kode etik

43

Upload: grannisapratami

Post on 23-Jun-2015

1.066 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dalam slide ini akan di jelaskan pengertian, fungsi dan pasal - pasal dalam kode etik semoga bermanfaat !!!

TRANSCRIPT

Page 1: Kode etik
Page 2: Kode etik

Mempersembahkan…

Resti Karlina

Herlanti Suvitasari

Kosmalinda

Widia

Grannisa Pratami Y

Page 3: Kode etik

KODE

ETIK

Page 4: Kode etik
Page 5: Kode etik

Pengertian

Kode Etik

Ciri – ciri

Kode EtikFung

si

Kode Etik

Perjalanan

Kode Etik

Pasal –

Pasal Kode Etik

Kode Kehormatan

Internasional

The Relationship between Kode Etik Indonesia

and Internasional

lampiran

Page 6: Kode etik

Apa Itu Kode?Kode adalah tanda (kata-kata,

tulisan) yg disepakati untuk maksud tertentu (untuk menjamin kerahasiaan berita, pemerintah, dsb)

Apa itu Etik?Etik adalah norma dan asas yg

diterima oleh kelompok tertentu sbg landasan tingkah laku.

Pengertian Kode Etik

Page 7: Kode etik

Apa itu Kode Etik?Kode etik merupakan suatu bentuk aturan

tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada & dan pada saat dibutuhkan akan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara umum dinilai menyimpang dari kode etik.

Panduan moral dan etika kerja yang disusun dan ditetapkan organisasi profesi : dokter, pengacara, guru, jurnalis dan lain – lain.

Page 8: Kode etik

Apa itu jurnalistik?Jurnalistik adalah adalah bidang profesi yang

mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada

Apa itu Kode Etik Jurnalistik?Kode Etik Jurnalistik adalah acuan moral yang

mengatur tindak-tanduk seorang wartawan. Kode Etik Jurnalistik bisa berbeda dari satu organisasi ke organisasi lain, dari satu koran ke koran lain.

Page 9: Kode etik

Memiliki pengertian yang sama dengan istilah …

kode kehormatan, Deklarasi Hak – Hak Dan Kewajiban, piagam - piagam kewajiban profesional, prinsip - prinsip, standar dan lain – lain.

Page 10: Kode etik

Kode etik mempunyai sanksi yang bersifat moral terhadap anggota kelompok tersebut

Daya jangkau suatu kode etik hanya tertuju kepada kelompok yang mempunyai kode etik tersebut

Kode etik dibuat dan di susun oleh lembaga / kelompok profesi yang bersangkutan sesuai dengan aturan organisasi itu dan bukan dari pihak luar.

Ciri – ciri Kode Etik

Page 11: Kode etik

memperlihatkan kepada publik suatu karya jurnalistik >>Kode etik ini pula sebagai penuntun seorang wartawan dalam melakukan tugasnya, baik dalam peliputan suatu berita atau menulis dan menyiarkan berita tersebut.

Bidang ilmu >> menyajikan berita kepada masyarakat yang merunjuk kepada aturan yang di patuhi atau di jadikan patokan dalam mencari,menyusun,dan menyajikan berita.

Menimbang prinsip-prinsip dasar, nilai-nilai, kewajiban terhadap dirinya dan kewajiban terhadap orang lain

Menentukan bagi dirinya sendiri bagaimana ia akan hidup, bagaimana ia akan melaksanakan pekerjaan kewartawanannya, bagaimana ia akan berpikir tentang dirinyasendiri dan tentang orang lain, bagaimana ia akan berperilaku dan bereaksi terhadap orang-orang serta isu-isu di sekitarnya.

mengatur hubungan antaranggota untuk menumbuhkan kolektivitas dan sifat eksternal mengatur hubungan kolektivitas dengan masyarakat luas. Agar dapat berfungsi dengan semestinya

Fungsi Kode Etik

Page 12: Kode etik

Alat control social, yaitu tidak hanya megatur hubungan antara sesame anggota seprofesi, tetapi juga dapat juga mengatur hubungan antara anggota organisasi profesi tersebut dengan masyarakat.

Mencegah adanya control dan campur tangan pihak lain, termasuk pemeritnah atau kelompok masyarakat tertentu.

Page 13: Kode etik

INDONESIA

Pertama kali KEWI ( Kode Etik Wartawan Indonesia ) di rumuskan di Bandung 1 September 1999

Kode Etik Jurnalistik Indonesia tahun 2003

Kode Etik tahun 2006 = pengganti KEWI tahun 2000

Kode Kehormatan Internasional Jurnalistik yang diterima di Kongres International Federation of Journalists di Bordeaux, April 1954

Kode Berita PBB

PERJALANAN KODE ETIKINTERNASIONAL

Page 14: Kode etik

Pasal - pasal Kode EtikPasal 1Wartawan

Indonesia bersikap indepen-den, menghasil-kan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

Penafsiran• a. Independen berarti memberitakan

peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.

c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.

d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.

