kode etik kedokteran indonesia

11
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Sejak awal sejarah umat manusia, sudah dikenal hubungan kepercayaan antara dua insan yaitu manusia penyembuh dan penderita. Dalam zaman modern, hubungan ini disebut transaksi atau kontrak terapetik antara dokter dan pasien. Hubungan ini dilakukan secara konfidensial, dalam suasana saling percaya mempercayai, dan hormat menghormati. Sejak terwujudnya praktek kedokteran, masyarakat mengetahui dan mengakui adanya beberapa sifat mendasar yang melekat secara mutlak pada diri seorang dokter yang baik dan bijaksana, yaitu kemurnian niat, kesungguhan kerja, kerendahan hati serta integritas ilmiah dan moral yang tidak diragukan. Imhotep dari Mesir, Hippokrates dari Yunani dan Galenus dari Roma, merupakan beberapa pelopor kedokteran kuno yang telah meletakkan dasar-dasar dan sendi-sendi awal terbinanya suatu tradisi kedokteran yang luhur dan mulia. Tokoh-tokoh organisasi kedokteran Internasional yang tampil kemudian, menyusun dasar-dasar disiplin kedokteran tersebut atas suatu kode etik kedokteran internasional yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Di Indonesia, kode etik kedokteran sewajarnya berlandaskan etik dan norma-norma yang mengatur hubungan antar manusia, yang asas-asasnya terdapat dalam falsafah Pancasila, sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan strukturil. Dengan maksud untuk lebih nyata mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran, maka para dokter balk yang tergabung dalam perhimpunan profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), maupun secara fungsional terikat dalam organisasi pelayanan, pendidikan dan penelitian telah menerimaKode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), yang dirumuskan dalam pasal-pasal sebagai berikut : I. Kewajiban Umum Pasal 1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter. Pasal 2. Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang tertinggi. Pasal 3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi. Pasal 4. Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik : a. Setiap perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri. b. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuannya dan keterampilan kedokteran dalam segala bentuk, tanpa kebebasan profesi. c. Menerima imbalan selain dari pada yang layak sesuai dengan jasanya, kecuali dengan keikhlasan, sepengetahuan dan atau kehendak penderita. Pasal 5. Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk insani, baik jasmani maupun rohani, hanya diberikan untuk kepentingan penderita. Pasal 6. Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya. Pasal 7. Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya. Pasal 8. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan/mendahulukan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya. Pasal 9. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya. II. Kewajiban Dokter terhadap Penderita Pasal 10. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup mahluk insani. Pasal 11. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut. Pasal 12. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya. Pasal 13. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia. Pasal 14. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

Upload: adi-dan-dia

Post on 29-Jun-2015

994 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kode Etik Kedokteran Indonesia

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)

Sejak awal sejarah umat manusia, sudah dikenal hubungan kepercayaan antara dua insan yaitu manusia penyembuh dan penderita. Dalam zaman modern, hubungan ini disebut transaksi atau kontrak terapetik antara dokter dan pasien. Hubungan ini dilakukan secara konfidensial, dalam suasana saling percaya mempercayai, dan hormat menghormati.

Sejak terwujudnya praktek kedokteran, masyarakat mengetahui dan mengakui adanya beberapa sifat mendasar yang melekat secara mutlak pada diri seorang dokter yang baik dan bijaksana, yaitu kemurnian niat, kesungguhan kerja, kerendahan hati serta integritas ilmiah dan moral yang tidak diragukan.

Imhotep dari Mesir, Hippokrates dari Yunani dan Galenus dari Roma, merupakan beberapa pelopor kedokteran kuno yang telah meletakkan dasar-dasar dan sendi-sendi awal terbinanya suatu tradisi kedokteran yang luhur dan mulia. Tokoh-tokoh organisasi kedokteran Internasional yang tampil kemudian, menyusun dasar-dasar disiplin kedokteran tersebut atas suatu kode etik kedokteran internasional yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Di Indonesia, kode etik kedokteran sewajarnya berlandaskan etik dan norma-norma yang mengatur hubungan antar manusia, yang asas-asasnya terdapat dalam falsafah Pancasila, sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan strukturil. Dengan maksud untuk lebih nyata mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran, maka para dokter balk yang tergabung dalam perhimpunan profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), maupun secara fungsional terikat dalam organisasi pelayanan, pendidikan dan penelitian telah menerimaKode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), yang dirumuskan dalam pasal-pasal sebagai berikut :

I. Kewajiban UmumPasal 1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.Pasal 2. Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang tertinggi.Pasal 3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.Pasal 4. Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :a. Setiap perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.b. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuannya dan keterampilan kedokteran dalam segala bentuk, tanpa kebebasan profesi.c. Menerima imbalan selain dari pada yang layak sesuai dengan jasanya, kecuali dengan keikhlasan, sepengetahuan dan atau kehendak penderita.Pasal 5. Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk insani, baik jasmani maupun rohani, hanya diberikan untuk kepentingan penderita.Pasal 6. Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.Pasal 7. Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.Pasal 8. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan/mendahulukan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.Pasal 9. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya.

