kolesteatoma sinus maxillaris

8
REFARAT ILMU PENYAKIT THT ªKOLESTEATOMA SINUS MAXILLARISº Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepanitraan Klinik Senior (KKS) Pembimbing : dr. Amran Simanjuntak, Sp.THT-KL Disusun Oleh : HANIFAH YULIANI 06310072 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG ILMU PENYAKIT THT RSUD HAJI MEDAN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Tulang tengkorak memiliki sejumlah ruang berisi udara yang disebut sinus. Ruang  ini membantu mengurangi berat tengkorak dan memberikan perlindungan daerah teng korak dan membantu dalam resonansi suara.1 Terdapat empat pasang sinus, yang di kenal sebagai sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis di daerah dahi, sinus mak silaris di belakang tulang pipi, sinus etmoidalis diantara kedua mata dan sinus sphenoidalis di belakang bola mata.1,2,3 Sampai saat ini sinus paranasal merupak an salah satu organ tubuh pada manusia yang sulit dideskripsikan karena bentukny a bervariasi pada tiap individu.2 Terdapat membran yang melapisi sinus tersebut yang mensekresikan mukus, yang mana akan mengalir ke rongga hidung melalui sebu ah saluran kecil pada setiap sinus tersebut. Sinus yang sehat tidak mengandung bakteri yang belum steril. Gambar 1. Sinus paranasal Sinus maksila mulai berkembang pada usia tiga bulan kehamilan, yang merupakan ba gian dari ektoderm. Ukurannya pada saat lahir 7x4x4 mm, namun setelah lahir samp ai dewasa sinus maksila mengalami pertumbuhan kearah vertikal sepanjang 2mm dan kearah anteroposterior sepanjang 3mm. Pertumbuhan cepat sinus maksila terjadi pa da usia 3 tahun pertama dan mengalami perlambatan sampai usia 7 tahun. Pertumbuh an cepat kedua terjadi pada usia 7-12 tahun, kemudian tumbuh lambat sampai dewas a. Pada usia 12 tahun dasar sinus maksila sejajar dengan dasar hidung kemudian dasa r sinus semakin ke inferior mendekati alveolus saat erupsi gigi permanen.3 Kolesteatoma telah diakui selama puluhan tahun sebagai lesi destruktif d asar tengkorak yang bisa mengikis dan menghancurkan struktur penting dalam tulan g temporal. Kolesteatoma berpotensi untuk menyebabkan komplikasi pada sistem sar

Upload: anggablogger

Post on 02-Mar-2016

44 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kolesteatoma sinus maxillaris

TRANSCRIPT

Page 1: kolesteatoma sinus maxillaris

7/18/2019 kolesteatoma sinus maxillaris

http://slidepdf.com/reader/full/kolesteatoma-sinus-maxillaris 1/8

REFARATILMU PENYAKIT THTªKOLESTEATOMA SINUS MAXILLARISºDisusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepanitraan Klinik Senior (KKS)

Pembimbing :dr. Amran Simanjuntak, Sp.THT-KL 

Disusun Oleh :HANIFAH YULIANI 06310072

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNGILMU PENYAKIT THTRSUD HAJI MEDAN2013

BAB 1PENDAHULUAN

Tulang tengkorak memiliki sejumlah ruang berisi udara yang disebut sinus. Ruang

 ini membantu mengurangi berat tengkorak dan memberikan perlindungan daerah tengkorak dan membantu dalam resonansi suara.1 Terdapat empat pasang sinus, yang dikenal sebagai sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis di daerah dahi, sinus maksilaris di belakang tulang pipi, sinus etmoidalis diantara kedua mata dan sinussphenoidalis di belakang bola mata.1,2,3 Sampai saat ini sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh pada manusia yang sulit dideskripsikan karena bentuknya bervariasi pada tiap individu.2 Terdapat membran yang melapisi sinus tersebutyang mensekresikan mukus, yang mana akan mengalir ke rongga hidung melalui sebuah saluran kecil pada setiap sinus tersebut. Sinus yang sehat tidak mengandungbakteri yang belum steril.

