terlapor I.2. PT. Melawai Jaya Realty sebagai Terlapor II.3. PT. Wijaya Wisesa sebagai Terlapor III.4. PT. Cipta Gemilang Sejahtera sebagai Terlapor IV.5. PT. Santika Tirtautama sebagai Terlapor V.

Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V menjadi peserta tender pemilihan calon developer Pembangunan/ Peremajaan Pasar Melawai Blok M Perusahaan Daerah Pasar Jaya tahun 2005. Untuk itu Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para pelaku usaha (Terlapor III, Terlapor IV, dan Terlapor V) dan peranan Terlapor I dan Terlapor II dalam persekongkolan tersebut.

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa: 1. Terlapor I telah melakukan kelalaian dan kesalahan prosedur dengan tetap

memilih Terlapor III sebagai calon developer untuk Pembangunan Pasar Melawai Blok M meskipun Terlapor III tidak menyerahkan garansi bank;

2. Majelis Komisi sependapat dengan Tim Pemeriksa yang tidak menemukan bukti adanya persekongkolan horizontal diantara para calon developer

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Bahwa Majelis Komisi berpendapat aturan atau mekanisme pemilihan calon

investor atau pihak ketiga untuk bekerjasama dengan PD Pasar Jaya adalah SK Gubernur DKI No. 39 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Kerjasama Perusahaan Daerah Provinsi DKI Jakarta dengan Pihak Ketiga;

2. Bahwa Majelis Komisi berpendapat SK Gubernur DKI No. 39 Tahun 2002 tidak memberi ruang bagi persaingan usaha yang sehat kepada PD Pasar Jaya dalam memilih calon investor atau pihak ketiga;

3. Bahwa Majelis Komisi berpendapat pada tahun 2007, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah yang dalam Pasal 38 ayat 1 huruf b menyebutkan “kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: (b) mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan melalui tender/lelang dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/peminat, kecuali untuk kegiatan yang bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan langsung”;

4. Majelis Komisi berpendapat, SK Gubernur DKI No. 39 Tahun 2002 harus dicabut dan disesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah sehingga pemilihan calon investor atau pihak ketiga yang akan melakukan kerjasama dengan PD Pasar Jaya dilakukan melalui proses tender/lelang;

Sesuai tugas Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi dalam putusannya merekomendasikan kepada Komisi hal-hal sebagai berikut:Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk meminta kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta untuk mencabut SK Gubernur DKI No. 39

139Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 142: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

KPPU telah selesai melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap Perkara No. 24/KPPU-L/2007 tentang dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan Kegiatan Tahun Jamak di Lingkungan Dinas PU Bina Marga Kabupaten Banyuasin Sumber Dana APBD 2006-2008 (Terlapor I), PT Chandratex Indo Artha (Terlapor II), PT Anugrah Artha Abadi Nusa (Terlapor III) dan Kepala Dinas PU Bina Marga Kabupaten Banyuasin, Ir. Firmansyah M.Sc. (Terlapor IV). Hasilnya, Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang No. 5 Tahun 1999, dan Terlapor II dikenakan denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah), Terlapor III dikenakan denda sebesar Rp 1.200.000.000,00 (satu milyar dua ratus juta rupiah).

Setelah Tim Pemeriksa melakukan serangkaian pemeriksaan maka Majelis Komisi menilai bahwa: 1. Alasan mengugurkan PT Amen Mulia karena tidak dicantumkannya tanggal

dan tempat pelaksanaan aanwijzing pada Surat Jaminan Penawaran PT Amen Mulia tidak substansial karena Surat Jaminan Penawaran PT Amen Mulia yang dikeluarkan oleh PT Asuransi Parolamas adalah sah dan dapat diklaim bila terjadi wanprestasi dari PT Amen Mulia.

2. Alasan Terlapor I mengugurkan PT Amen Mulia dengan menyatakan PT Amen Mulia akan gugur dalam evaluasi teknis meskipun lulus dalam evaluasi adminitratif adalah bentuk tindakan yang tidak relevan, karena PT Amen Mulia sudah dinyatakan tidak lulus dalam evaluasi administrasi sehingga Terlapor I terbukti mencari-cari kesalahan untuk menggugurkan PT Amen Mulia.

3. Terlapor I lalai dalam meneliti dokumen personel inti Terlapor II dan Terlapor III.

4. Tindakan Terlapor I untuk menggugurkan PT Amen Mulia dan lalai dalam meneliti adanya kesalahan pada dokumen personil inti Terlapor II dan Terlapor III menunjukkan bahwa Terlapor I terlibat dalam persekongkolan vertikal untuk memenangkan Terlapor II dan Terlapor III.

5. Majelis Komisi sependapat dengan hasil Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (LHPL) yang menyatakan tidak ditemukan bukti yang cukup keterlibatan Terlapor IV dalam persekongkolan tender untuk memenangkan Terlapor II dan Terlapor III.

6. Berdasarkan bukti Bukti Acara Pemeriksaan (BAP) Terlapor II, Terlapor II mengakui penggunaan fasilitas kantornya oleh Terlapor III.

7. Berdasarkan bukti BAP Terlapor III, Terlapor III mengakui meminta bantuan karyawan

2.75 Putusan Perkara No. 24/KPPU-L/2007 Tender Kegiatan Peningkatan Jalan di DPU Bina Marga

Kabupaten Banyuasin

Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Kerjasama Perusahaan Daerah Provinsi DKI Jakarta dengan Pihak Ketiga dan menerbitkan peraturan baru sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah

Berdasarkan alat bukti yang telah diuraikan di atas, pada 16 Mei 2008 Majelis Komisi memutuskan bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV dan Terlapor V tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

140 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 143: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Terlapor II dalam penyusunan dokumen penawaran tender, hal ini diperkuat adanya bukti dokumen penawaran tender Terlapor II dan Terlapor III tentang Daftar Personalia Inti yang sama, dan personil yang sama dalam mendaftarkan perusahaan Terlapor II dan Terlapor III dalam Daftar Hadir Pendaftaran Pasca Kualifikasi dan Daftar Hadir Pembukaan Dokumen Penawaran Tender.

8. Hubungan kekeluargaan antara Direktur Terlapor II dan Terlapor III sebagaimana dicantumkan pada LHPL tidak menjadi pertimbangan untuk menunjukkan ada atau tidak adanya persekongkolan.

9. Tidak lulusnya Terlapor II pada Tender Peningkatan Jalan Pangkalan Balai - Pangumbuk karena jadwal pelaksanaan pekerjaan tidak memenuhi syarat dan tidak lulusnya Terlapor III pada Tender Peningkatan Sp. Rambutan - Mendal Mendil karena alasan yang sama menunjukkan adanya pengaturan antara Terlapor II dan Terlapor III dalam bentuk persaingan semu.

10. Adanya peminjaman kantor Terlapor II oleh Terlapor III, adanya kesamaan daftar personil inti antara Terlapor II dan Terlapor III, adanya personil yang sama dalam menyusun dokumen penawaran tender serta adanya personil yang sama dalam menghadiri proses tender membuktikan adanya kerjasama antar Terlapor II dan Terlapor III dalam mengikuti tender.

11. Terlapor II dan Terlapor III telah melakukan persekongkolan horizontal untuk memenangkan kedua paket tender.

Berdasarkan tugas yang dimiliki, KPPU melalui Majelis Komisi memberikan saran dan pertimbangan sebagai berikut, yaitu: 1. Kepada Atasan Terlapor I untuk memberikan sanksi administratif kepada Terlapor I

atas kelalaian dan keterlibatan dalam persekongkolan tender.

2. Kepada Bupati Banyuasin untuk memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat dalam pelaksanaan pengadaan barang dan atau jasa di lingkungan Kabupaten Banyuasin.

Akhirnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di atas, maka Majelis Komisi memutuskan pada tanggal 29 Mei 2008:1. Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III terbukti secara sah dan meyakinkan

melanggar Pasal 22 Undang-undang No. 5 Tahun 1999.

2. Menyatakan bahwa Terlapor IV tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-undang No. 5 Tahun 1999.

3. Terlapor II membayar denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

4. Terlapor III membayar denda sebesar Rp 1.200.000.000,00 (satu milyar dua ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

141Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 144: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 26/KPPU-L/2007 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5/1999). Dugaan pelanggaran tersebut adalah penetapan harga SMS off-net (short message service antar operator) yang dilakukan oleh para operator penyelenggara jasa telekomunikasi pada periode 2004 sampai dengan 1 April 2008.

Perkara ini muncul setelah KPPU menerima laporan tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap UU No. 5/1999 berkaitan dengan penetapan harga SMS off-net. Pelanggaran tersebut dilakukan oleh PT Excelkomindo Pratama, Tbk (Terlapor I), PT Telekomunikasi Selular (Terlapor II), PT Indosat, Tbk (Terlapor III), PT Telkom, Tbk (Terlapor IV), PT Huchison CP Telecommunication (Terlapor V), PT Bakrie Telecom (Terlapor VI), PT Mobile-8 Telecom (Terlapor VII), Tbk, PT Smart Telecom (Terlapor VIII), dan PT Natrindo Telepon Seluler (Terlapor IX).

Melalui proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa KPPU, diperoleh fakta-fakta antara lain:1. Pada periode 1994 - 2004 hanya terdapat tiga operator telekomunikasi seluler

di Indonesia dan berlaku satu tarif SMS sebesar Rp 350,00. Namun demikian tidak ditemukan adanya kartel di antara operator pada saat itu karena tarif yang terbentuk terjadi karena struktur pasar yang oligopoli.

2. Pada periode 2004 - 2007 industri telekomunikasi seluler ditandai dengan masuknya beberapa operator baru dan mewarnai situasi persaingan harga. Namun demikian harga SMS yang berlaku untuk layanan SMS off-net hanya berkisar pada Rp 250 - 350,00. Pada periode ini Tim Pemeriksa menemukan beberapa klausula penetapan harga SMS yang tidak boleh lebih rendah dari Rp 250,- dimasukkan ke dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) Interkoneksi antara operator sebagaimana tertera dalam Matrix Klausula Penetapan Tarif SMS dalam PKS Interkoneksi.

3. Pada bulan Juni 2007, berdasarkan hasil pertemuan BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia) dengan Asosiasi Telepon Seluler Indonesia (ATSI), ATSI mengeluarkan surat untuk meminta kepada seluruh anggotanya untuk membatalkan kesepakatan harga SMS yang kemudian ditindaklanjuti oleh para operator. Namun demikian Tim Pemeriksa melihat tidak terdapat perubahan harga SMS off-net yang signifikan di pasar.

4. Pada periode 2007 sampai sekarang, dengan harga yang tidak berubah Tim Pemeriksa menilai kartel harga SMS masih efektif terjadi sampai dengan April 2008 ketika terjadi penurunan tarif dasar SMS off-net di pasar.

2.76 Putusan Perkara No. 26/KPPU-L/2007 Kartel SMS

142 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 145: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Matrix Klausula Penetapan Tarif SMS dalam PKS Interkoneksi

Bakrie NTS STIOperator

TELKOM

- - (2005) (2004) (2003) (2006) (2001) -

- - (2002) - (2004) - (2007) (2001) -

- - - - - - - - -

- (2002) - - - - - - -

(2005) - - - - - - - -

(2004) (2004) - - - - - - -

(2003) - - - - - - - -

(2006) (2007) - - - - - - -

(2001) (2001) - - - - - - -

- - - - - - - - -

Berdasarkan fakta-fakta hasil pemeriksaan tersebut Majelis Komisi kemudian melihat terdapat kerugian konsumen yang dihitung berdasarkan selisih penerimaan harga kartel dengan penerimaan harga kompetitif SMS off-net setidak-tidaknya sebesar Rp 2.827.700.000.000,00 dengan perincian masing-masing operator sebagai berikut:

Tabel Perhitungan Kerugian KonsumenBerdasarkan Proporsi Pangsa Pasar Operator Pelaku (dalam Milyar Rupiah)

Tahun Telkomsel XL M-8 Telkom Bakrie SMART Total2004 311,8 53,4 2,6 12,2 5,8 385,82005 446,3 62,4 10,2 30,6 7,8 557,42006 615,5 93,7 15,9 59,3 17,5 801,92007 819,4 136,4 23,6 71,2 31,8 0,1 1.082,5Total 2.193,1 346,0 52,3 173,3 62,9 0,1 2.827,7

Mobile-8

Bakrie

Mobile-8

NTS

STI

Namun demikian Majelis Komisi tidak pada posisi berwenang untuk menjatuhkan sanksi ganti rugi untuk konsumen. Majelis Komisi kemudian memperhitungkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan dari masing-masing operator yang melakukan kartel harga SMS off-net dalam menjatuhkan besaran denda. Denda yang dijatuhkan bervariasi dari maksimal Rp 25 milyar sampai dengan Smart yang berdasarkan pertimbangan Majelis Komisi tidak layak untuk dikenakan denda.