II. Kewajiban Dokter terhadap PenderitaPasal 10. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup mahluk insani.Pasal 11. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.Pasal 12. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.Pasal 13. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.Pasal 14. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

III. Kewajiban Dokter terhadap Teman SejawatnyaPasal 15. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.Pasal 16. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman sejawatnya tanpa persetujuannya.IV. Kewajiban Dokter terhadap Diri SendiriPasal 17. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan balk.Pasal 18. Setiap dokter hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap setia kepada cita-citanya yang luhur.

http://fkunhas.com/kode-etik-kedokteran-indonesia-kodeki-20100926791.html

VI. Kepemimpinan Rasulullah SAW

 

Kepemimpinan Rasulullah SAW tidak bisa terlepas dari kehadiran beliau yaitu sebagai pemimpin spiritual dan pemimpin rakyat. Prinsip dasar dari kepemimpinan beliau adalah keteladanan. Dalam memimpin beliau lebih memgutamakan Uswah Al- hasanah pemberian contoh kepada para shahabatnya. Sebagaimana digambarkan dalam Al-qur'an: " dan sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berada dalam akhlaq yang sangat agung" (QS. Al-qolam 4). Keteladanan Rasulullah SAW antara lain tercermin dalam sifat-sifat beliau, Shiddiq, Amanah, Tabliq, Fathonah. Inilah karakteristik kepemimpinan Rasulullah SAW:

 

Page 2: Kode Etik Kedokteran Indonesia

1. Shiddiq, artinya jujur, tulus. Kejujuran dan ketulusan adalah kunci utama untuk membangun sebuah kepercayaan. Dapat dibayangkan jika pemimpin sebuah organisasi, masyarakat atau Negara, tidak mempuyai kejujuran tentu orang-orang yang dipimpin (baca: masyarakat) tidak akan punya kepercayaan, jika demikian yang terjadi adalah krisis kepercayaan. 2. Amanah, artinya dapat dipercaya. Amanah dalam pandangan Islam ada dua yaitu: bersifat teosentris yaitu tanggungjawab kepada Allah Swt, dan bersifat antroposentris yaitu yang terkait dengan kontak sosial kemanusiaan. 3. Tabliqh, artinya menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan. Dalam hal ini adalah risalah Allah Swt. Betapapun beratnya resiko yang akan dihadapi, risalah tersebut harus tetap disampaikan dengan sebaik-baiknya. 4. Fathonah, artinya cerdas. Kecerdasan Rasulullah SAW yang dibingkai dengan kebijakan mampu menarik simpati masyarakat arab. dengan sifat Fathonahnya, rmampu memanage konflik dan problem-problem yang dihadapi ummat pada waktu itu. Suku Aus dan Khazraj yang tadinya suka berperang, dengan bimbingan Rasulullah SAW mereka akhirnya menjadi kaum yang dapat hidup rukun.

Dalam kepemimpinannya, Rasulullah SAW juga menggunakan pendekatan persuasif dan tidak menggunakan dengan kekerasan atau represif. Hal ini antara lain tampak dalam sikap nabi ketika mengahadapi seorang badui yang baru masuk Islam yang belum mau meninggalkan kebiasaan jeleknya. Juga beliau dalam kepimpinannya menerapkan gaya inklusif indikasinya beliau mau dikritik dan diberi saran oleh para shahabatnya. Ini tampak ketika beliau memimpin perang badar. Beliau pada waktu itu hendak menempatkan pasukannya pada posisi tertentu dekat dengan mata air. Seorang shahabat anshor bernama Hubab bin Mundhir bertanya: ya Rasulullah, apakah keputusan itu berdasarkan wahyu, Sehingga tidak dapat berubah atau hanya pendapat engkau? Beliau menjawab ini adalah ijtihadku. Kata Hubab, wahai utusan Allah, ini kurang tepat, Shahabat tersebut lalu mengusulkan agar beliau menempatkan pasukannya lebih maju ke depan, yakni kemata air yang lebih dekat, kita bawa tempat air lalu kita isi, kemudian mata air itu kita tutup dengan pasir, agar musuh kita tidak bisa memperoleh air. Akhirnya beliau mengikuti saran shahabat tersebut.