Page 15: Kode etik

PASAL 2

WARTAWAN INDONESIA MENEMPUH CARA-CARA YANG PROFESIONAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK

Penafsiran Cara-cara yang profesional adalah: a. menunjukkan identitas diri kepada

narasumber; b. menghormati hak privasi; c. tidak menyuap; d. menghasilkan berita yang faktual dan

jelas sumbernya; e. rekayasa pengambilan dan pemuatan

atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;

f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;

g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;

h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.

Page 16: Kode etik

Pasal 3 Wartawan Indonesia selalu menguji informasi,

memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Penafsirana. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck

tentang kebenaran informasi itu.b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan

kepada masing-masing pihak secara proporsional.c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan.

Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.

d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.

Page 17: Kode etik

Pasal 4Wartaw

an Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Penafsirana. Bohong berarti sesuatu yang sudah

diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.

c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.

d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.

e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara.

Page 18: Kode etik

Pasal 5Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan

identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

Penafsiran

a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.

b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

Page 19: Kode etik

Pasal 6Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan

profesi dan tidak menerima suap.

Penafsiran

a. Menyalah-gunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum.

b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.

Page 20: Kode etik

Penafsirana. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan

identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.

b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber.

c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.

d. “Off the record” adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.

Pasal 7Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.

Page 21: Kode etik

Penafsirana. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik

mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.

b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.

Pasal 8Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

Page 22: Kode etik

Pasal 9Wartawan Indonesia menghormati hak

narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.

Penafsirana. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati.

b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.

Page 23: Kode etik

Pasal 10Wartawan

Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

Penafsirana. Segera berarti

tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar.

b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.

Page 24: Kode etik

Pasal 11Wartawan Indonesia melayani hak

jawab dan hak koreksi secara proporsional.Penafsiran

a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.

Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.

Page 25: Kode etik

KODE ETIK INTERNASIONA

L

Page 26: Kode etik

Kode Kehormatan Internasional Jurnalistik

1. Pernyataan Internasional ini diproklamasikan sebagai ukuran bagi pegangan profesional wartawan yang bekerja mengumpulkan, mengirim, serta menyiarkan berita / informasi dan melaporkan kejadian – kejadian.

2. Menghormati kebenaran dan hak masyarakat pada Kebenaran adalah kewajiban utama wartawan

Page 27: Kode etik

3. Dalam melakukan kewajibannya ini dia akan membela prinsip dua sila : kebebasan dalam mencari dan menyiarkan berita serta hak memberikan komentar dan kritik yang layak

4. Wartawan hanya melaporkan apa yang sesuai dengan fakta – fakta yang asal – usulnya diketahuinya. Dia tidak akan menyembunyikan informasi yang penting dan dia tidak akan memalsukan dokumen – dokumen.

Page 28: Kode etik

5. Dia hanya menggunakan cara – cara yang layak untuk mendapatkan berita, foto, dan dokumen – dokumen.

6. Setiap informasi yang telah disiarkan dan ternyata tidak benar akan dibetulkannya dengan sebaik – baiknya.

7. Dia akan memegang teguh rahasia pekerjaannya dalam hubungannya dengan sumber berita yang didapatkannya berdasarkan kepercayaan.

Page 29: Kode etik

8. Dia akan menganggap sebagai pelanggaran – pelanggaran profesional yang besar hal –hal sebagai berikut : plagiarisme, maki – makian, cercaan, tuduhan – tuduhan palsu, dan penerimaan sogok untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan sesuatu.

9. Setiap wartawan yang layak mendukung nama ini menganggap adalah menjadi kewajibannya untuk mendukung prinsip – prinsip yang tersebut diatas. Di dalam batas – batas hukum tiap – tiap negara, wartawan mengakui dalam bidang – bidang profesionalnya hanya yurisdiksi kolega - koleganya dan menolak setiap macam campur tangan pemerintah atau orang lain.

(Di terima oleh Kongres International federation of Journalists di Bordeaux, April 1954 – naskah ini dikutip dari Mochtar Lubis , Pers dan Wartawan )

Page 30: Kode etik

The Relationship between Kode Etik Indonesia

dan Kode Kehormatan Internasional

Page 31: Kode etik

Indonesia 1. Pasal 1 : Menghasilkan berita

yang akurat.