Dengan tidak adanya regulasi khusus mengenai SMS mengakibatkan operator mengambil tindakan untuk mengatur keseimbangan traffic (lalu lintas) SMS antar operator melalui instrumen harga sehingga menimbulkan kerugian bagi konsumen, maka Majelis Komisi merekomendasikan kepada KPPU untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan pihak terkait untuk segera menyusun peraturan mengenai interkoneksi SMS yang tidak merugikan konsumen.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta dan keseluruhan penilaian di atas, Majelis Komisi memutuskan pada 18 Juni 2008 bahwa:1. Menyatakan bahwa Terlapor I: PT Excelkomindo Pratama, Tbk., Terlapor II: PT

Telekomunikasi Selular, Terlapor IV: PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk., Terlapor VI: PT Bakrie Telecom, Terlapor VII: PT Mobile-8 Telecom, Tbk., Terlapor VIII: PT Smart Telecom terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5 UU No 5 / 1999;

143Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 146: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

2. Menyatakan bahwa Terlapor III: PT Indosat, Tbk, Terlapor V: PT Hutchison CP Telecommunication, Terlapor IX: PT Natrindo Telepon Seluler tidak terbukti melanggar Pasal 5 UU No 5 / 1999;

3. Menghukum Terlapor I: PT Excelkomindo Pratama, Tbk. dan Terlapor II: PT Telekomunikasi Selular masing-masing membayar denda sebesar Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

4. Menghukum Terlapor IV: PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. membayar denda sebesar Rp 18.000.000.000,00 milyar (delapan belas milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

5. Menghukum Terlapor VI: PT Bakrie Telecom, Tbk. membayar denda sebesar Rp4.000.000.000,00 (empat milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

6. Menghukum Terlapor VII: PT Mobile-8 Telecom, Tbk. membayar denda sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 28/KPPU-I/2007 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 5, Pasal 9, Pasal 17, dan Pasal 19 huruf (a) dan (d) UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5/1999). Dugaan pelanggaran tersebut adalah Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam Jasa Pelayanan Taksi di Batam yang dilakukan oleh Pelaku Usaha Taksi dan Pengelola Wilayah. Berdasarkan pemeriksaan, maka pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran adalah:1. Koperasi Karyawan Otorita Batam (Terlapor I);2. Koperasi Pandu Wisata Batam (Terlapor II);3. Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang (KPTDS) (Terlapor III) ; 4. Badan Otorita Batam (Terlapor IV); 5. PT Senimba Bay Resort (Terlapor V); 6. PT Nongsa Terminal Bahari (Terlapor VI); 7. PT Indotri Terminal Batam (Terlapor VII); 8. PT Indodharma Corpora (Terlapor VIII); 9. PT Synergi Tharada (Terlapor IX); 10. PT Citra Tritunas (Terlapor X); 11. Koperasi Harbour Bay (Terlapor XI);

2.77 Putusan Perkara No. 28/KPPU-L/2007 Jasa Pelayanan Taksi di Batam

144 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 147: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

12. Koptiba (Terlapor XII); 13. Koperasi Primkoppol (Terlapor XIII); 14. Koperasi Citra Wahana (Terlapor XIV); 15. Kopti (Terlapor XV); 16. Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi (KBWPT) (Terlapor XVI); 17. PT. Pinki (Terlapor XVII); 18. PT Barelang Taxi (Terlapor XVIII); 19. CV. Barelang Express (Terlapor XIX); 20. Koperasi Primkopad (Terlapor XX); 21. Koperasi Komegoro (Terlapor XXI); 22. Koperasi Pengayoman Pegawai Departemen Kehakiman (KPPDK PN Batam)

(Terlapor XXII); 23. Kopeba (Koperasi Pengemudi Batam) (Terlapor XXIII); 24. Koperasi Metro (Terlapor XXIV); 25. Koperasi Bima (Terlapor XXV); 26. PT. Win Transport Utama (Terlapor XXVI); 27. Koptis (Koperasi Pengemudi Taksi Internasional Sekupang) (Terlapor XXVII);28. Koperasi Primkopal (Terlapor XXVIII).

Setelah Tim Pemeriksa melakukan serangkaian pemeriksaan, maka Majelis Komisi menilai: 1. Bahwa terdapat bukti yang cukup terjadinya pembagian wilayah operasional taksi

di Batam yang dilakukan oleh koperasi taksi di masing-masing wilayah, yaitu di Bandara Hang Nadim, Pelabuhan Internasional Sekupang, Pelabuhan Harbour Bay, Pelabuhan Batam Center, Pelabuhan Telaga Punggur, Pelabuhan Domestik Sekupang, Pelabuhan Marina City dan Pelabuhan Nongsa Pura;

2. Bahwa terdapat bukti yang cukup terjadi penetapan tarif taksi di beberapa wilayah sebagai berikut: a. Pelabuhan Internasional Sekupang, antara Primkoppol, Primkopad, PT Win

Transport Utama dan Koptis; b. Pelabuhan Harbour Bay, antara Koperasi Citra Wahana, PT Pinki, CV Barelang

Express, Koperasi Pandu Wisata, PT Barelang Taksi, KBWPT, PT Win Transport Utama, Koptiba, Kopeba, Koperasi Pengayoman, Kopti, Koptis;

c. Pelabuhan Batam Center, antara Koptiba, Primkoppol, PT Citra Wahana, Kopti, Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi, PT Pinki, PT Barelang Taksi, CV Barelang Express, Primkopad, Koperasi Mega Gotong Royong, Koperasi Pengayoman dan Kopeba;

d. Pelabuhan Telaga Punggur, antara Primkoppol, Primkopad, Primkopal dan PT Citra Wahana.

145Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 148: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

3. Bahwa terdapat bukti yang cukup terjadinya hambatan masuk yang dilakukan oleh koperasi taksi dan pengelola wilayah di masing-masing wilayah yaitu di Bandara Hang Nadim, Pelabuhan Internasional Sekupang, Pelabuhan Batam Center, Pelabuhan Telaga Punggur dan Pelabuhan Domestik Sekupang;

4. Bahwa terdapat bukti yang cukup terjadinya diskriminasi yang dilakukan oleh pengelola wilayah di Bandara Hang Nadim;

5. Bahwa terdapat bukti awal yang cukup terjadinya praktek monopoli yang dilakukan oleh: a. Koperasi Karyawan Otorita Batam di Bandara Hang Nadim; b. Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang di Pelabuhan Domestik Sekupang; c. Koperasi Pandu Wisata di Pelabuhan Marina City.

Selanjutnya, sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dan pihak terkait, sebagai berikut: 1. Pemerintah Kota Batam wajib melaksanakan Undang-undang Nomor 14 Tahun

1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan khususnya Keputusan Walikota Batam Nomor KPTS.228/HK/IX/2001 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Umum di Jalan Kota Batam beserta peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Batam wajib melakukan langkah-langkah sebagai berikut:a. Penertiban terhadap mobil pribadi yang difungsikan sebagai angkutan umum

sejenis taksi;b. Mendukung dan mengamankan pelaksanaan Undang-undang Nomor 14

Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan khususnya Keputusan Walikota Batam Nomor KPTS.228/HK/IX/2001 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Umum di Jalan Kota Batam beserta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di atas, pada 19 Juni 2008 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi Primkoppol), Terlapor

XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti), Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang Ekspress), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), Terlapor XXIII (Koperasi Pengemudi Batam), Terlapor XXVI (PT Win Transport Utama), Terlapor XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi Pelabuhan Internasional Sekupang) dan Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5 UU No. 5/1999;

2. Menyatakan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam) selaku pelaku usaha taksi di Bandara Hang Nadim, Terlapor II (Koperasi Pandu Wisata Batam) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Marina City, Terlapor III (Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Domestik Sekupang dan Terlapor XI (Koperasi Harbour Bay) selaku pengelola taksi di Pelabuhan Harbour Bay, secara sah dan meyakinkan tidak melanggar Pasal 5 UU No. 5 / 1999;

3. Menyatakan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam), Terlapor II (Koperasi Pandu Wisata Batam), Terlapor III (Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang), Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti), Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang Ekspress), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi Komegoro),

146 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 149: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), Terlapor XXIII (Koperasi Pengemudi Batam), Terlapor XXVI (PT Win Transport Utama), Terlapor XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi Pelabuhan Internasional Sekupang) dan Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 9 UU No. 5/1999;

4. Menyatakan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam), Terlapor II (Koperasi Pandu Wisata Batam) dan Terlapor III (Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang) secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 UU No. 5/1999;

5. Menyatakan Terlapor IV (Badan Otorita Batam), Terlapor VII (PT Indotri Terminal Batam), Terlapor VIII (PT Indodharma Corpora), Terlapor IX (PT Synergi Tharadha), Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti), Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang Express), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), dan Terlapor XXIII (Koperasi Pengemudi Batam) secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf (a) UU No. 5/1999;

6. Menyatakan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam) selaku pelaku usaha taksi di Bandara Hang Nadim, Terlapor II (Koperai Pandu Wisata Batam) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Marina City, Terlapor III (Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Domestik Sekupang, Terlapor V (PT Senimba Bay Resort) selaku pengelola Pelabuhan Marina City, Terlapor VI (PT Nongsa Terminal Bahari) selaku pengelola Pelabuhan Nongsa Pura, Terlapor X (PT Citra Tritunas) selaku pengelola Pelabuhan Harbour Bay, Terlapor XI (Koperasi Harbour Bay) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Harbour Bay, Terlapor XXVI (PT Win Transport Utama) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Harbour Bay, Terlapor XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi Internasional Sekupang) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Internasional Sekupang, Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) selaku pelaku usaha taksi di Pelabuhan Telaga Punggur secara sah dan meyakinkan tidak melanggar Pasal 19 huruf (a) UU No. 5/1999;

7. Menyatakan Terlapor IV (Badan Otorita Batam) secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf (d) UU No. 5/1999;

8. Menyatakan Terlapor V (PT Senimba Bay Resort) selaku pengelola Pelabuhan Marina City, Terlapor VI (PT Nongsa Terminal Bahari) selaku pengelola Pelabuhan Nongsa Pura, Terlapor VII (PT Indotri Terminal Batam) selaku pengelola Pelabuhan Telaga Punggur, Terlapor VIII (PT Indodharma Corpora) selaku pengelola Pelabuhan Internasional Sekupang, Terlapor IX (PT Synergi Tharada) selaku pengelola Pelabuhan Batam Center, Terlapor X (PT Citra Tritunas) selaku pengelola Pelabuhan Harbour Bay secara sah dan meyakinkan tidak melanggar Pasal 19 huruf (d) UU No. 5/1999;

9. Memerintahkan kepada Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti), Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang Ekspress), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), Terlapor XXIII (Koperasi Pengemudi Batam), Terlapor XXVI (PT Win Transport Utama), Terlapor XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi Pelabuhan Internasional Sekupang) dan Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) untuk mencabut tarif taksi yang berlaku dan memberlakukan tarif taksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

10. Memerintahkan Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam), Terlapor II (Koperasi Pandu Wisata Batam), Terlapor III (Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang), Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti), Terlapor XVI (Koperasi Bina

147Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 150: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang Ekspress), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), Terlapor XXIII (Koperasi Pengemudi Batam), Terlapor XXVI (PT Win Transport Utama), Terlapor XXVII (Koperasi Pengemudi Taksi Pelabuhan Internasional Sekupang) dan Terlapor XXVIII (Koperasi Primkopal) untuk menghentikan kesepakatan pembagian wilayah operasi taksi di Kota Batam sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

