kloroplas
DESCRIPTION
selTRANSCRIPT
RESUME KLOROPLAS, MITOKONDRIA
DAN PEMBELAHAN SEL
KLOROPLAS
Pada sel tumbuhan terdapat organel plastida, organel ini bermacam-macam dengan fungsi
berbeda-beda dan kandungan pigmen juga berbeda (leukoplas, amiloplas, kromoplas, kloroplas).
Kloroplas adalah plastida berwarna hijau karena berisi pigmen klorofil. Kloroplas merupakan
organel tempat berlangsungnya fotosintesis yang menghasilkan karbohidrat dan oksigen.
Bentuk kloroplas bervariasi tergantung jenis tumbuhan. Bentuk jala pada Cladophora,
bentuk pita spiral pada Spirogyra, bentuk lembaran pada Ulothrix, bentuk mangkuk pada
Chlamydomonas, bentuk cakram pada tumbuhan tinggi dan masih banyak bentuk-bentuk yang
lain. Ukuran kloroplas juga bervariasi, pada tumbuhan tinggi garis tengah kloroplas rata-rata 4-6
um dan tebalnya 0,5-1 um. Jumlah kloroplas di dalam sel juga bervariasi tergantung pada jenis
tumbuhannya. Pada sel Chlamydomonas hanya satu, pada sel Closterium ada dua, pada Euglena
grocilis jumlahnya sepuluh, pada tumbuhan tinggi antara 20-40 per sel, sedangkan pada daun
Ricinus communis dapat mencapai 400.000 kloroplas per mm2 luas daun.
Bagian kloroplas dari luar ke dalam adalah selaput luar, ruang antar selaput, selaput dalam,
dan stroma. Dibandingkan selaput dalam, selaput luar kloroplas lebih permeabel. Selaput dalam
berperan sebagai “sekat” antara sitosol dengan stroma. Selaput dalam tidak permeabel terhadap
sukrosa, sorbitol dan anion tetapi permeabel terhadap asam monokarbosilat (asam asetat, asam
gliserat, asam glikolat) dan asam amino. Pada selaput dalam juga terdapat bermacam protein
karier. Selaput dalam mengadakan penjuluran ke arah dalam membentuk lembaran kantung pipih
yang diberi nama tilakoid. Pada kloroplas yang telah dewasa tilakoid ini terlepas dari selaput
dalam. Berdasarkan bentuknya tilakoid dibedakan menjadi tilakoid kecil/tilakoid grana dan
tilakoid besar/tilakoid stroma/tilakoid antar grana. Tilakoid kecil berbentuk seperti cakram atau
mata uang logam yang bertumpuk-tumpuk membentuk struktur granum (jamak grana). Tilakoid
besar membentuk saluran-saluran yang saling menjalin membentuk anyaman di dalam stroma.
Tilakoid besar juga menghubungkan antara granum yang satu dengan yang lain. Tilakoid
tersusun dari lipid (50%) yang terdiri dari fosfolipid, galaktolipid, sulfolipid dan juga beberapa
pigmen yang bersenyawa dengan lipid yaitu klorofil, karotenoid, dan plastoquinon. Selain itu
juga terdapat protein yang kebanyakan berupa enzim-enzim untuk reaksi cahaya dan juga karier
elektron.
Stroma klorofil dapat dianalogikan dengan matriks mitokondria. Komponen utama stroma
adalah air sebagai medium reaksi kimia. Selain itu terdapat protein yang kebanayakan berupa
enzim-enzim untuk reaksi gelap, butir-butir amilum, partikel plastoglobulin (tempat penyimpan
lemak), ribosom dan DNA (disebut DNA kloroplas atau otDNA).
Ukuran ribosom kloroplas seperti ukuran ribosom bakteri ot-DNA berbentuk sirkuler
dengan panjang 40-60 um dan jumlahnya 20-60 copy per kloroplas. Keberadaan ribosom dan
DNA menyebabkan kloroplas mampu mensintesis sendiri sebagian protein yang diperlukan.
