km no. 11 tahun 2010 tentang tatanan kebandarudaraan nasional

Upload: dpanggraeni

Post on 10-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    1/64

    M E N TE R I P E R HU B U N G A NR E P U B U K I N D O N E S IA

    PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN

    NOMOR: KM 11 TAHUN 2010

    TENTANG

    TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

    Menimbang: a. bahwa dalam Pasal 200 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009tentang Penerbangan telah diatur ketentuan-ketentuan mengenaiTatanan Kebandarudaraan Nasional;

    b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungantentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;

    1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    2/64

    6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 tentangKeselamatan Penerbangan;

    Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG TATANANKEBANDARUDARAAN NASIONAL.

    BABI

    KETENTUAN UMUM

    1. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan denganbatas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara

    mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muatbarang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi,yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamananpenerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya,yang terdiri atas bandar udara umum dan bandar udara khususyang selanjutnya bandar udara umum disebut dengan bandarudara.

    2. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan denganpenyelenggaraan bandar udara dan kegiatan lainnya dalam

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    3/64

    7. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah

    Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

    pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksuddalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

    1945.

    8. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang

    penerbangan.

    10. Pangkalan Udara adalah kawasan di daratan dan/atau di perairan

    dengan batas-batas tertentu dalam wilayah Republik Indonesiayang digunakan untuk kegiatan lepas landas dan pendaratanpesawat udara guna keperluan pertahanan negara oleh TentaraNasional Indonesia.

    11. Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik negara,badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk

    perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanyamengoperasikan bandar udara untuk pelayanan umum.

    12. Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga pemerintah dibandar udara yang bertindak sebagai penyelenggara bandar udarayang memberikan jasa pelayanan kebandarudaraan untuk bandarudara yang belum diusahakan secara komersial.

    13. Pemerintah Daerah adalah gubemur, bupati, atau waIikota, danperangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    4/64

    18. Rute Penerbangan adalah lintasan pesawat udara dari bandar

    udara asal ke bandar udara tujuan melalui jalur penerbangan yang

    telah ditetapkan.

    19. Kargo adalah setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara

    termasuk hewan dan tumbuhan selain pos, barang kebutuhanpesawat selama penerbangan, barang bawaan, atau barang yangtidak bertuan.

    20. Bandar Udara Domestik adalah bandar udara yang ditetapkan

    sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalamnegeri.

    21. Bandar Udara Intemasional adalah bandar udara yang ditetapkansebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalamnegeri dan rute penerbangan dari dan ke luar negeri.

    22. Otoritas Bandar Udara adalah lembaga pemerintah yang diangkatoleh Menteri dan memiliki kewenangan untuk menjalankan dan

    melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturanperundang-undangan untuk menjamin keselamatan, keamanan,dan pelayanan penerbangan.

    23. Aerodrome adalah kawasan di daratan danlatau perairan denganbatas-batas tertentu yang hanya digunakan sebagai tempatpesawat udara mendarat dan lepas landas.

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    5/64

    f. tatanan yang berkontribusi pada pembangunan daerah dalamrangka membuka daerah terisolir, tertinggal dan mengembangkan

    potensi industri daerah; dan

    g. tatanan ber-Wawasan Nusantara adalah tatanan kebandarudaraan

    memandang kesatuan politik, ekonomi, sosial, bUdaya danpertahanan keamanan, dalam rangka mempersatukan wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia.

    (1) Tatanan kebandarudaraan nasional merupakan sistem

    perencanaan kebandarudaraan nasional yang menggambarkan :

    c. sinergi antar unsur yang meliputi sumber daya alam, sumber

    daya manusia, geografis, potensi ekonomi dan pertahanankeamanan dalam rangka mencapai tujuan nasional.

    (2) Interdependensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,menggambarkan bahwa antar bandar udara saling tergantung dansaling mendukung yang cakupan pelayanannya bukanberdasarkan wilayah administrasilkepemerintahan.

    (3) Interrelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,menggambarkan bahwa antar bandar udara membentuk jaringan

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    6/64

    BAB II

    PERAN, FUNGSI, PENGGUNAAN, HIERARKI,

    DAN KLASIFIKASI BANDAR UDARA

    a. peran, fungsi, penggunaan, hierarki, dan klasifikasi bandar udara;

    serta

    Bagian KesatuPeran dan Fungsi Bandar Udara

    Peran bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a,adalah:

    a. simpul dalam jaringan transportasi udara yang digambarkansebagai titik lokasi bandar udara yang menjadi pertemuan beberapa

    jaringan dan rute penerbangan sesuai hierarki bandar udara;

    b. pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya pemerataanpembangunan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    7/64

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    8/64

    Bagiao KeduaPenggunaan Bandar Udara

    (1) Penggunaan bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4huruf a, terdiri atas:

    a. bandar udara internasional yang ditetapkan untuk me/ayanirute penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan dari dan

    ke luar negeri berdasarkan perjanjian bilateral dan/ataumultilateral; dan

    b. bandar udara domestik yang ditetapkan untuk me/ayani rutepenerbangan dalam negeri.

    (2) Bandar udara internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a, dikelompokkan atas :

    a. bandar udara internasional utama;

    b. bandar udara internasional regional;

    c. bandar udara internasional penerbangan haji; dan

    d. bandar udara internasional angkutan kargo.

    (3) Bandar udara internasional utama sebagaimana dimaksud pada

    ayat (2) huruf a, merupakan bandar udara yang ditetapkan metaluiperjanjian bilateral dan/atau multilateral sebagai bandar udara yang

    melayani rute penerbangan dalam negeri serta rute penerbangandari dan ke luar negeri dengan ketentuan sebagai berikut :

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    9/64

    a. sebagai bandar udara yang terbuka untuk melayani

    penerbangan dengan hak angkut (traffic right), kapasitas dan

    frekuensi penerbangan terbatas (limited capacity) yangditetapkan melalui perjanjian bilateraldan/atau multilateral; dan

    b. sebagai bandar udara yang terbuka untuk melayanipenerbangan langsung, penerbangan jarak menengah dan

    jarak dekat dengan rute penerbangan, kapasitas, frekuensi

    dan hak angkut penerbangan yang ditetapkan melaluiperjanjian bilateral dengan negara mitra.

    (5) Bandar udara intemasional penerbangan haji sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) huruf c, merupakan bandar udara yang

    ditetapkan melalui surat keputusan bersama Menteri Perhubungandan Menteri Agama sebagai bandar udara embarkasi/debarkasi hajiyang melayani rute penerbangan khusus angkutan hajL

    (6) Bandar udara intemasional angkutan kargo sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf d, merupakan bandar udara yang ditetapkansebagai bandar udara yang melayani angkutan kargo dengan rutepenerbangan dalam negeri dan rute penerbangan dari dan ke luarnegeri yang ditetapkan melalui perjanjian bilateral danlatau

    perjanjian multilateral.

    (7) Penggunaan bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)hUruf a, antara lain ditetapkan berdasarkan pertimbangan aspek :

    a. rencana induk nasional bandar udara;b. pertahanan dan keamanan negara;c. potensi pertumbuhan dan perkembangan pariwisata;

    d. kepentingan dan kemampuan angkutan udara nasional serta

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    10/64

    (11) Kepentingan dan kemampuan angkutan udara nasional sertapotensi permintaan penumpang dan kargo sebagaimana dimaksud

    pada ayat (7) hurut d, ditunjukkan dengan variabel:

    a. potensi angkutan udara dalam negeri dan luar negeri; dan

    b. potensi permintaan angkutan udara dalam negeri dan luarnegeri.

    (12) Potensi pengembangan ekonomi nasional dan perdagangan luarnegeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) hurut e, ditunjukkan

    dengan:

    a. pertumbuhan pendapatan dornestik regional bruto provinsi;

    dan

    b. kontribusi sektor transportasi udara terhadap perturnbuhanPendapatan domestik regional bruto provinsi.

    (13) Potensi kondisi geografis sebagairnana dimaksud pada ayat (7)hurutt. ditunjukkan dengan variabel :

    a. lokasi bandar udara dengan bandar udara di negara lain yang

    terdekat; dan

    b. lokasi bandar udara dengan bandar udara intemasional yangtelah ada.

    (14) Ketentuan tentang aksesibilitas dengan bandar udara intemasionaldi sekitamya sebagaimana dimaksud pada ayat (7) hurut g.

    ditunjukkan dengan :

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    11/64

    (1) Pemetaan bandar udara intemasional sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 ayat (2) tercantum dalam lampiran I.

    (2) Penggunaan bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7ayat (1) tercamtum dalam lampiran VII.

    (3) Kriteria penggunaan bandar udara sebagaimana dimaksud dalamPasal 7 ayat (7) tercantum dalam lampiran VIII.

    Bagian KetigaHierarki Bandar Udara

    (1) Hierarki bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 hurufa terdiri atas:

    a. bandar udara pengumpul (hub); dan

    b. bandar udara pengumpan (spoke).

    (2) Bandar udara pengumpul sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a, merupakan bandar udara yang mempunyai cakupanpelayanan yang luas dari berbagai bandar udara yang melayanipenumpang dan/atau kargo dalam jumlah besar dan mempengaruhiperkembangan ekonomi secara nasional atau berbagai provinsi

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    12/64

    b. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder

    yaitu bandar udara sebagai salah satu prasarana penunjangpelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang melayani

    penumpang dengan jumlah lebih besar dari atau sarna dengan1.000.000 (satu juta) dan lebih kecil dari 5.000.000 (lima juta)

    orang per tahun; dan

    c. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yaitu

    bandar udara sebagai salah satu prasarana penunjangpelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat KegiatanWilayah (PKW) terdekat yang melayani penumpang dengan

    jumlah lebih besar dari atau sarna dengan 500.000 (lima ratusribu) dan lebih kecil dari 1.000.000 (satu juta) orang per tahun.

    Pasal 10

    (1) Hierarki bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 hurufa, ditetapkan berdasarkan penilaian atas kriteria sebagai berikut :

    a. bandar udara terletak di kota yang merupakan pusat kegiatanekonomi;

    b. tingkat kepadatan lalu lintas angkutan udara; dan

    c. berfungsi untuk menyebarkan penumpang dan kargo kebandar udara lain.

    (2) Bandar udara terletak di kota yang merupakan pusat kegiatan

    ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurut a, ditunjukkandengan variabel sebagai berikut :

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    13/64

    (4) Fungsi untuk menyebarkan penumpang dan kargo ke bandar udara

    lain sebag~imana dimaksud pada ayat (1) huruf c, ditunjukkandengan vanabel :

    a. jumlah rute penerbangan dalam negeri;

    b. jumlah rute penerbangan luar negeri; dan

    c. jumlah rute penerbangan dalam negeri yang menjadicakupannya.

    (1) Hierarki bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat(4) hurut a, tercantum dalam Lampiran VII.

    (2) Kriteria hirarki bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (4)tercantum dalam Lampiran IX

    (3) Pemetaan hierarki bandar udara sebagaimana dimaksud dalamPasal9 ayat (1) tercantum dalam Lampiran II.