2. Pasal 2 : Profesional

3. Pasal 3 : Menguji informasi

4. Pasal 4 : Sesuai kenyataan

5. Pasal5 : Menjaga rahasia

6. Pasal 6 : Tidak menyalahgunakan profesi

7. Pasal 7 : Melindungi narasumber

8. Pasal8 : Informasi bukan berdasarkan prasangka

9. Pasal 9 : menghormati hak narasumber

10. Pasal 10 : memperbaiki berita yang keliru

11. Pasal 11 : memiliki hak jawab dan koreksi secara profesional.

.1Pegangan profesional wartawan

.2Kebenaran

.3Kebebasan mencari, menyiarkan, berkomentar dan

kritik yang layak

.4Sesuai fakta ( asal – usulnya diketahui )

.5Menggunakan cara yang layak

.6Membetulkan informasi yang tidak benar

.7Memegang rahasia

.8Mengetahui pelanggaran – pelanggaran profesional

.9Hanya mengakui yurisdiksi kolega – koleanya dan menolak

setiap campur tangan pemerintah dan orang lain.

Internasional

Page 32: Kode etik

1. Menghasilkan berita yang akurat = Sesuai kenyataan = Kebenaran

2. Profesional = Menggunakan cara yang layak = Mengetahui pelanggaran – pelanggaran profesional = Hanya mengakui yurisdiksi kolega – koleanya dan menolak setiap campur tangan pemerintah dan orang lain = Tidak menyalahgunakan profesi.

3. Menguji informasi = Kebebasan mencari, menyiarkan, berkomentar dan kritik yang layak

4. Menjaga rahasia = Melindungi narasumber = Menghormati hak narasumber = Memegang rahasia

5. Informasi bukan berdasarkan prasangka = Sesuai fakta (asal – usulnya diketahui)

6. Memperbaiki berita yang keliru = Membetulkan informasi yang tidak benar = Memiliki hak jawab dan koreksi secara profesional.

.7.

Page 33: Kode etik

LAMPIRAN

Page 34: Kode etik

Pemberitaan kasus Antasari yang melibatkan wanita bernama Rani oleh TV swasta

Menurut Penasehat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Tribuana Said, Selasa, saat diskusi Bedah Kasus Kode Etik Jurnalistik di Gedung Dewan Pers, indikasi pelanggaran tersebut dapat dilihat dari pemberitaan yang kurang berimbang karena hanya menggunakan pernyataan dari pihak kepolisian saja.Selain itu, Tribuana menambahkan, narasumber yang dipakai hanya narasumber sekunder saja, misalnya keluarga Rani dan tetangga Rani, bukan dari narasumber utama.

Beberapa Pelanggaran terhadap Kode Etik

Page 35: Kode etik

Pasal yang dilanggar oleh divisi berita TV swasta dalam menyiarkan pemberitaan Antasari – Rani adalah Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Dalam kasus di atas, wartawan TV One hanya menggunakan pernyataan dari pihak kepolisian, tidak menggunakan data dari narasumber utama yaitu Antasari atau Rani.

Page 36: Kode etik

Kasus wawancara fiktif terjadi di Surabaya. Seorang wartawan harian di Surabaya menurunkan berita hasil wawancaranya dengan seorang isteri Nurdin M Top. Untuk meyakinkan kepada publiknya, sang wartawan sampai mendeskripsikan bagaimana wawancara itu terjadi. Karena berasal dari sumber yang katanya terpercaya, hasil wawancara tersebut tentu saja menjadi perhatian masyarakat luas. Tetapi, belakangan terungkap, ternyata wawancara tersebut palsu alias fiktif karena tidak pernah dilakukan sama sekali. Isteri Nurdin M Top kala itu sedang sakit tenggorokkan sehingga untuk berbicara saja sulit, apalagi memberikan keterangan panjang lebar seperti laporan wawancara tersebut. Wartawan dari harian ini memang tidak pernah bersua dengan isteri orang yang disangka teroris itu dan tidak pernah ada wawancara sama sekali.

Page 37: Kode etik

Wartawan dalam kasus di atas melanggar Kode Etik Jurnalistik Pasal 2 dan Pasal 4.

Pasal 2 berbunyi: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

Pasal 4 berbunyi: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Wartawan tersebut tidak menggunakan cara yang professional dalam menjalankan tugasnya. Ia tidak menyebarkan berita yang faktual dan tidak menggunakan narasumber yang jelas, bahkan narasumber yang digunakan adalah narasumber fiktif. Wawancara dan berita yang dipublikasikannya merupakan kebohongan. Tentu ini merugikan konsumen media. Pembaca mengkonsumsi media untuk memperoleh kebenaran, bukan kebohongan. Kredibilitas harian tempat wartawan tersebut bekerja juga sudah tentu menjadi diragukan.