 

VII. Kepemimpinan Al-Khulafa' Al Rasyidin

 

Sepeninggal nabi, kepemimpinan umat Islam digantikan oleh para penggantinya yang dikenal dengan Al-Khulafa' Al Rasyidin. Masa Al-Khulafa' Al Rasyidin dapat dipetakan menjadi empat, yaitu: Abu Bakar Assiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. System pergantian kepemimpinan dari masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda. Sebab Rasulullah SAW tidak pernah berwasiat tentang sistem pergantian kepemimpinan. Alqur'an juga tidak memberi petunjuk secara jelas bagaimana system suksesi kepemimpinan dilakukan, kecuali hanya prinsip-prinsip umum, yaitu agar umat Islam menentukan urusannya melalui musyawarah. Nampaknya hal itu disengaja diserahkan kepada ummat Islam agar sesuai dengan tuntutan kemaslahatan yang ada.

 

Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai Khalifah pertama setelah meninggalnya Rasulullah SAW (11-13 H atau 632-634 M) terpilih sebagai khalifah melalui musyawarah terbuka dibalai pertemuan Bani Saidah yang dihadiri oleh lima tokoh perwakilan dari golongan umat Islam, anshor dan muhajirin. Yaitu, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah, Basyir bin Saad dan Used bin Khudair. Inilah salah satu embrio demokrasi dalam sejarah kepemimpinan Islam. Setelah berakhirnya masa kepemimpinan Abu Bakar selama kurang lebih dua tahun, terpilihlah Umar bin Khattab (12-23H atau 634-644 M), namun terpilihnya Umar bin Khattab menjadi khalifah ini atas wasiat Abu Bakar sebelum meninggal dunia. Ini beliau lakukan, karena beliau khawatir dan trauma adanya perselisihan diantara umat Islam, sebagaimana yang terjadi sepeninggal Rasulullah SAW. Sepeninggal Umar bin Khattab, maka estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh Usman bin Affan (23-35 H atau 644-654 M). Namun system pengangkatan Usman ini berbeda dengan system pada masa Abu Bakar dan Umar. Usman diangkat menjadi khalifah melalui "dewan formatur" yang terdiri dari lima orang yang ditunjuk oleh Umar sebelum beliau meninggal dunia. Yaitu, Ali bin Abi Tholib, Usman bin Affan, Saad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam, Abdurrohman bin Auf dan Thalhah bin Ubaidillah. Setelah Usman bin Affan menyelesaikan tugas kepemimpinannya, maka tongkat komando kepemimpinan Islam dipegang oleh Ali bin Abi Tholib melalui pemilihan dan pertemuan terbuka.

 Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan, dan diantaranya memiliki beberapa unsur yang sama.

Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), istilah ini dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi.

Sedangkan menurut Anderson (1988), “leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance”.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi, antara lain :

Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, tidak akan ada pimpinan.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.

Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi.

Kepemimpinan seringkali disamakan dengan manajemen. Padahal, keduanya berbeda. Menurut Bennis and Nanus (1995), pemimpinberfokus mengerjakan yang benar, memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat.

Page 3: Kode Etik Kedokteran Indonesia

Sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.

Berikut perkembangan pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai model-model kepemimpinan :

Model Watak Kepemimpinan

Pada umumnya studi pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974).

Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori faktor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas,prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi.

Model Situasional

Model ini merupakan pengembangan model sebelumnya dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan.

Model Kepemimpinan yang Efektif

Model ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of behaviours) para pemimpin yang efektif.

Model Kepemimpinan Kontingensi

Model ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional.

Model Transformasional

Ini merupakan model yang relatif baru, yang pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan.

Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.

http://www.anneahira.com/motivasi/kepemimpinan.htm

Dalam konsep kepemimpinan berkelanjutan, perlu diperhatikan :

1. Cara Penetapan Tujuan/ Goal

Cara penetapan tujuan atau goal dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek, yaitu parameter sukses yang bisa diukur (measured), variabel-variabel yang tersedia saat ini (existing variable), dan analisis atas TOWS (threat, oportunity, weakness, dan strength) dari tim yang ada. Contoh parameter terukur adalah acara terlaksana dengan baik apabila dihadiri setidaknya 80 % dari target peserta, setiap pembicara hadir, konsumsi tidak bermasalah, jadwal tepat waktu.

Variabel yang tersedia saat ini misalnya fasilitas organisasi, keadaan ekonomi target peserta, dan sebagainya. Menurut PT Astra International, konsep SWOT sebaiknya diganti dengan TOWS, karena berimbas pada cara pandang anggota-anggota dalam organisasi. TOWS lebih berorientasi pada pandangan keluar (outwoard) ketimbang kedalam (inward).

Dalam bukunya, Covey, 1997a. menjelaskan konsep-konsep dasar perkembangan organisasi mengutamakan win-win solution dan empathy yang merupakan teknik memandang tantangan dan kesempatan yang akan dihadapi dengan basis proaktif dan first-think-first yang merupakan strength dan weakness dari organisasi.