    Baglan Keempat

    Klaslflkasl Bandar Udara

    (1) K1asifikasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

    hurut a terdiri atas beberapa kelas bandar udara yang ditetapkanberdasarkan kapasitas pelayanan dan kegiatan operasional bandar

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    14/64

    (6) Kode huruf (code letter) sebagaimana dimaksud pada ayat (4)merupakan klasifikasi bandar udara sesuai lebar sayap dan

    lebarljarak roda terluar pesawat.

    (7) Kemampuan fasilitas bandar udara untuk menampung jumlah

    penumpang dan kargo yang mampu dilayani sebagaimanadimaksud pada ayat (2) adalah kemampuan terminal penumpang

    untuk melayani jumlah maksimum penumpang dan kemampuan

    terminal kargo untuk melayani jumlah maksimum kargo.

    (8) Kegiatan operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan tanggung jawab Penyelenggara Bandar Udara sebagaikewajiban memenuhi ketentuan keselamatan operasi bandar udara,

    standar teknis dan operasional yang ditunjukkan dengan sertifikatbandar udara atau register bandar udara.

    a. pedoman dalam penetapan lokasi bandar udara;

    b pedoman dalam penyusunan rencana induk bandar udara;

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    15/64

    c. rencana tata ruang wilayah kabupaten/kotaadalah strategi danarahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah propinsi

    yang berfokus pada keterkaitan antar kawasan/kabupatenlkotakarena perkembangan suatu wilayah tidak dapat dilepaskandari wilayah lain di sekitarnya;

    d. potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah yangdiketahui atau diukur antara lain dengan survei berdasarkanasal dan tujuan penumpang (origin and destination survey)dengan memperhatikan keseimbangan antara perkembangan

    ekonomi yang mempengaruhi perkembangan pasar atauperkembangan pasar yang mempengaruhi perkembanganekonomi, serta konsekuensi pembiayaanyang ditimbulkan;

    e. potensi sumber daya alam agar dapat dimanfaatkan secaraefisien dan tetap menjaga kelestarian lingkungan;

    f. perkembangan Iingkungan strategis nasional merupakanperkembangan lingkungan yang penataan ruangnya

    diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat pentingsecara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dankeamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/ataulingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagaiwarisan dunia;

    h sistem transportasi nasional merupakan tatanan transportasit i i k i t t di i d i t t i

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    16/64

    a. kebijakan nasional bandar udara; dan

    b. rencana lokasi bandar udara beserta penggunaan, hierarki,dan klasifikasi bandar udara.

    (4) Kebijakan nasional bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat(3) huruf a, mengacu pada :

    a. sistem transportasi nasional (Sistranas);

    b. rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) KementerianPerhubungan;

    c. rencana kerja Kementerian Perhubungan;

    d. blue print Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; dan

    e. road map aviation safety.

    (5) Rencana lokasi bandar udara beserta penggunaan, hierarki, dan

    klasifikasi bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hUrufb, diuraikan dalam tata cara pengelompokanlkriteria dandigambarkan dalam peta nasional meliputi :

    a. bandar udara sebagai tempat penyelenggaraan kegiatanpemerintahan dan/atau pengusahaan;

    b. bandar udara intemasional (utama, regional, haji, kargo);c. bandar udara domestik;d. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer;

    e bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder;

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    17/64

    (2) Lokasi bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahbandar udara umum dan bandar udara khusus.

    (3) Penetapan lokasi bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat(1) memuat:

    a. titik koordinat yang dinyatakan dengan koordinat geografissebagai titik referensi lokasi bandar udara dan disebut sebagai

    ARP (Aerodrome Reference Point);dan

    (4) Penetapan lokasi rencana bandar udara harus memenuhipersyaratan administrasi dan persyaratan teknis berupa kajiankelayakan penetapan lokasi bandar udara.

    (5) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)paling sedikit memuat dokumen berupa:

    a surat permohonan pemrakarsa;b laporan hasil studi kelayakan;

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    18/64

    c. pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan bandarudara dan pemberian hak atas tanahnya dilaksanakan sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    (7) Persyaratan teknis berupa kajian kelayakan sebagaimana dimaksud

    pada ayat (4) paling sedikit memuat kajian:

    a. kelayakan pengembangan wilayah;

    b. kelayakan ekonomi dan finansial (tidak perlu untuk bandarakhusus);

    c. kelayakan teknis pembangunan;

    d. kelayakan operasional;

    e. kelayakan angkutan udara; dan

    f. kelayakan lingkungan.

    (8) Kelayakan pengembangan wilayah sebagaimana dimaksud pada

    ayat (7) huruf a, merupakan kelayakan yang dinilai berdasarkankesesuaian dengan sistem perencanaan wilayah makro maupunmikro dan sistem perencanaan transportasi makro maupun mikroberupa indikator kelayakan pengembangan wilayah.

    (9) Kelayakan angkutan udara wilayah sebagaimana dimaksud padaayat (7) huruf e tidak diperlukan bagi penetapan lokasi bandarudara khusus.

    (10) Indikator kelayakan pengembangan wilayah sebagaimana

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    19/64

    (11) Kelayakan ekonomi dan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat(7) hurut b yaitu :

    a. kelayakan ekonomi meliputi analisis investasi dan mantaatpembangunan/pengembangan bandar udara yang ditimbulkanterhadap tingkat pendapatan bandar udara, pemerintah daerahserta masyarakat setempat; dan

    b. kelayakan finansial meliputi analisa perhitungan keuntungandan kerugian yang akan te~adi dari investasi yang dilakukandan jangka waktu pengembalian investasi tersebut.

    (12) Indikator kelayakan ekonomi dan kelayakan finansial sebagaimanadimaksud pada ayat (11) hurut a dan ayat (11) hurut b, meliputi :

    a. net present value (NPV) adalah nilai keuntungan bersih saatsekarang, yang perhitungannya berdasarkan pada mantaatyang diperoleh untuk proyek pembangunan bandar udara padasuatu kurun waktu tertentu dengan mempertimbangkan

    besaran tingkat bunga bank komersial;

    b. internal rate of return (IRR) adalah tingkat bungapengembalian suatu kegiatan pembangunan/pengembanganbandar udara, yang perhitungannya berdasarkan padabesaran NPV sama dengan nol;

    c. profitability index (PI) atau benefit cost ratio (BCR) adalahsuatu besaran yang membandingkan antara keuntungan yangdiperoleh dengan biaya yang dikeluarkan dalam kurun waktu

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    20/64

    d. meteorologi dan geofisika : cuaca, visibility, ceiling, kondisiatmosferik;

    e. daya dukung dan struktur tanah; dan

    f. infrastruktur dan jaringan utilitas.

    (15) Kelayakan operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (7) hurufd, adalah kelayakan yang dinilai berdasarkan kajian keselamatanpenerbangan sebagaimana diatur sesuai dengan peraturan yangberlaku, berupa indikator kelayakan operasional.

    (16) Indikator kelayakan operasional sebagaimana dimaksud pada ayat(15), meliputi:

    a. kondisi ruang udara melalui kajian terhadap keberadaanbandar udara di sekitamya;

    b. usability factor, meliputi kajian arah angin (windrose) untukmenentukan arah landas pacu;

    c. unit pelayanan lalu Iintas udara;

    d. jenis pesawat yang direncanakan;

    e. pengaruh cuaca;

    f. ceiling,

    g. visibility; dan

    h. prosedur pendaratan dan lepas landas.

    (17) Kelayakan angkutan udara sebagaimana dimaksud pada ayat (7)

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    21/64

    (19) Peta cakupan pelayanan bandar udara sebagaimana dimaksudpada ayat (18) huruf a, tercantum dalam Lampiran III.

    (20) Kelayakan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf fmerupakan kelayakan yang dinilai berdasarkan besamya dampakyang akan ditimbulkan, kemampuan mengatasi dampak (adaptasi)serta kemampuan mengurangi dampak (mitigasi), pada masakonstruksi, pengoperasian, dan/atau pada tahap pengembanganselanjutnya, berupa indikator kelayakan Iingkungan.

    (21) Indikator kelayakan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat

    (20) meliputi:

    a. Iingkungan alam (natural environment);

    b. peruntukan lahan : bukan daerah cagar alam/budaya, lahan

    konservasi, potensi sumber daya alam;

    c. penguasaan lahan;

    d. aliran air permukaan;e. relokasi penduduk;

    f. keserasian dan keseimbangan dengan budaya setempat;

    g. dampak bandar udara kepada masyarakat; dan

    h. kependudukannapangan kerja.

    (22) Kajian kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) menjadid ti b l i l k i b d d t k

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    22/64

    h. kawasan keselamatan operasi penerbangan; dan

    i. batas kawasan kebisingan.

    Pasal16

    Prakiraan permintaan kebutuhan pelayanan penumpang dan kargo

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, didasarkan pada

    perhitungan permintaan dan kebutuhan penumpang dan kargo dengan

    memperhatikan:

    a. potensi penumpang dan kargo tahunanljam sibuk dengan kajian

    asal/tujuan penumpang dan kargo (Origin Destination), kemampuanmembayar (Ability to Pay:ATP) dan kemauan membayar

    (Willingness to Pay:WTP);

    b. potensi jaringan/rute penerbangan dengan kajian asal dan tujuanpenumpang dan kargo(Origin! Destination); dan

    c. potensi ketersediaan armada atau pesawat dengan kajian kapasitaspenumpang, jarak tempuh pesawat, umur pesawat danperkembangan teknologi Oenis/tipe) pesawat.

    (1) Kebutuhan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal15 hurufb,merupakan hasil perhitungan dan kajian kebutuhan fasilitas pokokdan penunjang bandar udara berdasarkan prakiraan permintaankebutuhan pelayanan penumpang dan kargo.

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    23/64

    c. Fasilitas sisi darat (Jandside facility) antara lain:

    1) bangunan terminal penumpang;

    2) bangunan terminal kargo;3) menara pengatur lalu /intas penerbangan (control towe,,4) bangunan operasional penerbangan '5) jalan masuk (access road); .

    6) parkir kendaraan bermotor;

    7) depo pengisian bahan bakar pesawat udara;8) bangunan parkir,

    9) bangunan administrasi/perkantoran;10) marka dan rambu; serta

    11) fasilitas pengolahan /imbah.

    (3) Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang secara langsung dan

    tidak langsung menunjang kegiatan bandar udara dan memberikannilai tambah secara ekonomis pada penyelenggaraan bandarudara, antara lain:

    a. fasilitas perbengkelan pesawat udara;

    b. fasilitas pergudangan;

    c. penginapanlhotel;

    d. toko;

    e. restoran; dan

    f. lapangan golf.

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    24/64

    e. Kajian/analisis objek-objek obstacle di sekitar bandar udara;

    f. Kajian/analisis kondisi atmosferik;

    g. Kajian/analisis pengembangan pada areal di sekitar bandar

    udara;

    h. Kajian/analisis ketersediaan lahan pengembangan; dan

    i. Kajian/analisis aksesibilitas dengan moda angkutan lain.