Page 38: Kode etik

Ternyata tidak semua media jurnalistik di Indonesia telah patuh pada Peraturan Dewan Pers tentang Kode Etik Jurnalistik, semisal 2 televisi swasta  dalam pemberitaan sepakbola Nasional khususnya berkaitan dengan Tim Nasional Sepak Bola Indonesia (Timnas Indonesia). Seperti sudah diketahui bersama bahwa AFC dan FIFA yang menyatakan bahwa Timnas Indonesia adalah Timnas yang dikelola oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), ternyata hal ini disesatkan oleh pemberitaan yang dilakukan oleh 2 televisi swasta tersebut. Lebih parah lagi, 2 televisi swasta terkait pemberitaan Bola Nasional ini diduga melanggar Kode Etik Jurnailistik pasal 4 dalam penafsiran ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa:Pasal 4 : Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Page 39: Kode etik

Adanya pemberitaan yang menyatakan bahwa Timnas Indonesia yang dibentuk oleh KPSI adalah Tim Nasional Sepakbola Indonesia. Hal ini merupakan indikasi atas kebohongan dan fitnah atas keberadaan dan posisi Timnas Indonesia yang sah serta diakui oleh AFC/FIFA.

Adanya kebohongan dan fitnah pemberitaan yang menyatakan dengan memberikan label kepada La Nyalla Mataliti sebagai ketua umum PSSI hasil KLB di Ancol, padahal AFC maupun FIFA tidak mengakui adanya KLB Ancol. AFC dan FIFA hanya mengakui organisasi PSSI adalah yang dipimpin oleh Djohar Arifin Husen.

Pemberitaan terkait poin 1 dan 2 ini hingga sekarang terus dilakukan, terkahir kali pemberitaan ini adalah saat Kampiun hari Minggu (23/9/12) yang menyatakan bahwa Timnas Indonesia akan melanjutkan latihan di Australia dengan melakukan latih tanding bersama Klub-klub lokal Australia.

Beberapa fakta pelanggarannya :

Page 40: Kode etik

Dalam Kode Etik Jurnalistik ditetapkan Dewan Pers melalui Peraturan Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers menyatakan bahwa Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers. Repotnya adalah jika pelanggaran kode etik Jurnalistik ini didukung oleh perusahaannya, hal ini berarti tidak akan mendapatkan sanksi apapun. Oleh karenanya, seharusnya perusahaan pers tetap memegang pada prinsip-prinsip jurnalistik yang mencerdaskan bangsa, menyampaikan pemberitaan yang benar, obyektif, dan sesuai fakta yang ada serta landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme.

Page 41: Kode etik

1)      Distorsi informasi: lazimnya dengan menambah atau mengurangi informasi, akibatnya maknanya berubah.

2)      Dramatisasi fakta palsu: dapat dilakukan dengan memberikan ilustrasi secara verbal, auditif ataupun visual yang berlebihan mengenai suatu objek.

3)      Mengganggu privacy: hal ini dilakukan melalui peliputan yang menggar hal-hal pribadi narasumber.

4)      Pembunuhan karakter: dilakukan dengan cara terus menerus menonjolkan sisi buruk individu/kelompok/organisasi tanpa menampilkan secara berimbang dengan tujuan membangun citra negatif yang menjatuhkan.

5)      Eksploitasi seks: media menampilkan seks sebagai komoditas secara serampangan tanpa memerhatikan batasan norma dan kepatuhan

6)      Meracuni pikiran anak-anak: eksploitasi kesadaran berpikir anak yang diarahkan secara tidak normal pada hal-hal yang tidak mendidik.

7)      Penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power): media menyalahgunakan kekuatannya dalam mempengaruhi opini publik dalam suatu praktik mass deception (pembogongan massa). Dampak negatif dari media berada dalam suatu bisnis yang bebas seperti

Penyampaian informasi/berita yang disalahgunakan dapat berdampak sebagai berikut antara lain

Page 42: Kode etik

Di luar kode etik jurnalistik yang telah disusun masing-masing organisasi wartawan. Dewan Pers menyusun Kode Praktik (Code of Practices) media sebagai upaya penegakan independensi serta penerapan prinsip pers mengatur sendiri (self regulated).

Privasi Diskriminasi Akurasi Liputan Kriminalitas PornografiSumber Rahasia Hak Jawab dan Bantahan

Kode Praktik bagi Media Pers

Page 43: Kode etik