klasifikasi risiko
TRANSCRIPT
Secara umum risiko dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Risiko Murni, merupakan risiko yang mengakibatkan dua atau lebih kemungkinan kerugian yang menguntungkan dan terjadinya risiko tersebut dapat dicegah. Contohnya:
a. kerugian akibat kerusakan mesin.
b. Kerugian akibat mati listrik.
c. kerugian risiko karena kebakaran gedung.
Risiko murni hanya bisa ditanggulangi tetapi tidak bisa mencegah kerugiannya.
2. Risiko Spekulatif, merupakan risiko yang mengakibatkan dua atau lebih kemungkinan kerugian yang terjadi. Kerugian yang terjadi bisa menguntungkan atau merugikan. Contohnya:
a. mempunyai barang yang dijual dengan nilai Rupiah tetapi dibeli dengan mata uang asing (misalnya, Dollar Amerika) sehingga bila nilai kurs Dollar terhadap rupiah naik dan berdampak pada kerugian jika Anda membeli barang tersebut. Begitu pula sebaliknya.
b. anda membeli mobil tanpa diasuransikan mengandung risiko spekulatif, yaitu bila mengalami musibah maka perusahaan akan mengalami kerugian, tetapi bila tidak mengalami musibah maka perusahaan akan mengalami penghematan atas biaya asuransi yang tidak perlu dikeluarkan.
Berdasarkan jenis dampaknya maka risiko bisa diklasifikasikan sebagai
berikut:
Risiko sistematik
Merupakan risiko yang dampaknya lebih kompleks dibandingkan
dengan risiko murni dan risiko spekulatif, karena risiko ini akan
memberikan dampak pada bagian-bagian lain. Risiko ini tidak bisa
dideversifikasikan atau dengan kata lain risiko yang sifatnya
mempengaruhi secara menyeluruh. Contohnya, krisis moneter pada
tahun 1997 di Indonesia telah menyebabkan banyak sekali perusahaan
yang bangkrut dan meningkatnya angka pengangguran.
Risiko spesifik
Risiko yang mempunyai dampak spesifik atau khusus dan tidak dapat
dihindari tetapi bisa diminimalkan tingkat risikonya.
Contoh, berjualan es krim atau AC yang bisa mengalami penurunan
penjualan pada saat musim penghujan. Berjualan payung atau jas hujan
akan mengalami penurunan bila musim hujan telah lewat.
Kita bisa saja mengurangi risiko kerugian dengan melakukan kombinasi
penjualan dari kedua usaha di atas (difersifikasi usaha). Misalnya, pada
saat musim hujan berjualan jas hujan atau payung, dan saat musim
panas berjualan AC atau es krim.
Risiko pasar merupakan risiko yang
melekat pada instrumen dan aset yang
diperdagangkan di pasar. Risiko ini dapat
muncul dari sumber-sumber mikro
maupun makro. Risiko pasar sistematik
merupakan hasil dari keseluruhan
perubahan harga dan kebijakan dalam
perekonomian, sedangkan risiko
nonsistematik muncul ketika harga aset
atau instrumen yang spesifik mengalami
perubahan akibat suatu peristiwa yang
mempengaruhi instrumen atau aset
Contoh:Fluktuasi harga di pasar keuangan dapat menyebabkan adanya risiko2 lain seperti , risiko suku bunga, risiko nilai tukar, dan risiko harga komoditi yang kemudian akan berpengaruh pada perusahaan dan memungkinkan terjadinya kerugian.
2. Risiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko
akibat ketidakmampuan
perusahaan untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo
dari sumber pendanaan arus
kas dan atau aset likuid
berkualitas tinggi yang dapat
diagungkan, tanpa mengganggu
aktivitas, dan kondisi keuangan
perusahaan.
Contoh:
Resiko Likuiditas yang terjadi dalam pasar modal
antara lain yakni ketika perusahaan yang sahamnya
dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh lembaga yang
berwenang seperti pengadilan atau perusahaan
tersebut dibubarkan. Dalam kasus seperti ini hak
klaim dari pemegang saham mendapatkan prioritas
terakhir tentu setelah seluruh kewajiban perusahaan
dapat dilunasi dari hasil penjualan kekayaan
perusahaan. Jika masih ada sisanya, itulah yang akan
dibagi kepada seluruh pemegang saham secara
proporsional. Inilah resiko dari orang yang
berinvestasi di pasar modal. Karenanya si investor
diharuskan untuk selalu mengamati perkembangan
perusahaan-perusahaan yang si investor miliki
sahamnya.
Risiko kredit adalah risiko kegagalan
nasabah untuk memenuhi kewajibannya secara
penuh dan tepat waktu sesuai dengan
kesepakatan.
