klasifikasi turbin angin

9
Klasifikasi Turbin Angin Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin terdahulu banyak dibangun di Denmark, Belanda dan negara-negara Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan Windmill. Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin (Daryanto, 2007) Saat ini pembangunan turbin angin masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik konvensional (Contoh: PLTD, PLTU, dll), namun turbin masih lebih dikembangkan oleh para ilmuwan karena dalam waktu dekat manusia akan dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam tak dapat diperbaharui (Contoh: batubara, minyak bumi) sebagai bahan dasar untuk membangkitkan listrik. Turbin angin dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu: turbin angin sumbu horizontal dan turbin angin sumbu vertikal (Daryanto, 2007) Turbin Angin Sumbu Horisontal

Upload: wahyufitriasantosa

Post on 13-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Klasifikasi Turbin Angin

 Klasifikasi Turbin Angin

   Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga

listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani

dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin terdahulu banyak

dibangun di Denmark, Belanda dan negara-negara Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan

Windmill. Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik

masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya

alam yang dapat diperbaharui yaitu angin (Daryanto, 2007)

Saat ini pembangunan turbin angin masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik

konvensional (Contoh: PLTD, PLTU, dll), namun turbin masih lebih dikembangkan oleh para

ilmuwan karena dalam waktu dekat manusia akan dihadapkan dengan masalah kekurangan

sumber daya alam tak dapat diperbaharui (Contoh: batubara, minyak bumi) sebagai bahan

dasar untuk membangkitkan listrik. Turbin angin dapat dibagi menjadi dua kategori utama,

yaitu: turbin angin sumbu horizontal dan turbin angin sumbu vertikal (Daryanto, 2007)

Turbin Angin Sumbu Horisontal

Turbin angin sumbu horizontal ialah jenis turbin angin yang paling banyak digunakan.

Turbin ini terdiri dari sebuah menara yang di puncaknya terdapat sebuah baling-baling yang

berfungsi sebagai rotor dan menghadap atau membelakangi arah angin. Kebanyakan turbin

angin jenis ini mempunyai dua atau tiga bilah baling-baling walaupun ada juga turbin bilah

baling-balingnya kurang atau lebih daripada yang disebut diatas. Contoh turbin angin sumbu

horizontal ditunjukan pada Gambar 1.

Gambar1 Turbin Angin Sumbu Horizontal.Sumber: Daryanto (2007).

Turbin angin sumbu vertikal

Page 2: Klasifikasi Turbin Angin

Turbin sumbu vertikal dibagi menjadi dua jenis yaitu: Savonius dan Darrieus.

a.    Turbin Darrieus

Turbin Darrieus mula-mula diperkenalkan di Perancis pada sekitar tahun 1920-an. Turbin

angin sumbu vertikal ini mempunyai bilah-bilah tegak yang berputar kedalam dan keluar dari

arah angin (Daryanto, 2007). Contoh turbin Darrieus ditunjukkan pada Gambar 2.

 

Gambar 2  Turbin Darrieus.Sumber: Daryanto (2007).

b.      Turbin Savonius

Turbin Savonius diciptakan pertama kali di negara Finlandia dan berbentuk S apabila dilihat

dari atas. Turbin jenis ini secara umumnya bergerak lebih perlahan dibandingkan jenis turbin

angin sumbu horizontal, tetapi menghasilkan torsi yang besar. Contoh turbin Savonius

ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Turbin Savonius.Sumber: http://www.reuk.co.uk/Savonius-Wind-Turbines.htm.

Gaya Aerodinamik pada Turbin angin Darrieus

Prinsip kerja dari rotor Darrieus dapat disederhanakan. Pertama, asumsikan arah angin

datang dari depan rotor baling-baling. Ketika pergerakan rotor lebih cepat menyamai dengan

kecepatan angin yang tak terganggu yaitu ratio kecepatan blade dengan kecepatan angin

bebas, tsr > 3. Gambar 4 menunjukan garis vektor percepatan dari bentuk airfoil baling-

baling pada posisi angular yang berbeda-beda (Arsad et al, 2009)

Gambar 4 Gaya-gaya pada setiap bladeSumber: Arsad et al (2009).

Dengan:

1.      Panah biru – kecepatan angin relatif.

2.      Panah merah – kecepatan relatif ke baling-baling.

3.      Panah hitam – resultan kecepatan udara relatif ke baling-baling.

4.      Panah hijau – gaya angkat (lift force).

Page 3: Klasifikasi Turbin Angin

5.      Panah abu-abu – gaya seret (drag force).

Dengan nilai tsr yang tinggi, baling-baling akan ”memotong” melalui angin dengan

sudut serang (angle of attack) yang kecil. Resultan gaya angkat (lift) akan membantu

perputaran baling-baling, sedangkan gaya seret (drag) akan melawan perputaran dari baling-

baling itu. Ketika gaya angkat nol pada sisi kiri (0˚) dan sisi kanan (180˚) dengan baling-

baling simetris bergerak pararel menuju arah angin, torsi berubah menjadi negatif disekitar

posisi ini. Mendekati posisi depan (90˚) dan posisi dibelakang (270˚), komponen dari gaya 15

angkat (lift) lebih besar dibandingkan gaya seret (drag) sehingga menghasilkan torsi. Torsi

total per satu putaran akan bernilai positif jika baling-baling diposisikan pada tempat yang

tepat sehingga rotor akan berputar pada arah yang benar (Arsad et al, 2009)

Keuntungan turbin angin Darrieus (Kragten, 2004):

a.    tidak memerlukan pengarah angin dan memerlukan konstruksi yang mudah.

b.    biaya pembuatannya lebih murah dibanding dengan turbin angin sumbu horisontal dan

memiliki desain rotor yang lebih mudah

c.    dapat digunakan di kecepatan angin rendah.

Kerugian turbin angin Darrieus ( Kragten, 2004):

a.    tidak memiliki sistem self starting.

b.    rumit dalam pembuatan sudunya.

c.    Sudut serang berubah ubah seiring dengan berputarnya turbin. 

Teori Elemen Bilah

Teori elemen bilah adalah metode sederhana yang digunakan unutk menganalisis

rotor, propeler, fan, dan kompresor. Teori ini digunakan untuk menganalisa gaya

aerodinamika pada rotating machine. Pada teori ini, gaya angkat dan gaya hambat dihitung

per elemen sudu kemudian diintregasikan sepanjang sudu.

Prinsip teori ini adalah membagi sudu menjadi beberapa bagian dan menghitung

gaya-gaya yang timbul pada setiap sub bagian untuk kemudian disatukan kembali. Penerapan

teori elemen bilah pada turbin angin Darrieus tipe-H ditunjukkan pada gambar 5 di bawah ini:

Gambar 5: Gaya pada sudu turbin angin Darrieus

Sumber: Arsad et al (2009)

Dari gambar 2.18 dapat diturunkan kecepatan relatif:

Page 4: Klasifikasi Turbin Angin

                 

Sudut serang α,

Koefisien normal dan tangensial,

                

Sehingga Torsi yang diperoleh searah putaran pada θ tertentu suatu airfoil adalah:

Dengan:Ur: kecepatan relatif(m/s)

ρ  :  masa jenis udara(kg/m3)

U’:kecepatan udara pada sudu(m/s)

ω : kecepatan tangensial turbin(rad/s)

Fl:Gaya angkat airfoil (N)

Fd: Gaya hambat airfoil(N)

R  : jari-jari turbin(m)

2.6  Teori momentum

Teori momentum adalah metode analisis dengan cara memperhitungkan perubahan

momentum udara selama melewati turbin angin. Teori momentum mengasumsikan bahwa

aliran adalah tidak viskos dan tunak, juga rotor dianggap sebagai sebuah piringan dengan

jumlah sudu tak terbatas. Pertimbangan yang digunakan dalam teori momentum yang juga

diaplikasikan pada teori elemen sudu adalah (Liang, 2002):

1.        Daya merupakan fungsi sederhana dari thrust

2.        Kecepatan dianggap seragam

Gambar 6 Arah angin sebelum dan sesudah turbin

Sumber: Liang (2002)

Page 5: Klasifikasi Turbin Angin

Seperti pada Gambar 6 terlihat bahwa jika U adalah kecepatan angin di depan rotor,

U’ adalah kecepatan angin pada saat melalui rotor dan U” adalah kecepatan angin dibelakang

rotor, maka berdasarkan persamaan kontinuitas (Liang, 2002):

 

Selanjutnya berdasarkan teorema Euler, gaya yang bekerja pada rotor adalah:

             

Karenanya daya kinetik angin yang diserap oleh rotor adalah:

             

Selisih daya kinetik di depan dan di belakang rotor dapat dihitung dengan persamaan

energi kinetik:

                                                       

Dengan integral diperoleh:

                   

Lalu kita substitusikan kecepatan angin diatas ke dalam persamaan bernoulli

diperoleh:

              

Dengan menambahkan kedua persamaan untuk menghilangkan P maka diperoleh:

               

Dengan membandingkan dengan perbedaan energi kinetik di depan dan di belakang

rotor:

                 

Maka diperoleh:

                                     

Jika persamaan 2-19 disubstitusikan kedalam 2-10 dan 2-11 didapat:

                 

Untuk kecepatan U tertentu dapat dikaji besarnya Pt sebagai fungsi dari U” dengan ,

mendeferensiasi persamaan.

 

Page 6: Klasifikasi Turbin Angin

Pada , maka:

Untuk persamaan diatas dapat diperoleh akar-akarnya dengan persamaan dibawah:

dengan:

a=-3

b=-2U

c=-U

Sehingga diperoleh dua akar persamaan yaitu: U” = -U yang berarti mengahsilkan

energi kinetik minimum dan yang merupakan harga yang menghasilkan energi kinetik

maksimum. Dengan demikian energi kinetik maksimum yang diperoleh adalah:

Efisiensi turbin angin adalah perbandingan antara energi kinetik yang diserap oleh

turbin angin terhadap energi kinetik angin yang tersedia. Persamaan untuk mendapatkan

efisiensi maksimum turbin angin adalah sebagai berikut (Liang, 2002):

          

Dengan energi kinetik maksimum dari persamaan 2-23 didapat:

             

Nilai 16/27 adalah batas maksimum Betz (Betz limit) yang menyatakan daya

maksimum yang mampu diserap oleh turbin angin tidak lebih dari 59,3% dari daya angin

yang tersedia.

Daya Turbin Angin

Daya yang dihasilkan dari konversi oleh rotor turbin angin sebanding dengan pangkat

tiga kecepatan angin. Daya yang dapat dihasilkan rotor turbine adalah (Hunt, 1981):

                                                       

Dengan:        Pt          : daya keluaran rotor turbin angin (watt)

                               Cp         : koefisien daya turbin angin

                               ρ            : massa jenis udara (kg/m3)

Page 7: Klasifikasi Turbin Angin

                               A’         :Luas sapuan rotor(m2)

                               U          : kecepatan angin (m/s)