2. Cara Penetapan Visi

Dalam penetapan visi, petunjuk manajerial yang baik akan mengacu pada antisipasi pengembangan masa depan, dalam hal ini forward looking. Mampu melihat prioritas pengembangan dengan mengerjakan sesuatu yang penting tetapi belum mendesak.

Penetapan visi dilakukan dengan melihat pencapaian strategis yang memungkinkan untuk dicapai, dan memperhitungkan sumber daya dan lingkungan yang dapat dikontrol, bukan sekedar dimiliki. Contoh sumber daya dapat dikontrol adalah bantuan pihak ketiga (third party), “lawan dan kawan”, serta sumber daya yang dapat dijangkau kedepannya.

B. Peranan Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Yang Efektif

Sunber daya manusia adalah objek paling vital dalam sebuah organisasi. Hampir tidak ada organisasi di dunia yang tidak mengurusi aspek sumber daya manusia. Dalam dunia konvensional (materialis, kapitalis) dikenal dengan divisi human resource development (HRD), divisi kepegawaian (employee board). Di dunia ekonomi baru atau berbasis syariah dikenal dengan istilah sumber daya insani, masyarakat madani, dan sebagainya.

Pengembangan manusia di level organisasi kemahasiswaan memegang aspek paling utama. Tingkat pergantian pimpinan yang cepat (kurun waktu satu tahun) memerlukan transfer pengetahuan dan konsep sustainable leadership yang baik. Tanpa konsep yang jelas, arah

Page 4: Kode Etik Kedokteran Indonesia

perkembangan (path of development) dari organisasi mahasiswa cenderung tidak jelas. Sebagai contoh adalah pola rekrutmen, regenerasi dan suksesi dalam organisasi mahasiswa harus dilakukan dengan jelas.

Rekrutmen ditujukan untuk memperbanyak anggota dan simpatisan, regenerasi artinya melakukan transfer atas visi, misi, dan goal, sehingga tim berikutnya selaras dan serasi dengan tim sebelumnya. Regenerasi bersifat mentransfer kemampuan teknis dari tim sebelumnya. Suksesi bertujuan untuk melanjutkan strategic vision dari tim sebelumnya.

Di perusahaan besar dikenal istilah management trainee recruitment, dan clerical recruitment. Kedua sistem rekrutmen ini akan berbeda sekali peruntukannya dan arah pengembangannya. Management trainee bertujuan untuk managing atau memiliki pengetahuan tentang visi, kebijakan, dan strategic movement dari perusahaan selain kemampuan teknis, sedangkan clerical staff bertugas untuk mengerjakan sisi teknis dari perusahaan tersebut. Ini sebabnya level management trainee relatif ketat dalam penerimaan pegawainya.

Kembali ke organisasi mahasiswa yang durasi regenerasinya relatif cepat, keanggotaannya bukan atas dasar seleksi kemampuan berorganisasi melainkan mendapatkan hak sebagai mahasiswa yang bersekolah di program studi/ fakultas/ universitas tersebut, setidaknya ada beberapa langkah yang diperlukan untuk meningkatkan apresiasi anggota, pengurus, ataupun pemimpin organisasi terhadap goal, mission, dan strategic vision.

Langkah awal rekrutmen anggota dapat dilakukan dengan Masa Ta’aruf (Mataf) di tiap-tiap entitas organisasi, misalnya program studi/ fakultas /universitas. Orientasi organisasi bertujuan untuk mengenalkan kegiatan-kegiatan, tujuan-tujuan, manfaat, hak dan kewajiban sebagai anggota, serta kepengurusan efektif saat itu. Dalam orientasi, hendaknya tidak terjebak pada sekedar perkenalan anggota lama dan baru, tetapi juga mulai mentransfer strategic vision dan mencari bibit-bibit regenerasi.

Langkah kedua disebut regenerasi, biasanya dilakukan dengan mengikutsertakan dengan sukarela anggota baru atau lama yang potensial yang sudah direkrut melalui mekanisme Mataf. Proses regenerasi bertujuan mentransfer kemampuan teknis seperti teknik negosiasi (negotiation skill), pembuatan proposal (proposing technique), dan membuat pertemuan yang efektif (effective meeting).

Selain kemampuan teknis, juga dilatih untuk mengembangkan mental/pribadi organisatoris seperti bekerja dalam tim (work in team), proaktif, kemampuan curah gagasan (brainstorming), dan mendengarkan aspirasi (good listener). Langkah kedua ini dilakukan dalam paket kegiatan yang disebut Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKMD).