11. Memerintahkan kepada Terlapor I (Koperasi Karyawan Otorita Batam), Terlapor II (Koperasi Pandu Wisata Batam) dan Terlapor III (Koperasi Pengusaha Taksi Domestik Sekupang) untuk menghentikan praktek monopoli dalam pengelolaan taksi di Bandara Hang Nadim, Pelabuhan Domestik Sekupang dan Pelabuhan Marina City sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

12. Memerintahkan kepada Terlapor IV (Badan Otorita Batam) selaku pengelola Bandara Hang Nadim dan Pelabuhan Domestik Sekupang, Terlapor VII (PT Indotri Terminal Batam) selaku pengelola Pelabuhan Telaga Punggur, Terlapor VIII (PT Indodharma Corpora) selaku pengelola Pelabuhan Internasional Sekupang untuk membuka kesempatan usaha taksi bagi pelaku usaha taksi lainnya selambat-lambatnya 6 bulan terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

13. Menghukum Terlapor IV (Badan Otorita Batam) selaku pengelola Bandara Hang Nadim dan Pelabuhan Domestik Sekupang, Terlapor VII (PT Indotri Terminal Batam) selaku pengelola Pelabuhan Telaga Punggur, Terlapor VIII (PT Indodharma Corpora) selaku pengelola Pelabuhan Internasional Sekupang untuk membayar denda masing-masing sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha), apabila tidak melaksanakan diktum Putusan nomor 12 (dua belas) tersebut di atas;

14. Memerintahkan kepada Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti), Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang Express), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), dan Terlapor XXIII (Koperasi Pengemudi Batam) secara bersama-sama dengan Terlapor IX (PT Synergi Tharada) selaku pengelola Pelabuhan Batam Center untuk membuka jasa pelayanan taksi bagi pelaku usaha taksi lainnya selambat-lambatnya 6 (enam) bulan terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

15. Menghukum Terlapor XII (Koptiba), Terlapor XIII (Koperasi Primkoppol), Terlapor XIV (Koperasi Citra Wahana), Terlapor XV (Kopti), Terlapor XVI (Koperasi Bina Warga Pengemudi Taksi), Terlapor XVII (PT Pinki), Terlapor XVIII (PT Barelang Taksi), Terlapor XIX (CV Barelang Express), Terlapor XX (Koperasi Primkopad), Terlapor XXI (Koperasi Komegoro), Terlapor XXII (Koperasi Pengayoman), dan Terlapor XXIII (Koperasi Pengemudi Batam) secara bersama-sama dengan Terlapor IX (PT Synergi Tharada) selaku pengelola Pelabuhan Batam Center untuk membayar denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) secara tanggung renteng, yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha), apabila tidak melaksanakan diktum Putusan nomor 14 tersebut di atas.

148 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 151: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Dugaan pelanggaran dalam kasus ini adalah persekongkolan dalam pelelangan proyek pekerjaan jasa pemborongan nomor 6021/1801/35/2007 di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Cilacap. Berdasarkan pemeriksaan, maka pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran adalah:1. PT Melista Karya (Terlapor I)2. PT Mulia Karya (Terlapor II)3. PT Adhya Bumi Graha Niaga (Terlapor III)4. PT Bangun Cipta Kontraktor (Terlapor IV)5. PT Karya Bisa (Terlapor V)

Perkara No. 29/KPPU-L/2007 merupakan perkara yang dilaporkan oleh pelaku usaha ke KPPU. Dalam perkara ini, Majelis Komisi perlu untuk menilai perilaku para pelaku usaha dalam hal persekongkolan horizontal melalui serangkaian pemeriksaan. Pemeriksaan Pendahuluan telah dilakukan pada tanggal 20 November 2007-9 Januari 2008, dilanjutkan hingga Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan 2 Mei 2008.

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai hal-hal sebagai berikut: 1. Mengenai Hubungan antara PT Melista Karya dengan PT Mulia Karya:

a. Bahwa hubungan keluarga (suami-istri) antara Direktur Utama PT Melista Karya dengan Direktur Utama PT Mulia Karya tidak serta merta dapat dijadikan bukti adanya kerjasama dalam menentukan PT Melista Karya sebagai pemenang tender karena secara entitas hukum, tidak ditemukan adanya cross ownership diantara kedua perusahaan dan secara faktual kegiatan operasional perusahaan dijalankan oleh manajemen yang berbeda;

b. Bahwa tidak cukupnya hubungan keluarga (suami-istri) dijadikan sebagai bukti adanya kerjasama PT Melista Karya dengan PT Mulia Karya dalam menentukan pemenang tender juga diperkuat dengan adanya fakta terdapat 3 (tiga) peserta tender lain yang ikut bersaing untuk menjadi pemenang tender;

2. Mengenai kesamaan format dan bentuk tulisan pada dokumen:a. Bahwa kesamaan format pada dokumen Surat Pernyataan, Surat

Kesanggupan dan Surat Modal Kerja dikarenakan peserta tender mengacu pada ketentuan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (selanjutnya disebut Keppres Nomor 80 Tahun 2003 ) dan format yang telah ditetapkan dalam RKS (Rencana Kerja dan Syarat);

b. Bahwa kesamaan bentuk tulisan pada dokumen Surat Pernyataan, Surat Kesanggupan dan Surat Modal Kerja tidak cukup dijadikan sebagai bukti adanya kerjasama antara PT Melista Karya dan PT Mulia Karya dalam menentukan pemenang tender karena bentuk tulisan yang digunakan merupakan bentuk umum dalam Dokumen Penawaran;

3. Bahwa meskipun adanya hubungan induk dan anak perusahaan antara PT Bangun Cipta Kontraktor dengan PT Adhya Bumi Graha Niaga yang memungkinkan terjadinya kerjasama dalam mengikuti tender, tetapi tidak ditemukan fakta penyesuaian Dokumen Penawaran antara kedua perusahaan dalam rangka menentukan pemenang tender;

4. Mengenai Harga Penawaran Peserta Tender:a. Bahwa format analisa biaya yang digunakan dalam menyusun harga

penawaran merupakan format baku yang diperoleh oleh peserta tender dari

2.78 Putusan Perkara No. 29/KPPU-L/2007 Tender Paket Pembangunan Jalan Hotmix Perkotaan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Cilacap

149Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 152: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Departemen Pekerjaan Umum yang kemudian disusun berdasarkan Pedoman Petunjuk Teknis Nomor 015/T/Bt/1995 tentang Analisa Biaya Harga Satuan Pekerjaan Jalan Kabupaten yang di dalamnya terdapat rincian biaya pekerja, material dan pemakaian peralatan untuk tiap jenis pekerjaan;

b. Bahwa selain format rincian analisa pekerjaan tersebut, karakteristik pekerjaan yang ditenderkan sangat standar dan tidak memiliki banyak variasi pekerjaan;

c. Bahwa tidak ditemukan alat bukti yang menunjukkan adanya komunikasi antara peserta tender dalam menyesuaikan harga penawaran yang menyebabkan kecilnya selisih harga penawaran;

5. Mengenai Perjanjian Penyediaan Peralatan AMP (Asphalt Mixing Plant) antara Peserta Tender:a. Bahwa perjanjian penyediaan peralatan AMP bukan merupakan persyaratan

yang ditetapkan dalam RKS, melainkan sebagai jaminan bagi PT Adhya Bumi Graha Niaga, PT Bangun Cipta Kontraktor dan PT Karya Bisa kepada Panitia Tender tentang adanya pihak menjamin pasokan aspal hotmix apabila peserta tender menjadi pemenang tender;

b. Bahwa tidak ditemukan fakta yang menunjukkan Perjanjian/Kontrak Sewa Peralatan Jangka Panjang antara PT Adhya Bumi Graha Niaga, PT Bangun Cipta Kontraktor dan PT Karya Bisa dengan PT Mulia Karya dijadikan sebagai bentuk kerjasama dalam rangka menentukan PT Melista Karya sebagai pemenang tender.

Pada 3 Juli 2008, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di atas, maka Majelis Komisi memutuskan:Menyatakan bahwa Terlapor I: PT Melista Karya, Terlapor II: PT Mulia Karya, Terlapor III: PT Adhya Bumi Graha Niaga, Terlapor IV: PT Bangun Cipta Kontraktor, dan Terlapor V: PT Karya Bisa, tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 22 UU No. 5/1999.

Dugaan pelanggaran dalam perkara ini adalah persekongkolan dalam pelelangan umum pembangunan dan pemeliharaan jalan Sanggau di Dinas Kimpraswil Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2007. Berdasarkan pemeriksaan, maka pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran adalah: a. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Kimpraswil Kabupaten Sanggau Jl. RE.

Martadinata No. 76 Sanggau, Sumber Dana DAK dan DAU Tahun Anggaran 2007 untuk Paket Peningkatan Jalan Tayan - Meliau (Terlapor I);

b. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Kimpraswil Kabupaten Sanggau Jl. RE. Martadinata No. 76 Sanggau, Sumber Dana DAU dan Ad Hoc Tahun Anggaran 2007 untuk Paket:1. Paket Peningkatan Jalan Entikong - Batas Kabupaten;2. Paket Pembangunan Jalan Bonti - Bodok;3. Paket Pembangunan Jalan Balai Karangan - Batas Kabupaten (Terlapor II);

c. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Kimpraswil Kabupaten Sanggau Jl. RE. Martadinata No. 76 Sanggau, Sumber Dana DAU Tahun Anggaran 2007 untuk Paket:1. Paket Pembangunan Jalan Sudirman - A. Yani;2. Paket Pembangunan Jalan Segole - Penyeladi;3. Paket Pembangunan Jalan Kawasan BDC - Entikong (Terlapor III);

2.79 Putusan Perkara No. 30/KPPU-L/2007 Pelelangan Umum Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan

Sanggau

150 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 153: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

d. PT. Rajawali Sakti Kalbar Jl. Cempaka No. 64 Mempawah Kab. Pontianak Kalimantan Barat Telp. (0561) 691514 (Terlapor IV);

e. PT. Jungkat Jl. Jend. Sudirman No.88 Sanggau Prop Kalimantan Barat atau Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 26 Sanggau Kalimantan Barat Telp. (0564) 21111 (Terlapor V);

f. PT. Purna Sarana Jl. KH. Ahmad Yani No. 59 Sanggau Kalimantan Barat Telp. (0564) 21477, Fax (0564) 22673 (Terlapor VI);

g. PT. Megah Megah Megah Jl. ST. Syahrir No. 23 Sanggau Kalimantan Barat Telp/Fax. (0564) 21689 (Terlapor VII);

h. PT. Rafi Karya Jl. Pendidikan Gg. SMA No. 38 Sungai Pinyuh Kab. Pontianak Kalimantan Barat Telp. (0561) 652240 (Terlapor VIII);

i. PT. Sebukit Indah Mempawah Jl. Kartini No. 45 Sanggau Kab. Sanggau Kalimantan BaratTelp. (0564) 21227 (Terlapor IX);

j. PT. Lawang Kuari Jl. Merdeka No. 31 Sekadau Kalimantan Barat Telp. (0564) 41007, 21237, Fax (0564) 21577 (Terlapor X).