Contoh:
Seorang nasabah mengalami gagal bayar untuk
memenuhi kewajiban utangnya secara penuh
pada waktu yang telah disepakati. Akibat dari
risiko ini, bank mengalami ketidakpastian pada
laba bersih dan nilai pasar dari ekuitas yang
muncul dari keterlambatan atau tidak
terbayarnya pokok pinjaman beserta bunganya.
3. Risiko kredit
4. Risiko operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang disebabakan oleh kegagalan proses internal perusahaan, kesalahan sumber daya manusia, kegagalan sistem, kerugian yang disebabkan oleh kejadian dari luar perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran peraturan dan hukum yang berlaku.
Contoh:
Perusahaan mempunyai risiko
mengalami kesalahan dalam
pencatatan dan perlakuan akuntansi
berdasarkan standar akuntansi yang
berlaku. Untuk itu risiko ini perlu di
kelola, antara lain dengan melakukan
konfirmasi dengan pihak yang
berkaitan, membandingkan data dan
melakukan audit.
5. Risiko strategis
Adalah risiko akibat ketidaktepatan
perusahaan dalam mengambil
keputusan dan/atau pelaksanaan
suatu keputusan strategik serta
kegagalan dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis.
Contoh:
Sebuah bank Amerika, CapitalSouth
pada awalnya memfokuskan bisnis
pada penyaluran kredit UKM.
Namun, pada tahun 2003 memutuskan
untuk berekspansi bisnis penyaluran
kredit real estate. Hasilnya portofolio
kredit bank tersebut meningkat tetapi
karena manajemen risiko yang tidak
baik, perusahaan tersebut mengalami
kerugian.
6. Risiko reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat
menurunnya tingkat kepercayaan
para pemangku kepentingan yang
bersumber dari persepsi negatif
terhadap perusahaan. Risiko ini
timbul antara lain, karena adanya
pemberitaan media dan/ atau rumor
mengenai perusahaan yang bersifat
negatif, serta adanya strategi
komunikasi perusahaan yang kurang
efektif.
7. Risiko hukum
Risiko ini berhubungan dengan masalah undang-undang, legislasi, dan regulasi yang dapat mempengaruhi pemenuhan kontrak. Risiko ini dapat dikategorikan sebagai risiko operasional. Risiko hukum bisa muncul dari faktor eksternal berupa regulasi yang mempengaruhi aktivitas bisnis tertentu. Selain itu, risiko ini pun bisa muncul dari faktor internal berupa penyelewengan, pelanggaran hukum dan regulasi.
Contoh:
Akibat dari kebijakan pemerintah mungkin
bisa kita lihat saat pemerintah
memutuskan untuk melakukan
amandemen terhadap undang-undang
perpajakan. Amandemen undang-undang
ini salah satunya menegaskan
diberlakukannya penghapusan pajak
berganda atas transaksi murabahah. Hal
ini tentu sedikit banyak berpengaruh pada
lebih leluasanya bank Islam untuk
menyalurkan pembiayaan dalam bentuk
akad murabahah.
8. Risiko kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank syariah tidak mematuhi dan/ atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah. Risiko kepatuhan dapat bersumber antara lain dari perilaku setidaknya, yakni perilaku/ aktivasi bank yang menyimpang atau melanggar dari ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku
Contoh: Misalnya kepatuhan atas syariat Islam membuat
Bank Muamalat berbeda dengan Bank
Konvensional. Ketika bank Muamalat tidak
tunduk dan patuh terhadap segala ketentuan
syariat Islam, pada saat itulah bank Islam akan
kehilangan identitasnya. Jika bank Islam
meniadakan kemanfaatan atau kemaslahatan
bagi masyarakat, maka masyarakat akan
semakin skeptis dan antipati terhadap bank
Muamalat itu dan menganggap bank Muamalat
tersebut sama saja dengan bank Konvensional.
Kegiatan operasional bank Islam ini secara
menyeluruh dan terintegrasi seharusnya
terinternalisasi pada seluruh prosesbisnis yang
dilakukan oleh bank Islam ini.
Tidak hanya pada produk-produknya saja yang
menggunakan syariat Islam, namun juga dalam
berbagai proses pengambilan keputusan
manajerial di lingkungan bank Islam. Seperti para
komisaris, direksi, dan seluruh karyawan,
backoffice maupunf ront line, seharusnya berusaha
mengamalkan syariat Islam secara kaffah dan
menerapkannya dalam setiap aktivitas yang
mereka lakukan. Dan bukan hanya akad-akadnya
saja yang menerapkan syariat Islam, tetapi mulai
dari keuangan, pemasaran, SDM, operasi, dan lain
sebagainya. Bagian pemasaran menggunakan
prinsip jujur, amanah, senyum, sapa, dan salam
dalam memasarkan produknya. Sedangkan pada
bagian SDM memasukkan berbagai konsep Islam
seperti akhlak dalam standar kultur dan nilai yang