Sebagian protein yang lain masih dikendalikan oleh DNA inti, yaitu enzim-enzim untuk replikasi
DNA dan untuk diferensiasi kloroplas. Dengan demikian takdir kloroplas tidak berbeda dengan
mitokondria yaitu sebagai organel semi otonom.
Asal usul kloroplas menurut hipotesis endosimbiosis adalah sejenis sel prokariotik
fotoautotrof yang masuk ke dalam sel eukariotik heterotrof kemudian bersimbiosis dan dalam
jangka panjang berkembang menjadi kloroplas.
Di dalam sel, kloroplas dapat memperbanyak diri dengan cara membelah. Pada sel-sel
embrional biji tumbuhan spora yang berkecambah dan juga pada sel-sel meristem (misalnya sel-
sel ujung batang), kloroplas berkembang dari proplastida yang juga dapat menjadi calon jenis
plastida yang lain. Proplastida tidak berwarna, selaputnya dua lapis. Perkembangan proplastida
menjadi kloroplas dimulai dengan terjadinya penjuluran-penjuluran selaput dalam ke arah stroma
yang selanjutnya berkembang menjadi tilakoid, baik tilakoid besar maupun tilakoid kecil.
Sejalan dengan perkembangan tilakoid, pigmen klorofil dan pigmen yang lain juga berkembang
pada tilakoid. Ukuran proplastida juga tumbuh besar sehingga pada akhirnya terbentuk kloroplas
berwarna hijau.
Fungsi utama kloroplas adalah sebagai tempat berlangsungnya fotosinteisi selain fungis
yang lain yaitu menghasilkan energi.
MITOKONDRIA
Bentuk mitokondria bervariasi tergantung jenis jaringan dan kondisi fisiologi mitokondria
tetapi bentuk yang paling umum dijumpai adalah bentuk benang dan granula sesuai dengan arti
kata mitokondria (mitos= benang, chondrion=granula). Bentuk-bentuk yang lain misalnya bentuk
bola, halter, raket, atau bentuk oval. Ukuran mitokondria juga bervariasi tetapi rata-rata ukuran
panjangnya maksimal 7 um dan lebarnya 0,5 um.
Pada umumnya mitokondria tersebar acak di dalam sel dan cenderung berkumpul di bagian
sel yang memerlukan banyak energi, misalnya di sekitar gelendong pembelahan pada sel yang
sedang membelah, atau di dekat membran sel yang sedang melakukan endositosis. Pada
beberapa sel tertentu letak mitokondria tidak berpindah-pindah, misalnya terletak diantara pita
gelap dan terang pada sel otot lurik, di dalam flagel sel spermatozoa, sel basilus dan conus retina,
dan pada sel tubuli ginjal.
Jumlah mitokondria di dalam sel bervariasi tergantung jenis organisme, jenis sel, dan
keadaan fisiologis sel. Variasi jumlah berkisar antara satu sampai dengan ratusan ribu
mitokondria per sel. Pada Chromulina jumlahnya hanya satu per sel, pada sel hati rata-rata 800
per sel, sedangkan pada ovum beberapa jenis landak laut dan juga pada sel amuba Chaos chaos
dapat mencapai 500.000 mitokondria per sel. Secara umum sel hewan mengandung lebih banyak
mitokondria dari pada sel tumbuhan, karena energi pada sel tumbuhan tidak hanya dihasilkan
mitokondria tetapi juga oleh kloroplas. Beberapa jenis organisme tidak memiliki mitokondria di
dalam selnya, misalnya Leucothrix dan Vitreoscilla.
Mitokondria memiliki kelenturan yang tinggi sehingga bentuknya dapat berubah-ubah dari
waktu ke waktu terutama mitokondria yang letaknya acak di sitoplasma. Selain itu mitokondria
juga dapat bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain di dalam sel. Gerak selain disebabkan
oleh siklosis juga karena aktifitas memanjang dan memendek dari mitokondria itu sendiri.