Tentunya harus ada pengukuran keberhasilan dalam training tersebut, nilai C atau cukup menjadi syarat diterima sebagai pengurus, sedangkan nilai Baik (B) maupun Amat baik (A) berarti memiliki potensi organisatoris yang tinggi, sehingga layak mengikuti langkah terakhir jenjang keorganisasian, suksesi.

Langkah terakhir adalah suksesi, biasanya dilakukan dengan mengadakan pelatihan leadership. Materi yang disampaikan pada suksesi ini adalah peningkatan kemampuan pribadi seperti mendahulukan yang utama, kemampuan empati, etika berkampanye, dan analisa diri (TOWS). Hal yang menyangkut organisatorial adalah teknik memobilisasi massa, penanganan permasalahan (dispute management), dan penegakan reward dan punishment dalam organisasi.

Dengan runtutan langkah yang sistematis seperti bahasan di atas, dinamika organisasi dapat berlangsung dalam tataran ideal sekaligus realistis. Sustainable leadership setidaknya dapat diterapkan sebagai upaya pembelajaran mahasiswa selain meraih kemampuan profesionalnya saat menempuh studi di program studi/ fakultas/ universitas bersangkutan.

http://www.gudangmateri.com/2010/11/organisatoris-dan-softskill-sebagai.html

Perbedaan manajer dengan pemimpin

Jika anda di tanya, anda memilih mana, menjadi manajer atau pemimpin (leader), saya yakin jawaban dari sebagian besar anda adalah ingin menjadi pemimpin, karena pemimpin atau leader dianggap lebih dominan dan bergengsi, hal itu tidak salah, namun taukah anda apakah perbedaan manajer dengan leader ????

pertama, dalam hal perencanaanmanajer akan merencanakan sesuatu berdasarkan hal-hal yang sifatnya prosedural, teknis, terarah, tegas, dan tidak bertele-telenamun jika pemimpin tidak merencanakan sesuatu karena pemimpin tidak merancang rencana prosedural, pemimpin lebih memiliki visi atau pandangan dalam perencanaannya

kedua, dalam hal pengaruhmanajer memiliki pengaruh hanya dalam batasan formal, yang artinya dia akan memiliki pengaruh ketika dia secara formal diberikan jabatan seorang manajerkalau pemimpin memiliki pengaruh luas, kharismatik, dan energik dalam berpikir, bahkan ketika pemimpin itu sudah tidak jadi pemimpin lagi, pendapat-pendapatnya akan tetap di pertimbangkan dan diutamakan

ketiga, dalam mengatur sumber daya manusia di organisasinyaManajer akan memilih untuk memberikan perintah ini dan itu ketimbang menunggu anak buahnya melakukan sesuatu untuknya, misalnya manajer akan cenderung selalu memberikan tugas ini itu dan sebagainya, tugas itu biasanya terkesan menuntutjika pemimpin justru akan memberikan kekuatan wewenangnya untuk memberdayakan (empowering) anak buahnya, biasanya pemimpin akan menjelaskan keinginan yang berkaitan dengan organisasi dengan anak buahnya, tanpa menjelaskan bagaimana, apa, dan siapa yang harus merealisasikannya, namun justru anak buahnya akan dengan senang hati merealisasikannya untuknya

keempat, dalam mengontrol organisasi dan anak buahnyaSang manajer akan cenderung malas untuk memberikan perhatian moral dalam mengontrol anak buahnya, namun justru lebih sering memberikan control yang sifatnya prosedural, seperti memberikan sanksi untuk memotivasi anak buahnya yang sudah menunjukkan gejala penurunan performahal ini berbeda dengan sang pemimpin, karena pemimpin(leader) justru akan memberikan kepedulian kepada anak buahnya jika performa anak buahnya menurun.

Page 5: Kode Etik Kedokteran Indonesia

kelima, dalam hal tujuan yang ingin dicapaimanajer memiliki tujuan yang jelas dan memiliki target kuantitatif, yaitu mendapatkan hasil yang sudah digariskan perusahaan atau organisasi miliknyanamun pemimpin akan lebih suka memperbaiki sistem di organisasinya yang ia rasakan kurang atau belum sempurna

http://commfiles.com/psychology/perbedaan-manajer-dengan-pemimpin/

Kepemimpinan Khulafa`ur Rasyidin

 Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu bakar ash-Shiddiq adalah seorang pedagang yang selalu memelihara kehormatan dan harga dirinya. la seorang yang kaya, mempunyai pengaruh yang besar, dan memiliki akhlak mulia. Sebelum datangnya Islam, ia sudah menjadi kawan akrab Rasulullah. Usianya pun hampir sama dengan Rasulullah. Begitu pun dengan kemuliaan, profesi, dan keturunannya. Tidak berlebihan jika ia terpilih menjadi khalifah pertama. 