Gambar 1. Sinus paranasal

Sinus maksila mulai berkembang pada usia tiga bulan kehamilan, yang merupakan bagian dari ektoderm. Ukurannya pada saat lahir 7x4x4 mm, namun setelah lahir samp

ai dewasa sinus maksila mengalami pertumbuhan kearah vertikal sepanjang 2mm dankearah anteroposterior sepanjang 3mm. Pertumbuhan cepat sinus maksila terjadi pada usia 3 tahun pertama dan mengalami perlambatan sampai usia 7 tahun. Pertumbuhan cepat kedua terjadi pada usia 7-12 tahun, kemudian tumbuh lambat sampai dewasa.Pada usia 12 tahun dasar sinus maksila sejajar dengan dasar hidung kemudian dasar sinus semakin ke inferior mendekati alveolus saat erupsi gigi permanen.3

Kolesteatoma telah diakui selama puluhan tahun sebagai lesi destruktif dasar tengkorak yang bisa mengikis dan menghancurkan struktur penting dalam tulang temporal. Kolesteatoma berpotensi untuk menyebabkan komplikasi pada sistem sar

Page 2: kolesteatoma sinus maxillaris

7/18/2019 kolesteatoma sinus maxillaris

http://slidepdf.com/reader/full/kolesteatoma-sinus-maxillaris 2/8

af pusat (misalnya, abses otak,meningitis) membuat lesi ini bersifat fatal.Kolesteatoma pertama kali dijelaskan pada tahun 1829 oleh Cruveilhier, t

etapi dinamakan pertama kali oleh Muller pada tahun 1858. Sepanjang paruh awal abad ke-20, kolesteatoma dikelola dengan eksteriorasi. Sel pneumatisasi mastoiddieksenterasi, dinding posterior kanalis akustikus eksternus dihilangkan, dan membuka saluran telinga sehingga menghasilkan rongga yang diperbesar untuk menjamin pertukaran udara yang memadai dan untuk memudahkan melakukan inspeksi visual.1

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 DefinisiSinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yan

g terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid.1,2,3

Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoi

d, sinusitis frontal dan sinusuitis sfenoid lebih jarang.Sinus maksila disebut juga antrum High more, merupakan sinus yang sering terinfeksi, oleh karena (1) merupakan sinus paranasal yang terbesar, (2) letakostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret atau drainase dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, (3) dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, (4) ostium sinus maksila terletak di meatus medius , disekitarhiatus semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat.1

Sinusitis maksilaris dapat terjadi akut, berulang atau kronis. Sinusitis maksilaris akut berlangsung tidak lebih dari tiga minggu. Sinusitis akut dapat sembuh sempurna jika diterapi dengan baik, tanpa adanya residu kerusakan jaringan mukosa. Sinusitis berulang terjadi lebih sering tapi tidak terjadi kerusakan signifikan pada membran mukosa. Sinusitis kronis berlangsung selama 3 bulan at

au lebih dengan gejala yang terjadi selama lebih dari dua puluh hari.1,2,5Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar. Istilah kolesteatoma mulai diperkenalkan oleh Johannes Muller pada tahun 1838 karena disangka kolesteatoma merupakan suatu tumor, yang kemudian ternyata bukan. Beberapa istilah lain yang diperkenalkan oleh para ahli antara lain : keratoma (Schucknecht), squamos eipteliosis (Birrel, 1958), kolesteatosis (Birrel, 1958), epidermoid kolesteatoma (Friedman, 1959), kista epidermoid (Ferlito, 1970), epidermosis (Sumarkin, 1988).10Kolesteatoma terdiri dari epitel skuamosa yang terperangkap di dalam basis crani

Page 3: kolesteatoma sinus maxillaris

7/18/2019 kolesteatoma sinus maxillaris

http://slidepdf.com/reader/full/kolesteatoma-sinus-maxillaris 3/8

i. Epitel skuamosa yang terperangkap di dalam tulang temporal, telinga tengah, atau tulang mastoid hanya dapat memperluas diri dengan mengorbankan tulang yang mengelilinginya. Akibatnya, komplikasi yang terkait dengan semakin membesarnya kolesteatoma adalah termasuk cedera dari struktur-struktur yang terdapat di dalamtulang temporal. Kadang-kadang, kolesteatomas juga dapat keluar dari batas-batas tulang temporal dan basis cranii.Komplikasi ekstrarempotal dapat terjadi di leher, sistem saraf pusat, atau keduanya. Kolesteatoma kadang-kadang menjadi cukup besar untuk mendistorsi otak normal dan menghasilkan disfungsi otak akibat desakan massa.9Erosi tulang terjadi oleh dua mekanisme utama. Pertama, efek tekanan yang menyebabkan remodelling tulang, seperti yang biasa terjadi di seluruh kerangka apabila mendapat tekanan (desakan) secara konsisten dari waktu ke waktu. Kedua, aktivitas enzim pada kolesteatoma dapat meningkatkan proses osteoklastik pada tulang, yang nantinya akan meningkatkan kecepatan resorpsi tulang. Kerja enzim osteolitik ini tampaknya meningkat apabila kolesteatoma terinfeksi.Kolesteatoma sinus maxilaris merupakan kasus yang jarang terjadi , yang paling sering terletak di sinus frontal, kurang umum di sinus ethmoid dan sinus maksilaris. Keberadaannya memunculkan gejala-gejala yang berbeda antara lokasi yang berbeda-beda .Kolesteatoma sinus maksilaris, juga dikenal sebagai suatu keratoma, tumor epidermoid primer, kista epidermoid, dan keratocyst, adalah jenis yang langka, denganpresentasi klinis dan temuan radiologis bahwa sulit untuk dibedakan dari suatukeganasan. Pernah dilaporkan sebuah kasus kolesteatoma dari antrum maksilaris yang terjadi di anak laki-laki 12 tahun tanpa riwayat predisposisi.