Berdasarkan Laporan Tim Pemeriksa kepada Majelis Komisi atas hasil rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan maka kemudian, Majelis Komisi menilai berdasarkan bukti-bukti yang cukup dan mempertimbangkan seluruh pembelaan para Terlapor. Selanjutnya, Majelis Komisi mengambil kesimpulan bahwa: 1. Tentang Tindakan Para Terlapor

a. Terlapor I tetap meluluskan Terlapor IV sebagai pemenang dalam Paket Peningkatan Jalan Tayan Meliau meskipun kepemilikan sahamnya dimiliki oleh orang yang sama (kepemilikan silang), dan meloloskan kualifikasi PT. Mitra Konstruksi Kalbar sebagai cadangan pemenang dalam paket yang sama, meskipun terdapat kesamaan format dan susunan dokumen penawaran, serta kesamaan kesalahan pengetikan dokumen dengan peserta yang lain dalam paket pekerjaan yang sama;

b. Terlapor II meluluskan Terlapor V pada tahap pembuktian kualifikasi dan mengusulkan Terlapor V sebagai calon pemenang Paket Pekerjaan Peningkatan Jalan Entikong - Batas Kabupaten, meskipun Terlapor V tidak memiliki Sertifikat registrasi badan usaha jasa konstruksi dari LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi), memiliki kesamaan format dan susunan dokumen penawaran, serta memiliki kesamaan kesalahan pengetikan dokumen dengan peserta lainnya dalam paket pekerjaan yang sama;

c. Terlapor III memenangkan Terlapor IX pada Paket Pembangunan Jalan Segole Penyeladi, meskipun dokumen kualifikasi dalam penawarannya tidak lengkap, dan dokumen penawaran Terlapor IX memiliki kesamaan format dan susunan, serta memiliki kesamaan kesalahan pengetikan dengan dokumen penawaran peserta lainnya dalam paket pekerjaan yang sama;

d. Terlapor IV dengan PT. Mitra Konstruksi Kalbar, Terlapor V dengan Terlapor X memiliki kesamaan kepemilikan dan kepengurusan perusahaan.

Bahwa mengingat ketentuan Pasal 26 dan Pasal 27 UU No. 5/1999 yang pada pokoknya melarang adanya jabatan rangkap dan kepemilikan silang pada pasar bersangkutan yang sama, maka Majelis Komisi berpendapat adanya kesamaan kepemilikan dan kesamaan pengurus tersebut adalah bukan hal yang biasa dan dilarang oleh UU No. 5/1999, sebagai tindakan menciptakan persaingan semu diantara Terlapor IV dengan PT. Mitra Konstruksi Kalbar dan diantara Terlapor X dengan Terlapor V;

e. Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, dan Terlapor X melakukan penyesuaian dokumen penawaran berupa kesamaan format dan susunan dokumen penawaran serta kesamaan kesalahan pengetikan dokumen;

151Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 154: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

2. Bahwa sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi agar memberikan saran kepada Bupati Kabupaten Sanggau untuk memberikan sanksi kepada Terlapor I, II, dan III karena lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai Panitia Pengadaan barang dan jasa di Dinas Kimpraswil Kabupaten Sanggau Sumber Dana DAK, DAU dan Ad Hoc Tahun Anggaran 2007, sebagai berikut:1. Meminta kepada atasan langsung atau pejabat yang berwenang untuk

menjatuhkan sanksi administratif kepada Terlapor I, II, dan III; 2. Meminta kepada Bupati Kabupaten Sanggau untuk menginstruksikan kepada

Kepala Dinas Kimpraswil Kabupaten Sanggau berikut instansi di bawahnya untuk membuat dan melaksanakan aturan tender sesuai ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat;

3. Memberikan rekomendasi kepada BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan) untuk melakukan audit teradap proyek Tender Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Sanggau Tahun Anggaran 2007 di Kabupaten Sanggau di Dinas Kimpraswil Kabupaten Sanggau Propinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2007

Berdasarkan alat bukti, fakta, serta hasil penilaian, dan mengingat Pasal 43 Ayat (3) dan pasal 47 UU. No. 5/1999, maka Majelis Komisi membacakan putusan pada tanggal 17 Juli 2008 sebagai berikut:1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III terbukti secara sah dan

meyakinkan melanggar Pasal 22 UU. No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, dan Terlapor X terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Menghukum Terlapor IV membayar denda sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta Rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

4. Terlapor V membayar denda sebesar Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

5. Terlapor VI membayar denda sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

6. Terlapor VII membayar denda sebesar Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

7. Terlapor VIII membayar denda sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan

152 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 155: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

8. Terlapor IX membayar denda sebesar Rp 400.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

9. Terlapor X membayar denda sebesar Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423491 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

KPPU telah selesai melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap Perkara No. 31/KPPU-I/2007 tentang dugaan pelanggaran Pasal 19 huruf d UU No. 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh China Oilfield Services (COSL/Terlapor I) dan Dugaan Pelanggaran Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh COSL, PT COSL INDO (Terlapor II) dan CNOOC Ses Ltd. (Terlapor III). Hasilnya, Terlapor I dan Terlapor II tidak terbukti melanggar Pasal 19 huruf d UU No. 5/1999 dan Terlapor I, Terlapor II dan Terlapor III tidak terbukti melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999.

Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap perkara ini, maka Majelis Komisi menilai bahwa: 1. Tindakan COSL hanya menunjuk PT COSL Indo sebagai agen COSL dan memutus

keagenan PT Mutiara Virgo merupakan tindakan diskriminasi yang dibenarkan secara hukum sehingga tidak dapat dikualifikasikan sebagai praktek diskriminasi. Dengan demikian, tidak terdapat adanya pelanggaran Pasal 19 huruf d yang dilakukan oleh COSL.

2. Terkait dengan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, penunjukkan PT COSL Indo oleh CNOOC SES Ltd. sebagai pemenang tender bukan merupakan bentuk persekongkolan karena proses tender yang dilakukan oleh CNOOC SES Ltd. telah dilakukan secara terbuka sebagaimana ditunjuukan dengan keikutsertaan PT Transocean Indonesia sebagai peserta tender, meskipun di kemudian hari didiskualifikasi karena mengajukan pengecualian.

Selanjutnya, sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e Undang-undang No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan Pihak Terkait, sebagai berikut:1. Merekomendasikan kepada Pemerintah untuk menyempurnakan dan

mengefektifkan pelaksanaan peraturan mengenai pengutamaan produk dalam negeri dalam kegiatan usaha minyak dan gas bumi sesuai dengan Pasal 40 ayat (4) UU No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, beserta menegakkan pelaksanaan pengawasan terhadap aturan tersebut dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat;

2. Merekomendasikan kepada Pemerintah untuk menyempurnakan sistem perizinan dalam bidang usaha minyak dan gas bumi terutama dalam pemberian Surat Izin

2.80 Putusan Perkara No. 31/KPPU-I/2007 COSL, PT COSL INDO, dan CNOOC Ses Ltd.

153Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 156: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Layak Operasi (SILO) Rig dengan tetap memperhatikan prinsip transparansi dan kepastian hukum;

3. Merekomendasikan kepada Pemerintah untuk tetap memperhatikan harmonisasi kebijakan dalam rangka menegakkan aturan kedua butir rekomendasi di atas.

Akhirnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di atas, maka Majelis Komisi memutuskan pada tanggal 28 Mei 2008 bahwa:1. Terlapor I dan Terlapor II tidak terbukti melanggar Pasal 19 huruf d UU No 5 Tahun 1999; 2. Terlapor I, Terlapor II, dan Terlapor III tidak terbukti melanggar Pasal 22 UU No 5

Tahun 1999.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 01/KPPU-L/2008 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 19 huruf (d) dan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5/1999). Dugaan pelanggaran tersebut adalah diskriminasi dan persekongkolan dalam lelang pengadaan alat kesehatan, kedokteran, dan KB di BP RSUD Dr. Soeselo kabupaten Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007.

Berdasarkan pemeriksaan, maka pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran adalah:1. CV Guna Alkes (Terlapor I);2. PT Agung Mulya Utama (Terlapor II) ;3. PT Inti Medika Sejahtera (Terlapor III) ; 4. PT Setio Harto (Terlapor IV); 5. Panitian Pengadaan Barang/Jasa Alat Kesehatan Perorangan Badan Pengelolaan RSUD

Dokter Soeselo Kabupaten Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007 (Terlapor V);

Terlapor I memiliki nilai penawaran sebesar Rp 1.806.684.000,00 (satu milyar delapan ratus enam juta enam ratus delapan puluh empat ribu rupiah) dalam tender pengadaan alat kesehatan, kedokteran dan KB Program Upaya Kesehatan Perorangan Badan Pengelolaan RSUD Dr. Soeselo Kab. Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007.

Bahwa dugaan terjadinya pelanggaran UU No. 5/1999 pada tender pengadaan alat kesehatan, kedokteran dan KB Program Upaya Kesehatan Perorangan Badan Pengelolaan RSUD Dr. Soeselo Kab. Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007 adalah sebagai berikut:a. PT Setio Harto melakukan praktek diskriminasi dengan hanya memberikan brosur

asli kepada CV Guna Alkes, dan memberikan copy brosur kepada peserta tender yang lain sehingga menyebabkan peserta tender yang lain kalah dalam pengumpulan nilai (sistem yang digunakan adalah merit point).

b. Persekongkolan antara CV. Guna Alkes, PT. Inti Medika Sejahtera, dan PT. Agung Mulya Utama adalah dalam bentuk :1. Persesuaian dan kesamaan format dokumen;2. Kesamaan kesalahan pengetikan;3. Kemiripan nilai penawaran.

c. Persekongkolan antara CV. Guna Alkes, PT. Inti Medika Sejahtera, PT. Agung Mulya Utama, PT Setio Harto, dan Panitia pengadaan barang/jasa adalah dalam bentuk:

2.81 Putusan Perkara No. 01/KPPU-L/2008 Lelang Pengadaan Alat Kesehatan, Kedokteran, dan KB

RSUD Dr. Soeselo Kabupaten Tegal

154 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 157: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

1. Panitia mensyaratkan endoscopy dalam RKS (Rencana Kerja dan Syarat) dengan spesifikasi yang mengarah pada endoscopy merk olympus yang hanya dapat dipasok melalui PT Setio Harto.;

2. Memberi persyaratan penilaian brosur asli dengan nilai 100% yang hanya dapat dipenuhi oleh CV Guna Alkes.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Bahwa PT Setio Harto sebagai distributor tunggal endoscopy merk olympus

telah memberi perlakuan yang berbeda kepada para peserta tender (praktek diskriminasi) yaitu dengan hanya memberikan brosur asli kepada CV Guna Alkes;

2. Bahwa PT Setio Harto hanya memberikan sertifikat legalisir kepada kelompok tender antara CV Guna Alkes, PT Inti Medika, dan PT Agung Mulya Utama dan tidak memberikan sertifikat legalisir kepada peserta tender yang lain sehingga menyebabkan peserta tender yang lain kalah dalam pengumpulan nilai;

3. Bahwa perlakuan yang berbeda yang dilakukan oleh PT Setio Harto menyebabkan peserta tender lain tidak memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing secara sehat dan kalah dalam pengumpulan nilai;

4. Bahwa berdasarkan fakta berupa:a. Pengakuan CV Guna Alkes; b. Keterangan saksi-saksi;c. Surat permohonan dukungan;d. Dokumen penawaran;e. Bukti hasil evaluasi panitia, telah terjadi persekongkolan horizontal antara

CV Guna Alkes dengan pelaku usaha pesaingnya yaitu PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama;

5. Bahwa persekongkolan tersebut dilakukan dengan cara:a. Kerjasama yang dilakukan CV Guna Alkes dengan pelaku usaha pesaingnya

yaitu PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dalam menyiapkan dokumen penawaran;

b. Kerjasama yang dilakukan CV Guna Alkes dengan pelaku usaha pesaingnya yaitu PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dalam menyiapkan surat dukungan;

c. Kerjasama yang dilakukan CV Guna Alkes dengan pelaku usaha pesaingnya yaitu PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dengan cara membentuk group-group atau kelompok untuk mengatur pemenang tender;

d. Kerjasama yang dilakukan CV Guna Alkes dengan pelaku usaha pesaingnya yaitu PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dengan cara pembagian keuntungan pemenang tender;

10. Bahwa berdasarkan fakta mengenai spesifikasi teknis di dalam RKS, Panitia telah mengetahui bahwa spesifikasi sudah mengarah kepada merk tertentu namun tindakan tersebut bukanlah bertujuan untuk memenangkan peserta tender tertentu melainkan untuk memenuhi kebutuhan dari dokter-dokter penyakit dalam;

11. Bahwa sistem evaluasi yang digunakan oleh Panitia menguntungkan CV Guna Alkes karena hanya CV Guna Alkes yang diberikan brosur asli oleh PT Setio Harto, sehingga CV Guna Alkes memiliki nilai tertinggi didalam tender ini;

12. Bahwa penilaian yang digunakan oleh Panitia bukanlah bertujuan untuk memenangkan peserta tender tertentu, melainkan mengikuti surat edaran dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah dan sistem penilaian tersebut dimanfaatkan oleh CV Guna Alkes dan PT Setio Harto;

155Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 158: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

13. Bahwa Perilaku diskriminatif PT Setio harto yang hanya memberikan brosur asli kepada CV Guna Alkes dan hanya memberikan sertifikat legalisir kepada kelompok tender antara CV Guna Alkes, PT Inti Medika Sejahtera dan PT Agung Mulya Utama merupakan bentuk persekongkolan untuk memenangkan CV Guna Alkes.