    (1) Tahapan pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 15 huruf d, mengutamakan optimalisasi fasilitas

    eksisting (efisiensi) dan kemudahan pelaksanaan pembangunan di

    lapangan (implementatif).

    (2) Tahapan pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dimaksudkan untuk mendapatkan efisiensi dan efektifitas

    rencana pelaksanaan pembangunan berdasarkan hasil perhitungandan kajianl analisis terhadap :

    a. rencana tata guna lahan hingga desain tahap akhir (ultimate

    phase);

    b. kebutuhan fasilitas bandar udara dengan skala prioritas yang

    mempertimbangkan faktor kebutuhan dan ketersediaananggaran;

    t t l t k f ilit b d d d

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    25/64

    (1) Daerah lingkungan kerja bandar udara sebagaimana dimaksuddalam Pasal 15 huruf f, merupakan daerah yang dikuasai badanusaha bandar udara atau unit penyelenggara bandar udara, yangdigunakan untuk pelaksanaan pembangunan, pengembangan, danpengoperasian fasilitas bandar udara.

    (2) Daerah lingkungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)digunakan untuk:

    1) fasilitas sisi udara;2) fasilitas sisi darat;3) fasilitas navigasi penerbangan;4) fasilitas alat bantu pendaratan visual; dan5) fasilitas komunikasi penerbangan.

    b. fasilitas penunjang bandar udara, yang meliputi :

    1) fasilitas penginapanlhotel;2) fasilitas penyediaan toko dan restoran;3) fasilitas penempatan kendaraan bermotor;4) fasilitas perawatan pada umumnya; dan5) fasilitas lainnya yang menunjang secara langsung atau

    tidak langsung kegiatan bandar udara.

    (3) Pada daerah Iingkungan kerja bandar udara yang telah ditetapkan

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    26/64

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    27/64

    f. Kawasan di bawah permukaan horizontal-fuar, yang

    merupakan bidang datar di sekitar bandar udara yang dibatasioleh radius dan ketinggian dengan ukuran tertentu untuk

    kepentingan keselamatan dan efisiensi operasi penerbanganantara lain pada waktu pesawat mefakukan pendekatan untuk

    mendarat dan gerakan setefah tinggal landas atau gerakandalam hal mengalami kegagalan dalam pendaratan.

    (2) Kawasan di sekitar alat bantu navigasi Penerbangan merupakan

    bagian yang tidak terpisahkan dan Kawasan Keselamatan OperasiPenerbangan.

    (3) Untuk mendirikan, mengubah, atau melestarikan bangunan, sertamenanam atau memelihara pepohonan di dalam kawasankeselamatan operasi penerbangan tidak boleh melebihi batasketinggian kawasan keselamatan operasi penerbangan.

    (4) Pengecualian terhadap ketentuan mendirikan. mengubah, atau

    melestarikan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus

    mendapat persetujuan Menten. dan memenuhi ketentuan sebagai

    berikut:

    a. merupakan fasilitas yang mutlak diperlukan untuk operasipenerbangan;

    b. memenuhi kajian khusus aeronautika; dan

    c. sesuai dengan ketentuan teknis kesefamatan operasipenerbangan.

    (5) B f bihi b t b i di k d d

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    28/64

    (9) Untuk mempergunakan tanah. perairan atau udara di setiapkawasan yang ditetapkan dalam Peraturan iniI harus mematuhipersyaratan-persyaratan sebagai berikut:

    a. tidak menimbulkan gangguan terhadap isyarat-isyarat navigasipenerbangan atau komunikasi radio antar bandar udara danpesawat udara;

    b. tidak menyulitkan penerbang membedakan lampu-Iampu

    rambu udara dengan lampu-Iampu lain;

    c. tidak menyebabkan kesilauan pada mata penerbang yang

    mempergunakan bandar udara;

    d. tidak melemahkan jarak pandang sekitar bandar udara; dan

    e. tidak menyebabkan timbulnya bahaya burung, atau dengancara lain dapat membahayakan atau mengganggu pendaratan,lepas landas atau gerakan pesawat udara yang bermaksud

    mempergunakan bandar udara.

    (1) Bangunan atau sesuatu benda yang ada secara alami berada dikawasan keselamatan operasi penerbangan dan ketinggiannya

    masih dalam batas ketinggian yang diperkenankan, akan tetapididuga dapat membahayakan keselamatan operasi penerbangan.

    harus diberi tanda dan atau dipasangi lampu.

    (2) P b i t d t l t k

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    29/64

    Untuk mendirikan, mengubah, atau melestarikan bangunan di dalam

    batas-batas kawasan keblsingan tingkat I, II dan III harus sesuai denganketentuan tata guna lahan dan peruntukan batas-batas kawasankebisingan yaitu:

    a. kawasan kebisingan tingkat I dengan nilai WECPNL lebih besaratau sarna dengan 70 dan lebih keeil 75 ( 70 ~ WECPNl < 75 ),yaitu tanah dan ruang udara yang dapat dimantaatkan untukberbagai jenis kegiatan dan atau bangunan kecuali untuk jenisbangunan sekolah dan rumah sakit;

    b. kawasan kebisingan tingkat II dengan nUai WECPNL lebih besar

    atau sama dengan 75 dan lebih keeil 80 ( 75 ~ WECPNl < 80),yaitu tanah dan ruang udara yang dapat dimantaatkan untuk

    berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan keeuafi untuk jeniskegiatan dan/atau bangunan sekolah, rumah sakit dan rumahtinggal; dan

    e. kawasan kebisingan tingkat III dengan nUai WECPNl lebih besar

    atau sama dengan 80 (80 ~ WECPNl), yaitu tanah dan ruang udarayang dapat dimanfaatkan untuk membangun tasilitas bandar udara

    yang dilengkapi insulasi suara dan dapat dimanfaatkan sebagaijalur hijau atau sarana pengendalian Iingkungan dan pertanian yang

    tidakmengundang burung.

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    30/64

    (2) Pengecualian terhadap kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) setelah memperoleh ijin dari otoritas bandar udara.

    (3) Berada di daerah tertentu di bandar udara sebagaimana dimaksudpada ayat (1) hurut a, merupakan daerah terbatas untuk umum dibandar udara, daerah pergerakan pesawat atau daerah yangkarena kepentingan operasional bandar udara tidak dipergunakanuntuk umum.

    (4) Membuat halangan (obstacle) sebagaimana dimaksud pada ayat(1) hurut b, merupakan bangunan atau tanaman yang bersifat

    sementara maupun tetap, yang didirikan dipasang atau ditanamoleh orang antara lain seperti gedung-gedung, menara, cerobongasap, gundukan tanah, jaringan transmisi, pohoh tinggi.

    (5) Melakukan kegiatan lain di kawasan keselamatan operasipenerbangan yang dapat membahayakan keselamatan dankeamanan penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)hUruf c, seperti kegiatan bermain layang-Iayang, bermain balon

    udara, menggembala ternak, menggunakan frekuensi radio yang

    mengganggu komunikasi penerbangan, melintasi landasan dankegiatan lain yang menimbulkan asap.

    (1) Untuk menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan sertapengembangan bandar udara, pemerintah daerah wajib

    mengendalikan daerah Iingk ngan kepentingan bandar dara

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    31/64

    (1) Untuk mewujudkan penyelenggaraan bandar udara sebagaimanadimaksud dalam Pasa' 30 digunakan strategi pembangunan,pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian bandar udara.

    (2) Strategi pembangunan, pendayagunaan, pengembangan danpengoperasian bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    ditetapkan berdasarkan rencana induk nasional bandar udaradengan strategi sebagai berikut :

    a. meningkatkan peran bandar udara sebagai; simpul dalamjaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya, pintu gerbangkegiatan perekonomian, tempat kegiatan alih modatransportasi, pendorong dan penunjang kegiatan industridanlatau perdagangan, pembuka isolasi daerah,pengembangan daerah perbatasan/penanganan bencana,serta prasarana memperkukuh wawasan nusantara dankedaulatan negara dalam sistem transportasi udara denganmeningkatkan kapasitas bandar udara serta optimalisasifasilitas yang tersec:!ia, meningkatkan aksesibilitas denganmengembangkan rute penerbangan baru serta memperhatikan

    potensi permintaan jasa angkutan udara;

    b. memisahkan secara jelas antara fungsi pemerintahan dengan

    fungsi pengusahaan di bandar udara untuk meningkatkanpembinaan fungsi pemerintahan serta untuk mengembangkankegiatan pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasaterkait di bandar udara, menciptakan iklim usaha yang kondusifd b i k d h d l dibid

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    32/64

    (3) Strategi pembangunan, pendayagunaan, pengembangan danpengoperasianbandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan dengan memperhatikan kriteria indikasi awal

    pembangunan, pendayagunaan, pengembangan danpengoperasian bandar udara didasarkan atas tingkat utilisasioperasional.

    (4) Tingkat utilisasi operasional sebagaimana yang dimaksud padaayat (3) meliputi :

    a. fasilitas sisi udara; dan

    b. fasilitas sisi darat.

    Formula Perhitungan Tingkat Utilisasi operasional bandar udarasebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (4) tercantum padaLampiran XIII.

    BAS VII

    KETENTUAN PENUTUP

    (1) M t i t k t t k b d d i l t k 20

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    33/64

    Ditetapkan di

    Pada tanggal

    Jakarta

    5 Februari 2010

    SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada :

    1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;2. Menteri Keuangan;

    3. Menteri Lingkungan Hidup;4. Menteri Pertahanan;5. Menteri Dalam Negeri;6. Menteri Hukum dan HAM;7. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionall Kepala BAPPENAS;8. Menteri Negara BUMN;9. Menteri Perumahan Rakyat;10.Menteri Peke~aan Umum;11.Kepala Kepolisian Negara RI;

    12 P G b

    Lampiran VII Peraturan Menteri Perhubungan

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    34/64

    Lampiran VII Peraturan Menteri Perhubungan

    Nomor : KM 11 T a h un 20 1 0

    Tan9981 : 5 Februari 2010

    TABEl PENGGUNAAN DAN HIERARKI BANDAR UDARA

    TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAl

    NO NAMA BANDARA LOKASI PENGGUNAAN HIERARKI

    I PROPINSI NANGGROE ACEH

    DARUSSALAM

    1 Sultan Iskandar M uda BandaAceh Intem aslonal Regional, Hajl Pengumpul Skala Tersier (11I/5)

    2 Cut Nyak Dhlen M eulaboh Domestik Pengumpan

    3 Lasikin Sinabang Dom estik Pengumpan

    4 Teuku Cut All Tapak Tuan Domestik Pengumpan

    5 M aim un Saleh Sabang Internasional Regional Pengumpan

    6 Rembele Takengon Domestlk Pengumpan

    7 Bireun Bireun Domestlk

    Pengumpan

    8 Blangkejeren Gayo Domestlk Pengumpan

    9 Singkil Singkil D om estlk Pengumpan

    II PROPINSI SUM ATERA UTARA

    1 0 Kualanam u M edan Internasional Pengumpul Skala Primer ( 1 / 2 )