Ia telah meletakkan garis-garis besar kepemimpinan yang menerangkan tentang sifat dan akhlak pemimpin yang baik. Sifat¬ - sifat tersebut adalah sebagai berikut. 

1. Kepemimpinan kerja dan perbuatan, bukan perkataan.

2. Takwa dan amal saleh adalah pondasi kepemimpinan.

3. Menjaga kesatuan dan persatuan pasukan.

4. Menjelaskan metode kepemimpinan kepada para pengikut.

5. Menggunakan nasihat yang baik dan pengarahan yang benar kepada para personel pasukan.

6. Memperbaiki diri sendiri sebelum orang lain.

7. Selalu melaksanakan shalat tepat pada waktunya.

8. Menghormati utusan musuh dan tidak melakukan hal buruk kepada mereka.

9. Menjaga rahasia dan menyembunyjkan strategi gerakan tentara.

10. Menerima tamu (utusan musuh) di tempat yang melambangkan kekuatan yang dapat menggentarkan musuh agar dia kembali ke negerinya dengan membawa berita tentang kekuatan lawan yang dia saksikan.

11. Menguasai urusan negosiasi terhadap negosiator musuh.

12. Mempunyai kesadaran yang tinggi untuk menjaga keselamatan tentara.

13. Mengedepankan musyawarah dalam mendiskusikan sebagian strategi kemiliteran.

14. Inspeksi rutin terhadap pos-pos penjagaan.

15. Bersikap adil dalam membagi tugas dan kerja kepada para prajurit.

16. Menjatuhkan sanksi kepada tentara yang membangkang atau melanggar aturan.

17. Mempunyai sikap hati-hati, sabar, dan tidak terburu¬ - buru dalam mengambil keputusan.

18. Memperhatikan kebutuhan prajurit dan memahami permasalahan yang mereka hadapi.

19. Tidak memata - matai prajuritnya.

20. Menjaga standar agama dan akhlak yang dituntut pada prajurit.

21. Tidak menyinggung tokoh agama lain dan menjaga hak orang lain.

22. Tidak berkhianat dan membatalkan perjanjian secara sepihak.

23. Tidak membunuh anak-anak, orang tua, dan wanita.

24. Juga tidak menyayat-nyayat atau memperlakukan mayat secara tidak manusiawi.

25. Tidak menghalalkan harta dan kehormatan orang lain tanpa hak.

26. Tidak merusak tumbuh-tumbuhan dan pepohonan atau menghancurkan rumah.

Page 6: Kode Etik Kedokteran Indonesia

27. Adil kepada semua tanpa pandang bulu, bersikap kasih sayang, dan tidak berlebihan dalam aksi militer.

28. Memberikan hak-hak semua personel tanpa mengurangi sedikitpun.

29. Memberikan perhatian dan simpati kepada semua personel tentara, dan mendengarkan (keluhan) mereka.

Itulah garis kepemimpinan yang tidak hanya sekadar slogan, namun terwujud dalam dirinya. Seorang yang rendah hati, lemah lembut, dan orang muslim pertama yang membebaskan budak. Tidak tanggung-tanggung, ia berani menyerahkan seluruh hartanya kepada Rasulullah dan berkata, "Saya mewariskan Allah dan rasul-Nya untuk keluarga saya." 

Umar Ibnul-Khaththab

Umar ibnul-Khaththab merupakan salah satu sosok pemimpin yang tegas, jujur dan adil dalam Islam. Ia adalah khalifah kedua dalam Islam setelah Abu Bakar ash-Shiddiq. Untuk menertibkan para pejabat bawahannya, Umar ibnul-Khaththab menulis “Risalatul Qada” atau “Dustur Umar" yang berisi nasehat dan aturan praktis untuk menerapkan keadilan dan kejujuran dalam pemerintahan. 

Sebelumnya, di masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar menjabat sebagai hakim. la menjalankan amanah tersebut dengan begitu cerdas, adil, dan tegas, sehingga ia pemah mengajukan pengunduran diri dari jabatan tersebut kepada Abu Bakar, karena tak ada lagi perkara kejahatan yang bisa diurusnya. 

Umar ibnul-Khaththab membagi tipe pemimpin menjadi empat macam. 

1. Pemimpin yang berwibawa. 

Yaitu pemimpin yang tegas bertindak terhadap segala bentuk kejahatan, tak peduli siapapun yang melakukannya. Tak peduli apakah pelaku itu diri sendiri, keluarga, atau orang-orang dekatnya sekali pun. Jika mereka salah, pemimpin yang berwibawa akan menghukumnya, sehingga rakyat yang dipimpinnya menjadi sejahtera lahir dan batin. 