Berdasarkan alat bukti yang telah diuraikan di atas, pada 3 Juli 2008 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor IV terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19

huruf (d) UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Menyatakan Terlapor V tidak terbukti melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

4. Menghukum Terlapor IV membayar denda sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

5. Melarang Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III untuk mengikuti tender yang dilaksanakan RSUD Dr. Soeselo Kabupaten Tegal selama 1 tahun terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap.

2.82 Putusan Perkara No. 04/KPPU-L/2008 Tender Pembangkit Belawan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 04/KPPU-L/2008 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5/1999). Dugaan pelanggaran tersebut adalah persekongkolan dalam tender pengadaan dan pemasangan O2 Analyzer System, O2, CO2/O2 dan Opacity Measurement unit 3 dan unit 4 Belawan PT. PLN (Persero) Pembangkit Sumatera bagian utara sektor Pembangkit Belawan.

Berdasarkan pemeriksaan, maka pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran adalah:1. PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara (Terlapor I);2. CV. Citra Ira Lestari (Terlapor II);3. PT. Primakwarsa Gemilang (Terlapor III);4. CV. Yamlikha Utama (Terlapor IV);5. CV. Robby Ananda Pratama (Terlapor V);6. CV. Citra Kencana (Terlapor VI);7. CV. Sangkuriang (Terlapor VII);8. CV. Sira Perkasa (Terlapor VIII);9. CV. Sri Makmur (Terlapor IX);10. CV. Taruko (Terlapor X);11. CV. Tri Arga Indah (Terlapor XI);12. CV. Wahana Antartika (Terlapor XII);13. PT. EMKL Maritim Deli Utama (Terlapor XIII).

156 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 159: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Perkara ini diawali dari laporan yang disampaikan ke KPPU tentang adanya dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5/1999 berkaitan dengan persekongkolan dalam tender pengadaan dan pemasangan O2 Analyzer System, O2, CO2/O2 dan Opacity Measurement unit 3 dan unit 4 Belawan PT. PLN (Persero) Pembangkit Sumatera bagian utara sektor Pembangkit Belawan. Pemeriksaan Pendahuluan telah dilakukan pada tanggal 8 Februari 25 Maret 2008, dilanjutkan hingga Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan 19 Juni 2008.

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa: 1. Kesamaan format dan susunan dokumen penawaran Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor

V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI, Terlapor XII, dan Terlapor XIII dengan peserta lainnya pada masing-masing paket pekerjaan adalah merupakan suatu bentuk persekongkolan diantara para peserta tender;

2. Kedudukan Murni Sari Harahap yang menjadi pemegang saham CV. Sri Makmur, CV. Yamlikha Utama, PT. Primakwarsa Gemilang, CV. Taruko, CV. Citra Kencana menunjukkan adanya kepemilikan silang (cross ownership) diantara peserta tender yang mempengaruhi penawaran para Terlapor;

3. Bahwa Majelis Komisi berpendapat sebagai berikut:a. Bahwa rangkap jabatan seseorang di beberapa perusahaan peserta tender adalah

suatu indikasi adanya persekongkolan untuk mengatur pemenang tender;b. Bahwa tidak mungkin seseorang yang memiliki saham di banyak perusahaan tidak

mengetahui kegiatan operasional masing-masing perusahaan yang dimilikinya;c. Bahwa indikasi persekongkolan tersebut terbukti dengan harga penawaran

Terlapor II sampai Terlapor XII yang masing-masing hanya selisih Rp 2.145.277,20 (dua juta seratus empat puluh lima ribu dua ratus tujuh puluh tujuh koma dua puluh rupiah);

d. Bahwa tindakan Terlapor I tidak meneliti secara cermat dokumen penawaran para peserta merupakan tindakan yang disengaja, karena salah satu tugas panitia adalah melakukan evaluasi dokumen penawaran; koma dua puluh rupiah);

Menimbang bahwa sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan pihak terkait, sebagai berikut:1. Meminta kepada atasan langsung atau pejabat yang berwenang untuk

menjatuhkan sanksi adminitratif kepada Terlapor I;

2. Meminta kepada General Manger PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara untuk menginstruksikan kepada instansi di bawahnya untuk membuat dan melaksanakan aturan tender sesuai ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat;

Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di atas, pada 31 Juli 2008 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan Terlapor I tidak terbukti melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI, dan Terlapor XII, terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Menyatakan Terlapor XIII tidak terbukti melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999

157Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 160: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

4. Menghukum Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor VI, Terlapor IX, Terlapor XI, dan Terlapor XII, tidak boleh mengikuti tender di PT. PLN (persero) dan anak perusahaannya selama 2 (dua) tahun sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

5. Menghukum Terlapor V, Terlapor VII, Terlapor VIII dan Terlapor X tidak boleh mengikuti tender di PT. PLN (persero) dan anak perusahaannya selama 1 tahun sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 05/KPPU-L/2008 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5/1999). Dugaan pelanggaran tersebut adalah persekongkolan dalam tender perluasan gedung kantor Pelayanan Pajak proyek pengadaan barang dan jasa kantor Pelayanan Pajak Madya Batam Tahun Anggaran 2007.

Berdasarkan pemeriksaan, maka pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran adalah:1. PT Uniteknindo Inti Sarana (Terlapor I).2. PT Tunggal Jaya Santika (Terlapor II).3. Panitia Tender Perluasan Gedung Kantor Pelayanan Pajak Proyek Pengadaan

Barang dan Jasa Kantor Pelayanan Pajak Madya Batam Tahun Anggaran 2007, dengan alamat kantor di Jl. Kuda Laut Nomor 1, Bukit Senyum, Batu Ampar, Batam 29432 (selanjutnya disebut Panitia Tender) (Terlapor III).

Perkara ini diawali dari laporan yang disampaikan ke KPPU tentang adanya dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5/1999 berkaitan dengan persekongkolan dalam tender perluasan gedung kantor Pelayanan Pajak proyek pengadaan barang dan jasa kantor Pelayanan Pajak Madya Batam Tahun Anggaran 2007. Pemeriksaan Pendahuluan telah dilakukan pada tanggal 8 Februari 25 Maret 2008, dilanjutkan hingga Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan 19 Juni 2008.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai hal-hal sebagai berikut: 1. Mengenai Perubahan Batas Waktu Pendaftaran Peserta dan Pemasukan Dokumen

Penawarana. Bahwa Panitia Tender telah melakukan perubahan batas waktu Pendaftaran

Peserta dan Pemasukan Dokumen Penawaran yaitu pada awalnya deadline yang ditetapkan Panitia Tender adalah 14 Juni 2007 namun diundur menjadi tanggal 14 Juni 2007;

b. Bahwa perubahaan batas waktu tersebut menunjukkan ketidak konsistenan aturan tender yang ditetapkan oleh Panitia Tender sendiri, namun atas fakta tersebut Majelis Komisi berpendapat bahwa perubahan itu dilakukan guna menyesuaikan dengan ketentuan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003. Hal itupun dilakukan setelah ada informasi dari salah satu peserta tender;

c. Bahwa oleh karena itu, Majelis Komisi berpendapat bahwa sejak awal Panitia Tender tidak memahami aturan dan prosedur tender sebagaimana telah ditetapkan Keppres No. 80 Tahun 2003.

2.83 Putusan Perkara No. 05/KPPU-L/2008 Proyek Pengadaan Barang dan Jasa Kantor Pelayanan Pajak

Batam

158 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 161: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2. Mengenai Persyaratan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri)a. Bahwa persyaratan TKDN merupakan ketidaklaziman untuk diterapkan,

mengingat karakteristik pekerjaan yang ditenderkan. Hal tersebut terbukti dan diperkuat dengan hasil rekapitulasi yang disampaikan para peserta tender yang seluruhnya menyatakan prosentase TKDNnya 100%. Namun demikian, persyaratan tersebut telah ditetapkan oleh Panitia Tender sebagai persyaratan dokumen penawaran peserta

b. Bahwa berdasarkan Berita Acara Evaluasi Administrasi, Teknis dan Harga, Panitia Tender hanya menetapkan PT Rufiyando Humbang Persada sebagai satu-satunya peserta yang gugur akibat tidak memenuhi dokumen rekapitulasi TKDN tersebut;

c. Bahwa apabila dilihat dalam konteks pemenuhan persyaratan dokumen administrasi maka, alasan gugurnya PT Rufiyando Humbang Persada masih dapat dibenarkan meskipun sebenarnya secara substansi persyaratan tersebut tidak lazim dan tidak relevan diterapkan dalam tender ini;

d. Bahwa meskipun terdapat selisih harga penawaran dimana penawaran PT Rufiyando Humbang Persada lebih rendah dari harga penawaran pemenang tender namun hal tersebut tidak serta merta merupakan potensi kerugian negara karena eksistensi PT Rufiyando Humbang Persada sebagai peserta tender hanya sampai tahap evaluasi dokumen administrasi sehingga persyaratan teknis dan kualifikasinya belum tentu sesuai dengan persyaratan. Oleh karena itu, perbandingan harga penawaran antara PT Rufiyando Humbang Persada dengan pemenang tender tidak cukup relevan;

3. Mengenai Kemiripan dan/Kesamaan Dokumen Penawaran PT Uniteknindo Inti Sarana dan PT Tunggal Jaya Santikaa. Tindakan PT Uniteknindo Inti Sarana dan PT Tunggal Jaya Santika yang

menyerahkan pekerjaan penyusunan dokumen penawaran kepada pihak ketiga (dalam hal ini adalah kepada Patar Tumanggor) menunjukkan ketidakmampuan kedua perusahaan tersebut dalam menyusun dokumen penawaran;

b. Dampak penyerahan pekerjaan penyusunan dokumen penawaran kepada pihak yang sama tersebut telah menyebabkan timbulnya persaingan semu antara kedua perusahaan dalam proses tender ini;

Berdasarkan fakta tersebut, maka Majelis Komisi menyimpulkan:1. Bahwa tindakan Panitia Tender terkait dengan perubahan batas waktu

pendaftaran peserta dan pemasukan dokumen penawaran dilakukan atas dasar itikad untuk mematuhi ketentuan Keppres No. 80 Tahun 2003. Namun atas penerapan perubahan tersebut, Majelis Komisi menilai tindakan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai persekongkolan vertikal karena tidak dimaksudkan untuk menghalangi peserta lain untuk mengikuti tender dan/atau untuk memfasilitasi peserta tender tertentu untuk menjadi pemenang tender;

2. Bahwa tindakan Panitia Tender yang menetapkan persyaratan TKDN terjadi sebagai akibat Panitia Tender tidak memahami seutuhnya dalam merelevansikan ketentuan TKDN dengan ketentuan Keppres No. 80 Tahun 2003. Akan tetapi, Majelis Komisi menilai tindakan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai persekongkolan vertikal karena tidak dimaksudkan untuk mengatur dan/atau menentukan pemenang tender;

3. Bahwa tindakan PT Uniteknindo Inti Sarana dan PT Tunggal Jaya Santika yang menyerahkan pekerjaan penyusunan dokumen penawaran kepada pihak ketiga yang sama dapat dikategorikan sebagai tindakan persaingan semu dan tindakan yang tidak jujur;

4. Bahwa persaingan semu yang dilakukan oleh PT Uniteknindo Inti Sarana dan

159Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 162: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

PT Tunggal Jaya Santika bertentangan dengan prinsip persaingan sehat dalam tender, sehingga meskipun tidak ditemukan bukti adanya interaksi langsung untuk menentukan harga penawaran diantara kedua perusahaan tersebut yang bertujuan untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender, namun tindakan tersebut dapat mempengaruhi obyektifitas hasil tender. Bahwa oleh karena itu, Majelis Komisi menilai bahwa persaingan semu yang dilakukan oleh PT Uniteknindo Inti Sarana dan PT Tunggal Jaya Santika dapat dikategorikan sebagai tindakan yang dapat mempengaruhi penentuan pemenang tender dan secara tidak langsung merupakan persekongkolan horisontal;

Selanjutnya, pada 31 Juli 2008 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan bahwa Terlapor I (PT Uniteknindo Inti Sarana) dan Terlapor II (PT Tunggal

Jaya Santika) secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999;

2. Menyatakan bahwa Terlapor III (Panitia Tender) secara sah dan meyakinkan tidak melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999;

3. Melarang Terlapor I (PT Uniteknindo Inti Sarana) dan Terlapor II (PT Tunggal Jaya Santika) untuk mengikuti tender di wilayah Kotamadya Batam selama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;

4. Memerintahkan kepada Terlapor I (PT Uniteknindo Inti Sarana) dan Terlapor II (PT Tunggal Jaya Santika) untuk membayar denda masing-masing sebesar Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

Selain itu, Majelis Komisi juga memberikan saran dan rekomendasi sebagai berikut:1. Meminta kepada atasan langsung atau pejabat yang berwenang untuk menjatuhkan

sanksi adminitratif kepada Panitia Tender;

2. Selanjutnya, dalam pelaksanaan pengadaan tender berikutnya di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Madya Batam, hendaknya atasan langsung atau pejabat yang berwenang dapat menugaskan Panitia Tender yang berkompeten untuk melaksanakan pengadaan tersebut.