    1 1 Polonla M edan Intem aslonal Utam a, Regional, Haji Pengumpul Skala Primer ( 1 / 2 )

    1 2 Binaka Gn. Sltoll Internasional Regional Pengumpan

    1 3 Siblsa Para pat Domestik Pengumpan

    1 4 Dr. Ferdianand L. Toblng Sibolga Dom estlk Pengumpan

    1 5 AekGodang Padang Sidempuan Domestik Pengumpan1 6 Silang it Siborong-borong Domestik Pengumpan

    17 Lasondre Pulau-pulau batu Domestik Pengumpan

    18 Mandailing Natal Mandailing Natal Domestik Pengumpan

    19 Teluk Dalam Pulau Nias Domestik Pengumpan

    NO NAM A BANDARA LOKASI PENGGUNAAN HIERARKI

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    35/64

    I II P R OP IN SI S UM AT ER A B A RA T

    2 0 Minangkabau Padang Internasional Regional, Haji Pengumpul Skala Sekunder (1/3)

    21 Rokot Sipora Dom estik Pengumpan

    IV PROPINSI RIAU

    2 2 Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Intemaslonal Regional Pengumpul Skala Sekunder (1/4)

    2 3 Seibati Tj. Balai Karim un Domestik Pengumpan

    2 4 Tem puling Indragiri Hilir Domestik Pengumpan

    V PROPINSI KEPULAUAN RIAU

    2 5 Hang Nadim Batam Intemasional Regional, Hajl, Kargo Pengum pul Skala Pr im er ( 1 / 1 )

    2 6 RH. Fisabillllah Tj. Pinang Internasional Regional Pengumpul Skala Tersier (IV/5)

    2 7 Japura Rengat Domestik Pengumpan

    2 8 Pasir Pangaraian Pasir Pangaraian Domestlk Pengumpan

    2 9 Dabo Singkep Domestik Pengumpan

    3 0 Ranai Natuna Dom estik Pengum pul Skala Tersier ( 1 / 5 )

    3 1 Pinang Kampal Dumal Dom estik Pengum pul Skala Tersier (1/5)

    V I P RO P IN SI B AN G KA B E L/ TU N G

    3 2 DepatiAmir Pangkal Pinang Domestik Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    3 3 H.AS. Hanandjoeddin Tj. Pandan Domestik Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    VII PROPINSI JAM BI

    3 4 Sultan Thaha Jambi Domestik Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    3 5 Depati Parbo Kerinel Domestik Pengumpan

    3 6 Muara Bungo Jam bi Dom estik Pengumpan

    NO NAMA BANDARA LOKASI PENGGUNAAN HIERARKI

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    36/64

    VIII PROPINSI BENGKULU

    37 Fatmawati Soekarno Bengkulu Domestik Pengumpul Skala Tersier (111/5)

    38 Muko-Muko Muko-Muko Domestik Pengumpan

    39 Enggano Enggano Domestik Pengumpan

    IX PROPINSI SUMATERA SELATAN

    40 S.M. Badaruddin II Palembang Intemasional Regional, Haji, Kargo Pengumpul Skala Sekunder (1 /4)

    41 Silampari Lubuk Linggau Domestik Pengumpan

    42 PagarAlam PagarAlam Domestik Pengumpan

    X PROPINSI LAMPUNG

    43 Radin Inten II (Branti) Lampung Domestik Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    44 Pe ko n Se ra i Lampung Domestik Pengumpan

    X I P RO PI NS I J AW A B AR AT

    45 M aja le ng ka Majalengka Domestik Pengumpul Skala Sekunder (1 / 3 )

    46 Husein Sastranegara Bandung Intemasional Regional Pengumpul Skala Tersier (1 /6)

    4 7 C a kr ab u an a ( Pe n gg u ng ) Cirebon Domestik Pengumpul Skala Tersier (IV/5)

    XII PROPINSI BANTEN

    48 Soekamo-Hatta Jakarta Intemasional Utama, Regional, Haji Pengumpul Skala Primer (1/1)

    49 Budiarto Curug Domestik Pengumpan

    XIII PROPINSI OKI JAKARTA

    50 Halim Perdanakusuma Jakarta Internasional Regional Pengumpan

    NO NAMA BANOARA LOKASI PENGGUNAAN HIERARKI

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    37/64

    X IV P RO PI NS I J AW A T EN G AH

    51 Adl Sumarmo Solo Internasional Regional, Haji Pengumpul Skala Sekunder (1/3)

    52 Ahmad Yani Semarang Internasional Regional Pengumpul Skala Sekunder (1/3)

    53 Tunggul Wulung Cilacap Domestik Pengumpan

    54 Dewa Daru Karimunjawa Domestik Pengumpan

    XV PROPINSI 01. YOGYAKARTA

    55 Adi Sutjlpto Yogyakarta Intem asional Regional Pengumpul Skala Sekunder (1/3)

    XVI PROPINSI JAWA TIM UR

    56 Juanda Surabaya Intemasional Utama, Regional, Haji Pengumpul Skala Primer (1 /1)

    57 Abdul Rachman Saleh M alang Domestik Pengumpul Skala Tersier (IV/E/5)

    58 Rogojampi 1 Blimbingsari Banyuwangi Domestik Pengumpan

    59 Trunojoyo Sumenep Domestik Pengumpan

    60 Jember Jember D om estik Pengum pan

    61 P.Bawean Gresik Domestlk Pengumpan

    X VI I P RO P IN SI B AL I

    62 Ngurah Rai Denpasar Intem asional Utam a, Regional Pengumpul Skala Primer (1 /1)

    XVIII PROPINSI NTB

    63 Selaparang M ataram Internasional Regional Pengumpul Skala Sekunder (1/4)

    64 M. Salah uddin Blm a Domestlk Pengumpul Skala Tersier (IVl5)

    65 Brangbiji Sumbawa Besar Domestik Pengumpan66 Lunyuk Sum bawa Dom estik Pengumpan

    67 Lom bok Baru Lombok Intemasional Pengumpul Skala Sekunder (1/4)

    NO NAMA BANDARA LOKASI PENGGUNAAN HIERARKI

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    38/64

    XIX PROPINSINTI

    68 Eltari Kupang Intemasional Regional Pengumpul Skala Sekunder (1/3)

    69 WaiOti Maumere Domestik Pengumpul Skala Tersier (IV/S)

    70 Mau Hau Waingapu Domestik Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    71 Komodo Labuhan Bajo Domestik Pengumpan

    72 H.Hasan Aroeboesman Ende Domestik Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    73 Satartacik Ruteng Domestik Pengumpan

    74 Tambolaka Waikabubak Domestik Pengumpan

    75 Gewayantana Larantuka Domestik Pengumpan

    76 Haliwen Atambua Domestik Pengumpul Skala Tersier (IV/S)

    77 MaliAlor Alor Domestik Pengumpan

    78 Lekunik Rote Domestik Pengumpan

    79 Tardamu Sabu Domestik Pengumpan

    80 Soa Bajawa Domestik Pengumpan

    81 Wonopito Lewoleba Domestik Pengumpan

    XX PROPINSI KALIMANTAN BARAT

    82 Supadio Pontianak Intemasional Regional, Kargo Pengumpul Skala Sekunder ( 1/ 3)

    83 Rahadl Oesman Ketapang Domestlk Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    84 Susilo Sintang Domestik Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    85 Pangsuma Putuslbau Domestik Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    86 Nangaplnoh Nagapinoh Domestik Pengumpan

    87 Paloh Sambas Domestik Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    88 Singkawang Singkawang Domestik Pengumpan

    89 Sintang Baru Sintang Domestlk Pengumpan

    NO NAMA BANDARA LOKASI PENGGUNMN HIERARKI

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    39/64

    XXI PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

    90 Tjilik Riwut Palangkaraya Domestik Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    91 Iskandar Pangkalan Bun Domestik Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    92 H. Asan Sam pit Domestik Pengumpan

    93 Sanggu Buntok Domestik Pengumpan

    94 Beringin Muara Teweh Domestik Pengumpan

    95 Kuala Pembuang Kola Waringin Timur

    Domestik Pengumpan

    96 Tumbang Samba Tumbang Samba Domestik Pengumpan

    97 Kuala Kurun Kuala Kurun Domestik Pengumpan

    98 Muara Teweh Baru Muara Teweh Domestik Pengumpan

    XXII PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

    99 Syamsuddin Noor Banjarmasin Intemasional Haji Pengumpul Skala Sekunder (1/3)

    100 Stagen Kotabaru Domestik Pengumpul Skala Tersier (111/5)

    101 Tanjung Warukin Tanjung Warukin Domestik Pengumpan

    X X I I I PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

    102 Sepinggan Balikpapan In te ma sio na l R eg io na l, H aji, K arg o P en gu mp ul S ka la P rim er (1 /1 )

    103 Juwata Tarakan Internasional Regional Pengumpul Skala Tersler (IV/6)

    104 Temlndung Samarinda Domestik Pengumpul Skala Sekunder (11I/4)

    105 Kotabangun Kotabangun Domestik Pengumpan

    106 Kalimarau Tj.Redep Domestlk Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    107 Yuvai Semaring Longbawan Domestlk Pengumpan

    108 Tanjung Harapan Tj. Selor Domestik Pengumpan

    109 Long Apung Long Apung Domestlk Pengumpan

    11 0 Datah Dawal Datah Dawai Domestik Pengumpan

    111 Nunukan Nunukan Domestik Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    11 2 Melak Melak Domestlk Pengumpan

    113 Malinau (Seluwlng) Malinau Domestik Pengumpan

    11 4 Samarinda baru Samarinda Domestik Pengumpul Skala Sekunder (111/4)

    115 Bontang Bontang Domestlk Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    11 6 Paser Tanah Grogot Domestik Pengumpan

    NO NAMA BANDARA LOKASI PENGGUNAAN HIERARKI

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    40/64

    X X IV P R OP I NS I S U LA W ES I U T A R A

    1 1 7 Sam Ratulangi Manado Intemasional Regional, Kargo Pengumpul Skala Primer( 1 / 1 )

    1 1 8 Naha Tahuna Domestik Pengumpan

    1 1 9 Melongguane Sangir Talaut Domestik Pengumpul Skala Tersier ( 1 1 1 / 5 )

    X X V P R OP IN S I G O RO N TA L O

    1 2 0 Djalaluddin Gorontalo Domestik Pengumpul Skala Sekunder ( 1 / 3 )

    1 2 1 Pahuwato Pahuwato Domestik Pengumpan

    X X VI P R OP IN S I S U LA W ES I T EN G AH

    1 2 2 Mutiara Palu Domestik Pengumpul Skala Sekunder ( 1 / 3 )

    1 2 3 Bubung Luwuk Domestik Pengumpul Skala Tersier ( 1 1 1 / 5 )