Kolesteatoma sinus maksilaris merupakan kondisi yang tidak biasa di mana epitelyang normal pada lapisan sinus telah sebagian atau seluruhnya digantikan oleh epitel skuamosa yang hyperkeratosis yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan keratin kolesteatoma tersebut. komplikasi sekunder bisa berupa erosi tulang.

2.2 EpidemiologiAngka kejadian sinusitis sulit diperkirakan secara tepat karena tidak ad

a batasan yang jelas mengenai sinusitis. Dewasa lebih sering terserang sinusitis dibandingkan anak. Hal ini karena sering terjadinya infeksi saluran napas ataspada dewasa yang berhubungan dengan terjadinya sinusitis. Sebuah tinjauan literatur Inggris abad ini terungkap hanya dua puluh kasus yang dilaporkan kolesteatoma dari setiap sinus paranasal.

2.3 AnatomiSinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksilabervolume 6-8 ml. Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding anterior adalah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya ialah permukaan infratemporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dining inferiornya ialah prosesua alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada disebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid. 1

Page 4: kolesteatoma sinus maxillaris

7/18/2019 kolesteatoma sinus maxillaris

http://slidepdf.com/reader/full/kolesteatoma-sinus-maxillaris 4/8

Gambar 2. Sinus paranasal dan ostiumnya

2.4 PatofisiologiBeberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain (1) sebagai pengatur kondisi udara, (2) sebagai penahan suhu, (3) membantu keseimbangan kepala, (4) membantu resonansi suara, (5) peredam perubahan tekanan udara dan (6) membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung.1,3Fungsi sinus paranasal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pertahanan mukosilier, ostium sinus yang tetap terbuka dan pertahanan tubuh baik lokal maupun sistemik.2,3,5 Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan palut lendir di atasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teraturuntuk mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.

Gambar 3. Perubahan silia pada sinusitis

Bila terjadi edema di kompleks osteomeatal, mukosa yang letaknya berhadapan akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang di produksi mukosa sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen. Bila sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob.1Bakteri yang sering ditemukan pada sinusitis kronik adalah Streptococcus pneumon

iae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Streptococcus B hemoliticus, Staphylococcus aureus, kuman anaerob jarang ditemukan.1 Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.1,2,3

Gambar 4. Perubahan mukosa pada sinus yang terinfeksi

Reaksi peradangan berjalan menurut tahap-tahap tertentu yang khas. Pelebaran kapiler darah akan memperlambat aliran darah sehingga akan mengeluarkan fibrin daneksudat serta migrasi leukosit menembus dinding pembuluh darah membentuk sel-sel nanah dalam eksudat. Tetapi bilamana terjadi pada selaput lendir, maka pada saat permulaan vasodilatasi terjadi peningkatan produksi mukus dari kelenjar mukussehingga nanah yang terjadi bukan murni sebagai nanah, tetapi mukopus.5