Dugaan pelanggaran dalam perkara ini adalah persekongkolan dalam tender pekerjaan pelebaran jalan kolektor utama menuju kawasan industri Batam Centre. Berdasarkan pemeriksaan, maka pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran adalah:1. PT Putera Nusa Perkasa (Terlapor I);2. PT Kurnia Djaja Makmur Abadi (Terlapor II);3. PT Mitra Graha Indonusa Indah (Terlapor III);4. PT Sumber Alam Sejahtera (Terlapor IV);5. Panitia Pengadaan DIPA 2007 Paket II Otorita Pengembangan Daerah Industri

Pulau Batam (Terlapor V).

Perkara ini diawali dari laporan yang disampaikan ke KPPU tentang adanya dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No. 5/1999 berkaitan dengan persekongkolan dalam

2.84 Putusan Perkara No. 06/KPPU-L/2008 Tender Pekerjaan Pelebaran Jalan Kolektor Utama Menuju Kawasan Industri Batam Center

160 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 163: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

tender pekerjaan pelebaran jalan kolektor utama menuju kawasan industri Batam Centre. Pemeriksaan Pendahuluan telah dilakukan pada tanggal 13 Februari - 28 Maret 2008, dilanjutkan hingga Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan 23 Juni 2008. Adapun alur proses pelaksanaan tender adalah dimulai dari tender pekerjaan pelebaran jalan kolektor utama menuju kawasan industri Batam Center yang diumumkan di harian Media Indonesia dan papan pengumuman dengan nilai pagu sebesar Rp 1.848.000.000,00 (satu milyar delapan ratus empat puluh delapan juta rupiah). Sumber pendanaan tender pekerjaan pelebaran jalan kolektor utama menuju kawasan industri Batam Center berasal dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2007, Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam. Tender dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 dengan metode pascakualifikasi, dengan cara pemasukan dokumen penawaran dilakukan dengan Sistem Satu Sampul. Berdasarkan hasil pelaksanaan tender diketahui bahwa tender tersebut dimenangkan oleh Terlapor I dengan Nilai Penawaran Rp1.840.079.000,00 (satu milyar delapan ratus empat puluh juta tujuh puluh sembilan ribu rupiah) .

Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa dugaan pelanggaran adalah sebagai berikut: a. PT Kurnia Djaja Makmur Abadi, PT Putera Nusa Perkasa, PT Mitra Graha Indonusa

Indah dan PT Sumber Alam Sejahtera diduga melakukan persekongkolan horizontal sebagaimana dilarang Pasal 22 UU No. 5 /1999 dengan indikasi sebagai berikut:1. Persesuaian dokumen yang meliputi kesamaan format penulisan dan kesalahan

pengetikan;2. Pengakuan oleh L. Tambunan yang menyatakan bahwa kesamaan dokumen

tersebut memang dipersiapkan oleh 1 (satu) orang dan PT Kurnia Djaja Makmur Abadi telah memberikan dokumen tender ke peserta tender yang lain yaitu pada PT Putera Nusa Perkasa dan PT Mitra Graha Indonusa Indah;

3. Tidak adanya sanggahan yang dilakukan oleh PT Kurnia Djaja Makmur Abadi atas penunjukan PT Putera Nusa Perkasa;

4. PT Sumber Alam Sejahtera salah melampirkan Surat Dukungan Dana AMP Mixing Plant milik PT Putera Nusa Perkasa.

5. Selisih persentase HPS dengan harga penawaran antara PT Putera Nusa Perkasa (pemenang tender) dengan PT Kurnia Djaja Makmur Abadi memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 0,99 %.

b. Panitia, PT Putera Nusa Perkasa dan PT Kurnia Djaja Makmur Abadi diduga melakukan persekongkolan vertikal sebagaimana dilarang Pasal 22 UU No. 5 / 1999 dengan indikasi sebagai berikut:1. Panitia meloloskan PT Putera Nusa Perkasa pada evaluasi adminstrasi dan

teknis, padahal perusahaan tidak memenuhi persyaratan; 2. Panitia tender tidak melakukan klarifikasi dokumen penawaran kepada masing-

masing calon pemenang.

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:• Bahwa Majelis Komisi menilai adanya dokumen Metode Pelaksanaan PT Putera

Nusa Perkasa yang mirip dengan dokumen Metode Pelaksanaan milik PT Kurnia Djaja Makmur Abadi dan PT Mitra Graha Indonusa Indah, tidak cukup dijadikan alasan adanya kerjasama diantara ketiga perusahaan tersebut dalam pembuatan dokumen penawaran;

• Bahwa Majelis Komisi menilai adanya kemiripan dokumen-dokumen dan kesamaan alamat kantor tersebut di atas merupakan bukti adanya kerjasama dalam pembuatan dokumen penawaran antara PT Putera Nusa Perkasa dan PT Sumber Alam Sejahtera;

161Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 164: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

• Bahwa walaupun Panitia Tender tidak mengakui adanya post bidding namun Majelis Komisi berpendapat bahwa Panitia Tender telah melakukan post bidding, karena setelah pembukaan penawaran seluruh dokumen disimpan oleh Panitia Tender;

• Bahwa Majelis Komisi berpendapat Panitia Tender telah memfasilitasi PT Putera Nusa Perkasa dengan meloloskannya sebagai pemenang tender walaupun tidak melampirkan surat pernyataan di atas materai yang isinya tidak dalam pengawasan Pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana;

Berdasarkan alat bukti yang diperoleh, maka Majelis Komisi membacakan putusan pada 1 Agustus 2008 sebagai berikut:1. Menyatakan Terlapor I dan Terlapor V terbukti secara sah dan menyakinkan

melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

2. Menyatakan Terlapor II, Terlapor III, dan Terlapor IV tidak terbukti melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

3. Menghukum Terlapor I membayar denda sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 02/KPPU-L/2008 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 19 huruf (d) UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5/1999). Dugaan pelanggaran tersebut adalah persaingan usaha tidak sehat dalam pemberian hak pengelolaan reklame di lokasi outdoor Bandara Internasional Juanda Surabaya.

Perkara yang berawal dari adanya laporan ke KPPU telah melalui proses Pemeriksaan Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16 Januari-27 Februari 2008, dilanjutkan dengan Pemeriksaan Lanjutan pada tanggal 27 Februari-27 Mei 2008, yang diperpanjang sampai dengan 8 Juli 2008.

2.85 Putusan Perkara No. 02/KPPU-L/2008 Pengelolaan Reklame di Lokasi Outdoor Bandara Internasional Juanda - Surabaya

162 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 165: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa dan pembelaan oleh Terlapor, Majelis Komisi menilai sebagai berikut: 1. Pasar bersangkutan dalam perkara ini adalah hak pengelolaan reklame di lokasi

outdoor Bandara Internasional Juanda;

2. Tindakan PT Angkasa Pura I (Persero) yang mengkonsesikan hak pengelolaan reklame di lokasi tollgate dan sekitarnya seluas 1.414,23 m2 kepada PT Sido Maju Industri Estat tanpa melalui proses tender, sedangkan lokasi outdoor lainnya melalui beauty contest bukan merupakan bentuk praktek diskriminasi karena PT Angkasa Pura I (Persero) mengkonsesikan hak pengelolaan reklame di lokasi tollgate dan sekitarnya tersebut sebagai kompensasi atas pembangunan tollgate berdasarkan Keputusan Direksi PT Angkasa Pura I (Persero) Nomor: KEP.305/KU.20/1992.

3. Tindakan PT Angkasa Pura I (Persero) yang tidak memberikan informasi tentang adanya space reklame di lokasi tollgate dan sekitarnya seluas 1.414,23 m2 pada saat penjelasan teknis usaha beauty contest untuk pengelolaan reklame di Bandara Internasional Juanda bukan merupakan bentuk praktek diskriminasi;

4. Tindakan PT Angkasa Pura I (Persero) yang menetapkan batas bawah harga sewa tempat reklame di lokasi tollgate dan sekitarnya lebih rendah dari batas bawah harga sewa tempat reklame di lokasi outdoor lainnya merupakan bentuk praktek diskriminasi;

5. Tindakan PT Angkasa Pura I (Persero) yang menetapkan harga batas bawah yang berbeda di lokasi tollgate dan sekitarnya lebih rendah dari harga batas bawah dalam sewa tempat reklame di lokasi outdoor lainnya, serta tidak memberikan informasi tentang adanya space reklame di lokasi tollgate dan sekitarnya seluas 1.414,23 m2 pada saat penjelasan teknis usaha beauty contest untuk pengelolaan reklame di Bandara Internasional Juanda, hal tersebut mengakibatkan disparitas antara harga sewa tempat reklame di lokasi-lokasi outdoor Bandara Internasional Juanda dengan perbandingan sebagai berikut:

1.414,23 m2 325 m2 607 m2

PT Sido Maju CV Team Work PT AdvertisingIndustri Estat Indonesia

Rp 50.000,00 Rp 150.000,00 Rp 150.000,00

Rp 85.000,00 Rp 509.000,00 Rp 155.000,00

Luas

Pengelola

Batas bawah harga sewa tempat reklame

Harga sewa/m2/bulan

LokasiJalan

Akses MasukTollgate dan sekitarnya Area parkir

6. PT Angkasa Pura I (Persero) telah melakukan praktek diskiriminasi dalam pengkonsesian hak pengelolaan reklame di lokasi outdoor Bandara Internasional Juanda yang menghambat persaingan diantara perusahaan pengelola reklame di lokasi outdoor Bandara Internasional Juanda;

Sebelum memutus perkara ini, Majelis Komisi mempertimbangkan bahwa Terlapor bersikap kooperatif selama pemeriksaan di KPPU. Selanjutnya, berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5 /1999 yang telah diuraikan di atas, pada 19 Agustus 2008 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan PT Angkasa Pura I (Persero) secara sah dan meyakinkan melanggar

Pasal 19 huruf (d) UU No. 5/1999;

2. Memerintahkan kepada PT Angkasa Pura I (Persero) untuk melakukan negosiasi ulang harga sewa tempat reklame di lokasi tollgate dan sekitarnya seluas 1.414,23 m2 dengan PT Sido Maju Industri Estat untuk sisa jangka waktu hak pengelolaan reklame di lokasi tollgate dan sekitarnya seluas 1.414,23 m2 terhitung sejak Putusan KPPU dibacakan.

163Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 166: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Perkara yang berawal dari adanya laporan ke KPPU telah melalui proses Pemeriksaan Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 26 Februari-10 April 2008, dilanjutkan dengan Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan tanggal 7 Juli 2008. Putusan atas perkara ini dibacakan pada tanggal 20 Agustus 2008.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, maka pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran dan ditetapkan sebagai Terlapor adalah:1. PT Petrokimia Gresik (Persero) (Terlapor I); 2. PT Murni Sri Jaya (Terlapor II); dan 3. Koperasi Serba Usaha Mahkota Tani (Terlapor III).

Selanjutnya, juga diketahui bahwa pupuk bersubsidi merupakan bidang industri yang masuk kategori highly regulated, karena pengadaan dan penyalurannya mendapat pengawasan dari pemerintah, yang bertujuan agar petani mendapatkan pupuk dengan harga yang murah dan terjangkau sehingga dapat menunjang sektor pertanian. Produksi, distribusi, dan margin/tingkat keuntungan penjualan pupuk bersubsidi tersebut diatur melalui berbagai peraturan (Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag), Peraturan Menteri Pertanian (Permentan), dan Peraturan Daerah (Perda).

Fakta yang ditemukan adalah bahwa melalui Peraturan Menteri Perdagangan No. 03/M-DAG/PER/2/2006 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk sektor pertanian, pemerintah memberikan hak monopoli kepada PT. Petrokimia Gresik untuk memproduksi pupuk jenis ZA, SP-36 dan NPK, termasuk kewenangan penuh dalam menunjuk distributor. KSU (Koperasi Serba Usaha) Mahkota Tani ditunjuk sebagai distributor baru pada pertengahan tahun 2007, distributor pupuk bersubsidi PT Petrokimia Gresik untuk wilayah Kabupaten Sragen sebelumnya hanya PT. Murni Sri Jaya.

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, pembelaan oleh Terlapor dan bukti-bukti, Majelis Komisi menilai sebagai berikut: 1. Bahwa pasar bersangkutan dalam perkara ini adalah Penunjukkan Distributor

Pupuk Bersubsidi ZA, SP-36 dan NPK produksi PT. Petrokimia Gresik di Wilayah Kabupaten Sragen Jawa Tengah;

2. Bahwa Peraturan Menteri Perdagangan No. 03/M-DAG/PER/2/2006 memberikan hak monopoli dan kewenangan yang terlalu besar bagi PT. Petrokimia Gresik dalam menunjuk distributor;

3. Bahwa penunjukkan KSU Mahkota Tani sebagai distributor PT. Petrokimia Gresik merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan kaidah persaingan usaha yang sehat karena dilakukan tanpa melalui proses seleksi terbuka atau beauty contest, yang dapat mengakibatkan tidak didapatkannya distributor yang kompeten, kredibel dan mampu memberikan, mendistribusikan pupuk secara baik dan tepat;

4. Bahwa Majelis Komisi tidak menemukan dampak negatif, gejolak serta terjadinya kelangkaan pupuk dalam distribusi pupuk bersubsidi ZA, SP-36 dan NPK di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah dari penunjukkan KSU Mahkota Tani sebagai distributor.

Bahwa selanjutnya Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada:1. Menteri Perdagangan Merevisi Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 03/M-DAG/

PER/2/2008, dan menerbitkan peraturan baru yang mengatur proses penunjukkan distributor pupuk bersubsidi melalui proses seleksi berbasis kompetensi atau beauty contest dan memperhatikan kesempatan berusaha yang sama serta prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat;

2.86 Putusan Perkara No. 10/KPPU-L/2008 Penunjukkan Distributor Pupuk Bersubsidi Produksi

PT. Petrokimia Gresik di Wilayah Kabupaten Sragen

164 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 167: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

2. PT. Petrokimia Gresik a. Menambah distributor baru untuk pupuk bersubsidi jenis ZA, SP-36 dan NPK

di wilayah Kabupaten Sragen Jawa Tengah dengan memperhatikan wilayah distribusi dan alokasi penggunaan pupuk ZA, SP-36, dan NPK;

b. Melakukan proses seleksi berbasis kompetensi sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam setiap penunjukkan distributor pupuk bersubsidi di seluruh wilayah Indonesia dengan tetap memperhatikan prinsip persaingan usaha yang sehat.

Berdasarkan alat bukti, fakta dan kesimpulan serta mengingat Pasal 43 ayat (3) dan Pasal 47 UU No. 5/1999 yang telah diuraikan di atas, maka Majelis Komisi memutuskan pada tanggal 20 Agustus 2008:Menyatakan bahwa Terlapor I: PT. Petrokimia Gresik (Persero), Terlapor II: PT. Murni Sri Jaya, Terlapor III: KSU Mahkota Tani, tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 19 huruf d UU No. 5/1999.

Perkara ini berkaitan dengan dugaan pelanggaran tersebut berupa persekongkolan dalam pelelangan alat obat kontrasepsi BKKBN Propinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2007. Berdasarkan hasil pemeriksaan, maka pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran dan ditetapkan sebagai Terlapor adalah:1. PT. Usahatama Sentosa Mas cabang Semarang (Terlapor I);2. PT. Djaja Bima Agung (Terlapor II);3. PT. Pamitra Nitya Kencana (Terlapor III);4. PT. Triyasa Nagamas Farma (Terlapor IV);5. Panitia Pelelangan Pengadaan Alat Obat Kontrasepsi BKKBN Provinsi Jawa Tengah

Tahun Anggaran 2007 (Terlapor V).

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa:1. Mengenai Kepemilikan Silang antara PT. Usahatama Sentosa Mas (USM), PT. Djaja Bima

Agung (DBA), PT. Pamitra Nitya Kencana (PNK), dan PT. Triyasa Nagamas Farma (TNF):a. Bahwa Majelis Komisi menilai walaupun tidak terdapat ketentuan yang melarang

perusahaan terafiliasi terlibat dalam tender yang sama, namun hal tersebut dapat berpotensi menimbulkan persaingan semu (shame competition);

b. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi menyatakan USM, DBA, PNK dan TNF terafiliasi satu sama lain namun keterlibatan keempat perusahaan tersebut dalam tender pengadaan alat obat kontrasepsi di Kantor BKKBN Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2007 tidak menyalahi ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2. Mengenai Harga Penawaran USM, DBA dan PNK:a. Bahwa Majelis Komisi menilai harga penawaran produk susuk Keluarga

Berencana (KB) yang diajukan oleh USM, DBA dan PNK mengacu pada Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang disusun oleh Panitia, yang ditetapkan berdasarkan harga patokan dari Depkes RI sebesar Rp 191.158,00 (seratus sembilan puluh satu ribu seratus lima puluh delapan rupiah) per set;

b. Bahwa Majelis Komisi menilai terdapat selisih harga sebesar Rp 81.158,00 (delapan puluh satu ribu seratus lima puluh delapan rupiah) per set antara harga susuk KB yang ditetapkan oleh Depkes RI dengan harga susuk KB yang ditetapkan oleh TNF;

c. Bahwa Majelis Komisi menemukan terdapat kesesuaian harga penawaran antara USM, DBA, dan PNK, namun hal tersebut tidak cukup dijadikan bukti untuk menyatakan telah terjadi pengaturan harga antara USM, DBA dan PNK.

2.87 Putusan Perkara No. 20/KPPU-L/2008 Pelelangan Pengadaan Obat Kontrasepsi Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2007

165Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 168: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

3. Mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN):a. Bahwa Majelis Komisi menilai persyaratan mengenai fotocopy resume penilaian

besaran TKDN yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian RI untuk setiap jenis alat obat kontrasepsi yang ditawarkan dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS) telah sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) No. 11 Tahun 2006;

b. Bahwa Majelis Komisi menilai berdasarkan Permen No. 11 Tahun 2006 tersebut, hanya TNF sebagai satu-satunya produsen susuk lokal yang memenuhi persyaratan TKDN untuk produk susuk KB dengan capaian TKDN minimal 40%;

c. Bahwa Majelis Komisi sependapat dengan pernyataan Saksi Ahli Setyabudi Arijanta yang menyatakan apabila hanya ada 1 (satu) penyedia barang/jasa maka disebut penyedia tunggal dan seharusnya dapat dilakukan penunjukan langsung, tidak perlu melalui mekanisme tender. Hal ini sejalan dengan prinsip efisiensi dalam pengadaan barang/jasa Pemerintah;

d. Bahwa Majelis Komisi menilai meskipun dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pengadaan Alat Obat Kontrasepsi tertulis satu sub kesatuan dalam satu program/kegiatan/sub kegiatan/Mata Anggaran Keuangan (MAK), hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan oleh Panitia untuk menggabungkan produk pil, suntik dan susuk ke dalam 1 (satu) paket tender;

e. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan penggabungan produk pil, suntik dan susuk ke dalam satu paket tender adalah tidak tepat, karena dapat membatasi persaingan bagi para produsen pil dan suntik lainnya yang telah memenuhi persyaratan capaian TKDN.

Menimbang bahwa sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan Pihak Terkait, sebagai berikut:1. Merekomendasikan kepada Menteri Perindustrian Republik Indonesia untuk lebih

mensosialisasikan Peraturan Menteri Perindustrian No. 11/M-IND/PER/3/2006 tentang Pedoman Teknis Penggunaan Produksi Dalam Negeri kepada seluruh instansi Pemerintah agar terdapat pemahaman yang sama dalam implementasinya;

2. Merekomendasikan kepada Kepala BKKBN Pusat untuk melakukan evaluasi pengadaan alat obat kontrasepsi di lingkungan BKKBN guna terciptanya efisiensi dalam pengadaan barang/jasa Pemerintah yang antara lain:a. Memperhatikan ketentuan dalam UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, serta Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, mengenai prinsip persaingan yang sehat dalam pengadaan barang/jasa;

b. Tidak menggabungkan tender alat dan obat kontrasepsi ke dalam satu paket tender;

3. Merekomendasikan kepada Menteri Kesehatan Republik Indonesia untuk meninjau kembali penentuan harga patokan alat dan obat kontrasepsi yang terlalu tinggi, khususnya produk susuk KB;

4. Merekomendasikan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) c.q Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk membuat peraturan dalam pengadaan barang/jasa yang melarang peserta tender yang memiliki hubungan afiliasi untuk mengikuti tender yang sama.

Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) UU No. 5/1999, maka pada 26 Agustus 2008 Majelis Komisi memutuskan:Menyatakan Terlapor I (PT Usahatama Sentosa Mas cabang Semarang), Terlapor II (PT Djaja Bima Agung), Terlapor III (PT Pamitra Nitya Kencana), Terlapor IV (PT Triyasa Nagamas Farma), dan Terlapor V (Panitia Pelelangan Pengadaan Alat Obat Kontrasepsi BKKBN Propinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2007) tidak terbukti melanggar Pasal 22 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

166 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 169: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah selesai melakukan pemeriksaan dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 03/KPPU-L/2008 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 16 dan 19 huruf (a) dan (c) UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5/1999). Dugaan pelanggaran tersebut terkait hak siar Liga Utama Inggris Musim 2007 - 2010. Perkara yang berawal dari adanya laporan ke KPPU telah melalui proses Pemeriksaan Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 Januari–12 Maret 2008, dilanjutkan hingga perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan sampai dengan tanggal 18 Juli 2008. Berdasarkan hasil pemeriksaan, maka pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Pasal 16 UU No. 5/1999 dan ditetapkan sebagai Terlapor adalah Astro All Asia Networks, Plc. (Terlapor II); All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC (Terlapor IV) dan PT Direct Vision (Terlapor I) dengan ESPN STAR Sports (Terlapor III). Sedangkan pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Pasal 19 huruf (a) dan (c) UU No. 5/1999 dan ditetapkan sebagai Terlapor adalah AAAN, AAMN dan PTDV berkaitan dengan Hak Siar Eksklusif Barclays Premier League (Liga Utama Inggris) Musim 2007-2010.

Terkait dengan Siaran Liga Inggris di IndonesiaPada awalnya Liga Inggris disiarkan melalui Free to Air (“FTA”) TV sekitar tahun 1991 hingga pada musim 2004-2007 disamping disiarkan melalui FTA TV juga disiarkan melalui seluruh Televisi berbayar yang ada di Indonesia. Untuk musim 2007-2010, tayangan Liga Inggris secara eksklusif ditayangkan pada Televisi berbayar “Astro” (PTDV) dengan skema sebagai berikut:

2.88 Putusan Perkara No. 03/KPPU-L/2008 Hak Siar Liga Utama Inggris Musim 2007 - 2010

Skema Pola pembelian Hak Siar Liga Inggris2007-2010

167Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 170: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ring

kasa

n K

eput

usan

KPP

U

Atas terjadinya siaran eksklusif tersebut, Indovision, Telkomvision, dan IndosatM2, serta beberapa kelompok masyarakat melaporkan dugaan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat kepada KPPU. Setelah melalui tahapan klarifikasi dan pemberkasan, KPPU menduga terdapat pelanggaran Pasal 16 dan Pasal 19 huruf a dan c UU No 5 Tahun 1999. KPPU kemudian melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap pihak-pihak terkait, saksi, ahli, surat dokumen alat bukti lainnya, serta mendengarkan keterangan dari Pemerintah.

Terkait dengan Pelanggaran Pasal 16 UU No 5 Tahun 1999Majelis Komisi menegaskan bahwa perjanjian eksklusif saja tidak bertentangan dengan hukum persaingan. Namun Majelis Komisi menilai bahwa perjanjian antara ESS dengan AAMN merupakan tindakan yang anti-persaingan dalam hal tindakan tersebut dapat menimbulkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat pada industri Televisi berbayar di Indonesia. Pemeriksaan menununjukkan bahwa Liga Inggris merupakan konten penting untuk industri Televisi berbayar namun perjanjian eksklusif tidak melalui proses yang kompetitif. Akibat dari perjanjian esklusif siaran Liga Inggris di Televisi berbayar “Astro” berdampak pada meningkatnya persaingan antara Televisi berbayar dalam jangka pendek. Namun Majelis Komisi dengan mempertimbangkan perkembangan terakhir dengan berpindahnya kembali tayangan Liga Inggris secara eksklusif kepada Televisi berbayar “AORA” memandang terdapat dampak negatif pada persaingan industri Televisi berbayar dan mengakibatkan kerugian konsumen. Sehingga Majelis Komisi menyatakan terdapat pelanggaran terhadap Pasal 16 UU No 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh ESS dan AAMN. Sedangkan AAAN dan PTDV berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak berperan dalam proses melahirkan perjanjian tersebut.

Terkait dengan Pelanggaran Pasal 19 huruf a dan c UU No 5 Tahun 1999Dugaan bahwa AAAN, AAMN, dan PTDV (Astro Group) menggunakan kekuatan monopolinya di Malaysia guna menekan ESS untuk menyerahkan hak siar Liga Inggris wilayah Indonesia, kepada AAMN tidak terbukti. Hal ini ditunjukkan dengan tidak ditemukannya bukti-bukti yang menunjukkan penggunaan kekuatan monopoli oleh Astro Group, baik selama proses negosiasi antara Astro Group dengan ESS maupun dari perbandingan nilai pembelian hak siar Liga Inggris untuk wilayah Malaysia dan wilayah Indonesia. Oleh karena itu Majelis Komisi menyatakan tidak terdapat pelanggaran Pasal 19 huruf a dan c UU No 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh AAAN, AAMN, dan PTDV.

Berdasarkan rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa, Pertimbangan Majelis Komisi Sebelum Menjatuhkan Amar Putusan adalah:• Bahwa Majelis Komisi memandang perlu untuk menerapkan prinsip-prinsip

persaingan usaha yang sehat dalam upaya memperoleh dan mengeksploitasi hak siar premium content yang akan disiarkan oleh operator Televisi di Indonesia.

• Bahwa Majelis Komisi menilai untuk menghilangkan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat pada perkara ini, dapat dilakukan melalui pembatalan perjanjian atau perbaikan perjanjian antara ESS dan AAMN terkait dengan pengelolaan dan penempatan hak siar Liga Inggris musim 2007-2010 agar pengelolaan dan penempatan hak siar BPL musim 2007-2010 dilakukan melalui proses yang kompetitif di antara operator Televisi di Indonesia

• Bahwa Majelis Komisi berdasarkan Pasal 47 ayat (2) huruf g UU No 5 Tahun 1999 berwenang untuk mengenakan denda terhadap AAMN, namun demikian mengingat bahwa industri Televisi berbayar di Indonesia masih dalam tahap awal pertumbuhan sehingga Majelis Komisi tidak mengenakan denda dalam perkara ini.

• Bahwa Majelis Komisi memandang perlu untuk melindungi hak-hak dari pelanggan Televisi berbayar di Indonesia terutama pelanggan PTDV untuk tetap

168 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 171: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Ringkasan Keputusan K

PPU

dapat menikmati siaran yang harus dilakukan oleh AAMN bersama-sama Astro Group sebagai satu entitas ekonomi.

Menimbang bahwa sebagaimana tugas Komisi yang dimaksud dalam Pasal 35 huruf e UU No. 5/1999, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dan Pihak Terkait, sebagai berikut:• Membuat ketentuan umum mengenai standar dan kualifikasi konten yang penting

(premium content) dalam bidang penyiaran.

• Membuat regulasi yang mewajibkan peralihan konten yang penting (premium content) melalui proses yang kompetitif dan transparan untuk disiarkan oleh operator Televisi di wilayah Indonesia.

• Membuat regulasi terhadap konten-konten yang tidak boleh disiarkan secara eksklusif oleh operator Televisi berbayar.

Berdasarkan alat bukti, fakta serta kesimpulan dan mengingat Pasal 43 ayat (3) UU No. 5/1999, pada 29 Agustus 2008 Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan bahwa Terlapor III: ESPN STAR Sports dan Terlapor IV: All Asia

Multimedia Networks, FZ-LLC terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 16 UU No 5 Tahun 1999;

2. Menyatakan bahwa Terlapor I: PT Direct Vision dan Terlapor II: Astro All Asia Networks, Plc, tidak terbukti melanggar Pasal 16 UU No 5 Tahun 1999

3. Menyatakan bahwa Terlapor I: PT Direct Vision, Terlapor II: Astro All Asia Networks, Plc, dan Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC tidak terbukti melanggar Pasal 19 huruf a dan c UU No 5 Tahun 1999;

4. Menetapkan pembatalan perjanjian antara Terlapor III: ESPN STAR Sports dengan Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC terkait dengan pengendalian dan penempatan hak siar Barclays Premiere League musim 2007-2010 atau Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC memperbaiki perjanjian dengan Terlapor III: ESPN STAR Sports terkait dengan pengendalian dan penempatan hak siar Barclays Premiere League musim 2007-2010 agar dilakukan melalui proses yang kompetitif di antara operator TV di Indonesia;

5. Memerintahkan Terlapor IV: All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC untuk menjaga dan melindungi kepentingan konsumen TV berbayar di Indonesia dengan tetap mempertahankan kelangsungan hubungan usaha dengan PT Direct Vision dan tidak menghentikan seluruh pelayanan kepada pelanggan sampai adanya penyelesaian hukum mengenai status kepemilikan PT Direct Vision;

169Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 172: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Penu

tup

bab III

PENUTUP

PERKARA-PERKARA yang telah diputus KPPU di atas merupakan cerminan terkini persaingan usaha di Indonesia. Beberapa dari putusan tersebut menindak perkara yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa baik di badan

pemerintah maupun perusahaan swasta. Hal tersebut menunjukkan bahwa KPPU tidak pernah pandang bulu dalam menindak setiap perkara persaingan usaha tidak sehat dan bahwa kita semua masih perlu banyak berbenah dalam hal pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.

Perkara lain yang ditangani KPPU menyangkut beberapa sektor vital dalam kehidupan masyarakat Indonesia, antara lain sektor transportasi, telekomunikasi, asuransi, dan ritel. Sektor-sektor tersebut bersentuhan langsung dengan kehidupan sehingga persaingan usaha yang tidak sehat di dalamnya juga akan membawa dampak langsung kepada masyarakat. Contohnya pada sektor ritel, dimana para supplier tertindas oleh retailer besar yang memberikan persyaratan yang menyulitkan dalam pemasokan barang, serta tergerusnya pasar tradisional oleh pendirian hypermarket dan minimarket waralaba yang dibangun berdekatan dengan warung-warung tradisional. Putusan KPPU yang berkaitan dengan sektor-sektor tersebut memang tidak bekerja secara instan, melainkan berupaya melakukan perbaikan secara berkesinambungan dan tentunya tetap membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, baik badan hukum, pemerintah maupun dukungan dari pihak pelaku usaha yang bersangkutan.

Berkaitan dengan pemenuhan sanksi yang dilakukan para pelaku usaha setelah dikeluarkannya putusan KPPU, pada tahun 2007 terdapat 3 (tiga) pelaku usaha yang memenuhi sanksi pembayaran dendanya kepada KPPU. Pelaku usaha tersebut adalah PT. Carrefour Indonesia yang membayar hukuman denda sebesar Rp. 1.500.000.000,- (satu miliar lima ratus juta Rupiah) kepada Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I pada tanggal 8 Juni 2007, kemudian tanggal 23 Juli 2007 PT. Garuda Indonesia membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah) ke Kas Negara sebagai penerimaan negara bukan pajak, dan pada tanggal 26 Juli 2007 Terlapor dari perkara RSUD Pematang Siantar membayar ganti rugi sebesar Rp. 127.146.666,67, ganti rugi tersebut terkait dengan persekongkolan dalam pengadaan alat kesehatan RSUD Pematang Siantar.

170 Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 173: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

Sanksi yang dijatuhkan KPPU terhadap pelaku usaha yang melanggar Undang-Undang No. 5/1999 sebenarnya tidak hanya berupa saksi denda namun juga sanksi administratif berupa perubahan perilaku. Contohnya pada kasus pemblokiran SLI oleh Telkom, dimana pihak Telkom diminta untuk mengamandemen seluruh perjanjiannya dengan pihak wartel yang masih melakukan diskriminasi SLI terhadap SLI provider lain. Sanksi perubahan perilaku tersebut biasanya juga ditujukan bagi pelaku usaha yang melakukan persekongkolan tender, dimana mereka diminta untuk mengulangi tender dengan menggunakan proses tender yang benar atau diminta untuk membatalkan pemenang tender. Baik pemenuhan sanksi denda maupun sanksi administratif berupa perubahan perilaku memerlukan kerjasama dan niat baik para pelaku usaha untuk bersama-sama menumbuhkan dan menegakkan budaya persaingan usaha yang sehat di tanah air tercinta.

***

171Katalog Putusan KPPU n Periode 2000 - Agustus 2008

Page 174: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan
Page 175: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan
Page 176: KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK · PDF fileKatalog Putusan KPPU n Periode 2000 ... Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas ... Pelelangan Umum Pembangunan dan

KPPUKOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA

Gedung KPPU, Jl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat 10120Telp.: 62-21-3507015, 3507016, 3507043 Faks.: 62-21-3507008www.kppu.go.id n e-mail : [email protected]

Kantor Perwakilan Daerah KPPU

SURABAYABumi Mandiri, Jl. Basuki Rahmat No. 129-137 Surabaya 60271 - JAWA TIMURTelp.: 62-31-5454146, Faks : 62-31-5454146e-mail: [email protected]

MEDANJl. Ir. H. Juanda No. 9A Medan - SUMATERA UTARATelp.: 62-61-4148603, Fax. : 62-61-4148603e-mail: [email protected]

BALIKPAPANGedung BRI Lantai 8, Jl. Sudirman No. 37 Balikpapan 76112 - KALIMANTAN TIMURTelp.: 62-542-730373, Faks: 62-542-730773e-mail: [email protected]

MAKASSARMenara Makassar Lt. 1, Jl. Nusantara No. 1 Makassar - SULAWESI SELATANTelp.: 62-411-310733, Faks. : 62-411-310733e-mail: [email protected]

BATAMGedung Graha Pena Lt. 3A,Jl. Raya Batam Center Teluk Teriring, NongsaBatam 29461 - KEPULAUAN RIAUTelp.: 62-778-469433, Faks.: 62-778-469433e-mail: [email protected]

www.kppu.go.id