Secara garis besar mitokondria terdiri dari dua bagian yaitu bagian selaput dan bagian
matriks. Selaput atau membran mitokondria terdiri dari dua lapis, yaitu selaput luar dan selaput
dalam. Antara kedua selaput tersebut terdapat ruang antar selaput yang berisi bermacam-macam
enzim antara lain enzim adenilat kinase yang merupakan enzim penanda. Selaput luar lebih tipis
daripada selaput dalam, tebalnya kurang lebih 6 um; sedangkan selaput dalam tebalnya 6-8 um.
Permukaan selaput dalam juga lebih luas daripada selaput luar karena mengadakan penjuluran-
penjuluran ke arah matriks (disebut oristae). Kedudukan krista di dalam matriks bervariasi
tergantung jenis selnya. Banyak krista di dalam mitokondria dipengaruhi oleh kondisi fisiologis
sel. Sel yang tingkat metabolismenya selalu tinggi (misalnya sel-sel sekretoris) susunan krista
pada mitokondria lebih rapat dibanding sel-sel yang aktivitas metabolismenya tergolong biasa-
biasa saja.
Kandungan protein dan lemak pada selaput luar berbeda dengan selaput dalam. Kandungan
protein pada selaput luar lebih sedikit dibandingkan pada selaput dalam, sebaliknya kandungan
lemak pada selaput luar lebih banyak dibandingkan selaput dalam, khususnya fosfolipid dan
kolesterol. Dilain pihak selaput dalam lebih banyak mengandung kardiopilin. Perbedaan
kandungan protein dan lemak pada kedua selaput menimbulkan perbedaan permiabilitas. Selaput
luar permiabel terhadap molekul yang beratnya mencapai 5000 dalton, sebaliknya selaput dalam
permiabel terhadap molekul dengan berat antara 100-150 dalton.
Protein pada selaput mitokondria kebanyakan berupa enzim yang terlibat dalam respirasi.
Pada selaput luar sebagai enzim tanda ialah monoamin-oksidase, sedangkan pada selaput dalam
adalah sitokrom-oksidase atau suksinat-dehidrogenase.
Komponen utama pengisi matriks mitokondria adalah air, dan berfungsi sebagai medium
reaksi kimia. Selain itu juga terdapat protein yang sebagian besar adalah enzim-enzim yang
terlibat dalam reaksi siklus krebs, oksidasi-fosforilasi, dan transport elektron. Sebagai enzim
penanda pada matriks adalah malat-dehidrogenase. Di dalam matriks juga ditemukan granula-
granula fosfolipid, ribosom dan DNA-mitokondria (mtDNA).
mtDNA ada yang berbentuk sirkuler, misalnya pada hewan (dari cacing pipih sampai
dengan manusia), tumbuhan tinggi, fungi (Saccharomyces), protozoa (Plasmodium,
Acanthamoeba). mtDNA berbentuk linier ditemukan pada Paramecium dan Tetrahymena.
Banyaknya copy mtDNA antara 2-6 copy. Fungsi mtDNA adalah untuk transkripsi ARNt,
ARNr, ARNd untuk translasi beberapa protein enzim. Ribosom mitokondria berukuran 50-60S.
Adanya DNA dan ribosom di dalam matriks mitokondria menyebabkan organel ini dapat
mensintesis sendiri kebutuhan proteinnya. Walaupun demikian organel ini masih bersifat
semiotonom, artinya belum semua protein yang diperlukan dapat disintesis sendiri. Ada beberapa
protein (protein ribosom, faktor-faktor translasi, enzim AND dan ARN polimerase, serta enzim
aminoasil-Trna sintetase) yang pembentukannya dikendalikan DNA inti.