    1 2 4 Lalos Toli-toll Domestik Pengumpan

    1 2 5 Pogogul Buol Domestik Pengumpan

    1 2 6 Kasiguncu Poso Domestik Pengumpan

    1 2 7 Morowali Morowali Domestik Pengumpan

    1 2 8 Tojo Una-una Tojo Una-una Domestik Pengumpan

    XXVII PROPINSI SULAWESI BARAT

    1 2 9 Tampa Padang Mamuju Domestik Pengumpul Skala Tersier ( I V l 5)

    XXVIII PROPINSI SULAWESI SELATAN

    1 3 0 Sultan Hasanuddin . Makassar Intemasional Utama, Regional, Haji, Kargo Pengumpul Skala Primer ( 1 / 2 )

    1 3 1 Pongtiku Toraja Domestik Pengumpan

    1 3 2 AndiJemma Masamba Domestik Pengumpan

    1 3 3 H. Aroepala Pulau Selayar Domestik Pengumpan

    1 3 4 Seko Seko Domestlk Pengumpan

    1 3 5 Rampi Rampi Domestlk Pengumpan

    1 3 6 Bua Luwu Domestlk Pengumpan

    1 3 7 Bone Bone Domestlk Pengumpan

    NO NAMA BANDARA .LOKASI PENGGUNAAN HIERARKI

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    41/64

    X XI X S U LA W ES IT E NG G AR A

    138 Wolter Monginsidi Kendarl Domestik Pengumpul Skala Sekunder (11/3)

    139 BetoAmbari Bau-bau / Pulau Buton Dom estlk Pengumpan

    140 Sugimanuru Raha Domestik Pengumpan

    141 Tanggetada Kolaka Domestlk Pengumpan

    142 Wakatobi Wakatobi Domestik Pengumpan

    X XX P RO PI NS I M AL UK U

    143 Pattlmura Am bon Intem asional Regional Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    144 Amahai Pulau Seram Domestik Pengumpan

    145 Nam lea Pulau Buru Domestik Pengumpan

    1 46 N am ro le Pulau Buru Domestik Pengumpan

    147 Dum atubun Langgur Domestlk Pengumpan

    148 Omit Saumlakl Domestik Pengumpul Skala Tersier (IV/6)

    149 Dobo Pulau Aru Domestik Pengumpan

    1 50 B an da ne ir a Pulau Banda Dom estik Pengum pan

    151 W ahai Pulau seram Domestlk Pengum pan

    152 John Becker Pulau Kisar Dom estlk Pengumpan

    153 Larat Pulau Yamdena Domestik Pengumpan

    154 Bula Seram Bagian Timur Domestik Pengumpan

    155 Mo a Maluku Tenggara Dom estik Pengum pan

    156 Saumlaki Maluku Tenggara Barat Dom estik Pengum pan

    1 57 T ua l B aru Tual Domestik Pengumpan

    X XX I P RO PI NS I MA LU KU U T A RA

    158 Sultan Babullah Tem ate Domestik Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    1 59 K ua ba ng Kao Domestik Pengumpan

    1 60 G am ar M al am o G al el a Galela Domestik Pengumpan

    161 Oesman Sadik Labuha Domestlk Pengumpan

    162 Buli Maba Domestik Pengumpan

    163 Em alamo Sanana Domestik Pengumpan

    164 Tepeleo Halm ahera Tengah Domestik Pengumpan

    NO NAM A BANDARA LOKASI PENGGUNAAN HIERARKI

    X XX II P R O PI N SI P A PU A

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    42/64

    X XX II P R O PI N SI P A PU A

    1 6 5 Frans Kaisiepo Biak Intemasional Regional, Kargo Pengumpul Skala Tersier (1/5)

    166 Sentani Jayapura Internasional Regional Pengumpul Skala Sekunder (1/3)

    1 6 7 Mopah M erauke Internasional Regional Pengumpul Skala Sekunder (1/3)

    1 6 8 Ubrub Ubrub Domestik Pengumpan

    1 6 9 Waris Waris Domestik Pengumpan

    1 70 Dabra Dabra Domestik Pengumpan

    1 71 Yurut Yurut Domestik Pengumpan

    1 72 Molot M olot Dom estik Pengumpan

    1 73 Kam ur Kam ur Domestik Pengumpan

    1 7 4 Kim am Kim am Domestlk Pengumpan

    1 7 5 Elelim Elelim Domestik Pengumpan

    1 7 6 Bomakia Bomakia Domestik Pengumpan

    1 77 Senggeh Senggeh Domestik Pengumpan

    1 7 8 Manggelum Manggelum Domestlk Pengumpan

    1 7 9 Wamena Wamena Domestik Pengumpul Skala Tersier ( 1 1 / 5 )

    1 80 Kellla Kellla Dom estik Pengum pan

    1 81 Kiwlrok Kiwirok Dom estik Pengum pan1 82 Nabire Nabire Domestik Pengumpul Skala Tersier ( 1 1 / 5 )

    1 83 Bilorai Silorai Domestik Pengumpan

    1 84 Bilai Bllal Dom estik Pengum pan

    1 85 Kebo Kebo Domestik Pengumpan

    1 86 Ranslki Ranslki Domestik Pengumpan

    1 87 Akimuga Akimuga Domestik Pengumpan

    1 88 Enarotall Enarotali Domestik Pengumpan

    1 8 9 Waghete Waghete Domestik Pengumpan

    1 9 0 Mararena Sarm i Jayapura Dom estik Pengumpan

    1 91 Tanah Merah M erauke Dom estik Pengumpan

    1 92 Mulla Mulia Nabire Domestik Pengumpan

    1 93 SUdjarwo Serul Domestlk Pengumpan

    NO NAM A BANDARA LOKASI PENGGUNAAN HIERARKI

    1 94 Oksibil Wam ena (Oksibil) Dom estik Pengumpan

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    43/64

    1 95 Moanamani Nabire (Moanmani) Domestik Pengumpan

    1 96 Mindip Tanah M erauke (M indip Tanah) Dom estik Pengumpan

    1 97 Kepi Kepi Dom estik Pengumpan

    1 98 Kokonau Kokonao Domestik Pengumpan

    1 99 Bokondini Wamena (Bokondlni) Domestik Pengumpan

    2 0 0 Okaba Merauke (Okaba) Domestik Pengumpan

    2 0 1 Numfor Numfor Domestik Pengumpan

    2 0 2 /IIaga lIaga Domestik Pengumpan

    2 0 3 /IIu /IIu Domestik Pengumpan

    2 0 4 Tiom Tiom Dom estik Pengumpan

    2 0 5 Ewer Ewer Dom estik Pengumpan

    2 0 6 Batom Batom Domestik Pengumpan

    2 0 7 Bade Bade Domestik Pengumpan

    2 0 8 Lereh Lereh Dom estik Pengumpan

    2 0 9 Karubaga Karubaga Domestlk Pengumpan

    2 1 0 Obano Obano Domestik Pengumpan

    2 1 1 Senggo 8enggo Domestik Pengumpan

    2 1 2 Mozes Kilangin Timika Domestik Pengumpul Skala Tersier ( 1 / 5 )

    2 1 3 Waghete Baru Waghete Domestik Pengumpan

    2 1 4 Nabire Baru Nabire Domestik Pengumpan

    2 1 5 Sinak Baru Puncak Jaya Dom estik Pengum pan

    X XX II I P R O PI N SI P A P U A B AR A T

    2 1 6 Rendani M anokwari Dom estik PengumDul Skala Tersier ( 1 / 5 )

    2 1 7 Domine Eduard Osok Sorong Dom estik Pengumpul Skala Tersier ( 1 / 5 )

    2 1 8 Torea Fak-fak Domestlk Pengumpan

    2 1 9 Bintuni Manokwari (Blntunl) Domestik Pengumpan

    2 2 0 Utarom Kaim ana Dom estik Pengumpan

    2 2 1 Ijahabra Ijahabra Domestik Pengumpan

    2 2 2 Wasior Wasior Domestik Pengumpan

    2 2 3 Inanwatan Sorong (Inanwatan) Dom estik Pengumpan

    2 2 4 Temlnabuan Sorong (Teminabuan) Domestik Pengumpan

    NO NAMA BANDARA LOKASI PENGGUNAAN HIERARKI

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    44/64

    NO NAMA BANDARA LOKASI PENGGUNAAN HIERARKI

    225 Merdey Manokwari (Bintuni) Domestik Pengumpan

    226 Babo Babo Domestik Pengumpan

    227 Anggi Anggi Domestik Pengumpan

    228 Kambuaya Kambuaya (Ayawaru) Domestik Pengumpan

    229 Werur Werur Domestik Pengumpan

    230 Kebar Kebar Domestik Pengumpan

    231 Ayawasi Ayawasi Domestik Pengumpan

    232 Waisai Raja Ampat Domestik Pengumpul Skala Tersier (IV/6)

    233 Aboyaga Nabire Domestik Pengumpan

    KETERANGAN :

    I IV : Tahapan Pengembangan

    1 : Pemantapan Bandar Udara Primer

    2 : Pengembangan Bandar Udara Primer

    3 : Pemantapan Bandar Udara Sekunder

    4 : Pengembangan Bandar Udara Sekunder

    5 : Pemantapan Bandar Udara Tersier

    6 : Pengembangan Bandar Udara Tersier

    Salin an sesuai deng

    KEPALA BIR

    RIS SH MM MHPe bina Tk. I (IV/b)

    NIP. 19630220 198903 1 001

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    45/64

    Lampiran VIII Peraturan Menteri Perhubungan

    Nomor : KM II Tahun 2010

    Tanggal : 5 Februari 2010

    No Kriteria Sub Kriteriat. Rencana induk nasional bandar udara arah kebijakan nasional bandar udara

    2 . Pertahanan dan keamanan Negara arah kebijakan pertahanan dan keamanan nasional

    3. Potensi, pertumbllhan dan a. bandar lIdara terletak di daerah tujuan wisata;

    perkembangan pariwisata b. tersedianya infra struktur pariwisata (hotel,

    restoran. tempat wisata).

    4 . Kepentingan dan kemampuan angklltan a. potensi angklltan lIdara dalam negeri dan Illarudara nasional serta potensi permintaan negeri;

    penumpang dan kargo b. potensi permintaan angklltan udara dalam negeri

    dan Illar negeri.

    5. Potensi dan pengembangan ekonomi a. pertumbllhan Pendapatan Domestik Regional

    nasional dan perdagangan luar negeri Bruto provinsi;

    b. kontribllsi sektor transportasi udara terhadap

    pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional

    Bruto provinsi.

    6. Potensi kondisi geografis a. lokasi bandar udara dengan bandar lIdara di

    negara lain yang terdekat;

    b. lokasi bandar udara dengan bandar udara

    internasional yang telah ada.

    7. Aksesibilitas dengan bandar udara a. jumlah kapasitas dan frekllensi penerbangan

    internasional di sekitamya kefdari bandar udara Intemasional disekitamya;

    b. moda darat danfatau laut kefdari bandar udara

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    46/64

    Lampiran IX Peraturan Menteri Perhubungan

    No m or : KM II Ta hun 201 0Tanggal : 5 Februari 2010

    KRITERIANO HlRARKI BANDAR UDARA

    TERLETAK DI KOTA YANGJUMLAH PENUMP ANG

    MERUPAKAN PUSATPER TAHUN

    KEGIATAN EKONOMI1. Pengumpul a. Peng u mpu l Sk ala P r imer PK N Pax ~ 5.000.000

    b. Pengumpul Skala Sekunder PK N 1.000.000 ~ Pax

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    47/64

    Nornor : KM 11 Tahun 2010

    Tanggal : 5 Februari 2010

    kode norner panjang RW berdasar referensl pesawat kode huruf bent ang say ap jar ak ro da ut am a terl uar

    (code number) (aeroplane reference field length) (code letter) (wing span) (outer mean gear)

    1 ARFL < 800 m A wing span < 15m outer mean gear < 4.5 m

    2 800 m s ARFL < 1200 m B 15 m s wing span < 24m 4.5 s outer mean gear

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    48/64

    Kelavakan Teknis

    Kelayakan

    pengembangan wilayah

    Tanggal : 5 Februari 2010

    1 Surat Permohonan Pemrakarsa

    2 Laporan Hasil Studi kelayakan

    3 Surat Rekomendasi Gubernur

    4 Surat Rekomendasi BupatiI Walikota

    5 Surat Ketersediaan Lahan dari Bupati lWalikota

    atau bukti kepemilikan dan/atau penguasaanlahan;

    6 Surat Penegasan Rencana Pembiayaan

    a. kesesuaian dengan sistem perencanaan wilayah a.makro maupun mikro

    b. kesesuaian dengan sistem perencanaan

    transportasi makro maupun mikro

    c. kebijakan terhadap daerah rawan bencana,terisolir, perbatasan

    d. sesuai dengan rencana induk nasional bandar

    udara.

    1. Ada dan Sesuai

    2. Ada dan Sesuai

    3. Ada dan Sesuai

    4. Ada dan Sesuai

    5. Ada dan Sesuai6. Ada dan Sesuai

    sesuai dengan : rencana tata ruang wilayah nasional,

    rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata

    ruang wilayah kabupaten/ kota

    b. sesuai dengan tataran transportasi nasional(Tatranas), tataran transportasi wilayah (Tatrawil) dan

    tataran transportasi wilayah lokal (Tatralok)

    c. -d. -

    2. Kelayakan ekonomi dan a. net present value (NPV) adalah nilai keuntungan a. net present value (NPV) > 0finansial bersih saat sekarang, yang perhitungannya b. internal rate of return (IRR) > tingkat suku bunga bank

    berdasarkan pada manfaat yang diperoleh untuk c. profitability index (PI) ataubenefit cost ratio (BCR) > 1proyek pembangunan bandar udara pada suatu d. payback period (PP) < 20 tahunkurun waktu tertentu dengan mempertimbangkan

    besaran tingkat bunga bank komersial;b. internal rate of return (IRR) adalah tingkat bunga

    pengembalian suatu kegiatan pembangunan I

    pengembangan bandar udara, yang

    perhitungannya berdasarkan pada besaran NPVsama dengan nol;

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    49/64

    3. Kelayakan Teknis

    Pembangunan

    Kelayakan angkutan

    udara

    c. profitability index (PI) atau benefit cost ratio (BCR)

    adalah suatu besaran yang membandingkan

    antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya

    yang dikeluarkan dalam kurun waktupenyelenggaraan kegiatan pembangunan!

    pengembangan bandar udara;d. payback period (PP) adalah kurun waktu dalam

    tahun yang diperlukan untuk mengembalikansejumlah dana yang telah dikeluarkan dalam suatu

    kegiatan pembangunan!pengembangan bandara.

    a. topografi;

    b. kondisi permukaan tanah, kelandaian permukaan

    tanah;

    c. aliran permukaan air! sistem drainase;

    d. meteoro/ogi dan geofisika : cuaca, visibility, ceiling,

    kondisi atmosferik,e. daya dukung dan struktur tanah;

    f. infrastruktur dan jaringan utilitas.

    a. kondisi ruang udara melalui kajian temadap a.

    keberadaan bandar udara di sekitamya;

    b. usability factor, meliputi kajian arah angin

    (windrose) unit pelayanan lalu lintas udara;

    c. jenis pesawat yang direncanakan;

    d. pengaruh cuaca;

    e.ceiling;f. visibility;

    g. prosedur pendaratan dan lepas landas;

    a. eakupan pelayanan yaitu kelayakan jarak

    pencapaian transportasi darat yang dapat dilayanisuatu bandar udara

    b. potensi penumpang;e. potensi kargo;d. potensi rute penerbangan;

    e. sistem bandar udara : single airport atau multiple

    airport;

    f. kajian ketersediaan armada ;

    a. Kondisi permukaan tanah relatif datar

    b. Kelandaian rata-rata permukaan tanah 0% - 2%

    c. Data cuaea, suhu, dan data atmosferik lain.

    d. Usibility factor> 5%, Ceiling >300 m, Visibility >4,8 km

    e. Daya dukung tanah dinyatakan dengan CBR >6, data

    struktur tanah dan kedalaman lapisan tanah keras

    f. Ketersediaan infrastruktur dan jaringan utilitas

    Tidak terdapat obstacle terutama di kawasanpendekatan dan Iepas landas, jarak bandar udara

    terdekat

    b. Usibility factor >95%,

    c. Kajian jenis pesawat yang direneanakan

    d. Data iklim, suhu dan cuaca

    e. Ceiling >300 m,

    f. Visibility >4,8 km

    g. Kajian SID dan STAR

    a. Cakupan wilayah pada wilayah :

    1) Jawa, Bali,Sumatera dengan jarak cakupan 100

    km ,

    2) Kalimantan-Sulawesi dengan jarak cakupan 60 km,3) Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara

    Timur, Papua dengan jarak eakupan 15 km;

    NO. ASPEK KELAYAKAN KRITERIA INDIKATOR

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    50/64

    g. multimoda logistik b. Potensi demand penumpang dan/atau

    kargo dapat menjamin kelangsungan

    usaha angkutan udara

    e. Potens; rute dapat menjamin

    kelangsungan usaha angkutan udara

    6. Aspek kelayakan lingkungan a. Lingkungan alam a. Tidak terdapat lahan konservasi, eagar

    b. Peruntukan lahan alam/budaya, potensi sumber daya alam

    e. Penguasaaan Lahan dan permukiman

    d. Aliran Air Permukaan b. Aliran permukaan tidak memerlukan

    e. Relokasi Penduduk pengendalian atau dapat dikendalikan

    f. Keserasian dan keseimbangan budaya e. Tidak dilakukan relokasi penduduk ataug. Dampak sosial kepada masyarakat relokasi d ap at d ila ku ka n tanpa

    h. Kependudukan dan lapangan kerja menimbulkan dampak yang besar

    ttd

    FREDDY NUMBERI

    Salinan sesuai den

    KEPALA BIRO

    UM AR I S, S H, M M, M H

    Pembina Tk. I (IV/b)

    NIP. 19630220 198903 1 001

    Lamplran XII Peraturan Menterl Perhubungan

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    51/64

    Nomor KM 11 Tahun 20101anggal : 5 Fe b ru a ri 2010

    No Kriteria Sub Kriteria

    Indikator

    A. Aspek Administrasi

    1. Su rat P erm oh ona n R I da ri Ada dan sesuaiPenyelenggara

    2. Dokumen Rencana Induk a. Laporan Akhir Ada dan sesuaib. Album Gambarc. Laporan T opografid. Laporan Penyelidikan Tanahe. Executive Summary

    3. Rekomendasi Gubernur Kesesuaian dengan Tata Ruang Wilayah Provinsi Ada dan sesuai

    4. Rekomendasi Bupati Kesesuaian dengan Tata R ua ng W il ay ah A da d an s es ua iKabupaten/Kota

    B . A sp ek T ek ni s

    1. Kajian Prakiraan permintaan a. Pergerakan penumpang tahunan dan jam sibuk a . ka jian asa l dan tujuan penumpang dankebutuhan pelayanan b. Pergerakan kargo dan pos tahunan dan jam sibuk kargo (Origin Destination), kemampuanpenumpang dan kargo c. Pergerakan pesawat tahunan dan jam sibuk membayar (Ability to Pay I AT P ) d an

    d. Jaringan I rute penerbangan masa datang kemauan membayar (Willingness to Pay I

    WTP);e. potensi ketersediaan armada atau pesawat dengan b. Kajian Split modaf. Pergerakan pekerja, pengunjung, pengantar c . ka jian kapas itas penumpang, jarak

    tempuh pesawat , umur pe sa wa t d anperkembangan teknologi uenis I tipe)pesawat.

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    52/64

    No K riter ia Sub Kr i t er ia Indikator

    2. Kajian Kebutuhan fasilitas 1. Fasil itas Pokok 1. Fasil itas Keselamatan dan Keamanan :

    1. Fasil itas Keselamatan dan Keamanan a. Pertolongan kecelakaan

    2. Fasilitas sisi udara (airside facility) penerbangan-pemadam kebakaran

    3. Fasil itas sisi darat (/andside facility) (PKP-PK);b. salvage;

    c. a/at bantu pendaratan visual (AirfieldLighting System);

    d. catu daya kelistrikan; dane. pagar.

    2. Fasilitas sisi udara (airside facility):

    a. landas pacu (runway);b. runway strip,c. runway end safety area (RESA),d. stop way,

    e. clearway,

    f. landas hubung (taxiway);g. landas parkir (apron);

    h. marka dan rambu; dani. taman meteo (fasili tas dan peralatan

    pengamatan cuaca).3. Fasilitas sisi darat (/andside facility):

    a. bangunan terminal penumpang;

    b. bangunan terminal kargo;c . m e na ra pengatur lalu lintas

    penerbangan (control tower);

    d. bangunan operasional penerbangan;

    e. jalan masuk (access road);

    f. parkir kendaraan bermotor;

    g. de po pengisian bahan bakar pesawatudara;

    h. bangunan kargo;i. bangunan administrasi/oerkantoran;

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    53/64

    j. marka dan rambu; serta

    k. fasilitas pengolahan Iimbah.

