komenter terhadap pandangan prof.soepomo mengenai hukum adat

3
NAMA : MUHAMMAD MUBARAK CHADYKA PUTRA NIM : B11113071 HUKUM ADAT MENURUT SOEPOMO Menurut Soepomo, Hukum Adat itu dipakai sebagai sinonim dari hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan legislatif (unstatutory law) hukum yang hidup sebagai konvensi di badan- badan negara (parlemen, dewan provinsi, dll), hukum yang timbul karena putusan-putusan hakim (judge made law), hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang dipertahankan di dalam pergaulan hidup baik di kota-kota maupun di desa (customary law), semua istilah "adat" atau hukum yang tidak tertulis yang disebut oleh pasal 3 ayat 2 UUD Sementara. Syarat kebiasaan (custom) untuk menjadi hukum kebiasaan (customary law) atau, Hukum Adat ada dua, yaitu: 1. Kebiasaan tersebut mesti dilaksanakan terus menerus oleh masyarakat tersebut (syarat materiil). 2. Apa yang dilaksanakan terus menerus itu dengan kesadaran bahwa itu dirasakan sebagai kewajiban (tuntutan/hukum atau dengan kata lain: de opium uris necessifat), yang berlangsung terus menerus itu dirasakan sebagai kewajiban hukum (syarat psikologis). Menurut Prof. Dr. R. Soepomo, S.H dalam bukunya Bab- bab Tentang Hukum Adat dituliskan sistem hukum adat antara lain Bahasa hukum, Pepatah adat, dan Penyelidikan Hukum Adat. Berikut akan dijelaskan mengenai hal tersebut. Bahasa hukum merupakan kata-kata yang dipakai terus- menerus untuk menyebut dengan konsekuen suatu perbuatan atau keadaan, lambat laun menjadi istilah yang mempunyai isi yang tertentu. Pembinaan bahasa hukum di Indonesia memerlukan perhatian lebih, khususnya bagi hukum adat. Istilah hukum adat yang digunakan di Indonesia sangatlah berbeda dengan

Upload: muhammad-mubarak-chadyka-putra

Post on 28-Nov-2015

248 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tugas Hukum Adat-C

TRANSCRIPT

Page 1: Komenter terhadap Pandangan Prof.Soepomo mengenai Hukum Adat

NAMA : MUHAMMAD MUBARAK CHADYKA PUTRANIM : B11113071

HUKUM ADAT MENURUT SOEPOMO

Menurut Soepomo, Hukum Adat itu dipakai sebagai sinonim dari hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan legislatif (unstatutory law) hukum yang hidup sebagai konvensi di badan-badan negara (parlemen, dewan provinsi, dll), hukum yang timbul karena putusan-putusan hakim (judge made law), hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang dipertahankan di dalam pergaulan hidup baik di kota-kota maupun di desa (customary law), semua istilah "adat" atau hukum yang tidak tertulis yang disebut oleh pasal 3 ayat 2 UUD Sementara.

Syarat kebiasaan (custom) untuk menjadi hukum kebiasaan (customary law) atau, Hukum Adat ada dua, yaitu:

1. Kebiasaan tersebut mesti dilaksanakan terus menerus oleh masyarakat tersebut (syarat materiil).2. Apa yang dilaksanakan terus menerus itu dengan kesadaran bahwa itu dirasakan sebagai kewajiban (tuntutan/hukum atau dengan kata lain: de opium uris necessifat), yang berlangsung terus menerus itu dirasakan sebagai kewajiban hukum (syarat psikologis).

Menurut Prof. Dr. R. Soepomo, S.H dalam bukunya Bab-bab Tentang Hukum

Adat dituliskan sistem hukum adat antara lain Bahasa hukum, Pepatah adat, dan

Penyelidikan Hukum Adat. Berikut akan dijelaskan mengenai hal tersebut.

Bahasa hukum merupakan kata-kata yang dipakai terus-menerus untuk

menyebut dengan konsekuen suatu perbuatan atau keadaan, lambat laun menjadi istilah

yang mempunyai isi yang tertentu. Pembinaan bahasa hukum di Indonesia memerlukan

perhatian lebih, khususnya bagi hukum adat. Istilah hukum adat yang digunakan di

Indonesia sangatlah berbeda dengan istilah hukum barat, meskipun Belanda telah lama

menjajah Negara Indonesia.

Pepatah adat adalah berguna sebagai petunjuk tentang adanya suatu peraturan

hukum adat. Akan tetapi pepatah hukum adat tidak dapat dijadikan sebagai sumber atau

sebagai dasar hukum adat, sebab pepatah adat masih memerlukan keterangan, harus diberi

interpretasi yang tepat, supaya terang maknanya.

Untuk melakukan suatu penyelidikan hukum adat di daerah, supaya

diperhatikan mengenai cara atau metodenya. Adapun cara atau metode penyelidikan

tersebut adalah mendekati para pejabat desa, orang-orang tua, para cerdik pandai, orang-

orang terkemuka di daerah yang bersangkutan, dan sebagainya. Persoalan yang akan

ditanyakan harus hanya fakta

Page 2: Komenter terhadap Pandangan Prof.Soepomo mengenai Hukum Adat

Pendapat Supomo dalam beberapa catatan mengenai “Kedudukan Hukum Adat”, diantaranya ia menulis :

Dalam Tata hukum baru Indonesia istilah Hukum Adat ini dipakai sebagai sinonim dari hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan legislatif (non-statutory law)

Hukum yang hidup sebagai konvensi di badan-badan hukum Negara (Parlemen, Dewan-dewan Propinsi dan sebagainya;

Hukum yang timbul karena putusan-putusan Hakim (Judgemade Law); Hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang dipertahankan di dalam

pergaulan hidup baik di kota-kota maupun di desa-desa (Customary Law).

Dari definisi disampaikan Supomo tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa: “ Hukum adat itu ternyata tidak hanya peraturan yang hidup dan dipertahankan sebagai peraturan adat dalam masyarakat, tapi meliputi juga kebiasaan-kebiasaan dalam lapangan ketatanegaraan (Convention) dan kehakiman atau peradilan”.

• Kesimpulan Soepomo tentang Hukum Adat:1. Menyamakan Hukum Adat dengan hukum tidak tertulis2. Membagi Hukum Adat atas tiga, yaitu:

a. Conventionb. Judgemade lawc. Customary law