Menurut hipotesis endosimbiosis, mitokondria pada awalnya adalah sejenis sel prokariotik
aerob yang masuk ke dalam sel eukariotik anaerob kemudian bersimbiosis dan melalui proses
evolusi (yang tidak terbayangkan) sel prokariotik tersebut menjadi mitokondria sehingga pada
akhirnya terbentuk sel eukariotik yang aerob. Penggandaan mitokondria yang telah ada di dalam
sel dengan cara pembelahan mitokondria itu sendiri menyerupai proses pembelahan sel.
Mitokondria ynag telah tua atau mati akan dicerna oleh lisosom.
Peran mitokondria adalah sebagai organel penghasil energi (ATP). Proses pembentukan
ATP di dalam mitokondria merupakan rangkaian beberapa reaksi biokimia yang terjadi di dalam
sel. Rangkaian reaksi biokimia tersebut adalah sebagai berikut:
1. Glikolisis
Pada rekasi yang terjadi di sitoplasma ini, glukosa diubah menjadi asam piruvat, sedangkan
lemak diubah menjadi asam lemak.
2. Siklus Kreb
Asam piruvat dan asam lemak diubah menjadi asetil-co A yang selanjutnya masuk ke dalam
reaksi siklus kreb dengan hasil elektron, ATP, dan CO2 (yang akan dikeluarkan dari
mitokondria).
3. Transport elektron
Elektron yang dihasilkan dari siklus kreb akan ditangkap oleh beberapa molekul karier
elektron (NAD, FAD, dsb) secara berangkai di sepanjang permukaan membran dalam
mitokondria)
4. Oksidasi-fosforilasi
Gerakan elektron di sepanjang permukaan membran dalam menimbulkan beda potensial
sehingga menghasilkan tenaga yang digunakan untuk menggabungkan ADP+P dengan
katalisator enzim ATPase pada partikel F1 sehingga dihasilkan ATP. Sementara itu, oksigen
yang masuk ke dalam matriks akan berekasi dengan ion H membentuk H20.
SIKLUS SEL
Siklus sel dimulai dari masuknya sel dari fase G0 (quiescent) ke fase G1 karena adanya
stimulus oleh growth factor. Pada awal fase G1 terjadi fosforilasi dari keluarga protein
retinoblastoma (pRb). Efek dari fosforilasi ini, fungsi histon deasetilasi (HDAC) yang
seharusnya menjaga kekompakan struktur kromatin menjadi terganggu. Akibatnya struktur DNA
menjadi longgar dan faktor transkripsi yang semula diikat pRb menjadi lepas dan transkripsi dari
E2F responsive genes yang dibutuhkan dalam progresi siklus sel ke fase S menjadi aktif.
Pada transisi fase G1 ke fase S, Cdk2 aktif dengan mengikat cycE. Kompleks tersebut
melanjutkan proses fosforilasi pRb (status hiperfosforilasi) supaya proses transkripsi yang dipacu
E2F tetap aktif dan Restriction point (R) yang ada di batas fase G1/S dapat terlampaui.,
Kompleks Cdk2-cycA dibutuhkan sel untuk mereplikasi DNA selama fase S. Kompleks Cdk2-
cycA akan memfosforilasi protein yang dibutuhkan dalam replikasi DNA supaya aktif .Pada
akhir fase S, cycA akan melepas Cdk2 dan mengikat Cdk1 (Cdc2) yang meregulasi transisi sel
dari S ke G2.
Pada fase G2 Kompleks cycA-Cdk1 akan memfasilitasi kondensasi kromatin yang
dibutuhkan untuk penggandaan sel. Pada fase G2, sel juga memiliki kesempatan melakukan
mekanisme repair apabila terjadi kesalahan sintesis DNA.