    2. Fasilitas Navigasi Penerbangan

    3. Fasilitas Alat Bantu Pendaratan

    4. Fasilitas Komunikasi Penerbangan

    5. Fasilitas Penunjang 1. fasilitas perbengkelan pesawat udara;

    2. fasilitas pergudangan;

    3. penginapan/hotel;

    4. t ok o;

    5. restoran; dan

    6. lapangan golf.

    a. Tata Letak fasilitas Sisi Udara

    b. Tata Letak Fasilitas Sisi Darat

    a. Kajian I anal isis tapak (site), topografi,penyelidikan tanah (soil investigation);

    b. Kajian I analisis drainase bandar udara;c. Kajian I analisis konfigurasi fasilitas pokok

    bandar udara: runway, runway strip,apron, taxiway, terminal area dan jalan

    m as uk m en uju 3 an da r u da ra s es ua i

    dengan hasil perhitungan dan kajian

    kebutuhan fasilitas tersebut;

    d. Kajian I analisis arah angin (wind rose)

    tahunan;

    e. Kajian I analisis objek-objek obstacle disekitar bandar udara;

    f. Kajian Ianalisis kondisi atmosferik;

    g. Kajian I analisis pengembangan padaareal di sekitar bandar udara;

    h. Kajian I analisis ketersediaan lahanpengembangan;i. Kajian I analisis aksesibilitas dengan

    Indikator

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    54/64

    No Kriteria Sub Kriteria Indikator

    moda angkutan lain

    4. T ah ap an p el ak sa na an a . r en ca na ta ta g un a l ah an h in gg a d es ai n u lt im at e; a . Kesesuaian tahapan fasil itas danpembangunan b. kebutuhan fasi li tas bandar udara dengan sekala kebutuhan

    prioritas yang mempertimbangkan faktor kebutuhan b. Keserasian sesuai tahapan dan

    dan ketersediaan anggaran; operasional bandarac. rencana tata letak fasilitas bandar udara;d. rencana pengembangan fasil itas bandar udara tiap-

    t ia p t ah ap an p em b an gu na n h in gg a t ah ap a kh ir (ultimate phase).

    5. Kebutuhan dan pemanfaatan a. luas lahan yang telah ada; dan/atau a. Ketersediaan lahan sesuai kebutuhanlahan b. luas lahan tambahan untuk pengembangan. ultimite

    c. prakiraan kebutuhan lahan pembangunan; b. Ketersediaan lahan sesuai pentahapand. peta kepemilikan lahan dan rencana pembebasan

    Jahan;

    6. Daerah I ingkungan kerja bandar DLKr digunakan untuk : a. Batas area dikuasai untuk pembangunanudara a. fasil itas pokok di bandar udara, yang meliputi b. Batas area dikuasai untuk pengembangan

    1) fasilitas sisi udara; c. Batas area dikuasai untuk operasi2) fasilitas sisi darat;3) fasilitas navigasi penerbangan;

    4) fasilitas alat bantu pendaratan visual;5) fasilitas kom unikasi penerbangan.

    b. fasil itas penunjang bandar udara, yang meJiputi :

    1) fasilitas penginapan/hotel;2) fasilitas penyediaan toko dan restoran;

    3) fasiJitas penempatan kendaraan bermotor;

    4) fasil itas perawatan pada umumnya;

    5) fasili tas lainnya yang menunjang secaraI langsung atau t idak langsung kegiatan bandarI udara

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    55/64

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    56/64

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    57/64

    Nomor :K M 11 Tahun 2010Tanggal : 5 Februari 20 I0

    FORMULA PERHITUNGAN TINGKA T UTILISASI

    OPERASIONAL BANDAR UDARA

    IAP4 > 0.75

    Kapasitas yang tersedia dapat dikembangkan

    0.75 ~ IAP4 > 0.6

    Kapasitas yang tersedia menjadi perhatian

    untuk dikembangkan

    IAP4 ~0.6Kapasitas yang tersedia masih mencukupi,

    tidak perlu dikembangkan

    Indikasi Awal Pembangunan,Pendayagunaan,Pengembangan

    dan Pengoperasian

    e erangan:

    Luas eksistiug Luas bangunan teminal yang digunakan bagi kegiatan operasional;tidak termasuk fasilitas komersial / konsesi

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    58/64

    IAP4 > 0.9

    Kapasitas yang tersedia dapat dikembangkan0.9 ~ I AP4 > 0.75

    Kapasitas yang tersedia menjadi perhatian

    untuk dikembangkan

    IAP4:::: 0.75

    Kapasitas yang tersedia masih mencukupi,

    tidak perlu dikembangkan

    Indikasi Awal Pembangunan,

    Pendayagunaan, Pengembangan dan

    Pengoperasian

    e erangan:

    Pergerakan Pesawat tahunan eksisting

    Kapasitas Pergerakan Pesawat Mix index dalam waktu seminggu 170

    tahunan landas pacu Lihat tabel kapasitas di halaman berikut

    Konfigurasi Diagram Konfigurasi Landas Mix Index Hourly Capacity Annual Service

    Pacu Percent (Operations per Hour) Volume

    (C +3D) *)VFR IFR

    (Operations per

    Year)

    A 0-20 98 59 230.000

    21-50 74 57"

    195.000

    Single I I 51-80 63 56 205.000

    Runway 81-120 55 53 210.000

    121-180 51 50 240.000

    W A

    8"

    f!'..

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    59/64

    4"

    2"

    0

    2"

    4

    soekamo Hatta - .:Jakarta

    Ngurah Ral - Ball

    Juanda - Surabaya

    Sultan Iskandar Muda - Banda Aceh

    PoIonia - r-1edan

    Binaka - Nlas

    Mlnengkabau - Padang

    Supadio - Pontlaoak

    sep;nggan - Ballkpapan

    .Juwata - "Tl!IIrakan

    Sultan Hasanuddln - MakaSsaT

    SamRatulangl - Man.doHang Nadlrn - Blltarn

    SM. Badarucldln n-PalernbangAd Sl""II"OanTlO - Solo

    Syarnsuddln Hoor - Baf1jarrnesln

    Frans Katsiepo - Biak

    Mallrnun SBteh - 5ebang

    Sultan Syarlf kaslm II - Pekanberu

    RH.Flsablllllah - "DInjung Plnang

    Hallm P. - .Jakarta

    Huse&n S. - sandung

    Ahmad Yanl - Senl8rang

    Ad Sutjlpt:O _vogyakart:a

    setaperang - .,..,.taram

    Ettarl - Kupang

    Pat:t:imura - Ambon

    SentanJ - jayapura

    Mopi!!ll.h- Mera~~e

    , --Sfir_eiiiiiAiROiiAi....__--YTAMA

    V

    V

    V

    _..'"iNTeli"iii"AiiiCiiilfAi.---

    ._.~GSO~

    VV

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    V

    ---r~Ai.

    pe eRBANGaAN H.1IUJ:

    V ~II

    II!

    III!

    KE IE NT E R IA N 'E R H U IU N6A N

    PETA PEN GGUN A AN B A N DAR U DA R A

    IN TER NA SION A L DI IN DONESIA

    I ETER A N 6 A N

    Blndar UdlJra IfternaliOnal ut.na

    o BandBr Udlra 11ternelOM1 RtgbnII BandarUdara1~ PenerbanganHQ

    o Bandar udal1lllnternaskX'lal MgIuhn KaJgo

    LU

    8

    6

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    60/64

    4

    2

    0

    2

    4

    a-

    aO

    10

    12

    15 94 98

    S A ND A R A P E N GU M P UL P R IM E R1. Kuala Namu ( Provlnsl sumatera Utara) (1/2)

    2. Hang Nadlm ( Provilsi Kepulauan Riau )(Ill)

    3. Soekamo - Hatta ( Provlnsl Banten ) (I/l)

    4. Juanda ( Provlnsl Jawa Timur ) (I/l)

    S. Ngurah Ral ( Provlnsl Bali) (I/l)

    6. sepinggan ( Provlnsl KaHmantan Timur ) (Ill)

    7. Hasanuddln ( Provlnsi SWiwesi Selatan ) (I/2)

    8. sam Ratulangl ( Provlnsi SUlawesi Utara ) 1/1)

    BANDARA PENGUMPUL SEKUNDER

    9. Adl SUtjipto ( Provinsi Daerah Istimewa Yogayakarta) dalam satuslstem dengan Adl Sumarmo ( Solo ) (I/3)

    10. Mlnangkabau ( Provlnsi sumatera barat ) (1/3)

    11. SUltan syarlf Kaslm 0 ( Provinsi Riau ) (l/4)

    12. sM Badaruddln 0 ( Provlnsi Sumatera Selatan ) (1/4)

    13. Majaiengka ( Provlnsi Jawa Barat ) (1/3)

    14. Ahmad yanl ( Provinsl Jawa Tengah ) (1/3)

    15. SelaparangfPraya ( Provinsl Nusa Tenggara Barat ) (1/4)

    16. Eltari ( Provinsl Nusa Tenggara Timur ) (1/3)

    17. SUpadio ( Provinsi Kalimantan Barat ) (1/3)

    18. syarnsuddln Noor ( Provlnsi Kalimantan Selatan ) (I/3)

    19. samarinda Baru ( Provlnsi Kalimantan Timur ) (0I/4)

    20. Djalaluddln ( Provinsl Gorontalo ) (I/3)

    21. Mutiara ( Provlnsl SUlawesi Tengah) (I/3)

    .....~

    (!) ' . .' . ..' ,...> ! .

    '.".:".. 'i

    22. Wolter Monginsidl ( Provlnsl Sulawesi Tenggara ) (llI3)23. Sentani ( Provinsi Papua ) (1/3)

    24. Mopah ( Provlnsl Papua) (1/3)

    BANDARA PENGUMPUL TERSIER25. Sultan Iskandar Muda

    ( Provinsl Nanggroe Aceh Darussalam) (ll/5)26. Raden Inten 0 ( Provlnsi lampung ) (1/5)

    27. Ranal ( Provlnsl Kepulauan Riau ) (1/5)

    28. Kijang ( Provinsi Kepulauan R1au) (N IS)

    29. Plnang Kampai ( Provinsl R1au)(1/5)30. Sultan Thaha ( Provlnsl Jamb! ) (1/5)

    31. Fatmawatt ( Provlnsi Bengkulu ) (01/5)

    32. Hs. Hananjoeddln ( Provlnsl Bangka Belitung ) (I/5)

    33. Depatt Amir ( Provinsl Bangka Belltung ) (1/5)

    34. Husein Sastra Negara ( Provlnsl Jawa barat ) (1/6)

    35. Cakrabhuwana ( Provlnsl Jawa Barat ) (N/5)

    36. Abdulrachman saleh (Provlnsl Jawa TImur) (N/EN)

    37. M. salahudln ( Provinsl Nusa Tenggara TImur ) (N/5)

    38. Wai 0tI ( Provinsi Nusa Tenggara Tlmur ) (Nls)39. H. Aroeboesman ( Provlnsl Nusa Tenggara Timur ) (lIS)

    40. Mau Hau ( Provlnsl Nusa Tenggara TImur ) (IN)

    41. Hallwen ( Provlnsi Nusa Tenggara Timur) (IV15)

    42. Paloh ( Provinsl Kalimantan Barat ) (I/5)

    43. Pangsuma ( Provlnsi Kalimantan Barat ) (1/5)

    44. Susilo ( Provinsi Kalimantan Barat) (1/5)

    45. Rahadi Usman ( Provinsl Kalimantan Barat ) (1/5)

    46. TjHlk Rlwut ( Provinsi Kalmantan Tengah )(1/5)

    47. Iskandar ( Provlnsl Kalimantan Tengah ) (1/5)

    48. stagen ( Provlnsl Kalimantan Tengah ) (llI/5)

    49. Juwata ( Provinsl Kalhnantan TImur) (NI6)50. Kallmarau - Berau

    ( Provinsi Kalimantan TImur ) (1/5)

    51. Nunukan ( Provinsl KaHmantan Timur ) (I/5)

    52. Bontang ( Provlnsl Kalimantan TImur ) (I/5)53. Tampa Padang ( Provlnsl sulawesi Barat ) (N/5)

    54. Melongguane ( Provinsl SUlawesi Utara ) (llI/5)

    55. Bubung ( Provinsl Sulawesi Tengah ) (llI/5)

    56. Pattimura ( Provlnsl Maluku ) (1/5)

    57. Olilit/saumlakl baru ( Provlnsl Maluku ) (NI6)58. Sultan Baabullah ( Provlnsl Maluku Utara ) (1/5)

    59. Waisai ( Provinsi Papua Barat )(NI6)60. Domine Eduard Osok ( Provinsi Papua Barat) (1/5)

    61. Rendanl ( Provinsi Papua Barat ) (I/5)

    62. Frank Kaisepo ( Provinsi Papua) (1/5)

    63. Wamena ( Provlnsl Papua) (llI5)64. Nabire ( Provinsi Papua) (1I/5)

    65. TImika ( Provinsl Papua) (I/s)

    IE .E N T E R IA N P E R H U B U IG A N

    P E T A H I E R AR K I S A N D AR U D A R A

    P E N G U M P U L D I I N D O N E S I A

    K ETBl AN G A N :

    -puI

    o BlndIra Penggnpul 5ek under < > BlindllnPengum pul T_er

    l-IV : T__ 8pM\ Pe.~iQiiil

    1: Pt mI nI apan Ban_ UdIn PItner

    2 : Pe n g e m b e n g a n B M d a r UdMI P r tn e r

    3: Perm rap.n 81ndar u . Sekunder

    4 : P e n g em t . n g M e . n d ilr U d a I" as ela.an d er

    5: PemlnIapIIn Bandw u-. ..

    6: Pe n g e m b e n g a n B a n d a r U d a ra . . .

    L A M P I R A lI I I P E RA T URA N M EN TER ! P E RHUeuNGA I

    N O M O R : 1M 1 1 T ah u n 2 0 10

    T A M GGA l : 5 F. b ru a r i 2 0 1 0

    MENTERI PERH UBUNGAN

    till

    FREDDY NUMBERI

    w "8

    6

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    61/64

    4

    2

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    B M t D A R U D A I t A U PT1. Aell Goca.n. - Pad , Sid_PUM (cn2. AklMuta-AklJnu.. (Y.~

    1 .aiPulauSer_ (R-5I

    . o\ndIJemM. _ Ita. 1,...5)

    S. AnI,f-An,. (f.,)6. . t o , . . . Apwui IS-I)7. Babo Bi lbo fT-S)

    8. Bacle- &ad. (W-3j

    9. hnd.,....-PuI8uBa'Id. tR ..1

    10.Btlom.8_ (T-"

    11. ktnglnMuaf.T__ {It )

    U. BtloAMnlt -8__ .1,1 10... ,

    13. 8II Ii -BI II {V-S,

    14. 8Iar.I1-Bikini IV-5,

    15. Iftak GunungSltol (a.7,

    16. BinhI,.-elnblni (1'51

    17. BakOfHHnl. Bokonclkli

    ,WoSt18. a-akill 101II.. CWO.;

    19. Ihngblll- Sunbaw. hs. {L-2120.Bubun,lu_k fO-lj

    21. IkIdlwto.CUNg IG'3,22. N- MMlI (0-7)

    23. CUt NYlik Dhien M.u"oh (I-I,

    24. o.bo - $bgk., (F-I,25. 0.-.. o.lt,. IV-5126. DatIIh0-11I- 0 OlWai lK-.)

    27. OED - Sorong O._an IS-,/

    28.o.,.tl Parbokerinci (D",29. DewaOaou-K'rIlllunJaw. ~""l

    :30. DPI.lwddln - Goronl_ (0-1)

    31. D ob o - P u .A N c r-" ,

    3 2 . D u m a tu b ul l - L.nlllur (1'41

    n. EI el ir ft EI .. .. l W-S )34. & "_0 ' S .n . . . ,1"-5,3 5. E Mr og ll . E lI Wl l hI i t u . .. ,

    36. E_ -Ew. N-4'

    Y1. F.-.tI So.umo-BetlgkUlu lES'

    38.G_.' o-G alela 10- 7,39. Gewl,_",, Lant'llUka (1"-21

    10. H.Ar P.

    4 I. H. A S. H M~ ' T J. ~n (G-S)

    42. H. AMn s.mpIt (J~43 .H . H__ ~ n-En de (N-2)

    +I.HeIIvlenAtiI~ (0-2)

    45. Hang Nedlm B-.m (E.7)

    "'.ljIIhMJra-l~ (1-6)

    47. lIagll - 1I"a (V-4)

    48.11U - UN (V-S)

    4 9. lnanwI lI Il n-~ (&6)

    SO.. - PangItkII." Bun (1-5)

    51 puf'8-~ (E-6)

    52.Johna.cker -P. KI sar ( Q- 3)53. ~. ,.,.... (L..a)

    54.~ - T..,; .mgRe de p ( 1.-7)

    5S.IMuko (0.5)

    93. Mut- - MuIIIi (V-S)

    94. M~ra - PaN (M-6)

    95. N a h a - Tatu". (P-IS)96. *b6le. NabIre (U-5)

    97. NemIM- PuIM.I Bur N (0-5)9 8. *1 1W OIe- P uIIIu B urru (P -5)

    99. Nanpplnoh - NanpJ*loh (J-6)

    l Ol l N ur rl Or - N ur rI oI ( U- 6)

    101NunuQn-Nunukan (L-9)102. 0bM0 - Obano (U.5)

    103. o..m.n s.dlk - La buM ( O-&)104.0ItUe 0DblI (W-2J

    105.0ksfbII-0kSIbII (W4)

    106. 0IHtI:- S.um.1d (5-3)

    107. P. PIIng n - P. PIIngarw.n (D-1)108.PIIngsu.,. - P ubJdM, u ( .J -7)

    109.Penggung-Orebon (H.3)

    110.FltMng Sort - SIboV- (C-7)

    111. F'ogogul BuoI (N-n

    112.PongtIkU-TaM!Tcqjll (M-5)

    113. Pua.u a.tu (Luondfe) - Kep. N"s(C7)1 1 4. R a cM n I n &e n I I - L I Im pu n g ( F -4 )

    115. Rahedi Qesman - Ketapang (I.

    116. R.~I_ Rlil1lti (M-S)

    117. RaMiId - Ranskl e r -6)118. Rembale - Takengon (8-9)

    119.Rendani ~M~ i ( T- 6)120. Rokd - fa C-

    121.So.-~ (N-2)122.senggu - BuntDk (K-6)

    123. saw T Kl k - R ul anD ( N. 2)124. SelbatI- TJ. salai Kartnun (&7)

    125.seko - Sl Iko (M- 5)126 .g eI uw In g - M u CL-8 )127._-_ (W-4)

    128 .5en gg o-& en gg o ! .W-3)

    129. SentllnI .. , . p w . l\-S)130.stbiu-PwapaI: (C-8)

    131. S8IIngit - stborCIng bofong (C -a>132.SIageft-KI*' Baru (1141.,.nt.mu -sabu (N-1)142.Tel'l'lin8buan -Temin*-" cr-6)

    143. Ternlndung - a.m.1nd. (l-6)

    144. Teuku CutAI T . . - k TUM (&~145. TIom - rom (V-S)146. Tj. \NIINkin T). v..wuIdn (1

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    62/64

    1O

    12

    LS 94 96 98 100 102

    DAERAH PERBATASANDARAT

    L Ba ba ng - K _n B a ( K- 7)

    2. Hildyaraya - KaIImanIan_ (1-7)

    3. --~- (1-7)4. P a n g s u m a - P l I: U S S l b a u (H)S. DaIah DIan- PulussI>au (K-7)

    6. Up. Uping- KalimantanTmlr (K-8)

    7. Pak Upon- KaIInBntan11 (K-8)

    8. 8Inuang - KaII 1Inur (K-8)

    9 . L on g U mu n g - K a_ T 1m lr (K-9)

    10. Long Lu_ - KaImantan llnu (L-9)II. Nunukan - Kalmantan l1mlI' (L-9)12-

    _-NIT (P-2)

    13. --Papua (W-S)

    14. --Papu. (W-S)

    15. H u I u A t a s - P a p u a (W-S)

    16. N o n g m e . P a p u a (H)17. lwlr - P a p u a (H)18. Manggelum - Papua (W-4)

    19. T a n a h M e t a h - P a p u a (H)20. Mopah - Papua (W-2)

    21. Muting - Papu (X-3)

    22. T o t k o r a - P a p u a (X-S)23. Sam -P a p u a (X-2)

    L _ _ - M 1an gas

    2. R anal - Naluna3. Matak-Kepn

    4. lJ. B-Kartrrun - KepriS. SeI PaIomg - SeI SeIarf

    6. PInang Ka~- Dumal7. _ ~ - Sabang

    8. TardarnJ- Sabu9. Lekunlk- Rote

    10. John -. . - IC Isar I I. _ - F lo re s T ml r

    12. saurrlald Baru - N1ll

    13. BenjIna- 1Cep.Aru

    14. Dobo - 1Cep.Aru

    15. klrmm - Papua

    16. Okaba - Papua17. Mopah - Merauke

    18. Kljilng- T.P1nang19. Hang Nadlm- Batam

    P E T A R A N D A R U D A R A

    D A E R A H P E R B A T A S A N D I IN D O N E S I A

    o B a n d a r U d a r a D a e r a h P e r b a t i l s a n O a r a t'6 F d Bandar Udara Oienah Perbati1Isan laut

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    63/64

    ProvInsI K ep.Riau

    1. P.Sentut

    2 . P.TokDng Malang

    3 . P . Da m ar 4 . P . Ma n 9< a i

    s. P.ToI

  • 7/22/2019 KM No. 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    64/64

    PRlOR1TASI

    L L asldn - 5Inilbang (&8)2 . _ - G un un gSI oI ( 11 -7 )

    3. Pulou-pulauBatu - Kep._ (C-7)

    4 . Enggano- P.Enggano (H)

    5. Komodo- Lablllan B olO (M-2)

    6. Ki sar- P .Ki sar ( Q- 3)7. T.nIa .-50bu (T-S)B. ~-_ (0-1)9 . _ _ - Te Iu ltD oto m (C-7)

    1 0. C UI Ny ok C h Ie n - _ ( 11 -9 )

    PRlOR1TAS II

    lL R_ -Siporo (C-S)12. MeIongguone -Song. l l I l oud(Q-9)13. 5udjo