2. Pemimpin yang tidak tegas terhadap dirinya sendiri. 

Pemimpin seperti ini tidak berani bersikap tegas terhadap bawahannya. la juga lemah dan tidak berwibawa di mata rakyatnya. Pemimpin seperti ini selalu di buntuti oleh bahaya, dan jika tidak diperbaiki maka kehancuran akan datang kepadanya. 

3. Pemimpin egois. 

lni tipe pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri, tanpa peduli terhadap bawahan dan rakyatnya. la hanya mengeruk keuntungan untuk dirinya sendiri. Pemimpin seperti ini dibenci oleh bawahan dan rakyatnya. Dan kudeta selalu menunggu untuk merebut kekuasaan darinya. 

4. Pemimpin diktator yang bersama rezimnya menghan¬curkan keadilan dan merampas hak rakyat. 

Pemimpin seperti ini memanipulasi semua peraturan untuk melanggengkan kejahatan yang ia lakukan. Ia diikuti para bawahannya, tetapi dibenci rakyatnya.Memang terkadang dengan kelicikannya ia mampu berkuasa sangat lama. Namun kehancuran norma yang dibuatnya sangat besar sekali. Dan jika kehancuran telah datang, seluruh rakyat turut merasakannya dan sulit untuk bangkit kembali. 

Tips-tips kepemimpinan yang dilaksanakan oleh Umar ibnul - Khaththab diantaranya adalah sebagai berikut. 

Menerapkan seluruh isi AI-Qur’an.

Menjalankan petunjuk Rasulullah saw.

Tegas terhadap siapa saja.

Bertindak adil tanpa pandang bulu.

Jujur dalmn setiap tindakan.

Hidup dengan kesederhanaan.

Mencintai rakyatnya.

Selalu peduli terhadap kondisi rakyatnya.

Secara rutin melakukan pengontrolan terhadap kehidupan rakyatnya.

Menunaikan semua hak bawahan dan rakyatnya.

Memerintah dengan sikap keteladanan, bukan sekedar kata perintah.

dan lain-lain.

Page 7: Kode Etik Kedokteran Indonesia

Sebelum menjadi khalifah, Umar ibnul - Khaththab menghidupi keluarganya dari usaha dagang. Namun ketika diangkat menjadi khalifahl ia sibuk dengan urusan negara dan pemerintahan. Dan atas usul dari para sahabat Rasulullah yang lain, ia pun hidup dari tunjangan Baitul Maal. Setelah beberapa lama, para sahabat Rasul yang lain hendak menambahkan besar uang tunjangan tersebut. 

Usul para sahabat itu disampaikan kepada Umar melalui Hafshah, anak Umar. Namun, Umar menolak usul tersebut dan berkata, "Pergilah, dan katakan kepada mereka bahwa Rasulullah mencontohkan pola hidup sederhana dan merasa cukup dengan apa yang ada demi mendapatkan akhirat. Dan, aku akan megikuti jejak langkahnya hingga kelak aku bertemu dengannya." 

Hasil dari kepemimpinannya yang piawai, yang terkenang hingga kini adalah: 

1. Perluasan wilayah Islam.

2. Pembuatan kalender Islam.

3. Membentuk Majelis Syuro untuk pertama kalinya.

Usman Bin Affan

Khalifah Islam yang ketiga ini memiliki nama panjang Ustman bin Affan al-Umawi al-Quraisyi. Ia biasa dipanggil dengan nama Abu Abdillah atau Abu’ Amr. Usianya lebih muda 5 tahun daripada Rasulullah saw.. Ia adalah saudagar kain yang kaya raya dan juga memiliki ternak yang paling banyak diantara orang-orang Arab lainnya. Ia diangkat rnenjadi khalifah oleh Majelis Syuro ketika itu. Bakat kepemimpinannya telah terlatih karena ia berpengalaman memimpin usaha dagang dan ternaknya. 

Diantara sifat-sifat kepemimpinan yang dimilikinya yaitu: 

1. Menjalankan Al-Qur’ an dan As-Sunnah.

2. Teguh pendirian.

3. Dermawan.

4. Lemah lembut dan sopan santun, bahkan terhadap lawannya.

5. Bertanggung jawab.

6. Bersikap Adil.

7. Berani mengambil keputusan.

8. Pandai memilih bawahannya yang kompeten.

9. Aspiratif terhadap pendapat rakyatnya.

10. dan lain-lain.

Prestasi yang diraihnya sebagai hasil dari kepemimpinannya yang handal seperti : 

Menaklukan Syria dan mengangkat Muawiyah sebagai gubernur di sana.

Menaklukan Afrika Utara dan mengangkat Amr ibnul¬-`Ash menjadi gubernur di wilayah tersebut.

Menaklukan daerah Arjan dan Persia.

Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.

Membukukan Al-Qur`an ke dalam bentuk baku yang seragam sehingga tidak ada perselisihan lagi. Mushaf yang dibakukan ini dikenal dengan Mushaf Usmani dan dipakai hingga sekarang.

Setiap hari Jumat beliau memerdekakan seorang budak (bila ada).

Contoh sifat kedermawan yang dilakukan Usman untuk perjuangan Islam adalah sebagai berikut :

1. Usman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham, dan kemudian mewakafkannya untuk kepentingan umum.

2. Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.

3. Mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk.

Page 8: Kode Etik Kedokteran Indonesia

4. Thalhah bin Ubaidillah berutang kepada Usman bin Affan untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Ketika hendak membayar utangnya, Usman bin Affan menolaknya dan menyedekahkan utang tersebut kepada Thalhah.

Usman bin Affan merupakan pemimpin yang baik bagi rakyatnya. Namun orang-orang munafik, Yahudi dan musuh¬ - musuh Islam lainnya tidak senang terhadap pemerintahannya. Beliau wafat karena dibunuh di rumahnya, ketika sedang membaca Al-Qur’an. 

Ali bin Abi Thalib

Karakter kepemimpinan Ali bin Abi Thalib, seperti yang diungkapkan Dhirar bin Dhamrah kepada Muawiyyah bin Abu Sufyan adalah sebagai berikut : 

1. Berpandangan jauh ke depan (visioner).

2. Sangat kuat (fisik).

3. Berbicara dengan sangat ringkas dan tepat.

4. Menghukum dengan adil.

5. Ilmu pengetahuan menyemburat dari seluruh sisinya (perbuatan dan perkataannya).

6. Berbicara dengan penuh hikmah (bijaksana) dari segala segi.

7. Menyepi dari dunia dan segala perhiasannya.

8. Berteman dengan ibadah pada malam dan kegelapan.

9. Banyak menangis karena takut kepada Allah.

10. Banyak bertafakur setelah berusaha.

11. Selalu menghitung-hitung kesalahan dirinya (muhasabah).

12. Menyukai pakaian kasar, makanan orang fakir.

13. Selalu mengawali ucapan salam apabila bertemu.

14. Memenuhi panggilan apabila dipanggil.

15. Bawahannya tidak takut berbicara, dan mendahulukan orang lain dalam berpendapat.

16. Jika tersenyum, giginya terlihat seperti mutiara dan tersusun rapi.

17. Menghormati ahli agama dan mencintai kaum fakir miskin.

18. Di hadapannya orang-orang yang kuat tidak akan berani berbuat batil.

19. Di hadapannya, orang-orang yang lemah tidak akan berputus asa dari keadilannya.

20. Di tempat ibadah dia menangis seperti orang yang sedang bersedih.

Nasihat berikut ini diberikan Ali saat menasihati putranya, setelah ditikam Abdurahman bin Muljam. 

Kekayaan yang paling berharga adalah akal.

Kefakiran yang paling besar adalah kebodohan.

Sesuatu yang paling keji adalah sifat ujub.

Kemulian yang paling tinggi adalah akhlak yang mulia.

Jangan bersahabat dengan orang bodoh, karena dia akan memanfaatkan dirimu demi bahayamu.

Jangan engkau bersahabat dengan pendusta, karena ia akan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat kepadamu.

Janganlah engkau bersahabat yang batil.

Kepemimpinannya telah teruji. Ia berani menghadapi kaum musyrikin dalam perang Khandak yang berjumlah 24.000 prajurit. Pasukan

Page 9: Kode Etik Kedokteran Indonesia

berkuda yang dipimpin oleh Amru Bin Wudd hendak menikamnya. Namun, Ali berhasil membunuhnya. Tidak heran jika akhirnya ia mendapat sebutan sebagai orang yang tidak dapat dikalahkan oleh lawan. Belum lagi segudang kehebatan dan keberanian yang lainnya.

http://www.promagmulia.com/artikel/detail/6/kepemimpinan-khulafaur-rasyidin

fungsi kepemimpinan

Sebagai Perinstis: ia harus membuka jalan dengan mengembangkan visi, misi, dan strategi yang sejalan dengan harapan para pemangku kepentingannya.

Sebagai Penyelaras: Ia harus piawai menyelaraskan seluruh sistem dalam organisasi agar mampu bekerja sama dan saling sinergi.

Sebagai Pemberdaya: Ia selalu menumbuhkan lingkungan agar setiap orang dalam organisasi mampu dan bersedia memberikan yang terbaik.

Sebagai Panutan: Ia bertanggung jawab atas tutur kata, sikap, perilaku, dan keputusan-keputusan yang diambilnya.

http://hermanyudiono.wordpress.com/2009/08/10/4-fungsi-kepemimpinan/