Faktor checkpoint pertama pada sel dikenal dengan restriction point (R) dan muncul
menjelang akhir G1. Pada checkpoint ini, DNA sel induk diperiksa apakah terdapat kerusakan
atau tidak. Bila terdapat DNA yang rusak, siklus sel dihentikan hingga mekanisme repair DNA
rusak telah selesai. Setelah melampaui R, sel menjadi commited (komitment) untuk
menyelesaikan keseluruhan satu siklus (no return point) dan selanjutnya sel harus mampu
melakukan replikasi DNA. Bila tidak melampaui R, sel dapat kembali ke fase G0. Hilangnya
kontrol dari R akan menghasilkan survival DNA yang rusak.
PEMBELAHAN MITOSIS
Pada pembelahan mitosis melibatkan distribusi DNA yang identik ke dalam ke dua sel
anakan (pembelahan sel yang menghasilkan sel gamet tidak identik secara genetik). Yang
mengagumkan dari pembelahan sel adalah konsistensinya, dimana DNA diturunkan dari sel
induk ke sel anak sepanjang generasi. Sel yang membelah menduplikasi DNAnya dan
memisahkan kedua salinan DNA tersebut pada dua kutub sel yang terpisah dan selanjutnya akan
menjadi dua sel anakan. Sebelum sel membelah untuk membentuk sel anak identik, keseluruhan
DNA tersebut haruslah diduplikasi dan kedua duplikat tersebut selanjutnya dipisahkan sehingga
tiap-tiap sel anak
memiliki genom yang lengkap.
Pada saat sel tidak membelah, atau sel dalam keadaan menduplikasi DNAnya untuk
mempersiapkan pembelahan sel, setiap kromosom di dalam sel tersebut berbentuk serat kromatin
yang panjang dan tipis. Sesudah terjadi duplikasi DNA, kromosom memadat. Tiap serabut
kromatin menjadi sangat padat, melilit dan melipat menjadikan kromosom yang berbentuk lebih
pendek dan tebal sehingga dapat diamati di bawah mikroskop cahaya. Setiap kromosom yang
terduplikasi memiliki dua sister chromatids. Ke dua kromatid tersebut (masing-masing
mengandung molekul DNA yang identik) pada awalnya saling menempel karena adanya protein
cohesins (penempelan ini dikenal sebagai sister chromatid cohesion). Dalam bentuknya yang
padat, kromosom yang terduplikasi memiliki sentromer, yaitu suatu area khusus dimana ke dua
kromatid melekat. Bagian lain dari kromatid diluar sentromer disebut lengan kromatid.
Pada tahap pembelahan sel selanjutnya, ke dua
sister chromatid terpisah dan bergerak menuju nukleus
baru yang terbentuk di tiap-tiap ujung sel. Ketika sister
chromatid terpisah, sister kromatid tersebut dianggap
sebagai kromosom sehingga tiap nukleus baru memiliki
koleksi kromosom yang identik dengan sel induk.
Mitosis yaitu pembelahan nukleus yang pada
umumnya disertai dengan sitokinesis, pembelahan
sitoplasma. Sel yang semula satu menjadi dua sel yang
memiliki genetik yang sama dengan sel induk. Mitosis dapat dibedakan menjadi lima tingkatan
yaitu profase, prometafase, metafase, anafase, dan telofase. Sitokinesis (overlap dengan fase
akhir mitosis)
melengkapi fase mitotik.
Pada sel hewan, sitokenesis terjadi dengan proses
cleavage. Tanda pertama dari cleavage adalah terbentuknya
cleavage furrow, suatu lekukan pada permukaan sel didekat
lempeng metafase. Di dalam sitoplasmanya, cleavage furrow
membentuk cincing kontraktil yang tersusun atas
microfilamen aktin yang berasosiasi dengan molekul protein
miosin. Mikrofilamen aktin kemudian berinteraksi dengan
molekul miosin menyebabkan cincin berkontraksi. Kontrasksi
dari cincin mikrofilamen mengakibatkan cleavage furrow
menjadi bergerak lebih dalam sedemikian rupa sehingga sel
terpisah menjadi dua, masing-masing dengan nukleus, sitosol,
organel dan struktur subselular lain.