Page 5: kolesteatoma sinus maxillaris

7/18/2019 kolesteatoma sinus maxillaris

http://slidepdf.com/reader/full/kolesteatoma-sinus-maxillaris 5/8

Gambar 5. Sinusitis akut menjadi sinusitis kronik

Ada tiga kategori utama pada mekanisme terjadinya sinusitis kronis, yaitu:51. Sinusitis yang berhubungan dengan hiperplasia karena peradangan.2. Sinusitis sebagai bagian dari alergi umum saluran napas.3. Sinusitis karena salah satu diatas disertai infeksi sekunder.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan sinusitis kronik diantaranya adalah pneumatisasi yang tidak memadai, makanan yang tak memadai, reaksi atopik, lingkungankotor, sepsis gigi dan variasi anatomi.5 Variasi anatomi memegang peranan lebihbesar mekanisme etiologi sinusitis kronis. Variasi anatomi yang sering ditemukan deviasi septum, prosessus unsinatus melengkung ke lateral, konka media mengalami pneumatisasi, bula etmoid sel dan etmoid yang meluas.4Perjalan dari sinusitis akut menjadi kronik jika dibiarkan dalam waktu yang lama

. Maka sinusitis kronik bisa berubah menjadi kolesteatoma sinus maxilaris.

2.5 Gejala KlinisKeluhan umum yang membawa pasien kolesteatoma sinus maxilaris biasa berawal dari keluhan sinusitis kronis adalah kongesti atau obstruksi hidung. Keluhan biasanya diikuti dengan malaise, nyeri kepala setempat, sekret di hidung, sekret pascanasal (post nasal drip) , gangguan penciuman dan pengecapan.5,7Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret kental purulen dari meatus medius. Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.1

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.Transluminasi bermakna bila salah satu sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal.1,5,6Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi waters. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan-udara (air fluid level) pada sinus yang sakit.1,2,5

Gambar 6. Gambaran suatu sinus yang opak

Page 6: kolesteatoma sinus maxillaris

7/18/2019 kolesteatoma sinus maxillaris

http://slidepdf.com/reader/full/kolesteatoma-sinus-maxillaris 6/8

CT scan salah satu modalitas yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi anatomi dan patologi sinus. Pemeriksaan CT scan adalah memeriksaan selanjutnya yang disarankan, tetapi untuk kasus kolesteatoma sinus maxilaris ini di perlukan pemeriksaan Patologi Anatomi untuk menegakkan diagnosa pasti.

Gambar 7. CT Scan memperlihatkan penebalan mukosa sinus

2.7 PengobatanPengobatan rekomendasi untuk menghindari komplikasi jangka panjang adalah eksisi total dari kolesteatoma dengan drainase dan sinusotomy memadai untuk pasca-operasi tindak lanjut. CAT scanning memainkan peran penting dalam diagnosis dan tindak lanjut.Pengobatan paliatif yang dapat diberikan pada penderita adalah ::A. Pengobatan konservatif 1,5,8

Pengobatan konservatif yang adekuat merupakan pilihan terapi untuk sinusitis maksilaris subakut dan kronis. Antibiotik diberikan sesuai dengan kultur dan uji sensitivitas. Antibiotik harus dilanjutkan sekurang-kurangnya 10 hari. Drainase diperbaiki dengan dekongestan lokal dan sistemik. Selain itu juga dapt dibantu dengan diatermi gelombang pendek selama 10 hari, pungsi dan irigasi sinus. Irigasidan pencucian sinus ini dilakukan 2 kali dalam seminggu. Bila setelah 5 atau 6 kali tidak ada perbaikan dan klinis masih tetap banyak sekret purulen berarti mukosa sinus sudah tidak dapat kembali normal, maka perlu dilakukan operasi radikal.

B. Pengobatan radikal1,8Pengobatan ini dilakukan bila pengobatan koservatif gagal. Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drenase dari sinus yangterkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi Caldwell-Luc. Pembedahan ini dilaksanakan dengan anestesi umum atau lokal.

2.8 KomplikasiKomplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antib

iotika.1 Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan eksaserbasi akut.1 Komplikasi yang dapat terjadi adalah: Komplikasi Orbita2, Komplikasi Intrakranial1,7

Pada akhirnya, komplikasi kolesteatoma sinus dapat menyebabkan cacat parah, degenerasi carcinomatous atau kematian.

Page 7: kolesteatoma sinus maxillaris

7/18/2019 kolesteatoma sinus maxillaris

http://slidepdf.com/reader/full/kolesteatoma-sinus-maxillaris 7/8

BAB IIIKESIMPULAN

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid. Sinusitis maksilaris dapat terjadi akut, berulang atau kronis.Sinusitis akut dapat disebabkan oleh rinitis akut, infeksi faring, infeksi gigirahang atas (dentogen), trauma. Gejala klinis dapat berupa demam dan rasa lesu.Pada hidung dijumpai ingus kental. Dirasakan nyeri didaerah infraorbita dan kadang-kadang menyebar ke alveolus. Penciuman terganggu dan ada perasaan penuh dipipi waktu membungkuk ke depan. Pada pemeriksaan tampak pembengkakan di pipi dan kelopak mata bawah. Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan ede

ma. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip). Terapi medikamentosa berupa antibiotik selam 10-14 hari. Pengobatan lokal dengan inhalasi, pungsi percobaan dan pencucian.Sinusitis kronik dapat disebabkan oleh pneumatisasi yang tidak memadai, makananyang tak memadai, reaksi atopik, lingkungan kotor, sepsis gigi dan variasi anatomi.Kolesteatoma sinus maxilaris merupakan perjalan dari sinusitis akut menjadi kronik jika dibiarkan dalam waktu yang lama. Maka sinusitis kronik bisa berubah menjadi kolesteatoma sinus maxilaris.Kolesteatoma sinus maksilaris merupakan kondisi yang tidak biasa di mana epitelyang normal pada lapisan sinus telah sebagian atau seluruhnya digantikan oleh epitel skuamosa yang hyperkeratosis yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan keratin kolesteatoma tersebut. komplikasi sekunder bisa berupa erosi tulang.

 Gejala yang mungkin bisa dirasakan penderita ini biasanya berawal dari gejal sinusitis kronis berupa kongesti atau obstruksi hidung, nyeri kepala setempat, sekret di hidung, sekret pasca nasal (post nasal drip), gangguan penciuman dan pengecapan.Pada rinoskopi anterior ditemukan sekret kental purulen dari meatus medius. Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring. Pengobatan sinusitis kronik dilakukan secara konservatif dengan antibiotik selama 10 hari, dekongestan lokal dan sistemik, juga dapat dilakukan diatermi gelombang pendek selama 10 hari di daerah sinus maksila, pungsi dan irigasi sinus. Jika gagal dapat dilakukan operasi Caldwell-Luc dan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional.

Komplikasi dari sinusitis dapat berupa komplikasi orbita, intrakranial dan pada akhirnya, komplikasi kolesteatoma sinus dapat menyebabkan cacat parah, d

egenerasi carcinomatous atau kematian.

Page 8: kolesteatoma sinus maxillaris

7/18/2019 kolesteatoma sinus maxillaris

http://slidepdf.com/reader/full/kolesteatoma-sinus-maxillaris 8/8

DAFTAR PUSTAKA

1. Mangunkusumo, Endang dan Nusjirwan Rifki. Sinusitis. In: Soepardi EA, Iskandar N (eds). Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher.5th Ed. Jakarta: Gaya Baru; 2001.pp.120-124.2. Hilger, Peter A. Penyakit pada Hidung. In: Adams GL, Boies LR. Higler PA, editor. Buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC; 1997.p.200.3. Kennedy E. Sinusitis. Available from: http://www.emedicine.com/emerg/topic536.htm4. Nizar W. Anatomi Endoskopik Hidung-Sinus Paranasalis dan Patifisiologi Sinusitis. Kumpulan Naskah Lengkap Pelatihan Bedah Sinus Endoskopik Fungsional Juni 2000.p 8-95. Pracy R, Siegler Y. Sinusitis Akut dan Sinusitis Kronis. Editor Roezin F

, Soejak S. Pelajaran Ringkas THT . Cetakan 4. Jakarta: Gramedia; 1993.p 81-916. Sobol E. Sinusitis, Acute, Medical Treatment. Available from: http://www.emedicine.com/ent/topic337.htm7. Razek A. Sinusitis, Chronic, Medical Treatment. Available from: http://www.emidicine.com/ent/topic338.htm8. Ballenger, J.J. Infeksi Sinus Paranasal dalam Penyakit Telinga, Hidungdan Tenggorokan Jilid 1 Edisi 13, halaman 232-245, Binarupa Aksara, Jakarta Indonesia 19949. Roland PS. Middle Ear, Cholesteatoma. Emedicine. June 29, 2009 (cited August 25, 2009). Available at http://emedicine.medscape.com/article/860080-overview.10. Waizel S. Temporal Bone, Aquired Cholesteatoma. Emedicine. May 1, 2007 (cited August 27, 2009). Available at http://emedicine.medscape.com/article/38487

9-overview11. http://library.usu.ac.id/download/fk/06001191.pdf12. http://emedicine.medscape.com/article/862183-media13. http://medicastore.com/artikel/280/Sinusitis_Penyakit_yang_Menyerupai_Gejala_Flu%E2%80%A6.html14. http://medicastore.com/penyakit 55/Sinusitis.html