Sitokenesis pada sel tumbuhan (memiliki dinding
sel) memiliki mekanisme yang berbeda. Sel tumbuhan tidak
melakukan cleavage furrow. Selama telofase, vesikel yang
berasal dari aparatus Golgi bergerak sepanjang mikrotubula
menuju ke bagian tengah sel, dimana vesikel-vesikel ini
bergabung membentuk cell plate. Materi dinding sel yang
dibawa oleh vesikel terkumpul di dalam cell plate sejalan
dengan pertumbuhannya. Cell plate ini membesar hingga
membrannya bergabung dengan membran plasma sepanjang
tepi sel. Mekanisme ini menghasilkan dua sel anakan,
masing-masing dengan membran plasma, sementara dinding
sel baru terbentuk dari materi yang terdapat dalam cell plate diantara dua sel anakan.
Tahapan pembelahan mitosis adalah sebagi berikut:
PEMBELAHAN MEIOSIS
Meiosis seperti juga mitosis diawali dengan
replikasi kromosom. Replikasi tersebut kemudian diikuti
oleh dua pembelahan sel pada meiosis yang disebut
meiosis I dan meiosis II. Dua tahap pembelahan tersebut
menghasilkan empat sel anak (mitosisi menghasilkan dua
sel anak) masing-masing dengan jumlah kromosom
separuh dari jumlah kromosom induknya.
Pasangan homolog kromosom diploid direplikasi
dan tiap-tiap salinannya dipisahkan sehingga terbentuk
empat sel anak, dimana sister chromatid merupakan dua
salinan dari satu kromosom yang secara dekat
berasosiasi. Sedangkan dua kromosom homolog yang
berpasangan merupakan dua individu kromosom yang
masing-masing diwarisi dari tiaporangtua. Kromosom
homolog menunjukkan bentuk yang serupa di bawah mikroskop tetapi memiliki versi gen yang
dapat berlainan yang disebut allele dan terletak pada loci berkesusaian (corresponding loci).
Kromosom homolog tidak berasosiasi satu sama lainnya kecuali selama meiosis.
Meiosis membagi dua total kromosom melalui cara yang spesifik yaitu mengurangi
jumlah set kromosom dari dua menjadi satu, dengan tiap-tiap sel anakan menerima satu set
kromosom, sedangkan mitosis mempertahankan jumlah kromosom. Dengan demikian meiosis
menghasilkan sel anak yang secara genetik berbeda dengan sel induknya sedangkan mitosisi
menghasilkan sel anak yang secara genetik sama perisi dengan sel induknya. Tiga hal unik pada
meiosis terjadi selama meiosis I:
1. Synapsis dan crossing over
Selama propase I, kromosom homolog yang sudah direplikasi berpasangan dan secara fisik
dihubungkan sepanjang kromosomnya oleh protein (synaptonemal complex). Proses ini disebut
synapsis. Penataan ulang gen-gen diantara non-sister chromatid (disebut crossing over)
melengkapi fase ini. Sesudah terjadi pemisahan/penguraian synaptonemal complex, kedua
kromosom homolog tersebut menjadi sedikit terpisah tetapi masih dihubungkan oleh area
berbentuk X yang disebut chiasma (jamak chiasmata). Chiasma merupakan bentuk fisik dari
crossing over yang memiliki bentuk silang karena kohesi sister chromatids masih mengikat
keduanya secara bersama-sama. Synapsis dan crossing over secara normal tidak terjadi pada
pembelahan mitosis.
2. Homologs dan metaphase plate
Pada metafase I pembelahan meiosis, kromosom terletak pada lempeng metafase sebagai
pasangan kromosom homolog sedangkan pada mitosis yang terletak pada lempeng metafase
adalah kromosom secara individu.
3. Separation of homologs
Pada anafase I pembelahan meiosis, kromosom tereplikasi pada pada tiap-tiap pasangan
homolog berpindah pada kutub yang berlawanan tetapi sister chromatids pada tiap-tiapa
kromosom tereplikasi masih menempel. Pada mitosis sister chromatids terpisah.
4. Genetic variation produced in sexual life cycles contributes to
Salah satu karakteristik dari
reproduksi sexual yang menghasilkan variasi
genetik adalah orientasi random (arah
pergerakan secara random) dari passangan
kromosom homolog pada metaphase meiosis
I. Pada metaphase I, pasangan homolog
(masing-masing dengan kromosom maternal
dan paternal) terletak pada lempeng
metaphase. Tiap-tiap pasang dapat
berpasangan dengan homolog maternal
maupun dengan homolog paternal yang terjadi secara random. Terdapat kemungkinan 50%
bahwa sel anak tertentu pada meiosis I akan mendapatkan kromosom maternal dari pasangan
homolog tertentu dan 50% kemungkinan sel tersebut akan mendapatkan kromosom paternal.
Karena pasangan kromosom homolog mengatur diri secara independen dengan pasangan lain
pada metafase I, pembelahan meiosis I menghasilkan pasangan-pasangan kromosom dimana tiap
pasangan secara independen memilih pasangan kromosom dari homolog maternal maupun
homolog paternal (disebut independent assortment). Pada manusia (n = 23), kemungkinan
jumlah kombinasi dari kromosom maternal dan paternal pada gamet yang dihasilkan adalah 223
(sekitar 8.4 juta kemungkinan kombinasi).
Crossing Over
Sebagai konsekuensi dari adanya
independent assortment pada kromosom
selama meiosis, tiap-tiap manusia
menghasilkan koleksi gamet yang
memiliki varasi yang sangat berbeda.
Crossing over menghasilkan kromosom
rekombinan yaitu individual kromosom
yang membawa gen (DNA) yang berasal
dari kedua orang tua.
Pada meiosis manusia satu sampai
tiga cross over dapat terjadi pada tiap
pasangan kromosom tergantung dari
ukuran kromosom dan posisi
sentromernya. Crossing over dimulai pada
awal profase I dimana kromosom homolog
berpasangan secara memanjang. Tiap gen
dalam satu homolog terletak paralel dan
secara tepat berpasangan dengan gen yang
berada pada homolog yang satunya. Dalam
satu peristiwa tunggal crossover protein khusus mengatur pertukaran segmen antar non-sister
chromatids (satu kromatid paternal dan satu kromatid maternal dari pasangan homolog). Dengan
cara ini crossover menghasilkan kromosom dengan kombinasi alel maternal dan paternal yang
baru.
Crossover juga memilki peran krusial dalam memparalelkan kromosom selam metafase I.
Chiasma terbentuk sebagai hasil dari crossover yang terjadi ketika kohesi sister chromatids
terjadi sepanjang lengan. Chiasmata menahan kromosom homolog bersama-sama pada saat
benang spindle terbentuk pada pembelahan meiosis I. Selama anafase I, pelepasan kohesi
sepanjang lengan sister chromatids menyebabkan romosom homolog terpisah. Pada metafase II,
kromosom yang mengandung kromatid rekombinan dapat berorientasi dalam dua alternatif
karena sister chromatids tidak lagi bersifat identik. Kemungkinan tataletak yang berbeda
terhadap sister chromatids yang tidak identik tersebut selama meiosis II lebih lanjut
meningkatkan variasi genetik sel-sel anakan yang dihasilkan dari meiosis.
Sifat random secara alaimah dari fertilisasi menambah variasi genetik yang dihasilkan
melalui meiosis. Pada manusia tiap gamet jantan dan gamet betina mewakili satu dari 8.4 juta
(223) kemungkinan kombinasi kromosom karena independent assortment. Fusi gamet jantan dan
betina selama fertilisasi akan menghasilkan zigot satu diantara 70 bilyun kemungkinan (223 x 223)
kombinasi diploid.
Tahapan meiosis adalah sebagai berikut: